Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung Bagian 3
"Naga Merah ! Selama Pek lek cu masih hidup pasti tidak
akan ijinkan kau hidup dengan dosa-dosamu ini"
Hwesio tua itu ketika mendengar gerendengan demikian
dari mulutnya Pek lek cu lantas membentak dengan suara
keras,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pek lek cu ! Kau sudah membunuh begitu banyak jiwanya
anak murid kami ada hubungan apa kau sebut si Naga
Merah?"
Pek lek cu mengawasi bangkai anak murid Siao lim pay
yang bergelimpangan tak berbentuk lagi itu di tanah, matanya
mendadak mengucurkan air mata.
Keadaan seperti itu membikin si hwesio tua yang
melihatnya dengan mata gusar rupanya membikin dia
terheran-heran.
Waktu itu barulah pek lek cu berkata pula,
"Pek cie Taysu, bom Pek lek tan yang terlepas dari
tangannya Pek lek cu tadi dilakukan dengan tidak sengaja.
Sebenarnya bukan maksudku membunuh anak murid Siao lim
pay dan bom Pek lek tan yang meledak mula-mula ...... itu
bukan perbuatan Pek lek cu. "
Pek cie Taysu dengan alis berdiri berkata pula, terang ia
masih gusar,
"Apakah di dalam rimba persilatan masih ada seorang pek
lek cu lagi? "
Pertanyaan Pek cie Taysu tadi yang memotong bicaranya
pek lek cu memang benar. Pek lek cu kata, bom Pek lek cu
yang meledak mula-mula bukan perbuatannya. Kalau begitu
apakah sebuah bom Pek lek tan yang mengambil jiwa empat
puluh lebih anak murid Siao lim pay disambitkan oleh orang
lain?
Atas pertanyaan Pek cie Taysu tadi Pek lek cu hanya dapat
berkata,
"Di dalam rimba persilatan meskipun tidak ada Pek lek cu
yang kedua, tetapi sebuah bom Pek lek tan yang pertama tadi
sungguh bukanlah Pek lek cu yang melempar, itu adalah si
Naga Merah yang menyambitkan. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nada suaranya Pek lek cu getir.
"Kalau begitu kau sudah berkomplot dengan si Naga Merah
menurut katamu itu, dan kau sengaja hendak membikin huru
hara dalam biara Siao lim sie, betulkah? "
"Pek cie Taysu, mungkin kau tidak mau percaya perkataan
Pek lek cu tadi. Tetapi sesungguhnyalah, demi Allah, bom Pek
lek tan yang meledak duluan dan mengambil jiwa anak-anak
murid partaimu, itu bukanlah perbuatanku. Sekali lagi
kukatakan, itu adalah perbuatan si Naga Merah !"
Baru habis Pek lek cu dengan perkataannya, lalu terdengar
suara orang berkata,
"Itu memang benar. Bom pek lek tan yang mula-mula
meledak tadi mungkin betul perbuatan Naga Merah"
Setelah itu lantas muncul si pendekar Kalong, Ciang hay Sin
kun dan Yan san It hiong yang tadi datang bersama-sama Pek
lek cu ke biara Siao lim sie.
Ciang hay Sin kun lantas berkata pula,
"Pek-cie Taysu, perkataan pek lek cu tadi memang benar.
Sebuah bom Pek lek tan yang semula tadi, bukan dia yang
melemparkan, itu benar. "
"Kalau begitu Naga Merah kau mau maksudkan pernah
mencuri sebuah bom Pek lek tanmu? " bertanya Pek-cie Taysu
dengan nada dingin.
Pek lek cu tidak dapat membantah, hanya dalam hatinya
saja diam-diam berpikir. "Pebuatannya Naga merah benarbenar terlalu ganas. "
Kemudian ia berpaling ke arah Ciang hay Sin kun, kenapa
orang tua itu berkata,
"Ciang hay si setan tua! Apa kau masih ingat tentang itu
dan bomku Pek lek tan yang aku sambitkan ke arah Naga
Merah di selat Ba siong hiap? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terang masih ingat dua Pek lek tan tidak meledak." jawab
Ciang hay Sin kun lekas.
"Itulah" kata pula Pek lek cu, "Naga Merah membawa dua
bom Pek lek tanku dan sekarang dibawa ke biara Siao lim sie
dan dipakai sekalian membom anak muridnya Siao lim pay. "
"Benar" suara Ciang hay Sin kun pula, "sebuah bom yang
pertama tadi memang dilemparkan oleh si Naga Merah. "
Pek lek cu berkata lagi,
"Waktu bom Pek lek tan mula-mula meledak secara
mendadak tadi aku sendiri juga sangat kaget sebab belum lagi
kusambit bom yang tergenggam ditanganku, siapa lagi yang
bisa menyambit dengan bom itu membinasakan Siao lim pay?"
Sejenak ia diam setelah menelan ludah, katanya pula, "Karena
peledakan itu begitu mendadak aku juga sedang memeras
otak mencari jalan ke luar memecahkan persoalannya, namun
masih belum lagi bisa menemukan jawabannya sebab
disamping dua buah yang kuberikan kepada pemuda aneh
setelah aku mengaku kalah dalam bertaruh tempo hari, masih
ada dua buah lagi yang pernah kusambitkan ke Si Naga merah
yang kedua-duanya tidak meledak. Sedang bomku sendiri
yang semula hendak kugunakan untuk menyambit si Naga
merah ternyata masih tergenggam dalam tanganku. Selagi
pikiranku masih bekerja keras, Ceng tim Siansu mendadak
menyerang aku hingga aku dalam keadaan tak sadar berdarah
dan terluka. Dan ketika aku merasakan sakitku itu, baru sadar
aku kalau aku sedang melamun. Dalam keadaan begitu Ceng
tim Siansu tiba-tiba sudah menyerangku lagi serangannya
sudah dekat sekali. Dalam keadaan gugup lalu aku
menyodorkan tangan kananku, maksudku untuk memapaki
serangan Ceng tim Siansu. Apa mau dikata, aku lupa kalau
tangan yang dipakai menangkis itu masih menggenggam bom.
Dan ketika kedua kekuatan beradu dengan Ceng tim Siansu
bom itu tanpa sengaja lepas dari tanganku. Semua itu
terjadinya tidak disengaja karena aku kurang ingat. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkataan Pek lek cu tadi meski diucapkan dengan
sejujurnya, tetapi Pek cie Taysu masih berkata dengan dingin.
"Pek lek cu! Jikalau perkataan yang keluar dari mulutmu
tidak bohong meski benar enam puluh lebih jiwa anak murid
partai kami bukan kau yang membunuh langsung, tapi biar
bagaimana mereka itu toh terbunuhnya oleh bom peledakmu
bukan? Dan bom itu selalu minta korban jiwa juga sudah
merusak empat ruangan kamar biara Siao lim sie kami. Apa
sedikitpun kau tidak merasa bertanggung jawab atas kerugian
semua itu? "
"Dalam hal ini aku Pek lek cu nanti sudah tentu akan
mencari si Naga Merah untuk membuat perhitungan ...... "
Belum lagi Pek lek cu habis dengan kata-katanya suara
ketawa dingin yang kedengarannya sangat menyeramkan
terdengar pula dari tempat gelap.
Semua orang yang ada di situ lantas pada berpaling
menengok ke arah dari mana suara itu terdengar.
Disuatu tempat kira-kira dua tombak jauhnya nampak
berdiri dua bayangan merah !
Kedua orang tersebut seluruh badannya sampai kekepala
merah semuanya ...... Naga Merah ternyata ada dua !
Kini telah menjadi suatu kenyataan, bahwa Naga Merah
ternyata ada dua orang. dan apa yang mengherankan, dua
orang Naga Merah itu bisa berdiri berendeng, dan muncul di
suatu tempat.
Dan Naga Merah saling gandeng menggandeng di suatu
tempat tanpa terjadi saingan apa-apa, maka diantara dua
Naga Merah itu terang ada hubungan apa-apa.
Meskipun Naga Merah itu sudah muncul berbareng di dunia
Kang-zsouw namun bagaimana wajah tiap-tiap Naga Merah
itu, dan yang mana salah satu Naga Merah yang tulen, atau
yang kedua-duanya palsu, semua hal masih tetap merupakanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
suatu teka teki besar yang tak dapat dijawab oleh semua
orang.
Terhadap munculnya Naga Merah, yang perbuatannya
begitu terkutuk, Pek lek cu bukan saja merasa diputar-putar
kepalanya dalam menghadapi mereka, bahkan sudah juga ia
dibikin gusar bukan kepalang sampai dadanya turun naik
bergelombang. Akan tetapi apa dayanya? Ia tak tahu
bagaimana baiknya bertindak.
Dan kini, mendadak muncul dua Naga Merah berbareng,
hal ini sudah barang tentu mengejutkan semua orang apalagi
Pek lek cu yang sudah terbenam dalam pikirannya sendiri,
perasaannya diliputi oleh berbagai pertanyaan.
Sudah terang, di antara dua Naga Merah itu mungkin tidak
ada satu yang tulen, tetapi sebelum terbuka kedoknya, hal itu
masih suatu tanda tanya besar.
Pek lek cu dalam keadaan murka mendadak tertawa
tergelak-gelak, dari dalam sakunya lalu dikeluarkan tiga buah
bom Pek lek tan, setelah mana membentak ke arah dua Naga
Merah yang brdiri bergandengan itu.
"Mana bisa jadi Naga Merah ada dua orang! Di antara
kalian yang mana satu sebetulnya yang dulu ikut ambil bagian
dalam pertandingan ilmu silat di gunung Boan san? "
Naga Merah yang sebelah kiri, yang dedeg serta
perawakannya agak lebih tinggi dari yang kanan, lantas
menjawab sambil perdengarkan ketawa menyeramkan.
"Pek lek cu! Hal ini apa kau mau tahu? "
Semua anak murid Siao lim pay yang hadir di situ hampir
serentak lalu mengepung si Naga Merah ....
Tetapi selagi beberapa anak murid Siao lim pay itu
bergerak, Naga Merah kembali mengucapkan perkataannya
yang menyeramkan,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian kalau sudah tidak sayangi jiwa kalian sendiri boleh
coba lagi rasanya bom Pek lek tan! "
Digertak demikian beberapa murid Siao lim pay yang tadi
hendak meluruk ke arah Naga merah yang dua orang itu
lantas pada urungkan niatnya.
Bom pek lek tan sekali disebut ternyata hebat sekali
pengaruhnya!
Benarlah ditangan Naga merah salah satunya pada kala itu
memang terlihat tergantung bom Pek lek tan sebuah. Apabila
bom yang sebuah itu diledakkan lagi, maka anak murid Siao
lim pay sudah tidak akan lolos dari bencana kehancuran.
Salah seorang dari dua Naga merah itu kemudian berkata
sambil tertawa tergelak-gelak.
"Pek lek cu! Aku berterima kasih padamu yang sudah
begitu murah hati memberikan dua bom Pek lek tanmu. "
Setelah berkata demikian, ia memandang Pek cie Taysu,
kepada pendeta ini ia berkata pula,
"Siao lim pay tidak tahunya cuma sebegini saja. Tadinya
aku mengira kalau di dalam biara ini banyak bersembunyi
orang-orang kuat. Tapi nyatanya? Ha-ha ! "
Setelah menjengek demikian, kembali ia tertawa. Suaranya
menyeramkan sekali.
Kemudian lagi entah dengan menggunakan gerakan apa
mendadak kedua-duanya menghilang dari tempat itu.
Pek lek cu membentak dengan keras, semula ia bermaksud
mengejar, tetapi tidak berhasil dapat menyandak.
Bukan kepalang kagetnya Pek lek cu. Tetapi ia hanya dapat
kertak gigi, tidak dapat berbuat lain. dalam hatinya lantas
berpikir ; kalau hendak membasmi Naga Merah rasanya hanya
dengan jalan ini saja.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesaat kemudian ia lantas lompat melesat dengan diamdiam meninggalkan Siao lim sie yang menyeramkan itu.
Sementara itu dengan cara apa Pek lek cu hendak
menghadapi Naga Merah? Di bagian belakang nanti akan
dijelaskan lagi.
Kita balik lagi kepada murid-muridnya Siao lim pay yang
juga Cuma bisa mengawasi berlalunya Naga merah dengan
perasaan gusar dan panas namun tidak bisa berbuat suatu
apa. Tapi benarkah si Naga Merah sudah meninggalkan biara
Siao lim sie? tiada seorangpun yang mampu memastikan.
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara jeritan. Suara jeritan
itu telah mengejutkan semua anak murid Siauw lim pay yang
kala itu masih pada berdiri kesima memikirkan sepak
terjangnya Naga Merah.
Pek cie Taysu dengan lantas lari menuju ke kamar Tat moie Dan apa yang disaksikan? Hampir saja membuat pendeta
saleh itu tidak percaya kepada matanya sendiri.
Ia telah dapatkan dirinya ketua Siao lim pay Goan khut
sudah rebah terlentang dengan mulut mengeluarkan darah.
Keadaan itu telah membuat pendeta tua itu hampir merasa
meledak dadanya. Pek cie Taysu segera menghampiri
ketuanya yang sudah tidak ingat orang itu, ia lantas ulur
tangan kananya dan hendak menotok jalan Tok me hiat
dibadannya Goan khut.
Tapi belum lagi jari tangannya bergerak mendadak
terdengar suara bentakan orang,
"Hwesio tua apakah kau sudah tidak mengingini jiwa Ciang
bu jinmu lagi?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan itu bukan kepalang kagetnya Pek cie
Taysu, seketika lantas urungkan maksudnya dan mundur
beberapa langkah. Ketika ia berpaling di luar kamar Tat mo ie
itu ada berdiri seorang pemuda berbaju kelabu.
PEK CIE TAYSU ketika dapat lihat mendadak ada seorang
pemuda berbaju kelabu di depan kamar Tat mo ie diam-diam
sangat terperanjat.
Pemuda itu yang bukan lain daripada Tan Liong adanya,
lantas mengawasi ketua Siao lim pay Goan khut yang kala itu
rebah terlentang dalam keadaan terluka dengan banyak darah
mengucur keluar. Perlahan-lahan tetapi teratur pemuda ini
berjalan menghampiri ketua Siao lim pay ini.
"Sicu dari mana? Tahukah sicu kalau ruangan Tat mo ie ini
adalah tempat kediamannya ketua partai Siao lim pay kami?
Dan pernahkah sicu dengar bahwa jikalau tidak ada perintah
dari Ciang bun jin sendiri sekalipun lolap juga tidak
diperbolehkan memasuki kamar ini secara sembarangan? Sicu
yang bukan anggota juga bukan anak murid golongan kami
mengapa datang lalu berani berlaku lancang masuk kedalam
ruangan ini? "
Setelah Pek cie Taysu menegur demikian yang sudah
terang memperlihatkan wajah tidak senang, berbareng pun ia
maju merintangi majunya Tan Liong.
"Jikalau kalian memang sudah tidak menghendaki lagi jiwa
Ciang bun jin kalian sendiri, buat apa aku turut campur tangan
Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam urusan ini?" demikian Tan Liong sebagai jawaban
mengucapkan kata-katanya sambil ketawa dan setelah itu lalu
putar badannya hnedak meninggalkan tempat tersebut.
Mendengar perkataan si anak muda Pek cie Taysu tergerak
hatinya. dengan cepat ia lantas berkata,
"Benarkah sicu anggap Ciang bun jin kami masih ada
harapan untuk ditolong jiwanya? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong tanpa berpaling menjawab ketus,
"Kalau dalam waktu setengah jam tidak lantas dibuka jalan
darah di bagian nadinya itu ia akan mengeluarkan banyak
darah dan pasti binasa. "
Ini adalah suatu pernyataan berupa keterangan. dan ini
justeru mengejutkan hatinya Pek cie Taysu dari keterangan
pemuda baju kelabu itu yang rupanya sudah mengetahui jelas
pula keadaan Ciang bun jinnya yang terluka parah itu maka
lantas ia berkata sambil lerutkan alis,
"Jikalau sicu bisa menolong jiwa Ciang bun jin kami dari
cengkeraman maut, kami orang-orang Siao lim pay selamanya
takkan melupakan kebaikan sicu..... "
"Akan tetapi bukankah taysu tadi pernah mengatakan
bahwa aku yang rendah tidak boleh sembarang masuk ke
dalam ruangan Tat mo ie ini? "
Disambut dengan jengekan demikian Pek cia Taysu
wajahnya merah seketika. Ucapan Tan Liong tadi dengan
tepat mengena di hatinya seakan-akan merupakan satu
tamparan hebat di pipinya Pek cie Taysu. Lama pendeta ini tak
dapat menjawab.
Tetapi karena mengingat kepentingan bagi Ciang bun
jinnya akhirnya menjawab juga pendeta tua ini sambil unjuk
ketawa meringis,
"Tat mo ie adalah suatu tempat terpenting dalam biara Siao
lim sie. Semua anak murid Siao lim pay jika tidak mendapat
perintah Ciang bun jin setapak juga tidak dapat memasuki
ruangan ini. Ini memang suatu peraturan yang berlaku selama
bertahun-tahun lamanya. Tetapi kali ini jikalau sicu memang
benar sanggup menolong jiwa Ciang bun jin kami, sudah tentu
ada kecualinya."
Tan Liong berpaling sambil unjuk ketawa hambar lalu ia
balikkan badan dan menghampiri Pek cie Taysu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu di luar kamar tempat Tat mo ie itu mendadak
terlihat sesosok bayangan manusia yang lari mendatangi dan
dalam sekejapan saja sudah berdiri di luar kamar tersebut
sejarak tiga tombak jauhnya.
Pek cie Taysu ketika melihat bayangan tersebut lantas
menegur dengan suara keras.
"Ada kepentingan apa sutit memerlukan datang ke Tat mo
ie?"
Orang yang baru datang itu adalah ketua bagian keamanan
yang bergelar Kui su. Waktu Kui su sudah berlutut dan
berkata,
"Hunjuk beritahu kepada susiok, jenasah saudara-saudara
yang terbunuh bom Pek lek tan tadi, pada waktu ini masih
belum dikebumikan. Harap susiok suka mengeluarkan perintah
untuk cepat dilaksanakan penguburannya."
Pek cie Taysu yang mendengar itu hatinya seperti diiris-iris.
dengan mata tergenang air uia lantas berkata sambil kertak
gigi,
"Perintahkan setiap anak murid yang masih ada lekas
mengubur semua jenasah kemudian lekas juga bersihkan
semua tanda-tanda darah di lantai. Dan setelah itu kau boleh
perintahkan sekalian saudara saudaramu supaya lekas
berkumpul di ruangan Hoan sin ie,.."
"Sutit terima perintah."
Setelah itu Kui su dengan sikap hormat telah
mengundurkan diri.
Memikirkan peristiwa yang mengenaskan, Pek cie Taysu
masih merasa hatinya seperti diiris-iris.
Tempat Budha yang dipandang suci oleh segenap umat
Budha adalah untuk pertama kalinya itu mengalami nasib
demikian menyedihkan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kematiannya begitu banyak anak murid Siao lim pay
merupakan suatu pukulan hebat bagi partai besar ini.
Hal tersebut membuat mau tidak mau semua anak murid
Siao lim pay masih ada pada merasa seperti ditikam pedang
tajam saja.
Setelah memberi perintah pada keponakan muridnya tadi,
Pek cie Taysu balik pula dan menghadapi Tan Liong.
Sambil memperlihatkan senyum ewah Tan Liong si pemuda
baju kelabu masuk ke dalam kamar. Matanya mengawasi
Goan khut dalam keadaan yang amat payah alisnya nampak
dikerutkan.
Pek cie Taysu mengawasi wajah dan gerak gerik tan Liong.
terhadap ucapan pemuda itu tadi yang mengatakan bisa
menolong jiwa Goan khut, agaknya masih diragukan.
Tan Liong setelah berdiri sejenak lalu mengulur tangan
kanannya dengan kecepatan kilat menyambar dadanya Goan
khut.
Gerakan yang dilakukan secepat kilat oleh si pemuda baju
kelabu itu membikin was was Pek cie Taysu yang terus
mengawasi perbuatannya itu.
Kala itu mendadak terdengar suara. Sreeet! Dan ...... jubah
bagian dada Goan khut ternyata sudah dirobek oleh gerakan
tangan Tan Liong tadi.
Pek cie Taysu yang menyaksikan perbuatan Tan Liong itu
wajahnya agak berubah. Perasaan gusar nampak tegas di atas
wajahnya.
Goan khut adalah Ciang bun jin atau ketua partai Siao lim
pay. Dalam keadaan tidak ingat orang, sang ketua tersebut
diperlakukan demikian rupa oleh orang luar tidaklah
mengherankan kalau perbuatan itu dimata pendeta tua itu
sangat gegabah maka seketika itu juga sudah membuat ia
gusar sekali.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek cie Taysu segera menghampiri Tan Liong.
Jikalau Tan Liong menjamah badan maupun baju Goan
khut lagi, ia siap akan merintangi.
Bagi Tan Liong, perubahan sikap Pek cie Taysu tadi
agaknya tak terlihat sama sekali. Mata pemuda ini hanya
ditujukan ke arah dada Goan khut tanpa berkedip. Setelah
agak lama memandang wajahnya kelihatan berubah.
Ternyata di atas dada Ciang bun jin Siao lim pay itu dengan
tegas terlihat dua titik tanda merah.
Tan Liong kala itu sedang berpikir. "Heran," pikirnya, "Siapa
sebenarnya Naga Merah itu ..... ? Kenapa dia juga bisa
melakukan serangan yang serupa benar?"
Perlahan rupanya sudah tenang kembali pikirannya,
pemuda baju kelabu itu sambil kerutkan alis gertak gigi,
pikirannya dikerjakan keras. Naga Merah ...... Naga Merah
...... Dan Naga Merah muncul berbareng di biara Siao lim sie
......
Mengingat hal itu pemuda tersebut ketawa sendiri seperti
orang gila.
Suara ketawa itu mengejutkan sekali Pek cie. Ketika
mereka menengok dan mengawasi ke arah Ciang bun jinnya
saat itu kelihatan payah sekali keadaannya seakan-akan lampu
sudah kehabisan minyak.
Keadaan serupa itu membuat Pek cie Taysu mencucurkan
air mata.
Pek cie lalu berkata, "O Mie to hud !" serunya "Teecu
sekalian telah berdosa hingga mengakibatkan siao lim sie
mengalami bencana begini mengenaskan ...... Ow! Budha
yang welas asih berikanlah kehidupan baru kepada Ciang bun
jin kami ......"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hwesio tua perlu apa menangis? Ciang bun jin kalian toh
tidak akan mati."
Mendengar perkataan anak muda itu Pek cie taysu tercekat
hatinya, berbareng pun semangatnya terbangun. Ia bertanya,
"Benarkah jiwa Ciang bun jin kami dapat ditolong? "
"Sudah tentu. Cuma dalam hal ini kesembuhannya ada
tergantung padaku, apa aku mau menolong atau tidak? "
Pernyataan tersebut membikin kaget pendeta itu. Sangat
janggal terdengarnya ucapan pemuda aneh ini, sebab apabila
ia benar ingin menolong, mengapa harus mengatakan lagi
mau atau tidaknya tergantung dari pikirannya. Maka
mendengar itu Pek cie Taysu lantas berkata dengan suara
gemas.
"Sicu kalau bisa menolong mempertahankan jiwa Ciang bun
jin kami, meskipun orang-orang Siao lim pay tidak berani
mengucapkan janji apa-apa tetapi yang terang selanjutnya
apabila sicu membutuhkan tenaga sekalipun terjun kejurang
atau kelautan api kami tidak akan menolak.
Tan Liong hanya ketawa menyeringai, sedang dalam
hatinya berpikir, "Sungguh enak kedengarannya perkataanmu
ini, Hmmm ! Jikalau tidak karena kepandaianku sudah musnah
semua aku juga akan melemparkan sebuah bom di biara Siao
lim sie ini. "
Sudah tentu pikirannya itu tidak dikeluarkan melalui
bibirnya. Atas perkataan pendeta tua tadi ia hanya menjawab,
"Dalam hal ini aku yang rendah tidak pernah pikirkan
semua. Cuma jikalau suruh aku menolong mempertahankan
jiwa Ciang bun jin kalian sesungguhnya tidak usah asal kalian
bisa menyanggupi syarat yang akan kuajukan. "
"Apa syarat itu? Coba tolong kalian sicu sebutkan. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kepandaian ilmu silat partai kalian sejak dahulu sudah
menjagoi rimba persilatan. Di dalam tujuh puluh dua jenis ilmu
silatnya Tat mo Siansu yang kesohor itu, setiap jenisnya
merupakan pelajaran ilmu silat yang tertinggi. Dan diantara
tujuh puluh dua jenis ilmu-ilmu itu, yang paling ampuh adalah
ilmu yang disebut Pan Giok Sinkang. "
"Pan Giok Sinkang" menyelak Pak cie Taysu, "meski benar
ilmu silat yang tidak ada taranya, tetapi masih ada beberapa
jenis yang lainnya yang lebih hebat. Umpama saja Jin kut Cin
kang, Hoan hie Tay lek Cin kang dan lain-lainnya lagi."
"Tapi aku hanya ingin membicarakan satu Pang giok Sin
kang saja. "
"Buat apa sicu hendak membicarakan ilmu silat ini?"
"Diantara begitu banyak anak murid partai kalian, apakah
ada seorang yang pernah meyakinkan ilmu Pan giok Sin kang
itu? "
Pek cie Taysu mendengar pertanyaan itu tidak mengetahui
apa makna perkataan Tan Liong yang katanya ingin
membicarakan ilmu tersebut, maka lantas pendeta tua ini
menjawab sambil kerutkan alis,
"Ilmu Pan giok Sin kang ada termasuk salah satu dari enam
jenis ilmu silat terampuh dari partai kami, menurut apa yang
lolap tahu, selama beberapa puluh tahun ini, pernah ada
beberapa puluh murid golongan partai kami yang
menggunakan waktu hampir seumur hidupnya untuk
mempelajari ilmu tersebut, dan toh tidak ada satu yang
mencapai maksudnya."
"Kalau begitu dalam partai kalian, sudah tidak ada seorang
yang mahir ilmu tersebut? "
"Ilmu Pan giok Sin kang adalah ilmu silat golongan Budha
yang tertinggi dan tersulit serta terampuh, menurut apa yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
lolap tahu di dalam kalangan murid-murid partai kami tidak
seorangpun yang paham ilmu tersebut."
Tan Liong tertegun mendapat jawaban demikian. Memang
betul seperti apa yang gadis baju merah itu katakan, apabila
ia tidak bertemu dengan Hiat im cu atau dengan ilmu silat
golongan Budha ?Pan giok Sin kang? maka ilmu silat dan
kekuatan yang ia punya akan musnah untuk selama-lamanya.
Memikirkan akan nasibnya sendiri maka lama sekali ia baru
bisa berkata lagi,
"Benarkah diantara murid golongan partai Siao lim pay
sudah tidak ada yang mempelajari ilmu ?Pan giok Sin kang?
itu?"
"Tidak ada!" jawab Pek cia Taysu sambil gelengkan kepala.
Kembali Tan Liong merasa kecewa, mendadak ia dapat satu
pikiran, lalu berkata pula,
"Taysu, jikalau kau masih ingin jiwa ciang bun jinmu
tertolong, masih ada lain syarta lagi!"
"Syarat apa? Coba kau jelaskan"
"Aku akan menolong jiwa Ciang bun jinmu, tapi kau harus
berikan ?Pan giok Sin kang Pit kip"
Pek cie Taysu diam-diam merasa kaget, perkataan Tan
Liong ini sesungguhnya diluar dugaannya.
"Pan giok Sin kang Pit kip ada merupakan salah satu kitab
berharga dari partai Siao lim pay yang merupakan salah satu
benda pusaka partai kami bagaimana bisa diberikan kepada
orang luar dengan cara begitu mudah? Pada enam puluh
tahun berselang, kitab Pan giok Sin kang ini pernah dicuri oleh
salah satu muridnya Bu tong pay yang masih muda, sehingga
Siao lim pay harus menggerakkan seluruh anak muridnya,
bertempur dengan Bu tong pay. Dalam pertempuran hebat itu,
kedua fihak telah jatuh banyak korban. Kemudian Bu tong payTiraikasih Website http://kangzusi.com/
desak muridnya yang dianggap bersalah itu menyerahkan
kitab tersebut dan lantas hukum anak muridnya itu menurut
peraturan dalam partainya, dengan demikian kedua partai
besar ini baru akur lagi. Kitab Pan giok Sin kang ini bagi partai
Siao lim pay bukan saja merupakan kitab peninggalan Tat mo
Couwsu. Suadah tentu dengan sendirinya tidak boleh
diberikan kepada sembarangan orang"
Tan Liong yang mengetahui bahwa hwesio tua ini
keberatan memberikan kitab pusakanya, lantas berkata
dengan suara dingin!
"Taysu, kalau merasa keberatan memberikan kitab itu
sebagai syarat untuk aku menolong jiwa Ciang bun jin kalian,
tidak perlu kita bicarakan lagi." Sehabis berkata ia berjalan
keluar meninggalkan ruangan tersebut.
Pek cie Taysu sangat gelisah. Ia hitung-hitung waktunya.
Setengah jam sudah hampir habis, jika tidak ditolong maka
jiwanya Goan khut pasti akan melayang.
Maka ia lantas berseru memanggil Tan Liong,
"Sicu, harap suka tunggu sebentar ..... "
Tan Liong balikkan badan dan menanya,
"Kau terima baik permintaanku?"
"Dengan sebenar-benarnya, kitab Pan giok Sin kang itu
memang merupakan kitab pusaka bagi partai kami, yang tidak
boleh terjatuh ditangannya sembarangan orang. "
"Kalau begitu, perlu apa dibicarakan lagi? "
"Apakah sicu berani jamin kalau Ciang bun jin kami tidak
Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan binasa? Oleh karena dalam hal ini kami masih belum
melihat buktinya sudah tentu tidak berani sembarangan
menyerahkan kitab pusaka partai kami sebagai barang
tanggungan. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa Taysu tidak percaya aku dapat menolong jiwa Ciang
bun jin kalian sehingga tidak binasa? "
"Jikalau ada buktinya sudah tentu kami mau percaya. "
"Taysu tidak perlu menggunakan segala perkataan untuk
memancing orang. Aku beritahukan kepadamu, Ciang bun jin
kalian sudah terkena totokannya si Naga merah yang bernama
?Hiat hun Im kang?. Bagi orang biasa begitu terkena ilmu
totokan tersebut, jiwanya lantas melayang seketika itu juga.
Oleh karena tenaga dalam Ciang bun jinmu ada begitu
sempurna dan sangat kuat, apalagi si Naga Merah turun
tangan tidak terlalu berat, maka tidak lantas binasa. Cuma di
dalam waktu setengah jam, jika tidak lantas tertolong
sekalipun ada dewa yang turun dari kayangan, juga sudah
tidak bisa berbuat apa-apa lagi." Ia berhenti sejenak, matanya
terus mengawasi Pek cie Taysu, kemudian berkata pula, "Jika
menurut cara Taysu, sudah tentu akan membuka jalan darah
bagian ?Jim tok? dan ?Beng bun? lebih dahulu kemudian dengan
menggunakan hawa tenaga murni Taysu salurkan melalui
jalan darah ?Thian teng hiat? ke dalam tubuhnya Goan khut
Taysu. Meskipun itu ada merupakan satu cara yang cukup
sempurna, tapi jika digunakan untuk menolong orang yang
terkena ilmu totokan Hiat hun Im kang, hawa murni itu akan
berubah menjadi Im kang, jangan kata sudah tidak bisa
digunakan untuk menolong jiwanya, bahkan mempercepat
kematiannya."
Keterangan Tan Liong itu telah membuat Pek cie Taysu
yang mendengarkan dengan saksama merasa terkejut.
Pengetahuan dan kepandaiannya mengobati orang luka di
dalam, bukan saja sudah faham benar, malah dapat
menjelaskan begitu tepat.
Dan apa yang membuat kaget dan heran pendeta tua itu
ialah anak muda yang usianya baru kira-kira dua puluh tahun
itu ternyata ada mempunyai pengetahuan begitu luas dan
kepandaian begitu tinggi.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong menatap wajah Pek cie Taysu lagi sejenak, lalu
berkata pula;
-o0o0dw0o0oJILID ke : 6
"Baiklah, jikalau tidak percaya, aku dapat menolong jiwa
Ciang bun jin kalian, sekarang aku unjukkan buktinya dulu,
hitung-hitung memberi kelonggaran kepada kalian."
Setelah itu ia lalu menghampiri dirinya Goan Khut yang
masih tidak ingat orang, kemudian ulur tangan kanannya
dengan kecepatan bagaikan kilat ia menepok beberapa bagian
jalan darah dianggota badannya Goan khut.
Gerakan tangan Tan Liong itu bukan saja tepat, tapi juga
caranya agak aneh, Pak cie Taysu yang merupakan orang
terkuat dalam golongan anak murid Sio lim pay juga masih
belum dapat melihat dengan jelas entah ilmu apa yang
digunakan oleh Tan Liong itu.
"Sudah, sekarang taysu boleh berikan padanya sebutir obat
pil 'Kim sin tan' buatan partai siao lim pay dulu, ia akan segera
siuman. Dengan cara ini ia hanya dapat tahan hidup setengah
bulan saja. Dalam tempo setengah bulan ini, apabila tidak
mendapat pertolongan yang tepat aku juga tidak berdaya."
Ia ketawa dingin kemudian berkata pula,
"Sekarang kau sudah kuberikan sedikit kelonggaran,
selanjutnya kau masih menghendaki jiwa ciang bun jin kalian
atau tidak, terserah kepada kalian sendiri. Jikalau kau bisa
menahan pendirian dan mau memberikan kitab Pan Giok sin
kang sebagai barang pertukaran dengan jasaku ini, di dalam
tempo setengah bulan ini, setiap saat kau boleh mengatakan."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehabis mengucapkan perkataannya itu dengan tanpa
menunggu jawaban Pek ci Taysu, ia sudah balikan badan dan
berlalu.
Pek cie taysu tidak merintangi berlalunya anak muda itu, ia
lantas mengambil pil obat Kim sin tan yang lantas
dimasukkannya kedalam mulutnya Goan khut.
Gunung Siong san, dimana gereja Siao lim sie itu telah
didirikan, malam itu masih diliputi oleh kabut kedukaan, tanah
Buddha yang selama itu dipandang sebagai tempat sunyi, itu
malam telah dijadikan jagal manusia oleh si Naga Merah,
seorang misterius yang belum diketahui siapa sebenarnya.
Saat itu semua jenasah 60 lebih anak murid Siao lim pay
yang menjadi korban Bom Pek lek tannya Pek lek cu, kini
sudah selesai dikubur. Sisanya yang masih hidup, pada
berjalan menuju keruangan Hoan sim ie.
Tan Liong tatkala jalan melalui tempat dimana tadi bom
Pek lek tan meledak, unjukkan ketawa hambar dan berjalan
lagi.
Pada saat itu Ciang hay Sin kun, Pendekar Kalong dan Yan
san It hiong mendadak mendapat lihat dirinya pemuda baju
kelabu itu, dalam hati diam-diam pada terkejut.
Tan Liong mengawani Ciang hay Sin kun dan kedua
kawannya yang sedang berdiri dalam keadaan kesima lalu
berkata dengan suara dingin,
"Naga Merah yang tadi mengganas di gereja Siao lim sie ini
kini sudah berlalu dari sini, tuan-tuan juga sudah boleh
pulang!"
"Ya! kita juga sudah boleh pulang!" jawabnya Ciang hay Sin
kun hambar. Dan kemudia lantas lalu bersama-sama kedua
kawannya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi selagi Ciang hay Sin kun bertiga meninggalkan gereja
Siao lim sie, mendadak terdengar suara siulan seperti suara
setan yang memecahkan suasana sunyi malam itu.
Suara itu mengejutkan semua orang yang masih ada disitu,
bayangannya Naga Merah yang sekujur badannya diselimuti
pakaian warna merah, telah melintas pula dalam benak
mereka.
Sementara itu, Ciang hay Sin un dan kedua kawannya yang
tadi sudah meninggalkan tempat tersebut ketika mendengar
suara itu juga lantas hentikan kakinya.
Ketika mereka pasang mata, kecuali pohon siong yang
rindang yang banyak tumbuh digunung tersebut, mereka tidak
dapat melihat apa-apa lagi.
Tan Liong masih tetap dengan sikapnya yang dingin berdiri
terus, tiba-tiba kedengaran suara ketawanya yang seperti
disengaja hendak menantang bertempur pada iblis yang
sangat ganas itu.
BELUM suara ketawa dinginnya Tan Liong hilang, suara
seperti kaki dari orang berjalan yang keresekan tiba-tiba
terdengar disekitar tempat itu.
Ciang hay Sin kun, Pendekar Kalong dan Yan san It hiong
yang mendengar juga suara itu, wajahnya pada berubah.
Karena mereka maklum bahwa Naga Merah ternyata masih
belum berlalu dari tempat itu.
Dan kini muncul lagi memedi itu, entah apa maksud dan
tujuannya..?
Suara kaki orang berjalan keresekan yang menyeramkan itu
mendadak berhenti. Disuatu tempat sejauh kira-kira setombak
kelihatan berdiri sesosok tubuh manusia yang sekujur
badannya mengenakan pakaian warna merah begitupun
kepala, kecuali bagian matanya, juga ditutupi dengan
kerudung kain merah.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang yang ada didalam gereja seolah-olah tengah
menghadapi satu hantu, hingga dalam hati merasa jeri.
Ciang hay Sin kun dan kawan-kawannya tanpa diperintah
lagi masing-masing pada mundur tiga langkah.
Hanya Tan Liong seorang dengan wajah tidak
memperlihatkan sikap takut sedikitpun, matanya mengawasi
Naga Merah yang berdiri sejarak tiga tombak dihadapannya,
malah dengan berani pemuda ini menanya dengan suara
dingin,
"Barangkali tuankah yang tadi digunakan ilmu Hiat hun Im
kang terhadap ketua Siao lim pay, Goan khut taysu?"
Demikian tanyanya.
Naga Merah ketawa, Sebentar nampak bayangan merah
berkelebat dan mendadak sudah berdiri disisinya Tan Liong!
Dari sela-sela dua lobang kerudung mukanya Naga Merah
nampak jelas sinar matanya yang tajam. Ketika itu pula ia
balas menanya dengan suara dingin,
"Kalau begitu tuankah yang tadi membuka totokan jalan
darah Goan khut dengan ilmu Hiat pek Sin ciu?"
Tan Liong dongakkan kepala dan ketawa terbahak-bahak.
"Benar!" jawabnya.
Pada waktu itu Ciang hay Sin kun dan kawan-kawannya
diam-diam sudah menjauhkan diri dari si Naga Merah.
Dengan munculnya kembali Naga Merah, kini suasana
digereja Siao lim sie dalam suasana pembunuhan yang
mengerikan pula.
Dipihaknya orang baju merah itu hanya kedengaran suara
ketawanya yang dingin serta menyeramkan berulang-ulang,
makin dekat kakinya menghampiri Tan Liong, sedang bekas
atau jejak yang ditinggalkan kedapatan tanda telapak kaki
merah laksana darah.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berada dekat sekali pada si pemuda, Naga Merah
berkata dengan suara dingin,
"Tuan sungguh berani mati! Dengan pandang kau berani
menghalangi perbuatanku, apa kau sudah merasa bosan
hidup?"
Tan Liong agaknya tidak memandang mata sama sekali
pada si Naga Merah yang gerak-geriknya seperti hantu itu,
ketika mendengar teguran tadi malah ia menjawab sambil
tertawa-tawa,
"Apa? Kau ini adalah Naga Merah?"
Pertanyaan itu sesungguhnya jauh diluar dugaan semua
orang. Apakah Naga Merah yang berada didepan matanya itu
bisa menjadi Naga Merah palsu?
Hal tersebut bukan saja membuat Ciang hay Sin kun dan
kawan-kawannya merasa keheranan, sekalipun itu orang yang
sekujur badannya memakai pakaian serba merah dan yang
mengaku dirinya sebagai Naga Merah agaknya juga merasa
heran, hingga sesaat lamanya dia berdiri tertegun seperti
patung.
Lama sekali, orang berbaju merah itu baru menjawab
sambil ketawa, suaranya kedengaran sangat menyeramkan.
"Apa kau kira ada Naga Merah yang palsu?"
Selagi Tan Liong akan menjawab, dibelakangnya tiba-tiba
terdengar suara yang amat merdu, yang menyambuti
pertanyaan orang baju merah itu.
"Benar.. benar! kau Si Naga Merah palsu!"
Suara itu kedengarannya seperti tiba-tiba, maka sudah
barang tentu kalau mendadak juga telah mengejutkan semua
orang.
Ciang hay Sin kun dan kawan-kawannya lantas menengok
kearah mana suara itu terdengar, ditempat sejarak tigaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
tombak jauhnya dari mereka entah sejak kapan sudah berdiri
seorang gadis baju merah.
Tan Liong ketika melihat munculnya gadis baju merah itu
mendekat. Diam-diam ia juga terperanjat. Pikirnya, "Gadis
baju merah ini mengapa juga unjukkan diri disini?"
Selagi berpikir demikian, Naga Merah yang berdiri
dihadapannya mendadak melesat ke arah si gadis baju merah,
Kepada wanita baju merah itu, ia berkata dingin,
"Kalau begitu, siapakah sebetulnya Naga Merah yang
tulen?"
Gadis baju merah itu perdengarkan suara ketawanya
berulang-ulang dengan sikap acuh tak acuh kemudian
menjawab,
"Ku beritahukan padamu, Naga Merah yang tulen adalah
dia...."
Sambil mengucapkan perkataan tersebut, jari telunjukkan
ke arah Tan Liong.
Perkataan gadis baju merah itu bukan saja mengejutkan itu
orang baju merah yang mengaku dirinya sebagai Naga Merah,
sekalipun Ciang hay Sin kun, Pendekar Kalong dan Yan san It
hiong bertiga pun tidak kurang herannya.
Tan Liong adalah si Naga Merah!
Sungguh jauh meleset dari perkiraan mereka...
Untuk sekian lamanya suasana berubah menjadi sepi dan
sunyi...
Kejadian yang terjadi secara mendadak itu, yakni perkataan
yang dikeluarkan dari bibir kecilnya sigadis baju merah
membuat terkejut semua orang.
Kini semua mata ditujukan kearah Tan Liong seorang.
Mereka rata-rata hampir percaya bahwa anak muda yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sikiapnya dingin ketus dan kelihatan sangat aneh itu, adalah
itu manusia buas yang menakutkan, si Naga Merah.
Hal demikian rasanya tidak mungkin terjadi.
Setelah hening keadaan sekian lama, lagi tiba-tiba
terdengar suara si pemuda baju kelabu Tan Liong,
"Benar!!" katanya "Aku adalah Naga Merah yang kedua...
Naga Merah yang pertama adalah suhuku sendiri!"
Berkata demikian matanya lalu mengawasi matanya itu
orang serba merah dan bertanya lagi!
"Kau siapa sebetulnya?! Kenapa begitu berani mati kau
mengakui sama orang lain? Lekas jawab!! kalau tidak....."
Pada waktu itu dari jauh kembali terdengar suara siulan
seperti setan dari orang serba merah itu. Seberhentinya suara
tadi, lantas menghilang dari hadapan Tan Liong.
Tan Liong dapat lihat bahwa orang serba merah itu
mendadak berlalu, namun ia pun tidak mengejarnya. Pada
hakekatnya ia juga tidak mempunyai kemampuan untuk
mengejarnya, sebab kala itu kepandaianya telah musnah.
Maka ia hanya unjukkan senyum dan seorang diri kemakkemik berkata, "Ada satu hari aku pasti akan buka kedok
kalian dua ekor Naga Merah siapa sebetulnya..."
Dan ketika ia mengawasi kearah si gadis baju merah,
ternyata masih tatap dengan wajah dingin gadis itu
mengawasinya, hingga hal tersebut dengan sendirinya
membuat Tan Liong terkejut. Pertanyaan "Siapakah gadis baju
merah ini?" selain terulang dalam otaknya. Ia juga rupanya
heran mengapa gadis itu sampai tahu kalau ia Naga Merah
yang asli?
Karena pikirannya itu, maka ia mengawasi agak lama si
gadis baju merah tersebut, mendadak ia merasa seperti kalau
Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gadis baju merah ini begitu mirip dengan si "dia"-nya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi iapun tahu benar bahwa gadis baju merah itu
bukanlah si dia. Gadis yang pernah mencuri hatinya. Meskipun
kedua orang itu wajahnya mirip satu dengan yang lain, tetapi
masih ada sedikit ciri-ciri perbedaannya.
Saat itu Ciang hay Sin kun dan kawan-kawannya ketika
melihat Naga Merah sudah berlalu juga pada berjalan hendak
keluar.
Tiba-tiba mereka dengar suara Tan Liong si pemuda baju
kelabu memanggil.
"Kalian sukakah tunggu sebentar?"
Ketiga orang yang sudah akan berlalu itu lantas urungkan
maksudnya. Mereka berpaling dan mengawasi Tan Liong yang
mengaku sebagai Naga Merah kedua itu.
"Apa kalian hendak pikir?" tanya Tan Liong ketika mereka
membalik serentak.
"Benar!" itu adalah suara Ciang hay Sin kun, badannya
agak bergetar.
"Kalian hendak pergi, boleh saja! Tapi diantara kalian jika
ada yang berani membuka rahasiaku, aku nanti suruh kalian
mati dibawah tusuk konde Naga Merah!"
Perkataan pemuda baju kelabu itu diucapkan dengan suara
bulat, rupanya memang bukan semacam gertakan belaka.
Ciang hay Sin kun bertiga yang mendengar perkataan
berupa ancaman itu benar-benar merasa jeri rupanya, hingga
tak seorangpun yang berani menjawab.
Setelah diam lagi sejenak, mereka lalu balikkan diri lagi dan
berlalu, Sebentar kemudian ketiga orang tersebut sudah
menghilang ditempat gelap.
Tan Liong kini mengalihkan pandangannya lagi, mengawasi
si gadis baju merah. Dengan sikap tetap dingin kepada gadis
ini, dia bertanya,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak tahu nona ini orang pandai dari manakah sampai
begitu jelas mengetahui segala halku? Sukakah disini nona
memberikan sedikit keterangan?"
Gadis baju merah itu tidak memperlihatkan sikap bangga
atas pertanyaan si pemuda, ia hanya menjawab hambar,
"Hal itu apa yang perlu diherankan? jangan kata kau
muncul sebagai Naga Merah sekalipun asal usul yang
menyangkut dirimu aku juga tahu semuanya."
Tan Liong diam-diam terperanjat.
"Coba kau jelaskan." Demikian pintanya.
Didalam pandangan Tan Liong, gadis baju merah tersebut
sebetulnya masih merupakan teka teki besar. Mengapa gadis
tersebut dapat mengetahui asal-usulnya bahkan semua
kejadian yang bersangkutan dengan ia? Hal inilah yang
membuat dia tidak habis pikir.
Sebab sejak munculnya ia dalam dunia kangouw, belum
pernah ada seorangpun yang mengenalnya, apalagi asalusulnya. Sampaipun itu gadis Hoan Giok Hoa yang
mengakibatkan ia kehilangan seluruh ilmunya juga tidak
terkecuali, serba gelap akan hal dirinya.
Mengingat dirinya Hoan giok Hoa, dalam hati si pemuda
timbul semacam perasaan pedih...
"Ayahmu bukankah Tan Ciang itu orang yang dijuluki Bwe
hoa Sin kiam? Betul tidak?"
"Benar...!" demikian tanpa merasa Tan Liong menyahut.
"Ayahmu, Bwee hoa Sin kiam itu pada masa dua puluh
tahun yang silam pernah kepincut dengan seorang yang
bernama Siao hun lie ciang Bun bun, lalu keduanya lari
meninggalkan ibumu, Cai hoa Sian cu! Betul tidak?"
"Kau teruskan?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kala itu ibumu baru melahirkan kau belum lama dan
setelah mengalami nasib ditinggal suami, sudah tentu ia
sangat berduka. Dan jikalau tidak karena baru melahirkan,
ibumu mungkin sudah tidak ada keberanian untuk hidup terus.
Tetapi oleh karena kau, ia rela menerima segala penderitaan
hidupnya, selalu berusaha membesarkan kau. Sampai kau
berusia lima tahun, kedukaan ditambah kebencian yang
selama itu terkandung dalam hati, suatu hari ibumu akhirnya
berubah menjadi suatu kekuatan dan menimbulkan hasrat
begitu besar niatnya hendak membunuh ayahmu sendiri, Tan
ciang Jiu itu. Sudah barang tentu juga ibumu tidak mau
memaafkan ayahmu itu lekaki belang dan sudah tentu juga
tidak akan dibiarkan laki-laki itu hidup enak-enakan. Tetapi
ibumu cukup maklum dengan kepandaian yang dimilikinya
pada masa itu, jangan kata mampu menandingi ayahmu,
sekalipun untuk menghadapi Siao hun lie seorang masih tidak
nempil."
"Untuk membalas sakit hati, akhirnya ibumu nekadnekadan" demikian katanya pula, setelah menelan ludah "Pada
suatu malam ia mencuri masuk kerangon tempat menyimpan
kitab pusaka dalam gereja siao lom sie, maksudnya hendak
mencuri kitab pusaka Siao lom pay yang terkenal dengan
nama Pan giok Sin kang. Tapi lebar, perbuatannya dipergoki
oleh seorang padri disitu, hingga akhirnya babak belur ia
dihajar oleh Ciang bun jin siao lim pay setelah muntahkan
banyak darah, akhirnya bisa kabur..."
Tan Liong yang mendengarkan penuturan gadis baju merah
itu makin lama nampak makin tergerak hatinya...
Terdengar suara gadis baju merah itu berkata pula,
"Meskipun ibumu berhasil melarikan diri dari gereja siao lim
sie, tetapi serangan Ciang bun jin Siao lim pay telah menyuruh
dia merawat diri sendiri sampai dua tahun baru bisa sembuh
dari luka-lukanya, sedang hasratnya hendak membunuh
ayahmu makin lama makin besar. akhirnya ia pergi ke gunungTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu tong san.. Dan kepergiannya kesitu hendak mencari kitab
pusaka Bu tongpay yang diciptakan oleh Thio Sam Hong
sendiri, pendiri Bu tong pay yakni kitab pelajaran ilmu pedang
yang terkenal dikalangan kangouw bernama Hai hong Cap pak
sek. Kalau waktu itu bukan ada jasa Pendekar Kalong yang
menjamin keselamatan jiwanya mungkin ibumu waktu ini
sudah tidak ada mayatnya dibuang dipinggir jurang Bu tong
san, ibumu yang berkali-kali mengalami kegagalan itu hatinya
rupanya mulai dingin, paling akhir dicobanya sekali lagi
menyatroni Kun lun pay disitu maksudnya hendak mencuri dan
mempelajari ilmu kitab Kim kong ciang, tetapi disini usahanya
juga, bahkan kena dihajar lagi oleh orang-orang kuat Kun lun
pay. Maka walaupun berhasil meloloskan diri akhirnya. Tetapi
keadaannya sudah payah betul, sukar dipertahankan karena
luka-lukanya begitu parah sehingga tidak lama sepulangnya
dirumah lantas meninggal dunia."
Tan Liong yang mendengarkan kisah ibunya yang demikian
mengharukan, air matanya titik berlinang, sikapnya kelihatan
begitu lesu dan kedukaan hebat agaknya meliputi seluruh
hatinya.
Gadis baju merah berhenti sejenak, setelah membesut
keringat atas dahinya lalu ia berkata pula,
"Jikalau kisah tadi menyayat hatimu, aku boleh tidak usah
ceritakan lagi."
"Tidak apa!" jawab Tan Liong lekas, "Kau boleh ceritakan
terus."
"Apa kau tidak takut kejadian dimasa lampau itu akan
membikin susah hatimu?"
"Susah yang kualami masa lalu sudah terlalu banyak sekali.
itu bukan soalnya."
"Tatkala ibumu hendak menutup mata, pernah
meninggalkan pesan, supaya kau setelah besar, bisa menuntut
balas, membunuh ayahmu sendiri. Tan ciang Jin dan ituTiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan yang menjadi gara-gara pecah belahnya keluarga,
bahkan sampai kematian ibumu sendiri, Ciang Hua ban san
dalam keadaan luka hati, demikian kau ternyata lantas terima
baik pesanan ibumu. Akan tetapi buat membunuh lain orang
rasanya masih tidak sukar, tetapi membunuh ayah kandung
sendiri? Aku yakin kau tidak menahan hatimu...
Dan waktu itu, ibumu selain berpesan padamu supaya
mengusahakan penuntutan balas sakit hatinya itu, pernah
juga ia menyuruh kau pergi pada seorang yang bernama Cu
Goan kui yang dalam rimba persilatan gelarnya terkenal
sebagai Tiat khek."
"Cu Goan kui dengan ayahmu sebetulnya dulu adalah
sahabat kental. Dia pada waktu ibumu masih belum meninggal
dunia, pernah menjodohkan anak perempuannya yang
bernama Cu Lian kepadamu. Kala itu kau sudah berumur lima
tahun, tentang ini didalam hati dan pikiranmu aku yakin tentu
tidak akan melupakan untuk selama-lamanya. Maka dengan
hati duka tak terhingga kau lalu pergi mencari-cari Goan Kui."
"Tetapi apa yang kau dapatkan padanya membuat kau
merasa kecewa. Dia tidak perlakukan kau sebaik seperti yang
dikatakan ibumu bahkan dia memandang rendah padamu,
menghina kau. Maka dalam hati kecilmu mulai saat itu sudah
diliputi oleh rasa dendam dan sakit hati terhadap kehidupan
manusia. Tetapi satu-satunya yang merupakan hiburan pokok
bagi hati yang sedang berduka berbareng benci itu adalah
sikap dan kelakuan serta cinta kasihnya Cu Lian terhadapmu.
Sewaktu kau menerima caci maki cu Goan kui, dialah satusatunya orang yang memberi hiburan hingga memberanikan
kau untuk hidup terus dalam perjuangan. Meskipun kau
mendendam dan benci sekali kepada Cu Goan Kui, akan tetapi
kau begitu dalam menyintakan Cu Lian, puterinya. Beberapa
kali kau hendak meninggalkan keluarga Cu, tapi juga selalu
kau urungkan sendiri karena sikap dan kasih sayang Cu Lian
yang diberikan padamu. Sumpah sehidup semati dengan CuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lian didalam hati sanubari kalian yang waktu itu masih suci
murni biar bagaimana tentu membuat hatimu tidak bisa
melepas bayangan gadis itu. Kau tak usah menyangkal kalau
kau begitu dalam menyintai dia. Dalam usia 15 tahun waktu
itu perbuatan Cu Goan kui telah membuat kau benar-benar
sudah tidak ada waktu itu keberanian untuk berdiam lebih
lama dalam rumah tangganya, maka akhirnya kau berlalu dari
keluarga Cu dan meninggalkan buah hatimu. Tatkala kau
hendak meninggalkannya, Cu Lian pernah berkata padamu,
'engko Liong, kau pasti kembali. Akan kunantikan kau selamalamanya, karena hatiku ini adalah kepunyaanmu sejak hari
ini.'"
"Pernyataan kasih sayang gadis itu telah memberi
semangat dan hati hangat kepadamu, tetapi akhirnya juga
terpaksa kau meinggalkannya dengan hati hancur
lebur..Setelah kau pergi meninggalkan keluarga cu, kau tidak
tahu kearah mana harus menuju karena kau yang hidup
sebatang kara tidak mempunyai sanak famili, maka kemana
kau pergi tentu belum dapat kau tentukan seidiri pada kala itu.
Itulah sebabnya kau lalu bergelandangan dijalan satu hari
lewat satu hari... dan dirimu. Kau pernah jatuh pingsan
dipinggir jalan, tapi karena tekadmu begitu bulat untuk
menuntut balas, kau gemar sekali menerima segala
penderitaan. Dengan hati pedih dan badan tak bertenaga itu
kau memasuki suatu daerah pergunungan yang kau sendiri
tidak tahu namanya, sudah berapa tempat dan jauh jarak
yang kau lalui,. Yang hanya ada pada hatimu memetik buah
pada kala kau merasa lapar, lain dari itu, setiap hari kau
lewatkan hidupmu dalam keadaan menggenaskan. Itu juga
akhirnya yang membikin tabah dan kuat sifat pribadimu."
"Ada satu hari tanpa kau sengaja juga diluar tahumu
sendiri kau menelan lima buah Leng cie yang sudah berumur
ribuan tahun. buah Leng cie yang sudah ribuan tahun
umurnya itu adalah barang mujijat dalam dunia. Kala itu meski
kau cuma mengerti saja ilmu kepandaian silat, tetapi limaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
buah Leng cie lantas membikin kau tambah semangat dan
tambah tenaga berlipat ganda. Juga pada malam itu tatkala
kau memasuki sebuah kuil tua, mendadak disitu kau lihat ada
sesosok jerangkong jenasah manusia. Oleh karena terdorong
peruntunganmu, akhirnya kau mendapatkan kitab pelajaran
ilmu silat aneh peninggalan ketua Ciong-lam pay turunan ke
duabelas, yakni yang bernama Yo Sai Peng. dan selain itu kau
dapatkan juga sebuah panji partai Ciong lam. Kitab pusaka
dari partai Ciong lam itu ialah pelajaran ilmu silat yang ditulis
oleh Yo Sai Peng yang ditinggalkan untuk partainya ketika
akan menghembuskan napasnya yang penghabisan, teraniaya
oleh musuhnya. Dalam pesannya tertera dalam kitab itu, ia
juga minta pada siapa yang mendapatkan kitab dan
mempelajari isi kitabnya itu harus memegang pimpinan dan
menjadi ketua partai Ciong lam pay. Sedang yang mengenai
orang yang menganiayanya, dalam kitab itu juga dituliskan
pembunuh itu adalah itu orang yang bergelar Sam gan Mo kun
dengan kekasihnya yang bernama Thian liong lie. Kedua
musuh-musuhnya itu harus dibunuh. Kala itu kau belum
mengerti arti ilmu silat yang terdapat dalam kitab mujijat itu,
hanya bolak balik melihat-lihat gambaran dan membaca
sendiri akhirnya sampai berulang-ulang membaca seluruh isi
kitab itu, sepuluh hari kemudian setelah kau meninggalkan kuil
itu dan selagi berjalan melewati kaki bukit Pak kut gan, kau
lalu menemukan seseorang yang terkenal ganas, Naga Merah
yang tersekap dalam sebuah gua dibawah kaki bukit itu
dengan kunci mujijat mengekangnya. Tatkala Naga Merah
melihat rupamu segera ia tahu bahwa kau mempunyai bakat
luar biasa yang menyebabkan ia mengambil keputusan akan
mendidik dan menjadikan kau seorang kuat tanpa tanding
dalam rimba persilatan. Dari dirinya si Naga Merah itu juga
kau lalu mendapatkan apa-apa yang sebelumnya kau tidak
bisa itu ilmu yang kau idam-idamkan seumurmu. dia telah
menurunkan seluruh kepandaiannya kepadamu. Tiga tahun
kemudian ia menuturkan kisah hidupnya. Meskipun pernah
berkali-kali ia membunuh manusia tetapi orang-orang yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibunuhnya semua itu adalah orang-orang yang bermusuhan
dengan dia dan orang yang menyekapnya dalam goa tersebut
adalah itu orang yang bernama Ong Cia San dengan gelarnya
Lam khek Sian oang. dia juga berpesan padamu, setelah kau
nanti terjun dalam dunia kangouw, harus mewakilnya
membunuh delapan orang yang lantas satu-satu
disebutkannya dan setelah itu kau lantas mencari Lam khek
sian ong, Ong cin san suruh kau dari padanya minta sebuah
kunci yang digunakan untuk membuka pintu goa, supaya dia
bisa bebas kembali."
"Waktu pertama kali kau muncul dalam dunia kangouw, dia
memberikan kau seperangkat pakaian warna merah darah dan
dua buah pecahan mangkok. Yang sepotong adalah barang
tulen peninggalan dari pengemis sakti dan sepotong yang
lainnya adalah yang palsu. Selain daripada itu juga diberikan
padamu sebuah tusuk kundai batu giok yang berukiran Naga
Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan warnanya yang indah merah. Dipesannya pula, jikalau
hendak mengambil jiwa itu delapan orang yang hendak kau
ambil jiwanya, lebih dulu tusuk konde itu harus dikirim pada
orang-orang itu dan dalam waktu tiga hari kemudian barulah
kau diperbolehkan turun tangan. Setelah kau muncul didunia
kangouw, benar juga kalau demikian waktu itu kau
melakukannya pesan-pesan suhumu, bergiliran sudah
merenggut tujuh jiwa manusia hingga didunia kangouw
menjadi gempar setiap orang merasa tidak aman dirinya.
Naga Merah muncul lagi dunia kangouw. Dan sebelum
mengambil jiwa orang kedelapan, orang terbelakang, kau
kemudian bertemu dengan seorang gadis yang tergila gila dan
cinta padamu. Gadis itulah Hoan Giok Hoa. Ia sudah tergilagila begitu rupa terhadapmu, tetapi tidak kau balas
sebagaimana mestinya cinta seorang gadis terhadapmu.
Sebabnya, gadis yang ada didalam hatimu adalah hanya
seorang gadis yang namanya Cu Lian, yang merupakan juga
kawanmu semasa kanak-kanak. Tetapi akhirnya kau
mendadak menerima kabar suatu berita yang menyayat sekaliTiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatimu. Berita itu adalah menyangkut dengan gadis idamanmu
yang hingga sekarang belum ketahuan tempat tinggalnya.
Beritu itu merupakan pukulan batin sangat hebat bagimu,
sampai hamoir kau tidak kuat menahan penderitaan hatimu.
Dan untuk mengisi kekosongan hatimu yang hampa itu,
terhadap Hoan Giok Hoa kau lantas ambil perhatian.
Diantara kalian saling menuturkan perasaan hati masingmasing yang sangat. Tapi setelah itu kau juga merasa bahwa
kau tidak cinta benar-benar terhadap gadis itu, perbuatanmu
hanya sekedar buat melampiaskan hatimu yang kosong.
Sudah itu hanyalah hiburan yang kau cari yang waktu itu kau
begitu sedih. Tetapi, Hoan Giok How sendiri sebaliknya begitu
dalam anggapannya bahwa ia telah mendapat kasih
sayangmu. Pada suatu hari waktu kau sedang bersemedi
melatih ilmu, mendadak ia datang menemui kau. Dia mula
mula ingin membikin terkejut membentak, tiba-tiba dari
belakangmu. Siapa tahu perbuatan yang dilakukan tak
disengaja itu akhirnya membikin tertutup jalan darahmu
hingga ilmumu musnah sekalian, Semula sebetulnya kau ingin
menganiayanya, tetapi setelah kau melihat wajah dan
matanya yang masih putih bersih, kau lantas tidak tega turun
tangan. Dan tatkala ia juga tahu kalau perbuatannya yang
main-main itu mengakibatkan musnahna seluruh
kepandaianmu, ia juga merasa sedih, hampir saja membuat ia
mencari jalan buntu, hingga ia dengan diam-diam pegi ke
gereja Ban hud sie digunung Ngo bie san untuk mengambil
Cian lion Soat som..."
Gadis baju merah itu ketika menutur sampai disitu tiba-tiba
terdengar Tan Liong bertanya keheranan, "Apa?" tanyanya
"Hoan Giok Hoa pegi kegereja Ban hud sie di gunung Ngo bie
san?"
Gadis baju merah itu tersenyum, lalu menjawab,
"Ya. Sikap dan keadaan Hoan Giok hoa itu patut dikasihani.
Karena begitu dalam cintanya terhadapmu, sudah tentu iaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejujurnya ingin mengambil cian lian soat Som untukmu.
Sekalipun mengorbankan jiwanya ia tidak merasa sayang."
Partai Ngo bie pay yang selama beberapa tahun sudah
beberapa kali bercidera dengan partai Ciong lam pay, hingga
kehilangan banyak orang kuatnya yang juga hampir
meruntuhkan namanya, tetapi oleh karena itu juga pula maka
penjagaan atas gunung itu juga sangat kuat. Apakah Hoan
Giok Hoa mampu lolos dari penjagaan orang-orang Ngo bie
pay yang melakukan penjagaan keras tiap hari siang malam
itu masih merupakan suatu pertanyaan.
"Setelah Hoan Giok Hoa berlalu, dikalangan kangouw tibatiba muncul lagi tusuk konde berukiran naga merah. Dalam
waktu singkat, dua puluh hari saja beruntun Naga Merah
sudah membunuh delapan orang. Hal itu dengan sendirinya
membikin kau terkejut. sebab tusuk konde batu giok berukiran
Naga Merah itu sebetulnya cuma ada satu, Mana boleh
mendadak bisa muncul lainnya begitu pikirmu. dan kau selain
kaget tentu merasa kuatir. Tatkala tusuk konde Naga merah
itu muncul untuk keenam belas kalinya diselat Bu siong hiap,
kau juga hadir disitu dengan sepotong pecahan mangkok
palsu kau bermaksud ingin memancing Naga Merah. Tetapi
Naga Merah palsu itu ternyata begitu licin, hingga kalau bukan
karena gara-garanya Pek lek cu, aku yakin siang-siang kau
sudah mengetahui siapa adanya orang yang mengaku Naga
Merah palsu itu."
"Dan selanjutnya apakah masih perlu kau suruh aku
mengucapkan lagi banyak kata-kata?" Demikian gadis baju
merah itu dalam mengakhiri penuturannya.
Dengan sorot mata terheran-heran, Tan Liong memandang
gadis baju merah itu. Ia tidak habis pikir mengapa gadis baju
merah ini begitu jelas mengetahui riwayat hidupnya?
Dengan sikap muram ia menghela napas, dan berkata,
"Tidak usah kau ceritakan lagi, tetapi aku merasa heran
mengapa kau megetahui jelas sekali riwayat hidupku?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis baju merah tersenyum dan berkata,
"Sudah tentu ada orang yang memberitahukan padaku.
Sebetulnya juga tidak ada apa-apanya yang harus dibuat
heran, sebab sejak kau muncul didunia Kangouw, hampir
selalu aku berada didekatmu."
"Kau menguntit aku?" tanya Tan liong keheranan.
"Jikalau kau anggap demikian boleh jugalah."
Tan Liong mengingat soal sepotong mangkok pecah yang
diambil oleh gadis baju merah itu dalam hatinya timbul
semacam perasaan tidak senang, maka waktu itu ia lantas
ketawa dingin dan menanya si nona,
"Kalau begitu apa maksud nona mengambil sepotong
mangkok pecahanku?"
"Itu adalah suhu yang suruh aku ambil kembali. Jikalau
tidak terpaksa aku juga tidak bisa datang keselat Bu Siong
hiap dan dengan cara menangkap pertandingan secara lisan
dengan kau baru aku mendapatkan sepotong pecahan
mangkokmu itu. Sebetulanya siang-siang kau sudah boleh
turun tangan atau mencuri barang itu, tapi aku tidak suka
berbuat demikian..."
Wanita itu lalu menghela napas perlahan berkata pula
perlahan hampir tidak dapat ditangkap oleh telinga manusia,
"Ulat sutera sampai mati baru habis suteranya..."
Perkataan selanjutanya tidak dapat didengar lagi.
Setelah menutup mulut lalu gadis baju merah itu balik
badan dan berjalan perlahan-lahan.
Tan Liong tergoncang hatinya. Tanpa sadar ia berseru,
"Nona..."
Tetapi ia hanya dapat mengucapkan perkataan itu saja,
selanjutnya tidak tahu apa yang harus ia ucapkan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis baju merah itu lalu berkata sambil tersenyum.
"Aku sudah beritahukan kau tempat kediamanku. Setiap
waktu boleh kau datang ambil barang itu. Cuma dengan
kepandaianmu seperti sekarang ini kau masih bukan
tandinganku dan sudah tentu bukan tandingan suhuku.
Sampai disini saja kata-kataku ini semoga dilain waktu kita
bisa saling bertemu lagi."
Setiap patah kata yang keluar melalui bibir gadis baju
merah itu seperti mengandung rasa duka dan berat tidak
terhingga. Selagi Tan Liong hendak menjawab, tiba-tiba
terlihat berkelebatnya bayangan merah dan gadis baju merah
itu sudah menghilang dari depan matanya.
Suatu perasaan sedih sunyi menyesal dan lain-lain lagi
mendadak berputaran dalam hatinya. Ia seperti orang
kehilangan barang.
Didalam otaknya saat itu terbayang kembali wajah serta
sikap serta kata-katanya wanita berbaju merah itu yang dingin
kaku, tetapi cukup mengesankan.
Siapakah dia itu?... Pertanyaan ini selalu berputaran dalam
otaknya, tetapi siapa sebetulnya gadis baju merah itu, sudah
tentu belum dapat dijawabnya sendiri.
Dan sepotong pecahan mangkok ada satu hari pasti akan
dia ambil kembali karena itu adalah pemberian suhunya, biar
bagaimana tentu tidak dibiarkan barang berharga tersebut
jatuh ke dalam tangan orang lain.
Dan siapa pulakah itu dua orang berpakaian serba merah
tadi yang mengaku Naga Merah?
Teka teki itu semuanya harus dapat dipecahkan juga, kalau
dapat lebih cepat lebih baik. pikirnya.
Setelah itu ia lantas memikirkan hendak mencari ayahnya
dah Siao hun lie untuk melaksanakan pesan ibunya sebelum
menutup mata.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengingat sampai disitu, ia merasa bahwa urusan yang
harus diselesaikannya banyak sekali sesungguhnya. Karena
bukan saja hendak menyelesaikan tugas yang dibebankan
suhunya tetpai juga karena ia sudah diangkat sebagai ketua
Ciong lam pay, ia merasa bahwa tugas dan kewajibannya
berat sekali. Tetapi hingga saat itu hanya sebagian saja yang
baru diselesaikannya, hal mana membuatnya berduka karena
sekarang ia terluka serta tidak berkepandaian lagi.
Jikalau mengingat itu semua, ia cuma bisa menggertak gigi
menarik napas saja, saat itu pikirannya dirasakan pepat,
sedianya hendak berlalu dari tempat tersebut.
Mendadak ia dengar orang memanggil, "Sicu, tunggu dulu!"
Tan Liong yang mendengar panggilan itu, agaknya terkejut,
Ketika ia berpaling, segera dilihatnya Ceng sim siansu dari
siao lim sie sedang memburu datang menghampirinya.
Tan Liong merasa keheran-heranan, Ceng sim siansu
setelah berada di hadapannya lalu anggukkan kepala memberi
hormat seraya katanya,
"Lolap mendapat perintah Pek cia suheng minta sicu
dengan lolap datang menghadapnya sebentar."
Tan Liong semngatnya terbangun. Lalu ia menanya
"Apa kalian sudah mengambil putusan terima baik
permintaanku?"
"Tentang ini lolap tidak tahu. Lolap hanya menjalankan
perintah saja, sicu suka maafkan."
Tan Liong anggukkan kepala, bersama-sama Ceng Sim
siansu lantas berjalan masuk gereja siao lim sie lagi.
Pek cia taysu menyuruh Ceng sim Siansu memanggil Tan
Liong balik, sudah tentu bukan tidak ada sebabnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perlu kiranya diketahui, Siao lim pay merupakan partai
terbesar didaerah Tionggoan, apabila ketuanya sampai binasa
semudah demikian, bukankah akan rusak dan runtuh pamor
Siao lim pay? Bukankah lebih besar lagi kerugian bagi partai
tersebut dikemudian hari?
Barang yang dikehendaki oleh Tan Liong adalah kitab ilmu
pelajaran silat Pan giok sin kang. Kitab tersebut adalah salah
satu kitab peninggalan dari Tat mo Cousu, meskipun tidak
boleh terjatuh dalam tangan lain orang secara gampang, akan
tetapi demi kepentingan dan demi menjaga nama baiknya siao
lim pay. Pek cia taysu sudah berpikir bolak balik untuk
berdamai dengan Tan Liong.
Jiwanya Goan khut ketua siao lim pay yang sudah ditarik
kembali dari tangan elmaut telah membuat paderi tua itu
tertarik oleh kepandaiannya Tan Liong.
Saat itu Tan Liong lantas diajak masuk kekamar Tat mo ie.
Sedang Goan khut sudah baik dan merawat dirinya.
Tan Liong disambut oleh Pek cie taysu setelah dipersilahkan
duduk hweeshio tua itu lantas berkata,
"Lolap minta sicu balik ke Tat mo ie..."
Bicara baru sampai disitu, wajahnya tampak murung
setelah berhenti sejenak, lalu berkata pula,
"Kitab Pan giok Sin kang ada merupakan benda pusaka
bagi partai kami, sudah tentu tidak boleh sembarangan pindah
tangan. Tapi sekarang ini karena kami sedang mengalami
nasib begini, dan ketua kami sedang terluka oleh si Naga
Merah, maka demi kepentingan partai kami dan untuk
menolong jiwa ketua partai kami, atas nama partai lolap ingin
berunding dengan sicu."
Paderi tua ini menatap wajah Tan Liong sejenak lalu
menanya,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pan giok sin kang adalah ilmu silat golongan Buddha yang
tertinggi, Sicu meskipun mempunyai kepandaian dan
kecerdasan lebih dari orang biasa, tapi rasanya kalau hendak
mempelajari dan paham betul arti dan isinya, apa lagi sari
kitab ilmu silat itu juga bukan suatu hal yang sangat mudah.
Entah ada maksud apakah sicu menghendaki kitab pusaka
partai kami itu?"
Dalam hati Tan Liong saat itu lalu berpikir. Perkataan
hweeshio tua ini memang tidak dilebih-lebihkan. Memang
sebetulnya Pak giok Sin kang itu adalah ilmu silat golongan
Buddha yang paling tinggi. Kalau ingin memahami dan
mempelajari sarinya untuk menyembuhkan lukaku juga bukan
suatu soal yang mudah....
Berpikir demikian, ia lantas berkata,
"Dalam badanku ini pada waktu ini sebetulnya sedang
mengeram penyakit jahat. Hanya dengan ilmu yang terdapat
dalam Pan giok Sin kang, lukaku baru bisa disembuhkan, baru
bisa kepandaian dan kekuatanku dipulihkan."
"Kalau cuma begitu, sekarang begini saja kita tetapkan
karena seperti yang lolap katakan tadi karena kitab itu adalah
pusaka partai kami yang sicu tentu juga tahu tidak boleh
sembarangan jatuh ketangan orang lain makan bolehkan kalau
syarat yang sicu katakan tadi, kita robah sedikit? Begini, kita
itu kami pinjamkan kepada sicu utuk jangka waktu tiga tahun.
Setelah habis waktunya sicu kembalikan lagi kepada partai
kami. Tetapi sebelum sicu bawa pergi kitab itu sudah tentu
harus menolong jiwanya ketua kami lebih dulu."
Mendengar perkataan Pek cia taysu itu, Tan Liong malah
merasa tidak enak hati. Ia lalu menyahut sambil perhatikan
senyum ewah..
"Maksudku sebetulnya bukan kutujukan pada kitab Pan
giok Sin kang itu. Jikalau dalam partai Siao lim pay ada orang
yang meyakini dan paham benar ilmu itu serta bisaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyembuhkan lukaku, tidak perlu aku melihat kitab tersebut,
aku tidak bermaksud hendak mengangkangi kitab pusaka
kalian itu."
Pek cia taysu dengan wajah masih tetap suram muram
mengawasi Ceng sim Siansu yang berdiri disamping, kepada
kawannya itu ia berkata,
"Sutee, coba kau pikir-pikir lagi. Diantara saudara kita kau
tahukah ada yang pernah mempelajari ilmu Pan giok sinkang
Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu?"
Ceng sim siansu yang ditanya juga sedang murung. Ketika
ditanya lalu memejamkan mata, berpikir ia agaknya,
Tan liong mendadak ingat ibunya, sang ibu itu pernah
sekali mengunjungi gereja siao lim sie hendak mencari kitab
didalam ruangan penyimpanan kitab, tetapi akhirnya terluka
parah.
Mengingat nasib ibunya, wajahnya lantas berubah.
Ditatapnya wajah Pek cie taysu sejenak, lalu ia berkata,
"Taysu, kalau aku nanti dapat menyembuhkan dan
menghidupkan ketua kalian dan kalian pun sudah
menyembuhkan lukaku itu, baru namanya tukar menukar yang
adil. Dalam hal itu tidak terselip soal utang budi diantara kita
juga tidak ada permusuhan. Hanya aku dengan partai kalian
masih ada sedikit perhitungan yang nanti akan kutuntut dari
kalian."
Pek cie taysu yang mendengar perkataan Tan Liong semula
kaget, tetapi segera dapat tenang kembali, lalu ia menanya,
"Kapankah pernah partai kami melakukan kesalahan
terhadap sicu?"
Tan Liong tidak menjawab pertanyaan itu, hanya diganda
ketawa olehnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu mendadak Ceng sim Taysu berseru.
"Aaaaa..!!"
Seruan itu keruan saja mengejutkan Tan Liong dan Pek cie
Taysu.
Pek cie taysu yang seketika itu mengawasi Ceng sim
siansu, segera melihat sang sutee itu berubah wajahnya,
nampak seperti orang kegirangan.
"Suheng, sekarang aku ingat seseorang." demikian Ceng
sim siansu berkata.
"Siapa?"
"Goan beng supek."
Mendengar jawaban singkat itu, wajah Pek cie taysu yang
sejak tadi kelihatan murung seketika lantas berubah
kegirangan lalu berkata dengan bernafsu.
"Oyaa.. oyaa.. Goan beng supek sudah mempelajari 80
tahun lebih lamanya. Itu berarti jikalau supek masih belum
dapat memahami sari pelajaran ilmu tersebut, baru kita tidak
bisa berbuat apa-apa lagi."
Itu ada sebuah kuil tua, yang letaknya dibelakang gereja
siao lim sie digunung siong san.
Diruangan dalam kuil tua itu tampak ada dua orang berdiri,
mereka adalah Pek cie taysu dan Tan Liong.
Disebuah pembaringan didepan mereka tampak seorang
hweeshio tua yang sedang duduk. Hweeshio ini badannya
kurus sekali, pipinya sudah keriputan.
Tatkala hweeshio tua itu membuka sepasang matanya,
sinarnya tampak bercahaya. Hweeshio ini tatap wajah Pek cie
taysu seraya katanya,
"Apa yang kau katakan tadi semua benar."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek cie taysu lantas berlutut dan lantas juga berkata
dengan sikap masih tetap menghormati. "Teecu tidak berani
mengucapakan yang bukan-bukan. Harap supek suka
memaafkan."
Hweeshio tua itu adalah Goan-beng sendiri. Terdengar ia
berkata dengan suara dingin,
"Naga Merah nyalinya terlalu besar. Dia berani terlalu tidak
pandang mata pada partai, mengobrak-abrik partai kita."
Sehabis berkata, dijawabnya yang sudah banyak keriputan
nampaknya bergerak-gerak, suatu tanda kalau hweeshio tua
tersebut sedang murka, ketika ia memandang Tan Liong,
berkata padanya, "Nanti setelah aku membuka semua urat
dan jalan darahmu dengan ilmu Pan giok sin kang, aku juga
akan mencari Naga Merah untuk membikin perhitungan atas
sepak terjangnya."
Tan Liong yang sejak tadi berdiri diam, ketika menyaksikan
sikap hweeshio tua itu, diam-diam juga merasa keder.
Saat itu ia dengar pula suara Goan beng yang berkata
dengan suara perlahan, "Sekarang aku akan mulai membuka
seluruh jalan darahmu yang tertutup itu."
Tan Liong kasihkan dirinya disembuhkan oleh paderi
berilmu itu.
Pan Giok sinkang adalah ilmu silat tertinggi dari golongan
Buddha. Selama beberapa ratus tahun belakang tidak sedikit
anak murid partai Siao lim yang coba-coba ingin meyakini, tapi
tidak seorangpun yang memahami isi maupun sari kitab
tersebut.
Goan beng hosiang, setelah menggunakan waktu hampir
delapan puluh tahun toh masih belum dapat memahami
keseluruhan isi kitab tersebut. Jikalau Goan beng tidak
memiliki kecerdasan dan bakat luar biasa, barangkali tidak
mampu mempelajari sekalipun hanya separuhnya saja.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong saat itu merasakan bahwa jari-jari tangan Goan
beng hosiang itu seolah-olah ada hawa panas luar biasa,
Hawa itu menyelusup ke urat dan jalan darah diseluruh
badannya, lalu menembusi jalan darah terpenting, seperti
Ciang thay Hiat, Hoa kay hiat, sim khan hiat dan terus ke Khio
hay hiat.
Cara penyembuhan luka semacam itu bagi Tan Liong
sesungguhnya suatu keuntungan besar, sebab ilmu Pan giok
sin kang itu, sebagai suatu ilmu yang mengandung kekuatan
Yang murni yang bersifat panas, yang justru dapat
menyembuhkan atau mengusir hawa Im yang sifatnya dingin
yang selama itu mengeram dalam tubuhnya Tan Liong.
Cara pengobatan itu memakan wakut hampir dua jam
lamanya.
Tan Liong yang pada kala itu boleh dibilang sudah sembuh
seluruh penyakitnya, bahkan karena adanya bantuan Pak giok
sinkang, kekuatan tenaga dalamnya sudah mendapat
kelebihan dari yang dulu pernah dimilikinya.
Sekeluarnya Tan Liong dari kuil tua itu, hari sudah hampir
pagi. Ia lalu balik kembali kekamar Tat mo ia digereja siao lim
sie untuk membuka totokannya Goan khut, sekalian
menyembuhkan luka-luka dalamnya. Dan selesai dengan
pekerjaannya itu, semua cuaca sudah terang sekali.
Tan Liong karena sudah berhasrat besar sekali hendak
membuka kedok Naga Merah, maka lantas ditinggalkan Gereja
Siao lim sie ketika itu juga.
Sebelum ia meninggalkan gereja tersebut, ia
memberitahukan Pek cia taysu bahwa dilain hari ia akan
kembali untuk membuat perhitungan.
Pek cia taysu tentu saja tidak tahu ada ganjalan sakit hati
apa antara pemuda itu dengan partai Siao lim pay. Hanya
dengan pikiran diliputi tanda tanya lantas disuruhnya beberapaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang padri mengantarnya Tan Liong keluar dari gereja siao
lim sie.
Hari kedua sekeluarnya Tan Liong dari gereja Siao lim sie
suatu kejadian yang menggemparkan dunia rimba persilatan
telah terdengar ramai....
Kejadian tersebut,
Sebuah tusuk konde batu giok berukiran Naga Merah untuk
kedelapan belas kalinya muncul lagi dikota Kay hong.
Dan apa yang membikin gempar tusuk konde itu kali ini
justru jatuhnya pada seorang tingkatan muda yang namanya
belum terkenal.
Sewaktu Tan Liong mendengar berita tersebut, bukan
kepalang gusar hatinya. Keganasan dan sepak terjangnya dua
Naga Merah palsu itu sebetulnya sungguh keterlaluan. Maka
pada hari pertama, tatkala tusuk konde itu muncul dikota Kay
Hong, Tan Liong juga sudah tiba dikota itu.
Kira-kira sepuluh lie disebelah utara kota Kay Hong, ada
sebuah kampung kecil yang penduduknya cuma kira-kira
beberapa puluh jiwa saja. Dan disebelah selatan kampung
tersebut, ada sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu dan
papan. penghuni rumah tersebut adalah Koan Beng dan orang
inilah yang kali itu mendapat kehormatan menerima tusuk
konde Naga Merah untuk kesembilan belas kalinya.
Malam itu cuaca gelap, angin berhembus kencang.
Dalam keadaan demikian, tiba-tiba terlihat sesosok
bayangan manusia yang dengan kecepatan serta kegesitan
luar biasa melayang keatas sebuah pohon besar didalam
pekarangan rumah kayu tersebut.
Bayangan itu bukan lain daripada Tan Liong sendiri!Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika pemuda baju kelabu itu melongok dan mengawasi
keadaan dalam rumah ternyata lampunya masih menyala,
keadaan disekitar rumah terang benderang.
Tetapi disitu tidak nampak bayangan seorangpun juga.
Tan Liong diam-diam merasa heran. Apakah penghuni
rumah disitu yang telah menerima tusuk konde Naga Merah
sudah mati?
Memikir demikian, diam-diam ia merasa kuatir sendiri.
Apabila malam itu tidak berhasil ia membuka kedok orang
yang mengaku bernama Naga Merah itu dan membiarkan
mereka mengganas terus, pasti akan membuat dunia
persilatan lebih gempar.
Ia lalu lompat turun dari atas pohon.
Tan Liong demikian orang dari atas pohon itu yang sudah
pulih kekuatan serta kepandaiannya, tidak kuatir pada siapa
saja, sekalipun musuhnya yang tinggi sekali kepandaiannya.
Tanpa mengeluarkan sedikit suarapun, Tan Liong melayang
turun kedepan pintu rumah papan itu. Melalui lubang jendela
ia melongok, maksudnya hendak mengetahui keadaan di
dalam rumah.
Didalam tetap tak dapat dilihat bayangan seorang pun juga.
Keadaan itu mau tidak mau membuat dia diam-diam
merasa kaget dalam hati, benarkah penghuni rumah tersebut
sudah celaka ditangan manusia kejam tak berprikemanusiaan
itu? Sementara itu hatinya diam-diam berpikir,
"Siapa sebenarnya anak muda yang menerima tusuk konde
dari Naga Merah itu? Ada permusuhan antara ia dengan si
Naga Merah palsu itu....?"
Waktu itu kentongan ditalu tiga kali waktu malam yang
sunyi senyap itu, kecuali suara burung hantu yang dapatTiraikasih Website http://kangzusi.com/
membangkitkan bulu roma, hanya terlihat sinar kelak-keliknya
binatang kunang-kunang, membuat tambah seram keadaan
dalam kampung tersebut.
Tatkala Tan Liong mengingat bahwa orang yang menerima
tusuk konde itu mungkin sudah terbinasa oleh Naga Merah
palsu, hatinya menjadi cemas hingga tanpa memperdulikan
apa-apa lagi lantas ia mendorong pintu dan menerjang masuk.
Pintu rumah itu ternyata tidak berpalang. Maka dengan
dorongan perlahan saja cukup dapat terbuka lebar-lebar.
Kemudian Tan Liong dengna gerakan badan cepat laksana
kilat, menerjang keruangan dalam.
Mendadak, selagi Tan Liong hendak bersembunyi didalam
kamar.. dibelakangnya tiba-tiba terdengar suara orang
berkata,
"Kalau tuan berani bergerak lagi, hati-hati, ujung pedang
ku ini tidak mengenal kasihan lagi..."
Ternyata ujung pedang yang tajam dan dingin itu sudah
mengancam dibelakang lehernya.
Bukan main kagetnya Tan Liong ketika itu tentunya. Sebab
dengan kepandaian yang dimilikinya waktu itu masih tidak
mengetahui ada orang datang menghampiri bahkan
mengancam lagi dengan pedangnya, dapatlah dibayangkan
betapa tingginya kepandaian orang tersebut.
Sang waktu kemudian berlalu lagi, sunyi dan tegang..
-o0o0dw0o0oJILID ke : 7
Tan Liong benar saja, sementara diantaranya tadi tak
berani bergerak. Sudah jelas apa bila sedikit saja ia
mengadakan pergerakan dengan maksud melawan, makaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak ampun lagi ujung pedang yang berada diatas lehernya
akan menamatkan riwayat hidupnya.
Mendadak terdengar pula suara yang mengancamnya tadi,
yang bernada dingin,
"Tuan siapa?" tegur orang itu, "Ada maksud apa tuan
tengah malam buat masuk kedalam rumahku. Jikalau kau
berani membohong, awas!! ujung pedang yang menempel
dilehermu ini sedikit juga tidak akan mengenal kasihan."
Tan Liong diam-diam mengeluh. Ia tidak pernah
menyangka bahwa maksud baiknya diterima salah oleh tuan
rumah. Maka setelah mendengar pertanyaan tadi, ia lantas
menanya,
"Kalau begitu, kau sendirian yang mendiami rumah ini?"
"Tidak salah! Apa tuan ini konconya Naga Merah?"
Tan Liong merasa sedikit ada harapan. Ia tahu bahwa
penghuni rumah tersebut ternyata masih hidup, belum binasa
ditangan si Naga Merah seperti semula yang disangkanya.
"Jikalau tuan tidak menjawabnya terus terang berarti tuan
memaksanya ku turun tangan segera!" demikian suara itu pula
terdengar lebih bernada ketus.
"Apa tuan anggap aku ini si Naga Merah?" demikian kata
Tan Liong.
Pertanyaan tersebut malah membuat orang itu kemekmek
rupanya, hingga lama tidak bisa berkata apa-apa.
Ketika Tan Liong memeriksa keadaan tempat tersebut,
diam-diam juga mengeluh dalam hati. Sebabnya adalah
karena sebelum penghuni rumah tersebut mendapat
penjelasan dan maksud kedatangannya sudah terang tidak
akan dilepasnya ancaman ujung pedang pada lehernya itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan iapun maklum betapa lebih tinggi lagi kepandaiannya,
pasti dalam ancaman serupa itu ia takkan mampu berbuat
apa-apa.
Oleh karenanya, terpaksa ia keraskan hati dan berpasrah
menyerahkan nasib ditangan yang berkuasa.
"Jikalau tuan bukannya Naga Merah, atau setidak-tidaknya
kelompotannya, perlu apa tuan tengah malam buta masuk
kedalam rumah orang? Perbuatanmu ini yang seperti maling,
bagaimana bisa tidak membikin orang lain curiga?" Demikian
kembali Tan Liong mendengar orang dibelakangnya berkata,
"Jikalau tidak karena tusuk konde Naga Merah itu jatuh ke
tangan tuan, aku juga tidak akan datang kemari." jawab Tan
Liong akhirnya terpaksa.
"Kalau begitu, apa tuan lantaran si Naga Merah baru mau
masuk kerumahku ini?"
"Benar! Penerangan waktu dirumah tuan ddiwaktu tengah
malam buta seperti ini masih kelihatan terang benderang,
Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tetapi disini tadi kulihat tak ada seorang pun juga. Ketika aku
mengintip di lubang jendela, aku sudah menyangka kalau tuan
sudah binasa ditangannya Naga Merah."
Mendengar keterangan Tan Liong itu, orang dibelakangnya
itu lalu berkata sambil perdengarkan suara ketawa dingin,
"Hati manusia susah diraba. Dengan apa tuan hendak
membuktikan bahwa tuan betul tidak ada hubungannya
dengan Naga Merah!"
Mendengar perkataan tegas itu, wajah Tan Liong berubah
seketika, lantas ia berkata dengan perasaan sedikit
mendongkol.
"Tuan ternyata susah mengukur baju orang dibadan
sendiri. Tuan berpikir terlalu cepat. Kalau benar-benar tuan
tidak percaya ucapanku, bukankah pedangmu setiap saat
boleh ditusukkan?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkataan Tan Liong kali ini sebaliknya sudah bisa
membikin orang dibelakangnya mengerti. Sebab ujung pedang
yang mengancam belakang lehernya itu mendadak
disingkirkan.
Tan Liong lalu balik badan, seorang pemuda berusia kirakira dua puluh tiga sampai dua puluh empat tahun sedang
berdiri dihadapannya.
Pemuda tersebut, badannya tegap besar, wajahnya tampan
dan keren. Hanya yang harus dibuat sayang, sikapnya bukan
seperti laki-laki gagah.
Pemuda itu ketika berhadapan muka dengan Tan Liong,
agaknya merasa kaget, karena kakinya lantas mengisar
menjauhinya. Tetapi kemudian ketawa bergelak-gelak.
Suasana yang tadinya tegang, kemudian begitu kedua
pemuda itu bertemu muka, lantas menjadi gembira. Tuan
rumah lantas berkata riang,
"Jikalau tadinya aku tahu tuan masih begini muda, pasti
tidak akan begitu sembrono kelakuanku terhadapmu.
Ha..ha..."
Sambil kerutkan alis, Tan Liong menanya,
"Apakah tuan ini yang bernama Koan Beng, yang menerima
tusuk konde Naga Merah lambang maut itu?"
Mendengar pertanyaan itu, Koan Beng yang tadinya sudah
tertawa mendadak nampak murung, sebagai jawaban ia hanya
mengangguk.
Selagi Tan Liong hendak menanya pula, tiba-tiba terdengar
suara siulan panjang yag kedengaran dari jarak kejauhan,
namun begitu nyaringnya hingga seketika memecahkan
kesunyian dimalam sunyi seperti malam itu.
Koan Beng yang mendengar suara itu berubah pula
wajahnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru ia hendak bergerak lari keluar, tiba-tiba Tan Liong
mengulurkan tangannya, menarik kembali badan Koan Beng
yang sudah hendak keluar. Kepada tuan rumah ini Tan Liong
dengan suara rendah berkata,
"Saudara Koan, jangan keluar sembarangan. Suara itu
bukan suara si Naga Merah."
Tan Liong tidak tahu bahwa Koan Beng semenjak
menerima tusuk konde Naga Merah itu setiap hari hatinya
kebat kebit, maka tadipun begitu mendengar suara tadi
semula mau menyangka bahwa si Naga Merah sudah mau
beraksi.
Kemudian setelah ditarik badannya dan dihalangi
maksudnya oleh Tan Liong, terpaksa ia mengurungkan
maksudnya hendak keluar. Dia dengan sorot mata bertanyatanya dengan tuan rumah yang masih muda ini mengawasi
Tan Liong terus tanap berkedip.
Dengan mata terus ditujukan kearah rumah, Tan Liong
berkata dengan suara lembut,
"Itu adalah suaranya beberapa orang kangouw yang ingin
menyaksikan Naga Merah bertindak. Rasanya malam ini Naga
Merah belum waktunya unjukkan diri."
Diluar dugaan Tan Liong, keterangannya tersebut membikin
Koan Beng berubah wajahnya dengan sorot mata tajam dan
dingin, lantas berteriak gusar,
"Bagaimana kau bisa tahu kalau si Naga Merah malam ini
tidak akan muncul?"
Tan Liong tahu bahwa ia tadi sudah keterlepasan omong,
hingga membuat tuan rumah salah paham. Setelah sekian
lama dalam keadaan kemekmek ia lalu menanya,
"Kapan kau terima tusuk konde itu?"
"Satu hari sebelum hari ini."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biasanya Naga Merah sebelum sampai hari ketiga sejak
waktu mengirimkan tusuk kondenya tidak akan turun tangan.
Malam ini baru termasuk hari kedua. Dari sini kita bisa
menduga tentu Naga Merah tidak akan unjukkan diri."
Goan Beng mulai tenang hatinya, ia lalu berkata setelah
tarik nafas panjang.
"Siaute yakin benar tidak mempunyai permusuhan apa-apa
dengan Naga Merah. Sungguh tidak dinyana, tusuk konde itu
bisa jatuh ke rumah siaute." katanya lalu kembali menarik
nafas, kemudian baru mengatakan lagi, "Apa sebabnya
sebetulnya sungguh tidak bisa siaute pikir."
Ia lalu mengawasi Tan Liong sejenak, lalu berkata pula,
"Selama beberapa hari ini, siaute selalu berjaga-jaga
menjaga kalau Naga Merah muncul dengan tiba-tiba, hingga
tentu saja membikin hati dan pikiran siaute tidak tenang.
Aihh.. Manusia berapa lama hidup dalam dunia? Dia bukankah
akhirnya akan berpulang ketempat asalnya..? Kalau benar
kedatangan saudara ini adalah karena Naga Merah, maka kita
sekarang baik minum-minum dulu beberapa cawan, nanti kita
bicara lagi."
Sehabis berkata demikian, wajah Koan Beng lantas
memperlihatkan sikap sungguh-sungguh, hal mana membuat
Tan Liong merasa tidak enak kalau menampik ajakannya.
Goan Beng, si tuan rumah lalu mengajak Tan Liong masuk
kedalam ruangan dalam.
Ruangan dalam rumah itu meskipun alat serta
perabotannya serba sederhana, tetapi segala-galanya diatur
rapih dan bersih pula.
Kalau orang itu selagi berjalan memasuki ruangan tamu
diruangan belakang, didekat pagar tiba-tiba terlihat sesosok
bayangan manusia.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong yang sempat melihat bayangan itu, bukan main
terkejutnya. Lantas ia membentak, "Siapa?!"
Suara bentakan Tan Liong tadi keras sekali membikin tuan
rumah kaget sampai mundur. Berbareng dengan suaranya itu
ia pun sudah lompat melesat menerjang kearah bayangan
orang tersebut.
Gerakan Tan Liong itu dilakukan dalam waktu beberapa
deik, sebentar saja sudah berada ditempat bayangan tadi
bersembunyi dan secepat kilat pula tangannya sudah
menyambar badan bayangan orang itu.
Koan Beng yang menyaksikan seluruh kejadian agaknya
terkejut sekali.
Sedangkan orang itu sendiri agaknya sama sekali tidak
pernah menduga bahwa akan ada orang turun tangan
terhadapnya. Dalam kagetnya tangannya telah berada dalam
gengamannya keras Tan Liong.
Orang itu lalu balikkan badan dan tatkala saling
berhadapan dengan muka Tan Liong, dan orang itu samasama mengeluarkan seruan tertahan!
Suara seruan tertahan kedua orang itu yang berbareng
keluarnya dimalam sunyi itu kedengarannya nyata sekali..
Tan Liong setelah berseru merasakan kepalanya pening
seperti disambar geledek.
Tangannya yang tadinya mencekal pergelangan tangan
orang itu lalu terlepas dengan sendirinya dan ia sendiripun
mundur sampai tiga langkah.
Semua itu terjadinya dalam waktu sangat singkat sekali.
Sebabnya ia melepaskan cekalannya pada orang itu ialah dia
adalah seorang wanita muda. Dan wanita itu bukan lain
daripada Cu Lian orang yang selama ini dicarinya dimanamana.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua kenang-kenangan masa kanak-kanak lantas
berputaran dikepalanya, tetapi sebentar sudah lenyap kembali.
Dengan suara gugup lantas ditegurnya wanita itu.
"Kau...kau.. bukankah Cu Lian?"
Tan Liong hanya mampu mengucapkan beberapa patah
kata-kata itu saja, tenggorokannya dirasakan seperti
tersumbat, sekian lama ia masih tergagap sepatah katapun
tidak keluar dari mulutnya.
Rasanya memang tidak bisa salah lagi, orang atau wanita
yang didepannya itu tidak bisa jadi orang lain. Cu Lian itu
orang dengan wajahnya yang cantik rupawan sudah tercetak
dalam otaknya. Itu adalah suatu wajah dari seorang wanita
yang tidak bisa terlupakan seumur hidupnya.
Memang tidak salah dugaan Tan Liong, wanita
dihadapannya yang barusan dilepaskan cekalannya memang
betul adalah Cu Lian adanya..
Dan bagi Cu Lian sendiri itu juga merupakan suatu hal yang
diluar dugaannya, maka ketika matanya beradu dengan mata
pemuda itu lantas wajahnya pucat pasi dan tanpa merasa
kakinya sudah mundur dua tindak. Dengan perasaan kaget
serta ketakutan terus diamat-amatinya wajah pemuda
dihadapannya itu, pemuda yang sudah lima belas tahun
menghilang dari depan matanya.
Dalam pendengarannya Tan Liong saat itu seolah-olah
berkumandang perkataannya Cu Lian ketika ia hendak
meninggalkannya.
Cu Lian pada waktu itu dengan suara lemah lembut dan
mengharukan pernah berkata demikian padanya,
"...Engko Liong, aku akan menantikan kau untuk selamalamanya sampai kau balik kembali, jikalau aku menikah
dengan lelaki lain, aku rela binasa dalam tanganmu.
Percayalah aku engko Liong...."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hawa amarah yang meluap-luap dalam hati Tan Liong saat
itu membuat wajahnya merah padam. Tetapi saat itu tiba-tiba
terdengar suara Koan Beng berkata,
"Saudara, jangan salah mengerti.... itu adalah istriku."
Berbareng pada waktu itu orangnya sudah sampai
disebelah Tan Liong.
Tan Liong sadar mendadak. Ia yang tadinya begitu merah
padam mukanya, mendadak menjadi pucat pasi, "Isteri...?
Isteri??"
Dan seperti orang gila ia lalu tertawa..... tetapi ketawanya
itu bukanlah suara manusia wajar.
Koan Beng agaknya masih belum mengetahui perubahan
sikap Tan Liong yang sebentar-sebentar berubah itu, ia lalu
berkata pada Cu Lian, "Adik Lian ini adalah saudara...."
Tan Liong lantas menyambung,
"Aku yang rendah seorang she Tan, namaku cuma Liong."
"Kedatangan saudara Tan ini juga oleh karena si Naga
Merah. Adik Lian, kau tak usah menjaga disini lagi. Kapan saja
Naga Merah bakal datang, boleh kita hadapi bersama-sama.
Sekarang pergilah kau membuat sedikit hidangan, aku ingin
makan minum bersama-sama dengan saudara Tan." demikian
Koan Beng berkata pada isterinya itu.
Cu Lian bersenyum mendadak, ia berkata,
"Tan siauhiap jikalau ingatanku tidak salah kita rasanya
pernah bertemu muka satu sama lain, betul tidak?"
Pertanyaan itu merupakan suatu tamparan hebat bagi Tan
Liong. Tetapi ia masih mau jawab sambil anggukan kepala.
"Ya. aku juga rasa-rasanya pernah melihat kau.."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diucapkannya perkataan itu dengan hati seperti diiris-iris.
Sejenak ia berhenti menelan ludah, kemudian melanjutkan,
"Barang kali itu ada dalam impian..."
Koan Beng sudah tentu tidak tahu bahwa antara Tan Liong
dan isterinya dulu pernah merupakan kekasih satu sama lain.
Maka atas tanya jawab tadi ia lantas menyambangi sambil
ketawa,
"Saudara Tan baru pertama kali ini datang kerumah kita.
Dan kau yang selamanya tidak pernah keluar pintu,
bagaimana bisa kata pernah melihatnya? Ini sesungguhnya
sangat ganjil. Tapi ah... sudahlah... Pergi kau membuat sedikit
hidangan..."
Cu Lian kemekmek, masih mengawasi Tan Liong sejenak,
tetapi lantas berlalu dengan tergesa-gesa.
Dengan hati dan perasaan yang hanya diketahui oleh
Tuhan saja Tan Liong mengawasi wanita muda itu yang
kelihatannya sedikitpun belum pernah berubah segalagalanya.
Yang agak berbeda ialah wanita itu kelihatan badannya
sedikit lebih gemuk.
Setelah Cu Lian berlalu, perasaan gusar kembali menguasai
hati Tan Liong. Ingin sekali rasanya ia membunuh wanita
tersebut, sebab tidak bisa memegang janji sendiri. Semua
kenang-kenangan dimasa kanak-kanak seakan-akan ular
berbisa yang mendadak memagut ulu hatinya. Masa silam
yang penuh dengan kenangan itu rupanya masih tergores
dalam otaknya, akan tetapi kini, wanita yang menjadi idamidamannya itu telah menjadi isteri lain orang.
Ia benci sekali terhadap wanita itu, sumpah sehidup
sematinya yang pernah dikeluarkan dari bibirnya yang mungil
dimasa yang lampau, sekarang entah telah terbang kemana.
Ya.. sungguh ingin ia membunuh! Tidak bisa ia menyaksikan
lebih lama, wanita yang dicintainya dengan sepenuh hatiTiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada dalam pelukan lelaki lain.. Ia tidak dapat mengampuni
itu wanita yang tidak setia.
Mengingat hal itu semua, matanya tiba-tiba tampak
beringas.
Koan Beng mengawasi Tan Liong yang berdiri menjublek
sejak istrinya pergi, lalu berkata padanya.
"Saudara Tan! Mari masuk,!"
Tan Liong lantas tersadar dari lamunannya. Berbareng
dengan itu, seperti lakunya orang kemasukan setan, tanpa
dapat dikekang oleh perasaan hatinya sendiri berjingkrakjingkrak. Saat itu dalam hatinya berpikir. "Biarlah Naga Merah
itu mengambil jiwa dua manusia ini..."
Karena pikirannya itu, setelah berjingkrak dua kali lantas ia
berkata pada Koan Beng.
"Saudara Koan, tidak usah repot-repot. Siaute masih ada
urusan yang masih perlu tangan siaute sendiri mengurusnya.
Biarlah sampai disini saja dulu, dan sampai lain waktu semoga
dapat kita bertemu lagi."
Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perkataan itu membuat Koan Beng kaget keheran-heranan
lantas ia berseru "Apa? Saudara Tan, kau mau pergi?"
Pernyataan Tan Liong tadi sesungguhnya jauh diluar
dugaan Koan Beng. Sebab menurut pernyataan tamu tak
diundang itu semula, kedatangannya karena si Naga Merah.
Tetapi mengapa sang waktu belum berlalu lama, mendadak
berubah lagi pendiriannya?
Tetapi bagaimana Koan Beng bisa tahu perasaan yang
sedang dipikir oleh tamunya pada saat itu?
Sebab jikalau ia tidak pergi, tentu Koan Beng tidak bisa
binasa ditangan Naga Merah palsu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau orang she Koan itu ditinggal pergi, Tan Liong
meminjam tangan Naga Merah supaya sepasang suami isteri
itu dibunuhnya.
Maka atas pertanyaan tadi yang begitu kaget, ia lantas
menjawab kaku,
"Bentar.. aku hendak pergi."
Sehabis berkata tanpa menantikan jawaban Koan Beng
lantas ia balikkan badan dan berlalu cepat sekali.
Terhadap tindak tanduknya Tan Liong itu, meskipun Koan
Beng merasa heran akan tetapi sama sekali tak pernah
dipikirnya bahwa diantara Tan Liong tamunya barusan dengan
istrinya pernah terjadi cinta kasih yang begitu mesra.
Maka setelah sekian lama berada dalam keheranannya lalu
berkata memburu,
"Jikalau saudara Tan ingin pergi, siaute juga tidak
bermaksud terus memegang tangan saudara Tan. Hanya
sudilah saudara Tan memandang masakan yang baru pertama
kali mendapat sahabat seperti saudara untuk sekedar minum
dulu baru pergi. Apa lagi setelah perpisahan kita malam ini,
dikemudian hari masih ada waktu bagi kita bertemu kembali
atau tidak, masih merupakan suatu pertanyaan besar."
Mendengar perkataan itu, hati Tan Liong merasa tidak
enak. Tapi terpaksa dengan keraskan hati, sambil kerta gigi
dan geleng-geleng kepala menjawab,
"Maksud baikmu terpaksa cuma bisa kuterima dalam hati.
Lain hari saja nanti aku berkunjung lagi."
Tan Liong lalu berjalan. Baru sampai diambang pintu, tibatiba berkelebat sesosok bayangan hitam yang lantas
membujur didepannya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong tercengang, sebab orang yang menghadangnya
itu ternyata adalah Cu Lian sendiri. Dengan hati berdebaran
keras, ia mundur dua tindak.
Cu Lian lalu berkata pada Tan Liong.
"Tan siauhiap! Apa tidak dapat kau tunda sebentaran
maksudmu pergi itu? Apakah karena gubukku ini sangat kotor
hingga kau pikir tidak baik berdiam terlalu lama atau hidangan
yang kubuat tidak mencocoki seleramu?"
Pertanyaan itu membuat Tan Liong berubah wajahnya.
Lantas dijawabnya pertanyaan tersebut dengan nada dingin,
"Semula bukan itu sebabnya, satu-satunya sebab ialah
karena aku terkenang pada kekasihku yang pertama.
Kekasihku itu pernah berkata, katanya kalau ia meninggalkan
aku, ia binasa ditanganku. Meskipun aku tiak mau
membunuhnya sendiri, tetapi aku juga kepingin tahu dengan
cara bagimana ia nanti menemui ajalnya. Maka itu, ha..ha..!
Aku ingin melihat manusia itu nanti bertemu dengan
kematian."
Tan Liong yang saat itu sudah seperti orang gila
ucapannya, semua tidak karuan juntrungan diucapkannya juga
dengan suara agak tergetar. Selagi Cu Lian hendak menjawab,
terdengar suara tangisan anak orok yang masuk kedalam
telinga mereka.
Tangisan itu datangnya dari sebuah kamar dalam rumah
Koan Beng tersebut.
Cu Lian yang tadi ketika mendengar perkataan Tan Liong
tertegun sejenak, kemudian berkata dengan suara murung.
"Hatimu terlalu kejam..."
"Yang kejam sebetulknya bukanlah aku..."
"Tetapi kau tidak seharusnya melihat ia mati ditangan lain
orang."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu Koan Beng sudah berada diantara keduanya.
Ketika mendengar perkataan istrinya untuk sesaat juga
merasa bingung melihat perubahan sikap tamunya itu. Oleh
karena ia masih belum tahu juga perkara yang sebenarnya,
maka hanya berkata,
"Menurut perkataan saudara Tan tadi, nona itu tentunya
pernah berlaku tidak baik kepada saudara. dan karena
saudara Tan tidak tega membunuhnya, tentu dalam hati
saudara masih ada terselip rasa cinta. Ooo.. entah siapa ini
nona yang saudara Tan maksudkan?"
Tan Liong hanya tertawa, tidak menjawab.
Koan Beng yang juga agaknya sudah mendengar suara
tangisan bayi, lalu berkata pada Cu Lian,
"Adik Lian, In Liong telah mendusin. Pergilah kau gendong
dia keluar."
Mendengar itu, Tan Liong agak terkejut, ia lalu bertanya,
"Apa kalian sudah mempunyai anak?"
Koan Beng tertawa terbahak-bahak dan berkata,
"Pertanyaan saudara Tan ini sesungguhnya amat ganjil.
Orang mau mendirikan rumah tangga, sudah seharusnya juga
menghendaki anak. Kau kata betul atau tidak?"
Pada saat itu Cu Lian sudah meninggalkan mereka,
mendiamkan anak yang menangis.
Pikirannya dirasakan tidak keruan. Duka pedih mengamuk
menjadi satu, hingga tanpa sadar air matanya mengalir keluar,
membasahi kedua belah pipinya....
Untung semua perubahan itu tidak dapat dilihat oleh Koan
Beng, begitu juga Tan Liong.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah beberapa tahun Cu Lian selalu menantikan
kembalinya Tan Liong. Tidak dapat disangkal kalau cinta
kasihnya yang diberikan dulu pada Tan Liong masih tetap.
Demi kekasih tersebut pernah dinanti-nantikan empat
tahun lamanya, dan setelah empat tahun ia menantikan
dengan sia-sia akhirnya tidak dapat menahan desakan orang
tuanya hingga terpaksa lalu menikah dengan Koan Beng.
Kini setelah secara tidak tersangka-sangka berjumpa pula
dengan kekasihnya yang lama itu, semua kenangan dan cinta
kasihnya terhadap kekasih tersebut dimasa lampau lantas
timbul pula didalam otaknya. Ia tadinya sudah ingin sekali
memeluk dan menubruk kekasih lamanya itu untuk
menceritakan segala penderitaan hidup selama ditinggal pergi.
Akan tetapi oleh karena suaminya yang sekarang, yakni
Koan Beng masih berada di sampingnya, dan diantara kekasih
lama dan suaminya itu, apa yang dapat dilakukannya? Maka
terpaksa ia membiarkan semua kenangan yang lama itu
mengganggu kembali otaknya.
Dan ia juga harus berdaya upaya untuk menindas perasaan
cintanya terhadap bekas kekasihnya sejak masih kanak-kanak
itu. Tan Liong dengan mata melotot dan mulut menganga
mengawasi berlalunya Cu Lian, tiba-tiba menghela napas dan
berkata seperti pada dirinya sendiri
"Yah... inilah buahnya... buahnya perkawinan..."
Setelah itu ia lalu ketawa sendiri, tetapi ketawanya banyak
mengandung kepedihan dan kegetiran.
Koan Beng adalah seorang cerdik. Melihat perubahan Tan
Liong secara mendadak itu, dalam pikirannya lalu timbul
perasaan curiga. Maka ia lalu menanya.
"Benarkah Saudara Tan pernah kenal dengan isteriku?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong terperanjat. Dengan sikap kaget sambil gelenggelengkan kepala segera menjawab,
"Tidak.. tidak! aku cuma mengingat seseorang yang mirip
benar dengan dia. Jikalau pada waktu dulu itu aku kawin
dengan dia, aku percaya dalam perkawinan itu tentu aku
sudah menghasilkan buah. Karena mengingat nasibku yang
buruk itu perasaanku banyak terganggu."
Koan Beng agaknya mau juga percaya adanya keterangan
Tan Liong itu, maka ia lantas berkata,
"Oo.. sudah tentu.. itu sudah tentu."
Tan Liong tertawa hambar, lalu berkata lagi,
"Siaute permisi pergi dulu. Lalu hari lain kalau ada tempo
siaute nanti datang lagi."
Setelah itu benar-benar ia lantas berlalu meninggalkan
rumahnya.
Koan Beng hanya dapat mengawasi berlalunya tetamu yang
serba aneh itu sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Keadaan malam itu nampak semakin sunyi. Hanya kunangkunang kecil yang kelak kelok bersama-sama bintang-bintang
dilangit yang ada diatas perkampungan itu, menambah
suasana makin remang-remang dan seram.
Malam itu keadaan disekitar kampung itu hampir serupa
dengan keadaannya di Bu-tong hiap tempo hari. Banyak
orang-orang rimba persilatan tua maupun muda datang
berduyun-duyun kekampung tersebut.
Tetapi malam itu apakah Naga Merah tiruan itu benarbenar akan muncul atau seperti yang diduga Tan Liong, pada
hari ketiga baru mau unjukkan diri?
Sudah tentu pertanyaan itu rasanya hanya Naga Merah
tiruan sendiri yang dapat menjawabnya,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong yang saat itu sudah keluar dari rumahnya Koan
Beng dengan pikiran kusut ruwet menantikan kedatangannya
Naga Merah tiruan yang hendak mengambil jiwanya Koan
Beng.
Oleh karena 'cinta' dan 'benci' mendadak ia merubah
semua rencananya.
Karena disitu ia menemukan bekas kekasihnya yang
meninggalkannya yang sudah menikah dengan lain pria,
terhadap wanita yang tidak setia terhadap sumpanya sendiri
itu, ia hendak menggunakan tangan lain orang membunuhnya.
Pada anggapannya adalah dengan cara itu saja setidaktidaknya masih lebih baik daripada turun tangan sendiri.
Mengingat sampai disitu, diwajahnya terlintas satu
senyuman iblis. Dari senyumannya itu dapat dilihat dengan
tegas betapa gusar, sedih dan hancur luluh hatinya kala itu.
Selagi masih terbenam dalam alam pikirannya sendiri,
mendadak telinganya mendengar suara siulan seperti suara
setan itu.
Diwaktu malam yang sunyi senyap kedengaran suara itu
makin menyeramkan.
Tan Liong yang mendengar itu diam-diam juga terperanjat.
Ia tahu bahwa suara itu adalah suara Naga Merah tiruan yang
akhirnya muncul juga pada malam itu.
SETELAH ketawa dingin Tan Liong berkata pada diri sendiri,
"Biarkan mereka mampus semua! Biar mampus dibunuh si
Naga Merah palsu!"
Berkata demikian lalu diputarnya tubuhnya dan lalu
berjalan dengan cepat.
Munculnya Naga Merah tiruan dimalam itu bukannya hanya
mengejutkan Tan Liong seorang, sedang Koan Beng dan CuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lian yang mendengar suara itu wajah mereka suami istri itu
juga berubah seketika.
Dengan wajah pucat pasi, Koan Beng mengawasi Cu Lian
yang waktu itu sedang menggendong bayinya. Dan sang
suami ini lalu berkata pada istrinya,
"Adik Lian, barusan itu suara tentunya ada suatu tanda
datangnya Naga Merah kemari."
Cu Lian hanya angguk-anggukan kepala dan hatinya kebatkebit terus memikirkan semua kejadian-kejadian masa
lampau. Tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Koan Beng doangkkan kepala. Setelah menghela napas
panjang, ia berkata,
"Adik Lian, sejak kita kawin setahun lebih lamanya belum
pernah berpisahan. Dan sekarang barangkali kau benar-benar
akan..."
"Engko Beng, kau tidak usah mengucapkan perkataan yang
begitu melantur.."
Koan Beng ketawa getir. Ia mengawasi wajah istrinya yang
lagi menggendong bayi. Sang istri dilihatnya sudah basah
dengan air mata, maka kembali ia berkata dengan nada getir.
"Adik Lian, aku tahu maksudmu. Tetapi bahaya sudah
didepan mata, apa daya kita? Naga Merah bisa membunuh
manusia tanpa mengela kasihan. Dan tidak sedikit sudah
meminta jiwa manusia. Rasanya kita juga tidak mampu lolos
dari tangannya."
Suaranya kedengaran sangat menggenaskan.
Kembali Koan Beng ketawa getir dan sejurus berkata pula,
"Adik Lian, aku tahu kau cinta padaku. Dan untuk menjaga
keturunan keluarga Koan, aku minta kau bersama Ie Liong
sembunyi dulu sementara, jangan sampai kita semua matiTiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditumpas oleh Naga Merah semuanya. Adik Lian, apa kau bisa
meluluskan permintaan ku ini?"
"Tidak!! Engko Beng, sekalipun aku harus mati, aku juga
akan mati bersama-sama dengan kau. Jangan kau tinggalkan
aku hidup sendiri..."
Perpisahan antara mati dan hidup itu didalam matanya
sepasang suami istri yang saling mencintai itu sesungguhnya
sangat berharga. Akan tetapi pada waktu itu suasana sudah
sangat menggenaskan.
Cu Lian merasa hancur luluh hatinya, sedang Koan Beng
merasa sangat sedih hatinya.
Merekapun agaknya maklum kecuali ada terjadi kegaiban
tidak mungkin mereka bisa lolos dari bahaya maut itu.
Koan Beng meski dengan perasaan sedih dan hati hancur,
masih sedapat mungkin berdaya menghibur istrinya.
"Adik Lian." katanya, "Untuk kepentingan anak kita
seharusnya kau kuatkan hati untuk hidup. Dengarlah
perkataanku, lekas kau sembunyi didalam terowongan
dibawah tanah itu."
Baru selesai perkataan Koan Beng suara seperti setan yang
menyeramkan itu kembali terdengar amat nyaring. Kali ini
kedengarannya makin dekat dan makin dekat saja, agaknya
sudah sampai ditempat sejauh sepuluh tombak lagi dari rumah
tersebut.
Koan Beng berubah biru wajahnya dengan perlahan tapi
tegas, istrinya dibentak.
"Lekas pergi! Kalau tidak sudah tidak ada lagi waktunya."
Sehabis berkata, tanpa menunggu lagi jawaban Cu Lian,
Koan Beng lompat melesat keluar rumah.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi ketika ia pasang mata, keadaan disekitarnya masih
Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tetap gelap dan sunyi, tidak kelihatan barang seorang pun
juga.
Koan Beng yang sedang menghadapi nasib antara mati dan
hidup, meskipun perasaannya sedang tegang, tapi wajahnya
masih memperlihatkan sikap tenang.
Dengan ketenangan yang dibuat dibuat itu kala itu ia lantas
membentak keluar,
"Sahabat Naga Merah." serunya, "Kau sudah lama
meninggalkan lambang Naga Merah kerumahku si orang she
Koan sudah lama menantikan kunjunganmu, sekarang
lekaslah kau unjukkan diri."
Orang-orang dunia kangouw yang sembunyikan diri
disekitar rumah tersebut tatkala mendengar perkataan Koan
Beng semua matanya lalu ditujukan pada orang ini. Mereka
dapat lihat bahwa orang she Koan itu ternyata masih sangat
muda sekali. Jikalau sampai mati oleh Naga Merah,
sesungguhnya sangatlah sayang.
Pada saat itu, suara orang ketawa dingin tiba-tiba
menggema ditengah-tengah alam yang sunyi itu.
Suara ketawa itu bukan hanya dingin saja, tetapi juga bisa
bulu roma siapa yang mendengar berdiri seluruhnya.
Tetapi setelah suara itu sirap, keadaan kembali menjadi
sunyi senyap.
Dan tidak antara lama kemudian, kembali terdengar suara
keresekan, itu adalah suara orang berjalan... Orang itu
rupanya berjalan dengan sengaja kaki diseret. Suara ini pula
kembali memecahkan suasana sunyi dan membangkitkan bulu
roma orang.
Suara kaki diseret itu merupakan salah satu ciri akan
datangnya malaikat elmaut yang hendak menjemput jiwa. TakTiraikasih Website http://kangzusi.com/
usah disangsikan lagi bahwa Naga Merah tiruan itu benarbenar sudah akan segera sampai!.
Koan Beng sudah mengeluarkan keringat dingin berketelketel, hatinya dirasakan tegang, pikirannya pepat.
Tangannya memegang gagang pedang erat-erat, matanya
ditujukan kedalam rimba yang tidak jauh letaknya dari
rumahnya sendiri.
Kecuali suara keresekan yang dapat sunyi senyap. Hanya
Pendekar Sadis 4 Sayap Bidadari Karya Bois Pencuri Petir 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama