Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo Bagian 2
dengan gerombolannya. Kedua bajak ini sudah terkenal kekejaman dan
kejahatannya. Andaikata kita bisa melewati Hek Sam Ong dengan selamat, tapi tak
mungkin kita bisa keluar dari hutan itu dan melewati Oei-coa-tai-ong si Ular Kuning.
Sudahlah, tuan muda batalkan sajalah niat tuan muda itu kalau masih ingin hidup.
Mendengar keterangan ini, Han Liong menjadi gembira. Tugasku pertama untuk
menghalau bahaya rakyat ini, pikirnya.
Lopek yang baik, katanya tertawa, kiranya daerah itu aman, bisakah kau antar
aku aku ke Hong-lung-cian?
Tentu saja bisa.
Dan berapa biayanya?
Hm, paling sedikit tujuh tail perak.
Han Liong merogoh buntalannya dan ia mengeluarkan sepuluh tail perak.
Nah, ambilah uang ini kalau kau mau membawa aku ke sana. Dan sesampainya
di sana nanti aku tambah satu tail lagi. sambung Han Liong.
Eh, eh, lupakah kau, tuan muda? Tadi sudah kuceritakan bahwa di daerah Hekhouw-syoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 39
Aku sudah tahu, lopek. Tapi aku tidak takut, dan aku berjanji bahwa bajak-bajak
itupun takkan mungkin berani mengganggumu seujung rambutpun!
Kakek nelayan itu memandangnya dengan tak percaya, maka Han Liong segera
menghampiri sebuah batu kali yang besar dan hitam di dekat itu, ia menggunakan
sepuluh jari tangannya menyodok batu itu. Nah lihatlah, lopek. Bukan aku hendak
memamerkan tenaga, tapi apakah kiranya batok kepala kedua raja bajak itu lebih
keras dari batu ini?
Lo Sam tak mengerti maksud pemuda itu lalu datang mendekati Han Liong. Ia
sangat kagum dan heran sekali melihat batu hitam yang keras itu berlobang-lobang
karena tusukan jari anak muda itu!
Ia mengangguk-angguk tapi masih agak sangsi. Kau rupanya seorang gagah,
tuan muda, tapi jangan lupa, kawan-kawan mereka sangat banyak.
Jangan khawatir, Lopek yang baik.
Akhirnya Lo Sam terima juga tawaran Han Liong dan mereka berangkat. Perahu
Lo Sam walaupun sudah tua, tapi masih cukup kuat dan atapnyapun baru saja
diganti hingga jika turun hujan tidak bocor.
Betul sebagaimana kata orang, pemandangan di sepanjang jalan sangat indah,
hawapun sejuk sekali hingga Han Liong merasa sangat gembira. Apalagi Lo Sam
ternyata pandai bicara dan banyak dongengnya, maka pemuda Itu tidak merasa
kesepian.
Setelah perahu melaju sepanjang tepi sungai sehari semalam lamanya, pada
hari kedua pagi-pagi mereka melihat bahwa, sungai itu berbelok memasuki hutan.
Di depan mereka nampak gunung kecil tinggi, penuh pohon-pohon belukar.
Hati-hatilah, kongcu, bukit itu ialah Hek-houw san ........
Belum habis Lo Sam bicara, tiba-tiba terdengar suara bersiutnya sebatang anak
panah ke atas kepala mereka!
Celaka, kongcu!! Lo Sam mengeluh, tapi Han Liong yang sedang membaca buku
yang dibelinya di kota Lam-ciu, hanya tersenyum saja sambil melanjutkan
bacaannya dengan suara keras.
Perahu terus didayung maju menambah kecepatannya hanyut terbawa air
sungai. Kedua kali panah melayang di atas kepala mereka, kini lebih rendah.
Bagaimana baiknya, kongcu? Lo Sam mulai gemetar dan ketakutan.
Kayuhlah perahu ke tengah, berkata Han Liong yang masih tenang.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 40
Perahu didayung ke tengah, tapi dari arah gerombolan pohon di tepi sungai
melayang tiga batang anak panah menuju ke arah mereka! Han Liong
menggunakan bukunya mengebut dan angin kebutannya membuat anak-anak
panah itu mencong ke samping dan masuk ke air. Gerakannya ini, demikian
sewajarnya, seakan-akan tak disengaja hingga Lo Sam sama sekali tidak tahu
bahwa pemuda itulah yang membuat anak-anak panah itu tidak mengenai
sasarannya. Maka ia menjadi gemetar ketakutan hingga kedua tangannya tak kuat
mendayung lagi.
Masuklah saja, lopek, biar aku yang ganti mengemudikan perahu, kata Han
Liong.
Tawaran ini ditolak keras oleh Lo Sam, Apa kongcu kira aku ini orang yang
serendah-rendahnya? Biar usiaku sudah tua, biar tenagaku sudah lenyap, biarpun
telah kukatakan terus terang bahwa aku tangat ketakutan, tani aku tidak sudi
meninggalkan kewajibanku! Dan ia terus mendayung, kini ia mulai berani, agaknya
diperkuat oleh pernyataannya yang bersemangat itu.
Kemudian dari arah pantai tampak tiga buah perahu dangan sangat laju
mengejar mereka. Ketiga perahu itu bercat hitam dan bergambar ular dan kepala
perahunyapun merupakan kepala ular yang sedang membuka lebar mulutnya.
Dengan cepatnya perahu itu dapat mengejar perahu Lo Sam, dan sekarang terlihat
bahwa di tiap perahu duduk tiga orang tinggi besar memegang golok. Perahu
pertama berada paling dekat dan di situ berdiri seorang berpakaian hijau
membolak-balikkan goloknya.
He, perahu di depan, ayoh berhenti dan ke pinggir! Tinggalkan dulu barangbarangmu, teriak bajak itu.
Yang ada hanya barangku sendiri, kenapa harus ditinggalkan? Kami kan tidak
punya hutang padamu. jawab Han Liong.
Jangan banyak mulut kau, anjing kecil, bajak itu mengancam.
Mulutku hanya satu, anjing besar. Han Liong mempermainkan bajak itu, hingga
ia menjadi marah. Karena perahu mereka kini hanya terpisah paling jauh satu
tombak, bajak itu mengayun kakinya meloncat ke arah perahu Han Liong sambil
mengangkat goloknya! Han Liong tekankan tangan kirinya pada kepala perahunya
yang segera meluncur ke samping seakan-akan terdorong dari sisi oleh tenaga
yang kuat sekali. Tidak heran bahwa ketika kaki bajak yang melompat itu turun, ia
mencebur ke dalam air karena perahu itu seakan-akan berkelit!
Kawan-kawan bajak itu merasa heran, bahkan ada beberapa orang diantara
mereka melihat pemimpin mereka begitu bodoh hingga melompat ke perahu begituyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 41
dekatpun tidak becus! Sama sekali mereka tidak sangka bahwa bukan pemimpin
mereka yang tak dapat melompat, tapi adalah tenaga Han Liong yang kuat telah
membuat perahu seakan-akan menyingkir.
Ayoh serbu! teriak seorang bajak lain yang segera meloncat pula ke arah
perahu Han Liong. Tapi kembali ia menginjak tempat kosong dan mencebur juga ke
dalam air. Sementara itu Lo Sam terheran heran dan berkaki-kali berteriak, eh, eh,
eh!! dikala perahunya kelihatan seperti berjiwa dan dapat bergerak ke sana ke mari
berkelit menghindarkan kaki para bajak yang melompat. Akhirnya semua bajak
yang berjumlah sembilan orang itu masuk ke dalam air.
Teruskan dayung, Lo Sam. kata Han Liong, tapi di saat itu pemimpin bajak
sambil menggigit goloknya telah berenang mendekat dan hendak menggunakan
tangannya memegang pinggiran perahu. Lo Sam melihat ini segera mengangkat
dayungnya dan memukul tangan yang memegang pinggiran perahunya itu, hingga
si bajak menjerit kesakitan karena jari-jari tangannya dipukul keras!
Bagus, Lo Sam, kau sungguh gagah, Han Liong memuji dan Lo Sam dengan
wajah bangga segera mendayung perahunya laju ke depan, meninggalkan para
bajak itu berenang kembali ke arah perahu mereka dan segera mengejar kembali
dengan secepat mungkin.
Cepat, Lo Sam, gunakan seluruh tenagamu. Mereka datang mengejar! kata Han
Liong yang lalu mengambil dayung cadangan yang kecil dari dalam perahu dan
mulai membantu dengan perlahan.
Ayoh bantu, jangan perlahan begitu, kuat-kuat! teriak Lo Sam yang sibuk juga
melihat bajak-bajak dengan pakaian basah kuyup itu membalapkan perahu mereka
mengejar.
Aku tidak biasa, kaulah yang harus mendayung kuat-kuat, jawab Han Liong,
tapi sementara itu ia mengerahkan tenaganya. Lo Sam juga menggunakan seluruh
kepandaian dan tenaganya yang sudah tua untuk membuat perahu mereka
meluncur cepat. Sebentar saja perahu mereka dengan laju dan cepat maju ke muka,
dan meninggalkan para bajak itu berteriak-teriak.
Kau kuat sekali, Lo Sam, Han Liong memuji dan kendurkan tenaganya. Perahu
menjadi perlahan majunya dan Lo Sam mengaso dengan napas terengah-engah.
Kalau cuma bajak-bajak kecil itu saja mana bisa mengejarku, katanya
sombong.
He, Lo Sam, mengapa bajak-bajak itu berhenti mengejar? tiba-tiba Han Liong
bertanya. Lo Sam menengok ke belakang, tapi matanya yang tua hanya melihat
titik-titik hitam jauh di belakang.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 42
Kau tidak tahu, kongcu, sekarang kita sudah memasuki daerah yang dikuasai
Oei-coa-tai-ong, maka kita harus hati-hati. Bajak-bajak yang tadi adalah anak buah
Hek Sam Ong.
Betul saja, ketika perahu mereka sampai di sebuah tikungan, ternyata di depan
telah menghadang sepuluh buah perahu besar yang memenuhi sungai. Tiap perahu
memuat lebih kurang dua kelas orang berpakaian kuning yang semuanya
memegang senjata tajam. Yang terdepan adalah sebuah perahu besar warna
kuning pula, di mana berdiri seorang pendek gemuk yang berwajah seperti kanakkanak. Di pinggang orang ini tergantung pedang.
Awas, itu dia Oei-tai-ong sendiri mencegat kita, Lo Sam berbisik dengan suara
gemetar.
Han Liong melihat bahwa perahunya tak mungkin lewat, bangun berdiri lalu
menjura kepada kepala bajak itu. Maafkan kami tai-ong, apakah sebabnya maka
tai-ong, mencegat kami?
Kepala bajak itu tersenyum dan balas menjura, Hohan, kami sudah mendengar
akan sepak terjangmu ketika diganggu oleh anak buah Hek sute tadi. Maka kini
siauwte sendiri mengundangmu untuk singgah sebentar belajar kenal.
Han Liong heran akan keluar biasaan orang ini. Demikian cepat ia telah tahu
akan peristiwa tadi dan dapat menduga bahwa ia adalah seorang yang
berkepandaian. Maka tak ragu-ragu lagi ia menjura sambil menjawab, Baiklah, taiong, dan terima kasih atas budimu ini.
Dengan ketakutan, tapi bercampur terheran-heranan. Lo Sam menurut saja
ketika perahunya ditarik ke pinggir. Dengan tenang Han Liong melangkah turun lalu
bersama-sama Oei-coa-tai-ong Si Ular Kuning, berjalan menuju ke tengah rimba. Di
sepanjang jalan menuju ke kemah raja sungai itu nampak barisan bajak berdiri rapi
berjajar sambil memegang golok atau tombak, merupakan barisan kehormatan.
Ternyata Hek Sam Ong sendiri juga berada di situ. Ia adalah seorang tinggi
besar, berkulit hitam dan cambang bauknya lebat menakutkan. Dialah yang
mendahului datang ke situ dengan anak buahnya untuk ikut mencegat anak muda
yang istimewa itu.
Di dalam ruangan kemah telah tersedia meja penuh hidangan. Oei-coa-tai-ong
duduk di kursi tuan rumah, di kanannya duduk Hek Sam Ong dan di kirinya
disediakan kursi untuk Han Liong. Masih ada dua orang lagi duduk di meja itu, ialah
Kong Tat dan Kong Ta yang dijuluki orang Sepasang Garuda Sungai Lien-ho dan
menjadi pembantu kedua bajak sungai itu.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 43
Hek Sam Ong mengambil sepasang sumpit lalu menghampiri Han Liong. Ia
tancapkan sumpit itu di depan Han Liong sambil berkata, Terimalah sumpit
untukmu, tuan yang gagah. Sepasang sumpit itu menancap di meja sampai satu
dim lebih.
Han Liong tersenyum melihat demonstrasi tenaga dalam ini dan ia menepuknepuk meja sambil berseru, Bagus! Bagus! Sungguh ajaib, biarpun ia hanya
menepuk perlahan saja, namun sepasang sumpit gading yang tertancap di atas
meja itu berlompatan ke atas dan jatuh kembali tepat di atas lobang yang tadi
hingga tetap berdiri di atas meja.
Hek Sam Ong menjura dan mundur, lalu duduk kembali ke atas kursinya. Tibatiba terdengar suara ketawa Oei-coa-tai-ong yang bangun berdiri, sambil menjura
ke arah Han Liong. Saudara masih muda tapi berilmu tinggi, bolehkah kiranya saya
mengetahui namamu?
Siauwte yang rendah bernama Han Liong she Si, harap tai-ong tidak
tertawakan kebodohan siauwte, jawab Han Liong.
Ah, ah, sudah pandai, sopan santun pula. Jarang menjumpai seorang muda
seperti kau, Si enghiong. Aku yang kasar sudah sepatutnya memberi hormat dengan
secawan arak. Ia menutup kata-katanya ini dengan menuangkan arak dari guci
secawan penuh. Arak di cawan itu penuh sekali hingga hampir melimpah, tapi aneh
benar, seakan-akan ada tenaga yang menahan arak itu hingga tak sampai tumpah,
si pendek gemuk itu lalu maju selangkah ke arah Han Liong, Terimalah hormatku
melalui secawan arak ini, Si enghiong. Ia berikan cawan arak itu kepada Han Liong,
tapi diam-diam ia mengerahkan tenaga Iweekangnya menekan ke bawah.
Ketika Han Liong menerima cawan itu, ia merasa suatu tenaga besar menekan
ke bawah. Ia tersenyum dan ingin unjuk kepandaiannya, karena kalau sampai
tangannya tertekan dan arak yang hampir melimpah itu tumpah, ia akan mendapat
malu. Dengan tenang ia terima cawan itu dan pada saat itu juga Oei-coa-tai-ong
diam-diam merasa terkejut sekali, karena ia merasa cawannya itu seakan-akan
menyentuh kapas, namun demikian seakan-akan dasar cawan lekat pada tangan
pemuda itu! Oei-coa-tai-ong kerahkan tenaganya makin keras, tapi kali ini ia merasa
tangannya sakit sekali karena tenaganya sendiri membalik hingga terasa sampai
ke tulang-tulangnya! Terpaksa ia lepaskan cawan itu. Han Liong dengan senyum di
bibir mengangkat cawan arak itu ke arah mulutnya lalu memiringkan cawan itu
untuk menuangkan arak itu ke mulutnya.
Ah, arakmu terlalu kental, tai ong, kata Han Liong. Semua orang heran melihat
arak itu melimpah ke sisi cawan, tapi tidak juga jatuh atau tumpah. Han Liong tanpayoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 44
minum araknya meletakkan kembali cawan itu ke atas meja. Ketika ia melepaskan
tangannya, maka arak itu tumpah dan membasahi meja.
Oei-coa-tai-ong tersenyum menyindir, Rupanya kau pandai ilmu iweekang, anak
muda. Entah bagaimana pula ilmu silatmu!
Siauwte hanya bisa satu dua jurus ilmu pukulan yang tidak berarti saja, jawab
Han Liong tetap merendah.
Jangan banyak tingkah. Marilah kau coba ilmu silatmu dengan kami dua
saudara Garuda Sungai Lien-ho, tiba-tiba Kong Tat menantang.
Satu sama satu juga aku tidak mungkin menang, apa lagi dikeroyok dua. kata
Han Liong, tapi ia bangun juga berdiri dengan sabar. Tiba-tiba di sudut dilihatnya
Lo Sam duduk dengan beberapa orang pemimpin laskar bajak yang sedang
menggodanya dan melolohnya dengan arak.
He, Lo Sam, kesinilah kau! teriak Han Liong. Tapi ketika Lo Sam hendak berdiri,
beberapa orang bajak memegang lengannya dan memaksanya duduk kembali. Han
Liong segera bertindak menghampiri dan memegang lengan Lo Sam untuk
diajaknya pindah duduk. Tapi lengan Lo Sam yang sebelah lagi masih dipegang oleh
dua orang berandal. Han Liong menyambar sumpit Lo Sam dan menggunakan
sumpit itu untuk mengetok dengan perlahan tangan orang-orang yang memegangi
Lo Sam. Terdengar jeritan-jeritan ngeri dan dua orang itu berjingkrak-jingkrak
kesakitan sambil memegang lengannya yang terketok sumpit itu. Mulut mereka
tiada hentinya mengeluh. Aduh, aduh! Tiga orang bajak lain merasa penasaran dan
dengan golok mereka menyerang Han Liong. Han Liong menggunakan sumpit kayu
itu menangkis dengan sekali kebut. Traang!! Tiga buah golok itu terpental jauh,
bahkan sebuah diantaranya meluncur cepat melukai kaki seorang bajak lain!
Melihat kelihaian pemuda ini para bajak sungai itu menjadi takut dan tak berani
bergerak.
Dengan tenang Han Liong menggandeng tangan Lo Sam dan kembali ke
tempatnya. Kemudian ia menghadapi Sepasang Garuda Sungai Lien-ho yang
menantangnya tadi sambil tersenyum. Bagaimanakah, jiwi, apakah jiwi ingin maju
satu-satu atau terpaksa mengeroyok!
Kalau kau takut melawan kami sepasang, kami akan maju satu-satu! kata Kong
Tat dengan kesal.
Bagaimana, Lo Sam ? Beranikah kiranya aku sekali tempur melayani kedua
enghiong ini?
Lo Sam kini percaya penuh akan kegagahan Han Liong. Hatinya telah menjadi
tetap dan timbul sifat sombongnya. Jangankan baru mereka berdua, biar semuayoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 45
maju sekali serentak, kurasa kongcu masih sanggup melayaninya. Demikian ia
membual agar jangan kalah muka dengan para bajak yang dibencinya itu.
Mari maju kemari! Kong Tat menjadi marah mendengar ini, ia menantang
Han Liong sambil menuju ke tempat yang lapang dengan Kong Ta, lalu berdiri
memasang kuda-kuda dengan berjejer, di tangan masing-masing memegang
sepasang golok besar.
Han Liong bertindak tenang menghampiri kedua orang itu dengan tangan
kosong. Lo Sam melihat jagonya maju tak bersenjata, segera ingat betapa
tangkasnya Han Liong tadi memainkan sumpit melayani tiga orang bajak bersenjata
golok. Ia meloncat ke arah meja dan memilih sepasang sumpit gading. Diambilnya
sumpit itu lalu ia lari ke arah Han Liong.
Kongcu, kau tak bersenjata, ini senjatamu! Ia sangka bahwa Han Liong
memang biasa bersenjata sumpit! Han Liong tersenyum dan menerima sumpit itu
sambil berkata, Terima kasih, Lo Sam.
Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sepasang Garuda Sungai Lien-ho sangat kesal dan marah melihat betapa lawan
mereka itu sangat memandang rendah kepada mereka. Kau hanya bersenjata
sepasang sumpit? Jangan menyesal kalau nyawamu melayang karena
keangkuhanmu ini, anak muda! kata Kong Ta dengan mata merah.
Silakan maju menyerang, jiwi enghiong. tantang Han Liong.
Dengan mengeluarkan bentakan keras, Kong Tat mengayun golok di tangan
kanan menyerang dengan sabetan Garuda Menerkam Ular. Kong Tat menimpali
serangan kakaknya dengan menusukkan goloknya ke arah pinggang lawan dalam
tipu Garuda Menyambar Kelinci. Han Liong dengan tenang mengangkat kedua
sumpitnya, sumpit kiri menyampok golok yang akan mengenai leher dan sumpit
kanan menolak tusukan golok ke pinggangnya. Kedua saudara Kong merasa telapak
tangan mereka sakit ketika golok mereka terpental oleh tangkisan anak muda itu.
Mereka menjadi hati-hati dan mengurung Han Liong dari kiri kanan. Seranganserangan mereka diatur bertubi-tubi dan berpasangan. Kalau dari kiri menyerang
bagian atas, dari kanan menyerang bagian bawah, kalau yang kiri menyerang
bagian kanan, yang kanan menyerang bagian kiri, hingga Han Liong seakan-akan
terkurung oleh empat buah golok di semua bagian!
Tak percuma kedua saudara Kong itu mendapat julukan Sepasang Garuda
Sungai Lien-ho, karena gerakan-gerakan mereka yang cepat dan bertenaga serta
ganas itu memang seakan-akan merupakan dua ekor garuda yang menyambarnyambar dan mencakar-cakar dengan empat caka mereka! Tapi sekali ini mereka
malang sekali berjumpa dengan Han Liong, seorang muda yang tubuhnya terlatihyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 46
semenjak kanak-kanak dan dikuatkan oleh darah Ouw-pek coa, kemudian menerima
pelajaran dari empat orang guru-guru yang sangat tinggi ilmunya, sekaligus, lalu
dimatangkan pula oleh bimbingan Kam Hong Siansu, seorang pertapa berilmu
paling tinggi yang jarang ada taranya di masa itu. Empat buah golok mereka tak
berdaya sama sekali terhadap Han Liong. Gerakan anak muda itu terlampau cepat
bagi mereka, ditambah dengan gerakan-gerakan ilmu silat yang aneh dan tak
terduga pecahannya.
Suara trang-treng-trong beradunya golok dengan sumpit makin sering
terdengar dan mata kedua saudara Kong itu menjadi silau melihat bayangan Han
Liong berkelebat ke sana ke mari diantara sambaran golok mereka. Han Liong
melayani mereka dengan gunakan Ouw-wan-ciang-hoat warisan gurunya Siauwlo-ong Hee Ban Kiat si mata satu. Sebenarnya ilmu ini adalah ilmu pukulan tangan
kosong, tapi karena Han Liong sudah mendapat pimpinan Kam Hong Siansu, maka
ia dapat mainkan itu dengan menggunakan sumpit. Bahkan sumpitnya balas
menyerang dengan selalu tertuju ke arah jalan darah musuh dengan gerakan Susat-chiu.
Baru saja pertempuran berjalan kurang lebih tiga puluh jurus, kedua saudara
Kong itu sudah menjadi sangat sibuk menangkis serangan balasan Han Liong,
karena mereka merasa, yang menyerang mereka seakan-akan bukan dua batang
sumpit, tapi lebih dari enam sumpit! Tiba-tiba, ketika Kong Tat dari kanan
menyambar kaki Han Liong dengan golok kanan, pemuda itu tidak mengelak atau
menangkis, tapi bahkan memapaki golok itu dengan kakinya! Gerakannya demikian
cepat dan sebelum Kong Tat tahu bagaimana cara Han Liong melakukan itu, tibatiba saja jari tangan kanannya yang memegang golok telah tertendang hingga
terpaksa ia melepaskan goloknya dan terlempar jauh! Kemudian menyusul sebuah
sumpit menotok tulang pundak kirinya dan ia berteriak keras, golok di tangan
kirinya terlepas dan sebelah lengan kirinya menjadi lumpuh! Kong Ta menolong
saudaranya dengan memutar goloknya seperti baling-baling menyerang lawannya,
tapi tiba-tiba Han Liong membalikkan tubuhnya dengan ilmu Oei-liong-coan-sin atau
Naga Kuning Memutar Tubuh, satu gerakan dari warisan gurunya Bie Kong Hosiang.
Gerakan inipun seharusnya dilakukan dengan menggunakan golok atau pedang, tapi
pada saat itu, kekuatan sepasang sumpit Han Liong sudah cukup untuk
menggantikan dua macam senjata panjang itu. Terdengar suara benda beradu
keras sekali dan tanpa terduga sepasang golok Kong Ta terlempar ke atas, lalu
terdengar teriakan Kong Ta karena Han Liong secepat kilat menotok iganya hingga
ia terjungkal untuk tak dapat bangun kembali!
Kawanan bajak yang dipimpin oleh Oei-coa-tai-ong berteriak-teriak marah dan
mengurung anak muda itu, lalu atas isyarat kepalanya, mereka menyerbu denganyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 47
senjata golok, tombak dan toya! Lo Sam menjadi ketakutan dan bersembunyi di
tempat aman.
He, Oei-tai-ong, mengapa tindakanmu rusuh begini? tegur Han Liong sambil
menangkis puluhan tombak dan golok itu. Tapi musuhnya tak menjawab, bahkan
segera ikut menyerang dengan pedangnya. Juga Hek Sam Ong memutar toya
besinya yang menerbitkan angin menderu-deru karena tenaganya yang besar. Han
Liong melayani mereka dengan tenang sebentar saja lima orang bajak tertendang
olehnya sampai jatuh bangun.
Tiba-tiba di luar kepungan itu terjadi keributan dan beberapa orang bajak
menjerit-jerit kesakitan. Ketika Han Liong melirik, ternyata di sana terdapat seorang
gadis muda yang berpakaian cara laki-laki tengah mengamuk dengan siang-kiam
(sepasang pedang) yang gerakannya sangat gesit dan lincah. Kemudian gadis itu
memburu ke arah Han Liong yang sedang dikeroyok dan berteriak nyaring.
Hei, bangsat Oei-coa dan Hek Sam!! Kembali kamu memperlihatkan sifat
pengecut!
Kedua kepala bajak itu heran dan segera membentak semua orangnya agar
berhenti. Han Liong yang dilepaskan dari kepungan juga memandang gadis itu
dengan berdiri tenang. Lo Sam keluar dari tempat sembunyinya dan mendekati Han
Liong.
Eh, eh. Gadis kecil dari manakah berani datang mengacau? Oei-coa-tai-ong
menegur.
Ketahuilah olehmu kepala bajak jahat. Beberapa hari yang lalu ketika pegawai
ayahku lewat di sini, kamu telah membajaknya dan barang-barangku juga terbawa
dalam rampasanmu. Kamu tidak tahu siapa ayahku dan tidak tahu pula kelihaianku,
ya? Nah, hari ini aku datang untuk menghukummu!
Hm, anjing betina tak tahu malu! Hek Sam Ong memaki karena perasaan tak
puas melihat lagak gadis itu. Kau kira kami takut padamu? Han Liong memandang
gadis itu dengan kagum akan keberaniannya, tapi ia berbareng tak senang melihat
kelancangan gadis semuda itu berani datang mengantarkan diri memancing
bahaya di gua harimau.
Mendengar makian keji itu mata gadis yang bening dan bagus seperti mata
burung Hong itu bersinar-sinar marah dan seperti hendak mengeluarkan api.
Kurang'ajar! hanya demikian ia berseru lalu kedua kakinya bergerak. Kegesitannya
hebat juga karena tahu-tahu ia telah melompat ke depan Hek Sam Ong dan
menyerangnya dengan tusukan maut! Hek Sam Ong adalah seorang yang telah
banyak pengalaman dalam bertempur, dan toyanya adalah toya besi besar danyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 48
berat, ditambah pula dengan tenaganya yang sekuat kerbau, maka ia merupakan
lawan yang bukan ringan. Segera ia menangkis dengan toyanya dengan sepenuh
tenaga. Tapi gadis itu ternyata lihai benar, karena dari sambaran toya ia telah
maklum akan kekuatan tenaga lawan, maka ia menarik kembali pedangnya agar
jangan sampai beradu dengan toya, lalu pedang kiri menyabet leher dan pedang
kanan yang ditarik mundur sudah bergerak maju pula menusuk lambung!
Bagus! diam-diam Han Liong memuji karena gerakan pedang Taufan
Mengamuk di Lautan ini dimainkan dengan gaya indah sekali, Hek Sam Ong
tundukkan kepala dan loncat mundur untuk menghindarkan diri dari serangan
berbahaya itu dan si nona mendesak maju. Dua orang bajak yang tak senang
melihat gadis itu dan berbareng kagum melihat kecantikannya, menggunakan
gagang tombak mereka untuk memukul dari belakang ke arah dua lengan tangan
gadia itu. Tapi tiba-tiba si gadis melompat ke atas dan turun kembali sambil kedua
pedangnya berkelebat ke kanan dan ke kiri, tahu-tahu kedua bajak itu menjerit
sambil roboh karena leher mereka tertusuk pedang sampai tembus!
Serbu! Tangkap!! Demikian terdengar teriakan-teriakan dan semua bajak yang
tadinya mengeroyok Han Liong, kini berbalik mengepung nona itu dengan teriakanteriakan riuh rendah.
Oei-coa-tai-ong menghampiri Han Liong sambil menjura, Sobat muda, sekarang
lebih baik kau pergi saja, karena urusanmu sudah beres dan kami sedang sibuk
dengan kuda betina liar ini! katanya.
Diam-diam Han Liong merasa geli karena ia tahu akan kelicinan kepala bajak
ini. Setelah tahu bahwa Han Liong bukan makanan lunak dan tidak membawa harta,
maka kepala yang pintar itu mengambil kesempatan ketika semua orang tidak
melihat, sehingga ia tidak akan hilang muka, minta Han Liong pergi saja dari tempat
itu! Tapi Han Liong bukannya pergi malahan mengambil sebuah kursi dan duduk
dengan enak. Aku mau nonton dulu, katanya. Gampang saja pergi kalau tontonan
bagus ini sudah selesai. Oei-coa-tai-ong tidak perdulikan ia lebih jauh karena ia
harus membantu Hek Sam Ong yang nampak payah, sedangkan beberapa orangnya
telah rebah mandi darah menjadi korban sepasang pedang yang ganas dari nona
itu. Karena banyaknya korban, maka akhirnya para bajak hina itu tidak berani lagi
mendekati rona yang sedang mengamuk seperti singa betina itu, takut kepada
sepasang pedangnya yang berbahaya dan tajam. Mereka hanya melihat dari tempat
aman bagaimana kedua tai-ong mereka dengan dibantu tiga orang pemimpin yang
agak tinggi ilmu silatnya, mengeroyok gadis itu.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 49
Hek Sam Ong memainkan toyanya dengan ilmu toya dari cabang Siauw-lim
yang sudah berobah, tapi masih cukup berbahaya, sedangkan Oei-coa-tai-ong
memainkan pedangnya dengan ilmu silat pedang campuran antara ilmu pedang
dari Pek-lian-kauw (Agama Teratai Putih) dan kiam-hoat dari Gobi. Permainan silat
kedua tai ong ini memang bagus sekali, ditambah dengan tiga pemimpin lain yang
lumayan juga permainan goloknya, maka perlahan-lahan si;nona terdesak juga dan
lebih banyak menangkis daripada menyerang. Tapi gadis itu meskipun usianya
masih sangat muda tapi semangat dan keberaniannya besar sekali. Ia kertakkan
gigi dan memutar siang-kiamnya bagaikan kitiran. Pada saat itu dengan gerakan
Burung Kepinis Bermain di Angkasa ia melompat ke atas menghindari sapuan toya
dan tikaman pedang kedua tai-ong itu, lalu dengan mengandalkan ginkangnya yang
tinggi, ia melayang secepat kilat sambil menikamkan pedangnya ke arah leher
seorang daripada tiga pemimpin yang mengeroyoknya. Hek Sam Ong
menggerakkan toyanya untuk menangkis dan menolong kawannya, tapi tiba-tiba ia
merasakan toyanya seakan-akan terbentur sesuatu dan terpental balik, hingga
serangan nona itu tidak ada yang menghalangi. Terdengar teriakan ngeri dibarengi
dengan tersungkurnya kepala bajak tadi karena lehernya hampir putus oleh pedang
si nona!
Sisa pengeroyoknya yang tinggal empat orang itu menjadi hilang akal juga
melihat kehebatan gadis itu, terutama Hek Sam Ong merasa heran karena tidak
mengerti apakah yang telah membentur toyanya tadi. Karena merasa kebingungan
ini, permainan toyanya menjadi kacau dan kesempatan baik itu digunakan oleh si
gadis untuk menyerang dengan hebat dalam gerakan tipu Siauw-liong-tiam-jiauw
atau Naga Kecil Ulur Cakarnya. Sepasang pedangnya bersamaan menyerang ke
arah dada dan leher lawan. Namun ternyata gadis itu sangat terburu nafsu, mungkin
karena kelelahan dan ingin segera menghabiskan musuh-musuhnya secepat
mungkin hingga ia kurang berlaku hati-hati. Tipu silat yang ia jalankan itu
sungguhpun sangat berbahaya bagi seorang lawan, namun demikian berbahaya
pula bagi dirinya sendiri karena ia sedang menghadapi keroyokan. Ia tidak ingat
bahwa tipu itu hanya boleh dimainkan jika menghadapi lawan seorang saja. Dengan
menyerang dengan kedua pedangnya, ia memberi kesempatan terbuka bagi lain
pengeroyoknya. Dan Oei-coa-tai-ong melihat pula hal ini. Dengan sangat girang, ia
menubruk maju sambil menusukkan pedangnya dari belakang nona itu.
Pada saat yang sangat berbahaya bagi nona itu kembali Han Liong
mempergunakan batu-batu koral kecil yang sejak tadi ia main-mainkan di tangan.
Tadi ia telah gunakan sebutir koral untuk menahan toya Hek Sam Ong, kini terlihat
ia menggerakkan tangan kiri dan kanannya dua kali. Batu pertama tepat mengenai
jidat Hek Sam Ong hingga si tinggi besar ini tidak berdaya sama sekali ketika pedangyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 50
nona itu mengarah dadanya. Ia berteriak ngeri dan roboh, dari dadanya mengalir
darah segar. Batu kedua tepat menyerang betis kaki Oei-coa-tai-ong, hingga biarpun
ia memakai kaos kaki duri kulit, namun masih saja betisnya merasa sangat perih
dan sakit hingga ia terpaksa berhenti mengejar nona itu dan memegang-megang
kakinya dengan rasa takjub.
Ketika itu, si nona sudah membalikkan tubuh dan ia makin bersemangat karena
musuhnya kini tinggal tiga lagi. Betapapun juga, ia sudah amat lelah dan mandi
keringat, sedangkan di antara semua lawannya. Oei-coa-tai-ong adalah yang paling
tangguh. Han Liong melihat gerakannya mulai lemah merasa kasihan juga dan
kembali ia mengayun tangannya arah lengan tai-ong yang pendek itu. Oei-coa-taiong berseru kesakitan dan pedangnya terlepas dari pegangan! Saat itu pedang kiri
si nona membabat pundaknya hingga tanpa ampun lagi ia terguling dengan pundak
hampir terbelah dua!
Nona muda itu makin ganas dan mendesak dua kepala bajak dengan keras.
Tentu saja kedua orang itu bukan tandingannya, maka sebentar saja mereka
terdesak sekali. Tiba-tiba seorang di antara mereka melempar goloknya dan
berlutut tanda takluk. Kawan-kawannyapun buru-buru turut perbuatan kawannya.
Gadis itu agaknya tak hendak ambil perduli, bahkan mengangkat kedua pedangnya
untuk membacok.
Nona, tahan! Han Liong berteriak. Gadis itu menangguhkan bacokannya dan
menengok dengan wajah membenci.
Bagus! Aku datang menolongmu, sebaliknya kini kau mau membela dua
jahanam ini. Ini namanya air susu dibalas dengan air tuba!
Bukan begitu, nona, Han Liong membantah. Aku merasa berterima kasih sekali
mendapat pertolonganmu, karena kalau kau tidak segera datang, tentu aku telah
menjadi bangkai! Tapi lihatlah, mereka semua telah menyerah, apakah kau sampai
hati dan begitu kejam untuk membunuh orang demikian banyak itu? Han Liong
menunjuk ke sekitar tempat itu.
Garis itu menengok dan melihat betapa berpuluh-puluh anak buah bajak itu
mencontoh pula perbuatan dua pemimpin mereka dan berlutut sambil melepaskan
senjata masing-masing.
Kau hendak mengampuni mereka, tapi kalau di belakang hari mereka membuat
onar lagi dan mengganggu rakyat, jangan kau menyesal, nona itu menggerutu, lalu
duduk di atas sebuah kursi dengan muka merengut. Agaknya ia baru merasa
lelahnya di saat itu, dan ia duduk meluruskan kakinya untuk menghilangkan lelah.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 51
Saudara-saudara sekalian, kata Han Liong sambil menghadap kepada semua
sisa anggota bajak itu. Lihiap ini telah begitu baik hati untuk mengampuni kalian.
Kalau ia berlaku kejam, mungkin kalian pada saat ini telah dibasmi habis dan kalian
telah melihat sendiri betapa tangkasnya lihiap. Maka biarlah ini menjadi satu
pelajaran bagi kalian bahwa betapapun juga, perbuatan jahat itu selalu akan hancur.
Kalian adalah lelaki-lelaki sehat dan kuat, mengapa memilih jalan sesat? Kalian
menjadi bajak untuk merampok rakyat jelata tanpa pilih bulu. Lebih baik kalian
mencari jalan benar dan bekerja mencari makan dengan cara halal.
Seorang daripada pemimpin bajak yang menakluk tadi segera menjura dan
membantah, Tapi, bagaimana kami harus bekerja? Kemiskinan merajalela dan
demikian pula para pembesar dan kaum hartawan. Mereka toh kerjanya hanya
menindas dan menghisap rakyat miskin. Lapangan pekerjaan amat sempit dan
orang yang mencari makan dengan cara halal banyak yang kelaparan.
Han Liong bingung karena sebenarnya ia belum tahu jelas tentang keadaan
penghidupan rakyat jelata pada masa itu. Tiba-tiba gadis itu berdiri dan
membantunya, He, kamu sekalian! Memang benar bahwa sekarang banyak
penghisap rakyat, tapi aku tidak larang jika kamu mengganggu para pembesar jahat
dan hartawan penghisap darah rakyat. Tapi janganlah merampok tak pilih bulu. Pula,
tidak semua hartawan dan pembesar jahat, ada juga yang masih tahu akan
perikemanusiaan. Juga, tanah kita lebar dan luas, tenaga kamu sekalian masih
dibutuhkan. Semua bajak bungkam tak ada yang berani membantah.
Sekarang, bagaimana harus mengatur semua orang ini, lihiap? tanya Han Liong
dengan hormat.
Gadis itu tidak menjawab pertanyaan Han Liong, tapi berkata pula kepada
semua orang itu. Nah, sekarang kamu semua harus bubarkan sarang bajak ini agar
jalan sungai di daerah ini menjadi aman. Semua harta yang terdapat di sini boleh
kamu bagi rata dipakai modal, dan sarang bajakmu harus dibakar habis. Awas, lain
kali kalau aku lewat sini masih terdapat pengganggu keamanan, jangan katakan
aku keterlaluan jika kucabut pedangku dan tidak ada ampunan lagi bagimu!
Bajak-bajak itu menyatakan terima kasih dan bubar untuk segera melakukan
perintah itu. Sekejap kemudian keadaan di situ menjadi sunyi.
Han Liong merasa kagum sekali melihat sepak terjang gadis itu yang cepat dan
tepat. Dalam pandangannya gadis itu ternyata baru berusia paling banyak enam
belas tahun, bertubuh ramping dan tampak makin ramping pinggangnya dalam
pakaian pria yang serba ringkas itu. Bajunya berwarna merah dan celananya biru.
Sepatunya dilapisi besi di bawahnya. Rambutnya yang hitam panjang diikat dengan
sutera merah pula. Wajahnya cantik dan menarik.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 52
Han Liong masih asing dengan pergaulan, lebih-lebih dengan kaum wanita,
Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maka ia tak dapat banyak bicara. Tiba-tiba ia teringat kepada Lo Sam dan matanya
mencari-cari. Ternyata kakek nelayan itu telah bersembunyi di bawah sebuah meja
ketika terjadi pertempuran hebat antara gadis itu dan para kepala bajak tadi!
He, Lo Sam! Keadaan telah aman, keluarlah! kata Han Liong dan gadis itu
tertawa geli melihat tingkah Lo Sam. Kakek itu merayap keluar dan mengusap-usap
dadanya. Aah, baru kali ini aku yang tua ini melihat peristiwa sehebat ini. Seorang
gadis muda dengan kedua tangan membasmi dua gerombolan bajak! Hebat, hebat!
Ia lalu menjura kepada gadis itu dan bertanya hormat,
Lihiap yang gagah perkasa. Perkenankanlah aku yang tua mengetahui nama
lihiap agar dapat kudongengkan kepada anak cucuku tentang kejadian ini.
Gadis itu tertawa. Aku dipanggil orang Hong Ing dan she Lie. Lo Sam
memperkenalkan diri tanpa ditanya. Aku adalah nelayan tua Lo Sam dan tuan
muda ini......eh......namanya....... ia memandang Han Liong dengan bingung karena
sesungguhnya ia belum tahu nama pemuda itu.
Han Liong tersenyum dan menyambung. Namanya Si Han Liong........
Bolehkah aku bertanya, kemanakah lihiap kini hendak pergi? tanya Lo Sam
pula.
Aku hendak pergi ke Hong-lung cian.
Ke Hong-lung cian? Kebetulan sekali, lihiap, kami berdua juga sedang menuju
ke sana ketika dicegat oleh para bajak tadi, kata Lo Sam.
Kalau lihiap sudi, silakan ikut dengan perahu kami, bersama-sama pergi ke
Hong-lung cian. Han Liong menawarkan.
Lie Hong Ing tersenyum dan menyatakan terima kasihnya.
Han Liong yang belum ada pengalaman itu merasa malu-malu selama di dalam
perjalanan membisu saja. Tapi baiknya Lie Hong Ing adalah seorang gadis kota
yang terpelajar, hingga tanpa ragu-ragu gadis ini mengajaknya bercakap-cakap dan
lama kelamaan pemuda itu hilang rasa malunya. Ternyata Hong lng selain pandai
ilmu silat, juga luas pandangannya tentang ilmu sastera. Gadis ini menganggap
bahwasanya Han Liong hanyalah seorang sasterawan yang hanya kenal sedikit
ilmu silat saja, maka pembicaraannya kebanyakan mengenai ilmu kesusasteraan,
dan mungkin Hong Ing hendak membanggakan kesusasteraannya!
Karena perahu itu tidak berapa besar, maka Han Liong mempersilakan Hong
lng menempati tempat tidur satu-satunya di dalam perahu itu yang hanya terbuat
daripada jerami dibungkus kain, dan ia sendiri duduk di luar kamar perahuyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 53
mengobrol dengan Lo Sam sambil membantu mendayung. Malam hari itu
dilewatkan tanpa kejadian sesuatu. Hong Ing agaknya sangat lelah barangkali
setelah pertempuran itu, karena ia pulas dan nyenyak sekali sampai esok harinya.
Setelah matahari tinggi, mereka memasuki kolong jembatan pintu kota Honglung-cian. Lie Hong Ing ketika mereka sampai di jembatan kedua, lalu menyatakan
terima kasihnya dan turun dari perahu.
Si toako, selamat berpisah sampai berjumpa pula, kata gadis itu sambil
menunduk hormat, tiba-tiba saja ia menggunakan sebutan yang lebih akrab, ialah
toako atau kakak.
Lihiap telah banyak memberi petunjuk padaku yang bodoh ini, aku ucapkan
banyak terima kasih pula, jawab, Han Liong.
Setelah gadis itu pergi, Lo Sam mengomel pada Han Liong, Ah, kongcu, lihiap
sebut kau toako, kenapa kau masih sebut ia lihiap?
Habis bagaimana, Lo Sam?
Seharusnya kau sebut ia moi-moi atau siauw-moi........
Han Liong diam saja, tapi mukanya terasa panas karena ia merasa malu kalau
harus menyebut demikian.
Atas petunjuk Lo Sam yang telah beberapa kali datang ke kota itu dan mengenal
semua jalanannya. Han Liong mendapat kamar di rumah penginapan Cit-seng.
Kemudian, setelah menambah uang setail perak, tapi ditolak oleh Lo Sam, kakek
nelayan itu kembali ke kampungnya, dan kebetulan ada seorang yang hendak ke
Lam-ciu hingga ia mendapat penumpang lagi.
Sepeninggal Lo Sam, Han Liong terkenang kepada Hong Ing yang amat menarik
hatinya itu. Ia kagum mengenangkan kecerdikan, pengertian dan kepandaian silat
gadis itu. Begitu muda tapi sudah demikian luas pengalamannya, pikirnya. Ia baru
saja turun gunung lalu mendapat kawan seperjalanan yang menarik seperti Lo Sam
yang peramah dan Hong Ing yang pandai itu, betapa genbira hatinya selama dalam
perjalanan, tapi sekarang mereka harus berpisah. Dan tinggallah Han Liong seorang
diri di kota yang masih asing baginya. Kini ia merasa sangat kesepian.
Kemudian, setelah makan siang, ia keluar dari penginapan, berjalan-jalan
melihat-lihat kota sembari memasang telinga ingin tahu di mana gerangan tempat
tinggal musuh besarnya, yaitu Tiat-kak-liong Lie Ban si Naga Tanduk Besi. Tapi
alangkah herannya ketika ternyata tak seorangpun di kota itu yang ditanyainya,
kenal kepada Tiat-kak-liong Lie Ban. Atas petunjuk beberapa orang yang
ditanyainya, ia mendatangi beberapa cabang atas dan guru silat di kota itu untukyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 54
mencari keterangan. Tapi para jagoan di kota inipun tidak kenal nama Lie Ban si
Naga Tanduk Besi.
Salah seorang guru silat yang berperawakan tinggi besar tapi sombong dengan
angkuh menjawab pertanyaannya dengan ketawa. Naga Tanduk Besi? Ah, anak
muda, barangkali kau salah dengar. Apakah kau mencarinya hendak belajar silat?
Han Liong mengangguk, menyatakan ya. Kalau begitu, barangkali yang kau cari
itu bukan Tiat-kak-liong, tapi Tiat-thou-liong si Naga Kepala Besi.
Tiat-thou-liong? Siapakah dia dan di mana tempat tinggalnya? Han Liong
bertanya penuh harap.
Ha, ha, ha! Kalau kau berguru kepadanya, maka kau takkan kecewa, kongcu.
Tiba-tiba guru silat itu bicara sopan dan ramah, Pun, ongkos belajarnyapun tidak
begitu mahal, pendeknya cukup murah kalau dibandingkan dengan pelajaran ilmu
silat tinggi yang akan kau terima.
Biarpun tidak tertarik akan percakapan ini, namun Han Liong terpaksa
menunjukkan muka tertarik. Di mana tempat tinggalnya ? ulasnya lagi.
Lihat ini! tiba-tiba guru silat itu berkata sambil memungut dua potong bata
merah lalu memukulkan dua bata itu ke atas kepalanya! Terdengar suara prok!
Prak! batu bata itu pecah, hancur menjadi beberapa potong kecil! Nah, lihatlah
kekuatan kepalaku. Akulah yang dipanggil orang Naga Kepala Besi. Jadi yang kau
cari untuk kau jadikan gurumu tiada lain orangnya ialah aku sendiri!
Han Liong merasa kecewa dan mendongkol sekali. O, jadi kau sendirikah
kauwsu itu? Baik, aku mau menjadi muridmu dan berapa saja bayaran pelajarannya
akan kubayar, tapi aku harus mencoba sendiri kekuatan kepalamu itu.
Baik, baik. Silakan!
Han Liong memungut sepotong bata kecil, pecahan dari bata tadi.
Aku hanya ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri betapa kuatnya
kepalamu. Aku akan menggunakan bata kecil ini untuk menyambit kepalamu,
katanya.
Si Naga Kepala Besi tertawa berkakakan karena melihat lengan Han Liong yang
halus kulitnya itu bagaikan lengan wanita, membikin ia menjadi geli, mengapa
pemuda itu demikian bodoh untuk mencoba kepalanya dengan sepotong bata kecil.
Bukankah tadi dua buah bata besar menjadi hancur ketika beradu dengan
kepalanya? Berapa kekuatan bata sekecil itu? Ia segera memasang kepalanya ke
arah Han Liong dan menantang, Nah, lemparlah bata itu sekuat tenagamu!yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 55
Karena jemu dan mendongkol, Han Liong menjepit bata itu diantara jari-jari
tangannya, lalu menggunakan telunjuknya untuk menyentil bata itu ke arah kepala
Naga Kepala Basi itu. Sengaja pemuda itu tidak menggunakan semua tenaga
lweekangnya, karena maksudnya hanya memberi sekedar pelajaran untuk
kesombongannya. Bata kecil itu melesat dan pletak! menghantam si kepala besi.
Sungguh aneh, bata itu tidak pecah, tapi sebaliknya si Naga Kepala Besi
bagaikan menerima pukulan palu baja yang keras! Ia berteriak aduh! dan kedua
tangannya memegang kepalanya dan terhuyung-huyung, akhirnya jatuh di atas
sebuah kursi sambil meringis-ringis. Ia merasa kepalanya sakit sekali sehingga
tidak tertahan, kedua matanya mengeluarkan air! Ia meramkan mata menahan
sakit. Untungnya rasa sakit itu hanya sebentar saja, dan ketika ia menggunakan
jarinya meraba-raba, ternyata di batok kepalanya tumbuh tanduk alias bengkak! Ia
sangat heran dan membuka matanya, tapi keheranannya bertambah ketika
dilihatnya bahwa pemuda itu sudah tidak berada di hadapannya lagi! Diam-diam
dia maklum ia baru berhadapan dengan seorang ahli Iweekeh yang tinggi ilmu
silatnya. Maka berjanjilah ia dalam hati untuk tidak bersikap sombong dilain kali.
Dengan hati kecewa Han Liong berjalan ke sana ke mari di dalam kota Honglung-cian. Ia merasa putus asa. Ke mana lagi ia harus mencari musuh besarnya
itu? Kakinya membawanya ke sebuah tempat yang ramai, merupakan pasar kecil
di mana banyak terdapat orang-orang berdagang barang-barang yang datang dari
luar kota. Secara iseng-iseng ia masuk ke situ dan berdesak-desakan dengan
banyak orang.
IBA-TIBA ia merasa ada orang meraba-raba kantongnya yang
tergantung di pinggangnya. Cepat sekali gerakan tangan itu hingga tahutahu kantongnya telah terlepas dari ikatan! Tapi tangan Han Liong lebih
cepat lagi. Pencopet yang licik ttu tanpa disadarinya, ia merasa
pergelangan tangannya yang memegang kantong tadi telah dipegang oleh tangan
korbannya. Ia berusaha melepaskan pegangannya, tapi sia-sia. Bahkan ketika ia
kerahkan tenaganya, ia merasa pergelangan tangannya begitu sakit seakan-akan
hendak patah. Mata dengan muka merah dan kebingungan ia menurut saja ketika
Han Liong menariknya ke tempat yang agak sunyi. Mereka berdua berjalan seakanakan dua sahabat karib saling bergandengan tangan.
Setelah tiba di sebuah gang sepi Han Liong melepaskan cekalannya. Orang itu
mengembalikan kantong yang dicopetnya itu sambil menunduk memberi hormat.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 56
Kongcu maafkan siauwte yang telah berlaku tak sepatutnya padamu, katanya.
Han Liong melihat orang itu masih muda, kira-kira berusia dua puluh lima tahun,
tubuhnya kecil tapi tampak kuat dan dari gerak-geriknya dapat kita ketahui bahwa
ia mengerti ilmu silat.
Tidak apa, jawabnya, Tapi barangkali kau bisa menolongku, kata Han Liong.
Orang itu memandang heran. Kongcu, aku Tan Sam dijuluki orang Si Copet
Tangan Seribu. Belum pernah tanganku gagal, tapi kali ini kongcu telah membuat
aku takluk benar-benar, karena tidak sembarang orang dapat memegang lenganku
tanpa aku dapat berdaya sama sekali. Aku orang miskin dan tentang kepandaian,
kongcu jauh lebih tinggi dariku, maka pertolongan apakah yang dapat kuberikan
kepada kongcu?
Aku tidak inginkan pertolongan tenaga maupun uang, kata Han Liong. Hanya
aku membutuhkan keterangan tentang seorang di kota ini.
Oo, kalau soal itu saja, jangan kongcu khawatir, karena tidak ada seorang juapun
di kota ini yang tidak kukenal, kecuali kalau ia orang luar kota.
Nah, kalau begitu, kenalkan kau seorang bernama Lie Ban yang disebut orang
si Naga Tanduk Besi?
Tan Sam mengerutkan dahinya memikir- mikir. Lie Ban Naga Tanduk Besi?
Sungguh heran, tidak ada rasanya orang yang bernama itu di sini, kongcu.
Han Liong kecewa, tapi masih mencoba menerangkan. Ia belum lama ini
pindah dengan keluarganya dari Lam-ciu.
Dari Lam-ciu katamu, kongcu? Ada seorang she Lie yang baru pindah dari Lamciu, tapi namanya adalah Lie Wan-gwa. Tapi aku tidak tahu apakah hartawan itu
bernama Lie Ban. Lagi pula, masakan seorang hartawan mempunyai nama julukan
seperti seorang ahli silat demikian? Tapi, nanti dulu! terus terang kukatakan bahwa
aku pernah mencoba memasuki gedungnya, tapi gagal, aku mendapat genteng yang
dilemparkannya padaku yang menyebabkan hampir saja aku dapat ditawannya dan
.......!
Dan........ bagaimana maksudmu? Han Liong tertarik.
Aku tidak berhasil apa-apa, bahkan hampir aku mati terbunuh!
Bagaimana bisa terjadi?
Tidak kuketahui bahwa di gedung wan-gwe itu ada setannya! Baru saja aku
mendarat di atas genteng, tiba-tiba sebuah genteng terbang menyambar kepalaku.
Berkali-kali genteng terbang menyambarku hingga tubuh dan kepalaku luka danyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 57
mencucurkan darah! Anehnya, sama sekali aku tidak melihat orangnya yang
menyambit itu. Maka, kalau bukan setan, siapakah lagi?
Han Liong tak dapat menahan senyumnya, Hm, kalau begitu maukah kau
menolong aku untuk menyelidiki, apakah hartawan Lie itu yang bernama Lie Ban
atau bukan?
Baik, kongcu, baik. Sore nanti akan kukirim berita hasil penyelidikanku padamu.
Mereka lalu berpisah dan Han Liong kembali ke kamarnya. Ia masih ragu-ragu
apakah hartawan itu benar-benar musuh besarnya yang dicari-carinya itu? Ia
harus bertindak dengan hati-hati jangan sampai gegabah yang bisa mencelakakan
orang lain yang tak bersalah, karena salah alamat.
Sore harinya, betul saja Tan Sam datang, dengan muka berseri-seri, ia
menceritakan hasil penyelidikannya.
Tidak percuma kau minta tolong dan mempercayaiku, kongcu! Hartawan she
Lie itu betul-betul Lie Ban Naga Tanduk Besi!
Bagaimana kau tahu begitu pasti? tanya Han Liong teliti.
Karena aku yakin, untuk dapat masuk ke gedung itu tipis benar harapan, karena
sangat berbahaya, maka aku gunakan akal. Aku pancing-pancing keterangan di
antara pelayan-pelayan gedung itu, dan dari mereka aku tahu bahwa semua
pelayannya berasal dari kota ini, di antaranya terdapat seorang pelayan tua yang
dibawa oleh Lie wan-gwe dari Lam-ciu. Kebetulan sekali pelayan tua itu keluar dari
gedung lalu kuculik. Setelah kupaksa, akhirnya pelayan tua itu mengaku juga, bahwa
Lie-wan-gwe itu ialah Lie Ban si Naga Tanduk Besi itu sendiri! Ia bekas panglima
perang yang kini telah berhenti. Tapi kalau kau hendak memusuhi orang she Lie ini,
hati-hatilah, kongcu, karena aku mendengar bahwa baru beberapa hari ini di
rumahnya kedatangan kawan-kawannya yang terdiri dari ahli-ahli silat terkemuka.
Bahkan sejak mereka pindah ke sini, selalu gedung itu dijaga oleh adiknya sendiri
Oei-kak-liong Lie Kong dan dua saudara Jie-pa-cu yang bernama Beng Liok Hui dan
Beng Liok Houw. Mereka ini merupakan penjaga-penjaga yang kuat dan tinggi ilmu
silatnya, kini ditambah lagi dengan tamu-tamunya yang datang itu, maka gedung
orang she Lie itu merupakan sarang harimau-harimau galak yang tidak mudah
dikalahkan. Hm, kalau kuingat aku masih merasa sakit hati, kongcu. Tidak heran
ketika aku coba-coba datang ke sana dulu, genteng-genteng beterbangan
melukaiku. Aku tidak tahu bahwa di situ bersarang jagoan-jagoan besar. Ah, untung
mereka masih mengampuni aku dan tidak membunuhku!
Alangkah lega dan girang hati Han Liong mendengar keterangan-keterangan
ini. Ia sekarang tidak ragu-ragu lagi, karena ternyata Oei-kak-liong Lie Kong adik Lieyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 58
Ban dan dua saudara macan tutul itupun berada di situ, tepat seperti yang
diceritakan oleh gurunya Liok-tee-sin-mo Hong In, yang menolong dirinya juga
ketika itu bertempur dengan mereka berempat ini di masa lalu! Mendengar
penjagaan yang kuat itu, sedikitpun ia tidak gentar, bahkan semangatnya
bertambah. Ia yakin, dengan berkumpulnya orang-orang itu, maka pembalasannya
akan menjadi lengkap!
Ia mengucapkan terima kasih kepada Tan Sam dan memberinya potongan
uang emas, tapi hadiah ini ditolak oleh Tan Sam dengan manis.
Kongcu, kau adalah orang baik. Aku tahu benar bahwa kau seorang berbudi
luhur yang pernah kucopet. Aku senang membantumu, kongcu. Jika kau ada apaapa, carilah aku di jembatan kelima jalan barat sana! Kemudian ia pergi.
ooOOoo
Malam itu kebetulan tanggal empat belas dan sore-sore sang ratu malam telah
menampakkan diri, bulan purnama memancarkan sinarnya terang benderang
seolah-olah tersenyum manis pada setiap mahluk dan segala benda yang ada di
permukaan bumi. Tidak tampak sedikitpun awan gelap yang mengganggu. Suasana
tampak menggembirakan, penuh damai dan tenteram, sehingga tak seorang juapun
menyangka bahwa di malam itu akan terjadi suatu peristiwa besar yang
mengerikan.
Di atas genteng-genteng rumah-rumah yang berjajar-jajar di bagian kota itu
tampak berkelebat bayangan yang gesit sekali. Jika ada orang yang kebetulan
berada di atas genteng rumahnya ia akan melihat bayangan saja yang berpusing
tanpa terlihat orangnya, tentu ia akan menyangka bahwa bayangan itu adalah
bayangan burung terbang. Sebetulnya adalah Han Liong sendiri yang berpakaian
putih dengan ikat pinggang warna kuning panjang berkibar-kibar di belakangnya.
Langsung Han Liong menuju ke rumah Lie Ban yang besar dan mewah itu.
Setibanya di luar gedung, Han Liong mengencangkan ikat pinggangnya dan
kemudian mengayunkan tubuhnya ke atas genteng. Tindakan kakinya demikian
ringan hingga sedikitpn tak mengeluarkan suara. Ia berhenti di atas sebuah kamar
besar di mana menyala api lilin yang dipasang lebih dari empat tempat hingga
menerangi seluruh kamar. Diam-diam ia membuka genteng dan mengintip ke
dalam.
Di tengah-tengah kamar itu terdapat beberapa orang sedang duduk
mengelilingi meja bundar. Kelihatan seorang laki-laki setengah tua yang bertubuh
tegap duduk di kepala meja. Di kanan kiri dan depannya duduk lima orang laki-lakiyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 59
yang semuanya bertubuh kuat menandakan bahwa mereka adalah orang-orang
Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ahli silat yang pandai.
Ternyata mereka tengah asyik bercakap-cakap dan dari kata-kata mereka, Han
Liong mendapat kesan bahwa orang-orang itua adalah orang baik-baik yang
berbicara tentang silat dan tempat-tempat indah di berbagai tempat. Pemuda itu
ragu-ragu, lalu loncat ke tempat lain melanjutkan penyelidikannya, tiba-tiba ia
mendengar suara wanita sedang bercakap-cakap. Hatinya berdebar-debar, karena
bukankah nyonya Lie Ban adalah ibunya sendiri?
Teringat ini hatinya menjadi perih, karena selalu ia mengenangkan ibunya
dengan dua perasaan menjadi satu, perasaan cinta dan kecewa. Ia segera
melakukan pengintaian lagi.
Kamar itu lebih kecil daripada kamar yang lain. Di situ hanya terdapat sebuah
lilin yang kecil sehingga keadaan dalam kamar suram. Tampak olehnya seorang
wanita setengah tua tengah berbaring dan di sampingnya duduk seorang
perempuan muda yang memijat-mijat kakinya.
Anakku, terdengar suara wanita setengah tua itu dengan suara halus penuh
kasih sayang hingga Han Liong yang mendengarkannya merasa terharu.
Kurangilah kebiasaanmu pergi merantau. Kau adalah anak perempuan seorang
bekas pembesar, seorang cian kim siocia yang sepatutnya berdiam di rumah
belajar pekerjaan halus-halus. Kalau kau bertemu dan berkenalan dengan segala
bangsa kasar, derajatmu dengan sendirinya akan turun.
Ah, ibu. Aku bosan kalau terus-terusan berada di dalam rumah. Aku ingin
meluaskan pandangan dan menambah pengalaman, jawab anak perempuan tadi
sambil mengelus-elus kaki ibunya.
Dasar anak sekarang. Tapi, hati-hatilah, nak, karena menurut pengalamanku,
lebih banyak orang jahat daripada orang baik. Nah, sekarang mengasolah, ibumu
hendak tidur.
Han Liong tidak dapat melihat tegas wajah mereka karena cahaya lilin sangat
suram. Ia mellat betapa wanita muda itu turun dari pembaringan dan meninggalkan
ibunya, memasuki kamar lain dan wanita itu bangun dari pembaringan lalu duduk
di kursi. Ia nampak kurus dan tua.
Karena ingin kepastian, Han Liong tidak ragu-ragu lagi lalu melompat turun di
depan pintu kamar itu, dan menolak daun pintu perlahan-lahan.
Perempuan itu menengok, agaknya terkejut melihat pemuda yang tidak dikenal
itu. Tapi ia segera dapat menetapkan hatinya.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 60
Siapa kau? tanyanya dengan suara tenang.
Han Liong melihat ada sebuah lilin yang agak besar belum dipasang di atas
meja, maka tanpa menjawab pertanyaan itu, dengan cepat ia mengambil lilin itu
dibakarnya dengan lilin kecil yang masih menyala itu. Kamar menjadi terang dan
dengan sekilas pandang Han Liong dapat melihat wajah yang membayangkan
kesedihan itu, dan dapat pula dilihatnya dengan nyata bahwa muka itu persis
seperti bekas wajah wanita cantikKemudian sambil memandang dengan tajam, ia menjawab lemah, Namaku Han
Liong ....... Si Han Liong!!
Wanita itu terkejut bagai disentakkan oleh tenaga gaib. Kedua tangannya
diulurkannya, sepasang matanya terbelalak memandang seakan-akan melihat
setan, penuh pancaran tidak percaya, kedua kakinya tiba-tiba gemetar dan bergerak
maju tanpa disengaja. Kemudian secepat kilat ia menangkap tangan kiri Han Liong
dan membalikkan telapak tangan anak muda itu. Ia membiarkan saja. Terlihat di
nadi Han Liong sebuah titik hitam. Wanita itu memandang Han Liong pula dari
kepala sampai ke kaki, kedua mataaya yang terbelalak lebar perlahan-lahan
menjadi basah dan air mata menetes turun di sepanjang pipinya. Kemudian ia
mundur terhuyung-huyung, tapi kedua lengannya terbuka seakan-akan hendak
memeluk.
Han Liong ....... Han Liong...... anakku ......!! Ia mengharapkan puteranya itu maju
menubruk dan memeluknya, tapi Han Liong diam saja, berdiri tegak laksana patung.
Han Liong......! nyonya tua itu merasa seluruh anggota tubuhnya lemah dan
tangannya meraba-raba ke sandaran kursi mencari pegangan untuk menahan
tubuhnya yang hendak roboh karena kepalanya tiba-tiba menjadi pusing.
Beberapa saat berlalu sunyi, hanya terdengar suara pernapasan wanita itu yang
terengah-engah berat.
Han Liong........ kau datang mencari ibumu.......? tanyanya lemah.
Bukan, jawab pemuda itu tegas tanpa pikir lagi, sehingga ia sendiri menjadi
heran akan kata-katanya karena mengapa sedang hatinya bagaikan hancur luluh
melihat ibu kandungnya sendiri yang sudah lama dirindukannya, dengan seluruh
hasratnya yang menggelora ingin memeluk kaki ibunya dan ingin pula menjatuhkan
kepalanya di pangkuan ibunya, maka tiba-tiba mengeluarkan kata-kata ketus. Aku
datang hendak mencari pembunuh ayahku. Ibu tentu sudah lupa ayahku orang she
Si yang terbunuh oleh suami ibu yang sekarang ini. Tapi aku tidak lupa, dan aku
ingin menuntut balas! Suaranya makin keras dan lantang, semua diucapkannya
diluar kesadarannya.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 61
Mendengar kata-kata yang bagaikan pisau tajam menusuk hatinya dan yang
penuh pernyataan penyesalan dari anak kepada ibunya ini. Yo Lu Hwa, wanita itu,
mendekap dadanya dan menjerit ngeri, lalu roboh tak sadar diri! Buyar seketika
semua kekerasan hati Han Liong melihat ibunya pingsan. Ia maju dengan lemah
lembut diangkatnya tubuh ibunya ke atas pembaringan. Yo Lu Hwa mulai sadar tapi
masih merasa pening dan matanya memandang gelap, lalu dipeluknya leber
anaknya dengan hati hancur. Tapi Han Liong melepaskan pelukan ibunya karena
pada saat itu ia mendengar suara langkah kaki memasuki kamar.
Ia hendak meloncat keluar, tapi ibunya memegang tangannya seakan-akan
hendak menahannya, sehingga hal ini membuatnya terlambat untuk keluar dan
pada saat itu pintu kamar terpentang lebar. Orang yang memasuki kamar itu adalah
seorang gadis muda yang tadi berbicara dengan ibunya, dan ketika ia melihat tegas,
hampir saja ia berteriak karena heran. Karena yang berdiri di depannya memegang
sepasang pedang itu tiada lain ialah Lie Hong Ing sendiri, gadis gagah yang baru
pagi tadi meninggalkan perahunya!
Ibu..... ada apa, ibu? kata gadis itu melihat ibunya dengan cemas. Ibunya yang
terserang tekanan batin hebat itu hanya dapat menuding ke arah Han Liong sambil
berkata lemah, Ia. ... ia.... lalu menangis tersedu-sedu, Hong Ing cepat menengok dan
ketika ia melihat Han Liong, kedua alis matanya bergerak-gerak tercengang.
Kau.....?? Kau..... datang ke sini mengganggu ibuku? Berani benar kaul Segera ia
menusuk dengan pedang kanan ke arah leher Han Liong. Pemuda itu kini maklum
bahwa Hong Ing adalah anak ibunya dan Lie Ban! Hebat rasanya kenyataan ini.
Hong Ing adalah anak musuh besarnya, tapi adalah adiknya sendiri, adik seibu. Dan
kini adiknya itu menyerangnya dengan tusukan maut!
Hong Ing..... ia..... kakakmu ......! Yo Lu Hwa masih sempat berbisik, tapi tak
terdengar oleh Hong Ing yang sedang marah sekali. Tusukannya dapat dikelit Han
Liong yang segera turut mundur keluar dengan cepat.
Bangsat, jangan lari!! teriak Hong Ing lalu menyusul.
Han Liong melompat ke atas genteng, disusul oleh nona itu. Untuk sesaat Han
Liong ingin berlari pergi karena ia segan melawan nona itu, tapi sifat jantannya
melarang ia pergi sebelum ia membatas sakit hati ayahnya. Maka ia berdiri menanti
dengan tenang.
Ketika Hong Ing yang tertinggal karena kalah gesit itu tiba di hadapan Han
Liong, gadis itu menahan serangannya dan bertanya dengan suara ketus, Tak
kusangka kau adalah golongan orang jahat! Sekarang terangkan maksud
kedatanganmu sebelum kupisahkan kepalamu dari tubuhmu!yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 62
Man tak mau Han Liong memainkan senyum di bibirnya mendengar
kecongkakan gadis itu. Kau hendak tahu maksud kedatanganku? Baiklah aku
berterus terang. Kepadamu aku tak bermaksud apa-apa, maka baiknya panggil saja
ayahmu keluar. Bukankah ayahmu adalah Lie Ban si Naga Tanduk Besi?
Ada urusan apa kau mau berjumpa dengan ayahku? tanya Hong Ing.
Ia adalah pembunuh ayahku dan aku datang hendak membalas dendam dan
membunuhnya!
Bangsat kecil! Kau hendak membunuh ayahku? Bagus, besar sekali nyalimu.
Tak perlu ayahku keluar untuk membereskan kau, cukup aku sendiri dengan
sepasang pedangku ini! Terus ia menyerang kembali dengan hebat.
Apa boleh buat! Kau sendiri yang mencari celaka! kata Han Liong dan tiba-tiba
Hong Ing merasa matanya kabur ketika pemuda itu berkelit menghindari
serangannya sambil mencabut Pek liong pokiam yang bersinar putih melepak dan
menyilaukan mata ketika ditimpa sinar bulan! Tapi Hong Ing tidak takut, ia segera
menyerang kembali dengan gerak tipu Dua Dewa Kecil Bermain-main. Pedang
kanannya diputar-putar seperti baling-baling lalu diarahkan ke leher lawan,
sedangkan yang kiri langsung menusuk perut lawannya itu. Han Liong kelit tusukan
dan menangkis sabetan pada lehernya. Trang! dan tahu-tahu pedang kanan Hong
Ing telah putus!
Hong Ing terkejut tapi tidak mau mengalah. Pedang kiri segera pindah tangan,
lalu ia menyerang pula dengan hebat. Tapi kali ini ia berlaku hati-hati karena pedang
lawan luar biasa tajamnya sehingga sebilah pedangnya sendiri yang terbuat dari
baja tulen pun dengan mudah dipatahkan lawan. Han Liong banyak mengalah dan
berkelit ke sana sini mengandalkan kegesitan tubuhnya yang diwarisinya dari si
Iblis Bumi.
Tiba-tiba dari bawah melayang keluar enam bayangan dengan sangat gesitnya
dan terdengar suaranya berseru, Tangkap bangsat itu! Ternyata mereka ini adalah
Lie Ban Naga Tanduk Besi sendiri, diikuti oleh adiknya Lie Kong. Sepasang Macan
Tutul she Beng, dan dua orang tua tamu Lie Ban yang dilihat oleh Han Liong tadi
ketika keenam orang itu tengah duduk bercakap-cakap.
Melihat enam orang itu telah berada di depannya, Han Liong gunakan
pokiamnya memapas pedang Hong Ing sehingga terdengar suara trang untuk
kedua kalinya dan gadis itu kehilangan pedangnya! Hong Ing menjadi marah sekali,
tapi sebelum ia dapat berbuat sesuatu, Han Liong berteriak. Tunggu!! sambil lompat
mundur setindak lebih.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 63
Bangsat dari mana berani membikin kacau di sini? teriak Lie Ban dengan
marah.
Yang mana di antara kalian yang bernama Lie Ban Naga Tanduk Besi? tanya
Han Liong.
Aku sendirilah Lie Ban! Kau mau apa? jawab si Naga Tanduk Besi.
Sepasang mata Han Liong menyinarkan penuh kebencian. Ia gunakan ketika itu
untuk memandang musuh besarnya dengan teliti. Hm, jadi inikah pengrusak rumah
tangga orang tuaku? Inikah orangnya yang membunuh ayahku dan kemudian
menawan ibuku serta memaksanya menjadi isterinya?
Hm, tua bangka she Lie yang rendah budl! Dengarlah baik-baik, aku adalah Si
Han Liong!! Ingatkah kau nama ini??
Lie Ban terkejut. Han Liong?? Kau anakku! Ibumu selalu mengharapkan
kedatanganmu.
Siluman tua! Jangan sebut-sebut nama ibuku untuk meredakan sakit hatiku!
Ayahku telah kau bunuh dan sekarang aku anaknya harus mengambil kepalamu
untuk dipakai sembahyang di depan arwah ayahku!
Tapi........ tapi ....... ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena pada saat itu Pek
liong pokiam telah menyambar ke arah lehernya! Namun Lie Ban bukanlah orang
lemah. Ia bekas panglima yang berkepandaian tinggi, maka dengan melompat ke
samping ia dapat mcnghindarkan dirinya dari tusukan walaupun keringat dingin
mengucur dari jidatnya karena sinar Pek-liong pokiam yang begitu lebat dan
mendatangkan angin dingin!
Jangan banyak tingkah! berteriak Lie Kong lalu menyerang dengan toyanya
dengan ilmu toyanya yang hebat sekali, yaitu Hok-houw-kun-hoat atau Ilmu toya
Penakluk Harimau. Toyanya yang berat itu dimainkan dengan cepat hingga
anginnya bersuara. Dengan sengit Han Liong mengayun pokiamnya. Kembang api
memancar ketika ujung toya itu terpotong karena tertebas Pek-liong-pokiam.
Haya! teriak Lie Kong dengan terkejut sekali. Kawan-kawannya melihat
kehebatan pokiam lawan, segera memegang senjata masing-masing dan maju
mengeroyok! Kedua saudara Beng dengan pedang di tangan memainkan ilmu Jipa-cu Siang-kiam-hoat atau ilmu Pedang Sepasang Dua Macan tutul yang bengis
dan dulu dikagumi oleh Liok tee-sin-mo Hong In! Sedangkan Lie Ban sendiri segera
mencabut goloknya dan kedua tamunya, yang seorang bernama Ma Kui si jagoan
dari Sinkiang dan Ban Cat-lin si orang Tua Dewa Arak, masing-masing bersenjata
tombak dan pian baja, maju pula menyerang Han Liong.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 64
Bagus! teriak Han Liong dengan gagahnya, lalu Pek-liong-pokiam diputar begitu
hebat sehingga tiba-tiba tubuhnya lenyap dari pandangan mata semua lawannya.
Hanya cahaya pedang yang putih gemerlapan itu saja bergerak-gerak ke sana ke
mari, sinarnya jauh dan panjang sampai tujuh kaki dan gerakan-gerakannya luar
biasa sekali!
Baru berjalan belasan jurus saja, Lie Kong yang hanya bersenjatakan toya
buntung itu berteriak lalu roboh mandi darah. Ternyata pundaknya luka karena
sabetan ujung pokiam lawan! Permainan pedang dari Sepasang Macan Tutul
memang hebat, karena pedang mereka juga pedang mustika yang tak mudah
terputus oleh Pek-liong-pokiam, mereka memutar-mutar pedang dengan ilmu
pedang pasangan hingga mereka merupakan hanya seorang yang memainkan
empat pedang. Gerakan mereka demikian teratur, hampir menyerupai gerakan
kedua saudara Sepasang Garuda Sungai Lien ho yang dulu dikalahkan oleh Han
Liong, tapi Sepasang Macan Tutul ini ilmu pedangnya jauh lebih tinggi dari dua
saudara Kong yang dulu itu! Sedangkan ilmu golok Lie Ban sendiri juga tak boleh
dipandang ringan, apa lagi ilmu tombak dari Ma Kui dan pian baja dari Bun Cat-lin.
Sungguh kali ini Han Liong menghadapi lima orang lawan yang betul-betul berat
dan tangguh.
Namun, tak percuma Han Liong diasuh bertahun-tahun oleh empat orang
gurunya dan ditambah dengan pengetahuan yang luar biasa dari Kam Hong Siansu.
Gerakannya sangat lincah dan gesit berkat dari pimpinan si Iblis Daratan dan ilmu
pedang yang ia mainkan tadi adalah Ilmu Pedang Empat Bintang!
Tiba-tiba dari bawah tampak dua bayangan melompat naik. Mata Han Liong
yang tajam segera dapat mengenali bahwa yang naik itu adalah Lie Hong Ing dan
ibunya sendiri! Hong Ing kini bersenjatakan sepasang pedang baru dan ibunya
sendiripun membawa-bawa pedang!
Perih sekali rasa hati Han Liong melihat ibunya membawa pedang itu. Apakah
ibunya sendiri, ibu kandung yang dirindukan bertahun-tahun itu kini hendak ikut
mengeroyok dan membunuhnya? Hatinya sakit sekali dan perasaan ini membuat
gerakan pedangnya agak lambat. Tentu saja hal ini dapat dilihat nyata oleh semua
pengeroyoknya yang terdiri dari jagoan-jagoan cabang atas yang segara
menyerang lebih hebat lagi. Han Liong melihat Hong Ing yang segera ikut menyerbu
membuat ia sibuk menangkis. Kini ia dikeroyok oleh enam orang dari segala
jurusan. Tapi ibunya hanya berdiri memegang pedang sambil tangannya bergerakgerak seakan-akan berbicara dan memberi isyarat supaya ia pergi!
Hatinya menjadi sangat kecewa dan gerakannya tak keruan. Pada suatu saat
ujung pian baja dari Bun Cat-lin si Dewa Arak, tepat mengenai pundak kiri Han Liong.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 65
Ia terhuyung-huyung ke belakang, tapi baiknya ilmu dalam dan tenaga tubuhnya
sudah demikian kuat hingga pian itu yang bagi orang lain dapat memecah daging,
meremukkan tulang, terhadapnya hanya mengakibatkan lecet saja. Namun
darahnya keluar juga membuat bajunya yang putih menjadi merah mengerikan.
Han Liong mendengar ibunya mengeluarkan seruan tertahan. Ia menenangkan
hatinya dan dengan memusatkan pikirannya, ia berkomat-kamit membaca doa
kepada suhunya Kam Hong Siansu, minta ijin untuk menggunakan ilmu pedang
Pek-liong Kiam-hoat.
Tiba-tiba saja enam orang pengeroyoknya itu hampir semua berseru kaget,
karena tiba-tiba saja Pek liong-pokiam mengeluarkan suara bercuitan dan gerakangerakannya begitu hebat sehingga dalam beberapa kali serangan saja empat
pedang dari Sepasang Macan Tutul terpelanting ke udara, masing-masing terlepas
dari pegangan kedua saudara Beng itu! Terpelantingnya pedang diikuti teriakan
kedua orang itu yang roboh mandi darah, masing-masing tangan kirinya putus!
Han Liong, tahan, nak!! tiba-tiba terdengar jerit Yo Lu Hwa dengan sedih.
Nyonya itu dengan nekad masuk ke lapangan pertempuran itu. Han Liong menahan
pedangnya sambil memandang tajam,
Ibu mau apa? tanyanya ketus.
Sudahilah pertumpahan darah ini, Liong.
Tidak, ibu. Sebelum aku membunuh orang she Lie yang menjadi pembunuh
ayahku ini, aku tidak mau berhenti. Biar aku mati di sini, tidak mengapa! katanya
gagah. Sementara itu Lie Hong Ing berdiri bingung keheran-heranan ketika
mendengar pemuda itu menyebut ibunya sendiri ibu . Belum pernah ibunya
menceritakan bahwa ibunya mempunyai seorang anak lain!
Han Liong, dengarlah. Lie Ban tidak salah, akulah yang berdosa. Dan kalau ada
sebutan membalas sakit hati, maka sebenarnya aku sendirilah yang mempunyai
kewajiban itu, bukan kau! Tiba-tiba saja nyonya itu menggerakkan pedangnya
secepat kilat. Karena ia juga serang ahli silat yang tidak lemah dan Lie Ban ketika
itu sedang berdiri bingung, maka serangan tiba-tiba ini sama sekali tidak
disangkanya dan tahu-tabu pedang isterinya sendiri sudah bersarang dalam
dadanya!
Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ayah!! Hong Ing berteriak ngeri dan menubruk ayahnva.
Pada saat itu Yo Lu Hwa berseru, Ampuni aku, suamiku! dan tiba-tiba
pedangnya sendiri menancap ke dadanya dan iapun roboh mandi darah di samping
suaminya!
Ibu!! Han Liong berteriak keras dan pilu lalu menubruk ibunya.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 66
Ma Kui dan Bun Cat-lin yang hanya menjadi tamu dan sebenarnya tidak ada
sangkut-paut dengan urusan itu, hanya berdiri saling pandang. Mereka adalah
orang-orang ternama, dan baru saja mereka telah menyaksikan sendiri kehebatan
kepandaian silat Han Liong yang ternyata dan jelas sekali berkepandaian jauh lebih
tinggi dari merela, maka sebagai seorang panjang pikiran, mereka tidak melanjutkan
ikut campur dalam hal ini, hanya menghela nafas dan menggeleng-geleng kepala.
Hong Ing ketika mendengar teriakan Han Liong dan melihat ibunya rebah mandi
darah dengan kepala di pangkuan pemuda itu, menjerit ngeri sambil menubruk
ibunya. Mulutnya hanya dapat menangis dan berbisik sambil menyebut-nyebut
dengan penuh kepiluan,
Ayah..... ibu..... ayah... ibu.....! tangsnya makin sedih dan akhirnya iapun jatuh
pingsan.
Kedua orang tua she Ma dan Bun segera menolong gadis itu, dan segera Ma
Kui memijit pundak gadis itu, dan dalam beberapa detik saja ia siuman kembali
dan ........ menangis tersedu-sedu.
Yo Lu Hwa membuka matanya dan tersenyum ketika melihat Han Liong
memangku kepalanya. Han Liong.... alangkah.......alangkah rinduku padamu,
nak.......sudah besar dan gagah........seperti ayahmu......
Lalu matanya mengerling ke arah Hong Ing yang menangis sambil memegang
tangannya. Hong Ing........kasihan kau, nak....... kau terbawa-bawa........menanggung derita
karena dosa ibu........
Liong ........ kau ....... kau keliru nak.......tidak ada yang beraslah dalam hal ini.......hanya
akulah yang yang berdosa....... tetapi aku terpaksa, Liong........ Lie Ban benar membunuh
ayahmu ...... tapi....... ingat, hal itu terjadi dalam perang........ sampai di sini napasnya
sangat memburu, maka Han Liong segera mengambil sebuah pil obat pemberian
gurunya, Pauw Kim Kong. Ia memasukkan pil itu ke dalam mulut ibunya, yang
segera ditelan oleh ibunya yang maklum akan maksud anaknya, setelah menelan
pil penahan sakit itu Yo Lu Hwa tampak lebih tenang. Ia melanjutkan kata-katanya
lagi dengan lebih nyata, ;
Pembunuhan dalam perang bukan pembunuhan biasa lagi namanya, Liong.
Salahnya ialah bahwa ia mengambil aku sebagai isteri, tapi ini juga karena ia
sungguh-sungguh ......cinta padaku, Liong. Dan aku....... aku terpaksa menjalani karena
untuk menjaga........menjaga kau, Liong. Ayahmu serang patriot sejati dan orang baik,
Lie Ban hanya bersalah karena ia cinta padaku, dan..... dan aku ......aku seorang wanita
yang berdosa, Liong. Ampuni ibumu, nak,.........yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 67
Han Liong tak dapat menahan keharuan hatinya. Ia memeluk ibunya. Ibu ....... ibu
....bertahun-tahun anakmu ini merindukan pangkuanmu..... Hatiku selalu hancur dan
iri hati bila melihat semua binatang di hutan mempunyai ayah ibu, tetapi aku sendiri
tidak.......Aku rindu kepada ibu, tapi sekarang,........sekarang, karena akulah maka ibu
membunuh diri......
Tidak, Liong. Memang sejak dulu aku ingin menyusul ayahmu. Sekarang Lie Ban
juga telah mati dalam tanganku. Aku puas nak, biarlah kami bertiga di alam baka
membuat perhitungan masing-masing. Hanya........ ia memandang Hong Ing yang
masih menangis. .......pesanku, Liong ...... adikmu ini.......Hong Ing.......... ia yatim piatu ........
terserah padamu, Liong .......Ing ........ selamat tinggal ........ Nyonya yang banyak
mengalami kesengsaraan batin ini menghembuskan napas yang terakhir dalam
pelukan kedua anaknya!
ooOOoo
Dalam beberapa hari Han Liong membantu mengurus pemakaman kedua
jenazah ibu dan ayah tirinya. Hatinya sangat sedih setelah melihat kenyataan yang
sudah terlambat. Ia benci akan sifat balas membalas ini yang sebenarnya tidak
perlu, karena hanya menurutkan dengan nafsu saja. Dan Kam Hong Siansu dulu
pernah berkata, bahwa segala nafsu itu selalu membuat orang menjadi buta akan
segala kebenaran dan membuat orang kehilangan pertimbangan serta keadilan.
Kedua orang tua Ma Kui din Bun Cat-lin itu kembali ke kampung mssing-masing
setelah membantu mengurus jenazah Lie Ban dan isterinya.
Selama itu Hong Ing tak berani memandang muka Han Liong, dan tidak
berbicara sepatahpun kepada pemuda itu, Han Liong mendapat perasaan bahwa
adiknya itu benci padanya, tapi ia tidak menyalahkannya karena bukankah
karenanya, maka gadis itu kehilangan ayah bundanya? Bukankah ia yang merusak
penghidupan gadis itu, tadinya bahagia di bawah lindungan orang tua, kini tiba-tiba
menjadi yatim piatu? Ia sendiri juga yatim piatu, tapi ia adalah serang laki-laki, tapi
Hong Ing hanyalah seorang wanita. Apakah seorang gadis dapat berbuat sesuatu
setelah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya?
Setelah kedua jenazah orang tuanya dimakamkan, Hong Ing setelah menyapu
air matanya, tiba-tiba Han Liong mendatanginya lalu berkata perlahan.
......adikku....... aku........ aku merasa sangat berdosa dan kasihan padamu...... Baru ia
berkata sampai di sini. Hong Ing menangis lagi, entah dari mana datangnya air
mata yang seolah-olah tidak mau kering itu.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 68
Han Liong menghela nafas, Ing......... Ing-moi, aku tak dapat terus tinggal di sini,
aku tak berumah tak berfamili yang lain, aku seorang kelana, maka sekarang aku
harus pergi dari sini.
Baru sekarang Hong Ing mengangkat mukanya dan memandang kakaknya.
Pandangan matanya berbeda dari dulu, kini hilanglah pandangan yang menyatakan
penyesalan dan kebencian, Koko........ kau........ kau tidak berdosa padaku. Kau hanya
menjalankan kewajiban. Dan lagi........ bukan pula kau yang membunuh ayahku. Kalau
kau yang membunuh mereka, pasti aku akan benci padamu dan akan mengadu
jiwa dengan kau. Tapi........kau kini adalah kakakku, keluarga satu-satunya di dunia
ini........ kembali Hong Ing terisak-isak.
Kemudian ia bertanya kembali, Kau .....hendak pergi kemana, koko?
Kemana saja kakiku membawaku, adikku.
Hong Ing mengangkat muka memandangnya dari balik air mata. Kalau kau
pergi, habis aku bagaimana, koko??
Pertanyaan yang diucapkan seperti seorang anak kecil yang tak berdaya ini
menusuk perasaan Han Liong. Ia memandang Hong Ing dengan terharu dan dari
kedua matanya perlahan-lahan bertitik dua butir air mata. Kedua-duanya merasa
betapa mereka hanya hidup berdua, kakak beradik, yatim piatu.
Koko.......
Moi-moi.......
Dan keduanya saling menubruk dan saling berpelukan seperti lakunya dua anak
kecil saja sambil mengalirkan air mata.
Setelah agak reda perasaan mereka, Han Liong berkata,
Sudahlah, dik. Tak perlu kita bersedih terus menerus, tiada gunanya. Kau jangan
khawatir, pesan ibu masih berkumandang di telingaku. Kalau kau tidak keberatan,
marilah ikut aku, adikku. Mari kita merantau berkelana, kita nikmati dunia yang lebar
ini bersama-sama.
Adiknya bernapas lega. Sekali lagi Hong Ing mendekap dan memeluk kakaknya
dan berkata, Koko.
Tapi karena kau seorang wanita, baiknya kau berpakaian laki-laki dan
menyamar sebagai laki-laki saja, moi-moi, agar tidak mendatangkan prasangka
orang.
Timbul kegembirari hati Hong Ing. Pantaskah aku menjadi laki-laki? wajahnya
agak berseri sehingga mau tidak mau Han Liong tersenyum.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 69
Kau akan menjadi seorang pemuda cakap sekali, katanya.
Lebih cakap dari kau berpakaian wanita.
Tentu saja. Lihat saja nanti. Dan mereka berdua tersenyum gembira seolaholah tidak terjadi peristiwa sedih atas diri mereka.
Setelah beres semua harta yang akan ditinggalkan dalam pengawasan Lie
Kong, yang kini sudah agak mulai sembuh dari lukanya atas rawatan Han Liong
dan seorang tabib yang diundang, maka Han Liong dan Hong Ing mulai berkemas.
Tidak lupa mereka memberitahukan kepada kedua saudara Beng yang juga sedang
dalam rawatan karena luka di tangan mereka di rumah itu. Han Liong minta maaf
yang diterima dengan hati terbuka oleh kedua Macan Tutul itu. Kedua saudara Beng
inipun mendapat bagian harta yang diberikan oleh Hong Ing sebagai pembalas budi.
Kemudian Hong Ing menyamar sebagai seorang kongcu, menurut anjuran dan
nasehat Han Liong. Mereka berkemas sambil bersendau gurau, kemudian dengan
menggunakan dua ekor kuda yang dibeli Hong Ing dengan harga mahal, dan
berbekalkan pakaian serta uang dalam bungkusan, kedua kakak beradik ini
berangkat dan memulai pengembaraan mereka untuk mendapatkan pengalamanpengalaman baru.
Pada masa itu keadaan di Tingkok sungguh buruk sekali. Kaisar yang bertahta
dan para menterinya yang memegang tampak kerajaan ternyata lalim dan hanya
ingat kepentingan serta kemewahan diri sendiri saja. Kalau sebatang pohon sakit,
maka cabang-cabang dan rantingnya juga tidak sehat dan daun-daunnya juga pada
mati, demikian kata pepatah kuno. Pepatah ini menjadi sindiran, bahwa kalau
rajanya lalim dan pembesqr-pembesar tinggi berlaku curang dan korup, maka
pembesar-pembesar kecilpun juga tidak jujur dan rakyat kecilpun tentu hidup
tertekan dan menderita sengsara. Di kota-kota siapa berpangkat dapat hidup
senang karena dengan mengandalkan hartanya dapat menyogok para pembesar
itu dan hidup aman. Sebaliknya rakyat kecil yang miskin dan tidak mampu
menggunakan uang untuk menyuap pembesar, hanya dapat menghela napas saja
melihat ketidak-adilan yang ditekankan kepada mereka. Pajak diadakan semaunya
dan undang-undang negeri seakan-akan dibuat sendiri oleh tiap pembesar
setempat yang berwewenang. Lebih-lebih di kampung dan desa, keaadaannya lebih
buruk lagi. Orang-orang kaya dan tuan-tuan tanah merupakan lintah-lintah darat
yang sangat berpengaruh. Mereka ini dapat berbuat sesuka hatinya terhadap petani
miskin. Mau menjadikan anak gadis orang untuk isteri muda, tinggal rampas saja.
Mau memfitnah orang kecil, tinggal berkejap mata saja kepada pembesar yang
berkuasa di situ. Bahkan orang-orang kaya itu hampir semua mempunyai barisanyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 70
penjaga atau tukang pukul sendiri, mempunyai peraturan-peraturan sendiri untuk
melindungi tanah mereka!
Pendeknya, bagi telinga seorang yang berjiwa patriot, ia tentu memperhatikan
jerit-tangis dan keluh-kesah dari rakyat yang memuncak tinggi, tapi mereka atau
orang-orang yangs berjiwa patriot itu tak berdaya sama sekali, karena penindasan
dan hukum rimba itu yang berantai, dari pembesar terkecil terus sampai ke menteri
bahkan sampai ke kaisar sendiri! Siapa berani menentang pembesar kecil maka ia
akan berhadapan dengan pembesar tinggi dan pasti akan menemui kehancuran.
Karenanya, jerit-tangis rakyat pada waktu itu seakan-akan keluh kesah seorang
kehausan di tengah padang pasir, tiada yang mendengar, tiada yang perduli! Karena
itu, banyak rakyat kecil yang karena menderita menjadi putus asa, sering mengeluh
dan berkata, bahwa tuhan pada waktu itu melupakan manusia ciptaannya yang
tengah menderita kesengsaraan!
Han Liong yang baru saja turun gunung, melihat keadaan itu Han Liong menjadi
marah sekali. Di setiap tempat, bila menjumpai keadaan yang tidak adil, Han Liong
pasti tidak tinggal diam berpeluk tangan. Hong Ing ternyata mewarisi sifat ibunya
dan berjiwa patriot pula. Ia secara diam-diam sering menyesalkan perbuatan
ayahnya yang telah menjual tenaga kepada pemerintah Ceng-tiauw, satu
pemerintahan yang bagi para pahlawan bangsa dianggap pemerintah yang
menjajah. Sebaliknya ia memuji sekali ayah Han Liong dan ia iri hati kepada
kakaknya itu. Maka, untuk membalas dan menebus dosa ayahnya, ia mencurahkan
semua tenaganya untuk menolong rakyat yang tertindas oleh pembesar-pembesar
penjilat pemerintah asing itu. Banyak sudah pembesar-pembesar yang mereka beri
hajaran, bahkan ada beberapa pembesar yang mereka anggap terlampau jahat
telah tewas dalam tangan mereka. Entah berapa banyak harta benda orang-orang
hartawan mereka angkut dan bagi-bagikan kepada rakyat miskin. Baru saja
beberapa bulan mereka berkelana, nama mereka menjadi harum dan terkenal
sekali, bahkan orang-orang di kalangan kang-ouw menyebut mereka sebagai Thianjiauw-siang-hiap atau Sepasang Pendekar Garuda Angkasa! Julukan ini diberikan
kepada mereka berdua karena gerakan mereka yang datang menolong tak
tersangka-sangka. Dan mereka sangat gesit tak ubahnya seperti sepasang garuda
menyambar dari angkasa. Mereka disebut siang-hiap karena dalam setiap operasi,
mereka selalu berpasangan.
Han Liong yang selalu berpakaian warna putih, disebut orang Pek i-hiap dan
Hong Ing yang suka baju warna merah, disebut orang Ang-i-hiap yang artinya bagi
Han Liong si Pendekar Btju Putih dan bagi Hong Ing si Pendekar Baju Merah! Tiada
seorangpun tahu bahwa Hong Ing adalah seorang wanita.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 71
Pernah Han Liong bertanya kepada adiknya tentang pelajaran silatnya dan
siapa gurunya. Sebelum menjawab, Hong Ing terlebih dulu minta diceritakan riwayat
pelajaran silat Han Liong kepadanya. Ia mengalah dan bercerita lebih dulu. Hong
Ing mendengarnya dengan penuh minat dan minta supaya kakaknya itu berjanji
akan mengajarnya untuk menambah ilmu silatnya yang sudah ada. Kemudian gadis
itu minta diperlihatkan macamnya Pek liong pokiam yang dulu telah ia rasakan
sendiri ketajamannya yang luar biasa itu.
Setelah itu, barulah Hong Ing bercerita tentang dirinya sendiri. Ternyata Hong
Ing mendapat latihan silat pertama-tama dari ayahnya sendiri, kemudian oleh
ayahnya ia dikirim ke Bok sin-tang untuk berguru kepada seorang Nikouw atau
pendeta Wanita bernama Seng Bouw Nikouw yang sebenarnya bibi gura dari Lie
Ban. Dari pendeta perempuan inilah Hong Ing menerima pelajaran silat yang tinggi
sehingga kepandaiannya kini boleh dikatakan setingkat dengan ayahnya sendiri,
atau boleh dikata lebih tinggi, terutama dalam permainan siang kiamnya yang luar
biasa. Selama lima tahun ia belajar silat dengan nikouw itu.
Demikianlah, kedua kakak beradik itu melanjutkan perjalanan dengan penuh
kegembiraan. Hong Ing telah lupa sama sekali akan kesedihannya, dan Han Liong
juga merasa bahagia. Sikap adiknya yang manja, nakal, suka menggoda, tapi penuh
kejujuran dan keberanian itu membuat ia merasa senang sekali dan lama kelamaan
pertalian darah mereka makin erat dan saling kasih mengasihi. Hong Ing pada
waktu itu telah barusia enam kelas tahun dan Han Liong delapan belas.
Pada satu hari Han Liong dan Hong Ing berkuda sepanjang jalan yang menuju
ke kota Tong Hai. Pagi-pagi keduanya berkuda memasuki hutan pohon Liu yang
menahan sinar matahari pagi sehingga sinar sang surya merupakan garis-garis
kuning bersinar menyorot dari celah-celah daun pohon Liu merupakan
pemandangan yang indah sekali. Mereka menjalankan kuda berendeng dan sambil
naik kuda yang berjalan perlahan-lahan, mereka menikmati hawa hutan yang sejuk
itu, mereka bicara dengan riang gembira.
Koko, alangkah indahnya sinar matahari itu, kata Hong Ing sambil mendongak
ke atas, Sungguh senang berada di luar, bebas lepas menyaingi burung-burung di
udara. Aah, inilah hidup dan bahagia!
Adik Ing, jawab Han Liong yang sudah biasa menyebut adik saja atau siauwte
artinya adik laki-laki, karena ia harus membiasakan sebutan ini di muka umum agar
melengkapi penyamaran Hong Ing sebagai pria, Betapapun juga, segala sesuatu itu
selalu harus mengalami perubahan. Kita tidak mungkin selamanya begini
sampai...... di sini Han Liong menghela napas.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 72
Mengapa tidak, kakakku yang baik? Apa kau ada pikiran hendak meninggalkan
aku? tanya Hong Ing.
Sekali-kali tidak. Tapi pada suatu waktu, kaulah sendiri rasanya yang akan
meninggalkan aku, bahkan akan melupakan kakakmu ini.
Eh, eh! Tiada hujan tiada angin kau bicara tidak keruan juntrungannya, koko.
Siapa mau tinggal meninggalkan? Aneh benar bicaramu pagi ini. Dan kau kelihatan
sangat muram seperti anak kecil tidak kebagian kue! Sungguh tidak sesuai dengan
indahnya cuaca. Mengapakah, koko?
Han Liong memaksa tersenyum. Ah, tidak apa-apa, adik Ing.
Hong Ing tiba-tiba menahan kudanya dan tidak mau maju. Han Liong menoleh
kepadanya dan berkata, Ayoh jalankan kudamu. Tapi Hong Ing diam saja bahkan
menggeleng-gelengkan kepala dengan mulut cemberut.
Eh, eh. Ada apa, adik Ing?
Katakan dulu kenapa kau bermuram durja, baru aku mau maju lagi, kata Hong
Ing dengan manja.
Han Liong tertawa dan memajukan kudanya menghampiri. Jangan marah,
adikku yang manis! Tapi Hong Ing masih saja menggeleng-gelengkan kepala dan
pundaknya. Ah, adik Ing, kalau kau sudah begini maka tidak pantas menjadi pemuda,
lagakmu seperti seorang gadis benar-benar!
Hong Ing mengangkat cambuk kudanya hendak memukul kakaknya yang
segera melarikan kudanya dan lalu dikejar oleh Hong Ing. Mereka segera saling
kejar berputar-putaran di bawah pohon-pohon Liu.
Sudah, sudah, adikku. Aku menyerah. Lihat kudaku sampai mengepulkan uap
diri mulutnya karena lelah.
Biar! Kau jawab pertanyaanku atau kupukul dengan cambuk ini. Hong Ing
mengancam.
Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba dari arah belakang terdengar bunyi kaki kuda berlari cepat. Dari
sebuah tikungan tampak datang dua orang menunggang kuda yang dilarikan
sangat kencang. Karena jalan itu kecil dan tidak cukup lebar untuk tiga atau empat
kuda jalan berendeng, maka dari jauh mereka sudah berteriak-teriak, Minggir!
Minggir!!
Han Liong segera meminggirkan kudanya di bawah pohon Liu. Tapi Hong Ing
yang beradat keras dan pula sedang kesal kepada kakaknya, membiarkan kdanya
melintang jalan dan memaksa kedua penunggang kuda itu harus berhenti!yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 73
Kedua penunggang kuda itu segera menahan kuda mereka dengan cepat, kalau
tidak mereka pasti akan berlanggar dengan kuda Hong Ing. Ternyata kedua-duanya
adalah perempuan-perempuan muda yang cantik dan di pinggang mereka
tergantung pedang.
Eh, kurang ajar! Apa maksudmu sengaja menghalang-halangi jalan kami?
Seorang dari mereka yang lebih muda memaki. Hong Ing membalas makian ita
dengan mata mendelik.
Tuan, harap beri jalan kepada kami, karena kami ada urusan penting dan
tergesa-gesa, kata yang seorang lagi.
Hm, ini baru kata-kata sopan, jawab Hong Ing. Dari manakah datangnya orang
yang seakan-akan merasa diri menjadi raja dan menganggap jalan ini seperti
jalannya sendiri? ia tujukan kata-katanya ini kepada gadis muda itu. Apa kau kira
semua orang takut akan gertakanmu?
Sudah, jangan banyak cakap, awas jangan membuat aku menjadi hilang sabar!
Gadis muda itu berkata pula dengan marah. Pendeknya, lekas kau minggir!
Kalau aku tidak mau minggir, kau mau apa, nona galak? kata Hong Ing dengan
aksinya yang menimbulkan kemarahan orang.
Bangsat kecil tak tahu diri! Tahukan kamu bahwa kamu berhadapan dengan
siapa? Kami Shoatang Ji-lihiap (Dua Pendekar Wanita dari Shoatang) enci dan aku
tidak biasa menerima penghinaan dari siapapun saja, mengerti? teriak gadis yang
muda itu marah. Encinya yang agaknya lebih sabar menarik lengan adiknya, tapi
tak diperdulikan oleh adiknya.
Hong Ing mengeluarkan suara sumbang. Hm! Siapa perduli apakah kalian
pendekar-pendekar dari Shoatang ataukah dari Neraka? Aku tidak kenal nama itu!
Mendengar ini, perempuan yang lebih tua merasa tak senang juga. Bukankah
mereka berdua telah terkenal di kalangan kang-ouw? Mengapa pemuda kecil ini
berani menghina?
Tuan, jangn mencari perkara. Minggirlah dan kami akan lewat dengan baik-baik.
Kami tidak ada waktu melayani segala orang seperti tuan!
Kami berdua juga mau pergi mau ke depan. Kalian boleh menjalankan kuda di
belakang kami. Sementara itu Han Liong sudah menghampiri mereka.
Bangsat kecil ingin celaka! gadis yang termuda itu memaki sambil mencabut
pedang dari pinggangnya. Hong Ing hanya tertawa menyindir dan mencabut
pedangnya pula.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 74
Adik Ing sabar dulu, kata Han Liong untuk mencegah adiknya. Tetapi Hong Ing
yang sedang jengkel kepadanya mana mau menurut perintahnya. Ia bahkan
mengerling kepada Han Liong dengan marah dan berkata, Kalau kau mau membela
perempuan-perempuan cantik ini, silakan. Boleh aku dikeroyok tiga!! tantangnya
dengan mata merah karena marah.
Siapa mau mengeroyok, laki-laki tak tahu malu! gadis muda itu berteriak
marah, Aku sendiri sudah cukup untuk mengirim jiwamu ke akhirat. Sehabis
berkata begini gadis itu majukan kudanya dan memberi sebuah tusukan berbahaya.
Hong Ing menangkis dengan pedangnya yang kiri, lalu dengan pedang kanan balas
menusuk. Mereka berdua bertempur di atas kuda, dan karena kuda mereka tidak
biasa dipakai bertempur, maka kuda mereka melompat-lompat ketakutan sehingga
mereka tidak dapat bersilat dengan leluasa. Hong Ing mendahului lawannya
melompat turun dan menantang. Turunlah kalau kau benar-benar perempuan
gagah!
Lawannya segera melompat turun juga dan mereka meneruskan pertempuran
di atas tanah! Ternyata tenaga dan kegesitan mereka berimbang, tapi karena Hong
Ing menggunakan dua pedang dan ilmu pedangnya warisan dari Seng Bouw
Nikouw memang lihai sekali, maka setelah mereka bertempur dua puluh jurus, gadis
muda itu mulai terdesak. Encinya tidak tega melihat adiknya kewalahan, maka ia
segera terjun ke tengah pertempuran itu. Ternyata gerakannya sangat kuat dan
gesit sehingga benturan-benturan pedangnya dirasakan oleh Hong Ing sangat kuat
dan membuat telapak tangannya panas. Ia mengharapkan bantuan Han Liong, tapi
ternyata pemuda itu hanya turun dari kuda dan berdiri melihat jalannya
pertempuran!
Hong Ing lama-lama terdesak juga dan repot melayani dua lawannya yang
ternyata berkepandaian tinggi, lebih-lebih yang lebih tua, pedangnya berputar-putar
kuat dan ia pandai sekali. Karena gemas, maka sambil bertempur Hong Ing berteriak
ke arah Han Liong. He, kenapa kau diam saja? Ayohlah bantu mereka ini, agar
sekalian dapat kulayani!!
Han Liong tersenyum geli. Ia memang sengaja membiarkan adiknya agar ia
merasa bahwa ada juga orang yang lebih pandai darinya, juga ia melihat bahwa
biarpun terdesak, namun siang kiam-hoat dari adiknya itu cukup ulet untuk
dikalahkan begitu saja dalam waktu pendek. Selain itu, ia sesungguhnya sangat
tertarik oleh gerakan-gerakan kedua nona itu. Kini setelah nendengar teriakan Hong
Ing, ia segera meloncat ke tengah-tengah pertempuran dan menggunakan kedua
tangannya bergerak-gerak di antara sinar pedang, lalu secepat kilat menahan dua
tangan yang memegang pedang dari kedua lawan itu. Kedua nona dari Shoatangyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 75
itu merasa tangan mereka tergetar dan alangkah terkejut mereka ketika
diketahuinya pedang mereka telah pindah ke tangan pemuda itu di kanan kiri!
Haa Liong memandang kedua nona itu dengan tajam dan bertanya dengan
suara sungguh-sungguh. Adakah pertalian kalian dengan Lie Kiam si Angin Ribut?
Gadis yang lebih muda itu menjawab sengit. Apa perlunya kau tanya-tanya
tentang supek kami?
Aha! Kalau begitu kalian adalah murid Bhok Kiam Eng si Garuda Putih? Hm,
bagus, kalau aku ceritakan kepadanya akan kelakuanmu hari ini, kalian pasti akan
kena marah!
He, siapakah kau? Dan apa maksudmu berkata begitu? tanya gadis yang lebih
tua. Lupakah kau akan ajaran suhumu? Bukankah suhumu sudah pesankan, bahwa
kalian tidak boleh mencari-cari musuh jika tidak diserang orang? Mengapa kalian
begitu berani dan sembarangan turun tangan karena urusan kecil saja, bahkan mau
membunuh orang?
Terangkan dulu siapa kau, sebelum memberi nasehat kepada kami, kembali
gadis yang lebih muda berkata dengan suara pedas.
Ketahuilah, nona-nona, gurumu itu adalah suhengku, jadi kalian harus
menyebutku paman guru!
Kedua gadis itu saling pandang dengan heran, kemudian gadis yang muda dan
berani itu maju setindak dan memaki, Orang tak tahu adat! Sembarangan saja kau
mengaku-aku guru kami sebagai suhengmu! Kami belum pernah mendengar
bahwa suhu mempunyai adik seperguruan semuda kau! Pula, selain suhu dan Lie
Kiam supek, sukong Liok-tee-sin-mo Hong In tidak mempunyai murid lagi. Jangan
kau berani membohong!
Han Liong tersenyum. Ia tidak heran bahwa kedua murid suhengnya ini belum
mengenalnya. Maka dengan masih tersenyum ia berkata,
Hm, kalian tidak percaya? Ternyata selain berkepala batu, kalian juga kurang
rajin mempelajari ilmu silatmu. Gerakanmu ketika menyerang dengan tipu Garuda
Menyambar dari Pohon tadi kurang baik, seharusnya kau bertindak maju dengan
berdiri di atas ujung kaki, karena bukankah gerakan itu mengutamakan keringanan
tubuh dan kegesitan? Juga encimu tadi ketika menangkis dengan tipu Angin Barat
Meniup Daun masih kurang sempurna, seharusnya kaki kiri ditekuk sedikit ke dalam
agar mudah untuk diganti gerakan selanjutnya ialah tipu Angin Ribut Mengamuk
untuk membalas menyerang!yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 76
Mendengar pemuda itu menerangkan semua tipu-tipu silat warisan mereka itu,
kedua nona tadi agak heran. Han Liong melihat bahwa mereka masih saja kurang
percaya, maka ia segera melemparkan dua pedang ke atas lalu menyambut
meluncurnya pedang itu dengan memegang ujungnya. Kemudian ia menyerahkan
pedang itu kembali kepada pemiliknya sambil berkata, Nah, kalau kalian masih tidak
percaya, cobalah serang aku serentak. Aku akan menggunakan kegesitan tubuh
menurut tipu-tipu ajaran gurumu untuk berkelit.
Karena masih belum percaya dan penasaran karena pedang mereka tadi
dirampas, Shoatang Ji-lihiap maju bersama melakukan serangan! Bagus tipu Ular
Melintas Sungai dan Harimau Menyabet Dengan Ekornya ini! Han Liong berseru
menyebut tipu-tipu mereka, lalu ia menggerakkan tubuhnya. Kedua nona itu melihat
tubuh pemuda itu berkelebat di antara sambaran pedang mereka dan tahu-tahu
pemuda itu lenyap dari penglihatan mereka. Mereka membalikkan tubuh dan
ternyata Han Liong sudah berdiri di situ sambil tersenyum!
Kenalkah kalian gerakanku tadi? Itu adalah lompatan Naga Sakti Mengejar
Mustika, tentu kalian kenal, bukan? Nah, ayoh, jangan tertegun seranglah lagi! Kedua
kakak beradik itu menyerang dengan lebih hebat, tapi Han Liong dapat berkelit
menggunakan kegesitan tubuhnya, sambil berkelit ia sebut tiap tipu kedua nona itu
dan sekalian memperkenalkan gerakannya sendiri. Setelah kedua nona itu
menyerang sepuluh jurus, maka heranlah mereka. Pemuda itu ternyata dapat
menyebut tipu-tipu mereka dengan tepat dan gerakannya ketika berkelitpun adalah
gerakan tipu silat guru mereka, namun ternyata pemuda itu jauh lebih gesit dan
ringan badannya daripada guru mereka sendiri!
Si enci dengan segera menjatuhkan diri berlutut, Susiok, ampunkanlah teecu
yang berlaku kurang hormat karena tidak tahu.
Si adik yang ternyata sifatnya memang angker dan keras, setelah berdiri raguragu dan setelah encinya membelalakkan matanya, akhirnya ia berlutut juga dan
menyebut, Susiok!
Han Liong tertawa dan menyuruh mereka bangun. Tidak apa, nona berdua
bukannya sengaja melawan paman guru. Memang kalau tidak bertempur kita tidak
akan berkenalan. Hanya pesanku, janganlah terlalu mudah mencari perselisihan
dengan orang, karena hal itu hanya akan menimbulkan keributan yang tak perlu
saja.
Kemudian Han Liong memperkenalkan Hong Ing dengan kedua nona itu, yang
ternyata bernama Bwee Lan dan Bwee Hwa.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 77
Kailan begitu tersesa-gesa, sebenarnya ada urusan apakah? kemudian Han
Liong bertanya.
Bwee Lan berkata dengan sedih. Susiok, sebenarnya karena kami sedang
menghadapi urusan hebat, maka berlaku sembrono dan adikku karena bingung dan
sedih menjadi mudah naik darah. Teecu berdua sedang menuju ke kota Tong Hai
mencari suhu untuk memohon pertolongannya.
Ada apakah? tanya Han Liong penuh perhatian.
Celaka, susiok. Supek Lie Kiam telah dilukai orang dan puteranya yang baru
berusia lima tahun diculik penjahat. Sampai di sini ia menangis, kemudian setelah
reda lagi tangisnya, Bwee Lan menyambung ceritanya, Penjahat yang menculik itu
memberi waktu sampai malam hari ini, jika tidak ada orang datang membawa uang
tebusan lima ribu tali perak, maka anak supek itu akan dibunuh!
Berapa jauhkah tempat kediaman penculik itu? tanya Han Liong.
Ia berdiam di bukit Lui-san, kira-kira perjalanan setengah hari dari sini bila naik
kuda cepat. Teecu khawatir terlambat.
Hm, kalau begitu, biarlah aku mewakili suhumu dan mari kita segera berangkat
saja menuju ke Lui san.
Tapi........ susiok, kata Bwee Hwa yang sejak tadi diam saja, Penculik itu adalah
Ban Hok si Harimau Hitam. Ilmunya sangat tinggi, sedangkan supek sendiri terluka
olehnya dalam pertempuran! Dengan kata lain, Bwee Hwa sebenarnya merasa
sangsi apakah susioknya yang muda itu akan dapat melawan Ban Hok. Dan lagi,
uang tebusannya sangat banyak..........
Jadi kalian ini pergi mencari Bhok suheng untuk minta diusahakan uang
tebusan? Kedua nona itu mengangguk.
Apakah Bhok suheng itu orang kaya dan banyak uang?
Dua murid keponakannya iu menggeleng-geleng kepala.
Habis, darimana suhu kalian bisa memperoleh uang itu? tanya Han Liong pula.
Maksud teecu hanya minta nasehat dan pikiran suhu, karena siapa lagi yang
harus kami tangisi dan siapa lagi dapat menolong supek dan puteranya, jawab
Bwee Lan.
Nah. kalau begitu sama saja halnya. Suhumu tidak punya uang, sedangkan aku
sendiri, terus terang saja juga tidak punya uang sedemikian banyak. Tapi mungkin
dapat kuusahakan untuk menolong putera suheng Lie Kiam itu. Dan, kalau kita harusyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 78
mencari Bhok suheng dulu, dikhawatirkan kita akan terlambat untuk menolong jiwa
Petualang Sakti 2 Gento Guyon 21 Sang Petaka Panji Sakti 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama