Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung Bagian 3
meneteskan darah pemutus usus!
Bo yong Kang tak senang melihat itu.
Terdorong oleh kemendongkolannya, ia tak 171
menghiraukan arak dalam cangkir-cangkir itu,
ada racun-racunnya atau tidak. Lantas saja
menenggak kering semua. Inilah menandakan
bahwa pendekar itu tidak takuti apapun juga
yang akan merintangi di depannya.
Heran, si Iblis Beracun tidak menaruh
racun dalam arak itu.
Lam Thiam Gie yang semula kaget dengan
kelakuannya Bo yong Kang yang menghirup saja
arak yang ada di situ, kini melihat arak itu
tak ada racunnya, ia mengacungkan jempolnya
memuji akan ketabahannya Bo yong Kang.
Bo yong Kang melihat pelita itu semakin
lama semakin berubah apinya. Kini api itu
sudah berwarna hijau tua. Dengan ketawa Bo
yong Kang berkata:
"Setan tua, namamu sudah tersohor kemanamana. Perlu apa mesti main-main dengan
caramu yang licin dan pengecut ini?"
Belum habis bicaranya, tiba-tiba api
pelita itu padam.
Dari sebelah atas tampak ada berkelip.
Ketika diselidiki ternyata ada dari tingkat
ke dua itu bisa langsung mencapai tingkat
paling atas. Cuma saja, untuk dapat melompat
demikian tinggi orang harus mempunyai ilmu
meringankan tubuh yang sangat tinggi.
Keadaan menjadi sunyi senyap. 172
Bo yong Kang taksir tingginya ada lima
tombak. Ia lalu keluarkan ilmu "Naga Naik
Keangkasa". Sekali meloncat ia telah berada
di puncak pagoda itu.
Sampai di atas ia dibikin kaget oleh
musuhnya yang tinggal enak-enakan bersandar
pada jendela. Bo yong Kang marah betul
musuhnya begitu memandang enteng padanya. Ia
lalu menghampiri diikuti oleh Lam Thiam Gie
dan Li Cong Bun yang sementara itu juga naik
ke atas.
Tiba-tiba Lam Thiam Gie tertawa. "Bo yong
hiante. Si iblis tua itu telah menipu kita.
Menurut pandanganku, orang yang di jendela
itu bukanlah orang betul. Coba kau periksa!"
Benar saja ketika diperiksa ternyata itu
hanya orang-orangan yang dibuat mirip tubuh
dan romannya Se bun Pa.
Mereka kemudian dapatkan ada seutas
tambang yang meluncur ke bawah dari endela.
Ini ada tanda bukti bahwa si iblis berbisa
sudah kabur. Tak lama nereka dapat lihat ada
sesosok bayangan berkelebat di luar rimba.
Tubuhnya persis seperti orang-orangan yang
ada di jendela itu.
"Pelajar berhati besi," tiba-tiba mereka
mendengar orang itu berkata. "Maafkan lohu
malam ini tak dapat melayani kau, karena ada 173
urusan yang lebih penting. Selamat tinggal
sampai kita jumpa.."
Bayanga itu kemudian menghilang ditelan
oleh rimba belantara.
Bo yong Kang menghela nafas. Ia dan
kawan-kawannya tak dapat mengejar iblis yang
licin dan licik itu karena ilmu meringankan
tubuhnya ada sangat lihai, lagipula mereka
berada di atasnya puncak pagoda dan iblis
beracun sudah di bawah dan tinggal
menggerakkan kakinya menghilang ke dalam
rimba.
Mereka kemudian pada turun lagi tanpa
mengalami pertemburan.
Bo yong Kang tidak mengerti dengan
kelakuannya si Iblis beracun itu maka lalu
menanyakan pendapatnya Lam Thiam Gie.
"Gerak-gerik si iblis tua itu memang
sangat misterius." jawab Lam Thiam Gie.
Tetapi melihat kelakuannya barusan, aku kira
dia tak mengandung maksud begitu jahat
terhadap kalian berdua. Entahlah aku sendiri
juga tidak mengerti dengan kelakuannya yang
aneh itu. Sebab ia sudah berjanji akan
berjumpa pula dengan kita. Sebaiknya di
sepanjang perjalanan kita harus berhatihati."
Setelah mereka berada di bawah lagi, lalu
pada cemplek pula kudanya meneruskan
perjalanan. Pada waktu tengah hari mereka 174
tiba di desa Ciang hoa. Mereka lalu mencari
salah satu rumah makan yang baik dimana
mereka disambut dengan ramah dan tersenyumsenyum oleh pemilik rumah makan. Hisangan
lezar segera disuguhkan. Terang dalam
sekejap saja makanan itu telah disikat habis
oleh mereka bertiga.
Ketika sudah selesai makan, Bo yong Kang
mau membayar makanannya telah dibikin
telengak oleh pemilik rumah makan yang
berkata, "Terima kasih, kalian tidak usah
membayar karena semua harga makanan telah
dibayar terlebih dahulu oleh seorang yang
menyebut dirinya adalah kawan karib dari
kalian."
"Siapa orangnya?" tanya Bo yong Kang.
"Aku tidak kenal padanya akan tetapi dia
sangat royal. Dia ada menitipkan sepucuk
surat untuk disampaikan pada kalian. Nah
inilah dia."
Pemilik rumah makan keluarkan sehelai
surat diterimakan pada Bo yong Kang.
Bo yong Kang menduga bahwa perbuatan itu
tentu ada perbuatan Se bun Pa.
Dengan amat hati-hati Bo yong Kang
membuka surat itu karena dikuatirkan ada
racunnya. Bunyinya pendek saja :
"Kau datang ke selatan, akulah yang
menjadi tuan rumah. Untuk menebus kesalahan
janji di pagoda, aku sajikan hidangan dan 175
makanlah apa saja yang ada. Janganlah kuatir
ada racunnya!"
Walaupun surat itu ada tanda tangannya,
tapi Bo yuong Kang sudah kenali itu adalah
tulisannya Se bun Pa. ia tidak ambil pusing
apa yang sudah kejadian. Hanya diam-diam
berjanji, kalau kemudian ia bisa menemui si
iblis tua itu akan digempur hancur lebur.
Mereka meneruskan perjalanan pula. Waktu
hari mulai petang mereka sampai di desa Kian
Tok. Keadaan sekitar sekitar situ amat sunyi
dan seram bisa membuat berdiri bulu roma.
Dibawah sinar bulan purnama yang suram,
lapat-lapat seperti ada suara sesambatan
memanggil-manggil namanya "Pelajar Berhati
Besi"
Li Cong Bun saat itu seperti melihat
sesuatu, ia teriaki pamannya:
"Bo yong susiok, lihat apakah itu?"
Bo yong Kang melihat ke arah yang
ditunjuk Li Cong Bun. Disana tampak batu
kuburan. Tiba-tiba dari batu kuburan itu ada
keluar warna kehijau-hijauan. Sebentarsebentar menjerajas seperti kembang api
menerangi diatasnya batu kuburan, pada mana
tampak seperti ada tulisan, "Datanglah
padaku pelajar berhati besi!"
Dengan menerobos diantara rumput-rumput
alang-alang yang tinggi, Bo yong Kang 176
menghampiri bat kuburan yang tadi. Di situ
tampak ada sebuah meja batu kecil.
Bo yog Kang membaca bunyinya tulisan :
"Lohu karena berjumpa dengan kalian tidak
terduga, maka jadi ingat akan dendaman tujuh
delapan tahun yang lampau. Lohu tahu kalian
akan membinasakan lohu. Tapi kalian harus
tahu juga, Se leng cee tiap hari berada
tidak jauh dari kalian. Maka pada saat
apapun lohu dapat menyerang kalian dengan
dengan mudah seperti sekarang. Bo yong
tayhiap, kau lihat di kakimu sudah kena paku
beracun tiga buah. Kalau kau tidak
menghilangkan kepala paku, biar bagaimana
tingkat kepandaianmu tentu sudah melayang
jiwamu!" membaca sampai disitu, Bo yong Kang
kaget sampai mengeluarkan keringat dingin.
Ia memeriksa, ternyata pada tangga batu
yang diinjaknya, benar saja ada tiga batang
paku yang masing-masing kepalanya sudah
dikuntungi, sudah tidak ada racunnya pula
kalau diinjak. Setelah menentramkan
kagetnya, ia melanjutkan membaca :
" . Kesemuanya ini menunjukkan bahwa
lohu sudah tidak mau berbuat jahat lagi.
Sayang dendam kalian tak dapat diubah.
Kalian berdua sudah menempuh perjalanan
ribuan li ke selatan, sepantasnya lohu
menyambut kalian untuk membikin beres
perhitungan" 177
Bo yong Kang setelah membaca surat itu
berdiri bengong sejenak. Li Cong Bun yang
melihat keadaan Bo yong Kang, kuatir hatinya
dapat berubah maka telah memperingatkan akan
kelicinan dan kelicikan iblis tua itu,
jangan sampai kena ditipu olehnya. Di
sepanjang jalan sudah melihat kenyataan akan
kekejaman ublis tua itu. Bukti paling
belakang apa yang dialami oleh Thian Hong
dan Thio It Ho yang digantung di pohon
setelah diracuni secara mengenaskan.
"Kau jangan keliru, sebetulnya aku
bengong sejenak adalah memikirkan akan
kejadian yang lewat belum dapat dibalasnya."
kata Bo yong Kang. "Nah sekarang marilah
kita meneruskan perjalanan!"
Bo yong Kang lantas berjalan diikuti oleh
kedua orang kawannya.
Bertiga berkuda ditengah rimba telah
diserangan hujan angin keras. Setelah
melewati daerah pegunungan, tiba mereka
menemui sebuah rumah gubuk.
Mereka menghampiri untuk numpang
berteduh, apa mau ketika berada di depan
gubuk, hidung mereka mencium bau amis. Hati
mereka tercekat, menduga bahwa dalam rumah
itu tentu sudah terjadi perkara darah. Cepat
Lam Thiam Gie membuka pintu gubuk.
"Astaga," didalamnya ada seorang lelaki
tua berumur kira-kira enam puluh tahun sudah
rubuh binasa dengan tangan kanannya 178
memegangi sebilah golok. Pada dadanya ad
menancap sebatang paku, senjata yang dinamai
?Pek Houw Teng? (Paku Harimau Putih). Di
lain bagian rumah gubuk ada sepasang paha
malang melintang. Ini adalah pahanya seorang
perempuan tua. Dalam kamar ad telentang di
atas pembaringan seorang nona cantik.
Pakaiannya sudah robek disana-sini dan
separuh telanjang.
Rupanya ia melawan keras ketika mau
dirampas kehormatannya, maka lantas dibunuh.
Dilantai tampak darah berceceran. Satu tubuh
anak kecil umur tiga empat tahun menggeletak
dengan kepala suddah hancur berantakan.
Bo yong Kang menyaksikan pemandangan yang
mengerikan itu, hatinya meras sangat tidak
tega. Lam toako, empat orang dalam rumah ini
telah menjadi korban kejahatan. Sungguh malu
sekali kalau kita tak dapat membalas sakit
hatinya mereka"
Li Cong Bun mendahului Lam Thiam Gie
menjawab:
"Menurut dugaanku, tentu perbuatan ini
dilakukan oleh si Iblis Beracun Se bun Pa.
dimulutnya saja mau bertobat tapi hatinya
sangat kejam. Tidak bisa meninggalkan
kekejamannya."
Lam Thiam Gie mendengar itu lalu ketawa.
"Li hiantit, dugaanmu salah. Mereka itu
dibunuh dengan senjata tajam, tentu ada
orang telengas yang datang kemari membasmi 179
mereka. Caranya Se bun Pa membunuh orang
bukannya begitu, dia selalu menggunakan
racun sebagai senjatanya."
Sebelum mereka mengambil keputusan lebih
jauh, tiba-tiba dari kejauhan ada mendatangi
seorang pemuda berumur kira-kira tiga puluh
tahun. Tangannya membawa bungkusan dan pada
punggungnya menggendong kayu bakar. Ia masuk
ke rumah sambil berteriak-teriak memanggil
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ayahnya sebab ia merasa kagum sekali dengan
tiga ekor kuda yang ditambat di luar.
Dikiranya sang ayah sedang melayani tamutamunya yang berkuda bagus itu.
Betapa kagetnya setelah berada di dalam
ia menyaksikan keluarganya telah dibunuh
demikian rupa. Mendadak syaraf-syarafnya
terganggu, tidak tahan menyambut rasa pilu
dan kesedihan yang telah disaksikannya. Ia
jadi seperti orang gila laganya.
Melihat Bo yong Kang berada dekat
padanya, ia telah menyerang dengan kalap.
Bo yong Kang tahu keadaan pemuda itu,
maka ia ulur dua jarinya menotok pada jalan
darah Tay han hiat hingga pemuda itu tidak
bisa bergerak, baru ia diberi keterangan
bahwa mereka kebetulan lewat di situ mampir,
buklannya orang jahat yang membinasakan
keluarganya. Malah untuk kekejaman itu
mereka bersedia untuk mewakili menuntut
balas kepada kawanan penjahat yang kejam
itu. 180
Ketika pemuda itu dibuka totokannya, ia
lalu masuk ke kamarnya. Tidak menjawab akan
bicaranya Bo yong Kang tadi. Sebentar
kemudian terdengar suara gedubrakan.
Ternyata pemuda itu telah jatuh pingsan
melihat isterinya meti di pembaringan dan
anaknya yang masih kecil pecah kepalanya dab
otaknya berserakan. Hatinya tidak tahan
menyaksikan semua pemandangan yang
mengerikan itu.
Lam Thiam Gie jadi repot memijiti
tubuhnya. Tidak lama ia siuman lagi. Ketika
ingat akan keluarganya yang dibinasakan
secara mengenaskan itu, ia menangis tersedusedu seperti anak kecil.
Li Cong Bun melihat kejadian itu, hatinya
sangat tidak tega. Sambil menghunus
pedangnya, ia berkata pada pemuda itu.
"Saudara, empat jiwa sudah tidak
bernafas, menangispun sudah tidak ada
gunanya, maka lekaslah kau kasi keterangan,
siapa kiranya yang telah membunuh mereka,
supaya aku dapat membalaskan sakit hatimu
dengan mengandalkan kepada pedangku ini."
Pemuda itu berhenti menangis, menatap
wajahnya Li Cong Bun sejenak. Lalu
memperkenalkan dirinya bernama Yo Hong,
ayahnya bernama Yo Tian Eng. Dulu waktu
menjabat pekerjaan polisi di propinsi Kang
souw, ayahnya amat terkenal namanya.
Belakangan setelah berusia lanjut telah 181
mengundurkan diri. Dengan membawa
keluarganya, Tian Beng telah mengasingkan
diri dalam gubuk itu, melewatkan hari tuanya
dengan tenteram. Tian Eng yang sudah
mencicipi asam garamnya dunia kangouw, telah
menyuruh anaknya menjadi seorang pedagang
saja untuk memelihara rumah tangganya.
Tapi apa mau dikata bencana yang tak
diduga-duga telah menimpa keluarga Yo itu.
Isterinya Yo Hong yang cantik paras
rupanya yang menjadi bibit bencana.
Di puncak mo hen teng ada berkumpul empat
penjahat. Yang pertama bernama Tho Ie Gie,
kedua Ciau Jun, ketiga Pa Hion dan keempat
Gui Ang Siauw seorang wanita genit. Mereka
berkumpul di situ merupakan tangsi cabang
dari Si leng cee.
Ciauw Jun yang beralis si Ular Gunung
paling suka bermain perempuan. Pada suatu
hari ia lewat di rumahnya Yo Hong, menyapa
lihat isterinya Yo Hong yang sangat cantik
maka hatinya yang jahat timbul untuk
memilikinya.
Sudah lama Ciauw Jun ada minta Yo Tiang
Eng naik gunung untuk membantu dalam tangsi
Mo hun leng, tetapi selalu permohonan itu
ditolak. Malah anaknya Yo Hong tidak
diperkenankan campur tangan urusan kanouw.
Yo Hong kali ini pulang ke rumah karena
sudah tiga bulan lamanya lamanya ia 182
bepergian. Ia melihat kejadian sedih dalam
rumah tangganya membuat ia tidak memikirkan
akan sebab-sebabnya pembunuhan kejam itu.
Mendengar penuturan Yo Hong, tiga
pendekar itu merasa sangat gemas kepada
kawanan penjahat yang suka berlaku sewenangwenang.
Demikian keluarga Yo yang binasa telah
diatur rapi penguburannya, maka Bo yong Kang
ajak sekalian Yo Hong ke Mo hun leng dengan
pengharapan pikirannya Yo Hong dapat kembali
pula sebab sampai sebegitu jauh ia suka
bengong-bengong saja, malah suka menyerang
orang kalau otaknya lagi tidak beres.
Dalam perjalanan ke gunung Mo hun leng,
mungkin karena bergembira entah bagaimana
hatinya Cong Bun, ia menyanyi-nyanyi
mengungkapkan isi harinya, bahwa dengan
pedang pusakanya yang berkilau-kilauan ia
akan membasmi kawanan penjahat.
Selagi menyanyi-nyanyi, tiba-tiba tiga
orang yang bertubuh tinggi besar muncul dari
pinggiran jalan dan mencegat perjalanan
mereka. Kepala mereka diikat dengan kain
warna hijau. Salah satu diantaranya telah
enegur dengan keras,
"Hei bocah, kau datang kemari ad urusan
apa? Apa kau tidak tahu Mo hon leng tidak
boleh sembarangan dimasuki orang, apalagi
seperti kau yang berteriak-teriak menyanyinyanyi tidak karuan?" 183
Li Cong Bun mendengar teguran kasar itu
tiba-tiba tertawa gelak-gelak. Ia menghunus
pedangnya yang tajam, dimainkan hingga
mengeluarkan angin keras. Pohon-pohon
disekitarnya menjadi bergoyang-goyang.
"Siauya datang untuk menjalankan
keadilan, datang kemari mau mencari kepala
kalian. Lekas panggil si Ular Gunung Ciauw
Jun!"
Li Cong Bun ada keliwat congkak di
pandangan tiga orang yang mencegat tadi.
Tetapi karena mereka melihat dengan mata
kepala mereka sendiri bagaimana lihai anak
muda itu memainkan pedangnya, lagian ada dua
orang kawannya yang tentu bukan orang
sembarangan, maka mereka tidak berani
gegabah. Setelah menanyakan siapa adanya
empat orang itu, lalu mundur dan melaporkan
kepada atasannya.
Setelah Li Cong Bun menyimpan kembali
pedangnya yang belum lama, lantas tampak
banyak orang datang dipimpin oleh si Ular
Gunung Ciauw Jun yang perawakannya kurus
tinggi. Mukanya menunjukkan kelicikan dan
khianat. Di belakangnya ada mengikuti Pa
Hong yang badannya tinggi besar dan
memelihara jenggot.
Ciouw Jun ketika sudah berhadapan dengan
empat orang itu tampak terkejut melihat Yo
Hong ada ikut serta, tapi tidak kentara di 184
wajahnya yang licin dan licik. Sambil
tertawa ia menjura, katanya:
"Tadi orangku melaporkan kedatangan
kalian. Kalau aku tidak keliru mendengar
laporan, kalian adlah Bo yong Tayhiap, Li
Tiauhiap dan Kang Lam Tayhiap. Menyesal
toako dan sumoyku tidak sempat datang
menyambut karena ada urusan. Tetapi tidak
peduli kedatangan kalian ada untuk apa,
sekali sudah masuk daerah kami, harap mampir
dulu ke dalam tangsi kami untuk omongomong!"
Bo yong Kang kerutkan alisnya, ia
mendongkol terhadap kata-katanya Ciauw Jun
yang sombong, maka ia lalu tertawa bergelakgelak.
"Sahabat aku yang tahu mana lebih kuat
tangsi di sini dengan tangsi Naga Emas dalam
markas besar Si leng cee? Sepanjang jalan
aku telah mendapat kebaikannya Pho leng cu.
Sungguh aku membilang terima kasih. Sekarang
aku ingin menemukan pemimpinmu, apakah kau
suka memberi jalan pada kami?"
"Oh tentu.. tentu, mari ikut kami masuk!"
Ciauw Jun tertawa kemudian balikkan
tubuhnya berjalan masuk.
Li Cong Bun yang melihat lagaknya Ciauw
Jun yang menyebalkan sudah lantas mau turun
tangan tetapi dicegah oleh pamannya. 185
Orang ini macamnya memang penjahat.
Peristiwa di rumahnya keluarga Yo tentu dia
yang terbitkan, amat berbahaya untuk mengasi
dia hidup enak dalam dunia. Kita harus
membasminya, tapi kau harus bersabar dulu,
tokh akhirnya kau yang akan membasmi kotoran
dunia itu. Apa kau tidak dengar sepanjang
jalan kita diintai oleh orang-orangnya Si
leng cee? Kini kebetulan mereka ada di atas
gunung sekalian boleh kita bereskan!"
Li Cong Bun angguk-anggukkan kepalanya.
Mereka lalu dibelakangan Ciauw Jun. ketika
masuk dalam ruangan, di situ sudah ada orang
bermuka kuning dan badannya gemuk dan
didampingi oleh seorang wanita baju merah
yang genit kelakuannya.
Melihat Ciauw Jun dan Pa hiong sudah
mengantar masuk tetamunya, dua orang tadi
bangun dan melakukan penyambutan. Selainnya
mereka, ternyata masih ada tida orang lagi
yang terus duduk dan tidak bergerak.
Lam Thiam Gie ketika melihat mereka terus
berbisik pada Bo yong Kang:
"Aku tidak mengira bahwa Tayouw Sam koay
(Tiga siluman telaga Tau ouw) juga
berkomplot dengan Si leng cee. Tiga orang
ini amat lihai ilmu silatnya, diantara
mereka si Kipas Maut San Ho Bun adalah yang
paling tinggi ilmu silatnya, maka harus
hati-hati kalau menghadapinya sebab ia 186
sekali menyerang ada banyak macam senjata
yang dipergunakan."
Bo yong Kang angguk-anggukkan kepalanya.
Kemudian sambil tertawa-tawa dia ambil
tempat duduk. Seorang gemuk dengan muka
kuning tadi bangkit dari tempat duduknya,
lalu bicara :
"Kalian tetamu sudah hadir, aku sendiri
Tho Ie Gie kepala tangsi Mo hun leng cabang
dari Si leng cee. Wanita yang duduk itu
adalah sumoyku Gui Ang Siauw. Yang duduk
dibagian tempat pemimpin itu adalah yang
dahulu terkenal seperti tiga pendekar telaga
Tay ouw yang kesatu Sun Hoat Bu alias si
Kipas Maut, kedua Beng Hwee dan ketiga So
Kun Cun. Bertiga pendekar ini sekarang
menjadi Hiocu dari tangsi Kalajengking dalam
Si leng cee. Aku sudah mendengar dua
pendekar Bo yong tayhiap dan Li Siawhiap.
Yang manakah mereka itu diantara kalian?"
Bo yong Kang tertawa menjawab, "Oh ini
adalah Lam Thiam Gie yang sudah lama
mengasingkan diri di gunung. Dulu dia
terkenal sebagai Kang Lam Tayhiap dan ini
adalah Yong Hong, tentu kau telah
mengenalinya."
"Maksud Bo yong Tayhiap datang ke sini
ada urusan apa?" tanya Tho Ie Gie.
"Maksudnya adalah keadilan buat Yo Hong
ini yang telah dibinasakan keluarganya oleh
si Ular Gunung Ciauw Jun. Ayah, ibu, istri 187
dan anaknya empat jiwa telah dibunuh mati
secara kejam!"
Bo yong Kang datang-datang jatuhkan
tuduhannya pad Ciauw Jun karena ia sudah
menduga pasti bahwa perbuatan kejam itu
dilakukan olehnya.
memang dugaan itu tidak meleset. ketika
Tho Ie Gie melirik pada Ciauw Jun si Ular
Gunung unjuk ketawa yang licik.
"Hmm!"ia menggeram. "Kau tahu, sepasang
tangannya Ciauw Ji taya paling sedikit sudah
bikin melayang depalan puluh jiwa. Soal
empat jiwa dalamm rumahnya Yo Hong itu tidak
masuk hitungan. Tuduhanmu itu memang betul
karena perempuan cantik itu tak tahu diri,
maka Ciauw Ji taya menghabisi jiwanya.
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kalian karena urusan ini terus datang ke
sini puncak Mo hun leng kini kalian mau
berbuat apa terhadap Ciauw Ji taya?..
ha..ha..ha silakan sahabat!"
Li Cong Bun sudah sangat marah dan lantas
sudah mau menyerang tapi diberi isyarat oleh
Bo yong Kang supaya bersabar dulu.
"Ya kalau memang kau sudah mengaku aku,
mudah saja akan diperhitungkannya." jawab Bo
yong Kang tersenyum dingin.
Bo yong Kang lihat Yo Hong sudah sedikit
mendusin, maka dikeluarkan pil nya dikasi
Lam Thiam Gie supaya diberikan kepada Yo 188
Hong. Sementara itu matanya melirik pada Tay
Ouw Sam koay.
"Sam wi jadinya datang dari gunung Cui
Lok san? Aku dengan keponakan sebenarnya
sudah berjanji dengan tangsi kalian bahwa
pada musim semi bulan tiga tanggal tiga akan
datang di sana membuat perhitungan. Tapi
herannya sebab apa dari Si leng cee secara
keji telah merintangi kami? Apakah ini
memang ada peraturan dari Si leng cee? Coba
sam wie berikan keterangan kepadaku!"
Si Rajawali Sakti Su Cun Cun keluarkan
suara dari hidung kemudian menjawab:
"Kalian ada dendaman dengan Ho Cong Bu
sekalian sudah mengadakan perjanjian, maka
kalian dianggap telah berdosa kepada
sekalian kawan kami. Jangan harap bisa hidup
sampai waktunya janji itu. Disepanjang jalan
kalian telah banyak membikin celaka anak
buah kami. Ini sudah menambah lagi dosa
kalian. Maka sekarang jangan banyak rewel.
Kalau kau ada mempunyai kemampuan, boleh
kita adu kepandaian di lapangan tempat
berlatih silat!"
"Hmm! Kata-katamu memang tegas, aku puji
kau seorang polos. Aku bersedia mengiringi
kemauanmu!" jawab Bo yong Kang sambil
tertawa.
Kepala tangsi Tho Ie Gie menyatakan akur,
ia lalu bangkit dan memimpin semua orang 189
berjalan keluar pergi ke lapangan tempat
berlatih silat.
Gui Ang Siauw alias si Dewi Api api
berparas cantik menarik, ketika melihat Li
Cong Bun yang cakap hatinya telah berdebaran
tak karuan. Melihat orang pada lererot pergi
ke lapangan, sengaja ia jalan berdekatan
dengan anak muda itu. Dengan suara perlahan
bicara dengan Li Cong Bun:
"Adik kecil, kau masih begini muda sudah
bisa menjatuhkan Tiauw Houw yang terkenal
telengas, bagaimana sih bisa begini?"
Melihat kelakuannya Gui Ang Siauw yang
amat genit, membuat Li Cong Bun sebal.
"Kalau kau tidak percaya, kau boleh coba
sendiri. Siapa yang kesudian menjadi adik
kecilmu!" jawabnya ketus.
"Hiyo," kata Guai Ang Siauw sambil ketawa
genit. "Aku bicara baik-baik, lantas saja
kau marah-marah, kenapa sih?"
Jilid 6
"HEI, NONA GUI, kau harus tahu diri
sedikit" teriak Bo yong Kang ketika melihat
Li Cong Bun sudah naik darah karena digoda
oleh perempuan genit itu. 190
Tho Ie Gie ketika sampai ditempat lalu
mempersilakan orang melihat-lihatnya. Memang
lapangan itu cukup besar. Persediaan senjata
untuk berlatih juga cukup. Cuma pada bagian
penghabisan lapangan itu yang sebelah timur
ternyata terus ke jurang yang curan dan
kalau orang jatuh kesana terang sudah tak
ada harapan bisa ketemu nasi lagi.
Setelah semua orang duduk di pinggir
lapangan latihan itu, Li Cong Bun melihat
keadaanya Yo Hong sangat kasihan, hatinya
panas seketika. Maka sambil menuding si Ular
Gunung Ciauw Jun ia berkata:
"Si leng cee sepanjang jalan telah
mengatur barisan untuk mencelakai kami. Ini
aku tidak akan recoki. Yang penting sekarang
adalah tanggung jawabmu terhadap empat jiwa
yang kau bunuh mati begitu saja. Nah
sekarang kau boleh membikin suatu kalangan
untuk bertempur supaya aku dapat menuntut
balas empat jiwa yang sudah kau binasakan
itu!"
Bo yog Kang dan Li Cong Bun setelah
meninggalkan perkampungan Coi tiok san. Si
jahat Pho Kun Peng telah menyebar orangorangnya untuk membikin celaka pada dua
orang itu dengan janji siapa saja yang bisa
membaw kepalanya mereka ke pusat akan
diberikan ganjaran yang besar. Disamping
pangkat Hiocu, juga hadiah sepuluh kati
emas. Tidak heran kalau banyak orang- 191
orangnya Pho Kun Peng yang giat betul-betul
untuk merebut hadiah yang besar itu.
Demikian kejadian dengan si Ular Gunung
Ciauw Jun. mendengar tantangan Li Cong Bun,
bukan main girangnya. Pikirannya siapa tahu
kalau rezeki kesasar dapat memperoleh
pangkat Hiocu dan sepuluh kati emas.
"Tunggu aku bikin kalangan dimana kita
boleh bertempur." Jawab Ciauw Jun. kemudian
ia panggil orang-orangnya dan dibisiki
kupingnya.
Setelah mendapat bisikan, orang-orang itu
pada bubaran dan sebentar kemudian datang
kembali membawa patok-patok dari bambu
banyak sekali. Patok-patok itu satu persatu
ditancapkan di lapangan hingga menjadi
barisan patok bambu.
Setelah rapi diatur, Ciauw Jun berseriseri berkata pada Li Cong Bun:
"Nah aku sudah siap. Dasar ajal kalian
berdua sudah sampai. Eh, mendadak datang ke
Mo hun leng sini untuk mengantarkan jiwa.
Kita boleh bertanding di atas patok-patok
itu sesukamu bertempur. Kau boleh
menggunakan senjata rahasiamu yang paling
ampuh. Siapa yang keluar tidak menginjak
patok dianggap kalah. Bagaimana, apa kau
berani?"
Li Cong Bun geli dalam hatinya melihat
Ciauw Jun repot-repot mengatur barisan patok 192
itu. Ketika ayahnya masih hidup, karena
barisan patok itu ada tersohor di kalangan
kangouw pernah diceritakan padanya supaya
suatu waktu kebetulan ia bertanding diatas
patok itu supaya waspada. Meskipun tidak
mempelajari barisn itu, tapi ia sudah hapal
betul dalam otaknya.
Ketika ia meneliti barisan itu memang
tidak salah diatur seperti yang ayahnya
pernah cerita padanya. Semuanya terdiri dari
dua belas batang patok. Tiap lima patok
ditancap merupakan bunga Bwee. Dilihat dari
jauh memang tampak seperti sekuntum bunga
Bwee besar, tiap barisannya berbentuk
patkwa. Tiap batang empat kaki panjangnya.
Satu kaki dipendam di tanah, yang tiga kaki
menonjol kelihatan. Tiap-tiap patok ujungnya
dibikin sangat runcing hingga yang untuk
belum mahir betul dengan barisan itu tidak
berani sembarangan bertempur diatas patokpatok bambu itu.
Ketika si Ular Gunung Siauw Jun
menanyakan dia berani atau tidak bertempur
di atas patok-patok itu, dengan tersenyum Li
Cong Bun menganggukkan kepalanya.
Ciauw Jun lalu membuka baju luarnya bikin
erat tali pinggangnya. Setelah memberi
hormat pada Li Cong Bun lantas mencelat dan
sebentar saja ia telah berada diatas patok.
Lompatannya tidak tinggi, tapi jauh suatu
bukti bahwa ia ada menguasai dua macam ilmu
meringankan tubuh. 193
Ketika Li Cong Bun hendak menyusul lompat
ke atas patok, Lam Thiam Gie berbisik
dikupingnya, "Li hiantit, hati-hati! aku
lihat ia buka bajunya, di bahu kirinya
seperti ada menyimpan apa-apa. Aku kira itu
tentu adalah senjata rahasia yang dinamai
?Panah Pengejar Roh? yang sangat tersohor.
Paling baik hiantit jangan kasi kesempatan
dia menggunakan senjata rahasia itu."
Li Cong Bun anggukkan kepalanya. Anak
muda itu kemudian enjot tubuhnya dan
sebentar saja sudah berhadap-hadapan dengan
lawannya. Diam-diam Li Cong Bun
memperhatikan, benar saja pada bahu kirinya
ada benda yang menonjol. Jaraknya patokpatok itu ditanam satu dengan lainnya ada
dua setengah kaki. Dalam lima batang, empat
dipasang rendah, sisanya tinggi menancap
tidak dalam. Ini yang dinamai empat isi satu
kosong. Yang satu sukar diinjak karena
menancapnya tidak dalam.
"Sahabat," kata Li Cong Bun. "Kau
mengundang bertanding di atas barisan patok
yang merupakan bunga bwee ini, tentu
kepandaianmu amat mahir. Nah, sekarang boleh
mulai dengan menyerangmu untuk membuka
mataku dan menambah pengalaman.
Ciauw Jun sudah siap dengan senjata
rahasianya, maka setelah tertawa-tawa lalu
ayun tangannya. Tiga buah Pek houw teng
(Paku harimau putih) telah meluncur ke arah
perutnya Li Ceng Bun. 194
Melihat senjata rahasia itu, Li Cong Bun
ingat akan kematian ayah Yo Hong yang binasa
karena paku harimau putih itu. Untuk
menghindari serangan senjata rahasia itu Li
Cong Bun melompat ke atas. Lalu lain
serangan menyusul juga tidak mengenai
sasarannya, karena anak muda itu saban-saban
menotolkan kakinya dan badannya ngapung ke
udara.
Melihat senjata pakunya tidak berhasil
Ciauw Jun lalu keluarkan lagi senjata
rahasianya yang lain yang mengarah ke
tubuhnya Li Cong Bun dari segala jurusan.
Tapi ini juga tidak dapat mengenai tubuhnya
si anak muda yang gesit dan ilmu meringankan
tubuhnya yang luar biasa. Caranya membuat
dirinya melesat ke udara kelihatannya
seenaknya saja. Ia hanya meminjam tenaganya
patok bambu untuk bikin dirinya ngapung
menghindari serangan lawan.
Salah satu senjata rahasia Ciauw Jun yang
mengancam dari empat jurusan, telah kena
dijepat oleh dua jarinya Li Cong Bun. Dengan
ketawa ia berkata,
"Ular Gunung, aku kembalikan senjatamu
ini!" sambil ayun tangannya.
Senjata itu telah memukul senjata yang
diluncurkan Ciauw Jun hingga berbalik dan
hampir saja mencelakai Ciauw Jun kalau ia
tidak cepat-cepat meloncat ke lain patok
menghindari bahaya. 195
"Ciauw Jun, kau jangan tergesa-gesa
sebelum senjata rahasiamu keluar semua.
Percayalah, aku belum mau melukai dirimu.."
Li Cong Bun tertawa.
Ciauw Jun melengak sebentar. Ia rupanya
tahu bahwa Li Cong Bun sudah mengetahui ia
ada membekal ?Panah Pengejar Roh?.
Sebetulnya senjata rahasia ini bukan
miliknya sendiri, hanya boleh minjam sekadar
untuk melindungi dirinya.
SETELAH unjuk ketawanya yang licik, Ciauw
Jun berkata,
"Li siauhiap, kau benar-benar lihai. Nah
sekarang terimalah lagi serangan senjata
rahasiaku." Berbareng ia melontarkan
sepuluh senjata rahasianya sekaligus
mengancam dirinya Li Cong Bun dari segala
jurusan, kiri kanan atas bawh menutup jalan
menghindarnya. Dari bahu kirinya ia
mengambil pula senjata rahasia ?Panah
Pengejar Roh? disentilkan sekalian sebatang
anak panah melesat mengeluarkan sinar putih
berkredepan laksana perak.
Li Cong Bun baru tahu tentang lihainya
senjata itu, maka ia terus merogoh sakunya
mengeluarkan dua biji catur. Tapi sudah
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlambat, terpaksa ia gunakan kakinya
menekan patok amblas hingga tinggal sekaki
tingginya. Sambil miring badannya berputar
hingga senjjata berwarna perak itu dapat
dihindarkan. Kemudian ia melompat setinggi 196
tiga kaki pindah ke patok lain untuk
menyingkir dari bahaya serangan senjata
rahasia.
"Kurang baik kalau semua seranganmu itu
tidak dibalas. Nah sekarang terimalah dua
buah biji caturku." Kata Li Cong Bun sambil
mengayun tangannya dan dua buah biji catur
putih dan hitam meluncur pesat sekali.
Ia menggunakan gaya ?Tenaga Lunak? dan
biji didepan putih diikuti oleh yang hitam.
Yang putih melayangnya lurus sedang yang
hitam melintang.pada pertengahan perjalanan
tiba-tiba berubah, yang hitam jadi yang di
depan dan yang putih disampingnya. Dengan
pesat sekali dua buah biji catur itu
menyerang ke arah tubuh Ciauw Jun bagian
jalan darah yang penting.
Dalam gugup Ciauw Jun coba enjot tubuhnya
untuk pindah tempat tapi terlambat. Biji
catur putih telah berputar diudara sejenak
telah mengenai dengan jitu sekali pada jalan
darahnya Hong yang hiat. Saat itu juga
tubuhnya dirasakan kesemutan, matanya
berkunang-kunang, gelap kemudian hendak
rubuh di atas bambu yang runcing.
Untung saat itu ada si Rajawali Sakti So
Cu Cun yang melihat dan dengan sebat sudah
menolong dirinya Ciauw Jun kemudian
dilemparkan ke arah Tho Ie Gie. 197
Ketika berbalik tubuhnya hendak
menandingi Li Cong Bun, tiba-tibaLam Thiam
Gie sudah berdiri di atas salah satu patok
bambu runcing itu.
"Li hiantit, silakan mengaso dulu. Aku si
tua ingin melemaskan urat-uratku." kata Lam
Thiam Gie sambil tertaw.
Li Cong Bun tersenyum lalu melompat turun
setelah berkata, "Baik, harap Lam pepe suka
berlaku hati-hati!"
Melihat Lam Thiam Gie menandingi dirinya
maka diam-diam So Cu Cun merasa girang.
Dalam hatinya ia pikir pasti akan menang.
"Lam Tayhiap," ia berkata sambil menjura.
"Apa kita bertanding dengan tangan kosong
atau pakai senjata? Kalau di atas patok
bambu kau pikir merasa kikuk untuk
menggerakkan badanmu, aku juga tidak
keberatan untuk bertanding di tanah."
Lam Thiam Gie tertaw bergelak-gelak, "Aku
si orang tua sebenarnya tidak punya
kemampuan apa-apa, semuanya hanya minta
belajar pad orang yang berilmu tinggi. Mari
bertanding di atas patok bambu saja! Aku
ingin mendapat pelajaran dari So Hiocu punya
ilmu pukulan Rajawali Sakti menyambar
mangsanya yang tersohor."
So CU Cun berubah wajahnya, ia tidak
nyana ilmu simpanannya diketahui oleh Lam
Thiam gie. Ilmu itu jarang sekali ia 198
pergunakan, jilakau tidak kelewat perlu maka
ia merasa terheran-heran si orang she Lam
dapat mengetahui.
"Orang she Lam, kami bertiga saudara
datang sebenarnya untuk berurusan dengan Bo
yong Kang dan si bocah Li, maka untuk
menghadapi kau barangkali aku tidak harus
mempertunjukkan ilmu itu!" kata So Cu Cun
dengan jumawa sikapnya.
Seiring dengan kata-katanya, So Cu Cun
telah enjot tubuhnya dan sebentar saja sudah
berhadapan dengan Lam Thiam Gie. Tanpa
banyak rewel mereka lantas saling serang
dengan seru. Masing-masing menggunakan
kepandaiannya untuk merebut kemenangan dalam
tempo pendek akan tetapi sampai berjalan
tiga puluh jurus kedua puhak masih sama
unggulnya. Rupanya kepandaian mereka
setimpal betul.
Melihat serangannya tidak ada satupun
yang masuk maka SU Cu Cun telah merubah
gerakannya. Dengan gaya lompatan angkasa ia
melompat tinggi. Lam Thiam Gie mengerti
dengan gerakan ini, lawannya hendak
menggunakan ilmu simpanannya yang dinamai
Rajawali Sakti menyambar mangsanya untuk
menyerang busuh.
Lam Thiam Gie pura-pura tidak tahu.
Dengan enaknya setindak demi setindak ia
geser kakinya pindah ke patok. Tiba-tiba
tersengar suara tertawa seram. So Cu Cun 199
dengan tangan kiri menutup dadanya tangan
kanan dipakai menyerang. Ia meluncur seperti
burung rajawali menyambar mangsa.
Lam Thiam Gie mendakan badannya kemudian
berputar menghindari serangan lawan.
Berbareng dengan kegesitannya ia dapat bahu
musuh yang menyerang tak menemukan
sasrannya. Lantaran mana So Cu Cun jadi
kehilangan keseimbangan dan jatuh
terplanting di atas bambu runcing.
So Hiocu, kita hanya main-main saja, buat
apa kau begitu sungguh-sungguh. Nah rupanya
patok-patok bambu ini sudah pada emoh.
Marilah kita pindah kelain tempat."
Seiring dengan perkataannya, dengan gesit
ia menyambar badannya So Cu Cun dan melompat
turun ke bawah.
So Cu Cun amat malu ketika sudah berada
di tanah. Sikapnya berbeda dengan waktu ia
naik ke atas patok. Ia demikian jumawa
sekali.
Si Kipas Maut Siu Hoat Bu melihat
samtenya dikalahkan hatinya sangat tidak
tenang. Sebagai kepala dari Tay ouw Sam kuay
(Tiga siluman dari telaga Tay ouw) harus ia
menebus kekalahan saudaranya supaya mukanya
menjadi terang.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Maka seketika itu ia
menghampiri Lam Thiam Gie dan berkata,
"Sahabat, jangan pergi dulu ke tempatmu.
Aku si orang she Sun ingin minta pelajaran 200
dari kau yang berkepandaian tinggi. Samte ku
telah menjadi pecundang, itulah menyatakan
dia tidak mempunyai kebisaan. Aku tahu
kepandaianmu tinggi, tapi dengan melupakan
kebodohanku untuk menolong muka kami Tay ouw
Sam kay terpaksa aku minta pelajaran dari
kau!"
Lam Thiam Gie kerutkan alisnya berpikir
apakah ia dapat melayani Sam Hoat Bu yang ia
tahu betul kepandaiannya ada sangat tinggi.
Dalam keragu-raguannya tiba-tiba datang Bo
yong Kang yang berkata,
"Lam Toako sudah keluarkan banyak tenaga,
biarlah aku yang melayani sahabat ini main
main beberapa jurus. Lagipula mereka
menghendaki aku dan Ceng Bun, jadi sebaiknya
aku yang turun tangan."
"Bagus.." jawab Lam Thiam Gie tertawa.
"Aku si orang tua yang tidak berguna boleh
mengalah" sambil terus Lam Thiam Gie
menghampiri tempat duduknya disampingnya Li
Cong Bun.
Si Kipas Maut Hoat Bu merasa cemas tidak
dapat membalas kekalahan samtenya kepada Lam
Thiam Gie sendiri, sebab kini yang akan
dihadapi adalah lawan berat untuknya.
Selagi ia hendak membuka mulut bicara,
tiba-tiba muncul si genit Gui Ang Siauw
sambil tersenyum-senyum ramah diwajahnya
yang genit ia berkata, 201
"Sam hiocu, kau sebagai kepala kami
orang, kenapa begitu tergesa-gesa mau turun
tangan? Biarlah kasi siauwmoy yang
menghadapi orang she Bo yong ini!" matanya
sambil mengerling genit kepada Bo yong Kang.
Sun Hoat Bu sebenarnya tidak senang
perempuan genit itu ikut-ikutan campur
urusan karena Bo yong Kang bukan lawan yang
empuk, tapi untuk membuat hatinya Gui Ang
Siauw merasa puas, ia lalu berkata,
"Kalau nona Gui ada kegembiraan aku tidak
keberatan mengalah. Kalau sebentar kau tidak
tahan dan keteter, lekas kau mundur dan aku
yang akan menandingi Bo yong Tayhiap!"
Seiring dengan kata-katanya, Sun Hoat Bu
mundur kepinggir antapkan si nona Gui
mendekati Bo yong Kang yang menjadi kemalumaluan sendiri karena Gui Ang Siauw tidak
henti-hentinya mengajak main mata padanya.
Ternyata nona nona genit itu bukannya
bermaksud benar-benar bertempur, hanya
mencoba memikat hatinya Bo yong Kang yang
berwajah tampan dan gagah. Tubuhnya yang
langsing menggairahkan berjalan lenggaklenggok seperti yang sedang menari. Semula
Bo yong Kang geli tapi lama-lama menjadi
sebal. Pikirnya, sebaiknya perempuan genit
ini lekas-lekas disuruh berlalu. Jangan
banyak membuang waktu.
Setelah mengambil keputusan, kebetulan
Gui Ang Siauw datang semakin dekat. Tidak 202
tempo lagi Bo yong Kang ulur tangannya
menotok ke bahunya si nona hingga si nona
menjerit karena merasakan seperti tulang
bahunya patah. Sakitnya bukan main. Tidak
lama kemudian ia lari terbirit-birit keluar
dari kalangan pertemburan.
Bo yong kang pikir, kepandaiannya si
Kipas Maut Sun Hoat Bu sangat tinggi dan ia
menjadi kepala disitu. Sebaiknya ia
menangkap kepalanya, baru lainnya akan
tunduk. Maka setelah Bui Ang Siauw disuruh
ngacir dengan persenan yang berarti ia lalu
menghadapi si Kipas Maut.
"Sun Hiocu, aku dengar kau hendak memberi
pelajaran padaku dan keponakanku. Nah
sekarang kau boleh mulai turun tangan. Aku
si oang she Bo yong akan maju lebih dahulu
menghadapi utusan dari Si leng cee."
Sun Hoat Bu tidak tahu kepandaiannya Bo
yong Kang sampai dimana tingginya, maka
diam-diam ia memberi isyarat kepada dua
saudaranya Beng Hwee dan So Cu Cun berikut
anak buahnya, kalau ia sebentar dikalahkan
dalam pertempuran semuanya harus lekas turun
tangan menggerubuti. Ia percaya dua tangan
tak menang menghadapi banyak tangan maka
dengan hati lega maju.
"Bo yong Tayhiap, aku dengar kepandaianmu
sangat tinggi, maka aku ingin menjajal
kekuatan tenag dalammu melalui tangan
kosong. Setelah ini barulah kita bertanding 203
dengan menggunakan senjata. Bagaimana, kau
pikir apa mufakat?"
"Aku tidak mempunyai kepandaian apa-apa.
Aku turut saja bagaimana yang Sun Hiocu
pikir baik. Silakan Sun Hiocu tunjukkan
kepandaian lebih dulu!" jawab Bo yong Kang.
Si Kipas maut tampak ramah tamah
sikapnya, beda jauh dengan saat pertama
bertemu. Ia menyuruh anak buahnya menumpuk
sepuluh buah batu-bata, setelah selesai
disusun ia berkata pada Bo yong Kang,
"Nah pertama kita bertanding dengan
getaran telapak tangan. Aku terlebih dahulu
yang mencobanya, bagaimana, apa kau tidak
keberatan?"
"Terserah padamu, aku hanya mengikuti
saja kemauanmu."
Sun Hoat bu tertaw. Segera ia mengerahkan
tenaga dalamnya, disalurkan pada telapak
tangannya. Dengan gerakan yang seperti
membacok telapakan menyentuh perlahan pada
batu-bata yang disusun tadi kemudian ia
memeriksa batu-bata tadi satu demi satu,
ternyata bata yang pertama masih utuh.
Hatinya sangat girang, tapi sebelum ia
membuka mulut tampak Bo yong Kang telah
angguk-anggukkan kepala dan tersenyum
kemudian berkata,
"Lihai.. lihai. Tidak heran kalau nama
Sun Hiocu amat terkenal dalam dunia kangouw. 204
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sun Hiocu, batu-bata yang berapa yang kau
sudah bikin pecah?"
Sun Hoat Bu melongo. Ia tidak mengira
kalau Bo yong Kang sudah mengetahui
kepandaiannya itu. Tapi bagaimana juga
nantinya merasa tenang melihat kawankawannya sudah siap. Pikirnya tida orang ini
datang memang mau mencari mampus!
"Ah, baru yang ketujuh saja pecah."
jawabnya dengan bangga.
Ia menyuruh orang-orangnya membongkar
batu tersusun itu, benar saja pada batu yang
ke tujuh saja yang pecah dan menjadi lima
sampai tujuh keping.
Bo yong Kang angguk-anggukkan kepalanya.
"Sun Hiocu, maaf mungkin aku akan membikin
pecah batu yang ke sembilan. Coba tolong
orang-orangmu susun pula bata seperti tadi.
Sun Hoat Bu kaget bukan main mendengar
omongannya Bo yong Kang, sebab pikirnya
kalau benar lawan itu ada mempunyai
kemampuan membikin pecah bata yang ke
sembilan, terang tenaga dalamnya sudah
mencapai kesempurnaannya. Boleh digunakan
sesuka hati.
Apa betul begitu? Sungguh ia kepingin
menyaksikannya.
Ketika batu bata itu sudah disusun
kembali, ia hanya melihat Bo yong Kang
mengangkat tangannya, tapi sama sekali tidak 205
bergerak apalagi menyentuh tumpukan batubata. Dalam hati ia merasa heran.
"Bo yong Tayhiap, ayo lekas kau pukulkan
tanganmu pada batu-bata itu supaya kita
dapat melihat kesudahannya apa yang kau
katakan."
Bo yong Kang tertawa gelak-gelak, "Sun
Hiocu," katanya "Buat apa tangan harus
diturunkan lagi sebab batu-bata itu toh
sudah pecah dengan sendirinya. Cuma saja aku
beluh tahu bata yang keberapa yang telah
pecah, maka harap Sun Hiocu menyuruh orang
untuk memeriksanya."
Sun Hoat Bu melongo, ia tidak percaya
akan omongannya Bo yong Kang, maka lalu ia
suruh orang-orangnya memeriksa satu persatu,
trnyata bata yang ke tujuh dan kesembilan
yang pecah, yang ke delapan hanya rengat
saja.
Sun Hoat Bu berdiri tertegun menyaksikan
kegaiban yang dipertunjukkan Bo yong Kang,
sebab ia hampir tidak mau percaya kalau ia
tidak melihat dengan mata kepala sendiri.
"Sun Hiocu, kau jangan heran!" Bo yong
Kang merendah. "Aku barusan hanya dapat
memecahkan bata yang ke tujuh dan ke
sembilan, sedangkan yang ke delapan hanya
rengat saja. Baik kita hitung seri saja
pertandingan ini, boleh dikata kita sama
kuatnya. Sekarang coba Sun Hiocu keluarkan 206
apa masih ada ilmu yang hebat lagi untuk
membuka mataku."
Sun Hoat Bu tertawa terpaksa. "Bo yong
Tayhiap, sebaiknya kita sekarang bertanding
menggunakan senjata-senjata sebagaimana yang
sudah dijanjikan barusan." jawabnya.
"Ow, begitu juga baik, mari kita mulai!"
kata Bo yong Kang, kemudian ia segera
menghunus pedangnya.
Jago dari Liauw tong itu sebenarnya
hendak melayani si Kipas Maut Sun Hoat Bu
dengan tangan kosong, tetapi ia sangsi
melihat kipas besinya sang lawan yang berat.
Ia menduga kepandaian Sun Hoat Bu tidak
boleh dianggap enteng.
Baru pertandingan dimulai, Sun Hoat Bu
telah mengirimkan serangan dengan senjata
kipasnya hendak menotok jalan darah pada
tubuh lawan, tapi dengan cepat dapat
dihindari oleh Bo yong Kang. Melihat
serangannya menemui tempat kosong, cepat ia
berganti gaya. Kali ini ia pakai tipu
pukulan yang dibarengi dengan suara bentakan
keras. Kipas mautnya sudah membeber bulat
dan mengeluarkan angin dahsyat. Bo yong
Kang menangkis serangan itu dengan pedang di
tangan kirinya. Tidak saja hanya menangkis,
tapi ia meneruskan pedangnya menusuk. Sedang
tangan kanannya membantu menyerang lawan.
Melihat tipu pukulannya tadi juga gagal,
Sun Hoat Bu hendak merubah pula tipu 207
serangannya. Tapi seketika itu pedangnya Bo
yong Kang diiringi oleh serangan telapak
tangan sudah menyerang dirinya dengan hebat
sekali. Ia menghindarkan diri dengan
melompat ke kanan, tapi tidak urung bahu
kanannya kena angin serangan lawan yang
dahsyat sehingga diraskan kesemutan.
Bagaimana besar tenaga yang dikirim oleh Bo
yong Kang tadi, terbukti dari timbulnya
sebuah lobang besar pad tempat berdirinya
Sun Hoat Bu tadi, sedang pasir dan batu-batu
kecil telah beterbangan oleh ngin pukulannya
tadi.
Bo yong Kang mengerti lawannya tangguh
dan lihai, sebab serangan pedang diiring
oleh serangan telapak tangannya tadi
bukannya sembarangan serangan yang gampang
dipunahkan oleh pihak lawan. Maka ia lantas
pindahkan pedang dipegang oleh tangan
kanannya. Ia getarkan pedangnya ketika ia
menyerang busuhnya.
Melihat serangan lihai, Sun Hoat Bu cepat
jatuhkan diri di tanah. Tangan kirinya
sekali menekan tanah dengan gaya ?Ular
berbisa membalik badan? ia bergulingan,
bukannya mundur tapi maju menghampiri
lawannya. Setelah dekat, kipas mautnya
meluncur hendak menotok jalan darah di
bagian perut orang.
Memang tinggi ilmunya Sun Hoat Bu. 208
Ketika musuh datang mendekat, Bo yong
Kang gunakan tipu serangan ?Burung merak
menyisir bulunya? langsung mau menebas bahu
kanan musuh. Tiba-tiba ia melihat Sun Hoat
Bu wajahnya kegirangan melihat ia menyerang
demikian, maka ia merubah serangannya dan
kini ia ambil belakang bahunya lawan yang
menjadi serangan-serangan sembari miring.
Melihat serangannya Bo yong Kang berubah
setengah jalan, maka hatinya si Kipas Maut
jadi terkejut. Ia tak mau kipasnya beradu
dengan pedangnya lawan, maka seketika itu
ujung kakinya menotol tanah terus melesat
beberapa tombak jauhnya. Betul betul musuh
lihai, pikir Bo yong Kang.
Sebentar kemudian tampak kipas besinya
musuh mulur dari satu kaki lebih menjadi dua
kaki, orangnya jalan mengitar dengan
menuruti patkwa sambil tidak henti-hentinya
mengulur kipas kejurusan Bo yong Kang.
Sambaran kipas itu menekan semakin berat
ketika Bo yong Kang coba bertahan.
Bo tyong Kang menduga kipas itu bukan
hanya bisa mulur saja tapi mungkin ada
kegunaan lainnya pula, maka ia tidak berani
sembarangan menyerang dengan pedangnya.
Dengan mengerahkan ilmu tenaga dalamnya,
sambil memalangkan pedangnya di dada, ia
menanti perkembangan lebih jauh dari gerak
musuh liahai itu. 209
Si Kipas Maut Sun Hoat Bu gerakkan
kakinya semakin lama semakin cepat, juga
kipasnya digoyangkan gencar hingga Bo yong
kang merasa dirinya seperti dikurung oeh
ilmu kipas musuh.
Li Cong Bun melihat pertempuran itu diamdiam merasa tidak mengerti susioknya diam
saja tidak balas menyerang. Sementara Lam
Thiam Gie yang ulung dalam dunia kangouw
sudah tahu bahwa dalam kipas besinya Sun
Hoat bu ada disembunyikan jarum beacun dan
obat pembius. Kalau orang kena jarum beracun
itu racunnya sangat jahat dan tak dapat
ditolong lagi kalau tidak ada pemunahnya
yang ada pada dirinya pemilik senjata
beracun itu. Sedang obat biusnyapun sangat
berbahaya, orang yang terkena akan lemas
tubuhnya dan jatuh dan tidak ingat keadaan
disekitarnya pula.
Meskipun tidak begitu mengerti akan
keganasannya kipas Sun Hoat Bu, tapi diamdiam ia sudah berjaga-jaga kalau pamannya
terancam bahaya segera ia akan turun tangan
menolongnya. Lam Thiam Gie juga kelihatan
sudah siap sedia.
Bo yong kang melihat musuhnya sudah
seperti mendapat angin, ia lalu menggunakan
gaya pukulan ?Memindahkan dan Mendorong
Gunung? menyerang musuhnya.
Tapi Sun Hoat Bu sangaat awas, badannya
miring ke sebelah kiri menghindari serangan 210
lawan, kemudian perdengarkan suara
tertawanya yang menyeramkan. Lalu ia
menggoyangkan kepalanya, segera bau harum
telah menusuk hidung dan beberapa sinar
perak berkeredepan menyerang pada Bo yong
Kang.
Melihat serangan senjata rahasia yang
dilancarkan secara tiba-tiba itu, Bo yong
Kang tidak keburu menyingkirkan diri. Ia
lalu menutup semua jalan darahnya untuk
menyambut sambaran jarum berbisa. Itu dapat
ia lakukan dengan baik. Akan tetapi serangan
bau jarum yang menusuk hidungnya tak dapat
ia menolaknya, hingga perlahan-lahan
dirasakan tubuhnya lemas dan ia jatuh
pingsan.
Sun Hoat Bu melihat musuhnya lemas,
tertawa bergelak-gelak.
Sebelum berhenti tertawanya di depan
sudah berdiri Li Cong Bun dengan bengis
bahna gusarnya. "Orang busuk jangan tertawa
dulu, masih ada aku si orang she Li yang
akan melayani caramu berkelahi dengan
pengecut!"
Seiring dengan kata-katanya, Li Cong Bun
tidak mau kasi hati pada musuhnya. Ia
menyerang dengan tipu pukulan angin puyuh
menyapu korban yang sangat hebat. Untuk Sun
Hoat Bu masih sempat mengelakkan serangan
dahsyat itu dengan melompat keluar dari
kalangan berkelahi. 211
Meski ilmu meringankan tubuhnya amat
lihai, ternyata si Kipas Mauat tidak dapat
menggunakannya, karena barusan sebagian
pahanya sudah tergores pedangnya Bo yong
kang. Sambil meringis-ringis menahan
kesakitan ia lalu memberi isyarat kepada
kawan-kawannya untuk serentak turun tangan
untuk menggempur Li Cong Bun.
Beng Hwee, So Cu Cun, Tho Ie Gie, Chauw
Jun dan Pa hiong lima orang terus keluar
maju menyerang Li Cong Bun yang sedang mata
merah karena pamannya dicurangi.
Lebih dulu Li Cong Bun sambar tubuhnya Bo
yong Kang dan dilemparkan kepada Lam Thiam
Gie untuk diberi pertolongan. "Lam pepe,"
katanya. "Tolong Bo yong Susiok. Semua
bangsat brengsek ini biar aku yang sikat
sendiri."
Kemudian ia menghadapi lima lawannya yang
menjadi sangat gusar mendengar kata-katanya
Li Cong Bun yang demikian sombong. Mereka
terus saja menerjang beramai-ranai.
"Bagus, memang lebih baik kalian maju
semua supaya Siauwya kalian tak membuang
banyak waktu!" seru li Cong Bun.
Berbareng ia hunus pedangnya dan
menyambut semua lawan. Ia putar pedangnya
dengan ilmunya yang istimewa hingga hanya
berkilau-kilauan sinar pedang kehijauhijauan yang kelihatan sedang orangnya tidak 212
kelihatan. Seolah-olah Li Cong Bun
terbungkus oleh sinar hijau tadi.
Tidak lama kemudian kedengaran suara
"Trang, trang, trang!" yang sangat berisik.
Ternyata tongkat besinya Tho Ie Gie siang
kauw (sepasang golok) Pa Hong dan Golok
gergajinya Beng Hue semuanya sudah
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terkutung. Sun Hoat Bu saat itu sudah
mengobati lukanya dan diperban. Melihat Li
Cong Bun begitu gagah, lalu ia berteriakteriak menganjurkan kawan-kawannya jangan
kasi lolos anak muda itu ia sendiri menyerbu
bantu kengerubut.
Sementara Bo yong Kang berkat pilnya Lam
Thiam Gie yang mustajab untuk memunahkan
racun, maka sebentar saja ia sudah bisa
siuman dari pingsannya. Ia melihat
keponakannya sendirian dikerubuti oleh enam
orang jagoan penjahat, hatinya tenang-tenang
saja. Ia percaya akan kesaktian Li Cong Bun
yang sangat tinggi dan tidak akan
terkalahkanoleh mereka.
Enam penjahat ternama mengepung Li Cong
Bun yang hanya seorang tak mampu berbuat
apa-apa. Sngguh memalukan. Maka si Kipas
maut Sun Hoat Bu berteriak-teriak mengempos
semangat kawan-kawannya supaya turun tangan
sungguh-sungguh untuk mengangkat namanya Si
leng cee.
Bo yong Kang bangkit dan menghampiri
pertempuran, maksudnya hendak menyerbu 213
membantu keponakannya. Tiba-tiba muncul Gui
Ang Siauw dengan tersenyum-senyum genit dan
ditangannya membawa sebatang pipa besi. Tho
Ie Gie melihat wanita genit itu muncul
hatinya girang lalu menyerukan kawannya
untuk mundur. "Sekalian mundur! Biarkan
sumoyku unjuk kelihaiannya."
Di lain piha Lam Thianm Gie juga
berteriak untuk Bo yong kang dan Li Cong Bun
agar berhati-hati. Berbareng dengan itu,
pipa besi di tangan Gui Ang Siauw sudah
dilontarkan dari mana keluar meluncur lima
enam bola api sebesar mangkok beterbangan
diangkasa berwarna hijau. Bola api itu tak
lama kemudian meledak dan tiap bola menjadi
sepuluh bola kecil hingga kelihatannya bagus
sekali melayang-layang di udara. Ini adalah
senjata berbisa yang sangat diandalkan oleh
si wanita genit.
Melihat bahaya, Bo yong Kang dan Li Cong
Bun telah mengelarkan ilmunya yang hebat
untuk melindungi diri. Tapi lacur dengan
dirinya Lam Thiam Gie dan Yo Hong.
Lam Thiam Gie punggungnnya terbakar,
sedangkan Yo Hong ddanya kena tersambar api
beracun hingga dua-duanya bergulingan di
tanah sambil keluarkan suara rintihan
kesakitan.
Bo yong Kang yang melihat pihaknya
mengalami kerugian hatinya sangat kesal. 214
Tak puas dengan senjata api beracunnya,
si Dewi Api Gui Ang Siauw telah mengeluarkan
panah apinya untuk menyerang musuhnya. Li
Cong Bun sangat mendongkol. Ia keluarkan
biji caturnya untuk memukul jatuh senjata
lawan. Tiga orang penjahat kembali menerjang
padanya hingga mau ttak mau ia harus
meladeni bertempur. Sedangkan Gui Ang Siauw
sambil duduk pada sebuah batu besar tertawa
terkekeh-kekeh menyaksikan Lam Thiam Gie dan
Yo Hong menderita kesakitan sebagai akibat
senjata rahasianya yang berupa bola api. Ia
suruh pelayan-pelayannya menyerang lagi pada
dua korban dengan senjata bola apinya.
Dalam keadaan serupa itu, Lam Thiam Gie
terpaksa melanggar sumpahnya untuk tidak
menggunakan lagi senjata rahasianya yang
hebat. Seketika itu ia merogoh sakunya.
Entah senjata apa yang dikeluarkan sebab
begitu diayun kepada pelayan-pelayan yang
melontarkan bola-bola api kepadanya segera
juga pelayan-pelayan itu pada tertawa
menyeramkan. Kejadian ini rupanya seperti
penyakit menular, sebab kemudian telah
menular diantara anak buahnya kawanan
penjahat. Mereka tertawa seperti orang edan
sambil memegangi perutnya kemudian
bergulingan di tanah. Dalam keadaan yang
kalut itu tiba-tiba ada berkelebat datangnya
sebatang anak panah berwarna ungu, menancap
di tanah tak jauh dari Gui Ang Siauw. Si
genit kaget, cepat-cepat mencabut anak panah 215
itu kemudian memeriksa siapa yang telah
melepaskannya. Pada sebuah batu besar ia
melihat ada seorang berbaju hitam dan
berkedok hitam tengah berdiri.
Gui Ang Siauw bukan main kagetnya setelah
melihat siapa adanya orang itu. Setelah
tertegun sejenak ia lalu berseru, "Saudarasaudara, lekas menyingkirkan diri dari si
Iblis Beracun telah memusuhi kita!"
Ia sendiri begitu habis mengeluarkan
seruannya, lantas ngiprit lari. Sementara
itu Bo yong Kang tidak ijinkan musuhmusuhnya berlalu seenaknya saja. Dengan gaya
serangan yang istimewa ia telah membuat Sun
Hoat Bu mundur delapan sampai sembilan kaki
kemudian pedangnya berkelebat dan tubuhnya
Tho Ie Gie telah terkuutung menjadi dua
potong hingga darah berceceran di tanah.
Bo yong Kang terus merangsek. Kembali
pedangnya diayun mengarah tubuhnya Ciauw
Jun, tapi ini awas, lekas enjot tubuhnya
keudara, sayang ia tidak terluput karena Bo
Yong kang mengirim pukulan tenaga dalamnya
keudara. Ia terpukul dan meluncur jatuh pada
batu besar, dimana ada Yo Hong sedang duduk
merasakan kesakitan oleh bola api tadi. Yo
Hong yang melihat musuh besarnya didepan
mata dalam keadaan setengah pingsan, tidak
ayal lagi menubruk dan menggigit orang punya
jalan nasi (tenggorokan) dengan sengit dan
kalap. Mereka bergulat tanpa menghiraukan
apa yang akan terjadi, sebab tahu-tahu 216
mereka sudah mendekati tepi jurang kemudian
kedua-duanya jatuh terjerumus.
Lam Thiam Gie yang menyaksikan kejadian
ngeri itu tidak tega hatinya, ia merasa duka
sambil menutup matanya.
Dilain pihak,Bo yong Kang dengan gerakan
pedang seribu tangan, To lo kiamnya mencecar
Kipas Maut Subn Hoat Bu hingga penjahat
ulung itu boleh dikatakan telah terkurung
oleh pedangnya Bo yong kang yang hebat.
Li Cong Bun yang melihat pamannya telah
membinasakan Tho Ie Gie dan Ciauw Jun
semangatnya telah bertambah. Ia percepat
menyerang hingga membuat tiga lawannya, Po
Hiong, Beng Hwee dan So Cu Cun menjadi
kewalahan. Satu persatu akhirnya sudah dapat
dibereskan oleh pedangnya Li Cong Bun yang
tajam.
Setelah membunuh tida lawannya, cepat Li
Cong Bun memeriksa kemana perginya si Iblis
Beacun yang baru saja telah memunculkan
dirinya, akan tetapi sia-sia saja, ia tidak
mendapatkan si Iblis Beracun punya bayangan
sekalipun.
Bol yong Kang melihat Sun Hoat Bu tidak
berdaya dikurung oleh pedangnya, juga
melihat sudah membinasakan tiga musuhnya,
hatinya tidak tega kalau juga membabat si
Kipas Maut, maka seketika itu ia hanya
menotok jalan darah Toa Leng Hiat pada
bagian tubuh musuhnya, hingga senjata kipas 217
besi di tangannya telah jatuh ke tanah.
Orangnya juga setelah mengeluh sejenak
lantas menyusul rubuh pingsan.
Sebentar kemudian Bo yong Kang membuka
totokannya dan Sun Hoat Bu mendusin lagi
sari pingsannya. Ia merasa sangat malu
dengan kekalahannya. Ia tidak berani bangkit
ketika Bo yong Kang sambil memegangi
kipasnya berkata,
"Kau dengan kipasmu yang menyimpan jarum
beracun dan obat bius, entah sudah banyak
memakan korban. Sungguh kau orang yang
sangat kejam sekali. Menurut pantasku, tidak
bisa mengampuni jiwamu. Akan tetapi
mengingat berapa banyak orang yang telah
binasa bergelimpangan karena kejahatannya,
aku boleh tinggalkan selembatr jiwamu untuk
melapor pada markas besarmu tentang apa yang
sudah terjadi di sini."
Bo yong Kang berhenti sejenak mengawankan
pada Sun Hoat Bu yang kelihatan rebah tidak
berani berkutik.
?Kau boleh kasitau pada majikanmu, jangan
dengan cara pengecut memegat orang dan
membokong secara hina, sebab pada bulan tiga
tanggal tiga kami toh akan datang secara
berterang ke markas besarmu untuk membikin
perhitungan. Awas,kalau masih mau mencoba
menghalangi perjalanan kami secara tidak
tahu malu. Jangan sesalkan kami akan
bertindak kejam. Kami akan membikin rata 218
markas Si leng cee dengan bumi dan tidak
seorangpun yang dapat lolos dari kematian."
Bo yong Kang gerkata sambil meremas-remas
kipas besinya Sun Hoat Bu. Ia menggunakan
tenaga saktinya membuat kipas besi itu
menjadi segumpal besi murni, kemudian
berubah menjadi Bokhi (kentongan diwaktu
hweeshio sedang sembahyang) kecil. Perbuatan
itu diawasi oleh si Kipas Maut dengan penuh
rasa kagum.
Atas perintah Bo yong Kang ia bangun dan
berdiri sambil tundukkan kepala.
"Kini aku sudah mengampuni jiwamu. Kau
boleh berlalu melapor kepada majikanmu dan
sekalian membawa ini"
Bo yong Kang menutup kata-katanya sambil
melemparkan Bokhi kecil tadi, diterima oleh
Sun Hoat Bu dengan hati lega, sebab dirinya
tidak sampai dibinasakan lawannya.
Ia memandang lama juga pada barang yang
ada di tangannya itu. Boki kecil yang
terbuat dari kipas besinya yang telah
mengangkat namanya dalam dunia kangouw.
Pikirannya mendadak menjadi terang. Rupanya
hatinya yang jahat mengalami perubahan
setelah melihat benda kecil itu. Suatu benda
yang membuat pikirannya melayang ke
perbuatan-perbuatan suci yang dilaksanakan
oleh orang-orang yang beribadat. 219
Ia merangkap kedua tangannya menjura
kepada Bo yong Kang, Li Cong Bun dan Lam
Thiam Gie. Kemudian meninggalkan tempat itu
tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Setelah Sun Hoat Bu berlalu, Bo yong Kang
kedengaran menghela napas.
"Moga-moga orang yang sejahat dia itu
akan berubah menjadi orang baik-baik"
katanya.
Kemudian ketika melihat pelayan-pelayan
seperti orang gila dan bergulingan di tanah,
hatinya tidak tega melihat penderitaan
mereka, maka seketika itu ia gerakkan
telapak tangannya yang mengandung tenaga
gaib. Segera mereka yang menderita penyakit
gila itu tidak lama kemudian pada mati.
Lam Thiam Gie yang terluka tadi, kini
lukanya sudah dibalut lukanya oleh Li Cong
Bun dan minum obat pemunah racun. Tiba-tiba
ia berkata pada Bo yong Kang,
"Bo yong hiante, sungguh hebat
pertempuran tadi. Sayang, meskipun kita
sudah dapat membinasakan lawan, tidak urung
dari pihak kita juga mendapat kerugian
dengan tewasnya Yo Hong.
Bo yong Kang angguk-anggukkan kepala
dengan perasaan duka.
Li Cong Bun sementara itu hatinya
terheran-heran oleh kejadian orang-orang
pada tertawa seperti orang gila tidak henti- 220
hentinya bergulingan di tanah seolah-olah
sudah hilang ingatannya. Ia menduga itu
semua tentu perbuatannya si Iblis Beracun.
Bo yong susiok, itu Iblis Beracun
membantu kita sampai demikian rupa,
sebenarnya apa maksudnya?" ia menanya pada
pamannya.
Bo yong Kang tidak dapat menjawab, ia
sendiri juga tidak tahu Iblis Beracun itu
telah menolong mereka , apa maksudnya?
Apakah ia telah menjalankan muslihat untuk
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencelakai diri mereka?"
Sebelum Bo yong Kang membuka mulut, Lam
Thiam Gie tiba-tiba muncul dari balik batu
sembari unjukkan panah berwarna ungu
miliknya si Iblis Beracun.
Sambil tertawa ia berkata pada Li Cong
Bun, "Li hiantit, kau lihat ini panah berbisa
yang hebat sekali dari si Iblis Beracun Se
bun Pa. panah ini adalah panah terlihai dari
Iblis tua beracun itu. Orang yang kena
terpanah akan tertawa terus menerus sampai
usus-ususnya putus dengan sendirinya. Tidak
dapat tertolong jika bukan dengan obat-obat
pemunah dari pemilik anak panah beracun
ini."
Bo yong Kang yang mendengar keterangan
Lam Thiam Gie menjadi kaget, tidak nyana si
iblis tua itu ada demikian telengas. Dibalik 221
kekagetannya ia heran kenapa si Iblis
Beracun itu tidak memanah dirinya yang
menjadi musuh besarnya, sebaliknya telah
memanah pada anak buah kawanan penjahat?"
Betul-betul sukar dimengerti tindakannya
Se bun Pa itu.
Ketika Boyong Kang menanyakan pikirannya
Lam Thiam Gie, ia ini menjawab,
"Menurut pikiranku, iblis tua itu rupanya
telah sadar dari perbuatan jahatnya. Dia
sengaja membantu kalian adalah dia ingin
menebus dosanya untuk kesalahannya tempo
hari. Dia ingin kalian mengampuni atas dosadosanya itu. Aku tahu benar dia adalah
seorang jahat dan kejam, tidak sembarangan
ia menjanjikan orang. Nah kalian buktikan
sendiri pada waktu dikuburan tempo hari, dia
ada berjanji akan menyelesaikan persoalan
dengan seadil-adilnya. Kini dia sudah
berbuat jasa besar membantu kalian, tandanya
dia ingin supaya dendam diantara kalian itu
dihapuskan. Menurut pikiranku sebaiknya
dendam kalian dihapuskan saja sehingga kita
dapat meneruskan perjalanan dengan hati
tenang dan tenteram. Kita lihat gerakan.
Bo yong Kang diam sejenak. "Yah sekalipun
iblis tua itu bertobat dan ingin menjadi
orang baik-baik, balas dendam kita tak dapat
diabaikan begitu saja. Sekarang sebaiknya
diperjalanan kita lebih berhati-hati, jangn 222
sampai masuk perangkapnya si iblis tua itu,
apa memang telah bertobat?"
Lam Thiam Gie tidak berkat apa-apa lagi
mendengar jawabannya Bo yong Kang. Ia hanya
tertawa. Ketika itu semua mayat sudah
dibereskan eleh anak buah kawnan penjahat.
Setelah memberi pesan supaya mereka
membubarkan diri dan tidak akan melakukan
kejahatan lagi, Bo yong Kang bertiga lantas
cemplek kudanya meninggalkan sarang agen Si
leng cee itu meneruskan perjalanan.
Sepanjang jalan mereka menikmati
pemandangan alam yang indah-indah membuat
mereka segan untuk meninggalkan tempat indah
yang dilewatinya itu secara terburu-buru.
Pada suatu hari, ketika mereka naik
sampai ditengah-tengahnya puncak Ciang thian
Cui Hong, tiba-tiba mendengar dibelakangnya
ada suara kaki bersepatu mengikuti mereka.
Ketika Bo yong Kang menoleh kebelakang,
ternyata yang naik itu adlah dua orang
hweeshio. Tampaknya dua orang beribadat itu
menyusul pada mereka, sebab dua orang suci
itu telah menggunakan ilmu jalan cepat.
Sebentar saja dua orang beribadat itu
sudah menyusul dan melewati mereka, kemudian
menghadng didepan. Sambil merangkapkan
tangannya, salah satu hweeshio itu menjura
dn memperkenalkan diri. 223
Bo yong Kang bertiga yang telah
menghentikan kudanya dan mengawasi gerakgeriknya dua orang hweeshio yang menghadang
di depannya, melihat salah satu diantaranya
telah menjura memberi hormat sambil
memperkenalkan namanya, merasa heran, sebab
mereka tidak kenal dengan hweeshio-hweeshio
itu. "Pinceng dan suteku ini." Kata hweeshio
yang menjura sambil menunjuk pada kawannya,
bernama Tay Tong dan Tay Tek. Harap kalian
tak menjadi kecil hati atas perbuatan
pinceng berdua, karena kami tertarik oleh
senjata pedang yang ada di punggung Siauwya
kelihatannya bukan seperti senjata
sembarangan. Bolehkah kami melihat untuk
sebentar saja?"
Bo yong Kang belum sempat membuka mulut,
tiba-tiba Li Cong Bun sudah berkata,
"Pandangan Taysu benar-benar lihai.
Dengan sekelebatan saja sudah bisa menduga
barang baik. Tidak halangan untuk Taysu
lihat" sambil menghunus pedangnya dan
diserahkan kepada Tay Tong Hweeshio.
Tay Tong dan Tay Tek memeriksa dengan
seksama, tiba-tiba tampak pada air mukanya
berubah seperti yang terkejut. Sejurus
kemudian pedang itu dikembalikan kepada Li
Cong Bun.
"Amitohud!" tiba-tiba Tay Tong Hweeshio
berkata, "Pinceng tak mengira bahwa Pedang 224
Penakluk Iblis muncul lagi di dunia dan
digunakan dalam dunia kangouw. Apakah sicu
tahu tentang pedang riwayat pedang ini dan
siapakan nama sicu?" ia menanya pad Li Cong
Bun. "Namaku Li Cong Bun," jawab si anak muda.
"Pedang ini dijaman dahulu digunakan oleh
Tay Han Sin ni untuk membasmi penjahat.
Riwayatnya sangat termasyur. Kini Taysu
tiba-tiba menanyakan hal riwayatnya, apakah
Taysu ada sangkut paut dengan Si hak pay?"
"Omitohud! Siau sudah tahu, memang ada
baiknya. Kami berdua memang dari Si hek pay.
Meskipun dengan sicu kami tidak ada dendam,
tetapi ketahuilah pedang ini ada bermusuhan
dengan partai kami. Sekarang kami hendak
memohon dengan hormat, apakah sekiranya sicu
dapat menyerahkan pedang ini untuk kami bawa
ke Si hek?"
Li Cong Bun diam-diam ketawa geli dengan
lagaknya dua hweeshio itu. Pikirnya, tak ada
hujan tak ada angin datang-datang mau minta
pedang, memangnya barang murah? Sambil
tersenyum ia menjawab,
"Bahwa pedang ini ada bermusuhan dengan
partai kalian, memang juga tak ada sangkut
pautnya dengan aku. Tapi, sekali pedang ini
ada padaku, artinya. Aku yang menjadi
tuannya. Nah sekarang jika aku tidak mau
memberi pada kalian akan berbuat apa pada
diriku?" 225
Tay Tong Hweeshio membisu sejenak.
"Hmm! Tiba-tiba ia keluarkan suara dari
hidung. "Orang she Li, kalau begitu kau
mewakili tanggung jawab perbuatan si nikow
siluman yang sangat ganas tempo dahulu di
Pek thian san, berarti kau menjadi musuh
dari semua pemeluk agama Si Hek. Kau boleh
rasakan akubat sikapmu pada saat itu."
Li Cong Bun tertawa bergelak-gelak.
"Taysu membuka mulut berkata Si hek,
menutup mulutmu juga berkata Si hek,
sebenarnya Taysu dari Si hek pay ada
mempunyai kepandaian apa yang harus orang
kagumi dan merasa takluk?"
Tay Tong Hweeshio amat marah mendengar
bicaranya Li Cong Bun. Ia menganggap sangat
sombong. "Pinceng tidak punya kepandaian
apa-apa tapi sicu boleh coba-coba saja."
Sambil angkat tangannya menyerang pada Cong
Bun. Melihat Tay Tong Hweeshio turun tangan,
Bo yong Kang kebutkan lengan bajunya
memunahkan serangan dahsyat itu sambil
berkata,
"Hey, Taysu sebagai orang beribadat mana
boleh lupa daratan main marah saja. Kami
bertiga sedang jalan-jalan menikmati
pemandangan, tidak ada sangkut paut dengan
kalian, bolehnya kenapa kalian menjadi
beringas begitu? Memang betul pedang itu 226
diketemukan di Pek Thian san. Kami tidak
tahu dosanya Tay Han Sin ni berapa besar.
Yang kami tahu dia sangat dipuji-puji
perbuatannya dalam kalangan rimba
persilatan. Kalau partai kalian ada
mempunyai dendam yang belum diselesaikan,
sebaiknya kalian mengumpulkan tokoh-tokoh
dari dunia persilatan, mengumumkan sebabsebabnya dendamnya itu. Kemudian barulah
dipertimbangkan secara adil, karena
keponakanku berani memiliki pedang itu tentu
berani menanggung segala resikonya. Kalian
hanya dengan beberapa patah kata saja hendak
memiliki pedang secara paksa, betul-betul
Taysu memandang enteng pada kami orang.
Segala perbuatan jangan terburu napsu, harus
dipikir tenang-tenang dahulu, coba bagaimana
Taysu pikir?"
Sebenarnya Tay Tong Hweeshio dan sutenya
Tay Tek Hweeshio di daerah Su hek sangat
terkenal namanya. Sebagai turunan kedua dari
pendekar ulung biasanya amat sombong dan
memandang rendah pada orang punya
kepandaian. Tetapi barusan ia mengirim
serangan dengan tenaga yang kuat sekali
kepada Li Cong Bun, dengan amat mudah
dipatahkan oleh Bo yong Kang. Diam-diam ia
merasa keder dan menduga bahwa tiga orang
didepannya itu bukannya bangsa orang yang
dapat dibuat sesuka hatinya. 227
Setelah mengawasi dengan sorot mata
kurang puas kepada Bo yong Kang, ia berkata
dengan suara dingin,
"Sicu sebetulnya siapa? Jangan rewel
pakai mengumpulkan orang segala, sebab kalau
sekarang kalian lolos saja, dimana pinceng
dapat mencarinya lagi?"
Bo yong Kang mengetahui bahwa dalam
partai Si hek ada banyak orang kuatnya yang
berilmu tinggi. Sejak Hoat Goan Taysu dari
Si Hek Pay dibinasakan di Pek Thian San oleh
Tay Han Sin ni dengan pedang penakluk iblis,
boleh dikatakan anak-anak murid partai Si
hek dilarang menginjak Tionggoan. Kini
mendadak ada dua hweeshio dari Si hek yang
berani muncul di Tianggoan, pasti mereka
berdua mempunyai kepandaian yang tinggi.
Sengaja mereka mencari seteru dengan orangorang dari partai persilatan di Tionggoan
dengan maksud menunjukkan kepandaiannya dan
menindih partai yang dikalahkannya.
"TAYSU," jawab Bo yong Kang. "Tak usah
Taysu kuatir tidak dapat menemukan kami
berdua. Asal Taysu ke Pek Thian san di
antara Leng bwee kok dan gunung Hek san
puncak Cit ci hong, dua tempat itu sewaktuwaktu dapat menjumpai kami berdua."
Tay Tong Hweeshio angguk-anggukkan
kepalanya, meskipun dalam hati agak
terkejut, diluarnya ia kelihatan tenangtenang saja. 228
"Tapi sicu punya nama?"
"Orang-orang persilatan menyebutku si
Pelajar Hati Besi Bo yong Kang."
"O, jadi kau adanya si Pelajar Hati Besi?
Goa Leng Bwee kok di Pek Thian san dan
Puncak Cit ci hong di Heng san, kalau tidak
keliru, dua tempat itu adalah tempat
tinggalnya Ceng Leng Cinjin dan Bu Ju Taysu.
Kalian berdua adalah muridnya Dwi Tunggal.
Pantasan sombong. Tapi ketahuilah bahwa Dwi
Tunggal itu tidak mengejutkan kami sebagai
anak murid Si Hek pay. Sekarang kita jangan
rewel soal pedang lagi. Marilah kita
menjajal masing-masing punya kepandaian.
Pinceng berdua saudara ingin menjajal sampai
dimana tingginya ilmu silat dari Dwi Tunggal
yang sudah lama tidak muncul dalam dunia
persilatan."
Jilid 7
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
LAM THIAM GIE dan Li Cong Bun tertawa
melihat lagaknya dua hweshio itu.
Sedangkan Bo yong Kang yang mendengar
tantangannya Tay Tong Hweshio telah tertawa
menjawab,
"Sebenarnya kami tidak ingin bertempur,
tapi karena Taysu memaksa, apa boleh buat. 229
Nah silakan Taysu memilih dengan cara
bagaimana kita bertempur!"
Bo yong Kang berkata sambil turun dari
kudanya.
Tay Tong Hweshio mendengar boleh memilih
caranya bertempur, hatinya menjadi girang
dan diam-diam melirik pada Tay Tek Hweshio.
"Baiklah, pinceng sekarang mulai." kata
Tay Tong Hweshio.
Sebentar kemudian terlihat ia pejamkan
matanya, seakan-akan lagi mengerahkan tenaga
dalamnya. Ketika ia membuka matanya pula,
dengan memegangi tongkat sebagai tunjangan
tangan kirinya mendorong ke arah batu besar
di lereng gunung. Entah cara bagaimana
tenaga dalammnya telah bekerja, sebab lantas
kelihatan pada batu besar itu ?Cap Tangan?.
Bo yong Kang melihat itu lantas mengetahui
bahwa itu adalah ilmu silat yang dinamai
?Toa Chin In? (cap tangan besar) dari Si hek
pay. Meskipun kelihatannya Tay Tong
menunjukkan kepandaian itu belum begitu
mahir tetapi tidak boleh dipandang
sembarangan.
Bo yong Kang tertawa sejenak kemudian
berkata,
"Cap tangan itu kalau diketahui oleh
orang yang tidak mengerti akan berbahaya
sekali, karena itu akan dikira bikinan Dewa
atau Setan. Adanya di tempat yang berbahaya. 230
Kalau orang paksa ingin melihatnya pasti
akan mendapat celaka, jatuh tergelincir,
maka sebaiknya aku gempur saja bikin
berantakan."
Segera ia mengerahkan tenaga dalamnya
sebelum menggempur batu besar yang adanya di
lereng gunung itu. Ia berkata pad Li Cong
Bun, "Bun jie, sebentar kalau batu itu aku
sudah gempur rubuh, kau barengi sekalian
supaya menjadi hancur tak berbekas untuk
menghilangkan bencana!"
Li Cong Bun anggukkan kepalanya sambil
tersenyum.
Sebentar kemudian lantas terdengar bunyi
keras sekali. Batu besar itu tidak tahan
menerima gempuran tenaga dalam Bo yong Kang
yang dahsyat, hingga seketika itu meluruk
turun dan disambut oleh serangan Li Cong
Bun. Benar saja batu besar itu menjadi
hancur berantakan tak berbekas lagi cap
tangan tadi.
"Bo yong Kang sicu, pinceng kagum atas
hebatnya kepandaianmu." kata Tay Tong
Hweshio sambil cengar cengir. Tapi pinceng
masih ada cara permainan lain yang ingin
petunjuk dari padamu!"
Bo yong Kang melihat hweshio itu tidak
tahu diri menjadi tidak senang. Dengan suara
dingin ia berkata, 231
"Oh aku tahu maksud Taysu, bukankah mau
mempertunjukkan ilmu silat Hwe leng bukan?
Aku juga belum tahu tenagaku yang terbatas
dapat melayani ilmu Taysu atau tidak, tapi
biarlah aku untung-untungan menggunakan
sepasang telapak tanganku untuk menghadapi
Taysu berdua punya sepasang tongkat!"
Tay Teng Hweshio melirik pada Tay Tek
hweshio malu-malu sejenak lalu berkata,
"Baiklah, kalau Bo yong sicu mau begitu
pinceng percaya akan kehebatannya ilmu
?Sepasang Orang Kuat?. Nah, marilah kita
mulai!"
Tay Tong Hweshio dan saudaranya mundur
beberapa tindak kemudian maju lagi. Setelah
mengeluarkan perkataan ?Omitohud? keduanya
memutar tongkat besinya yang mengeluarkan
suara mengaung dan angin santar.mereka
menyerang dari kanan-kirinya Bo yong Kang
mengarah orang punya dada.
Bo yong Kang yang digencet oleh sepasang
tongkat lawannya segera gerakkan tubuhnya
melejit keudara hingga serangan kedua
hweshio itu mengenai tempat kosong. Tapi
mereka terus merangsek dan mengirim pukulan
yang dinamai ?Angin Menyapu Sisa Awan?
mengarah ke pinggang dan belakang tubuhnya
Bo yong Kang.
Tapi Bo yong Kang terlalu gesit untuk
dapat disentuh badannya oleh tongkat kedua
paderi itu. Mereka kelihatan sangat 232
penasaran melihat musuhnya begitu licin,
lalu keluarkan banyak tipu pukulan tongkat
pelajaran dari Si Lek. Hingga jalannya
pertandingan berubah menjadi bertiga,
kemudian pada cemplak pula keduanya
berseliweran sangat seru.tubuh Bo yong Kang
tampak berkelebatan dikepung oleh sepasang
tongkat yang mengeluarkan angin santer
menderu-deru. Sungguh hebat ilmu meringankan
tubuhnya Bo yong Kang.
Suatu ketika dengan berani Tay Tok
Hweshio meju merangsek, tongkatnya menotok
ke arah pundak musuh. Tindakan ini justru
ada makan Bo yong Kang, siapa setelah
berkelit tangannya diulur merampas tongkat
Tay Tek Hweshio. Tay Tong Hweshio mencoba
menolong adik seperguruannya, ternyata sudah
terlambat sebab tongkat Tay Tek Hweshio
sudah berpindah tangan.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Tay Tok Hweshio berdiri bengong, dengan
kemalu-maluan melihat senjatanya dirampas
begitu mudah oleh musuhnya. Tay Tong Hweshio
dilain pihak menggeram, tongkatnya merabu
tubuhnya Bo yong Kang.
Sebenarnya Bo yong Kang bisa menggunakan
tongkat rampasannya itu sebagai senjata
untuk menangkis tongkatnya Tay Tong Hweshio,
akan tetapi karena ia sudah berjanji akan
melayani kedua kepala gundul itu dengan
tangan kosong maka ia tidak mau
menggunakannya. Ia terus menggunakan
kelincahan bergeraknya. Tak lama lantas 233
tongkatnya Thay Tong Hweshio juga sudah
dapat dirampas oleh Bo yong Kang.
Dengan sepasang tongkat ditangannya Bo
yong Kang tertawa gelak-gelak.
"Taysu berdua harap suka memaafkanku yang
sedikit kurang hormat!" katanya. Berbareng
dengan itu ia mematahkan dua tongkat besi si
hweshio Si hek itu dengan seenaknya saja
sehingga Tay Tong dan Tay Tek yang
menyaksikannya menjadi melongo.
"Bagaimana, apa kita bertanding sampai
disini saja atau Taysu berdua ada apa-apa
yang masih mau diperlihatkan di depan si
orang she Bo yong?" kata Bo yong Kang.
"Omitohud!" kata Tay Tong Hweshio.
"Baiklah, besok malam kami menunggu
kedatangan sicu di gua Sian jin tong.
Letaknya dari sini menuju keselatan kirakira limapuluh li jauhnya. Kalau pada
pertandingan malam itu kami masih kalah,
kami akan pulang ke Si hek untuk melapor
pada guru kami dan minta supaya mengumpulkan
tokoh rimba persilatan sebagaimana yang
dimaksud oleh Bo yong sicu."
Bo yong kang belum membuka mulut, Li Cong
Bun telah menyela :
"Hmm.. kau ini hweshio yang tidak tahu
diri masih banyak rewel. Ketahuilah pamanku
ini seorang yang sabar. Dia hanya mematahkan
sepasang tongkat kalian. Coba kalau barusan 234
aku yang menghadapi kalian berdua, hmm
jangan harap kalian bisa pulang ke Si hek
lagi. Kami tak tahu dalam goa Sian jin tong
itu telah kalian pasangi perangkap apa?
Gunung golok ataukah pedang, apakah itu gua
harimau atau sarang naga, kami tidak peduli.
Kami tidak takut, pasti besok malam kami
akan datang."
Tay Tong Hweshio dan saudaranya bingung
disemprot oleh Li Cong Bun. Bbelum sempat
Tay Tong Hweshio membuka mulut Li Cong Bun
sudah meneruskan kata-katanya yang pedas,
"Aku benci sekali pada kalian,
kelihatannya saja seperti orang yang
beribadat pakai jubah orang beragama, tapi
hati kalian masih kotor dan penuh kepalsuan.
Awas kalau besok malam kalian ketemu aku.
Jangan sesalkan aku tak akan memberi ampun."
Tay Tong Hweshio sangat gusar, matanya
berputar-putar menatap Li Cong Bun tapi
tangannya tidak berani bergerak menyerang.
Ia masih bicara tenang, katanya, "Li sicu
masih begini muda, kata-katamu menusuk
sekali hati orang. Sicu menghina pada semua
hweshio suci, apakah tidak takut nanti
berdosa dan dineraka nanti mendapat hukuman?
Inceng hari ini mengaku kalah, tetapi besok
malam kita boleh berjumpa lagi. Pinceng
pasti akan menghadapi sicu sendiri, jangan
kuatir. Kita boleh lihat nanti siapa yang
lebih unggul!" 235
Li Cong Bun tertawa bergelak mendengar
ocehannya Tay Tong Hweshio.
"Toa hweshio, betul-betul lucu kau
bicara." kata Cong Bun. "Dalam dunia kangouw
saat ini sudah keruh oleh segala siluman
jahat,. Aku dan pamanku akan mewakili Tuhan
untuk menjalankan keadilan, membasmi
penjahat yang berbuat sewenang-wenang
terhadap rakyat jelata. Memenggal batang
lehernya orang-orang yang menindas sesamanya
yang tidak berdosa. Jadi kalau kami berdua
akan ke neraka, rasanya Raja Akherat akan
menolak menghukum perbuatan-perbuatan kami
itu karena sudah berbuat banyak jasa..
ha..ha..ha Tong Hweshio, apakah kau masih
belum puas bertempur? Apa masih mau mencoba
tajamnya Pedang Penakluk Iblis?"
Tay Tong hweshio tidak menjawab hanya
matanya berputar dan mukanya tampak bengis
seolah-olah mau menelan Li Cong Bun yang
menertawakan dirinya.
Mau mendebat lagi kata-katanya Li Cong
Bun tidak berani, karena melihat wajahnya
anak muda itu meskipun tertawa tapi ada
mengandung kegusaran dan penuh dengan nafsu
membunuh.
"Baiklah sampai besok malam" kata Tay
Tong Hweshio sambil ngeloyor mengajak Tay
Tok Hweshio pergi dari situ. 236
Setelah dua hweshio itu sudah tidak
kelihatan bayangannya, Li Cong Bun berkata
kepada pamannya,
"Bo yong susiok, bagaimana kita harus
bertindak terhadap dua kepala gundul itu,
Apakah boleh aku bereskan saja jiwanya?
Harap susiok memberi pendapat sebab aku
tidak mau nanti membuat kesalahan yang
membuat hatimu menjadi kesal"
Bo yong Kang tersenyum mendengar
bicaranya sang keponakan. Ia merasa betulbetul Cong Bun seperti sudah mengakui
dirinya sebagai pengganti ayahnya almarhum.
"Dua kepala gundul itu kalau kita
lepaskan begitu saja," kata Bo yong Kang.
"Tentu mereka akan menghasut kambratnya dan
akan memusuhi kita tak habis-habisnya. Kita
sendiri tidak bisa bertindak seperti orangorang dari rimba hijau membasmi musuh sampai
aku kenal ampun. Maka itu sebaiknya kita
bikin mereka tunduk dan mundur teratur
dengan sendirinya."
Lam Thiam Gie akur dengan pikirannya Bo
yong kang. Sambil menikmati pemandangan alam
yang permai, perlahan-lahan jalankan kudanya
terus dari puncak untuk beristirahat dan
bertukar pikiran untuk menghadapi dua
hweshio dari Si hek tadi.
Besoknya pada waktu sore, mereka bertiga
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terus menuju keselatan mencari Goa Sian Jin
Tong yang jauhnya kira-kira limapuluh li. 237
Sampai ditempat tujuan tiba-tiba Lam Thiam
Gie menunjuk pada suatu puncak dan berkata,
"Goa Sian Jin Tong adanya di puncak itu.
Aku sendiri belum pernah masuk. Menurut
katanya orang, jalanan disitu amat sukar dan
berliku-liku. Didalam goa ada goanya lagi.
Benar-benar tempat itu amat rahasia. Orang
biasa tidak berani masuk ke dalamnya.
Dilihat dari tantangannya dua hweshio itu
akan membereskan urusan di gua Sin Jin Tong
pasti mereka telah mengetahui seluk beluknya
di dalam goa itu. Makanya mereka berani
menantang, tentu sudah ada kepastian mereka
bakal mendapat kemenangan. Dari sebab itu
seharusnya kita berlaku hati-hati, kalau
bisa kita jangan masuk kedalamnya sebab
sangat berbahaya."
Tidak menunggu Bo yong Kang berkata, Li
Cong Bun menjawab terlebih dahulu.
"Lam pepe, bagaimana rahasia juga goa itu
dibikin rasanya tidak lebih dri barisan
patkwa. Menurut keadaannya tidak mudah
ditinggali orang. Aku muncul dalam dunia
kangaouw maksudnya hendak mencari pengalaman
umtuk dipakai pegangan sebagai seorang
pendekar. Kalau menghadapi perkara sulit
lantas tidak berani menerjang, lebih baik
aku diam mengasingkan diri saja dalam goa
supaya diri sendiri selamat dari bahaya.
Dengan Pedang Penakluk Iblis maksudnya
hendak membasmi penjahat menyelamatkan 238
orang-orang yang tertindas secara sewenangwenang."
Bo yong Kang tidak berkata apa-apa atas
reaksi keponakannya, akan tetapi Lam Thiam
Gie yang mendengar itu lantas tertawa
bergelak-gelak.
"Li hiantit, aku harus puji semangatmu
ada hebat sekali, tapi kita harus berhatihati jangan sampai terpedaya oleh mereka.
Kalau kita mati konyol, apakah tidak harus
dibuat sayang? Seban kematian kita ada
merugikan kepada rakyat yang hendak kita
tolong dan sebaliknya menguntungkan
gerombolan penjahat yang hendak kita basmi.
Kau pikir benar tidak pikiranku?!"
"Mari kita ke puncak itu!" menyela Bo
yong kang seolah-olah memutuskan
pembicaraan dua orang itu.
Mereka lalu menghampiri gunung yang
ditunjuk oleh Lam Thiam Gie tadi. Dengan
semangat mereka mendaki untuk mencari goa
Sian Jin Tong. Sampai ditengah-tengah
perjalanan ke puncak, tiba-tiba mereka
ketemu dengan sebuah goa. Inilah yang
dinamai goa Sian Jin Tong sebab Tay Tong
Hweshio dengan tangan kosong tampak ada
berdiri di depan goa tengah menantikan
kedatangan mereka.
Tay Tong Hweshio ketika melihat tiga
orang itu sedang naik, dengan mengerahkan
tenaga dalamnya telah berkata: 239
"Sicu bertiga telah benar-benar menepati
janji. Pinceng berdua menunggu di dalam
goa."
Setelah berkata, segera Tay Tong Hweshio
gerakkan kakinya masuk ke dalam goa.
Jaraknya masih jauh dengan Bo yong Kang
ketika Tay Tong Hweshio meneriaki mereka,
maka tidak heran kalau ketika Bo yong Kang
dengan dua kawannya sampai di mulut goa,
sudah tidak kelihatan mata hidungnya Tay
Long Hweshio.
"Dua orang hweshio itu tingkah lakunya
sangat licin dan misterius. Aku kira mereka
tentu sudah mempunyai daya untuk
membinasakan kita. Sekarang kita sudah
sampai di sini sebaiknya memasuki goa. Cuma
saja kita harus berhati-hati benar, apalagi
Bun jie, kau jangan sembrono bertindak.
Kalau nanti berbuat yang tidak-tidak, aku
nanti tidak senang padamu!" Demikian Bo yong
Kang memperingatkan keponakannya.
Kemudian dengan sangat berhati-hati
mereka memasuki goa.
Mereka memejamkan matanya dulu sejenak,
untuk mengumpulkan semangat dan membiasakan
penglihatannya dari tempat yang terang ke
tempat yang gelap. Ketika mereka membuka
matanya pula, mereka melihat ada sinar
terang sejauh tujuh delapan kaki dari mereka
berada. Mereka masuk terus. Memang harus
diakui bahwa goa Sian Jin Tong itu sangat 240
indah. Pada akhir goa besar itu ada sebuah
kamar berbentuk patkwa. Tiap-tiap kamar yang
ada disitu ada lubang goanya. Diantara
kamar-kamar itu ada kamar yang menyerupai
kamar istirahatnya. Dimana Bo yong kang
berdiri sejenak meneliti.
Kemudian Bo yong Kang ajak dua
kawannyamasuk ke dalam kamar itu. Semakin
kedalam semakin sunyi dan suram-suram
akhirnya gelap gulita.
Li Cong Bun lalu menghunus pedang
pusakanya. Ternyata itu adalah pedang yang
dapat memancarkan cahaya dalam kegelapan.
Terlihat dinding-dinding goa itu amat licin.
Pada setiap tdinding sejarak dua tombak
pasti ada lobang kecil.
Melihat keadaan goa itu, diam-diam Bo
yong Kang akui goa itu dibikin sangat bagus,
siapa untuk membikin goa itu orang sudah
mengeluarkan uang berapa banyak. Dan hweshio
yang masuk kesitu tidak kedengaran suaranya
dan tidak muncul kembali. Apakah mereka
sengaja memancing mereka masuk kesitu dan
mengurung sampai binasa?
Begitu selagi berdiri di goa kecil, tibatiba ada serangan gelap yang dilancarkan
dengan tenaga yang mengarah belakangnya Li
Cong Bun. Anak muda itu sejak masuk ke dalam
goa Sin jin tong sudah siap sedia dengan
ilmunya Hian bun kang maka diketahui bahwa
serangan itu adalah Ilmu Toa chin in yang 241
sangat diandalkan di Si hek. Pada saat
derangan itu sudah datang dekat, Li Cong Bun
berkata :
"Hei, hweshio banci, kau mau mencari
mampus sendiri?"
Sambil berkata ia mengibaskan tangan
kirinya menangkis serangan gelap tadi.
Segera terdengar suara jeritan ngeri. Lam
Thian Gie segera memburu ketempat yang
menjerit tadi, tapi ternyata sudah tidak
kelihatan orangnya.
"Lam pepe." Kata Li Cong Bun. "Orangorang itu tidak perlu dicari. Sebab dari
suaranya tadi, pasti si kepala gundul itu
mendapat luka parah."
Baru saja habis berkata, tiba-tiba dari
samping kanan ada berbunyi ?wet? sesosok
bayangan hitam sudah menyerang pada Li Cong
Bun. Entah benda apa yang menyerang itu, Li
Cong bun lalu gerakkan tangan kirinya hendak
memukul bayangan tadi.
Tiba-tiba Lam Thian Gie yang melihat
barang apa yang menyambar pada Li Gong Bun,
telah berseru, "Li hiantit, jangan sentuh
barang itu!"
Dalam kaget Li Cong Bun menarik
serangannya dan berkelit ke samping.
Benda yang menyambar itu mengenai tempat
kosong dan jatuh di tanah. 242
Ketika diteliti, ternyata benda itu
adalah seekor ular warna merah api. Ular
yang telah terlatih oleh majikannya. Ular
berbisa ini dapat ditangkap dan dimasukkan
kedalam bumbung untuk dipakai sebagai
senjata rahasia.
Li Cong Bun sangat mendongkol. Sekali
tebas saja ular itu sudah menjadi dua
potong. Kemudian berkata pada Bo yong Kang
dengan suara cemas.
"Bo yong susiok, kau lihat hweshio Si hek
itu amat kejam dan jahat terhadap kita,
apakah pantas begitu diberi hidup?"
Bo yong Kang hanya tertawa mendengar
keponakannya uring-uringan.
Mereka berjalan lagi di depan kamar batu
terakhir mereka berdiri meneliti. Dilihatnya
di situ ada tiga buah goa. Setelah bersangsi
sejenak, mereka terus masuk ke dalam goa
yang tengah. Didepannya goa ini lebar tetapi
disebelah dalam jalannya berbelak belok.
Mereka lihat ada sinar lampu. Meminjam
penerangan itu, mereka terus masuk sampai
pada sinar terakhir dimana ada sebuah pintu.
Diluar pintu mereka lihat ada banyak tulangtulang manusia. Rupanya mereka yang masuk ke
dalam goa Sian Jin Tong itu telah menemui
kematiannya.
Setelah sampai disinar terakhir barulah
mereka mengetahui kalau sinar terang tadi
keluar dari pintu sebuah kamar batu yang 243
tertutup rapat. Bo yong Kang menghampiri
pintu itu, dengan ringan ia mendorong dan
pintu itu lantas terbuka.
Kamar batu itu amat lebar. Pada kedua
belah, ada pintu kecilnya. Ditengahtengahnya ada dua tingkat tangga batu,
dimana ada diletakkan tiga buah peti
mati.entah siapa punya jenazah karena tidak
ada tanda-tanda apa atas peti-peti itu.
Sampai pada waktu itu mereka baru sadar
kalau goa Sian Jin Tong itu adalah sebuah
kuburan kuno. Dilihat dari bangunannya
rupanya goa itu dibuat oleh kawanan penjahat
dari rimba hijau. Karena takut jikalau sudah
mati jenazahnya akan dirusak oleh musuhmusuhnya sebagai pembalasan maka dengan
tidak menghiraukan besarnya biaya telah
dibangun tempat misterius ini untuk
menyimpan mayat-mayat mereka.
Dari pintu kamar batu itu sampai ke
tempat peti mati diletakkan berjarak tujuh
delapan kaki ada sebuah jalan sempit. Mereka
ketika kaki keluar dari kamar itu, tiba-tiba
terdengar suara ?krak? pintu sudah tertutup
dengan sendirinya dan pintu lainnya jalan
keluar juga otomatis tertutup sendiri
lantaran Bo yong Kang bertiga jadi terkurung
di dalam kamar batu itu.
Mereka dengar gelak ketawanya Tay Tong
dan Tay Tek Hweshio disebelah luar. 244
Melalui sebuah lubang angin yang hanya
cukup untuk sebuah kepala orang, Tay Tong
Hweshio berkata kepada Bo yong Kang yang
sudah menjadi orang tawanannya.
"Ha..ha..ha..ha.. Bo yong sicu, bagaimana
sekarang? Kemana kegagahan yang kemarin itu?
Ilmu silatmu memang tinggi, akan tetapi
sekarang tidak ada gunanya didalam kurungan
kamar batu ini. Aku merasa kasihan, karena
itu aku tidak akan membunuh kalian, hanya
akan menbiarkan kalian kelaparan sepuluh
hari lamanya."
Bo yong Kang bertiga benar-benar
menemukan jalan buntu. Mereka sangat gusr
kepada hweshio jahat itu, tetapi apa yang
bisa dilakukan? Hanya dengan hati mendelu
saja mendengarkan Tay Tong Hweshio ngoceh.
"Bo yong sicu, supaya kau dengan kawankawanmu tidak mati penasaran, aku
beritahukan riwayat tempat ini. Goa Sian Jin
Tong adalah sebuah kuburan kuno tempat
menyimpan tulang belulang dari Bajak Laut
bernama Khi teng Kiau pada jaman permulaan
bahala Ceng. Aku telah menemukan gambar peta
jalanan-jalanan dan pintu rahasia dalam goa
ini, maka aku berani memikat kalian datang.
Li Cong Bun yang paling tidak sabaran, ia
menyesal kemarin siang tidak penggal saja
batang leher hweshio keparat itu untuk
mencegah bencana yang menimpa pada petang
itu. Tapi apa bisa diperbuat, ia dan dua 245
kawannya terkurung dalam kuburan kuno dan
hanya bisa menanti kematian saja.
Sebentar kemudian terdengar pula Tay Tong
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hweshio bicara :
"Kalian tentu akan mati penasaran kalau
tidak kuberitahukan, lantaran apa kami ingin
membinasakan kalian. Coba kemarin siang itu
Li sicu yang galak menyerahkan pedangnya si
nikow siluman dengan baik-baik, tentu kalian
tidak akan mengalami kejadian yang tidak
mengenakkan seperti sekarang. Delapan kepala
dari partai kami ada membuat pengumuman,
siapa-siapa yang dapat menemukan pedangnya
Tay Han Sin ni dan memenggal orang yang
membawa-bawa pedangnya akan diberi hadiah
menjadi ketua umum dari partai kami. Coba
kau pikir Bo yong sicu, apakah hadiah itu
tidak menarik bagi muridnya Si hek pay? Kami
berdua datang di Tionggoan perlunya mencari
orang tersangkut siapa tahu nasib baik
menimpa kami. Sebetulnya kami sudah putus
asa lantaran sudah lama mencari dengan siasia. Malah ada yang mengatakan cita-citanya
Tay Han Sin ni tidak ada yang meneruskan.
Siapa kira kemarin kami bertemu dengan
kalian.. ha..ha..ha.."
Tiba-tiba saja Tay Tong Hweshio terus
tertawa tidak henti-hentinya hingga membuat
Tay Tek Hweshio yang berada disampingnya
merasa sangat heran. 246
"Hei, suheng kau kenapa?" kata Tay Tek
Hweeshio sambil menepuk-nepuk bahunya.
Tapi pertanyaan Tay Tek Hweshio tidak
digubris, alah tertawa Tay Tong Hweshio
lebih menyeramkan menyerupai seorang gila
yang tengah kerasukan setan.
Bo yong Kang di dalam kurungan juga
merasa heran mendengar tertawanya Tay Tong
Hweshio lain daripada yang semula, malah
semakin mereka perhatikan suara ketawanya
itu dengan apa yang terjadi dalam tangsi Gui
Ang Siauw. Semua pelayan-pelayannya yang
tertawa demikian terus tiada hentinya sampai
putus jiwanya. Apakah mungkin si Iblis
Beacun muncul lagi ditempat itu dan memberi
pertolongan lagi kepada mereka?
Memang benar Tay Tong Hweshio telah
terkena panahnya si Iblis Beracun yang aneh
itu. Cuma saja si kepala gundul itu tinggi
ilmu silatnya dan tenaga dalamnya juga
hampir mencapai kesempurnaan maka ia tidak
sampai tertawa bergulingan di tanah seperti
yang terjadi atas pelayan-pelayannya Gui Ang
Siauw.
Tay Tek Hweshio melihat keadan suhengnya
sangat payah, mukanya pucat tak dapar
berbicara. Berkali-kali ditanya kenapa.
Jawabnya hanya sorot matanya seperti yang
memohon pertolongannya. Meskipun Tay Tek
Hweshio sangat menyedihkan. Sebentar
kemudian ia telah memuntahkan darah berwarna 247
hitam dan telah menarik napasnya yang
penghabisan tanpa memberitahukan kepada
sutenya ia kena diserang penyakit apa yang
demikian tiba-tiba kejadiannya.
Tay Tek Hweshio amat sedih. Ia
mengucurkan air mata atas kematian suhengnya
yang tinggi kepandaiannya, cerdik dan banyak
akalnya. Dalam keadaan ragu-ragu memikirkan
kematian suhengnya yang amat misterius, lalu
jongkok mengucapkan doa untuk arwahnya sang
suheng supaya mendapat tempat yang baik di
alam baka.
Dilain pihak, Bo yong Kang merasa curiga
ketika dengan tiba-tiba ocehannya Tay Tong
Hweshio tidak kedengaran lagi. Mereka jadi
saling pandang sejenak. Apa yang terjadi
disebelah luar kepingin mereka tahu.
Ketika mereka memeriksa sekitar kamar,
mendadak matanya Li Cong Bun tertarik pada
beberapa lubang angin di dinding sebelah
atas, Cuma bagaimana mereka bisa mencapai
lubang angin itu karena untuk lompat kesitu
tak ada pegangan sama sekali. Matanya Lam
Thiam Gie tiba-tiba mengawasi pada sebuah
bangku panjang dari batu yang kiranya dapat
digerakkan. Ia menghampiri dan memeriksa.
Betul saja bangku panjang itu dapat
digerakkan.
Ia lalu memanggil kawan-kawannya datang
memeriksa. "Bo yong hiante, bagaimana kalau
kita gotong batu ini ke tepi dinding buat 248
kita melongok melalui lubang angin keluar.
Kita ingin tahu apa sebenarnya telat terjadi
di sebelah luar? Sebab si kepala gundul itu
ocehannya mendadak lantas lenyap seolah-olah
ia mendapat gangguan sesuatu yang membuat
dia tidak sempat membuka mulutnya lagi."
Bo yong Kang angguk-anggukkan kepalanya
sambil mengawasi pada bangku itu. Ia pikir
beratnya tentu bukan main. Ia setuju dengan
usulnya Lam Thiam Gie.
Mereka lantas bekerja. Benar saja dengan
pertolongan bangku itu mereka sudah bisa
melihat ke sebelah luar dengan melalui
lubang-lubang angin yang terdapat disekitar
dinding kamar itu. Justru baru saja mereka
melihat ke sebelah luar, tiba-tiba pelita
yang dipasang di kanan kiri ruangan seperti
yang kekurangan minyak. Tay Tek Hweshio
kelihatan sedang jongkok, kemak-kemik
didekat suhengnya yang sudah tidak bernapas
lagi. Bo yong Kang dan kawan-kawannya
melihat kejadian itu amat kaget, mereka
heran dari sebab apa Tay Tong Hweshio yang
begitu segar bugar mendadak telah menutup
mata?.
Tengah mereka tertegun, tiba-tiba api
pelita yang sudah dekat mati, telah meledak
dan mengeluarkan asap hijau yang terang
sekali. Tay Tek Hweshio yang sedang
memusatkan pikirannya berdoa telah dibuat
kaget oleh ledakan pelita tadi. Meskipun
tidak begitu keras. Ia menoleh matanya 249
terbelalak tiba-tiba melihat dalam bumpalan
asap hijau yang terang tadi, lapat-lapat ia
melihat seperti ada manusianya. Ketika
ditegasi itu bukannya manusia tetapi
kerangka manusia yang perlahan-lahan dengan
dibungkus oleh asap hijau telah menghampiri
padanya.
Tay Tek Hweshio bukan main kagetnya. Ia
cepat bangkit tak berani menyambut
kedatangannya kerangka manusia tadi.
"Tengkorak hidup, oh mayit hidup dia dia
demikian ia menggerutu sendirian dalam
ketakutannya.
Ketika ia dapat menggerakkan kakinya yang
semula tidak mau menurut, ia cepat lari
meninggalkan jenazahnya Tay Tong Hweshio
untuk menyelamatkan dirinya dari cengkraman
tengkorak hidup.
Tengkorak itu tidak mengejar, ia
menghampiri mayatnya Tay Tong Hweshio.
Bo yong Kang dan teman-temannya
berdebaran hatinya menyaksikan kejadian yang
amat gaib itu. Mereka terbelalak matanya
mengikuti apa yang akan terjadi lebih jauh
setelah tengkorak hidup itu menghampiri
mayatnya Tay Tong hweshio. Asap hijau yang
membungkus dirinya perlahan-lahan menjadi
buyar tetapi ketika mau buyar sama sekali
tiba-tiba telah meletus dikedua sampingnya
tengkorak itu asap hijau yang masih barubaru yang kembali membungkus dirinya/ 250
Setelah ia mengawasi sejenak pada
mayatnya Tay Tong Hweshio, tiba-tiba
tengkorak hidup itu menari-nari mengitari
ruangan.
Apa yang membuat Bo yong Kang dan temantemannya tidak habis mengerti, tengkorak itu
sambil menari-nari lucu sekali telah menjura
bebeerapa kali ke arah mereka yang sedang
menonton melalui lobang angin. Sebentar
kemudian tengkorak itu berhenti menari, asap
hijau yang membungkis dirinya juga sudah
buyar.
Bo yong Kang dan kawan-kawannya melihat
tengkorak itu memasang pelita batu sehingga
dalam goa itu menjadi terang.
"Bo yong susiok, apa benar dia itu adalah
tengkorak hidup?" tanya Li Cong Bun
perlahan.
"Yah. Apa kita bisa bilang sebab buktinya
kita melihat dengan mata kepala sendiri,
jawab pamannya.
Memang begitu keadaannya. Mereka tidak
mau percaya tidak bisa sebab mereka lihat
melek-melek di depan matanya tengkorak hidup
yang menari-nari.
Li Cong Bun ketika berpaling kepad Lam
Thiam Gie menanyakan apa yang telah urungkan
niatnya ketika mendengar Bo yong Kang
berkata sendirian. 251
"Setan alas.. dia bukan mayat dan bukan
tengkorak hidup, tapi si Iblis Beracun"
Li Cong Bun kaget. Cepat ia melongok
lagi.
Benar saja ia lihat Iblis Beracun Se Bun
Pa sedang membuka pakaiannya yang membungkus
dirinya seperti tengkorak manusia. Betulbetul hebat kepandaiannya. Se Bun Pa menyaru
sebagai tengkorak hidup sebab persis betul
apalagi dirinya dibungkus oleh asap hijau
yang membuat kelihatannya ia samar-samar
dalam gumpalan asap bikinannya yang sangat
gaib.
"Bo yong Tayhiap, sampai kita bertemu
lagi." Kata Se Bun Pa sambil menjura. Dalam
sekejap saja ia menghilang dari ruangan itu.
Betul-betul dia orang jahat. Coba susiok
pikir, dia tahu kita dikurung dalam kamar
batu ini, dia begitu saja meninggalkan kita.
Mana bisa orang sejahat itu kembali menjadi
orang baik-baik?"
Li Cong Bun gemas sekali kelihatannya.
Saking mendongkol, ia cabut Pedang Penakluk
Iblis, dibacukkan pada dinding kamar. Tentu
saja tidak menghasilkan apa-apa.
Meskipun lelatu api pada meletik seperti
kembang api akibat beradunya pedang dengan
batu dinding, tetap saja dinding batu yang
tebal itu tak dapat ditembus oleh pedangnya
Li Cong Bun. 252
Dalam uring-uringannya, ketika ia hendak
mencaci lagi akan kekejaman si Iblis
Beracun, tiba-tiba terdengar suara ?krak?
?krak? dan kemudian semua pintu yang menutup
tadi telah terbuka dengan sendirinya.
Bo yong Kang sangat heran, tetapi Li Cong
Bun sudah tidak sabaran. Ia melompat lebih
dulu keluar dari kamar tahanan itu diikuti
oleh Bo yong Kang dan Lam Thiam Gie dengan
pikiran keheran-heranan siapakah yang telah
menolong mereka?.
Mereka tidak sempat mengobrol. Yang
penting adalah mereka keluar lebuh dulu dari
goa celaka itu. Mereka mencari-cari jalan
keluar, akhirnya mereka tercapai juga
maksudnya setelah terlebih dulu berputarputar.
Mereka merasa lega ketika dapat mengendus
lagi hawa udara yang segar.
Baru saja mereka hendak meninggalkan
tempat itu, tiba-tiba terdengar suara
bergedubrakan yang hebat sekali. Apakah itu?
Ketika mereka berpaling ke arah goa,
ternyata pintu goa itu telah tertutup.
Bo yong Kang menghela napas, "Untung kita
sudah keluar. Kalau kita tengah berada di
dalam dan pintu itu tertutup rapat,
bagaimana dengan nasib kita?" 253
Lam Thiam Gie dan Li Cong Bun membisu
diam-diam mereka membetulkan perkataannya Bo
yong Kang tadi.
"Tapi Bo yong susiok, sebenarnya apa
maksudnya si Iblis Beracun yang berulangulang menolong kita dalam kesusahan?" tanya
Li Cong Bun.
Bo yong Kang belum menjawab, tiba-tiba
Lam Thiam Gie tertawa berkata:
"Li hiantit, seperti kukatakan dulu si
Iblis Beracun mau mohon damai dengan kalian.
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia ingin hapuskan balas membalas dendam. Ia
rupanya mau kalian sadar bahwa dia benarbenar mau menebus dosanya.."
"Tapi dia adalah musuh besarku." Memotong
Li Cong Bun, bagaimana aku dapat
menghapuskan permusuhan begitu saja? Dia
sudah membunuh ayahku. Aku yang sebagai
anaknya bagaimanapun juga akan menuntut
balas."
Bo yong Kang tidak berkata apa-apa, muka
Li Cong Bun kelihatannya gusar.
Dalam hati diam-diam ia juga bimbang akan
kelakuannya si Iblis Beracun yang misterius
itu, beberapa kali sudah menolong jiwa
mereka. Memang benar kata-katanya Lam Thiam
Gie tadi bahwa si Iblis Beacun mau bikin
mereka sadar bahwa ia betul-betul ingin
menebus dosa. 254
Lam Thiam Gie juga alihkan pembicaraan
pembicaraannya ketika melihat anak muda itu
kelihatannya sangat gusar.
Demikianlah, mereka lalu cemplak lagi
masing-masing kudanya dan meneruskan
perjalanannya lebih jauh. Seperti yang
sudah-sudah, kembali dalam perjalanan ini
sambil menikmati pemandangan alam yang
permai. Mereka bertiga bercakap-cakap dengan
gembira. Sudah tentu kejadian di guoa Sian
jin tong merupakan bahan pokok mereka
bertukar pikiran.
Tanpa terasa, perjalanan mereka sudah
sampai diperbatasan propinsi Ce Kiang dan
Hok Kian. Ketika melewati gunung Hong Leng
san tiba-tiba Lam Thiam Gie menunjuk ke
salah-satu puncak seraya berkata:
"Bo yong hiante dan Li Hiantit, disana
aku ada membangun sebuah rumah batu kecil.
Sudah lama aku tidak pergi melihat, maka
sekarang aku ingin kesana dulu. Sebentar
Orang Orang Sisilia 7 Roro Centil 14 Manusia Beracun Romantic Story About Serena 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama