Ceritasilat Novel Online

Pedang Pusaka Naga Putih 3

Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo Bagian 3


anak itu.
Bwee Lan dan adiknya tak dapat membantah legi, maka mereka segera
berangkat membalapkan kudanya. Di sepanjang jalan, ternyata Bwee Hwa yang
nakal dan suka bicara itu cepat sekali dapat menjadi akrab dengan Hong Ing yang
tidak kalah cerewetnya! Kedua enci adik itu sedikitpun tidak menyangka bahwa
Hong Ing adalah seorang wanita, karena Han Liong memperkenalkannya sebagai
adiknya laki-laki! Tapi diam-diam Bwee Lan agak jemu melihat Hong Ing yang
dianggapnya seperti lelaki ceriwis! Ia juga menyesalkan mengapa Bwee Hwa
demikian rapat merendengkan kudanya sambil bicara dengan gembira dan
diselingi senda gurau! Sebaliknya, melihat susioknya, ia merasa segan karena
pemuda itu terlampau pendiam. Kalau saja Han Liong itu bukan susioknya, demikian
pikir Bwee Lan! Terhadap seorang paman guru tentu saja ia tidak berani
memperlakukan sebagai seorang kawan, karena dalam tingkatan mereka, Han Liong
adalah termasuk golongan tua!
Ketika mereka tiba di kaki bukit Lui-san hari telah mulai gelap. Bwee Lan
mengajak susioknya berhenti di depan sebuah rumah sederhana di kampung Limcun di dekat situ, di mana tinggal supeknya yang menderita luka.
Kedatangan mereka disambut oleh seorang wanita yang masih merah matanya
karena kebanyakan menangis. Ketika diperkenalkan, Han Liong tahu bahwa itu
adalah isteri suhengnya, maka ia segara memberi hormat. Segera mereka
diantarkan memasuki kamar Lie Kiam yang tampak berbaring di atas tempat tidur
dengan wajah pucat.
Suheng, sutemu datang terlambat sehingga suheng dilukai orang. Han Liong
memberi hormat sambil memandang laki-laki yang sudah setengah tua yang masih
tampak gagah itu. Dengan agak payah Lie Kiam bangkit duduk, lalu memandang
wajah anak muda itu dengan agak heran.
Aku telah mendengar dari Bhok suheng bahwa suhu telah mempunyai seoang
murid baru,; tapi tak kusangka bahwa ia masih semuda ini, katanya perlahan.
Siokhu dipukul orang dan putera siokhu diculik, sebenarnya ada perkara
apakah? tiba-tiba Hong Ing yang kasihan melihat keadaan Lie Kiam itu bertanya.
Han Liong mengerling adiknya, tapi Lie Kiam memandangnya lalu bertanya,
Siapakah anak ini, sute?
Ia adalah adikku, suheng.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 79
Lie Kiam mengangguk-angguk, kemudian hendak mulai bercerita. Tapi Han
Liong cepat berkata kepada Hong Ing. Adik Ing, kau lihat suheng perlu mengaso,
pula, cerita ita dapat ditunda kelak, Kini yang perlu ialah menolong puteranya.
Mendengar orang menyebut puteranya, Lie Kiam timbul rasa khawatir dan
sedihnya, maka tiba-tiba ia batuk-batuk dan dari mulutnya keluar darah!
Han Liong segera menghampiri. Ah, suheng, kau terluka di dalam, katanya, lalu
tanpa minta permisi lagi, ia membuka baju suhengnya dan memeriksa dadanya.
Suheng, kau terpukul dan mendapat luka dalam yang berbahaya juga, selain
itu jalan darah di bawah tulang iga kanan telah terotok. Maaf, suheng, biarlah sute
mencoba memulihkan jalan darah itu. Ia segera menggunakan kedua jari tangan
dan telunjuknya mengurut-urut dada di bawah iga lalu menepuk punggung
suhengnya. Lie Kiam yang terheran-heran kini merasa sakit di dadanya agak
berkurang.
Nah, ini dua butir obat, harap suheng makan dua kali, malam ini dan besok
pagi. Ia menyerahkan dua butir pil pemberian suhunya yang paham akan ilmu
obat-obatan, ialah Pauw Kim Kong.
Eh, sute, darimana kau peroleh kepandaian mengobati ini? tanya Lie Kiam.
Dari suhunya yang bernama Pauw Kim Kong! Hong Ing menyahut.
Lie Kiam terheran mendengar ini. Bukankah sutenya itu murid suhunya sendiri?
Tapi Han Liong segera berkata.
Biarlah besok saja kita bicara, suheng. Riwayat sutemu ini panjang untuk
diceritakan seketika juga. Yang perlu sekarang adalah urusan anakmu. Biarlah
kedua nona Bwee ini mengantarkan siauwte merampasnya kembali dari tangan
Ban Hok.
Jangan, sute, ia sangat berbahaya. Kau akan mendapat celaka.
Han Liong tersenyum. Jangan khawatir, suheng, kurasa ada jalan untuk
mengalahkannya. Pula, biar siauwte mendapat celaka sekalipun, siauwte tidak akan
menyesal, karena siauwte telah memenuhi kewajiban sebagai saudara
seperguruan.
Tapi adikmu ini lebih baik tinggal di sini saja dan biar Bwee Lan saja
mengantarkan kau. Bwee Hwa juga jangan ikut, kata Lie Kiam pula. Han Liong
mengerling ke arah Hong Ing yang tampak merengut, maka dengan ketawa ia
menjawab, 'Biarlah adikku ikut, suheng, karena iapun dapat menjaga dirinya sendiri.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 80
Dengan terpaksa Lie Kiam melepaskan mereka pergi. Hanya Bwee Hwa saja
yang dilarangnya pergi, karena ia tahu akan tabiat anak itu dan khawatir akan
keselamatannya.
Untung saja Han Liong dan dua kawannya bahwa malam itu angkasa diterangi
oleh ribuan bintang sehingga mereka dapat maju dengan cepat ke tempat
kediaman Ban Hok si Harimau Hitam. Terbukti menurut penuturan Bwee Lan,
penculik itu tinggal dalam sebuah kelenteng tua yang telah tak terpakai lagi.
Ketika mereka sampai di depan kelenteng itu, Ban Hok telah kelihatan berdiri di
depan bertolak pinggang. Tubuhnya tinggi besar dan kulitnya hitam, sehingga di
tempat agak gelap itu hanya tampak putih mata dan giginya ketika ia menyeringai.
Han Liong maju dan tunduk menghormat dan Ban Hok segera membalasnya.
Apakah siauwte berhadapan dengan Ban-enghiong? tanya Han Liong dengan
sopan.
Betul. Dan saudara ini suruhan Lie Kiam si Angin Ribut?
Memang siauwte mewakili Lie Kiam suheng untuk menjumpaimu dan
menjemput anaknya. jawab Han Liong.
Ha, ha! Lie Kiam ternyata berpikiran luas juga. Baik, kau boleh mengambil anak
itu, ia sehat dan selamat, tapi lebih dulu serahkan uangnya padaku! Matanya
berganti-ganti memandang tiga tamunya ingin tahu segera apakah mereka ini
sudah membawa uang tebusan yang dimintanya.
Perkara uang mudah, Ban-enghiong. Tapi cobalah kau sebutkan alasanalasanmu menggunakan cara penculikan dan minta tebusan ini. Karena caramu ini
sungguh membikin aku kecewa. Tak kusangka bahwa namamu yang besar itu tak
sesuai dengan perbuatanmu. Maka kuduga pasti ada apa-apanya di belakang
perbuatanmu ini.
Hm, kau masih muda tapi pandai bicara. Kau tadi bilang bahwa Lie Kiam itu
suhengmu? Baik, dengarlah alasanku mengapa aku melakukan semua ini. Lima
tahun yang lalu ketika aku mencegat seorang hartawan yang lewat di daerahku
dan merampok uangnya sebanyak sepuluh ribu tail perak, Lie Kiam telah turut
campur dan membela hartawan itu! Kami bertempur dan Lie Kiam telah
memukulku sehingga aku hampir mati. Nah, aku lalu belajar silat lagi dan sekarang
aku menagih hutang. Apakah ini perbuatan salah? Hutang uang membayar uang,
hutang pukulan membalas pukulan, bukankah ini sudah adil namanya?
Hm, begitukah? Tapi kenapa kau masih menculik anaknya? Bukankah itu
perbuatan rendah? ujar Han Liong.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 81
Penculikan ini hanya untuk menagih uangku yang dulu. Lie Kiam telah
merugikan aku sepuluh ribu tail, kini aku hanya minta lima ribu, ini masih murah
sekali. Sudahlah, jangan banyak cakap, segera bayar uang itu dan anak Lie Kiam
akan kuserahkan padamu.
Tuan Ban! Kau telah menggunakan kepandaianmu untuk menjatuhkan
suhengku dan menculik anaknya, maka bagaimana kalau sekarang suheng
menggunakan kepandaian pula untuk mengalahkan kau dan minta kembali
anaknya?
Boleh, boleh! Kalau ia masih tidak mau mengaku kalah dan ingin mengadu
kepandaian, silahkan! Kalau aku salah, biarlah aku bersumpah takkan
mengganggunya lagi dan anaknya akan kukembalikan dengan selamat.
Bagaimana kalau adik seperguruannya mewakilinya berhadapan dengan kau
dan mengadu tenaga?
Ha, ha! Sedangkan suhengmu saja tak mampu melawanku, apa lagi sutenya?
Silahkan, siapakah yang akan mewakilinya melawan aku? tanyanya sombong.
Aku sendiri.
Kau?? sepasang mata Ban Hok memandang Han Liong dengan tajam seakanakan menaksir anak muda itu, tapi Han Liong hanya merupakan seorang pemuda
yang halus kulitnya dan halus pula gerak-gerik serta tutur sapanya, maka ia sangat
mengganggap enteng. Baik, datanglah besok pagi, kita mengukur kepandaian di
waktu terang hari di depan kelenteng ini.
Baik, tuan Ban, aku percaya bicaramu. Nah, sampai besok! Walaupun Hong Ing
dan Bwee Lan tidak setuju dengan perjanjian ini, namun Han Liong segera mengajak
mereka pergi. Di tengah jalan Han Liong menerangkan kepada mereka bahwa
sebagai seorang yang mengerti aturan, ia harus menerima permintaan Ban Hok
untuk bertempur besok karena malam itu terlampau gelap untuk orang mengadu
kepandaian secara jujur.
Sesampainya di rumah Lie Kiam, ternyata suhengnya sedang tidur nyenyak.
Setelah menelan sebutir pil, ia nampak agak lumayan dan dapat tidar enak
kata isterinya kepada Han Liong dengan pandangan berterima kasih. Maka Han
Liong lalu beristirahat pula dalam sebuah kamar yang telah disediakan. Hong Ing
pun pergi tidur dalam kamar lain. Ia mendapat kamar sendiri karena ia lebih dulu
memajukan alasan bahwa ia tidak bisa tidur sekamar dengan lain orang, walaupun
dengan kakaknya sendiri!yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 82
Keesokan harinya, Han Liong mengajak Hong Ing berangkat. Kedua nona Bwee
yang akan ikut, dilarang oleh Han Liong dengan alasan bahwa Ban Hok mungkin
akan menganggap ia mengandalkan banyak orang untuk mengeroyok. Dengan
cepat mereka tiba di kelenteng tua itu I Betul saja Ban Hok telah menanti
kedatangan mereka. Kini mereka dapat melihat orang she Ban itu lebih nyata.
Ternyata ia adalah seorang berusia kira-kira empat puluh tahun, berkulit hitam
dengan sepasang mata tajam. Kedua lengan tangannya yang hitam itu berkilap
seakan-akan digosok minyak. Diam-diam Han Liong terkejut karena ia dapat
menduga bahwa Harimau Hitam itu tentu seorang ahli tangan pasir, ialah ahli silat
yang melatih tangannya dengan pasir dan bubuk besi hingga kedua lengan itu
menjadi sangat berbahaya dan kuat. Pula tindakan kakinya ketika ia maju
melangkah membayangkan sebuah tenaga Iweekang yang tinggi karena tindakan
kakinya tetap dan berdirinya seakan-akan kedua kakinya berakar!
Han Liong segera memberi hormat yang dibalas oleh Ban Hok. Sebaliknya
Harimau Hitam ini diam-diam tidak berani memandang ringan kepada Han Liong
ketika ia lihat betapa sepasang sinar mata pemuda itu menyambar-nyambar
bagaikan sapasang mata seekor naga sakti!
Anak muda, betulkah kau hendak mewakili suhengmu melawan aku! tanyanya.
Akan kucoba. jawab Han Liong.
Dengan cara apa kau hendak melawanku? Tangan kosong atau bersenjata?
Kaulah yang berhak memilih, tuan Ban, karena kaulah tuan rumahnya. Aku
sebagai tamu hanya menurut saja, kata Han Liong.
Hm, kau masih muda, tapi tahu aturan. Siapakah namamu dan apa gelarmu?
tanya Ban Hok.
Aku yang bodoh she Si bernama Han Liong, orang-orang kampung menyebut
aku dan adikku ini Thian-jiauw-siang hiap.
Eh, jadi adikmu ini juga ahli silat? tanya Ban Hok dengan pandangan kagum.
Kalau begitu, begini saja, anak muda. Jangan sampai kalangan kang-ouw menyebut
aku sebagai orang tua hendak menghina yang muda. Karena suhengmn sendiri tak
dapat melawan aku, maka keterlaluanlah kalau aku melawan kau yang menjadi
sutenya. Baiknya kau majulah bersama-sama dengan adikmu ini, agar keadaan kita
agak berimbang. Nah, marilah kita coba-coba, kepandaian kita, majulah kalian
bersama-sama, kita bertempur dengan tangan kosong.
Han Liong ragu-ragu, tapi Hong Ing yang merasa gemas melihat kesombongan
orang yang memandang rendah mereka, berkata, Koko, biarlah aku maju dulu minta
pengajaran dari Ban lo-enghiong ini.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 83
Sebelum Han Liong sempat menjawabnya, Hong Ing sudah maju selangkah,
memasang kuda-kuda dan berkata kepada Ban Hok. Nah, marilah aku yang muda
minta pelajaran barang lima jurus darimu, lo enghiong!
Sikap yang lucu dan berani dari Hong Ing ini nembuat Ban Hok tertawa lebar,
kemudian melompat mendekati dan berkata, Baik, baik, seranglah, anak muda!
Hong Ing tanpa membuang tempo lagi, segera menggeser kakinya maju dan
secepat kilat melayangkan kepalan kanannya memukul dada lawan dengan tipu
Dewa Suguhkan Arak, Ban Hok yang memandang rendah lawannya, melibat
datangnya pukulan yang cepat ini segera miringkan tubuh dan menggunakan
telapak tangan kiri untuk memukul lengan lawan. Tapi Hong Ing awas matanya dan
cepat gerakannya. Sebelum tangannya terpukul ia robah gerakannya, menarik
kembali kepalan tangan dan meloncat ke sebelah kanan musuh lalu melayangkan
kepalan kiri dengan tipu Burung Kepinis Mematuk buah. Gerakannya yang sebat
dan cepat sekali ini tidak terduga sedikit juga oleh Ban Hok sehingga hanya dengan
melompat jungkir balik ke belakang saja, ia dapat menyelamatkan diri dari pukulan.
Ia mulai hati-hati dan tidak berani memandang ringan lawannya yang kecil dan
muda itu! Hong Ing terus mendesak maju dengan mengeluarkan tipu-tipu yang
istimewa dari cabang Siauw-lim. Dikeluarkannya tipu-tipu silat yang berbahaya dan
sepasang kepalan tangannya yang kecil meninju tempat-tempat berbahaya dari
lawan.
AN HOK tadinya hanya ingin mempermainkan lawannya saja, tapi melihat
bahwa lawan kecil ini sedikitpun tak boleh dipandang ringan, maka ia
merasa panas lalu mulai balas menyerang. Ternyata setelah bertempur
lebih dari lima belas jurus, pukulan-pukulan silat biasa saja tak dapat
mendesak Hong Ing. Ban Hok merasa malu sekali, lalu mulai mengeluarkan
kepandaiannya yang ditakuti lawan, yaitu pukulan-pukulan tangan pasir. Ketika ia
gerakkan kedua lengannya, terdengar suara berderak-derak dan kulit lengan yang
sudah hitam itu kini bertambah-tambah hitam bersemu merah. Pukulannya berat
dan mendatangkan angin dingin. Hong Ing sangat terkejut ketika ia berbalik ke
samping mengelak, ternyata angin pukulan lawannya itu menyambar dan merasa
pundaknya tertimpa tenaga kuat! Ia berhati-hati dan tidak mau menangkis lengan
lawannya, tapi karena desakan-desakan Ban Hok yang gerakannya juga gesit sekali,
hampir tiada ketika baginya untuk selalu mengelak saja.
Han Liong melihat dengan khawatir. Ia maklum bahwa Jika Hong Ing
menggunakan lengan untuk menangkis, maka sekali saja lengannya beradu denganyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 84
lengan lawan, dapat dipastikan ia akan mendapat luka berat, kalau tidak, patah
lengannya! Maka pada saat Ban Hok melayangkan pukulan mautnya segera ia
gerakkan tubuhnya untuk menangkis dengan tangannya karena Hong Ing sudah
terdesak betul-betul sehingga itulah jalan satu-satunya, Han Liong menyambar
tangan Hong Ing dan merenggutkannya. Gadis itu merasakan tubuhnya melayang
ke atas bagaikan tertiup angin puyuh, tapi ia dapat turun ke tanah dengan selamat.
Hampir saja gadis itu menegur kakaknya dengan marah, tapi ia sempat melihat
Han Liong berkedip padanya dan Ban Hok berdiri sambil tertawa.
"Bagus sekali gerakanmu. Angin Puyuh Menyambar Pohon itu! Syukur adikmu
tertolong oleh gerakanmu yang cepat dan tangkas!" ia memuji.
Han Liong menjura. "Adikku mengaku kalah, lo-enghiong. Kini siauwte mohon
pengajaranmu. Tapi sebelum kita bertanding ilmu silat, bagaimanakan perjanjian
kita?"
"Haruskah dijelaskan lagi? Kalau kau kalah, maka kau harus penuhi
permintaanku yaitu sediakan uang lima ribu tail perak untuk menebus anak Lie
Kiam, sebaliknya kalau aku sampai kalah, kau boleh ambil kembali anak itu dan
habis perkara!"
"Terima kasih, lo-enghiong. Nah, silahkan!"
"Kaulah yang menyerang dulu, anak muda!" Han Liong segera menggunakan
tangan kanannya menyerang dengan gerakan sembarangan saja, tapi hal ini tidak
membuat Ban Hok berlaku kurang waspada, karena orang gagah ini maklum bahwa
kalau adiknya saja sudah demikian pandai, kakaknya tentu lebih pandai lagi. Maka,
tanpa pikir panjang lagi ia menggunakan ilmu tangan pasir untuk melayani Han
Liong. Pemuda ini sengaja tidak menangkis atau balas menyerang, tapi pergunakan
seluruh kegesitan tubuhnya, warisan dari Liok-tee-sin-mo Hong In, untuk berkelit
kesana kemari. Ban Hok diam-diam memuji ilmu meringankan tubuh anak muda itu
yang bagaikan seekor burung kecil berkelebat ke sana ke mari menghindarkan
segala serangannya. Tiga puluh jurus telah lewat tanpa ia mampu menowel ujung
baju pemuda itu, hingga ia merasa sangat kesal dan berteriak, "He, jangan licik! Tak
beranikah kau menyambut tanganku?"
"Maaf, sekarang akan kusambut. Bersiaplah!" seru Han Liong dan ketika si
Harimau Hitam kerahkan seluruh tenaga dalamnya di sepanjang lengan dan tangan
kanannya sambil melayangkan pukulan ke arah dada Han Liong, anak muda itu
mengerahkan seluruh kekuatannya dan gunakan tangan kiri dengan kepalan
terbuka menumbuk kepalan lawan!yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 85
Terdengar suara "buk" seakan-akan dua benda lunak tapi berat beradu! Han


Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liong yang sedang memasang kuda-kudanya merasa tergetar dan terpaksa
menggerakkan kaki kirinya mundur setindak, tapi kesudahannya sungguh hebat di
fihak Ban Hok. Ia terpental ke belakang seolah-olah terdorong oleh tenaga yang
luar biasa besarnya sehingga terhuyung-huyung dan hampir saja jatuh terjengkang
setelah mundur lebih dari enam langkah! Baiknya Han Liong tidak hendak
mencelakakannya dan hanya gunakan tenaga keras lawan keras untuk
memunahkan tenaga lawan. Sesungguhnya dalam hal lweekang, anak muda itu
jauh lebih tinggi tingkatnya daripada Ban Hok. Kalau saja Han Liong dalam
pertumbukan tenaga itu mempergunakan lweekang lemas untuk membuat tenaga
Ban Hok mental balik, akan celakalah Harimau Hitam itu. Pasti ia akan terpukul oleh
tenaganya sendiri dan ia akan mendapat luka dalam yang dapat membuat
jantungnya putus!
Setelah Ban Hok dapat tetapkan kakinya, ia menghampiri anak muda itu dengan
pandangan heran dan kagum. "Sungguh tak kusangka Lie Kiam mempunyai sute
seperti kau, Si enghiong," katanya. "Biar bagaimana jugapun, ilmu silat dan tenagamu
itu membuat aku tidak percaya bahwa kau adalah sute dari Lie Kiam. Betul
kegesitanmu dan gerakan-gerakanmu sama dengan Lie Kiam, tapi ada juga
perbedaannya. Dan tenaga dalammu ketika kau menyambut pukulanku tadi, ah, tak
pantas kau menjadi adik seperguruan Lie Kiam."
"Bagaimanapun, memang benar siauwte adalah sute dari Lie Kiam suheng,"
jawab Han Liong.
"Aku tidak malu mengaku bahwa dalam hal ilmu pukulan, kau lebih pandai dari
aku, tapi aku belum mau mengaku kalah, anak muda. Marilah kita mencoba
kemahiran senjata!" Ia lalu melompat ke dekat pintu kelenteng dan mengambil
sebatang toya besi yang berat. Dalam hal ilmu tangan kosong, Ban Hok ini sudah
lebih tinggi dari Lie Kiam, karena lima tahun yang lalu ketika ia jatuh di tangan Lie
Kiam, ilmu silatnya sudah cukup tinggi dan hanya kalah sedikit saja dari Lie Kiam
yang terkenal gesit, tapi setelah menggembleng dirinya selama lima tahun dengan
sungguh-sungguh, kini dapat dibayangkan betapa majunya ia. Lebih-lebih dalam
ilmu toyanya, jarang ia menemukan tandingan. Ia sangat membanggakan ilmu toya
gabungan dari Siauw-lim dan Bhok-san-pai yang dinamakannya Ilmu Toya Lima
Iblis Mengamuk.
"Nah, anak muda. Kulihat kau tak bersenjata, maka kau boleh meminjam pedang
yang tergantung di pinggang adikmu itu untuk melawanku!"
Tapi Han Liong tahu bahwa toya lawannya itu sedikitnya beratnya ada lebih
kurang lima puluh kati dan pedang Hong Ing bukanlah pedang mustika, sedangkanyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 86
kalau menggunakan Pek-liong pokiam yang terlilit di pinggangnya itu, ia merasa
belum waktunya. Bila keadaan tidak sangat mendesak dan perlu, ia tidak mau
mengeluarkan pedang pusakanya itu.
Selagi ia memikir-mikir, Hong Ing yang duduk di bawah sebatang pohon
menikmati hawa sejuk sambil nonton pertempuran itu, berkata, "Koko, ini toyamu
tertinggal di tini!"
Han Liong menengok heran, dan ia tersenyum ketika melihat adiknya itu
mengangsurkan sebatang ranting pohon liu yang panjangnya tidak lebih dari tiga
kaki dan besarnya tidak melebihi ibu jari kakinya! Namun ia terima juga "senjata"
itu dan berkata, "terima kasihi adikku." Lalu dengan tenang ia menghadapi Ban Hok.
Si Harimau Hitam melihat anak muda itu dengan mata merah. Ia merasa dihina
sekali. "Jangan takabur, anak muda. Kau hendak melawan toyaku dengan ranting
itu?"
"Memang itulah senjatanya, lo-enghiong!" dari bawah pohon, Hong Ing
menjawab sambil tertawa. Gadis ini yakin sekali akan ilmu silat kakaknya, maka ia
sengaja menggunakan kesempatan ini untuk menyaksikan kelihaian kakaknya,
sambil hendak memperolok-olokkan Ban Hok yang telah mengalahkannya tadi. Jadi
dalam hal ini, sebenarnya Hong Inglah yang berlaku sombong.
Maka tak heran kalau Ban Hok menjadi marah sekali dan tanpa berkata apaapa lagi ia segera memutar toyanya sehingga mengeluarkan suara angin mendesir,
lalu ujung toyanya melayang ke arah dada Han Liong disertai bentakannya. "Lihat
toya!"
Kalau ranting yang diberikan oleh Hong Ing itu sudah kering, tentu Han Liong
tidak berani menggunakannya, tapi ranting itu masih hijau dan basah, ia yakin
bahwa kayu kecil itu merupakan senjata yang ulet dan tidak khawatir terpukul
patah. Melihat datangnya luncuran ujung toya lawan, ia segera mengelak ke
samping dan menggunakan rantingnya menangkis dengan meminjam tenaga
lawan sehingga toya itu meleset arahnya. Namun Ban Hok memutar balik toyanya
dan menggunakan ujung sebelah lagi untuk mengemplang kepala! Han Liong
memperlihatkan kegesitannya dengan miringkan kepala dan tubuh sambil
menggunakan rantingnya dari bawah menotok ke arah iga lawan!
Gerakan ini dinamakan tipu Naga Sakti Mengulur Lidah, tubuhnya merendah
dengan pinggang tertekuk bagaikan naga menggeliat dan ranting itu seakan-akan
lidah naga yang menjulur cepat ke depan! Melihat gerakan yang cepat dan indah
ini, tanpa terasa Ban Hok berseru. "Bagus!" dan ia terpaksa membuang diri keyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 87
samping untuk menghindarkan totokan berbahaya itu, karena untuk menangkis ia
tiada waktu lagi.
Ban Hok segera mengeluarkan ilmu toyanya Lima Iblis Mengamuk dengan
mengerahkan semua tenaga dalamnya, hingga sekejap kemudian toyanya terputarputar merupakan lingkaran hitam yang mengurung tubuh Han Liong! Ujung toya
menjadi berpuluh-puluh banyaknya. Tapi dengan menggunakan keringanan tubuh
dan kegesitan warisan keempat gurunya. Han Liong dapat melayaninya dengan
seimbang, Ilmu Pukulan Empat Bintang dapat ia mainkan di ujung ranting itu dan
di sini ternyata betapa hebatnya ilmu gabungan ciptaan Kam Hong Siansu itu,
karena menggunakan ilmu silat gabungan ini, walaupun hanya menggunakan
sebatang ranting kecil saja, numun cukup untuk melayani ilmu Toya Lima Iblis
Mengamuk yang demikian hebatnya! Lebih-lebih lagi karena dalam gerakangerakan Han Liong digunakan ilmu totok warisan suhunya Hee Ban Kiat si mata
satu, maka tak heran bahwa Ban Hok harus berlaku sangat waspada agar jangan
sampai dijatuhkan oleh lawan yang muda dan hanya menggunakan ranting itu!
Demikianlah, mereka bertempur sampai enam puluh jurus lebih. Mata Hong In
yang menonton dari bawah pohon sampai menjadi kabur rasanya, dan diam-diam
ia memuji dan kagum melihat kehebatan ilmu silat kakaknya. Matanya berkunangkunang melihat toya Ban Hok merupakan gulungan hitam bergerak-gerak cepat
dan di tengah-tengah gulungan hitam itu tampak berkelebat sinar kecil putih
kehihau-hijauan dari ranting Han Liong.
Pada saat itu Han Liong merasa sudah cukup mencoba kepandaian Ban Hok
yang telah menjatuhkan suhengnva itu. Iapun diam-diam mengaku bahwa baru
sekali ini ia menemukan lawan yang agak tangguh. Maka ia segera mengubah ilmu
silatnya. Tiba-tiba Ban Hok terkejut sekali karena ketika ranting berkelebat dan
menyambar ujung tovanya, ternyata ranting itu seakan-akan digerakkan oleh
tenaga raksasa dan bukan merupakan ranting kecil lemah lagi, tetapi seakan-akan
merupakan sebuah senjata yang lebih berat daripada toyanya sendiri. Kemudian
ranting itu berkelebat amat cepat dan gerakan-gerakannya tidak terduga sama
sekali dan tahu-tahu ranting itu membesit tangan kanannya hingga ia merasa
seakan-akan tulang lengan itu akan remuk dan kulitnya bagaikan terbakar! Ia tidak
tahan lagi dan tanpa disengaja toyanya terlepas dari pegangan!
"Aku mengaku kalah!" katanya dengan suara penuh kekecewaan dan
kemenyesalan, sambil memandang pemuda itu dengan penuh keheranan.
Sebenarnya tak usah dibuat heran, karena Han Liong tadi telah menggunakan dua
jurus Ilmu dari Pek-liong-kiam-hoat! Gerakan pertama ketika ia menangkis ujung
toya lawan adalah tipu Naga Putih Mencakar Gunung dan ketika ia membesit lengan
lawan tadi ialah tipu Naga Putih Memukulkan Ekornya. Baru saja ia menggunakanyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 88
dua jurus tipu dari Pek-liong-kiam-hoat, ia telah berhasil mengalahkan Ban Hok,
maka dapat dibayangkan betapa hebatnya ilmu pedang Pek-liong-kiam-hoat itu!
Memikirkan hal ini, Han Liong diam-diam merasa sangat girang dan berterima kasih
kepada Kam Hong Siansu yang telah membimbingnya itu.
"Si enghiong, kau benar pandai dan gagah. Aku terima kalah. Hanya yang
membuat aku penasaran, mengapa kau yang menjadi sute dari Lie Kiam setinggi
ini ilmu silatmu? Katakanlah, anak muda, siapa yang mengajar kau ilmu silai tadi?
Siapakah gurumu, selainnya guru Lie Kiam?"
"Ban lo-enghiong, jangan terlalu memuji. Karena kau jujur, maka terus terang
kukatakan bahwa selain suhuku Lie Kiam, aku masih mempunyai tiga orang guru
lain. Tapi yang mengajar aku dalam ilmu silat yang kupakai tadi sehingga akau
berhasil membuat kau mengalah, adalah seorang guru lain yang tak dapat kusebut
namanya, karena suhuku itu tidak suka namanya diperkenal kepada umum."
Ban Hok si Harimau Hitam mengangguk-anggukkan kepala. "Pantas...., pantas.......
Kau jauh lebih hebat dari pada Lie Kiam, rupanya pelajaranmu begitu luas. Aku tidak
usah merasa malu jatuh dalam tanganmu. Nah, sakarang kau boleh ambil anak itu
dan antar kepada Lie Kiam dan katakan padanya bahwa melihat kau yang semuda
ini tapi sudah berkepandaian begitu tinggi, pula sikapmu yang sopan santun ini, aku
habiskan saja urusan sampai disini! Biarlah ini menjadi pelajaran bagiku bahwa di
dunia ini tidak ada orang yang paling pandai. Pasti ada yang melebihi kepandaian
seseorang."
Hong Ing mendengar ini lalu melompat berlari-lari masuk ke kelentang. Tak lam
kemudian ia keluar lagi menuntun seorang anak kecil. Ternyata, walaupun bekas
seorang perampok tunggal, Ban Hok adalah seorang laki-laki jujur, ia tidak membikin
susah anak itu, tetapi dirawatnya baik-baik selama berada dalam tangannya
sehingga anak itu tidak mengalami sesuatu kesengsaraan.
Kemudian, setelah menghaturkan terima kasihnya, Han Lion menggendong
anak itu, dan bersama Hong Ing meninggalkan tempat itu dengan lari cepat.
ooOOoo
Ketika mereka sampai di rumah Lie Kiam ternyata suhengnya telah hampir
sembuh dan dapat turun dari pembaringan. Alangkah girang hati Lie Kiam dan
isterinya melihat putera mereka satu-satunya itu pulang dengan selamat. Dengan
ringkas Han Liong menceritakan pengalamannya tanpa menyebut jalannya
pertempuran, tapi Lie Kiam yang merasa tidak puas lalu bertanya kepada Hong Ing.
Sebetulnya sejak tadi juga Hong Ing merasa tidak puas mendengar cerita Han Liong,
tetapi ia tidak berani bicara karena kakaknya itu berkali-kali memberi tanda agaryoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 89
ia tidak berkata apa-apa, tapi sekali ini karena Lie Kiam sendiri yang mengajukan
pertanyaan tanpa Han Liong berani mencegah dan melarangnya, Hong Ing segera
buka suara dan menceritakan jelas betapa ia dikalahkan oleh Ban Hok dan betapa
dengan sebatang ranting pohon liu, Han Liong dapat mengalahkan Ban Hok dengan
mudahnya! Ceritanya ini diucapkan dengan kata-kata menarik diikuti gerekangerakan meniru-nirua gerak silat kedua pihak, penuh dengan pujian-pujian bagi Han
Liong yang membuat pemuda itu menundukkan kepala dengan kemerah-merahan.
Karena kemarin tiada waktu untuk bicara panjang lebar, maka setelah
mendengar cerita itu, Lie Kiam terheran-heran karena ia merasa mustahil bahwa
suhunya telah berlaku berat sebelah dan memberikan kepandaian istimewa kepada
sutenya itu. Maka ia menuntut kepada sutenya agar menceritakan riwayatnya.
Terpaksa Han Liong menuturkan riwayat pelajaran silatnya yang didengarkan
dengan penuh perhatian oleh Lie Kiam.
ooOOoo
Semenjak saat itu, Bwee Lan makin kagum melihat susioknva dan bahkan Bwee
Hwa yang tedinya masih raga-ratu menjadi tunduk betul. Kedaan nona dari
Shoatang itu bahkan dengan tidak malu-malu minta kepada susioknya untuk
memberi mereka pelajaran satu dua jurus ilmu silat untuk memperdalam
kepandaian mereka. Tetapi Han Liong dengan halus menolaknya.
Ternyata selain nakal dan galak, Bwee Hwa juga cerdik. Ia menggunakan Hong
Ing sebagai perantara untuk mendesat Han Liong agar suka memberi pelajaran
kepada mereka. Setelah Hon Ing turun tangan, terpaksa, sebagaimana biasa, Han
Liong tak dapat melawan kehendak adiknya yang manja itu, dan ia turunkan juga
silat yang diwarisinya dari suhunya Hee Ban Kiat kepada mereka sebanyak sepuluh
jurus. Tetapi biarpun hanya sepuluh jurus, kedua nona itu merasa girang sekali dan
belajar dengan rajin dan bersemangat, karena yang mereka pelajari itu adalah
sepuluh jurus pilihan dari Kiauw-ta-sin-na yaitu gabungan dari Kim-na-hoat dari
Siauw-lim-si dan Bu-tong-pai. Kalau sepuluh jurus pukulan ini dipelajarinya dengan
sempurna, maka kelihaiannya melebihi ratusan jurus ilmu silat cabang lain. Lagi
pula, di dalam pukulan yang paling lihai dari Siauw-lo-ong Hee Bin Kiat si mata ini,
Han Ltoug telah mengadakan pecahan-pecahan dan variasi hingga sepuluh jurus
ini dapat terpecah menjadi puluhan gerakan.
Sebelah tingggal di rumah suhengnya selama setengah bulan, Han Liong dan
Hong Ing berpamit untuk meneruskan perantauan mereka. Lie Kiam yang merasa
sayang sekali kepada sutenya itu tak dapat menahan, hanya memberi pesan agar
sutenya berlaku hati-hati dan jangan mudah mencari permusuhan.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 90
"Sute," katanya kemudian, "kebetulan sekali aku mendapat undangan dari Siok
Houw Sianseng di Kie-lok, Sianseng ini bukanlah sembarangan orang, bahkan ia ini
kawan seperjuangan almarhum ayahmu. Ia seorang sasterawan yang tubuhnya
lemah tapi pikirannya kuat dan pandai sekali. Tulisannya yang tajam menyerang
hebat pemerintah musuh dan membangkitkan semangat perjuangan rakyat
sehingga ia menjadi musuh pemerintah. Besok lusa ia merayakan hari perkawinan
puterinya. Maka, kau wakililah aku, sute, sekalian kau belajar kenal dengan orang
tua bijaksana itu. Selain itu, di sana tentu datang semua hohan dari kalangan kangouw hingga kau dapat, memperluas pengalamanmu."
Karena memang tidak mempunyai tujuan tertentu dalam perjalanannya
merantau, Han Liong menerima perintah ini dengan gembira. Ia membawa surat
dari Lie Kiam dan berangkatlah ia dengan Hong Ing yang masih tetap menyamar
sebagai seorang pemuda yang tampan.
Karena sayangnya kepada mereka, Lie Kiam mengusahakan dua ekor kuda
yang baik untuk sute dan adiknya ini, sehingga mereka berterima kasih sekali. Jarak
antara kota tempat tinggal Lie Kiam dan Kie-lok tidak jauh, hanya lebih kurang
delapan puluh li, maka sepasang pemuda pemudi tidak sangat tergesa-gesa. Mereka
membiarkan kuda mereka berjalan seenaknya saja. Ketika melalui sebuah jalan
gunung yang sempit, tiba-tiba dari belakang mereka terdengar suara kaki kuda
yang berlari kencang. Han Liong dan Hong Ing menahan kuda mereka dan menanti
di pinggir jalan. Kebetulan di dekat Hong Ing ada bunga mawar gunung yang sedang
mekar harum, maka gadis itu tak dapat menahan hatinya untuk tidak memetik
bunga itu dan menancapkan di lipatan pengikat rambutnya. Suara kaki kuda dari
belakang makin keras kedengarannya dan sebentar kemudian dua orang
penunggang kuda itu dengan secepat kilat lalu dekat merela karena jalan itu
memang sempit. Ternyata kedua penunggang kuda itu adalah dua orang
perempuan muda yang berwajah hitam dan buruk. Yang menarik perhatian adalah
sarung pedang dan hudtim atau kebutan yang terselip di punggung mereka. Han
Liong dan Hong Ing mencium bau wangi yang ganjil ketika kedua wanita itu lewat.
Tiba-tiba Hong Ing menjerit perlahan. Ternyata ketika mereka itu lewat cepat di
dekatnya, seorang diantara mereka mengulurkan tangannya dan sambil tertawa
kecil wanita itu menyambar bunga mawar yang tertancap di rambut Hong Ing !.
Hong Ing marah sekali dan ia segera menyentakkan kendali kudanya untuk
mengejar.
"Sudahlah, adik Ing, biarkan saja. Di sini masih banyak bunga, mari kupetikkan,"
cegah Han Liong yang tak ingin mencari onar karena ia maklum bahwa kedua
buruk itu memiliki kepandaian tinggi sehingga lebih baik tidak mencari ribut dengan
mereka hanya karena setangkai bungai ! Tapi mana Hong Ing mau menurut.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 91
"Orang itu telah menghinaku, kau suruh aku diam saja? Koko, kalau kau takut,
bersembunyilah disini, aku harus memberi tamparan kepada wanita setan itu!". Dan
Hong Ing mencambuk kudanya mengejar. Karena kudanya bagus dan ia memang
pandai berkuda, sebentar saja ia dapat menyusul.
"He, perempuan busuk, berhenti dulu!" teriaknya marah.
Dua orang perempuan di depannya menahan kuda mereka dan berpaling. Hong
Ing terkejut sekali melihat wajah mereka yang buruk menjijikkan itu. Agaknya
mereka berdua menjadi korban penyakit kulit yang menyerang wajah mereka
sehingga wajah mereka menjadi hitam serta kulitnya bercacat. Tapi sepasang mata
merela yang indah, bersinar tajam ketika mereka memandang Hong Ing dengan
kagum.
"Siangkong mengapa menahan kami?" tanya seorang diantara mereka yang
lebih tua.
Hong Ing melihat bahwa bunganya kini telah berada di atas rambut perempuan
kedua, maka ia menunjuk sambil membelalakkan mata, "Perempuan ini berlaku keji
sekali! Kembalikan bungaku!". Kedua perempuan itu tertawa geli melihat sikap Hong
Ing yang seperti seorang kanak-kanak direbut bunganya.
"Bunga adalah lambang persahabatan dan rasa suka, mengapa kau tidak rela
kembangmu kuminta ?" perempuan itu berkata sambil tersenyum genit. "Siapa sudi
menjadi sahabatmu ? Ayoh kembalikan!" Hong Ing membentak marah.
"Sumoi, kembalikan saja, jangan membikin siangkong yang tampan ini menjadi
marah," kata perempuan pertama. Karena kata-kata sucinya ini, perempuan
kembang itu lalu mengambil bunga mawar itu dari kepalanya, lalu mendekatkan
kembang itu ke hidung dan bibirnya untuk dicium, kemudian ia lemparkan kearah
Hong Ing.


Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ini, terimalah tanda mata dariku, siangkong!" katanya sambil melirik dibuatbuat.
"Cis, tak tahu malu !!" Hong Ing semakin marah dan menyampok kembang itu
dengan tangannya hingga berantakan di tanah. "Memang sudah kuduga kalian
bukan orang-baik !" Sambil berkata begitu Hong Ing mencabut siang-kiamnya dan
menyerang.
"Suci, biar kutangkap sitampan ini untuk teman seperjalanan !" kata perempuan
yang muda sambil tertawa genit, tetapi bersamaan dengan ini ia mencabut
kebutannya dan menggunakan kebutan itu menangkis pedang Hong Ing. Hong Ing
makin marah mendengar kata-kata itu dan kedua tangannya bekerja keras
memberi serangan-serangan berbahaya bergantian. Melihat gerakan "pemuda" ini,yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 92
barulah lawannya tidak berani main-main lagi dan melayaninya dengan hati-hati,
bahkan kini ia mencabut pedangnya dan membalas menyerang. Maka
bertempurlah Hong Ing dengan perempuan buruk itu dengan sengitnya. Ternyata
lawan ini sangat lihai sehingga sebentar saja Hong Ing terdesak. Ia terpaksa
melompat turun dari kuda lalu menyerang lagi. Perempuan itupun terpaksa
melompat pula dari kudanya, maka kini mereka berkelahi di atas tanah dengan
lebih seru.
Selama bersama dengan Han Liong, Hong Ing telah banyak mendapat petunjuk
dari kakaknya ini sehingga ilmu silatnya sekarang sudah jauh lebih hebat dari dulu,
bahkan ia sudah mempunyai beberapa tipu gerakan dari pelajaran yang didapat
Han Liong dari gurunya Kim-to Bie Kong Hosiang. Maka gerakan siang-kiam di
tangan Hong Ing sangat hebat, terlebih lagi ketika ia bersilat dengan ilmu golok
yang sudah diubah oleh Han Liong dalam tipu gerakan Ngo-houw-toan-hun-to atau
Lima Harimau Mencegat di Pintu. Kedua pedangnya berputar-putar cepat. Pedang
kiri merupakan penjaga yang tangguh sedangkan pedang kanan digunakan untuk
menyerang, tetapi lawannya tidak kalah hebatnya, terutama geeakan kebutan itu
membuat Hong Ing menjadi bingung. Kebutan itu dapat digunakan untuk melilit
pedangnya dan beberapa kail pedang kanannya kena terlilit. Kalau tenaga dalamnya
tidak begitu terlatih atas bimbingan Han Liong, patti tadi-tadi pedang ditangannya
sudah terlepas kena kebutan lawannya!
Sementara itu, kuda yang ditunggangi Hong Ing tadi, ketika mendengar ributribut pertempuran itu, menjadi terkejut dan lari sambil meringkik keras! Tetapi Han
Liong yang masih berada di atas kudanya mendatangi tempat pertempuran itu,
ketika melihat kuda Hong Ing hendak kabur, sekali tubuhnya bergerak ia sudah
melayang keatas punggung kuda Hong Ing dan menahan kendalinya.
"Bagus !" terdengar pujian dari suci lawan Hong Ing yang melihat gerakan ini
dan menjadi sangat heran serta kagum. Ia maklum bahwa pemuda kedua ini
berkepandaian jauh lebih tinggi dari pemuda yang sedang bertempur melawan
adiknya itu karena dari gerakannya saja ia sadar bahwa ia sendiri berdua adiknya
takkan dapat melawan pemuda ini. Maka ia segera berkata kepada adiknya yang
sedang berkelahi.
"Sumoi, mundurlah, ayo kita pergi. Lupakah kau akan pesan subo agar kita
jangan mencari onar di jajan? Urusan kecil diperhatikan, urusan besar bisa gagal!"
Dan ia gerakkan hudtimnya yang berbulu kuning di tengah-tengah antara pedang
adiknya dan pedang Hong Ing. Ujung bulu kebutan yang lemas itu ternyata
membawa tenaga besar yang mengeluarkan angin, sehingga kedua orang yang
sedang bertempur itu terhuyung mundur! Kemudian ia memberi hormat kepada
Hong Ing dan Han Liong sambil senyum, "jiwi enghiong harap maafkan kami berdua."yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 93
Dan dari kedua kepalannya menyambar uap hitam yang kuat sekali kearah Han
Liong dan Hong Ing. Han Liong terkejut sekali dan maklum akan keajaiban uap hitam
itu, maka ia segera melompat ke depan melindungi Hong Ing. Ia gerakkan tangan
kirinya perlahan kedepan dan uap itu membentur balik membuat perempuan buruk
itu terhuyung ke belakang!
"Maaf tak mengenal Gunnng Thai-san." Perempuan itu berkata dan menujukan
pandang matanya dengan tajam ke arah Han Liong yang berdiri tersenyum saja.
Kemudian ia tarik tangan adiknya dan mereka berdua melompat ke atas kuda yang
segera dipacunya!
"Koko, kenapa kau tidak basmi saja dua siluman perempuan itu?" kata Hong Ing
gemas.
"Buat apa mencari permusuhan dengan segala orang yang tak dikenal? Adik
Ing, belajar sabarlah kau. Kau lihat dua orang wanita tadi, mereka begitu berani. Kau
anggap baikkah sikap berani mereka itu? Kurasa kau tidak ingin seperti mereka
bukan?"
Hong Ing hanya melirik dengan merengut, lalu berkata manja "Kau mau
persamakan aku dengan siluman-siluman buruk itu??"
"Ah, tentu saja tidak, adikku. Kau cantik seperti dewi, sedangkan mereka itu
buruk seperti iblis neraka, mana bisa disamakan? Hanya harus kau ingat, ilmu silat
mereka, terutama yang tua lihai benar."
-angguk dengan sikap
menurut dan sabar, karena sebenarnya semua kemarahan dan kegemasannya
telah lenyap musnah mendengar pujian Han Liong yang menyebut ia cantik seperti
dewi ! Iapun patuh dan tak membantah lagi ketika Han Liong mengajaknya
melanjutkan perjalanan.
Pada keesokan harinya, ketika matahari telah terbenam, Han Liong dan Hong
Ing tiba di Kie-lok dan dengan mudah saja mereka dapat mencari rumah Siok Houw
Sianseng yang cukup dikenal. Tuan rumah yang berusia lebih kurang lima puluh
tahun itu dan sangat peramah serta halus budi bahasanya. Ia menyambut mereka
dengan gembira. Han Liong menyampaikan surat Lie Kiam dan segera mereka
dipersilakan memasuki ruang tamu. Biarpun pesta baru akan diadakan pada esok
harinya, namun sudah banyak orang berkumpul di ruang tamu. Mereka ini ialah
tamu-tamu yang datang dari tempat jauh. Lebih kurang lima meja dikelilingi para
tamu. Ada yang berpakaian seperti jago silat, tapi ada juga yang terdiri dari kaum
sasterawan. Tentu saja mereka itu memilih golongan masing-masing, sehingga
rombongan tamu terbagi menjadi dua, golongan ahli silat dan golongan ahli sastera.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 94
Han Liong dan Hong Ing yang berpakaian seperti kaum sasterawan, lagi pula karena
sikap dan bahasa mereka lemah lembut, segera dianggap ahli-ahli sasteta dan
dipersilakan duduk di bagian kutu buku yang berkumpul di situ sambil mengonol.
Mereka ini ada yang mempercakapkan kitab-kitab kuno, ada pula yang
membicarakan tentang syair-syair ternama dan hikayat serta riwayat di tanah air
pada zaman dahulu.
Ternyata lebih banyak ahli sastera daripada ahli silat yang berkumpul di situ.
Ahli-ahli silat yang berkumpul hanya ada dua meja terdiri dari dua belas orang,
sedangkan kaum sasterawan mengelilingi tiga meja. Hong log segera tertarik oleh
percakapan para ahli tulis itu, karena ia sendiripun suka akan buku-buku dan
kesusasteraan. Han Liong diam-diam mengerling ke arah meja di seberang, di mana
duduk orang-orang gagah yang sedang bercakap-cakap riuh rendah sambil minum
arak sepuasnya.
Tiba-tiba di meja sudut terdengar tertawa meriah, bahkan ada beberapa orang
yang bertepuk tangan. "Memang sudah sepantasnya Bhok lo-enghiong membuka
pertunjukan barang sepuluh jurus agar mata kami terbuka. Di ruangan ini selain
Bhok lo-enghiong, siapa lagi yang patut menambah pengertian kita?" demikian
terdengar suara desakan.
Seorang yang bertubuh tinggi kurus, berusia lebih kurang empat puluh tahun,
berdiri dari kursinya. Ia menjura kepada orang yang memujinya dengan sikap
merendah, tapi dadanya tampak naik, sehingga orang-orang tahu bahwa diam-diam
ia merasa bangga.
"Cuwi," katanya, "di sini berkumpul orang-orang dari kalangan bun (sastera) yang
halus dan sopan, mana aku berani memperlihatkan kekasaranku. Juga tuan rumah
adalah seorang siucai yang terhormat, sekailikali aku tak berani kurang ajar !" Lalu
ia duduk kembali.
"Mana bisa begitu?" seorang tua bertubuh gagah kuat berkata, "Bhok enghiong
hendak mengadakan penunjukan silat, ini bukanlah mengganggu, bahkan
membantu tuan rumah meramaikan dan menggembirakan pestanya. Siok Sianseng
adalah seorang sasterawan patriot yang mengutamakan kegagahan, hingga
biarpun beliau bertubuh lemah, tapi jiwanya termasuk orang gagah juga, apa
bedanya dengan kita ? Kalau bun (kesusasteraan) dan bu (kegagahan) tidak
disatupadukan, mana perjuangan akan berhasil? Siok Sianseng, bukankah
pendapatku ini benar?" tanyanya kepada Siok Houw Sianseng yang sedang
menghampiri mereka karena tertarik oleh suara perdebatan itu.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 95
Siok Sianseng menjura dan berkata gembira, "Kalau para enghiong merasa
gembira dan hendak mengadakan pertunjukan, sudah tentu hal itu amat
menggirangkan dan siauwte sebelumnya menghaturkan banyak terima kasih!"
"Nah, apa kataku? Ayoh, Bhok enghiong, silakan kau membuka pertunjukan lebih
dahulu. Tidak mudah kami melihat menyambarnya Garuda Putih kalau tidak
kebetulan berada di pesta Siok Sianseng!"
Mendengar orang she Bhok itu disebut Garuda Putih, Han Liong segera
memperhatikan. Jadi orang tinggi kurus yang dipuji-puji itu adalah suhengnya, Bhok
Kian Eng si Garuda Putih? Ia lihat Bhok Kian Eng dengan sikap apa boleh buat
berdiri dari kursi dan setelah mengangkat kedua tangannya ke kepala memberi
hormat kearah para tamu, ia melompat ke tengah ruangan yang lebar dan kosoug
itu. Di situ ia bersilat tangan kosong dan tubuhnya melompat ke sana ke mari.
Memang hebat kepandaian Garuda Putih ini. Gin-kangnya sudah mahir sekali
sehingga ketika ia percepat gerakan-gerakannya, maka kedua kakinya seakan-akan
tak menginjak lantai ! Tubuhnya menjadi bertambah seakan-akan ada dua orang
yang bersilat karena cepatnya gerak tubuhnya. Diam-diam Han Liong kagum. Tak
kecawa Bhok Kian Eng ini menjadi murid dari Liok-tee Sin-mo Hong In si Iblis
Daratan, karena ternyata ilmu meringankan tubuh yang bebat dari Iblis Daratan itu
sedikitnya delapan bagian telah diwarisinya!
Tentu saja semua tamu menyambut ilmu silat yang lihai ini dengan tepuk
tangan riuh, disana-sini terdengar suara pujian. Bibran para sasterawan yang asing
sama sekali akan pertunjukan seperti itu, juga mau tak mau menjadi tertarik. Mereka
ini heran betul betapa tubuh seorang manusia biasa dapat bergerak selincah
burung garuda hingga mengaburkan mata!. Maka mereka juga ikut bertepuk tangan
memuji. Dengan hati kecewa Han Liong melihat betapa suhengnya itu mempunyai
watak sombong dan takabur, jauh berbeda dengan Lie Kiam, twa-suhengnya. Bhok
Kian Eng menghentikan silatnya dan menjura dengan mulut tersenyum dan dada
yang kurus itu terangkat naik!
"Sungguh hebat setali ilmu silatmu, Bhok enghiong. Baru sekarang aku
menyaksikan sendiri kelihaian Garuda Putih, sungguh membikin kami gentar. Tapi,
sudikah kau memperlihatkan pertunjukan ilmu sambit kim-chi-piauwmu yang
terkenal itu?"
Bhok Kian Eng makin angkuh mendengar pujian orang, maka tanpa ragu-ragu
lagi ia rogoh sakunya, "Lihat, aku hendak memadamkan semua lilin besar di mejameja ini!" Dan ia mulai mengayunkan tangannya. Tiap kali ia mengayunkan
tangannya, maka padamlah sebuah lilin di meja pertama! Demikianlah, dengan
bergiliran lilin-lilin besar di semua meja padam kena sambitan kim-chi-piauw,yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 96
sedangkan uang logam yang disambitkan itu sama sekail tidak melukai orang !
Ketika lilin di depan Han Liong kena dan padam, maka tinggal sebuah lilin di meja
para sasterawan di ujung ruangan itu saja yang belum padam. Bhok Kin Eng
mengeluarkan kepandaiannya untuk sambitan terakhir ini. Ia sengaja berdiri
membelakangi meja itu dan tiba-tiba tangan kirinya bergerak melalui bawah lengan
kanan ! Sebuah uang tembaga meluncur cepat ke arah api lilin. Tapi tiba-tiba
seorang sasterawan muda tampak terkejut hingga tangan kanannya terangkat ke
depan. Uang logam itu tidak mengenai lilin karena buktinya lilin tidak padam dan
senjata rahasia itu entah kemana terbangnya. Keadaan menjadi sunyi dan Bhok
Kian Eng heran sekali mengapa tidak terdengar tepuk tangan untuk sambitan kali
ini, tidak seperti hasil sambitan sambitan yang tadi. Ia segera menengok dan
wajahnya merah ketika melihat lilin itu masih menyala ! Rupanya sambitannya
tidak mengenal sasaran. Maka untuk menutup rasa malunya, ia ayunkan lagi
tangannya, kini tangan itu melalui selangkang kakinya! Tapi kini semua tamu,
kecuali Han Liong yang telah tahu, merasa terkejut sekali, karena pada saat uang
logam itu akan menyambar api lilin, tiba tiba uang logam yang pertama datang
menyambar dan membentur uang logam kedua hingga menerbitkan suara nyaring
dan kedua senjata rahasia itu jatuh ke atas lantai! Han Liong kagum melihat hal ini.
Tadi ia dapat melihat betapa dengan gerakan Menangkap Burung Terbang,
sasterawan muda yang duduk di meja itu telah berhasil menangkap piauw pertama
tanpa diketahui orang lain dan kemudian setelah piauw kedua menyambar, ia
gunakan piauw pertama itu untuk menyambut piauw kedua! Tapi gerakan ini tentu
saja dapat terlihat oleh semua orang hingga menimbulkan suara-suara kagum dan
heran terkejut.
Bhok Kian Eng merasa malu dan marah sekali, karena merasa dipermainkan
orang. Segera ia menghampiri sasterawan yang bertubuh tegap berwajah cakap
dan berusia lebih kurang tiga puluh tahun itu, dan dengan senyum dibuat-buat Bhok
Kian Eng menjura.
"Saudara telah memperlihatkan kelihaian dan dengan itu memberi pelajaran
padaku, maka janganlah kepalang, siauwte mohon pengajaran barang dua-tiga
jurus."
Sasterawan muda itu tertawa, "Bhok enghiong terkenal dengan julukan Garuda
Putih, ternyata memang bukan nama kosong belaka. Tadi siauwte telah melihat
ilmu silatmu dan soal kepandaian gin-kang, aku orang she Bie boleh berguru
padamu! Tapi, dengan uang logam memadamkan api di meja semua orang,
bukanlah itu tak mengindahkan orang lain?"
Bhok Kian Eng menundukkan kepalanya dan ia memang merasa bahwa dirinya
bersalah. Tapi ia beradat keras dan tinggi hati, mana ia mau mengalah begitu saja?yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 97
"Bie enghiong, memang siauwte bermata tapi seakan-akan buta, biarlah
kesempatan ini kugunakan untuk mengerti kelihatanmu."
Orang yang ditantangnya secara halus itu berdiri dan menanggalkan baju
luarnya sambil tersenyum "Aku Bie Cauw Giok selamanya tak suka bermusuh, tapi
jaga selamanya takkan mundur jika hendak dicoba orang. Marilah, Bhok enghiong,
kutemani kau main-main sebentar untuk menggembirakan pesta Siok Sianseng
yang budiman." Lalu dengan gerakan lincah sekali, ia melompat ke tengah ruangan
dengan ilmu loncat It-ho-ciong-thian atau Burung Hoo Terjang Langit. Hong Ing
melihat ini menjadi kagum karena gerakan ini menunjukkan gerakan seorang ahli
lweekeh. Tapi yang lebih heran adalah Han Liong. Ketika ia mendengar orang itu
menyebutkan namanya Bie Cauw Giok, tanpa disadarinya, ia bangun dari kursinya
dengan wajah gembira. Karena nama itu bukan lain ialah nama murid tunggal dari
gurunya sendiri, Pauw Kim Kong Beng-san Tojiu si Malaikat Rambut Putih! Jadi,
sebagaimana Bhok Kian Eng maka Bie Cauw Giok inipun bukan lain adalah
suhengnya sendiri! Dan kedua suheng ini sekarang saling berhadapan hendak
bertempur! Tentu saja ia merasa gelisah dan bingung.
Sementara itu, Bhok Kian Eng juga sudah melompat menyusul Bie Cauw Giok
dan segera mereka bertanding mengadu kepalan. Bhok Kian Eng yang berwatak
keras segera melancarkan serangan bertubi-tubi dengan mengeluarkan ilmu
silatnya yang istimewa. Tapi Bie Cauw Giok ternyata bukan orang lemah dan dapat
melayaninya dengan baik sekali. Mereka berdua bergerak cepat sehingga membuat
para penonton menahan nafas dan tak dapat membedakan mana kawan dan lawan.
Han Liong yang masih berdiri bingung segera dapat mengenal perbedaan mereka
dalam hal kepandaian. Bhok Kian Eng sangat mahir tentang ilmu meringankan
tubuh hingga gerakannya lebih gesit dan cepat, sedang Bie Cauw Giok mempunyai
keuletan luar biasa dan tenaga dalamnya lebih tinggi daripada lawannya. Bhok Kian
Eng dapat melancarkan serangan lebih sering karena lincahnya, tapi ia selalu
menjaga agar jangan sampai beradu tangan, karena tadi baru sekali saja berada
lengan ia terhuyung-huyung mundar dan lengannya terasa sakit! Maka keadaan
mereka boleh dibilang tak jauh selisihnya. Namun Han Liong yakin bahwa jika
didiamkan saja, seorang di antara mereka pasti akan terluka, dan ia tak ingin hal
ini terjadi. Tanpa raga-ragu lagi ia melompat kedepan. Orang-orang hanya melihat
bayangan berkelebat di antara kedua orang yang bertanding itu, dan tahu-tahu
Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok terhuyung mundur bagai ditolak oleh suatu tenaga
besar!
Han Liong menjura kepada mereka berdua dengan sikap hormat sekali, lalu
berkata, "Siauwte mohon maaf dan harap sudilah suheng berdua menghentikan
permainan-permainan yang berbahaya ini."yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 98
Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok yang tadinya merasa marah kini menjadi
terheran-heran.
"Eh siapakah kau maka menyebut aku suhengmu?" Bhok Kian Eng bertanya
dengan marah, sedangkan Bie Cauw Giok memandang makin heran. Kalau orang ini
benar-benar sute dari Bhok Kian Eng, mengapa menyebut suheng pula kepadanya?
Tapi diam-diam kedua orang gagah itu kagum melihat gerakan dan tenaga anak
muda yang telah dengan mudah membuat mereka terhuyung mundur. Tapi mereka
juga mesata amat tidak senang atas kelancangan anak muda ini.
"Siauwte adahh Si Han Liong. Bukanlah Bhok suheng murid suhu Liok-tee Sinmo Hong In dan bukankah suhu Pauw Kim Kong guru dari Bie suheng?"


Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untuk kedua kalinya Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok terheran-heran karena
pemuda itu dapat mengetahui nama guru mereka. Tentu saja mereka tidak percaya
karena mana bisa jadi, sute mereka masih begitu muda tapi berkepandaian
demikian tinggi?
"Bie enghiong," Bhok Kian Eng berkata kepada Bie Cauw Giok, "agaknya orang ini
hendak mempermainkan kita dan memamerkan kegagahannya untuk menghina
kita berdua."
"Benar begitu kiranya," kata Bie Cauw Giok, "karena mana mungkin sutemu
menjadi suteku pula? Biarlah aku mencobanya dulu, sampai di mana kepandaian
orang yang mengaku suteku ini."
"Tidak, biar aku maju lebih dulu untuk memberi pelajaran kepadanya," bantah
Bhok Kian Eng. Sampai di lini, maka kesabaran Hong Ing yang dari tadi dirahantahan menjadi hilang melihat kokonya dipandang readah. Dan sekali melompat ia
telah berada di tengah ruangan itu. Semua tamu makin heran melihat datangnya
seorang pemuda yang muda dan cakap, dan dari gerakannya ternyata memiliki
kepandaian tinggi. Suasana menjadi tegang.
"Jiwi enghiong jangan berebut. Kalau jiwi masih tidak percaya kepada kokoku
ini dan masih menganggap dia seorang sute palsu, kurasa untuk mencobanya tak
perlu seorang demi seorang. Majulah saja bersama-sama, pasti kokoku akan dapat
melayani jiwi dengan baik." Kata-kata ini mengandung tantangan hebat dan
memandang rendah kedua orang itu, maka wajah kedua orang itu menjadi merah
padam.
Han Liong melihat kenakalan Hoag Ing, buru-buru menunduk memberi hormat
dan berkata, "Jiwi suheng, ia adalah adikku Hong Ing. Maafkan dia yang masih muda,
tetapi biarlah suheng berdua melaksakan seperti yang diusulkannya. Siauwte akan
melayani suheng berdua, tetapi siauwte akan membuktikan bahwa ilmu silat yangyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 99
siauwte pakai dalam permainan ini tiada bedanya dengan ilmu suheng sendiri."
Kedua orang itu heran dan tercengang atas keberanian orang muda ini. Bagaimana
seorang dapat melayani mereka berdua dengan menggunakan dua macam cabang
ilmu silat? Tetapi karena tahu akan ketangguhan lawan, Bhok Kian Eng memberi
tanda kepada Bie Cauw Giok dan berkata, "Kau sombong sekali, anak mula. Baiklah,
mari kita serang dia bersama-sama, Bie enghiong, lihat, bagaimana dia akan
melayani kita."
"Tetapi tidak adil kalau kita harus maju terentak, Bhok enghiong," bantah Bie
Cauw Giok.
"Tidak apa, Bie suheng, majulah," kata Han Liong dengan tenang dan mengambil
tempat di tengah, Bhok Kian Eng di kiri dan Bie Cauw Giok di kanan.
Mendengar kata-kata yang bersifat menantang ini, Bhok Kian Eng dan Bie Cauw
Giok tak dapat menahan rasa amarahnya dan maju melakukan serangan hebat!
Han Liong yang telah, dilatih sempurna oleh Kam Hong Siansu yang menciptakan
Ilmu Silat Empat Bintang, yakni yang mengambil dasar dari pelajaran keempat guru
Han Liong, tentu saja kenal baik gerakan-gerakan kedua suhengnya itu. Segera ia
bergerak dengan gesit, tangan kanan dipakai menangkis serangan Bie Cauw Giok
dan tangan kiri menangkis serangan Bhok Kian Eng. Sekaligus ia dapat
mempergunakan dua gerakan dari kedua cabang persilatan, dengan mengandalkan
kekuatan ilmu ginkangnya yang tinggi, sehingga tubuhnya dapat bergerak dengan
cepat. Setelah menyerang beberapa belas jurus, kedua suheng itu terheran-heran
dan terkejut, karena ternyata semua gerakan Han Liong adalah benar-benar ilmu
silat cabang mereka! Bahkan tangkisan-tangkisan anak muda itu membawa tenaga
yang demikian besar sehingga tiap kali lengan mereka beradu, kedua orang itu
mesata betapa tubuh mereka terpental dan lengan mereka tergetar hebat. Hal ini
membuat mereka heran dan kagum, lebih-lebih Bie Cauw Giok yang memiliki ilmu
tenaga dalam yang tinggi namun tetap tak berdaya terhadap orang yang mengaku
sutenya itu! Juga Bhok Kian Eng yang mahir ilmu meringankan tabuh, kagum sekali
melihat gerakan Han Liong yang tak kalah hebatnya jika dibandingkan dengan
gurunya, Hong In si Iblis Daratan sendiri!
Tapi kedua orang itu masih belum puas dan mereka menyerang semakin hebat.
Han Liong terpaksa menggunakan ilmu silatnya Empat Bintang Untuk melayani
kedua suheng ini. Tentu saja kedua lawannya menjadi bingung karena pemuda ini
kini bergerak dalam ilmu silat yang aneh sekail. Mirip ilmu silat mereka sendiri, tapi
toh bukan! Dan sebentar saja kedua orang itu merasa seakan-akan bukan sedang
bertanding melawan seorang, tapi lebih dari lima orang. Dimana-mana tampak
bayangan pemuda itu mengeroyok mereka!yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 100
Sementara itu, Hong Ing yang bermata tajam melihat sesosok bayangan tubuh
melayang-layang di atas genteng. Diam-diam nona ini melayang ke atas mengejar.
Alangkah marahnya ketika dilihatnya bahwa bayangan itu tidak lain dari wanita
buruk yang merampas kembangnya dan bertempur dengannya siang tadi! Setan
perempuan itu sedang mencari-cari dari atas genteng dengan pedang dan
kebutannya di kedua tangan.
"Siluman perempuan, kau berani datang mengacau?" teriak Hong Ing.
Perempuan itu memperlihatkan senyum mengejek. "Eh, kau juga berada di sini,
siangkong? Jangan kau turut campur urusanku."
"Kau kira aku takut padamu?" bentak Hong Ing yang segera menyerang dengan
siang-kiamnya. Lawannya memperdengarkan suara menghina dan mereka segera
bertempur seru.
Han Liong biarpun sedang dikeroyok oleh kedua subangnya, namun ia masih
dapat memperhatikan keadaan yang terjadi di sekelilingnya. Maka ketika Hong Ing
melayang ke atas genteng, hal itu tak terlepas dari pandanyanya. Ia merata
khawatir akan keselamatan adiknya yang nakal dan suka mencari onar itu, maka
sambil berkata, "Maaf, jiwi suheng, siauwte tak dapat melayani kalian lebih lama
lagi." Tubuhnya lalu melambung ke atas langsung ke tempat Hong Ing tadi
melompat. Tetapi kedua suheng itu yang hendak menuntut keterangan dan
penjelasan dari pemuda ini, segera melompat mengejarnya!
Mereka bertiga melihat betapa Hong Ing terdesak hebat oleh seorang
perempuan berwajah buruk yang memainkan pedang dan kebutan secara dahsyat
sekali.
Melihat perempuan itu. Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok berbareng
mengeluarkan seruan kaget, "Ji-siauw-molie!" Tapi Han Liong tak perdulikan sebutan
Setan Perempuan Muda Kedua ini, hanya segera tangannya bergerak menyambar
ke arah perempuan itu.
Perempuan itu berseru terkejut karena kebutannya hampir saja terlepas dari
tangannya ketika terkena sambaran angin pukulan Han Liong. Ia melirik sekilas dan
tertawa menghina.
"Hm, bagus! Kalian semua sudah berkumpul menjaga penberontak tua she Siok?
Baik sekali, kami takkan datang percuma kalau begini. Nah, tunggulah, besok diwaktu
penagntin bertemu, kami akan kembali main-main dengan kallanl" Sehabis berkata
demikian, ia menggerakkan tubuhnya dan menghilang. Hong Ing hendak mengejar,
tapi Bhok Kian Eig berkata. "Jangan kejar!" Suaranya menunjukkan kekhawatiran
besar, maka Han Liong dan Hong Ing menjadi heran. Tapi orang she Bhok ituyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 101
memberi tanda supaya mereka semua turun. Para tamu di ruang itu semua tampak
pucat dan ketakutan, bahkan para jago silat juga tampak gelisah. Hanya tuan rumah
yang lemah dan tua itu saja kelihatan tenang dan sedang mencoba untuk
menenteramkan hati para tamunya. Melihat semangat dan ketabahan orang tua
she Siok ini, mau tak mau Han Liong dan Hong Ing merasa kagum juga.
"He, anak muda. Sebelum kita bicara lebih lanjut, kami harap kau memberi
penjelasan padaku tentang keadaan dirimu yang mengaku menjadi suteku ini," kata
Bhok Kian Eng.
"Siauwte memang benar murid Liok-tee Sin-mo, dan siauwte bahkan sudah
bertemu dengan twa-suheng Lie Kiam. Kedatangan siauwte ke sini juga atas
suruhan twa-suheng. Mungkin suhu belum pernah memberitahu kepadamu, suheng,
maka tidak kenal pada siauwte," Bhok Kian Eng menganguk-angguk dan diam-diam
girang mempunyai seorang adik seperguruan yang demikiaa cekatan, tapi ia masih
belum puas mengapa adik seperguruannya ini lebih pandai darinya!
"Saudara, kalau kau benar sute diri Bhok enghiong, mengapa kau juga mengaku
menjadi suteku? Bukankah ini aneh dan bohong belaka?" tiba-tiba Bie Cauw Giok
menyela.
"Bie suheng, mana siauwte berani membohong. Dengan sebenarnya siauwte
juga murid dari suhu Pauw Kim Kong yang mengajarku bersama-sama dengan
suhu Hong In, suhu Bie Kong Hosiang dan juga suhu Hee Ban Kiat!"
Mendengar ini, kedua suheng itu memandangnya heran dan kagum. Hong Ing
yang ikut merasa bangga bahwa kokonya menjadi pusat kekaguman orang, segera
bertindak maju dan memperkenalkan lebih lanjut, "Tidak hanya koko Han Liong
murid keempat cianpwe itu, juga dia adalah murid dari Kam Hong Siansu."
"Stt, Ing moi........!" Han Liong mencegah, dan semua orang tercengang mendengar
bahwa pemuda cakap itu disebut Ing-moi! Hong Ing mana mau menurut teguran
dan cegahan Han Liong, ia terus saja menyombong, "Dan tahukah semua enghiong
dan cianpwe yang berada disini, siapa Han-ko ini? Ia bukan lain ialah putera tunggal
dari almarhum Si enghiong..........."
"Betulkah itu?" tiba-tiba tuan rumah bertanya heran. Orang tua she Siok int
pernah berjuang bahu-membahu dengan Si Cin Hai atau yang lebih terkenal dengan
sebutan Si-enghiong.
Terpaksa Han Liong tak dapat menyembunyikan diri dan asal-usulnya lagi,
sehingga semua orang mengerumuninya dengan kagum. Juga Bhok Kian Eng daa
Bie Cauw Giok yang tadinya merata penasaran, kini bahkan merasa banggayoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 102
mempunyai seorang sute yang bukan lain adalah putera Si enghiong yang mereka
semua puja itu.!
Kemudian Han Liong bertanya tentang keadaan perempuan buruk yang datang
mengganggu tadi.
"Kau belum kenal dia, sute?" kata Bhok Kien Eng dengan suara mengandung
kepuasan dan kebanggaan bahwa betapaun juga, dalam kalangan kang-ouw
ternyata ia jauh lebih berpengalaman dari pada sutenya. "Dia itu bernama Kiu Lau
yang dijuluki Jie siauw-moli, sebenarnya iblis wanita itu biasanya keluar
berpasangan dengan cicinya yang bernama Kiu Hwa Twa-moli. Kepandaian silat
kedua enci adik itu memang luar biasa, teristimewa Kiu Hwa, kakak iblis wanita
yang datang tadi, sehingga mereka berdua ditakuti orang banyak di kalangan kangouw. Sebenarnya mereka sendiri tak berapa kejam atau jahat, tetapi yang membuat
orang menjadi takut adalah mengingat bahwa mereka berdua ini adalah murid dari
Loh-san Sam-moli atau Tiga Iblis Wanita dari Gunung Loh-san."
"Hm, agaknya mereka keluarga iblis-iblit, tapi yang datang tadi iblis kecil tak
berapa hebat kepandaiannya" berkata Hong Ing.
Bie Cauw Giok memandang wajah Hong Ing dengan tajam. "Sute, kepandaian
adikmu ini lumayan juga hingga berani menahan Jie siauw-moli. Dari mana lihiap
mempelajari permainan siang-kiam sehebat itu?"
Hong Ing mengerling ke arah Han Liong dengan penyesalan mengapa katak ini
kurang hati-hati hingga tadi membuka rahasianya dan membuat semua orang tahu
bahwa ia sebenarnya adalah seorang gadis! Tapi, mendengar semua orang juga
mengagumi ilmu silatnya, ia terpaksa tersenyum merendah. "Ah, aku hanya belajar
sedikit ilmu silat dari guruku Sang Bouw Nikouw di kelenteng Bok-sin tang. Mana
aku dapat disamakan dengan Han-ko yang mempunyai banyak guru"
Demikianlah dengan gembira mereka bercakap-cakap dan Han Liong
diperkenalkan kepada para tamu lain. Han Liong bertanya kepada Siok Houw
Sianseng mengapa iblis wanita itu datang membikin gaduh, dan apakah yang
menyebabkan tuan rumah itu dimusuhi oleh Jie-siauw-moli.
"Si hiante," jawab Siok Houw yang menganggap Han Liong sebagai keponakan
sendiri, "aku selamanya belum pernah bertemu maupun bermusuhan dengan
mereka, tapi hal ini juga terjadi pada almarhum ayahmu. Maka, mudah saja diduga
dari mana dan siapa yang menyuruh mereka datang ke sini menggangguku. Tak
lain menurut dugaanku mereka itu pasti bekerja untuk pemerintah musuh"
"Ini benar sekali," sambung Bie Cauw Giok, "suhu belum lama ini juga mengirim
kabar padaku bahwa sekarang banyak sekail orang kalangan liok-lim yang diperalatyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 103
oleh kaisar untuk membasmi semua orang yang bersikap memusuhi
pemerintahannya. Dan menurut berita-berita yang kudengar, bahkan sekarang Tiga
Iblis Wanita dari Loh-san itu telah menjadi pembantu yang dipercaya dari para
pengawal istana kaisar.
Siok Houw Sianseng menghela napas. "Aku yang tua dan tak berguna ini tieda
harganya untuk merepotkan para enghiong. Biarlah mereka datang dan mengambil
jiwaku. Tapi yang membuat aku menyesal ialah mengapa mereka justeru memilih
waktu sekarang? Mengapa mereka tidak menunggui sampai aku selesai merayakan
perkawinan anakku?"
"Siok Sianseng jangan takut. Biar iblis-iblis itu datang, aku orang she Bhok, pasti
akan mengajak mereka adu jiwa." Kata-katanya ini biarpun terdengar jumawa
namun diam-diam Han Liong merasa girang karena ia mendapat kenyataan bahwa
biarpun tabiatnya kasar, namun subengnya ini ternyata gagah berani dan jujur.
"Bhok twako benar. Kami takkan tinggal diam," Bie Cauw Giok menghibur Siok
Sianseng, "tapi kita harus berhati-hati, musuh yang akan datang besok itu bukanlah
orang-orang lemah. Harap Bhok twako berhati-hati dan waspada. Baiknya di sini
ada Si sute dan lihiap yang merupakan tenaga bantuan tangguh hingga kita tak
usah merasa takut."
"Dua orang wanita itu tak berapa berbahaya," kata Han Liong, "terus terang saja
aku dan adikku bertemu dwngan mereka siang tadi" Lalu ia menceritakan
pengalamannya kepada semua orang. Melihat Han Liong agaknya tidak takut
terhadap kedua iblis wanita itu, semua orangpun berbesar hati.
Setelah itu mereka beristirahat. Han Liong sekamar dengan kedua suhengnya,
sedangkan Hong Ing bermalam dengan Kim Lian,. puteri Siok Sianseng yang akan
kawin besok harinya. Gadis ini merasa kagum dan senang sekali, berkenalan dengan
nona pendekar itu. Malam itu semua orang gagah tidur dengan bergiliran tapi
semalam-malaman itu tak terjadi sesuatu.
Pada keesokan harinya, udara terang dan cuaca bagus, maka sudah
sepantasnya orang-orang bergembira. Tapi jika seseorang memperhatikan wajah
orang-orang dalam ramah Siok Sianseng, tentu mereka akan melihat betapa wajah
orang-orang itu mengandung kecemasan hebat. Tamu-tamu baru datang dari
segala tempat sehingga dalam sekejap saja rumah keluarga Siok penuh orang.
Banyak pula jago silat datang bertamu, maka Bhok Kian Eng menjadi tambah girang
karena mereka ini dapat diharapkan bantuannya bila iblis-lblis itu datang
mengganggu. Hampir semua tamu yang datang, baik ia sasterawan maupun jago
silat, terdiri dari para orang gagah pencinta bangsa dan pengikut-pengikut Siyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 104
Enghiong dulu atau sisa-sisa kaum pemberontak yang dihancurkan oleh
pemerintah bangsa Boan.
Ketika rombongan pengantin laki-laki datang menjemput calon isterinya,
keadaan menjadi ramai dan suasana menjadi sangat meriah, orang-orang lupa
sejenak akan ancaman bahaya. Suara tambur dan gembreng, mercon dan orangorang tertawa memenuhi suasana rumah itu.
Tiba-tiba tampak tiga bayangan orang berkelebat! Dua orang tua laki-laki dan
seorang wanita tampak berdiri di depan tuan rumah, lalu menjura memberi selamat.
Semua orang heran karena gerakan mereka demikian cepatnya sehiniga tahu-tahu
sudah berada disitu, entah dari mara datangnya! Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok
diam-diam bersiap dengan senjata masing-masing. Tetapi Siok Sienseng
memandang mereka dengan wajah girang, sedangkan Han Liong tiba-tiba meloncat
ke depan ketiga orang tua itu dan memberi hormat sambil berlutut. "Suhu! Ie-ie !!"
"Han Liong, kau juga berada di sini? Syukurlah!" seru ketiga orang itu terdengar
girang sekali seperti suara orang yang terbebas dari kekhawatiran besar ketika
melihat muridnya-pun berada di situ. Ternyata wanita setengah tua yang kelihatan
gagah itu bukan lain adalah Yo Leng Ing, bibi Han Liong, sedangkan kedua orang
tua ita adalah Siauw lo-ong Hee Ban Kiat si mata satu dan Kim-to Bie Kong Hosiang,
dua diantara guru-garu Han Liong!
Tentu saja pertemuan ini sangat menggirangkan dan Siok Sianseng merasa
bangga menerima tamu-tamunya yang terdiri dari orang-orang gagah golongan
tua dan patriot-patriot bangsa yang terkenal. Dihadapan tuan rumah, ketiga orang
tua ini tidak menyatakan apa-apa, hanya sekedar datang memberi selamat.
Tapi ketika mendapat kesempatan, Hee Ban Kiat menarik tangan Han Liong ke
samping dan berkata, "Han Liong, kita harus waspada, Siok Sianseng akan didatangi
orang-orang jahat"
Han Liong menyangka dua iblis wanita yang datang malam tadi itulah yang
dimaksudkan oleh gurunya, tapi ia bertanya. "Siapakah mereka itu, suhu?"
"Loh-san Sam-moli!"
"Oh, Tiga Iblis Wanita dari Loh-san?" bata Han Liong berseru kaget.
Hee Ban Kiat mengangguk, "Untuk itulah maka aku, Bie Kong Hosiang, dan Yo
Toanio datang kemari. Ketiga iblis itu mempunyai kepandaian dan ilmu silat yang
tinggi pula. Belum tentu kita sanggup melawan dan mengalahkannya, tapi
bagaimanapun juga, kita harus melindungi Siok Sianseng."yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 105
Han Liong lalu menceritakan dengan singkat bahwa murid ketiga iblis wanita
itu semalam telah datang dan berjanji hendak datang menyerbu hari ini. Kemudian,
ketika Bie Kong Hosiang dan Yo Lee In juga datang ke sana dan mendengar kisah


Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perjalanannya semenjak berpisah, Han Liong segera melambaikan tangan kepada
Hong Ing. Ia memperkenalkan gadis yang masih berpakaian laki-laki itu kepada ieienya dan kepada kedua suhunya. Yo Leng In memandang gadis itu dan diam-diam
ia mengakui persamaan wajah anak itu dengan cicinya. Tetapi karena mengingat
bahwa gadis itu adalah puteri Lie Ban musuhnya, maka ia hanya menyambut
dengan dingin saja.
Melihat ketiga orang tua itu bercakap-cakap dengan Han Liong, Bhok Kian Eng
dan Bie Cauw Giok mendekati mereka. Hee Ban Kiat dengan matanya yang tinggal
satu itu memandang ke arah mereka. Kedua orang itu sangat terkejut melihat
betapa mata itu bersinar sangat tajam seakan-akan dapat menembus dada! Han
Liong segera mengundang mereka itu duduk dan memperkenalkan Bhok Kian Eng
dan Bie Cauw Giok sebagai murid Liok-te Sin-mo dan Beng-san Tojin ! Kedua orang
itu segera memberi hormat kepada mereka.
Mendengar bahwa Loh-san Sam-moli akan datang, kedua orang itu menjadi
pucat, tetapi melihat bahwa kedua guru dan ie-ie Han Liong, yang tinggi ilmu
silatnya itu berada di situ hati mereka agak tenteram.
Di antara mereka semua, hanya Hong Ing saja yang merasa sangat kurang
senang hati!. Menurut anggapannya mungkin ketiga orang tua itu tak suka padanya,
dan ia maklum mengapa mereka demikian. Maka ia mesata hatinya sangat
tersinggung dan berduka. Han Liong juga dapat merasakan keadaan adiknya ini,
maka beberapa kali ia mengerling ke arah Hong Ing dengan pandangan iba dan
mesra. Melihat pandangan iba dari kakaknya itu, Hong Ing makin merasa sedih.
Dengan menundukkan kepalanya, gadis itu segara berdiri dan meninggalkan
mereka, menghilang diantara orang banyak yang berkerumun berdesak-desak
melihat pengantin.
Ketika smua orang tengah bergembira, tiba-tiba terdengar suara tertawa
nyaring yang mengalahkan semua suara gaduh. Suara itu sangat merdu dan
nyaring, tetapi juta mendatangkan pengaruh yang menyeramkan. Han Liong
berkelebat ke atas genteng, diikuti oleh kedua gurunya, ie-ienya, dan kedua
suhengnya. Juga beberapa belas jago silat yang berkepandaian tinggi ikut menyerbu
naik! Keadaan menjadi panik. Mereka yang tidak mengerti ilmu silat mencari
perlindungan di dalam kamar, tak peduli kamar siapa saja dimasukinya dan pintu
ditutup dari dalam. Kedua pengantin cepat dibawa orang bersembunyi dalam kamar
pengantin dan dijaga oleh beberapa orang gagah dengan senjata di tangan!yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 106
Di atas genteng tampak berdiri tiga orang perempuan terengah tua yang
berpakaian serba hijau dan masing-masng memegang kebutan dan pedang. Mereka
ini adalah Loh-san Sam-moli yang terkenal dan ditakui semua orang! Di pinggir
mereka berdiri Kiu-hwa Twa-moli, sedangkan Kiu Lan Siauw-moli sedang
bertempur melawan Hong Ing, Kiu Lan menggunakan hudtim dan pedang,
sedangkan Hong Ing menggunakan siang-kiamnya. Ketika itu Hong Ing memainkan
ilmu pedang pasangan warisan gurunya dan mencoba berkelahi dengan nekad,
terdorong oleh kedukaan hatinya. Melihat permainan ini, tiba-tiba iblis termuda
berkata sambil kebutkan hudtimnya, "Berhenti!" Dan heran, sambaran angin
hudtimnya cukup untuk membuat kedua orang yang sedang bertempur itu
terhuyung-huyung mundur.
"Eh, nona kecil, apakah hubunganmu dengan Seng Bouw Nikouw?" Iblis wanita
ketiga itu bertanya.
Hong Ing biarpun telah merasakan kehebatan tenaga iblis itu, tapi ia tidak takut,
bahkan ia hendak menggunakan nama gurunya menggertak, "Ia adalah guruku, kau
mau apa menanyakan?"
Iblis wanita iu terkejut dan heran, "Kau muridnya? Kalau begitu, bukankah! kau
she Lie dan ayahmu adalah Lie Ban?"
Mendengar nama ayahnya disebut-sebut, Hong Ing menjadi marah.
"Apa maksudmu bertanya panjang lebar? Aku bukan kerabatmu!"
"Omitohud! Kami adalah orangmu sendiri, nona! Kau adalah keturunan Lie Ban,
mengapakah kau bisa berada bersama-sama dengan orang-orang ini? Mereka ini
adalah musuh-musuhmu, nona! Ayah-ibumu juga merekalah yang membunuhnya."
"Jangan banyak cerewet !" Hong Ing berteriak gemas dan bersamaan itu air
matanya mengalir di pipinya karena kata-kata itu mengingatkannya akan kedua
orang tuanya yang meninggal dunia. Digerakkannya siang-kiamnya lagi dan
menyerang Kiu Lan dengan sengit. Kiu Lan menangkis dan mereka bertempur lagi
mati-matian. Pada saat itulah Han Liong dan kawan-kawannya sampai disitu.
Loh-san Sam-moli sebenarnya bukanlah tiga saudara. Mereka adalah saudarasaudara seperguruan, yakni murid-murid dari Ngo-lian-posat Ang Gwat Niang-niang
si Dewi Lima Teratai seorang wanita pertapa yang tinggi ilmu silatnya dan tinggi
pula lima batinnya, dan yang sedang bertapa di Ngo-lian-san. Tiga saudara
seperguruan itu oleh gurunya diberi nama Biauw Niang-niang, Leng Niang-niang,
Hai Niang-niang. Mereka bertiga telah mewarisi kepandaian dari suhunya sehingga
kepandaian mereka sudah boleh dikatakan sempurna dan jarang tandingannya.
Sebenarnya semenjak muda mereka bertiga telah dididik untuk menjadi orang suci,yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 107
dan mula-mula mereka juga patuh menjalankan ibadat. Tapi karena pada dasarnya
memang tidak bersih, Biauw Niang-niang tergoda oleh nafsu dan ia menyeret kedua
adik seperguruannya ke dalam jurang kehinaan, hingga mereka bertiga berobah
menjadi jahat.
Bie Kong Hosiang yang pernah bertemu dengan ketiga iblis wanita ini, segera
menjura dan berkata, "Omitohud! Ketiga Niang-niang yang terhormat berkenan
mengunjungi tempat sahabatku yang buruk ini. Maafkan kami tidak tahu sehingga
tak menyambut dengan sepantasnya."
Biauw Niang-niang tertawa menghina. "Bie Kong Hwesio!" katanya. "Kau juga
berada di sini? Kau mengaku kawan si pemberontak she Siok itu? Hati-hati, hwesio,
ia adalah seorang pemberontak yang harus menerima hukuman sekeluarganya.
Lebih baik kau pergi saja dari sini, barangkali aku dapat mengampunkan kau!"
"Eh, setan perempuan darimana begini jumawa dan datang-datang memakimaki orang? Kalian boleh menakut-nakuti orang lain, tapi aku Bhok Kian Eng si
Garuda Putih sekali-kali tidak takut padamu!"
Sepasang mata Hai Niang-niang, iblis termuda, yang jeli seperti mata seorang
gadis cantik, berkilat memandang ke arah Bhok Kian Eng, lalu mulutnya tersenyum.
"Hm, beginikah macamnya Garuda Putih? Baiklah, aku akan membikin kau
menjadi garuda tak bersayap!" Dan bersamaan dengan kata-kata terakhir,
tangannya bergerak dan sebuah benda putih berkilauan menyambar secepat kilat
ke arah Bhok Kian Eng!
Huito atau pisau terbang itu menyambar ke arah kaki si Garuda Putih dengan
cepat sekali sehingga jalan satu-satunya bagi Bhok Kian Eng ialah melompat tinggi
untuk menyelamatkan diri dari tikaman pisau yang sempat mengenai betisnya. Tapi
serangan gelap ini memang diperhitungkan masak-masak oleh penyerangnya,
karena selagi tubuh Bhok Kian Eng masih terapung di udara, tiba-tiba pisau lain
telah terbang menancap di bahu kirinya ! Tanpa ampun lagi si Garuda Putih
terbanting ke bawah genteng! Baiknya ia sudah memiliki tubuh kuat dan
mempunyai kegesitan cukup baik sehingga dalam bahaya maut itu ia masih sempat
berjungkir balik dan jatuh di atas tanah dengan berdiri. Ia segera roboh karena
betisnya yang terkena pisau terasa sakit sekali.
"Sungguh tak tahu malu, menyerang secara pengecut !" teriak Hee Ban Kiat
yang meloncat menyerang Hai Niang-niang. Tetapi Kiu Hwa twa-moli
menangkisnya dan mereka segera bertempur dengan seru. Hee Ban Kiat seperti
biasa tak pernah menggunakan senjata, tetapi menggunakan sepasang kepalan dan
kedua kakinya yang dapat bergerak cepat dan tak kalah hebatnya dengan senjatayoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 108
yang bagaimanapun juga. Tapi lawannya, murid kepala dari ketiga iblis, bukanlah
lawan yang ringan. Perempuan buruk ini menggunakan hudtimnya untuk membalas
menyerang dan mencoba untuk mengalahkan si mata satu.
"Kau mencari mati!" Hai Niang-niang tertawa dingin dan kebutannya berkelebat
ke arah dada Bie Kong Hosiang. Tapi tiba-tiba sebuah bayangan putih menyambar
dan Hai Niang-niang merasa tenaga yang luar biasa kuatnya menolak kebutannya
hingga terpental. Ia menjerit terkejut dan marah. Ternyata Han Liong telah mewakili
gurunya, dan tadi ia menggunakan ujung bajunya untuk menyabet dan menangkis
kebutan itu! Bukan main herannya Hai Niang-niang ketika melihat bahwa yang
menangkis hudtimnya secara hebat itu bukan lain hanyalah seorang pemuda yang
belum ada dua puluh tahun usianya. Ia sampai tak percaya dan sekali lagi ia
menggerakkan hudtimnya, kini ke arah kepala Han Liong. Gerakan hudtim ini
mengandung tenaga dalam yang besar sehingga sebelum kebutan sampai,
anginnya telah terasa menyambar dingin.
"Bagus !" kata Han Liong dan Hai Niang-niang merasa kepalanya pening dan
matanya kabur karena tahu-tahu anak muda baju putih itu lenyap dari depannya!.
Secepat kilat ia memutar tubuh sambil memukulkan kebutan dan pedangnya. Benar
saja, Han Liong sudah berada di belakangnya tersenyum den menangkis
sabetannya.
"Sungguh lihai !" Leng Niang-niang berseru. Iblis kedua ini tahu bahwa seorang
diri saja sumoinya itu sukar memperoleh kemenangan, maka ia segera maju
menyerang. Han Liong melibat gerakan Leng Niang-niang lebih hebat dari Hai
Niang-niang, berlaku hati-hati dan ia melayani keroyokan kedua wanita iblis itu
dengan mengandalkan kegesitan dan kelincahannya.
Melihat kedua sumoinya dapat mengimbangi Han Liong, Biauw Niang-niang
tertawa seram, kemudian, in memutar pedangnya menyerang Bie Kong Hosiang
yang menangkisnya dengan golok. Bie Cauw Giok melihat betapa Hong Ing sangat
terdepak oleh Kiu Lan, segera maju membantu. Beberapa orang tamu yang juga
memiliki kepandaian ikut naik ke atas genteng, dan segera maju pula menyerbu.
Ada yang membantu Bie Kong Hosiang, ada pula yang membantu Hee Bin Kiat. Tapi
tak seorangpun berani membantu Han Liong karena pemuda itu sudah tak kelihatan
bayangannya lagi, seakan-akan menjadi satu dengan sinar pedangnya dalam
perjuangan mati-matian melawan dua iblis yang lihai itu.
Di dalam pertempuran yang hebat itu, selain Han Liong sendiri, yang boleh
dibilang menang dan mendesak lawannya adalah Hee Ban Kiat. Biarpun Liu Hwa
telah mewarisi kepandaian tiga iblis wanita yaag menjadi gurunya, namun terhadap
Hee Ban Kiat si mata satu ia kalah tenaga, kalah pengalaman dan kalah ulet.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 109
Permainan pedang dan hudtimnya mulai kacau menghadapi silat tangan kosong si
mata satu yang memainkan Kiaw-ta-sin-na-hwat.
Tiba-tiba Kiu Hwa menjerit ngeri dan ia terhuyung-huyung lalu memuntahkan
darah sambil memegang pundaknya. Ternyata dengan tipu Lutung Sakti
Menyambar Hati, Hee Ban Kiat menyerangnya dan Kiu Kwa menangkis dengan
hudtim, tapi Hee Ban Kiat merobah gerakannya, jari tangannya mencuri masuk
dalam totokan Su-sat-chiu yang luar biasa itu. Tanpa ampun lagi Kiu Hwa terkena
totokan di pundaknya, dan jiwanya tak tertolong lagi karena yang tertotok adalah
urat kematian.
Melihat muridnya terluka, Biauw Niang-niang marah sekali. Sambil berseru
keras ia menangkis golok Bie Kong Hoiiang dengan kebutan dan pedangnya
berkelebat cepat ke arah dua orang yang membantu hwesio itu. Terdengar bunyi
"traang!!" dan senjata kedua orang itu terlepas dari tangannya diikuti dengan suara
pekik kesakitan karena Biauw Niang-niang terus memainkan kebutannya menyabet,
yang akibatnya hebat sekali. Seorang pengeroyok pecah kepalanya sedangkan
orang kedua patah tulang iganya ketika ujung bulu kebutan singgah di dadanya!
Bie Kong Hosiang terkejut sekali melihat kehebatan lawannya. Ia melompat
maju dan memutar goloknya makin cepat dalam ilmu goloknya Ngo-houw-toanhun-to yang lihai. Namun Bianw Niang-niang terlalu tangguh baginya. Dengan
tangan kiri yang memegang hudtim, ia dapat menangkis dan memunahkan semua
serangan Bie Kong Hosiang, sedangkan di tangan kanannya ia menggunakan
pedang untuk menyebar maut! Sambil berkelebat ke sana ke mari ia berhasil
melepaskan diri dari serangan Bie Kong Hosiang dan sekali pedangnya berkelebat,
maka robohlah seorang lagi pengeroyok dengan mandi darah! Sebentar saja
pedang iblis wanita yang ganas dan kejam itu telah merobohkan lima orang! Lain
orang yang tak seberapa tinggi kepandaiannya menjadi takut mengundurkan diri
ke samping.
Sementara itu, setelah berhasil merobohkan Kiu Hwa, Hee Bin Kiat yang melihat
keganasan Biauw Niang-niang segera maju menyerang dan bersama-sama Bie
Kong Hosiang mengeroyok iblis wanita yang lincah itu. Kini pertempuran terjadi
dalam tiga rombongan, yakni, Hee Ban Kiat dan Bie Kong Hosiang melawan Biauw
Niang-niang, Bie Cauw Giok dan Hong Ing bertempur mengeroyok Kiu Lan,
sedangkan Han Liong seorang diri dikeroyok oleh Leng Niang-niang dan Hai Niangniang. Yo Leng In tadinya membantu Han Liong, tetapi Han Liong sambil melayani
kedua lawannya, minta agar ie-ienya ini turut menjaga di bawah, takut kalau-kalau
ada kawan penjahat yang menyerbu.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 110
Han Liong sejak tadi hanya memainkan ilmu Pedang Empat Bintang yang cukup
kuat untuk dapat melayani kedua lawan itu tanpa terdesak, tetapi ketika ia
mendengar suara jeritan-jeritan ngeri dari para korban pedang Biauw Niang-niang
ia menjadi marah. Ia merubah gerakan pedangnya dan kini ia memainkan jurusjurus teratas dari Pek-liong-kiamsut! Pedangnya berkelebat menjadi puluhan
sehingga kedua lawannya amat terkejut. Sebelum mereka sempat mempelajari
gerakan Han Liong. Tiba-tiba Hai Niang-niang merasa pundaknya amat sakit hingga
hudtimnya terlepas. Ternyata dengan tangan kirinya Han Liong telah menepuk bahu
kirinya hingga sambungan tulangnya pecah!
Tapi pada saat itu juga Biauw Niang-niang berhasil melukai Bie Kong Hosiang
dengan hudtimnya. Kebutan itu telah memukul leher Bie Kong Hosiang dengan
keras sekali, maka kalau lain orang yang terkena pukulan hebat itu pasti akan mati
seketika itu juga. Untunglah Bie Kong Hosiang adalah seorang yang tinggi ilmu
silatnya, sehingga ia bisa menggerakkan tenaga dalamnya menangkis pukulan itu
dan ia hanya mendapat luka diluar yang biarpun berat namun tidak sampai
membahayakan jiwanya.
Han Liong melihat gurunya terluka segera melompat menahan pedang Biauw
Niang-niang yang hendak disabetkan ke leher Bie Kong Hosiang. Dengan gemas
Biauw Niang-niang menempur pemuda ini sedangkan Hee Ban Kiat berganti lawan,
kini menghadapi Leng Niang-niang yang tak sepandai Biauw Niang-niang, biarpun
siluman wanita kedua ini masih terlampau berat baginya. Hong Ing dan Bie Cauw
Giok, setelah bertempur mati-matian, akhirnya berhasil juga membuat Kiu Lan repot
dan terdesak.
ELIHAT pihaknya terdesak hebat, ditambah pula ia sendiri harus
menghadapi Han Liong yang ternyata tangguh dan gagah itu, Biauw
Niang-niang mengeluarkan suara siulan nyaring dan tinggi. Siulan ini
adalah sebuah isyarat, karena Leng Niang-niang, dan juga Hai Niang-niang yang
terluka dan hanya menggunakan sebelah tangan, tiba-tiba ia menyebarkan Bwee
hwa-ciam atau senjata rahasia berbentuk jarum yang jahat itu. Biauw Niang-niang
sendiri juga tebarkan jarum maut mengarah urat-urat kematian Han Liong. Semua
orang terkejut dan dengan teriakan marah Bie Cauw Giok roboh terguling karena
sebuah jarum menancap di pahanya. Juga Hec Bia Kiat mengeluarkan seruan
tertahan ketika hampir saja ia menjadi korban jarum rahasia yang dilepas oleh Leng
Niang-niang. Kemudian dengan cepat sekali ketiga iblis waniia itu lari. Biauw Niangniang dengan tak terduga telah melompat ke dekat Hong Ing dan sebelum gadisyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 111
itu sadar, pundaknya telah tertotok dan tubunya yang tak berdaya itu dipondong
dengan ringan sekali oleh siluman wanita itu!
Han Liong terkejut dan lompat mengejar, tapi Leng Niang-niang mencegat
dengan tambasan jarum-jarumnya. Karena merasa marah dan khawatir sekali akan
keselamatan Hong Ing, Han Liong memutar pokiamnya hingga jarum-jarum
tertangkis dan jatuh semuanya, lalu sekali Pek-liong pokiam bermain, telinga kiri
berikut antibg-anting terbabat putus!.
Bangsat keji ! Leng Niang-niang berteriak keras dan menyerang hebat. Tibatiba kaki Han Liong melayang dan tepat menghantam pergelangan tangannya
hingga pedangnya terpental jauh, sedangkan tulang lengannya memperdengarkan
suara krak dan patah.! Leng Niang-niang menjerit kesakitan lalu lari! Han Liong
tidak mengejarnya karena ia merasa bingung benar. Biauw Niang-niang yang
memondong Hong Ing telah lenyap dan ia tidak tahu ke mana iblis itu lari. Lama
sekali Han Liong berdiri kesima dan bingung, ia tak tahu harus mengejar ke jurusan
mana, sedangkan hatinya terasa perih sekali mengingat akan nasib Hong Ing.
Tiba-tiba terdengar suara kaki di belakangnya. Cepat ia berpaling dan Yo Leng
In telah berdiri di depannya. Bibi ini heran melihat betapa Han Liong berdiri pucat
bagaikan kehilangan semangat.
Liong, lukakah kau? tanyanya khawatir.
Tidak, ie-ie, tapi....... Hong Ing telah dibawa lari oleh Biauw Niang-niang jawabnya
sambil mengerutkan kening.
Yo Leng In diam-diam bernafas lega. Memang ia tidak senang melihat puteri
musuhnya itu, maka pikirnya biarlah setan kecil itu dibawa pergi oleh iblis wanita
Biauw Niang-niang, hingga Han Liong tak perlu berdekatan lagi dengan adiknya
itu. Sudahlah jangan khawatir. Agaknya iblis-iblis itu menganggap nona Lie sebagai
orangnya sendiri. Rasanya nona itu takkan diganggu. Ia menghibur sedangkan Han
Liong heran mendengar suara bibinya.
Ternyata kerugian pihak Siok Sianseng lebih hebat. Lima orang tamu yang ikut
bertempur mendapat luka berat, bahkan seorang di antaranya telah tewas. Bhok


Pedang Pusaka Naga Putih Oleh Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kian Eng luka berat, begitu pula Bie Cauw Giok dan Bie Kong Hosiang. Orang-orang
yang terluka oleh jarum iblis itu, lukanya bengkak dan hitam, tanda bahwa senjata
rahasia itu mengandung racun hebat. Setelah memeriksa dengan teliti, Han Liong
lalu memasukkan pedang Pek-liong-pokiam ke dalam air dan menggunakan air itu
untuk mengobati. Sungguh manjur sekali, begitu luka dicuci dengan air ini maka
semua darah yang mengandung racun dapat dihisap keluar!yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 112
Siok Sianseng menyatakan penyesalannya bahwa begitu banyak orang yang
telah menjadi korban karena membela dia seorang. Lebih-lebih ketika ia mendengar
bahwa nona Hong Ing diculik oleh iblis wanita itu, ia membanting-banting kakinya
dan tanpa disadarinya air matanya mengalir membasahi pipinya karena merasa
sedih dan marah.
Biarlah....... biarlah, aku akan menggunakan sisa hidupku yang tak berharga ini
untuk menyalakan lagi api pemberontakan dan bersama kawan-kawan
seperjuangan menggulingkan pemerintah musuh yang jahat ini! Orang tua yang
lemah tetapi penuh semangat baja ini berdiri dengan mata bernyala-nyala dan
kedua tangan terkepal. Pada saat itu, seakan-akan semangat ayahnya menjalar di
tubuh Han Liong. Anak muda ini melihat Siok Sianseng demikian bersemangat,
merasa sangat terharu sehingga untuk sesaat ia melupakan kesedihannya karena
terculiknya Hong Ing. Ia maju dan memegang lengan tuan rumah.
Paman Siok, jangan khawatir, aku akan membantumu untuk membasmi
perampok-perampok jahanam itu! Siok Houw Sianseng memeluk Han Liong dengan
terharu, kemudian setelah para korban dirawat, dan pengantin laki-laki telah pulang
membawa isterinya, Siok Sianseng mengajak Han Liong, Yo Leng In, Hee Ban Kiat,
dan Bie Kong Hosiang untuk berunding.
Semenjak usaha pemberontakan yang dipimpin ayah Han Liong, Si Enhiong,
gagal dan dihancurkan oleh pemerintah Ceng tiauw, Siok Houw Sianseng melarikan
diri dan dengan diam-diam sasterawan patriot ini menulis sebuah karangan yang
berjudul Rakyat tak sudi dijajah. Berbulan-bulan Siok Houw dengan dibantu oleh
puterinya menulis karangan ini sampai menjadi lima belas buah. Ia bermaksud
hendak membagi-bagikan karya tulisannya ini ke segenap penjuru agar disalin oleh
para patriot dan disebarkan di antara rakyat. Tapi ia seorang lemah dan namanya
telah tercatat dalam daftar hitam pemerintah penjajah, maka ia tak berdaya dan
karangannya itu telah lama sekali tersimpan dalam kopornya. Kini melihat para
orang gagah berkumpul, bahkan disitu ada putera Si Enghtong yang seakan-akan
menjadi pengganti ayahnya, semangat sasterawan tua ini timbul kembali. Apalagi
ketika ia mendapat kenyataan bahwa dirinya diincar dan hampir saja menjadi
korban keganasan kaki tangan kaisar lalim, ia segera mengambil keputusan untuk
mulai lagi perjuangan menentang pemerintah yang dibencinya itu.
Setelah mendengar keterangan Siok Sianseng tentang karangan dan cita
citanya, Han Liong memajukan dirinya sendiri untuk menjalankan tugas
menghubungi orang-orang gagah di seluruh daratan Tiongkok dan membagibagikan tulisan Siok Sianseng itu.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 113
Semua orang setuju dan Siok Sianseng memberi nasehat, Si hiante telah
menerima tugas suci ini, maka aku merasa bangga dan puas, karena keturunan Si
enghiong pasti akan bekerja dengan sempurna. Hanya saja, hendaknya Si hiante
berhati-hati, karena dengan adanyapenyerangan terhadap rumah tanggaku, maka
besar sekali dugaanku bahwa kaki tangan kaisar kejam itu telah mendengar tentang
tulisanku itu dan tentu mereka akan bersusah payah dalam usaha mereka
merampasnya.
Setelah berunding dan mengambil keputusan bahwa semua orang gagah yang
diundang oleh Han Liong dan yang lain-lain supaya datang menghadiri pertemuan
di puncak Gunung Beng-san, tempat kediaman Beng-san Tojin, pada Go-gwee Capgo untuk memilih seorang bengcu atau kepala, maka pertemuan itu diakhiri.
Siok Houw membubarkan semua pelayan, dan karena puterinya telah mengikuti
suaminya, sedangkan isterinya telah meninggal beberapa tahun yang lalu hingga
ia hidup seorang diri, maka ia setuju untuk ikut dengan Hee Ban Kiat bersembunyi
di kelenteng Bie Kong Hosiang, ialah kelenteng Kim-kee-tang di bukit Huntian-sie,
agar ia dapat menyelamatkan diri dari kejaran kaki tangan pemerintah musuh. Yo
Leng In juga pergi untuk mengumpulkan dan mengundang kawan-kawan
seperjuangan lama yang dulu bersama-sama suaminya dan Si enghiong pernah
mengadakan pemberontakan dan gagal.
ooOOoo
Marilah kita tinggalkan dulu Han Liong yang pergi mencari hubungan dengan
orang-orang gagah sefaham, dan baik kita ikuti keadaan Lie Hong Ing yang dibawa
lari oleh Biauw Niang-niang.
Iblis wanita tertua yang lihai itu setelah pergi jauh, lalu menanti datangnya Leng
Niang-niang dan Hai Niang-niang yang terluka hebat oleh Han Liong. Kedua sumoi
itu datang dengan merintik-rintih, hingga Biauw Niang-niang merasa sakit hati
sekali kepada Han Liong. Ia menggunakan kepandaiannya menotok jalan darah
kedua sumoinya untuk mengurangi rasa sakit dan memberi mereka makan obat
bubuk berwarna hijau. Pada saat itu tampak Kiu Lan datang berlari-lari dengan
nafas terengah-engah. Ketiga gurunya merasa lega melihat bahwa murid ini tidak
terluka, tapi mereka memaki-maki dengan gemas dan marah mendengar bahwa
Kui Hwa telah tewas! Kemudian Biauw Niang-niang membebaskan Hong Ing dari
totokannya, lalu berkata kepada nona itu.
Sie Siocia, jantan kau salah paham. Gurumu adalah kawan kami dan almarhum
ayahmu juga segolongan dengan kami. Kau agaknya telah kena dibujuk oleh lawan
dan orang-orang yang sekarang menjadi sahabat-sahabatmu itu. Sebenarnyayoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 114
mereka adalah musuh-musuhmu dan musuh-musuh kami yang harus kita basmi!
Kamilah sahabat-sahabatmu yang sejati.
Hong Ing memang masih merasa marah kepada kawan-kawan Han Liong, tapi
ia juga tidak suka melihat tiga iblis wanita ini lebih-lebih kepada Kui Lan, ia benci
sekali. Maka, mengingat hal ini ia menjadi makin marah dan berlaku nekat.
Aku tidak mempunyai sahabat! Kalian dan semua orang tadi adalan orangorang jahat belaka! Di dunia ini mana ada kawan baik? Aku tak perduli, aku mau
hidup sendiri, kalian jangan mengganggu aku.
Lie siocia, jangan kau salah duga. Kami adalah pelindungmu. Kau harus ikut
dengan kami ke istana.
Apa? Istana? Apa maksadmu?
Bukankah ayahmu dulu menjadi panglima? Nah, kau yang menjadi
puterinyapun berhak tinggal di Istana Putih yang khusus dibangun oleh yang mulia
kaisar untuk kita. Marilah ikut kami, kau akan mendapat kemuliaan. Hong Ing
tertarik, tapi ia ragu-ragu dan diam saja.
Sementara itu, Kui Lan yang ingat kepada sucinya, tiba-tiba mencucurkan air
mata. Biauw Niang-niang menghela nafas, karena iblis wanita ini maklum akan
perasaan muridnya. Sudahlah, Kui Lan, tak perlu segala tangis itu. Kui Hwa gugur,
tapi kitapun telah banyak menjatuhkan korban. Sayang tua bangka she Siok itu
terlepas dari ujung pedang kita. Biarlah mari kita pulang dulu untuk mengumpulkan
tenaga bantuan. Mudah saja lain kali kita membalaskan sakit hati Kui Hwa.
Hong Ing diam-diam menggunakan pikirannya. Agaknya orang-orang inipun
tergolong orang-orang gagah yang hanya berbeda pendirian dengan Han Liong dan
kawan-kawannya. Kalau Han Liong dan kawan-kawannya memusuhi kaisar, iblis ini
bahkan sebaliknya, membela kaisar. Mana yang betul ? Tentu saja Haa Liong yang
betul, kakaknya itu tak pernah bertindak salah. Terhibur hatinya kalau terkenang
kepada Han Liong. Betapapun juga, pemuda itu tidak membenciya. Biarpun seluruh
dunia membencinya, ia tak perduli, asal Han Liong jangan membencinya. Dan orangorang ini, yang ia telah saksikan kelihaiannya, agaknya juga suka padanya. Tentang
permusuhan bela-membela kaisar itu, ah, ia tidak mengerti dan juga tidak perduli.
Bukankah antara ayah dan ibunya sendiripun ada perbedaan faham macam ini?.
Hong Ing mempertimbangkan untung ruginya kalau ia ikut Biauw Niang-niang.
Ia akan belajar silai tinggi dan akan tahu lebih jelas keadaan mereka, hingga lain
kali kalau bertemu dengan Han Liong, ia dapat memberikan keterangan. Ruginya?
Ia berpisah dari Han Liong ! tapi tidak apa, berpisah untuk sementara. Bahkan nantiyoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 115
kalau bertemu lagi ia sudah berkepandaian tinggi. Alangkah senangnya untuk
membanggakan kepandaiannya kepada kakaknya itu kelak!
Eh, kalau aku ikut.... maukah kau memberi pelajaran silat kepadaku? tiba-tiba ia
bertanya kepada Biauw Niang-niang. Wanita tua itu tersenyum. Tentu saja ! Bahkan
sudah seharusnya, Dengarlah, anak bodoh, gurumu Seng Bouw Nikouw juga berada
di sana.
Betulkah ini.? Hong Ing berseru girang.
Siapa yang membohong? bentak Biauw Niang-niang.
Kini keragu-raguan di hati Hong Ing lenyap. Hatinya diliputi perasaan ingin tahu
sehingga ia ikut Biauw Niang-niang g tanpa membantah lagi. Ketika mereka keluar
dari kota, beberapa belas li dari situ, mereka bertemu dengan serombongan
pahlawan kaisar yang menyusul mereka. Biauw Niang-niang yang ternyata
mempunyai pengaruh besar, tanpa keterangan apa-apa segera memerintahkan
semua pahlawan itu kembali bersama mereka. Kepala rombongan memberi kudakuda terbaik untuk mereka, sehingga perjalanan dapat dilanjutkan dengan cepat
menuju ke kota raja.
Hong Ing yang selama hidupnya belum pernah melihat ibu kota yang besar
dan indah itu, menjadi sangat kagum. Setelah memasuki kota, rombongan itu
memisahkan diri dan Biauw Niang-niang mengajak kawan-kawannya menuju ke
sebuah gedung besar. Memang tepat sekali gedung itu diberi nama Istana Putih,
karena dicat serba putih dan tampak bersih indah. Di dalamnya berhiaskan batubatu marmer yang licin mengkilat. Hati Hong Ing berdebar ketika memasuki istana
itu. Istana putih ini memang mewah dan indah. Dulu kaisar sengaja membangun
istana ini untuk seorang selirnya yang cantik dan manja bernama Yauw Liang Kwei.
Setelah merasa bosan dengan selir cantik itu, ia membuangnya sebagai barang
hadiah kepada seorang hambanya, kaisar lalu menganugerahkan istana putih itu
kepada para kaki tangannya yang berjasa untuk dijadikan tempat berkumpul,
bermusyawarah, dan beristhahat.
Kedatangan Biauw Niang-niang dan kawan-kawannya disambut dengan penuh
penghormatan, ternyata oleh Hong Ing bahwa tiga Iblis Wanita itu mempunyai
kedudukan sebagai pemimpin dan orang-orang gagah yang berkumpul di istana
patuh itu dan menamakan dirinya sendiri pembela-pembela negara pembasmi
pengacau. Gedung besar itu dibagi menjadi dua bagian. Bagian kanan diperuntukkan
tamu-tamu lelaki dan tamu-tamu wanita menempati bagian kiri.yoza collection
Pedang Pusaka Naga Putih - Halaman 116
Ketika Biauw Niang-niang mengajak mereka menuju ke gedung kiri, Hong Ing
tiba-tiba merasa girang sekali ketika melihat bahwa benar-benar Seng Bouw
Nikouwpun berada di situ, berkumpul dengan beberapa orang wanita gagah lainnya!
Badai Di Karang Langit 3 Pendekar Mabuk 07 Utusan Siluman Tujuh Nyawa Pusaka Jala Kawalerang 6

Cari Blog Ini