Ceritasilat Novel Online

Prahara Di Gurun Gobi 7

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 7


di bawah bendera Go-bi. Bagaimana?"
Tujuh orang itu terkejut. Di bawah Go-bi? Di
bawah benderanya? Dan ketika mereka
berdesir karena tiba-tiba mereka menangkap
sesuatu di balik omongan ini, sebuah ambisi
yang agaknya siap meletup maka Hek-tosu
tertegun tapi tiba-tiba dia menggeleng.
"Beng Kong, tak mungkin. Kami masingmasing partai memiliki daulat sendiri-sendiri.
Kau terlalu mengimpi kalau ingin Hoa-san dan
Kun-lun bernaung di bawah bendera Go-bi.
Kau gila!"
872 "Benar," Kiam Ting juga berseru. "Di pihak
kami ada arwah-arwah leluhur, Beng Kong
Hwesio, sama seperti di pihak Go-bi yang juga
mempunyai cikal-bakal dan sesepuh. Masingmasing tak mungkin mau tunduk di bawah
bendera yang lain!"
"Hm, tapi kalian telah roboh di tangan pinceng.
Pinceng telah mengalahkan kalian!"
"Kami memang kalah, dan kami pasti
menyerah. Tapi jangan bawa-bawa nama
partai karena kekalahan kami sebagai pribadi!"
"Hm, kalau begitu kalian menolak?"
"Kami telah kalah, dan kami menerima
kekalahan kami dengan jantan. Mau bunuh
silahkan bunuh, tak usah banyak cakap!" Hektosu yang berangasan dan naik darah oleh
sikunya yang meleset membentak dan
873 memaki-maki hwesio itu. Seketika dia tahu
bahwa Beng Kong Hwesio hendak merajai
dunia. Kiranya Go-bi akan dibawa untuk
menundukkan atau menghancurkan partaipartai lain. Hek-tosu gusar. Tapi ketika Beng
Kong mengerutkan kening dan sinar mata
tajam berkilat dari pandangannya, nafsu
membunuh muncul mendadak satu dari Patkwa-hwesio berseru,
"To Hak Cinjin hilang!"
Beng Kong terkejut. Perhatian dan matanya
yang tadi menyambar Hek-tosu sekonyongkonyong beralih dan menyambar ke kiri. Tadi
ketua Heng-san-pai itu menggeletak di situ dan
kini tiba-tiba lenyap, tentu saja ia terkejut dan
anak-anak murid Go-bipun berseru keheranan
karena tak ada orang lain masuk ke situ.
Tubuh ketua Heng-san itu pingsan di tengahtengah ruangan dan siapapun tentu melihat
874 kalau ada seseorang mengambil. Tapi begitu
sang tosu tak ada dan mereka menjadi
keheranan, bagaimana tosu itu bisa lenyap di
depan mata demikian banyak orang tiba-tiba
Beng Kong Hwesio mendongak dan berseru,
matanya menyambar bagai elang.
"Siang Kek Cinjin, Siang Lam Cinjin, harap
turun dan tak usah menakut-nakuti muridmurid Go-bi. Kalian ada di atas dan silahkan
turun. Pinceng sudah tahu!"
"Hmmmm...!" sebuah suara panjang terdengar
bergema, hebat menggetarkan. "Kau hebat,
Beng Kong Hwesio, tapi kau tetap anak kecil
bagi kami.. slap!" dan dua kakek muka putih
dan merah yang tiba-tiba muncul di situ
bagaikan iblis sekonyong-konyong membuat
anak murid Go-bi-pai berseru tertahan. Mereka
tahu-tahu melihat dua kakek renta berdiri di
situ, matanya meram-melek tapi seorang di
875 antaranya memondong Heng-san-paicu (ketua)
Heng-san. Itulah To Hak Cinjin yang hilang!
Dan ketika mereka terkejut tapi Hek-tosu dan
kawan-kawannya justeru girang luar biasa,
inilah kakek yang ditunggu-tunggu maka kakek
muka putih tiba-tiba mengebutkan lengan
bajunya dan Jit-tosu atau rang termuda dari
Hoa-san Sin-jit melejit ke arahnya, disambar
dan ditangkap. Bagai sihir!
"Siancai, hwesio ini mematahkan tulang iganya.
Kita harus mencari Ji Leng Hwesio atau
menghajar muridnya ini!"
Beng Kong terkejut. Jit-tosu, tosu termuda dari
Tujuh Malaikat tahu-tahu sudah dibawa dan
diperiksa kakek muka putih itu. Inilah Siang
Kek Cinjin sementara kakek muka merah
mendengus dan mengurut-urut To Hak Cinjin,
yang pingsan tapi kini mulai membuka
matanya. Dan ketika kakek itu melempar dan
876 To Hak Cinjin berjungkir balik turun, sadar,
maka tosu itu berseru girang melihat supek
dan susioknya ini.
"Supek... susiok!"
"Hm!" kakek muka merah menjawab dingin,
setengah membentak. "Kau memalukan pinto,
To Hak. Masa segebrakan saja roboh!"
"Aku... aku.."
"Maju kembali. Pinto akan menonton dan
hadapi lawanmu!"
"Susiok!"
Namun kakek muka merah menggerakkan
tangannya. To Hak Cinjin yang baru saja bicara
tahu-tahu terlempar dan melayang ke arah
Beng Kong Hwesio, tosu itu terkejut dan Beng
Kong Hwesio sendiri tentu saja juga kaget. Dan
877 ketika To Hak Cinjin berteriak dan meluncur ke
arah lawan, Beng Kong terbelalak dan berseru
keras tahu-tahu sepasang lengan To Hak Cinjin
menghantam mukanya.
"Dess!"
Beng Kong Hwesio tentu saja menangkis
marah. To Hak yang baru sadar dan sembuh
dari lukanya tiba-tiba sudah menyerang dan
menghantam dahsyat. Dari kedua lengan tosu
itu menyambar pukulan kuat dan Beng Kong
terkejut. Pukulan itu membuat ujung bajunya
berkibar. Dan ketika ia menangkis tapi
terhuyung, To Hak terpental tapi aneh bin ajaib
tosu itu tidak apa-apa, mengherankan sekali
maka tosu itu tertawa bergelak dan roman
girang atau kesenangan yang sangat
menyelubungi wajahnya.
878 "Ha-ha, aku tak apa-apa, susiok. Lempar dan
berikan aku lagi kepadanya!"
Kakek muka merah berseri. Ia yang tadi
melempar dan menepuk pundak murid
keponakannya tiba-tiba menyambar dan
melempar lagi ketua Heng-san-pai itu. Tak ada
yang tahu betapa cahaya lweekang berkelebat
dari telapak kakek ini, masuk dan menembus
pundak To Hak Cinjin dan dengan lweekang
atau tenaga dalam itulah To Hak Cinjin
melepas pukulan. Beng Kong merasa terkejut
karena angin atau sambaran pukulan tosu ini
lain daripada tadi, ketika ia terlempar dan
roboh dalam sekali gebrak. Dan begitu ia
menangkis dan tenaga yang amat kuatnya
membuat kuda-kudanya bergetar, ia terhuyung
sementara lawan terpental berjungkir balik
maka waspadalah hwesio ini bahwa To Hak
Cinjin sudah kemasukan tenaga sakti. Dan ia
879 akhirnya melihat tepukan yang bercahaya
lweekang itu, ketika lawan dilempar dan minta
dilontarkan ke arahnya.
"Hm!" Beng Kong Hwesio mendengus, muka
seketika berubah. "Kau tua bangka tak tahu
malu, Siang Lam Cinjin. Kalau kau mau
mempergunakan orang lain untuk menyerang
aku maka pinceng khawatir murid
keponakanmu ini bakal mampus!"
Kakek muka merah tak perduli. Ia sudah
mencengkeram dan melempar kembali murid
keponakannya itu. To Hak tampak kegirangan
karena seluruh tubuhnya tiba-tiba
menggelembung. Itulah hawa sakti pemberian
susioknya. Ia ditepuk dan dimasuki hawa
sinkang. Dan ketika tosu itu membentak dan
menghantam muka Beng Kong Hwesio, untuk
kedua kalinya ia diberi kesempatan maka To
Hak mengerahkan semua tenaganya dan Beng
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Kong menjadi marah karena tahu-tahu kaki
dan seluruh mukanya menjadi dingin.
"Keparat!" hwesio itu merunduk dan menekuk
lututnya separuh. "Kau minta mampus, To Hak
Cinjin. Tapi pinto akan mengantarmu kepada
susiokmu lagi....... dess!" dan To Hak yang
berteriak karena mendapat sambutan keras
lawan keras tiba-tiba menjerit dan tak tahan
oleh tangkisan lawan. Beng Kong Hwesio
menambah tenaganya pula dan Siang Lam
Cinjin berubah. Ia tak menyangka bahwa dari
lengan hwesio itu menyambar pula cahaya
putih yang menyambut pukulan murid
keponakannya. Dan ketika To Hak menjerit dan
terlempar bagai layang-layang putus,
menabrak atau menghantam tembok maka
kakek ini berkelebat dan tiba-tiba
menggerakkan lengan baju menangkap atau
menerima tubuh murid keponakannya itu.
881 "Bress!"
To Hak patah tulang punggungnya. Tosu itu
mengeluh dan tiba-tiba roboh di tangan
susioknya. Siang Lam telah menangkap tapi
tetap saja muridnya celaka, To Hak pingsan,
muntah darah. Dan ketika kakek itu terkejut
karena muridnya akan menjadi orang cacad,
punggungnya patah dan tertekuk menjadi dua
maka Siang Kek Cinjin berseru keras dan
kakek muka putih ini berkelebat.
"Siancai, sungguh binatang!"
Murid Go-bi tergetar. Mereka melihat Siang
Kek tiba-tiba mengetukkan tongkatnya ke
lantai, membentak dan marah melihat keadaan
To Hak Cinjin dan lantai tiba-tiba berasap. Dari
lubang yang ditusuk ujung tongkat keluar
ledakan. Bunga api muncrat dan suara bagai
petir keluar dari lubang yang ditusuk tongkat
882 itu. Namun ketika asap lenyap dan Beng Kong
Hwesio tertawa bergelak, mengebut dan api
yang muncratpun padam maka murid-murid
Go-bi bersorak karena ketua mereka itu
rupanya dapat menghadapi dua kakek-kakek
lihai ini.
"Ha-ha, salahmu sendiri!" hwesio tinggi besar
itu tertawa. "Kau mengirim anak-anak yang
tidak patut ?ikirim, Siang Lam Cinjin. Kalau To
Hak tidak mampus karena kau tolong maka ia
akan menjadi orang cacad seumur hidup!"
"Kau manusia binatang!" kakek itu mendelik,
matanya tidak meram melek lagi. "Kau harus
menerima pelajaran, Beng Kong Hwesio. Pinto
akan menghukummu dan biar Ji Leng
berhadapan dengan pinto kalau ia tidak
terima!" tongkat bergerak, cepat menyambar
dan tahu-tahu dari ujung tongkat melesat sinar
putih. Siang Kek kaget dan marah bahwa
883 untuk kedua kalinya lagi To Hak Cinjin
mengalami luka-luka. Bahkan, yang ini lebih
berat karena punggungnya patah. Dan karena
ia maklum bahwa murid keponakannya akan
cacad, punggung itu tak mungkin diperbaiki
lagi maka iapun menyerang dan tujuh murid
Go-bi yang ada di belakang hwesio itu
mencelat dan terbang dibawa angin
pukulannya.
"Heiii....!"
Beng Kong Hwesio juga berseru keras. Ia
terkejut karena dari depan menyambar sinar
putih yang amat panas itu, sinarnya
mendahului dan tentu saja ia tahu pukulan
berbahaya. Tapi ketika ia cepat mengangkat
lengan jubah dan membentak melepas
tenaganya maka dentuman maha dahsyat
mengguncang tempat itu. Beng Kong
884 mengerahkan tenaga saktinya melawan tenaga


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sakti sesepuh Heng-san.
"Blaarrr...!"
**SF**
(Bersambung jilid 12)
Bantargebang, 01-09-2018,19:34
885 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 12
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
886 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 12
BENG KONG HWESIO mencelat terlempar.
Hwesio ini tak tahan dan terbawa oleh angin
pukulan lawan yang amat kuatnya, benarbenar kuat karena genting dan dinding
ruangan tiba-tiba roboh. Namun ketika hwesio
itu berjungkir balik dan turun dengan seruan
panjang, kagum dan rasa marahnya menjadi
satu maka anak-anak Go-bi terlempar dan
beterbangan oleh angin pukulan sesepuh
Heng-san itu, bagai layang-layang putus.
"Aduh...!"
"Mati aku!"
887 Beng Kong Hwesio terbelalak. Dinding dan atap
yang roboh benar-benar mengejutkan
semuanya. Yang tidak sempat menghindar
menjadi korban dan tigapuluh lebih muridmurid Go-bi merintih. Yang lain, entah hidup
atau mati, bergelimpangan tak keruan oleh adu
pukulan dahsyat itu. Dan ketika Beng Kong
Hwesio melotot dan gusar, Siang Kek Cinjin
benar-benar luar biasa iapun menggeram dan
melompat maju, rasa kaget atau tersentaknya
sudah hilang, terganti oleh rasa marah yang
besar.
"Siang Kek Cinjin, kau tua bangka tak tahu diri.
Ada apa kau mencelakai murid-murid rendahan
dan pamer sinkang di sini. Jangan kaukira
takut karena pinceng akan membalasmu!"
"Hm, kau mengagumkan," kakek renta ini
berkedip-kedip, diam-diam kaget dan juga
kagum bahwa lawannya dapat selamat,
888 padahal tadi terlempar dan mencelat tinggi.
"Kau rupanya sudah mewarisi kepandaian
rahasia gurumu, Beng Kong Hwesio. Dan ini
kiranya inti rahasia kitab Bu-tek-cin-keng.
Siancai, pinto jadi ingin lebih tahu lagi!"
"Kau keparat tua bangka. Aku tak akan
memaafkanmu dan sekarang kau terima
balasan pinceng, awas...!" dan Beng Kong
Hwesio yang berkelebat dan menyambar bagai
burung besar tahu-tahu melepas pukulan dan
ganti membalas tosu itu. Siang Kek mengelak
namun pukulan itu tetap mengejar, berkelit
tapi tetap juga diburu. Dan ketika kakek ini
berseru keras dan apa boleh buat harus
menangkis, ia tak mau dikata takut maka
dentuman bagai gunung meletus menggelegar
lagi. Dinding yang lain ambruk tapi kali ini
Siang Lam Cinjin berteriak di sana. Kakek
renta satunya itu mencelat dan melepaskan diri
889 dari angin pukulan yang menyambar. Beng
Kong menghantam kakaknya namun sisa atau
gelombang pukulan itu menyambarnya juga,
persis ketika tadi kakaknya itu menyambar
anak-anak murid Go-bi dengan angin
pukulannya, meskipun yang diserang dan tetap
menjadi titik perhatian adalah Beng Kong. Dan
ketika kali ini Beng Kong membalas dan angin
pukulan itu juga menyerempet Siang Lam,
kelihatannya saja menyerempet namun
bahayanya tak kalah dengan dipukul langsung
maka kakek ini menjejakkan kaki dan sisa
angin pukulan Beng Kong menghantam dan
meledak di belakangnya.
"Dess!"
Siang Kek Cinjin terbelalak. Ia benar-benar
dibalas dan adiknya, yang berjungkir-balik dan
melayang turun berseru marah di sana. Siang
Lam Cinjin ikut-ikutan diserang! Dan ketika
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
kakek itu melotot dan tergempur kudakudanya, Beng Kong mengerahkan sinkangnya
dan ia terhuyung mundur maka hwesio itu
tertawa bergelak dan berkata bahwa ia tak
perlu takut dengan dedengkot-dedengkot
Heng-san.
"Ha-ha, lihat!" Beng Kong bergerak dan
menyerang lagi. "Pinceng dapat membuatmu
mundur, Siang Kek Cinjin. Dan kalau kau tak
hati-hati mungkin pinceng akan mengantarmu
ke akherat!"
Kakek ini gusar. Ia akhirnya diterjang dan
dipukul lagi. Lawan bagai gorila kelaparan
karena bertubi-tubi menghantam dan
mendorong. Dan ketika setiap pukulan atau
hantaman selalu didahului angin dahsyat, si
kakek terkejut dan mengelak sana-sini maka
adiknya, Siang Lam Cinjin, berteriak dan
berkelebat maju. Ujung jubah menyambar.
891 "Suheng, biarkan aku maju dulu. Tak pantas
bocah ini menghadapimu!"
Siang Kek terkejut. Ia menghindar dan
menangkis sebuah pukulan lagi ketika adiknya
tiba-tiba datang. Itu kebetulan dan tak usah ia
membuat malu kalau sutenya ada di situ. Yang
lebih muda memang harus maju lebih dulu
kalau yang tua ingin tetap dihormat. Dan
ketika ia terhuyung namun adiknya ikut
menangkis, Siang Lam sudah melempar dan
meletakkan murid keponakannya di sana maka
kakek itu mundur dan Siang Lam Cinjin beradu
pukulan dengan Beng Kong Hwesio.
"Dess!"
Kakek ini tergetar. Beng Kong, yang tidak
bergeming dan mampu membuatnya
892 terhuyung benar-benar menjadikan tokoh
Heng-san ini melotot. Ia tak percaya dan
mencoba lagi. Tapi ketika untuk kedua kali ia
terhuyung sementara lawan tak apa-apa, sama
sekali tak bergerak atau berubah kudakudanya maka kakek ini terkejut di samping
gusar bukan main. Beng Kong Hwesio sungguh
luar biasa tak bergeming!
"Hebat!" kakek itu memaki, namun
menyatakan kekagumannya. "Murid Ji Leng ini
luar biasa sekali, suheng. Ia benar-benar
tangguh dan singkangnya hebat. Tapi aku akan
mencobanya lagi. Masa bocah seperti ini dapat
mengalahkan pinto!" dan Siang Lam Cinjin
yang kaget dan marah mendengar tawa Beng
Kong, hwesio itu tergelak-gelak karena lawan
dibuat terhuyung dan terbelalak lebar akhirnya
diserang dan dihantam serangan-serangan
panas. Sinar putih atau uap panas muncul dari
893 lengan kakek itu, kian lama kian panas hingga
udara terbakar. Dan ketika Tujuh Malaikat
Hoa-san menyingkir dan tak tahan oleh hawa
panas itu, Siang Lam sudah marah dan
sesepuh Heng-san itu mengeluarkan
kesaktiannya maka iapun berkelebatan cepat
dan menghilang tinggal bayang-bayang cepat
yang tak dapat diikuti mata. Beng Kong
terkejut dan mengelak atau menangkis, kalah
cepat dan tiga kali menerima tamparan panas.
Tapi ketika hwesio, itu hanya tergetar saja dan
tak apa-apa, sinkang atau tenaga saktinya
melindungi maka lawan menjadi kaget
namunjuga marah besar!
"Beng Kong, kau boleh balas pinto. Hayo,
jangan berkelit atau menghindar saja!"
"Hm, hwesio ini merah mukanya, lawan terlalu
cepat gerakannya. "Kau tak perlu memerintah
pinceng, Siang Lam. Kalau nanti pinceng
894 membalas tentu tak perlu kau memberi tahu.
Hati-hati saja, pinceng khawatir kau
terjungkal!"
"Sombong!" dan si kakek yang membentak dan
mempecepat gerakannya akhirnya membuat
lawan maju mundur karena harus menangkis
atau melindungi diri dari serangan cepat. Hawa
panas sudah membakar ruangan dan bukan
lagi uap putih yang ada melainkan uap merah.
Seluruh ruangan berpijar-pijar dan sisa anakanak murid Go-bi menjauh. Mereka dipaksa
menyingkir dan Hoa-san Sin-jit juga bergerak
mundur. Mereka semakin tak tahan oleh hawa
panas yang keluar dari lengan sesepuh Hengsan itu. Benda kering yang ada di tengah
ruangan tiba-tiba terbakar, persis dijilat api
saja. Dan ketika Beng Kong tampak terdesak
dan Tujuh Malaikat Hoa-san berseri-seri, Beng
Kong Hwesio mendapat pelajaran maka di sana
895 Siang Kek Cinjin yang menonton dan
melebarkan matanya justeru tertegun dan tak
melihat bahwa adik atau sutenya itu menang
angin. Beng Kong memang terdesak tapi murid
Ji Leng Hwesio itu tak roboh. Ada tanda-tanda
bahwa hwesio itu mempelajari ilmu silat
saudaranya, mencari atau menemukan titiktitik lemah untuk dipakai menghantam. Dan
ketika benar saja wajah hwesio itu
menunjukkan kegembiraan karena tiba-tiba
berobah bercahaya, girang dan senang maka
mendadak hwesio itu mengeluarkan bentakan
keras di mana tubuhnya tiba-tiba juga
berkelebat dan terbang berputaran.
"Siang Lam Cinjin, awas pinceng membalas.
Hati-hati!" dan begitu Si hwesio berkelebat dan
menyambar mengimbangi Siang Lam Cinjin
maka hwesio inipun lenyap mengikuti ke
manapun lawannya pergi. Terjadi dua
896 bayangan cepat yang sambar-menyambar dan
baik Siang Lam Cinjin maupun Beng Kong
Hwesio sudah sama-sama tak dapat diikuti
mata lagi. Tujuh Malaikat Hoa-san coba
menembus tapi mereka tiba-tiba berteriak.
Saudara termuda, Liok-tosu, menjerit dan
tahu-tahu terputar. Tubuhnya mengikuti
gerakan dua orang itu dan tanpa ampun sudah
berputaran sendiri di tempat, terbawa atau
tersedot oleh arus bayang-bayang dua orang
itu. Dan ketika Hek-tosu dan adik-adiknya
yang lain juga akan begitu namun Siang Kek
Cinjin bergerak dan membentak mereka,
berseru agar mata tak usah melihat
pertandingan maka tokoh Heng-san itu
mengibas dan enam orang tosu ini terlempar,
berdebuk di luar.
897 "Jangan diikuti, jangan coba-coba menembus.
Kalian bakal merasa pusing dan terbawa arus
putaran mereka!"
Tujuh Malaikat Hoa-san mengeluh. Mereka
terbanting dan terlempar di luar, selamat tapi
bokong kesakitan dikibas Siang Kek Cinjin tadi.
Namun ketika mereka bangkit berdiri dan
terhuyung menggoyang kepala, mata yang
berputar dan masih terpengaruh bayangbayang dua orang itu harus dilenyapkan maka
Hek-tosu dan saudara-saudaranya merasa
bergidik karena pertandingan dua orang itu
seperti iblis saja.
"Siancai, Siang Kek locianpwe memang benar.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terima kasih!"
Namun kakek itu sendiri sudah tidak
menghiraukan Tujuh Malaikat Hoa-san ini. Ia
sudah melempar pula Jit-tosu kepada saudara898 saudaranya itu, tulang iganya yang patah
sudah disambung namun tosu termuda dari
Hoa-san Sin-jit ini harus beristirahat. Tak
mungkin ia bertempur lagi. Dan ketika kakek
itu semakin melebarkan matanya karena Beng
Kong maupun sutenya semakin beradu cepat,
aneh dan luar biasa gerakan Beng Kong Hwesio
mirip-mirip seperti gaya terbang sutenya maka
Siang Kek terkejut karena meskipun sedikit
namun hwesio Go-bi itu telah meniru atau
melakukan hal yang sama dengan ginkang
atau ilmu meringankan tubuh sutenya,
menjiplak!
"Keparat, bocah itu mencuri ilmu kita!"
"Ha-ha, siapa mencuri!" Beng Kong Hwesio
berseru dan tertawa di tengah-tengah
pertandingan. "Aku hanya mengikuti gerakan
sutemu, Siang Kek Cinjin. Dan kini telah
kuketahui bahwa Sin-sian-hoan-eng (Dewa
899 Sakti Menukar Bayangan) dari Heng-san-pai
memang benar-benar cukup hebat. Ha-ha,
ilmu meringankan tubuhmu ini hampir saja
membuat aku bingung!"
"Kau tahu ilmu rahasia kami ini?"
"Tak ada yang tak diketahui pimpinan Go-bi,
Siang Kek Cinjin. Hong-thian-lo-tee yang
dimainkan saudaramu inipun kukenal, haha....!" dan ketika hwesio itu membalas dan
Hong-thian-lo-tee (Badai Dan Kilat Kacaukan
Bumi) bertemu sinar keperakan, meledak dan
menggetarkan tempat itu maka Siang Lam
Cinjin berseru kaget dan terpelanting dari
pusat pertandingan. Kakek itu terlempar dan
napasnya memburu setelah diikuti atau
dibayangi Beng Kong Hwesio. Hwesio itu
mengenal ilmu pukulan dan ginkangnya dan
akhirnya mampu mengantisipasi, mementalkan
atau menolak balik pukulannya itu. Dan ketika
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Beng Kong berkelebatan naik turun dan ia
diajak adu tenaga, yang muda tentu saja lebih
kuat napasnya maka tosu ini ngos-ngosan dan
tiba-tiba lelah. Ia memang diajak adu napas
dan tentu saja sang kakek tak kuat. Beng Kong
telah berhasil mengetahui rahasia lawan dan
Sin-sian-hoan-eng diimbangi dengan ilmu
serupa, yakni Bu-beng-sian atau Dewa Tanpa
Bayangan. Dan ketika keduanya sudah naik
turun dan sama-sama beterbangan kejarmengejar, Beng Kong mulai menangkis dan
membalas pukulan-pukulan lawan maka Hongthian-lo-tee atau Badai Dan Kilat Kacaukan
Bumi bertemu ilmu pukulan lain yang serupa
dan hampir mirip, yakni Hong-thian-lo-hai atau
Badai Dan Kilat Kacaukan Samudera. Tentu
saja Siang Lam Cinjin terbelalak karena begitu
pandai lawannya ini meniru-niru. Ia tak tahu
bagaimana Beng Kong Hwesio mampu
mencipta ilmu-ilmu yang hampir mirip,
901 terbelalak dan tanpa sadar ia diajak adu
tenaga dan kecepatan, dibuat marah dan
kemarahannya itulah yang membuat kakek ini
lengah. Dan ketika setiap tangkisan atau
kibasan lawannya itu mampu menahan
pukulannya, bahkan mementalkan dan
membuat ia semakin marah saja maka ketika
pertandingan berjalan seratus jurus tahu-tahu
kakek itu gemetaran tak keruan karena
kemarahan dan tenaganya dikuras lawannya
yang lebih muda itu. Akibatnya kakek ini ngosngosan dan memburulah napasnya oleh
perbuatan Beng Kong Hwesio. Hwesio ini
memang hebat karena ia mampu menahan dan
mengimbangi lawannya. Dan ketika seratus
jurus belum juga kakek itu mampu
merobohkan lawannya, Siang Lam terkejut dan
gusar maka ketika adu tenaga terakhir kalinya
sinkangnya sudah merosot cepat dan ia
terlempar serta terbanting oleh pukulan lawan.
902 "Bress!"
Kakek itu terguling-guling. Beng Kong, yang
tertawa bergelak dan mengejar lawan tiba-tiba
menyusuli lagi dengar sebuah pukulan lain.
Kelima jari menyambar cepat dan terkejutlah
Siang Kek Cinjin melihat bahaya mengancam
saudaranya. Seketika ia maklum bahwa
sutenya terperangkap, habis tenaganya diajak
berkejaran dan sambar-menyambar. Dan
melihat betapa cerdik tapi berbahayanya Beng
Kong Hwesio itu, tak boleh ia berlaku ayal
maka kakek ini mencelat dan Beng Kong yang
menghantam sutenya ditangkis.
"Dess!"
Beng Kong tergetar dan terhuyung mundur.
Lawan barunya, Siang Kek Cinjin, telah berdiri
dan berapi-api di situ. Siang Lam meloncat
bangun dan tampak malu dan marah. Ia
903 terpaksa ditolong suhengnya kalau tak ingin
celaka. Keparat! Dan ketika kakek itu mendelik
namun suhengnya sudah berhadapan dengan
lawan, Beng Kong tertegun tapi tertawa
bergelak maka hwesio tinggi besar itu
berkelebat dan menyerang lawannya ini. Besar
hati karena dapat menekan Siang Lam, kakek
nomor dua.
"Ha-ha, boleh maju sekalian, Siang Kek Cinjin.
Tadi sudah kubilang agar kalian berdua maju
bersama. Ayolah, tandingi Beng Kong Hwesio
dan lihat apakah kalian dapat mengalahkan
aku, ha-ha....!"
Siang Kek dan Siang Lam berubah-ubah.
Seumur hidup, baru kali ini mereka mendapat
malu yang besar. Beng Kong Hwesio ini kalau
dihitung-hitung adalah setingkat cucu murid
mereka. Jadi kakek melawan cucunya. Tapi
karena hwesio itu memang hebat dan "cucu
904 murid" ini lain daripada yang lain, sungguh
bukan orang sembarangan maka Siang Lam
maupun Siang Kek menjadi berang dan naik
pitam. Siang Kek telah menolong adiknya tapi
tosu tertua ini dapat menahan diri. Ia tak mau
dibawa dan dihanyutkan kemarahannya,
seperti adiknya itu. Dan ketika Beng Kong
berkelebat dan tertawa menyerangnya, Hongthian-lo-hai menyambar dan menderu bagai
gulungan ombak samudera maka kakek itu
mengelak dan kaki kirinya bergerak dari kiri ke
kanan, dikelit dan hwesio itupun ganti
menendangnya dari kanan ke kiri. Dan ketika
kakek ini mengelak dan dua-duanya mendapat
angin kosong maka dua-duanya bergerak dan
sudah bertanding seru.
"Ha-ha!" tawa ini sungguh menyakitkan. "Hayo
maju sekalian, Siang Lam Cinjin. Bantu
saudaramu atau nanti keteter!"
905 "Tak usah sombong!" Siang Lam membentak,
malu dan marah. "Berhadapan dengan
suhengku lain dengan pinto, Beng Kong Hwesio.
Coba kalahkan dulu suheng pinto baru nanti
pinto menghajarmu!"
"Ha-ha, jangan-jangan terlambat. Tapi tak apa,
aku akan memberi pelajaran kepada kalian
berdua dan setelah itu Heng-san harus tunduk
kepada Go-bi.... plak-plak!" dan adu pukulan
yang pertama disusul teriakan atau seruan
marah Siang Kek Cinjin membuat kakek itu
terpental sementara lawan terhuyung mundur,
berjungkir balik dan melepas serangan lagi dari
atas dan Hoa-san Sin-jit menonton dengan
mata terbelalak. Mereka melihat bahwa Siang
Lam, dedengkot Heng-san, tokoh yang mereka
andalkan ternyata kalah di tangan Beng Kong
Hwesio, meskipun kekalahannya belum mutlak
karena keburu diselamatkan suhengnya. Dan
906 ketika kini Siang Kek menyerang dan hwesio
itu kembali bertanding, pertempuran tak kalah
hebat dengan yang pertama maka Tujuh
Malaikat Hoa-san itu juga tak berani lekat-lekat
karena tiba-tiba merekapun pusing dan hendak
terbawa putaran dua orang itu.
"Awas, jangan lama-lama. Alihkan pandangan
kalian kalau pusing!"
Hoa-san Sin-jit mengangguk. Mereka sudah
tahu akan seruan Siang Lam Cinjin ini, tadipun
Siang Kek memberi tahu dan berseru kepada
mereka. Dan ketika mereka mengalihkan
pandang karena kepala benar saja mulai
pusing, sekali diikuti tentu mereka akan
terbawa dan terputaran seperti orang gila
maka Hek-tosu dan saudara-saudaranya tak
berani memandang lagi dan Kiam Ting Sianjin,
sahabat mereka, juga begitu. Mengikuti
pertandingan orang-orang luar biasa memang
907 tak boleh dipaksakan. Yang tak kuat bakal
terbawa dan itu sudah mereka buktikan. Tapi
karena jalannya pertandingan juga tetap ingin
diketahui, Hek-tosu dan saudara-saudaranya
penasaran maka diam-diam mereka
bergandengan tangan dan menyatukan
kekuatan sinkang barulah mereka mampu
bertahan, rasa pusing dapat diatasi.
"Kita lihat, kita menonton. Sayang kalau
pertandingan demikian seru harus lewat begitu
saja!"
"Benar," sutenya menyambut. "Aku juga ingin
tahu, suheng. Kalau sendiri-sendiri tak dapat
menonton biarlah kita satukan sinkang agar
pandang mata menjadi kuat!"
"Dan bolehkah pinto nimbrung?" Kiam Ting
Sianjin tiba-tiba berbisik. "Pinto juga ingin
mengetahui hasil pertandingan ini, ji-toheng.
908 Sayang kalau pinto tak mampu mengikuti
pertandingan. Pinto berdebar!"
"Ah, mari, Kiam-toheng. Rapat bersama kami
dan satukan tanganmu dengan tangan kami!"
Kiam Ting Sianjin girang. Ialah orang yang
barangkali bakal kecewa dan menyesal berat
kalau tak sampai kesampaian maksudnya.
Iapun amat ingin mengikuti jalannya
pertandingan dan kelas seperti ini perlu
ditonton. Kalau perlu, bayar mahalpun tak apa!
Dan ketika ia sudah bergandengan tangan
dengan saudara-saudara Hoa-san, bertujuh
mengikuti jalannya pertandingan maka mata
tosu ini menjadi kuat karena aliran tujuh
sinkang berbareng membuat mereka awas dan
tajam pandangan. Tapi begitu menonton dan
berhasil mengikuti jalannya pertempuran,
bayang-bayang dua orang itu dapat dilihat dan
dikuti tiba-tiba saja mereka menahan napas
909 karena Siang Kek Cinjin tak mampu mendesak
lawannya!
"Siancai...." Kiam Ting membelalakkan mata.
"Hwesio itu luar biasa sekali, Ji-toheng. Ia
mampu membalas dan memukul mundur Siang
Kek locianpwe!"
"Benar, dan naga-naganya Siang Keklocianpwe itupun tak mampu menghadapi
lawannya. Hwesio itu harus dikeroyok dan
dihadapi berdua. Hanya dengan Siang Lam
hwesio itu agaknya dapat dirobohkan!"
"Sungguh tak dapat dipercaya. Ilmu apa yang
dipergunakan hwesio itu karena ia mampu
meniru atau melakukan pukulan-pukulan yang
hampir mirip?"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Dan kedahsyatannyapun tak perlu diragukan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi. Sinkangnya menderu dan Siang Kek
terdesak!"
"Celaka, jago kita pucat. Ia kalah napas!"
"Dan lihat... ah, Siang Kek-locianpwe
mengeluh, Ji-toheng. Ia terpelanting.... dess!"
dan Siang Kek Cinjin yang benar saja berteriak
atau mengeluh tertahan tiba-tiba terbanting
dan terlempar bergulingan oleh adu pukulan
yang keras, dahsyat menggetarkan ruangan
dan tujuh tosu ini pucat menyaksikan itu.
Mereka baru saja berbisik-bisik sendiri karena
penonton biasanya lebih jelas mengamati
pertandingan daripada yang bertanding sendiri.
Siang Kek memburu napasnya dan tangkisan
Beng Kong Hwesio yang berkali-kali
membuatnya tergetar. Ia marah dan coba
menahan kemarahan namun tawa dan ejekan
hwesio itu benar-benar mengganggunya. Beng
911 Kong merendahkan ia dan hwesio itu semakin
jumawa. Semakin sering menggetarkan lawan
semakin sombong hwesio itu. Dan ketika Siang
Kek tak tahan dan kemarahannya
menggelegak, terpancing maka iapun diajak
adu cepat dan adu napas oleh hwesio ini,
dibawa ke dalam pertempuran brutal dan tiga
kali ia kena tempeleng. Bayangkan, orang tua
ditempeleng! Dan ketika kakek itu tak tahan
dan kemarahannya memuncak, ia memekik
dan melancarkan tusukan lima jari yang
disebut Cakar Naga Merobek Langit, satu
serangan yang amat dahsyat maka lawannya
juga membuka kelima jari-jarinya dan sekali
cengkeram dan remas ke dua-duanya sudah
saling menghancurkan dan Lui-yang Sin-kang
atau tenaga listrik yang dipunyai dedengkot
Heng-san itu tak mempan bertemu hawa
sinkang lawan yang hebat dan luar biasa,
membalik.
912 "Aiihhh...!" jerit atau pekik kakek ini
mengandung banyak arti. Lui-yang Sin-kang,
ilmu listrik andalan Heng-san ternyata bertemu
ilmu lunak yang amat hebatnya dari jari-jari
Beng Kong Hwesio. Hwesio itu mengeluarkan
sinkangnya yang mirip kapas atau karet, lunak
namun membal begitu dihantam ilmu listrik.
Dan ketika kakek ini terkejut karena ialah yang
tertolak, lawan benar-benar luar biasa maka
kakek itu melempar tubuh bergulingan dan
Beng Kong yang hendak menahan dan
mencengkeram lengannya dihantam sebuah
tendangan kaki di mana hwesio itu terhuyung
dan melepaskan cengkeramannya.
"Ha-ha," sang hwesio tertawa, congkak.
"Bagaimana, Siang Kek Cinjin. Masihkah kau
maju dan ingin mengalahkan pinceng? Majulah
berdua, suruh adikmu membantu!"
913 Kakek ini pucat dan merah berganti-ganti.
Sang hwesio, yang pongah dan sombong
tertawa di sana mengejeknya habis habisan. Ia
harus mengakui keunggulan lawannya ini dan
"cucu murid" yang kurang ajar ini
mempermalukannya di depan begitu banyak
orang. Habislah nama Heng-san kalau begitu.
Dan ketika kakek ini melengking dan mencabut
tongkatnya, yang tadi disimpan dan belum
dipakai maka ia membentak bahwa ia belum
kalah. Masih ada senjata di tangan!
"Jangan sombong, Beng Kong Hwesio. Pinto
masih mempunyai senjata dan mati hidup akan
pinto pertaruhkan di sini. Lihat!"
"Ha-ha, sudah kulihat. Tapi tenagamu
gemetaran, mana mungkin menang. Lui-Yang
Sin-kangmu sudah kupadamkan, Siang Kek
Cinjin. Dan jangan terlampau marah atau nanti
jantungmu copot. Majulah, bersama adikmu.
914 Atau pinceng istirahat kalau kau hanya
sendirian lagi!" dan Beng Kong Hwesio yang
tertawa dan melompat ke kursinya, duduk lagi,
benar-benar membuat kakek itu kehitaman.
Wajahnya serasa hangus! Tapi ketika ia
memekik dan melontarkan tongkatnya itu,
terbang dan menyambar ke kepala lawan maka
Beng Kong mencabut toyanya dan sekali
tangkis membuat tongkat terpental dan
kembali lagi kepada pemiliknya.
"Tranggg!"
Siang Kek Cinjin merah padam. Ia benar-benar
dihina dan diejek habis-habisan. Beng Kong,
yang tertawa dan duduk di kursinya itu
menangkis dan mengembalikan tongkatnya,
ketika tongkat menyambar dan terbang
menghantam. Dan ketika kakek itu menggigil
sementara adiknya gemetaran, panas dan
terbakar oleh kesombongan Beng Kong maka
915 Siang Lam Cinjin melengking dan maju pula
mencabut tongkatnya, senjata berwarna merah
terbuat dari ti-bhok (kayu besi).
"Suheng, bocah ini sungguh jumawa. Biar aku
maju sekalian dan tak usah malu karena dialah
yang minta dikeroyok!"
"Benar!" Beng Kong Hwesio berseru tertawa,
kini melompat bangun dan meninggalkan
kursinya, kursi emas. "Sudah kubilang agar
kalian maju berdua, Siang Lam Cinjin. Keroyok
aku dan tak perlu sungkan-sungkan. Go-bi
akan menunjukkan kepada semua orang
bahwa ialah yang terhebat. Ayo maju dan tak
usah malu-malu!"
Dua kakek itu marah sekali. Sikap atau katakata hwesio ini sudah tak dapat ditolerir lagi.
Mereka sebagai tokoh-tokoh Heng-san harus
membalas, mati atau menang dalam membela
916 nama baik. Dan karena harga diri atau
kehormatan mereka sudah diinjak-injak, Beng
Kong Hwesio terlalu memperlakukan mereka
maka begitu membentak begitu pula keduanya
tiba-tiba mencelat maju dan tongkat di kanan
kiri tahu-tahu menyambar dan menusuk
dengan dahsyat, suaranya mencuit!
"Des-dess!" Beng Kong Hwesio mengelak dan
terkejut juga melihat kemarahan lawan.
Tongkat bergerak demikian cepatnya hingga
tahu-tahu sudah di atas kepala. Dua kakek itu
seakan terbang dan mereka benar-benar
melesat melebihi cepatnya panah, bahkan,
barangkali melebihi cepatnya peluru. Dan
ketika hampir saja hwesio itu terlambat dan
lantai di belakangnya hancur berkeping-keping,
lelatu api muncrat dan berhamburan ke manamana maka selanjutnya dua dedengkot Hengsan itu sudah menyerang dan lenyap
917 berkelebatan cepat. Mereka sudah saling isimengisi dan tiba-tiba saja dua batang tongkat
bergulung naik turun bagai naga menari-nari.
Tongkat putih di tangan Siang Kek Cinjin
bergabung dengan tongkat merah di tangan
Siang Lam Cinjin, saling belit dan putar dan
Beng Kong Hwesio tahu-tahu terkurung. Dan
ketika hwesio itu terkejut dan menggerakkan
lengan bajunya menangkis, mementalkan
tongkat pertama tapi disambar tongkat kedua
maka mendadak ia menjadi bulan-bulanan dan
suara bak-bik-buk segera terdengar
menghantam hwesio itu.
"Aih, hebat. Keparat!"
Beng Kong Hwesio kaget dan memaki. Ia
benar-benar tak menyangka bahwa begitu
mengeroyok dua orang kakek itupun mainkan
silat baru yang tidak dikenal. Mereka dapat
menarik dan melepas tongkatnya seperti benda
918 hidup saja, terbang menyambar-nyambar dan
inilah yang merepotkan Beng Kong Hwesio.
Dan ketika tujuh kali tongkat menggebuk
dirinya dan kalau bukan Beng Kong tentu
roboh atau paling sedikit patah tulangnya
maka Siang Kek Cinjin maupun Siang Lam
Cinjin membelalakkan mata dan mempercepat
serangan-serangan mereka karena hwesio itu
mengerahkan kekebalannya menerima
hajaran-hajaran tongkat.
"Bak-bik-buk!"
Beng Kong Hwesio benar-benar luar biasa. Di
dalam kesibukannya menangkis dan mengelak
serangan-serangan berbahaya masih juga ia
tahan oleh gebukan-gebukan yang kian kuat.
Tubuh hwesio itu seperti karet dan tongkat
selalu mental bertemu tubuhnya, meskipun
lama-lama hwesio ini mendesis dan berteriak
kesakitan juga. Ia dihajar, persis anak kecil.
919 Dan ketika hwesio itu marah tapi dua kakek itu
juga mendelik dan mempergencar serangan
tongkat, Siang Kek berseru agar adiknya selalu
berada di depan maka hwesio itu mulai
mendapat pukulan-pukulan berbahaya dari
belakang.
"Tit-ci-thian-tung... mainkan Tit-ci-thian-tung
dan arahkan dengan Hui-tung-sin-hoat!"
Beng Kong Hwesio kelabakan. Tit-ci-thian-tung
(Tuding Jari Ke Arah Timur) tiba-tiba diserukan
Siang Kek Cinjin untuk dimainkan adiknya,
Siang Lam Cinjin. Kakek nomor dua itu
mengangguk dan iapun sudah bergerak
dengan tongkatnya yang selalu menuding ke
timur, gerakan aneh yang memancing
kewaspadaan hwesio ini untuk serangan
berbahaya. Dan ketika Siang Kek masih
berseru agar mainkanHui-tung Sin-hoat (Silat
Sakti Tongkat Terbang) maka senjatai tangan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Siang Lam Cinjin dilepas dan mulai
beterbangan seperti benda bernyawa.
"Plak-plak-plak!"
Tiga kali Beng Kong Hwesio menangkis dan
mementalkan. Hui-tung Sin-hoat yang tiba-tiba
dibarengi dengan tudingan ke timur membuat
hwesio itu bingung. Sekejap dia kelabakan dan
menangkis ke kiri kanan. Tapi ketika dari
belakang menderu serangan lain dan itulah
tongkat di tangan Siang Kek Cinjin, yang juga
dilepas dan menyambar sendiri maka belakang
kepala hwesio ini menjadi korban dan
dihantam dengan amat kerasnya.
"Dukk!"
Beng Kong Hwesio terhuyung. Ia terpukul tapi
hebat juga hwesio tinggi besar ini, tak apa-apa
dan masih dapat melakukan perlawanan di
921 mana Siang Kek maupun Siang Lam menjadi
gemas dan kagum. Mau tak mau mereka
mengakui juga kehebatan hwesio ini, tongkat
kembali bergerak dan empat kali kembali
mengenai belakang kepala lawan. Tapi ketika
Beng Kong hanya terantuk saja dan
mengebutkan jubahnya ke kiri kanan,
menangkis atau menghalau tongkat yang
terbang menyambar-nyambar maka Siang Kek
maupun Siang Lam mempergunakan kedua
tangan mereka yang bebas untuk melancarkan
pukulan-pukulan sinkang.
"Desak sampai roboh. Pukul dengan Twi-honghok-san (Dorong Angin Balikkan Gunung)!"
Beng Kong Hwesio berubah. Sekarang ia
menghadapi hujan serangan dari mana-mana.
Kakek-kakek Heng-san itu ternyata memiliki
ilmu bermacam-macam, mereka memang
dedengkot yang sudah mendarah daging
922 ilmunya. Dan ketika ia mulai terpelanting dan
jatuh bangun, kakek-kakek itu memang hebat
maka iapun menggereng karena sebentar
kemudian ia tak dapat membalas kecuali
menangkis, terdesak.
"Bagus, sekarang biarkan ia begitu dan coba
lihat berapa lama ia mampu bertahan!"
Beng Kong Hwesio marah. Akhirnya apa boleh
buat ia mencabut toyanya lagi dan senjata
yang tadi disimpan itu segera diputar


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadapi serangan tongkat. Senjata dua
kakek itu masih menyambar-nyambar dan
tentu saja ia gusar. Tongkat itu beterbangan
sendiri-sendiri dan masih mematuk atau
menghantam dengan cepat. Sedikit ia lengah
tentu kena! Dan karena sudah delapan kali ia
disambar namun untung sinkang di tubuhnya
melindungi, kekebalannya bekerja baik dan
tongkat kembali mental maka sekarang ia
923 menghalau senjata-senjata itu dengan toyanya
dan sekali bentak toya di tanganpun lepas dan
terbang sendiri, membentur atau menghantam
tongkat-tongkat itu. Jadi, tiga senjata seolah
hidup dan beterbangan di udara!
"Nah," dua dedengkot Heng san terkejut.
"Sekarang kita masing-masing dapat
berhadapan lagi, Siang Kek Cinjin. Kau dan aku
tak perlu dibantu senjata lagi karena senjatasenjata kita sudah bertarung di udara. Siapa
runtuh dialah yang kalah!"
Dua kakek ini terbelalak. Mereka kagum bahwa
Beng Kong mampu melepas toyanya dan kini
terbang menyambar-nyambar pula
menghadapi dua tongkat mereka. Kalau tidak
memiliki sinkang atau kekuatan luar biasa tak
mungkin dapat melakukan itu. Hwesio ini
memang hebat! Tapi karena mereka maju
berdua dan senjata mereka sudah saling
924 bentrok sendiri, crang-crang-crang beradunya
tongkat dan toya memekakkan telinga maka
Siang Kek maupun Siang Lam berseru keras
mainkan pukulan-pukulan cepat. Lui-yang Sinkang atau ilmu listrik digabung dengan ilmuilmu lain yang semuanya mengndung hawa
panas yang cukup membuat orang mandi
keringat. Hoa-san Sin-jit dan Kiam Ting Sianjin
sendiri menjauh karena basah kuyup oleh
keringat. Mereka yang menonton malah seperti
yang bertanding. Baju lengket-lengket semua!
Dan ketika tujuh orang ini merasa gerah dan
tentu saja mengibas-ngibas tubuh sendiri,
mengebut atau membuat gerakan mengipas
maka mur?d-murid Go-bi yang juga menonton
dan sudah mengurus saudara-saudara mereka
yang luka atau pingsan berdecak kagum
karena yang mereka lihat hanya bayangbayang cepat seperti hantu. Baik Siang Kek
Cinjin maupun Siang Lam Cinjin tak dapat
925 diikuti mata. Beng Kong Hwesio sendiri juga
tak dapat diikuti. Tapi ketika tak lama
kemudian hwesio itu menggeram-geram dan
Hek-tosu beserta saudara-saudaranya
menunjukkan wajah gembira, hwesio itu
terhuyung dan mulai tertolak menghadapi
gabungan dua tenaga maka Kiam Ting Sianjin
juga berseri dan berkata kepada temannya,
Pek-tosu,
"Kali ini Beng Kong Hwesio rupanya harus tahu
?iri. Ia kewalahan, tampaknya tak kuat."
"Benar," Pek-tosu menjawab, suaranya terangterangan hingga didengar murid-murid yang
lain. "Siang Kek locianpwe dan Siang Lam
locianpwe rupanya telah dapat menekan
lawannya, Kiam-toheng. Lihat Beng Kong
Hwesio mundur-mundur!"
926 "Dan agaknya tak berapa lama lagi mampu
merobohkan hwesio sombong itu. Ah, pinto
merasa gembira!"
"Ya, pinto juga. Dan lihat, Siang Kek locianpwe
mendaratkan pukulan!"
Benar saja, Beng Kong Hwesio berteriak
tertahan dihantam pukulan lawan. Dua pukulan
dari muka belakang tak dapat dihadapi hwesio
ini secara berbareng, ia harus menangkis salah
satu dan pukulan Siang Kek Cinjin mengenai
tengkuknya. Dan ketika ia terputar dan
terpelanting roboh, untuk pertama kalinya
hwesio itu bergulingan melempar tubuh maka
tujuh tosu tiba-tiba bersorak dan murid-murid
Go-bi melotot! Selanjutnya Siang Kek tertawa
panjang dan kakek yang geram dan penuh
penasaran itu mengejar, adiknya juga
mengikuti dan Beng Kong Hwesio rupanya
benar-benar kewalahan. Ia meleset dengan
927 peritungannya semula, dua kakek itu gantiberganti melakukan serangan dari muka,
belakang. Dan karena mereka juga memiliki
beragam ilmu, mengganti-ganti gaya serangan
namun tetap saling isi-mengisi dengan
kawannya maka Beng Kong kewalahan dan
hwesio ini benar-benar terkejut. Ia tak
menyangka bahwa gabungan dua kakek itu
terlalu hebat. Tongkat mereka juga masih
terus beterbangan di udara dan dengan cerdik
kini sering menghindar kalau bertemu toya,
kucing-kucingan dan Beng Kong terbelalak
karena ia dipaksa memecah konsentrasinya.
Sebagian untuk dua kakek ini sementara yang
lain untuk toyanya itu. Betapapun ia harus
tetap mengatur dan mengendalikan toyanya.
Dan ketika empat kali toyanya menghantam
tempat kosong, yang kelima kali malah
digunting dan disambar dari kiri kanan, hal itu
mengejutkan hwesio ini dan saat itu Siang Kek
928 maupun Siang Lam juga "menggunting" murid
Ji Leng Hwesio ini maka tanpa ampun lagi Beng
Kong Hwesio dihantam pukulan Siang Kek dan
tangkisannya yang bertemu Siang Lam Cinjin
membuat kakek itu terhuyung namun
selanjutnya ia sendiri harus melempar tubuh
bergulingan dihantam tengkuknya. Hwesio ini
mengeluh dan iapun pucat melihat kenyataan
itu. Sepuluh duapuluh jurus lagi tentu ia roboh.
Dan ketika ia meloncat bangun dan
mengeluarkan bentakan mengguntur, dikejar
dan menangkis pukulan dua kakek itu maka
Beng Kong menyambar toyanya namun
terkesiaplah hwesio ini karena toyanya tak
dapat dicabut. Toya itu sudah dijepit dua
batang tongkat!
"Ha-ha...!" tawa ini menggetarkan nyali si
hwesio. "Lihat hasil kesombonganmu, bocah.
Adakah kau mampu menghadapi kepandaian
929 kami berdua. Kau tak dapat memperoleh
toyamu dan itu berarti maut bagimu!"
Beng Kong Hwesio melotot. Apa boleh buat ia
berkutat dengan senjatanya itu dan mengelak
sana-sini pukulan-pukulan lawan. Aneh dan
ajaib dua tongkat di udara itu selalu menjepit
toyanya, ke manapun ia pergi. Dan ketika ia
maklum bahwa dua kakek itu mengerahkan
semua sinkangnya untuk menahan, ia
bergelantungan dan melayang kian ke mari
dengan amat cepatnya di antara sambaran
pukulan-pukulan lawan maka Beng Kong
Hwesio menjadi bulan-bulan hantaman atau
serangan dua kakek ini. Namun ketahanan
atau kekuatan hwesio itu patut dipuji.
Meskipun ia bak-bik-buk menerima pukulan
lawan namun belum sekali juga ia roboh. Beng
Kong Hwesio mampu bangkit lagi dan dengan
terhuyung-huyung melakukan perlawanan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
kembali. Mukanya pucat tak mampu mencabut
toyanya. Senjata itu tetap dijepit dua tongkat
yang beterbangan di udara padahal Siang Kek
maupun Siang Lam tak mencekal senjata
mereka, hanya tampak tangan kiri mereka
bergerak-gerak dan aneh bin ajaib tongkat
selalu mengikuti gerakan tangan tokoh-tokoh
Heng-san ini. Namun ketika tongkat bergerak
kian cepat dan menderu di atas kepala Beng
Kong, menghantam atau mengemplang kepala
hwesio itu maka Beng Kong mengeluh pendek
dan melotot lebar. Semua anak murid Go-bi
bersiap-siap karena pimpinan mereka dalam
bahaya. Siang Kek mengedut dan Beng Kong
berjengit. Tak ada yang melihat bahwa Luiyang Sin-kang, ilmu listrik, dilepaskan kakek
itu menyengat Beng Kong. Dan ketika sang
hwesio tersentak dan bertahan, sayang
diserang pula oleh Siang Lam Cinjin yang
mengikuti jejak suhengnya, menghajar dan
931 "menggigit" hwesio itu dengan ilmu listriknya
maka Beng Kong tak tahan dan melepaskan
toyanya. Senjata itu tak dapat dipertahankan
lagi kalau ia ingin selamat. Ia mati-matian
mempertahankan toya namun justeru digigit
Lui-yang Sin-kang. Dan karena ia kesakitan
dan panas terbakar, strom yang dimasukkan
dua kakek itu bergerak dari muka belakang
maka Beng Kong melakukan teriakan panjang
dan sambil membanting tubuh ke bawah ia
menghantam atau menggajul tulang kering
kakek-kakek itu.
"Des-dess!"
Siang Kek maupun adiknya menjerit. Mereka
orang-orang tua yang tulangnya sudah kering,
dihantam tulang keringnya tentu saja semakin
"kering". Dan ketika Beng Kong bergulingan
meloncat bangun dan kakek-kakek di depan
mengumpat terhuyung mundur, gerakan pada
932 tongkat mengendur dan kesempatan itu
dipergunakan hwesio ini untuk mengebut dan
mengait toyanya, dengan ujung lengan jubah
maka toya kembali dengan cara yang cerdik
dan kakek-kakek itu terbelalak.
"Setan, ia menipu kita. Hayo, kejar dan hajar
lagi!"
Beng Kong Hwesio mandi keringat. Untuk
gebrak-gebrak berikut ini ia memang benarbenar merasa berat. Dua kakek itu dapat silih
berganti melakukan serangan dan yang amat
berbahaya adalah Siang Kek Cinjin. Kakek itu
menyerang di belakang sementara adiknya di
depan. Jadi Siang Lam Cinjin rupanya bertugas
mengacau dan sang suheng inilah yang bekerja
di belakang. Lama-lama Beng Kong Hwesio
dapat roboh, betapapun kebal hwesio itu. Dan
ketika kakek-kakek itu berkelebat kembali dan
taktik mereka tetap dipergunakan, Siang Lam
933 belakang sementara suhengnya di depan maka
Beng Kong dibuat bingung karena sekarang
lawan-lawannya itu merobah posisi.
"Ha-ha, biarkan ia melihat pinto. Tetap
mainkan Twi-hong-hok-san dan kita berobah
posisi lagi!"
Beng Kong pucat. Sekarang dua kakek itu
berobah lagi dan posisinya dibalik. Ada kesan
mereka ingin mempermainkannya sebelum
betul-betul merobohkan. Dan ketika hwesio itu
melengking dan melepas Cui-pek-po-kiannya,
ilmu Menggempur Tembok maka dua sesepuh
Heng-san terkejut namun mereka mengelak
dan menghantam hwesio ini dari samping.
"Des-dess!"
Beng Kong terhuyung-huyung. Kalau begini
terus-terusan tentu ia kalah, kembali
934 melengking dan mengeluarkan pukulannya
yang lain, Thai-san-ap-ting (Gunung Thai-san
Tindih Kepala). Tapi ketika dua kakek itu
tertawa dan berjungkir balik ke atas, meraih
tongkat dan menggerakkannya ke tengkuk
hwesio ini maka Beng Kong terjungkal dan
berteriak mengaduh.
"Augh!"
Jerit atau pekikan itu menunjukkan
keadaannya. Beng Kong menggigil dan merah
padam. Ia akan menemui kesialannya. Tapi
ketika hwesio itu mulai jatuh bangun dan Siang
Kek maupun Siang Lam terkekeh-kekeh,
menyuruh melepaskan toya namun Beng Kong
mempertahankannya sekuat tenaga, dicekal
erat-erat maka terdengar suara batuk-batuk
dan entah dari mana asalnya mendadak


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertiup bau harum disusul kata-kata lembut,
lembut namun penuh wibawa,
935 "Omitohud, kau salah menjalankan Thai sanap-ting, Beng Kong. Pinceng tak pernah
mengajarimu untuk mengeluarkan ilmu ini
dengan kemarahan, begitu juga Cui-pek-pokian. Omitohud, berhenti dan biarkan kau
duduk di sana... bress!" angin bertiup kencang,
tahu-tahu tongkat dan tubuh Siang Kek
maupun Siang Lam terbang ke belakang.
Mereka itu terangkat oleh satu kekuatan
dahsyat dan Beng Kong Hwesiopun berteriak
tinggi. Hwesio itu terlempar dan jatuh terduduk
di kursi emasnya, setengah terbanting. Dan
ketika Siang Lam maupun Siang Kek terlempar
berjungkir balik, sesosok hwesio tua berdiri
dan melayang-layang di udara, kakinya tak
menginjak tanah maka anak-anak murid Go-bi
tersentak dan seketika menjatuhkan diri
berlutut.
"Supek-kong (paman kakek guru)....!"
936 Semua gempar. Ji Leng Hwesio, ciangbunjin
lama yang bertapa dan akhir-akhir ini tak
pernah memperlihatkan diri mendadak muncul
dan datang dengan caranya yang mengejutkan.
Wajahnya tertutup halimun tipis namun tahi
lalat atau andeng-andeng besar di sudut
mulutnya itu terlihat jelas, hitam kehijauhijauan hingga mengagetkan Siang Kek
maupun Siang Lam yang berjungkir balik di
sana, terlempar atau terangkat oleh tiupan
angin kencang itu. Dan ketika mereka
melayang turun namun menggigil memandang
sosok hwesio ini, yang tidak menginjak lantai
karena kedua kakinya melayang-layang di
udara maka dua kakek itu terkejut dan
tersentak membelalakkan mata.
Go-bi-paicu (ketua Go-bi-pai)..!"
"Omitohud, benar," hwesio itu menjawab,
tenang namun suaranya berat dan dalam.
937 "Pinceng keluar mendengar angin pukulan
kalian, ji-wi totiang. Dan pinceng heran bahwa
sesepuh macam kalian harus keluar dari
sarang. Omitohud, selamat datang!"
"Siancai...!" Siang Lam tak dapat menahan diri.
"Kami datang karena Go-bi keterlaluan, Ji Leng.
Lihat perbuatan muridmu ini dan tingkahnya!"
"Benar," Siang Kek menyambung, merasa
mendapat kesempatan. "Bagaimana kau
mengajar muridmu, Ji Leng? Beng Kong
menghina dan menginjak-injak partai lain.
Muridmu sombong dan amat jumawa. Kami
akan melenyapkannya!"
"Omitohud, pinceng paling sedih kalau orang
lain hendak membunuh atau melenyapkan
orang lainnya lagi. Pinceng tak dapat
mendengar ini dan maaf kalau ji-wi totiang tak
bicara tentang bunuh-membunuh. Silahkan
938 menjadi tamu yang baik atau ji-wi kembali
secara damai dan melenyapkan semua
kemarahan."
"Kau mengusir kami?"
"Pinceng tak mengusir, tapi kalau totiang
hendak marah-marah di sini pinceng pikir tak
baik. Orang setua kita tentunya harus
menenteramkan pikiran dan menjauhkan diri
dari segala sikap bermusuhan..."
"Tapi Beng Kong Hwesio membunuh dan
melukai murid-murid Heng-san. Ia telah
membuat cacad murid keponakanku To Hak
Cinjin!"
"Omitohud, ada akibat tentu ada sebab.
Pinceng juga melihat enam kepala murid Go-bi
di pintu gerbang. Sudahlah, kita tak usah
bicara tentang permusuhan dan ji-wi menjadi
939 tamu baik-baik, atau pulang sambil
mendinginkan pikiran. Pinceng juga hendak
kembali melanjutkan samadhi pinceng."
"Kaupun sombong!" Siang Lam membentak
dan berkelebat menyerang hwesio bertahi lalat
ini, yang masih bergoyang-goyang dan tak
menginjak tanah. "Guru dan murid rupanya
sama saja, keledai busuk. Kalau kami diusir
biarlah kami berkenalan dulu dengan
kepandaian yang terhormat Ji Leng Hwesio...
dukk" kakek itu berteriak, menumbuk
semacam halimun tebal ketika tiba-tiba Ji Leng
mengebut dan menggerakkan lengannya.
Hwesio ini seolah menolak atau menangkis
pukulan Siang Lam, ada kesan ketakutan
karena merunduk segala. Tapi begitu lawan
terpental dan kakek itu tak mampu menyentuh
tubuhnya, Ji Leng masih dikelilingi uap
saktinya maka lawan berjungkir balik dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
tertegun di dekat sang suheng, yang juga
terbelalak dan terkejut melihat hwesio itu tak
dapat dipukul!
"Eh, kau pamer kepandaianmu, Ji Leng? Kau
mau membuat malu pinto?"
"Omitohud, pinceng tak suka pamer atau
membuat malu siapapun. Pinceng hanya
menjaga diri dan sebaiknya totiang tak usah
menyerang. Jadilah tamu baik-baik atau...
wutt!" Siang Lam membentak dan menyerang
lagi. Belum habis lawan bicara kakek inipun
sudah berkelebat dan maju lagi. Ia marah dan
kaget oleh pukulannya tadi, yang tertahan atau
menghantam uap sakti. Dan ketika ia maklum
bahwa Ji Leng tentu lebih hebat lagi daripada
muridnya, yang sudah luar biasa itu maka
kakek inipun melepaskan tongkatnya dan
senjata yang bisa terbang sendiri itu meluncur
dan menyambar Ji Leng Hwesio.
941 "Plak-plak-plak!"
Semua terbelalak dan kaget. Ji Leng, yang
tidak mengelak atau menangkis tiba-tiba
mundur dan meniup. Sebuah tenaga mujijat
meluncur dan tongkat tahu-tahu melenceng,
menghantam atau membentur pukulan Siang
Lam yang melakukan gerak mencengkeram.
Dan ketika kakek itu terperanjat karena
tongkatnya bertemu serangannya, seolah
menangkis atau mewakili Ji Leng Hwesio maka
kakek itu melengking dan tentu saja
menyerang lagi. Namun luar biasa, Ji Leng
bergerak dan berkali-kali mengeluarkan suara
"omitohud", mundur dan mengelak sana-sini
namun mulut selalu meniup ke depan. Dan
ketika tongkat juga bergerak naik turun dan
mengikuti tiupan hwesio ini, menangkis atau
menghadapi pukulan Siang Lam Cinjin maka
942 dedengkot dari Heng-san itu terbeliak dan
kaget bukan main.
"Des-des-plak!"
Tongkat tak mampu dikendalikan. Siang Lam
yang melotot dan kaget akan ini berseru keras
menyambar tongkatnya. Tapi ketika tongkat
melejit dan melompat-lompat, luput dari setiap
terkamannya maka kakek ini pucat dan
suhengnya yang ada di sana terkejut dan
membelalakkan mata lebar-lebar.
"Pakai tongkatku!" kakek itu tiba-tiba berseru.
"Ciangbunjin Go-bi-pai ini rupanya mau
mempermainkan kau sute. Keluarkan semua
kepandaianmu dan robohkan dia!"
"Omitohud!" sang ciangbunjin menggeleng
kepala, tongkat di tangan Siang Kek
menyambar dan ditangkap adiknya,
943 menyerang dahsyat. "Kalau begini pinceng
harus menundukkan kalian, Siang Kek Cinjin.
Apa boleh buat pinceng harus membela diri
tapi setelah itu harap kalian pulang. Pinceng
tak akan membalas kecuali berkelit. Kalau satu
jam tubuh pinceng dapat disentuh biarlah
pinceng dianggap kalah!"
Sang hwesio bergerak dan maju mundur. Siang
Lam menyerang dengan cepat tapi aneh bin
ajaib tongkat pemberian suhengnya bertemu
dengan tongkat yang menyambar-nyambar
dan berputar di udara itu. Tongkat ini sudah
tak dapat dikendalikan karena sepenuhnya di
bawah kesaktian Ji Leng Hwesio. Hwesio itu
meniup berulang-ulang dan akibatnya tongkat
ini berhadapan atau menyambar-nyambar
tongkat pemberian Siang Kek Cinjin. Dan
ketika semua mata terbelalak karena tongkat
itu seolah mewakili Ji Leng Hwe sio, melindungi
944 dan menangkis serangan lawan untuk tuannya
maka Siang Lam Cinjin marah bukan main
karena dia dimusuhi senjatanya sendiri.
"Keparat!" tosu itu melengking-lengking.
"Pergunakan senjatamu sendiri, Ji Leng Hwesio.
Jangan menyabot atau mempergunakan
senjata orang lain!"
"Hm, pinceng tak merampas senjata orang lain.
Adalah kebodohan pemilik senjata kalau tak
mampu menguasai senjatanya sendiri, Siang
Lam Cinjin. Pinceng hanya mengelak dan
menghalau serangan-seranganmu."
"Benar!" Beng Kong Hwesio tiba-tiba berseru.
"Kalau kau tak mampu mempergunakan
senjatamu buang saja senjatamu, Siang Lam
Cinjin. Dan berlutut serta menyerah baik-baik
di depan suhu!"
945 Kakek itu melotot. Ia marah bukan main
karena anak murid Go-bi tiba-tiba juga
bersorak dan mengejeknya. Tongkatnya sendiri
sudah berhadapan dengan tongkat pemberian
suhengnye. Dan ketika benturan atau tubrukan
selalu membuat tangannya tergetar, tongkat
terpental dan serangan selalu gagal maka Ji
Leng berseru agar dia mulai menghitung jurusjurusnya sendiri.
"Maaf, sudah duapuluh jurus. Harap totiang
hitung agar tidak salah!"
Kakek ini memekik. Ia marah tapi juga kaget
bahwa lawan benar-benar lihai. Setiap
serangan tak pernah dibalas karena hwesio itu
hanya mengelak dan menghindar ke sana ke
mari saja. Tongkatnya itulah yang selalu
menyambar-nyambar dan membentur
tongkatnya sendiri, beradu dan kian lama kian
kuat hingga kakek ini berteriak. Kalau dia
946 memukul semakin keras ternyata tongkat yang
beterbangan di udara itu juga menangkisnya
semakin kuat. Tentu saja kakek ini pucat. Dan
ketika serangan terus berlanjut sementara
Siang Lam mulai menggigil, Ji Leng enak saja
menghindar ke sana ke mari maka hitungan
sudah tiba pada jurus keempatpuluh di mana
Beng Kong berseru di luar pertandingan bahwa
tinggal enampuluh jurus lagi, seperempat jam
sudah lewat.
"Awas, hampir setengah jam. Kalau satu jam
sudah lewat maka kau harus menyerah kalah.
Tunduk kepada suhu!"
Siang Lam melengking-lengking. Akhirnya ia
marah mengeluarkan Lui-yang Sin-kangnya,
membentur tongkat dan secepat kilat
menempel atau melekat di tongkatnya itu. Dan
ketika dua batang tongkat bertemu dan
bersuara keras, letikan bunga api memuncrat
947 di udara maka kakek yang marah dan
penasaran ini menyedot tongkatnya dengan
ilmu listrik.
"Clap!"
Semua tertegun. Siang Lam Cinjin tak
mengejar Ji Leng Hwesio lagi karena tiba-tiba
ia ingin merampas tongkatnya dulu. Tongkat
itu amat mengganggu selama dikendalikan Ji
Leng Hwesio. Dan ketika ia berhenti dan
membentur tongkatnya ini, menyedot, maka
tongkat tiba-tiba tertarik dan menuju ke arah


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kakek itu.
"Omitohud...!" Ji Leng Hwesio berseru dan
tersenyum dari jauh. "Kau ingin bersenjata
ganda, Cinjin. Silahkan ambil tapi pinceng
khawatir tongkatmu itu bakal menjadi satu!"
948 Benar saja, tongkat tiba-tiba terdorong dan
menghantam Siang Lam Cinjin. Kakek yang
semula menarik dan berkutat dengan
tongkatnya sendiri itu mendadak disambar dan
dihantam tongkat di udara, berteriak dan
terkejut dan tentu saja ia terjengkang.
Maklumlah, saat itu itu ia sedang menarik! Dan
ketika kakek ini berteriak keras dan melempar
tubuh bergulingan, Ji Leng rupanya melepas
kekuatannya di sana dan membiarkan tongkat
dirampas, tersenyum dan tertawa maka adalah
kakek ini memaki-maki karena nyaris dihantam
tongkatnya sendiri. Dan begitu ia melompat
bangun dan lega bahwa tongkat dapat
dirampas tiba-tiba kakek ini melotot karena
benar saja tongkatnya itu menyatu tak mau
sendiri-sendiri. Siang Lam menarik namun
tongkat melekat. Ia mencabut namun tak
dapat dicabut. Dan ketika kakek itu terbelalak
karena ini tentu perbuatan lawan, bukan
949 tenaga listriknya lagi karena sudah melepas
daya sedotnya maka terdengar tawa bergelak
dari Beng Kong Hwesio, tawa yang
menyakitkan.
"Ha-ha, kau meminta tongkatmu, Siang Lam.
Sekarang suhu sudah memberikannya
kepadamu. Ayo, robohkan suhuku dan masih
ada sisa pertandingan lima puluh tujuh jurus.
Kalau suhu dapat kau sentuh biarlah Go-bi
tunduk di bawah Heng-san dan aku
menyerahkan kepalaku!"
Kakek ini marah sekali. Ia terkejut dan
membelalakkan mata karena dua batang
tongkat sekarang tak mau dipisahkan. Tadi
disedot dengan ilmu listrik tapi sekarang malah
lengket. Ini keterlaluan. Dan ketika ia maklum
bahwa itu tentu bekas perbuatan lawan, Ji
Leng masih bergoyang-goyang dan menanti di
sana, tak bergerak atau membalas sedikitpun
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
maka ia menerjang dan dua batang tongkat
yang sekarang tak dapat dilepas itu
dihantamkan ke arah lawannya, dahsyat bagai
harimau mengamuk.
"Ji Leng, pinto tak usah hidup lagi kalau tak
mampu menyentuh tubuhmu. Biarlah pinto
mampus dan tak usah tinggal di dunia kalau
tak dapat mengalahkanmu!"
"Omitohud!" sang hwesio berseru, lembut.
"Pinceng tak menghendaki nyawa siapapun,
Siang Lam Cinjin. Kalau kau sudah mengakui
kalah sebaiknya pergi."
"Keparat, pinto tak akan pergi kalau belum
mampus. Biar kau mampus atau pinto yang
mampus.... des-dess!" dan tongkat yang ganas
menghajar lantai, pecah dan berantakan
akhirnya disusul oleh kelebatan kakek ini yang
menyambar-nyambar. Sin-sian-hoan-eng
951 dikeluarkan dan Dewa Sakti Tanpa Bayangan
itu lenyap menjadi sinar naik turun yang amat
cepatnya. Kakek ini sudah tak dapat diikuti lagi
namun Ji Leng Hwesiopun bergerak kian cepat.
Ketua Go-bi ini disambar pukulan-pukulan
tongkat namun setiap diserang tentu tubuhnya
sudah lebih dulu terdorong. Jadi seperti kapas
atau benda ringan yang tentu saja luput
disambar. Dan ketika lawan terbelalak karena
ketua Go-bi itu melayang-layang dengan amat
ringannya dihantam pukulan-pukulan
bergelombang, tak dapat disentuh apalagi
dipegang maka Siang Lam Cinjin mencakmencak melihat kegagalan serangannya ini.
Tak sebuahpun mampu menyentuh lawannya.
"Ha-ha!" di sana Beng Kong Hwesio tertawa
bergelak. "Lihat tingkahmu, Siang Lam Cinjin.
Seperti kambing kebakaran jenggot!"
952 Kakek ini marah bukan main. Ia telah
mempercepat gerakannya namun lawan benarbenar tak dapat disentuh. Jangankan kulitnya,
ujung jubahnya saja tak dapat. Dan ketika
kakek ini melengking-lengking dan suhengnya
di sana juga berubah pucat dan merah
berganti-ganti, Ji Leng sama sekali tak
membalas dan hanya berkelit maju mundur
maka delapan puluh jurus lewat dengan cepat
dan satu jam sudah hampir berlalu.
"Siancai, Bian-kun yang hebat. Go-bi-paicu
benar-benar telah mencapai tingkat mahir dan
adikku harus tahu diri. Bagaimana kalau pinto
juga main-main dan apakah yang terhormat
ketua Go-bi berani mempertahankan katakatanya? Pinto juga ingin menyentuh tubuhmu
dan biarlah dianggap kalah kalau dalam dua
puluh lima jurus bersama adikku tak mampu
memegang!"
953 "Hm, totiang ingin maju pula? Bagus, silahkan,
Siang Kek cinjin. Pinceng akan mencoba dan
mudah-mudahan pinceng dapat bertahan!"
Siang Kek Cinjin, yang berseru dan gatal-gatal
tangannya tiba-tiba mendapat sambutan Ji
Leng Hwesio. Ketua Go-bi yang terus terdorong
maju mundur oleh pukulan-pukulan Siang Lam
Cinjin itu masih melayani lawannya dengan
wajah berseri-seri. Halimun di mukanya tetap
membungkus dan hanya beberapa orang saja
yang dapat melihat jelas. Selebihnya, samar
oleh kabut ini dan Tujuh Malaikat Hoa-san
sendiri tak mampu menembus. Mereka tak
melihat bagaimana mata Ji Leng Hwesio tibatiba mencorong, hidup dan bersinar-sinar dan
tujuh tosu Hoa-san ini tahu-tahu berteriak
kaget karena dari balik halimun tiba-tiba
menyorot cahaya menyilaukan bagai bintang
berpijar. Dan ketika Siang Lam maupun Siang
954 Kek juga terkejut karena perbawa yang kuat
memancar di situ, menembus dan
menggetarkan hati mereka tiba-tiba dua
dedengkot Heng-san ini merasa gentar dan
jerih, segan. Siang Kek yang hendak maju
sekonyong-konyong menunjukkan sikap raguragu, mundur dan tak jadi. Tapi begitu Beng
Kong terbahak dan mengejeknya sebagai
penakut, tawa hwesio itu menggetarkan
ruangan maka kakek ini bergerak dan iapun
membentak karena malu.
"Beng Kong, kau semakin pongah dengan
gurumu di sini. Awas, pinto akan memotong
lidahmu kalau nanti dapat merobohkan
gurumu!"
"Ha-ha, suhu tak mungkin kalah. Suhu telah
mencapai tingkat kesembilan dari ilmu saktinya
Hok-tee Sin-kun (Silat Sakti Penakluk Dunia),
955 Siang Kek Cinjin. Apapun yang kalian lakukan
tak mungkin dapat merobohkannya!"
"Tutup mulutmu!" Ji Leng Hwesio tiba-tiba
membentak, berseru kepada muridnya itu,
yang penuh bangga. "Rahasia guru tak usah
diberitahukan orang lain, Beng Kong. Pinceng
minta kau tak perlu bersombong karena di atas
langit masih ada langit!"
"Siancai...!" Siang Kek terkejut. "Kau telah
memiliki Hok-tee Sin-kun, Ji Leng Hwesio? Kau
telah menguasainya? Ah, pantas. Dikeroyok
berduapun tak mungkin pinto menang. Tapi
biarlah, pinto ingin merasakan kepandaianmu
dan kalau kalah pun tentu puas!" dan kakek itu
yang bergerak dan menerjang ke depan
akhirnya berseru kepada adiknya agar
mengepung dari kanan kiri. Siang Kek
bergerak dari kanan sementara adiknya dari
kiri. Tapi begitu dua orang ini bergerak dan
956 masing-masing mengerahkan Sin-sian-hoaneng untuk memburu Ji Leng Hwesio ternyata
hwesio itu tetap terdorong ke sana-sini ditiup
angin pukulan. Akibatnya tentu saja dua kakek
itu penasaran dan gerakan semakin dipercepat
lagi. Namun ketika tubuh lawan semakin
bertambah ringan dan seolah-olah kapas atau
daun kering yang melayang-layang, sekalipun
juga hwesio itu tak pernah membalas maka
Siang Kek merah padam dan kedudukannya
sebagai sesepuh Heng-san terkoyak.
"Go-bi-paicu, coba kaubalas kami. Pukul dan
robohkanlah kami!"
"Omitohud," sang hwesio berseru, menggeleng.
"Pinceng tak dapat melakukan itu, totiang.
Pinceng tak mau melukai perasaan orang lain.
Lebih baik dipukul daripada memukul!"
957 "Tapi kami punya harga diri. Kami tentu akan
kecewa kepadamu kalau sebuah pukulanpun
tak pernah kau berikan kepada kami!"
"Omitohud, pinceng dapat mengerti perasaan
totiang. Baiklah, setelah dua puluh lima jurus
pinceng akan membalas, totiang. Tapi itupun
bukan untuk membunuh. Pinceng mengajak
kalian mengadu sinkang dan setelah itu ji-wi
(kalian berdua) harap mundur!" Ji Leng tahu
perasaan orang, tahu bahwa orang-orang
seperti Siang Kek maupun Siang Lam ini
amatlah peka terhadap hinaan. Mereka bakal
sakit hati dan terhina seumur hidup kalau
sebuah pukulanpun tak akan diterima.
Bayangkan, masa dedengkot seperti mereka
harus menyerah kalah oleh lawan yang hanya
mengelak dan menghindar ke sana ke mari
saja. Ditaruh di mana muka mereka nanti.
Maka menyadari bahwa dua kakek itu meminta
958 dihargai, muka mereka tak boleh hancur maka
hwesio sakti dari Go-bi ini naik turun dihantam
pukulan lawan. Sepuluh jurus lewat dengan
cepat dan Beng Kong Hwesio berseri-seri di
sana, mengejek dan berseru kepada dua kakek
itu agar mempercepat gerakan mereka. Dua
kakek itu terbakar. Tapi ketika Ji Leng
membentak agar muridnya tak usah bercuapcuap, Siang Kek maupun Siang Lam merasa
tertolong maka sepuluh jurus lewat lagi dengan
cepat dan hwesio itu berkata bahwa
pertandingan sudah hampir berakhir.
"Kalian boleh keluarkan seluruh sinkang kalian.
Pada hitungan terakhir pinceng akan
mengeluarkan Hok-tee Sin-kun!"
Dua kakek itu tegang. Lawan ternyata akan
membalas dan diam-diam mereka kagum dan
hormat. Lain Ji Leng Hwesio lain pula Beng
Kong. Sang guru ternyata lebih lembut dan
959 jauh lebih baik daripada sang murid. Tak ada
kesombongan atau rasa takabur pada tokoh
Go-bi ini, padahal jelas kepandaiannya begitu
tinggi dan mereka diam-diam bergidik. Kalau
Beng Kong seperti ini tentu dunia bakal celaka.
Dan ketika hitungan terus berlanjut dan tepat
pada jurus kedua puluh lima Siang Lam
maupun Siang Kek tak mampu menyentuh
hwesio itu, ini benar-benar luar biasa maka Ji
Leng berseru agar dua kakek itu waspada.
"Awas, pinceng akan membalas, ji-wi totiang.
Dan kalian boleh pakai Lui-yang Sin-kang
ataupun sinkang-sinkang (tenaga sakti) lain!"
Siang Kek maupun Siang Lam berubah. Mereka
benar-benar tak mampu merobohkan lawan
mereka itu karena setiap pukulan tentu
mendorong mundur tubuh si ketua Go-bi,
selalu begitu setiap angin pukulan menyambar.
Dan karena tak mungkin melepas pukulan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanpa angin sinkang, lawan benar-benar berat
akhirnya dua kakek ini mengeluh ketika pada
jurus kedua puluh lima Ji Leng Hwesio
menginjak lantai dan langsung mengebutkan
kedua lengan jubahnya menghantam mereka.
"Cinjin, awas!"
Dua kakek itu tersentak. Jantung mereka
serasa anjlog begitu melihat kaki Ji Leng
Hwesio turun di tanah. Tadi hwesio itu
melayang-layang dan tak sedetikpun jua turun
di lantai. Kini, berseru kepada mereka
sekonyong-konyong telapak kaki hwesio itu
anjlog dan turun di lantai, suaranya bergetar
dan Tujuh Malaikat Hoa-san terpelanting dan
berteriak. Mereka terjerembab, apalagi anakanak murid Go-bi sendiri! Dan ketika semua
orang berteriak karena menapaknya hwesio itu
seperti jatuhnya seekor gajah, Hok-tee Sin-kun
bekerja dan inilah ilmu sakti dari tokoh Go-bi
961 itu maka Siang Kek maupun Siang Lam merasa
disambar kebutan ujung jubah yang amat
dahsyatnya.
"Aihhhhhh...!"
Pekik atau teriakan panjang ini membuat Hoasan Sin-jit dan lain-lainnya semakin runyam
lagi. Mereka baru saja terpelanting oleh
gedrukan telapak kaki Ji Leng Hwesio, kini
ditambah lagi oleh bentakan atau suara kaget
dua kakek Heng-san itu. Dan ketika mereka
terlempar dan anak-anak murid Go-bi terbang
berhamburan, kejadian ini memang luar biasa
maka dentuman atau gelegar beradunya
pukulan disusul oleh keluhan atau jerit
tertahan Siang Kek Cinjin maupun Siang Lam
Cinjin.
"Bress!"
962 Dua kakek itu terlempar dan terbanting di luar
ruangan. Mereka terguling-guling dan meloncat
bangun namun roboh lagi Hok-tee Sin-kun
telah mereka rasakan dan hebatnya ternyata
bukan ulah-ulah. Mereka tak kuat! Dan ketika
baru setelah empat kali bergulingan mereka
dapat meloncat bangun, terhuyung, maka
Siang Kek Cinjin maupun Siang Lam Cinjin
melihat lawan mereka melayang-layang lagi
dan berjalan seperti dewa, tidak menapak atau
menyentuh lantai.
"Maaf, pinceng pikir cukup, Siang Kek Cinjin.
Kalau ada kesalahan pinceng sukalah kalian
memaafkannya. Pinceng harus kembali dan
tentunya ji-wi akan menyelesaikan persoalan
ini sampai di sini saja!"
963 Dua kakek itu terbelalak. Ji Leng Hwesio, sang
ketua Go-bi yang sakti, melambaikan tangan
dan lenyap menghilang. Hwesio itu memberi
senyum kepada mereka dan dua dedengkot
Heng-san-pai ini pucat mukanya. Mereka telah
kalah, hanya dalam satu jurus saja. Dan ketika
dua kakek itu mendelong dan wajah mereka
berubah-ubah, sebentar merah sebentar pucat
maka mereka membalik dan tiba-tiba
meninggalkan Go-bi, tak menoleh lagi pada
Tujuh Malaikat Hoa-san ataupun yang lain-lain.
"Ji Leng Hwesio, kau hebat. Agaknya duapuluh
tahun lagi kami berlatih ilmu tetap saja
kepandaian kami tak nempil denganmu. Baik,
kami mau menyelesaikan persoalan ini tapi
jangan muridmu mengganggu Heng-san lagi!"
"Benar," Siang Lam juga berseru. "Atau kami
bertanding sampai mati, Ji Leng Hwesio. Mayat
964 kami boleh diinjak-injak tapi nama perguruan
jangan!"
Terkejutlah Tujuh Malaikat Hoa-san dan Kiam
Ting Sianjin. Mereka itu adalah orang-orang
yang mengiringi dedengkot Heng-san ketika
tiba-tiba saja dua kakek itu pulang dengan
enak. Mereka ditinggalkan meskipun mereka
juga tahu bahwa dua kakek itu malu besar.
Mereka telah dipecundangi dedengkot Go-bi
yang amat sakti! Dan ketika mereka juga
bergerak dan Hek-tosu berseru biarlah urusan
selesai sampai di situ saja, diri sendiri jelas tak
mungkin mengalahkan Go-bi maka delapan
orang ini berkelebat lenyap dan anak-anak
murid Go-bi masih merasa nanar dan pusing
oleh kejadian itu. Tak tahu bagaimana tadi dua
dedengkot Heng-san-pai dihajar atau
dikalahkan ciangbunjin mereka.
965 "Hebat, seperti mimpi. Apa yang dilakukan
ciangbunjin tadi dan bagaimana dua kakek
siluman itu roboh!"
**SF**
(Bersambung jilid 13)
Bantargebang, 02-09-2018,20:09
966 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 13
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
967 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 13
"BENAR, akupun juga tak tahu. Bagaimana
ciangbunjin tadi mengalahkan mereka dan
bagaimana dua kakek siluman itu sampai
roboh!"
"Yang jelas ciangbunjin kita hebat.
Kepandaiannya seperti dewa. Ah, sekarang
siapapun tak berani menggangu kita, kawankawan. Ada Beng Kong lo-suheng yang hebat
dan ciangbunjin kita yang sakti!"
Anak-anak murid Go-bi memuji dan tak habishabisnya mengagumi ketua mereka yang hebat.
Munculnya Ji Leng Hwesio dan kepandaiannya
968 yang seperti dewa memang membuat anakanak murid berbangga hati. Mereka tadi begitu
khawatir akan terdesaknya Beng Kong Hwesio
tapi tiba-tiba girang dan kagum luar biasa
begitu ciangbunjin mereka yang lama muncul,
datang dan memperlihatkan diri dan
kepandaian ketua mereka yang seperti dewa
memang benar-benar membuat mulut semua
murid mendecak. Bayangkan, ciangbunjin
mereka itu sudah bukan seperti manusia lagi.
Kakinya tak menapak tanah dan melayanglayang seperti dewa. Dan ketika ciangbunjin
mereka itu dapat mengalahkan dua lawannya
begitu mudah, hanya sekali gebrak dan dua
tokoh Heng-san itupun terpelanting bergulingguling, takluk dan menyatakan kalah maka
murid-murid bersorak dan tentu saja bangga.
Mereka mempunyai pimpinan yang demikian
sakti. Sekarang tak akan ada lagi musuh yang
berani datang mengganggu. Dan ketika benar
969 saja hari-hari berikutnya Go-bi tak pernah
disatroni musuh, kejadian atau peristiwa di Gobi itu didengar orang-orang kang-ouw maka
perkumpulan silat yang terletak di tengah
gurun ini tak lagi diganggu orang. Siang Kek
maupun Siang Lam Cinjin membawa malu
besar dan begitu mereka pulang begitu mereka
langsung bertapa. Kekalahan yang diderita dari
yang terhormat ketua Go-bi memberikan
pengalaman pahit. Dua kakek itu malu besar.
Dan ketika mereka menyembunyikan dan
langsung menutup diri, Tujuh Malaikat Hoa-san
juga pulang ke tempat masing-masing, Kiam
Ting juga kembali dan pulang ke Kun-lun maka
peristiwa besar di Go-bi ini menjadi
pembicaraan hangat di mulut orang-orang
kang-ouw. Berita kekalahan dan munculnya Ji
Leng Hwesio menjadikan topik cerita di manamana. Dedengkot Heng-san sampai roboh di
tangan ketua Go-bi itu, yang terpaksa keluar
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dan membantu muridnya yang hendak
dikalahkan Siang Kek Cinjin. Dan karena hal itu
tentu saja mengejutkan dan mengherankan
orang-orang kang-ouw, karena Siang Kek
maupun Siang Lam sebenarnya adalah tokohtokoh tua yang setingkat dengan pendahulu
sebelum Ji Leng maka kontan saja
pembicaraan mengenai Bu-tek-cin-keng
otomatis disinggung-singgung lagi.
"Ciangbunjin dari Go-bi-pai itu memiliki Hoktee Sin-kun. Dan Hok-tee Sin-kun adalah
warisan kitab maha sakti Bu-tek-cin-keng. Ah,
ini yang menyebabkan Ji Leng amat hebat,
kawan-kawan. Go-bi telah mewarisi kitab
maha-rahasia yang luar biasa!"
"Dan kita juga akan sehebat itu kalau sudah
mempelajari Bu-tek-cin-keng. Ah, aku si tua
bangka ingin mendapatkan kitab maha sakti
itu!"
971 "Aku juga..."
"Aku juga!"
"Tapi Go-bi sekarang tak menyimpan kitab itu.
Bu-tek-cin-keng telah dibawa kabur Coa-ong
dan kawan-kawannya Tujuh Siluman Langit!"
"Benar, kalau begitu kita cari mereka itu,
kawan-kawan. Hayo berlomba sebelum Go-bi
merebut kembali barang miliknya!"
Begituah, kabar dan cerita dari mulut ke mulut
ini tersebar dengan cepat. Kepandaian dan
kesaktian Ji Leng Hwesio menjadi pembicaraan
orang di mana-mana. Semua menyimpulkan
bahwa itulah karena Bu-tek-cin-keng. Siang
Kek dan Siang Lam yang menjadi dedengkot
Heng-san sampai kalah. Dan karena Bu-tekcin-keng juga dikabarkan sudah dibawa kabur
Tujuh Siluman Langit, orang-orang tak tahu
972 bahwa Coa-ong dan kawan-kawannya justeru
hanya mendapatkan serpihan-serpihan kertas
kosong dari bungkusan yang mereka bawa
maka diam-diam bergeraklah orang-orang
kang-ouw ini mencari Tujuh Siluman Langit.
Mereka masih tetap berambisi mencari kitab itu
karena daya tarik dan ceritanya yang demikian
besar. Apalagi setelah dibuktikan dengan
kepandaian Ji Leng yang luar biasa, yang
mampu mengalahkan dan membuat takluk
dedengkot-dedengkot seperti Siang Kek Cinjin
dan Siang Lam Cinjin. Dan karena semuanya
ini benar-benar menarik minat, merangsang
gairah dan menutup kesadaran untuk hal-hal
yang jernih maka celakalah Coa-ong dan
kawan-kawannya itu yang "diserbu" orangorang kang-ouw. Mereka mencaci-maki dan
menghindar dari serbuan ini, bukan karena
takut melainkan karena jumlahnya yang begitu
besar, mengganggu ketenteraman dan hidup
973 mereka sejak terguncang oleh mengamuknya
Ji Beng Hwesio dulu, yang tewas di tangan
laki-laki berkedok yang misterius. Dan ketika
Coa-ong maupun kawan-kawannya harus
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lain, diburu dan dicari orang-orang kang-ouw
ini maka anehnya Go-bi yang merasa
kehilangan kitab dan jelas-jelas direbut barang
miliknya itu adem-adem saja. Go-bi memang
telah mengeluarkan semacam "pernyataan
resmi" bahwa Bu-tek-cin-keng tak ada lagi di
situ. Kitab telah dibawa dan dilarikan Tujuh
Siluman Langit. Dan karena ketika kejadian itu
memang Coa-ong dan kawan-kawannya


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melarikan bungkusan hitam, dari saku baju It
Lun Tojin maka banyak orang percaya dan
dapat menerima itu, melihat dan menyaksikan
sendiri dan karena itu Coa-ong dan kawankawannya inilah yang ganti diburu. Orangorang kang-ouw memang sedang demam Bu974 tek-cin-keng. Nyawapun mereka pertaruhkan
asal mendapat kitab. Dan ketika mereka mulai
mencari dan mengejar-ngejar Tujuh Siluman
Langit, tak tahu atau melihat kejadian di hutan
yang mengakibatkan Ji Beng Hwesio tewas
maka Go-bi sendiri tenang-tenang dan tak ada
gerakan untuk mencari atau membalas Tuiuh
Siluman Langit. Hal ini sebenarnya luar biasa
karena gara-gara Tujuh Siluman Langit itulah Ji
Beng tewas. Bahkan, gara-gara Tujuh Siluman
Langit ini pula rahasia Bu-tek-cin-keng terbuka.
Tapi begitu kitab dibawa lari orang dan semua
sibuk mencari Coa-ong dan kawan-kawannya,
Bu-tek-cin-keng benar-benar membuat orang
menjadi "demam" maka adalah aneh bahwa
Go-bi sendiri sebagai pihak yang kehilangan
barang tak tampak tanda-tanda atau gerakan
untuk merebut kembali. Beng Kong, kata
murid-murid Go-bi, dilarang Ji Leng Hwesio
mencari kitab. Yang hilang biarlah hilang
975 karena betapapun juga toh isi kitab sudah
dihapal sang tetua, bahkan sudah diwariskan
kepada Beng Kong Hwesio segala hingga
kepandaian hwesio itu meningkat pesat. Siang
Kek maupun Siang Lam tak mampu
menandingi hwesio tinggi besar ini, kecuali
dengan mengeroyok. Tapi karena Ji Leng ada
di situ dan kemungkinan besar hwesio itu pasti
masih mendapat ilmu-ilmu lagi, ini logis maka
Siang Kek maupun Siang Lam putus asa
memusuhi Go-bi karena toh mereka pasti kalah
lagi. Beng Kong kelak akan sesakti gurunya
dan ini membuat mereka ngeri. Dengan
kepandaian yang seperti sekarang saja murid Ji
Leng itu sudah mampu mempermainkan
mereka, menghina dan mempermalukan.
Apalagi kalau kelak sudah setaraf gurunya dan
mereka coba-coba membalas dendam. Tentu
hinaan dan malu yang lebih hebat lagi yang
bakal mereka terima. Dan karena semuanya
976 itu dapat dipikir baik-baik, dua kakek ini benarbenar memendam sakit hati maka mereka
bertapa dan tak perduli atau menghiraukan
keadaan Heng-san lagi. Go-bi sudah diminta
untuk tidak mengganggu, itu cukup. Dan
karena Ji Leng dapat dipercaya dan tak
mungkin Heng-san ?iganggu, atau mereka
bangkit dan mempertaruhkan nyawa maka Gobi dan Heng-san terlibat perang dingin di mana
masing-masing pihak sudah tak mau bertegur
sapa lagi. Cacad dan celakanya To Hak Cinjin
terpaksa diselesaikan di situ saja. Siang Kek
maupun Siang Lam terpaksa menutup mata
dan telinga terhadap murid keponakan ini,
yang tentu saja terbelalak dan sakit hati
namun tak dapat berbuat apa-apa. Dan ketika
di Hoa-san maupun Kun-lun juga begitu, Tujuh
Malaikat maupun Kiam Ting juga tak mampu
berbuat jauh maka kematian It Lun Tojin
maupun Kiam Leng Sianjin dipeti-es-kan alias
977 tak diurus. Go-bi sudah mengalahkan mereka
dan mereka harus tahu diri. Dan ketika semua
juga tutup mulut namun tentu saja Go-bi dan
tiga partai persilatan ini bermusuhan, mereka
tak bicara dan bertegur sapa satu sama lain
maka Beng Kong memimpin lagi anak-anak
murid Go-bi dengan lebih bebas dan keras.
Tiga hari setelah itu hwesio ini dipanggil
gurunya, entah apa yang dibicarakan namun
hwesio itu berseri-seri ketika muncul kembali.
Dia berkata kepada tujuh adiknya Pat-kwahwesio bahwa ia akan digembleng dalam bukit
pertapaan, sementara ini adik-adiknya itulah
yang diminta untuk mewakilinya memimpin
partai. Dan ketika tujuh hwesio itu
mengerutkan kening namun mengangguk,
tentu saja menerima perintah maka Beng Kong
menghilang dan masuk ke pertapaan gurunya.
Ji Leng rupanya ingin menggembleng sang
murid setelah repot menghadapi desakan dua
978 dedengkot Heng-san itu, menurunkan ilmuilmunya lagi agar sang murid bertambah sakti.
Dan ketika sebulan dua bulan hwesio itu tak
pernah menampakkan diri. Go-bi benar-benar
aman dari gangguan musuh maka di tempat
lain justeru kegaduhan atau keributan tentang
Bu-tek-cin-keng beralih!
**SF**
Mari kita ikuti perjalanan Coa-ong dan enam
Siluman Langit yang lain. Seperti diketahui,
Coa-ong dan kawan-kawan dihajar babak-belur
oleh Ji Beng Hwesio yang marah besar. Hwesio
Go-bi itu benar-benar murka oleh tingkah atau
perbuatan tujuh orang ini. Go-bi dibuat tak
tenang lagi oleh kehadiran mereka. Dan ketika
Bu-tek-cin-keng tak didapatkan lagi di saku
dalam It Lun Tojin, yang tewas dan dilempar
hwesio itu maka Ji Beng mengejar dan
memburu ketujuh lawannya. Coa-ong dan
979 kawan-kawan memang dikenal sebagai orangorang licik. Mereka itu banyak akal dan terlebih
curang. Maka begitu didapat bahwa kitab tak
ada di saku It Lun Tojin, sang hwesio mengejar
dan keluar gurun maka dihadangnya lawanlawannya di hutan sana. Coa-ong dan temanteman kaget dan selanjutnya kita tahu
pertarungan mati hidup di antara tujuh orang
ini melawan Ji Beng. Semua kepandaian dan
kesaktian hwesio itu dikeluarkan. Coa-ong dan
kawan-kawan kewalahan. Dan ketika satu demi
satu mereka terluka, untunglah seseorang
menolong dan menghajar hwesio itu maka
Coa-ong dan teman-teman selamat dari
amukan si hwesio kosen. Diam-diam mereka
mencucurkan keringat dingin melihat
kehebatan hwesio ini. Bukan main, baru
beberapa tahun saja tak bertemu tiba-tiba si
hwesio sudah selihai dan sesakti itu. Namun
ketika bayangan hitam membunuh hwesio itu
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dan ular Tiga Warna menancap di dada sang
hwesio, roboh dan tewas maka Coa-ong dan
kawan-kawannya ngacir dengan mendekap
dada atau tubuh yang terluka. Rata-rata luka
dalam dihantam pukulan Ji Beng. Coa-ong
mengutuk dan tak habis-habisnya memakimaki hwesio itu, meskipun akhirnya lawan
tewas dan tak bergerak lagi di tanah. Dan
ketika mereka menyingkir karena Si Naga
Emas dan Pat-kwa-hwesio datang, melihat dan
menolong Ji Beng Hwesio maka Coa-ong
langsung kembali ke tempatnya di selatan
untuk menyembuhkan luka. See-tok dan Jinmo juga menghilang ke tempat masing-masing
begitu pula suami isteri Kwi-bun dan Tong-si.
Kwi-bo juga tak ketinggalan dan bersama Jintouw diam-diam dua orang ini mendahului.
Mereka pucat melihat kesaktian lawan. Tapi
ketika sebulan masing-masing bersembunyi
dan hari itu sudah sehat kembali, Coa-ong
981 menggeliat dan mengetuk-ngetukkan tongkat
ularnya di tanah tiba-tiba terdengar tawa dan
See-tok, si Racun Barat muncul, berderak
dengan tawanya yang berat.
"Ha-ha, selamat pagi, Coa-ong. Selamat
bertemu dan sehat-sehat kembali!"
"Ah," si Raja Ular terkejut, tiba-tiba terkekeh.
"Kau, See-tok. Ada apa ke sini dan kenapa
pagi-pagi datang? Tumben!"
"Ha-ha, aku ingin sambang (menjenguk).
Apakah kau masih hidup dan selamat!"
"Sambang? Ha-ha... jangan omong kosong,
See-tok. Orang seperti kau ini tak punya
solidaritas terhadap teman. Wehh, tak usah
main-main. Kau tak perlu membohongi aku
dan katakan saja apa maksud kedatanganmu.
Aku bukan anak kecil!"
982 "Ha-ha, Raja Ular memang cerdik. Uwahh, aku
ingin tanya soal sebulan yang lalu itu, Coa-ong.
Bagaimana Bu-tek-cin-keng tiba-tiba hanya
berisi serpihan kertas melulu. Di mana kitab itu
sebenarnya? Di mana kau simpan?"
"Apa?"
"Tak usah bohong. Aku curiga kepadamu
bahwa sebelumnya kau sudah menukar isi
bungkusan itu dengan potongan kertas kecilkecil. Aku datang untuk menanya ini. Kalau
kau mengaku sahabat tentu tak pelit untuk kita
belajar bersama. Tapi kalau kau bohong, hmm,
bandul tengkorakku akan menghajar
tubuhmu!"
"Heh-heh-heh-heh...!" Coa-ong terkekeh dan
terpingkal-pingkal, geli. "Kau kerbau tak
berotak, See-tok. Kalau aku menyimpan kitab
983 itu tentu aku tak akan di sini. Kau tak mungkin
menemukan tempat tinggalku yang baru!"
See-tok melengak. "Begitukah?" tanyanya.
"Tentu saja. Masa aku bohong? Hmm, aku
tadinya juga berpikir begitu dan mengira kau
yang menyimpan. Tapi sekarang lain.
Barangkali Jin-mo atau Kwi-bo!"
"Tak mungkin!"
"Kenapa tak mungkin?" Coa-ong tertegun,
lawan menjawab demikian cepat. Terangkan
alasanmu, See-tok. Dan coba kudengar."
"Hm, Jin-mo selalu bersamaku selama ini,
berdekatan. Ia baru saja sembuh dan juga
menanyakan kitab..."
"Kalau begitu mungkin Kwi-bo!"
984 "Tidak, tidak... Kwi-bo justeru menyuruhku ke
sini dan menanyaimu. Iapun tak mungkin
menyimpan kitab!"
"Kwi-bo? Menyuruhmu?" si Raja Ular terbelalak.
"Weehh, kau ini kerbau dungu yang benarbenar tak berotak, See-tok. Mau saja diperalat
wanita. Goblok!"
"Aku tidak goblok," si raksasa menyeringai,
tertawa. "Aku mendapat imbalan, Coa-ong.
Kalau tidak tentu saja tidak mau!"
"Imbalan? Imbalan apa?"
"Ha-ha, Kwi-bo melayaniku semalam penuh
dengan cinta yang panas. Aku mendapat
imbalan istimewa untuk datang dan
menanyaimu ini!"
985 "Pantas!" si Raja Ular terkekeh, menancapkan
tongkat sampai amblas separoh. "Kiranya itu,
See-tok. Heh-heh, kau sungguh masih ganas
dan liar dalam masalah cinta. Nafsumu masih
besar, sebesar gunung!"
"Ha-ha, itu barang nikmat. Bodoh kalau tidak
merasakannya. Eh, sekarang bagaimana
jawabanmu, Coa-ong. Apakah benar kau tidak
menyimpan kitab?"
"Kau boleh percaya boleh tidak," si kakek ular
tiba-tiba berseru, tongkat dicabut kembali.
"Aku tak membawa-bawa Bu-tek-cin-keng,
See-tok. Kalau kubawa tentu aku tak akan di
sini. Aku tentu bersembunyi di tempat lain dan
kau tak bakal menemukannya sampai aku
selihai Ji Beng!"
"Hm, kalau begitu siapa yang membawa?
Apakah siluman," si raksasa bersinar-sinar,
986 mau percaya. "Siapa menurut pendapatmu
yang paling pantas dicurigai, Coa-ong. Apakah
Kwi-bun dan isterinya?"
"Kupikir juga begitu, atau..hmm, siapa tahu
justeru Jin-touw atau Kwi-bo sendiri!"
"Eh, kau lagi-lagi mencurigai Kwi-bo?"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dengar," si kakek menggoyang tongkatnya.
"Jin-touw maupun Kwi-bo ini manusia-manusia
cerdik, See-tok, beda dengan kau yang
berangasan dan berotak kambing. Mereka bisa
saja pura-pura menuduh orang lain tapi
sebenarnya diri sendiri yang membawa!"
"Kau tak usah memaki aku," si raksasa berseru,
marah. "Kaupun berotak lempung, Coa-ong.
Kalau tidak percaya mari kulihat isi batok
kepalamu... wutt!" bandul tengkorak
menyambar, langsung menghantam namun
987 Coa-ong terkekeh, menangkis. Dan ketika dua
orang itu sama terhuyung dan terpental ke
belakang, si Raja Ular berseru mengibaskan
tongkat maka si raksasa diminta berhenti.
"Eiitt, jangan mengamuk. Kita sudah biasa
saling memaki!"
"Tapi kau tak pernah mengataiku berotak
kambing..."
"Dan kau tak pernah memakiku berotak
lempung. Ha-ha, tahan dan sabar, See-tok.
Pembicaraan kita belum selesai!" dan ketika
raksasa itu menggeram namun menyeringai,
memang ia tak pernah memaki seperti itu
maka Coa-ong buru-buru bicara lagi melihat
temannya sudah mau bersabar. "Lihat, dan
dengar kata-kataku. Sebaiknya kita selidiki
satu per satu dan kalau nanti ada yang tidak di
tempat maka itulah yang patut kita curigai.
988 Bagaimana kalau sekarang kita menyelidiki
Kwi-bo. Di mana rekan kita itu?"
"Ia di luar hutan, tak jauh dari sini. Tapi
kenapa mesti dia yang diperiksa lebih dulu.
Aku yakin ia tak membawa Bu-tek-cin-keng!"
"Hm, kalau begitu siapa yang paling dekat dulu,
See-tok. Kau ini selangit betul cintamu kepada
Kwi-bo!"
"Tentu, ia wanita hebat. Ia pandai bermain
cinta dan memabokkan aku sampai ke langit
tujuh. Dan kwi-bopun cinta kepadaku. Kami
sudah berjanji untuk menjadi suami isteri. Ia
milikku, hartaku!"
"Ha-ha, tua bangka gila. Kau dikecoh dan
ditipu saja oleh siluman itu, See-tok. Kwi-bo
tak pernah puas dengan satu laki-laki dan ia
989 tak mungkin sungguh-sungguh. Kau
dikempongi!"
"Sudahlah, tak perlu bicara ini. Ini urusanku
pribadi, tak perlu membuat aku marah atau
nanti kita bertanding!"
"Baik... baik, sorry, See-tok. Kau memang
berangasan dan rupanya lagi tergila-gila
kepada kekasihmu itu. Baik, katakan kepadaku
siapa kira-kira yang sekarang ini paling dekat
dengan kita. Itulah yang kita cari!"
See-tok tertegun. "Kebetulan Kwi-bo, ia di luar
hutan sana..."
"Nah, kalau begitu berangkat. Ayo kau
tunjukkan dan duluan!"
Coa-ong bergerak. Ia minta temannya jalan
duluan dan See-tokpun berkelebat,
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
mengangguk. Dan ketika raksasa itu berseriseri bahwa ia akan menjumpai kekasih,
semalam baru saja mereka bercinta maka
Racun Dari Barat ini gemas menunjukkan di
mana Kwi-bo berada. Raksasa itu gemas
kepada temannya kenapa Kwi-bo yang baikbaik dan dapat dipercaya itu harus diselidiki.
Tapi karena tak ada jeleknya dan biarlah Coaong tahu, kakek ini bergerak dan meluncur ke
hutan maka terdengarlah kekeh dan tawa yang
membangkitkan rangsang birahi.
"Hi-hik, kau kuat sekali, Jin-touw. Aihhh...
kalah See-tok kalau begini. Hi-hik, geli... ah,
serbuanmu terlalu menggebu!"
See-tok terbelalak. Ia yang baru saja
memasuki hutan dan mendengar tawa atau
kekeh itu tentu saja segera mengenal dan
pucat bergerak ke depan. Di balik gerumbul
atau semak-semak itu terdengar suara dan
991 kekeh itu, di samping desah atau dengus
seorang laki-laki yang tertawa dan bernapas
memburu. Dan ketika si raksasa menguak dan
menyibak gerumbul itu, kaget dan marah maka
dilihatnya kekasihnya tercinta, Kwi-bo,
bermain cinta dan telanjang bulat bersama
seorang laki-laki tampan yang memegang kayu
pikulan.
"Jin-touw!"
Bentakan atau seruan keras ini membuat yang
sedang bereinta terkejut. Kwi-bo, yang sedang
bergulingan dan mendesah serta mendengus
dan terkekeh-kekeh bersama pasangannya
tiba-tiba berteriak ketika See-tok melompat.
Raksasa itu mengayun bandul tengkoraknya
dan terdengar suara menderu yang dahsyat
sekali. Dan ketika dua orang itu dihantam dan
menerima serangan maut, Kwi-bo maupun Jintouw dihantam bandul tengkorak maka
992 keduanya secepat kilat mengelak dan Kwi-bo
menjerit ketika senjata itu menghantam tanah,
dahsyat sekali.
"Dess!"
See-tok menggeram dan seketika membalik. Ia
marah sekali dan pucat serta merah bergantiganti melihat kejadian di depan matanya ini.
Sang kekasih, yang semalam berjanji sehidup
semati tiba-tiba saja sudah bergumul dan
bercinta dengan orang lain. Siapa tidak panas!
Maka begitu serangan luput dan raksasa ini
menggeram, giginya berkeratak maka ia sudah
menyerang dua orang itu dan Jin-touw
kedodoran mengenakan pakaiannya yang
disambar buru-buru, mengelak dan
berlompatan tapi bandul tengkorak sudah
mengejar dan menderu-deru. Selanjutnya Seetok memaki-maki dan kemarahan atau api
kebencian meletup di kepala raksasa ini. Jin993 touw, saingannya, tahu-tahu sudah
bergulingan dan bergumul dengan Kwi-bo.
Padahal Kwi-bo adalah miliknya! Tapi ketika
laki-laki itu mengelak dan menghindar sanasini dan sudah menguasai keterkejutannya,
kedatangan See-tok memang di luar dugaan
maka laki-laki itu membalas dan Kwi-bopun
melengking-lengking, memaki dan membalas
raksasa ini, orang yang semalam juga
dilayaninya.
"Keparat, mengganggu orang senang-senang.
Ihh, kuhancurkan dadamu, See-tok. Kuremuk
nanti isi kepalamu... plak-plak!" rambut si Kwibo meledak dan menangkis bandul, terpental
namun menyerang lagi dan Jin-touw juga
memaki-maki lawannya itu. Dia membalas dan
mengayun kayu pikulannya. Dan ketika tiga
orang itu bertanding dan sama-sama marah,
masing-masing merasa sama-sama terganggu
994 maka Coa-ong terkekeh-kekeh dan.... duduk
menonton, mengipas-ngipasi mukanya yang
sedikit berkeringat.
"Heh-heh, lumayan... gratis. Ayo, sikat dan
sikut lawanmu, See-tok. Bunuh mereka itu.
Awas, hati-hati terhadap pikulan Jin-touw dan
elak sambaran rambut Kwi-bo... ah, ha-ha...
heh-heh!" Coa-ong tertawa-tawa dan geli
menepuk-nepuk paha. Sikapnya demikian
santai sekali dan See-tok dibakar dengan katakata menusuk. Sambaran atau lecutan Kwi-bo
selalu dikatakannya sebagai sambaran atau
lecutan rambut siluman. Raja Ular ini bahkan
mengendus-ngenduskan hidungnya dan
berkata bahwa rambut Kwi-bo memiliki
keharuman yang aneh, barangkali hasil
"minyak wangi" Jin-touw yang baru saja
diberikan kepada wanita itu. Dan ketika Seetok meluap karena semua kata-kata ini benar995 benar memanaskan hatinya, terbakar, maka
See-tok memperhebat serangannya dan
pohon-pohonpun segere tumbang dihajar
bandul tengkoraknya yang mengerikan itu.
"He!" Jin-touw membentak, ditujukan kepada
si Raja Ular itu. "Tutup mulutmu, Coa-ong.
Atau nanti kusumpal kentut!"
"Ha-ha, kentutmu tak bau," si Raja Ular
terkekeh, menggoda. "Kentut yang tak bau tak
dapat dipakai menyumpal, Jin-touw. Lain kalau
umpamanya kentut See-tok. Lihat tubuhnya
yang tinggi besar itu, tentu kentutnya juga
besar. Wehh, kau pertanggungjawabkan dulu
perbuatanmu merebut Kwi-bo dan jangan
berteriak-teriak ke sini. Nanti kepalamu pecah
dihantam bandul..... dess!" benar saja, bandul
menyambar dan nyaris kepala si tukang kayu
ini kena, meloncat dan senjata di tangan
raksasa itu menghajar tanah sampai berlubang.
996 Dan ketika Jin-touw memaki-maki karena
kelengahannya sekejap tadi hampir saja
membuatnya celaka sendiri, Coa-ong terkekeh
dan geli di sana maka kakek itu menonton lagi
dan berkejap-kejap, berseru dan berteriak
memberi semangat kalau yang lain hampir
berhasil, memaki atau mengutuk kalau See-tok
ataupun lawannya sama-sama luput
menghantam. Dan ketika semuanya ini
membuat See-tok maupun lawannya marah,
mereka risi oleh mulut usil kakek ini maka
ketiganya tiba-tiba membentak dan menyerang
Raja Ular itu.
"Diam, atau nanti kupukul mampus!"
Coa-ong mencelat. Ia kaget dan berseru keras
ketika tiba-tiba rambut dan kayu pikulan
ataupun tengkorak menyambar tubuhnya,
meledak dan menghajar tempat duduknya tadi
sampai si Raja Ular ini meleletkan lidah. Dan
997 ketika ia maklum bahwa mulut usilnya
membuat marah, apa boleh buat ia berjungkir
balik dan menyingkir dulu maka kakek ini lari
bersembunyi dan cerdik berada di tempat lain.
"Ha-ha, tak usah sewot, kawan-kawan. Kalau
tak tahan aku bicara biarlah aku berhenti dulu
dan kalian lanjutkan lagi pertempuran itu!"
Coa-ong lenyap. Ia menyadari bahaya dan kini
bersembunyi di balik gerumbul, menonton dan
terkekeh-kekeh di situ dan See-tok sudah
kembali menyerang Jin-touw. Laki-laki ini di
dekatnya dan kontan ia menghajar. Namun
ketika Jin-touw menangkis dan membentak
keras, marah, maka Kwi-bo sudah membantu
dan menyerang si raksasa ini karena Coa-ong
sudah menghilang dan menyembunyikan diri.
"Des-dess!"
998 Selanjutnya tiga orang itu sudah bertanding
lagi. See-tok dikeroyok dan mula-mula raksasa
tinggi besar ini dapat bertahan, bandul
tengkoraknya ganas menyambar-nyambar
namun akhirnya ia berbalik terdesak setelah
dua orang itu menguasai diri. Tadi mereka
kedodoran dan sibuk memasang pakaian, Jintouw bahkan terbalik celananya. Lucu! Namun
ketika laki-laki bermata coklat ini tak perduli
dan ia berkelebat membalas seranganserangan lawan, See-tok kewalahan maka
berikutnya raksasa inilah yang menjadi korban
sasaran kemarahan dua orang itu, yang
merasa terganggu dan dipenggal
kesenangannya.
"Rasakan, hih! Kau mengganggu kesenangan
orang, See-tok. Kalau tidak dihajar kau nanti
kurang ajar lagi.... des-dess! rambut Kwi-bo
meledak dan menghantam si raksasa,
999 membuat lawan terhuyung dan saat itu Jintouw juga membentak dan menghantamkan
kayu pikulannya, kena dan raksasa itu


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terpelanting. Dan ketika See-tok berteriakteriak karena lawan mulai ganas, ia terbelalak
memandang Kwi-bo maka ia bertanya
bagaimana dengan janji siluman betina itu.
"Janji apa?" Kwi-bo-melotot. "Jangan macammacam, See-tok. Aku tak pernah berjanji apaapa kepadamu!"
"Eh-eh, kau berjanji mau sehidup semati
denganku. Kau mau menjadi isteriku. Semalam
kita telah berjanji! Eh mana janjimu itu, Kwi-bo.
Bukankah kau mencintai aku?"
"Hi-hik, si kerbau dungu," Kwi-bo terkekeh, tak
dapt menahan geli. "Orang bercinta selalu
begitu, See-tok. Tapi kalau selesai ya sudah.
Semua itu hanya untuk penikmat suasana. Kau
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
bodoh dan seperti anak ingusan. Masa tidak
tahu dan menuntut janji segala!"
"Jadi kau tak mencintai aku?"
"Kalau kau menyenangkan hatiku tentu saja
cinta, tapi kalau kau membuatku marah begini
tentu saja tidak. Aku benci!"
"Ah!" dan si raksasa yang membentak dan
berteriak tinggi tiba-tiba melepas pukulan
dahsyat ke arah wanita itu. Kwi-bo menangkis
dan mereka sama-sama terpental. Tapi ketika
Jin-touw melengking dan mencabut kapaknya,
senjata utamanya maka senjata itu
menyambar dan mengenai bahu See-tok.
"Crat!"
See-tok berteriak. Dagingnya terkuak sedikit
dan untung raksasa itu cukup kebal. Ia telah
1001 mengerahkan sinkangnya namun bacokan
kapak cukup membuatnya kesakitan juga. Dan
ketika Kwi-bo terkekeh dan wanita itu
menyerangnya lagi, tak ada cinta atau kasih
sayang maka raksasa ini mengeluh dan ia
mundur mengelak sana-sini, menangkis tapi
dipagut senjata yang lain dan pucatlah raksasa
itu menghadapi dua lawannya. Sekarang ia
terdesak, mundur-mundur dan jatuh
terpelanting ketika rambut meledak di bahunya
yang lain. Dan ketika Kwi-bo terkekeh-kekeh
dan senang melihat See-tok jatuh bangun,
marah, maka See-tok tiba-tiba membalik dan
melarikan diri.
"Kwi-bo, kau jahanam keparat. Pengingkar
janji. Ah, terkutuk kau dan mampuslah di
neraka!"
"Hi-hik, cinta ditolak kok marah-marah. Eh,
kau masih kalah perkasa dengan si Jin-touw ini
1002 See-tok. Aku sekarang jatuh cinta kepadanya
dan tidak kepadamu!"
"Benar," si Jin-touw tertawa, wajah berseri-seri.
"Perebutan ini dimenangkan aku, See-tok. Kau
cepat loyo dan katanya tidak tahan lama!"
"Bedebah!" si raksasa menyumpah. "Kwi-bo
memang wanita siluman, Jin-touw. Terhadap
siapapun pasti dia bilang begitu. Nanti kalau
dia mendapat penggantimu maka kau akan
dikatakannya loyo dan tidak tahan lama!"
"Ha-ha!" si pendek kekar tertawa bergelak.
"Nanti tinggal nanti, See-tok. Yang penting
sekarang ini Kwi-bo mencintaiku. Aihh,
tubuhnya demikian mulus dan menggairahkan.
Kalau kau berani mengganggu kami lagi tentu
kubunuh!" laki-laki ini melempar kapak-kapak
kecil, ditangkis dan See-tok mengumpat di
kejauhan sana. Raksasa ini terpelanting karena
1003 Kwi-bo juga melempar beberapa senjata
rahasianya. Dan ketika dua orang itu terkekeh
dan berhenti mengejar, Jin-touw menubruk
dan memeluk si bahenol ini maka Kwi-bo
menyambut dan langsung keduanya berciuman.
Jin-touw sudah melepas celananya.
"Ha-ha, terbalik. Biar tak usah kupakai saja!"
Kwi-bo terpingkal-pingkal. Secepat kilat teman
laki-lakinya ini sudah berbugil ria, membuang
pakaiannya dan iapun sudah dicopoti. Dan
ketika mereka kembali bergulingan dan
melanjutkan permainan tadi, dua orang ini
memang iblis-iblis yang tak tahu malu maka
Coa-ong terbahak dan menonton
"pertandingan" lain ini, juga tak malu-malu.
Bejat!
"Heh-heh, ini baru luar biasa. Bagus, ayo
sergap, Jin-touw. Piting dan ringkus sekuat
tenaga. Cekik.... cekik dia!"
1004 Dua orang itu tertawa-tawa. Jin-touw memang
bersikap kasar dan mencekik atau memeluk
tubuh Kwi-bo dengan brutal. Sikapnya seperti
kerbau jantan namun justeru inilah yang
disukai Kwi-bo. Wanita itu tak senang dengan
permainan cinta yang lembut. Ia minta yang
kasar dan beringas. Kalau perlu, sadis! Dan
ketika Jin-touw juga melakukan itu karena
segera gigit sana gigit sini, menggaruk atau
mencubit segala maka Coa-ong terkekehkekeh dan terpingkal di sana, tak terasa nafsu
berahipun bangkit dan ingin ikut-ikutan.
Orang-orang seperti mereka ini memang ada
gangguan jiwa, tak menyukai cara-cara yang
sehat dalam bermain cinta karena maunya
kasar dan buas seperti binatang. Tapi ketika
kakek itu meloncat dan hendak ikut
"mengeroyok", Kwi-bo jijik melihat tubuhnya
yang kurus kerempeng maka kakek itu
ditendang dan si Raja Ular mencelat.
1005 "Pergi, tubuhmu sudah terlalu tua dan kurus!"
Coa-ong memekik. Kontan ia menjadi marah
dan dicabutnya serulingnya untuk memanggil
ular. Dan ketika dua orang itu bergulingan lagi
dan puluhan ular tiba-tiba merayap datang,
menggeleser dan diperintahkan menyerbu
yang bermain cinta maka Kwi-bo maupun Jintouw mengutuk meloncat berteriak-teriak.
Mereka jadi bingung dan marah oleh gangguan
ini dan Coa-ong terpingkal-pingkal. Kakek itu
mendapatkan kesenangannya dalam hal yang
lain. Tapi ketika dua orang itu menginjak-injak
dan membunuhi ularnya, marah dan memakimaki maka kakek ini memperhebat suara
sulingnya namun dua orang itu berkelebat
pergi, mencari tempat lain dan kakek ini
mendongkol tak dapat berbuat apa-apa.
Akhirnya ia gigit jari dan muncullah See-tok
yang tadi menghilang. Raksasa ini merah
1006 mukanya karena Kwi-bo sudah tak
memperhatikannya lagi. See-tok sakit hati.
Dan ketika ia berseru kenapa si Raja Ular tak
membantu sekarang ganti kakek itu yang
penasaran maka Coa-ong tertegun tapi
terkekeh.
"Heh-heh, sudahlah. Kwi-bo masih ingin
melanjutkan hajatnya. Kita mencarinya bukan
untuk mengganggu melainkan bertanya
tentang Bu-tek-cin-keng itu. Bagaimana kalau
kita bersabar sebentar dan menunggunya
selesai bermain cinta."
"Menunggu? Dan mereka bersenang-senang?
Keparat, aku tak suka ini, Coa-ong. Hati bisa
panas terbakar melihat mereka bermain cinta!"
"Kalau begitu kau labrak sendiri saja ke sana.
Aku si tua bangka ingin main-main dulu
dengan anak-anakku ini!" dan Coa-ong yang
1007 tertawa dan meniup sulingnya lagi, menyuruh
ular-ularnya berlenggang-lenggok lalu
membuat See-tok mendelik namun tak dapat
berbuat apa-apa. Raksasa inipun tak mungkin
berani mengganggu Kwi-bo, kalau dua orang
itu bercinta sementara dia sendirian. Dan
ketika ia melotot namun tersenyum melihat
ular menari-nari, mengikuti irama suling maka
raksasa ini terbahak dan menyambar seekor
ular betina yang paling besar.
"Ha-ha, suruh ia melayaniku, Coa-ong. Coba
kau tiup sulingmu agar mau menjadi isteriku!"
"Heh-heh, ularku tak dapat melayanimu. Tapi
kalau kau ingin belaian dan jilatan sayang
tentu bisa. Lihat, aku akan mengobati
kekecewaanmu, See-tok. Tapi jangan
cengkeram ekornya agar tak kesakitan!"
1008 See-tok tertawa bergelak. Ia tadi mengeluselus bawah ekor ular betina dan memijat serta
meneengkeramnya. See-tok agaknya ingin ular
itu bangkit berahinya. Tapi ketika sang Raja
Ular berseru bahwa tak mungkin ia main-main
dengan ular, binatang itu hanya dapat
berpasangan dengan jenisnya saja maka Seetok melempar ular ini dan minta agar Coa-ong
menyajikan adegan yang lebih menarik.
"Kalau begitu suruh ularmu bermain cinta. Biar
aku menonton!"
"Ha-ha, boleh, lihat!" dan ketika kakek itu
meniup sulingnya dengan nada tinggi rendah
maka tiba-tiba ular mendesis-desis dan mereka
saling belit menjadi satu, berdiri dan akhirnya
tegak dan lima puluh pasang ular sudah
melaksanakan keinginan See-tok. Raksasa itu
tertawa bergelak-gelak dan lupalah dia akan
nasibnya sendiri, yang dibuang dan dilempar
1009 Kwi-bo. Tapi ketika Coa-ong tiba-tiba
menghentikan tiupan sulingnya dan berseru
cukup, raksasa itu tertegun maka See-tok
bertanya kenapa dihentikan.
"Heh-heh, cukup. Satu jam sudah lewat. Di
sana tentu Kwi-bo dan Jin-touw juga selesai
bermain cinta. Ayo, kita tanya mereka, See-tok.
Nanti main-main lagi kalau belum puas!"
Coa-ong berkelebat. See-tok akhirnya sadar
dan mengangguk, berkelebat dan mengikuti si
Raja Ular itu. Dan ketika mereka tiba di luar
hutan dan benar saja Kwi-bo tampak
memberesi pakaiannya, berdiri dan mengibasngibaskan rambutnya yang panjang hitam
maka See-tok memandang penuh cemburu
tapi tak berani main-main karena Jin-touw juga
ada di situ, mengenakan pakaiannya dan nakal
mencubit buah dada Kwi-bo. Perbuatan yang
memanaskan!
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Ha-ha, kau hebat dan masih menggairahkan,
Kwi-bo. Tubuhmu demikian aduhai dan lekuklengkung ini sungguh membuat aku ngilar.
Sayang, tenagaku sudah habis!"
"Hi-hik, nanti saja lagi. Lihat, See-tok ke sini
dan melotot!"
"Ia cemburu!"
"Tapi Coa-ong mau mengganggu kita. Hm, apa
maksudnya dan hati-hati!"
Dua orang itu membalik. Mereke telah selesai
Permainan Di Ujung Maut 3 Pendekar Rajawali Sakti 85 Penghianatan Danupaksi Hijaunya Lembah Hijaunya 37

Cari Blog Ini