Ceritasilat Novel Online

Kotak Malaikat Kunci Ajaib 1

Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara Bagian 1


Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 1
Kotak Malaikat
dan KUNCI AJAIB
Saduran : Yan Asmara
Abu Oz NabhanKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 2
JILID : 1
DUA ANGGOTA POLISI penjaga dalam salah satu Bank, yang
berbadan tinggi besar, keluar dari kamar tangga listrik dengan
menggelandang seorang pemuda yang berbadan sedang.
Dari mulut pemuda itu mengalirkan banyak darah, rupanya habis
ditonjok orang. Setelah melalui satu lorong yang agak panjang maka
tibalah mereka di pintu bagian luar dari Bank tersebut.
Pemuda itu meski meronta-ronta, tapi tetap tidak dapat melepaskan
diri dari genggaman tangan yang kuat dari kedua anggota polisi tersebut.
"Satu - dua ? tiga....!!" dua polisi itu menghitung sampai angka tiga,
lalu mengangkat tinggi tubuh pemuda itu, setelah diayun-ayunkan
beberapa kali, maka dengan sekali lempar, pemuda itu telah terlempar
jatuh di luar pintu.
Pemuda yang sial itu jatuh menyerusuk di jalan besar, menjadi tontonan
dan buah tutur orang-orang yang sedang berlalu-lintas.
Dengan menahan rasa sakit dipinggulnya, pemuda itu bangun berdiri,
dengan saputangannya ia menyeka darah dimulutnya dan membersihkan
bajunya yang kotor oleh debu.
Sebentar kemudian, ia sudah bertindak ke barat, meninggalkan gedung
Bank yang besar, dengan ditonton orang banyak yang datang berkerumun
disitu.
Ketika ia tiba dirumahnya yang kecil, yang terletak di Jalan Barat
Raya, darah di mulutnya sudah berhenti mengalir, akan tetapi hawa
amarahnya masih belum padam.
Dengan perasaan mendongkol ia mondar-mandir di kamarnya yang
tidak berapa lebar itu, tindakan kakinya yang cepat dan berat ini,
menandakan perasaan hatinya yang sangat gelisah.
Sang waktu berjalan terus, tanpa menghiraukan pemuda yang
sedang mendongkol itu, dan cuaca mulai gelap.
Pesawat telepon berdering. Ia buru-buru menyambuti, karena mengira si
jantung hatinya, nona Liok Siok In yang meneleponnya, tapi setelah
pesawat telepon melekat di telinganya, alangkah kecewanya, karena orang
yang menelepon itu bukan suara si dia, tetapi suara ayahnya, pokrol Liok It
Lun. "Ya, aku Teng Kie Sian", menjawab pemuda itu, yang ternyata
bernama Teng Kie Sian. "ya . . . karena.....eng .... kau ada dimana ... ?
Sositet Pek Lok . . . . ? Bank, saya akan datang segera !"
Sositet Pek Lok letaknya digedung Happy tingkat ke tujuh. Dengan
naik tangga listrik, dalam tempo tidak lama Teng Kie Sian sudah berada di
tempat itu. Setelah melalui pertanyaan yang rumit dan prosedur-prosedur
yang sangat berbelit-belit, akhirnya diizinkan masuk juga ke satu ruangan
besar yang sangat mewah.
Pokrol Liok It Lun sudah menunggu di dalam kamar tamu yang
mewah itu. Liok It Lun meski belum pernah belajar ilmu hukum, tapi karena
pengalamannya yang luas, orangnya pun sangat licin, dapat juga ia
menjalankan prakteknya sebagai pokrol bambu.
"Teng Kie Sian, kau mengapa begitu bodoh dan tidak tahu diri ?"
begitu nampak wajah Teng Kie Sian, pokrol bambu yang usianya baru kirakira setengah abad, rambutnya sudah bercampur uban, segera menegur
dengan nada yang kaku.
"Ya !"Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 3
Teng Kie Sian terpaksa menelan segala teguran yang kurang sedap itu,
karena orang setengah tua yang berada didepannya ini adalah calon
mertuanya.
"Kau bekerja dipabrik tekstil sebagai juru tulis dengan gaji kecil,
kedudukanmu rendah, bekerja seumur hidup pun tidak akan dapat
kemajuan, betul tidak ?"
"Ya!" jawab Teng Kie Sian, meski dalam hatinya tidak setuju akan
pikiran sang calon mertua itu, namun di mulutnya ia tidak berani
membantah.
"Oleh karena itu, maka dengan susah payah aku berusaha
mencarikan kau kedudukan yang lebih baik, aku telah perkenalkan kau
pada direktur Wan Kang Kongsi, untuk bekerja sebagai sekretaris kepala.
Kedudukan tinggi, gaji besar, kerjanyapun enteng, asal kau dapat
membawa diri, bisa mengambil hati, mungkin dia bisa memberi kau
kedudukan yang lebih baik lagi, atau memperkenalkan kau kepada
presiden direktur perusahaan tersebut. Dengan begitu selanjutnya kau
akan cepat mendapat kemajuan dan untuk menjadi pembesar negeri pun
akan mudah sekali. Tak kusangka kau demikian tak tahu diri, dalam segaIa
hal kau tidak dapat menyesuaikan diri, malah tadi sore kau berani
menamparnya, apakah kau tahu bahwa hari depanmu dengan demikian
akan habis ?"
"Kakak isterinya telah menyeleweng dalam pekerjaannya, bukti
cukup jelas tapi sebaliknya direktur itu mengatakan aku yang tak sudi
bekerja. Aku lalu tanya dia, "iparmu telah menyeleweng kau tidak mau
selidiki, tapi jika lain pegawai yang menyeleweng bagaimana ?" Dia lantas
menjadi sangat murka dan menampar aku. Karena dia telah pula
menggunakan kedudukannya untuk menghina orang, maka akupun
membalas menamparnya. Coba kau pikir, dia atau aku yang salah ?"
"Sudah tentu kau," jawab Liok It Lun tanpa berpikir panjang lagi, "kau
tolol, bodoh, tidak tahu diri, mengapa mencari setori dengan dia?
Seharusnya kau membiarkan dia menampar beberapa kali untuk
melampiaskan amarahnya, kemudian meminta maaf padanya, dengan
demikian persoalan habislahI sampai disitu!"
"Menyesal sekali, aku bukan tipe orang yang ditampar pipi kirinya
lantas memberikan pipi kanannya untuk ditampar lagi! Lagi pula aku di
pihak yang benar". Teng Kie Sian mulai tidak sabaran, hingga ia mulai
mencoba membantah perkataan bakal mertuanya.
"Hmm, kau menampar dia, bukankah kedudukan sekretaris kepala
juga akan melayang? Harapan besarmu dikemudian haripun akan ikut
buyar. Tambahan pula hari ini kau telah digelandang seperti seekor anjing
oleh polisi penjaga keamanan Bank dan dilempar kejalan besar! Sekarang
bukan saja kau sendiri yang telah dipesakiti dan dibikin malu, bahkan
akupun terbawa-bawa, turut menjadi malu dan kehilangan muka !"
"Pandangan dan pendapatku justru sebaliknya !"
"Aku tidak perduli bagaimana pandanganmu, tapi aku tidak ingin
mempunyai calon menantu seorang biasa yang tidak mempunyai
penghasilan, seorang pegawai rendahan", Liok It Lun berkata sangat
bernapsu, "anakku Siok In meski sangat baik hubungannya dengan dirimu,
juga sudah berjanji hendak menikah denganmu, tapi perjanjian dengan
mulut apa artinya? Untuk kebahagiaannya dikemudian hari, aku hendak
memilih Yauw Hong Siang, pemilik rumah Obat Kheng Ling menjadi calon
menantuku...".
Saat itu, seorang pelayan wanita sosiet Pek Lok sedang melayaniKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 4
seorang sahabatnya memasuki kamar tamu tersebut.
Melihat itu, Liok It Lun pelankan suaranya.
"Maka dari itu, mulai hari ini, aku minta supaya kau tidak
berhubungan lagi dengan Siok In!"
"Apakah kau tidak memikirkan bahwa Siok In mempunyai
kemerdekaan untuk mencari calon suaminya ?"
"Kemerdekaan mencari calon suaminya, apa itu !" Liok It Lun gusar,
"Ia adalah tak lain anakku, aku adalah ayahnya, akulah satu-satunya yang
berhak menetapkan segala-galanya !"
Seolah-olah geledek menyambar ditengah hari bolong, Teng Kie Sian tidak
akan menyangka bahwa pikiran Liok It Lun demikian kolot, memandang
kekayaan, sehingga merampas hak kemerdekaan anak perempuannya
untuk memilih calon suaminya sendiri.
lapun tahu bahwa Siok In sifatnya lemah, tidak akan berani menentang
keputusan ayahnya. Sebaliknya ia sendiri sudah begitu tergila-gila
mencintai Siok In, ia tidak akan rela membiarkan kecintaannya dirampas
begitu saja oleh Yauw Hong Siang,
"Empe Liok", akhirnya ia memberanikan diri untuk berdebat dengan
calon mertuanya, "Yauw Hong Siang adalah seorang saudagar yang terlalu
mengutamakan uang saja, juga usianya banyak lebih tua dari pada Siok In,
dan kesukaan mereka berdua juga berlainan, keputusanmu ini sebetulnya
bukan untuk memikirkan kebahagian puterimu !"
"Hmm ! Yauw Hong Siang di kota mempunyai, banyak rumah dan
tanah, di desa mempunyai banyak sawah, kebun, ia juga pandai
berdagang, sehingga perusahaannya rumah obat Kheng Ling mendapat
keuntungan besar, orang beginilah yang akan menjadi menantuku, tidak
ada lagi yang lebih pantas rasanya. Dan kau, apa yang kau punya ? Hanya
sebuah pondok kecil saja !"
"Aku ada mempunyai pusaka turunan. Dos benang emas yang dicat
merah !" dalam bingungnya, Kie Sian menyebut pusaka turunannya, untuk
menyumbat mulut Liok It Lun yang selalu memandang kekayaan itu, "dengan kekayaan yang ada dalam dos merah itu, aku dapat membeli seluruh
rumah dan tanah dari kota ini ....!"
"Hm !" Liok It Lun tidak bisa menjawab ia ingat Liok Siok In pernah
menceritakan padanya tentang dos pusaka ini, malahan puterinya melihat
dengan mata kepalanya sendiri. Dengan tiba-tiba ia merobah sikapnya,
dimulutnya tersungging satu senyuman yang agak bersimpati. "Kie Sian,
aku lupa bahwa kau mempunyai pusaka turunan itu, sudah tentu, jika Siok
In bisa kawin dengan kau, akan merupakan satu perkawinan yang bahagia
hanya, aku pikir, baik aku lihat dulu pusaka turunan mu itu".
Pusaka turunan itu oleh Kie Sian selalu diletakan dalam laci meja
tulisnya di dalam kamar secara sembarangan. Pada malam itu ia
menceritakan kisah pusaka turunan itu, kemudian menyilahkan Liok It Lun
memeriksanya dengan teliti. Barang ini rupa-rupanya mempunyai daya
penarik yang sangat besar terhadap Liok It Lun, sehingga menimbulkan
perobahan besar dalam hatinya, ia sekarang berobah pandangannya
terhadap Teng Kie Sian, ia tidak memandang rendah anak muda itu.
Sebelumnya Teng Kie Sian tidak menduganya bahwa dos benang
emas yang bercat merah ini dapat merampas kembali tunangannya yang
sudah akan terlepas dari tangannya maka setelah ia mengantar keluar Liok
It Lun buru-buru ia kembali ke kamarnya, pintu kamar ditutup rapat dengan
tangan memegang dos pusaka itu, mendadak ia merasa khawatir yang ia
sendiri tidak tahu apa sebabnya.....Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 5
Ia takut kalau-kalau ada maling masuk dan membawa lari dos
mustika itu. Ia pun takut rumahnya kebakaran, sehingga dos pusaka itu
akan menjadi abu, ya takut segala-galanya ..
Ditengah rasa ketakutan itu, bel di pintu telah berbunyi tak hentihentinyanya.
"Siapa ? Siapa ?" ia menanya dengan gugup, dengan cepat ia
menyembunyikan dos mustikanya dibawah bantal.
Babu Chie Ma yang berada di dapur bawah loteng, sudah tentu tidak
dapat mendengar suara majikannya yang berada diloteng kedua, begitu
juga suara bel di luar pintu rumah itu, meski berulang-ulang berbunyi.
"Siapa ? Siapa ?", Teng Kie Sian masih bertanya berulang-ulang
dengan hati masih terasa khawatir. Berbareng dengan itu, ia merasa lebih
khawatir akan dos pusaka yang ditaruh di bawah bantal, hingga ia
keluarkan lagi dan diletakkan kembali di tempatnya semula. Pikirannya
goncang karena terlalu keras bekerjanya sekejap mata saja, ia kembali
merasa kurang aman benda itu ditaruh dalam laci, maka ia lantas angkat
kembali dan disimpan ditubuhnya. Selagi ia masih belum dapatkan tempat
yang paling aman untuk menyimpan dos pusakanya itu, tiba-tiba ada suara
orang mengetuk pintu kamarnya,
"Siapa ?"
"Aku !"
"Kau siapa ?"
"Tolong bukalah sebentar !"
"Tuan," terdengar babu menjawab di luar pintu, "Nona Ong Kiat Lian
menengoki kau!"
"Oh ! Encie Kiat Lian !" hatinya mulai tenang.
"Kie Sian, kau sedang berbuat apa di dalam kamar ?" nona Ong Kiat
Lian menanya.
"Tidak apa-apa" kata Kie Sian sambil menyusupkan lagi dos
mustikanya dibawah bantal, baru kemudian ia membuka pintu kamarnya.
Ong Kiat Lian adalah saudara misan dari Teng Kie Sian, bekerja
sebagai guru sekolah SD. Ia adalah seorang yang pendek kecil, wajahnya
tidak terlalu cantik, tapi perangainya lemah lembut, ramah tamah dan sangat jujur. Jika ia berdiri berendeng dengan Teng Kie Sian, tinggi badannya
cuma sampai dipundak Kie Sian. Jika dibandingkan dengan muridnya
kelas enam yang paling besar, ia masih kalah tinggi badannya.
Teng Kie Sian tidak cinta kepada nona ini, dia cinta hanya sebagai
saudara belaka. Sebaliknya nona Kiat Lian mencintainya. Namun
hubungan keluarga tidak dapat terputus
"Encie Kiat Lian, kau hampir empat bulan tidak datang berkunjung,
sungguh bikin aku kangen!" menegur Teng Kie Sian,; "Mari!"
"Justru karena sudah lama tidak menengokmu, maka malam ini aku
sengaja berkunjung kemari "Jawab Ong Kie Lian ,dan melangkahkan
kakinya ke dalam kamar, "Aku de ngar kau sudah minta berhenti dari
jabatanmu di pabrik tekstil, dan hedak menjabat sekretaris kepala di Wan
Kang Trading Coy, benar kah?"
"Ya" jawab Teng Kie Sian, alisnya berkerut.
"Sekretaris kepala adalah wakilnya direrktur.Wan Kang Trading Coy
itu agak berbau feodal, sepertinya tidak cocok dengan sifatmu!"kata Ong
Kiat Lian, yang telah mengetahui dengan baik sifat-sifat Kiat Lian, karena
sudah bergaul semenjak kanak-kanak.
"Oh, encie Kiat Lian, kau benar-benar mengerti keadaanku ,lebih
mengerti daripada aku sendiri. Jabatan sekretaris kepala ini aku sudahKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 6
tidak inginkan lagi !,
"Apa benar?" Ong Kiat Lian seolah-olah sudah tahu sebelumnya,
sedikitpun tidak merasa heran,
"kapan berhentinya?"
"Hari ini!" Kiat Lian, menjawab dengan tenang, "Baru tiga bulan aku
menjabat sekretaris kepala, aku sudah tidak tahan, segala-galanya tidak
menyenangkan."
"Kau tidak lagi menjadi wakilnya direktur Wan Kang Trading Coy itu,
aku merasa kau seperti kembali lagi kepada asalmu, "kata Kiat Lian" dan
calon mertuamu sudah tentu merasa tidak puas".
"Benar! Dia katakan aku tidak ada gunanya, hampir saja dia hendak
paksa anaknya kawin dengan pemilik rumah obat Kheng Ling, Yauw Hong
Siang, untung saja......." sampai disini Teng Kie Sian tidak melanjutkan
kata-katanya.
"Untung saja bagaimana?"
"Untung saja....., untung saja , . . ."dengan gelapan ia menjawab,
tetap tidak berani meneruskan, "Encie Kiat Lian, sudahlah jangan tanya
lagi !"
"Apakah dengan pusakamu, dos berbenang emas dan bercat merah
itu, kau telah berhasil menyelamatkan perkawinanmu?"
"Encie Kiat Lian, kau benar-benar pintar, sangat tepat dugaanmu!"
"Apa benar kau telah menggunakan pusaka itu untuk menukar anak
perempuannya Liok It Lun, nona Liok Siok !n?"
"Bukan.., bukan...," Kie Sian buru-buru memotong untuk
meyangkalnya " tapi Liok lt Lun dan aku dalam tempo tiga hari akan


Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengambil pusaka dalam dos ini, dengan sebagian isi pusaka ini untuk
emas kawin anak perempuannya".
"Kie Sian, hasil keringat daki paman Teng Ie Tek selama hidupnya
jalan benda yang sangat berharga dalam dos merah ini. Di malam musim
kemarau tiga tahun yang lalu, waktu paman hendak menarik napasnya
yang penghabisan, dia telah serahkan dos itu berikut seratus dua buah
anak kuncinya, apakah kau masih ingat, apa kata paman kepadamu?"
Teng Kie Sian belum lupa akan ayahnya ketika hendak meninggal
dunia, tapi ia sekarang seolah-olah sudah lupa akan pesan itu, Sehingga
mulutnya bungkam, tidak bisa menjawab pertanyaan Kiat Lian.
"Bukankah ayahmu pernah berkata demikian: "Kie Sian, aku telah
beberapa puluh tahun bekerja sebagai ahli membuka parit, dengan bekerja
seumur hidupku aku telah berhasil mendirikan rumah kecil ini dan pusaka
yang sangat berharga ini, agar dapat dijadikan pusaka turunan untuk anak
cucu kita, pusaka ini dapat ditukarkan dengan kekayaan yang berlimpahlimpah. Sekarang aku serahkan pusaka ini kepadamu. Tapi kau harus ingat
satu syarat, kecuali kau sudah tidak ada makan dan pakaian serta sudah
tidak ada mata pencaharian lain lagi, baru menggunakan, seratus dua
buah anak kunci ini untuk membuka dos merah dan mengambil isinya yang
tak ternilai harganya, untuk menyambung penghidupanmu. Jika kau belum
sampai kepada keadaan sedemikian, aku tidak ingin kau karena hendak
berf oya-foya, atau lain-lain sebab, dengan sembarangan mengambil isi
dos merah ini. Harapanku adalah supaya barang pusaka ini diturunkan
kepada anak-anak cucumu turun-temurun sesuai dengan artinya sebagai
barang pusaka. Seumur hidupku aku bekerja sehingga menjadi kaya, aku
harap kau juga bisa meniru seperti aku untuk kebahagiaan keturunanmu.
Kau harus bisa pegang teguh prinsip ini, sekali-kali jangan timbul keinginan
yang bukan-bukan, menggunakan rupa-rupa akal yang jahat dan rendah,Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 7
merugikan orang lain dan rupa-rupa akal busuk untuk mendapatkan
kekayaan. Ingat baik-baik pesanku ini, hari kemudian dan kebahagiaan kau
dan keturunanmu adalah dibeberapa patah pesanku ini"; "Kie Sian
bukankah ayahmu berkata demikian kepadamu?"
Teng Kie Sian tetap tidak menjawab.
"Waktu paman hendak menutup mata, ibuku, aku dan kau samasama berada didekat pembaringannya, kurasa kau tentunya masih belum
lupa !"
Suara Ong Kiat Lian seolah-olah menahan rasa terharunya, kemudian
lanjutnya :
"Aku masih ingat kau pernah memberi suatu jaminan dan
mengatakan sesuatu kepada pamanmu, bahwa selamanya dos merah itu
kau yang membawa dan menyimpannya, kau tidak nanti akan membuka
dos merah yang mana berisikan benda berharga itu.Kau hendak turunkan
kepapa anak cucumu, malahan kau berjanji hendak mentaati pesan
paman, bukankah begitu, Kie Sian ?"
Teng Kie Sian masin saja bungkam seribu bahasa.
"Aku masih ingat kau pernah minta kepada ayahmu untuk
memberitahukan kepadamu, dos merah itu berisi barang berharga apa
sebetulnya. Dengan suara halus paman memberitahukan kepadamu : "Ini
adalah benda yang sangat berharga dan gilang-gemilang di dunia, juga
tidak ternilai harganya, yang dapat ditukar dengan harta kekayaan yang
berlimpah-ruah . . . emas . . . intan, berlian, batu permata . ..."; ia masih
belum habis mengeluarkan perkataannya yang penghabisan, ia sudah
tidak ingat orang lagi, dan akhirnya ia menarik napasnya yang
penghabisan. Kie Sian, semuanya ini kau tentunya tidak bisa lupakan
bukan ?"
Teng Kie Sian yang selalu bungkam, kini mengangguk-anggukkan
kepalanya.
"Sekalipun kau menjadi miskin, sehingga tidak bisa makan dan tidak
punya pakaian kau toh bisa jual rumahmu ini dulu, tidak seharusnya kau
menggunakan harta peninggal an dalam dos pusaka itu. Apalagi sekarang
kau belum semiskin seperti itu ". mendesak Ong Kiat Lian, "Kie Sian,
apakah kau tidak bisa menggunakan lain cara untuk mendapatkan kembali
orang yang kau cintai ?"
Encie piauw (kakak misan) ini meski cuma empat tahun lebih tua dari
Kie Sian, tapi sangat dalam pandangannya, seperti sudah bukan sebagai
encie lagi, melainkan sebagai seorang ibu saja agaknya ....
Oleh karena ia ingin dapat merebut jantung hatinya yang sangat ia
cintai, siapa saja yang coba menasehatinya, dianggapnya bermaksud
jelek. Apapula Kiat Lian dulu pernah menyintainya, maka ia anggap
nasehat Kiat Lian itu tidak lain hanya merupakan perasaan dengki atau iri
hati.
."Encie Kiat Lian, apakah kau tidak setuju aku kawin dengan Liok
Siok ln? " pertanyaan Kie Sian ini seperti anak panah yang menancap ke
ulu hati Kiat Lian.
"Kau jangan salah artikan maksudku,"
Ong Kiat Lian sedikitpun tidak sambil marah, "aku sangat setuju
perkawinanmu dengan Liok Siok In, bahkan akan bersedia mewakilimu
untuk menaklukkan hati orang tua kolot itu yang hendak merampas hak
kemerdekaan putrinya untuk memilih kekasihnya sendiri, untuk
melepaskan kebiasaannya yang jelek, yanghendak mengawinkan anaknya
berdasar cara jualbeli......."Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 8
"Apakah kau bisa menundukkan orang tua kolot itu?".
"Aku rasa, jika kau dan Liok Siok In sama-sama bertekad menentang
kemauan orang tua, akhirnya tentu kalianpun yang akan menang".
"Bagus itu bagus, baiklah aku nanti undang Liok It Lun datang ke
rumahku, kemudian aku suruh orang panggil kau datang, harap kau suka
capekkan hati sedikit, dengan menggunakan lidahmu yang tajam, coba
menundukkan dia!"
"Aku bersedia bila saja kau perlu, dan aku akan mencobanya
sebisaku". Jawab Ong Kiat Lian; "Sekarang aku hendak pulang, satu dua
hari lagi aku akan kembali menengokmu!"
"Cie Ma!" Kie Sian memanggil babunya dengan suara keras.
"Ya!" jawab Cie Ma?, ia lalu masuk kamar.
"Kau antarkan nona Ong!" Kie Sian memerintahkan,
"Aku bukannya tetamu agung, tidak usah suruh orang mengantar!"
Setelah Ong Kiat Lian berlalu, Teng Kie Sian kembali mondar-mandir
di kamarnya, kegelisahannya timbul kembali.
Dia tahu bahwa siapapun tidak akan dapat merobah pikiran Liok It Lun
yang sudah mengambil keputusan tentang perkawinan putrinya, karenanya
ia sama sekali tidak percaya Ong Kiat Lian akan dapat menolong dirinya.
Setelah memikir bolak-balik, akhirnya ia mengambil keputusan, ia
tetap akan menggunakan harta peninggalan dalam dos pusaka merah itu
untuk maskawinnya dengan Liok Siok In. Lagipula batas tempo yang ia
berikan kepada Liok It Lun hanya tiga hari, ia perlu mengambil harta itu
dengan cepat, untuk memenuhi keinginan Liok lt Lun yang mata duitan.
Jika tidak, Liok Siok In nanti akan direbut oleh Siauw Hong Siang.
Ia menutup pintu kamarnya, merasa masih kurang kuat, maka ia
ganjal lagi dengan meja kursi dan lain-lainnya, kaca jendela kamarnya pun
ia tutup agar tak dapat dilihat dari luar. Kemudian, dari bawah bantalnya ia
mengambil dos merah itu, ditaruhnya di atas meja bundar, dari dalam
sebuah laci ia mengambil serenceng anak kunci yang ber jumlah seratus
dua buah, yang kesemuanya merupakan anak kunci dos pusaka itu.
Sambil duduk ia mulai memeriksa dos yang bercat merah beserta sejumlah
anak kuncinya itu.
Sejak dos merah dan seratus dua buah anak kuncinya itu diserahkan
kepada Teng Kie Sian, selamanya belum pernah ia mengambil perhatian,
malah dibungkusnya dengan kertas koran, seperti halnya barang-barang
lainnya yang tidak berharga, dan ditaruh sembarangan didalam laci meja,
belum pernah dilihat atau dipegangnya.
Pada suatu hari, ia dengan kekasihnya, Liok Siok In iseng-iseng
membicarakan perihal dos pusaka itu, ia pernah mengeluarkan sebentar
dan memperlihatkan kepada Liok Si ok In. Selanjutnya dos merah yang
berharga itu kembali di tempatkannya ke dalam laci, beberapa tahun
lamanya tidak pernah dilihatnya kembali.
Ia duduk termangu, matanya tidak berkedip memandang dos pusaka
itu. Itulah sebuah dos yang terbuat dari plat baja yang berukuran empat
persegi. Panjang, lebar dan tingginya tujuh chun, catnya berwarna merah
yang indah sekelilingnya diikat dengan benang yang terbuat dari emas
murni. Di bagian bawahnya ditabur dengan empat butir batu giok, Di
bagian atasnya diukir dengan tiga huruf air emas. Baru melihat hiasan
luarnya saja, orang sudah lantas menduga bahwa dalamnya tentu berisi
benda mustika yang sangat berharga. Selain dari itu pun dibuat sangat
halus dan aneh, tidak terlihat sambungannya, juga tidak kelihatan tutupnyaKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 9
berada dibagian mana, atau dimana lobang pintunya.
Itulah sebuah dos yang terbuat dari plat baja yang berukuran empat
persegi, yang tinggi nya tujuh chun .......
Jika digoyang-goyang dapat terdengar suara beradu beberapa potong
benda didalamnya.
Di bagian atas kotak itu, kecuali tiga huruf "Toan Kee Po" yang
berarti barang pusaka turunan dengan emas murni, masih ada beberapa
lobang kecil-kecil yang terbagi menjadi sepuluh grup, tiga grup satu baris,
semuanya ada tiga baris, di bagian paling bawah cuma ada satu grup.
Setiap grupnya ada dua puluh satu lobang kecil, dijejer menjadi atas,
tengah dan bawah tiga baris, setiap baris mempunyai tujuh lobang kecil,
baris tengah lobang pertama ada lebih besar daripada dua puluh yang
lainnya. Dengan demikian, kotak ini mempunyai lobang seluruhnya ada
dua ratus, lobang yang agak besaran ada sepuluh lobang.
Dua ratus sepuluh Lobang besar dan kecil yang terdapat di kotak ini
semuanya merupakan lobang kunci, akan tetapi anak kuncinya cuma ada
seratus dua buah. Teng Kie Sian tidak tahu seratus dua buah anak kunci
ini harus dimasukkan di lobang kunci yang mana.
Ia angkat anak kunci itu dan dipelajarinya dengan teliti. Itu adalah
anak kunci yang aneh luar biasa, modelnya serupa dengan anak kunci
biasa, namun anehnya dibagian kepala anak kunci itu tidak kelihatan ada
giginya yang menonjol atau melesak, tidak seperti anak kunci pada
umumnya. Bagian ujung setiap anak kunci terdapat ukiran angka-angka.
Anak kunci ini kiranya lebih tepat kalau disebut cap yang bergagang anak
kunci.
la memeriksa satu persatu anak kunci yang aneh ini, dimana terdapat
empat puluh buah terukir dengan angka "3", dua puluh enam buah dengan
tanda "-", sepuluh buah dengan tanda "=", tujuh buah dengan tanda "X",
sembilan buah dengan tanda "x", anak-anak kunci dengan tanda-tanda ini
semuanya ada sembilan puluh dua buah.
Selain dari pada itu, masih ada tanda "1", "2", "3", "4", "5", "6", "7",
"8", "9", dan "10", yang hurufnya lebih besar, masing-masing satu buah,
ditambah dengan sembilan puluh dua buah, menjadi seratus dua buah.
Teng Kie Sian dengan tidak sangsi-sangsi lagi dapat menetapkan
bahwa anak kunci yang terdapat tanda-tanda angka "1" sampai dengan
"10" yang agak besaran itu adalah anak kunci dari pada sepuluh lobang
yang besaran juga yang terdapat di bagian tengah baris pertama.
Ini tidak perlu disangsikan lagi, karena sepuluh buah anak kunci yang agak
besaran itu, tidak bisa masuk di lobang lainnya yang lebih kecil.
Maka, ia lalu masukkan anak-anak kunci yang agak besar ini ke
dalam lobang yang besaran itu dan ternyata pas benar.
la menarik kesana, menarik kesini, memutar kesana kemari, dari satu ke
lain lobang ia mencoba satu-persatu ke lobang-lobang itu. Tapi kecuali
yang sepuluh buah sudah tepat untuk lobang yang agak besar, yang
sembilan puluh dua buah tidak bisa dapatkan lobang-lobang yang tepat
untuk anak-anak kunci itu. Padahal dalam lobang yang sebanyak dua ratus
tu, diantaranya sudah tentu ada sembilan puluh dua lobang yang cocok
dengan anak kuncinya !
Lama sekali ia memutar otak, setiap lobang dicoba dengan sembilan
puluh dua buah anak kunci itu yang agaknya cocok dengan setiap lobang
yang dimasukinya, juga bisa di putar, namun kotaknya tetap tak dapat
terbuka. Hal ini sugguh tidak semudah seperti apa yang ia duga semula.
Hampir semalaman suntuk ia terus berkutak-kutik dengan kotak merah ituKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 10
dengan anak-anak kuncinya,hingga jam tiga pagi, tapi masih belum juga
dapat membuka kotak pusa ka itu.
Ia mulai sesalkan ayahnya, mengapa membuat kotak yang berisi
pusaka turunan demikian aneh sehingga tidak dapat dibuka dengan
mudah.
Beberapa kali ia hendak membelah kotak itu dengan martil atau
dibornya, tapi ia ingat ayahnya pernah memesan dengan wanti-wati,
bahwa kotak ini hanya dapat dibuka dengan kunci rahasia itu. Jika dibuka
dengan paksa, bukan saja akan merusak kotak yang indah itu, bahkan
akan merusak isinya yang tidak ternilai harganya. Nyatalah kotak dari baja
ini buatannya sangat kokoh kuat, yang tak dapat dibuka dengan lain alat
ataupun dibuka dengan paksa.
Karena pesan ayahnya itu, maka ia melepaskan keinginannya untuk
membuka kotak itu dengan cara yang tidak semestinya.
Akhirnya ia letakkan kotak merah dan anak kuncinya tersebut pada
koper yang berlainan lalu ia melemparkan diri di atas pembaringan , yang
lantas akhirnya tertidur karena merasa lelah dan mengantuk.
Keesokan paginya. Babu Cie Ma tetap seperti biasa, setiap pagi
harus pergi ke pasar untuk berbelanja sayur-mayur, juga seperti biasa ia
mampir kerumah obat Kheng Ling untuk memberi laporan, ia masuk dari
pintu belakang terus ke kamar direktur.
"Cie Ma, kemarin ada kabar apa?" Tanya tuan Hong Siang pemilik
rumah obat Kheng Ling yang jahat dan banyak akal busuknya itu. Sudah
sedari pagi ia menunggu kedatangan Cie Ma untuk mendapatkan
keterangan.
"Kemarin apakah nona Liok Siok In pernah datang? Apa yang mereka
bicarakan?"
"Nona Liok Siok In tidak datang", jawab Cie Ma,; "yang datang hanya
ayahnya, tuan Liok It Lun".
"Betulkah?" Yauw Hong Siang mengerutkan keningnya,; "perlu apa
orang yang rakus dan kolot itu datang kesana?"
"Barangkali membicarakan soal perkawinan nona Liok Siok In
dengan majikanku".
"Bagaimana pembicaraan mereka?"
"Majikanku dengan tuan Liok It Lun membicarakan soal pusaka
turunan yang ditinggalkan oleh majikan tua, yakni satu kotak berbenang
emas dan bercat merah......... Oh!"
Cie Ma mendadak berhenti bicara.
"Oh pusaka turunan, kotak berbenang emas dan bercat merah?"
Dengan tenang Yauw Hong Siang menunggu Cie Ma supaya meneruskan
pembicaraannya. Tapi Cie Ma mendadak seperj ti orang ragu-ragu, tidak
bicara terus.
"Kotak merah berbenang emas bagaimana?" Yauw Hong Siang
mendesak.
"Tuan Yauw, aku....... .aku pikir mulai hari ini aku tidak mau menjadi
mata-matamu lagi!" Cie Ma menjawab dengan tegas,
"Mengapa?" Yauw Hong Siang tertawa aneh apakah karena uang
pemberianku terlalu sedikit?"
"Bukan, hanya saja saya merasa tidak seharusnya saya menerima
uang itu, untuk menjual rahasia majikan saya kepada Tuan!"
"Apa halangannya? Aku hanya ingin tahu hubungan majikanmu de
ngan nona Liok Siok In, tidaklah penting dan tidak ada bahaya apa-apa,
malahan dapat keuntungan, bukan?,Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 11
"Kalau begitu, karena nona Liok Siok ln kemarin tidak datang, tidak
ada kabar lagi untuk diberitahukan kepada tuan".
"Hm, dan itu pusaka turunan, kotak merah berbenang emas,
bukankah ada hubungannya dengan soal perkawinan mereka berdua?
Soal itulah yang harus kau katakan kepadaku." kata Yauw Hong Siang


Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang licin itu, lalu dari dalam lacinya ia keluarkan segepok uang kertas, dan
diberikannya kepada Cie Ma, "karena beritanya agak istimewa, aku berikan
persenan dua kali lipat kepadamu".
"Tidak ,Tuan, aku tidak mau persenan Tuan, aku tidak mau juga beri
tahukan soal ini kepada Tuan", menegaskan Cie Ma, ;"aku beranggapan
bahwa pekerjaan sebagai mata-mata adalah pekerjaan yang tidak baik,
apalagi orang yang dimata-matai adalah majikan sendiri"
"Apakah kau sudah tetap tidak hendak memberitahukan kepadaku?
"Ya ..."
"Kau sudah ambil uangku, tapi tidak memberitakan apa-apa, kau
adalah penipu, kau melanggar hukum !" Yauw Hong Siang menggertak.
"Saya telah terjebak oleh perkataan Tuan yang manis. Saya telah
tiga kali menerima uang Tuan, semua uang itu saya belum pernah pakai,
saya simpan baik-baik. Jika Tuan menghendaki, saya bisa kembalikan
semuanya. Mulai sekarang saya tidak mau terima lagi uang Tuan. Tuan
pun tak usah menanyakan apa-apa pada saya lagi !'
"Urusan tidak demikian mudah, kau adalah seorang penipu, kau telah
menipu uangku. Uang yang aku berikan kepadamu itu temponya saja
sudah berharga tiga tail uang emas, sekarang kau kembalikan kepadaku
sudah tidak berharga sepeser pun. Kecuali kalau kau kembalikan aku dengan tiga tail uang emas, aku bikin habis semua perkara ini !"
"Dari mana saya punya uang sebanyak itu ?" Cie Ma gugup, "Uang
yang Tuan berikan itu paling dapat cuma untuk membeli satu atau dua
meter kain putih saja, mana bisa berharga tiga tail uang emas ?"
"Jika kau tidak bisa kembali dengan uang emas, maka kau harus
memberi tahukan kepadaku tentang kotak merah berbenang emas yang
berharga itu !"
"Tidak, aku tidak dapat memberitahukan kepada Tuan. Nanti saya
pulang dulu mengambil uang itu untuk dikembalikan kepada Tuan !" kata
Cie Ma seraya berlalu keluar.
"Cie Ma, jangan bergerak!" Yauw Hong Siang tiba-tiba menarik
lacinya, dan mengeluarkan senjata apinya.
"A . . . a . . a . . yaaa !" melihat senjata api, kakinya Cie Ma
mendadak menjadi lemas tidak bisa jalan, ;"Tuan, . . . Tuan, tuan mau
menembak saya ?"
"Membunuhmu gampang sekali !"
"Bunuh orang harus mengganti jiwa !"
"Kalau kau yang membunuh orang, sudah tentu kau harus mengganti
dengan jiwa, tapi aku tidak, dengan mengeluarkan sedikit uang saja, sudah
tiada urusan apa-apa lagi !" jawab Yauw Hong Siang seenaknya, ;"orang
tuaku, si iblis wanita Lok Lo Pat pernah membunuh orang, satu sen pun
tidak pernah dia keluarkan uang, orang yang mati . . . ya begitu saja mati
sia-sia !"
Disebutnya nama bandit wanita ini, kagetlah hati Cie Ma, karena
suaminya,Kwu Yu To, telah dibunuh mati oleh bandit wanita ini.
"TuanTuan apakah Tuan muridnya iblis wanita Lok Lo Pat itu ?"
"Aku adalah muridnya yang paling disayang. Membunuh mati kau
seperti juga aku membunuh lalat, tidak akan ada urusan apa-apa. LekasKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 12
kau beritahukan kepadaku tentang kotak merah itu, aku akan mengampuni
jiwamu, bahkan aku akan kasih persenan lebih besar lagi. Namun jika
tidak, kau akan tahu rasa sendiri!" Yauw Hong Siang angkat senjata
apinya, diacungkan kearah Cie Ma.
"Oh . . ! Tuan Yauw, taruhlah kembali senjata api itu !" dibawah
ancaman senjata api, akhirnya Cie Ma menyerah, "aku . . nanti
menceritakan !"
"Nah, ceritakanlah!"
Lalu, dengan terpaksa Cie Ma menceritakan kisah pusaka kotak merah itu.
"Mengapa kau dapat tahu begitu jelas?" tanya Yauw Hong Siang.
"Waktu majikanku merundingkan soal kotak merah itu dengan nona
Ong Kiat Lian, kebetulan saya berada di depan pintu kamar, sehingga
dapat mendengar semua pembicaraan mereka ".
"Barang berharga apakah yang ada di dalam kotak merah itu ?"
"Emas ataukah berlian, saya tidak begitu jelas mendengarnya".
"Apakah kau hendak sembunyikan soal penting ini kepadaku ?"
Yauw Hong Siang mengangkat lagi senjata apinya, ditodongkan kepada
Cie Ma, ;"lekas ceritakan, apa sebetulnya isi kotak merah itu !"
"Benar-benar saya tidak jelas mendengarnya", Cie Ma ketakutan
sehingga ia mengeluarkan air matanya, ;"Tuan membunuh mati akupun
tidak ada gunanya !"
"Liok It Lun memberi batas tempo berapa lama kepada majikanmu
untuk mengambil isi dalam kotak merah itu sebagai emas kawin ?"
"Inipun tidak jelas, barangkali tiga atau empat hari !"
"Baiklah, kau boleh pergi", Yauw Hong Siang memerintahkan,; "jika
kau dapat mendengar kabar apa-apa lagi, setiap waktu kau boleh
beritahukan kepadaku, bila kau tidak mengabarkannya jangan harap kau
dapat hidup selamanya, mengerti ?"
"Ya ....!" dengan ketakutan Cie Ma terus berlalu.
* ozahmed54@gmail.com *
SANG WAKTU berjalan terus, sampailah tempo tiga hari yang
diberikan oleh calon mertuanya, Liok It Lun, dirasakannya seperti tiga
menit saja, dengan cepat telah berlalu. Meskipun ia sudah menggunakan
segala rupa dan berusaha sedapat-dapatnya, ia masih belum
mendapatkan rahasia seratus dua puluh buah anak kunci aneh itu untuk
membuka kotak merah. Entah sudah berapa kali ia berusaha mencobanya,
tapi hasilnya tetap nihil.
Hari ketiga diwaktu senja, Ong Kiat Lian mengunjunginya diwaktu ia
tengah berkutet dengan kotak pusaka itu.
"Apakah kau tetap tidak hendak melepaskan niatmu untuk
menggunakan harta peninggalan yang ada dalam kotak merah ini untuk
emas kawin ?" tanya Ong Kiat Lian.
"Karena aku tahu kecuali dengan harta besar untuk memenuhi hati
yang sangat rakus dengan kekayaan dari Liok It Lun, tidak ada jalan lain!"
jawab Teng Kie Sian sembari mengusap peluh yang mengalir di dahinya,
pada wajahnya tampak gambaran hati yang sangat kusut.
"Simpanlah kotak merah itu, dan anak kuncinya serahkan kepadaku!"
berkata Ong Kiat Lian, ;"malam ini kita bersama-sama pergi menemui Liok
It Lun, aku nanti akan berusaha menundukkan dia dengan kata-kata,
supaya dia memberikan kemerdekaan bagi putrinya untuk mencari calonKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 13
suaminya. Dengan demikian, tidak usah membawa isi kotak merah itu, kau
akan berhasil juga kawin dengan Liok Siok In.."
"Tapi jika seandainya kau tidak bisa menundukkan dia, apa yang
akan kau perbuat?''
"Kau boleh buka kotak merah itu", jawab Ong Kiat Lian, ;"aku tidak
lagi akan merintanginya".
Teng Kie Sian meski sudah tahu bahwa usul Ong Kiat Lian itu adalah
keluar dari hatinya yang jujur, dan tidak mementingkan dirinya sendiri, tapi
ia tetap yakin bahwa hal ini tidak dapat menolongya. Namun ia hendak
mencobanya dan menerima usul Ong Kiat Lian itu, jika gagal, akhirnya toh
ia akan buka juga kotak merah itu.
Ia lalu simpan baik-baik kotak pusaka itu, ia taruh dalam peti yang
dikunci kuat, tapi ia masih anggap kurang kuat, maka di luar peti ditambah
lagi dengan biang kunci yang lebih besar dan kuat. Dan seratus dua puluh
buah anak kunci yang aneh itu ia serahkan kepada Ong Kiat Lian.
Ong Kiat Lian setelah memasukkan anak kunci itu kedalam tasnya,
lalu berkata :
"Mari kita sekarang sama-sama pergi temui Liok It Lun !"
"Baiklah !"
Setelah mengunci rapat kamarnya, Teng Kie Sian meninggalkan
rumahnya bersama dengan Ong Kiat Lian.
Si kolot Liok It Lun ternyata tidak ada di rumahnya, kedatangan
mereka diterima oleh nona Liok Siok In. Tidak dapat disangkal lagi, nona
Liok Siok In memang gadis yang cantik, tapi wajahnya tatkala itu
menampakkan kesedihan.
"Dia sudah pergi ke sosiet Pek Lok", jawab Liok Siok In.
"Nona Liok", Ong Kiat Lian turut bicara, ;"kau dengan Kie Sian sudah
sama-sama dewasa, sudah tentu mempunyai hak kemerdekaan untuk
memilih jodohnya sendiri, bukan ?"
"Ya," jawab Liok Siok In.
"Jika seandainya ayahmu menentang perkawinan dengan Kie Sian
ini, apa yang hendak kau perbuat ?"
"Aku belum memikir sampai ke situ "?
"Jikalau ayahmu menentang, kau hendak berbuat apa ?" Ong Kiat
Lian menegasi.
"Aku tidak tahu aku harus berbuat apa terhadap ayah ?"
"Kau harus melawan, kau harus berusaha merebut hak
kemerdekaanmu!"
"Aku takut kepada ayah, aku tidak punya keberanian untuk
menentang ayah !" jawab Siok In, ;"Kie Sian, apakah ayahku pernah
menolakmu ?"
"Tidak . . . tidak..," Kie Sian buru-buru menjawab, ;"kedatanganku
dan enci Piauwku ini justeru hendak mencari ayahmu untuk dapat
membicarakan soal perkawinan kita".
"Kalian sekarang boleh cari saja di sositet Pek Lok"' kata Siok In,
;"tapi, Kie Sian, kalau dapat kau harus berbicara dengan secara baik-baik,
cuma boleh berhasil, tidak boleh gagal, kau harus terima dengan baik
segala syarat yang dia ajukan kepadamu. Jida tidak, dia akan paksa aku
kawin dengan Yauw Hong Siang !"
"Tenangkanlah hatimu !" ucap Kie Sian dengan ucapan menghibur,
;"perkawinan kita tentu tercapai, tidak nantinya gagal".
Teng Kie Sian berdua Kiat Lian berlalu dari rumah Liok It Lun,
berjalan dengan perlahan-lahan menuju ke sositet Pek Lok.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 14
Ong Kiat Lian berjalan dengan mulut membungkam, ia sedang
memusatkan pikirannya dan mempersiapkan kata-kata untuk adu lidah dengan Liok It Lun, agar nanti jika menghadapi orang tua itu, ia dapat
berbicara lancar dan suaranya tidak lemah.
Teng Kie Sian juga sedang memikirkan suatu persediaan penting,
jika Ong Kiat Lian bercidera dengan Liok It Lun, bagaimana caranya untuk
memperbaiki keadaan.
Tangga listrik sositet Pek Lok membawa Ong Kiat Lian dan Teng Kie
Sian ke tingkat ke tujuh. Sekeluarnya dari kamar tangga listrik, di pintu
masuk sositet Pek Lok mereka dihadang oleh dua orang penjaga pintu.
"Bukan anggauta sositet, dilarang masuk kedalam !" penjaga pintu
yang berbadan tinggi besar memberitahukan, "kecuali jika di bawa oleh
salah satu anggota, baru diperbolehkan masuk".
"Kami hendak menemui tuan Liok It Lun salah satu anggauta sositet
disini", kata Teng Kie Sian, ;"harap kalian suka memberitahukan
kepadanya!"
"Oh ! Siapa nama kalian ?"
" Aku bernama Teng Kie Sian, dan di sebelahku ini bernama, Ong
Kiat Lian".
"Tunggulah sebentar, aku hendak periksa dulu apakah tuan Liok It
Lun masih ada di dalam atau tidak", jawab orang yang berbadan tinggi
besar itu, dan memeriksa buku tamu, "Tuan Liok It Lun tadi telah datang
kemari, tapi sekarang sudah pergi !"
"Menurut keterangan orang di rumahnya, katanya ia datang kemari",
kata Teng Kie Si an, "apakah kau tidak salah ?"
"Baik anggauta tetamu, siapa saja yang memasuki sositet ini harus
menuliskan namanya terlebih dahulu d idalam buku ini, sekeluarnya juga
harus menandatangani pula, maka sedikitpun tidak salah. Baik kalian cari
di lain tempat saja !"
Teng Kie Sian dan Ong Kiat Lian kembali menuju kekamar tangga
listrik, untuk menunggu giliran dibawa turun.
Orang keluar masuk di sositet ini nampaknya sangat repot, di depan
tangga listrik sudah berkumpul kira-kira ada delapan orang, tangga listrik
itu setelah membawa tamu tamunya dari bawah ketingkat atas, turunnya
kembali membawa tamu-tamu yang hendak meninggalkan sositet ini.
Teng Kie Sian meskipun sudah masuk ketangga listrik, tapi Ong Kiat
Lian karena tangga listrik itu sudah penuh orang, tidak bisa masuk dan
ketinggalan di luar, harus menunggu lagi gilirannya. Ketika Ong Kiat Lian
sampai di bawah Teng Kie Sian sudah menunggu padanya. Mereka keluar
dari sositet yang mewah itu, pulang kerumah.
Sekembalinya dari sositet, sehingga malam, sejenakpun Kie Sian
tidak pernah meraba-raba kotak merah itu, begitupun dihari-hari berikutnya
karena kuncinya telah diserahkan ke Ong Kiat Lian. Ia mau tak mau tunggu
sampai perundingan dengan Liok It Lun menemukan kegagalan, baru ia
minta kembali dari tangan enci piauwnya itu, dan berusaha untuk
membuka kotak merah tersebut.
Malam itu setelah makan malam, Liok It Lun menelepon Teng Kie
Sian, meminta ia harap datang ke sositet Pek Lok.
Maka Teng Kie Sian cepat-cepat mengunci pintu kamarnya, dengan
berkendaraan becak ia pergi dulu kerumah Ong Kiat lian untuk kemudian
bersama-sama pergi ke sositet Pek Lok.
Ketika mereka tiba di depan gedung sositet itu, selagi mereka hendak
turun dari becak, seorang polisi yang berdiri di jalan besar dekat gedung ituKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 15
memanggil mereka.
"Teng Kie Sian ! Ong Kiat Lian !"
"Oh, Chiu Hie Tat !" seru Teng Kie Sian sejak kapankah kau berobah
menjadi polisi?"
Mereka bertiga adalah kawan-kawan sekolah yang sudah lama tak pernah
bertemu.
"Sejak aku menamatkan SMP, karena tidak ada uang untuk
meneruskan sekolah ke SMA, dan lama belum mendapat pekerjaan. Barubaru ini atas usaha seorang famili dekat, setelah menerima pendidikan
beberapa bulan di Sekolah Polisi, hari ini untuk pertama kalinya aku
melakukan jabatan sebagai polisi lalulintas,"
"Kami masih tetap tinggal di tempat lama, kalau ada tempo, mainmainlah ke tempat kami', berkata Ong Kiat Lian.
"Baik, bila ada tempo aku tentu akan datang mengunjungi", jawab
Chiu Hie Tat, "kalian sekarang hendak kemana ?"
"Kami hendak kesositet Pek Lok tingkat ketujuh, untuk merundingkan
soal penting" jawab Kie Sian, "sampai bertemu kembali !"
"Bye, bye !" polisi Chiu Hie Tat mengawasi mereka memasuki
gedung indah itu.
Kedatangan mereka kembali dihadang oleh penjaga pintu yang tinggi
besar itu.
"Apakah kalian hendak mencari tuan Li ok It Lun lagi ?"
"Benar", jawab Teng Kie Sian, "ada apa tidak ?"
"Coba aku lihat dulu'" penjaga itu kembali memeriksa buku tamu, "ya,
ia ada di dalam".
"Kalau begitu, tolong beritahukan padanya!"
"Harap tulis nama kalian di kertas kunjungan tamu ini, juga harus
ditulis namanya orang yang kalian hendak temui".
Sehabis menulis namanya, Teng Kie Sian memberikan secarik kertas itu
kepada penjaga pintu. Sebentar kemudian, penjaga itu keluar lagi dan
berkata :
"Kalian sekarang boleh masuk menemui dia tapi harap tulis nama
kalian di dalam buku tamu itu, yang telah menjadi peraturan di sini !"
Teng Kie Sian mengisi formulir yang disodorkan oleh penjaga pintu,
dimana ia harus menulis namanya sendiri, nama Ong Kiat Lian, jam, dan
nama anggauta yang mereka hendak temui. Setelah melalui prosedur yang
berbelit-belit itu, mereka baru diperbolehkan masuk.
Liok It Lun sudah berada di kamar tamu menunggu mereka.
"Kie Sian, hari ini sudah hari keempat dari batas waktu yang aku
berikan padamu. Kau hendak menemui aku, apakah kau sudah berhasil
membuka kotak merah itu dan mengambil isinya ?" begitu bertemu muka
Liok It Lun sudah lantas ajukan pertanyaan itu.


Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Justeru karena urusan inilah aku datang kemari ". jawab Teng Kie
Sian tegas, "ini adalah encie Piauwku Ong Kiat Lian, dan ini Tuan Liok It
Lun". Kata Teng Kie Sian memperkenalkan. "Encie Piauwku ini hendak
berkata sebentar dengan kau!"
Ong Kiat Lian lalu mengeluarkan kata yang ia sudah rencanakan
terlebih dulu, tapi baru saja ia mengeluarkan beberapa patah kata, Liok It
Lun sudah mengerti maksudnya.
"Nona Ong, kau tidak usah katakan Iagi, aku mempunyai hak mutlak
atas segala-galanya terhadap anakku", ia memperlihatkan wajah kaku,
dengan nada yang keras ia berkata pada Kie Sian :
"Kie Sian, aku berikan tempo dua puluh empat jam lagi padamu,Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 16
dalam tempo dua puluh empat jam ini, jika kau berhasil membuka kotak
merah itu baru kau boleh temui diriku, jika tak dapat, tidak usah datang
lagi!'
Setelah berkata, ia berdiri dari tempat duduknya, dengan tidak menengok
lagi ia terus berlalu meninggalkan Kie Sian dan Onl Kiat Lian berdua dalam
kamar tamu.
Teng Kie Sian diam saja, dengan angkat pundak ia memandang Ong
Kiat Lian. Perbuatannya ini seolah-olah ia hendak mengatakan : "Siangsiang aku sudah katakan, tindakan itu tidak ada gunanya, dan akhirnya
cuma memalukan saja, berikan saja anak kunci itu padaku, jangan kau
melarang aku untuk membuka kotak merah itu lagi".
Ong Kiat Lian yang masih muda usianya itu mukanya menjadi merah
padam karena marahnya, ia sama sekali tidak akan menyangka kelakuan
Liok It Lun itu demikian kasar.
"Encie Lian, marilah kita pulang!"
Di pintu luar kamar tamu penjaga pintu yang tinggi besar itu kembali
menghadang mereka.
"Apakah kalian sudah hendak berlalu ?" tanyanya' "harap kalian
menandatangani lagi buku tamu!"
"Orang berlalu mengapa harus memarafnya juga?"
"Inilah peraturan di sini. Tidak boleh keluar sebelum
menandatangani!"
Setelah mengisi apa yang diminta oleh penjaga pintu itu, mereka lalu
keluar dari ruangan yang menyeramkan itu.
Keadaan di malam itu, sama dengan malam kemarin waktu Kie Sian dan
Ong Kiat Lian datang untuk pertama kalinya di gedung itu, orang-orang
yang keluar masuk kelihatan sangat repot, dan banyak orang pula yang
menunggu di tangga listrik.
Ketika kamar tangga listrik yang baru naik itu terbuka, Teng Kie Sian
dan beberapa orang lagi lantas masuk, Ong Kiat Lian tidak kebagian
tempat, sehingga ketinggalan di luar.
Beberapa menit kemudian, tangga listrik itu kembali naik dengan
membawa beberapa wanita yang dandanannya sangat mencolok dan
beberapa laki-laki setengah tua. Setelah mereka ini keluar dari tangga
listrik, Ong Kiat Lian bersama beberapa orang lantas masuk untuk dibawa
turun.
Setibanya di bawah Ong Kiat Lian melihat ada empat-lima orang yang
menunggu di pintu kamar tangga listrik, akan tetapi tidak tampak Teng Kie
Sian.
Ia kembali mencari diantara orang-orang ter sebut, tapi tidak tampak orang
yang dicari. Selagi ia merasa heran, Chi? Hie Tat memanggilnya.
"Chiu Hie Tat, apakah kau melihat Teng Kie Sian ?" tanya Ong Kiat
Lian.
"Tidak !" jawab Chiu Hie Tat, "bukankah dia tadi bersamamu naik ke
tingkat tujuh ?
"Ya . ., tapi Teng Kie Sian tadi turun lebih dulu !"
"Kau tidak turun bersama-sama ?"
"Tidak, karena tangga listrik itu terbatas tempatnya, ia turun lebih
dulu, setelah tangga listrik yang membawa Kie Sian turun itu naik kembali,
barulah aku masuk dan turun kebawah".
"Hal ini ada sedikit aneh !" Chiu Hie Tat yang masih muda dan baru
pertama menjalankan tugasnya sebagai polisi itu menyatakan pikirannya,
"aku berdiri di pintu ini sembari melihat-lihat setiap orang yang keluarKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 17
masuk maupun orang-rang yang turun dari tangga listrik, tetapi aku tak
melihat Teng Kie Sian turun dari tangga listrik, maupun diantara orangorang aku tak melihatnya".
"Benarkah ?" Ong Kiat Lian terkejut.
"Selama kalian masuk gedung ini. aku terus berdiri di sini. belum
pernah berkisar sedikitpun, apalagi pintu keluar dari gedung ini jaraknya
hanya kira-kira 10 kaki dari tangga listrik ini, orang-orang yang keluar dari
tangga listirk, aku bisa melihatnya dengan jelas. Sebelumnya memang aku
tidak ambil perhatian kepada orang-orang yang naik turun tangga listrik ini,
tapi sejak kalian naik tangga listrik tadi, aku mulai memperhatikan setiap
orang yang naik turun tangga listrik ini, maka aku berani pastikan kalau
Teng Kie Sian belum turun dari tangga listrik ini!"
"Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri Teng Kie Sian sudah
turun dengan tangga listrik yang turun duluan dari yang aku naik tadi, apa
bisa jadi ia keluar di pintu tingkat ke-6, ke-5, ke-4, ke-3 atau ke-2 ?"
"Itu tidak mungkin!" memastikan Ciu Hie Tat, "aku kenal betul
keadaan gedung Happy yang paling atas dengan seluruh kamar-kamarnya.
Ada tangga biasa dan tangga listrik yang khusus, tidak ada pintunya keluar
masuk. Untuk tingkat-tingkat lainnya, sama sekali terpisah dengan loteng
ke 2, 3, 4, 5, dan 6,; pintu sebelah kanan ini dikhususkan untuk pintu keluar
masuk sositet Pek Lok. Sementara gedung di bagian bawah, tingkat ke 2,
3, 4, 5, dan 6 adalah disewakan kepada beberapa perusahaan untuk
perkantoran. Pintu keluar masuknya ada di sebelah kiri dan mempunyai
tangga listrik khusus sendiri, sama sekali tidak ada hubungannya dengan
sositet Pek Lok. Meski gedungnya satu. tetapi terbagi menjadi dua bagian".
"Kalau begitu kemana perginya Teng Kie Sian ?" Ong Kiat Lian mulai
bingung.
"Karenanya maka tadi kukatakan ada sedikit aneh! Jika kau tidak
percaya ucapanku, boleh kau naik dari tangga biasa itu, setingkat demi
setingkat, kau periksa keadaan gedung ini!"
"Baik, Chiu Hie Tat kau tunggu di sini!"
Ong Kiat Lian kembali ke lorong, jalan menuju kekanan di bagian tangga
yang terbuat dari batu semen berlantai sangat licin.
Tiba-tiba orang yang menjaga tangga itu menegurnya:
"Apakah nona mau naik ke atas ? Sebaiknya nona naik tangga listrik
saja, tangga ini meskipun disediakan, tapi jarang mau orang menaiki
tangga ini sampai ke tingkat tujuh, kini kau lihat, bukankah palang ini untuk
mencegah orang yang naik ?"
"Apakah kau tadi melihat seorang muda yang berbadan sedang, dan
berpakaian setelan yang berwarna biru, keluar ataupun masuk dari tangga
ini ?"
"Selain tukang yang sebulan sekali membersihkan tempat ini, tangga
ini bertahun-tahun tidak ada orang yang naik turun, sudah tentu malam ini
juga tidak ada orang yang turun dari tingkat ketujuh".
"Tolong kau buka besi ini, aku hendak naik cari satu orang!" Ong Kiat Lian
meminta.
"Aku tanggung tidak ada satu orangpun yang turun naik dari tangga
ini, jika kau hendak cari orang, carilah dilain tempat."
"Betul-betul tolonglah sebentar....., aku betul akan mencari orang
yang kukatakan tadi, sudah kucari di mana tempat, tapi tak ada ? Mungkin
di sini ?!"
Dengan susah payah barulah Ong Kiat Lian dapat menundukkan penjaga
tangga ini, yang mengizinkan ia naik ke atas.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 18
Tangga ini tidak begitu lebar, bentuk tangga melingkar-lingkar terus sampai
ke atas, satu persatu diperiksa oleh Ong Kiat Lian. ternyata sangat cocok
dengan apa yang dikatakan Chiu Hie Tat, dari bawah sampai kebagian
atas tidak ada hubungannya dengan lain-lain ruangan,
Di ujung tangga ditingkat ke tujuh, juga ditutup dengan rantai, malahan
lebih kasar dan lebih besar dari bagian bawah. Setelah semua
diperiksanya, Ong Kiat Lian lalu turun kembali melalui jalan yang tadi.
"Apakah di atas tangga kau ketemu dengan orang yang kau cari ?"
tanya tukang penjaga tangga tadi.
Ong Kiat Lian menggelengkan kepala, lalu berjalan keluar. Di pintu keluar
gedung itu ia menjumpai Chiu Hie Tat.
"Dugaanku, Teng Kie Sian betul-betul sudah hilang secara misterius."
kata Chiu Hie Tat, "di tingkat ketujuh kau lihat sendiri dia turun, tapi aku
yang ada di bawah tidak melihat dia keluar, hilangnya dia sudah tidak perlu
disangsikan lagi!"
"Tapi menurut pendapatku, hal ini rasanya tidak mungkin !" Ong Kiat
Lian menyatakan pendapatnya, "tidak mungkin dia bisa hilang".
"Coba aku periksa sendiri keadaan tangga listrik ini", Chiu Hie Tat
yang baru saja menjadi anggauta polisi, sudah hendak menjadi Sherlock
Holmes, bersedia menyelidiki sendiri peristiwa hilangnya seorang pemuda
secara misterius ini. Ia menyuruh Ong Ki at Lian menunggu dibawah.
Dengan kedudukannya sebagai polisi ia suruh penjaga tangga listrik
itu membawanya naik ke tingkat atas. Dalam ruangan tangga listrik itu,
Chiu Hie Tat mencoba melakukan pemeriksaan, tapi apa yang ia dapat
lihat ? Tidak lain hanya dinding tangga listrik itu dan daun pintunya yang
dipakai untuk keluar masuk, Dilihat dari kenyataannya, memang betul
tangga listrik ini tidak ada hubungannya dengan gedung tingkat ke 2, 3, 4,
5 dan 6, inipun berarti, siapa saja yang naik tangga listrik ini, tidak mungkin
dapat berhenti ditengah jalan.
Ia menyuruh tukang penjaga tangga, bawa dia turun kembali, seratus
persen benar-benar bahwa tangga listrik ini cuma mempunyai dua pintu
keluar, yaitu di tingkat paling bawah dan tingkat ketujuh, tidak ada pintu ke
luar masuk yang lainnya.
Chiu Hie Tat keluar dari tangga listrik dengan menggeleng-gelengkan
kepalanya kepada Ong Kiat Lian yang berdiri menunggu, Akhirnya ia
anggap Teng Kie Sian benar-benar telah menghilang, dan ia mengusulkan
Ong Kiat Lian ikut ia ke kantor polisi untuk melaporkan peristiwa hilangnya
orang secara misterius ini.
Dikamar kantor kerjanya kepala detektif To Tie An, Ong Kiat Lian
menceritakan kisah hilangnya Teng Kie Sian yang sangat misterius.
To Tie An menyender di kursi, kedua kakinya dilonjorkan di atas meja,
mulutnya mengisap pipa, sepasang matanya memandang tajam kepada
Chiu Hie Tat dan Ong Kiat Lian yang berbadan pendek kecil.
"Berdasar apa kalian dapat memastikan Teng Kie Sian telah hilang?"
tanya To Tie An.
"Karena aku lihat sendiri Teng Kie Sian masuk pintu tangga listrik
bersama-sama lain orang yang hendak turun ke bawah", menjawab Ong
Kiat Lian, "di bawah Chiu Hie Tat cuma lihat orang-orang itu tapi tidak lihat
Teng Kie Sian!"
"Benarkah, Chiu Hie Tat?" tanya To Tie An kepada Chiu Hie Tat.
"Benar, aku tidak lihat Teng Kie Sian keluar dari pintu tangga listrik!"
"Matamu tentu buta", To Tie An membentak, "Teng Kie Sian sudah
keluar dari pintu tangga listrik, tapi kau tak melihat. Mungkin sekarangKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 19
sudah tidur di rumahnya atau sedang bersenang-senang di lain tempat
hingga lupa pulang kerumahnya. Kalian benar-benar bodoh, mencari susah
sendiri, sekarang datang kemari mengganggu waktuku yang sangat
berguna ini. Chiu Hie Tat, aku peringatkan kau, lain kali jangan coba-coba
cari perkara yang mungkin akan membikin hilang jabatan kepolisianmu,
hayo lekas keluar!"
* ozahmed54@gmail.com *
"TENG KIE SIAN sampai sekarang belum pulang, soal hilangnya
sudah bukan terkaan, tapi sudah jadi kenyataan", In Hong yang berada di
rumah Teng Kie Sian berkata kepada Ong Kiat lian dan Chiu Hie Tat,
"menurut perhitunganku, hilangnya Kie Sian tentu ada hubungannya
dengan kotak pusaka cat merah itu. Nona Ong, tolong beritahukan padaku,
ada beberapa orang yang mengetahui bahwa dia mempunyai kotak
mustika yang berharga itu?".
"Orang yang mengetahui tidak banyak jumlahnya", .jawab Ong Kiat
Lian, "ialah aku dan ibuku, masih ada lagi, yaitu Liok It Lun dan nona Liok
Siok In!"
"Dugaku tentunya, selain empat orang ini, sedikitnya masih ada
seorang lagi yang tahu bahwa Teng Kie Sian mempunyai mustika ber
harga itu!" kata In Hong.
"Siapa?" tanya Ong Kiat Lian.
"Pembantu perempuannya Teng Kie Sian, Cia Ma!"
"Apakah benar?" Ong Kiat Lian setengah percaya setengah tidak.
"Tadi waktu kau menceritakan peristiwa ini di rumahku, kau katakan
bahwa pada beberapa hari yang lalu, kau pernah tengoki Teng Kie Sian,
kalian dalam kamar tidur pernah membicarakan soal pusaka itu. Ketika kau
pamitan pulang, Teng Kie Sian dengan suara keras memanggil Cie Ma
yang hendak disuruh mengantar kau pulang, Cie Ma dengan cepat
menjawab dan masuk kekamar, bukankah betul?" lanjut In Hong "Apa kau
tidak merasa dalam hal ini ada apa-apa yang patut dipelajari?"
"Tidak, aku sedikitpun tidak merasakan itu!"
"Setelah dipanggil oleh Teng Kie Sian, Cie Ma menjawabnya dari
dapur yang berada dibawah tangga loteng datangnya ia begitu cepat ini
menandakan bahwa dia sudah ada di atas loteng, mungkin juga di depan
pintu kamar, sehingga apa yang kalian bicarakan di dalam kamar, dia
dapat dengar semuanya". In Hong menjelaskan.
"Nona In, kau maksudkan Cie Ma setelah mendengar pembicaraan
tentang kotak pusaka itu lantas timbul pikiran hendak merampok dan
berusaha menculik Teng Kie Sian?" Ong Kiat Lian merasakan bahwa In
Hong ini bukan saja cerdas otaknya, bahkan pikirannya pun sangat halus
dan teliti, sampai hal-hal yang yang paling kecil ia masih tidak mau
lepaskan begitu saja.
"Bukan, Cie Ma tidak mempunyai maksud demikian, walaupun ada,
pun dia tidak ada itu kekuatan. Hanya, mungkin ia telah menceritakan hal
ini kepada lain orang. Tuan Ciu Hie Tat, tolong kau panggil Cie Ma
didapur!"
Tidak lama kemudian, Chiu Hie Tat sudah bawa Cie Ma ke loteng.
"Cie Ma, apakah kau tau majikanmu ada mempunyai kotak merah?
Dan apa isinya dalam kotak itu?" tanya In Hong.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 20
"Aku tidak dengar jelas ...... . ." ia berkata. Cie Ma merasa telah
kelepasan omong, baru ia meralat perkatannya selanjutnya. "Oh aku tidak
tahu! Aku tidak tahu!"
"Kau tidak tahu karena tidak tahu mendengar tegas, bukankah begitu
maksudmu?" dengan sabar In Hong menanya.
"Oh, ya!" Cie Ma memperlihatkan kegugupannya.
Dibawah pertanyaan In Hong yang sabar, Cie Ma akhirnya mengakui
semua perbuatannya mengenai apa yang ia telah dapat dengar tentang
kotak pusaka berwarna merah itu.
"Kau tidak usah takut", berkata In Hong dengan suara lemah lembut,
"ceritakanlah terus terang, kepada siapa kau pernah menceritakan tentang
kotak pusaka itu ?"
"Pada suatu hari aku diancam dengan senjata api oleh Tuan Yauw
Hong Siang dari rumah obat Kheng Ling, supaya aku harus menceritakan
hal-hal yang menyangkut kotak merah, dan dia pun menanyakan apa
isinya".
"Hmm, Yauw Hong Siang memang saingan berat Teng Kie Sian
dalam hal asmara!" kata Ong Kiat Lian.
"Benar!" dia juga anak muridnya iblis wanita Lok Lo Pat", Cie Ma
menambahkan. "Kwie Yu To, juga binasa di bawah tangannya anak murid
iblis perempuan itu yang bernama Tiauw Toa, si bopeng, maka segera aku
insyaf bahwa Yauw Hong Siang mempunyai pengaruh yang sangat besar,
dan pagi itu dia mengancam aku dengan senjata api, sehingga aku
ketakutan setengah mati....." Cie Ma menuturkan semua tentang ancaman
Yauw Hong Siang untuk mendapat tahu rahasia kotak merah itu.
"Sebab apa suamimu dibinasakan oleh Lok Lo Pat ?" tanya In Hong.


Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suamiku bekerja sebagai kuli di pelabuhan, enam tahun berselang,
karena dia menolak menurunkan candu (madat) yang diimpor oleh
kawanan iblis wanita itu, dia lantas dibunuh oleh salah satu muridnya yang
bernama Tiauw Toa, dan mayatnya dilempar ke dalam sungai Huang Phu
Kang. Aku pernah laporkan kepada polisi, tapi kepala detektif bukan saja
tidak mau urus pengaduanku ini atau melakukan pemeriksaan, bahkan
malah mengusirku. Sakit hati ini, seperti juga batu besar yang tenggelam
dilautan".
"Aku merasa simpatik terhadap nasibmu, mulai hari ini, kau tidak
usah takut, juga tidak boleh kau mau digunakan oleh mereka." Tegas In
Hong. "Pengaruh mereka nanti aku yang akan hadapi, dan sakit hatimu
pun nanti aku yang menuntut balaskan !"
Cie Ma setengah percaya setengah tidak, dengan hati bimbang ia ia
kembali kedapur.
"Nona Ong Kiat Lian, sekarang aku sudah buktikan kebenaran
dugaanku", berkata In Hong, '"berbareng dengan itu, aku pun akan
membuktikan suatu kemungkinan, ialah kotak merah pusaka Teng Kie Sian
sekarang ini sudah terbang tanpa bekas !"
"Apakah benar ?" tanya Ong Kiat Lian, mendadak kaget.
"Tuan Chiu Hie Tat", In Hong berkata kepada Chiu Hie Tat, tolong
teleponkan kepala detektif To Tie An atau si Gemuk, minta kepadanya
supaya lekas datang! Tidak ada mereka, kita tidak boleh membuka pintu
rumah Teng Kie Sian yang tertutup rapat".
"Oleh karena tuan To Tie An tidak mau mengurus soal ini", berkata
Chiu Hie Tat, "maka si Gemuk telah menyuruh aku pergi minta kau yang
turun tangan, sekarang aku yang minta tuan To datang, bagaimana ia
sekarang mau datang ?"Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 21
"Kau katakan saja bahwa hilangnya Teng Kie Sian bersangkut paut
erat dengan kotak merah yang berisi harta yang tak ternilai harganya, tidak
usah kau undang, ia tentu akan datang sendiri!"
Chiu Hie Tat dapat kenyataan apa yang dikatakan oleh In Hong ternyata
benar, setelah menelepon ToTie An, memberitahukan peristiwa hilangnya
Teng Kie Sian ada hubungannya dengan kotak pusaka berwarna merah,
segera detektif To tertarik dan menyatakan bahwa dalam tempo sepuluh
menit dia akan datang, bahkan memesan kepadanya, supaya mengawasi
In Hong, tidak boleh ada sedikitpun untuk In Hong turun tangan mencuri
kotak pusaka itu.
Tidak lama kemudian, To Tie An bersama dengan si Gemuk datang
dengan tergesa-gesa.
"Nona Ong Kiat Lian, kau tahu di mana diletakannya kotak pusaka
kepunyaan saudaramu itu?" inilah pertanyaan yang diutamakan To Tie An.
"Kemarin malam aku lihat ia letakkan di dalam peti pakaian", jawab
Ong Kiat Lian.
"Di mana adanya peti pakaian itu?"
"Di kamar tidur di loteng tingkat dua!"
"Mari kita pergi memeriksanya !" ajak detektif gemuk itu.
Kamar tidur Teng Kie Sian diloteng kedua, keadaannya seperti kemarin
malam, dikunci dari luar. To Tie An perintahkan si Gemuk bikin rusak
kuncinya itu, setelah semua rintangan yang ada di pintu itu disingkirkan,
barulah ia masuk ke kamar.
Barang-barang yang ada di kamar itu masih tetap dalam keadaan
rapi. Ong Kiat Lian menganggap dugaan In Hong bahwa kotak pusaka itu
sudah terbang, mungkin sekali ini meleset.
Tapi begitu In Hong memasuki kamar itu, segera dapat membuktikan,
bahwa apa yang ia duga ternyata benar, sepasang matanya segera dapat
melihat, pintu di sebelah utara kacanya sudah tidak ada sebelah. Matanya
yang tajam terus menyusur kearah jendela, dinding di bawah jendela
terdapat potongan kaca, ini adalah salah satu cara yang dipakai oleh
pencuri masuk kedalam kamar ini. Ia malahan dapat lihat di atas kaca itu
ada tanda darah yang tidak nyata, tanah-tanah di sekitarnya juga
kedapatan tanda darah.
Sebaliknya perhatian To Tie An hanya dipusatkan kepada kotak pusaka itu
saja.
"Dimana diletakkannya kotak merah itu?" tanyanya.
"Didalam peti ini !" jawab Ong Kiat Lian sambil menunjuk ke salah
satu peti, "jika Teng Kie Sian belum ganggu-ganggu, tentu masih ada
dalam peti ini !"
"Peti-peti lainnya cuma ada satu gembok, tapi ini ada dua gembok".
In Hong berkata sam bil tertawa, "ini seperti juga ia memberitahukan
bahwa peti ini ada isinya barang berharga tanpa disadarinya."
"Hm !" berkata To Tie An "tapi untungnya tidak ada yang menulis
;"bukan Cang Sam disebelah yang mencuri, maka kotak merah itu
tentunya masih ada dalam peti. Gemuk, bukalah gembok peti yang ada
dibawah itu!"
Waktu si Gemuk dan Chiu Hie Tat menyingkirkan peti yang ada di
atasnya, dan membuka peti yang ada di bagian bawah, dalam peti itu
selain pakaian, tidak ada apa-apa lagi, sebaliknya terdapat sepotong kertas
yang bertuliskan :
Pandangan mata To Tie An dari secarik kertas ini beralih kearah In
Hong.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 22
"In Hong sungguh sehat pekerjaanmu!" berkata To Tie An, "kapan
kau mengambil kotak merah ini ?"
"Kemarin malam setelah Teng Kie Sian dan Ong Kiat Lian
meninggalkan rumah ini!" In Hong menjawab dengan tenang.
"Sebetulnya kemarin malam atau kemarinnya malam ?"
"Kemarinnya malam kemungkinan lebih benar !"
"Di waktu-waktu yang lalu setiap kali kau memakai nama Oey Eng,
tapi kali ini dengan terang-terangan kau memakai nama aslimu untuk
mencuri kotak merah ini, apa kau kira aku tidak berani menangkapmu?"
"Aku belum pernah menganggap kau sebagai kepala detektif tidak
berani menangkap aku seorang rakyat biasa yang lemah tidak ada
pengaruhnya", In Hong menjawab dengan sindirannya yang tajam, "tapi
aku tahu, kau belum pernah berani menyentuh sedikitpun satu ok-pa,
bajingan yang manapun!"
"Kau jangan mencoba alihkan soal yang sebenarnya!" ToTie An
agaknya takut berdebat soal ini, "aku hanya tanya pada kau tentang kotak
merah, aku harus berbuat apa terhadap kau yang telah mencuri kotak
merah itu?"
"Apakah kau kembali hendak menggunakan waktu ini untuk
menangkap aku?" In Hong tetap tenang.
"Kau telah jelas mencuri dan meninggalkan surat, jika aku tidak
menangkapmu, apakah aku hendak membiarkan kau bebas di luaran ?" To
Tie An menjawab dengan sombongnya.
"Di balik kertas ini seperti ada tanda tapak jari berdarah!" kata In
Hong.
Kepala detektif To Tie An memegang dan melihat kertas tulisan itu
berdiri berhadapan dengan In Hong, maka In Hong dapat melihat dengan
tegas tanda darah dari jari tangan itu.
"Jika kertas ini ada tanda jari tangan, itu adalah tapak jari dari tangan
si pencuri, dan berarti tapak jari dari tanganmu !" To Tie An berkata sambil
membalikkan kertas dan melihat tanda jari tersebut.
"Inilah tapak jari kelingking", In Hong berjalan mendekati To Tie An
dan memeriksa tanda jari tersebut, jari kelingking yang jarang orang
punyai.
Si Gemuk juga turut melihat tanda jari tersebut.
"Oh! Bos tanda jari kelingking ini kurang ujung jarinya ", berkata Si
Gemuk, "ini tanda jari tangan kiri, jari ini orang yang kita sudah kenal baik
Bos, apakah kau tahu orangnya?"
"Aku tidak tahu siapa orangnya !" To Tie An dapat lihat tanda jari
yang luar biasa itu, sebetulnya ia sudah tahu orangnya, tetapi pura-pura
tidak tahu!
"Ini adalah tanda jari kelingking Tiauw Toa si bopeng, kaki tangannya
si iblis wanita Lok Lo Pat !" berkata si Gemuk, "jari kelingking kiri tangan si
bopeng itu bukankah tidak ada ujungnya?!"
"Oh, ya . . . ya . . aku ingat sekarang!" maksud To Tie An yang
hendak menjerumuskan In Hong kembali mengalami kegagalan, "apakah
benar-benar dia yang mencuri kotak pusaka itu?"
"Tidak usah disangsikan lagi, sudah tentu si bopeng yang mencuri,
bandit itu telah meninggalkan tulisan di atas kertas, maksudnya hendak
mecelakakan nona In Hong," Chiu Hie Tat yang masih muda dan
mempunyai perasaan keadilan itu turut berkata, dan kemudian
menceritakan bagaimana Cie Ma pernah bersetori dengan Yauw Hong
Siang, dia adalah salah satu murid Lok Lo Pat.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 23
"Tidak perlu kau turut campur !" bentak To Tie An melampiaskan
kedongkolannya pada diri polisi muda ini, "kau adalah polisi lalu-lintas yang
menjaga keamanan jalan, tidak ada hak untuk turut campur!"
"Nona In," berkata si Gemuk kepada In Hong, "pintu kamar tidur ini
dikunci dengan dua selot, bagaimana caranya Tiauw Toa memasuki kamar
ini?"
"Dari belakang gedung ini dia memotong kaca jendela bagian utara,
kemudian mengulur tangannya untuk menarik palang jendela dan masuk
dari jendela itu, luka jari tangannya itu ialah ketika dia memotong kaca
kurang hati-hati, jarinya kena potongan kaca dan berdarah, sehingga
dengan tidak terasa ia telah meninggalkan tanda darah disini, selain dari
itu, potongan kaca jendela ini mungkin juga ada tanda darah atau lainlainnya, demikian pun lantai kamar ini mungkin juga ada tanda sedikit
darah."
Si Gemuk mencoba memeriksa potongan kaca itu, benar saja seperti
apa yang In Hong katakan, di atas potongan kaca itu bukan saja ada tanda
jari kelingking yang berdarah, bahkan ada jari telunjuk dan jari jempol
serta, tanda-tanda lainnya.
"Bos, semua tanda-tanda ini telah cukup membuktikan bahwa
pencurian ini dilakukan oleh Tiauw Toa si bopeng, kaki tangannya Lok Lo
Pat !" kata si Gemuk.
"Tidak, orang yang jari kelingkingnya tidak ada ujung kirinya bukan
hanya Tiauw Toa seorang, masih ada banyak orang-orang dan pencuri
yang mempunyai jari demikian, kita harus mempelajarinya dalam-dalam
dulu, baru ambil keputusan!" dengan secara enak To Tie An telah
mengalihkan dosa Tiauw Toa kepada orang lain.
Maksud jawaban To Tie An ini dapat dimengerti oleh In Hong dan si
Gemuk, karena mereka memang kenal baik watak dan ketidakbecusan
kepala detektif ini. Bahkan Chiu Hie Tat yang baru menjadi polisi satu hari
sudah dapat menerka maksud To Tie An sengaja menggeser perkara
pencurian ini.
"Meski pencuri itu sudah berhasil mencuri kotak pusaka, tapi
sedikitpun tidak ada gunanya," Chiu Hie Tat lupa akan pesan bosnya yang
melarang ia ikut campur mulut, dengan tidak dipikir lebih panjang lagi ia
utarakan pikirannya, "kotak itu sangat kuat dan tidak dapat dibuka dengan
alat apapun, jika hendak dibuka secara paksa, sudah tentu akan merusak
barang-barang permata yang berada didalamnya, kotak itu hanya dapat
dibuka dengan menggunakan anak kuncinya yang berjumlah seratus dua
buah itu. Pencuri tadi sudah dapatkan kotaknya, tapi belum mendapatkan
kuncinya . . . . "
"Kalau begitu masih untung ", To Tie An anggap perkataan Chiu Hie
Tat itu mengandung sedikit kebenaran, "dan kunci itu dimana sekarang ?"
"Kita tidak perlu menanyakan dimana adanya kunci itu", kata In
Hong, "kita harus mendapatkan kembali kotak yang hilang itu, kita harus
mencari dimana adanya Teng Kie Sian !"
"Ya, mau menyelidiki kotak yang tercuri dan mencari orang yang
telah hilang", kata To Tie An setelah berpikir sejenak, "aku akan lebih dulu
menangkap kawanan bandit yang jari kelingking tangan kirinya hilang
ujungnya, kemudian mengambil tindakan lainnya. A Poan (si Gemuk), mari
kita pergi!"
In Hong dan Ong Kiat Lian mengawasi.
( Satu lembar halaman hilang??? )Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 24
"Hilangnya Teng Kie Sian sudah menjadi kenyataan", berkata Ong
Kiat Lian. "tapi waktu diculiknya dia ada bersama dengan sembilan orang
penumpang lainnya di tangga listrik itu. Kesembilan orang itu telah tiba dibagian bawah dengan selamat, hanya Kie Sian seorang yang telah hilang.
Bagaimana dilakukannya penculikan itu ? Dan kemana dibawanya
tawanannya itu ? Apakah kawanan bandit itu mempunyai ilmu sihir atau
sulap, sehingga dapat mengelabui mata orang-orang yang berada di situ,
atau mereka telah menyulap tubuh Teng Kie Sian menjadi lalat atau semut
sehingga tidak dapat dilihat oleh manusia ?"
"Ini adalah soal penting yang perlu kita pelajari", sahut In Hong,
"nona Ong, aku sudah menyanggupi akan menyelidiki perkara ini, sudah
tentu aku akan berdaya sedapat mungkin, supaya peristiwa yang sangat
misterius ini segera terbongkar, dan dapat merebut kembali kotak pusaka
serta mendapatkan kembali Teng Kie Sian, sekalipun dia sudah berubah
menjadi lalat atau semut. Sekarang aku hendak peringatkan kau, kau
harus simpan baik-baik kunci itu, dan kau sendiri juga harus berhati-hati
dan waspada terhadap gerak-gerik seseorang yang agaknya
mencurigakan".
"Baik, nona In", berkata Kiat Lian, "aku akan perhatikan
peringatanmu ini !"
"Akupun akan berdaya upaya untuk melindungi nona Ong !" Chiu Hie
Tat tawarkan jasanya.
In Hong dari rumah Teng Kie Sian kembali ke rumahnya sendiri yang
terletak di Jalan Jembatan Merah, sudah kira-kira jam dua siang.
Ia telah menceritakan semua peristiwa ini kepada dua kawannya, yang
bernama Hiang Kat dan Kat Po.
"Kotak pusaka yang bercat merah itu berisikan benda berharga
apakah ?" tanya Kat Po.
"Teng Kie Sian pernah menceritakan kepada Liok It Lun, bahwa
benda berharga dalam kotak pusaka itu, dapat digunakan untuk membeli
seluruh rumah dan tanah dikota ini. Waktu Teng Ie Tek, ayahnya Teng Kie
Sian menyerahkan pusaka turunan ini kepadanya, pernah mengatakan
demikian : "ini adalah benda emas yang boleh dipakai untuk menukar
kekayaan yang berlimpah-limpah, benda yang paling bergemerlapan
didunia .... " belum habis mengatakan barang emas apa, Teng Ie Tek
sudah menutup mata", kata In Hong.
"Ini sudah tentu berlian yang paling besar di dunia!" berkata Kat Po.
"Tapi mungkin juga merupakan lain benda yang jarang ada di dunia",
kata In Hong pula
"Kali ini apakah kita juga turut berlom ba untuk memperebutkan
benda yang sangat berharga, yang berada di dalam kotak pusaka itu?"
tanya Kat Po pula.
"Ya, kita harus merampas kembali kotak pusaka itu dari tangan
kawanan bandit. Akan tetapi barang-barang berharga itu adalah hasil jerih
payah Teng Ie Tek selama hi dupnya, bukannya didapat dari kejahatan, me
rampok, memeras, memfitnah dan lain-lainnya. ", menegaskan In Hong,
"maka walau bagaimana susahnya dan berbahayanya sudah tentu akan
memakan jiwa, kita tidak usah hiraukan, pokoknya kita rebut kembali
barang tersebut dari tangan kawanan bandit, supaya barang berharga
dapat kembali kepada pemiliknya !"
"Benar ! Benar ..! Sedikitpun kita tidak akan atau jangan harap kita
mengizinkan kawanan bandit mengangkangi benda berharga itu!" kata KatKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 25
Po dengan nada penuh bernapsu, "hanya aku masih merasa sangat heran
akan adanya kunci yang sebanyak itu, aku rasakan saja otakku sudah
mulai ruwet luar biasa, siapa yang akan dapat membukanya ?"
"Kunci kotak itu, benar-benar tidak sembarang orang dapat
membuka. Kawanan bandit dan orang-orang yang ingin kaya tanpa keluar
keringat, sudah tentu tak akan ada orang yang dapat untuk membukanya.
Banyak orang bersungguh sungguh hati mau mempelajari rahasianya, un
tuk dapat membuka kotak pusaka ajaib itu !".


Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau penjahat itu bisa membuka kotak pusaka itu, bukankah
mereka dapat merampas isi kotak tersebut ?" tanya Hiang Kat.
"Tidak, kotak itu sangat kuat, tidak sembarang orang atau bandit
dapat membukanya, apa lagi merekapun tidak akan berani merusak kotak
itu !" kata In Hong.
"In Hong, apakah kau bisa membuka kotak pusaka itu ?" tanya Hiang
Kat. "Ya, kalian juga dapat membuka, asal kalian mau rajin. Kotak itu ada
sepuluh grup lobang kunci, dalam setiap grup ada dua puluh lobang kecil.
Asal dapat menggunakan seratus dua buah anak kunci itu ke dalam lobang
yang tepat (cocok), kotak itu lantas terbuka, tidak boleh ada satupun anak
kunci yang salah masuk!"
* ozahmed54@gmail.com *
JILID : 2
"INI sukar sekali !" Hiang Kat berkata.
"Sebetulnya tidak sukar, itu hanya 10 buah kalimat hitungan saja,
yang mesti dibaris atau dijejer rapi, dengan menurut petunjuk-petunjuk dari
jawaban kalimat hitungan itu, kita masukkan kuncinya ke lobang kunci.
Lobang kunci yang agak besaran hanya kunci-kunci yang diberi nomor
nomor '1' sampai '10', dengan lain perkataan, sepuluh itu adalah
jawabannya kalimat hitungan itu."
"Setelah dapat tahu jawabannya 10 kalimat hitungan itu, setiap
kalimat boleh menggunakan empat angka '3', kemudian dengan memakai
ilmu hitungan '-' (potong) '+' (tambah) 'x' (kali) dan ' = ' (sama dengan)
dibuat baris hitungan.
"Dalam 102 kunci itu ada 10 buah yang berhuruf '3', itu berarti setiap
satu kalimat harus memakai empat angka '3? sudah tentu setiap kalimat itu
harus memakai ilmu hitung yakni : tambah, potong, kali dan sama dengan,
semua ini menurut kebutuhan dari pendapat hitungan tadi, berapa
banyaknya tidak di batasi. Apalagi tanda potong itu masih menggantikan
satu jalur garis pendek, jika memakai dua atau tiga sampai empat jadi
dapat mengganti jaluran yang agak panjang."
"Aku sedikitpun tidak mengerti !" kata Kat Po yang bodoh itu.
"Aku sudah mengerti !" katanya Hiang Kiat, "memakai empat angka
'3' dan lain-lainnya tanda dibuatkan satu kalimat hitungan, jawabnya ialah
?1?, kemudian pakai lagi empat angka '3' dan lain-lainya tanda dibuat kan
lagi satu kalimat, yang jawabannnya adalah ?2? . . . ."
"Sedikitpun tidak salah," kata In Hong. "pendek kata, setiap kalimat
hitungan harus memakai angka '3', tidak boleh lebih dan juga tidak boleh
kurang, kemudian memakai tanda-tanda hitungan umpamanya 'potong?,Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 26
'tambah' atau 'kali?, dari kesatu sampai kesepuluh, dan semuanya ada
sepuluh kalimat hitungan."
"Kalau demikian halnya kelompok-kelompok hitungan tersebut harus
menggunakan ilmu hitung pecahan !" berkata Hiang Kiat setelah berpikir
sejenak.
In Hong mengangguk.
Hiang Kiat mengambil sebatang potlot dan sehelai kertas, bertekur
disebuah meja mem buat hitungannnya, In Hong duduk diatas sofa mulai
memikirkan teka-teki hilangnya Teng Kie Sian.
Kat Po adalah orang yang suka bergerak tidak suka diam diri, ia tidak
mempunyai kegembiraan membuat hitungan, juga tidak ada itu kecerdasan
untuk mempelajari soal-soal yang bersangkutan dengan menghilangnya
Teng Kie San. Kegemarannya tiada lain adalah berkelahi. Diluar setahu In
Hong dan Hiang Kiat yang tengah memutar otak, ia telah keluar di
pekarangan rumah, kemudian dengan secara diam-diam ia keluar dari
pintu pekarangan dan terus kabur.
* ozahmed54@gmail.com *
"APAKAH kau Cie Ma?" Kat Po ber diri di depan pintu rumah Teng
Kie Sian, dan setelah memperkenalkan dirinya, ia pun menanya kepada
Cie Ma.
"Ya, betul, Kat Po," jawab Cie Ma. "Nona In Hong suruh kau kemari
ada urus an apa?"
"Bukankah nona In Hong sudah janjikan padamu hendak mewakili
kau bikin perhitungan dengan si bopeng Tiauw Toa anak-murid dan kakitangan Lok Lo Pat ?" tanya Kat Po.
"Benar," Cie Ma anggukan kepalanya.
"Sekarang nona In suruh aku tanya kau, dimana tempat tinggal iblis
wanita Lok Lo Pat dan muridnya, si bopeng ?"
Sebetulnya In Hong belum perah suruh Kat Po menanyakan tempat
tinggalnya kepala bandit itu. Inilah keinginan Kat Po sendiri yang hendak
menggempur kedua bandit tersebut, tetapi ia tidak tahu dimana tinggalnya,
maka mau tidak mau ia harus rnenanya kepada Cie Ma.
"Oh! Lok Lo Pat tinggal di satu gedung besar di jalan Kiatsong dekat
sebelah pintu utara," berkata Cie Ma, "sedang Tiauw Toa tinggal di jalan
Cap lak po, ia adalah kuasa dari rumah makannya Lok Lo Pat, ia sendiri
juga tinggal di dalam rumah makan tersebut.
"Dan Yauw Hong Siang ?"
"Itu dia .... kebetulan orangnya tengah mendatangi kemari !" berkata
Cie Ma dengan tiba-tiba.
"Dimana ?"
"Nah, dia adalah Yauw Hong Siang !" berkata Cie Ma sambil
menunjuk satu orang yang sedang jalan.
Kat Po membalikkan tubuhnya dan menengok ke arah yang ditunjuk oleh
Cie Ma, ia lihat di jarak lima atau enam puluh kaki di jalan besar ada satu
orang yang berbadan tegap dengan dandanannya perlente, sedang jalan
mendatangi.
"Baik! Aku pukul dulu binatang ini!" sehabis berkata, Kat Po berlarilari kearah Yauw Hong Siang. Karena sangat terburu nafsu, baru sampai
sejarak kira-kira tiga puluh kaki ia sudah berkaok-kaok:Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 27
"Yauw Hong Siang, anjing, bandit, rasakan kepalan nonamu, Kat Po!"
Yauw Hong Siang yang sangat licin dari jauh sudah lihat ada satu wanita
tinggi besar berdandan baju hitam seluruhnya sedang berbicara dengan
Cie Ma, tapi ia masih belum tahu siapa gerangan wanita itu, sekarang Kat
Po menyebutkan dirinya sendiri, dia lantas tahu siapa adanya nona baju
hitam itu. Karena ia tidak mau menanggung resiko terjungkal di dalam
tangannya si nona baju hitam itu, ia segera memutar badannya kemudian
ambil langkah seribu.
"Kemana kau hendak lari !" Kat Po mengejar, "jika aku tidak memberi
hajaran kepada Tiauw Toa, Lok Lo Pat dan kau aku bukannya Kat Po!".
Yauw Hong Siang tidak lari ke rumahnya, sebaliknya lari masuk kantor
polisi untuk minta perlindungan.
Setelah menunggu agak lama di depan kantor polisi belum juga
kelihatan wajah Yauw Hong Siang keluar, ia segera ambil putusan mencari
Tiauw To.
Disekitar jalan Cap lak po, ia mencari-cari agak lama, akhirnya rumah
makan Kui ping itu dapat diketemukan juga. Sekarang mulai agak
bersangsi, ia harus memakai alasan apa untuk menghajar Tiauw Toa?
Atau tanpa tanya lantas turun tangan saja ? Pikirnya, lebih baik ia
menghajarnya tanpa tanya-tanya lagi meskipun banyak alasannya,
umpamanya Tiauw Toa telah membunuh suaminya Cie Ma, mencuri kotak
pusaka dan hendak memfitnah In Hong. Ia menganggap tidak perlu
membongkar soal ini. Kat Po hanya ingin memukul Tiauw Toa dan Lok Lo
Pat secara gampang dan tidak banyak rewel, karena mereka adalah orangorang yang kejahatatannya sudah bertumpuk-tumpuk harus diberi hajaran
keras, bukan saja untuk membikin kuncup hati mereka, juga untuk
memuaskan rasa dongkolnya dan melemaskan urat uratnya.
Mereka kawanan bandit, sepak terjangnya kasar dan memualkan hati. Asal
ia memasuki rumah makan saja, sudah tentu dengan mudah mencari
alasan untuk mencari setori dengan mereka, sehingga mudah pula untuk
turun tangan.
Sudah tetap keputusannya Kat Po selalu senang dengan sepak
terjangnya yang ceroboh tidak mau pusingkan akibatnya. Maka akhirnya
tidak pikir panjang-panjang lagi ia terus masuk ke rumah makan itu dengan
tindakan lebar.
Beberapa menit sebelumnya Kat Po memasuki ruangan rumah
makan itu, pemilik rumah makan Lok Lo Pat dari rumahnya sudah
menelepon Tiauw Toa.
"Tiauw Lo Toa," berkata Lok Lo Pat "gagak hitam dan In Hong
mungkin hari ini akan datang ke rumah makan untuk mencari setori . . ."
"Mengapa kau tahu?" tanya Tiauw Toa.
"Yauw Hong Siang barusan menelepon padaku memberitahukan hal
ini."
"Dia berani menepuk lalat di atas kepala macan," berkata Tiauw Toa,
"lebih baik kita bunuh saja dia dan lemparkan kesungai Wang pu, habis
perkara."
"Aku tahu kita ada kemampuan untuk membinasakan gagak hitam
itu, tetapi hari ini menurut perhitunganku adalah hari yang kurang baik
bagiku," kata Lok Lo Pat yang sangat percaya kepada takhayul, maka ia
mencegah maksud Tiauw Toa, "kita harus bersabar satu hari, sebisa-bisa
kita harus mencegah supaya jangan sampai timbul persetorian dengan
gagak hitam itu. Dan selewatnya hari ini, kita tidak usah merasa takut lagi
kepadanya !"Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 28
"Sekalipun Oey Eng sendiri yang datang kita tidak takut padanya,
apalagi orang goblog semacam Kat Po ini !" Tiauw Toa percaya pada
dirinya sendiri.
"Akupun percaya akan kepandaianmu, tapi Kat Po si goblok itu
justeru ada barang sial, apalagi hari adalah hari yang naas bagiku,"
berkata Lok Lo Pat, "biar bagaimana, kau perintahkan tukang pukulmu
sekalian, supaya hari ini sabar menanti satu hari, jangan turun tangan dulu.
Selewatnya hari ini kita nanti pikirkan daya lagi, Kau dan tukang pukulmu
sembunyi saja di kebun belakang untuk menghindarkan keributan."
"Baiklah, aku turut perintahmu."
Tiauw Toa menaruh pesawat teleponnya, ia segera memberitahukan
kelima tukang pukulnya yang paling ganas dan adiknya Tiauw Jin, yang
mengurus di bagian keuangan rumah makan itu.
Ketika ia masih hendak berpesan kepada semua pelayan, ia telah dapat
lihat Kat Po yang berdandan serba hitam sudah memasuki rumah
makannya. Maka ia dan kelima tukang pukulnya lantas buru-buru
meninggalkan ruangan melalui pintu samping terus bersembunyi di
belakang kebun.
Kala itu kira-kira jam lima sore, sudah lewat waktu santapan tengah
hari, dan belum waktunya untuk makan sore, satu pelayan yang berbadan
tinggi besar dan beroman jahat melihat dandanan Kat Po yang sangat
sederhana dan datang di rumah makan bukan diwaktu orang makan,
segera memandang dengan sorot mata menghina;
Pelayan itu menganggap orang perempuan yang berdandan secara
demikian, kalau bukan seorang bujang tentulah ia seorang perempuan
miskin, maka ia segera menegur dengan kata
kata kasar.
"Hei, kau ini perempuan dari mana ? Dan perlu apa masuk rumah
makan dalam waktu begini ? Apakah kau tidak lihat dulu ini tempat apa ?"
"Ini tempat apa ?" suara Kat Po lebih galak.
"Rumah makan Kui Ping!" jawab pelayan itu.
"Aku minum arak !"
"Apakah kau mampu bayar?"
Kat Po yang memang datang mau mencari gara-gara, sekarang melihat
sikap pelayan yang sangat kasar dan tidak tahu aturan itu, ia lantas
menggunakan kesempatan itu untuk mencari setori.
"Apa?! Aku tidak mampu?! Hati hati dengan kepala anjingmu!" kata
Kat Po, ia sudah angkat tangannya dan menggaplok.
"Plak !" terdengar suara gaplokan yang keras membikin pelayan itu
matanya berkunang-kunang dan berdiri sempoyongan.
Pelayan-pelayan rumah makan itu semuanya bandit-bandit anak
muridnya atau cucu muridnya Tiauw Toa, kelakuannya sangat jahat,
sering-sering menghina dan memfitnah orang baik-baik. Hari ini pelayan itu
tidak mengira akan bertemu dengan Kat Po yang berdandan seperti orang
miskin dan dianggap hina, berani turun tangan menggaplok padanya,
malah demikian kerasnya, sampai ia merasa tidak sanggup berdiri.
"Aku mampu ataukah tidak ?" berkata Kat Po, ia menunggu supaya
pelayan itu membalas memukul, dan berhasillah siasatnya membikin
rusuh.
"Pelayan ini ada mata tidak mengenal gunung Taysan, sehingga
melanggar kau, nona, harap supaya nona suka maafkan" tiba-tiba kepala
pelayan datang sama tengah dan berkata padanya dengan wajah berseriseri meminta maaf dan berkata dengan nada merendah :Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 29
"Nona, apakah kau seorang diri saja? Silahkan masuk !"
Yang ditunggu-tunggu Kat Po adalah perlakuan kasar dari si pelayan, ia
tidak menyangkanya bahwa kepala pelayan ini sebaliknya bersikap sangat
merendah dan hormat. Akan tetapi ia tetap masih menjawabnya dengan
suara kasar .
"Kau punya mata atau tidak? Apakah ti dak lihat aku seorang diri ?"
"Ya, ya, silahkan nona masuk !" pelayan itu antar Kat Po ke salah
satu meja dan mempersilahkan duduk.
"Tempat ini terlalu sempit !" kata Kat Po cari lantaran.
Kesudahannya, pelayan itu mengajak Kat Po kelain meja lagi.
"Nona, disini bagaimana ?"
"Disini anginnya kelewat besar!"
Kepala pelayan itu bernama Phai Bun Pan ia bukannya seorang yang bisa
menahan sabar ia juga bukannya orang baik-baik, kalau ia itu berlaku
merendah dan berlagak minta maaf adalah karena dipesan wanti-wanti
oleh kasir Tiauw Jie. Kini setelah ia lihat Kat Po ini agaknya sengaja
mencari setori, amarahnya tidak terkendalikan lagi, dengan sorot
mengandung kegusaran ia memandang Kat Po, tetapi selagi ia hendak
angkat tangannya untuk memukul, Tiauw Jie yang duduk di meja kasir
lantas ulapkan tangannya.
"A Phai, layanilah baik-baik nona ini!" pesan Tiauw Jie.
Kat Po memandang wajahnya Tiauw Jie ia dapat lihat ada tanda totol-totol
di mukanya, ia mengira orang itu adalah si bopeng Tauw Toa.
"Apakah kau si bopeng Tauw Toa ?" tanya Kat Po.
"Oh ! Aku adalah Tiauw Jie, kasir rumah makan ini," Tiauw Jie
orangnya agak sabar, dengan tertawa cengar -cengir ia menjawab, "nona
ada keperluan apakah dengan Tauw Toa?"
"Suruh kuasamu yang bernama Tiauw Toa itu keluar untuk menemui
aku !" seru Kat Po.
Bandit - bandit yang berselimut pelayan itu satu demi satu datang mengitari
Tiauw Jie dengan sikap menantang kepada Kat Po, mereka sebetulnya
ingin turun tangan terhadap nona itu, tetapi dicegah Tiauw Jie.
"Nona, kuasa kami tuan Tiauw Toa, sedang keluar," jawab Tiauw Jie,
"besok baru dia pulang !"
Maksud terutama Kat Po adalah Tiauw Toa, sekarang setelah mendengar
Tiauw Toa sudah keluar, hatinya agak kecewa. Tapi ia seorang yang tidak
sabaran dan berangasan, apa yang ia ingin kerjakan, lantas ia kerjakan, ia
tidak sabaran menundanya sampai besok. Demikian pun hari ini
maksudnya hendak mencari Tiauw Toa, tidak bisa tunggu sampai besok
pagi. Sekarang tidak dapat menghajar ,orang yang dicarinya, maka ia
hendak melampiaskan kemendongkolannya kepada kaki tanganya Tiauw
Toa. Kat Po duduk di suatu meja di dekat meja kasir.
"Ambil sebotol bir dan sepiring ayam Malaikay !" perintahnya.
"Disini cuma ada makanan daerah sini, jika kau hendak makan ayam
Malaikay, silahkan kerumah makan Si chwan !" kepala pelayan Phai Bun
Pan menjawabnya.
"Apa? Rumah makan sebesar ini tidak sedia Malaikay?!"
"Phai Bun Pan,lekas layani nona ini! Sediakan ayam Malaikay !"
Tiauw Jie buru-buru memberi tanda kepada kepala pelayan itu. Seberapa
bisa ia hendak berusaha untuk menghindarkan bentrokan dengan Kat Po.


Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kepala pelayan itu terpaksa menahan sabar, selagi ia hendak masuk ke
dapur untuk perintahkan tukang masak membuat ayam Malaikay, tiba-tibaKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 30
terdengar suara berkeretek, ia menoleh, apa yang ia saksikan?
Meja dimana Kat Po hendak makan itu ternyata sudah ambruk.
"Hei, pelayan! Meja ini kurang kuat. kedua tanganku baru saja ditaruh
di atasnya, lantas saja ambruk," Kat Po berkata dengan suara nyaring,
"lekas ganti dengan yang lebih kuat !"
"Meja-meja di rumah makan ini belum pernah dibikin ambruk oleh
tamu-tamunya, kejadian ini sungguh aneh."
Phai Bun Pan sebetulnya sudah tidak dapat menahan sabarnya, ia
pelototkan matanya, dan hendak keluarkan kepalannya untuk memukul. Ia
tidak tahu wanita yang berdandan seperti babu itu siapa adanya, jika
biasanya ada tamu yang tidak karuan atau mau bikin ribut di dalam rumah
makan tersebut, siang-siang sudah dihajar atau diusir keluar oleh kawanan
bandit itu, ia tidak mengerti mengapa Tiauw Jie beberapa kali mencegah ia
untuk turun tangan.
Sepasang mata Kat Po memandang sebentar kepada kepala pelayan
itu, hatinya mera sa gembira, karena kali ini tentu ia bisa turun tangan.
"Phai Bun Pan, lekas cari gantinya meja itu, cari yang lebih kuat!"
kembali Tiauw Jie mencegah.
Phai Bun Pan terpaksa menahan amarahnya yang sudah hampir meledak
itu, dengan perasan segan ia pergi mengambil sebuah meja lagi.
Kat Po tahu jika tidak ada Tiauw Jie yang menghalangi, kepala
pelayan itu tentu sudah turun tangan.
"Apakah meja ini kuat ?" bertanya pula Kat Po.
"Sudah tentu kuat !" jawab kepala pelayan, "kedua tanganmu
ditanggung tidak bisa bikin rubuh meja ini !"
"Itu bagus, lekas ambil bir dan ayam Malaikay !"
Ketika kepala pelayan itu hendak masuk ke dapur, kembali telinganya
mendengar suara berkeretek, ia buru-buru berpaling, dan meja itu sudah
ambruk lagi.
"Hei, pelayan! meja ini juga kurang kuat ?!" berkata Kat Po, "di rumah
makanmu ini apakah memang tidak ada meja yang kuat?"
"Tidak ada lagi !" berkata Phai Bun Pan, wajahnya menjadi merah
padam karena mena han marah.
"Biarlah aku yang cari sendiri!" Kat Po berkata dan terus ia bertindak
ke lain meja, dengan kedua tangannya ia mementang kaki meja, kemudian
ia meneken dengan kuat, dan meja itu lantas ambruk.
"Huh! Meja ini juga tidak kuat!" Kat Po berkata sendiri dan berjalan ke
lain meja, dengan cara yang sama, kembali meja dibikin ambruk.
Waktu itulah Phai Bun Pan betul-betul sudah tidak dapat
menahannya lagi. Dengan tindakan cepat ia memburu dan kakinya
diangkat untuk menendang pinggang Kat Po. Hal ini membuat Kat Po
sangat girang, ketika yang sudah lama dinanti-nantikan kini telah tiba. Ia
egoskan tubuhnya, tendangan Phai Bun Pan mengenai tempat kosong.
"Hati-hati kaki anjingmu !" Kat Po memperingatkan sambil mengulur
kedua tangannya menyambar kedua kaki kepala pelayan itu, dengan cepat
ia menarik dan disusul dengan ayunan tangannya, Phai Bun Pan tidak
dapat menguasai dirinya lagi, tubuhnya meluncur terus melewati jendela,
dan kemudian jatuh di jalan besar, kepalanya dengan telak membentur
tanah, sehingga ia tidak dapat mengeluarkan suara lagi. Ia pingsan.
Kawanan bandit yang sudah sedari tadi ingin turun tangan itu,
sekarang telah saksikan kepala mereka dibikin jatuh jungkir-balik dengan
tidak berdaya, mereka menjadi gusar. Mereka segera berbareng maju menyerang.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 31
Dengan seorang diri melawan sepuluh orang, Kat Po sedikit pun
tidak merasa keder atau jerih. Ketika ia dapat menangkap seorang
pelayan, lantas ia lemparkan ke arah jendela, dan sekejap mata saja orang
itu tersungkur di jalan besar. Dengan cara demikian ia memperlakukan
lawannya yang berjumlah lebih banyak, karena pukulan dan bantingan itu
dilakukan sangat bernapsu, maka semua korbannya ketika jatuh di tanah
tidak satu pun dapat bangun, dan bila ada satu orang yang berdaya
hendak berdiri, sebelum maksudnya itu tercapai, tahu-tahu sudah ketimpa
kawannya yang dilemparkan oleh Kat Po, hingga dengan demikian, di jalan
besar tampak bertumpukan tubuh-tubuh manusia, semuanya dalam
keadaan pingsan.
Penduduk di sekitar rumah makan itu, sudah merasa jijik setiap hari
menghadapi tingkah laku kawanan bandit itu, tapi hari ini melihat
diperlakukan demikian rupa oleh seorang wanita saja, diam-diam mereka
bersyukur dan senang.
Kat Po yang seolah-olah sedang berlatih dan selagi dalam puncak
kegembiraannya telah kecewa menampak rumah makan itu mendadak
kosong, tidak ada orang lagi yang dapat dibuat lawan pertandingan.
"Eh! Rumah makan ini apakah tidak ada pelayannya lagi! Lekas
ambilkan aku satu meja yang kuat, ambilkan aku bir dan ayam Malaikay!"
Lama ia berkaok-kaok, tapi tidak satu manusia pun yang datang
meladeninya. Akhirnya, ia ambil tindakan terhadap meja kursi, sehingga
sebentar saja menjadi morat-marit dan hancur tidak karuan.
Ketika pertempuran antara Kat Po dan kawanan pelayan sedang
berlangsung, diam-diam Tiauw Jie menyingkir dan sembunyi di luar rumah,
sebentar-sebentar ia melongok ke dalam untuk menyaksikan jalannya
pertempuran. Kini setelah kawan-kawannya dibikin rubuh semuanya, dan
meja kursi pecah berantakan, maka ia lantas buru-buru melaporkan
keadaan itu kepada Tiauw Toa yang ber ada dikebun belakang.
"Lo Toa, Kat Po telah memukul roboh orang-orang kita semuanya,
dan sekarang dia sedang mengamuk di ruangan, semua kursi meja dibikin
hancur !" berkata Tiauw Jie kepada Tiauw Toa.
"Sungguh menggemaskan!" kata kelima tukang pukul itu.
"Biarkan dia bikin hancur!" Tiauw Toa meski dalam hatinya merasa
panas, tapi masih paksakan diri untuk berlagak tenang, "majikan kita Lok
Lo Pat memesannya supaya kita jangan bentrok dengan dia!"
"Tapi wibawa kita dengan demikian akan lenyap seketika!" salah satu
dari kelima orang tukang pukul itu berkata, "dan selanjutnya kita jangan
harap bisa menjagoi di Cap lak po ini!"
"Serahkan kita berlima untuk menamatkan riwayat hidupnya, agar
wibawa kita tidak tersapu!" empat dari lima tukang pukul itu berkata
berbareng.
Dengan tidak menunggu lagi jawaban dari Tiauw Toa, kelima tukang pukul
itu laksana terbang lari menuju ke ruangan dalam. Tiauw Toa tidak berani
mencegah, memang dia sendiri pun dalam hatinya setuju untuk memberi
hajaran kepada Kat Po.
Nama-nama tukang pukul itu merupakan nama-nama binatangbinatang atau binatang beracun, seperti Ah Toa dijuluki Kawa-kawa, Ah Jie
si Cecak, Ah Sam si Kodok bangkong, Ah Sie si Lipan Kelabang, Ah Go si
Ular Belang, masing-masing mempunyai senjata yang khusus dan luar
biasa.
Ah Toa bersenjatakan jaring kawat, lawannya yang terjirat oleh
jaringnya, jangan harap bisa melepaskan diri. Ah Jie bersenjatakanKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 32
sepasang tusukan baja. Ah Sam biasanya menggunakan bola kaca yang di
dalamnya berisikan bahan-bahan atau barang cair berracun, menunggu
musuh lengah, ia lemparkan bola itu ke atas kepala musuhnya. Ah Sie
bersenjatakan dua catut besi. Ah Go menggunakan cambuk lemas.
Jika mereka bertempur, empat orang mengambil tempat masing-masing di
Timur, Barat, Selatan dan Utara bersikap mengurung dan Ah Sam yang
berdiri di samping menunggu kesempatan yang baik untuk melepaskan
senjata rahasianya. Selama beberapa tahun ini, tidak tahu sudah berapa
banyak jiwa yang mati ditangan mereka!
Ketika Kat Po sedang mengamuk di ruang makan, lima tukang pukul
itu telah mendatangi. Ah Go yang terlebih dulu turun tangan dengan
menggunakan cambuknya. Dengan kaki meja sebagai senjata, Kat Po
menangkis cambuk itu, selagi hendak membalas serangan itu, dari
samping kanan si Ah Sie menjepit dengan senjata catutnya, tetapi senjata
itu pun disambut pula oleh kaki meja. Ah Toa si Kawa-kawa tahu-tahu dari
belakang melepaskan jaring, Kat Po buru-buru menerobos, dan terlepas
dari jaring, tapi dari samping kiri Ah Jie sudah menyerang dengan senjata
tusukannya, ketika Kat Po menangkis dengan kaki meja, cambuk Ah Go
kembali sudah menyerangnya.
Kat Po dikerubut oleh lima orang yang sudah berpengalaman dan
mempunyai kepandai silat yang berarti, sudah tentu ia agak kewalahan, ia
hanya dapat bertahan, sama sekali tidak dapat kesempatan untuk balas
menyerang, sedangkan Ah Sam yang berdiri di samping, sewaktu-waktu
dapat melepaskan senjata rahasianya, mau tidak mau Kat Po pun harus
pula memperhatikan gerak-gerik musuh ini.
Tiba-tiba Kat Po dapat lihat senjata rahasia Ah Sam yang berupa
botol itu menyambarnya, ia buru-buru berkelit, dan botol itu terus meluncur
membentur tembok. Suara ledakan terdengar, botol itu pecah hancur,
racunnya berhamburan dengan baunya yang tidak enak.
"Siapa kalian berani menghalangi nona mu dengan secara rendah
dan tidak tahu malu!" tanya Kat Po.
"Lima tukang pukul beracun!" jawab Ah Go, "hari ini kau bertemu
kami, berarti telah tiba hari naasmu!"
Dua senjata lemas, dua senjata keras dan satu lagi senjata rahasia,
telah mengurung Kat Po, walaupun Kat Po bagaimana kuat dan gagahpun,
akhirnya kewalahan juga. Perlahan tapi pasti, ia mulai memperlihatkan
tanda-tanda kerepotannya. Ketika ia kelit serangan Ah Go, tiba tiba
jaringan Ah Toa mengurung dirinya, ia coba meronta, tapi tidak berhasil.
Akhirnya Kat Po tidak berdaya dan jatuh di tanah.
Yang lain-lainya segera menubruk, dan dengan tali yang kuat mereka
ikat tubuh Kat Po seperti lepet (jajanan dari tepung ketan yang dibungkus
daun kelapa dan sekelilingnya diikat dengan bilah bambu yang diserat
kecil-kecil) kemudian dibawa ke satu kamar di kebun belakang.
Kamar itu agak gelap, tampak seorang yang kulitnya hitam dan
mukanya ada tanda bopeng duduk di atas kursi dengan lagaknya yang
sombong.
Kat Po menduga orang ini tentu si bopeng Tiauw Toa. Meskipun
tangannya diikat erat-erat tapi kedua kakinya masih merdeka, maka
dengan secara tiba-tiba ia melesat dan menendang Tiauw Toa.
Tiauw Toa tidak menyangka Kat Po akan berlaku demikian, ia tidak
keburu menyingkir, hanya dapat menghindar dengan memiringkan
tubuhnya, sekalipun demikian tidak urung pundaknya kena terjang juga
dan jatuh terguling bersama kursinya.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 33
Ketika Kat Po hendak melompat lagi, lima tukang pukul itu sudah
memburu dan membekuknya, kedua kakinya pun diikat erat-erat, ia dibawa
masuk ke lain kamar dan diikat di tiang rumah.
Tiauw Toa bangun dari tanah, meskipun pundaknya dirasakan ngilu,
tapi tidak luka berat. Ia lihat tukang pukulnya sudah mengikat Kat Po di
tiang, ia segera memerintahkan dengan suara keras :
"Hajar perempuan hina ini dengan pecut (cambuk) sampai mati!"
"Aku akan menghajarnya!" Ah Go yang biasanya memakai pecut
lantas saja mengayunkan pecutnya, dengan tidak mengenal belas kasihan
ia hajar kedua kaki dan badan Kat Po, sehingga bajunya robek dan darah
keluar melalui pecahan kulit.
"Bagus!" Kat Po berseru dengan menggertak gigi.
Iblis Sungai Telaga 19 Pengemis Binal 23 Hantu Merah Sleepaholic Jatuh Cinta 1

Cari Blog Ini