Ceritasilat Novel Online

Menebus Dosa 2

Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa Bagian 2


"Benar, pada waktu itu, orang-orang dari 4 partai besar mungkin tidak ada yang
bisa keluar dari lembah tersebut dalam keadaan hidup, jika aku tidak muncul, bukankah
perbuatan ini berarti melindungi nama baik 4 partai besar tersebut?"
"Benar, apakah perempuan muda yang muncul pada waktu itu, adalah liesicu
sendiri?"
"Tebakan jitu, itu adalah aku sendiri. Tapi kemudian aku telah tertipu oleh akal
busuk sehingga rusak mukaku. Oleh karena aku hendak memulihkan mukaku, aku perlu
dengan obat mujijat yang berupa nyiurnya burung Ho serta tumbuhan Soat som yang
usianya masing-masing sudah ribuan tahun. Barang yang tersebut duluan itu aku tahu
merupakan barang pusaka Siao Lim-pay, maka aku minta pertolongan kepada Heng-shekhek pergi ke gunung Siong-san, untuk berunding dengan ketua partaimu, tapi ketua
partaimu Pek-bie Siansu bukan saja tidak mau memberikan, bahkan mengatakan Heng-she
khek hendak menipu barangnya ..........."
"Dengan berdasarkan perkataannya Heng-she-khek seorang saja, sudah tentu ia
tidak percaya."
Dia percaya tapi tidak mau memberikan, tatkala Heng-sie-kbek berangkat untuk
minta benda pusaka itu, aku percaya akan terjadi hal itu, maka aku telah menjelaskan
kepada Heng-shekhek semua perkataan yang harus ia katakan kepada Pek-bie Sian-su."
"Dan setelah diberi keterangan itu, ketua kita tidak mau memberikan?"
"Benar, nah kau kata apakah Siao-lim-pay bukan sudah melupakan budi orang?"
Dengan pertaruhkan jiwaku aku melindungi nama baik Siao lim-pay, tapi partai itu
ternyata tidak ingat pengorbanan tenaga yang kuberikan, sehingga tujuh murid bisa keluar
dari lembah maut itu dalam keadaan selamat. Maka kalau aku minta kembali jiwa anak
murid yang dulu aku tolong itu, rasanya toh tidak keterlaluan bukan?"
Mendengar keterangan itu Hui goan lantas berubah. "Kalau apa yang kaukatakan itu
benar, aku pasti akan perintahkan kepada seluruh anggota sesepuh bagian hukum, supaya
menghukum Pek-bie Siansu, untuk menebus dosa terhadap kesalahannya. Lagi pula Siaolim pay adalah partai persilatan golongan Budha jangankan hanya nyiurnya burung Ho saja,
sekalipun barang yang lebih berharga dari itu, kalau memang digunakan untuk sesama
manusia, juga harus diberikan, apalagi liesicu sudah melepas budi terhadap kita."
Sehabis berkata, ia ajak kawannya pamitan dengan wanita itu, lantas berlalu.
Setelah Hui-goan berlalu, wanita itu duduk bersila, di tanah untuk bersemedi memulihkan
tenaganya,
Sim Lok mengawasi wanita itu, mendadak berseru kaget, wayahnya berubah seketika,
kemudian mundur satu tindak.
Wanita itu agaknja dikejutkan oleh seruan Sim Lok, ia lantas bertanya, "Ada apa?"
"Benda apa itu yang tergantung di dadamu?" Wanita itu tundukan kepalanya untuk
melihat, segera dapat lihat bahwa di atas dadanya tergantung sebuah batu giok yang
berukiran sepasang hati, batu giok itu keluar dari dalam bajunya, mungkin karena barusan
selagi ia sedang bertempur sengit dengan Hui-goan Taysu"
"Ini adalah batu giok," demikian jawabnya.
"Bolehkah aku pinjam lihat sebentar?"
Wanita itu anggukan kepala, lalu memberikan batu giok itu kepadanya, Sim Lok
mengamat-amati batu giok, ternyata sama benar dengan batu giok kepunyaannya sendiri
yang sudah diberikan kepada Thian-mo Kiongcu.
"Nona aku numpang tanya," ia bertanya dengan suara gemetar, batu giok ini
apakah muridmu Thian mo Kiongcu yang memberikan padamu?"
"Bukan, batu giok ini sejak aku masih anak-anak sudah berada di badanku,
mengapa kau menanyakan soal ini?"
"Benarkah batu giok ini bukan pemberian dari muridmu...............?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Apa dia juga ada punya sebuah? Bagaimana aku tidak tahu?"
"Tidak, beberapa hari berselang, aku pernah memberinya sebuah batu giok
berukiran sepasang hati yang sama benar dengan batu giokmu ini."
"Apa? kau juga punya sebuah?"
Sim Lok tidak rnenjawab, mendadak ia ingat bagaimana sikap Thian-mo Kiongcu
tatkala melihat batu giok kepunyaannya sendiri, apakah ia pernah melihat batu giok
kepunyaan suhunya ini?"
Ia ingat terhadap perkataannya Rase Kumala bahwa batu giok berukiran sepasang hati ini,
semuanya ada tiga buah. Apabila tiga buah batu giok itu berkumpul, maka terbukalah tabir
rahasia yang selama itu merupakan satu teka teki. Rahasia apa yang menyangkut batu giok
ini? Wanita itu ketika melihat sikap Sim Lok yang aneh itu merasa heran, maka ia lantas
bertanya pula, "Apakah kau juga mempunyai batu giok yang serupa ini?"
Sim Lok agaknya tersadar dari lamunannya, ia lalu rnenjawab sambil menyerahkan
batu itu. "Benar, aku juga punya sebuah, tapi beberapa hari berselang, sudah kuberikan
pada muridmu."
"Apa benar?"
Sim Lok anggukan kepala. Wanita itu lompat berdiri dan berkata, "Kau ikut aku ke
Thian-mo kiong aku hendak melihat itu batu giok yang kau berikan kepada muridku, apa
benar serupa dengan batu gioku ini?"
Dua orang itu baru saja masuki rimba Kui ong-lim, tiba-tiba terdengar suaranya Thian-mo
Kiongcu, "Kiranya Sim Ciaugbunjin...........".
Sim Lok dan wanita itu hentikan kakinya nampak Thian-mo Kiongcu menghampiri,
dengan tindakan lambat-lambat, dibelakangnya mengikuti Gin-hui dan Giokhui. Thian-mo
Kiongcu tidak mengunjukan sikap apa-apa, ia memandang wanita berkerudung itu, karena
tidak tahu bahwa wanita itu adalah suhunya. Ia bertanya dengan nada suara dingin,
"Barusan aku mendapat laporan bahwa ada seorang berkerudung bertempur sengit dengan
seorang paderi dari Siao-lim-pay, tidak nyana adalah kalian berdua."
Wanita berkerudung itu menjawab sambil ketawa, "Bagus sekali kau Thian-mo
Kiongcu, berhadapan dengan suaminya sikapnya masih demikian dingin, cara demikian,
bagaimana suami bisa berlaku baik terhadap dirimu?"
Mendengar ucapan itu Thian-mo Kiongcu nampak terperanjat, katanya, "Kau
adalah.................."
"Bagaimana? Apa suaraku kau juga sudah tidak kenali?"
"Suhu!" Thian-mo Kiongcu berseru dan lantas memberi hormat.
"Sudah tidak usah, aku kira suaraku sudah taidak kau kenali lagi."
"Kata suhu sudah tidak akan muncul di dunia Kang-ouw lagi, bagaimana aku bisa
menduga kalau suhu?"
Gin-hui dan Giok-hui juga lantas maju. Wanita itu berkata pula, sambil ketawa getir, "Siao
Cie, jangan tanya aku dulu, hingga kau tidak abaikan orang lain,"
Ucapan itu sudah tentu ditunjukkan kepada diri Sim Lok, Thian-mo Kiongcu setelah
mendengar teguran demikian, mengawasi Sim Lok dengan sinar mata gusar, katanya,
"Suhu, aku tidak mau perdulikan dia lagi."
"Tidak mau perdulikan dirinya? Kenapa?"
"Bukankah aku sudah beritahukan padamu?"
"Oooo, perkara tidak ada artinya, bagaimana selalu kau simpan dihati? Mari sini,
minta maaf kepada suamimu............." Dengan wayah merah Thian-mo Kiongcu
menjawab, "Suhu.........kau........."
"Kenapa? Kau tidak mau?"
Thian-mo Kiongcu terpaksa menghampiri Sim Lok, katanya dengan suara gelagapan,
"Kau.........kau........." Hanya itu saja yang ia mampu katakan, selanjutnya ia tidak tahu
apa yang harus diucapkan. Wanita berkerudung itu tertawa getir, katanya, "Siao Cie, kau
seharusnya merasa beruntung aih."
Wanita itu menghela napas panjang, agaknya terkenang kejadian di masa yang lampau.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Dengan pikiran duka Thian-mo Kiongcu berkata, "Suhu, apa kau ingat kejadian dimasa
yang lampau lagi?"
"Bagaimana aku.tidak memikirkan?" Ia menghela napas, kemudian bertanya, "Siao
Cie, kabarnya suamimu........."
"Suhu, kita belum kawin secara resmi, bagaimana suhu katakan suamiku?"
"Oh......... katanya Sim siaohiap ada memberikan padamu sebuah batu giok
berukiran sepasang hati?"
"Ya," jawab Thian-mo Kiongcu, "Suhu, waktu itu setelah melihat batu giok itu, aku
masih mengira kepunyaanmu, beberapa kali aku ingin menanyakan, tapi selalu lupa."
"Dimana, coba aku lihat"
Thian-mo Kiongcu memperlihatkan batu giok pemberian Sim Lok, wanita itu bandingkan
dua buah batu giok itu satu sama lain, ternyata serupa benar. Dengan tangan gemetaran
wanita itu berkata, "Batu giok ini bagimana ada dua buah......"
"Bukan cuma dua, malah semuanya ada tiga."
"Tiga? Apakah batu giok ini semuanya ada tiga buah?"
"Benar!"
"Dimana sebuah yang lainnya?"
"Di tangan tangan Rase Kumala."
"Di tangan Rase Kumala di lembah Pek-kut-kok?"
"Benar, batu giok serupa ini semuanya berjumlah tiga, bahkan kabarnya batu ini
mengandung rahasia besar........."
Sim Lok lalu menceritakan apa yang dituturkan oleh Rase Kumala waktu itu. Wanita itu
lalu bertanya, "Asal tiga buah batu itu berkumpul menjadi satu, ini berarti tersingkapnya
tabir rahasia yang selama ini masih merupakan suatu teka-teki besar?"
"Benar, bagaimana kalau kita pergi ke lembah Pek-kut-kok?"
"Baiklah dengan melanggar laranganku sendiri, kali ini aku ikut kau ke lembah Pekkut-kok!"
"Kenapa kau berkata melanggar larangan?"
"Sebab aku sudah bersumpah, sebelum mukaku sembuh kembali seperti sediakala,
aku tidak akan muncul lagi di dunia Kang-ouw."
"Ke lembah Pek-kut-kok bukan berarti terjun ke dunia Kang-ouw."
Wanita itu tidak menjawab, ia mengawasi Thian-mo Kiongcu dan berkata padanya,
"Jangan berdiri saja, kita hendak pergi, apa kau tidak mengucapkan kata apa-apa
padanya?"
Thian-mo Kiongcu terpaksa mendekati Sim Lok dan berkata padanya, "Harap kau jaga diri
baik-baik!"
Sim Lok ketawa dan berkata, "Kalau tidak senang, lebih baik jangan kata apa-apa, ucapan
ini kedengarannya ketus sekali. "
Thian-mo Kiongcu delikkan matanya, sedang dalam hatinya berkata, kau telah
kurung aku enam hari, aku belum membuat perhitungan denganmu.
Sementara itu, Gin-hui lalu menghampiri Sim Lok dan berkata padanya, "Engko Lok, dalam
perjalanan ke lembah Pek-kut-kok ini, harap kau berlaku hati-hati, tiga barang pusaka
yang kau inginkan itu, nanti kalau kau kembali boleh ambil!"
Sim Lok anggukan kepala, lantas berlalu bersama wanita berkerudung itu.
Keadaan dilembah Pek kut kok masih tetap seperti sedia kala, tidak nampak adanya peru
bahan............
Wanita berkerudung itu berdiri mengawasi keadaan sekitar lembah itu, katanya dengan
nada terharu, "Enam tahun telah berlalu, tidak nyana hari ini aku bisa datang lagi ke
lembah ini........."
Tiba-tiba terdengar suara Rase Kumala dari lembah. "Siapa?"
"Cianpwee, aku Sim Lok......" jawab Sim Lok dengan suara nyaring.
Dari dalam lalu muncul Rase Kumala, ketika melihat Sim Lok berdiri dengan seorang
wanita berkerudung, ia nampak terperanjat. Lama ia memandang, baru bertanya dengan
nada suara dingin, "Ada urusan apa kau kembali ke Pek-kut-kok?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Cianpwee, bukankah kau pernah memberitahukan padaku tentang batu giok
berukiran sepasang hati yang semuanya berjumlah tiga buah............?"
"Apakah kau sudah menemukan batu yang ketiga?"
"Benar, batu giok yang ketiga itu berada di tangan nona ini."
Kulit dimuka Rase Kumala nampak berkerenyit, sikapnya menggoncangkan hebat dalam
hatinya. Lama ia baru bisa membuka mulut dan berkata dengan suara gemetar, "Apa kau
juga mempunyai batu giok serupa itu?"
"Benar," jawab wanita itu, "batu giokku dengan batu gioknya Sim Lok semuanya
ada di sini, harap suka periksa!"
Ia lalu menyerahkan dua buah batu giok itu kepada Rase Kumala. Rase Kumala juga
mengeluarkan batu gioknya, setelah tiga buah batu giok itu dipadu satu sama lain,
ternyata serupa benar. Tiba-tiba terdengar ia berkata sendiri, "Dua puluh
tahun,.......peristiwa berdarah pada masa yang lampau......... juga sudah tiba saatnya
untuk dibeber."
Di kelopak mata Rase Kumala, nampak mengembeng airmata, yang kemudian mengalir
membasahi kedua pipinya............
Sim Lok yang menyaksikan keadaan demikian lantas bertanya, "Cianpwee ada mengandung
rahasia apakah pada tiga buah batu gioK ini?"
"Walaupun batu giok ini sudah muncul semuanya, tapi sebelum kau dapat
menghancurkan batu raksasa itu, aku tidak akan membuka rahasia tersebut." jawab Rase
Kumala.
Wanita berkerudung itu nampaknya juga mengetahui bahwa rahasia yang tergenggam
dalam batu giok ini pasti ada hubungannya dengan badannya sendiri, maka ia lantas
bertanya, "Batu raksasa apa yang harus dihancurkan."
Sim Lok lalu menunjukan batu raksasa yang pernah dipukul olehnya hingga
menimbulkan bekas dua lubang, kemudian berkata, "jika aku tidak dapat memukul hancur
batu raksasa itu, ia tidak akan menceriterakan rahasia itu,"
"Apa benar...............? Cianpwee, boleh aku menumpang tanya, jika aku dapat
memukul hancur batu itu, apa cianpwee sudi beritahukan rahasia itu?"
"Baiklah!" kata wanita itu, ia segera angkat pelahan-lahan tangan kanannya,
seluruh kekuatan tenaganya dikerahkan ketangan kanan, kemudian mendorong
pelahan...............
Suatu kekuatan tenaga dalam, yang amat dahsyat meluncur keluar dari telapak tangannya,
menuju kearah batu raksasa itu. Sebentar lalu terdengar suara ledakan, batu raksasa itu
lalu hancur lebur, hingga Rase Kumala dan Sim Lok yang berdiri disamping mundur tiga
langkah.
Dengan wayah berubah Rase Kumala berkata, "Numpang tanya nona, apakah batu giok ini
nona bawa sejak nona masih anak-anak?
"Benar."
"Kalau begitu, rahasia ini sudah tiba saatnya untuk dibongkar, dan hutang darah
juga sudah waktunya untuk dibayar, Koo Pek Ceng, Koo Pek Ceng! kalau kau yang sudah
bersemayam di alam baka mengetahui hal ini, seharusnya kau sudah merasa
puas....................." Sehabis berkata demikian, Rase Kumala itu menangis tersedu sedu.
Sim Lok terperanjat, mengapa Rase Kumala itu mendadak menyebut-nyebut nama Koo Pek
Ceng? Tertarik oleh perasaan heran, maka ia lantas bertanya, "Cianpwee, kau berkata
apa?" Rase Kumala pesut airmatanya, ia memandang Sim Lok sejenak, lalu berkata, "Kau
tahu, siapakah Koo Pek Ceng?"
"Tidak tahu siapa?"
"Ayahmu!"
"Aaaa!" Sim Lok seperti disambar petir, ia mundur satu tindak, mulutnya kemak
kemik, "Koo Pek Ceng ayahku?"
"Benar, dia adalah ayahmu," kata Rase Kumala, lalu mengawasi wanita
berkerudung itu dan berkata padanya, "juga adalah ayahmu."
"Aaa! apa katamu?" Wanita itu juga terperanjat, hingga mundur terhuying-huyung.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Rase Kumala menghela napas dan berkata, "Kalian tidak usah kaget, Sim Lok, dia adalah
encimu."
Sim Lok benar-benar hampir tidak percaya, bahwa ini suatu kenyataan, tapi, keterangan
Rase Kumala itu, agaknya memang benar. Sim Lok tenangkan pikirannya, lalu berkata,
"Cianpwee, bagaimana sebetulnya urusan ini?"
"Baiklah, aku nanti ceritakan rahasia ini kepada kalian," berkata Rase Kumala, ia berpikir
sejenak untuk mengumpulkan rentetan peristiwa yang terjadi dimasa yang lampau,
kemudian lalu berkata lagi, "Duapuluh tahun berselang, tokoh-tokoh rimba persilatan,
kecuali Jie Bun Kie yang berkepandaian paling tinggi, tapi kalau ditilik dari sudut adat dan
perangainya, adalah Koo Pek Ceng yang terhitung paling sempurna. Dia bukan saja
berperangai baik, juga tidak ingin menonjolkan diri, kabarnya kepandaian yang ia punyai
masih diatas Jie Bun Kie, tapi betul tidaknya, hanya Jie Bun Kie sendiri yang tahu. Karena
perangainya yang baik. dari wayahnya yang tampan dan gagah, kala itu entah berapa
banyak gadis yang jatuh hati padanya, aku sendiri masuk terhitung orang salah satu di
antaranya. Tapi, ia telah jatuh ciuta kepada pahlawannya Sam-seng Nio-nio yang keempat,
Tan Hui Lan, mereka berdua melakukan perjalanan jauh kelautan Timur. Beberapa tahun
kemudian, ia mendadak balik ke lembah Pek-kut-kok, tapi, dalam keadaan sudah hampir
mati. Waktu menutup mata, ia telah memberitahukan padaku tentang pengalamannya.
Kiranya Sam-seng Nio-nio diam-diam juga jatuh cinta padanya, tidak satu saat tidak
memikirkan daya upaya bagaimana harus merebut diri orang yang dicinta itu dari tangan
Tan Hui Lan.
"Dalam perkawinannya" dengan Tan Hui Lan kedua suami isteri itu telah
melahirkan anak perempuan yang pertama............Tahun ketiga, anak lelaki yang kedua
lahir. Dan tahun keempat, Tan Hui Lan mendadak menghilang, lama Koo Pek Ceng
mencari, tapi tidak dapat kutemukan. Kemudian dari mulut anak buah Sam seng Nio-nio,
Koo Pek Ceng mendapat kabar............"
Berkata sampai disitu. Rase Kumala mendadak tutup mulut, matanya berputar ke lembah,
kemudian membentak dengan suara dingin, "Siapa?"
Sim Lok dan wanita berkerudung itu terperanjat, dengan berbareng mereka mengawasi
keluar lembah, tapi tidak dapat lihat apa-apa.
Rase Kumala perdengarkan suara dingin, kemudian lompat melesat keluar lembah.
Hampir berbarengan pada saat itu. tiba-tiba terdengar suara nyaring, kemudian disusul
oleh munculnya bayangan satu orang yang melayang turun kedepan Rase Kumala.
Orang itu laki-laki berusia kira-kira empat puluhan, kulitnya hitam, matanya bersinar.
PADA saat itu, Sim Lok dau encinya juga sudah berada di samping Rase Kumala.
Laki-laki hitam itu lantas berkata sambil ketawa dingin,
"Aku kira Rase Kumala sudah biuasa, tidak tahunya masih berada di dalam lembah
Pek-kut-kok ..............."


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tuan dari mana? Apakah tuan tidak tahu bahwa di mulut lembah ada sebuah batu
yang memuat pengumuman.........?"
"Pek-kut-kok toh bukan sarang naga atau gua harimau, apa yang dapat diperbuat
terhadap aku Hoan-kang-liong?
"Kalau begitu, kau adalah anak buahnya Sam-seng Nio-nio dari Sam-seng-kiong?"
"Benar."
"Kalau begitu, kedatanganmu ini masih tetap bertujuan kepada kitab ilmu silat
peninggalan empat ketua partai besar itu?"
"Benar, harap kau serahkan kitab itu."
Rase Kumala tertawa mengejek, "Sam seng Nio-nio beberapa kali kirim orang datang
mengintai lembah Pek-kut-kok ini, apa kau kira aku tidak tahu? Baiklah aku beritahukan
padamu, kalian hari ini datang berapa banyak orang?"
"Tiga, Rase Kumala, orang yang menghadapi hari terakhirnya Koo Pek Ceng adalah
kau, maka kitab pelajaran ilmu silat itu, sudah tentu jatuh kepadamu, kalau kau tidak
mau menyerahkan, awas aku nanti akan bertindak terhadap kau."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Wanita berkerudung itu mendadak perdengarkan suara ketawanya yang nyaring,
lalu berkata, "Kau ada mempunyai kepandaian berapa tinggi, berani minta kitab mujijat
itu?*"
Mata Hoan-kang-Iiong ditujukan kepada nona yang memakai kerudung itu, kemudian
berkata dengan sikap memandang rendah, "Nona barangkali malu ketemu muka dengan
orang, kalau tidak karena usiamu masih terlalu muda, aku Hoan-kang liong dengan dua jari
tangan saja sudah cukup untuk mematahkan lenermu."
Ucapan Hoan-kang liong ini sesungguhnya terlalu jumawa, kalau ia tahu bahwa
pada enam tahun berselang tiga kawannya yang terkuat, Sam hong-lie atau tiga naga
betina, mati ditangan nona berkerudung ini, mungkin tidak berani buka mulut besar.
Mungkin karena mendengar suara ketawa nona itu tadi, dari luar lembah melayang masuk
lagi dua bayangan orang.
Usia mereka sekitar empat puluhan tahun, dandanannya serupa benar dengan Hoan-kangliong, wayah mereka juga hampir bersamaan.
Wanita berkerudung itu sehabis tertawa lalu berkata dengan nada suara dingin,
"Kuberitahukan padamu, kitab pelajaran ilmu silat itu berada di tanganku."
Ucapan wanita itu bukan saja mengejutkan Hoan-kang-liong dan dua kawannya,
bahkan Rase Kumala sendiri juga terkejut dan terheran-heran.
Dengan mata bersinar, Hoan-kang-liong menatap paras wanita yang tertutup oleh
kerudungnya, lalu berkata dengan suara dingin, "Apa perkataanmu ini benar?"
"Apa kalian ingin belajar kenal?"
"Benar."
Wanita itu lalu mengeluarkan sejilid kitab kecil, di atasnya terdapat empat huruf yang
berbunyi, CATATAN INTI ILMU SILAT.
Hoan kang-!iong setelah dapat melihat empat huruf itu, mendadak melesat, dengan
kecepatan bagaikan kilat tangannya menyambar kitab mujijat itu.
Sim Lok yang menyaksikan perbuatan itu, segera mengeluarkan serangan. Hoankang liong tidak menduga Sim Lok turun tangan demikian cepat, hingga serangan itu
mengenai dadanya dengan telak, tanpa ampun lagi tubuhnya terpental dan jatuh di tanah,
dari mulutnya mengeluarkan darah segar.
Dua kawan Hoan kang-lioug yang menyaksikan keadaan demikian, bukan kepalang
kagetnya, satu diantaranya lantas maju sambil memutar senjatanya yang berupa canggah
dari tulang, mulutnya membentak, "Tidak nyana kepandaianmu demikian tinggi Cim-hayliong orang tidak berguna, ingin belajar dengan kepandaianmu,"
Ia akhiri kata-katanya dengan satu serangan menotok dada Sim Lok.
Rase Kumala tidak mau tinggal diam, sambil mengeluarkan bentakan keras, ia
sudah melancarkan serangan ke arah Cim-hay liong.
Sim Lok melihat Rase Kumala sudah turun tangan menghalangi dirinya melawan Cim-hay li
ong, maka ia lantas mundur dan berdiri di samping encinya. Kemudian ia berkata, "Kita
ternyata masih saudara."
"Benar, menurut keterangan Rase Kumala, kita adalah bersaudara. Koo Pek Ceng
adalah ajab kita.................."
"Ya. orang yang mencelakakan jiwa ayah, mungkin adalah Sam-seng Nio-nio."
Sang enci tidak menjawab, lama ia baru berkata, "Kerusakan parasku, kejadian di lembah
Pek-kut-kok..........".. dan kematian Koo Pek Ceng, mungkin satu sama lain ada
hubungannya."
"Ada hubungan apa?"
"Apakah Heng-shie-khek tidak memberitahukan padamu, bahwa mukaku telah
dirusak oleh laki-laki yang kucinta.................."
"Ia pernah mengatakan demikian. Laki-laki itu adalah putra Sam-seng Nio-nio,"
"Benar, dia bernama Pho Kian Jin, tatkala dia tahu bahwa aku adalah orang yang
membinasakan tiga Naga Betina di lembah Pek-kut-kok, dia lantas turun tangan
kejam............"
"Apa enci tidak ingin menuntut balas?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Jika aku tidak ingin menuntut balas, bagaimana aku menurunkan kepandaianku
kepada Lie Siao Cie serta mendirikan Thian-mo-kiong?
"Jadi maksud enci adalah..............."
"Sengaja mencari permusuhan dengan partai-partai besar di dunia Kang-ouw,
kemudian bersekutu dengan Sam-seng Nio-nio, agar orang-orang kita bisa menyusup ke
Sam-seng-kiong. Dan selanjutnya kita bergerak sekaligus untuk menghancurkannya."
Sim Lok baru sadar, kiranya semua sepak terjang Thian-mo Kiongcu di masa yang lampau,
adalah menurut encinya itu, yang maksudnya hendak menumpas Sam-seng-kiong. Pantas
segala perbuatan Thian-mo-kiong semuanya berlawanan dengan orang-orang golongan
kebenaran, serta menimbulkan kemarahan partai besar rimba persilatan.
"Kalau begitu, apakah laki-laki itu tidak pernah mencari aku lagi.........?"
"Ya........."
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara Rase Kumala, "Rebah........."
Berbareng dengan itu, disusul dengan rubuhnya Cim-hay-liong yang sudah mandi darah.
Kini cuma Cin-hay-liong yang masih segar bugar, ia tahu biar bagaimana tidak mampu
melawan musuh-musuhnya yang terlalu tangguh itu, maka ia lantas kempit kedua
kawannya itu, dan berkata dengan suara dingin, "Rase Kumala, kuberitahukan padamu,
orang-orang golongan kita yang terkuat, dalam beberapa hari ini pasti akan datang lagi ke
lembah ini." Setelah itu, ia hendak berlalu dengan membawa kedua kawannya yang
terluka.
Tapi tiba-tiba terdengar suara bentakan Rase Kumala, "Kau hendak
kemana............?" Dengan cepat ia sudah lompat melesat memegat Cin-hay-liong.
Cin-hay-liong lantas menyerang, kemudian lompat melesat.
Tapi ternyata Rase Kumala lebih cepat, dengan beruntun ia sudah melancarkan tiga kali
serangan, hingga Cin-hay-liong terpaksa mundur.
Cin-hay-liong yang berkelahi sambil mengempit kedua kawannya, sudah tentu sangat ripuh
maka akhirnya ia tidak berdaya.
Sambil mengawasi Sim Lok Rase Kumala berkata, "Sim Lok, bunuh mati tiga orang ini!"
Mendapat perintah demikian, Sim Lok ter-cengang, kemudian ia bertanya, "Kenapa?"
"Karena ibumu mati ditangan Sam-seng Nio-nio."
"Apa?" Sim Lok dan encinya bertanya berbareng, kepalanya seperti disambar petir,
"Apa Tan Hui Lan ada ibuku?"
"Ya!"
Mata Sim Lok berkunang-kunang, badannya sempoyongan, butiran airmata mengalir turun
membasahi kedua pipinya.........
Rase Kumala mengawasi Cin-hay-liong sejenak, lalu berkata padanya, "Cin-hay liong, kau
adalah orang Sam-seng-kiong, barangkali masih belum lupa peristiwa berdarah yang terjadi
pada duapuluh tahun berselang? Dimana Tan Hui Lan dibinasakan oleh Sam-seng Nionio........."
"Bagaimana?"
"Dua anak muda ini adalah anak-anaknya."
Wayah Cin-hay-liong berubah, ia dengar Rase Kumala berkata pula, "Kala itu, Koo Pek
Ceng sudah tahu bahwa Tan Hui Lan telah dibinasakan oleh Sam-seng Nio-nio, oleh karena
hendak menuntut balas atas kematian isterinya, maka ia menyeludup dan mencari kitab
ilmu silat yang mujijat itu, kemudian kabur dari pulau Sam-seng-to..."
"Maka Sam-seng Nio-nio lantas kirim orang-orangnya untuk mengejar dan
membunuhnya?" Sambung Sim Lok.
"Benar, ayahmu meninggal ditangan tiga Naga betina..........................."
Mendengar perkataan itu Sim Lok berseru keras, badannya melesat menubruk Cin-hayliong seraya membentak, "serahkan jiwamu!"
Tiga laki-laki itu adalah barisan tiga sekawan yang dinamakan Tong-hay Sam-liong,
atau Tiga Naga dari lautan Timur, mereka merupakan pahlawan terkuat dalam golongan
Sam-seng-kiong, bukan saja berkepandaian tinggi, orangnya juga licik. Karena hendakhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
mendapatkan buku kitab pelajaran ilmu silat mujijat itu, beberapa kali kirim orang ke
lembah Pek-kut-kok untuk mencari Rase Kumala.
Tapi Rase Kumala juga sangat licin, ia jarang melangkah keluar dari lembah tempat
kediamannya yang penuh jebakan rahasia. Maka sebegitu jauh orang Sam seng kiong tidak
pernah berhasil memasuki lembah tersebut.
Sim Lok yang mengetahui bahwa ibunya mati ditangan orang-orang Sam-seng-kiong,
bagaimana ia dapat menahan hawa amarahnya?
Maka serangan yang dilancarkan terhadap Cin-hay-liong, ia lakukan dalam hati panas.
Cin-hay-liong yang sudah tidak bisa berbuat lain, terpaksa lemparkan tubuh Cim-hay liong
kearah Sim Lok, sedang ia sendiri lantas melesat mundur.
Sim Lok elakan sambitan itu, lalu lompat untuk menyerang lagi. Wanita berkerudung itu
tiba-tiba datang mencegah sambil berseru,
"Adik Lok, jangan bunuh dia!" Sim Lok mendengar seruan encinya, lalu tarik
kembali serangannya, sedang sang enci lantas mencegat larinya Cin-hay liong.
DENGAN perasaan heran Sim Lok menanyai encinya, "Enci, mengapa kau tidak
membunuhnya?"
Sang enci tidak menjawab, ia menghadapi Cin-hay-Iiong dan berkata padanya sambil
tertawa mengejek, "Cin-hay liong, kau letakan tubuhnya Hoan-kang-liong lalu pulang dan
beritahukan kepada Sam-seng Nio-nio, suruh dia satu bulan kemudian datang ke lembah
Pek-kut-kok untuk menerima kematiannya. Kau terangkan padanya, bahwa anak laki dan
anak perempuan Koo Pek Ceng hendak mencarinya uutuk membuat perhitungan. Kalau ia
tidak berani datang, itu berarti bahwa ia adalah anaknya perempuan jalang, pengecut
yang tidak tahu malu."
Cin-hay-liong terpaksa letakan tubuh Hoan-kang-liong seraya berkata, "Baik, nanti
kita berjumpa lagi satu bulan kemudian."
Setelah itu, ia lantas kabur dan sebentar kemudian sudah tidak kelihatan bayangannya.
Setelah Cin-hay-liong berlalu, barulah Sim Lok turun tangan menamatkan jiwanya Cim
hay-liong, dan Hoan-kang-liong. Kemudian ia bertanya kepada Rase Kumala, "Cianpwee,
numpang tanya, kala itu ayahku telah dikeroyok oleh tiga Naga Betina, kenapa ia tidak
mati dan bisa lari loloskan diri ke lembah ini?"
"Ia melarikan diri ke dalam rimba belukar, sebab tiga Naga Betina itu tidak kenal
baik keadaan rimba itu, maka ayahmu dapat lolos dari tangan mereka. Tapi kala itu ia
sudah terluka parah, terpaksa serahkan anak perempuannya yang ia beri nama Koo Peng,
kepada seorang pemburu binatang, sebagai tanda, ia berikan sebuah batu giok, yang
berukiran sepasang hati dan sejilid kitab pelajaran ilmu silat yang mujijat
itu.................."
Wanita berkerudung itu lantas berkata sambil menangis, "Cianpwee, anak perempuan itu
adalah aku sendiri, tapi, ayah angkatku, tidak memberitahukan tentang hal ini, ia telah
meninggal dunia dalam suatu kecelakaan............"
Ayahmu hendak membawa anak laki-lakinya, Koo Lok ke lembah Pek-kut-kok ini
untuk diberikan padaku, di tengah jalan ia jatuh pingsan, kemudian diketemukan oleh Ciukay (Pengemis pemabukan), ia diberi sebutir obat pil, baru ia bisa bertahan sampai kesini,
untuk menjumpai aku....................."
"Kalau begitu, ayah telah berikan aku pada Ciu-kay" tanya Sim Lok.
?Ya, ia juga tinggalkan kau sebuah batu giok yang serupa untukmu. Mungkin, Ciukay sebelum meninggal dunia tahu bahwa kepandaian ilmu silatmu belum mahir, hingga
tidak berani memberitahukan padamu tentang keadaan yang sebenarnya dan
membohongimu bahwa kau anak piatu."
"Ya, itu memang mungkin, tapi, peristiwa berdarah di dunia rimba persilatan ini,
hampir terpendam dalam lautan............."
"Apakah kau masih ingat, waktu pertama kali kau datang untuk mencari aku untuk
minta kaca Wasiat GioK-liong-khia, kalau bukan itu orang baju hitam yang bernama Cee Lo
yang menghalangi kau, kau juga hampir binasa di tanganku."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ya, Waktu aku maIah masih bersumpah hendak menuntut balas."
"Dan sekarang?"
Sim Lok geleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Cianpwee pernah melepas budi
terhadap ayah, bagaimana aku harus menuntut balas terhadap cianpwee?" Sim Lok
mengawasi encinya sejenak, lalu berkata padanya, "Enci, tidak nyana kita ternyata orangorang yang begini tidak beruntung............"
Sang enci itu ketika mendengar perkataan adiknya, ia lalu menangis sedih. Sim Lok dengan
tertawa sendu berdoa kepada ayah bundanya, "Ayah ibu, anakmu yang tidak berbakti ini
pasti akan membalas sakit hati ajah dan ibu..."
Rase Kumala berkata dengan rasa terharu, "Kalian jangan menangis lagi, Tuhan ternyata
masih adil, sehingga kalian enci dan adik yang berpencaran bisa berkumpul lagi. Kalau
arwah ayah dan bundamu tahu hal ini, mereka tentunya juga sudah merasa puas."
Sambil pesut airmatanya Sim Lok bertanya, "Pada 6 tahun berselang, Sam-seng Nionio mengira bahwa kitab mujijat itu berada di tanganmu, sehingga ia menyerbu ke lembah
Pek kut-kok secara besar-besaran?"
"Memang demikian halnya."
"Kalau begitu, di mana jenazah ayah dikubur?"
Rase Kumala lalu mengajak Sim Lok dan Koo Peng, mencari kuburan Koo Pek Ceng
di antara reruntuk batu besar.
Sim Lok dan Koo Peng berlutut di hadapan kuburan ayah mereka, menangis dengan
sedihnya. Rase Kumala membiarkan mereka melampiaskan rasa sedihnya, kemudian baru
menghibur hatinya. Enci dan adik berdiri saling pandang sekian lama, baru terdengar suara
Koo Peng yang berkata, "Adik, shemu harus dirubah, kau mulai sekarang bukan she Sim
lagi, melainkan she Koo maka seharusnya menjadi Koo Lok."
"Ya, selanjutnya aku akan memakai nama Koo Lok."
Rase Kumala berkata, "Kalian tidak perlu bersedih lagi, seharusnya siap sedia untuk
menuntut balas terhadap musuh besar kalian. Satu bulan kemudian, Sam-seng Nio-nio
pasti akan datang menyerbu lagi secara besar-besaran. Kepandaian Sam-seng Nio-nio sukar
dijajaki sampai dimana tingginya, coba pikir, dengan kepandaian Koo Pek Ceng yang sudah
tidak ada tandingannya, toh masih tidak berani bergerak secara semberono, maka kalian
harus berunding dulu dengan baik."
"Kepandaian Sam-seng Nio-nio bagaimana kalau dibandingkan dengan kepandaian
Giok-bin Thian-cun?" tanya Koo Lok.
"Mungkin Sam-seng Nio-nio lebih tinggi. Oh ya, apakah kau mengadakan perjanjian
dengan Giok-bin Thian-cun, hendak mengadakan pertandingan di rimba di bawah gunung
In-bu-nia pada tanggal 20 bulan ini?"
"Benar, bagaimana cianpwee tahu?"
"Berita ini sudah menggemparkan dunia Kang ouw, barangkali tiada seorang yang
tidak tahu, cuma apa sebab yang sebenarnya, inilah yang masih menjadikan pertanyaan
orang banyak."
Koo Lok lalu menceritakan apa yang telah terjadi dengan Jie Bun Kie dan
bagaimana Giok-bin Thiau-cun dengan akal keji menyingkirkannya, sehingga Rase Kumala
yang mendengarkan itu berkali-kali wajahnya nampak berubah.
"Apa benar Giok-bin Thian cun membinasakan Jie Bun Kie?" tanya Rase Kumala
dengan suara gemetar, agaknya ia masih merasa sangsi.
"Cianpwee tidak percaya?"
"Begitulah, rasanya ini suatu hal yang sangat tidak mungkin, Giok-bin Thian cun
seorang yang mempunyai nama dan kedudukan baik di kalangan rimba persilatan,
bagaimana ia bisa melakukan perbuatan begitu rendah?*"
"Ya, sepintas lalu hal ini memang agaknya tidak mungkin, tapi ini memang sebenarbenarnya."
"Kepandaian Giok-bin Thian-cun, barangkali kau masih belum............*"
"Tentang ini aku tahu, tapi tidak boleh tidak aku harus menuntut balas padanya."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Rase Kumala menghela napas dan berkata, "Kalau begitu, kalian pergilah! Jika kalian
memerlukan tenagaku, harap kau suka memberi kabar, aku tidak akan menolak."
Saat itu juga Koo Lok lalu pamitan dengan Rase Kumala, baru saja ia hendak berjalan,
mendadak balik lagi dan bertanya, "Cianpwee, mengapa kau juga mempunyai sebuah batu
giok yang serupa itu?"
"Oh, ini adalah pemberian ayahmu sesaat sebelum menghembuskan napasnya yang
penghabisan. Apakah kalian hendak ambil kembali?"
"Ah, tidak harap cianpwee simpan saja." Setelah berkata demikian, bersama
encinya Koo Look meninggalkan lembah Pek-kut-kok.
Rahasia yang meliputi batu giok berukiran sepasang hati itu kini sudah terbuka, tapi
dengan terbukanya rahasia itu rimba persilatan timbullah serentetan peristiwa berdarah
lagi. Keluar dari lembah Pek-kut-kok. Koo Lok tiba-tiba teringat Cie Siok Hun di gereja Iesim-am, ia lalu bertanya kepada dirinya sendiri, "Apakah aku harus mencari dia lagi?"
Koo Peng mendadak memandang sikap adiknya yang agak bingung, lalu bertanya, "Adik,
kau sedang memikirkan apa?"
"Memikirkan diri seseorang perempuan......, seorang perempuan yang patut
dikasihani dan sangat tidak beruntung. Dia dulu pernah menjadi bakal isteriku, tapi
sekarang telah mensucikan diri di dalam gereja............ "
"Kenapa? Apa kau perlakukan tidak baik kepadanya?"
"Tidak, jawab Koo Look sambil ketawa getir, "ini adalah takdir............"
Ia lalu menceriterakan apa jaug telah terjadi dengan dirinya itu nona yang tidak
beruntung serta hubungan ia sendiri dengannya di masa yang lampau.


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau begitu ia sekarang berdiam dan menjadi kawan patung Budha di gereja le
sim-am itu untuk selama lamanya?" "
"Ya,"
"Aih, orang perempuan selamanya memang tidak beruntung, selanjutnya kau harus
perlakukan baik-baik kepada Lie Siao Cie........."
"Tapi, hampir saja jiwaku mati ditangannya."
"Perkara yang sudah lalu tidak perlu dibicarakan lagi, kalian orang laki-laki tidak
bisa mengerti, ketika kesucian seorang perempuan mendadak dirampas, bagaimana sedih
perasaan hatinya............"
"Tapi, semua itu adalah karena pengaruh obat, bukan aku lakukan dengan sengaja,
dan perbuatan itu justru dilakukan oleh anak buahnya sendiri, Kim-hui."
"Lie Siao Cie juga tidak bersalah, karena ia juga anggap kau yang mencemarkan
dirinya, namun demikian, perbuatan itu juga agak keterlaluan, tapi, sebaliknya kau juga
harus pikir kembali, ia adalah pemimpin dari satu perkumpulan yang mempunyai anggota
ribuan jiwa, sedang kau sendiri juga membinasakan anak buahnya serta sesepuhnya, kalau
ia tidak binasakan kau seketika itu juga, ini sudah merupakan satu tindakan bijaksana
terhadap dirimu, jika ia tidak berbuat demikian, apa dia masih bisa pimpin orangorangnya?"
Koo Lok berpikir itu memang benar, jika ia tidak menghukum berat dirinya
bagaimana orang-orangnya mau tunduk terhadap pemimpinnya.
"Walaupun demikian, tapi ia selalu ingin membunuh aku........." kata Koo Lok.
"Adik, seorang laki-laki yang baik tidak berurusan dengan orang perempuan, jika
kau masih dendam hati benci terhadapnya, di kemudian hari pasti tidak bisa beruntung, ini
tidak seharusnya."
"Dengan memandang muka enci, aku akan mau berlaku baik terhadapnya, cuma,
aku tidak boleh tidak....................."
"Mau apa lagi?*"
"Aku hendak peringatkan dirinya, jikalau tidak, apabila ia selamanya hendak
berada di atas kepalaku, apa jadinya dengan aku sebagai suaminya ini?"
"0h, itu sudah tentu saja boleh, tapi ya, jangan keterlaluan."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok tertawa menyeringai, mendadak teringat lagi musuh ayah bundanya. Maka
ia lantas berkata sambil kertak gigi, "Enci, kita tidak boleh tidak harus menuntut balas
sakit bati ayah bunda kita!"
"Sudah tentu, tapi, ini barangkali akan kuletakan diatas pundakmu.................."
"Kenapa?"
"Sebab aku sudah bersumpah jika parasku belum disembuhkan seperti sediakala
tidak boleh bertempur dengan orang juga tidak boleh muncul di dunia Kang-ouw.
"Tapi, ini toh untuk membalas dendam sakit hati ayah bunda sendiri!"
"Aku tahu, tapi aku sudah bersumpah, dan sumpah itu harus dipatuhi, kalau tidak
dipatuhi perlu apa sumpah. Meski aku seorang perempuan juga harus pegang teguh sumpah
itu. Sayang kala itu karena aku sudah dingin hatiku, serta membenci segala-galanya,
sehingga bersumpah demikian!"
"Jika parasmu bisa disembuhkan?"
"Sudah tentu aku harus turut memikul tugas berat itu."
"Obat yang dapat menyembuhkan parasmu, apakah cuma telurnya burung Hoo dan
Soat-som yang sudah ribuan tahun lamanya itu?"
"Benar."
"Kalau begitu, siapa yang dapat melakukan tugas untuk mengobati parasmu itu?"
"Dalam kolong langit ini, barangkali cuma itu Mo-ie yang berdiam di lembah Thianseng-cit-ciok-kok di gunung Tong-pek-san yang mampu mengobati."
"Mo-ie? Apa dia mau mengobati?"
"Orang itu adatnya sangat kukoay, segala tindak tanduknya dilakukan menurut
kesenangan hatinya, kalau nasib jelek, seumur hidup jangan harap dapat minta
pertolongannya."
"Tapi, aku harus berdaya supaya ia mau mengobati parasmu."
"Terima kasih atas perhatianmu terhadap encimu ini, tapi itu nyiurnya burung
Hoo....."
"Aku akan ambilkan untukmu."
"Mungkin tidak mudah!"
Koo Lok sebetulnya sekali memberitahukan bahwa obat mujijat itu sudah berada di
tangannya, tapi kemudian berpikir, sebaik nya tunggu sampai berhasil mendapatkan Soat
som, baru diberitahukan padanya.
"Apa enci hendak kembali ke gua Gam tong?"
"Tidak, aku hendak ke Thian-mo-kiong."
"Enci bolehkah enci pandang mukaku, bebaskanlah dirinya Heng-she khek."
"Boleh, apa kau hendak turut aku ke Thian mo-kiong?"
"BUKU HITAM Thian-lion Sin-cu dan Giok liong khia, semuanya berada di tangan Lie
Siao Cie sudah tentu aku akan minta kembali."
Kakak dan adik itu lalu melakukan perjalanan ke Thian-mo-kiong. Ketika tiba di depan
rimba Kui-ong-lim, tiba-tiba terdengar suara orang yang menegur, "Jiwie harap berhenti
dulu sebentar."
Koo Lok dan Koo Peng merandak. mereka berpaling, segera dapat melihat di
belakang mereka berdiri seorang laki-laki berusia kira-kira empat puluh tahunan
pakaiannya sangat mewah.
Laki-laki itu mengawasi Koo Lok sambil goyang-goyangkan kipas bulunya, kemudian
bertanya dengan suara dingin, "Kau bernama Sim Lok?"
"Bukan, jawab Koo Lok dingin, "Aku ber nama Koo Lok!" Laki-laki itu nampak
tercengang, "Kau bukan Sim Lok?"
"Benar, aku bukan she Lim, melainkan she Koo, sekarang namaku Koo Lok,"
"Kalau begitu, kau toh pernah bernama Sim Lok?"
"Ya, entah dari mana tuan ini?"
Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan Koo Lok, hanya dengan sinar matanya yang tajam
ia mengawasi wajah anak muda itu, kemudian bertanya dengan nada suara dingin, "Kaulah
yang membunuh mati Coa Ie, muridnya Giok-bin Thian-cun?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Benar."
"Kaukah yang mengajak Giok-bin Thian-cu bertanding ilmu silat?"
"Benar."
"Kau mengatakan bahwa Giok-bin Thian cun mem bunuh mati Jie Bun Kie?"
"Benar."
"Apakah itu benar?"
"Sudah tentu benar."
"Tapi, Jie Bun Kie dan Giok-bin Thian-cun sepasang sahabat karib, kau mengatakan
Giok-bin Thian-cun membunuh mati Jie Bun Kie, apa ada buktinya?"
Mendengar pertanyaan itu, wajah Koo Lok berubah, ia lantas bertanya dengan nada
suara dingin, "Apa kau sahabat Giok-bin Thian-cun?"
"Dugaanmu sungguh jitu." "Kalau begitu, kedatanganmu ini hendak mencari
setori?"
"Benar."
Jawaban ini diluar dugaan Koo Lok, meski ia sudah merasa curiga atas kedatangan
laki-laki itu, tapi ia masih belum dapat pikiran bahwa laki-laki itu sahabat Giok-bin Thiancun. "Numpang tanya, bagaimana kepandaianmu kalau dibanding dengan kepandaian Giokbin Thian-cun?" tanya Koo Lok dingin,
Laki-laki itu nampaknya agak terkejut mendengar pertanyaan demikian, maka ia balas
bertanya. "Apakah artinya pertanyaanmu ini?"
"Pikir saja, dengan kepandaian yang demikian tinggi seperti Giok-bin Thian-cun,
aku masih berani menantang dia serta hendak mengambil kepalanya, apalagi kau?"
Laki-laki itu ketawa terbahak-bahak. "Apa kau anggap hanya Giok-bin Thian-cun seorang
diri saja yang mempunyai kepandaian paling tinggi?"
"Apakah kepandaianmu lebih hebat dari Giok-bin Thian-cun?"
"Benar."
"Oleh karena itu maka kau berani mewakili Giok-bin Thian-cuin menjumpai aku?"
"Terserah apa katamu, biar bagaimana hari ini aku pasti hendak belajar kenal
dengan kepandaianmu, ketua dari In-san-pay ini." Sehabis berkata, dengan tindakan
lambat ia menghampiri Koo Lok.
SIAPAKAH sebetulnya laki-laki misterius itu? Sampai dimana tinggi kepandaiannya?
Koo Lok perdengarkan suara tawa dingin kemudian berkata, "Kau telah paksa aku turun
tangan terhadap kau, inilah yang paling baik, Koo Lok ingin belajar kenal dengan
kepandaianmu."
Sementara itu, Koo Peng sejak tadi memperhatikan gerak gerik laki-laki aneh itu,
pikirannya lantas bekerja, tapi ia belum dapat memikirkan siapa sebetulnya laki-laki itu.
Dilihat dari luarnya, laki-laki itu tentunya berkepandaian sangat tinggi.
Tiba-tiba ia dengar suara bentakan nyaring, laki-laki itu ternyata sudah bergerak untuk
melancarkan serangannya. Dari serangan laki-laki itu, Koo Lok dapat kesan bahwa laki-laki
itu sesungguhnya sangat lihai sekali, Koo Peng sendiri juga dikejutkan oleh kepandaiannya
itu. Dengan sangat hati-hati Koo Lok mengelakkan serangan laki-laki itu, tapi selagi Koo
Lok egoskan diri, laki-laki itu sudah rubah gerak tipunya, kemudian dengan cepat sudah
disusul dengar serangan lanjutannya, yang dilakukan tiga kali dengan beruntun. Serangan
itu dilakukan dengan kecepatan luar biasa, Koo Lok tidak menduga sedemikian tinggi
kepandaian laki-laki itu, hingga untuk sesaat, itu, tidak mendapat kesempatan untuk balas
menyerang.
Sambil kertak gigi Koo Lok balas menyerang kemudian lompat mundur untuk
mengelakan serangan lawanuja, setelah itu lalu mengeluarkan serangannya dengan
menggunakan tipu serangan ilmu silatnya, Sie-sin chiu.
Gerakan kedua fihak sama cepatnya, laki-laki itu kepandaiannya diluar dugaan Koo Lok,
secara manis, bukan saja ia sudah mengelakkan serangan Koo Lok yang hebat itu, bahkan
sudah dapat melakukan serangan pembalasan yang tidak kurang hebatnya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Setiap serangan laki-laki itu ternyata sangat ganas, hingga Koo Peng yang menyaksikan di
samping, diam-diam merasa kaget. Ia mengerti, tidak sampai tigapuluh jurus Koo Lok pasti
akan terluka parah di tangan laki-laki itu.
Ia tidak dapat memikirkan siapa laki-laki yang mempunyai kepandaian demikian
tinggi, yang ternyata tidak dibawah Giok-bin Thian cun.
Sementara itu pertempuran itu sudah berlangsung sepuluh jurus lebih. Tiba-tiba terdengar
suara bentakan laki-laki itu, dengan satu gerakan yang luar biasa, melancarkan tiga jurus
serangannya. Gerak tipu Sie-sin-chiu Koo Lok meski mempunyai perubahan gerakan yang
susah diduga, tapi karena kekuatan tenaga dalamnya belum cukup sempurna, sedikit
banyak mempengaruhi serangannya, sedang kekuatan tenaga daIam lawannya, ternyata
jauh lebih tinggi dari dirinya.
Pertempuran secara demikian, sudah tentu Koo Lok merasa berat, andaikata lakilaki itu tidak memiliki kekuatan tenaga dalam demikian tinggi mungkin siang-siang sudah
jatuh dibawah serangan Sie-sin-chiu.
Serangan laki-laki itu membuat sulit Koo Lok untuk mengelakkannya maka terpaksa
menyambuti dengan kekerasan. Tapi serangan laki-laki itu ternyata sangat tinggi dan
hebat, Koo Lok yang menyambuti serangan tersebut, badannya terpental mundur hingga
tiga langkah, mulutnya mengeluarkan darah. Laki-laki itu melompat mundur, ia mengawasi
Koo Lok sejenak, lalu berkata dengan nada suara dingin, "Ciangbunjin, maafkan lohu telah
kesalahan tangan, hingga melukai dirimu."
Koo Lok pesut darah dibibirnya, kemudian berkata, "Serangan ini aku masih sanggup
menerima, biar bagaimana pasti aku akan balas seranganmu ini"
Laki-laki itu tertawa menyeringai, lalu berkata, "Tentang ini, aku tidak akan
hiraukan, kini aku telah mendapat kesan, bahwa dengan kepandaian seperti ini, kau masih
bukan tandingan, Giok-bin Thian-cun."
Koo Peng mengambil sebutir pil, diberikan kepada adiknya, kemudian ia beikata kepada
laki-laki itu, "Cianpwee, kepandaianmu sangat mengagumkan, tolong kau beritahukan
kepada Giok bin Thian-cun bahwa dalam waktu yang dijanjikan, Koo Lok pasti akan datang
untuk mengambil batang lehernya.
"Ucapanmu ini sangat takabur..............."
"Harap kau katakan saja demikian padanya, nanti tanggal 20 Koo Lok pasti akan
datang untuk mengambil batang lehernya........."
Baru saja Koo Peng menutup mulunya. dari dalam rimba tiba-tiba terdengar suara tawa
dingin lalu disusul dengan kata-katanya. "Dengan kepandaiannya Koo Lok hendak
mengambil batang leher Giok bin Thian-cun ini berarti mimpi di siang hari bolong."
Sesaat kemudian, sesosok bayangan orang melayang turun di hadapan Koo Lok.
Orang itu ternyata seorang tua kurus kering berpakaian warna hitam, wajahnya sangat
menakutkan sekali.
Koo Lok mundur satu langkah, orang tua aneh itu lalu menghampiri Koo Peng seraya
berkata padanya. "Giok bin Thian-cun seorang kuat nomor satu, ia dihormati oleh orangorang Kong-ouw, delapan penjuru angin, tidak nyana kalian mengeluarkan perkataan
begitu tidak senonoh terhadap dirinya"
Orang aneh itu sikapnya sangat galak, hingga Koo Peng merasa geli, ia lalu berkata, "Ia
adalah seorang pembunuh!"
"Dia pernah membunuh siapa?"
"Ketua partai In-san-pay. Jie Bun Kie."
Orang tua aneh itu tertawa terbahak-bahak. "Ngaco, kalian bukan saja sudah tidak
pandang mata kepada Giok-bin Thian-cun, bahkan memfitnahnya, maka hari ini kalian
sudah pasti harus mati."
"Kau pernah apa dengan Giok-bin Thian-cun?" tanya Koo Peng sambil tertawa
dingin.
"Sahabatnya."
"Apa kau juga hendak membela dirinya?"
"Benar. "https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Kalau begitu, beritahukan dulu namamu!"
"Kalau kalian sudah mati, sudah tentu aku akan beritahukan namaku kepada
kalian."
Koo Peng diam-diam merasa gelisah, sebab orang tua aneh ini nampaknya lebih ganas,
sepak terjangnya tidak karuan, sedang ia sendiri karena sumpahnya, tidak boleh turun
tangan kepada siapapun juga, apa yang harus ia perbuat......?"
"Kepandaianmu dapat kupastikan bukan tandinganku........." demikian ia berkata
dengan nada suara dingin.
"Kita boleh coba saja."
"Sayang aku tidak dapat melayani kau."
"Sebabnya?"
"Tentang ini kau tidak perlu tahu........."
Orang tua itu agaknya sangat berangasan, mendengar perkataan demikian, lantas
naik darah, sambil keluarkan bentakan keras ia berkata, "Ngaco belo, lihat serangan!" Dan
benar saja, ia lantas melakukan serangannya.
Serangan orang tua itu ternyata mengandung hawa dingin, hingga laki-laki berpakaian
perlente yang berdiri disamping, lantas kerutkan keningnya, kemudian mundur beberapa
langkah.
"Setan tua, kau jangan mendesak aku, jika tidak, aku lebih suka melanggar
sumpahku, akan kubinasakan dirimu lebih dulu." bentak Koo Peng.
"Itu paling baik," sahut orang tua itu menantang, kemudian melancarkan
serangannya. Koo Peng mengerti bahwa perbuatan orang tua aneh ini bukan tidak ada
sebabnya, kalau bukan atas perintah Giok-bin Thian-cun, tentunya ada permusuhan
dengan Koo Lok.
Tapi, andai kata orang tua itu ada permusuhan dengan Koo Lok. Koo Lok tentunya
mengenalnya, nyatanya sang adik itu tidak kenal orang itu.
Karena tidak dapat memikirkan siapa orang aneh itu, ia terpaksa hendak melanggar
sumpahnya sendiri, dan selagi hendak turun tangan, tiba-tiba terdengar suara Koo Look,
"Tahan...........!" Dan anak muda itu lantas melompat maju menyerang orang tua itu.
Koo Lok yang baru sembuh dari lukanya, setelah melancarkan serangannya, badannya
lantas sempoyongan.
Orang tua itu menatap wajah Koo Lok, katanya dergan suara dingin, "Apa kau ingin
mencari mampus lebih dulu?"
"Apa kedatanganmu ini mencari musuh?" Koo Lok balas bertanya.
"Benar karena kalian berlaku tidak sopan terhadap Giok-bin Thian-cun, maka
aku......"
"Ada hubungan apa kau dengan Giok-bin Thian-cun?"
"Sahabat,"
"Cuma hubungan sahabat saja, kau lantas hendak jual jiwamu?"
"Belum tentu kau menghendaki jiwaku."
"Sungguh tidak disangka Giok-bin Thian-cun begitu pengecut, ia tidak berani
menghadapi aku pada waktu yang telah dijanjikan, sebaliknya mengirim orang-orangnya
seperti kalian ini datang untuk memegat dan membunuh aku............"
"Aku sama sekali belum pernah kunjungi Kiu-ciong-thian, lebih-lebih belum pernah
melihat muka Giok-bin Thian-cun, aku hanya tidak senang melihat perkataanmu yang tidak
pantas."
"Apa benar demikian?"
"Benar."
"Dan kau mau apa?"
"Untuk menghajar kalian bocah-bocah yang tidak tahu diri ini."
Koo Lok ketawa terbahak-bahak dan berkata, "Itu paling baik, apa kau kira aku Koo
Lok takut padamu?" Tanpa banyak rewel, ia lantas melancarkan serangannya.
Koo Lok mempunyai anggapan serupa dengan encinya, kedatangan orang tua itu tentunya
bukan tidak ada sebab, ia pasti dapat petunjuk dari Giok-bin Thian-cun.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Maka, saat itu ia sudah bertekad hendak membinasakan jiwa orang tua itu, serangannya
itu bukan saja sudah menggunakan seluruh kekuatannya, tapi juga menggunakan tipu
muslihatnya yang terampuh Sie-sin-chiu jurus yang kedua. "Jejak dewa bayangan setan."
Serangan Koo Lok itu cepat bagaikan kilat, tapi orang tua itu mendadak geser kakinya
mengelakkan serangan tersebut, kemudian kaki itu digunakan untuk balas menendang


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perut Koo Lok.
Gerak badan yang aneh dan lincah itu, mengejutkan Koo Lok, Tapi orang tua itu
tidak cuma menendang saja, tangannya juga bergerak mengadakan serangan pembalasan.
Hembusan angin yang keluar dari serangan orang tua itu, membuat Koo Lok menggigil,
diam-diam ia terperanjat, dengan cepat lompat mundur.
Tapi baru Saja Koo Lok lompat mundur, orang tua itu sudah melancarkan serangannya lagi.
Ilmu kepandaian Koo Lok sejak mendapat pelajaran ilmu silat Sie-sin-chiu dari encinya
sebetulnya sudah cukup kuat, tapi karena barusan sudah terluka di tangan laki-laki
berpakaian perlente itu, maka kekuatan tenaganya agak berkurang.
Hanya dalam waktu sepuluh jurus, ia sudah terdesak oleh orang tua aneh itu,
sehingga ia tidak mampu membalas menyerang sama sekali. Keadaan ini membuat Koo
Peng yang menyaksikan di samping merasa khawatir, jika terus dalam keadaan demikian
tidak sampai sepuluh jurus lagi, Koo Lok pasti akan dirubuhkan oleh lawannya.
Belum hilang rasa khawatirnya Koo Peng, mendadak terdengar suara bentakan orang tua
itu, "Rebah. ..............."
Tapi, hampir berbareng dalam waktu itu juga, kembali terdengar suara orang lakilaki berpakaian perlente itu, "belum tentu.................." lalu melancarkan satu
serangan. Turun tangannya laki-laki perlente itu, secara mendadak, bukan saja diluar
dugaan Koo Lok, tapi juga mengherankan Koo Peng.
Jika laki-laki berpakaian perlente itu tidak turun tangan, mungkin Koo Lok sudah
binasa atau setidak-tidaknya terluka parah di tangan orang tua itu.
Koo Lok saat itu sudah melompat mundur sejauh satu tombak lebih, ia mengawasi laki-laki
perlente itu, dengan sorot mata terheran heran. Orang tua berpakaian hitam itu tertawa
dingin, kemudian berkata, "Tuan orang kuat dari mana?"
"Dan kau sendiri siluman tua dari mana?" laki-laki perlente itu balas bertanya
dengan suara dingin. Pertanyaan ini membuat wajah orang baju hitam itu berubah, ketika
itu ia perdengarkan suara tawanya kemudian baru berkata, "Apa kau sahabatnya Giok-bin
Thian-cun?"
"Benar."
"Kalau begitu............."
"Kalau begitu mengapa aku melolong jiwa Koo Lok?"
"Benar."
"Kuberitahukan padamu, aku adalah sahabatnya Giok-bin Thian-cun, tapi juga
sahabatnya Koo Lok," Jawaban itu sebetulnya diluar dugaan semua orang, sesungguhnya
juga sangat ganjil. Ia semula sudah melukai Koo Lok, mengapa sekarang mengatakan
adalah sahabatnya?"
Dengan wayah berubah merah padam Koo Lok berkata, "Tidak tahu malu, aku Koo Lok
tidak mempunyai sahabat semacam kau."
Laki-laki perlentai itu tertawa terbahak bahak, lalu berkata, "Aku sudah anggap kau
sebagai sahabatku, tidak perduli kau mau mengakui atau tidak, biar bagaimana, dalam
buku catatan sahabatmu sudah ada aku orang kuat nomor satu ini."
"Dalam buku catatan sahabatku, selamanya tidak akan ada nama orang kuat semacam kau ini."
Orang tua baju hitam itu perdengarkan suara tawa yang seram, lantas berkata,
"Perlu apa tuan pukul muka sendiri hingga bengkak hanya untuk belagu menjadi orang
gemuk, orang toh tidak pandang sahabat pada dirimu "
"Tidak perduli ia suka pandang aku sebagai sahabat atau tidak, biar bagaimana aku
sahabatnya, maka aku tidak mengijinkan ada orang ganggu seujung rambutnya."
"Apa kau sanggup?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Sudah tentu sanggup."
"Kalau begitu kau boleh coba." Sementara itu, orang tua baju hitam itu, sudah
melancarkan serangannya tiga kali dan melakukan tendangan dua kali, semua itu dilakukan
dengan kecepatan luar biasa.
Laki-laki perlente itu juga tidak tinggal diam, ia juga membalas dengan tiga kali serangan,
hingga sebentar saja, keduanya sudah saling menyerang dengan cepatnya.
Koo Lok tidak habis mengerti, laki-laki perlente itu semula memusuhi dirinya, hingga
memukul dirinya sampai terluka, kenapa sekarang berbalik membantunya?
Ia menghampiri encinya dan bertanya dengan suara pelahan, "Enci, siapakah laki-laki
perlente itu?" Koo Lok bukannya tidak tahu bahwa pertanyaannya itu sebetulnya sia-sia
saja, sebab encinya sendiri tentunya juga tidak tahu siapa laki-laki itu.
Memang benar, Koo Peng sendiri juga tidak tahu, maka ia lantas menjawab sambil
menggelengkan kepala, "Tidak tahu."
" Dia lawan atau kawan?"
"Mungkin dua-duanya, andaikata aku tidak terhalang oleh sumpahku, orang tua
baju hitam itu siang-siang sudah binasa ditanganku."
Sementara itu, dua orang yang sedang bertempur sengit itu ternyata sudah
bertempur tiga puluh jurus lebih. Kini tampak orang tua baju hitam itu terus terdesak
mundur, tidak bisa memberikan perlawanan yang berarti.
Mendadak terdengar suara laki-laki parlente itu, "Siluman tua, dalam waktu lima jurus lagi
aku akan suruh kau rebah..........................."
Perkataan itu ditutup dengan serangannya yang terampuh. Orang tua itu agaknya tidak
menduga laki-laki parlente itu mempunyai kepandaian demikian tinggi, dalam kagetnya
serangan laki-laki itu sudah mengenai dadanya dengan telak.
Tidak ampun lagi, badannya lantas terpental, dan jatuh duduk di tanah tidak bisa bangun
LAKI- LAKI itu menarik napas lega,ia menghampiri orang tua baju hitam itu dan
angkat tubuhnya seraya berkata,
Halaman 79-80 ga ada
Siapakah sebetulnya laki-laki parlente yang sangat misterius itu? Dia kawan atau
lawan. Masih tetap merupakan satu teka teki besar.
"Seorang yang sangat misterius" kata Koo Lok.
"Ya, seorang yang sangat misterius, kepandaiannya mungkin tidak di bawah Giokbin Thian Cun..............." demikian satu suara mendadak menyahuti ucapan Koo Lok.
Koo Lok terperanjat, sebab perkataan itu bukan keluar dari mulut encinya melainkan ke
luar dari mulut seorang laki-laki lain.
Koo Lok dan Koo Peng mengawasi kearah datangnya suara tadi, kini baru mengetahui
bahwa orang yang berkata demikian tadi adalah Cee Lo.
Koo Lok sangat girang, ia lalu berseru, "Kiranya adalah saudara Cee.................."
"Adik apa kau kenal dengan orang itu?" tanya Koo Peng.
"Ya, dia adalah tuan penolongku," sahutnya lalu berpaling dan bertanya kepada
Cee Lo, "Saudara Cee apa kau sudah lihat pertempuran tadi?"
"Benar, kepandaian laki-laki parlente tadi, agaknya masih diatas Giok-bin ThianCun. "Siapakah dia?"
Lo Kie berpikir sejenak, baru menjawab, "Dalam dunia Kang-ouw kita tidak dapatkan
orang kuat itu, mungkin ia seorang tokoh yang sudah mengasingkan diri."
"Dia sebetulnya kawan ataukah lawan?"
"Mungkin dua-duanya ........." jawabnya samar-samar, Lo Kie lalu mengawasi Koo
Peng sejenak, lalu bertanya, "Adik Lok, nona ini."
"Dia adalah enciku!"
"Enci....................?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ya....................."
Koo Lok lalu menceritakan apa yang telah terjadi atas dirinya. Lo Kie yang mendengarkan
penuturan itu merasa terheran-heran, kemudian ia bertanya, "Kalau begitu, Sam-seng Nionio adalah musuh besarmu yang telah membinasakan ayah bundamu?"
"Benar."
"Tidaknyana peristiwa berdarah yang sekian lama sudah hampir dilupakan orang
ini, kini telah terbongkar. Meski kau dengan Sam-seng Nio-nio sudah berjanji, tapi kau
harus waspada kalau-kalau dia nanti datang tiba-tiba dengan pasukannya yang kuat." kata
Lo Kie sambil kerutkan alisnya.
"Aku akan menjaga tindakan itu, apakah saudara Cee sudah urus beres tugas
urusan yang kuminta tolong itu?"
"Tidak berhasil."
"Lho, kenapa?" tanya Koo Lok kaget. Lo Kie tertawa menyeringai, kemudian
berkata, "Adik Lok, kau jangan cemas dulu, aku membohongi kau, kau pikir saja jika aku
tidak berhasil, mana aku berani pulang menjumpai kau?"'
"Oh, kiranya kau hendak membikin aku gelisah dulu, apakah kau menjumpai
kesulitan?"
"Sudah tentu ada, dalam gusarku aku telah melukai 7 orang anak buahnya, barulah
mereka mau menyerahkan barang yang kuminta itu."
Koo Peng yang berdiri disamping, tidak tahu apa yang mereka sedang bicarakan, maka ia
lalu bertanya, "Apa yang kalian bicarakan?"
"Ng" Lo Kie tertawa, "kita sedang bicarakan tentang permintaan adik Lok yang suruh aku
pergi ke Ngo-bie-san untuk minta setangkai Soat-som yang sudah ribuan tahun usianya."
"Apa, Soat som yang sudah ribuan tahun usianya?"
"Benar,"
Lo Kie lalu mengeluarkan setangkai Soat-som yang putih meletak bagaikan salju,
itu adalah Soat-som yang hanya terdapat di gunung Nga-bie san. Koo Lok setelah
menyambut Soat-som itu, kembali mengeluarkan nyiurnya burung Ho ang disimpan dalam
botol kecil kedua benda itu ia berikan kepada encinya seraya berkata, "Enci. dua rupa
barang yang kau butuhkan itu, aku sudah mintakan untukmu, harap kau simpan."
Koo Peng melihat dua rupa barang itu terkejut, lama ia baru bisa berkata,
"Adik..............."
"Barang ini bukankah dulu yang enci minta kepada Heng-she khek supaya
usahakan?"
"Adik, kau terlalu baik............, sebetulnya, aku sudah tidak inginkan barang itu,
maka aku suruh Siao Cie minta ganti jiwa kepada partai Siao lim-pay dan Ngo-bie,
sekarang kau ternyata sudah mintakan dua barang mujijat itu untukku, ada harapan besar
parasku bisa pulih kembali."
"Kalau begitu, besok aku akan mencari Mo ie, minta ia supaya datang ke Thian-mo
kiong untuk mengobati mukamu."
"Terima kasih adik."
"Terhadap saudara sendiri, buat apa terima kasih segala? Marilah kita pulang!"
Selagi mereka hendak berjalan, dari dalam rimba Kui-ong-Iim, nampak datang
Thian-mo Kiongcu yang diiringi Gin-hui dan Giok-hui.
Lo Kie yang melihat kedatangan Thian-mo Kiongcu, wajahnya berubah.
Thian-mo Kiongcu menghampiri Koo Peng, ia memberi hormat seraya berkata,
"Menurut laporan anak murid teecu, katanya suhu sudah pulang, harap suhu maafkan dosa
teecu yang terlambat menyambut."
"Tidak usah perhatikan diriku, kenapa kau tidak menanyakan kesehatan dia?"
Thian-mo Kiongcu merah mukanya, katanya, "Suhu, suka menggoda saja"
Sikapnya mendadak berubah menjadi kemalu-maluan, ini jauh berlainan dengan keadaan
biasanya yang nampak agung keren, hingga Koo Lok yang menyaksikan itu, hatinya juga
tergoncang.
"Bagaimana? Tidak sanggup?" kata Koo Peng.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Dengan apa boleh buat, Thian-mo Kiongcu menghampiri Koo Lok untuk memberi hormat
seraya berkata, "Kau..................baik."
Thian-mo Kiongcu mendadak berlaku demikian terhadap Koo Lok, benar-benar membuat
Lo Kie bingung dan terheran-heran. Ia nampak tercengang, terdengar pula suaranya Koo
Lok, "Aku baik? Apa yang baik?"
Jawaban Koo Lok itu sangat ketus, hal ini sesungguhnya diluar dugaan semua orang.
Thian-mo Kiongcu yang mendapat perlakuan demikian, lantas menangis dengan sedihnya.
Sambil ketawa Koo Peng menghampirinya dan berkata, "Siao Cie, buat apa kau menangis?'
"Suhu, dia.........dia...... menghina aku......"
"Astaga, baru mendengar perkataan sedikit agak kasar saja sudah tidak sanggup,
ini urusan kalian suami isteri, aku juga tidak bisa turut campur tangan, siapa suruh kau
berbuat keterlaluan, sehingga ia hampir binasa di tanganmu?"
Koo Lok sebetulnya tidak ingin marah, tapi kini setelah mendengar perkataan encinya
telah membangkitkan rasa gusarnya, maka dengan wajah berubah ia lantas berkata,
"Benar, kau tentu saja tidak akan lupa, jiwaku dulu hampir binasa ditanganmu, dengan
memandang muka enciku, aku dapat memaafkan kau, tapi aku tidak suka mempunyai
isteri seperti kau ini."
Mendengar perkataan itu, wajah Thian-mo Kiongcu berubah, lama ia berdiri kesima, baru
berkata, "Kau tidak sudi aku?"
"Jiwaku hampir binasa ditanganmu, bagaimana aku bisa cinta kau?"
"Kalau begitu, aku tidak akan memberikan tiga pusaka itu padamu."
Koo Lok tertawa geli," katanya, "Kau hendak paksa aku dengan pusakamu itu"
"Siapa kesudian paksakan?"
"Kalau begitu, kita putuskan saja hubungan"
"Putuskan hubungan? Kau mau untung sendiri.........."berkata sampai disitu, paras
Thian-mo Kiongcu mendadak merah membara.
"Biar bagaimana aku tidak suka kau, tentang tiga pusaka itu, suhumu bisa ambil
untukku."
Selagi Thian-mo Kiongcu hendak menjawab Koo Peng lantas berkata, "Siao Cie, berikanlah
tiga pusaka itu padanya dia adalah adikku, juga adalah suamimu......"
"Tapi dia tidak suka aku."
"Siapa suru kau dulu hendak ambil jiwanya?"
"Aku.........benci.........padanya."
"Sekarang bagaimana?"
"Juga masih benci, tapi........."
"Tapi apa?"
"Suhu, aku tidak dapat mengatakan, juga tidak sanggup mangatakan."
"Kalau begitu, tiga pusaka itu kau serahkan padanya."
Thian-mo Kiongcu terpaksa menyerahkan Thian-liong Sin-Cu, Giok-liong-khia dan
Buku HITAM yang menggemparkan dunia Kang-ouw itu kepada Koo Lok.
Koo Lok ketika melihat Buku Hitam, jantungnya tergoncang hebat, ia membuka
lembarannya, benar saja kecuali lembaran-lembaran hitam tidak terdapat sebiji hurufpun
juga. Saat itu, Lo Kie mendekati Koo Lok dan berkata padanya dengan suara pelahan,
"Adik Lok, jangan kau biarkan Gin-hui ber duka."
Koo Lok terkejut, ia simpan tiga barang pusaka itu kedalam sakunya, lalu mengawasi Ginhui sejenak, ia melihat nona itu berdiri menjublek dengan paras layu.
Koo Lok dapat pikiran hendak membikin panas hati Thian-mo Kiongcu, maka ia lantas
menghampiri Gin-hui seraya berkata sambil tertawa, "Adik Gin-hui, apa kau baik?"
Gin-hui tersadar dari lamunannya, ia unjukkan senyum getir, jawabnya, "Aku baik-baik
saja."
"Apa kau memikirkan aku?"
Pertanyaan brutal dari Koo Lok ini, membuat Gin-hui melongo. Ia memandang Koo Lok,
lama tidak buka suara.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Adik Gin-hui tahukah kau bahwa aku memikirkan dirimu? Adik G'n-hui, kau tentu
tahu kalau aku mencintaimu?'
"Aku......... tahu."
"Kau suka kawin dengan aku?"
Gin-hui tidak mengerti apa sebabnya Koo Lok mendadak berubah kelakuannya
demikian rupa dengan perasaan terheran-heran ia memandangnya, sepatahpun tidak bisa
menjawab. Sedangkan Thian-mo Kiongcu yang menyaksikan adegan itu, alisnya berdiri,
matanya melotot, hanya mulutnya saja yang bungkam.
Koo Lok bertanya pula, "Kau mau atau tidak? katakanlah!"
"Aku suka, tapi........." akhirnya Gin-hui menjawab juga.
"Tapi apa? Apakah kau takut ia akan mencelakakan dirimu lagi? Ia tidak berani, jika
ia kandung maksud jahat, hm, aku segera binasakan dirinya, untuk perlihatkan padamu."
Perkataan itu membuat dada Thian-mo Kiongcu hampir meledak matanya beringas giginya
bercatrukan. Lo Kie yang menyaksikan itu, diam-diam merasa geli, ia lalu bisik-bisik di
telinga Koo Lok berkata dengan suara pelahan, "Adik Lok, sudahlah, perlu apa kau
permainkan dirinya begitu rupa?"
Koo Lok tertawa menyeringai, ia mengawasi Thian-mo Kiongcu sejenak, lalu berkata, "Apa
bajumu terlalu tipis?"'
Thian-mo Kiongcu tidak tahu apa sebabnya Koo Lok mendadak menanyakan
bayunya, dengan hati masih mendongkol ia menjawab, "Sekarang hawanya toh tidak
dingin. "
"Kalau begitu, kenapa badanmu menggigil?"
"Aku..............."
"Apa badanmu mendapat sakit aneh?"
Pertanyaan ini membuat Koo Peng dan Lo Kie tertawa, sedang Thian-mo Kiongcu mukanya
sebentar putih sebentar biru, ia merasa gemas sekali terhadap Koo Lok.
Gin-hui lantas berkata dengan hati cemas, "Engko Lok, kenapa kau menyiksa dia begitu
rupa?"
"Kenapa, tidak boleh? Dia toh bukan apa-apaku, apa aku harus takut padanya?" Koo
Peng lantas nyeletuk, "Adik, sudah cukup."
Mendengar perkataan encinya, Koo Lok juga merasa bahwa sudah cukup ia permainkan
Thian-mo Kiongcu, maka ia lantas berkata, "Baiklah."
"Kalau begitu, marilah kita pulang ke istana."
ENAM orang itu lalu balik ke dalam rimba Kui-ong-lim untuk melanjutkan
perjalanan pulang ke Thian-mo Kiong. Di sepanjang jalan Lo Kie bertanya kepada Koo Look
tentang hubungannya dengan Thian-mo Kiongcu, dari padanya baru tahu apa yang telah
terjadi dengan mereka.
Tiba di Thian-mo-kiong, mereka lantas berkumpul diruangan tamu untuk mengobrol.
Koo Peng berkata kepada Koo Lok, "Adik, Giok-bin Thian-Cun seorang yang luar biasa,
kepandaiannya pun sangat tinggi, jika didalam waktu tujuh hari ini kau tidak dapat
menemukan pelajaran ilmu silat yang tertera dalam Buku Hitam itu, sangat berbahaya
bagi dirimu."
"Ini, aku tahu," jawabnya sambil anggukkan kepala, "tapi, aku hendak mencari Mo

Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ie dulu untuk menyembuhkan parasmu........."
"Tentang ini, tunggu nanti kau setelah menyelesaikan tugasmu, boleh dibicarakan
lagi!"
"Tidak, enci, aku Cari Mo-ie hanya memerlukan waktu satu hari saja, tujuh hari
dikurangi satu hari, tidak ada artinya."
"Tapi........"...."
"Enci, kematian ayah bunda kita yang mengenaskan itu, merupakan tugas kita
sebagai anaknya yang harus memikulnya, jika aku tidak berdaya untuk memulihkan
parasmu, bagaimana pikiranku bisa tenang? Maka besok aku segera berangkat untuk
mencari Mo-ie."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Aih! terserah padamu sendiri, Siao Cie, masih ada urusan apa yang memerlukan
bantuan? Jikalau tidak. aku hendak pergi."
Thianmo Kiongcu mengawasi suhunya seje-nak, lalu berkata sambil ketawa getir,
"Tidak ada suhu, biarlah aku antar kau pulang."
Sehabis berkata, Koo Peng lantas meninggalkan ruangan, untuk pulang ke kediamannya.
Dalam ruangan tamu itu kini tinggal Koo Lok, Lo Kie, Gin-hui, Giok hui dan Thian-mo
Kiongcu Lie Siao Cie.
Suasana sunyi, lima orang itu entah bagaimana harus memecahkan suasana yang
tenang dan sunyi itu?
Lama baru terdengar suara Lo Kie, "Kongcu, sungguh tidak nyana di antara kita
berkesudahan demikian, dulu kita berhadapan sebagai musuh, tapi kita sekarang duduk
dalam satu ruangan sebagai kawan."
"Ya, itulah..............." jawabnya Thian-mo Kiongcu.
"Kiongcu, harap kau keluarkan Chie Cu Hong dan Hoan-kiam Cie hoa." kata Koo Lok
dingin.
"Perlu apa?"
"Aku akan bunuh mereka, jika kau tidak mau menyerahkan mereka berdua, aku
hendak pergi,"
Thian-mo Kiongcu berpikir sejenak, kemudian berpaling dan berkata kepada Giokhui, "Giok-hui, keluarkan mereka berdua!"
Giok-hui terima baik itu perintah, ia berlalu dan sebentar kemudian sudah balik lagi bersama Chie Cu Hong dan Hoan-kiam Cie-hoa.
Chie Cu Hong dan Hoan-kiam Cie-hoa ketika melihat Koo Lok, wajah mereka berubah
seketika. Mereka memberi hormat kepada Thian-mo Kiongcu seraya berkata, "Entah ada
urusan apa, Kiongcu panggil kita?'"
Tanpa menunggu Thian-mo Kiongcu menjawab, Koo Lok sudah berkata lebih dulu
dengan nada suaranya yang dingin, "Aku hendak membuat perhitungan dengan kalian."
"Hutang kalian berdua terhadap Koo Lok masih belum selesai, lebih baik kalian
bereskan di tanah lapang." '
Tiba ditanah lapang.................. Koo Lok mengawasi Hoan kiam Cie-hoa sejenak,
lalu berkata kepada Chie C? Hong, "Chie Cu Hong, aku tidak akan bunuh kau, kau
berdirilah disamping!"
Hoan-kiam Cie-hoa sudah tahu bahwa keadaan hari ini tidak menguntungkan bagi dirinya,
ia lantas berkata dengan suara dingin, "Koo Lok, apa salahnya kalau aku membuat
perhitungan dengamu?"
"Kau mengkhianati dan membunuh suami sendiri, dosa ini tidak dapat diampuni,
hari ini adalah hari kematianmu, maka itu, serahkanlah jiwamu...............!"
Tanpa menunggu jawaban musuhnya, Koo Lok sudah bergerak menyerang Hoan-kiam Cie
boa. Berbareng dengan itu, Chie Cu Hong juga sudah bergerak dengan senjata pecut
Thian-ong-piannya, menyerang Koo Lok.
Koo Lok berkelit, mengelakkan serangan pecut Chie Cu Hong, mulutnya berkata,
"Chie Cu Hong, aku tidak ingin berkelahi dengan kau."
Chie Cu Hong tidak menghiraukan perkataan Koo Lok, ia kedut pecutnya membabat dada
Koo Lok- sedang mulutnya berteriak, "Apa lantaran kau melakukan perbuatan yang tidak
patut terhadap keluargaku, hingga tidak berani berkelahi dengan aku? Haha hari ini kalau
bukan kau yang mampus, biarlah aku yang mati."
Dengan cepat ia sudah membabat sampai tiga kali. Hoankiam Cie-hoa yang berdiri
disamping, juga sudah menyerang dengan pedangnya.
Koo Lok didesak demikian rupa oleh Chie Cu Hong, terpaksa mundur sambil berseru, "Chie
Cu Hong, kau jangan terlalu mendesak kepadaku."
"Desak kau? Haha, kau telah membinasakan ayahku..................... maka itu kau
tidak berani turun tangan terhadap aku."
Wajah Koo Lok berubah, amarahnya timbul seketika, ia gunakan ilmu mengelakkan
diri yang lincah, untuk menghindarkan setiap serangan dari kedua musuhnya, kadang-https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
kadang juga balas menyerang, terhadap Hoan-kiam Chie-hoa. Kepandaian Koo Lok saat itu
sudah jauh berbeda daripada saat pertama kali bertemu dengan Chie Cu Hong. Kepandaian
Chie Cu Hong dan Hoankiam Cie-hoa sebetulnya masih bukan tandingan Koo Lok. Maka
setiap kali Koo Lok balas menyerang, mereka berdua pasti terdesak secara serentak.
Satu saat, tatkala Chie Cu Hong terdesak mundur, Koo Lok lalu memutar tubuhnya
mendesak Hoankiam Cie-hoa, dengan gerak tipunya Sie-sin Cie-hwee, dan Sin-hu Khie-kie,
ia menyerang berbareng kepada Hoankiam Cie hoa dengan kedua tangannya.
Sebentar kemudian lalu terdengar suara tertahan, tubuh Hoankiam Cie hoa telah
terpental ke udara, Koo Lok lantas lompat menjusul, kemudian ia tangkap tubuh
perempuan itu.
Chie Cu Hong yang melihat keadaan demikian, lantas berseru, "Letakkan dia."
Koo Lok lompat mundur tiga tombak seraya berkata, "Chie Cu Hong, kau jangan
bergerak!"
Chie Cu Hong mundur setengah langkah, Koo Lok lalu berkata padanya, "Chie Cu
Hong, aku tidak takut kau, melainkan tidak ingin turun tangan terhadap kau. Aku
beritahukan padamu, Koo Lok tidak berdosa, baik terhadap ayahmu maupun terhadap
saudaramu, sudah tentu tidak perlu takut kepadamu."
"Tapi kalau kau berani membunuh, Hoan-kiam Cie-boa, aku tidak akan mengerti."
"Biar bagaimana aku harus bunuh mati perempuan jahat ini."
Sehabis memberikan keterangannya itu, ia sudah ayun tangan kanannya, hingga
jiwa Hoan kiam Cie hoa, melayang seketika.
Chie Cu Hong menjerit, dengan kalap menerjang Koo Lok sambil berseru, "Serahkan
jiwamu!"
Dengan pecutnya ia menyerang Koo Lok bertubi tubi, dalam waktu sekejap saja
sudah melancarkan serangannya sampai beberapa kali.
Koo Lok melihat Chie Cu Hong berlaku nekat, terpaksa melayani sambil mundur.
"Bocah tidak berbudi, ayo turun tangan, kau telah membunuh ayahku..............."
"Aku bukan itu orang yang membunuh ayah mu........................"
"Haha, kau, manusia berhati binatang, apa kau masih menyangkal tidak membunuh
ayahku? Haha..............."
"Chie Cu Hong, kau harus percaya padaku..............."
"Hahaha, percaya padamu? Hahaha!'*
Pecutnya terus diputar bagaikan titiran, ia terus menyerang Koo Lok secara ganas,
bahkan setiap serangannya diarahkan ke tempat bagian yang berbahaya di anggota badan
Koo Lok.
Koo Lok yang berhati lemah, ketika menyaksikan keadaan Chie Cu Hong, yang seolah olah
sudah hilang ingatannya, telah mengucurkan airmata...............," Chie Cu Hong............
percayalah padaku, sekarang kau jangan desak aku sampai kesalahan tangan............ aku
nanti beri tahukan padamu, siapa orangnya yang membunuh mati ayahmu..............."
Chie Cn Hong tidak menjawab, kembali melakukan serangannya dengan kalap.
Koo Lok tetap tidak mau turun tangan, ia cuma berkelit kesana kemari, sebab ia tidak tega
hati sebelum Chie Ca Hong mengetahui keadaan yang sebenarnya, mati di tangannya
sendiri.
Tiba-tiba dari tengah udara terdengar suara orang berseru, "Kalian
berhenti.........!" Kemudian sesosok bayangan orang melayang turun ke tengah lapangan.
Koo Lok dan Chie Cu Hong ketika mendengar suara itu, dua-duanya lantas lompat mundur.
Tatkala mengetahui siapa orang yang muncul itu, dua-duanya tercengang.
Orang itu bukan lain daripada Lo Kie, yang dengan sikap aneh turun di tengah lapangan.
Koo Lok sangat heran menyaksikan sikap sahabatnya yang aneh itu, karena ia belum
pernah lihat sahabatnya itu bersikap demikian. Bagaimana ia tahu apa yang sedang
dipikirkan oleh Loo Kie pada saat itu.
Chie Cu Hong yang sedang kalap, lantas ayunkan pecutnya seraya berkata, "Apa
kau mencari mampus?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ya, aku mencari mampus, Chie Cu Hong orang yang membunuh ayahmu bukan Koo
Lok melainkan Lo Kie."'
"Kau siapa?'
Lo Kie tertawa terbahak bahak, namun suara tawanya kedengaran sangat
mengharukan. Chie Cu Hong kedut pecutnya menyerang Lo Kie, mulutnya membentak,
"Bangsat, kau ketawa apa?"
Lo Kie mengelakkan serangan Chie Cu Hong tawanya berhenti, kemudian membentak
dengan suara keras, "Chie Cu Hong, tahan!"
Chie Cu Hong mundur satu langkah, Lo Kie lalu berpaling dan bertanya kepada Koo
Lok, "Koo Lok, kau tahu siapakah aku ini?" Koo Lok terkejut, ia balas bertanya. "Siapa?"
"Kau tentunya tidak dapat pikir, aku ini adalah Lo Kie."
"Apa.........?" Pernyataan itu bagaikan geledek di siang hari bolong, hingga badan
Koo Lok sempoyongan, matanya terbuka lebar. "Kau Lo Kie?" tanyanya heran.
" Benar, aku adalah Lo Kie!" jawabnya, lalu meraba mukanya dan kulit manusia yang
menutupi wajahnya terkupas, terlihatlah wajah aslinya, yang memang benar adalah Lo
Kie. Mata Koo Lok berkunang kunang, badannya kembali sempoyongan, ia berkata dengan suara
serak, "Ya, Allah.........! bagaimana ini bisa terjadi........ .?" Kejadian ini bukan saja
mengejutkan Koo Lok dan Chie Cu Hong, sekalipun Thian-mo Kiongcu dan kedua
pahlawannya juga merasa terheran heran.
Wajah Lo Kie menunjukkan dengan tegas betapa hebat ia menahan getaran hatinya, lama
ia baru bisa berkata, "Chie Cu Hong, kau tentunya tidak menduga aku adalah Lo Kie?" ia
diam sejenak untuk menekan perasaannya, kemudian berkata pula, "Orang yang
membunuh empek Chie bukan Koo Lok, tapi aku Lo Kie. Baiklah aku beritahukan apa
sebabnya, karena kala itu, aku cinta pada Chie Siok Hun, kalau aku membinasakan empek
Chie semata mata hendak menimpakan dosa itu ke atas diri Koo Lok, supaya terasing dari
keluarga Chie, dan dengan demikian Chie Siok Hun akan terjatuh di tanganku. Sekarang
kau tentunya sudah percaya, bukan?"
Wajah Chie Cu Hong lantas berubah, ia membentak, "Apa semua ucapanmu ini
benar?"
"Di dalam dunia tidak ada orang begitu gila andaikata, Koo Lok yang membunuh
mati ayahmu, masak aku Lo Kie sudi menanggung dosa orang lain? Terus terang
kuberitahukan padamu, selama ini perasaan dan hati nuraniku selalu terganggu, maka aku
mengambil tindakan ini untuk menebus dosaku, dan tidak akan membiarkan Koo Lok
terfitnah, sehingga merasa penasaran untuk selama lamanya."
"Benarkah kau yang membunuh mati ayahku"
"Sudah tentu benar."
"Kalau begitu, kau harus ganti dengan jiwamu."
Sehabis berkata demikian, ia lantas menyerang dengan pecutnya. Lo Kie
mendorong dengan tangannya, mulutnya membentak, "Chie Cu Hong, tidak pantas kau
membunuh aku."
Chie Cu Hong yang terdorong hingga satu tombak lebih, dengan wajah berubah ia kembali
membentak, "Membunuh sang ayah, merupakan musuh terbesar bagi anaknya, kenapa aku
tidak boleh membunuh kau?"
"Sekarang ini, kau seorang berdosa bagi ayahmu, karena kau telah melakukan
kejahatan terlalu besar yang tidak dapat diampuni, itulah sebabnya maka kau tidak pantas
membunuh aku. mengertikah kau?"
Tiba-tiba terdengar suara bentakan keras dari mulut Koo Lok. "Benarkah kau
adalah Lo Kie?"'
Lo Kie bersenyum masam, katanya, "Apakah kau masih belum mengenali?"
Koo Lok mendadak tertawa terbahak bahak, "Lo Kie, bagus sekali perbuatanmu, hampir
aku dikelabui........"
"Kau toh sudah sekian lama kukelabui, jika aku sekarang tidak membuka kedokku,
selamanya kau tentu tidak dapat kenali diriku"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Setindak demi setindak Koo Lok mendekati Lo Kie, pemuda ini nampaknya sudah benarbenar marah.
Tiga pemuda yang dulu merupakan sahabat karib kini telah berhadapan satu sama lain,
sebagai musuh besar.
Koo Lok sungguh tidak menyangka, bahwa pemuda yang pernah menolong jiwanya
itu, ternyata adalah Lo Kie yang mengenakan kedok kulit manusia. Lo Kie berkata sambil
tertawa masam, "Koo Lok........."
Tapi sebelum ia melanjutkan ucapannya, tiba-tiba dipotong oleh Koo Lok, "Lo Kie, kita
bertiga mengalami nasib seperti hari ini, semua gara-garamu seorang diri, oleh karena itu,
maka serahkanlah jiwamu."
Setelah itu, Koo Lok lalu melancarkan serangannya. Serangan Koo Lok dilakukan
dalam keadaan gusar, bukan saja ia lakukan dengan sekuat tenaga, tapi juga sudah tidak
pandang lagi sebagai orang yang pernah menolong jiwanya. Tapi Lo Kie tidak berkelit atau
menyingkir, sebaliknya malah pejamkan matanya dan tundukkan kepalanya...............
Koo Lok yang menyaksikan keadaan demikian, segera tarik kembali serangannya, mulutnya
bertanya, "Lo Kie, mengapa kau tidak melawan?"
Lo Kie tersenyum masam, jawabnya, "Lo Kie seorang berdosa, tidak pantas adu tenaga
dengan kau."
Koo Lok ketawa dingin katanya, "Kau Lo Kie pernah menolong jiwaku, tapi, maksudmu
menolong aku apakah karena kau takut dengan aku?"
Perkataan Koo Lok ini benar-benar menusuk bati Lo kie, ia menghela napas,
matanya berkaca-kaca, airmatanya akhirnya tidak dapat ditahan, hingga akhirnya mengalir
turun membasahi kedua pipinya.
"Koo Lok, sedikitpun aku tidak mempunyai maksud demikian."
"Kalau begitu, mengapa kau menolong aku?"
"Sebab kau pernah menolong jiwaku, sehingga aku terhindar dari kematian..........
Itu disebabkan aku karena memandang tali persahabatan kita......... yang sudah angkat
saudara............"
"Kalau aku menolong kau, juga karena aku pandang bahwa kita sudah angkat
saudara," Koo Lok ketawa terbahak bahak.
"Kalau begitu baik sekali, sekarang kita satu sama lain sudah tidak ada hutang,
maka turun tanganlah kau!"
"Aku tadi sudah berkata, aku tidak pantas adu kekuatan dengan kau, terserah
padamu, bagaimana kau hendak perlakukan diriku."
Koo Lok kertek gigi, katanya, "Apa kau takut kepandaianmu tidak mampu menandingi
kepandaianku?"
"Kau mengerti sendiri, kepandaianku toh tidak dibawahmu, kalau kita bertanding,
siapa yang menang dan siapa yang kalah, dalam hatimu mengerti sendiri."
Itu memang sebenarnya, jika saat itu mereka berdua benar-benar bertanding,
mungkin Koo Lok yang akan menjadi pecundang.
Selagi Koo Lok hendak menjawab, tiba-tiba terdengar suara jeritan ngeri, dan apa yang
terjadi, telah membuat Koo Lok dan Lo Kie terperanjat. Ternyata suara jeritan tadi,
keluar dari mulut Chie Cu Hong, yang telah membunuh dirinya sendiri dengan jalan
membikin remuk batok kepalanya sendiri.
Saat itu, ia telah terkapar ditanah dengan keadaan remuk kepalanya, hingga darah merah
membasahi sekujur badannya.
Kiranya Chie Cu Hong dalam waktu sekejap itu telah tersadar, atas kekeliruannya, dalam
sedihnya, ia telah mengambil keputusan untuk menghabiskan jiwanya sendiri, sebagai
tindakan terakhir untuk menebus dosanya.
Koo Lok yang menyaksikan keadaan itu, lantas berteriak, " Toako........."
Ia lompat dan memeluk tubuh Chie Cu Hong yang sudah penuh darah, lantas menangis
tersedu-sedu............
Chie Cu Hong membuka kelopak matanya yang lemah, katanya dengan tidak bertenaga,https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Sam......tee"..... aku salah...... aku berdosa...terhadap kau...... juga terhadap
ayah............" Dari sela sela kelopak mata mengalir turun airmatanya............
"Toako...... toako ..." teriak Koo Lok dengan sedihnya.
"Sam...... tee....... satu...... hal aku minta... ...... tolong...... padamu......"
"Toako, apa saja yang kau minta, aku pasti terima baik."
"Kau tahu, ayahku cuma...... mempunyai...satu...... anak lelaki......, aku.........
yang tidak berbakti...... ini,"
"Aku tahu."
"Maka itu...... nanti......... setelah...... aku mati...... apakah...... kau......
suka...... anakmu yang pertama...... kau berikan she............Chie?"
"Aku suka, aku akan beritahukan padanya, bahwa kau, ayah angkatnya............"
awab Koo Lok, kemudian menangis pula dengan sedihnya.
Chie Cu Hong kembali unjukkan senyumnya, suatu tanda bahwa hatinya merasa puas,
setelah itu, matanya menutup lagi untuk selama lamanya.
"Toako...... toako......" Koo Lok kembali berteriak teriak seperti orang gila, Ia
goyang-goyangkan tubuh Chie Cu Hong, tapi pemuda yang pernah tersesat dalam hidupnya
itu sudah tidak bisa menjawab lagi............
Koo Lok perlahan-lahan letakkan tubuh Chie Cu Hong, kini ia tidak menangis lagi, ia
cuma berdiri kesima mengawasi mayat Chie Cu Hong.
Tiba-tiba ia keluarkan bentakan keras, "Lo Kie, kau bukan saja sudah membinasakan
empek Chie, tapi juga mencelakakan diri Chie Cu Hong, kau iblis, serahkanlah jiwamu!"
Dengan kalap ia menyerang Lo Kie. Lo Kie tetap tidak berkelit atau menyingkir,
hingga serangan Koo Lok mengenai badannya dengan telak. Darah segar mengucur keluar
dari mulutnya, badannya bergoyang-goyang.
Tapi ia tetap tidak melawan, hanya airmatanya mengalir turun............
"Lo Kie, hayo kau melawan!" seru Koo Lok. Serangan kedua dilancarkan, kali ini


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengenai dadanya, hingga tubuh Lo Kie rubuh terjengkang kebelakang............
Koo Lok perlahan-lahan angkat tangan kanannya, hendak memukul batok kepala Lo
Kie...........
SELAGI tangan Koo Lok hendak menamatkan riwayat hidup Lo Kie, satu kekuatan
tenaga dalam yang cukup kuat, mendadak menolak serangan Koo Lok, kemudian terdengar
suara Gin-hui, "Engko Lok, sabar dulu!"
Koo Lok yang masih dalam keadaan gusar, didorong oleh kekuatan Gin-hui, hatinya agak
mendongkol, dengan sorot mata gusar mengawasi Gin-hui lalu bertanya padanya, "Kau
mau apa?"
"Aku minta kau ampuni kesalahannya," jawabnya Gin-hui sambil tersenyum
masam, "Engko Lok, kau jangan lupa, Lo Kie terhadap kau pernah melepas budi selain dari
itu, ia juga tidak memberi perlawanan, apakah kau benar-benar lega hati turun tangan?"
Koo Lok tertegun, katanya dengan nada dingin, "Tapi kematian Chie Cu Hong, dan derita
lahir batin yang kutanggung selama ini, semua itu atas perbuatan siapa........?"
"Namun semua itu sudah berlalu."
"Sudah berlalu! Apakah boleh tidak tanggung jawab!"
Pernyataan ini membuat Gin-hui bungkam. Ia cuma menghela napas, perlahan-lahan balik
ke sisi Thian-mo Kiongcu lagi.
Koo Lok kembali angkat tangan kanannya, tapi kegusarannya nampak sudah mereda,
sikapnya berbalik menjadi masgul.
Akhirnya, tangannya diturunkan lagi, ketika melihat airmata yang mengalir keluar dari
kelopak mata Lo Kie, hatinya merasa sangat sedih.
Ia tidak menyangkal, jika tidak ada Lo Kie yang menolong, hari ini mungkin ia sudah rebah
di dalam liang kubur,
Apakah ia harus ampuni dosanya? Apakah juga diampuni segala dosa terhadap
dirinya? Jawabnya adalah, Ya, aku harus ampuni dirinya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Tapi, Lo Kie pernah membunuh mati Chie Pocu yang tidak berdosa, bagaimana ia dapat
mengampuni dosanya terhadap empek yang baik itu? Sudah tentu, Koo Lok tidak berhak
berbuat demikian, karena itu bukan urusannya, ia menghela napas dan berkata dengan
suara berat, "Lo Kie, mungkin martabatku lebih rendah daripadamu, ya, sekarang ini
adalah jiwamu bersih sedangkan aku, dalam keadaan tidak melawan, aku telah melukai
dirimu. Jieko, antara dulu dan sekarang, kau telah berubah menjadi dua orang yang
berlainan karakternya, aku Koo Lok bagaimana harus membenci kau lagi?"
Sehabis berkata, perlahan-lahan berjalan meninggalkan Lo Kie. Thian-mo Kiongcu
mengeluarkan sebutir pil, dimasukan dalam mulut Lo Kie, setelah diurut beberapa bagian
jalan darahnya, Lo Kie perlahan-lahan mulai siuman.
Wajah Lo Kie nampak menyedihkan, ia memberi hormat kepada Thian-mo Kiongcu seraya
berkata, "Terima kasih atas pemberian obat nona, Lo Kie tidak akan melupakan untuk
selama lamanya."
"Urusan sekecil ini, buat apa demikian merendah?" jawabnya Thian-mo Kiongcu
sambil tersenyum getir.
Lo Kie kemudian berkata pada Koo Lok, "Adik Lok!"
Koo Lok berpaling, jawabnya ketus, "Lo Kie. kau enyah dari sini, aku tidak suka melihat
kau Iagi"
"Adik Lok, terima kasih atas kemurahan hatimu, ya, aku memang sudah seharusnya
pergi, adik Lok, semoga Tuhan melindungi dirimu."
Sehabis berkata demikian, perlahan-lahan ia pergi, sebentar kemudian sudah
menghilang ke dalam rimba. Koo Lok sebetulnya masih ingin mengatakan apa-apa kepada
Lo Kie, tapi perasaan bencinya, masih belum lenyap sama sekali, namun ia sudah
mengampuni dirinya.................
Gin-hui menghampiri Koo Lok dan berkata, "Engko Lok, apa kau sudah lupa, jika
tidak ada Lo Kie barangkali kau sudah binasa."
Itu memang sebenarnya jika tidak ada Lo Kie, niscaya Koo Lok sudah lama binasa di
tangan Rase Kumala di lembah Pek kut-kok.
Koo Lok menghela napas pelahan dan berkata, "Ya, ia telah menolong aku, terhadap aku,
la sudah penuhkan kewajibannya sebagai sahabat bagaimana aku boleh membencinya
lagi?"
"Tidak perlu membenci, hatinya putih bersih, yang sudah tinggal sudah kau jangan
dendam lagi kau harus baik-baik perlakukan dia."
"Tidak, jawabnya sambil kertak gigi, "dia telah membunuh Chie Pocu yang pernah
melepas budi padanya....................."
"Tapi semua sudah berlalu,"
"Kalau begitu apa dia, tidak boleh dibunuh?
"Itu bukan urusanmu, sebab kau sudah tidak berhak melakukan itu lagi."
"Ya, aku tidak berhak lagi, dia seorang besar."
Saat itu, Thian-mo Kiongcu sudab perintahkan orangnya untuk mengubur jenazah
Chie-Cu Hong dan Hoan-Kiam Cie-hoa kemudian balik ke Thian-mo-kiong.
Malam itu, Koo Lok karena memikirkan dendam sakit hati ayah bundanya dan
musuh Jie Bun Kie, ditambah lagi dengan urusan Lo Kie hingga ia tidak dapat tidur.
Perjanjiannya dengan Giok-bin Thian-Cun, hanya tinggal tujuh hari saja pertempuran akan
merupakan suatu pertempuran mati-matian yang menyangkut hidup atau matinya. Jika ia
kalah dengan Gion-bin Thian-Cun jangan kata sudah tidak bisa menuntut balas lagi bagi Jie
Bun Kie, bahkan ia sendiri juga akan binasa di tangan Giok-bin Thian-Cun.
Memikir sampai disitu, ia mengeluarkan tiga benda pusaka peninggalan Thay-siang Lo-kuo,
ia membuka-buka lembaran Buku Hitam, tapi ia tidak dapatkan apa-apa.
Tiba-tiba diluar jendela terdengar suara tindakan kaki orang yang halus sekali, Koo
Lok buru-buru simpan tiga pusakanya ke dalam saku, mulutnya keluarkan bentakan,
"Siapa!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sesaat nampak berkelebat satu bayangan orang yang dengan cepat sudah lompat
masuk kedalam kamar, bayangan itu bukan lain Thian-mo Kiongcu sendiri.
Kedatangan Thian-mo Kiongcu di tengah malam buta membuat Koo Lok terperanjat maka
ia lantas bertanya. "Ada keperluan apa kau datang?"
Pipi Kiongcu nampak kemerah-merahan katanya, "Apakah aku tidak boleh masuk?"
"Benar, aku hendak tidur."
"Apa? apakah kau benar-benar sudah tidak suka aku lagi?"
Hati Koo Lok tercekat tapi ia pura-pura berkata, "Tapi, aku hampir saja mati
ditanganmu bagaimana aku dapat mencintai kau dalam waktu sangat pendek?"
Paras Kiongcu itu kembali nampak merah, katanya dengan nada dingin, "Baiklah cinta itu
tidak boleh dipaksa kalau kau anggap demikian, baik kita putuskan saja hubungan kita."
Sehabis berkata ia lalu hendak pergi. Tapi Koo Lok panggil padanya, "Kau kembali!"'
"Untuk apa?"
"Duduk dipembaringanku."
Mendengar perkataan itu Thian-mo Kiongcu terperanjat, dengan perasaan bingung
ia memandang Koo Lok lalu berkata, "Duduk diatas pembaringan?"
"Benar.
"Perlu apa? '
"Suruh kau duduk diatas pambaringan, perlu apa masak kau tidak tahu?"
"Aaaaaa engko Lok.................."
Serta merta Kiongcu itu lalu menubruk Koo Lok yang rebah di atas pembaringan,
Koo Lok lalu memeluknya, tindakan yang mendadak dan diluar dugaan itu, membuat
Thian-mo Kiongcu kaget dan girang.
Demikianlah malam itu Thian-mo Kiongcu tidur dalam kamar Koo Lok. Esok
paginya, tatkala Koo Lok mendusin dan menengok Thian-mo Kiongcu yang tidur di sisinya,
ternyata Kiongcu itu sudah tak ada.
Waktu makan pagi, Thian-mo Kiongcu bertanya kepada Koo Lok, "Setelah dahar,
kau nanti hendak kemana? Apa benar kau hendak mencari Mo ie?"
"Ya, aku akan segera berangkat."
"Perlukah aku kawani?"
"Tidak usah, lebih baik aku pergi sendiri, entah berapa tinggi kepandaian Mo-ie
itu?"
"Tentang ia, aku belum pernah dengar orang mengatakan kepandaian ilmu
silatnya."
Koo Lok anggukan kepala, sejenak kemudian baru berkata pula, "Begini saja, jika
dalam waktu tiga hari aku masih belum kembali, suatu tanda ada terjadi kejadian diluar
dugaanku, dan kau boleh pergi mencariku, bolehkah demikian?"
"Sudah tentu boleh."
Benar saja, sehabis dahar pagi itu, Koo Lok pamitan dengan Thian-mo Kiongcu,
hendak berangkat ke lembah Thian-seng Cit-ciok-kok. Seperginya Koo Lok, Thian-mo
Kiongcu merasa tergoncang jantungnya, ia agaknya mendapat firasat tidak baik.
Koo Lok selagi berjalan, tiba-tiba mendengar suara orang ketawa dingin. Koo Lok
hentikan kakinya, seraya membentak dengan suara keras, "Siapa?"
Baru saja ia menutup mulutnya, di depannya telah berdiri seorang laki-laki berpakaian
mewah.
Koo Lok ketika melihat datangnya laki-laki itu secara mendadak, ia mundur dua langkah.
Laki-laki itu unjukkan tawa dingin, kemudian ia berkata, "Ciangbunjin, tidak nyana
kita bertemu lagi."
Koo Lok tercengang, ia tidak tahu siapakah sebetulnya laki-laki serba aneh itu? Tanyanya
dengan nada dingin "Kau mau apa?"
"Kau hendak kemana?" laki-laki itu balas bertanya.
"Tentang ini, kau tak usah perduli."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Benar, aku tidak usah perduli, tapi kau jangan lupa, perjanjianmu dengan Giokbin Thian-Cun, hanya tinggal enam hari saja, Buku Hitam kau sudah dapatkan, kenapa kau
tidak pelajari dengan baik?"
Koo Lok tercekat hatinya, tanyanya dengan perasaan heran, "Bagaimana kau tahu
aku dapatkan Buku Hitam?*'
"Aku lihat Thian-mo Kiongcu memberikan tiga PUSAKA, itu kepadamu, tuan, kau
harus mengerti, dalam pertempuranmu dengan Thian-Cun, bukan saja ada hubungannya
dengan jiwamu, tapi juga ada hubungannya dengan dendam sakit hati Jie Bun Kie."
Koo Lok terperanjat, tapi, ia teringat akan paras encinya yang rusak, hatinya merasa
cemas, karena ia sudah berjanji pada encinya, hendak mencari Mo-ie lebih dulu.
"Aku tahu, tapi, aku terpaksa harus undur-satu hari....................."
"Satu hari?" laki-laki itu tertawa dingin, "jika benar Buku Hitam itu tertulis
kepandaian ilmu silat luar biasa, apakah dalam beberapa hari saja kau dapat mempelajari
dengan baik?
"Apakah menurut pikiranmu aku harus mempelajari ilmu itu lebih dulu?"
"Benar, kau harus mempelajari lebih dulu, jikalau tidak, jiwamu sangat
berbahaya."
"Tidak, jawab Koo Lok sambil kertak gigi, "soalnya sangat mudah, jika tiba
waktunya aku tidak bisa penuhi janjiku, boleh diundur......"
"Apa kau kira Giok-bin Thian-Cun akan menerimanya?',
"Tidak perduli suka terima atau tidak, tidak boleh tidak aku harus berbuat
demikian!"
"Baiklah, kalau begitu kau boleh coba!"
Tanpa mengawasi laki-laki itu lagi, Koo Lok yang masih belum lenyap rasa bencinya
terhadap laki-laki itu, lantas melanjutkan perjalanannya,
Koo Lok bukan tak tahu bahwa dalam pertempuran antara mati hidupnya, dengan kepandaian yang dipunyainya sekarang, sudah tentu ia masih belum mampu menandingi Giok-bin
Thian-Cun.
Tapi, saudara satu-satunya dalam dunia ini......... Koo Peng, sudah sekian lama
menderita lahir bathin karena rusak mukanya, bagaimana ia tidak berusaha untuk
menyembuhkannya.
Maka ia lebih suka mencari Mo ie lebih dulu, tidak pikirkan untuk mempelajari ilmu silat
yang harus digunakan untuk menghadapi musuh tangguh itu.
Tiba di depan lembah Thian seng Cit-ciok-kok, Koo Lok menyaksikan keadaan yang
ganjil. Lembah itu mempunyai tujuh bagian yang tinggi dan tujuh bagian yang rendah,
tujuh bagian tikungan dan tujuh bagian belokan, nama Cit-ciok itu mungkin karena
keadaannya yang serba tujuh itu.
Dimulut lembah, Koo Lok dapat lihat sebuah pengumuman yang ditulis di atas papan,
yang. dipancang di tempat yang sangat menyolok, tulisan itu berbunyi,
"Didalam lembah ini, setiap langkah terdapat racun berbisa yang dapat
menghancurkan tulang-tulang, begitu menyusup ke dalam daging, sudah pasti akan mati,
tanpa obatnya diharap supaya yang memasuki lembah ini suka berhati-hati."
Membaca pengumuman itu, Koo Lok hentikan kakinya dan berdiri bengong sekian
lama, tiba-tiba ia perdengarkan tawa dingin.
Ia bukan tidak percaya peringatan dalam pengumuman itu. tapi karena ia membawa
mutiara Thian-liong Sin-Cu yang kebal dengan segala macam racun, bagaimana ia takut
dengan racun?
Maka setelah berpikir sejenak, ia memasuki lembah itu.
Keadaan dalam lembah sangat tandus, kecuali pasir kering, tak ada tumbuhan alam
apapun juga.
Setelah melalui daerah tandus yang cukup luas, tibalah ke tempat yang banyak
pohon lebat serta tanaman bunga-bunga yang beraneka warna.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Menyaksikan keganjilan alam itu, Koo Lok tercengang.
Selagi Koo Lok masih terpesona menikmati pemandangan alam yang menakjubkan itu,
tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dingin, di tempat yang sunyi sempit itu, suara itu
kedengaran sangat menyeramkan.
Koo Lok tertegun, ia coba mencari dari mana datangnya suara itu, tapi kecuali
pepohonan yang lebat, ia tak melihat apa-apa.
Maka ia berkata dengan suara nyaring, "Locianpwe permisi, aku yang rendah Koo Lok, ada
sedikit urusan ingin minta pertolongan Locianpwee."
Suara Koo Lok itu berkumandang di dalam lembah, lama baru sirap, tapi tak ada
jawaban. Koo Lok diam-diam merasa heran, kembali ia berkata, "Mo-ie locianpwee, aku
yang rendah Koo Lok ingin menjumpai locianpwee."
Tetapi tak ada jawaban. Dengan Wajah agak berubah Koo Lok berkata pada diri sendiri,
"Sungguh bertingkah Mo-ie itu, aku sudah berlaku demikian merendah, dia masih tak mau
meladeni."
Tanpa banyak pikir lagi, ia lantas lompat masuk ke dalam rimba dan terus lari
menuju ke dalam lembah. Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara orang berkata,
"Berhenti!"
Nada suaranya amat dingin dan ketus, agaknya bukan keluar dari mulutnya laki-laki.
Koo Lok pasang mata, dari dalam rimba muncul sesosok bayangan berpakaian warna hitam
begitu pula mukanya, juga mengenakan penutup berwarna hitam.
MUNCULNYA orang serba hitam secara mendadak itu, membuat Koo Lok bergidik,
hingga mundur tiga tindak. Orang itu karena mengenakan kerudung hitam, hingga air
mukanya tak dapat dilihat dengan tegas. Koo Lok mengerti bahwa orang yang memakai
kerudung itu pasti adalah Mo-ie sendiri.
Maka saat itu ia lantas memberi hormat sambil tersenyum dan berkala, "Apakah
Locianpwee adalah Mo-ie?*'
"Benar, ada keperluan apa kau mencari aku?
"Ada sedikit urusan aku yang rendah ingin minta pertolongan locianpwee."
"Oh......... apa kau bernama Koo Lok? Pemuda yang dalam waktu satu bulan ini
muncul di dunia Kang-ouw, tapi namanya sudah menggetarkan dunia Kang-ouw itu?"
"Benar, itulah boanpwee."
"Bukankah kau juga sebagai ketua In-san-Pay, apakah ciangbunjin masih
memerlukan pertolongan orang?"
Mendengar pertanyaan itu, Koo Lok tercengang. Lama ia baru bisa menjawab, "Kalau tidak
ada urusan sudah tentu tidak akan meminta pertolongan locianpwee.........."
"Sebetulnya ada urusan apa, kau sebutkanlah!"
"Itu adalah tentang......... .." Koo Lok lalu menceritakan bagaimana muka encinya
dirusak orang, hingga memerlukan pertolongan Mo-ie, pada akhirnya ia memohon dengan
sangat, "mohon locianpwee mempunyai kemurahan hati terlebih dahulu boanpwee
mengucapkan banyak-banyak terima kasih."
Mo-ie mendadak tertawa dengan nada yang amat dingin ia menyahut, "Koo Lok,
aku tidak sanggup."
Koo Lok seperti diguyur air dingin, katanya, "Apakah locianpwee tidak sanggup memberi
pertolongan?"
"Benar, kau Koo Lok dan aku tidak ada perhubungan persahabatan apa-apa, dengan
alasan apa aku harus menyembuhkan muka encimu?"
"Ya, locianpwee dengan boanpwee memang tidak ada hubungan persahabatan, tapi
jika locianpwee sudi membantu, boanpwee bersedia tenaga untuk melakukan apa-apa
buat locianpwee."
"Apakah ucapanmu ini benar?"
"Ini ucapan boanpwee yang sejujurnya."
"Itu bagus sekali, katanya Mo-ie sambil tertawa dingin, "jika kau sanggup
melakukan dua hal bagiku, aku akan memulihkan paras encimu."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Dua hal apakah itu?"
"Pertama, kau serahkan itu tiga benda pusaka peninggalan Tay-siang Lo-kun."
Mendengar ucapan itu, wajah Koo Lok berubah seketika, jawabnya dengan nada suara
dingin, "Ini aku tidak sanggup."
"Kalau begitu, enyahlah kau dari sini."
"Kecuali ini, boanpwee akan terima baik permintaanmu."
"Kalau begitu, aku akan sebutkan permintaanku yang kedua, itu adalah, kau tidak
boleh bertanding dengan Giok-bin Thian-Cun."
"Ini aku Koo Lok juga tidak dapat terima."
Mo-ie perdengarkan suara tawa dingin, "Kalau dua-duanya tidak mau terima, apa
yang harus dibicarakan? Pergilah!"
Koo Lok mendadak ingat sesuatu, ia lantas bertanya, "Kalau begitu, kau adalah sahabatnya
Giok bin Thian-Cun?"
"Tepat."
"Pantas, aku minta padamu dengan baik, kau menolak dengan getas, kalau begitu


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baiklah aku minta diri."
Selagi Koo Lok hendak berlalu, Mo-ie tiba-tiba gerakkan tangan kanannya, menotok jalan
darah Beng-bun-hiat, Koo Lok membabat dengan tangan kanannya, sambil membentak,
"Kau cari mampus............?"
Tapi Mo-ie cepat sekali sudah elakkan gerakan Koo Lok itu, kemudian dengan gayanya yang
bagus sekali, ia melakukan serangannya yang kedua.
Dalam keadaan tidak terjaga jaga, bagaimana Koo Lok sanggup menahan serangan Mo-ie,
yang sangat hebat itu? Maka akhirnya ia telah rubuh tanpa berdaya.
"Koo Lok, aku hendak mengambil jiwamu."
Setindak demi setindak Mo-ie menghampiri Koo Lok........... ...
Koo Lok meski sudah tertotok jalan darahnya, tapi pikirannya masih sadar, ketika
mendengar ucapan itu, hatinya merasa sedih.
Mo-ie ternyata tidak turun tangan, melainkan angkat tubuh Koo Lok, kemudian lari masuk
ke dalam lembah...............
Demikianlah, Koo Lok telah menghilang dari dunia Kang-ouw............
Hari pertama, kedua......... sehingga hari ketiga, di luar lembah Cit-ciok-kok, tiba-tiba
muncul sesosok bayangan manusia, lari masuk kedalam lembah.
Bayangan orang itu bukan lain Thian-mo Kiongcu Lie Siao Cie. Muka Kiongcu itu diliputi
oleh kedukaan, ia memandang kedalam lembah sejenak, mendadak lompat melesat masuk
kedalam rimba.
Tiba-tiba dari dalam lembah kedengaran orang menegur, "Kalau kau memang tidak
sayangi jiwamu, boleh coba maju lagi."
Lie Siao Cie mendengar suara itu, lantas berhenti, ia segera melihat Mo ie yang memakai
kerudung warna hitam.
Para Lie Siao Cie lantas berubah, ia bertanya dengan nada suara dingin, "Bukankah
locianpwee adalah Mo-ie sendiri?"'
"Benar."
"Locianpwee, numpang tanya, ada seorang pemuda bernama Koo Lok? Apakah ia
pernah datang kemari?
"Kenapa?" Mo-ie balas bertanya sambil tertawa seram.
"Kita sudah berjanji, apabila dalam waktu tiga hari ia tidak pulang ke Thian-mokiong, pasti terjadi apa-apa atas dirinya, maka aku datang untuk mencari dirinya""
Perkataan itu diucapkan dengan sikap merendah, ia mengerti Koo Lok tidak pulang, pasti
terluka ditangan Mo ie ini.
"Kalau begitu, kau datang untuk minta orang kepadaku?" tanya Mo-ie sambil
tertawa dingin,
"Aku tidak bermaksud seperti itu, cuma Koo Lok pernah datang ke lembah ini,
locianpwee pasti tahu kemana jejaknya."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Koo Lok sudah mati."
"Apa?" Wajah Lie Siao Cie lantas berubah, katanya dengan suara gemetar, "Dia sudah mati? Kaukah yang membunuhnya?"
"Benar, karena kau sudah datang, kau boleh bawa pulang jenazahnya."
Sehabis berkata, ia masuk kedalam rimba, sebentar kemadian terdengar suaranya, "Nah
inilah mayatnya, kau sambutlah!"
Sesosok bayangan orang melayang kearahnya, Lie Siao Cie lalu ulur tangan untuk
menyambutnya, benar saja apa yang disambut Lie Siao C'e ternyata tubuh Koo Lok.
Lie Siao Cie memeriksa keadaan Koo Lok, pemuda itu pejamkan matanya, wajahnya pucat
pasi, badaanya sudah dngin, nampaknya sudah lama putus nyawanya.
Menyaksikan keadaan demikian, Lie Siao Cie lantas menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba
terdengar suara Mo-ie yang dingin ketus, "Budak perempuan, apa yang kau tangisi?"
Lie Siao Cie sudah tidak dapat menahan hawa amarahnya lagi, sambil kertak gigi
berseru, "Serahkan jiwamu...............I"
Gesit bagaikan burung garuda menyambar mangsanya, ia lompat menyerang Mo-ie.
Sambil tertawa dingin, Mo-ie gerakkan tangan kanannya untuk menangkis serangan Lie Siao
Cie, kemudian balikan badannya lompat masuk kedalam rimba.
"Kau hendak lari kemana?" bentaknya Lie Siao Cie. Ia lalu lompat melayang
memegat jalan Mo-ie, sambil melancarkan serangannya yang kedua kalinya.
Tapi Mo-ie dapat mengelakan serangan hebat itu, dengan cepat sudah menghilang kedalam
rimba tersebut. Lie Siao Cie terus mengejar tapi tidak berhasil menyandaknya.
Ia terpaksa kembali dengan tangan kosong sambil memandang jenazah Koo Lok ia
menangis dengan sedihnya.
Koo Lok binasa di tangan Mo-ie, ini sesungguhnya diluar dugaan semua orang karena
dengan Mo-ie, ia tidak mempunyai permusuhan apa-apa, tidak seharusnya tabib hantu itu
turunkan tangan kejam.
Lie Siao Cie kendalikan perasaan sedihnya, sambil memandang lembah serba tujuh itu, ia
berkata dengan nada dingin, "Setelah aku nanti mengurus jenazah Koo Lok aku akan bikin
rata lembah Cit Ciok dengan tanah, dan cincang badanmu Mo-ie menjadi bubur............"
Setelah itu, ia lalu pondong tubuh Koo Lok kembali ke istana Thian-mokiong.
Beberapa hari kemudian dunia Kang-ouw digemparkan oleh berita kematian Koo Lok.
Jenazah Koo Lok diletakkan dalam ruangan Ing-sin kiong, disana ada berdiri berderet Kow
tok cu, In san Sie hoo, Rase Kumala, Lie Siao Cie, Gin hui, Koo Peng dan lain-lainnya.
Jenazah Koo Lok diletakkan di atas pembaringan, ditutupi dengan kain putih ia rebah
dengan tenang...............
Di antara tamu itu hanya Lie Siao Cie dan Gin-hui yang nampaknya paling sedih,
mata mereka sampai bendul karena hampir semalam suntuk mereka menangis.
Dalam keheningan yang diliputi oleh suasana duka terdengar suara Kow-tok-Cu yang
berkata sambil menghela napas, "............Apa dosa Koo Lok, bagaimana ia bisa binasa
ditangan Mo-ie? Ya, Tuhan, apakah partai In-san pay harus musnah?........."
Terdengar pula suaranya Koo Peng, "Sungguh bagus perbuatanmu Mo-ie, kalau aku tidak
dapat mencincang tubuhmu menjadi berkeping-keping aku bersumpah tidak mau jadi
orang lagi."
Pada saat itu, di luar kamar terdengar suara tindakan kaki kemudian muncul Ginhui. Lie Siao Cie lalu menegur dengan nada nara dingin, "Ada urusan apa?"
"Kiongcu, di luar ada orang ingin bertemu."
"Siapa?"
Seorang laki-laki berpakaian parlente ia tidak menerangkan asal usulnya. entah
siapa sebenarnya aku sendiri juga tdak tahu."
"Bawa ia masuk," pesannya dengan paras berubah. Tidak lama Giok-hui telah antar
tamunya itu masuk. Laki-laki setengah tua berpakaian parlente itu, anggukan kepala
kepada Thian-mo Kiongcu seraya berkata, "Kiongcu harap maaf kedatangan lohu secara
mendadak ini, numpang tanya apakah benar Koo Lok sudah meninggal?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ya, ia telah binasa," jawabnya Lie Siao Cie Sedih, hingga airmatanya mengalir
keluar, "entah locianpwee datang dari mana?"
Laki-laki parlente itu tidak menjawab pertanyaan Kiongcu sebaliknya berjalan mendekati
pembaringan. Lie Siao Cie menghadang di depannya katanya dengan nada dingin,
"Locianpwee kau mau apa?"
Laki-laki itu tercengang, ia merandak sambil mengawasi Lie Siao Cie ia menjawab,
"Aku ingin melihat apakah benar ia sudah meninggal?"
"Sudah tentu benar."
"Bagaimana sebetulnya hal itu telah terjadi."
"Ia telah binasa ditangan Mo-ie."
"Binasa ditangan Mo-ie? Hal itu rasanya tidak mungkin, sekalipun Mo-ie seorang
kejam ganas tapi, ia dengan Koo Lok toh tidak mempunyai permusuhan apa-apa."
"Apa tidak mungkin Mo-ie sudah dibeli oleh Giok-bin Thian-Cun?" Wajah laki-laki
itu nampak berubah katanya, "Benar, kemungkinan itu memang ada."
SEMENTARA itu dari luar kamar kembali terdengar suara tindakan kaki orang,
kemudian di kamar itu sudah bertambah seseorang lagi. Orang itu bukan lain Lo Kie.
Kedatangan Lo Kie secara tiba-tiba, benar-benar mengejutkan semua orang.
Dengan wajah murung Lo Kie mengawasi Lie Siao Cie, kemudian berkata, "Apa benar ia
telah binasa?" Airmatanya tiba-tiba mengalir turun dari mata Lo Kie katanya dengan suara
sedih, "Tidak nyana perpisahan pada hari berselang merupakan perpisahan untuk selamalamanya."
Pada saat itu laki-laki parlente itu, mendadak menghampiri pembaringan Koo Lok,
ia meraba badan dan jalan darah Koo Lok, yang sudah dingin, lalu berkata sambil
gelengkan kepala, "Seluruh jalan darah di badannya sudah berhenti, memang benar ia
sudah binasa."
Lo Kie berlutut didepan pembaringan, katanya ambil menangis, "Samtee............,
perpisahan beberapa hari yang lalu merupakan perpisahan untuk selama-lamanya, samtee,
aku kini telah datang lagi apakah kau dengar perkataanku? .........Samtee............
mengapa kau bisu......."
Suaranya demikian menyedihkan, hingga orang-orang yang mendengarkan turut
berduka, Lo Kie dengan Koo Lok meski merupakan musuh besar, tapi terhadap Koo Lok,
pada waktu belakangan ini ia sudah banyak berbuat, seolah olah hendak menebus dosa
atas semua perbuatannya, dimasa yang lampau.
Kow-tok Cu bimbing ia bangun, katanya dengan suara dingin, "Orang mati tidak bisa hidup
lagi, Lotee kau jangan terlalu sedih, apa yang telah kau lakukan terhadap dia, dia pasti
dapat memaafkanmu."
Lo Kie pelan-pelan bangkit dan berkata, "Ya........... orang mati tidak bisa hidup
kembali, tapi, aku Lo Kie terlalu banyak berhutang padanya, bagaimana aku harus
membayarnya...............?"
Saat itu, laki-laki perlenta itu lantas kerkata, "Koo Lok meski sudah meninggal dunia, tapi
Giok-bin Thian-Cun belum tentu mau melepaskan mayat Koo Lok dengan begitu saja, lagi
pula, perjanjiannya dengan dia tinggal dua hari lagi jika Koo Lok tidak bisa pergi untuk
menepati janjinya, mungkin Giok-bin Thian-Cun akan datang mencari mayatnya untuk
melampiaskan kebenciannya."
"Biarlah aku yang menghadapi dia." Lo Kie berkata dengan wajah berubah.
Ucapan anak muda itu, mengejutkan semua orang yang ada disitu, hingga semua
memandang kepadanya.
"Kepandatanmu barang kali masih bukan tandingan Giok-bin Thian-Cun, lagi pula
kau bukan Koo Lok, apakah Giok-bin Thian-Cun mau bertanding dengan kau, masih
merupakan satu pertanyaan," kata Kow-tok-Cu.
"Ciangbunjin, apakah kau sudah lupa, aku murid turunan Raja Iblis, bermuka
seribu, kepandaiannya menyalin rupa, sudah terkenal di kolong langit............" kata Lo
Kie.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Apakah kau hendak menyaru Koo Lok?"
"Benar, nanti setelah aku menyamar, jangan kata Giok-bin Thian-Cun, tidak akan
mengenali, sekalipun kalian semua, barangkali juga tidak dapat kenali aku lagi."
Ia berhenti sejenak, lalu berkata pula, "Paling baik kalian sengaja siarkan tentang
hidupnya lagi Koo Lok yang sudah binasa, supaya dunia Kang-ouw ramai lagi........."
Ini benar-benar merupakan suatu siasat yang paling baik, kepandaian Lo Kie mengganti
rupa, sudah banyak diketahui orang, nanti setelah ia menyamar menjadi Koo Lok, mungkin
benar-benar tidak dapat dikenali lagi.
Kow-tok-Cu sangat girang katanya, "Tapi Lo lotee tahukah kau bahwa pertempuran ini
menyangkut jiwamu?"
"Aku tahu, jika aku mati untuk Koo Lok, sedikitpun aku tidak akan kerutkan alis."
Koo Peng lantas berkata, "Lo hengtee, aku akan turunkan kepandaianku padamu, jika
dalam waktu satu hari, kau dapat mempelajari 1/3 dari kepandaianku, sudah dapat
merebut kemenangan."
Lo Kie tahu bahwa gadis berkerudung itu adalah encinya Koo Lok, benar-benar mempunyai
kepandaian luar biasa, maka seketika ia lantas anggukan kepala.
Lo Kie setelah menyamar menjadi Koo Lok benar saja serupa dengan muka Koo Lok
maka Koo Peng lantas menurunkan pelajaran ilmu silat Sie-sin-Chu dan Kui-im Ie-pou.
Kepandaian Lo Kie sendiri memang sudah hebat, maka pelajaran yang diberikan oleh Koo
Peng dengan mudah sudah dapat dimengerti. Terutama pelajaran Kui-im Ie-pou, yang
merupakan satu ilmu untuk berkelit mengelakkan serangan musuh, telah ia pelajari
Kisah Cinta 5 Pedang Siluman Darah 25 Kitab Pembawa Bencana Malaikat Pedang Sakti 2

Cari Blog Ini