Ceritasilat Novel Online

Naga Merah 19

Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung Bagian 19


Ciong lam pay dan orang partai persilatan lainnya, jikalau
tidak akan aku hukum menurut peraturan perkumpulan. "
"Teecu terima perintah, tapi teecu seorang diri, jika
memberitahukan rombongan kanan saudara-saudara dalam
rombongan kiri mungkin sudah mulai bertempur, mohon
supaya tambah seorang lagi untuk memberitahukan
rombongan kiri. "
"Dimana Koancu pos ketiga? "
Dari dalam rombongan muncul keluar seorang laki-laki
tegap berewokan dengan sikap menghormat laki-laki itu
menyahut,
"Teecu ada disini."
"Gouw Koancu, kau beritahukan kepada anak buahmu
supaya lekas menemui aku. "
Gouw Koancu itu terima baik perintah tersebut bersamasama koancu pos kedua lari kesisi gunung.
Ketua partai Siao lim pay Goan gat Hwee thio sambil
rangkapkankedua tangannya dan memuji nama Budha seraya
berkata,
"Tan Hweethio telah mencegah bencana besar yang akan
menimpa nasib rimba persilatan, jasamu ini tidak kecil
terimalah hormat lolap dulu,"
Hweesio itu sehabis berkata lalu memberi hormat kepada
Tan Chiang Bin.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Chiang Bin buru-buru menjawab,
"Ciangbunjin ada orang beribadat tinggi bagaimana Tan
Chiang Bin berani menerima penghormatanmu?"
Kemudian ia perintahkan semua anak buahnya berdiri.
Orang-orang dari kedua pihak lalu saling memberi hormat
satu sama lain sebagai tanda telah berakhirnya pemusuhan.
Tidak antara lama Koancu pos ketiga sudah balik dengan
membawa lima ratus anak buah Thian seng Hwee yang
semula hendak menyerang bagian sayap kiri.
Pada saat itu Koancu pos kedua juga tiba dengan sikap
tergesa-gesa kemudian memberi laporan kepada ketuanya.
"Hunjuk beritahu kepada Hweethio bahwa lima ratus anak
buah dari perkumpulan kami dibawah pimpinan Li Tongcu,
oleh karena pengaruhnya orang berpakaian merah, hingga
...."
Tan Chiang Bin terperanjat, maka cepat lantas memotong,
"Apakah bukan seorang yang mengenakan pakaian warna
merah seluruhnya serta dengan kerudungnya warna merah?"
"Benar, ia sedang bertempur sengit dengan seorang tua
yang menggunakan senjata kebutan ...."
"Tentunya Hiat im cu yang bertempur dengan Lam kek Sian
ong. "
Begitu mendengar disebutnya nama Hiat im cu suasana
disitu lantas menjadi tegang, semua orang merasa jeri, hingga
wajah mereka pada berubah pucat.
Tan Chiang Bin segera mengajak beberapa anak buahnya,
yang berkepandaian tinggi, bersama-sama Tan Liong lagi
menuju ke medan pertempuran.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong juga lantas naik darahnya ketika mendengar
kedatangannya Hiat im cu, diam-diam sudah berpikir hendak
turun tangan semdiri terhadap wanita ganas itu.
Tiba dimedan pertempuran, keadaan sudah sama kalut,
beberapa ratus orang melakukan pertempuran sengit, dan
dilain sudut terdapat Hiat im cu yang sedang bertempur
dengan Lam kek Sian ong.
Ketika Tan Liong menyaksikan keadaan demikian lantas
berseru,
"Hiat im cu, serahkan jiwamu ....!"
Selagi Tan Liong lari menyerbu Hiat im cu, Tan Chiang Bin
sudah mengeluarkan komandonya dengan suara nyaring,
"Semua anak buah Thian seng hwee dengan perintah, lekas
hentikan pertempuran! "
Semua anak buah Thian seng hwee ketika mendengar
suara itu semua lantas undurkan diri.
Sementara itu Koancu pos kedua juga lantas berkata
dengan suara nyaring,
"Ketua kami ada di sini, apa semua anak buah perkumpulan
kami tidak lekas memberi hormat?"
Mendengar perkataan itu seluruh anak buah Thian seng
hwee sebanyak kurang lebih seribu lima ratus orang tanpa
kecuali lantas jatuhkan diri berlutut dihadapan ketuanya.
Tan Chiang Bin menyaksikan banyak korban telah jatuh, ia
lalu pejamkan matanya sambil menahan napas.
Mari kita lihat Tan Liong yang sedang menyerbu Hiat im cu.
Setelah melihat kedatangannya Tan Liong, Lam kek Sian
ong lantas undurkan diri.
Pada saat itu Tan Liong sudah mulai menyerang sambil
berseru,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semua ini gara-gara Hiat im cu, maka aku sekarang
hendak bunuh kau ...."
Sehabis berkata demikian dengan serentak ia melancarkan
tiga kali serangannya
Hiat im cu melihat Tan Liong begitu turun tangan sudah
menggunakan tipu-tipu serangannya, serta melihat pula
semua anak buah Thian seng hwee ketika melihat kedatangan
ketuanya lantas pada berlutut lantas mengerti bahwa keadaan
sudah tidak menguntungkan dirinya.
Beberapa ratus orang kuat yang berada di situ tujukan
semua matanya kepada Tan Liong dan Hiat im cu yang sudah
mulai bertempur.
Sementara itu, Chie Peng lantas menghampiri Lam kek Sian
ong dan menanya dengan suara perlahan,
"Locianpwee, apa dia mampu membunuh Hiat im cu? "
Sambil ketawa getir Lam kek Sian ong anggukkan kepala
kemudian berkata,
"Kekuatan dan kepandaian Tan Liong sekarang sudah
diatasnya Hiat im cu, sudah tentu mampu membunuh
padanya, soalnya ialah ia tega turun tangan atau tidak."
"Kenapa? "
"Nanti kau akan tahu sendiri ...." jawabnya sambil ketawa
getir.
Belum habis perkataannya, tiba-tiba matanya dapat lihat
berkelebatnya sesosok bayangan merah yang sebentar
kemudian menghilang kedalam rimba.
Untuk sesaat ia tercengang.
Sementara itu, Tan Liong sudah menghujani serangan
hebat kepada Hiat im cu karena ia sudah bertekad bulat
hendak membunuh wanita ganas itu, maka setiapTiraikasih Website http://kangzusi.com/
serangannya merupakan serangan yang mematikan. Tapi
apakah ia tahu, justeru wanita yang hendak diambil jiwanya
itulah yang telah menolong jiwanya dari cengkeraman tangan
maut?
"Ya, ia memang tidak tahu, juga selamanya tidak akan
tahu."
Disela-sela mata Hiat im cu yang parasnya terutup oleh
kain warna merah, tampak mengalir turun dua tetes airmata,
tapi karena tertutup kerudungnya, hingga tidak dapat dilihat
oleh Tan Liong. ....
Ia telah menangis .... kenapa ....? Apa lantaran inpiannya
yang berupa suatu percintaan ganjil itu?
Ia jatuh cinta kepada Tan Liong ini adalah cuatu keganjilan
yang terbesar tapi memang merupakan suatu kebenaran.
Orang lain tak akan percaya begitu juga ia sendiri.
Sedangkan bagi Tan Liong sendiri juga demikian pula
keadaannya.
Tapi sekarang impian bodoh itu akhirnya telah berakhir,
telah tiba waktunya harus sadar, harus menghadapi keadaan
yang sebenarnya.
Tiba-tiba terdengar suara keras keluar dari mulut Hiat im
cu, "Tan Liong, mari kita bertempur ditempat lain saja!"
Dengan tanpa menunggu jawaban Tan Liong lebih dulu ia
sudah kabur ke bawah gunung.
Tan Liong mengira Hiat im cu hendak kabur benar-benar,
maka ia lantas membentak,
"Kau hendak lari kemana? "
Dengan cepat ia lantas mengejar. ....Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jika Hiat im cu mau, dengan ilmunya meringankan
tubuhnya yang sudah tidak ada taranya mudah saja baginya
untuk meloloskan diri dari kejaran Tan Liong tapi ia tidak ingin
lari.
Setelah terpisah dari medan pertempuran yang semula, ia
lantas hentikan kakinya, kemudian ia bertanya kepada Tan
Liong.
"Tan Liong, apa kita tidak boleh tidak harus bertempur?"
"Benar, dilembah Hong hwee kok kau telah menewaskan
beberapa jiwa locianpwee, aku hendak menuntut balas bagi
mereka ...."
"Juga bagi kau sendiri?"
"Benar. "
"Kau ingin lihat parasku sekali lagi? "
Mendengar pertanyaan itu hati Tan Liong seperti tertusuk
oleh ujung pedang yang tajam, perasaan sedih timbul seketika
ya, seorang wanita yang ia cintai, kembali akan tewas
ditangannya sendiri. ....
Ia kertak gigi dengan keraskan hatinya ia paksa jangan
sampai turun air matanya.
"Tidak .... " jawabnya singkat.
Hiat im cu ketawa kecut ia dapat memahami perasaan Tan
Liong jika ia membuka kerudungnya biar bagaimana Tan Liong
tentu tidak bisa turun tangan.
Ia tersenyum sedih lalu berbicara seolah-olah kepada
dirinya semdiri, "Dalam perjalanan ke akhirat .... aku tidak
akan melupakan untuk mengenang kejadian yang tidak biasa
ini .... walaupun kejadian ini sangat memalukan .... tapi dalam
usiaku yang sudah lanjut aku merasa bangga dengan
pengalaman indah yang tidak dapat kulupakan ini ...."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setiap patah kata yang ia keluarkan dari mulutnya seolaholah disertai dengan tetesan air mata dan darah yang keluar
dari hati nuraninya.
Ini merupakan suatu peristiwa yang paling menyedihkan,
hati saling mencinta tapi harus berhadapan sebagai musuh
antara hidup dan mati. ....
Dengan termangu-mangu Tan Liong mengawasi sikap Hiat
im cu. Ia sebetulnya masih kepingin melihat parasnya wanita
itu tapi ia tidak mempunyai keberanian menyuruh padanya
membuka kerudungnya.
Kecantikannya, .... kegairahannya, ....keluwesannya ....
sudah cukup membuat lemas hati Tan Liong sehingga
mengakibatkan ia tak tega turun tangan.
Pada saat itu, Lam kek sian ong dan kedua Chie juga pada
datang ke tempat pertempuran.
Kembali Hiat im cu tersenyum getir dan berkata pada
dirinya sendiri,
"Orang lain tak akan percaya, juga tak berani percaya
bahwa ini ada suatu kenyataan, tapi dalam hati kita masingmasing mengerti ...."
Kemudian ia berkata kepada Tan Liong,
"Ciangbunjin, turun tanganlah!"
Tan Liong masih berdiri kesima, ia sedang mengenangkan
masa yang lampau, yang penuh keindahan dalam hidupnya
...."
Kembali terdengar suara Hiat im cu,
"Tan Liong, apa kau tidak berani turun tangan denganku? "
Tan Liong seolah-olah baru sadar dari mimpinya, dengan
wajah berobah ia menjawab,
"Aku tidak berani turun tangan terhadap kau? Lucu."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu silahkan kau turun tangan!"
"Ya, kita seharusnya turun tangan." jawabnya Tan Liong
sambil tersenyum kecut, "Nah kau turun tangan dulu."
"Tidak. sebaiknya kaulah yang turun tangan dulu!"
jawabnya Hiat im cu sambil ketawa getir.
Mata Tan Liong tiba-tiba dapat lihat Lam kek Sian ong yang
berdiri kira-kira sejarak tiga tombak, otaknya tiba-tiba teringat
ucapan orang tua itu, "Kau tega turun tangan terhadapnya
atau tidak masih merupakan satu pertanyaan besar ...."
Teringat perkataan itu, ia lantas keluarkan bentakan keras,
"Hiat im cu, kalau begitu sambutlah seranganku ini."
Sehabis berkata demikian tangan kanannya dengan
kekuatan tenaga penuh menyerang Hiat im cu, sedang tangan
kirinya juga sudah siap untuk melancarkan serangan yang
kedua.
Berbareng dengan meluncurnya serangan itu, tiba-tiba
terdengar suara jeritan ngeri yang mengejutkan hati Tan
Liong.
Hiat im cu ternyata tidak membalas berkelit atau
menyingkir, ia mandah dirinya diserang oleh Tan Liong.
Kejadian yang tidak terduga itu, membuat Tan Liong
kesima.
Demikian pula dengan Lam kek Sian ong, dan kedua
saudara Chie saat itu juga lantas menjerit kaget.
Ternyata serangan itu telah mengakibatkan Hiat im cu
terpental dan melayang sejauh tiga tombak lebih, mulutnya
menyemburkan darah. ....
Dua tetes airmata keluar dari kelopak mata Tan Liong,
kemudian dengan menangis sedih ia melesat menubruk Hiat
im cu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia kini telah mengerti, bahwa Hiat im cu karena mencinta
dirinya, maka ia tidak membalas atau melawan ia rela mati
ditangannya.
Lam kek Sian ong juga mengucurkan airmata lalu berkata
sendiri, "Aku tidak akan melupakan suatu kejadian yang sulit
dipercaya namun aku telah menyaksikan sendiri kebenarannya
dalam hidupku ini .... itu adalah pengorbanan seorang wanita
berusia tujuh puluh tahun lebih, karena cinta."
Sementara itu telah terdengar suara Tan Liong,
"Kenapa kau tak mau melawan?" ia mendekap tubuh Hiat
im cu seraya menangis tersedu-sedu.
Dengan suara terputus-putus Hiat im cu menjawab,
"Aku tidak dapat, sebab aku ingin agar orang lain percaya
bahwa antara kita ada saling ...." ucapan selanjutnya belum
sampai keluar dari mulutnya kepalanya sudah terkulai, jiwanya
sudah melayang kelain dunia.
Tan Liong goyang-goyangkan tubuh Hiat im cu berkata
dengan suara sedih,


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya Tuhan, aku telah membunuh wanita yang kucintai."
Suaranya demikian memilukan, sehingga bagi orang yang
mendengarnya juga akan turut mengucurkan airmata.
Lam kek Sian ong menghampiri padanya dan berkata
dengan suara sedih,
"Ciangbunjin, dia harus akhiri hidupnya dengan jalan
begitu, ia bisa mati ditangan orang yang ia cintai juga sudah
cukup merasa puas, kau juga tak perlu merasa sedih."
"Tapi ia telah mati lantaran aku."
"Orang tak akan percaya kalau kalian saling mencinta, tapi
aku percaya."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong mendadak berhenti menangis dengan hati pilu
dan mata terbuka lebar memandang jenasah Hiat im cu ....
Betapa besar kedukaan dalam hatinya, tertampak nyata
diraut mukanya hingga membuat orang tidak tega
memandangnya.
Tiba-tiba selagi semua orang yang berada dalam kedukaan
yang hebat sesosok bayangan merah dengan kecepatan
bagaikan kilat menerjang Tan Liong berbareng dengan itu
sinar kebiru-biruan nampak berkelebat menusuk punggung
Tan Liong.
Kedatangan bayangan merah itu sedemikian cepat dan
sangat tidak terduga, agaknya seperti sudah direncanakan
dengan seksama.
Chie Peng yang menyaksikan jelas bahwa sinar kebirubiruan yang meluncur kearah punggung Tan Liong itu adalah
sebuah pedang panjang. Dalam kagetnya ia melesat
menubruk bayangan merah itu.
Akan tetapi meskipun gerakan Chie Peng sangat cepat
sudah terlambat ....
Saat itu terdengar pekik Tan Liong, dibarengi dengan pekik
si Baju Merah yang terlempar kena hantaman Tan Liong.
Kiranya si Baju Merah itu adalah Yao Lie Lu adanya.
Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu untuk sesaat
terdiam. selanjutnya mereka berlarian menghampiri Tan Liong
dengan hati runtuh.
Tan Liong masih terduduk, dengan pedang panjang yang
menusuk sebelah kanan iganya. Darah membasahi sekujur
tubuhnya membanjir seperti mata air. Chie Peng yang merasa
sangat menyesal karena tidak berhasil mencegah bokongan itu
roboh pingsan.
Meskipun menderita kesakitan hebat, Tan Liong yang kosen
itu masih dapat berpikir terang. dengan cepat mengerahkanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga untuk menutup jalan darah disekitar luka hingga
kucuran darah itupun untuk sementara berhenti. Lalu dengan
terhuyung ia bangkit memutar badannya untuk melihat siapa
adanya si pembokong itu.
"Ciangbunjin, kau .... kau ...." kata Lam kek Sian ong
dengan tergugup dan berurai airmata.
Tan Liong sepeti tidak mendengar ucapan orang, ia berkata
seperti kepada diri sendiri, "Kiranya kau, Yao lie lu ...."
Yao lie lu yang saat itu tergeletak muntah darah, terkejut
melihat samar-samar Tan Liong masih bisa berdiri tegak.
Sungguh menurut perhitungan, tidak mungkin seorang
manusia masih dapat hidup dengan iga yang tertembus
pedang seperti itu. Dalam penasarannya gadis itu merayap
bangun ingin menyaksikan dari dekat, tetapi gagal. Luka
dalam di dadanya sangat parah, ia kembali ambruk ketanah
sambil memperdengarkan keluhan.
Sungguh diluar dugaan setiap orang, bahwa dalam saat
yang sangat kritis, hawa sakti dalam tubuh Tan Liong berhasil
menyelamatkan nyawa pemuda itu. Ketika Yao Lie lu
meluncurkan pedang panjangnya dengan tiba-tiba,
perhitungan sudah tepat pasti pedang itu akan menembus
jantung sampai ke dada dan pemuda itupun akan tamat
riwayatnya. Ia tidak sadar bahwa berkat latihan dan
keunggulan hawa sakti dalam tubuh Tan Liong, pemuda itu
memiliki gerakan spontan yang berlangsung secara sendirinya.
Dengan adanya hawa sakti dalam tubuhnya, Tan Liong
memiliki indera keenam yang pada saat-saat gawat selalu
bekerja dngan reflek. Begitulah ketika sambaran pedang
datang meluncur dalam sedetik hawa sakti dalam tubuh Tan
Liong bergolak seketika tubuhnya menggeser ke samping dan
tangan kirinya menghantam ke belakang. Pedang panjang itu
tetap menusuk punggung Tan Liong tetapi sedikit menggeser
dari sasaran tidak mengenai jantung. Jika tusukan ituTiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenai jantung, meskipun Tan Liong memiliki ilmu sakti
setinggi langitpun takkan dapat ia menyelamatkan jiwanya.
Perlahan-lahan Tan Liong menghampiri Yao lie lu.
Dihadapan tubuh gadis itu Tan Liong berhenti. Pandangan
rasa berputar dan tubuh lemas bukan kepalang, ingin sekali ia
ambruk dan terbaring. Tetapi terdorong oleh rasa
penasarannya ia bertahan untuk tetap berdiri tegak.
Sesaat kemudian Yao lie lu tampak bergerak. Gadis itupin
membuka matanya.
"Kau .... kau .... tidak mati ...." katanya terputus-putus
lemah.
"Hanya bokongan pengecut itu saja mana bisa membunuh
orang?" sahut Tan Liong dengan suara tetap.
Detik itu Tan Liong telah mengangkat tangannya, untuk
melancarkan hantaman yang mematikan terhadap gadis itu.
tetapi melihat sinar mata yang kosong dari gadis itu, wajah
yang pucat pasi tidak berdaya itu, seketika kemarahannya
mencair seperti es. Tenaga pukulan yang telah terkumpul
ditangannya seketika dibuang ke samping. Blang! Tanah batu
berhamburan. Akibatnya Tan Liong sendiri roboh terkulai.
Semua yang hadir disitu segera merubung maju
menghampiri. mereka cemas, bingung kawatir menjadi satu.
Mereka tak tahu apa yang harus diperbuat terhadap pemimpin
mereka yang secara tiba-tiba berada diantara hidup dan mati.
Tetapi Lam kek Sian ong yang telah kenyang dengan
pengalaman tidak kehabisan akal. cepat ia menotok beberapa
jalan darah pemuda itu menyadarkan dari pingsannya.
"Ciangbunjin!" kata Lam kek Sian ong terputus dengan
sendirinya.
"Locianpwee hendak berkata apa, katakanlah."
"Ciangbunjin harap dapat menahan sakit sementara ...."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong mengangguk. Pemuda itu tahu apa yang akan
dilakukan oleh orang tua itu. Seketika iapun meramkan kedua
matanya dan menetapkan hatinya sambil mengertak gigi.
Dengan diringi rasa cemas setiap orang Lam kek Sian ong
mencabut pedang dari iga pemuda itu. Darah mengucur
kembali, dan sekali lagi Tan Liong roboh pingsan.
Meskipun luka Tan Liong tampak dari luar sangat parah,
tetapi luka luar berbeda dengan luka dalam seperti yang
diderita oleh Yao lie lu.
Berkat hawa sakti dalam tubuhnya, Tan Liong tak lama
kemudian siuman kembali. Dirasakan tubuhnya sangat lemah
tak bertenaga sementara dari tempat luka rasa sakit menggigit
hampir tak tertahankan.
Lam kek Sian ong membalurkan obat luka diseputar luka,
setelah sebelumnya cucuran darah itu dapat dihentikan. Lalu
dengan kedua telapak tangan melekat dipunggung si pemuda,
Lam kek Sian ong menyalurkan hawa sakti kedalam tubuh si
pemuda, guna menambah tenaga.
Selang sepeminuman teh, Lam kek Sian ong telah
bermandi keringat. Dan Tan Liong menggoyang-goyangkan
tangannya, pertanda keadaan lukanya sudah tidak
mengkawatirkan lagi.
"Kasihan .... gadis itu ...." keluh Tan Liong, matanya sayu
memandangi tubuh Yao lie lu yang masih menggeletak tak
bergerak.
"Sudah sepantasnya mendapatkan hukuman mati." jawab
Lam kek Sian ong gemas.
Tetapi Tan Liong menggelengkan kepalanya. Hanya dia
yang tahu perasaan Yao lie lu. Gadis itu bukan membenci Tan
Liong dan bermaksud merampas jiwa pemuda itu, agar tidak
akan menjadi milik siapapun. Begitulah sifat serakah seorang
gadis.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada detik itu Yao lie lu perlahan-lahan membuka matanya.
Bibirnya tampak bergerak, berkemak kemik. Dengan perlahan
pula Tan Liong bergerak menghampiri.
"Maukah kau memaafkan aku Liong ko?"
Tan Liong mengangguk lemah.
"Sebentar lagi aku .... akan mati .... Maukah kau
mengenangku, Liong ko?"
Tan Liong mengangguk pula.
Wajah gadis yang pucat berlepotan darah itu mencoba
untuk tersenyum.
"Oh, .... Liong ko ...." bisik Yao lie lu untuk yang terakhir
kalinya. sesudah itu sinar matanya semakin suram. Napasnya
kian perlahan, dan akhirnya kedua matanya mengatup
perlahan bersama dengan tewasnya gadis itu dalam
kepedihan cinta.
Tan Liong berdiri terlongong.
Asmara begini rumit libatan-libatannya. Dan anehnya
justeru Tan Liong sendiri jadi korban libatan-libatan asmara
yang ruwet itu.
Melihat bahwa bahaya maut tak mungkin menghampiri Tan
Liong lagi, Chie Peng dan Chie Cui dengan berurai air mata
menghampiri sambil tersenyum. Lambat-lambat lupa akan
rasa malu Chie Peng memeluk Tan Liong.
"Kau tidak apa-apa Liong ko?" bisiknya.
"Tidak, banyak orang, tanganmu ...." bisik Tan Liong pula.
Seketika dengan muka merah Chie Peng melepaskan
pelukannya. Semua orang yang melihat hanya diam. Mereka
dapat merasakan perasaan kedua nona Chie itu.
"Maaf." Chie Peng tersipu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itu dengan sikap tegak, sebagai seorang yang tertua
dalam rombongan itu, Lam kek Sian ong berseru tegas,
"Mengingat bahwa keadaan Ciangbunjin sedang begini
mengkawatirkan maka agar jangan banyak diganggu dulu.
Kami akan segera membawanya pulang ke pintu perguruan."
Kedua nona Chie itu maklum apa yang dimaksudkan oleh
Lam kek Sian ong.
Tetapi dasar jiwa muda remaja, dalam bercinta sukar
dikendalikan, mereka tak perduli.
"Liong ko, maafkan aku, aku terlambat menolongmu tadi."
kata Chie Peng pula.
"Tidak begitu, memang dalam hal itu gerakan Yao lie lu
lebih cepat. tetapi tokh aku tidak mati."
"Kau masih begitu mesra menyebut nama gadis pembunuh
itu, Liong ko?" Chie Peng merengut pula.
"Dia telah mati tak perlu dimusuhi lagi."
"Liong ko?"
Tan Liong memandang Chie Cui yang berkata sambil malumalu itu.
"Mari kita lupakan semua itu. kita pergi meninggalkan ini
semua! "
Tan Liong menggeleng lemah. Hatinya terketuk perlahan.
Gadis inipun tidak luput dari libatan asmara pula. "Hm, asmara
yang malang. Aku tidak akan membiarkan semakin banyak
gadis-gais cantik karena ulahku."
"Liong ko." bisik Chie Peng lagi.
"Kalian berdua gadis yang baik. Kalau boleh ijinkan aku
memikirkan kesehatanku dulu, baru aku akan bisa
membicarakan hal yang lain-lain."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak Liong ko. kau harus menjawab dengan tegas!" Chie
Peng mendesak.
Tan Liong menggelengkan kepalanya.
"Kau tidak mencintaku Liong ko?" bisik Chie Peng setengah
menangis.
Juga Tan Liong menggelengkan kepalanya,
"Kedua nona Chie!" seru Lam kek Sian ong tidak sabar.
"Kalian harus memikirkan kesembuhan Ciangbunjin kita! "
Tetapi Chie Peng dan Chie Cui benar-benar bandel.
"Aku ingin jawabanmu Liong ko."
Pada saat itu angin bertiup perlahan menyapu tanah lapang
itu. Rambut dikening Yao lie lu berkibar-kibar, seakan akan
gadis itu hidup kembali dan ikut cemburu akan sikap kedua
nona Chie itu.
"Kau masih mencinta dia Liong ko?" Chie Cui penasaran.
Pada detik itu sebenarnya Tan Liong sedang berusaha
menguatkan batinnya untuk memberikan jawaban yang pasti
bagi kedua gadis itu. Justeru pada detik itulah ia mengingat
akan orang yang paling dicinta dan ia telah tiada.
"Aku hanya mencinta isteri dan anakku yang kini telah
damai dilembah Hong hwee kok. Aku sudah tidak punya hati
lagi .... aku sudah tidak ada gunanya lagi. maafkan aku."
Sambil berkata demikian perlahan lahan Tan Liong berjalan
meninggalkan kedua dara itu menghampiri Lam kek Sian ong
dan rombongannya. Demikianlah libatan asmara yang tetap
rumit itu, kelak akan menimbulkan urusan yang
berkepanjangan di kemudian hari
T A M A T
Istana Pulau Es 20 Pendekar Mabuk 70 Hilangnya Kitab Pusaka Wasiat Di Puri Elang 1

Cari Blog Ini