Ceritasilat Novel Online

Prahara Di Gurun Gobi 5

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 5


gurunya, si Naga Emas juga berkelebat
mengejar hwesio sakti ini maka di tempat lain
juga terjadi geger dan keributan. Dan itu
adalah di tempat Tong-si. Apa yang terjadi?
Ma-ri kita lihat!
**SF**
588 Tong-si, seperti telah diceritakan di depan
telah berhasil merogoh dan mengambil sesuatu
di saku baju ketua Hoa-san-pai itu. It Lun Tojin
sungguh malang karena menjadi bulanbulanan Bu-tek-cin-keng. Tubuhnya yang
berpindah-pindah dari satu tangan ke tangan
yang lain membuat keadaan ketua Hoa-san itu
mengenaskan sekali. la retak pelipis kanannya
dihantam h Ji Beng Hwesio, pingsan bersama
Kiam Leng Sianjin ketika mengeroyok hwesio
Go-bi itu. Dan ketika ia roboh dan tergeletak
tanpa pertolongan, Go-bi waktu itu kalut oleh
kedatangan Tujuh Siluman Langit yang
mengacau dan membuat ribut maka sesosok
bayangan yang menyambar dan membawa
tubuhnya dari situ pertama-tama dilhat oleh
murid tertua Ji Beng Hwesio. Twa-hwesio inilah
yang memergoki dan kaget melihat ketua Hoasan itu disambar orang berkedok, mengejar
dan membentak tapi hwesio itu kehilangan
589 jejak. Namun ketika ia mencari-cari lagi dan
memergoki lawannya, yang menyelinap dan
masuk ke ruangan perpustakaan maka hwesio
itu melepas serangan tapi lawan menangkis
dan ia terpental! Hwesio ini kaget dan
terguling-guling dan saat itu lawanpun
mendengus melarikan diri lagi, dikejar dan
masuk keluarlah hwesio itu memburu lawannya.
Heran dan kaget karena lawan mengetahui
semua jalan-jalan di situ, tak pernah dihadang
jalan buntu, padahal Go-bi mempunyai
tempat-tempat tertentu yang bakal membuat
lawan terjebak. Dan ketika bentakan maupun
makian terlontar dari mulutnya, orang
berkedok itu mengelak atau menangkis
serangannya di mana ia selalu terpental,
hwesio ini terkejut maka lawan meloncat dan
tiba-tiba menghilang di luar tembok pagar.
Twa-hwesio tentu saja kaget dan ikut meloncat
pula, sayang lawan tak tampak lagi dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
celingukanlah murid Ji Beng Hwesio itu dengan
mata bersinar-sinar, marah dan khawatir
karena merasa dipermainkan. Orang itu
membawa lari Hoa-san-paicu yang menyimpan
Bu-tek-cin-keng! Namun ketika ia berdebar
dan mencari-cari lagi, berkelebat dan
menelusuri pagar maka ia melihat ketua Hoasan-pai itu tergeletak di tanah dan orang
berkedok itu tidak ada di tempat.
"Ah, jahanam. Mana keparat busuk itu!"
Hwesio ini tentu saja berkelebat dan
menghampiri. Ia akan menyambar tubuh ketua
Hoa-san-pai itu ketika tiba-tiba dari kiri dan
kanan menyambar dua pukulan jarak jauh,
disusul oleh tawa atau kekeh yang aneh. Dan
ketika ia menangkis tapi terjengkang,
datangnya serangan itu di luar dugaan maka
Hoa-san-paicu itu disambar orang dan sudah
dilarikan lagi.
591 "Heii...!" hwesio itu berseru, tentu saja
mengejar. "Lepaskan orang itu, manusia busuk.
Dan siapa kau. Mana kawanmu yang tadi!"
"Heh-heh, hwesio-hwesio Go-bi banyak
cingcong. Tak perlu membuka mulut, keledai
gundul. Enyah atau kau menerima pukulanku!"
Twa-hwesio menangkis. Tergetar dan kini
dapat menerima pukulan itu, karena memang
sudah bersiap. Dan ketika orang itu terkejut
karena hwesio ini tidak apa-apa, lain dengan
tadi di mana hwesio itu terjengkang dan
terguling-guling maka orang itu memuji
lawannya namun temannya yang satu
melengking.
"Heh, tak perlu main-main, Kwi-bun. Lari dan
biar keledai gundul ini kuhajar!"
592 Kiranya itu adalah Tong-si dan Kwi-bun. Twahwesio akhirnya tahu bahwa ini kiranya dua
dari Tujuh Siluman langit membentak dan
menangkis pukulan si iblis betina dan
terpentallah keduanya oleh adu sinkang yang
sama. Dan ketika Tong-si memekik dan kaget
bahwa hwesio ini bukan murid biasa, bertanya
dan dijawab bahwa lawan adalah orang tertua
dari Pat-kwa-hwesio maka wanita itu
melengking kagum dan sejenak bertanding
dengan lawannya ini. Tapi Twa-hwesio cukup
kuat, wanita itu tak dapat segera merobohkan
dan berteriaklah Tong-si agar suaminya
membantu. Dan ketika Kwi-bun tertegun tapi
kembali lagi, membantu isteri maka hwesio itu
didesak dan menghadapi dua lawan sekaligus
ternyata dia keteter. Hwesio ini seharusnya
bergabung dengan adik-adiknya, lengkap
sebagai suatu keutuhan dari Barisan Delapan
Hwesio yang lihai.
593 "Duk-dukk!"
Hwesio ini terpelanting dan kalah tenaga. Ia
terkejut karena tiba-tiba saja ia diburu dan
disergap, ke manapun ia jatuh ke situ pula
lawan mengejar. Dan ketika ia kewalahan dan
bertanding sambil berlarian, sengaja mengajak
lawan mendekat pusat keributan maka di
situlah dia berteriak meminta bantuan suhunya.
Ji Beng menengok dan dilihatnya muridnya
tertua itu terbanting oleh pukulan lawan,
berkelebat tapi Tong-si dan suaminya
meninggalkan pertempuran setelah melihat
wakil Go-bi yang lihai ini. Dan ketika mereka
ganti dikejar dan Ji Beng Hwesio memburu
lawan, Twa-hwesio teringat kepada orang
pertama yang membawa lari Hoa-san-paicu
maka ketika yang lain-lain mengejar dan sibuk
merampas kembali tubuh ketua Hoa-san-pai
594 itu maka hwesio ini justeru mencari atau
menangkap jejak si orang berkedok.
Tong-si, yang tak tahu itu tentu saja girang
membawa lari ketua Hoa-san-pai ini. Bersama
suaminya ia berputar-putar dan ingin
melepaskan diri dari kejaran wakil Go-bi.
Namun karena Ji Beng amatlah lihai dan
berturut-turut See-tok dan Cian-jiu-jin-touw
muncul, membantu dan menghadang hwesio
itu maka Kwi-bun maupun isterinya bergantiganti menyerahkan ketua Hoa-san-pai kepada
yang lain, ditangkap dan diterima dan gusarlah
Ji Beng Hwesio oleh perlakuan ini. Ia ingin
merampas dan mendapatkan kembali Bu-tekcin-kengnya, bukan empat manusia-manusia
sesat yang dikejar-kejarnya itu. Dan ketika
hwesio itu bertanding dan mendesak lawan,
pukulan melingkar-lingkarnya membuat empat
manusia sesat itu tak dapat melarikan diri
595 maka selanjutnya kita tahu apa yang terjadi.
Bahwa Tong-si terdesak sementara Coa-ong
dan Jin-mo juga kewalahan menghadapi si
Naga Emas, karena mereka itu sebenarnya
sudah terluka oleh pukulan Ji Beng Hwesio tadi.
Dan ketika Cian-jiu-jin-touw datang dan
membantu mereka, si Naga Emas ganti
terdesak maka pemuda gagah itu hampir saja
mengalami celaka kalau tidak dibantu Ji Beng
Hwesio dengan pukulannya yang dahsyat,
Thai-San-ap-ting. Pertempuran akhirnya
berhenti setelah Coa-ong membisiki Tong-si
agar menyerahkan Hoa-san-paicu, tentu saja
setelah mengambil kitab Bu-tek-cin-keng dari
baju dalam ketua Hoa-san-pai itu, yang masih
pingsan. Dan ketika Ji Beng menerima dan
hwesio itu berhenti mendesak lawan, Tong-si
dan lain-lain lega maka mereka menyerahkan
Hoa-san-paicu tapi celakanya wakil Go-bi itu
tak mau memeriksa baju dalam tawanannya di
596 depan si Naga Emas. Ada rasa tak senang atau
tak enak di hati hwesio ini menggeledah baju
orang lain di depan orang lain pula, meskipun
itu adalah untuk barang miliknya. Dan karena
Bu-tek-cin-keng bukanlah kitab sembarang
kitab melainkan kitab maharahasia yang
menyimpan pelajaran ilmu-ilmu silat tinggi, hal
itu tak boleh diketahui orang lain maka hwesio
ini memeriksa Hoa-san-paicu itu di dalam. Dan
kita tahu selanjutnya. Hwesio itu terkejut
karena Bu-tek-cin-keng sudah tak ada di
tempat. Dia dikibuli dan ditipu mentah-mentah
oleh Tong-si si iblis wanita. Dan ketika hwesio
itu meletup dan kemarahannya meledak amat
hebat, ia mencelat dan mengejar Tong-si maka
iblis wanita itupun juga bengong dan terkejut
ketika di tempat yang lain ia juga tidak
mendapatkan Bu-tek-cin-keng!
597 Waktu itu, lari meninggalkan Go-bi dengan
bungkusan di tangan iblis wanita ini
tersenyum-senyum dan terkekeh di jalan. Ia
berbisik kepada suaminya agar mendekati Coaong, membokong atau membunuh si Raja Ular
itu dengan pukulan gelap. Tapi ketika Coa-ong
lari diapit teman-temannya, kakek itu curiga
melihat Kwi-bun mendekat maka si Pintu Setan
ini tak dapat menjalankan maksudnya dan
bingunglah dia ketika berkali-kali isterinya
mendesis.
"Bokong dia, serang dari belakang! Kenapa
diam saja?"
"Hm," setan muka pucat itu menggeram. "Kau
tahu sendiri Raja Ular itu diapit teman-teman
kita, Tong-si. Kalau aku membunuhnya maka
yang lain tentu melabrak. Jangan-jangan kita
malah dicurigai dan kita celaka!"
598 "Keparat, ajak si Raja Ular itu menjauh. Atau
nanti kita terlambat dan tak punya
kesempatan!"
"Kau jangan tergesa-gesa," si suami berkata
dengan nada kesal. "Aku akan berusaha, Tongsi. Tapi kalau tua bangka itu tak mau jangan
salahkan aku!"
Tong-si mendengus. Dia sudah berpikir seribu
satu cara untuk melenyapkan Coa-ong. Kakek
itulah satu-satunya teman yang tahu. Yang
lain-lain tak tahu kitab Bu-tek-cin-keng sudah
di tangannya karena mereka tak melihat
perbuatannya tadi. "Hanya Coa-ong itulah yang
tahu dan hal ini dapat dimaklumi karena
memang si Raja Ular itulah yang mengeluarkan
ide. Dan ketika semua berlari cepat dan Kwibun berkali-kali menempel Coa-ong tapi kakek
itu malah ketat diapit teman-temannya, Raja
Ular itu rupanya curiga akan gerak-gerik Kwi599 bun maka tiba-tiba ia malah berteriak agar
Tong-si berhenti.
"He, cukup. Kita sudah cukup jauh dari Go-bi,
Tong-si. Berhenti dan kita beristirahat di sini!"
"Untuk apa berhenti!" iblis wanita itu
melengking, tiba-tiba membelok dan meluncur
ke hutan di depan. "Ji Beng bukan hwesio
biasa yang tak dapat menemukan kita, Coaong. Aku ingin memasuki hutan itu dan justeru
melepas lelah saja di sana."
"Tapi hutan itu gelap, lebat, Teman-teman
akan kehilangan dirimu kalau kau masuk ke
san?!"
"Memangnya ada apa? Kwi-bo tiba-tiba
melengking dan bertanya. "Kau ini melekat
bagai di bokong isterimu saja, Coa-ong. Dia itu
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

REWRITER : SITI FACHRIAH
isteri orang. Lebih baik nempel saja di
bokongku dan nanti kuberi cium!"
"Ha-ha!" si Pembunuh Tangan Seribu terbahak
jenaka. "Jangan mau menempel di bokong
Kwi-bo, Coa-ong. Salah-salah bukan cium yang
dia beri melainkan kentut. Ha-ha, lebih baik
kentut Tong-si daripada Kwi-bo. Uh, aku
pernah dikentuti dan kentut Tong-si lebih
harum. Ha-ha, tak perlu takut kepada
suaminya!"
"Hm, jangan main-main!" See-tok membentak
dan memaki rekannya. "Kita ini sedang
melarikan diri, Jin-touw. Ikuti saja Tong-si dan
kita tentu mendapat tempat persembunyian
yang baik!"
"Atau kau pacaran dengan Kwi-bo. Ih, enak
saja menyuruh orang tapi diri sendiri
mendekati wanita lain. He, Kwi-bo untukku,
601 See-tok. Tadi aku membantunya dan selamat
dari pukulan Ji Beng. Hayo, jangan mendekat
atau nanti kukapak lehermu!"
"Uwah, siapa takut? Boleh kau coba, Jin-touw.
Dan lihat tengkorakku menyambar!"
Benar saja, senjata mengerikan si raksasa itu
diayun dan menderu menghantam si
Pembunuh. Jin-touw berkelit dan tertawa
menangkis. Tapi ketika tengkorak kembali
menyambar dan laki-laki ini mencabut
kapaknya maka senjata maut yang berkilauan
itu berdentang bertemu sekumpulan tengkorak.
"Crangg!"
Bunga api meletup di sini. See-tok yang
pemberang dan gusar menyerang lagi tiba-tiba
membentak dan mengayun tangan kirinya.
Dan ketika tengkorak menderu dan tangan kiri
602 juga melepas pukulan sinkang, Jin-touw marah
dan mengelak serta menangkis maka dua
orang itu tiba-tiba bertanding dan otomatis
berhenti.
"Plak-dess!"
Keduanya berhenti dan sudah saling memakimaki. Kapak dan tengkorak bertemu lagi
sementara pukulan-pukulan sinkang juga
menyambar bagai angin puyuh. Dan ketika
yang lain juga berhenti dan otomatis menonton,
Kwi-bo terkekeh dan tertawa-tawa maka Kwibun mempergunakan kesempatan itu untuk
tiba-tiba menyerang Coa-ong. Sepuluh kuku
jarinya mulur dan menusuk tengkuk si Raja
Ular, tentu saja secara gelap!
"Heiyachh....!" Si Raja Ular ternyata tahu dan
berteriak keras. la mengelak dengan cara
membuang tubuh ke depan dan luputlah
603 tusukan maut itu ke arah tengkuk, ganti
menyambar pohon dan seketika pohon itu
hangus dan roboh dengan kulit kehitamhitaman, layu! Dan ketika kakek ini meloncat
bangun dan memutar tubuhnya, Kwi-bun
kecewa dan menyerang lagi maka Coa-ong
mencak-mencak dan mengelak ke kiri kanan.
"Hei-heii.. jangan gila. Apa-apaan kau ini, Kwibun. Berhenti atau nanti kuhajar!"
"Kau menghina aku. Kau mengintil selalu di
pantat isteriku, Coa-ong, dan aku tidak terima.
Hayo kauterima pukulanku dan mampus atau
cepat minta ampun... crit-crit!" kuku jari itu
berketrik lagi, menyambar dan mengeluarkan
suara mencicit karena Kwi-bun tahu-tahu
berkelebatan cepat menyerang lawannya ini
bertubi-tubi. Dan karena Coa-ong hanya
mengelak dan mengelak saja, ia masih heran
dan ragu akan kesungguhan lawan maka satu
604 kepretan hampir saja mengenai mukanya
menggores telinga.
"Keparat!" Raja Ular marah. "Kau bersungguhsungguh, Kwi-bun. Tapi aku akan melayanimu
dan mari kita bertempur... tar-tar!" dan Coaong yang meledakkan tangannya sampai
mengeluarkan bunyi memekakkan telinga
akhirnya berkelebatan dan mengikuti serangan
lawannya itu. Kakek ini tak tahu bahwa Kwibun sebenarnya ingin melenyapkan dirinya
karena ialah yang tahu perihal Bu-tek-cin-keng
itu. Kwi-bun mendapat perintah isterinya untuk
membunuh si Raja Ular. Dan ketika ia
membalas dan melancarkan pukulan-pukulan
cepat namun ia masih kalah karena lukalukanya oleh pukulan Ji Beng, lawan mendesak
dan merangsek terus akhirnya kakek ini pucat
dan lebih pucat lagi ketika tiba-tiba Tong-si
605 yang tak sabar sudah berkelebat dan maju
mengeroyok.
"Bedebah!" kakek ini memaki. "Apa-apaan kau
ini, Tong-si. Kenapa mengeroyok dan hendak
membunuh aku?"
"Hm," si iblis wanita tak banyak bicara. "Kau
menyerang suamiku, Coa-ong, dan aku tentu
saja harus membela. Ayo kau mampus dan
kuantar ke neraka.... Wut-plak!" tusuk konde
bertemu suling di tangan kakek itu, terpental
tapi menyambar lagi dan Coa-ong tentu saja
berkaok-kaok. Ia segera dikeroyok suami isteri
itu dan sibuklah kakek ini menghindar ke sana
ke mari. Namun karena ia sedang terluka dan
lukanya itu belum pulih benar, dua tusukan
kembali mendarat dan melukai
tenggorokannya maka kakek ini sadar bahwa
ia kiranya benar-benar hendak dibunuh,
dibungkam!
606 "Jin-mo, bantu aku!" si Raja Ular tak tahan lagi.
"Mereka ini benar-benar hendak membunuhku,
Jin-mo. Tong-si dan Kwi-bun hendak
menyembunyikan rahasia membawa Bu-tekcin-keng. Awas, aku yang tahu dan mereka ini
rupanya hendak membungkam mulutku..
augh!" si Raja Ular terpekik ketika terjengkang
oleh pukulan Kwi-bun, mengelak dari serangan
Tong-si namun si Pintu Setan menyergap dari
belakang, mempergunakan kesempatan. Dan
ketika kakek itu bergulingan melempar tubuh
dan Jin-mo, si Hantu Langit tertegun dan
dialah yang paling akrab dengan Coa-ong
maka kakek itu tiba-tiba bergerak dan galah di
tangannya bercuit menyambar ke depan.
"Ah, ini kiranya kenapa Kwi-bun selalu
menempel di belakangmu. Kiranya ingin
berbuat curang!"
607 "Benar!" Coa-ong berseru, girang melihat
temannya datang membantu. Galah di tangan
Hantu Langit itu mengaung dan menghadang
di depan suami isteri itu, siap mengemplang
atau menghancurkan batok kepala. "Mereka itu
hendak membunuhku, Jin-mo. Dan sekarang
aku sadar kenapa mereka hendak melakukan
itu. Rebut dan rampas Bu-tek-cin-keng yang
ada di saku baju wanita jalang itu!"
"Hm, aku akan merebutnya. Kita adalah kawan.
Jangan khawatir, Coa-ong. Aku akan
merampasnya untukmu... wut-wutt!" dan
galah yang menyambar serta naik turun
menderu-deru akhirnya membuat Tong-si dan
Kwi-bun terkejut. Bukan saja oleh serangan
Jin-mo ini melainkan oleh dibongkarnya
rahasia mereka. Coa-ong telah mengatakan
apa yang seharusnya tak boleh dikatakan.
Kitab Bu-tek-cin-keng itu kini telah diketahui
608 orang lain. Dan ketika Tong-si melengking
namun Jin-mo menyambut serangannya,
terkekeh, maka See-tok dan lain-lain tertegun
dan otomatis menghentikan serangan,
berlompatan mundur.
"Apa, Tong-si membawa Bu-tek-cin-keng, Coaong? Kau tidak main-main?"
"Siapa main-main? Lihat saja gerak-gerik
sundal betina ini, See-tok. Dia menyuruh
suaminya untuk mendekat dan membunuh aku.
Ah, pantas Kwi-bun menempel dan tak pernah
jauh di belakangku!"
"Tapi bagaimana ia memperoleh kitab itu.
Bukankah Hoa-san-paicu telah diserahkan
kepada Ji Beng Hwesio?"
"Otakmu sungguh tolol! Tong-si menyambar
dan mengambil dulu kitab itu, See-tok. Baru
609 setelah itu ketua Hoa-san-pai diserahkan Ji
Beng. Nah, siapa mau tak percaya dan masih
menyangsikan kata-kataku lagi!"
See-tok tertawa bergelak. Dia memang agak
bodoh namun juga kadang-kadang pintar. Ia
sengaja memancing jawaban itu untuk
memastikan diri. Dan ketika jawaban itu
masuk akal dan memang dapat diterima, iapun
terbahak dengan suara mengguntur maka Jintouw yang tadi menjadi lawannya kini
diajaknya untuk menyerang atau mengeroyok
si Iblis Perunggu itu.
"Ha-ha, cocok dan masuk akal. Aku sekarang
percaya, Coa-ong. Baik kurampaskan kitab itu
untukmu... wher-wherrr!!" tengkorak di tangan
si raksasa menderu dan menyambar-nyambar,
langsung ke kepala Tong-si dan sekali kena
tentu pecah! Wanita itu memekik dan gusarnya
semakin menjadi-jadi saja. Dan ketika ia sudah
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dikeroyok dan masuknya raksasa itu sungguh
membuatnya berat, ia menangkis dan
melempar tubuh ke sana-sini maka Coa-ong
t?rkekeh tapi memaki kawannya itu.
"See-tok, kau sama saja dengan Jin-mo. Bilang
mau merampaskan kitab untukku tapi pasti
akan kau kangkangi sendiri kalau sudah
didapat. Busuk!"
"Ha-ha, kita adalah kawan, Coa-ong. Lain Jinmo lain pula aku. Percayalah, aku akan
membagimu secara adil asal kitab di
tanganku!"
"Kentut tengik! Mana bisa aku percaya? Kau
tak pernah jujur, See-tok. Tapi hajar si jalang
betina itu dan nanti kita bicara lagi. Aku
menghadapi Kwi-bun!"
611 "Heh-heh, sekarang menjadi menarik. Aku
gatal-gatal setelah tahu tentang ini, Coa-ong.
Biarlah aku masuk dan kau hajar si pucat itu!"
Jin-touw, Pembunuh Tangan Seribu terkekeh
dan menjadi geli. Ia menerjang masuk begitu
mendengar Bu-tek-cin-keng ada di tangan
Tong-si. Dan ketika ia menyerbu dan Tong-si
tentu saja terkejut, kewalahan, maka Kwi-bo
terkikik dan menjeletarkan rambutnya untuk
masuk mengeroyok pula, semakin
mengejutkan.
"Hi-hik, bagus, Jin-touw. Nanti kita berunding
dan robohkan dulu si kulit perunggu ini!"
Tong-si memaki-maki. Ia kalang-kabut dan
marah bukan main ketika semuanya tiba-tiba
meluruk. la dikeroyok empat! Dan karena
hanya suaminya saja yang berhadapan
seorang lawan seorang, dengan Coa-ong,
612 maka ia melengking dan tiba-tiba menangkis
empat serangan sekaligus dari kiri dan kanan.
"Prat-tik-takk!"
Tusuk konde bertemu dengan rambut dan
tongkat. Tengkorak di tangan See-tok
dielakkan dan menderu di samping telinganya,
meledak menghantam tanah dan suaranya
sungguh menggetarkan bukit. See-tok
memang hebat tenaganya dan apapun yang
dilakukan pasti mengerikan. Tapi ketika
pukulan si Pembunuh nyelonong masuk dan
Tong-si tak sempat mengelak maka pukulan itu
mengenai pundaknya dan ia roboh tergulingguling, langsung menjerit dan berseru kepada
suaminya, mencabut bungkusan hitam yang
diambil dari tubuh Hoa-san-paicu.
"Kwi-bun, terima!"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

613 Si Pintu Setan, yang sedang bertempur dan
menggeram-geram mendadak terkejut oleh
teriakan isterinya. Ia sedang mendesak Coaong dan Raja Ular itu mundur-mundur. Coaong masih menderita oleh lukanya dipukul Ji
Beng Hwesio, dadanya sering sesak. Maka
begitu ia dirangsek dan lawan semakin garang,
ia bertahan dan pasip saja maka Kwi-bun tibatiba menerima bungkusan yang dilemparkan
isterinya itu, menangkap dan langsung
memasukkannya ke saku baju tapi empat
lawan yang tadi mengeroyok isterinya tiba-tiba
terbelalak dan bercahaya melihat benda hitam
itu. Tong-si telah mengeluarkannya dan ini
cukup bagi See-tok dan lain-lain untuk menjadi
bukti. Kiranya Coa-ong benar, kitab Bu-tek-cinkeng ada di tangan suami isteri itu. Maka
begitu mereka tertawa dan Tong-si sendiri
bergulingan meloncat bangun, ia kesakitan
oleh hantaman Jin-touw tadi maka hampir
614 berbareng See-tok dan teman-temannya itu
menyerbu Kwi-bun!
"Ha-ha, benar ada di sini, Kwi-bun. Sekarang
kau tak dapat menyangkal!"
"Terkutuk! Kwi-bun memekik, marah. Kalian
tak tahu malu, See-tok. Empat orang
mengeroyok seorang!"
"Ha-ha, itu sudah biasa. Kita sudah biasa
saling keroyok, Kwi-bun. Serahkan Bu-tek-cinkeng kalau ingin selamat.... wher-wherr!"
tengkorak menyambar disusul kemplangan
galah, dahsyat dan mengerikan dan aneh
sekali Tong-si tiba-tiba terkekeh! Iblis wanita
itu geli melihat suaminya dikeroyok. Tapi
ketika suaminya membentak bahwa akan
melempar kitab kalau ia tidak cepat-cepat
membantu, seorang dikeroyok empat amatlah
615 berat maka wanita itu mengangguk dan
menerjang masuk.
"Bagus, kita bunuh mereka ini, Kwi-bun. Dan
kita menjadi orang paling kuat di dunia!"
"Hi-hik, siapa bilang!" Kwi-bo meledak atau
menjeletarkan rambutnya. "Kaulah yang akan
mampus, Tong-si. Berikan Bu-tek-cin-keng
kalau ingin selamat!"
"Kau sundal paling jalang di antara Tujuh
Siluman Langit. Ih, kaulah yang akan roboh
lebih dulu, Kwi-bo. Dan lihat aku akan
membunuhmu... des-dess!" dua wanita itu
bergebrak dan saling memaki, sama-sama
melepas pukulan dan keduanya sama-sama
terpental oleh adu sinkang yang kuat. Tapi
ketika keduanya sama-sama meloncat bangun
dan menerjang lagi, Kwi-bo terkekeh dan
menghadapi lawannya ini maka Kwi-bun
616 dikeroyok dan tetap menghadapi empat orang
lawan.
"He, kita beradu punggung!" iblis muka pucat
ini meneriaki isterinya. "Jangan sendiri-sendiri.
Tong-si. Bantu aku dan kita beradu punggung!"
Tong-si terbelalak. la sudah bertanding hebat
dengan lawannya ini dan Kwi-bopun
menjeletar-jeletarkan rambutnya. Tusuk konde
dan rambut sama-sama bercuitan dan sepak
terjang dua wanita iblis itu hebat sekali. Tapi
begitu melihat suaminya terdesak dan Kwi-bun
memang betul, mereka harus beradu
punggung maka Tong-si melengking dan tibatiba menangkis lalu berjungkir balik mendekati
suaminya itu.
"Kau benar, kita beradu punggung!" dan duduk
sama rendah berdiri sama tinggi membantu
suaminya itu wanita ini lalu menghadapi
617 keroyokan lawan dengan cara adu punggung.
Tusuk konde menyambar sana-sini namun
senjata atau pukulan-pukulan lawan amatlah
banyak. Jin-touw sekarang juga mencabut
kapaknya dan senjata yang istimewa itu
mengaung naik turun dengan kilatan
cahayanya yang mengerikan sekali. Belum lagi
tengkorak di tangan See-tok, juga galah atau
suling di tangan Coa-ong. Dan ketika Kwi-bo
maju dan mengejar lagi lawannya itu, tertawa
berseru mengejek maka suami isteri ini
terdesak dan ternyata hanya bisa bertahan
saja. Kepandaian mereka satu sama lain
sesungguhnya berimbang.
"Ha-ha, minta mampus. Serahkan Bu-tek-cinkeng atau kalian terbunuh, Kwi-bun. Ayo cepat
dan berikan kepada kami!"
"Benar, berikan kepadaku, Kwi-bun. Dan nanti
kau selamat!"
618 "Tak bisa!" Tong-si melengking-lengking. "lni
milik kami, See-tok. Kau tak tahu malu
merampas barang orang lain!"
"Ha-ha, barang siapa!" raksasa itu tertawa
bergelak. Itupun bukan barangmu, Tong-si. Itu
milik Go-bi!"
"Sudahlah, Go-bi atau bukan tak perlu
dipersoalkan. Yang penting berikan kepada
kami atau kalian mampus.. dess!" galah di
tangan Jin-mo menghantam tanah begitu
kerasnya, meledak dan seketika amblong dan
Tong-si memekik karena debu atau kotoran
beterbangan menyambar matanya. la kelilipan
dan kapak di tangan Jin-touw mendesing dari
samping, ditangkis suaminya tapi Kwi-bo
menjeletarkan rambut mengenai telinga. Dan
ketika Tong-si kesakitan sementara Kwi-bun
juga mendesis menahan hantaman tengkorak,
senjata itu menyambar dan diterima kuku619 kuku jarinya maka satu di antara kuku jari ini
patah bertemu tenaga si raksasa.
"Krek!"
See-tok terbahak-bahak. Ia menyerbu dan
mendesak lawannya lagi dan Kwi-bun benarbenar kewalahan. Raksasa itu mempergunakan
teman-temannya yang lain untuk mencuri
kesempatan, ini membuatnya marah. Tapi
ketika ia terdesak karena dari empat penjuru
mata angin meluncur atau menyambar
serangan-serangan lain, Kwi-bun terhuyung
ketika akhirnya dihajar tengkorak maka iblis
muka pucat itu mulai cemas dan khawatir.
"Tong-si, kita tak mungkin bertahan.
Bagaimana sebaiknya!" ia berbisik.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Sebaiknya kita mampus, Kwi-bun. Biar
mereka membunuh kita atau kita membunuh
mereka!"
"Ah, jangan konyol," sang suami menyusupkan
suara lewat ilmu mengirim suara, agar tidak
terdengar yang lain-lain. "Kita butuh hidup,
Tong-si. Bagaimana kalau kitab kulempar dan
kita beristirahat sejenak!"
"Eh, apa maumu? Kau gila"
"Sst jangan keras-keras, isteriku. Aku hanya
melancarkan taktik agar kita terlepas dari
keroyokan ini. Bu-tek-cin-keng sebaiknya
kulempar dan kitab yang akan menjadi rebutan
itu pasti didapat seseorang. Dan lawan-lawan
kita tentu beralih perhatiannya, mengeroyok
orang yang mendapat kitab itu!"
621 "Kau benar," sang isteri tertegun, bersinarsinar. "Kalau begitu boleh, Kwi-bun. Tapi kita
nanti harus merampasnya kembali!"
"Tentu," sang suami girang. "Kita akan
merampasnya lagi isteriku. Setelah mereka
berebut dan kita terlepas dari mereka!" dan
membentak menangkis serangan, bisik-bisik
itu selesai maka iblis pucat ini tiba-tiba berseru,
"Kawan-kawan, jangan mengeroyok lagi. Aku
menyerah. Lihat aku mengeluarkan Bu-tek-cinkeng. Siapa yang mau?"
"Aku..!"
"Aku!"
Kwi-bun tersenyum, siasatnya berhasil. Dan
ketika ia bertanya siapa yang harus menerima
kitab, See-tok ataukah Jin-mo maka kedua622 duanya berteriak agar kitab itu diserahkan
kepada mereka.
"Aku saja, Kwi-bun. Jin-touw belakangan!"
"Tidak, aku dulu, Kwi-bun. See-tok setelah
aku!"
"Ha-ha, kalau begitu biar kulempar saja. Aku
bingung memilih, awas...!" dan ketika benar
saja benda hitam itu dilepas atau dilempar ke
atas, Kwi-bun membentak menyuruh yang
lain-lain mundur maka See-tok dan Jin-touw
berebut saling mendahului. Dua orang itu
sambar-menyambar dan masing-masing pun
tak kalah gertak, See-tok menyodok perut
saingannya dengan siku. Namun karena Jintouw juga membalas dan sama-sama
menyodok, dua siku mereka beradu maka
keduanya terpental dan kitab meluncur di
623 tengah-tengah kerumunan Coa-ong dan Kwi-bo
serta Jin-mo.
"Ha-ha, rupanya bagianku!" Coa-ong
berkelebat dan terkekeh menangkap dengan
suling. la paling dekat dan kebetulan lebih
cepat. Tapi ketika galah menyambar dan Jinmo mendengus dari samping, berseru agar
kitab itu diserahkan kepadanya maka Coa-ong
terkejut dan ujung suling yang sudah
menyentuh bungkusan itu dibentur galah
hingga benda itu mencelat dan jatuh ke tangan
Kwi-bo, yang cepat menangkap dan terkekehkekeh.
"Trak!"
Suling dan galah bambu sama-sama terpental.
Coa-ong memaki temannya sementara Jin-mo
melotot melihat kitab itu jatuh di tangan Kwibo. Si cantik yang genit itu begitu beruntung.
624 Tidak susah payah tahu-tahu kejatuhan kitab!
Dan Jin-mo yang tentu saja tak merelakan ini
dan membentak maju tiba-tiba berseru agar
kitab diberikan kepadanya.
"Hi-hik, ini rejekiku. Kau tak usah iri, Jin-mo.
Kembali dan lain kali saja kuberi!"
"Tidak! Berikan kepadaku, Kwi-bo, atau kau
mampus!" galah menyambar namun dielak,
Kwi-bo berkelebat dan tahu-tahu melarikan diri.
Namun ketika wanita itu terkekeh-kekeh dan
mau memasuki hutan, siasat Tong-si hendak
dipergunakan mendadak See-tok dan Jin-touw
berkelebat dan sudah menghadang di depan.
"Kwi-bo, berikan kepadaku!"
"Tidak, kepadaku saja, Kwi-bo. Dan nanti kita
bagi dua!"
625 "Ah, keparat!" wanita itu melengking, rambut
menjeletar dan bergerak menghantam. "Pergi
kalian, Jin-touw, dan kau juga!" namun ketika
See-tok maupun Jin-touw menangkis, dua lakilaki itu membentak dan saling berebut maka
Kwi-bo sudah dikeroyok dan wanita ini marahmarah karena tak dapat melarkan diri.
Selanjutnya Jin-mo dan Coa-ong juga
berdatangan, satu per satu mengeroyok dan
sibuklah wanita itu meledak-ledakkan
rambutnya. Dan ketik? Kwi-bun serta Tong-si
juga terkekeh menerjang maju, dua suami
isteri itu dapat beristirahat dan kini ganti
mengeroyok maka sebentar saja Kwi-bo
babak-belur menerima hantaman-hantaman!
"Aduh, keparat. Lepaskan aku... lepaskan!"
"Heh-heh, berikan dulu Bu-tek-cin-keng itu,
Kwi-bo. Baru setelah itu kau kulepaskan!"
626 "Tidak, ah... See-tok!" Kwi-bo tiba-tiba
berteriak dan memandang raksasa tinggi besar
itu, sibuk mengelak dan menangkis sana-sini.
"Bantulah aku dan nanti kulayani kau dalam
permainan cinta yang hangat. Ayo bantu aku


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan bebaskan aku dari mereka-mereka ini!"
"Hm," si raksasa jelalatan, iming-iming itu
membuatnya tiba-tiba mengilar. "Asal kau
membagi kitab tentu kubantu, Kwi-bo. Tapi
apakah janjimu dapat kupegang?"
"Keparat, kau tak percaya? Baik, aku akan
mengeluarkan Thian-mo-buku, See-tok. Dan
siapa yang mampu menyentuh tubuhku dialah
yang akan kujadikan suami sehari... bret-bret!"
Iblis wanita ini tiba-tiba merobah gerakan, jari
dan siku bergerak naik turun dan tiba-tiba
sehelai demi sehelai pakaiannya pun terlepas
semua. Dan ketika Kwi-bo berlengganglenggok dan itulah Tarian Hantu Langit yang
627 amat mempesona, tak akan ada iman lelaki
yang tak bakal rontok maka benar saja semua
laki-laki di situ tertegun dan menonton
lenggang-lenggok si iblis jelita ini, termasuk
Kwi-bun.
"Kau melihat apa? Itu tarian kotor.... plakplak!" dan sang isteri yang menampar keras
mengejutkan Kwi-bun tiba-tiba membuat lakilaki ini terkejut dan Kwi-bo tiba-tiba terkekeh
melepas serangan ke arah Jin-mo. la paling
benci kepada si iblis setinggi galah ini karena
Jin-mo-lah yang membuat ia tak jadi melarikan
diri. la tadi dikejar dan diserang. Dan ketika
Jin-mo terpekik karena ujung rambut hampir
saja mengenai biji matanya, kaget dan
melempar tubuh bergulingan maka Kwi-bo
terkekeh dan berkelebat memasuki hutan. Jinmo memberi jalan ketika dipaksa
menyelamatkan diri.
628 "Bagus, terima kasih, Jin-mo. Lebih baik begitu
daripada kau mampus!"
Namun, See-tok dan Jin-touw berteriak. Dua
laki-laki berbeda fisik bergerak dan mengejar
Kwi-bo. Si cantik yang lari dalam keadaan
telanjang bulat begitu sungguh membuat
gairah naik sampai ke ubun-ubun. See-tok
mendengus-dengus sampai asap hidungnya
keluar, persis kerbau birahi! Dan ketika
raksasa itu mengejar dan membentak agar
Kwi-bo berhenti, Jin-touw juga berkelebat dan
mendahului raksasa ini maka Kwi-bo terkesiap
ketika tahu-tahu jari-jari tangan si Pembunuh
hampir saja menyentuh pundaknya.
"Eiitt, aku duluan!"
"Tidak, kau belakangan, Jin-touw. Aku yang
lebih dulu!" dan See-tok yang membentak
serta menghantam jari-jari si Pembunuh, yang
629 hampir menangkap atau meraih Kwi-bo tibatiba membuat Jin-touw terpental dan marahmarah, mengejar tapi See-tok lebih dulu
menyentuh pundak Kwi-bo. Dan ketika Kwi-bo
terkekeh karena itulah harapannya, ia
mengandalkan si raksasa ini untuk menghadapi
lawan-lawannya maka benar saja Tong-si telah
menyambar di depan dan menghadang agar ia
tidak masuk hutan, disusul oleh suaminya dan
juga Coa-ong atau Jin-mo.
"Baik, kau lebih dulu, See-tok. Dan aku akan
melayanimu sepuas hatimu. Ayo, bantu aku
dan singkirkan mereka ini. Bu-tek-cin-keng
kita bagi dua!"
Si raksasa mendengus dan berkobar nafsunya.
la sudah berdekatan dan mencolek si cantik itu,
Kwi-bo terkekeh dan membiarkan saja colekan
atau remasan-remasan lain. Dan ketika si
raksasa bertambah semangat dan ia
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
menyambut Jin-mo dan lain-lainnya itu maka
jadilah raksasa ini berhadapan dengan bekas
teman-temannya sendiri.
"Crik-crak-dess!"
Tengkorak bertemu kuku jari atau bambu dan
suling. See-tok sudah membela Kwi-bo dan si
cantik itu terkekeh-kekeh kegirangan. la
sendiri sudah melejit dari serangan yang lain
untuk menghadapi Tong-si. Dan ketika See-tok
dibiarkan sendirian menghadapi empat yang
lain, Coa-ong dan kawan-kawannya memakimaki maka raksasa bodoh yang dipedayai ini
kaget ketika hujan serangan bertubi-tubi
menghantam dirinya, Kwi-bo hanya
menghadapi seorang lawannya saja, Tong-si!
631 "He, bagaimana ini!" raksasa itu berteriak,
betapapun ia harus bekerja keras memutar
tengkorak bandulannya, "Kenapa kau di sana,
Kwi-bo. Dekatlah kepadaku dan kita hadapi
semuanya berbareng!"
"Tong-si mencegahku," Kwi-bo menjawab
sambil meliuk-liuk di sana, lima lelaki melotot
takjub. "Lawanku ini benci melihat
suaminyapun memiliki gairah kepadaku, Seetok. Biar dia kuhajar dulu dan nanti kubantu!"
"Tapi aku kewalahan. Aku dikeroyok empat!"
"Ah, masa setinggi besar itu kau takut? Jangan
seperti anak kecil. Nanti kuberi kau minuman
segar, See-tok. Ayo hajar mereka dan nanti
kupuaskan dirimu, boleh minum sepuaspuasnya!"
632 See-tok menggelegar. Tiba-tiba ia mengaum
bagai singa kegirangan begitu mendengar
kata-kata Kwi-bo. Ia akan diberi "minuman
segar" kalau ia dapat mengalahkan lawanlawannya ini. Dan ketika ia terbahak dan suara
tawanya mengguncang bukit, hutan tergetar
oleh tawa si raksasa ini maka Coa-ong dan
lain-lain terkejut ketika tiba-tiba dengan
semangat dan tenaga luar biasa si raksasa itu
menerjang mereka. Untuk sejenak mereka
dibuat mundur namun Coa-ong dan kawankawannya ini bukanlah orang-orang di bawah
See-tok. Mereka sama-sama setingkat dan
kepandaian masing-masingpun berimbang.
Dan ketika mereka memaki karena semuanya
itu disebabkan kata-kata Kwi-bo, si cantik yang
genit itu sungguh pandai membangkitkan
tenaga lelaki maka Coa-ong dan kawankawannya menjadi marah. Mereka geram
kepada si raksasa ini dan Jin-touw yang paling
633 cemburu. Ialah yang mengharapkan Kwi-bo
tapi Kwi-bo rupanya memilih si raksasa. Dan
ketika ia membentak dan kapak menyambut
tengkorak, deru tengkorak bertemu dengan
cuit kapak maka untuk pertama kalinya Seetok tersentak karena Jin-touw yang marah dan
dibakar cemburu ini juga mampu bertenaga
besar.
"Crat!" lelatu api muncrat dari pertemuan
kapak dengan tengkorak yang gumpil. See-tok
tersentak karena Jin-touw dapat menahan
serangannya. Dan ketika dari kiri dan kanan
menyambar serangan-serangan lain, Coa-ong
dengan sulingnya sementara Jin-mo dengan
galah bambunya maka Kwi-bun mencicitkan
kuku-kuku jarinya dan Jin-touw menyambar
kembali dengan ayunan kapaknya yang
dahsyat.
"Crat-des-dess!"
634 Si raksasa limbung dan terhuyung. Untuk
sejenak ia tadi dapat membuat lawanlawannya mundur. Tapi begitu lawan-lawannya
naik darah dan menerjang lagi, adu tenaga Jintouw membuat yang lain-lain bangkit
semangat dan kemarahannya maka si raksasa
kini terdesak dan sekejap kemudian ia diteter
dan menerima pukulan-pukulan lawan. Suling
dan galah di tangan Jin-mo menggebuk
pantatnya, See-tok menjengking dengan muka
kaget. Dan ketika yang lain-lain juga susulmenyusul dan hanya terhadap kapak Jin-touw
si raksasa tak berani menerima, kulitnya
dikhawatirkan luka maka Jin-touw mengejek
dan menyambar-nyambarkan senjatanya bagai
lidah petir yang sekali-sekali siap menyengat.
635 "Lihat, bagaimana kau masih berani menghajar
kami, See-tok, sedang diri sendiri dihajar dan
babak-belur begini. Ayo menyerah dan minggir,
biarkan kami mendekati Kwi-bo!"
"Benar, kau jangan petingkah, See-tok. Kwi-bo
tak mungkin melayanimu seperti kata-katanya.
Wanita itu licik, kau ditipu!"
"Grr, kalian laki-laki curang, siapa bilang Kwibo menipuku kalau kenyataannya ia mau
kusentuh dan kuremas-remas. Kalian laki-laki
iri, Kwi-bun. Kaupun ganas melahap tubuh
Kwi-bo!"
"Ah, aku punya isteri..."
636 "Bohong! Kaupun mau kalau Kwi-bo
memberikan tubuhnya!"
"Keparat, kau lancang, See-tok. Kau bicara
begitu bakal membuat isteriku marah saja.
Bicara tanpa bukti adalah fitnah... cret!" dan
kuku si pucat yang bergerak dan menyelinap
ke bawah tiba-tiba menggurat ketiak si raksasa
di mana See-tok akhirnya meraung-raung,
tergores tapi gatal-gatal dari racun di kuku jari
itu membuatnya marah. Untung karena ia
seorang ahli racun dan julukannya sebagai Si
Racun Dari Barat membuat raksasa ini tahu
menyelamatkan diri maka ia mengelak sanasini ketika serangan-serangan yang lain datang.
Jalan darah di ketiak "dimatiin" dan tertutuplah
jalan darah itu membendung racun. See-tok
membalas namun ia tetap kalah juga. Dan
ketika serangan demi serangan bertambah
gencar dan ia terdesak hebat, Kwi-bo tak
637 kunjung membantunya juga maka berteriaklah
raksasa itu melempar tubuh bergulingan
melepas diri dari hujan serangan dan pukulan.
"Tobaaat... bres-bress!"
Tongkat dan suling menghajar tanah. Si
raksasa meloncat bangun dan mukapun pucat
pasi, mendelik pada lawan-lawannya itu tapi
lawan-lawannya tertawa, hendak mengejar tapi
si raksasa ini kabur! Dan ketika Jin-touw
terkekeh-kekeh dan semua bergerak ke arah
Kwi-bo, yang bertanding dan sengit diserang
Tong-si maka si cantik berubah karena ia
segera dikeroyok lima!
"Keparat, pengecut dan curang. Apa-apaan ini!
Eh-eh.. kalian empat laki-laki tak tahu malu,
Jin-touw. Biarkan aku menghadapi lawanku
dulu dan nanti kalian gilirannya!"
638 "Ha-ha, sekarang aku membutuhkan Bu-tekcin-keng. Serahkan kitab itu atau kau
mampus!" kapak mendesing dan membacok si
cantik ini, dikelit tapi senjata-senjata lain
menyambar. Jin-mo dan lain-lain sadar bahwa
Kwi-bo hanya hendak menipu mereka belaka,
seperti halnya si See-tok itu. Dan ketika Kwibo jungkir balik dan tentu saja tak tahan, tusuk
konde di tangan Tong-si sempat mengenai
lengannya maka apa boleh buat wanita ini tibatiba mempergunakan akal suami isteri itu dan
melempar Bu-tek-cin-keng ke udara.
"Semua lihat, aku tidak menguasai Bu-tek-cinkeng lagi!"
Coa-ong dan kawan-kawan terbelalak. Mereka
melihat benar saja kitab itu dilempar ke udara.
Ini memang jalan paling selamat bagi Kwi-bo.
Tapi begitu kitab itu meluncur dan jatuh ke
bawah, semuanya sadar dan bergerak sendiri639 sendiri tiba-tiba mereka berebut dan masingmasingpun saling hantam untuk mendapatkan
kitab!
**SF**
(Bersambung jilid 9)
Bantargebang, 30-08-2018,22:06
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 9
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
641 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 9
"HA-HA, itu milikku!"
"Tidak, itu punyaku!"
Dan ketika senjata atau pukulan saling beradu
kuat, Coa-ong maupun yang lain sudah
bergerak menghantam yang terdekat maka
semuanya terpental dan kitab jatuh di tanah.
Jin-mo yang bersenjata panjang mendengus
mempergunakan kesempatan ini, galahnya
642 mencongkel dan kitabpun tahu-tahu tersontek
ke arahnya. Dan karena memang hanya si
Hantu Langit itu yang paling bisa, senjatanya
mampu menjangkau sampai tiga meter lebih
maka ketika semua terlempar ke kiri kanan si
iblis tinggi kurus itupun sudah menyambar
kitab dan.... melarikan diri.
"Heiii....!" Jin-mo masuk hutan. "Awas kawankawan, dia lari mau menyembunyikan diri!"
Jin-mo dikejar dan tentu saja tak boleh
memasuki hutan. Kwi-bun dan isterinya sudah
bergerak saling dahulu-mendahului untuk
menghadang atau menyerang si setan galah
itu. Si Pintu Setan menjentikkan kuku-kukunya
dan menyambarlah belasan sinar-sinar hitam
ke punggung lawannya. Dan ketika Jin-mo
menangkis namun yang lain juga
menyambarkan benda-benda kecil, Jin-touw
menendang kerikil dan puluhan kerikil
643 menghantam si setan galah itu maka Jin-mo
menggeram ketika beberapa dari senjatasenjata rahasia itu mengenai tubuhnya, lawanlawannya berkelebat dan tahu-tahu berjungkir
balik menghadang di depan, mencegat.
"Jin-mo, serahkan Bu-tek-cin-keng!"
"Setan Galah, serahkan kitab itu!"
Jin-mo membentak dan marah menangkis
teman-temannya. Ia sudah dihujani bacokan
dan totokan ujung suling. Kapak di tangan Jintouw malah mendesing dan hampir saja
menyobek telinganya. Dan ketika ia menangkis
namun galah terpental, ia memang kalah kuat
maka Kwi-bo terkekeh-kekeh menjeletarkan
rambutnya.
"Hi-hik, mampus kau, Jin-mo. Serahkan Butek-cin-keng atau kau mampus!"
644 "Hah!" iblis itu berseru. "Kalian licik, Kwi-bo,
Beraninya mengeroyok dan berbuat curang.
Mana itu kegagahan kalian!"
"Hi-hik, siapa bertanya kegagahan? Bagaimana
ketika kau dengan gagah tadi mengeroyok aku?
Rasakan, ini hukumannya bagi dirimu, Jin-mo.
Serahkan kitab atau kau melayang ke neraka....
tar-tar!" Jin-mo mengelak namun rambut
masih juga mengenai pipinya, tergores dan
marahlah kakek itu namun ia tak mungkin
menghadapi lima orang temannya. Dan ketika
ia mengelak sana-sini dan menerima hajaranhajaran senjata, mengerahkan sinkang namun
kekebalannya tembus juga maka See-tok tibatiba muncul dan raksasa yang tadi melarikan
diri itu tertawa bergelak. Kiranya tak pergi jauh!
"Ha-ha, rasakan kau, Jin-mo. Tadi enak saja
menggebuk pantatku dan sekarang aku ingin
membalas... dess!" tengkorak menyambar dan
645 menghantam pantatnya, pantat tepos yang
membuat iblis itu menjerit dan terlempar roboh.
Dan ketika tengkorak kembali menderu-deru
dan Jin-mo pucat, ia semakin berat lagi
dikeroyok enam maka iblis itu tiba-tiba berseru
kepada Jin-touw untuk menerima Bu-tek-cinkeng.
"Jin-touw, terima kitab ini!"
Si Pembunuh Seribu Tangan terkejut. Ia
sedang enak-enaknya menghajar temannya
sendiri itu ketika Bu-tek-cin-keng tiba-tiba
dilempar dan diberikan kepadanya. Hal ini
sungguh di luar dugaan. Tapi karena itu adalah
tujuannya dan untuk Bu-tek-cin-keng siapapun
siap mempertaruhkan nyawa, termasuk si
Pembunuh ini maka Jin-touw menarik
kapaknya dan kitab itupun ditangkap.
646 "Wut!" kitab sudah di tangan. Jin-touw girang
tapi akibat berikutnya adalah berhentinya
teman-temannya menyerang Jin-mo. Coa-ong
dan lain-lain membalik menghadapi dirinya.
Dan ketika ia belum memutar tubuhnya untuk
menyelamatkan diri, kitab baru saja ditangkap
maka Raja Ular itu membentaknya dan
langsung menyambar.
"Jin-touw, serahkan kitab!"
Si Pembunuh terkejut. Ia sedang berpikir
melarikan diri ketika tahu-tahu Raja Ular itu
sudah mendahuluinya, disusul yang lain-lain
dan Tong-si maupun Kwi-bun juga
menggerakkan tusuk konde atau kuku jari
mereka. Dan ketika kapak diputar namun Seetok menderu dengan tengkoraknya, raksasa itu
paling girang mengeroyok Jin-touw maka
senjata itu menggebuk dan tepat sekali
menghantam pundak si Pembunuh ini.
647 "Ha-ha, aku lagi-lagi dapat membalas.... dess!"
Jin-touw mencelat dan terlempar. Ia berteriak
dan memaki-maki dan bergulinganlah ia
menyelamatkan diri. Tapi ketika lawan-lawan
sudah memburu dan Jin-mo juga terkekeh
bersama galah bambunya, iblis yang tadi
dikeroyok itu kini balik mengeroyok maka
kapak di tangan Jin-touw tak banyak berguna
karena segera iapun dihajar babak-belur oleh
senjata-senjata kawan-kawannya itu.
"Aduh, mati aku... crik-des-dess!" Kwi-bun dan
lain-lainnya enak saja mendaratkan serangan.
Coa-ong terkekeh-kekeh dan kakek itu girang
dapat melampiaskan kemarahan. Sulingnya
bergerak dan kembali menotok atas telinga,
menyelinap di antara putaran kapak karena
Jin-touw harus menghadapi demikian banyak
lawan. Dan ketika laki-laki itu pucat dan
bingung mengelak sana-sini, ia tak diberi
648 kesempatan meloncat bangun maka
kemarahannya dituangkan dengan melempar
kitab kepada See-tok, hal yang tak diduga
raksasa itu.
"See-tok, kau terima saja kitab ini!"
See-tok terkejut dan tertegun. Ia sudah dihajar
kawan-kawannya dalam memperebutkan Butek-cin-keng ini, ketika tadi ia membela Kwi-bo.
Dan ketika kitab datang dan ia menerima,
tentu saja otomatis maka kawan-kawannya
membalik dan raksasa tinggi besar itu gentar,
ganti melemparkannya kepada Coa-ong!
"Aku tak berani, biar saja Coa-ong!"
Si Raja Ular terkejut. Ia juga tak menduga
bahwa See-tok tiba-tiba melempar kitab yang
baru saja diterimanya. Jin-touw sudah
melompat bangun di sana dan menyeringai keji.
649 Bukanlah kebaikannya kalau ia memberikan
kitab kepada See-tok. Justeru si Racun Dari
Barat itu bakal menemui bencana kalau
menerima kitab. Dan ketika kitab dilempar
kepada Coa-ong dan Racun Dari Barat itu tak
berani menerimanya, Jin-touw kecewa karena
berarti tak dapat membalas sakit hati maka
Coa-ong yang menangkap dan menerima kitab
ini tiba-tiba terkekeh dan coba melarikan diri
memasuki hutan.
"Heh-heh, biar kupinjam sebentar!"
Namun nasibnya sama dengan temantemannya tadi. Begitu ia memutar tubuh dan
mau pergi maka Jin-mo dan Tong-si sudah
menghadangnya, langsung menyerang dan
sibuklah kakek itu menangkis sana-sini. Dan
ketika yang lain-lain maju dan ia kewalahan,
Coa-ong gentar maka si Raja Ular itu
melempar kitab kepada Kwi-bun, yang selama
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
ini belum mencicipi memegang kitab, karena
isterinya tadi yang menyimpan.
"Kwi-bun kau saja!"
Namun Kwi-bun melemparkannya kepada sang
isteri. Tong-si menangkap tapi tak berani lamalama, membentak berseru kepada Kwi-bo agar
menerima kitab itu. Dan ketika Kwi-bo
terkekeh tapi melempar kembali kitab kepada
Jin-mo, yang melempar dan memberikannya
kepada yang lain maka jadilah Bu-tek-cin-keng
itu berpindah-pindah dari satu tangan ke
tangan yang lain di udara!
"Hi-hik, aku tak mau menjadi korban. Biar
nanti saja kalau sudah ada yang mengalah!"
"Benar," Jin-mo juga berseru dan
melemparkannya kepada yang lain, kapok!
"Aku juga belum bergairah, Kwi-bo. Biar nanti
651 saja kalau sudah ada yang tidak mengejarngejar aku!"
"Ha-ha, aku juga tak mau. Biar yang lain
mampus dulu dan silahkan yang lain!"
Begitulah, kitab berputar-putar dari satu orang
ke orang yang lain. Bu-tek-cin-keng melejit
berpindah-pindah dengan cara menggelikan di
udara. Mereka yang tadi bernafsu untuk
menguasai tiba-tiba saja sekarang tak berani
menerima, kalau belum ada yang roboh. Dan
karena masing-masing tak mau menjadi
korban dan Cian-jiu-jin-touw tertawa bergelak,
dialah yang paling periang di antara semuanya
maka tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan
didahului oleh pekik atau bentakan
mengguntur.
"Pinceng lebih berhak akan kitab ini!" dan Butek-cin-keng yang disambar atau ditangkap
652 bayangan ini, yang bukan lain Ji Beng Hwesio
adanya tiba-tiba sudah membuat tujuh tokoh
sesat itu terkejut dan berlompatan mundur.
Mereka dikibas oleh serangkum angin dahsyat
dan masing-masing terhuyung. Ji Beng Hwesio
telah menangkap atau merampas kitab itu
dengan amat cepatnya. Gerakannya demikian
luar biasa dan Tujuh Siluman Langit itu tak
menyangka kedatangan wakil Go-bi ini,
tertegun dan berubah mukanya namun tibatiba mereka terkekeh. Kiranya saling cekcok di
antara mereka telah membuat hwesio itu
mampu mengejar, kini merah padam
memegang tongkat dan hwesio tua itu tampak
menggigil. la marah bukan main karena ditipu
Tong-si. Dan ketika ia membalik dan
membentak siluman wanita itu, Tong-si
terkejut dan berubah mukanya maka pukulan
Thai-san-ap-ting menyambar wanita ini dan
Tong-si mencelat kaget.
653 "Pinceng kau tipu!"
Tong-si mengelak. Ia kaget ketika tahu-tahu
pukulan itu menghantamnya. Sang hwesio
tampak demikian marah dan ia maklum apa
penyebabnya, bukan lain karena Bu-tek-cin

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keng itu. Dan ketika ia mengelak namun
pukulan tetap mengejar, wanita ini berteriak
maka Kwi-bun, suaminya, maju membantu.
"Dess!"
Dua-duanya terlempar. Ji Beng bagai harimau
beringas yang meskipun tua tapi gigi-giginya
masih utuh, menghajar dan berkelebat
menyusul Tong-si lagi namun wanita itu
melepas jarum-jarum beracun. Dan ketika Ji
Beng mengebut dan jarum-jarum terpental
berhamburan, menyambar atau menyerang
Coa-ong dan kawan-kawannya maka lima
siluman yang lain menjadi marah dan See-tok
654 sudah memberi aba-aba untuk menyerbu.
Suaranya menggeledek bagai suara si hwesio
tua. "Hantam hwesio ini. Bunuh dia!"
Tujuh Siluman Langit tiba-tiba bersatu. Mereka
itu tiba-tiba menerjang Ji Beng Hwesio dan
wakil Go-bi yang sakti dan lihai ini dikeroyok.
Dan ketika Ji Beng memutar ujung lengan
jubahnya dan pukulan Thai-san-ap-ting
menangkis semua serangan itu, terpental dan
lawan-lawannya berteriak kaget maka hwesio
ini sudah mengamuk dan balas menyerang
mereka.
"Pinceng kalian perdayai. Pinceng kalian
permainkan. Ah, pinceng tak akan
mengampuni dan hari ini pinceng akan
membunuh!"
655 Hebat sepak terjang hwesio itu. Kemarahannya
yang meletup-letup dan minta jalan keluar
sudah dilampiaskannya dengan pukulanpukulan lengan baju. Jubah hwesio ini
mengeras dan tidak ada satu senjatapun yang
tak berani ditangkisnya. Mulai dari suling di
tangan Coa-ong sampai kepada kapak berkilau
di tangan Cian-jiu-jin-touw itu. Semua
ditangkis dan terpental dari tangan pemiliknya.
Dan ketika hwesio sakti ini juga mengeluarkan
ilmu temboknya, Cui-pek-po-kian maka lawan
tak dapat menembus tubuhnya karena
gulungan atau hawa sakti dari ilmu tembok itu
membungkus tubuh si hwesio!
"Hebat, luar biasa sekali. Keledai gundul ini
seperti harimau kelaparan!"
"Tidak, bukan kelaparan, Coa-ong, tapi seperti
harimau haus darah. Lihat, ia mencorong dan
matanya tak berkedip-kedip memandang kita!"
656 "Bukan kita, tetapi Tong-si!" dan ketika iblis
wanita itu pucat karena lawan memang lebih
memandangnya daripada yang lain, Kwi-bun
sendiri sampai ngeri dan seram perasaannya
maka Ji Beng sudah berkelebatan dan naik
turun mengelilingi mereka. Pukulan-pukulan
Thai-san-ap-tingnya semakin dahsyat!
"Pinceng akan membunuh, hari ini pinceng
akan membunuh!"
Semua mengkirik. Tujuh Siluman Langit yang
terdorong dan selalu terpental bertemu ujung
lengan jubah hwesio itu menjadi ngeri dan
takut. Lain Ji Beng Hwesio yang tadi lain Ji
Beng Hwesio yang sekarang. Sekarang hwesio
ini seperti singa kelaparan atau haus darah
yang demikian penuh benci memandang
mereka. Mereka maklum apa yang
menyebabkan itu karena mereka memang
telah mempermainkan hwesio ini, terutama
657 Tong-si. Dan ketika kepada iblis wanita itu
hwesio ini lebih melancarkan serangan gencar,
Tong-si pucat dan gentar tak keruan maka Ji
Beng menerima pukulan-pukulan semua
temannya untuk tetap dapat mengejar dan
menghantamnya dengan pukulan Thai-san-apting itu. Hwesio Go-bi ini seperti gila.
"Tolongg...!"
Kwi-bun terkejut. la sedang menusuk bola
mata hwesio itu dengan kesepuluh kuku-kuku
jarinya yang berbahaya. Sang hwesio tidak
berkedip kecuali membuang kepala sedikit,
dahi tergores dan tidak apa-apa. Dan ketika
galah maupun kapak juga bak-bik-buk
menghantam hwesio ini, terpental, maka Tongsi menjerit ketika ia berusaha menangkis Thaisan-ap-ting namun pundaknya terpukul juga.
"Krakk-aduh...!"
658 Tong-si menjerit dan terlempar. Iblis wanita ini
tak kuasa menahan sendirian dan
pundaknyapun hancur. Ujung lengan jubah
yang memukul dengan amat telak itu tak
kuasa dilindungi sinkangnya pula. Tong-si
mencelat dan roboh di sana, tusuk
kondenyapun hancur! Dan ketika yang lain
menjadi pucat dan gentar, satu di antara Tujuh
Siluman langit roboh maka Kwi-bun
melengking dan tiba-tiba dari kesepuluh kuku
jarinya menyambar jarum-jarum kecil ke mata
dan mulut hwesio ini.
"Crep-crep-crep!" hwesio itu mendengus dan
menerima semua jarum dengan mulutnya.
Sambaran ke mata disedot dan tiba-tiba semua
jarum ke arah mulut. Kwi-bun yang hendak
mencelakai si hwesio tiba-tiba dibuat terbelalak
karena tak ada satu pun jarumnya yang runtuh.
Semuanya masuk atau menyambar mulut
659 hwesio itu, yang dibuka lebar-lebar. Dan ketika
jarum ditelan dan mulut dikatup, Kwi-bun
tersentak maka Ji Beng membentak dan
jarum-jarum yang tadi dikunyah atau
dikeremus hancur di dalam mulut hwesio ini
tiba-tiba dihamburkan atau disemprotkan ke
segala penjuru. Ji Beng Hwesio bagai orang
kesetanan!
"Pinceng akan membunuh. Kalian semua akan
pinceng binasakan!"
Kwi-bun dan lain-lain kaget bukan main.
Mereka ngeri melihat keberingasan wakil Go-bi
ini. Ji Beng Hwesio seperti orang kalap. Dan
ketika mereka mengelak namun ratusan jarum
hancur menyebar ke segala penjuru, jarum itu
telah dikunyah atau dilumatkan hwesio ini
maka Coa-ong dan kawan-kawan menjerit
ketika hamburan jarum-jarum halus itu
menancap dan melukai tubuh mereka. Coa-ong
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
bahkan mengaduh-aduh ketika satu jarum
menancap di kelopak matanya.
"Aduh, hwesio edan. Ji Beng Hwesio keledai
kesetanan!"
Tujuh Siluman Langit itu kalang-kabut. Mereka
benar-benar tak menyangka kedahsyatan
hwesio ini, amukannya yang amat nggegirisi
dan tentu saja membuat mereka takut gentar.
Dan ketika mereka melempar tubuh
bergulingan dan Coa-ong serta kawan-kawan
melihat ancaman bahaya, hwesio itu benarbenar akan membunuh mereka maka wakil Gobi ini mengejar dan Kwi-bo yang pertama
membuat onar dikebut atau dihantam dengan
ujung lengan bajunya.
"Prat!"
661 Kwi-bo memekik. Ia merasa remuk tulang
pinggulnya dihantam ujung jubah hwesio yang
sedang marah besar itu. Ia mau meloncat
bangun ketika tiba-tiba ujung jubah itu
meledak. Dan ketika ia roboh dan kembali
terguling-guling, keadaan sungguh berbahaya
maka iblis wanita ini tiba-tiba melempar granat
tangan dan Ji Beng Hwesio terkejut ketika
mendengar ledakan.
"Dar!"
Hwesio itu mengelak dan menyampokkan
lengan bajunya. la terpaksa mundur tapi tibatiba dari kiri dan kanan terdengar ledakanledakan lagi. Tujuh Siluman Langit tiba-tiba
teringat granat-granat tangan yang biasa
mereka miliki, seperti milik Kwi-bo tapi bentuk
atau warnanya saja yang berbeda. Dan ketika
masing-masing melepas itu dan si hwesio
dikepung asap tebal, sebentar kemudian
662 tertutup pandangannya maka Coa-ong
berteriak pada teman-temannya agar lari.
"Mundur, hwesio ini berbahaya. Semua pergi!"
Tujuh Siluman Langit bergerak. Mereka
mengangguk dengan muka gentar melihat
kehebatan atau kesaktian hwesio Go-bi ini.
Dulu hwesio itu tidaklah sehebat sekarang
karena dulu mereka imbang dengan Ji Beng
Hwesio ataupun ketua-ketua persilatan yang
lain, baik Hoa-san maupun Kun-lun atau Hengsan. Tapi begitu semuanya sadar dan Kwi-bun
sudah menyambar isterinya untuk dibawa lari,
masing-masing bergerak dan menyelamatkan
diri maka Ji Beng Hwesio yang terkurung atau
tertutup asap hitam tiba-tiba menjejakkan
kakinya dan melompat ke atas tinggi sekali.
Orang akan terkejut melihat gerakan hwesio ini,
mumbul dan tahu-tahu sudah di puncak pohon
yang amat tinggi. Dan ketika ia menggigit
663 memandang kiri kanan namun merobek
bungkusan hitam yang didapatnya dari Tujuh
Siluman Langit, Bu-tek-cin-keng yang dicaricari maka hwesio itu tiba-tiba melotot lebar
karena yang jatuh adalah.... serpihan kertas
kecil-kecil berbentuk segi empat, bukan Butek-cin-keng.
"Keparat!" hwesio itu menggelegar dengan
suara menggetarkan. "Jahanam kalian, Jit-mo
Thian-it. Bu-tek-cin-keng yang kalian bawa ini
bukan Bu-tek-cin-keng!" lalu menyambar dan
turun seperti burung, Coa-ong dan kawankawannya kaget karena berpelantingan oleh
suara si hwesio yang bagai letusan gunung
maka tahu-tahu hwesio itu sudah di depan
mereka lagi dan mengamuk!
"Pinceng kalian tipu. Pinceng kalian
permainkan. Ah, pinceng tak akan
664 mengampuni kalian dan mana itu kitab Bu-tekcin-keng?"
Coa-ong dan lain-lain kaget setengah mati.
Mereka sudah bergerak untuk melarikan diri
ketika tahu-tahu hwesio itu muncul,
membentak dan suaranya bagai gunung
menggelegar yang membuat tanah yang
mereka injak berderak-derak. Tempat itu tibatiba bagai diserang letusan gunung dan gempa
bumi. Lawan mengamuk lagi dengan amat
marahnya. Dan ketika Thai-san-ap-ting
kembali menyambar dan mereka dibuat jungkir
balik, pukulan demi pukulan bertubi-tubi
menghantam mereka maka Coa-ong dan
kawan-kawan tertegun melihat hwesio itu
membuang bungkusan hitam yang isinya
serpihan-serpihan kertas itu. Bukan Bu-tekcin-keng!
665 "Ah, apa yang terjadi? Bagaimana bungkusan
itu bukan terisi kitab?"
"Benar, apa yang terjadi, Coa-ong. Bagaimana
Bu-tek-cin-keng tidak ada?"
"Kita tertipu. Jangan-jangan ditukar Tong-si!"
"Keparat!" Kwi-bun membentak dan membela
isterinya. "Bungkusan itu bukan pertama-tama
jatuh di tangan isteriku, Jin-touw. Bungkusan
itu berpindah-pindah dari tangan See-tok dan
lain-lain. Sewaktu di Go-bi kita berempatlah
yang membawa secara bergilir. Jangan-jangan
kaulah pencurinya!"
"Tutup mulutmu!" si Pembunuh menjadi marah.
"Kau dan aku sama-sama tahu gerak-gerik
masing-masing, Kwi-bun. Jangan-jangan
isterimu yang licik itu yang telah menipu kita.
666 Dia menukar Bu-tek-cin-keng dengan serpihan
kertas!"
"Kalau ia menipu tak mungkin mau


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempertahankan bungkusan itu sampai
dihajar babak-belur oleh kalian. Tutup
mulutmu!"
"Tapi...."
"Tapi apalagi? Justeru kaulah yang kucurigai
menukarnya, Jin-touw. Kau licik dan biasanya
banyak akal. Kau berpura-pura menuduh orang
lain pencuri tapi kau sendiri pencurinya!"
"Keparat!" si Pembunuh naik darahnya. "Jaga
mulutmu, Kwi-bun. Atau kupecahkan
kepalamu!"
"Sudah.. sudah!" Jin-mo dan Coa-ong
membentak teman-temannya itu. "Kita
667 sekarang menghadapi hwesio yang mengamuk
ini, Jin-touw. Nanti saja dibicarakan lagi dan
lihat pukulannya... dess!" Jin-touw mencelat
oleh kelengahannya sekejap, terlempar oleh
pukulan Thai-san-ap-ting dan mengeluhlah
laki-laki itu bergulingan menahan sakit. Dan
ketika ia meloncat bangun dan Ji Beng Hwesio
mendengus-dengus di sana, heran tapi tetap
marah besar maka ia berkelebatan dan satu
per satu dihajarnya Tujuh Siluman Langit itu.
Semua kata-kata lawan didengar tapi
semuanya ini bahkan menjadikan hwesio itu
bertambah marah saja. Ia merasa sakit hati
dan diperma?nkan habis-habisan. Ji Beng yang
biasa penyabar dan welas asih mendadak
berobah bagai seekor singa buas yang
kelaparan. Segala ajaran agama tak diingatnya
lagi dalam saat seperti itu karena yang ada
ialah membunuh dan membunuh. Ia merasa
dipermainkan habis-habisan oleh tujuh orang
668 lawannya ini. Tong-si masih menggeletak dan
tak jadi dibawa suaminya, Kwi-bun sibuk
mengelak atau menangkis pukulan-pukulan si
hwesio. Dan ketika Tujuh Siluman Langit itu
tunggang-langgang dan satu demi satu senjata
mereka patah-patah, si hwesio sebaliknya
demikian kuat dan liat maka mereka yang
hendak melarikan diri menjadi putus asa
karena putaran ujung lengan baju hwesio itu
telah menyedot atau menarik mereka untuk
tetap berkumpul di tengah, tak dapat keluar.
"Celaka, mati kita. Hwesio ini kalap!"
"Benar, tamatlah riwayat Tujuh Siluman Langit,
Jin-mo. Tapi kita harus juga mampu
membunuhnya untuk pengantar ke dasar
neraka!"
"Ia terlalu hebat, lengan jubahnya
mengeluarkan kesaktian bergulung-gulung..!"
669 "Ah, aku juga putus asa, Jin-mo. Tapi kita
masih punya granat tangan. Lepaskan itu dan
kita mati sampyuh!"
Jin-mo dan lain-lain mengangguk. Kehebatan Ji
Beng Hwesio sudah tak tertandingi lagi dan
mereka mengecil harapannya. Hwesio itu
terlampau sakti dan diam-diam mereka kagum
bukan main. Ini tentu berkat Bu-tek-cin-keng.
Tapi ketika mereka mengeluarkan granat
tangan dan melempar ke hwesio itu, dikebut
dan terbawa gulungan hawa berputar tiba-tiba
semuanya tersedot dan.... granat-granat
tangan itu tertangkap si hwesio.
"Habiskan semua senjata ledak kalian. Pinceng
akan menerimanya!"
Enam orang itu pucat. Mereka mencoba lagi
namun lagi-lagi senjata itu tak mampu jatuh
ke tanah. Putaran lengan baju yang seperti
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
angin beliung menyedot atau menghisap apa
saja di tempat itu. Jangankan granat, tubuh
mereka sendiri terputar-putar dan hanya
berkat usaha mati-matian maka mereka tak
terlalu dekat dengan hwesio itu, yang tentu
akan memukul pecah kepala mereka. Dan
ketika granat habis ditangkap satu per satu
dan enam orang itu benar-benar putus asa,
kematian sudah membayang di depan mereka
maka Kwi-bo tiba-tiba berseru untuk mendekat
dan melancarkan pukulan berbareng, tak perlu
berusaha menarik diri dari putaran ujung
lengan jubah.
"Kita mati sampyuh. Hantam dan bunuh
hwesio ini!"
Semuanya setuju. Mereka tak melihat jalan
lain lagi karena Ji Beng Hwesio telah
mengurung mereka dengan Thai-san-aptingnya yang bergulung-gulung. Kesaktian
671 hwesio itu luar biasa dan sinkangnya pun hebat
sekali. Seumur hidup baru kali ini mereka
berhadapan dengan orang demikian lihai,
padahal masih ada Ji Leng Hwesio sang ketua
Go-bi yang tentu lebih hebat lagi! Dan ketika
semua mengangguk dan suling ataupun
tengkorak patah-patah, See-tok mengeluh dan
berkali-kali terbanting roboh maka tujuh... eh,
enam orang ini mengeluarkan bentakan
berbareng dan masing-masing menubruk ke
depan menghantam hwesio itu, tidak lagi
menjauh atau berusaha melepaskan diri dari
gulungan pukulan sinkang.
"Dess!"
Ji Beng Hwesio terkejut dan tersentak. Ia
tergetar juga ketika tiba-tiba enam orang
lawannya itu hendak menyatukan sinkang.
Selama ini, dia belum menghadapi serangan
semacam itu karena masing-masing
672 menghindar dan bekerja sendiri-sendiri. Tak
ada yang bergabung karena mereka memang
orang-orang yang berwatak egois, masingmasing membela kepentingan dirinya sendiri.
Maka begitu ia terkejut ketika tiba-tiba enam
orang lawannya mengeluarkan bentakan
berbareng, Kwi-bo dan lain-lain menyatukan
sinkang untuk menggempur dirinya maka
hwesio itu menyambut dan suara bagai gunung
roboh menggelegar di tempat itu. Ji Beng baru
kali ini menghadapi enam pukulan sinkang
sekaligus. Dari depan dan kiri kanan
menyambar enam pukulan dari enam orang
lawannya itu. Dan ketika sang hwesio
bergoyang sementara yang ada di depan
mencelat terlempar, Coa-ong menjerit dan
roboh melontakkan darah segar maka
berturut-turut yang lain juga terbanting dan
mengeluh pendek. Kwi-bo yang ada di samping
kiri juga menjerit tertahan, disusul oleh Jin-mo
673 yang mendelik disambut pukulan hwesio itu.
Dan ketika semua berpelantingan dan Ji Beng
bergoyang-goyang, adu pukulan yang amat
dahsyat itu menggetarkan jantung si hwesio
Go-bi maka berkelebatlah sesosok bayangan
hitam yang melepas sesuatu.
"Jit-mo Thian-it, tak perlu khawatir. Aku
membantu kalian!"
Ji Beng Hwesio terbelalak. Ia merasa sesak
dadanya oleh adu pukulan yang amat dahsyat
itu, betapapun ia tergetar dan merasa sesuatu
yang amis di mulut. Ia rupanya terluka. Maka
begitu seseorang tiba-tiba datang dan
menyerangnya dari samping kanan, ia tertegun,
maka pukulan itu tak dapat dielak dan hwesio
ini kaget karena itulah pukulan Thai-san-apting!
"Dess!"
674 Sang hwesio melotot. Ia hampir tak percaya
bahwa ia sendiri dipukul oleh pukulan Thaisan-ap-ting. Pukulan itu adalah milik Go-bi tapi
sesuatu membuat hwesio itu berjengit dan
mengaduh. Seekor ular tahu-tahu menggigit
lehernya. Ular beracun yang amat ganas! Dan
ketika hwesio itu-terbelalak dan sang ular
masih menancap di lehernya, ia bergerak dan
mengeremus hancur kepala ular ini maka
hwesio itu terhuyung memandang lawan.
"Kau... kau siapa?"
Orang berkedok ini tertawa aneh. Ia tidak
menggubris pertanyaan hwesio itu karena tibatiba ia meloncat pergi, menghilang dengan
cepat setelah ia memukul dan melontarkan
ularnya kepada lawan. Dan ketika Ji Beng
tentu saja marah dan membentak parau,
mengejar tapi tiba-tiba roboh terguling maka
hwesio itu pucat karena racun yang masuk ke
675 tubuhnya tahu-tahu telah mendekati jantung.
Ia merasa jantung dan dada sebelah kirinya
nyeri!
"Omitohud, kau... kau...!" hwesio ini
berkelojotan. Ia yang mencoba bangun namun
roboh lagi segera merasa seluruh tubuhnya
panas terbakar, tenaga tiba-tiba lenyap dan
kagetlah hwesio itu karena ular yang menggigit
tubuhnya ternyata benar-benar amat beracun.
Coa-ong yang roboh dan terbanting di sana
melihat kejadian ini, terkejut karena itulah ular
tiga warna yang amat berbisa. Ularnya yang
dulu hilang di Go-bi! Dan ketika Raja Ular ini
juga terkejut karena ular itu amat berbisa,
siapa yang terpagut bakal mati tiga detik maka
Ji Beng Hwesio yang berkelojotan dan
merintih-rintih di sana coba bertahan dan
mengerahkan tenaganya. Hwesio lni
sebenarnya hebat kalau saja tidak baru beradu
676 sinkang dengan enam orang lawannya. Baru
mengalami guncangan dan tiba-tiba saja dalam
keadaan seperti itu datanglah seseorang yang
menghantam dengan pukulan Thai-san-ap-ting.
Pukulan yang khas dimiliki tokoh-tokoh Go-bi!
Dan karena itu berarti pengkhianatan dan
hwesio ini kaget sekali, demikian kagetnya
sampai ia tak sempat mengelak sambaran ular
berbisa itu maka hwesio ini mengerang ketika
seluruh tubuhnya sudah terbakar oleh bisa ular.
Ia tak sadar bahwa kulit tubuhnya tiba-tiba
sudah menjadi tiga warna, hijau kuning dan
biru! Dan ketika hwesio itu berkelojotan dan
Coa-ong terbelalak lebar di sana, kaget dan
juga heran maka hwesio itu mengeluarkan
keluhan panjang dan tiba-tiba roboh dengan
tubuh membujur kaku. Tewas tak mampu
bertahan!
677 "Jahanam terkutuk!" sesosok bayangan lain
berkelebat dan memaki, "Apa yang terjadi, Ji
Beng lo-suhu. Siapa yang membuatmu seperti
ini. Ah, kau menjadi korban Ular Tiga Warna!"
Coa-ong dan teman-temannya terkejut.
Mereka itu juga bengong oleh kejadian cepat
ini, masih nanar dan luka-luka dalam oleh
pukulan si hwesio yang dahsyat. Kalau saja
mereka tidak maju berenam tentu mereka
sudah tewas dan hancur dengan tubuh remuk.
Sinkang si hwesio sungguh luar biasa dan tak
satupun di antara mereka yang sanggup
bertahan. Maka begitu seseorang membantu
mereka dan menyerang hwesio ini,
menghantam dengan pukulan sinkang di saat
hwesio itu bergoyang-goyang maka mereka
semua bengong melihat orang itu masih juga
melepas seekor ular berbisa ke leher si hwesio.
Siapapun bakal celaka kalau sudah dipagut
678 Ular Tiga Warna, ular itu adalah satu-satunya
milik Coa-ong tapi si Raja Ular waktu itu tak
membawanya, terbukti selama ini tak pernah
kakek itu mengeluarkan ular-ularnya karena
sudah habis dipakai ketika bertanding di Go-bi.
Maka ketika hwesio itu roboh dan akhirnya
tewas, sang hwesio diguncang oleh pukulan
Thai-san-ap-ting yang dimiliki sesama tokoh
Go-bi maka pagutan ular berbisa yang tak
sempat dielaknya telah membawanya ke
akherat. Ji Beng Hwesio tewas dengan mata
mendelik. Ia penasaran dan dalam keadaan
bertanya-tanya siapa tokoh yang
membunuhnya itu, pertanyaan yang tentu saja


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuat hwesio itu penasaran dan kaget,
bahkan barangkali sampai di akherat sanapun!
Dan ketika Coa-ong dan lain-lain tertegun dan
melihat bayangan kedua ini, yang kiranya si
Naga Emas sahabat Go-bi maka berturut-turut
679 muncul bayangan-bayangan lain dan Pat-kwahwesio muncul di situ.
"Suhu tewas!"
"Ah, suhu terbunuh...!"
Coa-ong dan lain-lain cepat menyingkir.
Mereka itu tertatih beringsut bangun dan
menahan sakit, dua kali batuk-batuk namun
darah segar yang akan terlontak keluar ditelan.
Demikian pucatnya mereka itu melihat
ancaman bahaya. Kwi-bun sudah menyambar
isterinya dan menyelinap memasuki hutan.
Dan ketika yang lain juga menyusul dan
untung si Naga Emas dan hwesio-hwesio Go-bi
itu tak melihat mereka, perhatiannya tertuju
kepada Ji Ben Hwesio yang tewas maka Tujuh
Siluman Langit itu menyingkir dan pergi secara
diam-diam.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Hujan tangis dan bentakan-bentakan terdengar
di luar hutan itu. Pat-kwa-hwesio marah
melihat tewasnya guru mereka. Dan ketika
mereka sadar dan berkelebatan mencari
musuh, yang telah membunuh guru mereka itu
maka semuanya kecewa karena Coa-ong dan
kawan-kawannya telah pergi, tak
meninggalkan jejak.
"Keparat, mereka menghilang. Mereka telah
membunuh suhu!"
"Benar, mereka takut melihat kita, suheng.
Dan rupanya juga terluka!"
Tujuh dari delapan hwesio itu merah padam.
Guru mereka tewas dan tentu saja anggapan
jatuh pada Jit-mo Thian-it. Tujuh Siluman
Langit itulah yang dicari guru mereka dan telah
membuat onar di Go-bi. Justeru karena mereka
itulah Go-bi jadi porak-poranda. Dan ketika si
681 Naga Emas juga tertegun dan melihat bekasbekas pertempuran, yang dahsyat sekali maka
pemuda ini menahan runtuhnya air mata
dengan memondong mayat Ji Beng Hwesio.
"Ah, biar pinceng yang membawa," satu di
antara Pat-kwa-hwesio berseru, kaget melihat
perbuatan si Naga Emas. Tapi ketika pemuda
itu menolak dan berkata biarlah tak apa, yang
lain mengiring dan berjalan di belakangnya
maka Ji-hwesio dan adik-adiknya terharu.
"Ini balas budiku kepada almarhum setelah
ajalnya. Ji Beng lo-suhu telah menyelamatkan
nyawaku ketika Coa-ong dan kawan-kawannya
hampir menewaskan aku, siauw-suhu. Biarlah
aku membawa mayatnya dan kita kembali ke
Go-bi!"
Tujuh dari Pat-kwa-hwesio mengusap air mata.
Mereka jadi ikut-ikutan menitikkan air mata
682 setelah pemuda yang gagah ini juga
meruntuhkan air mata. Tangis dan kemarahan
bercampur menjadi satu dan merekapun tahu
apa yang dimaksud si Naga Emas. Memang di
Go-bi pemuda itu hampir saja tewas setelah
Jin-touw dan Jin-mo masuk mengeroyok si
pemuda, membantu Coa-ong. Dan ketika
semua berangkat dan rasa haru serta dendam
menyertai mereka, mayat Ji Beng Hwesio
dibawa kembali ke Go-bi, maka dapat
dibayangkan betapa gempar dan gaduhnya
suasana di tempat perkumpulan para hwesio
itu. Go-bi geger untuk kesekian kalinya lagi bukan
oleh masuk atau menyerangnya musuh-musuh
tak diundang melainkan justeru oleh tewasnya
seorang tokoh mereka. Ji Beng Hwesio adalah
tokoh nomor dua dan merupakan wakil
pimpinan setelah Ji Leng Hwesio, sang ketua,
683 yang menghilang dan sudah lama ini tidak
menampakkan diri karena bertapa. Dan ketika
jenasah itu disemayamkan di dalam dan semua
orang kaget dan pucat, tadi tokoh pimpinan itu
masih sehat dan segar-bugar maka segera
dikabarkan bahwa pembunuhnya adalah Tujuh
Siluman langit, terutama Coa-ong!
"Kakek iblis itu mempergunakan ularnya. Lihat,
leher sang pimpinan dipagut Ular Tiga Warna.
Kalau kelak kita bertemu kakek itu maka dia
harus dibunuh!"
"Kita harus melapor kepada ciangbunjin
(ketua). Bagaimana kita, menyampaikannya
dan siapa yang akan menyampaikan?"
"Hm, aku yang akan menyampaikan," Twahwesio, orang tertua dari Pat-kwa-hwesio tibatiba muncul. Dia membuat adik-adiknya kaget
karena sejak Tong-si dan kawan-kawannya itu
684 muncul maka suheng mereka ini justeru
menghilang. Ji-hwesio, murid kedua atau sute
dari Twa-hwesio itu berkerut kening dan
memandang penuh selidik suhengnya ini, yang
tiba-tiba muncul. Tapi ketika sang suheng
tampak acuh dan hal ini mengherankan adikadiknya, Twa-hwesio membalik dan
mengebutkan lengan bajunya maka ialah yang
mewakili dan menjadi utusan untuk menemui
ciangbunjin atau ketua yang sedang bertapa.
Wajah hwesio itupun muram tapi tak ada yang
berani mengganggu. Go-bi sedang berkabung
dan tak enak rasanya mempersoalkan ke mana
saja Twa-hwesio itu pergi. Kenapa tak pernah
muncul dan sebagainya lagi. Dan ketika Jihwesio dikedip oleh adik-adiknya yang lain,
yang memberi isyarat agar menyusul atau
menyertai suheng mereka itu maka Ji-hwesio
justeru berkata agar Sam-ji atau saudara
nomor tiga yang mengikuti.
685 "Suheng rupanya lagi mempunyai persoalan
sendiri. Wajahnya serius dan keningnyapun
berkerut-kerut. Kalau aku menyertainya dan ia
tidak berkenan maka salah-salah aku
ditegurnya dan mendapat marah. Sam-te saja
yang pergi dan ikuti twa-suheng!"
"Bagaimana kalau aku kesalahan pula? Twaheng aneh sekali, ji-suheng. Aku takut dan
jangan-jangan kena damprat!"
"Kalau begitu siapa lagi..."
"Biar aku!" Si Naga Emas tiba-tiba maju,
menawarkan diri. "Aku juga heran dan curiga
akan gerak-gerik suheng kalian itu, siauw-suhu.
Bagaimana kalau aku mengintilnya dan melihat
apa yang didapat dari ciangbunjin!"
"Hm, Song-sicu termasuk orang luar, tapi telah
membela Go-bi. Kalau tidak melihat
686 persahabatan sicu dengan tetua-tetua Go-bi
tentu kami melarang. Baiklah, pinceng
mengabulkan, sicu. Tapi hati-hati karena ruang
pertapaan ciangbunjin di tempat sunyi.
Langkah atau jejak sekecil apapun pasti
terdengar. Sebaiknya sicu tak usah terlalu
dekat dan lihat atau dengar saja dari jauh!"
"Baik, terima kasih, ji-suhu. Aku akan ke
sana!"
Ji-hwesio dan adik-adiknya memandang.
Mereka itu telah memberi ijin dan ada sedikit
rasa was-was di hati mereka, takut kalau
ciangbunjin atau ketua marah. Tapi karena
mereka juga segan kepada twa-suheng mereka
itu, si Naga Emas tentu lebih bebas dan
mempunyai alasan kalau ditegur maka mereka
dapat menenangkan hati dan pemuda gagah
itu telah berkelebat dan mengikuti bayangan
Twa-hwesio secara diam-diam.
687 Ada kecurigaan dan rasa aneh di hatinya
melihat selama beberapa jam ini murid tertua
Ji beng Hwesio itu justeru tak muncul-muncul.
Dia heran karena selama ini yang tampak
adalah Ji-hwesio dan enam adiknya yang lain.
Twa-hwesio, murid tertua ini justeru ngumpet
entah kemana. Dan ketika dia berkelebat dan
mengikuti hwesio itu, yang berjalan dan
menuju ke sebuah bukit di belakang gununggunungan batu maka tibalah si Naga Emas ini
di tempat yang sekelilingnya dipagari kawat
berduri. Di tengah-tengah sana tampak sebuah
gundukan tanah hitam seperti kuburan. Dan
Twa-hwesio berhenti di situ!
"Mohon ijin..." sang hwesio berseru dan tibatiba menjatuhkan diri berlutut tepat di depan
kawat berduri di hadapan gundukan tanah
hitam itu, suaranya serak dan agak mengigil.
688 "Teecu Twa-ji ingin melapor, supek. Sesuatu
yang penting telah terjadi!"
Si Naga Emas menunggu. Dia menjadi tegang
juga karena suasana dan tempat di sekitar situ
terasa seram. Gundukan tanah di tengahtengah bukit itu terasa mendirikan bulu kuduk.
Tidak tampak lubang atau apa-apa tapi di
situlah ternyata ketua Go-bi bertapa, entah
dengan cara bagaimana. Apakah ada di dalam
kuburan itu! Dan ketika gaung si hwesio lenyap
namun tak ada jawaban, Si Naga Emas
tertegun maka Twa-hwesio mengulangi lagi
seruannya dengan lebih nyaring.
"Supek, teecu Twa-ji mohon menghadap. Ada
sesuatu yang penting yang hendak teecu
laporkan!"
Tapi, seperti tadi, tak ada jawaban atau suara
sambutan. Si Naga Emas menjadi heran dan
689 dia malah menjadi ragu apakah betul di
tengah-tengah gundukan tanah itu ada
orangnya. Dilihat dari segenap penjuru tak ada
lubang atau tempat persembunyian di
gundukan tanah hitam itu. Jangan-jangan
hwesio itu salah bicara! Tapi ketika hwesio itu
mengulang untuk ketiga kalinya dan suaranya
lebih keras dan nyaring, mengandung sedikit
kedongkolan maka tiba-tiba terdengar jawaban
yang entah dari mana. Tampaknya melingkarlingkar dan seolah dari delapan penjuru mata
angin!
"Twa-ji, kau datang membawa teman? Ada apa
datang menggangguku?"
"Ampun...!" hwesio itu tiba-tiba gemetar.
menjatuhkan jidat. "Teecu datang tanpa kawan,
supek (pak-de). Datang untuk melapor sesuatu
yang telah menimpa Go-bi!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Hm, apa itu," suara itu tenang dan datar.
"Dan kenapa kau yang datang, Twa-ji. Kenapa
bukan gurumu?"
"Ampun..." hwesio ini menggigil. "Teecu...
teecu justeru hendak melaporkan ini, supek.
Bahwa suhu... suhu telah tewas terbunuh!"
"Omitohud...!" Suara itu tenang tapi jelas
bergetar menyatakan kaget, sedetik saja. "Apa
yang terjadi, Twa-ji. Dan bagaimana itu.
Pinceng hanya punya waktu tiga detik dan
setelah itu kau pergi!"
"Tidak... tidak supek. Tiga detik terlalu sedikit.
Teecu hendak melapor bahwa suhu terbunuh
dan yang membunuh adalah Jit-mo Thian-it.
Siapa sekarang yang menggantikan suhu dan
bagaimana teecu membalas sakit hati ini
kepada Tujuh Siluman Langit yang telah..."
691 "Cukup!" bentakan itu disusul teriakan Twa-ji.
"Pinceng tak mau diganggu lagi, Twa-ji. Pergi
dan sekarang urus teman-temanmu yang lain!"
serangkum angin dahsyat menyambar dan
melempar hwesio ini, yang terpaksa
menghentikan kata-katanya karena tiba-tiba
tubuhnya telah "terbang" dibawa pukulan dari


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tengah gundukan tanah itu. Entah bagaimana
caranya dan kapan pula pukulan itu dilakukan
tahu-tahu murid Ji Beng Hwesio ini telah
mencelat. Dia mau melanjutkan kata-katanya
tapi supeknya telah membentak dengan
melemparnya melalui kesaktian tinggi. Dan
ketika hwesio itu terguling-guling dan jatuh di
luar pagar kawat, tubuh dan pakaiannya
robek-robek maka hwesio itu menangis dan
berseru,
"Suhu, ada pengkhianat di dalam Go-bi. Beng
Kong-suheng mencurigakan gerak-geriknya!"
692 Namun tak terdengar jawaban atau sahutan
atas jerit atau teriakan hwesio ini. Dan ketika
Twa-ji merasa penasaran dan masih berteriakteriak lagi, berseru menyebut-nyebut nama
suhengnya, Beng Kong Hwesio yang menjadi
murid supeknya itu mendadak tubuhnya
terangkat dan terlempar lagi, jauh tergulingguling di sana dan hwesio itu kaget serta pucat.
Ia tak melihat supeknya namun dirinya tahutahu terlempar, hendak berteriak lagi namun
tubuhnya kembali mencelat dan terangkat
lebih jauh. Dan ketika tiga kali berturut-turut ia
dilempar dan jatuh di bawah bukit, merintih
dan mengerang maka Naga Emas yang
tertegun tiba-tiba keluar dan tak sampai hati.
"Siauw-suhu, maaf. Supekmu tak mau kau
ribut-ribut di sini dan mari pergi!"
"Kau...?" hwesio ini terkejut. "Kau di sini Songsicu? Mengikuti pinceng?"
693 "Maaf," si Naga Emas semburat malu. "Sutemu
yang menyuruh aku ke sini, siauw-suhu,
mengiring atau menjaga keselamatanmu.
Aku..."
"Pantas!" hwesio itu marah, melompat bangun.
"Supek mengira aku membawa teman, orang
she Song. Dan aku kena marah gara-gara ini.
Ah, kau lancang!" dan geram mendorong
pemuda itu tiba-tiba hwesio ini lari pergi
dengan muka merah padam. Ia memaki
pemuda itu sebagai orang lancang yang berani
memasuki daerah terlarang. Kalau bukan
kesalahpahaman itu barangkali supekya tak
akan melemparnya seperti itu. Dan ketika
pemuda ini tertegun dan merasa bersalah, ia
ingin membersihkan si hwesio maka tiba-tiba
ia malah naik bukit dan berlutut di depan pagar
kawat berduri itu, tahu bahwa di sana
ciangbunjin atau ketua Go-bi bertapa.
694 "Ji Leng-losuhu, maaf bahwa aku Kim-liongpian Song Lim datang mengganggu. Akulah
yang kaukira teman si Twa-ji tadi dan aku
datang secara lancang. Maafkan aku karena
murid keponakanmu tadi benar-benar datang
sendiri, tanpa kawan!"
"Aku tahu," sebuah suara menjawab. "Dan
cepat pergi dari sini, Song-sicu. Kalau tidak
mengingat persahabatanmu dengan Go-bi
tentu kau mati. Pergilah!"
Kim-liong-pian si Naga Emas merasa tubuhnya
tahu-tahu terangkat naik dan terlempar. Ia
coba bertahan dan ingin berdiri sendiri namun
apa daya ia tak kuat. Gerakan atau sambaran
angin di depan itu amatlah hebatnya. Dan
ketika ia berseru tertahan dan terlempar ke
belakang, masih dalam keadaan berlutut maka
pemuda itu pucat memuji lawannya. Tidak
695 lecet atau babak-belur seperti murid Ji Beng
Hwesio tadi.
"Lo-suhu, kau hebat sekali!"
Namun tak ada jawaban. Ketua Go-bi yang
bersembunyi dan entah berada di mana itu
telah membuat lawannya menjauh dari pagar.
Si Naga Emas juga tak berani mendekat
karena ia tahu akibat apa kalau nekat. Ia telah
lancang memasuki wilayah terlarang dan hanya
karena ingin membersihkan nama si Twa-ji
saja maka dia berani mendekat. Dan ketika ia
berseru dan memuji kagum, tak ada jawaban
atau tanggapan akan ini maka sesosok
bayangan tiba-tiba muncul di belakangnya dan
mendengus.
"Song-sicu, kalau tidak mengingat
persahabatanmu dengan Go-bi maka pinceng
696 pasti membunuhmu. Pergilah, dan urusan Gobi biar kami selesaikan sendiri!"
"Ah, Beng Kong lo-suheng kiranya," si Naga
Emas terkejut dan melompat bangun, seorang
hwesio tinggi besar tahu-tahu telah ada di situ.
"Dari mana saja kau selama ini, lo-suheng.
Bagaimana tak pernah muncul selama Go-bi
diobrak-abrik musuh. Kenapa kau tak pernah
keluar!"
"Hm, pinceng dipanggil suhu. Dan ada Ji-susiok
yang mengurusi semuanya itu. Go-bi kini
berkabung, harap kau pergi dan tidak usah
kembali ke sini lagi!"
"Lo-suheng! " si Naga Emas tiba-tiba
membentak, marah. "Kenapa sikapmu
demikian kasar dan tidak bersahabat?
Bukankah aku membantu Go-bi dan membela
mati-matian? Apakah kau tidak tahu bahwa
697 akulah yang membawa jenasah Ji Beng lo-suhu
yang terhormat?"
"Hm, kau sahabat Ji-susiok, Song-sicu. Dan itu
benar. Tapi susiok sekarang sudah meninggal
dan sahabatmu sudah tiada. Sekarang pinceng
yang menggantikannya di Go-bi dan kami akan
berkabung sendiri, tanpa orang luar!"
Naga Emas merah padam. Ia berapi-api
memandang hwesio itu tapi hwesio itu balas
memandangnya dingin. Beng Kong Hwesio
dinilai dingin dan sombong. Dan karena ia
merasa bahwa ia memang orang luar, Go-bi
rupanya congkak dan tak mau ia di situ maka
pemuda ini membentak dan berkelebat pergi,
suaranya penuh kemarahan, ditahan.
"Beng Kong lo-suheng, sikapmu sungguh jauh
berbeda dengan Ji Beng lo-suhu yang menjadi
susiokmu. Kau tak tahu hormat dan
698 menghargai tamu. Baiklah, karena aku bukan
sahabatmu dan kau tuan rumah maka aku
pergi dan tak akan ke sini lagi. Terima kasih
atas sambutanmu yang demikian ramah tapi
aku akan memantau perkembangan Go-bi di
bawah pimpinanmu!"
Beng Kong Hwesio tak mengeluarkan kata-kata.
Ia hanya mendengus pendek mendengar katakata si Naga Emas itu, yang marah ditahan.
Dan ketika pemuda itu pergi dan ia berkelebat
lenyap, tempat pertapaan ketua Co-bi kembali
sunyi dan menyeramkan maka di sana Patkwa-hwesio dan lain-lain berhadapan dengan
hwesio tinggi besar ini, karena Beng Kong telah
datang dan tiba di sini.
"Suhu memerintahkan kepada pinceng untuk
menggantikan Ji-susiok. Tampuk pimpinan di
sini sekarang berada di tangan pinceng. Kita
699 berkabung tiga hari dan setelah itu
menentukan tokoh-tokoh Go-bi!"
"'Hanya tiga hari?" Pat-kwa-hwesio berseru
tertahan, kaget. "Yang tiada adalah pimpinan
nomor dua di Go-bi, suheng. Menurut undangundang perkabungan berjalan tigapuluh lima
hari. Ini wakil Go-bi yang meninggal, bukan
murid biasa!"
"Hm, pinceng sudah bicara. Semua harus
tunduk kepada pinceng, sute, Siapa
membangkang dia berarti melawan!"
"Tapi...."
"Tak ada tapi. Pinceng harus bebenah dan
kalian tunduk atau keluar!" dan ketika delapan
murid Ji Beng terbelalak dan kaget, Beng Kong
melakukan perintah secara otoriter maka
hwesio itu sudah menghadapi yang lain-lain
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
sambil berseru bahwa perkabungan khusus
untuk keluarga Go-bi sendiri, tak usah
mengirim undangan atau menerima pelayat
dari luar.
"lni kebijaksanaan pinceng. Go-bi disatroni
banyak musuh. Sebaiknya kite berkabung
sendiri dan setelah itu bebenah lagi. Kirim atau
kembalikan ketua-ketua Hoa-san atau Kun-lun
dan Heng-san yang terluka!"
"Ini... ini..." delapan hwesio terbelalak lebar,
tak dapat menahan diri. "Meninggalnya tokoh
Go-bi harus resmi diberitahukan orang luar dan
menerima pelayat, suheng. Sahabat-sahabat
Go-bi masih banyak dibanding musuh-musuh
yang menyatroni. Masa perkabungan hanya
dilakukan sendiri dan seolah Go-bi memutus
hubungan dengan dunia luar. Dan mana itu si
Naga Emas Song-sicu. Kenapa ia tak ada. Ia
701 dapat menjadi saksi utama bahwa guru kami
dibunuh Jit-mo Thian-it!"
"Hm, orang she Song itu sudah kuusir, sute.
Go-bi sudah tidak menerima orang luar seperti
kata-kataku tadi. Ini urusan pribadi Go-bi dan
akan diselesaikan pula oleh Go-bi. Orang luar
tak perlu turut campur!"
"Tapi yang tewas adalah tokoh Go-bi, bukan
murid biasa. Masa di samping perkabungan
yang hanya tiga hari kita juga tak menerima
pelayat. Apa-apaan ini!"
"Hm, ini perintah pinceng, sute. Kebijaksanaan
pinceng agar Go-bi tidak disatroni musuh lagi.
Menerima pelayat berarti membiarkan diri
sendiri disusupi orang-orang jahat!"
"Kita dapat mengerahkan keamanan. Kita
dapat menjaga ketat!"
702 "Kita sedang berkabung, sute. Kita perguruan
silat yang bukan hendak mengerahkan orangorang seperti barisan militer!"
"Betul, tapi ini keterlaluan, suheng. Masa
seorang tokoh yang meninggal tak ada pelayat
yang hadir!"
"Kita adalah para pelayat itu..."
"Tidak!" Pat-kwa-hwesio meradang. "Kita
adalah yang kesripahan, suheng. Kita memang
keluarga yang sedang menanggung duka.
Tidak lucu kalau kita juga adalah tamu!"
"Hm, apa maumu?"
"Kita mengirim berita lelayu dan menerima
pelayat. Kita harus menghargai meninggalnya
sesepuh Go-bi!"
"Kalau pinceng tidak dapat menerima?"
703 "Kau melanggar peraturan. Kau mengobrakabrik undang-undang partai!"
"Bagus, itu kalau pinceng bukan pimpinan di
sini. Tapi pinceng adalah pengganti Ji-susiok,
sute. Pinceng pengganti gurumu yang telah
tiada. Segala keselamatan dan jatuh
bangunnya Go-bi ada di tangan pinceng!"
"Tapi kau tidak bijaksana. Kau mengobrakabrik perasaan kami. Tidak tahukah kau bahwa
yang meninggal dan tewas adalah guru kami!"
"Hm, kau dibakar emosi. Kau menurutkan
hawa nafsumu sendiri. Sebagai orang tertua
setelah suhu maka kau menghina pinceng,
sute. Sepatutnya pinceng menghukummu.
Lihat tongkat pimpinan ini dan apakah pinceng
tidak dapat menunjukkan kewibawaan!" Beng
Kong Hwesio tiba-tiba mencabut tongkat
kebesaran, tongkat berwarna kuning keemasan
704 dan tiba-tiba semua murid Go-bi menjatuhkan
diri berlutut. Mereka berseru tertahan karena
tongkat pimpinan benar-benar ada di tangan
suheng mereka itu. Beng Kong memang murid
tertua setelah Lu Kong Hwesio tewas, juga
sebagai murid satu-satunya dari ciangbunjin
yang sedang bertapa. Dan karena tongkat itu
amatlah keramat dan melihat tongkat berarti


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tunduk dan tak boleh banyak membantah
maka Twa-hwesio dan tujuh adiknya juga tibatiba terkejut dan menjatuhkan diri berlutut.
Pat-kwa-hwesio kaget karena suheng mereka
itu tiba-tiba mencabut tongkat. Sekali dicabut
biasanya lalu jatuh hukuman. Dan ketika Twahwesio pucat dan tujuh yang lain juga tergetar,
suheng mereka hendak menunjukkan
kekuasaan maka benar saja Beng Kong Hwesio
berseru, kata-katanya nyaring dan penuh palu
hukuman.
705 "Twa-ji, kau berani melawan ketua. Potong
telingamu sebelah kiri dan berikan kepada
pinceng!"
"Tidak!" tujuh adik-adik seperguruan Twahwesio berteriak."Jangan secepat itu
menjatuhkan putusan, suheng. Kita sedang
dalam suasana berkabung!"
"Siapa melawan lagi!" Beng Kong Hwesio
mengibaskan dan menggetarkan tongkat tiga
kali. "Siapa yang mau membela yang salah,
sute. Apa yang kalian bilang dan apakah minta
dianggap merongrong kewibawaan pimpinan!"
"Kami... kami tidak merongrong," Ji-hwesio
pucat. "Tapi kami mohon ampun kalau twasuheng salah, suheng. Kami sedang berkabung
dan harap kau tidak bersikap kejam!"
706 "Pinceng hendak menegakkan kewibawaan.
Kalau mudah mengampuni orang lain maka
tongkat ketua tak akan dihormati lagi. Pinceng
tetap meminta sebuah telinga kiri atau pinceng
akan menambah hukuman!"
Tujuh hwesio-hwesio andalan menangis.
Mereka tiba-tiba tak dapat menahan sedih dan
gusar tapi juga takut akan ancaman itu. Murid
dari supek mereka ini telah bersikap keras dan
kekerasannya mengandung kekejaman. Di saat
seperti itu tega juga menghukum seorang
murid, yang sebenarnya masih terhitung
saudara, karena suheng mereka itu adalah
murid keponakan dari supek mereka dan
terhitung adik seperguruan keponakan pula
dari Beng Kong Hwesio ini. Tapi karena Beng
Kong Hwesio telah mengeluarkan titah dan
titah itu diputuskan di bawah tongkat
kebesaran, ini yang amat berat maka tujuh
707 hwesio-hwesio Go-bi itu tak dapat berbuat apaapa dan Twa-hwesio yang pucat dan menggigil
di sana tiba-tiba mencabut belati dan secepat
kilat ia memotong telinga kirinya sendiri.
"Crat!"
Daun telinga itu putus. Twa-hwesio menggigil
dan berlutut menyerahkan daun telinganya.
Telapak hwesio ini yang memegang daun
telinga tampak gemetar keras, daun telinga itu
sendiri juga segera berlumuran darah dan
membuat saudara-saudara yang lain menjerit.
Ada beberapa murid Go-bi yang sampai roboh
pingsan! Tapi ketika Beng Kong menerima dan
tertawa dingin, daun telinga itu diamat-amati
maka dia tiba-tiba melemparkan ini kepada Jihwesio, sute dari Twa-hwesio itu, orang nomor
dua dari Pat-kwa-hwesio.
"Kau terima telinga ini dan kubur baik-baik!"
708 Ji-hwesio melotot. Ia hampir tak kuat
menerima daun telinga suhengnya itu.
Suhengnya sendiri bermandi darah namun
seorang saudaranya sudah melompat dan
membebat bekas telinga suhengnya itu. Dan
ketika Twa-hwesio sudah diobati dan Ji-hwesio
gemetar menerima daun telinga itu, mendapat
perintah untuk menguburkannya maka enam
saudara yang lain mengguguk dan tersedusedu.
"Twa-heng, nasibmu sungguh buruk. Tapi kami
tujuh saudaramu tak dapat berbuat apa-apa!"
"Tak apa," hwesio itu bercucuran dan tak kuat
menahan runtuhnya air mata pula. "Pinceng
memang salah, sute. Pinceng telah
merongrong kewibawaan seorang pemimpin.
Tapi pinceng akan meminta sesuatu setelah
diri pinceng bersih kembali!"
709 "Suheng mau apa?"
"Hanya sesuatu yang wajar dari Beng Kongsuheng," dan bangkit serta menjura dalamdalam, mata berapi-api dan penuh dendam
hwesio itu berkata, "Suheng, ada peraturan
partai bahwa seorang murid yang telah
menebus kesalahannya berarti sudah bersih.
Dan dia diperbolehkan minta apa saja kepada
penghukumnya selama itu masuk akal. Nah,
apakah siauw-ceng (aku yang muda) boleh
meminta sesuatu darimu sebagai imbalan atas
hukuman yang telah kubayar?"
Beng Kong Hwesio tertegun. "Kau mau minta
apa?"
"Bukan apa-apa, sekedar menguji kepandaian
suheng apakah pantas suheng diserahi jabatan
sebagai pimpinan, pengganti guruku.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Beranikah suheng menerimanya atau aku
harus kecewa karena ditolak!"
"Hm!" Beng Kong Hwesio tiba-tiba tertawa
dingin. "Permintaanmu tentu saja kululuskan,
sute. Dan jangan hanya kau seorang
melainkan bersama adik-adikmu itu pula. Aku
sanggup menerima tantanganmu dan tentu
saja akan kubuktikan bahwa aku pantas
menggantikan kedudukan di sini!"
"Terima kasih!" Twa-hwesio girang dan berseriseri. Ini yang diharap. Ia akan melampiaskan
dendamnya! "Kau sungguh jantan, suheng.
Pantas sebagai pengganti ketua kalau
berwatak demikian gagah. Tapi aku ingin
sendiri, tak usah melibatkan adik-adikku!"
"Ha-ha!" Beng Kong Hwesio tertawa dengan
amat congkaknya. "Lain kau lain adikmu, Twate. Kalau kau ingin sendiri justeru adik-adikmu
711 ingin bersama. Kalian terkenal tangguh kalau
maju berbareng, nah, aku menyetujuinya dan
akan kuhadapi Pat-kwa-hwesio sekaligus!"
"Tapi tidak di depan jenasah suhu," Ji-hwesio
tiba-tiba berseru dan berkelebat di samping
suhengnya, tentu saja girang dan juga senang
menerima tantangan itu, tapi tidak di depan
mayat gurunya. Dan ketika Beng Kong
tertegun tapi mau mengangguk, berarti setuju
dan tidak keberatan maka hwesio tinggi besar
itu berkelebat dan tiba-tiba mengajak adikadiknya ke bangsal agung.
"Sute, permintaanmu masuk akal. Marilah ke
tempat yang tenang dan kalian boleh menguji
pinceng!"
Delapan hwesio bergerak dan mengikuti.
Mereka tadinya ragu-ragu namun akhirnya
menjadi panas karena murid supek mereka itu
712 terasa demikian sombong dan merendahkan.
Beng Kong tampak demikian pongah dan tidak
memandang sebelah mata, padahal
kepandaian mereka sebenarnya tidaklah
terpaut jauh dan tak pantas hwesio itu
bersikap congkak kepada mereka. Tapi begitu
mereka diajak dan tantangan ini
menggirangkan mereka, suheng mereka yang
putus telinganya hendak dibalaskan sakit
hatinya maka berkelebatanlah hwesio-hwesio
Go-bi itu dan mereka tidak sadar bahwa antar
saudara mereka hendak saling gempur sendir?.
Mungkin, saling bunuh!
"Di sini kita uji coba," Beng Kong sudah
berhenti dan tiba di bangsal agung. Tempat itu
amat luas dan bukan seperti tempat
persemayaman jenazah tadi. Murid-murid yang
lain berdatangan dan bersiaplah jago-jago Gobi itu untuk menghadapi lawannya. Mereka
713 seolah benar-benar musuh dan bukan sesama
murid Go-bi, aneh! Dan ketika masing-masing
sudah saling berhadapan dan Beng Kong
mengibaskan lengan bajunya, angin meniup
dan menyambar kencang maka hwesio itu
berkata menantang adik-adiknya.
"Kalian tak usah khawatir berhadapan dengan
pinceng. Pinceng bergerak bukan sebagai
pimpinan melainkan sebagai pribadi. Pribadi
melawan pribadi. Nah, bergeraklah dan coba
kepandaian pinceng!"
"Suheng tidak akan menggunakan tongkat
kekuasaan untuk menekan kami?"
"Ha-ha, tidak. Tak perlu, sute. Kalian tak usah
khawatir dan pinceng bergerak atas nama
Beng Kong Hwesio. Nah, mulailah dan jangan
takut pinceng mengeluarkan tongkat!"
714 Benar saja, tongkat itu lenyap, Beng Kong
telah menyimpannya di balik bajunya yang
lebar dan bersiaplah dia menanti serangan
adik-adiknya. Murid-murid yang lain sudah
berkumpul dan tentu saja bakal adanya
pertandingan itu menegangkan mereka.
Beberapa di antaranya berbisik bahwa
alangkah tidak pantasnya hal itu dilakukan
sementara jenasah Ji Beng Hwesio masih
hangat, belum dikuburkan. Tapi karena yang
akan bertanding rupanya orang-orang yang
sama panas dan masing-masing terbakar oleh
kesombongan dan rasa marah, Beng Kong
bersikap sombong sementara Pat-kwa-hwesio
mengandung marah dan benci maka begitu
sang tetua berkata maka serentak pula
delapan hwesio itu membentak dan Twahwesio mendahului dengan kebutan lengan
bajunya.
715 "Suheng, terima kasih. Kau benar-benar
ksatria!"
"Omitohud, kami sekedar memenuhi
permintaanmu, suheng. Kalau ada apa-apa
jangan salahkan kami berdelapan di depan
supek!"
Beng Kong Hwesio tertawa bergelak. Ia sudah
mengelak dan berkelebat ke kiri ketika
hantaman Twa-hwesio mendahului yang lainlain, mengelak dan mengelak lagi ketika tujuh
adiknya yang lain menghantam dan menyusul
serangan suheng mereka. Dan ketika berturutturut delapan hwesio itu sudah bergerak dan
menyerang cepat, masing-masing ingin
menghancurkan kesombongan lawannya yang
congkak ini maka Beng Kong Hwesio
berkelebatan dan mulai menangkis. Ia melejit
dari satu tempat ke tempat lain mengikuti
bayangan delapan orang lawannya itu.
716 Semakin cepat mereka bergerak semakin cepat
pula ia mengimbangi. Dan ketika Twa-hwesio
maupun saudara-saudaranya kaget karena
lawanpun tiba-tiba berobah menjadi bayangan
yang berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain dengan amat cepatnya, jauh lebih
cepat dari mereka maka Twa-hwesio berseru
tertahan ketika lengan bajunya diterima dan
bertemu dengan tangkisan suhengnya itu,
tergetar dan mencelat.
"Plak!"
Hwesio ini kaget disusul oleh yang lain-lain.
Lawan tertawa bergelak dan tiba-tiba mulailah
Beng Kong Hwesio membalas. Pukulan Thaisan-ap-ting, yang hebat dan menyambarnyambar itu mendadak menderu-deru dan
menerbitkan angin sinkang yang amat kuat.
Dan ketika angin pukulan itu semakin kuat dan
mereka berdelapan tak kuat menyambut,
717 kaget dan terkesiaplah delapan hwesio itu
maka Ji-hwesio dan suhengnya berseru paling
dulu.
"Ah, suheng memiliki sinkang aneh. Tenaganya
demikian mujijat dan jauh di atas kemarin


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dulu!"
"Benar, Beng Kong-suheng serasa bukan Beng
Kong-suheng beberapa hari yang lalu, sute.
Dia tampaknya memperoleh tenaga warisan!"
"Mungkin dari supek. Ah, lihat, pukulan itu
seperti milik supek... dess!" dan kilauan
cahaya putih yang meledak dan menghantam
dari ujung jubah Beng Kong Hwesio tiba-tiba
membuat delapan adiknya menjerit dan
melempar tubuh bergulingan, kaget dan
berteriak keras karena mereka tiba-tiba
teringat pukulan supek mereka itu, yang entah
apa namun juga mengeluarkan kilatan atau
718 ledakan seperti cahaya putih ini. Dan ketika
Beng Kong Hwesio tertawa bergelak dan
berkelebat maju, mengejar, maka delapan
hwesio porak-poranda dan Pak-hwesio yang
merupakan orang kedelapan tiba-tiba
mengeluh dan terbanting oleh serempetan
hawa pukulan dari lawannya itu, disusul oleh
Jit-hwesio atau hwesio ketujuh yang menjerit
dan terlempar menabrak dinding. Dan ketika
hwesio keenam dan kelima juga berteriak
mengaduh, Beng Kong telah berkelebatan
menghantam sana-sini maka Pat-kwa-hwesio
yang tak sempat mengeluarkan barisan segi
delapannya itu hancur total dan mawut. Bagai
laron disembur api!
"Tobat... aduh, mati pinceng!"
"Augh, pincengpun celaka.... des-des-dess!"
dan delapan hwesio yang mawut diporakporanda tiba-tiba membuat hwesio-hwesio
719 yang lain terbelalak dan kaget serta kagum.
Mereka itu melihat pertandingan berjalan
hanya beberapa kejap saja, belum ada lima
menit! Dan ketika semua jatuh bangun dan
Twa-hwesio sendiri pucat, hwesio tertua dari
Pat-kwa-hwesio ini sampai melotot tak percaya
maka satu tamparan miring membuat hwesio
itu terpelanting ketika Beng Kong menghantam
telinganya.
"Robohlah. Sekarang rasakan kelihaian pinceng,
sute. Lihat berapa lama pinceng mengalahkan
kalian!"
Hwesio itu terbanting. Ia kaget dan mengeluh
tapi Beng Kong berkelebat dan memberinya
lagi sebuah tamparan, tepat mengenai sisi
telinga yang lain. Dan ketika hwesio itu
menjerit dan pingsan, tentu saja tak kuat
maka berturut-turut murid Ji Leng Hwesio ini
telah berkelebatan ke adik-adiknya yang lain
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dan Pat-kwa-hwesiopun roboh satu per satu,
keok! Kejadian berlangsung cepat dan muridmurid dibuat bengong. Mereka hampir tak
percaya bahwa Beng Kong Hwesio demikian
hebat, padahal beberapa hari yang lalu masih
bertanding seru dengan mendiang Lu Kong
Hwesio dan suhengnya itu sendiri nyaris juga
mengalahkannya, kalau tidak cepat dibunuh
Coa-ong dengan ularnya yang berbisa. Dan
ketika tujuh dari delapan hwesio merintih-rintih
dan mereka roboh dalam sekejap saja,
kepandaian Beng Kong Hwesio ini
mengingatkan mereka pada Ji Beng Hwesio
yang tewas maka anak-anak murid Go-bi
bengong dan baru sadar ketika Pat-kwa-hwesio
meminta tolong.
"Aduh, Beng Kong-suheng seperti supek. Kami
bukan lawannya!"
721 "Benar, ia sekarang amat lihai, liok-sute (adik
keenam). Tapi bagaimana nasib twa-suheng
(kakak tertua)?"
**SF**
(Bersambung jilid 10)
Bantargebang, 31-08-2018,12:45
722 PRAHARA DI GURUN GOBI
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
723 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"AKU tak tahu. Tapi mungkin tewas!"
Murid-murid Go-bi berhamburan. Mereka
menolong atau membantu suheng-suheng
mereka ini yang mendapat hajaran dari Beng
Kong Hwesio. Hwesio itu sendiri berdiri tegak
dengan tawa menggetarkan, membiarkan saja
saudara-saudaranya itu merintih dan melihat
murid-murid yang lain menolongnya. Dan
ketika semua diangkat bangun hanya Twa724 hwesio sendiri yang tak sadarkan diri, pingsan
oleh pukulan Beng Kong maka semua pucat
dan ngeri memandang murid Ji Leng Hwesio ini,
calon ketua atau pimpinan yang menggantikan
Ji Beng Hwesio.
"Pinceng masih mengingat hubungan kita
sebagai saudara. Pinceng hanya merobohkan
kalian. Nah, jangan macam-macam terhadap
pinceng dan siapapun yang tak puas boleh
mencoba pinceng!"
Semua gentar. Tentu saja mereka ngeri
melihat kepandaian Beng Kong Hwesio ini,
tunduk dan menjatuhkan diri berlutut dan Beng
Kong akhirnya menyuruh mereka kembali ke
tempat persemayaman jenasah. Twa-hwesio
mendapat perawatan khusus karena di
samping pingsan oleh pukulan Beng Kong ia
juga baru saja memotong telinga kirinya.
Telinga itu berdarah lagi dan tadi dengan keji
725 Beng Kong memukul di bagian sini, luka
menjadi bertambah lebar dan murid-murid Gobi bergidik melihat ketelengasan hwesio ini.
Beng Kong memang dikenal keras tapi tak
sekeras sekarang. Kekerasannya ini
mengandung kekejaman dan kekejamannya
cukup mengerikan. Ia tak segan-segan
membuat Twa-hwesio cacad! Tapi ketika
semua kembali dan pergi ke ruang jenasah,
menunggui mayat sesepuh mereka maka
seorang murid tiba-tiba mendekat dan berbisik
gemetar bahwa di situ masih ada tiga ketua
Hoa-san dan Heng-san serta Kun-lun, yang
tubuhnya masih membujur di luar, pingsan.
"Kami tak tahu harus berbuat apa. Mohon
suheng memberi petunjuk!"
"Hm, mereka masih di sana? Lempar dan
keluarkan saja, Siong-hu. Biar pulang atau
kembali sendiri-sendiri!"
726 "Ah, mereka terluka, suheng. Tak dapat berdiri.
Mereka masih pingsan!"
"Kalau begitu bagaimana maumu. Apakah
menyuruh merawatnya di sini dan melayaninya
seperti seorang kaisar?"
"Ampun, bukan begitu, suheng. Tapi
seharusnya kita mengantar mereka pulang dan
baik-baik menyerahkannya kepada partainya!"
"Tapi mereka pengacau. Apakah pantas
menerima hal itu?"
"Jadi bagaimana maksud suheng?"
"Lempar dan keluarkan mereka dari tembok
Go-bi. Mati atau hidup biar di luar sana!"
"Ah, itu tak berperikemanusiaan, suheng. Kita
bakal dikutuk dunia!"
727 "Kalau begitu bawa ke sini, biar aku yang
urus!"
Hwesio itu girang. Dia mengira pimpinannya ini
berwelas asih dan akan menolong. Kalau
begitu baik, Go-bi memang bukan partai
persilatan kejam yang semena-mena terhadap
orang lain, biarpun musuh. Tapi begitu ia
membawa tiga orang ketua itu, yang masih
pingsan dan luka-luka berat mendadak Beng
Kong Hwesio tertawa dingin dan sekali
kebutkan jubah tiba-tiba ia melempar tiga
orang ketua itu sampai jauh melampaui
tembok gerbang Go-bi.
"Suheng...!"
Teriakan atau pekik kaget terdengar di sanasini. Mereka sungguh tak menyangka bahwa
Beng Kong Hwesio akan memperlakukan tiga
ketua Hoa-san dan Kun-lun serta Heng-san
728 seperti itu. Tiga tubuh itu mencelat dan
terlempar ratusan meter. Bukan main
dahsyatnya. Dan ketika tiga tubuh itu
berdebuk dan jatuh di luar tembok, muridmurid berlarian melihat maka It Lun dan Kiam
Leng ternyata tewas, tubuhnya remuk!
"Suheng, ketua-ketua Hoa-san dan Kun-lun
binasa. Kau telah membunuhnya!"
"Ha-ha, siapa mau main-main denganku,
Siong-hu. Boleh mereka datang kalau ingin
membalas dendam. Mereka itu sebelumnya
memang sudah luka berat dan pasti mampus.
Pinceng hanya mempercepat kematiannya saja,
agar tidak menderita!"
Siong-hu dan murid-murid lain tertegun.
Mereka itu kaget sekali melihat kekejaman dan
watak sombong hwesio ini. Dua ketua Hoa-san
dan Kun-lun tewas, tinggal ketua Heng-san
729 yang untuk tidak remuk karena jatuh menimpa
dua tubuh temannya itu. Dan ketika mereka
pucat dan tentu saja bercucuran air mata,
Beng Kong dianggap tak berperikemanusiaan
dan kejam maka atas inisiatip sendiri enam di
antara mereka membawa dan mengangkat
tubuh tiga ketua itu.
"Kita harus mengantar jenasahnya ke Hoa-san
dan Kun-lun. Siapa di antara kalian yang akan
membawa Heng-san-paicu?"
"Biarlah siauw-ceng yang membawanya," dua
di antara hwesio-hwesio muda maju berkata.
"Kami yang akan membawa Heng-san-paicu,
suheng. Dan kau hati-hatilah mengantar
jenasah dua ketua Hoa-san dan Kun-lun."
"Pinceng akan membawanya sampai ke kaki
gunung Hoa-san dan Kun-lun saja," Siong-hu
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
berkata. "Pinceng tentu saja tak berani
mengantar sampai ke atas."
"Baiklah, mari, suheng. Lihat Beng Kongsuheng tak perduli kepada kita dan kita jaga
nama baik Go-bi!"
Enam orang itu bergerak. Beng Kong Hwesio
sendiri telah lenyap dan tidak perduli kepada
itu. Dia telah memamerkan kepandaiannya
yang dahsyat dengan melempar tiga orang
ketua itu sampai ratusan meter, hal yang
memang luar biasa. Dan ketika Go-bi sendiri
berkabung atas kematian Ji Beng Hwesio,
Siong-hu dan lima saudaranya membawa
ketua-ketua Hoa-san dan Kun-lun serta Heng

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

san maka tentu saja di tempat yang
bersangkutan terjadi geger! Go-bi sendiri
akhirnya menyelesaikan masa berkabung itu.
Tidak banyak adat atau upacara. Tapi ketika
seminggu masa perkabungan itu selesai maka
731 di pintu gerbang perguruan ini tiba-tiba
terpancang enam kepala hwesio yang bukan
lain adalah Siong-hu dan kelima saudaranya.
My Name Red 8 Jodoh Rajawali 11 Geger Perawan Siluman Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 8

Cari Blog Ini