Ceritasilat Novel Online

Naga Mata Satu 1

Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang Bagian 1


yoza collection
Seruling Haus Darah - Halaman 0
0 NAGA MATA SATU
Oleh : Tjoe Beng Siang
Penerbit : CV. GEMA - Sala (1968)
Pustaka Koleksi : Gunawan Aj
Image Source : Awie Dermawan
Edited & Ebook by : yoza
It-gan-Liong
Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para
pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi
pengetahuan dan pengalaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan di
pasaran dari kepunahan, dengan cara mengalih mediakan
dalam bentuk digital.
Proses pemilihan buku yang dijadikan objek alih media
diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia,
maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari
kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek
buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan
kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital
sesuai kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari
buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.
Salam pustaka!
Team Kolektor E-BookNaga Mata Satu - 1 1
NAGA MATA SATU
oleh : Tjoe Beng Siang
Pustaka Koleksi : Gunawan Aj.
Image Sources : Awie Dermawan
Rewrite/Edited : yoza
? Oct, 2018, Kolektor E-Book
SALA - 1968Naga Mata Satu - 1 0Naga Mata Satu - 1 2
NAGA MATA SATU
Oleh : Tjoe Beng Siang
Jilid ke 1
Liok Samkong!
Kalau kau masih memiliki keberanian, aku pereaya bahwa engkau
takkan mengecewakan harapanku untuk mengadakan perhitungan
setelah lima tahun lamanya kita berpisah.
Aku tunggu kedatanganmu di hutan Siong tiok-lim yang terletak
dikaki sebetah selatar gunung Hengsan, dalam minggu-minggu ini.
Kalau kau tidak datang, berarti kau seorang pengecut. Sungguhpun
sejak dulu sudah kukenal bahwa watakmu memang sangat
pengecut!
Toatbeng Tanto Go Jikiu.
URAT tantangan yang singkat dan tandas ini dibaca dan
dibaca lagi oleh Liok Samkong sambil otaknya bekerja
keras untuk mengingat-ingat nama dan juluknn
pengirimnya. Sebagai seorang piauwsu [pengawal barang] yang
telah berhasil memiliki nama besar karena selama limabelas tahun
memegang pekerjaan ekspedisi belum pernah mengecewakan para
langganannya, tentu saja Liok Samkong tak dapat segera ingat akan
orang yang mengirim surat tantangan itu sebab sudah tak dapat
dihitung lagi berapa banyaknya kepala perampok yang pernah
hendak mengganggu barang kawalannya dan ia robohkan. Berkat
ilmu kepandaiannya yang tinggi terutama dalam hal memainkan
senjata istimewanya yang berupa seutas pecut panjang. Apabila ia
bertempur menghadapi lawan pecut ditangannya bergerak gerak
sedemikian rupa bagaikan gerakan seekor naga mengamuk. Karena
kehebatan ilmu pecutnya inilah serta sangat besarnya perasaan
tanggungjawab atas kewajiban selaku seorang piauwsu maka LiokNaga Mata Satu - 1 3
Samkong, tanpa maunya sendiri, dijuluki Si Pecut Nagasakti atau
Sin'iiongpian. Akan tetapi sejak mata sebelah kanan piauwsu ini
cacat akibat sebuah peristiwa pada lima tahun yang lalu sehingga
mata kanan ini menjadi buta, ia lalu mendengar bahwa ada orang
iseng yang merubah nama julukannya menjadi Si Naga Mata satu
atau It-gan-liong alias Si Nagabuta! Mula mula nama julukan baru
yang sebenarnya berupa poyokan ini sangat menyakiti hatinya,
namun baiknya piauwsu yang berusia empatpuluh tahun ini
memiliki watak bijaksana sehingga ia anggap bahwa segala sesuatu
yang terjadi dan perubahan dialam dunia ini adalah semata mata
atas kehendak Tuhan Jang Maha Kuasa! Julukan Si Pecut Nagasakti
atas dirinya, bukan kemauannya. Julukan Si Naga Matasatu, juga
bukan atas kemauannya! Persetan dengan nama julukan kosong,
biarlah orang hendak menjulukinya Si Naga buta atau Kadal buduk,
ia tak mau ambil pusing. Pokok yang penting, sekali Liok Samkong
tetap Liok Samkong selamanya, piauwsu yang besar
tanggungjawabnya dan yang dapat menjamin keselamatan barangbarang yang diantarnya sampai ditempat tujuan dan darimana ia
mendapat upah membiayai nafkah keluarganya. Habis perkara!
Mau apa lagi?! Buat apa mesti memperdulikan segala macam
namajulukan yang samasekali tiada gunanya? Demikianlah
pendirian Liok Samkong yang akhirnya menjadi biasa juga kalau ia
mendengar orang menyebutkan nama poyokan itu terhadap
dirinya!
Pagi itu, ketika ia membuka pintu depan rumahnya ia melihat
bahwa didaun pintu terdapat sepucuk suracang ditancap sebatang
senjata piauw. Bagi Liok Samkong, hal ini sama sekali tidak
membuatnya merasa kaget oleh karena sebagai seorang ahli silat, ia
sudah terlalu biasa menghadapi segala keanehan yang menjadi
kebiasaan dilakukan oleh orang-orang kangouw, termasuk juga
surat yang ditancapi sebatang piauw itu. Dia segera dapat
menduganya meski sebelum dibaca bahwa isi surat itu, kalau tidak
berupa ancaman, tentu berupa tantangan dari salah seorang lawan
yang pernah dikalahkannya. Atau adakalanya juga berupa suratNaga Mata Satu - 1 4
aj akan pibu [adu kepandaian] sebagai pembuka jalan perkenalan.
Inilah salah satu keanehan yang menjadi kebiasaan orang-orang
kang-ouw [dunia persilatan], perkenalan melalui pibu! Padahal
pada umumnya setelah pibu itu jarang sekali perkenalan
berlangsung baik, apalagi mempererat tali persaudaraan, bahkan
justeru sebaliknya sering terjadi timbulnya permusuhan oleh
karena bagi yang mengalami kekalahan dalam pibu, mau tak mau
hatinya jadi merasa penasaran hingga timbullah perasaan dendam
kesumat dan kemudian setelah menambah ilmu kepandaiannya lagi
lalu menantang pibu kembali terhadap orang yang pernah
mengalahkannya yang pada hakekatnya tak lain hanya untuk
melampiaskan perasaan dendam sehingga selanjutnya terjadilah
saling membalas dendam antara kedua pihak dan kebiasaan buruk
ini ada kalanya berlangsung sampai turun-temurun!
Setelah Liok Samkong mengingat-ingat sampai seketika lamanya
dan surat tantangan yang ditandatangani Toat-beng Tanto Go Jikiu
masih tetap terpentang lebar dalam pegangan kedua tangannya,
akhirnya ia menepuk kening sendiri sambil menggumam :
"Yah! Aku ingatlah sekarang. Go Jikiu Si Golok Tunggal Pencabut
Nyawa adalah kepala perampok yang pernah bentrok denganku
gara-gara soal pertaruhan dikota Lokcun pada lima tahun yang
lalu." Dan sambil mengenangkan kembali dalam ingatannya
peristiwa yang terjadi pada lima tahun yang telah lewat itu,
Samkong berjalan memasuki rumahnya kembali dan melemparkan
surat berikut piauwnya itu keatas meja diruangan depan.
"Surat apakah itu?" tanya isterinya yang ketika itu tiba-tiba
keluar dari kamar dan menghampirinya.
Sambil meletakkan pantatnya disebuah kursi, Liok Samkong
menyahut dengan suara datar: "Biasa saja. Surat dari seorang yang
merasa penasaran."
Nyonya Liok menghela napas. "Bolehkah aku membacanya?"
"Bacalah..!"Naga Mata Satu - 1 5
Kembali Liok hujin [nyonya Liok] menghela napas ketika surat
itu telah dibacanya. Matanya memandang wajah suaminya, ia lalu
bertanya lirih: "Kau akan penuhi tantangan ini?"
"Tiada alasan apapun untuk menolak. Apalagi sikepala
perampok she Go itu berani mengatakan bahwa aku seorang
pengecut apabila aku tidak memenuhi tantangannya! Benar-benar
suatu penghinaan yang tak dapat kubiarkan begitu saja!" Bijimata
yang tinggal sebutir itu nampak berapi-api pertanda bahwa hati
piauwsu ini sangat marah.
Tentu saja Liok hujin sudah mengenal watak suaminya. Biarpun
suami itu sudah tidak mau ambil pusing akan segala nama julukan
maupun nama poyokan, namun dia akan murka sekali apabila
disebut pengecut! Kemudian wajahnya membayangkan
kemuraman ketika berkata: "Suamiku, kalau menurut pendapatku,
sebaiknya kau jangan penuhi tantangan itu. Hatiku seperti
mendapat firasat buruk dengan adanya tantangan dari sikepala
perampok ini, sehingga aku takkan rela melepasmu kalau kau
memaksa juga pergi kehutan Siong-tiok-lim."
Samkong balas memandang wajah isterinya, mengerutkan
kening. "Mengapa pagi ini hatimu tiba-tiba jadi demikian perasa?
Mungkinkah firasat buruk yang kau katakan itu hendak kau artikan
bahwa aku akan bertemu maut kalau kupenuhi tantangan sikepala
perampok itu?"
Bibir isteri itu nampak bergerak-gerak, agaknya ia merasa berat
sekali untuk menyatakan kegelisahan hatinya yang dikatakannya
sebagai firasat buruk itu tadi.
Agaknya percakapan suami isteri ini selanjutnya akan menjadi
panjang dan soal firasat buruk itu agaknya akan menjadi bahan
perbantahan mereka kalau saja pada ketika itu, mereka tidak
melihat kedatangan dua orang tamu yang sudah berdiri diambang
pintu sehingga Samkong cepat meninggalkan tempat duduknya dan
berjalan menghampiri kedua tamu itu. Sementara isterinya, setelahNaga Mata Satu - 1 6
memandang sekilas kearah kedua orang itu dengan sinar mata
penuh selidik, lalu masuk kedalam.
Seingat Samkong, belum pernah ia mengenal kedua tamu itu.
Maka sebagai seorang ahli silat yang sudah berpengalaman ia
sangat waspada ketika berjalan menghampirinya dan dalam
sepintas lalu saja ia sudah dapat meneliti keadaan mereka. Ternyata
yang seorang usianya kira-kira limapuluh tahun, tubuhnya
jangkung-kurus dan pakaiannya terbuat dari kain mahal yang biasa
menjadi sandang orang hartawan atau saudagar-besar.
Sungguhpun usianya sudah setua itu, tetapi ia tidak memelihara
jenggot maupun kumis sehingga kulit wajahnya sangat bersih dan
membayangkan keramahan. Adapun yang seorang lagi ialah
pemuda remaja berwajah tampan, bentuk tubuhnya tegap dan
pakaiannya yang berwarnaserba biru juga terbuat dari bahan yang
sama seperti sandang orangtua tadi. Dan mereka ini ketika melihat
Lio k Samkong menghampiri, cepat bersoja memberi hormat dan
terdengar orangtua itu bertanya :
"Sicu [tuan yang gagah], benarkah kami ini berhadapan dengan
piauwsu [pendekar pengawal barang] It-gan-liong Liok Samkong
yang terhormat?"
"Benar, Siauwte yang rendah ini memang piauwsu yang
sianseng [tuan] maksudkan", sahut Samkong sambil balas
menghormat. Melihat sikap yang wajar ketika kedua orang itu
memberi hormat, tidak seperti sementara para ahli silat yang licik
apabila dalam menghormat sering disertai mengirimkan serangan
gelap berupa hawa pukulan dari jarak jauh untuk menjajal tenaga
dalam orang yang dihadapinya, lagipula tutur sapa orang tua itu
demikian sopan dan bibir bersenyum ramah, maka legalah hati
Samkong sekalipun ia tak dapat melepaskan kewaspadaannya.
Ketika selanjutnya ia mengajukan pertanyaan: "Bolehkah siauwte
[aku yang muda] bertanya, siapakah jiwi [tuan berdua] yang
terhormat ini dan dari mana ? Serta maksud apakah yang jiwi bawaNaga Mata Satu - 1 7
sehingga dalam saat masih sepagi ini siauwte mendapat
kehormatan menerima kunjungan kalian ?"
Senyum orangtua itu tampak makin melebar. "Kami berdua
berasal dari Santung dan aku situa bangka ini bernama So Kimlin.
Adapun ini..", ia menunjuk anak muda berbaju biru tadi yang
berdiri disisinya, "adalah puteraku yang kuberi nama kepadanya So
Sanbeng. Kami berdua menuntut penghidupan sebagai pedagang
keliling dan kami berada dikota Sunlay ini sudah tiga hari.
Kebetulan sekali kami dengar bahwa Liok sicu adalah piauwsu yang
sudah mendapat kepercayaan penuh dari para langganan, maka
demikianlah kedatangan kami kemari menemui sicu ini maksudnya
bukan lain ialah kami hendak minta bantuan sicu untuk
mengangkut sedikit barang dagangan kami kekota Lokyang. Dan
kami perlu berangkat pagi-pagi ini juga. Bagaimanakah,
bersediakah sicu kiranya?"
Rada terkesiap juga hati Samkorg ketika mendengar orangtua itu
menyebut kota Lokyang! Ia sudah maklum bahwa perjalanan
menuju Lokyang harus ditempuh melalui jalan pegunungan yang
melingkar-lingkar dan banyak naik turun dibawah kaki gunung
Hengsan sebelah selatan! Mau tak mau hati piauwsu yang selalu
waspada ini menjadi bercuriga dan menurut prasangkanya, bahwa
kedua orang yang baru dijumpainya itu sangat mungkin
mempunyai hubungan erat dengan surat tantangan dari Toatbeng
Tanto Go Jikiu tadi! Betapa tidak? Surat dari sikepala perampok itu
baru saja diterimanya, dan kini kedua orang yang mengaku
pedagang keliling ini menyatakan perlu bantuannya dan perjalanan
yang harus ditempuhnya justeru melewati kaki gunung Hengsan
dimana terdapat sebuah hutan yang banyak ditumbuhi pohon siong
dan bambu sehingga hutan ini dinamakan Siong-tiok-lim dan
dihutan inilah Go Jikiu menunggu kedatangannya untuk membalas
dendam sebagaimana dinyatakan dalam suratnya tadi! Tak salah
lagi, pikir Samkong, bahwa kedua orung ini pasti adalah kaki tangan
dari sikepala perampok Go Jikiu yang sengaja datang hendakNaga Mata Satu - 1 8
memancing dengan jalan pura-pura minta bantuan mengangkut
barang, supaya ia dapat segera mendatangi hutan Siong-tiok-lim!
Hal ini tak mungkin terjadi secara kebetulan, melainkan pasti sudah
diatur menurut siasat mereka, demikian pendapat Samkong lebih
jauh. Dan dari sebab adanya prasangka inilah, maka untuk sejenak
Samkong merasa ragu akan segera menyatakan kesediaannya,
bukan karena merasa takut, akan tetapi perkataan isterinya tadi
seketika itu tiba-tiba terasa sangat mempengaruhi hatinya sehingga
menimbulkan kesimpulan bahwa firasat buruk yang dikatakan
isterinya tadi merupakan pertanda yang tak dapat ia remehkan!
Akan tetapi segera ia menekan perasaan hatinya setelah
diperolehnya alasan yang sangat tepat dan sikap serta suaranya
sangat wajar ketika ia menyahut:
"Selaku seorang piauwsu yang menggantungkan nasib hidupnya
hanya mengandalkan dari kebaikan para langganan yang sudah
menaruh kepercayaan terhadap siauwte yang rendah ini, tentu saja
maksud jiwi yang terhormat ini siauwte terima dengan gembira dan
berterimakasih sekali. Hanya menyesal sekali maksud jiwi ini tak
dapat siauwte penuhi hari ini oleh karena selain siauwte sendiri
masih merasa lelah lantaran baru saja kembali malam tadi dari kota


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hunleng, juga keempat orang pembantuku sedang pergi
mengantarkan barang keluar daerah dan mereka mungkin besok
baru kembali, maka bngaimanakah kiranya kalau maksud jiwi
ditangguhkan saja barang sehari atau dua, sampai mereka pulang
kembali atau keletihanku ini sudah hilang !"
Mendengar jawaban ini, maka orangtua jangkung kurus itu
nampak kecewa. "Ah, sungguh tidak kebetulan ....! Sedangkan kami
justeru merasa sangat perlu berangkat dalam saat ini juga!, Akan
tetapi, Liok sicu, kami percaya bahwa sicu dapat memaklumi betapa
pentingnya bagi seorang pedagang untuk mengejar hari pasaran
sehingga kami percaya pula bahwa sicu akan sudi menolong kami
yang benar-benar sangat perlu berangkat pagi ini juga. Tentang
ongkos, berapa yang sicu minta, pasti kubayar penuh sekarang jugaNaga Mata Satu - 1 9
dan kami akan sangat berterimakasih serta pasti takkan melupakan
budimu kalau pagi ini sicu dapat memenuhi kebutuhan kami yang
sangat mendesak ini."
Orangtua itu demikian mendesak dan lebih tepat kalau disebut
memaksa, sehingga tambah memperkuat prasangka Liok Samkong
bahwa kedua orang ini tak salah lagi adalah kawanan perampok
yang telah dijadikan sebagai alat pancingan oleh dedengkot mereka
Go Jikiu! Malah sangat mungkin surat tantangan yang dibacanya
tadi adalah mereka yang menyampaikannya! Untuk sejenak
Samkong tak dapat segera mengambil putusan. Hati dan pikirannya
seakan-akan sedang bertempur hebat, bagaimana ia harus berbuat
terhadap desakan orangtua itu, ditolak ataukah diterima? Kalau
diterima, ia seakan-akan merasa dihalangi oleh firasat buruk yang
dikatakan isterinya dan yang justeru kini makin menghebat
mempengaruhi hatinya! Dan kalau ia menolaknya, ia sudah dapat
menduga bahwa kedua oknum bicokok yang mengaku pedagang
keliling ini pasti akan segera menganggap bahwa ia adalah seorang
pengecut sebagaimana yang ditulis oleh Go Jikiu dalam suratnya
tadi! Dan akhirnya, setelah dipikirnya bolak-balik tiba-tiba
bangkitlah semangat gagah dan sifat jantannya yang selama ini ia
miliki. Demi menjaga nama dan kehormatan selaku pengusaha
ekspedisi yang indah berhasil memperoleh nama besar, dan berkat
keyakinan pribadinya yang selalu menyerahkan segala sesuatu yang
masih belum terjadi terhadap kekuasaan Tuhan, maka Liok Sam
kong akhirnya lalu menyatakan kesediaannya.
Orangtua itu makin berseri wajahnya, juga pemuda berbaju biru
yang sejak tadi tinggal membisu terlihat menunjukkan kegembiraan
hatinya sehingga membuat wajahnya tampak makin tampan ketika
ia berseri setelah mendengar pernyataan Liok Samkong yang
ternyata dapat mengabulkan maksud mereka. Dan demikianlah
secara singkat dapat diceritakan bahwa setelah soal ongkos mereka
rundingkan dan ternyata orangtua itu segera membayarnya dengan
kontan tanpa ditawar lagi, maka orangtua dan anakmuda ituNaga Mata Satu - 1 10
kemudian minta diri sambil berpesan bahwa mereka minta
dijemput dirumah penginapan Cialing.
*** "Suamiku, kemarin sore, sebelum kau kembali dari Hunleng,
kedua orang tadi pernah datang kemari. Kini mereka datang pula
dan kudengar bahwa mereka minta kau antar kekota Lokyang! Akan
tetapi mengapa kau meluluskan juga permintaannya, padahal tadi
sudah kukatakan bahwa hatiku takkan rela kalau kau pergi kehutan
Siong-tiok-lim?", demikian ujar nyonya Liok ketika suaminya
masuk kedalam rumah.
Samkong melengak dan mata kirinya ditatapkan terhadap
isterinya sambil balas menanya: "Agaknya kau menyesali aku yang
telah meluluskan permintaan mereka? Menurut anggapanmu ada
sangkut paut apakah antara mereka dengan hutan Siong-tiok-lim ?"
"Aku menaruh curiga terhadap mereka. Terutama orangtua itu,
dibalik tutur sapanya yang enak bagi pendengaran, dibalik
wajahnya yang selalu berseri-seri, aku merasa seperti ada apa-apa
yang kurang wajar! Juga dalam hal ongkos yang dibayarnya
sekaligus dan tanpa ditawar, sedangkan biasanya orang baru
membayar ongkos kalau barangnya sudah sampai ditempat tujuan
dengan selamat atau setidak-tidaknya membayar sebagian dulu
sebelum berangkat, maka pada hematku orangtua itu pasti
mengandung maksud yang kurang baik bagimu! Tidakkah kau
berpendapat seperti pendapatku bahwa orangtua itu secara licin
sekali lelah memancingmu kehutan Siong-tiok-lim? Mulutnya saja
mengatakan hendak pergi ke Lokyang, padahal aku tahu bahwa
perjalanan menuju kota Lokyang harus melalui hutan Siong-tioklim dibawah kaki gunung Hengsan sehingga dengan demikian tak
usah disangsikan lagi bahwa mereka adalah komplotan-komplotan
penjahat yang ditugaskan oleh Go Jikiu untuk memboyongmu
kehutan Siong-tiok-lim?"Naga Mata Satu - 1 11
Kembali Samkong melengak setelah mendengar tanggapan
isterinya mengenai kedua orang tadi. Ia heran sekali mengapa pagi
ini isterinya tiba-tiba jadi sangat teliti dan beranggapan persis
seperti apa yang menjadi prasangknnya! Dan selagi ia masih
melengak sambil diam-diam hatinya memuji kewaspadaan
isierinya, terdengar isteri itu berkata lebih lanjut :
"Misalkan pendapatku ini tak masuk akal dan tak dapat diterima
olehmu dan mungkin kau hanya menganggap bahwa hal ini sematamata cuma timbul dari kelemahan hati seorang isteri bodoh yang
mengehawatilkan suaminya ditimpa naas, namun kuminta dengan
sangat bahwa hari ini kau jangan berangkat! Batalkan saja
kesanggupanmu yang dikehendaki oleh kedua orang tadi!
Kembalikan ongkos yang kau telah terima itu kepada mereka!
Firasat buruk yang makin mengamuk disanubariku ini, tak
mengijinkan kau pergi ! Terkecuali kalau memang kau sudah
menghendaki aku ini hidup menjadi janda dan kelima orang anakanakmu tidak berayah lagi.
Irama kata Liok hujin yang terakhir itu terdengar demikian
sember dan memilukan sehingga lemahlah hati dan semangat
Samkong seketika itu juga. Untuk sejenak ia tinggal menatap wajah
isterinya dan mata isterinya itu jelas sudah dibasahi airmata. Tak
habis-habis keheranan Samkong memikirkan mengapa hati
isterinya itu pagi ini sedemikian perasa seakan-akan firasat
buruknya benar-benar merupakan pertanda bahwa kalau ia pergi,
ia akan binasa! Kalau tadi ia tak dapat segera mengambil putusan
atas permintaan kedua orang yang mengaku pedagang keliling tadi,
adapun sekarang ia tidak dapat segera mengambil putusan pula atas
permintaan isterinya sehingga bingung juga pikiran Samkong
karenanya. Betapa ia takkan merasa bingung, sebab kalau ia tidak
memenuhi permintaan isterinya, ia merasa tidak tega dan lagi
firasat buruk isterinya itu justeru sudah menular pula dihatinya.
Dan kalau membatalkan janji yang ia berikan terhadap kedua orang
tadi sebagaimana saran dan desakan isterinya, merasa lebih beratNaga Mata Satu - 1 12
pula melakukannya! Janji adalah merupakan hutang yang jauh lebih
berat tanggungjawabnya daripada hutang benda apapun. Setiap
janji yang sudah dinyatakan, harus ditepati. Hanya orang-orang
rendah budi dan berwatak pengecutlah yang suka mempermainkan
soal janji! Dan Samkong justeru tak mau terima kalau ia disebut
pengecut bukankah tadipun ia sudah dapat menduga bahwa kalau
ia menolak permintaan kedua orang itu, pasti ia akan mereka
dianggap seorang pengecut. Apalagi kalau membatalkan janji ....!
Oleh karena adanya pertimbangan inilah, akhirnya Samkong
mengambil putusan yang pasti, bahwa ia merasa lebih penting
menepati janji demi menjaga nama baik dan kehormatan dirinya
daripada menurutkan cegahan isterinya yang terlalu dimomoki
firasat buruk!
"Ah, isteriku. Lagi-lagi kau menjadi kurban dari perasaan hati
sendiri", katanya kemudian seakan-akan untuk membesarkan hati
sendiri yang justeru serasa sudah mengecil. "Kau pagi ini benarbenar aneh sekali, Biasanya, setiap kali aku berpergian kau selalu
merestuinya, dan kini mengapa tiba-tiba kau mencegahnya!
Padahal kau sendiri sudah maklum bahwa mati hidup berada dalam
tangan Tuhan! Meskipun setiap hari aku berdiam dirumah, kalau
Tuhan sudah menghendaki aku mati, tak urung kau akan jadi janda
juga! Mengapa kau mesti sedemikian berkecil hati
mengkhawatirkan kematianku? Sudahlah, aku sekarang hendak
berangkat! Sediakan santapan pagi."
Liok hujin maklum akan kekerasan hati suaminya, sehingga ia
tidak berani bersikeras terus-menerus, sekalipun hal itu sangat
berlawanan dengan suara hatinya. Melihat suaminya segera
meninggalkannya masuk kekamar untuk berkemas, maka iapun
segera pergi kedapur untuk segera menyediakan santapan bagi
suaminya, dengan hati risau tak keruan.
Demikianlah setelah bersantap sarapan-pagi, Liok Samkong lalu
mengenakan pakaian serba ringkas dan menyiapkan perbekalan
sebagaimana biasanya. Sesudah dua ekor kuda dipasang padaNaga Mata Satu - 1 13
sebuah kereta beroda empacang menjadi alat angkutan
ekspedisinya, maka piauwsu ini, tanpa menghiraukan kemurungan
wajah isterinya, segera membedal tali-kendali kuda sehingga kedua
ekor kuda yang kuat itu segera berlari maju, menarik kereta
dibelakangnya dan empat roda yang berputar kencang itu membuat
debu dijalan berhamburan mengotori kebersihan udara pagi yang
cerah. Kepergian piauwsu ini diantar oleh isterinya sampai
diambang pintu pekarangan dan mata yang bersinar sayu dari isteri
ini terus mengawasi kepulan debu peninggalan kereta yang
ditunggangi suaminya, yang makin lama makin meluncur laju dan
makin jauh sehingga akhirnya menghilang disebuah tikungan. Liok
hujin masih tetap berdiri diambang pintu pekarangan rumahnya
itu, bibirnya bergerak-gerak memanjatkan doa supaya suaminya
yang keras hati itu, yang keberangkatannya diluar dari kerelaan
hatinya, senantiasa berada dalam lindungan Tuhan Jang Maha
Kuasa! Liok hujin baru kembali kerumahnya sambil berlari-lari kecil
setelah mendengar suara tangis anak bayinya.
*** Ternyata sikakek dan anakmuda yang mengaku pedagang
keliling itu sudah siap sedia sehingga Liok Samkong yang datang
menjemput mereka dihotel Cialing, tidak sampai membuang waktu
untuk menunggu. Begitu mereka melihat Liok Samkong bersama
keretanya datang, sikakek berseri-seri dan dengan gerakan sangat
hati-hati ia lalu naik keatas kereta dan meletakkan pantatnya
ditempat duduk yang dialasi sebuah bantal dekil. Sementara
anakmuda berbaju biru dan dibantu oleh Liok Samkong, sibuk
menaikkan barang-barang kedalam kereta dan Liok Samkong
mendapat kenyataan bahwa barang-barang yang harus dimuatkan
itu tidak berjumlah banyak, hanya terdiri dari empat buntalan agak
besar dan sebuah peti persegi. Setelah beres barang-barang itu
dimuatkan, anakmuda berbaju biru itu lalu mengambil tempat
duduk disisi ayahnya, dan tatkala mana Liok Samkong juga sudahNaga Mata Satu - 1 14
berduduk dibagian depan kereta, membelakangi kedua orang
penumpangnya.
"Jiwi sianseng, tidakkah ada barang yang ketinggilan?" sambil
menolehkan kepalanya kebelakang, Liok Samkong yang tangan
kirinya sudah memegang tali kendali kuda dan sebatang cambuk
panjang berada dalam cekalan tangan kanannya, bertanya.
"Tidak ada, Liok sicu. Mari kita mulai berangkat!", sahut sikakek
sambil tetap berseri.
"Baik!", Liok Samkong menggerakkan cambuk di tangan
kanannya tigakali ke udara dan terdengarlah suara nyaring seperti
ledakan kecil beruntun tigakali. Biarpun cambuk itu tidak diarahkan
ketubuh kuda, akan tetapi dua ekor kuda itu sudah mengerti
sehingga begitu bunyi "tar, tar, tar!" terdengar, serempak delapan
buah kaki dari dua ekor kuda itu mulai bergerak dan seterusnya
berlari kencang membuat empat buah roda dari kereta yang
dihelanya berputar gencar bagai kitiran dihembus angin santer,
meninggalkan kota Sunlay.
"Iyaaah! Kuda bagus, kuda hebat, lari terus, agar keretaku laju
pesat!", mendengar suara bernada riang dan kalimatnya seperti
pantun ini, membuat Liok Samkong yang sedang mengendali kuda
mau tak mau jadi menoleh kebelakang sebentar dan ia mendapat
kenyataan bahwa sorak-riang itu adalah dari sianakmuda yang
sejak tadi tinggal membisu. Dan ketika anakmuda ini melihat Liok
Samkong menolehnya, sambil ketawa jenaka ia menegur: "Eh,
jangan meleng. Pak kusir, baik-baik mengendali kuda, nanti kalau
kuda lari nyeleweng, kereta bisa jungkir, repotlah kalau kita
mendapat celaka!"
Liok Samkong tak dapat menahan ketawanya. Tak disangkanya
anakmuda yang tadi kelihatan sangat pendiam itu, ternyata
memiliki watak periang dan pandai pula menyusun perkataan yang
diucapkannya menjadi seperti pantun. Tentu ia seorang sasterawan
atau setidak-tidaknya seorang pelajar yang pernah mempelajariNaga Mata Satu - 1 15
kesusasterann, demikian pikir Liok San kong yang diam-diam
hatinya sangat tertarik yang menimbulkan rasa kagumnya terhadap
anak muda berbaju biru itu.
"Liok sicu", kini terdengar sikakek itu berkata "Kalau kedua
kudamu dapat berlari secepat ini terus menerus, agaknya kita akan
sampai dikota Lokyang sebelum tengah hari, betulkah?"
"Benar, kalau kuda terus dilarikan seperti ini" sahut Liok
Samkong tanpa menoleh. "Akan tetapi, jalanan diluar kota sangat
rusak, apalagi jalanan di sepanjang pegunungan Hengsan, sangat
tidak mungkin kita membuat kuda berlari cepat seperti ini, maka
kita baru bisa tiba dikota Lokyang kira-kira nanti sore, itupun kalau
diperjalanan kita tidak menjumpai sesuatu rintangan".
Sewaktu Liok Samkong mengatakan jalanan disepanjang
pegunungan Hengsan, ia berusaha menekan debaran hatinya oleh
karena sudah terbayang betapa angker dan rungkutnya hutan
Siong-tiok-lim dimana sudah menunggu Si Golok tunggal Pencabut
nyawa Go Jikiu yang akan menuntut balas terhadapnya. Dan dalam
hal ini Liok Samkong tak dapat melepaskan perhatiannya terhadap
kedua orang yang duduk dibelakangnya, sikakek dan anakmuda itu,
yang sejak tadi sudah ia curigai bahwa kedua orang itu pasti
mempunyai pertalian erat dengan peristiwa yang bakal dihadapinya
dihutan Siong-tiok-lim nanti!
"Yah, Liok sicu. Mudah-mudahan saja dalam perjalanan kita
tidak menjumpai sesuatu halangan", kata sikakek seakan-akan
mengulangi kata-kata Liok Samkong, dengan irama kata seperti
orang sedang memanjatkan doa.
"Biar lambat, asal selamat. Biarpun sore tiba di Lokyang, hatiku
kan tetap senang !", terdengar sianak muda itu berpantun pula.
Akan tetapi ketika itu Liok Samkong seakan-akan tak mendengar
ucapan-ucapan mereka ini oleh karena ia sedang sibuk menanggapi
perdebatan seru yang terjadi antara hati dan pikirannya. Kalau
menurut suara hatinya, maka hati itu seolah-olah mendakwa bahwaNaga Mata Satu - 1 16
kedua orang yang duduk dibelakangnya itu sudah pasti merupakan
alat-pancingan dari Go Jikiu. Betapa tidak, kedua orang ini mengaku
dari Santung dan logat bicara mereka menunjukkan bahwa
memang mereka ini berasal dari propinsi tersebut. Sedangkan
Toatbeng Tanto Go Jikiu justeru adalah orang dari Santung pula,
maka dalam hal ini saja bukankah sudah sangat mudah diduga
bahwa mereka merupakan satu komplotan ? Tambahan lagi
munculnya dua orang yang mengaku pedagang keliling ini sangat
bertepatan dengan adanya surat tantangan dari Go Jikiu. Lagipula
mereka justeru hendak menuju kota Lokyang sehingga baik secara
langsung maupun tidak langsung, jelaslah mereka hendak


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memboyong dirinya ke hutan Siong-tiok-lim!
Namun pikiran Liok Samkong justeru membantah suara
hatinya! Membantah prasangka dan kecurigaan yang muncul hanya
berdasarkan pengaruh emosi! Bingung juga Liok Samkong
mengikuti perdebatan antara suara hati dan jalan pikirannya ini
yang satu terus menuduh dan yang lain tetap membantah! Akan
tetapi, akhirnya ia mengakui bahwa ternyata suara hatinyalah yang
menang, tetap menuduh kedua orang yang menyewa kereta dan
tenaganya itu adalah kakitangan Go Jikiu! Dan inilah sebabnya
ketika keretanya sudah melewati batas kota dan mau memasuki
daerah pedesaan yang sepi, Liok Samkong mulai bersikap hati-hati.
Diam-diam cambuk yang dipegang ditangan kanannya sudah
dipersiapkan dan ia akal dapat segera balas menyerang apabila
kedua orang yang duduk dibelakangnya itu mengirim serangan
secara membokong! Pecut ini selain biasa dipergunakan untuk
memukul kuda, juga pecut ini sekaligus justeru merupakan senjata
istimewa dalam tangan Liok Samkong sehingga piauwsu ini
mendapat nama julukan Sin-liong pan.
Matahari sudah mulai terik ketika mereka menghadapi jalan
yang mulai menanjak dan berliku-liku, yaitu daerah pegunungan
Hengsan. Tubuh kedua ekor kuda yang menarik kereta itu sudah
basah berpeluh dan napas mereka terdengar ngos-ngosan. NamunNaga Mata Satu - 1 17
sungguhpun demikian kedua ekor kuda ini benar-benar memiliki
tenaga sangat kuat sehingga biarpun sudah berlari sejauh itu dan
sekarang mulai menanjak, merek masih tetap dapat menarik kereta
yang bermuatan lumayan juga beratnya, tanpa pernah mogok.
Kalau diumpamakan gelombang lautan, maka emosi yang
merangsang batin Liok Samkong tak bedanya seperti gelombang
lautan yang selalu mengalami pasang-surut. Kini, setelah
gelombang emosinya sejak tadi selalu ribut kalangkabut, adalah
sekarang dapat dikata mulai surut dan agak tenang atau dengan lain
perkataan yang lebih tepat ialah, kecurigaan yang sejak mulai
berangkat sangat menebal terhadap sikakek dan anakmuda itu, kini
mulai menipis! Betapa tidak, sampai selama dan sejauh itu mereka
dalam perjalanan, buktinya kedua orang itu samasekali tidak
menunjukkan sesuatu gejala yang dapat dianggap mencurigakan.
Bahkan sebegitu jauh kedua orang tersebut justeru selalu bersikap
baik dan ramah, maka dengan demikian prasangka yang tadi yang
begitu kuat bukankah tidak beralasan samasekali? Apalagi sekarang
setelah mereka berada didaerah pegunungan Hengsan dan hutan
Siong-tok-lim sudah berada didepan mata, Liok Samkong mendapat
kenyataan bahwa sikakek nampak berlenggut-lenggut dalam
keadaan ngantuk, tubuhnya bergoyang-goyang kekanan kekiri
bersamaan dengan goncangnya kereta yang seperti oleng akibat
jalanan renjul [tidak rata]. Sewaktu-waktu kalau kereta bergoncang
agak hebat, maka sikakek tersentak kaget dan membuka matanya
yang selalu mau meram saja itu, lalu kipas yang memang sejak
cahaya matahari mulai terik tadi sudah ia keluarkan dari saku
bajunya, digoyang-goyangkan mengipasi wajah dan tubuhnya yang
kegerahan. Sedangkan sianakmuda berbaju biru itu, sejak tadi
sangat asyik membaca sebuah buku tebal dan besar serta berjilid
tebal dan kuat pula, yang diletakkan diatas pangkuannya! Buku atau
kitab apa yang sedang dibaca oleh anakmuda yang kalau bicara
seperti berpantun ini, Liok Samkong tidak tahu.Naga Mata Satu - 1 18
Pantaskah kedua orang ini dicurigai? Liok Samkong bertanya
kepada diri sendiri. Dan sebagai jawaban pertanyaannya ini ia
seakan-akan mendengar suara dan pikirannya yang menbantah :
Tidak, mereka ini adalah orang baik-baik, sehingga tidak
seharusnya dicurigai. Mencurigai seseorang tanpa alasan yang kuat,
adalah perbuatan yang kurang bijaksana. Curiga merupakan bibit
fitnah dan orang yang suka berbuat fitnah adalah orang yang
berwatak buruk! Samkong, kau terlalu menurutkan suara hatimu
yang dipenuhi napsu. Menyangka jahat terhadap orang lain padahal
orang itu belum tentu mempunyai sifat jahat, berarti kau sendirilah
yang justeru jahat! Sudah lupakah olehmu, hai Samkong, tentang
peristiwa yang menyebabkan kau sampai dipoyoki Si Naga-buta, tak
lain adalah disebabkan kau terlalu menurutkan nafsu hatimu
sehingga menimbulkan prasangka dan mencurigai seseorang secara
serampangan!
Liok Samkong menarik napas panjang. Terasi legalah dadanya
dari kepengapan pengaruh emos hatinya setelah ia dinasehati oleh
daya kerja benaknya yang penuh pertimbangan ini. "Aku harus
minta maaf kepada mereka atas anggapanku yang tidak selayaknya
ini", pikirnya.
Jalan makin nanjak dan bertambah renjul membuat keempat
buah gelinding itu berderak-derak bunyinya dan keretanya
bagaikan sebuah biduk dipermainkan amukan-ombak, oleng,
berayun-ambing dan tersentak-sentak, membuat perut para
penumpangnya serasa dikocok dan tulang-tulang dalam tubuh
mereka serasa berlepasan!
"Aduh! Badanku sakit, dan perutku melilit, pinggang pegal,
pantat kesal, kereta diambul-ambul sijalan renjul", tiba-tiba
sianakmuda yang tejak tadi diam membisu sambil asyik membaca
buku, terdengar menyanyikan pantun keluhannya.
Gerutu anakmuda ini membuat sikakek terpernnjat dari
kantuknya, dan menegur : "Sanbeng! Ocehanmu mengganggu aku
yang sedang menikmati rasa kantuk! Jalan renjul saja mengapaNaga Mata Satu - 1 19
mesti diributkan? Jangankan jalan dipegunungan, jalan dikotapun
banyak yang sudah menjadi kubangan kerbau!"
Mendengar ini, Liok Samkong merasa geli dihatinya dan sambil
ketawa ia menoleh kebelakang. "So sianseng, kata-katamu benar
dan tepat. Jalan dikampung atau dipegunungan, rusak, masih
mending. Sewaktu-waktu masih diperbaiki oleh penduduk secara
gotong-royong, sehingga biarpun renjul, tapi tidak sampai menjad
ikubangan kerbau! Tapi dikota! Apalagi dikota Lokyang yang
menjadi tempat tujuan kita itu, nanti So sianseng dapat saksikan
sendiri".
"Bagaimana? Rusak?" tanya sikakek.
"Hmm! Bukan rusak lagi! Berlubang!, besar dan dalam-dalam
pula. Dimusim hujan sering orang mengatakan bahwa jalanan
dikota itu lebih tepat kalau disebut danau-kecil dan dapat
dipergunakan memelihara ikan! Dan anehnya, biarpun kerusakan
jalan sudah begitu parah dan keadaan seperti itu sebenarnya sudah
lama sekali, tapi ketika setengah bulan yang lalu aku pergi kesana,
masih belum kelihatan juga tanda-tanda hendak diperbaiki. Dan apa
yang membuat hatiku mendongkol ialah, setiap kali aku kesana,
selalu keretaku ini mengalami kerusakan berat, as roda patah!"
Terdengar sikakek tertawa terkekeh-kekeh. "Rupanya penduduk
kota Lokyang tidak mempunyai kesadaran untuk memperbaiki jalan
secara gotong royong."
"Soalnya bukan begitu, So siangseng", Liok Samkong menukas
perkataan sikakek tanpa menoleh kebelakang, karena perhatiannya
sedang dicurahkan ke depan untuk mengendali jalannya kuda
dengan hati-hati agar keretanya tidak sampai dibawa nyasar
kejurang. "Penduduk kota, baik pedagang maupun pengusaha
angkutan seperti aku ini, karena merasa sudah memenuhi
kewajiban membayar pajak atau sumbangan kepada penguasa
pemerintah setempat, sehingga pada umumnya penduduk kota
bersikap masabodoh karena dalam anggapan mereka, dalam halNaga Mata Satu - 1 20
perbaikan jalan sudah menjadi kewajiban pihak penguasa setempat!
Dan anehnya lagi, mengapa kerusakan jalan yang sudah separah itu
masih dibiarkan begitu saja."
"Mungkin uang sumbangan yang terkumpul masih belum
mencukupi...." sikakek memberi komentar seakan-akan untuk
mengurangi rasa dongkol dihati Liok Samkong.
"Mungkin juga ! Tapi lebih mungkin lagi, kalau uang yang
dikumpulkan dan disediakan guna biaya perbaikan jalan itu
sudah.... habis, seperti sering terjadi dikota-kota lain yang pernah
kudengar atau yang pernah juga kukunjungi!"
"Hah! Habis? Habis bagaimana kau maksudkan, Liok sicu?"
Sambil mengangkat bahu, Liok Samkong menjawab : "Entahlah!
Hanya pihak yang menghabiskannya saja yang tahu!"
Sikakek tak terdengar bersuara lagi, sehingga Liok Samkong
seterusnya juga membisu. Agaknya pembicaraan jalan renjul garagara keluhan sianakmuda tadi yang dijadikan bahan obrolan, sudah
habis disitu. Sementara itu kereta tetap laju beroleng-oleng dan
napas kedua ekor kuda terdengar makin ngos-ngosan karena dua
ekor binatang penarik kereta ini benar-benar harus mengerahkan
seluruh tenaga dalam menempuh jalan yang terus menanjak. Hutan
Siong-tiok-lim kelihatan makin dekat, dan seiring merayapnya
kereta yang ditarik dua ekor kuda yang ludah terengah-engah itu,
tiba-tiba dada Liok Samkong yang barusan untuk beberapa saat
mengalami ketenangan, berdebar-debar tegang! Tanpa disadarinya,
emosi yang timbul dari mata hatinya tiba-tiba mengamuk,
mengalahkan ketenangan pikiran yang baru sebentar saja ia
nikmati hikmahnya.
Betapa ia takkan curiga terhadap kedua orang itu, malah rasa
curiganya kini lebih hebat daripada sebelumnya, oleh karena sejak
pembicaram mereka yang terakhir tadi habis, maka pada detik
berikutnya Liok Samkong mendengar bahwa sikakek dan
anakmuda itu berbicara secara bisik-bisik, seakan-akan omonganNaga Mata Satu - 1 21
mereka takut didengar olehnya. Sudah lazimnya sifat manusia,
kalau mendengar atau melihat dua orang didekatnya berbicara
secara bisik-bisik, maka dengan sendirinya timbullah perasaan
tidak enak dihati dan menyangka bahwa kedua orang itu sedang
membicarakan dirinya, padahal mereka belum tentu berbuat seperti
apa yang disangkanya! Demikianlah Liok Samkong, bukan saja
dihatinya timbul rasa mengganjal, bahkan menimbulkan pula
anggapan bahwa apabila sikakek dan anakmuda itu tidak
mengandung sualu maksud yang sangat dirahasiakan baginya,
mengapa mereka mesti berkasak-kusuk seperti itu?
Ia coba mengerahkan pendengarannya yang memang pernah
terlatih, untuk mencuri dengar apa yang mereka bisik-bisikkan,
namun sungguh lacur, samasekali tak dapat terdengar kecuali suara
mendesis-desis dari mulut mereka saja! Dan ketika itu Liok
Samkong seakan-akan mendengar suara hasutan dati hatinya:
"Samkong, ingatlah akan peribahasa kuno yang mengatakan: Ti-jin,
ti-bin, pui-ti-sin atau mengetahui orangnya, dan mengetahui
wajahnya, akan tetapi tidak mengetahui isi hatinya! Kau memang
sudah mengetahui bahwa kedua orang dibelakangmu itu adalah
seorang kakek yang berwajah selalu berseri-seri dan halus tutur
sapanya serta seorang anakmuda tampan yang pandai berpantun.
Akan tetapi tahukah engkau, maksud apakah yang sebenarnya
terkandung dihati mereka? Jangun terlalu penyayang akan sikap
dari seseorang yang selalu memperlihatkan kebaikan, karena
kebaikan yang terlihat pada lahirnya itu belum tentu sama dengan
isihatinya! Bahkan sangat mungkin kebaikan yang diperlihatkan itu
adalah sebagai kedok untuk menutupi niat buruk yang tersimpan
didadanya! Nah, kedua orang yang duduk dibelakangmu itu kini
bicara kasak kusuk! Mengapa mereka mesti berbisik-bisik seperti
itu kalau tidak mengandung iktikad buruk terhadapmu? Tengoklah,
betapa sikap mereka"
Liok Samkong menoleh kebelakang dan berbareng dengan mana,
kedua orang itu serempak menghentikan bisik-bisik mereka danNaga Mata Satu - 1 22
keduanya memandang terhadapnya sambil bersenyum-senyum,
sehingga Liok Sari kong tidak tahu harus berbuat bagaimana, maka
lalu ia berpaling lagi kedepan. Akan tetapi begitu ia membelakangi
mereka, ia segera mendengar pula mereka berbisik-bisik, maka
kembali ia menengok lagi kebelakang dan juga seperti tadi, begitu
ditengok, otomatis bisik-bisik mereka terhenti pula dan mereka
kembali bersenyum-senyum sambil memandang kepadenya! Hal
seperti ini membuat hati Liok Samkong penasaran bukanmain!
Jelas, bisik-bisik mereka itu sudah pasti mempunyai hubungan
dengan diriku, senyum mereka tak lain hanya senyum palsu!
Prasangkaku, juga prasangka isteriku tadi, jelas tidak meleset
bahwa kedua orang yang mengaku pedagang keliling dari Shantung
ini adalah kakitangan dari sikepala perampok Go Jikiu! Buktinya,
setelah kini mulai memasuki hutan Siong-tiok-lim mereka
berkasak-kusuk, pasti mereka sedang mengatur siasat untuk
melaksanakan iktikad jahat! Demikianlah hati Liok Samkong
melakukan tuduhan!
Untuk sementara ia masih dapat menekan ketegangan hatinya.
Akan tetapi ketika untuk ketiga kalinya ia menoleh dan
memandangi mereka, ia mendapat kenyataan bahwa sekarang
bukan saja mereka itu setelah menghentikan bisik-bisik mereka dan
bersenyum-senyum seperti tadi, bahkan kali ini begitu matanya
yang hanya satu itu bertemu pandang dengan dua pasang mata
mereka, justeru mereka jadi ketawa penuh kegelian dan terpingkalpingkal sehingga sikakek sampai terbatuk dan anaktmuda itu untuk
menahan suara ketawanya, menutupi wajahnya dengan buku tebal
yang dipegangnya sejak tadi!
Liok Samkong benar-benar sudah tak dapat mengendalikan
pengaruh hatinya sehingga sambil cambuk ditangannya siap
diayunkan, terlontarlah dari mulutnya bentakan nyaring: "Apa yang
kalian ketawakan, heh?! .... Kalau kalian benar laki-laki, bicaralah
terus terarig jangan berbuat seperti pengecut!"Naga Mata Satu - 1 23
Bentakan marah dari Liok Samkong ini benar-benar membuat
sikakek dan anakmuda itu sangat terkejut sehingga secara
berbareng ketawa mereka lalu terhenti, sungguhpun sikakek masih
terus terbatuk-batuk sambil kedua tangannya menekan perutnya!
Hanya anakmuda itu segera menurunkan buku tebal yang tadi
menutupi wajahnya, dan setelah bengong sesaat sambil balas
memandang Liok Samkong yang marah itu, lalu ia berkata: "Kami
ketawa, karena tak kuasa menahan rasa geli yang mengitik-itik hati.
Aneh sekali karena kami ketawa, mengapa pak kusir ini jadi marah
dan memaki kami? Kau memaki kami pengecut, dan agaknya kami
hendak kau pecut. Sabar sedikit bung, jangan lekas marah, dan
jangan mengobral makian seenaknya. Orang pemarah bukan saja
bisa lekas tua dan membuktikan beriman lemah, bahkan kalau
menurut nenek bilang sungguh besar bahayanya..!"
"Bocah sinting! Kau bicaralah benar*! Jangan seperti penyair
picisan." Makian Liok Samkong ini tak sempat dilanjutkan lagi
oleh karena tepat pada waktu itu, tiba-tiba terdengar suara
berdesing nyaring dan "clap.... !", tahu-tahu sebatang anak panah
telah menancap dibatang pohon Siong yang tumbuh ditepi jalan dan
persis disamping kereta itu! Liok Samkong maklum bahwa itu
adalah isyarat dari kaum perampok yang hendak mengadangnya,
maka ia segera menghentikan keretanya dan sambil terdiri tegak
diatas kereta ia menunggu munculnya perampok pelepas anak
panah itu dari dalam hutan. Dengan sikapnya yang gagah Liok
Samkong sudah siap sedia menghadapi Toatbeng Tanto Go Jikiu
yang hendak membalas dendam dihutan Siong-tiok-lim ini
sebagaimana telah dinyatakan dalam surat tantangan dari Si
Goloktunggal Pencabutnyawa yang ia terima pagi tadi!
Tiba-tiba terdengar sikakek berkata kepada sianakmuda:
"Sanbeng. Isyarat sudah datang. Bersiap-siaplah. Jangan beri
kesempatan ia lolos.!"
Mendengar ucapan dari sikakek ini, yakinlah Liok Samkong
bahwa kedua orang yang justeru sejak ia curigai itu, jelas adalahNaga Mata Satu - 1 24
komplotan perampok pembantu Go Jikiu. Dan karena kuatir akan


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kecurangan yang biasa diperbuat oleh manusia-manusia rendah,
Liok Samkong segera meloncat turun dari atas kereta dan ditempat
yang sejauh limatumbak dari keretanya, ia berdiri dalam sikap
menantang dengan cambuk sudah siap ditangan! Sungguh cerdik
piauwsu yang sudah banyak pengalaman ini, setelah dengan satu
loncatan ia menjauhi diri dari sikakek dan anak muda itu, berarti ia
sudah mengambil kedudukan yang sangat baik untuk
menghindarknn serangan mendadak dalam jarak dekat dari kedua
antek Go Jikiu itu yang tak akan memberi kesempatan lolos baginya.
Namun anehnya Liok Samkong melihat bahwa, kedua orang itu
masih tenang-tenang saja duduk diatas kereta, sama sekali tidak
memperlihatkan sesuatu gerakan yang membahayakan. Sikakek
masih tetap berduduk pada tempatnya sambil enak-enak mengipasi
badannya. Begitu pula sianakmuda berbaju biru itu masih tetap
duduk disamping sikakek, buku-tebal masih terpegang ditangannya
dan matanya dengan sinar pandang yang tajm ditatapkan kearah
dari mana datangnya anakpanah tadi! Betapapun juga tegangnya
hati dan perasaan, namun Liok Samkong tak luput dari rasa heran
dan aneh setelah melihat sikap kedua orang itu seakan-akan tidak
menaruh perhatian kepadanya! Maka timbullah pertanyaan
dikepalanya : "Kedua orang itu sebenarnya merupakan pihak lawan
ataukah kawan?"
Kemudian dari semak-semak hutan nampak berlompatan lima
orang laki-laki yang rata-rata bersikap garang dan menakutkan dan
masing-masing bersenjata sebilah golok terhunus. Lima orang
kawanan begal ini lalu tegai seperti pagar didepan kereta dan
seorang dari antara mereka, sambil melintangkan goloknya didepan
dada, membentak :
"Tuan-tuan yang berada didepan, kalau kalian hendak
melangsungkan perjalanan dengan selamat, harap menyerahkan
pajak jalan!"Naga Mata Satu - 1 25
Ancaman semacam ini bagi Liok Samkong sudah membosankan,
oleh karena sepanjang pengalamannya setiap kali dalam
perjalanannya dicegat kawanan perampok, selalu ia mendengar
lagu lama yang itu-itu juga! Liok Samkong hendak mempergunakan
pecutnya untuk menggebah mereka, akan tetapi sebelum hal ini
dilakukan, tiba2 terdegar sianakmuda berbaju biru itu memberi
penyautan :
"Pajak jalan ? Sejak kapan daerah ini dibeli oleh kalian? Ataukah
mungkin kalian ini pegawai-pegawai daei jawatan pajak yang
bertugas dihutan?" Untuk sejenak Liok Samkong melengak dan
bengong karena hatinya amat tercengang bahwa dugaan buruk
yang sudah demikian meyakinkan terhadap kedua orang penyewa
keretanya itu, ternyata meleset! Jawaban sianakmuda terhadap
kawanan begal yang menjadi anakbuah Go Jikiu itu benar-benar
merupakan pembuka tabir gelap baginya. Jelas kakek dan
anakmuda itu bukan terdiri dari orang-orang sebagaimana yang
begitu keras diprasangkainya. Dadanya terasa lega karena
kenyataan membuktikan bahwa mereka itu jelas bukan merupakan
pihak lawan baginya. Liok Samkong jadi merasa kagum akan
ketenangan dan ketabahan yang dimiliki anak muda itu. Banyak
para penyewa keretanya apabila dicegat kawanan perampok jadi
ketakutan setengah-mati, tapi anakmuda itu ?! Bukan saja
samasekali tidak memperlihatkan rasa gugup atau takut, malah
terhadap kawanan perampok itu ia menyuguhkan pantun berupa
sindiran tajam!
Rupanya sindiran anakmuda ini sangat kena dihati perampok
yang mengancam tadi sehingga ia jadi sangat marah : "Kau tak usah
berlaga pilon atau memang kau adalah pemuda tolol! Sudah
menjadi peraturan dunia lioklim [rimba hijau] bahwa barangsiapa
yang lewat didaerah kami, harus membayar pajak jalan!
Mengerti?!"
"Tidak mengerti! Karena menurut pengetahuanku biasanya
uang pajak harus dibayar langsung kekantor yang resmi, bukanNaga Mata Satu - 1 26
kepada sembarang orang seperti kalian yang ketemu ditengah jalan
begini, jangan-jangan uang pajak untuk negara kau kantongi
sendiri"
Perampok itu makin marah sehingga suara yang dilontarkan dari
mulutnya makin sengit: "Kami tak membutuhkan segala omongan
tak penting! Pendeknya kau boleh pilih sendiri satu diantara dua,
menyumbangkan uang atau menyerahkan nyawa!"
"Wah celaka! Aku ketemu penagih pajak paksa. Selain marahmarah malah mengancam segala '"Beng-ji [anak Beng]", tiba-tiba
sikakek sambil tetap mengipasi tubuhnya, tedengar menyelak,
"mereka minta sumbangan, ayoh berilah, jangan banyak membuang-buang waktu."
Kelima perampok itu jadi berseri setelah mendengar ucapan
orangtua ini. Sementara anakmuda itu setelah berpaling sebentar
kepada ayahnya sambil tersenyum geli, lalu menghadap pula kearah
para penghadang itu sambil bertanya: "Betulkah kalian ini minta
uang sumbangan, jadi artinya bukan pajak jalan? Kalian harus
mengerti kawan, arti pajak dan sumbangan tak dapat disamakan!
Jelasnya kalian ini minta sumbangan jalan dan bukan pajak jalan ?"
"Masa bodoh apa yang hendak kau katakan! Pendeknya kau mau
memberikan uang atau tidak!" bentak liawlo [anggota perampok]
tadi makin menggeledek karena agaknya ia mendongkol juga
disindir-sindir terus-terusan oleh anak muda ini.
Seakan-akan tak menghiraukan bahwa perampok itu sudah naik
darah, Sanbeng pemuda berbaju biru itu, irama katanya seperti
biasa saja ketika ia berkata pula: "Kalau benar yang kau minta
adalah uang sumbangan jalan, atau tepatnya uang sewa jalan, tentu
saja mau kuberikan. Tapi jalan yang dipungut uang sewa, harus
dipelihara. Jangan sudah rusak dan renjul sampai sedemikian rupa,
masih dibiarkan saja, sedangkan uangnya dipakai foya-foya!"
"Anaksetan!", perampok itu benar-benar sudah habis
kesabarannya. Minta uang dengan baik-baik, malah diberi kuliahNaga Mata Satu - 1 27
yang bertele-tele menjemukan. "Rupanya uang dan nyawamu
benar-benar sudah menjadi hak kami! Mari, kawan-kawan, kita
ganyang!"
"Ganyaaaaannnngg !", sambil menyerukan teriakan ini, maka
kelima liawlo itu serempak maju menyerbu.
Melihat betapa mereka datang menyerbu, Sanbeng cepat
berseru: "Sabar dulu, sabar dulu! Jangan terburu-buru nyerbu! Aku
hendak ambil uang dari buntalanku! Kalian tunggu dulu" sambil
berseru-seru seperti ini, sepasang tangannya diulurkan kedepan
dan telapaknya digoyang-goyangkan merupakan isyarat supaya
para liawlo itu membatalkan maksud mereka. Benar saja, kelima
perampok itu dalam waktu berbareng langkah kaki mereka jadi
tertegun, dan anehnya untuk sejenak mereka tinggal berdiri seperti
patung. Mata mereka membalik seperti juling keatas dan senjata
yang mereka pegang berjatuhan ketanah dan akhirnya, tubuh
mereka bergulingan dalam keadaan semaput!
Bukan main terkejutnya Liok Samkong melibat kejadian ini. Ia
maklum bahwa gerakan tangan pemuda itu adalah gerakan
melancarkan pukulan dari jarak jauh sehingga membuat lima orang
anggota perampok itu roboh sedemikian rupa! Ia terkejut bukan
karena aneh melihat pukulan semacam ini, sebaga seorang piauwsu
berpengalaman dan berkepandaian tinggi tentu ia sudah mengenal
bermacam-macam ilmu pukulan dani jarak jauh yang
mengandalkan pengerahan tenaga dalam [lwekang] yang sudah
tinggi. Biasanya, pukulan semacam ini bila dilancarkan tubuh
sikorban pasti akan terpental jauh dan mati seketika! Akan tetapi
anakmuda itu ?! Bukan saja membuat tubuh lima liawlo itu tidak
terpental sedikitpun, juga hanya membuat mereka jatuh pingsan
belaka! Hal inilah yang mengejutkan Liok Samkong hanya orang
yang memiliki tenaga dalam yang benar sudah sempurna baru
dapat melakukan ilmu pukulan dari jarak jauh dengan hanya
mempergunakan separuh tenaga sehingga akibatnya tanpa
mengambil nyawa sikorban! Apalagi anakmuda itu ketika mengirimNaga Mata Satu - 1 28
pukulan yang setengah di-"rem" tadi masih dapat berbicara
sedangkan biasanya bicara adalah satu pantangan besar bagi orang
yang sedang mengerahkan lwekang karena akibatnya akan bahaya
sendiri, maka dari hal ini saja Liok Samkong sudah dapat menilai
betapa tinggi ilmu kepandaian yang dimiliki sianakmuda yang
bernama So Sanbeng itu. Sungguh ia tak pernah menyangkanya dan
saking kagumnya hampir saja ia mengeluarkan suara pujian kalau
tepat dikala mana tidak keburu terdengar suara ketawa yang
gemanya seakan-akan menggetarkan seluruh hutan, sehingga
kedua ekor kuda yang sedang beristirahat itu memperdengarkan
ringkikan kaget!
"Hahaha ! Hahaha....! Kambingmuda darimanakah berani
menjual ocehan didaerah harimau, ini ? Mentang-mentang kau
datang bersama piauwsu she Liok! Apa yang kau andalkan dari si
Naga-buta itu?"
Suara ketawa yang disusul dengan ucapan marah bernada besar
ini belum lenyap dari pendengaran, maka dari rungkutnya semak
belukar tampak melayang sesosok tubuh dalam gerakan Naga saktikeluar-dari gua [Sinliong Cutthong] itu melesat keudara, kemudian
berjungkir balik tigakali untuk memamerkan kehebatan
ginkangnya sehingga sebilah golok terhunus yang dipinggangnya
kelihatan berputar seperti kincir dan berkilat-kilat terkena pantulan
sinar matahari. Akhirnya tubuh itu turun dengan gerakan ringan
sekali dan tegak dimuka kereta dengan sikap penuh tantangan.
Ternyata ia adalah seorang lelaki yang bertubuh tinggi besar,
sepasang lengan tangannya yang besar berotot penuh ditumbuhi
bulu, berbeda sekali dengan wajah kerennya yang kelimis tanpa
jenggot maupun kumis barang seutaspun sehingga menunjukkan
bahwa wajah dari orang setengahtua ini memiliki kegantengan
selagi mudanya. Sepasang matanya besar dan bergerak liar
mencerminkan hati yang kejam dan tatkala mana, begitu kedua
kakinya berpijak diatas bumi sehabis menjual aksi barusan, mata ini
ditatapkan sedemikian tajam terhadap So Sanbeng yang ketika ituNaga Mata Satu - 1 29
masih berdiri diatas kereta! Orang ini bukan lain ialah sikepala
perampok Toatbeng Tanto Go Jikiu!
So Sanbeng benar-benar adalah seorang muda yang memiliki
ketabahan dan keberanian yang luarbiasa. Melihat betapa Go Jikiu
yang terkenal kejam itu memandang marah kepadanya, bukan saja
ia tidak memperlihatkan rasa takut atau gugup, malah anak muda
ini justeru bertepuk tangan sambil ketawa-ketawa dengan gaya
penuh jenaka, lalu katanya : "Hebat! Hebat! Gerakan Sinliong
Cutthong yang kau perlihatkan barusan benar-benar hebat tiada
tara, sehingga saking kagumnya aku serasa melihat aksi dan gaya
seorang badut diatas panggung sandiwara"
Karuan saja pujian yang dilanjutkan ejekan ini membuat Go Jikiu
marah bukan main! Sepanjang pengalaman bertualang dikalangan
rimba hijau, belum pernah ia dihina atau diejek orang, apalagi oleh
seorang bocah yang masih semuda itu....! Maka sambil
mengeluarkan suara gerengan seperti harimau, tubuhnya mencelat
kearah Sanbeng dengan gerak tipu Mancan lapar menerkam
kambing seraya goloknya langsung mengirim serangan yang
mematikan! Anakmuda itu dalam keadaan tenang sudah siap untuk
memapaki datangnya tubuh tinggi besar itu dengan ilmu pukulan
dari jarak-jauhnya, akan tetapi sebelum hal ini dilakukannya, tibatiba tubuh Go Jikiu sudah terjirat seutas tambang kecil dan dengan
sekali gentakan membuat tubuh dedengkot garong itu jatuh
terjengkang sambil mengeluarkan suara berdebuk keras!
"Jikiu! Jangan berani mengganggu kedua penumpang keretaku,
sebelum kau berhadapan dengan aku yang kau tantang ini!",
bentakan ini adalah suara dari Liok Samkong setelah pecutnya yang
panjang berhasil membelit tubuh Go Jikiu dan sekaligus digenaknya
sangat hebat sehingga tak ampun lagi tubuh yang sedang menerjang
maju itu seperti layangan digentak talinya, mundur secara tiba-tiba
dan terguling dalam keadaan terbanting.
"Pengecut busuk! Mengirim serangan secara curang bukan
perbuatan seorang gagah!" Go Jikiu memaki marah setelah ia cepatNaga Mata Satu - 1 30
bangkit kembali sambil memandangi Liok Samkong dengan kedua
matanya yang besar itu seakan-akan mengeluarkan api!
"Hnh! Apa? Aku pengecut kau bilang?!", balas sipiauwsu yang
paling tak suka dimaki pengecut itu. "Kalau aku memang pengecut,
pasti aku takkan sudi datang kemari untuk memenuhi
tantanganmu! Dan kalau aku memang seorang pengecut, dalam
sekejap mata saja pecutku barusan pasti sudah dapat merenggut
nyawa anjingmu! Sedangkan kau sendiri yang memiliki ilmu silat
tinggi tapi kerjanya hanya merampok dan malah justeru jadi
dedengkot rampok, sebenarnya lebih rendah, lebih hina daripada
seorang yang kau anggap pengecut, tahu!"
"Piauwsu sombong! Bagus, kau datang sendiri mengantarkan
nyawa sebagai pelunas perhitungan kita lima tahun yang lalu! Nah,
terimalah pembalasanku!" Gerakan Go Jikiu cepat luar biasa tatkala
ia menubruk sambil goloknya disambarkan kearah leher Liok
Samkong.
Liok Samkong memang sudah siap sedia dan ketika melihat
datangnya serangan yang demikian cepat dari pihak lawan, sambil
berseru nyaring ia cepat mengelak kesamping untuk
menghindarkan lehemya dari sabetan golok kepala perampok itu
dan pecutnya dilecutkan sehingga terdengar tuara "tar.!" Yang
dapat memecahkan anak-telinga tatkala ia balas menyerang dan
demikianlah selanjutnya, kedua orang ini bertempur seru sekali.
Sanbeng yang menyaksikan pertempuran sudah dimulai, lalu
bersorak-sorak gembira. "Iyaaahh! Bagus, mereka sudah saling
serang, bagaikan dua ekor anjing memperebutkan tulang.."
"Beng-ji, kau jangan lengah. Waspadalah, sebentar lagi pasti
mereka muncul!" Sikakek yang masih duduk serta masih mengipasi
tubuhnya secara enak-enak itu memberi peringatan kepada
anaknya sehingga sorak Sanbeng jadi terhenti dan selanjutnya ayah
dan anak ini benar-benar memperlihatkan sikap hati-hati,
sungguhpun nampaknya mereka tengah asyik menontonNaga Mata Satu - 1 31
pertempuran antara sikepala perampok dan piauwsu itu yang
makin lama berlangsung makin sengit.
Sementara itu Liok Samkong mendapat kenyataan bahwa
ilmugolok Go Jikiu kini harus diakui ketangguhannya dan jauh lebih
kuat apabila dibandingkan dengan keadaan Go Jikiu pada lima
tahun yang lalu. Agaknya selama lima tahun kepala perampok itu
telah memperdalam pula ilmugoloknya sengaja dimaksudkan untuk
membalas dendam ini, sehingga Liok Samkong yang
menghadnpinya, setelah lima tahun yang lalu berhasil
mengalahkannya, kini harus berlaku lebih hati-hati karena
kenyataan membuktikan bahwa Go Jikiu yang sekarang bukan
merupakan lawan seringan Go Jikiu pada lima tahun berselang.
Memang ilmugolok yang dimainkan Go Jikiu benar-benar hebat
luarbiasa, selain cepat dan ganas, juga memiliki gerak tipu yang
sukar diduga oleh pihak lawan dan karena kehebatan ilmugoloknya
inilah, maka dalam kalangan lioklim ia lebih terkenal dengan nama
julukan Si Goloktunggal Pencabutnyawa! Apalagi sekarang setelah
ia menambah dan memperdalam lagi ilmugoloknya untuk menebus
kekalahannya, maka tentu saja bagi Liok Samkong, kepala
perampok ini sangat terasa ketangguhannya. Golok ditangan Go Ji
kiu itu benar-benar sulit untuk diikuti setiap gerakan yang
dilakukannya, karena setiap gerakan seakan-akan melebihi kilat
cepatnya, sehingga yang terlihat hanya berupa sinar berkelebatan


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyambar-nyambar kian kemari secara dahsyat sekali membuat
golok itu berubah menjadi segulung sinar putih bagaikan amukan
ombak samudera mengejar mangsa!
Dilain pihak, Liok Samkong juga bukan seorang yang lemah dan
piauwsu ini tak mungkin akan pernah mendapat namajulukan Si
Pecut nagasakti kalau ia tidak memiliki kelihayan ilmu pecut yang
istimewa, sehingga biarpun kini ia menghadapi Go Jikiu yang sudah
memperkuat ilmu golok tunggalnya dan dalam setiap serangan
yang dilancarkannya benar-benar merupakan sambaran maut
pencabut nyawa, namun piauwsu ini masih dapat mengimbanginyaNaga Mata Satu - 1 32
dengan baik! Berkat ilmu meringankan tubuhnya ginkang yang
sudah sempurna, meskipun setiap serangan golok lawan itu
datangnya begitu gencar dan cepat, selalu ia dapat mengelakannya
dengan mudah dan setiap ia melihat kesempatan baik dimana tubuh
lawan dalam keadaan tidak terlindung, secara cepat sekali ia
mengayun pecut menghajar tubuh lawan! Pecut ditangan Liok
Samkong kalau kegunaannya hanya dapat memecut tubuh lawan
seperti ia memecut tubuh kuda, tentu ilmu pecut semacam ini saja
tak dapat disebut luarbiasa, dan tentu saja tak mungkin ia sampai
dijuluki Si Pecut-nagasakti kalau tidak mpmpunyai kelihayan yang
istimewa dalam hal mempergunakan pecut ditangannya! Dengan
pengerahan tenaga dalam yang disalurkan melalui lengan kanan
yang memegang pecut itu, pecut tersebut apabila disabetkan selain
hanya dapat dipergunakan membuat kulit tubuh lawan menjadi
pecah-pecah berupa luka memanjang, juga Liok Samkong dapat
membuat senjata istimewanya ini bergerak-gerak sedemikian rupa
bagaikan tubuh seekor ular berlenggang-lenggok atau menyambarnyambar seakan-akan nagasakti mengamuk untuk kemudian ujung
pecut ini menotok jalan darah yang mematikan pada tubuh lawan!
Pertempuran sudah berlangsung kurang lebih enampuluh jurus,
sementara dua orang yang bertempur itu masih belum dapat
dipastikan mana yang akan menang atau kalah. Keduanya sama
kuat dan sama memiliki kepandaian masing-masing. Sebentar yang
satu kelihatan mendesak dan pada lain saat pihak yang lain balas
merangsek sehingga debu jalan yang terinjak-injak dan tersapu oleh
kaki mereka jadi berhamburan merupakan kepulan asap yang
mengabuti gelanggang pertempuran. Dan ketika jalannya
perempuran sudah melebihi jurus yang ke seratus, maka tampaklah
Go Jikiu merubah permainan goloknya sehingga seketika itu juga
Liok Samkong jadi terdesak amat hebat dan samasekali tidak
mempunyai kesempatan mengadakan serangan balasan!Naga Mata Satu - 1 33
So Sanbeng amat kaget melihat perubahan ini sehingga ia cepat
bertanya kepada ayahnya: "Ayah, perlukah aku membantu piauwsu
itu, sebelum napasnya keburu buntu?"
Sikakek menggelengkan kepala, suaranya ayem sekali ketika
menyahut: "Tak perlu, Beng ji. Ini hanya akan berlangsung untuk
sementara. Piauwsu itu samasekali tak perlu dikuatirkan!"
Dan benar saja, apa yang dikatakan kakek ini ternyata sangat
tepat dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada detik-detik
berikutnya. Setelah bertempur melebihi seratus jurus, Go Jikiu
merasa penasaran sekali karena selain ia belum mampu
merobohkan lawannya yang ternyata sangat ulet itu, malah selama
itu justeru dia sendiri lebih lima kali harus merasakan lecutan
cambuk lawannya sehingga bajunya robek-robek, serta kulit
tubuhnya ia rasakan bukan main sakit pedihnya! Itulah sebabnya,
maka ia segera mengeluarkan ilmu goloknya yang paling dianlalkan
yang memang selama lima tahun belakangan ini ia pelajari secara
sungguh-sungguh dengan keyakinan ia dapat merobohkan Liok
Samkong sebagai pembalasan sakit hatinya. Go Jikiu bukan main
girang dihatinya setelah ia mengeluarkan kepandaian simpanannya
betapa Liok Samkong jadi terdesak mundur dibuatnya, maka ia
terus mendesak dengan goloknya yang menyambar-nyambar
gencar dan ia sudah merasa pasti bahwa dendam kesumatnya
dalam beberapa detik lagi akan segera punah!
Memang mula-mula Liok Samkong merasa kaget juga melihat
perobahan taktik tempur lawannya, sehingga untuk sementara ia
sengaja main mundur sambil melihat perkembangan selanjutnya
tentang posisi lawan. Dan setelah mendapat kenyataan bahwa Go
Jikiu dalam rangsekannya dilakukan dengan napsu yang meluapluap seakan-akan ingin cepat mengakhiri pertempuran ini dengan
mencapai kemenangan, maka piauwsu yang sejak tadi selalu
berlaku hati-hati ini segera mengambil siasat untuk mengimbangi
perubahan taktik lawannya itu.Naga Mata Satu - 1 34
Bertempur disertai napsu amarah yang meluap-luap adalah
suatu perbuatan ceroboh yang akibatnya akan merugikan diri
sendiri dan hal ini justeru sama sekali tidak disadari oleh Go Jikiu
yang memang berwatak kasar. Dan pada suatu saat, ketika
dilihatnya Liok Samkong dalam kedudukan yang sangat sulit untuk
meloloskan diri dari gulungan sinar goloknya yang merangsek
hebat itu, maka dengan mempergunakan gerak tipu Penebang
pohon membelah kayu, goloknya menyabet bagaikan sambaran
kilat dari atas kebawah secara menyerong dengan maksud hendak
membelah tubuh lawannya menjadi dua keping, sambil
membentak: "Terimalah pembalasanku!"
Akan tetapi alangkah herannya hati Go Jikiu setelah ternyata
sambaran goloknya yang disertai pengerahan seluruh tenaga itu
hanya membacok angin danLiok Samkong tahu-tahu sudah lenyap
dari depan hidungnya. Sambil mengeluarkan dengusan marah, Jikiu
cepat memutarkan tubuh untuk mencari lawan disekitar dirinya
dan tiba-tiba terdengar suara lecutan bertubi-tubi dari udara dan
biarpun ia sudah berusaha memutarkan golok diatas kepalanya
untuk melindungi diri dari serangan lawan, namun dirinya tak
luput dari sabetan pecut sampai tigakali secara beruntun sehingga
ia berteriak kesakitan dan untuk menghindarkan diri dari hajaran
pecut lebih banyak lagi, terpaksa ia menjatuhkan tubnhnya dan
berguling-guling sampai sejauh dua tombak!
Kalau dalam anggapan Go Jikiu bahwa Liok Samkong tadi sukar
untuk meloloskan diri dari sabetan goloknya, akan tetapi
kenyataannya bagi Liok Samkong justeru adalah hal yang sangat
mudah. Ketika melihat betapa kepala perampok itu benar-benar
sedemikian nekat dan goloknya merupakan sambaran maut hendak
membelah tubuhnya, untuk mengelakkannya piauwsu ini hanya
mendoyongkan sedikit tubuhnya kebelakang dan berbareng dengan
itu, kedua kakinya segera menghenyak tanah sehingga sebelum
lawannya sempat memperhatikan, dalam sekilat saja tubuhnya
sudah mencelat keatas dalam gerakan Burung-bangau melesatNaga Mata Satu - 1 35
keangkasa dengan gaya yang indah sekali. Dan selagi tubuhnya
mumbul diudara, Liok Samkong membuat gerakan menukik, yaitu
kepala dibawah sedangkan bagian kakinya dengan lutut ditekuk
berada diatas dan pada saat itulah ia mengerjakan pecutnya secara
bertubi-tubi menghajar lawan yang berada dibawahnya, sehingga
membuat Go Jikiu bergulingan untuk menjauhi serangan dari udara
ini. Tepat pada saat tubuh Liok Samkong meluncur turun dan kedua
kakinya kembali berdiri diatas bumi tanpa menerbitkan suara
seakan-akan tubuh itu ringan sekali bagaikan selembar bulu, dan
pada saat itu pula Go Jikiu, setelah mengguling-gulingkan tubuhnya
segera bangkit kembali dan saking penasaran dan marah sikepala
perampok ini membuat kedua matanya sangat beringas bagaikan
mata harimau yang haus darah! Dasar Go Jikiu adalah manusia
kasar ia tidak mau menyadari bahwa piauwsu yang menjadi
lawannya itu terlalu lihay baginya sehingga jangankan ia akan dapat
membalas dendam, malah besar kemungkinan ia bakal dikalahkan
umuk kedua kalinya!
"Manusia she Go! Bagaimana pikiranmu apakah pertempuran
ini hendak diteruskan atau kau menyerah kalah? Kenyataan
membuktikan bahwa kau harus kembali menambah ilmugolokmu
sedikitnya sepuluh tahun lagi!"
Mendengar pertanyaan yang berarti penghinaan dari Liok
Samkong ini Go Jikiu menjadi kalap sehingga langkahnya benarbenar seperti kerbau gila mengamuk ketika tubuhnya maju
menyeruduk umuk menerjang lawannya sambil mulutnya memaki:
"Setan sombong! Kau jangan takbur sebelum terjadi siapa yang
mampus dalam pertempuran yang menentukan ini!"
Sesungguhnya Liok Samkong bermaksud baik dan samasekali ia
tidak berniat hendak membunuh kepala perampok itu, kecuali
hanya untuk memenuhi surat tantangan dan membuktikan bahwa
ia bukanlah seorang pengecut yang merasa jerih hanya oleh seorang
kepala perampok macam Go Jikiu! Liok Samkong memang padaNaga Mata Satu - 1 36
dasarnya mempunyai watak gagah, pantang sekali mengirim
serangan selagi lawan dalam keadaan tak berdaya seperti ketika Go
Jikiu bergulingan tadi sebenarnya mudah sekali baginya untuk
mengirim serangan yang mematikan bagi lawannya. Ia mengira
bahwa Go Jikiu akan menginsyafi kemurahan hatinya ini, sehingga
ia bertanya dan memberi kesempatan seperti tadi supaya sikepala
perampok itu dapat menyadari keadaan dengan sejujurnya dan
pertempuran ini dapat segera diakhiri tanpa Malaikat el Maut
campurtangan! Akan tetapi Go Jikiu ternyata salah tampa, daripada
menjadi sadar malah justeru membuatnya semakin kalap sehingga
Liok Samkong ketika melihat kenekadan lawan ini, jadi merasa
gemas juga hatinya.
"Agaknya kau sendiri yang menghendaki kematian! Kau jangan
menganggap aku berlaku kejam kalau arwahmu menjadi setan
gentayangan!" Liok Samknng menyatakan kegemasan hatinya
sambil ia menyabetkan pecutnya memapaki datangnya terjangan
lawan. Piauwsu ini sudah mengambil putusan pasti bahwa lebih
baik ia sekarang juga mesti membinasakan gembong penjahat ini,
karena kalau diberi ampun lagi dan dibiarkan tinggal hidup, selain
keamanan umum akan terus terganggu, juga baginya sangat
berbahaya sekali sebab siapa tahu manusia jahat itu sewaktu-waktu
akan mengadakan balas dendam lagi dengan jalan curang!
Go Jikiu menahan terjangannya ketika melihat ia dipapaki
cambuk lawan. Ia maklum betapa berbahayanya sabetan pecut itu.
Ia menggerakkan goloknya, selain untuk menangkis, juga ia
bermaksud hendak membabat putus cambuk itu! Akan tetapi seutas
pecut yan g panjang itu benar-benar seperti seekor naga hidup yang
dapat membuat kelitan cepat menghindari sabetan golok. Dan tahutahu ujungnya berkelebat diatas kepala sambil mengeluarkan bunyi
nyaring yang memekakkan anak telinga Jikiu, membuat kepala
perampok ini terkejut sekali sehingga cepat ia membungkukkan
tubuhnya sambil menggerakkan goloknya keatas untuk menghalau
serangan cambuk. Akan tetapi ia kalah cepat karena ujung cambukNaga Mata Satu - 1 37
itu tiba-tiba melengkung kebawah dan biarpun Jikiu berusaha
mengelakkan diri namun terlambat dan detik berikutnya kepala
perampok ini sudah tak dapat berdaya lagi dan napasnya terhenti,
karena ujung pecut itu secara cepat dan tepat sekali telah menotok
jalan darah yang mematikan dibagian uluhatinya!
Inilah salah satu kelihayan Liok Samkong Si Pecut-nagasakti
kalau ia mengirim serangan maut dengan pecutnya! Kalau ia mau,
sebenarnya dalam beberapa gebrakan saja ia sudah bisa
membinasakan lawannya tanpa bertempur sampai melampaui
seratus jurus. Seperti sudah diterangkan bahwa piauwsu ini
berwatak gagah dan sesungguhnya ia tidak mempunyai maksud
untuk membunuh lawannya, akan tetapi setelah kenyataan
membuktikan bahwa Go Jikiu demikian nekad yang mana berarti
tidak boleh diberi-hati lagi, maka begitulah secara mudah sekali
akhirnya ia mempercepat berakhirnya pertempuran, ujung cambuk
yang sudah disaluri lwekang tinggi segera ditotokkan kearah jalan
darah utama didada lawan sehingga membuat Go Jikiu melepaskan
nyawa pada detik itu juga tanpa mengalami sekarat lebih dulu
karena jantung didalam dadanya telah pecah!
Liok Samkong maklum bahwa biarpun tubuh Go Jikiu masih
belum roboh, padahal sudah mati! Tapi karena saking gemas
hatinya, ia tidak membiarkan tubuh lawan yang sudah menjadi
mayat masih hangat itu terkulai roboh dengan sendiririya,
melainkan ia lalu menggerakkan pecutnya lagi sehingga mayat yang
masih berdiri itu telah dibetotnya dan sambil berseru nyaring, ia
membuat gerakan menggertak pecutnya keatas. Akibat dari
perbuatannya ini, suatu perbuatan yang agaknya ia sengaja untuk
mempamerkan kelihaiyannya didepan mata sikakek dan anak muda
yang sejak tadi ia maklum selalu memperhatikannya, ternyata hebat
sekali! Mayat Go Jikiu yang tinggi besar itu jadi mencelat keudara
sedemikian rupa bagaikan dilontarkan tenaga raksasa, kemudian
seiring Samkong melepaskan belitan cambuknya dari mayat yang
diterbangkan itu, ternyata mayat sikepala perampok untuk sesaatNaga Mata Satu - 1 38
benar-benar sepeiti terbang diudara, alu menukik turun cepat sekali
dan agaknya kepalanya akan pecah membentur sebatang pohon
siong kalau saja ketika itu tidak terdengar seruan: "Telengas sekali!
Orang sudah mati masih diperbuatnya demikian keji!" dan
bersamaan dengan mana dari balik semak-semak tampak melesat
keluar sesosok bayangan merah, yang cepat menyambar mayat Jikiu
yang kepalanya hendak membentur batang pohon siong itu! Ketika
bayangan merah ini turun dan meletakkan mayat Jikiu yang
barusan disanggapnya itu diatas tanah, maka Liok Samkong yang
melihatnya bukan main kagetnya!
Yang kelihatan berupa bayangan merah karena saking cepat
gerakannya ketika melesat dari balik semak-semak itu, sekarang
setelah orangnya berdiri maka dapat dilihat dengan tegas, ternyata
bahwa orang itu adalah seorang nenek-nenek buruk rupa yang
mengenakan pakaian serba merah dan merah pula warnanya
sarung pedang yang tergantung dipinggangnya! Punggungnya
membungkuk kedepan, rambut kepalanya yang sudah putih semua
riap-riapan menutupi punggung dan sebagian wajahnya. Dan wajah
ini sulit sekali dapat diterangkan betapa keburukannya, karena
sama sekali tidak menyerupai wajah manusia, melainkan lebih
mirip wajah dari seekor orang hutan yang sudah tua sekali,
demikian mengerikan!
Tiba-tiba Liok Samkong ingat akan nama salah seorang tokoh
jahat yang suka malang-melintang didunia kangouw, yang biarpun
belum sempat melihat orangnya, namun namanya sudah ia sering
dengar sehingga saking terkesiap hati piauwsu ini, tanpa
disadarinya mulutnya lalu terlontar ucapan menyebut sinenek
buruk rupa itu:
"Tokiam Moli [Iblis wanita Berpedang racun]. Mendengar
disebutnya nama ini, nenek buruk rupa itu menoleh kearah Liok
Samkong, dan segera terdengar dari mulutnya suara yang
melengking nyaring bernada marah: "Tikus-buta kurangajar! Kau
sudah lancang membunuh keponakanku, malah kau beraniNaga Mata Satu - 1 39
menghinaku pula? Hahh..!" Seiring ucapannya habis, tiba-tiba
tubuhnya yang buruk bergerak luar biasa cepatnya sehingga
merupakan berkelebatnya bayangan merah dikala ia melompat
menghampiri Liok Samkong, dan tahu-tahu pedangnya berkelebat
pula menyambar tubuh piauwsu itu!
Biarpun biasanya dalam menghadapi segala kemungkinan Liok
Samkong dapat berlaku tabah, namun kini ketika melihat
datangnya serangan dari sinenek yang luar biasa cepatnya itu
benar-benar menjadi terkejut dan gugup! Namun biarpun gugup,
berkat ginkangnya yang tinggi, secara otomatis ia dapat
menyelamatkan diri dengan mengandalkan kelincahan tubuhnya,
berbareng cambuk ditangannya digerakkan untuk memberi


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perlawanan! Pertempuran segera terjadi dan biarpun baru saja
dimulai, ternyata sudah berlangsung luar biasa hebat dan sengitnya,
tak salah lagi nenek ini tentu Tokkiam Moli, pikir Samkong. Ia sudah
mendengar bahwa nenek buruk rupa berbaju merah ini adalah
seorang iblis wanita jahat yang mrmpunyai watak kejam tiada
taranya, tiada ampun bagi siapa saja apabila ia sudah marah! Dan
nenek iblis itupun kini sudah marah, berarti baginya sudah tiada
ampun lagi dan tiada kompromi untuk mengemukakan alasan
bahwa antara ia dan nenek itu belum saling bermusuhan, bahkan
perjumpaanpun baru sekali ini secara kebetulan! Melihat gejala
yang demikian buas dan ganas dari sinenek, maklumlah Samkong
bahwa nenek itu pasti akan membunuhnya.
Dan sebagai seorang satria yang berwatak gagah, meskipun
maklum bahwa nenek itu lawan yang terlalu tangguh baginya dan
ia merasa ragu dapat mengalahkannya, Samkong bertekad takkan
menyerahkan nyawanya secara mentah-mentah. Ia mengerahkan
seluruh tenaga dan kepandaian yang ada padanya melakukan
perlawanan gigih! Kalau ia berhasil dapat membinasakan nenek itu,
hatinya akan merasa bangga karena ia dapat melenyapkan salah
seorang tokoh jahat yang kerjanya hanya mengacau dan mengotori
dunia, dan sebaliknya kalau ia sendiri yang mati, ia takkan merasaNaga Mata Satu - 1 40
kecewa karena sebelum mati ia sudah melawan mati-matian
sehingga kematiannya takkan disebut mati konyol! Oleh karena
adanya tekad inilah, maka Liok Samkong sejak gebrakan yang
pertama saja ia sudah mainkan jurus* yang terlihay dan karena
inilah, mengapa tadi disebutkan bahwa biarpun pertempuran baru
saja dimulai, ternyata sudah berlangsung luar biasa hebat dan
sengitnya!
Liok Samkong memegang cambuknya yang telah ditekuk
menjadi pendek dan ia mainkan ilmu pecut yang telah membuat
namanya cukup tersohor, yaitu yang dinamakan ilmu pecut
Nagasakti-mengamuk dengan cermat. Ujung pecutnya menyambarnyambar kaku bagaikan sebatang tongkat, akan tetapi setiap kali
pedang sinenek itu menangkisnya, maka pecut ini berubah menjadi
lemas dan ujungnya melingkar-lingkar melanjutkan serangan
mengarah jalan-jalan darah lawan untuk ditotoknya! Atau
adakalanya juga ia berusaha membuat cambuknya untuk membelit
tubuh lawan seperti yang ia lakukan pada tubuh Go Jikiu tadi.
Namun, betapapun Samkong mengadakan perlawanan gigih,
ternyata nenek buruk rupa itu terlalu tangguh baginyn sehingga
setiap serangan yang dilancarkan selalu dipatahkan dan setiap kali
pecutnya beradu dengan pedang lawan, sungguhpun pedang itu
tidak berhasil membabat putus pecutnya yang terbuat daripada urat
sapi yang sangat alot dan kuat itu, akan tetapi tangan kanannya
yang memegang pecut selalu terasa tergetar hebat akibat beradunya
tenaga dalam yang justeru disalurkan kepada senjata masing!!
Baru saja pertempuran berlangsung tigapuluh jurus dan dalam
waktu yang sedemikian singkatnya ini Liok Samkong sudah merasa
kewalahan karena kelihayanan ilmu pecutnya yang dibuat andalan
ternyata tidak berarti apa-apa bagi sinenek ganas itu sehingga pada
saat-saat selanjutnya piauwsu ini terus terdesak dan berkat
kelincahan tubuhnya saja membuatnya untuk sementara masih
dapat berkelit kian kemari menghindarkan diri dari sambaran
pedang sinenek! Yang paling dirasakan payah oleh Liok SamkorgNaga Mata Satu - 1 41
adalah pedang itu mengeluarkan hawa yang sangat bau-anyir
memuakkan dan membuat kepala pening sehingga kalau tenaga
khikangnya tidak tinggi, pasti ia sudah muntah-muntah! Dan
agaknya pada kesempatan inilah sinenek akan memutuskan
nyawanya! Dalam detik-detik yang sangat berbahaya bagi Liok
Samkong, tiba-tiba piauwsu ini dalam kepayahannya melihat suatu
kesempatan baik sehingga ia segera menggerakkan pecutnya
sedemikian rupa! Cambuk yang dalam detik-detik terakhir ini sama
sekali sudah tidak berdaya tiba-tiba kini memperdengarkan suara
nyaring bagaikan bunyi mercon dan ujungnya berkelebat
menyambar dari atas kebawah! Benar-benar Liok Samkong
pantang menyerah sebelum ajal tiba, meskipun keadaannya sudah
sulit sekali untuk menyelamatkan diri namun ia masih sempat
mainkan cambuknya dengan gerak tipu Nagasakti-mengejarmustika, sehingga untuk seketika desakan dari sinenek jadi tertahan
karena pedang yang barusan secara langsung mengarah tubuhnya,
kini harus dipergunakan menangkis cambuk dan agaknya wanita
tua itu harus mengakui juga betapa akibatnya kalau ilmu pecut Naga
sakti-mengejar-mustika itu dibiarkan saja tanpa menggerakkan
pedangnya untuk mematahkan serangan itu!
Pecut ditangan Samkong dalam gerak tipu yang dipergunakan
sebagai serangan terakhir dan untung-untungan ini benar-benar
hebat sekali daya-serangnya. Seakan-akan melebihi gerakan kilat
cepatnya ujung cambuk itu berlenggang-lenggok mengitari tubuh
sinenek mencari jalan darah yang mematikan sehingga ujung
cambuk ini bagaikan kepala seekor naga hidup sedang mengejar
mustika. Sedangkan bagian tangan cambuk yang berupa seutas tali
panjang merupakan tubuh naga yang melingkar-lingkar dan setiap
lekuk dari lingkaran ini melakukan serangan tersendiri sehingga
dalam gerakan Nagasakti-mengejar-mustika ini, cambuk ditangan
Samkong sekaligus melancarkan serangan yang tak boleh
dipandang ringan!Naga Mata Satu - 1 42
Dan akhirnya Liok Samkong terdengar berseru girang seraya
mengerahkan tenaga dan menggentak pecutnya ketika pecut itu
telah berhasil membelit pergelangan tangan kanan lawannya yang
mencekal pedang! Akan tetapi tidak tahunya hal ini justeru adalah
pancingan dari sinenek yang dalam waktu bersamaan dengan
Samkong menarik pecutnya, nenek itu sambil tertawa masam
secepat kilat tangan kirinya menangkap cambuk dan lalu melompat
kebelakang sambil membedol cambuk itu! Bagaikan seekor ular
yang ditarik kepalanya oleh satu pihak dan pihak lain menarik
ekornya, sekaligus semua lekuk yang menyerang itu menjadi gagal
karena kini cambuk menjadi terpentang lurus! Untuk sesaat mereka
saling tarik-menarik bagaikan lakunya dua orang sedang adu tenaga
bertarik tambang dan tiba-tiba diluar dugaan Samkong, nenek itu
menggerakkan pedangnya dan putuslah cambuk itu pada tengahtengahnya! Pedang nenek buruk rupa yang sesungguhnya sebilah
pedang mustika itu memang tidak mampu membabat putus
cambuk ketika mereka sedang bertempur karena cambuk itu
bersifat lemas dan malah ada kemungkinan pedangnya dibelit, akan
tetapi kini, setelah dipegang oleh kedua pihak dan ditarik kencang,
maka dengan sekali sabet saja, biar bagaimanapun alot dan kuatnya
cambuk, pedang mustika yang disertai pengerahan lwekang ketika
disabetkan telah berhasil memutuskannya!
Liok Samkong merasa terkejut sekali dan karena ia tidak
menduga bahwa nenek itu akan memutuskan cambuknya yang
justeru sedang dibetotnya dengan sepenuh tenaga, maka begitu
cambuknya dibabat putus; tak ampun lagi tubuhnya jadi jatuh
terjengkang! Saat mana digunakan oleh sinenek untuk melompat
maju dan mengirim tusukan maut. Samkong tak mendapat
kesempatan berkelit dan agaknya ia sudah menerima nasib
keakhiran hidupnya dengan tiada ditembus pedang dan dalam saat
menjelang kematiannya ini, ia masih sempat ingat akan firasat
buruk yang ia sudah peroleh sejak dari rumahnya pagi tadi!Naga Mata Satu - 1 43
"Oh isteriku firasatmu dan yang juga menjadi firasatku, benarbenar tak salah! Hari ini ternyata hari naas yang menjadi hari
terakhir daripada hidupku",demikian, sambil meramkan mata,
pada detik-detik pedang sinenek menghujam dadanya, Liok
Samkong masih sempat pula mengeluh didalam hatinya sambil
dalam ingatannya terbayanglah kelembutan wajah isterinya yang
segera akan menjadi janda serta kelima orang anaknya yang masih
kecil-kecil dan yang segera akan menjadi anak-anak yatim.
Akan tetapi firasat buruk yang kenyataannya sudah tak dapat
dibantah lagi oleh Liok Samkong dalam detik menanti kematiannya
ini, tapi pada saat berikutnya ternyata, bahwa firasat buruk itu
justeru samasekali tidak berarti pertanda datangnya kematian
sehingga firasat mana dapat dikata pada hakekatnya sangat jauh
meleset! Hal ini terjadi tatkala kemudian tiba-tiba Liok Samkong
mendengar suara bentakan nyaring :
"Monyet-betina-tua! Keganasanmu makin menggila! Kini saat
aj almu telah tiba! Dosa-dosamu kau tebus dengan nyawa!"
Samkong maklum bahwa yang membentakkan pantun makian
ini adalah Sanbeng dan ia yakin bahwa pedang sinenek belum juga
menembus dadanya adalah dikarenakan pertolongan anakmuda ini,
sehingga hatinya sangat girang. Cepat ia bangkit dan memandang,
ternyata Sanbeng sudah menghadang sinenek dan pedang wanita
burukrupa itu terjepit diantara sejilid buku yang terpegang ditangan
kirinya! Samkong melongo saking girang dan kagum dan
samasekali ia tidak tahu bahwa ketika ia sedang menyerahkan
nyawa dibawah tusukan pedang sinenek tadi, betapa anak muda
baju biru itu dengan kecepatan luarbiasa telah melompat dari atas
kereta dan dengan mempergunakan bukunya yang berjilid tebal itu
lalu menjepit pedang sinenek yang justeru hanya berjarak tinggal
beberapa dim saja ujungnya yang runcing dan tajam itu hampir
menancap di dada piauwsu!
Kalau Liok Samkong jadi melongo saking girang hatinya dan
kagum akan kepandaian Sanbeng yang telah menolong nyawanyaNaga Mata Satu - 1 44
dalam waktu yang sangat tepat, adalah wanita tua ganas itu menjadi
marah sekali. Marah, bukan saja maksudnya dihalangi, bahkan
terutama sekali ia mendengar makian anakmuda itu. Segera ia
mengeluarkan jeritan yang nyaring dan menyeramkan ketika ia
menarik pedangnya dari jepitan buku anakmuda itu, akan tetapi
karena Sanbeng mempergunakan tenaga lwekangnya maka pedang
itu tak segera dapat dicabutnya, seakan-akan berada dalam jepitan
sebuah catok baja yang sangat kuat!
"Anaksetan! Siapakah engkau maka berani berbuat kurang ajar
terhadap Tokkiam Sianli?!", nenek itu bertanya marah sambil
lengan kirinya diulurkan kedepan, mengirim sebuah pukulan kilat
kearah kepala Sanbeng.
Sanbeng maklum betapa bahayanya pukulan itu, karena meski
tinju sinenek itu belum sampai mengenai sasaran akan tetapi hawa
dari daya pukulannya sudah terasa panas menyambar sehingga
anakmuda ini cepat berkelit dengan sebuah lompatan kesamping
dan karena gerakannya inilah, sinenek jadi mempunyai kesempatan
mencabut pedang dari jepitan bukunya.
"Biang-iblis keji! Sudah terang kau adalah Tokkiam Moli, masih
mau memperindah nama sendiri, dengan mengaku Tokkiam Sianli
[Bidadari berpedang-racun], sungguh kau tak tahu diri dan
menggelikan sekali! Kau ingin tahu siapa adanya aku? Nah,
dengarlah baik-baik oleh telingamu! Kami ayah dan anak sengaja
jauh-jauh dari Santung mencarimu, dan hari ini setelah bertemu,
berarti tibalah hari kematianmu!"
Kembali nenek ini menjerit. "Kutu buku sombong! Rupanya kau
sudah bosan hidup! Hah..?!" sambil menyerukan ucapan "Hah"
ini, nenek itu yang memang Tokkiam Moli adanya sebagaimana
dugaan Liok Samkong tadi, tiba-tiba menubruk dan mengirim
serangan kilat dengan pedangnya! Maka Sanbeng cepat
mengebutkan buku ditangan kirinya dan dari kebutan buku ini,
keluarlah hawa pukulan yarg sangat kuat menyambut terjangan
Tokkiam Moli. Sedangkan tangan kanan anakmuda ini tahu-tahuNaga Mata Satu - 1 45
kini sudah memegang sebatang poan-koan-pit [semacam alat
menulis], lalu mengirim sebuah serangan berupa totokan yang
diarahkan kelambung sinenek sehingga Tokkiara Moli cepat
mengelak sambil memutarkan pedangnya menangkis dan
demikianlah pada saat selanjutnya, So Sanbeng dan Tokkiam Moli
telah bertempur seru bukan main.
Adapun Liok Samkong yang berdiri agak jauh diluar kalangan
pertempuran, makin melongo saja dan matanya yang tinggal satu
itu sampai tidak berkedip ketika menyaksikan betapa hebatnya
pertempuran antara Sanbeng dan Tokkiam Moli. Saking cepatnya
pergerakan mereka, membuat Samkong tak dapat melihat betapa
cara-caranya mereka bertempur. Ia hanya melihat dua sosok
bayangan berwarna biru dan merah berputar-putar menjadi satu
diantara gulungan sinar pedang sinenek yang berkilat-kilat ditimpa
cahaya matahari!
Diam-diam piauwsu ini memuji akan ilmu kepandaian yang
dimiliki Sanbeng. Dengan hanya sejilid buku di tangan kiri dan
sebatang pit ditangan kanan, sungguh pun senjata ini kelihatannya
sangat sederhana namun karena justeru kesederhanaannya inilah
kalau beradu ditangan seorang yang ahli, merupakan senjata
istimewa yang sangat ampuh! Dari hal ini saja secara mudah Liok
Samkong sudah dapat menduga bahwa So Sanbeng pasti memiliki
ilmu kepandaian sangat tinggi, bahkan jauh lebih tinggi daripada
ilmu kepandaian yang dimilikinya sendiri sebagai seorang ahli
cambuk yang sudah ternama itu, karena kalau tidak, betapa
mungkin berani dan dapat menghadapi Tokkiam Moli yang karena
kelihayannya, keganasan dan kekejamannya sudah menggemparkan dunia kangouw!
Bukan main besarnya rasa sesal di hati Samkong kalau ia ingat
betapa tadi ia sudah mempunyai sangkaan yang bukan-bukan
terhadap Sanbeng dan ayahnya, bahkan ia pernah memaki dan
mengancam pula! Namun kenyataannya sekarang membuktikan,
bahwa anakmuda itu justeru merupakan bintang penolongNaga Mata Satu - 1 46
sehingga ia terhindar dari kematian dan karenanya, piauwsu ini jadi
merasa hutang budi atas pertolongan Sanbeng sehingga diam-diam
di hatinya lalu berdoa agar anakmuda itu tidak sampai dikalahkan
oleh Tok kiam Moli.
Suara jeritan yang dikeluarkan oleh Si Iblis wanita Berpedangracun sampai duakali tadi, selain pertanda kemarahan hatinya
namun agaknya berarti juga sebagai tanda rahasia bahwa ia
menghadapi bahaya. Karena begitu nenek buruk rupa ini mulai
bertempur menghadapi Sanbeng, maka beberapa detik kemudian
Liok Samkong melihat bahwa dari dalam hutan, dari mana Go Jikiu
dan Tokkiam Moli tadi berdatangan, muncullah seorang kakek
bertubuh pendek kerdil sehingga kalau tidak melihat kumis dan
jenggot yang sudah putih dan tumbuh jarang diantara wajahnya
yang berkulit penuh keriputan itu, maka Liok Samkong yang
melihatnya pasti akan menyangka bahwa orang yang baru muncul
itu adalah seorang anak kecil yang umurnya belum sampai sepuluh
tahun! Dan kepala kakek itu bentuknya lucu sekali, demikian
lonjong dan besar sehingga tak pantas berada diatas tubuh yang
sedemikian kecil dan kerdil. Tangannya memegang sebatang
tongkat paiijang berwana hitam dan ketika Snmkong
memperhatikan, ternyata bahwa tongkat itu terbuat daripada
seekor ular besar yang telah dikeringkan dengan kepalanya
mengeluk serta mulut terbukti sehingga gigi dan taringnya terlihat,
merupakan bagian kepala tongkat itu. Sementara tubuh ular kering
itu yang bentuknya bereluk-eluk menjadi batang tongkat dan kakek
itu memegang tongk yang mengerikan ini dibagian ekornya. Juga
ketika Samkong memperhatikan pakaian yang membungkus tubuh
kerdil dari kakek itu, kalau justeru ia tidak sedang menghadapi
situasi yang penuh ketegangan, maka niscaya piauwsu ini akan
ketawa penuh kegelian! Betapa tidak, pakaian itu, baik baju maupun
celananya, bentuk dan potongannya persis seperti pakaian yang
biasa dikenakan bocah perempuan. Demikian pula warna kainnya,


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dasar merahmuda berkembang-kembang warna kuning sehingga
kakek itu kelihatannya persis seperti pelawak! Betapa SamkongNaga Mata Satu - 1 47
takkan merasa geli hati kalau melihat bentuk tubuh dan kepala serta
potongan pakaian seperti itu ?
Karena Liok Samkong tidak tahu siapa adanya kakek lucu seperti
potongan pelawak itu, maka tentu saja ia tidak mengenalnya. Akan
tetapi hati piauwsu ini bukanmain terkejutnya ketika ia melihat,
setelah kakek kerdil itu berdiri sebentar dan sepasang matanya yang
kecil bersinar tajam memandang penuh selidik kepada sikakek yang
menjadi ayah dari Sanbeng yang ketika itu masih duduk diatas
kereta sambil enak-enak mengipasi tubuhnya, kemudian dengan
gerakan segesit kijang melompat tahu-tahu kakek kerdil itu telah
berada ditengah pertempuran dan sekali ia menggerakan tongkat
ularnya sambil membentak : "Tikus kecil, kau berani kurang ajar
terhadap isteriku? Enyahlah.....!", dan tahu-tahu tubuh Sanbeng
tampak terpental hingga beberapa tombak jauhnya!
"Celaka ....!", tanpa terasa Samkong berteriak saking kagetnya
dan ia cepat melompat hendak menolong Sanbeng yang masih
bergulingan ditanah. Akan tetapi ketika ia hendak meraih tubuh
anakmuda itu, ternyata Sanbeng telah dapat berdiri pula dan
sikapnya tetap gagah, sama sekali tidak memperlihatkan gejala
bahwa anakmuda ini mendapat cendera. Bahkan ketika melihat
Samkong berlari mendekatinya, ia memberi nasehat :
"Liok Sianseng, minggirlah dan kuminta kau jangan campur
tangan dalam peristiwa ini. Pengganyangan sepasang siluman jahat
ini menjadi kewajibanku bersama ayah!"
"Jadi.... jadi, kau tak mendapat luka apa-apa, So sicu ?" tanya
Samkong tergagap-gagap karena saking tak percaya bahwa
anakmuda itu masih tetap segar bugar. Piauwsu ini sama sekali
tidak tahu, bahwa Sanbeng terpental tadi bukan karena akibat
serangan tongkat ular dari sikakek kerdil, melainkan ia sengaja
melompat kebelakang dengan gerakan cepat lalu menggulingkan
tubuhnya ditanah untuk menghindarkan diri dari serangan jarumjarum kecil beracun yarg dilepaskan oleh kakek kerdil itu melalui
mulut ular yang berupa tongkatnya.Naga Mata Satu - 1 48
Pertanyaan Samkong tak mendapat jawaban dari anakmuda
yaug sangat waspada itu karena ketika mana Sanbeng sudah harus
bersiap dan mengambil ancang-ancang untuk menyambut
datangnya Tokkiam Moli dan kakek kerdil itu yang melakukan
terjangan secara berbareng!
Melihat ancaman bahaya, Liok Samkong cepat melompat
kepinggir bagaikan seekor tikus melihat kucing. Sesungguhnya ia
tidak merasa takut sedikitpun dan kalau menurut keinginan hatinya
serta jiwanya yang gagah, sebenarnya ia ingin sekali membantu
anakmuda itu tanpa memperdulikan betapa rendah tingkat
kepandaian sendiri bila dibandingkan dengan kelihayan yang
dimiliki pihak lawan! Apalagi ia mendengar permintaan Sanbeng
tadi mau tak mau ia harus menghargainya, maka inilah sebabnya
mengapa piauwsu ini segera melompat jauh kepinggir, kembali
ketempat asalnya tadi, dimana selanjutnya ia berdiri, menonton!
Sementara pecutnya tetap terpegang erat-erat dalam tangannya,
sungguhpun ia tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dengan
pecut yang sudah buntung ini!
Kemudian ternyata bahwa yang dapat menyerang langsung
hanya Tokkiam Moli saja dan dihadapi oleh Sanbeng yang segera
menggerakkan buku dan pitnya sehingga kedua orang ini tanpa
banyak cakap mulai bertarung pula! Sementara kakek kerdil tadi,
yang semula bermaksud hendak mengeroyok Sanbeng, tak sempat
mendekati anakmuda itu oleh karena keburu dihadang oleh
orangtua yang menjadi ayah Sanbeng! Liok Samkong tak sempat
melihat betapa orangtua berwajah selalu berseri ramah itu
meloncat dari atas kereta, tahu-tahu sudah berdiri menghadang
sambil mengebutkan kipasnya dihadapan kakek kerdil yang secara
gesit sekali segera melompat kesamping, mengelakkan hawa
pukulan dari kipas itu yang memapaki tubuhnya!
"Berkelahi main keroyok bukan perbuatan orang-orang gagah!
Biarlah siluman-betina itu menerima pelajaran membaca dan
menulis dari anakku. Sedangkan kau, siluman cebol ini, menjadiNaga Mata Satu - 1 49
bagianku untuk mengipasi kepala-raksasa yang tumbuh diatas
tubuh bocah-bayi itu! Satu lawan satu, baru adil. Betulkah, Coa-tung
Tok-ong?!"
Sambil tongkat ularnya dilintangkan didepan dada, kakek kerdil
itu menengadahkan kepala memandang terhadap orang yang
memegang kipas itu dengan mata beringas. "Orang bermulut
busuk! Kau sudah mengenal nama besarku, tapi kau yang berani
menantang maut ini siapakah? Katakanlah, agar aku tak usah
membuang tenaga percuma kalau hanya untuk membunuh seekor
cecunguk!"
"Hehehe !" Orangtua berkipas itu memperdengarkan suara
ketawa ejekan tatkala kemudian berkata: "Coa-tung Tok-ong,
makin tua kau makin sombong. Akan tetapi ternyata kau sudah
pikun sehingga agaknya kau sudah tak ingat lagi akan kebiadaban
yang kau bersama siluman-betina itu perbuat didaerah Santung,
dan juga betapa kau berdua telah berani berbuat kurangajar
terhadap Santung Sam-eng dikota Cilam......"
(Bersambung Jilid ke 2)Naga Mata Satu - 2 0Naga Mata Satu - 2 2
NAGA MATA SATU
Oleh : Tjoe Beng Siang
Jilid ke 2
IBA-TIBA Coa-tung Tok-ong atau Si Raja Racun
bertongkat ular itu menukas: "Cukup! Penjelasanmu
sudah cukup! Dan sekarang aku ingat bahwa kau ini
adalah salah seorang sisa dari Santung Sam-eng [Tiga pendekar
dari Santung] setelah dua orang saudaramu dan keluargamu kami
pindahkan nyawa mereka ke neraka! Bagus, waktu dulu aku telah
mengasihani jiwamu, tapi sekarang kau sengaja datang menghadap
padaku, tentu maksudnya kau hendak minta pertolonganku supaya
nyawamu menyusul dan bita berkumpul dengan nyawa kedua
saudaramu dan keluargamu yang sudah menjadi penghuni tetap di
neraka! Bukan ?!"
"Justeru nyawamu dan nyawa siluman-betina itulah yang kini
harus menghadap Giam-lo-ong [Malaikat elmaut] sebagai hukuman
dosa kalian yang bertumpuk-tumpuk! Nah, bersiaplah dan terlebih
dahulu terimalah salamku terakhir berupa ucapan selamat
berangkat menuju akhirat!" seiring ucapan terakhir yang terdengar
amat lunak ini, maka orangtua yang memang bukan lain adalah
salah seorang yang masih hidup dari Santung Sam-eng, yang
bernama So Kim lin itu, lalu mengebutkan kipas ditangan kanannya,
dibarengi tangan kirinya dengan telapak tangan terbuka membuat
gerakan seperti mendorong kedepan. Sekaligus orangtua ini telah
mengirim dua macam pukulan yang mematikan terhadap Coa-tung
Tok-ong!
Sambil berteriak marah, kakek kerdil itu cepat mengelak dan
pergerakan yang diperbuat oleh tubuhnya yang kecil itu ternyata
luar biasa gesit sehingga dalam sekilas saja, ia sudah dapat
menghindarkan dua macam hawa pukulan dari lawannya yangNaga Mata Satu - 2 3
sudah dimakluminya sangat berbahaya sekali! Dan pada lain saat ia
segera balas menyerang dengan tongkat ularnya yang sangat
mengerikan itu!
Kembali Liok Samkong yang menonton ditempat agak jauh jadi
melongo saking bengongnya. Kini ia melihat empat orang yang
bertempur itu menjadi dua gundukan bayangan yang bergulunggulung kian kemari. Berlangsungnya pertempuran yang seru dan
sengit itu tak dapat diikuti oleh penglihatan mata Liok Samkong
yang hanya satu itu sehingga sulit sekali baginya untuk dapat
membedakan mana yang menjadi pihak sepasang manusia siluman,
dan mana yang menjadi pihak Santung Sam-eng! Tambahan lagi
hawa pukulan hawa pukulan dari mereka yang bertempur
menyebabkan debu berhamburan mengabuti tempat disekitarnya,
sehingga makin kaburlah penglihatan Liok Samkong karenanya!
Tahulah sekarang Liok Samkong bahwa kakek kerdil yang
dianggapnya seperti pelawak itu adalah Coa-tung Tok-ong! Kalau
tadi ia tidak mendengar So Kimlin menyebut nama kakek kerdil, itu,
tentu ia akan menganggap bahwa kakek kerdil itu hanya seorang
makhluk yang menggelikan hatinya. Akan tetapi kini setelah ia tahu,
selain hatinya terkejut bukan kepalang ketika didengarnya So
Kimlin menyebut nama kakek kerdil itu, bahkan dihatinya timbul
pula rasa ngeri yang meremangkan buluromanya! Betapa tidak,
memang ia sudah mendengar bahwa di dunia kang-ouw ini terdapat
seorang tokoh jahat, yang berjuluk Si Rajaracun bertongkat ular,
menyamai kejahatan Si Iblis betina berpednang-racun yang juga
hanya pernah didengarnya. Kini sepasang siluman itu benar-benar
dapat dijumpainya secara kebetulan dan Liok Samkong sama sekali
tidak menyangka bahwa sepasang tokoh jahat itu sudah berada
dihutan Siong-tiok-lim ini! Ia bergidik kalau ingat akan tantangan
yang diajukan Go Jikiu yang mayatnya kini masih membujur dan
kadang-kadang terinjak-injak oleh keempat orang yang sedang
bertempur dahsyat itu, andaikata ia memenuhi tantangan Go Jikiu
dan mendatangi hutan ini hanya seorang diri, agaknya firasatNaga Mata Satu - 2 4
buruknya akan menjadi kenyataan karena jelas ia akan menemukan
aj alnya secara konyol disebabkan kepandaian sendiri tak mungkin
dapat dipergunakan untuk menghadapi kelihayan sepasang siluman
beracun yang sudah menggemparkan dunia kangouw itu. Maka
bagaimana hati Liok Samkong takkan merasa ngeri kalau
mengingat hal ini! Dan ia maklumlah pula kini, bahwa yang
membuat Go Jikiu sikepala perampok itu berani mengirim surat
tantangan, agaknya mengandalkan bantuan sepasang siluman jahat
tersebut yang ilmu-kepandaiannya jelas bukan mmjadi
tandingannya!
Baiknya ia datang bersama salah seorang Pendekar Santung
dengan puteranya yang kini jelas bahwa ayah dan anak itu
mempunyai perhitungan dendam terhadap sepasang siluman itu,
sehingga dengan demikian ayah dan anak yang gagah itu
merupakan bintang penolong sehingga ia hari ini terhindar
daripada kematian! Kalau tidak ? Pasti ia sudah mampus dibawah
pedang siluman-betina itu dan nyawanya agaknya sudah sedang
menyusul nyawa Go Jikiu Si Golok tunggal Pencabut nyawa yang
benar-benar nyawanya sudah dicabut oleh totokan ujung pecutnya
tadi!
Kembali Liok Samkong jadi teringat betapa ia tadi menaruh
prasangka yang sedemikian buruk terhadap kedua penyewa
keretanya yang kemudian baru diketahui bahwa mereka adalah
salah seorang dari Santung Sam-eng bersama anaknya dan kepada
mereka justeru kini ia merasa berhutang budi, bahkan merasa
berhutang nyawa, sehingga bertambah besarlah rasa menyesal
yang menyesaki dadanya dan ia sudah mengambil keputusan,
bahwa ia harus menyatakan maaf yang sebesar-besarnya terhadap
mereka!
Sementara itu pertempuran berlangsung makin seru dan debu
makin hebat mengabuti gelanggang empat orang yang sedang
saling serang mengadu nyaw.a. Dan kalau menurut taksiran Liok
Samkong, pertempuran itu sudah berlangtung melebihi tigaratusNaga Mata Satu - 2 5
jurus, namun sampai sejauh itu masih belum kelihatan pihak yang
menang atau kalah, tanda bahwa mereka sama kuat, sama lihay,
sehingga Samkong harus mengakui bahwa sepanjang
pengalamannya sebagai piauwsu, belum pernah ia menyaksikan
pertempuran yang demikian hebat, seru dan berlangsung sampai
selama itu seperti apa yang sedang ditontonnya sekarang!
Saking asyiknya ia menonton sungguhpun perasaan hatinya
amat tegang dan diam-diam hatinya terus berdoa guna
kemenangan pihak ayah dan anak dari Santung itu, Samkong
sampai tak dapat melihat betapa disekitar tempat itu kini sudah
terkurung oleh kurang lebih seratus orang anggota perampok dan
sebagian dari mereka, sudah menggerayangi barang-barang diatas
kereta! Ia baru sadar ketika mendengar suara ribut-ribut dari para
perampok yang sibuk dan berebutan hendak mengangkati barangbarang dari atas kereta itu. Ingat akan hutang budi, maka sudah
menjadi kewajiban mutlak baginya untuk menyelamatkan barang
barang milik Pendekar dari Santung itu sehingga karenanya, ia
segera melompat menghampiri kereta sambil membentak marah
dan pecutnya langsung dihajarkan terhadap perampok secara
bertubi-tubi sehingga para prrampok itu sambil memekik kesakitan
jatuh bergulingan dari atas kereta! Akan tetapi para perampok yang
belum kebagian hajaran pecutnya menjadi marah dan lalu
menyerbu dan mengeroyok piauwsu itu.
Selaku piauwsu yang banyak pengalaman, Liok Samkong
maklum bagaimana ia harus menghadapi keroyokan dari cacingcacing pecomberan ini. Ia segera meloncat keatas kereta dan sambil
berdiri tegak, ia memutarkan cambuknya sedemikian rupa sehingga
para perampok yang tak tahu gelagat dan berani coba-coba menaiki
kereta, tak ampun lagi wajah mereka disabet pecut buntung
sehingga mereka segera mundur kembali sambil berteriak-teriak
karena kulit wajah mereka pecah yang mendatangkan rasa sakit dan
perih bukan main! Akan tetapi dasar kawanan becokok itu terdiri
dari manusia-manusia kasar dan berotak kerbau, keberanianNaga Mata Satu - 2 6
mereka hanya karena mengandalkan kawan mereka banyak,
kemudian secara beramai-ramai mereka hendak menggulingkan
kereta itu. Namun Liok Samkong sudah siap menghadapi maksud
mereka, segera targan kirinya menyambar tali-kendali kuda dan
secara mahir sekali ia membuat kedua ekor kuda itu berjalan
berputar-putar sehingga kuda dan kereta itu jadi berputar seperti
baling-baling sehingga sangat sukar sekali untuk digulingkan oleh
para perampok, bahkan mereka ini harus menerima risiko yang
lebih besar karena bukan saja wajah, kepala dan tubuh mereka
mendapat hajaran pecut ditangan kanan Somkong, malah mereka
lebih celaka lagi dalam paniknya karena kesakitan akibat sabetan
pecut, tubuh mereka jadi terguling ketabrak kuda, lalu terinjakinjak oleh empat pasang kaki dari dua ekor kuda itu dan malah ada
juga yang lebih sial, tubuhnya digiles roda kereta itu! Dalam
beberapa saat saja entah sudah berapa beas orang anggota
perampok yng meringkuk dan terkapar diatas tanah sambil
mengerang-erang serta mengaduh-aduh kesakitan! Ternyata pecut
buntung itu ada juga gunanya, sungguhpun Samkong
mengerjakannya repot juga oleh karena para perampok itu seakanakan sekawanan binatang nyamuk yang tidak tahu bahayanya api
dan demikian bandel. Meskipun sudah tahu mendekati kereta
berarti bahaya, namun mereka jatuh satu, datang dua dan yang dua
ini dijatuhkan pula, lalu muncul empat dan demikian seterusnya
sehingga Samkong jadi merasa gemas bukan main, sampai-sampai
akhirnya ia terpaksa harus menjatuhkan tangan maut terhadap
mereka! Betapa Samkong takkan merasa gemas dihatinya, oleh
karena adanya gangguan para nyamuk bandel itu membuat ia tidak
mempunyai kesempatan menyaksikan pertarungan yang sangat
menarik hatinya, yang dikala mana masih terus berlangsung
teramat serunya.
Orang yang tak memiliki ilmu menangkap harimau pasti ia
takkan berani mendekati sarang harimau, demikian sebuah
peribahasa kuno mengatakan. Begitu pula halnya So Kimlin dan
Sanbeng, jauh-jauh dari Santung mencari Coa-tung Tok-ong danNaga Mata Satu - 2 7


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tokkiam Moli, berarti mereka menyerahkan nyawa secara percuma
kalau mereka tidak memiliki ilmu kepandaian yang dapat mengatasi
kelihayan sepasang siluman yang tak asing lagi itu! Selama tigaratus
jurus mereka bertempur, mereka harus mengakui kelihayan serta
ketangguhan pihak lawan masing-masing. Tokkiam Moli kadangkadang terdengar menjerit marah apabila pedangnya terbentur
dengan jilid buku ditangan sianakmuda, karena dari tenaga
benturan itu mendatangkan akibat tangannya tergetar hebat tanda
bahwa tenaga lwekang lawannya yang masih semuda itu tidak
berada dibawah tingkatnya. Angin kebutan dari buku itu berupa
hawa pukulan yang sangat kuat, mendorong dan agaknya dapat
melontarkan sebuah batu gunung yang cukup besar. Terutama
sekali yang amat membingungkan Tokkiam Moli adalah sebatang
pit yang terpegang ditangan kanan anakmuda itu. Senjata yang kecil
dan pendek itu dapat menangkis dan menindih serangan pedangnya
yang panjang dan gerakan pit tersebut sangat sukar diduga arah
mana sebenarnya yang hendak ditotok, karena gerak tipunya
demikian banyak membuat orang melayaninya kebingungan dan
mudah dapat terpancing, sehingga kalau saja bukan Tokkiam Moli
yang menghadapinya, agaknya dalam beberapa puluh jurus saja
sudah jadi pecundarg! Sebaliknya pihak Sanbeng juga tak dapat
memandang rendah kepada lawannya, pedang nenek itu setiap
gerakannya berupa jangkauan maut, demikian ganas dan cepat
luarbiasa! Baiknya pemuda irii memiliki kepandaian, ketabahan
serta keberanian hati yang sudah matang dalam gemblengan
sehingga selain ia dapat mengirim serangan-serangan yang
berbahaya. juga amat berhati-hati, segala gerakan yang
dilakukannya selalu berdasarkan perhitungan yang cermat. Ia
maklum bahwa pedang itu mengandung racun, sehingga ia sangat
waspada supaya pedang itu jangan sampai mengenai tubuhnya.
Jangankan sampai tertusuk dan terbunuh mati, sedangkan bila
tergores sedikit saja tetap akan mendatangkan maut karena racun
dari pedang itu akan masuk melalui luka dan menjalar keseluruh
peredaran darah, sehingga akhirnya mendatangkan kematian! BauNaga Mata Satu - 2 8
anyir yang tersebar dari pedang sinenek yang biasanya sangat
mempengaruhi pernapasan lawan sehingga lawan itu sangat
mudah dijatuhkan, ternyata bagi Sanbeng tidak berarti apa-apa,
oleh karena sebelum ia bertempur menghadapi Tokkiam Moli,
secara diam-diam ia telah menelan sebutir pil kimtan yang
khasiatnya dapat mencegah segala pengaruh racun. Inilah yang
paling membuat Tokkiam Moli merasa heran dan penasaran,
disamping ia mengakui ketangguhan lawannya yang masih muda
itu, juga ia sangat tidak mengerti mengapa anakmuda itu tak sampai
terpengaruh oleh hawa racun dari pedangnya, maka membuatnya
makin gemas dan makin hebatlah ia menyerang.
Adapun So Kimlin yang bertempur dengan Coa-tung Tok-ong,
juga orangtua dari Santung ini harus mengakui kehebatan ilmu
kepandaian Si Raja racun Bertongkat ular itu! Pantas kedua orang
sute [adik seperguruannya] telah dapat ditewaskan oleh kakek
kerdil yang dalam segala penyerangannya lebih banyak
mempergunakan akal licik dan curang. Salah satu kecurangannya
ialah berupa pelepasan jarum-jarum kecil berbisa dari mulut ular
yang menjadi tongkatnya itu sehingga banyak lawan menjadi
kurban dari kecurangannya ini! Tetapi So Kimlin, salah seorang
pendekar dari Santung yang sudah mempunyai nama besar ini
sudah mempunyai siasat untuk menghadapi kecurangan Coa-tung
Tok-ong. Ia maklum bahwa sikakek kerdil itu tak dapat melepaskan
jarum-jarum kecil beracun dari mulut tongkat ularnya secara terus
menerus kalau tanpa mempunyai kesempatan mengisi jarumjarum baru kedalam tongkatnya, maka ia selalu mendesak dan
bertempur dalam jarak yang dekat sekali sehingga Coa-tung Tokong samasekali tidak mempunyai kesempatan untuk mengisi
"peluru" kedalam senjatanya. Watak licik dan curang dari Si
Rajaracun itulah yang paling dikuatirkan oleh So Kimlin, sedangkan
ilmu silat tongkat ularnya yang biarpun harus diakui kehebatannya
dan ditambah lagi bau busuk yang keluar dari tongkat-ularnya yang
bisa membuat orang merasa sebal dan menjadi mabuk, bagi
pendekar dari Santung ini tidak terlalu membahayakan oleh karenaNaga Mata Satu - 2 9
dengan kebutan kipasnya yang bisa menimbulkan angin berupa
hawa pukulan yang sangat kuat dan dibantu pukulan Ceng-kinciang [pukulan seribu kati] yang dilakukan oleh tangan kirinya,
sudah dapat mengusir hawa beracun mematahkan segala gerak tipu
serangan yang dilancarkan dari lawannya.
So Kimlin memang bermaksud hendak membunuh Coa-tung
Tok-ong, maka dalam segala serangan yang ia lancarkan selalu
disertai pengerahan tenaga lweekang sepenuhnya yang dapat
mematikan lawan tanpa menderita sekarat dulu. Akan tetapi,
setelah bertempur selama tigaratus jurus, masih belum juga ia
dapat menjatuhkan lawannya karena tubuh sikakek kerdil itu
ternyata mempunyai kelincahan luar biasa, melompat kian kemari
segesit binatang tupai bermain diantara ranting-ranting pohon
sehingga Kimlin harus mengerahkan seluruh ginkangnya untuk
mengimbangi kegesitan lawan dan terus mendesak sambil
mengirim pukulan-pukulan maut, namun sampai sejauh itu semua
pukulannya hanya menghantam tempat kosong membuat debu
berhamburan dan daun-daun diatas pohon bergoyang-goyang
bagaikan ditiup angin santer. Dapatlah dibayangkan, betapa tinggi
ilmu kepandaian terutama ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
oleh Coa-tung Tok-ong sehingga semua pukulan dari Kimlin yang
serba dahsyat dan dapat mematikannya itu, selalu dapat
dihindarkannya secara begitu mudah. Memang Coa-tung Tok-ong
tak mungkin akan dapat menggemparkan dunia kangouw kalau ia
dapat dibunuh oleh seorang lawan begitu gampang!
Betapapun tingginya ilmu kepandaian seseorang, namun kalau
bertempur terlalu lama sampai ratusan jurus. akhirnya akan
kehabisan tenaga dan napas. Demikianlah halnya dengan keadaan
sepasang siluman jahat itu, disebabkan usia mereka sudah tua dan
ditambah lagi didalam tubuh mereka dipenuhi darah dan hawa
kotor akibat pengaruh racun yang seakan-akan menjadi barang
permainan mereka sehari-hari, maka setelah mereka bertempurNaga Mata Satu - 2 10
menghadapi lawan masing-masing sampai melampaui tigaratus
jurus, akhirnya mereka merasa kewalahan!
Napas Tokkiam Moli sudah terengah-engah, gerakan pedangnya
sudah mulai ngawur sungguhpun serangannya masih cukup
berbahaya. Baju merah nenek iblis itu sudah basah kuyup oleh
keringat yang keluar dari tubuhnya dan ternyata keringat siluman
betina ini baunya memuakkan sekali sehingga kalau So Sanbeng
tidak menelan pil kimtan yang sangat mujarab itu, pasti anakmuda
ini sudah jatuh pingsan! Dan justeru karena pengaruh pil mujarab
itu pula, membuat keadaan anakmuda ini masih tetap segar, hanya
wajahnya saja berwarna merah serta peluh berbintik-bintik di
kening dan lehernya tanda bahwa ia terlalu banyak mengeluarkan
tenaga dalam pertempuran yang memang sangat lama itu. Ketika
dilihatnya betapa keadaan sinenek lawannya itu sudah mulai
kepayahan, maka Sanbeng dengan semangat yang tetap tinggi terus
melakukan desakan semakin hebat. Bukunya dikebut-kebut makin
dahsyat sehingga hawa pukulan dari buku ini menyerang tubuh
Tokkiam Moli bertubi-tubi, sedangkan senjata poan-koan-pit
ditangan kanannya berputar-putar sedemikian rupa seakan-akan
sedang membuat lukisan benang-kusut, mencari sasaran kearah
jalan darah yang mematikan! Namun, walaupun Tokkiam Moli
dalam keadaan terus terdesak dan kewalahan, pada suatu ketika ia
masih sempat mengirim sebuah tusukan dengan pedangnya yang
dilakukan secara nekad. Biarpun tenaganya sudah hampir habis,
tapi datangnya tusukan itu masih merupakan kilat cepatnya kearah
tenggorokan Sanbeng sehingga anakmuda ini cepat mengelak
dengan sedikit merendahkan tubuhnya dan justeru pada saat itulah
Sanbeng melihat kesempatan baik untuk mengirim serangan
sebagai penentuan berakhirnya pertempuran! Sambil merendahkan
tubuhnya sehingga pedang sinenek meluncur lewat diatas
kepalanya, poan-koan-pit ditangan kanannya cepat digerakkan
keatas dan secara tepat sekali menotok urat nadi dipergelangan
tangan Tokkiam Moli yang memegang pedang, dan buku ditangan
kirinya dikebutkan dengan tenaga sepenuhnya kearah tubuhNaga Mata Satu - 2 11
sinenek yang berjarak sangat dekat itu! Segera terdengar Tokkiam
Moli menjerit, pedangnya terlepas dari pegangan dan tangan
kanannya seketika itu pula menjadi lumpuh. Tapi nenek ini masih
sempat mendoyongkan tubuhnya kesamping untuk mengelakkan
hawa pukulan dari buku lawannya, sementara tangan kirinya tibatiba, dengan kecepatan luarbiasa, mengirim serangan berupa
sebuah cengkereman kearah pundak kanan Sanbeng! Tapi nyatanya
ia kalah cepat olen gerakan yang diperbuat oleh anakmuda yang
selalu mempunyai perhitungan tepat, sehingga Tokkiam Moli tak
sempat mengelak lagi tatkala sebuah tendangan kilat dari kaki
kanan Sanbeng yang disertai pengerahan tenaga lwekang
sepenuhnya, telah melayang dan menghantam dadanya! Tubuh iblis
betina itu terlempar keudara dan melambung tinggi sekali. Sanbeng
tak mau berhenti sampai disitu saja, karena kuatir nenek itu
mempunyai kekebalan dan belum sampai mampus kalau hanya
sekali tendang saja, lagipula ia ingat akan pesan ayahnya bahwa ia
harus membuat nenek itu benar-benar mampus, maka ketika
dilihatnya betapa tubuh iblis betina itu mulai meluncur kebawah, ia
segera memapaki dengan hawa pukulan dalam gerakan bukunya
dikebutkan keatas dan akibatnya hebat sekali, tubuh Tokkiam Moli
kembali melambung keudara dan ternyata jauh lebih tinggi
daripada yang sebelumnya, dan beberapa detik kemudian tubuh itu
kembali meluncur kebawah dan kali ini Sanbeng tinggal diam
sambil melihat, sehingga akhirnya tubuh yang sebenarnya sejak tadi
sudah tak bernyawa itu lalu terbanting jatuh diatas tanah dalam
keadaan tidak berkutik dan dari mulut serta hidungnya tampak
mengeluarkan darah!
"Bagus, Beng-ji! Kau sudah menunaikan kewajibanmu dengan
baik!", tiba-tiba terdengar So Kimlin memuji anaknya. Ternyata
orangtua gagah itu meskipun masih terus mendesak sikakek kerdil,
sempat juga ia melihat betapa anaknya membuat riwayat hidup
Tokkiam Moli yang penuh kekotoran itu menjadi tamat. Tentu saja
orangtua ini merasa sangat gembira dan bangga mempunyai anak
yang begitu gagah perkasa, sehingga otomatis semangatnya jadiNaga Mata Satu - 2 12
bertambah berlipat ganda yang membuat desakan serta rangsekan
terhadap Coa-tung Tok-ong bertambah hebat seakan-akan
orangtua ini merasa malu karena ketinggalan oleh anaknya yang
sudah mengakhiri pertempuran lebih dahulu!
Sebagaimana sudah dituturkan tadi bahwa Coa-tung Tok-ong
samasekali tidak diberi kesempatan oleh lawannya untuk mengisi
jarum-jarum kedalam tongkat ularnya, padahal itu justeru adalah
kelihayannya yang paling diandalkan! Rajaracun ini hatinya gemas
sekali melihat bahwa lawannya sudah mengetahui kelemahannya,
dan ia mengakui pula bahwa sepanjang pengalamannya belum
pernah menjumpai lawan yang demikian tangguh dan cerdik! Akan
tetapi Coa-tung Tok-ong meskipun ilmu silatnya tidak begitu tinggi
sebagaimana menurut anggapan So Kimlin, tentu takkan banyak
pendekar-pendekar gagah yang dirobohkannya dan tentu pula ia
takkan dapat mempertahankan nyawanya sampai hari ini, kalau ia
tidak banyak mempunyai akal muslihat licik dan curang. Dan kini,
meskipun ia terus terdesak hebat dan sama sekali tidak ada
kesempatan untuk melawan, namun sampai sejauh itu lawannya
sukar sekali untuk menjatuhkannya, lebih-lebih ginkang dari Si
Rajaracun ini benar-benar harui dipuji kehebatannya!
Kalau Coa-tung Tok-ong menghendaki melarikan diri, memang
hal ini sangat mudah sekali baginya. Akan tetapi ia samasekali tidak
mempunyai niatan untuk itu sebelum ia mengeluarkan tipumuslihat yang masih banyak disimpannya. Ia pantang menyerah
mentah-mentah sebelum ia memberi sedikit hajaran terhadap
lawannya. Demikianlah, ketika Coa-tung Tok-ong ini melihat betapa
Tokkiam Moli yang menurut pengakuannya adalah isterinya, sudah
dikalahkan oleh anakmuda lawannya sampai sebegitu rupa, tibatiba Si Raja racun ini menjerit marah dan secara tiba-tiba pula,
sambil mengelakkan hawa pukulan dari lawannya yang seakanakan hendak menggencet dari kanan dan kiri, secepat kilat
tubuhnya yang kerdil itu meloncat keatas dan justeru dalam
gerakan membuat loncatan inilah, tangan kanannya sempatNaga Mata Satu - 2 13
merogoh saku bajunya, dari mana ia mengeluarkan sebuah benda
bulat sebesar kepalan yang segera dilemparkannya kearah
Kemelut Tahta Naga 8 Pendekar Naga Putih 64 Gerombolan Setan Merah Alengka Bersimbah Darah 1

Cari Blog Ini