Ceritasilat Novel Online

Prahara Di Gurun Gobi 6

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 6


Apa yang terjadi? Pembalasan atau kemarahan
besar dari pihak Hoa-san dan Kun-lun serta
Heng-san!
**SF**
Mari kita ikuti perjalanan sial enam murid Gobi yang baik ini. Siong-hu, yang memimpin
kelima saudaranya untuk menyerahkan
kembali ketua-ketua Kun-lun dan Hoa-san
serta Heng-san itu tentu saja tidak berani naik
ke atas. Di tengah jalan mereka berpisah dan
dua di antara masing-maslng membawa ketuaketua Hoa-san dan Kun-lun itu. Saudara
termuda membawa To Hak Cinjin ke Heng-san,
sedangkan yang dua lagi ke Kun-lun membawa
Kiam Leng Sianjin sementara Siong-hu sendiri
membawa It Lun Tojin yang remuk tulang732 tulang tubuhnya itu. Dan Siong-hu berpesan
agar masing-masing tidak usah ke atas gunung
menyerahkan jenasah-jenasah itu, kecuali
yang membawa To Hak Cinjin karena ketua
Heng-san itu tidaklah tewas meskipun lukaluka berat. Dan ketika masing-masing
membawa bawaannya dan Siong-hu menuju
Hoa-san maka di kaki gunung partai persilatan
terkenal itu Siong-hu menurunkan mayat It
Lun Tojin.
"Sebenarnya tak baik kita meletakkan mayat
ini di sini. Tapi apa boleh buat, kematian It Lun
Tojin tentu membuat marah anak-anak murid
Hoa-san. Hm, kita taruh di pinggir hutan sini,
sute. Dan beri tanda agar segera diketahui
orang!"
"Tanda apa?"
"Apa saja, pokoknya menarik perhatian orang!"
733 Sang sute, yang mengangguk dan melepas
pandangan ke kiri kanan akhirnya menemukan
sebatang pohon besar, yang roboh. Pohon itu
sudah tua dan diangkutnya lalu diberi kain
putih. Dan ketika pohon ini ditancapkan di sisi
mayat It Lun Tojin dan dua hwesio itu menutup
hidung karena bau mayat mulai busuk, dua
hari perjalanan membawa mayat bukanlah
pekerjaan ringan maka mereka berdoa dan
berpantas-pantas sebelum pergi.
"It Lun totiang, kami dari Go-bi amatlah
menyesalkan kematianmu ini. Beng Kong
suheng memang terlalu, tapi nasi sudah
menjadi bubur. Daripada kau dicari-cari anak
muridmu di tempat lain biarlah kau beristirahat
dan sementara ini tenang di sini. Kami telah
memberi tanda bendera putih sebagai petunjuk
berkabung!"
734 "Benar," sang adik menyambung. "Kami
pribadi tak menanam permusuhan denganmu,
totiang. Tapi kematianmu sedikit banyak
berhubungan dengan Go-bi pula. Biarlah kami
balas kesalahan kami dengan membawamu ke
sini dan semoga mayatmu cepat ditemukan
anak-anak murid Hoa-san!"
Dua hwesio itu bersedakap. Mereka menunduk
dan tak tahu akan adanya bayangan-bayangan
dari lereng gunung. Mereka berada di kaki
gunung dan sesungguhnya kedatangan mereka
itu sudah diketahui murid-murid Hoa-san.
Maklumlah, Hoa-san bukan perkumpulan anakanak kecil dan sekeliling gunung selalu
mendapat pengawasan, setiap limabelas menit
tentu ada yang menjaga atau meronda. Dan
ketika dua orang hwesio itu berhenti di kaki
gunung dan tentu saja bayangan mereka
terlihat, dari atas selalu ada penjaga atau
735 peronda-peronda maka mereka itu sudah
saling memberi tanda dan ketika Siong-hu dan
sutenya menancapkan pohon dan berdoa di
situ maka mereka sudah turun dan tahu-tahu
mengepung hwesio-hwesio Go-bi ini. Siong-hu
terlalu membuang-buang waktu dengan berdoa
dan mencari pohon segala.
"Siapa ini. Kawan atau lawan dari mana berani
memasuki wilayah Hoa-san tanpa ijin!"
Siong-hu terkejut. Ia menoleh dan tahu-tahu
belasan anak murid Hoa-san berkelebatan di
situ, membentak dan berdiri mengurung. Dan
ketika hwesio ini terkejut karena ia kalah cepat,
musuh mengetahui kehadirannya maka muridmurid Hoa-san terpekik melihat jenasah
ketuanya.
"Itu ciangbunjin (ketua)..!"
736 "Itu It Lun suhu..."
Siong-hu dan adiknya terperanjat. Mereka
tahu-tahu diserang dan begitu mayat itu
dikenal mendadak murid-murid Hoa-san
menjadi histeris. Mereka berteriak dan marah
menyerang hwesio-hwesio Go-bi ini. Dan
ketika pedang berdesingan dan menyambar
dari delapan penjuru, Siong-hu dan sutenya
terkejut maka apa boleh buat hwesio ini
menangkis dan mengebutkan ujung lengan
jubahnya, tidak mencabut toya.
"Omitohud, sabar, saudara-saudara. Kami
berdua dari Go-bi!"
"Benar, kami yang membawa mayat ini,
saudara-saudara. Jangan menyerang karena
kami bukan musuh!"
737 "Keparat!" tosu-tosu itu membentak. "Bukan
musuh tapi membunuh ketua kami keledaikeledai gundul. Apa artinya itu kalau bukan
kebohongan!"
"Ah, kami tidak membunuh..." Siong-hu
menangkis dan mengelak sana-sini.
"Benar, kami tidak membunuh!" sang sute juga
mengelak dan bergerak ke sana-sini. Tapi
ketika tosu-tosu itu memekik dan berkata
bahwa ketua mereka dibunuh Beng Kong
Hwesio, hwesio dari Go-bi pula maka mereka
menerjang dan malah semakin kalap.
"Kami tahu hwesio-hwesio rendahan semacam
kalian tak mungkin mampu membunuh ketua
kami. Tapi Beng Kong adalah murid Ji Leng dan
sama-sama anak perguruan Go-bi. Nah, kalian
juga dari Go-bi dan tak usah banyak cakap
untuk menyangkal atau berdebat... cring-plak!"
738 pedang menyambar dan ditangkis Siong-hu,
terpental tapi pedang-pedang yang lain datang
berhamburan dari kanan dan kiri. Dan ketika
Siong-hu kewalahan karena ia dikeroyok
belasan tosu, ujung jubahnya robek dan lengan
kirinya tergores pedang maka apa boleh buat
hwesio ini mencabut toya dan sutenya juga
sudah melakuan hal yang sama karena
lehernya hampir saja terbabat pedang!
"Omitohud, kalian tak dapat diajak omong
baik-baik, siauw-totiang, Maaf bahwa pinceng
melawan dan kami akan membalas!" hwesio itu
membentak dan menangkis dengan toyanya.
Sinar kuning berkelebat dan hebat tenaga
hwesio ini. Karena begitu ia menangkis maka
belasan pedang terpental. Dan ketika sutenya
juga membentak dan berseru keras, mencabut
toya maka belasan murid-murid Hoa-san
dipukul mundur dan mereka terhuyung-huyung!
739 "Ah, kurang ajar. Pantas kalau sombong dan
berani congkak!"
Siong-hu mengerutkan kening. Ia sudah akan
memutar tubuhnya ketika tiba-tiba belasan
orang lawannya itu menerjang lagi, bergerak
dan menyerang dengan marah dan tiba-tiba
mereka saling bersuit memanggil yang lain-lain.
Agaknya, sadar bahwa hwesio-hwesio Go-bi ini
memiliki kepandaian tinggi yang masih di atas
mereka maka buru-buru belasan murid Hoasan ini memanggil suheng-suhengnya. Mereka
memang hanya penjaga-penjaga biasa dari
murid tingkat enam, di Hoa-san ada sepuluh
tingkatan. Dan ketika Siong-hu diserang dan
tosu-tosu Hoa-san itu melengking marah,
menubruk dan menyambar lagi maka apa
boleh buat hwesio ini menghadapi lawanlawannya lagi, sedikit gelisah melihat
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
bayangan-bayangan dari puncak gunung yang
datang.
"Sute, robohkan mereka. Kemplang tapi jangan
sampai membunuh!"
Sang sute, yang juga berubah dan melihat
bayangan-bayangan di puncak gunung lalu
membentak dan mengayun toyanya dengan
lebih cepat. Pedang ditangkis berdentang dan
saat itu pula sang suheng menyapu dari bawah.
Dua hwesio Go-bi ini mainkan senjata mereka
dengan hebat sekali, yang satu menangkis
pedang di atas sedang yang lain
menyerampang atau menyapu ke bawah. Dan
ketika lawan-lawan mereka itu menjerit dan
terjungkal, sapuan Siong-hu-hwesio berhasil
maka hwesio ini memberi aba-aba untuk keluar
hutan, secepatnya meninggalkan murid-murid
Hoa-san itu, yang sedang merintih dan
terguling-guling.
741 "Cepat, kita tak usah bertempur lagi. Lawanlawan kita datang dari atas sana!"
"Benar, aku juga melihat mereka, suheng.
Tosu-tosu bau ini memanggil bantuan!"
"Omitohud, tak usah memaki. Mari pergi dan
kita keluar!" Siong-hu-hwesio menyambar
sutenya, menyendal dan diajak lari tapi
alangkah terkejutnya hwesio ini ketika di luar
hutan tiba-tiba sudah muncul puluhan murid
Hoa-san. Kiranya hutan juga dikepung! Dan
ketika hwesio itu terkejut dan sutenya juga
tertegun, masing-masing menahan langkah
maka murid-murid Hoa-san itu berlompatan
dan mereka membentak apa yang dilakukan
hwesio-hwesio ini mengerutkan kening karena
tak tahu dari manakah hwesio-hwesio itu
berasal.
"Berhenti, dan siapa kalian!"
742 "Omitohud," Siong-hu-hwesio cepat-cepat
merangkapkan tangan, tak ingin berlama-lama
di situ. "Pinceng dari Go-bi, sobat. Mohon jalan
dan akan pulang!"
Tetapi tosu-tosu yang tadi dipukul bergulingan
tiba-tiba berseru bahwa hwesio itu membawa
mayat ketua mereka. Dan ketika yang
bertanya ini membelalakkan mata dan terkejut,
marah, maka yang lain juga berseru bahwa
hwesio-hwesio Go-bi itu sebaiknya ditangkap,
atau dibunuh.
"Mereka membunuh ketua. Tangkap dan tidak
usah banyak bicara!"
Tosu itu bergerak. Tiba-tiba ia menjadi gusar
begitu diberi tahu bahwa ciangbunjin dibunuh
hwesio Go-bi. Lawan yang ada di depan ini
juga hwesio Go-bi dan begitu ia membentak
tiba-tiba iapun sudah menyerang Siong-hu743 hwesio dan sutenya ini. Dan ketika yang lain
juga bergerak namun Siong-hu-hwesio
mendahului dan berkelebat menggerakkan
toya maka tosu di depan dipukul mundur dan
tosu-tosu lainpun dikemplangnya dengan
sambaran toya yang kuat.
"Minggir, pinceng tak membunuh ketua kalian.
Maaf bahwa pinceng harus pergi... trang-trangtrang!" hwesio itu mementalkan pedangpedang lawan, maju dan coba menerobos
kepungan tosu-tosu Hoa-san namun yang tadi
bergulingan sudah meloncat bangun. Mereka
inipun menerjang lagi dan gagallah Siong-huhwesio melarikan diri. Dan ketika dia bersama
sutenya dikeroyok dan dikepung ketat, berkalikali membentak dan berseru tapi tidak digubris
maka hwesio ini pucat karena lawan
bertambah banyak. Dari atas gunung
744

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdatangan murid-murid lain yang sudah
melihat keributan ini.
"Omitohud, pinceng dipaksa. Baiklah, pinceng
akan menurunka tangan keras dan maaf sobatsobat dari Hoa-san kalau ada yang terluka!"
hwesio ini mengamuk, akhirnya apa boleh buat
harus memutar toya dengan lebih kencang dan
tiba-tiba menjeritlah dua murid Hoa-san kena
kemplangan toyanya. Dan ketika sutenya juga
melakukan hal yang sama tapi tak dapat
menahan tenaga, mengemplang dan mengenai
kepala seorang lawannya maka murid Hoa-san
itu roboh dan tewas dan sebuah jiwa akhirnya
melayang.
"Prakk!"
Siong-hu-hwesio terkejut. Bukan maksudnya
untuk membunuh tapi sutenya telah kelepasan
tangan. Dia sebenarnya hanya ingin melukai
745 dan paling banter membuat lawan tak dapat
bangkit melawan, pingsan atau mengadu-aduh
karena kaki atau tangannya patah. Tapi begitu
sutenya tak dapat mengendalikan diri dan
seorang murid Hoa-san roboh, kepalanya
pecah maka tosu-tosu yang lain menjerit dan
mereka menerjang bagai kerbau gila yang
haus darah.
"Keparat, mereka membunuh saudara kita!"
"Benar, bunuh pula mereka ini, suheng.
Penggal kepalanya!"
Siong-hu-hwesio pucat. Dari puncak gunung
meluruk seratus lebih anak-anak murid Hoasan. Ia terus memutar toyanya dan lawanlawanpun roboh berteriak. Apa boleh buat,
hwesio inipun terpaksa membuka jalan darah.
Dan ketika delapan murid tewas dan muridmurid Hoa-san ini semakin marah, mereka naik
746 pitam maka Siong-hu-hwesio dan sutenya
menerima pula bacokan atau tikaman pedang.
"Bret-bret!"
Lengan dan bahu dua hwesio itu robek. Hujan
pedang tusukan yang demikian banyak
akhirnya membuat dua orang ini pun terluka.
Darah mulai mengalir dan gemetarlah Sionghu-hwesio melihat keberingasan lawan.
Akhirnya semua murid-murid Hoa-san berkata
bahwa dialah yang membunuh It Lun Tojin,
membawa mayatnya dan kini mayat ketua
Hoa-san itu masih kaku dan membujur di sana.
Dan ketika bentakan serta makian riuh rendah
menjadi satu, dua hwesio ini terdesak maka
satu bacokan lagi akhirnya membuat hwesio
itu dan sutenya menggeliat. Sang sute bahkan
lebih parah karena lengan kirinya putus!
747 "Augh, aku tak kuat, suheng. Lari dan terobos
kepungan kiri!"
Siong-hu-hwesio mendelik. Ia melihat jatuhnya
lengan sutenya itu, yang mencelat dan
terlempar dari tempatnya. Dan ketika sang
sute terhuyung-huyung dan berteriak
menangkis hujan senjata yang masih
menyambar, dengan satu tangan yang masih
utuh ternyata sutenya itu tak kuat lagi dan
toya terlepas ketika tangan kanan itupun putus
dibabat. Kemarahan tosu-tosu Hoa-san
memang mengerikan!
"Kita balaskan sakit hati ketua. Bunuh dan
habisi hwesio-hwesio Go-bi ini!"
Siong-hu-hwesio memejamkan mata. Ia
melihat sutenya berteriak ketika lengan satusatunya kembali putus. Jumlah pengeroyok
memang amatlah banyak dan merekapun
748 adalah murid-murid Hoa-san yang
berkepandaian tinggi. Sekarang yang datang
adalah murid-murid kepala dan tentu saja
mereka itu hebat. Dan ketika sutenya
terjengkang dan murid-murid Hoa-san yang
marah itu memburu, sutenya mengeluh dan
tak mampu mengelak maka tujuh pedang
menabas atau memenggal kepalanya, yang
seketika menggelinding dan memuncratkan
darah segar!
"Kejam!" Siong-hu-hwesio tak tahan memekik.
"Kalian kejam, tosu-tosu bau! Ah, kalian tak
berperikemanusiaan dan tidak mau tahu
keadaan kami!" dan maju mengemplangkan
toyanya, mendesak dan menyambar ke kiri
hwesio inipun memukul roboh seorang murid
Hoa-san. Dia menjadi kalap setelah sutenya
dibunuh di situ. Kepala sutenya yang
menggelinding dan tak jauh darinya terlihat
749 melotot matanya. Sutenya itu tentunya
kesakitan dan menderita, bukan main kaget
dan marahnya hwesio ini. Namun ketika ia
kembali merobohkan seorang lawan dan
murid-murid Hoa-san dipukul mundur, terkejut
oleh tandangnya yang buas maka sebatang
pedang tiba-tiba ditimpuk dan hwesio itu
berteriak ketika pedang ini menancap di
bahunya.
"Aduh!"
Siong-hu-hwesio melotot. Ia juga merasa
kesakitan dan sejenak meregang dengan dada
dibusungkan. Bukan untuk gagah-gagahan
melainkan karena kesakitan itu. Dan ketika
sepasang pedang tiba-tiba kembali menyambar
dan kiranya ada seorang murid Hoa-san yang
ahli menyambit, hwesio ini menjerit maka tiga
pedang telah menancap di belakang
punggungnya secara silang. Hwesio ini
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
terhuyung-huyung dan tentu saja putaran
toyanya melemah. Ia hampir tak kuat dan saat
itu lawan-lawannya kembali maju membentak.
Hwesio ini benar-benar dalam keadaan bahaya.
Tapi ketika pedang-pedang kembali
berkelebatan dan rupanya juga hendak
menabas putus leher hwesio ini, sungguh
kasihan maka sesosok bayangan tiba-tiba
berkelebat dan seorang tosu tinggi kurus
membentak dan mengibaskan lengannya ke
kiri kanan.
"Tahan, jangan bunuh!"
Siong-hu-hwesio roboh. Akhirnya ia berkunang
dan kehabisan tenaga menghadapi demikian
banyak keroyokan. Darah yang mengalir dari
tubuhnya juga bertambah banyak dan tepat
bayangan itu datang maka hwesio inipun
terguling. Di samping mengibas bayangan
itupun menotok pundaknya, Siong-hu-hwesio
751 pingsan dan tak ingat apa-apa lagi. Dan ketika
murid-murid Hoa-san tertegun tapi mereka
t?ba-tiba berseru tertahan, melempar pedang
dan menjatuhkan diri berlutut maka bayangan
itu, seorang tosu bermuka merah telah berkata
nyaring,
"Pinto telah mendengar apa yang terjadi. Tapi
kalian seharusnya menangkapnya dan
membawanya kepada pinto. Lihat, satu di
antara mereka tewas, Ken-Lun. Dan kita jelas
telah menanam permusuhan dengan Go-bi.
Siancai, semua berhenti dan bawa mayat Itsuheng ke atas. Pinto akan membawa hwesio
yang luka-luka ini!"
Para murid, yang tertegun dan pucat melihat
tosu ini segera mengangguk-angguk. Tosu
muda yang berikat rambut merah tampak
tertegun, tidak puas tapi segera mengiyakan
dengan suara rendah. Dan ketika tosu itu
752 menyambar Siong-hu-hwesio dan bergerak
naik ke atas maka hwesio itupun menjadi
tawanan dan ketika ia sadar iapun telah
berhadapan dengan tosu berwajah merah ini,
juga tosu-tosu lain yang semuanya berjumlah
tujuh orang dan rata-rata bersikap angker!
"Ooh..." hwesio ini mengeluh. "Di mana
pinceng?"
"Kau berada di Hoa-san," tosu itu menjawab,
suaranya dingin. "Pinto telah membawamu ke
sini, Siong-hu-hwesio. Dan sungguh pinto
sesalkan bahwa kau bersikap seperti maling.
Membawa mayat ketua kami dan pergi cepatcepat untuk menyelamatkan diri!"
"Ah, aku kiranya berhadapan dengan Hoa-san
Sin-jit totiang yang lihai. Maaf, bagaimana
dengan saudaraku dan bolehkah aku
dibebaskan?"
753 "Kau sementara ini menanti hukuman," sang
tosu menjawab, lagi-lagi dingin dan tak
bersahabat. Kau dituduh telah membunuh dan
membuat onar di tempat orang, Siong-huhwesio. Dan kami sedang merundingkan
hukuman apa yang harus kau terima!"
"Ooh, pinceng... pinceng tidak salah. Kalian
orang-orang Hoa-san salah paham!"
"Tutup mulutmu!" seorang tosu bermuka hitam
tiba-tiba membentak, kasar dan sengit. "Kau
telah membunuh dan menghilangkan sebelas
nyawa di sini, hwesio tengik. Dan ini cukup
sebagai bukti bahwa kau bersalah. Dan kau
menghina pula mayat ketua Hoa-san. Kau
perlu dihukum gantung!"
"Pinceng dipaksa keadaan. Murid-murid Hoasan menyerang pinceng...!"
754 "Kau tak guna melakukan pembelaan. Kami
Hoa-san Sin-jit sedang bersidang untuk
mencari hukuman apa yang paling setimpal
buatmu. Juga Go-bi yang telah menghina Hoasan. Nah, tutup mulutmu dan tak usah
berkaok-kaok lagi!" sebuah totokan membuat
tenggorokan hwesio itu terkancing, tosu muka
hitam telah menggerakkan jarinya dan dari
jauh terdengar suara mencicit. Itulah totokan
jarak jauh yang dipunyai Hoa-san Sin-jit
(Tujuh Malaikat Dari Hoa-san), sute atau adikadik seperguruan It Lun Tojin yang tewas itu.
Dan ketika Siong-hu-hwesio mengeluh dan tak
dapat berbuat apa-apa, ia tinggal menunggu
hukuman maka hwesio itu melihat kesibukan
luar biasa di Hoa-san. It Lun Tojin yang tewas
telah dirawat jenasahnya dan Hoa-san
berkabung, tentu saja semua muka muram
dan wajah-wajah kelihatan bengis memandang
Siong-hu-hwesio ini, yang tergolek di tengah
755 ruangan. Dan ketika tujuh tosu itu berbicara
dan memutuskan hukuman apa yang akan
dilaksanakan kepada hwesio ini, juga
perguruannya maka dua hari kemudian tamutamu dari Heng-san dan Kun-lun berkelebatan
muncul.
Hoa-san sedang berkabung dan tentu saja
kedatangan tamu-tamu itu mengejutkan
semuanya. Bukan karena mereka datang
secara tiba-tiba melainkan kepada apa yang
dibawa mereka, yakni empat kepala hwesio
gundul yang masih menetes-neteskan darah
segar. Dan ketika empat kepala itu dilempar
dan Siong-hu-hwesio terbelalak, menjerit
namun tak dapat mengeluarkan suara maka ia
pucat karena itulah kepala dari empat orang
sutenya yang diutus ke Kun-lun dan Heng-san!
Apa yang terjadi? Memang nasib buruk!
756 Waktu itu, seperti yang diperintahkan hwesio
ini kepada empat adik-adiknya maka dua di
antara mereka datang ke Kun-lun sedang dua
lagi yang lain datang ke Heng-san. Mereka
seperti juga Siong-hu-hwesio ini tak berani
naik ke puncak gunung. Mayat Kiam Leng
Sianjin diletakkan di kaki gunung tapi sebelum
mereka pergi tiba-tiba saja mereka sudah
dikepung anak-anak murid Kun-lun. Para
penjaga atau murid-murid di situ juga telah
mengetahui kedatangan murid-murid Go-bi ini.
Dan ketika mereka melihat bahwa dua orang
itu membawa ketua mereka, yang sudah tewas
dan berbau busuk maka tanpa banyak bicara


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi dan penuh kemarahan meluap mereka itu
menyerang sute-sute dari Siong-hu-hwesio ini.
Dua hwesio itu terkejut tapi tentu saja mereka
melawan. Sama seperti Siong-hu-hwesio
mereka inipun mula-mula berteriak dan
berseru berulang-ulang bahwa mereka hanya
757 mengantar mayat, bukan membunuh apalagi
memusuhi Kun-lun, karena yang bermusuhan
bukanlah mereka sebagai pribadi melainkan
partai dengan partal, ketua-ketua mereka itu.
Tapi karena anak-anak murid Kun-lun tentu
saja tak mau menerima alasan ini dan mereka
datang secara berturut-turut, kematian atau
tewasnya Kiam Leng Sianjin sungguh membuat
kaget mereka maka bentakan atau keroyokan
tosu-tosu Kun-lun membuat dua hwesio itu
kewalahan. Mereka disuruh menyerah tapi
keduanya nekat melawan. Mereka ngeri
melihat wajah-wajah menakutkan dari lawanlawan mereka itu. Dan karena hal ini justeru
membuat lawan meluap dan kemarahan tosutosu Kun-lun itu tak dapat dibendung lagi maka
dua hwesio itu akhirnya tewas terbunuh dan
Kun-lun memenggal kepala keduanya untuk
dikirim ke Go-bi. Namun saat itu datang To
Hak Cinjin bersama dua orang sesepuh Heng758 san. Merekapun datang dengan kepala dua
orang hwesio yang berlumuran darah, hwesio
terakhir yang membawa ketua Heng-san itu ke
markasnya. Dan ketika Kun-lun tertegun
karena Heng-san ternyata memiliki persoalan
yang sama, mereka menyambut dan
membelalakkan mata maka To Hak Cinjin yang
beringas dan dipapah dua tosu tua yang
tertatih-tatih jalannya berkata bahwa Go-bi
harus diberi pelajaran berbareng.
"Pinto datang juga untuk membalas sakit hati,
di samping bela-sungkawa. Ini dua keledai dari
Go-bi dan kita antarkan kepala mereka
bersama-sama!"
Kun-lun guncang. To Hak Cinjin, yang datang
bersama dua paman gurunya yang amat sakti
tiba-tiba sudah ada di situ dan berkata bahwa
Kun-lun dan Heng-san serta Hoa-san harus
bersatu. Di Go-bi ada seorang sombong dan itu
759 adalah Ji Beng Hwesio. Ketua Heng-san ini
belum tahu akan tewasnya Ji Beng karena
waktu itu, ia pingsan, sedang tak sadarkan diri.
Dan ketika Kun-lun tertegun tapi tentu saja
menerima girang, dua tosu renta yang ada di
samping ketua Heng-san itu adalah Siang Kek
Cinjin dan Siang Lam Cinjin, dua pertapa yang
nyaris tak pernah keluar lagi maka To Hak
Cinjin membakar bahwa semua ini harus
dibalas.
"Pinto terluka berat, tapi susiok dan supek
pinto ini telah menolong pinto. Pinto selamat
tapi pinto menyesal bahwa yang terhormat
ketua Kun-lun binasa dan entah bagaimana
dengan nasib yang terhormat ketua Hoa-san.
Mari kita ke sana dan siapa yang akan bersama
pinto!"
Kun-lun girang. Di tempat mereka, ada juga
seorang sesepuh yang mengundurkan diri. Dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
itu adalah Hoa-san Lojin yang menjadi guru
ketua mereka yang tewas, jadi termasuk
sucouw atau kakek guru bagi mereka. Tapi
ketika Hoa-san Lojin ini dihubungi dan ternyata
kakek itu tak mau, kakek itu bertapa dan
khusuk dalam samadhinya maka Kun-lun gagal
membawa sesepuh dan hanya Kiam Ting
Sianjin yang ikut, sute atau adik seperguruan
dari mendiang Kiam Leng.
"Pinto akan menemani To Hak toheng, suhu
tak mau lagi mencampuri urusan duniawi. Ah,
sungguh mengherankan bagaimana Go-bi tibatiba dapat berbuat seperti ini. Siancai!"
Kun-lun berkabung. Mereka tentu saja, tak
tahu akan nasib ketua Heng-san. To Hak Cinjin
hanya tahu bahwa mula-mula ketua Hoa-san
dan Kun-lun itu luka berat, sama seperti
dirinya. Dan ketika Kiam Leng Sianjin ternyata
tewas dan kini mereka akan menjenguk Hoa761 san, jenasah Kiam Leng sudah dimakamkan
maka tergesa-gesa To Hak Cinjn dan Kiam Ting
Sianjin pergi ke Hoa-san. Dua kakek tua di
samping ketua Heng-san berkata bahwa
mereka akan jalan-jalan dulu, To Hak boleh
menyusul dan begitu pula Kiam Ting. Tapi
begitu Siang Kek Cinjin dan Siang Lam Cinjin
terbungkuk turun gunung, bergerak dan
rupanya sukar melewati batu-batu terjal
mendadak saja mereka itu sudah lenyap dan
tahu-tahu di kaki gunung.
"To Hak, biar kauikuti kami. Mari dan cepatcepat saja ke Hoa-san!"
Orang-orang kaget. Dua tua renta yang tadi
begitu sukar menggerakkan kaki sekonyongkonyong sudah di bawah gunung. Mereka
tertatih memegangi tongkat tapi begitu
terbungkuk mendadak keduanya sudah lenyap
tak dapat diikuti mata. Dan ketika To Hak
762 Cinjin tersenyum dan murid-murid Kun-lun
terbelalak, ia bangga, maka ketua Heng-san ini
bergerak dan mengajak pula tuan rumah untuk
buru-buru ke Hoa-san.
"Supek dan susiok pinto sudah pergi, mari kita
berdua menyusul!"
Kiam Ting Sianjin lalu bergerak. Ia sudah
mengikuti kawannya karena To Hak Cinjin
berkelebat dan menyusul dua paman gurunya
itu. Masing-masing meluncur tapi Kiam Ting
harus mengakui bahwa dua kakek renta di
depan tak dapat diikuti, mereka itu hilang dan
muncul berkali-kali, sepert? iblis. Dan ketika
Kiam Ting memuji dan diam-diam menyesal
kenapa suhunya tak mau turun gunung, ia tak
dapat berbangga seperti temannya ini maka
empat kepala hwesio dibawa mereka.
763 To Hak, yang semula diantar dan dipapah dua
murid Go-bi membujuk agar dua hwesio muda
itu membawanya sampai ke puncak. Ia berkata
bahwa ia menjamin keselamatan dua hwesio
itu, karena ia masih hidup, meskipun luka
berat. Dan ketika dua hwesio itu ragu-ragu dan
tentu saja jerih, Heng-san adalah perkumpulan
orang-orang yang amat berangasan maka dua
hwesio itu mula-mula menolak.
"Kami tak berani ke puncak. Bagaimana kalau
murid-murid totiang marah."
"Bodoh, justeru dengan meninggalkan pinto di
kaki gunung kalian akan dikejar dan ditangkap,
Ceng-hi. Antarkan pinto ke atas dan pinto
jamin kalian selamat!" ketua Heng-san itu
telah mengenal nama dari dua orang hwesio ini,
membujuk dan agak merayu padahal diamdiam di dalam hatinya ia berkata lain. Ia sudah
memutuskan bahwa begitu tiba di atas iapun
764 akan berteriak dan menyuruh murid-murid
Heng-san mengeroyok. Rasa sakit dan
penderitaan dihajar Ji Beng Hwesio membuat
ketua Heng-san ini dendam. Ia akan balik
menghajar dua murid-murid Go-bi itu. Dan
ketika dengan susah payah namun meyakinkan
ia akhirnya berhasil mempengaruhi dua orang
itu maka Ceng-hi-hwesio dan saudaranya mau
juga naik ke atas.
"Pinto jamin kalian akan selamat, asal tidak
membiarkan pinto kedinginan di kaki gunung.
Nah, bawa dan serahkan saja pinto kepada
anak-anak murid Heng-san, dan kalian boleh
pergi dengan aman!"
Ceng-hi-hwesio percaya, berhasil dibujuk. Ia
menganggap bahwa sebagai ketua sebuah
partai persilatan terkenal tak mungkin To Hak
Cinjin akan mengingkari janjinya. Dengan
susah payah mereka membawa dan jelek-jelek
765 mereka memberi budi kepada ketua Heng-san
itu, karena sepanjang jalan mereka juga
memberi makan dan minum tosu ini, bahkan
untuk pipis dan buang air besar mereka juga
yang membersihkan. Ketua Heng-san itu
benar-benar luka berat. Tapi begitu mereka
tiba di puncak dan anak-anak murid
mengelilingi mereka, menyongsong, maka kata
yang keluar dari mulut To Hak Cinjin ini adalah
bunuh!
"Mereka anjing Go-bi yang memuakkan. Bunuh,
dan penggal kepalanya!"
Ceng-hi-hwesio dan adiknya kaget bukan main.
Mereka sudah berdebar melihat wajah-wajah
beringas dari anak-anak murid Heng-san
melihat ketua mereka yang luka parah.
Sepanjang jalan To Hak Cinjin menggoyanggoyang lengan agar anak-anak muridnya tidak
mengganggu. Tapi begitu ia diserahkan
766 seorang muridnya dan bersila ditopang
punggung, melontakkan darah segar maka
kata-kata pertama yang muncul adalah bunuh.
Ceng-hi-hwesio tentu saja terkejut dan
terbeliak tapi murid-murid Heng-san sudah
menyerang dan membentak. Mereka tak
menyangka kecurangan ketua Heng-san itu.
Dan ketika apa boleh buat mereka menangkis
dan memaki To Hak Cinjin itu, yang tertawa
bergelak tapi roboh terguling maka Ceng-hihwesio dan saudaranya mati-matian
mempertahankan diri.
"Pengecut, licik. Ah, kata-kata Heng-san-paicu
tak ubahnya kata-kata seekor anjing!"
Murid-murid Heng-san gusar. Ketua mereka
dimaki dan mereka melakukan tikamantikaman atau bacokan cepat. Lawan mereka
dibuat kalang-kabut dan sebentar saja Cenghi-hwesio maupun sutenya terdesak. Dan
767 ketika mereka benar-benar di ujung tanduk
dan kekecewaan serta kemarahan mereka tak
dapat dibendung lagi maka Ceng-hi-hwesio
berhasil melukai dua orang lawannya tapi diri
sendiri menjerit dan berteriak tertikam
punggungnya. Sutenya juga tidak berbeda
banyak karena sutenya itu tiba-tiba juga
menjerit tertusuk pedeng. Pangkal pahanya
kena. Dan ketika hwesio itu terpincang-pincang
dan toya di tangan mereka tak gesit dimainkan
lagi, musuh terlalu banyak maka hwesio kedua
ini roboh dan tebasan pedang seorang anak
murid Heng-san memisahkan kepalanya dari
tubuh.
"Crat!"
Ceng-hi-hwesio ngeri. Ia pucat melihat kepala
saudaranya yang menggelinding di bawah,
mata melotot dan darah menyembur bagai
pancuran, sungguh mengerikan. Tapi ketika
768 iapun terhuyung-huyung dan tertusuk
sebatang pedang, kembali mengemplang lawan
tapi diri sendiri juga kesakitan maka dua
pedang menyambar secara menggunting dan
Ceng-hi-hwesio tewas dengan sangat
menyedihkan. Kepalanyapun terpisah.
"Crat!"
To Hak Cinjin memandang penuh kebencian
tapi juga kegembiraan. la mengeluh panjang
pendek merasakan penderitaan sendiri, dada
sesak akibat pukulan Ji Beng Hwesio. Dan
ketika ia terbahak namun roboh pingsan, dua
kepala yang putus itu membuatnya puas dan
gembira maka pertempuranpun selesai dan To
Hak Cinjin sempat minta dibawa ke supek atau
susioknya itu, pak-de dan paman guru.
Heng-san guncang. Mereka marah dan juga
khawatir melihat keadaan ketua mereka itu. To
769 Hak Cinjin mengalami luka berat. Tapi ketika


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dua sesepuh Heng-san turun tangan, Siang
Kek dan Siang Lam Cinjin menolong murid
mereka maka To Hak Cinjin selamat dan
sambil menangis tersedu-sedu ketua Heng-san
ini melapor segala "kejahatan" Ji Beng Hwesio,
juga murid-murid Go-bi yang tukang keroyok.
"Susiok dan supek harus menolong aku,
menyelamatkan dan kembali mengharumkan
pamor Heng-san. Mohon dibalas dan hadapilah
keledai gundul yang lihai itu. Ji Beng sekarang
bukan seperti Ji Beng yang dulu, susiok.
Kepandalannya sungguh luar biasa dan kalau
tidak salah mewarisi kitab sakti Bu-tek-cinkeng!"
"Hm, dan kau. Ada apa keluyuran sampai Go-bi?
Apa yang kau cari?"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Aku mengantar Hoa-san-paicu dan Kun-lunpaicu, supek. Kami bertiga hendak
bersilaturahmi kepada ciangbunjin Go-bi-pai.
Tapi Ji Beng menyambut kasar dan kami malah
diajak bertanding. Ia rupanya hendak
mempraktekkan Bu-tek-cin-kengnya itu!"
"Kita berangkat. Mari sekarang juga ke Go-bi!"
"Nanti dulu, aku... aku merasa dadaku masih
sesak!"
"Gampang, terima ini, To Hak. Sekarangpun
kau sembuh!" Siang Kek Cinjin menepuk dada
murid keponakan ini, perlahan tapi sebuah
tenaga sinkang meluncur dan masuk di situ.
Dan ketika To Hak girang karena sakit di
dadanya hilang, rasa sesak itu berkurang
banyak maka ia menjatuhkan diri berlutut dan
berkata bahwa sebaiknya ke Kun-lun atau Hoasan dulu, jangan sendirian.
771 "Teecu datang bersama rekan-rekan dari Kunlun dan Hoa-san. Teecu ingin tahu juga
bagaimana nasib kedua teman teecu itu. Harap
supek atau susiok ke sana!"
"Hm, untuk apa?"
"Melihat nasib mereka, supek. Kun-lun-paicu
maupun Hoa-san-paicu juga luka-luka berat.
Teecu hendak menunjukkan solidaritas!"
"Baik, kalau begitu mari berangkat!" dua
sesepuh ini meraih tongkat, terbungkuk dan
berjalan tapi tahu-tahu keduanya sudah turun
gunung. Gerakan mereka tampak tertatih tapi
tiba-tiba sudah di kaki bukit! Dan ketika To
Hak terkejut dan tentu saja kagum, ia tak
memberi tahu dengan jujur bahwa
sesungguhnya ia ingin mengumpuikan banyak
kawan, kepandaian Ji Beng sungguh luar biasa
dan ia khawatir kurang kuat, meskipun ada
772 supek atau susioknya maka tosu ini bergerak
dan turun gunung pula menyusul dua paman
gurunya itu. Di Go-bi masih ada Ji Leng Hwesio
yang belum keluar sarang!
"Susiok, tunggu. Supek, teecu masih baru
sembuh dari luka berat!"
Dua kakek renta itu menunggu. Mereka
menoleh dan tangan mereka tiba-tiba bergerak
ke belakang. Aneh bin ajaib, To Hak tiba-tiba
tersedot dan terbang ke susiok maupun
supeknya ini. Dan ketika ia terpegang dan
sudah disambar dua orang ini, tertangkap di
tengah maka dua kakek itu bergerak dan...
ketua Heng-san itupun meluncur dibawa
terbang.
"Terima kasih!" To Hak berseru kagum. "Aku
memang belum sehat, Susiok. Tapi dua tiga
hari lagi tentu sembuh!"
773 Dua paman gurunya tidak menjawab. Mereka
itu meluncur dan terus meninggalkan gunung,
lenyap dan murid-murid pun bengong karena
Siang Kek maupun Siang Lam tidak kelihatan
lagi. Dan ketika To Hak mengajak ke Kun-lun
dulu, tiba dan bertepatan dengan dua hwesio
yang terbunuh maka sekarang ketua Heng-san
itu ke Hoa-san bersama Kiam Ting, sute dari
Kiam Leng Sianjin yang tewas. Dan begitu tiba
di Hoa-san yang sedang berunding maka
Siong-hu-hwesio terbelalak melihat kepala
empat sutenya yang sudah dipenggal!
"Siancai, Hoa-san-paicupun kiranya tewas. Ah,
menyesal pinto tak mampu melindungi, Hoasan Sin-jit. Kami datang dan hanya mampu
berbela sungkawa!"
Tokoh-tokoh Hoa-san bangkit. Bayanganbayangan berkelebat dan tertegunlah tosu-tosu
melihat kehadiran To Hak Cinjin dan Kiam Ting,
774 juga dua kakek renta di samping mereka itu.
Tapi begitu mereka mengenal dan terkejut
melihat kakek-kakek ini, sesepuh Heng-san
yang tinggi kepandaiannya maka buru-buru
Tujuh Malaikat Dari Hoa-san melipat tubuh.
"Siancai, To Hak toheng dan Kiam Ting Sianjin
kiranya, juga yang terhormat Siang Kek
locianpwe dan Siang Lam locianpwe. Ah,
silahkan duduk dan selamat datang, cuwi
sekalian. Kami baru saja berkabung dan
bagaimana keadaan Kun-lun-paicu?"
"Rekanku Kiam Leng Sianjin tewas dibunuh Ji
Beng. Keledai gundul dari Go-bi itu benarbenar sombong dan amat jahat. Pinto datang
untuk merundingkan ini dan baru saja berbela
sungkawa di Kun-lun!"
"Ah, Kun-lun-paicu juga tewas?"
775 "Benar," Kiam Ting menjawab, mukapun
muram. "Pinto baru saja menerima mayat
suheng, Jit-totiang. Dan pinto mendendam
atas kematian ini!"
"Siancai, kamipun juga begitu. Ah, kita harus
membalas dan ini seorang murid dari Go-bi!"
Siong-hu-hwesio tergetar. Ia tiba-tiba
dipandang tamu-tamu dari Kun-lun dan Hengsan itu dan iapun gentar. Mata-mata yang
tajam mengawasinya tidak berkedip dan
semuanya mencorong menakutkan, seperti
mata singa-singa kelaparan yang haus darah.
Dan ketika ia memejamkan mata dan dag-digdug tak keruan, nasibnya bagai telur di ujung
tanduk maka To Hak mendengus dan bertanya
untuk apa hwesio itu dibiarkan hidup.
"Kami telah membunuh hwesio-hwesio dari Gobi, dan Jit-totiang seharusnya tak perlu
776 membiarkan keledai gundul ini menjadi
pajangan. Bagaimana kalau pinto
memberesinya?"
"Siancai, ia tawanan kami, Heng-san-paicu,
Dan Hek-suheng sedang memutuskan apa
yang hendak dijatuhkan. Kami juga akan ke
Go-bi!"
"Kita berangkat semua dengan membawa
kepala mereka ini. Bagaimana pendapat Hengsan-paicu?"
"Ah, pinto setuju, Hek-toheng. Dan tentu saja
lebih cepat lebih baik!"
"Kalau begitu sekarang juga hukuman
dilaksanakan," Hek-tosu, tosu muka hitam
berkata, tahu-tahu mencabut pedang dan
menyambitkannya ke leher Siong-hu-hwesio.
"Pinto juga tak sabar, Heng-san-paicu. Dan
777 inilah hukumannya bagi pendosa... crat!" dan
Siong-hu-hwesio yang berteriak dan
menggelinjang di tempat tahu-tahu telah putus
lehernya dan menggelinding ke bawah.
Kejadian amatlah cepat dan hwesio yang pucat
serta ngeri itu tak mendapat kesempatan
banyak. Ia sudah ?icekam perasaan takut dan
ngeri akan kematian, apalagi kalau mati
dengan kepala dipenggal! Dan ketika benar
saja kedatangan To Hak Cinjin justeru
mempercepat kematiannya, ia menjerit dan
roboh dengan kepala terlempar maka pedang
itu menancap di meja sementara kepala hwesio
itu melotot dan bergoyang-goyang di sudut.
Siong-hu-hwesio menyusul arwah saudarasaudaranya dengan cara menyedihkan!
"Nah," semua mata berseri-seri. "Pinto telah
menyelesaikan tugas, Ang-sute. Dan kita
778 berangkat sekarang juga ke Go-bi. Kita buat
perhitungan!"
Semua orang gembira. Tosu muka merah yang
ternyata lebih sabar dan tidak sekeras tosu
muka hitam tiba-tiba memejamkan mata dan
menggigit bibir. Sebenarnya, ia tak sanggup
melakukan pembunuhan begitu keji. Siong-huhwesio ibarat ayam dan ayam itu kini sudah
disembelih. Cara pembunuhan seperti itu
sebenarnya tak suka ia lakukan tapi semuanya
sudah terjadi. Dan ketika suhengnya sudah
berkata dan itu adalah keputusan, Hek-tosu
adalah orang tertua dari Tujuh Malaikat Hoasan maka Kiam Ting dan To Hak Cinjin memuji
ketegasan Hek-tosu ini. Tidak melihat itu
sebagai kekejaman melainkan sebagai sebuah
watak tegas yang patut dipuji. Aneh!
779 "Siancai, kau lebih hebat daripada suhengmu,
Hek-toheng. Kau benar-benar berwatak tegas
dan tidak lemah. Pinto menyatakan kagum!"
"Benar, pinto juga begitu, Hek-toheng. Kau
benar-benar tegas dan patut dipuji. Di bawah
pimpinanmu tentu Hoa-san tak bakal
diremehkan orang!"
Hek-tosu menendang kepala Siong-hu. Ia
menyambar dan membawa kepala itu untuk
dilemparkan kepada adiknya, Ang-tosu. Dan
ketika tosu muka merah menerima dan sedikit
jijik, kepala itu masih berlumuran darah maka
Hek-tosu berkata sebaiknya sekarang juga
mereka turun gunung.
"Pinto pikir tak ada apa-apa lagi yang harus
ditunggu di sini, kecuali cuwi (anda sekalian)
ingin beristirahat. Apakah cuwi ingin melepas
lelah barang sebentar dahulu?"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Ah, tidak... tidak. Pinto justeru tak sabar
untuk cepat-cepat ke Go-bi, Hek-toheng. Dan
pinto ingin memberi pelajaran kepada Ji Beng
si gundul itu. Supek dan susiok pinto akan
menghadapinya!"
"Dan sayang bahwa kami tak memiliki lagi
sesepuh Hoa-san. Kalau tidak tentu sesepuh
kami juga dapat bersama-sama Siang Kek
locianpwe atau Siang Lam locianpwe ini!"
"Hm, kami berdua cukup," satu di antara
kakek-kakek renta itu bicara, suaranya pelan
tapi nada getarannya berat, tanda sinkang
yang hebat. "Kami juga ingin tahu bagaimana
kedahsyatan Bu-tek-cin-keng, Hek-tosu.
Terima kasih kalau sekarang juga berangkat.
Bagaimana kalau kami jalan-jalan di depan
dulu?"
781 "Susiok mau duluan?" To Hak Cinjin girang.
"Kalau begitu silahkan, susiok, tapi jangan
terlalu jauh meninggalkan kami. Kami tentu
tak dapat menyusul!"
"Ah, kalian anak-anak yang terlalu lamban.
Kalau bukan karena Bu-tek-cin-keng tak
mungkin kami mau keluar. Sudahlah, kami
merangkak di depan dan kalian menyusul!"
Siang Lam, yang berkata dan bicara begini
tiba-tiba terbatuk mengetrukkan tongkat.
Tongkat itu sebagai penyangga tubuhnya tapi
begitu diketrukkan mendadak tubuhnya
mumbul ke atas. Dan ketika ia mencelat dan
melambung tinggi tahu-tahu kakek ini melesat
dan sudah terbang keluar. Itulah yang katanya
"merangkak"!
"To Hak, kami sudah gatal-gatal ingin mencari
keledai gemuk. Hayo kau keluar dan jangan
lama-lama lagi!"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

782 Semua terkejut. Kiam Ting kembali kagum
karena seperti siluman saja tahu-tahu sesepuh
Heng-san itu meluncur di bawah gunung. Siang
Kek belum menyusul tapi ketika ia menoleh
mendadak terdengar kesiur angin dingin. Dan
ketika sesosok bayangan putih berkelebat dan
lenyap di luar maka sesepuh satunya sudah
turun dan terbang di bawah, berendeng
dengan Siang Lam Cinjin. lblis!
"Hebat!" Kiam Ting tak tahan dan berseru
kagum. "Supek dan susiokmu luar biasa sekali,
Hak-toheng. Entah bagaimana kalau
sesepuhku juga ada di sini!"
"Hm, mengejutkan," Tujuh Malaikat Hoa-san
juga terkesiap dan kagum. "Dua locianpwe itu
seperti iblis saja, Heng-san-paicu. Tapi coba
kami kejar dan mari ke Go-bi!" dan begitu
mereka bergerak dan Hek-tosu mendahului,
coba mengejar dan berkelebat di bawah
783 gunung maka tosu itu mengerahkan ilmu lari
cepatnya namun tetap tak tersusul. Dua
sesepuh Heng-san itu tetap mendahului di
depan dan akhirnya lenyap. Dan ketika Hektosu terkejut dan membelalakkan mata,
saudara-saudaranya yang lain juga tercengang
dan kagum maka tosu bermuka putih tiba-tiba
berseru agar mereka menggandengkan tangan.
"Suheng, barangkali dengan jouw-sang-huiteng kita mampu menyusul!"
"Benar," Ang-tosu juga penasaran. "Mari
gabung dengan Jouw-sang-hui-teng, suheng.
Coba susul dan uji kepandaian kita!"
Hek-tosu mengangguk. Jouw-sang-hui-teng
atau Terbang Di Atas Rumput adalah ilmu
meringankan tubuh yang kalau digabung
benar-benar akan membuat mereka bertujuh
seakan terbang. Caranya ialah dengan
784 menggandengkan lengan dan masing-masing
menjejak tanah. Tujuh tenaga bakal membuat
tujuh gabungan yang bukan main hebatnya.
Dan ketika Hek-tosu berseru keras dan
menyambar adiknya nomor dua, tosu muka
putih itu maka tosu itu juga menyambar
adiknya nomor tiga di mana adiknya nomor
tiga ini cepat menyambar saudaranya yang
nomor empat, begitu berturut-turut hingga
tujuh bersaudara sudah saling bergandengan
tangan dan menjejakkan kaki. Dan ketika
mereka mengeluarkan Jouw-sang-hui-teng dan
mengayun tenaga berbareng maka tujuh tosu
ini mencelat dan tahu-tahu mereka meluncur
atau terbang dengan kecepatan luar biasa,
menyusul dua sesepuh Heng-san dan
meninggalkan Kiam Ting maupun To Hak Cinjin
di belakang.
785 "Iblis!" To Hak Cinjin ganti berseru kaget.
"Mereka itu menggabung tenaga, Kiam Ting
toheng. Lihat betapa mereka menyusul susiok
dan supekku!"
"Benar, dan kita tertinggal jauh, Cinjin. Ah,
kita bisa kehilangan mereka dan jauh di
belakang!"
"Mari gabung tenaga kita!" To Hak tak mau
kalah. "Coba kejar dan kita susul mereka,
toheng. Ayo kerahkan ilmu lari cepat dan
padukan ginkang!"
Kiam Ting mengangguk. Ia bergerak dan sudah
bercekalan tangan dengan ketua Heng-san-pai
ini. Mereka membentak nyaring dan coba
mengejar tujuh tosu dari Hoa-san itu. Tapi
ketika mereka tetap tertinggal dan Hoa-san
Sin-jit sudah lenyap di depan maka dua orang
ini mandi keringat sementara di sana Tujuh
786 Malaikat Dari Hoa-san itu dapat mengejar tapi
tak dapat merendengi dua sesepuh Heng-san
ini. Jarak mereka limapuluh meter di belakang!
"Hebat!" Hek-tosu tak habis-habisnya memuji.
"Kalian berdua hebat sekali, Siang Kek
locianpwe. Kami bertujuh tak dapat
menandingi!"
"Hm, Jouw-sang-hui-teng kalian tak perlu
diragukan. Kalianpun luar biasa, Hoa-san Sinjit. Kalian mampu menyusul kami!"
"Tapi kami tak dapat berendeng. Ji-wi
locianpwe tetap di depan!"
"Ha-ha, kalian anak-anak memang nakal.
Maunya di depan orang tua dan nanti
melempar ejekan. Hm, yang dapat menandingi
kami hanya mendiang guru kalian, Hoa-san
Sin-jit. Atau Kun-lun Lojin bertapa itu.
787 Sudahlah, kalianpun boleh dan tak
mengecewakan menggabung tenaga!" dua
sesepuh itu mempercepat larinya, terbang dan
melesat di depan dan Tujuh Malalkat Hoa-san
harus berjuang keras kalau tak mau semakin
jauh di belakang. Dan ketika dua hari
kemudian mereka tiba di Go-bi dan kakekkakek renta yang di depan itu berhenti dan
tersengal-sengal, napas mereka memburu
namun Hoa-san Sin-jit terhuyung dan hampir
roboh maka Hek-tosu dan enam saudaranya
berseru kagum.
"Ji-wi locianpwe benar-benar bertenaga kuda.
Aihh... kami mengaku kalah!"
"Heh-heh, kamipun hampir kehabisan tenaga.
Kalau bukan karena malu terhadap kalian yang
muda-muda tentu kami beristirahat di tengah
jalan, Hoa-san Sin-jit. Ah, kalian tak
mengecewakan dalam ilmu ginkang!"
788 Tujuh Malaikat Hoa-san melempar tubuh di
rumput yang tebal. Mereka benar-benar mandi
keringat dan jangan ditanya bagaimana
dengan Kiam Ting Sianjin ataupun To Hak
Cinjin. Mereka itu jauh tertinggal di belakang,
baru sehari kemudian muncul. Dan ketika dua
orang tosu itu ambruk dan napasnya
berkejaran, adu lari itu tiba-tiba seperti lomba
merebut piala kaisar maka To Hak maupun
Kiam Ting akhirnya terguling setengah pingsan.
Mereka juga dipaksa untuk mengejar orangorang yang ada di depan ini.
"Tobaat..., kita seperti dikejar setan, susiok.
Aku tak kuat dan ingin istirahat!"
"Benar, pinto juga kehabisan tenaga. Aduh,
kedua kaki pinto serasa patah-patah!"
Dua sesepuh Heng-san tersenyum. Mereka
melihat Tujuh Malaikat Hoa-san bersila dan
789 sudah duduk memulihkan tenaga. To Hak
maupun Kiam Ting roboh dan benar-benar
pingsan. Mereka terlalu memaksa diri. Tapi
ketika dua kakek itu menyentuhkan tangan
mereka di mata kaki dan masing-masing
memberikan tenaga hangat maka baik To Hak
maupun Kiam Ting Sianjin akhirnya sadar. Dan
di sana Tujuh Malaikat Hoa-san juga sudah
pulih kembali. Mereka kagum dan terheranheran akan daya tahan dan kekuatan kakekkakek renta itu. Mereka sungguh menakjubkan!
Tapi ketika mereka hendak memasuki Go-bi
dan tak sabar mencari Ji Beng ternyata hwesio
yang dicari itu tewas. Go-bi sedang berkabung!
"Siancai, kita seperti mengejar-ngejar kapas di
tengah angin beliung. Ketika didapat ternyata
kapas itu telah hancur!"
"Hm, sia-sia kalau begitu usaha kita, ji-wi
locianpwe. Kita tak dapat membalas dendam!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Tidak!" To Hak tiba-tiba berseru. "Ji Beng
boleh mampus tapi Ji Leng masih ada, Hoa-san
Sin-jit. Kita tak sia-sia datang ke sini karena
masih ada orang lain yang harus bertanggung
jawab!"
"Benar," Kiam Ting juga teringat dan
menganggukkan kepala. "Masih ada ketua Gobi itu, Hek-totiang. Dan juga murid-murid Gobi yang lain. Kita dapat mengobrak-abrik dan
merusaknya!"
"Siancai, kita cari saja kepala-kepalanya. Yang
keroco-keroco tak usah. Aku akan mencari Ji
Leng tapi sebaiknya kita menghormat
perkabungan sampai selesai!" Siang Kek,
kakek yang hebat itu berkata. Ia kecewa juga
namun tak setuju kalau anak-anak murid akan
dihadapi. Yang penting adalah pemimpinpemimpinnya dan itulah yang akan dilabrak.
Dan ketika mereka menunggu dan
791 menghormat masa perkabungan, To Hak
melampiaskan marah dengan menancapkan
kepala enam murid Go-bi maka Go-bi juga
geger ketika melihat kepala Siong-hu-hwesio
dan adik-adiknya itu!
**SF**
"Nah, sekarang sudah selesai," Tujuh Malaikat
Hoa-san bergerak ketika tampak tanda-tanda
kehidupan di dalam pintu gerbang. Tiga orang
murid membuka pintu yang berderit. "Ada
yang keluar, Heng-san-paicu. Dan mari kita
cegat!"
To Hak Cinjin, yang tak pernah berhenti dan
bangkit pula tiba-tiba beringas mukanya
melihat tiga murid Go-bi keluar dari tembok.
Mereka membawa keranjang besar dan
rupanya hendak mencari makanan. Memang
Go-bi hendak menambah ransum karena
792 seminggu ini selalu di dalam. Dan ketika Hektosu bergerak dan enam saudaranya yang lain
juga susul-menyusul menjejakkan kaki, To Hak
tak mau kalah dan Kiam Ting juga berkelebat
maka tiga murid Go-bi itu tahu-tahu tersentak
karena leher mereka sudah dicekik. Bayanganbayangan itu amatlah cepatnya dan Tujuh
Malaikat Dari Hoa-san sudah mendahului To
Hak Cinjin maupun Kiam Ting Sianjin!
"Mana ketua kalian Ji Leng Hwesio. Suruh ia
keluar atau kalian bertiga kami banting
mampus!"
Tiga murid Go-bi itu terkejut. Mereka sedang
keluar dengan tiga keranjang besar ketika tibatiba saja sembilan bayangan berkelebatan
cepat. Tiga yang pertama sudah menotok dan
mencekik leher mereka, ibu jari mereka
menekan jakun dan sakitnya bukan main.
Jakun itu seakan hendak diremas pecah! Dan
793 ketika tiga murid itu ah-uh-ah-uh dan roboh
terguling, tentu saja tak dapat menjawab maka
To Hak tiba-tiba menendang dan tiga orang itu
mencelat. Ketua Heng-san ini memang paling
berangasan, mudah naik darah.
"Diminta baik-baik malah melotot seperti
monyet. Rasakan, kalian akan dihajar dan ini
hadiah pertama dariku.. dess!" tiga murid itu
bergulingan, mengeluh dan merintih namun To
Hak sudah mengejar dan menyambar mereka
lagi. Dan ketika tosu itu menyodokkan sikunya
ke ulu hati dan dada maka Kiam Ting terkejut
karena dikhawatirkan mereka tewas.
"Cinjin, tahan. Jangan dibunuh dulu!"
"Pinto tidak membunuhnya," sang tosu berseru,
geram. "Pinto hanya ingin melampiaskan sakit
hati setelah menunggu seminggu, Ting-toheng.
Dan ini untuk mereka sebagai sarapan pagi....
794 plak-plak-plak!" tosu itu menampar dan
menendang tiga kali, membuat murid-murid itu
menjerit dan To Hak akhirnya menginjak perut
mereka. Dan ketika tosu itu membentak di
mana Ji Leng Hwesio, muka demikian
menakutkan seakan harimau kelaparan maka
murid-murid Go-bi itu merintih, keranjang
mereka cerai-berai, hancur.
"Ampun, ketua kami sedang bertapa, paicu.
Kalian dapat masuk kalau ingin mencarinya."
"Kami memang ingin masuk. Tapi apakah
kalian tidak melihat enam kepala yang kami
gantung di atas pintu gerbang. Kenapa kalian


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak mengadakan reaksi?"
"Ah, totiang... totiang yang membunuhnya?"
"Benar, dan aku juga ingin membunuh muridmurid Go-bi sebanyak-banyaknya. Hayo mana
795 Ji Leng Hwesio dan apakah ia tidak
bertanggung jawab atas perbuatan anak-anak
buahnya!"
"Ampun..." tiga hwesio muda itu pucat, mereka
tentu saja mengenal ketua Heng-san-pai ini.
Kami hanya dapat berkata bahwa ciangbunjin
sedang bertapa, totiang. Tapi kalau totiang
ingin masuk silahkan saja bertemu dengan
Beng Kong suheng...."
"Apa? Murid Ji Leng si keledai gundul itu?"
"Benar, ia sekarang menggantikan Ji Beng
susiok yang meninggal dunia, totiang. Dan
ialah sekarang yang diserahi tugas memimpin
Go-bi!"
*Keparat, kami hanya ingin bertemu ketua
kalian Ji Leng Hwesio. Kami tak mau bertemu
murid-murid rendahan!"
796 "Tapi totiang pernah dikalahkan Ji Beng susiok.
Totiang tak mungkin menang menghadapi Ji
Leng-suhu yang lebih sakti lagi!"
"Bedebah, kalian emang menghina... plakplak-plak!" dan To Hak Cinjin yang kembali
menampar dan menendang tiga hwesio itu
tiba-tiba membuat tiga murid Go-bi itu
menjerit. Mereka rontok giginya ditampar
ketua Heng-san-pai itu. To Hak Cinjin dibuat
malu! Tapi ketika tiga murid itu merintih-rintih
dan keributan ini didengar murid-murid Go-bi
yang lain maka belasan bayangan berkelebat
dan Kiam Ting Sianjin berseru agar waspada
terhadap musuh-musu baru.
"Paicu, kita masuk saja dan lepaskan mereka.
Lihat, anak-anak murid yang lain
berdatangan!"
797 To Hak menoleh. Ia memang ingin menghajar
dan memberi pelajaran lagi kepada tiga muridmurid Go-bi ini ketika terdengar gerakan dan
desir angin jubah. Tujuh hwesio tiba-tiba
muncu di depan mereka dan To Hak Cinjin
tergetar karena inilah Pat-kwa-hwesio
bersaudara yang datang menyambut. Dan
ketika ia melepaskan hwesio-hwesio
tawanannya dan bersiap menghadapi tuan
rumah, menengok dan terkejut karena dua
supeknya tak ada di situ maka menjuralah Jihwesio di depan sembilan tamu-tamu tak
diundang ini.
"Omitohud, Heng-san-paicu kiranya datang lagi
membuat sibuk. Selamat pagi, dan selamat
bertemu lagi, paicu. Totiang tentu ingin
bertemu pimpinan kami untuk urusan lama!"
798 "Hm, benar. Tapi aku terlambat karena Ji Beng
Hwesio telah meninggal dunia!"
"Kami sedang bersedih, tapi tentu saja kami
akan menyambut siapapun yang ingin
berurusan dengan Go-bi. Omitohud, bukankah
ini Tujuh Malaikat Dari Hoa-san yang lihai dan
jarang turun gunung? Ah, kami semakin
mendapat kehormatan lagi, cuwi totiang. Mari
masuk dan ketua kami menyambut kalian di
dalam!"
"Siancai, Ji Leng lo-suhu akhirnya keluar juga?"
Kiam Ting, yang sudah mendengar bertapanya
ketua Go-bi-pai itu terkejut dan girang juga.
"Kalau begitu kami tak menyia-nyiakan
kesempatan ini, Ji-siauw-suhu. Dan kau tentu
mengenal pinto kalau belum lupa!"
"Omitohud, totiang adalah Kiam Ting Sianjin.
Pinceng mengenal dan masih awas pandangan.
799 Silahkan masuk, dan terima kasih bahwa kalian
membebaskan murid-murid kami yang bodoh.
Ketua sudah menunggu di dalam!"
To Hak tertegun sementara Kiam Ting Sianjin
gembira. Kalau lawan mau menyambut secara
baik-baik barangkali persoalan dapat lebih
mudah lagi. Tak perlu ada anak-anak murid
yang menjadi korban dan dia akan sedikit lega.
Tapi ketia memandang kawannya dan To Hak
Cinjin tampak tolah-toleh, bingung karena
supek-supeknya yang diandalkan tak kelihatan
di situ maka ia berbisik dan bertanya dengan
heran,
"Paicu, ada apa?"
"Sst," To Hak agak berubah. "Apakah toheng
tidak melihat di mana supek dan susiokku?
Orang-orang Go-bi ini amat lihai. Kalau tak ada
susiok atau supekku itu keadaan bakal celaka!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Eh, bukankah ada Tujuh Malaikat Hoa-san di
sini?"
"Mereka kuragukan, toheng. Hanya kalau ada
supek dan susiokku itu hatiku bakal marem!"
"Tapi kita sudah di sini..."
"Benar, dan karena itu kita harus masuk.
Mungkin susiok dan supekku sudah di dalam!"
berkata begini ketua Heng-san itu lalu
membusungkan dada. Ia agak gentar juga
kalau susiok atau supeknya tak ada di situ.
Kehebatan Go-bi sudah dikenal dan hanya
karena adanya susiok serta supeknya itulah dia
berani datang. Kalau tidak, mungkin dia akan
bersembunyi! Dan ketika Heng-san-paicu itu
melangkah lebar dan Hoa-san Sin-jit sendiri
tampak bisik-bisik di antara saudara maka
aneh dan mengherankan hwesio-hwesio Go-bi
ini mempersilahkan masuk. Seolah menerima
801 tamu-tamu agung dan bukannya lawan atau
musuh yang jelas akan membuat ribut!
"Cuwi totiang sudah diketahui kedatangannya
oleh ketua. Dan kami agak heran ketua
mengatakan cuwi semua berjumlah sebelas
orang. Mana yang dua lagi?"
To Hak Cinjin kaget. "Ji Leng Hwesio tahu
kedatangan kami?"
"Ya, dan juga enam kepala yang kalian
gantung di atas pintu gerbang, To Hak Cinjin.
Tapi kami tak diperbolehkan berbuat apa-apa
karena suasana sedang berkabung!"
"Siancai, kalau begitu Ji Leng sungguh
sombong. Sudah tahu tapi baru sekarang
menerima kami. Ah, pinto ingin melabraknya!"
802 "Totiang dapat bicara di dalam, Go-bi akan
menerima dengan jantan. Tapi ketua kami
bukanlah Ji Leng-supek seperti yang
kaukatakan!"
"Kalau begitu siapa?" To Hak tertegun, muka
merah dan hitam berganti-ganti. Ia merasa
direndahkan! Tapi ket?ka Ji-hwesio tersenyum
dan mengibaskan ujung jubahnya, biarlah
nanti di dalam saja mereka lihat maka ketua
Heng-san itu berdebar sementara temantemannya yang lain menahan marah dan tak
kenal takut karena belum mengetahui
kehebatan Go-bi.
"Kita masuk saja, dan kita lihat siapa orang
yang sombong itu!"
Rombongan ini masuk. Pat-kwa-hwesio dengan
tenang telah mengantar tamu-tamunya ini.
Murid-murid menyibak dan berjaga di kiri
803 kanan jalan Go-bi rupanya juga sudah bersiapsiap! Dan ketika mereka masuk dan tiba di
bangsal agung, di sini mereka berhenti dan
memandang ke atas maka tampaklah
seseorang duduk dengan pongahnya di kursi
berlapis emas.
**SF**
(Bersambung jilid 11)
Bantargebang, 31-08-2018,18:39
804 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 11
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
805 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 11
"HA-HA, To Hak Cinjin dan kawan-kawan
rupanya. Bagus, selamat datang, Cinjin.
Selamat datang! Silahkan masuk dan duduk
dan katakan apa maksud kedatangan kalian!"
To Hak Cinjin membelalakkan mata. Tosu ini
dan rombongannya merah padam melihat
seorang hwesio tinggi besar duduk dengan
sombongnya di atas kursi berlapis emas itu,
sementara mereka di bawah. Dan karena tak
ada kursi atau apapun yang dapat dipakai
duduk, tuan rumah seolah bersikap hormat
namun sesungguhnya menghina mereka,
disuruh duduk tapi tak ada tempat duduk maka
806 tosu itu menggeram dan mewakili temantemannya berseru,
"Beng Kong Hwesio, kau kiranya. Ah, sombong
dan amat memandang rendah sekali sikapmu
ini. Pinto tidak ingin berbicara denganmu. Pinto
ingin bicara dengan yang terhormat ketua Gobi-pai. Mana gurumu dan suruh ia keluar
menghadapi pinto"
"Ha-ha, berhadapan dengan pinceng sudah
cukup, sama saja, malah barangkali bisa lebih
cepat selesai. Katakan maksud kedatanganmu,
To Hak Cinjin, dan masuk serta duduk sajalah!"
To Hak Cinjin tak dapat menahan diri. Ia
dipersilahkan masuk tapi tak ada meja kursi,
tentu saja ia tak sudi duduk di lantai. Maka
begitu orang berseru nyaring dan ia menjadi
marah, tosu ini berkelebat dan masuk ke
bangsal agung maka ia membentak, "Beng
807 Kong Hwesio, kau sombong amat. Pinto tak
mau bicara lagi kalau kau duduk di situ. Turun,
mana gurumu atau nanti kepalamu
terpenggal!"
Beng Kong Hwesio tertawa bergelak. Tentu
saja ia tahu kemarahan orang namun justeru
inilah yang dicari. Di tempat itu dialah yang
berkuasa dan tak ada yang dia takuti. Orangorang ini memang sudah ditunggu
kedatangannya dan dia ingin memberi
pelajaran. Maka begitu To Hak membentak dan
ia dianggap sebagai orang yang tak pantas
menyambut tamu, dulu kedudukannya
memang bukan sebagai pemimpin maka
hwesio ini menggerakkan lengan bajunya dan
tanpa berpindah atau menggeser kursinya ia
menangkis serangan ketua Heng-san-pai itu,
yang menganggap kedudukannya tak sesuai
dengan ketua-ketua partai.
808 "Plak!"
Tosu ini mencelat dan terbanting roboh. Ketua
Heng-san-pai yang berangasan dan tak
menduga hebatnya ujung kebutan tiba-tiba
berteriak dan menjerit. Ia terbanting dan
seketika muntah darah! Dan ketika yang lainlain terkejut dan Kiam Ting Cinjin berseru
tertahan, berkelebat dan menolong tosu itu
maka To Hak Cinjin tak dapat bangun berdiri
karena roboh kembali.
"Siancai..." semua terkejut dan berseru
tertahan. Hoa-san Sin-jit yang semula tenangtenang dan adem saja mendadak berubah
muka mereka. Mereka melihat tangkisan ujung


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baju tadi dan tentu saja mereka terkesiap. Dari
ujung baju itu menyambar angin pukulan kuat
yang membuat mereka yang ada di situpun
terkena angin sambarannya. Ini hebat. Bukan
main! Dan ketika mereka terkejut tapi
809 berkelebatan maju, melihat atau menolong
pula To Hak Cinjin maka ternyata ketua Hengsan-pai itu sudah pingsan, tak sadarkan diri!
"Siancai, Beng Kong lo-suhu kiranya telah
mewarisi kepandaian Ji Leng-ciangbunjin.
Mengagumkan, tapi pantas kenapa kiranya
begitu sombong!" Kiam Ting Sianjin, yang
terbelalak dan tak mampu menyadarkan
temannya akhirnya membalik. Sute atau adik
seperguruan dari mendiang Kiam Leng Sianjin
ini merah padam dan terbakar. Ia telah
memberi obat kepada temannya itu tetapi To
Hak keburu pingsan, ia malu. Dan ketika tosu
itu membalik namun anak-anak murid Go-bi
justeru bercahaya dan berseri-seri mukanya,
pemimpin mereka itu telah memberi pelajaran
maka Hoa-san Sin-jit bergerak dan juga
menghadapi hwesio tinggi besar itu, yang sikap
dan sepak terjangnya sungguh berubah!
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Siancai, kiranya benar kata Kiam Ting Tojin.
Pinto juga melihat bahwa Beng Kong lo-suhu
ini hebat sekali. Tetapi sayang, kehebatannya
kiranya telah menjadikannya sombong!" Pektosu, satu dari Tujuh Malaikat Hoa-san berseru.
Tosu ini juga terkejut dan kagum tapi juga
marah melihat keganasan Beng Kong Hwesio.
Sekali gerak ia langsung merobohkan lawan,
bahkan, membuatnya muntah darah. Tapi
karena itu justeru membuatnya marah karena
Beng Kong Hwesio dirasa congkak dan amat
takebur, sikapnya seolah tiada lawan lagi di
dunia maka tosu itu bergerak ke depan tapi
suhengnya, Hek-tosu yang berangasan dan
mudah marah justeru lebih dulu maju dan
membentak,
"Beng Kong, pinto Hek Tojin mohon pelajaran.
Kau turunlah dan coba sambut baik-baik
keinginan pinto!"
811 "Ha-ha, Hek-totiang kiranya. Selamat
berjumpa, totiang, dan selamat bahwa kau
masih sehat-sehat dan panjang umur. Tak
perlu sewot, pinceng akan melayani siapapun
yang ingin coba-coba dengan pinceng tapi
biarlah kau duduk karena pantat pinceng sudah
terlanjur terpaku di sini. Lihat, pinceng tak
mampu memisahkan kursi ini!" Beng Kong
Hwesio berdiri, tertawa dan benar saja kursi
emas itu tiba-tiba ikut dan nempel di
pantatnya. Dari jauh kursi itu seolah benarbenar dipaku di bokongnya, tentu saja lucu dan
mengejutkan bagi yang tak tahu. Tapi begitu
Hek-tosu melihat dan enam saudaranya yang
lain juga terkejut dan membelalakkan mata
maka mereka berseru tertahan karena itulah
ilmu lweekang atau sinkang yang hebat sekali.
Tembokpun dapat dicabut dan tertempel di
pantat hwesio ini.
812 "Siancai, semacam Thi-khi-i-beng atau Ilmu
Penyedot Nyawa. Ah, Ji Leng Hwesio benarbenar hebat sekali!"
Pek-tosu, yang lagi-lagi kagum dan
mendahului saudara-saudaranya berseru
memuji. Tosu ini memang paling jujur dan apa
adanya. Dia suka berterus terang. Tapi begitu
suhengnya mendengar dan melotot, tosu itu
tertegun meka Pek-tosu diam dan tidak bicara
lagi. Ia lebih memuji Ji Leng Hwesio daripada
Beng Kong Hwesio, karena tentu dari ketua
Go-bi itulah Beng Kong Hwesio mendapatkan
ilmunya.
"Tak perlu memuji musuh, kita sendiri
mempunyai ilmu lain yang tak kalah hebat!"
Beng Kong Hwesio tertawa. Ia mendengar dan
tentu saja senang dengan pujian itu, namun
karena Pek-tosu sudah tidak bicara lagi dan
813 Hek-tosu justeru meradang kepadanya,
mendelik, maka ia duduk lagi dan kursi itupun
menempel lantai.
"Brukk!"
Beng Kong Hwesio mendemonstrasikan
sinkangnya. Lantai ruangan, yang bergetar dan
membuat enam murid Go-bi terpelanting lagilagi membuat Hek-tosu dan teman-temannya
terkejut. Mereka yang berada dekat dengan
hwesio tinggi besar itu hampir saja terpeleset
kalau tidak cepat-cepat mencengkeramkan
kuku kaki ke lantai. Mereka juga hampir
terpelanting oleh ulah hwesio keparat ini yang
membanting dan menggedrukkan kaki kursinya
dengan keras. Tapi karena mereka cepat
mengerahkan sinkang dan bertahan, tak perlu
terpelanting seperti murid-murid rendahan
maka mereka tetap berdiri tegak meskipun
diam-diam kaki atau lutut mereka menggigil.
814 "Sombong, dan suka pamer kepandaian. Aih,
pinto jadi tak sabar dan ingin cepat-cepat
bertanding!"
"Ha-ha!" Beng Kong Hwesio tertawa bergelak.
"Kau tak sabaran dan cepat marah, Hektotiang. Tapi kalau ingin bertanding tentu saja
pinceng juga ingin melihat kepandaianmu.
Majulah, dan barangkali boleh coba-coba
dengan suteku Pat-kwa-hwesio!"
Tosu muka hitam ini mendelik. Ia menantang
hwesio tinggi besar itu namun Beng Kong
Hwesio buru-buru menepuk tangan memanggil
sutenya. Pat-kwa-hwesio, yang tadi mengantar
dan membawa mereka ke ruangan ini ternyata
sudah mendekat begitu menerima panggilan.
Mereka memang wakil suheng mereka kalau
Go-bi menghadapi musuh. Maka begitu
meloncat dan berkelebatan maju, Ji-hwesio
815 mewakili adik-adiknya membungkuk maka
hwesio itu berkata,
"Hek-totiang, suheng telah memerintahkan
kami untuk melayani totiang. Silakan maju dan
mari kita main-main sebentar."
"Kau...?" tosu ini menuding, merah padam.
"Kau mau maju dan mencari mampus? Minggir,
Ji-hwesio, atau pinto nanti kehilangan kontrol
diri!" Hek-tosu membentak dan tak kuasa
menahan marahnya. Ia menantang Beng Kong
Hwesio namun justeru hwesio itu memberikan
sutenya. Tentu saja ia gusar. Tapi begitu ia
mengayun lengannya dan Ji-hwesio tenangtenang saja, menyambut, maka tosu itu
terpental karena Ji-hwesio ternyata juga
memiliki sinkang kuat.
"Dukk!"
816 Hek-tosu mencelat. Ia terlampau memandang
rendah dan tosu ini kaget bukan main ketika
ditangkis lawan. Ji-hwesio ternyata unjuk gigi!
Dan ketika tosu itu berjungkir balik dan kaget
melempar sisa tangkisan, tenaga lawan
ternyata hebat maka iapun sudah melayang
turun dan berdiri lagi dengan muka hitam
gelap!
"Orang-orang Go-bi kiranya sombong-sombong.
Baik, mari layani pinto dan kita tak usah
banyak bicara lagi!"
Ji-hwesio mengerutkan kening. Ia sudah
diserang dan tanpa banyak cakap lagi tosu dari
Hoa-san itu menerjang. Ji-hwesio mengelak
namun lawan mengejar. Dan ketika tujuh
pukulan sudah dilancarkan namun semua luput
menyambar, Ji-hwesio maju mundur dengan
ringan maka Hek-tosu meradang dan
membentak dengan suara mengguntur,
817 "Hayo, jangan main kelit. Mana kepandaian
dari Go-bi kalau bersifat pengecut seperti
wanita begini!"
"Hm," Ji-hwesio menjawab, kaki tetap
melangkah pendek-pendek menghindari
pukulan lawan. "Pinceng sebenarnya harus
maju berdelapan, Hek-tosu. Dan bagaimana
pinceng harus bicara kalau kau tidak
memberikan kesempatan begini!"
"Pengecut, boleh saja. Majulah kalian semua
tapi mana suheng kalian Twa-hwesio.
Bukankah seharusnya ia di sini?"
"Suheng sedang sakit. Kami bertujuh cukup
melayanimu, Hek-totiang. Dan karena kami
biasa maju berbareng maka tolong kau maju
pula bersama saudara-saudaramu itu. Patkwa-hwesio jarang maju satu per satu!"
818 "Kau takut? Mau keroyokan? Heh, kau dan
saudara-saudaramu saja yang maju, Ji-hwesio.
Pinto pantang mengeroyok kalau tidak
terpaksa. Ayo, maju atau kau mampus... dukdukk!" dan dua lengan yang kembali bertemu
dan beradu dengan keras akhirnya membuat
Ji-hwesio terpental, lawan menambah tenaga
dan Hek-tosu tertawa mengejek. Ia senang!
Dan ketika ia merangsek dan Ji-hwesio dibuat
kelabakan, lawan bagai matador yang sudah
ditanduk banteng maka apa boleh buat hwesio
ini melayani dan mulailah ia membalas namun
enam saudaranya tiba-tiba bergerak dan
mengikuti.
"Ji-suheng, kami terpaksa membantu. Kami
tidak menyerang tetapi hanya berputaran
saja!"
"Tak apa," Ji-hwesio mengangguk, itu memang
seharusnya dilakukan. "Seorang atau seratus
819 orang sama saja, sute. Kalau mereka mau
maju silahkan maju. Atau nanti Hek-totiang ini
merasakan kelihaian kita... des-dess!" dua
buah pukulan ditangkis hwesio itu, tepat dan
kuat dan tiba-tiba saja Hek-tosu berteriak.
Aneh dan ajaib begitu enam hwesio yang lain
bergerak sekonyong-konyong kekuatan Jihwesio bertambah. Ada semacam kekuatan
mujijat yang membuat sinkangnya naik tujuh
kali lipat. Dan ketika tosu itu menjerit karena
untuk berikutnya ia terpental dan
terpelelanting bergulingan, tujuh hwesio itu
bergerak ke kiri kanan dan ia menjadi pusing
maka Ji-hwesio ganti mendaratkan pukulanpukulannya dan tosu itu kalang-kabut.
"Curang, licik. Tujuh mengeroyok satu!"
"Hm, pinceng tak mengeroyok," Ji-hwesio
berseru, mulai berkelebatan dan mengelilingi
lawan. "Saudara-saudara pinceng hanya
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
berputaran saja, Hek-totiang. Lihat dan
saksikan bahwa pinceng tak mengeroyok!"
"Tapi saudara-saudaramu membuat pusing.
Pinto dikacau!"
"Kalau begitu silahkan Hoa-san Sin-jit maju
berbareng. Pinceng sudah mengatakan bahwa
sebaiknya totiang dibantu."
"Keparat, kalian licik, Ji-hwesio. Sebelum pinto
roboh tak mungkin pinto dibantu!" dan marah
menerjang lagi, nekat dan penasaran oleh
kelihaian Ji-hwesio akhirnya orang nomor satu
dari Hoa-san Sin-jit ini coba mengatasi
keadaan. Ia menangkis mengelak pukulanpukulan berbahaya tapi bayangan enam hwesio
yang lain benar-benar mengacau pikirannya.
Hwesio-hwesio itu bergerak dan silih berganti
mengelilingi dirinya. Kadang di kiri dan kadang
di kanan. Dan kerena Ji-hwesio sendiri juga tak
821 pernah henti melepas serangan, ia tertekan
dan terdesak hebat t?ba-tiba sebuah pukulan
mengenai pundaknya.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dess!"
Tosu ini terpelanting. Ia mengeluh dan berseru
tertahan karena lagi-lagi ia tak mampu
mengelak. Pukulan itu antep dan iapun
terbanting. Dan ketika Hek-tosu tergulingguling dan Beng Kong Hwesio tertawa bergelak,
memerahkan telinga maka enam dari Hoa-san
Sin-jit yang lain panas terbakar.
"Hek-totiang, cepat saja minta bantuan
saudaramu. Awas, jangan sampai terlambat!"
Hoa-san Sin-jit menjadi marah. Pek-tosu,
orang yang paling sabar tiba-tiba juga
meradang dan merah mukanya. Ia malu dan
marah karena suhengnya terdesak hebat, dua
822 kali mendapat pukulan lagi dan suhengnya itu
mengaduh. Dan ketika untuk ketiga kalinya
suhengnya itu menjerit dan berteriak keras,
masing-masing tak tahan maka enam orang
dari Hoa-san Sin-jit ini berkelebatan maju. Apa
boleh buat harus maju, berbareng!
"Suheng, kau memang harus dibantu. Maaf
bahwa kami harus maju karena kami tak ingin
melihat kau dicurangi lawan.... plak-plak!" Pektosu dan saudara-saudaranya bergerak
membentak, menerjang dan menangkis dan
selamatlah suhengnya dari pukulan ujung baju.
Saat itu Ji-hwesio melancarkan totokan kuat
dan sekali kena tentu suhengnya roboh, hal itu
tak boleh terjadi. Dan begitu mereka bergerak
dan dan melepas serangan, membantu suheng
mereka maka Hoa-san Sin-jit sudah bergebrak
dan menghadapi Pat-kwa-hwesio, yang hanya
ada tujuh orang.
823 "Des-des-dess!"
Pukulan atau tangkisan menggetarkan ruangan.
Tujuh tosu dari Hoa-san Sin-jit sudah
menyerang dan memecah barisan Pat-kwahwesio. Mereka membobol dari luar dan Patkwa-hwesio tiba-tiba berantakan. Tadi mereka
mengelilingi Hek-tosu namun kini justeru
mereka itulah yang dikelilingi dan diserang
Hoa-san Sin-jit. Dan karena masing-masing
bergerak dan sama lihai, pertandingan berjalan
dengan cepat maka Hoa-san Sin-jit berhasil
mengacau barisan segi delapan dan tujuh
hwesio dari Pat-kwa-hwesio itu terpental.
"Ha-ha, kalian tak seberapa, Ji-hwesio. Lihat
sekarang kalian kocar-kacir begitu bertemu
dengan Jit-seng-tin (Barisan Tujuh Bintang)
dari Hoa-san!"
824 Ji-hwesio bermuka gelap. Benar saja ia dan
saudara-saudaranya tiba-tiba berantakan
diserbu Jit-seng-tin. Musuh sudah bersatu dari
luar dan kalang-kabut. Tapi karena
pertandingan baru berjalan beberapa gebrak
dan itu masih belum dapat dijadikan patokan,
mereka belum panas atau mengeluarkan
keringat maka Ji-hwesio berseru kepada adik
adiknya agar bergandengan tangan,
menyatukan kekuatan.
"Jangan sendiri-sendiri. Tetap bergabung!"
"Ha-ha!" Hek-tosu tertawa bergelak. "Barisan
Segi Delapan telah kami ketahui kelemahannya,
Ji-hwesio. Kalian pincang karena tak ada
seorang. Kalian tak lengkap, kalian tak
mungkin dapat menandingi Jit-seng-tin kami!"
Ji-hwesio terkejut. Hek-tosu segera memberi
aba-aba kepada saudara-saudaranya agar Pat825 kwa-hwesio tidak bersatu. Mereka telah
mendengar kehebatan delapan murid Ji Beng
Hwesio yang luar biasa ini, membentak dan
memecah barisan agar tujuh hwesio itu tak
dapat bergandengan tangan. Dan karena Hektosu kiranya sudah tahu atau mendengar
kehebatan barisan delapan hwesio ini, yang
sekarang hanya tujuh karena Twa-hweslo, atau
orang pertama dari Pat-kwa-hwesio itu tak ada
maka dengan cepat dan bertubi-tubi tujuh tosu
dari Hoa-san itu menekan dan tak memberi
kesempatan. Mereka ingin merobohkan lawan,
sebelum lawan bersiap. Dan ketika benar saja
Ji-hwesio dan saudara-saudaranya kelabakan,
kaget, maka pukulan atau serangan dari tujuh
tosu itu mengenai sasarannya.
"Des-des-dess!"
Ji-hwesio dan saudara-saudaranya terhuyung.
Mereka itu kebingungan karena setiap hendak
826 bersatu dan bergandengan tangan maka Hoasan Sin-jit selalu memecah. Mereka tak
dibiarkan untuk menyatukan tenaga dan
masing-masing dipaksa untuk bertanding
seorang lawan seorang. Dan karena inti
kekuatan Pat-kwa-hwesio harus serentak
delapan orang, bukan satu demi satu yang
tentu saja akan melemahkan dan
menggoncangkan kehebatan barisan segi
delapan ini maka Pat-kwa-hwesio benar-benar
kacau dan merekapun porak-poranda.
"Cabut senjata, lawan mematikan gerak
langkah kita!"
Hek-tosu tertawa bergelak. Ia dan saudarasaudaranya memang telah memporakporandakan barisan lawan. Ji-hwesio dan adikadiknya terdesak. Dan ketika mereka dipaksa
untuk bertempur seorang lawan seorang, tak
ada kesempatan untuk bersatu dalam usaha
827 mengumpulkan kekuatan maka Hek-tosu
terkekeh melihat Ji-hwesio dan adik-adiknya
mencabut senjata, toya-toya panjang.
"Ha-ha, belum menetes darahmu, Ji-hwesio.
Belum apa-apa sudah ketakutan dan mencabut
senjata. Baik, kalian cabut senjata mumpung
belum roboh!"
Ji-hwesio tak menggubris. Ia membentak dan
marah menghantam lawannya itu tak perduli
ejekan. Ia sudah didesak dan Pat-kwa-hwesio
diobrak-abrik. Dan begitu ia mencabut senjata
sementara lawan bersombong mempergunakan
tangan kosong, tak mau mencabut senjatanya
pula maka Hek-tosu terkejut ketika tiba-tiba
ayunan atau sambaran toya menghantam
belakang kepalanya.
"Dess!"
828 Lantai ruangan pecah. Si tosu yang semula
bersombong dan yakin akan kemenangannya
tiba-tiba dibuat terkejut ketika sambaran atau
hantaman toya hampir saja mengenai
kepalanya. Sedikit terlambat tentu kepalanya
pecah! Dan kaget serta marah karena toya lalu
menyambar-nyambar, ia dan adik-adiknya
terdesak dan mengelak ke kiri kanan maka
tosu itu berseru agar semua mencabut senjata
pula, apa boleh buat.
"Kita mainkan Hoa-san Kiam-sut. Tetap
pertahankan barisan Jit-seng-tin!"
Adik-adiknya mengangguk. Mereka segera
terkejut dan sama-sama kaget ketika tujuh
toya di tangan Pat-kwa-hwesio itu naik turun
menderu-deru. Mereka menang tapi tangan
mereka terpental, hwesio-hwesio itu memang
hebat tenaganya. Dan ketika adik terbungsu
menjerit dihajar toya, pundaknya serasa patah
829 maka aba-aba atau seruan Hek-tosu itu tepat
dan cocok sekali.
"Srat-srat!"
Tujuh pedang berkilauan keluar. Tujuh sinar
putih berkeredep dan itulah pedang-pedang
Tujuh Malaikat Hoa-san. Selama ini mereka
belum mengeluarkan senjata karena Pat-kwahwesio tadi dapat didesak. Lawan kalang-kabut
tapi kini mereka ganti terkejut ketika lawanlawan mereka mencabut toya, senjata andalan
murid-murid Go-bi dalam menghadapi musuh
berat. Dan begitu adik termuda kena serangan
itu jelas mengganggu, Hek-tosu terkejut dan
berseru keras maka tosu itu mencabut senjata
dan adik termuda yang tadi bergulingan dan
melempar tubuh menjauh sudah mencabut
pedangnya pula dan secepat kilat menangkis
hantaman toya yang mengejarnya.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Cranggg...!" bunga api berpijar. Orang
termuda dari Pat-kwa-hwesio melotot kecewa
karena serangannya tertangkis. Cepat dan
tepat lawannya dari Hoa-san itu mencabut
pedangnya. Dan ketika apa boleh buat ia harus
menghadapi lawan yang bersenjata pula, Hoasan Sin-jit membentak dan mainkan pedang
dalam barisan Jit-seng-tin maka Pat-kwahwesio harus gigit jari karena lagi-lagi lawan
dapat bertahan. Bahkan, kini juga membalas!
"Ha-ha, mana kehebatan barisan segi delapan,
Ji-hwesio. Mana keandalan Pat-kwa-tin?"
Ji-hwesio merah mukanya. Kalau saja di situ
ada suhengnya tertua, Twa-hwesio, tentu tak
perlu ia kewalahan. Ini semua karena barisan
Pat-kwa-tin tak lengkap. Suhengnya tertua tak
ada. Dan ketika lawan mengejek dan barisan
segi delapan direndahkan, ia diam saja karena
memang Jit-seng-tin dapat menandingi
831 akhirnya hwesio ini menggeram karena untuk
kedua kalinya lagi Pat-kwa-tin dipecah-belah.
Pedang di tangan tosu-tosu itu dapat bergerak
silih berganti dan toya di tangan adik-adiknya
bertemu tangkisan pedang yang hebat. Dia
sendiri yang berhadapan langsung dengan
Hek-tosu juga akhirnya mengakui bahwa orang
pertama dari Hoa-san Sin-jit ini menjadi
berlipat ganda lihainya setelah mencabut
pedang. Senjata di tangan mampu
mementalkan toya dan itu membuatnya
tergetar, hwesio ini pucat. Dan ketika adikadiknya yang lain juga tak mampu menghalau
pedang dan justeru pedang yang menghalau
toya mereka maka hwesio ini menggigit bibir
dan di sana Kiam Ting Sianjin tampak berseriseri.
832 "Bagus, hajar mereka, Hoa-san Sin-jit.
Robohkan Pat-kwa-tin dan perlihatkan kepada
Go-bi bahwa di atas langit masih ada langit!"
"Tutup mulutmu!" Sam-hwesio, orang ketiga
dari Pat-kwa-hwesio membentak marah. "Kami
hanya bertujuh, Kiam Ting Sianjin, dan bukan
berdelapan. Kalau suheng kami tertua ada di
sini tentu Jit-seng-tin dapat dirobohkan.
Apalagi ?i sini masih ada Beng Kong-suheng
yang tentu akan menghancurkan kesombongan
kalian!"
"Ha-ha, tak perlu marah," Beng Kong Hwesio
berseru tertawa. "Jit-seng-tin memang hebat,
sute. Tapi meskipun suheng kalian tak ada di
sini aku dapat mencari penggantinya dan
toyaku ini dapat bekerja sama!"
Semua terkejut. Beng Kong Hwesio yang tetap
duduk dan tinggal di kursi singgasananya tiba833 tiba melempar sebuah toya. Toya itu melayang
dan berputaran seperti kena angin beliung,
tegak dan tahu-tahu menyambar Jit-seng-tin.
Dan ketika orang ke enam berteriak karena
toya itu menggebuk pantatnya, lihai sekali
maka cepat dan bergantian toya itu melayang
dan menyambar Hek-tosu dan saudarasaudaranya.
"Buk-buk-buk!"
Semua terkejut dan berteriak keras. Ji-hwesio,
yang terbelalak dan tak mengerti maksud
suhengnya tiba-tiba menjadi kagum dan
gembira karena toya itu menyambar dan
melayang-layang bagai bernyawa. Semua
orang terkejut tapi Hek-tosu dan adik-adiknya
tentu saja menjadi yang paling terkejut.
Mereka itu yang mendapat serangan dan satu
demi satu kena gebuk pantatnya, kurang ajar!
Dan ketika tosu itu berteriak dan melempar
834

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh bergulingan, toya kurang ajar itu
bergerak naik turun maka tujuh tosu Hoa-san
tahu-tahu berkaok-kaok.
"Kurang ajar, keparat. Jahanam!"
Beng Kong Hwesio tergelak-gelak. Ia telah
mendemonstrasikan kepandaiannya dan toya
di tangannya tiba-tiba dapat menjadi benda
hidup, ini luar biasa. Dan ketika Hoa-san Sin-jit
tersentak dan jatuh bangun, pedang dipakai
menangkis namun secara lihai dan luar biasa
toya itu menyelinap dan menggebuk mereka
maka Hek-tosu dan adik-adiknya pucat seolah
menghadapi ilmu siluman.
"Iblis! Ini bukan ilmu Go-bi. Ini ilmu siluman!"
"Ha-ha!" Beng Kong Hwesio tertawa berderaiderai. "Jangan mencari-cari kalau kalah, Hek835 tojin. Kalian menyerah dan nyatakan takluk
saja!"
"Kami tak akan menyerah. Kami masih
mempunyai ilmu lain yang akan menghadapi
ilmu siluman!" dan Hek-tosu yang berteriak
dan melengking tinggi, bergulingan dan
meloncat bangun dengan pedang gemetar
sudah berseru kepada adik-adiknya untuk
mempergunakan Jouw-sang-hui-teng. Ilmu
Terbang Di Atas Rumput itu adalah andalan
mereka kalau mendemonstrasikan ginkang.
Toya yang bagaikan hidup dan mengejarngejar mereka itu sungguh luar biasa cepat
dan hebatnya. Hampir tak ada kesempatan
mengelak karena pantat atau pundak mereka
selalu tergebuk, kurang ajar! Dan ketika Hektosu melengking dan Jouw-sang-hui-teng
serentak dilakukan, tujuh tosu itu
bergandengan tangan dan pedang menyatu
836 dalam tujuh sudut maka toya terpental dan
patah menjadi dua berbenturan dengan tujuh
senjata di tangan tujuh tosu itu.
"Crangg!"
Beng Kong Hwesio tertegun. Wakil dirinya,
toya itu, runtuh dan menggeletak di lantai.
Patah menjadi tujuh potong tapi Ji-hwesio dan
adik-adiknya mendapat kesempatan dengan
kejadian tadi. Mereka itu mampu memperbaiki
diri setelah Jit-seng-tin dikacau toya, maju dan
menyerang dan Hek-tosu mengeluh karena
sekarang tujuh orang lawannya menindih dan
menekan. Dia dan saudara-saudaranya sedang
kebingungan oleh sambaran toya hidup tadi,
toya yang bagaikan bernyawa tapi kini sudah
terpotong menggeletak di lantai. Dan karena
gangguan toya itu amat membingungkannya
dan mengacau setiap di antara mereka, dia
dan saudara-saudaranya gugup maka balasan
837 atau gebukan toya dari tujuh hwesio Go-bi tak
dapat dihindarkan lagi. Berturut-turut tosu ini
dan keenam saudaranya roboh terpelanting,
masing-masing mengeluh dan mencelat
pedangnya. Dan ketika tujuh tosu itu roboh
terduduk dan masing-masing bermuka pucat,
menggigil, maka Ji-hwesio menghentikan
gerakan toyanya dan hampir bersamaan tujuh
hwesio itu menyimpan senjata.
"Cukup, lawan kita sudah kalah!"
Murid-murid Go-bi bersorak. Mereka itu tadi
tegang memandang pertempuran karena jelas
Ji-hwesio dan barisan Pat-kwa-tinnya kacaubalau. Tujuh tosu Hoa-san dengan Jit-sengtinnya itu sungguh luar biasa. Tapi begitu
ketua maju menolong dan toya Beng Kong
Hwesio mengacau Barisan Tujuh Bintang, Hektosu dan saudara-saudaranya dibuat kaget dan
sibuk maka berturut-turut mendaratlah
838 gebukan-gebukan toya di punggung tosu-tosu
Hoa-san itu. Ji-hwesio dan saudara-saudaranya
bukanlah orang-orang kejam, tidak seperti
Beng Kong Hwesio misalnya. Maka begitu
lawan terduduk dan pedangpun terlepas dari
tangan, kekalahan sesungguhnya adalah
karena campur tangan suheng mereka maka
Ji-hwesio tak mau menurunkan tangan kejam
dan tujuh tosu itu terbelalak memandang Beng
Kong Hwesio, yang duduk dengan gagah dan
pongahnya di atas kursi singgasana.
"Ha-ha, bagaimana sekarang. Apakah kalian
masih ingin berhadapan dengan aku?"
Tujuh tosu itu pucat. Kalau mereka mau tahu
diri maka jalan satu-satunya hanyalah
menyerah. Mereka sudah kalah dan Go-bi
memang hebat. Tapi karena kekalahan itu
sungguh membuat penasaran karena
bagaimana sebatang toya tiba-tiba bisa
839 bergerak dan hidup sendiri, menyerang mereka
maka Hek-tosu berteriak, parau, "Beng Kong
Hwesio, kau tidak mempergunakan ilmu silat.
Kau mempergunakan ilmu siluman!"
"Hm, pinceng tak mau bicara ini. Katakan saja
apakah kalian mau menyerah atau tidak?"
"Aku penasaran. Pinto tidak dikalahkan secara
jantan!"
"Maumu?" Beng Kong Hwesio tiba-tiba
membesi, matanya mencorong bagai naga
yang siap melahap mangsa. "Apakah kau tak
puas dan ingin berhadapan secara langsung
dengan pinceng, tosu bau? Apakah kau ingin
mendapat pelajaran lebih berat lagi?"
"Pinto tak dapat menerima kekalahan ini. Pinto
dan saudara-saudara bukan dikalahkan Patkwa-hwesio!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Tapi mereka adik-adikku. Go-bi telah
mengalahkan Hoa-san!"
"Pinto tetap penasaran, Beng Kong Hwesio.
Pinto masih ingin melanjutkan pertandingan.
Kalau kau ikut campur membantu adik-adikmu
maka lebih baik kau maju sendiri dan tidak
usah keroyokan. Curang!"
"Baik, kalau begitu aku akan maju. Kau dan
saudara-saudaramu boleh mengeroyok pinceng.
Tapi awas, tangan pinceng lebih berat daripada
adik-adik pinceng tadi!"
"Kau mau turun sendiri?"
"Benar, tapi aku tetap di sini. Kalau kalian
dapat menggeser pinceng dan meloncat dari
kursi ini biarlah pinceng dianggap kalah!"
841 Semua gempar. Beng Kong Hwesio, yang
tertawa dan menggoyang ujung lengan
bajunya tampak bicara begitu sombong dan
penuh percaya diri. Dia, yang tetap duduk di
kursi, minta dikalahkan tanpa berpindah dari
duduknya. Dan ketika Tujuh Malaikat Hoa-san
itu melotot dan gusar, mereka sungguh
dipandang rendah maka Ji-hwesio dan
saudara-saudaranya sebaliknya tenang-tenang
saja. Mereka ini tahu kelihaian suheng mereka
dan tentu saja tidak heran. Kepandaian suheng
mereka itu memang luar biasa. Sekarang
suheng mereka ini setingkat dengan mendiang
suhu mereka, jadi pantas mewakili Go-bi dan
boleh saja bicara begitu besar. Minta
dirobohkan sementara dia hanya duduk di kursi
saja. Dan ketika Tujuh Malaikat Hoa-san tentu
saja tersinggung dan marah, mereka itu benarbenar tertampar maka Hek-tosu meloncat dan
menyambar kembali pedangnya.
842 "Sute, Beng Kong Hwesio sendiri yang minta
seperti itu. Mari kita hadapi dia dan bunuh
kesombongannya!"
Enam tosu yang lain menyambar pedang.
Mereka benar-benar marah tapi juga
penasaran tapi kagum kepada hwesio tinggi
besar ini. Siapapun tahu bahwa Beng Kong
Hwesio adalah murid Ji Leng Hwesio, sute dari
mendiang Leng Kong Hwesio yang katanya
tewas di tangan Coa-ong. Dan karena mereka
telah melihat kelihaian hwesio ini dengan toya
terbangnya, yang hidup dan menyambarnyambar tadi maka enam tosu dari Hoa-san
bergerak dan sudah memegang pedang
masing-masing. Ji-hwesio tidak merampas
senjata mereka karena hwesio itupun mundur
bersama keenam saudaranya yang lain.
Hwesio-hwesio yang lain juga ingin menonton.
Dan ketika Tujuh Malaikat Hoa-san sudah
843 bergerak dan mengepung kursi ketua, Beng
Kong tergelak-gelak tapi tidak beranjak dari
tempatnya maka hwesio itu berseru.
"Sin-jit (Tujuh Malaikat), kalian boleh lakukan
apa saja terhadap pinceng. Pinceng tidak akan
bersenjata. Kalau kalian dapat mengalahkan
aku dan syukur memenggal kepalaku, seperti
yang kalian lakukan di luar maka aku kalah
dan kalian boleh lakukan apa saja terhadap
Go-bi!"
Hek-tosu dan adik-adiknya menggigil. Mereka
dibuat gemetaran dan marah serta heran sekali
oleh keberanian atau kejumawaan hwesio ini.
Menurut tingkat, hwesio itu seharusnya di
bawah mereka, karena mereka adalah adikadik seperguruan ketua Hoa-san dan hwesio ini
murid ketua Go-bi. Jadi, Beng Kong seolah
murid keponakan, mereka paman-paman
gurunya. Namun karena peristiwa-peristiwa di
844 Go-bi telah mereka dengar dan cerita atau
kisah tentang adanya Bu-tek-cin-keng
membuat mereka berdebar, jangan-jangan
semua kepandaian hwesio itu dikarenakan
kitab maha sakti itu maka mereka tertegun
tapi juga marah mendengar tantangan ini.
Murid Ji Leng itu terlampau jumawa. Kalau
tidak melihat kesaktiannya mempermainkan
toya hidup tadi tentu mereka melabrak dan
mungkin maju satu demi satu saja, tidak
semua. Tapi karena kepandaian hwesio itu
telah dirasakan dan mereka tahu betul betapa
hebatnya hwesio ini, meskipun belum
merasakan secara langsung maka Hek-tosu
mendelik dan melompat maju dengan pedang
menggigil.
"Beng Kong Hwesio, kau sombong. Tapi
mungkin kesombonganmu ada benarnya.
Baiklah, kalau kami tak dapat merobohkanmu
845 yang tetap duduk di kursi maka nama Hoa-san
Sin-jit barangkali sebaiknya dihapus!"
"Ha-ha, tak perlu sekeras itu. Kalau kalian tak
dapat mengalahkan aku maka sudah
selayaknya kalau kalian bertujuh mengikuti
pinceng, Hek-totiang, tunduk dan menjadi
pembantu pinceng. Bagaimana?"
"Tak perlu besar mulut. Kau sudah menyuruh
dan lihat pedang!" dan Hek-tosu yang tak kuat
dan tak mampu bersabar lagi, membentak dan
mengajak saudara-saudaranya maju tiba-tiba
sudah menusuk dan pedang yang bergerak
dengan amat cepat menikam dada Beng Kong
Hwesio diramalkan pasti tak meleset. Dan saat
itu dari kiri dan kanan juga menyambar
bayangan-bayangan dari enam tosu yang lain.
"Ha-ha, ini bagus. Pinceng jadi bergairah!"
Beng Kong Hwesio melakukan sesuatu yang
846 mengejutkan, menjejakkan kaki dan tahu-tahu
tubuh berikut kursinya mencelat naik. Dan
ketika tujuh pedang menusuk angin, otomatis
gagal maka hwesio itu melayang turun lagi dan
secepat kilat kakinya bergerak dari atas
menendang dagu tujuh orang lawannya itu.
"Des-des-dess!"
Balasan ini tak diduga. Hek-tosu dan enam
saudaranya yang menjerit dan tentu saja
terlempar seketika berteriak karena gerakan
atau balasan Beng Kong Hwesio itu tak diduga.
Mereka tadi menusuk tapi lawan tahu-tahu
lenyap, entah ke mana. Dan ketika bayangan
hwesio itu muncul kembali dan kiranya
mumbul ke atas, bersama kursinya maka


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ujung kaki tahu-tahu mencuat dan tujuh
Malaikat Hoa-san itu terjengkang!
847 "Ha-ha, sudah kubilang agar berhati-hati!"
Beng Kong Hwesio berseru, tawanya berderai.
"Kalian kurang waspada, Hek-tosu. Dan
gerakan pedang kalian juga terlalu lamban!"
Hek-tosu bergulingan melompat bangun.
Mukanya merah padam karena segebrakan ini
saja ia dan saudara-saudaranya dibuat keok.
Memalukan! Tapi karena kejadian itu
barangkali memang kesalahan mereka, pedang
kurang cepat bergerak dan mereka ragu-ragu
menyerang lawan yang masih duduk di
kursinya, rasanya tak enak maka tosu ini
sudah membentak dan maju menerjang lagi. Ia
menjadi marah dan tak ragu-ragu lagi
menusukkan pedangnya. Gerakan ujung
pedang yang bergetar tujuh kali menunjukkan
betapa marahnya tosu ini apalagi ia memang
termasuk tosu yang paling berangasan
dibanding saudara-saudaranya. Maka begitu ia
848 menusuk dan membentak, pedang berkeredep
menyambar tujuh titik jalan darah maka Beng
Kong Hwesio diserang kalap namun dengan
tenang dan ganda tertawa hwesio itu
menggerakkan kakinya seperti tadi. Ia
menjejak dan kursipun mencelat ke atas. Dan
begitu pedang lewat di bawah kakinya dan
ujung kaki kembali menendang dagu, Hek-tosu
kali ini waspada maka tosu itu membabat dan
kaki hwesio itu disapunya geram.
"Plak!"
Tosu ini terpelanting. Ujung kaki yang dibabat
pedangnya malah seperti besi dihajar garpu,
berdenting tapi ujung celana Beng Kong
mengenai wajahnya. Dan ketika tosu itu
berteriak dan untuk kedua kalinya ia tergulingguling, Beng Kong tertawa-tawa menghadapi
saudara-saudaranya yang lain maka berturutturut dan cepat sekali hwesio itu juga
849 melakukan hal yang sama dan tubuhnya
mencelat-celat bersama kursinya, mentalmental seperti bola.
"Ha-ha, mari tosu-tosu bau. Pinceng akan
memberi pelajaran kepada kalian!"
Pek-tosu dan saudara-saudaranya terkejut.
Mereka itu kehilangan lawan karena dengan
amat cepat dan luar biasanya Beng Kong
Hwesio sudah memindah-mindahkan tubuhnya
dari satu tempat ke tempat lain. Hwesio itu
sama sekali tak memindah-mindahkan
tubuhnya dari atas kursi. Ia tetap duduk dan
lengket di situ. Tapi karena ia menjejakjejakkan kakinya dan kursi itu ikut terbawabawa, hwesio ini harus mengelak dari hujan
serangan atau tusukan pedang maka lawan
maupun kawan terkagum-kagum karena
dengan cepat dan tepat hwesio itu selalu lolos
dari hujan serangan gencar. Akibatnya lawan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
menjadi marah dan Pek-tosu maupun saudarasaudaranya meningkatkan serangan, mereka
membentak tapi tiba-tiba hwesio itu sudah
berkelebatan mendahului mereka. Dan ketika
mereka terkejut karena bayangan putih tahutahu menyambar maka "hadiah" ujung sepatu
kembali mencium muka.
"Des-des-dess!"
Enam tosu itu jumpalitan dan mengeluh.
Mereka ditendang dan tentu saja terlempar,
tidak luka parah tapi dagu yang dibuat
mendongak menimbulkan rasa sakit yang
hebat, bukan di tubuh melainkan di hati! Dan
ketika mereka melompat bangun lagi dan
berteriak marah, maju dan membentuk barisan
Jit-seng-tin maka Beng Kong Hwesio sudah
dikepung tapi ajaib dan lincah sekali hwesio itu
mumbul-mumbul seperti bola, tepat di atas
kepala mereka.
851 "Ha-ha, kurang cepat, Hoa-san Sin-jit. Kurang
cepat!"
Pek-tosu dan saudara-saudaranya merah
padam. Mereka itu sudah bergerak secepatcepatnya tapi hwesio itu berkata masih kurang
cepat juga. Dan ketika tendangan demi
tendangan mengenai mereka, dagu dan wajah
serta kepala dibuat bulan-bulanan maka Hektosu berteriak agar mereka mainkan Jit-sengkiam (Pedang Tujuh Bintang).
"Kita bergandengan tangan. Mainkan Jit-sengkiam dan Jouw-sang-hui-teng!"
Enam saudaranya mengangguk. Mereka tibatiba berseru keras dan masing-masing yang
tadi menyerang sendiri-sendiri mendadak
bergandengan tangan. Pedang juga menyatu
ke depan dan sekonyong-konyong terlihat
kilatan panjang. Tujuh pedang menyatu bagai
852 matahari dan tahu-tahu menghantam Beng
Kong Hwesio dari tujuh penjuru. Beng Kong
tertegun dan rupanya belum melihat ini,
karena tadi tujuh tosu itu tak mengeluarkan
ilmu ini. Dan ketika ia terbelalak tapi tujuh
pedang sudah mengurungnya dari atas bawah,
kiri dan kanan tentu saja juga dijaga rapat
maka Beng Kong Hwesio tak dapat keluar lagi
dan tujuh tusukan maut menyambar tubuhnya.
"Awas!"
Ji-hwesio sampai tak tahan dan berseru keras.
Suhengnya itu harus menerima tujuh tusukan
maut dan jalan keluar tak ada. Murid-murid
Go-bi sendiri sampai pucat dan berteriak di
tempat. Tujuh Malaikat Hoa-san itu sedang
marah dan serangan mereka tentu bukan main
hebatnya. Ketua mereka itu bisa terancam,
salah-salah, bisa kehilangan nyawa! Tapi
ketika Beng Kong Hwesio tertawa bergelak,
853 dan ini mengherankan maka tiba-tiba hwesio
itu memutar kursinya dan dengan cepat bagai
baling-baling ia menangkis tujuh serangan
maut itu dengan lengan kursinya, yang
dibungkus jubah.
"Plak-plak-plak!"
Bukan hanya anak-anak murid Go-bi saja yang
heran. Hek-tosu, yang paling kuat dan marah
menusukkan pedang sudah mengerahkan
semua tenaganya untuk membacok putus ingin
memenggal kepala atau bagian tubuh hwesio
itu dengan pedangnya. Ia sudah terlalu gemas,
terlalu benci! Tapi ketika pedang bertemu
lengan kursi dan terpental keras, patah, maka
tosu ini terpelanting dan enam dari Hoa-san
Sin-jit juga menjerit dan berteriak karena
pedang mereka patah-patah!
854 "Ha-ha, kurang pelajaran, kurang lihai...!"
Beng Kong Hwesio terbahak-bahak. "Maju dan
coba lagi kalahkan pinceng, Hoa-san Sin-jit.
Coba keluarkan jurus lain yang lebih ampuh.
Jit-seng-kiam masih terlalu rendah!"
Hek-tosu merah padam meloncat bangun. Ia
dan enam saudaranya pucat dan merah
berganti-ganti oleh hal yang hebat ini.
Bayangkan, musuh masih tetap di kursinya tapi
mereka tak dapat mengalahkan juga, padahal
tinggal menusuk dan membacok. Tapi karena
maklum bahwa lawan benar-benar lihai, hwesio
tinggi besar itu memiliki kesaktian seperti
manusia dewa maka tosu itu dan enam
saudaranya melompat bangun, masih
penasaran.
"Pinto dan saudara-saudara masih dapat
bergerak. Pinto belum roboh!"
855 "Ha-ha, masih kurang puas? Boleh, maju dan
lihat kepandaian pinceng, Hek-tosu. Dan boleh
pinjam pedang dari sini kalau ingin maju lagi!"
Beng Kong Hwesio meraup tujuh pedang di
dinding, melemparkannya kepada Hek-tosu
dan tujuh dari Hoa-san Sin-jit itu juga
mendapat bagian. Bagai ilmu sihir saja tahutahu hwesio itu telah memberikan tujuh
pedang kepada tujuh lawannya, padahal tubuh
tidak terangkat atau lepas dari kursi. Dan
ketika tujuh pedang juga melayang dan
ditangkap tujuh tosu Hoa-san ini, terjengkang
dan kaget berteriak keras maka Hek-tosu dan
adik-adiknya pucat melompat bangun, kaki
menggigil. Pedang yang mereka terima
beratnya menindih kepala seolah seberat
gunung!
"Siancai, sinkang yang luar biasa!" Kiam Ting,
yang berdiri dan semenjak tadi menonton tiba856 tiba berseru tak tahan. Ia kagum dan terkejut
melihat lontaran pedang itu, yang diterima tapi
membuat teman-temannya terjengkang. Dan
karena itu menunjukkan betapa hebat tenaga
sakti hwesio ini, sampai Hek-tosu dan saudarasaudaranya tak kuat maka tosu ini pucat dan
tak terasa iapun menjadi gentar Beng Kong
Hwesio seperti iblis!
"Ha-ha, kau!" Beng Kong Hwesio memandang,
teringat tosu ini. "Maju sekalian dan bantu
teman-temanmu, Kiam Ting Sianjin. Lihat
kepandaian pinceng dan berapa jurus kalian
roboh!"
Tosu itu pucat. Ia ditantang dan kini sekarang
diminta maju. Ia gemetar dan marah namun
juga malu. Tidak maju berarti pengecut! Maka
membentak dan apa boleh buat mencabut
pedangnya, bergerak dan melompat ke depan
iapun berkata,
857 "Beng Kong, kau jumawa dan tidak kepalang
sombongnya. Heran pinto bagaimana yang
terhormat Ji Leng lo-suhu bisa mendapatkan
murid seperti dirimu!"
"Ha-ha, tak usah menyebut-nyebut orang lain.
Pinceng di sini mewakili Go-bi, Kiam Ting
Sianjin, dan pinceng adalah ketua. Maju dan
tak perlu banyak cing-cong kalau ingin cobacoba!"
"Kau menantang, pinto tentu saja akan maju!"
"Ya-ya, tapi pedangmu cekal erat-erat. Jangan
menggigil!"
Kiam Ting Sianjin merah mukanya. Ia
mendengar tawa anak-anak murid Go-bi
karena memang ia menggigil memegang
pedangnya itu. Ia jerih dan gentar setelah
mengetahui kelihaian Beng Kong Hwesio ini.
858 Murid Ji Leng itu luar biasa sekali. Tapi karena
malu dan terhina membuat rasa marahnya
terbakar, iapun bergolak maka tosu itu
membentak dan langsung bersiap di samping
tujuh tosu Hoa-san, pedang menuding ke atas
dengan siku miring ke kanan.
"Beng Kong Hwesio, tak perlu sombong atau
merendahkan. Pinto siap mati atau menjaga
nama di sini!"
"Ha-ha, majulah. Kalian berdelapan boleh
kalahkan pinceng!'"
Tosu itu tak kuat. Hoa-san Sin-jit sendiri tak
mampu menahan perasaan setelah muridmurid Go-bi bersorak. Tadi, para hwesio muda
terkesiap dan khawatir akan nasib
pimpinannya itu, ketika Beng Kong menerima
tujuh tusukan maut. Tapi ketika dengan begitu
gampang semua serangan-serangan itu
859 dihancurkan, pedang ditangkis dan patahpatah maka semua murid Go-bi percaya dan
kagum akan kelihaian pimpinan mereka ini,
dapat menerima sepak terjang hwesio itu dan
melupakan kekejaman-kekejamannya ketika
dulu menghajar bahkan memotong telinga
Twa-hwesio, orang tertua dari Pat-kwa-hwesio.
Dan ketika Ji-hwesio sendiri dapat menerima
itu dan bangga akan suhengnya dari murid
supek karena Ji Leng Hwesio adalah suheng


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari mendiang guru mereka maka perbuatan
atau kejumawaan Beng Kong Hwesio itu dapat
diterima. Toh semuanya itu demi menjaga
nama baik Go-bi!
"Kita maju berbareng," Hek-tosu tak sungkansungkan lagi. "Kau di samping kiri kami Kiam
Ting-toheng. Dan biarkan kami dengan barisan
Jit-seng-tin kami!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Baik," Kiam Tingpun mengangguk. "pinto akan
membantu sebisanya, Hek-toheng. Tapi maaf
kalau kepandaian pinto masih terlalu rendah!"
"Ah, kepandaianmu tidak selisih jauh dengan
kami. Secara orang per orang kita hampir
setingkat. Kalau kita kalah maka hwesio itulah
yang terlalu hebat!"
Kiam Ting Sianjin mengangguk. Ia juga
menyadari dan lega akan kata-kata Hek-tosu
ini. Kalau nanti mereka kalah, padahal sudah
dibantu, maka janganlah sampai kekalahan itu
ditimpakan kepadanya. Lawan memang terlalu
tangguh dan agaknya hanya orang-orang di
atas mereka saja yang dapat menghadapi Beng
Kong Hwesio. Misalnya Siang Kek cinjin atau
Siang Lam Cinjin. Dan teringat dua kakek itu
dan heran di mana tokoh-tokoh Heng-san itu
berada, sejak tadi tak menampakkan batang
hidungnya maka diam-diam Kiam-Ting Sianjin
861 ini berharap mudah-mudahan dua sesepuh itu
muncul!
"Hayo...!" Beng Kong Hwesio menantang.
"Maju dan tunggu apalagi, Kiam-Ting Sianjin.
Pinceng aken tetap di kursi ini dan kalau
pindah biarlah dianggap kalah!"
Kiam Ting Sianjin melotot. Diejek dan
direndahkan seperti itu tentu saja dia naik
darah. Murid-murid tertawa dan tosu itu
merasa sakit. Ia seolah barang mainan! Dan
ketika ia membentak dan Hoa-san Sin-jit juga
mulai bergerak menyerang, mereka juga
marah mendengar tawa anak-anak murid Go-bi
itu maka tujuh pedang berkeredep dan pedang
di tangan Kiam Tingpun menusuk dengan cepat.
"Sing-sing-singgg...!"
862 Beng Kong Hwesio tertawa bergelak. Setelah ia
menantang dan menyuruh semua lawanlawannya maju maka tampak betapa delapan
orang itu beringas menyerang. Muka mereka
gelap kehitaman dan itu dapat dimengerti.
Bayangkan, mereka mau membalas dendam
tapi di situ malah dipermainkan. Kiam Ting jadi
teringat bahwa omongan To Hak Cinjin ada
benarnya. Mereka harus berhati-hati kalau di
Go-bi. Apalagi kalau Ji Leng Hwesio sendiri
keluar. Tapi ketika Ji Leng tak keluar dan yang
mereka hadapi justeru Beng Kong Hwesio,
muridnya maka di atas kertas seharusnya
mereka tak perlu takut tapi kenyataannya Hoasan Sin-jit sudah dibuat jatuh bangun. Dan kini
iapun disuruh mengeroyok! Kiam Ting gemas
dan ia ingin mengamuk sehabis-habisnya.
Suhengnya Kiam Leng Sianjin telah dibunuh
dan ia ingin menuntut balas. Tapi bagaimana
menuntut balas kalau musuh demikian tinggi
863 ilmunya, ia gelisah dan kecil hati maka tosu itu
menyerang dan langsung menusuk dengan
jurus Bianglala Menikam Langit, Ilmu
pedangnya Kun-lun Kiam-sut sudah
dikeluarkan dan dari tujuh penjuru Hoa-san
Sin-jit juga menggerakkan pedang masingmasing. Pedang itu pedang pinjaman tapi
cukup baik, terbuat dari baja pilihan dan di
tangan orang-orang seperti Tujuh Malaikat
Hoa-san ini maka pedang itu berobah menjadi
senjata-senjata maut yang berbahaya. Tapi
ketika dengan tenangnya Beng kong Hwesio
menggerakkan ujung jubahnya dan tanpa
menyingkir ia menyapu semua serangan itu,
hebat dan meyakinkan maka delapan pedang
terpental dan pemiliknya terpelanting.
"Ha-ha, perkenalan pertama, Kiam Ting Sianjin.
Aku tak akan terlalu keras agar pedang kalian
tidak patah-patah. Itu milik Go-bi!"
864 Delapan tosu ini berteriak. Mereka ditangkis
dan lenganpun tiba-tiba serasa patah. Ujung
kebutan lengan baju itu serasa lempengan baja
dan mereka menjerit. Dan ketika delapan
orang itu berteriak dan mereka bergulingan
meloncat bangun, pucat dan gemetar menjadi
satu maka Beng Kong melambaikan tangannya
dan menyuruh orang-orang itu maju lagi.
Hebat!
"Ayo, jangan terlalu lama. Pinceng masih di sini
dan akan tetap di kursi ini!"
Kiam Ting Sianjin pucat. Setelah gebrakan
pertama dirasakan sendiri dan ia merasa
langsung tangkisan hwesio itu, kuat
menggetarkan maka tosu ini terkejut dan
berubah mukanya. Sekarang ia tahu kenapa
Hoa-san Sin-jit begitu mudah dibuat
terpelanting. Kiranya tenaga hwesio ini
memang hebat, sinkangnya luar biasa! Tapi
865 karena ia belum kalah dan gebrakan pertama
itu harus diikuti gebrakan-gebrakan berikut, ia
tak boleh menyerah begitu saja maka tosu ini
membentak dan maju lagi. Hek-tosu dan enam
saudaranya juga membentak dan menerjang
marah. Tiga kali mereka dibuat malu. Maka
melengking dan berseru keras Tujuh Malaikat
Hoasan itu menyerang lagi, melotot dan
hampir keluar dari tempatnya karena mereka
mendengar tepuk riuh dan sorak murid-murid
Go-bi. Ini keterlaluan! Tapi ketika Beng Kong
Hwesio kembali mengebutkan lengan bajunya
dan delapan pedang terpental, masing-masing
mengeluh dan mendesis kesakitan maka Hoasan Sin-jit maupun Kiam Ting Sianjin tak
mampu memisahkan Beng Kong Hwesio dari
kursinya.
"Plak-plak-plakk!"
866 Delapan orang itu terhuyung dan jatuh bangun.
Mereka dipaksa bertahan keras agar pedang di
tangan tidak sampai terlepas. Tangkisan atau
kebutan lengan baju terasa makin hebat saja,
setiap menangkis tentu bertambah tenaganya.
Dan ketika Hek-tosu berseru agar adik-adiknya
tidak beradu tenaga, sebisa mungkin
menghindarkan adu sinkang maka Tujuh
Malaikat Hoa-san itu berkelebatan dan
menusuk atau membabat dari belakang dan
kiri kanan, tidak berdepan lagi.
"Ha-ha!" Beng Kong Hwesio tertawa bergelak.
"Kalian cerdik, Hek-tosu, tapi tak apa
menyerang dari belakang dan kiri kanan.
Pinceng tak takut!"
Tosu itu merah mukanya. Secara tidak
langsung ia telah dikata curang, karena ia tak
mau menyerang dari depan. Tapi karena ia tak
usah perduli dan ejekan atau sorak murid867 murid Go-bi juga tak perlu dihiraukan maka
tosu ini menerjang kembali dan enam
saudaranya juga bergerak sambil menutup
telinga. Mereka telah berada di sarang macan,
biarlah mampus kalau mau mampus. Dan
ketika Tujuh Malaikat Hoa-san itu menerjang
dan tak perduli kanan kiri, Kiam Ting Sianjin
juga memekik dan menggerakkan pedangnya
maka sama seperti Tujuh Malaikat Hoa-san itu
tosu dari Kun-lun ini juga tak mau beradu dari
depan dan menyerang dari kiri kanan atau
belakang.
"Ha-ha, hebat sekali. Tokoh-tokoh Hoa-san dan
Kun-lun suka menyerang dari belakang!" Beng
Kong, yang tidak takut dan tertawa bergelak
justeru mengejek habis-habisan. Ia memutar
kursinya dan begitu bergerak iapun
menghadapi lawan-lawannya lagi. Mau tidak
mau siapapun harus berdepan dengannya. Dan
868 ketika kebutan kembali menyambar dan tosutosu itu menjerit maka Kiam Ting terpelanting
sementara orang termuda dari Tujuh Malaikat
menggelepar.
"Des-dess!"
Beng Kong Hwesio mulai memberi pelajaran. Ia
terbahak menangkis delapan serangan dan
lawan-lawanpun dibuat menjerit oleh
tangkisannya. Orang termuda tak tahan dan
langsung terbanting. Dan ketika Hoa-san Sinjit terkejut karena adik mereka termuda itu tak
bangun kembali, entah pingsan atau mati
maka mereka terkejut dan berteriak nyaring.
"Beng Kong, kau boleh bunuh kami semua!"
"Benar," Kiam Ting juga marah. "Pintopun siap
mampus, Beng Kong Hwesio. Lebih baik mati
daripada dihina!"
869 "Ha-ha, aku tak akan membunuh," Beng Kong
Hwesio tertawa berderai. "Watak welas asihku
sedang timbul, Kiam Ting Sianjin. Buddha tak
akan mengampuni aku kalau gampang
membunuh orang. Pinceng hanya akan
merobohkan, dan setelah itu kalian tunduk...
plak-plak-plak!" dan Beng Kong Hwesio yang
melakukan tujuh tangkisan cepat, memutar
kursinya hingga lawan tak dapat membokong
akhirnya membuat Tujuh Malaikat dan Kiam
Ting Sianjin terbanting. Mereka tadi
menyerang lagi tapi hwesio tinggi besar ini
benar-benar luar biasa, diserang dari manapun
ia tetap dapat menangkis. Dan ketika satu per
satu roboh menerima tamparannya, sinkang
atau tenaga sakti hwesio itu memang luar
biasa maka semua pedang mencelat dan
masing-masing merintih memegangi tangan
mereka. Beng Kong sudah menyelesaikan
pekerjaannya!
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Ha-ha, cukup. Pinceng sudah membuktikan
kelihaian pinceng!"
Tujuh orang itu merintih. Kiam Ting pucat
mukanya karena pergelangannya terkilir. Angtosu dan Pek-tosu juga mengalami hal yang
sama. Dan ketika Hek-tosu juga mengerang
karena siku kanannya meleset, keluar dari
persendiannya maka Beng Kong bangkit dan
tampaklah betapa gagah dan tinggi besarnya
hwesio ini.
"Nah," hwesio itu tertawa. "Kalian dari Kun-lun
dan Hoa-san telah roboh di tangan pinceng,
Kiam Ting Sianjin. Kalau kalian mau menyerah
baik-baik tentu pinceng mengampuni. Nah,
bagaimana?"
"Apa maksudmu?" Hek-tosu membentak.
"Kami sudah kalah dan boleh bunuh kalau mau
bunuh, Beng Kong Hwesio. Tapi seluruh murid
871 Hoa-san akan meluruk ke sini dan sahabatsahabat kami tentu juga akan membalas
dendam!"
"Hm, pinceng tak bermaksud membunuh,
kalau kalian tak membuat marah pinceng.
Pinceng hanya ingin kalian tunduk dan berada
Lembah Tiga Malaikat 15 Pendekar Bayangan Sukma 14 Serikat Kupu Kupu Hitam Samurai 5

Cari Blog Ini