Ceritasilat Novel Online

Naga Mata Satu 2

Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang Bagian 2


lawannya sambil membentak:
"Binatang! Nyawa isteriku harus kalian tebus !"
So Kimlin ketawa mengejek sambil menggerakkan kipasnya
menangkis datangnya benda bulat itu dan ketika benda tersebut
beradu dengan kipas, tiba-tiba "Daarrr !" Benda bulat tadi yang
agaknya mengandung obat peledak, meletus dan dari letusan ini
mengeluarkan segumpal asap berwarna hijau! So Kimlin kaget
bukan main, cepat ia menjatuhkan diri dan bergulingan karena
maklum bahwa asap hijau dari letusan itu mengandung racun yang
sangat ber bahaya. Kipas ditangan kirinya kini sudah hancur dan
tak dapat dipergunakan lagi. Baiknya asap beracun itu masih
tertahan oleh tenaga kipas yang dipergunakan menangkis tadi, oleh
karena kalau tidak, maka pasti akan langsung menyembur kewajah
So Kimlin dan terhisap dan kalau asap itu sampai memasuki paruparu, berarti renggutan maut. Itulah sebabnya So Kimlin cepat
menjatuhkan diri dan bergulingan untuk menjauhi gumpalan asap
hijau yang sangat berbahaya itu!
Justeru dikala tubuh So Kimlin tengah bergulingan itulah, tibatiba tubuh Coa-tung Tok-ong meluncur turun dalam gerak tipu
Burung Garuda Menyambar mangsa. Tubuhnya menukik dengan
kepala dibawah dan kaki diatas, tongkat ularnya meluncur terlebih
dulu, mengirim totokan langsung kearah tubuh lawan yang tengah
bergulingan! Kalau saja datangnya serangan yang cepat bagaikan
kilat ini tiba pada sasarannya dikala tubuh So Kimlin yang sedang
bergulingan itu dalam keadaan telungkup, agaknya sulit untuk
dielakkan! Akan tetapi kebetulan sekali dikala mana tubuh So
Kimlin justeru baru saja membuat gerakan membalik dari
telungkup jadi celentang sehingga mata pendekar dari Santung
yang memang selalu waspada ini dapat melihat betapa serangan
kilat mengarah dirinya!Naga Mata Satu - 2 14
Coa-tung Tok-ong ketawa terkekeh-kekeh tatkala dilihatnya
betapa lawannya tak mempunyai kesempatan untuk berkelit lagi
oleh karena datangnya kepala tongkat yang didorong oleh tubuhnya
yang meluncur dari atas begitu cepat. Kepala tongkat yang berupa
kepala-ular dengan mulut membuka itu secara langsung ditotokkan
kearah Leng-tut-hiat, yaitu jalan darah yang mematikan di dada
lawan.
"Hehehe !" Demikian ketawanya penuh kemenangan tatkala ia
mengerahkan segenap tenaga lwekangnya kearah tongkat. Dan
tiba-tiba terdengar suara"Kraakk !!" dan seiring dengan mana suara
ke-tawa Coa-tung Tok-ong berubah menjadi suara jeritan yang
mengerikan berbareng tubuhnya yang masih dalam keadaan
menukik itu mencelat kembali keatas dan tongkat itu terlepas dari
pegangannya! Apa yang terjadi ?
Ternyata So Kimlin meskipun tubuhnya masih rebah terlentang
dan memang kelihatannya sulit sekali untuk menghindarkan
totokan maut yang datangnya demikian cepat sehingga membuat
Coa-tung Tok-ong ketawa kegirangan, akan tetapi pendekar dari
Santung ini tidak mungkin berani mencari Coa-tung Tok-ong kalau
ia hanya untuk mengantar nyawa begitu saja. Maka demikianlah,
biarpun tubuhnya sambil rebah terlentang, ternyata ia masih
mampu mengadakan perlawanan berbareng mengirim serangan
yang sangat jitu. Tatkala kepala-ular dari tongkat lawannya tinggal
beberapa senti lagi hampir menghantam dadanya, So Kimlin segera
mengangkat kaki kirinya keatas dan menendang tongkat itu
sehingga terdengar "Kraaakk !" Tongkat ular itu patah menjadi dua
potong dan berbareng tangan kanannya mengirim pukulan Cengkin-ciang kearah dada Coa-tung Tok-ong yang masih dalam
kedudukan menukik diatas tubuhnya sehingga kini benar-benarlah
Si Raja racun itu sendiri yang tidak mempunyai kesempatan
berkelit, maka setelah ia terkejut sebentar disebabkan tidak
menduga bahwa tendangan lawannya menyebabkan tongkat
ularnya patah, lalu ia menjerit ngeri ketika dadanya dihantam olehNaga Mata Satu - 2 15
hawa-pukulan yang mengandung tenaga beribu kati itu dan dari
sebab adanya tenaga dorongan hawa pukulan inilah sehingga
akibatnya membuat tubuh yang kerdil itu mencelat kembali keatas
bagai dilontarkan tenaga raksasa! Kalau tadi tubuh Tokkiam Moli
dibuat oleh pukulan Sanbeng melambung tinggi keangkasa, adapun
tubuh Coa-tung Tok-ong ini terpental jauh sekali dan akhirnya,
tatkala tubuh ini jatuh persis menimpa punggung kuda kereta
dimana Liok Samkong masih sibuk memberi hajaran terhadap
kawanan perampok yarg masih juga terus nekad hendak merampas
barang-barang diatas kereta yang menjadi milik pendekar dari
Santungitu!
"Buukkk!", bantingan tubuh kerdil itu menimpa punggung
kedua ekor kuda keras sekali, membuat kuda-kuda itu
mengeluarkan ringkikan kaget sambil mengangkat sepasang kaki
depan mereka sehingga Sam kong bukan main kagetnya karena
tubuhnya nyaris jatuh terguling. Sedangkan kawanan anggota
perampok itu juga bukan main kagetnya hati mereka ketika
mendapat kenyataan bahwa Si Raja racun yang mereka paling
andalkan kelihayannya ternyata kini telah mengalami nasib yang
sama seperti Go Jikiu dan Tokkiam Moli. Maklum bahwa ketiga
pemimpin mereka sudah tewas semua, otomatis mereka melempar
senjata dan mengangkat tangan dan salah seorang diantara mereka
yang agaknya menjadi "komandan regu" cepat menghadap dan
berlutut dihadapan So Kimlin dan So Sanbeng yang tengah
berpelukan menyatakan kepuasan hati setelah pembalasan dendam
mereka dapat dilaksanakan dengan baik!
"Jiwi Tayjin [dua orang tuan besar] yang mulia, ampunkanlah
nyawa kami yang tidak berharga dan hina ini. Kami terpaksa
menjadi anggauta perampok karena kebebasan kami dikekang oleh
Go Jikiu yang jahat dan kejam itu dan sekarang setelah Jiwi
membunuhnya, kami tentu akan kembali lagi ke masyarakat dan
kami bersumpah bahwa kami akan menuntut penghidupan secara
jujur" kata "kepala regu" perampok itu dengan suara meratap.Naga Mata Satu - 2 16
"Huuhhhhh ....!" So Kimlin memperdengarkan suara yang
berdengus dari hidung. "Biasa. Lagu lama! Memang demikianlah
sifatnya manusia yang berjiwa rendah. Kalau gembongnya sudah
mampus, meratap-ratap minta diampuni dan bersumpah segala!
Tapi kalau gembongnya masih hidup, sikapmu tentu garang dan
galak seperti binatang srigila! Enyahlah kau jauh-jauh serta sekalian
bawalah semua tubuh-tubuh yang sudah menjadi bangkai itu! Aku
jemu melihatnya !"
"Terimakasih! Terimakasih atas kemurahan hati tuan besar", Si
"kepala regu" perampok itu membenturkan jidatnya ke tanah
sampai berkali-kali tanda penghormatan yang sangat mendalam,
kemudian ia bangkit dan mengundurkan diri sambil berjalan
setengah merangkak seperti binatang kura-kura dan selanjutnya
atas adanya aba-aba dari dia inilah, para anggota perampok yang
masih mampu menggerakkan anggota tubuhnya segera bekerja
keras, menggotong, memondong dan memanggul kawan-kawan
mereka yang terkapar diatas tanah! Juga mayat-mayat Go
Jikiu,Tookkiam Moli dan Coa-tung Tok-ong mereka ungkiti kedalam
hutan dengan tergesa-gesa sehingga sebentar kemudian keadaan
ditempat itu menjadi sepi, seperti tidak pernah terjadi suatu
peristiwa yang mengakibatkan beberapa nyawa manusia melayang!
Kini yang tinggal ditempat itu hanya tiga orang, yaitu Liok Samkong
bersama kedua orang penyewa keretanya.
Tatkala itu Liok Samkong telah turun dari keretanya dan cepat
menghampiri kedua orang itu yang menyambutnya dengan wajah
berseri-seri.
"Tuan berdua yang terhormat, aku yang rendah menghaturkan
banyak terima kasih atas pertolongan yang telah kuterima sehingga
aku ini benar-benar merasa hutang nyawa kepada kalian," sambil
bersoja Liok Samkong berkata berdasarkan hati-nurani yang
sejujurnya dan pernyataan ini memang sudah sejak tadi terkandung
dalam maksudnya.Naga Mata Satu - 2 17
"Ucapanmu sungguh aneh, Liok hiapsu! Kapan aku
menghutangkan nyawa kepadamu?" tanya So Kimlin sambil ketawa
dan sikapnya menolak penghormatan dari piauwsu itu.
"Tuan, kau jangan bergurau," kata Samkong pula dengan suara
dan sikap sungguh-sungguh. "Aku benar-benar merasa berhutang
nyawa kepada kalian, oleh karena kalau tidak ada kalian yang
menolongku ketika aku menghadapi serangan dari sinenek berbaju
merah tadi, niscaya ragaku ini sudah tak bernyawa pula!"
"Ah, Liok hiapsu. Hal itu tak lebih hanya suatu kebetulan. Mati
dan hidup menjadi kekuasaan Thian, demikian pula nyawamu
maupun nyawa kita sekalian, melayang atau tidaknya, hanya Thian
yang berhak menentukan. Mengapa kau harus berterima kasih
kepada kami? Sudahlah Liok hiapsu, kau jangan bersikap terlalu
sheji [sungkan] dan main hormat-hormatan segala! Sekarang
perutku sudah lapar, maka marilah kita beristirahat sambil mengisi
perut! Hayo, Beng-ji, pergi ambil bekal kita"
Sanbeng mentaati perintah ayahnya dan lari kearah kereta dari
mana diambilnya sebuah bungkusan kecil. Sementara Liok
Samkong tinggal mandah ketika tangannya dituntun oleh So Kimlin
menuju ke bawah teduhnya sebatang pohon siong yang berdaun
rindang ditepi jalan. Dan disitulah kemudian ketiga orang itu duduk
meriung dan mulai bersantap.
"Hayo, Liok hiapsu. Ganyang saja seadanya. Mengapa kau begitu
sungkan-sungkan seperti pengantin perempuan?", ujar So Kimlin
tatkala melihat piauwsu itu bersikap malu-malu, mengambil
makanan hanya serba sedikit saja.
Dan lalu terdengar Sanbeng menambahi perkataan ayahnya:
"Liok sianseng, jangan sungkan-sungkan. Sungkan-sungkan berarti
rugi. Perut lapar jangan dibiarkan. Tapi perlu segera diisi. Mari,
silahkan, jangan nampik rejeki!"
Mau tak mau Liok Samkong tersenyum mendengar pantun
desakan dari anak muda berbaju biru itu. Kemudian ia menghelaNaga Mata Satu - 2 18
napas. "Sungguhpun perutku lapar, namun santapan ini tak
mungkin dapat memasuki kerongkonganku, sebelum kalian
memberi maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan yang telah
kulakukan", Ayah dan anak itu memandang heran sehingga
makanan yang hendak mereka masukkan kemulut mereka, jadi
tertunda. "Liok hiapsu, benar-benar kau aneh. Tadi mengatakan
merasa berhutang nyawa, sekarang ada lagi kau minta maaf.
Agaknya kau seorang yang terlalu perasa"
"Memang aku terlalu perasa, malah terlalu dipengaruhi oleh
suara hatiku dan justeru karena inilah maka aku harus menyatakan
maaf terhadap kalian", kata Liok Samkong yang lalu secara singkat
ia mengadakan pengakuan, betapa sejak berangkat dari rumah tadi
pagi ia telah menaruh prasangka bahwa ayah dan anak itu
mempunyai hubungan erat dengan adanya surat tantangan dari Si
Goloktunggal Pencabutnyawa Go Jikiu, sehingga sepanjang
perjalanan ia selalu waspada dan akhirnya betapa ia memaki serta
menantang bertempur terhadap mereka karena disebabkan ia
mendengar kedua orang itu bicara berbisik-bisik seraya tertawatawa. "Akan tetapi kenyataannya kecurigaanku itu benar-benar
harus dikutuk, karena kalian bukan lain adalah seorang tokoh
pendekar Santung bersama puteranya yang gagah perkasa dan
merupakan bintang penolong nyawaku dari keganasan sinenek
berbaju merah yaug baru hari ini kutahu adalah Tokkiam Moli!
Inilah kesalahan yang telah kuperbuat! Aku telah menganggap
kalian manusia-manusia rendah dan bahkan berani memaki kalian
sebagai pengecut! Dan kini, kesalahanku yang benar-benar sangat
memalukan itu justeru meninggalkan perasaan menyesal yang
bukan kepalang besarnya dihatiku, dan aku percaya bahwa jiwi
yang mulia dan bijaksana ini akan sudi memaafkan atas
kekurangajaranku yang telah kuanggap merupakan suatu
kesalahan", demikian Liok Samkong mengakhiri pengakuannya.
Ay ah dan anak itu jadi tertawa geli ketika melihat sikap Liok
Samkong sedemikian rupa, bagaikan seorang narapidana mohonNaga Mata Satu - 2 19
dikasihani supaya hukumamnya dibebaskan! Pengakuan Liok
Samkong ini membuat So Kim lin segera mendapat kesan bahwa
piauwsu itu benar-benar adalah seorang yang berwatak gagah dan
berhati jujur, berani mengakui kesalahan sendiri yang diperbuatnya
secara diam-diam, padahal tiada seorang yang mendakwanya.
"Liok hiapsu, pantas saja selama dalam perjalanan tadi kulihat
sikapmu sedemikian tak wajar, sebentar-sebentar kau menoleh
kearah kami dengan pandangan penuh selidik, kiranya kau
menaruh prasangka buruk terhadap kami", ujar So Kimlin sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya dan matanya memandang
tajam kewajah Liok Samkong sehingga piauwsu ini lalu
menundukkan kepala karena merasa malu sendiri. Dan kemudian
kakek dari Santung ini nampak berseri tatkala melanjutkan
perkataannya: "Liok hiapsu, kalau benar halnya hal itu kau anggap
sebagai suatu kesalahan dan kau menghendaki kami memaafkan,
baiklah kami mrmaafkannya! Asal kau sendiri bersedia pula
memaafkan kami yang juga telah membuat kesalahan".
Liok Samkong mengangkat kepalanya dan sikakek itu ditatapnya
dengan pikiran bingung. "Apa yang kau maksudkan, So sianseng?",
tanyanya heran.
Sebelum orangtua she So itu menjawab tiba-tiba Sanbeng
ketawa tertahan. "Hal ini benar-benar lucu dan menggelikan, kedua
pihak sama mengaku kesalahan dan minta saling memaafkan.
Inilah sifat dari orang-orang jujur dan bijaksana, sehingga
kedudukan jadi seimbang: satu sama!"
Mendengar ucapan anakmuda itu, makin bingung saja pikiran
Samkong karena masih belum mengerti akan maksud mereka.
"Begini, Liok hiapsu", So Kimlin memberi pen-, jelasan. "Kau
tentu masih ingat, bahwa tadi, ketika kita baru saja tiba ditempat ini
dan sebelum lima orang anggota perampok yang mula-mula
muncul dan menghadang kita, kau mendengar bahwa aku dan
Sanbeng bicara berbisik-bisik, bukan?"Naga Mata Satu - 2 20
"Yah, benar. Malah kalian ketawa begitu saja seakan-akan ada
sesuatu yang sangat menggelikan perasaan hati kalian".
"Dan kau menoleh terhadap kami sampai beberapa kali sehingga
akhirnya kau marah dan memaki kami, bukan?"
"Memang demikian "
"Nah, disitulah letaknya kesalahan yang telah kami perbuat
sehingga kini kami sangat mengharapkan kau sendiri
memaafkannya! Dengan terus terang kuakui bahwa kami bicara
berbisik-bisik, justeru membicarakan dirimu atau tepatnya
membicarakan nama julukanmu Si Naga Mata-satu yang benarbenar sangat sesuai dengan aslinya, yaitu matamu yang buta eh,
maaf, matamu yang satu itu", tiba-tiba So Kimlin menghentikan
ucapannya karena hati orang tua ini merasa kaget sendiri
disebabkan kelepasan omong tanpa disadarinya, yaitu mengatakan
cedera seseorang secara langsung sehingga ia menguatirkan
piauwsu itu akan merasa tersinggung hatinya. Ia menanti reaksi
Liok Samkong, tapi piauwsu ini ternyata sedikitpun tidak
memperlihatkan airmuka yang mencerminkan bahwa hatinya
tersinggung, malah ketika mendengar suara ketawa tertahan dari
Sanbeng yang agaknya mentertawakan ayahnya yang telah
"keseleo" lidah, piauwsu ini ikut ketawa juga.
Maka So Kimlin lalu melanjutkan pengakuannya : "Adapun yang
membuat kami ketawa kegelian, ialah gerakan kepalamu itulah!


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apabila setiapkali kau menoleh kebelakang, kepalamu pasti selalu
berputar kesebelah kiri. Sesungguhnya hal ini tak dapat disebut
suatu kelucuan, akan tetapi mungkin disebabkan kami terlalu iseng
sehingga ketika melihat caranya kau berpalirg kebelakang sampai
berulang-ulang sedemikian rupa, entah kenapa, hati kami jadi
dirangsang rasa geli dan inilah sebabnya, kami jadi ketawa sampai
terpingkal-pingkal ...." Sehabis menyatakan pengakuan ini, lalu So
Kimlin ketawa kecil seakan-akan perasaan geli yang tadi, masih
tertinggal dihatinya. Ketika itu Sanbeng juga ketawa lagi. Hanya
Samkong untuk sejenak menunduk jengah, hatinya menyesali nasibNaga Mata Satu - 2 21
dirinya yang sial. Gara-gara mata satu, bukan saja ia mendapatkan
nama poyokan yang sesuai dengan aslinya seperti kata So Kimlin
tadi. Tapi juga gerakan kepalanya yang selalu harus berputar
kesebelah kiri apabila ia berpaling kebelakang, oleh karena kalau
berputar kesebelah kanan membuatnya agak sulit untuk melihat
sesuatu yang berada dibelakangnya disebabkan matanya yang buta
justeru adalah mata sebelah kanannya, ternyata dijadikan pula
bahan tertawaan orang!
Kalau saja orang yang mentertawakannya secara terangterangan dihadapannya itu bukan So Kimlin dan So Sanbeng yang
sudah diketahuinya berkepandaian tinggi, kalau saja ia tidak pernah
merasa berhutang budi dengan adanya pertolongan mereka dari
bahaya maut, agaknya Samkong pasti akan memarahi mereka atau
sedikitnya ia akan menyatakan perasaan hatinya yang kurang
senang!
"Liok hiapsu", kemudian terdengar So Kimlin berkata setelah
menghentikan ketawanya. "Aku merasa bahwa perbuatan kami tadi
memang sangat keterlaluan, dan agaknya pengakuanku ini
membuat hatimu merasa mengkal. Oleh karena itu, maka kini aku
merasa perlu menekankan lagi harapanku bahwa kau sudi
memaafkan kekurangajaran kami ini yang kami anggap berupa
suatu kesalahan yang sangat besar, Maaf, seribu kali maaf !"
Akhirnya Liok Samkong dapat juga tersenyum. "Tepat seperti So
sicu bilang tadi, bahwa kedudukan kita satu sama! Persoalan remeh
yang sebenarnya tidak perlu dicekcoki ini, beres sudah"
"Nah,..bagus" terdengar Sanbeng menyela sambil bertepuk
tangan. "Marilah, makanan yang sudah terlalu lama dibiarkan ini
mulai kita sikat.. Anggaplah sebagai perjamuan untuk merayakan
perkenalan kita menjadi persaudaraan erat. Aku percaya Liok
sianseng kini takkan sungkan-sungkan, karena kudengar perutnya
sudah keroncorgan! Hayo, mulai.."Naga Mata Satu - 2 22
"Mari, Liok hiapsu", So Kimlin mengajak. "Hari sudah terlalu
siang. Setelah makan kita berangkat!"
"Iyaah ?dah!", sahut Samkong menyambut dan benar saja
piauwsu ini sekarang tidak sheji-sheji lagi, karena pada dasarnya
memang ia bukan seorang pemalu, ditambah lagi memang perutnya
sudah amat lapar. Demikianlah tiga orang itu selanjutnya bersantap
sangat lahap, sambil bercakap dan kadangkadang disertai ketawa
gembira. Namun demikian mereka tak pernah lepas daripada sikap
waspada membuka mata dan telinga penuh seksama, karena siapa
tahu kalau-kalau dari dalam hutan muncul pula gembong bicokok
lainnya yang hendak menuntut balas terhadap mereka, sungguhpun
mereka samasekali tidak merasa takut. Karena kalau mereka takut,
maka tak mungkin mereka akan memilih tempat bersantap disitu.
Sambil bersantap, percakapan mereka antara lain terdengar So
Sanbeng berkata pada ayahnya: "Ayah, setelah kita berhasil
menuntut balas terhadap Coa-tung Tok-ong dan Tokkiam Moli hari
ini, maka kelak kalau kita kembali ke Santung kita harus
mengadakan kaulan sebagaimana kita pernah berjanji."
So Kimlin mengangguk-anggukkan kepala sambil menjawab:
"Tentu! Dan salah satu kaul yang pasti kita lakukan, ialah kita
bersembahyang dimakam mereka yang menjadi korban akibat
kebiadaban sepasang siluman tadi."
Percakapan ini sangat menarik perhatian Liok Samkong,
sehingga ia lalu menukas: "Rupanya kalian pernah terlibat sengketa
dengan sepasang iblis bcracun tadi. Bolehkah aku mengetahui
sedikit riwayatnya....?"
"Boleh!", sahut So Kimlin menyanggupi, "Setelah kita selesai
makan nanti akan kuceritakan! Tapi, untuk dijadikan imbalannya
supaya kedudukan kita menjadi dua sama, maka kaupun harus
bersedia menceritakan sedikit riwayat mengapa nama julukanmu
yang dahulu pernah kudengar Si Pecut Nagasakti, tapi belakangan
berubah menjadi Si Naga Mata bu eh Matasatu? Tentu takkan kalahNaga Mata Satu - 2 23
menariknya dari pada kisah yang akan kuceritakan. Bagaimana,
setuju....?"
"Dasar jiwa dagang! Segala sesuatu harus diperhitungkan
untung-ruginya. Harus ada imbangannya! Baiklah, kuterima
saranmu!"
Lalu ketiga orang itu sama ketawa. Dan selanjutnya dengan
singkat dapat diceritakan bahwa sehabis mereka bersantap, mereka
tidak segera berangkat melanjutkan perjalanan, melainkan
beristirahat sebentar sambil duduk-duduk dibawah teduhnya
pohon siong itu. Dan dalam saat-saat istirahat inilah dipergunakan
oleh So Kimlin untuk menuturkan sebab musabab mengapa ia
sampai bermusuhan dengan Coa-tung Tok-ong dan Tokkiam Moli,
yang didengarkan oleh Liok Samkong dengan penuh perhatian.
*** SIAPAKAH orangnya yang tidak pernah mendengar nama Coatung Tok-ong dan Tokkiam Moli? Siapakah yang tak pernah
mendengar kejahatan dan kebiadaban yang dilakukan oleh
sepasang manusia yang sama sekali tidak mengenal
perikemanusiaan ini ? Dunia Persilatan menjadi gempar dengan
adanya sepasang manusia berhati iblis yang mengaku sebagai suami
isteri ini, yang menjadi raja dari segala kejahatan dan kebiadaban!.
Banyak sudah orang-orang gagah berkepandaian tinggi dan
pendekar-pendekar yang mengamalkan darma-baktinya selaku
penegak kebenaran dan memberantas kejahatan, coba-coba
mengikis atau sedikitnya membatasi keganasan sepasang siluman
itu, akan tetapi maksud dan iktikad baik dari mereka itu bukan saja
menemui kegagalan, malah berbalik nasib mereka ditimpa sial,
menjadi korban dibawah pedang dan tongkat-ular berbisa dari
sinenek buruk rupa berbaju merah dan suaminya, sikakek kerdil
berkepala besar itu! Oleh karena itulah, maka untuk beberapa tahun
lamanya Coa-tung Tok-ong dan Tokkiam Moli dapat leluasa
bertualang tanpa ada yang mampu mengatasi kelihayan mereka,
dan tempat dimana saja yang mereka tualangi maka disitu pastiNaga Mata Satu - 2 24
terjadi kegemparan, membuat penduduk setempat diliputi perasaan
gelisah dan ketakutan luarbiasa!
Betapa kejahatan yang diperbuat oleh sepasang iblis ini kiranya
tak perlu dikemukakan, pendeknya setiap orang yang coba-coba
berani mengganggu dan menghalangi perbuatan mereka sehingga
membuat mereka marah, maka nyawa orang itu pasti akan mereka
cabut tanpa ampun lagi! Adapun yang hendak ditonjolkan disini
ialah tentang kebiadaban dan kekejian yang mereka perbuat dan
agaknya sepasang siluman itu tak mampu bertahan hidup kalau
tanpa melakukan perbuatan keji dan mengerikan yang
Sesungguhnya tak dapat disebutkan sebagai perbuatan manusa!
Seperti sudah diketahui bahwa sepasang manusia iblis itu
masing-masing bersenjatakan yang sama beracun, dan dari nama
julukan mereka saja, terutama Coa-tung Tok0ong yang terkenal Si
Rajaracun, maka dapat diduga dengan mudah bahwa mereka adalah
orang-orang ahli pembuat dan pengolah racun yang inti racunnya
mereka ambil dari bisa ular yang mereka tangkap ditambah
beberapa jenis tetumbuhan yang hanya mereka saja
mengetahuinya. Sayang sekali keahlian mereka ini tidak
dipergunakan untuk maksud-maksud baik, misalnya dalam hal
pengobatan, melainkan khusus hanya untuk memenuhi selera jahat
mereka dan racun hasil karya mereka itu melulu dipergunakan
untuk keperluan senjata mereka dan untuk mengetahui hasil dan
keampuhannya, maka nyawa manusialah yang menjadi kelincipercobaan! Kalau hanya sebegitu saja perbuatan sepasang siluman
ini belum dapat disebut biadab dan keji, hanya cukup terbatas
sebutan jahat dan kejam saja. Habis, perbuatan maksiat macam
apakah lagi yang melebihi itu? Benar-benar mengerikan !
Bahwasanya untuk kebutuhan mereka dalam hal mengolah
ramuan racun serta untuk memenuhi selera perut mereka,
sepasang iblis ini memerlukan bahan cair berupa darah yang masih
murni dan segar dan darah ini bukan sembarangan darah, akan
tetapi justeru harus darah yang diambil dari tubuh bayi manusiaNaga Mata Satu - 2 25
yang berumur satu tahun kebawah! Larutan racun ini untuk
keperluan senjata mereka dan disamping ini, sepasang siluman
tersebut mempunyai selera amat terkutuk yang melebihi sifat
binatang buas, ialah tubuh mereka terasa lemas dan lemah tak
bersemangat kalau sehari saja mereka tidak makan dan menghirup
jantung dan darah anak bayi yang masih hangat dan segar! Mana
untuk memenuhi kebutuhan dan selera mereka yang benar-benar
sangat terkutuk dan gila ini, setiap hari mereka sedikitnya harus
mendapatkan seorang anak bayi yang sehat dan untuk
memperolehnya tentu saja mereka melakukan penculikan!
Pada suatu masa, dikota Cilam dalam propinsi Santung,
terjadilah peristiwa ngeri akibat perbuatan Coa-tung Tok-ong dan
Tokkiam Moli, sehingga seluruh penduduk kota tersebut menjadi
gempar dan geger! Dalam seminggu saja sudah tujuh orang bayi
yang terculik secara berturut-turut dan setiap bayi yang terculik
pada suatu malam, maka pada malam berikutnya bayi tersebut
dikembalikan pula kepada keluarganya dalam keadaan sudah
menjadi mayat yang amat mengerikan, yaitu bagian dada dan
perutnya terbelah, berbareng seorang bayi dari keluarga lain lenyap
pula terculik! Ternyata Coa-tung Tok-ong dan Tokkiam Moli
memiliki juga sifat-sifat "baik" dan "bijaksana", tubuh bayi yang
sudah menjadi korban seleranya selalu dikembalikan kepada
keluarganya, yang pada hakekatnya menambah penderitaan dan ke
sengsaraan hati bagi pihak keluarga yang bersangkutan!
Padahal meski baru dua malam dan bayi yang terculik barn dua
orang saja, kota Cilam sudah dijaga keras baik siang maupun malam
oleh paraorang gagah dari sebuah persatuan orang1 gagah yang
terdapat dikota tersebut, dan dibantu pula oleh semua penduduk
laki-laki yang ikut siap sedia menjaga keamanan dengan senjata
seadanya yang mereka miliki. Orang-orang perempuan, terutama
para ibu yang mempunyai bayi masih kecil tidak berani keluar dari
pinturumah, bersembunyi didalam kamar sambil memeluk bayi
mereka dengan hati berdebar dipenuhi perasaan gelisah dan takut.Naga Mata Satu - 2 26
Setiapkali mendengar suara gaduh diluar rumah, maka seluruh
tubuh mereka menggigil dan peluh dingin keluar membasahi baju
mereka, disangkanya bahwa suara gaduh itu timbul disebabkan
kedatangan sepasang siluman yang hendak menculik bayi mereka!
Dikota Cilam terdapat sebuah kesatuan yang bernama Pauw-an
toan yang mempunyai anggota sebanyak limapuluh orang, terdiri
dari orang-orang gagah atau sedikitnya orang-orang yang memiliki
kepandaian silat dan kewajiban mereka ialah menjaga keamanan
dan ketertiban umum dalam wilayah setempat sehingga nama
Pauw-an-toan [Kesatuan penjaga keamanan] itu benar-benar tepat
dan sesuai dengan fungsi kewajiban mereka. Pauw-an-toan
dipimpin oleh tiga orang saudara seperguruan dan tritunggal ini
diakui secara resmi baik oleh pembesar negeri maupun oleh
masyarakat sebagai tiga pendekar Santung [Santung Sameng]
setelah diadakan pibu [seleksi kepandaian] yang diikuti oleh
seluruh ahli silat dalam propinsi Santung, dan juara pertama, kedua
dan ketiga telah berhasil dimenangkan oleh tiga saudara
seperguruan ini. Saudara yang tertua, ialah So Kimlin berjuluk Si
Kipas Dewa, karena ketua kesatuan Pauw-an-toan ini adalah
seorang ahli lwekang dan senjata yang menjadi prgangannya adalah
sebuah kipas, selain senjata kipas ini yang tak kalah hebat dan
berbahayanya dari pada senjata-senjata lain apabila sudah
dimainkan oleh tangan kirinya menghadapi lawan, juga toancu
[kepala kesatuan] ini memiliki pula ilmu pukulan yang disebut
Ceng-kin-ciang yang sangat ampuh!
Saudara kedua bernama Lo Kiatbi, umurnya kurang lebih
tigapuluh lima tahun dan ia mahir sekali memainkan sepasang
pedang pendek sehingga in mendapat nama julukan si Pedang
kembar. Dan saudara yang termuda dari tritunggal pemimpin
Pauwan-toan ini ialah seorang pemuda yang baru berumur
duapuluh tujuh tahun bernama Kwe Sunpin, meskipun masih muda
namun kepandaiannya hebat sekali, terutama kalau sebatang
tombak sudah berada ditangannya dan justeru karena kelihayanNaga Mata Satu - 2 27
ilmu tombaknya inilah, maka ia sudah berhasil merebut juara ketiga
ketika diadakan seleksi sebagaimana sudah diterangkan tadi.
Dikota Cilam, nama So Kimlin cukup terkenal karena selain ia
seorang hartawan dan mempunyai sebuah toko besar dipusat kota,
juga selaku ketua kesatuan yang dibentuknya beberapa tahun yang
lalu ia sangat disegani oleh segenap anggotanya. Wataknya keras
sekali sehingga semua orang selalu mematuhi segila perintahnya
akan tetapi disamping wataknya yang keras ini So Kimlin
mempunyai juga sifat-sifat bijaksana dan adil. Bahkan yang
membuat namanya makin terkenal dan harum ia memiliki pula jiwa
dermawan, tangannya selalu terbuka memberi pertolongan atau
bantuan terhadap orang orang yang mendapatkan kesusahan, yang
dilakukannya tanpa pamrih dan tanpa pilih bulu! Berbeda sekali
dengan orang-orang hartawan lainnya yang umumnya sangat
serakah dan kikir, jangankan mempunyai jiwa sosial seperti So
Kimlin, sedangkan kekayaan milik orarg lain ingin dikangkangi,
baik dengan jalan halal, maupun dengan cara keji, sebagaimana
umumnya watak para hartawan dan tuan tanah-tuan tanah yang
hidup pada masa itu!
Sejak Pauw-an-toan dibentuk, suasana kota Cilam sangat aman
dan tenteram. Tidak pernah teradi perampokan atau kejahatan
apapun yang sifatnya menimbulkan kekacauan bagi kesejahteraan
umum, sehingga nama tritunggal Santung Sam-eng, terutama
nama So Kimlin pribadi selaku ketua utama dan pendiri dari
kesatuan penjaga keamanan itu, jadi makin terkenal dan tambah
mengharum, dihormati kawan dan ditakuti lawan.
Akan tetapi sekarang, tiba-tiba saja dikota Cilam ini terjadi
peristiwa yang sebagaimana sudah di tuturkan diatas, penculikan
bayi yang mengerikan! So Kimlin Si Kipas dewa pernah mendengar
bahwa peristiwa semacam itu pernah terjadi dilain daerah dan
menurut kabar, peristiwa macam itu adalah perbuatan Coa-tung
Tok-ong dan Tokkiam Moli, sepasang siluman yang tahu-tahu
muncul dan mengacau serta mengotori dunia kang-ouw, tanpaNaga Mata Satu - 2 28
seorangpun yang mengetahui dari mana asal-usul mereka. Sudah
lama So Kimlin mendengar tentang kehadiran sepasang tokoh jahat
didunia kang-ouw ini dan terutama sekali tentang perbuatan biadab
dan keji yang mereka lakukan, yang justeru sangat menarik
perhatian Si Kipasdewa ini. Dan tanpa diduganya sama sekali, kini
ternyata sepasang tokoh biadab itu mendatangi kota Cilam, dimana
justeru dalam keamanan yang menjadi daerah pengawasan dan
penjagaan dari kesatuan yang dipimpinnya, maka karuan saja So
Kimlin sangat marah dan penasaran sekali karena menurut
anggapannya sepasang siluman itu kurangajar sekali berani
membuat kekacauan didaerah kekuasaannya, yang berarti suatu
penghinaan sangat besar bagi nama dan kehormatan Shantung


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sam-eng! Maka demikianlah, setelah dua bayi terculik dalam waktu
dua malam itu, So Kimlin segera mengerahan segenap anakbuahnya
mengadakan penjagaan dan dia sendiri berikut dua orang saudara
seperguruannya memimpin barisan penjaga yang dipecah menjadi
beberapa kelompok!
Akan tetapi, betapa panas dan besar rasa malu So Kimlin selaku
ketua Pauw-an-toan dan penanggung jawab keamanan kota Cilam
setelah lima malam berturut-turut mengadakan penjagaan, bukan
saja ia dan kawan-kawannya belum dapat membekuk dua siluman
penculik bayi itu, malah berbalik pihaknya yang menderita
kerugian, yailu beberapa orang anggota Pauw-an-toan tewas
diserang jarum-jarum beracun tatkala mereka berhasil memergoki
dua siluman itu! Sementara lima malam mereka mengadakan
penjagaan, justeru lima bayi telah terculik pula sehingga dapat
dikatakan bahwa jerih payah merek aitu samasekali tiada gunanya!
Sepasang siluman itu terlalu gesit bagi mereka! Datangnya bagaikan
setan, tanpa mereka ketahui datangnya dari arah mana, tahu-tahu
sepasang siluman telah berhasil menculik seorang anak bayi dari
sebuah rumah penduduk dan pasukan penjaga hanya mendengar
suara gaduh dan jerit tangis dari ibu sibayi itu, maka tatkala mereka
memburu dan mengadakan pengepungan, mereka hanya melihat
berkelebatnya dua bayangan keluar dari rumah itu dan hanyaNaga Mata Satu - 2 29
sekejap mata saja, lalu menghilang di kegelapan malam dan dari
jauh lalu terdengar suara ketawa terkekeh dan terkikih dari
sepasang siluman itu, seakan-akan mengejek para penjaga yang
ditinggalkannya! Pengalaman dan peristiwa semacam ini selalu
terjadi setiap malam berikutnya dan barisan penjaga tetap tak
berdaya. Bahkan pada malam yang kelima sejak Pauw-an-toan
mengadakan penjagaan, sungguhpun penjagaan sudah diatur
sedemikian sempurna dan cermat, sehingga dapat melihat
datangnya penculik itu dan mereka dapat segera menyerang dengan
menghujani anakpanah dan agaknya kali ini pasti sepasang siluman
itu akan dapat dibekuk batang lehernya! Akan tetapi Coa-tung Tokong dan Tokkiam Moli yang memarg malam itu belum sempat
melakukan penculikan dan masih berlompat-lompatan diatas
bubungan rumah-rumah penduduk dengan gerakan yang ringan
dan gesit sekali, tatkala dihujani anak panah oleh para penjaga dari
bawah, mereka hanya memperdengarkan suara ketawa ejekan dan
berbareng tidak kurang dari enam orang penjaga menjerit dan
tubuh mereka roboh berkelojotan karena diserang jarum-jarum
halus yang mendatangkan kematian! Dan malam itu, seorang bayi
telah hilang pula!
"Iblis keparat !" So Kimlin, saking gemas dan marah, hanya dapat
mengeluarkan makian seperti itu! Memang, betapa hati Si Kipas
dewa ini takkan merasa panas dan besar rasa malunya. karena
sepasang siluman itu seakaan-akan sudah mengetahui dimana
kelompok penjaga yang justeru lemah, disitulah mereka beroperasi!
Sedangkan kelompok-kelompok yang lain, yang dikepalai oleh
Santung Sam-eng, belum pernah memergoki dua iblis durjana itu!
Padahal Santung Sam-eng setiap malamnya sudah bersiasat cukup
baik, mereka memimpin penjagaan selalu berpindah-pindah dari
satu kelain kelompok, tapi nyatanya dikelompok yang tanpa adanya
mereka itulah yang justeru selalu menghadapi peristiwa! Kota
Cilam yang agak luas ilu memang sangat menyulitkan bagi Santung
Sam-eng untuk dapat bertemu dengan si dua iblis itu, sungguhpun
mereka dapat segera mendengar suara isyarat yang berupa teriakanNaga Mata Satu - 2 30
beranting dari kelompok penjaga yang kebetulan melihat dan
mengepung sepasang siluman itu, dan sungguhpun mereka dapat
berlari cepat memburu ketempat dimana peristiwa terjadi, tapi
sepasang siluman yang memiliki gerakan cepat dan gesit itu, sudah
menghilang!
Inilah yang membuat hati Santung Sam-eng, terutama SoKimlin, panas bukanmain! Mereka merasa kalah siasat dan dalam
hal ini memang mereka mengakui bahwa mereka tak berdaya sama
sekali! Jangankan dapat membekuk sepasang manusia iblis itn,
menjumpai atau tepatnya memergokinyapun belum! Ditambah lagi
setiap harinya mereka selalu menerima pengaduan dari keluarga
yang ditimpa malapetaka itu. Bayangkan saja, dalam satu minggu
tujuh anak bayi terculik maka berarti tujuh keluarga dari anak bayi
itu datang mengadakan pengaduan terhadap pemimpin Pauw-antoan ini. Belum terhitung datangnya laporan dari mereka yang
menerima "pengembalian" mayat dari bayi yang pernah terculik
itu! Sungguhpun sifatnya hanya berupa pengaduan dan laporan,
akan tetapi bagi Santung Sum-eng mengandung arti bahwa para
pengadu dan pelapor itu secara langsung atau tidak, sama halnya
mengadakan penyerangan terhadap mereka bahwa percuma saja di
kota Cilam ini terdapat sebuah kesatuan penjaga keamanan yang
dipimpin oleh Tiga pendekar Santung yang tersohor itu, karena
untuk menanggulangi keamanan yang diganggu hanya oleh dua
orang penjahat saja, tidak becus! Malahan beberapa penjaga mati
konyol pula! Benar-benar bukan kepalang besarnya rasa malu
Santung Sam-eng, terutama So Kimlin sendiri yang terkenal jago
Santung nomor wahid, serasa wajah dipopoki najis!
Adapun pada malam yang keenam, penjagaan diatur dengan
siasat baru sehingga agaknya tak mungkin sepasang iblis penculik
bayi itu dapat "bersiasat' pula sebagaimana pada malam-malam
yang sudah! Akan tetapi, setelah menjaga semalam suntuk dan
akhirnya tibalah fajar, ternyata sepasang siluman itu tiada muncul!
Maka para penjaga lalu bubar dengan hati lega, merekaNaga Mata Satu - 2 31
menganggap bahwa sepasang siluman itu agaknya "menaruh
kasihan" terhadap mereka, atau agaknya sudah bosan beroperasi
dikota Cilam dan udah pergi kedaerah lain! Mudah-mudahan
demikian hendaknya, begitulah mereka berdoa didalam hati.
Betulkah malam itu Coa-tung Tok-ong dan isteriya tidak muucul,
ataukah memang tidak diketahui saja oleh para penjaga? Sulit untuk
mengadakan penafsiran! Akan tetapi, ketika So Kimlin bersama
kedua saudara seperguruannya tiba dirumah, bukan main kagetnya
hati Santung Sam eng ini! Pada daun pintu rumah yang masih
tertutup terdapat tulisan kapur yang berbunyi:
Malam tadi memang kami tidak mengambiI obat kuat. Tapi
malam nanti, kami akan mendatangi rumah ini. maksudnya.
tak lain, ialah kami hendak ambil obat kuat kembar yang
tersedia dirumah ini, juga kami hendak menjajal kelihayan
Santung Sam-eng! Bersiaplah!
Coa-tung Tok-ong dan Isteri.
"Celaka !", seru Kwe Sunpin, Si Jago Santung nomor tiga, sehabis
membaca tulisan itu.
"Apa yang harus, kita perbuat, Toa suheng [saudara-tua
seperguruan] ?", tanya Si Jago Santung nomor dua Lo Kiatbi kepada
So Kimlin dengan wajah pucat.
Sikap So Kimlin tampak tenang-tenang saja sungguhpun hatinya
berdebar keras. Hati berdebar bukan karena takut, melainkan
karena kaget dan tidak mengerti, mengapa kedatangan sepasang
siluman sehingga sempat menulis di daun pintu rumahnya itu tidak
sampai diketahui oleh para penjaga yang sengaja ia tempatkan
diseberang jalan dimuka rumahnya? Lagipula, bagaimana sepasang
siluman itu bisa mengetahui bahwa dirumahnya terdapat "obatkuat kembar" yang maksudnya ialah bayi kembar dan justeru itu
adalah anaknya sendiri yang baru saja berumur tujuh bulan?
Betapapun terkutuknya perbuatan sepasang manusia-iblis itu,
diam-diam So Kimlin memuji kegagahan watak mereka karenaNaga Mata Satu - 2 32
kalau mereka mau, pasti malam itu mereka sudah dapat menculik
anak kembarnya selagi ia bersama kawan-kawannya pergi
memimpin penjagaan, tanpa menulis "pemberitahuan" itu!
"Rupanya mereka marah terhadap kita dan tulisan ini berupa
tantangan dan ancaman", akhirnya, setelah termenung sesaat, So
Kimlin berkata. "Watak mereka yang gagah itu justeru ada baiknya
bagi kita, sehingga kita dapat memusatkan perhatian dan penjagaan
dirumah kita ini. Nah, betapa untuk menghadapi mereka, kita nanti
atur siasat !"
"Toa suheng, perlukah kita minta bantuan susiok [paman
seperguruan] dan Sanbeng?", Lo Kiatbi bertanya setengah memberi
usul.
"Kalau dapat, memang hal itu lebih baik," sahut yang ditanya.
"Tapi kurasa tidak demikian perlu, oleh karena selain gunung
Yihsan sangat jauh dan perjalanan pulang pergi harus memakan
waktu paling cepat dua hari, tiada waktu lagi untuk mengharapkan
bantuan mereka, juga masakah kita bertiga ditambah sekian
banynknya kawan-kawan tidak mampu kalau hanya untuk
menghadapi dan membekuk siluman tang cuma dua gelintir itu
yang sudah terang-terangan hendak mendatangi rumah kita?"
Begitulah, malam yang sangat menegangkan itu telah tiba!
So Kimlin menunggu kedatangan Coa-tung Tokong dan Tokkiam
Moli sambil duduk diruangan depan. Senjata kipasnya sudah siap
terpegang ditangan kirinya, dan telapak tangan kanannya selalu
digosok-gosokkan kepahanya, seakan-akan sudah merasa gatal
hendak segera melancarkan pukulan Ceng-kin-ciangnya.
Betapapun juga, hati dan perasaan Si Jago Santung nomor satu ini
sangat khawatir. Seakan-akan ia meragukan akan kekuatan pihak
sendiri dalam menghadapi sepasang manusia iblis yang terkenal
sangat lihay itu, sungguhpun segala siasat sudah diatur dan
dipersiapkan dengan sempurna.Naga Mata Satu - 2 33
So Kimlin sengaja duduk seorang diri diruangan itu, tak jauh
dikanan kirinya, teraling kain korden, bersembunyi dua orang
sutenya. Diatas genting sudah dipersiapkan beberapa orang anggota
Pauw-an-toan ahli panah dan ahli senjata-rahasia, juga didepan
pintu rumah sudah dipersiapkan penjagaan rahasia [bayhok] yang
terdiri dari beberapa orang anggota penjaga pilihan yang
kepandaian silatnya dapat diandalkan. Rumah itu benar-benar
sudah dijaga kuat sehingga rasanya mustahil sekali mereka tak
dapat mengalahkan Coa-tung Tok-ong dan Tokkiam Moli, bahkan
besar sekali kemungkinan sepasang siluman itu sudah mampus
sebelum dapat memasuki rumah, diserang oleh penjaga rahasia!
Memang persiapan yang dilakukan oleh So Kimlin dan kawankawannya harus dipuji, maklum akan kelibayan lawan yang akan
mereka hadapi dan lagipula mereka berjumlah banyak, kalau maju
secara keroyokan tentu bisa menang, maka siasat inilah yang
mereka pergunakan untuk menanti kedatangan Coa-tung Tok-ong
dan Tokkiam Moli!
Juga So Kimlin berlaku cerdik, bahwa anak kembarnya yang
justeru menjadi matasasaran dari sepasang siluman itn, diam-diam
sudah ia ungsikan bersama isterinya pada seorang kenalan yang
rumuhnya jauh diluar kota, sehingga dengan demikian, kalau
mereka menghadapi sepasang siluman tersebut, dapat mereka
pusatkan tenaga dan perhatian mereka scpenuhnya untuk
bertempur, tanpa terpecah oleh lain kekuatiran.
Keadaan sunyi sekali, karena malam makin melarut. Semua
orang berdiam diri ditempat masing-masing sambil memasang
telinga dan membuka mata dengan penuh perhatian menanti
datangnya sepasang siluman biadab itu. Dan beberapa saat
kemudian setelah malam melewati pertengahannya, tiba-tiba
terdengar didepan rumah sedikit suara gaduh, akan tetapi secara
tiba-tiba pula suara itu lenyap dari pendengaran sehingga suasana
kembali menjadi sunyi. So Kimlin bangkit dari tempat duduknya,
maksudnya akan pergi mengintai dari celah-celah daun pintu apaNaga Mata Satu - 2 34
yang terjadi didepan rumah sehingga menimbulkan suara gaduh
yang hanya sebentar itu. Akan tetapi sebelum ketua Pauw-an-toan
ini sempat melangkahkan kakinya, tiba-tiba daun pintu depan itu
didobrak orang dari luar dan seiring daun pintu tersebut pecah
dengan menimbulkan suara gedobrakan, muncullah seorang kakek
bertubuh kerdil dan berkepala besar sambil ketawa terkekeh-kekeh
bertindak masuk dan langsung menghampiri So Kimlin.
"Hehehe ! Sudah tahu tamu akan datang, pintu malah ditutup,
tak kusangka keluarga Santung Sam-eng ini demikian tidak
mengenal aturan!" Terdengar kakek kerdil itu mengomel dan
setelah jarak antara ia dan So Kimlin kira-kira sejauh lima langkah
lagi, kakek ini menghentikan tindakan kakinya dan memandang
tajam kewajah si tuan rumah yang diterangi cahaya dari sebuah
lampu gantung yang menerangi ruangan itu, lalu katanya pula: "Eh,
mengapa yang menyambut kedatanganku hanya kau seorang, mana
yang lain-lainnya ? Kau sembunyikan?
"Hehehe ! Dan mana hidangan untuk menjamu kedatanganku
ini, terutama sekali obat kuat kembar yang masih segar itu ?"
"Locianpwe [Orangtua yang gagah], benarkah kau ini adalah
Coa-tungTok-ong ?", dengan sikapnya yang tenang sungguhpun
dada berdebar tegang, So Kimlin bertanya untuk meyakinkan, oleh
karena memang ia belum bertemu dengan si Rajaracun itu sehingga
ia kuatir salah tangan, padahal tongkat-ular yang terpegang
ditangan kakek kerdil itu sudah merupakan petunjuk jelas sehingga
sebetulnya tak perlu ia bertanya lagi.
"Hehehe ! Memang akulah orang yang kaumaksudkan! Dan
sekarang sudah tahu bahwa aku ini adalah Si Rajaracun, mengapa
kau tidak cepat berlutut memberi hormat dan cepat
mempersembahkan dua obat kuat yang kubutuhkan itu?"
Biarpun jelas kakek siluman itu menghinanya, namun So Kimlin
masih dapat menahan marahna, lalu katanya: "Coa-tung Tok-ong
Locianpwe, antara kau dan pihak kami belum pernah tertanam bibitNaga Mata Satu - 2 35
permusuhan, tapi mengapa kau bersama isterimu mendatangkan
malapetaka bagi penduduk kota ini yang justeru dalam hal
keamanan dan ketertibannya menjadi tanggungjawabku?
Kuharapkan sudi sedikit memandang muka Santung Sam-eng
sebagaimana kami selalu menghormati nama Coa-tung Tok-ong
dan Tokkiam Moli sebagai sepasang tokoh kang-ouw yang besar!
Dan dengan rasa penuh penghormatan pula, kami atas nama
Santung Sam-eng, minta supaya kau dan isterimu segera
menghentikan perbuatan yang melanggar perikemanusiaan itu!"
Terdengar Coa-tung Tok-ong ketawa pula. "Baiklah. untuk
membalas kebaikan dari Santung Sam-eng yang selama ini
memberi kebebasan bagiku sehingga aku dapat leluasa mencari
obatkuat dikota ini tanpa mendapat gangguan dari Santung Sameng, maka kehadirinku dikota Cilam malam ini adalah yang
terakhir! Asal saja, terlebih dahulu kau menyerahkan kepadaku dua
buah obat kuat yang ada padamu itu sebagai oleh-oleh."
"Iblis jahanam! Inilah oleh-oleh untukmu !", bentak So Kimlin
yang sudah tak dapat menahan kesabaran hatinya lagi. Sambil
membentak, kedua tangannya bergerak mengirim serangan maut.
Dan bersamaan dengan itu Lo Kiatbi dan Kwee Sunpin tiba-tiba
keluar dari tempat persembunyian mereka dan ternyata mereka
langsung menyambar Coa-tung Tok-ong dari kanan dan kiri. Benarbenar berbahaya serangan dari tiga jurusan yang dilakukan secara
serempak dan dalam detik yang sama itu bagi Coa-tung Tok-ong
dan kakek ini kelihatannya sama sekali tidak mompunyai
kesempatan untuk berkelit!
Akan tetapi kenyataannya, melihat datangnya serangan dari tiga
orang pengeroyoknya yang secara tiba-tiba itu Coa-tung Tok-ong
hanya memperdengarkan suara ketawa ejekan, dan tubuhnya yang
kerdil itu benar-benar mengagumkan sekali ketika membuat
gerakan yang amat tenang dan cepat! Sepasang pedang pendek
kepunyaan Lo Kiatbi jadi beradu keras serta mengeluarkan bungaapi berpijar tatkala saling hantam dengan tombak yangNaga Mata Satu - 2 36


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diserampangkan oleh Kwe Sunpin, oleh karena tubuh Coa-tung
Tok-ong yang menjadi mata sasaran mereka tiba-tiba lenyap
sehingga tanpa dapat dicegah lagi senjata mereka jadi saling beradu.
Bahkan kalau kedua orang ini tidak cepat berkelit, nyaris saja
mereka menjadi korban hawa pukulan kipas serta Ceng-kin-ciang
dari So Kimlin yang ditujukan kearah sasaran yang sama, sehingga
tiga saudara seperguruan ini terperanjat bukan main!
Lalu terdengar suara ketawa ejekan dari atas kepala mereka dan
bersama dengan mengepulnya segumpal asap hitam membuat
penerangan di ruangan itu menjadi suram! Ternyata tadi Coa-tung
Tok-ong telah membuat gerakan yang luar biasa cepatnya, dalam
sekilat saja tubuhnya yang kerdil telah melesat keatas sehingga
serangan senjata dari ketiga orang lawannya hanya saling
berhantam antara kawan sendiri! Dan disaat tubuhnya yang naik
itu, punggung Coa-tung Tok-ong seakan-akan menempel di langitlangit rumah dan disitulah ia ketawa mengejek ketiga orang
lawannya sambil tangannya menaburkan segenggam bubuk hitam
kearah mereka yang berada dibawahnya!
So Kimlin terkejut melihat bubuk hitam yang berupa segumpal
asap itu, maklum bahwa itu adalah racun, maka sambil
mengebutkan kipas untuk mengusir asap ia cepat menjauhkan diri
denrgan jalan menjumpalitkan tubuhnya dua kali kebelakang! Akan
tetapi sementara itu kedua orang sutenya belum sempat berkelit
dan asap itu telah terhisap oleh mereka sehingga tubuh mereka
lemas dan limbung, lalu terkulai jatuh dengan napas berhenti!
Alangkah kaget dan marahnya hati So Kimlin melihat dua orang
saudara seperguruannya menjadi korban racun. Dan ketika ia
melihat tubuh Coa-tung Tok-ong sedang melayang turun kebawah,
maka ia cepat berteriak: "Hujan.! Inilah aba-aba rahasia bagi
kawan-kawannya yang bersembunyi diatas genting supaya
menyerang kakek kerdil itu dengan panah! Maka segera
terdengarlah bunyi berdesing susul menyusul dari atas genting dan
harus dipuji kelihayan para pelepas anak panah yang memangNaga Mata Satu - 2 37
sudah ahli itu, biarpun mereka memanah dari atas genting dan
teraling oleh langit-langit ruangan, akan tetapi anak panah-anak
panah yang mereka lepaskan itu setelah menembusi langit-langit
ruangan, semuanya persis terarah kepada tubuh Coa-tung Tok-ong.
Kembali Coa-tung Tok-ong memperdengarkan suara ketawa
ejekannya dan tongkat ularnya diputarkan sedemikian rupa
sehingga merupakan segulung sinar hitam melindungi tubuhnya.
So Kimlin melihat dengan mata terbelalak betapa semua anak
panah itu runtuh keatas lantai ketika terkena sambaran gulungan
sinar hitam itu. Kembali terdengar Coa-tung Tok-ong ketawa.
"Terus hujani anakpanah!", teriak So Kimlin keatas, akan tetapi
aba-aba yang keduakalinya ini tidak ada anakpanah yang meluncur
meski sebatangpun, malah sebaliknya ia mendengar suara ributribat dialas genting dan seiring dengan mana terdengar pula suarasuara dari genting pecah, berderaknya kayu kaso-kaso patah dan
langit-langit ruangan jebol, dan tiba-tiba dari lubang langit-langit
yang jebol itu nampak tubuh-tubuh orang berjatuhan kebawah dan
ketika tubuh orang-orang ini berdebukan menimpa lantai, maka
brrtambah kagetlah hati So Kimlin setelah mendapat kenyataan
bahwa mereka ini bukan lain adalah para penjaga yang tadi telah ia
tugaskan menjaga diatas genting yang semuanya berjumlah tujuh
orang! Ketujuh orang itu kini sudah tak bernyawa pula dalam
keadaan mandi darah, dan mayat mereka bertumpuk-tumpuk
menindihi mayat Lo Kiatbi dan Kwe Sunpin sehingga So Kimlin
benar-benar menjadi terkesima melihat ini dan ia tinggal melongo
saja sampai beberapa saat, tanpa mampu berbuat sesuatu Apapun!
"Hehehe ?! So Kimlin, lihatlah, kawan-kawanmu sudah mati
konyol semua! Dan kalau kau menghendaki nasibmu tidak seperti
mereka, maka segera kau serahkan bayi kembarmu! Liurku sudah
membasah ingin segera menikmatinya!"
"Siluman biadab! Aku hendak mengadu nyawa denganmu!
Keparat...!", saking marahnya So Kimiin menjadi nekad dan seiringNaga Mata Satu - 2 38
makiannya yang terakhir, ia segera melompat kedepan, menubruk
Coa-tung Tok-ong sambil kipas dan tangan kanannya melancarkan
serangan menggeledek! Lagi-lagi terdengar Coa-tung Tok-ong
ketawa mengejek dan tubuhnya yang kecil kerdil itu melakukan
gerakan selincah binatang tupai meloncat dan tahu-tahu ia telah
menghilang dari arah serangan So Kimiin sehingga hawa kebutan
kipas dan tenaga pukulan Ceng-kin-ciang yang luar biasa
dahsyatnya itu telah menghantam dinding tembok yang segera
menjadi pecah dan ambrol! Dapat dibayangkan betapa hebatnya
tenaga pukulan ini, dan betapa berbahayanya kalau yang dihantam
itu adalah tubuh manusia!
Si Jago Santung nomor satu ini segera membalikkan tubuh, akan
tetapi lampu penerangan diruangan itu tiba-tiba padam, karena
sengaja dipadamkan oleh Coa-tung Tok-ong, sehingga keadaan
menjadi gelap-gulita membuat So Kimlin kehilangan lawan karena
apa yang dilihatnya hanya warna hitam pekat belaka!
Ketika itu tiba-tiba dari atas genting terdengar suara ketawa
seorang wanita dalam nada yang amat mcnyeramkan, bagaikan
suara ketawa kuntilanak, disusul suara ucapan : "Suamiku, mari
kita pergi! Bayi kembar anak orang she So itu sudah kuambil. Buat
apa lama-lama kita tinggal disini ?!"
"Bagus!", terdengar suara Si Rajaracun menyahut di kegelapan.
"Nah, So Kimlin, aku sengaja mengampuni nyawamu, sebagai
penggantinya yaitu anak kembarmu yang kuanggap sebagai oleholeh pemberianmu!
"Selamat tinggal !" Tiba-tiba terdengar angin berkesiur kearah
pintu. Hati So Kimlin bukan kepalang jengkel dan marahnya karena
dalam keadaan segelap itu menyebabkan ilmu silatnya yang tinggi
ternyata tiada gunanya samasekali. Mengetahui bahwa
berkesiurnya angin itu ditimbulkan dari tubuh manusia iblis yang
berlari kearah pintu, maka ia cepat mengejar dan karena diluar
pintu nampak cahaya remang-remang maka ia tidak sampai
kehilangan tujuan. Dasar nasib So Kimlin sedang ditimpa sial, ketikaNaga Mata Satu - 2 39
ia berlari melewati ambung pintu tiba-tiba tubuhnya jatuh
terpelanting dan kalau tidak cepat membuat gerakan membalik,
pasti hidungnya akan tersungkur mencium batu kerikilL Tanpa
memperhatikan apa yang membuatnya ia terjatuh yang sebenarnya
disebabkan kakinya tersandung tumpukan mayat para penjaga yang
telah menjadi korban jarum-arum beracun Coa-tung Tok-ong
ketika Si Rajaracun itu datang tadi, So Kimlin segera bangkit pula
dan melihat keempat penjuru, mencari kalau-kalau musuhnya itu
masih terlihat. Namun yang nampak kegelapan malam belaka yang
hanya diterangi cahaya bintang-bintang kemerlipan dilangit.
Kemudian ia berlari cepat kearah timur!
So Kimlin berlari cepat bukan mengejar Si Rajaracun, melainkan
bermaksud hendak pergi melihat keluarganya yang disembunyikan
diluar kota itu. Benarkah anak kembarnya telah berhasil
diketemukandan telah diculik sebagaimana ia mendengar ucapan si
iblis-betina dari atas genting tadi ? Dan ketika ia telah sampai
ditempat tujuan, benar saja bahwa anak kembarnya telah diculik,
bahkan ia dapatkan pula isterinya dan seluruh keluarga yang
menjadi tempat perlindungan isteri dan anak kembarnya itu,
semuanya sudah menjadi mayat dalam keadaan yangamat
mengerikan ! Dapat dibayangkan betapa marah, bingung dan
sedihnya perasaan hati So Kimlin sehingga membuat tubuh
pendekar Santung ini segera terkulai dan roboh, terkapar pingsan
diatas tanah! Ia sadarkan diri tatkala hari sudah menjadi siang dan
tahu-tahu ia sudah berada dirumah sendiri. Ya melihat banyak
orang sibuk merawat dan mengurus mayat-mayat yang sekian
banyaknya itu!
Pada hari itu seluruh kota Cilam dalam keadaan berkabung,
segenap penduduk berbelasungkawa atas peristiwa hebat yang
dihadapi oleh So Kimlin, Si Pendekar Santung atau Santung
Thayhiap yang sangat mereka hormati itu! Dan begitulah, setelah
semua jenazah yang sekian banyaknya itu semua dikubur oleh para
handai-taulan secara gotongroyong, maka So Kimlin secara diam-Naga Mata Satu - 2 40
diam lalu berangkat kegunung Yihsan dengan membawa hati yang
dipenuhi perasaan duka dan yang membuat pikirannya hampir
menjadi gila!
Bagaimana hebatnya penderitaan batin pendekar Santung ini,
dapatlah dibayangkan! Ia tidak habis-habisnya berpikir, mengapa
segala siasatnya yang pernah ia lakukan untuk menghadapi
sepasang manusia iblis itu sampai-sampai tempat pengungsian
isteri dan anak kembarnya yang sebennrnya sangat ia rahasiakan,
selalu diketahui oleh kedua manusia durjana itu. Dan ia merasa
penasaran sekali karena ketika menghadapi Si Rujnacun samasekali
ia tidak mempunyai kesempatan bertempur secara jantan,
kekalahan yarg dialami bagi pihaknya yang berupa datangnya
kematian orang sebanyak itu secara sekaligus, tak lain hanya
sebagai akibat sifat licik dan curang dari simanusia iblis yang kini
jelas sekali sudah menjadi musuh besarnya! Rasa penasarannya ini
menimbulkan rasa sakit dihatinya sehingga ia bertekad hendak
membalas dendam dan justeru karena adanya tekad inilah, ia pergi
ke gunung Yihsan, hendak memberitahukan kepada susioknya dan
jika dapat hendak minta bantuan orangtua sakti itu atau setidaktidaknya mendapat bantuan So Sanbeng, seorang puteranya yang
telah ia serahkan kepada orangtua sakti itu, untuk menerima
gemblengan.
Segera setelah tiba di gunung Yihsan, So Kimlin lalu menuturkan
peristiwa yang dialaminya serta meyampaikan pula maksud
hatinya. Cengsin Tianglo, orangtua sakti yang menjadi susiok dari
So Kimlin, hanya mengerutkan kening setelah mendengar peristiwa
yang benar-benar merupakan bencana hebat itu! Sebaliknya So
Sanbeng jadi menangis sambil membanting-banting kaki, terutama
sekali anakmuda itu sangat menyedihkan kematian ibunya.
"So Kimlin, memang sepasang manusia iblis itu tiadab dan betulbetul keji, maka sudah sewajarnya kalau kau bermaksud membalasdendam terhadap mereka. Bahkan justeru manusia-manusia
semacam Coa-tung Tok-ong dan Tokkiam Moli yang perbuatannyaNaga Mata Satu - 2 41
hanya mengotori dunia yang memang sudah terlalu kotor ini, maka
perlu segera dilenyapkan!", demikian Cengsin Tianglo berkata.
"Sayang sekali, aku telah bersumpah bahwa aku tidak mau lagi ikut
campur dalam segala keruwetan duniawi dan oleh karena hal ini
pula, menyesal sekali aku tak dapat memenuhi permintaanmu,
kecuali aku hanya hendak memberi beberapa petunjuk kepadamu
untuk kepentingan menghadapi sepasang manusia iblis itu. Dan
disamping itu, anakmu Sanbeng ini boleh kau bawa turun gunung,
kurasa kepandaiannya sudah cukup matang untuk dijadikan
pembantumu."
So Kimlin sangat berterimakasih sekali terhadap paman gurunya
yang seakan-akan sudah dapat membaca isi hatinya dan
demikianlah beberapa hari kemudian, setelah ia menerima
beberapa petunjuk berupa taktik bertempur guna menghadapi
musuh besarnya dan menerima pula petuah-petuah dari Cengsin
Tianglo, sehingga pikirannya jadi tenang, imannya jadi teguh dan
sangat membesarkan hatinya, maka akhirnya ia minta diri dan
turun gunung bersama puteranya Sanbeng.
So Sanbeng adalah putera sulung dari So Kimlin. Usianya baru
delapanbelas tahun. Tiga orang adiknya telah mati akibat wabah
penyakit yang pernah menyerang kota Cilam beberapa tahun yang
lalu. Kemudian ia mempunyai adik baru pula, adik kembar, tapi kini
telah diculik oleh sepasang siluman jahat musuh besar ayahnya dan
sekaligus menjadi musuh-besarnya pula, sehingga kini keluarga dan
keturunan dari So Kimlin hanya Sanbeng sajalah yang masih
tinggal.
Sejak kecil Sanbeng memiliki otak cerdas sehingga dalam
sekolahannya ia selalu menjadi bintang-pelajar dan ia gemar sekali
membaca sajak-sajak kuno, terutama sekali hasil karya Su Tungpo,
Tsing Tsang dan Lo Shialun. Akan tetapi sayang sekali, ketika ia
berumur tigabelas tahun, ia menderita semacam penyakit yang
membuat daya pikir serta tubuhnya menjadi lemah sehingga ia
tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Kebetulan sekali pada suatuNaga Mata Satu - 2 42
waktu Cengsin Tianglo yang pada masa itu masih suka merantau,
mengunjungi rumah So Kimiin yang menjadi murid dari kakak
seperguruannya dan orang tua berkepandaian tinggi ini melihat
Sanbeng yang berpenyakitan, pada dasarnya memiliki bakat yang
baik untuk dijadikan muridnya, maka setelah mendapat
persetujunn dari So Kimiin lalu anakmuda kurus itu dibawa oleh
Cengsin Tianglo kegunung Yihsan! Dan kemudian ternyata baru
saja satu tahun Sanbeng mendapat latihan silat, tubuhnya menjadi
sehat dan penyakitnya seakan-akan hilang dengan sendirinya!
Demikianlah pada tahun-tahun berikutnya, selain tubuhnya makin
sehat dan kuat, juga dalam hal pelajaran silat yang ia terima dari
gurunya telah mendapat kemajuan pesat. Bahkan senjata yang
menjadi genggamannyapun istimewa sekali, yaitu sejilid buku tebal
dan sebatang pit, disesuaikan dengan apa yang menjadi teman
karibnya setiap hari dalam waktu-waktu selebihnya ia belajar silat.
Ternyata Sanbeng tidak bisa melupakan kegemarannya membaca
sajak-sajak kuno dan ditambah lagi sajak-sajak ciptaan para penyair
angkatan baru sehingga beberapa jilid buku himpunan sajak
kiriman ayahnya, dapat dikata seluruh isinya ia sudah hafal diluar
kepala! Bahkan kini ia sudah pandai pula membuat sajak dan
mungkin disebabkan pengaruh "candu" sajak-sajak itu membuat
annkmuda ini jadi mempunyai kebiasaan bahwa apabila berkata,
muka setiap kalimat pada perkataannya yang terakhir selalu
bersuku kata yang sama nadanya atau bernada hampir sama,
sehingga kedengarannya mirip bait-bait pantun. Saking sungguhsungguhnya ia belajar silat, maka meskipun baru lima tahun saja ia
telah dianggap gurunya cukup matang sehingga ia telah dipercaya
untuk membantu ayahnya untuk membalas sakit hati, juga untuk
memenuhi kewajiban sebagai pendekar.
Seturunnya dari Yohsan, So Kimlin bersama puteranya singgah
dulu kerumah mereka karena orargtua itu kini baru ingat bahwa
ketika ia pergi, disebabkan pikirannya tidak keruan, rumah dan
tokonya telah ditinggalkan begitu saja. Ia singgah dulu kerumahnya,
sengaja untuk berpesan kepada pembantu-pembantunya supayaNaga Mata Satu - 2 43
menjaga rumahnya itu baik-baik. Juga tokonya, ia kuasakan kepada
salah seorang pembantu yang sudah dipercaya penuh dan setelah
segala urusan ini beres, maka dengan perasaan hati lega dan
semangat besar So Kimlin bersama So Sanbeng pergi merantau,
mencari jejak Coa-tung Tok-ong dan Tokkiam Moli.
Dasar jiwa pedagang, selalu menganggap bahwa waktu adalah
uang, maka So Kimlin dalam perantauannya tidak mau membuangbuang waktu dan ongkos secara percuma, karena menurut
perhitungannya kalau dalam perantauan yang sama sekali belum
dapat diketahui akan menghabiskan waktu berapa lamanya ini,
pasti akan menyebabkan uang bekalnya lama-lama bisa jadi ludes,
kalau tanpa sambil berdagang! Oleh karena adanya perhitungan ini,
maka ia sengaja dari tokonya telah membawa beberapa puluh
geblok kain bahan sandang sehingga dengan demikian pendekar
Santung bersama puteranya yang sedang prihatin ini melakukan
perantauan sambil berdagang, atau tepatnya untuk mencari jejak
musuh besar mereka, mereka menyamar sebagai pedagang keliling.
Seakan-akan ada petunjuk, mereka menuju kearah barat, mereka
"berdagang" dari satu kota, bahkan akhirnya sampai melewati dua


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buah propinsi disebelah barat Santung! Di setiap kota yang mereka
singgahi, disetiap pasar yang mereka datangi dan setiap dusun yang
mereka lalui, sambil memperdagangkan barang bahan sandang itu
mereka tak putus-putusnya mengadakan penyelidikan. Bahkan
kepada setiap piauwsu yang keretanya mereka sewa, juga secara tak
langsung mereka selalu "memancing*" kalau piauwsu-piauwsu itu
mengetahui atau sedikitnya mendengar dimana adanya sepasang
siluman itu. Begitu pula terhadap para pendekar perantau yang
banyak dijumpainya dalam perjalanan, maupun kepada para
perampok yang-sering menghadang mereka, selalu mereka
bertanya-tanya dan menyelidik. Akan tetapi setelah hampir
setengah tahun ayah dan anak ini mencari dan menyelidik, berita
tertang sepasang manusia iblis itu belum juga mereka peroleh,
kecuali hanya memperoleh keuntungan lumayan dari hasil
perdagangan mereka! Sungguh tepat perhitungan So Kim-linNaga Mata Satu - 2 44
bahwa dalam perantauan yang tidak menentu arah tujuannya ini
kalau tidak sambil berdagang agaknya pendekar Santung yang
dikota Cilam terkenal sebagai seorang hartawan ini sudah menjadi
perantau rudin seperti kebanyakan pendekar-pendekar perantau
lainnya, karena kehabisan bekal!
Akhirnya mereka tiba dikota Sunlay dan karena waktu itu hari
sudah terlalu sore, maka mereka bermalam dirumah-penginapan
Cialing. Tiga hari dikota kecil dalam propinsi Sansi ini mereka
"berdagang" dan lagi-lagi hati mereka merasa kecewa karena
jangankan musuh besar itu dapat dijumpai, sedangkan tercium
baunyapun belum! Sungguhpun hati kecewa, namun tidak pernah
putus-asa, bahkan mereka bertekad terus mencari sebelum
dendam-kesumat punah! Dari kota ini mereka hendak meneruskan
perjalanan kekota Lokyang, akan tetapi setelah mereka
menghubungi tiga piauwkiok [pengusaha ekspedisi] untuk
menyewa kereta, ternyata semua pengusaha tersebut tidak bersedia
mengadakan perjalanan kekota yang dimaksud, sungguhpun So
Kimlin sanggup membayar ongkos berapa saja yang mereka minta.
"Jiwi sianseng, kami bukan tidak butuh uang. Tapi untuk
melakukan perjalanan kekota Lokyang, dalam waktu-waktu ini
benar-benar kami tidak sanggup. Maaf saja dan kami silahkan jiwi
menghubungi piauwkiok lain", demikian jawaban yang So Kimlin
dapatkan dari ketiga pengusaha angkutan ekspedisi itu.
So Kimlin sudah cukup maklum seluk beluk rahasia dunia
kangouw dan ia sudah dapat menduga akan alasan para piauwkiok
itu bahwa dalam perjalanan antara Sunlay dan Lokyang tentu ada
sesuatu yang mereka takuti. Sebagaimana biasa, untuk mengadakan
penyelidikan lebih jauh So Kimlin bertanya memancing terhadap
scorarg piauwkiok yang didatarginya paling ecliir: "Sicu, sudah
empat piauwkiok termasuk sicu ini kudatangi dan semuanya
ternyata tidak sanggup. Habis kepada piauwkiok mana lagi dapat
kuhubungi?"Naga Mata Satu - 2 45
"Sudahkah sianieng bertanya kepada piauwkiok It-gan-liong
Liok Samkong yang rumahnya dipinggir kota ini?", piauwsu itu
balik bertanya.
"Belum.."
"Nah, cobalah sianseng [tuan] pergi kesana menghubunginya.
Mudah-mudahan saja Si Naga Matabuta itu dapat memenuhi
maksud tuan!"
"Terima kasih atas petunjukmu. Akan tetapi, sicu, bolehkah aku
minta keterangan darimu, bahwa apa alasannya sehingga
menyebabkan para piauwkiok disini tidak sanggup melakukan
perjalanan kekota Lokyang? Rupa-rupanya terdapat sesuatu yang
sangat berbahaya dan kalau benar demikian, ah, sebaiknya
kubatalkan saja maksudku ini, daripada mendapat celaka
dipeijalanan."
"Yah, memang lebih baik begitulah!", sahut sipauwsu sambil
mengangguk-anggukkan kepala. "Dan dugaanmu memang tepat.
Maka agar jelasnya baiklah kuceritakan bahwa perjalanan dari sini
menuju ke Lokyang harus melalui kaki gunung Hengsan, dimana
terdapat sebuah hutan Siong-tiok-lim yang pada waktu belakangan
ini dijadikan sarang gerombolan perampok yang dikepalai oleh Go
Jikiu Si Golok-tunggal Pencabutnyawa. Biarpun jahat, tapi kepala
perampok she Go ini masih dapat disogok sehingga kita masih dapat
melanjutkan perjalanan dengan selamat. Adapun kemarin, salah
seorang kawanku yang baru kembali dari Lokyang mengabarkan
bahwa selain dihutan Siong-tiok-lim itu terdapat sipenghuni tetap,
yaitu sikepala perampok she Go tadi, malah disitu, diantara mereka
yang menghadang, terdapat pula dua orang penjahat baru yang
namanya sudah terkenal dan menggemparkan dunia kang-ouw"
"Siapakah mereka ?!" tanya So Kimlin mendesak tatkala piauwsu
itu menghentikan penuturannya sebentar.
"Kabarnya, mereka adalah Coa-tung Tok-ong dan Tokkiam Moli.
Sudahkah jiwi mendengar nama dua tokoh siluman jahat ini ?"Naga Mata Satu - 2 46
So Kimlin dan So Sanbeng saling pandang. Kemudian, tanpa
permisi lagi terhadap piauwsu itu, ayah dan anak ini tiba-tiba
meninggalkan sipiauwsu sambil berlari sehingga membuat piauwsu
itu jadi bengong dan akhirnya ia ketawa karena menganggap bahwa
kedua orang tersebut, baru mendengar disebutnya nama dua tokoh
siluman tadi saja sudah berlari ketakutan.
"Tabir gelap terbuka sudah, bagaimana kita harus berbuat,
ay ah?" tanya Sanbeng sambil berbisik ketika mereka sudah berada
dikamar dalam penginapan.
Ay ahnya tak segera menjawab karena orangtua ini sedang
berpikir keras sambil menahan perasaan hatinya yang menggelora
hebat.
"Kita harus bertindak cepat", sahutnya kemudian, juga dengan
suara berbisik. Dan setelah termenung lagi sesaat sambil menggigit
bibir dan kenirg berkerut, ia berbisik pula: "Sekarang mari kita
pergi menemui piauwkiok Si Naga Bermata-buta yang disebutkan
oleh sipiauwsu tadi!"
Tanpa menjawab Sanbeng segera mengikuti ayahnya yang sudah
berjalan keluar kamar. Terlebih dahulu mereka menemui
sipengusaha penginapun yang duduk bercokol dikantor dan
menanyakan tentang letak rumah piauwkiok si Naga Bermata-buta.
"Jiwi hendak menyewa keretanya? Bagus! memang lebih baik
jiwi mempergunakan angkutan dari perusahaan ekspedisi itu, akan
lebih baik lagi kalau yang mengawalnya adalah Si Naga Bermatasatu Liok Samkong sendiri yang sangat lihay ilmu pecutnya.
Piauwkiok ini paling laris sehingga merupakan saingan berat bagi
beberapa pengusaha angkutan yang terdapat dikota ini. Rumahnya
terletak disebelah barat kota, dan rumahnya bercat biru,
menghadap keselatan dan dipekarangan depan terdapat sebuah
kolam kecil yang banyak ditumbuhi bunga teratai...."
"Terimakasih atas keteranganmu", kata So Kimlin yang diamdiam hatinya merasa kesal juga mendengar komentar panjang-Naga Mata Satu - 2 47
lebar dari pengusaha hotel itu, padahal yang dibutuhkannya hanya
sedikit saja.
Ketika itu hari sudah sore dan berkat petunjuk sipengusaha hotel
tadi maka So Kimlin dan So Sanbeng telah dapat mencari tempat
tinggal piauwkiok yang dimaksud dengan mudah. Akan tetapi
alangkah kecewanya hati ayah dan anak ini ketika mendapat
keterangan dari isteri sipiauwkiok itu yang menyambut
kedatangannya, bahwa suaminya, Liok Samkong, tidak dirumah.
Sudah lima hari dia pergi kekota Hunleng mengantar barang,
demikian kata nyonya rumah itu selanjutnya, dan diharapkan nanti
malam atau paling lambat besok pagi dia akan kembali.
"Kalau demikian, lebih baik besok pagi saja kami datang lagi
kemari", sahut So Kimlin, lalu minta diri.
Akan tetapi orangtua ini tak dapat bersabar menunggu sampai
besok pagi, maka biarpun hari sudah malam ia lalu mengajak
anaknya untuk kembali mendatangi rumah Liok Samkong, kalaukalau piauwsu itu sudah datang. Maklum bahwa mendatangi rumah
orang diwaktu malam memang merupakan suatu perbuatan yang
kurang baik, tapi mengingat iktikad yang dibawanya tidak
bermaksud jahat, hanya hendak mengetahui bahwa piauwsu itu
sudah kembali atau belum. Kalau sudah, ia hanya sekedar
menyampaikan pesan hendak menyewa kereta besok pagi, karena
kalau sampai menunggu keesokan harinya ia kuatir piauwkiok yang
laris ini akan keburu menerima pesanan dari orang lain. Alasan
inilah yang menjadi pegangan So Kimlin sehingga malam itu juga ia
kembali mendatangi tempat tinggal Liok Samkong! Ketika baru saja
memasuki halaman depan dari rumah itu, So Kimlin dan anaknya
yang masing-masing mempunyai pendengaran tajam, telinga
mereka sudah dapat menangkap suara seorang perempuan yang
sedang bercakap-cakap dengan laki-laki dari dalam rumah yang
dikunjunginya, dan ditambah lagi terdengarnya suara ringkik kuda
dari belakang rumah itu! Yakinlah bahwa Liok Samkong sudah
datang.Naga Mata Satu - 2 48
Dan tatkala So Kimlin hendak mengetuk pintu rumah, ia melihat
bahwa didaun pintu yang tertutup itu terdapat secarik kertas yang
ditancapi sebatang piauw, sehingga ia tidak jadi mengetuk
melainkan ia lalu membaca huruf-huruf yang tertulis diatas kertas
itu. Kebetulan sekali didekat pintu tersebut terdapat sebuah lampu
minyak, nyala apinya berkelap-kelip ditiup angin, sehingga dengan
bantuan cahaya dari lampu ini ia dapat membaca surat tersebut dan
bunyinya ternyata adalah suatu tantangan dari Toatbeng Tonto Go
Jikiu terhadap Liok Samkong! Tentu saja oleh karena adanya surat
itu membuat So Kimlin yang semula hendak menjumpai situan
rumah, segera membatalkan niatnya sebab kuatir akan
menimbulkan salah sangka dan Liok Samkong tentu akan menuduh
bahwa mereka mempunyai hubungan erat dengan sipenantang itu
dan Liok Samkong pasti pula akan menganggap bahwa sipembawa
surat itu adalah mereka sendiri!
"Demikianlah, Liok Hiapsu, tadi pagi kami baru berani
berkunjung kerumahmu dan setelah kulihat kau bersikap raguragu, akhirnya kau meluluskan juga permintaanku sehingga hari ini
kami telah dapat membunuh Coa-tung Tok-ong dan Tokkiam Moli
sebagai pembalasan sakit-hati! Liok hiapsu, benar-benar kami
sangat berterimakasih kepadamu oleh karena kalau tanpa
bantuanmu, rasanya sangat sulit bagi kami untuk melakukan
pembalasan dendam ini", demikianlah So Kimlin menutup
penuturannya Liok Samkong yang sejak tadi sangat asyik
mendengarkannya dan kini meskipun pendekar santun itu sudah
menutup penuturannya, namun ia masih tetap bengong! Betapa
takkan bengong piauwsu bermata satu ini, karena selain penuturan
orangtua iti sangat berkesan baginya, juga menimbulkan perasaan
ngeri dihatinya. Ngeri, karena ia dapat membayangkan betapa
biadab dan kejinya perbuatan sepasang siluman itu dan rupanya
sibedebah Go Jikiu berani mengirim surat tantangan itu karena
mengandalkan bantuan dari sepasang manusia iblis tersebut! Dan
ia pasti sudah mati konyol kalau saja kedua orang penyewa
keretanya bukan pendekar dari Samung bersama puteranya yangNaga Mata Satu - 2 49
berkepandaian tinggi dan maksud mereka juteru hendak
melenyapkan sepasang siluman itu dari muka bumi! Ngeri pula rasa
hati Liok Samkong karena pikirnya kalau saja Coa-tung Tok-ong
dan Tokkiam Moli tidak keburu dibikin mampus oleh ayah dan anak
yang menuntut balas ini, pasti sepasang siluman itu akan sempat
beroperasi dikota Sunlay, banyak anak bayi pasti akan menjadi
korban mungkin termasuk anaknya sendiri yang paling kecil yang
justeru masih merupakan "obat kuat" bag Coa-tung Tok-ong dan
Tokkiam Moli! Benar-benar ngeri....
(Bersambung Jilid ke 3)Naga Mata Satu - 3 0Naga Mata Satu - 3 2
NAGA MATA SATU
Oleh : Tjoe Beng Siang
Jilid ke 3
EMUDIAN Liok Samkong tersadar dari kebengongannya
karena terperanjat ketika So Sanbeng menggertaknya:
"Hai, Liok sianseng! Sudah lama ayah menutup cerita, tapi
mengapa kau tinggal bengong saja bagaikan patung? Hayo, kini
giliranmu, kami sudah tak sabar menunggu!"
Piauwsu itu menghela napas seraya tersenyum. "Jasa kalian
sungguh besar. Mampusnya sepasang manusia iblis itu selain
memunahkan dendam kesumat kalian, mengandung arti yang
sangat besar pula, yakni kalian telah menyelamatkan puluhan
bahkan ratusan nyawa bayi."
"Sudahlah, Liok hiapsu! Kau jangan terlalu memuji", So Kimlin
menukas. "Seperti sudah kukatakan tadi, bahwa dalam hal ini kalau
tanpa bantuanmu, rasanya sangat sulit bagi kami untuk melakukan
pembalasan dendam ini dan karenanya, maka tidak semestinya
memuji dan menganggap jasa kami demikian besar, padahal
bantuanmu yang telah membawa kami sampai dihutan Siong-tioklim ini, kami anggap merupakan jasa yang sangat besar pula!"
"Huh !", tiba-tiba So Sanbeng menyela, "Kedua orangtua ini
masih saja meributkan soal jasa, aku bosan mendengarnya! Padahal
apalah artinya jasa yang diperbuat manusia, kalau tanpa mendapat
berkah dari Thian ? Manusia hanya berhak berusaha, ketentuannya
berada ditangan Thian. Kalau hari ini sepasang manusia iblis
sampai binasa, sudah tentu adalah atas kehendak Thian! Maka apa
gunanya meributkan soal jasa, membuang-buang waktu saja. Lebih
baik Liok sianseng mulai berceritera, supaya kita dapat melanjutkan
perjalanan dengan segera!"Naga Mata Satu - 3 3
"Kau benar, Bengji!", seru So Kimlin sambil ketawa terkekeh.
"Mulailah Liok hiapsu!"
Liok Samkong kembali menghela napas, lalu katanya : "Kalau
saja aku tadi tidak berjanji dan kalau saja kisah yang menyebabkan
mataku buta sebelah ini bukan jiwi yang ingin mendengarnya,
sesungguhnya aku tidak mau menceritakan! Sebab, kisah ini
sebenarnya berupa suatu rahasia dan aku hanya pernah
menceritakan kepada isteriku seorang saja sehingga yang
mengetahuinya hanya kami suami isteri berdua. Kepada orang lain
tak pernah kami bocorkan !"
Tiba-tiba Sanbeng bertepuk tangan sambil menukas:
"Waduh ! Suatu rahasia yang amat besar rupanya, pantas saja
kau tidak mau segera menceritakannya".
"Benar, So sicu. Memang suatu rahasia yang amat besar, oleh
karena dalam peristiwa yang menyebabkan nama julukanku
menjadi Si Naga Mata satu ini menyangkut pula nama dan
kehormatanku dan sangat memalukan sekali kalau sampai
diceritakan kepada lain orang! Namun kini terpaksa juga aku harus
menceritakan kepada kalian, hanya saja sangat kuharapkan jiwi
takkan menyebar luaskan cerita pengalamanku ini, dan pula kalau
nanti jiwi sudah mendengarkan, kuminta kalian jangan
mentertawakannya! Nah, beginilah kisahnya.."
*** Pada lima tahun yang lalu, Liok Samkong mengantar dan
mengawal barang kepunyaan seorang hartawan untuk disampaikan
kepada Tio wan-gwe [hartawan Tio] dikota Lokcun. Kebetulan
sekali ketika Samkong tiba ditempat tujuannya, didepan gedung
hartawan Tio sedang dibangun sebuah luithay [panggung
pertandingan silat] dan ia mendengar bahwa luithay tersebut
disediakan atas keinginan Tio siocia [nona Tio] puteri tunggal dari
hartawan tersebut yang bernama Sian-hoa yang hendak memilih


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

calon-suami dengan mengadakan sayembara pibu [seleksi ilmuNaga Mata Satu - 3 4
silat]. Pibu sangat menarik hati untuk ditonton, apalagi oleh orang
yang mengerti ilmusilat seperti Liok Samkong, maka piauwsu ini
meskipun kewajibannya sudah selesai, ia sengaja berdiam dikota itu
sampai beberapa hari lamanya untuk menyaksikan pertandingan
tersebut.
Begitulah pada hari yang sudah ditentukan, pibu mulai dibuka!
Didepan gedung Tio wan-gwe para penonton penuh sesak dan
berjejal mengitari luithay yang sudah dihias indah. Ternyata banyak
juga jago-jago muda, baik dari kota itu sendiri maupun yang datang
dari luarkota, telah mendaftarkan diri untuk ikut serta dalam
sayembara tersebut dan mereka ini rata-rata mengharapkan akan
bernasib baik sehingga dapat memperisteri Tio siocia yang
kecantikannya maupun keperkasaannya, sudah merupakan
bintangnya kota Lokcun!
Sebelum sayembara dimulai, tuan rumah, yaitu Tio wan-gwe
dengan pakaian yang serba mewah, nampak naik panggung dan
menyampaikan pengumuman singkat. Bahwa pibu ini
diselenggarakan atas keinginan puterinya yang hendak mencari
calon suami diatas panggung luithay. Para peserta sayembara harus
memenuhi syarat yaitu selain berkepandaian silat tinggi, juga harus
masih muda, setinggi-tingginya berumur dua puluh lima tahun dan
belum kawin! Setiap hari diberikan kesempatan kepada enam orang
peserta menurut urutan nomor yang telah terdaftar. Pibu diadakan
dalam lima babak penyisihan, yakni dalam tiga babak enam peserta
itu seorang lawan seorang sehingga yang keluar sebagai pemenang
menjadi tiga orang dan yang tiga orang ini kemudian memasuki
babak final sehingga akhirnya salah seorang dari tiga peserta ini
dinyatakan sebagai pemenang terakhir. Dan sipemenang terakhir
inilah kemudian baru berhadapan dengan sinona!
Setelah menyampaikan pengumuman ini Tio Wangwe turun
panggung diiringi suara tepuk tangan dan sorak gembira dari para
penonton. Kemudian tepuk tangan dan sorak-sorai makin gemuruh
tatkala Tio siocia menaiki panggung untuk memperkenalkan diriNaga Mata Satu - 3 5
atau lebih tepat jika dikatakan memamerkan diri kepada para
penonton terutama kepada para peserta sayembara! Memang Tio
siocia harus diakui memiliki kecantikan yang dapat menggiurkan
hati seorang kakek-kakek yang hampir mampus, sehingga tak
dilebih-lebihkan kalau nona ini dijuluki bintangnya kota Lokcun!
Pakaiannya yang ketat berwarna hijau muda sungguh serasi dengan
potongan tubuhnya yang ramping padat. Ia menjura Keempat
penjuru, dan bibir yang mungil itu tak lepas dengan senyum dan
kerling matanya yang dapat menggetarkan jantung sehingga Liok
Samkong yang berdesak-desakan diantara orang banyak melihat
ini, tanpa dirasainya ia jadi meneguk air liur bagaikan seorang
wanita sedang hamil muda melihat buah mangga muda! Sayang aku
sudah punya anak-isteri, kalau aku masih bujangan dan umurku
belum lebih dari dua puluh lima tahun, hmmm, aku mau turut serta
dalam sayembara dan merebut bintang kota Lokcun! Demikian
piauwsu ini diam-diam mengeluh didalam hatinya.
Begitulah, sesudah sinona mengundurkan diri, pibu segera
dimulai! Tepuk tangan dan sorak-sorak dari para penonton tak
henti-hentinya selama babak-babak penyisihan dan babak
penentuan, sehingga akhirnya seorang pemuda tampan anak murid
dari Hoasanpay keluar sebagai pemenang terakhir dan dinyatakan
sebagai penantang sinona! Akan tetapi setelah pemuda tampan dari
Hoasanpay ini berhadapan dengan Tio siocia, baru bergebrak
limabelas jurus saja tubuhnya telah terlempar kebawah panggung
karena dadanya dihantam tendangan sinona sehingga berakhirlah
acara pibu untuk hari pertama itu dan keesokan harinya dilanjutkan
lagi.
Hari-hari berikutnya hasil sayembara seperti itu-itu juga, semua
peserta gugur! Sampai seminggu Liok Samkong menonton dan ia
sudah merasa bosan dan hampir saja ia segera berangkat pulang
kalau tidak secara kebetulan sekali bertemu dengan salah seorang
kawan lamanya yang bernama Be Congkun dan setelah saling
bertegur-sapa dilanjutkan bercakap-cakap dengan penuh rasaNaga Mata Satu - 3 6
senang karena lama tidak bertemu, kemudian Liok Samkong jadi
tahu bahwa salah seorang putera dari kawannya itu turut serta pula
dalam sayembara tersebut dan mendapat giliran pada hari
kedelapan dan disebabkan ingin menyaksikan kawan ini mengadu
untung kalau kelau bisa menjadi besan dari Tio wan-gwe, maka
maksud Liok Samkong hendak pulang, ditangguhkan.
"Mana puteramu sekarang ?", Liok Samkong bertanya tatkala ia
tidak melihat anak kawannya itu.
"Dia masih dirumah penginapan. Beristirahat!", sahut yang
ditanya dengan singkat.
Liok Samkong sudah maklum bahwa Be Kibun, putera kawannya
yang dimaksudkan itu adalah seorang pemuda yang berkepandaian
tinggi dan didaerah tempat tinggalnya mendapat nama julukan
Hekbin Siauw Busiong atau Busiong-muda-bermuka hitam
disebabkan ia pernah bergulat dengan seekor macan besar disebuah
hutan dan raja hutan itu dipukulnya sampai mati karena kepalanya
pecah, padahal ia sama sekali tak bersenjata dan hanya
mengandalkan sepasang tinjunya yang sangat ampuh! Samkong
sudah maklum pula bahwa anakmuda itu adalah murid tunggal dari
Tekbi Hosiang seorang pendeta ketua kuil Ban-an-si dari cabang
persilatan Siauwlimpay yang sudah terkenal kegagahannya ketika
ia turut berjuang mengusir penjajah asing dari daratan Tiongkok!
Akan tetapi, Be Kibun, simurid tunggal dari pendeta pahlawan
bangsa itu dapatkah mengalahkan nona Tio yang sudah jelas sangat
gagah perkasa ? Pertanyaan ini timbul dihati Liok Samkong dan
justeru karena ingin mendapat jawabannya, maka ia sengaja
menangguhkan maksudnya untuk pulang.
Dengan singkat dapat diceritakan bahwa Be Kibun ketika
gilirannya tiba, ternyata telah memperlihatkan kepandaiannya yang
sangat hebat sehingga akhirnya ia berhadapan dengan nona Tio!
Para penonton bersorak-sorak sehingga gegap gempita ketika
melihat pemuda hitam itu mulai bertempur dengan sinona. MalahNaga Mata Satu - 3 7
diantara mereka terdapat pula yang berteriak mengejek: "Huh!
Silutung ingin memetik bulan! Mana mungkin? Paling banter ia
cuma bisa bertahan sampai sepuluh jurus....!"
Yang mengeluarkan teriakan ejekan ini adalah seorang yang
justeru berdiri membelakangi Samkong sehingga piauwsu ini yang
diam-diam sudah merasa yakin bahwa Be Kibun pasti bakal jadi
anakmantu Tio wan-gwe karena mengingat bahwa anakmuda itu
mewarisi ilmu kepandaian dari Tekbi Hosiang, tatkala mendengar
ejekan dari orang yang berdiri didepannya, menjadi panas hati.
Maka ia membantah keras; "Didunia ini segala kemungkinan selalu
bisa terjadi! Siapa tahu bintang kota Lokcun itu bisa dimiliki oleh
silutung hitam?!"
Orang itu menoleh, lalu ketawa menyeringai sambil bertanya:
"Eh kawan, silutung itu menjadi jagomu? Mari kita bertaruh!"
"Hayo! Apa yang kau pertaruhkan?" balas Liok Samkong dengan
hati makin panas.
"Seribu tail uang-mas! Aku pegang sinona. Berani?" Samkong
terkejut mendengar jumlah yang disebutkan oleh orang itu. Tak
disangkanya sama sekali bahwa orang itu berani bertaruh sampai
sebanyak iiu. Tentu dia seorang hartawan, pikirnya. Sedangkan ia
yang pekerjaannya hanya sebagai piauwsu, mana bisa mempunyai
uang sampai begitu banyak. Biarpun rumah dan seluruh isinya
berikut isteri dan anaknya kalau dijual, mana bisa mencapai harga
sampai sej u irilah itu!
"Heheh! Rupanya kau tidak berani?" Orang itu mengejek ketika
melihat Samkong terkejut dan tinggal diam saja. "Memang seribu
tail uang-mas takkan mungkin terbayar olehmu kalau taruhanmu
kalah. Nah, sekarang kita bertaruh kecil-kecilan saja. Bukan berupa
uang. Tapi potong kupingl Aku bersedia sebelah daun telingaku
dikerat olehmu kalau sinona sampai dikalahkan oleh sihitam itu!
Akur.... ?!"Naga Mata Satu - 3 8
Ketika itu Samkong yang hatinya benar-benar sudah serasa
dibakar karena dianggapnya orang itu amat sombong dan berani
menghinanya, sempat juga lihat keatas panggung dan ia mendapat
kenyataan betapa sinona sedang didesak hebat oleh Be Kibun, dan
tampaknya sinona benar-benar sudah kewalahan, maka tanpa
banyak pikir lagi ia segera menyahut: "Akur ....! Kalau kau hanya
mempertaruhkan sebelah daun telinga, maka aku mempertaruhkan
sebelah bijimataku! Bijimataku yang sebelah kanan ini boleh kau
cukil apabila taruhanku kalah!"
"Bagus!" seru orang itu sambil mengulurkan tangan dan setelah
berjabatan tangan dengan Samkong sebagai tanda pertaruhan
mereka sudah "syah", ia lalu membalikkan tubuh membelakangi
Samkong dan melihat keatas panggung seperti tadi. Juga perhatian
Samkong ditujukan kearah yang sama, dengan hati berdebar
tegang! Biasanya, pada hari yang sudah-sudah, sinona selalu dapat
menjatuhkan para "pelamarnya" tanpa melebihi duapuluh jurus.
Akan tetapi sekarang menghadapi Kibun sipemuda hitam itu
ternyata kelihatannya ia harus mengerahkan seluruh
kepandaiannya dan setelah bertempur tigapuluh jurus, tampak ia
mulai terdesak! Tepuk sorak makin gemuruh. Samkong makin
gembira terutama sekali ketika melihat betapa Kibun telah berhasil
memetik sekuntum bunga yang menghiasi rambut sinona!
"Nah, apa kataku tadi ? Aku sungguh menyesal tidak mau terima
taruhan seribu tail uang-mas yang kau tawarknn tadi, kawan!", kata
Samkong keras-keras ke dekat telinga orang yang menjadi lawan
bertaruh itu.
"Tahan dulu rasa gembiramu, kawan! Sinona belum tentu
kalah!", sahut orang itu tanpa berpaling dan sesaat kemudian
terdengar ia berkata pula: "Nah! Lihatlah, sinona kini mulai
memperlihatkan ilmu silat simpanannya Sediakan saja sebelah
bijimatamu yang akan segera kucukil itu. Hahaha....!"
Benar saja, setelah sekuntum bunga penghias rambutnya
dicomot oleh pemuda hitam itu tadi, sinona yang kelihatannyaNaga Mata Satu - 3 9
sudah terdesak hebat itu tiba-tiba merubah taktik silatnya.
Tubuhnya membuat gerakan berputar-putar mengelilingi Kibun,
gerak-geriknya seperti orang yang sedang menari dan jelaslah nona
itu mulai memainkan jurus-jurus silat yang dinamakan Bidadari
menari untuk-mempermainkan-seekor-kera! Mula-mula Kibun
dapat mengikuti perubahan sinona itu sambil mengirimkan
serangan-serangannya yang menentukan, akan tetapi pada detikdetik berikutnya gerakan tubuh sinona yang bagaikan menari-nari
sambil berputar dan berkeliling itu makin cepat sehingga Be Kibun
seakan-akan dikurung oleh segulung sinar hijau yang sangat gesit
dan sulit sekali baginya untuk melancarkan semangan kearah
sasaran yang tepat!
Ternyata gerak tipu Bidadari-menari yang dilakuyan oleh Tio
siocia mendatangkan pengaruh hebat bagi Kibun yang
menghadapinya. Kalau tadi pemuda ni sudah berhasil mendesak
sinona dengan hebat dan agaknya dalam beberapa gebrakan lagi ia
akan dapat mengalahkannya, akan tetapi sekarang, setelah Tio
siocia merubah taktik silatnya, benar-benar membuat pemuda itu
tidak berdaya! Gerakan-gerakan sinona yang seperti menari-nari
dan mengelilingi tubuhnya demikian lincah dan cepat sehingga
membuat Kibun yang menghadapinya jadi kebingungan dan
kepalanya mulai terasa pening! Dan pada suatu saat, entah siapa
melakukan gerakan yang bagaimana, tahu-tahu tubuh Kibun
menjadi limbung seperti orang mabuk arak dan setelah
sempoyongan diatas panggung sebentar, akhirnya pemuda hitam
ini, dengan diantar senyum manis dari sinona yang ketika itu sudah
menghentikan gerakannya, lalu jatuh terpelanting kebawah
panggung, diiringi gemuruhnya tepuk-sorak para penonton!
"Nah! Kini kucukil bijimatamu!", seru orang yang bertaruh
dengan Samkong itu sambil cepat membalikkan tubuh kebelakang.
Akan tetapi lawan bertaruh yang hendak dicukil bijimatanya itu
ternyata sudah menghilang entah kemana, membuat hati orang iniNaga Mata Satu - 3 10
menjadi mendongkol dan ribut sendiri menghamburkan makian
tidak keruan!
Biarpun Samkong bukan seorang pengecut, tapi mana hatinya
akan rela kehilangan sebuah bijimatanya gara-gara kalah bertaruh
karena keisengannya tadi, maka setelah melihat gejala bahwa Be
Kibun bakal jadi pecundang dan selagi orang dengan siap-siap ia
bertaruh itu sedang mencurahkan perhatiannya ke atas panggung,
diam-diam ia segera meninggalkan tempat itu dan bersembunyi
dikamar penginapan!
Dasar nasib Liok Samlong agaknya sedang sial orang yang ia
takuti menagih janji pertaruhannya itu kebetulan sekali mendatangi
penginapan dimana justeru ia menyembunyikun diri, dan secara
kebetulan pula bahwa orang itu bermaksud hendak menginap
dipenginapan tersebut dan mendapat kamar persis disebelah kamar
yang disewa Samkong, hanya teraling sebuah dinding papan!
Keruan saja Samkong hatinya jadi sangat gelisah dan selama
hidupnya belum pernah ia segelisah seperti ini, takut kalau-kalau
orang itu benar-benar menagih janji, maka ia tidak berani keluar
dari kamarnya! Samkong memang memiliki watak keras dan ia bisa
bertahan terus sembunyi didalam kamar, akan tetapi bagaimana ia
bisa tahan menguasai perutnya yang perih karena lapar, sejak pagi
hari itu memang belum diisi nasi, kecuali hanya segelas air hangat
berikut dua butir telur ayam rebus yang ditelannya ketika pagi-pagi
tadi!
Ketika itu sudah lewat tengah hari dan perut Samkong makin
terasa melilit-lilit bagaikan usus diperutnya dipuntir-puntir! Ia lalu
mengintip melalui celah-celah dinding papan untuk melihat
penghuni dikamar sebelahnya itu! Kalau saja orang itu sedang tidur,
ia bermaksud hendak keluar kamar untuk pergi makan dan minggat
pulang! Dan benar saja, melalui celah dinding papan itu ia dapat
melihat, bahwa orang itu sedang tidur sambil mendengkur diatas
pembaringan dan ternyata pula bahwa dia membawa senjata
berupa sebilah golok besar yang diletakkan disisi pembaringannya.Naga Mata Satu - 3 11
"Bagus! Mumpung dia sedang tidur aku harus menggunakan
kesempatan ini", bisik Samkong didalam hati dan ia segera
mengemasi pakaiannya kedalam buntalan. Dan sebelum ia keluar
kamar, sekali lagi ya mengintip untuk mengetahui keadaan orang
itu supaya ia tidak sampai terpergok! Ternyata orang itu masih
tidur, akan tetapi tiba-tiba Liok Samkong yang sedang
menempelkan kening dan mata kanannya diantara celah papan itu,
menjerit nyaring dan tangannya menutupi mata kanan yang
dipergunakan mengintip itu!
Apa yang terjadi? Ternyata mata Liok Samkong telah disengat
kalajengking yang secara kebetulan sekali terdapat diantara selasela celah dinding yang tadi dipergunakannya sebagai lubang
pengintipan itu! Sengatan dari ekor binatang kecil yang
mengandung bisa itu tepat sekali kena biji mata kanannya dan hal
ini baru diketahui oleh Samkong ketika ia menutup matanya dengan
tangannya dan binatang itu masih menempel, maka segera
diremasnya sehingga hancur! Inilah sebabnya mengapa Samkong
tiba-tiba menjerit nyaring!
Dapat dibayangkan, betapa sakitnya biji mata Samkong yang
disengat kalajengking yang bisanya terkenal sangat berbahaya itu!
Samkong lupa akan ditagih janji, dan lupa untuk segera berlari
keluar kamar sebagaimana yang menjadi rencananya tadi. Karena


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sakit yang ia rasakan pada biji matanya itu, setelah menjerit nyaring
tadi, lalu membantingkan tubuhnya keatas pembaringan dan disitu
ia terus mengerang-erang serta mengaduh-aduh sehingga orangorang yang mendengarnya cepat menghampiri kamarnya dan
menggedor-gedor pintu kamarnya dari luar!
Agaknya orang yang diintip oleh Samkong tadi kini sudah
terbangun pula dari tidumya disebabkan suara ribut-ribut itu dan ia
ikut pula menggedor-gedot pintu kamar Samkong! Orang-orang itu
menyangka bahwa didalam kamar itu telah terjadi peristiwa
penganiayaan, maka mereka lalu mendobrak pintu itu sehingga
pecah dan terbuka dan orang yang paling dulu memasuki sertaNaga Mata Satu - 3 12
menghampiri Samkong yang sedang mengguling-gulingkan
tubuhnya diatas pembaringan sambil mengaduh-ngaduh itu,
justeru adalah orang penghuni kamar disebelah kamar Samkong
tadi!
"Mengapa? Mengapa ?!", tanyanya sambil mengguncangguncangkan tubuh Samkong.
Samkong ketika itu sedang menderita kesakitan setengah mati,
sehingga baik orang mendobrak pintu kamarnya maupun
pertanyaan orang itu, tak ia hiraukan. Ia merintih dengan suara
menggerung-gerung! Tiba-tiba orang yang bertanya itu ketawa
bergelak-gelak, membuat orang yang mendengarnya merasa heran,
juga Samkong tak terkecuali!
"Hahaha ! Hahahaaa ! Inilah orangnya yang kalah bertaruh dan
telah lari sebelum membayar janji! Benar-benar bocengli [tak tahu
aturan]! Tapi Thian benar-benar sangat Adil dan memberi
hukuman kontan kepada makhluknya yang bersalah! orang ini
sudah terkena kualat sendiri, mata kanannya sudah rusak dan
agaknya ada orang membantu aku mencukil matanya! Tapi mana
hatiku bisa merasa puas sebelum ia membayar hutang langsung
terhadapku?" Tangan kiri orang itu menjambak rambut dikepala
Samkong dengan gerakan kasar sekali, dan tangan kanannya,
dengan jari-telunjuk dan jari-tengah membentuk seperti kaitan,
hendak mencukil mata Samkong yang sebelah kiri!
Meskipun sedang menderita setengah mati, namun Samkong
ketika dirinya diperlakukan orang sekurangajar itu dan ketika mata
sebelah kirinya melihat betapa orang itu hendak mencukilnya, tentu
saja membuat ia marah sekali! Dan justeru kemarahan hatinya ini
mengatasi perasaan sakit dimatanya, tiba-tiba kakinya melayang
dan "Bukk!", persis lambung orang itu kena tendangannya sehingga
tubuhnya jatuh terjengkang dan meringkuk disudut kamar!
Kesempatan ini dipergunakan oleh Samkong yang segera bangkit
dari tempat pembaringannya dan secepat kilat ia berlari keluar
kamar dan meninggalkan rumah penginapan itu! Matanya yangNaga Mata Satu - 3 13
disengat kalajcngking itu mengeluarkan banyak darah sehingga
memenuhi pipi kanannya dan mengalir kebawah sampai
membasahi bajunya. Aneh sekali, setelah darah banyak keluar,
dirasakan Samkong sakit pada matanya itu agak berkurang!
"Manusia pengecut! Kau hendak lari kemana?!", suara bentakan
murah ini segera disusul munculnya orang tadi yang datang
mengejar dan kini ditangannya telah memegang sebilah golok
terhunus!
"Siapa yang hendak lari ? Aku sengaja menantimu ditempat yang
luas ini agar kita bisa leluasa bertempur mengadu nyawal", balas
Samkong sambil merenggut pecut yang dibelitkan dipinggangnya
dan pecut itu lalu disabetkan keudara, maka terdengarlah bunyi
seperti ledakan kecil tigakali!
Orang itu tidak segera mengirim serangan, nampaknya ia seperti
ragu-ragn. "Siapakah kau maka berani menantang bertempur
dengan aku Si Goloktunggal Pencabutnyawa Go Jikiu? Kau harus
tahu sendiri akibatnya kalau kau berani mempermainkan Toatbeng
Tanto ini. Mengerti!"
Diam-diam Samkong merasa agak terkejut mendengar nama
orang itu. Ia sudah pernah mendengar bahwa Toatbeng Tanto Go
Jikiu adalah seorang gembong perampok yang sangat ditakuti oleh
para piauwsu! Lalu ia menjawab tak mau kalah gertak: "Aku tidak
perduli sama kau Si Goloktunggal Pencabutnyawa maupun Si
Golokbuntung Penyembelihbabi. Barang siapa saja yang berani
berbuat keterlaluan terhadap aku Si Pecut Naga-sakti ini, pasti
pecutku ini akan menghajarnya!"
Orang yang bernama Go Jikiu alias Si Goloktunggal Pencabut
nyawa itu tiba-tiba ketawa bergelak. "Ha-ha-ha... .! Tak kusangka Si
Pecut-naga-sakti yang kudengar namanya sangat tersohor itu,
ternyata orangnya sangat pengecut, tidak berani menanggung
risiko kalah taruhan! Kini matamu sudah buta sebelah sehingga
lebih tepat kalau kau dijuluki si Naga-buta dan sungguhpunNaga Mata Satu - 3 14
demikian, aku tetap hendak menagih janji! Aku hendak mencukil
matamu yang tinggal sebiji lagi itu sebagai pelunas hutangmu,
supaya kau mendapat nama julukan si Naga buta!"
Liok Samkong makin marah karena sudah duakali ia dimaki
pcngecut dan. terus dihina oleh orang itu, maka tanpa banyak
cingcong lagi ia segera meng ayunkan pecutnya melakukan
terangan. Sambil ketawa bergelak dengan nada mengejek Go Jikiu
menangkis dengan goloknya dan demikianlah dua orang
disebabkan gara-gara taruhan ini segera terlibat dalam suatu
pertempuran sengit! Dan kini mereka benar-benar
mempertaruhkan nyawa!
Selanjutnya dengan singkat dapat diceritakan bahwa setelah
bertempur sampai limapuluh jurus, ternyata Go Jikiu kalah tangguh
sehingga akhirnya tubuh si Goloktunggal Pencabut nyawa ini
tinggal terkapar kepayahan diatas tanah setelah hampir seluruh
kulit tubuhnya pecah-pecah dihantam pecut Samkong! Liok
Samkong memang tidak mengandung maksud untuk membunuh,
maka setelah melihat orang itu tak berdaya ia lalu menghentikan
serangannya, dan berkata:
"Hei, manusia she Go! Aka mengampuni nyawa tikusmu, kalau
saja kau mau mengakhiri soal taruhan tadi sampai disini saja!
Ataukah kau tetap masih nenghendaki bijimataku ini?"
Sambil merintih dan muka meringis menahan sakit, Go Jikiu
bangkit dengan susah payah. Setelah dapat berdiri ia memandang
dengan tajam kepada Liok Samkong, suaranya terdengar parau
tatkala berata; "Pengecut she Liok! Untuk sementara aku
menangguhkan mencukil biji matamu yang sebenarnya menjadi
janjimu sendiri. Tapi pada lain kesempatan bersiap-siaplah engkau
untuk menjadi si Naga-buta!" Setelah berkata demikian, Go Jikiu
lalu mengambil goloknya yang menggeletak diatas tanah karena
dirampas oleh pecut Samkong tadi, kemudian dengan tindakan,
kaki terpincang-pincang dan muka terus meringis-ringis, ia
berjalan pergi...Naga Mata Satu - 3 15
"Dan setelah lima tahun lamanya tidak bertemu,, ternyata pagi
tadi kuterima surat tantangan dari Go Jikiu dan agaknya si
Goloktunggal Pencabut nyawa, itu mengandalkan bantuan dari Coatung Tok-ong dan Tokkiam Moli! Tapi syukurlah, tiga orang musuh
besar kita itu kini sudah mampus semua!" Demi kian kata Liok
Samkong mengakhiri ceritanya.
"Jadi yang membuat matamu buta itu disebabkan sengatan
kalajengking?", tanya So Kimlin sambil menahan ketawanya.
Untuk menjawabnya Samkong hanya menganggukkan kepala
membenarkan, sambil menghela napas.
Lalu terdengar Sanbeng berkata: "Liok sianseng. Lucu sekali
pengalamanmu ini. Gara-gara taruhan kau mengingkari janji
sendiri, sehingga kau lebih suka disebut pengecut daripada mesti
memenuhi janji. Tapi ternyata hukum karma tidak dapat dingkari,
maka kau telah kena kualat atau ketulah oleh janjimu sendiri!"
Mendengar perkataan anaknya yang sangat tepat ini, So Kimlin
jadi ketawa terkekeh-kekeh. Juga Sanbeng tak dapat menahan
perasaan geli dihatinya.
"Nah! Nah ! Apa yang pernah kuminta terhadap dirimu tadi?
Kuminta jiwi jangan mentertawakan kisahku ini! Tapi buktinya jiwi
kini mentertawakannya! Ternyata bahwa jiwipun mengingkari janji
pula!" Samkong memprotesdengan ucapan meniru-niru Sanbeng.
Akan tetapi ketika kedua ayah dan anak itu nasih juga terus ketawa
atau lebih tepat menterawakan pengalamannya yang mungkin bagi
anggapan Mereka sangat lucu dan menggelikan, Samkong tiba-Tiba
berdiri sambil berkata berupa ajakan: "So sianeng! Mari kita
berangkat. Kita sudah terlalu lama disini. Jangan-jangan kita sampai
di kota Lokyang hari sudah malam!"
"Oh, yah....!", So Kimlin seakan-akan baru agak ketempat
tujuannya yang masih jauh itu. Orangtua inipun segera bangkit dan
sambil menahan ketawanya yang belum juga habis itu ia mengajakNaga Mata Satu - 3 16
Sanbeng: "Beng-ji, cepat kemasi tetek bengek bekas kita bersantap
ini. Dan kita perlu segera berangkat!"
Anakmuda itu yang juga masih ketawa-ketawa tertahan,
mentaati perintah ayahnya. Begitulah mereka bertiga segera
menghampiri kereta dan ketika itu kedua ekor kuda penarik kereta
tadi sedang asyik makan rumput yang tumbuh subur ditepi jalan.
Sebelum menaiki kereta, So Kimlin memungut pedang dan
tongkat ular yang sudah menjadi dua potong dan tergeletak diatas
tanah sebagai barang peninggalan Tokkiam Moli dan Coa-tung Tokong. "Buat apa So sianseng mengambil benda kotor dan menjijikkan
itu ?", tanya Liok Samkong heran.
"Akan kubawa ke Santung, buat dijadikan bukti bahwa kita
sudah berhasil menuntut balas!??, jawab yang ditanya.
Dan ketika mereka sudah duduk diatas kereta, terdengar So
Kimlin berkata kepada Samkong yang sudah siap untuk
mengendalikan kuda:
"Liok hiapsu, kita tak perlu lagi pergi kekota Lokyang! Lebih baik
kita kembali saja kota Sunlay dan tolong antarkan kami kembali
kerumah penginapan Cialing".
Untuk sesaat Samkong tinggal melongo heran. Kemudian
katanya: "Jadi maksud kalian hendak pergi keLokyang dibatalkan?
Mengapa harus dibatalkan, padahal pagi tadi kalian begitu
memaksa menyewa keretaku untuk pergi kesana?"
"Buat apa mesti meneruskan perjalanan lebih jauh lagi kalau
sakit hati kami sudah terbalas? Bukankah tadipun aku sudah
menjelaskan bahwa perantauan yang kami laksanakan ini adalah
semata-mata untuk mencari sepasang siluman itu? Sekarang
maksud kami sudah tercapai, maka apa gunanya melanjutkan
perantauan ?"Naga Mata Satu - 3 17
Samkong lalu mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
Dan kemudian piauwsu ini mendengar pula So Kimlin berkata
kepada Sanbeng: "Bengji, lebih baik kau buang saja buntalanbuntalan yang sekarang tiada gunanya lagi ini! Buat apa kita terus
membawanya, hanya tambah memberatkan beban kedua kuda Liok
hiapsu saja!"
Perkataan orangtua itu kembali membuat Samkong keheranan,
dan sebelum ia sempat bertanya, Sanbeng sudah melemparlemparkan semua buntalan-buatalan itu kepinggir hutan.
"Mengapa buntalan-buntalan itu dibuang? Bukankah itu adalah
barang-barang dagangan?", tanya Samkong kemudian.
"Liok hiapsu, agaknya kau masih belum mengerti akan siasat
kami, maka baiklah kujelaskan. Bahwa untuk mendatangi hutan
Siong-tiok-lim ini, kami akan dapat mendatanginya lebih mudah
dan lebih cepat kalau kami mempergunakan ilmu lari cepat,
daripada menunggangi keretamu yang jauh lebih berabe dan lebih
lambat. Tapi kalau kami mendatangi tempat ini hanya dengan
begitu saja, sungguhpun memang sangat praktis, namun untuk
mencari sepasang siluman itu diantara hutan yang selebat ini, selain
merupakan pekerjaan sukar, juga besar sekali bahayanya! Oleh
karena adanya perhitungan ini, maka kami harus melakukan siasat
dan untuk keperluan siasat inilah mengapa tadi pagi aku sangat
memaksa menyewa keretamu serta sekalian minta dikawal olehmu
sehingga kami ini menimbulkan prasangka buruk dihatimu! Kami
menyewa dan menunggangi keretamu, sekalian membawa
beberapa buah buntalan untuk menarik perhatian komplotan tikus
hutan dihutan ini dan betapa hasilnya siasatku ini, kau tadi sudah
saksikan sendiri! Mula-mula kawanan tikus hutan yang kecil-kecil
muncul karena terpancing oleh beberapa buah buntalan yang kita
bawa ini, kemudian Go Jikiu musuh besarmu itu muncul pula dan
akhirnya sepasang manusia iblis musuh besar kami, tanpa kami
susah payah mencarinya kedalam hutan, juga muncul! Nah,
bukankah siasatku itu sangat baik dan hasilnya sangat baik pula?Naga Mata Satu - 3 18
Inilah sebabnya mengapa tadi kukatakan bahwa berhasilnya kami
menemukan dan membunuh sepasang siluman itu adalah
dikarenakan berkat bantuanmu juga".
Kepala Samkong kembali mengangguk-angguk tanda mengerti
setelah mendengar penjelasan So Kimlin. Dan hatinya diam-diam
memuji akan kecerdikan pendekar Santung itu dalam hal membuat
siasatnya. Benar-benar siasat yang jitu, pikirnya. "Tapi, mengapa
buntalan-buntalan itu harus dibuang?", akhirnya ia bertanya pula.
So Kimlin ketawa terkekeh mendengar pertanyaan ini. "Liok
hiapsu, agaknya kau merasa sayang akan buntalan-buntalan yang
kau sangka berisi bahan-bahan sandang itu, bukan? Ketahuilah,
buntalan-buntalan yang kujadikan benda pancingan untuk menarik
perhatian para kawanan tikus hutan itu isinya tak lebih hanya
kertas-kertas sampah belaka!"
Kembali Samkong jadi melongo heran. Hatinya merasa kecewa
bukan main. "Jadi buntalan-buntalan itu, yang kupertahankan matimatian ketika bara kawanan cecunguk hendak merampasnya tadi,
kiranya hanya berisikan sampah-sampah belaka!"
"Tak salah...." jawab So Kimlin sambil ketawa geli, diiringi suara
ketawa Sanbeng. Hingga Samkong yang mendengar suara ketawa
mereka lalu menundukkan kepala, seakan-akan dirasanya mereka
mentertawakan kebodohannya.
"Liok hiapsu, mengapa kau tinggal diam saja? Apakah kau masih
belum puas menikmati tamasya alam dihutan Sisng-tiok-lim ini
sehingga membuatmu tidak mau lekas-lekas melarikan kuda dan
keretamu ini untuk segera pulang kembali ke Sunlay? Ataukah kau
ingin terus menetap disini, jadi pengganti Toatbeng Tanto Go
Jikiu....?"
"Huss! So sianseng! Sangkaanmu sungguh keterlaluan!", bentak
Samkong sambil tersenyum kecut dan tangannya menarik tali
kendali kuda sehingga kereta yang tadinya menghadap kearah kota
Lokyang jadi berputar seratus-delapan puluh derajat. Kereta ituNaga Mata Satu - 3 19
meluncur laju menuruni pundunan meninggalkan hutan Siongtiok-lim.
Dalam perjalanan kembali ini mereka tidak banyak bicara, oleh
karena So Kimlin dan anaknya yang duduk dibelakang Samkong,
terus saja mengantuk sehingga kepala mereka melenggut-lenggut.
Agaknya mereka terlalu lelah sehabis bertempur mengganyang
musuh besar mereka tadi dan agaknya hati mereka di penuhi rasa
puas, setelah dendam-kesumat yang selama ini mereka pendam
didalam dada, kini sudah dilampiaskan sesuai dengan tekad dan
cita-cita mereka! Demikian pula dada Samkong dipenuhi perasaan
bangga oleh karena selain perhitungan dengan Go Jikiu sudah
dibikin beres, juga dalam hal menumpas sepasang siluman ia
merasa telah memberikan bantuan yang bukan kecil artinya bagi So
Kimlin dan So Sanbeng. Peristiwa hari ini bagi Samkong benarbenar merupakan pengalaman baru yang sangat berkesan


Naga Mata Satu Karya Tjoe Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dihatinya!
Ketika mereka tiba dikota Sunlay, hari sudah petang. So Kimlin
dan Sanbeng baru tersadar dari kantuknya ketika diberitahu oleh
Samkong bahwa mereka sudah tiba didepan rumah penginapan
Cialing, sehingga ayah dan anak itu segera meloncat turun dari
kereta dan terdengar sipendekar Santung berkata kepada Samkong:
"Liok hiapsu, mari masuk dulu kedalam hotel! Sebagai salam
perpisahan, karena kami pada petang ini juga hendak segera
berangkat pulang ke Santung dan sebagai tanda terimakasih kami
atas bantuanmu, aku hendak memberikan sekedar oleh-oleh
untukmu".
Samkong segera mengikuti ayah dan anak itu memasuki rumah
penginapan dan setelah berada didalam kamar yang disewa So
Kimlin, orangtua ini bekata: "Liok hiapsu, tadi sudah kujelaskan
bahwa buntalan-buntalan yang kami buang dihutan Siong-tiok-lim
itu semuanya berisikan kertas-kertas sampah yang tidak berharga.
Dan buntalan-buntalan ini", ia menuding kearah tumpukan
buntalan disudut kamar, "baru berisikan bahan-bahan sandangNaga Mata Satu - 3 20
yang kuperdagangkan. Maukah engkau membantu kami untuk
muatkan buntalan-buntalan ini keatas keretamu?"
Yang ditanya tidak segera menjawab. Untuk sejenak hanya
membisu sambil mengerutkan kening karena belum mengerti apa
yang dimasudkan oleh So Kimlin dalam pertanyaannya yang
terakhir itu. Maka kemudian Samkong balas menanya: "muatkan
barang-barangmu ini dimuatkan keatas keretaku? Apakah So
Sianseng bermaksud hendak terus menyewa keretaku pulang ke
Santung?"
Orangtua itu tersenyum. "Jawaban atas pertanyaanmu akan
kuberikan setelah barang-barangku semua dimuatkan keatas
keretamu. Nah, Beng-ji, hayo segera angkut!"
Sanbeng segera bekerja. Buntalan-buntalan itu diangkutnya
keluar kamar dan dimuatkan keatas kereta sehingga Samkong
sungguhpun masih belum mengerti, ia lalu membantunya pula. Dan
manakala buntalan-buntalan itu sudah dimuatkan sehingga kereta
menjadi penuh, So Kimlin dan Sanbeng sambil teryenyum-senyum
menghampiri Sankong yang ketika itu berdiri disisi keretanya.
"Liok Hiapsu, seperti tadi sudah kukatakan bahwa kami pada
petang ini juga hendak berangkat pulang ke Santung dan sejak saat
ini kami takkan menjadi pedagang keliling lagi. Dan kalau barangbarang itu kami bawa kembali ke Santung sungguh berabe, maka
semuanya kuserahkan kepadamu. Bawalah ke rumahmu sebagai
oleh-oleh untuk isteri dan anak-anakmu dirumah....! Nah, selamat
berpisah!"
Samkong hanya tinggal melongo ketika melihat betapa ayah dan
anak itu tiba-tiba menghilang dari penglihatannya, yang tampak
hanya dua bayangan berkelebat pergi dan lenyap diantara cahaya
petang yang hampir gelap!
"Hebat! Hebat ! Pendekar Santung rama-putera itu selain gagah
perkasa, juga ternyata sangat terkenal sebagai seorang hartawan
yang berhati dermawan dan berjiwa sosiawan.....", demikianNaga Mata Satu - 3 21
Samkong, setelah sadar dari bengongnya, berkata seorang diri.
Kebetulan didepan rumah penginapan itu tiada orang lain dan kalau
misalkan ada dan melihat betapa Samkong berkata seorang diri
seperti itu, pasti akan menyangka bahwa piauwsu yang berjuluk Si
Naga-buta ini, berotak miring!
Akhirnya Samkong menaiki keretanya dan merenggut tali
kendali kudanya, sehingga sekejap kemudian ia telah meninggalkan
rumah penginapan Cialing dan langsung pulang kerumahnya.
Ia sangat berterima kasih sekali terhadap So Kimlin dan
Sanbeng, yang telah memberi oleh-oleh berupa bahan sandang
sampai sekereta penuh! Ia sudah dapat membayangkan betapa
isterinya dirumah nanti akan menyambut kedatangannya ini
dengan penuh gembira. Dan ia akan berkata kepada isterinya itu,
bahwa firasat buruk yang dibekalnya ketika ia berangkat pagi tadi,
firasat buruk sebagai pertanda bahwa ia akan bertemu dengan
kesialan, ternyata tidak dapat dipercaya samasekali! Buktinya, kini
ia kembali dalam keadaan segar-bugar dan selain pengalaman hari
ini membuat rongga dadanya penuh sesak dengan perasaan bangga,
juga ia pulang membawa rejeki nomplok!
Liok Samkong duduk diatas kereta sambil mengendali kuda dan
membusungkan dada. Perasaan hatinya bagaikan seorang
pahlawan yang baru pulang dari medan-perang dengan membawa
kemenangan, serta menggondol pula hadiah besar sebagai pahala
atas jasa-jasanya dari kewajiban yang telah ia tunaikan!
Cimahi, 1267.
T A M A T
Spirit Bound 1 San Pek Eng Tay Romantika Emansipasi Seorang Perempuan Karya Okt Pendekar Buta 10

Cari Blog Ini