Benteng Pahlawan Karya Opa Bagian 3
hwee Kim-kong Lo Wie dan datang ke benteng pahlawan secara terang-terangan.
Apa mau, karena nasib sial telah membayangi dirinya, baru saja berhasil usahanya, tahutahu Liat-hwee Kim kong yang sebenarnya juga tiba ditempat itu.
Dan bagaimana Liat-hwee Kim-kong dapat datang secara kebetulan ke tempat itu?
Kiranya sewaktu Pok Cun Gie dan Tan Cie Tong untuk pertama kali membikin onar
dibenteng pahlawan, toapocu Sim Kun mendapat perintah dari ibunya dengan diam-diamTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
membawa tusuk konde yang merupakan benda tanda kepercayaan disampaikan kepada
Liat hwee Kim-kong.
Liat hwee Kim-kong dengan benteng pahlawan ada hubungan sangat erat, maka setelah
mendapat kabar dan permintaan bantuan dari ibu Sim Kun, buru-buru ia datang ke
benteng pahlawan untuk memberi bantuan tenaga.
Ketika ia tiba dibenteng pahlawan, benar-benar sangat mengejutkan dan membingungkan
penjaga pintu dan pengurus rumah tangga benteng pahlawan.
Pengurus rumah tangga itu memandang sekian lama kepada Lo Wie, sekian lama pula ia
berdiri dalam keadaan tertegun, kemudian baru bertanya dengan suara gelagapan:"Apakah
locianpwe mempunyai ilmu membagi diri??"
Ditanya demikian Liat-hwee Kim kong sudah tentu terkejut, maka ia lalu balik bertanya:
"Apa? Kau maksudkan apa ada orang yang datang lebih dahulu menyaru dan menggunakan
namaku?"
"Nama dan alias semuanya sama, mukanya juga mirip sekali." jawab pengurus rumah
tangga itu.
Lo Wie terkejut.
"Celaka! Itu pastilah sibangsat Tan Cie Tong yang main gila! Lekas!! Kau bawa aku masuk!!
Menemui majikanmu!!" Demikian ia berkata.
(Bersambung)
Karena urusan itu sangat penting, maka pengurus rumah tangga juga menganggap
persoalannya menjadi genting. Dengan mengajak Liat-hwee Kim-kong ini, ia buru-buru
masuk kedalam menemui Toapocunya, tetapi ketika mereka berada didalam rumah,
mereka dicegah oleh orang-orang yang sedang melindungi kamar dimana orang tua tadi
sedang menyembuhkan luka gadis itu.
Mereka mencegah masuknya Lo Wie yang tulen sambil berkata:
"Pocu tadi mengeluarkan perintah, sekarang ini Lo locianpwe sedang menyembuhkan luka
nona Siang-koan, semua tetamu disilakan untuk menunggu di ruangan tamu lebih dulu."
Demikian pengurus rumah tangga itu telah ditolak mentah-mentah oleh penjaga
keselamatan Thian san Gin hong.
Sementara itu Lo Wie sendiri timbul pikiran lain, ia telah anggap bahwa orang yang
bermaksud menolong, tidaklah mungkin sampai dilakukan penjagaan demikian keras, ia
anggap bahwa orang yang menyaru dirinya yang kini berada didalam kamar itu, barangkali
mengandung maksud tidak baik terhadap gadis itu, maka ia telah mengambil keputusan
hendak masuk secara paksa.
Demikian setelah mengambil keputusan, maka tidak perlu banyak bicara, badannya segera
bergerak, dan secepat kilat sudah menerjang masuk.
Ketika ia tiba di hadapan kamar dimana Thian-san Gin-hong sedang disembuhkan lukanya,
telah berhadapan dengan ketua golongan pengemis Song Khun, sedangkan Sim Kun berdua
saudara waktu itu sedang menghadap kelain arah untuk melakukan penjagaan.
Liat-hwee Kim-kong Lo Wie beradat keras, maka ia tidak perlu banyak bicara dengan Song
Khun, dengan mudah sekali ia sudah berhasil melewati garis penjagaan ketua golonganTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
pengemis itu.
Ia berkepandaian sangat tinggi sekali, jelas kepandaiannya itu jauh lebih tinggi daripada
kepandaian Song Khun.
Begitu ia melalui garis pertahanan Song Khun, tangannya lalu bergerak memukul pintu
kamar dan menyerbu masuk.
Pada saat itu justru Pok Cun Gie sudah selesai dalam usahanya dan baru menarik kembali
tangannya. Thian san Gin-hong sendiri sikapnya sudah seperti biasa, dan orang-orang yang
berada didalam kamar saat itu juga mulai lega perasaannya. Maka suasana dalam kamar
nampak tenang dan tentram.
Keadaan demikian itu didalam mata Lo Wie sebagai seorang Kangouw kawakan sudah tahu
kalau tidak terjadi bahaya apa-apa, maka hatinya mulai merasa lega, tetapi ia masih
menampar Pok Cun Gie yang menyamar dirinya, dan memberikan nasehat padanya.
Setelah semua orang mengenali siapa adanya orang yang menyaru Lo Wie tadi, suasana
dalam kamar berubah seketika, dan perasaan semua orang juga mulai tegang.
Pok Cun Gie dianggapnya terlalu jahat, bukan saja telah datang dengan menempuh bahaya
maut, tetapi juga seolah-olah mempermainkan semua orang yang ada di situ. Ketua
golongan pengemis Song Khun yang masih mempunyai sentimen yang sangat dalam
terhadap Pok Cun Gie tidak memikirkan perbuatan baik dari pemuda itu, dengan mata
menyala ia berkata:
"Bocah ini terlalu jahat, biarlah aku musnahkan kepandaiannya dulu, baru nanti bicara
lagi."
Pek Bi Lolo ingin mencegah, tetapi ia khawatir akan timbul salah mengerti, maka ia tidak
bisa berbuat apa-apa.
Tangan Song Khun sudah diangkat dan hendak menyerang Pok Cun Gie. Tepat pada saat itu
Thian san Gin-hong yang sudah pulih kembali kekuatan tenaganya, ketika ia membuka
matanya dan melihat sikap Song Khun demikian, maka terus berteriak: "Song pangcu..."
Song Khun meskipun tadi sudah hampir kalap dan sudah ingin menelan bulat-bulat diri Pok
Cun Gie, tetapi bagaimanapun juga ia sebagai ketua dari salah satu golongan orang rimba
persilatan yang terbesar, juga merupakan orang golongan baik maka sedikit banyak ia
masih dapat mempergunakan pikirannya yang sehat, ketika mendengar suara Thian-san
Gin-hong, ia lalu batalkan maksudnya, sambil menarik napas, ia mengundurkan diri.
Andaikata Thian-san Gin-hong tidak membuka mata tepat pada saatnya dan berseru
mencegahnya, barangkali serangan itu sudah dilakukan dengan secara kejam.
Pada waktu itu, orang-orang dari berbagai golongan yang mendengar kejadian itu telah
datang berkerumun, hingga diluar kamar keadaannya ramai sekali.
Salah satu diantara tokoh-tokoh rimba persilatan itu ada seorang yang sifatnya sangat
berangasan. Dengan pandangannya sendiri ia telah mengemukakan pikirannya. Dengan
suara keras orang itu berkata :
"Sim lotoa mengapa kita harus hati-hati, berlaku baik hati terhadap musuh, itu berarti
berlaku kejam terhadap diri sendiri. Apakah kau tidak memikirkan kedudukanmu sendiri?"
Sebelum toapocu menjawab, jiepocu Sim Pek telah berkata sambil tertawa:
"Dalam urusan ini kita tidak boleh terlalu gegabah, sebaiknya kita timbang dulu masak-TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
masak."
Jichungcu dari perkampungan Kiu-cok-chung Oen Tiong Ho juga berkata sambil tertawa:
"Sim lotoa, kau jangan hanya memikirkan soal nama palsu, sehingga kau melupakan
sahabat-sahabatmu yang telah datang kemari hendak jual jiwa terhadapmu!"
Orang she Oen itu termasuk orang dari golongan orang yang berhati kejam dan jahat,
bukan saja orangnya yang jahat, kata-katanya juga mengandung bisa, kata-kata yang
berbisa itu, se-olah-olah sebuah bom yang dilemparkan kepada orang banyak itu, sehingga
menimbulkan reaksi sangat hebat.
Tiap kata orang itu juga masuk kedalam telinga orang-orang yang berada didalam kamar,
tidak terkecuali dua pemimpin benteng pahlawan. Toapocu Sim Kun yang sebagai kepala
rumah tangga benteng pahlawan, dan yang berhak memutuskan segala tindakan yang akan
diambil untuk menghadapi suatu perkara, saat itu ia memandang saudaranya dengan
pandangan mata ingin bertanya-tanya pikirannya.
Namun jiepocu Sim Pek hanya balas dengan senyuman getir, mereka sama-sama tidak
dapat memikir suatu cara untuk memecahkan persoalan yang sangat rumit itu.
Ini adalah saatnya yang paling genting bagi mati hidupnya benteng pahlawan, asal mereka
dua saudara memberikan dan menyatakan maksudnya, orang yang mengaku diri sebagai
Lie-hwee-lengcu saat itu tamatlah sudah riwayatnya, tidak dapat ditawar-tawar lagi, dan
sebaliknya apabila hati mereka lemah, dan membiarkan Pok Cun Gie memulihkan kembali
kekuatan tenaganya, kemungkinan nasib benteng pahlawan akan habis ditangan pemuda
itu. Maka inilah merupakan suatu pertentangan bathin yang besar sekali bagi dua saudara itu,
mereka berarti memegang kunci bagi nasib rimba persilatan selanjutnya! Membangun atau
merusak, tergantung pada putusan yang akan diambil pada saat itu.
Thian san Gin-hong diam-diam merasa cemas, ia telah memusatkan semua tenaga
dalamnya, asal melihat gelagat tidak baik, ia terpaksa akan bertindak tanpa memikirkan
apa akibatnya.
Dimata Pek Bi Lolo saat itu juga merupakan suatu ujian berat bagi dua saudara Sim.
Sementara itu Lo Wie yang saat itu bersikap sebagai penonton, ia tetap berdiri bungkam,
juga tidak menanyakan asal usul terjadinya urusan itu, ia hanya berdiri sambil tersenyum,
dan sebentar-sebentar mengurut-urut jenggotnya untuk menantikan perubahan
selanjutnya.
Ia agaknya hendak menyaksikan bagaimana orang-orang dari generasi muda ini mengambil
keputusan dalam persoalan yang sangat besar ini.
Si tabib kenamaan Jo Thay, sebagai seorang yang pekerjaannya selalu menyembuhkan
orang sakit, bagaimanapun juga merupakan seorang yang berhati penuh belas kasihan,
maka ia lantas membuka suara memecahkan kesunyian itu:
"Benteng pahlawan yang dipertahankan dengan secara demikian, agaknya kurang patut!!!"
Jiepocu Sim Pek yang sebelumnya telah mempunyai kesan baik terhadap diri Pok Cun Gie,
pada saat itu juga lantas mengutarakan pikirannya, ia berkata:
"Benteng pahlawan tidak boleh meninggalkan suatu cacad atau buah tertawaan bagi
keturunannya dikemudian hari."TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Toapocu Sim Kun saat itu baru membuka mulut, dengan sinar mata tajam, ia telah
mengambil keputusan terakhir, katanya:
"Kita akan menunggu sampai dia pulih kembali kekuatan tenaganya, dan antar dia keluar
dari benteng ini!!!"
Keputusan itu adalah Thian-san Gin-hong yang pertama-tama sangat girang sekali, hingga
tanpa disadari ia lantas menubruk dan memeluk neneknya sambil berseru: "Nenek...!"
Sementara itu ketua golongan pengemis Song Khun juga lantas berkata sambil
tertawa:"Aku juga tidak tega turun tangan!!"
Liat-hwee Kim-kong Lo Wie sambil mengangguk-anggukkan kepala berkata:"Tindakan yang
kalian ambil semua tidak mengecewakan harapanku, marilah kita keluar untuk mencegah
tindakan mereka!"
Sim Kun menerima baik ajakan itu, lalu bersama-sama berjalan keluar dari kamar.
Ketua golongan pengemis Song Khun agaknya dikejutkan oleh ucapan Lo Wie, maka ia lalu
berkata:"Sikap dan ucapan Lo Locianpwee ini agak aneh!!"
Sim Pek yang mengerti maksudnya hanya tertawa saja, tidak memberi jawaban.
Hakekatnya, keadaan Pok Cun Gie pada waktu itu bukanlah demikian bahaya seperti dalam
pandangan mata mereka, oleh karena Liat-hwee Kim-kong Lo Wie yang sebenarnya tidak
turun tangan kejam terhadap dirinya, ia hanya menampar dan membuka kedoknya, tapi
memberikan kesempatan bagi Pok Cun Gie memulihkan tenaganya.
Pok Cun Gie yang memiliki kekuatan tenaga dalam luar biasa, dengan ilmunya yang terdiri
dari ilmu golongan Budha, saat itu keadaannya tidak demikian bahaya. Kecuali orang yang
memiliki kekuatan yang lebih tinggi daripadanya, jikalau tidak, siapapun yang turun
tangan terhadapnya, pasti akan terjungkal jatuh atau mati oleh kekuatan yang dimiliki
oleh Pok Cun Gie.
Ketika Lo Wie dan Sim Kun berjalan keluar, ia juga sudah selesai memulihkan kekuatan
tenaganya, dengan semangat menyala-nyala ia bangkit berdiri, dengan muka kemerahmerahan ia memberi hormat kepada jiepocu Sim Pek dan lain-lainnya seraya
berkata:"Terimakasih atas Tuan punya kebaikan budi!"
Kemudian matanya dialihkan kepada Thian-san Gin-hong, ia lalu berkata kepadanya:"Nona
Siang-koan, apakah kau sudah sembuh betul-betul!"
Sudah tentu sudah sembuh, juga sudah diketahui olehnya, kata-kata itu hanya sebagai
suatu alasan untuk menyatakan pikirannya kepada gadis itu.
Di hadapan orang banyak, Thian-san Gin-hong sudah tentu tidak enak untuk menyatakan
perasaannya, ia hanya memandangnya dengan mengalirkan airmata.
Pok Cun Gie terpaksa minta diri kepadanya, dan dengan satu gerakan ia telah menghilang
dari dalam kamar.
Malaman tahun baru, didalam benteng pahlawan, terjadi sesuatu kegembiraan yang
bersifat sementara.
Benteng pahlawan malam itu telah mengadakan perjamuan besar untuk menjamu sahabatsahabat-nya yang datang hendak memberikan bantuan.
Kedua pocu setelah menemani kawan-kawannya mengadakan perjamuan makan malam,TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
lalu minta diri dan kembali kedalam rumah untuk mengadakan upacara sembahyang di
hadapan arwah orang tuanya.
Itu adalah urusan pribadi bagi kedua pocu benteng pahlawan, bagi orang luar sedikit sekali
yang diperbolehkan turut ambil bagian, hanya Pek Bi Lolo dan Thian san Gin-hong, oleh
karena perhubungan persahabatan mereka dengan keluarga Sim sudah demikian eratnya,
maka dibolehkan turut ambil bagian dalam upacara sembahyang pada keluarga Sim.
Thian san Gin hong yang mengikuti Pek Bi Lolo hidup didaerah pegunungan yang setiap hari
diliputi oleh salju, diwaktu biasanya kalau di atas gunung Thian-san mengadakan
peringatan harian tahun baru, oleh karena keluarga mereka sangat sedikit, sebab itu
dilakukan secara sederhana.
Tidak demikian dengan keadaan benteng pahlawan, benteng pahlawan merupakan
keluarga besar, orangnya juga banyak, sudah tentu didalam mata Thian-san Gin hong
merupakan suatu kejadian yang baru baginya, apa yang dilihatnya, ia selalu bertanya.
Ia juga melihat meja yang diletakkan di-tengah-tengah ruangan, mungkin karena tertarik
oleh perasaan herannya, maka ia lalu bertanya:"Tepekong apa yang dipuja dalam persembahyangan ini?"
Nyonya Sim Kun terpaksa mengendalikan perasaan gelinya, dengan sabar ia menjawab:"Ini
adalah meja abu leluhur kami, yang kami puja disini adalah arwah leluhur keluarga kami."
"Bolehkah aku melihat-lihatnya?" Demikian Thian-san Gin hong mengajukan pertanyaan
yang sifatnya masih ke-kanak-anakan.
Nyonya rumah itu yang ditanya demikian, sejenak tampak tercengang, kemudian ia
berkata dengan suara perlahan:
"Menurut peraturan dalam rumah tangga kami, kami tidak boleh mendekati meja dalam
jarak sepuluh langkah, Nona Siang kwan adalah tetamu, kau berbuat saja sebagai tidak
tahu, pergilah seorang diri saja!"
Thian-san Gin hong tidak tahu adanya peraturan yang aneh itu, hingga ia ingin
membatalkan maksudnya, tetapi perkataan yang sudah dikeluarkan, ia juga segan menarik
kembali, terpaksa dengan mengandung perasaan agak heran ia berjalan menghampiri meja
abu. Meja abu tertutup oleh tirai kain sutera, hingga tidak tampak jelas papan-papan di
belakang tirai itu tertulis dengan huruf apa, terpaksa ia maju lagi beberapa langkah, dan
pelahan-lahan menyingkap tirai kelambu, begitu melongok kedalam, pikirannya tercekat,
buru-buru ia mundurkan diri.
Nyonya Sim bertanya dengan suara pelahan: "Kau sudah melihat atau belum? Apa yang
tertulis di belakang kain tirai itu?"
Ternyata nyonya pocu itu juga merasa tertarik oleh perasaannya, ia juga ingin tahu apa
sebetulnya yang berada di belakang kain tirai sutera itu. Dengan meminjam tangan Thiansan Gin-hong ia juga ingin mendapat jawaban yang sejelasnya.
Thian-san Gin-hong dengan suara pelahan menjawab:"Keluarga kalian ini sebetulnya
keluarga orang She apa?"
"Apakah papan-papan dimeja abu itu tidak ditulis dengan keluarga orang she Sim?"
Demikian nyonya rumah itu balas menanya dengan perasaan heran.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Thian-san Gin hong mengangguk-anggukkan kepala dan meninggalkan nyonya rumah yang
masih tertegun seorang diri, ia berjalan keluar.
Ia kembali ke kamarnya sendiri lalu meletakkan beberapa biji batu kecil di depan
pintunya, ia lompat masuk kedalam kamar dan menutup pintu.
"Kau melakukan pekerdjaan apa lagi?" Demikian kata-kata yang keluar dari mulut orang
yang berada di belakangnya sehingga ia terkejut.
"Nenek, kau benar-benar menjemukan!" Demikian ia sesalkan neneknya sendiri.
"Menjemukan juga tak apalah, nenekmu tidak boleh tidak harus hati-hati menjagamu."
Berkata Pek Bi Lolo sambil tertawa.
Dengan sikapnya seperti anak kecil yang dimanja, ia menghampiri Pek Bi Lolo dan berbisik
ditelinganya:"Aku telah menemukan sesuatu kejadian aneh!"
"Soal apa yang tidak membikin aneh bagimu? Asal kau tidak hati-hati terhadap kelakuanmu
sendiri, orang lain barangkali akan anggap kau seperti orang gila!" Demikian Pek Bi Lolo
berkata sambil mengerutkan alisnya.
"Peduli apa dengan mereka!" Berkata Thian-san Gin-hong acuh tak acuh, "nenek, apakah
kau tahu benar bahwa mereka itu keluarga orang she Sim?"
"Kalau bukan orang she Sim lalu orang she apa?"
"Nenek, percuma saja kau menjadi sahabat mereka, dalam waktu beberapa puluh tahun
orang she apa yang sebenarnya, kau juga masih tidak tahu," Berkata Thian san Gin-hong
sambil tertawa, oleh karena kata-kata itu diucapkan dengan sungguh-sungguh, maka Pek
Bi Lolo lantas bertanya:"Apa? Kau sudah tahu she yang sebenarnya dari mereka?"
"Aku tadi baru saja melihat meja abu keluarga mereka, dipapan meja abu itu jelas tertulis
dengan kata-kata: "ABU LELUHUR KELUARGA SHE POK DARI KOTA SE-HO-TOY." Bagaimana
bisa she Sim? Adalah lebih tepat rasanya orang-orang ini adalah keturunannya sepasang
pendekar Liong dan Hong!!"
Sementara itu mulut Pek Bi Lolo menggumam sendiri: "Tiliang Giok-Ke! Tiliang Giok-Ke!"
Dengan tiba-tiba Thian-san Gin-hong berkata dengan suara perlahan:"Ada orang datang!"
Oleh karena waktu itu kekuatan tenaga dalam Thian-san Gin-hong sudah disempurnakan
oleh Pok Cun Gie sehingga mendapat kemajuan hebat sekali, Pek Bi Lolo sendiri belum
mendengar orang datang, sudah diketahui lebih dulu olehnya. Selanjutnya, terdengar
suara pintu diketuk, Thian-san Gin-hong lalu berjalan untuk membuka pintu, saat itu
toapocu Sim Kun berjalan masuk dan berkata kepada Pek Bi Lolo sambil memberi hormat:
"Lolo, kita akan mengadakan pertemuan, harap Lolo turut hadir!"
Pek Bi Lolo memandang cucunya sejenak, ia sebetulnya ingin mengajak keluar bersamasama. Tetapi Thian san Gin-hong sejak mengetahui bahwa keluarga benteng pahlawan
Benteng Pahlawan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adalah orang she Pok, ia ingin menantikan kedatangan Pok Cun Gie untuk memberitahukan
hal itu, maka ia lebih suka seorang diri berdiam didalam kamar, tidak menghiraukan sikap
neneknya, saat itu ia berlagak tidak mengerti.
Pek Bi Lolo yang melihat sikap cucunya yang seolah-olah tidak menghiraukan dirinya,
terpaksa pergi seorang diri ber-sama-sama Sim Kun.
Thian-san Gin hong duduk seorang diri di dalam kamar, sementara itu hatinya merasaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
cemas menantikan kedatangan Pok Cun Gie, ternyata yang ditunggu-tunggu itu masih
belum tampak batang hidungnya, maka ia lalu berjalan keluar dan berputaran sebentar
dipekarangan, baru kembali lagi kedalam kamar, saat itu hari sudah mulai gelap, ia tidak
pikir untuk memasang pelita, hanya duduk di bawah jendela sambil menarik napas
panjang.
"Adikku, ada urusan apa yang tidak menyenangkan hatimu?" Demikian suara Pok Cun Gie,
entah sejak kapan, tahu-tahu sudah berada didalam kamarnya.
Thian-san Gin-hong dengan cepat menghampirinya, dan berkata:
"Toako, aku akan beritahukan padamu bahwa keluarga benteng pahlawan ini ternyata
bukanlah seorang she Sim!"
Sekujur badan Pok Cun Gie dirasakan gemetaran, ia bertanya:"Bagaimana kau tahu?"
"Tadi aku baru saja melihat nama-nama dalam meja abu mereka..."
Belum habis kata-katanya, Pok Cun Gie sudah menyadari dan mengucapkan terima kasih
dan kemudian lompat keluar melalui jendela.
Thian-san Gin-hong merasa cemas, ia berteriak memanggil: "Toako..."
Tetapi ketika ia keluar memburu, Pok Cun Gie sudah tidak nampak bayangannya.
Ia terpaksa balik kembali dengan uring-uringan. Dari mulutnya melemparkan kata-kata:
"Setan...!!!"
"Nona Siang-koan kau toh bukan memaki aku situa bangka ini bukan!"
Demikian kata-kata yang terdengar dari belakangnya dan kemudian disusul oleh
kedatangan sitabib yang baik hati itu, dengan muka yang berseri-seri menghampiri dirinya.
Hati Thian-san Gin-hong bergetaran, ia kawatir tabib itu melihat Pok Cun Gie berada
dalam kamarnya, maka parasnya seketika itu juga menjadi merah, suaranya menjadi
perlahan, jawabannya menjadi gelagapan: "Aku.... sedang.... memaki diriku sendiri...."
Lalu ia memutar tubuhnya dan lari masuk kedalam kamarnya sendiri.
Jo Thay mengikuti di belakangnya sambil tertawa, kemudian ia berkata:"Jangan lari,
dengarlah, nenekmu suruh aku memanggil kau."
"Aku tidak mau pergi!" Demikian Thian-san Gin-hong menyahut.
"Kau tidak mau pergi? Tahukah kau bahwa kau telah menimbulkan urusan?"
"Menimbulkan urusan apa?"
"Jangan takut, tidak ada orang yang akan menyulitkan kau."
"Pergi ya pergi takkan lagi aku takut."
Demikian Jo Thay telah balik kembali bersama Thian san Gin-hong kedalam kamar tunggu
Sim Kun. Pada waktu itu disitu sudah ada Liat-hwee Kim-kong Lo Wie, ketua golongan
pengemis Song Khun, neneknya sendiri Pek Bi Lolo dan dua saudara Sim dari benteng
pahlawan.
Kini dengan perasaan tidak tenang dan hati berdebaran, Thian-san Gin hong memasuki
kamar itu, matanya menatap semua wajah orang sejenak, tapi waktu itu semua tidakTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
menunjukkan sikap tidak senang terhadapnya, diam-diam hatinya merasa lega dan
memberi hormat kepada mereka.
Lo Wie menggapaikan tangannya sambil ketawa berseri-seri, suruh ia maju kedepannya.
"Anak, aku orang tua hendak menanyakan padamu sepatah kata saja kemarilah . . ."
Thian san Gin hong yang baru saja mulai tenang, saat itu kembali merasa tegang, tetapi
sebagai seorang gadis yang berani, dengan angkat kepala ia menghampiri Lo Wie seraya
bertanya:"Locianpwee apakah hendak memberi pelajaran pada boanpwee?"
"Kau beritahukan padaku, kau tadi telah menyingkap tirai dimeja abu keluarga benteng
pahlawan, perbuatanmu tadi kau lakukan dengan sengaja ataukah tidak sengaja?" Bertanya
Lo Wie sambil tertawa.
Mendengar pertanyaan itu dalam hati Thian-san Gin-hong berpikir: Sebaiknya kukatakan
terus terang, bagaimanapun juga hari pertemuan akan dilakukan besok pagi.
Oleh karena itu, maka ia menjawab dengan tegas: "Memang sengaja!"
Lo Wie memandang orang-orang disekitarnya, kemudian berkata sambil tertawa terbahakbahak: "Anak, kau sungguh jujur, beritahukanlah lagi kepada kami, bagaimana kau timbul
perasaan demikian?"
"Atas permintaan orang."
"Siapakah orangnya?" Tanya Lo Wie dengan sikap tak berubah.
"Toako-ku."
Pek Bi Lolo yang mendengar jawaban itu, hampir saja lompat dari tempat duduknya.
"Ngaco! Darimana kau ada toako?!"
Thian-san Gin-hong pada saat itu sudah bertekad hendak berlaku terus-terang, maka
lantas menjawab dengan sejujurnya:"Pek Cun Ngo, adalah toakoku yang baru kukenalnya!"
Suasana dalam kamar itu sepi sunyi, tiada sepatah perkataan keluar dari mulut masingmasing. Thian-san Gin-hong juga tidak berani memandang mereka, pandangannya
ditujukan kebawah, memikirkan bagaimana untuk menghadapi mereka selanjutnya.
Dengan tiba-tiba terdengar pula suara tertawa Lo Wie, kemudian disusul pula dengan katakatanya: "Kun-ji, bagaimanapun juga besok pagi ayah dan ibumu harus keluar dari
pertapaannya, kami juga tidak akan membiarkan sahabat baik kami terkurung didalam
benteng di bawah tanah itu untuk selama-lamanya, ajaklah semua kawan-kawan yang ada
disini untuk menjumpai mereka!"
Sementara itu Lo Wie sepatah katapun tidak menegor Thian-san Gin hong, hal ini benarbenar diluar dugaan gadis itu.
Jipocu Sim Pek lantas bangkit dan berkata: "Biarlah aku yang melaporkan lebih dulu kepada ayah bunda."
"Seharusnya begitu, pergilah!" Berkata Lo Wie sambil menganggukkan kepala.
Sim Pek lantas pamitan dan berlalu lebih dahulu. Selanjutnya, semua orang yang ada disitu
di bawah pimpinan toapocu juga tiba ditempat pertapaan dua jago tua itu.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Karena jumlah orangnya agak banyak, mereka dibagi dua rombongan memasuki jalan
kebawah tanah, kemudian masuk kedalam sebuah kamar yang indah.
Didalam kamar itu kedua pendekar tua Liong dan Hong sudah menunggu bersama-sama Sim
Pek. Pek Bi Lolo dan lain-lainnya meskipun masih belum mengetahui benar keadaan ayah bunda
kedua pocu itu, tetapi hati mereka sedikit banyak sudah mempunyai gambaran.
Meskipun dalam mulut mereka tidak berkata apa-apa, tetapi perasaan hormat terhadap
dua jago tua itu nampak tegas dimuka masing-masing.
Setelah semua dipersilakan masuk dan duduk didalam ruangan, pendekar Liong, Pok King
Sian bersama isterinya memberi hormat kepada Pek Bi Lolo dan lain-lainnya, kemudian
berkata:"Anak-anak kami selama ini telah mendapat bantuan dan bimbingan saudarasaudara semua, oleh karena bagi kami masih ada kesulitan yang tak dapat kami jelaskan
disini, maka selama itu kami belum pernah memberitahukan hal ichwal kami yang
sebenarnya, disini kami berdua mengucapkan terima-kasih dan maaf sebesar-besarnya
pada saudara-saudara."
Pek Bi Lolo dan lain-lainnya buru-buru memberi hormat dan balas mengucapkan
terimakasih. Thian-san Gin-hong yang sipatnya keberandalan dan masih ke-kanak-anakan
lantas bertanya:
"Bapak dan ibu berdua apakah yang dahulu disebut sebagai sepasang pendekar LIONG dan
HONG yang namanya menggemparkan rimba persilatan itu?"
Pendekar Liong berkata sambil tertawa: "Dahulu sahabat-sahabat dari dunia Kangouw demikianlah memberikan julukan kepada kami suami-isteri, tetapi itu hanya nama yang
sesungguhnya sangat memalukan bagi diri kami sendiri."
"Mengapa bapak berdua tidak membuka kerudung muka, supaya boanpwee dapat
menyaksikan wajah asli bapak berdua?" Bertanya Thian-san Gin hong.
Pek Bi Lolo yang menyaksikan cucunya bertanya tanpa menghiraukan adanya orang banyak
disitu, lantas menegor padanya:"Hua-ji, kau terlalu tidak tahu aturan."
Sebaliknya dengan pendekar Liong, dia malah ketawa terbahak-bahak dan berkata:"Lolo,
jangan tegor cucumu, sebetulnya adalah aku sendiri yang tidak seharusnya memakai
kerudung ini untuk menjumpai orang-orang."
Kemudian ia menghela napas panjang dan berkata pula:"Dengan sebetulnya, muka kami
suami istri ini untuk selanjutnya tidak dapat melihat orang lagi."
Orang-orang yang mendengar perkataan itu diwajahnya menunjukkan sikap tidak enak,
sedangkan Liat-hwee Kim-kong Lo Wie tampak menggeleng-gelengkan kepala dan
menghela napas.
Hanya Thian-san Gin-hong yang tidak mengerti itu semua, apa yang terpikir dalam hatinya
lantas ditanyakan:"Apakah muka itu dirusakkan oleh orang?"
"Benar!!" jawab pendekar Liong sambil menganggukkan kepala.
"Siapakah orangnya yang memiliki kepandaian demikian tinggi, dapat merusak muka bapak
berdua??" Bertanya pula Thian san Gin-hong.
"Muka kami suami istri telah rusak di tangan Tan Cie Tong yang menggunakan akal muslihat
sangat keji."TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Jawaban itu bukan saja mengejutkan Pek Bi Lolo dan lain-lainnya, tetapi juga
mengejutkan orang yang diam-diam menyaksikan pertemuan itu.
Orang itu adalah Pok Cun Gie sendiri, setelah ia mendengar keterangan Thian san Gin
hong, ia telah mengikuti masuk secara menggelap, ia telah bersedia mencari kesempatan
untuk bertemu muka dengan dua orang tuanya.
Pembicaraan dalam kamar itu, meskipun tidak membicarakan soal pokok, tetapi asal-usul
diri sepasang pendekar itu sudah tidak dapat disangsikan lagi. Dan selagi ia hendak unjuk
diri untuk masuk kedalam kamar, dengan tiba-tiba di tengah udara terdengar suara bunyi
kodok, selanjutnya tampak melayang seorang tua dengan berpakaian jubah panjang warna
coklat.
Pok Cun Gie menyaksikan gerakan dan kepandaian ilmu yang ditunjukkan oleh orang tua
itu ternyata mirip benar dengan ilmu kepandaiannya sendiri, diam-diam merasa terkejut,
hingga ia tidak berani bergerak sedikitpun juga.
Kedatangan orang itu, oleh karena lebih dahulu sudah memberi kabar, maka orang-orang
yang berada didalam kamar semua menunjukkan perasaan dan sikap terkejut.
Hanya dua orang tua yang mukanya berkerudung dan Liat-hwee Kim-kong Lo Wie yang
berpandangan dan saling tertawa, kemudian berjalan menuju keluar pintu untuk
menyambut.
Gerakan orang tua itu sesungguhnya luar biasa gesitnya, baru saja tiga jago tua yang
hendak menyambut itu bergerak, ia sudah melayang masuk kedalam.
Kegesitan itu menimbulkan perasaan terkejut dan kagum semua orang, hingga semua
bangkit, dan siap sedia menghadapi segala kemungkinan.
Sepasang pendekar Liong dan Hong bersama Liat-hwee Kim-kong Lo Wie, selagi semua
orang berada dalam kebingungan sudah maju memberi hormat kepada orang tua itu.
Yang mengherankan adalah Lo Wie, saat itu menggunakan kata-kata seperti apa yang
diucapkan oleh sepasang Liong dan Hong ialah memanggil orang yang baru datang itu
dengan bahasakan toako.
Orang tua itu menganggukkan kepala kepada Lo Wie seraya berkata:"Lo Si, kau juga sudah
datang, itu bagus!" Orang tua itu maju dan menggenggam sepasang tangan pendekar Liong
dan Hong, kemudian berkata pada mereka:
"Lote, selama duapuluh tahun ini kalian benar-benar telah mendapat kemajuan yang tidak
sedikit, toakomu benar-benar merasa sangat gembira."
Siapa? Siapakah orang tua itu?? Hal ini bukan saja menimbulkan tanda tanya bagi Pek Bi
Lolo dan lainnya, begitupun Pok Cun Gie sendiri juga tidak terkecualian.
Sepasang pendekar Liong dan Hong teringat bantuan Pek Cun Ngo yang dilakukan tanpa
disengaja, lalu berkata sambil tertawa getir:
"Kalau kami ceritakan sesungguhnya sangat memalukan, siaote berdua jikalau tidak ada
bantuan dari seorang muda yang menamakan diri sebagai Pek Cun Ngo itu, mungkin akan
gagal setengah jalan."
Wajah orang tua itu agak berubah, di hadapan orang banyak akhirnya ia menahan
pertanyaannya yang hendak diajukan, dengan tiba-tiba menganggukkan kepala memberi
hormat kepada Pek Bi Lolo seraya berkata: "Saudara-saudara silakan duduk semua."TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Dan kedatangan toako ini hampir membuatku gila karena merasa terlalu girang, sehingga
lupa mengenalkan saudara-saudara yang ada disini." Berkata pendekar Liong sambil
tertawa.
"Aku si orang tua ini adalah Sim Hian." Demikian orang tua itu berkata memperkenalkan
dirinya sendiri.
Nama Sim Hian itu secepat kilat telah mengejutkan Pek Bi Lolo dan lain-lainnya, hingga
mereka yang sudah akan duduk ditempat masing-masing telah bangkit lagi, wajah mereka
menunjukkan sikap menghormat sekali.
Sim Hian ini adalah cucu dari Sim Hian Tong yang pada zamannya dianggap dewanya ilmu
persilatan. Kepandaiannya ilmu silat ia sendiri tidak perlu dikatakan, hanya nama dari
leluhurnya sudah cukup menjadi jaminan sampai dimana tinggi ilmunya.
Kedua pocu Sim Kun dan Sim Pek menggunakan kesempatan itu untuk belajar kenal dengan
Sim Hian. Sim Pek yang kuwatirkan keselamatan Sim Teng Teng telah menggunakan
kesempatan itu untuk bertanya kepadanya:"Toapek, Teng Teng sudah pulang kerumah atau
belum?"
"Kau tidak perlu kuwatir, dia sudah pulang, pelajaran yang didapat kali ini sungguh
berguna baginya, sekarang ia bertekun untuk memperdalam ilmu kepandaiannya!"
Menjawab Sim Hian.
"Toako, siaote justru hendak memberitahukan asal usul diri kami kepada saudara-saudara
ini, toako, dengan kedatanganmu ini, aku minta supaya toako yang memberikan
penjelasan kepada mereka, dan sekalian untuk menyapu bersih kesangsian yang selama itu
terbenam dihati masing-masing!" Berkata pendekar Liong.
"Itu seharusnya, dan sekarang ini rasanya adalah waktu yang setepat-tepat-nya." Berkata
Sim Hian sambil tertawa. Kemudian berkata kepada kedua pocu: "Istri-istri kalian berdua,
tahukah asal-usul kalian yang sebenarnya?"
"Tit-ji tidak berani memberitahukan kepada mereka." Menjawab kedua pocu dengan sikap
sangat menghormat.
"Pek-ji, panggillah mereka kemari, kalian sudah membuat mereka berada dalam kegelapan
selama bertahun-tahun ini, biarlah mereka dengar sendiri keterangan toapekmu, supaya
hati mereka juga merasa lega." Berkata Sim Hian.
Sim Pek menurut dan minta diri, kemudian berlalu dari ruangan itu.
Sementara itu Pok Cun Gie yang menghilang sejak masih kanak-kanak juga tidak tahu
banyak tentang keadaan rumah tangganya sendiri, sudah terang ia seorang she Pok,
bagaimana bisa mengaku saudara dengan orang she Sim dan orang she Lo? Pertanyaan itu
selalu mengganggu pikirannya, maka ia terus mengambil keputusan untuk mendengar
sendiri keterangan yang akan diberikan oleh orang she Sim itu.
Tak lama kemudian Sim Pek sudah kembali bersama istrinya dan istri saudaranya.
Bagi kedua istri itu, bukan saja tidak mengetahui asal-usul sebenarnya suami mereka,
tetapi juga tidak mengerti bahwa orang yang menyendiri didalam kamar itu adalah bapak
dan ibu mertua mereka.
Ketika mereka masuk ke dalam ruangan di bawah tanah itu nampaknya sangat gugup, tidak
tahu bagaimana harus berbuat.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Dalam keadaan bingung seperti itu, ketika mereka melihat ayah ibu mertuanya serta
empek dan paman mereka, semakin bingung dan merasa tidak tenang.
Sim Hian menghela napas panjang dan berkata: "Sebenarnya toapek dengan ayah bunda
kalian, dan paman kalian keempat, bibi kedua, ketiga, paman keenam, paman ketujuh dan
kedelapan"
"Aaaa!! Sungguh banyak anggota famili itu!" dalam hati masing-masing meskipun
mempunyai perasaan demikian, tetapi tiada orang yang berani memikir lebih jauh, semua
perhatian dipusatkan pada diri Sim Hian, untuk melanjutkan keterangannya.
Demikianlah Sim Hian melanjutkan keterangannya: "Sebetulnya kami delapan orang,
semua adalah cucu dari kakek kami yang dahulu disebut dewanya ilmu silat."
Setelah berkata demikian, ia menarik napas, semua orang agaknya juga sudah mendapat
sedikit gambaran, hingga saling berpandangan dan tertawa-tawa. Sim Hian juga tertawa
dan kemudian berkata pula: "Kakek kalian telah melahirkan empat anak laki-laki dan dua
perempuan, kecuali toapekmu yang masih menggunakan she keluarganya ialah she SIM,
anak laki kedua telah dipungut oleh Pok King Sing, dan anak ketiga telah melanjutkan she
mertuanya ialah Lo Hong Pak, anak laki keempat melanjutkan she dari mertuanya Oey It
Sun, empat keluarga itu hingga menurunkan keluarganya yang sekarang, menjadilah
saudara-saudara keturunan sekeluarga yang berlainan She."
Keterangan Sim Hian berhenti sampai di situ, sebetulnya tidak perlu ia menerangkan
semua juga sudah dapat menduga sebab musabab mengapa sepasang pendekar Liong dan
Hong itu menggunakan she Pok.
Sim Hian tiba-tiba berkata kepada Jo Thay:"Hiantit, hubungan kita sebetulnya juga sangat
dalam!"
Jo Thay saat itu merasa bingung, ia berdiri termangu-mangu, namun dalam otaknya terus
berpikir, saat itu segera menjadi sadar, maka lantas berlutut di hadapan Sim Hian, Lo Wie
dan sepasang pendekar Liong dan Hong. Sementara dalam mulutnya menyatakan dan
memanggil mereka sebagai paman-paman seperguruan.
Lo Wie menerima kehormatan itu, kemudian berkata sambil tertawa: "Kau sekarang sudah
mengerti!"
"Kepandaian kakek kami sebetulnya berasal dari Pok Couwsu, kalau dihitung memang
masih terhitung orang-orang keluarga sendiri, aku yang kurang pikir, memohon para supek
memaafkan yang sebesar-besarnya." Berkata Jo Thay dengan muka kemalu-maluan.
"Mulai saat ini, kalian juga boleh merobah she kalian menjadi orang-orang she Pok."
Demikian Sim Hian berkata kepada kedua pocu.
"Baik!" Menjawab kedua pocu itu dengan serentak.
Pada waktu itu, dalam otak Thian-san Gin-hong kembali timbul pertanyaan, maka ia lantas
bertanya:"Pok locianpwee aku hendak tanya, apa sebabnya Pok locianpwee merobah she
menjadi orang she Sim??"
"Ini harus dimulai pada duapuluh tahun berselang, waktu itu menteri negara jahanam Lie
telah menaksir benda pusaka keluarga kami, ialah sepasang batu Giok yang dinamakan Im
dan Yang, benda pusaka peninggalan leluhur kami itu sudah tentu kami tidak mau
melepaskan begitu saja, oleh karenanya kami terpaksa tidak dapat tinggal dikota
Benteng Pahlawan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kediaman sendiri berhubung dengan pengaruhnya yang amat besar dari menteri jahanam
itu, maka kami mau tidak mau terpaksa harus mengganti nama dan she untuk mencegahTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
bahaya yang akan datang," Menjawab pendekar Liong sambil menghela napas.
"Ini toh tak ada sangkut pautnya dengan Tan Cie Tong?" Berkata Thian-san Gin-hong.
"Kami suami istri mengajak Kun-ji mereka bertiga saudara meninggalkan kota Kimling, lalu
menuju ke selatan dan tiba didaerah ini, waktu itu kami mulai lega, tak disangka Tan Cie
Tong yang sudah lama mengincar benda wasiat kami telah memancing kami berdua
kedalam barisannya yang bersembunyi, kami berdua karena agak lalai, sehingga telah
terjebak dalam perangkapnya, dan demikianlah muka-muka kami telah rusak dengan racun
cair yang ia gunakan, tetapi ia sendiri juga terluka parah dan melarikan diri, hanya anak
kami yang ketiga Pok Cun Gie dengan demikian telah hilang."
Saat itu dalam otak Thian-san Gin-hong timbullah suatu pikiran aneh, tanpa sadar ia lantas
berseru: "Mungkinkah dia????"
Seruan itu sudah tentu mengejutkan semua orang, maka sepasang pendekar LIONG dan
HONG lantas bertanya:"Siapa yang kau maksudkan dengan dia???"
Pada saat itu, sesosok bayangan manusia melayang masuk kedalam ruangan itu dan
bayangan itu nampaknya hendak menyerbu sepasang LIONG dan HONG, bersamaan dengan
itu dari mulutnya mengeluarkan suara tertahan.
Sayang, karena gerakan terlalu cepat sekali, hingga menimbulkan kecurigaan semua orang,
Sim Hian yang merupakan orang yang berkepandaian paling tinggi diantara semua orang,
telah menggunakan lengan jubahnya untuk menahan orang itu.
Orang yang baru datang itu telah terkejut oleh lengan jubah Sim Hian sehingga jatuh
jumpalitan menubruk dinding tembok, ia mengeluarkan seruan tertahan, kemudian
kembali menyerbu lagi.
Orang itu bukan lain daripada Pok Cun Gie, yang sudah tidak dapat mengendalikan
perasaannya, ketika pendekar LIONG tadi menyebutkan namanya, dalam otaknya hanya
memikirkan dengan cara bagaimana untuk menemui ayah dan ibunya, maka itu dengan
tidak memikir banyak lagi ia lantas masuk untuk menjumpai orang tuanya.
Kebutan Sim Hian tadi, bukan saja tidak dihiraukannya, bahkan sedikitpun tidak
memikirkan untuk menggunakan kepandaiannya memberikan perlawanan.
Oleh karena pada saat itu otaknya hanya memikirkan ayah bundanya saja, lain dari itu
tidak ada yang dipikirkan lagi.
Masih untung baginya, bahwa kebutan Sim Hian tadi maksudnya hanya untuk mencegah
saja, tidak maksud untuk melukai orang, namun demikian kebutan itu juga sudah berat
baginya, sebab ia sedikitpun tidak maksud memberi perlawanan.
Untuk kedua kalinya ia bangkit lagi, kecuali Sim Hian, semua juga sudah tampak tegas
siapa adanya orang itu, terutama bagi Thian-san Gin-hong, ketika ia mengetahui siapa
adanya orang itu, lantas berseru dengan suara nyaring:"Biarkan ia masuk jangan dicegah
lagi!" Berbareng dengan itu, badannya bergerak, menghadang di hadapan Sim Hian.
Begitu tiba di hadapan orang tuanya, Pok Cun Gie lantas berkata: "Ayah Ibu, anak telah
mencari hampir setengah mati."
Sehabis berkata demikian, ia tidak dapat pertahankan lagi, mulutnya mengeluarkan darah,
dan tengkurap ditanah tidak bergerak lagi.
Dengan adanya kata-kata tadi, maksud kedatangan Pok Cun Gie sudah tidak menimbulkanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
kecurigaan orang lagi.
Ia memang benar anak ketiga sepasang pendekar LIONG dan HONG yang telah menghilang
sejak banyak tahun lamanya. Pendekar Hong sekujur badannya menggigil, ia berkata
dengan suara gemetaran:"Gie-ji..."
Ia hendak mengulurkan tangannya untuk menarik bangun Pok Cun Gie, tetapi
perbuatannya itu dicegah oleh Sim Hian:"Adik mantu, untuk sementara jangan kau ganggu
dia, dia bukan saja terganggu pikirannya juga terlalu panik, biarkan beristirahat sebentar
saja nanti akan sembuh kembali."
Memang benar, Pok Cun Gie telah mendapat kesempatan untuk mengatur pernapasannya
lantas ia bangkit berdiri.
Kembali Sim Hian mencegahnya:"Gie-ji, jangan bergerak sembarangan, kau atur baik-baik
dulu pernapasanmu, baru nanti bertemu kepada kita semua."
Pok Cun Gie yang memiliki kekuatan tenaga dalam luar biasa, hanya menggunakan waktu
sangat singkat saja untuk mengatur pernapasannya, maka sebentar kemudian ia sudah
pulih kembali seperti biasa. Ia lalu bangkit dengan masih tetap berlutut di hadapan kedua
orang tuanya, dari lehernya ia membuka sebuah kantong kecil warna perak, dengan kedua
tangannya ia berikan kepada kedua orang tuanya:"Batu Giok anak selama itu terus anak
bawa-bawa, silakan Ayah dan Ibu periksa sendiri."
Kiranya sepasang Giok yang dinamakan batu Giok Im-Yang itu pada waktu Pok Cun Gie
menghilang, hanya tinggal sebuah saja, dengan munculnya Pok Cun Gie, sepasang Giok itu
telah utuh lagi.
Ibunya saat itu merasa girang bercampur sedih, dengan airmata berlinang-linang
memandang anaknya.
Thian-san Gin-hong entah apa sebabnya, pada saat itu juga tanpa disadari sudah
mengucurkan airmata.
Pemandangan itu di hadapan orang banyak, sesungguhnya merupakan pemandangan yang
sangat memilukan, sehingga semua melupakan kegembiraan yang tadi ada dalam hati
masing-masing. Sebaliknya dengan Liat-hwee Kim kong Lo Wie dengan tiba-tiba tertawa
terbahak-bahak, dan kemudian berkata:"Adik mantu, kau seharusnya juga membagi
waktumu untuk kita sekalian!"
Pendekar Hong yang mendengar itu lantas tertawa, ia lalu melepaskan Pok Cun Gie,
kemudian berkata padanya:"Anak, lekas menjumpai kedua empekmu."
Pok Cun Gie setelah menjumpai kedua empeknya, dengan perasaan tidak enak ketemu
dengan orang-orang yang dahulu pernah menganggap dirinya sebagai musuh, terutama
ketika ia berhadapan dengan ketua golongan pengemis, ia merasa sangat malu, hingga
mukanya menjadi merah.
Setelah itu baru ia menjumpai kedua pocu yang ternyata adalah saudaranya sendiri, tiga
saudara itu setelah berhadapan pada tertawa sendiri.
Lalu diantara suara tertawa Pok Cun Gie mengeluarkan kata-kata penyesalan terhadap
toakonya: "Toako, kala itu sewaktu aku meminta keterangan tentang batu Giok Im dan
Yang, seandai waktu itu kau beritahukan kepadaku dengan terus terang, bukankah tidak
akan terjadi seperti apa yang telah terjadi?"
Toakonya, Pok Kun juga berkata sambil tertawa:"Karena kedatanganmu bersama-samaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
bangsat tua she Tan itu, apalagi sikap dan matamu waktu itu sudah menakutkan kita
semua, bagaimana berani memberi keterangan dengan terus terang?"
Jawaban itu telah menimbulkan tertawa semua orang.
Diantara tertawa semua, Lo Wie telah memutuskan pembicaraan mereka, ia
berkata:"Semua jangan lupa disini ada satu pengkhianat kecil, kita seharusnya tidak boleh
memberi ampun padanya!!"
Wajah Thian-san Gin-hong berubah seketika, ia lantas berseru:"Locianpwee..."
Lo Wie dengan suara geram berkata:"Siapa Locianpwee??? Seharusnya Supek!"
Thian-san Gin-hong terkejut dan malu, waktu itu ia sangat girang, hampir tak dapat
menguasai dirinya sendiri, saat itu yang paling girang adalah Pek Bi Lolo, sambil
mendorong cucunya ia berkata:"Mengapa kau tidak lekas memberi hormat kepada orang
tua??"
Dengan adanya itu, Thian-san Gin-hong lantas berlutut di hadapan Lo Wie, lalu memanggil:
"SUPEK!"
Lo Wie seperti orang yang menangkap anak ayam, ia telah angkat tubuh Thian san Gin
hong kemudian berkata kepada sepasang pendekar Liong dan Hong sambil tertawa:"Longo,
bocah ini kau lihat bagaimana??"
"Bagus! Bagus! Bagus!!" Demikian pendekar Liong dan Hong berkata sambil tertawa berseriseri, kemudian berkata kepada Pek Bi Lolo: "Lolo, kau sudi melepaskan dia atau tidak??"
Pek Bi Lolo yang sudah kegirangan, dan sudah dapat menduga perasaan cucunya, lantas
berkata sambil tertawa:"Kalau aku tidak tega melepaskannya, apakah aku tidak bisa
pindah dan tinggal dibenteng pahlawan?"
Pendekar liong lalu berkata dan memberi hormat kepada Song Khun:"Pangcu, siaotee
minta supaya pangcu bersedia untuk menjadi comblang dalam urusan anak siaotee ini."
Ketua golongan pengemis Song Khun tidak menduga akan mendapat kehormatan sebesar
itu, maka ia lantas menjawab dengan suara agak gugup:"Ya, ya! Ya ya! Aku si pengemis tua
tidak akan lewatkan cuma-cuma!"
Thian san Gin hong melepaskan diri dari tangan Lo Wie, lalu lari balik kedalam pelukan Pek
Bi Lolo, ia sekarang tidak berani angkat muka lagi.
Didalam ruangan bawah tanah itu, sekarang sedang diliputi suasana kegirangan.
Setelah diadakan rapat rahasia, Pok Cun Gie minta diri pada kedua orang tuanya untuk
kembali kerumah Tan Cie Tong.
Pertemuan besar yang akan diadakan dibenteng pahlawan, tidak ditetapkan jam dan
waktu yang tepat, keadaan demikian menurut kebiasaan dunia kangouw seharusnya
dilakukan pada waktu malam.
Hari itu benteng pahlawan telah menyiapkan waktu makan siang lebih pagi dari biasanya,
menjamu para sahabat yang datang hendak memberi bantuan tenaga, sahabat-sahabatnya
itu di bawah pimpinan Liat-hwee Kim-kong Lo Wie telah berjalan masuk keruangan
pertandingan yang sudah disediakan itu.
Sim Hian waktu itu entah kemana perginya tidak kelihatan muncul.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Sepasang pendekar Liong dan Hong masih tetap dengan kerudung dimukanya, mereka
duduk disamping Lo Wie, oleh karena namanya belum diumumkan secara terus terang,
dalam pikiran orang banyak sudah tentu dipandang sebagai tokoh kuat yang mengasingkan
diri. Diantara rombongan sahabat-sahabat kedua pocu yang datang, termasuk ketua dari
golongan Siauw-lim-si, Bu Tong, Co Sie, Kim Li, dan Wa San, lima partai besar, masih ada
chungcu dari perkampungan Li Ngo, disamping itu juga terdapat berbagai tokoh dari
berbagai tempat yang jumlahnya tidak kurang dari limapuluh orang.
Hanya sajang, dari partai Khong tong pay dan perkampungan Tang hong chung tidak
mengirim orang datang, jikalau tidak, boleh dikata bahwa pertemuan itu merupakan
pertemuan seluruh tokoh kuat pada masa itu.
Diseberang sana ada sebaris tempat duduk yang terdiri dari duapuluh kursi, tempat duduk
itu disediakan untuk Tan Cie Tong dan Lie hwee-lengcu Pek Cun Ngo serta kawan-kawan
mereka. Pada waktu itu suasana dalam lapangan nampak ramai.
Sebelum lohor tiba, suara orang ramai tadi perlahan-lahan mulai sirap, semua perhatian
ditujukan kepada pintu benteng pahlawan.
Mereka dengan perasaan tegang menantikan munculnya Tan Cie Tong.
Pada waktu itu, mendadak tertampak chungcu dari perkampungan ki cok chung Oen Tiong
Ho bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar, ia menuju kebelakang toapocu Pok
Kun. Oen Tiong Ho adalah seorang sahabat yang datang untuk memberi bantuan tenaga, maka
Pok Kun meskipun melihat ia datang menghampiri sedikitpun tidak menaruh perasaan
curiga apa-apa, selagi hendak berpaling dan berkata padanya, tiba-tiba jalan darah di
belakang punggungnya merasa tegang, ternyata jalan darah itu sudah dikuasai oleh Oen
Tiong Ho.
Dalam keadaan terkejut, Pok Kun bertanya:"Saudara Oen, apakah artinya ini?"
Oen Tiong Ho memperdengarkan suara tertawa kemudian berkata:"Sim toapocu, aku toh
tidak akan main-main denganmu!"
Oleh karena suara tertawanya, hingga menimbulkan perhatian orang banyak, ketika semua
pandangan mata ditujukan kepadanya, saat itu suara terkejut dari mulut orang banyak
terdengar dan dengan sendirinya semuanya pada mengerumun.
Oen Tiong Ho lalu membentak dengan suara keras:"Semua jangan bergerak! Siapa yang
berani kesini, jangan sesalkan kalau aku berani turun tangan kejam tanpa kasihan!"
Dan selanjutnya tangannya bergerak, dari sikunya meluncur keluar tiga anak panah yang
berwarna merah, putih dan biru.
Setelah itu, dari luar melompat masuk dua orang tua kepala gundul berpakaian warnawarni, di belakang mereka diikuti oleh delapanbelas pengawal yang juga berpakaian
warna-warni, mereka telah berbaris di belakangnya.
Dengan sinar mata tajam Sim Kun berpaling menatap wajah Oen Tiong Ho, kemudian
berkata:"Saudara Tiong Ho, ada urusan apa-apa kita boleh bicara baik-baik, perlu apa kau
bertindak demikian? Bukankah ini berarti kau tidak ingat persahabatan kita selama ini?"
"Dengan memandang persahabatan kita selama ini, kau suruh mereka menyerahkan batu
Giok Im-Yang itu, aku akan mengampuni jiwamu." Berkata Oen Tiong Ho.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Sim Kun baru sadar, ia lalu berkata sambil tertawa besar:"Saudara Oen, benda itu kami
sediakan untuk Lie hwee lengcu Pek Cun Ngo, kau berani main api, apakah tidak takut
akan membakar dirimu sendiri?"
"Ini tidak ada hubungan denganmu, juga tidak perlu kau turut capek hati, lekas suruh
orang untuk mengambil batu Giok yang berada di atas meja itu." Berkata Oen Tiong Ho
sambil tertawa dingin.
Sim Kun telah menunjukkan jiwa ksatrianya, dengan sikap tegas ia menjawab: "Tidak!!"
"Baik, kau lihat aku berani membunuhmu atau tidak!" Berkata Oen Tiong Ho sambil
tertawa seram, begitu habis mengeluarkan perkataannya itu tangan kanannya lalu
bergerak, kemudian disusul oleh suara jeritan Pok Kun, yang saat itu lantas menyemburkan
darah segar.
Jipocu Pok Pek berteriak dengan suara keras, kemudian menyerbunya seraya
berkata:"Oen-loji, lepaskan toakoku, aku berikan batu Giok yang kau minta!"
"Bawa kemari!!!" Berkata Oen Tiong Ho sambil mengulurkan tangannya.
Pok Pek maju kehadapan Lo Wie, orang tua itu lantas berkata sambil menganggukkan
kepala: "Berikan padanya tidak halangan, dia toh tidak akan terlepas dari genggaman
tangan kita."
Pok Pek mengambil batu Giok yang diletakkan di atas meja, lalu jalan menghampiri Oen
Tiong Ho dan berkata padanya:"Kau lepaskan orangnya, aku akan berikan batu Giok ini."
"Kalau kulepaskan orang, lalu kau tarik kembali batu Giokmu, betul tidak?!" Berkata Oen
Tiong Ho sambil tertawa mengejek.
"Orang dari benteng pahlawan bukanlah orang-orang yang tidak boleh dipercaya!" Berkata
Pok Pek.
"Tetapi aku selalu tidak percaya kepada mulut orang lain." Kata Oen Tiong Ho dingin.
"Baik, batu Giok ini kuberikan padamu, tetapi kau lepaskan saudaraku." Berkata Pok Pek
sambil menghela napas, kemudian memberikan batu Giok itu kepada Oen Tiong Ho.
Oen Tiong Ho menerima batu Giok itu lalu dimasukkan kedalam sakunya, kemudian
mengulurkan tangannya dan bertanya: "Masih ada satu lagi??"
Sebuah lagi masih ada ditangan Pok Cun Gie, sudah tentu Pok Pek tidak dapat memberikan
kepadanya, maka lalu berkata:"Saudara Oen, masih ada sebuah lagi, tapi sebetulnya tidak
berada ditangan kami, akan tetapi aku berjanji padamu, selewatnya hari ini, kami pasti
akan ambil kembali dan memberikan kepadamu!"
Oen Tiong Ho juga merasa bahwa ia sudah membuang waktu tidak sedikit, sekalipun ada
orang-orangnya yang mencegah kedatangan Tan Cie Tong, tetapi ia masih kuatir tidak
sanggup mencegah iblis tua itu, jikalau datang sedikitnya akan merepotkan dirinya.
Oleh karenanya, maka ia lalu berkata sambil tertawa:"Baiklah, kali ini kuberi muka
padamu, kapan waktu kau mengantarkan batu giok itu, itu waktu juga kuserahkan
saudaramu."
Selanjutnya ia memerintahkan orang-orangnya untuk mengundurkan diri, dan ia sendiri
dengan mengempit Pok Kun yang sudah tidak berdaya di bawah perlindungan anak
buahnya, meninggalkan benteng pahlawan.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Jipocu Pok Pek sangat kawatirkan keselamatan diri saudaranya, akan tetapi ia tidak bisa
berbuat apa-apa untuk mencegah berlalunya manusia berhati binatang itu.
"Batu giok Im Yang adalah milikku, kau anjing berani mati, berani main gila di hadapanku,
benar-benar sudah bosan hidup, berhenti!" Demikian satu suara yang sangat serem dari
sudut ujung kiri tembok benteng pahlawan, selanjutnya dari tempatnya yang agak gelap
itu melayang sesosok bayangan manusia, seorang tua kurus kering berpakaian warna hitam
dengan langkah lambat-lambat berjalan menghampiri Oen Tiong Ho.
Oen Tiong Ho ternyata tidak kenal dengan orang tua itu, yang tak lain dan tak bukan Tan
Cie Tong adanya. Ia masih mengira bahwa orang tua itu orang dari benteng pahlawan,
maka dengan sikap yang garang ia berkata:"Kau siapa? Jikalau kau berani maju lagi
selangkah, jangan sesalkan kalau aku tidak bisa pegang janji!!"
Tangan kanannya lalu diletakkan di atas tubuh Pok Kun. Diluar dugaannya orang tua itu
ternyata anggap sepi ancaman tadi, bukan saja masih melanjutkan langkah kakinya,
bahkan menjawab sambil tertawa dingin:"Batu itu adalah milikku, bagaimana dua saudara
Sim ada hak memberikan kepadamu??"
Oen Tiong Ho hendak berlaku nekad, tangannya diangkat tinggi dan berkata:"Jikalau
tanganku ini diturunkan, kau nanti akan menyesal."
Jiepocu Pok Pek yang menyaksikan saudaranya dalam keadaan bahaya lantas
berseru:"Saudara Oen, jangan, dia adalah Tan Cie Tong, tidak ada hubungan dengan kami."
"Aku tidak peduli siapa dia, aku hanya hendak menukar jiwa dengan benda pusaka, jikalau
kalian menghendaki jiwa pocu kalian, kalian boleh turun tangan untuk melawan anjing sial
ini bertindak!" Berkata Oen Tiong Ho sambil tertawa dingin.
Pok Pek terkejut, selagi hendak berusaha menahan majunya Tan Cie Tong dengan tidak
menghiraukan jiwanya sendiri, tak disangka-sangka Tan Cie Tong sudah maju menyerbu
dan berada di hadapan Oen Tiong Ho, sudah tentu Pok Pek tak keburu bertindak.
Tan Cie Tong seorang yang berhati kejam dan bertangan ganas begitu berada didekat Oen
Tiong Ho, dengan tidak mengeluarkan sepatah katapun juga, lengan bajunya dikibaskan,
dari situ mengembus keluar ilmunya yang mengandung hawa sangat dingin, hembusan
angin dingin itu sudah menggulung delapanbelas anak buah Oen Tiong Ho bersama dua
pemimpinnya orang tua kepala gundul.
Dua orang tua kepala gundul dan delapan belas anak buah Oen Tiong Ho, sesaat itu
nampak kelabakan, meskipun mereka juga melakukan perlawanan, tetapi bagaimana
sanggup melawan serangan iblis tua itu?
Tak lama kemudian, delapanbelas anak-buah Oen Tiong Ho telah jatuh bergelimpangan
ditanah, hanya dua orang tua yang berkepala botak itu yang masih dapat bertahan diri
tidak jatuh, tetapi juga terpental mundur sejauh delapan langkah dengan menderita lukaluka dalam.
Pada saat itu Oen Tiong Ho dengan tanpa perlindungan dari orang-orangnya, dengan
sendirinya sudah berada di bawah ancaman Tan Cie Tong.
Sekalipun orang-orang benteng pahlawan ada maksud hendak menolong Oen Tiong Ho,
Benteng Pahlawan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
barangkali juga tidak keburu. Sementara itu delapanbelas anak-buah Oen Tiong Ho yang
kena serangan ilmu ini, hawa dingin itu sudah menyusup kedalam tubuh dan tulang-ulang
mereka, sehingga mereka bergelimpangan sambil menjerit-jerit dengan suara yang
mengenaskan.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Oen Tiong Ho yang menggunakan waktu tak sedikit untuk merencanakan akal busuknya,
kini setelah berhadapan dengan Tan Cie Tong, seolah-olah tikus ketemu kucing, sedikitpun
tidak berdaya.
Namun demikian, sebagai seorang yang berhati kejam dan tamak, masih memikirkan untuk
mencari suatu jalan, ia coba balas menggertak Tan Cie Tong, dengan suara gusar ia
berkata:"Kau boleh turun tangan!" Dengan tiba-tiba, ia angkat tinggi tubuh Pok Kun untuk
menahan serangan Tan Cie Tong.
Jipocu Pok Pek berseru dan menyerbu Tan Cie Tong.
Tan Cie Tong hanya menggerakkan lengan bajunya, menahan majunya Pok Pek.
Pok Pek yang sudah tidak menghiraukan jiwanya sendiri, selagi hendak berlaku nekad
untuk melanjutkan usahanya, telinganya tiba-tiba mendengar suara ayahnya yang
disampaikan dengan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga:
"Pek-ji, jangan gegabah, wataknya bangsat she Tan itu aku tahu benar, ia tidak akan
melukai toakomu."
Hati Pok Pek merasa lega, ia menggunakan kesempatan sebelum serangan Tan Cie Tong
mengenai dirinya, ia sudah lompat mundur.
Setelah Pok Pek undurkan diri, Tan Cie Tong memperdengarkan suara tawanya yang
menyeramkan, kemudian ia berkata kepada Oen Tiong Ho:
"Oen Tiong Ho, jikalau benar kau menghendaki jiwa Sim lotoa, aku si orang tua mengiringi
kehendakmu, mulai sekarang ini aku hendak menghitung jumlah satu sampai sepuluh,
sesudah itu, tolong kau antarkan jiwa Sim lotoa keakhirat!!!"
Setelah berkata demikian, iblis tua itu sedikitpun tidak memberi kesempatan pada Oen
Tiong Ho untuk bersedia, dengan nada suara dingin ia mulai mengeluarkan perkataannya
lagi:"Satu...Dua.Tiga..."
Ia mulai menghitung dari satu sampai tiga dengan beruntun, Oen Tiong Ho yang saat itu
otaknya yang seolah-olah sudah tumpul, dengan sendirinya tidak tahu bagaimana harus
memikirkan, juga tak tahu bagaimana caranya menghadapi musuh besar di hadapan
matanya itu, sehingga sesaat ia tertegun dan berdiri bagaikan patung.
Tan Cie Tong yang menampak keadaan Oen Tiong Ho demikian rupa, mengeluarkan suara
dari hidung, dan kemudian berkata:"Dengan manusia semacam kau, juga berani main gila
di hadapanku. Huh...!"
Ia sengaja tidak mengeluarkan angka empat dari mulutnya, agaknya memberikan
kesempatan pada Oen Tiong Ho untuk bernapas.
Oen Tiong Ho diam-diam menarik napas, ia juga menggunakan kesempatan itu untuk
memikirkan keadaannya sendiri.
Apa yang terbentang di hadapan matanya jelas bagaikan selembar kertas putih, tidak
peduli ia berhasil membinasakan Sim Kun atau tidak, bagaimana juga batu giok Im-Yang
itu sudah tidak ada harapan lagi baginya, oleh karena ia sudah merasa tidak ada harapan
untuk mendapatkan benda pusaka itu, jikalau ia membinasakan Sim Kun, dengan
sendirinya akan menanam bibit permusuhan dengan benteng pahlawan, ini berarti tak
berguna sama sekali baginya.
Lagi pula, masih ada kemungkinan besar, apabila batu giok itu sudah berpindah tangan,TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
dan setelah ia membinasakan Sim Kun, ia sendiri barangkali akan binasa pula pada waktu
itu juga.
Kesempatan itu digunakan baik-baik oleh dirinya untuk mempertimbangkan untung rugi
dirinya sendiri, sekarang ia mulai menyesal, bahwa tidak seharusnya ia bertindak
sedemikian gegabah, oleh karena itu perasaan takutnya timbul seketika, suara-suara
angker yang keluar dari mulut Tan Cie Tong berarti ancaman maut bagi jiwanya sendiri.
Ia memikir, ia mulai merasa takut setengah mati, sehingga sekujur badannya menggigil
seperti kedinginan.
Sementara itu Tan Cie Tong sudah mengeluarkan suara lagi:"Empat.."
Hati Oen Tiong Ho merasa diketok oleh palu, tidak ada waktu baginya untuk berpikir lagi,
jidatnya sudah mulai mengeluarkan keringat dingin.
"Lima...Enam...Tujuh..."
Oen Tiong Ho mengeluarkan suara napasnya yang memburu, wajahnya mulai berubah
pucat.
"Delapan...Sembilan..."
Wajah Oen Tiong Ho dari pucat berubah menjadi biru, perasaan takut yang belum pernah
ia rasakan dengan mendadak mempengaruhi semua pikiran sehatnya, ia merasa goyah,
kakinya gemetaran, sehingga tidak sanggup menahan badannya lagi, tubuhnya mulai
bergoyang-goyang hendak jatuh.
Di bawah serangan phisik dari Tan Cie Tong, seluruh pertahanan Oen Tiong Ho hancur
luluh.
Sementara itu dari mulut Tan Cie Tong mengeluarkan suara tertawa terbahak-bahak,
begitu suara tertawanya itu berhenti, dari mulutnya mengeluarkan ucapan angka yang
terakhir: "Sepuluh..."
Pada saat itu juga, mata Oen Tiong Ho mendadak merasa gelap, dan orangnya jatuh
pingsan.
Tan Cie Tong lalu menyanggah diri Pok Kun, kemudian berkata kepada Pok Pek:"Sim-loji,
aku telah menyelamatkan jiwa saudaramu!"
Dengan kedua tangannya ia melemparkan tubuh Pok Kun ke arah Pok Pek.
Pok Pek setelah menyambuti diri saudaranya, sesaat merasa heran tidak mengerti apa
maksudnya Tan Cie Tong.
Selanjutnya, Tan Cie Tong mengulurkan telunjuk jarinya ke badan Oen Tiong Ho, sesaat itu
juga Oen Tiong Ho mengeluarkan suara jeritan dan sadar kembali.
Dengan sikap garang dan suara bengis Tan Cie Tong berkata padanya:"Serahkan batu giok
itu!"
Oen Tiong Ho kini tidak berani main gila lagi, dengan sikap ketakutan ia mengeluarkan
batu giok dari dalam sakunya, dengan kedua tangan diberikan kepada Tan Cie Tong,
kemudian berkata dengan suara gemetar:"Harap locianpwee terima baik."
Tan Cie Tong setelah menerima baik batu giok itu, memandangnya sejenak, kemudian
berkata sambil tertawa dingin:"Oen Tiong Ho, kau berani main gila mencampuri urusanku,TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
apa kau kira begini saja sudah beres?"
"Locianpwee, harap kau ampuni dosa boanpwee yang tidak tahu diri!" Berkata Oen Tiong
Ho dengan gemetar ketakutan.
"Hmm...! Untuk mengampuni jiwamu tidak susah, kau binasakan dulu semua anak-buahmu
yang sudah kena serangan ilmu hawa dingin, yang tidak dapat disembuhkan oleh obat
tabib biasa."
Ini kembali merupakan soal yang sangat sulit baginya, di bawah mata orang banyak,
bagaimana harus melakukan perbuatan seperti itu?
Ia juga tidak mengerti apa sebab Tan Cie Tong minta ia berbuat demikian, sesungguhnya ia
tidak tahu, bahwa Tan Cie Tong berlaku demikian, sebetulnya karena terpaksa, maksudnya
ialah untuk mengulur waktu, ia hendak menantikan kedatangan Pek Cun Ngo yang ia
anggap sebagai pembantu yang boleh diandalkan untuk melakukan perbuatan yang
dianggapnya menguntungkan baginya.
Oen Tiong Ho mengerti bahwa kekuatan tenaganya tidak seimbang dengan kekuatan orang
she Tan ini, alisnya dikerutkan, dalam otaknya lalu timbul suatu akal, dengan suara keras
kemudian ia berkata:"Locianpwee, kau lihat Locinpang sekarang campur tangan merintangi
perbuatan boanpwee!"
Akan tetapi akal ini yang dianggapnya sangat baik itu, reaksinya dari Tan Cie Tong
ternyata hanya suara dari hidung, tiada suara jawaban keluar dari mulutnya.
Oen Tiong Ho tidak berdaya, ia berpikir sejenak, kemudian dengan tiba-tiba melompat
melesat dan melarikan diri ke rombongan tempat duduk Lo Wie dan lain-lainnya.
Dan berbareng dengan gerakannya itu, ia berseru sambil meratap tangis:"Para locianpwee,
tolonglah jiwaku!" Manusia ini benar-benar tidak tahu malu sama sekali.
Ketika ia baru keluarkan perkataan itu, dan sebelum tiba ditempat rombongan Lo Wie,
suara Tan Cie Tong terdengar ditelinganya:"Apa kau kira bisa lari??"
Oen Tiong Ho merasa bahwa di belakang punggungnya kesemutan, tenaga dalamnya saat
itu telah lenyap, hingga dia jatuh di tanah.
Kemudian ia mendengar kata-kata Tan Cie Tong: "Orang semacam kau ini kalau aku
membiarkan hidup, ini berarti membuat malu kita semua."
Setelah itu badannya bergerak, dan Oen Tiong Ho kepalanya pecah lalu mati seketika itu
juga.
Dengan tiba-tiba suara orang ketawa dingin terdengar di belakang Tan Cie Tong...
Tan Cie Tong buru-buru lompat mundur tiga langkah dan berpaling kebelakang, kiranya
orang yang datang itu adalah Lie-hwe Lengcu Pek Cun Ngo.
Tan Cie Tong diam-diam menghela napas, ia berkata sambil tertawa:"Pek lote, urusan
bagaimana?"
"Beres semua!" Menjawab Pok Cun Gie.
Tan Cie Tong memandang keadaan disekitarnya, ternyata tidak tampak semua anak
buahnya, maka alisnya segera dikerutkan dan bertanya:"Dan mereka dimana???"
"Mereka juga kubereskan semua." jawab Pok Cun Gie hambar.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Tan Cie Tong terkejut. "Apa?? Apa kau sudah lupa bahwa mereka adalah orang-orang yang
kuundang untuk membantu pihak kita?"
"Mereka adalah pembantumu, tetapi bukanlah pembantuku!" jawab Pok Cun Gie sambil
tertawa.
Tan Cie Tong belum tahu bahwa Pok Cun Gie saat itu sudah berkumpul kembali dengan
Ayah bundanya.
Pok Cun Gie tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Aku jelas ada seorang SHE POK,
mengapa kau rubah sheku menjadi SHE PEK? Aku justru hendak minta keterangan darimu,
apakah artinya ini?????"
Tan Cie Tong terkejut, ia mundur selangkah. Pok Cun Gie tiba-tiba menggeleng dan
berkata padanya dengan suara keras:"Dua pocu dari benteng pahlawan jelas adalah dua
saudara tuaku, tetapi kau mengatakan mereka adalah musuh besarku, apakah artinya ini??"
Tan Cie Tong kini telah terdesak kesuatu sudut, seperti tadi ia telah mendesak Oen Tiong
Ho yang tidak berdaya sama sekali, untuk sesaat ia kehilangan akal.
Kini ia menjadi kelabakan, tidak tahu bagaimana harus bertindak.
Pok Cun Gie telah mengerti segala-galanya, sekalipun orang tua itu sangat licik dan licin
sekali, ada waktunya pasti akan kejeblos oleh kelicinannya sendiri. Dan pada akhirnya,
setelah mundur beberapa langkah, Tan Cie Tong berkata sambil tertawa dingin:
"Hanya sayang sekali, sekarang ini kau tahu sudah agak terlambat, dengan tanpa kau rasa,
selama ini kau telah kemasukan racun dari obat, asal aku membuat racun itu bergerak
dalam tubuhmu, aku sanggup suruh kau di hadapan para tokoh rimba persilatan melakukan
perbuatan membikin rata benteng pahlawan, aku lihat kau masih bisa hidup atau tidak?"
Pok Cun Gie sebenarnya sudah mengetahui bahwa Tan Cie Tong telah mendapatkan obat
bius yang sangat mujarab itu, karena itu ia membawakan sikap hati-hati untuk menghadapi
orang sbe Tan itu. Maka ketika mendengar perkataan tadi, iapun menjadi terkejut, ia
mengatur pernapasannya untuk memeriksa keadaan dirinya, betulkah ia mendapat
serangan obat bius?
Melihat lawannya telah kena tipu, semangat Tan Cie Tong terbangun, matanya
memandang kesekitarnya, lalu ia tertawa seram, dan dengan jari tangannya, diam-diam ia
menyebarkan obat racunnya ke arah Pok Cun Gie.
Setelah mengatur pernapasannya, Pok Cun Gie tidak merasakan ada perubahan apa-apa
dalam tubuhnya, tetapi ketika ia hendak menegur lawannya, tiba-tiba kepalanya terasa
pusing. Maka tahulah ia bahwa dirinya telah diserang obat racun jahat itu.
Mendapat kenyataan ini, ia segera mengambil keputusan, pikirnya: "Sekalipun aku sudah
terkena obat racunmu, harus kubunuh kau lebih dahulu, demi ketenteraman dunia rimba
persilatan, soal mati hidup tidak menjadi soal. Terserah nasib dikemudian hari."
Berpikir demikian, Pok Cun Gie lantas membentak keras dan menyerang ke arah dimana
Tan Cie Tong berada.
Selagi bergerak, tiba-tiba telinganya terdengar suara Sim Hian:"Cun Gie, sekali-kali jangan
mudah terpengaruh ilmu sihir, lekas mundur, dengan kekuatan tenaga dalammu tidak
susah kau mengeluarkan obat racun yang berada dalam tubuhmu."
Pok Cun Gie yang mendengarkan peringatan itu, dengan diam-diam sesalkan perbuatannyaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
sendiri, lalu dengan suatu gerakan yang sangat indah ia telah menahan dirinya sendiri,
kemudian di tengah udara ia berjumpalitan dan melayang kesamping Lo Wie, setelah itu ia
lalu duduk bersila mengatur pernapasannya.
Sementara itu Thian san Gin-hong dan Pek Bi Lolo dengan cepat menemui dan berdiri
dikedua sisinya untuk melindungi dirinya jangan sampai dibokong oleh Tan Cie Tong.
Obat racun Tan Cie Tong itu memang ganas sekali, tetapi ada kelemahannya, sebelum
kekuatan racun masuk ke bagian otak, maka orang yang kemasukan racun itu jika memiliki
kekuatan tenaga dalam sangat tinggi, masih dapat menggunakan kekuatan tenaga
dalamnya untuk memunahkan racun tersebut. Tentang kelemahannya itu, jarang sekali
orang yang mengetahui, Tan Cie Tong memang justru mengharap Pok Cun Gie naik darah
dan bertempur dengannya, supaya bekerjanya racun lebih cepat dari biasanya, sungguh
diluar dugaannya Pok Cun Gie telah menyadari dirinya lebih dulu, sehingga menggagalkan
maksudnya di tengah jalan.
Sebagai seorang kejam, sudah tentu ia tidak membiarkan Pok Cun Gie berhasil
memunahkan racun dalam tubuhnya, ia lalu mengeluarkan suara tertawa seramnya,
berbareng dengan itu, orangnya juga bergerak, ia tidak menyerbu Pok Cun Gie yang
sedang duduk bersila, sebaliknya hendak melesat menyerbu sepasang pendekar LIONG dan
HONG yang duduk disamping Lo Wie.
Sementara itu mulutnya mengeluarkan suara bentakan keras:"Orang she Pok, jangankan
kalian hanya memakai kerudung muka saja, sekalipun sudah dibakar menjadi abu, aku juga
masih dapat mengenali kalian, baiklah aku sekarang bereskan kalian lebih dahulu!"
Sebelum orangnya sampai serangannya sudah tiba lebih dahulu, lengan itu bagaikan angin
puyuh menyambar sepasang pendekar itu.
Antara sepasang pendekar LIONG dan HONG dengan Tan Cie Tong boleh dikata merupakan
musuh bebuyutan, sekalipun Tan Cie Tong tidak bergerak lebih dulu, mereka berdua suami
istri yang telah memulihkan kekuatan tenaganya dengan susah payah, juga tidak akan
membiarkan dirinya begitu saja. Atas serbuan Tan Cie Tong, Pok Keng Sian pendekar Liong
segera melompat bangun sambil tertawa terbahak-bahak dan berkata :"Tan Cie Tong, hari
ini jangan harap kau bisa meloloskan diri lagi."
Kedua tangannya juga bergerak, kekuatan tenaga dalam keluar dari kedua tangan itu, dan
beradu dengan serangan tangan Tan Cie Tong, ketika kedua kekuatan tangan itu saling
beradu, memperdengarkan suara keras, sesaat kemudian Tan Cie Tong telah terpental
jauh dan melayang kekanan.
Lo Wie yang melihat kemana Tan Cie Tong jatuh, lantas berseru:"Awas! Bangsat she Tan
itu hendak menggunakan akal!!!" bersamaan dengan itu orangnya juga menyerbu Tan Cie
Tong. Akan tetapi ia ternyata masih terlambat selangkah.
Tan Cie Tong yang selama itu memperdengarkan tawanya yang menyeramkan, orangnya
bagaikan burung garuda melayang turun hendak menyambar kepala Thian san Gin hong,
tangan kanannya bergerak dengan menggunakan kekuatan tenaga penuh, hendak
menyerang kepala Thian-san Gin-hong.
Berbareng dengan itu tangan kirinya bergerak, dengan kekuatan tenaga dalam menyerang
kepada Pok Cun Gie yang sedang duduk bersila mengatur pernapasannya.
Thian-san Gin-hong tahu datangnya bahaya, sambil mengeluarkan suara bentakan keras
tangannya bergerak menyambut serangan orang she Tan itu.
Hanya meskipun kekuatan tenaga dalamnya sudah disempurnakan oleh Pok Cun Gie, tetapiTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
karena waktunya masih sangat singkat, kalau dibandingkan dengan Tan Cie Tong yang
sudah latihan berpuluh-puluh tahun, sudah tentu terpaut jauh sekali, maka ketika
kekuatan tenaganya beradu dengan kekuatan tenaga Tan Cie Tong, Thian-san Gin-hong
terpental, serangan kedua Tan Cie Tong telah menyusup dan menyerang belakang punggung Pok Cun Gie, sehingga Pok Cun Gie yang sedang duduk bersila, lantas jatuh rubuh
ketanah.
Pek Bi Lolo yang menyaksikan keadaan demikian tidak dapat menahan hawa amarahnya,
mulutnya lalu membentak:"Aku hendak mengadu jiwa denganmu!!!"
Nenek itu benar benar sudah lupa daratan, tongkatnya digerakkan dengan secara membabi
buta membabat kaki Tan Cie Tong.
Kejadian itu berlangsung cepat sekali, hingga semua orang terkesiap, namun tidak bisa
berbuat apa-apa.
Sewaktu tongkat Pek Bi Lolo membabat dirinya, Tan Cie Tong justru baru saja berdiri ditanah. Pek Bi Lolo yang sedang marah dan lupa dirinya, kekuatan itu dilakukan dengan
sepenuh tenaga, sedang Tan Cie Tong yang belum tancap kaki benar-benar, apabila
serangan itu mengenai dirinya, betapapun tinggi kepandaiannya, tentunya akan mampus
atau terluka parah.
Jikalau itu terhadap orang lain, boleh dikata demikian, hanya bagi Tan Cie Tong yang
berhati kejam, tanpa banyak pikir lagi selagi menghadapi bahaya itu tangan kirinya segera
diputar, menggunakan tubuh Thian-san Gin-hong sebagai senjata untuk menyambut
serangan tongkat Pek Bi Lolo.
Keadaan itu sangat berbahaya bagi Thian-san Gin-hong, apalagi Pek Bi Lolo yang sedang
marah sudah tentu tak dapat menguasai dirinya, ia tidak keburu menarik kembali
serangannya, maka mulutnya lalu mengeluarkan suara jeritan mengerikan, dan matanya
dipejamkan, ia tidak berani menghadapi kenyataan atas perbuatannya sendiri.
Dalam keadaan demikian, tiba-tiba terdengar suara orang membentak:"Manusia berhati
binatang!!!" berbareng dengan itu, suatu kekuatan tenaga yang sangat kuat menggulung
dan mendorong Tan Cie Tong sehingga mundur beberapa langkah.
Pada saat itu serangan tongkat Pek Bi Lolo yang masih berlangsung dengan cepatnya,
ternyata hanya melewati tubuh Thian san Gin-hong.
Sementara itu, Pok Cun Gie dengan tiba-tiba bergerak bagaikan kilat cepatnya, dengan
menggunakan dua jari tangan kanannya, secepat kilat menotok jalan darah Tan Cie Tong.
Tan Cie Tong saat itu nampak sangat ripuh, telinganya hanya dengar suara serr, samberan
hembusan angin yang sangat tajam telah menuju ke jalan darah pinggangnya, dengan
cepat ia melompat mundur untuk mengelakkan serangan jari tangan itu.
Dalam hatinya baru merasa girang, karena berhasil mengelakkan serangan tersebut, tetapi
suatu serangan tangan hebat tiba-tiba menyusup dan menyambar tangannya yang
Benteng Pahlawan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memegang tubuh Thian-san Gin-hong, oleh karena serangan itu demikian cepat, ia belum
tahu bagaimana harus bertindak, lengan tangannya mendadak merasa nyeri, dengan
demikian tubuh Thian san Gin hong telah terlepas dari tangannya, dan berhasil disambar
oleh Pok Cun Gie.
Pok Cun Gie dengan tidak menghiraukan keadaan diri sendiri telah menolong jiwa Thian
san Gin hong, setelah berhasil menolong diri gadis itu, ia buru-buru lompat mundur sejauh
dua tombak, lalu meletakkan Thian san Gin hong ditanah, dan ia duduk bersila lagi untuk
melanjutkan usahanya memulihkan kekuatan tenaga dalamnya.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Ia tadi telah diserang secara membokong oleh Tan Cie Tong, dan kemudian terpaksa
menahan rasa sakitnya pula untuk menyelamatkan jiwa Thian san Gin hong, jikalau tidak
buru-buru memulihkan kembali kekuatan tenaganya, akibatnya pasti akan sangat hebat.
Pada saat itu Lo Wie yang bertindak tadi tepat sudah tiba di hadapannya, oleh karenanya
ia lantas berdiri di hadapan Pok Cun Gie dan bertindak sebagai pelindungnya.
Pek Bi Lolo setelah mengetahui cucunya selamat, ia buru-buru menghampiri untuk
memeluknya sambil menangis tersedu-sedan.
Sementara itu pendekar LIONG, POK KENG SIAN juga sudah menyerbu lagi kepada Tan Cie
Tong.
Semua usaha Tan Cie Tong kali ini telah buyar seluruhnya. Ketika menampak pendekar
Liong menyerbu lagi, asal pendekar Liong itu berhasil menahan dirinya, apalagi jikalau Pok
Cun Gie berhasil memulihkan kekuatan tenaganya, baginya sulit sekali untuk melepaskan
diri dari benteng pahlawan.
Ia bukanlah seorang yang tahu malu, begitu keadaan menjadi terang maka lantas tanpa
banyak pikir lagi ia segera mencari kesempatan untuk melarikan diri.
Pendekar Liong yang menjadi musuh bebuyutan dengan dirinya, bagaimanapun juga sudah
tentu tidak membiarkan dia lolos, maka sambil mengeluarkan bentakan keras, jago tua itu
terus mengejarnya.
Perbuatan pendekar Liong itu segera disusul oleh istrinya, sang istri itu terus menyusul
dimana pergi suaminya.
Kekuatan dan ilmu kepandaian sepasang suami istri itu masih di atas kepandaian Tan Cie
Tong, dahulu mereka telah terpedaya oleh akal muslihat-keji Tan Cie Tong sehingga muka
mereka rusak dan kepandaiannya hampir musnah, begitupun jiwa mereka. Akan tetapi
takdir tidak menentukan demikian, setelah dengan susah payah mereka berusaha
memulihkan kekuatan dan kepandaiannya, kini telah berhasil memulihkan kembali
kepandaian mereka, dan berhasil mendapat kesempatan untuk menuntut balas kepada
musuh besarnya.
Oleh karena itu, maka pendekar Liong sedikitpun tidak memberi kesempatan kepada Tan
Cie Tong melarikan diri, ia terus mengejar dan akhirnya tiba di hadapan rimba, Tan Cie
Tong tertawa terbahak-bahak dan kemudian lari masuk ke-dalam rimba yang sangat lebat.
Dari dalam rimba lebat itu, tiba-tiba terdengar suara tawa terbahak-bahak, Tan Cie Tong
kembali melesat keluar, sedang di belakangnya disusul oleh Sim Hian. Kiranya Sim Hian
sudah menduga lebih dahulu bahwa Tan Cie Tong akan melarikan diri dan masuk dirimba
itu, maka lebih dahulu menunggu di tengah-tengah rimba.
Dengan demikian, kini kedudukan Tan Cie Tong telah terjepit. Di belakang ada Sim Hian,
sedang di depannya ada sepasang pendekar Liong dan Hong.
Sementara itu, tokoh-tokoh kuat dari berbagai partai juga sudah datang memburu,
sehingga Tan Cie Tong terkurung semakin ketat.
Tan Cie Tong mengerti, bahwa kini tiada jalan baginya untuk melarikan diri, maka lalu
memaki-maki dengan suara keras:
"Jikalau kalian mempunyai kepandaian, mari bertempur denganku satu lawan satu, dengan
mengandalkan jumlah orang banyak apakah itu perbuatan orang-orang gagah yang ada
nama??"TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Tan Cie Tong, kau jangan kuwatlr, asal kau tidak ingin lari, aku tidak akan turun tangan!"
Berkata Sim Hian sambil tertawa mengejek.
"Suamiku, sekarang terserah bagaimana kau harus bertindak." Berkata pendekar Hong
kepada suaminya.
Didalam keadaan demikian, para tokoh rimba persilatan itu, yang sedang menghadapi
seorang jahat seperti Tan Cie Tong, ternyata masih hendak memegang teguh peraturan
dunia kang ouw, mereka masih merasa segan main keroyok.
Pada saat itu pendekar Liong sudah maju menghampiri Tan Cie Tong, dengan
menggunakan kekuatan tenaga delapan bagian ia melancarkan serangannya.
Tan Cie Tong diam-diam juga mengagumi kemajuan pendekar Liong, dengan cepat ia
menggerakkan kedua tangannya untuk menyambut serangan lawannya. Ketika kedua jenis
kekuatan dari golongan keras dan golongan lemah beradu, segera menimbulkan suara amat
nyaring dan menimbulkan hembusan angin hebat.
Pendekar Liong diam-diam juga mengagumi kekuatan tenaga iblis itu yang ternyata juga
sudah mendapat kemajuan tidak sedikit, kalau ditinjau dari keadaannya itu, ia masih
merasa sangsi untuk dapat menjatuhkan lawannya.
Namun baginja sudah tidak ada pilihan lain, bagaimanapun juga ia harus berusaha untuk
menangkap iblis itu. Dengan cepat ia maju lagi, serangannya dilancarkan semakin cepat
dan hebat.
Serangan yang dilancarkan secara bertubi-tubi itu, seolah-olah air dari sungai Tiang Kang
yang mengalir tidak henti-hentinya.
Tan Cie Tong juga mengeluarkan seluruh kepandaiannya, tangan tinju dan jari tangannya
digunakan semua, gerak tipu berubah-ubah, sedikit-pun tidak menunjukkan rasa jeri.
Kekuatan tenaga dan kepandaian ilmu silat dua orang itu didalam rimba persilatan pada
masa itu, sudah merupakan tokoh-tokoh terkuat yang jarang ada, sehingga para ketua dari
partai besar yang menyaksikan pertarungan itu pada melongo dan merasa kagum.
Dua orang itu selagi bertarung dengan sengitnya, Tan Cie Tong yang merasa dirinya sudah
sedikit sekali mendapat kesempatan untuk menangkan lawannya, dalam pertempuran
pikirannya terus bekerja, sehingga mendapatkan akal jahat.
Gerakan kakinya sengaja dibuat demikian rupa, sehingga tanah-tanah yang diinjak
menimbulkan debu yang bertebaran, disamping itu serangan tangannya sengaja dilakukan
dari atas menuju kebawah, hingga debu-debu itu bertebaran ketengah udara.
Sementara dua orang itu semakin bertempur semakin sengit dan debu-debu yang
bertebaran perlahan-lahan juga menjadi tebal.
Dalam keadaan demikian, diam-diam ia telah mengeluarkan segumpal senjata rahasia yang
berupa jarum-emas, didalam kabut debu demikian tebal, ia telah menggunakan ilmu
"penyebar bunga", jarum didalam tangannya dilemparkan untuk menyerang orang-orang
disekitarnya.
Perbuatan itu sungguh jahat, juga sungguh kejam, beberapa tokoh rimba persilatan yang
saat itu masih berada dalam kepulan debu sudah tentu tidak melihat serangan yang
sehalus itu, mereka hanya merasa badannya agak kesemutan, kemudian matanya menjadi
kabur, diantaranya sudah ada tujuh orang yang roboh ditanah. Oleh karena mereka masih
belum tahu darimana datangnya senjata-rahasia, sehingga keadaan menjadi kalut.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Tan Cie Tong menggunakan kesempatan itu, ia menyerbu kedalam rombongan orang
banyak, dan kemudian telah menghilang. Dengan demikian, kembali ia telah berhasil
meloloskan diri.
Pendekar Liong yang menyaksikan kaburnya Tan Cie Tong, hanya menghela napas panjang,
ia terpaksa memeriksa dulu orang-orang yang terluka, membiarkan Tan Cie Tong melarikan
diri.
Tan Cie Tong yang terlepas dari bahaya, diam-diam merasa bangga, ia tertawa tergelakgelak, gerak kakinya dipercepat, bagaikan meteor yang melesat, ia kaburkan dirinya.
Selagi lari terbirit-birit, ia tidak menduga sama sekali bahwa Sim Hian diam-diam telah
mengikuti di belakang dirinya.
Kemudian, dengan secara tiba-tiba dari jauh terdengar suara siulan nyaring, dan sesosok
bayangan manusia melayang turun dari tengah udara.
Tan Cie Tong yang mendengar suara itu, sesaat merasa terkejut, selagi hendak memutar
tubuhnya, di belakangnya kembali terdengar suara orang berkata yang dibarengi dengan
suara tertawanya:"Tan Cie Tong, kali ini kau sudah tidak mendapat kesempatan untuk
melarikan diri lagi."
Bukan kepalang terkejutnya Tan Cie Tong, ia hanya mendengar suara "ser ...ser..." dua
kali dari depan dan belakang melayang turun dua orang. Orang yang berada di hadapannya
ternyata adalah POK CUN GIE sendiri, sedang orang yang berada di belakang dirinya adalah
Sim Hian.
Pok Cun Gie yang memiliki ilmu kepandaian "Sian-hian Kui-gwan lok" yang merupakan
suatu ilmu luar biasa, ditambah lagi dengan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah tinggi
sekali, apalagi ia memiliki cara-cara luar biasa untuk menyembuhkan luka-lukanya sendiri,
maka hanya dalam waktu yang sangat singkat ia sudah berhasil memulihkan kekuatannya
sendiri seperti biasa!
Dengan cepat ia menyembuhkan luka Thian-san Gin-hong, kemudian buru-buru lari menuju
ke medan pertempuran, ketika ia tiba disitu justru berpapasan dengan Tan Cie Tong yang
hendak melarikan diri.
Tidak ampun lagi Pok Cun Gie lantas membentak dengan suara keras: "Berhenti!!!"
Setindak demi setindak ia maju menghampiri Tan Cie Tong.
Pada saat itu, Pok Cun Gie nampaknya sangat bengis, wajahnya sudah diliputi oleh
napsunya membunuh, sehingga menakutkan bagi orang yang melihatnya.
Tan Cie Tong diam-diam merasa jeri, namun ia tidak mau menunjukkan kelemahannya,
maka lalu berkata: "Tunggu dulu!!"
"Kau masih hendak berkata apa lagi?" Kata Pok Cun Gie yang tetap berjalan menghampiri
dirinya.
Tan Cie Tong tanpa sadar sudah mundur beberapa langkah seraya berkata:"Aku hendak
bicara soal perdagangan denganmu, bagaimana kau pikir?"
"Kau dapat akal bangsat apa lagi?" Tanya Pok Cun Gie dengan suara dingin.
"Jikalau kalian menerima baik permintaanku, hari ini lepaskan aku..."
Sebelum habis mengucapkan perkataannya, dengan tiba-tiba terdengar suara bentakanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
keras: "Kalian berdua sekali-sekali tidak boleh melepaskan Tan Cie Tong, ia sebetulnya
hendak menggunakan kesempatan ini untuk melakukan akal muslihatnya memancing kita
semua berkumpul di sini lalu dengan diam-diam ia mengutus orang-orang yang menjadi
anak-buahnya menyusup ke pelbagai partai besar, untuk mencuri benda pusaka kita!"
Sementara itu semua tokoh rimba persilatan yang berada dibenteng pahlawan telah datang
mengerumun, sehingga dalam waktu sangat singkat kembali iblis Tan Cie Tong sudah
berada dalam kepungan orang banyak.
Pok Cun Gie segera sadar, ia juga teringat hari itu ketika ia kesasar jalan, apa yang
didengar pembicaraan Tan Cie Tong kepada anak buahnya. Tan Cie Tong sebagai seorang
jahat yang sangat licik, ternyata telah kehilangan akal, ia anggap masih ada kesempatan
baginya, maka ia lalu berkata dengan suara nyaring:
"Tuan-tuan, asal tuan-tuan memberikan kesempatan bagiku untuk berlalu dari sini, aku
berjanji hendak mengembalikan benda-benda pusaka yang kudapatkan dari partai kalian."
Iblis itu ternyata masih hendak menggunakan kata-katanya yang manis untuk
menggerakkan hati para ketua partai rimba persilatan, sehingga ia mendapat kesempatan
untuk melarikan diri.
Oleh karena janjinya itu, beberapa orang diantaranya memang benar mulai merasa
bimbang.
Pok Cun Gie berpikir sejenak, kemudian berkata dengan tegas:"Urusan ini terjadi karena
kesalahan boanpwee, maka atas kehilangan barang locianpwee sekalian, boanpwee
bersedia untuk menebus dosa dan bertanggung jawab hendak menemukan kembali bendabenda yang dibawa kabur olehnya!"
Sim Hian juga berkata:"Barang pusaka yang hilang harus diminta kembali, tetapi orangnya
juga perlu ditahan."
"Kalau begitu, kalian mau menang sendiri saja?" Berkata Tan Cie Tong marah.
"Kau sudah seperti ikan dalam jala, kecuali menyerah tanpa syarat, sudah tidak ada
kesempatan bagimu untuk mencari akal lagi." Berkata Sim Hian.
"Benda pusaka itu tidak berada didalam badanku, sekalipun kau sekalian hendak menahan
aku, juga tidak berhasil mendapatkan kembali barang yang sudah hilang." Berkata Tan Cie
Tong.
"Aku tidak percaya tidak dapat mencari kembali barang yang hilang itu!" Berkata Pok Cun
Gie sambil tertawa dingin, kemudian orangnya bergerak, tangan kanannya melancarkan
serangan hebat kepada Tan Cie Tong.
Serangan itu dilakukan secara tiba-tiba dan menggunakan ilmunya yang paling ampuh,
dengan maksud tidak akan memberikan kesempatan pada iblis tua itu untuk menggerakkan
hati para tokoh rimba persilatan. Tan Cie Tong sesaat menjadi kelabakan, ia berputarputaran untuk mengelakkan serangan hebat itu, dan ternyata usahanya berhasil.
Akan tetapi pada saat itu Pok Cun Gie mengerahkan ilmunya yang paling ampuh, gerak
kakinya demikian lincah, maka meskipun Tan Cie Tong dapat bergerak cepat, Pok Cun Gie
lebih gesit dari padanya, terpaksa Tan Cie Tong mundur ber-ulang-ulang.
Tan Cie Tong meskipun menipu Pok Cun Gie, sehingga dapat mempelajari ilmu Sian-hian
Kui goan-lok, akan tetapi karena waktunya tidak lama, pelajarannya itu tidak memberikan
kemajuan banyak baginya, di hadapan Pok Cun Gie yang memiliki ilmu aslinya, sudah tentuTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
tidak bisa berkutik.
Dua orang yang bertempur sengit itu, semakin lama semakin cepat, didalam pertempuran
yang sama-sama menggunakan kecepatan itu, dengan tiba-tiba Pok Cun Gie
membentangkan lima jari tangannya, dan dengan kelima jari tangannya itu ia berhasil
menerkam tangan Tan Cie Tong. Kegesitan dan kecepatan Pok Cun Gie melancarkan
serangannya, Sim Hian sendiri juga diam-diam mengakui kehebatan pemuda itu.
Bukan kepalang terkejutnya dan takutnya Tan Cie Tong, tangan kirinya dengan cepat
dibalikkan untuk balas menyerang Pok Cun Gie.
Gerakan Pok Cun Gie tadi sebetulnya hanya suatu akal untuk memancing lawannya, maka
ia tidak mengelak atau menyingkir, ia sengaja menantikan lima jari tangan Tan Cie Tong
memegang tangannya, setelah Tan Cie Tong menggunakan kekuatan tenaga dalamnya,
dengan tiba-tiba ia melepaskan dan mengibaskan tangannya yang terpegang, ilmu "Sianhian Sinkang" ternyata mengeluarkan reaksinya yang tidak terduga-duga oleh Tan Cie
Tong, sehingga lima jari Tan Cie Tong yang mencengkeram tangan Pok Cun Gie telah patah
semuanya.
Tan Cie Tong yang merasa kesakitan lantas menjerit dan mundur tiga langkah, ia
menggunakan jari tangannya untuk menotok jalan darah tangan kirinya, untuk menahan
rasa sakit dan menahan mengalir keluarnya darah, kemudian menelan tiga butir pil lagi.
Pok Cun Gie tidak mau tinggal diam, tangannya bergerak secepat kilat menyerbu Tan Cie
Tong.
Tan Cie Tong terpaksa melawan dengan menahan rasa sakitnya, tanpa berdaya sama
sekali, ia hanya mendelikkan matanya dengan sinar mata yang sangat buas menatap wajah
Pok Cun Gie, sebentar ia mengeluarkan suara jeritannya yang mengerikan, kemudian
memaki-maki:
"Aku sudah hidup hampir seratus tahun, banyak pertempuran sudah aku lakukan, kau sudah
memusnahkan kepandaianku, maka jangan harap kalian dapatkan kembali benda pusaka
kalian yang hilang."
Ketua golongan pengemis Song Khun lalu berkata sambil tertawa dingin:"Aku ingin kau
lebih dahulu merasakan tangan dari golongan pengemis."
"Kau berani menggunakan cara yang ganas menghadapi aku, apa kau tidak takut menodai
nama baikmu sendiri?" Berkata Tan Cie Tong sambil tertawa mengejek.
Benar saja ucapannya itu membawa hasil besar. Song Khun terpaksa membatalkan
maksudnya. Ngo Sim Siansu dari Siauw-lim-sie lalu berkata: "Tan siecu, manusia hidup
seperti juga asap yang terbang diangkasa, insaflah."
Tan Cie Tong sebenarnya adalah seorang yang sangat jahat, maka sedikitpun ia tidak
merasa insyaf, bahkan menjawab sambil tertawa terkikik:"Jangan banyak bicara, aku
hanya ingin mati saja."
Semua tidak berdaya, mereka merasa bahwa iblis itu benar-benar memusingkan kepala.
Ada orang yang mengusulkan supaya dibiarkan ia hidup kelaparan selama seminggu atau
sepuluh hari, waktu ia sudah tidak tahan sudah tentu terpaksa menyerah.
Ada juga yang mengusulkan agar jangan diberi makan dan minum supaya ia tersiksa hiduphidup, ada juga yang mengusulkan dipanggang di atas api, tapi jangan sampai mati, jikalau
ia tidak mengatakan tempat tersimpannya barang itu, lalu disiksa terus sehingga ia tidak
tahan. Semua cara itu, semua memang boleh. Tetapi bukanlah suatu cara yang baik-baik.TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Pok Cun Gie lalu mendapat suatu cara yang paling ganas, ia tidak berkata apa-apa, lebih
dulu mengambil barang dari dalam saku Tan Cie Tong, barang itu ternyata botol yang
berisi obat beracun mabuk buatan perguruan Tan Cie Tong sendiri, ia mengambil sedikit
dan dimasukkan kedalam mulut Tan Cie Tong, kemudian baru berkata:
"Dengan caranya yang ia lakukan terhadap orang lain sekarang kita gunakan untuk dirinya
sendiri. Biarlah racun ini nanti merasuk dalam tubuhnya, kita tidak usah kawatir ia tidak
akan menyerah dan memberitahukan tempat penyimpanan barang-barang itu."
Tan Cie Tong yang mendengar perkataan itu sekujur badannya gemetaran, mulutnya
memaki-maki: "Kau kau benar-benar sangat jahat."
Perkataan itu menimbulkan suara tertawa riuh, sudah tentu pada akhirnya ia terpaksa
menyerah, semua barang-barang benda pusaka yang dicuri olehnya telah dikembalikan
kepada pemiliknya masing-masing, sedangkan Tan Cie Tong sendiri, oleh karena seluruh
kepandaiannya sudah dimusnahkan, ia sudah tidak bisa berbuat jahat lagi, ia dibiarkan
hidup, akan tetapi hidup tanpa kepandaian, itu sesungguhnya lebih hebat daripada
kematian.
TAMAT
Putri Kesayangan Ayah 1 Lalita Karya Ayu Utami Meraba Matahari 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama