Ceritasilat Novel Online

Prahara Di Gurun Gobi 2

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 2


hwesio tua mulai bohong, Ji Beng. Tak pantas
dengan kedudukanmu sebagal wakil ketua Gobi. Hayo, mana Ji Leng Hwesio yang tak pernah
keluar-keluar. Bukankah ia sedang melatih Butek-cin-ong!"
"Omitohud..!" sang hwesio tak dapat menahan
marahnya lagi. "Kau melantur dan bicara
semakin ngawur, Coa-ong. Ketua kami tak
pernah keluar karena sedang bertapa
membersihkan diri. Kalian mengacau, harus
ditangkap!" dan ketika lengan Ji Beng
mengembang ke kanan kiri maka Coa-ong
tahu-tahu dikepung dua pukulan dahsyat yang
membuat ia berteriak dan menjejakkan
kakinya kuat-kuat meluncur ke atas.
"Haiyaaa...!"
155 Coa-ong lolos dari sergapan maut. Dua
pukulan itu beradu sendiri dan terdengarlah
ledakan mengguncangkan tempat itu, asap
bergumpal namun cepat menghilang kembali.
Dan ketika kakek itu turun namun sudah di
tempat lain, berjungkir balik maka Coa-ong,
melotot memaki lawannya.
"Heh, kau menyerang tak memberi tahu, Ji
Beng? Bersikap curang dan tidak ksatria?"
"Pinceng tak dapat banyak mu?ut lagi dengan
kalian. Menyerahlah, atau pinceng terpaksa
melakukan kekerasan!"
"Ha-ha, si keledai gundul mulai tampak
boroknya. Eh, jangan menonton saja, Kwi-bo.
Kita harus membalas!"
Kwi-bo terkekeh. Dia geli melihat kawannya
jungkir balik diserang, pemandangan itu lucu.
156 Namun ketika wanita ini tertawa dan geli
sendirian, Coa-ong melotot tiba-tiba berkesiur
angin dingin mencegatnya dari kiri kanan pula.
"Keparat!" wanita itu terkejut. "Kau licik, Ji
Beng. Curang!" dan ketika dia menangkis dan
tidak meloncat tinggi seperti temannya, Kwi-bo
mengerincingkan gelang-gelang di tangannya
maka pukulan si hwesio disambut namun
wanita ini malah terpental.
"Haiyaaa...!" Coa-ong ganti terkekeh-kekeh,
Kwi-bo berjungkir balik menyelamatkan diri.
"Kau jahanam, Ji Beng. Tapi aku membalas...
cringg!" dan Kwi-bo yang melayang turun di
sebelah, membentak, tiba-tiba melepas satu
pukulan panas ke arah lawan. Ji Beng
menyambut dan lagi-lagi wanita itu terpental.
Ternyata Kwi-bo kalah kuat! Dan ketika wanita
itu menjerit dan marah sekali, melengkinglengking maka Coa-ong ganti menerima
157 pukulan dan Ji Beng Hwesio tiba-tiba
berkelebatan mengelilingi lawannya itu,
menggempur dengan pukulan-pukulan berat.
"Pinceng harus menangkap kalian,
menyerahlah!"
Kwi-bo dan Coa-ong memaki-maki. Mereka
diserang namun secepat itu pula mereka
berkelit, menghindar dan membalas dan
segeralah terjadi pertandingan seru di sini.
Kakek ular dan si Ratu Iblis sama-sama
didesak, sekejap saja mereka sudah dibuat
kaget oleh bayangan si hwesio yang
berkelebatan mengelilingi mereka. Dan ketika
suara dak-duk selalu disusul tubuh mereka
yang terpental, sinkang hwesio itu luar biasa
sekali maka Kwi-bo tiba-tiba melengking dan
melakukan gerakan salto yang membuat ia
keluar dari kurungan lawan.
158 "Awas, panggil saja ular-ularmu. Si tua bangka
ini masih cukup lihai!"
"Hm, kita masih dapat bertahan. Kalau aku
benar-benar terdesak tentu kupangg?l anakanakku, Kwi-bo. Kau sebaiknya mengeluarkan
Thian-mo-bumu dan menarilah melayani
keledai gundul ini!"
"Baik, dan kau Coa-heng-li-hoanmu, Coa-ong.
Awas, jangan sampai terlambat.... des-crlngg!"
si Kwi-bo dikejar, Ji Beng Hwesio melancarkan
pukulan jarak jauh dan terpekiklah wanita itu
menangkis dengan marah. Dan ketika ia
terpental namun Coa-ong mengayun ularnya,
mencegah lawan memburu kawannya maka
tiba-tiba si Ratu Iblis menari dengan lengganglenggok maut dan rambut di atas kepalanya
menjeletar-jeletar.
"Awas, minggir. Jangan mendekat!"
159 Murid-murid Go-bi diusir. Mereka terlalu
mendekat dan angin pukulan mendorong
mereka, entah dari pukulan Ji Beng Hwesio
ataukah dari Coa-ong, karena kakek itu juga
menggerakkan lengan kirinya mengayun
pukulan beruap merah. Bau amis menyambar
dan segera empat orang anak murid Go-bi
tersedak, roboh dan tiba-tiba lemas karena
menyedot hawa beracun dari pukulan si kakek
tinggi kurus. Dan ketika yang lain menolong
dan cepat menjauh, Kwi-bo sudah menari-nari
dengan amat cepatnya seraya meledakledakkan rambut, suaranya nyaring
menggetarkan maka si Raja Ular juga
mengayun ularnya ke kiri kanan menghalau
serangan Ji Beng Hwesio.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Tiga orang itu segera bertanding seru. Ji Beng,
sang wakil Go-bi, ternyata hebat bukan main
meskipun renta. Hwesio ini tampaknya ringkih
tapi begitu maju bertanding tiba-tiba saja dia
berobah garang dan kuat. Mata yang semula
meram-melek itu sekonyong-konyong menjadi
hidup dan memancarkan cahaya menakutkan,
tidak lagi seperti orang tidur dan lemah. Dan
ketika hwesio ini menggerakkan jubahnya ke
kiri kanan, pukulan-pukulan kuat meluncur ke
depan maka Cui-pek-po-kian atau llmu
Menggempur Tembok dikeluarkan hwesio ini,
dahsyat bagai meriam menghantam gunung.
"Des-dess!"
Coa-ong dan Kwi-bo terhuyung-huyung.
Mereka terbelalak karena hwesio tua yang
tampaknya lemah itu ternyata memiliki tenaga
sakti demikian hebatnya. Setiap kali
mendorong tentu setiap kali itu pula mereka
161 terhuyung-huyung. Kalau tidak ada gelang di
tangan atau ular yang mendesis-desis
barangkali keduanya terpental, seperti tadi,
sewaktu masih belum bersenjata. Dan ketika
Coa-ong memekik sementara Kwi-bo
melengking mempercepat gerakan lenggaklenggoknya, Thian-mo-bu atau Tarian Hantu
Langit ditunjukkan wanita ini maka gempuran
serangan jubah dapat ditahan sejenak oleh
ledakan rambut atau gelang yang
bergemerincing nyaring.
Namun hal ini tidak lama. Ji Beng Hwesio si
wakil Go-bi itu berobah naik turun. Pukulan
yang semula mempergunakan jubah kini
diganti dengan telapak tangan yang dibuka
lebar-lebar. Jubah ditarik ke atas dan
tampaklah sepasang telapak yang kokoh dan
lebar. Hwesio itu menyilang-nyilangkan kedua
tangannya siih berganti, telapak menghadap ke
162 atas seolah seseorang sedang menahan sebuah
beban. Dan ketika tangan itu berpindah-pindah
seperti orang memindah-mindah barang,
setiap kali memindah tentu serangkum angin
dahsyat turut bergerak maka dua orang itu
berteriak karena tiba-tiba kaki mereka oleng ke
kiri kanan terangkat atau tergempur sebuah
tenaga mujijat.
"Siang-ciang-i-san (Sepasang Tangan
Memindahkan Bukit)!"
"Benar," Ji Beng Hwesio mengangguk, berseru.
"Kalian masih mengenal pukulan ini, Kwi-bo.
Berarti kalian akan tahu diri atau menerima
hajaran seperti dulu enam tujuh tahun yang
lalu!"
"Keparat, siapa takut? Dulu suhengmu
mempergunakan pukulan ini, Ji Beng. Tapi kau
bukan suhengmu dan akupun telah
163 memperdalam Thian-mo-bu... siut-plak!" dan
Kwi-bo yang lenyap berputaran cepat tiba-tiba
melecutkan rambutnya dan menghantam si
hwesio, tepat mengenai tengkuk namun Ji
Beng Hwesio tak apa-apa. Hwesio itu tak
bergetar dan Kwi-bo terbelalak karena
kesaktian hwesio ini rupanya sudah setingkat
dengan suhengnya, Ji Leng Hwesio si ketua
Go-bi. Dan ketika ular di tangan Coa-ong juga
menyambar dan menggigit pundak, tak apaapa maka dua orang itu terkejut karena hwesio
inipun rupanya telah menguasai Tiat-po-san,
ilmu kebal Baju Besi.
"Kaukira gagah sendiri?" Coa-ong berteriak.
"Akupun sanggup menerima pukulanmu, Ji
Beng. Lihat ini dan jangan sombong... dess!"
Coa-ong menerima pukulan lawan,
membungkuk dan bertahan dan benar saja ia
memang dapat menerima. Tapi kalau Ji Beng
164 Hwesio tidak bergetar atau bergeming maka
adalah kakek ini yang terhuyung dan mundurmundur, tanda bahwa meskipun kuat ia masih
juga kalah kuat dibanding lawannya!
"Bagus, coba terima lagi, Coa-ong. Pinceng
ingin mengujimu... des-dess!" Coa-ong
terbawa kesombongannya, dipaksa menerima
dua tiga pukulan lagi namun akhirnya ia tak
kuat. Meskipun dapat ditahan tapi pukulan
hwesio itu demikian antep dan membuat
dadanya sesak. Kakek itu marah! Dan ketika
dia berkelebatan lagi dan mainkan Coa-heng-lihoannya (Ular Melatai atau Merayap) maka
kakek itu meliak-liuk dan ular besar di
tangannya mulai dipencet kesakitan dan
menjadi buas. Pertandingan kembali seru
karena sejenak dua orang itu mampu bertahan
lagi, Ji Beng Hwesio kagum. Namun ketika
hwesio ini menambah kekuatannya dan Siang165 ciang-i-san semakin berat menindih maka dua
orang itu terdesak lagi dan Coa-ong maupun
Kwi-bo bergoyang naik turun kakinya tak dapat
menahan gempuran dari bawah karena
pukulan Siang-ciang-i-san selalu mengangkat
tubuh mereka, siap untuk "dipindahkan"!
"Keparat!" Kwi-bo melengking dan menjerit
gusar, "Kurangi pukulanmu, Ji Beng Hwesio.
Atau aku juga akan mengeluarkan puncak
ilmuku!"
"Hm, keluarkanlah," hwesio ini tak menduga
jelek. "Pinceng sudah berkata agar kalian
menyerah baik-baik, Kwi-bo, atau menerima
hajaran berat!"
"Baik, kau lihat ini dan melototlah lebar-lebar!"
Kwi-bo tiba-tiba melakukan gerak tak diduga,
menarik baju luarnya yang seketika
memberebet lebar dan terbeliaklah hwesio itu
166 melihat buah dada si cantik. Kwi-bo tak
berhenti sini saja karena masih sambil menarinari dengan cepat ia merobek pakaiannya satu
demi satu, tak lama kenudian telanjang bulat
dan berteriaklah murid-murid Go-bi melihat itu.
Mereka sudah disuguhi sebuah tarian bugil dan
ternyata Ratu Iblis ini masih memiliki bentuk
tubuh yang aduhai. Perut dan buah dadanya
kencang merangsang. Tentu saja membuat
anak-anak murid melotot. Maklumlah,
betapapun mereka itu laki-laki! Dan ketika Ji
Beng Hwesio juga berseru tertahan dan kaget
sekali, puncak dari Thian-mo-bu ternyata harus
berbugil ria maka Coa-ong tertawa bergelak
melihat perbuatan temannya itu, menjilat
ludah karena iapun terangsang oleh bentuk
tubuh Kwi-bo.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

167 "Heh-heh, bagus dan indah sekali, Ji Beng.
Bagaimana kalau kau berhenti sebentar dan
kita sama-sama menonton.... dess!" pukulan
Coa-ong menyambar, masuk pada kesempatan
yang amat bagus karena Ji Beng Hwesio
terpaku dan terbelalak sejenak, bukan oleh
rangsangan itu karena hwesio setua ini tentu
sudah tak bergairah untuk berurusan dengan
nafsu-nafsu syahwati melainkan tergetar dan
pucat karena di situ banyak murid-murid Go-bi
yang menonton. Para anak murid itu belumlah
kuat untuk melupakan pemandangan seperti
ini. Mereka menelan ludah dan Ji Beng marah
karena beberapa di antaranya menegang tali
celananya. Itu tidak beres! Maka begitu
pukulan Coa-ong membuatnya terkejut dan
hwesio ini mengeluarkan bentakan mengguntur,
suaranya begitu dahsyat hingga Kwi-bo dan
Coa-ong sendiri terpekik maka menyambarlah
lengan hwesio ini ke arah dua orang itu,
168 disusul kemudian kepada anak-anak murid Gobi yang melotot!
**SF**
(Bersambung jilid 3)
Bantargebang, 28-08-2018,16:31
169 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 3
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 3
"ENYAHLAH...!"
Kibasan atau dorongan ujung baju ini hebat
bukan main. Kwi-bo yang sedang menari-nari
dengan silat Thian-mo-bunya tiba-tiba
terlempar dan jatuh ke anak murid, Coa-ong
juga mencelat dan terbanting bergulingan. Tapi
kalau kakek itu berdebuk dan terpekik
pantatnya jatuh duluan, menghantam batu
keras adalah Kwi-bo yang telanjang bulat dan
171 berbugil-ria ini jatuh dan menimpa kepala
anak-anak murid Go-bi. Mereka itu melotot dan
kagum akan tubuh si cantik. Kwi-bo memang
cantik dan menggairahkan, bentuk tubuhnya
itu luar biasa sekali. Bisa kencing berdiri kaum
laki-laki kalau melihat ini. Maka begitu dia
menimpa dan jatuh di sekumpulan anak murid,
dada dan pinggulnya yang indah menimpa dua
kepala anak murid Go-bi maka dua orang anak
murid itu justeru bukannya kesak?tan
melainkan malah menjerit girang dan masingmasing meraba atau meremas tubuh wanita itu,
lupa bahwa di situ ada wakil ketua mereka,
terbakar atau sudah terangsang oleh bentuk
tubuh si Ratu Iblis ini.
"Wah, cihuiii...!"
"Lezat...!"
172 Kwi-bo terkekeh. Dia sendiri menjadi geli
ketika pinggul dan buah dadanya diusap dua
hwesio muda itu. Pekik yang semula ada
sekonyong-konyong berubah menjadi tawa
genit, dua hwesio itu sudah menerima dan
meremas-remas tubuhnya. Tapi begitu dia
berdiri dan dua lelaki itu berebut menyambar
tubuhnya lagi, ingin meremas dan
melampiaskan birahi yang sudah membakar
sekonyong-konyong wanita ini bergerak dan
cambuknya melecut ke kiri kanan.
"Terima kasih, hi-hik... plak-plak!l" dua hwesio
itu menjerit. Mereka roboh dan tiba-tiba putus
lehernya. Rambut Kwi-bo telah membabat dan
tiba-tiba setajam gunting, melecut dan
menyabet dua leher hwesio muda itu sampai
mereka terbanting. Kejadian berlangsung
demikian cepat hingga mungkin dua anak
murid itu sendiri tak merasa kalau sudah
173 melayang ke akherat. Begitu cepatnya! Dan
ketika yang lain menjadi geger dan Ji Beng
berseru keras, marah dan berkelebat melepas
pukulan maka si Ratu lblis itu berjungkir balik
dan mengelak tamparan dahsyat ini.
"Hi-hik, tak usah marah. Mereka memegang
dan meremas-remas tubuhku, Ji Beng. Siapa
saja yang kurang ajar tentu harus menebus
nyawanya.. dess!" pukulan itu menghantam
tanah, dahsyat dan menggetarkan namun si
cantik sudah berpindah ke tempat lain,
terkekeh dan menggoyang-goyangkan
tubuhnya lagi hingga semua laki-laki tiba-tiba
melotot. Pinggul dan buah dada yang
digoyang-goyang itu sungguh membuat mata
serasa melekat. Ada daya hipnotis tinggi atau
sihir yang amat berpengaruh sekali yang
membuat anak-anak murid itu kagum. Mereka
terpesona! Namun ketika hal ini justeru
174 membuat Ji Beng Hwesio gusar dan naik darah
tiba-tiba hwesio itu berkelebat dan
menggerakkan kedua tangannya dari luar ke
dalam mengurung si Ratu Iblis itu, cahaya
berkilat meledak dari sepasang lengan hwesio
ini. "Aihhh..., tolong, Coa-ong. Tua bangka ini
mengeluarkan Lui-kong-toat-beng (Sinar Kilat
Mencabut Nyawa)... blarrr!" pukulan itu
menggetarkan gurun, menggelegar dan
dahsyat dan jauh lebih dahsyat daripada
pukulan pertama tadi. Sinar panas yang
menyertai pukulan ini tiba-tiba membuat
tempat berpijak Kwi-bo hangus, wanita itu
sendiri menjerit dan menjejakkan kakinya
kuat-kuat ke atas, berteriak pada temannya
untuk cepat menolong. Dan ketika Coa-ong
juga terkejut dan melepas satu ularnya,
menghantam dan membokong hwesio itu dari
175 belakang maka Ji Beng yang hendak memapak
turunnya si Ratu Iblis terpaksa membalik dan
menyambut pukulan atau ular si kakek jahat
ini. "Bress-krakk!"
Ular hancur dan Coa-ong sendiri terpelanting.
Kakek itu ditangkis dan serangan gelapnya ini
tak membawa hasil, bahkan dia harus
menyeringai karena tangkisan atau sambutan
si hwesio membuat napasnya sesak! Namun
karena hal itu cukup menolong Kwi-bo, Ratu
Iblis ini meluncur turun dan cepat berjungkir
balik menjauhkan diri maka selanjutnya wanita
cantik itu membalik dan.... menerjang anakanak murid Go-bi, melampiaskan marahnya
didesak Ji Beng Hwesio.
"Kalian melotot tak tahu diri. Daripada
bengong di sini tak mau menolong aku lebih
176 baik kalian enyah. Hayo, roboh dan roboh.....
des-dess!" anak-anak murid dilempar dan
menjerit serta berteriak, tak menyangka dan
tentu saja tersapu bagai daun-daun kering
diamuk wanita ini. Dan ketika Kwi-bo terkekeh
dan berkelebatan lagi, memukul atau
menendang anak-anak murid itu maka dia
menyambar Peng Houw yang terbelalak dan
sejak tadi menjublak di situ.
"Heii, kau. Ayo ikut aku dan kita mengobrakabrik tempat ini... wut!" si bocah berteriak
tertahan, tahu-tahu sudah disambar dan
ditotok si Ratu Iblis ini. Peng Houw hendak
memberontak namun apa daya dia kalah cepat.
Semuanya sudah terjadi dan dibawalah anak
itu terbang memasuki ruangan demi ruangan.
Dan ketika Kwi-bo mengobrak-abrik atau
menghajar siapa saja yang ada di dalam, anakanak murid yang terbelalak dan bengong
177 karena wanita ini masih telanjang bulat maka
Go-bi benar-bena geger dan Coa-ong yang
melihat perbuatan temannya itu tiba-tiba juga
berkelebat dan memasuki ruangan yang lain.
Menjauhkan diri dari Ji Beng Hwesio yang lihai
sambil melampiaskan kemarahan menendangi
apa saja yang ada di situ!
"Heh-heh, bagus, Kwi-bo. Hajar dan ratakan
saja tempat ini. Ji Beng manusia tolol yang
semen?-mena dengan kepandaiannya. Ha-ha,
biarkan dia bingung mengejar satu di antara
kita... brak-brakk!" meja kursi tungganglanggang, disepak atau dihajar kakek ini dan
dua orang itu tiba-tiba sudah memecah diri.
Satu ke timur sedangkan yang lain ke barat.
Dengan begini Ji Beng Hwesio tak dapat
menghadapi mereka berdua dan mau tak mau
harus mengejar satu di antaranya, entah Coaong atau Kwi-bo. Dan ketika hwesio itu
178 terbelalak dan meram-melek, kemarahannya
terbakar lewat pandang matanya maka hwesio
itu tiba-tiba berkelebat dan Beng Kong Hwesio
yang bersila duduk memulihkan tenaga tibatiba ditendang dan dihardik.
"Beng Kong, ini semua gara-gara kau. Kejar
dan tangkap si Kwi-bo, pinceng akan
menghadapi Coa-ong!"
Hwesio tinggi besar itu bergetar. Dia ditendang
dan mencelat tapi masih dalam keadaan bersila.
Susioknya tadi menendang bukan sembarang
menendang melainkan menyentuh pula jalan
darah di atas pinggangnya, jalan darah besar
di mana tiba-tiba aliran darah menjadi lancar
dan deras. Hwesio ini telah kutung sebagian
besar jari-jari tangannya namun masih dapat
bergerak tangkas ketika meloncat bangun.
Susioknya tadi telah memulihkan tenaganya
dengan tendangan di atas pinggang, bergerak
179 dan membuka mata dan dilihatnya kekacauan
di Go-bi itu. Semua ribut-ribut itu memang
sudah didengar tapi karena ia tadi memulihkan
tenaganya maka semua suara-suara itu seakan
lewat saja di telinganya. Beng Kong bergetar
dan terbelalak melihat dua orang hwesio muda
tewas dengan tubuh mengerikan, kepalanya
ditabas. Namun begitu hwesio ini menggeram
dan jelalatan ke timur tiba-tiba dia berkelebat
dan mendengar hiruk-pikuk yang dilakukan
Kwi-bo.
"Keparat!" hwesio itu marah juga, "Jangan
mengacau, Kwi-bo. Berhenti dan jangan
merusak benda-benda Go-bi!"
"Hi-hik!" Kwi-bo menendang dan memanggul
tubuh Peng Houw. "Kau keledai gundul yang
tak tahu terima kasih, Beng Kong. Sudah
ditolong masih juga memaki. Ah, lebih baik
kita berteman dan cari kitab Bu-tek-cin-ong
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
itu... bres-bress!" tujuh anak murid Go-bi
dilempar dan roboh menjerit, tadi menghadang
namun dengan cepat si Ratu Iblis itu bergerak
dan mendahului lawan. Hwesio muda rata-rata
melotot melihat tubuhnya. Dia sengaja
telanjang bulat untuk mengacau perhatian
lawan. Ji Beng tak mampu ditundukkannya
tetapi anak-anak murid pasti bisa. Ratu Iblis
itu t?lah melihat sorot birahi pada hwesio

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hwesio muda itu, sorot ingin melakukan
percintaan dan tentu saja Ratu Iblis itu tertawa.
Dan ketika semua penghadang rata-rata
tertegun dan berhenti sejenak, mereka "silau"
oleh tubuh wanita ini maka Kwi-bo berkelebat
dan robohlah murid-murid Go-bi yang tak tegar
imannya itu. Mereka adalah hwesio-hwesio
muda yang memang kurang terlatih. Bertahuntahun hidup menyendiri dan tanpa wanita
memang mudah membangkitkan keinginan dan
hasrat yang tidak-tidak, apalagi Kwi-bo yang
181 begitu cantik dan mempesona berbugil-ria
mempertontonkan keindahan tubuhnya yang
memang aduhai. Maka begitu mereka
terbelalak dan ini dipergunakan Ratu Iblis itu
untuk menampar atau menendang mereka
maka belasan hwesio tiba-tiba roboh dengan
kepala pecah dan dua di antaranya terloncat
biji matanya oleh pukulan si Ratu Iblis. Entah
oleh pukulan itu atau karena memang
sebelumnya sudah terlalu melotot!
"Keparat!" Beng Kong Hwesio tak tahan lagi,
mengejar namur lawan menyelinap masuk
keluar ruangan. "Berhenti, Kwi-bo. Berhenti
atau pinceng akan membunuhmu!"
"Ihh..!" Kwi-bo terkekeh genit, meloncat dan
berjungkir balik menghindari sebuah serangan
jarak jauh hwesio itu. "Kau terlalu galak, Beng
Kong. Tapi kalau kau ingin main-main
denganku boleh saja. Mari, mendekat dan di
182 sini kita bertanding!" dan Ratu Iblis yang
bergerak dan memutar tubuhnya tiba-tiba
berhenti dan tidak melarikan diri lagi. Pukulan
si hwesio sudah meledak di sampingnya dan
kini hwesio itu berkelebat mengejar. Beng
Kong langsung melepas pukulan lagi ketika
wanita itu membalik. Namun begitu pandang
matanya "silau" oleh bagian-bagian tertentu
dari si cantik itu, Kwi-bo terkekeh, maka
hwesio ini terkesima dan pukulannya
merambat setengah jalan.
"Dess!"
Beng Kong Hwesio terpelanting. Hwesio itu
kaget dan berteriak keras dan Kwi-bo tiba-tiba
menyerangnya. Wanita cantik itu terkekeh dan
rambut di atas kepalanya yang harum dan
indah tiba-t?ba saja melecut dan membalas.
Suaranya meledak-ledak dan repotlah hwesio
itu bergulingan ke sana ke mari. Dan karena
183 lawan bertelanjang bulat sementara dia masih
terguncang oleh bagian-bagian tertentu dari
tubuh si Ratu Iblis itu maka dua lecutan
rambut mengenai pipinya dan Beng Kong
Hwesio seketika mengeluh.
"Prat-prat!"
Hwesio ini terhuyung-huyung. Anak-anak
murid tiba-tiba berdatangan lagi dan
berteriaklah hwesio itu menyerang lawan. Dia
kesakitan dan karena itu bangkit
kemarahannya. Tapi ketika lawan meliuk dan
menari-nari indah, Thian-mo-bu atau Tarian
Hantu Langit dikeluarkan wanita ini maka
semua bengong karena kagum akan gerak
indah yang amat memikat itu.
"Prat-prat!" Beng Kong Hwesio mengeluh lagi.
Untuk kedua kalinya dia menerima hajaran,
terpelanting dan jatuh lagi namun perasaannya
184 sudah tidak keruan lagi. Beng Kong Hwesi?
adalah tokoh yang lihai dan karena itu empat
kali lecutan rambut masih juga dapat
membuatnya bangun, padahal kalau murid lain
pasti tewas dan tinggal nama. Namun karena
dia memiliki beberapa sifat yang kurang baik
dan satu di antaranya adalah suka mengintip
atau mengerling wanita-wanita cantik, hal yang
belum diketahui tetua Go-bi maka begitu
sekarang melihat kepolosan tubuh lawannya ini
hwesio itu panas dingin dan "meremang". Beng
Kong Hwesio terguncang dan karena itu
berkali-kali dia mendesis ditahan. Kalau saja
yang dihadapi adalah Coa-ong dan bukan
wanita ini tentu dia dapat melakukan
perlawanan sengit. Tapi karena yang dihadapi
adalah Kwi-bo dan Ratu Iblis ini terkekehkekeh mempergunakan keindahan tubuhnya,
murid-murid yang lain juga bengong dan
melotot oleh daya pikatnya ini maka Beng
185 Kong Hwesio mengeluh panjang pendek ketika
dihajar jatuh bangun oleh lawannya ini. Kwi-bo
diam-diam kaget dan penasaran juga bahwa
lawan yang sudah terhuyung-huyung ini
mampu juga bertahan, jatuh bangun dan jatuh
bangun lagi. Maka ketika dia tertawa nyaring
dan mendongkol oleh kekuatan lawannya,
murid Ji Leng Hwesio ini memang patut
dikagumi mendadak wanita itu berkelebat
mengelilingi lawan dan tiba-tiba rambutnya
berputaran cepat melilit leher si hwesio.
"Hi-hik, kuat dan bandel. Baiklah, kalau tak
mau diajak baik-baik berkawan denganku
boleh kau roboh, hwesio tengik. Rasakan ini
dan sekarang kau tak dapat bangun lagi...
rrtt!" rambut tiba-tiba membelit dan melilit,
cepat dan luar biasa karena hwesio itu baru
saja bangkit berdiri. Beng Kong masih
terhuyung dan kepalanyapun pening, bukan
186 semata oleh pukulan-pukulan lawan tetapi juga
karena pemandangan itu. Tubuh Kwi-bo
memang terlalu penuh pesona! Maka begitu
rambut membelit dan hwesio ini tercekik tibatiba kaki wanita itu menjejak dan Beng Kong
Hwesio mengeluarkan teriakan tertahan.
"Augh!"
Kwi-bo terkekeh. Jejakan ke dada lawannya itu
membuat tarikan semakin kuat. Beng Kong
Hwesio melotot karena napasnya terhenti,
rambut melilit dan tajam mengiris kulit. Namun
karena dia adalah murid utama dan sinkang
cepat dikerahkan naik maka begitu melotot
tiba-tiba tangannyapun bergerak menarik
rambut itu, membuat lawan tertarik ke depan
dan siap beradu kepala!
"Aiihhhh...!" Kwi-bo tak menyangka. Tindakan
Beng Kong Hwesio memang jitu dan tepat
187 sekali. Hwesio itu hendak mengadu jiwa,
dengan jalan mengadu kepala. Tapi karena
wanita ini tentu saja tak mau dan Kwi-bo
menggerakkan tangan yang lain maka
serudukan atau tumbukan kepala hwesio itu
diterima telapak tangannya.
"Plak!"
Beng Kong Hwesio mengeluh. Hwesio ini roboh
dan terguling pingsan. Di ubun-ubunnya
terdapat cap lima jari yang merah membara.
Dan ketika hwesio itu tak bergerak lagi dan
Kwi-bo melepaskan lilitan rambutnya maka
wanita itu berkelebat dan menggertak muridmurid lain yang akan maju ragu-ragu.
"Hayo, siapa mau mampus. Boleh coba dan
mari menerima tamparanku!"
188 Murid-murid mundur. Mereka gentar dan
akhirnya membiarkan saja wanita itu terkekeh
berkelebat ke ruangan lain. Tapi ketika
beberapa di antaranya membuntuti dari jauh
dan tetap mengganggu wanita itu maka Kwi-bo
melepaskan pukulan jarak jauhnya dan
memasuki ruangan-ruangan lain untuk mencari
kitab Bu-tek-cin-ong, sampai akhirnya tiba di
belakang dan tertariklah wanita itu akan
sebuah ruangan gelap di mana semua murid
yang mengejar tiba-tiba berhenti. Mereka
pucat menjatuhkan diri berlutut menghadap ke
ruangan gelap itu, berseru dan mencegah agar
si Ratu Iblis itu tak memasuki pula ruangan itu,
murid-murid kelihatan marah tapi juga bingung.
Dan ketika wanita ini malah gembira dan
memasuki ruangan terakhir itu, yang ada di
belakang maka Kwi-bo terkekeh dan melesat
ke dalam, gerakannya seperti seekor burung
walet menyambar.
189 "Hi-hik, kalau begitu di sini Bu-tek-cin-ong
berada, keledai-keledai gundul. Biar aku masuk
dan kalian boleh menggonggong di situ!"
Namun baru wanita ini masuk beberapa
tombak mendadak terdengar kesiur angin
dingin menyambar dari dalam, langsung
menyambut atau mendorong wanita itu hingga
Kwi-bo terpekik. Ratu Iblis ini tentu saja
menggerakkan tangannya dan menghantam.
Tapi ketika dia terlempar dan terbanting
terguling-guling, bukan main kagetnya maka
terdengar serun lirih mengusir wanita ini.
"Omitohud, enyahlah, Kwi-bo. Tempat ini tak
boleh dimasuki siapa pun!"
"Keparat!" wanita itu memekik, segera
mengenal suara itu. "Kau kiranya, Ji Leng
Hwesio. Ah, kau jahanam dan aku akan
masuk!" dan Kwi-bo yang meloncat bangun
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dan berjungkir balik menerjang tiba-tiba
kembali masuk dan nekat memenuhi
keinginannya. Namun ketika kembali berkesiur
angin dingin itu dan wanita ini menjerit lagilagi si Ratu Iblis terbanting.
"Aduh, keparat kau, Ji Leng. Tapi aku akan
tetap masuk!"
"Tak boleh," suara itu lirih dan lemah. "Kembali
dan tinggalkan tempat ini, Kwi-bo. Wanita
macam kau tak boleh mengotori tempat ini...
dess!" dan Kwi-bo yang kembali terlempar dan
mencelat terguling-guling akhirnya tujuh kali
didorong dan diterbangkan keluar. Wanita itu
melengking-lengking dan sudah mencoba
untuk membalas atau menghindar. Bahkan,
ketika dorongan terakhir mendorongnya
demikian kuat tiba-tiba dia menjejakkan
kakinya dan berusaha lewat atas, mengira
pukulan itu akan meluncur di bawah namun tak
191 tahunya dari segala penjuru angin dorongan itu
menyambar. Dia membentur tembok tenaga
yang amat dahsyatnya dan tiba-tiba sebuah
totokan jarak jauh bercuit mengenai lututnya.
Dan ketika dia terbanting dan menjerit
kesakitan, lutut serasa hancur maka wanita itu
pucat dan gentar, apa boleh buat bergulingan
menjauh keluar dari kamar atau tempat gelap
itu. "Ji Leng, kau tua bangka keparat. Tak tahu
malu terhadap wanita!"
"Hm!" helaan napas panjang itu lembut dan
sareh. "Pinceng tak ada urusan denganmu,
Kwi-bo. Dan kaupun tahu tak boleh ada wanita
yang masuk ke sinl. Pergilah, atau kakimu
nanti lumpuh semua."
Wanita ini melengking-lengking. Akhirnya dia
meloncat bangun dan terpincang menyambar
192 anak-anak murid yang berlutut. Jalan keluar
memang dipenuhi hwesio-hwesio muda itu.
Dan ketika Kwi-bo melayang dan mengetuk
kepala anak-anak murid itu, yang tak berani
berdiri mendengar adanya suara di kamar
gelap itu maka Kwi-bo tiba-tiba menjerit
karena entah bagaimana kepala anak-anak
murid yang diketuknya untuk dibunuh itu tibatiba keras dan membuat jarinya kesakitan,
mental dan berkeratak.
"Aduh, jahanam Ji Leng Hwesio. Kau tak kenal
kasihan, tua bangka, Awas kau berhutang dua
kali!"
Kwi-bo meluncur dan menangis. Anak-anak
murid tertegun dan tak ada satupun yang tahu
bahwa tadi ketika ketukan atau jari wanita itu
akan menewaskan hwesio-hwesio yang
berlutut maka dari kamar gelap itu menyambar
sepotong "papan" cahaya yang menangkis atau


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

193 menerima ketukan jari si Ratu Iblis itu. Cahaya
ini menyambar demikian cepat hingga tak ada
anak-anak murid Go-bi yang melihat, kecuali si
Ratu Iblis itu sendiri. Dan ketika papan cahaya
itu menangkis dan mementalkan jarinya, yang
kalau diteruskan tentu akan patah sendiri
maka si Ratu Iblis memekik-mekik dan pucat
serta semakin gentar saja. Ji Leng Hwesio
menunjukkan kesaktiannya dan tanpa
memperlihatkan diri ketua Go-bi itu
menyelamatkan murid-muridnya, bukan main
hebatnya. Dan ketika wanita ini meluncur dan
terbang meninggalkan tempat itu, menangis
karena lutut dan jari-jari yang dipakai
mengetuk serasa akan remuk maka suara dari
kamar gelap tiba-tiba terdengar lagi menyuruh
anak-anak murid itu pergi, penuh wibawa.
194 "Kembali dan bekerjalah kalian seperti biasa.
Tolong suheng kalian Beng Kong Hwesio dan
suruh susiok kalian Ji Beng Hwesio ke sini."
"Maaf," seorang murid mencoba menjawab.
"Susiok Ji Beng sedang menghadapi Coa-ong,
suhu. Mungkin sekarang belum selesai dan
menunggu beberapa saat lagi!"
"Urusan di sana sudah selesai, panggil
susiokmu dan jangan banyak bicara lagi!"
"Ba... baik!" dan murid ini yang kaget serta
pucat akhirnya mengangguk-angguk dan
bangkit berdiri memutar tubuhnya, lari dan
menyusul saudara-saudaranya dan mereka
saling berbisik bahwa ketua mereka sekarang
semakin sakti. Kwi-bo yang hebat itu diusirnya
tanpa memperlihatkan diri. Dan ketika murid
itu pucat dan ngeri membayangkan kesaktian
195 ketuanya ini maka benar saja di arah barat Ji
Beng Hwesio juga sudah selesai mengusir Coaong. Tadi, ketika Beng Kong Hwesio diperintahkan
mengejar Kwi-bo maka Ji Beng Hwesio yang
meram-melek dan renta ini mengejar Coa-ong.
Kakek itu mengobrak-abrik ruangan barat dan
menghancurkan apa saja, menyelinap dan
kucing-kucingan dengan hwesio ini yang
mengejar di belakang. Tapi karena Ji Beng
lebih tinggi dan kesaktian hwesio itu mampu
mengatasi Coa-ong maka begitu si kakek
terkekeh dan menghancurkan sebuah arca
singa tiba-tiba hwesio ini berkelebat dari
samping dan melepas pukulan ke kakek ular
itu, yang hendak meloncat dan menyelinap ke
ruangan lain.
196 "Coa-ong, cukup sudah. Pinceng tak mau
kucing-kucingan lagi denganmu dan ini yang
terakhir!"
SI kakek ular terkejut. Dia sedang tertawatawa ketika menghancurkan patung singa itu,
geli karena empat kali, Ji Beng Hwesio harus
kecelik mengejar dirinya, yang berkelebat dan
berputaran di kuil-kuil kecil itu. Maka begitu
lawan tahu-tahu muncul di samping dan
mencegat jalan larinya, yang siap dan akan
memasuki ruangan lain maka kakek itu
terkejut karena pukulan ujung jubah tiba-tiba
telah mendekati dahinya.
"Keparat!" Coa-ong membentak. "Jangan
sombong dan pongah, Ji Beng. Kalau kau
menganggap ini yang terakhir justeru aku
menganggapnya sebagai permulaan.... dess!"
dan kakek itu yang menggerakkan tangan
menangkis ujung jubah tiba-tiba terpekik
197 karena ujung jubah mementalkan tangannya,
pedas dan ngilu dan kakek ini terhuyung
karena kalah tenaga. Wakil ketua Go-bi itu
memang hebat. Dan belum kakek ini
memperbaiki diri tiba-tiba Ji Beng yang gemas
dan marah kepada kakek ini sudah berkelebat
dan menyerang lagi, kali ini ujung jubahnya
yang lain ikut bicara.
"Sekarang pinceng akan menangkapmu!"
hwesio itu jelas gusar. "Menyerah baik-baik
atau kau mampus, Coa-ong. Pinceng tak dapat
membiark?n lagi sepak terjangmu dan terima
ini.... plak-plak!" si kakek ular menjerit, tak
sempat menangkis lagi dan dua pukulan itu
mengenai pelipisnya. Kakek ini terpelanting
dan Ji Beng Hwesio sudah siap meringkusnya.
karena hwesio itu mengejar dan lengan
jubahnya yang panjang tiba-tiba mulur dan
siap menggulung kakek ini, dalam sebuah
198 serangan terakhir. Tapi ketika Coa-ong
membentak dan melepas sepasang ularnya, di
tubuh kakek ini memang banyak
bergelantungan ular-ular berbisa maka dua
ekor ular itu terbang dan menggigit hweslo ini,
bukan di sembarang tempat melainkan
matanya. Dan karena serangan itu jelas
berbahaya karena Coa-ong tahu bahwa
lawannya kebal terhadap gigitan ular-ular
berbisa, kecuali kedua matanya itu maka Ji
Beng Hwesio mengelak dan apa boleh buat
menarik kembali ujung bajunya itu untuk
mengebut dua ekor ular ini.
"Plak!"
Ular-ular itu roboh. Mereka seketika terkulai
dan tewas oleh kebutan ujung jubah wakil
ketua Go-bi ini. Ji Beng Hwesio nenggeram.
Tapi karena kesempatan itu dipergunakan Coaong untuk bergulingan menjauh,
199 menyelamatkan diri, maka kakek itu terbahak
dan tiba-tiba mencabut serulingnya.
"Ha-ha, sekarang aku akan mengadu jiwa, Ji
Beng. Kalau kau benar-benar menghendaki aku
maka akupun juga akan menghendaki
nyawamu. Lihat!" si kakek meniup, cepat dan
melengking-lengking dan sebuah suara aneh
tiba-tiba naik-turun dalam irama seruling itu. Ji
Beng berobah mukanya karena tiba-tiba dari
empat penjuru terdengar suara mendesis-desis
dan ratusan ular muncul, cepat sekali, seperti
siluman. Dan ketika hwesio itu terbelalak
karena tempat itu tahu-tahu sudah dikepung
ratusan binatang melata ini, besar kecil dan
berwarna-warni maka ular yang di tubuh Coaong juga merayap turun dan menggeleser
cepat menuju ke hwesio Go-bi ini. Menyerang!
"Ha-ha, rasakan, Ji Beng. Bunuh mereka itu
kalau ingin selamat!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Terkutuk!" Sang hwesio berkelebat dan
mengebutkan jubahnya ke kiri kanan. "Kau
licik dan jahat, Coa-ong. Pinceng tak boleh
membunuh banyak nyawa hanya untuk dirimu
seorang. Minggir, singkirkan ular-ularmu ini!"
Namun ular-ular itu menyerbu kembali. Tujuh
yang pertama yang dikebut hwesio ini tidak
mati. Ji Beng sudah merasa cukup dengan
membunuh yang dua tadi, yang dilepas Coaong dan menyambar matanya. Dan karena
binatang-binatang itu hanya alat bagi si Raja
Ular ini dan mereka menyerbu mengikuti irama
suling, yang naik turun dan berirama ganas
maka hwesio ini menjadi sibuk karena Coa-ong
yang dikejar selalu berloncat-loncatan dan
menghindar tak mau didekati, jauh di balik
ularnya itu.
"Ha-ha, ayo, Ji Beng. Hadapi dulu anak-anakku
itu dan nanti kita mengadu kepandaian lagi!"
201 "Keparat! Kau keji dan curang, Coa-ong. Tapi
pinceng tak akan membunuh mereka ini. Lihat,
pinceng akan mengusir mereka.... prat!" dan
ketika hwesio itu menggecek dua batu hitam
yang tiba-tiba mengeluarkan api maka hwesio
ini sudah menyambar ranting kering dan
membakar ranting itu. Lalu ketika ular terkejut
dan suara suling juga berhenti, Coa-ong
terkejut dan membelalakkan mata maka Ji
Beng Hwesio sudah menyambar atau meraup
daun-daun kering untuk akhirnya dilempar ke
arah sekumpulan ular-ular itu, setelah dibakar.
"Nah," hwesio itu melihat ular membalik dan
lintang-pukang, ketakutan melihat api.
"Pinceng tak perlu membunuh mereka, Coaong. Sekarang ikut aku dan pinceng tangkap!"
Si Raja Ular memekik. Dia meniup lagi
sulingnya dengan gencar namun tiba-tiba
pukulan jarak jauh dilepas Ji Beng Hwesio.
202 Wakil Go-bi itu tak memberi kesempatan si
Raja Ular untuk memperbaiki posisi ularnya,
melepas serangan dan yang dituju adalah
suling, bukan pemiliknya. Dan ketika suling
hancur dan pecah berkeping-keping, ular
sudah saling gigit dan panik disambar api maka
Coa-ong berjungkir balik dan turun dari pohon,
karena tadi kakek itu nongkrong di sana. Tapi
begitu Ji Beng berkelebat dan melepas pukulan
lagi, ular sudah ceral-berai maka kakek ini
melengking dan menangkis.
"Dukk!"
Kakek itu terpental. Ji Beng memang hebat
dan wakil ketua Go-bi ini berkelebat lagi
melancarkan pukulan. Coa-ong sibuk dan
memaki-maki. Dan ketika anak-anak murid
datang berlarian dan menggebah ular-ular itu,
mereka akhirnya menyusul dan melihat wakil
ketua mereka ini maka tanpa disuruh mereka
203 tahu apa yang harus mereka lakukan, yakni
menyerang ular-ular itu dengan api. Ular
memang takut dengan api. Dan ketika Coa-ong
terpental dan selalu kalah kuat dengan hwesio
Go-bi ini, memekik dan memak?-maki tiba-tiba
kakek itu melepas ular besar yang melilit di
lehernya untuk kemudian diputar dan
menghantam Ji Beng Hwesio, yang sudah
mendesaknya sedemikian hebat.
"Keparat, keledai gundul busuk. Terimalah dan
mampuslah bersama ularku!"
Ji Beng mengelak. Dia tak mau membunuh
mahluk hidup lagi namun ular itu ternyata ular
istimewa, atau mungkin si Raja Ular
menggerakkannya sedemikian rupa hingga
ketika si hwesio mengelak mendadak ular ini
meliuk, tepat sekali memagut ujung hidung.
Dan karena ular itu juga membuka mulutnya
dan bau tak sedap keluar dari situ, amis dan
204 busuk maka Ji Beng menggerakkan tangannya
dan apa boleh buat dia mengebut kepala ular
yang seketika hancur.
"Prakk!"
Coa-ong terbahak tapi juga merintih. Tiga ular
kesayangannya tewas dan kakek itu berjungkir
balik ke belakang, lari dan menerjang muridmurid Go-bi yang mulai mengurung. Dan
karena mereka jelas bukan tandingan kakek ini
sementara Beng Kong Hwesio dan Lu Kong
Hwesio tak ada di situ, Lu Kong bahkan tewas
oleh kelicikan kakek ini, maka murid-murid
terpelanting dan sebagian bahkan sudah
melempar tubuh bergulingan ketika si Raja
Ular datang.
"Awas...!"
205 Peringatan itu cukup. Coa-ong terkekeh dan
sebentar saja keluar dari kepungan. Hwesiohwesio muda menyibak sementara Ji Beng
baru saja menangkis serangan ular dan
tertegun di sana. Tapi ketika Coa-ong terbang
dan meninggalkan tempat itu, memaki-maki
maka hwesio itu juga bergerak dan meluncur
mengejar lawan.
"Berhenti, jangan pergi seenak ini!"
Dua orang itu berkelebat seperti iblis. Mereka
lewat begitu cepat di antara murid-murid yang
ada di kiri kanan, wakil Go-bi itu marah bukan
main karena setelah mengacau tiba-tiba saja
kakek ini pergi, begitu enak! Namun ketika Ji


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beng meluncur dan terbang di pintu gerbang,
kebetulan bertemu dengan murid-murid yang
baru saja bertemu ketuanya maka hwesio
muda yang tadi menjawab perintah Ji Leng
Hwesio tiba-tiba berseru,
206 "Susiok, suhu memanggilmu. Kwi-bo juga
sudah diusir keluar dan Beng Kong suheng
terluka!"
Ji Beng tertegun. Ser?an atau panggilan itu
membuat dia berhenti. Coa-ong terkekehkekeh dan lenyap di sana, murid-murid Go-bi
malang-melintang ?ikibas kakek ular itu. Dan
ketika hwesio ini mendesah dan kecewa, ketua
Go-bi memanggilnya maka tiba-tiba kakek itu
mencabut sebatang rumput dan
melemparkannya ke arah Coa-ong yang sudah
hampir lenyap di bawah batu karang.
"Coa-ong, kau beruntung. Pinceng menyesal.
Tapi pinceng titip ini untukmu!"
Si Raja Uiar menjerit. Cepat melebihi anak
panah melesat sekonyong-konyong sebatang
rumput itu menyambar lawan. Coa-ong tak
menyangka dan terkekeh-kekeh karena Ji Beng
207 berhenti di pintu gerbang, dipanggil ketuanya.
Maka begitu lengah dan rumput menancap
bagai anak panah, tembus dan dalam tiba-tiba
kakek itu terpelanting namun Coa-ong sudah
meloncat bangun dan melarikan diri lagi. Kakek
itu memaki dan melotot sejenak untuk
akhirnya lenyap meninggalkan lawannya. Ji
Beng Hwesio tampak termangu-mangu di pintu
gerbang. Dan ketika Raja Ular maupun si Ratu
Iblis tak ada lagi, murid-murid terpaku namun
segera menolong yang luka atau tewas maka Ji
Beng berkelebat dan murung menghadap
suhengnya. Hari itu Go-bi mendapat celaka
dan semua orang bersedih. Rata-rata
menunjukkan rasa duka yang dalam tapi
beberapa murid malah ada yang bersinar-sinar
matanya, bukan marah oleh kejadian ini
melainkan terbayang dan tertuju ingatannya
kepada tubuh si Ratu Iblis yang aduhai. Mereka
itulah murid-murid yang tergetar berahinya
208 dan mulai runtuh. Kwi-bo telah merangsang
hwesio-hwesio muda untuk berpikiran cabul.
Dan ketika murid-murid yang ini pergi dan
menyelinap diam-diam, ingin mencari dan
memuaskan hasrat berahinya kepada wanita di
luar maka Kwi-bo sendiri terkekeh dan sempat
menyambar seorang hwesio muda!
**SF**
"Hi-hik, turun dan berhenti di sini!" Kwi-bo
melempar hwesio itu dan juga Peng Houw.
Wanita ini telah memulihkan jari dan lututnya,
diam-diam gemas kepada Ji Leng Hwesio
namun juga gentar bahwa ketua Go-bi yang
sakti itu masih juga hebat. Kalau saja tak
tertarik untuk mencari Bu-tek-cin-keng itu tak
mungkin dia ke Go-bi. Sialan, dua kali dia
menelan kekalahan. Tapi terkekeh dan
bersinar-sinar memandang hwesio muda itu,
yang sejak tadi melotot dan menggigil
209 memandangi tubuhnya wanita ini lalu
membebaskan totokan dan menendang hwesio
itu agar bangun berdiri.
"Bangun.... bangun. Jangan melotot saja dan
ikuti perintahku!"
Si hwesio muda ketakutan. Dia dirangsang
berahi tapi juga gentar menghadapi si Ratu
Iblis ini, yang dapat bersikap demikian kejam
dan ganas. Tapi melihat wanita itu terkekeh
dan sikapnya ramah, mulut dan deretan gigi
yang putih bersih itu membuatnya terpesona
maka dia menyeringai dan menjatuhkan diri
berlutut agar si Ratu Iblis tak membunuh.
"Ampun, locianpwe tentu tak akan
membunuhku. Apa yang hendak kau
perintahkan, locianpwe? Apa yang harus
kulakukan?"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Hi-hik, aku ingin kau berdiri dan tidak berlutut
begini. Kau kusuruh bangun, dan jangan
menyebut aku locianpwe (orang tua sakti).
Apakah aku sudah tua bangka dan tidak cantik?
Kau menghina dan mlnta kuhajar? Ayo bangun,
jangan berlutut.. plak!" rambut si Ratu Iblis
menyambar, langsung membelit dan menarik
leher hwesio muda itu hingga menjerit
terangkat. Hwesio ini tersentak dan seketika
melayang ke arah lawannya. Dan ketika Kwi-bo
menangkap dan mencengkeram pundaknya
maka hwesio itu kembali menggigil dan
ketakutan.
"Ampun.... ampun... aku salah!"
"Nah, bagaimana kau menyebutku?"
"Dewi Jelita..., kouwnio (nona) yang baik!"
211 "Hi-hik, bagus. Tapi aku lebih senang ?ipanggil
Kwi-bo (Biang lblis). Hayo, sebut Kwi-bo dan
tatap mataku!"
Hwesio itu pucat. Dia mengangkat mukanya
dan menatap wajah si Rat? Iblis. Mula-mula
ketakutan tapi senyum si cantik tiba-tiba
menggetarkan hatinya. Kwi-bo tertawa dan
tawa itu bukan main manisnya. Ah, hwesio itu
menelan ludah, tersenyum! Dan ketika Kwi-bo
juga tersenyum dan melepaskan
cengkeramannya maka hwesio itu ditanya
namanya.
"Kau murid ke berapa di Go-bi. Siapa
namamu!"
"Aku... aku Hi Ceng Hwesio...."
"Hush, di sini tak ada hwesio, Hi Ceng. Kau
pemuda tampan yang tak pantas menjadi
212 hwesio. Kau sekarang adalah sahabatku. Kau
murid ke berapa!"
"Aku.... aku murid tingkatan lima..."
"Hm, rendah sekali. Pantas! Apakah kau masih
ingin tinggal di Go-bi? Apakah kau tak ingin
menjadi sahabat atau muridku?"
Si hwesio tertegun.
"Jawab!" Kwi-bo terkekeh. "Apakah kau tak
suka kepadaku, Hi Ceng. "Apakah kau tak ingin
menjadi kekasih atau muridku!"
"Kek.... kekasih?"
"Ya, kau ingin, bukan? Bukankah kau tak
lepas-lepas memandang tubuhku? Hm, Ji Leng
Hwesio telah mengusir aku dengan cara
menyakitkan. la melempar pakaianku dan tak
menggantinya dengan pakaian utuh. Ini harus
213 dibalas. Aku akan menghajarnya kelak tapi
sekarang kau betulkan dulu letak kancing
bajuku ini. Lihat, kancingnya lepas sebuah!"
Kwi-bo menarik atau menyingkap kancing
bajunya itu, memperlihatkan pakaiannya yang
sobek-sobek dan tentu saja hwesio muda ini
melotot dan serasa berhenti napasnya melihat
Kwi-bo memperlihatkan buah dadanya, tanpa
malu-malu dan mencuatkannya begitu saja.
Bukan main! Dan ketika hwesio itu terbelalak
dan melotot lebar, Kwi-bo terkekeh dan
menarik kepalanya maka disuruhnya hwesio
muda itu membetulkan letak bajunya.
"Kau selalu melotot ke sini. Jangan takut,
sentuh dan pegang sesukamu tapi betulkan
kancing bajuku ini. Mau?"
"Mmma... mau!"
214 "Nah, mulai. Tapi kau harus membersihkan
seluruh tubuhku dengan pakaianmu itu!"
"Apa?"
"Hi-hik, artinya lepas seluruh pakaianmu itu
dan bersihkan tubuhku dengan itu, Hi Ceng.
Baru setelah itu kau boleh pegang-pegang
sesukamu!"
"Ah, jadi aku...."
"Ya!" si Ratu Iblis memotong, terkekeh."Kau
boleh bercinta denganku, Hi Ceng. Tapi kau
harus membersihkan dulu semua tubuhku. Nah,
mulai dan lepas pakaianmu, buang jubah
hwesio itu!"
Hi Ceng melonjak. Bagai harimau mendapat
kelinci gemuk tiba-tiba saja dia mendengus
dan berjingkrak melepas pakaiannya. Kwi-bo
215 meraih lehernya dan memberi sebuah ciuman
nikmat, sekejap saja dan sudah dilepas
kembali namun si hwesio sudah merasa
diterbangkan. Dia mabok dan tertawa gembira.
Dan karena hwesio ini memang murid Go-bi
yang lemah imannya, tergiur dan sudah
tersentak oleh janji yang melambungkan
sukma itu maka begitu ciuman mendarat dan
dilepas lagi tiba-tiba dia sudah melepas seluruh
pakaiannya dan menubruk lawannya dengan
sikap tak sabar. Dia tahu bahwa Kwi-bo mainmain dengan kancing bajunya itu, bukan
disuruh membetulkan melainkan justeru
disuruh melepaskan. Hal yang membuat
hwesio muda ini gembira. Tapi begitu dia
menubruk dan menerkam wanita ini, gejolak
berahinya membakar sampai ke ubun-ubun
kepala tiba-tiba terdengar jeritan ngeri ketika
tangan Kwi-bo bergerak ke bawah dan
216 menerkam anggauta rahasia murid Go-bi itu,
membetot atau menariknya copot.
"Hi-hik, kau muda dan kuat, Hi Ceng. Tentu
kejantananmu akan membuatku semakin awet
muda.... crott!" Sesuatu terlepas dari tubuh
hwesio muda itu, disusul jatuh atau
berdebuknya murid Go-bi ini. Dan ketika Kwibo terkekeh dan menggerakkan jarinya yang
berlepotan darah, menelan sesuatu seperti
harimau rakus menikmati daging segar maka
Peng Houw yang terbelalak dan tertotok urat
gagunya tiba-tiba pucat dan roboh pingsan!
Anak ini tadi dibebaskan Kwi-bo namun lutut
dan urat gagunya ditotok. Dia dilempar ke
sudut dan tentu saja menonton semua
kejadian itu. Kalau saja Peng Houw dapat
mengeluarkan suara tentu dia berteriak-teriak
dan memaki Hi Ceng Hwesio itu. Hwesio muda
ini adalah satu di antara tukang kebun, murid
217 tingkatan lima dan Peng Houw sendiri sejak
dulu sudah kurang suka. Hwesio ini suka
menjitak dan mengganggunya. Tapi begitu
Kwi-bo membunuhnya dan Peng Houw melihat
apa yang dilakukan si Ratu Iblis ini, membetot
bagian tubuh Hi Ceng Hwesio dan menelannya
sebagai jamu kuat, hal yang membuat anak itu
hampir muntah-muntah dan tak tahan maka
Peng Houw akhirnya roboh dan jijik serta muak
oleh keganasan atau kekejian si Ratu Iblis ini.
Kwi-bo terkekeh dan meneruskan mengunyah
makanan itu sampai habis, tak perduli kepada
Peng Houw namun akhirnya membersihkan
bibir dengan jilatan-jilatan ujung lidahnya.
Mulut dan lidah wanita ini bergerak-gerak
seperti mulut atau lidah ular. Namun karena
mulut dan lidah wanita itu berlepotan darah,
padahal dia mengunyak dan membersihkan itu
sambil tertawa-tawa maka wanita ini terasa
sungguh lebih menyeramkan daripada ular.
218 Kwi-bo benar-benar patut dijuluki Biang Iblis
karena dia memang benar-benar iblis. Iblis
wanita meskipun dia cantik jelita! Dan ketika
waniitu selesai membersihkan mulutnya dan
mayat Hi Ceng Hwesio terkapar di situ, tak
diperdulikan, mendadak terdengar tawa dan
tepuk tangan seorang anak.
"Bagus... bagus. Kau telah menunjukkan
kehebatanmu, locianpwe. Dan kau tentu
sedang melatih ilmumu Bin-siauw-kwi
(Mempercantik Diri)!"
Kwi-bo terkejut. Dia menoleh dan seketika
menengok ke atas karena tahu-tahu Chi Koan,
anak itu, nongkrong dan bertepuk tangan di


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas batu karang. Batu itu tinggi dan wanita ini
tertegun bagaimana si anak dapat duduk di
situ, tanpa bantuan orang lain. Tapi begitu
sadar dan terkekeh mencelat mendadak Ratu
219 Iblis ini menyambar dan menarik anak laki-laki
itu. "Hi-hik, kau, Chi Koan. Ih, mengejutkan saja
tapi aku kagum kepadamu!"
Namun Ratu Iblis tersentak. Chi Koan yang
disambar dan diraihnya mendadak lenyap ke
bawah, seperti ditarik atau dihentak seseorang.
Dan ketika wanita itu tiba di atas dan
berjungkir balik di sini, mau tak mau berseru
marah maka sebuah tangan kurus tahu-tahu
menjulur dan mencengkeram buah dadanya,
dari balik batu karang itu.
"Plak-dess!"
Si Ratu Iblis terpental meluncur ke bawah. Dia
tak menyangka serangan itu tapi sudah
menangkisnya dengan pekikan kaget.
Seseorang muncul dari balik batu karang itu
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dan terkekeh-kekeh menyerangnya, langsung
saja mencengkeram buah dadanya. Tapi
karena dia mementalkan serangan itu
meskipun diri sendiri juga terlempar dan
berjungkir balik maka wanita ini melotot
melihat seorang kakek tinggi kurus berkelebat
dan berdiri di depannya. Kakek yang seperti
batang bambu!
"Heh-heh, kau tangkas dan masih
mengagumkan, Kwi-bo. Dan tubuhmu, hmm....
masih menggiurkan dan penuh pesona!"
"Keparat!" Si Ratu Iblis melengking. "Kau
kiranya, Tiok-jin-mo (Hantu Bambu). Sungguh
membuat kaget dan gusar. Kau lancang dan
kurang ajar, berani benar mau meremas-remas
buah dadaku.... tar-tar!" dan rambut yang
bergerak dan menjeletar nyaring tahu-tahu
telah menyerang dan menyambar kakek ini.
Tiok-jin-mo terkekeh dan tubuhnya yang tinggi
221 kurus itu meliuk seperti bambu, ajaib, tahutahu luput menerima serangan ganas itu. Dan
ketika Kwi-bo melengking dan menyerang lagi,
bergerak dan menjeletarkan rambutnya yang
berobah bagai ribuan kawat baja maka kakek
itu tertawa parau menggerakkan kedua
tangannya, menghalau.
"Heh-heh, tak usah berang tak usah geram,
Kwi-bo. Kita sama-sama anggauta Tujuh
Siluman Langit dan sama-sama memusuhi
keledai-keledai gundul Go-bi... plak-plak!"
kakek dan Ratu Iblis itu sama-sama tergetar,
hendak dilanjutkan dengan satu tamparan
miring namun Tiok-jin-mo sudah menangkap
lengan lawannya itu. Dan ketika kakek ini
terkekeh dan berputar ke belakang, tak mau
diserang lagi maka kakek yang seperti batang
bambu itu menuding.
222 "Lihat, anak ini bersinar-sinar memandangmu.
Katanya kau yang menjadi gara-gara dari
semua keributan di Go-bi dan kini ingin ikut
kita!"
Kwi-bo menghentikan pukulannya. Dia
terbelalak memandang Chi Koan karena anak
itu memang berseri-seri memandangnya,
matanya penuh kagum tapi juga nakal,
menembus pakaian dalamnya dan Ratu Iblis ini
merasa betapa pandangan anak laki-laki itu
"menggatalkan" bagian yang dipandang. Dan
ketika ia tertegun tap? terkekeh, berkelebat
dan menyambar anak itu maka Ratu lblis ini
menyesapkan kepala anak itu ke buah dadanya.
"Hi-hik, kau seperti laki-laki dewasa, Chi Koan.
Pandang matamu sudah mampu menggetarkan
berahi. Ih, daripada dinikmati Tiok-jin-mo lebih
baik kau saja yang masih segar dan murni ini,
hi-hik..!" Chi Koan dibenam-benamkan di buah
223 dada wanita itu, diremas dan diciumi
tengkuknya dan Chi Koan sendiri tertawa
menggigit benda yang empuk kenyal itu. Anak
ini sendiri masih belumlah dewasa namun
gairah atau nafsu itu sudah muncul, meskipun
belumlah sesempurna laki-laki matang. Dan
ketika sambil tertawa dia menggigit dan
membuat lawannya kegelian, Kwi-bo terkek?h
dan menjerit tertahan maka anak itu dilempar
dan ditepuk pantatnya.
"Ih, kau ngawur, belum bisa! Hi-hik, ke sana,
anak manis. Biar kutunggu kau sampai dewasa
dan lihat kakek siluman itu melotot!"
Chi Koan tertawa. Tiok-jin-mo memang
melotot karena yang mendapat
"keberuntungan" itu bukanlah dirinya,
melainkan si bocah. Namun terkekeh dan
mengusap-usap mulutnya dengan tanda kotor
kakek ini berseru,
224 "Wah, tak perlu melotot. Kalau kau tak mau
memberi tak mungkin aku harus memaksa,
Kwi-bo. Kau memang menarik dan
menggairahkan namun seperti mawar berduri.
Heh-heh, aku tak perlu iri kepada anak ini!"
"Hm!" Ratu Iblis bersinar-sinar, bertolak
pinggang. "Sekarang katakan apa maumu dan
kenapa ada di sini, Jin-mo. Mana teman-teman
kita yang lain dan apa yang kau cari di sini!"
"Heh-heh, aku mendengar tentang Bu-tek-cinkeng..."
"Wut!" si Ratu Iblis berkelebat, tiba-tiba
menusukkan dua jarinya. "Dari mana kau tahu?
Siapa yang memberi tahu? Bedebah, kau tajam
pendengaran, Jin-mo. Namun kau mampus
kalau coba-coba merampas kitab itu dari
tanganku.... plak-plak!" dan si kakek yang
mengelak dan terpaksa menangkis serangan
225 ini tiba-tiba tertawa parau ketika mementalkan
serangan, mau diserang lagi namun buru-buru
mengangkat tangan tinggi-tinggi. Hantu bambu
itu berseru agar Kwi-bo tidak menyerangnya.
Dia tahu itu dari Coa-ong. Dan ketika Kwi-bo
terbelalak dan menghentikan serangan, mata
berkilat berbahaya maka Tiok-jin-mo
memberikan penjelasannya.
"Coa-ong telah memberi tahu kepadaku dan
juga teman-teman yang lain tentang kitab
rahasia dari Go-bi ini. Aku datang dan kini ada
di sini. Tapi karena kulihat Ji Beng Hwesio dan
suhengnya itu masih terlalu lihai maka aku
menonton saja kekalahan kalian dan
menunggu di sini."
"Keparat! Coa-ong memberi tahu kepada yang
lain-lain juga? Jahanam tua bangka itu
memberitahukan kepada semuanya?"
226 "Benar, dan kau tak perlu marah, Kwi-bo. Kan
kita sama-sama sahabat. Ada rejeki harus
dibagi ada derita dipikul bersama.."
"Terkutuk!" Si Ratu lblis itu berkelebat dan
melengking-lengking. "Kubunuh dia, Jin-mo.
Tunjukkan padaku di mana ular siluman itu!"
"Dia di balik bukit itu, istirahat..."
"Ah, akan kulabrak dan kucari dia!" dan Kwi-bo
yang marah dan melupakan Peng Houw tibatiba terbang dan meluncur ke tempat yang
ditunjukkan temannya, lupa atau tak perduli
kepada anak itu dan tiba-tiba Hantu Bambu
inipun menyeringai aneh. Dia melihat
bayangan lain dari arah yang berbeda. Dan
ketika Chi Koan mengerutkan kening dan heran
memandang kakek itu, yang memberi tanda
agar dia diam maka muncul dan berkelebatlah
bayangan Coa-ong, kakek yang mendesis-desis
227 menahan rumput "hebring" yang masih
menancap di pundaknya.
"Keparat, bedebah jahanam. Kau di sini, Jinmo? Melotot dan tidak segera menolongku?
Aduh, Ji Beng si keledai gundul sungguh
kurang ajar. Dia menyakiti dan menancapkan
benda ini ke pundakku. Tolong cabut atau
kusuruh ular-ularku mengeroyokmu!"
"Heh-heh, datang-datang main ancam? Wah,
tanganku sedang kaku, Coa-ong. Coba suruh
anak itu mencabutnya dan biar aku
mempersiapkan biji-biji bambuku.... trik-trik!"
seperti sulapan atau sihir saja tiba-tiba Tiokjin-mo mengeluarkan puluhan lidi-lidi bambu
yang diketrik-ketrikkan di antara jari-jarinya,
suaranya aneh dan menyakitkan telinga dan
Chi Koan yang terbelalak tiba-tiba tertegun
karena dua biji bambu tiba-tiba terloncat dan
menyambar pundak Coa-ong. Kakek itu
228 berkata biarlah Chi Koan yang mencabutnya
tapi bambu atau sepasang lidi bambu itu
sekonyong-konyong melejit dan terbang ke
pundak si Raja Ular ini. Di situ masih ada sisa
rumput yang menancap ke dalam daging, Coaong mencabutnya namun rumput itu patah di
tengah jalan. Dan ketika kakek ini terkejut tapi
tertawa lebar, Tiok-jin-mo menggerakkan
sepasang biji bambunya maka bambu itu tibatiba menusuk dan menjepit batangan rumput
yang menancap di dalam daging ini. Lalu
begitu mereka "meloncat" dan keluar dari
pundak yang luka maka biji bambu itu terbang
dan menyambar kembali ke arah Tiok-jin-mo,
sudah menjepit atau membawa sisa rumput
bekas lontaran Ji Beng Hwesio.
"Ha-ha, mereka mau kuperintah, Coa-ong.
Syukur dan terima kasih. Tapi kau harus
membalas budi baikku!"
229 Coa-ong tertawa bergelak. Dia tahu watak
aneh dari rekan-rekannya ini, merogoh
kantung baju dan mengeluarkan sesuatu. Dan
ketika sesuatu itu dilemparkan kepada Jin-mo
dan Hantu Bambu itu menangkapnya maka
seekor ular warna merah digigit dan dikunyah
kakek itu, mentah-mentah.
"Ha-ha, kau doyan ular segar, Jin-mo. Biarlah
kuberikan ang-tok-coaku kepadamu. Tentu kau
akan girang karena kebal racun!"
"Hmm... kries-kriyess!" Jin-mo mengunyah dan
meram-melek menikmati ular merah itu,
tampak nikmat. "Kau betul, Coa-ong. Aku ingin
semakin kebal racun meskipun tak takuti
segala ular-ularmu itu."
"Ha-ha, kau memang sombong. Kalau kau
ingin kebal racun seperti aku maka setiap hari
kau harus sarapan ular-ular cobra, dan kau tak
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
mungkin dapat menikmati itu. Karena kau tak
pandai memanggil ular!"
"Benar, tapi kalau setiap hari ada kejadian
begini dan kau menerima pelajaran dari Ji
Beng Hwesio tentu perutku kenyang. Heh-heh,
terima kasih, Coa-ong. Tapi anak ini mengilar
melihat makananku. Biar kuberi dia sedikit dan
tak usah pelit membagi-bagi rejeki... krek!"
Jin-mo menggigit putus sebagian leher ular,
tertawa dan menyerahkannya kepada Chi Koan
dan anak itu terkejut karena tiba-tiba disodori.
la terbelalak dan memang mengamati kakek
itu menikmati ular mentah, rasanya kok seperti
enak! Maka begitu ?isodori dan Chi Koan
terkejut, Jin-mo tertawa dan tahu-tahu
menjejalkan ular itu ke mulutnya maka anak
ini muntah-muntah dan memaki, kalang-kabut.
231 "Keparat, tua bangka sialan. Aku tak sudi
menerima makananmu, Jin-mo. Hayo makan
sendiri atau aku menghajarmu!"
"Ha-ha, anak yang pemberani!" Jin-mo tertawa
aneh, bergerak dan sudah menangkap anak ini.
"Semakin kurang ajar semakin aku suka,


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bocah. Coba telan lagi dan yang ini tentu
enak!" Chi Koan tiba-tiba berteriak, meronta
namun ditotok dan mendadak sepotong hati
yang berlepotan darah dijejalkan ke mulutnya.
Dan ketika Jin-mo mengurut dan menekan
bawah rahangnya maka anak itu jatuh
terduduk dan ular mentah itu sudah memasuki
perutnya.
"Huakk!" Chi Koan muntah-muntah, marah
bukan main. Meloncat bangun. "Kubunuh kau,
Jin-mo. Kurajang hatimu nanti. Terkutuk,
bedebah...!" dan si anak yang menerjang dan
membabi-buta menyerang kakek itu akhirnya
232 menjadi permainan Jin-mo yang berloncatan
dan mengelak ke sana ke mari. Kakek itu
berkelebat dan tiba-tiba malah lenyap, Chi
Koan tertegun. Namun ketika dia menoleh ke
kanan kiri tiba-tiba belakang lututnya diketuk
orang dan iapun roboh. Itulah perbuatan Jinmo dan anak itu naik pitam, membalik dan
menerjang lawan dan jadilah Jin-mo diserang
habis-habisan. Dan ketika kakek itu terkekehkekeh dan menjewer atau menjentik telinga
anak ini, Chi Koan kesakitan dan pedas
kulitnya maka terdengar seruan dan bentakan
dari kanan.
"Bagus, serang dan bunuh mereka ini, Chi
Koan. Kubantu kau menghajar Coa-ong!" dan
Peng Houw yang sadar dan siuman membuka
mata, terbelalak dan tertegun sejenak melihat
itu tiba-tiba meloncat bangun dan menerjang si
Raja Ular. Peng Houw tak tahu siapa kakek
233 yang satunya itu namun melihat temannya di
situ tiba-tiba ia besar hati dan menerjang
kakek ini. Coa-ong terkejut tapi mendengus
pendek, rasa tak senangnya tiba-tiba muncul
karena Peng Houw tak sesimpatik Chi Koan.
Anak ini selalu memusuhi dirinya dan karena
dia telah membunuh Lu Kong Hwesio maka
tentu saja anak itu lebih benci kepadanya
daripada yang lain, Kwi-bo umpamanya. Maka
begitu mengelak dan menggerakkan kakinya
tiba-tiba kakek ini menendang Peng Houw
sampai mencelat.
"Kau anak setan, pergilah!"
Peng Houw menjerit. Ia terbanting dan
berteriak tapi menerjang lagi. Kakek itu
memang amat dibencinya. Tapi karena Coaong bukan tandingannya dan kakek itu terlalu
lihai maka empat kali dia bergerak empat kali
itu pula Coa-ong menendang dan membuatnya
234 mencelat. Peng Houw kesakitan tapi semangat
dan keberanian yang besar membuat anak itu
selalu bangun lagi, menyerang dan menyerang.
Dan ketika Coa-ong jengkel karena Peng Houw
betul-betul nekat, matanya berkilat ingin
membunuh maka kakek itu membentak dan
sekonyong-konyong jarinya menusuk.
"Tak tahu diri, bandel dan kurang ajar. Baiklah
kuantar menyusul gurumu, bocah. Iringi Lu
Kong Hwesio ke neraka!"
Tapi ketika kakek itu menusukkan jarinya dan
Peng Houw terancam bahaya maut, dahi anak
itu akan tertusuk bolong tiba-tiba menyambar
empat lidi bambu menyambar dua jari kakek
ini. "Heh-heh, tak perlu gusar. Anak dengan anak,
Coa-ong. Yang tua dengan yang tua. Jangan
dibunuh dan biarkan mereka ini diadu... prat!"
235 empat lidi itu mengenai jari-jari Coa-ong,
hancur dan terpental tapi Coa-ong pun
terhuyung menerima serangan Jin-mo. Hantu
Bambu itu nencegahnya dan Peng Houwpun
selamat. Tapi karena si kakek marah dan
menggerakkan kakinya maka Peng Houw
terbanting oleh sebuah sapuan miring.
"Dess!"
Anak itu mengeluh tak segera dapat bangun
berdiri. Coa-ong menendangnya amat keras
dan Peng Houw menangis, bukan karena takut
melainkan saking marahnya menahan sakit.
Kakek itu kejam! Tapi ketika Jin-mo berkelebat
dan mengurut kakinya, sembuh dan berdiri
dengan mata menyala maka Chi Koan
disambar kakek ini dan diadu dengan Peng
Houw.
236 "Kau bicara tentang bocah bernama Peng
Houw, tentu ini orangnya. Apakah dia yang
mengejek gurumu dan menghinamu? Nah, kau
sering memaki-maki anak ini ketika bersamaku,
Chi Koan. Coba sekarang maki-maki dia lagi
kalau berani. Jangan buang kentut sembunyi
pantat!"
Chi Koan dan Peng Houw tertegun. Mereka
sama-sama, berhadapan dan kalau dipikir
mereka sebetulnya juga sama-sama
menghadapi musuh Go-bi. Mereka adalah
murid-murid Go-bi biarpun Chi Koan berwatak
aneh dan liar, suka memberontak. Tapi ketika
menyeringai dan ditantang kakek itu, Jin-mo
memanaskan telinganya maka Chi Koan yang
tentu saja tak takut kepada Peng Houw sudah
berkacak pinggang dan mengejek.
"Hm, siapa takut? Aku memang sering
memaki-makinya, Jin-mo, di belakang atau di
237 depannya. Ini memang Peng Houw, murid Lu
Kong-supek yang hampir saja dikalahkan
guruku. Kalau saja dia jujur maka dia melihat
bahwa kematian gurunya adalah karena
kemenangan guruku!"
"Keparat!" Peng Houw mendelik, membentak,
"Kematian guruku bukan karena gurumu, Chi
Koan, melainkan oleh kecurangan si Raja Ular
ini. Minggir, aku akan melabraknya kembali!"
namun ketika Peng Houw mendorong dan tak
mau melayani lawannya, hatinya terbakar oleh
sikap dan perbuatan Coa-ong tiba-tiba Chi
Koan menjegal dan membantingnya di situ.
"Nanti dulu. Hormat dan lalui aku baik-baik,
Peng Houw. Jangan seperti perampok. Kau
sekarang berurusan denganku, bukan dengan
Coa-ong. Nah, minta maaf dan hormati aku
seperti gurumu.... bluk!" dan Peng Houw yang
terjegal dan kaget serta marah tiba-tiba
238 ditangkap dan sudah diinjak punggungnya. Jinmo terkekeh-kekeh dan Coa-ong juga tertawa
lebar melihat itu. Jin-mo hendak mengadu dua
anak ini sebagai tontonan yang menarik. Dan
ketika Peng Houw mengeluh karena injakan itu
membuat napasnya sesak, Chi Koan berseru
agar dia minta ampun tiba-tiba anak ini
membalik dan kaki lawan disambar. Dan begitu
Peng Houw berhasil mencengkeram atau
menangkap kaki lawannya itu tiba-tiba Chi
Koan terguling dan roboh menimpa Peng Houw.
"Bedebah, tak tahu malu. Di sini ada musuhmusuh kita yang utama, Chi Koan. Tak
seharusnya kau menyerang aku dan menghina.
Rasakan, akupun dapat membalas!" dan dua
anak itu yang bergumul dan pukul-memukul
akhirnya bergulingan dan menjerit atau
memaki. Chi Koan menggigit telinga Peng
Houw dan Peng Houwpun balas menggigit
239 telinga anak itu. Suasananya jadi ramai, seru.
Namun karena Chi Koan sudah memiliki dasardasar kepandaian silat sementara Peng Houw
belum maka begitu Chi Koan ber-gerak dan
menggulingkan tubuh ke kiri, kaki menendang
selangkangan Peng Houw hingga anak itu
terpekik maka Chi Koan sudah berada di atas
dan menindih lawannya, tangan menelikung
dan mengganjal leher Peng Houw dengan
lututnya.
"Rasakan. Kau sombong dan pongah, Peng
Houw. Hayo minta ampun atau kau kubunuh!"
"Ah-ugh....!" Peng Houw sesak napasnya,
pucat. "Tak sudi aku minta ampun, Chi Koan.
Kau anak siluman. Bocah iblis!"
"Kau masih juga memaki? Tidak mau minta
ampun?"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Aku tak sudi minta ampun, kau boleh
membunuhku.... krekk!" dan Chi Koan yang
memuntir dan menginjak tubuh Peng Houw
tiba-tiba membuat anak itu berteriak dan
pingsan. Tangan Peng Houw patah dan
berkelebatlah Tiok-jin-mo menyambar Chi Koan. Dan ketika anak ini terangkat naik dan
terlempar dari tubuh Peng Houw maka kakek
itu berseru,
"Cukup, kau tak boleh membunuh!" dan Chi
Koan yang mendesis dan pucat bergulingan
meloncat bangun, marah memandang kakek
ini tiba-tiba menggeram dan menghardik, hal
yang membuat Hantu Bambu itu tercengang.
"Jin-mo, kau beraninya dengan anak kecil.
Hayo tua sama dan lawan si Raja Ular ini!"
241 "Bedebah, tak tahu malu. Di sini ada musuh-musuh
kita yang utama, Chi Koan. Tak seharusnya kau
menyerang aku dan menghina. Rasakan, akupun
dapat membalas!" dan dua anak itu yang bergumul
dan pukul-memukul akhirnya.............
242 "Hi-hik!" sebuah bayangan lain berkelebat,
Kwi-bo muncul, mukanya merah padam, tapi
matanya berseri-seri. "Kau benar, Chi Koan.
Tua bangka-tua bangka ini memang
menyebalkan dan suka mengadu orang saja.
Lihat dia menipuku, Coa-ong ternyata ada di
sini. Kalau tidak diberi pelajaran tentu dia akan
merendahkan orang lain dan kuwakili kau
menggebuk pantatnya!"
Chi Koan terkejut. Kwi-bo bergerak dan tahutahu tubuhnya disambar Si Ratu lblis ini,
berkelebatan dan sudah mengelilingi kakek
Hantu itu dan rambut Kwi-bo menjeletarjeletar nyaring. Dia sendiri dipondong dan
entah bagaimana tiba-tiba kedua
tangannyapun bergerak naik turun melakukan
tamparan-tamparan ke wajah kakek itu. Dan
ketika Jin-mo terkejut dan tentu saja
menghindar, serangan Chi Koan berhasil
243 dihindari namun lecutan atau tamparan rambut
tak sempat dielak maka tujuh ledakan
mengenai pundak dan lengan kakek ini.
"Hei-heii...!" Hantu Bambu berkelebatan cepat,
mengikuti gerakan si Ratu Iblis itu. "Apa yang
kau omongkan, Kwi-bo. Siapa mengadu dan
mempermainkan orang. Raja Ular ini memang
ada di sini, muncul seperti setan. Kalau kau
tidak percaya silahkan tanya padanya dan
hentikan serangan-seranganmu.... plak-plak!"
si kakek Hantu menangkis dar marah
menggerakkan kedua tangannya ke kiri kanan.
Rambut di kepala Ratu Iblis itu berobah
menjadi ribuan kawat baja yang kalau kena
tentu bisa menimbulkan celaka. Rambut itu
telah mampu menjirat dan mencekik putus
leher murid-murid Go-bi. Beng Kong Hwesio
sendiri roboh pingsan oleh cekikan rambut ini.
Dan ketika kakek itu menangkis tapi lawan tak
244 menghiraukan teriakannya, Kwi-bo terkekehkekeh dan naik turun bagai walet menyambarnyambar maka Jin-mo menjadi marah dan
tiba-tiba mengetrikkan tujuh biji bambunya
yang terbang meloncat-loncat.
"Baik, kau tak tahu diri. Mari mampus dan lihat
siapa yang lebih lihai... trik trikk!" tujuh lidi itu
mematuk atau memagut si Ratu Iblis, dua di
antaranya menyelinap atau masuk ke dalam
ribuan rambut baja dan Kwi-bo tiba-tiba
melengking karena biji-biji bambu itu
melintang di atas kepalanya, menahan atau
menghalang rambut yang sedang berputaran
cepat. Dan karena ia dalam sikap menyerang


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sementara dua bambu kecil itu terlilit dan
tergubat, tentu saja mengganggu maka
rambut wanita ini berodol tapi biji atau lidi
bambu itu juga hancur.
"Kratakk!"
245 Hantu Bambu terkekeh-kekeh. Dia berhasil
menahan desakan lawan namun tiba-tiba Kwibo mengibaskan rambutnya. Serpihan atau
hancuran lidi bambu itu menyambar dari
segala penjuru, si kakek Hantu menghentikan
ketawanya dan otomatis berteriak keras. Dan
ketika dia mengibaskan lengan bajunya dan
hancuran bambu itu bertaburan menjadi
tepung, Chi Koan berteriak karena kelilipan
maka Coa-ong terkekeh-kekeh dan mundur
berjingkrak-jingkrak, menonton.
"Bagus... bagus. Ramai dan seru. Heh-heh,
kau benar, Kwi-bo. Si Hantu Tengik ini pantas
dihajar. Ayo pukul lagi dan serang!"
Kwi-bo panas. Dia dibakar dan menerjang lagi,
rambut menjeletar dan Chi Koan tiba-tiba
dilempar. Anak ini dirasa mengganggu dan
diberikan kepada Coa-ong. Tapi ketika kakek
itu menangkap dan bertepuk tangan,
246 menyoraki, mendadak Hantu Bambu
membentak dan berjungkir balik menyerang
kakek itu.
"Kurang ajar dan tak tahu diri!" kakek itu
mengejutkan Coa-ong. "Ditolong malah tak
berterima kasih, Ular Bangkai. Kalau kau
membantu Kwi-bo biar kau kuhabisi dulu...
heii-dess!" Coa-ong melempar Chi Koan
menyambut datangnya pukulan, terpekik dan
kaget karena Jin-mo tiba-tiba menyerangnya.
Lawan menggerakkan tangan dan ratusan lidilidi bambu mendadak saja menyambar ke
arahnya, bagai hujan. Dan karena Coa-ong tak
sempat menangkis kecuali membanting tubuh
maka hal itupun dilakukan kakek ini seraya
mencaci atau membentak lawan. Jin-mo
mengejar namun Kwi-bo mendahului. Wanita
itu membentak dan berkata janganlah
lawannya itu melarikan diri, urusan mereka
247 belum selesai. Dan ketika Coa-ong terbahakbahak dan meloncat bangun di sana, Jin-mo
diserang Kwi-bo maka kakek ini bergerak dan
membalas.
"Rasain. Sekarang kau menerima pelajaran,
Jin-mo. Jangan coba-coba atau sombong
kepada kami berdua!"
Jin-mo sibuk. Coa-ong mengeluarkan sulingnya
dan bergeraklah Raja Ular itu mengiringi Kwibo yang meledak atau melecut-lecutkan
rambutnya. Dan karena dua lawan satu
sementara mereka setingkat maka Hantu
Bambu itu kewalahan namun tiba-tiba terkekeh.
"Kwi-bo, kau bodoh dan tolol. Kenapa
membantu Raja Ular ini? Dia membocorkan
rahasiamu. Sekarang Bu-tek-cin-keng
diketahui semua orang dan mereka tentu akan
saling berebut. Hayo, daripada berteman
248 seorang pengkhianat lebih baik kita bunuh dia
dan bagi Bu-tek-cin-keng itu secara adil.
Berteman seorang yang tak dapat dipercaya
jauh lebih berbahaya daripada berteman
dengan aku si tua bangka ini. Ha-ha!"
Kwi-bo termakan. Tiba-tiba dia melotot dan
teringat itu. Dan ketika dia melengking dan
marah melirik ke kiri tiba-tiba rambutnya
menjeletar ke arah Coa-ong!
**SF**
(Bersambung jilid 4)
Bantargebang, 28-08-2018,20:36
249 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 4
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 4
"BENAR, kau bedebah jahanam, Coa-ong. Tak
dapat menyimpan rahas?a dan lebih baik
kubunuh kau.... tar!" Coa-ong terpekik, rambut
menyambar dan melecut bijl matanya dan
tentu saja dia kaget dan gusar. Jin-mo telah
merobah keadaan hingga si Ratu lblis yang
semula membantu mendadak sekarang
mengeroyoknya. Dan ketika ia mengelak
namun rambut mengejar, apa boleh buat
251 menangkis maka dua orang itu sama terpental
dan kakek ini mengumpat kotor.
"Jahanam keparat. Kau dibohongi kakek ini,
Kwi-bo. Jangan telan mentah-mentah atau
kubunuh kau!"
"Ha-ha, lihat betapa kurang ajarnya. Kau
diancam akan dibunuh, Kwi-bo, padahal jelas
Coa-ong yang salah. Ah, Coa-ong sungguh
kurang ajar dan tak tahu diri!" Jin-mo, yang
terkekeh-kekeh dan geli merobah keadaan
sudah dibentak dan dimaki Coa-ong pula.
Kakek itu menangkis dan keduanya bertanding
seru. Tapi karena Kwi-bo mengeroyok dan
Coa-ong berhadapan satu lawan dua, hal yang
merepotkan juga maka kakek ular itu melepas
ular-ularnya.
"Baik, kalian curang dan pengecut. Tapi Kwi-bo
juga tidak beres. Dia pernah memberi tahu
252 kepadaku akan menyingkirkan dirimu secara
diam-diam kalau Bu-tek-cin-ong berada di
tangannya, Jin-mo. Dia akan mempergunakan
kesempatan selagi kau dirayu dan diajaknya
bercinta. Nah, hati-hati saja kau kalau suatu
saat wanita iblis ini menyediakan tubuhnya!"
"Apa? Dia mau menyingkirkan aku?"
"Ya, setelah kau mabok dalam berahi. Lihat
mayat hwesio muda itu, alat kejantananmupun
akan ditarik dan dibetotnya putus!"
"Ah, kurang ajar. Kalau begitu dia harus
kuhajar... wut!" dan Jin-mo yang membalik
dan merobah gerakan mendadak marah
kepada Kwi-bo dan menyerang wanita itu.
Belasan sumpit bambunya menyambar dan
bercuitan menyerang wanita ini, padahal jarak
mereka dekat. Dan ketika Coa-ong terkekeh
dan Kwi-bo mengibaskan rambutnya,
253 menangkis, maka Jin-mo menyerangnya dan
berkelebat dengan marah. Selanjutnya kakek
itu memaki-maki dan Kwi-bo naik pitam, Coaong kemudian menyerangnya pula dan jadilah
dia dikeroyok dua. Keadaan berbalik! Dan
karena hujan biji bambu dan ular tak hentihentinya, wanita itu melengking dan marah
bukan main maka dia melempar tubuh
bergulingan untuk akhirnya terbang
meninggalkan pertempuran menyambar Chi
Koan dan memaki-maki si kakek ular.
"Keparat tak tahu malu. Kau jahat dan busuk
mulutmu, Coa-ong. Kalian dua laki-laki tak
malu mengeroyok seorang wanita. Cis, awas
lain kali dan tunggu pembalasanku!"
"Heii..!" Jin-mo berteriak. "Kau mau ke mana,
siluman cantik? Bayar dulu kekalahanmu. Hayo
berhenti dan layani aku bertanding!"
254 "Bertanding hidungmu. Kau berkomplot dengan
Coa-ong, Jin-mo. Kau tak tahu malu dan lakilaki curang!"
"Ha-ha, salah. Aku bersedia menghajar Coaong asal kita bertanding di ranjang. Hayo,
berhenti, Kwi-bo. Lihat kakek ular ini pucat!"
Coa-ong memang pucat. Dia berobah mukanya
mendengar kata-kata si Hantu Bambu itu. Jinmo ternyata akan berbalik kembali dan
mengeroyoknya, asal Kwi-bo memberinya
imbalan bermain cinta. Dan ketika kakek itu
mendengus dan menyambitkan seekor ularnya,
ditangkis dan hancur maka Coa-ong berbalik
dan lari ke lain arah.
"Kurang ajar. Kau suka enaknya saja, Jin-mo.
Terkutuk dan mampuslah kau. Baiklah, kita
berpisah dan boleh kau bersenang-senang
dengan sundal betina itu!"
255 Jin-mo terbahak dan terkekeh-kekeh. Dia jadi
geli setelah melihat Coa-ong memutar
tubuhnya, takut kepada ancamannya tadi. Tapi
karena Kwi-bo lebih menarik dan si cantik itu
pergi ke timur, kakek ini mengejar dan terus
menggerakkan kakinya maka tiga orang itu
melupakan Peng Houw yang pingsan di tanah.
Peng Houw sendiri tak tahu hiruk-pikuk orangorang sesat ini. Tak tahu betapa mereka silih
berganti menyerang yang lain sambil melepas
fitnah-fitnah bohong. Itu memang sudah
menjadi bagian watak mereka. Dan ketika
anak itu ditinggalkan sendirian sementara tiga
tokoh sesat itu lenyap di balik gurun maka
Peng Houw terpanggang terik matahari
sebelum akhirnya seorang tosu (pendeta To)
datang dan menemuinya.
**SF**
256 "Siancai, anak yang malang. Bocah siapakah
gerangan anak ini? Kenapa sendirian dan
pingsan di sini? Ah, tangannya patah. Anak ini
terluka, Siancai...!" dan seorang tosu yang
tertegun dan berhenti mengamati anak itu
akhirnya berlutut dan memeriksa Peng Houw.
Sehari Peng Houw berada di situ dan sehari itu
pula anak ini tak sadarkan diri. Namun begitu
tosu ini menotok dan menyadarkannya,
dengan hati-hati tangan Peng Houw yang
patah dibebat dan dilumuri ramuan harum
maka Peng Houw membuka mata dan
mengeluh.
"Aduh, keparat jahanam Coa-ong kakek busuk.
Aduh, terkutuk kalian semua membunuh
guruku. Ah, terbakar kalian di dasar neraka,
Coa-ong. Dan mampus pula Chi Koan yang tak
berotak itu!"
257 Peng Houw, yang baru membuka mata dan
pening memperoleh kesadarannya yang
pertama membentur langit yang merah
kejingga-jinggaan. Hari memang senja dan
anak itu masih teringat oleh kejadian yang
dialaminya, mengeluh dan memaki-maki Coaong dan lain-lain, juga Chi Koan, anak yang
memukulnya itu. Tapi ketika sepasang mata
lembut memandangnya bercahaya dan sebuah
kepala menggantikan langit jingga itu, Peng
Houw terkejut diraih kepalanya maka anak ini
menggeliat bangun dan menjerit karena
tangannya yang patah tiba-tiba berobah
letaknya dan menimbulkan rasa sakit yang
hebat, terpuntir.
"Tenang, jangan gerakkan tanganmu
sembarangan. Pinto di sini, anak baik. Siapa
kau dan kenapa menderita di sini!"
258 "Ah.." Peng Houw tertegun, ganti memandang
wajah itu. "Totiang... totiang siapa? Mana
kakek iblis dan wanita siluman itu? Mana
mereka?"
"Hm, pinto (aku) tak melihat siapa-siapa, anak
baik. Siapa yang kau maksud dan kenapa
sendirian di sini..."


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku disakiti Coa-ong, juga wanita iblis si Kwibo itu!"
"Coa-ong? Kwi-bo? Kau maksudkan orangorang sesat dari Tujuh Siluman Langit? Kau
bertemu mereka?" Si tosu tampak terkejut, alis
berkerut dan wajah tosu ini berubah. Dia sudah
berulang-ulang mendengar anak ini menyebut
nama-nama itu tapi rasanya tak masuk akal
kalau bocah sekecil Peng Houw mengenal
tokoh-tokoh sesat itu. Kwi-bo dan Coa-ong
adalah manusia-manusia iblis yang
259 berkepandaian tinggi, heran kalau
mengganggu anak kecil dan tak masuk akal
kalau mereka menyakiti anak ini, apalagi
sampai mematahkan tangannya, lalu d?tinggal
pergi. Tapi ketika Peng Houw mengangguk dan
berkata bahwa itu benar, anak ini menahan
sakit dengan air mata yang hampir bercucuran
maka tosu itu tertegun dan bertanya siapa
Peng Houw.
"Aku... aku Peng Houw, murid Lu Kong lo-suhu.
Siapakah totiang dan apakah kenal dengan
guruku!"
"Sian-cai, kau anak murid Go-bi?" tosu ini
berseru tertahan, "Kau murid Lu Kong
Hwesio?"
"Benar totiang, tapi guruku itu sudah dibunuh
Coa-ong. Kakek keparat itu dan Kwi-bo
mengacau di Go-bi!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Astaga, kalau begitu biar kubawa kau ke sana
dan mari pinto gendong!" si tosu bergerak,
mengejutkan Peng Houw karena tiba-tiba tosu
ini terbang menuju gurun. Pohon-pohon atau
apa saja di sekitar mereka bergerak cepat silih
berganti, Peng Houw kagum namun dia
mendesis ketika tangannya yang patah kembali
bergeser, menimbulkan rasa sakit. Dan ketika
dia menggigit bibir dan bertanya siapakah tuan
penolongnya itu, tosu ini tak menjawab dan
terus berkelebat menuju Go-bi maka
tampaklah tempat yang berantakan itu, mayat
atau orang-orang luka yang masih merintih di
sana-sini.
"Ah, Go-bi mendapat musibah. Siancai,
sungguh terlalu orang-orang macam Coa-ong
dan Kwi-bo itu!"
Peng Houw juga terbelalak. Dia melihat mayatmayat hwesio muda yang diselubungi kain
261 panjang, juga mereka yang merintih dan
mendapat pertolongan di sana. Tapi begitu
anak-anak murid melihat Peng Houw dan tosu
ini, yang berkelebat dan memasuki pintu
gerbang maka semua tertegun dan berdiri
menghadang.
"Maaf, aku ingin bertemu Ji Leng Hwesio.
Katakan bahwa Giok Kee Cinjin ingin bertemu!"
Semua murid saling pandang. Tiba-tiba mereka
curiga karena tak ada yang mengenal nama ini.
Giok Kee Cinjin, sang tosu yang sabar dan
ramah tiba-menjadi tak sabar. Dan ketika
seorang murid maju memalangkan toya dan
justeru berkata agar dia keluar, Ji Leng Hwesio
ketua Go-bi tak ada di situ maka tosu ini
mendesis dan berkelebat melewati murid yang
memegang toya itu.
262 "Ah, kalian tak perlu curiga. Aku sahabat ketua
kalian, maaf, biar kucari sendiri!" dan ketika
tosu itu lenyap dan sudah jauh di dalam,
berkelebat dan memasuki ruangan besar maka
anak-anak murid menjadi ribut dan
membentak.
"Heii.. kami tak mengenal dirimu. Jangan
membuat onar atau kami menangkapmu!"
Si tosu tak menghiraukan. Dia telah berkelebat
dan anak-anak murid yang mengejar t?ba-tiba
terkejut karena begitu cepatnya tosu ini
bergerak. Dari ruang satu dia sudah lenyap ke
ruang lain, sebentar muncul di sini dan
sebentar kemudian muncul di sana. Tosu itu
berseru berulang-ulang agar murid-murid Gobi tidak menyerangnya. Dan ketika dia masuk
semakin dalam sementara Peng Houw masih di
atas pundaknya, digendong, maka sebuah
263 bayangan berkelebat dan tiba-tiba
menghadang.
"Berhenti! Siapa ini dan ada maksud apa
memasuki Go-bi!"
Sang tosu terkejut. Yang menghadang
bukanlah murid biasa melainkan seorang
hwesio tinggi besar yang gagah dan berjari-jari
buntung. Wajahnya menunjukkan kemarahan
tapi dua ibu jarinya mampu menjepit sebatang
toya kuning. Inilah Beng Kong Hwesio yang
baru saja disembuhkan susioknya, sadar dan
menerima pertolongan setelah tadi dihajar Kwibo. Dan karena hwesio ini masih kelihatan
garang meskipun telah bertempur mati-matian
dengan bekas suhengnya, berdiri dan kini
menghadang di pintu masuk setelah tadi
berjungkir balik dan melewati atas kepala si
tosu maka dua-duanya tertegun karena tosu
264 itu maupun Beng Kong Hwesio ternyata saling
mengenal.
"Ah, Giok Kee Cinjin kiranya. Maaf, ada perlu
apa, totiang? Dan tahukah kau siapa anak
yang kaubawa itu?"
"Siancai, kiranya Beng Kong loheng. Bagus,
aku dikejar-kejar anak buahmu, loheng. Suruh
mereka mundur dan jelaskan siapa pinto. Pinto
tidak berniat mengganggu ataupun membuat
onar melainkan justeru telah mendengar dan
prihatin atas kejadian ini. Mohon menghadap
gurumu Ji Leng Hwesio yang terhormat!"
"Hm, totiang datang tidak pada saat yang
tepat. Suhu sedang bersamadhi dan tak mau
diganggu. Dan karena totiang membawa-bawa
seorang anak murid Go-bi tolong totiang
berikan anak itu kepada pinceng!"
265 "Tidak...!" Peng Houw tiba-tiba berseru, pucat,
melihat sinar mata Beng Kong Hwesio yang
penuh kebencian. "Aku tak mau diserahkan
kepada susiokku ini, totiang. Dia yang menjadi
gara-gara hingga guruku terbunuh!"
"Hm, apa yang terjadi? Bagaimana suhu dan
susiokmu bertanding sendiri?"
"Beng Kong susiok tak suka kepadaku, totiang.
Dia selalu melindungi muridnya yang bernama
Chi Koan. Tapi karena suhuku selalu
melindungi dan membela aku maka susiok dan
suhu akhirnya bertanding membela murid. Aku
tak mau diserahkan susiokku ini kecuali kepada
susiok-kong (paman kakek guru) atau ketua
Go-bi sendiri!"
"Anak kurang ajar!" Beng Kong Hwesio tibatiba membentak dan menyambar. "Kau tak
tahu diri dan biang penyakit, Peng Houw. Hayo
266 bersama pinceng dan jangan ganggu Giok Kee
totiang!"
"Aduh...!" Peng Houw menjerit dan sang tosu
mengelak, Giok Kee Cinjin terkejut karena
hwesio itu mencengkeram tangan Peng Houw
yang patah, tentu saja Peng Houw berteriak.
Dan ketika Giok Kee Cinjin berseru agar Beng
Kong Hwesio sabar, anak itu tak mau
diserahkan kecuali kepada Ji Beng Hwesio atau
ketua Go-bi mendadak Beng Kong naik pitam
dan menyerang tosu ini.
"Tamu tak tahu adat!" hwesio itu membentak
dan memaki. "Kau tak layak memenuhi
permintaan anak itu, Giok Kee. Serahkan dia
atau pinceng merobohkanmu!"
"Hm!" dan sang tosu yang berkilat dan merah
mukanya tiba-tiba berkelebat dan mengelak
serangan toya yang menderu bagai angin
267 topan, melihat Beng Kong selalu menyambar
Peng Houw dan yang diincar selalu tangan
yang patah itu. Sang tosu menjadi marah
karena hwesio ini dinilai keji, tak berperasaan.
Dan karena dia mulai tak senang karena lawan
lalu menyerangnya bertubi-tubi, toya
menyambar atau menderu mengurung dirinya
maka apa boleh buat tosu ini bergerak dan
membentak Beng Kong Hwesio itu.
"Beng Kong, kau sekarang tak tahu aturan.
Kalau kau baik-baik menginginkan anak ini
tentu pinto serahkan. Tap? kalau sikapmu
seperti harimau haus darah maaf pinto tak
akan meladeni. Panggil susiokmu atau yang
terhormat ketua Go-bi sendiri.... plak-plak!"
tosu ini menangkis dan menggerakkan ujung
jubahnya. Lengan bajunya yang lebar itu
dipakai menghalau toya dan Beng Kong Hwesio
tergetar mundur berteriak keras. Dia
268 terhuyung tiga tindak! Namun ketika hwesio itu
maju lagi dan anak-anak murid bergerak
mengurung, Beng Kong Hwesio tak mengusir
anak-anak murid seperti yang diminta tosu ini
tadi maka mereka berdua sudah bertanding
hebat namun nampak bahwa Giok Kee Cinjin
berada di pihak yang unggul. Tosu ini
berkelebatan ke sana ke mari dan sapuan atau
sambaran tongkat tak ada satu pun yang
berhasil menyentuh tubuhnya, padahal dia
masih menggendong Peng Houw. Dan ketika
lengan atau jari-jari tosu itu mulai mengibas
atau membalas maka Beng Kong Hwesio
terhuyung-huyung dan dua kali terpelanting
roboh!
"Beng Kong, panggil susiokmu atau yang
terhormat ketua Go-bi-pai. Pinto tak mau
membuat ribut di sini!"
269 "Keparat!" hwesio itu memekik. "Kau bicara tak
sama buktinya, Giok Kee. Lain di mulut lain di
perbuatan. Pinceng tak akan memanggil suhu
atau susiok sampai kau atau aku roboh!"
"Hm, kau nekat, tak tahu diri. Kalau tidak
melihat bahwa kau rupanya sudah terluka
tentu pinto akan menghajarmu lebih keras.
Baik, sekarang pinto terpaksa, Beng Kong.
Jangan salahkan pinto kalau pinto bersikap
keras.... plak!" dan ujung lengan baju yang
tiba-tiba menyambar dan menahan toya
mendadak menggubat dan menarik. Beng
Kong Hwesio berteriak dan tangan kirinya
bergerak, melakukan jurus atau pukulan Cuipek-po-kian. Tapi karena toya tertarik ke
depan dan gaya atau kekuatan Cui-pek-po-kian
itu hilang setengah bagian, lawan dengan
cerdik menyentak toya itu maka Giok Kee
Cinjin berputar dan sekali dia meliuk dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
menggerakkan kakinya tahu-tahu Beng Kong
Hwesio terlempar sementara pukulan atau
toyanya lepas dari tangan, Cui-pek-po-kian
menghantam tempat kosong.
"Dess!"
Hwesio itu bergulingan mengeluh tertahan.
Giok Kee Cinjin tidak mengejar karena lawan
seketika pingsan, setelah mengeluarkan
erangan pendek. Dan ketika tosu ini mengucap
rasa penyesalan dan murid-murid bergerak
marah, mau menerjang maka saat itu
berkelebat sesosok tubuh kecil kurus dan Ji
Beng Hwesio telah berada di sini.
"Omitohud!" hwesio itu berseru. "Kau kiranya,
Giok Kee Cinjin. Ah, sungguh heran kalau
kedatanganmu memusuhi Go-bi!"
271 "Maaf," tosu ini cepat membalik dan
merangkapkan kedua tangannya. "Pinto datang
bukan membawa permusuhan, loheng. Pinto


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terpaksa merobohkan Beng Kong karena ia tak
mau membawa pinto kepadamu!"
"Omitohud, sekarang pinceng ada di sini.
Katakan apa maksudmu dan setelah itu
pergilah baik-baik kalau totiang memang tak
bermaksud memusuhi Go-bi."
Giok Kee Cinjin terbelalak. Tiba-tiba mukanya
menjadi merah karena sambutan atau katakata Ji Beng Hwesio itu tak sedap didengar
telinga. Dia, sahabat ketua Go-bi, disambut
dengan kata-kata seperti ini. Tapi menarik
napas dalam-dalam dan menekan kemarahan
tosu ini berkata, tiba-tiba menurunkan Peng
Houw, "Pinto datang secara tak sengaja,
loheng. Ingin berbincang-bincang dan bertemu
sebagaimana biasanya dengan yang terhormat
272 ketua Go-bi. Pinto sudah lama tidak mampir,
kini ingin menengok tapi melihat kekacauan di
sini Dan karena kebetulan anak ini pinto
temukan di tengah jalan, dianiaya Coa-ong
maka pinto bermaksud membawanya ke mari
untuk diserahkan kepada Go-bi. Namun anak
ini tak mau diterima Beng Kong, dia
menghendaki kau atau ketua Go-bi sendiri
yang menerima. Dan karena Beng Kong sendiri
bersikap kasar dan kejam, terhadap anak ini,
maka pinto melindungi tapi kini ingin
menyerahkannya kepadamu. Soal Go-bi tak
suka kedatangan pinto tentu saja pinto akan
segera pergi. Pinto bukan mau mengemis
nasi!"
"Hm!" Ji Beng Hwesio memperhatikan Peng
Houw, tak menghiraukan atau menanggapi
kata-kata Giok Kee Cinjin yang juga pedas!
"Kau menjadi awal malapetaka, Peng Houw.
273 Gara-gara kau maka semua kekacauan ini
terjadi. Adakah mukamu untuk menghadap
pinceng? Masihkah kau menganggap sebagai
keluarga di sini?"
Peng Houw pucat, menjatuhkan diri berlutut.
"Susiok-kong, kesalahan bukan semata kepada
teecu (murid), melainkan Chi Koan. Kenapa
teecu hendak disalahkan lagi dan tak dianggap
murid Go-bi? Mati hidup teecu adalah murid Lu
Kong Hwesio, dan guru teecu itu adalah murid
Go-bi. Teecu tetap merasa sebagal keluarga
Go-bi dan karena itu mohon maaf bila semua
ketidaksengajaan ini menjadikan Go-bi kacau.
Teecu anak kecil tak tahu apa-apa!"
"Hm!" Ji Beng Hwesio tertegun, keberanian
Peng Houw telah membuat semua anak-anak
murid terbelalak, begitu juga Giok Kee, yang
tertegun dan kagum. Tapi karena Peng Houw
telah dianggap penyulut keributan dan hwesio
274 itu malu dibantah anak sekecil ini, derajatnya
bisa jatuh maka hwesio itu membentak,
sikaphya tiba-tiba menjadi garang. "Peng Houw,
kau anak kurang ajar tak tahu adat. Beginikah
caramu menghadapi orang tua? Beginikah Lu
Kong Hwesio mengajarimu sehari-hari? Pinceng
tak mau dibantah, Peng Houw. Kau bukan lagi
anak murid Go-bi dan pinceng mengusirmu
untuk keluar dari tempat ini Go-bi tak dapat
lagi menerimamu!"
"Kejam!" Peng Houw tiba-tiba berteriak,
mengejutkan anak-anak murid dan semua
orang yang ada di situ. "Kau tak adil, susiokkong. Kau berat sebelah. Kau tak
melaksanakan ajaran Buddha bab 19 ayat
satu!"
"Apa?" Ji Beng tersentak, mata tiba-tiba
menyambar bagai pisau tajam. "Kau bilang apa,
Peng Houw? Kau bilang pinceng tak adil dan
275 menyebut-nyebut ayat satu bab 19? Katakan
itu kalau kau hapal!"
"Jelas, susiok-kong tak melaksanakan dharma,
Susiok-kong menekan teecu dan tak mau
melihat semua persoalan secara menyeluruh.
Teecu tentu saja dapat menyebutkan ayat
kitab suci ini dan berani mengatakan susiokkong berat sebelah!"
"Hm, katakan dan cepat baca itu, Peng Houw.
Atau pinceng akan menghancurkan mulutmu!"
sang hwesio terbelalak, mata yang biasa
meram-melek itu tiba-tiba dibuka lebar dan
siapapun melihat betapa cahaya seperti api
menyambar dari sepasang mata tua ini. Semua
menjadi gentar namun anehnya Peng Houw
yang berhadapan langsung itu sama sekali
tidak takut. Anak ini telah menunjukkan
keberaniannya yang luar biasa, termasuk
276 keberaniannya "mengingatkan" wakil Go-bi
akan ayat-ayat suci dari kitab yang dihormati
begitu banyak orang. Dan ketika semua
tertegun dan pucat memandang Peng Houw,
anak itu bangkit berdiri dan gagah
menegakkan muka maka berserulah Peng
Houw membaca ayat yang dimaksud itu,
suaranya lantang dan menggetarkan, tak ada
satu pun yang salah. Peng Houw memang
"jagoan" menghapal kitab suci!
Orang yang memutuskan dengan
kekerasan, tidaklah dapat dikatakan adil
atau jujur. Orang yang bijaksana selalu
mempertimbangkan kedua belah pihak,
yang benar dan yang salah!"
Ji Beng Hwesio pucat. Tiba-tiba saja ia serasa
ditampar oleh suara atau kata-kata anak ini. la
memang telah melakukan kekerasan, tanpa
mempertimbangkan kedua belah pihak. Dan
277 karena ia terpukul dan malu serta marah maka
hwesio itu menggeram dan berubah-ubah
mukanya, gemetar ketika menghadapi Peng
Houw.
"Baik, kau menganggap pinceng melakukan
kekerasan, Peng Houw. Kau menganggap
pinceng tak adil. Sekarang apa maumu dan
coba pinceng dengar!"
"Teecu tak mau diusir. Teecu tetap merasa
sebagai keluarga Go-bi. Susiok-kong jangan
menyalahkan teecu karena datangnya orangorang macam Coa-ong dan Kwi-bo itu
bukanlah teecu yang mengundang!"
"Hm, baik. Kau boleh tinggal bersama
susiokmu Beng Kong, Peng Houw. Atau pergi
dari sini kalau kau tak suka!"
278 "Apa? Beng Kong-susiok? Ah, tidak susiokkong. Jangan dengan Beng Kong lo-suhu. Aku
tak mau!"
"Kalau begitu terserah, kau boleh pergi kalau
tak mau!" dan mengibaskan ujung bajunya
menghadapi Giok Kee hwesio ini berkata,
"Cinjin, agaknya tak perlu lagi pinceng
menemanimu. Urusan sudah selesai. Pinceng
masih ada keperluan dan boleh kau pergi.
Maaf!"
Giok Kee Cinjin terkejut. Tuan rumah t?ba-tiba
benar-benar tak bersahabat dan kata-kata atau
ucapan Ji Beng Hwesio tak enak didengar
telinga. Dan ketika hwesio itu berkelebat dan
meninggalkannya sendiri, Peng Houw tertegun
di sana maka tosu ini tertawa melepaskan
mendongkolnya.
279 "Peng Houw, kau anak yang luar biasa. Hebat
benar kau menghapal kitab suci. Nah, Ji Beng
sudah memberi tahu dan terserah kau mau
yang mana. Ikut Beng Kong atau pinto!"
Sang tosu membalikkan tubuh. Dia
melenggang dan keluar dari tempat itu,
sikapnya sudah acuh dan semua murid-murid
Go-bi minggir. Tak ada satupun yang sekarang
berani menghalangi setelah Ji Beng Hwesio tadi
muncul. Dan ketika tosu itu melenggang
sementara Peng Houw tertegun, pucat, tibatiba anak ini menjerit dan menghambur
mengejar si tosu.
"Totiang, aku ikut dirimu!"
"Ha-ha!" Giok Kee tertawa dan membalik.
"Kalau begitu bagus, Peng Houw. Kau pandai
memilih dan menyelamatkan dirimu sendiri.
Mari, pinto juga sudah tak ada urusan dan kita
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
pergi!" dan ketika Peng Houw disambar dan
diangkat naik, Giok Kee berkelebat dan lenyap
dari ruangan itu maka tosu inipun terbang
meninggalkan Go-bi. Peng Houw menangis
dan bercucuran air mata karena tiba-tiba saja
ia harus meninggalkan "almamaternya" itu,
tempat di mana ia ditempa ilmu, meskipun
hanya ilmu agama! Dan ketika Peng Houw
bercucuran air mata sementara Giok Kee Cinjin
terbahak dan tertawa-tawa gembira, rasa
kagum dan suka mulai bangkit melihat
keberanian dan kegagahan Peng Houw maka
tosu itu membawa si anak keluar dari gurun.
Peng Houw tak mau diajak bercakap-cakap
karena anak itu benar-benar sedang berduka.
Wakil Go-bi telah menyudutkannya kepada
pilihan yang sama-sama sulit, ikut Beng Kong
atau tidak. Dan karena Beng Kong Hwesio jelas
bukan hwesio baik-baik dan semasa gurunya
masih hidup saja dia sering ditegur dan
281 diperlakukan tak enak maka begitu gurunya
tiada tentu hwesio itu akan semakin kejam dan
bengis saja kepadanya. Peng Houw
memutuskan bahwa biarlah sementara ini dia
meninggalkan Go-bi. Biarlah sementara ini dia
pergi dari tempat itu meskipun kelak dia harus
kembali. Bukan apa-apa melainkan semata dia
merasa hidup matinya di situ, kampung
halamannya di situ. Dan karena Go-bi melalui
mendiang gurunya telah melepas budi
kepadanya, budi yang tak akan dilupakan
maka Peng Houw bertekad akan membalas
budi itu!
**SF**
"Turun, kita berhenti di sini," Giok Kee Cinjin
menghentikan larinya dan berhenti
menurunkan Peng Houw. Dua hari dua malam
282 tosu ini terus berlari cepat dan kini dia
melepaskan lelahnya. Dua kali pula Peng Houw
tertidur di pundaknya namun dua kali itu pula
si tosu terus menjaga. Peng Houw tak banyak
rewel dan tosu ini semakin suka saja. Dan
ketika Peng Houw terjaga dan pagi itu tiba di
sebuah gua kecil, tangannya yang sakit tibatiba sudah sembuh kembali, begitu cepatnya
maka anak ini tertegun dan membelalakkan
mata mengamati sekeliling.
"Ini satu di antara tempat tinggalku. Kita
sudah jauh dari keramaian manusia.
Kerasankah kau tinggal bersama pinto di sini?
Kau ingin minum atau makan?"
Peng Houw tertegun. "Aku tak ingin minum
atau makan, totiang. Aku ingin melepaskan
dukaku!"
283 "Hm," sang tosu melihat Peng Houw tiba-tiba
menangis, teringat Go-bi. "Melepaskan duka
perlu, Peng Houw. Tapi berduka dan terus
berduka hanyalah akan membawa manusia
kepada kelemahan dan kepicikan diri sendiri.
Yang lewat sudahlah lewat, tak mungkin ditarik
lagi. Kita tak perlu berduka dan harus
memandang masa depan dengan pikiran baru!"
"Tapi aku teringat mendiang guruku. Aku juga
teringat kebengisan Ji Beng susiok-kong!"
"ltu sudah terjadi, Peng Houw. Tak perlu lagi
memikirkan itu. Ji Beng Hwesio penguasa di
sana, dan kau sendiri sudah diberinya pilihan.
Tak perlu menyalahkan hwesio ?tu!"
"Benar, tapi... tapi dua pilihannya itu
menyakitkan hatiku, totiang. Susiok-kong
terasa kejam dan tidak berperasaan!"
284 "Hm, justeru semuanya ini menjadikanmu lebih


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dewasa. Hidup memang harus ada perobahan,
Peng Houw. Orang hidup tanpa perobahan
adalah mati. Kau tak perlu menyalahkan
hwesio itu melainkan wajib mensyukurinya.
Kau sedang memasuki masa-masa baru dalam
hidupmu. Dan orang yang selalu baru adalah
orang yang segar!"
Peng Houw tertegun. "Totiang seperti sedang
berfilsafat!"
"Ha-ha, hidup ini sesungguhnya filsafat, Peng
Houw. Hidup ini penuh pelajaran yang harus
dipikir. Hidup tanpa berfilsafat adalah hidup
yang bodoh. Manusia dapat menar?k banyak
keuntungan dari setiap filsafat yang ditemui.
Dan satu di antaranya adalah pertemuan kita
sekarang ini!"
"Pertemuan kita juga membawa keuntungan?"
285 "Bagaimana tidak? Kau dan aku menjadi dekat
satu sama lain, Peng Houw. Dan sadar atau
tidak sekarang kita bersahabat. Nah, ini adalah
satu keuntungan karena dari bersahabat kita
akan menjadi tahu satu sama lain, watak atau
persoalan-persoalan kita!"
"Hm, totiang benar. Dan apa sekarang yang
totiang kehendaki."
"Terbalik! Bukan aku yang menghendaki, Peng
Houw, melainkan kau. Coba ingat siapa yang
mau ikut pinto dan meninggalkan Go-bi, haha!"
Peng Houw semburat. Tiba-tiba dia sadar
bahwa pertanyaannya terbalik, bukan si tosu
yang menghendaki melainkan dia. Dan karena
dia sudah memutuskan ikut tosu ini maka
justeru dialah yang seharusnya ditanya apa
286 yang akan dia kehendaki. Dan Peng Houw tibatiba tersenyum!
"Totiang benar," katanya sambil tertawa.
"Pertanyaanku terbalik, totiang. Seharusnya
akulah yang ditanya apa yang sekarang
kukehendaki, Tapi terus terang aku bingung.
Aku tak tahu apa yang akan kukehendaki!"
"Ha-ha, sekarang kau dapat tertawa, Peng
Houw. Dan itu cukup. Pinto menghendaki kau
tertawa!"
Peng Houw tertawa. Tiba-tiba dia menjadi geli
dan benar-benar tertawa ketika tosu itu
menyuruhnya ketawa. Duka yang tadi dibawa
mendadak lenyap seolah awan disapu angin.
Tapi ketika Peng Houw teringat kematian
gurunya lagi dan betapa kematian gurunya
amatlah mengenaskan, atas kecurangan Coaong maka anak itu tiba-tiba menghentikan
287 ketawanya dan menarik dahi, muka tiba-tiba
murung.
"Aku tak dapat tertawa lagi. Aku teringat
kematian guruku."
"Hm," Giok Kee Cinjin sadar, anak ini perasa
sekali. "Kau bocah yang baik, Peng Houw.
Selalu ingat orang terdekat dan tak pernah
lupa. Pinto turut berduka!"
"Terima kasih. Tapi apa sekarang yang harus
kulakukan, totiang? Apa yang harus kuperbuat?
Aku ingin melakukan sesuatu untuk mendiang
guruku itu. Aku ingin melakukan sesuatu untuk
Go-bi!"
"Hm, kau telah disakiti oleh Go-bi..."
"Tidak, yang menyakiti aku bukan Go-bi,
totiang, melainkan orang-orang tertertu yang
288 ada di Go-bi. Go-bi tak pernah menyakiti aku.
Aku justeru berhutang banyak kepada Go-bi!"
"Siancai, kau pandai bicara. Apa bedanya Go-bi
dengan orang-orang yang kau sebutkan itu,
Peng Houw? Bukankah sama saja?"
"Tidak, tidak sama!" anak ini tangkas
menyergah. "Go-bi dan orang-orang yang di
Go-bi tidaklah sama, totiang. Go-bi ibarat
ibunya sedang orang-orang Go-bi ibarat
anaknya. Ibu tak akan menyakiti anaknya
sementara anak dapat menyakiti ibu atau
saudara-saudaranya. Nah, itulah bedanya!"
"Hm, kau banyak mendapat pelajaran agama,"
tosu itu tersenyum, mengangguk-angguk, tadi
sengaja mencoba. "Kau benar, Peng Houw.
Dan pinto semakin kagum saja. Baik,
bagaimana kalau pinto sekarang memberi jalan
kepadamu."
289 "Totiang mau memberi jalan apa."
"Apa saja yang kau suka. Tapi katakan dulu
kepada pinto pelajaran apa yang sudah kau
terima dari mendiang gurumu Lu Kong Hwesio
itu."
"Aku menerima pelajaran-pelajaran agama...."
"Ya-ya, pinto tahu. Tapi bukan itu yang pinto
maksud. P?nto bertanya tentang pelajaran silat,
sampai di mana dan apa saja yang kau
terima!"
Peng Houw tiba-tiba semburat. "Aku belum
menerima pelajaran itu, aku hanya menerima
pelajaran agama...."
"Hah?"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Benar, suhuku mendiang Lu Kong Hwesio
belum memberikan pelajaran silat, totiang. Aku
baru diajar pelajaran agama."
"Astaga, pantas kalau begitu!"
"Pantas apanya?"
"Kau mudah dipermainkan lawan!"
"Tapi Coa-ong memang bukan tandinganku!"
"Ya-ya, pinto tahu. Tapi betapapun kau tak
bisa apa-apa, Peng Houw. Menghadapi orang
biasa saja barangkali kau tak sanggup!"
"Benar, dan aku telah dikalahkan Chi Koan..."
"Chi Koan? Siapa ini?"
"Dia murid susiok Beng Kong Hwesio, murid
pengkhianat!"
291 "Ah, bagaimana itu?"
"Dia inilah yang menjadi gara-gara, totiang.
Dan justeru dari anak ini timbul semuanya itu!"
"Hm, pinto ingat. Sekarang pinto ingat bahwa
kau tadi juga menyebut-nyebut nama ini. Chi
Koan!"
"Benar, tadi di depan susiok-kong aku
menyebut nama ini. Tapi susiok-kong lebih
memberatkan aku. Kurang ajar anak itu!"
"Ceritakan kepada pinto bagaimana asal mula
gejadian ini...."
"Gara-gara ang-sio-bak, totiang...."
"Hah, ang-sio-bak? Barang haram bagi orangorang Go-bi?"
292 "Benar, anak itulah yang membawa tapi aku
yang menyimpan."
"Aneh benar ini. Coba ceritakan secara urut
bagaimana dengan semuanya itu!" Giok Kee
Cinjin tertarik, membelalakkan mata dan tibatiba ingin mendengar bagaimana selengkapnya
cerita itu. Dia memang belum mendengar jelas,
kecuali bahwa Go-bi diluruk orang-orang
seperti Coa-ong dan Kwi-bo. Dan ketika Peng
Houw tampak merah dan agak malu, bocah itu
tak segera bercerita maka tosu ini menepuk
pundaknya.
"Peng Houw, tak usah malu kepada pinto. Pinto
dapat maklum kalau kau tiba-tiba jadi ingin
menikmati makanan berjiwa karena hwesiohwesio Go-bi itu tentu memberimu makanan
sayuran melulu."
293 "Benar, tapi semua ini bukan semata
keinginanku kepada barang laknat itu, totiang,
melainkan semata jebakan dan akal licik si Chi
Koan itu. Dia sengaja menjebakku agar celaka
dan menerima hukuman Go-bi!"
"Hm, ceritakan kepadaku bagaimana mulamula itu. Pinto ingin mendengar dari awal."
"Aku bertemu Chi Koan ketika baru saja keluar
dapur..."
"Lalu?"
"Lalu dia memanggilku, berbisik. Dan ketika
aku berhenti dan dia menghampiriku maka
dengan muka kebingungan dan gelisah dia
minta tolong kepadaku untuk menyimpan angsio-bak itu."
294 "Kau tidak menegur temanmu itu membawa
makanan haram?"
"Mula-mula begitu, totiang. Tapi dia mengelak.
Dia berkata bahwa ang-sio-bak itu pemberian
orang, bukan mencarinya. Dan karena diamdiam aku juga ingin menikmati makanan
berjiwa, maaf, maka setelah dibujuk dua tiga
kali aku maju juga menerima barang itu..."
"Lalu kau makan bersama!"
"Tidak, nanti dulu, totiang. Saat itu aku
dipanggil guruku dan tak sempat menikmati
ang-sio-bak!"
"Hm," tosu ini geli, Peng Houw dilihatnya jujur.
"Kau anak yang suka berterus terang, Peng
Houw. Teruskan bagaimana setelah itu. Kau
tak malu-malu mengakui bahwa kau diamdiam mengilar kepada makanan berjiwa!"
295 "Aku memang tak perlu bohong," Peng Houw
tak tedeng aling-aling. "Aku harus jujur,
totiang. Orang yang tidak jujur sudah
melanggar peraturan agama!"
"Wah-wah, jangan mulai membuka-buka kitab
suci!" sang tosu tertawa bergelak. "Pinto tahu
kau jujur, Peng Houw. Segala isi kitab rupanya
hendak kau laksanakan dengan lurus. Eh,
teruskan itu!"
"Aku dipanggil guruku. Dan karena suhu
memanggil berulang-ulang maka ang-sio-bak
terpaksa kuterima dan kusimpan."
"Di mana kau taruh itu? Di kamarmu?"
"Tidak, totiang, terlalu berbahaya. Aku
menyimpannya di dapur!"
296 "Hm, bagaimana dengan si Chi Koan itu.
Kenapa dia tidak menyembunyikannya
sendiri!"
"Dia tak mau karena aku telah mencicipi angsio-baknya."
"Wah, kau kena bujuk?"
"Hm, masakan itu luar biasa sekali, totiang,
Rasanya hebring!"
"Apa itu hebring? Pinto belum pernah dengar!"
"Ah, ini bahasa sehari-hari kami anak-anak Gobi. Artinya untuk sesuatu yang hebat sekali.
Amat hebat!"
"Ha-ha, kalian anak-anak sungguh punya
bahasa yang aneh-aneh. Baik, bagaimana
setelah itu. Pinto jadi kepingin ikut-ikutan
merasakan ang-sio-bak yang hebring!"
297 Peng Houw tersenyum. Dia tertawa geli melihat
tosu itu tertawa. Tapi berkerut kening teringat
Chi Koan dia lalu mendesis, mengepal tinjunya.
"Chi Koan ini anak yang licik, totiang. Dia
rupanya sengaja mencari gara-gara agar aku
kena marah!"
"Bagaimana itu. Lanjutkan setelah kau
menceritakannya di dapur."
"Anak ini agaknya takut menyimpan sendiri.
Dia datang dan menawarkan makanan itu
kepadaku, padahal siapapun tahu bahwa
masakan babi itu amat haram bagi hwesiohwesio di kuil. Tapi karena rupanya dia juga
terpikat dan ingin menikmatinya, takut
ketahuan atau apa maka sengaja dia mencari
aku dan menjebak aku dengan makanan itu."
"Hm, dan kau sudah menerimanya."
298 "Ya, aku dibujuk berulang-ulang untuk
mencicipi. Kemudian setelah mencicipi maka
dia menitipkan masakan itu kepadaku."
"Tapi kenapa bisa ketahuan? Anak itu melapor
kepada hwesio kepala?"
"Tidak, ini kealpaanku sendiri, totiang. Aku
lupa bahwa di sana ada Siauw-cing!"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa itu Siauw-cing..."
"Dia kucing betina yang biasa mangkal di
dapur. Kucing ini mondar-mandir dan
mengeong-ngeong di sekitar keranjang di
mana ang-sio-bak itu kusembunyikan!"
"Hm, lalu?" sang tosu geli.
"Inilah pangkal celakanya, totiang. Kucing itu
Unforgettable Moment 3 Pesawat Ark Two Tom Swift 07 Pengelana Rimba Persilatan 4

Cari Blog Ini