Ceritasilat Novel Online

Menebus Dosa 3

Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa Bagian 3


dengan sungguh-sungguh. Sebab dengan kepandaiannya itu, walaupun tidak bisa merebut
kemenangan, tapi setidak tidaknya dapat mengimbangi kepandaian Giok-bin Thian-Cun.
Karena ilmu silat kepandaian Koo Peng mencakup ilmu simpanan dari ketua empat
partai besar, dalam waktu satu hari sudah tentu Lo Kie tidak dapat mendalami seluruhnya.
Pada tanggal duapuluh, Lo Kie pamitan dengan Koo Peng, Thian-mo Kiongcu, Kow-tok Cu
dan lain-lainnya, berjalan menuju ke kaki gunung In-bu-nia.
Kabar hidupnya lagi Koo Lok yang sudah mati, benar-benar telah menggemparkan
dunia Kang Ouw, tapi apakah sebab yang sebenarnya, tiada orangpun yang tahu.
Pada hari lohor, Lo Kie sudah tiba tidak jauh dari gunung In-bu-nia, selagi enak-enak
berjalan, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dingin, kemudian, disusul oleh suara
Giok-bin Thian-Cun, "Tuan benar-benar orang yang pegang kepercayaan, lohu sudah lama
menantikan kedatanganmu."
Lo Kie segera dapat melihat manusia agung itu berdiri di hadapannya, "Maaf atas
kedatanganku yang agak terlambat." jawab Lo Kie dingin. Giok-bin Thian-Cun menatap
wajah Koo Lok, memang benar itu adalah anak muda, tapi Koo Lok dikabarkan sudah mati,
bagaimana bisa hidup lagi.
Lo Kie saat itu, memandang keadaan di sekitarnya, di dalam rimba yang agak jauh
dengan tempat ia berdiri, tampak beberapa bayangan orang, ia tahu, orang-orang itu pasti
datang hendak menyaksikan pertandingan hebat itu.
Ia kembali tujukan matanya kemuka Giok-bin Thian-Cun, lalu berkata padanya
dengan nada suara dingin, "Giok-bin Thian-Cun, kau telah membunuh mati siancow Jie Bun
Kie, dosa ini besar sekali, mati kita bereskan hutangmu ini."
Giok-bin Thian-Cun tertawa tergelak gelak, "Koo Lok, aku membunuh sucowmu, ini
cuma fitnah, yang keluar dari mulutmu sendiri, betul atau tidak aku berbuat demikian,
apakah kau ada buktinya?"
"Bukti?" kata Lo Kie sambil tertawa tergelak gelak, "cuma karena setangkai Cu-u
Sem-ki saja, kau telah mendorong Jie Bun Kie hingga terjerumus ke dalam jurang yang
curam, kau manusia yang berhati binatang."
Giok-bin Thian-Cun tertawa dingin, katanya, "Tidak perduli aku betul atau tidak
membunuh mati Jie Bun Kie, hari ini toh kita akan membuat perhitungan. Tapi kau telah
membunuh mati muridku yang tersayang, hal ini tidak dapat kudiamkan, nah, marilah kita
mulai."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Baik!" Dengan keluarnya perkataan Lo Kie itu. suasana menjadi tegang, sebab
mereka begitu bergebrak, sudah tentu sampai salah satu ada yang rebah binasa, baru
berhenti. Selagi kedua fihak sudah siap hendak mulai bertanding, tiba-tiba terdengar suara
bentakan, "Jiwie, tahan dulu!"
Berbareng dengan itu seseorang telah melayang turun di hadapan mereka. Orang
itu ternyata adalah Ngo-gak Lojin, atau orang tua dari gunung Ngo-gak.
Ngo gak Lojin mengawasi Giok bin Thian-Cun sejenak, kemudian berkata sambil tertawa
terbahak-bahak. "Hu loheng, perpisahan kita beberapa puluh tahun yang lalu, rasanya
baru terjadi kemarin sore saja, dan kau nampaknya tambah segar dan tambah
gagah........................"
"Sama sama!" jawab Giok-bin Thian-Cun dingin. Dengan sinar mata tajam Ngo-gak
Lojin menatap wajah Giok-bin Thian-Cun seraya berkata, "Hu heng telah dipandang dan
dihormati oleh sahabat-sahabat dunia Kang-ouw berbagai penjuru, ini semua karena
perbuatanmu yang suka menyelesaikan segala pertikaian dalam dunia Kaog-ouw, hanya,
apa yang dikatakan oleh sahabat kecil tadi, apakah itu benar?"
Nama dan kedudukan Ngo-gak Lojin di duniia Kang ouw, selisihnya tidak jauh dari
Giok-bin Thian-Cwn, pertanyaan yang sangat tajam ini membuat tercengang, hingga lama
sekali baru bisa balas bertanya, "Kalau begitu, apa Go heng juga percaya?"
"Sudah tentu aku tidak percaya begitu saja, maka itu aku bertanya padamu, karena
dahulu kau bersahabat baik sekali dengan Jie Bun Kie, sudah tentu tak tega turun tangan
membinasakan dirinya...............?"
"Tapi, kenal orang, kenal mukanya, tidak tahu isi hatinya, siapa tahu Hu Pek tidak
melakukan perbuatan keji itu?"
Itulah suara orang yang datangnya secara tiba-tiba hingga mengejutkan semua orang yang
ada di situ. Ketika semua mata ditujukan kearah datangnya suara itu, orang itu ternyata
adalah seorang aneh yang rupanya bagaikan bangkai.
Itu adalah bangkai hidup atau Heng sie khek. Munculnya Bangkai Hidup secara mendadak
membuat gemetar orang banyak karena tindak tanduknya kukoay, sangat kejam dan
ganas, kepandaiannya tinggi sekali hingga orang yang baru mendengar namanya sudah
gemetar badannya.
Giok-bin Thian-Cun sendiri juga terkejut oleh kedatangannya orang aneh itu ia
berkata sambil tertawa dingin, "Heng-shie koay kalau begitu, kau telah menuduh aku
benar-benar melakukan perbuatan kejam itu terhadap Jie Bun Kie."
"Kita justru ingin dengar jawabanmu."
"Apakah kalian anggap bahwa hal itu mungkin."
"Kau bicara jangan plintat plintut, Hu Pek bicaralah terus terang benar atau tidak
kau melakukan perbuatan itu?"
"Kalau ya bagaimana?..............."
Jawaban itu tak ubahnya telah mengakui perbuatannya sendiri, maka Bangkai
Hidup setelah mendengar jawaban tersebut lantas lompat maju sambil perdengarkan suara
tawa dinginnya yang menyeramkan itu lalu berkata, "Kalau benar, aku Heng-shie-khek
adalah itu orang yang lebih dulu ingin belajar kenal dengan Giok-bin Thian-Cun yang punya
kepandaian yang disohorkan di kolong langit itu, apakah benar mempunyai kepandaian
yang menakjubkan?"
Bangkai Hidup itu adalah seorang yang adatnya keras berangasan, begitu timbul gusarnya,
ia bisa melakukan apapun.
Ngo-gak Lojin tahu benar sifat manusia aneh itu, maka ia lantas lintangkan tongkat
besinya seraya berkata, "Hei, bangkai tua! Adatmu masih seperti dulu, tapi dalam
pertempuran ini tidak ada bagianmu."
"Kenapa?" tanya Bangkai Hidup sambil delikan matanya, dengan sikap beringas ia
menatap wajah Ngo-gak Lojin lalu bertanya, "Kenapa aku tidak boleh belajar kenal
dengan orang kuat ini?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Sebab sudah ditetapkan bahwa orang yang akan bertanding hari ini, hanya dua
orang saja, Koo Lok dan Hu heng yang lainnya tidak boleh campur tangan.'* jawab Ngo-gak
Lojin sambil tersenyum.
Wajah Bangkai hidup lantas berubah katanya, "Baiklah tapi, Giok-bin Thian-Cun, aku
hendak tanya padamu, kau benar atau tidak melakukan perbuatan kejam terhadap Jie
Bun-Kie? jawablah."
Giok-bin Thian-Cun tertawa tergelak-gelak lalu menyahut, "Heng-shie-khek aku dengan Jie
Bun Kie bagaikan saudara kandung, sudah tentu tidak akan mencelakakan
dirinya..............."
Sambil tertawa tergelak-gelak Lo Kie memotong perkataan, "Manusia tidak tahu
malu, sudah membinasakan orang, masih coba pungkiri dosanya, Giok-bin Thian-Cun.
apakah kau masih terhitung orang gagah di dunia Kang-ouw?"
"Tapi, aku tidak membunuh mati dirinya."
"Apa kau berani bersumpah?"
Pertanyaan itu membuat Giok-bin Thian-Cun tercengang, lama baru ia menjawab
sambil tertawa dingin, "Ini tidak perlu, aku toh tidak membunuh Jie Bun Kie, perlu apa
harus bersumpah?"
Mendengar jawaban Giok-bin Thian-Cun itu, Ngo-gak Lojin dan Bangkai Hidup perde
ngarkan suara tawanya dengan berbareng, pelan-pelan mereka mundur kesamping, sebab
mereka sadar bahwa Giok-bin Thian-Cun benar telah membunuh Jie Bun Kie.
Giok-bin Thian-Cun ketawa dingin katanya, "Koo Lok apakah kau masih ingat perjanjian
kita semula?"
"Perjanjian apa?"
"Hari ini hanya kita berdua yang bertanding siapapun tidak boleh membawa konco
tapi, kau telah melanggar janjimu."
"Benar, meski aku membawa teman, tapi, aku jamin mereka tidak akan turun
tangan membantu aku, sekalipun aku harus mati di dalam rimba ini, mereka juga tidak
akan turun tangan terhadap kau. Sebaliknya kau Giok-bin Thian-Cun, yang tidak tahu
malu."
"Bagaimana aku tidak tahu malu?"
"Mengapa kau kirim orang untuk membunuh aku?"
"Membunuh kau? Sama sekali tidak."
"Kau benar-benar tidak tahu malu, aku hampir binasa ditangan Mo-ie, apakah itu
bukan perbuatanmu?"
"Mo-ie?" Hahaha Giok-bin Thian-Cun tertawa terbahak-bahak. "Siapakah itu Mo-ie?
Aku Hu pek bukan saja belum pernah melihat, kenalpun tidak."
Baru Giok-bin Thian-Cun tutup mulut, tiba-tiba terdengar suara orang menyahut,
"Benar, bocah, kau jangan bawa-bawa aku Mo-ie."
Mendengar perkataan itu, Lo Kie terperanjat, tatkala ia menengok, segera dapat
melihat seorang tua kurus kering, rambutnya panjang hingga menutupi kedua pundaknya
mukanya sangat menakutkan.
Dengan wajah merah padam Lo Kie membentak dengan keras, "Kau adalah Mo-ie?"
Pertanyaan itu mengherankan Ngo-gak Lojin sebab Koo Lok telah mati ditangan Moie, bagaimana ia tidak tahu kalau orang tua itu adalah Mo-ie.
Tapi ia tidak tahu bahwa Mo-ie yang muncul di lembah Cit-ciok-kok, memakai kerudung
hitam di mukanya, sedangkan yang muncul pada saat itu adalah seorang bermuka sangat
menakutkan.
"Benar aku adalah Mo-ie," jawabnya.
Lo Kie tertawa tergelak-gelak, katanya dengan suara bengis, "Mo-ie, Koo Lok
dengan kau ada permusuhan apa?"
"Sudah tentu tak ada."
"Kalau begitu, kenapa kau turun tangan kejam terhadap diriku, sehingga aku
hampir mati di tanganmu?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Orang yang sudah mati tidak bisa hidup lagi, jika kau benar-benar sudah mati di
tanganku, bagaimana sekarang kau bisa muncul di sini? Terang ini ada satu hal yang tak
mungkin......."
Giok bin Thian-Cun agaknya sudah tak tahan lagi mendengarkan perdebatan
mereka, mata lantas berkata dengan suara keras, "Koo Lok, mari mulai lagi!"
Lo Kie anggukan kepala, lalu berpaling ke Ngo-gak Lojin dan Bangkai Hidup, dan berkata
pada mereka, "Jiwie locianpwee, dalam pertandinganku dengan Giok-bin Thian-Cun ini,
meski menyangkut mati hidupku tapi, aku mohon supaya jiwie jangan turut campur
tangan, jika tidak, aku akan menjadi seorang yang tak dapat dipercaya."
"Kita tidak akan Campur tangan." jawabnya Ngo-gak Lojin dengan suara berat.
SELAGI Lo Kie hendak bergerak, tiba-tiba ia ingat sesuatu, maka ia lantas berkata
kepada Ngo-gak Lojin, "Locianpwee, jika aku nanti mati di tangan Giok-bin Thian-Cun,
harap kau bawa pulang jenazahku kepada Kow-tok Cu, ketua In-san pay supaya jenazahku
dikubur di sana."
Ucapan Lo Kie ini bagaikan pesan terakhir sebelum menutup mata, hingga semua
orang yang mendengarkan turut merasa terharu.
"Tentang ini aku akan lakukan." jawabnya Ngo gak Lojin.
"Masih ada satu hal aku minta pertolonganmu, harap supaya locianpwee jaga dan
awasi Mo-ie, jika aku mati, bawalah dirinya ke Thian-mo-kiong."
Ngo-gak lojin cuma tertawa menyeringai, lalu memandang Mo-ie, tampak orang tua
aneh itu wajahnya berubah, katanya dengan suara dingin, "Bocah, kau berkata bahwa kau
hampir mati di tanganku?"
"Benar."
"Kapan terjadinya?"
"Tiga hari berselang."
"Tiga hari berselang? Bocoh, kau ngaco belo, sepuluh hari berselang, aku sudah
pergi merantau, tidak berada di lembah Cit-ciok-kok!"
"Apa? Sepuluh hari berselang kau sudah meninggalkan lembah Cit-ciok-kok........?"
"Benar, aku merantau di dunia Kang-ouw sudah sepuluh hari lamanya."
Lo Kie terperanjat, ia unjukkan tertawa dingin, selagi hendak menjawab, kembali
terdengar suara Giok bin Thian Cun, "Koo Lok kau sebenarnya mau turun tangan atau
tidak?"
Dengan mata bersinar Lo Kie memandang Giok-bin Thian-Cun, lalu berkata, "Giok-bin
Thian-Cun, silakan turun tangan lebih dahulu!"
Giok-bin Thiau-Cun tertawa tergelak-gelak katanya, "Koo Lok aku jauh lebih tua,
bagaimana aku dapat berbuat yang dapat menjadikan bahan tertawaan sahabat-sahabat
dunia Kangouw?"
"Kalau begitu, izinkan aku yang mulai " Sehabis berkata, Lo Kie mulai melancarkan
serangannya. la mengerti bahwa dalam pertandingan ini merupakan suatu pertaruhan
jiwa. bahkan secara langsung mempengaruhi nama baik Koo Lok. Maka serangannya itu ia
lakukan dengan tenaga sepenuhnya.
Sesudah serangan yang pertama, serangan yang kedua sudah siap akan dilancarkan pula.
Giok-bin Thian-Cun dapat merasakan hebatnya serangan tersebut, ia geser kakinya
mengelakkan serangan hebat itu. Tapi baru saja Giok-bin Thian-Cun egoskan diri, serangan
Lo Kie yang kedua sudah menyusul.
Dua kali serangan yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga serta diimbangi dengan
kelincahannya yang luar biasa, sesungguhnya sangat hebat dan sukar diduga, sehingga
seorang Kang-ouw kawakan seperti Giok-bin Thian-Cun, terpaksa harus mundur terus
menerus untuk mengelakkan serangan-serangan hebat itu.
Giok-bin Thian-Cun tak tahu bahwa orang yang sedang dihadapinya olehnya itu
bukan Koo Lok, tapi Lo Kie, yang mempunyai kekuatan tenaga dalam jauh lebih tinggi dari
pada Koo Lok, berkat peninggalan tiga butir obat pil ajaib dari si Raja Iblis bermuka
seribu.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Beberapa orang Kang ouw yang datang hendak menyaksikan pertandingan itu, merasa
kagum. Meski kepandaian dan kekuatan Lo Kie sangat mengagumkan, tapi apakah ia dapat
menjatuhkan lawannya, sudah tentu masih merupakan satu pertanyaan.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan Giok-bin Thian-Cun, jago ini sudah mulai balas
menyerang sampai tiga kali.
Dalam pertempuran antara dua jago kuat, di samping kekuatan tenaga, masih
memerlukan kelincahan, ketrampilan dan kecepatan bergerak, siapa terlambat, la akan
diserbu oleh lawannya.
Ngo-gak Lojin dan Bangkai Berjalan, menyaksikan pertandingan itu, diam-diam juga
terkejut akan kepandaian dan kekuatan Lo Kie.
"Bangkai tua, kepandaian Koo Lok, nampaknya tidak di bawah Giok-bin Thian-Cun."
Demikian Ngo gak Lojin berkata kepada Bangkai Berjalan. "Memang benar."
Ngo-gak Lojin mengawasi Mo-ie sejenak, lalu berkata padanya, "Mo-ie, apakah kau masih
kenali sahabat lamamu Ngo-gak?"
Mo-ie yang nampaknya masih terpesona oleh kepandaian dua jago yang sedang bertanding
ini, dibikin kaget oleh pertanyaan tadi. Ia memandang Ngo-gak Lojin seraya berkata, "Go
Lao, apakah ini bukan berarti kau sedang menggoda aku?"
"Kalau begitu, jadi kau masih ingat kepada sahabatmu si tua bangka ini?"
Keduanya lantas tertawa tergelak-gelak.
"Go Lao, apa kau kenal dengan bocah ini?" tanya Mo-ie.
"Benar, aku kenal dirinya, ia adaiah murid keturunan ketiga dari Jie Bun Kie dan
sekarang sebagai Ciangbunjin partai In-san-pay."
"Oh! Go Lao, ada sedikit hal aku kurang mengerti, bocah itu mengatakan aku
hampir membinasakan dirinya, entah dari mana timbulnya tuduhan ini?"
Yang ditanya terkejut, sebab ia tahu benar sifat Mo-ie, orang tua ini kecuali adatnya agak
kukoay, tidak mempunyai kejahatan lainnya, kalau ia majukan pertanyaan demikian,
rasanya bukan tidak ada sebabnya.
"Apakah kau tidak dengar kabar, yang tersiar ramai di dunia Kang-ouw?"
"Dengar sih dengar, dalam kalangan Kang-ouw ramai tersiar bahwa ketua In-sanpay, mati di tanganku, tapi mendadak hidup lagi, lama aku memikirkan soal itu, tapi tidak
dapat pikir apa sebabnya."
"Kalau demikian halnya, kau benar-benar tidak mencelakai dirinya?"
"Tiga empat bari berselang, aku berada di perbatasan propinsi In-lam, bagaimana
aku dapat melakukan perbuatan itu?"
Ngo-gak Lojin merasa heran, tanyanya, "Kalau begitu, kau belum pernah melihatnya?"
"Sudah tentu tidak"
"Ini aneh, Koo Lok telah binasa di tanganmu, dan kemudian hidup lagi, hal Ini
bukan tidak ada sebabnya, tapi kau sendiri belum pernah melihat dirinya.................."
"Aku sekarang mengerti, apa Koo Lok datang ke tempat kediamanku di lembah Citciok-kok?"
"Mungkin begitu,"
"Itulah dalam lembah kediamanku itu, masih ada seorang muridku yang belum lama
kuterima, yang turun tangan padanya, pasti adalah muridku itu,"
Ngo gak Lojin anggukan kepala. "Apakah semua orang yang masuk ke lembah Cit-ciok-kok
semuanya tidak ada yang bisa keluar lagi?"
"Siapa kata?"
"Kalau begitu, Koo Lok setelah masuk kelembah Cit-ciok-kok, mengapa dalam
keadaan tidak bernyawa?"
"Aku tidak mengerti."
"Apakah Koo Lok dengan kau ada mempunyai permusuhan? Ataukah ada sebab
lain?"
"Sudah tentu tidak ada, kau tadi kata bahwa aku tidak kenal padanya!"
Ngo-gak Lojin sudah tentu tidak tahu, bahwa jenazah Koo Lok, masih rebah di Thian-mokiong, dan sekarang yang muncul bertanding dengan Giok-bin Thian-Cun itu bukan Koohttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Lok. Tapi, urusan nampak semakin ruwet, orang yang berkerudung yang berada dalam
lembah itu, kalau benar ada murid Mo-ie, ada permusuhan apa dengan Koo Lok? Dan apa
sebabnya ia membinasakan Koo Lok?"
Kembali satu teka teki.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara bentakan yang keluar dari mulut Giok-bin


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thian-Cun, nampak jago tua itu sedang melakukan serangan terhadap lawannya dari
berbagai penjuru.
Pertandingan itu ternyata sudah berlangsung limapuluh jurus lebih, meski Lo Kie
mempunyai kepandaian istimewa, tapi untuk menghadapi musuh kuat seperti Gok-bin
Thian-Cun, masih merasa kurangn kekuatan tenaga dalamnya. Kalau bukan kepandaian
Kui-im le-pou, yang dapat dipelajari dari Koo Peng mungkin ia sudah kalah ditangan Giokbin Thian-Cun.
Keadaan itu membuat Ngo-gak Lojin dan Bangkai Berjalan diam-diam merasa
khawatir. "Koo Lok mungkin akan jatuh ditangan Giok-bin Thian-Cun." demikian Ngo-gak
Lojin berkata, "Ini masih belum tentu."
"Sebabnya?"
"Ia mungkin akan kerahkan seluruh kepandaiannya, untuk melakukan serangan yang
mematikan..........................."
Dugaan Bangkai berjalan itu ternyata benar. Mendadak terdengar suara bentakan
Lo Kie dalam keadaan sangat berbahaya, tangan kanannya melakukan serangan tiga kali,
kakinya melakukan tendangan juga tiga kali.
Serangan yang dilakukan dari atas dan bawah secara berbareng itu, Lo Kie, lancarkan
dengan seluruh kekuatan dan kepandaiannya, hembusan angin yang mengandung hawa
dingin meluncur keluar dari tangannya bagaikan arus gelombang badai lautan.
Mendadak Giok-bin Thian-Cun berseru nyaring, kemudian balas menyerang sampai
berkali kali sambil lompat melesat tiga tombak Iebih keluar dari kalangan.
Perbuatan Giok-bin Thian Cun yang dilakukan secara tiba-tiba sebelum pertandingan
berakhir, benar-benar membuat heran dan mengejutkan semua orang yang menyaksikan di
luar kalangan.
Kulit muka Giok-bin Thian Cun nampak berkerenyit beberapa kali, ia lalu
membentak dengan suara keras, "Kau siapa? jawab!"
Lo Kie terkejut mendengar pertanyaan itu, ia lantas unjukkan tawa dingin, lalu balas
bertanya, "Kau tanya aku siapa?"
"Benar, kau siapa? mengapa kau mewakili Koo Lok untuk memenuhi janji
denganku?"
Pertanyaan Giok-bin Thian Cun ini mengherankan semua orang, sehingga Ngo-gak
Lojin dan Bangkai Berjalan sendiri juga menjadi kesima. Lo Kie dalam hati merasa kaget,
tapi ia masih berlaga tidak mengerti, "Apa maksudnya pertnyaanmu ini?"
"Kau dapat menipu orang lain, tapi tidak dapat menipu diriku. Aku pernah
bertanding dengan Koo Lok, hembusan kekuatan tenaga dalamnya sedikitpun tidak
mengandung hawa dingin, tapi hembusan yang keluar dari tangan mu tadi, bukanlah
kepandaian dari ilmu golongan murni, sebaliknya mengandung hawa dingin serta beracun,
bagaimana kau dapat mengaku Koo Lok. Siapakah kau sebenarnya?"
Lo Kie diam-diam juga mengagumi pengetahuan jago tua itu hanya dengan
merasakan serangan saja sudah dapat membedakan orangnya......
"Apa kau kira aku tidak bisa mempelajari ilmu kepandaian dari golongan lain?"
tanya Lo Kie dingin.
"Itu lebih tidak mungkin lagi."
"Kenapa tidak mungkin?"
"Jejak Koo Lok setiap saat tidak terlepas dari mataku aku tahu benar, ia belum
pernah belajar ilmu silat lainnya."
Dengan wajah berubah Lo Kie tertawa terbahak-bahak lalu berkata, "Ini benar-benar
merupakan satu pengakuan tanpa diminta, Giok bin Thian-Cun barusan bukankah kauhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
mengatakan bahwa kau tidak mengirim orang untuk membunuh Koo Lok? Kenapa sekarang
kau berkata bahwa jejak Koo-Lok tidak terlepas dari matamu?"
Pertanyaan ini membuat Giok-bin Thian-Cun merasa malu, hingga mukanya merah
seketika. Untuk menutup rasa malunya, ia kesampingkan pertanyaan itu, sebaliknya
membentak lagi dengan suara keras, "Kau siapa, mau jawab atau tidak."
"Benar, aku bukan Koo Lok," jawab Lo Kie sambil tertawa dingin.
Pengakuan itu membuat Ngo-gak Lojin dan Bangkai Berjalan terkejut, hingga
bertanya bertanya pada diri sendiri bagaimanakah sebenarnya ini...............
Giok-bin Thian-Cun unjukka tawa puas.
"Benar saja barang tiruan, hanya dengan kepandaianmu menyamar mungkin tidak
ada keduanya dalam kolong langit ini, entah kau orang pandai dari mana?"
"Tentang ini kau tidak pantas mengetahui."
"Kalau begitu, kenapa Koo Lok tidak berani datang?"
"Dia sudah mati!"
Perkataan Lo Kie ini membuat Ngo gak Lojin dan Bangkai berjalan kaget sekali,
mereka bertanya dengan berbareng, "Apa? Koo Lok benar-benar sudah binasa!"
"Benar, dia sudah meninggal di tangan Mo-ie."
Sambil kertak gigi Lo Kie bergerak mendekati Mo-ie, kemudian berkata padanya dengan
suara keras, "Mo-ie, pulangkan jiwa Koo Lok."
Berbareng dengan itu, tangannya dengan cepat menyerang Mo-ie. Karena serangan Lo Kie
itu di luar dugaan Mo-ie, maka ia terpaksa sambut dengan kekerasan kemudian ia lompat
mundur. Tapi gerakan Lo Kie gesit sekali, setelah serangan yang pertama itu gagal,
kembali dengan kecepatan bagaikan kilat ia menyerang lagi.
Tapi, tongkat besi Ngo-gak Lojin lantas dilintangkan untuk mencegah serangan Lo Kie, ia
berkata padanya, "Tahan dulu."
Lo Kie lompat mundur, dengan mata beringas ia mengawasi Ngo gak Lojin kemudian
menegur padanya, "Kau mau apa?"
"Adatmu terlalu berangasan, kau siapa, sekarang aku telah ingat bukankah kau
orang yang dulu pernah berada bersama-sama dengan Koo Lok?"
"Benar, aku adalah Cee Lo."
Pada saat itu, Mo-ie sudah hilang rasa kagetnya, menarik napas lega lalu bertanya,
"Bagaimana sebenarnya urusan ini? Sebentar kau mengaku Koo Lok sebentar Cee Lo,
hingga membuat aku bingung."
"Kau jangan berlagak pura-pura, Koo Lok sudah binasa di tanganmu, bagaimana
bisa hidup lagi, Aku adalah Cee Lo yang menyamar menjadi Koo Lok apakah kau belum
pernah bertemu muka dengan Koo Lok?"
Ngo gak Lojin segera memberi penjelasan, "Benar ia belum pernah bertemu muka
dengan Koo Lok, yang Koo Lok jumpai di lembah Cit ciok-kok adalah muridnya, bukan dia."
Lo Kie tercengang lama baru berkata lagi, "Benarkah itu bukan kau?"
"Lohu sudah begini tua, perlu apa berbohong? Pada empat lima hari berselang, lohu
masih berada di perbatasan In-lam, kalau bukan karena tersiar kabar ramai tentang
kematian Koo Lok di tanganku, aku masih belum balik ke Tionggoan."
"Tidak perduli bagaimana, Koo Lok toh sudah binasa di tangan muridmu, maka
rekening ini harus diperhitungkan di atas pundakmu!"
Mo-ie kerutkan keningnya, ia mengguman, "Muridku dengan Koo Lok toh tak mempunyai
permusuhan besar, kenapa ia membinasakan dirinya......? Ini benar-benar membuat orang
tidak habis mengerti..............."
Perkataan ini agaknya ditujukan kepada Lo Kie, tapi juga seperti bertanya kepada
dirinya sendiri, tapi sudah cukup untuk membingungkan semua orang.
Tiba-tiba nampak ia membuka lebar kedua matanya. dengan sinar mata tajam ia menatap
wajah Lo Kie, kemudian bertanya padanya, "Aku tanya padamu, apakah kau sudah lihat
mayat Koo Lok?"
"Sudah."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Bagaimana keadaannya?"
"Sekujur badannya dingin,nyawanya sudah putus!"
"Oh......! apa dibadannya ada terdapat luka?"
"Tidak ada!"
"Dikulitnya apa ada tanda-tanda biru dan hitam?"
"Juga tak ada!"
"Apa ia nampak kesakitan?"
"Tidak, ia nampaknya tenang."
"Sudah berapa hari ia meninggal?"
"Mungkin sudah enam atau tujuh hari."
"Dimana jenazahnya sekarang?"
"Dalam istana Thian-mo-kiong."
"Kalau begitu, apa kau bisa antar aku melihat jenazahnya? Mungkin Koo Lok tidak
mati ditangan muridku."
"Kalau benar mati di tangan muridmu, aku minta kau mengganti jiwanya."
"Sudah tentu!"
"Bagus!" Lo Kie berkata sambil mengawasi Giok-bin Thian-Cun seraya berkata
padanya dengan nada dingin, "Giok-bin Thian-Cun, meskipun Koo Lok sudah binasa, tapi,
rekening atas namamu, aku akan tetap minta pertanggungan jawabmu!"
"Tentang ini tidak menjadi soal, cuma, aku juga ingin turut ke Thian-mo-kiong,
untuk menyaksikan jenazah Koo Lok."
SEHABIS berkata, ia lantas gerakan badannya dan sebentar sudah menghilang.
Setelah Giok-bin Thian-Cun berlalu, Lo Kie berkata pula pada Mo-ie, "Mo-ie, kuberitahukan
padamu, jika kau memasuki rimba Kui-ong-lim, mungkin kau akan binasa di Thian-mokiong............"
"Tentang ini aku mengetahuinya."
"Kalau begitu, mari kita berangkat!'*
"Sehabis berkata, ia lantas bergerak menuju ke Thian-mo-kiong dengan diikuti oleh
Ngo-gak Lojin, Bangkai Berjalan dan Mo-ie.
Pertandingan yang menggemparkan dunia Kang-ouw itu telah berakhir, orang-orang
yang datang menonton juga sudah bubar. Rimba di bawah kaki gunung In-bu-nia kembali
menjadi sunyi senyap.
Rimba Kui-ong-lim di luar Thian-mo-kiong, tiba-tiba muncul empat bayangan orang,
penjaga yang ditugaskan dalam rimba itu setelah menanyakan seperlunya dan setelah
melihat Koo Lok berada di antara orang-orang itu, mereka berempat diizinkan masuk ke
Thian-mo-kiong.
Di sebuah lapangan di istana Thian-mo-kiong, tampak sebuah peti mati, di
depannya terdapat kertas yang sedang dibakar, hingga asapnya mengepul tinggi.
Di sisi peti mati itu berdiri Gin-hui, Thian-mo Kiongcu, Kouw-tok-Cu, In-san Sie-ho, lakilaki berpakaian mewah, Koo Peng dan lain-lainnya.
Lo Kie dan Ngo-gak Lojin, tiba-tiba mendekati peti mati, laki-laki berpakaian mewah yang
mengetahui lebih dulu, lalu bertanya dengan heran, "Kau sudah pulang?"
Pertanyaan itu mengejutkan yang lain-lainnya yang sedang berduka, tapi dengan
kembalinya Lo Kie dalam keadaan selamat, ini sangat menggirangkan, setelah mengetahui
tiga orang yang berdiri di belakang Lo Kie, mereka nampak terperanjat.
Ngo-gak Lojin yang melihat laki-laki berpakaian mewah itu juga terkejut, ia lalu
menyapanya, "Hei, kenapa kau juga berada disini?"
Laki-laki berpakaian mewah itu tertawa menyeringai dan berkata, "Kenapa? Apa diluar
dugaanmu Go-lao?" ia lalu mengawasi Bangkai Berjalan sejenak, lalu berkata padanya,
"Bangkai tua, kau nampak gemuk."
Bangkai Berjalan tertawa tergelak-gelak. "sekonyong-konyong ia menepuk tangan
kanannya dan bertanya, "Bukankah kau sudah tidak akan muncul di dunia Kang-ouw?
Bagaimana bisa muncul di sini?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Laki-laki itu mengelakkan tepukan Bangkai berjalan tadi, lalu berkata padanya,
"Hei, Bangkai tua, bagaimana kau baru bertemu muka sudah main tangan?"
"Kau telah makan tahu keringku, kenapa tidak boleh digaplok? Kau Sie-hay Sengkun, ternyata lebih maju dari pada dua puluh tahun berselang."
Mendengar disebut nama Sie-hay Seng-kun, semua orang terperanjat, terutama
orang Thian-mo-kiong, mereka tiada satupun yang tahu bahwa laki-laki berpakaian mewah
itu adalah Sie-hay Seng-kun yang namanya berendeng dengan Giok-bin Thian-Cun.
Sie hay Seng kun tertawa hambar, sahutnya, "Kepandaianmu juga banyak maju."
Matanya lalu ditujukan kepada Mo-ie dan bertanya sambil tersenyum, "Tuan ini............"
Lo Kie dengan Cepat menjawab, "Dia adalah Mo-ie."'
"Apa? Mo-ie?"
Wajah semua orang yang ada di situ berubah. Thian mo Kiongcu dengan paras gusar
bertanya dengan nada dingin, "Mo-ie, kau cari mampus sendiri, kalau aku tidak bisa
cincang tubuhmu, aku bersumpah, tidak mau jadi orang lagi!"
Kataanya itu ditutup dengan satu serangan yang hebat. Ngo gak Lojin dengan lincah sudah
lintangkan tongkatnya seraya berkata, "Kiongcu, harap sabar dulu."
Thian mo Kiongcu urungkan serangannya, ia mundur beberapa tombak, sambil
mengawasi Ngo gak Lojin ia bertanya, "Mau apa kau merintangi aku?"
"Kau menjadi tuan rumah dalam istana ini, bagaimana boleh berlaku gegabah?
Biarlah locianpwee ini melihat keadaannya Koo Lok dulu, baru kau bertindak, rasanya
masih belum terlambat."
"Baiklah, jiwa Koo Lok, aku nanti akan minta ganti padamu."
Mo-ie tidak hiraukan perkataan Thian-mo Kiongcu, ia sudah mengampiri peti mati,
kala itu empat ujung peti sudah dipantek oleh paku besar.
"Apakah jenazah Koo Lok di dalam peti mati ini?" tanya Mo-ie dengan nada dingin,
"Benar."
"Tolong kau buka tutupnya'."
"Orang sudah mati, apakah kau mampu menghidupkan lagi?"
"Kalau kau tidak mau membuka tutupnya aku akan pergi.
Ngo-gak Lojin lalu ulur tangannya, membuka tutup peti. Mo-ie melongok kedalam
peti, ia raba semua jalan darah Koo Lok, lantas tutup lagi. Alisnya dikerutkan mulutnya
menggumam sendiri, "Aneh! bagaimana ia dapat menggunakan obat ini?"
Thian-mo Kiongcu lalu bertanya dengan hati cemas.
"Apa dia masih bisa ditolong?"
"Tidak........ ................."
Belum lagi Mo-ie menutup mulutnya, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa
dingin, sesosok bayangan orang melayang turun.
Orang yang baru tiba itu ternyata adalah Mo ie yang memakai kerudung hitam di mukanya,
maka ketika Thian-mo Kiongcu melihatnya, lantas hendak melompat menerjang, tapi
sudah dicegah lebih dulu oleh Mo-ie.
"Kiongcu sabar dulu!"
Thian-mo Kiongcu urungkan maksudnya, Mo-ie lalu menghampiri orang berkerudung
itu. Saat itu, semua mata ditujukan kepada tingkah laku dua orang itu, tiba-tiba
dikejutkan oleh suara orang tertawa dingin.
Ternyata entah sejak kapan. Giok-bin Thian Cun sudah berdiri di samping peti mati.
Munnulnya Giok bin Thian-Cun di tengah-tengah orang banyak, benar-benar sangat
mengejutkan semua orang.
Sie hay Seng-kun, lalu maju menghampiri dan bertanya padanya samb'l bersenyum,
"Giok-bin Thian-Cun, apa kau masih kenal dengan Sie hay Seng kun?"
Giok-bin Thian-Cun ketika melihat Sie-hay Seng kun berada disitu, wajahnya agak berubah,
lalu menyahut. "Tidak nyana kalian ada di sini, ini sesungguhnya merupakan satu
pertemuan besar."
"Entah ada keperluan apa Thian-Cun datang kemari?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Keperluan sih tidak ada, aku si orang she Hu hanya ingin melihat Koo Lok mati
benar-benar ataukah mati bohongan?"
"Kalau mati benar bagaimana?"
"Dendam permusuhan atas perbuatannya yang telah membinasakan muridku, akan
kuhapus"
"Dan kalau mati bohongan?"
"Dendam itu akan kutuntut."
Sie-hay Seng-kun perdengarkan suara tawa dingin, katanya, "Ia sudah rebah dalam
peti, sudah tentu mati benar-benar, Thian Cun boleh pulang saja."
"Tapi aku ingin lihat bangkainya."
"Tidak bisa, orang yang sudah mati, bagaimana boleh kau perlakukan
sembarangan?"
"Kalau begitu, apakah kau hendak merintangi maksudku?"
"Sie hay Seng-kun dengan Thian-Cun tidak mempunyai permusuhan apa-apa, sudah
tentu tidak ingin bermusuhan dengan kau, tapi kalau kau paksa hendak melihat jenazah
Koo Lok, aku terpaksa akan merintangi."
"Kalau begitu kita boleh coba!"' kata Giok-bin Thian-Cun sambil tertawa dingin,
Tanpa memberi peringatan lagi, ia sudah melakukan tiga kali serangan dengan
berbagai cara.
Sie-hay Seng-kun menangkis serangan itu dengan kedua tangannya, hingga dua jago
tua dari rimba persilatan itu, dalam sekejap mata saja sudah bergebrak.
Kepandaian Sie-hay Seng-kun meski sudah tergolong tingkatan atas, tapi dibanding dengan
kepandaian Giok-bin Thian-cun, ternyata masih selisih sedikit, maka akhirnya ia terdesak.
Kesempatan itu digunakan sebaik baiknya oleh Giok-bin Thian-cun, tangan kanannya
menyerang Sie-hay Seng-kun sedang tangan kanannya digunakan uatuk menyerang peti
mati.
Serangan itu dilakukan begitu bagus dan hebat, sedangkan Sie-hay Seng kun tidak menduga
sama sekali, Giok-bin Thian-cun akan berbuat demikian, dengan tangan kirinya memapaki
serangan Giok-bin Thian-cun.
Tapi, serangan Giok-bin Thian-cun yang di-tujukan ke arah peti mati, sudah tidak tertahan
lagi.
Ngo-gak Lojin, yang menyaksikan perbuatan itu, buru-buru melancarkan satu
serangan, untuk mengelakkan serangan Giok-bin Thian-cun. Meski gerakan Ngo-gak Lojin
sudah cukup cepat, tapi sudah tidak keburu, hingga serangan Giok-bin Thian-cun mengenai
sasarannya dengan telak, dan peti mati itu hancur berantakan, sedang mayat Koo Lok
lantas menggelinding di tanah.
Masih untung Ngo gak Lojin buru-buru turun tangan, kalau tidak mayat Koo Lok
sudah pasti akan turut hancur berkeping-keping.
Thian-mo Kiongcu dan Lo Kie, bergerak dengan berbareng untuk mencegat jalannya Giokbin Thian-cun. Giok bin Thian cun dapat mengelakkan serangan dua orang itu, sambil lari
terbirit birit ia berkata, "Koo Lok sudah binasa, Giok-bin Thian-cun kini hendak pergi."
Tiba-tiba terdengar suara Mo-ie,
"Giok-bin Thian cun, Koo Lok sama sekali tidak mati."


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa.......?" demikian orang-orang bertanya berbarengan. Mereka agaknya tidak
percaya Koo Lok yang sudah mati beberapa hari, bagaimana dikatakan tidak mati?
Semua mata segera ditujukan kepada Mo ie sementara itu, orang yang mengenakan
kerudung warna hitam tadi, entah sejak kapan sudah tidak kelihatan bayangannya.
"Apa katamu? Koo Lok tidak mati?" Thian-mo Kiongcu bertanya dengan perasaan
heran.
"Ya, dia tidak mati, dia hanya makan obat istimewa buatanku sendiri, yang
kunamakan 'Leng-hiat-cit-sie-sin-tan'."
"Tapi, napasnya sudah berhenti."
"Ya, obat isttimewaku ini, begitu dimakan orang yang makan itu keadaannya
seperti mati, tapi sebetulnya belum mati!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Seketika itu lenyaplah perasaan sedih Thian-mo Kiongcu, tanyanya pula,
"Benarkah....dia belum mati?"
"Benar, ia sekarang sudah mati enam hari, tujuh hari kemudian, jika makan obat
pemunahku, dia bisa hidup kembali."
"Kalau begitu, besok dia sudah bisa dihidupkan lagi?"
"Sekarangpun dia masih hidup, pembicaraan kita, dia dapat dengar semuanya,
cuma dia tidak bisa buka mulut. Tentang obat pemunahku, sekarang aku tidak bawa,
kecuali kalau membawa dirinya pulang kelembah Cit-ciok-kok."
"Siapakah orang berkerudung itu?"
"Dia adalah muridku!"
"Muridmu dengan Koo Lok ada permusuhan apa? Jika tidak, kenapa ia turun tangan
jahat terhadap Koo Lok?"
"Permusuhan sudah tentu ada, cuma aku tidak dapat mengatakan."
Rahasia tentang kematian Koo Lok, akhirnya telah terbuka, dia sebetulnya tidak
mati, karena pengaruh obat aneh itu, maka setelah tujuh hari kemudian, baru bisa
dihidupkan lagi.
Ini merupakan lelucon besar, yang tidak enak akibatnya bagi Thian-mo Kiongcu dan
kawan-kawannya yang terdekat Koo Lok. Apa lagi jika Mo-ie datang terlambat, Koo Lok
pasti sudah dikubur di dalam tanah.
Selagi semua orang ramai membicarakan kejadian luar biasa itu, tiba-tiba Giok bin Thiancun diam-diam balik kembali dan melancarkan serangan dari jarak jauh yang ditujukan ke
arah jenazah Koo Lok.
Perbuatan itu dilakukan secara pengecut dan tidak terduga-duga, karena ia sudah
bertekad hendak membinasakan Koo Lok.
Dalam saat yang amat kritis itu, tiba-tiba terdengar suara bentakan Lo Kie, "Giok-bin
Thian-cun, kau berani?"
Dengan cepat ia lancarkan serangan yang mengandung hawa dingin, sementara itu
Thian mo Kiongcu yang juga sudah mengetahui perbuatan manusia keji itu, juga
melontarkan serangannya.
Dengan demikian, maka gagallah maksuda Giok-bin Thiancun hendak mengambil jiwa-nya
Koo Lok.
Sementara itu Ngo-gak Lojin juga tak tinggal diam, dengan suara keras ia
membentak, "Tua bangka she Hu, perbuatanmu ini terlalu kejam."
Sambil memutar tongkatnya, ia menyerang Giok-bin Thian-cun. Giok-bin Thian-cun yang
harus menghadapi tiga orang kuat, betapapun tinggi kepandaiannya juga tidak sanggup
memberi perlawanan. Maka ia lantas lompat mundur seraya berkata. "Tiga orang
mengeroyok satu orang, apakah ini perbuatan orang gagah?"
"Kau Giok-bin Thian-cun anggap dirimu sebagai orang agung dan orang kuat nomor
satu tapi perbuatanmu membokong seorang yang sama sekali tidak bisa melawan, apakah
tidak takut akan ditertawakan sahabat-sahabat di dunia Kangouw?" kata Lo Kie sambil
tertawa dingin.
Muka Giok-bin Thian-cun merah seketika, Sie hay Seng-kun lantas berkata, "Hu Pek
selalu anggap diri sebagai orang bijaksana dalam dunia Kang-ouw, banyak melakukan
perbuatan yang meredakan suasana panas bagi rimba persilatan, tapi, sekarang terbuka
kedokmu dan kelihatan ekormu yang sebenarnya. Jie Bun Kie sahabat karibmu sendiri, toh
kau masih tega hati membunuhnya, apakah kau masih terhitung manusia............?"
"Tutup mulut!" bentaknya Giok-bin Thian-cun kasar, "Sie-hay Seng-kun, sekalipun
aku membunuh mati Jie Bun Kie, ada hubungan apa dengan kau?"
"Hubungan tentu saja tidak ada........."
"Kalau tidak ada, lebih baik kau jangan turut campur, jika tidak aku Giok bin
Thian-cun akan ambil jiwamu."
Sie-hay Seng-kun tertawa bergelak-gelak katanya, "Aku Sie-hay Seng-kun seorang
yang sudah lanjut usia, terhadap kematian, sudah tidak aku hiraukan, sebaliknya denganhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
kau yang telah membunuh sahabat karibmu sendiri, bagaimana kau harus
pertanggungjawabkan kepada dunia Kang-aow."
"Hu Pek juga tidak pikirkan soal kematian, Koo Lok yang masih mempunyai
perjanjian dengan aku.................."
"Bolehkah kau undurkan waktunya sampai setengah bulan lagi?"
"Sudah tentu boleh."
"Itu bagus sekali, nanti setengah bulan kemudian, Koo Lok sudah tentu bisa
mencarimu."
"Apabila tiba saatnya nanti Koo Lok berlagak mati lagi, jangan sesalkan kalau aku
berlaku kejam padanya."
Sehabis berkata manusia palsu itu, lantas gerakkan kakinya dan sebentar sudah
menghilang.
Setelah Giok-bin Thian-cun berlalu, Sie-hay-Seng-kun lalu berkata kepada Ngo-gak Lojin.
"Itulah wajah aslinya Giok-bin Thian-cun.
"Ya, Giok-bin Thian-cun bisa membunuh Jie Bun Kie, ini benar-benar merupakan
satu hal yang sangat sulit dimengerti."
Pada saat itu, Thian-mo Kiongcu lalu berkata kepada Mo-ie, "Locianpwee, lekaslah
kau tolong dirinya."
Mo-ie anggukkan kepala, sambil memandang tubuh Koo Lok ia berkata, "Kalau begitu,
biarlah aku bawa dia pulang ke Cit-ciok kok!"
"Bolehkah aku pergi ber-sama-sama?" tanya Thian mo Kiongcu dan Gin-hui
berbareng.
"Baiklah."
Sementara itu Sie-hay Seng kun, Ngo-gak Lojin dan Bangkai Berjalan, karena masih
ada urusan mereka berpamitan dengan Thian-mo Kiongcu, yang lainnya tinggal di Thianmo kiong.
Esok harinya, Mo-ie bertiga sudah tiba di lembah Cit-ciok-kok. Dari dalam lembah
tiba-tiba melompat keluar orang berkerudung hitam yan menjadi murid Mo-ie.
Tatkala Thian-mo Kiongcu melihat munculnya orang itu, parasnya lantas berubah.
Ia masih tidak mengerti, Koo Lok dengan dia sebetulnya ada permusuhan apa? Maka ketika
melihat orang itu, napsu membunuhnya lantas berkobar.
Orang berkerudung itu lantas memberi hormat kepada Mo-ie seraya berkata, "Suhu,
muridmu tidak tahu kalau suhu sudah pulang, hingga agak terlambat menyambut harap
suhu tidak berkecil hati,"
"Suhumu ini hampir mati di tanganmu, masih belum memberi perhitungan
denganmu."
Tanpa menoleh lagi ia lantas masuk ke lembah. Sambil tertawa dingin Thian-mo Kiongcu
mengawasi orang berkerudung itu, bersama Gin Hui mengikuti Mo-ie ke lembah.
Orang berkerudung itu mendadak berteriak, "Coba kalian masuk!"
Lalu bergerak merintangi di depan Thian-mo Kiongcu.
Orang berkerundung itu merintangi Thian-mo Kiongcu dan Gin-hui, benar-benar
mengejutkan dua wanita itu. Dengan kegusaran yang sudah memuncak Thian-mo Kiongcu
membentak. "Kau hendak berbuat apa?"
"Berbuat apa? Aku tidak izinkan kalian masuk ke lembah ini!"
THIAN-MO KIONGCU tertawa dingin, katanya, "Numpang tanya, Koo Lok ada permusuhan
apa dengan kau, sehingga kau turun tangan sedemikian kejam?"
"Tidak perlu kau tanya!"
"Kenapa aku tidak boleh tanya?"
"Kau pernah apa dengan Koo Lok?"
"Isterinya!"
"Astaga, sejak kapan Koo Lok mempunyai isteri semacam kau.................."
"Tutup mulut! kau bicara harus sedikit hati-hati."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Kuberitahukan kepada kalian, aku tidak izinkan kalian memasuki lembah Cit-ciokkok. kalian bisa berbuat apa?"
Kegusarannya Thian-mo Kiongcu dan Gin hui benar-benar sudah memuncak. Thianmo Kiongcu. yang memang sudah sangat benci terhadap orang berkerudung ini maka ketika
mendengar perkataannya yang sangat jumawa dan congkak itu, hawa amarahnya tidak
dapat dikendalikan lagi.
Mendadak ia ingat tindakan Mo-ie yang membawa dirinya ke lembah ini, kemudian
ditolak oleh muridnya sedangkan ia sendiri tidak ada tanda-tanda untuk mencegahnya,
apakah yang menyebahkan Mo-ie itu berbuat demikian!"
Mengingat itu, diam-diam ia terperanjat, dan keinginannya hendak membuka rahasia itu
bertambah besar. Maka ia lalu menyerang orang berkerudung itu sambil membentak,
"Boleh coba apakah kau mampu merintangi kita?"
Karena merasa khawatir akan keselamatan suaminya, pula merasa gemas sekali
terhadap orang itu, maka Thian-mo Kiongcu kali ini menggunakan serangan yang
mematikan untuk menghadapi musuh besarnya itu. Orang berkerudung itu buru-buru
lompat melesat jauh-jauh untuk menghindari serangan tersebut, kemudian balas
menyerang.
Serangan Thian-mo Kiongcu makin lama makin hebat dan ganas, hingga orang berkerudung
itu terpaksa mundur terus-terusan.
Gin-hui meski sangat cerdik, tapi toh masih belum dapat menduga apa sebabnya orang itu
mencelakai Koo Lok, ia hanya dapat manduga bahwa dalam hal ini pasti bukan tak ada
sebabnya.
Thian-mo Kiongcu juga menduga bahwa perbuatan orang berkerudung ini mungkin suatu
jebakan, maka ia keluarkan seluruh kekuatan dan kepandaiannya supaya dapat
membinasakan musuhnya.
Tapi keinginannya tidak tercapai, karena dengan secara tiba-tiba hidungnya dapat
mencium bau harum, kemudian matanya menjadi gelap dan akhirnya rubuh di tanah tanpa
sadarkan dirinya lagi.
Bukan kepalang kagetnya Gin-hui ketika menyaksikan keadaan demikian, dengan cepat ia
bergerak menerjang orang berkerudung itu sambil berseru, "Kau terlalu ganas!"
"Apa kau adalah Gin-hui?"tanya orang berkerudung itu sambil tertawa dingin.
"Benar."jawab Gin-hui sambil tarik mundur dirinya.
"Kau juga mencintai Koo Lok, betul tidak?
Pertanyaan ini mengherankan Gin-hui, sambil kertak gigi ia menjawab, "Ada
hubungan apa denganmu!"
"Kalau kau mencintai Koo Lok, aku akan ambil jiwamu!"
Gin-hui tertawa tergelak-gelak katanya, "Secara pengecut kau mencelakai Koo Lok dan Lie
Siao Cie, kau harus pertanggungjawabkan perbuatanmu ini. Aku Gin-hui seorang yang biasa
keluar masuk diujung pedang, apa kau kira seorang yang takut mati? Kalau kau masih ada
muka tak perlu malu terhadap orang, kenapa tak mau unjukkan wajah aslimu?"
Gin-hui terkenal banyak akal, ia sudah tahu bahwa orang berkerudung ini seorang
wanita, tapi siapakah perempuan itu, sudah tentu ia tak dapat menduganya. Ia cuma
dapat menarik kesimpulan, wanita ini cuma membuat pingsan Thian-mo Kiongcu, tidak ada
niat mencelakainya, jadi jelaslah sudah, tujuan wanita itu kalau bukan kepadanya, tentu
Koo Lok.
Karena berpikir demikian, ia lalu tarik kembali serangannya, menantikan perubahan sikap
wanita itu.
"Orang bilang di antara tiga pahlawan Thian-mo Kiongcu, Gin-huilah orang yang
paling licin dan cerdik, hari ini telah kubuktikan sendiri, memang itu benar. Maka jika kau
suka keluar dari sini dengan baik, aku tidak akan menyusahkan dirimu............" kata
wanita berkerudung itu sambil tertawa dingin.
"Jika aku tak mau keluar?"
"Hm, terpaksa aku juga akan turun tangan terhadapmu."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Gin-hui mendadak dapat satu akal, ia bungkukan badannya untuk memondong
Thian-mo Kiongcu, kemudian berkata, "Kalau begitu, baiklah aku pergi!"
Sehabis berkata, benar-benar ia sudah melompat keluar dari lembah Cit-Ciok kok.
Tindakan Gin-hui secara mendadak ini, benar-benar diIuar dugaan wanita berkerudung itu,
maka untuk sesaat ia berdiri heran. Kemudian ia bergerak untuk mengejar, sementara itu
mulutnya lantas berseru, "Kau hendak lari kemana ..?"
Gin-hui kini benar-benar dapat kenyataan bahwa wanita itu memang tidak ada
maksud menyuruh pergi, tujuannya yang utama adalah hendak memaksa dirinya turun
tangan.
Gin-hui menantikan sampai pengejar itu sudah berada dekatnya, baru ia balikan badannya
dan melancarkan satu serangan memiring.
Perempuan berkerudung itu agaknya tidak menduga Gin-hui sedemikian gesit, dalam kagetnya ia buru-buru tarik mundur dirinya.
Gin-hui yang sudah berhasil merubuhkan lawannya, kembali mengirim tiga kali serangan
dengan beruntun.
Tapi sebelum ia berhasil merubuhkan lawannya, tiba-tiba hidungnya mencium bau
harum kepalanya, dirasakan pening seketika, dan perempuan berkerudung itu sudah
mengirim serangan yang ditujukan kepadanya. Tanpa ampun lagi, tubuh Gin-hui terlontar
sejauh satu tombak lebih. Perempuan berkerudung itu tertawa puas, cepat ia bergerak
menubruk Gin-hui yang sudah tidak berdaya.
Berbareng pada saat bergeraknya perempuan itu, tiba-tiba terdengar suara dari
belakangnya, "Muridku, sudah cukup."
Mendengar suara itu, perempuan berkerudung itu lalu menoleh mengawasi suhunya
sejenak, kemudian berkata sambil tertawa getir, "Suhu, aku benci sekali terhadap
mereka."
"Tidak peduli bagaimana, orang datang ke kediaman kita dengan baik maka kita
tidak boleh berbuat keterlaluan jika tidak, akibatnya terlalu tidak baik bagi kita, Nah,
bawalah mereka kegubuk kita"
Sehabis memberikan perintah Mo-ie berlalu lebih dahulu. Perempuan berkerudung
itu mengempit tubuh Thian-mo Kiongcu dan Gin-hui ke ketiak kanan dan kirinya, kemudian
menyusul suhunya, hingga sebentar sudah hilang ke dalam rimba lebat.
Di ujung rimba, ada terdapat sebuah gua besar, Mo-ie dan muridnya masuk ke
dalam gua. Keadaan dalam gua itu, ternyata tidak gelap bentuknya mirip dengan sebuah
rumah batu, yang lengkap dengan segala perabot rumah.
Mo ie letakkan tubuh Koo Lok di atas sebuah tempat tidur batu, ia berpaling dan berkata
kepada muridnya, "Besok sudah cukup tujuh hari sejak Koo Lok pingsan, nanti setelah
diberi minum obat pemunahnya, ia segera akan mendusin, maka kedua orang itu juga kau
harus dibuat sadar."
Perempuan berkerudung itu tidak menjawab ia cuma anggukan kepalanya,
kemudian terdengar pula suara Mo-ie, "Muridku obat Leng hiat-cit-sie-sid tan itu apakah
kau ambil dari kamar obatku?"
"Betul, suhu?"
Setelah itu, ia lalu bawa Thian-mo Kiongcu dan Gin-bui ke dalam sebuah kamar
lain, sang suhu mengawasi padanya sejenak, lalu unjukkan senyum hambar dan berkata
pada dirinya sendiri, "Ah! hati perempuan benar-benar cupat."
Kemudian ia berjaian menuju ke dinding sebelah kanan, tangannya menggeser sebuah
kursi yang terbuat dari batu, Terdengar suara keresekan dinding di belakang kursi itu
terbuka sebuah pintu rahasia.
Itu adalah pintu sebuah kamar simpanan obat yang dibuat sendiri oleh Mo-ie.
Setelah berada didalam kamar obat itu, Mo-ie menghampiri deretan botol-botol
yang tidak sedikit jumlahnya. Selagi hendak mengulurkan tangan untuk mengambil salah
satu botol itu tiba-tiba ditarik kembali, karena tempat itu ternyata sudah kosong, botol
yang terisi obat bubuk Yan-seng-cit-beng-san, yang berada di tempat tersebut ternyata
sudah lenyap.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mo-ie terperanjat, dengan heran ia mundur beberapa tindak ia geser lagi kursi batu itu,
hingga pintu kamar itu tertutup lagi. Kemudian ia memanggil muridnya, "Muridku.
"Ada apa? Suhu?"
"Berikan obat itu padaku!"
"Obat apa suhu?"
"Yang-seng-cit-beng-san!"
"Suhu, bukankah obat itu ada di tempatnya?"
"Apa?" bukan kepalang kagetnya Mo-ie ketika mendengar jawaban itu, "Kau kata
bahwa obat itu masih berada di tempatnya?"
"Benar?"
Wajah Mo-ie berubah seketika, barusan sudah melihat dengan tegas bahwa tempat
itu sudah kosong, suatu bukti bahwa botol yang berisi obat itu sudah diambil orang. Tapi
siapakah yang mengambil?
"Muridku, apakah benar kau tidak ambil obat itu?"tanya Mo-ie dengan suara
gemetar.
"Benar-benar tidak, obat itu aku lihat masih di tempatnya."
Mo-ie nampaknya sangat penasaran, ia geser lagi kursinya itu, sekali lagi untuk
memeriksa dengan teliti, ternyata memang benar, tempat itu sudah kosong. Jantungnya
tergoncang hebat, ia telah beranggapan bahwa obat itu sudah hilang dicuri
orang........................
Tapi ia berpikir lagi, hilang, rasanya tidak mungkin, karena kamar itu kecuali ia dan
muridnya yang bisa masuk, orang lain tidak mungkin bisa masuk. Sekian lama Mo-ie berdiri
bingung, akhirnya ia keluar lagi dan memanggil muridnya, "Muridku..............."
"Ya, ada apa Suhu!"
"Kau kemari."
Sang murid menghadap suhunya, ia dapat lihat bahwa muka suhunya, hari itu
nampak pucat, sikapnya nampak tegang, diam-diam ia merasa kaget, maka lalu bertanya,


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah sebetulnya yang telah terjadi Suhu?"
"Aku tanya padamu, kau dengan Koo Lok sebetulnya ada urusan apa?"
"Tidak ada permusuhan apa-apa."
"Kalau begitu, kau bermaksud mengambil jiwanya atau tidak?"
"Ini............ ini!"
"Terus terang saja, jangan pakai ini itu segala."
"Aku benci padanya, tapi tidak perlu menghendaki jiwanya."
"Jik Koo Lok binasa?"
"Apa? Dia............... apa sudah binasa, Suhu? bukankah kau bersenda gurau?"
"Kalau begitu, kau tokh tidak ingin dia mati?"
"Ya, kalau aku berbuat demikian padanya, dalam hati sebetulnya juga merasa
berat, tapi aku tahu ia tidak bisa mati,"
"Tapi, sekarang aku menghendaki jiwanya" Sang murid itu kaget, ia berkata
dengan suara meratap. "Jangan, suhu, kau............ tolonglah dirinya, suhu, aku
beritahukan padamu, sebetulnya aku cinta dia............"
Suaranya penuh ratap tangis, hingga sang suhu yang mendengarkan badannya menggigil,
air mukanya semakin pucat.
Tapi, tiba-tiba ia membentak dengan suara keras, "Kalau begitu, serahkan obat Yan-sengcit-beng-san!"
Sang murid terperanjat, ia ketakutan dan mundur beberapa langkah.
"Suhu, aku sama sekali tidak ambil obat itu...............
"Tidak ambil? mengapa bisa lenyap? Coba kau lihat sendiri!"
Sang murid buru-buru lari masuk kedalam kamar obat, benar saja obat itu sudah tidak ada
di tempatnya. Bukan kepalang kagetnya murid itu, ia buru-buru keluar lagi.
Ada atau tidak?"tanya sang suhu
Tidak............ ada."
Bukankah kau yang mengambil?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Suhu, kau tahu aku cinta Koo Lok, kau pikir saja, apakah tega mengambil
jiwanya...............?"
Saat itu, tiba-tiba terdengar suara keresekan, dan pintu kamar obat itu mendadak
tertutup rapat.
Mo-ie dan muridnya terperanjat, ketika menyaksikan keadaan demikian, mereka mundur
tiga empat langkah.
Dengan tertutupnya pintu rahasia itu, sudah jelas bahwa masih ada orang lain yang berada
di dalam kamar.
"Sekarang aku tanya padamu," tanya Mo-ie pada muridnya sambil kerutkan
keningnya, pintu kamar rahasia ini, hanya aku dan kau yang tahu, sewaktu kau berikan
obat Leng hiat cit-sie-sin-tan kepada Koo Lok, apa kau pernah masuk kekamar obat?"
"Ya."
"Waktu kau masuk, apa tidak melihat ada jejak orang yang mengikuti?"
"Tentang ini............ aku tidak dapat menentukan ada atau tidaknya."
"Itulah, siapakah orang yang menyelundup, kita tidak tahu, tapi, yang pasti
menggunakan kesempatan ketika kau bawa Koo Lok masuk kedalam kamar obat itu, dia
mengikuti dibelakangnya..............."
Kalau begitu, apa sebabnya cuma mengambil obat Yan-seng-cit-beng-san itu saja?"
"Di setiap botol, semua ditempel dengan nama obat serta cara memakainya.
Setelah mengetahui kau memberikan obat Leng hiat-cit-sie-sin tan kepada Koo Lok. maka
ia lantas mengambil obat Yan seng-cit-beng-san
"Jadi, maksudnya orang itu hendak mengambil jiwa Koo Lok?"
"Mungkin begitu."
"Suhu, biar bagaimana, kita berusaha akan cari kembali obat itu."
"Sudah tentu, karena jika membiarkan orang jahat itu membawa obat pemunah
itu, maka Koo Lok akan tidur untuk selama lamanya."
Sehabis berkata, ia lalu menghampiri kursi batu, untuk menggeser kursinya, tapi
kursi itu ternyata tidak bergerak barang sedikit, dengan demikian mengertilah sudah
bahwa dalam kam ar itu ada orang yang menahannya.
Bukan kepalang kagetnya Mo-ie, ia lalu membentak dengan suara keras, "Siapa didalam?"
Tidak ada jawaban. Kini Mo-ie nampak semakin cemas, la mengawasi muridnya dan
berkata kepada dirinya sendiri. "Sekarang harus bagaimana aku bertindak?"
Sang murid ketika melihat suhunya sangat gelisah, ia sendiri semakin kalap.
Tepat pada saat itu, pintu perdengarkan suara keretekan, lalu terbuka perlahan-lahan...
Mo-ie dan miridnya bertindak cepat, keduanya melompat ke samping pintu, siap untuk
bergerak. Siapakah orang yang bernyali demikian besar, berani menyelundup masuk ke
dalam kamar rahasia itu?"
Dengan sinar mata tajam Mo-ie mengawasi pintu kamar itu, tapi dalam kamar itu
ternyata tidak ada pergerakan apa-apa. Mo-ie lalu berkata dengan nada suara dingin,
"Sahabat sudah berani masuk kedalam kamar rahasiaku, pasti sudah mempunyai
kepandaian cukup tinggi, kenapa tidak berani keluar untuk unjukkan dirimu?"
Baru saja Mo-ie menutup mulutnya, lalu terdengar suara dari dalam.
"Mo-ie, aku segera keluar,"
"Lohu, di luar pintu menantikan kedatanganmu."
Orang dalam kamar itu perdengarkan suara tawanya yang menyeramkan, hingga
mengherankan Mo-ie dan muridnya.
"Aku telah membuat repot locianpwee, sesungguhnya aku merasa tak enak hati,
harap jiwie suka mundur sedikit, aku akan segera keluar!"
Mo-ie kerutkan keningnya, karena dari suaranya ia dapat kenyataan bahwa orang di
dalam kamar itu seorang wanita. Ia lalu memberi isyarat kepada muridnya, dua-duanya
lalu melompat mundur setombak lebih.
Dari dalam kamar terdengar suara orang berjalan dengan perlahan, Mo-ie yang sudah
pasang mata, segera dapat melihat seseorang memakai kerudung di muka berjalan
keluar........https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mo-ie lantas bergerak hendak memegat orang berkerudung itu.
Tapi tiba-tiba terdengar suara bentakan orang itu, "Mo-e, harap kau jangan bertindak apaapa!"
SUARA bentakan itu agaknya sangat berwibawa, Mo-ie yang mendengar bentakan itu,
lantas hentikan kakinya.
Orang itu perdengarkan suara tawa dingin kemudian berkata, "Mo-ie locianpwee, jika kau
berani bergerak aku akan menghancurkan botol obat yang berisi Yan seng cit beng-san
ini!"
"Jadi kaulah yang mengambil obat itu?"tanya Mo-ie kaget.
"Benar."
"Apa maksudmu?"
"Aku ambil barang ini, sudah tentu menghendaki jiwa Koo Lok, apa kau masih purapura tidak menoerti?'
"Kalau begitu kau adalah orang yang dikirim oleh Giok-bin Thian-cun untuk
membunuh Koo Lok?"
"Tentang ini, aku tak dapat menjawab pertanyaanmu "orang itu berhenti sejenak,
kemudian berkata pada, "Mo-ie locianpwee, obat ini akan kubawa!"
Mo-ie yang mendengar perkataan itu, wajahnya lantas berubah, katanya, "Obat itu
berhubungan erat dengan jiwa Koo Lok, bagaimana aku dapat membiarkan kau bawa
pergi?"
Sehabis berkata, ia lantas maju mendekati orang itu. Orang itu kembali
perdengarkan suara tawa dingin, seraya berkata, "Mo-ie locianpwee, aku minta kau jangan
bertindak apa-apa!"
"Kecuali kalau suka kembalikan obat itu, jika tidak kita akan hancur bersama"
"Hancur bersama-sama? Ini tak mungkin, aku tadi toh sudah katakan, jika kau
berani maju setindak saja, aku akan hancurkan botol ini!"
Mo-ie tertawa dingin, ia angkat tangan kanannya seraya berkata, "Aku kira kau
tidak berani!"
"Kenapa?"
"Jika kau hancurkan botol itu aku yakin kau tidak dapat keluar dari dalam gua ini!"
"Coba saja kau maju lagi satu tindak!"
Mo-ie tidak gubris ancaman itu, ia benar-benar sudah maju setindak, tiba-tiba
terdengar suara tawa dingin, orang berkerudung itu benar saja telah sambitkan botol obat
itu ke atas dinding...
Murid Mo-ie ketika melihat botol itu melayang ke arah dinding, lantas gerakkan tangannya
untuk menyambar. Gerakan itu sudah cukup gesit, tapi orang berkerudung itu lalu
melancarkan serangannya ke arah murid Mo-ie. Mo-ie juga segera bergerak, sambil
keluarkan bentakan keras, ia menyerang orang berkerudung itu.
Gerakan tiga orang itu hampir berbarengan dalam satu saat, murid Mo-ie terdesak
mundur oleh serangan orang berkerudung itu, hingga usahanya hendak menyambar botol
obat itu telah gagal, botol itu membentur dinding dan hancur berantakan.
Mo-ie cuma bisa mengawasi botol yang sudah haucur itu sambil berdiri kesima.
Sedangkan sang murid lantas menangis, darah segar menyembur keluar dari mulutnya dan
kemudian rubuh di tanah. "Perbuatanmu ini sangat kejam!"'
Demikian Mo-ie berkata dengan suara keras, kemudian menghujani serangan pada
orang berkerudung itu. Orang berkerudung itu ternyata gesit sekali, dengan secara lincah
ia dapat mengelakkan serangan Mo-ie kemudian ia berkata, "Mo-ie, sampai bertemu lagi!"
Cepat bagaikan kilat ia sudah lompat melesat, yang segera dikejar oleh Mo-ie, tapi
ternyata sudah tak berhasil menyandaknya.
Kegesitan orang itu sangat mengagumkan, seorang Kang-ouw kawakan seperti Mo-ie,
ternyata masih dapat dikibuli, hingga ia cuma bisa mengawasi berlalunya orang itu dengan
hati mendelu.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Ia terpaksa kembali untuk melihat keadaan muridnya, yang saat itu masih
menggeletak di tanah dangan tenang.
Sambil mengawasi obat bubuk yang berserakan di tanah, ia berkata sendiri sambil
menghela napas, "Habislah!"
Tiba-tiba terdengar suara bentakan muridnya yang ternyata sudah siuman kembal, ia
pelan-pelan bangkit, dengan suara gemetar ia bertanya kepada suhunya, "Kemana......
orang itu tadi?"
"Sudah pergi!"
"Suhu, bagaimana kita dapat pungut kembali obat bubuk itu?..........Benarkah jiwa
Koo Lok akan binasa karenanya?"
Terdengar suara tangisannya yang memilukan.
"Apakah ini sudah takdir Koo Lok?" kata Mo-ie.
"Tidak, aku tidak membiarkan Koo Lok binasa, jika ia benar-benar mati aku juga
tidak bisa hidup lagi.........aku hendak mati bersama sama dengannya."
Siapakah sebetulnya murid Mo-ie yang mengngenakan kerudung itu? Ia sedemikian
membenci Koo Lok, mengapa ia menangis setelah Koo Lok binasa?'
Mo-ie cuma bisa menghela napas, mendadak dari dalam kamar lain terdengar suara Thianmo Kiongcu yang bertanya, "Apa sebetulnya yang telah terjadi?"
Pertanyaan itu mengejutkan Mo-ie dan muridnya, mereka lalu menghampiri, segera
dapat melihat Thian-mo Kiongcu dan Gin-hui yang rebah di atas pembaringan, meski sudah
siuman tapi jalan darahnya masih tertotok, hingga tidak bisa bergerak.
Mo-ie segera membuka totokan mereka, Thian-mo Kiongcu dan Gin-hui melompat turun
dari atas pembaringan.
Sambil memandang keadaan di sekitarnya, Thian-mo Kiongcu bertanya, "Ini tempat
apa?"
"Tempat kediamanku," jawabnya Mo-ie.
"Di mana Koo Lok?"
"Dia berada di dalam kamarku!"
"Apakah perempuan berkerudung itu adalah muridmu?"
"Ya........................"
"Perbuatannya terhadap kami, apakah menurut petunjukmu ataukah maksudnya
sendiri?"
"Maksudku sendiri!" satu suara memotong perkataan Thian-mo Kiongcu, di ambang
pintu nampak perempuan berkerudung hitam itu. Paras Thian-mo Kiongcu lantas berubah.
"Nona perbuatanmu terlalu kejam, apa dosa Koo Lok dan kita terhadap nona,
sehingga kau turun tangan demikian kejam?"
Pada saat itu, Gin-hui mendadak gerakkan kakinya mendekati perempuan berkerudung.
Perempuan berkerudung itu lantas menjawab.
"Aku benci terhadap kalian, tertuma Gin-hui."
"Kenapa nona tidak unjukan muka?" tanya Gin-hui dingin.
Perempuan itu sekonyong-konyong membuka kerudungnya, Thian-mo Kiongcu dan
Gin-hui berseru kaget hingga mundur beberapa tindak.
"Kau............" kata mereka hampir berbareng.
"Benar, aku Heng-chio Mo-yauw, kalian tentu tidak menduga bukan?"
Memang benar, Thian-mo Kiongcu dan Gin-hui sama sekali tidak menduga kalau
perempuan berkerudung itu adalah Heng-chio Mo yauw. Kalau ia bisa berbuat demikian
terhadap Koo-Lok, sudah tentu karena cintanya yang tidak dibalas hingga menimbulkan
rasa bencinya.
"Nona Liauw, dulu aku pernah mati dibawah senjata rahasia jarum beracunmu, dan
sekarang kembali hampir binasa dibawah obat mabukmu," kata Gin-hui sambil tertawa
dingin,
"Kau telah merampas Koo Lok dari tanganku," jawab Heng-chio Mo-yauw sambil tertawa
dingin, "Baiklah, kini Koo Lok sudah binasa aku juga tidak mau hidup lagi."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Koo Lok bisa mati?........ "tanya Thian mo Kiongcu kaget, "O, ya barusan apa
sebabnya kau menangis begitu sedih?
Heng-chio Mo-yauw menangis sambil tekap mukanya dengan kedua tangan, "Koo Lok
benar-benar akan binasa......... ........"
"Apa?" tanya Thian-mo Kiongcu, mendadak ia melompat ke depan Heng-cio Mo
yauw dan bertanya dengan suara bengis, "Kau kata Koo Lok benar-benar akan binasa?"
"Ya, ia akan mati."
"Kenapa?"
Thian-mo Kiongcu dan Gin-hui berubah seketika paras mereka, perasaan panik,
kwawatir, takut dan putus asa campur aduk dalam hati masing-masing.
Terdengar suara Mo-ie sambil menghela napas "Sebetulnya, dalam waktu tujuh hari,
apabila diberi obat Yan-seng cit-beng-san, Koo Lok masih bisa hidup lagi, tapi, obat itu
kini sudah dihancurkan oleh seorang berkedok yang berhasil menyeludup kedalam kamar
obatku."
Paras Thian-mo Kiongcu dan Gin-hui pucat seketika, Thian-mo Kiongcu lantas
bertanya dengan suara gemetar, "Kalau begitu, Koo Lok sudah tak dapat ditolong lagi?"
"Ya, karena satu-satunya obat untuk menghidupkan kembali jiwa Koo Lok sudah di
hancurkan oleh orang berkedok itu, maka aku juga sudah tak berdaya sama
sekali.................."
Mendengar keterangan itu, dua wanita itu lantas menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba mata
Thian-mo Kiongcu nampak beringas memandang Heng-chio Mo-yauw, lalu berkata padanya
dengan suara keras, "Nona Liauw, kalau bukan gara-garamu, bagaimana Koo Lok bisa
mengalami nasib ini?"
Sehabis berkata demikian, tangan kanannya menyerang Heng-chio Mo-yauw.
Heng-chio Mo-yauw ternyata tak menyingkir hingga serangan itu mengenai dadanya dengan
telak. Tubuh nona itu sempoyongan, mulutnya mengeluarkan darah. Thian-mo Kiongcu
tercengang, hal itu sesungguhnya diluar dugaannya. Heng-chio Mo-yauw tidak menangis,
juga tak marah, ia cuma berdiri tertegun. Moie tak bisa berbuat apa-apa, ia cuma bisa
menghela napas dalam-dalam. Akhirnya ia berkata, "Kalian juga tak perlu saling
bermusuhan, muridku berbuat demikan juga karena cintanya kepada Koo Lok, sekali-kali
tak ada maksud menghendaki jiwanya."
"Ya......... walaupun demikian..... ...... tapi Koo Lok mungkin akan tidur untuk
selama lamanya........." kata Thian-mo Kiongcu yang lantas nangis lagi dengan pilu.
"Kalau begitu, mari kita melihatnya." kata Gin-hui sambil menangis.
Mo-ie lalu pimpin mereka masuk kamar tempat Koo Lok ditidurkan. Tiba di ambang pintu,
secara tidak terduga-duga sesosok bayangan orang keluar dari dalam kamar.
Mo-ie, Thian-mo Kiongcu dan Gin-hui berbareng berseru kaget. Hampir berbareng dengan
saat itu, hembusan angin hebat tiba menggulung mereka.
Karena hebatnya hembusan angin itu, Mo-ie yang berjalan paling depan, lantas terdorong
mundur sepuluh langkah lebih.........
Pada kesempatan itu, bayangan orang itu melompat melesat melewati atas kepala Mo-ie.
Thian-mo Kiongcu melihat bayangan orang itu berkerudung kain hitam, di bawah ketiaknya
mengempit tubuh Koo Lok. Maka seketika itu ia lantas bergerak menerjang
padanya............
Kepandaian Thian-mo Kiongcu, kita sudah cukup kenal, maka cepat ia sudah berhasil
menyusul orang aneh itu, dan lantas melancarkan serangan dari belakang orang berkedok
itu. Kejadian itu cukup mengherankan, betapa besar nyali orang berkedok itu? Karena
selagi semua orang masuk kedalam kamar muridnya Heng-chio Mo-youw, orang aneh itu
sudah menyelundup pula ke kamar Koo Lok dan kemudian hendak membawa dia kabur.
Andaikata kedatangan Mo-ie bertiga sedikit terlambat, mungkin Koo Lok sudah dibawa
kabur olehnya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Kita kembali kepada Thian-mo Kiongcu, yang berusaha merintangi kaburnya orang
aneh itu. Meski serangannya sudah cukup hebat, tapi orang berkerudung itu berhasil
menghindari dengan baik, bahkan dapat membalas serangannya.
Orang berkedok yang aneh itu ternyata cukup tangkas, setelah menyambuti serangan
Thian-mo Kiongcu yang hebat itu, ia coba lompat mundur keluar gua. Gin-hui tidak mau
tinggal diam, ia lantas bergerak dan berseru, "Kau hendak lari kemana............?"
Dengan cepat ia sudah merintangi didepan orang itu. Sementara itu, Mo-ie juga
sudah bergerak menerjang penyelundup aneh itu.
Dengan demikian, maka penyelundup aneh itu kini harus menghadapi tiga orang kuat,
betapapun tinggi kepandaiannya, juga tidak berdaya.
Dalam keadaan sangat gawat bagi penyelundup aneh itu, dari dalam kamar
terdengar suara orang berkata, "Sungguh tidak tahu malu."


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thian-mo Kiongcu bertiga terperanjat, dan penyelundup aneh itu telah menggunakan
kesempatan untuk melompat kabur ke dalam rimba. Tepat pada saat itu penyelundup
aneh itu masuk ke dalam rimba, dari dalam rimba mendadak melompat keluar sesosok
bayangan orang yang merintangi jalannya penyelundup tadi seraya membentak, "Lebih
baik kau tinggalkan Koo Lok!" Tatkala Thian-mo Kiongcu dan Gin-hui serta Mo-ie melihat
bayangan orang itu, untuk sesaat berdiri terkesima, karena orang itu bukan lain daripada
Lo Kie.
Penyelundup aneh tadi setelah dirintangi oleh Lo Kie, nampak mundur beberapa
tindak, Lo Kie tidak mau memberi hati padanya, dengan cepat sudah menyerang sampai
lima kali. Sementara itu, Thian-mo Kiongcu juga sudah bergerak hendak menangkap
penyelundup yang membawa kabur diri Koo Lok itu, tapi dari dalam rimba kembali muncul
seorang yang juga mengenakan kerudung kain hitam, merintangi maksud Thian mo
Kiongcu.
Thian-mo Kiongcu terperanjat. ia mundur beberapa langkah, untuk menyaksikan
siapa orang yang berani merintanginya itu. Orang itu dandanannya mirip satu sama lain
dengan penyelundup aneh itu. Penyelundup aneh itu nampaknya bukan tandingan Lo Kie,
maka dalam waktu sangat singkat sudah terdesak mundur berulang-ulang.
Mungkin karena sudah kewalahan, akhirnya penyelundup aneh itu keluarkan bentakan
keras, kemudian ia lemparkan tubuh Koo Lok kepada Lo Kie.
LO KIE tidak menduga sama sekali lawannya berbuat demikian, ia terpaksa
menyambuti Koo Lok, sedang penyelundup aneh itu lantas lari kabur ke dalam rimba.
Andai kata Lo Kie tidak muncul, secara mendadak, apa yang terjadi atas diri Koo Lok
sesungguhnya susah diduga. Yang jelas Koo Lok sudah pasti akan ditawan oleh
penyelundup aneh itu. Siapakah sebetulnya penyelundup aneh itu?
Lo Kie setelah berhasil menolong Koo Lok, ia lalu bertanya kepada Mo-ie, "Apakah
sebetulnya yang telah terjadi?"
Mo-ie lalu menerangkan apa yang telah terjadi atas diri Koo Lok. Lo Kie juga terperanjat,
ketika mendengar penuturan itu, tanyanya "Botol obat itu sudah dihancurkan oleh orang
itu tadi?"
"Benar,"
"Kalau begitu, Koo Lok sudah tidak dapat hidup lagi?"
"Betul."
"Dua orang berkedok tadi, sudah pasti orangnya Giok-bin Thian-cun, yang dikirim
untuk mengambil jiwa Koo Lok."
Koo Lok saat itu meski sekujur badannya sudah dingin, napasnya sudah berhenti, tapi
pembicaraan mereka dapat didengar dengan tegas. Kecuali ia sendiri, tiada seorangpun
tahu siapa penyelundup itu.
Tapi, karena ia tidak bisa membuka mulut, maka ia tidak dapat menerangkan.
Besok harinya, merupakan hari ketujuh sejak Koo Lok mati, maka hari itu apa bila
lewat tengah hari niscaya Koo Lok akan benar-benar mati untuk selamanya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mereka letakan tubuh Koo Lok di atas pembaringan, dikerumuni oleh Thian-mo Kiongcu,
Gin-hui, Heng-chio Mo-yauw Liang leng-leng, Mo-ie dan Lo Kie dengan bermandikan
airmata. Dengan airmata melele Lo Kie bertanya, "Locianpwee benarkah dia sudah tidak
dapat ditolong lagi?"
"Sekalipun ada dewa turun dari kayangan, juga tidak dapat menolong jiwanya
lagi."
jawab Mo-ie.
"Coba locianpwee pikir lagi dengan tenang apakah sudah tidak ada obat lain yang
dapat menolong jiwa Koo Lok?"
"Tidak ada."
"Benarkah sudah tidak ada?"
"Lohu selamanya belum pernah berbohong, orang yang makan obat Leng-hiat-siesin-tan, hanya obat Yan-seng cit beng-san yang dapat memunahkannya."
"Selewat tengah hari, benarkah sudah tidak dapat tertolong lagi?"
"Benar."
Mendengar jawaban tegas itu, suasana menjadi hening, lama tiada orang membuka mulut.
Tiba-tiba Thian-mo Kiongcu telungkup di dada Koo Lok dan menangis tersedu sedu seraya
berkata, "Engko Lok, kematianmu sangat mengenaskan ...............! Engko Lok, tahukah
kau, bahwa dalam perutku sudah ada darah dagingmu? Engko Lok...............!"
Diantara tiga wanita itu, hanya Gin-hui yang tidak menangis, apakah ia tidak mencintai
Koo Lok? Sebenarnya ia sangat mencintainya, bahkan yang paling dalam cintanya terhadap
Koo Lok. Tapi, ia mengerti, meskipun ia sangat mencintai Koo Lok, apa gunanya menangis?
Ia pernah bersumpah sehidup semati dengan Koo Lok, jika Koo Lok benar-benar akan
binasa, ia juga tidak akan menikah untuk selama-lamanya.
Tengah hari telah lewat............ Menjelang senja, Mo-ie mengumumkan kematian
Koo Lok. Dalam gua yang sunyi itu ramai oleh suara tangisan. Dalam suasana duka itu,
tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang berkata dengan nada dingin, "Apakah
sebetulnya yang telah terjadi? Mengapa kalian menangis sedemikian sedih?"
Semua orang terkejut mendengar suara itu, ketika mereka berpaling kearah pintu,
di situ berdiri seorang wanita berbaju hijau.
Lo Kie dan Gin-hui ketika melibat wanita baju hijau itu, wajah mereka lantas berubah
karena wanita itu bukan lain Yu Khim Cu. Munculnya Yu Khim Cu secara tiba-tiba, benarbenar mengejutkan Lo Kie dan Gin-hui. Gin-hui tahu benar keganasan wanita itu, selagi
hendak menjawab tiba-tiba Mo-ie sudah menghampiri seraya berkata, "Nona dari
mana.........?
"Locianpwee, aku kenal nona ini," jawabnya Lo Kie dingin.
Mo-ie terperanjat, ia memandang Lo Kie dan melihat Lo Kie perahan-lahan menghampiri
nona itu seraya berkata, "Entah ada urusan apa nona Yu datang kemari?"
Dengan paras tidak mengunjukkan sikap apa-apa Yu Khim Cu menjawab dingin, "Apa aku
tak boleh datang kemari? Kabarnya Koo Lok telah meninggal dunia?"
"Bagaimana nona bisa tahu?" Lo Kie balas bertanya.
Yu Khim Cu tidak menjawab pertanyaan itu, ia menghampiri jenazah Koo Lok, lalu
berkata, "Benar sudah meninggal."
Wajah Lo Kie kembali nampak berubah, ia tak habis pikir, bagaimana nona itu bisa
mendadak muncul di sini. Yu Khim Cu mengawasi Lo Kie sejenak, lalu berkata, "Apa kau
heran, mengapa aku mendadak muncul."
"Benar."
"Apa kau tak tahu kalau aku masih mencintai Koo Lok?"
"Kalau begitu kau datang untuk melawat?"
"Kalau dikatakan ya juga boleh, dikatakan tidak pun boleh, biar bagaimanapun aku
toh sudah datang." kemudian nona itu mengawasi jenazah Koo Lok seraya berkata, "Koo
Lok, betul tidak?"
Kelakuan Yu Khim Cu itu dianggap bagaikan orang gila, karena Koo Lok sudah meninggal,
bagaimana bisa diajak bicara.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Dia sudah meninggal," kata Mo-ie.
"Sudah meninggal?" Yu Khim Cu balas bertanya sambil tertawa terbahak-bahak,
"tidak! dia belum meninggal!"
Perkataan itu kembali membangkitkan perasaan kaget semua orang, dianggapnya
nona itu benar-benar sudah gila.
"Aku sudah membuktikan bahwa dia sudah binasa." kata Mo-ie,
"Apa kau berani pastikan kalau Koo Lok benar-benar sudah binasa?"
"Sudah tentu! '
"Jika Koo Lok masih hidup, bagaimana?"tanya Yu Khim Cu sambil tertawa dingin.
"Apa kau anggap aku siorang tua pembohong?"
"Aku tak mengatakan demikian, jika Koo Lok masih hidup, bagaimana?"
"Jika Koo Lok masih hidup, aku akan bunuh diri..................!"
"Tidak perlu berbuat demikian, ini agak keterlaluan, begini saja, jika Koo Lok bisa
hidup lagi, apa kau suka terima baik TIGA permintaanku?"
"Jangan kata cuma tiga, sekalipun tiga puluh, aku juga akan terima baik"
"Kau tidak menyesal?"
"Seorang laki laki harus pegang kepercayaan, bagaimana aku boleh hilangkan
kepercayaan terhadap kau?"
"Bagus!"nona itu lalu mengawasi Heng-chi Mo yauw sejenak, lalu berkata padanya.
"Nona Liauw, betulkah kau benci sekali terhadap Koo Lok?"
"Ya, aku cinta padanya, tapi juga benci padanya."
Yu Khim Cu anggukan kepalanya, katanya pula, "Semula bukankah ada seorang
berkerudung hitam yang masuk kedalam kamar obatmu lalu mencuri obat yang hendak kau
gunakan untuk menolong Koo Lok, tapi kemudian botol obat itu telah hancur, betul tidak?"
"Benar... ........"
"Coba sekarang kau lihat, botol yang sudah hancur itu, apakah betul obat Yanseng-cit-beng-san atau bukan?"
Hati Mo-ie bercekat, tanyanya, "Apa itu bukan?"
"Ya atau bukan aku tak berani pastikan, tapi, meskipun botol itu sudah hancur
etiketnya toh tak dapat hancur bukan?"
Dengan cepat Mo-ie lalu mengumpulkan botol yang sudah hancur itu, ternyata kertas yang
memuat keterangan cara memakainya obat itu masih melekat di atas botol.
Mo-ie lalu pungut dan memeriksanya, seketika ia berdiri terkesima. Karena di atas kertas
itu terdapat tulisan, "Obat bubuk menghilangkan rasa haus. Untuk mengobati penyakit
masuk angin, panas, sakit tenggorokan. Aturan minumnya, setiap kali satu sendok teh,
setiap tiga jam satu kali."
Mo-ie kini mengerti bahwa botol itu sudah ditukar dengan botol obat lain. Semula
karena ia sendiri pikirannya sedang cemas, hingga tidak ambil perhatian sama sekali.
Dengan cepat ia balik ke kamar Heng-chio Mo-yauw. Yu Khim Cu lalu bertanya padanya,
"Betul tidak botol yang hancur itu adalah botol obat untuk mengobati Koo Lok?"
Semua mata lalu ditujukan ke muka Mo-ie, mereka ingin tahu bagaimana reaksi orang tua
itu. "Benar bahwa botol yang hancur itu bukan botol obat Yan seng-cit-beng-san, tapi,
dengan cara bagaimana nona bisa tahu, kalau botol yang hancur itu bukan botol obat
tersebut?"
Yu Khim Cu tertawa bergelak gelak, lalu berkata, "Kau kira penyelundup berkedok yang
aneh itu siapa?"
Mo-ie terperanjat, tanyanya, "Apakah itu ada kau sendiri?"
"Tepat, penyelundup berkedok itu adalah aku sendiri."
Pengakuan Yu Khim Cu ini benar-benar di luar dugaan semua orang.
"Koo Lok pernah mengecewakan hati nona Liauw, dia juga tidak pandang mata
padaku, maka aku benci padanya, juga menghendaki jiwanya. Tatkala nona Liauw berhasil
menangkap Koo Lok dan membawa kabur ke kamar obat sebab perasaannya yang sangathttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
tegang, hingga tidak dapat melihat kalau aku mengikuti di belakangnya............" Yu Khim
Cu memberi keterangan.
"Dengan demikian, maka kau lantas mengambil obat Yan-seng-cit-beng-san, itu?"
kata Mo-ie dingin.
"Benar, aku ingin supaya kalian beberapa orang mencintai Koo Lok, merasakan
sendiri betapa sedihnya orang yang menderita putus harapan itu, sekarang, kalian sudah
cukup mengalami penderitaan itu, airmata juga sudah cukup mengalir keluar, maka obat
ini kini aku serahkan padamu."
Sehabis berkata demikian, Yu Khim Cu mengeluarkan obat bubuk tersebut dari
dalam sakunya, lalu diberikan kepada Mo-ie. Mo-ie berdiri bingung sekian lama, akhirnya
ia berkata, "Tapi kau sudah terlambat, jam bagi Koo Lok untuk bisa diobati sudah lewat.."
"Apakah kau sudah lupa, bahwa aku pernah menyelundup ke kamarmu dan
membawa kabur Koo Lok, waktu itu aku sudah berikan sedikit obat bubuk itu kepadanya,
hingga ia masih bisa bertahan tujuh hari lagi lamanya."
"Apa ucapanmu ini benar?"
"Mo-ie lociapwee barusan sudah mengumumkan kematian Koo Lok, tapi belum
memeriksa dengan seksama urat nadinya, ia memang benar masih hidup."
Sekilas Yu Khim Cu mengawasi Thian-mo Kiongcu, Gin-hui dan Heng-chio Mo-yauw,
lalu berkata pula, "Kalian tidak perlu membenci aku, sebetulnya, hal ini tidak berarti apaapa, biar bagaimana Koo Lok toh belum binasa, ia tetap akan menjadi kepunyaan bertiga."
Berkata sampai disitu, nona itu merasa pilu, hingga suaranya menjadi parau, kemudian ia berkata kepada Mo-ie, "Mo-ie locianpwee, bukankah kau sudah terima baik tiga
permintaanku?"
Mo-ie tidak menjawab, setelah meraba badan dan urat nadi Koo Lok, benar saja
dapat kenyataan bahwa pemuda itu memang masih hidup, maka barulah menjawab,
"Benar, permintaan apa?"
"Pertama, aku ingin tanya padamu tentang seseorang, apakah kau tahu bahwa di
dunia Kang-ouw ada orang yang dijuluki Heng-thian mo?"
"Tahu, sepuluh tahun lebih berselang, ia sudah menjadi anggota Sam-seng to, di
lautan Timur."
"Kabarnya, kau tahu tentang kematiannya Heng-heng Sie-seng suami isteri, apakah
itu betul?"
"Tentang ini............"
"Mo-ie locianpwee, aku tahu, kau pernah datang ke pulau Sam seng-to,
hubunganmu dengan Sam-seng Nio-nio, juga cukup erat selain daripada itu, kau juga
pernah melihat Heng-thian-mo."
"Kau menanyakan soal ini apa maksudnya?"
"Kematian Heng heng Sie-seng suami isteri, apakah bukan perbuatan Heng-thianmo yang menghendaki mutiara Thian-liong Sin-cu?"
"Benar, tapi nyatanya Heng-thian-mo tidak dapatkan mutiara tersebut."
"Baiklah kau sudah menjawab pertanyaanku yang pertama, dan pertanyaan yang
kedua, benarkah kau ada niat hendak menggabungkan diri dengan Sam-seng Nio-nio?"
"Memang benar aku ada niat untuk itu."
"Kalau begitu, permintaanku yang kedua itu ialah kau tarik kembali niatmu itu!"
"Baiklah, selanjutnya, untuk selama-lamanya aku tidak akan gabungkan diri dengan
Sam-seng Nio-nio."
"Ketiga, tahukah kau berapa banyak anak buah Sam-seng Kiong? Berapa jumlah
pahlawannya yang berkepandaian tinggi?"
"Memang sudah beberapa kali aku datang ke Sam-seng-to, kepandaian Sam-seng
Nio-nio kabarnya tidak ada keduanya dalam kolong langit ini. Dia belum pernah menginjak
bumi daerah Tionggoan, kalau ia sudah pernah datang kepandaian Giok-bin Thian-cun
masih belum apa-apa baginya, pahlawan yang paling diandalkannya, ialah empat Naga
Betina, sudah binasa semuanya, sebagai gantinya adalah tiga Kao-lie, yang masing-masing
mempunyai gelar, Tok kao lie, Hiat kao-lie, dan Im kao lie. Kepandaian pahlawan wanitahttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
itu semuanya dididik langsung oleh Sam-seng Nio-nio sendiri, ilmu kepandaian di air
maupun di darat tidak ada seorangpun yang menandinginya."
"Kecuali tiga pahlawan wanita itu masih ada dua orang kuat yang sangat tangguh.
Dua orang itu ada lima atau empatpuluh tahun lamanya tidak unjjukan diri di kalangan
Kang-ouw, yang satu bergelar kampret terbang, yang lain bergelar Hantu penghisap
darah."
"Dua orang yang sudah sekian tahun lamanya, menghilang dari dunia Kang-ouw ini,
tidak nyana masih hidup dan malah dijadikan pahlawan oleh Sam-seng Nio-nio."
"Dengan adanya dua orang kuat ini, maka kekuatan Sam-seng Nio-nio seolah olah
bagaikan harimau yang ditambah dengan sayap, tapi Sam-seng Nio-nio nampaknya sangat
menghormati dua orang itu........."
"Kalau begitu, mengapa di dunia Kang-ouw tidak terdengar nama dua pahlawan
itu?"
"Dua orang itu masa mudanya berdiam di daerah luar perbatasan, belum pernah
menginjak daerah Tionggoan, maka orang-orang Kang-ouw daerah Tionggoan, tidak ada
yang tahu."
"Dan berapa jumlahnya anak buahnya?"
"Kira-kira lima ratus jiwa."
"Terima kasih banyak atas keterangan ini," kemudian ia berpaling dan berkata
kepada Thian mo Kiongcu, Gin-hui dan Heng-chio Mo-yauw, "Kalian baik-baik jaga Koo
Lok, aku hendak pergi." Sehabis berkata demikian, ia lantas keluar dari dalam gua dan
sebentar kemudian, sudah menghilang ke dalam rimba.
DENGAN diliputi oleh berbagai pertanyaan di dalam hatinya, Lo Kie mengawasi
berlalunya Yu Khim Cu, karena nona itu tadi mengaku adalah penyelundup yang berkedok,
siapakah orang berkedok yang lainnya? Mendadak ia seperti ingat sesuatu, apakah orang
itu bukannya In cie houw?
Sementara itu, Mo-ie sudah membuka mulut Koo Lok, lalu memberikan obat bubuk
Yan-seng cit-beng-san sebanyak lima sendok kecil, setelah itu ia menepuk beberapa jalan
darah Koo Lok. Obat itu ternyata sangat mujarab, dalam waktu satu jam, Koo Lok sudah
membuka matanya, seolah olah baru bangun dari tidur yang nyenyak.
Meskipun sudah tujuh hari lamanya ia berada dalam keadaan tidur, tapi apa yang
terjadi di sekitarnya, ia dapat mendengar semuanya, tatkala ia membuka matanya,
kecuali menarik napas panjang ia mengawasi semua orang yang ada disitu, dengan mata
mendelu, Thian-mo Kiongcu segera berseru dengan suara girang, "Engko Lok, akhirnya kau
hidup lagi."
Koo Lok anggukan kepala dan berkata, "Tujuh hari yang sangat menakutkan......... hampir
saja aku ditanam di liang kubur......"
Seolah olah ia masih merasa ngeri, atas pengalamannya itu. Pada saat itu, Heng-thio Moyauw mendadak berjalan keluar, Koo Lok lalu memanggilnya, ""Nona Liauw!"
Heng chio Mo-yauw merandek, kedua pipinya masih basah dengan airmata, sikapnya
nampak sedih bercampur girang.
Koo Lok mengerti bahwa dirinya hampir binasa di tangan Liauw Leng Leng dan Yu
Khim Cu, semua ini sudah tentu karena gara-gara cinta, maka ia harus menyelesaikan
sebaik baiknya. Sambil mengawasi nona itu ia bertanya, "Nona Liauw, aku tanya padamu,
bukankah kau pernah menolong diriku?"
Karena nona itu masih merasa berdosa terhadap Koo Lok, maka ia tidak berani menjawab.
Koo Lok lalu alihkan pertanyaannya kepada Thian-mo Kiongcu,
"Barusan aku dengar kata, berkata bahwa dalam perutmu sudah ada darah dagingku,
apakah itu benar?"


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan paras kemerah merahan Thian-mo Kiongcu menjawab, "I........................ya!"
"Kau mengaku sebagai isteriku?"
"Ya."
"Apakah kau berani bersumpah akan tetap setia kepadaku?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Kini Koo Lok lalu bertanya kepada Gin-hui, "Dan kau Gin-hui bagaimana?"
"Hatiku hanya Tuhan yang tahu, engko Lok, apakah kau sudah lupa bahwa aku
pernah bersumpah hendak sehidup semati dengan kau!'*
"Ingat, apa kau suka menjadi isteriku?"
Paras Gin-hui nampak kemerah-merahan. "Suka!" jawabnya singkat. Mata Koo Lok
kembali beralih ke arah Heng chio Mo-yauw, lalu bertanya, "Nona Liauw aku tahu kau
cinta padaku, maka aku sekarang aku hendak bertanya padamu, apakah kau suka menjadi
isteriku?"
Pertanyaan Koo Lok menimbulkan banyak kesan kepada nona itu, jawabnya dengan
suara gemetar, "Koo siaohiap, hati Liauw Leng-leng sudah mati, namun demikian,
kebaikanmu ini aku masih terima dalam hati."
"Kalau begitu, kau tidak suka menikah padaku?"
"Lok........aku......... su.........ka," jawabnya sambil menangis.
"Kalau begitu, kalian bertiga tidak perlu saling cemburu, nanti setelah tugasku
menuntut balas selesai, aku akan mengawini kalian secara sah."
Tiga wanita itu bukannya orang-orang perempuan berhati dan berpikiran cupat,
sudah tentu masing-masing mengerti keadaan sendiri. Sambil tersenyum getir Koo Lok
mengawasi Lo Kie, kemudian berkata padanya, "Jiko aku telah tidur tujuh hari lamanya,
selama tujuh hari itu, aku telah berpikir, aku mengerti sedaIam-dalamnya tentang dirimu.
Kau sudah cukup setia sebagai kawan sejati. Kau pernah menolong diriku, bahkan kali ini
kau hampir celaka di tangan Giok-bin Thian-cun. Jiko, aku pernah membencimu, tapi
semua itu ternyata aku sendiri yang salah anggapan terhadap dirimu. Apakah kau mau
memaafkan aku?"
Pertanyaan ini mengejutkan Lo Kie, dengan mata terbuka lebar ia mengawasi Koo
Lok akhirnya ia berkata, "Samtee, apa ucapan ini timbul dari hati sanubarimu?"
"Sudah tentu, jiko, kau seorang berjiwa besar orang yang bisa kembali dari jalan
sesat, sudah merupakan satu kejadian yang tidak mudah apalagi kau pernah melakukan
perbuatan jahat yang tidak dapat diampuni, Jiko, mari kita bersatu lagi."
Lo Kie menggemgam tangan Koo Lok berkata dengan suara terharu, "Samtee aku tidak
tahu bagaimana harus menyatakan terima kasihku padamu."
Koo Lok juga menggenggam tangan Lo Kie, dua sahabat lama itu akhirnya rukun
kembali setelah mengalami pertentangan hebat.
Sementara itu, Thian-mo Kiongcu lalu tanya, "Engko Lok, apa kau hendak pulang ke Thianmo Kiong?"
"Kalian berdua pulang dulu, untuk sementara aku belum bisa pulang."
Thian-mo Kiongcu dan Gin-hui lalu berpisah dengan Koo Lok pulang ke Thian-mo
Kiong. Koo Lok setelah diberi kekuatan tenaga oleh Lo Kie, semangatnya nampak segar
lagi.
Mo-ie suruh Liauw Leng-Ieng pergi memasak nasi, kemudian ia berkata kepada Koo Lok,
"Sungguh tidak dinyana, aku yang selama hidupnya pernah melakukan banyak
kesalahan, sehingga sahabat-sahabat di dunia Kang-ouw memberi gelar Mo-ie (berarti
tabib hantu) kini telah menjumpai berbagai kejadian yang menggerakkan hatiku maka,
sudah seharusnya kalau aku melakukan perbuatan yang berguna bagi dunia Kang-ouw."
Koo Lok menghargai pikiran orang tua itu, setelah itu ia mengeluarkan ketiga benda
pusakanya mutiara Thian-liong Sin-cu, kaca cermin Giok-liong-khia dan kitab yang bernama
Buku Hitam. Ia berkata kepada Mo-ie, "Perjanjianku dengan Giok-bin Thian-cun
diundurkan setengah bulan maka dalam waktu setengah bulan ini, aku harus dapat
mempelajari kepandaian ilmu yang tertulis dalam Buku Hitam ini."
"Benar," kata Lo Kie "tapi, dengan cara bagaimana kau dapat menemukan
kepandaian ilmu silat warisan Thay-siang Lo-kun yang tertulis dalam sepuluh kertas hitam
itu?"
"Menurut keterangan dalam surat peninggalan Siansu, tiga buah wasiat ini satu
sama lain ada hubungannya, dan lembaran kertas hitam ini, nampaknya juga disepuh
dengan tinta warna hitam..........................."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok, Mo-ie dan Lo Kie bertiga mengawasi tiga buah wasiat itu, entah dengan
cara bagaimana baru dapat menemukan rahasia dalam kitab itu. Satu hari telah berlalu,
mereka tidak berhasil menemukan rahasianya. Hari keduapun berlalu, tapi mereka tetap
belum dapat menemukan apa-apa. Hari ketiga, keempat dan seterusnya berlalu dan
akhirnya hari ketujuh telah tiba.
Koo Lok sudah memeras keringat dan pikiran, tapi terhadap kitab yang terdiri dari sepuluh
lembar kertas hitam itu, sedikitpun tak berdaya.
Tiba-tiba ia bereru "Eh......... apakah mungkin begini............"
"Bagaimana? Apa kau berhasil menemukan rahasianya?"tanya Lo Kie kaget.
Koo Lok membuka buku hitam lembaran pertama, lalu diletakan di atas lututnya,
kemudian tangan kirinya memegang mutiara Thian-liong Sin-cu dan tangan kanannya
memegang kaca cermin Giok liong-khia, tiga buah benda pusaka itu masing-masing
terpisah sejarak tiga kaki, merupakan satu garis lurus.
Thian-liong Sin-cu sebuah mutiara berbentuk bundar, tatkala Buku hitam itu disoroti oleh
sinarnya dan dalam kaca Giok-liong-khia segera tampak rahasianya.
Dipermukaan kaca itu terpeta bayangan sebaris huruf kecil yang berbunyi,
"Tulisan ini ditujukan pada orang yang berjodoh"
"Kalau sudah dapat melihat tulisan huruf ini, berarti sudah menemukan rahasia dalam
kitab, dan mendapatkan semua pelajaranku selama hidupku. Apa yang ditulis dalam kitab
ini, adalah suatu pelajaran yang sudah kupelajari hampir seumur hidupku, diharap kepada
orang-orang yang mendapatkan kitab ini, setelah berbasil mempelajari pelajaran ilmu silat
didalamnya, sekali-kali jangan dipakai untuk melakukan kejahatan di dunia rimba
persilatan. Walaupun cuma semblian gelak tipu, tapi setiap gerakan telah kuciptakan
setelah kupelajari dengan seksama, selama waktu sepuluh tahun. Jika sudah berhasil
memahami dan mempelajari dengan baik, kekuatan yang dilancarkan dari setiap serangan,
cukup untuk menundukan segala kekuatan tenaga manusia bagaimanapun hebatnya. Bagi
orang yang kurang cukup kekuatan tenaga dalamnya, sulit untuk mencapai taraf demi
taraf, maka orang yang hendak mempelajari ilmu silat ini, sedikitnya harus mempunyai
kekuatan tenaga dalam yang sudah mempunyai latihan empat puluh tahun.
Sekali lagi diperingatkan kepada orang yang mendapatkan kitab ini, jika benar ada minat
hendak mempelajari ilmu silatku ini, harus menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran,
membuat kebaikan bagi rimba persilatan, terutama bagi umat manusia umumnya, agar
tidak mengcewakan pengharapanku yang menurunkan ilmu pelajaran ini! Ingatlah baikbaik." Tertanda, Thay-siang Lo Kun, Ong Hie Thay.
Koo Lok sangat girang, ia membuka lembaran kedua, di permukaan kaca terdapat
lukisan gambar sesosok tubuh manusia, di pingir terdapat tulisan, Menyangah langit
dengan satu tangan,
Lembar ketiga...... keempat...... hingga lembar kesepuluh, setiap lembar terdapat
lukisan gambar-gambar manusia yang berlainan gerakannya.
Setelah menemukan rahasia dalam kitab itu Koo Lok merasa girang, tapi juga sangat
kecewa, karena kekuatan tenaga dalamnya tidak mencapai empat puluh tahun hasil
latihan. Ia menghela napas dan berkata kepada dirinya sendiri, "Bagaimana?"
Mo-ie dan Lo Kie juga sudah melihat tulisan dalam kitab itu, ketika mendengar
perkataan Koo Lok itu, ia lantas bertanya, "Apakah karena kurang kekuatan tenaga dalam,
hingga merasa sulit untuk mempelajari ilmu silat itu?'
"Benar."
"Hal ini tidak menjadi soal, aku masih menyimpan buah Suat-oh yang umurnya
sudah ribuan tahun, makan sebuah saja, sudah cukup untuk menambah kekuatan tenaga
latihan dua puluh tahun. Buah ini sayang kumakan sendiri, sekarang kuhadiahkan
padamu!"
Koo Lok sangat girang, buru-buru menjawab, "Kalau begitu kuhaturkan terima
kasih banyak-banyak kepada locianpwee, jika nanti boanpwee berhasil menyelesaikan
tugas menuntut balas ini, tentu tidak akan melupakan budi locianpwee." Koo Lok setelahhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
makan buah mujijat itu, benar saja kekuatan tenaga dalannya tambah berlipat ganda,
maka, mulailah ia mempelajari ilmu silat dalam lembaran kedua.
Setiap gerak tipu itu nampaknya biasa saja, tidak ada apa-apanya yang aneh, tapi, setelah
dipelajari dengan seksama, ternyata hampir setiap gerakan harus menggunakan kekuatan
tenaga dalam sepenuhnya, setiap serangan atau perubahan mengandung kekuatan hebat.
Untuk satu macam gerak tipu saja, Koo Lok harus menggunakan waktu dua hari,
baru dapat menggunakan dengan baik. Gerak tipu kedua dinamakan, Naga sakti mengaduk
laut, gerak tipu ini lebih sulit dipelajari, Koo Lok mempelajari selama tiga hari baru
berhasil delapan bagian saja.
Gerak tipu keempat dinamakan serangan tangan menggemparkan jagat. Gerak tipu
ini mengutamakan perubahan taktik serangan dan kecepatan bergerak.
Baru belajar sampai jurus keempat, Koo Lok teringat bahwa perjanjiannya dengan Giok bin
Thian-cun sudah dekat waktunya, meskipun baru berbasil sepertiga tapi ia harus pergi
untuk menepati janjinya.
Ia lalu utarakan maksudnya kepada Mo-ie, "Locianpwee, perjanjianku dengan Giokbin Thian-cun, besok tiba waktunya, aku harus pergi untuk menepati janji itu, aku ingin
minta tolong padamu, satu hal."
"Urusan apa? Kalau aku mampu melakukan, aku akan senang melakukan untukmu."
"Muka enciku telah rusak, harap Locianpwee bantu memulihkan."
Mo-ie kerutkan kening, katanya, "Tentang ini, sudah tertu aku bisa lakukan tapi, untuk
melakukan pengobatan di muka orang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, harus
disediakan dua macam obat....................."
"Apakah itu bukan nyiurnya burung Ho dan buah Suat-lian yang sudah ribuan tahun
umurnya?"
"Benar bagaimana kau tahu?"
"Enciku sudah sediakan doa macam obat itu, harap locianpwee tidak usah
khawatir."
"Kalau begitu tidak menjadi soal, besok aku suruh Siao Leng ke Thian-mo-kiong
untuk mencarinya, dalam waktu tiga hari mukanya akan pulih kembali seperti sedia kala."
"Terima kasih banyak, nah aku hendak pergi."
Koo Lok lalu pamitan dengan Siao Leng-leng dan pergi untuk menjumpai musuh
besarnya. Perasaan Koo Lok mendadak menjadi tegang, kepandaian dalam Buku Hitam,
cuma berhasil ia pahami tiga bagian saja, kalau sampai kalah di tangan Giok-bin Thiancun, ia pasti akan binasa.
Sambil mengawasi Lo Kie, ia berkata, "Jiko, pelajaran ilmu silat yang kudapat, apakah
kiranya dapat digunakan untuk melawan Giok-bin Thian-cun?"
"Ini susah dibilang, jika kau berhasil mempelajari seluruh kepandaian dalam Buku
Hitam itu, untuk menjatuhkan Giok-bin Thian-cun rasanya tidak perlu disangsikan lagi,
tapi, sekarang kau hanya dapat mempelajari satu per tiganya saja."
Koo Lok tidak tahu bahwa tiga gerak tipu, yang telah ia dapatkan itu, sudah cukup meng
getarkan jagat.
Pagi-pagi pada hari kedua, ia sudah tiba di tempat yang dijanjikan, tapi dalam
rimba itu tidak nampak bayangan Giok-bin Thian-cun.
Koo Lok diam-diam merasa heran, katanya pada diri sendiri, Mungkin karena terlalu pagi,
hingga Giok-bin Thian-cun belum sampai, biarlah kita tunggu sebentar.
Mendadak terdengar suara tawa bergelak-gelak lalu disusul oleh munculnya sesosok
bayangan orang melayang turun di depan Koo Lok.
Koo Lok mundur dua tindak, orang itu ternyata Giok-bin Thian-cun.
GIOK BIN THIAN-CUN tertawa tergelak-gelak dan berkata, "Koo Lok, ternyata kau
seorang yang bisa pegang janji," matanya lalu menatap Lo Kie seraya berkata, "Kau juga
membawa konco?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Wajah Lo Kie berubah, kemudian berkata, "Giok Bin Thian-cun, kau tak usah
banyak pikiran, sekalipun Koo Lok mati di tanganmu, aku juga tak akan turun tangan, kau
tak perlu takut."
"Kau jamin."
Selagi Loo Kie hendak menjawab, dari dalam rimba tiba-tiba terdengar suara orang
berkata, "Hu Pek, legakan hatimu, biarlah aku yang menjamin."
Sesaat kemudian muncul Sie Hay Seng-kun dan Bangkai Berjalan.
"Bagus!" jawab Giok Bin-Thian Cun.
Ia lalu mendekati Koo Lok. Dengan perasaan tegang Koo Lok berkata pada Lo Kie,
"Dalam pertandingan dengan Giok Bin Thian-Cun harap kau jangan turun tangan, sekalipun
aku mati di tangannya, kau juga jangan turun tangan."
"Samtee, kau tak usah khawatir!"
"Jika aku binasa, harap kau bawa aku ke Thian-mo Kiong, kemudian kau kubur di
In-san-pay,"
"Aku akan lakukan," jawab Lo Kie dengan hati tercekat,
Koo Lok unjukkan tawa hambar, katanya, "Tidak perduli aku hidup atau mati, aku
akan berterima kasih padamu."
Pada saat itu, Sie hay Seng-un dan Bangkai Berjalan sudah berjalan ke samping Lo
Kie, mendadak ia berkata pada Giok-bin Thian-cun, "Giok-bin Thian-cun, dalam
pertandingan ini, cuma boleh menggunakan ilmu silat, tidak boleh menggunakan senjata
gelap, jika tidak, maafkan kalau kita akan bertindak!"
"Tentang ini kalian boleh tak usah khawatir," jawabnya sambil tertawa dingin,
kemudian ia berkata pula dengan suara nyaring, "Dua sahabat dari Biauw-kiang, aku ingin
meninggalkan pesan."
Baru saja Giok-bin Thian-cun menutup mulut, sesosok bayangan orang melayang turun ke
dalam kalangan, mereka ternyata ada orang-orang aneh yang mengenakan pakaian warna
hitam, satu berperawakan pendek satu lagi kurus kering. Mereka berdiri tegak di depan
Giok bin Thian-cun. Koo Lok tiba-tiba ingat perbuatan Giok-bin Thian-cun, yang berkalikali hendak mencelakai dirinya, maka wajahnya lantas berubah.
Sementara itu, terdengar suara Giok-bin Thian-cun, "Dua sahabat dari Biaow-kiang,
aku Hu Pek dan kalian berdua mempunyai hubungan baik, sekarang aku punya satu
permintaan, yang agak kurang pantas, dalam pertandingan dengan Koo Lok, tidak perduli
bagaimana kesudahannya, kalian tidak boleh campur tangan."
"Jangan khawatir,"jawabnya mereka berbareng.
"Kalau aku mati di tangan Koo Lok, harap kalian urus jenazahku. Di dalam alam
baka aku akan berterima kasih pada kalian."
"Harap legakan hatimu!"
Koo Lok tiba-tiba bertanya, "Giok-bin Thian-cun, ada satu hal yang ingin aku
tanyakan padamu, aku sudah mengadakan perjanjian denganmu, kenapa kau berkali kali
mengirim orang untuk mengadakan pemegatan dan pembunuhan terhadap diriku?"
Wajah Giok-bin Thian-cun berubah, selagi hendak menjawab, salah satu di antara dua
orang aneh itu lantas berkata dengan nada suara dingin, "Koo Lok, jiwa saudaraku yang
ketiga, aku akan minta ganti dengan jiwamu."
Koo Kok tertawa tergelak-gelak, jawabnya. "Kalian harus cari Giok bin Thian-cun
untuk membuat perhitungan dengan kalian, karena Giok-bin Thian-cunlah yang
menyuruhnya mengantarkan jiwa, bagaimana kalian bisa salahkan diriku?"
Giok bin Thian-cun perdengarkan suara tawa yang menyeramkan, lalu berkata,
"Koo Lok, dalam pertandingan ini kalau bukan kau yang mampus, aku yang mati. Siapapun
yang binasa, kedua fihak sudah orang yang akan mengurus jenazahnya."
"Sudah tentu!"
Suasana untuk sejenak nampak hening. Kecuali suara gerakan kaki mereka berdua
yang memecahkan keheningan itu, tidak terdengar apa-apa lagi.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mata Koo Lok dan Giok bin Thian cun ditujukan ke wajah masing-masing tanpa berkedip,
agaknya merasa khawatir, dalam waktu lengah bisa diserang secara mendadak oleh
lawannya.
Hening tapi tegang.......
Orang-orang yang berdiri menonton juga tidak bisa bernapas. Terutama Seng hay
Seng-kun dan Bangkai Berjalan, mereka merasa mengkhawatirkan jiwa Koo Lok. Karena
kepandaian dan kekuatan Giok-bin Thian-cun sudah dikenal baik oleh mereka, dalam hal
kekuatan tenaga dalam, Koo Lok sudah tentu berselisih jauh.
Dalam suasana hening dan tegang itu, tiba-tiba terdengar suara Giok-bin Thian-cun, "Koo
Lok, turun tanganlah lebih dulu!"
"Sebaiknya locianpwee yang turun tangan lebih dulu."
"Lohu sudah mendekati lubang kubur, bagaimana boleh berlaku sewenang wenang
terhadap golongan muda?"
Kalau begitu, maafkan boanpwee akan mulai lebih dulu."
Setelah itu, Koo Lok lalu melancarkan dua kali serangan yang merupakan serangan
membabat dan menotok, dengan cara yang sangat berlainan.
Meski nampaknya biasa saja, tapi serangan itu dilakukan dengan kekuatan tenaga penuh.
Giok bin Thian-cun sudah dapat merasakan bahwa kekuatan tenaga dalam Koo Lok telah
mendapat banyak kemajuan, hingga diam-diam merasa kaget. Ia balas serangan Koo Lok
dengan dua kali serangan.
Serangan balasan itu bukan saja sudah berhasil menangkis serangan Koo Lok, bahkan
kakinya turut bekerja, menendang bagian bawah Koo Lok.
Dalam waktu sangat singkat, dua orang itu sudah bertanding lima jurus.
Koo Lok menggunakan gerak tipu ilmu silat Sie-sin chiu. Giok-bin Thian-cun tahu,
bahwa kekuatan Koo Lok masih dibawah kekuatannya sendiri, maka waktu diserang, ia
tidak menyingkir, sebaliknya malah maju dan membabat dengan tangan kanannya untuk
menangkis serangan tersebut.
Tapi baru saja tangan kanan Giok-bin Thian cun memotong, badan Koo Lok mendadak
melesat tinggi, ia kibaskan tangan kirinya dan melakukan serangan dengan gerak tipu jejak
dewa bayangan hantu.
Benar-benar tidak kecewa Giok-bin Thian-cun mendapat gelar orang kuat nomor
satu, menghadapi serangan luar biasa dari Koo Lok, bukan saja ia sudah berhasil
menghindari dengan baik, bahkan masih bisa melakukan serangan balasan.
Sementara itu, Sie-hay Seng-kun yang menyaksikan pertandingan itu, berkata kepada
Bangkai Berjalan, "Kalau demikian seterusnya, Koo Lok pasti akan binasa ditangan Giokbin Thian-cun!"


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sebabnya?"
"Kekuatan tenaga dalam Koo Lok, masih selisih jauh dengan Giok-bin Thian-cun,
lama kelamaan, kekuatan tenaga dalamnya pasti akan terhambur habis, waktu itulah Giokbin Thian cun pasti akan melancarkan serangan yang mematikan,"
"Kalau begitu kalau Koo Lok tidak segera mengakhiri pertandingan ini, ia pasti
binasa?"
"Benar...... .............."
Belum habis ucapan Sie-hay Seng-kun mendadak terdengar suara bentakan Koo Lok,
gerak tip serangan juga berubah dengan tiba-tiba. Kali ini menggunakan gerak tipu
serangan pertama pelajaran dari Buku Hitam, yaitu Menyanggah langit dengan satu
tangan.
Tapi sebelum serangan itu mengenai sasarannya, tiba-tiba terdengar suara bentakan keras
bagaikan bunyi geledek, hingga Koo Lok dan Giok-bin Thian cun melompat mundur.
Sesaat kemudian, dari dalam rimba berjalan keluar perlahan-lahan tiga wanita muda
berpakaian kulit ular.
Salah satu di antaranya, dengan sinar mata tajam menatap Koo Lok dan bertanya,
"Adakah tuan yang bernama Koo Lok?"
"Benar, nona-noa datang dari mana?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Apakah tuan sudah lupa, bahwa aku dan kongcu kita Sam-seng Nio-nio dalam
lembah Pek-kut-kok, mempunyai janji setengah bulan? Sekarang sudah tiba waktunya."
"Kalau begitu, apakah kalian adalah Sam-kao-lie, tiga pahlawan dari Sam-seng Nionio?"
"Benar."
"Dan Sam-Seng Nio-nio sendiri?"
"la sudah berada di Iembah pek-kut-kok menunggu kedatanganmu, kini telah
mengutus kita bertiga untuk mengundang tuan."
"Kalian jalan dulu, jika Koo Lok tidak binasa, dalam waktu tiga hari, pasti datang
ke lembah Pek-kut-kok."
"Tapi, sekarang juga kau harus pergi!"
Wajah Koo Lok berubah, ia tertawa terbahak bahak. "Tapi sekarang aku sedang
bertanding, pulang dulu dan beritahukan kepada Sam-seng Nio nio, jika aku tidak mati,
aku pasti datang ke lembah Pek-kut-kok untuk mengambil jiwanya."
Wajah tiga perempuan itu nampak berubah salah satu diantaranya yang bernama To-kaolie lantas berkata sambil tertawa dingin, "Kita sudah mendapat perintah kiongcu, apabila
tidak berhasil mengundang kau, terpaksa akan bawa pulang batok kepalamu, untuk kita
sampaikan kepadanya."
Giok-bin Thian-cun tiba-tiba keluarkan bentakannya, "Enyah dari sini, beritahukan
kepada Sam-seng Nio-nio, bahwa Koo Lok sedang bertanding dengan Giok-bin Thian-cun."
"Tidak perduli kau siapa, Giok-bin Thian-cun maupun Giok bin Teecun....................."
Giok-bin Thian-cun tidak dapat kendalikan hawa amarahnya, katanya, "Budak hina, kau
mencari mampus........."
Berbareng dengan bentakannya itu, tangannya sudah melancarkan satu serangan.
Giok-kao-lie tertawa dingin, cepat ia memutar badannya dengan gaya yang manis sekali,
berbareng dengan itu. ia juga balas menyerang dengan gerak tipu Naga keluar dari laut.
Gerakan To-kao-lie itu sudah cukup gesit, tapi Giok-bin Thian-cun mendadak
merubah serangannya, jari tangannya hendak mencengkeram pergelangan tangan To-kaolie. To-kao lie terperanjat, ia buru-buru melompat mundur, tapi pada saat itu, Giok-bin Thiancun dengan sekaligus melancarkan tiga kali serangannya.
Serangan itu mengenai badan To-kao-lie dengan telak, hingga badannya mundur
terhuyung-huyung, mulutnya mengeluarkan darah.
"Jika kalian masih tidak tahu diri, hati-hati aku nanti akan bertindak lebih kejarn lagi."
kata Giok-bin Thian-cun dengan nada dingin,
Sementara itu, nampak berkelebat Hiat-kao-lie, yang melesat cepat bagaikan
peluru kendali, menerjang Koo Lok sambil melancarkan satu serangan.
Koo Lok gusar, sambil keluarkan bentakan, "Kau cari mampus!" ia putar badannya, tangan
kanannya mendorong keluar.
Sie-hay Seng-kun yang berdiri di samping lantas berseru, "Koo Lok, serahkan budak itu
kepadaku!"
Cepat bagaikan kilat, orang tua itu melontarkan serangan dari jarak jauh, Koo Lok
tersenyum dan lantas undurkan diri.
Dengan mata mendelik Hiat-kao-lie, memandang Sie-hay Seng kun, katanya dengan gusar,
"Kau siapa? mengapa kau mau menjual jiwa buat Koo Lok?"
Sie hay Seng-kun tertawa terbahak bahak, jawabnya, "Budak hina, kau tidak
pandang orang, sambutlah seranganku dulu!"
Cepat sekali ia sudah melancarkan serangan sampai tiga kali. Hiat-kao lie tertawa
menghina, ia gerakkan tangannya, hingga dalam sekejap saja sudah melancarkan serangan
sampai tiga jurus.
Kita balik kepada Koo Lok, setelah undurkan diri, ia lalu berkata kepada Giok-bin
Thian-cun, "Giok-bin Thian-cun, mari kita bertanding lagi.."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Inilah yang paling baik," jawab Giok-bin Thian-cun.
Sejenak Koo Lok memandang Im-kao-lie, yang berdiri disamping, lalu berkata kepada Lo
Kie, "Jiko, jika budak ini sembarangan turun tangan, tolong kau bereskan dia!"
"Samte, legakan hatimu."
Koo Lok mengawasi Giok-bin Thian-cun, lalu berkata dengan nada dingin, "Giok-bin
Thian-cun, barusan aku sudah turun tangan lebih dulu, sekarang giliranmu."
"Baiklah kalau begitu."
Dengan gerak tipu berlainan, ia melakukan serangannya. Pertempuran antara dua
jago ini, andaikata tidak diganggu dengan munculnya tiga utusan Sam-seng Nio nio, siapa
yang kalah dan siapa yang menang, sudah dapat kepastian, tapi sekarang terpaksa terus
diperpanjang lagi waktunya.
TATKALA serangan ketiga Giok-bin Thian-cun dilancarkan, Koo Lok segera geser
kakinya dan putar tubuhnya, kemudian menggunakan gerak tipu Buku Hitam jurus pertama
yang dinamakan menyanggah langit dengan satu tangan. Gerak tipu itu nampaknya sangat
sederhana, tidak ada apa-apanya yang aneh, tapi sebetulnya banyak mengandung
perubahan gerak tipu yang luar biasa hebatnya.
Giok-bin Thian-cun segera dapat merasakan bahwa serangannya itu seperti mengandung
kekuatan gaib. yang memunahkan segala serangannya. Bukan kepalang kagetnya jago tua
itu, kembali ia paksakan diri, untuk melakukan serangan lagi sambil keluarkan suara
bentakan keras. Sedang dilain sudut, juga terdengar pula suara beatakan keras, yang
membarengi bentakan jago tua itu.
Kiranya suara bentakan itu adalah keluar dari mulut Sie-hay Seng kun yang sedang
mengadakan serangan hebat terhadap Hiat kao lie hingga perempuan itu mundur
terhuyung-huyung, sementara mulutnya mengeluarkan darah, "Kalau kau masih
membandel, aku akan habiskan jiwamu," bentak Sie-hay Seng kun.
Dengan terlukanya Hiat-kao-lie, berarti tiga di antara Kao-He itu hanya Im-kao-lie yang
belum terluka, tapi sudah tidak berani berkutik, maka ia lalu bawa kedua kawannya yang
terluka, sebentar kemudian sudah menghilang ke dalam rimba.
Sie-hay Seng-kun lalu menghampiri Bangkai berjalan dan berdiri di sisinya.
"Kau lihat, gerak tipu apa yang digunakan oleh Koo Lok itu?" Tanya Bangkai
padanya. Sie-hay Seng-kun lalu pasang mata, menyaksikan dua orang yang sedang
bertempur sengit itu, ia segera dapat kenyataan bahwa Giok-bin Thian-cun sudah tidak
bisa berkutik terhadap serangan Koo Lok yang aneh itu.
Perubahan Gerak tipu Koo Lok benar-benar mengejutkan Sie-hay Seng-kun, ia juga tidak
mengenal entah tipu silat apa yang di gunakan oleh jago muda tersebut.
Sie-hay Seng-kun lalu perdengarkan suara tawa dingin, lalu berkata, "Giok-bin Thian-cun
hendak menjatuhkan Koo Lok, rasanya bukan satu soal yang mudah.............................."
Belum lagi menutup mulutnya, tiba-tiba terdengar suara bentakan yang keluar dari
mulut Koo Lok, yang saat itu ternyata sudah menggunakan gerak tipu serangan tangan
yang menggetarkan jagat untuk menyerang musuhnya.
Serangan yang nampaknya sederhana ini, ternyata sangat hebat, bayangan tangan Koo Lok
seolah-olah menyerang dari delapan penjuru angin.
Namun demikian, Giok-bin Thian-cun masih mampu pertahankan kedudukannya, cuma
keadaannya sangat repot, keringat sudah nampak membasahi jidatnya, demikian pula
dengan keadaan Koo Lok.
Pertempuran sengit itu, dengan cepat sudah berlangsung seratus jurus. Tiba-tiba
terdengar suara bentakan Giok-bin Thian-cun, dengan gerak tipu mendorong jendela
memandang rembulan, ia menyerang dada Koo Lok.
Koo Lok sambut serangan tersebut dengan tangan kirinya, tangan kanannya menyerang
dengan gerak tipu 'Naga sakti mengaduk lautan? diarahkan ke bagian perut musuhnya.
Siapa nyana Giok-bin Thian-cun sudah bertekad hendak mengadu jiwa, bukan saja tidak
tarik kembali serangannya, bahkan melanjutkan maksud dan tujuan semula.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Hal itu diluar dugaan Koo Lok, dan karena itu pula terbuka kesempatan bagi musuhnya
untuk menyerang bagian tengah yang ternyata dalam keadaan terbuka.
Tatkala Koo Lok menyadari, ternyata sudah terlambat, maka walaupun serangannya
sendiri mengenakan dengan tepat pada dada musuhnya, tapi ia sendiri harus menelan pil
pahit, karena tangan Giok-bin Thian cun juga sudah 'mampir' di dadanya.
Dengan demikian, dua-duanya telah rubuh. Giok-bin Th'an-cun yang sudah cukup
sempurna kekuatan tenaga dalamnya, coba pertahankan diri, dengan tiba-tiba ia
melompat bangun dan menerjang Koo Lok. Lo Kie yang menyaksikan keadaan itu lantas
menyerit. Tapi belum lenyap suara jeritan Lo Kie. Giok bin Thian-cun sudah
menyemburkan darah dari mulutnya, dan kemudian jatuh rubuh.
Lo Kie menarik napas lega. Dengan demikian, meski semula Giok-bin Thian-cun yang
nampaknya akan menamatkan jiwa Koo Lok, kini ternyata mendapat luka yang lebih parah
dari pada Koo Lok.
Kesudahan ini sesungguhnya diluar dugaan Lo Kie, Sie-hay Seng-kun dan Bangkai
Berjalan, yang sejak semula menyaksikan pertandingan tersebut. Siapapun mungkin tidak
akan percaya bahwa Koo Lok mengakhiri pertandingannya dengan orang kuat nomor satu
itu dengan seri. Lo Kie sebagai kawan terdekat Koo Lok, lalu menghampiri Koo Lak yang
menggeletak di tanah.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan yang kemudian disusul oleh melayang turunnya
bayangan seseorang yang hendak menyambar Koo Lok. Sie-hay Seng-kun untung dapat
bertindak cepat, ia lalu ayun tangan kanannya menyerang bayangan tersebut. Gerakan itu
bahkan disusul oleh gerakan Lo Kie yang sudah melompat menerjang penyerang gelap itu.
Bayangan orang itu cukup gesit, setelah mengetahui gagalnya perbuatannya itu,
dengan cepat ia melompat mundur sejauh satu tombak.
Kini baru diketahui bahwa bayangan orang itu adalah Hiat-kao-lie.
Dengan muka bengis Lo Kie membentak, "Coba kau lakukan sekali lagi!"
Sementara itu, Im-kao-lie dan Tok-kao-lie juga sudah maju mengurung Koo Lok.
Sie-hay Seng kun lantas berkata sambil tertawa dingin, "Sam-kao lie, Koo Lok sudah
mengatakan, bahwa dalam waktu tiga hari, ia akan ke lembah Pek-kut-kok untuk mencari
Sam-seng Nio-nio, maka sekarang kalian enyahlah dari sini!"
"Tapi, kita datang kemari dengan membawa tugas, biar bagaimana, harus ada
penyelesaiannya!" jawab Hiat-kao-lie.
Bangkai Berjalan yang beradat berangasan ketika mendengar jawaban menantang itu
lantas membentak dengan suara keras, "Jika kalian benar-benar sudah tidak ingin hidup
lagi, marilah coba-coba!"
Sam-kao-lie tidak jeri, mereka malah maju menghampiri tiga orang tersebut. Mendadak
wayah Sie hay Seng kun nampak berubah, karena pada saat itu tampak manusia aneh yang
datang bersama-sama Giok bin Thian cun sedang memandang Koo Lok dengan sinar mata
yang tajam.
Maka dengan cepat ia mendekati Koo Lok. Hiat kao lie juga sudah bergerak
menerjang kearah Koo Lok. Sie hay Seng kun menyerang nona itu dengan tangan kanannya,
tangan kirinya lebih dulu sudah menyambar tubuh Koo Lok dan kemudian melompat
mundur sejauh satu tombak.
Hiat kao lie tidak mau mengerti, dengan kalap ia menyerang lagi Sie hay Seng kun.
Kebangkitan Ilmu Ilmu Iblis 1 Animorphs - 27 Menyelamatkan Pesawat Pemalite Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 12

Cari Blog Ini