Ceritasilat Novel Online

Pedang Iblis Langit 2

Pedang Iblis Langit Karya O K L Bagian 2


"Aku sudah lama berkecimpung dikalangan Kang-ouw, tetapi
belum pernah aku mendengar nama yang kau sebutkan tadi.
Ay ohlah katakan siapa kau sebenarnya!"
"Jadi kau menganggap aku berdusta?" tanya Song Lim yang
sudah habis sabar.
Orang itu tidak menyahut, ia menyeringai dan dengan tiba-tiba
ia melepaskan tinjunya kedepan.
Song Lim meloncat kesamping sehingga serangan itu menghajar
meja makan, maka serentak dengan meloncatnya sikakek picek,
terbaliklah piring mangkok yang terletak diatas meja tersebut.
"Hei! Mengapa kau mengganggu orang yang sedang makan?"
bentak sikakek gusar.
Orang itu tidak menghiraukan, lagi ia sudah menyerang kearah
Song Lim.Pedang Iblis Langit - 2 16
Song Lim tidak meloncat. Ditangkis serangan itu dengan lengan
kirinya lalu dengan gesit kaki kanannya diletakkan dibelakang tumit
orang itu seraya tangan kanannya menggedor kearah dada.
Gerakan serentak ternyata hebat sekali, orang yang bertubuh tinggi
besar itu terguling!
"Bagus!" sikakek memuji sambil melirik keempat orang kawan
orang itu yang sudah berbangkit dari duduknya dan menghampiri
Song Lim.
"Setan kecil!" bentak salah seorang. "Kau berani main-main
denan kami?!"
Berkata begitu, ia segera memberi isyarat kepada ketiga
kawannya dan menyerang Song Lim.
Sikakek tertawa terkekeh, serentak tangannya digerakkan dan
sungguh mengherankan, keempat orang yang bertubuh tinggi besar
itu tiba-tiba roboh tersapu hembusan angin kebasannya itu! Mereka
berbangkit dan meskipun tidak terluka, tanpa mengatakan apa-apa
lagi, orang yang menjadi pemimpin segera memberi isyarat kepada
kawan-kawannya dan meninggalkan tempat itu.
"Anak," kata sikakek tenang "Aku sudah makan kenyang, maka
kau terimalah serangka pedang ini. Aku harus lekas-lekas pergi!"
Song Lim menerima barang yang telah diangsurkan itu. Belum
lagi sempat ia mengucapkan terima kasih, sikakek sudah meloncat
menuruni tangga loteng. Dikeluarkannya pedang Thian-mo-kiam
dan ia jadi gembira bukan kepalang, karena serangka kuno itu
ternyata cocok betul dengan pedang itu. Lekas-lekas ia berlari turun
dari loteng untuk memberi sekedar uang kepada sikakek picek,
namun yang dicarinya itu sudah entah menghilang kemana.
SETELAH membayar barang hidangan yang dimakan oleh kakek
itu, ia lalu berjalan keluar dan dapat melihat secarik kertas yangPedang Iblis Langit - 2 17
dilekatkan diatas raeja. Adapun kata-kata yang terera diatas kertas
itu mengatakan:
"Ngo Lee Koay sauw, pemimpin besar partai Ceng-goa-pang
telah menjagoi dikalangan Kang ouw karena jotosannya yang
terkenal dengan nama Thiat-ciang kim-kee atau Patokan ayam
sakti. Ilmu silatnya tidak dibawah kepandaian Ban-kiap Mo-kun
dari partai Ban-kiap ku-mo. Begitu jauh, dia memang salah seorang
tokoh persilatan yang dahsyat dan sangat disegani. Jangan
menganggap remeh orang itu!"
Song Lim menduga-duga siapa gerangan yang telah memberi
peringatan padanya itu. Akhirnya ia condong kepada kesimpulan
bahwa sikakek piceklah yang menulis surat itu. Dengan perasaan
sangat berterima kasih, ia lalu masuk kedalam sebuah losmen.
Sambil terbaring diatas pembaringan, otaknya bekerja keras
untuk menyingkap tabir keanehan yang menyelimuti kakek picek.
Tanpa terasa tangannya meraba serangka pedang yang menurut
sikakek bernama serangka Cun-ciu. Dirasakan juga serangka
pedang itu mengeluarkan hawa dingin seperti es...
Baru saja rasa mengantuk datang, ia tiba-tiba mendengar oleh
suara yang mencurigakan. Cepat dihunusnya pedang Thian-mokiam dan meloncat keluar dari jendela dan masih sempat melihat
sesosok bayangan hitam berkelebat melarikan diri. Tanpa pikirpikit lagi segera dikerahkan seluruh tenaganya dan mengejar, tetapi
sungguh hebat lari bayangan hitam itu.
Entah berapa lama ia sudah mengejar, namun bayangan itu tetap
berada jauh didepannya. Semak belukar telah dilalui dan orang yang
dikejarnya itu tiba-tiba masuk kedalam sebuah kuil tua yang berada
diluar semak belukar itu.
Dengan berani dan tidak lepas dari rasa hati-hati, Song Lim
menghampiri kuil terebut. Keadaan disekitarnya sunyi senyap.
Diatas pintu kuil tampak sehelai kain merah yang bergoyanggoyang terhembus angin lalu.Pedang Iblis Langit - 2 18
Setelah menantikan sebentar dan tidak mendengar suara apaapa, ia lalu melangkah masuk kedalam, belum lagi jauh ketika ia
mendengar suara orang mendengkur. Ia masuk terus keruangan
dari mana suara orang yang tengah tidur dengan nyenyak
terdengar, tiba-tiba dahinya jadi berkerut, karena samar-samar ia
melihat orang yang sedang menggeros itu bukan lain daripada
sikakek picek yang telah memberikannya serangka pedang Cun ciu
tadi siang.
"Locianpwce, Locianpwce!" tegurnya sambil mendekati.
Sikakek tidak terjaga, ia bahkan seolah-olah tidak merasa ketika
tubuhnya digoncang-goncangkan oleh Song Lim. Agar tidak
mengganggu. Song Lim bertekad menunggu agar kakek aneh itu
terjaga sendiri sambil duduk diserambi muka kuil tersebut, dan
tidak lama kemudian iapun tertidur dengan nyenyak disitu. Ia baru
bangun kesokan harinya ketika mendergar derap kaki kuda yang
tiba-tiba berhenti didepan pekarangan kuil itu.
"Hei, bocah!" bentak salah seorang yang bukan lain daripada
lima orang yang telah dipecundangi oleh aikakek picek kemarin.
"Hari ini kau takkan mungkin lolos dari tangan kami, Oey-san-ngokoay!"
Song Lim cepat berbangkit sambil menghunus pedang Thianmo-kiam. Satu sinar merah terpancar begitu pedang itu dikebaskan
dan membuat kelima orang itu terkejut.
"Hei, bocah!" bentak lagi sipemimpin kelima orang itu. "Jika kau
ingin selamat, serahkanlah pedang itu padaku!"
"Aku mau menyerahkan pedang ini," sahut Song Lim tenang
"Tetapi agaknya kurang pantas jika bukan kau yang mengambilnya
sendiri!"
Ucapan yang merupakan tantangan itu membuat sipemimpin
tertawa berkakakan. Cepat ia meloncat turun dari kudanya.
Kemudian sambil diikuti oleh keempat kawannya ia melangkah
maju.Pedang Iblis Langit - 2 19
Hati Song Lim jadi berdebar-debar ketika melihat kelima orang
itu menghunus pedang mereka. Karena inilah untuk pertama
kalinya ia akan melihat kemujizatan pedang yang telah memikat
baayak orang untuk memilikinya.
Sambil melepaskan pekikan seram, kelima orang itu tiba-tiba
menyerang. Tetapi untuk kaget mereka, dengan satu tabasan saja
pedang-pedang mereka sekaligus terpapas putus! Belum lagi rasa
tercengang mereka lenyap, ketika terdengar tiga jeritan serentak
yang dibarengi dengan robohnya tiga orang. Karena takutnya,
kedua orang sisanya lekas-lekas mcloncat keatas kuda dan kabur
tunggang langgang!
Song Lim tidak mengejar. Lekas-lekas ia masuk kedalam kuil dan
berseru:
"Locianpwee, Locianpwee! Bangun!"
Sikakek menggeram. Gusar ia agaknya mendengar teriakan
keras itu.
"Siapa yang membangunkan aku?!" bentaknya. Tetapi setelah
melihat Song Lim sedang berlutut disampingnyn, ia lalu berkata lagi
"Ee, kau juga sudah datang? Mengapa kau membangunkan aku?"
Song Lim segera menarik tangan kakek itu keluar kuil seraya
berkata:
"Locianpwee, ketiga orang ini telah tertusuk pedang Thian-mokiam"
"Pedang Thian-mo-kiam?!" tanya sikalek picek kaget "Siapa
yang melukai orang-orang ini?"
"Aku!"
"Kau?"
"Ya, aku merasa menyesal sekali telah melukai juga ketiga orang
ini, tetapi mereka terlalu mendesak...." sahut Song Lim sambilPedang Iblis Langit - 2 20
mengangsurkan pedang yang dimaksud Sikakek memeriksa pedang
itu dengah teliti.
"Dari mana kau peroleh pedang ini?" tanyanya kemudian.
"Dari dalam telaga dilembah Lok-yan-kok," sahut Song Lim
sejujurnya.
Sikakek meneliti lagi pedang itu sejurus kemudian ia
menyerahkan kepada Song Lim dan berkata pula:
"Ya... baik sekali pedang itu terjatuh kedalam tanganmu. Bila
pedang itu berada dalam tangan orang yang tidak berperikemanusiaan, maka akibatnya pasti sangat menyedihkan!"
Song Lim masukkan lagi pedang itu kedalam serangkanya. Tibatiba sikakek mengangkat tangannya dan menunjuk kesuatu arah
seraya berkata:
"Anak, coba kau tengok, aku lihat ada orang yang sedang
mendatangi!"
Song Lim mengalihkan pandangannya kearah yang dimaksud
itu, tetapi ia tidak melihat apa-apa. Ia hanya merasa satu desiran
angn menghembus punggungnya, ketika berbalik, sikakek picek
sudah entah menghilang kemana!.
Diawasi ketiga orang yang tengah merintih-rintih kesakitan, lalu
ia pun meninggalkan tempat itu untuk pergi ke desa Yen-Kia-cung,
yang ternyata sudah tidak beberapa jauh lagi dari tempat itu.
Desa tersebut sudah ditelantarkan. Semak belukar dan rumput
liar tumbuh dengan subur disana sini. Dengan perasaan agak curiga
ia berjalan masuk kedalam desa itu tetapi tidak menjumpai
seorangpun.
Entah sudah berapa jauh ia berada dalam desa itu, ketika ia
mendengar suara orang berkata:Pedang Iblis Langit - 2 21
"Hai! Burung-burung didesa Yen-kia-cung sudah tidak berkicau
lagi selama 16 tabun. Tetapi aneh hari ini telah datang seorang
tamu!"
Dengan terkejut Song Lim membalikkan tubuhnya dan melihat
seorang nenek yang sudah berambut putih seluruhnya. Cepat ia
memberi hormat, tetapi belum lagi sempat mengatakan apa-apa,
nenek itu sudah berkata lagi:
"Bocah, apakah kedatanganmu di desa Yen-kia-cung ini dengan
maksud tertentu?"
"Aku datang atas pesan seorang tua yang sangat kuhormat"
sahut Song Lim.
"Apakah orang tua itu she Yan?"
"Betul"
"Apakah di dia bernama Yan Leng?"
Song Lim menganggukkan kepalanya.
Sinenek bersenyum lebar dan berkata pula:
"Tidak heran jika suasana hari ini agak berubah! Tidak tahunya
tamu agung sudah datang? Ayohlah, masuk kedalam rumah
gubukku!"
Berkata begitu, ia lalu berjalan melalui beberapa rumah yang
sudah runtuh dan akhirnya masuk kedalam sebuah rumah gubuk
reyot. Segala sesuatu didalam gubuk ilu sudah tua dan rusak.
Setelah Song Lim dipersilahkan duduk, sinenek lalu berkata.
"Nak, sudah lamakah kau mengenal Yan Leng?"
"Lebih kurang 1 tahun" sahut Song Lim.
"Bukankah dia mempunyai seorang puteri?"
"Betul. Tetapi katanya gadis itu adalah puteri pungutnya."
Sekonyong-konyong sinenek menangis tersedu-sedu mendengar
kata-kata Song Lim itu.Pedang Iblis Langit - 2 22
"Aku sudah tinggal lama sekali didesa ini." katanya pula. "Dan
sungguh tidak beruntung kira-kira 16 tahun yang lalu malapetaka
telah menimpa keluargaku sehingga aku . tertinggal seorang diri
saja disini . . ."
Bercekat juga hati Song Lim mendengar ucapan itu "Apakah
nenek ini... . akh tidak mungkin . . . ." pikirnya. "Bukankah Yan Leng
telah memberitahukan bahwa ayah bunda Yen Giok Ceng beserta
seluruh kelurganya sudah dijagal?"
"Nak," kata pula sinenek sambil menyusut air matanya. "Apakah
Yan Leng dan puterinya sehat-sehat saja?"
"Terima kasih, Locianpwee. Mereka sehat walafiat." sahut Song
Lim. "Bagaimana dengan puteri Yan Leng itu? Apakah dia cantik?
apakah dia tidak kurang apa-apa?"
"Tidak.... tidak kurang apa-apa.. ehm..... bolehkah aku menanya
siapa Locianpwee sebenarnya?"
"Aku... aku ibu kandung Yen Giok Ceng.. . . " sahut sinenek. Lalu
ia lekas-lekas menceritakan agar Song Lim jadi tidak bingung,
bahwa seluruh keluarganya telah dijagal dan hanya dia sajalah yang
beruntung terlolos dari maut, dan ia telah diberitahukan oleh Yan
Leng bahwa Yen Giok Ceng adalah anak kandungnya sendiri.
Mengapa Yan Locianpwee memberitahukan Ceng Moy bahwa
ay ah bundanya sudah dijagal?" tanya Song Lim heran.
"Entahlah, mungkin untuk mencegah musuh-musuh yang telah
menjagal keluargaku membunuh juga puteriku itu." sinenek
menduga-duga.
"Locianpwee aku akan membasmi orang-orang yang telah
menjagal keluarga Yen itu! Siapakah yang telah melakukan
pembunuhan besar-besaran itu?"
"Jahanam-jahanam yang bersarang dipuncak Cui-yun-leng!"Pedang Iblis Langit - 2 23
"Baiklah, aku akan pergi kesana sekarang juga!"
Dengan paras khawatir sinenek mengawasi wajah pemuda itu.
"Anak, bukankah lebih baik jika kau mencari kawan-kawan dulu
baru kemudian menggempur sarang jahanam itu?" katanya
kemudian.
"Tidak, aku merasa yakin dapat menggempur sarang jahanam
itu dengan pedang Thian-mo-kiam ini!"
Sinenek lalu berjalan masuk kekamarnya, sejenak kemudian ia
sudah keluar lagi lambil membawa 10 keping emas.
"Jika diceritakan mungkin kau tidak percaya," katanya. "Tiaptiap tahun menjelang Tahun Baru, didalam rumah gubuk ini aku
menemukan sekeping emas. Aku telah dapat menyimpan hingga 10
ping. Emas ini tidak berguna lagi bagiku, maka kau ambillah untuk
ongkos diperjalanan."
Song Lim terpaksa harus menerima juga kepingan emas itu
setelah didesak berkali-kali dan setelah menanyakan tentang letak
sarang jahanam itu, kemudian sambil mengucapkan terima kasih ia
segera meninggalkan desa itu.
Setengah jam kemudian, ia sudah berada diatas sebuah puncak,
dari situ dapat dilihatnya desa Yen-kia-cung yang terletak didalam
sebuah lembah yang dilingkari oleh lereng-lereng gunung.
Setelah turun dari puncak itu, ia harus melalui semak belukar
dan pohon-pohon besar untuk terus melintasi sebuah lembah, dan
ditengah-tengah lembah itulah tampak sebuah gedung besar yang


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilingkari oleh tembok tinggi. Diatas pintu tembok tertulis tiga
huruf yang berbunyi "Yen Yun Tong"
Disekeliling tembok yang melingkari gedung itu, terpancang
beberapa puluh bendera hitam, dan tidak tampak ada seorang pun
yang menjaga gedung itu.Pedang Iblis Langit - 2 24
Selagi meneliti keadaan disekitarnya, tiba-tiba pintu tembok
yang mengelilingi gedung itu terbuka dibarengi dengan
meloncatnya seorang yang berjubah biru, yalah Sin-soan Cu-kat.
Dipekarangan dalam tampak tiga orang berdiri berjajar. Yang
berdiri disebelah kanan adalah seorang yang bertubuh pendek
berwajah merah dan memegang sebuah kantong terbuat dari kaim
merah.
Yang berdiri disebelah kiri adalah seorang yang berwajah angkar
dan mengenakan jubah kuning.
Sedangkan orang yang berdiri ditengah-tengah, adalah seorang
yang berwajah seram, bertongkat besi dan berdirinya tidak jejak,
karena kaki kirinya sudah buntung!
"Hm!" geram Sin soan Cukat. "Aku tidak menduga sama sekali
jika Kauw-hoa-kiam-kek muncul dikalangan Kang-ouw hanya
untuk bermusuhan dengan partai Ceng goan-pang! Atau apakah
kedatanganmu disini untuk membanggakan pedang Thian-mokiam?"
"Aku datang disini untuk membasmi jahanam-jahanam!" bentak
Song Lim.
"Bocah ingusan!" bentak pula Sin-soan Cu-kat. Lalu ia menunjuk
kearah sipincang dan sipendek seraya melanjutkan:
"Yang ditengah-tengah itu adalah pemimpin besar partai Ceng
goan-pang, beliau terkenal dengan julukan Ngo Lee Koay sauw, si
Iblis geledek. Sedangkan yang disebelah kanan, adalah Leng-hweetai-swee, si Iblis api."
"Anjing!" bentak yang baru diperkenalkan itu. "Kau telah
membunuh Peng Po Tang-cu dan kemarin kaupun telah melukai
tiga dari kelima Oey-san Ngo-koay dan hari ini kau masih berani
menyatroni markas partai Ceng-goan-pang? Kau betul-betul
mencari mati!"Pedang Iblis Langit - 2 25
Song Lim tidak menghiraukan ancaman itu. Ia mengawasi Sin
soan Cu-kat dan membentak "Siapa yang telah mengganggu desa
Yen-kia-cung kira2 16 tahun yang lalu?"
Sin-soan Cu-kat jadi bingung sejenak. Ia melirik kearah si
pincang dan ketika melihat pemimpin besarnya itu menganggukkan
kepalanya, ia lalu berkata:
"Sebelum kau mati, ada baiknya juga jika kau mengetahui siapasiapa yang telah menggempur desa itu dan mengapa! Nah
dengarlah. Desa Yen-kia-cung telah dihancur-leburkan oleh orangorang dari berbagai partai dengan maksud merebut kitab ilmu silat
yang berjudul Pek-yok-gie-ci!"
"Siapa-apa dari berbagai partai itu?!" tanya pula Song Lim
sengit.
Sipincang tertawa berkakakan.
"Mereka adalah si Hidung kerbau dari partai Bu-tong, Ju Ceng
Taisu dari partai Siauw-lim, si Tiga iblis dari neraka dan lain
sebagainya" teriaknya lantang.
"Jadi kau sendiri tidak turut campur?!" tanya Song Lim
mengejek.
"Justru karena turut serta dalam perebutan itu aku jadi
kehilangan sebelah betisku yang tertabas putus oleh sijahanam she
Yen dan... . untuk itu kaulah yang harus membayar dengan kepala"
Berkata begitu, sambil dingkluk-dingkluk ia lalu berjalan
menghampiri dan serta merta menyerang dengan jotosan-jotosan
Thiat ciang-kim-kee.
Song Lim yang sudah diperingati oleh secarik kertas tentang
kelihayan jotosan itu, tidak menangkis. Dijejak kedua ujung kakinya
dan mencelat jauh kesamping seraya membentak:
"Hei, iblis! Keluarkanlah senjatamu!"Pedang Iblis Langit - 2 26
"Aku tidak perlu menggunakan senjata untuk melawan seorang
bocah ingusan semacamu! Kau gunakanlah pedang Thian-mo
kiam!" tantang Ngo Lee Koay-sauw.
Song Lim tidak berlaku sungkan lagi, segera ia menusuk dengan
Thian-mo-kiam. Tetapi sungguhpun hanya berkaki sebelah saja,
ternyata si Iblis geledek itu sangat lincah gerakannya. Tiap-tiap
sabetan atau tusukan pedang dapat dielakkannya dengan baik sekali
sambil sebentar-sebentar balas menyerang dengan jurusnya yang
telah membuatnya terkcnal ke seluruh pelosok dunia Kangouw.
PERTARUNGAN berlangsung dengan tempo yang tinggi dan
belum tampak siapa yang lebih unggul kepandaianunya. Beberpa
puluh jurus telah lewat dan Ngo Lee Koay sauw yang terus menerus
menyerang dan menghamburkan tenaga karena sengitnya, mulai
tampak termengih-mengih. Diam-diam ia merasa heran berbareng
mengagumi kelincahan bocah itu yang berhasil mengelakkan tiaptiap serangannya yang sangat diandalkannya itu.
Kesempatan yang baik itu dipergunakan sepenuhnya oleh Song
Lim. Ia mendesak terus dengan jurus Hian-thian kiam-hoat dan
membuat lawannya yang sudah kehabisan tenaga meloncat-loncat
dengan kakinya yang hanya sebelah itu.
Sin-soan Cukat dan Leng hwee tai-swee cemas sekali melihat
jalan pertarungan itu. Mereka hendak membantu mengepung
ketika seorang kakek picek tahu-tahu sudah muncul disitu dengan
sikap seolah-seolah menjadi wasit daripada pertarungan Song Lim
dan pemimpin besar partai Ceng-goan-pang itu, sehingga Sin-soan
Cukat tidak mengenal kakek itu jadi gusar dan membentak:
"Hei, pengemis Pergi!"Pedang Iblis Langit - 2 27
Dengan wajah pucat Leng-hwee-tai-swee mengawasi kakek itu,
tetapi sejenak saja wajahnya berubah tenang dan berkata.
"Oh ... Tok-bok-sin-kai, si Pengemis sakti mata satu pun sudah
datang? Apakah kedatangan Locianpwee disini untuk menonton
pertarungan?"
"Jika kau sudah mengetahui aku telah datang, mengapa kau
masih juga ingin mengerubuti bocah itu?" sikakek picek ialah kakek
yang telah memberikan Song Lim serangka pedang, balik menanya.
"Apa hubungan Locianpwee dengan bocah itu?" tanya pula Lenghwee-tai-swee.
"Jangan banyak tanya! Aku minta kau lekas-lekas tinggalkan
tempat ini!" bentak si Pengemis sakti.
Justru pada saat, yang sama terdengar jeritan seram. Sin-soan
Cukat dan Leng-hwee-tai-swee serentak mengalihkan pandangannya ke gelanggang pertarungan dan mereka jadi terkejut bukan
main.
Ngo Lee Koay-sauw telah roboh ditanah sambil bermandikan
darahnya sendiri. Pemimpin besar partai Ceng-goan-pang sudah
berhasil ditewaskan oleh Song Lim sekalipun sipemuda she Song
sendiri tidak luput dari terjangan tinju Thiat-ciang-kim-kee.
Sambil meringis-ringis merahan sakit Song Lim girang sekali
ketika mengenali sikakek picek pun suduh datang ditempat itu.
"Anak." kata si Pengemis sakti. "Kau pergilah dari sini!"
Semula Song Lim ingin menolak permintaan itu, tetapi ketika
mengingat bahwa sipemimpin besar partai Ceng-goan-pang sudah
ditewaskannya, maka ia segera menuruti saja permintaan itu.
Sin-soan Cukat tidak bisa melihati saja perginya Song Lim, ia
meloncat untuk menghadang, tetapi si Pengemis sakti bergerak
lebih cepat lagi, dengan satu kebasan lengan bajunya, ia berhasil
membuat si Iblis cendakiawan terhuyung jauh kebelakang.Pedang Iblis Langit - 2 28
Leng-hwee-tai-swee yang sudah mengetahui kelihayan kakek itu
lekas-lekas tampil kemuka dan berkata dengan hormat:
"Locianpwee, kita semua adalah dari satu golongan, maka segala
sesuatu kiranya dapat kita rundingkan secara baik-baik"
Si Pengemis sakti menggaruk-garuk tubuhnya dan menangkap
sesuatu dari pakaiannya yang mesum. Lalu ia menghampiri Sinsoan Cukat dan menggerakkan tangannya kearah si Iblis
cendekiawan itu seraya berkata:
"Betul! Kita semua dari satu golongan, maka aku terpaksa harus
memberi hadiah ini padamu. Ha, ha, ha!"
Sin-soan Cu-kat menundukkan kepalanya dan ketika dapat
melihat seekor kutu busuk tengah merayapi dipakaiannya, ia tibatiba jadi gusar sekali. Cepat dilepaskan cambuknya dan menyabet
kakek picek itu.
Si pengemis sakti sudah siap, ia meloncat mengelakkan sabetan
itu seraya mengejek:
"Ho ho! Galak juga anjing ini. Tetapi cambukmu itu mungkin
hanya untuk menghalau kerbau-kerbau. Ha, ha, ha!"
Merah padam muka Sin-soan Cu-kat diejek demikian rupa
merasa penasaran sekali cambuknya Liong-cou-pian atau cambuk
buntut naga yang sangat dipercaya keampuhannya sudah tidak
berhasil mengenai sikakek picek. Segera dikumpulkan seluruh
tenaganya dan lagi-lagi menyerang dengan gencar.
Si Pengemis sakti melonjak keatas dan turun jauh dari lawannya.
Kemudian sambil tertawa terkekeh ia menantikan serangan
lanjutnya.
Sin-soan Cu-kat yang sudah agak ragu-ragu ingin menyerang
lagi, ketika Leng-hwee tai-swee berteriak:
"Berhenti!"Pedang Iblis Langit - 2 29
"Hei, Iblis geledek!" teriak si Pengemis sakti. "Kaupun ingin
main-main dengan aku?"
"Betul!" sahut yang ditanya sambil mengeluarkan suatu benda
dari kantong merahnya.
"Hm.. . . Kauw-leng-yok-hwee!" ejek si Pengemis sakti. "Kau
tidak mungkin melenyapkan aku dengan bahan peledak itu!"
Leng-hwee tai-swee menyeringai dan tanpa mengatakan apaapa ia segera melontarkan benda yang seperti telor itik itu kearah
Si Pengemis sakti.
Suara ledakan tidak terlalu keras terdengar. Percikan api berpijar
dan asap hijau mengepul serta menyuramkan suasana ditempat itu.
Dalam keadaan yang kacau itu, semua orang-orang bawahan
partai Ceng-goan-pang melarikan diri berpencar mencari
perlindungan, namun banyak diantara mereka terbakar juga oleh
api yang tiba-tiba berkobar itu.
Leng-hwee tai-swee sudah kalap benar, tanpa pikir-pikir lagi, ia
seg era melontarkan beberapa buah bahan peledaknya dan merubah
tempat itu menjadi lautan api yang menjilat-jilat. Sambil
menerbitkan suara menyeramkan api perlahan-lahan menjalar dan
menjalar, sehingga akhirnya gedung besar partai Ceng-goan-pang
pun dimakan api!
Asap hijau sudah tidak mengepul lagi, dan suasana sudah mulai
tampak lebih jernih, kecuali didekat gedung markas partai, asap
hitam masih mengepul dengan hebat.
Leng-hwee tai-swee dan Sin-soan Cu-kat dan sisa orang-orang
mereka meneliti keadaan itu sambil menghela napas. Mereka jadi
tambah cemas ketika tidak melihat mayat si Pengemis sakti yang
diduga telah terkena pecahan bahan peledak.
"Jahanam!" geram Leng-hwee-tai-swee "Sipicek telah menipu
kita! Ayoh, kita padamkan api yang membakar gedung markas!"Pedang Iblis Langit - 2 30
Sementara semua orang partai Ceng-goan-pang sibuk
memadamkan api. Song Lim sudah berlari turun dari atas puncak
itu. Bahunya yang sebelah kiri dirasakan sakit bekas terpukul
jotosan Thiat-ciang-kim-kee sipemimpin besar partai Ceng-goan
pang, sekalipun demikian, ia merasa terhibur juga ketika mengingat
bahwa tugasnya untuk menumpas pemimpin besar partai yang
telah turut dalam penjagalan keluarga Yen telah terlaksanakan.
Ketika melalui hutan yang lebat, rasa sakit dibahunya itu sudah
tidak tertahankan lagi. Maka ia segera mencari tempat dibawah
sebuah pohon untuk beristirahat sambil mengerahkan tenaga
dalamnya.
Belum lagi rasa sakit itu menghilang sama sekali, ketika ia
dikejutkan oleh munculnya seorang yang berjubah biru.
Orang itu yang bukan lain daripada Sin soan Cu-kat, tertawa
mengejek melihat lawannya itu tengah rebah dibawah sebuah
pohon. Cepat dilepaskan cambuknya dan membentak:
"Bocah bedebah! Kali ini kau pasti takkan lolos dari cambukku
ini!"
Song Lim menginsyafi hebatnya cambuk Liong-coa-pian itu.
Sekalipun merasa bahu kirinya masih sakit, dipaksakannya juga
untuk berdiri dan menghunus pedang Thian-mo-kiam.
"Pedang ini sudah membuktikan dapat menabas baja " pikirnya.
"Sekarang akan kubuktikan bahwa cambuk Liong-coa-pian pun
akan terpapas putus!"
"Bocah! Kau sudah terluka, maka lebih baik serahkan saja
pedang itu padaku!" bentak Sin-soan Cu-kat sambil menggerakgerakkan cambuknya yang seperti ular itu "Ataukah kau memang
lebih suka merasai dulu cambukku ini?"
Song Lim tidak menyahut. Sambil mengertak gigi ia bersiap-siap
menghadapi serangan cambuk itu.Pedang Iblis Langit - 2 31
Sin-soan Cu-kat menyeringai. Tiba-tiba ia mengebaskan
tangannya yang memegang cambuk itu dan .....
"T a r r ! ! !"
Serentak dengan itu tampak Song Lim berguling ditanah. Namun
pedang Thian-mo-kiam masih tetap dalam genggamannya. Ia
merasa kecewa sekali tidak mampu mengimbangi kecepatan
lawannya itu, karena rasa sakit dibahu kirinya sangat merupakan
penghalang baginya. Perlahan-lahan ia berbangkit, justru pada saat
itu sekonyong-konyong satu bayangan hitam raksasa berkelebat
dan terdengar juga Sin-soan Cu-kat berseru tertahan. Cepat ia
menengadah dan melihat Thiat-ji-sin-tiauw tengah menukik sambil
mengebas-ngebaskan sayapnya dengan keras sekali sehingga angin
menghembus dan merontokkan daun-daun pohon.
Burung raksasa itu menukik terus dan ia menyambar Sin-soan
Cu-kat yang ternyata tidak berdiam saja tetapi melawan dengan
serangan-serangan cambuknya, namun ketika cambuk itu terjepit
oleh paruh burung tersebut, dengan satu gentakan saja terlepaslah
senjata si Iblis cendakiawan itu.
Sin-soan Cu-kat terkejut sekali. Belum lagi semangatnya pulih,
seorang gadis yang berpakaian ungu sudah berdiri dihadapannya
dengan pedang Thian-mo-kiam ditangannya!
"Hei, anjing betinal" bentak Sin-soan Cu-kat beringas. "Siapa
kau?"
"Aku seorang gadis dusun!" sahut gadis itu, ialah Yen Giok Ceng.
"Mengapa kau melukai kakakku?"
"Dia kakakmu? Hee, hee, hee! Dia telah mencuri pedang dan jika
kaupun tidak mau menyerahkan pedang yang tengah kau pegang
itu, aku terpaksa harus melukaimu juga!"
Yer, Giok Ceng segera bersiul, memberi isyarat kepada burung
raksasanya yang sekonyong-konyong mendekati Sin-soan Cu-kat
dan mengebas sayapnya.Pedang Iblis Langit - 2 32
Si Iblis cendakiawan lekas-lekas meloncat mundur dan
bersembunyi dibalik sebuah pohon besar.
"Ayohlah pergi!" seru Yen Giok Ceng. "Atau aku akan
memerintahkan burung itu membunuhmu!"
"Aku harus mengambil pulang cambukku!" geram Sin-soan
Cukat.
"Cambukmu telah dilemparkan kedalam telaga, kau dapat
mengambilnya sendiri!"
"Dilemparkan kedalam telaga?!"


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya. Mau berlalukah kau dari sini?"
"Tidak! Sebelum aku memperoleh kembali cambukku itu!" sahut
Sin-soan Cu-kat.
Yen Giok Ceng jadi jengkel. Ia memberi isyarat lagi kepada
burungnya yang segera mengebas-ngebas sayapnya kearah pohon
dimata Sin-soan Cu-kat tengah bersembunyi.
"Dari pada jadi mangsa burung raksasa ini," pikir Sia-soan Cukat. "Lebih baik kabur!" lalu tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia
segera mengambil langkah seribu!
Yen Giok Ceng lalu menghampiri Song Lim yang sedang
termengih-mengih menahan sakit. Diserahkannya pedang Thianmo-kiam kepada pemuda itu seraya berkata: "Lim-ko, hendak
kemana kau sekarang?"
"Aku harus pulang kepegunungan Kauw-goa-san dan memberi
laporan kepada ibu guruku." sahut Song Lim sambil perlahan-lahan
berbangkit.
"Tetapi kau sedang terluka ..."
"Lukaku tidak parah ... ada pesan apakah dari Suhu?"
"Tidak, ayah hanya memesan agar kau berlaku hati-hati di
perjalanan."Pedang Iblis Langit - 2 33
Demikianlah, setelah bercakap-cakap lagi sebentar dan
memberikan dua butir pil obat kepada kekasihnya itu, Yen Giok
Ceng lalu meninggalkan tempat itu.
Song Lim tidak lantas berlalu, ia menelan pil obat pemberian
kekasihnya dan mengerahkan tenaganya sambil duduk bersila. Baru
ketika lohor ia merasakan rasa sakit dibahunya agak menghilang.
Segera disorennya pedang Thian-mo-kiam dan berjalan keluar dari
hutan itu.
Beberapa puluh hari kemudian, ia sudah tiba di desa
kelahirannya. Hian-thian-cun di pegunungan Kauw-hoa-san, tetapi
keadaan disekeliling desa tersebut sudah banyak berubah. Desa
yang selalu ramai dengan pekik anak-anak dan suara dari ternakternak, sekarang tidak terdengar lagi!
Tidak tampak seorangpun di jalan desa itu, karena desa itu telah
dibumi hanguskan! Dengan perasaan hati hancur-luluh, Song Lim
memeriksa keadaan dalam desa itu. Ketika tiba-tiba seorang yang
berusia lebih kurang 30 tahun, bertubuh pendek dan gagah muncul
disitu.
Begitu berada dekat, orang itu segera menanya:
"Apakah saudara penghuni lembah Hwee-thian-kok ini?"
"Betul" sahut Song Lim sambil mengawasi orang itu dengan
tajam.
"Jika demikian, saudara tentu mengenal orang yang bernama
julukan Kauw-hoa kiam-kek?"
Song Lim acuh tak acuh menganggukkan kepalanya. Diam-diam
merasa terkejut mendengar pertanyaan itu.
"Apakah kau tengah mencari orang itu?" tanyanya.
Orang itu tertawa sejenak, kemudian dengan wajah sungguhsungguh ia berkata pula:Pedang Iblis Langit - 2 34
"Aku bernama Sun Pin dengan julukan Pek-lek-kiam, si Pedang
geledek! Dan kedatanganku disini adalah untuk menguji
kepandaian ilmu silat pedang si Ahli pedang dari pegunungan Kauw
hoa-san itu!"
"Apakah saudara bermusuhan dengan ahli pedang tersebut?''
Song Lim berlagak menanya.
"Oh tidak. Aku hanya ingin mencoba hingga dimana kepandaian
permainan pedangku sendiri!" sahut Sun Pin. Ditelitinya pemuda
itu sejenak dan berkata lagi:
"Siaohiap, siapakah kau sendiri?"
"Aku Song Lim."
"Apa julukanmu?"
"Bukankah kau sendiri yang bernama julukan Kauw-hoa kiamkek?"
"Sebetulnya tidak pantas aku memakai julukan yang demikian
mentereng ...."
"Mengapa kau memakainya juga?!"
Song Lim menelan ludahnya mendengar teguran yang keras itu.
Tetapi melihat wajah Sun Pin yang tidak menunjukkan sesuatu yang
jahat, maka ia lalu menyahut dengan sabar:
"Saudara Sun, julukan itu diberikan padaku secara main-main
oleh si Puteri mutiara dan tanpa disengaja telah meluas demikian
cepatnya dikalangan Kang-ouw."
Mendengar pengakuan yang merendah itu, dengan tiba-tiba saja
Sun Pin yang memang bukan bermaksud bermusuhan dengan
Kauw Hoan Kiam-kek, jadi tertawa berkakahan.
"Siotee," katanya. "Aku merasa senang sekali dengan sifatmu
yang jujur serta rendah hati itu. Tetapi tahukah kau siapa yang telah
memusnahkan desa Hian-thian-cun ini?"
"Tidak." sahut Song Lim sedih.Pedang Iblis Langit - 2 35
Sun Pin menghela napas panjang. Sejurus kemudian ia bercerita
bahwa pada suatu malam, desa Hian-thian-cun telah disatroni oleh
beberapa puluh penjahat yang bertopeng. Beberapa puluh penghuni
desa tersebut telah dibunuh oleh gerombolan itu.
Cai-lian Sian ciu, ibu guru Song Lim tidak bisa tinggal diam saja
atas perbuatan sewenang-wenang itu. Ia keluar dan menggempur
penjahat-penjahat itu, namun karena jumlah lawannya terlalu
banyak, maka akhirnya ia tewas juga dalam pertarungan itu.
Penjahat tersebut ternyata tidak puas dengan pembunuhan saja.
mereka lalu membakar habis apa saja yang terdapat dalam desa itu.
Song Lim mendengar kisah yang menyedihkan itu sambil
mengepal-ngepal tinjunya.
"Tahukah kau siaaa penjahat-penjahat bertopeng itu?" tanyanya
parau.
"Siotee, meskipun kita baru saja berkenalan, tetapi aku, Sun Pin,
tidak rela melihati saja perbuatan jahanam-jahanam itu!Aku akan
berusaha menyelidiki" sahut Sun Pin sengit. "Dengan ini pula, aku
batalkan maksudku untuk menguji kepandaianmu. Nah, sampai
kita jumpa lagi!"
SONG LIM mengawasi perginya orang yang agak aneh itu.
Tengah bingungnya ia memikiri tindakan yang akan ditempuhnya,
sekonyong-konyong dua sosok bayangan hitam berkelebat lewat
dan menghilang kedalam semak belukar. Tanpa pikir-pikir lagi, ia
segera mengejar.
Entah berapa jauh ia sudah mengejar, namun kedua bayangan
itu sudah tidak kelihatan lagi, Sebagai gantinya ia mendengar suara
yang jernih dari suatu alat musik.
Diikutinya arah suara itu. tidak lama kemudian ia tiba disuatu
tempat. Tidak jauh dari situ tampak sebuah kuil tua yang dilingkariPedang Iblis Langit - 2 36
oleh pagar bambu. Kuil itu sudah tua sekali, tetapi luar biasa
indahnya.
Didepan pekarangan tampak satu lapangan yang rata. Diserambi
tampak dua ekor singa batu yang ditaruh dikedua samping pintu.
Tiang-tiang maupun pintu kuil itu terukir indah dan dicat merah.
Song Lim menghampiri dan dapat mendengar suara orang
membaca doa sambil diseling dengan terketuknya suatu alat
tetabuhan. Ia mendekati dan melihat seorang hweeshio tengah
berlutut didepan sebuah meja sembahyang sambil mulutnya terus
berkemak-kemik dan sebelah tangannya mengetuk sebuah benda
yang seperti buah kelapa. Agar tidak mengganggu, ia lekas-lekas
berbalik dan menjadi terkejut sekali, karena tidak jauh
dibelakangnya sudah berdiri dua hweeshio yang berjubah abu-abu
dan berwajah seram "Hei, bocah!" seru salah satu hweeshio itu.
"Masih ingatkah kau akan si Sepasang hweeshio gundul?"
Song Lim mengawasi sejenak, Tiba-tiba ia jadi teringat akan dua
orang hweeshio gundul yang melarikan diri bersama si Tiga iblis
neraka diwaktu upacara menyembah pedang Thian-mo-kiam di
puncak Ban-mo-hong baru saja mulai. Tetapi ia tidak mengatakan
apa-apa.
"Lembah Hwee-thian-kok sudah dibumi-hanguskan" kata pula
hweeshio tadi. "Dan rupanya kau sedang mencari penjahatpenjahat itu, bukan?"
"Betul!" sahut Song Lim beringas.
"Jika kau sudi menyerahkan pedang Thian-mo-kiam kepada
pihak kuil Siang-kok sie, akupun bersedia membantumu mencari
penjahat-penjahat itu...."
"Oh. .. tidak! Aku akan mencari sendiri musuh-musuhku itu.
Terima kasih atas maksud baik Taysu ......."
"Tetapi, .. . dengan ilmu silatmu seperti sekarang ini, kau hanya
merupakan sebutir telur terhadap musuhsmu itu. Maka kami dariPedang Iblis Langit - 2 37
kuil Siang-kok-sie dengan tulus hati ingin membantumu dan
syaratnyapun tidak terlampau berat, bukan?"
"Tidak, tidak berat! Haa, haa, haa" sahut Song Lim sambil
tertawa berkakakan. Ia tertawa terus dan membuat kedua hweshio
itu jadi bingung.
"O-mie-to-hud!" tiba-tiba sihweeshio yang tengah
bersembahyang berseru ketika suara tertawa berhenti. Ia berdiri
dan mengawasi Song Lim sebentar.
"Hei, bocah!" sambungnya gusar. "Apakah kau sudah gila?!"
"Maaf, Taysu!" sahut Song Lim tenang. "Aku tidak bermaksud
mengganggumu yang sedang bersembahyang."
"Tetapi kau telah mengganggu aku! Untuk itu aku tidak bisa
berpeluk tangan saja!"
"Apa maksud Taysu?"
"Kau telah mengganggu aku, dan jika ingin selamat, kau harus
membayar dengan pedang Thian-mo-kiam!"
Song Lim terperanjat mendengar ucapan yang menundukkan
ketamakan itu.
"Bolehkah aku mengetahui siapa Taysu?" tanyanya kemudian.
Si hweeshio tertawa panjang., "Aku adalah Ju Ceng Tansu"
Nama yang disebut itu membuat Song Lim teringat akan kata:
sipemimpin besar partai Ceng-goan-pang, bahwa salah seorang
yang telah mengambil bagian membumi-anguskan desa Yen-kia
cun adalah seorang hweeshio yang bernama Ju Ceng Tansu.
"Hei, biarawan gadungan!" bentaknya gusar. "Masih ingatkah
kau akan desa Yen-kia-cun yang telah kau musnahkan berramairamai pada kira-kira 16 tahun yang lalu?!"
Ju Ceng Tansu berdiri terdiam sejenak. Tetapi dengan cepat saja
ia sudah menepuk tangannya beberapa kali dan muncullah 3 orangPedang Iblis Langit - 2 38
hweeshio kehadapannya. Lalu sambil mcnunjuk Song Lim, ia
memberikan komandonya:
"Kalian tumpaslah bocah ingusan itu!"
Song Lim seketika meloncat jauh kebelakang sambil menghunus
pedang Thian-mo-kiam dan bersiap-siap menghadapi si Sepasang
hweeshio gundul dan ketiga hweeshio yang baru datang itu yang
sudah berjalan menghampirinya. Ia menunjuk kelima hweeshio itu
dan berkata:
"Aku Song Lim, tidak bermusuhan dengan kalian berlima. Aku
mempunyai urusan dengan Ju Ceng Tansu yang telah
memusnahkan desa Yen-kia-cun. Tetapi jika kalian sudi menjadi
perisai pemimpin kalian yang lalim itu, aku terpaksa harus
membasmi kalian juga!"
"Bocah!" bentak salah satu dari si Sepasang hweeshio gundul
"Aku sudah bilang bahwa kau hanya perlu menyerahkan pedang
Thian-mo-kiam dan kau selamat!"
"Hm! Ternyata kaupun sama tamaknya seperti biarawan
gadungan itu!" seru Song Lim.
Si Sepasang hweeshio gundul yang kedua-duanya bersenjata
sebatang toya besi, segera memutar senjata-senjata mereka itu dan
mengemplang dengan jurus Tai-san-yak-teng atau Petir
menyambar gunung Taisan.
Song Lim menggeser kesamping sedikit sambil memutar
pedangnya yang memancarkan sinar merah. Begitu melihat dua
toya lawannya bergerak turun kearah kepalanya, ia menabas .....
"T a n g ! ! T a n g ! !"
Demikianlah terdengar suara beradunya senjata-senjata dan
tampak si Sepasang hweeshio gundul tiba-tiba meloncat jauh
kebelakang dengan wajah pucat. karena senjataa mereka itu sudah
terpapas putus!Pedang Iblis Langit - 2 39
Ju Ceng Tansu jadi mendongkol sekali. Ia membentak kedua
orangnya itu agar maju lagi, setelah itu, iapun turut mengepung
Song Lim. Pertarungam 6 lawan 1 itu belum berlangsung beberapa
jurus, ketika terdengar suara tertawa dan ejekan:
"Kerbau-kerbau gundul yang tidak tahu malu! Enam tua bangka
mengerubuti seorang bocah yang masih ingusan?! Aku, Tok-boksin-kai, betul-betul tidak bisa membiarkan saja perbuatan kalian
yang sungguh keji ini!"
Bukan main terkejut Ju Ceng Tansu. Cepat ia menggerakkan
tangannya sebagai isyarat agar kelima orangnya itu mengundurkan
diri. Setelah mana ia lalu meloncat kearah orang yang mengejek tadi
dan membentak: "Hei, pengemis bau! Mungkin orang lain takut
terhadapmu, tetapi aku, Ju Ceng, h2ri ini akan membunuhmu!"
Ju Ceng Tansu menutup katanya itu dengan satu sodokan toya
besinya yang mengarah keulu hati sikakek picek atau si Pengemis
sakti.
Tanpa menunggu apakah kakek picek itu mampu mengelakkan
serangan hweeshio itu atau tidak, Song Lim segera meloncat kearah
kelima hweeshio dan menyerang dengan gencar sekali.
Si Sepasang hweeshio gundul yang kini hanya bersenjata sisa
toya-toya mereka saja tidak berani terlalu mendesak, mengingat
disamping pemuda itu memang hebat ilmu permainan pedangnya,
tetapi ditangan pemuda itu tergenggam sebilah pedang yang tajam
bukan kepalang.
Song Lim jadi girang sekali. Dikerahkan seluruh tenaganya
sambil melancarkan jurus Hian-thian-kiam-hoat dan mendesak
terus ketiga lawannya. Tidak lama kemudian ia berhasil menabas
seorang hweeshio. Satu tusukan yang cepat sekali, menggulingkan
seorang hweeshio lainnya.
Ju Ceng Tansu yang sedang melayani si Pengemis sakti jadi
gelisah sekali, ia sudah melihat kekalahan pihaknya itu. Ia menjadi
tambah gelisah ketika melihat seorang hweeshio lagi dirobohkanPedang Iblis Langit - 2 40
dan si Sepasang hweeshio gundul meloncat keatas atap kuil dan
melarikan diri.
Song Lim tidak mau sudah hingga disitu saja ia meloncat dan
mengejar. Tetapi entah bagaimana, Ju Ceng Tansu yang sedang
melayani si Pengemis sakti tahu-tahu sudah berdiri dihadapannya
"Hei, bocah!" bentak Ju Ceng Tansu beringas. "Apakah kau salah
satu anggota keluarga Yen?"
"Tidak perlu kau ketahui hal itu!" sahut Song Lim sambi melirik,
tetapi ia jadi gelisah ketika tidak melihat si Pengemis sakti.
"Adakah gurumu Yan Leng?"
"Betul!"
"Dimana gurumu itu sekarang?"
Song Lim tidak menyahut. Sekonyong-konyong ia menusuk
dengan pedangnya.
Ju Ceng Taasu sudah mengetahui betapa tajam senjata lawannya
itu, maka ia tidak lantas menangkis. Digarukkan kedua kakinya
kesamping dan ketika pedang Song Lim tiba disuatu titik tertentu,
tiba-tiba ia mengemplang dengan toya besinya.
Demikian keras serta dilancarkan dengan cerdik sekali
kemplangan itu sehingga Song Lim merasa telapak tangannya sakit


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan hampir saja pedang dalam genggamannya terlepas. Cepat ia
meloncat mundur sambil bersiap-siap menyerang lagi.
Justru pada saat itu, mendadak terdengar suara tindakan kaki
mendatangi yang kemudian disusul dengan munculnya 8 orang
didepan pekarangan kuil itu.
"Hei, Yo Kiat !" demikian salah satu diantara mereka berseru
kaget. "Apakah pedang ditangan bocah itu Thian-mo-kiam?"
"Tidak salah!" sahucaog ditanya.
"Yo Kiat" kata lagi orang yang bicara tadi. "Kau ajaklah
saudaramu, Hwee Kiat, untuk merebut pedang Thian-mo-kiam.Pedang Iblis Langit - 2 41
Sedangkan kami, Tok-to liang-siauw, akan menghadapi hweeshio
tua itu."
Ji Ceng Tansu menggertak giginya dan meneliti, ternyata orang
yang baru datang itu dikenalinya sebagai:
Thian-goan-sam-hiong, si Tiga iblis neraka yang kini hanya
tinggal dua saja, ialah Yo Kiat dan Hwee Kiat, Tok to liang-siauw. Si
Sepasang burung elang yang terdiri dari Hun-bin-giam-Yo, si Iblis
muka putih dan Ouw-pan-koan, si Hakim hitam, Cui-ping-hui-hong
si Burung cenderawasih dan puterinya, Hun-taisian-cu, si Dewi
harum. Ban-biauw Lie-ni, si Rahib jendil dan Sia-soan Cu-kat si Iblis
cendakiawan.
Setelah meneliti, biarawan tua itu tiba-tiba tertawa berkakakan
seperti orang gila, tetapi suara tertawanya mendadak berhenti.
Kemudian sambil menekap dadanya ia roboh tidak berkutik.
Dadanyu sudah tertancap pedang Song Lim!
Begitu tubuh Ju Ceng roboh, lagi-lagi terdengar suara tertawa
yang empuk serta merdu sekali. Yo Kiat mengalihkan
pandangannya kearah suara tertawa itu dan berkata:
"Nyonya muda, apa yang dibuat tertawa? Si hweeshio tua sudah
mampus, apakah itu sangat lucu?"
"Yo Kiat, mengapa kau sendiri yang tersinggung?" tarya si Iblis
muka putih. "Orang toh diperbolehkan untuk tertawa sesuka
hatinya?"
Perlu dijelaskan disini, bahwa orang yang tertawa itu Liu Ji Sie
yang terkenal sebagai si Burung cenderawasih. Dia adalah kakak
seperguruan Ban-biauw Lie-ni, yang karena gagal menjadi
biarawati, lalu mengikuti Ngo Lee Koay-sauw, pemimpin besar
partai Ceng-goan-pang, sebagai isterinya yang kedua. Dan gadis
yang bernama julukan sebagai si Dewi harum, adalah puteri tirinya.
Ibu dan puteri ini mengetahui bahwa mereka sedang diejek oleh
Yo Kiat dan kawan-kawannya, tetapi belum lagi mereka sempatPedang Iblis Langit - 2 42
menegur, ketika tampak Song Lim berjalan mendekati orang-orang
itu dan membentak:
"Yo Kiat! Betulkah kau telah mengambil bagian dalam
menghancur-leburkan desa Yen-kia-cun pada kira-kira 16 tahun
yang lalu?!"
Yo Kiat melirik adiknya, Hwee Kiat. Tetapi tiba-tiba ia tertawa
berkakakan dan berkata: "Jika betul bagaimana?!"
Song Lim tidak menunggu lagi. Ia meloncat sambi mengayun
pedang Thian-mo-kiam.
Yo Kiat dan Hwee Kiat meloncat mundur dan kesempatan yang
baik itu dipergunakan oleh si Hakim hitam untuk menerjang Ban
biauw Lie-ni, sedang si iblis muka putih menerjang Sin-soan Cukat.
DEMIKIANLAH dalam sekejap saja pekarangan kuil Siang-koksie telah menjadi gelanggang pertarungan dari tiga kelompok.
Setengah jam telah lewat, dan pertarungan jadi semakin dahsyat.
Dapat dilihat jelas sekali bahwa Yo Kiat dan Hwee Kiat merasa sulit
juga melayani lawan mereka yang masih muda benar itu, karena
mereka senantiasa harus melawan sambil sebentar-sebentar
meloncat menjauhkan diri agar senjata-senjata mereka, ialah arit
dan golok tidak tertabas putus.
Sementara itu, si Burung cenderawasih menonton pertarungan
itu dengan hati berdebar-debar, terutama puterinya, si Dewi harum
yang sangat tertarik dengan cara Song Lim melayani lawanlawannya itu.
Gadis yang cantik itu agaknya merasa cemas akan keselamatan
sipemuda dan tidak mengerti mengapa ayahnya, Ngo Lee Koay
sauw, bermusuhan dengan pemuda yang tampan itu. Tetapi entahPedang Iblis Langit - 2 43
mengapa, ia diam-diam menghunus pedangnya dan menyerang
punggung Hwee Kiat.
Yo Kiat terkejut sekali. Cepat ia memberi isyarat kepada adiknya
itu, namun sudah tidak keburu, sambil menjerit seram Hwee Kiat
melepaskan goloknya dan roboh tertelentang.
Si Burung cenderawasih diam-diam bercekat melihat perbuatan
puterinya itu. Ia segera mengetahui bahwa puterinya itu sudah
jatuh cinta dengan sipemuda she Song yang sebetulnya harus
digempur karena bersikap bermusuhan dengan sipemimpin besar
partai Ceng-goan-pang suaminya.
Song Lim pun tidak kalah terkesiapnya. Tetapi ia tidak mau
membuang-buang waktu. Diputarnya terus pedang Thian-mo-kiam
dan merangsak Yo Kiat dengan hebat. Jurus cun-i-sai-tee atau Hujan
musim bunga membasahi bumi dilancarkan dan tampaklah Thianmo-kiam berkelebat sambil meninggalkan sinar merah seperti
pelangi.
Yo Kiat yang mengandung dendam terhadap si Dewi harum
bertarung sambil sebentar-sebentar menoleh kearah gadis cantik
itu, sehingga ia menjadi agak terlengah, ia menabas dengan aritnya
dan ... .
"Tang!!"
Arit terpapas putus oleh Thian-mo-kiam dan membuat Yo Kiat
jadi kalap. Dilemparkannya sisa senjatanya itu dan menerkam
seperti banteng.
Song Lim tidak mengelakkan, ia hanya mengangkat pedangnya
kearah lawannya yang sedang menerkam itu, maka tidak ampun
lagi, sekalipun sudah berusaha mengelakkan, namun Yo Kiat tidak
bisa membebaskan diri dari ujung pedang itu. Terdengar ia menjerit
dan terguling dengan bahunya tertusuk pedang.
Robohnya Yo Kiat membuat kedua pertarungan lainnya
mendadak berhenti.Pedang Iblis Langit - 2 44
"Hakim hitam!" seru si Iblis muka putih. "Tempat ini sudah tidak
sehat lagi. Ayohlah, kita enyah dari sini !"
Berkata begitu, secepat kilat ia meloncat kearah Yo Kiat yang
sudah terluka. Kemudian sambil menghimpit tubuh kawannya itu
ia melarikan diri, diikuti oleh si Iblis muka putih.
Song Lim membiarkan saja larinya orang-orang itu, karena ia
tidak merasa bermusuhan dengan si Sepasang burung elang, kawan
Yo Kiat itu.
Sin-Soan Cu-kat lalu menghampiri Song Lim. Ditudingnya
pemuda itu dan membentak.
"Bocah! Kau telah mengacak-acak partaiku, bagaimana
hutangmu itu harus diperhitungkan?!"
Song Lim menyeringai.
"Bagaimana jiwa yang telah diganyang di desa Yen-kia-cun dan
desa Hian-thian-cun dilembah Hwee-thian-kok harus
diperhitungkan?" tanyanya sengit.
Si burung cenderawasih dan si Dewi harum yarg kedua-duanya
diam-diam merasa tertarik sekali pada pemuda itu, lekas-lekas
tampil kemuka. Si Burung cenderawasih bersenyum manis seraya
berkata dengan lembut:
"Siaohiap, partai Ceng-goan-pang tidak mengelabui tentang
peristiwa yang menyedihkan dilembah Hwee-thian-kok. Jika kau
percaya padaku, aku dapat memberitahukan siapa jahanam yang
telah membumi-hanguskan desa Hian-thian-cun"
"Siapa kau?" tanya Song Lim. Heran ia mendengar wanita muda
itu memanggilnya dengan sebutan ?siaohiap?.
"Aku Cui-ping hui-hong, istri kedua pemimpin besar partai
Ceng-goan-pang" sahut yang ditanya. Ia menunjuk kearah si Dewi
harum dan melanjutkan:
"Dan dia ini adalah puteri tiriku. Hun-tai sian-cu."Pedang Iblis Langit - 2 45
Bukan main terkejut Song Lim mendengar pengakuan itu.
Sungguh tidak diduganya jika sebagai isteri dan puteri Ngo Lee
Koay-sauw, kedua wanita itu tidak menunjukkan suatu rasa
dendam terhadap dirinya yang telah membunuh pemimpin besar
partai Ceng-goan-pang itu.
"Hujin," katanya kemudian. "Siapakah yang telah membumi
hanguskan desa Hian-thian-cun?"
"Tok-to liang siauw dan Yo Kiat yang baru saja kau lepaskan!"
Song Lim menimbang-nimbang sebentar. Akhimya ia harus
percaya keterangan itu mengingat ketika bertarung dengan si Tiga
iblis neraka tadi, si Demi harum telah membantunya dengan
membunuh Hwee Kiat, sehingga ia dengan mudah saja dapat
mengalahkan Yo Kiat. Maka ia segera memberi hormat kepada
kedua wanita muda itu. Lalu tanpa menghiraukan Sin-soan Cu-kat
lagi, segera dibalikkan tubuhnya dan mengejar kearah yang telah
ditempuh oleh Tok-to liang siauw tadi.
"Hai!" keluh Sin-soan Cu-kat. "Mengapa Hujin melepaskannya
begitu saja? Mungkin agak sukar untuk menjumpainya lagi."
"Tidak usah kau gelisah tidak keruan, aku dapat menangkap
pemuda itu!" bentak si Dewi harum. Pergilah pulang kemarkas
partai dan beri laporan kepada Pang-cu bahwa aku dan ibu akan
mengejar Kauw-hoa-kiamkek untuk merebut pedang Thian-mokiam!"
"Ya, kau pulanglah!" si Burung cenderawasih menambahkan. Ia
menantikan Sin-soan Cu-kat berlalu dan melanjutkan kepada puteri
tirinya:
"Aku kira lebih baik kau juga pulang ke markas demi
keselamatanmu!"
"Ibu, bukankah aku akan merupakan suatu bantuan!" siputeri
membangkang.Pedang Iblis Langit - 2 46
"Tidak, aku kira seorang diri saja aku akan merasa lebih bebas"
kata lagi si Burung cenderawasih. "Nah, kau pulanglah."
Begitulah, dengan paras cemberut, si Dewi harum terpaksa
harus menuruti juga perintah ibu tirinya itu.
Ban-biauw Lie-ni sudah mengetahui apa maksud 'pengusiran?
itu. Meskipun merasa gelisah mengetahui kakak seperguruannya
itu, juga mempunyai maksud apa-apa terhadap si pemuda she Song
yang telab lama diincar-incarnya, tetapi ia tidak berani mengatakan
sesuatu. Ia mengikuti saja ajakan kakak seperguruannya itu untuk
mengejar sipemuda.
Song Lim yang sedang mengejar Tok-to-liang-siauw mengetahui
bahwa musuh-musuhnya itu tidak bisa berlari terlalu keras,
mengingat si Hakim hitam tengah memanggul tubuh Yo Kiat.
Ia meloncat keatas pohon dan dari kejauhan dapat melihat
bayangan hitam tengah berlari-lari. Tanpa pikir-pikir lagi, ia segera
meloncat turun dan mengejar. Beberapa saat kemudian, ia sudah
berada tidak beberapa jauh lagi dari bayangan tersebut yang
ternyata adalah seorang wanita dengan tubuhnya yang langsing.
Great-geriknya ayu dan berpakaian yang dibuat daripada kain
wutera.
Oang yang dikejamya itu tiba-tiba berhenti. Diputar tubuhnya
dan menegur:
"Hei, mengapa kau mengejar aku?!"
Bukan main terkejut Song Lin. Karena wanita itu ternyau bukan
lain daripada si Dewi harum, puten pemimpin besar paria *5 Cenggoan-pang^ yang telah membantunya membunuh Hwee Kiai
Dengan muka dirasakau panas ia lalu menyahut:
"Maaf. Siocia .... aku tidak bermaksud mengejarmu . ."
Berkata begitu, ia segera meloncat dengan maksud
meninggalkan gadis itu selekas mungkin, tetapi..
"Tunggu dulu!" seru si Dewi harum.Pedang Iblis Langit - 2 47
Song Lim terpaksa menahan langkahnya dan berbalik.
"Apakah siocia ingin bicara dengan aku?" tanyanya.
Si Dewi harum agak ragu-ragu berjalan mendekati. Tetapi tibatiba saja ia menekap mukanya dan menangis tersedu-sedu!
"Siocia, mengapa kau menangis?" tanya Song Lim heran.
Si Dewi harum menyusut air matanya.
"Apakah kau masih juga bermusuhan dengan Ngo Lee Koay
sauw?" tanyanya parau.
"Ngo Lee Koay-sauw?!"
"Ya, pemimpin besar partai Ceng-goan-pang, ayahku."
Song Sim tiba-tiba jadi terbengong mendengar ucapan itu.
"Bukankah Ngo Lee Koay-sauw sudah tewas?l" tanyanya pula.
"Siapa bilang ayahku telah tewas? Oh... . kau tidak mengetahui?
Kau hanya berhasil melukai bahu kiri ayahku, beliau belum mati."
si Dewi harum menjelaskan. "Tetapi lebih cepat kau berlalu dari
daerah pertengahan ini, lebih baik pula."
Song Lim menggertak gigi karena sengitnya "Siocia," katanya.
"Aku takkan berlalu dari daerah pertengahan sebelum membasmi
jahanam-jahanam yang berlaku sewenang-wenang dikalangan
Kang-ouw. Terutama jahanam-jahanam yang telah membunuh
guru dan ibu guruku!"
"Tetapi ayahku tidak turut campur dalam peristiwa di desa Hianthian-cun."
"Dia telah turut serta dalam peristiwa pembunuhan didesa Yen
kia-cun! Untuk itu aku harus membikin perhitungan padanya!"
"Apakah kau berasal dari desa Yen-kia-cun?"
"Bukan!"
"Mengapa kau mau juga turut campur urusan tersebut?"Pedang Iblis Langit - 2 48
"Untuk memenuhi janjiku kepada seseorang...."
"Siapa orang itu?!"
"Sahabatku!"
"Bukankah aku seorang sahabatmu juga?"
"Song siaohiap, Ngo Lee Koay-sauw adalah ayahku masakah kau
tidak bisa membikin habis saja urusan itu? Lagipula, ayahku telah
menjadi seorang cacad seumur hidupnya karena turut campur
dalam peristiwa perebutan kitab Pek-yok-gie-ci di desa Yen-kia
cun."
"Maaf, siocia budimu takkan kulupakan. Tetapi jika aku tidak
membikin perhitungan dengan ayahmu, aku mengingkari janjiku!"
Si Dewi harum tidak mengucapkan apa-apa. Hanya air matanya
saja mengucur dengan deras. Sejurus kemudian parasnya
mendadak berubah dan berkata dengan ketus:
"Baiklah, mulai saat ini, kita akan mengambil jalan masingmasing!"
"Siocia, aku mengharap kau dapat mengerti kedudukanku" sahut
Song Lim, tetapi ia tidak meneruskan kata-katanya itu, karena si
Dewi harum sudah berlari pergi. Diawasinya gadis itu sebentar
kemudian iapun berjalan pergi.
Ia berlari-lari masuk kedalam hutan dengan perasaan masgul
mengingat Ngo Lee Koay-sauw belum ditewaskan dan bahwa ia kini
justru jadi berhutang budi terhadap puteri orang yang harus
digempurnya itu. Dan bagaimana dengan nasib si Pengemis sakti
picek yang selalu menolong dirmya jika ia terdesak, lalu menghilang
bila mara-bahaya sudah berlalu.
Tiba-tiba ia berhenti berlari. Telinganya dapat mendengar suara
tindakan kaki yang enteng sekali. Cepat dibutar tubuhnya dan
melihat dua sosok bayangan ramping tengah berlari menjauhkan
diri dari tempat itu. Dan pada saat yang sama, mendadak terdengarPedang Iblis Langit - 2 49
suara ganjil yang mirip sekali dengan suara meraungnya srigala
kelaparan.


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanpa pikir panjang lagi, ia segera meloncat kearah suara itu.
Ditengah serak belukar, ia melihat seorang yang bentuk tubuhnya
tidak wajar tengah berdiri disitu.
Orang itu mempunyai lengan kanan lebih panjang daripada
lengan kirinya, betisnya sangat pendek. Kepalanya jauh lebih besar
jika dibandingkan dengan bentuk tubuhnya yang tidak wajar itu.
Kedua matanya besar serta menonjol keluar, sedangkan mukanya
pucat pasi seperti mayat. Orang yang tidak mengetahui bahwa
dirinya sedang diperhatikan itu, mendadak mendongak keatas
sambil meugucapkan sesuatu yang tidak terdengar jelas, seolaholah ia sedang memanjatkan doa.
Tiba-tiba ia tertawa berkakakan seperti orang gila dan dengan
tiba-tiba pula ia berhenti tertawa. Tangan kanannya yang lebih
panjang diangkat keatas untuk kemudian diturunkan lagi kebawah
dan...
"Kraakkk!!!"
Batu besar yang berada dihadapannya terbelah menjadi dua
bagian terkena gempuran tinjunya itu!
Mulut Song Lim jadi ternganga melihat kedahsyatan tenaga
orang itu, tetapi tidak demikian dengan orang itu sendiri, dia
tampak menyesal atas perbuatannya itu!
Song Lim sudah ingin memperlihatkan dirinya kepada orang itu,
ketika terdengar suara siulan nyaring dari lembah gunung tidak
jauh dari situ.
Orang ganjil itu memperhatikan sejenak, lalu ia tertawa
berkakakan lagi dan berlari kearah suara siulan tadi.
Diam-diam Song Lim merasa tertarik sekali dengan tingkah-laku
siorang ganjil itu. Maka setelah menantikan sebentar, iapun
mengikuti dari kejauhan. Diatas sebuah lapangan luas didalamPedang Iblis Langit - 2 50
lembah itu, dilihatnya siorang ganjil sedang berdiri, seolah-olah
sedang menantikan sesuatu. Sejurus kemudian, siulan nyaring
terdengar lagi yang dibarengi dengan munculnya beberapa orang
dan membuat orang ganjil itu jadi murka.
SONG LIM memperhatikan sambil bersembunyi dibalik sebuah
pohon, bahwa orarg-orang yang baru datang itu berjumlah 6 orang.
Mereka semuanya berbaju hijau, masing-masing mengikat
kepalanya dengan kain putih dan bersenjata golok.
Begitu berada dekat dengan siorang ganjil, seorang yang bertahilalat di ujung mulutnya tiba-tiba membentak:
"Cit-su-sin-cek! Kau telah menolak untuk minum arak kami yang
harum. Pemimpin besar partai Ceng-goan-pang telah tiga kali
meminta agar kau sudi menerima jabatan sebagai pemimpin cabang
partai, tetapi kaupun masih menolak, bahkan kau selalu membusuki
nama baik Ngo Lee Koay-sauwm pemimpin besar kami. Maka hari
ini aku, Kai-pik-tiat-ciang, si tinju besi datang dengan maksud
memberikan kau sedikit nasehat!"
Sebutan nama itu membuat Song Lim tiba-tiba jadi teringat
bahwa orang ganjil itu adalah yang bernama julukan Cit-su-sin-cek
si Mayat merah.
"Sungguh suatu nama julukan yang tidak sesuai benar dengan
orangnya sendiri yang pucat pasi" pikirnya sambil mengawasi terus.
"Nasehat apa yarg ingin kau berikan padaku?" tanya si Mayat
merah tenang.
Sebagai sahutan daripada pertanyaan itu, si Tinju besi tiba-tiba
melepaskan tinjunya kedepan. Serangan itu bukan saja sangat
kejam, tetapi juga sangat keji. Karena jotosan itu disertai dengan
sambitan senjata rahasia.Pedang Iblis Langit - 2 51
Si Mayat merah dengan tenang saja mengangkat tangan
kanannya dan menyentil jatuh sesuatu, kemudian secepat kilat ia
melonjak keatas mengelakkan serangan tinju lawannya seraya
membentak dengan gusar:
"Anjing? Kau ingin membokong aku? Sebagai manusia sekeji itu
kau harus lekas-lekas disingkirkan dari dunia ini!"
Si Tinju besi yang masih penasaran serangannya dengan mudah
saja sudah digagalkan, tiba-tiba menyerang lagi dengan ganas.
Dengan tenang-tenang saja tetapi cepat sekali, tampak si Mayat
merah menangkis dua kali, lantas tangannya yang lebih panjang itu
bergerak demikian rupa sehingga membelit lengan lawannya
seperti ular membelit dahan pohon.
Si Tinju besi jadi terkesiap sekali. Cepat ia menarik kembali
lengannya itu, namun terasa satu gentakan keras dan membuat
tubuhnya terangkat keatas. Justru ketika ia terapung itulah satu
terjangan tinju tepat mengenai dadanya sehingga ia terpental dan
muntahkan darah.
Setelah mengalahkan lawannya itu, lagi-lagi si Mayat merah
menangis tersedu-sedu, tetapi sebentar saja ia sudah membentak
lagi kepada kelima orang partai Ceng-goan-pang itu:
"Hei, anjing-anjing! Enyahlah dari sini sebelum aku menjadi
gelap mata lagi!"
Kelirai orang itu sudah merasa heran, si Tinju besi yang pernah
membunuh entah berapa banyak korban dengnn jotosan mautnya
telah dirobohkan hanya dengan satu betotan saja dan mereka jadi
terkejut sekali ketika mengangkat pemimpin mereka itu, karena si
Tinju besi ternyata telah tewas! Tanpa mengucapkaa apa-apa lagi,
mereka segera menggotong mayat itu untuk dibawa pulang ke
markas partai Ceng-goan-pang.
Si Mayat merah sudah ingin berlalu, ketika terdengar suara
tertawa dari kejauhan. Beberapa saat kemudian, seorang kakekPedang Iblis Langit - 2 52
yang keriput serta terjenggot panjang dan berjubah serba hitam
sudah menghadang dihadapannya. Ditatapnya kakek itu sebentar,
kemudian ia menengadah dan berkemak-kemik seperti orang
menyembah Tuhan.
Sikakek yang baru dataag itu adalah Siok-hoat-jin-mo, si Iblis
rambut panjang. pemimpin besar ke-2 dari partai Ceng-goan-pang.
Ia jadi gusar sekali diperlakukan demikian dingin.
"Hei, sungguh besar nyalimu, eh??" bentaknya beringas.
"Ee.......aku masih sibuk bersembahyang mengapa kau
mengganggu? Kau betul-betul tidak mengenal mati!" si Mayat
merah balas membentak tidak kalah beringasnya.
"Aku, si Iblis rambut panjang belum pernah diperlakukan
demikian, dingin oleh siapapun"
"Aku, si Mayat merahpun belum pernah dibentak-bentak seperti
anjing! Apa yang kau kehendaki?"
Si Iblis rambut panjang jadi menggigil karena gusarnya. Tampak
rambutnya tiba-tiba berdiri tegak dan kedua matanya melotot. Di
lain saat jari telunjuknya sudah meluncur kearah urat syaraf bagian
leher lawannya.
Si Mayat merah mengayun lengan kanannya yang panjang dan
menangkis dengan maksud membelit lengan lawannya itu. Tetapi si
Iblis rambut panjang bukan lawan sembarang lawan, lekas-lekas
ditarik lengannya itu dan meninju.
Satu suara benturan tidak terlalu keras terdengar dan membuat
kedua orang ita terpental kedua jurusan yang bertentangan.
Demikianlah, pertarungan segera terjadi. Kedua belah pihak
melancarkan serangan dengan gerak-gerak yang lamban, namun
desiran-desiran angin daripada tangan atau jotosan kedua orang itu
sebentar-sebentar merontokkan daun-daun pohon yang
mengelilingi gelanggang pertempuran itu.Pedang Iblis Langit - 2 53
Dengan hati berdebar-debar Song Lim meneliti, ia mendapat
kenyataan bahwa si Iblis rambut panjang senantiasa menyerang
dengan ilmu pukulan yang bernama Tai-im-ciang. Sedangkan si
Mayat merah mengimbangi serangan yang dahsyat itu dengan ilmu
pukulan yang diciptakannya sendiri, ialah Cit-su-ciang.
Pada suatu ketika, tampak si Mayat merah mengelakkan satu
jotosan, serentak dengan itu ia balas menjotos tetapi sasarannya
menyeleweng. Sebagai ganti robohnya Si Iblis rambut panjang,
sebuah pohon besar yang berada tidak jauh dari situ, tiba-tiba
tumbang terhembus angin pukulan yang dahsyat itu.
Robohnya pohon itu menerbitkan suara gaduh sekali, bersamaan
dengan itu, dari semak belukar tidak beberapa jauh dari pohon yang
tumbang itu, terlempar keluar seorang kakek yang berpakaian kotor
serta mesum sekali.
"Hei, mengapa kau mengganggu orang yang sedang tidur?!"
demikian teriak kakek itu.
Song Lim girang sekali melihat kakek itu, ialah si Pengemis sakti
mata satu.
Si Mayat merah tertawa berkakakan.
"Mengapa kau tidur disemak belukar?" tanyanya. "Bagus saja
jotosanku tertahan oleh dahan pohon itu, kalau tidak" ia
mendadak berhenti dan melirik, tetapi ternyata si Iblis rambut
panjang sudah tidak lagi berada disitu.
"Hai. sayang sekali!" keluh Si Pengemis sakti. "Dengan jotosan
itu kau mungkin dapat menerjang masuk kedalam markas Ban-kiap
Mo-kun."
"Ha, ha, ha! Aku memang bermaksud menggempur jahanam itu
yang sering berlaku sewenang-wenang dikalangan Kang-ouw.
Hanya aku khawatir keburu mati sebelum melaksanakan maksudku
itu..."Pedang Iblis Langit - 2 54
"Oh .... begitu? Ee . ... Mayat merah, tahukah kau bahwa Bankiap Mo-kun sedang berlatih serupa ilmu silat dan ia katanya
bermaksud mengundang para jago silat ke markasnya untuk
mengadu ilmu silat nanti pada akhir tahun ini?"
"Oh bagus! Bagus! Pengemis tua, ayohlah kita minum arak !"
Si Pengemis sakti tertawa terkekeh. Girang ia tampaknya
mendapat tawaran itu.
"Aku kebetulan merasa haus sekali!" sahutnya. Lalu ia monoleh
kearah tempat Song Lim bersembunyi dan melanjutkan:
"Hei, sahabat kecil, kau keluarlah! Kita akan minum arak
bersama-sama!"
Diam-diam Song Lim merasa heran kakek itu bisa mengetahui ia
sedang bersembunyi disitu. Tetapi ia lekas-lekas meloncat keluar
dan berkata:
"Locianpwee, apakah aku yang diundang untuk minum arak?"
"Ha, ha, ha! Siapa lagi jika bukan kau yang aku undang?" sahut
si Pengemis sambil menepuk punggung pemuda itu.
"Hei, pengemis! Siapa pemuda ini?" tanya si Mayat merab.
"Dia sahabatku."
"Kau bersahabat dengan seorang bocah semuda ini?!"
"Apa salahnya?"
Si Mayat merah tertawa berkakakan panjang.
"Baiklah," sahutnya. "Mari kita minum arak!" sahutnya sambil
memimpin jalan kedalam semak belukar.
Si Pengemis sakti dan Song Lim mengikuti saja ajakan itu dan
tidak lama kemudian mereka sudah tiba d suatu tempat terpencil
dimana tampak sebuah rumah gubuk.
Si Mayat merah mempersilahkan kedua tamunya itu masuk, lalu
dari bawah tempat tidurnya ia mengeluarkan seguci arak.Pedang Iblis Langit - 2 55
"Hei, Mayat merah!" seru si Pengemis aakti. "Kau betul-betul
mengundang minum arak padaku?"
"Bukan arak saja. Kau lihatlah!" kata si Mayat merah. Lalu ia
berjalan ke dalam untuk kemudian keluar lagi sambil memegang
sebuah piring ditangannya.
"Panggang babi!" sambungnya girang.
Sambil mengangkat sebelah kakinya, si Pengemis sakti tanpa
malu-malu lagi segera menenggak beberapa cangkir arak. Setelah
itu, dengan lahapnya diganyang panggang babi itu.
"Bocah!" seru si Mayat merah ketika melihat Song Lim masih
berlaku sungkan. "Ayohlah, minum dan makan seperti dirumahmu
sendiri!"
"Hee, hee, hee! Semenjak kapan kau menyukai bocah-bocah?" si
Pengemis sakti mengejek.
"Pengemis picek! Apakah kau kira kau saja yang menyukai
bocah-bocah?"si Mayat merah balik menanya. Ditatapnya Song Lim
selentar dan berkata lagi:
"Bocah apakah kau bisa minum arak?"
"Sedikit...." sahut Sang Lim canggung.
"Bagus! Ketahuilah olehmu, bahwa arak ini adalah arak
istimewa. Aku hanya mengeluarkannya bagi tamu agung saja! Hee,
hee, hee! Ayohlah!" kata lagi si Mayat merah sambil mengambil
sepotong daging yang segera dimasukkan kedalam mulutnya.
Sungguhpun mengatakan demikian, tetapi si Mayat merah tidak
pernah menuangkan arak kepada Song Lim. Seolah-olah berlomba
dengan si Pengemis picek, ia meneguk terus arak itu sehingga tidak
lama kemudian, arak maupun daging panggang itu sudah habis
tanpa Song Lim mencicipi sedikitpun!Pedang Iblis Langit - 2 56
Kedua orang itu bernyanyi-nyanyi seperti anak-anak kecil untuk
kemudian meletakkan kepala mereka diatas meja dan terdengarlah
suara menggeros yang keras sekali.
Song Lim bersenyum melihat tingkah-laku kedua orang ganjil
itu. Dibukanya daun jendela dan dapat mengendus suatu hawa
harum semerbak.
(Bersambung Jilid ke 3)Pedang Iblis Langit - 3 0Pedang Iblis Langit - 3 1
PEDANG IBLIS LANGIT
(Thian Mo Kiam)
Oleh : O.K.L
Jilid ke 3
IBA-TIBA satu bunga putih dilemparkan kearahnya. Ia
pungut bunga itu dan mencium. "Ahh Rupanya bunga
inilah yang mengedarkan hawa harum yang luar biasa!"
katanya dalam hati.
Perlahan-lahan ia merasa kepalanya pusing, kedua matanya
sangat berat. Tanpa merasa ia jatuh ditanah dan tertidur nyenyak.
Sejenak dengan itu, tampak dua wanita masuk kedalam untuk
kemudian keluar lagi sambil menggotong Song Lim.
Arak yang diminum oleh si Kakek picek dan siorang ganjil itu
telah membikin mereka tidur nyenyak dan lama. Mereka baru
terjaga pada esok harinya ketika matahari sudah jauh ditengah.
Begitu membuka kedua matanya, sikakek picek tidak melihat Song
Lim. Ia membangunkan Cit-su-sin-cek dan menanya :
"Hei! Orang ganjil ! Song lim pergi kemana?!"
Orang ganjil itu masih mau tidur terus. Ia hanya menggeram dan
tidur lagi "Hei! Orang ganjil! Bangun! Kemana perginya Song
Lim?!"
Cit-su-sin-cek, yang sangat menyukai Song Lim pada pertama
kali ia melihatnya, ia sudah rela mengeluarkan seguci arak dan
sepiring panggang babi. Kini, setelah diberitahukan Song Lim telah
lenyap, ia merasa agak gelisah. Apakah anak itu telah pergi tanpa
pamit? Atau malapetaka telah menimpa pemuda itu ? Ia tertawa
gelak-gelak lalu menangis tersedu-sedu.Pedang Iblis Langit - 3 2
"Hei! Orang ganjil! Berhenti menangis! Coba lihat apa ini?" kata
sikakek picek sambil memperhatikan setangkai bunga putih yang
dipungutnya diruangan depan.
Cit-su-sin-cek meneliti bunga putih itu dan segera mengetahui
bahwa bunga itu adalah dari Ban-biauw Lie-ni. Ia terkejut lalu
meloncat keluar menuju kebiara Ban Biauw untuk menolong Song
Lim yang telah dibius, diikuti oleh sikakek picek.
Memang Soog Lim telah dibius dan dibawa pergi oleh Ban biauw
Lie-ni dan Cui-ping-hui-hong. Diperjalanan terdengar Ban-biauw
Lie-ni berkata: "Suci, kita tak dapat pulang kemarkas, karena
khawatir diketahui oleh Ngo Lee Koay-sauw. Menurut pendapatku,


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih baik kita bawa pemuda ini kebiara Ban-biauw saja!"
Cui-ping hui-hong memikir sejenak untuk kemudian menyahut:
"Jangan! Bunga putihmu tentu sudah diketahui oleh kedua orang
ganjil rekan pemuda ini dan mereka tentu akan langsung datang ke
biara Ban Biauw!"
Ban biauw Lie-ni harus mengakui bahwa saran Sucinya betul. Ia
tak dapat membawa Song Lim ke markas partai Ceng-goan-pang
atau ke biara Ban Biauw. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk
membava pemuda itu ke tempat gurunya.
Tetapi Cui Ping-hui-hong masih merasa keberatan.
"Bagaimana jika perbuatanmu diketahui oleh suhu?" tanyanya.
"Hm...tetapi sumoy kita Ban-siauw Lie-ni pernah datang
memberitahukan kepada aku bahwa guru kita sakit keras. Mungkin
sekarang ia sudah mati !"
Maka Cui-ping-hui-hong terpaksa menurut saja pergi ke kuil
Cui-pei-yam dipegunungan Bong-san Ketika mereka hampir tiba
dikuil tersebut, hari sudah senja, cahaya matahari yang merah
memandikan seluruh daerah dipegunungan itu.
Didepan kuil Cui-pei-yam beberapa biarawati tengah berdiri
menikmati pemandangan disekitarnya diwaktu senja itu.Pedang Iblis Langit - 3 3
Dari kejauhan Ban-biauw Lie-ni sudah melihat saudara
seperguruannya, Ban-siauw Lie-ni tengah berdiri diantara
biarawati-biarawati itu. Ia memanggil :
"Sumoy! Sumoy !"
Ban-siauw Lie-ni merasa girang mendengar suara panggilan
yang tak asing lagi. Ia menghampiri mereka, dan mengawasi wanita
cantik yang menyertai Sucinya. dan seorang pemuda yang
digotongnya.
"Sumoy, ini adalah Toa-su-ci! Ia bernama Cui-ping-hui-hong
Diwaktu Toa suci berada disini, kau belum masuk menjadi
biarawati."
Ban-siauw Lie-ni segera menghaturkan hormat seraya berkata :
"Toa-suci !"
Perasaan herannya belum lenyap melihat Song Lim yang tertidur
nyenyak. Maka ia menanya lagi :
"Suci! Siapakah pemuda itu? Apakah ia menderita sakit??"
Cui-ping-hoi-hong berdusta dengan berkata "Oh! Ia adikku. Ia
terluka dan perlu beristirahat didalam biara beberapa hari. Ayoh,
sediakan satu kamar untuk kami !"
Ban-siauw Lie-ni tak dapat ditipu. Ia dapat melihat dari wajah
pemuda itu yang tidak tampak menderita sakit, dan mengetahui
maksud sejati dari Suci dan Toa-sucinya. Hanya ia sungkan
menegur. Ia mengajak mereka masuk kedalam.
Mereka terus pergi kesatu kamar dibelakang. Ketika Ban biauw
Lie-ni menanya tentang keadaan guru mereka, Ban-sianw Lie-ni
menyahut dengan nada yang sedih:
"Oi . guru kita sadah mati pada kira-kira dua bulan yang lalu, dan
jenazahnya telah dikubur didekat menara Ban-leng-ta di belakang
biara kita ini"Pedang Iblis Langit - 3 4
Sahutan itu membikin Ban-biauw Lie-ni menjadi gembira,
karena ia akan dapat melakukan segala sesuatu terhadap Song Lim.
Pada waktu itu ia juga ingat bahwa gurunya ingin menyerahkan
suatu benda kepadanya, maka ia menanya :
"Sumoy, ketika guru kita mau menutup mata, apakah ia
menyerahkan sesuatu kepadamu ?"
"Haaaiii... ketika guru kita mau menutup mata, karena ia tidak
melihat kau, ia menjadi sangat marah, ia menutup mulutnya sampai
ia menarik napasnya yang terakhir!"
"Apakah guru kita tidak mewariskan kitab ilmu silat kepadamu?"
"Guru kita tidak mewarisi apa-apa, dan iapun tidak
meninggalkan pesan. Ia sangat marah dan menutup mulutnya
sampai mati!"
Ban-biauw Lie-ni mulai mencurigai adik seperguruannya itu. Ia
yakin guru mereka telah mewariskan satu kitab catatan-catatan
ilmu silat. Ia lalu berunding dengan Cui-ping-hui-hong untuk
mencari dan mencuri kitab itu.
Pada malam itu, setelah menaruh Song Lim diatas tempat tidur,
mereka lalu berusaha mencari kitab guru mereka.
Mereka menanti sampai lewat tengah-malam, kemudian mereka
menghampiri kamar yang berada di loteng atas.
Kamar tersebut adalah kamar dimana Toa Pei Sin Ni, guru
mereka almarhum, menyimpan buku-bukunya itu terlarang untuk
siapapun, kecuali bila Toa Pei Sin Li memanggil orang itu masuk.
Mereka juga tidak mengetahui keadaan didalam kamar
perpustakaan itu. Dengan ilmu meringankan tubuh mereka naik
keatas loteng tanpa suara. Tetapi baru saja merela tiba dekat kamar
tersebut tiba-tiba berkelebat sesosok tubuh dan keluar jendela
kamar itu.
Mereka tekejut.Pedang Iblis Langit - 3 5
"Suci, orang itu lihai sekali!" bisik Ban-biauw Lie-ni.
"Ya. .. aku khawatir jika orang itu telahb masuk dan mencuri
kitab yang kita hendaki. Ayoh, kita untuk memeriksa..."
Dari jendela yang sudah terbuka, mereka meloncat masuk
kedalam kamar. Didalam kamar yang gelap itu, mereka tak
mengetahui dan melihat dimana buku-buku yang berharga
tersimpan.
Tiba-tiba dari jeniela dilontarkan satu benda kecil. Ban-biauw
Lie-ni, maupun Cui-ping-hui-hong terkejut. Benda itu dipungut oleh
Ban-biauw Lie-ni yang ternyata adalah sehelai kertas yang dilipat.
Dibawa sinar bulan Ban-biauw Lie-ni membuka lipatan kertas
dua terkejut melihat tulisun dari gurunya diatas kertas itu yang
berbunyi:
"Murid terkutuk! Kuil Cu-pei-yam ini telah dinodai oleh kamu
berdua. Lekas pergi ke menara Ban-leng-ta untuk membunuh diri.
Dengan demikian kamu masih dapat mencuci dosa.!"
Bukan main terkejutnya mereka ! Tulisan itu baru saja ditulis
oleh guru mereka! Tetapi Ban-siauw Lie-ni bilang guru mereka
sudah mati pada dua bulan yang lalu....
"Sumoy! Guru kita belum mati!" bisik Cui-ping-hui-hong.
"Hm masakan Ban-siauw Lie-ni berdusta ? Tetapi tulisan ini
aku yakin betul adalah tulisan guru kita ..."
Pada saat itu terdengar suara derap-kaki. Mereka lekas-lekas
keluar dari kamar perpustakaan, lalu turun dari loteng.
Mereka sudah mengambil keputusan untuk lekas-lekas pergi
kekamar belakang, lalu menggotong Song Lim keluar dan melarikan
diri.
Tetapi... ketika merek masuk kedalam kamar, Song Lim sudah
lenyap!Pedang Iblis Langit - 3 6
Mereka berdiri terperanjat untuk sementara waktu. Mereka
berjalan keluar setelah semangat mereka pulih kembali.
Baru saja melangkah keluar, mereka dihadang oleh seorang yang
berpakaian serba-hitam, menutup mukanya dengan kain hitam dan
memegang sebatang bambu hitam sepanjang satu meter.
Bambu hitam itu mengeluarkan sinar hijau, dan adalah satu
mustika milik kuil Cu-pei-yam, dan biasanya disimpan didalam
menara Ban-leng-ta. Bambu hitam itu tidak digunakan jika tiada
urusan penting.
Ban-biauw Lie-ni maupun Cu-ping-hui-hong pernah menjumpai
banyak jago-jagi silat yang lihay namun pada saat itu menghadapi
orang yang bertopeng seperti itu mereka menjadi lumpuh dan tak
berdaya.
Cui-piog.hui-hong mengetahui bahwa mereka tak dapat
melawan orang itu. Ia berpendapat bahwa jalan yang terbaik ialah
melarikan diri. Maka ia meloncat pergi, tetapi seperti bayangan,
orang itu mendekati dan menghadangnya sambil tertawa seperti
kuntianak!
"Murid terkutuk! Apakah kitab mustika sudah kamu temukan?!"
tanya orang yang bertopeng itu.
Mereka makin ketakutan, karena bentuk tubuhnya, suara dan
senjatanya, bambu hitam ... semuanya serupa benar dengan milik
mendiang guru mereka. Bila mereka ingat bahwa mereka disuruh
pergi kemenara Ban-leng-ta untuk membunuh diri menyuci dosa,
mereka makin jadi ketakutan.
"Ayoh, bilang! Kitab mustika sudah diketemukan atau belum?!"
bentak lagi sitopeng hitam.
Ban-biauw Lic-ai lekasz menyahut dengan ketakutan :
"Suhu... kitab mustika apa??"
"Suhu.... Kami tidak menemui kitab itu..," kata Cui-ping-huihong, mungkin telah dicuri orang lain"Pedang Iblis Langit - 3 7
"Siapa yang telah mencuri kitab itu?!"
"Ketika kami masuk, kami melihat seseorang meloncat keluar
dari jendela. Kami tak mengetahui siapa orang itu..."
"Hm... apakah kamu mengaku berdosa ?!"
Bin-biauw Lie-ni meratap :
"Suhu... kami mohon Suhu dapat memberi ampun untuk
kesalahan kami yang pertama kail ini..."
"Hm ... pertama kali?! Dosamu yang menodai suasana, tak dapat
diberi ampun !" bentak orang yang bertopeng itu sambil
mengangkat lengannya untuk memukul.
Cui-ping-hui-hong yang masih ingin hidup segera melempari
orang yang bertopeng itu dengan senjata rahasianya.
Sitopeng hitam mengebat bambu hitamnya. Sinar hijau
menyilaukan mata dan semua jarum beracun yang dilontarkan oleh
Cui-ping-hui-hong terpukul balik dan menusuk sipenyerang.
Satu jeritan yang memecahkan suasana sunyi-senyap dimalam
itu terdengar, dan wanita itu jatuh tersungkur mati seketika.
TIBA-... entah dari mana meloncat datang seorang yang
menusuk Sitopeng dengan sebilah pedang.
Pada saat itu Ban-biauw Lie-ni sedang menanti gilirannya
dipukul mati oleh sitopeng. Ia terkejut ketika orang itu membentak:
"Nenek bangsat! Kau berani mencuri pakaian dan senjata
guruku!"
Pada saat itu pula, Ban-biauw Lie-ni mengira bahwa sitopeng itu
bukan gurunya, tetapi orang lain yang menyamar sebagai gurunya
Melihat Toa-sucinya sudah mampus, dan Song Lim tak ketahuanPedang Iblis Langit - 3 8
dibawa oleh siapa, iapun menjadi nekad. Dicabut pedangnya dan
mengancam :
"Bangsat! Kau berani menyamar sebagai guruku! Ayoh, bayar
kembali jiwa Suciku! "
"Ha ! Toa-suci telah d bunuh ?!" tanya Ban siauw Lie-ni dengan
terperanjat.
Lalu mereka berdua menyerang sitopeng dengan pedang.
Sitopeng melawan dengan bambu hitamnya. Pertarungan
berlangsung selama 20 jurus, ia agaknya tidak bermaksud
membunuh mereka, tetapi bertarung sambil melarikan diri. Ketika
sudah hampir sampai kemenara Ban-leng-ta, ia meloncat dan
melarikan diri.
Ban-biauw Lie-ni mengejar, diikuti oleh Sumoynya. Mereka
mengejar terus sampai ke menara Ban-leng-ta yang dibangun
ditengah-tengah hutan pohon cemara.
Menara Ban-leng ta adalah makam untuk mengubur jenazahjenazah pemimpin kuil Cu-pei-yam, dan merupakan suatu tempat
keramat.
Ban-biauw Lie-ni merasa berdosa menghadapi arwah leluhur
pemimpin-pemimpin kuil itu. Ia berhenti mengejar dan tercengang
ketika melihat Song Lim sedang duduk dibawah merara itu dengan
sikap acuh tak-acuh seperti satu patung.
Ban-biauw Lie-ni menjadi gembira menjumpai pemuda
idamannya itu. Ia menegur :
"Hei! Adik Song Lim ! Mengapa kau berada disini ? Apakah kau
tak merasa dingin ?"
Song Lim tidak menyahut. Ia mengambil pedang Thian-mo-kiam
dan membacok wanita itu.
Ban-bauw Lie-ni meloncat mundur seraya berteriak :Pedang Iblis Langit - 3 9
"Hei! Pedang Thian-mo-kiam itu bukan barang permainan!
Ay oh, ikut aku pulang kekamar!"
Tiba-tiba dari belakang Song Lim muncul sitopeng dan membuat
Ban-biauw Lie-ni maupun Ban-siauw Lie-ni jadi pucat.
"Murid durhaka!" bentak lagi siorang bertopeng. "Lekas bunuh
diri untuk menebus dosa!"
Ban-biauw Lie-ni tiba-tiba jadi gusar.
"Siapa yang kau maksud dengan murid durhaka?" bentaknya
"Guruku Toa Pei Sin Ni sudah meninggal dunia. Kau hanya
menyamar sebagai guruku."
Siorang bertopeng tiba-tiba menggerakkan tangannya dan
membuka kain yang menutupi mukanya.
Melihat muka itu, Ban-biauw Lie-ni mendadak jadi pucat. Karena
itulah muka gurunya. Tanpa terasa ia melangkah mundur
kebelakang.
"Coba lihat aku ini siapa!" bentak orang yarg bukan lain dari
pada Toa Pei Sin Ni.
Diam-diam Ban-biauw Lie-ni mengumpulkan seluruh
tenaganya. Kemudian secepat kilat ia meloncat pergi.
Toa Pei Sin Ni mengejar, tetapi Ban siauw Lie ni yang tidak
menduga bahwa gurunya masih hidup, tiba-tiba meloncat dan
menghadang dengan maksud meneliti paras gurunya sehingga Toa
Pei Sin Ni jadi terhadang.
"Hei, Siauw Ji!" seru Toa Pei Sin Ni "Apakah kau sudah tidak
mengenali lagi gurumu ?"
Ban-siauw Lie-ni melihat paras gurunya sejenak, lalu berlutut
dan berkata :
"Suhu, aku tidak mengetahui jika Suhu masih hidup..."Pedang Iblis Langit - 3 10
Toa Pei Sin Ni bersenyum getir sambil mengawasi muridnya itu
"Aku tidak bisa menyalahkanmu." katanya "Aku harus
menyalahkan diriku sendiri. Aku sudah merencanakan memancing
dua murid yang durhaka pulang kesini, dan menyuruh mereka
membunuh diri untuk menebus dosa, tetapi... rencanaku itu hanya
membuat kau berduka-cita selama dua bulan.
Kesempatan yang baik itu digunakan sebaiknya oleh Ban-biauw
Lie-ni untuk melarikan diri.
Toa Pei Sin Ni lalu menunjuk Ban-siauw Lie-ni dan sambil
menghadapi Song Lim ia berkata :
"Ini adalah muridku satu-satunya yang akan mewarisi segala
sesuatu dari kuil Cu-pei-yam, dan menjadi ahli wariskU"
Song Lim membungkukan tubuh menghaturkan hormat serta
menyahut "Aku mengucapkan banyak terima kasih karena
Locianpwee telah menolong jiwaku. Dikemudian hari jika aku
menjumpai Ban biauw Lie-ni, aku akan tangkap dia dan
membawanya kesini."
"Oh... tak usah. Aku sendiri dapat menangkap dan menghukum
dia!" sahut Toa Pei Sin Ni. Lalu ia menyuruh muridnya "Siauw Ji!
Pergi kekamar perpustakaan. Dibelakang buku Ngo Ci (Lima Dasar)
yang ditingkat ke3 lemari buku, ada satu kitab kecil. Ambilah kitab
itu."
Ban-siauw Lie-ni segera lari melaksanakan suruhan gurunya.
Sejenak kemudian biarawati itu sudah kembali lagi dengan sikap
yang cemas.
"Suhu !" katania, "Celaka ! Kitab itu telah tercuri! Dan aku lihat
dua orang telah menyerang masuk kedalam kuil kita!"


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Toa Pei Sin Ni juga terkejut. Ia berseru :
"Celaka! Kitab Thian Mo Keng (ilmu-ilmu silat iblis langit) yang
aku simpan begitu lama dicuri orang! Haaaiii... malapetaka akan
menimpa kalangan Kang-ouw lagi!"Pedang Iblis Langit - 3 11
"Locianpwee! Apakah kitab Thian Mo Keng itu?" tanya Song I im.
"Thian Mo Keng adalah kitab catatan-catatan ilmu siiat dari
Thian Mo Taysu yang hidup pada kira-kira 100 tahun yang lampau.
Kitab itu aku sembunyikan dikuil ini agar tidak jatuh kedalam
tangan orang jahat."
"Apakah tiada ilmu lain yang dapat mengimbangi ilmu-ilmu silat
dari Thian Mo Keng?" tanya Ban-siauw Lie-ni.
"Ada Kitab Pek Yok Gi Ci. Tetapi kitab itu katanya sudah lenyap
didalam telaga, dan mungkin tak dapat diambil lagi."
Percakapan mereka tiba-tiba diganggu oleh suara gaduh.
Toa Pei Sin Ni menegur :
"Siapa yang telah datang menganggu kuil Cu-pei-yam ?!" Lalu ia
mengajak muridnya dan Song Lim kembali kedalam kuil.
Begitu tiba didepan kuil, mereka melihat dua orang ganjil yang
sedang membikin gaduh.
Toa Pe Sin Ni segera meloncat dan menjotos kearah orang yang
kakinya pincang.
Sipincang mengegoskan jotosan itu seraya berseru "Hei! Jotosan
hebat !" Lalu iapun mengirim satu jotosan yang hembusan anginnya
mendesir-desir sambil berseru:
"Hei! Orang ganjil ! Tinju Cit Su Ciang rupanya ketemu
tandingannya! Nah, sekarang giliranku untuk menyerang!"
Mendengar seruan itu Song Lim menjadi gembira, karena orang
yang berseru itu adalah sikakek picek,Tok-bok-sin-kai! Ia lekaslekas memanggil :
"Locianpwee! Jangan berkelahi ! Kita semuanya adalah kawankawan!"
Sikakek picek memanggil kembali:
"Hei | Sahabat kecil! Kau dimana? Ayoh, lekas keluar"Pedang Iblis Langit - 3 12
Toa Pei Sin Ni yang sudah siap menyerang lagi segera menahan
serangannya mendengar Song Lim berteriak mengatakan mereka
adalah diantara kawan-kawan.
Sipincang atau Cit-su-sin-cek lalu berkata :
"Hei! Ayoh, pasang lampu ! Kita tak dapat saling mengenal
didalam tempat gelap ini !"
Ban-siauw Lie-ni lekas-lekas pasang lampu, dan suasana menjadi
terang.
Song Lim lekas-lekas menghampiri kedua orang ganjil itu. Ia
juga berkata :
"Locianpwee, mengapa bisa datang kekuil ini ?"
Sipengemis picek menanya:
"Siapa pemimpin kuil ini?"
Song Lim segera memperkenalkan biarawati tua itu sambil
berkata :
"Pemimpin kuil ini adalah angkatan tua Toa Pei Sin Ni."
Kedua orang ganjil itu tertawa gelak-gelak seraya berkata : "He,
he! Kita bertiga terkenal dengan julukan Bu Lim Sam Sin (Tiga
orang sakti dikalangan Bu lim). Kita bertiga belum pernah
berjumpa. Tetapi kali ini kita Bu Lim Sam Sin dapat berjumpa
didalam kuil ini. Hai... kita betul-betul merasa gembira !"
Kedua orang ganjil itu menghampiri sibiarawati tua dan menjura
kepadanya. "Aku sebagai nyonya rumah menyambut dengan tangan
terbuka. Kedua Tayhiap diminta sudi kiranya menikmati teh
keistimewaan kuil ini. " kata sibiarawati.
Demikianlah Tok-bok-sin-kai dan Cit-su sin-cek menjadi tamu
Toa Pei Sin Ni, dan mereka bercakap-cakap dalam suasana
persaudaraan. Toa Pei Sin Ni tidak lupa memberitahukan kedua
tamunya tentang telah tercurinya kitab Thian Mo Keng.Pedang Iblis Langit - 3 13
"Menurut keterangan muridku, Ban-siauw, ia melihat satu
bayangan hitam masuk kedalam kamar perpustakaan. Tetapi aku
menduga Ban-biauw, muridku yang durhaka, yang telah
mencurinya !" kata lagi sibiarawati.
"Kita harus menangkap Ban biauw Lie-ni untuk memperoleh
pengakuannya. Jika betul ia yang mencuri kitab itu kita juga tak
usah khawatir, karena ia memerlukan jangka waktu 10 tahun untuk
berlatih ilmu-ilmu silat dari kitab tersebut.!" kata sipicek.
Pendapat sikakek picek itu beralasan. Maka mereka berpendapat
bahwa usaha mencari kitab Thian Mo Keng belum terlambat. Lalu
Toa Pei Sin Ni menyerahkan urusan kuil kepada Ban-siauw Lie-ni
sebelum ia bersama-sama kedua orang ganjil itu mencari kitab
Thian Mo Keng yang diduga telah dicuri.
Song Lim juga terpaksa berpisah dari ketiga Bu Lim Sam Sin itu,
dan berlalu dari pegunungan Bong-san untuk melanjutkan
perjalanannya. Ia sangat benci orang-orang dari partai Ceng-goanpang yang terbukti semuanya jahat, tamak dan keji. Sudah beberapa
kali jiwanya terancam karena orang-orang dari partai Ceng-goanpang itu. Maka ia mengambil keputusan untuk membasmi partai
tersebut sebelum ia pergi ke Ban kiap ku-mo.
Tekadnya segera dilangsungkan. Dalam beberapa hari saja sudah
tersiar kabar dikalangan Kang ouw bahwa beberapa cabang partai
Cerg-goan-pang disepanjang sungai Hoay-ho telah diubrak-abrik
oleh seorang jago silat pedang yang muda belia.
Diceritakan bahwa pada waktu hawa sangat panasnya tampak
Song Lim menuju kemarkas besar partai Ceng-goan-pang.
Meskipun disepanjang jalan ia terus menerus dikuntit, namun
orang-orang yang menguntit tak berani menegurnya.
Dengan melalui propinsi Ouw-Yam ia menuju ke kota Gak-yo.
Semenjak ia meninggalkan pegunungan Bong-san, ia telah
dikuntit oleh orang-orangnya Ceng-goan-pang, dan ketika tiba di
telaga Tong teng, ia diamat-amati lebih teliti lagi.Pedang Iblis Langit - 3 14
Adapun markas besar partai Ceng-goan-pang diatas puncak dari
pegunungan Tong-teng-kun san, tidak berjauhan dari telaga Tongteng yang luas dan besar. Untuk pergi ke markas itu, orang selalu
menggunakan perahu.
Perahu didalam telaga tersebut merupakan pos-pos rahasia.
Segala tindak-tanduk atau gerak-gerik Song Lim telah dilaporkan
dengan menggunakan burung-burung udara pos. Penggantian dan
pengintaian terhadap dirinya diluar pengetahuannya. Namun,
usaha partai Ceng-goan-pang untuk membunuhnya sudah
mengemparkan seluruh rimba persilatan.
Sementara itu, pemimpin Ceng-goan-pang telah mengundang
banyak jago-jago silat untuk menghadapi Song Lim. Para jago silat
telah dijanjikan kesempatan untuk merebut pedang Thian-mo kiam
apabila berhasil menaklukan atau membunuh Song Lim. Disamping
itu, para jago silat ingin menyaksikan pertarungan yang akan terjadi
antara Song Lim alias Kauw hoa-kiam-kek dan Ngo Lee Koay-sauw,
pemimpin besar partai Ceng-goan-pang.
Demikianlah, daerah disekitar telaga Tong teng atau
pegunungan Tong-teng-kun-san telah menjadi ramai dengan
kedatangannya banyak jago-jago silat dari berbagai tempat,
sehingga rumah-rumah penginapan dan rumah-makan dikota Gakyo selalu mengalami kesibukan.
Di markas besar Ceng-goan-pang, diatas suatu puncak dari
pegunungan Tong-teng-kun-san, persiapan sudah lama dilakukan.
Pada dewasa itu, kebetulan sekali Ngo Lee Koay sauw ingin
merayakan hari ulang tahunnya. Maka tamu-tamu yang datang
untuk memberi selamat luar biasa banyaknya.
Song Lim hampir tiba di kota Tiang-an pada suatu senja. Ia
bermaksud melanjutkan perjalanannya ke kota Gak-yo pada esok
harinya. Ia hanya perlu menyebrangi sungai untuk pergi ke kota itu.
Maka ia berjalan menuju ke kota Tiang-an dengan maksud mencari
sebuah rumah penginapan untuk bermalam. Ia harus melaluiPedang Iblis Langit - 3 15
hutan, dan ia melihat seorang kakek berlari-lari di dalam hutan itu.
Meskipun gerak-gerik kakek itu sangat moncurigakan, tetapi karena
tujuannya pergi kepegunungan Tong-teng-kun-san, maka ia tak
menghiraukan kakek itu.
Tak lama kemudian ia melihat sebuah rumah yang besar dengan
pintu depannya dicat merah dan kelihatan megah sekali.
Pintu rumah tertutup. Ia menghampiri dengan maksud
bermalam dirumah itu maka ia mengetok pintu. Tak lama
kemudian, pintu dibuka. Orang yang membuka pintu menegur:
"Didalam hari ini mengapa kau masih berkeliaran diluar?!"
Dengan hormat Song Lim menyahut :
"Aku kebetulan lewat disini, karena sudah malam, aku minta
menginap didalam rumah ini."
Orang itu telah menutup pintunya lagi tanpa menyahut . Melihat
sikap yang kejam dari penghuni rumah itu, Song Lim berkata sambil
mengetok pintu :
"Didalam hari ini adalah sukar untuk aku mencari tempat
menginap. Kota Tiang-an masih agak jauh."
Lalu pintu itu dibuka lagi. Orang yang membuka pintu itu dan
berkata dengan hormat:
"Masuklah! Aku kira orang lain, Masuklah Hiang-cu (pemimpin
cabang)"
Song Lim tercengang dipanggil Hiang-cu. Tetapi ia terus
berlagak seolah-olah ia betul-betul seorang Hiang-cu sambil
menyahut:
"Oh!Kau bisa salah lihat, maka kau harus dimaafkan!"
Orang itu mengajak masuk keruangan depan. Selelah melalui
beberapa kamar, mereka tiba di ruangan tengah yang luas serta
besar dan yang terang-berderang dengan banyak lampu dan ramai
dengan banyak tamu.Pedang Iblis Langit - 3 16
Orang yang mengajak masuk itu berseru.
"Tamu agung sudah tiba!"
Seorang jago silat yang brewokan segera menghampiri Song
Lim. Ia menjura dan menanya :
"Siapakah yang aku hadapi ? Aku sibrewok menyambut
kedatangan Tayhiap !"
SONG LIM yang sudah bertekad bersandiwara menyahut dengan
tenang :
"Aku bernama Pek Teng, alias si Pelajar baju putih."
"Oh ... Pek Hiang-cu, kau betul-betul merupakan seekor naga
dari telaga !" puji sibrewok.
"Kau juga merupakan seekor harimau-raja dari semua
binatang!!" Song Lim balas memuji.
Sibrewok segera penyapa jika Song Lim betul-betul satu
pemimpin cabang dari partai Ceng-goan-pang, dan mengajaknya
masuk.
Baru saja masuk, ia terkejut dapat melihat satu jago lihai karena
ia pernah melihat orang itu dilembah Yok-yen-pik.
Sijago silat menatap Song Lim, lalu sibrewok. Isyarat dari jago
silat itu membikin sibrewok mulai curiga. Ia menatap Song Lim dan
melihat pedang yang tergantung ditali pinggang pemuda itu sambil
berpikir "Apakah dia ini bukan Kauw-hoa-kiam-kek ?"
Jago silat itu adalah Wee Ceng Cu, ialah-satu dari Ouw-to sam
kiat (Tiga pendekar lalim). Ia menghampiri Song Lim dan sengaja
berkata :
"Pek Hiang-cu, karena kau datang terlambat, maka kau harus
didenda minum secangkir arak! Ha, ha!"Pedang Iblis Langit - 3 17
"Terima kasih! Tetapi aku sudah makan dan minum cukup!"
"Apakah Pek Hiang cu datang untuk memberi selamat kepada
Pang-cu (pemimpin besar)?' tanya sibrewok Song Lim
mengangguk, dan terus mengikuti Wee Ceng Cu masuk.
Sambil berjalan Wee Ceng Cu berkata :
"Aku dengar bahwa Song Lim alias Kauw-hoa-kiamkek
bermaksud menerjang masuk ke gedung markas nanti diwaktu
Pang-cu (pemimpin besar) merayakan hari utang tahunnya. Apakah
ia tidak mengetahui ia hanya seperti masuk ke mulut macan?"
Sambil bersenyum Song Lim menyahut :
"Aku kira ia tak akan berani menerjang masuk kegedung markas,
tetapi setelah beberapa cabang diganyang olehnya, kita juga harus
waspada terhadapnya !"
Pada saat itu, sibrewok maupun Wee Ceng Cu sudah mengetahui
bahwa mereka sudah mengajak masuk Song Lim alias Kauw-hoakiam-kek. Wee Ceng Cu memimpin jalan. Song LIm ditengah dan
sibrewok berjalan dibelakang. Mereka melalui ruangan tengah dan
berjalan terus kepekarangan dibelakang.
Tiba-tiba Wee Ceng Cu meloncat kedepan dan menginjak satu
batu, dan sibrewok meloncat mundur.
Song Lim kejebelos! Tanah yang diinjak olehnya adalah suatu
perangkap. Ia jatuh kedalam lubang dengan dasar yang basah.
Lubang itu gelap sekali. Ia tak dapat melihat jari tangannya.
Ia cabut pedang Thian-mo-kiam, dan pedang itu mengeluarkan
sinar terang.
Dari atas Wee Ceng Cu mengejek :
"Hoi! Song Lim! Kau akan merasai suasana neraka sebelum kau
mampus!"Pedang Iblis Langit - 3 18
Dengan sinar dari pedangnya Song Lim dapat melihat bahwa ia
berdiri diujung lorong. Ia berusaha mencari jalan untuk keluar.
Sejenak kemudian ia mendengar suara rintihan seorang wanita.
"Apakah lorong itu lorong neraka yang sengaja dibuat oleh
orang-orang dari Ceng-goan-pang untuk menyiksa musuhmusuhnya?" pikimya. Lalu ia berjalan dengan hati-hati
menghampiri suara rintihan itu.
Ia berjalan selama beberapa menit, dan mendengar suara air
mengalir. Ketika tiba diujung lorong itu ia terkejut melihat seorang
wanita muda dengan kedua tangannya terikat rantai besi ketembok
lorong dipinggir selokan yeng airnya mengalir deras sekali. Wanita
yang hampir tak berpakaian itu sangat kotor tubuhnya. Song Lim
menanya:
"Siapa kau? Mengapa kau berada disini?" Wanita itu berusaha
meneliti Song Lini ditempat yang gelap itu, lalu menyahut :
"Aku adalah Ban-biauw Lie-ni, aku telah diniaya oleh Wee Ceng
Cu... apakah kau sudah tidak kenali aku lagi?"
Song Lim terkejut melihat, bahwa wanita itu sudah dikupas
hidungnya, dipotong daun kupingnya dan digunduli kepalanya.
Ban-biauw Lie-ni yang dulunya cantik seperti bidadari sekarang
tampuk seperti kuntianak!
"Adik! Dapatkah kau menolong aku?" mohon wanita itu.
Sebetulnya Song Lim sangat benci wanita itu, tetapi setelah
melihat penganiayaan yang dideritanya, hatinya menjadi lunak. Ia
menyahut:
"Aku juga sudah jatuh kedalam perangkap ini. Aku sedang
berusaha mencari jalan keluar."
Wanita itu menangis tersedu-sedu. Suara tangisnya didalam
lorong itu terdengar seperti suara dari neraka.
"Adik! Aku menyesal telah mencelakakan kau. Aku telah jatuh
hati kepadamu pada pertama kali aku melihatmu!" kata wanita itu.Pedang Iblis Langit - 3 19
"Sudahlah! Diangan kau bicarakan urusan yang tak berguna!
Sebaiknya kita pikirkan bagaimana kita dapat keluar dari sini" kata
Song Lim.
"Kau belul. Aku mengatakan semua itu, karena aku kira aku pasti
mati disini. Sekarang aku minta kau bebaskan aku dari rantai besi
yang mengikat kedua tanganku ini. Pedang Thian-mo-kiam dapat
membebaskan aku"
Song Lim cabut pedangnya, lalu menggores rantai besi yang


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membelenggu kedua pergelangan tangan Ban-biauw Lie-ni.
Thian-mo-kiam yang dapat menabas baja, menggores rantai besi
itu dengan mudah saja. Wanita itu segera bangun setelah kedua
tangannya bebas. Meskipun ia hampir telanjang ia tidak merasa
malu lagi menghadapi pemuda yang membebaskannya itu.
Song Lim melihat hampir seluruh tubuh biarawati gadungan itu
kotor dengan tanah, lumpur dan darah.
"Aku telah dianggap sebagai satu perempuan lacur oleh banyak
orang, tetapi setelah aku menjumpai kau, aku berusaha
membersihkan diri. . . sehingga aku menjadi begini. . ." kata wanita
itu. Song Lim tak dapat menerima tuduhan itu. Ia menyahut:
"Kau telah bermain-main dengan api, dan kau terbakar olehnya.
Kau tak dapat menimpa kesalahan itu kepadaku!"
"Adik! Apakah kau masih ingat peristiwa dilembah Lok-yen-pik?
Aku telah mengusir Wee Ceng Cu, salah satu Ouw-to sam-kiat. Aku
berusaha membantu kau, sehingga aku menjadi musuh ketiga
jahanam itu."
"Sudahlah! Kita tak perlu ributkan soal itu. Yang penting ialah
mencari jalan keluar."
"Tetapi bagiku, hidup itu sudah tak berarti! Aku berdosa!
Guruku. Toa Pei Sin Ni ? tak akan mengampuni aku lagi ."Pedang Iblis Langit - 3 20
"Toa Pei Sin Ni adalah seorang yang luhur, ia akan mengampuni
kau bila kau betul-betul berbalik kejalan yang betul "
"Tidak! Guruku tak akan memberi ampun lagi, karena kitab
Thian Mo Keng telah direbut oleh orang lain, dan aku tak dapat
mengembalikan kitab itu kepada guruku!"
"Siapa yang telah rebut kitab itu?!" tanya Song Lim kaget.
"Itu waktu, ketika guruku memberitahukan kepada Ban-siauw
dimana kitab Thian Mo Keng ditaruh, aku telah mendahului dia
mengambil kitab itu. Ban-siauw telah dihadang oleh Tok bok-sinkai
dan Cit-su-sin-cek yang menerobos masuk kedalam kuil. Dengan
kesempatan itu aku telah mencuri dan membawa kitab itu"
"Jika kitab itu dicuri olehmu, bagaimana kitab itu direbut oleh
orang lain?"
"Haaaiii. . . aku membawa lari kitab itu, tetapi aku dikuntit oleh
orang ketika aku turun dari pegunungan Bong-san. Orang itu
sangat lihay ilmunya, aku telah ditotok sehingga tak berdaya, dan
jatuh pingsan. Ketika aku siuman, kitab itu telah direbut entah oleh
siapa. . ."
Song Lim terpaksa membuka baju luarnya untuk wanita itu
menutupi tubuhnya, seraya menanya lagi:
"Apakah kau tidak melihat muka orang yang merebut kitab itu?"
"Orang itu menutup mukanya dengan kain sutera hitam,
sehingga aku tak dapat melihat mukanya. Tetapi aku yakin ia adalah
seorang wanita dari bau harum semerbak yang terendus olehku."
"Sudah beberapa lama kau dibelenggu disini?"
"Baru dua hari. ..."
"Mengapa kau tidak berusaha mencari jalan keluar?"
"Dengan kedua tanganku dibelenggu, bagaimana aku dapat
bergerak?"Pedang Iblis Langit - 3 21
"Menurut pendapatku, selokan air ini tentu meuju ke sungai atau
telaga. Jika kita mengikuti arah mengalirnya air yang deras ini, kita
mungkin dapat keluar. Jika kau setuju, ayoh kita nyebur kedalam
selokan ini dan berenang mengikuti arus air." kata Song Lim yang
segera turun kedalam selokan itu.
Ban-hiauw Lie-m turut menyebur kedalam selokan itu.
Sementara itu, sibrewok dan Wee Ceng Cu yang sudah menawan
Ban-biauw Lie-ni, lalu menjebak Kauw-hoa-kiam-kek, merasa
sangat girang. Mereka telah mengirim laporan kepada Ngo Lee
Koay-sauw dengan melepaskan seekor burung dara pos, dan juga
minta dikirim beberapa jago silat untuk membawa Kauw-hoa kiamkek ke markas besar di suatu pegunungan Tong teng-kun-san itu.
Tetapi kegirangan mereka dibikin kandas dengan seorang
penjaga pintu air, yang melaporkan bahwa Song Lim telah berhasil
meloloskan diri.
Selokan dibawah tanah menuju ketelaga Tong-teng. Tutup pintu
air selokan tersebut dibangun diluar tembok gedung yang
melingkari gedung cabang itu.
Song Lim dan Ban-biauw Lie-ni berenang di selokan tersebut
mengikuti arus air, dan akhirnya tiba ditutup pintu air.
Dengan pedang Thian-mo-kiam, tutup pintu air itu didobrak dan
mereka dapat keluar setelah menusuk mati satu penjaga. Penjaga
yang lain dapat melarikan diri untuk melaporkan kepada Wee Ceng
Cu, yang belum beberapa lama diangkat menjadi pemimpin cabang
diluar kota Tiang-an itu.
Pada waktu penjaga itu melaporkan, Wee Ceng Cu dan sibrewok
sedang minum arak merayakan usaha mereka yang berhaul.
Mereka segera lari ke tutup pintu air hanya untuk menghadapi Song
Lim yang sudah siap sedia dengan pedang terhunus.Pedang Iblis Langit - 3 22
Wee Ceng Cu segera menyerang dengan goloknya. Serargan
golok itu ditangkis dengan pedang Thian-mo-kiam dan golok itu
patah.
Baru saja Song Lim menangkis bacokan dari Wee Ceng Cu ia
merasa hembusan angin dibelakangnya. Ia berbalik pada waktu
yang tepat untuk menusuk sibrewok yang menyerang dengan golok
dari belakang. Tusukan pedang Thian-mo-kiam tak dapat dielakkan
lagi. Sibrewok mati tertusuk dengan isi perut berantakan.
Jago-jago silat yang lain belum berani tutun tangan setelah
melihat kedua pemimpin cabang itu tak mampu menggempur Song
Lim. Wee Ceng Cu harus bertarung dengan mengeluarkan semua
kepandaiannya. Pada saat itu terdengar suara tertawa yang ganjil
dan Song Lim tampak terdorong oleh hembusan angin.
Orang yang tertawa itu datang menghadapi Song Lim seraya,
berkata :
"Hei, bocah ! Bagaimana rasanya jotosan Tai-im-ciang tadi?"
Song Lim segera mengenali orang itu. Ia adalah Siok Hoat Jin Mo
yang telah dibikin malu oleh Cit su-sin-cek.
"Tinju Tai-im-ciang betul lihay tetapi tak dapat menggempur
tinju Tijit-su-ciang !"
Ejekan itu membuat Siok Hoat Jin Mo menjadi malu dan gusar.
Ia segera menjotos lagi.
Song Lim sudah menggerahkan tenaga sakti Hian-thian-sinkang untuk menahan hembusan angin jotosan maut itu, lalu
menyodok lengan tangan sakti Kian-kun sin-cit.
Siok Hoat Jin Mo yang berpengalaman tak berani menangkis
sodokan Kian-kun-sin-cit itu. Ia melonjak keatas sambil melarikan
diri.Pedang Iblis Langit - 3 23
SETELAH Siok Hoat Jin Mo pergi, maka Wee Ceng Cu
memerimahkan semua orang-orangnya mengeroyok Song Lim
yang harus juga melindungi Ban-biauw Lie-ni yang tak dapat
menggempur karena ia hampir tak berpakaian, dan masih
menderita luka-luka.
Tetapi setelah melihat Song Lim menghadapi begitu banyak
musuh, ia tak dapat tinggal diam. Tanpa memikirkan dirinya yang
hampir tak berpakaian ia menyerang Wee Ceng Cu yang telah
menangkap lalu menjebloskannya didalam lorong. Seperti seekor
kucing liar ia menjambret lengan Wee Ceng Cu dan terus memukul
jahanam itu.
"Hei, wanita jalang ! Lepas cengkeramanmu!" teriak Wee Ceng
Cu. Teriakan itu menarik perhatian Song Lim yang dengan cepat
meloncat dan menusuk siorang she Wee itu. Pedang Thian-mo-kiam
memakan satu korban lagi!
Song Lim terus menyerang dan lebih banyak korban telah
binasa! Kemudian orang-orang dari cabang partai itu melarikan diri
meninggalkan kawan-kawannya yang sudah menjadi bangkai.
Song Lim meloncat keatas atap rumah dengan maksud melihat
apakah masih ada orang-orang dari Ceng-goan-pang yang
bersembunyi. Dari kejauhan ia melihat seorang gadis berlari-lari
menghampiri gedung itu. Ia turun dan menanti kedatangannya
diruangan depan.
Yang datang itu adalah Hun-tai-sian-cu, putri dari Ngo Lee Koaysauw, pemimpin besar partai Ceng-goan-pang.
Gadis itu segera mengetahui cabang partainya sudah dibasmi
oleh Song Lim, setelah melihat bangkai-bangkai berserakan dan
tiada seorang dari Ceng-goan-pang berada digedung itu.Pedang Iblis Langit - 3 24
Tanpa menegur, gadis itu loncat menerkam. Dengan lengan
kirinya Song Lim menahan terkaman itu. Gadis itu terdorong dan
jatuh tertelentang. Song Lim terkejut, ia menghampiri dan ingin
mengangkat gadis itu. Tetapi ia ditegur :
"Hei, bocah ! Kau berani melukai puteri Pang Cu kami?!"
Song Lim yang bermaksud menolong gadis itu, tidak menduga ia
akan diserang. Ia terdorong oleh hembusan angin jotosan. Dibalikan
tubuhnya dan melihat Siok Hoat Jin Mo yang telah menyerangnya
itu. Ia keburu mengegos, maka hembusan angin jotosan Tai-imciang telah menyerang gadis itu.
"Cobalah lihat siapa yang telah kau lukai!?" bentak Song Lim
kepadanya Siok Hoat Jin Mo.
"Ha! Anjing ! Kau yang melukai putri Pangcu kami! Kau mau
menyalahkan orang lain!" Siok Hong Jin Mo menolak tuduhan itu.
"Hei ! Menolong gadis ini lebih penting daripada berselisih!"
"Anjing ! Puteri Pang-cu kami tidak perlu kau pusingkan!.
Apakah kau bermaksud memiliki gadis itu?"
Song Lim yang bermaksud luhur dan ingin menolong gadis itu
menjadi gusar sekali. Dengan pedang Thian-mo-kiam ia tiba-tiba
menyerang.
Tidak percuma Siok Hoat Jin Mo menjadi wakil pemimpin besar
partai Ceng-goan-pang. Dengan tangan kosong ia masih dapat
bertarung melawan Song Lim beberapa puluh jurus, bahkan
lambat-laun ia dapat mendesak pemuda itu dengan jotosan Tai-im
ciang.
Hun tai sian-cu sudah siuman. Melihat Song Lim terdesak ia
berseru:
"Berhenti!"Pedang Iblis Langit - 3 25
Song Lim terkejut. Ia menengok kearah gadis itu. Kelengahan ini
memberi kesempatan kepada Siok Hoat Jin Mo untuk melancarkan
jotosan Tai-im-ciang dari jarak dekat.
Beruntung sekali Song Lim sudah mengerahkan tenaga sakti
Hian-thian-sin-kang sehingga ia bebas dari malapetaka. Dengan
pedang Hian-mo-kiam ia menangkis jotosan itu.
Satu jeritan terdengar!
Tampak Siok Hoat Jin Mo melarikan diri.
Song Lim pun roboh dan terpesona melihat Siok Hoat Jin Mo
yang tinjunya sudah terlepas putus masih bisa melarikan diri.
Hun-tai-sian-cu menghampiri Song Lim seraya berkata:
"Hai! Pedang Thian-mo-kiam tiada taranya! Apakah kau juga
terluka ?"
Song Lim menatap gadis itu.
"Mengapa kau masih terus bermusuhan terhadap ayahku?
Apakah kau tak dapat mengampuni orang?" tanya lagi gadis itu.
"Siocia, kau pernah menolong aku. Budi itu aku tak akan lupa
Soal permusuhan antara aku dan ayahmu, kau dapat menanyakan
keterangan dari ayahmu sendiri" sahut Song Lim.
Tiba-tiba gadis itu muntahkan darah, entah dari lukanya didalam
tubuh atau karena ia terlampau sedih hati dan jatuh tersungkur.
Song Lim segera mengangkat dan melihat bahwa gadis itu terluka
parah.
Lalu ia menyusut darah dipinggir muiut gadis itu, dan berusaha
membikin gadis itu siuman.
Pada waktu itu Ban-biauw Lie-ni sudah dapat bangun lagi setelah
ia dilemparkan oleh Wee Ceng Cu. Ia melihat Song Lim berusaha
menolong Hun-tai sian-cu yang cantik jelita. Ia tidak mengetahui
jika Song Lim juga menderita luka dari pukulan Tai-im-ciang. Ia
menjadi cemburu lagi.Pedang Iblis Langit - 3 26
Song Lim yang berwatak luhur menanya dengan setulus hati
"Apakah kau sudah merasa lebih baik ?"
Pertanyaan itu sangat mengharukan. Seumur hidupnya belum
pernah Ban-biauw Lie-ni diperhatikan demikian tulusnya.
Perbuatannya yang jahat dan keji terhadap pemuda itu dibalas
dengan ketulusan hati dan pertolongan jiwanya. Pada saat itu ia
insyaf betul-betul bahwa ia sangat berdosa. Ia tak berhak dilihat
orang, terutama oleh Song Lim !
Air-maianya mengalir keluar, kemudian ia menangis tersedusedu. Tangisnya telah membikin Hun-tai-sian-cu tersadar.
Gadis itu menatap Ban-biauw Lie-ni yang tak keruan rupanya. Ia
menanya Song Lim :
"Siapa dia? Mengapa ia menangis begitu sedih?"
Song Lim menarik napas dan menyahut :
"Ia itu Ban-biauw Lie-ni, Sumoy dari ibu tirimu! Ia telah dianiaya
oleh Wee Ceng Cu .."
Hun-tai-sian-cu tercengang mendengar keterangan itu. Ia
pernah melihat Ban biauw Lie-ni yang cantik jelita. Tetapi itu waktu
dengan hampir tak berpakaian dan hidung serta daun kuping
dipotong wanita itu lebih mirip satu kuntianak, sehingga ia tidak
mengenalinya lagi.
Ketika Ban-biauw Lie-ni berhenti menangis, ia berkata kepada
Song Lim :
"Adik! Kau telah menolong jiwaku, budi itu aku pasti balas.
Penganiayaan terhadap diriku ini oleh orang-orang Ceng-goanpang aku juga tak akan lupa membikin perhitungan ! Selamat
tinggal dan sampai berjumpa lagi !"
Demikianlah didalam maupun diluar gedung cabang dari partai
Ceng-goan-pang itu jadi sepi, hanya ketinggalan satu pemuda dan
satu sadis. Karena mereka dua-duanya menderita luka, mereka
tidak meninggalkan gedung itu.Pedang Iblis Langit - 3 27
Entah beberapa lama mereka duduk bersama-sama, dan
akhirnya mereka tidur berdekatan di dalam satu kamar menanti
datangnya sang fajar.
Ketika matahari menyorot kedalam kamar, Song Lim
dibangunkan oleh gadis itu.
"Song Tayhiap ! kau kena jotosan Tai-im-ciang, mungkin kau
menderita demam ..." katanya.
"Ya . . . aku merasa demam . . ." sahut Song Lim.
"Apakah kau mengetahui bahwa tiap-tiap orang yang kena
jotosan Tai-im-ciang akan tewas setelah lewat tiga hari?"
"Kau tak usah pikirkan itu, meskipun aku hanya dapat hidup tiga
hari lagi, aku akan segera pergi kemarkas besar Ceng-goan-pang
dipegunungan Tong-teng-kun-san untuk membikin pembalasan,
dengan demikian, aku baru merasa puas!"
"Hai! Apakah kau masih tak dapat melupakan ayahku??"
"Siocia, aku mengetahui bahwa aku bukan tandingan ayahmu,
akan tetapi aku juga bukan orang yang tak mengenal budi. Aku
harus menunaikan janjiku membalas dendam! Aku harap kau dapat
mengerti!"
Gadis itu menarik napas kecewa. Ia yang menjadi besar
dikalangan orang-orang Ceng-goan-pang belum pernah menjumpai
orang yg luhur seperti Song Lim. Ia juga mengetahui bahwa
ay

Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ahnya selalu berbuat sewenang-wenang dikalangan Kang-ouw. Ia
tak berhasil mencegah Song Lim membalas dendam terhadap
ay ahnya. Akhirnya ia menangis sedih. Ia menyintai ayahnya, iapun
sudah jatuh cinta terhadap Song Lim. Yang mana harus dipilihnya?
Matahari sudah lama terbit disebelah timur dan memancarkan
sinarnya yang cemerlang.
"Siocia, kau lebih baik lekas-lekas pulang." kata Song Lim.Pedang Iblis Langit - 3 28
"Apakah kau betul-betul akan pergi menyatroni markas besar
ay ahku??"
Song Lim mengangguk. Ia bangun seraya berkata:
"Siocia, menghadapi Ngo Lee Koay-sauw, ayahmu itu, aku hanya
seperti seekor serawon yang menubruk api, atau sebutir telur
dipakai untuk menyambit batu. Aku pernah melukainya dulu, itu
hanya kebetulan saja."
Hun-tai-sian cu telah berusaha keras mencegah Song Lim
mencari ayahnya, karena ia yakin Song Lim tak mampu
menghadapi ayahnya yang sangat lihay ilmu silatnya ? mungkin
lebih lihay dari pada Ban Kiat Mo Kun. Ia yakin ia akan hancur hati
bila Song Lim dibunuh oleh ayahnya. Namun, Song Lim yang
berkepala batu tak dapat dibujuk atau dinasehatkan.
Perkataan Song Lim itu hanya menambah kepedihan hatinya. Ia
tak dapat bicara lagi ketika Song Lim meninggalkannya didalam
kamar, dan melihat Song Lim berlari menuju kemarkas besar partai
Ceng-goan-pang.
Setelah Song Lim pergi, Hun-tai sian-cu segera membereskan
pakaiannya dan meninggalkan gedung tersebut untuk pergi ke kota
Gak-yo.
Disepanjang jalan ia merasa gelisah atas jiwa Song Lim yang
telah kena dipukul tinju Tai-im-ciang dan akan mati setelah lewat
tiga hari.
Siok Hoat Jin Mo yang telah tertabas putus tangannya tentu tak
akan sudi memberikan obat untuk menolong jiwa Song Lim. Gadis
itu bertekad lekas-lekas pulang kemarkas besar untuk mengambil
obat menolong Song Lim. Karena cintanya, ia bersedia melakukan
segala sesuatu tanpa menghiraukan akibatnya.
Song Lim yang telah berpisah dari Hun-tai sian-cu juga
bermaksud pergi kekota Gak-yo, ia hanya mengambil jalan lain,
sehingga ia tak menjumpai Hun-tai-sian-cu. Ia mengetahui bahwaPedang Iblis Langit - 3 29
makin dekat ia menghampiri kota Gak-yo, makin banyak
bahayanya, karena disekitar markas besar partai Ceng-goan-pang
itu penjagaan makin rapat.
Ia belum pernah pergi kemarkas besar Ceng-goan-pang diatas
suatu puncak dari pegunungan Tong-teng-kun-san, namun ia telah
memperoleh keterangan bahwa markas besar tersebut sangat kuat
kedudukannya. Tiap-tiap orang yang ingin menerobos masuk
kemarkas itu harus melalui tiga tempat yang berbahaya dan lima
pintu gerbang.
Ia pergi menuju kemarkas itu dengan cepat, karena ia khawatir
ia keburu mati sebelum ia dapat mengganyang musuh-musuhnya
dari partai Ceng goan-pang itu.
Pada suatu waktu ia mendengar suara gaduh tidak jauh dari
jalan. Ia tidak menghiraukan itu, tetapi tempat itu ia harus lewati.
Ia terkejut ketika melihat Sun Pin dikerubuti oleh kedua Tok To
Liang Siauw dan Yo Kiat. Ia terpaksa datang membantu. Sambil
menjerit ia meloncat kekancah pertempuran.
Sun Pin yung sudah terdesak melawan tiga orang merasa
gembira sekali melihat Kauw-hoa-kiam-kek datang membantu.
Maka pertemperan berubah sifatnya: Sun Pin bertempur melawan
kedua Tok To Liang Siauw, dan Song Lim melawan Yo Kiat.
Meskipun ilmu silat Sun Pin cukup lihay, tetapi melawan Tok To
Liang Siauw (Dua burung elang) itu ia selalu terdesak. Tak lama
kemudian ia terluka, dan tak dapat bertarung dengan baik.
Song Lim melihat kawannya yang terdesak itu. Ia meloncat dan
berhasil menusuk mati satu dari kedua Tok To Liang Siauw itu.
Sebetulnya ia dapat membunuh mati Yo Kiat dengan cepat.
Tetapi ia bermaksud menaklukan iblis itu untuk mengorek
keterangan tentang peristiwa di desa Yen-kia-cung dan lembah
Hui-thian-kok.Pedang Iblis Langit - 3 30
Sebaliknya Yo Kiat yang mengetatui bahwa ia tak dapat melawan
Song Lim, telah mengambil kesempatan diwaktu Song Lim
meloncat menusuk salah satu dari kedua Tok To Liang Siauw itu
untuk melarikan diri.
Ouw Pan Koan yang melihat saudaranya ditusuk mati oleh Song
Lim, dan melihat betapa kejinya Yo Kiat, merasa cemas sekali. Ia
merasa sangat gusar terhadap sikap Yo Kiat. Ia pernah menolong
jiwa Yo Kiat, tetapi sekarang ia ditinggalkan lari! Dengan nekad ia
bertarung melawan Song Lim yang telah menusuk mati Hun Bin
Giam Lo, saudaranya, tetapi setelah bertatung hanya beberapa
jurus, satu lengan dan satu betisnya tertabas putus!
"Hai! Ouw Pan Koan! Apakah kau mau mati atau menyerah!"
tanya Song Lim.
"Aku menyerah" sahut Ouw Pan Koan dengan susah payah,
karena banyak darah telah keluar dari luka-lukanya.
"Aku mau menanya. Siapa yang membakar lembah Hui-thiankok dan membunuh Cai-lian-sian-cu (isteri guru Song Lim)?"
Ouw Pan Koan tidak menyahut.
Song Lim mengangkat pedang Thian-mo-kiam dan mengancam
akan memenggal kepala jahanam itu.
Akhirnya jahanam itu berkata:
"Kami berdua saudara Toh To Liang Siauw, Yo Kiat, Shin Soan
Cu Kat dan Leng. ..."
Ia tak dapat menyebut lagi, karena satu batang besi disambitkan
entah dari mana dan memukul kepalanya sehingga ia jatuh
tersungkur tak bernyawa lagi.
Song Lim melihat disekelilingnya, dan tak dapat melihat orang
yang menyambitnya itu. Setelah ia pamitan kepada Sun Pin, ia juga
meneruskan perjalanannya kekota Gak-yo.Pedang Iblis Langit - 3 31
Kota Gak-yo adalah pusat perdagangan propinsi Ouw-lam dan
terletak di dekat telaga Tong-teng diperbatasan propinsi Ouw-lam
dan Ouw-pak.
Pada dewasa itu kota tersebut luar biasa ramainya karena
banyak jago-jago silat dari berbagai tempat telah datang dengan
maksud menyaksikan pertarungan antara Kauw-hoa-kiam-kek dan
Ngo Lee Koay sauw dimarkas partai Ceng-goan-pang.
Telaga Tong-teng juga penuh dengan perahu-perahu dari segala
ukuran dan bentuk. Orang-orang partai Ceng-goan-pang yang
berbaju hijau dan mengikat kepala dengan kain putih sibuk
menyambut dan mengantar tamu dengan perahu-perahu itu.
Keramaian serupa itu jarang sekali terjadi.
Song Lim yang berpakaian sederhana dan mengikat pedang
Thian-mo-kiam ditali pinggangnya mudah sekali menarik perhatian
orang. Maka ia berusaha mencari jalan lain untuk pergi kemarkas
partai Ceng-goan-pang. Ia berjalan disepanjang tepi telaga dan
mencari perahu kecil untu menyeberang.
Ia merasa gembira ketika melihat sebuah perahu kecil
mendatangi ketepi telaga dimana ia berdiri. Ia memanggil dengan
tangan ketika perahu kecil itu sudah dekat tepi telaga .
"Saudara dapatkah kau menyebrangkan aku ?"
TETAPI tiada orang yang menyahut. Ia memanggil lagi. Tiada
ahutan. Ia meloncat keatas perahu itu dan memeriksa. Perahu itu
tiada orangnya. Karena waktu mendesak maka itu ia berusaha
menyebrang. Baru saja perahunya berlayar maju selama 10 menit,
perahu itu menubruk karang yang tersembunyi dibawah
permukaan.
"Apakah ini bahaya yang pertama?!" pikirnya.Pedang Iblis Langit - 3 32
Dengan hati-hati ia mendayung dan membebaskan perahu itu
yang kandas diatas karang, lalu terus mendayung lagi. Ia mendarat
ditepi telaga yang sempit, dimana kaki jurang menyentuh air telaga.
Jurangg yang curam itu merupakan peringatan kedua.
"Apakah ini merupakan bahaya kedua?" tanyanya dalam hati. Ia
berdiri di kaki jurang meneliti jurang yang curam itu dan mencari
jalan untuk mendaki keatas itu. Matahari di sebelah barat segera
akan terbenam, dan senja itu segera berubah menjadi malam. Ia
masih juga belum melihat jalan untuk mendaki jurang itu. Tiba-tiba
ia mendengar suara burung terbang turun dan berhenti hanya
beberapa meter didepannya.
"Hei! Tiauw Ji (Burung rajawali!) Kau masih ingat kepadaku ?"
serunya gembira.
Thiat-ji-sin-tiauw (Burung rajawali sakti) itu rupanya mengerti,
ia menggoyang-goyang kedua sayapnya dan berbunyi gembira.
"Tiauw Ji, apakah Ceng Moy turut datang?"
Burung itu mengangguk-angguk. Lalu Song Lim memanggil
burung itu seraya berkata :
"Tiauw Ji, bawa aku keatas jurang !" Burung itu segera terbang
keatas membawa Song Lim dipunggungnya, dan turun diatas
jurang itu.
"Tiauw Ji! Terima kasih. Kau dapat pergi!" kata Song Lim sambil
menepuk tubuh burung itu.
Burung itu segera terbang pergi. Dari atas jurang Song Lim tak
dapat melihat kebawah, ia hanya dapat mendengar suara angin
meniup menderu-deru dan suara ombak dari telaga. Dari atas
jurang itu ia dapat terus pergi kepuncak gunung dimana markas
Ceng-goan-pang terletak.
Adapun gedung markas tersebut terletak tepat diatas puncak
dimana ia berada. Untuk ke puncak disebrangnya itu, ia harus
turun, lalu mendaki puncak disebrang, atau menyebrang denganPedang Iblis Langit - 3 33
menggelantung diatas tambang yang terpanjang diantara dua
puncak itu.
Jika ia turun, lalu mendaki puncak disebrang akan memakan
banyak waktu, maka ia mengambil keputusan menyebrang dengan
menggelantung diatas tambang.
Bagi dia, menggelantung diatas tambang itu bukan merupakan
pekerjaan yang sukar. Tambang itu sengaja dipasang untuk masuk
dan keluar dari gedung markas dalam keadaan darurat. Ia dapat
menyebrang dengan selamat.
"Hm .... aku sudah melalui bahaya ketiga!" katanya dalam hati.
Dalam suasana yang gelap itu ia tak dapat melihat keadaan di
sekelilingnya. Tiba-tiba ia diserang dari belakang. Ia berbalik untuk
melihat orang yang menyerang itu diterkam oleh suatu binatang
berwarna putih yang segera melemparnya kebawa jurang. Jeritan
yang mengerikan terdengar ketika orang itu dilempar.
Ia terpaku sejenak mengawasi binatang itu menghampiri dia.
Tetapi ia mendiadi girang ketika binatang itu menghampiri dekat
sekali karena binatang itu adalah salah satu gorila Kim Gin Kong Cu.
Gorila itu membuka mulutnya menyatakan kegembiraannya
menjumpai Song Lim.
"Gorila! Kau telah menolong jiwaku!" kata Song Lim sambil
mengusapi tubuh gorila itu.
Gorila itu berjingkrak-jingkrak lalu berjongkok dengan maksud
menyuruh Song Lim menunggangnya. Song Lim mengerti sikap
gorila itu. Ia menungganginya, lalu dibawa pergi menuju ke
markasnya Ceng-goan-pang.
Pos terdepan dari markas dijaga oleh satu orang berbaju hijau
yang mengikat kepada dengan kain putih. Penjaga itu menegur
"Siapa yang mendatangi ? !"
"Song Lim alias Kauw-hoa-kiam-kek !" sahut Song Lim.Pedang Iblis Langit - 3 34
Dalam suasana yang gelap penjaga itu tak dapat melihat Song
Lim. Ia hanya melibat gorila yang besar. Ia berseru kepada
pemimpin pos :
"Cu Hiang-cu, aku tidak melihat Song Lim ! Yang aku lihat adalah
satu binatang putih yang besar!"
Cu Hiang-cu segera melepaskan satu burung dara pos untuk
melaporkan, kepada markas besar.
Song Lim turun dari gorila dan menghampiri penjaga pos. Cu
Hiang-cu membentak :
"Hei, Song Lim! Kau telah berhasil datang keatas puncak ini
dengan mengambil jalan yang berbahaya. Tetapi kau harus melalui
pintu gerbang Houw-tou-koan ini!"
Dengan golok terhunus ia menanti serangan. Song Lim loncat
menusuk. Tusukannya ditangkis oleh golok, dan golok itu terpental.
Gorila itu loncat menerkam mengkerumus penjaga itu sedang
yang lainnya segera melarikan diri setelah melihat Hiang-cu mereka
dikerumus mati oleh gorila itu.
Song Lim menunggangi gorila itu lagi, dan tiba dipos kedua.
Pos itu dijaga oleh Na Hui alias si Pecut besi.
Dengan pecut rantai besinya, Na Hui menanti kedatangan Song
Lim yang menunggangi gorila itu.
Tanpa menegur lagi, Na Hui segera menyabat gorila itu dengan
pecut rantai besinya. Tetapi Song Lim sudah loncat turun. Gorila itu
beringas kena disabat. Ia meloncat dan menerkam Na Hui yang
segera dikeremus hancur ! Penjaga-penjaga di pos itu segera
melarikan diri setelah menyaksikan Na Hui dikerumus hancur.
Song Lim menunggangi gorila itu dan meneruskan
perjalanannya.
Diceritakan bahwa didalam gedung markas besar Ceng-goanpang sulah ramai dengan banyak tamu yang datang dengan maksudPedang Iblis Langit - 3 35
memberi selamat kepada Ngo Lee Koay-sauw. Perayaan itu
dirayakan juga dengan musik dan tari-tarian.
Disamping 20 pemimpin cabang, telah datang jago-jago silat
yang kenamaan.
Ngo Lee Koay-sauw dengan jenggotnya yang putih, mukanya
yang merah mengenakan jubah yang tersulam dengan benang sutra
Pendekar Buta 13 99 Cahaya Di Langit Eropa Menapak Jejak Islam Di Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais Dan Rangga Almahendra Balada Padang Pasir 2

Cari Blog Ini