Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying Bagian 10
Kun adalah seekor rubah tua dan licik, tapi dia tidak207
menyangka Liu Kun akan memakai cara ini. Dia tampak ragu
sebentar, segera berkata:
"Terima kasih Pengurus Liu sudah bisa menyayanginya,
hanya saja sifat Ih-lan sejak lahir sangat keras..."
"Apakah Hou-ya percaya pada nasib?"
"Lebih baik Ih-lan yang memutuskannya sendiri!"
"Baik!" Liu Kun penuh percaya diri dan mengeluarkan
tawa yang dibuat-buat, "katakan Lan-lan, apakah kau senang
mengakui aku menjadi ayah angkatmu?"
"Tawamu penuh kelicikan, aku tidak suka!" jawab Ih-lan.
"Ih-lan, kau tidak boleh sembarangan bicara!" Bentak Su
Yan-hong.
Otot wajah Liu Kun segera mengencang, Ih-lan benarbenar terkejut, dia ingin menangis dan buru-buru lari ke arah
Su Yan-hong, Su Yan-hong segera menggendongnya, dengan
penuh sesal dia berkata:
"Ibunya sudah meninggal sejak lama, di rumah tidak ada
seorang pun yang mendidiknya jadi dia tidak tahu sopan
santun, harap Pengurus Liu sudi memaafkannya."
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa," Liu Kun pura-pura
tertawa
"Asal Pengurus senang, jika ada waktu aku akan
membawa kemari untuk menemani Pengurus!"
"Baik! Baik!" Liu Kun sudah tidak tertarik membicarakan
hal ini lagi.
Su Yan-hong segera pamit pulang, Liu Kun pun tidak
menahannya.
Setelah Su Yan-hong dan lain-lain pergi, Liu Kun tertawa
dingin, raut wajahnya pun berubah dingin seperti es.
Mengapa Kiu-cian-sui tidak membereskan orang itu di
tempat ini juga?" tanya Hongpo Ih.208
Tiang Seng dengan dingin memotong:
"Sekelompok anak-anak tadi adalah putra putri pejabat
atau keturunan kerajaan, mereka dibawa oleh Su Yan-hong
kemari, apakah semua ini sudah diatur olehnya?"
Liu Kun mengangguk:
"Orang ini tidak dapat diduga apa yang diinginkannya,
kelak kalian harus berhati-hati!" dia berkata lagi, "kalau dia
mau masuk ke kelompokku itu sangat baik, kalau tidak, dia
akan menjadi penyakit, jadi tidak mungkin bisa dibiarkan
hidup!"
Matanya penuh dengan sorot kebencian, In Thian-houw
dan Tiang Seng melihat mata itu, mereka merinding.
Malam semakin larut, Liu Kun masih berjalan mondarmandir, hal yang terjadi di Ban-hoa-lim tadi membuatnya
tidak senang. Untuk sementara waktu dia melempar jauhjauh masalahnya, sekarang yang dia pikirkan adalah hal lain.
Seorang kasim masuk tergesa-gesa.
"Apakah berita tentang An-lek-hou sudah terkumpul?"
Liu Kun seperti sudah tidak seberapa tertarik lagi.
"Lapor Kiu-cian-sui, tadi pagi ada seorang tua masuk ke
An-lek-hou, dia masuk ke dalam kota melalui pintu utara,
rambutnya panjang, berpenampil an seperti seorang
pendeta, dia membawa pedang panjang, tangannya
membawa kurungan anyaman dari bambu, di dalamnya ada
sepasang tikus putih, dia masuk melalui pintu depan, tapi
dari pintu yang ada di pinggir, penjaga An-lek-hou tidak
menghalangi nya, malah terlihat sangat menaruh hormat
kepadanya. Sewaktu Tan Kong-kong mengantarkan
undangan, orang itu sengaja menghindari keadaan yang
sangat mencurigakan. Menurut dugaan kami, orang itu
adalah ketua Kun-lun-pai yang sekarang, Tiong-ta Sianseng."209
"Oh..." akhirnya alis Liu Kun terangkat, dia tertarik lagi
dengan topik ini.
"Sekarang sudah ada bukti, katanya orang ini berilmu
tinggi dan ilmu pedangnya sudah mencapai puncak..."
"Sembarangan bicara!"
"Tahun kemarin dia pernah datang ke An-lek-hou dan
tinggal di sana selama sebulan, kali ini..."
"Dia bisa tinggal berapa lama?"
Kasim itu tampak ketakutan, Liu Kun berpikir lama baru
berpesan:
"Tambahkan orang untuk mengawasi An-lek-hou dengan
ketat!"
Kasim itu dengan cepat mundur, satu kasim lagi yang
dipercaya oleh Liu Kun masuk, dia berbisik-bisik kepada Liu
Kun. "Datang tepat pada waktu..." Liu Kun segera
melambaikan tangan. Kasim-kasim yang ada di ruang tamu
segera mematikan lampu dan diam-diam keluar.
Termasuk kasim yang dipercaya Liu Kun tadi.
Liu Kun segera duduk di kursi, baru saja duduk, tirai yang
terbuat dari mutiara sudah berbunyi, kemudian di dalam
ruangan itu sudah ada satu orang, di dalam kegelapan
sepasang matanya tampak terus berkilau.
"Kiu-cian-sui..." suaranya terdengar sedikit serak,
"maafkan saya baru bisa datang sekarang!"
"Aku mengerti!" Liu Kun tertawa, "sekarang bukan
waktunya kalian datang secara terang-terangan!"
"Semua berjalan dengan lancar, harap Kiu-cian-sui
tenang!"
"Baik!" Liu berpikir sebentar, "selama beberapa hari ini,
di ibu kota muncul banyak orang dunia persilatan, mungkin210
akan terjadi perubahan, kalian berdua lebih cepat masuk
lebih baik, dengan begitu aku bisa bertambah tenang!"
"Tentang orang dunia persilatan, serahkan pada kami,
biar kami yang menghadapinya!"
"Sekarang mereka berdua bagaimana?"
"Sebentar lagi mereka akan pergi!"
"Apakah butuh bantuan, silakan katakan!"
"Kalau bukan karena bantuan uang dari Kiu-cian-sui,
mana bisa semuamya akan begitu lancar, kecuali hal ini,
yang lainnya bisa kami atasi!"
"Aku lihat di luar tidak leluasa, yang penting aku ingin
meminjam ilmu silat mereka, bagaimana kalau begitu..."
"Sekalian pindahkan mereka ke rumahku!"
Orang itu berpikir sebentar:
"Aku percaya tidak ada tempat yang lebih aman dari
pada rumah Kiu-cian-sui, aku pergi dulu aku akan segera
memberitahu kedua orang itu, aku percaya mereka akan
setuju!"
"Aku akan menyiapkan kamar rahasia untuk mereka."
"Akan merepotkan Kiu-cian-sui, aku mewakili 2 pesilat
tangguh ini untuk berterima kasih! Apakah masih ada pesan
lain?"
"Kau boleh pergi sekarang!"
Orang itu segera pergi, bunyi tirai tersibak, dia sudah
pergi entah ke mana.
Ketegangan Liu Kun bisa mengendurkan, dia
menghembuskan nafas panjang, dia sudah lama menyiapkan
busur, dengan cepat dia bisa memakainya.
Menyiapkan busur menyimpan harimau galak, siapa
orang pertama yang akan dia hadapi? Su Yan-hong? Atau
Lam-touw dan Siau-cu?211
Liu Kun selalu merasa sedikit cemas kepada orang-orang
dunia persilatan, karena orang dunia persilatan mempunyai
cara tersendiri mengurusi masalah mereka, boleh dikatakan
di mereka tidak ada aturan pemerintah. Semenjak tahun Lu
Tan adalah i murid Bu-tong Pai, setelah Lu Kian dibunuh, Liu
Kun selalu memerintahkan Hongpo Heng-te agar membunuh
Lu Tan, sampai-sampai Pak-to pun digerakkan, tapi di
tengah-tengah perjalanan muncul Lam-touw dan Siau-cu,
dan mereka jadi tidak mendapatkan apa-apa.
Apa tujuan Lam-touw dan Siau-cu datang ke ibu kota?
Mengapa mereka menolong Lu Tan. Orang yang menyelediki
sampai sekarang belum berhasil mendapatkan kabar, dan Liu
Kun merasa tujuannya sengaja ingin melawan dia. Teringat
pada kedua orang itu, seperti ada duri yang menusuk
punggungnya, bila tidak dicabut terasa tidak enak.
Lam-touw dan Siau-cu pasti tidak tahu keberadaan
mereka begitu penting di dalam pikiran Liu Kun, tapi
identitas mereka belum bisa tersingkap walau telah
menolong Lu Tan, mereka tetap tidak bersembunyi setelah
menyalahi Liu Kun, setiap hari dia di Sen-sa-hai melakukan
pertunjukan, tampaknya mereka tidak perlu dengan cara
seperti itu mencari sesuap nasi. Orang yang tahu identitas
mereka akan merasa curiga dan menganggap mereka
merasa ada tujuan lain?
Kepandaian mereka bagus, terus berubah-rubah, sampai
bicara pun seperti itu, walaupun setiap hari selalu ada
pertunjukan, setiap hari selalu menarik perhatian banyak
penonton. Kalau tujuan mereka hanya mencari makan sehari
2 kali, dua kali makan saja sudah terlalu melimpah.
Buli-buli di tangan Lam-touw tidak pernah dilepas, dia
terlihat selalu mabuk dan Siau-cu selalu bersemangat,212
mereka penuh tenaga. Hari ini seperti biasa, simbal berada
di tangan Siau-cu, yang bersalto adalah Lam-touw, suara
simbal menarik perhatian banyak penonton sehingga
mendatanginya. Lam-touw terus bersalto, sesudah simbal
berhenti berbunyi, dia bernafas terengah-engah dan
terduduk di bawah siap minum arak. Melihat Siau-cu siap
memukul simbal lagi, dia berteriak:
"Sobat, nanti dulu, jangan memukulnya..dia memakai
logat utara yang seperti bahasa Kwang-tong, maka semua
orang tertawa.
Siau-cu terpaku:
"Kata-kata seperti ini tidak berguna."
"Kau kira penonton tidak mengerti?"
"Maksudku, sekarang yang kita butuhkan adalah yang
berkualitas, tidak perlu kata-kata lucu!"
"Kau yang menjadi guru atau aku?" tiba-tiba Lam-touw
bertanya.
"Yang pasti aku..." lama baru menyambung, "bukan jadi
Suhu!"
"Kata-kata seperti itu harus yang jadi guru yang bicara!"
"Sembarangan!" Siau-cu tampak terkejut.
Semua orang tertawa, Lam-touw memelototi Siau-cu:
"Hari ini kita akan memainkan atraksi apa?"
"Hoa-jiang (tombak)..."
"Ayo kita mainkan sekarang!" kata Lam-touw. Sebuah
tombak terus diayunkan, semua menyerang Lam-touw, Lamtouw buru-buru kabur dengan berkeliling lapang, terlihat dia
disudutkan juga berteriak:
"Kau sendiri yang main tombak bukan kita berdua!"
"Betulkah?" Siau-cu seperti baru mengerti dan
membentak. Tangan kanannya mencengkeram tombak213
untuk dimainkannya, ujung tombak yang bercahaya terus
mendekati penonton, membuat penonton berusahan
menghindar.
Lam-touw berjongkok untuk menghindari jurus-jurus
tombak, dia segera berkata:
"Kalau kau begitu, semua penonton akan ketakutan dan
pergi dari sini."
"Bagaimana kalau sekarang?" Siau-cu seperti tidak bisa
menghentikan laju tombak itu, Tubuhnya pun seperti
berputar-putar.
Lam-touw membentak dan mengangkat sebatang
bambu:
"Cepat naik ke atas bambu itu!"
Siau-cu segera meloncat ke atas batang bambu, sambil
memutar tombak sambil pelan-pelan naik ke atas tiang
bambu.
Lam-touw seperti susah naik, pelan-pelan dengan posisi
miring mengangkat batangan bambu itu. Kadang-kadang dia
bergerak untuk menyeka keringat yang mengalir dari
dahinya, tangan dilepas, batangan bambu segera jatuh, Siaucu ikut terjatuh.
Penonton terus bersuara terkejut, tapi Lam-touw buruburu membenarkan batangan bambu itu supaya Siau-cu
tidak terjatuh dari atas bambu.
Semua orang sebenarnya tahu, Lam-touw sengaja
melakukan gerakan seperti itu untuk membuat mereka
terkejut, mereka merasa kagum suara tepukan tangan terus
membahana sampai Lam-touw mendirikan batangan bambu
itu, Siau-cu sudah berada di ujung bambu. Awalnya dia
berdiri dengan satu kaki kemudian memperagakan214
permainan tombak, gayanya yang indah membuat tepukan
tangan terus terdengar.
Waktu itu ada 2 tandu datang ke Sen-sa-hai, melihat
pelayan-pelayan perempuan yang mendampingi semua
sudah tahu bahwa orang yang ada di dalam tandu adalah
orang kaya.
Sen-sa-hai berada di dalam kota di bagian selatan,
tadinya berupa danau yang panjang. Di sisi danau adalah
tempat kosong, banyak tukang dagang atau tukang obat
berkumpul di sana. Apa lagi rakyat kecil, kadang-kadang
famili raja pun senang datang ke sana untuk berjalan-jalan,
maka kemunculan 2 tandu intu tidak menarik perhatian
orang-orang di sana.
Tandu paling depan lebih mewah, sewaktu tandu
digotong, seorang pelayan membawa sepiring manisan
mengejar tandu, sampai di depan tandu dia berkata:
"Kun-cu, manisan yang Anda inginkan telah kami beli!"
(Kun=di jaman Tiongkok kuno lebih kecil dari kabupaten).
Di dalam tandu tidak terdengar ada yang menjawab,
sewaktu tirai disibakkan, pelayan berteriak.
Tandu yang ada di belakang segera berhenti dan tirai
terbuka. Seorang laki-laki separo baya bertubuh kurus,
dengan tulang pipi yang menonjol bertanya:
"Ada apa?"
Pelayan dengan cepat berlari ke depan laki-laki separo
baya:
"Sam-kongcu, Kun-cu menghilang!"
Alis laki-laki itu segera terangkat, kipas di tangannya
segera dibuka. Di atas kipas tertulis 2 huruf, Siau-san.
Orang ini bila berada di ibu kota jarang ada yang
mengenalinya, tapi teman-teman dunia persilatan215
mengenalinya, apa lagi dari golongan hitam. Asal
Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyebutkan Hoa-san Siau Sam, alis mereka segera
berkerut.
Katanya sewaktu kecil, dia adalah bayi yang dibuang
tidak bermarga dan bernama, saat Sin-ke, ketua Hoa-san-pai
lewat dan melihat ada sesosok bayi, dia segera menolongnya
dan memberi nama Sam (3) dan dia pun menjadi murid Hoasan-pai. Karena pintar dan rajin belajar, dia mewarisi ilmu
pedang Hoa-san-pai hampir seluruhnya! Saat usia 23 tahun
dia sudah terkenal di dunia persilatan.
Dia orang lurus dan jujur, malang melintang di dunia
persilatan sudah 12 tahun, tapi entah mengapa tiba-tiba dia
menghilang.
Kabar terakhir yang didapat ada orang yang melihatnya
keluar masuk rumah Cu Cen-ho di Lam-tiang.
Inilah kenyataan sebenarnya, sebab di dalam tandu
mewah itu adalah putri Ling-ong (Raja Ling), Su Ceng-cau.
Kipas lipat dibuka lalu ditutup kembali, sorot matanya
melihat kerumunan orang-orang, sebuah tawa keluar dari
arah kerumunan orang-orang itu.
Begitu para pelayan mendengar suara ini, terlihat sangat
senang, tapi wajah Siau Sam tetap datar, dengan dingin dia
menggelengkan kepala dan turun dari tandu, lalu berjalan ke
arah sana.
Siau-cu masih berada di atas batang bambu, tapi dia
sudah berani menggerakkan tombak tapi dengan termangu
melihat Su Ceng-cau yang tiba-tiba masuk.
Lam-touw sedang memutar-mutar batang bambu telihat
dia ingin menghalangi Su Ceng-cau, tapi dia tidak bisa
melepaskan pegangan bambu.216
Sebenarnya Su Ceng-cau tidak melakukan apa-apa, dia
hanya bermain piring dan ranting bambu yang mereka bawa
untuk pertunjukan. Permainannya lebih seru dan berbahaya
dibandingkan mereka.
Tangannya memegang 5 bambu kecil, bagian atas bambu
kecil itu ada sebuah piring yang berputar, ada yang cepat
ada yang lambat, setiap piring sepertinya bisa terjatuh setiap
saat dan pecah.
Su Ceng-cau berusaha untuk membuat piring tetap
berada di ujung bambu tapi karena tidak mahir maka terlihat
canggung, dan dia malah tertawa senang.
Parasnya lumayan cantik, apa lagi saat sedang tertawa
jadi bertambah manis, ditambah dengan bajunya yang
mewah membuat siapa pun yang melihat akan tertarik
kepadanya.
Gadis berumur 17-18 tahun, bersifat semaunya sendiri
tidak banyak.
Dia segera mengambil piring lain, Siau-cu dengan cepat
turun dari atas bambu untuk menghalanginya:
"Nona, ini adalah alat-alat kami mencari makan!"
"Aku hanya meminjam!"
"Kalau semua pecah, apa yang bisa kami pakai untuk
pertunjukan?"
"Aku jarang merasa suka dan senang!" Su Ceng-cau
mengulurkan tangannya untuk mengambil piring lagi.
Siau-cu bergerak lebih cepat, dia segera memin dahkan
piring ke belakang tubuhnya, Cu Ceng-cao bertanya:
"Apakah kau tahu siapa aku ini?"
"Apa hubungannya?"
"Namaku Su Ceng-cau, ayahku adalah Ling-ong, aku
adalah Tiang-le-kun-cu."217
Kata-kata Su Ceng-cau belum habis, penonton sudah
bubar terlebih dulu, Siau-cu menarik nafas:
"Kau ternyata punya jabatan!"
"Apakah kau takut?"
"Baiklah, aku jadi takut kepadamu!" Siau-cu berteriak,
"Suhu, mari kita pergi..
Lam-touw meletakkan batangan bambu dan tertawa
kecut.
Penonton tampak ketakutan dan segera bubar:
"Kita memang harus pergi dari sini!"
Saat Siau-cu sedang membereskan peralatan, Su Cengcau memukulkan batangan bambu itu kepada Siau-cu:
"Kalian tidak boleh pergi!"
"Mengapa tidak boleh pergi?"
"Aku ingin melihat petunjukan kalian!" Jawab Su Cengcau dengan serius.
"Tapi aku tidak suka memperlihatkan petun-jukkan kami
kepadamu!" Siau-cu tidak melihat Su Ceng-cau lagi langsung
membalikkan Tubuh.
"Asal aku suka pasti jadi!" Su Ceng-cau berputar di depan
Siau-cu.
"Nona, dengarkan aku..." Lam-touw mendekat, "muridku
ini sejak lahir adatnya seperti kerbau, bila dia tidak suka
memperlihatkan petunjuk an, aku yang menjadi Suhu-nya
pun tidak bisa berbuat apa-apa."
Mata Su Ceng-cau tampak berputar:
"Kau orang awam, jangan banyak mengurusi hal yang
tidak ada sangkut pautnya denganmu!"
Lam-touw tampak begong, Siau-cu tertawa dingin:
"Kau benar-benar tidak sopan, di dunia ini biasanya
seorang perempuan tahu sopan santun!"218
"Kau bilang aku tidak tahu sopan santun?"
"Dan tidak tahu aturan!" Sambung Siau-cu
lagi.
"Baiklah, aku akan memperlihatkan kalau aku tidak tahu
aturan!" bambu kecil yang masih dipegang segera
dilayangkan ke piring-piring itu lagi.
Siau-cu memindahkan piring, Su Ceng-cau mengejar di
belakangnya, dia beniat menghancurkan semua piring-piring
itu, tapi Siau-cu bergerak dengan lincah juga cepat. 5 bambu
kecil itu dari kiri dan kanan terus menyabet. Terakhir 3
batang bambu yang ada di tangan kanannya memukul ke
kepala Siau-cu.
Waktu itu Siau-kongcu seperti turun dari langit, tangan
kanan menahan 3 bambu itu dan membentak:
"Ceng-ji, jangan berbuat onar!"
"Suhu, dia..."
"Aku tahu apa yang sudah terjadi!" Siau Sam Kongcu
memberi hormat kepada Siau-cu dan Lam-touw:
"Maafkan muridku yang tidak tahu sopan santun!"
Lam-touw pura-pura tidak mendengar, Siau-cu tertawa
dingin:
"Murid Anda ini benar-benar berkelakuan buruk."
"Suhu..." Su Ceng-cau berteriak.
"Ikut aku pulang!" Siau Sam Kongcu membentak.
Su Ceng-cau terlihat sangat takut pada Suhunya, dia
melempar bambunya kemudian menghentakkan kaki,
meloncat ke atas dan berlari ke arah di mana tandu berada.
Siau Sam Kongcu bergerak seperti air mengalir dan awan
berjalan, mengikuti Su Ceng-cau dari belakang, sampai Su
Ceng-cau masuk ke dalam tandu, dia baru kembali ke
tandunya sendiri.219
Siau-cu melihat semua itu sambil membereskan
peralatan pertunjukan dia mengomel:
"Saudara baginda atau teman, semua menggunakan
kekuatan dan kekuasaan menghina rakyat kecil, tidak ada
yang baik, untung gurumu datang tepat pada waktunya,
kalau tidak, kau akan merasakan akibatnya."
"Apakah tadi kau benar-benar ingin memberi pelajaran
kepadanya?" Lam-touw bertanya karena merasa aneh.
"Tentu saja!"
"Untung Suhunya datang tepat pada waktunya," Lamtouw seperti sedang mengelap keringat dingin, "kalau tidak,
takutnya akan terjadi..."
Tandu lewat, tirai terbuka, Su Ceng-cau menjulurkan
kepalanya:
"Bocah tengik..."
Siau-cu nyengir, Su Ceng-cau malah tertawa, tangan kecil
melayang, dia melempar uang perak:
"Uang itu untuk mengganti kerugian kalian!"
Siau-cu menyambutnya dia terpaku.
Tirai tertutup kembali dan setelah jauh sorot mata Siaucu baru melihat uang itu, Lam-touw sambil tertawa berkata:
"Gadis itu bild tertawa benar-benar manis, apakah
benar?"
Siau-cu mengangguk, Lam-touw mengambil uang perak
itu dan menimbang-nimbang, dengan terkejut berkata:
"Pas 10 tail perak, kita bisa berhenti selama setengah
bulan tidak perlu mengadakan pertunjukan, hanya tidur dan
minum arak."
"Tidak!..." Siau-cu menggelengkan kepala.
"Bila Ih-lan kemari, tidak melihat kita, dia akan kecewa."220
Sangat aneh dia dan Ih-lan seperti berjodoh. Setiap kali
Ih-lan datang dan bisa membuat Ih-lan tertawa hati Siau-cu
baru merasa nyaman.
0-0-0
Ih-lan sedang mencari Tiong-ta Sianseng untuk
membawanya ke Sen-sa-hai melihat pertunjukkan Siau-cu,
tapi melihat Tiong-ta Sianseng dan ayahnya seperti sedang
merundingkan hal serius, dia tidak berani mengganggu
mereka dan cepat keluar.
Kadang-kadang dia bisa sangat dewasa.
Tiong-ta Sianseng dan Su Yan-hong sedang menganalisis
kekuatan anak buah Liu Kun, In Thian-houw serta yang
lainnya. Walaupun tidak di tempat itu tapi pengalamannya
sangat banyak, hanya mendengar penjelasan Su Yan-hong,
Tiong-ta Sianseng langsung tahu.
"Tujuan mereka hanya ingin memamerkan kekuatan
mereka, di depan Liu Kun tidak akan menutupinya.
Menurutmu, kalau satu lawan satu mereka tidak akan
menang, tapi bila menyerang bersamaan belum tentu kau
bisa menghadapi mereka!" perkiraan Tiong-ta Sianseng
sama dengan perkiraan Su Yan-hong.
"Tecu akan berhati-hati!" kata Su Yan-hong, "yang Tecu
takutkan adalah dengan niat licik Liu Kun, pasti ada yang
belum dia keluarkan, selain In Thian-houw Tiang Seng
mungkin masih ada pesilat yang lebih lihai lagi!"
"Apakah kau tidak mempunyai informasi lainnya?"
Su Yan-hong mengangguk, kata Tiong-ta Sianseng,
"pesilat tangguh yang sudah mempunyai nama dari
golongan putih atau golongan hitam tidak akan mudah221
tunduk kepada orang lain, kau tidak perlu merasa terlalu
khawatir, Liu Kun mencari In Thian-houw dan yang lainnya
pasti ada rencana terselubungi"
"Betul, dalam beberapa hari ini, aku harus mencari
alasan supaya bisa masuk ke dalam istana untuk bertemu
dengan raja dan mengobrol dengan sungguh-sungguh!" Su
Yan-hong terlihat sangat khawatir, "dari luar terlihat aman,
tapi di dalam tersimpan permusuhan yang dalam, banyak
yang sudah marah, bila terjadi periatiwa akan menjadi
musibah besar."
"Masalah dalam kerajaan harus dibereskan seperti apa,
kau sendiri yang harus mengambil keputusan!" tiba-tiba
Tiong-ta Sianseng seperti teringat sesuatu:
"Katanya pengikut Pek-lian-kauw sedang bergerak,
apakah kau sudah tahu?"
Su Yan-hong mengangguk:
"Perkumpulan ini sudah masuk masyarakat! Dan rakyat
kecil percaya jika perkumpulan ini muncul sekalipun orang
jahat yang menjadi ketua, mereka harus mengikutinya."
"Pikiran salah ini paling menakutkan."
"Mereka tidak tahu Pek-lian-kauw sekarang dengan yang
dulu berbeda," Su Yan-hong tertawa kecut.
"Put-lo-sin-aian seharusnya tahu, orang ini sangat pintar,
sejak menjadi pemimpin, dia banyak membangun
perkumpulannya."
"Tapi sayang, dia terlalu fanatik dan selalu ingin menang,
jiwanya sempit, 20 tahun bersemedi hanya memikirkan
bagaimana agar bisa mengalahkan Siauw-lim Sin-can Sangjin,
setelah selesai bersemedi dan tahu murid-muridnya sering
berbuat kejahatan, tapi dia tidak segera bertindak. Setelah
kalah oleh Wan Fei-yang dan terpikir pada murid-muridnya222
yang mungkin akan membuat bencana bagi dunia persilatan,
nanti sudah tidak keburu lagi, dan dia sudah tidak bisa
menguasai murid-muridnya," Su Yan-hong menarik nafas,
"pertarungan yang terjadi di Siong-san, murid Pek-iian-kauw
menghilang dan Tecu terus mencari keberadaan Sam-cun,
tapi sampai sekarang tidak ada kabar merek, dari pihak
Guru.
"Tidak ada juga, yang kutahu pengikut Pek-lian-kauw
mulai membuat kantor-kantor di antara perkumpulan rakyat
tapi tidak begitu cepat. Kata mereka plakat perintah giok
yang mewakili Kauwcu yang paling berwibawa telah hilang,
ular tidak berkepala tidak akan bisa hidup."
Su Yan-hong berdiri:
"Suhu, tunggu sebentar, ada benda yang ingin
kuperlihatkan kepada Suhu!" tergesa-gesa dia keluar.
Tiong-ta Sianseng merasa aneh, mimpi pun tidak
menyangka benda yang Su Yan-hong perlihatkan adalah 'Pigiok-leng' yang merupakan lambang kekuasaan Pek-liankauw.
'Pi-giok-leng' tersimpan di dalam kotak yang terbuat dari
kayu wangi Tan-hiang berwarna ungu. Tiong-ta Sianseng
tidak mengenali benda itu, dengan sorot mata aneh dia
melihat Su Yan-hong.
"Inilah Pi-giok-leng milik Pek-lian-kauw, yang selalu
dipegang oleh Kauw-cu, melihat Pi-giok-leng seperti melihat
Kauw-cu!" Su Yan-hong berkata dengan serius.
Tiong-ta Sianseng mengerti sifat muridnya ini tapi dalam
waktu dekat dia masih sulit menerima bukti ini.
"Saat Put-lo-sin-sian akan menghembuskan nafas
terakhirnya, dia ingin Tecu membantunya mencarikan orang
untuk dijadikan Kauw-cu supaya posisi Pek-lian-kauw yang223
sudah ada selama beberapa ratus tahun tidak hilang begitu
saja di tangannya."
"Ternyata begitu..." Tiong-ta Sianseng tertawa, "Yanhong, ini bukan hal mudah, kau sudah berjanji pada Put-losin-sian, jadi kau harus melaksana kannya!"
"Tecu mengerti!" Su Yan-hong mengeluar-kan Pi-giokleng itu, "Setahu Tecu, Pi-giok-leng ini adalah milik Pheng
Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hweesio, dari jaman Couwsu dari kerajaan sekarang. Put-losin-sian seperti masih ingin mengatakan sesuatu tapi sayang
belum sempat menyampaikannya dia sudah
menghembuskan nafas terakhirnya."
Tiong-ta Sianseng berpikir sebentar:
"Ku lihat Pi-giok-leng ini bukan hanya melambangkan
kekuasaan Kauw-cu saja, pengikut Pek-lian-kauw sampai
sekarang masih belum bergerak, mungkin masih ada rahasia
lain. Yan-hong, ini adalah titipan orang lain, kau harus sangat
berhati-hati menjaganya!"
Dengan hati-hati Su Yan-hong meletakkan kembali plakat
giok ke dalam kotak yang terbuat dari Tan-hiang:
"Tecu mengerti bila rahasia ini bocor, akan membuat
bencana bagi dunia persilatan, mungkin Sam-cun dari Peklian-kauw sedang mencari keberada an Pi-giok-leng ini." Dia
berhenti bicara sebentar lalu melanjutkan, "mungkin mereka
mengira plakat ini masih berada di Siauw-lim-si!"
Tiong-ta Sianseng tersenyum:
"Mereka tidak akan secara terang-terangan meminta
kepada Siauw-lim-si!"
"Sebenarnya dunia persilatan sedang tidak tenang!"
"Kalau tenang bukan dunia persilatan namanya."224
"Dalam waktu dekat ini, ibu kota akan kedatangan
banyak pesilat tangguh, pagi ini ada kabar di kediaman
keluarga Lamkiong ada yang datang."
"Oh ya?" Tiong-ta Sianseng terpaku.
"Apakah Bok-lan Sumoi yang datang?"
Yang dia maksud dengan Bok-lan Sumoi adalah putri
tunggal Tiong-ta Sianseng. Setelah mendengar berita itu,
Tiong-ta Sianseng menarik nafas panjang.
"Keluarga Lamkiong baik kepadanya, hanya saja Hiat-ji
terlalu awal meninggal, masih begitu muda sudah
menjanda..."
"Mungkin sudah menjadi kehendak Langit.. tiba-tiba Su
Yan-hong seperti teringat sesuatu, dia melihat Tiong-ta
Sianseng tapi tidak bicara apa-apa.
Terdengar teriakan histeris Ih-lan, Tiong-ta Sianseng dan
Su Yan-hong tergesa-gesa keluar lewat jendela.
Ih-lan benar-benar takut, sambil berteriak dia berlari, di
belakangnya ada seseorang menggunakan topeng setan dan
berjubah merah mengejarnya.
Jendela hancur, mereka berdua berlari seperti panah
yang terlepas dari busur.
Topeng setan berwarna hijau dan giginya panjangpanjang sungguh sangat menakutkan, orang itu mengejar Ihlan sambil mengeluarkan tawa seram. Jangankan anak kecil,
orang dewasa pun melihat orang dengan penampilan seperti
itu akan terkejut.
Ih-lan berlari ke semua arah, orang itu terus mengejar,
Tubuhnya melayang dan mendarat tanpa bersuara.
Ih-lan berlari dari kebun bunga sampai ke teras, dia
menoleh melihat orang bertopeng setan itu ternyata sudah225
berada di depan mata, dia berteriak lagi dan berlari ke
depan, menabarak seseorang.
"Ih-lan, jangan takut..." orang ini adalah Su Yan-hong, dia
segera memeluk Ih-lan.
"Ayah..." Ih-lan menangis sejadi-jadinya.
Orang yang mengejarnya pun ikut berhenti, sambil
tertawa dia pun membuka topengnya, ternyata dia adalah
Tiang-le Kuncu Su Ceng-cau.
Su Yan-hong tidak merasa aneh dengan tingkah laku
orang itu, dari awal dia sudah tahu siapa orang bertopeng itu
dan tahu sifat Su Ceng-cau. Permainan yang memojokkan
orang lain sudah bukan pertama kalinya terjadi.
"Piau-ko... ini aku!"
"Kecuali kau siapa yang berani berbuat seperti itu!" Su
Yan-hong menggelengkan kepala dan menurunkan Ih-lan.
Su Ceng-cau mencengkeram Ih-lan:
"Lihat! Ternyata kau begitu penakut!"
Tangan belum sampai, Ih-lan sekali lagi bersembunyi di
balik tubuh Su Yan-hong, Tiong-ta Sianseng datang
mendekatinya:
"Apa yang terjadi?"
"Kenakalan Piau-moi ku menakutkan Ih-lan, dua tahun
tidak bertemu dia sudah tumbuh dewasa tapi masih tetap
nakal!"
"Oh ternyata adalah Tiang-le Kuncu!"
"Piau-ko, siapa orang tua ini?"
"Jangan berbuat onar..." Su Yan-hong membentak,
"inilah Suhu-ku, ayo panggil Lo-cianpwee!"
"Oh ternyata Tiong-ta Sianseng, Lo-cianpwee." dia
tertawa, "anda benar-benar sudah tua!"226
Tiong-ta Sianseng seperti hafal sifat Tiang-le Kuncu, dia
tertawa tapi tidak mengatakan apa-apa. Su Yan-hong
melihat Su Ceng-cau dari atas ke bawah lalu dari bawah ke
atas, tiba-tiba dia bertanya:
"Kau minggat dan diam-diam ke sini?"
Mata Su Ceng-cau berputar:
"Aku mau ke mana pun tidak ada seorang pun yang
berani melarangku, nanti aku baru akan mengobrol
denganmu, Ih-lan, ayo kita main ayun-ayunan di sebelah
sana."
Dari balik tubuh Su Yan-hong, Ih-lan menatapnya dan
langsung menggelengkan kepala.
"Masih marah padaku?" Su Ceng-cau tertawa.
"Aku yang salah, aku minta maaf, aku tidak akan
menggunakan topeng menakut-nakutimu lagi," dia
melemparkan topeng itu ke bawah kemudian diinjaknya
sampai hancur, "Lihat, sekarang kau tidak perlu takut lagi!"
Ih-lan baru mau keluar dari balik tubuh Su Yan-hong. Dari
dalam tasnya Su Ceng-cau mengeluar kan sepotong kue:
"Aku sengaja membawanya dari kota Lam-tiang sebagai
hadiah untukmu!"
Ih-lan melihatnya dengan ragu, Su Ceng-cau berkata lagi:
"Kalau kau tidak makan berarti kau tidak suka kue, nanti
aku akan menyuruh ayahmu agar jangan membeli kue lagi
untukmu!"
Ih-lan dengan cepat mengambil kue itu dan
memakannya baru menggigit sesuap, dia segera membuang
kue itu ke bawah:
"Ayah, kuenya pahit!"
Su Yan-hong menarik nafas:227
"Ceng-cao, kau bukan anak-anak lagi mengapa selalu
bercanda dengan anak-anak?"
"Kau selalu tidak tertipu, terpaksa aku menipu anaknya!"
Su Yan-hong hanya bisa tertawa kecut, Tiong-ta Sianseng
pun ikut menarik nafas panjang:
"Untung kau bukan muridku, kalau tidak, aku sudah mati
gara-gara kau!"
Su Ceng-cau benar-benar tidak tahu diri.
Pelayan Su Yan-hong datang melapor:
"Hou-ya, di luar ada orang yang bernama Siau Sam
Kongcu ingin bertemu dengan Anda!"
Orang pertama yang terkejut adalah Tiong-ta Sianseng,
Su Yan-hong juga merasa aneh:
"Apakah yang datang adalah Hoa-san-pai Siau Sam
Kongcu?"
"Betul!" Su Ceng-cau menyambung, "guruku ini sulit
dihadapi, aku lari ke mana pun dia bisa tahu!" Su Yan-hong
segera berkata:
"Persilakan dia masuk." Su Yan-hong pun pergi dia baru
bertanya:
"Kapan kau berguru pada Siau Sam Kongcu?" "Kapan pun
sama saja! Apakah kau merasa curiga? Kami ingin mencoba
ilmu silat dari Hoa-san-pai! Kemudian dia mengeluarkan
jurus 'Sian-jin-ci-lu' (dewa menunjuk jalan)."
Setiap perkumpulan hampir mempunyai jurus Sian-jin-cilu, masing-masing pasti ada keistimewaannya, jurus Su
Ceng-cau tadi tidak diragukan lagi itu adalah ilmu Hoa-sanpai. "Cukup," Su Yan-hong menggelengkan kepala. Tiong-ta
Sianseng bisa melihatnya, tapi dia hanya diam, terlihat228
hatinya berat, tapi Su Yan-hong tidak menaruh di hati,
sampai Siau Sam Kongcu muncul.
Melihat Tiong-ta Sianseng, Siau Sam Kongcu merasa
terkejut, dia melihat Tiong-ta Sianseng, tapi tidak saling
menyapa apalagi berbicara. Su Yan-hong merasa aneh, tapi
dia tetap memperkenalkan diri:
"Caysia Su Yan-hong, sudah lama mendengar nama Siau
Lo-cianpwee!"
"Hou-ya berkata terlalu berat!" dia melihat Tiong-ta
Sianseng lagi, "apa kabar, Tiong-lo?"
"Apakah kalian saling kenal?" Su Ceng-cau berteriak.
"Kun-lun-pai adalah perkumpulan lurus dan Tiong-ta
Sianseng adalah pesilat terkenal, mana mungkin aku tidak
mengenal beliau?" Siau Sam Kongcu tertawa dingin, "kami
hanya orang kecil yang tidak bernama, belum tentu Tiong-ta
Sianseng mengenal kami!"
"Bukan begitu!" Tiong-ta Sianseng sedikit tersinggung.
"Tiong-ta Sianseng adalah orang berbudi luhur dan
berwibawa tinggi, bergaul dengan orang terkenal pasti tidak
akan berpendapat seperti aku, orang yang rendah!"
Nada bicara Siau Sam Kongcu sangat dingin.
"Aku tidak bermaksud seperti itu!"
"Ada maksud atau tidak, Tiong-ta Sianseng sendiri yang
tahu, orang seperti aku mana berani menebak-nebak?"
"Masalah yang terjadi di masa lalu tidak di sangka masih
disimpan di dalam hati," Tiong-ta Sianseng menggelengkan
kepala.
"Tokoh-tokoh yang berkedudukan tinggi pasti bermurah
hati dan berlapang dada, kami hanya orang rendah, mana
mungkin bisa sama?" Siau Sam Kongcu tiba-tiba bertanya.
"Apakah keadaan putrimu baik-baik saja?"229
"Lumayan!"
"Apakah benar!" Siau Sam Kongcu tertawa dingin.
"Bok-lan adalah menantu keluarga Lamkiong, tidak perlu
ayahnya menjadi khawatir, merepotkan Tuan."
Wajah Siau Sam Kongcu berubah, dia ingin mengatakan
sesuatu tapi tidak jadi, sekarang Su Yan-hong baru mengerti,
dia segera menyela.
"Siau-heng jarang datang, mari kita ke dalam makan
dulu..."
"Siau Sam terima kebaikan Hou-ya di dalam hati, orang
rendah seperti diriku mana pantas duduk bersama-sama
dengan Tiong-ta Sianseng!"
Su Yan-hong benar-benar tidak menyangka Siau Sam
Kongcu akan berkata demikian, dia tidak tahu apa yang
harus dia katakan, Su Ceng-cau sudah berteriak:
"Suhu, mengapa tiba-tiba marah lagi."
"Tidak ada urusannya denganmu!" bentak Siau Sam
Kongcu, segera memberi hormat kepada Su Yan-hong, "kami
telah mengganggu Anda, kelak bila ada kesempatan kami
akan berkunjung lagi!"
Su Ceng-cau ribut lagi:
"Suhu, aku..."
"Kau ikut aku pulang sekarang juga!" Siau Sam Kongcu
memotong, dia segera membalikkan tubuh.
"Mari ku antar Siau-heng dulu!" Su Yan-hong mengejar
mereka.
"Aku tidak berani merepotkan Hou-ya!" Dia berputar
tubuh dan segera pergi.
Su Ceng-cau seperti melihat situasi tidak baik, terpaksa
dia ikut di belakang Siau Sam Kongcu. Tiong-ta Sianseng
melihat mereka hanya bisa menggelengkan kepala.230
"Suhu..." Su Yan-hong ingin bertanya dengan jelas.
Tiong-ta Sianseng menghela nafas:
"Orang itu mempunyai ilmu tinggi, dia juga orang yang
menjaga keadilan, hanya sayang jiwanya terlalu sempit."
Setelah itu dia berjalan kembali, Tubuhnya yang tadinya
tegak terlihat sedikit bungkuk.
0-0-0
Keluarga Lamkiong, Loi-tai-kun (nenek tua) adalah
pengusaha keluarga, ilmu silatnya sangat dalam. Ke lima
putranya sudah menikah, tapi entah mengapa mereka
meninggal secara berturut-turut, sehingga hanya tersisa
putra ke-4, Lamkiong Po.
... Cia Su-ciu, menantu tertua di keluarga Lamkiong,
adalah putri sulung ketua kantor Wie-bu, dijuluki mutiara
keluarga Lamkiong, disayangi oleh Lo-tai-kun.
...Kang Hong-seng, menantu kedua, ilmu silatnya sangat
tinggi.
... Tong Goat-go, menantu ke tiga keluarga Lamkiong, dia
adalah putri tunggal Tong Pau, ilmu senjata rahasianya
sangat hebat.
... Bwee Go-siang, menantu keempat, putri kedua
pejabat Mei Fang, sedari kecil belajar ilmu silat,
menggunakan pisau sebesar daun Yang Liu.
...Tiong Bok-lan, menantu kelima, putri tunggal ketua
perkumpulan Kun-lun-pai, Tiong-ta Sianseng.
6 gulung lukisan, masing-masing tertulis data-datanya, 5
menantu dan Lo-tai-kun dari keluarga Lamkiong memang
tidak jelas, tapi Pak-to Seng Lo-ji sudah berusaha.231
Liu Kun cukup puas bukan karena 6 gulung lukisan itu
melainkan Seng Lo-ji sangat mengerti sebelum dipanggil, dia
sudah mempersiapkan semuanya, dia senang dengan anak
buah yang berotak dan berencana.
"Keluarga Lamkiong yang kutahu hanya itu," Seng Lo-ji
agak bangga, "teman dunia persilatan yang tahu tentang
mereka tidak lebih banyak dariku!"
"Siapa yang tidak tahu kalau Pak-to Seng Lo-ji adalah
orang yang paling paham dalam semua bidang!" Liu Kun
tertawa, "aneh, mengapa keluarga Lamkiong yang laki-laki
sangat sedikit."
"Orang dunia persilatan hanya tahu tentang Lamkiong
Po!"
"Empat putra Lo-tai-kun yang lainnya mengapa bisa
meninggal, apakah kau tahu sebabnya?"
"Banyak gosip di dunia persilatan yang beredar tapi
semua hanya dugaan, tidak ada yang benar, kita tidak perlu
membicarakan tentang ini lagi!"
Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah kau tahu apa tujuanku menyuruhmu ke sini dan
menanyakan tentang keluarga Lamkiong?"
"Karena semua keluarga Lamkiong sudah keluar, kecuali
Lamkiong Po, Lo-tai-kun, dan 5 menantu yang sudah berada
di ibu kota, biasanya setiap tahun Lo-tai-kun akan ke ibu
kota dan tinggal selama beberapa hari di ibu kota. Ci-cugoan adalah tempat bersembayang agama Budha yang
menjadi tujuan kedatangannya, biasanya dia hanya
membawa 1-2 orang menantu, kali ini semuanya keluar,
benar-benar membuat orang curiga mungkin ada tujuan
lain!"
"Seng Lo-ji benar-benar Seng Lo-ji, masalah yang terjadi
di dunia persilatan jarang ada yang lolos dari mata dan232
telingamu!" Liu Kun tertawa, "menurut mu apa tujuan
mereka?"
"Masih belum terlihat, tapi kalau ingin tahu bukan hal
yang sulit!"
"Oh ya?"
"Setahuku, bila keluarga Lamkiong melakukan sesuatu
selalu teratur, apa yang mereka lakukan semua dicatat oleh
menantu tertua, lalu diperlihatkan kepada Lo-tai-kun, asal
kita mencuri catatan itu apa yang mereka lakukan bisa kita
ketahui semua!"
"Aku serahkan hal ini kepadamu!"
"Tenanglah, Kiu-cian-sui!" kata Seng Lo-ji "aku masih
punya kabar, Hoa-ten-pai-toan-tiang-kiam Siau Sam juga
datang!"
"Dia seorang pelatih pedang di Ling-ong-hu, kali ini dia
datang untuk menemui Tiangle Kun-cu, siang tadi
mengunjungi An-lek-hou."
Liu Kun tertawa:
"Kau tidak perlu khawatir akan hal ini."
"Baik..." dalam hati Seng Lo-ji tertawa kecut, begitu
cepat Liu Kun mendapat kabar, benar-benar di luar
dugaannya!
Malam sudah larut. Su Ceng-cau masih menyulam sepatu
di bawah sinar lampu, sebentar lagi sulamannya akan
selesai.
Gadis seperti dia bisa tertarik menyulam bagian depan
sepatu benar-benar sulit dipercaya.
Suara ketukan terdengar, Su Ceng-cau hanya bertanya:
"Apakah itu Suhu?"
Yang masuk memang Siau Sam Kongcu:
"Telingamu begitu tajam."233
"Di waktu seperti sekarang ini, kecuali Suhu, siapa yang
berani menggangguku," Su Ceng-cau tetap menyulam bagian
muka sepatu.
"Aku heran mengapa malam sudah larut tapi kau belum
tidur."
Sorot mata Siau Sam Kongcu melihat ke atas
sepatu:
"Kau sedang apa?"
Su Ceng-cau seperti baru sadar, dia melihat Siau Sam
Kongcu, baru kembali melihat bagian muka sepatu, dia
terlihat sangat aneh bisa merasa malu:
"Aku akan memberikan sepatu ini untuk Piau-ko, Suhu,
coba tebak, apakah dia akan menyukainya atau tidak?"
Siau Kongcu terpaku, tapi tidak menjawab, Su Ceng-cau
pun tidak peduli, dia berkata lagi sendiri:
"Aku yakin dia pasti akan suka, dia akan memakai sepatu
ini dan menemaniku bermain!"
Siau Sam Kongcu dengan tenang berkata:
"Kali ini kita datang ke ibu kota bukan untuk bermain!"
"Aku tahu, ayah menyuruhku membawa baju yang
disulam gambar naga beserta satu kotak perhiasan ke ibu
kota untuk diberikan kepada Kaisar!"
"Bagus, kau tidak lupa pada hal-hal resmi!"
"Kalau ke ibu kota tidak bisa bertemu dengan Piau-ko,
aku tidak akan mau kemari!" Su Ceng-cau kembali
menyulam.
"Kalau hal yang serius sudah diselesaikan, apa pun yang
kau ingin akan kukabulkan!"
"Benarkah?"234
Siau Sam mengangguk dan keluar dari kamar, Su Cengcau tidak melayani dia, dia hanya memeluk sepatu itu,
termangu, entah apa yang sedang dia pikir kan.
Siau Sam Kongcu menutup pintu, dia menarik nafas dan
meninggalkan tempat itu. Otaknya seperti terasa berat, di
bawah sinar bulan yang terlihat dingin dia seperti sebatang
kara.
Pedang tergantung di dinding, di bawah cahaya bulan
terlihat sangat kuno, melihat pedang itu pandangan Siau
Sam Kongcu menjadi buram, seperti tertutup oleh kabut.
Pedang itu adalah pedang yang bagus, tapi tidak
sempurna dan tidak indah, karena ujung pedang sudah
terpotong sekitar 3 inchi.
Pedang dicabut dan dimasukkan ke dalam sarung
kemudian seperti asap dia keluar melalui jendela dengan
melayang.
0-0-0
Keluarga Lamkiong sangat kaya, di tiap kota besar selalu
ada perusahaan mereka. Di ibu kota Ci-cu-goan adalah salah
satunya.
Ci-cu-goan sangat luas dan ditumbuhi pohon bambu, bila
angin berhembus akan mengeluarkan gelombang angin dari
daun bambu, akan menimbulkan rasa seram dan misterius.
Pak-to Seng Lo-ji pun tidak terkecuali.
Selama beberapa tahun ini dia tidak pernah bertindak
berhati-hati, dia melayang di antara pohon bambu, melihat
sekeliling juga mendengar suara dari tiap sudut.
Di pundaknya ada seekor kucing hitam dan bergerak
seperti apa pun kucing itu tidak pernah terbanting jatuh. Ini235
adalah teman yang dilatihnya dengan sangat teliti, dia jarang
melakukan sesuatu dengan kucing hitam ini, karena dia tidak
membutuhkannya.
Malam ini dia membawa kucing hitamnya, walaupun
ilmu silatnya tinggi dan dia tidak gentar terhadap apa pun,
tapi dia tetap khawatir terhadap keluarga Lamkiong.
Di malam berangin ini terdengar suara Lo-tai-kun:
"Keluarga Lamkiong selalu punya banyak anak dan cucu,
tidak disangka sampai di generasiku hanya ada 5 orang lakilaki, sekarang bahkan hanya tinggal Po-ji. Kali ini kita ke ibu
kota karena ada hal sangat penting, demi menjaga
keturunan keluarga Lamkiong jangan sampai habis, maka Poji ku larang ikut, hanya memohon kepada arwah nenek
moyang kita agar melindungi kita supaya keluarga Lamkiong
bisa kembali berjaya seperti dulu..." begitu kata-katanya
keluar, kedua tangan Seng Lo-ji dengan cepat menarik pipa
besi yang sangat panjang itu.
Pipa besi itu hanya sepotong, tapi bisa dipasang
memanjang, panjangnya ada beberapa depa. Ujung pipa
tepat berada di plafon ruangan, suara Lo-tai-kun masuk ke
telinga Seng Lo-ji dengan jelas melalui pipa itu.
Tapi Seng Lo-ji tetap merasa menyesal karena terlambat
datang, dia mendengar ada suara langkah yang bergerak
keluar, cepat-cepat dia menarik pipa itu.
Menantu-menantu keluarga Lamkiong dan Lo-tai-kun
keluar dari dalam ruangan, Seng Lo-ji tidak berani bergerak.
Dia ingat arah Cia Su-ciu pergi, sesudah semua orang
menjauh, dia baru berlari.
Cia Su-ciu masuk ke dalam perpustakaan, dari tempat
rahasia keluar setumpuk tulisan dia mencatat lagi apa yang
harus dicatat. Tulisannya rapi dan bagus seperti orangnya236
Setelah meletakkan pena dan melihat tulisannya di atas
kertas, dia mengembalikan lagi catatan itu ke tempat
rahasia, seperti tidak sengaja melihat keluar jendela, setelah
itu baru keluar dari perpustakaan.
Sewaktu dia menyimpan kembali catatan ke tempat
rahasia, Seng Lo-ji sudah menyimpan pipa panjang itu.
Dengan ujung pipa yang lebih kecil dia membuka kertas
dan menembakkannya ke jendela. Dengan begitu Seng Lo-ji
bisa melihat gerakan Cia Su-ciu.
Dia sangat mengerti kalau telinga dan mata Cia Su-ciu
sangat peka, Cia Su-ciu belum keluar dia sudah menarik
pipanya. Setelah Cia Su-ciu pergi ke bagian kanan ruangan
dan menutup pintu, dia baru turun dari atas pohon bambu
dan masuk ke dalam kegelapan, tangan melayang, kucing
hitamnya ditinggalkan pundaknya dan meloncat ke atas
pagar teras.
Dia mendekati pinggiran jendela, dengan mudah
membuka jendela dan masuk ke dalam ruangan tanpa
bersuara, kemudian menutup kembali jendela dan berlari ke
tempat di mana Cia Su-ciu menyimpan tulisan tadi, lalu
dengan penuh perhatian membuka tempat rahasia itu.
Asal ada orang asing yang mendekat, kucing hitam itu
akan bersuara memberi isyarat, maka dia bisa dengan
leluasa mencuri catatan itu. Sebenarnya saat jendela baru
ditutup, bayangan seseorang sudah muncul di belakang
kucing itu.
Sewaktu kucing itu melihat ada seseorang dan akan
mengeong, sepasang tangan menutupi mulutnya, kucing itu
pun menjadi lemas tidak bertenaga lagi. Bayangan hitam itu
segera membawa kucing hitam itu pergi.237
Seng Lo-ji yang berada di dalam perpustakaan tidak
merasakannya, dengan cepat dia membuka tempat rahasia,
baru saja merasa senang terdengar suara Cia Su-ciu dari
ruang sebelah:
"Untuk apa kau mencuri catatan itu? Sia-sia saja."
Ada dinding bambu yang menghalangi tapi suara itu
terdengar sangat jelas, rasa terkejut membuat Seng Lo-ji
tidak tahu apa yang harus dikatakannya.
"Walaupun kau berhasil mendapatkan catatan itu, tapi
kau tidak akan mempunyai nyawa keluar dari sini, demi buku
catatan itu kau pikirlah apakah pantas sampai kehilangan
nyawamu tidak?"
Seng Lo-ji tidak bodoh, dia tahu kata-kata ini ditujukan
kepadanya. Wajahnya berubah dia segera mengambil
keputusan, nyawanya lebih penting maka dia tidak jadi
mengambil catatan itu, dia keluar melalui jendela, tapi di
tengah perjalanan dia mengubah rencana, dia menarik pintu
perpustakaan dan berlari keluar!
Dua golok tipis segera menepisnya untung Seng Lo-ji
bergerak lincah, Tubuhnya condong ke sisi dan berkelebat
lewat.
Bwee Go-siang mengejar dari belakang, dia menghindar
ke kiri dan ke kanan, 35 tepisan tidak ada satu pun yang
mengenai sasaran. Melihat itu Tiong Bok-lan hanya bengong,
dia berteriak:
"Adik ke-5, cepat bertindak!"
"Cepat..." Bwee Go-siang berteriak lagi.
Pak-to berlari ke arah Tiong Bok-lan, dia menarik nafas.
Thiat-pi-pa nya segera dikeluarkan, inilah sebuah senjata
berbentuk aneh, jurusnya seperti pedang, kekuatannya lebih238
besar, tapi dia sangat berbaik hati dan tidak ingin menyerang
tempat penting, maka Seng Lo-ji bisa lewat di sisinya.
Sewaktu meloncat ke atas dinding, senjata rahasia
datang menyerang!
Tong Goat-go juga sudah datang, ilmu senjata rahasianya
memang tidak biasa, 3 cara dengan 12 senjata rahasia,
masing-masing dilemparkan ke arah Seng Lo-ji.
Seng Lo-ji bergerak seperti kincir terus ber putar
melewati senjata rahasia dan bisa meloncat naik ke atas
dinding, dia tertawa:
"Keluarga Lamkiong hanya mengandalkan kalian jandajanda kecil, apakah bisa menahanku..."
Kata-katanya belum selesai sudah dipotong oleh Lo-taikun. "Bagaimana kalau kau ditahan oleh nenek tua ini?" dan
tongkat berkepala naga sudah menyerang.
Seng Lo-ji terkejut, Tubuhnya terus berubah-rubah, tapi
tongkat berkepala naga itu tetap menghantam perutnya, dia
terjungkal ke belakang sejauh 10 depa, kemudian
terpelanting ke bawah.
Pedang milik Tong Goat-go sudah berada di depan
lehernya.
Lo-tai-kun seperti turun dari langit, di kiri dan kanannya
ada Cia Su-ciu dan Kang Hong-seng, ada 2 pelayan datang
membawa lampion.
Di bawah cahaya lampu terlihat rambut Lo-tai-kun sudah
memutih, dia terlihat baik dan penuh wibawa:
"Jangan membuatnya sulit..." Tong Goat-go segera
menarik kembali pedangnya.
Dengan tongkat berkepala naganya Lo-tai-kun menunjuk
dan tertawa. Seng Lo-ji menciutkan tubuhnya, tadi tongkat239
itu mengenai perutnya memang tidak terasa sakit, tapi
sudah membuat hancur semangat dan tenaga juangnya.
Keadaan seperti itu sering kali terjadi, tapi ini pertama
kalinya dia merasa begitu malu, tampak ilmu dalam Lo-taikun ini sudah begitu tinggi.
Tentu saja Seng Lo-ji bukan lawannya.
Dengan tongkatnya Lo-tai-kun menunjuk:
"Kata orang bila Pek-to ingin mengambil barang orang
seperti mengambil barang di dalam tasnya, tampaknya itu
kabar bohong!"
Seng Lo-ji terus menarik nafas, Lo-tai-kun tertawa lagi:
"Tenanglah, keluarga Lamkiong tidak akan melukaimu
dan akan membiarkanmu pergi dari sini dengan selamat!"
"Terlalu baik baginya!" Teriak Tong Goat-go.
"Tentu saja tidak akan sesederhana itu!" kata Lo-tai-kun.
Baru saja hati Seng Lo-ji merasa tenang, sekarang
kembali berdebar:
"Dia bisa datang kemari pasti mempunyai ilmu yang
lumayan tinggi, kalau membiarkan dia pulang dengan tangan
kosong, tuannya pasti akan kecewa, orang yang tahu tentu
akan menertawakan keluarga Lamkiong pelit!" kata Lo-taikun. "Apa yang dia ingin dicurinya?" tanya Lo-tai-kun.
"Mungkin buku catatan itu!" jawab Cia Su-ciu.
"Bila dia butuh, bawalah dia ke perpustakaan, kalau
tidak, dia akan sulit kembali."
Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cia Su-ciu segera berkata:
"Ikut aku..." dengan bingung Seng Lo-ji melihat Lo-taikun, walaupun pengalamannya sangat banyak, tapi dia tidak
tahu apa yang akan mereka lakukan kepadanya.240
"Pergilah!" kata Lo-tai-kun, menggoyangkan tongkat
kepala naganya.
Seng Lo-ji terpaksa mengikuti Cia Su-ciu masuk ke
perpustakaan.
Cia Su-ciu dengan tenang membuka tempat rahasia dan
berkata:
"Semuanya ada di sini!"
"Aku..." biasanya Seng Lo-ji sangat pintar bicara sekarang
dia terlihat bodoh dan tidak tahu apa yang harus dikatakan.
"Ambillah!" Cia Su-ciu berkata sekali lagi.
Akhirnya Seng Lo-ji mengambil catatan itu dan
membacanya
"Kau boleh pergi sekarang juga!" kata Cia Su-ciu.
Pak-to menarik nafas, akhirnya dia pergi melalui jendela.
Cia Su-ciu menggelengkan kepala:
"Sifat perampok sulit diubah!"
Dia segera keluar dari perpustakaan.
"Mana Seng Lo-ji?" tanya Tong Goat-go tidak
sabar.
"Sudah pulang lewat jendela!"
Tong Goat-go bertanya kepada Lo-tai-kun:
"Mengapa tidak menanyakan kepadanya siapa yang
menyuruhnya kemari?"
"Aku sudah tahu!" kata Lo-tai-kun, "Si-nio, Liu-yap-to mu
memang sangat cepat, tapi tidak membuat Seng Lo-ji
terancam."
"Harap Lo-tai-kun memberi petunjuk!"
Seng Lo-ji terkenal dengan ilmu meringankan tubuhnya
yang tinggi, dia sudah mencapai tahap mengikuti bayangan
bergeser, "kau hanya tahu menyerang dengan cepat maka
dia bisa menghindar, seharusnya diubah dari bertahan jadi241
menyerang, mundur menjadi maju, seperti asli tapi
kenyataannya tidak, cara ini bisa memancing dia masuk!"
"Menantu sekarang sudah mengerti!" Bwee-Go-siang
sambil memasukkan golok tipisnya.
Lo-tai-kun melihat Tiong Bok-lan, dia menarik nafas:
"Ilmu silat pada tahap tertinggi adalah di mana hati dan
pedang menjadi satu, pedang adalah hati, hati adalah
pedang, bila hati tidak ada aura membunuh, seranganmu
pasti lemah, jangan sedikit pun merasa kasihan pada
musuh!"
"Terima kasih atas petunjuk Lo-tai-kun!"
"Untung Seng Lo-ji tidak berniat jahat, kalau tidak, kau
pasti sudah terluka di bawah tangannya!" Lo-tai-kun
menoleh kepada Tong Goat-go:
"Senjata rahasiamu sangat kuat dan cepat, karena cepat
kau malah tidak melihat perubahan musuh dan salah
memutuskan posisi musuh, maka tidak kau tidak berhasil."
Tong Goat-go mengangguk:
"Menantu harus melihat posisinya sudah tetap, tenaga
lama habis, tenaga baru belum muncul untuk menyerang!"
"Betul..." Lo-tai-kun memuji dan mengangguk.
"Lain kali kalau bertemu dia harus memperlihatkan
kelihaian Tong-bun!"
"Dia tidak akan datang lagi!" Lo-tai-kun berkata dengan
yakin.
"Oh ya?" Tong Goat-go tidak percaya.
"Barang yang dicurinya tidak berguna, kau mengira Liu
Kun akan menyuruhnya datang lagi?"
"Liu Kun yang menyuruhnya?"242
"Hari pertama kita di ibu kota, Liu Kun sudah menyuruh
orang-orangnya membuntuti kita, dia memang licik dan
mempunyai rencana yang jauh!"
Lo-tai-kun berpesan:
"Kelak kalau bertindak harus lebih hati-hati, bila tidak
ada hal penting, jangan tinggalkan Ci-cu-goan!"
Mendengar kata-kata ini mereka tahu kalau keluarga
Lamkiong kali ini masuk ibu kota karena ada tujuan lain.
Lo-tai-kun tidak berkata apa-apa lagi, dia berpesan agar
semua kembali ke kamar untuk istirahat, dia sendiri pun
kembali ke tempat istirahat.
Kang Hong-seng dan Tiong Bok-lan berjalan bersama.
Tiong Bok-lan terus menyalahkan Seng Lo-ji yang telah
mengganggu tidurnya, tapi Tiong Bok-lan diam saja, tidak
memberi komentar apa pun, sifat mereka biasanya seperti
itu, yang satu lepas dan suka bicara yang satu lagi
sebaliknya.
Kang Hong-seng hafal sifat Tiong Bok-lan, tapi melihat
dia diam saja dia tetap bertanya:
"Ada apa denganmu?"
"Tidak ada apa-apa!"
"Aku sudah terganggu oleh Seng Lo-ji, aku tidak bisa
tidur lagi, bagaimana kalau kita ke kamarmu untuk melihat
lukisan yang baru kau selesaikan?"
"Sekarang sudah terlalu malam!"
"Kau menolak aku datang ke kamarmu, apakah di
kamarmu ada laki-laki yang sedang bersembunyi?"
kebiasaan jeleknya, sembarangan bicara muncul.
"Mana mungkin, jangan sembarangan bicara, bila Lo-taikun dengar..."243
"Aku hanya bercanda, lihat dirimu sampai tegang
begitu," Kang Hong-seng tertawa.
Tiong Bok-lan tertawa kecut.
Mereka sampai di depan kamar Tiong Bok-lan, angin
berhembus, angin ringan setelah tercium harum nya
membuat wajah Tiong Bok-lan segera berubah.
Kang Hong-seng pun melihat perubahan wajah Tiong
Bok-lan, jangan-jangan karena mencium harum ini, dia
bertanya:
"Apakah di kamarmu sedang dibakar kayu wangi?"
"Benar..." dengan tidak tenang Tiong Bok-lan menjawab,
"kamar sudah lama tidak ditinggali terasa tidak nyaman,
maka aku membakar kayu wangi."
"Cara yang baik!" Kang Hong-seng masih tidak melihat
keanehan Tiong Bok-lan.
"Apakah benar kau tidak ingin aku masuk kamarmu?"
Tiong Bok-lan menggelengkan kepala, Kang Hong-seng
tertawa lagi:
"Kulit wajahmu tipis, sulit bercanda denganmu aku
sudah lelah, aku harus tidur, mana mungkin bisa melihat
lukisanmu?"
Dia tertawa dan masuk ke kamarnya sendiri, Tiong Boklan melihatnya menghilang di kegelapan teras setelah itu
baru menghembuskan nafas lega, melihat pintu kamarnya
sendiri, hatinya tidak tenang, akhirnya dengan terpaksa
mendorong pintu lalu masuk.
Setelah masuk pintu kamarnya segera dikunci, dia
menyandarkan punggungnya di daun pintu, jantungnya
berdebar-debar, dia terlihat tegang dan terkejut.244
Cahaya lampu terlihat redup, dari cahaya lampu ini
terlihat seseorang keluar dari balik sekat, dialah Siau Sam
Kongcu.
"Inilah kayu wangi dari India, dulu kau paling suka, aku
mendapatkannya dari Nio Ong-hu dan selalu kubawa." Nada
bicara Siau Sam Gong lembut dan ringan, sorot matanya
sama seperti kebingungan.
Tiong Bok-lan terus menggelengkan kepala, terlihat dia
sangat cemas:
"Kau seharusnya jangan kemari!"
"Apakah kau merasa khawatir terlihat orang?"
"Aku khawatir dengan keselamatanmu, ilmu silatmu
bukan tandingan Lo-tai-kun, bila dia melihatmu, kau sulit
lolos!"
"Kau tetap memperhatikanku!"
Tiong Bok-lan terdiam, lama Siau Sam Kongcu baru
berkata:
"Ayahmu ada di ibu kota di rumah An-lek-hou."
Tiong Bok-lan tidak terlihat terkejut hanya bertanya:
"Apakah kau masih membencinya?"
"Aku tidak berani, dia tidak akan menganggap orang
seperti diriku!" Siau Sam Kongcu menertawakan dirinya
sendiri.
"Kau mengaku membenci, itu sudah cukup, untuk apa
berkata seperti itu lagi?"
"Dia menginginkan kau meninggalkanku!"
"Jangan berkata seperti itu!"
"Suamimu Lamkiong Hiat sudah meninggal!"
"Saat masih hidup dia sangat baik kepadaku!"
"Apakah kau bahagia?"
"Keluarga Lamkiong sangat baik kepadaku!"245
"Aku hanya bertanya apakah kau bahagia?"
"Yang sudah berlalu biarlah berlalu, untuk apa diungkit
kembali?"
"Aku tidak rela..."
"Aku menikah dengan orang dari keluarga Lamkiong,
berarti aku adalah keluarga Lamkiong, ini bukti yang tidak
bisa diubah!"
"Dia yang menghalangi kebahagiaan mu seumur hidup!"
"Ayahku tidak bersalah, hanya saja nasibku tidak baik,
aku tidak akan menyalahkan dia!"
"Salahkan aku yang tidak berguna, karena bukan murid
perguruan terkenal," Siau Sam Kongcu tertawa sedih, dia
membuka kipas lipatnya.
"Mana pedangmu?"
"Patah! Setelah pertunangan kita putus, Kiu-coan-kiam
(Pedang sembilan putaran) pun akan patah!"
"Kau sendiri yang mematahkankannya bukan? Tidak
perlu melakukan hal seperti itu!"
"Orang yang patah hati akan menggunakan pedang
patah!"
Tiong Bok-lan terkejut:
"Selama beberapa tahun ini ada kabar bahwa di dunia
persilatan muncul seorang pesilat yang meng gunakan
pedang patah, ternyata itu dirimu!"
"Untuk apa kau melakukan semua ini?"
"Malam ini aku kemari hanya ingin menanyakan
sebuah..." kata-kata Siau Sam Kongcu belum habis, suara
Lamkiong Beng-cu terdengar dari jauh:
"Ngo-kim..."
Tiong Bok-lan terkejut, tangannya bergerak:
"Cepat pergi!..."246
"Aku..." Siau Sam masih ragu, Tiong Bok-lan sudah
membalikkan Tubuh dan menyahut:
"Apakah itu Beng-cu?"
Siau Sam Kongcu tertawa sedih, dia mundur mendekati
jendela lalu mendorong daun jendela dan keluar dari kamar
itu, tapi sorot matanya masih melekat pada Tiong Bok-lan.
Setelah mendengar jendela ditutup, Tiong Bok-lan
menoleh dan membuka pintu, Lamkiong Beng-cu berada di
luar kamar bersama dengan Tong Goat-go.
Beng-cu hanya seorang gadis berusia 17 tahun, seluruh
keluarga menganggapnya mutiara, dia menjadi manja dan
tidak dewasa.
Dia sangat menyukai Tiong Bok-lan, melihat Tiong Boklan gugup, dengan cepat bertanya:
"Ngo-kim, apakah kau tidak enak badan?"
Dia mengawasi tapi Tiong Bok-lan malah terkejut, sampai
Beng-cu pun bisa melihat ada yang lain dengannya, untung
Lo-tai-kun tidak ada, kalau tidak mungkin dia tidak bisa
berbohong.
"Tidak..." dia terpaksa tertawa, "kalian mencari aku,
ada..."
"Lo-tai-kun menyuruhku memberitahu, Tiong-ta
Sianseng berada di An-lek-hou, bila ada waktu kau bisa
menengoknya!"
"Apakah kau boleh memanggil nama Tiong-ta Sian-seng
dengan sembarangan!" Tong Goat-go tertawa dan memarahi
Beng-cu.
Tiong Bok-lan malah merasa aneh, Lo-tai-kun sudah
bicara dengannya secara pribadi, tadi Siau Sam Kongcu sekali
lagi memberitahu kepadanya, dia tidak merasa terkejut247
sekarang Lo-tai-kun menyuruh Beng-cu memberitahunya
lagi, apa maksudnya?
"Aku akan ke sana bila ada waktu, masih ada hal
lainnya?"
"Lo-tai-kun menyuruhmu menjaga diri baik-baik, jangan
karena Ngo-siok sudah meninggal kau jadi terus-terusan
sedih!" Beng-cu berpikir lagi, "yang lainnya Lo-tai-kun sudah
menyampaikannya kepada Ji-Kim."
"Kata Lo-tai-kun, perempuan harus menjaga nama
baiknya, itu lebih penting dibandingkan nyawa, orang seperti
dirinya mulutnya tidak bisa diam, melihat laki-laki selalu
genit, nama keluarga Lam-kiong akan rusak di tangannya!"
kata Tong Goat-go.
Hati Tiong Bok-lan menjadi berat, Lo-tai-kun tidak akan
tanpa alasan mengatakan hal ini, dia sengaja menyampaikan
melalui Tong Goat-go, apakah Lo-tai-kun sudah tahu
keberadaan Siau Sam Kongcu?
"Apakah Ji-kim orang semacam itu?" Beng-cu bertanya
dengan aneh.
"Anak kecil jangan banyak bertanya tentang masalah
orang dewasa." Tong Goat-go menarik Beng-cu, "kembali
tidur!"
Beng-cu tidak bertanya lagi, dia pergi bersama Tong
Goat-go. Tinggal Tiong Bok-lan masih bengong di sana.
0-0-0
Akhirnya Seng Lo-ji menyerahkan catatan itu kepada Liu
Kun, di tengah perjalanan dia sudah membaca catatan itu, di
dalamnya tercatat tetek bengek masalah keluarga Lamkiong,248
seperti tanggal berapa bulan berapa sudah menyumbangkan
minyak kepada kuil, tidak ada yang penting.
Semua sudah ada dalam dugaannya, kalau penting mana
mungkin keluarga Lamkiong akan melepaskannya begitu
saja. Sebenarnya dia tidak ingin mengambil catatan itu, tapi
dia sudah berjanji
kepada Liu Kun, dia terpaksa menyerahkan catatan itu
Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepada Liu Kun, dia bertingkah seperti belum membaca dan
tidak tahu isi catatan itu.
Dugaannya setelah Liu Kun membaca catatan itu dia
pasti akan marah-marah, dia menyiapkan kata-kata apa saja
yang harus diucapkan tapi setelah Liu Kun membaca catatan
itu, dia hanya tertawa:
"Catatan ini tidak ada gunanya!"
Seng Lo-ji malah tidak tahu harus menjawab apa,
terpaksa berkata:
"Hamba pantas mati..
"Keluarga Lamkiong bukan keluarga biasa, kau bisa
masuk Ci-cu-goan dan mencuri benda ini, sampai bisa
membawanya keluar itu tidak gampang." Liu Kun tetap
tertawa, "kalau bukan karena kau salah berita, pasti mereka
sudah ada persiapan, hal yang penting tidak dicatat!"
Seng Lo-ji menundukkan kepala, menutupi perasaan
malunya.
"Malam ini kau pasti lelah, kembalilah ke kamarmu dan
tidurlah!" Liu Kun melayangkan tangan, "kalau ada perlu lagi
aku akan mencarimu!"
"Hamba mundur dulu..." Seng Lo-ji tergesa-gesa keluar.
Setelah melihat sosoknya hilang, wajah Liu Kun terlihat
marah, dia melempar buku catatan itu.249
Gagal membunuh Lu Tan, kali ini pulang tanpa hasil, dia
harus menilai kembali kekuatan Pak-to tapi dia tidak
membuat Seng Lo-ji malu, paling sedikit Seng Lo-ji masih ada
harga untuk dipakai.
0-0-0
Pagi hari datang kembali.
Su Yan-hong sudah berganti dengan baju untuk pergi ke
kerajaan, tapi dia pergi ke kamar Ih-lan terlebih dulu,
melihat putrinya masih tertidur lelap dia keluar lagi.
Tiong-ta Sianseng berada di luar kamar Ih-lan, melihat Su
Yan-hong keluar dia segera bertanya:
"Apakah aku harus ikut?"
"Tidak usah, di istana Liu Kun tidak akan berani macammacam." Dia melihat ke arah kamar dan tertawa, "hari ini
aku mohon Suhu bisa menjaga Ih-lan."
Di depan rumah tampak tandu sudah disiapkan, Su Cengcau dan Siau Sam Kongcu sudah menunggu.
"Tenanglah..." dari mata Su Yan-hong, Tiong-ta Sianseng
melihat dengan hati berat.
"Semalam Piau-ko terus berpesan agar jangan terlambat,
tapi kau sendiri datang paling terlambat!" Su Ceng-cau
berteriak.
"Aku lihat keadaan Lan-lan dulu!"
"Coba lihat, begitu tenang menjawab, ini bukan
perpisahan hidup dan mati..."
"Ceng-cau..." bentak Siau Sam Kongcu.
"Apakah aku salah bicara?" Su Ceng-cau tidak terima.
Siau Sam Kongcu hanya bisa menggelengkan kepala.250
"Apakah hadiah untuk Baginda sudah disiapkan?" tanya
Su Yan-hong.
"Celaka, aku lupa membawa jubah yang sudah disulam
gambar naga!" tiba-tiba Su Ceng-cau berteriak.
Su Yan-hong melihat Siau Sam Kongcu, dia hanya
tertawa, Yan-hong tahu dia tidak salah duga dan seperti
tidak menaruh di hati.
"Tidak apa-apa asal 1 kotak kue kau bawa."
Su Ceng-cau melihat Siau Sam Kongcu:
"Aku curiga sebenarnya yang menjadi muridmu itu aku
atau Piau-ko."
Siau Sam Kongcu hanya tertawa dan seperti tidak
sengaja menggerakkan tangan kanannya, tangan kiri
dimasukkan sesuatu ke dalam lengan baju kanannya.
Su Yan-hong segera mengerti, mengangguk.
Ketika mereka bertiga baru meninggalkan An-lek-hou,
tandu Tiong Bok-lan tiba di sana, terdengar teriakan bahwa
Ngo-hujin dari keluarga Lamkiong datang berkunjung. Tiongta Sianseng segera memper silahkan dia masuk ke dalam
ruangan. Dia menjadi tegang, walaupun dia mengaku telah
terbebas dari semua ikatan tapi sebenarnya tidak seperti itu,
Tiong Bok-lan adalah putri kesayangannya dan satu-satunya
keluarganya yang masih ada.
Dia jarang keluar dari kediaman Lamkiong, jarak memang
sangat jauh, sebenarnya dia sedikit menghindar.
Ayah dan putri bertemu, tentu saja Tiong-ta Sianseng
merasa senang sekaligus sedih, bicaranya pun gemetar:
"Bok-lan, ayo kemari biar ayah melihat keadaanmu,
apakah kau baik-baik saja?"251
Mata Bok-lan berkaca-kaca, dia mendekat dan
menyembah, Tiong-ta Sianseng segera memapahnya berdiri,
sambil melihat putrinya dia menggelengkan kepala:
"Kau lebih kurus dibanding dulu!"
"Ayah juga seperti itu... rambut dan janggut sudah
bertambah banyak putihnya!"
H A B I S
Bandung, 9 July 2010
Salam Hormat
(See Yan Tjin Djin)
Nb: mohon maaf buku aslinya berakhir sampai disini, akan di
lanjutkan setelah cerita lanjutannya sudah ada / di temukan.
Terima kasih.
Pustaka Koleksi : Bpk. Gunawan Aj.
Image Source : Koh Awie Dermawan
Firt Share in : Kolektor Ebook
Pringsewu 8 Desember 2018
17:16 PM
Cowok Manja Merantau 10 Playboy Dari Nanking Karya Batara Sayap Sayap Terkembang 31
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama