Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara Bagian 2
"Apa gunanya kau memukul kakinya?" berkata Tiauw Toa, "pukul
punggungnya! Sepuluh pecutan saja sudah cukup bikin melayang jiwanya!"
Ah Go turut perintah, dan pecutan diker jakan di atas punggung Kat
Po. "Bagus!" kata Kat Po masih tetap berkeras kepala,
?Plak!!?
Untuk kedua kalinya pecut dikerjakan.
"Bagus!"
?Plak!!?
Ketiga kalinya pecut dikerjakan.
"Bagus!" mengulangi Kat Po dengan seruannya itu.
?Plak!!?
Untuk keempat kali pecutan itu terdengar suaranya, dan kini Kat Po tidak
terdengar suaranya lagi.
"Sudah matikah ?" tanya Tiauw Toa.
"Belum! Mungkin pingsan!" Ah Go menjawab.
"Tidak peduli pingsan atau mati, hajar lagi enam kali, biar dia mati
dengan puas !" Tiauw Toa memerintahkan.
Ah Go kembali memecuti punggung Kat Po, hingga enam kali.
Ketika pecut itu sedang bekerja ditubuh Kat Po dengan tidak
mengenal kasihan, pesawat telepon berdering,
Tiauw Jie lari kebelakang untuk memberitahukan Tiauw T oa.
"Majikan kita hendak berbicara denganmu !" berkata Tiauw Jie
kepada si bopeng Tiauw Toa.
"Lo pan, (majikan) ada perintah apa ?" tanya Tiauw Toa.
"Sudah berkali-kali dan wanti-wanti aku memesan pada kalian. hari
ini jangan bentrok dengan Kat Po, mengapa kalian berkelahi juga ?" Lok Lo
Pat menegur dengan suara tidak senang.
"Orangnya sudah kami tangkap, malahan sudah kami hajar sampai
mati," menerangkan Tiauw Toa.
"Kalau begitu, gagak-hitam itu kalian lekas-lekas masukkan ke dalam
karung, kemudian kalian lempar ke sungai Wara phoa, habis perkara!"
perintah Lok Lo Pat.
"Baik, kita turuti perintah lo pan." Tiauw Toa meletakkan pesawat
teleponnya, dan menyampaikan pesan Lok Lo Pat itu kepada lima tukang
pukulnya. Dengan garang mereka kembali ke belakang kebun, tapi diluar
dugaan mereka, Kat Po yang mereka ikat dan dikira sudah mati itu,
ternyata sudah lenyap tidak berbekas!
* ozahmed54@gmail.com *Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 34
"DENGAN kejam mereka telah ikat tubuhku erat-erat, sehingga
susah bernapas," di rumah Kat Po menceritakan pengalamannya kepada
Hiang Kiat, "dalam kenyataannya mereka seolah-olah memberikan aku
sepotong pakaian yang dapat menahan rasa sakit."
"Pakaian menahan rasa sakit?" bertanya Hiang Kat yang tidak
mengerti maksud perkataan Kat Po.
"Ketika mereka memecuti aku, kakiku cuma terpecut satu kali, lantas
mengeluarkan darah, tidak tahunya si bopeng yang kejam itu menghendaki
supaya aku dipukul sampai mati dengan sepuluh kali pecutan, memerintah
kan Ah Go memukul punggungku," menerangkan Kat Po. "Dua pecutan
pertama mengenai punggungku, aku rasakan seperti kesemutan, ketika
pecutan ketiga jatuh, aku lantas mengerti apa sebabnya, yaitu tubuhku
seluruhnya diikat oleh tambang besar, maka waktu pecut mengenai
badanku meskipun aku merasa sedikit sakit, tapi sedikitpun tidak dapat
melukai diriku. Tambang yang mengikat tubuhku itu merupakan pelindung
bagi tubuhku. Maka aku segera diam, berlagak pingsan membiarkan
mereka terus memecuti aku. Kasihan mereka se dikit pun tidak insyaf
bahwa tambang pengikat itu telah menyelamatkan tubuhku, malahan
mereka menganggap aku sudah mati. Ketika mereka pergi untuk menerima
telepon dari Lok Lo Pat, aku merasa tambang yang mengikat tubuhku itu
telah terlepas, aku cepat-cepat menengok ke arah belakang, dan ternyata
In Hong yang datang membukakan tambang pengikat itu."
"Ketika In Hong mengetahui kau molos pergi, ia segera menduga kau
sedang mencari Tiauw Toa atau Lok Lo Pat," berkata Hiang Kat, "maka ia
lantas buru-buru mencarimu."
"Tapi, aku tidak mengerti mengapa setelah In Hong tiba di rumah
makan Kui Ping, dia tidak mau ambil tindakan mereka, hanya suruh aku
ikut dia lompati tembok kebun belakang itu, dengan diam-diam meninggalkan rumah makan atau sarang kawanan bandit itu."
"Perbuatan In Hong selalu menurut rencana, tidak seperti kau yang
ceroboh..." berkata Hiang Kat.
"Dia mempunyai kesabaran besar, begitu besar, tapi aku tidak." kata
Kat Po.
"Sekarang In Hong pergi kemana ?" tanya Hiang Kat.
"Aku tidak tahu . . ." jawab Kat Po "aku hanya tahu ia sedang
menyelidiki soal-soal atau kabar-kabar yang ada hubungannya dengan
peristiwa ini!"
Saat malam, ketika In Hong kembali ke rumahnya, Hiang Kat dan Kat
Po sudah tidur, suara dengkurnya terdengar nyata dari luar kamar.
Esok paginya, detektif si Gemuk menengoki mereka.
"Nona In, perkara hilangnya Teng Kie Sian dan pencurian kotak
pusaka itu, apakah kau sudah mendapat pegangan untuk melakukan
pengusutan ?" tanya si gemuk.
"Aku sudah menggunakan tempo setengah malaman, aku telah
dapat kabar bahwa Yauw Hong Siang pernah menceritakan tentang kotak
wasiat merah itu kepada Lok Lo Pat, dan iblis wanita itu lantas suruh Tiauw
Toa masuk ke rumah Teng Kie Sian untuk mencurinya."
"Dari mana kau dapat berita itu ?"
"Aku telah berusaha mendekati bujang perempuan Lok Lo Pat, Dari
mulutnya aku dapat korek keterangan tersebut," jawab In Hong, "tapi, apa
yang bujang perempuan itu ketahui hanya itu saja, maka aku hendak
mencari jalan lain untuk mengusut perkara inj. Pertama-tama aku inginKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 35
mengetahui apa hubungan socitet Pek Lok dengan Lok Lo Pat ? Tapi
kemarin aku belum dapat kesempatan untuk mempelajarinya."
"Nona In, kau tidak perlu mencari keterangan lagi, aku sudah dapat
mengetahui hubungan mereka itu," berkata si gemuk, "orang yang
mengemudi di belakang layar sositet Pek Lok itu adalah Ma Ing Seng,
seorang bankir, tukang uang dan pemilik beberapa gedung bioskop. Tapi
yang tampil kemuka adalah muridnya Ma Ing Seng, Hong Jie Ngo dan Lok
Lo Pat itu adalah persaudaraan dalam satu perguruan. Maka nyata
dugaanmu itu, sangat tepat hilangnya Teng Kie Sian dan perkara
pencurian kotak pusaka itu mempunyai hubungan yang tak dapat dipisahpisahkan. Selain dari itu, aku malahan sudah mendapat suatu berita pen
ting, dalam sositet Pek Lok ada seorang pelayan tua, dia dulu di masa
mudanya pernah keluar negeri bersama-sama Teng le Tek menjadi kuli
parit di Afrika Selatan. Dalam keadaan tidak terduga, kabarnya Teng le Tek
telab menemukan dua butir berlian besar yang jarang terdapat di dunia.
Setelah pulang ke negerinya, Teng le Tek tetap meneruskan pekerjaannya
sebagai ahli bahan logam hingga akhir hidupnya. Menurut taksiran pelayan
tua itu, isi kotak pusaka tersebut mungkin adalah dua butir berlian yang
tidak ternilai harganya itu!"
"Pelayan tua itu mengapa bisa menceritakan soal ini kepada
mereka? Ka Po bertanya.
"Ini bukan tidak ada sebabnya,'' berkata si gemuk, ''karena Teng Kie
Sian punya bakal mertua L iok It Lun pernah membicarakan hal itu kepada
Hong Jie Ngo, maka pelayan tua itu segera memberitahukan
pengalamannya di waktu mudanya itu."
"Ini berarti, bahwa Hong Jie Ngo telah berkomplot dengan Lok Lo Pat
untuk mencuri kotak pusaka itu," berkata Hiang Kat, "tapi kemudian karena
kotak itu tidak bisa dibuka, lantas menculik Teng Kie Sian, supaya dia yang
membukanya."
"Nona Hiang Kat, apa yang kau katakan itu memang benar, tapi
orang yang di belakang layar sositet itu bukan orang sembarangan. Ia
mempunyai hubungan erat dengan pembesar-pembesar negeri atau
orang-orang ternama, pengaruhnya sangat besar. Maka sebelum kita
mendapat bukti yang nyata, jangan harap dapat menyentuhnya, umpama
sudah ada bukti sekalipun masih merupakan satu soal yang susah diurus.
Diumpamakannya, kita sudah mempunyai bukti bahwa Tiauw Toa si
bopeng telah mencuri kotak pusaka, tapi kepala detektif kita masih bisa
menganggap kurang cukup bukti, dengan gampang saja ia bisa alihkan
persoalannya, mencari orang-orang yang kurang ujung jari kelingkingnya
dan sebagainya. Dan lagi, Teng Kie Sian yang lenyap di dalam tangga
sositet Pek Lok, di pihak sositet itu masih bisa angkat pundak, tidak mau
tanggung jawab, dia dapat tunjukkan buku tanda-tangan tamu-tamu yang
datang datang dan yang pergi sebagai bukti, bukankah mereka akan
terlepas dari tuduhan?"
"Tetapi, kita juga mempunyai saksi yang telah menyaksikan Teng Kie
Sian masuk ke kamar tangga listrik, tapi tidak kelihatan ia keluar !" kata Kat
Po. "Apa gunanya saksi demikian?" jawab si gemuk "itu polisi muda yang
baru kali ini untuk pertama kali menjalankan tugas dan mempunyai
perasaan keadilan, tadi pagi setelah kepala detektif kita menerima telepon,
lantas dilepas dari jabatannya!"
"Maksudmu apakah kedudukan Chiu Hie Tat sebagai polisi sudah
dilepas ?" tanya Kat Po.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 36
"Ya, justeru karena ia menjadi saksi pertama dalam peristiwa lenyapnya
Teng Kie Sian ini, ia telah kehilangan sesuap nasinya" si gemuk menghela
napas, "kedudukanku sebagai polisi rahasia sudah giat, tapi karena pikiran
dan pendapatku bertentangan dengan detektif To, ia sudah sering ingin
melepas aku. Maka siang-siang aku sudah siap dilepas olehnya, tetapi
masih tetap mendekati dirinya, untuk membuka ke doknya!"
"Jalan yang kau ambil itu benar," kata Kat Po. "Kesaksian Chiu Hie
Tat juga suatu kenyataan!"
"Ya, memang apa yang disaksikan oleh Chiu Hie Tat memang hal
yang sebenarnya, tetapi kepala detektif kita, To Tie An, telah majukan satu
pertanyaan yang sangat jahat dan licin, ia telah berkata kepada Chiu Hie
Tat, 'jika apa yang kau saksikan memang be tul, bagaimana caranya Teng
Kie Sian bisa lenyap dari dalam tangga listrik itu?' Sudah tentu saja Chiu
Hie Tat tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Maka, To Tie An lantas per
lihatkan air muka yang keren, dengan menepuk meja dia mengatakan Chiu
Hie Tat membuat saksi palsu, dan akhirnya dilepas dari jabatannya"
"Dan Chiu Hie Tat lantas bagaimana ?" tanya Kat Po. "Apakah ia
tidak menonjok To Tie An?"
"Bagaimana ia berani menonjok? Hanya dengan kata-kata tajam ia
menyindir To Tie An dan lain-lain pembesar negeri," kata si gemuk
"sindiran-sindiran itu tiap-tiap kata menusuk sehingga membuat To Tie An
yang mendengarnya merasa serba salah!"
"Dan bagaimana reaksi mereka ?" tanya Kat Po.
"To Tie An karena merasa dibikin malu, seketika itu lantas naik darah
dan menempeleng Chiu Hie Tat, kemudian ia suruh polisi lainnya melucuti
pakaian dinas Chiu Hie Tat, kemudian mengusirnya keluar dari dalam
kantornya."
"Apakah Chiu Hiu Tat tidak membalas? Dia mengapa tidak
membalas?"
* ozahmed54@gmail.com *
"Pertanyaaan-pertanyaan yang diajukan oleh To Tie An memang licin
dan jahat, membikin orang sukar untuk menjawabnya." berkata Hiang Kat.
"Kita semua toh tahu kalau Teng Kie Sian lenyap dalam kamar tangga
listrik, akan tetapi tidak tahu bagaimana cara hilangnya!"
"Nona In, bagaimana pendapatmu tentang lenyapnya Teng Kie Sian?
Apakah su dah mendapat jawabannya?" tanya si gemuk pada In Hong.
"Meskipun aku kemarin sudah mengasah otak seharian untuk
memecahkan teka-teki ini.." jawab In Hong. "Tapi masih belum
mendapatkan jawabannya, hari ini aku akan coba lanjutkan usahaku itu
untuk mempelajari per soalan ini."
"Nona In, jika aku mendapat berita apapun yang mempunyai
hubungan dengan soal ini aku segera akan memberi laporan kepadamu,"
kata si gemuk. "Sekarang aku hendak masuk kantor dulu. Sampai ketemu!"
Selama satu hari itu, In Hong tidak bekerja apa-apa. Kecuali duduk
tepekur di atas sofanya sambil mengasah otak, kadang-kadang ia mondarmandir di kamarnya.
Kurang lebih jam delapan malam, detektif si gemuk kembali
menyambangi rumah In Hong.
"Ah Poan, apakah kau mendapat berita baru ?" tanya In Hong.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 37
"Berita yang baru sedikitpun aku tidak dapat, tapi aku mendapat
kabar yang sudah lewat waktunya, boleh dianggap sudah basi untuk
pemikiranmu," jawab si gemuk, yang kemudian katanya lagi :
"Tadi aku pergi ke kantor, tiba-tiba aku ingat pada setahun yang lalu.
Rasanya ada dua peristiwa tentang lenyapnya seseorang yang ada
hubungannya dengan sositet Pek Lok. maka aku lantas membuka-buka
buku catatan pada satu setengah tahun yang lalu. Akhirnya aku
menemukan catatan peristiwa tersebut, benar-benar ada hubungannya
dengan sositet Pek Lok. Pertama adalah lenyapnya satu tabib Tionghoa
yang terkenal, Sun Tiong Hong, Ketika pada suatu hari di malam minggu
telah lenyap secara aneh di sositet Pek Lok. Mobil dan sopirnya masih
menunggu di depan gedung Happy, tapi Dr. Sun sendiri tidak tahu kemana
perginya. Kemudian, keluarga Dr. Sun pergi minta keterangan kepada
pihak sositet Pek Lok, menurut buku tamu sositet tersebut, telah
membuktikan bahwa Dr. Sun sudah meninggalkan gedung itu, maka
keluarganya tidak bisa berbuat apa-apa dan hal itu dilaporkan pada polisi."
Setelah berhenti sejenak, sigemuk kemudian meneruskan :
"Kedua, ialah hilangnya seorang makelar yang terkenal, Thia Tay Yu,
juga dalam keadaan yang serupa dengan Dr. Sun. Waktunya hanya
berselang satu bulan sebelas hari saja dari peristiwa pertama itu. Keluarga
Thia Tay Yu juga telah melaporkan peristiwa tersebut ke kantor polisi.
Dikala itu dari pihak kepolisian tidak begitu mengambil perhatian peristiwa
yang agak ganjil tersebut, dan dari pihak keluarga yang kehilangan juga
hanya melaporkan saja, tidak mengambil tindakan selanjutnya, sehingga
dua peristiwa tentang lenyapnya secara ganjil dua orang itu akhirnya tidak
ada kabar ceritanya lagi, dan habis begitu saja!"
"Ah Poan, kau telah memberikan aku satu bahan yang sangat
berguna bagi penyelidikanku." kata In Hong "kuduga tabib Sun Tiong Hong
dan makelar Thia Tay Yu telah diculik oleh kawanan bandit, tapi keluarga
mereka sudah mengeluarkan sejumlah besar uang untuk menebusnya,
maka kedua orang tersebut sudah pulang ke rumah masing-masing
dengan selamat!"
"Nona In, bagaimana kau tahu kalau peristiwa itu adalah peristiwa
penculikan?"
"Sederhana sekali. Setelah keluarganya melapor kepada polisi,
mendadak mereka terima surat ancaman dari kawanan bandit. Untuk
menjaga supaya orang yang tertawan tidak sampai dibinasakan oleh
kawanan bandit, mereka terpaksa mengeluarkan uang tebusan. Karena
polisi yang dilapori peristiwa itu belum juga menyelidiki soal itu, membuat
keluarga yang bersangkutan merasa sangat khawatir kalau orang yang
diculik itu akan dibinasakan".
"Betul, tadi setelah aku mendapat tahu kedua peristiwa itu ada
hubungannya dengan sositet Pek Lok, maka aku diam-diam telah
mengunjungi kedua orang yang tersangkut dalam peristiwa tersebut. Aku
telah bertemu muka dengan tabib Sun Tiong Hong dan Thia Tay Yu. Aku
segera tanya mereka tentang ke jadian itu. Mula-mula mereka tidak berani
buka suara, mulutnya ditutup rapat-rapat, setelah aku mendesaknya
berulang-ulang, barulah mereka berani memberi sedikit keterangan. Dan
aku baru tahu bahwa mereka telah diculik oleh kawanan bandit. Menurut
keterangan, Sun Tiong Hong telah mengeluarkan uang tebusan sejumlah
lima puluh batang emas murni, dan Thia Tay Yu dengan seratus batang
emas murni. Aku menanyakan lagi hal lainnya, tapi mereka menyatakan
Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bahwa pada waktu itu mereka sendiri tidak tahu bagaimana sebenarnya."Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 38
"Bagaimana mereka sendiri tidak tahu?" tanya Kat Po.
"Sebetulnya mereka tidak berani terus terang !" jawab si gemuk.
"Mereka tidak berani menceritakannya." menerangkan In Hong.
"Karena kawanan bandit itu telah mengancam mereka untuk merahasiakan
hal itu, terutama mengenai terjadinya penculikan mereka, tidak boleh
dibocorkan sedikitpun juga. Dan untuk keselamatan diri mereka sendiri,
rahasia itu mereka tutup rapat-rapat."
"Benar!" berkata si gemuk "mereka takut kalau-kalau kawanan bandit
akan meracuni mereka, maka mereka tidak berani membuka mulut,"
"Dalam kenyataannya, orang yang diculik sudah tentu tidak hanya
mereka berdua," kata in Hong. "Hanya kedua keluarga mereka itu yang
melapor kepada polisi, tapi yang lainnya tidak, mereka memberikan saja
uang tebusan, habis perkara.
"Ini berarti sositet Pek Lok itu hanya kedok saja, sebenarnya adalah
organisasi penculik !" berkata Hiang Kat.
''Orang-orang atau korban yang diculik itu apakah semuanya seperti
halnya dengan Teng Kie Sian, yang hilang secara aneh dalam tangga
listrik?" tanya si gemuk.
"Tidak semuanya begitu." sahut In Hong.
"Tapi dengan cara bagaimana mereka bisa bikin orang hilang dalam
kamar tangga listrik?" tanya si Gemuk.
"Ah Poan," kata in Hong. "Dalam hal ini, sekarang ini aku sudah
dapat merabanya ...."'
"Nona In, kau sungguh hebat!" berkata si Gemuk dengan
bersemangat, "lekas beritahukan kepadaku, dengan jalan bagaimana
kawanan bandit itu menculik orang tanpa diketahui jejaknya."
"Teng Kie Sian setelah masuk tangga listrik, ada tujuh atau delapan
orang turut masuk, orang-orang itu bukan tamu biasa," berkata In Hong.
"dengan perkataan lain, orang-orang itu adalah kawanan bandit, begitu
pula orang yang menjalankan pesawat tenaga listrik atau penjaga pintu
pun komplotan mereka juga. Ong Kiat Lian telah didesak demikian rupa,
sehingga tidak bisa naik tangga listrik bersama Teng Kie Sian, supaya
tidak melihat bagaimana kawanan bandit itu bekerja. Di tengah perjalanan
turun, kawanan bandit itu lantas menggunakan senjata pistol atau senjata
lainnya untuk mengancam serta mempengaruhi korbannya untuk menyalin
rupa, umpamanya rambut palsu, kaca mata atau pakaian yang mereka
telah sediakan untuk korbannya. Setelah pesawat listrik tiba di tanah, sang
korban yang sudah berlainan rupa itu mereka ajak keluar dengan
tenangnya. Orang-orang atau korban-korban yang sudah dipengaruhi oleh
senjata pistol atau lainnya, bukan saja tidak berani melawan bahkan
bersuarapun tidak berani. Demikian pula dengan halnya Teng Kie Sian
kena diculik. Maka meskipun Chiu Hie Tat berada dekat di mulut pintu
tangga listrik, bahkan melihat satu-persatu orang-orang yang keluar dari
pesawat tangga listrik itu, tapi ia tak melihat Teng Kie Sian turut turun,
padahal Kie Sian pun ada bersama rombongan itu berjalan didepannya.
Hanya sangat disayangkan Chiu Hie Tat tidak memperhatikan dengan
seksama sehingga dia tidak mengetahui bahwa kawannya dibawa oleh
kawanan penjahat melewati depan mukanya.
"Setelah keluar dari gedung itu, kemanakah dibawanya Teng Kie
Sian?" Kat Po bertanya.
"Ini susah diduga." jawab In Hong "kawanan bandit itu sudah
mempunyai tempat yang sangat dirahasiakan untuk menyimpan orangorang yang mereka culik."Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 39
"Nona In, setelah kau jelaskan demikian peristiwa lenyapnya orang
secara misterius ini, sedikitpun tak ada hal-hal yang mengherankan lagi!"
kata si gemuk sambil menghela napas dan meneruskan ucapannya :
"Keadaan seluruhnya membuktikan bahwa pemimpin sositet Pek Lok
sebetulnya adalah kepala dari kawanan bandit tersebut, tapi tindakan
mereka demikian rapihnya sehingga membuat kita sedikitpun tidak punya
bukti untuk membekuknya !"
"Sudah tentu kita harus bekerja keras untuk dapat membongkar
komplotan ini!" kata In Hong.
Ketika itu terdengar bel pintu mendering tidak hentinya.
"Bel itu bunyinya begitu nyaring, rupa-rupanya telah terjadi sesuatu
lagi." Berkata In Hong.
"Ada kejadian apa lagi ....?" tanya si gemuk.
"Mungkin telah terjadi apa-apa atas diri nona Ong ..."
Belum habis ucapan In Hong, Hiang Kiat sudah ajak masuk tiga orang
tamu memasuki ruangan.
Yang berjalan paling depan adalah Chiu Hie Tat, pemuda yang baru satu
hari menjabat pekerjaan polisi, lalu dilepas kepala detektif To Tie An.
Orang kedua adalah satu anak muda yang berbadan tinggi kurus, kantong
jas bajunya sebelah kiri berisi penuh dengan tumpukan kertas yang
sebagian terlihat menonjol di mulut kantongnya. Orang ketiga adalah
seorang wanita berumur kira-kira lima puluh tahun, badannya kecil dan
dandanannya sederhana.
"Apakah nyonya ini ibu dari Ong Kiat Lian?" tanya In Hong.
"Ya, benar," jawab Chiu Hie Tat, "nona In, apakah nona tahu maksud
kami datang kemari? "
"Nona Ong seperti juga halnya Teng Kie Sian sudah lenyap secara
aneh, tentu?!" jawab In Hong.
"Betul!" Chiu Hie Tat berkata dengan kagumnya, "nona In,
bagaimana kau bisa mengetahui?"
"Wajah yang agak bingung serta sedih dari Nyonya Ong telah
memberitahukan kepadaku, bahwa anak perempuannya telah hilang tanpa
sebab!"
"Nona In, kau, kau . . . betul-betul seperti dewi hidup, semua urusan
sudah kau ketahui lebih dahulu !" berkata nyonya yang berbadan pendek
kecil itu. suaranya gemetar, "aku sangat mengharapkan pertolonganmu.
Apakah kami ibu dan anak dapat berkumpul lagi?"
"Nyonya Ong, tenangkanlah pikiranmu, jangan terlalu bersedih."
menghibur In Hong "tidak akan terjadi apa-apa yang membahayakan jiwa
Kiat Lian. Tapi aku hendak menjelaskan bahwa aku bukannya dewi hidup
yang bisa memerangi nasib atau peruntungan orang. Aku hanya menduga
menurut dasar-dasar perhitungan keadaan yang sebenarnya. Sekarang
coba ceritakan bagaimana caranya nona Kiat Lian lenyap, aku akan
berusaha sedapat mungkin untuk menolong anak nyonya dari tangan
kawanan bandit."
"Nona In, aku sangat berterimakasih padamu." berkata Nyonya Ong
yang sekarang agaknya sudah mulai tenang, "pikiranku sedang kalut,
mungkin tidak dapat menceritakan dengan baik, biarlah tuan Chiu saja
yang menceritakan!"
"Baiklah," kata In Hong "tuan Chiu, tolong kau menuturkannya."
"Nona In, sebelum aku menceritakan lenyapnya nona Ong," berkata
Chiu Hie Tat, "lebih dulu aku perkenalkan kawanku ini, tuan Cew To Su!"
"Tuan Cew ini bukankah pemimpin redaksi majalah "KekuatanKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 40
Rakyat" yang berkantor di gedung Happy tingkat 3 kamar no.309 ?" kata In
Hong.
Semua orang yang berada di tempat itu terheran-heran, termasuk tuan
Cew To Su sendiri.
"Nona In .... kau betul-betul luar biasa!" berkata Chiu Hie Tat
"sekalipun orang yang setiap minggu membaca majulah ?Kekuat an
Rakyat?, belum tentu dia mengetahui kalau tuan Cew ini adalah pemimpin
redaksi majalab tersebut!"
"Kalian jangan heran.." berkata In Hong "Lihatlah gulungan copy
yang berada dikantong tuan Cew, bukankah itu copy tulisan yang akan
dicetak untuk diterbitkan besok pagi? Orang yang membawa copy majalah
kebanyakan mempunyai kedudukan sebagai pemimpin redaksi. Dan itupun
tinta yang khusus hanya dipakai oleh majalah tersebut, telah memberi
tahukan padaku bahwa majalah tersebut adalah majalah "Kekuatan
Rakyat". Sekarang kalian tentunya mengerti, dan tidak ada hal-hal yang
mengherankan, bukan?"
Mata mereka lalu ditujukan pada kantong Cew To Su, demikian juga
Cew To Su sendiri, betul saja segulung kertas yang penuh dengan tandatanda tinta merah, yang ternyata copy tulisan untuk majalah itu, terlihat
dimulut kantongnya sendiri.
"Ah, nona In, kau sungguh-sungguh jeli sampai hal-hal yang sekecilkecilnya tidak terlolos dari pandanganmu, benar-benar mengagumkan!"
berkata Cew To Su. "Aku adalah kawan karib tuan Cew ini, hari ini setelah
aku dilepas dari jabatanku oleh To Tie An, karena sangat mendongkol aku
lantas menulis karangan untuk menyindirnya, Tulisan itu aku serahkan
pada tuan Cew supaya dimuat dalam majalah " Kekuatan Rakyat". Apa isi
tulisan itu, besok tentunya kalian bisa baca dalam majalah itu!" setelah
berhenti sejenak Ciu Hie Tat menerus kan kata2nya :
"Sekarang biarlah aku menceritakan cara bagaimana lenyapnya
nona Ong Kiat Lian. Tadi jam enam sore, aku dan tuan Cew keluar dari
kamar kerja "Kekuatan Rakyat", untuk menemui nona Ong Kiat Lian. Dia
baru saja pulang dari sekolah, dia telah memberitahukan kepada kami
bahwa kemarin malam rumahnya terdapat tanda-tanda telah dimasuki
penjahat tetapi setelah diperiksa, barang-barang semuanya masih utuh,
tidak ada yang hilang. Selagi kami bicarakan soal yang aneh ini, tiba-tiba
telepon berbunyi, nona Ong lalu menyambut. Sehabis bicara di telepon,
nona Ong memberitahukan kepada kami bahwa orang yang menelpon
adalah Teng Kie Sian yang dua hari berselang telah lenyap."
"Telepon dari Teng Kie Sian?" bertanya Kat Po yang mulai tidak
sabar. "Dimana adanya dia?"
"Waktu itu kami merasa heran." meneruskan Chiu Hie Tat. "maka
kami lalu menanya kepada nona Ong, apa benar orang itu Teng Kie Sian?
Nona Ong berani memastikan, bahwa orang yang bicara dalam pesawat
telepon itu memang benar Teng Kie Sian, yang sudah dikenal benar
suaranya, tidak mungkin lain orang."
"Apa yang dikatakan oleh Teng Kie Sian ?" kembali Kat Po menanya
dengan tidak sabaran.
"Kat Po, perlu apa kau keburu napsu?" kata Hiang Kat "Tunggulah,
nantipun tuan Chiu akan menjelaskan"
"Teng Kie Sian mengatakan kepada nona Ong, karena sesuatu
urusan, dia sekarang berada di rumah kawannya dengan selamat,
bukannya lenyap dan bukannya diculik, dia suruh nona Ong jangan
khawatirkan keselamatannya," melanjutkan Chiu Hie Tat "tapi, diaKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 41
mengharap kakak misannya itu ..."
"Aku menjadi sedikit bingung !" gerutu si gemuk,
"Jangan memotong penuturan tuan Chiu" berkata In Hong dengan
tenang "biarkanlah ia bicara terus.
Chiu Hie Tat pun melanjutkan :
"Teng Kie Sian mengharapkan kakak misannya itu datang lagi ke
sositet Pek Lok pukul tujuh malam menemui Liok It Lun untuk
memberitahukan bahwa besok jam 6.06 di tamannya Liok It Lun
menyediakan satu anglo yang membara apinya menunggui Teng Kie Sian
yang akan datang dengan membawa kotak pusaka merah itu ..."
In Hong, Hiang Kat dan lain-lainnya mendengarkan dengan seksama,
si gemuk bertopang dagu, ia agak tidak mengerti apa yang dikatakan Chiu
Hie Tat.
Kembali Kat Po menanya dengan tidak sabaran :
"Mengapa Teng Kie San suruh Liok It Lun menunggunya jam 6. 06
pagi? Juga apa perlunya harus menyediakan anglo yang apinya
membara?"
"Anglo yang apinya membara besar sekali gunanya" kata In Hong.
"tapi, sekarang baiklah kita dengar dulu penuturan tuan Chiu Hie Tat."
Kembali Chiu Hie Tat meneruskan penuturannya :
"Waktu itu, Ong Kiat Lian pun menanya hal anglo itu kepada Teng
Kie Sian, Teng Kio Sian meminta pada kakak misannya agar jangan
menanyakan soal ini, segalanya adalah untuk kepentingan perkawinannya
dengan Liok Siok In, nanti setelah soal itu selesai, ia akan menjelaskannya,
hingga nona Ong Kiat Lian tidak bisa menanya lebih jauh. Tapi saat nona
Ong berkata kepadanya bahwa kotak pusaka itu telah dicuri, Teng Kie Sian
malah tertawa, ia beritahukan bahwa soal pencurian itu hanya pura-pura
saja, kotak yang sebenarnya masih berada di tangannya sendiri. Akhirnya
ia minta agar Ong Kiat Lian jam 7 malam ini pergi ke sositet Pek Lok
menemui Liok It Lun untuk dengan diam-diam memberitahukan soal itu,
dan yang terpenting ialah menyediakan anglo yang apinya membara, untuk
menunggunya. Nona Ong terpaksa menuruti permintaan Teng Kie Sian,
dan telepon lantas putus. Nona Ong meminta kami berdua supaya
mengantarnya ke sositet Pek Lok."
"Kalian sudah pergi apa belum ?" menanya Kat Po.
"Sudah tentu pergi!" menjawab Chiu Hie Tat. Setelah itu ia
meneruskan ceritanya lagi :
"Waktu itu kami merasakan perbuatan Teng Kie Sian sangat aneh,
agaknya ada apa-apa yang ia tak berani mengatakanya, terutama dia
suruh Liok It Lun menyediakan satu anglo yang apinya membara, benarbenar membikin kami tidak mengerti. Kami lantas antar nona Ong ke
sositet Pek Lok. Aku minta tuan Cew ikut dan memesan agar bersamasama baik naik maupun turun dari tangga listrik. Nah! tuan Cew,
selanjutnya baiknya kau yang menceritakan!"
"Kami telah antar nona Ong ke sositet Pek Lok dengan naik tangga
listrik ke tingkat ketujuh." Cew To Su mulai bercerita, Dan ia melanjutkan:
"Kami telah tanda-tangan di buku tamu, lalu masuk kamar dimana kami
bertemu dengan Liok It Lun. Tua bangka itu memaki Teng Kie Sian yang
katanya main sembuyi-sembunyian, tidak berani menemuinya. Dan bila
besok pagi jam 6.06 tidak membawa kotak pusaka itu ke rumahnya, maka
ia akan menyerahkan anak perempuanya kepada Yauw Hong Siang. Tapi
tua bangka itu juga sangat heran mengapa Teng Kie Sian minta anglo
yang apinya membara? la bertanya, apakah jika tidak ada anglo yangKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 42
apinya membara, tidak bisa membuka kotak pusaka itu?. Setelah nona
Ong melakukan tugas itu, kami kembali menanda tangani buku tamu, lalu
menunggu di depan pesawat tangga listrik Di tangga listrik itu ada kira-kira
dua puluh orang yang menunggu. Aku mengisyaratkan kepada nona Ong
agar kita menunggu belakangan saja. Tidak lama kemudian tangga listrik
itu kembali membawa banyak tamu naik ke atas, orang-orang itu lantas
mendesak-desak kami, setelah orang yang tadi menunggu lantas masuk
dan sekalian menarik nona Ong, tinggal aku dan tiga tamu ketinggalan.
Aku segera berteriak agar nona Ong keluar dari tangga listrik, tapi tangga
itu segera ditutup pintunya dan nona Ong dibawa turun. Ketika tangga
listrik naik lagi baru aku dapat kesempatan turun. Setelah dibawah aku
hanya melihat Chiu Hie Tat seorang, aku segera memberitahukannya
bahwa nona Ong sudah turun lebih dulu, tapi Chiu Hie Tat mengatakan
bahwa tak ada wanita yang turun bersama lelaki yang berpakaian barat itu,
cuma ada seorang yang berpakaian Tionghoa, mereka turun keluar dari
tanggi listrik dan berlalu dari tempat itu."
"Nona In." kata Chiu Hie Tat. "sekarang aku baru dapat memastikan,
bahwa lenyapnya nona Ong Kiat Lian tentu sama halnya Teng Kie Sian.
Ketika ternyata nona Ong tak muncul, aku bersama tuan Cew segera
menanya kepada penjaga pesawat tangga itu. Tapi dia menjawab bahwa
dia tidak memperhatikan orang yang naik pesawatnya itu, dia hanya
bertugas menjalankan tangga listrik itu saja, Dia tidak sempat meladeni aku
lama-lama karena dia harus melakukan tugasnya. Akupun tahu bahwa
pertanyaanku tidak ada hasilnya, maka akupun buru-buru kembali ke
rumah nona Ong, memberitahukan hal itu kepada ibunya, dan kemudian
aku ajak ia kemari untuk minta pertolonganmu ..."
"Nona In." kata detektif si gemuk, yang tangannya masih menopang
dagunya, "aku tidak mengerti, mengapa Teng Kie Sian menyuruh Liok It
Lun menyediakan anglo yang apinya membara ?"
"Itu adalah tipu muslihat kawanan bandit belaka untuk mengalihkan
nona Ong Kiat Lian dan orang sekitarnya kepada anglo itu agar tidak
berjaga-jaga bahwa kepergian nona Ong ke sositet Pek Lok itu ada
Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemungkinan hilang seperti halnya Teng Kie Sian." jawab In Hong.
"Tetapi orang yang berbicara dengan nona Ong Kiat Lian tadi
memang betul-betul adalah Teng Kie Sian sendiri," berkata si gemuk.
"Dibawah ancaman pistol oleh kawanan bandit, sudah tentu Teng Kie
Sian hanya menurut perintah apa saja yang didalangi oleh kawanan
bandit." kata ln Hong "hal ini mudah dimengerti,"
"Benar, benar , , " kata Chiu Hie Tat "perhatian aku dan Cew To Su
hampir ditujukan kepada masalah anglo yang apinya membara, Sedikitpun
tidak memikirkan kalau nona Ong ada kemungkinan hilang seperti Teng
Kie Sian. Setelah tiba di sositet Pek Lok dan melihat pesawat tangga listrik
itu, aku baru ingat hal itu, maka buru-buru kupesan Cew To Su supaya
berhati-hati menemani nona Ong."
* ozahmed54@gmail.com *Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 43
JILID : 3
"MAKA kukatakan anglo yang membara apinya itu besar sekali
gunanya !" kata In Hong "kegunaannya ialah untuk mengalihkan perhatian
kita. Dengan demikian mudah saja kita masuk perangkap mereka,"
In Hong kemudian bertanya kepada ibunya Ong Kiat Lian :
"Nyonya Ong, apa betul Teng le Tek pernah pergi ke Afrika Selatan?"
"Ya, pada tiga puluh tahun yang lalu!" jawab nyonya Ong.
"Apa benar ia telah menemukan dua butir berlian yang nilainya tak
ada bandingannya di dunia?" tanya In Hong.
"Aku juga pernah dengar orang mengatakan," jawab nyonya Ong.
"Tapi Teng Ie Tek sendiri belum pernah mengatakan hal itu kepadaku."
"Apak kau tahu kalau anakmu menyimpan kunci aneh kepunyaan
Teng Kie Sian sebanyak seratus dua buah?" tanya In Hong dengan
tenang.
Kat Po yang tak sabaran kembali menduga bahwa In Hong akan
memutar kepada hal-hal lain, dan mengesampingkan soal hilangnya nona
Ong. "Aku lihat Kiat Lian menyimpan kunci yang aneh itu di dalam kaleng
biskuit dengan diuruk banyak biskuit di atasnya," jawab nyonya Ong.
"Nona Ong sangat pintar," kata In Hong "ia telah taruh kunci yang
sangat aneh itu di tempat yang paling aman. Kemarin malam ada orangorang masuk dalam rumah kalian untuk mencuri kunci itu, mereka tidak
berhasil menemukannya, tapi sekarang dugaanku kunci itu sudah diambil
oleh mereka. Nyonya Ong kau harus segera kembali kerumah, coba
periksa kunci itu masih ada atau tidak? Jika masih ada, kau harus simpan
di tempai lain, dan kau harus sembunyi di rumah familimu. Kalau kunci itu
sudah hilang, kau harus cepat meneleponku dan kau juga tidak perlu
sembunyi dirumah familimu lagi."
Setelah nyonya Ong berlalu, perhatian In Hong kembali dicurahkan
kepada soal hilang nya Ong Kiat Lian.
"Tuan Cew To Su, ketika kau dan nona Ong di pintu tangga listrik di
loteng ketujuh di desak orang banyak, apakah kau memperhatikan roman
mereka? Dalam ingatanmu apa masih ada gambaran mereka ?"
"Kesanku terhadap orang-orang ini tidak mendalam, tapi aku dapat
pastikan bahwa orang-orang itu bukannya orang-orang sopan, sebaliknya,
badan mereka tegap dan kasar," kata Cew To Su "dan tiga - empat orang
yang mendesakku supaya tidak bisa masuk ke dalam pesawat tangga
listrik, satu diantaranya telah menarik perhatianku, karena ia seorang yang
kepalanya tajam, dagunya lebar, kulitnya ada sedikit hijau, dimukanya
penuh dengan tanda totol hitam-hitam, romannya sangat jahat ..."
"Oh ! Aku kenal dia!" berseru Kat Po "itu adalah salah satu dari lima
tukang pukul Tiauw Toa."
"Benar!" kata si gemuk "dia adalah kodok buduk Ah Sam."
"Ini suatu bukti bahwa iblis wanita Lok Lo Pat punya hubungan erat
dengan sositet Pek Lok," kata Hiang Kat.
"Nona In," kata si gemuk, "apakah kawanan bandit itu memakai cara
yang digunakan untuk menculik Teng Kie Sian? Dengan memakai barang
samaran mereka paksa nona Ong ganti pakaian laki-laki, sehingga waktu
ia keluar dari tangga listrik sudah berubah rupa sebagai seorang pria,
kemudian berlalu di depan mata Chiu Hie Tat tanpa dikenalinya."'
"Kecuali dengan cara itu, tidak ada lagi lain cara untuk membikinKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 44
orang lenyap di tengah tangga listrik!" jawab In Hong, "tuan Chiu, apakah
kau memperhatikan bahwa diantara orang-orang yang keluar dari tangga
listrik itu ada yang seperti menyaru atau memakai pakaian yang tidak tepat
dengan potongan badannya, misalnya gedombrongan, atau kesempitan,
atau orang yang memakai topi miring untuk menutupi mukanya?"
"Tidak, aku tidak perhatikan sampai demikian jauh." jawab Chiu Hie
Tat setelah berpikir sedikit lama.
"Diantara mereka apakah tidak ada yang berbadan pendek kecil?"
"Aku tidak ingat lagi," jawab Chiu Hie Tat setelah lama mengingatingat, agaknya ia hendak membayangkan orang yang digambarkan In
Hong itu.
"Dan apakah kau tidak perhatikan diantara mereka itu ada yang
bergandengan?" tanya In Hong "dengan lain perkataan, satu atau dua
diantara mereka ada yang menggunakan pistol atau senjata lainnya untuk
menguasai seseorang?"
"Memang demikian halnya orang-orang yang keluar dari tangga listrik
itu berjalan berduaan atau berdampingan."
"Maksudku tentulah orang-orang yang berjalan berdampingan berdua
atau bertiga itu satu diantaranya tentulah nona Ong kiat Lian!" kata In
Hong.
"Nona ln, dugaanmu sungguh masuk akal!" kata Chiu Hie Tat. "jika
siang-siang aku tahu kawanan bandit itu memakai cara demikian untuk
menculik korbannya, sudah tentu aku menggeledah mereka!"
"Jika kau menggeledahnya, mereka yang banyak kawan itu sudah
tentu segera mengurungmu, dan satu atau dua yang lainnya masih tetap
bisa mempengaruhi korbannya sehingga tidak berdaya dan keluar dari
gedung," kata ln Hong "pendeknya, cara mereka sudah diatur sangat hatihati serta sempurna sekali."
Tiba-tiba telepon berdering, In Hong pergi menyambutnya.
"Ya, ya... hm...nyonya Ong... bagaimana kunci itu....sudah....hilang..
kalau begitu kau tidak perlu mengungsi di rumah familimu lagi, karena
kawanan bandit setelah dapatkan kunci.., tidak akan mengganggumu ...
legakan sedikit hatimu, aku tentu akan menolong puterimu . , . . baiklah..
sampai ketemu......"
In Hong kembali ke kamar tamu dan memberitahukan pembicaraan di
telepon tadi kepada tamu-tamunya.
"In Hong." kata Kat Po dengan suara yang tidak sabaran "waktu
hilangnya kunci itu belum lama, kalau kita segera susul ke sositet Pek Lok,
barangkali dapat merebut kemba li dari tangan mereka, dan mungkin juga
Teng Kie Sian dan Ong Kiat Lian sedang ditahan dalam salah satu kamar
di sositet itu, dengan demikian kita bisa menolong mereka sekalian . . ."
Terhadap usul Kat Po ini, In Hong agak lama memikir.
"In Hong, kau tidak perlu memikir lama-lama lagi !" kata Kat Po tetap
dengan nada yang menunjukkan ketidak sabarannya "waktu adalah sangat
berharga, lebih cepat lebih baik!"
"Aku kira kunci itu tentu tidak berada di sositet Pek Lok," kata In
Hong dengan tenang. " Teng Kie Sian dan nona Ong Kiat Lian juga tidak
mungkin ditahan di dalam gedung itu."
"Maksudmu, kita tidak perlu ke sositet Pek Lok?" tanya Kat Po
dengan sedikit mendongkol.
"Kita boleh pergi ke sositet Pek Lok." jawab In Hong.
"Kalau begitu, mengapa tidak lantas per gi?" desak Kat Po.
"Kita pergi ke sositet Pek Lok harus berencana, kita akanKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 45
menggunakan akal untuk menjebak mereka, supaya dapatkan bukti bagi
kejahatan mereka," kata In Hong yang kemudian meneruskan :
"Kau bersama Hiang Kat pergi ke sositet Pek Lok, kalian harus
mencari lantaran untuk bersetori dan membikin onar dengan melihat
gelagat, tapi jika gelagatnya tidak baik kau harus mundur, berikan mereka
waktu untuk siapkan diri, kemudian kau dan Hiang Kat turun dengan
tangga listrik secara berpencaran. Jika di dalam tangga listrik mereka
hendak menggunakan kekerasan, hendak menguasai dirimu dengan
barang samaran yang akan merobah wajahmu, kalian tidak usah melawan.
Kalau mereka menggunakan senjata tajam memaksa kalian turun dari
tangga dan keluar dari gedung, aku dan Ah Poan yang menunggu di
bawah akan mencegat dan menggeledah mereka, dengan demikian, kita
lantas bisa dapatkan bukti kejahatan mereka dan dapat desak mereka
supaya memberitahukan tempat Teng Kie Sian dan Ong Kiat Lian."
"Kau di bawah, bagaimana bisa tahu aku dan Kat Po turun dari
pesawat tangga listrik?" tanya Hiang Kat.
"Tentang ini aku sudah mengaturnya," jawab In Hong, kemudian ia
berkata kepada Chiu Hie Tat :
"Tuan Chiu, kau harus menyaru sedikit dan menunggu di pintu luar
pesawat listrik itu menanti Kat Po atau Hiang Kat memasuki pesawat
tangga listrik, kau segera diam-diam mengeluarkan batere dan sorotkan
dari jendela di sebelah utara kepada orang-orang yang berjalan di jalan
raya 3 kali, aku segera akan kirim orang kesana, jika mereka melihat tanda
itu, lantas segera memberi tahu aku, dan aku lantas bisa tahu kalau Kat Po
atau Hiang Kat turun dari tangg listrik yang mana."
"Nona In, rencanamu ini bagus sekali," kata Chiu Hie Tat " aku rasa
kawanan bandit itupasti akan terjebak."
"Siao Chiu, setelah kalian berhasil, segera kau beri kabar padaku,"
kata Cew To Su. "sekarang aku hendak pergi ke percetakan."
* ozahmed54@gmail.com *
KAT PO dan Hiang Kat setibanya di gedung Happy, lantas langsung
naik tangga listrik menuju tingkat ketujuh. Di lorong mereka mondar-mandir
beberapa menit, di situ mereka telah dapat lihat beberapa tamu, diantara
para tamu itu terdapat kakek yang rambutnya sudah putih semuanya,
tubuhnya bungkuk, tangan kanannya membawa tongkat.
Kakek ini sepintas lalu memandang Kat Po dan Hiang Kat, lalu memberi
tanda dengan sorot matanya, dan duduk di salah satu bangku, seolah-olah
menunggu kawannya, dari sakunya ia keluarkan rokok dan geretan, lalu
dengan tenangnya ia merokok.
Kat Po dan Hiang Kat mengerti bahwa kakek-kakek itu adalah Chiu Hie Tat
dalam penyamarannya, maka mereka lantas berlalu menuju pintu sositet.
Tukang jaga pintu yang berbadan tinggi besar itu segera lonjorkan
tangannya mencegah mereka masuk.
"Apakah kalian tidak tahu peraturan di sini ?" tegurnya sombong
ketika ia lihat Kat Po yang berdandan serba hitam seperti babu dan Hiang
Kat yang dandannya seperti seorang pegawai, "tempat semewah ini bukan
tempat kalian keluar masuk!"
"Kami tidak mengerti peraturan disini," Hiang Kat menjawab dengan
nada sabar, "kami pun tidak tahu orang macam bagaimana kah yangKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 46
diperbolehkan memasuki sositet Pek Lok ini!"
"Bukan anggota, dilarang masuk, kecuali mereka dibawa oleh
anggota, orang yang berpakaian mesum dan tidak karuan terutama yang
dilarang masuk."
"Tahukah kau apa ini ?" kata Kat Po sambil acungkan kepalannya
kepada penjaga pintu yang congkak.
"Huh..huh . ." penjaga pintu itu tertawa "kepalanmu sangat kecil! Kau
punya berapa kepalan?"
Kat Po tidak mengira sama sekali akan pertanyaan demikian
"Sepasang kepalan yang khusus untuk memukul kawanan okpa dan
bandit!"
"Kau lihat, aku ada mempunyai berapa kepalan?" tanya penjaga
pintu juga mengacungkan kepalannya.
"Itulah kaki dan tangan binatang!'" jawab Kat Po.
Penjaga pintu itu segera mengayun kepalannya menyerang muka Kat Po,
segera terdengar suara gamparan nyaring, tapi bukan kepalan yang
mengenai sasarannya, tetapi sebaliknya telapak tangan Kat Po yang telah
mampir di pipinya.
Kawan-kawan penjaga pintu itu melihat keadaan demikian segera
memburu dan hendak membekuk Kat Po. Tapi Kat Po sangat gesit, ia
lantas menyambar dan mengangkat tubuh penjaga pintu itu seperti
mengangkat barang enteng. Sambil berjalan menuju ke jendela, ia
keluarkan tubuh penjaga pintu, sepasang kakinya ia pegang hingga
kepalanya menggantung.
"Apakah sekarang kalian masih tidak ijinkan kami masu? Atau lebih
suka melihat kawan kalian jatuh dari sini hingga pecah kepalanya?"
membentak Kat Po.
Semua orang berdiri diam terpaku, tidak tahu harus berbuat apa.
Penjaga pintu yang tubuhnya bergelantungan itu sudah ketakutan
setengah mati. Ia mengerti, sedikit saja wanita baju hitam ini
mengendorkan cekalannya, ia segera akan meluncur ke bawah dan jatuh
di jalan besar dengan kepala hancur.
"Tolong lekas naikkan !" penjaga itu meratap dengan ketakutan, "aku
ljinkan kalian masuk !"
"Kami bukan anggota, juga tidak ada anggota yang mengajak." Hiang
Kat menjawab dengan suara dingin, "apalagi pakaian kami kotor compangcamping, tidak ada kehormatan memasuki sositet. Kat Po, lemparkan saja
dia, mari kita pulang!"
"Jangan lempar! Jangan lempar!" jerit penjaga itu ketakutan. "jika
kalian suka main di sositet kami, datang saja setiap malam, aku ijinkan
kalian masuk dengan sesuka kalian!"
Tidak lama kemudian, dilorong itu sudah penuh orang yang menonton
kejadian yang mengerikan itu.
"Menurut katamu, jadinya kau suruh aku merusak aturan sositet ini?"
jawab Hiang Kat mengejek, "tidak, kami takkan merusak aturan. Kat Po,
lepaskan!"'
"Jangan lepas! Jangan lepas!'" penjaga itu tambah ketakutan.
"Apakah penjaga pintu itu telah membikin jengkel kalian, nona?"
tanya satu orang tinggi besar berwajah bundar sambil mendekati Kat Po
dan Hiang Kat, ia berkata dengan lemah-lembut, "kalau menggebuk anjing
harus melihat muka majikannya, tolong nona masukkan ke jendela orang
itu, jika ada kesalahan aku minta maaf padamu,"
"Siapa kau?" tanya Hiang Kat.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 47
"Aku kuasa sositet ini, namaku Hiong Jie Ngo,"
"Oh, kiranya biruang (hiong )?" kata Hiang Kat "kami menggebuk
anjing tidak perlu memandang muka biruang, sebab kalian satu rupa!"
Jawaban ini membuat Hiong Jie Ngo yang sombong itu menjadi merah
padam, tapi ia masih menahan sabar, tanyanya:
"Kalian siapa ?"
"Aku Hiang Kat dan dia Kat Po.
"Bagus! Aku sekarang minta maaf kepa da nona-nona, harap nona
suka mengampuni penjaga pintu itu."
"Aku sudah katakan tidak perlu biruang minta maaf." kata Hiang Kat
"asal saja kau suruh anjingmu ini menggonggong beberapa kali saja sudah
cukup, kami tentu akan membebaskan dia."
Belum sampai Hiong Jie Ngo membuka mulutnya, penjaga pintu benarbenar sudah menggonggong seperti anjing, sebenarnya karena ia takut
temponya terlalu lama, Kat Po akan kehabisan tenaga, hingga ia terlepas
dari cekalan, itu berarti kematian baginya, maka ia tidak perdulikan lagi
rasa malunya, betul-betul ia segera meniru suara anjing menggongong
beberapa kali.
Hiong Jie Ngo sangat mendongkol, dibawah pandang mata yang
agak menghina dari para tamu, ia ngeloyor masuk.
"Kat Po, sudahlah ampuni dia!" kata Hiang Kat.
Kat Po lalu angkat masuk penjaga itu dan dilemparkan ke lantai, terbanting
dan tidak bisa bangun.
Mereka lalu memasuki pintu sositet dengan tindakan lebar.
Orang yang menjaga di depan pintu telah menyaksikan cara Kat Po yang
ganas memperlakukan kawannya, maka tak ada yang merintanginya lagi.
Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kat Po dan Hiang Kat memasuki ruangan sositet Pek Lok yang mewah.
Mereka melihat kamar kesatu adalah kamar tamu, kamar kedua adalah
ruangan dansa, kamar selanjutnya ialah kamar makan, tempat judi seperti
ma ciok, paikiu, roler, bakarat dan lainnya. Nyatalah bahwa sositet ini
selain dijadikan tempat untuk berbagai kejahatan, juga merupakan tempat
judi yang besar.
Kat Po berdua Hiang Kat terus sampai di lorong yang paling ujung,
dan telah ditemuinya kamar kuasa dan kamar istirahat.
"Hiang Kat, perlukah kita menerjang kamar kuasa ini?" tanya Kat Po
dengan suara perlahan, "mungkin Teng Ki Sian dan nona Ong serta kunci
yang aneh itu ada di dalam kamar ini."
"Tidak, In Hong sudah katakan bahwa Teng Kie Sian, Ong Kiat Lian
dan kunci itu semuanya tidak mungkin di dalam sositet ini." jawab Hiang
Kiat dengan perlahan "jika kau berlaku sembrono, itu akan mempengaruhi
rencana kita. Malam ini kita jangan ganggu Hiong Jie Ngo itu, cukup asal
kita bisa bikin dia marah, itu artinya dia sudah masuk perangkap kita!"
Pada saat itu, dari kamar istirahat keluar satu orang, ketika melihat
Kat Po dia lantas kembali lagi ke kamar, tapi sudah dipergoki oleh Kat Po,
orang itu ternyata si kodok buduk Ah Sam.
"Si kodok buduk Ah Sam ada di kamar ini kita tidak pukul Hiong Jie
Ngo, tapi boleh hajar kodok buduk itu!"
"Baik!" kata Hiang Kat "ini sudah cukup bikin Hong Jie Ngo marah,
satu diantara lima tukang pukul Tiauw Toa, Ah Sam ada di sini, yang
lainnya pun mungkin ada di kamar ini, apakah kita berdua dapat
menjatuhkan mereka?"
"Dulu cuma aku seorang, maka kena ditangkap oleh lima tukang
pukul itu, tapi malam ini keadaannya lain, mereka tak bisa mengurungKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 48
kita," jawab Kat Po, yang lantas melesat menerjang ke kamar istirahat itu,
tiba-tiba ia disambut satu bola gelas yang mengkeredep menyerang
mukanya.
Kat Po egoskan tubuhnya, bola gelas lewat disampingnya dan jatuh
di lorong memencarkan bau busuk. Kat Po melompat dan sampai di depan
Ah Sam.
"Hati-hati dengan kepala anjingmu!" kata Kat Po sambil menyerang.
Si kodok buduk Ah Sam adalah yang paling lemah ilmu silatnya diantara
lima tukang pukul itu, dia cuma pandai melempar senjata rahasia, bila ia
terpisah dari kawannya maka ia tak mampu berbuat apa-apa.
Sekarang menghadapi Kat Po yang ganas sudah tentu tidak berdaya,
maka dalam seke jap saja, mukanya sudah menjadi bulan-bulanan kepalan
Kat Po dan akhirnya menggelosor di lantai. Kat Po lompat membarengi
dengan menghujankan tinjunya berkali-kali ke dada Ah Sam, kemudian
dijambretnya tubuh itu dan dilemparkan ke jendeia sebelah selatan. Tubuh
Ah Sam jatuh membentur jendela hingga kacanya pecah hancur dan tubuh
Ah Sam terlempar jatuh di lantai dalam jendela itu.
Ketika Kat Po menerjang ke dalam kamar istirahat, dalam kamar itu
sudah ada 8-9 orangnya Hiong Jie Ngo. Kawanan bandit itu segera
membuka baju jasnya dan menggulung tangan kemejanya bersedia untuk
bertempur dengan Kat Po.
Tapi Kat Po ternyata sangat gesit. Dengan cepat ia membalikkan
tubuhnya dan menyerang dua bandit yang sedang menggulung lengan
baju, yang segera mencabut pisau belati dan menyerang dengan
berbareng.
Kat Po telah siaga, ia menyambar kursi sebagai senjata untuk
melawan enam-tujuh pisau belati.
Hiang Kat melihat kawanan bandit itu tidak terdapat lima tukang
pukul Tiaw Toa, maka ia tetap menyender dengan tenang, tidak membantu
kawannya.
Penjudi-penjudi dilain kamar sedikitpun tidak mendengar kalau di luar
kamar terjadi pertempuran.
Sebentar saja kawanan bandit itu sudah dibikin kocar-kacir oleh Kat
Po, banyak yang menggeletak di lantai dan tidak bisa bangun, hanya
tinggal seorang yang agak gesit masih tetap melawan dengan gigih.
Ketika bandit itu menyerang dengan belatinya, Kat Po berkelit
kesamping hingga belatinya mengenai tempat kosong, karena bandit itu
menggunakan tenaga terlalu besar, badannya terus menyelonong ke
depan. Kesempat an ini digunakan Kat Po sebaik-baiknya, ia segera
menendang pantat bandit tersebut sehingga tubuhnya terus mencelat ke
arah pintu kamar.
Hiang Kat yang berdiri di pinggir pintu sekali lagi menendang dinding
hingga bandit itu mencelat pula ke pintu kamar kuasa, pintu itu memang
tidak terkunci, maka tubuh bandit itu menyelonong terus dan akhirnya
membentur meja. Bagian bawah badannya terbentur meja, tapi bagian atas
badannya lantas tidak dapat bertahan lagi, dia terjerumus dan pisaunya
lepas melayang ke arah Hiong Jie Ngo.
Karena tak menduga hal yang demikian, Hiong Jie Ngo tak sempat
menyingkir, ia hanya dapat memiringkan kepalanya, tapi tak urung pisau itu
telah menyambar kuping kanannya, hampir saja terpapas putus, darahnya
mengucur.
Beberapa pembantu Hiong Jie Ngo segera turun tangan untuk
menolong majikan mereka .Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 49
Hiong Jie Ngo sangat murka, la lihat tukang pukulnya yang biasanya
sangat ganas, telah bertiarap di kolong meja tidak dapat bergerak, hanya
suara rintihannya yang terdengar tak henti-henti.
Hiong Jie Ngo melongok keluar, ia dapat melihat Hiang Kat sedang
berdiri tenang sambil memperlihatkan senyumnya yang mengejek. Ia juga
dapat melihat Kat Po yang sedang memanggul orang-orang yang dipukul
roboh, satu-satu dilemparkan ke kamar kuasa.
"Tutup pintu itu!" perintah Hiong Jie Ngo.
Hiang Kat memberi tanda kepada Kat Po, kemudian dengan suara nyaring
ia berkata :
"Kat Po, mari kita pergi ke ruangan musik untuk menikmati lagu.
Hiong Jie Ngo sudah angkat tangan tinggi-tinggi, melihat bayangan kita
saja dia sudah ketakutan setengah mati!"
Mereka berjalan perlahan-lahan di lorong, ketika memasuki ruangan
musik, Hiang Kat dapat melihat kawanan bandit yang dilemparkan Kat Po
tadi sudah pada bangun dan menuju ke kamar kuasa.
Di ruangan musik mereka duduk kira-kira setengah jam.
"Sekarang kita boleh pergi," berkata Hiang Kat dengan perlahan, "jika
Hong Jie Ngo mau menculik kita, dalam tempo setengah jam ini, dia sudah
cukup waktu untuk menyiapkan apa yang diperlukan."
Mereka lantas berlalu dan kembali berjalan dilorong.
Di depan pintu pesawat tangga listrik sudah ada banyak orang dan Chiu
Hie Tat yang menyaru sebagai kakek-kakek itu masih tetap duduk di
lorong.
Mereka memberi tanda satu sama lain. Kat Po berjalan duluan dan
Hiang Kat belakangan, dengan perlahan-lahan berjalan menuju pesawat
tangga listrik.
Tangga listrik itu dari bawah membawa tiga orang tamu ke atas dan
setelah penumpang itu keluar, Kat Po lebih dulu masuk baru kemudian ada
tujuh-delapan orang mengikuti.
Kakek-kakek yang duduk tadi segera bangkit menuju ke jendela,
tangannya memegang batere dan disorotkan serta digoyang-goyangkan
tiga kali kepada reserse yang berdiri diseberang jalan.
Reserse itu ternyata orangnya si gemuk Ah Poan, ia segera
menggunakan sapu tangan putih yang dilambaikan kepada lain reserse
yang berdiri sejarak dua puluh meter, dan reserse itu pun dengan cara
yang sama ditujukan kepada kawannya yang memisahkan diri masingmasing ? 20 meter jauhnya, dan akhirnya tanda itu sampai pada Ah Poan
dan In Hong, mereka menduga pesawat listrik kali ini tentu akan membawa
turun Kat Po atau Hiang Kat.
Chiu Hie Tat yang berada di tingkat tujuh meski berada di dekat
jendela, tapi perhatiannya tetap tertuju pada gerak-gerik orang-orang yang
berada di pesawat tangga listrik yang tengah menuju kebawah. Ketika
pesawat tangga listrik tiba di bagian paling bawah dan orang-orang mulai
keluar, In Hong dan Ah Poan telah dapat melihat Kat Po juga keluar
pesawat itu, malahan sambil mengulapkan tangannya kepada mereka, seolah-olah memberi kabar bahwa ia tidak diculik, tapi ini berarti rencana In
Hong telah mengalami kegagalan.
Sebentar kemudian, pesawat tangga listrik kembali naik ke atas. Chiu
Hie Tat dapat melihat pesawat itu tiba kembali ke atas dengan
penumpangnya dan ketika hendak turun kembali juga melihat Hiang Kat
dengan beberapa penumpang lain memasuki pesawat itu, kembali ia
memberi tanda seperti apa yang dilakukan sebelumnya.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 50
In Hong dan Ah Poan kembali menunggu turunnya pesawat tangga
listrik itu, setelah menunggu agak lama, baru kelihatan tangga listrik itu tiba
di bawah, ketika pintu pesawat tangga terbuka, ada beberapa penumpang
laki-laki dan perempuan keluar, tapi ternyata Hiang Kiat tidak tampak.
Kat Po yang melihat Hiang Kat tidak ada lantas tertawa, karena ia
anggap kawanan bandit itu akhirnya terjebak juga, ia menduga tentu Hiang
Kiat akan diketemukan diantara penumpang itu.
"Berdiri! Dan angkat tangan!" Ah Poan keluarkan senjatanya dan
ditodongkan kepada delapan penumpang yang tinggi besar itu.
"Ada apa?" tanya satu penumpang.
"Ada penggeledahan " jawab si gemuk, "aku akan periksa kalian ada
yang membawa barang terlarang?"
"Geledahlah!"
Dan In Hong segera mulai menggeledah. Sudah tentu tujuannya diarahkan
kepada orang yang badannya agak mencurigakan dan Hiang Kat yang
sudah dipaksa atau dirobah dandanannya.
Tapi setelah pemeriksaan selesai, Hiang Kat tidak diketemukan! Ini
berarti bahwa orang-orang yang lenyap di pesawat tangga listrik itu
ternyata tidak dipaksa untuk menyaru atau dirobah wajahnya seperti apa
yang In Hong duga semula. Sekarang telah terbukti bahwa apa yang In
Hong duga telah meleset sama sekali. Apa lagi kedelapan penumpang itu
tidak ada satupun yang kedapatan membawa barang larangan.
In Hong berpikir sejenak, lalu berkata ke pada Ah Poan:
"Mereka ini tak ada seorangpun yang membawa barang larangan,
biarkanlah mereka berlalu."
"In Hong," Kat Po sudah tidak tahan lagi, "dimana Hiang Kat?!"
Waktu itu pesawat listrik sudah turun lagi, Chiu Hie Tat yang menyaru
kakek-kakek terdapat diantara para penumpang lain.
"Tuan Chiu" kata In Hong, "Betulkah Hiang Kat turun dengan
pesawat listrik setelah turunnya Kat Po?"
"'Ya," jawab Chiu Hie Tat pasti.
"Ini berarti Hiang Kat juga seperti halnya Teng Kie Sian, Ong Kiat
Lian, telah lenyap di tangga listrik!"
"Oh, In Hong, ini apakah bukan berarti kita sendiri telah menjebloskan
Hiang Kat ke goa macan?!"
"Ya!" jawab In Hong pendek.
* ozahmed54@gmail.com *
"DI TINGKAT ketujuh Chiu Hie Tat terang telah melihat Hiang Kat
turut masuk ke dalam pesawat tangga listrik yang turun ke bawah" kata si
gemuk. "Tapi kita yang berada di bawah sebaliknya tidak melihat Hiang Kat
keluar dari pesawat tangga listrik itu, tidak perlu disangsikan lagi, Hiang Kat
tentu telah lenyap di dalam pesawat tangga listrik dan kedelapan
penumpang tadi sudah pasti kawanan bandit.
"Ya!" kata Kat Po "In Hong, mengapa kau lepas mereka?!"
"Tidak dapat disangsikan lagi, mereka tentu komplotan bandit" jawab
In Hong dengan suara rendah, "kita tak perlu menangkap begitu banyak
orang, sudah cukup kita tangkap orang yang menjalankan pesawat tangga
ini. Aku berani pastikan, meski Hiang Kat sudah lenyap, tapi dia masih
berada dalam gedung ini, maka kita masih ada banyak pekerjaan pentingKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 51
yang harus dilakukan berbareng," lalu ia mendekati Ah Poan dan berkata
dengan perlahan :
"Kau perintahkan empat orang bawahanmu yang dapat dipercaya
dengan diam-diam menjaga ketat semua pintu keluar-masuk gedung ini!"
Ah Poan mengangguk dan segera meninggalkan gedung itu.
"Tuan Chiu, ketika Hiang Kat masuk ke tangga listrik, apakah kau
tidak lihat pesawat tangga itu dijalankan ke atas?" tanya In Hong "karena
dijalankan naik ke atas, orang-orang yang ada di dalamnya bisa keluar dari
atas genteng".
"Aku tidak melihat tangga listrik itu dijalankan ke atas. Sebaliknya aku
telah melihat dengan jelas sekali bahwa tangga listrik itu dijalankan turun
ke bawah," jawab Chiu Hie Tat" malah aku berani tanggung, aku tidak
salah lihat!".
In Hong berpikir sejenak, kemudian berkata :
"Ketika Teng Kie Sian lenyap, bukankah kau pernah mengadakan
pemeriksaan dalam tangga listrik ini? Aku anggap masih perlu
memeriksanya sekali lagi. Tuan Chiu, apakah kau pandai pula
menjalankan pesawat tangga listrik?
"Itu sederhana sekali, kurasa aku dapat melakukannya!"
"Kalau begitu, ikutlah aku!" kata In Hong lalu berjalan ke pintu
pesawat listrik, kebetulan sekali pesawat tangga listrik itu baru saja turun.
In Hong menunggu sampai semua penumpang keluar dan baru
berkata kepada tukang jalankan pesawat itu :
"Tolong kau keluar, aku hendak pinjam pesawat ini sebentar!"
Tukang menjalankan pesawat tangga listrik itu memandang kepada In
Hong yang berdandan dengan baju kuning muda dan celana kuning tua. Ia
tahu nona baju kuning di hadapannya ini adalah "otaknya" dari tiga
pendekar wanita yang sangat terkenal namanya, nona ini beda sekali
dengan Kat Po, yang sangat galak dan menakutkan, maka ia menjawab
dengan sikap yang agak kasar :
"Pesawat tangga listrik ini akan memuat para tamu yang naik-turun
ke gedung ini, bagaimana kau boleh pinjam?! Apa kau tidak punya kerjaan
dan sengaja hendak menggodaku?"
Jika ucapan itu dikeluarkan di hadapan Kat Po, siang-siang
kepalannya pasti mampir di pipi orang itu. Tapi In Hong tidak marah,
meskipun saat itu ia sedang dalam keadaan jengkel karena kegagalannya,
sifatnya tenang dan sabar luar biasa, maka sekalipun sikap tukang
menjalankan pesawat itu demikian kasar, namun ia masih berkata sopan:
"Aku harap kau keluar dari pesawat ini dengan sukarela agar aku
tidak memaksa dengan kekerasan!"
Orang itu berpikir sebentar, suara In Hong meski lembut halus, tapi
mengandung ancaman yang sangat keras. Namun ia masih
mengendalikan kekuatannya, memandang In Hong yang berbadan
langsing dan lemah lembut. Ia lantas tertawa :
"Tuanmu tidak sudi keluar dari pesawat ini, kau mau apa?"
"Apa benar?" In Hong mendekat setindak, dengan tiba-tiba ia ulur
tangannya dan menangkap pergelangan tangan orang itu, tindakan ini
dilakukan sangat cepat, hingga orang itu tidak keburu menyingkir.
Kemudian seolah tidak menggunakan tenaga, ia dorong orang itu, yang
badannya tinggi-besar, dan terlempar dari pesawat itu.
"Kat Po, jaga dia jangan sampai lari!" pesan In Hong.
Tukang menjalankan pesawat tangga listrik itu terdorong sempoyongan. ia
tidak dapat menahan laju kakinya dan baru berhenti setelah dipapakiKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 52
kepalan Kat Po.
"Berdiri di sini! Tak boleh bergerak sedikitpun !" kata Kat Po.
In Hong dan Chiu Hie Tat memasuki pe sawat tangga listrik tersebut,
kemudian dijalankannya.
Ia melakukan pemeriksaan sangat teliti, tapi ternyata di sekitar
pesawat tangga itu hanya ada tembok yang sangat kuat, kecuali jalan
dibagian bawah dan di tingkat ketujuh, tak ada jalan lainnya.
Kalau tidak ada jalan ketiga, maka orang yang lenyap di dalam
pesawat tenaga listrik itu mestinya seperti apa yang In Hong duga, tak
mungkin bisa lenyap di tengah jalan. Tapi kawanan bandit itu mempunyai
Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akal lain, diluar dugaan In Hong menculik Teng Kie Sian danOng Kiat Lian
serta Hiang Kat tanpa bekas.
In Hong suruh Chiu Hie Tat menjalankan pesawat tangga listrik itu
beberapa kali, tapi dalam pemeriksaan yang berulang kali itu, selain dari
tembok disekitarnya, apapun juga tidak terlihat.
Ketika In Hong dan Chiu Hie Tat kembali di bawah, mereka dapatkan
Kat Po dan tawanannya sudah tak ada disitu lagi, hanya si gemuk seorang
yang masih ada dan berdiri di depan pintu gedung itu sedang menghalangi
masuknya semua orang yang mengunjungi gedung itu.
"Ah Poan, kemana perginya Kat Po?" tanya In Hong.
"Tadi aku pergi ke jalan raya, ketika aku kembali, Kat Po sudah tak
tampak lagi!" jawab si gemuk.
"Hm, kembali kita telah gagal!" kata In Hong.
"Gagal bagaimana?" tanya si gemuk.
"Sebentar kau akan tahu sendiri " kata In Hong.
"Nona In, apakah kita perlu pemeriksaan di tingkat ketujuh?" tanya si
gemuk "jika benar Hiang Kat masih berada di gedung ini, mungkin dia
berada dalam satu kamar diloteng tingkat ketujuh."
"Diperiksa pun tak akan ada hasilnya, Hiang Kiat tak ada di kamar
manapun di gedung Pek Lok ini." jawab In Hong, "hanya untuk
membuktikan dugaanku ini, baiklah kita adakan pemeriksaan sekali lagi."
Pemeriksaan yang dilakukan di gedung tingkat ketujuh hasilnya nihil
sama sekali. Hanya dengan demikian telah membuktikan apa yang In
Hong duga itu memang benar bahwa Hiang Kat tidak ditahan dalam kamar
di gedung itu.
Ketika In Hong, Ah Poan dan Chiu Hie Tat keluar dari sositet Pek Lok
dan perlahan berjalan pulang. Keadaan In Hong masih tetap seperti
semula, tidak memperlihatkan perobahan apa-apa.
"Nona In, sekarang bagaimana?" tanya Chiu Hie Tat,
"Kau boleh pulang dan mengaso dulu di rumah, buka pakaian dan jenggot
palsumu itu, kembali kepada asalmu semula" jawab In Hong.
"Ya, tetapi bagaimana kita menghadapi ini?"
"Empat kawan Ah Poan yang tidak takut pengaruh jahat, sudah
menjaga keras pintu keluar-masuk gedung itu, kawanan bandit tidak nanti
mampu membawa Hiang Kat keluar ..." jawab In Hong dengan suara
perlahan.
"Nona In, apakah kau menduga pasti bahwa Hiang Kat masih berada
di sini?" kata Ah Poan.
"Ya."
"Dimana?"
"Aku masih perlu memikirkannya dulu.."
Mereka meski berjalan sangat perlahan tetapi terpisahnya dari sositet
Pek Lok semakin lama semakin jauh.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 53
Tiba-tiba dari jauh ada sesosok bayangan hitam lari mendatangi.
"Kat Po sudah kembali" kata In Hong dengan tenang, "tapi kembali
dengan tangan kosong!"
"Bayangan yang lari itu jaraknya masih juh" kata Ah Poan, "mengapa
kau sudah bisa mengetahui bahwa bayangan itu adalah Kat Po?"
"Aku sudah biasa melihat caranya berlari."
Tidak lama kemudian, betul saja Kat Po telah tiba.
"Kat Po mana tawanan yang tadi kuserahkan?" tanya In Hong.
"Nanti aku ceritakan padamu semuanya" kata Kat Po, dan setelah
berjalan berendengan baru ia berkata lagi:
"Ketika kau bersama Chiu Hie Tat melakukan pemeriksaan dalam
pesawat tangga listrik, aku berpikir, Hiang Kat telah lenyap dalam tangga
listrik, orang yang menjalankan pesawat itu tentu tahu bagaimana cara
Hiang Kat lenyap, apalagi kau sudah katakan, asal tangkap seorang saja
sudah cukup. Maka aku lantas menggunakan senjata api, paksa dia ikut ke
rumanku dan paksa dia mengaku. Tapi kupikir terlalu jauh untuk pulang ke
rumah, maka aku terus bawa dia ke tempat yang agak sunyi dan gelap.
Aku mulai menanyai bagaimana cara hilangnya ketiga orang itu di dalam
pesawat tangga listrik. Dia tetap tak mau menerangkan, aku sudah tidak
sabaran dan menekan lehernya, dia lantas ketakutan dan hendak
menceritakan semuanya. Paca saat itulah di luar gang aku lihat beberapa
bayangan,, kemudian disusul oleh tembakan beberapa kali peluru-peluru
beterbangan, aku hendak bawa lari tawananku itu, tapi dia sudah terkena
tembakan dan jatuh."
"Aku segera balas menembak." Kat Po meneruskan "salah satu
diantara kawanan bandit itu terkena tembakan dan jatuh, yang lainnya
segera kabur. Aku segera memburu dan memeriksa orang yang terkena
tembakanku, ternyata dia adalah satu diantara delapan kawanan bandit itu.
Pada saat itu tiba-tiba suara peluit polisi terdengar berulang-ulang, mau
tidak mau aku harus tinggalkan mereka!"
"Ah Poan, sekarang mengertikah kau apa maksud perkataanku tadi?"
In Hong bertanya,
"Ya,'' jawab si gemuk "kawanan bandit yang melihat Kat Po
membawa pergi tukang menjalankan pesawat tangga listrik itu segera
membuntuti untuk mencegat dimana perlu. Ketika mereka tahu kawannya
sudah hendak membuka rahasia, mereka lantas menembaknya untuk
menutupi bocornya rahasia mereka."
"Ya," kata In Hong. "kawanan bandit berdaya sekuat tenaga untuk
memegang teguh rahasia mereka yang tidak boleh dibuka secara
sembarangan!"
"Malam ini kawanan bandit telah mendapat kemenangan besar,
sudah berhasil mencuri 102 buah kunci, kemudian menculik nona Ong dan
nona Hiang Kat." kata Chiu Hie Tat "sebaliknya kita telah kembali dengan
kekalahan besar!"
Demikianlah masing-masing pulang dengan hati jengkel, tidak
terkecuali In Hong, namun di wajahnya sedikitpun tak tampak.
Chiu Hie Tat yang juga pulang ke rumahnya telah mencopot kumis
dan jenggot palsunya, otaknya masih penuh dengan soal-soal yang selama
dua hari ini membuatnya tidak bisa tidur. Ia mondar-mandir di kamarnya,
hatinya terasa sangat pepat, maka akhirnya ia berkeputusan keluar jalanjalan.
Ia berjalan dengan tidak tentu arah tujuan, dengan tidak disadarinya,
ia tiba di depan gedung Happy. Ia ingat Cew To Su masih menunggu kabarKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 54
darinya, maka ia percepat tindakannya menuju ke gedung Happy untuk
menemui kawannya itu.
Gedung Happy itu dari mulai tingkat ke dua sampai tingkat ke enam
hampir semuanya terdiri dari macam-macam kantor, hanya sebagian kecil
saja yang digunakan sebagai tempat tinggal. Di kala malam seperti itu,
semua kamar sudah gelap dan tidak ada penghuninya, dan sebagian
orang yang tinggal di situ pun kebanyakan sudah tidur. Hanya kamar
no.309 di tingkat ke 3 dimana "Kekuatan Rakyat" berkantor, masih memancarkan sinar lampunya.
Chiu Hie Tat mengetuk pintu kamar no. 309 itu. Dalam suasana
sesunyi itu, ketukannya terdengar nyaring.
"Silahkan masuk!" kata Cew To Su yang masih repot dengan
pekerjaannya "pintunya tidak dikunci."
Chiu Hie Tat mendorong pintu itu dan masuk ke dalam.
"Oh, kiranya tuan Chiu.." kata Cew To Su. "aku dengar kalian di
sositet Pek Lok tak berhasil, betulkah?"
"Bukan saja tidak berhasil, malah seorang kawan hilang, yakni nona
Hiang Kat!" jawab Chiu Hie Tat.
"Dan nona In Hong akan ambil tindakan apa selanjutnya?"
"la seperti biasa tenang-tenang saja, akan mencari jawabannya
dalam perhitungannya sendiri." jawab Chiu Hie Tat "Majalah 'Kekuatan Rak
yat' yang akan terbit besok pagi apa sudah dicetak?"
"Ya, setengah jam yang lalu aku sudah aniar copy terakhir," jawab
Cew To Su yang masih repot menulis artikel tentang lenyapnya beberapa
orang di sositet Pek Lok, yang akan diterbitkan lain minggu.
Ketika itu, di luar kembali ada orang mengetuk pintu.
"Silahkan masuk!" kata Cew To Su. Pintu kamar terbuka, seorang
yang berusia kira-kira tiga puluh tahun melangkah masuk, wajahnya
memperlihatkan kesedihan dan kegelisahan.
"Tuan Cew . . . menyesal sekali aku telah merecokimu.." kata orang
yang baru datang tersebut.
Cew To Su kenal orang itu, namanya Lauw Cie Yang, bekerja sebagai
pemegang buku dari perusahaan pembuat contoh boneka dan model, yang
berada di kamar no. 310, tepat di sebelah kantornya.
"Lo Lauw, waktu kerjamu toh sampai jam lima sore," tanya Cew To
Su. "sekarang sudah jam dua belas malam, mengapa kau belum pulang?"
"Aku ada sedikit urusan."
"Bukankah kau sedang membuat balasan ?" tanya Cew To Su, "Tapi
hari ini toh sudah habis bulan."
"Bukan itu, tuan Cew," kata Lauw Cie Yang "Isteriku sedang
melahirkan di rumah sakit Hangciu, kira-kira jam lima sore tadi, aku terima
interlokal dari kakakku yang memberitahukan bahwa isteriku setelah
bersalin mengalami kesukaran dan perlu dibedah, bagaimana hasilnya
belum diketahui. Maka aku minta kakakku supaya menelepon aku apapun
yang terjadi, sebab itulah aku mesti menunggu kabar telepon yang akan
disambung ke sini. Meskipun direkturku tuan Lok Cay Khiong tidak
memberi ijin aku berdiam dalam kantor setelah lewat jam kerja, tapi aku
meminta dengan sangat agar supaya ia mengijinkan aku berdiam di dalam
kantor malam ini untuk menunggu kabar mengenai isteriku..."
"Apakah kau tak minta kakakmu menelepon saja ke rumahmu?"
"Di rumahku tidak ada telepon," jawab Cie Yang "tapi hingga kini
belum ada interlokal, ini benar-benar membuatku sangat gelisah. Tidak
tahu bagaimana keadaan isteriku, masih selamat ataukah sudahKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 55
meninggal dunia. Sekarang aku minta tuan supaya suka membantu diriku".
"Membantumu?" kata Cew To Su heran. "Aku bukan dokter,
bagaimana aku bisa membantu?"
"Kau salah mengerti.. Maksudnya ialah, perutku sekarang sangat
sakit, aku hendak ke WC sebentar, tapi aku khawatir selagi aku berada di
WC nanti ada telepon dari kakakku. WC itu letaknya agak jauh, sudah
tentu aku tidak dapat mendengar bila ada suara dering telepon. Maka dari
itu aku minta tolong kau supaya suka menjaga telepon sebentar, aku akan
segera kembali"
"Oh,itu soal kecil.." jawab Cew To Su. "aku akan minta tolong
sahabatku ini, Siao Chiu, kekantormu untuk menunggui sebentar" ia
berpaling kepada Chiu Hie Tat, katanya lagi:
"Siao Chiu, aku sedang menulis artikel yang tidak bisa ditunda, tolong kau
ke kamar sebelah untuk beberapa menit saja, bisa atau tidak?"
Chiu Hie Tat mengangguk, kemudian mengikuti Lauw Cie Yang memasuki
kamarnya.
"Tuan Chiu. silahkan duduk. Aku pergi sebentar dan segera kembali,"
kata Lauw Cie Yang sambil buru-buru meninggalkan Chiu Hie Tat.
Kantor perusahaan pembuat contoh boneka ini letaknya di ujung
barat di tingkat ketiga, berdekatan dengan kantor paling ujung sebelah
utara, sebelah-menyebelah dengan kantor Cew To Su.
Chiu Hie Tat melihat-lihat dalam kantor ini, ternyata dua kali lebih
besar dari kantor Cew To Su, ini tidaklah mengherankan karena kantor ini
menyewa dua kamar. Di sebelah baratnya ada ruangan lagi, tetapi tak ada
penerangan lampunya. Perabot di kamar ini serba mewah dibanding
dengan perabot di kamar Cew To Su, perbedaannya seperti bumi dan
langit.
Menunggu adalah suatu pekerjaan yang tidak enak. Lebih-lebih lagi
menunggui urusan yang tidak ada hubungannya dengan diri sendiri.
Lauw Cie Yang yang pergi ke WC itu lama sekali belum kembali. Dengan
perasaan kesal Chiu Hie Tat mondar-mandir di dalam kamar.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Cew To Su melongokkan kepalanya.
"Siao Chiu, apakah Cie Yang belum kembali?"
"Belum. Siao Cew, coba kau tengok dia, suruh dia lekas kembali!"
jawab Chiu tidak sabaran,
"Baiklah nanti aku cari dia di WC" kata Cew To Su sambil menutup
pintu dan berlalu.
Ketika Cew To Su hendak melangkahkan kakinya, ia Iihat Cie Yang
sedang berjalan mendatangi. Berbareng dengan itu ia seperti mendengar
suara "Ah!" satu kali, suara itu sangat pendek, aneh,, entah dari mana
datangnya.
"Lo Lauw, mengapa begitu lama?" tanya Cew To Su.
"Oh, menyesal sekali tuan Cew..." jawab Lauw Cie Yang "perutku
sakitnya bukan main, maka aku agak lama."
"Dan sekarang baik ?"
"Sudah, terima kasih." jawab Lauw Cie Yang. "Apakah interlokalnya
sudah datang?"
"Aku tidak dengar suara telepon, mungkin kabar yang kau tunggu
belum datang.." Cew T o Su memutar tubuh mendorong pintu kamar kantor
pembuat contoh boneka itu lalu berteriak,
"Hei, Siao Chiu,,! Lo Lauw sudah kembali!"
Dari dalam kamar tersebut tidak ada jawaban.
"Hei, Siao Chiu, kau ada di mana?" Tetap tidak ada jawaban. MataKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 56
Cew To Su berputaran mengawasi kamar itu, tapi tidak tampak Chiu Hie
Tat, meski bayangannya sekalipun.
"Oh! Aneh!" seru Cew To Su dengan heran.
"Apa yang aneh?" bertanya Lauw Cie Yang
"Siao Chiu telah lenyap dari kamarmu ini!"
"Mana bisa!" kata Lauw Cie Yang "mungkin dia sudah pergi.."
"Tidak, dia tadi masih ada di dalam kamar, betul-betul belum pergi."
kata Cew To Su. "satu-dua menit yang lalu aku masuk kemari dan masih
melihat dia di sini, malahan bercakap-cakap dengan dia, dia suruh aku
mencarimu ke WC, aku lantas tutup pintu kamar ini. Belum aku
melangkahkan kaki, kau sudah datang, maka aku bisa dibilang belum
berkisar dari pintu kamar ini, kalau dia keluar, tentu aku dapat melihatnya
kecuali kalau kamarmu ini mempunyai lain pintu ..."
"Tidak. Di sini tidak ada pintu kedua, kami keluar dan masuk hanya
dari pintu yang satu ini!"
"Bukankah majikanmu menyewa tiga kamar?" tanya Cew To Su.
"Ya, tapi kamar yang ketiga ini tertutup rapat, selamanya belum
pernah dibuka," kata Lauw Cie Yang, "mari, ikut aku untuk kau periksa
sendiri!"
Cew To Su ikut Lauw Cie Yang masuk ke dalam kamar.
"Ini adalah kamar barang dagangan, terdiri dari dua buah kamar,"
Lauw Cie Yang menunjuk pintu sebelah barat "di sebelah ini, ini adalah
kamarnya kuasa, kalau hendak pergi ke kamar itu kita harus melewati
kamar barang dagangan. Sepulangnya direktur Lok Cay Khiong jam lima
sore, pintu kedua kamar ini dikunci, dan anak kuncinya dipegang sendiri
oleh tuan Lok, tiada satupun pegawai yang bisa membuka kedua kamar itu
kecuali tuan Lok Cay Khiong. Apalagi semua pegawai pada jam lima sudah
pulang, dalam kamar ini tentu sudah tidak ada orang, kecuali aku seorang
yang sedang menunggui telepon. Maka kawanmu tuan Chiu mungkin telah
pergi selagi kau tidak memperhatikannya..."
"Tidak! Tak mungkin dia berlalu tanpa pamit lagi!"
"Mungkin dia main-main denganmu !"
"Tak mungkin dia main-main secara demikian di malam buta begini!"
"Kalau begitu, kemana perginya Chiu Hie Tat itu?"
"Inilah yang aku ingin ketahui!" kata Cew To Su, yang lantas
mengadakan pemeriksaan di kamar itu, tapi Chiu Hie Tat tetap tidak
diketemukan.
Dengan perasaan aneh Cew To Su meninggalkan kamar itu dan
kembali ke kamar kerjanya. Ia duduk bengong, matanya memandang ke
langit-langit kamar seolah sedang menanti jawabannya dari langit-langit
kamar itu kemana perginya Chiu Hie Tat.
* ozahmed54@gmail.com *
"KAT PO, ganti bajumu dengan baju yang berwarna abu-abu, dan
pakai rambut palsu yang banyak ubannya," kata In Hong setelah tiba di
Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rumahnya, "kau harus menyamar sebagai seorang perempuan tua ..."
"Kemana kita hendak pergi ?" bertanya Kat Po.
"Ke gedung Happy!"
"Bukankah kita baru saja kembali dari gedung Happy?"Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 57
"Tindakan kita disana semuanya sudah dibawah pengawasan
kawanan bandit, maka kita mesti pulang satu kali untuk menyamar, baru
bisa bergerak lagi. Karena mereka telah melihat kita pulang, penjaganya
pun tentu akan berkurang."
Ketika mereka sedang bersiap menyamar, bel telepon berdering, In Hong
lalu menyambutnya, katanya :
"Disini In Hong, siapa disana?"
"Kau tak usah perdulikan siapa aku, aku adalah orang yang berhak
menentukan mati-hidupnya Hiang Kat," jawab orang yang berbicara di
telepon itu.
In Hong dapat menangkap suara itu agaknya seperti suara Hiong Jie Ngo,
kemudian ia berkata :
"Ada perlu apa, sahabat?"
"Aku peringatkan kau! Mulai saat ini, kau harus segera menghentikan
tindakan untuk mencampuri urusan tentang peristiwa lenyapnya orang di
sositet Pek Lok. Jika kau terima syarat ini, aku segera lepas nona Hiang
Kat dengan selamat. Jika tidak, akan segera kubunuh mati dia. Sekarang
kau jawablah! 'ya' atau 'tidak'!"
In Hong tahu, jika ia menjawab 'tidak' jiwa Hiang Kat segera melayang,
tetapi kalau ia menjawab 'ya', berarti ia telah menyerah kepada kawanan
bandit, maka otaknya lalu bekerja keras, mencari daya untuk menghadapi
soal ini.
"Bukankah kau kuasa dari sositet Pek Lok, Hiong Jie Ngo?" tanya In
Hong kembali.
"Aku sudah katakan, kau tak perlu tahu aku siapa, cukup kau
menjawab 'ya' atau 'tidak'!"
"Kalau begitu, bagaimana halnya dengan kotak merah itu?" tanya In
Hong membandel.
"Juga termasuk di dalamnya, kau tidak boleh ikut campur!"
"Kotak merah itu Tiauw Toa yang mencurinya, apa hubungannya
denganmu?" In Hong coba mengulur waktu untuk memikirkan suatu siasat
"aku pasti berdaya kotak merah itu kembali pada pemiliknya!"
"Ini berarti, kau telah menolak usulku! Sekarang aku mau tanya, kau
suka Hiang Kat mati dengan cara ditebas lehernya atau ditikam ulu
hatinya?"
"Aku belum pernah adakan perundingan dengan kawanan bandit!
Kalau kau berani membunuh atau melukai Hiang Kat, dalam tempo dua
puluh empat jam aku akan membunuh mati Hiong Jie Ngo untuk membalas
sakit hati Hiang Kat. Tolong sampaikan peringatanku pada Hiong Jie Ngo!"
sehabis berkata demikian In Hong lalu menaruh kembali pesawatnya
setengah dibanting.
Meskipun orang yang bicara di telepon belum mengakui siapa
dirinya, tapi In Hong sudah dapat pastikan bahwa dia adalah Hiong Jie
Ngo. Ia juga tahu bahwa kawanan bandit itu sangat kejam. Mereka
membunuh manusia seperti membunuh semut, sebaliknya mereka sendiri
sebenarnya lebih takut mati daripada siapapun, mereka hidup selamanya
bisa untuk mencicipi hidupnya di atas sesama umat dengan sepuaspuasnya.
In Hong menggunakan kelemahan pihak lawannya tersebut untuk
menghadapi soal penting yang bersangkut-paut dengan mati-hidupnya
Hiang Kat.
"In Hong, bagaimana kau menghadapi Hiong Jie Ngo?" tanya Kat Po.
"Jiwa Hiang Kat mungkin dalam keadaan yang sangat berbahaya!"Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 58
"Jika Hiong Jie Ngo itu orangnya seperti apa yang kuduga, yakni
takut mati, tentu dia tidak akan mencelakai Hiang Kat," jawab In Hong. "tapi
apabila sebaliknya, mungkin Hiang Kat akan menghadapi maut! Hanya
walaupun bagaimana, kita tidak akan menyerah kepada kawanan bandit,
Kat Po, lekas kau berdandan, kita harus selekasnya sampai ke gedung
Happy .'"
Ketika In Hong dan Kat Po sedang ber dandan, di satu tempat gelap di
sekitar rumah mereka, telah muncul lima sosok bayangan orang.
"Kita harus menerjang ke dalam rumah supaya dapat memberikan
pukulan selagi mereka tak bersiaga!" kata Ah Ngo, salah satu tukang pukul
Tiauw Toa dengan suara perlahan.
"Tidak, kita harus bersembunyi di sini untuk menunggu mereka
keluar, kemudian menubruknya dengan berbareng," kata.Tiauw Toa "ini
lebih aman daripada kita menerjang masuk!"
"Barangkali mereka malam ini tidak keluar?" kata Ah Toa.
"Kalau begitu, kita menunggu sampai mereka tidur, baru kita turun
tangan!" kata Tiauw Toa.
"Aku sudah tidak sabar," kata Ah Sie, "kawan kita Ah Sam di sositet
Pek Lok dihajar dua kali oleh Kat Po sampai setengah mati. kita juga harus
segera menghajar setengah mati In Hong dan Kat Po untuk melampiaskan
kemendongkolan kita!"
"Ah Sie, perlu apa kau begitu bernapsu?" kata Tiauw Toa, "In Hong
tidak dapat disamakan dengan Kat Po yang bodoh, kita berlima meski bisa
menangkan dia, tapi sebaiknya kita hati-hati, tunggu sampai mereka
keluar, aku nanti yang akan menghadapi In Hong, kalian berempat
mengurung Kat Po."
"Kat Po pernah dirubuhkan oleh kami berempat." kata Ah Nyi dengan
sombong "kita tentu dapat membekuknya dalam beberapa menit saja!"
"Setelah kalian berhasil menangkap Kat Po, segera ikat erat-erat."
kata Tiauw Toa "kemudian lantas membantu aku mengepung In Hong dan
membekuknya sekalian, barulah kita aman."
''Apakah kau mampu melawan In Hong?" tanya Ah Ngo.
"Kurasa setidaknya aku mampu melawannya dengan berimbang."
kata Tiauw Toa. "Maka setelah kalian menangkap Kat Po, jangan sampai
lalai, harus segera bantu aku turun tangan mengeroyoknya. Walaupun dia
gagah, tapi dikerubut kita berlima, akhirnya tentu akan mati!"
"Lihat, dalam rumahnya masih ada lampu menyala," kata Ah Sie,
"mereka belum tidur, juga tidak keluar pintu, sampai kapan kita bisa turun
tangan?"
"Sabarlah sedikit! Kita sembunyi saja dulu," kata Tiauw Toa "jika
mereka keluar pintu, kita langsung bertindak menurut apa yang
direncanakan. Jika mereka tidur, tanpa menggunakan tenaga sedikitpun
kita akan dapat membinasakan mereka, sekarang sabar saja menung gu di
sini."
Di dalam rumah gedung yang kecil mungil itu, In Hong dan Kat Po sedang
berhias menghadapi kaca, sedikitpun mereka tidak mengetahui kalau
musuh mereka sedang merundingkan cara mengambil jiwa mereka di
depan rumah mereka sendiri.
Bel telepon kembali berdering. In Hong yang sudah berdandan
seperti gadis kecil berusia lima belas tahun, memakai baju berkembang,
dan di atas kepalanya diikat kain sutera, segera masuk ke kamar kerjanya
untuk menyambut telepon.
"Ya ... oh, tuan Cew! Apa? Chiu Hie Tat juga lenyap? Dimana danKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 59
bagaimana lenyapnya? ...... Oo, begitu ... Baiklah, kami segera datang!"
In Hong meletakkan pesawat telepon dan berkata pada Kat Po :
"Mari kita pergi!"
"Bagaimana penyamaranku, sudah ada kemajuan?" tanya Kat Po
yang telah lama mengikuti In Hong belajar menyalin rupa. Mereka
padamkan lampu dan melangkah keluar.
Tiauw Toa dan empat kawannya yang menunggu di tempat sepi
melihat lampu sudah dipadamkan, kemudian disusul keluarnya dua
bayangan orang dari pintu pekarangan. Mereka tidak lantas bergerak tetapi
mereka mengawasi dulu.
"Siapa gadis cilik yang memakai baju kembang-kembang itu?" Ah
Ngo bertanya kepada Tiauw Toa dengan bisik-bisik, "Hiang Kat sudah
ketangkap, diapun tak pernah memakai baju kembang-kembang, dan siapa
pula nenek-nenek yang memakai baju abu-abu itu?"
"Mereka tentunya dalam penyamaran", kata Tiauw Toa dengan
perlahan.
"Kita harus dapat membedakan dulu diantara mereka berdua, yang
mana In Hong dan mana pula Kat Po, barulah kita mulai turun tangan."
"Nenek-nenek itu tentunya Kat Po," kata Tiauw Toa setelah berpikir
sejenak, "karena badannya tinggi besar, tidak salah lagi tentulah dia."
Saat itu, In Hong dan Kat Po sudah lewat di tempat persembunyian
mereka.
Kedua tangan Tiauw Toa menggenggam dua bilah pisau belati, dengan
tidak mengeluarkan suara ia mendekati gadis cilik itu, berbareng dengan
itu, Ah Ngo pun mencabut senjata pecutnya yang lemas mendekati neneknenek itu.
Setelah berada dekat sekali dengan In Hong, segera Tiauw Toa
meloncat, tangan kanannya mengangkat pisau dan ditujukan ke arah
punggung In Hong. Ia percaya seratus persen bahwa pisau belatinya akan
bersarang di tubuh In Hong.
In Hong yang sedang memusatkan pikirannya kepada hilangnya Chiu
Hie Tat, maka ia tidak merasa kalau Tiauw Toa sudah mendekatinya.
Kat Po memang seorang yang kasar, ia cuma tahu jalan ke depan, tidak
insyaf kalau di sebelah belakangnya ada musuh yang sedang mengincar
jiwanya.
Akan tetapi malam itu cahaya rembulan sangat terang, In Hong dan
Kat Po yang sedang berjalan di tempat yang sunyi itu, bayangannya di atas
jalan mengikuti mereka berjalan.
Tiba-tiba In Hong dapat melihat, kecuali bayangan mereka berdua,
masih ada dua bayangan lagi yang bergerak mengikuti, malah satu
diantaranya telah mengangkat senjata yang bukan main tajamnya hendak
menyerangnya. Dengan cepat ia tarik Kat Po melompat maju ke depan.
Tiauw Toa mengira, In Hong biar bagaimana tentu tidak akan mampu
menghindari serangannya, ia tidak mengira, ketika pisau sudah hampir
mengenai sasarannya, mendadak tubuh In Hong yang kecil mencelat
dengan gesit ke depan, hingga serangan pisaunya mengenai tempat
kosong.
Ah Ngo melihat Tiauw Toa tak berhasil menikam In Hong, dengan
cepat memutar pecutnya menyerang Kat Po.
Kat Po meskipun orangnya ketolol-tololan, tetapi ketika In Hong
menarik dirinya secara mendadak, ia juga lantas menduga tentu ada
bahaya mengancam, maka ia buru-buru me lompat maju, lalu terdengar
suara "tar" yang nyaring, debu berhamburan, pecut Ah Ngo mengenai pasirKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 60
jalanan.
Semua kejadian itu terjadi dengan sangat cepat,
Tiauw Toa lantas melompat maju kesamping In Hong, memutar
kedua pisau belatinya, dilancarkannya serangan berulang-ulang ke tubuh
In Hong.
In Hong yang melihat cara penyerang gelap tersebut memainkan
pisaunya dengan sempuna, dan ia pun dapat melihat wajah yang bopeng,
maka ia lantas tahu bahwa orang yang menyerangnya adalah Tiauw Toa,
murid kesayangan Lok Lo Pat.
In Hong berkelit kesana-kemari dengan lincahnya menghindari
serangan musuhnya yang memutar pisaunya semakin lama semakin seru,
selalu mengarah kanan kiri tubuh In Hong hingga ia yang sudah
mempunyai ilmu silat tinggi agak repot juga.
Tidak jauh dari tempat In Hong, Kat Po pun sedang bertempur
melawan empat orang musuh.
Pecut Ah Ngo berbunyi peletar-peletor menyerang tubuh Kat Po,
jaring Ah Toa dengan diam-diam terus mengancam, senjata catut Ah Sie
selalu hendak mencatut pinggang dan leher Kat Po, dan tusukan baja Ah
Nyie terus menikam.
Dulu waktu Kat Po bertempur dengan lima orang tukang pukul ini,
kecuali harus melawan dua rupa senjata lemas dan dua rupa senjata
keras, juga harus melayani senjata rahasia Ah Sam. Sekarang meski Ah
Sam tidak ada tapi berkelahi dengan tangan kosong, maka akhirnya ia
terdesak terus-menerus seperti halnya In Hong,
"In Hong," panggil Kat Po gugup "Empat kawanan bandit tidak tahu
malu ini telah mengurung aku!"
ln Hong sedang bertempur melayani Tiauw Toa. Meskipun berada di
bawah angin, tapi masih agak mendingan, ia masih ada tempo untuk
memperhatikan keadaan kawannya. Ia sudah tahu Kat Po berada dalam
kesulitan. Tapi sekarang ia sendiri sedang diserang secara bertubi-tubi
oleh sepasang senjata si bopeng ini sehingga ia tidak mempunyai
kesempatan untuk membalas dan bagaimana ia bisa membantu Kat Po.
"Kat Po, tenang sedikit, kita harus dapat merobohkan kawanan
bandit yang sangat jahat ini!" kata In Hong mencoba memberi semangat
pada kawannya.
* ozahmed54@gmail.com *
JILID: 4
MENDENGAR kata-kata In Hong, benar saja semangat Kat Po lantas
bangun kembali, ia bisa bertempur agak tenang, ia berkelit berkali-kali dan
coba menerobos kepungan. Tetapi usahanya itu ternyata sia-sia.
Pertempuran berlangsung terus, Tiauw Toa nampaknya makin lama
makin gagah, In Hong sebalik tambah repot, ia mundur terus-menerus,
"Ha .... ha .... ha ...." Tiauw Toa tertawa girang dan katanya:
"In Hong, kau selalu mengandalkan kepandaianmu dan anggap di
dunia ini tidak ada tandingannya sehingga berani memusuhi kami dari
golongan rimba hijau, tapi malam ini dimana kegagahanmu? Dimana
kegagahanmu yang tinggi itu?!".
"Semua bicokok, ok pa, dan bandit adalah musuh-musuhku, juga
musuh rakyat jelata, berdasar keinginan rakyat, aku hendak sapu bersih
mereka semua sampai tidak ketinggalan meski seorangpun!" jawab InKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 61
Hong dengan suara keras.
Tapi keadaan pertempuran tidak menguntungkan baginya, ia tetap main
mundur dan makin lama makin jauh terpisah dengan Kat Po.
"Ajalmu akan segera tiba, kau masih bisa omong besar?!" kata Tiauw
Toa dan kedua pisau belatinya terus mengarah badan In Hong.
Kat Po yang melawan empat musuh, meski berkali-kali bisa egoskan
diri dari pecut Ah Ngo, kacipnya Ah Sie atau tusukannya Ah Nyie, tapi
untuk menyingkir dari jaring Ah Toa, ia agak repot, beberapa kali hampir
saja kena jaring.
Suatu kali, ketika ia menghindari tiga macam senjata dari ketiga
lawannya, jaring Ah Toa telah menyerang kepalanya, ia bermaksud
meloncat ke depan, pecut Ah Ngo telah diputar sangat gencar, berkelit ke
kanan, senjata Ah Nyie sudah mengancam, mengegos ke kiri, kacip Ah Sie
sudah bersedia hendak mengacip tubuhnya. Ia tidak ada jalan buat lolos,
jaring Ah Toa tahu-tahu sudah bersarang di kepalanya.
Tak ayal lagi Kat Po lantas roboh di tanah yang kemudian diringkus
oleh mereka berempat.
Ah Sie angkat kacipnya hendak mengacip leher Kat Po, tapi Ah Toa
mengusulkan untuk melemparkannya di tengah jalan, menunggu setelah
dapat menangkap In Hong, barulah dibinasakan secara sangat kejam agar
supaya In Hong dan Kat Po mengalami siksaan yang hebat lebih dulu.
Usul itu disetujui oleh Ah Nyie dan Ah Ngo, tapi Ah Sie sangat
penasaran, ia menendang tubuh Kat Po yang sudah diikat seperti lepat itu
ke tengah jalan.
"Ah Sie, setelah kita dapat menangkap In Hong, masih banyak
kesempatan untuk kita menyiksa mereka," kata Ah Toa "Sekarang mari kita
lekas bantu Tiauw Toa!"
Keempat tukang pukul itu segera menenteng senjatanya masingmasing ke tempat Tiauw Toa yang sedang bertempur dengan In Hong.
In Hong melihat kedatangan mereka, ia menduga tentu Kat Po sudah
tertangkap atau sudah dibinasakan, maka ia buru-buru melompat ke
tempat yang terbuka.
Kotak Malaikat Dan Kunci Ajaib Karya Yan Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiauw Toa turut melompat dan mengejar. Keempat kawannya pun
tiba saat itu juga, hingga In Hong terkurung.
Sebuah truk disaat itu tengah mendatangi. Suara gemuruhnya mesin
memecahkan kesunyian tempat pertempuran itu. Truk dilarikan dengan
kencang karena sopirnya tahu bahwa jalanan ini biasanya sangat sunyi,
apalagi di waktu tengah malam buta seperti ini, hampir tidak ada satu
manusia yang berjalan di jalanan itu.
Sopir truk itu tidak melihat bahwa dalam jarak dua-tiga ratus meter
ada satu tubuh wanita yang menggeletak di jalanan.
Tapi in Hong yang sedang dikeroyok lima orang, dengan adanya
sinar lampu truk itu dapat melihat tubuh Kat Po yang menggeletak di
tengah jalan.
Tidak lama kemudian, truk itu sudah berlalu jauh, keadaan kembali
sunyi, hanya suara mereka yang sedang bertempur tetap berkumandang di
malam sunyi itu.
Pada saat itu ujung belati Tiauw Toa telah meluncur dan mengarah
tenggorokannya, ia buru-buru miringkan kepala hingga pisau belati itu
lewat di samping kepalanya. Pisau belati Tiauw Toa lainnya kembali
mengarah muka In Hong, ia tidak keburu berkelit, pisau belati itu
menyambar dan membikin robek ikat kepalanya.Kotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 62
* ozahmed54@gmail.com *
MARILAH kita tengok Hiang Kat yang telah sadar, ia dapat tahu
bahwa dirinya sudah diikat erat-erat disebuah kursi dalam sebuah kamar.
Meskipun kedua tangan dan kakinya masih bisa bergerak bebas namun
badannya sudah tidak dapat bergerak. Tinggal sepasang matanya yang
berputaran mengawasi keadaan kamar itu, yang dihias sangat mewah.
Di samping kiri Hiang Kat, ada satu meja lux yang terbuat dari besi
lengkap dengan kursinya, di atas meja ada beberapa rupa perabot tulis
dan dua pasang pesawat telepon. Di lain sudut terdapat satu lemari besi
model terbaru, di sebelah kanannya ada dua lemari buku, di samping
lemari ada sebuah pintu. Di seberang sana ada satu dipan, tampak dua
orang tinggi besar yang berwajah sangat galak. Yang satu alisnya sangat
lebat, matanya sipit, yang lainnya di sebelah telinganya tumbuh daging
lebih.
Di atas kursi sebelah dipan, duduk seorang setengah umur yang
tinggi kurus, matanya seperti seekor tikus, seluruh roman mukanya
menunjukkan sifat yang licik dan kejam.
Di sudut yang lain masih terdapat sebuah pintu, tetapi kelihatannya
belum pernah dibuka. Di depan pintu itu dipasang kertas tebal.
Hiang Kat menoleh kebelakangnya, ternyata ada enam jendela kaca,
di luar kaca masih ada papan yang dicat biru muda, karena papan itu
tertutup rapat, maka ia tidak dapat melihat keadaan di luar.
Ia tidak tahu betul di mana letak tempat ini, juga tidak tahu jendela itu
menghadap ke timur atau selatan, terlebih keadaan kantor itu, ia tidak tahu
sebetulnya untuk kantor apa.
Ia mendongak, di papan langit-langit kelihatan sinar lampu yang
terang. Matanya kembali ditujukan ke wajah tiga orang yang ada di
depannya.
"Kalian siapa?" tanya Hiang Kat.
"Kau tidak usah tahu siapa aku," jawab orang setengah umur yang
matanya seperti mata tikus itu sambil cengar-cengir. "Mati-hi dupmu
berada di tangan kami, kalau kami menginginkan kau mati, kau pasti akan
mati, kalau mau suruh kau tinggal hidup, kau akan tetap hidup!"
Orang yang alisnya tebal, tangannya memainkan sebilah pisau belati,
sebentar- sebentar dilontarkan bolak-balik ke atas, seolah-olah
membanggakan kepandaiannya dalam memainkan pisau.
"Permainan pisau kawanku ini tidak jelek toh?" tanya orang bermata
tikus yang bermaksud menggertak.
"Biasa saja!" jawab Hiang Kat sambil gelengkan kepala.
"Tapi kau jangan anggap sepi pisaunya itu, ia pernah membunuh
seratus anak kambing!" kata si mata tikus, "dan anak kambing yang ke 101
adalah kau!"
"Siapa sebetulnya kalian?" Hiang Kat coba memancing "kalian
bukankah kaki tangan Hiong Jie Ngo?"
"Kau tidak perlu tahu!." Jawab si mata tikus.
"Kalau begitu, ini tempat apa?" Lebih-lebih tidak boleh
diberitahukan."
"Apa perlunya kalian menahan aku di tempat ini?"
"Supaya Oey Eng dapat mengetahui kelihaian kami dan jangan ikut
campur urusan kami!."
"Dengan tidak disadari kalian telah menerangkan bahwa kalian
adalah benar kaki tangan Hiong Jie Ngo!" Hiang Kat akhirnya berhasil
mengorek rahasia mereka, "malah aku juga dapat mengetahui dimanaKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 63
adanya tempat ini!"
"Kau tidak perlu menebak-nebak!" orang itu sekarang tidak unjukkan
senyumnya lagi, malah agak mendongkol, "kau sedikitpun tidak akan tahu
dimana adanya kantor ini."
"Aku telah kehilangan ingatan di dalam pesawat tangga listrik, ketika
aku sadar kembali aku sudah berada di tempai ini," menurut apa yang
dialami olehnya, ia tahu tidak nanti ia akan dibawa keluar dari gedung ini,
maka ia menafsirkan dengan dasar kenyataan itu, malah secara tegas ia
berkata :
"Tidak salah lagi ... tempat ini tentulah salah satu ruangan dalam dari
gedung Happy."
"Kurang ajar!" kata bandit yang memainkan pisau itu "kau betul-betul
lihai! Tapi sekalipun kau tahu juga tidak ada gunanya, jiwamu sudah di
tangan kami!"
Hiang Kat merasa sudah dapat menebak jitu letak tempat itu, ia
menduga terpisah tidak jauh dari In Hong, mungkin In Hong kini sudah
berada di dekat kantoran ini maka ia lalu menggunakan suara yang paling
nyaring dengan berteriak sekuat-kuatnya :
"In Hong...!! Kat Po...!!! aku di dalam satu kantoran...!! In Hong...!!
aku ada disini...!!"
Seruan Hiang Kat tidak membikin gugup kawanan bandit, sebaliknya
mereka malah tertawa bergelak. Hal ini membuat Hiang Kat hentikan
seruannya.
"Hiang Kat, kau mengapa tidak berteriak-teriak lagi?" kata orang
bermata tikus itu, "apakah kau letih? Kau boleh memanggil dan berteriakteriak sesukamu, agar supaya Oey Eng datang kemari, akupun tidak akan
menghalanginya!"
Hiang Kat mengerti, perbuatan itu tidak ada gunanya, ia menduga
kamar ini tentu dilengkapi pesawat istimewa hingga suara tak dapat
didengar dari luar kamar. Jika tidak, tidak nanti kawanan bandit itu
demikian tenang,
Salah satu pesawat telepon di meja tulis lux itu berdering. Si mata
tikus lantas bangun dan mengangkat telepon,
"Ya ,, ya,,.. ia sudah sadar... ia sudah tahu siapa kita, Juga tahu
dimana adanya kamar ini ... ya, aku menurut perintahmu," orang itu
menaruh teleponnya dan memerintahkan kepada kedua orang kaki
tangannya :
"Bawa dia ke kamar sebelah!"
Dua orang kawanan bandit itu bangun dari dipan, membuka pintu kamar
sebelah, kemudian mengangkat Hiang Kat berikut kursinya meninggalkan
kamar yang mewah dipindahkan ke suatu kamar yang luas dan agak aneh
keadaannya, salah seorang bandit itu menutup pintunya.
Hiang Kat melihat dalam kamar ini ada banyak contoh-contoh model
orang laki-laki dan wanita yang terbuat dari bahan-bahan yang berlainan.
Ada yang terbuat dari malam, yang terbuat dari gib, dan yang terbuat dari
karet dan lain sebagainya. Tapi semuanya seperti benar-benar hidup,
buatannya sangat halus dan sempurna, ukurannya pun tidak beda dengan
orang sebenarnya. Sebagian dari model kaum wanita ada yang berpakaian
paling modern, ada pula yang berdandan model purbakala.
Di satu bagian dari kamar itu, ada sebuah pintu yang tidak pernah
dibuka, karena pintu itu ditempeli karton tebal. Hiang Kat sekarang
mengerti bahwa karton tebal itu kiranya untuk menahan suara supaya tidak
keluar kamar, sudab tentu kamar-kamar lainnya pun diperlengkapiKotak Malaikat dan Kunci Ajaib
Ebook Editor : Oz 64
demikian.
Itu adalah kamar yang berukuran dua kali lebih besar dari kamar
sebelah, seluruh kamar ada dua belas pintu kaca, yang semuanya ditutup
papan.
Pintu yang menghadap kamar sebelah mungkin adalah pintu untuk
keluar-masuk atau mungkin juga pintu yang menembus ke ruangan lain.
Pintu kamar kantoran tadi terbuka, dan orang yang matanya seperti mata
tikus tadi berdiri didepan pintu.
"Bawa Hiang Kat kembali . . ." perintahnya.
Dua orang bandit itu kembali mengangkat Hiang Kat berikut kursinya ke
tempat semula.,
Keadaan di kamar tetap seperti tadi. Tapi yang membikin Hiang Kat
heran, di atas kursi depan meja tulis itu sudah bercokol satu orang, dan
orang itu bukan lain ialah Hiong Jie Ngo, yang sekarang diperban untuk
membungkus telinganya yang luka.
Bagaimana cara Hiong Jie Ngo memasuki kamar itu? Dari pintu yang
belum pernah dibuka atau dari pintu yang dilengkapi karton tebal?
Berpikir bolak-balik, Hiang Kat merasa dirinya sangat bodoh, sudah terang
ia dibawa bandit-bandit itu memasuki kamar ini melalui pintu itu. sudah
tentu Hiong Jie Ngo juga mengambil jalan serupa.
"Hiang Kat, apakah kau tahu bahwa jiwamu sudah berada di tangan
kami?!" tanya Hiong Jie Ngo bengis.
"Aku tidak berpikir demikian," jawab Hiang Kat, "sebaliknya, kalian
yang selalu berbuat kejahatan, dalam waktu yang pendek akan kami basmi
habis sampai ke akar-akarnya !"
"Hm !" Hiong Jie Ngo keluarkan suara dari hidung serta tertawa
dingin, "Kau sedang mimpi!" .
"Lo Hiong, perlu apa kita adu mulut dengan dia?!" kata bandit yang
alisnya tebal "tikam saja tubuhnya dengan pisau, dan penggal kepalanya,
lalu masukan ke dalam kotak dan kirimkan kepada Oey Eng untuk barang
kenang-kenangan supaya dia mengerti kelihaian kita!"
"Usulmu itu boleh juga," kata Hong Jie Ngo sambil anggukanggukkan kepalanya, "tapi terlalu murah bagi dia!"
Orang beralis tebal itu segera cabut pisau belatinya dan bertindak
menuju kursi Hiang Kat.
"Tusuk tenggorokannya atau dada kirinya?" tanyanya dan belatinya
diobat-abitkan di depan mata Hiang Kat.
"Hiang Kat, dengarkah kau?" tanya bandit yang matanya seperti
mata tikus itu, "kau suka mati dipotong lehermu atau didodet perutmu?"
Dalam keadaan berbahaya itu, Hiang Kat masih tetap tenang, dengan
suara mantap ia berkata :
"Jika kalian berani meraba aku, dalam tempo dua puluh empat jam
aku tanggung kalian tak akan dapat hidup!"
"Apa kau kira aku tidak berani ganggu kau? Aku akan cincang kau
seperti perkedel juga mudah saja, tapi, baik aku tanya kawanmu Oey Eng
dulu, aku turuti apa yang disukainya, memotong lehermu atau mendodet
perutmu?" kata Hiong Jie Ngo. Dari laci meja ia mengeluarkan dua jilid
buku telepon, setelah menemukan nomor telepon In Hong, lantas meng
angkat pesawat teleponnya.
Kemudian Hiong Jie Ngo terdengar berkata : ini berarti, kau telah
Bumi Cinta 7 Wiro Sableng 058 Bahala Jubah Kencono Geni Pendekar Gunung Fuji 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama