Ratu Ayu 03 Pendekar Wanita Menuntut Balas Bagian 2
Mendapat pertanyaan demikian, penjaga-penjaga terdiam sebab mereka tidak
mengerti peristiwa yang sebenarnya, lalu berkata apa adanya, katanya, "Ah, aku sendiri
tidak tahu, tetapi dari berita yang disampaikan Lurahku, bahwa mereka hendak dijajah."
"Hmm. Barangkali juga."
Hutan sudah gelap, penjaga itu memerintahkan beberapa orang yang di tempat itu
untuk menyalakan obor. Satu persatu dari sudut pasar itu telah mulai diterangi denganhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
cahaya obor. Dan bersamaan dengan itu sinar bulan mulai memberkasi langit sebelah
timur.
"Tuan, indah benar hutan ini, kalau cahaya bulan menerangi. Demikian mesra
kelihatannya kalau kebetulan bersama kekasih," Kata pedagang itu dengan bergurau.
"Ya, tetapi aku cukup tua dan tidak pantas lagi untuk berkekasih." Jawab
Tandagembrik.
"Dan diantara kami tidak ada seorang wanitapun."
"Itulah salahmu. Mengapa dalam pengembaraan tidak membawa."
"Resikonya sangat berat tuan"
"Ya, orang seperti lurah-lurahku kalau melihat wanita cantik matanya akan
bersinar hijau. Apalagi terang bulan purnama seperti ini dapat menggairahkan dan
membangkitkan kemauan." Kata Tandagembrik.
"Masa demikian tuan?" Kata pedagang itu.
"Tentu saja aku lebih banyak pengalaman daripada kamu." Tandagembrik diam
sejenak, lalu menyambung.
"Ah, tidak mungkin pedagang lebih berpengalaman, karena banyak uang."
"Mana bisa tuan seperti aku ini hanya lelah dalam perjalanan sedang hasilnya
hanya sekedar pengisi ini." berkata demikian pedagang itu dengan menepuk perutnya.
"Ya, akupun demikian, kau melihat sendiri." Tandagembrik berkata dengan
tunduk. Betapapun ia manusia, mendapat perlakuan lurahnya di depan orang lain yang
belum dikenalnya, sudah tentu menanggung malu yang tak terhingga.
"Maafkan aku tuan, aku turut melihat perlakuan itu."
"Tak mengapa, itu perlakuan yang teringan." Kata Tandagembrik.
"Tuan makan sirih?" Tanya pedagang itu sambil menyuguhkan tempat sirihnya,
"Kalau tuan suka tempat ini ambillah untuk tuan."
"Tidak, benda demikian kalau ketahuan lurahku akan membuat aku celaka."
Katanya dengan membumbui sirihnya.
"Mengapa tuan?"
"Aku dituduh mencuri."Semuanya diam, penjaga itu mulai mengunyah.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Kalian pandai memasak." Puji Tandagembrik.
"Ya, aku merasa ingin belajar." Sambung yang lain.
"Ah, tuan-tuan terlampau melegakan hati kami"
Bulan bulat semakin tinggi, malam semakin malam. Suara margasatwa malam
dalam hutan itu sudah mulai terdengar.
"Mengapa lurah-lurah tuan tidak hadir kembali?"
"Oh, Tidak. Malam ini beliau sedang menyelesaikan ilmunya."
"Satu anugerah tuan."
"Anugerah? Mengapa?" Tanya penjaga yang sudah agak tua
"Mendapatkan ilmu jaya kasantikan bukankah itu suatu anugerah."
"Benar juga katamu, sebab aku yang tua ini belum setitikpun menerima ilmu dari
guru itu. Hanya sekedar ilmu silat untuk membela diri apabila menghadapi bahaya dalam
melakukan perampokan."
Ternyata dalam lingkungan penghuni Alas Pirwa benar juga dugaan para senopati
Majapahit. Bahwa tidak seluruhnya sependirian dengan guru mereka yang bernama
Wukirpati.
"Menjelang tengah malam, terdengar suara serigala mengaung dengan keras
disertai gonggong yang berkepanjangan. Itulah suatu tanda yang sudah saling disetujui
untuk memulai penyerangan.
Para tamtama sudah membagi dirinya pada tempat-tempat yang sudah tertentu,
sebagian merayapi daerah latihan itu sebagian yang menyamar sebagai pedagang harus
menyelesaikan tugasnya.
Tiba-tiba saja pedagang yang kekurusan itu dengan teman-temannya yang purapura tertidur nyenyak, segera meloncat dan membekuk penjaga-penjaga yang sama sekali
tidak menduga sebelumnya. Penjaga-penjaga terlongoh-longoh atas perlakuan itu.
"Maaf tuan, aku terpaksa mengikat tuan."
"Sebab?" Bentaknya dengan melotot.
"Karena kewajibanku tuan."
"Kalian orang-orang Majapahit?" Tanya penjaga dengan garang.
"Ya!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Aku tidak akan melawan." Kata penjaga itu.
"Bagus. Mari ikut aku," Perintah pedagang bertubuh kurus itu.
Penjaga itu tidak membantah. Mereka dibawa ke induk pasukan.
Di arena latihan, sepuluh orang muridnya dengan pakaian kebesaran masingmasing, gurunya berjalan mondar-mandir memberikan petunjuk. Semuanya mengangguk
dan memberi hormat.
"Anak-anakku, aku Ki Wukirpati telah memberikan semua yang ada padaku,
tinggal kalian melatih diri. Untuk menjadi pendekar utama pada jaman ini membutuhkan
latihan bertahun-tahun. Tetapi percayalah bahwa aji Kalapati adalah sukar tandingnya.
Berbahagialah kalian yang telah mendapatkannya."
Sepuluh muridnya kemudian mencari tempat sendiri-sendiri. Guru itu duduk
mendampingi Samberpati yang kelihatan masih letih. Bulan bercahaya penuh, tidak
segumpal awan pun melindungnya.
Genderang satu nada mulai berbunyi, serombongan pengendang mulai memasuki
arena, disusul beberapa penari yang hanya tertutup sebagian tubuhnya yang terlarang
Demikian itulah kesukaan mereka, sebab setelah bangkit kegairahannya, penari-penari itu
mulai membangun hati mereka, kemudian mengajaknya seorang demi seorang untuk
memenuhi kebutuhannya.
Demikianlah genderang itu terus membina tari itu, penari-penari cacing itu mulai
menggeliat-geliat mendekati kesepuluh murid-murid Alas Purwa dengan caranya sendirisendiri. Mereka mulai melepaskan kain penutup tubuhnya yang hanya sehelai itu, dan
tinggallah seberkas penutup kecil yang memberi gairah.
Menjijikkan, tarian itu tidak mungkin dilihat oleh orang-orang yang masih waras
otaknya. Para tamtama yang sudah berada di sekitar tempat itu tidak sampai hati melihat
perlakuan demikian terhadap para wanita penari. Tari kagunan adiluhung itu telah disalah
gunakan untuk membangkitkan nafsu. Para tamtama memalingkan mukanya pada
pertunjukan terakhir. Penari-penari tak ubahnya cacing menggeliat-geliat di atas tanah di
dekat kaki para murid perguruan Alas Purwa. Sebaliknya laki-laki semakin bergila-gilaan.
Mereka yang setengah mabuk mulai meraih penari-penari itu sekehendaknya, lalu berdiri
bersama-sama meninggalkan gelanggang latihan itu.
"Kesanggupan telah kau laksanakan anakku." Kata gurunya.
"Hatiku telah lega guru, mereka bergembira malam ini." Pengendang-pengendang
mengiringi masuk dalam gerumbul kecil. Dan guru bersama muridnya tertua itu
mempunyai pekerjaan tersendiri, guru itu mulai kembali menyalurkan tenaga dalamnya
kepada muridnya. Ia mulai menempelkan tangannya disatukan pada tangan muridnya,
mereka mengharapkan udara malam terang bulan itu membantu memulihkan tenagahttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
Samberpati seperti sediakala. Tenaga mereka menyedot dan menyalurkan, sehingga
bagaimanapun guru itu dikurangi kekuatannya. Tetapi mereka yakin apabila disatukan
kedua tenaga itu mana mungkin dapat terkalahkan.
Bagi gurunya memang luka Samberpati yang parah itu jangan sampai diketahui
oleh adik-adik seperguruannya, mereka sengaja merahasiakan.
Demikian pula bagi para tamtama Majapahit, kepada musuh sekalipun mereka
harus berlaku ksatria. Mereka tidak akan mengganggu yang mendapat cedera atau tidak
akan mengganggu mereka yang sedang berobat. Tanda penyerangan belum diberikan
karena senapati yang memimpin mengetahui guru mereka sedang mengobati Samberpati
yang luka parah.
Seberkas mendung lalu menutupi bulan yang bundar itu, suasana menjadi samar.
Guru itu mendongak memperhatikan keadaan, sikapnya seperti mendengar sesuatu
kelainan.
Dilepaskan tangannya, ditepuknya bahu muridnya. Muridnya mengangguk.
Gurunya berdiri mata di balik topeng itu menelusuri gelap yang mengitari daerahnya.
Tetapi tiba-tiba genderang satu nada itu terdengar memasuki gelanggang, diiringi
pasangan penari bersama sembilan orang murid Alas Purwa. Mereka tampak letih.
Melihat hal itu gurunya menggamit Samberpati. Keduanya tersenyum.
Bersamaan dengan itu, terdengarlah sawangan mendesing dan itulah tanda
penyerangan bagi gelanggang latihan mereka. Pemukul gendang itu melemparkan
gendangnya dan langsung menyerang orang-orang bertopeng yang masih dengan asiknya
memeluki penari-penari itu.
"Gila, rupa-rupanya kalian orang Majapahit ya!" Teriak Samberpati dengan
garang. Didorong oleh kemarahan, tenaga Samberpati seperti pulih kembali, dengan
sebuah belati di tangan kiri dan cambuk iblis di tangan kanan meloncat menyerang
lawannya.
Sambil memberi isyarat adik-adiknya Samberpati tak ubahnya seekor ular berbisa
yang lapar merangsang mangsa. Tetapi rupa-rupanya lawannya bukan pula orang
sembarangan.
Waktu pengendang itu berada di bawah cahaya obor, tiba tiba saja Samberpati
berteriak keras.
"Kurang ajar. Kau Karang Seta."
"Ya, aku tuan. Pantaskah tuan berlawan dengan aku?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Kakang biarlah aku yang menandingi." Kata Arya Sulung yang berdiri tidak
berapa jauh dari tempat itu.
Sebenarnya dada Samberpati terasa sesak, karena tubuhnya belum pulih
seluruhnya, karena itu ia membiarkan Arya Sulung menyerang Karang Seta.
"Gila. Orang tidak mengenal budi." Bentak Arya Sulung.
"Alas Purwa bukan milikmu cecurut gila."
"Kau berani melawan aku?"
"Sekarang kita sudah berlawan. Mengapa berhenti, tuan."
Karang Seta bukanlah Karang Seta pemuda tani yang hanya memegang cangkul,
ia seorang wira tamtama muda yang terlatih di Majapahit. Menandingi Arya Sulung
bukan apa-apa. Waktu Arya Sulung menyerang dada dengan pedang ukuran besar,
Karang Seta loncat mundur.
"Jangan lari, rasakan ini!" Habis berkata demikian Arya Sulung kembali
menyerang bertubi-tubi. Sebaliknya Karang Seta, ia mundur selangkah dalam persiapan
melontarkan pukulan yang menentukan.
Arya Sulung kalap, ia melihat lawannya terus menerus melangkah surut, disangka
akan melarkan diri. Ia meloncat tak melindungi diri.
"Awas!!!" Teriak Samberpati.
Tetapi terlambat, sebuah jerit yang mengerikan dari Arya Sulung. Ia terkapar di
tanah dengan berlumuran darah, dada sampai ke punggung tembus oleh tusukan pedang
Karang Seta.
Samberpati yang melihat hal itu akan meloncat. Tetapi digamit oleh gurunya.
Guru itu melarangnya.
"Biarkan sebangsa cere itu."
Di tempat lain hampir bersamaan waktu terdengar pula jerit yang bergantian, dan
rebahlah empat orang lainnya, mereka ialah Caranglampit, Gemak Paron, dan kedua
kakak beradik Cere Kuning dan Putih.
"Gila, dimana seluruh penduduk?" Kata Samberpati. Betapa terkejutnya waktu
itu, terlihat di kejauhan cahaya obor. Mata mereka adalah cukup tajam.
Samberpati menahan marah, giginya terkatup matanya memancarkan sinar tak
ubahnya harimau yang melihat mangsanya. Ia melihat penduduknya telah diikati danhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
dijaga beberapa tamtama Majapahit, termasuk penjaga-penjaganya Tandagembrik,
Ranggaslewah dan temannya. Samberpati tertunduk. Keringatnya membasahi tubuh.
"Guru mengapa aku tidak diperkenankan melawan." Gurunya tidak menjawab,
bahu muridnya dipegangnya erat.
Tiba-tiba terdengar tembang indah, disertai irama suling yang mengasikkan,
memecah diantara bunyi dencing senjata. Sekarang barulah mereka menyadari bahwa
orang yang menembang itu benar-benar membuntuti pengembaraan mereka. Samberpati
mendongak, sebaliknya gurunya menggiggil menahan marah, berkali-kali giginya
gemeretak.
Tiada lagi dapat menahan, guru itu meloncat mengejar asal suara tembang.
Sekejap guru itu sudah tidak lagi kelihatan, ia meloncat pada arah yang berlawanan
dengan asal tembang.
"Guru memburu pada arah yang berlawanan, aku akan menuju suara itu dan
bertemu pada satu tempat." Pikir Samberpati.
Sewaktu ia akan meninggalkan itu terdengar jerit, ia menoleh di bawah sebuah
obor Caranglampit dan Kaunglanang dalam waktu yang bersamaan rebah. Dari dadanya
tersembur darah segar. Terlihat di mata Sambernyawa lawan mereka itu seorang perkasa
yang dengan tegap menghadapi lawan. Tinggallah sekarang tiga lingkaran pertarungan
yang tampaknya seimbang. Dipandangan Samberpati ketiga lingkaran itu tak ubahnya
bayang-bayang yang saling berebut. Hampir-hampir ia tidak dapat membedakan antara
adik seperguruannya dengan lawan-lawannya.
"Gila!!" Geramnya.
Ia akan lari menyusuli gurunya, tiba-tiba saja sebuah belaki melayang dari arah
belakang.
Lemparan belati itu demikian cepatnya, sehingga Samberpati hanya sempat
memiringkan tubuhnya dan mencoba membenturkan belatinya. Lemparan itu tidak
mengenai sasarannya, tetapi masih menggores lengan tangan kanannya.
"Jangan ngacir meninggalkan gelanggang." Ternyata suara itu datangnya dari
Gemakijo yang makin tertunduk dengan memegang perutnya yang menyemburkan darah
segar.
"Gila. Kau sangka aku akan lari ya?"
"Mengapa kau meninggalkan kami." Jawabnya dengan menahan sakit.
"Aku akan membantu guru mengejar penembang itu."
"Bohong."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
Samberpati maju selangkah demi selangkah mendekati adiknya, dan dengan tibatiba saja ia melecutkan cambuknya kemudian dengan sekuat tenaga menariknya.
Gemakijo tertarik mendekat, tepat di depannya dengan cepat Samberpati menusukkan
belatinya pada leher Gemakijo. Terdengar pekik yang mengerikan, dan robohlah
Gemakijo untuk tidak bangun kembali.
"Rasakan mulut usilan." Desak Samberpati.
Bulan semakin condong, di tengah cahaya yang samar-samar itu, roboh pulalah
dua orang andelan perguruan Alas Purwa, mereka Gagak Bangah dan Lembu Panatas.
Samberpati mengawasi dengan geram yang dahsyat. Ia tidak menyangka bahwa adiknya
yang perkasa itu dengan mudah dapat digulingkan oleh lawannya.
"Bangsat. Kau Danang Seta yang beradu tenaga dengan kakang Sambernyawa
dahulu ya." Bentak Samberpati.
Danang Seta tidak menjawab, ia lari dari daerah itu, Samberpati mengejar dengan
tidak lagi memperdulikan darah yang keluar lewat lengannya juga tidak memperdulikan
bahwa ia sedang luka parah. Sengaja Danang Seta tidak melayaninya mengadu tenaga
karena mengetahui dengan diajak berlomba lari lawannya akan kehabisan napas. Tetapi
di tengah tengah gelanggang itu meloncat sesosok bayangan. Rambutnya terurai, dadanya
kelihatan montok walaupun ia berpakaian laki-laki.
"Hai Samberpati, aku lawanmu."
"Siapa kau, apa perlumu mengganggu aku."
"Bukan kakang Danang Seta lawanmu."
"Sebab."
"Kau belum berharga untuk melawannya."
Samberpati mengamat-amati yang sekarang berdiri di hadapannya. Tiba-tiba ia
tertawa keras sampai tubuhnya bergoyangan.
"Kau menuntut balas manis."
"Jangan mengigau di tengah peperangan."
Habis berkata demikian bayangan itu menyerang dengan indahnya, tetapi
Samberpati adalah seorang yang perkasa dan tangkas, ia meloncat mundur dengan
tertawa.
"Pandansari, sebaiknya kita kawin. Dengan begitu kita tidak lagi bermusuhan."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Gila kau. Rasakan ini." Tiba-tiba saja sebuah tusukan dengan cepat menggores
bahunya. Samberpati akan menghindar tetapi ia sebenarnya belum sembuh benar, dan
baru saja diajak adu lari oleh Danang Seta. Terasa bahunya nyeri dan cairan panas
meleleh.
"Bangsat. Rupa-rupanya kau bosan hidup ya." Samberpati meloncat dengan gesit
melecutkan cambuknya mengarah kaki, tetapi cekatan Pandansari melenting tinggi dan
sekali menghajar punggung bertubi-tubi
"Gila!!" Malang bagi Samberpati, sewaktu ia berbalik sebuah tendangan mengenai
mukanya. Dan topengnya terlempar jatuh.
"Oh." Benar-benar Samberpati tidak menyangka mendapat perlakuan demikian,
Ratu Ayu 03 Pendekar Wanita Menuntut Balas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sewaktu ia akan mengambil topengnya dengan cepat Pandansari menusukkan pedang
tipisnya pada pinggang. Dan tersemburlah darah segar melalui luka tusukkan itu.
Sebenarnyalah demikian, luka parahnya bukan sekedar luka, kalau saja tidak cepat
mendapat pertolongan gurunya, ia tidak akan melihat munculnya matahari. Tenaga
gurunya berkurang luar biasa, namun untuk menyembuhkan kembali membutuhkan
ketelitian dan perawatan berbulan-bulan. Waktu sehari adalah waktu yang tidak berarti
untuk luka itu. Kalau saja ia kelihatan sembuh adalah karena didorong oleh
kemarahannya, tetapi sebenarnya ia tak dapat berbuat sesuatu. Apa lagi ia habis berlari
sampai letih.
Dan waktu ia merasa pinggangnya tertusuk, Samberpati membenarkan topengnya
yang terlepas. Ia ingin mati sebagai murid perguruan Alas Purwa yang setia. Baginya mati
tanpa topeng adalah keingkaran.
Dipasangnya kembali topengnya, sewaktu membalik diri sebuah tusukan lagi
mengenai dadanya. Belati yang dipegangnya bergetar mengarah lawan, tetapi lambat laun
tangannya terkulai dan jatuhlah ia tidak bernapas lagi.
Bersamaan dengan itu terdengar suara tak ubahnya halilintar yang bergemuruh
dan sebatang pohon roboh. Semua berlompatan menuju ke tempat kejadian itu. Di tempat
itu terkapar tubuh seorang bertopeng dengan timang emasnya.
Di kedua tangannya masih memegang belati, ia sudah tidak bernyawa lagi. Yang
melihat kejadian itu menjadi terlongoh-longoh. Mereka tidak dapat membayangkan
kesaktian Ki Wukirpati guru Alas Purwa.
Sebentar lawannya memperhatikan, kemudian memapah mayat itu.
Dalam papahan dipandangnya mayat ini. Dibukanya topeng yang menutup wajah
Ki Wukirpati, Ki Pudak Kuning tertegun dengan menggelengkan kepalanya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Kau bertahan sampai ajalmu. Maafkan adikku, aku hanya melakukan kewajiban
untuk menghilangkan bentuk kejahatan," Gumam Ki Pudak Kuning dengan berjalan meninggalkan tempat itu.
Yang melihat kejadian itu saling berpandangan dengan keheranan. Sebagian ada
yang memegang pohon yang tumbang itu, kemudian mengukur tubuhnya. Pancaran mata
mereka tertuju kepada Karang Seta dan Pandansari yang berada di tengah-tengah yang
sedang dalam keheranan.
"Biarlah beliau membawanya pergi."
"Mengapa demikian?" Tanya seseorang.
"Ki Pudak Kuning dan Ki Wukirpati adalah saudara seperguruan. Beliau
mempunyai kewajiban untuk mengembalikan adiknya yang sesat itu walaupun hanya
mayatnya." Kata Karang Seta.
Yang mendengar menjadi terharu.
Demikianlah Ki Pudak Kuning yang semasa mudanya bernama Rangga telah
memenuhi janjinya.
Terdengar suara tembang indah di kejauhan, semakin hilang ditelan hutan. Bulan
hampir tenggelam. Di sebelah timur matahari sudah memancarkan sinarnya. Demikian
memikat antara barat dan timur, berkaca cahaya, Nusantara tumpah darah yang indah.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
BAGIAN IV.
WAKTU MATAHARI hampir tenggelam, Empu Mada dengan segenap perajurit
yang dapat memadamkan api pemberontakan Sadeng dan Alas Purwa, mulai memasuki
batas kerajaan. Tampak sepanjang jalan sudah terpancang umbul-umbul kebesaran
kerajaan untuk menyambut kedatangan senapati itu.
Pada gapura kota rontek dan janur kuning yang tersusun indah menghiasinya. Di
dekat paseban disediakan pula tempat untuk para bupati dan nayakaa kerajaan.
Sudah tersebar keseluiuh pelosok daerah Kerajaan Majapahit bahwa kedatangan
senapati-senapati itu disambut dengan upacara kebesaran, dan Sang Prabuputri berkenan
pula menghadirinya.
Penduduk yang bertempat tinggal di sekitarnya dengan sukarela membawa alatalat bahkan sumbangan-sumbangan berupa apapun untuk keperluan penyambutan itu.
Penduduk menaruh cinta kasihnya kepada tamtama yang telah mempertaruhkan jiwanya
untuk kesatuan Majapahit, dan melindungi seluruh penduduk dari kekuatiran gangguan
berandal-berandal yang mengganggu.
Empu Mada yang diangkat dari kalangan penduduk biasa, Sang Agung
Adityawarman yang berasal dari bukit Siguntang bersatu Majapahit demi Nusantara yang
utuh.
Arya Tadah Mahapatih Mangkubumi yang sudah kenyang akan pengalaman
mengetahui dengan mata kepala sendiri, ada beberapa bangsawan yang menaruh iri dan
dendam atas kemenangan Empu Mada di Sadeng. Dan sekarang ia mengetahui bahwa
kedua bangsawan Ra Kembar dan Ra Jianjak melakukan perbuatan-perbuatan yang
mencurigakan. Arya Tadah segera memerintahkan beberapa orang mengawasi gerak gerik
mereka Namun sejauh itu Arya Tadah masih bijaksana memberikan keleluasaan kedua
bangsawan itu demi martabat para bangsawan dan terselenggaranya penyambutan.
Malam itu Arya Tadah dengan beberapa punggawa melihat mereka yang berjejaljejal ingin melihat kedatangan senapati-senapati yang telah melindunginya. Demikian
cinta mereka terhadap Empu Mada dan Sang Adityawarman yang dianggapnya
mempunyai kesaktian melebihi manusia biasa.
"Berbahagialah mereka yang dengan rela bekerja untuk tanah airnya.
Berbahagialah mereka yang bersyukur." Arya Tadah berkata dalam hati.
Mahapatih itu memandang jauh, ia melihat lautan manusia yang berjejal-jejal yang
dengan patuh menantikan upacara itu.
Arya Tadah merasa bersyukur bahwa pada hari tuanya ia dapat melihat kecerahan
Majapahit. Ia merasa yang sudah tua itu harus bersedia meletakkan jabatannya dan
memberikan kepercayaan kepada pemuda, seorang pemimpin yang jujur beranihttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
bertanggung jawab, setia kepada kehendak penduduk, bijaksana dan patuh kepada agama.
Dan menurut Arya Tadah, pemuda itu adalah Empu Mada, yang telah menunjukkan
kesetiaannya sejak sebagai seorang bekel Bayangkara, menjadi patih Daha dan
Kahuripan, selanjutnya mendapat kepercayaan untuk memadamkan Sadeng.
Dan Mahapatih itu bersyukur pilihannya pemuda Mada disetujui oleh saptaprabu
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi kerajaan, dan Baginda Putri Tribuanatunggadewi
sebagai penguasa kerajaan.
Arya Tadah kembali ke paseban.
Kokok ayam telah terdengar berkali-kali, burung berkicauan menyongsong pagi
yang cerah dan datangnya masa gemilang untuk Majapahit yang gemah ripah loh jinawi.
Pagi itu seluruh persiapan penyambutan telah selesai para nayaka dan punggawa
telah berada di tempatnya masing-masing.
Dikejauhan terdengar genderang yang semakin dekat memasuki pusat kota. Gajah
Mada bersama Sang Agung Adityawarman dengan menunggang kudanya di depan
pasukan itu. Di belakangnya para senapati dan tamtama. Mereka yang menyambut
bersorak.
Para tamtama menuju tengah alun-alun, sedang Empu Mada dan Adhityawarman
menantikan perintah menghadap. Kedua senapati telah memberitahukan kedatangan
mereka kepada Baginda.
Betapa terkejutnya kedua senapati muda itu, karena mereka tidak dipanggil
menghadap, tetapi Baginda Prabu Putri Ratu Ayu, diiringi anggota Sabtaprabu,
Mahapatih Mangkubumi Arya Tadah, beberapa pembesar kerajaan lainnya, dengan
kebesarannya menyambut kedatangan para tamtama yang memadamkan
pemberontakan.
Dengan cepat Mada dan Adhityawarman menghaturkan sembah.
Waktu keduanya menghaturkan sembah dan bersujud kepada Arya Tadah, dengan
cepat Arya Tadah mengangkatnya. sehingga kedua senapati muda itu tercengang dan
merasa canggung mendapat perlakuan demikian, keduanya merasa semakin kecil.
Empu Mada sendiri sampai gemetar dan keringat membasahi tubuhnya. Berkalikali ia menarik napas panjang.
Keadaan menjadi hening, sebening hati mereka, dan para pembesar melihat
dengan perasaan masing-masing.
Lautan manusia yang gemuruh bagaikan gelombang memecah pantai itu menjadi
tenang waktu Mahapatih Arya Tadah memberi tanda akan dimulainya upacara danhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
Prabuputri akan bersabda. Semuanya memperhatikan sabda Baginda Putri sebagai
pernyataan dibukanya upacara dan hiburan untuk penduduk itu.
Di samping itu Arya Tadah, atas nama Baginda dan Sapta-prabu serta persetujuan
para mentri, diumumkan dua hal yang penting pada hari itu,
Satu : Bahwa Arya Tadah yang sudah berusia lanjut dan sudah tidak dapat lagi
menjalankan kewajibannya dengan sempurna, maka setelah diperbincangkan
dalam sidang Saptaprabu dan para mentri. Baginda memperkenankan
pengunduran diri Arya Tadah sebagai Mahapatih Mangkubumi Negeri
Majapahit sejak diumumkan ini. Dan oleh Baginda putri yang bijaksana, Arya
Ta dah diperkenankan mengusulkan gantinya.
Kedua: Bahwa setelah Arya Tadah mengundurkan diri, maka jabatan Mahapatih
Mangkubumi pada hari ini pula harus sudah ada yang menggantikannya.
Setelah diperbincangkan dan dipertimbangkan akan kelebihan dan
kekurangannya, diperhatikan oleh segenap anggota Saptaprabu yang cukup
pengetahuannya, para mentri yang berpengalaman dan mempunyai ketelitian.
Dan setelah dipertimbangkan jasa yang ditempuhkan kepada kerajaan, baik
jasanya terhadap Baginda Maharaja Jayanegara, terhadap Prabu Putri
Tribbuwanatunggadewi, dan jasanya terhadap ketentraman Nusantara. Dan
setelah dipertimbangkan pula kecakapan dan kecerdasannya, luluh dirinya pada
itikad dan kehendak seluruh persada tanah air, maka dilimpahkan kekuasaan
pelaksanaan Baginda Prabu Putri, kepada Gajah Mada, Gajah Mada yang lahir
dan dibesarkan di dalam luluhan penderitaan bersama penduduk untuk
memangku jabatan Mahapatih Mangkubumi Negeri Majapahit.
Gajah Mada yang mendengar putusan itu, tubuhnya menggigil, ia tidak menduga
bahwa keputusan itu dibebankan di atas pundaknya, seorang yang diangkat dari kancah
padesan.
Lautan manusia, rakyat Majapahit yang memenuhi alun-alun itu bersorak
gemuruh menyambut pengangkatan itu. Gajah Mada yang sejak kecil dibekali keteguhan,
keberanian, tanggung jawab dan menyisihkan kepentingan diri sendiri di atas, tugas
sekarang menjadi Mahapatih.
Ia sejak menjadi bekel Bayangkara adalah seorang yang dicintai teman-temannya
dan penduduk, serta bergaul akrab tanpa membedakan pangkat dan derajat dalam
kedudukan.
Gajah Mada yang sejak kecil selalu bergaul dengan kaum tani pedagang, kaum
agama, dan selalu memperhatikan tempat-tempat peribadahan sebagai sumber iham
terhadap cinta kasih sesame. Pemuda yang bernama Empu Mada yang dalam
pengangkatannya baru berumur antara 32 tahun, adalah umur termuda dalam jabatanhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
tinggi kerajaan Majapahit, apalagi ia seorang yang diangkat dari rakyat biasa, dan bukan
dari lingkungan kerabat raja-raja.
Mata Mada berlinang mendengar keputusan itu, ia tak dapat mengucapkan
sepatah katapun. Mulutnya bergamit dan menengadahkan tangannya sebagai ucapan
syukur. Setelah itu ia lari bersujud kepada Baginda Putri. Kemudian kepada Arya Tadah.
Tetapi cepat orang tua tu mengangkatnya dan menarik ke dekatnya.
Kepada Sang Agung Adhityawarman, keduanya berpelukan tak ubahnya saudara
sekandung yang lama tak berjumpa.
Kedua pemuda itu dilahirkan di tempat yang berbeda, Empu Mada yang tidak
mengetahui asal usulnya, sedang Adhityawarman berdarah Minangkabau, tetapi pada diri
kedua pemuda itu mengalir darah persatuan untuk Nusantara. Keduanya sama sama
sependapat untuk mencapai kejajaan Nusantara diperlukan pimpinan yang takwa kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Gajah Mada masih tenggelam dalam perasaannya.
"Mada, lihatlah mereka yang mencintaimu." Kata Arya Tadah.
Gajah Mada sadar, segera ia melepaskan pelukannya dan memberi hormat, ia
melihat lautan manusia yang melambaikan tangannya, ia melihat manusia yang bersorak
sorai, ia melihat anak-buahnya yang berbaris dengan tegap, tetapi dengan mata kepala ia
melihat mereka yang menuju tempat peristirahatan karena luka-luka.
Gajah Mada menarik napas dalam-dalam. Ia tunduk dengan mata berlinang.
Karena mereka semua, ia memangku jabatannya sekarang. Tanpa mereka, tanpa
dukungan prajurit prajurit yang dapat memadamkan pemberontakan Sadeng. Gajah
Mada tiada artinya. Ia berjanji dalam relung hatinya yang paling dalam, hanya untuk
merekalah seluruh penduduk Majapahit, ia bekerja memperhatikan nasib mereka dan
masa depan Nusantara.
"Hanya untuk seluruh rakyat, bukan untuk segelintir kaum bangsawan aku
bekerja." Demikian jerit hati Gajah Mada.
Kembali Gajah Mada melihat lautan manusia yang menantikan ucapan
Mahapatihnya, ia menyapu muka dengan tangannya kemudian bersembah, ia
memandang sekelilingnya memandang kecemerlangan matahari pada pagi itu.
"Kepada ibunda Pertiwi dan yang menciptakannya kupersembahkan jiwa ragaku."
Demikian desahnya, ia berdiri tegak.
Setelah memohon ijin kepada Baginda Putri dan Arya Tadah, Gajah Mada prajurit
muda itu mengucapkan sumpahnya,https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Aku Gajah Mada, di bawah duli Sang Baginda Prabu Putri, Saptaprabu dan rakrian
mentri, para nayaka. dan tuan-tuan yang melaksanakan tegaknya hukum dan undang-undang,
pamanda Arya Tadah yang berbudhi luhur, serta tuan-tuan seluruh penduduk Majapahit yang ada
di-hadapanku.
Aku Gajah Mada yang pada pagi ini, di bawah cerah matahari yang menyinari persada
tanah air, mendapat anugrah yang tidak kusangka-sangka, mulai saat ini pada pundakku terpikul
kewajiban membantu Baginda memikirkan hari ini dan masa datang kesejahteraan Tuan-tuan
seluruh penduduk.
Anugrah Baginda tidak saja dilimpahkan pada Gajah Mada, tetapi mengandung arti
pelimpahan kepada para tamtama yang baru kembali dari Sadeng, bahkan untuk seluruh penduduk
yang bernaung di bawah kibaran panji Gula Kelapa.
Dengan disaksikan Prabu Putri, para rakrian Mahamentri, para penegak hukum dan
keadilan, para nayaka dan punggawa serta pamanda Arya Tadah juga seluruh tuan-tuan tercinta,
Aku Gajah Mada berjanji, tidak akan makan buah palapa, sebelum seluruh Nusantara bersatu,
sebelum dari Samudra sampai Seran Kowiai dikibari oleh Panji Sakti Gula Kelapa."
Mereka yang berjejal di paseban itu bersorak keras menyambut janji Mahapatihnya
yang baru. Api yang membarai rindu akan kesatuan Nusantara mulai tumbuh di lubuk
hati.
"Terima kasih terima kasih, pada tuan-tuan yang mencintai tanah air kusandarkan
tercapainya cita-cita ini."
Kembali suara gemuruh dari mereka yang berjejal-jejal. Tetapi tiba-tiba suara itu
terhenti, karena dua orang meloncat mendekati Gajah Mada dengan memaki maki
"Hai Mada. kami para bangsawan tidak sudi kau perintah!"
"Apa maksud Tuan-tuan?"
"Aku tidak sudi melihat tampangmu yang sombong mengucapkan janji di depan
pendukungmu. Majapahit kerajaan besar, Mahapatihnya yang menjadi sumber
kekuasaan, hanya dipangku oleh seorang yang tidak jelas asal-usulnya. Sungguh
memalukan."
Kedua bangsawan itu Ra Kembar dan Ra Banyak. Sengaja ucapan itu
diperdengarkannya kepada yang hadir pada upacara itu. Untunglah pada saat itu Baginda
putri dan anggota-anggota Saptaprabu telah mendahului masuk, dan pertemuan
diserahkan kepada Arya Tadah.
"Jangan kau lalu jadi pengecut Mada. Majapahit bukan tempat penampungan
anak yatim piatu semacam kau!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
Gajah Mada menggigil menahan marah. Bukan ia takut menghadapi kedua
bangsawan itu. Tetapi ia sangat menyesal, pada saat yang sangat berharga itu, ada yang
tidak mau menyadari diri dan mengganggu hikmatnya upacara.
"Sungguh memalukan, di singgasana ini ada seorang yang tak tahu diri. Di sini
bukan untukmu Mada, mengerti!!"
Gajah Mada memandang tajam kedua bangsawan itu,
"Pergilah. Pergilah kepada pendukungmu kalau mereka mampu." Ra Kembar dan
Ra Banyak benar-benar sudah kalap, mereka tidak mengetahui di depan siapa mereka mengumbar suara.
"Baik. Baiklah aku akan pergi kepada mereka. Sebab kepada mereka
kugantungkan harapanku." Gajah Mada berhenti berkata, melihat tanggapan kedua
bangsawan itu, ia menyambung, "Bukan kepada segelintir manusia yang minta diagungagungkan, hilir mudik tanpa mempunyai tanggung jawab. Dan bukan pula kepada mereka
yang suka melanggar pagar ayu." Sahut Mada dengan tenang.
"Oh Rupa-rupanya Mahapatih ini pandai juga menyindir."
"Masakan orang tak punya asal usul, tahu memelihara sopan santun." sela Ra
Banyak.
"Cukup, Mintalah maaf ucapan kalian yang tidak senonoh itu." Arya Tadah
menengahi mereka itu.
Ra Banyak dan Ra Kembar tertawa sampai tubuhnya bergoyangan.
"Apa pula perlumu tua Bangka. Kau sudah tidak mempunyai hak apa-apa, apalagi
memerintah kami, kau bukan lagi Mahapatih Dan malapetaka ini kaulah sumbernya.
Sebab kau mengangkat seorang yang datangnya dari kubangan."
Penduduk yang berjejal-jejal itu berteriak-teriak menghalau kedua bangsawan,
tetapi Gajah Mada mencegahnya dan mempersilahkan tenang.
Ratu Ayu 03 Pendekar Wanita Menuntut Balas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa jasanya terhadap Baginda Jayanegara? Sebuah dongeng lucu tentang
Bedander. Berpura-pura menyelamatkan kemudian dibunuhnya sendiri, Ra Kembar diam
sejenak, ia mengerti ucapannya tidak mendapat tanggapan, ia menyambung, "Huh,
sungguh sebuah lelucon yang tidak lucu tuan Arya Tadah."
"Kembar. Aku lebih tahu tentang Bedander, dan aku lebih tahu siapa sebenarnya
yang membunuh Baginda." Arya Tadah membentak.
"Huh."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Kalau bukan di hadapanku kau boleh membual semaumu tetapi aku masih hidup
tuan, sebaiknya jangan keterlaluan."
Mereka yang berdiri di halaman semakin mendesak, mereka ingin mengetahui
lebih jelas apa yang diperbuat kedua bangsawan yang terkenal angkuh dan sombong itu.
"Irislah darahmu tuan Kembar dan Banyak. Masih berwarna merah. Berusahalah
memperlakukan sama terhadap siapa saja yang berjasa terhadap kerajaan." Kata Arya
Tadah dengan ramah.
Dengan membungkuk merendahkan Kembar berkata, "Arya Tadah, kaulah
sumber semua ini. Akupun dapat memadamkan Sadeng kalau kau tidak menghalangi
dengan mengirimkan 500 tamtama dan memaksa aku kembali. Benar-benar aku tidak
mengetahui kemauanmu. Baru sekarang." Kembar hilir mudik dengan memegang hulu
kerisnya, kemudian menyambung merendahkan, "Tadah, atau kau sebangsanya."
"Kembar!"
"Apa bedanja aku dan dia?" Tanya Kembar. Gajah Mada yang sejak tadi berdiam
diri, terpaksa menjawab, "Kau tuan Kembar bermartabat tinggi, sedang aku Mada berasal
dan kubangan kerbau."
"Kembar jangan kau terlampau merasa besar, kalau aku tidak menghalangimu
barangkali, sekarang ini hanya namamu yang sombong itu yang didengar umum." Kata
Arya Tadah
"Bohong!!!"
"Dengarkan tuan, Pertama kau belum siap. Dua kau tidak mengenal hati
penduduk Sadeng. Ketiga sebagai pimpinan kau hanya menuruti kehendak hatimu. Dan
keempat kau kurang bergaul dengan para tamtama bawahanmu." Arya Tadah
mengerutkan keningnya, kemudian melanjutkan, "Kalau tidak kuhalangi apakah kau
dapat menyelesaikan tugasmu. Seluruh anak buahmu akan hancur."
"Aku tidak percaya."
"Terserah! Tetapi demikian perhitunganku"
"Bagaimana tentang dia?" Tanya Kembar dengan menuding Mada.
"Kau sudah mengetahuinya."
"Licik."
"Kembar dan Banyak mintalah maaf kepada Mada!" Arya Tadah mengulangi
permintaannya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Minta maaf. Apa perlunya?"
Penduduk semakin mendesak. Penjaga-penjaga sudah tidak lagi dapat menahan
arus mereka itu. Penduduk mulai berteriak-teriak supaya Kembar dan Banyak segera
pergi. Diantaranya ada yang berteriak Banyak dan Kembar adalah pengecut yang tak tahu
diri. Sedang Gajah Mada kembali menenangkan mereka.
Arya Tadah tidak lagi mau melayani kedua bangsawan itu. Sedang Gajah Mada
hanya memandang tajam. Kembar hilir mudik seperti apa yang selalu dilakukannya
sehari-hari. Penduduk yang menjadi riuh itu setelah melihat Mada mendekati mereka dan
menenangkan, seketika suasana menjadi hening.
"Pandai juga ia menenangkan kaumnya." Gumam Ra Kembar.
"Tutup mulutmu Kembar." Bentak Arya Tadah.
Arya Tadah adalah seorang perajurit yang berpengalaman. Tua usianya tidak
mengurangi kelincahannya dalam berolah senjata. Kalau mau membekuk Kembar dan
Banyak bukanlah pekerjaan sukar.
Tetapi Arya Tadah tidak mau melayani kedua bangsawan itu.
"Kembar, mereka semakin maju. Api itu akan membakar kau, kalau kalian berdua
masih pongah. Kau mengerti." Kata Arya Tadah.
Mau tidak mau Kembar dan Banyak memandang lautan manusia yang semakin
mendesak, dan mengacungkan kepalannya kepada kedua bangsawan yang sombong itu.
Keduanya teringat masa beberapa tahun yang lampau ..
Waktu itu...... pagi hari, dua orang gadis dusun yang cukup dewasa dengan
kecantikan anugerah alamnya sedang bersendau gurau dengan senyum-senyum yang
menarik. Kegembiraan sederhana yang mencerahi wajahnya membuat pemuda menjadi
tertarik. Mereka menggendong dagangannya yang tinggal sedikit.
"Membawa apa kau nyai?" Tanya seseorang. Sebagaimana biasa pedagang berlaku
ramah terhadap pembeli, demikian pula kedua gadis itu, apalagi pembelinya seorang
pemuda yang tampan dan menarik.
Waktu gadis itu menurunkan dagangannya, pemuda yang membeli bukan
memperhatikan, tetapi matanya langsir pada dada gadis yang berisi itu. Lama pemuda itu
tidak memperhatikan barang yang dikehendakinya, maka pelan-pelan gadis itu
mendongak. Waktu bertemu pandang pemuda itu menjadi tersipu sipu.
"Bagaimana? Adakah tuan jadi membelinya?"
"Oh. Pisang ini indah dan wangi."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Tentu tuan. Pisang ini selalu dipelihara dengan baik."
"Secantik yang menjualnya bukan?"
Kedua gadis itu menjadi terhentak. Ia gadis desa yang berhati sederhana. Kedua
gadis itu memandang tajam sebagai jawaban tidak mau dipermainkan. Sebaliknya kedua
pemuda itu makin bersikap kurangajar, bahkan berani memegang kembennya.
"Apa maksud tuan yang sebenarnya?"tanya gadis itu.
"Aku menghendaki daganganmu. Dan penjualnya sekali."
"Ah. Jangan bergurau tuan."
"Aku tidak bergurau, mahalpun aku bersedia membelinya,"
"Tuan tidak sepantasnya berkata demikian,"
Kedua gadis itu memandang dengan bibir gemetar. Kedua pemuda itu salah duga,
mereka menyangka bahwa gadis itu sudah bergolak hatinya karena terangsang. Pemuda
ugal-ugalan itu semakin menjadi ugal-ugalan dan bangga melihat kedua gadis itu dengan
wajah merah dan bibirnya gemetar, ia mulai berkurang ajar. Tetapi demikian tangan
kedua pemuda itu mulai merayapi tubuh, gadis-gadis itu dengan cekatan meronta dan
menampar muka kedua pemuda itu. Kedua pemuda itu telah mendekapnya, dan gadis itu
meronta sekuat tenaga. Pemuda itu semakin bernafsu ketika baju gadis itu sobek dan
kembennya terbuka.
Waktu bajunya sobek, keduanya saling terkejut dan kesempatan ini digunakan
untuk meloloskan diri. Kedua pemuda yang kalap itu mengejarnya, dan pada dirinya yang
sombong itu menganggap tidak seorangpun yang berani melarangnya.
"Tolong ......... tolong ........ tolong ........." teriak gadis-gadis itu.
Kedua pemuda mentereng itu sadar, mereka berhenti dan tidak mengejar lagi.
Beberapa orang telah menghadangnya.
"Jangan lanjutkan perbuatanmu."
"Apa kepentinganmu dengan mereka?" tanya pemuda itu.
"Mereka gadis-gadis desaku."
"Persetan. Apa kalian tidak mengenal siapa aku?"
"Aku tidak perduli. Apa perlunya berkenalan."
Kedua gadis yang dikejar itu bersembunyi di tengah-tengah orang banyak dengan
membetulkan kembennya yang terbuka.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Minggir, berikan gadis itu."
"Apa perlunya memberikan."
"Atau aku akan memaksa kalian." Berkata demikian pemuda itu dengan akan
menghunus belatinya.
Semua yang di tempat itu mundur beberapa langkah. Tiba-tiba seorang pemuda
yang berdada bidang turun dari kudanya. Pemuda pendatang itu mendekati kedua gadis
yang bersembunyi ketakutan.
"Jangan takut adikku." Kata pemuda pendatang itu. Semua orang yang
berkerumun menoleh kepada asal ucapan itu.
"Kau tidak berkeberatan aku menolongmu bukan?"
Gadis-gadis itu mengangguk
"Hai bangsat, apa perlumu merayunya segala?"
"Dia adikku mengerti."
"Oh. maaf kakang."
"Sudah terlambat tuan. Kalian sudah berkurangajar."
"Sebaiknya kita usir mereka." Kata seseorang. "Dia telah menghina gadis gadis
desa kami." Kata yang lain.
"Minggirlah kakang. Biar kulayani mereka." Habis berkata demikian pemuda
pendatang itu meloncat dan menyerang. Kedua pemuda itu terkejut mendapat serangan
tiba-tiba, keduanya sudah tidak dapat mengelakkan lagi.
Gerak pemuda pendatang itu demikian cepatnya, pemuda mentereng yang seorang
dihajarnya bagian punggung dan terjerembab di tanah dengan napas kembang kempis.
Dan yang seorang lainnya sempat menghindar dan akan mencabut kerisnya. Tetapi belum
lagi seluruh senjatanya terhunus, pemuda itu dengan sebuah loncatan indah menghantam
lambung dan menyodok dada. Pemuda mentereng itu terkejut dan dadanya terasa nyeri,
ia mengurungkan mencabut senjata, tangannya memegang dada.
Belum lagi pemuda yang terjerembab itu bangun, penduduk serentak
menghajarnya, dan keduanya menjadi babak belur. "Teruskan kekurangajaranmu itu
kalau kau mau hancur."
"A ...... ku ...... minta ......" Belum habis berkata beberapa orang mengangkatnya
dan melemparkan ke dalam kolam yang berdekatan dengan tempat kejadian itu.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
Pemuda itu tergegap-gegap di dalam kolam yang cukup dalam. Disusul lemparan
yang kedua, walaupun pemuda mentereng itu meronta sekuat tenaga. Keduanya basah
kuyup. Dan orang-orang bersorak memecah pagi. Beberapa orang yang lewat di tempat
itu menjenguk kolam dengan mencibirkan bibir.
Kedua pemuda mentereng itu tidak dapat menahan malu. Akan melawan tidak
mungkin, mereka dengan menggunakan potongan-potongan kayu sudah siap mengembut.
Tidak terucap sepatah katapun dari mulut kedua pemuda mentereng itu. Mereka
membiarkan keduanya naik dengan basah kuyup dan muka nyengir.
"Maafkan atas perbuatanku." Kata seseorang merendahkan.
"Hai pemuda mentereng, sebaiknya kalian mandi dengan puas." Kata yang lain
dengan mengumbar tawanya yang bersambungan.
"Buka pakaianmu, nanti kami akan lari karena takut." Yang ugal ugalan berkata
demikian.
Kedua pemuda mentereng itu berjalan tunduk menjauhi mereka. Baru beberapa
langkah, seseorang mencegatnya.
"Tuan yang kurangajar, kau harus minta maaf kepada gadis itu."
Betapa marahnya, dalam hati memaki .setengah mati mereka dipaksa berbuat yang
tidak pernah dilakukannya di sekitar daerah Majapahit. Mereka akan membangkang,
tetapi waktu pandangnya melihat pemuda perkasa yang berkuda itu, hatinya menjadi ciut.
"Nona maafkan aku." Kata kedua pemuda itu dengan muka merah.
Hati gadis selalu menaruh belas kepada siapapun. Kedua gadis itu mengangguk
dengan menahan geli.
"Awas kalau kau ulangi, akan kurendam selama sepasar."
"Nah tinggalkanlah kami," Kata pemuda berkuda itu.
Melihat kedua pemuda mentereng yang dengan basah kuyup dan tubuh menggigil
meninggalkan mereka, pecahlah tawa dan bersorak keras. Tentu saja cepat-cepat
ditinggalkan tempat yang memalukan baginya itu, ia khawatir kalau ada bangsawan yang
mengetahui sehingga berita itu tersebar di kalangan istana.
"Terima kasih atas pertolongan kakang." Kata gadis-gadis itu.
"Berterima kasihlah kepada bapak-bapak itu."
Kedua gadis itu dengan kemalu-maluan mengucapkan terima kasih kepada yang
memberi pertolongan.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Salahmu mengapa berparas cantik." Kata seorang tua.
Wajah kedua gadis itu menjadi merah jambu.
"Kalau aku seganteng kedua pemuda itu, akupun akan mengganggumu berdua
sekedar untuk menambah mesranya pagi ini." Sambung orang tua itu dengan memandang
kepada pemuda berkuda yang berdiri dengan memegang kendali kuda.
"Bukankah demikian angger?"
Pertanyaan yang sama sekali tidak diduga oleh pemuda berkuda itu membuat dia
menjadi kikuk dan canggung,
Demikianlah kejadian yang menimpa kedua pemuda mentereng itu, siapa mereka?
Ra Kembar dan Ra Banyak.
Itulah sebabnya waktu mereka melihat penduduk yang berjejal-jejal itu mulai
bergerak maju, kakinya mulai ringan akan meninggalkan paseban. Mereka kapok
mendapat perlakuan yang kedua kalinya dari penduduk yang main kerubutan.
"Kau dengar permintaan mereka?" Tanya Arya Tadah.
Ra Kembar dan Ra Banyak tidak menjawab, dengan pandang tajam mereka
meninggalkan tempat itu melalui jalan butulan. Tiada ubahnya seperti waktu ia
mengganggu gadis, serentak mereka meninggalkan tempat itu, terdengarlah ejekan dan
cacian. Mukanya merah, mendongkol dan dendamnya semakin membara, kepada Gajah
Mada semuanya ditumpahkan, kepada Arya Tadah sakit hatinya sampai tujuh turunan.
Baik Arya Tadah maupun Gajah Mada sependapat bahwa perselisihan itu ada
ekornya, sebab kedua bangsawan itu termasuk yang mempunyai pengaruh di kalangan
istana, bahkan mempunyai pengikut yang tidak sedikit jumlahnya. Bagi Gajah Mada
masalah ini harus segera diatasi. Ia bersedia berbuat apapun untuk Majapahit.
Dan hiburan pada malam harinya berjalan dengan baik.
Namun Gajah Mada meminta kepada Danang Seta dan Karang Seta untuk
mempersiapkan segala sesuatunya, apabila terjadi kemungkinan-kemungkinan yang tidak
dikehendakinya. Dengan diam-diam kedua pemuda Senopati tamtama sandi ini, mulai
memasang telinganya.
Kepada penduduk, Mada meminta kesanggupan untuk membantunya membentuk
angkatan laut yang kuat, di darat yang tangguh dan Bayangkara yang perkasa. Juga Mada
meminta kesediaan berkorban dan bekerja membangun dasapraja dalam mencapai
kesejahteraan bagi seluruh penduduk. Sorak kesanggupan memecah paseban, Arya Tadah
dan Sang Agung Adityawarman terharu mendengar kesanggupan itu.
Mereka adalah pemimpin-pemimpin yang mengerti perikehidupan penduduk.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
Beberapa hari kemudian, Gajah Mada mengadakan pertemuan dengan para
mentri, termasuk Ra Kembar dan Ra Banyak. Dalam pertemuan ini banyak hal yang
ditanyakan. Hampir semua pertanyaan itu dapat dijawab oleh Mada dengan baik. Tetapi
setelah ditanyakan peri kehidupan istana, Mada yang tidak banyak bergaul dengan istana,
agak gagap menjawabnya. Sehingga pertemuan sering penuh dmgan tertawa yang
menggelikan.
"Ha, itulah kalau pikirannya hanya pada kubangan kerbau."
Ucapan Ra Kembar yang dirasakan sangat menyinggung itu adalah ukuran bagi
Gajah Mada sampai dimana kesetiaan para mentri terhadap keputusan Saptaprabu. Bagi
Gajah Mada ia ingin menunjukkan bahwa orang yang berasal dari penduduk biasa juga
mempunyai kemampuan bekerja dan memimpin. Darah muda yang mengalir dalam
tubuh Gajah Mada berontak, tetapi dalam kedudukannya sebagai Mahapatih yang masih
mendapat penelitian dalam melakukan kewajiban, hatinya melarang bertindak sendiri.
Waktu paseban dibubarkan bermacam-macam pikiran yang mereka bawa pulang.
Namun satu hal yang mereka ketahui bahwa Ra Kembar dan Ra Banyak sengaja akan
menjatuhkan Mada di tengah-tengah kalangan kerabat raja. Yang sebenarnya mereka
sudah mengetahui bahwa Gajah Mada diangkat dari penduduk biasa. Dan keuntungan
bagi Gajah Mada bahwa pertanyaan itu datangnya dari Ra Kembar dan Ra Banyak yang
dari kalangan istana diketahui mereka adalah mentri-mentri yang congkak dan angkuh.
Sebagai seorang kesatria Gajah Mada lalu mengadukan hal itu kepada Prabu Putri
Bra Kahuripan untuk meminta penyelesaian. Ia bersedia mengundurkan diri apabila
memang tidak diperlukan. Saptaprabu merasa direndahkan oleh perlakuan Ra Kembar
dan Ra Banyak, yang dianggap menantang keputusan. Dan memerintahkan menangkap
Ra Kembar dan Ra Banyak, untuk menjalani hukuman.
Ra Kembar dan K a Banyak tidak mau menyadari kesalahannya, bahkan mereka
melarikan diri dan mempersiapkan perlawanan, dan mengumbar kecongkakan, bahwa ia
akan mengadu tenaga kepada Gajah Mada. Apapun yang terjadi atas dirinya akan rela
kalau sudah melangkahi bangkai Gajah Mada si yatim piatu yang tak tahu diri.
Gajah Mada yang mendengar ucapan itu memohon ijin melayani Ra Kembar dan
Ra Banyak, Arya Tadah sangat terharu, bahwa pada permulaannya seorang yang dianggap hina memulai pekerjaannya dengan bersusah payah.
Keputusan Baginda yang terakhir, karena pakartinya maka Ra Kembar dan Ra
Banyak dijatuhi hukuman mati. Gajah Mada sebagai seorang Mahapatih baru ingin
menunjukkan bahwa ia dapat menyelesaikan perintah. Di samping itu terselip dalam
dadanya ingin melayani tantangan Ra Kembar.
Ia ingin membuktikan sebagai manusia ia tidak terlampau hina seperti dugaan Ra
Kembar. Gajah Mada merasa bahwa ia tidak mengetahui darimana asal kelahiran danhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
siapa orangtuanya, tetapi ia ingin menunjukkan bahwa sebagai manusia dewasa ia masih
mempunyai harga diri. Dalam dadanya sama sekali tiada terasa dendam, ia hanya ingin
menyelesaikan persoalannya Ia berjanji tidak akan menggunakan kerisnya kalau tidak
dalam keadaan yang sangat terpaksa.
Gajah Mada setelah mendapat ijin mengejar mereka, yang melarikan diri seorang
Ratu Ayu 03 Pendekar Wanita Menuntut Balas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diri.
Ra Kembar dan Ra Banyak telah beberapa tonggak berada di luar kota. Gajah
Mada dengan kecepatan yang luar biasa memacu kudanya untuk mengejar jarak mereka
itu Waktu Gajah Mada melalui sebuah gerumbul kecil, tiba-tiba ia dihadang beberapa
orang dengan senjata terhunus mengarah dadanya. Muka-muka angker menghiasi
pertemuan itu.
"Apa maksud kalian ini?" Tanya Gajah Mada.
"Membunuh kau."
"Bunuhlah." Jawab Mada.
Mereka tidak segera menancapkan tombaknya, tetapi saling berpandangan.
"Bunuhlah, jika kau menghendaki membunuh aku."
"Siapa kau?" Tanya mereka.
"Apa perlumu bertanya?"
"Bertanya ya bertanya. Bukankah kau pemberontak."
"Siapa yang mengatakan demikian?
"Dua orang yang mendahului lewat di sini."
"Dua orang berpakaian mentereng?"
Orang-orang itu mengangguk, mereka sudah tidak sebengis tadi, dan tombaknya
diturunkan, keris disarungkannya kembali. Gajah Mada merasa lega.
"Mereka adalah yang telah dijatuhi hukuman mati." Orang-orang itu saling
berpandangan.
Tampak dahinya berkerut.
"Bohong!" Tiba-tiba saja salah seorang membentak. Gajah Mada tak mau
membuang waktunya, ia meloncat dan mengejar orang-orang itu. Sudah barang tentuhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
orang-orang itu bukan lawannya. Mereka bergelimpangan, belum lagi sempat berdiri
sebuah pukulan mengenai tubuhnya. Akhirnya orang-orang itu berjongkok meminta
ampun.
Belum lagi dapat membersihkan debu yang melekat, Gajah Mada melihat dua
orang berkuda menuju tempatnya. Gajah Mada menantikan kedatangan mereka dengan
tenang. Orang-orang itu mulai bertanya-tanya siapa sebenarnya orang yang
menghajarnya.
"Rupa-rupanya kau melayani tantanganku Mada?" Tanya Kembar dari atas
kudanya. Gajah Mada hanya memandang tajam. Sebaliknya orang orang yang
menghadangnya menjadi terlongoh-longoh, bahwa mereka telah melakukan kesalahan.
"Mada sebaiknya kau jangan mengotori Majapahit."
"Aku tidak mau melihat permadani Majapahit dikotori telapak kaki seorang jelata
seperti kau," Kata Ra Kembar dengan turun dari kudanya.
Sekarang bukan saja Gajah Mada yang tersinggung, tetapi juga orang-orang yang
menghadang tadi. Tiba-tiba saja seorang membentak keras, "Tutup mulutmu tuan, jangan
menghina kami." Serta merta orang itu meloncat maju. Cepat Gajah Mada mcncegahnya.
"Jangan kau turut campur. Soal ini aku sendiri yang menyelesaikannya." Kata
Gajah Mada. Ra Banyak turut meloncat turun.
"Aku akan menangkapmu tuan-tuan." Kata Mada.
"Tangkaplah kalau kau bisa." Gajah Mida tersenyum
"Atau barangkali sebaliknya aku membunuhmu." Kata Kembar.
"Kalau aku mati, matiku sebagai kesatria."
"Persetan dengan itu." Ra Kembar turut bicara.
"Aku tidak mengakuimu sebagai Mahapatih. Aku hanya mengetahui bahwa kau
anak yatim yang karena si tua bangka mendapatkan kedudukan." Sambung Ra Kembar
merendahkan.
Sekarang orang-orang yang menghadang itu benar-benar yakin bahwa orang yang
dihadangnya adalah Gajah Mada, seorang yang telah memadamkan pemberontakan
Sadeng, yang sekarang telah dibangun menjadi padesan yang tentram dan subur.
Gajah Mada masih juga dapat menahan marahnya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
"Keputusan Saptaprabu yang mencerminkan kehendak penduduk adalah lebih
bijaksana daripada kehendak Ra Kembar dan Ra Banyak. Karena itu aku tunduk kepada
putusan Saptaprabu."
"Bedebah. Tutup mulutmu yang lancang itu."
"Maafkan tuan Ka Kembar, kalau aku yang suka mengganggu gadis-gadis ini
bermulut lancang. Kata Mada membakar mereka, dengan mengungkat kejadian masa
lampau."
"Setan alas!!"
"Setan alas" Gajah Mada mengulangi, lalu menyambung, "Apa hubungannya
tuan-tuan dengan kata-kataku."
"Masa muda tak usah kau ungkat-ungkat. Apa perdulimu?"
"Oh, maaf, tuan masih ingat semuanya?"
Kedua bangsawan itu mukanya merah, ia merasa terlanjur mengatakan
rahasianya.
Tiba-tiba di kejauhan terdengar derap kuda yang makin mendekat.
Sengaja Gajah Mada menengok ke arah suara derap kuda itu. Kesempatan ini
digunakan oleh Ra Kembar dengan keris terhunus menyerang lambung. Kembar tidak
mengetahui bahwa Mada menoleh adalah suatu gerak tipuan untuk memberi umpan
Mada seorang satria, ia tidak menghendaki mendapat perlakuan licik itu. Dengan sekali
langkah ia memiringkan tubuhnya, keris Ra Kembar menusuk tempat yang kosong.
Demikian keris itu menyelonong dengan cepat Mada memotong tangan Kembar dan
kerisnya terlepas.
Betapa terkejutnya, mukanya menjadi merah membara. Mada cepat meloncat dan
mengambil keris itu, kemudian mengembalikan.
"Ambillah barangkali masih berguna."
Melihat perlakuan demikian Ra Banyak ganti menyerang. Malang baginya waktu
kakinya mengarah bagian bawah perut Mada mundur beberapa langkah, kemudian maju
dengan cepat sambil menggoreskan keris itu pada kaki Ra Banyak berteriak setengah mati.
Kembali Ra Kembar menyerang berbareng dengan Ra Banyak. Dengan cekatan
Mada melenting Ra Banyak yang luka di kaki dan bermandikan darah dibekuknya dan
dipergunakan sebagai perisai.
" Nah, Majulah."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
Ra Banyak meronta sambit berteriak sejadi-jadinya. Sedang Ra Kembar menjadi
bingung karena derap kuda itu semakin dekat bahkan di matanya telah terlihat pasukan
berkuda menuju tempatnya.
Cepat Ra Kembar meloncat mundur beberapa kali untuk mencapai kudanya dan
meloncat. Ditariknya kekang kuda itu. Belum lagi dihentakkan. Gajah Mada
memerintahkan orang-orang yang menghadangnya menombak kuda itu. Dengan cekatan
mereka melakukan perintah itu, tepat mengenai kuda Ra Kembar. Tak ayal lagi Ra
Kembar jatuh terguling tersungkur di tanah.
Ra Kembar mencoba berdiri. Ia masih saja secongkak semula.
Gajah Mada yang masih membekuk Ra Banyak melihat pasukan berkuda telah
sampai di tempatnya, dan para tamtama berdiri menunggu perintah, sedang Ra Kembar
berdiri dengan penuh dendam.
"Anak-anakku jangan kalian tangkap dia. Biarlah aku yang hina ini akan
menangkap mereka dengan tanganku sendiri." Habis berkata demikian Gajah Mada
menyerahkan Ra Banyak kepada para tamtama.
"Kalian menjadi saksi ucapanku dan boleh menonton."
"Bukankah mereka pelarian Mahapatih."
"Benar, tetapi biarlah kali ini," Habis berkata demikian Mada melemparkan keris
Ra Kembar yang dipegangnya. Semua tamtama menjadi keheranan.
"Perintahkan anak buahmu menangkap aku." Kata Kembar.
"Kalau demikian kau mengakui aku sebagai Mahapatih."
"Persetan dengan jabatan itu." Habis berkata Kembar meloncat dan menyerang.
Kakinya mengarah lambung. Kembar seorang yang cukup terlatih di kesatrian
bahkan ia mempunyai ketrampilan dalam olah jayakawijayan yang. tinggi. Hanya saja
dalam mempelajari suatu ilmu ia lebih suka berpindah-pindah dan hidupnya terkurung
dengan kemewahan yang berlebihan. Walaupun hanya menggunakan sebilah keris tetapi
serangannya cukup berbahaya. Untunglah lawannya bukan orang sembarangan.
Ra Kembar menjadi kalap karena serangan sama sekali tidak pernah menyentuh
Mada. Ia bertekad akan mengadu kekuatan dengan menggunakan aji Bayu Bajra yang
diandalkannya. Disarungkannya kerisnya, geraknya menjadi pelahan dan tenang,
kemudian memutar tubuhnya searah dengan putaran angin, kemudian mengibaskan
kedua tangannya kearah lawan.
Gajah Mada mengetahui sikap demikian itu, dengan, cepat ia menyatukan segenap
pancaindranya dan dengan sikapnya pula ia mempertahankan diri dari sentuhan aji Bajuhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
Bajra. Betapa herannya Ra Kembar melihat ajinya sama sekali tidak berpengaruh
terhadap Gajah Mada yang bersikap diam dengan kedua tangannya berpeluk pada dada.
Ra Kembar tidak percaya dengan penglihatannya sendiri, digosok gosoknya matanya, ia
masih melihat Mada bersikap seperti tadi.
"Gila. Lembu Sekilan," Desis Ra Kembar tak tersengaja.
Ra Kembar benar-benar penasaran, tekadnya menjadi bulat ia membunuh atau
dibunuh. Ia tidak mau tertangkap yang kemudian dihadapkan kepada Baginda Putri.
Gajah Mada terkesiap melihat sikap Ra Kembar itu Tahulah ia bahwa Ra Kembar benarbenar mengukuhi pendiriannya bahkan bertekad akan membunuhnya. Tidak ada pilihan
lain bagi Mada, ia harus mempertahankan kehormatannya.
Waktu Ra Kembar menyerangnya dengan sebilah kerisnya kembali, Gajah Mada
melenting ke atas melampaui Ra Kembar. Belum lagi sempat Ra Kembar membalikkan
dirinya, dengan sebilah belati Mada memangkas gelung Ka Kembar. Muka Ra Kembar
merah padam, perbuatan Gajah Mada benar-benar penghinaan yang tertinggi baginya.
Bagian rambut yang terpotong itu terurai berjatuhan.
"Maafkan tuan, aku terpaksa membalaskan seorang gadis yang kau pangkas
rambutnya karena menolak melayanimu dahulu." Gajah Mada membakar hati lawannya.
Benar-benar Ra Kembar menjadi kalap, ia lupa segalanya serangannya sudah
kehilangan pengamatan. Hal inilah yang dinantikannya, dengan begitu ia akan mudah
menangkapnya. Waktu Ra Kembar menyerang dengan mata gelap Gajah Mada meloncat
ke samping dan menghajar punggung, Ra Kembar terjerembab mencium tanah. Belum
lagi dapat berdiri dengan cepat Mada mencekamnya memutar tangan Kembar ke
belakang.
"Mada, bunuhlah aku jika kau laki-laki sejati."
"Tugasku hanya menangkap kau tuan, bukan membunuh."
"Pengecut."
"Terserah ucapan tuan, tetapi aku telah memenuhi janji."
"Mada, ternyata kau bukan laki-laki, kau tidak berani melihat darah lawanmu."
Ra Kembar mengumpat.
Setelah diikat kencang Ra Kembar diberdirikan. Kerisnya yang terloncat dari
tangannya disarungkan pada kerangkanya, kemudian dikembalikan terselip pada bagian
muka pinggang Ra Kembar.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
Dengan tangan terikat, Ra Kembar masih juga bersikap congkak. Ia mencibirkan
bibirnya kepada para tamtama yang melihatnya dengan berkata, "Hai mengapa tidak kau
kerubut aku."
Para tamtama tiada yang menjawab.
"Hai Mada, mengapa tidak kau bunuh sekali aku?"
"Kalau aku mau melakukannya, sudah sejak tadi kerisku bersarang di perutmu
tuan Kembar. Tetapi Mada bukan pembunuh yang pengecut seperti dugaanmu."
"Bukankah kau berkuasa?"
"Tuan Kembar, kekuasaan bukan untuk membalas dendam. Apa artinya hidup ini
kalau hanya dibasuh oleh kedendaman. Aku ingin menegakkan yang seharusnya
ditegakkan, aku ingin memberi contoh yang perlu dicontohkan. Aku mematuhi perintah
Baginda, seperti juga anak buahku mematuhi perintahku." Kata Gajah Mada.
"Pengecut kau Mada."
"Mungkin benar ucapanmu Kembar, aku pengecut. Aku diperintah menangkapmu
bukan membunuh atau menghukummu. Yang melakukan hukuman terhadapmu adalah
peradilan. Bukan aku tuan."
"Tak usah mengoceh, aku sudah mengerti."
"Mengapa Tuan bertanya?"
"Aku akan mencoba kepandaianmu."
Gajah Mada menghela napas panjang. Kemudian memerintahkan para tamtama
berkuda itu untuk membawa kedua orang Ra Kembar dan Ra Banyak menyerahkan ke
hadapan yang berwenang mengurusnya.
Pasukan berkuda meninggalkan tempat itu dengan meninggalkan kepul debu,
semakin kecil dan hilang pada tikungan jalan.
Gajah Mada memandang orang orang yang menghadangnya yang wajahnya
tampak ketakutan, "Kau penduduk di sini?" Tanya Mada.
"Bukan tuan, kami dari Tuban."
"Tempat pamanda Ranggalawe. Pahlawan terkenal yang kukagumi. Beliau
diantara sekian banyak pahlawan yang mengantarkan kejayaan Majapahit. Beliau gugur
sekeluarga karena pakarti seseorang yang mabuk kekuasaan." Berkata demikian Gajah
Mada dengan meneguk liurnya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mukhdan
Orang-orang itu merasa bangga kotanya mendapat perhatian dari Mahapatihnya,
diam-diam mereka menjadi malu atas kekeliruannya.
"Seperti juga aku, hampir saja celaka karena fitnah."
"Ampuni hamba Mahapatih."
"Sudahlah, aku mengerti perasaanmu. Kau mewarisi kepahlawanan pamanda
Adipati Ranggalawe." Kata Gajah Mada.
Orang-orang itu menjadi malu pada dirinya sendiri.
Memang Ranggalawe sekeluarga gugur karena pakarti Mahapatih yang
mengingini kedudukan. Seperti Ken Angrok ia ingin menggeser kedudukan raja dengan
jalan sedikit demi sedikit. Tatkala Raden Wijaya wafat dan digantikan oleh putranda
Jayanegara, mulailah Mahapati melaksanakan cita-citanya dengan mengadu domba
adipati-adipati sahabat almarhum. Dan adipati Tuban Ranggalawe adalah kurban yang
pertama pakarti Mahapatih ini.
Tetapi cita-cita Mahapatih ini gagal, karena mereka yang setia kepada Baginda
tidak menghendaki pakarti Mahapatih berlarut-larut mencekam Majapahit. Dan akhirnya
Mahapatih mendapat hukuman yang setimpal dengan dosanya, hukuman mati.
Gajah Mada meninggalkan tempat itu. Di atas pelana kudanya ia mengenangkan
kejadian masa lampau. Ia melayangkan pandang sejauh-jauhnya seakan-akan
pandangannya itu telah menjangkau Nusantara yang berwilayah dari Samudra sampai ke
Seran Kawiai.
TAMAT
Senja Di Pulau Cinta 1 Misteri Kalung Setan Karya Abdullah Harahap Si Tangan Sakti 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama