Ceritasilat Novel Online

Totokan Jari Tunggal 12

Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Sin Liong Bagian 12


Yang menjadi pikirannya juga, dia ingin sekali mengetahui asal usul dirinya.
Sebetulnya, siapakah dia ? Siapakan orang tuanya? Apa namanya? Dari mana asalnya ?
Semua itu menjadi tanda-tanya di hati kecilnya, yang sangat menggelisahkan.
@-dewikz^aaa-@ Jilid 20 "BUKANKAH sekarang dia memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali, sepak terjangnya tidak akan dapat di bendung dan dicegah oleh siapapun juga. Tapi, dia sebagai seorang bocah, yang walau bagaimanapun masih memiliki kekurangan dalam hal pengalaman, membuat si bocah sulit mengambil keputusan, langkah2 apakah yang harus ditempuhnya.
Tengah si bocah merenung diri seperti itu, mendadak dia mendengar suara langkah kaki. Memang sejak dia memperolah Iwekang yang tinggi dengan kemujijatan tubuhnya, pendengaran si bocah jadi tajam sendirinya, jauh lebih tajam puluhan kali lipat dari sebelumnya. Dan dia segera menoleh ke pintu.
Daun pintu didorong dari luar. Melangkah masuk Giam In Kay. Si Mesum cepat-cepat melompat turun dari pembaringannya.
Giam In Kay melangkah menghampiri sambil tersenyum.
"Selama beberapa hari ini kau selalu termenung saja, sebetulnya apa yang mengganggu pikiranmu? !" Tanya Giam In Kay.
"Aku tengah memikirkan siapakah diriku sebenarnya, Lopeh .... siapa orang tuaku dia dari mana asalku .... !" Menjelaskan si Mesum dengan suara bimbang.
Giam In Kay menghela napas panjang.
"Memang seseorang yang dalam keadaan seperti kau, akan mengalami hal yang sama serupa yaitu ingin sekali mengetahui asal usul dan juga mengetahui siapa kedua orang tuamu .... tapi tampaknya untuk mengetahui hal itu agak sulit, tidak ada petunjuk untuk menyelidiki hal tersebut, petunjuk-petunjuk sedikit sekalipun tidak ada, di mana engkau sendiri telah lupa akan segalanya .....!"
Si Mesum memang mengakui kebenaran Giam In Kay, tapi dia jadi berduka. Dengan muka murung dia menghela napas dalam-dalam.
"Tapi Lopeh ... aku bertekad hendak menyelidikinya ...!" Kata si bocah kemudian.
Giam In Kay menepuk pundak si bocah
"Memang tekadmu itu sebuah tekad yang sangat baik." Pujinya. "Tapi, tentu saja kau tidak bisa pergi menyelidikinya seorang diri! Kalau memang kau berdiam di sini, bersama kami, kau resmi menjadi anggota kami, maka di waktu itu dengan kedudukanmu yang ditawari oleh Kauwcu kami yaitu sebagai wakil Kauwcu, kau bisa perintahkan seluruh anak buah Sah Tok Kauw yang tersebar di seluruh daratan Tionggoan, buat bantu menyelidiki asal usulmu, menyelidiki siapa orang tuamu dan siapa namamu! Bukankah hal itu lebih baik?!"
Si Mesum jadi bimbang Dia merasakan, di dalam nada perkataan si pengemis ini terdapat kata-kata dan keinginannya membujuk agar si Mesum menerima tawaran Kauwcunya. Yaitu menerima kedudukan sebagai wakil Kauwcu. Memang Sah Tok Kauw ingin memanfaatkan si Mesum, yang memiliki kepandaian tinggi ini, buat menghadapi lawan-lawan Sah Tok Kaiu, yang merupakan tokoh-tokoh tangguh. Kalau saja si bocah bersedia menjadi wakil Kauwcu Sah Tok Kauw, dengan sendirinya Sah Tok Kauw bisa merentangkan sayap tanpa rintangan lagi, karena tidak seorang tokoh rimba persilatan yang bisa menandingi si Mesum.
Tapi sulitnya justeru si Mesum tidak berminat untuk menjadi wakil Kauwcu perkumpulan tersebut.
"Bagaimana? Tentunya kau bisa mempertimbangkan, dengan cara itulah yang terbaik! Jika dibandingkan kau pergi menyelidiki seorang diri, tentu kau akan menjelajahi seluruh permukaan bumi ini selama puluhan tahun, maka ada lebih baiknya menerima tawaran Kauwcu kami, menjadi wakil Kauwcu ..... !" Si Mesum jadi bimbang. Tapi akhirnya dia mengangguk, "Baiklah, aku menerima tawaran Kauwcu kalian!" Katanya.
"Bukan main girangnya Giam In Kay, malah dia segera menekuk kedua kakinya, dia memberi hormat kepada si Mssum.
"Siauwya, terimalah hormat Giam In Kay!" Kata Giam In Kay dengan sikap menghormat
Kaget si Mesum, cepat dia membangunkan si pengemis, agar tidak memberi hormat kepadanya, Giam In Kay kemudian berlari-lari girang memberikan laporan kepada Kauwcunya.
Kauwcu Sah Tok Kauw girang luar biasa. Segera disiapkan meja sembahyang untuk mengadakan pengangkatan Wakil Kauwcu Sah Tok Kauw.
Setelah melakukan sembahyang pengangkatannya itu, dimana si Mesum bersumpah akan setia kepada perkumpulannya, yaitu Sah Tok Kauw. Maka di waktu itu diselenggarakan acara lebih jauh yaitu pesta yang meriah. Seluruh anak buah Sah Tok Kauw pun telah diberitahukan tentang pengangkatan wakil Kawcu Sah Tok Kauw tersebut.
Benar-benar sangat menakjubkan.
Sebulan lebih yang lalu, kedatangan si Mesum ke markas Sah Tok Kauw disebabkan dia akan dijadikan korban si nenek pemakan daging manusia! Tapi sekarang dia resmi menjadi wakil Kauwcu Sah Tok Kauw, dengan kepandaian yang sangat tinggi sekali. Benar-benar suatu peristiwa yang sulit diterima oleh akal sehat, tapi memang begitulah yang terjadi.
Sedangkan si Mesum, setelah menjadi wakil Kauwcu, memilih sebuah nama untuk dirinya. Dia memakai she Tan dan nama Giok Bun. Nama Tan Giok Bun diumumkan sebagai nama wakil Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut. Padahal nama Tan Giok Bun merupakan sebuah nama yang sangat asing sekali bagi orang-orang Kangouw. Memang tentang pengangkatan wakil Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut tersiar cepat sekali dalam rimba persilatan, bahwa wakil Kauwcu itu masih sangat kecil sekali, berusia paling tidak dua belas tabun, bernama Tan Giok Bun. Benar-benar membuat semua orang rimba persilatan jadi bingung dan heran, mengapa seorang bocah seperti itu justeru dipilih sebagai wakil Kauwcu? Malah, di dalam urusan ini dirasakan oleh orang-orang Kangouw sebagai sustu peristiwa yang mengandung guyon, yang hendak dibuat oleh orang-orang Sah Tok Kauw. Banyak orang Kangouw menduga, didudukinya Tan Giok Bun sebagai wakil Kauwcu, bocah berusia dua belas tahun tersebut hanyalah sebagai boneka belaka. Setinggi-tinggi kepandaiannya, tentu tidak lebih tinggi dari kepandaian bocah-bocah sebaya dengan Tan Giok Bun. Sejauh itu belum ada orang Kangouw yang sempat menyaksikan kehebatan ilmu Tan Giok Bun, mereka jadi menduga-duga saja, karena justeru dari anak buah Sah Tok Kauw mereka dengar wakil Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut sangat hebat sekali. Dan mereka tidak bisa mempercayainya..
Sejauh itu Tan Giok Bun hanya mementingkan untuk menyelidiki asal usulnya. Telah dikeluarkan perintah kepada semua anggota Sah Tok Kauw untuk menyelidiki asal usulnya, juga kedua orang tuanya entah siapa dan di mana, dan dari mana wakil Kauwcu ini .... selama itu Tan Giok Bun semakin tidak sabar saja?
Semakin berduka, kalau teringat bahwa dia sebagai anak yatim yang tidak mengetahui asai usul maupun siapa kedua orang tuanya. Justeru sekarang dia telah duduk dengan kedudukan yang mulia, sebagai wakil Kauwcu Sah Tok Kauwcu, sebuah perkumpulan terbesar di dalam kalangan Kangouw. Kedudukan yang sebetulnya mustahil diraih begitu mudah oleh orang lain!
@-dewikz^aaa-@ THIA LAM SAN berdua dengan Souw Cui Seng tengah berada dalam perjalanan di kaki gunung Hoa-san. Sebuah gunung yang sangat sepi sekali. Mereka memang selalu menghadapi berbagai rintangan, tapi sejauh itu memang mereka bisa melakukan perjalanan yang. sudah ribuan lie. Mereka memang diliputi tanda-tanya, entah siapa orang yang selalu memusuhi mereka. Terutama sekali si nenek tua yang belum lama lalu hendak mencelakai mereka, di mana Lam San maupun Cui Seng memang tidak mengetahuinya dan tidak mengenal siapa adanya nenek tua itu dan mengapa memusuhi mereka.
Sebagai pasangan remaja, jelas mereka berdua sangat berani dan tabah sekali. Untuk ancaman bahaya tersebut tidak pernah membuat mereka gentar. Di samping itu, mereka memang berkelana atas perintah gurunya, di samping untuk sekalian menemui orang tua Thia Lam San, mereka memiliki tugas tertentu dari guru mereka.
Hanya ada satu gangguan yang selalu menggoda pikiran Thia Lam San, yaitu tentang Phang Sun Kongcu. Entah mengapa, dalam pertemuan pertama, pada pandangan pertama itu, Lam San sudah jatuh hati dan menyukai laki-laki yang tampan tersebut.
Hanya yang disesali oleh Lam San, mengapa justeru dja harus menyukai seorang pemuda yang memiliki perangai yang kasar dan juga memperlakukan dia dengan sikap sikap kurang ajar. Cuma saja, tanpa disadari oleh gadis itu, justeru sikap sikap Phang Sun Kongcu yang begitu agresip yang merangsangnya, jauh lebih menggairahkan dibandingkan dengan sikap Cui Seng, yang selalu takut-takut padanya. Di luar kesadaran si gadis juga, bahwa dia justeru telah menyukai Phang Sun Kongcu yang di samping memang jauh lebih tampan dari Souw Cui Seng, diapun menyukai keterusterangan Phang Sun Kongcu, yang membuka gamblang, betapa dia sangat menyukai si gadis.
Souw Cui Seng bukannya tidak mengetahui perobahan pada diri si gadis. Dia pun mengetahui juga bahwa hati Sumoaynya tersebut telah tertarik pada pemuda lain, telah jatuh pada Phang Sun Kongcu. Cuma saja, Souw Cui Seng cemburu tidak bisa berterang. Walaupun bagaimana, dia takut kalau mengutarakan terus terang perasaannya. Karenanya juga, pemuda itu cama dapat berdiam diri belaka.
Memang diakuinya, dia sangat mencintai Thia Lam San, cuma saja, yang sulit buat dia adalah mengutarakan isi hatinya, diapun di samping menghormati sumoaynya, pun sangat takut sekali, di samping sangat mencintainya. Karenanya Souw Cui Seng jadi salah tingkah dalam perjalanan berikutnya.
Sering Thia Lam San berdiam diri saja, dan Cui Seng pun berdiam diri tidak tahu dengan cara bagaimana harus memancing percakapan dengan gadis yang dicintainya itu.
Lam San sendiri tidak berselera untuk bicara banyak-banyak dengan Suhengnya tersebut. Dia lebih banyak berdiam diri saja.
Demikianlah, mereka berdua telah melanjutkan perjalanan dengan berdiam diri saja. Kalau memang ada yang perlu, barulah Lam San bicara satu dua patah kata. Pikiranya lebih banyak menerawang kepada Phang Sun Kongcu, pemuda yang disukainya, namun sekarang ini tidak diketahuinya berada di mana.
Dalam perjalanan kali ini, mereka berdua mempergunakan dua ekor kuda yang cukup kuat.
Kuda itu pun merupakan kuda kuda yang memang biasa melakukan perjalanan di gunung.
Dengan demikian, mereka tidak mengalami kesulitan dalam perjalanan yang mereka lakukan.
Sedang mereka membiarkan kuda masing-masing berlari di jalan gunung itu, tiba-tiba mendesing sebatang arak panah di udara. Nyaring bunyi suara panah itu, karena memang di anak panah itu terpasang alat suara yang bisa mengaung.
Thia Lam San dan Cui Seng jadi memandang heran, menengadah mengawasi ke anak panah itu. Mereka heran, entah siapa yang telah melepaskan anak panah itu.
Dulu, dari cerita guru mereka keduanya mendengar banyak penyamun gunung yang mempergunakan anak panah sebagai isyaraat untuk menentukan apakah calon korban mereka telah berada di tempat yang mereka tentukan. Dan teringat akan hal itu, baik Lam San maupun Cui Seng, saling memandang satu dengan yang lain.
Namun sepatah perkataanpun tidak keluar dari bibir mereka. Cui Seng menghela napas, dia menghentak tali les kudanya, membiarkan kudanya berjalan lebih jauh.
Lam San pun tanpa bilang apa-apa, telah menjalankan kembali kudanya, yang berjalan per lahan-lahan, tidak berlari seperti tadi.
Walaupun sepasang muda-mudi ini saling berdiam diri, namun tokh mereka berdua telah berwaspada. Mereka bersiap siaga, menjaga segala kemungkinan, bersiap siap kalau saja memang mereka akan dihadang oleh rombongan penyamun dikaki gunung itu.
Demikianlah, dalam kesunyian di gunung tersebut, hanya terdengar suara langkah kaki kuda yang berirama, mengisi kesunyian di gunung tersebut. Kedua kuda itu dibiarkan berjalan perlahan-lahan, Cui Seng bersama Lam San juga selalu mengawasi sekitarnya, di mana mata mereka mengawasi tajam, kalau-kalau disekitar tempat iiu bersembunyi para penyamun atau orang jahat.
Sedangkan saat itu Lam San juga telah mencekal gagang pedangnya, karena dia memang bersiap-siap menghunus pedangnya, kalau saja di waktu itu muncul penyamun yang hendak membegal mereka.
Setelah berjalan lagi dua lie lebih tetap saja tidak terjadi sesuatu. Tidak ada orang yang menghadang mereka. Di waktu itu juga tidak terlihat seorang manusia di sekitar tempat tersebut.
Tapi tengah Cui Seng dengan Lam San mengawasi sekelilingnya dengan penuh tanda tanya, mendadak sekali di tengah udara terdengar suara mengaung dari mendesingnya sebatang anak panah.
Lam San dengan Cui Seng saling pandang lagi. Mereka melihat, mungkin mereka akan menghadapi kesukaran di sebelah depan dari perjalanan mereka. Bukankah ini untuk kedua kalinya mereka melihat mendesingnya anak panah tersebut? Bukankah ini membuktikan, bahwa mereka yang tengah diincar oleh rombongan para penyamun itu?
Di saat itu tiba-tiba sekali kuda Lam San meringkik mengangkat kedua kaki depannya. Cui Seng juga sudah melihat sesuatu. Dari sebelah depan melompat keluar belasan sosok tubuh. Semuanya bergerak gesit sekali. Malah, rombongan orang itu telah memecah diri, mereka berdiri di kiri kanan jalan tersebut, seakan hendak menyambut seseorang yang sangat di hormati mereka.
Lam San berdua Cui Seng menahan berlarinya kuda mereka, dan telah bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan.
Sedangkan dari depan mereka telah melompat lagi beberapa orang. Salah seorang di antara rombongan yang kedua itu terdapat seorang bocah yang baru berusia belasan tahun, tapi berpakaian mewah.
Juga, tampak seorang wanita yang cantik rekali, berpakaian mewah, dengan mata tajam mengawasi Lam San dan Cui Seng bergantian, sikapnya dingin sekali.
"Siapa kalian?!" Bentak Cui Seng mendongkol, "Mengapa kalian menutup jalan kami?!"
Wanita cantik tertawa tawar, pada wajahnya tetap tidak terlihat perasaan apapun juga.
"Hemmm !" Mendengus dia, "Kalian turun dan ikut dengan kami !"
"Apa?!" Teriak Cui Seng gusar bukan main. "Kalian penyamun-penyamun kurang ajar ..!"
"Kami bukan penyamun, kami tidak memiliki maksud untuk mengambil harta kalian! Jika tokh kami menghendaki barang dan harta kalian berapa banyak sih harta kalian? Ada barang berharga apa sih yang kalian bawa? Justru kami menghendaki diri kalian! Turunlah dari kuda kalian dan baik-baik ikut dengan kami!"
Cui Seng tidak bisa menahan diri, dia telah menghunus pedangnya. Dia bermaksud akan menerjang kepada wanita itu.
Tapi wanita tersebut sudak mengibaskan tangannya. Serangkum angina pukulan yang kuat sekali sudah menerjang dan membuat Cui Seng hamper terjengkang. Untung saja masih sempat untuk menjaga kuda-kuda kedua kakinya, maka tidak perlu dia sampai terjengkang oleh sampokan tenaga kibasan tangan wanita tersebut.
Tapi, hal itu tidak urung membuat Cui Seng kaget tidak terhingga, karena hanya dengan mengibaskan tangannya saja, dimana wanita itu melakukannya dengan kibasan yang enteng saja, tapi telah sempat membuat Cui Seng hampir terjengkang rubuh. Kalau sampai hal itu terjadi di mana lebih kuat lagi, niscaya akan membuat dia tidak bisa mempertahankan kuda kudanya. Juga ini sudah memperlihatkan bahwa kepandaian wanita tersebut sangat tinggi sekali. Yang pasti memang kepandaian wanita itu jauh lebih tinggi dari kepandaian Cui Seng.
Lam San yang menyaksikan apa yang terjadi pada diri Cui Seng, kaget tidak terhingga. Namun gadis ini bisa bernapas lega waktu melihat Cui Seng berhasil berdiri dengan sepasang kaki terlebih dulu di tanah dan tidak kurang suatu apapun juga.
Waktu itu wanita itu, yang sangat cantik, telah bilang "Kalian harus ikut kami dan jangan rewel. Jika memang kalian membangkang berarti kalian mencari penyakit sendiri...!"
Tapi Cui Seng nekad sekali, dia mana kenal takut? Sambil berteriak keras dia menerjang dengan pedangnya menikam beberapa kali. Namun wanita cantik itu bisa menghindar dengan mudah, tubuhnya cuma meliuk ke sana kemari dan dia sudah bisa menghindarkan diri. Di waktu itu malah tangannya sudah diulur mencengkeram kuat sekali lengan Cui Seng. Dan di saat inilah Cui Seog mengambil keputusan yang cepat. Kalau dia membiarkan tangannya tercekal oleh wanita itu berarti dia akan mati daya. Maka jalan satu-satunya ialah mempergunakan ilmu It Yang Cie, ilmu totokan jari tunggal, dimana dia menyerang hebat sekali ke arah dada lawan itu.
Wanita itu kaget, dia sampai berseru nyaring dan melepaskan cekalannya, dia sudah menjauhi Cui Seng. Kalau tidak dilepaskan cekalannya jelas dia akan terluka oleh serangan It Yang Cie tersebut.
Lam San tertegun sejenak, namun akhirnya tersadar. Dia melompat turun dari kudanya, tubuhnya melesat ringan sekali, hinggap disamping Cui Seng dengan pedang melintang didepan dadanya.
"Suheng, kau tidak apa-apa?!" Tanyanya dengan penuh perhatian.
Terhibur hati Cu Seng. Lam San memperhatikan keselamatan dirinya. Inipun sudah lebih dari cukup untuk membangunkan semangatnya.
"Tidak apa apa, Sumoay...wanita jahat itu harus dihajar!" Dan Cui Seng sudah menerjang lagi. Karena pedangnya tadi telah dilepaskan jatuh ke tanah, maka dia mempergunakan jari telunjuknya, dia menyerang dengan It Yang Cie. Setiap serangan yang dilakukannya merupakan penyerangan yang bisa mematikan atau sedikitnya bisa melumpuhkan lawan.
Wanita itu tidak menyangka bahwa Cui Seng memiliki dan menguasai ilmu It Yang Cie. Ilmu yang sebetulnya merupakan ilmu yang terlihay didalam rimba persilatan.
Melihat Cui Seng sudah menyerbu lagi kepadanya, wanita itu bersiap-siap hendak menyambut. Tapi waktu itu si bocah belasan tahun yang berdiri tidak jauh dari wanita itu, dengan muka dingin mengibaskan tangannya. Dan luar biasa, tenaga yang dikibaskan dari tangannya jauh lebih kuat dibandingkan dengan tenaga wanita itu. Sekali ini Cui Seng tidak menghindar lagi, tidak sanggup menguasai kuda-kuda kedua kakinya. Malah menjerit, dan kemudian memuntahkan darah segar !
Lama San kaget tidak terkira. Dia menerjang kepada bocah itu. Namun bocah itu sekali lagi mengibas.
Tubuh Lam San seperti disampok sesuatu kekuatan dahsyat yang tidak tampak, tidak ampun lagi Lam San pun rubuh terguling ditanah. Sama seperti Cui Seng malah dia telah memuntahkan darah segar. Tenaganya seperti lenyap. Walaupun Lam San masih berusaha untuk bangkit guna mengadakan perlawanan lagi tokh tenaganya sudah tidak mungkin malah akhirnya dia diringkus oleh orang-orang itu.
Siapakah mereka? Ternyata wanita cantik itu adalah Kauwcu Sah Tok Kauw, yang datang memang untuk meringkus Cui Seng dan Lam Sam. Sedangkan bocah yang berusia belasan tahun tersebut tidak lain dari si Mesum, wakil Kauwcu, yang sudah memakai nama Tan Giok Ban. Kauwcu Sah Tok Kauw sudah mendengar ada dua orang, sepasang muda-mudi dari Thian San, yang selama ini muncul dalam rimba persilatan. Maksud tujuan perjalanan sepasang muda mudi itu untuk menyampaikan surat rahasia kepada beberapa pentolan Kangouw. Diduga oleh Kauwcu Sah Tok Kauw, kalau memang surat penting itu sampai ditangan para pentolan Kangouw, niscaya akan menimbulkan kesulitan untuk pihak Sah Tok Kauw. Karena justeru para pentolan Kangouw itu merupakan orang-orang yang menempuh jalan putih, yang pasti akan memusuhi pihak Sah Tok Kauw.... Karenanya juga Kauwcu Sah Tok Kauw hendak membekuk Lam San dan Cui Seng.
Tapi waktu Lam San dan Cui Seng yang telah diringkus itu hendak digiring dibawa pergi meninggalkan tempat tersebut, justeru di saat itu telah berkelebat sesosok bayangan putih. Cuma saja, sosok bayangan putih itu, mengenakan topeng putih juga pada mukanya, yang membuat setiap orang tidak bisa melihat wajahnya dan tidak mengetahui siapa orang itu!
Justeru di waktu itu, orang-orang Sah Tok Kauw tengah menggiring Lam San dan Cui Seng, sosok tubuh itu membentak "Lepaskan mereka ! Jangan mengganggu mereka!"
Semua orang menahan langkah kaki mereka, mengawai kepada sosok tubuh putih yang baru muncul itu.
Melihat gerakannya yang sangat lincah, memastikan orang itu orang itu adalah seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi, karena memang munculnya secepat kilat dan waktu hinggap kedua kakinya tidak mengeluarkan suara sedikitpun juga. Itulah menunjukkan ginkangnya telah mahir sekali.
Wanita yang menjadi Kauwcu Sah Tok Kauw segera juga menegur : "Siapa kau?! Apa maksudmu mencampuri urusan kami?!"
"Tidak perlu kalian mengetahui siapa diriku!" menyahuti orang berpakaian serba putih itu. "Lepaskan mereka !"
Lam San dan Cui Seng sudah melihat sosok bayangan putih itu, segera mereka bisa menduga orang inilah yang dulu-dulu dalam perjalanan mereka selalu melindungi dan membantu mereka. Dalam hati mereka jadi girang. Tapi, keduanya menduga-duga, entah siapa orang yang berpakaian serba putih itu, sebab mukanya tertutup kain putih, hanya berlobang pada kedua matanya belaka, yang bersinar sangat tajam.
"Justeru kami ingin mengetahui siapa kau !" Kata Kauwcu Sah Tok Kauw, dia menoleh kepada Giam In Kay, katanya :" In Kay, beri tanda mata pada orang itu..!"
Giam In Kay, si pengemis yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan lwekang kepada si Mesum, atau sekarang yang dikenal sebagai Tan Giok Bun itu, sudah mengiyakan tanda dia menerima perintah, dan melompat kedepan orang berpakaian serba putih itu.
Tapi orang berpakaian serba putih itu tertawa dingin.
"Giam In Kay, lebih baik kau jangan sia-sia membuang tenaga, pergilah ketempatmu !" Kata orang berpakaian serba putih itu.
Kaget Giam In Kay, karena orang itu mengetahui siapa dirinya. Tapi dia sudah menerima perintah Kauwcunya, dengan sendirinya dia tidak bisa menunda-nunda perintah tersebut. Maka dengan tertawa dingin dia bilang "Akh, aku ingin satu kali saja melihat mukamu.!" Sambil berkata begitu dia menerjang kedepan dengan tangan terjulur untuk menjambret kain penutup muka orang itu. Gerakannya cepat, dia yakin tangannya pasti bisa menjambret kain penutup muka orang itu.
Tapi orang berpakaian serba putih itu tetap diam saja di tempatnya, sama sekali dia tidak berusaha mengelak dari tangan si pengemis. Cuma saja, waktu tangan si pengemis hampir menjambret kain penutup mukanya, justerus di saat itulah jarang tangan orang tersebut telah menuding. Seketika terdengar pekik dari jerit kesakitan. Tubuh Giam In Kay terhuyung mundur dengan muka pucat, karena tangan kanannya yang tadi dijulurkannya itu telah patah tulangnya menjadi tiga.
Luar biasa ! Rupanya jari telunjuk orang tersebut sangat hebat sekali. Sekali menunjuk saja dia sudah bisa mematahkan tulang tangan Giam In Kay, yang sebetulnya bukan orang lemah. Karena si pengemis merupakan tokok persilatan yang tangguh. Tapi kenyataan yang ada, justeru dia telah dipatahkan tangannya sedemikian rupa dalam satu gebrakan. Bisa dibayangkan betapa tangguhnya sang lawan tersebut.
"It Yang Cie!" Berseru Kauwcu Sah Tok Kauw dengan muka berobah. "Siapa kau sebenarnya ?!"
Orang berpakaian putih itu mendengus mengejek.
"Sudah kukatakan kau tidak perlu siapa aku kuperintahkan cepat kalian membebaskan mereka berdua ! Sedikit saja terlambat, kalian tentu tidak akan selamat meninggalkan gunung ini!"
Waktu mengancam seperti itu, suaranya sangat menyeramkan sekali. Tapi Kauwcu Sah Tok Kauw tidak jeri. Tubuhnya lincah sekali melompat kedepan, malah dia berseru:"Aku justeru ingin merasakan hebatnya It Yang Ciemu!"
"Hemm !" Mendengus orang berpakaian serba putih itu. Tapi tidak urung dia harus menghindar, karena memang diwaktu itu Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut telah mulai menyerang dia. Serangan yang dilakukan Kauwcu Sah Tok Kauw bukanlah merupakan serangan yang ringan. Malah, waktu itu orang berpakaian serba putih itu sudah empat kali harus menghindarkan diri. Dia sudah mencoba untuk menyerang dengan It Yang Cie nya, namun Kauwcu Sah Tok Kauw itupun gesit sekali, dia bisa menghindar kesana kemari, dimana memang diwaktu itu tampak betapapun juga Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut sangat hebat, seakan juga tidak jeri terhadap It Yang Cie seorang itu.
Lam San dan Cui Seng yang tertawan, diam-diam heran. Karena orang itu memiliki It Yang Cie, ilmu andalan guru mereka. Entah siapa tuan penolong mereka ini? Tentu saja berbagai tanda tanya dihati sepasang remaja itu semakin membesar juga.
Orang berpakaian serba putih itu sudah mengeluarkan tertawa yang menyeramkan, kemudian katanya: "Apakah benar-benar kau tidak mau memenuhi perintahku, heh?! Apakah engkau ingin terluka dulu atau mampus ditanganku barulah akan membebaskan mereka?!"
Kauwcu Sah Tok Kauw pun gusar.
"Aku akan memperlihatkan kepadamu siapa yang liehay dan siapa yang . !" Teriaknya. Benar-benar Kauwcu Sah Tok Kauw, yang memang liehay itu, beruntun telah menyerang hebat sekali. Beruntun dia mengincar ulu hati, pelipis dan juga leher orang berpakaian putih itu. Tentu saja, diapun bermaksud akan menjambret kain penutup muka orang tersebut.
Hanya saja orang berpakaian putih itu sangat liehay, dalam pertempuran tersebut juga sudah bisa dilihat bahwa kepandaian orang berpakaian serba putih itu memang luar biasa, mungkin juga di atas kepandaian Kauwcu Sah Tok Kauw.
Malah, setelah mengeluarkan ancamannya seperti itu, diapun sudah merubah cara bertempurnya. Hebat bukan main dia mendesak Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut.
Kauwcu Sah Tok Kauw jadi terkejut, hatinya terkesiap. Dia memang sudah melihat bahwa kepandaian orang berpakaian serba putih itu memang sangat tinggi, tapi dia tidak menyangka seliehay tersebut. Maka disaat dia terdesak, Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut jadi berpikir untuk melepaskan diri dari libatan orang berpakaian serba putih itu.
"Tan Giok Bun, kau wakilkan aku melayani dia!". Tiba-tiba Kauwcu Sah Tok Kauw berseru.
Tan Giok Bun, si Mesum, tengah mengawasi tertegun. Dia melihat ilmu silat yang hebat. Dia memperhatikan setiap gerakan orang berpakaian serba putih dan juga jurus dari Kauwcu Sah Tok Kauw. Walaupun hanya satu kali saja mengawasi, tokh kenyataanya semua jurus-jurus itu seakan sudah tercetak di dalam otaknya. Dia sudah ingat semuanya.
Sekarang mendengar teriakan Kauwcu Sah Tok Kauw, maka ia mengiyakan. Tubuhnya ringan melompat ketenga kalangan.
Waktu itu terlihat Kauwcu Sah Tok Kauw yang memperoleh kesempat untuk melompat mundur, segera membiarkan Tan Giok Bun menghadapi orang berpakaian serba putih itu.
"Hahahaha!" Tertawa orang berpakaian serba putih dengan suara tergelak-gelak. "Lucu! Lucu! Sudah jelas kau sendiri hamper mampus ditanganku. Sekarang kau majukan seorang bocah kepadaku benar-benar lucu! Benar-benar lucu!"
Tan Giok Bun tidak gusar, si bocah telah bilang, "Aku ingin minta pelajaran dari kau!"
Sambil berkata begitu, tahu-tahu tangannya telah diulurkannya, dia akan mencengkeram tangan orang berpakaian serba putih itu.
Orang berpakaian serba putih itu sebetulnya tidak memandang sebelah mata kepada si bocah, tapi begitu melihat gerakan tangan si bocah, hatinya terkesiap. Tangan si bocah begitu sebat juga tenaga yang terpancar dari tangan si bocah juga sangat kuat sekali, mengandung hawa dingin dan panas.
Itulah tanda-tanda bahwa tenaga si bocah bukanlah tenaga sembarangan, maka diapun cepat-cepat menghindar. Dia melihat si bocah melompat menyusulnya, maka orang berpakaian serba putih tersebut segera menunjuk dengan jari telunjuknya, dia mempergunakan It Yang Cie.
Tan Giok Bun melihat orang menunjuk kepadanya, maka diapun menunjuknya. Maka seketika tenaga It Yang Cie itu seperti ditempel oleh kekuatan tenaga dalam si bocah. Malah yang membuat orang berpakaian serba putih itu kaget, dia merasakan hawa murninya seperti mengalir keluar lewat jari tangannya dan tersedot tidak bisa dihalangi lagi olehnya !
"Ihhh!" berseru orang berpakaian serba putih itu, cepat-cepat dia menarik pulang tangannya dan tenaganya.
Sedangkan si bocah sudah melompat lagi kepadanya, dia menyerang pula dua kali beruntun.
Si baju putih itu tidak berani sembarangan untuk memandang remeh pada bocah itu. Waktu itulah dia sudah mengeluarkan kepandaiannya. Hanya saja setelah bertempur sekian jurus, kembali dia menjadi heran, karena bocah itu menyerangnya dengan jurus2nya. Jurus-jurus yang menjadi milik orang berpakaian serba putih itu.
"Ihhh, apakah kau murid dari pintu perguruan Lam San ?!" tegur orang berpakaian serba putih. "Apakah hubunganmu dengan Lam San Gie Kong di Thian San.?"
Tan Giok Bun tertawa tawa.
"Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan orang yang kau tanyakan!" Sambil menyahuti seperti itu, tangannya sudah menyerang lagi, tetap saja dia mempergunakan jurus-jurus ilmu silat yang dicangkoknya dari orang berpakaian serba putih itu. Memang dia telah mengawasi dan memperhatikan jurus-jurus orang berpakaian serba putih itu dalam waktu sekejap saja, toh sudah bisa mengingatnya dengan baik, malah dia sudah bisa menyerang dengan ilmu tersebut sama baiknya seperti dipergunakan oleh orang berpakaian serba putih itu.
Orang berpakaian serba putih yang mukanya tertutup itu, mencilak matanya, karena dia kaget dan seperti melihat hantu di tengah hari! Karena memang dia sulit mempercayainya, betapapun juga memang di waktu itu si bocah mempergunakan semua jurus dari ilmu silatnya!
Tan Giok Bun telah mendesak terus, dia ingin sekali membuka tutup muka orang itu, untuk melihat siapakah sebenarnya orang itu. Tapi disebabkan orang itu memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, tidak mudah Tan Giok Bun untuk melaksanakan niatnya tersebut.
Karena mendongkol, penasaran dan juga gusar sekali, karena menghadapi seorang bocah seperti Tan Giok Bun, yang semula tidak dipandang sebelah mata, ternyata sekarang merupakan lawan yang sangat tangguh sekali. Karenanya juga, dia telah bermaksud untuk menyerang dengan mempergunakan ilmu simpanannya dan andalannya. Satu kali, dia melihat kesempatan itu dimana Tan Giok Bun belum lagi meneruskan serangannya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh orang berpakaian serba putih. Tubuhnya seperti elang, sudah melompat dengan gesit dan jari tangannya sudah menunjuk. Dia menghantam lima bagian di anggota tubuh Tan Giok Bun dengan It Yang Cie nya!
Tenaga It Yang Cie orang berpakaian serba putih itu memang sangat dahsyat. Di waktu itu dia merasakan bahwa tenaga It Yang Cie itu mendesaknya hebat sekali membuat Tan Giok Bun harus menghindarkan diri beberapa kali. Beruntung saja dia memang sangat hebat dan gesit, maka dia bisa menghindarkannya dengan mudah.
Tapi orang berpakaian serba putih itu tidak mau memberikan kesempatan pada Tan Giok Bun untuk balas menyerang, dia sudah menyerang terus dengan gencar, karena dia memang ingin merubuhkan Tan Giok Bun.
Sambil mendesak hebat seperti itu, diam-diam orang berpakaian serba putih tersebut juga berpikir didalam hatinya : "Entah siapa bocah ini ? Mengapa dia memiliki dan menguasai ilmu silatku ? Sungguh aneh sekali ! Dan tadi waktu dia sempat membalas seranganku dengan menunjukkan juga jari telunjuknya, tampak diapun paham dengan ilmu It Yang Cie! Siapakah dia sebenarnya ? sungguh mengherankan?!"
Saat itu Tan Giok Bun sudah menghindar sampai delapan kali, dan akhirnya dia tidak menghindar lagi. Dia berdiri diam, dia seakan juga tidak bermaksud menghindarkan lagi pukulan It Yang Cie lawannya.
Orang berpakaian serba putih itu sebetulnya tidak sampai hati untuk mencelakai hebat si bocah, karena usianya yang masih begitu muda. Akan tetapi, dalam keadaan seperti itu, dia mengeraskan hatinya, walaupun bagaimana dia harus merubuhkan si bocah. Kalau sampai si bocah bisa melibatnya dan akhirnya kelak dia yang dirubuhkan si bocah, bukankah nama besarnya dan pamornya akan runtuh, dimana dia dirubuhkan oleh seorang bocah cilik seperti Tan Giok Bun. Karenannya juga, tanpa mengurangi sedikitpun tenaga serangan It Yang Cie nya, dia meneruskan totokannya pada dada si bocah.
Hebat totokan itu, Kauwcu Sah Tok Kauw, Giam In Kay, dan anggota Sah Tok Kauw lainnya jadi terkejut. Mereka berseru-seru mengingatkan Tan Giok Bun agar menghindarkan diri dari serangan itu, kalau sampai wakil kauwcu mereka itu gagal menghindarkan diri, mereka tidak bisa membayangkan, betapa hebat bencana yang akan menimpa diri wakil kauwcu mereka, karena mereka sudah menyaksikan hebatnya It Yang Cie orang berpakaian serba putih tersebut.
Dalam keadaan seperti itu tampak It Yang Cie dari orang berpakaian serba putih itu telah tiba pada sasarannya, jari telunjuknya menuding dan mengenai dada Tan Giok Bun.
Cuma saja Tan Giok Bun tetap tidak berusaha menghindar, membiarkan jari telunjuk orang berpakaian serba putih itu menempel di tubuhnya. Cuma terlihat Tan Giok Bun menghirup udara segar dalam-dalam, seakan juga dia tengah mengerahkan tenaga dalamnya.
Orang berpakaian serba putih itu jadi girang sekali, dia yakin, begitu jari telunjuknya mengenai dada Tan Giok Bun, si bocah akan terpental dan terluka parah didalam tubuhnya.
Tapi apa yang terjadi? Waktu jari tangan orang berpakaian serba putih itu mengenai dada si bocah, justeru orang berpakaian serba putih itulah yang terkejut sekali, semangatnya seperti meninggalkan raganya.
Sebab begitu ujung jari tangannya menyentuh dada Tan Giok Bun, seketika dia merasakan hawa murninya seperti menerobos keluar dari ujung jari telunjuknya itu, dimana juga hawa murni itu bagaikan arus listrik, tidak bisa dibendung lagi, pindah ketubuh si bocah.
Tan Giok Bun sendiri berdiri tetap ditempatnya dengan tenang, wajahnya tetap berseri, tidak memperlihatkan perasaan kaget atau kesakitan. Waktu itu malah dia berdiri diam tanpa bermaksud mendorong tubuh si baju putih. Dan lewat sekian lama, barulah dia mengulurkan tangannya, untuk menjambret topeng kain putih yang dipakai lawannya.
Orang berpakaian serba putih waktu merasakan hawa murninya seperti mengalir keluar dari ujung jari tangannya, segera bermaksud menarik pulang tangannya. Tapi ujung jari telunjuknya itu bagaikan menempel terus didada Tan Giok Bun, tidak bisa ditarik pulang. Dan tubuh orang berpakaian serba putih itu jadi semakin lemas, karena hawa murninya masih berhamburan keluar dari ujung jari tangannya. Kalau sampai terjadi lebih lama lagi, niscaya akhirnya orang berpakaian serba putih itu bisa mati kehabisan tenaga, mati lemas!
Tentu saja hal ini mengejutkan orang berpakaian serba putih itu. Malah dia jadi merasa ngeri dan takut, kalau berpikir lebih jauh, kalau urusan ini berlangsung terus niscaya dirinya akan mati lemas!
Mati-matian dia berusaha mengempos semangatnya, dimana dia berusaha menarik pulang tangannya, Karena dia tidak mau kalau tenaga lwekangnya tersedot keluar terus, pindah ketubuh si bocah.
Sekarang dia melihat tangan Tan Giok Bun diulurkan untuk membuka topengnya.
Dia berusaha mengerahkan tenaga dalammnya dia menarik jari telunjuknya, maksudnya ingin melompat kebelakang untuk menghindarkan tangan si bocah yang ingin membuka topengnya.
Tapi usahanya tetap gagal. Maka, jalan satu-satunya hanyalah mengayunkan tangannya yang lain, tangan kiri untuk menangkis tangan si bocah. Tangkisan itu cukup keras, tapi tubuh orang berpakaian serba putih itu terpental keras.
Hal ini disebabkan orang berpakaian serba putih itu mulai lemas, tenaganya sudah terhisap banyak sekali, sehingga dia tidak bisa mengerahkan seluruh tenaga yang sebenarnya dimilikinya pada tangan kirinya. Dia terpental keras. Karena terhentak, jari telunjuknya juga tertarik lepas dari tempelan dada Tan Giok Bun.
Cuma saja, terlepasnya jari telunjuk itu memiliki akibat yang tidak ringan buat si orang berpakaian serba putih itu, sebab jari telunjuknya jadi terkilir, dan sakit bukan main. Malah orang berpakaian serba putih itu menyangka jari telunjuknya menjadi patah!
Pada saat itu, dengan tertawa dingin Tan Giok Bun sudah bilang, "Hemmm, ilmu apa yang tadi kau pergunakan? Bukan engkau seorang saja yang bisa mempergunakan ilmu semacam itu! Aku juga bisa melakukannya !" setelah berkata begitu Tan Giok Bun mengangkat tangan kanannya, jari telunjuknya menuding, maka hebat kesudahannya, karena dari ujung jari telunjuknya itu keluar hawa yang panas dan dingin menjadi satu! Justru itulah ilmu It Yang Cie, malah sekarang ditambah dengan hawa yang dingin seperti es, kearah orang berpakaian serba putih itu.
Orang berpakaian serba putih, yang waktu itu tengah berusaha hendak bangun berdiri, jadi kaget tidak terhingga. Dia berusaha mengelak. Memang serangan jari telunjuk si bocah tidak sampai mengenai dadanya, sasaran yang diinginkan Tan Giok Bun, justeru menghantam pahanya. Seketika orang berpakaian serba putih itu menjerit keras, karena dia merasakan pahanya seperti juga menjadi patah. Di waktu itulah tampak dia meringis menahan sakit yang luar biasa. Mungkin tulang pahanya itu telah hancur remuk oleh kekuatan tenaga Tan Giok Bun.
Tan Giok Bun tertawa mengejek, dia menghampiri orang berpakaian serba putih itu.
Di saat itu juga tampak orang-orang Sah Tok Kauw memandang dengan mata terbeliak kagum. Dan ketika merasa tersadar, semua bersorak girang.
Apa yang mereka saksikan memang luar biasa sekali, karena biarpun usianya masih muda sekali, tokh bocah itu telah bisa merubuhkan orang berpakaian serba putih itu dengan mudah.
Kalau memang dilihat demikian, tampaknya kepandaian Tan Giok Bun berada diatas kepandaian kauwcu mereka sendiri!
Bukankah tadi waktu Kauwcu mereka menghadapi orang berpakaian serba putih itu, sang Kauwcu sudah terdesak? Tapi oleh Tan Giok Bun justerus orang berpakaian serba putih itu telah dirubuhkannya mudah sekali..
Kauwcu Sah Tok Kauw juga berdiri tertegun dia heran bukan main, mengapa dalam waktu yang demikian singkat si Mesum yang sekarang dikenal bernama Tan Giok Bun, bisa memiliki kepandaian yang begitu tinggi? Sekarang saja sudah jauh lebih lihay dibandingkan dengan beberapa hari yang lalu! Jika beberapa waktu yang lalu tampaknya Tan Giok Bun belum lagi begitu lancar untuk bertempur, biarpun dia memiliki kepandaian yang tinggi, toh kenyataannya dia belum berpengalaman.
Namun sekarang Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut melihat, dengan mudah Tan Giok Bun merubuhkan musuh yang begitu tangguh. Di dasar hatinya lahir perasaan takut dan kuatir. Dia kuatir dan takut kalau-kalau nanti justeru Tan Giok Bun bermaksud untuk merampas kedudukan Kauwcu, tentu dia tidak bisa menghadapi si bocah... tidak bisa mencegahnya dan teringat semua itu dia jadi menggidik ngeri.
Sedangkan waktu itu Tan Giok Bun sudah menghampiri orang berpakaian serba putih itu semakin dekat juga, dia sudah memberi tegak dan tanyanya diiringi dengan tertawanya " "Hemm, apa kataku tadi? Bukankah akupun bisa dengan ilmu yang kau miliki? Maka dari itu, ilmu silatmu tidak terlalu luar biasa!"
Orang berpakaian serba putih itu, yang matanya tampak dari lobang topeng penutup mukanya, mencilak-cilak, dia bertanya dengan suara dingin : "Siapa. siapa kau sebenarnya.?!"
Waktu itu orang berpakaian serba putih itu seketika mau menduga, tentunya si bocah ini sebetulnya bukan seorang bocah, hanya kebetulan tubuhnya yang pendek saja, padahal dia seorang jago yang telah berumur. Tentang wajahnya yang masih begitu muda, mungkin juga dia seorang jago kontet yang awet muda!
Orang berpakaian serba putih berpikir seperti itu, karena memang dia tidak bisa mempercayai seorang bocah seperti Tan Giok Bun bisa merubuhkannya begitu mudah!
Sedangkan Tan Giok Bun sudah tertawa dingin.
"Kau ingin mengetahui siapa aku ?!" Tanyanya.
Orang berpakaian serba putih terdiam. Dia gusar dan penasaran sekali.
"Hemmm," mendengus Tan Giok Bun. "Aku she Tan, namaku Giok Bun. Atau kalau kau mau boleh panggil aku dengan sebutan si Mesum!"
"Baiklah ! kalau memang engkau mau membunuhku, bunuhlah! Tapi kau jangan harap bisa menghinaku!" Kata orang berpakaian serba putih itu dengan suara berang.
"Aku tidak mau membunuhmu..!" Dingin sekali suara Tan Giok Bun, sambil melangkah lebih dekat.
"Jangan harap kau bisa menghina aku!" Teriak orang berpakaian serba putih itu.
"Akupun tidak bermaksud menghinamu! Aku hanya ingin melihat mukamu, karena aku telah diperintah oleh Kauwcuku, untuk membuka topengmu itu!" kata si bocah.
Serasa ingin meledak dada orang berpakaian serba putih tersebut, dia berusaha mengempos semangatnya, karena dia bersiap-siap kalau si bocah sudah berada lebih dekat dengannya, di waktu itu dia akan membarengi untuk menghantam, untuk mengadu jiwa dengannya.
Disaat itu Tan Giok Bun memang menghampiri lebih dekat. Bocah itu malah berjongkok didekat orang berpakaian serba putih itu. Dengan berani sekali dia mengulurkan tangan kanannya, dia bermaksud akan menarik lepas topeng muka orang itu.
Disaat itulah, disertai teriakkan yang nyaring sekali, kepalan tangan orang berpakaian serba putih itu telah menyambar, menghantam pundak Tan Giok Bun kuat sekali.
Tan Giok Bun kaget. Dia memang lihay, tapi dia kurang pengalaman. Maka dari itu tidak heran, tidak keburu dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk menangkis hantaman orang berpakaian serba putih tersebut, dimana dia telah terlempat keras sekali akibat dari pukulan itu. Tubuhnya terlempar ketengah udara. Beruntung dia memang memiliki ginkang yang mahir sekali, maka dia bisa mencelat berputar di tengah udara, waktu tubuhnya turun di tanah, hinggap dengan kedua kaki terlebih dulu. Sama sekali dia tidak terbanting. Cuma saja, muka Tan Giok Bun agak pucat, karena bocah itu memang terkejut, dimana dia telah terhantam begitu hebat. Dia tidak terluka dalam, cuma merasakan pundaknya yang tergempur itu sakit bukan main.
Kauwcu Sah Tok Kauw kaget tidak terhingga melihat Tan Giok Bun terhantam begitu kuat, yang membuat bocah itu sampai terpental keras. Dan mereka menyangka bahwa si bocah mungkin sudah bersiap sedia untuk menerima serangan itu, tapi siapa tahu memang Tan Giok Bun kurang pengalaman. Dia memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, tapi berhubung dia kurang pengalaman kurang hati-hati dan kurang perhitungan. Dia tidak menyangka bahwa orang berpakaian serba putih itu justeru akan menyerangnya hebat seperti itu.
Tapi setelah melihat Tan Giok Bun berdiri tegak tanpa kurang suatu apapun juga, Kauwcu Sah Tok Kauw dan yang lainnya, bisa bernapas lega.
Tan Giok Bun sudah mengawasi orang berpakaian serba putih itu.
"Hemmm, kau bertindak curang!" Menggumam Tan Giok Bun dengan suara dingin dan menghampiri orang berpakaian serba putih itu.
Sedangkan orang berpakaian serba putih itu terkejut dan takjub, karena diwaktu itu dia menduga justeru bocah itu akan terhajar remuk pundaknya dan terluka parah. Siapa tahu, bocah itu sama sekali tidak mengalami cidera apapun juga. Diwaktu itulah dia sudah melangkah menghampirinya lagi.. Sungguh suatu hal yang sangat menakjubkan sekali!
Setelah melangkah lebih dekat, Tan Giok Bun bertanya dingin: "Apakah kau yang ingin membuka sendiri topengmu atau memang hendak kubukakan?!"
Orang berpakaian serba putih itu terdiam.
"Kau tuli? Apakah kau ingin membuka sendiri topengmu itu atau perlu aku yang membukakan?!" Tanya Tan Giok Bun, yang telah mengulangi pertanyaannya lagi.
Orang berpakaian serba putih itu putus asa.
"Habis ! Habislah semuanya! Aku tidak sangka hari ini justeru aku rubuh ditangan seorang bocah cilik yang sebetulnya tidak punya guna!" Menggumam orang berpakaian serba putih itu dengan suara yang mengandung kedukaan penasaran dan kegusaran.
Tapi Tan Giok Bun tidak memperdulikan sikap orang itu, dia menghampiri lebih dekat.
"Baiklah! Karena kau tidak mau membuka topengmu itu, biarlah aku yang membukanya!" Sambil berkata begitu, tangan Tan Giok Bun sudah diulurkannya, dia bermaksud akan membuka topeng orang itu.
Tapi orang berpakaian serba putih itu sudah kalap, dia berteriak :"Jangan harap kau bisa membuka topengku disaat aku masih hidup! Aku akan mengadu jiwa dengan kau!"
Walaupun paha kanannya terluka dan tulang pahanya itu seperti juga telah remuk, tapi orang berpakaian serba putih itu yang tengah kalap, telah melompat menerjang Tan Giok Bun, tangannya menghantam ke batok kepala Tan Giok Bun.
Tapi sekali ini kembali orang berpakaian serba putih gagal, sebab disaat itu tangan Tan Giok Bun sudah mengulurkan tubuhnya tersampok mental. Malah waktu itu, dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata orang biasa, tangan Tan Giok Bun sudah menyambar topeng muka orang itu! Waktu tubuh orang itu terbanting di tanah justeru topengnya itu sudah terlepas! Mukanya tampak dengan jelas!
Lam San dan Cui Seng yang tengah mengawasi tegang sekali apa yang tengah terjadi, jadi terkesiap, kaget tidak terhingga.
"Suhu!" Teriak mereka dengan suara nyaring, karena seketika juga mereka mengenali orang yang topengnya baru terbuka itu adalah guru mereka, yaitu Lam San Gie Kong ! Dan ini benar-benar berada diluar dugaan mereka!
Justeru memang Lam San Gie Kong telah perintahkan Lam San dan Cui Seng pergi berkelana sambil membawa tugas yang dibebankan kepada mereka, yaitu untuk menemui beberapa orang tokoh rimba persilatan. Karena tidak yakin murid-muridnya itu sudah bisa berdiri sendiri, maka Lam San Gie Kong menguatirkan sekali keselamatan mereka. Dan dia telah mengikuti terus kedua muridnya secara diam-diam. Sedangkan istrinya tidak turut serta, karena berdiam diri di Thian San, untuk mengurus murid-murid mereka yang lainnya.
Selama dalam perjalanan Lam San Gie Kong sudah menolongi kedua muridnya tersebut setiap kali Cui Seng dan Lam San terancam bahaya, justeru Lam San Gie Kong menolongi mereka secara diam-diam. Sejauh itu memang Lam San dan Cui Seng dapat diselamatkannya.
Sampai sekarang, disaat Lam San dan Cui Seng terjatuh kedalam tangan orang-orang Sah Tok Kauw. Dia muncul untuk menolong kedua muridnya. Untuk mencegah kedua muridnya itu tidak mengenalinya, dia mengenakan topengnya. Tapi siapa tahu, sekali ini Lam San Gie Kong telah kebentur batu. Dia telah dirubuhkan oleh seorang bocah yang semula tidak dipandang sebelah mata. Malah celakanya, topeng mukanya telah dilepaskan oleh Tan Giok Bun, dia juga telah terluka ditangan Tan Giok Bun. Karena itu pula membuat dia benar-benar putus asa dan berduka bercampur gusar yang sangat.
Di saat itu Tan Giok Bun sudah menghampiri, dia bilang, "Hemm, jadi mereka berdua adalah murid-muridmu?!"
Mata Lam San Gie Kong mengawasi mendelik kepada Tan Giok Bun, dengan berani, muka merah padam, dia bilang : " Kalau memang kau mau bunuh, bunuhlah aku! Jangan harap engkau bisa menghina aku!"
Tan Giok Bun menggeleng. "Aku tidak menghendaki jiwamu. Kau tidak punya salah apa-apa padaku, mengapa aku harus membunuhmu ?!" Sambil berkata begitu, Tan Giok Bun menoleh kepada Kauwcunya, dia tanya, "Kauwcu, apa yang akan dilakukan terhadap orang ini?!"
Kauwcu Sah Tok Kauw menghampiri dengan wajah yang tidak tenang, matanya memancarkan sinar yang tajam sekali.
"Ah, tidak tahunya Lam San Gie Kong locianpwe! Maaf! Maaf! Kami sudah berlaku tidak hormat!" sambil berkata begitu Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut memberi hormat.
Lam San Gie Kong tertawa dingin.
"Hemmm, kau Yang Yan Siang bukan?!" tegurnya.
Kauwcu Sah Tok Kauw mengangguk.
"Benar Locianpwee. Rupanya locianpwee tidak melupakan boanpwe!"
"Mana ayahmu?!"
"Beliau sudah mati terbunuh di tangan seseorang yang sampai kini belum kami ketahui!"
"Hemmm, jadi engkau yang meneruskan pimpinan Sah Tok Kauw!"
"Benar locianpwee!"
Semua orang jadi mengawasi heran, karena Kauwcu Sah Tok Kauw tampaknya menghormati Lam San Gie Kong. Sedangkan Lam San Gie Kong selalu dengan sikap dingin.
Kauwcu Sah Tok Kauw waktu itu telah mengibaskan perlahan tangannya, sebagai tanda perintah untuk Tan Giok Bun mundur dan tidak mencampuri urusannya dengan Lam San Gie Kong.
Lam San Gie Kong menghela napas.
"Aku tidak menyangka bahwa orang yang pernah kuselamatkan jiwanya, akhirnya malah menjadi orang yang pandai sekali menghinaku dan juga menghina maupun ingin mencelakai muridku!" dingin suara Lam San Gie Kong.
"Maaf locianpwee. Aku tidak mengetahui bahwa kedua adik itu adalah murid locianpwee.!" Setelah berkata begitu, Yang Yan Siang menoleh kepada Giam In Kay.
"Bebaskan mereka!" perintahnya.
Walaupun merasa heran, tokh Giam In Kay cepat-cepat melaksanakan perintah itu, dia membebaskan Thi Lam San dan Cui Seng.
Lam San berdua Cui Seng segera berdiri menghampiri guru mereka.
"Suhu!" Panggil mereka.
"Kalian tidak apa-apa?!" Tanya Lam San Gie Kong.
Sepasang muda-mudi itu menggeleng.
"Tidak, Suhu!" Lam San Gie Kong menoleh lagi kepada Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut.
"Jadi ayahmu telah terbunuh seseorang?!" tanyanya lagi.
Kauwcu Sah Tok Kauw mengangguk.
"Benar, Locianpwee."
Lam San Gie Kong memperhatikan wajah Kauwcu Sah Tok Kauw yang muram memancarkan kedukaan.
"Sebetulnya aku mengetahui orang yang telah mencelakai ayahmu!" kata Lam San Gie Kong tawar suaranya.
Muka Kauwcu Sah Tok Kauw jadi tegang.
"Ooo, maukah locianpwee memberitahukannya kepada boanpwee?!" tanyanya dengan penuh harap.
"Soal itu pasti kuberitahukan ! Sekarang aku ingin bertanya dulu tentang anak itu!" kata Lam San Gie Kong sambil menunjuk kepada Tan Giok Bun atau si Mesum.
"Apa yang ingin locianpwee tanyakan?!"
"Siapakah dia?!"
"Dia wakilku wakil Kauwcu Sah Tok Kauw!"
"Aku menanyakan namanya!"
"Tan Giok Bun!"
Sepasang alis Lam San Gie Kong mengkerut dalam-dalam
"Hemm, bukan! Bukan dia!" gumamnya perlahan.
Sikap Lam San Gie Kong benar-benar mengherankan semua orang, termasuk Kauwcu Sah Tok Kauw. Tapi Kauwcu Sah Tok Kauw berdiam diri saja, tidak bertanya apa-apa.
"Tentang musuhmu!" kata Lam San Gie Kong kemudian sambil menoleh kepada Kauwcu Sah Tok Kauw, Yang Yan Siang. "Sebetulnya merupakan musuh besarku juga! Justeru aku tengah perintahkan kedua orang muridku ini untuk berkelana, guna mengumpulkan beberapa sahabatku untuk melakukan pembalasan sakit hati kami! Dia belakangan ini kabarnya telah muncul dalam rimba persilatan lagi.!"
"Siapakah orang itu, locianpwe?!" Tanya Kauwcu Sah Tok Kauw tidak sabar.
"Dialah ketua Hoa San Pay! Bukankah kau masih ingat, dulu aku suami istri pernah dikeroyok oleh orang-orang kang ouw yang dipimpin oleh Ciangbunjin Hoa San Pay. Mereka mengeroyokku, tapi mereka tidak berdaya membunuh kami. Hanya saja sayang sekali... bayi kami saat itu telah lenyap... kalau memang anak kami itu masih hidup, sekarang mungkin dia sudah berusia dua belas tahun....!" setelah berkata begitu, Lam San Gie Kong menghela napas dalam-dalam.
Sedangkan saat itu muka Kauwcu Sah Tok Kauw, Yang Yan Siang tampak tegang sekali.
"Jadi . Ciangbunjing Hoa San Pay yang telah membinasakan ayahku?!" Tanya Yang Yan Siang, dengan suara tergetar.
Lam San Gie Kong mengangguk.
"Untuk urusan itu aku ketahui benar, karena setelah kami, aku dengan istriku, berhasil menyelamatkan diri, selama satu tahun memperdalam ilmu dan kepandaian kami, lalu mencari Ciangbunjin Hoa San Pay itu, karena kami sakit hati, disebabkan dia dan beberapa pintu perguruan lainnya, telah membuat kami kehilangan anak kami.! Hanya partai Lam Gak dan Say Gak yang saat itu tidak ikut ambil bagian mereka tidak ikut mengeroyok! Dan setahun kemudian kami telah menyelidiki. Ternyata Ciangbunjin Hoa San Pay itu seorang yang berambisi untuk menjadi jago terhebat didalam kalangan Kangouw. Dia kuatir nanti kami, aku dengan istriku, merupakan saingan terberat. Karenanya juga, dia menghasut orang-orang gagah, memfitnah kami, dan kami ingin dibinasakan! Malah, waktu kami menyelidiki, diapun telah berhasil membunuh ayahmu!"
Tubuh Kauwcu Sah Tok Kauw, Yang Yan Siang gemetaran. Gemetar tubuhnya disebabkan dia menahan murka yang bukan main. Dia teringat dulu, belasan tahun yang lalu, waktu dia berusia enam tahun, justeru Lam San Gie Kong suami istri telah menyelamatkannya dari tangan penjahat, dimana waktu itu sebetulnya ayah Yang Yan Siang, yaitu Yang Ho Bian hamper rubuh ditangan musuh-musuhnya. Untung saja datang Lam San Gie Kong suami istri, Yang Yan Siang serta ayahnya telah berhasil diselamatkan.
Budi kebaikan Lam San Gie Kong memang sangat besar dan selalu diingat oleh Yang Yan Siang. Setelah dia menjadi Kauwcu Sah Tok Kauw, budi kebaikan Lam San Gie Kong masih diingatnya. Maka tidak mengherankan dia begitu terkejut bahwa orang yang dimusuhinya adalah Lam San Gie Kong.
"Kalau demikian, biarlah boanpwe pergi mencari Ciangbunjin Hoa San Pay!" kata Yang Yan Siang.
"Tunggu dulu! Justeru sudah sepuluh tahun Ciangbunjin Hoa San Pay lenyap menyembunyikan diri. Kedudukan ketua Hoa San Pay telah diserahkan kepada keponakannya. Dan justeru dia sendiri tengah melatih diri. Dia belakangan ini muncul dengan gelaran lain, dia menyembunyikan diri, tidak mau memperlihatkan wajahnya. Kepandaiannya memang sudah semakin maju saja !"
"Soal itu bisa kami selidiki nanti, locianpwee! Terimakasih atas keterangan yang locianpwe berikan!"
"Dengarlah dia memakai gelaran sebagai si Rase Terbang !" menjelaskan Lam San Gie Kong lebih jauh.
"Apa!?" tercekat hati Kauwcu Sah Tok Kauw dan anak buahnya. "Jadi.jadi si Rase Terbang itu adalah bekas Ciangbunjin Hoa San Pay!!??"
"Benar .. dialah Thio Bun Siang! Dan diapun setelah memangku kedudukan sebagai Ciangbunjin Hoa San Pay, dia selalu malang melintang ingin menjagoi rimba persilatan.."
"Kami sudah bertemu dengan si Rase Terbang beberapa waktu yang lalu, memang dia selalu menutupi mukanya!" memotong Yang Yan Siang tidak sabar. "Kalau demikian kami harus segera melakukan pengejaran padanya, untuk membalas sakit hati ayahku!"


Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Akupun punya urusan dengannya! Itulah sebabnya mengapa aku turun gunung lagi! Aku justeru hendak menyelidiki apakah anakku masih hidup, disamping itu, aku hendak mencari si Rase Terbang untuk mengadakan pembalasan dengannya, mengadakan perhitungan!"
"Kalau demikian Locianpwee, kalau memang locianpwee tidak mencela, boanpwee bersedia untuk bekerja sama dengan locianpwe..!"
Lam San Gie Kong menghela napas dalam-dalam. Dia mengangguk.
"Ya, memang ada baiknya aku bekerja sama dengan kalian!" katanya. "Tapi." Dia menoleh kepada si Mesum, Tan Giok Bun.
"Kenapa Locianpwee..?"
"Justeru aku melihat dia mirip-mirip dengan seseorang, mengingatkan aku kepada seseorang"
"Kepada siapa, Locianpwee?"
"Kalau anakku hidup, tentu seusia dengannya!" menggumam Lam San Gie Kong. "Tapi anakku memiliki tanda di dadanya."
Muka Tan Giok Bun jadi tegang.
"Tanda? Tanda apa, locianpwe?"
Lam San Gie Kong menghela napas, dia tidak segera menyahut, kemudian dia baru menjawab :
"Kalau memang anakku itu masih hidup, betapa bahagianya kami. Justeru pembicaraaan tentang anakku itu hanya menambah kesedihan hati belaka !"
"Kalau demikian," kata Yang Yan Siang. "Kita berangkat sekarang saja, Locianpwe.!"
"Tunggu dulu!" kata si Mesum. "Bolehkah Boanpwee bertanya, Locianpwee? Maukah locianpwee menjawab pertanyaanku?"
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Tanda apakah yang berada di dada anakmu itu?"
"Dulu, waktu aku dikepung dan dikejar-kejar oleh ketua Hoa San Pay dan orang-orang Kangouw yang memusuhi kami, maka aku telah mencacah dada kanan anakku itu dengan tulisan Cung, yang berarti tengah. Hal ini disebabkan kami kuatir anak kami lenyap dan kami memiliki tanda tersebut, sehingga kelak lebih mudah mencarinya!"
Tan Giok Bun mendadak menjerit nyaring, dia maju berlutut dihadapan Lam San Gie Kong.
"Thia!" serunya.
Semua orang kaget dan heran melihat Tan Giok Bun memanggil Lam San Gie Kong dengan sebutan "Ayah!"
Lam San Gie Kong terkesima, tertegun. Tapi kemudian dia mengangkat bangun Tan Giok Bun.
"Kau?" Tanyanya tidak lancar, karena Tan Giok Bun waktu itu sudah menangis terisak-isak.
"Lihatlah Thia!" Tan Giok Bun membuka bajunya. Tampak di samping sebelah kanan dadanya terdapat huruf cacahan yang berbunyi ?Cung?!
Muka Lam San Gie Kong jadi pucat, dia berseru nyaring dan memeluk Tan Giok Bun erat-erat.
"Anakku! Anakku! Oooo, tidak disangka bahwa kita bisa bertemu disini!"
Semua terharu melihat pertemuan ayah dan anak, yang saling rangkul dan menangis seperti itu.
Setelah puas melepaskan rindunya, Lam San Gie Kong bertanya :"Mengapa kau bisa menjadi wakil Kauwcu Sah Tok Kauw? Apa saja yang pernah kau alami anakku?!"
Tan Giok Bun segera menceritakan pengalamannya, bagaimana selama itu dia tidak mengetahui tentang asal-usulnya, tidak tahu siapa kedua orang tuanya, juga tidak tahu dari mana kelahirannya. Selama tahun demi tahun diapun selalu menderita.
Terharu sang ayah mendengar pengalaman putranya tersebut.
"Kau bukan she Tan, karena itu kau harus menggantinya dengan she ayahmu ini. Kau sebetulnya she Thio!"
"She Thio? Jadi Thio Giok Bun, thia?!"
"Begitupun boleh!"
"Namun Thia" "Kenapa?" "Apakah she kita sama dengan si Rase Terbang?"
"Ya.. memang dia adikku, berarti pamanmu! Justeru kami sakit hati benar dia telah menghianati aku demikian rupa.!"
"Ooooo" "Kalau demikian, lebih baik kita pergi mencari si Rase Terbang secepatnya, karena nanti dia menghilang dan jejaknya sulit dicari!"
Lam San Gie Kong mengangguk.
"Baik . Tapi ingat, kepandaian si Rase Terbang sekarang sudah memperoleh kemajuan yang tinggi, kalian harus hati-hati! Justeru, diapun kabarnya telah berhasil memiliki pedang mustika yang tengah diperebutkan oleh orang-orang kangouw!"
Kauwcu Sah Tok Kauw, Yang Yan Siang, mengangguk.
"Benar, Locianpwe!"
"Nah kulihat kepandaian anakku luar biasa sekali, akan kuajarkan dia It Yang Cie, untuk melengkapi kepandaiannya!"
Girang bukan main hati si mesum yang sekarang sudah mengetahui asal usulnya dan orang tuanya. Bahkan diapun telah memakai she keluarganya, yaitu Thio Giok Bun. Diapun telah memberi hormat kepada Cuiseng dan Lam San yang dengan sendirinya menjadi suheng dan sucienya.
Demikianlah, mereka melakukan perjalanan untuk melakukan pengejaran kepada si Rase Terbang.
Selama dalam perjalananan Lam San Gie Kong mengajarkan Thio Giok Bun ilmu It Yang Cie. Ilmu totokan jari tunggal, yang hebat sekali.
Yang membuat Lam San Gie Kong jadi heran campur girang, justeru Thio Giok Bun bisa belajar dengan gampang dan cepat, dalam beberapa hari saja anak itu sudah menguasai ilmu It Yang Cie yang diajarkan olehnya. Bahkan, lwekangnya sudah tinggi dan ilmu It Yang Cie itu jadi hebat luar biasa. Yang kurang hanyalah pengalaman belaka.
@-dewikz^aaa-@ TENTANG si Rase Terbang memang sudah tersiar diseluruh rimba persilatan dan banyak sekali jago-jago dari berbagai kalangan yang turun gunung untuk mencari si Rase Terbang, untuk merampas pedang mustika, yang dikabarkan telah terjatuh kedalam tangan si Rase Terbang.
Demikianlah, selama beberapa bulan terakhir dalam rimba persilatan semuanya jadi panas sekali, penuh dengan pergolakan.
Pada pagi itu, tampak serombongan orang , dengan pakaian yang bermacam-macam, tengah memasuki sebuah kota. Mendadak mereka dihadang oleh seorang yang bertopeng dan bertubuh tinggi besar.
"Rase Terbang !" mengeluh orang-orang itu yang tampaknya jadi terkejut.
"Hemm, kudengar kalian mencariku?!" tanya orang bertopeng itu, yang memang tidak lain dari si Rase Terbang.
Memang orang-orang itu adalah jago-jago dari berbagai pintu perguruan yang bergabung untuk mencari si Rase Terbang.
Tapi sekarang, disaat mereka sudah bertemu dengan si Rase Terbang, mereka jadi gentar juga. Mereka sudah mendengar tentang sepak terjang si Rase Terbang. Yang menurut kabarnya sangat tangguh sekali.
Tapi begitu mereka tersadar, segera mereka menghunus senjata masing-masing. Merekapun berpencaran untuk mengepung si Rase Terbang.
Si Rase Terbang tertawa dingin.
"Hemmm, kalian mencari mampus?!" tanyanya dengan suara dingin "Lebih baik kalian masukkan kembali pedang dan golok kalian ketempatnya semula. Senjata kalian tidak ada gunanya. Ada baiknya kalau memang kalian mau menjadi anak buahku. Hidup kalian tentu akan lebih enak dari yang sekarang!"
Tapi orang-orang itu mana mau mendengar ocehan si Rase Terbang. Dengan diiringi bentakan nyaring dan ramai, mereka menyerbu buat menyerang si Rase Terbang dengan berbagai senjata mereka.
Si Rase Terbang tertawa dingin, "Srett!" dia mencabut pedangnya. Sebatang pedang yang berkilauan dan itulah pedang mustika.
"Serahkan pedang mustika kami dan kau boleh angkat kaki! Kami akan mengampuni jiwamu!" kata orang-orang yang hendak mengeroyoknya.
Tapi, si Rase Terbang tertawa dingin.
"Baik! Aku akan menyerahkan pedang mustika ini! Tapi kalian berjumlah banyak! Aku tidak tahu harus menyerahkan kepada siapa?!"
Mendengar pertanyaan si Rase Terbang seperti itu, seketika orang-orang itu menahan senjata mereka. Saling pandang. Kemudian salah seorang diantara mereka bilang :"Serahkan kepadaku!"
"Tidak! Serahkan kepadaku saja!" teriak yang lainnya.
"Jangan! Serahkan kepadaku!"
Waktu itu ramai suara mereka yang minta pedang mustika itu diserahkan kepada mereka. Dan akhirnya diantara orang-orang itu timbul pertempuran, karena masing-masing menghendaki pedang mustika itu.
Si Rase Terbang menyaksikan semua itu sambil tertawa dingin. Sampai akhirnya dia bergerak dengan cepat sekali, tubuhny berkelebat kesana kemari, terdengar suara jeritan.
Tidak lama kemudian, tampak sosok tubuh yang malang melintang dijalanan, telah tergeletak tidak bernapas. Mati.
Semuanya telah dibunuh si Rase Terbang..
Setelah membunuh semua orang-orang itu, si Rase Terbang tertawa dingin, "Hemmm, manusia seperti kalian hendak merampas pedang mustika ini dari tanganku?!"
Dan setelah menggumam puas seperti itu, tubuhnya melesat, dan dalam sekejap mata telah lenyap. Tinggal mayat-mayat itu yang malang melintang karena semuanya telah terbunuh dengan cara yang mengerikan sekali, umumnya leher mereka berlobang..
@-dewikz^aaa-@ Jilid 21 MEMANG belakangan ini sepak terjang si Rase Terbang sangat menggetarkan rimba persilatan. Dia seperti orang kalap dan orang-orang yang menginginkan pedang mustikanya tidak perduli siapa orang itu, maka akan dibunuhnya dengan sadis sekali.
Jika dulu, si Rase Terbang bercita-cita ingin menjadi pemimpin rimba persilatan. Maka dari itu, dia telah mengumpulkan jago-jago Kangouw memberitahukan kepada mereka bahwa dia telah memperoleh pedang mustika itu dan minta agar orang-orang gagah Kangouw itu tunduk di bawah perintahnya.
Tapi, setelah si Rase Terbang melihat bahwa orang-orang Kangouw itu umumnya malah menghendaki pedang mustikanya, akhirnya dia menempuh cara lain. Yaitu dia ingin memperlihatkan gigi. Dia bertindak keras dan kejam.
Tidak segan-segan dibunuhnya orang-orang yang menghendaki pedang mustikanya itu. Dan sepak terjangnya yang terakhir ini telah membuat gempar rimba persilatan.
Di samping rangsangan ingin sekali memiliki pedang mustika itu, tapi orang-orang Kangouw yang berkepandaian tanggung tanggung, tentu harus berpikir dua kali di mana memang dia harus mengukur dulu, apakah sanggup menghadapi si Rase Terbang, yang memang telah tersiar sangat tangguh dan hebat itu?
Karena juga, semakin lama keadaan di dalam rimba persilatan semakin panas.
Banyak tokoh-tokoh Kangouw yang semula telah hidup mengasingkan diri, akhirnya turun gunung pula, karena mereka ingin ikut dalam memperebutkan pedang mustika itu.
Tentu saja semua sepak terjang itu telah sampai di telinga Kauwcu Sah Tok Kauw. Dan ini malah mempermudah dia menyelidiki di mana beradanya si Rase Terbang.
Dengan Lam San Gie Kong dan anak buahnya yang tangguh-tangguh, Kauwcu Sah Tok Kauw berusaha mengejar si Rase Terbang. Dan Lam San Gie Kong sudah melihat bahwa Thio Giok Bun, anaknya sudah berhasil melatih It Yang Cienya sempurna, padahal baru berlatih setengah bulan belaka. Di saat mana juga tampak bahwa di antara rombongan orang Sah Tok Kauw tersebut, hanya Thio Giok Bun yang berkepandaian paling tinggi, paling luar biasa.
Cui Seng dan Lam San sendiri heran, melihat anak gurunya yang baru berusia mungkin dua belas tahun, tapi bisa memiliki kepandaian yang begitu hebat. Terlebih lagi Cui Seng, yang jadi mengiri sekali, karena dia yang telah belajar ilmu belasan tabun, tapi ternyata kepandaiannya tidak seujung kuku dari putera gurunya tersebut. Seandainya saja dia memiliki kepandaian sehebat Thio Giok Bun, niscaya Sumoaynya, Lam San, akan mencintainya, akan menyukainya......
Thio Giok Bun sendiri dengan tekun dan sangat rajin telah berlatih diri, karena memang dia tahu, bahwa kelak dia yang akan diandalkan guna menghadapi si Rase Terbang.
Latihan-latihan yang dilakukannya, terlebih lagi di bawah bimbingan ayahnya, Giam In Kay dan Kauwcu Sah Tok Kauw dengan sendirinya dia memperoleh kemajuan yang jauh lebih pesat.
Demikianlah, mereka melakukan perjalanan untuk mencari si Rase Terbang, di samping itu, Thio Giok Bun berlatih terus.....
Akhirnya, rombongan Sah Tok Kauw tersebut telah mendengar kabar bahwa si Rase Terbang berada di Tiang An, karena si Rase Terbang membentangkan sayap, dengan membunuh-bunuhi orang-orang yang coba memperebutkan pedang mustika darinya. Bahkan, si Rase Terbang tengah menancapkan kekuasaannya, dia mendatangi pintu pintu perguruan, memaksa mereka tunduk padanya.
Cepat-cepat rombongan Sah Tok Kauw tersebut melakukan perjalanan ke Tiang An.
Benar saja, sepanjang perjalanan Ke Tiang An, banyak yang mereka dengar tentang sepak terjang si Rase Terbang, karena memang banyak sekali jago-jago Kangouw yang sempat rubuh di tangan si Rase Terbang. Dan mereka umumnya dibikin bercacad.
Saat-saat seperti itu merupakan saat yang menggembirakan bagi Lam San Gie Kong, karena begitu si Rase Terbang berhasil mereka cari jejaknya, maka diwaktu itulah dia bisa membalas sakit hatinya.
Sebetulnya Lam San Gie Kong bermaksud akan memanggil isterinya, agar turun gunung. Namun akhirnya niat itu dibatalkan, walaupun isterinya pasti akan banyak membantu, karena isterinya pun memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Hal itu disebabkan karena selain jarak yang jauh dan akan memakan waktu yang lama juga Lam San Gie Kong sudah melihat bahwa Thio Giok Bun, anaknya, memang memiliki kepandaian yang tinggi dan bisa diandalkannya. Bahkan, diam-diam Lam San Gie Kong merasa malu, sebab anaknya itu sekarang memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari kepandaiannya. Sedangkan dia telah tertinggal beberapa tingkat.
Di samping perasaan malu, Lam San Gie Kong pun merasa bangga, karena melihat kepandaian yang dimiliki anaknya tersebut, jelas di dalam kalangan Kangouw di jaman ini jarang sekali ada orang yang bisa menandingi putranya tersebut. Malah dia yakin, si Rase Terbang akan dapat dirubuhkan Thio Giok Bun.
Demikianlah, setelah melakukan perjalanan hampir satu bulan, mereka tiba di Tiang An.
Ternyata si Rase Terbang sudah berhasil menghimpun kekuatan. Pintu perguruan dan jago jago yang di tundukkannya telah dipaksa untuk menjadi anak buahnya. Malah dia telah menghimpun mereka sebagai sebuah perkumpulan yang sangat sadis. Mereka tidak segan-segan melakukan kejahatan, dengan memberi nama perkumpulan Rase Terbang.
Disaat itu Tiang An seperti dibakar api neraka, karena penduduk kota itu selalu dalam ketakutan, di mana hidup mereka tidak aman lagi Sejak perkumpulan Rase terbang didirikan di Tiang An, maka di saat itulah banyak peristiwa-peristiwa yang mengerikan sekali dialami oleh penduduk Tiang An.
Pihak kerajaan tidak bisa bertindak apa-apa, karena memang kepandaian si Rase Terbang maupun anak buahnya, semuanya liehay-liehay dan juga mereka pun merupakan orang-orang yang sadis dan telengas tangannya.
Rombongan Sah Tok Kauw menginap di sebuah penginapan, dan kedatangan mereka telah di ketahui oleh orang-orang si Rase Terbang.
Malamnya, waktu mereka makan malam, justeru orang-orang si Rase Terbang telah mendatangi mereka.
Yang memimpin rombongan orang-orangnya si Rase Terbang, adalah seorang pendeta dengan membawa gembreng besar. Dengan bengis dia minta agar orang Sah Tok Kauw tersebut menyerahkan diri untuk diringkus.
Tapi setelah terjadi pertempuran orang-orang Sah Tok Kauw bisa memukul mundur dan rubuh orang-orang Rase Terbang.
Itulah disebabkan Thio Giok Bun telah menghantam orang-orang itu dengan It Yang cie, maka ketika rombongan orang-orang Rase Terbang melarikan diri, mereka semuanya terluka dalam.
"Mari kita ikuti mereka!" Mengajak Kauwcu Sah Toh Kauw. "Inilah kesempatan kita agar Si Rase Terbang tidak dapat melarikan diri lebih jauh !"
Semuanya setuju, Maka mereka seketika melakukan pengejaran kepada sisa anak buah Rase Terbang, dan memang mereka melarikan diri kemarkas mereka, sebuah gedung bertingkat yang sangat besar. Gedung itu sebetulnya gedung seorang hartawan kaya di Tiang An, namun telah diambil dengan paksa oleh si Rase Terbang. Malah seluruh keluarga hartawan itu dibunuhnya dengan sadis.....
Waktu tiba di gedung itu, Lam San Gie Kong dan yang lainnya mengamuk. Memang ratusan orang anak buah si Rase Terbang yang berusaha menghadapi mereka, namun apa yang bisa mereka lakukan? Dengan mudah mereka dirubuhkan dan dihinakan.
Demikianlah Yang Yan Siang bersama teman-temannya telah menyerbu kedalam ruangan untuk mencari Rase Terbang.
Tapi, mereka tidak berhasil menemukan si Rase Terbang.
Dengan gusar Lam San Gie Kong mencekuk salah seorang anak buah Rase Terbang. "Dimana bersembunyinya si Rase Terbang?" Bentaknya bengis,
"Aku, a..aku tidak tahu, Tayhiap." Gemetar orang itu.
"Bohong! Kau pasti mengetahui! Cepat katakan !!" sambil berkata begitu Lam San Gie Kong menghajari muka orang itu. Membuat orang tersebut menjerit-jerit kesakitan, orang itu tidak tahan lagi, akhirnya dia berteriak,
"Hentikan!! Hentikan, nanti kuberitahukan..!!"
"Ayo cepat katakan!! "
"Dia berada dirumah pribadinya!"
"Di mana rumah pribadinya?!"
"Di pintu selatan!"
"Antar kami kesana ! "
Orang itu tidak terdaya, karena dia tidak tahan siksaan yang dilakukan Lam San Gie Kong. Maka akhirnya diapun mengajak Lam San Gie Kong dan yang lainnya pergi kerumah si Rase Terbang.
Rombongan Sah Tok Kauw telah berangkat ke pinfu kota sebelah selatan dan mereka tiba di depan sebuah gedung yang sangat indah dan besar.
Tapi di depan piniu itu telah berdiri menghadang puluhan orang, dengan senjata tajam yang terhunus siap dipergunakan.
Tanpa banyak bicara Lam San Gie Kong telah melemparkan tawanannya, dia segera menyerbu kepada orang-orangnya si Rase Terbang. Demikian juga Kauwcu Sah Tok Kauw dan yang lainnya.
Dengan mudah orang-orang itu dirubuhkan, terutama sekali setelah Thio Giok Bun ikut menerjang maju, maka orang-orang sudah dirubuhkan. Mereka orang-orang Sah Tok Kauw itu segera menyerbu ke dalam rumah tersebut. Tapi rumah itu kosong.
Kembali mereka kecele. Di saat itulah tampak Thio Giok Bun tiba2 melesat ke dekat sebuah lemari kuno, dia menghantam dengan It Yang Cie kesitu, karena di dengarnya suatu suara yang aneh di balik lemari kuno itu. Terdengar suara menggelegar, di susul dengaa terbukanya sebuah pintu. Cepat-cepat Thio Giok Bun menerjang masuk lewat pintu rahasia tersebut.
Yang lainnya juga menerobos masuk.
Masih sempat Thio Giok Bun melihat beberapa sosok tubuh bergerak cepat, "Berhenti!!" Teriak Thio Giok Bun dengan suara nyaring. "Berhenti semua!"
Orang-orang itu memang berhenti, tapi mereka bukan untuk berdiam diri hanya beramai-ramai menyerang Thio Giok Bun.
Walaupun lihay, tapi dikeroyok oleh orang-orang yang semuanya berkepandaian tinggi, dengan sendirinya Thio Giok Bun tidak bisa berbuat banyak. Hanya seorang demi seorang musuhnya dapat dibinasakannya. dikejauhan tampak olehnya si Rase Terbang. yang tetap mengenakan topeng pada mukanya, tengah berlari terus.
Ketika itu Lam San Gie Kong dan yang lainnya telah tiba, maka Thio Giok Bun menyerahkan orang-orang itu kepada mereka, sehingga di tempat itu terjadi pertempuran yang ramai. Akhirnya Thio Giok Bun dengan teman2nya sudah berhasil membinasakan semua orang itu.
"Si Rase Terbang lari kesana kemari!" Thio Giok Bun memberitahukan dan cepat cepat melakukan pengejaran lagi.
Setelah mengejar beberapa lie, dia bersama teman-temannya tiba dimulut pintu rahasia. Ternyata pintu rahasia itu berhubungan dengan suatu tempat di luar pintu kota.
Ketika keluar dari pintu rahasia itu tampak si Rase Terbang tengah berdiri dengan sinar mata sangat tajam menyeramkan.
"Hemmm!" Mendengus si Rase Terbang dengan suara yang dingin. "Rupanya memang demikianlah perbuatan orang-orang yang menamakan dirinya sebagai jago-jago ternama, hanya pandai main keroyok saja!"
Thio Giok Bun menghentikan langkah kakinya.
"Menyerahlah... kalau memang tidak, hemm kau akan mampus dengan cara yang mengerikan! Sekarang kau tidak bisa meloloskan diri lagi!" Kata Thio Giok Bun.
Si Rase Terbang tertawa dingin.
"Bocah cilik, besar mulutmu!" Ejeknya, "Aku malah akan mencingcang tubuhmu !"
Waktu itu Lam San Gie Kong dan yang lainnya telah tiba.
"Kami tidak akan mengeroyokmu... kau boleh pilih, siapa diantara kami yang cocok menjadi lawanmu?!" Tanya Lam San Gie Kong, karena tadi sambil mengejar ia telah mendengar ejekan si Rase Terbang.
"Hemm San Gie Kong, rupanya kau masih dilindungi Thian, untuk mampus di tanganku! Kau saja yang maju, karena hanya engkau yang setingkat dan pantas untuk main-main denganku !Yang lainnya merupakan bocah-bocah cilik yang tidak pantas menjadi lawanku, karena nanti hanya menimbulkan kata-kata bahwa aku menghina yang muda.!"
Lam San Gie Kong yang tengah murka setelah melihat si Rase Terbang tidak buang-buang waktu lagi, dia segera juga melesat melihat ke depan si Rase Terbang, tangan kanannya diulurkan untuk menjambak pundak ditangannya tercekal pedang mustika, menabas pedang itu ke tangan Lam San Gie Kong. Tentu saja Lam San Gie Kong tidak berani mengadukan tangannya dengan pedang lawan. Maka dia menarik pulang tangannya.
Disaat itu si Rase Terbang telah bilang "Cabutlah pedangmu, jangan nanti kau bilang aku merebut kemenangan dengan mengandalkan pedang ku!"
Lam San Gie Kong tidak bilang apa-apa, dia mengeluarkan serulingnya. Tapi serulingnya itu dicekal oleh tangan kiri.
Si Rase Terbang bilang:"Hemmm, seruling bututmu masih terpakai juga?!"
Lam San Gie Kong tidak memperdulikan ejekan lawannya, karena dia sudah menerjang maju. Tangan kanannya menerjang dengan It Yang Cie, sedangkan serulingnya mengincar akan menotok beberapa jalan darah di tubuh si Rase Terbang.
Namun si Rase Terbang memang sangat lihay, kepandaiannya juga bukan ilmu sembarangan.
Pedang mustika ditangan si Rase Terbang sudah berkelebat kesana kemari dengan lincah, mengancam pada tempat-tempat kematian ditubuh Lam San Gie Kong.
Diam-diam Lam San Gie Kong terkejut, "Hemm, dia sudah memperoleh kemajuan yang pesat sekali !" Pikir Lam San Gie Kong didalam hatinya.
Dia berpikir seperti itu karena memang dia memperoleh kenyataan kepandaian si Rase Terbang sudah berada diatas kepandaiannya. Jika dulu kepandaian mereka berimbang, tapi sekarang justeru kepandaian si Rase Terbang malah melebihinya. Tidak urung dia terkejut bercampur kagum.
Tapi Lam San Gie Kong tentu tidak mau memperlihatkan kelemahannya. Dia sudah berseru nyaring, serulingnya diputar dan terus mendesak si Rase Terbang dengan jurus-jurus yang aneh. Dibantu dengan ilmu totokan jari tunggalnya It Yang Cie.
Diserang begitu, dengan tenang si Rase Terbang telah menangkis dan mengelakkannya berulang kali dan terdengar suara "trangg, trengg!" dimana pedangnya telah menyampuk seruling Lam San Gie Kong.
Kesudahannya, justru disaat itu seruling Lam San Gie Kong jadi tertabas kutng sampai dua kali, seruling itu jadi pendek sekali, juga si Rase Terbang sudah mcnyerang semakin gencar. Pedangnya berkelebat tidak hentinya, tubuh Lam San Gie Kong seperti juga terkurung oleh sinar pedangnya.
Dalam keadaan demikian, Lam San Gie Kong memang terdesak hebat. Tapi dia tidak mau memperlihatkan kelemahannya, dia berlaku nekad, karena dia malu kalau sampai rubuh di tangan si Rase Terbang. Maka dari itu, dengan serulingnya yang semakin pendek itu, dia tidak bermaksud untuk melompat mundur dari lawannya.
Melihat kenekadan lawannya, si Rase Terbang tertawa mengejek.
"Hemm, kau benar-benar mencari mampus!" Ejeknya dengan suara yang nyaring Menyusul dengan itu pedang mustikanya telah berkelebat beberapa kali dengan jurus dari ilmu Hoa San Pay yang bernama "Cendrawasih mengembangkan sayap", di mana pedangnya telah menabas melebar, membarengi dengan itu diapun menikam.
"Aduh ...!" Tubuh Lam San Gie Kong terhuyung, hampir dia rubuh, karena pundakuya tertikam dalam sekali.
Si Rase Terbang tertawa sambil melompat mundur.
Sedangkan Thio Giok Bun jadi terkejut, dia melompat ke samping ayahnya. Memayang ayahnya.
"Kau tidak apa apa ayah ?!" Tanyanya, Lam San Gie Kong menggeleng.
"Tidak ... tidak ...!" menyahutinya "Aduhh...." Dia kemudian jatuh pingsan.
Thio Giok Bun jadi sibuk dan agak panik dia menguruti di bagian luka ayahnya itu, karena dia kuatir pedang si Rase Terbang mengandung racun.
Kauwcu Sah Tok Kauw dan yang lainnya terkejut, tapi cepat sekali Yang Yan Siang melompat maju. Pedangnya berkelebat kesana kemari. Begitu juga Giam In Kay telah ikut melompat maju.
Sekarang dengan dikepung berdua Yang Yan Siang dan Giam In Kay, si Rase Terbang agak repot, karena baik Yang Yan Siang maupun Giam In Kay bukanlah orang lemah, Tapi, satu keuntungan si Rase Terbang, bahwa pedang di tangannya adalah pedang mustika dengan demikian tidak mudah lawan-lawannya itu mendesak dia dengan senjata masing-masing begitu senjata mereka terbentur, tentu senjata Yang Yan Siang maupun Giam In Kay akan tertabas kutung.
Dengan mengeluarkan semua kepandaian masing2 Yang Yan Siang maupun Giam In Kay telah menyerang lawannya, dan mereka tidak mau memberikan kesempatan kepada si Rase Terbang untuk membalas menyerang, Yang Yan Siang malah telah meneriaki anak buahnya, agar ikut turun tangan.
Waktu itu pertempuran terjadi seru sekali. Yang luar biasa adalah si Rase Terbang, walaupun dia di keroyok, dia toh tidak menjadi gugup, masih bisa mengadakan perlawanan dengan gigih.
Di waktu itu, dia memperlihatkan ketangguhannya. Memang si Rase Terbang memiliki kepandaian yang sulit ditundukkan. Thio Giok Bun yang sedang menguruti luka ayahnya, waktu itu jadi kuatir sekali, karena melihat ayahnya masih pingsan.
Dia menguruti terus, sampai akhirnya Lam San Gie Kong merintih dan tersadar dari pingsannya.
"Giok Bun... pergilah bekuk si Rase Terbang dulu, aku tidak apa-apa...!" Kata Lam Sin Gie Kong.
Giok Bun ragu, tapi akhirnya mengiyakan. Gesit sekali Giok Bun melompati ke tengah kalangan, dia berseru: "Kalian mundurlah, biar aku yang menghadapinya!"
Semua orang yang mengetahui keliehayan Giok Bun, menuruti saja. Mereka melompat mundur. Yang Yin Siang berseru: "Hati-hati terhadap pedangnya ... itu pedang mustika "
Saat itu si Rase Terbang mengawasi Giok Bun dengan muka mengejek dan tidak memandang sebelah mata.
"Hemm bocah seperti kau hendak menghadapi aku? Ooooo dunia nanti tertawa ...!" Tapi baru saja si Rase Terbang berkata sampai di situ, justeru Giok Bun sudah melesat menerjang dengan pukulan jari tunggalnya, It Yang Cie.
Si Rase Terbang semula tidak memandang sebelah mata kepada Thio Giok Bun, tapi begitu diserang, seketika dia jadi berseru nyaring kaget, karena dia merasakan terjangan yang sangat kuat sekali, di mana hawa itu mengandung hawa panas dan dingin.
Segera juga pandangannya terhadap Giok Bun berubah, diapun sudah mengerahkan kepandaiannya, untuk mengibaskan pedangnya kesana kemari menangkis dan mengelakkan serangan Giok Bun
"Aneh!? Bocah ini paling tidak baru berusia 12 tahun. Tapi mengapa dia demikian tangguh?!" Pikirnya di dalam hati.
Tapi dia tidak bisa berpikir lebih jauh, sebab waktu itu Giok Bun sudah mendesaknya bertambah hebat, sehingga si Rase Terbang harus melayaninya dengan sebaik mungkin.
Demikianlah, tubuh si Rase Terbang maupun Thio Giok Bun berkelebat kesana kemari. Semakin lama si Rase Terbang jadi semakin heran, sebab Thio Giok Bun benar-benar tangguh. Malah ia lebih tangguh dari Lam San Gie Kong maupun yang lainnya. Pedang mustika ditangan si Rase Terbang berkelebat kesana kemari, gulungan sinar pedang itu seperti menyelubungi tubuhnya. Untuk sementara waktu Thio Giok Bun tidak bisa menerjang lebih dekat padanya.
Sambil bertempur Giok Bun berpikir keras sampai akhirnya dia telah mengambil keputusan walaupun bagaimana si Rase Terbang harus dapat dirubuhkannya, walaupun dengan mempertaruhkan jiwanya. Karena itu, dia juga mengincar pedang si Rase Terbang, karena Giok Bun tahu, kalau dia bisa merampas pedang itu maka untuk selanjutnya dia akan lebih mudah menghadapi si Rase Terbang.
Waktu itu si Rase Terbang pun memperhatikan, betapa ilmu dan cara bersilat Giok Bun berubah.
Walaupun bagaimana si Rase Terbang seorang yang berpengalaman, dia tahu bahwa Giok Bun sekarang tidak merangsek terus padanya, melainkan sedang mencari kesempatan untuk merampas pedang mustikanya.
"Hemmmm, biar kupancing !" Pikirnya di dalam hati.
Segera juga pedangnya dilambatkan dalam berputar melindung tubuhnya. Malah suatu waktu dia telah memperlambat pedang itu yang dilonjorkan ke depan.
Waktu itulah mendadak sekali Giok Bun melompat sambil mengulurksn tangan kanannya maksudnya hendak merampas pedang itu.
Si Rase Terbang membarengi dengan menabaskan pedangnya, ingin menebas kutung tangan Giok Bun.
Giok Bun tidak terkejut. Bocah ini memang cerdik, dia tahu dirinya tengah dipancing. Justeru sengaja dia seakan-akan masuk dalam pancing lawan, dia telah mengulurkan tangan kanannya. Waktu pedang mustika lawannya itu menyambar tangan kanannya, dia bersikap seakan juga tidak tahu.
Si Rase Terbang jadi girang, semua orang yang menyaksikan hal itu terkejut bukan main dan berseru agar Thio Giok Bun berhati-hati.
Tapi selanjutnya terjadi hal yang di luar dugaan, karena rnendadak sekali Giok Bun menurunkan tangan kanannya itu, lalu tangan kirinya menghantam dengan lwekang Im dan Yang mengenai telak sekali dada si Rase Terbang sampai lawan itu terhuyung mundur beberapa langkah. Muka si Rase Terbang pucat, tapi belum sempat dia memaki di waktu itulah tangan kanan Giok Bun yaag diturunkan telah menyambar lurus ke depan, dengan jari telunjuknya telah menuding!
Itulah It Yang Cie! Dan ujung jari telunjuk Giok Bun mengenai tepat pada jalan darah Pai-hiat di dada lawannya, tidak ampun lagi Si Rase Terbang terjengkang rubuh, dan dia mcmuntahkan darah segar.
Giok Bun berhenti menyerang, berdiri dengan sikap sinis mengawasi si Rase Terbang..
"Hemmmm, kau menyerah secara baik-baik!" Kata Giok Bun. "Tentu kau tidak akan menderita lebih jauh!"
Si Rase Terbang kesakitan, karena dia telah terluka di dalam yang cukup parah.
Di saat itu dengan nekad dan kalap, diiringi bentakan yang nyaring, mendadak si Rase Terbang sudah melesat ketengah udara, waktu tubuhnya tengah melayang ditengah udara, tahu-tahu pedang ditangannya telah ditimpukkan secepat kilat kepada Giok Bun.
Apa yang dilakukan si Rase Terbang memang merupakan tindakan nekad, ini tidak urung membuat Giok bun terkejut. Tapi ia tidak jadi gugup, segera dia membuang diri ke samping kanan menghindar dari sambaran pedang. Dan dia masih bisa meloloskan diri, padahal si Rase Terbang menimpukkan pedangnya dalam jarak yang sangat dekat. Juga memang si Rase Terbang pun merupakan jago yang liehay sekali, walaupun dia tengah terluka.
Baru saja Giok Bun menghindari pedang itu justeru si Rase Terbang menyambar datang telapak tangan kanannya, dengan disertai seluruh kekuatan lwekangnya, telah menghantam. Kuat sekali.
Tidak ada jalan lain buat Giok Bun, karena dia harus menangkisnya dengan segera. Dia menuding jari telunjuknya, mempergunakan It Yang Cie, sambil mengempos seluruh kekuatan dan tenaga dalamnya...!
--dwkz-- SI RASE Terbang yang mengetahui bahwa anak lekaki kecil ini ternyata sangat tangguh sekali, sekarang tidak berani memandang remeh. Dia menyerang sambil bersiap sedia, karena dari itu, disebabkan dia melihat serangan pedangnya gagal, dia sudah membarengi dengan serangan telapak tangan kanannya. Dia tahu waktu melihat Giok Bun mengeluarkan jari telunjuknya, bahwa bocah ini ingin mempergunakan It yang Cie. Hatinya tercekat. Dia menyadari bahaya yang mengancam dirinya. Karena itu juga dia sudah melompat untuk menghindar sambil menarik pulang tenaga dalamnya.
Sebagai seorang akhli pedang, walaupun dia menarik pulang tenaga dalamnya, pedangnya sudah menyambar lagi, sekarang pedang itu digetarkan sehingga tampaknya menjadi beberapa batang. Dalam keadaan seperti ini, justeru pedang itu menyambar Giok Bun.
Sebetulnya Giok Bun bisa menghindarkan diri dari sambaran pedang seperti itu, hanya saja justeru dia lengah tidak bersiap sedia, dan juga dia tengah mencurahkan seluruh perhatian kepada serangan jari telunjuknya. Tidak mengherankan kalau di waktu itu seketika pundaknya terkena goresan pedang lawan mengeluarkan darah.
Dengan terluka begitu, Giok Bun gusar bukan main, dia batal dengan serangan It Yang Cienya.
Dilihatnya si Rase Terbang mencelat akan melarikan diri, karena memang si Rase Terbang tahu bahwa dia tidak mungkin bisa menghadapi Giok Bun, walaupun masih berusia belasan tahun, tapi kepandaiannya sudah demikian tangguh.
"Mau pergi kemana kau?!" Berseru Giok Bun, tubuhnya melesat cepat sekali, dia sudah menghantam lagi dengan jari telunjuknya, di mana tubuhnya juga sudah melesat cepat sekali mengejar si Rase Terbang.
Si Rase Terbang merasakan sambaran angin pukulan yang sangat dahsyat di arah belakangnya, dia terpaksa membatalkan maksudnya untuk melarikan diri, memutar tubuhnya mengibaskan pedangnya dan menangkis dengan telapak tangannya.
Terdengar suara menggelegar yang luar biasa, membarengi dengan mana segera juga terlihat peristiwa yang mengerikan. Tubuh Thio Giok Bun berdiri tegak ditanah dengan muka yang tegang kaku, matanya bersinar tajam sekali. Sedangkan si Rase Terbang terpental, lalu terbanting di tanah.
Serangan It Yang Cie jari telunjuknya Giok Bun mengenai tepat sekali pada dada si Rase Terbang, sehingga dia terpental begitu hebat seketika juga hawa murninya jadi pecah berantakan di mana membuat dia jadi terluka di dalam yang tidak ringan. Di samping itu juga memang dia telah terluka, di tambah sekarang dengan luka yang baru diperolehnya maka membuat dia jadi tidak berdaya, daya pertahanannya jadi habis, runtuhlah semua penjagaan dirinya, dia sudah terluka terlalu parah.
Waktu itu tampak Giok Bun sudah bisa mengempos semangatnya. Tadi dia pun tidak lolos dari pukulan telapak tangan si Rase Terbang. Namun ia cepat sekali bisa memulihkan tubuhnya dan dia tidak sampai terluka dalam, dengan langkah perlahan-lahan dia menghampiri si Rase Terbang.
Si Rase Terbang membuka matanya lebar2.
"Hemmm; sudah ketakutan, betapapun juga lebih baik kau serahkan pedang mustika itu kepada kami, dan kemudian ikut dengan kami, untuk mempertanggung jawabkan dosa-dosamu!" kata Giok Bun dengan suara yang dingin.
Kauwcu Sah Tok Kauw, Giam In Kay dan yang lainnya bersorak girang, karena melihat Giok Bun memperoleh kemenangan seperti itu, suatu bukti, betapapun juga Giok Bun seorang Sin Tong, bocah sakti, yang memiliki kepandaian demikian tangguh, walaupun usianya masih muda dua belasan tahun.
Mata si Rase Terbang bersinar penuh kemurkaan dan putus asa, wajahnya menyeramkan.
"Hemmmm, kalian tidak akan bisa menghinaku ..... sekali saja aku lolos dari tanganmu, seumur hidupmu tidak akan lolos dari kematian ditanganku !" Katanya dingin.
Giok Bun tidak memperdulikan perkataan si Rase Terbang.
"Serahkan pedang itu !" katanya sambil menghampiri akan mengambil pedang mustika dari tangan si Rase Terbang. Si Rase Terbang benar-benar putus asa, dia pun penasaran sekali. Sekarang dia dalam keadaan tidak berdaya, kalau memang dia jatuh kedalam tangan Giok Bun, niscaya dia akan di siksa oleh orang-orang Sah Tok Kauw tersebut.
"Baiklah ! Kalian bisa mengeroyokku, tapi jangan harap kalian bisa menghinaku, si Rase Terbang!", sambil berkata begitu tangan kanannya bergerak, pedangnya berkelebat.
Giok Bun kaget. Dia melihat pedang itu akan menggorok leher si Rase Terbang sendiri. Tampaknya bermaksud untuk bunuh diri. Maka dia ingin lompat untuk menolongi, akan tetap terlambat, karena pedang itu telah menebas batang leher si Rase Terbang, tubuhnya seketika terjungkal rubuh, dari lehernya mengalir darah sangat deras sekali.... memerahi tempat itu!
Giok Bun berdiri mematung. Rase Terbang kini telah tiada. Telah musnah. Ini jelas keadaan di dalam kalangan Kangouw akan menjadi tenang.
Lam San Gie Kong dan yang lainnya segera menburu dan melihat si Rase Terbang telah putus napas. Giam In Kay mengambil pedang mustika dari cekalan mayat si Rase Terbang. Diserahkan kepada Kauwcu Sah Tok Kauw.
Kauwcu Sah Tok Kauw mengamat amati pedang itu, akhirnya dia mendatangi Giok Bun.
"Pedang ini merupakan pedang mustika yang jarang sekali terdapat dalam rimba persilatan.. karena juga, kami tidak bisa menghadiahkan sesuatu apapun kepada kau, terimalah pedang mustika ini untukmu !"
Giok Bun menggeleng. "Mana boleh begitu, Kauwcu?!" Dia menolaknya.
"Jangan menolak justeru pedang mustika ini hanya cocok di tangan seperti kau, selain memiliki kepandaian tinggi, kau juga masih muda sekali, memiliki kesempatan yang luas di masa mendatang!"
Giok Bun ragu-ragu, tapi setelah melihat Giam In Kay dan yang lainnya mengawasinya, seakan juga mereka menganjurkan agar Giok Bun menerima hadiah dari Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut, maka akhirnya Giok Bun menyambuti juga pedang mustika itu.
"Terima kasih Kauwcu...!" Kata Giok Bun dengan perasaan terharu.
"Simpanlah pedang itu baik-baik...... mungkin kelak menjadi teman baikmu..!" Kata Kauw cu Sah Tok Kauw tersebut.
Lam San Gie Kong tampak puas dan gembira karena penasarannya telah terbayar habis dengan kematian Si Rase Terbang. Juga yang menggembirakan hatinya, di waktu itu dia sudah berhasil bertemu kembali dengan anaknya, yang lenyap di saat masih bayi.
Lam San Gie Kong menghampiri Giok Bun "Giok Bun, sekarang Thia akan kembali ke Thian San, untuk memberitahukan ibumu. betapa sekarang kau sudah besar dan malah memiliki kepandaian yang tinggi. Juga kau sudah berhasil membinasakan musuh besar kedua orang tuamuini pasti merupakan berita yang sangat menggembirakan sekali!"
"Thia... biarlah aku ikut dengan kau ke Thian San" Kata Giok Bun. "Aku ingin sekali ikut dengan ibu...!"
Gembira Lam San Gie Kong, ditepuk-tepuknya pundak anaknya dengan perasaan terharu.
"Itu memang yang terbaik karena kalian anak dan ibu bisa saling bertemu.... !" Setelah berkata begitu, Lam San Gie Kong melirik kepada Cui Seng dan Lam San.
"Cui Seng dan Lam San, kalau memang kalian bermaksud meneruskan perjalanan kalian aku tidak akan menahan kepergian kalian, karena kalian ingin bertemu dengan orang tua kalian ... tapi, alangkah baiknya, kalau kalian ikut kembali ke Thian San, untuk mempelajari ilmu kalian lebih baik lagi. Selama kalian berkelana dalam rimba persilatan kalian selalu kulindungi dan kulihat kepandaian kalian belumlah sempurna... Tapi, ini juga terserah kalian"
Cui Seng cepat-cepat maju berlutut memberi hormat kepada gurunya.
"Kami ikut dengan Suhu kembali ke Thian San, untuk menerima petunjuk2 berharga dari Suhu dan Subo karena memang kami menyadari, betapapun juga kepandaian kami belumlah berarti apa-apa"
Girang Lam San Gie Kong, segera juga dia menyampaikan maksudnya kepada Kauwcu Sah Tok Kauw untuk berpisah. Dengan perasaan berat mereka berpisah.
Thio Giok Bun ikut ayahnya ke Thian San, sekarang hatinya sudah tenang, karena dia sudah mengetahui siapa orang tuanya dan asal-usulnya... kenyataan seperti ini memang sangat menggembirakan hatinya!"
@-dewikz^aaa-@ PERTEMUAN antara Thio Giok Bun dengan ibunya merupakan pertemuan yang mengharukan. Giok Bun berdiam sebulan lebih di Thian San, berikumpul denrgan kedua orang tuanya. Akhirnya dia pun meminta diri untuk turun gunung, karena ia ingin mencari Li Put Hweshio, gurunya.
Kedua orang tuanya walaupun belum lagi bisa mclampiaskan perasaan rindunya pada anak mereka yang telah berpisah sejak anaknya masih bayi ini, tapi mereka pun tidak berdaya untuk menahannya. Akhirnya di pagi yang nyaman dan sejuk Giok Bun sudah pamitan dari ayah, ibu dan Suheng-cienya.
Walaupun masih berusia dua belas tahun, tapi sekarang Giok Bun sudah memiliki kepandaian yang tinggi sekali, karena dari itu dia tidak gentar dan tidak takut suatu apapun juga.
Malah, dalam berkelana itu, banyak turun tangan menolong orang-orang yang tengah dalam kesulitan.
Munculnya Giok Bun, bocah masih kecil tapi dengan kepandaian yang sangat tinggi itu, sempat menggemparkan kalangan Kangouw. Banyak orang yang takjub dan sulit mempercayai, betapapun juga dalam usia dua belas tahun seperti itu tokh memang Giok Bun memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, dan tidak ada seorangpun dalam kalangan Kangouw yang sang gup menghadapi ilmu dan kepandaiannya.
Karena ilmu andalannya yang paling istimewa adalah It Yang Cie, maka Giok Bun pun diberi gelaran sebagai Pendekar Cilik Berjari Sakti. Atau juga ada yang menggelarinya dengan "Si Totokan Jari Tunggal", Tapi Giok Bun tidak perduli orang mau memberikan gelaran apapun padanya, karena yang terpenting baginya adalah mencari Li Put Hweshio.
Akhirnya usaha Giok Bun berhasil, karena dia bertemu dengan Li Put Hweshio yang waktu itu tengan dilibat terus oleh Phang Sun Kongcu, orang yang memiliki ular2 peliharaan. Waktu itu rupanya Phang Sun Kongcu sudah berhasil mencari jejak Li Put Hweshio dan memaksa untuk merampas mustika Kuda yang terbuat dari batu Giok, tapi Li Put Hweshio, waktu itu sudah sembuh dari lukanya, mati-matian mengadakan perlawanan.
Tidak ayal lagi, segera juga Giok Bun turun tangan menolong Li Put Hwesio. Dia berhasil melukai Phang Sun kongcu malah kemudian memusnahkan seluruh kepandaian ilmu silat Phang Sun Kongcu, agar pemuda itu tidak bisa melakukan kejahatan-kejahatan lagi.
Dengan terluka parah seperti itu Phang Sun Kongcu melarikan diri dengan mengajak ular-ularnya.
Li Put Hweshio girang bercampur terharu karena bertemu kembali dengan si Mesum. Malah yang membuatnya heran bercampur girang, adalah kepandaian si Mesum, yang sekarang bernama Thio Giok Bun, demikian liehay, Giok Bun segera menceritakan apa yang telah dialaminya. Bahkan pertemuan dengan Lam San Gie Kong, ayahnya. Juga dengan ibunya dan kedua Suheng maupun Sucinya.
Tentu saja Li Put Hweshio jadi bangga dan gembira sekali untuk Giok Bcc; yang dalam usia demikian muda sudah memiliki kepandaian demikian tinggi.
"Kau sudah berhasil membinasakan si Rase Terbang dan memperoleh pedang mustika, maka mustika Kuda Giok inipun menjadi milikmu! Di dalam mustika ini terdapat kitab pelajaran ilmu pedang yang hebat sekali. Kau boleh mempelajarinya. Orang yang memegang pedang mustika itu sebetulnya berjodoh sekali dengan kitab mustika ini! Karenanya kau boleh melatih dan mempelajari sebaik mungkin! Aku yakin kelak kau akan menjadi seorang jago tanpa tanding. Jago pedang yang terhebat! Semua ini penting sekali, sebab paman Phang Sun Kongcu yang katanya memiliki kepandaian sangat hebat, suatu saat akan mencarimu, untuk membalas sakit hati keponakannya itu !"
Sebetulnya Giok Bun hendak menolak pemberian mustika dari Li Put Hweshio, namun akhirnya dia menerima juga.
Demikianlah, dengan mudah selama dua bulan Giok Bun sudah mempelajari isi kitab mustika itu. Dan sekarang kepandaiannya semakin hebat, karena dia benar-benar merupakan pendekar aneh, yang usianya sangat muda, tapi sudah memiliki kepandaian begitu tinggi. Mungkin dalam rimba persilatan di saat itu hanya Giok Bun seorang yang terhebat kepandaiannya. sulit mencari duanya. Dan Giok Bun mempergunakan kepandaiannya, untuk membela yang lemah dari si jahat. Dia disebut sebagai pendekar aneh, karena usianya yang masih begitu muda.
TAMAT

Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Prahara Dendam Leluhur 2 Pendekar Pulau Neraka 12 Gadis Buronan Pendekar Bego 11

Cari Blog Ini