Ceritasilat Novel Online

Seruling Haus Darah 12

Seruling Haus Darah Hiat Tiok Sian Jin Karya Chin Yung Bagian 12


Han Han menggunakan ujung pedangnya mencokel bawah tenda dan mengintai ke dalam dari celah tenda itu.
Tetapi begitu melihat ke dalam, Han Han mengeluarkan seruan tertahan.
Kenapa ? Ternyata tenda itu kosong !
Wong Tie Hian sendiri jadi terkejut Waktu melihat si anak muda seperti terkejut dan mengeluarkan suara seruan tertahan waktu memandang ke dalam tenda. Cepat-cepat jago tua she Wong merangkak mendekati Han Han.
"Ada apa Han Lao-tee ?" tanya jago tua itu dengan keras dan ingin mengetahui.
"Di dalam kosong, Wong Loo-cianpwee !" kata Han Han dengan suara yang perlahan. "Ternyata mereka menggusakan taktik yang benar-benar lihai, yang diduga kosong berisi dan yang diduga berisi tetapi kosong ! Itulah tipu daya dari Lo Sian !
Wong Tie Hian mengangguk, baru saja dia ingin berkata, tiba-tiba terdengar suara tertawa yang nyaring.
Wong Tie Hian dan Han Han jadi terkejut, mereka melompat bangun, dan disekeliling mereka ternyata telah dikurung.
Orang yang berdiri paling depan adalah Thio See Ciang !
Melihat orang she Thio itu, seketika itu juga meluap darah Wong Tie Hian, napasnya memburu dan kumis jenggotnya jadi bergerak-gerak saking murkanya.
Baru saja dia ingin membentak untuk memaki, tampak Thio See Ciang telah berkata : "Siauw-tee tidak menduga sedikitpun bahwa hari ini Siauw-tee menerima kunjungan dari tamu terhormat seperti Wong Lao-ko !" dan dia tertawa, matanya memain memandang Han Han. Dan, kau Siauw-ko, ternyata kau juga menjadi tamu kehormatan !"
Wajah Wong Tie Hian dan Han Han tidak enak dipandang, karena mereka sedang dalam keadaan gusar. Waktu memandang Thio See Ciang, mereka teringat kepada nyonya Wong yang telah menjadi mayat dan terbujur di dalam peti mati serta belum dikebumikan!
Wong Tie Hian menekan perasaan gusarnya, dia membentak deagan suara yang menyeramkan :
"Orang she Thio, kau adalah manusia paling hina-dina di dalam dunia ini !" bentaknya dengan suara yang mengguntur. "Hari ini aku bersumpah, harus dapat membunuhmu, agar dapat membawa batok kepalamu dan hatimu untuk sembayangi arwah isteriku !"
Mendengar perkataan Wong Tie Hian, Thio See Ciang tertawa sabar.
"Mengapa musti begitu ?" tanyaaya dengan suara yang sabar. "Bukankah kalau kita mengambil jalan damai kita bisa mencicipi persaudaraan ? "
Wong Tie Hian tertawa dingin.
"Selama kau ada di atas permukaan bumi ini, aku tak mau hidup ! Maka, hari ini aku akan adu jiwa denganmu, di antara kita berdua siapa yang berhak hidup terus di bumi ini !"
Thio See Ciang ketawa dingin, wajahnya agak berubah.
"Wong Toako, kau selalu tidak pernah memberikan kesempatan kepadaku untuk berlaku baik !" kata Thio See Ciang. "Kau selalu mendesak agar aku menggunakan kekerasan ! Apakah menurutmu dengan kekerasan itu akan membawa kebaikan untuk kita kedua pihak ? Bukankah dengan jalan damai kita akan memperoleh kerukunan ?"
Wong Tie Hian menggigil tubuhnya saking gusar dan menahas perasaan murkanya. Jeaggot dan kumisnya jadi bergerak-gerak saking gusarnya.
"Orang she Thio, kalau mendengar perkataanmu yang halus dan manis budi ini, aku tentu tidak akan percaya bahwa kau adalah manasia yang paling hina-dina di dalam dunia ini !" kata Wong Tie Hian. "Tetapi kenyataannya, hmm ..... kau adalah anjing bermuka manusia ! Kau mengetahui bahwa isteriku tidak mengerti ilmu silat dan merupakan seorang wanita yang lemah, mengapa kau begitu tega membunuhnya ?!"
Wajah Thio See Ciang jadi berubah hebat.
"Apa .....apa kau katakan itu ! " bentaknya dengan gusar. "Siapa yang membunuh isterimu ?"
"Haaaa .....kau masih ingin pura-pura tidak tahu!" kata Wong Tie Hian mengejek. "Bagus! Bagus! Rupanya kau memang seorang pemain sandiwara yang mempunyai bakat ! Hmmm ..... setelah kau bunuh isteriku, kau tinggalkan sepucuk surat yang bunyinya hina sekali !"
Tubuh Thio See Ciang jadi menggigil.
"Wong Tie Hian !" bentaknya dengan suara yang menggetar. "Kau tadi mengatakan bahwa aku telah membunuh isterimu ?"
Wong Tie Hian mengangguk dengan pasti.
"Ya !" dia membenarkan dengan penuh kegusaran." Hmm .....apakah kau benar-benar seorang manusia yang paling hina sehingga tidak berani mengakui apa yang telah kau perbuat ?"
Thio See Ciang ketawa dingin.
"Hmm ..... Thio See Ciang bukan sebangsa manusia pengecut!" katanya dengan tawar. "Setiap apa yang kulakukan pasti akan kuakui, tetapi kalau mengenai pembunuhan isterimu, sedikitpun aku tak mengetahuinya ! Hmmm. orang she Wong ! Janganiah kau sembarangan memfitnah !"
Wajah Wong Tie Hian berubah hebat, dia jadi mengerut kaa alisnya.
Kalau dilihat dari cara berkatanya. Thio See Ciang, memang suatu kemungkinan orang she Thio itu bukanlah pembunuh isterinya. Tetapi kalau bukan Thio See Ciang, lalu siapa yaag telah melakukan perbuatan hina itu, dengaa secara sembunyi-sembunyi membunuh nyonya Wong itu ? Siapa pembunuhnya ?!
Tiba-tiba Han Han ketawa dingin.
"Hmm, bisa kau mencuci tangan, orang she Thio!" katanya mengejek. "Bisa saja kau menyuruh orang-orangmu untuk membunuh nyonya Wong, lalu kau mengatakannya kau tidak tahu menahu ! Hu, suatu akal licik yang telah usang ! "
Wajah Thio See Ciang jadi berubah hebat.
"Kalau memang aku yang membunuhnya mengapa aku menyangkal ?" dia balik menanya dengan suara yang tawar dan hati yang mendongkol sekali. "Hmmm ..... seumpamanya aku membunuh isteri orang she Wong itu, mengapa aku harus jeri mengakuinya ?! Tetapi kalau memang kalian mendesak terus dengan tuduhan dan fitnahan bahwa aku telah melakukan perbuatan hina dina itu, aku juga tidak keberatan menerimanya, karena kalian benar-benar orang tolol yang tidak bisa diberi pengertian ! "
Wajah Wong Tic Hian berubah hebat.
Begitu juga Han Han, anak muda she Han ini gusar bukan main.
Tetapi baru saja Wong Tie Han mau memaki dengan suara yang membentak, tiba-tiba terdengar siulan yang panjang dan nyaring sekali dikejauhan, dan dari suara siulan itu, orang sudah menduga bahwa yang mengeluarkan suara sialan itu pasti seorang yang kosen.
Semua orang jadi terdiam, tidak terkecuali Thio See Ciang sendiri.
Thio See Ciang mau menduga bahwa orang yang mengeluarkan suara siulan itu pasti jago undangan dari Wong Tie Hian, dan sebaliknya Wong Tie Hian juga menduga bahwa orang yang mengeluarkan suara siulan yang luar biasa itu adalah seorang jago yang kosen sengaja diundang oleh Thio See Ciang.
Disebabkan masing-masing mempunyai pikiran semacam itu, maka kedua pihak masing-masing berdiam diri penuh kegusaran.
Suara siulan itu semakin lama semakin nyaring, menyatakan bahwa orang yang mengeluarkan suara siulan itu sudah berada dekat.
Thio See Ciang dan Wong Tie Hian jadi saling pandang dengan mata mendelik.
Sedang kedua pihak itu, pihak Thio dan pihak Wong, berdiam diri, tampak Thio In In dan Thio Pek Siang, putera Thio See Ciang, yang biasanya dipanggil sebagai Slang-jie itu.
Melihat nona Thio dan Siang-jie yang mendatangi kearah mereka dengan jalan berendeng begitu mesra, darah Han Han jadi meluap.
Timbul rasa jelusnya. Tatapi baru saja dia mau membentak kearah Thio See Ciang uatuk melampiaskan kegusaran dan kejelusan hatiaya, tiba-tiba suara siulan yang terdengar tadinya begitu nyaring, jadi terhenti, dan tampak berkelebat sesosok tubuh.
Waktu Han Han dan yang lainnya menegaskan ternyata di hadapan mereka telah berdiri seorang kakek-kakek tua yang tumbuh kumis dan jenggot yang panjang, yang telah berubah putih seluruhnya.
Pakaian kakek itu sederhana sekali, dia memegang sebatang seruling ditangan kirinya, yang digoyang-goyangkannya.
"Hmmm .....kalian berkumpul di sini tentu mengandung maksud jelek, bukan !" bentak si kakek setelah menyapu semua orang yang ada di lapangan dengan matanya yang tajam sekali.
Melihat orang yang baru datang itu, Thio See Ciang dan Wong Tie Hian jadi terkejut,
Tie Hian dan See Ciang adalah jago-jago tua yang sudah kenyang makan asam dan garam dunia persilatan, maka mereka mengenal siapa adanya kakek tua itu.
Tetapi berbeda dengan Han Han, dia tidak mengetahui siapa sebenarnya kakek tua itu.
"Hei kakek tua, lebih baik jangan kau mencampari urusan kami ! " bentak Han Han dengan suara aseran, karena dia memang sedang mendongkol dan jelus menyaksikan In In dan Siang jie berdiri berendeng dengan sikap yang mesra. "Cepat-cepatlah kau meaggelinding pergi !'"
Mendengar perkataan Han Han, tampak kakek-kakek tua itu melengak sesaat, tetapi setelah tersadar, dia tersadar untuk tertawa keras sekali.
Sedang kakek itu tertawa dengan suara yaag luar biasa, agak menyeramkan, Wong Tie Hian menarik ujung baju Han Han.
Waktu Han Han menoleh, jago tua she Wong itu menggelengkan kepalanya memberi isyarat kepada Han Han bahwa pemuda she Han itu jangan membentur si kakek !
Han Han jadi heran. Tetapi sebagai seorang anak muda yang kosen mempunyai kepandaian tinggi, maka dia tidak mengenal apa yang disebut takut.
Sambil tertawa dingin, dia tetap menghadapi si kakek luar biasa itu.
"Kau sebagai orang dari golongan muda, berani menegur aku begitu macam?" tanya si kakek dengan suara yang mengejek waktu dia telah terhenti dari tawanya.
Han Han tertawa dingin. "Mengapa aku harus takut kepadamu?" balik tanya Han Han tawar.
Kakek itu jadi melengak lagi, dia sampai berdiri kesima sesaat lamanya waktu mendengar perkataan Han Han. Namun akhirnya dia tertawa lagi.
"Apakah kau benar-benar tidak jeri padaku?" dia tanya lagi dengaa aseran dan sambil menggoyang-goyangkan seruling yang ada di tangannya.
Han Han menggelengkan kepalanya.
"Biar apapun dan siapapun aku tidak akan jeri atau mundur dari hadapannya!" kata si pemuda she Han dengan berani. "Apa lagi baru kau, hanya seorang kakek tua renta yang tulang belulangnya hampir copot rontok dari tubuhnya.
Kakek itu melangak lagi, sedangkan Wong Tie Hian ingin memberi isyarat lagi kepada. Han Han, tetapi dia tidak mempunyai kesempatan semacam itu. Maka akhirnya dia hanya mengawasi saja dengan penuh kekuatiran, karena dia memang mengetahui siapa adanya kakek luar biasa itu.
Sedangkan kakek luar biasa itu telah gusar bukan main mendengar jawaban Han Han.
"Apakah kau bicara sungguh-sungguh bahwa kau tidak jeri kepada Hiat Tiok Sian Jin ?" bentak si kakek.
Mendengar kakek itu menyebutkan gelarannya, Han Han ketawa dingin.
"Hmm, jangan kata baru Seruling Haus Darah, sedangkan Seruling Haus Jiwa akupun tidak jeri !" ejeknya dengan suara yang tawar.
Wajah si kakek jadi berubah hebat. Dia memang Hiat Tiok Sian Jin, itu jago yang bergelar seruliag haus darah, seorang jago yang luar biasa sekali, yang mempunyai kepandaian tiaggi luar biasa, maka jago-jago manapun jeri kepadanya, karena kakek ini beradat Koe koay, aneh, kalau memang dia sedang senang, maka dia akan menolong orang yang sedang dalam kesusahan, atau kemalangan, namun kalau entah bagaimana pamikirannya, atau dia sedang gusar atau mendongkol, maka dia tidak akan segan-segan membunuh orang !
Jiwa manusia seperti juga dianggapnya barang permainan, yang boleh dibunuh sesuka hatiuya !
Disebabkan perangainya yang aneh itu, maka Hiat Tiok Sian Jin sangat disegani oleh jago-jago dari golongan putih atau golongan hitam, semuanya tidak berani berbuat salah terhadap jago tua yang kosen itu.
Adalah luar biasa sekali bagi Hiat Tiok Sian Jin, bahwa di kala dia dijerikan oleh semua orang atau jago-jago di dalam rimba persilatan, adalah seorang bocah yang bernyali besar dan berani memaki-mali dirinya.
Tetapi bukannya Hiat Tiok Sian Jin bergusar atau murka, akhirnya dia malah tertawa gelak-gelak.
Kelakuan Han Han dianggapnya lucu dan luar biasa sekali, karena dia belum pernah bertemu dengan seorang jagopun yang berani berbuat seperti Han Han itu.
Itulah yang luar biasa sekali dalam anggapan Hiat Tiok Sian Jin.
Maka dari itu, dengan keras dia tertawa, kemudian menghampiri Han Han dengan langkah yang perlahan-lahan.
Sinar matanya sangat tajam sekali.
"Apakah kau benar-benar tidak jeri padaku?" bentak Hiat Tiok Sian Jin dengan suara yang tawar, serta menyeramkan bagi pendengaran telinga siapapun yaag ada di situ.
Han Han tertawa dingin. "Mengapa aku harus jeri padamu ?!" dia balik bertanya dengan suara yang dingin.
Kembali Hian Tiok Sian Jin tertawa gelak.
"Aha, selama lima puluh tahun, barulah aku bisa menjumpai kejadian yang luar biasa ini !" si kakek mangoceh dengan suara yang agak keras. "Bagus ! Hei, Bocah! Kau benar-benar luar biasa ! Apakah kau mempunyai kepandaian ilmu silat?"
"Hmm ..... tidak perlu kau ketahui hal itu !" bentak Han Han sangat berani. "Kalau memang kau ingin merasai kelihaian tuan mudamu, majulah !"
Kembali si kakek terkesiap, dia sampai berdiri melengak seperti tidak mempercayai pendengaran telinganya sendiri.
Seumur hidupnya, barulah kali ada orang yang menantang dirinya.
Akhirnya si kakek tersadar untuk tertawa keras, terpingkal-pingkal, dia sampai memegangi perutnya dengan keras, dianggapnya hal yang sedang dihadapinya itu adalah sangat lucu sekali.
"Hebat kau bocah ! Hebat!"' dia kata sambil tertawa. "Kalau begitu kau pantas menjadi muridnya Hiat Tiok Sian Jin !"
Baru saja Han Han ingin menyahuti dengan kata-kata yang ketus, dia melihat tangan Hian Tiok Sian Jin telah menyambar kearahnya dengan kecepatan yang luar biasa sekali.
Hal ini mergejutkan Han Han juga.
Karena orang yang menyerang dengan gerakan yang cepat luar bias?, Han Han tidak melihat cara bergerak orang atau jago tua itu, hanya tahu-tahu tangan Hiat Tiok Sian Jin hampir menghajar batok kepalanya.
Untung saja Han Han mempunyai kepandaian yang tinggi dan memang kosen sekali.
Maka dari itu, di saat dia melihat tangan si-kakek tua itu hampir mengenai batok kepalanya, Han Han mengeluarkan seruan yang nyaring, dia melompat ke belakang.
Dan, disebabkan anak muda she Han itu melompat ke belakang, maka serangan si-kakek meluncur ketempat kosong.
"Ngeeeekk ! " terdengar suara oraag tersendat, disusul kemudian dengan suara tertawa si-kakek.
Han Han baru saja mau memaki melihat kecurangan orang yang telah menyerang dirinya secara begitu mendadak, atau tiba-tiba dia mendengar suara robohinya sesosok tubuh !
Cepat-cepat Han Han menoleh ke belakang, dan darahnya jadi tersirap ! Apa yang di saksikannya ?
Ternyata, karena Han Han dapat mengelakkan serangan si kakek, angin serangan itu jadi meluncur ke arah salah seorang anak buah Pek Bwee Kauw yang sedang berdiri terpaku menyaksikan kejadian itu.
Anak buah Pek Bwee Kauw yang malang itu tidak dapat menjerit dan juga dia tidak mengetahui dengan cara bagaimana dia terserang, karena dia hanya merasakan ada sesuatu seperti godam yang menghajar dadanya, keras sekali, tanpa disadarinya, dia hanya bisa mengeluarkan suara "Ngeeeekk ! " yang keras, dan putuslah jiwanya melayang ke akherat !
Itulah hebat ! Han Han yang melihat kejadiaa itu jadi gusar bukan main.
Anak muda she Han ini menyesal, mengapa dia mengelakkan serangan si kakek sehingga mengakibatkan kematian anak buah Pek Bwee Kauw itu ? Mengapa dia tidak menangkisnya saja ?
Karena tidak bisa menahan kegusaran hatinya, Han Han jadi memaki sambil menunjuk bengis: "Kau .....kau kakek-kakek kejam ! Hmmm .....kau seperti juga iblis yang tidak mengenal perikemanusiaan !"
Mendengar makian Han Han, si kakek tua itu masih tetap tertawa. Rupanya dia sangat senang sekali.
"Aha, ternyata kau masih ada isinya juga, bocah !" kata si kakek. "Bagus ! Dengan ditambah kepandaian yang akan kuwariskan kepadamu, kau akan jadi seorang jago yang luar biasa sekali ! Siapa gurumu sebelum ini ?"
Han Han mendongkol sekali melihat sikap dan lagak kakek itu, yang angkuh dan sombong sekali.
"Hmmm ..... kakek tua renta ! " bentaknya. "Siapa yang kesudian diangkat menjadi muridmu ?"
Wajah si-kakek jadi berubah merah padam, rupanya dia tersinggung mendengar perkataan anak muda she Han itu.
"Kau ..... kau berani mengeluarkan perkataan semacam itu di hadapan Hiat Tiok Sian-jin ? " bentak kakek itu dengan suara gemetar menahan kegusaran ha tinya.
Han Han ketawa dingin. "Mengapa aku harus jeri padamu ?" dia balas menghentak dengan tawar.
Hiat Tiok Sian Jin jadi mendongkol.
Biar bagaimana dia adalah seorang jago yang luar biasa, yang dengan serulingnya pernah menggemparkan dunia persilatan dengan ularnya menempur tujuh puluh sembilan orang Hwee-shio Siauw-lim-sie, dan dia memperoleh kemenangan.
Selama hidupnya dia belum pernah dikalahkan oleh lawannya, sehirgga sikap congkak jadi menguasai dirinya.
Sekarang seorang anak muda yang menurut pandangannya masih bau pupuk berani menantangnya begitu macam, maka hal itu jadi meluapkan darahnya.
Maka dari itu, dengan tidak mengeluarkan sepatah perkataan lagi, tahu-tahu tubuhnya telah mencelat kepada Han Han.
Kedua tangannya juga bergerak dengan kecepataa yang luar biasa sekali.
Dia menyerang dengan tipu serangan yang mematikan dan bisa membahayakan jiwa Han Han.
Tetapi biarpun usianya masih muda, tetapi Han Han kosen sekali.
Dia memiliki kepandaian yang tinggi dan dengan mengandalkan kelihaiannya, maka Han Han bisa melihat kearah mana serangan Hiat Tiok .Sian Jin itu.
Disebabkan itu, dikala dia melihat kedua tangan si-kakek seruling haus darah itu, menyambar kearah batok kepalanya dan dadanya, jalan darah Tie Mie Hiatnya, yang terletak di dekat putik dadanya, Han Han cepat-cepat merobah kedudukan kakinya
Dengan berobah kedudukan kakinya itu maka serangan Hiat Tiok Sian Jin pada kepalanya dapat diloloskan.
Sedangkan serangan yang satunya lagi, yang mengincer dada Han Han, dipunahkaa oleh anak muda she Han itu dengan menangkis.
Kedua tangan mereka saling membentur dengan keras sekali, karena disertai oleh Lwee-kaag yang kuat.
Terdengar suara benturan yang keras.
Han Han jadi terkejut waktu merasakan kehebatan tenaga dalam si kakek.
Waktu tangannya menangkis tangan si kakek, dia merasakan tangan Hiat Tiok Sian Jin seperti juga lempengan besi.
Untung saja dia mempunyai kepandaian yang tinggi, maka dengan meminjam tenaga serangan Hiat Tiok Sian Jin itu Han Han dapat melompat mundur ke belakang.
Hiat Tiok Sian Jig juga terkejut waktu tangannya kena ditangkis oleh si-anak muda she Han itu.
Tadinya dia menduga bahwa anak muda she Han itu tentunya akan terbinasa putus napas disebabkan pukulannya itu, atau setidaknya akan mengalami celaka yang berat karena dia. telah mengerahkan delapan bagian tenaga dalamnya.
Namun, apa yang dibayangkannya itu berlainan dengan kenyataannya.
Selain Han Han tidak mengalami sesuatu malah dia dapat menangkis dengan baik.
Hanya wajah Han Han tampak agak pucat.
Hanya itu, tidak lebih. Dan, hal ini benar-benar membingungkan si kakek Hiat Tiok Sian Jin.
Kejadian luar biasa ini baru pernah dialaminya, belum pernah ada seorang jago yang dapat menangkis satiap serangannya yang disertai oleh Lwee kang delapan bagian itu. Pasti lawannya akan terbinasa atau terluka parah.
Dan Han Han ternyata lain dari jago-jago itu.
Dia masih dapat berdiri dalam keadaan sehat dan tenang, maka hal itu membikin kegusaran Hiat Tiok Sian Jin tambah meluap.
Pertama-tama Hiat Tiok Sian Jin menyukai Han Han, karena dia melihat ada sesuatu keluar biasaan di diri anak muda she Han tersebut.
Namun, setelah serangannya dapat dipunahkan oleh Han Han dengan begitu mudah hal itu menerbitkam kemurkaan yang sangat pada dirinya, dia jadi mempunyai maksud untuk membunuh dan melenyapkan Han Han dari permukaan bumi.
Dan maksud jahatnya ini terlihat dari cahaya matanya yaag memancar bengis.
Semua orang yang menyaksikan hal tersebut jadi menggidik, lebih-lebih Wong Tie Hian jago tua she Wong tersebut, sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Thio See Ciang sendiri berdiri mengawasi dengan pandangan mata yang tajam.
Biar bagaimana dia sebagai seorang Kauw-coe dari sebuah perkumpulan yang besar, dia mengetahui dan dapat meraba-raba apa sebenaraya maksud kedatangan dari Hiat Tiok Sian Jin tersebut ketempat Pek Bwee Kauw tersebut.
Jago tua dari seruling haus darah itu tenta mempunyai maksud-maksud tertentu.
Maka dari itu, walaupun Hiat Tiok Sian Jin sedang bertempur dengan Han Han, yaeg boleh dihitung sebagai lawaa Pek Bwee Kauw, tohh kauw-coe Pek Bwee Kauw tersebut tetap tidak tenang, dia berlaku hati-hati serta waspada, malah secara diam-diam dia telah memerintahkan pada Siang-ji dan In In untuk melakukan pengepungan yang ketat untuk berjaga-jaga kalau ada sesaatu kejadian yang di luar dugaan.
Di dalam waktu yang sangat singkat sekali, orang-orang Pek Bwee Kauw telah mengurung secara diam-diam pada Wong Tie Hian, Han Han dan Hiat Tiok Sian Jin!
Hal itu dilakukan dengan rapih sekali, sehingga tidak tampak sedikitpun bahwa sebetulnya ketiga orang yang bukan menjadi anggota Pek Bwee Kauw itu telah terkurung rapat.
Hanya Wong Tie Hian seorang diri yang memperhatikan terus keadaan sekelilingnya.
Sebagai seorang jago kawakan, dia mengetahui bahwa mereka telah terkurung.
Namun, jago she Wong ini memang telah nekad, dia bermaksud akan adu jiwa dengan Thio See Ciang, maka itu dia tidak memperdulikan orang-orang Pek Bwee Kauw yang mengurungnya itu, dia hanya memperhatikan Thio See Ciang, Han Han dan Hiat Tiok Sian Jin, sebentar-sebentar Wong Tie Hian memperdengarkan suara tertawa dinginnya ......
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 38 HIAT TIOK SIAN JIN atau si Seruling Haus Darah jadi semakin mendongkol tidak dapat merobohkan Han Han setelah lewat beberapa jurus lagi.
Setiap menyerang, setiap kali juga Hiat Tiok Sian Jin menambah tenaganya, sehingga Han Han biarpun tampaknya tenang-tenang saja menyambuti setiap serangan si Seruling Haus Darah itu, tokh dengan sendirinya dia jadi gelagapan.
Malah, setelah lewat dua puluh jurus lebih lagi, Han Han semakin terdesak.
Lebih-lebih Hiat Tiok Sian Jin tidak mau memberikan kesempatan dan waktu bagi anak muda she Han itu, dia menyarang terus menerus dengan serangan berangkai dan lagi mematikan, sehingga Han Han jadi gugup tidak keruan.
Namun, tidak percuma Han Han telah di didik oleh beberapa orang guru yaag lihai, yang kepandaian dan ilmu silat dari berbagai jago-jago silat kelas wahid itu digabungkan dan dimiliki oleh Han Han, sehingga biarpun dia keripuhan menerima setiap serangan Hiat Tiok Sian Jin, tokh si pemuda she Han tersebut masih bisa mempertahankan diri terus.
Hiat Tiok Sian Jin semakin lama semakin sengit.
Dia benar-benar penasaran tidak bisa menjatuhkan pemuda she Han ini, yang tadinya dia hanya memandang sebelah mata dan dianggap enteng olehnya.
Maka dari itu, setelah berselang beberapa jurus lagi. Hiat Tiok Sian Jin mulai tidak sabar.
Dengan cepat dia mengerahkan seluruh kepandaiannya kelengannya, dia mengerahkan sampai keujung jarinya, kemudian dia memukul dengan jurus 'Siang Tiang Pie Choen', serangan mana mengandung hawa pembunuhan, yang menyebabkan semua orang yang menyaksikan jadi terkejut.
Lebih-lebih wajah Hiat Tiok Sian Jin pada saat itu sangat menyeramkan sekali.
Han Han juga telah melihat betapa bengisnya wajah Hiat Tiok Sian Jin.
Tetapi anak she Han tersebut tidak jeri dia meagerahan tenaga-dalamnya juga waktu melihat Hiat Tiok Sian Jin menyerang dirinya dengan jurus yang hebat itu, Han Han memutar tangannya setengah lingkaran, tangan kirinya dilonjorkan kemuka, kemudian dengan mengeluarkan bentakan keras Han Han mengayunkan kaki kanannya menyepak dengan tiba-tiba.
Inilah hebat sekali ! Han Han ternyata kosen luar biasa, biarpun si kakek Hiat Tiok Sian Jin mempunyai kepandaian yang tinggi, dan menyerang lebih dulu, tetapi dengan ditangkis oleh Han Han menggunakan cara yang seperti diatas, mau tak mau Hiat Tiok Sian jin harus menarik pulang kedua tangannya karena kalau tidak tentu kaki Han Han akan bersarang di selangkangan kakinya, berarti kemaluannya terhajar telak, dan kalau kena jitu, pasti Hiat Tiok Sian Jin bisa terbinasa atau setidak-tidaknya akan mengulun kesakitan hebat!
Begitu melompat kebelakang dan setelah dapat berdiri tetap lagi, mata Hiat Tiok Sian Jin menatap Han Han dengan mendelik lebar menyeramkan.
"Bocah .....sebutkan gurumu sebelum aku mengirimmu ke Neraka ! " bentak Hiat Tiok Sian Jin dengan suara meayeramkan.
Han Han juga balas menatap kakek yang bergelar Seruling Haus darah itu. Sikapnya sangat tawar sakali, seakan juga dia tidak memandang sebelah mata.
"Hmm .....apakah orang sepertimu ini pantas menanyakan nama guruku yang terhormat?!" balik tanya Han Han dengan suara mengejek.
Hiat Tiok Sian Jin merasakan dadanya seperti mau meledak.
Baru pertama kali inilah dia menerima hinaan dari seorang jago muda, karena biasaaya, setiap jago-jago silat di daratan Tiong-goan, umumnya jeri sekali terhadap diri kakek ini.
Dengan tubuh gemetar menahan perasaan gusarnya, Hiat Tiok Sian Jin menghampiri selangkah demi selangkah kepada Han Han, matanya memancarkan nafsu akan membunuh dan mukanya sangat menyeramkan. Bengis.
Han Han cepat-cepat bersiap-siaga dan berwaspada dari segala sesuatu kemungkinan.
Dia bersiap-siap dari segala kemungkinan, karena si-kakek terlalu sering melagukan gerakan yang tiba-tiba dan bisa membahayakan dirinya.
Maka dari itu, Han Han memasang matanya benar-benar melihat segala tingkah laku si kakek.
Napas Hiat Tiok Sian Jin memburu, mukanya merah padam, tangannya agak menggigil seperti orang yang terserang hawa udara dingin, sebab dia menahan marah dan sedang mengerahkan tenaga dalamnya.
Tiba-tiba, dikala dia telah melangkah semakin dekat dengan Han Han dan jarak mereka hanya tertinggal beberapa langkah saja, Hiat Tiok Sian Jin mengeluarkan bentakan yang nyaring, dia juga melompat tinggi, kemudian waktu tubuhnya menukik turun, kedua tangannya bekerja cepat, menyeraag batok kepala Han Han.
Gerakan kakek itu cepat dan bertenaga, seperti juga seekor garuda yang sedang mengincer mangsanya.
Han Han terkejut juga meayaksikan kehebatan tenaga yang digunakan oleh kakek yang bergelar Hiat Tiok Sian Jin ini, dia menarik napasnya dalam, mengumpulkan di Tan-tian, kemudian disalurkan dikedua lengannya, yang lalu dipakai menangkis kedua serangan Hiat Tiok Sian Jin.
Kedua tangan mereka jadi saling bentur dengan beruntun dan mengeluarkan suara yang berisik.
Hebat dari benturan itu !
Tampak Han Han terpental deagan mengeluarkan seruan tertahan dan kaget.
Begitu juga dengan Hiat Tiok Sian Jin !
Dia lebih hebat lagi. Karena tubuhnya sedang melambung ke udara maka dia tidak bisa mempunyai pegangan, di kala tubuhnya terdesak ke belakang, dia jadi terpental dan terapung dengan kecepatan yang luar biasa.
Namun sebagai seorang jago yang kosen dan mempunyai kepandaian yang tinggi sekali, dengan hanya bergulingan beberapa kali di udara, berpoksay, maka dia bisa jatuh di tanah dengan kedua kakinya terlebih dahulu !
Itulah kehebatan Hiat Tiok Sian Jin !
Dan Han Han sendiri, dia juga bergulingan di tanah beberapa kali, sehingga bajunya jadi kotor, namun dengan jalan begitu dia bisa membuang diri dan menyelamatkan diriaya dari gencetan dua tenaga raksasa yaag tadi terbentur. Waktu berdiri kembali, Han Han menggunakan jurus Ikan Lee ie meletik, dan dengan lincah serta gesit sekali, dia telah berdiri lagi !
Kedua lawan jadi saling berdiri berhadap-hadapan lagi dengan penuh kewaspadaan.
Kalau Hiat Tiok Sian Jin mempunyai wajah yang seram, bengis dan menakutkan, adalah Han Han mempnayai wajah yaag cakap dan penuh kewaspadaan.
Kedua lawan saling maju selangkah demi selangkah dengan penuh ketegangan.
Sedikit lengah, berarti jiwa mereka melayang dan menghadap raja akherat !
Wong Tie Hian yang menyaksikan hal tersebut jadi berdebar keras hatinya.
Kalau dia terjun kegelanggang membantu Han Han menghadapi seruling haus darah itu, berarti dia mengundang orang-orang Pek Bwee Kauw untuk mengepungnya.
Tetapi nntuk berdiam diri saja terang Wong Tie Hian tidak bisa, apa lagi dilihatnya Hiat Tiok Sian Jin telah mulai menggunakan seruling mautnya, yang digoyang-goyangkan kekiri dan kekanan.
Seruling itu yang ditakuti oleh jago-jago di rimba persilatan !
Itulah sebabnya seruling itu diberi nama Seruling Haus Darah, karena setiap seruling itu bergerak menyerang lawan, pasti selalu lawannya akan binasa atau sedikitnya luka berat !
Sekarang Hiat Tiok Sian Jin telah menggunakan serulingnya itu untuk menempur Han Han, dan ini berarti bahwa Han Han akan menghadapi bahaya yang besar.
Hati Wong Tie Hian jadi tambah berdebar, dia mengawasi dengan mata tak berkedip.
Kegelisahan meliputi diri jago tua she Wong tersebut, dia menguatirkan keselamatan diri Han Han.
Kalau sampai terjadi sesuatu di diri pemuda she Han itu, dia tentu yang tidak akan enak hati.
Pada saat itu, Thio See Ciang sendiri sedang mengawasi jalannya pertempuran dengan bermacam-macam akal memenuhi benaknya.
Dia sedang memikirkan cara untuk mengadu Han Han dan Hiat Tiok Sian Jin
Rfimnai kedua?nya terbinasa, dan dengan sen? dirinya dia akan ringan menghadapi Wong Tie Hian, sebab dengan hilangnya pembantu yang selalu diandalkan oleh Wong Tie Hian itu, jaso tua she Wong tersebut pasti akaa bertekuk larut padanya, berarti itu kemena?ngan untuk dirinya?
Maka dari itu, jalannya pertempuran tak pernah terlepas dari mata Thio See Ciang.
Orang she Thio yang menjadi kauw-coe dari Pek Bwee Kauw tersebut juga melihat bahwa Han Han dan Hiat Tiok Sian Jin mempunyai kepandaian yang hampir berimbang, hanya si-kakek Seruling Haus Darah menang setingkat, dan itu pun disebabkan usia Han Han terpaut jauh kalau dibandingkan dengan kakek tua yang bergelar Hiat Tiok Sian Jin, dengan sendirinya Han Han kurang latihan dan kurang pengalaman.
Han Han dan Hiat Tiok Sian Jin pada saat itu telah saling berhadap-hadapan lagi.
Mata mereka tidak berkedip memandang lawan masing-masing untuk bersiap-siap saling tempur lagi.
Han Han sendiri agak kewalahan.
Tadi dia merasakan bahwa tenaga Lwee-kangnya masih kalah satu tingkat kalau dibandingkan dengan Hiat Tiok Sian Jin tadi dia dapat mengimbanginya hanyalah disebabkan dia menggunakan tipu meminjam tenaga memukul lawan.
Coba waktu Hiat Tiok Sian Jin tadi menyerang dan Han Han menangkis dengan jalan kekerasan, pasti anak muda itu akan terluka di dalam.
Atau setidak-tidaknya dia akan memuntahkan darah merah yang segar !
Maka dari itu, selanjutaya Han Han memikirkan cara untuk merobohkan jago tua yang kosen luar biasa itu.
Dia menghindarkan diri dari ada kekerasan, karena biar bagaimana Han Han tahu, dirinya tidak akan dapat mengatasi tenaga Lwee-kang si-kakek.
Dari itu, dia mencari jalan lembek untuk merobohkau kakek tersebut.
Hiat Tiok Sian Jin juga tadinya tidak menduga bahwa Han Han mempunyai kepandaian yang mengejutkan dirinya ! Sedikitpun dia tidak menduganya bahwa si bocah kecil yang tadinya dianggap masih bau pupuk, ternyata bisa menandingi dirinya !
Mata Hiat Tiok Sian Jin berkilat-kilat waktu dia memandang Han Han.
"Apakah, kau tetap tidak mau menyebutkan nama gurumu, bocah?" bentak si-kakek.
Han Han tertawa dingin. "Kau tidak mempunyai harga mengetahui siapa guruku!" menyahuti Han Han dengan tawar, dia sengaja bersikap angkuh begitu untuk memancing kegusaran si-kakek.
Kalau memang si-kakek murka, dengan kegusaran yang meluap-luap, Han Han lebih mudah merebut kemenangan.
Sebab biasaaya kalau orang sedang marah atau gusar, tentu berpikirnya tidak sesempurna orang yang tenang.
Dengan sendirinya, akan mudah di jatuhkan, dirobohkan dan dipecundanginya.
Han Han mau mengambil dari segi itu, dan dengan kelembekan itu, dia akan merobohikan kakek yang bergelar Seruling Haus Darah, yang sangat ditakuti oleh orang-orang dunia persilatan !
Melihat Han Han masih tidak membuka serangan, Hiat Tiok Sian Jin menduga Si-anak muda she Han ini jeri kepadanya.
Dia memutar serulingnya semakin cepat, dan suatu ketika dengan mengeluarkan suatu teriakan yang nyaring, dia melompat dengan kegesitan yang luar biasa.
Serulingnya mengincar jalan darah Pa-Lie Hiatnya Han Han, dan kalau sampai jalan darah Pa Lie Hiatnya Han Han yang terletak di dekat dada itu kena tertotok telak oleh serulingnya Hiat Tiok Sian Jin, pasti napas anak muda she Han ita akan terhenti, dia akan menjadi binasa penasaran, sebab pernapasannya akan berhenti mendadak !
Han Han melihat ketelengasan dari lawan yang menyerang dengan jurus yang mematikan itu, hatinya jadi mendongkol.
"Hmmm ..... kau selalu menyerang dengan menggunakan serangan-serangan yang mematikan, pada hal di antara kita tak ada permusuhan apapun !" pikir Han Han dengan penuh kemendongkolan. "Baiklah ..... aku juga tidak akan berlaku sungkan-sungkan lagi kepadamu! "
Dan setelah berpikir begitu, maka dengan cepat Han Han mengerahkan tenaga dalamnya.
Dia menunggu sampai ujung seruling Hiat Tiok Sian-jin itu hampir mengenai kulitnya, dia berkelit dengan kegesitan yang luar biasa,
Juga sambit berkelit Han Han tidak tinggal diam, dia bukan hanya berkelit saja, jari telunjuk tangan kanannya menyentil seruling itu,
"Takkk !" terdengar suara sentilan itu menyentuh seruling kayu si kakek.
Tampak seruling milik Hiat Tiok Sian Jin patah tiga dan jatuh ke tanah.
Hal ini mengejutkan Hiat Tiok Sian Jin dia sampai mengeluarkan seruan terperanjat dan cepat-cepat melompat ke belakang dengan wajah yang berubah pucat.
Han telah berdiri tegak. "Hmm ..... hanya sebegitu saja kepandaianmu ! " tegur Han Han mengejek. "Tidak berarti banyak bagiku !"
Wajah Hiat Tiok Sian Jin yang telah pucat itu berubah jadi merah padam, tubuhnya gemetar menahan perasaan gusarnya!
"Bocah setan !" bentaknya dengan suara gemetar. "Kau ..... kau telah merusak seruling pusakaku ! Hmmm ..... biarpun kau lari keujung dunia, tetap kau harus mampus di tanganku !"
Dan setelah berkata begitu, dengan kalap Hiat Tiok Sian Jin menyerang Han Han dengan menggunakan beberapa jurus berangkai dan mematikan.
Han Han mendengus mengejek, cepat-cepat dia merobah kedudukan kakinya, sehingga dia dapat mengelakkan serangan-serangan Hiat Tiok Sian Jin dengan mudah.
Tetapi karena sedang kalap dan gusar, maka Hiat Tiok Sian Jin telah mengerahkan seluruh kepandaiannya mendesak terus kepada Han Han menggunakan serangan-serangan yang berbahaya sekali, maka lama kelamaan Han Han jadi kewalahan dan sibuk mengelaki atau menangkis saja setiap serangan lawan .....dia seperti juga jadi hanya membela diri belaka .....!


Seruling Haus Darah Hiat Tiok Sian Jin Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
WONG TIE HIAN yang memang sejak tadi sudah gelisah, sekarang waktu melihat Han Han terdesak hebat, jadi tambah gelisah sekali.
Lebih-lebih waktu melihat Hiat Tiok Sian Jin menyerang dengan tangan kanannya dan dapat ditangkis oleh Han Han, namun sedang si pemuda she Han repot menangkis serangan Hiat Tiok Sian Jin itu, tangan dari Seruling Haus Darah itu telah meluncur akan mencengkeram dada Han Han.
Ini benar-benar mengejutkan Wong Tie Hian dia bukan bUaya mengeluarkan seman terta?han, tetapi juga telah menjejakan kaki-nya serta tububnya mencelat dengan cepat kearah si Seruling Haus Darah itu.
Dia bermaksud akan membantui Han Han menghadapi kakek yang ganas itu.
Namun, di kala tubuh Wong Tie Hian sedang mengapung di udara, tiba-tiba sesosok tubuh lainnya memapakinya.
Wong Tie Hian terkejut, karena orang itu muncul begitu tiba-tiba dan di luar dugaannya, apa lagi tubuh jago tua she Wong itu sedang mengapung di udara, maka dia jadi lebih terperanjat waktu orang yang mendadak muncul memapakinya itu menyerang ke-arah batok kepalanya !
Cepat-cepat Wong Tie Hiau mengempos semangatnya, dia mengangkat tangannya, dan 'dukkk !' terdengar suara benturan tangan yang keras.
Tubuh Wong Tie Hian dan orang itu roboh di tanah.
Tetapi Wong Tie Hian kosen, dia dapat berpoksay di udara. sehingga dia tidak sampai jatuh terbanting.
Begitu juga orang itu, yang telah merintangi maksud dari Wong Tie Hian.
Waktu jago tua she Wong itu telah dapat berdiri tetap, maka dia dapat melihatnya, bahwa orang yang berusaha menghalangi dirinya itu ternyata adalah Thio See Ciang, itu Kauw-coe dari Pek Bwee Kauw yaag menjadi musuh besaraya .....!
Betapa gusarnya Wong Tie Hian, tubuhnya sampai menggigil menahan perasaan gusarnya itu.
"Kau ..... kau ..... " katanya terputus-putus sambil mendelik kepada See Ciang.
Si Kauw-coe Pok Bwee Kauw tertawa sabar.
"Wong Toako, biarkanlah mereka itu bertempur dengan jajur, tidak perlu kita mencampurinya ! " kata Thio See Ciang dengan suara setengah menegur. "Tak baik kalau kita main keroyok, karena itu akan membawa akibat yang tidak baik bagi kita sendiri juga !"
Wajah Wong Tie Hian jadi berubah merah padam, dia bergusar tanpa daya.
Dia melirik memandang kearah gelanggang pertempuran lagi.
Dilihatuya Han Han dan Hiat Tiok Sian Jin sedang bertempur dengan masing-masing mengerahkan kepandaian mereka. Tak ada seorangpun di antara mereka mau mengalah.
Rupanya mereka sedang mengerahkan seluruh kepandaian dan tenaga mereka itu untuk mengadu jiwa, demi menentukan siapa yang akan keluar sebagai pemenaug pada akhirnya !
Namun, sebagai seorang jago silat yang telah kawakan, maka sekali pandang saja, Wong Tie Hian segera juga mengetahui bahwa Han Han terdesak di bawah angin, dan dia terdesak sekali, agak kewalahan.
Menyaksikan itu, Wong Tie Hian jadi tambah gelisah lagi.
Entah berapa kali dia melirik kearah Thio See Ciang, dia mengharap-harap orang she Thio yang menjadi Kauw-coe dari Pek Bwee Kauw itu lengah, dan dia akan bisa menggunakan kesempatan untuk membantu Han Han mengepung si Seruling Haus darah !
Tetapi Thio See Ciang ternyata licik sekali.
Thio See Ciang bukan saja kepandainnya juga kosen, pun otaknya licin sekali, cerdas luar biasa.
Pandangan matanya tidak pernah terlepas dari Wong Tie Hian, dan setiap kali orang she Wong itu melirik padanya, maka Thio See Ciang selalu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Hal ini menambah kemendongkolan Wong Tie Hian, si jago tua she Wong jadi gusar dan mendongkol. Namun Wong Tie Hian bergusar atau mendongkol tanpa daya, karena dia memaklumi dan menyadarinya bahwa kepandaiannya masih berada di bawah Han Han, dan dengan sendirinya dengan terjunnya dia ke dalam gelanggang pertempuran mungkin hanya akan menambah kerepotan Han Han untuk melindungi dirinya.
Maka dari itu, dari bersangsi, akhirnya Wong Tie Hian jadi mengambil kepatusan yang tetap.
Dia jadi tenang kembali. Dia telah mengambil keputusan tidak akan turun kegelanggang pertempuran dulu, dia hanya akan meayaksikan dulu bagaimana perkembangan selanjutnya.
Kalau memang Han Han benar-benar mengalami cidera, mau tak mau dia akan mengadu jiwa demi membela Han Han.
Maka dari itu, dengan tenangnya pikiran jago tua itu, dia bisa memandang dan mengikuti jalannya pertempuran dengan baik sekali.
Adalah Han Han yang repot sekali setiap kali mengelakkan setiap serangan Hiat Tiok Sian Jin.
Setiap serangan dari si Seruling Haus Darah itu sangat berbahaya sekali, mematikan dan bisa membahayakan jiwa.
Sekali saja terserang, pasti Han Han akan terbinasakan di saat itu juga !
Harus diketahui, selain tenaga Lwee-kang Hiat Tiok Sian Jin sangat sempurna, pun setiap jurus serangannya itu selalu mengincar tempat-empat yang berbahaya, pula selalu mengiucar jalan darah yang mematikan !
Maka dari itu, Han Han tidak bisa memandang enteng atau membuat main begitu saja !
Mau atau tidak dia juga harus mengerahkan tenaga dalamnya untuk menangkis atau mengelakkan setiap serangan dari Hiat Tiok Sian Jin.
Adalah si-kakek yaag bergelar si Seruling Haus Darah itu, dia juga dicengkeram oleh kebimbangan dan kegelisahan.
Entah sudah berapa ratus jurus dilewatkan, tetapi tetap saja dia tidak bisa merobohkan Han Han dan tidak bisa merebut kemenangan dari pertempuran itu !
Inilah luar biasa sekali !
Di dalam sejarah hidupnya, Hiat Tiok Sian Jin baru kali ini mengalami hal serupa ini!
Biasaaya tidak pernah lebih dari seratus jurus, pasti lawannya akan dapat dirobohkannya !
Tetapi sekarang, setelah lewat empat ratus jurus lebih, dia masih tidak dapat merobohkan Han Han!
Malah yang lebih hebat lagi, yang membuatnya jadi malu pada dirinya, malu berbareng gusar dan mendongkol, Han Han hanyalah merupakan seorang bocah bau pupuk di dalam pandangan matanya.
Semakin dipikir, semakin mendongkol saja Hiat Tiok Staa Jia dan darahnya juga semakin bergolak.
Maka dari itu, serangan-serangannya jadi semakin hebat dan semakin kuat.
Dia telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Yang repot dan keripuhan adalah Han Han, dia jadi gugup menerima serangan-serangan yang mematikan dan sangat hebat dari si Seruling Haus Darah ita.
Pernah, Han Han pada suatu kali harus bergulingan di tanah, demi menghindarkan tendangan berantai dari si iblis tua Seruling Haus Darah tersebut.
Namun, belum lagi Han Han bangun berdiri, Hiat Tiok Sian Jin telah mengejarnya, telah menyerangnya lagi dengan hebat!
Wong Tie Hian melihat itu, dia menjerit kaget dan akan melompat maju.
Tetapi tiba-tiba dia teringat kepada Thio See Ciang.
Waktu dia menoleh kepada Kauw coe Pek Bwee Kauw itu, maka dilihatnya See Ciang sedang mengawasi dirinya sambil tersenyum penuh arti.
Dengaa sendirinya Wong Tie Hian mengerti maksud dari senyum orang she Thio itu.
Kalau memang Tie Hian menyerang maju untuk membela Han Han, terang hal itu akan dihalang-halangi oleh Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu.
Maka, alangkah gusarnya Tie Hian.
Tetapi, waktu dia akan berlaku nekad untuk menerjang maju juga, dia melihat Han Han telah berhasil mengelakkan serangan-serangan Hiat Tiok Sian Jin yang terakhir, malah anak muda she Han itu telah dapat berdiri lagi dan saling bertempur dengan hebat dengan si-kakek Seruling Haus Darah !
Wong Tie Hian menarik napas lega.
Dia jadi membatalkan maksudnya akan membantui si-anak muda she Han itu.
Dengan sendirinya Tie Hian jadi berdiri menjublek menyaksikan pertempuran antara Hiat Tiok Sian Jin dengan Han Han yang semakin lama jadi semakin hebat !
Kedua beiak pihak belum ada yang kalah hanya baru tampak Han Han agak terdesak.
Tetapi itupun bukan berarti bahwa Han Han akan terjatuh di dalam tangan Hiat Tiok Sian Jin, karena di dalam pertempuran itu juga, Hiat Tiok Sian Jin sendiri jadi kewalahan dan was-was akan kalah atau dirobohkan oleh Han Han !
Maka dari itu, tidak pernah Hiat Tiok Sian Jin memberikan kesempatan kepada Han Han untuk bernapas.
Dia selain meIancarkan serangan berangkai, yang menyebabkan Han Han harus mengerahkan tenagaaya menangkis atau mau kelit setiap serangan orang.
Tetapi, dengan berbuat begitu, sebetulnya Hiat Tiok Sian Jin telah melakukan suatu kesalahan, suatu kesalahan yang tidak bisa disebut kecil!
Mengapa ?! Karena dengan menyerang secara bernafsu dan secara berangkai terus menerus, itu memakan banyak tenaganya, apa lagi usia Hiat Tiok Sian Jin sudah agak lanjut, maka dari itu, tidak heran, semakin lama semangatnya semakin berkurang, dan juga napasnya telah memburu hebat !
Hal itu disadari oleh Hiat Tiok Sian Jin setelah kasip dan terlambat.
Berbeda dengan Han Han. Semakin bertempur semangatnya jadi semakin terbangun dan keletihan jadi lenyap pada dirinya.
Dia adalah seorang anak muda, yang sedang mempunyai tenaga kuat dan semangat yang luar biasa.
Maka dari itu, semakin lama semakin tampak, bahwa Hiat Tiok Sian Jin berbalik jadi terdesak oleh Han Han.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) JILID XIV SEMUA orang yang berada disitu memandang dengan mata tak berkedip kearah pertempuran yang seru luar biasa.
Lebih-lebih Wong Tie Hian dan Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu, yaitu Thio See Ciang.
Tampak In In juga memandang dengan penuh kekuatiran, biar bagaimana dia menguatirkan keselamatan diri Han Han.
Pertempuran antara Han Han dengan si kakek Hiat Tiok Sian-jin semakin lama jadi semakin hebat, luar biasa sekali cara bertempur mereka, sehingga setiap jurus yang dikeluarkan oleh kedua orang itu adalah jurus-jurus yang mematikan, angin serangan dari kedua jago yang sedang bertempur itu menderu-deru dengan hebat, angin dari setiap serangan itu menerbangkan debu di sekitar mereka.
Hiat Tiok Sian-jin sedikit juga tidak menduga bahwa hari ini dia bisa menemui seorang jago yang dapat menandingi kepandaiannya.
Malah yang luar biasa sekali, Han Han masih berusia muda sekali. Itulah yang membingungkan Hiat Tiok Sian-jin.
Semakin bertempur Hiat Tiok Sian-jin merasakan bahwa dirinya semakin terdesak, malah Han Han tampak lebih bersemangat dan perlahan-lahan berada di atas angin !
Inilah hebat! Kalau sampai dirinya kena dirobohkan oleh Han Han, si bocah yang masih ingusan menurut anggapan Hiat Tiok Sian-jin, maka nama besar Hiat Tiok Sian-jin yang telan terkenal dan disegani oleh jago-jago di dalam kalangan Kang-ouw, akan punah hancur berantakan, dan berarti juga bahwa dirinya tidak akan bisa menancapkan kakinya di daratan Tionggoan kembali.
Maka dari itu dengan penuh kemendongkolan Hiat Tiok Sian-jin melancarkan serangan-serangan yang lebih hebat lagi, yang mematikan.
Semakin lama bertempur, Han Han jadi tambah kosen dan bersemangat. Anak muda ini juga semakin bisa mengendalikan kegugupannya, dia jadi lebih tenang, dan bisa melihat dimana kelemahan-kelemahan diri kakek yang bergelar Seruling Haus Darah ini .....!
Han Han juga bukan hanya menangkis setiap serangan dari Hiat Tiok Sian-jin, diapun selalu melancarkan serangan-serangan yang membikin Hiat Tiok Sian-jin jadi kewalahan.
Saking sengitnya Hiat Tiok Sian-jin menghadapi setiap serangan Han Han yang membuat jadi terdesak begitu macam, dia jadi mengeluarkan teriakan-teriakan yang keras gemuruh sekali, menyatakan kemendongkolan dan kegusaran hatinya.
Juga Hiat Tiok Sian-jin bukan hanya berteriak-teriak begitu saja, dia melancarkan pula serangan yang nekad, seperti juga akan mengadu jiwa dengan pemuda she Han tersebut.
Han Han terkejut juga melihat kenekadan kakek itu.
Kalau memang dia melayani kenekadan si kakek, maka dia seperti juga akan binasa berdua, dan hal itu tak diingini oleh si pemuda,
Tetapi, disebabkan Han Han masih memikirkan keselamatan untuk mereka berdua, maka dia selalu melancarkan serangan menangkis atau mengelakkan serangan si kakek menyebabkan Han Han jadi bertempur sambil main mundur.
Melihat halnya si pemuda she Han itu, Wong Tie Hian jadi berkuatir benar.
Dan berbeda dengan Thio See Ciang, dia malah tersenyum waktu manyaksikah Han Han agak terdesak lagi.
Han Han sendiri sambil bertempur sambil memutar otak untuk mencari jalan keluar yang sebaik-baiknya.
Ketika Hiat Tiok Sian-jin sedang melancarkan serangan 'Pat Pie Tiang Wie ' pada dirinya, dengan gerakan kedua tangan seperti akan mencengkeram kepala Han Han, juga kaki kirinya menyepak ke arah selangkangan paha Han Han, anak muda she Han itu cepat-cepat memutar tububnya setengah lingkaran, kemudian menggeser kaki kanannya, sehingga tubuhnya jadi doyong keselatan dan dengan begitu cengkeraman kedua tangan si kakek dari seruling Haus Darah itu dapat dielakkannya.
Tendangan Hiat Tiok Sian-jin juga dielakkan dengan jalan menyampok keras sekali oleh tangan kanannya Han Han, menyebabkan bentrokan yang keras.
"Dukkk!" terdengar kaki Hiat Tiok Sian-jin dan tangan Han Han ierbentur keras.
Tampak keduanya jadi terhuyung mundur.
Rupanya benturan dari kaki dan tangan mereka tadi begitu hebat, sebab kedua-duanya sedang mengerahkan tenaga raksasa yang terbentur itu menimbulkan suara yang keras sekali.
Han Han dengan cepat telah dapat menguasai dirinya dan berdiri tetap kembali.
Tetapi keadaan Hiat Tiok Sian-jin agak berbeda dengan Han Han.
Tadi begitu kakinya kena ditangkis oleh tangan Han Han, dia merasakan kakinya begitu sakit, dan waktu dia terhuyung, hampir saja dia roboh terguling, sebab kakinya dirasakan begitu nyeri dan sakit sekali.
Untung saja dia sebagai seorang jago yang kosen sekali mempunyai kepandaian yang tinggi, sehingga setelah terhuyung-huyung beberapa langkah, dia bisa menguasai dirinya, dan berdiri lagi dengan tubuh yang agak doyong ke belakang.
Dengan meringis menahan rasa sakit di kakinya, kakek itu mendelik ke arah Han Han.
Tadi Hiat Tiok Sian-jin kaget berbareng sakit, sehingga dia jadi seperti kesima sesaat lamanya.
Han Han sendiri telah mendengus.
"Kau kakek tua renta, lebih baik menggelinding dari tempat ini sebelum kukirim ke neraka !" Kata Han Han dengan suara yang dingin sekali;
Kakek Hiat Tiok Sian-jin jadi semakin gusar.
"Bocah busuk ! Ternyata kau terlalu kepala besar!" katanya dengan bengis. "Jangan kau bergirang dulu karena selalu dapat mengelakkan setiap seranganku ! Nah, sekarang kau terimalah kematianmu!" Membarengi dengan habisnya perkataan si kakek, Hiat Tiok Sian-jin telah menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya mencelat ke arah Han Han, tangannya bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, dan selagi tubuhnya melambung begitu, kedua kakinya tertekuk, sehingga sambaran tubuhnia ke arah Han Han menyerupai sambaran seekor rajawali besar yang sedang menerjang mangsanya.
Angin serangan dari si kakek juga dapat dirasakan oleh Han Han, walaupun serangannya itu masih belum sampai pada sasarannya, Angin serangannya Hiat Tiok Sian-jin itu pedas dan kuat sekali.
Cepat-cepat Han Han memasang kuda-kuda yang kuat dengan mengarahkan tenaga Lwee-kang-nya yang murni kepada kedua lengannya dan pada kedua kakinya, sehingga tubuhnya jadi berdiri tegak bagaikan tonggak yang kuat sekali.
Kemudian dengan mengeluarkan seruan yang keras, Han Han mengangkat kedua tangannya secara mendadak, disaat itu serangan Hiat Tiok Sian-jin telah tiba.
Kedua pasang tangan itu jadi bentrok dengan hebat.
Tubuh Han Han terpental sampai membentur pohon, dan pohon itu roboh terbentur oleh tubuh si anak muda
Tetapi Han Han tidak mengalami cidera apa-apa, karena sebelumnya dia memang telah bersiap-siap, telah mengerahkan tenaga murninya keseluruh tubuhnya, yang menyebabkan punggungnya kebal waktu menubruk batang pohon.
Namun berbeda sekali keadaan Hiat Tiok Sian-jin.
Tadi begitu kedua tangannya kena ditangkis oleh Han Han, Hiat Tiok Sian-jin me-rasakan kedua, tangannya itu seperti juga menghajar tembok baja yang kuat sekali.
Juga Hiat Tiok Sian-jin merasakan semacam tenaga panas mengalir menerobos ke dalam tangannya, kemudian menjalar dengan kuatnya ke dada, sehingga tanpa disadari oleh Hiat Tiok Sian-jin, dia menjerit tertahan, tubuhnya terpental, ambruk ke tanah dengan wajah yang pucat pias!
Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi mengeluarkan seruan tertahan.
Hiat Tiok Sian-jin adalah seorang jago kawakan yang kosen luar biasa, yang telah, merobohkan beratus-ratus jago lihai di rimba persilatan. Tetapi sekarang dia bisa dirobohkan oleh seorang pemuda yang belum mempunyai nama !
Inilah hebat akibatnya bagi Hiat Tiok Sian-jin
Selain dia menderita malu pada saat itu juga, karena dia dapat dirobohkan oleh Han Han di bawah pandangan beratus-ratus orang Pek Bwee Kauw dan Wong Tie Hian pula Hiat Tiok Sian jin akan runtuh nama besarnya .....!
Dengan sengit dan wajah yang masih pucat, Hiat Tiok Sian-jin akan melompat berdiri.
Belum lagi dia dapat berdiri dengan tetap dan tubuhnya masih bergoyang-goyang, Han Han telah melompat dan mengulurkan tangannya menotok jalan darah Cie-ma-hiatnya si kakek.
Hebat totokan Han Han itu.
Hiat Tiok Sian-jin tidak sempat untuk mengelakkan, dia hanya kaget waktu jalan darahnya itu kena ditotok oleh si pemuda, dan Hiat Tiok Sian-jin hanya bisa mengeluarkan seruan tertahan, kemudian tubuhnya terguling lagi tubuhnyapun kaku dalam keadaan tertotok!
Semua orang yang menyaksikan itu juga mengeluarkan seruan kaget.
Hanya Wong Tie Hian yang berjingkrak girang.
Han Han berdiri bengis di sisi si kakek Seruling Haus Darah itu.
"Hmm kakek tua .....tadi sudah kukatakan, lebih baik sebelum mengalami cidera kau cepat-cepat menggelinding dari tempat ini, namun kau benar-benar tidak tahu selatan, kau berkeras ingin menempur dan membinasakan aku! Maka, sekarang jangan harap kau bisa hidup terus ! Kau adaiah seorang kakek jahat yang harus diienyapkan dari permukaan bumi ini !"
Mata Han Han tajam sekali mengawasi Hiat Tiok Sian jin.
Dilihatnya wajah kakek itu pucat sekali, berobah merah, kemudian berobah pucat kembali.
Rupanya si kakek malu berbareng murka, karena dirinya sampai dirobohkan oleh Han Han.
Tetapi untuk memaki dia tidak bisa, mulutnya kejang, dan begitu juga tubuhnya yang kaku tertotok, sehingga dia tidak bisa bergerak,
Hiat Tiok Sian-jin berusaha mengerahkan tenaga Lwee-kangnya untuk membuka jalan darahnya.
Tetapi walaupun dia telah mengerahkan sembilan bagian tenaga Lwee-kangnya untuk membuka totokan Han Han itu, tetap saja dia tidak berhasil.
Han Han melihat lagak orang, dia mendengus dengan suara yang dingin sekali.
"Hmmm .....kakek kepala besar !" bentak pemuda itu. "Bukalah totokanku itu Kalau memang kau mempunyai kemampuan untuk membukanya !" ejek Han Han.
Wajah Hiat Tiok Sian-jin tampak berobah dari pucat menjadi merah, kemudian berobah menjadi hijau. kemudian berobah kembali menjadi pucat.
Matanya juga tampak melotot besar, rupanya dia sangat murka berbareng penasaran sekali.
Melihat keadaan si kakek, kembali Han Han mendengus dengan suara mengejek.
"Hmm ..... dengan robohnya kau ini, sebetulnya aku harus menghajar kau sampai binasa! Tetapi mengingat kau memang seorang jago yang cukup kosen, maka tentunya dengan dirobohkan secara begini, kau penasaran sekali ....." kata Han Han dengan suara yang tawar. "Baiklah ! Aku akan memberikan kepadamu sekali lagi kesempatan kepadamu melawanku ! Aku akan membuka totokan itu ! Mari kita bertempur lagi secara jantan !"
Mendengar perkataan Han Han, Wong Tie Hian jadi kaget sekali, dia sampai berjingkrak menghampiri Han Han.
"Han Lao-tee ?---!" suaranya penuh kekuatiran.
Han Han mengetahui bahwa Wong Tie Hian menguatirkan keselamatan dirinya, maka dia jadi berterima kasih kepada jago tua she Wong itu. Han Han juga mengetahui bahwa Wong Tie Hian tidak menyetujui bahwa dirinya akan membebaskan si kakek dan mereka bertempur kembali, dan Han Han mengetahui keinginan Wong Tie Hian, yaitu membunuh si kakek dengan menggunakan saat si kakek sedang tak berdaya itu, karena si kakek benar-benar berbahaya sekali.
Tetapi sebagai seorang pemuda yang berjiwa besar, dan jantan sekali, Han Han tidak mau melakukan perbuatan semacam itu, yang mungkin akan dikatakan sangat rendah sekali oleh jago-jago rimba petsilatan, membunuh orang dalam keadaan tak berdaya seperti Hiat Tiok Sian-jin itu.
Dengan teisenyum Han Han berkata: "Biarlah Wong Loo-cianpwee ..... biarkanlah kakek itu memperoleh kepuasannya dalam menghadapi kematiannya, kalau tidak dia tentu akan menjadi setan penasaran !" dan setelah berkata begitu Han Han tertawa agak keras, tertawa mengejek.
Hiat Tiok Sian-jin jadi tambah gusar, dia murka bukan main.
Tetapi Hiat Tiok Sian-jin murka tanpa daya, karena tubuhnya masih kejang dan totokan Han Han masih belum lagi dibuka oleh anak muda itu.
Wong Tie Hian tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa mengangguk sambil berkata: "Hati-hatilah Lao-tee.....dia seorang kakek yang jahat dan kejam sekali !"
Han Han mengangguk. "Akan kuhadapi dengan penuh ketabahan, percayalah Wong Loo-cianpwee, dia tidak mungkin bisa menghadapi Chit cie-kun ciptaanku !" kata Han Han tersenyum.
Wong Tie Hian kembali kepinggir gelangHang.
Han Han melirik kearah In .In.
Tampak nona Thio itu juga sedang menatap dia dengan pandangan kuatir sekali, mungkin nona Thio menguatirkan keselamatan jiwa anak muda itu.
Waktu mata mereka saling bentrok, maka Han Han menunduk, sedangkan nona Thio telah melengos memandang kearan lainnya,
Han Han kemudian menghampiri Hiat Tiok San-jin. Diambilnya sebutir batu, kemudian dengan menyentil menggunakan kedua jari tangannya, Han Han telah menimpukkan batu kecil itu pada jalan darah Hiat Tiok Sian-jin.
Batu itu meluncur dan tepat menghajar jalan darah Hiat Tiok Sian-jin yang tertotok.
Begitu terbuka totokannya, Hiat Tiok Sian-jin melompat bangun dengan murka.
Tetapi, waktu kakinya menginjak tanah, dia roboh lagi ke tanah.
Melihat lagak orang, Han Han tertawa.
"Uruti dulu jalan darahmu yang tadi tertotok, karena darah itu belum berjalan lancar !" Han Han memperingatinya.
Tetapi Hiat Tiok Sian-jin menganggap bahwa perkataan anak muda tersebut adalah ejekan.
Namun, kalau memang dia tidak menguruti, jelas dia tidak bisa memperoleh kesegarannya cepat-cepat.
Maka dari itu, biarpun dia gusar sekali, dan juga biar dia merasa malu, toch dia menguruti juga jalan darahnya yang baru terbuka itu.
Sedang si kakek menguruti jalan darahnya itu, agar aliran darahnya lancar kembali, Thio See Ciang jadi memandang dengan penuh kebimbangan.Kalau memang si kakek Hiat Tiok Sian-jin ini yang sudah terkenal akan kekosenan dan kekejamannya dapat dikalahkan oleh Han Han, maka bisa dibayangkan betapa tingginya kepandaian anak muda itu.
Thio See Ciang dengan sendirinya jadi jeri juga melihat kehebatan dari kepandaian Han Han.
Kalau sampai Hiat Tiok Sian-jin kena dirobohkan, jelas sekali Thio See Ciang bukan menjadi tandingan Han Han lagi, dan bisa-bisa nanti pihak Pek Bwee Kauw akan disapu bersih oleh Han Han.
Maka dari itu, biarpun Thio See Ciang hanya berdiam diri mengawasi kakek itu menguruti jalan darahnya itu, tokh hatinya terus tergoncang serta otaknya berputar untuk mencari jalan keluar guna nantinya merobohkan Han Han .serta Wong Tie Hian. Kalau memang bisa, Thio See Ciang malah bermaksud akan membunuh Han Han dan Wong Tie Hian.
Sedangkan Han Han pada saat itu sedang memandang Hiat Tiok Sian-jin dengan mata terpentang lebar dan penuh kewaspadaan, karena dia ingin menjaga segala kemungkinan yang terjadi, sebab Han Han jeri juga pada si kakek, takut Hiat Tiok Sian-jin menggunakan tipudaya liciknya.
Maka dari itu, dia berlaku hati-hati.
Benar saja dugaan Han Han, sedang semua orang memandang dengan tegang kearah mereka, tiba-tiba Hiat Tiok Sian-jin mengeluarkan suara dengusan, kedua tangannya juga bergerak, siap-siap untuk menyerang.
"Kau bocah busuk, biar bagaimana kau harus mampus di tanganku !" bentak Hiat Tiok Sian jin dengan suara yang keras dan mengguntur. "Hmmm..... bersiap-siaplah kau menerima kematianmu ! "
Han Han memang telah bersiap-siap, maka di saat si kakek melancarkan serangannya dengan disertai oleh suara bentakan yang menggelegar memekakkan anak telinga, Han Han cepat-cepat mengelakkan dengan menggunakan jurus Chit-cie-kun.
Hiat Tiok Sian-jin jadi semakin sengit, dia juga tambah mendongkol serta murka sekali.
Dengan penuh kemarahan yang sangat, dan berjingkrak-jingkrak saking murkanya, dia melancarkan serangan yang berantai serta bertubi-tubi.
Untung saja Han Han telah mempelajari sempurna ilmu yang diciptakannya sendiri, yaitu Chit-cie-kun, maka dia dapat mengelakkan dan menangkis setiap setangan dari si kakek.
Semakin lama Hiat Tiok Sian-jin jadi semakin murka, biar bagaimana dia adalah seorang jago yang lihai luar biasa, yang ditakuti oleh banyak jago kosen dirimba persilatan, tetapi sekarang ternyata dia tidak berdaya di tangan Han Han, menyebabkan dia bisa mati berdiri saking gusarnya,
Han Han menghadapi si kakek Seruling Haus Darah itu dengan tenang.
Setiap serangan si kakek selalu dapat dielakkannya dengan gerakan yang indah dipandang oleh mata, dan juga membuat orang-orang yang meayaksikan jadi berdiri tercengang, karena setiap gerakan Han Han gesit sekali, menyerupai gerakan tupai, selalu dapat mengelakkan serangan Hiat Tiok Sian-jin dengan lompatan dan gerakan tubuh yang benar-benar luar biasa sekali, di luar dugaan orang-orang itu semuanya.
Chit cie kun yang diciptakan oleh Han Han ternyata berlainan sekali dengan ilmu silat lainnya yang terdapat di daratan Tionggoan.
Biasanya kalau seorang musuh menyerang dari atas dan di sebelah kanan secara berbareng, pasti seorang jago silat akan mengelakkannya dengan mendoyongkan tubuhnya sedikit sambil menyampok dengan tangannya, atau juga dengan jalan melompat menggeser kedudukan kuda-kudanya.
Tetapi berbeda sekali dengan Han,Han ini !
Gerakan anak muda she Han tersebut berlainan sekali.
Sering kali Hiat Tiok-Sian-jin melancarkan serangan dari arah atas dan samping kanan secara berbareng, tetapi Han Han mengelakkan serangan-serangan itu dengan jalan maju memapaknya !
Semua orang yang menyaksikan benar-benar jadi terkejut, karena dengan maju memapak begitu, Han Han seperti juga mengangsurkan dirinya untuk dihajar oleh Hiat Tiok Sianjin !
Namun kenyataannya sangat berbeda sekali dengan dugaan orang yang menyaksikan pertempuran tersebut.
Di waktu tubuh Han Han maju memapak dia bukan tinggal diam begitu saja, kedua tangannya bergerak secara berbareng, yang kiri mengincar biji mata Hiat Tiok Sian-jin, sedangkan tangan kanannya mencengkeram kearah jalan darah Pie Tian Hiatnya dari si kakek.
Itulah hebat dan luar biasa sekali !
Semua orang jadi tercengang.
Hiat Tiok Sian-jin sendiri sampai membatalkan serangannya dan melompat ke belakang sambil mengeluarkan seruan kaget bercampur heran.
Kenapa bisa begitu ? Karena kalau memang Hiat Tiok Sian-jin meneruskan serangannya itu, pasti kedua tangan Han Han akan lebin dulu mengenai sasarannya.
Sebab sebagai seorang jago, yang setiap detik sangat berharga sekali bagi mereka maka Han Han telah menggunakan detik-detik yang menentukan itu untuk merebut kemenangannya.
Kalau memang Hiat Tiok Sian-jin meneruskan serangannya itu, maka sebelum serangannya berhasil mengenai sasarannya dengan telak, dia sendiri akan terhajar binasa atau setidak-tidaknya akan terluka berat oleh Han Han, karena pemuda she Han itu telah merebut waktu beberapa detik, dan hal itu menyebabkan Han Han telah memperolek tujuh bagian dari kemenangan yang telah berada di tahgannya.
Betapa gusarnya Hiat Tiok Sian-jin, dia tambah murka, sampai berjingkrak-jingkrak karena marahnya.
Dan di saat itu Han Han telah berdiri lagi dengan tenang, dia hanya tersenyum melihat kegusaran yang menimpa diri si kakek Seruling Haus Darah.
"Bagaimana?" tanya Han Han mengejek. "Apakah kau tidak cepat berlutut di hadapanku dan meminta ampun bagi selembar nyawa tuamu itu?"
Hiat Tiok Sian-jin gusar bukan main, matanya sampai mendelik lebar, ini menyatakan bahwa dia benar-benar telah mengumbar hawa amarahnya.
Hampir saja Hiat Tiok Sian-jin pingsan berdiri disebabkan hawa amarahnya yang meluap-luap itu, tetapi dengan sendirinya Hiat Tiok Sian-jin telah melupakan pantangan jago-jago di kalangan Kang-ouw, bahwa seorang jigo tidak boleh mengumbar hawa amarahnya, karena dengan disertai oleh kegusarannya itu, dia telah dirugikan tiga bagian dari apa yang dimiliki, yaitu kewaspadaan dan ketenangannya menghadapi lawan !
Dan hal itu telah dialami oleh Hiat Tiok S;aa jin.
Dengan dia mengumbar kegusaran dan kemurkaannya itu, maka dengan sendirinya Han Han jadi tambah girang, sebab dengan sendirinya Han Han akan bisa merobohkannya dengan mudah.
Hiat Tiok Sian-jin menatap pemuda she Han itu dengan mata yang mencorong merah, dia menjerit dengan suara yang mengguntur, kemudian dia melompat dengan kegesitan yang sangat, dan melancarkan serangan serangan secara beruntun.
Tetapi Han Han memang telah bersiap-siap.
Setiap serangan si kakek selalu dapat dipunahkan dan dielakkannya.
Hal itu menyebabkan Hiat Tiok Siam jin jadi tambah murka.
Tetapi Han Han malah sengaja membikin si kakek tambah gusar.
Pemuda sbe Han ini selalu mengeluarkan ejekan-ejekan yang menyakitkan hati si kakek.
Setiap serangan berangkai Hiat Tiok Sian-jin selalu dapat dielakkan oleh Han Han karena pemuda she Han ini bersilat dengari tipu Chit-cie-kun, ilmu silat yang telah diciptakannya sendiri.
Semakin lama Hiat Tiok Sian-jin jadi semakin kalap, dia selalu menyerang bertubi-tubi kepada Han Han dengan kalap dan nekad sekali.
Tetapi, semakin dia kalap dan nekad, semakin jauh kemenangan untuk dirinya.
Suatu kali, di saat Hiat Tiok Sian-jin sedang menyerang Han Han dengan jurus Tiauw Pie JiauwAng, Han Han melihat suatu kesempatan ada padanya untuk merobohkan lawannya ini, karena Hiat Tiok Sian-jin telah membuka lowongan pada bagian dadanya.
" Maka dari itu Han Han tidak mau membuang-buang kesewpatan baik itu.
Dengan mengeluarkan bentakan "Roboh .....!" yang mengguntur, Han Han menghajar dada Hiat Tiok Sian-jin.
Hal ini mengejutkan kakek itu, dia sampai menjerit kaget.
Tetapi tangan Han Han bergerak cepat sekali, sudah tidak mungkin dielakkan oleh Hiat Tiok Sian-jin:
Maka dari itu, saking gugupnya, dan juga untuk berusaha menyelamatkan dirinya, Hiat Tiok Sian-jin mau membuang dirinya ke belakarg.
Tetapi semua itu telah terlambat !
"Duukkkk !" terdengar suara yang nyaring sekali, disusul kemudian dengan suara 'krakkkk !' patahnya tulang, dan disertai oleh suara jeritan Hiat Tiok Sian-jin yang menyayatkan hati.
Tampak tubuh Hiat Tiok Sian-jin roboh terbanting dengan keras di tanah, disertai juga oleh seruan tertahan dan kaget dari Thio See Ciang bersama orang-orangnya.
Wong Tie Hian sangat girang melihat Han Han berhasil merobohkan Hiat Tiok Sian-jin.
Dengan mulut meringis, Hiat Tiok Sian-jin merangkak berusaha untuk bangun.
Tetapi belum lagi dia berdiri, tiba tiba "Uaaahhh ! " kakek ini memuntahkan darah tiitam yang telah menggumpal dan dia roboh terkulai lagi di tanah.
Setelah bernapas dengan tersengal-sengal, akhirnya Kiat Tiok Sian-jin berusaha untuk bangun lagi.
Tetapi, belum lagi dia berhasil dengan usahanya yang kedua kali ini, dia telah memuntahkan gumpalan darah hitam kembali, wajahnya pias sekali, napasnya memburu.
Han Han menghampiri. "Hmm.....kau adalah seorang kakek yang jahat, sudah seharusnya hari ini kau mampus! "' kata Han Han, "Tetapi hatiku tak tega dan tak mengijinkan untuk membunuh seorang lawan yang telah tidak berdaya.....maka kalau memang kau mau insyaf, akan kuampuni jiwa tuamu !"
Setelah berkata begitu Han Han menatap Hiat liok Sian-jin dulu sesaat lamanya, kemudian waktu dia melihat muka si kakek yang pucat pias, dia ketawa dingin.
"Tetapi, sebelum kau pergi, kepandaianmu itu harus dipunahkan dulu, harus dilenyapkan, agar di belakang hari kau tidak membikin sulit orang-orang lemah..... aku akan memunahkan kepandaian silatmu ! " kata Han Han.
Sehabis berkata begitu, Han Han menghampiri si kakek yang masih rebah lemas tak berdaya.
Sewaktu Han Han semakin mendekat kepada si kakek, muka si kakek dari Seruling Haus Darah ini tambah pucat saja, matanya memain dengan cepat, rupanya dia sangat ketakutan sekali. Namun Hiat Tiok Sian-jm ketakutan tanpa daya sekali, karena tenaganya seperti juga telah lenyap dari raganya.
Han Han menghampiri tambah dekat, sedangkan yang lainnya, yang menyaksikan dari luar gelanggang jadi mengawasi dengan hati yang tegang.
Waktu sampai di sisi Hiat Tiok Sian-jin, Han Han berhenti melangkah, dia mengawasi kakek tua yang telah dalam keadaan lemah dan payah itu.
"Hmm.....kukira dengan kuampuninya jiwa tuamu itu, tentu kau tidak akan penasaran kalau ilmu silatmu dilenyapkan, bukan?'' kata Han Han dergan suara yang tawar.
Mata si kakek Hiat Tiok Sian-jm jelalatan, dan ketakutan sekali.
Sebagai seorang jago yang kosen, yang sebelumnya sangat ditakuti oleh jago-jago dari kalangan Hek-to, hitam, atau Pek-to, jalan putih, terang dia akan menderita malu dan sengsara kalau sampai kepandaian ilmu silatnya dipunahkan oleh Han Han.
Untuk memohon-mohon ampun dengan menyembah-nyembah si pemuda she Han itu, terang dia tidak mau, karena seorang jago yang kosen sekali, biar mati, tidak akan menghiba-hiba kepada pemuda she Han tersebut.
Han Han ketawa dingin melihat orang ketakutan sampai begitu macam.
"Apakah kau jeri kepandaianmu itu kupunahkan dengan cara yang kejam ?! Oh tidak, aku hanya akan menotok beberapa jalan darahmu, yaitu jalan darah Pian Sian Hiat, kemudian menotok dua kali jalan darah Toe Pian Hiat, dan menotok sepuluh kali jalan darah Ciang Kui Hiatmu, dengan begitu selesailah tugasku !"
Kening si kakek Hiat Tiok Sian-jin jadf bermandikan keringat dingin.
Dia ketakutan bukan main.
Jalan darah yang disebut-sebut oleh Han Han adalah jalan darah terpenting di tubuh setiap manusia. Lebih-lebih jalan darah Toe Pian Hiat, itu adalah jalan darah yang memusnahkan ilmu silat seseorang jago silat kalau memang jalan darah itu sampai terkena tertotok.
Maka dari ilu, hebat rasa takut di diri Hiat Tiok Sian-jin,
Dia lebih baik mati dari pada harus dimusnahkan ilmu silatnya.
Sebab dengan musnahnya ilmu silat yang dimilikinya, berarti juga dia akan menjadi seorang yang lemah, lebih lemah dari orang yang tidak mengarti ilmu silat.
Waktu dulu-dulu dia sering berbuat kejam dan bengis kepada lawannya, sehingga Hiat Tiok Sian-jin walaupun dijerikan oleh semua jago-jago di daratan Tioag-goan, tokh diam-diam dia mempunyai banyak musuh yang dendam kepadanya, ysng sedang menanti-nantikan saat yang baik untuk membalas dendam mereka kepada kakek tua yang bergelar Hiat Tiok Sian-jin atau Seruling Haus Darah tersebut.
Kalan memang sekarang Hiat Tiok Sian-jin kehilangan kepandaian ilmu silatnya, dengan sendirinya musuhnya yang menaruh dendam kepadanya itu akan datang berduyun-duyun untuk melakukan pembalasan.
Dengan punahnya ilmu silatnya, yang telah berubah menjadi manusia biasa, malah lebih lemah lagi, mana mungkin Hiat Tiok Sian-jin bisa menghadapi lawan-lawannya itu ?


Seruling Haus Darah Hiat Tiok Sian Jin Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maka dari itu, kalau sampai Han Han membuktikan perkataannya jelas hebat kesudahannya untuk Hiat Tiok Sian-jin.
Maka dari itu, betapa ketakutannya si kakek Seruling Haus Darah, dan di samping ketakutannya itu, yang bernaung dihatinya, timbul juga rasa nekad untuk mengadu jiwa dengan Han Han kalau sampai pemuda she Han itu mendesak terus menerus.
Pada saat itu Han Han telah menggerakkan tangan kanannya sambil berkata: "Bersiaplah untuk kembali menjadi manusia biasa lagi !" dan tangannya itu menotok ke arah jalan darah Pian Tiauw Hiat dari Hiat Tiok Sian jin.
Tetapi dikala tangan pemuda she Han itu sedang melayang akan menotok jalan darahnya si Seruling Haus darah itu, tiba-tiba dengan tak terduga, dengan mengeluarkan jeritan yang keras memekakkan anak telinga, Hiat Tok Sian jin menerjang ke arah Han Han, kedua tangannya terulurkan untuk merangkul dan memeluk Han Han.
Han Han jadi terkejut, begitu juga yang lainnya. Lebih-lebih Wong Tie Hian, lelaki tua itu sampai mengeluarkan jeritan tertahan dengan mengeluarkan keringat dingin di keningnya.
Perbuatan yang dilakukan oleh Hiat Tiok Sian-jin memang benar-benar berada diluar dugaannya.
Tetapi bagi Han Han hal itu tak begitu berat dan juga tak membuatnya jadi gugup.
Walaupun penuda she Han ini tadi agak terkejut, tokh dia sangat kosen sekali.
Maka dari itu, dengan mudah sekali dia menggeser tubuhnya kedua kakinya bergerak pindah tempat, maka tubuhnya agak doyong sedikit, dan disaat itulah, di saat kedua tangan Hiat Tiok Sian-jin lewat di sisi tubuhnya, Han Han mengulurkan tangan kirinya, "dukkkk ", dia mendorong tubuh kakek itu, sehingga jago tua itu jadi terjerunuk, lalu terjerembab memeluk batang pohon yang ada di depannya.
Tampak Hiat Tiok Sian-jin memeluk batang pohon itu kuat-kuat.
Terdengar suara yang berisik sekali kemudian disusul dengan robohnya pohon itu.
Semua orang terkejut ! Hebat sekali rangkulan Hiat Tiok Sian-jin, rupanya robon yang kena dipeluknya itu jadi hancur batangnya, dan roboh, sedangkan di bagian bekas dipeluk oleh Hiat Tiok Sian-jin tampak pada hancur berkeping-keping..
Maka dapat dibayangkan, kalau Han Han tadi kena dipeluk oleh Hiat Tiok Sian-jin, biarpun kulit Han Han seumpamanya terdiri dari baja, tetapi tetap saja terbinasakan oleh kakek tersebut.
Mengapa Hiat Tiok Sian-jin begitu nekad, dengan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya kepada kedua lengannya itu ?
Karena dia memang sudah mengambil keputusan untuk binasa bersama dengan Han Han !
Pada saat itu Han Han telah menghampiri Hiat Tiok Sian-jin perlahan-lahan. Sedangkan Hiat Tiok Sian-jin telah roboh terkulai di tanah dengan napas memburu keras, wajahnya semakin pucat.
Han Han sudah tidak mau memberi waktu lagi kepada Hiat Tiok Sian-jin, karena kakek itu terlalu jahat sekali, Coba kalau tadi dia kena dirangkul oleh kakek itu, pasti dia akan terbinasa di tangan kakek itu.
Untung saja dia telah mempelajari Chit-cie-kun, sehingga dia dapat bergerak dengan cepat sekali.
Dengan mengulurkan tangan kanannya yang bekerja cepat menotoki beberapa jalan darah Hiat Tiok Sian-jin, maka musnahlah ilmu silat si kakek yang kejam itu.
Sambil menghela napas, Han Han menghapus butir-butir keringat yang memenuhi keningnya.
Kemudian dia menoleh kepada Thio See Ciang.
"Nah orang she Thio, sekarang marilah kita menyelesaikan urusan kita ! " katanya, ''Hutang piutang akan kita selesaikan hari ini. Biarpun kau melarikan diri ke ujung bumi, aku takkan melepaskannya, karena dendam ayah ibuku tak akan terbalas tanpa binasanya dirimu !"
Wajah Thio See Ciang jadi berobah, dia berusaha untuk tersenyum, sambil mengawasi Hiat Tiok Sian jin yang kala itu menggeletak lemas tak berdaya di tanah, seluruh kepandaian kakek yang tadinya begitu kosen, telah musnah seluruhnya.
"Bocah, rupanya kau kosen sekali !" kata Thio See Ciang sambil tetap tersenyum dengan membawa lagak yang tenang sekali, padahal hatinya agak tergoncang melihat Hiat Tiok Sian-jin tidak berdaya melawan Han Han. "Kuakui memang kepandaianmu sangat tinggi sekali ! Tetapi kau jangau takabur dulu, belum tentu kau bisa menundukkan aku orang she Thio ini !"
Dan setelah berkata begitu, Thio See Ciang mengibaskan tangannya, dan sambil mengibaskan taogannya begitu, kedua kakinya menjejak dengan kuat. sekali, sehingga tubuhmya melambung menjauhi Han Han.
Dan, waktu anak muda she Han itu melihat kelakuan lawannya, yang tampaknya mau melarikan diri itu, dia menjejakkan kakinya juga, tubuhnya melambung akan mengejarnya.
Namun belum lagi pemuda she Han tersebut bergerak untuk mengejar, dirinya telah diserang dan dikepung oleh orang-orang Pek Bwee Kauw, yang meluruk ke arahnya.
Begitu juga Wong Tie Hian, dia dikepung oleh orang-orang Pek Bwee Kauw.
Han Han menjadi gusar bukan main, dia juga mendongkol sekali, maka dari itu dengan mengeluarkan suara siulan yang nyaring, tubuhnya berkelebat-kelebat dengan cepat.
Di mana tangan Han Han bergerak, disitu pasti terdengar suara jeritan yang keras dari orang-orang Pek Bwee Kauw.
Gerakan Han Han sangat cepat sekali, sehingga di dalam waktu yang sangat singkat dia telah dapat memukul roboh berpuluh-puluh orang Pek Bwee Kauw, yang kena ditotoknya.
Begitu juga Wong Tie Hian, dia seperti juga singa tua yang mengamuk dengan hebat, sehingga akhirnya orang-orang Pek Bwee Kauw terpecah nyalinya.
Dengan cepat sisa dari orang-orang Pek Bwee Kauw mengambil langkah .seribu.
Han Han berdiri tegak mengawasi orang-Pek Bwee Kauw yang banyak tertotok olehnya.
Dia mengawasi ke sekitar tempat itu, tidak tampak lagi Thio See Ciang, Siang-jie dan juga nona Thio In In.
Dengan hati yang berduka Han Han menarik napas dalam-dalam.
Biar bagaimana baiknya nona Thio itu, tokh tetap saja dia akan berdiri di belakang Thio See Ciang. Itu pasti, biar bagaimana In In pasti akan membela See Ciang.
Maka dari itu, mengingat semua itu, hati Han Han jadi tambah berduka.
Lebih-lebih waktu Wong Tie Hian menghampirinya, menepuk bahunya, hampir saja butir-butir air mata membanjir keluar dari kelopak matanya.
Tetapi untung saja Han Han masih dapat menahan perasaan dukanya itu.
Akhirnya setelah berunding dengan Wong Tie Hian, mereka kembali ke gedung Wong Tie Hian untuk merencanakan bagaimana menangkap Thio See Ciang.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 39 Maaf, 31 dan 32 hilang DW KZ.
rapa saat, dia menari-nari, sambil tertawa-tawa dengan suara yang keras sekali.
Gan Hwee-shio telah merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada orang itu.
"Sian-chay .....Sian-chay, siapakah Sie-coe?" tanyanya dengan suara yang seramah mungkin, sebab hati Hwee-shio ini agak keder mengawasi muka orang yang menyeramkan itu, dia agak menggidik.
Orang itu jelalatan sehingga menambah seramnya muka orang itu waktu matanya bergerak-gerak.
"Hmm ..... kau menanyakan namaku, apakah kalau aku menyebutkannya kau tidak akan ketakutan ?" tanya orang itu dengan suara yang serak menyeramkan.
Gan Hwee-shio tambah terjengkit hatinya.
Sudah wajahnya aneh dan menyeramkan? ternyata adat orang ini juga aneh pula.
Maka dari itu dia merangkapkan kedua tangannya kembali sambil menyebut kebesaran nama sang Budba.
"Kita manusia hidup di dunia ini hanyalah sekedar untuk menjalani penghidupaa yang penuh sengsara " kata Gan Hwee-shio dengan cepat. "Untuk apa Lo-lap harus jeri kepada Sie-coe ? "
Sie-coe, ialah tuan. Orang bermuka aneh dan menyerarnkaa iu tertawa lagi dengan suara yang menyeramkan.
"Bagus! Bagus ! Kau rupanya seorang Hwee-shio yang baik ! Nah, kau dengarlah, namaku Po Po Siat !" dan setelah berkata begitu lagi, orang tersebut yang ternyata memang Po Po Siat, telah tertawa keras lagi, sampai tubuhnya tergoncang.
Mendengar orang menyebut namanya itu, wajah Gan Hwee shio dan Hwee-shio lainnya jadi berubah pucat.
"Oh..... Sian-chay, Sian-chay! Omitohoed !" memuji Gan Hwee-shio. "Rupanya Sie-coe adalah Po Po Siat Loo-cian-pwee yang tak ada tandingannya !"
Po Po Siat ketawa dingin, dia tidak meladeni pujian dari si Hwee-shio.
Dengan wajah yang menyeramkan, dia menoleh ke arah Han Swie Liem dan orang-orang gila lainnya, yang kala itu sedang menari-nari sambil tertawa-tawa dengan keras.
"Hu, orang-orang gila yang membikin kupingku jadi tuli dan sangat memuakkan sekali !" kata Po Po Siat dengan suara yang menyeramkan. "Sungguh membuat kepalaku jadi pusing !"
Dan setelah berkata begitu, Po Po Siat menghampiri ke arah Han Swie Liem.
Tetapi baru saja dia melangkah beberapa langkah, tiba-tiba dari kejauhan tampak berlari-lari beberapa sosok tubuh.
Akhirnya sosok-sosok tubuh itu, yang berlari dengan Gin-kang yang cukup tinggi sampai disitu.
Mereka adalah Thio See Ciang, Thio In In dan Siang-jie, putera dari Thio See Ciang.
Po PoSiat jadi menghentikan langkabnya dia mengawasi kearah Thio See Ciang dengan pandangan yang menyeramkan dan menggidikkan bulu tengkuk.
Thio See Ciang juga terkejut waktu dia melihat Po Po Siat, tetapi untuk mundur lagi, terang sudah tidak keburu.
Maka dari itu, Thio See Ciang dan Thio In In serta Siang jie maju terus,
Po Po Siat mengerutkan sepasang alisnya.
"Siapa kau?" bentak Po Po Siat waktu Thio See Ciang dan In In serta Siang-jie telah berada di depannya. "Sebutkan nama kalian!"
Thio See Ciang segera mengenali bahwa orang ini adalah Po Po Siat, seorang jago yang bengis dan selalu bertindak kejam kepada lawannya.
Hati jago sheThio yang menjadi Kauw-coe dari Pek Bwee Kauw jadi ciut dengan sendirinya, dia sampai mengeluarkan seruan tertahan.
"Oh kau Po Loo-cianpwee?" tegurnya dengan suara yang agak tergetar. Cepat-cepat dia menjura memberi hormat kepada jago tua she Po itu. "Apakah selama ini keadaan kau orang tua selalu baik-baik saja ?"
Wajah Po Po Siat jadi berubah bengis.
"Apakah kau kira aku ini seorang kakek penyakitan ?" tegurnya dengan sengit.
Wajah Thio See Ciang jadi pucat.
Dia sebelumnya telah mendengar bahwa adat si kakek she Po ini sangat aneh sekali. Tadi dia menegur dengan maksud untuk berlaku seramah mungkin, tetapi dengan tidak diduga si kakek malah salah terima.
Maka dari itu cepat2 Thio See Ciang menjura lagi.
"Maafkanlah Loo-cianpwee.....memang Boan-pwee tahu bahwa selama ini keadaan Loo cianpwee baik-baik saja." kata Thio See Ciang sambil memberi hormat berulang kali kepada si kakek yang beradat aneh ini, See Ciang menjura berulang kali.
Mata si kakek Po Po Siat mencilak.
"Kau lelaki penjilat ! Bukankah kau seorang Kauw-coe dari sebuah perkumpulan yang bernama Pek Bwee Kauw ?" tegur Po Po Siat bengis!
"Be.....benar Loo-cianpwee!" kata Thio See Ciang tambah gugup lagi. "Ternyata Loo-cianpwee kenal dengan Boan-pwee!"
"Chisss..... ! Siapa yang mau kenal dengan manusia semacam kau ini ?" bentak Po Po Siat dengan suara yang luar biasa kerasnya.
Thio See Ciang jadi ketakutan sekali, dia memang telah mengetahui tentang kepandaian Po Po Siat yang tiada tandingannya di daratan Tionggoan. Maka kalau sampai dirinya kena diserang oleh si kakek ini, kemungkinan besar dia akan berjalan-jalan di neraka !
Maka dari itu, cepat Thio See Cang menekuk lututnya, dengan berlutut begitu See Ciang berkata: "Maafkanlah Loo-cianpwee kalau memang tadi ada.....ada kata-kata Boan-pwee yang salah.....!"
Po Po Siat ketawa dingin lagi, mukanya semakin tidak sedap dipandang.
"Kau benar-benar lelaki rendah seperti anjing!" kata si kakek bengis. "Manusia seperti kau ini tidak seharusnya masih hidup di atas dunia ini!"
Dan membarengi dengan perkataannya itu, Po Po Siat mencelat, kedua tangannya bergerak, dan lengan jubahnya itu meluccur tenaga serangan yang kuat sekali.
Thio See Ciang terkejut waktu dia melihat si kakek menyerang dirinya.
Tanpa memperdulikan rasa malu, dia cepat-cepat melompat berdiri, dan kemudian melarikan diri dengan pentang kedua kakinya selebar-lebarnya.
Tetapi Po Po Siat yang terkenal sangat aneh itu mana mau melepaskan See Ciang begitu saja.
Dalam beberapa kali menjejakkan kakinya dia telah mengejarnya.
See Ciang jadi ketakutan setengah mati dengkulnya dirasakan lemas sekali.
Tetapi kalau memang dia berhenti berlari, maka dia akan dibinasakan oleh kakek aneh itu.
Maka itu dengan mengerahkan seluruh tenaganya, dia melarikan diri terus. Po Po Siat masih mengejarnya terus.
Semakin lama jadi semakin dekat dan See Ciang jadi ketakutan sekali.
Lebih-lebih pada saat itu hujan turun menyiram bumi.
Tanpa memperdulikan hujan itu, Thio Shee Ciang terus juga melarikan diri.
Tetapi, waktu dia sampai disebuah tikungan jalan yang akan menuju keluar kota, Thio See Ciang jadi berhenti berlari, dia berdiri menjeglek sambil mengawasi dengan mata terpentang kearah depannya.
Apa yang dilihatnya, sehingga tampaknya Thio See Ciang begitu ketakutan ?
Ternyata di situ, dibawah sebuah pohon yang besar, di antara rintiknya air hujan, tampak Han Han dan Wong Tie Hian berdiri mengawasi See Ciang dengan mata yang berapi-api.
Setelah tersadar dari kagetnya, See Ciang mengeluarkan suara jeritan ketakutan, dia menoleh, dilihatnya Po Po Siat sudah dekat sekali.
Dengan cepat dia melompat ke samping, mengambil arah kekanan.
Tetapi dengan kecepatan yang luar biasa Han Han telah menghadang lagi dihadapannya.
Saking ketakutannya, See Ciang telah menerjang dengan kalap.
Tetapi di dalam keadaan kalap seperti begitu, apa lagi disertai oleh rasa ketakutan yang sangat, See Ciang berbuat sembrono sekali, sehingga dengan mudah Han Han mengelakkan serangannya, dan mengulurkan tangannya menotok jalan darah See Ciang.
Kepandaian See Cisng masih berada di bawahnya Hiat Tiok Sian-jin, maka begitu Han Han mengulurkan tangannya untuk menotok dirinya, walaupun See Ciang mengetahui datangnya serangan dari si pemuda she Han itu tokh tetap saja dia tidak bisa mengelakkannya.
Seketika itu juga See Ciang roboh tertotok oleh Han Han.
Pada saat itu Po Po Siat telah sampai di tempat itu juga.
Matanya jadi inencilak melihat See Ciang dirobohkan oleh Han Han, dia jadi mendongkol luar biasa.
"Bocah, benar-benar kau berani mampus dengan membentur buruanku !" bentaknya.
Han Han mengangkat kepalanya, dia memandang kearah Po Po Siat, atau seketika juga dia jadi tetperanjat, karena dia mengenali bahwa kakek itu adalah Po Po Siat, yang memang akan bertemu tahun ini untuk bertempur.
"Po Loo-cianpwae, ternyata kita bisa bertemu di sini!" kata Han Han kemudian setelah menenangkan goncangan hatinya, "Aku adalah Han Han, murid dari Khu Sin Hoo dan kawan-kawan ..... yang akan menghadapi Po Loo-cianpwee !"
Po Po Siat mengawasi Han Han dengan matanya yang juling meletos itu,
"Apakah kau benar-benar si bocah yang akan menghadapiku bertempur?" tegurnya dengan suara yang bengis,
Han Han mengangguk- Tetapi belum lagi dia menyahuti tampak Siang-jie dan nona Thio sedang berlari-lari kearahnya.
Dan untuk girangnya Han Han, dia melihat di belakang In In dan Siang jie juga berlari-lari kearah dia itu adalah ayahnya, ibunya ! Yaitu Han Swie Liem dan Han Hoe-jin ! Dan juga tampak keempat murid ayahnya itu!
Dengan tidak memperdulikan Po Po Siat lagi, Han Han berlari-lari memapak kearah Han Swie Liem sambil berteriak-teriak kegirangan saking meluapnya perasaan gembira si pemuda, she Han itu: "Ayah .....ibu .....oh Thia ..... "
Waktu dia berpapasan dengan In In dan Siang-jie yang berlari ke arah See Ciang,, Han Han hanya melirik saja, dilihatnya In In juga melirik ke arahnya.
Kemudian dengan berteriak-teriak gembira, Han Han memapak kearah Han Swie Liem.
Dipeluk ibunya, tetapi dengan tidak terduga Han Hoe-jin mendorongnya sambil tertawa-tawa dan suara perempuan yang menjadi ibu Han Han menyeramkan sekali.
Seketika itu juga Han Han teringat bahwa ibu dan ayahnya itu masih gila! Juga keempat murid ayahnya, semuanya tampak dalam keadaan yang menyedihkan sekali.
Kegusaran Han Han jadi meluap lagi, rasa dendamuya kepada See Ciang jadi meluap-luap.
Dengan cepat dia membalikkan tubuhnya akan menghajar binasa See Ciang,
Tetapi Po Po Siat telah menghadangnya.
"Eb, bocah, mari kita bertempur !" seru Po Po Siat
Han Han menoleh kepadanya.
"Tunggu dulu, aku masih mempunyai urusan dengan orang she Thio itu !" kata Han Han sambil menghampiri terus kearah See Ciang, yang kala itu sedang diuruti oleh In In dan Siang-jie, rupanya kedua muda-mudi itu sedang berusaha membuka totokan Han Han pada jalan darah See Ciang, tetapi mereka tidak berhasil.
Tetapi Po Po Siat tidak mau mengarti, ia tetap menghadang Han Han malah dia telah melancarkan serangan-serangan yang berbahaya.
Hal ini membuat Han Han jadi gusar sekali, dia sampai mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur, dan menangkis serangan Po Po Siat.
Tetapi si kakek benar-benar luar biasa.
Belum lagi tangannya itu kena ditangkis oleh Han Han, dia telah menarik pulang kembali dan melakukan serangan lagi. Malah serangannya kali ini lebih hebat lagi.
Terpaksa Han Han jadi melayani kakek tua yang galak dan kosen ini.
Tetapi Han Swie Liem berenam, telah menghampiri kearah See Ciang dengan mata yang bengis sekali.
Mereka menari-nari sambil menghampiri kearah In In dan Syang-jie.
Sedangkan Hie Beng dan Hie Lay bersama Tang Siu Cauw dan Soe Niang, telah menghampiri See Ciang yang masih menggeletak,
WongTie Hian juga menghampiri kearah See Ciang.
In In dan Siang-jie jadi ketakutan, mereka jadi nekad.
Malah Siang-jie akan mengangkat tubuh ayahnya yang kaku tertoiok itu untuk dibawa kabur.
Tetapi punggung Siang-jie sudah kena dijambret olen Han Swie Liem, sehingga dia dan tubuh See Ciang jadi terguling-guling di-tanah.
Di kala Siang-jie menghadapi Han Swie Liem, adalah In ln harus menghadapi Han Hoe jin.
Mereka bertempur dengan seru sekali.
Hie Beng dan ketiga saudara seperguruannya maju mendekati See Ciang.
Hie Beng mencekal tangan kiri See Ciang Sedangkan Hie Lay mencekal lengan kanan See Ciang, Tang Siu Cauw memegang kaki kiri Kauw coe Pek Bwee Kauw ini dan Soe Niang mencekal kaki kanan dari Kauw-coe Pek Bwee Kauw tersebut, mereka menggoyang-goyangkan sambil mengangkat tubuh See Ciang.
Orang she Thio yang menjadi Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu ketakutan sekali, dia sampai menjerit-jerit.
Tetapi berhubung tubuhnya kejang kaku tertotok, maka dia tidak berdaya dan tidak bisa bergerak.
"Satu..... dua ..... tiga ....." Tang Siu Cauw menghitung juga yang lainnya menghitung pula.
Dan pada hitungan ketiga itu, dengan tidak terduga keempat murid Han Swie Liem telah menarik tubuh See Ciang secara berbareng.
"Breeeettttt!" tubuh See Ciaag terbelah empat tanpa dapat menjerit lagi, tubuh ketua dari perkumpulan Pek Bwee Kauw telah tertarik oleh keempat murid Han Swie Liem, isi peiutnya berhamburan dan darah berceceran menyiram bumi !
In In dan Siang-jie yang menyaksikan hal itu jadi menjerit menyayatkan.
Dan, mereka jadi tidak menyadari bahwa Han Hoe-jin dan Han Swie Liem tengah menyerang mereka lagi.
Maka tanpa ampun, kedua muda-mudi itu terhajar, mereka roboh secara berbareng dan pingsan tak sadarkan diri ......
Wong Tie Hian menghampiri dengan wa-jah yang berduka. Biar bagaimana dia agak ngeri melihat cara kebinasaan dari Thio See Ciang.
Kemudian jago she Wong itu mendekati pertempuran antara Han Han dengan Po Po Siat, dia berpikir, kalau memang Han Han membutuhkan tenaganya, bantuannya, maka dia akan membantunya, walaupun nantinya akan berakibat jelek baginya atau terbinasa di tangan Po Po Siat.
Tetapi dengan tidak terduga, waktu Po Po Siat melihat cara kebinasaan See Ciang yang mengerikan itu, dia jadi melompat ketepian kelanggang.
"Tahan..... !" serunya dengan suara yang bengis.
Han Han juga tidak meneruskan serangannya.
"Siapa mereka ?" bentak Po Po Siat lagi sambil menunjuk Han Swie Liem berenam yang sedang menari-nari mengelilingi mayat Thio See Ciang, tubuh In In dan Siang-jie.
Han Han memandang penuh kewaspadaan kepada Po Po Siat, karena dia takut lelaki tua ini menggunakan siasat jahat.
"Mereka adalah ayah ibuku!" kata Han Han dengan suara yang ragu. "Mereka lelah dibuat gila oleh orang she Thio keparat itu .....maka sudah pantas orang she Thio itu menerima kebinasaannya secara begitu !"
Mendengar keterangan Han Han, Po Po Siat menghela napas.
"Ya, selalu saja, ombak yang di belakang mendorong ombak yang di muka, generasi muda telah muncul dan si tua harus mengundurkan diri! Baiklah bocah, tentang per janjian kita untuk saling bertempur kita habiskan saja sampai di sini, sebab kalau kita teruskan, aku takut kau terbinasa dan itu harus dibuat sayang, karena kau mempunyai bakat yang baik sekali!"
Mendengar perkataan Po Po Siat, Han Han jadi gembira sekali.
Cepat-cepat dia menjnra kepada kakek tua bermuka menyeramkan itu.
"Terima kasih Loo-cianpwee..... memang Boarpwee dan guru-guru Boanpwce juga tidak bermaksud sungguh-sungguh dengan pertandingan itu !"
Po P? Siat hanya mendengus.
Tahu-tahu tubuhnya telah mencelat ke atas Han Swie Liem dan orang gila lainnya.
Han Han terpcranjat melihat gerakan P? Po Siat, dia duga kakek tua itu akan menggunakan tipu jahat untuk mencelakai orang tuanya itu.
Maka cepat-cepat Han Han juga menjejakkan kakinya untuk menghadang di depan Po Po Siat.
Namun gerafean Po Po Siat benar-benar cepat dan gesit sekali, di dalam waktu yang singkat tampak tubuhnya berkelebatan di antara keenam orang gila itu, tangannya juga bekerja, menotok jalan darah keenam orang gila itu.,
Han Swie Liem jadi berdiri menjublek sesaat, begitu juga orang-orang gila lainnya.
Mereka seperti juga baru terbangun dari tidur.
Han Han cepat-cepat menghampiri, dia berlutut di hadapan ayah dan ibunya "Ayah ..... ibu ..... panggilnya dengan penuh kegembiraan, karena ternyata gerakan Po Po Siat tadi adalah menotok jalan darah Han Swie Liem dan Iain-lainnya untuk menyembuhkan dari kegilaannya.
Han Swie Lim mengerutkan sepasang alisnya, dia menatap Han Han dan yang lain-lainnya dengan bingung.
"Siapa kau .....? " akhirnya dia bertanya juga dengan suara yang serak.
Han Han cepat-cepat menceritakan segala kejadian yang telah menimpa keluarga mereka hal ini membuat Han Swie Liem menghela napas berulang kali.
Kemudian katanya dengan suara yang sabar waktu dia selesai mendengar cerita Han Han; "Puteranya dan nona Thio itu tidak bersalah ..... ampunilah mereka !" katanya,
Han Han mengangguk, kemudian dengan terharu dia saling berpelukan dengan ke empat murid ayahnya.
Setelah itu barulah Han Han memperkenalkan Wong Tie Hian kepada ayah ibunya dan keempat murid ayahnya. Juga memperkenalkan Po Po Siat.
Han Han merghampiri In In dan Siang-jie yang masih pulas.
Dia menotok salah satu jalan darah kedua muda-mudi itu, sehingga mereka tersadar.
"Cepatlah kau pergi dari tempat ini ! " bentak Han Han kepada Siang-jie,
Siang-jie jadi menangis menggerung-gerung waktu melihat cara binasa ayahnya di tangan Han Han sekeluarga, dia menatap Han Han dan yang lainnya penuh dendam, kemudian dibawah hujan rintik-rintil yang masih turun, Siang-jie menuntun tangan In In meninggalkan tempat itu,
Han Han mengantarkan kepergian kedua orang itu dengan hati yang berduka.
Waktu In In menoleh sesaat, pemuda she Han ini malah melambai-lambaikan tangannya, seperti juga menyampaikan selamat berpisah,
Han Han masih berdiri bengong sampai Siang-jie dan Thio In In lenyap dari pandangannya.
Akhirnya dia tersadar waktu Po Po Siat menepuk pundaknya.
"Bocah ..... akupun ingin menjadi gurumu !" kata Po Po Siat. "Dan mulai hari ini aku akan mengundurkan diri dari kalangan Kang-ouw. Mana ketujuh guru?mu ? "
Han Han cepat-cepat menekuk lututnya menyatakan terima kasih, dia juga sudah lantas memanggil Po Po Siat dengan sebutan Soe-hoe guru, kemudian menceritakan bahwa keiujuh gurunya sudah mengasingkan diri dari segala keramaian duniawi .....!
Dengan gembira Wong Tie Hian menyampaikan kata-kata selamat kepada Han Han karena telah dapat berkumpul dengan ayah ibunya dan ke empat murid ayahnya itu .....
Betapa gembira dan terharunya orang-orang ini .....mereka meninggalkan tempat itu dengan, segenggam harapan bernaung di hati mereka masing-masing .....sedangkan Gan Hwee-shio yang tiba di tempat itu paling akhir, hanya menemukan mayat Thio See Ciang yang hancur berkeping-keping.
Gan Hwee-shio dan Hweeshio-hweeshio lainnya merangkapkan tangannya memuji nama besar sang Budha ..... mereka menyesalkan ke enam orang gila itu terlalu kejam turun tangan, karena Gan Hwee-shio tidak mengetahui persoalan yang pertamanya ..... !
Hwee-shio ini juga mengumpulkan orang-orang sekitar tempat itu, untuk mengubur mayat See Ciang, yang telah digabung menjadi satu,
Kemudian setelah selesai mengubur mayat See Ciang, Gan Hwee-shio dan Hweeshio-hweeshio lainnya kembali ke kelenteng mereka dan Gan Hwee-shio akan merantau untuk mencari keenam orang gila yang menurut dugaannya telah membunuh Thio See Ciang secara bengis.
Sedangkan kuburan See Ciang yang sederhana masih tersiram oleh rintikaya air hujan. Sekitar tempat itu menjelang malam jadi sangat sepi sekali .....
TAMAT Bandung, Juni 2004 Diedit oleh : Budi S Pendekar Pedang Pelangi 11 Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha Tersesat Di Rawa Onom 1

Cari Blog Ini