Ceritasilat Novel Online

Prahara Di Gurun Gobi 4

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 4


bajunya. "Pinto dari Kun-lun juga ingin
bertanya kenapa Go-bi menghina murid-murid
kami, lo-suhu. Apa kesalahan mereka dan
bagaimana kata-kata lo-suhu!"
"Dan pinto dari Hoa-san juga bermaksud
sama," sang ketua Hoa-san menyibakkan
jubah di lutut, bangkit mendampingi. "Pinto
dari Hoa-san amat heran bagaimana Go-bi
tiba-tiba sewenang-wenang dan mengandalkan
kepandaian!"
444 "Hm, It Lun totiang dan To Hak Cinjin serta
yang terhormat Kiam Leng Sianjin rupanya
sama-sama membicarakan peristiwa lama.
Baiklah, kita terus terang saja dan bicara sama
terbuka. Pinceng ingin mendengar apa
selanjutnya dan bagaimana Go-bi dituduh
sepert itu."
"Eh, tiga murid Heng-san terbunuh di sini, Ji
Beng lo-suhu. Dan kau tentu tak usah berpurapura tak tahu akan ini. Murid-muridmu tentu
melapor!"
"Omitohud, To Hak totiang sungguh
berangasan, tak habis-habisnya menyerang
pinceng. Baik, bagaimana dengan dua ketua
yang lain?"
"Apakah kami tak dapat menemui yang
terhormat ketua Go-bi?" It Lun Tosu, ketua
Hoa-san tiba-tiba bertanya. Dia tak puas
445 karena sejak tadi mereka hanya disambut Ji
Beng Hwesio ini saja, yang kedudukannya
wakil ketua. Dan ketika ketua Hoa-san itu
bertanya sementara Kiam-Leng Sianjin ketua
Kun-lun juga teringat tiba-tiba tosu ini angkat
bicara, menyambung,
"Benar, apakah Ji Beng lo-suhu tak dapat
memanggil yang terhormat ketua Go-bi untuk
bicara dengan kami? Bukankah sepantasnya
kami bertemu Ji Leng lo-suhu?"
"Maaf," Ji Beng Hwesio mengangguk perlahan.
"Sebenarnya sam-wi pantas bertemu suhengku,
totiang. Tapi suheng sementara ini sedang
bertapa. Pinceng mewakilinya dan tak usah
totiang kecil hati karena pinceng pantas
menemui sam-wi bertiga. Suheng telah
memberi k?percayaan!"
446 "Hm, pinto sih sebenarnya lebih puas kalau
berhadapan dengan Ji Leng lo-suhu, bukan
wakilnya. Tapi karena Ji Beng lo-suhu sudah
menganggap pantas menyambut pinto biarlah
pinto terima kenyataan ini dan mudahmudahan apa yang Ji Beng lo-suhu katakan
sesuai dengan kenyataannya!"
"Pinceng tentu dapat membuktikan itu," Ji
Beng Hwesio tersenyum mengangguk, tahu
bahwa dia akan diuji! "Tapi pembicaraan kita
belum selesai, totiang. Sekarang bagaimana
dengan yang lain dan apa pendapat ji-wi."
"Kami dari Kun-lun kehilangan dua jiwa," Kiam
Leng Sianjin bicara, tak perlu lagi mengulurulur waktu. "Kalau Ji Beng lo-suhu sungguh
sudah mendapat kekuasaan penuh tentu dapat
menjawab ini dan sekaligus dituntut!"
447 "Hm, dan pinto dari Hoa-san bertanya kenapa
Go-bi menghina murid-murid Hoa-san," It Lun
Tosu juga bicara. "Mohon jawaban lo-suhu dan
bagaimana penyelesaiannya!"
"Omitohud, sam-wi-paicu melontarkan tuduhan
tak berdasar. Go-bi tak merasa melakukan halhal seperti itu dan biar pinceng jelaskan..."
"Eh, membunuh orang dianggap menuduh tak
berdasar?" ketua Heng-san tiba-tiba
membentak. "Jangan main-main, Ji Beng losuhu. Biarpun pinto di sarang macan tapi pinto
tak takut!"
"Dan pinto juga heran akan kata-kata lo-suhu,"
ketua Kun-lun juga mulai merah mukanya.
"Bagaimana dua jiwa terbunuh dianggap
melepas tuduhan tak berdasar!"
448 "Hm-hm, ji-wi-paicu (dua ketua berdua) harap
bersabar, pinceng akan menjelaskan," Ji Beng
Hwesio tenang-tenang saja, matanya meram
melek. "Apa yang pinceng katakan adalah apa
yang pinceng lihat atau ketahui. Tuduhan itu
memang tak berdasar karena Go-bi tak pernah
mulai dulu karena orang-orang lainlah yang
mulai dulu dan membuat kekacauan. Dua
murid Kun-lun tewas dan tiga murid Heng-san
binasa sungguh bukan kesalahan Go-bi.
Mereka datang dan menyerang dan mereka itu
yeng mulai dulu!"
"Lo-suhu, meskipun mereka tamu-tamu tak
diundang namun mereka bersikap baik, tidak
kasar pada mulanya. Namun karena Go-bi
bersikap tak bersahabat dan memaki anakanak murid kami maka mereka membalas dan
tentu saja tak mau dihina. Contohnya pinto
sekarang ini. Baik-baik pinto datang dan bicara
449 kepadamu, tapi kalau kau tak bersahabat dan
menghina pinto tentu saja pinto akan
membalas, marah. Tak ada akibat tanpa suatu
sebab!"
"Betul," Hoa-san-paicu kini bicara, nimbrung.
"Mereka pada mulanya datang secara baik-baik,
Ji Beng lo-suhu. Hanya karena sambutan Go-bi
tak bersahabat dan memusuhi maka mereka
bermusuhan dan akibatnya mereka tewas!"
"Hm, ji-wi totiang jangan mau menangnya
sendiri," sang hwesio berkedip-kedip, sabar
dan tetap tenang. "Go-bi takkan bersikap kasar
kalau tamu-tamu juga tak bersikap kasar.
Mereka datang dan berteriak-teriak, apakah
kami harus menyambut baik? Maaf, pinceng
menyalahkan mereka, ji-wi totiang. Dan tak
sepantasnya orang-orang macam itu datang di
Go-bi!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Kalau begitu lo-suhulah yang mau menang
sendiri. Pinto berpendapat bahwa kalau mereka
salah maka Go-bi tak layak langsung
menghukum. Mereka boleh ditangkap dan
diserahkan kepada kami, para ketuanya!"
"Benar," Kun-lun-paicu kini juga mendapat
kesempatan, merasa itu benar. "Kalau Go-bi
menganggap mereka salah maka tak
selayaknya mereka dibunuh, lo-suhu. Ada kami
para ketuanya dan kepada kamilah mereka
seharusnya diserahkan. Kami tak dapat
menerima ini!"
Ji Beng Hwesio melebarkan matanya, Ketua
Heng-san dan Kun-lun tiba-tiba berseru
menyatakan pendapat, disusul kemudian oleh
ketua Hoa-san yang juga tetap berpegang
pada itu. Dan ketika mereka ramai-ramai
berkata bahwa Go-bi tetap sewenang-wenang
membunuh anak-anak murid mereka padahal
451 seharusnya cukup ditangkap dan dimintakan
keadilannya kepada ketiga ketua itu maka
hwesio ini tiba-tiba berkilat matanya dan
merah. Dia jadi repot karena kejadian itu
bersifat kompleks, orang-orang itu datang
bersama segerombolan pengacau yang datang
membuat onar. Dan ketika tiga ketua sudah
marah-marah dan hwesio inipun merah padam,
para tamu menuntut tanggung jawab maka Ji
Beng Hwesio berseru mengangkat tangannya.
"Stop, apakah sam-wi tahu bahwa murid-murid
sam-wi itu datang bersama geombolan liar.
Apakah sam-wi tahu bahwa mereka itu
terbawa-bawa atau ikut-ikutan dengan orang
lain!"
"Orang lain atau apa kami tak perduli, Ji Beng
lo-suhu. Pokoknya kalau, mereka salah maka
Go-bi seharusnya menangkap dan
menyerahkannya kepada kam?. Kamilah yang
452 akan bertindak dan meminta maaf kepada Gobi, menghukum mereka!"
"Omitohud, tak segampang itu," hwesio ini
mengebutkan ujung jubahnya. "Murid-murid
kalian itu bercampur-baur dengan para
pengacau, sam-wi totiang. Dan kami tentu saja
tak dapat membedakannya. Kami menganggap
mereka juga mengacau karena datang
membuat ribut!"
"Kalau begitu apa yang mereka ributkan. Untuk
apa mereka datang!"
Ji Beng Hwesio tertegun. Seruan atau
pertanyaan ketua Heng-san-pai itu tiba-tiba
membuatnya terbelalak, alis berkerut-kerut
dan mendadak hwesio ini mengeratakkan gigi.
Dan karena mau tak mau ia harus bicara apa
adanya maka sambil menggeram ia menjawab,
453 "Mereka orang-orang gila yang ingin mencari
sesuatu di sini, sam-wi totiang. Datang dan
ingin meminta benda yang tidak ada."
"Benda apa itu, tak usah lo-suhu berputarputar!"
"Sebuah kitab."
"Apakah Bu-tek-cin-keng? Benarkah kitab itu
kitab rahasia yang dimiliki Go-bi?"
"Hm, Go-bi tak memiliki apa-apa yang patut
diperebutkan, Heng-san-paicu. Semua itu
omong kosong yang sengaja ditiup-tiupkan
orang. Go-bi tak memiliki semua itu!"
"Tapi mereka buktinya datang, dan kabar ini
tak mungkin bohong. Eh, sebagai orang-orang
persilatan wajarlah mereka kalau ingin tahu,
lo-suhu. Dan pinto dapat memaklumi kalau Go454 bi kedatangan banyak tamu. Tapi Go-bi tak
selayaknya main bunuh, dan ini yang pinto
tidak senang!"
"Benar, kalau kitab itu benar tidak ada maka
tak seharusnya Go-bi main bunuh, lo-suhu.
Kalian dapat mengusirnya dan menyuruhnya
pergi. Atau kalian memang bertangan kejam
dan pinto dengar bahwa murid keponakanmu
Beng Kong Hwesio bertangan telengas. Nah,
mana dia itu dan serahkan kepada kami untuk
dimintai tanggung jawab. Atau kami semua tak
akan pergi dan mencari dia sampai dapat!"
Yang lain tiba-tiba mengangguk-angguk. Para
ketua Kun-lun dan Hoa-san serta Heng-san itu
tiba-tiba bersikap keras. Mata mereka
bersinar-sinar dan masing-masing tampak
saling lirik ketika kitab Bu-tek-cin-keng
disebut-sebut. Ji Beng Hwesio mengatakan tak
ada tapi orang-orang berdatangan di situ.
455 Berarti pasti ada apa-apa! Dan ketika tuan
rumah terbelalak dan melebarkan matanya,
tiga tamu itu bersiap untuk bertindak lebih
keras maka di luar ruangan tiba-tiba terdengar
ribut-ribut dan Ji Beng Hwesio berubah ketika
teriakan-teriakan para murid gaduh
mengguncangkan suasana.
"Maling... maling... ada pencuri membawa
kitab!"
"Benar, dia keluar dari Ruang Merah. Dia
membawa Bu-tek-cin-keng!"
Semua hadirin mendadak terkesiap. Bu-tekcin-keng, kitab yang baru saja disebut-sebut
dan dinyatakan tidak ada mendadak saja
bergema dan memantul dari mulut ke mulut.
Yang berteriak adalah murid-murid Go-bi dan
To Hak Cinjin tiba-tiba tersenyum mengejek
kepada Ji Beng Hwesio. Hwesio itu terkejut dan
456 tersentak ketika Bu-tek-cin-keng tiba-tiba
disebut-sebut. Seseorang berkelebat di luar
dan tampaklah murid-murid Go-bi mengejar
dengan teriakan-teriakan riuh. Dan ketika
pencuri itu ternyata seorang hwesio pula yang
berkepala gundul, masih muda namun memiliki
tindakan yang gesit maka tiga ketua tertegun
sementara
HALAMAN 39, 40 HILANG


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergelak ketua Heng-san ini menamparkan
kedua tangannya.
"Hwesio kerdil, jangan kau main-main di sini!"
457 Hwesio itu terkejut. Dia baru saja meloncat
bangun dari kibasan Ji Beng Hwesio, tahu-tahu
kini sebuah bayangan menyambar dan kedua
tangan mirip rajawali mencengkeram batok
kepalanya. Dan karena ia amat terkejut serta
tak ada kesempatan mengelak, mau tidak mau
harus menangkis maka ia menggerakkan
tangannya dan lupa bahwa tangan yang satu
masih mengempit dan membawa kitab,
serangan To Hak Cinjin tiba-tiba berubah
karena tangan itu ditarik cepat untuk meraih
atau menyambar kitab yang jatuh.
"Plak-brett...!" hwesio muda itu berteriak
karena tahu-tahu ia terpental dan kitabnya
sudah dirampas.
"Ha-ha!" To Hak Cinjin gembira d?n melihat
kitab itu, kitab rampasan. "Kiranya Bu-tek-cinkeng, lo-suhu. Berarti kau bohong bahwa di
sini tak ada kitab!"
458 Ji Beng Hwesio terkejut. Dia melihat pencuri itu
bergulingan meloncat bangun kini melarikan
diri, kecewa namun tak berani merampas
kitabnya karena di situ ada orang-orang lihai.
Ketua Kun-lun dan Hoa-san juga berkelebat
dan berdiri di samping ketua Heng-san-pai itu.
Dan ketika masing-masing juga terbelalak dan
membaca kitab itu, yang ternyata Bu-tek-cinkeng maka Kiam Leng Sianjin maupun It Lun
Tosu tertegun dan merasa dipermainkan.
"Benar, Bu-tek-cin-keng. Ji Beng lo-suhu
sungguh sampai hati berbohong. Siancai
sebuah dosa bagi murid Buddha!"
Wakil ketua Go-bi itu pucat. Dia tiba-tiba
ditelanjangi karena Bu-tek-cin-keng berada di
tangan lawan. To Hak Cinjin tertawa bergelak
dan jelas ketua Heng-san-pai itu mengejek
padanya. Matanya bersinar-sinar dan pandang459 "Plak-brett...!" hwesio muda itu berteriak karena tahutahu ia terpental dan kitabnya sudah dirampas.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
an sungguh merendahkan. Tertamparlah
hwesio ini. Namun ketika ia menjadi marah dan
tak perduli kepada si pencuri, yang sudah
lenyap dan dikejar murid-murid Go-bi maka
hwesio ini berkelebat dan tiba-tiba merampas
kitab itu, kitab yang masih dibawa ketua Hengsan-pai.
"Omitohud, barang millk Go-bl tak boleh
dibawa orang lain, Heng-san-paicu. Biar
pinceng simpan dan kembalikan!"
Namun To Hak Cinjin membalik dan cepat
menyimpan kitab itu di balik saku bajunya
yang lebar. Ia marah dan mendongkol kepada
hwesio ini karena Ji Beng Hwesio bersikap tak
jujur. Tadi mengatakan tak ada Bu-tek-cinkeng namun nyatanya kitab itu ada di situ. Dan
karena ingin membalas dan melepas
kemarahan, tentu saja tak mau memberikan
461 kitab maka ketua Heng-san itu melompat dan
mundur menjauh, berseru nyaring.
"Lo-suhu, kau telah menipu dan
mempermainkan kami. Sementara kitab kami
pinjam sebagai hukuman untuk
ketidakjujuranmu!"
"Eh!" hwesio itu terkejut, terkamannya luput.
"Kau jangan membuat onar, Heng-san-paicu.
Bu-tek-cin-keng tak boleh dibawa orang lain
karena itu pusaka Go-bi!"
"Ha-ha, pusaka tinggal pusaka. Tapi
kebohongan dan ketidakjujuranmu harus
dibayar. Kau telah mempermainkan kami!"
"Apakah totiang hendak mengangkangi barang
milik orang lain?"
462 "Tutup mulutmu!" ketua Heng-san-pai itu
membentak. "Pinto tak bermaksud
mengangkangi milik orang lain, Ji Beng lo-suhu.
Tapi semata ingin memberi pelajaran
kepadamu dan meminjam kitab ini barang
sebulan dua, bergantian dengan dua ketua
Kun-lun dan Hoa-san!"
"Benar," Kiam Leng Sianjin dan It Lun Tosu
t?ba-tiba juga berseru, mata berkedip dan
sama-sama melompat di sebelah To Hak Cinjin,
di samping melindungi barangkali juga
menjaga agar ketua Heng-san-pai itu tidak
kabur! Maklumlah, Bu-tek-cin-keng tiba-tiba
menggetarkan hati mereka dan keinginan yang
amat rahasia mendadak muncul dan membuat
dua ketua itu mempunyai rencana buruk!
"Kami berdua setuju dengan kata-kata To Hak
Cinjin, Ji Beng lo-suhu. Biarkan kitab itu di
tangan kami bertiga selama sebulan dua.
463 Bukan untuk dikuasai melainkan sekedar
dipinjam. Hitung-hitung untuk pembayar
kebohonganmu yang telah mempermainkan
kami!"
"Ah!" hwesio ini tiba-tiba marah, matanya
mencorong. "Apa yang kalian katakan ini, samwi totiang. Bu-tek-cin-keng tak mungkin boleh
di bawa-bawa karena itu milik Go-bi. Kalau
pinceng dianggap berbohong maka itu adalah
karena rahasia Go-bi. Pinceng akan
membayarnya dengan apa saja asal jangan
dengan kitab itu. Kembalikan!"
"Ha-ha, pinto tetap ingin menghukummu
dengan meminjam kitab ini. Cukup sepadan
untuk ketidakjujuranmu. Kecuali kalau dua
rekanku dari Kun-lun dan Hoa-san tidak
sependapat!"
464 "Tidak... tidak, kami sependapat!" It Lun Tosu
tiba-tiba berseru, mata sudah bersinar-sinar
menjenguk ke balik baju ketua Heng-san.
"Pinto juga tak mau lain kecuali itu, Ji Beng losuhu. Dan ini pantas untukmu yang telah
mempermainkan kami!"
"Dan pinto akan menghabiskan persoalan
murid-murid yang terbunuh dengan jalan ini.
Kalau Ji Beng lo-suhu menyadari kesalahan!"
ketua Kun-lun juga berseru.
Ji Beng Hwesio tentu saja melotot. Mata yang
semula meram melek dan sering ditutup itu
kini mendadak dibuka lebar-lebar dan
menyorotkan hawa seperti api. Panas
membakar. To Hak Cinjin dan lain-lain terkejut
karena mendadak mereka surut selangkah.
Pandangan Ji Beng Hwesio sungguh membuat
orang merasa ngeri karena seakan seekor naga
yang marah besar, murka dan siap menerjang!
465 Dan karena mereka waspada dan tentu saja
tak mau kedahuluan, maklum bahwa hwesio ini
adalah sute Ji Leng Hwesio yang amat lihai
maka To Hak Cinjin tiba-tiba berseru
menghilangkan rasa kagetnya oleh sinar mata
lawan yang mencorong itu, mata yang seperti
naga, tua tapi menyembunyikan kedahsyatan
yang mengerikan.
"Lo-suhu, jangan menyalahkan kami. Tengok
kesalahanmu dan sadarlah. Kami akan
bersikap baik-baik kalau kau atau Go-bi juga
bersikap baik-baik!"
"Tak bisa!" hwesio itu tiba-tiba membentak dan
berkelebat ke depan, geram atau kerot giginya
berderit-derit. "Kembalikan itu atau pinceng
marah besar, Heng-san-paicu. Serahkan dan
kembalikan Bu-tek-cin-keng!"
466 Namun To Hak Cinjin berseru marah. Tosu ini
adalah tosu yang paling berangasan dan
mudah terbakar. Murid atau orang-orang
Heng-san-pai memang sudah dikenal sebagai
orang-orang yang gampang naik darah,
temperamen mereka tinggi. Maka begitu
diserang dan Ji Beng Hwesio berkelebat maju,
tangan bergerak dan melepas pukulan maka
tosu inipun tak mau kalah dan kebetulan rasa
penasarannya ingin dilampiaskan, penasaran
oleh peristiwa di pintu gerbang.
"Pinto juga tak takut kepadamu... duk-plakk!"
Dua pukulan beradu dan menggetarkan dinding.
Ji Beng Hwesio mengeraskan lengan jubahnya
dan ketua Heng-san mengeraskan lengannya.
Dua-duanya sama-sama mengerahkan sinkang
dan tentu saja anak-anak murid yang ada di
dekat situ terpelanting dan berteriak. Adu
pukulan itu serasa tumbukan dua ekor gajah
467 yang sama-sama marah. Tapi ketika To Hak
Cinjin masih terhuyung dan terbelalak merah,
dia kalah kuat maka tosu ini melengking dan
tiba-tiba menerjang maju.
"Ji Beng lo-suhu, kau hebat dan mengagumkan.
Tapi mari kita main-main lagi dan lihat pukulan
pinto.... wut-wutt!" dan si tosu yang bergerak
dan berkelebatan menyambar-nyambar tibatiba sudah mendahului dan melepas serangan.
To Hak Cinjin terkejut dan penasaran karena
dua kali ia dibuat kaget. Pertama di pintu
gerbang itu dan kini kedua kalinya di sini, adu
pukulan yang membuat ia terhuyung, kalah
kuat! Dan ketika tosu itu melengking dan
berkelebatan menyambar-nyambar, lengan
dan kakinya bergerak dengan cepat maka Ji
Beng Hwesio sudah dikurung serangan dan
sedikitpun hwesio itu tak dapat mengelak.
468 Tapi hwesio Go-bi ini juga tidak bermaksud
mengelak. Dia sudah dikurung dari segala
penjuru dan ujung lengan bajunya itulah yang
dipakai. menangkis. Empat lima kali ujung baju
meledak dan empat lima kali itu pula lawan
dibuat terpental. To Hak Cinjin semakin kaget!
Dan ketika hwesio itu juga mulai bergerak
meliuk-liuk, kaki menancap dan hanya
berputaran di lantai ruangan maka kebutan
semakin sering den setiap meledak tentu
membuat anak murid berteriak, tak tahan.
"Mundur, yang lain mundur!"
Su-hwesio, murid keempat Ji Beng Hwesio
berseru menyuruh murid-murid yang lain
mundur. Tiga dari Pat-kwa-hwesio ada di situ
sementara lima yang lain mengejar atau
membekuk pencuri. Mereka di sini sudah tidak
mengurus pencuri itu karena To Hak Cinjin
sudah mengambil alih. Kitab Bu-tek-cin-keng
469 sudah di tangan ketua Heng-san-pai itu dan
bukannya di tangan si pencuri, yang ternyata
adalah seorang hwesio gadungan yang
menyamar dan menerobos masuk. Go-bi
kecolongan tapi Ji Beng Hwesio segera tahu
bahwa orang itu bukanlah murid Go-bi, karena
tangkisan yang dilakukan bukanlah ilmu silat
Go-bi-pai dan wakil Go-bi ini tentu saja tahu.
Dan karena kitab sudah dirampas To Hak Cinjin
dan ketua Heng-san-pai ini tak mau
menyerahkan kitab, itu adalah milik Go-bi
maka Ji Beng Hwesio menjadi marah dan tak
dapat mengendalikan diri lagi. Serangmenyerang terjadi tapi sementara ini tuan
rumah sebagai pihak yang didesak, bertahan
dan mementalkan pukulan-pukulan lawan dan
To Hak Cinjin menjadi berang. Ketua Hengsan-pai itu membelalakkan mata karena semua
pukulan-pukulannya selalu tertolak, Bahkan,
bukan hanya tertolak melainkan juga dia
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dibuat terdorong dan terhuyung-huyung! Dan
ketika tosu itu melengking-lengking dan
membentak agar Ji Beng Hwesio mundur, atau
dia akan mencabut pedang maka hwesio Go-bi
ini menjengek berkata tenang.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Totiang boleh keluarkan senjata, pinceng akan
bertangan kosong. Kalau totiang masih tidak
puas boleh suruh yang lain maju!"
"Kau menantang kami?" ketua Kun-lun tibatiba membentak. "Jangan sombong atau
menghina kami, Ji Beng lo-suhu. Kami bukan
sebangsa pengeroyok atau orang-orang licik!"
Ji Beng Hwesio tak menjawab. Sebenarnya
yeng dia maksudkan adalah tosu yang selalu
berada di belakang ketua Heng-san ini. Dia
bukan lain adalah Tan Hoo Cinjin yang
mengawal ketuanya, sementara di sana adalah
Kiam Cu Cinjin dan Ko Pek Tojin. Masing471 masing ketua Kun-lun dan Hoa-san serta
Heng-san itu membawa orang-orang mereka
sendiri, yang dulu pernah datang tapi
melarikan diri setelah ratusan pengacau datang
di Go-bi, menyerang hwesio-hwesio Go-bi tapi
juga mereka bertiga. Dan karena Ji Beng
muncul dan semua dipukul mundur, tiga tosu
ini menyelinap dan melarikan diri maka hari itu
mereka datang lagi mengiring ketua.
Maksudnya hanya sebagai saksi tapi sebelum
pembicaraan selesai tiba-tiba muncul pencuri
Bu-tek-cin-keng. Kitab itu dirampas dan kini
Heng-san-paicu berhadapan dengan Ji Beng,
bukan sebagai tamu dengan tuan rumah
melainkan sebagai dua orang yang sedang
bertanding. Dan karena pertempuran dirasa
merugikan ketua Heng-san itu, semua
pukulan-pukulan atau serangannya tertolak Ji
Beng Hwesio maka tosu ini mengancam untuk
mengeluarkan senjata, ancaman yang
472 sebenarnya gertakan saja agar hwesio itu
mundur, berpikir baik-baik. Tapi begitu lawan
menjawab tantangannya dan dia malah disuruh
mengeluarkan senjata, yang lain boleh maju
mengeroyok maka Heng-san-paicu meledak
dan kemarahannya tiba-tiba sampai di ubunubun.
"Heh, kaukeluarkan senjatamu, Ji Beng lo-suhu.
Pinto akan mencabut pedang dan jangan
sombong berkata congkak!"
"Pinceng tak akan mengeluarkan senjata," Ji
Beng Hwesio berkata dingin, tetap pendirian.
"Kau keluarkan pedangmu, totiang. Dan
pinceng ingin menyelesaikan persoalan ini
dengan cepat."
"Kau tak mau mengalah?"
473 "Bu-tek-cin-keng lebih segala-galanya
dibanding pinceng. Nyawa pincengpun siap
menjadi taruhannya."
"Keparat, kalau begitu kaupun mampuslah...
singg!" dan sebatang pedang bersinar kuning
yang tiba-tiba menyambar dan membabat
kepala hwesio ini tiba-tiba mendesing namun
cepat dikelit lincah. Ji Beng tak bicara apa-apa
namun ujung jubahnya tiba-tiba mengepret ke
udara. Pedang mengejar dan mendesing lagi.
Dan ketika hwesio itu mengelak namun
mengangkat tangannya ke atas maka jubah
bertemu pedang dan memuncratlah bunga api
membuat orang kaget.
"Cringg!"
Heng-san-paicu tersentak. Dia merasa
lempengan baja bertemu pedangnya tadi,
lempengan yang ternyata ujung jubah yang
474 sudah diisi sinkang. Dan ketika dia melengking
dan menggerakkan pedangnya lagi, berkelebat,
maka pedang kembali bertemu jubah dan
terdengar suara nyaring itu sebanyak dua kali.
"Cring-crangg!"
To Hak Cinjin terbelalak. Dia terkejut karena
dua kali pedangnya disampok jubah, sampokan
bukan sembarang sampokan melainkan
sampokan yang membuat telapaknya pedas
dan sakit-sakit! Dan ketika tosu itu terkejut
tapi marah bukan main, tentu saja naik pitam
maka To Hak Cinjin sudah bergerak seperti
terbang dan tangan kirinya ikut naik turun
menyambar-nyanmbar!
"Bagus, kau hebat tetapi sombong!" sang tosu
membentak dan marah serta penasaran. "Hayo
balas serangan pinto, Ji Beng Hwesio. Atau kau
475 mampus dan Go-bi kehilangan seorang
pemimpinnya!"
"Hm, pinceng memang akan membalas," sang
hwesio tenang mengelak sana-sini, mengebut
dan menampar kelebatan cahaya pedang.
"Tapi Go-bi tak akan kehilangan pinceng, To
Hak totiang, dan justeru Heng-sanlah yang
pinceng khawatir akan kehilangan nama!"
"Kau cerewet, sombong dan semakin banyak
tingkah saja. Hayo buktikan omonganmu atau
kau mampus.... crat!" dan pedang yang
bergerak menabas lantai, luput mengenai si
hwesio tiba-tiba diiring ketawa dingin ketika
mendadak Ji Beng Hwesio bergerak lenyap.
Hwesio itu menjejakkan kakinya dan hilang
entah ke mana, pedang menyambar dan
membacok mengenai lantai yang diinjaknya
tadi, pecah dan terbelah dan hebat tenaga
ketua Heng-san-pai ini. Tapi ketika sang ketua
476 berteriak kehilangan lawan, kaget karena itu
bahaya maka benar saja bayangan Ji Beng
Hwesio muncul lagi dan tahu-tahu berada di
belakangnya, mengetuk tengkuk.
"Paicu, hati-hati!"
Sang tosu terkejut bukan main. Dia membalik
dan pedang menyambar secepat kilat. Tapi
ketika pedang bertemu jubah dan terbelit,
jubah tidak lagi keras melainkan lemas dan
kuat, menangkap dan membetot maka jubah
yang lain menyambar dan tetap saja
menghantam tengkuk.
"Plak-dess!"
Heng-san-paicu melepas pukulan tangan
kirinya. Dalam saat-saat seperti itu tak ada lagi
jalan lain kecuali menggerakkan tangan kirinya.
Pukulan dahsyat menghantam namun Ji Beng
477 Hwesio rupanya lebih waspada, atau memang
lebih lihai. Karena begitu pedang tertangkap
jubah dan To Hak Cinjin masih menangkis
dengan tangan kirinya, pedang dibetot dan
ditarik maka kedudukan tosu itu tiba-tiba
terguncang karena terbawa maju. Dan ketika
dia terkejut karena tangkisan tangan kirinya
tentu saja lemah, tubuh atau tangannya sudah
tergetar oleh kecerdikan hwesio ini maka To
Hak Cinjin terpelanting dan pedangnya
terampas musuh, tengkuk terkena pukulan dan
meledak bagai petir!
"Aughh!"
Semua kaget. Heng-san-paicu terguling-guling
dan berkelebatlah Tan Hoo Cinjin menolong
ketuanya. Tapi ketika ketua itu dapat
melompat bangun dan terhuyung, jatuh
terduduk maka semua lega karena si tosu tidak
478 sampai tewas, meskipun mendapat pukulan
keras.
"Omitohud, pinceng menyesal. Tapi serahkan
kitab dan p?nceng tak akan mengganggu lagi!"
"Tidak!" To Hak Cinjin tiba-tiba berteriak,
melihat Ji Beng berkelebat dan meminta kitab.
"Sekarang kau berhadapan dengan kami, Ji
Beng Hwesio. Setelah merobohkan ketua-ketua
Kun-lun dan Hoa-san bolehlah kau
mendapatkan kitabmu.... wut!" Bu-tek-cinkeng tiba-tiba dilempar, bukan kepada hwesio
ini melainkan kepada Kiam Leng Sianjin yang
sudah mendapat isyarat agar mendekat,
menerima dan tentu saja menangkap kitab.
Dan ketika kitab sudah berpindah tangan dan
Ji Beng tertegun, wakil Go-bi itu terbelalak
maka dia berkelebat dan kini berhadapan
dengan ketua Kun-lun-pai itu.
479 "Maaf, berikan pinceng, Kun-lun-paicu. Kau
tentu tahu bahwa barang yang bukan haknya
tak boleh dimiliki orang lain!"
"Hm!" Kiam Leng Sianjin tertawa memutar,
antara maju dan juga mundur. Ji Beng Hwesio
telah mengalahkan ketua Heng-san. "Kau
mengagumkan, lo-suhu, tapi juga terasa
sombong dan semakin congkak. Kau telah
mendengar permintaan kami bahwa kitab ini
hanya kami pinjam saja, bukan untuk dimiliki.
Dan karena kau telah berbohong maka
sepatutnya kebohonganmu dibayar!"
"Tapi jangan dengan itu, Bu-tek-cin-keng
terlalu keramat!"
"Ah, ini justeru setimpal. Kalau lo-suhu mau
berslkeras apa boleh buat pinto pun akan
memegang teguh keinginan teman-teman.
Pinto juga siap menerima pelajaranmu dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
biarlah pinto mulai!" dan Kiam Leng Sianjin
yang takut didahului lawan, membentak dan
sudah menyerang tiba-tiba mencabut
pedangnya dan langsung berkelebat dengan
jurus-jurus dari Kun-lun Kiam-sut yang lihai.
Tosu ini telah melihat kehebatan lawan dan tak
mau berlama-lama. Lawan tentu marah dan
akan menyerang. Maka begitu berseru dan
memberi tahu lawan, mata berkedip kepada
Hoa-san-paicu tiba-tiba kitab telah disimpan
dan bertubi-tubi ketua Kun-lun-pai ini
menyerang Ji Beng Hwesio. Kepandaian lawan
yang luar biasa dan telah merobohkan Hengsan-paicu cukup memberi tahu bahwa wakil
Go-bi ini benar-benar lihai. Kalau wakilnya saja
sudah sedemikian apalagi ketuanya! Kiam Leng
Sianjin terus terang merasa gentar! Namun
karena di situ ada ketua Hoa-san dan To Hak
Cinjin sudah bangkit dipapah pembantunya,
berdiri dan tampaknya kuat untuk bertempur
481 lagi maka Kiam Leng Sianjin yang mengilar dan
memberatkan Bu-tek-cin-keng tiba-tiba
berdalih dengan kebohongan si hwesio dan
bertekad untuk memberi "hukuman". Ji Beng
dinyatakan bersalah dan untuk kesalahannya
itu Bu-tek-cin-keng harus dibawa, hal yang
tentu saja tak akan dijinkan hwesio ini dan
terbeliaklah mata si hwesio oleh keputusan
lawan. Dan ketika pedang menyambarnyambar dan Kun-lun-paicu tak memberi
kesempatan, menyerang dan terus menyerang
maka Ji Beng Hwesio, menggeram perlahan
dan sikap sabarnya sirna.
"Totiang, kau tak malu-malu mengangkangi
benda milik orang lain? Kau sebagai seorang
ketua hendak berdalih meminjam kitab dan
membawa Bu-tek-cin-keng? Omitohud,
pinceng tak akan bersabar lagi, totiang, dan
maaf kalau pinceng bersikap keras.... plak482 plak!" dan pedang yang ditangkis serta
ditampar jubah, berdentang dan terpental tibatiba disusul gerakan tubuh si hwesio yang
beterbangan dan melejit ke sana-sini. Ji Beng
tiba-tiba mengeluarkan ilmunya dan sikap
mengalah yang masih tersisa mendadak lenyap.
Si hwesio menjadi garang dan meluncurlah
kilatan-kilatan petir dari ujung jubah yang
meledak-ledak. Dan ketika sebentar kemudian
Kiam Leng Sianjin terdesak hebat dan berseru
menangkis, dari mendesak berbalik terdesak
tiba-tiba berseru keras ketika pedangnya
terpental. Dan ketika tosu itu pucat karena
pedang terlepas tanpa sadar, pukulan atau
tamparan jubah membuat jari-jarinya melepuh
maka saat itulah tengkuk disambar jubah dan
roboh pula seperti Heng-san-paicu.
"Augh... plak-dess!"
483 Kiam Leng Sianjin terguling-guling. Cepat dan
luar biasa tahu-tahu iapun menjadi korban.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan ketika pembantunya melompat dan akan
menolongnya, tosu itu merintih maka Ji Beng
berkelebat dan hendak merampas kitabnya.
Namun seperti To Hak Cinjin tiba-tiba ketua
Kun-lun ini melampiaskan marah dengan
melempar kitab kepada Hoa-san-paicu. Saat
itu ketua Hoa-san inilah yang masih ada,
berdiri dan tertegun karena pertandingan di
antara Kun-lun-paicu ini dengan Heng-sanpaicu sungguh berjalan setengah dari yang
pertama. Bukan karena Kiam Leng Sianjin
telalu rendah melainkan karena Ji Beng Hwesio
tiba-tiba mengeluarkan ilmunya yang luar
biasa dan robohlah ketua Kun-lun-pai itu,
cepat dan mengejutkan. Tapi ketika ketua Kunlun itu melempar kitab dan berseru padanya,
Hoa-san-paicu sadar dan menangkap kitab
maka ketua Hoa-san-pai itu berseru keras dan
484 menerjeng Ji Beng yang lagi-lagi tertegun dan
membelalakkan mata.
"Ji Beng, kau benar-benar hebat dan
mengagumkan. Tapi pinto harus membela
teman. Maaf dan mari main-main dengan pinto
sebelum kau mendapatkan Bu-tek-cin-keng!"
Sang hwesio menjublak. Dia sudah akan
mendapatkan kitabnya ketika tiba-tiba kitab
dilempar dan diterima Hoa-san-paicu. Tampak
bahwa ketua-ketua Kun-lun dan Hoa-san serta
Heng-san keluar tamaknya. Maklumlah, Butek-cin-keng memang hebat. Maka begitu
diserang dan hwesio ini menjadi marah,
menangkis dan membentak tiba-tiba ketua
Hoa-san itu terpelanting dan kaget berteriak
keras.
"Haii...des-dess!" sang tosu terpekik dan
terguling-guling. Baru satu jurus saja ba-tiba
485 dia dikebut dan terlempar. Dan ketika dia
meloncat bangun lagi sementara murid-murid
Go-bi berdatangan mengepung, pencuri itu
tertangkap dan kini diikat kaki tangannya
maka Hoa-san-paicu marah besar dan
menerjang lagi, membentak dan
menggerakkan pedangnya namun dengan satu
dua kebutan tosu itu dipentalkan lagi. Hal ini
terjadi dua tiga kali dan It Lun Tosu kaget
sekali. Dulu, seingatnya, Ji Beng Hwesio ini
tidaklah selihai sekarang. Ketua-ketua Kun-lun
dan Hoa-san maupun Go-bi setingkat, begitu
pula Heng-san. Tapi begitu dijungkir balik dan
wakil Go-bi ini amatlah hebatnya, sekali dua
cukup membuatnya terpelanting atau
terguling-guling maka It Lun Tosu teringat dan
pucat menggenggam Bu-tek-cin-keng itu.
Berkat inikah Ji Beng Hwesio menjadi lihai?
Berkat Bu-tek-cin-kengkah wakil Go-bi itu
menjadi hebat? Kalau Ji Beng sudah meningkat
486 demikian pesat apalagi suhengnya, Ji Leng
Hwesio. Dan mendengar bahwa ketua Go-bi
sedang bertapa, hal yang amat tidak biasa
maka It Lun Tosu menjadi marah tapi juga
kagum bukan main, Bu-tek-cin-keng betulbetul kitab yang luar biasa. Kalau tidak luar
biasa tak mungkin dicari-cari orang! Tapi
ketika tosu itu memekik dan menerjang lagi,
marah tapi juga kagum tiba-tiba berkelebatan
tiga bayangan dan Kwi-bo serta Coa-ong
muncul, bersama seorang kakek lain yang
terke-keh-kekeh.
**SF**
(Bersambung jilid 7)
Bantargebang, 30-08-2018,10:18
487 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 7
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
488 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 7
"HEH-HEH, apa ini? Ada keramaian tidak
mengundang kami? Wah, terlalu kalian,
hwesio-hwesio Go-bi. Ada pesta tidak mau
mengajak orang lain. Ufh, dasar keledaikeledai gundul!" dan tiga bayangan itu yang
berkelebat dan langsung melepas pukulan ke Ji
Beng Hwesio, tidak memberi tanda tiba-tiba
sudah membantu ketua Hoa-san mengeroyok
lawannya.
489 "Des-des-dess!"
Ji Beng Hwesio dan hwesio-hwesio lain terkejut.
Mereka itu tiba-tiba sudah melihat tiga
bayangan ini meluncur dan melepas pukulan,
langsung begitu saja dan juga cepat. Dan
ketika Ji Beng terkejut dan menangkis, tiga
pukulan itu amatlah hebatnya maka wakil
ketua Go-bi ini tergetar dan terhuyung mundur,
terbelalak. Di situ muncul Kwi-bo dan Coa-ong
si Raja Ular, juga seorang kakek setinggi
bambu yang terkekeh-kekeh. Dan ketika
semua tersentak karena itulah tiga dari Tujuh
Siluman Langit, kakek setinggi bambu itu
bukan lain adalah Tiok-jin-mo alias Hantu
Bambu maka tiga orang itu menyerang lagi
dan It Lun Tosu tertegun karena tiba-tiba ia
sudah dibantu.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Hayo, maju dan robohkan keledai gundul ini,
It Lun Tojin. Kita ramai-ramai
mengganyangnya dan antar dia ke akherat!"
Murid Go-bi gempar. Mereka segera melihat
pimpinan mereka itu diserang dan dihujani
serangan lagi, cepat dan bertubi-tubi dan
meledaklah rambut hitam di kepala si Ratu lblis
itu, rambut yang panjang dan berbau harum
tapi sekali kena tentu membawa maut. Dan
ketika si Raja Ular juga menggerakkan
sulingnya dan menari-nari dengan serangan
berbahaya, disusul si kakek bambu yang
tertawa-tawa serak maka Ji Beng tiba-tiba
sudah dikerubut dan menghadapi keroyokan
itu tanpa kawan.
Namun hwesio ini memang hebat.
Mengeluarkan geraman seperti singa tua tibatiba hwesio itu membentak dan
mengerotokkan buku-buku jarinya. Rambut
491 dan suling yang naik turun menyambarnyambar tiba-tiba ditangkis dan bertemu
dengan jari-jarinya itu. Dan ketika rambut
terpental sementara suling berkeratak seperti
pecah, Coa-ong menjerit maka Jin-mo atau si
kakek bambu yang menemani dan mengeroyok
hwesio ini juga dibuat tergetar oleh satu
kepretan jari bagai kipas baja.
"Plak-des-prett!"
Jin-mo dan lain-lain terpekik. Ji Beng yang
sudah sadar dan marah oleh kedatangan
lawan-lawannya ini lalu menggerak-gerakkan
kedua lengan bajunya ke delapan penjuru,
kesepuluh jari tangannya juga mengibas atau
menampar dan keluarlah angin pukulan yang
amat kuat menyambar. Dan ketika tiga orang
lawannya terhuyung sementara It Lun Tojin
sang ketua Hoa-san berdiri menjublak, tak ikut
492 bertempur maka Coa-ong terbeliak dan
memaki-maki tosu itu.
"He, keparat jahanam. Maju dan bantu kami,
Hoa-san-paicu. Jangan ndomblong dan diam
saja menonton!"
"Benar," Kwi-bo juga melengking, kaget dan
penasaran oleh hebatnya wakil ketua Go-bi ini.
"Kami datang bukan untuk ditonton, It Lun
Tojin. Maju dan bunuh si keledai tua ini atau
kami pergi dan kau berhadapan kembali
dengan Ji Beng Hwesio!"
It Lun Tojin pucat. la mundur dan membiarkan
pertempuran itu karena tentu saja ia tak mau
bergaul dengan orang-orang dari dunia hitam
itu. Tujuh Siluman Langit bukaniah sahabat
bagi orang baik-baik, para pendekar atau
ketua partai seperti dia itu. Tapi mendengar
ancaman dan lengkingan Kwi-bo, Ji Beng
493 memang berat dilawan seorang diri maka dia
maju mundur dan bingung. Dan saat itu Ji
Beng mengeluarkan pukulan-pukulan yang
membuat ketiga lawannya terhuyung-huyung,
ilmu yang mengeluarkan angin panas dan tiga
tokoh sesat itu memekik-mekik.
"Heii...!" Coa-ong mulai tak sabar. "Cepat atau
kami pergi, tosu bau. Dan Bu-tek-cin-keng
akan dirampas kembali oleh keledai gundul
ini!"
"Hm!" It Lun Tojin serba salah. "Kalian datang
mengambil alih, Coa-ong, dan seharusnya
pinto memberi kesempatan. Tapi kalau kedua
temanku setuju tentunya mereka juga akan
bergerak. Pinto datang juga secara
rombongan!"
"Keparat, licik dan pengecut. Membawa-bawa
kawan agar tidak disalahkan. Eh, kalau begitu
494 biar kalian hadapi hwesio bau ini, It Lun tua
bangka. Dan kami pergi dulu mencari hawa
segar di luar. Ayo, silahkan bertanding dan
lanjutkan persoalanmu sendiri!" dan Coa-ong
yang berjungkir balik memberi aba-aba pada
temannya, pergi dan melepaskan diri dari
sebuah pukulan Ji Beng tiba-tiba diturut oleh
Kwi-bo yang juga membentak dan melempar
tubuh dari pukulan dahsyat si hwesio tua.
"Benar, kami akan mencari angin segar dulu di
luar. Biar kalian bertiga hadapi si keledai
gundul ini dan nanti kami kembali.... dess!"
pukulan itu menghantam tembok, ambrol dan
Kwi-bo memaki It Lun Tosu yang dinilai lamban
itu. Dan ketika Hantu Bambu juga tertawa
panjang dan menggerakkan kakinya yang
tinggi kurus, cepat sekali menyelinap keluar
pintu maka Ji Beng Hwesio sudah mendelik
memandang kepergian lawan-lawannya itu.
495 "Pat-kwa, kejar dan tangkap pengacaupengacau liar itu!"
Delapan murid Ji Beng, yang berdatangan dan
masuk ke situ tiba-tiba membentak dan
mengejar tiga tokoh sesat ini. Ji Beng tak mau
mengejar karena ia segera berurusan kembali
dengan ketua Hoa-san dan lain-lainnya itu.
Dan ketika Hoa-san-paicu pucat karena hwesio
itu berkelebat dan berdiri di depannya, merah
padam maka hwesio itu membentak agar Butek-cin-keng diserahkan kembali.
"Pinceng tak akan main-main lagi, semuanya
ini cukup. Serahkan kitab itu dan silahkan pergi,
Hoa-san-paicu. Atau pinceng bersikap keras
dan kau tinggal nama!"
Ketua Hoa-san ini tergetar. Dia melihat
ancaman serius dan kepandaian Ji Beng yang
luar biasa membuat dia gentar. Wakil Go-bi ini
496 benar-benar hebat dan telah membuktikan
dapat mengatasi Kwi-bo dan lain-lainnya tadi.
Betapa tinggi ilmunya! Tapi karena Bu-tek-cinkeng adalah kitab berharga dan
menyerahkannya begitu saja juga dirasa
sayang, eman-eman maka ketua Hoa-san ini
menjublak dan tiba-tiba To Hak Cinjin
berkelebat dan berseru kepadanya,
"Hoa-san-paicu, kupikir tak selayaknya hwesio


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sombong ini memaksa kita. Dia telah
berbohong, dan untuk itu patut menerima
hukuman. Kalau kau dipaksa dan kita hendak
dihina sebaiknya kita hadapi saja hwesio ini
dan mati hidup kita tentukan di sini!"
"Benar!" Kiam Leng Sianjin tiba-tiba juga
berseru dan berkelebat maju, sudah pulih
tenaganya. "Ji Beng Hwesio semena-mena dan
mempermainkan kita, paicu. Kalau ia hendak
memaksa biarlah sekalian saja kita
497 pertaruhkan nyawa dan mati membela citacita!"
Ji Beng membelalakkan mata. Tiga ketua Hoasan dan Kun-lun serta Heng-san itu tahu-tahu
telah berendeng dan siap bertempur, masingmasing mencabut senjata dan marahlah hwesio
itu oleh kenekatan lawan-lawannya ini. Nyata
bahwa mereka tak mau kehilangan Bu-tek-cinkeng dan itu membuat hwesio ini gusar. Dan
ketika tiga ketua itu siap dan akan mengeroyok
dirinya maka Ji Beng membentak dan tangan
kirinya tiba-tiba bergerak ke arah It Lun Tojin,
yang memegang kitab.
"Kalian benar-benar tak tahu malu. Serahkan
kitab atau pinceng terpaksa membunuh!"
Sang ketua mengelak. It Lun Tosu telah tahu
kehebatan pukulan ini dan tentu saja ia tak
mau menangkis. Kitab dimasukkan ke saku
498 baju dan secepat itu pula ia berkelit. Tapi
ketika ujung jubah masih menyambar dan
angin pukulan yang amat dahsyat
mengejarnya juga maka ketua Hoa-san ini
menangkis dan ia pun, terlempar tiga meter.
"Dess-aiihhh...!"
Dua yang lain bergerak. Ji Beng berkelebat dan
mengejar Hoa-san-paicu yang bergulingan,
Kiam Leng dan To Hak Cinjin tak membiarkan
rekannya itu dirobohkan, terus saja bergerak
dan mengejar pula wakil ketua Go-bi itu. Dan
ketika hantaman Khong-san-jeng-kin dan Thikhi-hiat bergerak susul-menyusul, dua ketua
Kun-lun dan Heng-san itu menolong ketua
Hoa-san maka Ji Beng membalik dan marah
menangkis pukulan dua lawannya ini.
"Des-dess!"
499 Dua ketua itu terhuyung. Mereka kalah kuat
dan tangkisan Ji Beng yang dilakukan secara
serampangan telah membuat mereka mundur.
Hwesio itu benar-benar kuat! Tapi ketika
mereka menyerang lagi dan It Lun Tojin
membentak membalas lawannya, tadi dibuat
malu dan marah oleh pukulan lawan yang
membuatnya terlempar terguling-guling maka
Ji Beng sudah dikeroyok dan tiga ketua itu
berkelebatan cepat memburu dan mendahului
lawan.
"Ji Beng, kau congkak dan sombong. Biarlah
kami mencoba kepandaianmu dan mati hidup
kami pertaruhkan di sini!"
"Omitohud...!" sang hwesio berser?. "Kalian
tak malu-malu mengeroyok, Heng-san-paicu,
sungguh menjatuhkan nama kalian sebagai
ketua-ketua partai persilatan yang besar.
Pinceng tak takut, dan pinceng juga akan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
merebut Bu-tek-cin-keng dari tangan kalian
yang serakah.... plak-dess!" dan pukulan serta
tamparan yang bertemu ujung lengan jubah
lalu terpental dan membalik lagi, menyambar
dan bertubi-tubi tiga ketua Hoa-sa dan Kun-lun
serta Heng-san itu menyerang lawannya. Ji
Beng bertangan kosong dan hebat benar
hwesio renta ini. Meskipun kecil pendek namun
tenaga yang keluar selalu berhasil menghalau
pukulan-pukulan lawan, tiga ketua itu
penasaran! Dan ketika mereka membentak dan
pedang di tangan kanan bergerak menyambar,
suaranya mendesing menakutkan maka
pukulan dan senjata tajam silih berganti
menyambar wakil Go-bi itu, dikelit dan
ditangkis dan segera empat orang ini
berseliweran naik turun bagai burung besar
sedang bertarung. Anak-anak murid
menyatakan curang namun Ji Beng
membentak agar semua mundur, urusan itu
501 akan diselesaikan sendiri dan tak usah
siapapun membantu. Dan ketika hwesio itu
berkelebatan mengikuti bayangan lawannya,
jubah kuning ini bergerak di antara tiga cahaya
pedang yang menyambar-nyambar maka
tampak bahwa hwesio ini dapat melayani tiga
ketua Hoa-san dan Kun-lun serta Heng-san itu
dengan baik. Mula-mula memang tiga orang
ketua itu mencoba mendesak dan menekan,
pukulan maupun pedang mereka silih berganti
melepas tusukan. Tapi ketika Ji Beng
menggerakkan ujung jubahnya dan dari ujung
jubah ini keluar angin pukulan yang
menyampok atau menghalau, pedang terpental
dan semua pukulan-pukulan lawan dapat
dimentahkan maka tiga ketua itu terkejut dan
tiba-tiba lengan jubah sudah mengeras kaku
dan kini tang-ting-tang-ting menghantam
pedang mereka.
502 "Lepaskan, atau pinceng melanggar pantangan
membunuh!"
Tiga ketua itu pucat Akhirnya mereka mendesis
ketika telapak terasa pedih dan pedas. Kiam
Leng melirik dan ternyata kulit telapaknya
membeset! Dan ketika dua ketua yang lain
juga mengalami hal yang sama dan masingmasing terkejut karena lama-lama mereka tak
kuat menahan pedang, kulit bisa terkupas
semua maka Ji Beng melepas pukulan-pukulan
berat dan Cui-pek-po-kian atau Ilmu
Menggempur Tembok menindih tiga ketua ini.
"Keparat, kita akan kalah!" To Hak Cinjin, sang
ketua Heng-san berteriak pucat. Tokoh yang
berangasan ini terpekik karena satu tikaman
pedangnya dipentalkan. Dan ketika ia marah
dan berseru keras, tangan kiri bergerak
melepas pukulan listrik maka Ji Beng
503 mengeluarkan suara dari hidung dan lengan
kirinya tiba-tiba bergerak menyambut.
"Plak!"
Dua tangan itu saling tempel. Pukulan listrik
dari Thi-khi-hiat dilepas ketua Heng-san-pai ini,
disambut dan diterima Ji Beng Hwesio tapi
tiba-tiba sang ketua Heng-san tersentak kaget.
Pukulan listrik yang biasanya menyedot dan
menghisap darah lawan mendadak bertemu
segumpal tenaga lunak seperti kapas, amblas
dan tiba-tiba saja malah tersedot masuk! Dan
ketika Heng-san-paicu itu terkejut karena
pukulannya sia-sia, tak mendapat sasaran
sekonyong-konyong lengan jubah hwesio itu
bergerak sendiri dan tahu-tahu melecut
pergelangan tangannya, tepat kena nadi besar.
"Aughhh!"
504 Heng-san-paicu terpelanting. Ia ditotok dan
sejenak menjerit-jerit dengan amat kesakitan.
Pusat kekuatannya, di pergelangan tangan itu,
dilumpuhkan dan dihancurkan si hwesio. Dan
ketika ia bergulingan dan pedangnya terlepas,
tentu saja berteriak-teriak di sana maka Kiam
Leng Sianjin maupun It Lun Tojin sama-sama
mendapat kesempatan untuk menghantam
lawannya itu, di kala dua tangan sedang saling
tempel mengerahkan tenaga.
"Tak-tak!"
Pedang membacok atau menusuk di pundak
dan perut hwesio itu. Sepatutnya, lawan akan
terjungkal dan roboh. Bacokan dan tusukan
dua ketua Hoa-san dan Kun-lun ini bukanlah
main-main. Tapi ketika pedang seakan
membacok dinding yang liat, terpental dan dua
ketua itu kaget maka Ji Beng tertawa dingin
dan begitu dia mengedut tahu-tahu lengan
505 jubahnya bergerak dan menghajar dua ketua
itu. "Aduh.... plak-plak!"
Dua ketua ini terlempar dan terguling-guling.
Lawan ternyata mengeluarkan Tiat-po-sannya
dan ilmu kebal Baju Besi itu melindungi.
Pedang terpental dan tentu saja mereka
terpekik. Dan ketika hwesio itu membalas dan
mereka kena lecutan ujung jubah, dua ketua
itu bergulingan menyelamatkan diri maka Ji
Beng bergerak dan sudah mendesak dua
lawannya ini, karena Heng-san-paicu tak dapat
bangkit berdiri dan sementara itu masih
merintih-rintih.
"Menyerahlah, atau pinceng menurunkan
tangan kejam!"
506 Dua ketua itu pucat. Mereka, ketua-ketua
partai persilatan terkenal ternyata kalah
menghadapi wakil ketua Go-bi, padahal
mereka mengeroyok pula. Dan ketika desakan
semakin menghebat dan Cui-pek-po-kian juga
semakin menghimpit, ilmu Menggempur
Tembok yang dilakukan wakil Go-bi itu
menyesakkan napas maka dua ketua ini
menggigit bibir dan mereka berada di
persimpangan jalan yang sama-sama
merugikan. Menyerah berarti menghancurkan
nama sendiri, tidak menyerah berarti siap
terbunuh. Paling tidak, pasti luka berat! Tapi
ketika dua ketua itu bingung dan kematian
juga membayang-bayangi mereka, hati mulai
kecut dan perasaan terguncang mendadak
terdengar kekeh Kwi-bo dan Ratu Iblis yang
tadi dikejar-kejar delapan hwesio Go-bi muncul
di situ disusul dua bayangan temannya.
507 "Hi-hik, cukup main-main dengan kalian,
keledai-keledai gundul. Jangan mengejarngejar wanita kecuali kalau ingin mengajakku
bercumbu. Ayo, minggir atau kubuat
mampus.... plak-plakk!" rambut di kepala
wanita itu menghantam dua di antara Pat-kwahwesio, meledak dan membuat dua hwesio itu
mundur dan terkekehlah wanita ini memasuki
arena Hoa-san-paicu. Saat itu dua ketua Hoasan dan Kun-lun benar-benar terdesak hebat
dan mereka tinggal menunggu kekalahan, hal
ini tak dapat dicegah lagi. Tapi ketika wanita
itu masuk dan rambut juga meledak
menyambar Ji Beng Hwesio, langsung ke mata
maka hwesio itu terkejut dan menangkis.
"Plakk!"
Ratu Iblis berjungkir balik. la terkekeh tapi
sudah mematahkan tolakan hwesio itu,
menyelamatkan Hoa-san-paicu dan Kun-lun508 paicu dan legalah dua ketua itu dari lubang
jarum. Mau tidak mau mereka menyatakan
terima kasih kepada si Ratu Iblis ini. Dan
ketika Kwi-bo terkekeh dan Coa-ong juga
berkelebat masuk, menerjang setelah
mendorong mundur delapan hwesio Pat-kwa
maka Raja Ular itu meniup sulingnya dan
masuklah puluhan ular menyerbu tempat itu,
merayap dan mendesis-desis dengan buas.
"Ha-ha, kita kacau hwesio ini, Kwi-bo. Porakporandakan tempatnya!"
"Hi-hik, dan kita bantu tiga ketua Hoa-san dan
Kun-lun serta Heng-san itu. Kita sama-sama
memiliki musuh yang sama!"
"Dan kita bagi Bu-tek-cin-keng secara adil. Ah,
ha-ha .. puas dan tentu menyenangkan!"
509 Ji Beng Hwesio terbelalak. la marah ketika
tiba-tiba tiga manusia sesat itu datang lagi.
Delapan muridnya rupanya belum berhasil
meringkus dan kini mereka itu membantu Hoasan-paicu. Keparat! Dan ketika hwesio ini
membentak dan ayunan tangannya


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyambarkan angin dahsyat, Coa-ong
mengelak dengan cara melempar tubuh ke
atas maka ratusan ular yang tiba-tiba sudah
banyak dan memenuhi tempat itu membuat
Pat-kwa-hwesio dan murid-murid Go-bi
terkejut, jijik!
"Awas, mereka ular-ular berbisa. Minggir,
jangan sampai tergigit!"
"Heh-heh!" Coa-ong tertawa licik, gembira.
"Kalian hadapi dulu anak-anakku yang manis
itu, Pat-kwa-hwesio. Baru setelah itu aku si tua
bangka!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Pat-kwa-hwesio marah. Tentu saja mereka
mengebut-ngebutkan ujung jubah dan ularular yang mendekat langsung dibunuh. Hewan
melata yang menjijikkan itu bukan lawan berat
bagi delapan murid Ji Beng ini. Tapi ketika
Coa-ong menyambar ular-ularnya dan
melempar-lemparkannya kepada mereka, juga
murid-murid Go-bi yang lain maka delapan
hwesio ini terkejut dan murid-murid Go-bi yang
tahu-tahu sudah dikalungi ular menjerit-jerit
dan panik, tujuh di antaranya tergigit dan
menggelepar tewas, dikeroyok dan menjadi
mangsa dari puluhan atau ratusan ular yang
datang menyerbu!
"Keparat!" delapan hwesio mencak-mencak.
"Kau licik dan curang, Coa-ong. Ayo hadapi
pinceng dan jangan mengandalkan ularularmu!"
511 "Ha-ha, kalianpun licik dan curang. Siapa suruh
mengeroyok dengan begini banyak orang. Ayo,
siapa mengeroyok siapa?"
Pat-kwa-hwesio mendelik. Mereka kalah
berdebat karena itu memang betul, tadi
mereka mengeroyok tiga manusia sesat ini.
Tapi karena itulah keistimewaan mereka dan
menghadapi, seorang atau seratus orang
mereka memang akan maju berbareng, itulah
keistimewaan mereka sebagai Hwesio Segi
Delapan maka mereka tak melayani silat lidah
ini, dan sibuk menginjak atau mengebut
hancur ratusan ular yang datang. Mereka tak
dapat mendekati lawan mereka itu karena
tempat itu tiba-tiba penuh ular. Suling terus
meniup melengking-lengking dan masuklah
segala ular dari segala penjuru. Coa-ong
memanggil anak-anaknya itu dan murid Go-bi
kacau. Sungguh si Raja Ular ini membuat
512 keonaran. Tapi ketika Ji Beng membentak agar
semua menyalakan obor, ular digebah dengan
obor maka benar saja ratusan ular itu
mendadak lintang-pukang dan membalik
melarikan diri.
"Jangan bodoh, jangan panik. Nyalakan obor
dan hancurkan ular-ular itu dengan api!"
Benar saja, semua ular tiba-tiba ketakutan.
Mereka mendesis-desis melihat puluhan obor
tiba-tiba sudah berada di tangan anak-anak
murid Go-bi ini. Coa-ong melengking-lengking
namun anak buahnya tetap berserabutan. Dan
ketika kakek itu marah dan meniup sulingnya
dengan irama pendek-pendek, satu lagu yang
menyayat tiba-tiba menggetarkan semua
orang maka ular-ular itu mendadak tertegun
dan menyerang lagi, nekat menerjang api!
513 "Hm!" Ji Beng Hwesio membelalakkan matanya.
"Kau tak menghargai binatang piaraanmu
sendiri, Coa-ong. Pantas dan sungguh keji.
Namun pinceng akan menghalau dengan suara
pinceng!" hwesio itu tiba-tiba menggerenggereng, suaranya seperti gajah sedang
kelaparan dan irama pendek-pendek dari suling
Coa-ong tiba-tiba kacau. Lagu yang menyayatnyayat itu bercampur dengan gerengan si
hwesio tua, akibatnya menjadi tak keruan dan
marahlah si Raja Ular ketika ularnya tertegun
kebingungan. Dan ketika suara si hwesio
semakin kuat dan bunyi suling nyaris tertutup,
Ji Beng memang hebat maka para murid
bersorak dan obor yang ada di tangan mereka
tiba-tiba dilemparkan ke tengah dan
terbakarlah ular-ular yang terlambat
menjauhkan diri.
514 "Hore, ular-ular itu mampus. Mereka saling
gigit!"
"Ya, dan Coa-ong tak dapat meniup, sulingnya
dengan lancar, suheng. Lihat kakek itu kacau!"
Coa-ong mendelik. la memang tiba-tiba kacau
setelah gerengan suara Ji Beng Hwesio
menindih irama sulingnya yang pendek-pendek.
Suara hwesio itu demikian kuat hingga
lengkingan sulingnyapun ikut terpengaruh,
menjadi besar dan berat hingga mirip
gerengan pula. Dan ketika para murid tertawa
dan kakek itu pucat, ia gagal mengemudikan
ularnya maka mereka menjadi korban dan
sebentar saja bau daging ular memenuhi
tempat itu.
"Keparat, kuhancurkan kalian!" kakek itu
marah, menghentikan tiupan sulingnya dan
sekonyong-konyong ia menerjang masuk
515 menyambar puluhan obor yang menyala di
tengah kerumunan ular-ularnya, yang
menggeliat dan sekarat oleh api. Dan ketika
kakek itu melempar atau menendang puluhan
obor ini, yang mencelat dan membakar dinding
maka terbakarlah ruangan itu oleh kebakaran
besar, api yang menjilat-jllat dan membubung
tinggi ke atas!
"Kebakaran, celaka. Tempat kita dibakar!"
Coa-ong tertawa bergelak. Sekarang dia dapat
melampiaskan kemarahannya dengan
membakar Go-bi. Ruangan itu dijilat api dan
marahlah Ji Beng Hwesio oleh perbuatan ini. la
sedang melayani Kwi-bo dan si Hantu Langit
yang mengeroyok bersama ketua Hoa-san dan
Kun-lun. Kiam Leng Sianjin maupun It Lun
Tojin akhirnya apa boleh buat menerima
bantuan dua orang sesat itu. Mereka tak ada
pilihan lain dan berseru kepada Ji Beng bahwa
516 mereka tak minta dibantu, tiga orang sesat
itulah yang maju sendiri dan katanya juga
punya urusan dengan si wakil Go-bi. Dan
ketika Coa-ong memanggil ular-ularnya dan
kini membakar ruangan itu, Go-bi dijilat dan
dimakan api maka hwesio ini memekik dan
tiba-tiba ia menerjang dengan kedua lengan
jubahnya menyambar ke kiri kanan, dahsyat
sekali.
"Keparat, kalian benar-benar tak tahu aturan.
Ah, pinceng melanggar pantangan
HALAMAN 25 ? 32 HILANG
"Dess!"
517 Ji Beng mengejar dan tidak perduli teriakan
lawan. Hantu Langit dibuat terguling-guling
dan kagetlah iblis tinggi kurus itu karena
selanjutnya hwesio ini meledak-ledakkan
lengan jubahnya. Dan ketika ia tak dapat
meloncat bangun karena menghindar dan
mengelak sana-sin?, hwesio itu marah besar
maka Kwi-bo terkekeh-kekeh dan Coa-ong
tertawa tergelak-gelak, geli melihat rekannya
didesak hebat. Keji!
"Hi-hik, mampus kau, Bambu Kurus. Salahmu
kenapa tidak mendahului lawan!"
"Benar," Coa-ong terbahak-bahak. "Keledai
gundul ini telah mewarisi sebagian dari Bu-tekcin-keng, Jin-mo. Kalau tidak tentu tak
mungkin ia membuatmu kelabakan. Hayo,
berteriaklah kepada kami agar kami bantu.
Dan katakan berapa kau sanggup bayar!"
518 "Bedebah, terkutuk!" Hantu Langit memekik
marah. "Kalianpun tak mungkin dilepaskan
keledai gundul ini, Coa-ong. Kau telah
membunuh Lu Kong Hwesio dan murid-murid
lain. Ji Beng tak akan membiarkanmu pula
kecuali hwesio bau ini manusila pengecut yang
takut dikeroyok!"
"Ah, pinceng tak takut menghadapi kalian
semua!" hwesio itu membentak. "Kau maupun
Coa-ong tak bakal lolos dari tangan pinceng,
Jin-mo. Lihat ini pinceng menghantam Coaong!" dan hwesio itu yang benar saja membalik
dan melepas pukulan ke arah Coa-ong, yang
seketika menghentikan ketawanya dan kaget
berseru keras maka Raja Ular terpental dan
kakek itu memaki-maki. Dia membentak Ji
Beng Hwesio bahwa lawannya adalah si Hantu
Langit, bukan dirinya. Tapi ketika Hantu Langit
berseru bahwa Coa-ong membunuh Lu Kong,
519 murid utama Go-bi maka Ji Beng Hwesio tak
mau perduli dan melepas serangan lagi ke
kakek ular ini, selanjutnya berkelebatan di
antara dua orang itu dan Coa-ong berteriakteriak. Kakek ini memaki-maki temannya dan
terkekehlah Hantu Langit meloncat bangun. la
dapat berdiri lagi setelah Ji Beng Hwesio
menyerang Coa-ong. Tapi ketika pukulan demi
pukulan mengejarnya lagi, ia sibuk menangkis
dan mengelak sana-sini maka Kwi-bo tertawatawa dan Ratu Iblis itu sendirian berdiri
menonton.
Namun Pat-kwa-hwesio bergerak mendekati.
Tujuh dari delapan hwesio ini marah melihat
Ratu Iblis itu. Coa-ong dan Jin-mo sudah
dikurung gurunya dan dua tu tokoh sesat itu
berteriak berkali-kali. Ji Beng memusatkan
perhatiannya untuk merobohkan lawannya ini,
Kwi-bo diserahkan kepada tujuh muridnya itu
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dan berkelebatlah Pat-kwa-hwesio mengelilingi
si Ratu Iblis ini. Dan ketika Kwi-bo terkejut
karena segera dibentak dan diserang, Ji Beng
sudah berseru agar murid-muridnya
merobohkan wanita itu maka Kwi-bo dikeroyok
dan berubah mukanya.
"Eiit, laki-laki tak tahu malu. Hwesio-hwesio
bau! Ah, kalian tak malu-malu mengeroyok
seorang wanita? Licik, pengecut. Hayo minggir
atau maju seorang demi seorang, keledaikeledai gundul. Atau aku akan marah dan
membunuh kalian.... tar-tar!" rambut
menjeletar dan mengibas ke sana-sini. Kwi-bo
dikeroyok dan wanita itu melengking-lengking
karena sebentar saja sudah dihujani pukulan
atau sambaran lengan jubah. Suaranya
menderu-deru dan marahlah wanita itu karena
dirinya didesak. Dan ketika tujuh murid Ji Beng
Hwesio itu tak memberinya jalan keluar, ia
521 benar-benar hendak ditangkap atau
dirobohkan maka Kwi-bo membentak dan
sekonyong-konyong melenggok kian ke mari
mengeluarkan tarian sexy-nya.
"Awas, Thian-mo-bu!"
Kwi-bo terkekeh dan tertawa-tawa. la sudah
menggemerincingkan gelang-gelangnya dan
bergeraklah wanita itu meliak-liuk. la
menghindar dan mengelak semua serangan
lawan dan satu demi satu pakaian yang
melekat di tubuhpun terlepas. Itulah Thian-mobu atau Tarian Hantu Langit, tarian yang penuh
daya pesona karena segera pemiliknya
bertelanjang bulat. Dan ketika benar saja
sekejap kemudian Kwi-bo sudah tak
mengenakan sehelai benangpun, polos dengan
lekuk-lengkung tubuh yang penuh daya pikat
maka tujuh murid Ji Beng Hwesio ini terkejut
dan "silau.
522 "Awas, jangan terpancing keindahan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya!"
Namun seruan atau bentakan Ji Beng Hwesio
itu terlambat bagi murid-muridnya. Pat-hwesio,
hwesio termuda, sudah tertegun dan terbelalak
memandang keindahan tubuh si Ratu Iblis ini.
Kwi-bo memang cantik dan menggairahkan.
Tak ada satu laki-laki yang normalpun akan
melengos dari bentuk tubuh atau keindahan
wanita ini, apalagi dalam keadaan telanjang
bulat begitu. Polos tanpa sehelai benang pun!
Dan ketika Pat-hwesio tertegun dan
membelalakkan matanya, darah berdesir maka
sekonyong-konyong segumpal rambut
menyambar kepalanya.
"Plak!"
Hwesio itu roboh. Pat-hwesio yang termuda
dan tergampang dirangsang tiba-tiba sudah
523 terpengaruh oleh daya pikat wanita itu. Si Ratu
Iblis terkekeh dan bergeraklah dia ke hwesio
termuda ini. Matanya yang tajam telah
mengetahui bahwa hwesio itulah yang lebih
dulu terpesona. Dan ketika ia bergerak dan
meledakkan rambutnya, lawan roboh dan
pingsan maka berkelebatanlah wanita ini ke
Jit-hwesio dan Liok-hwesio, hwesio nomor
tujuh dan enam, disusul kemudian kepada
hwesio-hwesio yang lain dan tersentak serta
kagetlah hwesio-hwesio itu oleh gerakan si
Ratu Iblis. Wanita ini telah mempergunakan
daya pikatnya yang besar dan tahu-tahu Jithwesio maupun Liok-hwesio berteriak, roboh
oleh tamparan atau ledakan rambut wanita itu.
Dan ketika tiga dari tujuh hwesio ini roboh oleh
serangan yang mendadak, mereka juga
terpesona oleh tubuh indah si Ratu Iblis maka
Ji-hwesio yang merupakan orang tertua di situ
menjadi marah dan gusar.
524 "Sute, jangan pandangi tubuhnya. Awas,
hindarkan rambutnya dan jangan tatap
langsung!"
Namun tiga hwesio adik-adik seperguruannya
itu repot. Mereka dipaksa mengelak sana-sini
dan tak boleh memandangi tubuh lawan.
Memang di situlah daya tarik si Ratu Iblis yang
membuat silau. Mata laki-laki tak mungkin
dilepas begitu saja. Dan karena mereka
biasanya berdelapan dan sekarang tiba-tiba
dikacau sedemikian rupa, wanita itu memang
kurang ajar maka Pat-kwa-hwesio yang tinggal
empat orang ini bingung dan gugup mengelak
sana-sini. Mereka juga membalas namun
setiap akan menyentuh bagian-bagian tubuh
tertentu tentu mereka tarik kembali.
Bayangkan, mana mungkin jari mereka harus
bertemu langsung dengan pinggul atau buah
dada wanita itu, yang sengaja dibiarkan dan
525 melambai-lambai kian kemari, tanpa penutup!
Dan karena mereka juga seorang hwesio yang
seharusnya menjauhi wanita, hidup berwadat
maka sungguh susah menghadapi si Ratu Iblis
yang tak tahu malu ini, mengelak dan
menghindar saja dan akibatnya mereka
didesak hebat, terus tertekan dan tertekan dan
marahlah Ji Beng Hwesio melihat kerepotan
empat muridnya. Kwi-bo memang kurang ajar!
Dan ketika Ji-hwesio maupun ketiga
saudaranya harus sering memejamkan mata
melihat bagian-bagian tubuh si Ratu blis yang
dipertontonkan sambil terkekeh-kekeh, hati
atau perasaan empat hwesio itu terguncang
maka Ji Beng melepas sebuah pukulan dan
terpekiklah Kwi-bo ketika tahu-tahu terlempar,
mencelat.
"Kwi-bo, pakai pakaianmu atau pinceng akan
menutupnya dengan lumpur!"
526 Si Ratu Iblis menjerit. la sedang senangsenangnya mempermainkan empat hwesio
yang kebingungan itu, siap menggerakkan
tangan atau rambutnya untuk merobohkan.
Tapi begitu Ji Beng menghantamnya dan ia
terguling-guling, tepat sekali memasuki sebuah
kubangan maka si cantik ini menjerit ketika
tahu-tahu tubuhnya sudah bermandi lumpur.
"Byurr!"
Ratu Iblis itu memekik. la tak menyangka
pukulan Ji Beng Hwesio tadi dan penuhlah
tubuhnya oleh lumpur kotor. Tubuh yang
semula halus putih mendadak menjadi gelap
dan hitam! Dan ketika ia mencak-mencak dan
keluar memaki-maki, Ji-hwesio dan saudarasaudaranya lega maka Ji Beng berseru agar
mereka menolong tiga saudara yang pingsan.
Guru mereka itu akan menghajar si Ratu Iblis.
527 "Kalian cari di mana Hoa-san-paicu dan mana
suheng kalian Twa-ji. Pinceng akan
menghadapi dan menangkap mereka ini!"
"Keparat!" si Ratu Iblis melengking-lengking.
"Kau akan kubunuh, Ji Beng Hwesio. Dan lihat
Thian-mo-buku yang akan menghancurkan
dirimu... tar-tar!" dan rambut yang meledakledak mengiringi tubuh yang meliuk naik
akhirnya membuat si Ratu Iblis menjerit
menyerang lawannya itu, maju membantu si
Hantu Langit dan Coa-ong terkekeh-kekeh
melihat kemarahan temannya itu. Ia geli
melihat Kwi-bo berlepotan lumpur. Tubuh yang
halus mulus itu mendadak sudah menjadi
hitam dan bau oleh lumpur yang kotor, Dan
ketika rekannya itu menerjang dan meledakledakkan rambutnya, juga gelang yang
berkemerincing nyaring maka Ji Beng diserbu
namun hwesio Go-bi ini mendengus dan
528 bahkan membungkuk dan menerima serangan
lawannya itu.
"Dess!"
Ratu Iblis mencelat. Kwi-bo kalah kuat dan
berteriaklah wanita itu oleh kemarahan yang
sangat. Tapi ketika ia melompat bangun dan
menerjang lagi, rambut dan gelangnya bertubitubi menyerang hwesio itu maka Ji Beng
kewalahan namun si hwesio mengebutkan
lengan jubahnya berulang ulang dan tetap
wanita itu terpental. Kwi-bo menjadi nekat
namun tetap saja kalah kuat. Sinkang atau
pukulan sakti si hwesio selalu mendorongnya.
Dan ketika Coa-ong maupun si Hantu Langit
juga terdorong dan berkali-kali jatuh bangun,
mereka tak kuat oleh kebutan si hwesio maka
tiga orang ini tiba-tiba terperangkap gulungan
angin jubah dan tahu-tahu sudah tak dapat
529 melepaskan diri lagi, terbawa pusaran angin
kuat.
"Celaka, hwesio ini mengeluarkan Thai-san-apting (Gunung Thai-san Tindih Kepala)!"
"Benar, dan kita terbawa angin putarannya Jinmo. Awas lempar tubuh ke atas dan jangan
disedot!"
Coa-ong, yang kaget berseru keras tiba-tiba
membentak. Suling di tangannya bergerak
menghantam namun kebutan ujung jubah
menangkapnya, Si Raja Ular ini kaget namun ia
berseru keras membetot, celaka sekali malah
patah dan hancur di tengah jalan. Dan ketika
kakek itu terjengkang dan ujung jubah terus
menyambarnya, dua temannya yang lain
tertahan dan sedang berkutat menghadapi
ujung jubah yang lain maka kakek itu berteriak
ketika tahu-tahu dada kanannya terhantam.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Plak!" Coa-ong meraung bagai anjing gila.
Kakek ini terguling-guling dan mengeluh di
tanah, mulut melontakkan darah segar. Luka
dalam! Dan ketika dua temannya terkejut dan
berseru keras, Kwi-bo melempar tubuh ke atas
untuk coba melepaskan diri maka si Hantu
Langit menjadi kaget ketika lawan mengebut
dan serpihan suling menyambar mukanya.
"Crat-crat!"
Jin-mo tak mampu mengelak, Ji Beng yang
menggubat hancur suling si Raja Ular dan kini
mengebutkannya ke muka si Hantu Langit tibatiba dengan tepat mengenai wajah si kakek
setinggi bambu itu. Jin-mo menjerit dan
berteriaklah kakek itu berlumuran darah. Pipi
dan tulang rahangnya ditembus serpihan suling,
tajam dan keras bagai serpihan atau bubuk
besi baja. Dan ketika kakek itu bergulingan
mengaduh-aduh, Kwi-bo terkejut dan
531 melayang turun oleh kejadian cepat ini maka
iapun disambut dan dikejar si hwesio, yang
ujung jubahnya kini dililit dan dipelintir seperti
toya, kaku dan liat menyambar kakinya.
"Kwi-bo, kaupun robohlah!"
Wanita ini pucat. la sudah dipermalukan
hwesio tua itu dengan menceburkannya ke
lumpur hitam, kini diserang dan siap menerima
serangan ujung jubah itu, yang dipelintir dan
menderu dengan amat hebatnya. Dan maklum
bahwa ia menghadapi bahaya, kakinya pasti
patah bertemu tongkat jubah itu maka wanita
ini mencabut jarum-jarum beracunnya dan
sambil berteriak putus asa ia menyambitkan itu
siap mengadu jiwa.
"Ji Beng, kaupun robohlah!"
532 Sang hwesio tertegun. Dia sudah merobohkan
dua dari tiga orang lawannya ini, kini
mendapat serangan jarum-jarum halus yang
semuanya menyambar mata. Kwi-bo hendak
mengadu jiwa dengannya. Dan maklum bahwa
serangan itu tak boleh dibuat main-main,
matanya akan buta bila terkena maka hwesio
ini mengurangi tenaganya untuk secepat kilat
menggerakkan ujung ubahnya yang lain untuk
menyampok jarum.
"Plak-plak-dess!"
Kwi-bo terlempar dan mengeluh. Wania itu tak
sampai patah kakinya namun tetap saja ia
terbanting. Tongkat jubah amatlah hebat dan
meskipun dikurangi tenaganya namun ia
merasa u urat-uratnya hancur. Dan karena
hwesio itu menyampok jarum-jarumnya dan
jarum-jarum itu tertolak balik, menyambar dan
kembali kepadanya maka belasan jarum
533 menancap di tubuh dan satu di antaranya tepat
menancap di ujung buah dadanya, sakit bukan
main.
"Aduhh....!"
Wanita ini mengeluh. Ia menjerit dan dua
temannya tiba-tiba juga mengeluarkan
senjata-senjata rahasia. Beberapa pelor hitam
dan jarum-jarum halus menyambar Ji Beng
Hwesio. Tapi ketika hwesio itu menolak runtuh
dan tiga orang ini pucat, lawan sungguh hebat
maka mereka memutar tubuh dan... jatuh
bangun melarikan diri.
"Tolong....!"
Seruan itu membuat Ji Beng Hwesio terkejut.
Hwesio ini akan mengejar lawan-lawannya tapi
tba-tiba terdengar teriakan muridnya tertua.
Kebakaran sudah mulai padam namun asap,
534 dan puing-puing yang hangus runtuh menimpa
ke kiri kanan, memaksa hwesio itu menoleh
karena Twa-ji, muridnya tertua, berteriak dari
sebelah kiri di mana beberapa bayangan
tampak berkelebatan. Dan ketika hwesio itu
tertegun karena seseorang menyambar Hoasan-paicu, muridnya terbanting dan berteriak
kepadanya maka hwesio ini tak jadi mengejar
dan berkelebat ke arah muridnya itu.
"Suhu, Hoa-san-paicu dilarikan orang itu.
Cepat, kejar dia!"
Ji Beng membentak. la sudah melihat
bayangan ini namun bayangan-bayangan lain
juga mengejar, Empat sosok tubuh bergerak
atau berkejaran di malam gelap itu, siapa


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka hwesio ini tak tahu. Tapi ketika ia
berkelebat dan menghantam bayangan itu,
yang tertawa dan melempar Hoa-san-paicu
mendadak bayangan lain menangkap dan
535 menerima si ketua Hoa-san-pai itu,
melarikannya ke tempat lain.
"Ha-ha, hebat dan kuat bukan main kau ini, Ji
Beng Hwesio. Tapi aku tak takut dan coba
terima tangkisanku ini.... dess!" bayangan itu
terlempar, kaget berjungkir balik dan Ji Beng
Hwesio terkejut karena lawan mampu
mematahkan serangannya, turun dan sudah
terbahak-bahak melarikan diri. Hoa-san-paicu
sudah disambar orang lain dan dibawa lari pula
ke tempat yang lain. Dan ketika hwesio ini
sadar namun yang diburu adalah ketua Hoasan-pai itu, yang menyimpan Bu-tek-cin-keng
maka hwesio ini berseru mengejar dan tidak
perduli lagi kepada lawan yang baru saja
menangkis pukulannya ini, anak-anak murid
Go-bi berseliweran kacau.
"Berhenti, dan serahkan Hoa-san-paicu kepada
pinceng!"
536 Namun bayangan di depan mempercepat
larinya. la mendorong dan memukul jatuh
murid-murid Go-bi yeng berteriak-teriak di
depan. Dari mana-mana memang muncul
anak-anak murid yang berdatangan. Tapi
ketika Ji Beng berkelebat dan mengerahkan
ilmunya meringankan tubuh yang luar biasa,
mencelat dan tahu-tahu melewati kepala
bayangan ini maka hwesio itu membentak
melepas pukulan, melayang turun di depan
lawan yang terkejut.
"Manusia busuk, serahkan Hoa-san-paicu
kepada pinceng!"
Bayangan itu terpekik. la terkejut ketika tibatiba hwesio Go-bi itu sudah ada di depannya,
menggerakkan tangan ke bawah dan
meluncurlah hawa yang amat kuat menahan
larinya. Dan ketika ia menjerit dan Ji Beng
tertegun karena itu ternyata wanita, bayangan
537 ini berpakaian hitam-hitam dan memegang
sebuah tusuk konde hitam, membentak dan
menyambut pukulan hwesio itu maka Ji Beng
tergetar tapi lawan juga terpental.
"Dess!"
Sang hwesio terbelalak. Go-bi, yang haram
didatangi wanita mendadak sudah dua kali
dikunjungi perempuan. Yang pertama adalah
Kwi-bo dan yang kedua adalah wanita ini,
bayangan hitam-hitam ini. Dan ketika wanita
itu terlempar dan berjungkir balik
menyelamatkan diri, pukulan si hwesio
membuat dadanya sesak maka bayanganbayangan lain berkelebatan dan tahu-tahu
mengepung hwesio itu.
"Ji Beng, biarkan Hoa-san-paicu di tangan kami.
Mundur atau kau kami bunuh!"
538 Hwesio ini terkejut. Dia sedang terbelalak dan
tertegun bahwa tempatnya sudah dimasuki
banyak orang. Tadi adalah ketua-ketua Hoasan dan Kun-lun serta Heng-san kini tiba-tiba
ditambah orang-orang ini, setelah Coa-ong dan
Kwi-bo muncul. Dan ketika ia membalik karena
tiga pukulan menyambarnya dari kanan kiri,
bayangan wanita hitam-hitam itu melengking
dan meluncur turun maka hwesio ini
menangkis dan tergetarlah dia oleh adu
pukulan yang amat dahsyat.
"Dess!"
Sang hwesio terhuyung mundur. Di situ tahutahu muncul tiga laki-laki berbeda rupa dan
bentuk tubuh. Yang di depan adalah laki-laki
bermuka pucat sementara yang di sebelah kiri
dan kanannya adalah seorang raksasa yang
bermuka merah dan temannya yang pendek
bermata coklat. Tiga orang itu
539 menggempurnya dengan pukulan yang amat
kuat dan hwesio itu terdorong, tadi sedang
tertegun dan terkejut oleh datangnya begini
banyak orang di malam gelap. Go-bi benarbenar disatroni musuh! Tapi begitu sang
hwesio tergetar dan mundur terhuyung
selangkah, wajah berobah penuh amarah maka
wanita berpakaian hitam-hitam yang mukanya
kuning kehitaman itu membentak dan
menerjangnya, setelah tadi dibuat berjungkir
balik.
"Kwi-bun, bunuh si keledai gundul ini. Dia
hampir mencelakai aku!"
"Hm!" si muka pucat, yang dingin dan kaku
wajahnya berkelebat mengangguk. "Aku sudah
lama ingin membunuhnya, Tong-si. Hayo kita
labrak dan hajar hwesio ini!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Ha-ha," si pendek bermata coklat tertawa
bergelak, maju membantu. "Aku juga sudah
lama ingin mengasah senjataku, Tong-si. Hayo
main-main dan keroyok hwesio ini. Awas,
jangan sampal ciangbunjin (ketua) Go-bi-pai
muncul!"
"Tak perlu takut kepada siapapun!" si raksasa
bertubuh tinggi besar menerjang, ikut berseru
menggerakkan senjatanya yang mengerikan,
sekumpulan tengkorak yang diayun dan
mengaung menderu-deru. "Ji Leng Hwesio
boleh menghadapi kita, Cian-jiu-jin-touw. Dan
kita bikin mampus semua tokoh-tokoh Go-bi....
wher-wherrr!" dan tengkorak yang menderu
serta menyambar-nyambar ganas, bergerak
bersama tusuk konde hitam yang bercuitan
dan mengepung si hwesio tiba-tiba sudah
susul-menyusul dengan kapak maut yang
dibawa si pendek bermata coklat itu, juga
541 ketrikan kuku-kuku hitam yang dipunyai si
muka pucat. Ji Beng Hwesio tiba-tiba sudah
dikeroyok dan dikepung empat lawan tangguh
dan tiba-tiba saja hwesio itu terdesak. Ji Beng
terkejut dan tertegun melihat siapa lawanlawannya ini, orang-orang dari dunia hitam,
empat dari Tujuh Siluman Langit karena
mereka itu bukan lain adalah suami isteri
Tong-si dan Kwi-bun, laki-laki bermuka pucat
dan perempuan berpakalan hitam-hitam itu,
yang bertusuk konde. dan ketika si raksasa
juga menyambar dan inilah See-tok dari barat,
tokoh luar biasa kejam dengan racun-racunnya
yang ganas maka si pendek bermata coklat
yang bukan lain Cian-jiu-jin-touw alias
Pembunuh Bertangan Seribu itu juga
mengayunkan kapaknya dan senjata yang
berkilauan ditimpa sinar bulan ini menjadi
senjata maut yang setiap kali luput tentu
membabat roboh pohon-pohon di sekitar.
542 "Omitohudi" sang hwesio berseru setelah sadar,
hilang kagetnya. "Kiraya kalian, Cian-jiu-jintouw. Dan sekarang malam-malam datang
menyatroni Go-bi untuk memercikkan api
permusuhan. Ah, Go-bi tak akan mengampuni
kalian dan pinceng heran kenapa kalian datang
secara tiba-tiba!"
"Ha-ha!" si pendek bermata coklat tertawa
bergelak, dialah tampaknya yang paling
periang. "Kami datang karena mendengar
undangan Bu-tek-cin-keng, Ji Beng Hwesio,
juga karena solidaritas kami terhadap Coa-ong
yang kau kejar-kejar. Ha-ha, kenapa kau
memusuhi rekan kami dan bukankah wajar bila
kami memusuhimu!"
"Omitohud, kalian orang-orang sesat yang
selalu datang membawa onar. Ah, pinceng
telah melukai Coa-ong dan kini pinceng juga
akan merobohkan kalian.... wut-plak-plak!" si
543 hwesio menangkis dan mengelak dari serangan
tengkorak dan tusuk konde hitam, mengibas
dan kapak bertemu ujung lengan jubahnya
yang meledak bagai petir. Dan ketika kuku jari
Kwi-bun (Si Pintu Setan) juga terpental
berketrik nyaring, empat orang itu terdorong
mundur maka muncullah Kwi-bo dan dua
temannya yang tertatih-tatih.
"Ha-ha, itu sobatku Coa-ong. Ah, ia masih
sanggup berjalan!"
"Dan itu Kwi-bo. Ah, ia masih cantik dan
menggiurkan!" si raksasa, See-tok (Racun
Barat), berseru memandang Kwi-bo. Ratu Iblis
itu terpincang setelah tadi dihantam pukulan Ji
Beng, masuk dan berseri-seri karena empat
kawannya yang lain datang. Lengkaplah
mereka sekarang sebagai Tujuh Siluman Langit.
Namun ketika ia mendengar kata-kata s
raksasa, yang parau dan mengeluarkan air
544 liurnya maka Ratu Iblis yang telah
membersihkan dirinya dari lumpur itu
mendengus.
"See-tok, kau tua bangka tak tahu malu. Dari
dulu selalu mengincar diriku. Huh, bunuh dulu
si keledai gundul itu dan baru aku akan
melayan? hasratmu yang menggebu-gebu!"
"Ha-ha," si pendek bermata coklat tertawa
bergelak, inilah Pembunuh Bertangan Seribu.
"See-tok seorang tak akan mampu, Kwi-bo,
harus kubantu dan karena itu imbalannya juga
harus dibagi dua. Ah, kau tetap cantik dan
memang menggiurkan!"
"la milikku!" si raksasa membentak. "Kau
jangan macan-macam, Cian-jiu-jin-touw. Atau
kupukul pecah kepalamu dan kau tinggal
nama!"
545 "Ha-ha, Kwi-bo milik banyak orang. la akan
memilih siapa yang akan dipilih. Hayo, jangan
melotot kepadaku!"
"Tak usah bertengkar," si wanita berpakaian
hitam-hitam membentak, ia adalah Tong-si
(Mayat Perunggu) yang menjadi isteri Kwi-bun,
Si Pintu Setan. Kita semua membenci Go-bi,
See-tok. Bunuh si keledai gundul ini dulu dan
baru setelah itu cekcok sesuka kalian!"
"Ha-ha, benar," Si Pembunuh Bertangan Seribu
mengangguk. "Kau selalu menengahi kami
Tong-si. Nasihatmu benar dan biarlah kita
hadapi dulu si Ji Beng Hwesio ini.... krakbummm!" dan sebatang pohon yang dibabat
kapak si pendek bermata coklat ini lalu roboh
mengeluarkan suara keras setelah tadi kapak
itu luput dikelit si hwesio. Tusuk konde
menyambar dari kanan dan Ji Beng
mengebutkan ujung jubahnya menangkis
546 serangan itu. Dan ketika tengkorak juga luput
menyambar dan meledak mengenai tanah,
batu dan pasir berhamburan maka Si Pintu
Setan mengeluarkan suara bersiul dan kuku
jarinya tiba-tiba molor seperti karet dan
menusuk leher si hwesio Go-bi itu.
"Cret-plak!"
Ji Beng Hwesio mengibas dan mengelak. Cepat
dan bertubi-tubi tahu-tahu hwesio ini sudah
menerima pukulan dari mana-mana, keroyokan
atau rangsekan lawan yang menggila. Namun
ketika ia mampu menolak semuanya itu dan
empat lawannya terpental mundur, masingmasing berseru kaget maka Kwi-bo
menjeletarkan rambut dan menerjang, ikut
masuk dalam pertempuran hebat ini.
547 "Kwi-bun, isterimu benar. Kita bunuh dulu si
tua bangka ini dan setelah itu cek-cok
belakangan!"
Ji Beng Hwesio melengking. Hwesio itu marah
karena Kwi-bo menerjang dan menjeletarkan
rambutnya, di sana si Raja Ular dan si Hantu
Langit juga siap membantu, karena mereka
sudah bergerak dan mengambil ancang-ancang.
Tapi ketika hwesio itu menangkis dan Kwi-bo


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terpental, si Ratu Iblis ini menjerit maka
berkelebatlah bayangan seorang pemuda yang
membantu wakil ketua Go-bi itu.
"Ji Beng lo-suhu, maaf aku datang main-main.
Berikan sebagian dari lawan-lawanmu untuk
kuhadapi!"
Coa-ong dan Hantu Langit terkejut. Mereka
itulah yang diserang dan tahu-tahu menerima
dua pukulan panas. Tapi ketika mereka
548 mengelak dan pemuda itu mengejar, mereka
menangkis maka Coa-ong maupun Jin-mo
terpental.
"Dukk!"
Dua kakek iblis itu tersentak. Mereka sudah
diserang dan dikejar lagi dan meluncurlah
pukulan bertubi-tubi dari pemuda gagah itu.
Coa-ong masih menderita luka dalam dan
kakek itu memaki-maki. Maklumlah, pukulan Ji
Beng Hwesio tadi masih membuat dadanya
sesak dan ia baru saja menelan obat, lukanya
belum pulih. Dan ketika kakek itu mengelak
dan Jin-mo alias si Hantu Langit juga memekik
dan memandang lawannya, pemuda yang luar
biasa ini maka mereka sama-sama melihat
adanya sebuah cambuk lemas yang melilit
pinggang pemuda itu.
549 "Kim-liong-pian, bedebah, kiranya bocah she
Song!"
"Benar, ini kiranya Cambuk Lemas Naga Emas,
Jin-mo. Bocah ini berani benar memusuhi kita!"
"Hm, aku selamanya akan memusuhi orangorang seperti kalian!" pemuda itu membentak,
kaki tangannya terus bergerak-gerak. "Kalian
selalu mengacau dan membuat onar di manamana, Coa-ong. Hadapi aku dan jangan main
keroyok terhadap yang terhormat ketua Gobi!" dan mendesak serta melancarkan pukulanpukulannya yang berhawa panas, dua kakek
itu mengelak dan menangkis sana-sini maka
Coa-ong maupun Hantu Langit keteter. Mereka
sedang terluka dan hanya Jin-mo yang agak
mendingan, karena kakek setinggi galah ini tak
mengalami luka dalam seperti yang dialami
Coa-ong, yang serasa remuk dadanya tadi.
Dan ketika kakek itu mulai membalas namun
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
pemuda ini benar-benar hebat, pukulan dan
gerakan kakinya amat luar biasa cepat maka
perlahan-lahan pemuda itu mampu mendesak
dua lawannya. Dan Coa-ong batuk-batuk
menahan lontakan darah yang hendak keluar
lagi dari mulutnya.
"Keparat, biar kupakai ular-ularku yang paling
berbisa!" kakek itu berseru, mengelak dari
serangan lawan dan tiba-tiba ia mengeluarkan
dua ekor ularnya yang amat berbisa. Lalu
ketika ia didesak dan pemuda itu
menyerangnya lagi, bertangan kosong, maka
kakek ini sudah mempergunakan sepasang
ularnya yang mendesis-desis.
"Plak-plak!"
Pemuda itu menangkis dan mengelak. Ia harus
membuang tubuh ketika bau ular yang amis
menyengat hidungnya, disusul kemudian oleh
551 tendangan kakinya yang menghalau Jin-mo.
Dan ketika kakek setinggi galah itu mundur
dan Ji Beng Hwesio terbelalak, pemuda itu
sudah membantunya maka Kwi-bo
melengking-lengking dan bersinar memandang
pemuda yang baru datang itu, pemuda gagah
yang tampan.
"Eh, biar aku menghadapi saja bocah yang
baru datang itu, Kwi-bo. Kau bantu dulu Kwibun dan lain-lainnya ini. Coa-ong masih
terluka!"
"Hm!" See-tok membentak. "Apa-apaan kau ini,
Jin-touw. Musuh yang lebih berat kau tinggal
dan musuh yang lebih lemah kau hadapi. Ayo,
biarkan saja pemuda itu karena Jin-mo
maupun Coa-ong dapat menghadapi!"
"Ah, ha-ha... tidakkah kau lihat Coa-ong sudah
mengeluarkan ularnya? Bocah itu juga tak
552 kalah berbahaya, See-tok. Tahan dulu si
gundul itu dan aku masuk lagi setelah pemuda
itu kurobohkan!"
"Hm, tak usah sombong" si Raja Ular berseru
marah. "Aku seorang cukup menghadapinya,
Jin-touw. Kalau tidak terluka tak mungkin aku
mengeluarkan senjataku. Mundur, dan lihat
saja aku membunuhnya!"
"Ah, kau tak mau dibantu?"
"Sementara ini tidak. Dua ularku ini cukup
membantu!" dan ketika kakek itu juga berseru
agar temannya mundur, Hantu Langit diminta
menonton maka kakek itu sudah menghadapi
lawannya dengan sepasang ular menyambarnyambar. Pemuda ini mengelak dan
berlompatan ke sana ke mari dan
553 Pemuda ini mengelak dan berlompatan ke sana ke
mari dan bergeraklah Coa-ong dan membalasnya.
Sejenak, pemuda itu tak mampu membalas.
Maklumlah, ia....
554 bergeraklah Coa-ong mendesak dan
membalasnya. Sejenak, pemuda itu tak
mampu membalas. Maklumlah, ia amat
berhati-hati dengan sepasang ular di tangan
kakek itu. Namun ketika ia membentak dan
ular di tangan lawan mengeluarkan bau
semakin amis, busuk, maka sebuah sinar emas
tiba-tiba melengkung panjang dan berkelebat
dari pinggang pemuda itu.
"Coa-ong, kau licik dan curang. Di mana-mana
selalu mempergunakan ular berbisa. Tapi aku
t?dak takut, dan lihat senjataku ini akan
menggebah ularmu.... tar!" dan cambuk lemas
(pian) yang tahu-tahu meledak dan lolos dari
pinggang pemuda itu tiba-tiba sudah
menyambar dan menghantam ular di tangan
kakek ini. Coa-ong terkejut dan ularnya
menggeliat, cepat menarik dan menyelamatkan
ularnya itu. Dan ketika kakek ini marah karena
555 ledakan cambuk lemas membuat ularnya takut,
mengelak dan meronta dari tangannya maka
cahaya kuning emas itu sudah menyambarnyambar lagi dan kini menghalau ular-ularnya.
"Keparat!" kakek itu marah. "Kau hebat, Kimliong-pian. Tapi aku tak dapat melayanimu
secara penuh karena sudah terluka!"
"Tak usah banyak cakap. Suruh dua temanmu
yang lain itu maju dan kuhajar biar kapok. Ayo,
kalian jangan menonton dan berdiam saja di
pinggir!"
"Ha-ha," si Pembunuh Seribu Tangan sudah
tertawa bergelak, maju berkelebat. "Bocah ini
menantang kita, Jin-mo. Ayo maju dan bunuh
dia!"
Jin-mo, yang gusar dan menonton dengan
marah tiba-tiba bergerak mengayun tubuhnya.
556 Sebenarnya ia tak mau maju setelah Coa-ong
dengan sombong menyuruhnya minggir. Tapi
begitu pemuda itu mengeluarkan cambuk
emasnya dan sinar kuning mendesak Coa-ong,
rekannya itu memang terluka maka ia maju
dan marah melihat kesombongan pemuda
gagah ini. Ia sudah mendengar nama harum si
Cambuk Naga Emas ini, baru kali itu bertemu.
Dan karena lawan tampak sombong dan belum
apa-apa minta dikeroyok, ia masih gentar oleh
kehebatan Ji Beng Hwesio maka iblis setinggi
galah ini jadi ingin menumpahkan
kemarahannya kepada Si Naga Emas itu. Dan
begitu ia maju sambil mencabut tongkat
bambunya, tongkat yang panjangnya hampir
tiga meter maka senjata itu menyambar dan
keluarlah tujuh sinar hitam dari ujung tongkat.
"Kau minta mampus, baik, kuturuti!" tujuh
sinar hitam ini mendahului serangan tongkat,
557 menyambar dan mengejutkan pemuda itu dan
saat itu pula dari kiri dan kanan datang pula
serangan Coa-ong dan Jin-touw. Tapi begitu
pemuda ini mengeluarkan seruan keras dan
cambuk emas diputar cepat maka sinar-sinar
hitam runtuh dan serangan lawanpun terpental.
**SF**
(Bersambung jilid 8)
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
558 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 8
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
559 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 8
"CRANG-cring-crang-cring!"
Tujuh sinar hitam lenyap. Coa-ong dan Jintouw memaki marah karena mereka harus
menangkis atau menghindar dari jarum-jarum
hitam yang terpental ini. Itulah jarum-jarum
rahasia yang keluar dari tongkat Jin-mo dan si
Hantu Langit itupun memekik marah karena
serangannya tak berhasil. Kim-pian atau si
Naga Emas itu sungguh lihai. Tapi ketika ia
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
membentak lagi dan menerjang maju, tongkat
bergerak dan pemuda gagah itu harus
menghadapi lawannya lagi maka Coa-ong
maupun Jin-touw menyerang dari kanan kiri
setelah tadi berjungkir balik menghindar
serangan cambuk lemas.
"Bocah ini hebat, tapi kita akan mencincangnya
seperti perkedel!"
"Benar, dan akan kubunuh dia, Coa-ong. Bocah
she Song ini tak boleh diampuni!"
"Hm, tak perlu banyak cakap!" pemuda itu
bergerak dan mengikuti bayangan lawan, maju
mundur dan meledak-ledakkan cambuk
lemasnya dengan amat cepat. "Tak usah
banyak omong atau nanti akulah yang
membunuh kalian, Coa-ong. Hayo maju dan
mana itu ular-ularmu yang penakut!"
561 Si Raja Ular memekik. Ia merasa direndahkan
dan marah karena dua ekor ularnya memang
tiba-tiba mengkeret dan tak berani menyerang
lagi setelah sinar emas dari kim-pian atau
cambuk lemas itu meledak-ledak. Suaranya
seperti petir dan suara inilah yang membuat
ular-ularnya takut. Dan ketika ia membentak
dan sepasang ularnya dipukul-pukulkan, kakek
itu marah dan menghardik agar ularnya tidak
takut maka Jin-mo maupun Jin-touw juga
berkelebatan melepas serangan sementara
Pembunuh Bertangan Seribu itu masih belum
mengeluarkan kapaknya, yang tadi disimpan.
"Ayo... ayo maju dan jangan banyak cingcong.
Pemuda ini benar, ia akan membunuh kita atau
kita yang akan menghabisinya!"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiga orang itu berkelebatan naik turun. Coaong yang sudah terluka oleh pukulan Ji Beng
mencoba mendesak dan merangsek lawannya
562 namnun kim-pian atau cambuk lemas di
tangan pemuda itu benar-benar hebat sekali.
Suaranya meledak-ledak dan kini bahkan
bercuitan menyambar ular-ularnya. Dan ketika
ujung cambuk mengeluarkan asap dan ularularnya semakin ketakutan, kakek itu marah
dan kecewa maka ia melempar ularnya untuk
dipakai menyerang si Naga Emas itu.
"Mampuslah, atau kau boleh bunuh anakanakku yang tidak berguna itu!"
Si Naga Emas terkejut. Sepasang ular di
tangan si kakek meluncur dan terbang
menyambarnya lewat putaran cambuknya yang
rapat. Sinar emas bergulung naik turun dan
tahulah ia kekecewaan lawan. Ular yang
diandalkan ternyata malah mengkeret
berhadapan dengan cambuknya itu, senjata
yang meledak-ledak dan mengeluarkan asap.
Tapi ketika ia menangkis ular-ular itu dan
563 kontan binatang itu menggeliat dan putus
tubuhnya, darah memuncrat dari gerakan
cambuk yang tajam maka dari kiri dan kanan
menyambar serangan Jin-mo dan Jin-touw.
Dua orang itu melepas pukulan sementara
tongkat di tangan si Hantu Langit juga
mengeluarkan tujuh jarum berbisa yang amat
jahat. Jarum-jarum itu menyambar dari ujung
tongkat yang dipencet si kakek. Jin-mo
memang curang. Dan ketika si Naga Emas
mengelak dan meledakkan cambuknya, tangan
kiri bergerak menghalau pukulan lawan maka
Jin-touw yang terkekeh membungkukkan
tubuh sekonyong-konyong mencabut kapaknya
itu dan membabat kaki si Naga Emas, cepat
dan luar biasa.
"Ha-ha, buntung kakimu, bocah. Dan kau
robohlah!"
564 Si Naga Emas tersentak. la sibuk menghindari
atau menghalau ular-ular Coa-ong dan jarumjarum Jin-mo. Semua itu amatlah berbahaya
sementara tangan kirinya menangkis pukulan
sinkang. Maka begitu si Pembunuh Seribu
Tangan mencabut kapaknya dan dengan
senjata itu tiba-tiba menyambar kakinya dari
bawah, hal itu sungguh membuat ia terkejut
maka si Naga Emas ini berteriak dan tiba-tiba
iapun menggerakkan lengan bajunya untuk
menangkis atau memukul ke bawah, hal lain
tak dapat dilakukannya lagi karena tak sempat.
"Crat!"
Lengan baju itu putus dan si pemuda masih
juga terobek lengan kirinya. Naga Emas
berubah dan lawan terkekeh-kekeh, membalik
dan menyambar lagi dan apa boleh buat ia
meledakkan cambuknya untuk diayun ke
bawah. Tapi ketika Jin-touw berseru agar Jin565 mo menahan cambuk itu, si Hantu Langit
tertawa dan menusukkan bambunya maka
cambuk melilit di batang bambu ini sementara
kapak lagi-lagi menyambar.
"Bagus, ha-ha! Tahan dan biarkan senjatamu
menahan cambuk itu, Jin-mo. Lihat aku akan
menghabisi bocah she Song ini!"
Kim-liong-pian si Naga Emas pucat. Ia kaget
ketika cambuk lemasnya tiba-tiba menggubat
bambu di tangan Jin-mo. Hantu Langit itu
menyambut ledakan cambuknya dan tepat
sekali cambuknya itu menghantam tongkat,
yang seharusnya menghajar atau menangkis
kapak di tangan Jin-touw. Dan karena cambuk
tahu-tahu tertahan dan si Pembunuh Tangan
Seribu sudah tertawa menyeramkan mengayun
kapaknya, yang menyambar bebas maka
pemuda ini menggerakkan tangan kirinya
namun lagi-lagi lengan bajunya terbabat robek.
566 la harus menghindar atau melempar tubuh
ketika senjata maut itu kembali menyambar,
sayang cambuknya melilit tongkat dan
kagetlah si Naga Emas itu karena dirinya
benar-benar dalam keadaan bahaya.
Menghindar kapak berarti harus melepas
cambuk tapi mempertahankan cambuk berarti
harus menerima kapak, satu taruhan yang
benar-benar membahayakan nyawa! Tapi
persis si Naga Emas itu kebingungan dan pucat
memilih satu di antara dua kemungkinan ini
mendadak dari samping kiri menyambar
serangkum angin dahsyat dan Ji Beng Hwesio
membantunya dengan pukulan Thai-san-apting, pukulan yang amat mengerikan itu.
"Song-sicu, tak usah khawatir. Pinceng
membantumu!"
Jin-touw kaget berteriak keras. Kapak yang
menyambar dan sebentar lagi siap membabat
567 pinggang lawannya itu mendadak terpukul
pukulan Thai-san-ap-ting si wakil Go-bi.
Pukulan itu amatlah dahsyat dan semua dari
Tujuh Siluman Langit mengakui itu. Ji Beng
memang sakti dan mencelatlah kapak
disambar pukulan itu. Dan ketika si Naga Emas
berseru lega bahwa dirinya selamat, kakinya
bergerak dan menendang lawannya itu maka
Cian-jiu-jin-touw si periang ini terlempar dan
mencelat pula oleh tendangannya.
"Plak-dess!"
Senjata dan tuannya sama-sama terbang di
udara. Jin-touw kaget tapi tokoh dari Siluman
Langit ini mempergunakan tendangan itu untuk
mengejar senjatanya, melesat dan berjungkir
balik untuk akhirnya menangkap atau
menyambar senjatanya itu, sambil melayang
turun. Dan ketika ia lega namun memaki-maki
si hwesio, Ji Beng bertempur sengit di sana
568 maka empat dari lawan-lawan hwesio itu
ternyata sudah tertekan dan terdesak hebat,
hal yang membuat Cian-jiu-jin-touw
membelalakkan mata.
"Keparat, hwesio ini luar biasa. Kita bakal
celaka!"
"Benar," Kwi-bo, yang melengking-lengking
juga berseru marah. "Ia amatlah lihai, See-tok.
Dan ini tentu hasil dari Bu-tek-cin-keng. Ah,
kita harus mencari akal atau mundur dulu!"
"Kalian tak dapat mundur!" si hwesio berseru
dengan geramannya yang pendek-pendek
dahsyat. "Pinceng akan menangkap atau
merobohkan kalian di sini, Kwi-bo. Pinceng
hendak menyerahkan kalian kepada
ciangbunjin (ketua) dalam keadaan hidup atau
mati. Kalian telah mengacau Go-bi!"
569 "....aduh!" Kwi-bo menjerit dan tiba-tiba
terbanting ketika pukulan hwesio itu
menyambar, rambutnya terpental ketika
menangkis. "Tolong, Jin-touw. Jangan biarkan
keledai gundul ini mengejarku... des-dess!"
wanita itu masih menerima dua pukulan
berturut-turut, menjerit dan meminta tolong
temannya dan Pembunuh Seribu Tangan ini
tiba-tiba bergerak. la jatuh cinta kepada
temannya ini dan mengharap si cantik mau
membayar budinya nanti. Tapi begitu ia
bergerak dan menolong temannya itu, Kwi-bo
terguling-guling dihantam Thai-san-ap-ting
mendadak pukulan itu juga menyambarnya
dan si hwesio mengebut dari jauh.
"Kaupun robohlah!"
Jin-touw terkejut. la melompat bermaksud
menyelamatkan Kwi-bo dan menarik
tangannya. Tak tahunya iapun malah dihantam
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
pukulan itu dan tentu saja ia menangkis. Tapi
ketika ia terlempar dan mencelat pula,
berteriak, maka See-tok dan dua temannya di
sana juga menerima tamparan si hwesio dan
ketiga-tiganya menjerit.
"Aduh... plak-plak-plak!" Tong-si dan Kwi-bun
maupun si raksasa terlempar oleh tamparan
Thai-san-ap-ting ini. Ji Beng tak memberinya
ampun dan sebentar saja empat orang
lawannya itu, ditambah Cian-jiu-jin-touw,
dibuat jungkir balik dan terguling-guling oleh
pukulannya yang dahsyat. Dan ketika semua
terlempar oleh kemarahan si hwesio, Coa-ong
dan Jin-mo terkejut di sana maka Naga Emas
pemuda she Song ini mendapat kesempatan
dan dua ledakan cambuk lemasnya mengenai
pipl kiri dan kanan lawan-lawannya itu.
"Aduh, keparat. Jahanam terkutuk!"
571 Raja Ular dan Hantu Langit ganti berteriak.
Mereka tadi tertegun oleh kehebatan si wakil
ketua Go-bi itu di mana hwesio ini
menjungkirbalikkan teman-temannya.
Dikeroyok empat orang dan ditambah seorang
lagi ternyata hwesio itu benar-benar luar biasa.
la masih terlalu kuat dan Coa-ong dan Jin-mo
yang sudah terluka tentu saja gentar. Dan
ketika Naga Emas kembali membentak dan
mempergunakan kesempatan itu untuk
menyerang kembali, dua kakek ini pucat oleh
sepak si wakil Go-bi maka Coa-ong berteriak
agar Hoa-san-paicu yang masih dibawa Tong-si
dilepaskan saja, diserahkan kepada Ji Beng
Hwesio yang lihai itu.
"Serahkan saja dia kepadanya. Hwesio bau itu
menghendaki Hoa-san-paicu!"
"Tidak!" Tong-si ternyata melengking, tak
setuju. "Mati hidup aku akan mempertahankan
572 tawananku ini, Coa-ong. Dan boleh dia
membunuhku!"
"Ah," Coa-ong lagi-lagi berseru, melihat Patkwa-hwesio datang diiring ratusan murid-murid
yang lain. "Jangan bodoh Tong-si. Kita dapat
datang lagi dan tukar keselamatan kita dengan
tosu bau itu!" lalu ketika Tong-si memekik dan
lagi-lagi menyatakan tidak setuju, kakek ular
itu berbisik dengan ilmunya mengerahkan
suara dari jauh maka ia mengingatkan. "Tongsi, raba dan ambil dulu kitab Bu-tek-cin-keng
itu. Serahkan Hoa-san-paicu dan kita keluar
menukar nyawa. Lihat, Pat-kwa-hwesio akan
menahan kita dan matilah kita kalau bersikeras
mempertahankan diri!"
Tong-si membelalakkan mata. Ia sudah
meloncat bangun dan terhuyung melotot gusar.
Tapi begitu Coa-ong berkata-kata lebih jauh
dan ia ingat, meraba dan menyentuh sesuatu
573 di saku baju ketua Hoa-san-pai itu mendadak
ia tersenyum dan mengangguk, cepat sekali
menyambar atau mengambil bungkusan di
saku baju itu.
"Hi-hik, kau benar, Coa-ong. Hwesio bau ini
hanya menghendaki Hoa-san-paicu. Baiklah,
asal ia mau melepaskan aku maka tosu ini
kuserahkan!"
"He, jangan hanya kau seorang!" si Raja Ular
telah melihat temannya itu mengambil sesuatu
di saku baju tawanan. "Aku juga ikut, Tong-si.
Dan ingat bahwa ini adalah ideku!"
"Bukan hanya kau!" Kwi-bun membentak dan
panas memandang Coa-ong, melihat gerakan
tangan isterinya tadi, maklum apa yang terjadi.
"Aku suaminya, Coa-ong. Dan aku berhak
mendampingl isteriku!"
574 "Hi-hik!" Kwi-bo terkekeh dengan mendongkol,
menangkap ada apa-apa di antara temantemannya itu. "Keluar satu keluar semua, Coaong. Mampus satu mampus semua. Hayo Ji
Beng mau mengeluarkan kita atau tidak!"
"Hm!" hwesio itu tak melihat apa yang
dilakukan Tong-si, benda di saku baju itu.
"Pinceng tak akan mengeluarkan siapa pun,


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kwi-bo. Kalian semua harus kutangkap atau
pinceng bunuh. Kalian telah membakar dan
mengotori kebersihan Go-bi. Siapapun tak
akan selamat!"
"Kalau begitu tosu ini kupencet mampus!"
Tong-si terkejut dan berseru mengancam. "Aku
dapat menghancurkan tubuhnya tanpa sisa, Ji
Beng. Dan kau lihat ia akan menjadi bubur!"
"Ha-ha, benar!" Coa-ong terkekeh dan maju
mundur mengelak serangan si Naga Emas,
575 hatipun berdebar menyembunyikan ketakutan.
Kalau ia tak mau melepaskan kita hancurkan
tosu itu dengan ilmumu penggencet tulang,
Tong-si. Remukkan semua tubuhnya dan
hancurkan apa saja yang ada di tosu bau itu
sampai kita sendiri dipukul mampus!"
"Omitohud!" sang hwesio berseru tertegun,
ancaman itu membuatnya berubah. "Kalau kau
menghancurkan tawanan itu maka tiada
ampun lagi dari pinceng, Tong-si. Pinceng
bersumpah akan mencincang tubuhmu
melebihi anjing!"
"Hi-hik!" Tong-si terkekeh, menyembunyikan
muka pucatnya mendengar ancaman itu.
Ancaman yang membuat dia merinding! "Kau
ketakutan aku membunuh tawananku ini, Ji
Beng? Kalau begitu turuti permintaan Coa-ong.
Bebaskan kami dan kuserahkan tosu ini baikbaik!"
576 "Hm," sang hwesio bingung, lawan-lawannya
itu amat licik. "Pinceng tak mudah melepaskan
kalian, Tong-si. Tapi kalau Hoa-san-paicu
kauberikan kepada kami maka biarlah kalian
pergi dengan selamat, asal Hoa-san-paicu
masih utuh dan baik-baik!"
"Kau berjanji?"
"Pinceng berjanji!"
"Kalau begitu suruh mundur semua anak-anak
muridmu itu..."
"Dan juga bocah she Song ini!" Coa-ong
berteriak, menyambung. "Atau kami berlaku
nekat, Ji Beng. Granat di tanganku akan
meledak dan siapapun akan kubunuh!"
"Hm," Ji Beng melotot tapi menahan marah.
"Kalian benar-benar manusia yang curang,
577 Coa-ong. Tapi tak apa, pinceng akan minta
semua orang mundur!" dan membentak agar
murid-muridnya menjauh, hwesio itu juga
berseru kepada pemuda she Song itu agar dia
mundur maka Kwi-bo terkekeh dan lepas dari
tekanan hwesio kosen ini.
"Bagus, kau menepati janji, keledai gundul.
Tapi lain kali kami tentu akan datang lagi!"
"Pinceng akan menerima dengan senang hati,"
hwesio itu berseru dan mengibaskan jubahnya
ke kiri kanan. "Kau boleh datang sesukamu,
Kwi-bo. Tapi sekali itu jangan harap kau lolos
dari maut. Serahkan Hoa-san-paicu!" dan
membentak agar Tong-si menyerahkan
tawanannya, semua orang sudah mundur dan
tokoh-tokoh sesat itu girang terlepas dari
tekanan maka Tong-si tertawa nyaring dan
tiba-tiba melemparkan tawanannya kepada
hwesio tua itu.
578 "Akupun menepati janji, terimalah!"
Ji Beng Hwesio sudah menerima lemparan
tubuh ini. Ketua Hoa-san-pai ditendang dan
hwesio itu menahan marah karena
dikhawatirkan korban akan celaka. Tapi ketika
tubuh itu diterima dengan selamat dan
tendangan Tong-si tidak melukai ketua Hoasan-pai ini, Tong-si dan lain-lain sudah
berlompatan menghilang maka hwesio itu
menggigil dan membentak ketika beberapa
murid Go-bi masih juga ada yang coba
menghadang.
"Minggir, biarkan mereka pergi!"
Murid-murid menyibak. Kemarahan dan
kegusaran hwesio itu terdengar dari
bentakannya yang mengguntur, karena
beberapa murid ada yang terjengkang oleh
bentakannya ini. Dan ketika semua benar579 benar mundur dan memberi jalan, Tujuh
Siluman langit itu satu per satu berkelebat dan
menghilang maka si Naga Emas, pemuda
gagah yang telah membantu hwesio itu tampak
mengusap keringat dengan muka tidak puas.
"Lo-suhu, orang-orang seperti itu tak
seharusnya dibiarkan pergi. Paling tidak, harus
dipatahkan punggungnya agar kapok seumur
hidup!"
"Hm, terima kasih!" hwesio itu gemetar dan
memandangi puing-puing yang roboh terbakar.
"Seharusnya itu memang pinceng lakukan,
Song-sicu. Tapi tubuh Hoa-san-paicu ini lebih
penting dari segalanya. Pinceng merelakan
mereka pergi asal ketua Hoa-san-pai ini
selamat di tangan!"
"Dan aku mohon maaf telah lancang memasuki
tempat ini tanpa ijin..."
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Tak apa!" sang hwesio mengulapkan tangan,
mengebut dan menyuruh pintu gerbang ditutup.
"Hari ini Go-bi mengalami musibah, Song-sicu.
Tapi menghargai dirimu yang datang dan
membantu pinceng biarlah kau tinggal dan
beristirahat di sini. Pinceng hendak ke dalam
dan membawa ketua Hoa-san-pai ini."
"la masih pingsan..."
"Benar, dan pinceng akan menolongnya. Maaf,
murid-muridku akan mengantarmu beristirahat,
sicu. Terima kasih dan nanti kita bertemu lagi!"
Ji Beng Hwesio berkelebat, membawa dan
buru-buru ingin menjauh dari orang-orang lain
karena a akan merogoh saku baju tamunya itu.
la tak ingin mengambil Bu-tek-cin-keng di
depan si Naga Emas itu, biarpun barangkali
pemuda itu sudah mengetahui sebab-sebab
keributan di Go-bi. Tapi ketilka ia berkelebat
dan meninggalkan semuanya mendadak Ji581 hwesio, orang kedua dari Pat-kwa-hwesio
berseru dan memanggilnya,
"Suhu, twa-suheng tak ada...!"
Si hwesio terkejut, membalik. "Cari saja di
sekitar, Ji-lun. Tentu ia di sini dan tak perlu
kau berkaok-kaok kepada pinceng!" dan
kembali memutar tubuhnya tak mau diganggu
maka hwesio itu lenyap dan muridnya nomor
dua tertegun, merah dan malu ditegur gurunya
namun iapun menganggap benar. Maka begitu
gurunya lenyap dan adik-adiknya disuruh
mencari, entah ke mana suheng mereka itu
maka Kim-liong-pian Song Lim, pemuda ini
dibawa satu dari Pat-kwa-hwesio itu ke
belakang. Go-bi sudah tenang kembali
meskipun sisa-sisa api dan kebakaran masih
tampak di sana-sini. Murid-murid Go-bi sudah
memadamkan itu dan keributanpun tak
terdengar lagi, meskipun desah atau umpatan
582 terdengar di sana-sini dengan suara bisik-bisik.
Tapi ketika semuanya dianggap tenang dan
tidak kacau lagi, musuh-musuh telah pergi
mendadak terdengar teriakan atau pekik Ji
Beng Hwesio.
"Tong-si, kau penipu!" dan berkelebat serta
meluncur seperti setan, mendobrak dan
menghantam tembok pintu gerbang tiba-tiba
wakil ketua Go-bi itu melengking dan
memanggil-manggil Tong-si. Semua murid Gobi terkejut ketika tiba-tiba pimpinan mereka
yang kosen itu mencelat dan menerjang
tembok tebal. Suara menggelegar terdengar
dahsyat dan bobollah tembok itu diseruduk si
hwesio. Dan ketika wakil Go-bi ini memekikmekik dan terbang keluar gurun, hiruk-pikuk
suasana kembali pecah maka murid-murid
yang lain terkejut dan tunggang-langgang.
583 "Susiok-kong mengamuk. Susiok-kong
menjebol pintu gerbang!"
"Benar, ji-suhu terbakar kemarahannya samsuheng. Awas minggir dan lihat mukanya yang
seperti api!"
Go-bi geger kembali. Ji Beng Hwesio, yang tadi
masuk dan membawa tubuh ketua Hoa-san-pai
tiba-tiba mengamuk dan menerjang keluar.
Hwesio itu marah karena ia tertipu. Ia telah
memeriksa seluruh saku baju tamunya tapi tak
ada Bu-tek-cin-keng di situ, padahal itulah
yang dicari-cari dan tentu saja hwesio ini
marah bukan main. Demikian marahnya ia
hingga begitu mencelat tembokpun
diterjangnya, bobol dan robohlah pintu
gerbang ditabrak tubuhnya yang menyalanyala itu. Dan ketika hwesio ini terbang dan
memanggil-manggil Tong-si, muka sampai ke
kaki terbakar menyala-nyala maka semua
584 orangpun pasti takut melihat ekspresi hwesio
kosen ini. Mata hwesio itu terbuka lebar dan
bola matanya yang berpijar-pijar bagai
mengeluarkan api dahsyat. Siapapun bakal
ditelan dan agaknya tak ada yang mampu
mendinginkan kemarahan hwesio ini. Wakil Gobi itu gusar bukan kepalang setelah tahu
bahwa ia tertipu, Bu-tek-cin-keng tak ada di
tubuh ketua Hoa-san itu lagi. Maka ketika ia
menerjang dan anak-anak murid terlempar,
tembok roboh dan ambruk dengan suara hirukpikuk maka si Naga Emas yang baru saja
hendak beristirahat dan menerima kamar di
belakang tiba-tiba dibuat terhenyak dan
melompat dari kursinya.
Pemuda gagah yang menjadi sahabat Go-bi ini
terkesiap ketika tiba-tiba anak-anak murid
melolong-lolong. Mereka yang terlempar dan
terbanting oleh kibasan Ji Beng Hwesio tadi
585 menjerit dan berteriak kesakitan. Tiga di
antaranya roboh pingsan, pundak mereka
patah membentur tiang galar di pendopo. Dan
ketika pemuda itu berkelebat dan melihat
bayangan si hwesio kosen, yang terbang dan
menerjang pintu gerbang maka pemuda itupun
terkejut dan berseru mengejar.
"Ji Beng-losuhu, t?nggu. Ada apa. Kenapa kau
marah-marah dan lari seperti kesetanan!"
Namun hwesio di depan lenyap di luar gurun.
Dengan kecepatan dan kemarahan luar biasa
hwesio ini mengejar Tong-si dengan kekuatan
penuh. la melesat bagai busur seorang dewa
dan tubuhnya lenyap dengan amat cepatnya di
depan. Dan ketika murid-murid panik namun si
Naga Emas ini mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya, terbang dan mengejar hwesio kosen
itu maka Pat-kwa-hwesio yang juga sibuk
mencari-cari twa-suhengnya yang belum
586 ketemu dibuat terkejut dan tertegun. Muka
berubah!
"Apa yang terjadi dengan suhu. Kenapa ia
seperti orang kalap?"
"Entahlah," hwesio termuda menggeleng
dengan muka pucat. "Akupun tak tahu, suheng.
Tapi pasti ada apa-apa. Ia memanggil-manggil
dan memaki Tong-si."
"Suhu merasa ditipu..." hwesio keenam bicara.
"Aku dengar tadi ia menggeram-geram,
suheng. Mungkin masalah itu, Bu-tek-cinkeng!"
"Omitohud, kalau begitu benar-benar kurang
ajar. Ah, kalian ikut pinceng tapi yang dua
harus menjaga di sini!" Ji-hwesio terkejut,
berkelebat dan sudah menyusul gurunya dan
jadilah lima dari tujuh hwesio ini keluar gurun.
587 Mereka menyuruh yang lain agar berjaga dan
tetap di situ. Suhu mereka sedang marah
besar di sana. Dan ketika mereka bergerak dan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bayangan si Naga Emas juga terlihat di depan,
pemuda itupun mengejar wakil ketua Go-bi
yang marah-marah maka Go-bi kembali kacau
dan geger!
Ada apa saja yang membuat perguruan ini
dilanda onar? Iblis atau setan manakah yang
mengganggunya tak pernah henti-henti? Dan
ketika lima bayangan itu bergerak menyusul
Sebuah Kisah Cinta 3 Pendekar Mabuk 075 Bencana Selaput Iblis Bara Naga 2

Cari Blog Ini