Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Ilmu Ulat Sutra 4

Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying Bagian 4


Akhirnya Pei-pei terbangun juga. Reaksi pertamanya
adalah menyembunyikan tubuhnya yang telanjang ke balik
selimut kemudian terlihat wajahnya menjadi merah.
Wan Fei-yang merasa kasihan tapi juga mencintainya, dia
menarik nafas:
"Mengapa harus menggunakan cara seperti ini?
Pei-pei diam-diam melirik Wan Fei-yang, dengan jujur
dan takut-takut dia menjawab:
"Aku tahu kau akan marah karena kelakuanku ini, tapi
aku juga tidak tahu mengapa induk serangga itu bisa
membuatmu menjadi seperti ini!"
"Induk serangga? Induk serangga apa?"
"Suhu yang memberikan kepadaku!" jawab Pei-pei
pelan-pelan, "menurut Suhu asal kau sudah makan induk272
serangga ini, kau tidak akan menyukai gadis lain, kau hanya
akan menyukaiku saja selamanya."
Wan Fei-yang terdiam, hatinya yang sudah tenang
kembali resah lagi. Dia tidak percaya tujuan Sat Kao hanya
sesederhana itu.
Pei-pei melihat Wan Fei-yang, dia menundukkan kepala:
"Suhu tidak berbohong padaku, kau benar.."
Kata-katanya tidak dilanjutkan, wajahnya bertambah
merah, kemudian dia masuk ke dalam pelukan Wan Feiyang.
Tubuh Wan Fei-yang mulai bergetar lagi, dia berusaha
menekan perasaannya yang bergejolak lalu bertanya:
"Sat Kao masih mengatakan apa lagi kepadamu?"
"Menurutnya, aku bisa menguasaimu dan bisa
membuatmu berada di sisiku selamanya dan selamanya
akan diam di daerah Biauw!"
Wan Fei-yang terpaku, sebelum membuka suara Pei-pei
sudah berkata lagi:
"Aku tidak akan melakukan hal seperti itu, terserah kau
akan pergi ke mana, asal aku bisa berada di sisimu, aku
sudah merasa puas!"
Wan Fei-yang hanya bertanya:
"Apakah induk serangga itu masih berada di dalam
tubuhku?"
"Betul! Tapi tenang saja, serangga itu tidak akan
melukaimu, aku tidak akan membiarkan induk serangga itu
melukaimu!"273
"Apakah kau benar-benar bisa menguasai induk serangga
itu?"
Pei-pei mengangguk:
"Menurut Suhu hal itu tidaklah sulit, asalkan aku meniup
cangkang kerang itu!"
Wan Fei-yang menarik nafas:
"Itu hanya kata-kata gurumu, tujuannya adalah
meminjam dirimu agar aku terus tinggal di daerah Biauw
ini."
Pei-pei menjawab ya.
Wan Fei-yang bertanya lagi:
"Mengapa dia tidak melakukan semuanya sendiri?"
"Hanya aku yang bisa mendekatimu, kalau dia muncul di
depanmu kau pasti akan bersikap waspada dan tidak akan
membiarkan dia men-dekatimu!"
"Karena itu dia memperalatmu, orang dari Mo-kauw
menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya!"
"Suhu tidak mempunyai tujuan tertentu, yang terpenting
dia hanya ingin membantuku saja dan tidak ingin aku
kehilangan dirimu," Pei-pei membela Sat Kao.
Wan Fei-yang menatap Pei-pei, melihat mata Pei-pei
yang bening dan jernih, dia tahu apa yang Pei-pei katakan
tadi semua adalah perkataan yang jujur. Dia sama sekali
tidak tahu apa yang Sat Kao rencanakan juga secara tidak
sengaja membela Sat Kao.274
Wan Fei-yang mengakui kalau Pei-pei adalah seorang
gadis polos. Lebih-lebih setelah melihat kekejian dan sifat
rendah Sat Kao.
Sebenarnya Sat Kao masih punya rencana busuk lainnya,
dia memperalat kekurangan Pei-pei, menipu perasaan
percaya Pei-pei kepadanya dan menaruh induk serangga ke
dalam tubuhnya.
Apakah induk serangga itu masih ada kegunaan lain?
Walaupun Wan Fei-yang tahu tapi kalau dipikir-pikir dia
tetap saja merinding.
Pei-pei mulai memperhatikan perubahan sikap Wan Feiyang, dia bertanya:
"Apa yang kau pikirkan?"
"Kalau kau benar-benar mencintaiku, usir induk serangga
itu keluar dari tubuhku!"
Pei-pei terpaku, lanjut Wan Fei-yang lagi: "Kalau kau
menganggap aku orang seperti yang gurumu katakan dan
ingin induk serangga itu terus tinggal di dalam tubuhku, aku
tidak bisa berbuat apa-apa juga tidak akan memaksamu!"
Pei-pei menggelengkan kepala:
"Sebenarnya aku tidak melarangmu menyukai gadis lain,
asalkan kau membiarkanku tinggal di sisimu, itu sudah cukup
bagiku!"
Dengan sikap tidak rela dia bangun dari sisi Wan Feiyang:
"Cangkang kerang itu berada di kantong dari kulit."275
Sorot mala Wan Fei-yang bergeser dari tubuh telanjang
Pei-pei:
"Kita pakai baju dulu..."
"Kau..." Pei-pei berkata dengan malu.
"Aku takut aku tidak bisa menahan diri lagi!" sambil
mengenakan baju dia berkata lagi, "aku juga khawatir Sat
Kao mempunyai rencana lain!"
Tiba-tiba Pei-pei bertanya:
"Apa wajahku buruk?"
"Kalau wajahmu buruk, aku tidak perlu merasa khawatir
"Bukankah karena pengaruh induk serangga itu?" tanya
Pei-pei.
"Kalau kau sendiri, bagaimana caramu mendekatiku?"
tanya Wan Fei-yang lagi.
Dengan senang dan malu-malu, Pei-pei mengenakan
bajunya. Setelah itu Wan Fei-yang bertanya:
"Apakah Sat Kao berada di sekitar sini?"
"Suhu berada di tempat sembahyang, tidak jauh juga
tidak dekat dari sini."
"Lebih baik dia tidak berada di daerah sini!"
"Kalau dia ada di sini, aku bisa tahu!"
"Luka dalamnya hampir sembuh, dengan ilmu silatnya
yang tinggi..."
"Kecuali ilmu guna-gunanya dimusnahkan, kalau tidak,
aku bisa tahu dia berada di sekitar sini!"
"Aku sebenarnya tidak percaya tapi aku percaya apa
yang kau katakan semua kenyataan sebenarnya!"276
Sampai sekarang dia percaya pada keanehan ilmu gunaguna hanya saja kalau digunakan pada jalan lurus, paling
sedikit ilmu guna-guna itu akan memberi kesan seperti itu.
Dari nada bicara Wan Fei-yang, Pei-pei tahu Wan feiyang tidak suka, dengan pelan dia bertanya:
"Kau marah?"
Wan Fei-yang menggelengkan kepala:
"Hal yang sudah terjadi untuk apa dibicarakan lagi?"
"Aku akan segera mengusir induk serangga itu dari dalam
tubuhmu!" dari dalam kantong dari kulit Pei-pei
mengeluarkan cangkang kerang.
Begitu Wan Fei-yang melihat cangkang kerang itu, dia
segera terpikir sesuatu, tangannya digerakan untuk
mencegah:
Tunggu dulu!"
"Ada apa?"
"Kau meniup cangkang kerang, bukankah sama dengan
memberi tahu kepada gurumu kalau induk serangga itu
sudah berhasil masuk ke dalam tubuhku?"
"Dia tidak akan mendengarnya..."
"Induk serangga itu dia sendiri yang memeliharanya, dia
pasti mempunyai cara tertentu untuk mengetahui keadaan
induk serangga ini!" dia memang tidak tahu banyak
bagaimana menaruh guna-guna, tapi dia tetap terpikir pada
cara itu.
Kata-kata ini membuat Pei-pei tersadar, dia tampak
berpikir sebentar baru berkata:277
"Sebelum dia datang, aku harus mengeluarkan induk
serangga itu dari dalam tubuhmu!"
"Aku yakin dia sudah terpikir akan hal ini, induk serangga
itu tidak akan gampang diusir keluar dari dalam tubuhku!"
"Induk serangga itu bisa kukuasai..."
"Itu siasatnya memancingmu supaya mau meletakkan
guna-guna itu, kalau dia tidak mengatakan hal seperti itu,
kau pasti akan memikirkan masalah lain," Wan Fei-yang
tertawa kecut.
"Soal memelihara serangga dan meletakkan guna-guna,
aku tidak mengerti sama sekali, tapi kalau dilakukan dengan
cara biasa, induk serangga akan lebih tunduk kepada orang
yang memelihara-nya!"
Pei-pei mengangguk dia mulai merasa khawatir dan
bertanya:
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Menurutku seperti yang biasa dilakukan orang
persilatan, menutup pintu untuk meningkatkan ilmu silat
untuk mengobati, tapi supaya aman dan tidak diganggu
orang luar, harus ada yang melindungi dan menjagaku."
"Kau akan mencari siapa?" tiba-tiba Pei-pei berteriak,
"Tong Ting!"
"Terpaksa kita harus mencari dia!"
"Aku..." Pei-pei ingin mengatakan sesuatu.
"Kau masih mengkhawatirkan apa lagi?"
Wajah Pei-pei menjadi merah:278
"Coba ke kamar sebelah apakah dia masih berada di
sana?"
"Bukankah dia ingin selalu bersamamu?'
"Seharusnya dia sudah muncul! Dia adalah pesilat ahli
senjata rahasia, mata dan telinganya lebih tajam dari orang
lain, mungkin dia sudah tahu kedatanganmu!"
"Mengapa dia mengijinkanku ada di sisimu?"
Wan Fei-yang hanya tertawa, Pei-pei segera teringat apa
yang terjadi kemarin malam. Wajahnya menjadi merah lagi.
Pei-pei dari awal sudah menyukainya. Satu-satunya yang
bisa dijelaskan mungkin karena mereka berjodoh.
Saat Pei-pei kabur beberapa hari, Wan Fei-yang merasa
kehilangan.
Tapi terkadang dia merasa kehilangan malah lebih baik.
Perubahan kali ini benar-benar di luar dugaannya, yang
paling tidak terduga adalah Pei-pei sudah menjadi istrinya.
Apa yang terjadi sudah terjadi, dia harus menanggung
akibatnya.
Perasaan ini membuatnya harus lebih berhati-hati dan
teliti, membuatnya harus lebih banyak berpikir. Memikirkan
hal sekarang juga masa yang akan datang.
Perasaan inin menjadi sebuah beban.
Perkiraan Wan Fei-yang tidak salah. Tong Ling sudah
tahu apa yang terjadi semalam antara dia dan Pei-pei, diamdiam dia pergi meninggalkan tempat itu. Walaupun dia
sudah menduganya sewaktu Pei-pei memberitahu tidak ada
Tong Ling di kamarnya, dia tetap merasa bengong.279
Kemudian dia melihat kertas di jendela kamarnya
berlubang, dia tertawa kecut. Dia tidak memberi tahu Pei-pei
karena Pei-pei akan merasa malu, dan tidak ada kebaikan
untuknya!
Dia juga bisa menebak Tong Ling tidak akan kembali lagi,
tidak ada orang yang akan melindunginya, dia juga merasa
khawatir di penginapan ini Pei-pei akan meniup cangkang
kerang.
Ingin mengeluarkan induk serangga dari dalam tubuhnya
dan mencari suatu tempat yang aman. Sat Kao berada di
sekitar sini, mereka harus pergi ke tempat yang jauh dari
sini.
Pei-pei sangat menurut kepada Wan Fei-yang, dia sudah
menjadi istri Wan Fei-yang maka semua harus mengikuti
kemauan Wan Fei-yang.
Setelah melihat jelas keadaan sekeliling penginapan dan
yakin tidak ada yang mengawasi mereka, dia pergi bersama
Pei-pei dari sana. Dia sangat yakin tidak ada yang mengawasi
mereka.
Mereka tidak salah, Sat Kao tidak menyuruh seseorang
mengawasi mereka. Wan Fei-yang adalah pesilat tangguh,
mata dan telinganya sangat peka, dia tidak melihat ada
orang yang patut dicurigai.
Sebenarnya Sat Kao tidak perlu harus menyuruh
seseorang mengawasi mereka, sebab induk serangga yang
berada di dalam tubuh Wan Fei-yang atau berada di tangan
Pei-pei bisa membuatnya mengetahui keberadaan mereka.280
Ulat itu dinamakan induk serangga, pasti lebih istimewa
dan lebih mengerti dibanding serangga lain, antara induk
serangga itu dan Sat Kao sudah terjadi hubungan yang erat.
Pei-pei dan Wan Fei-yang tahu Sat Kao adalah majikan
dari induk serangga itu tapi mereka tidak tahu ke mana
mereka harus pergi, induk serangga itu akan terus hidup dan
Sat Kao akan tahu keberadaan mereka. Pei-pei mengetahui
ilmu guna-guna tapi kemampuannya masih terbatas, kalau
tidak, mana mungkin dia akan begitu mudah tertipu.
Seseorang yang bersifat jujur terhadap ilmu hitam pasti
dari lahir sudah terbawa kebiasaan untuk menolak.
Walaupun gurunya akan mengajarkan dia sebanyak mungkin
tentang guna-guna, tapi murid yang jujur ini tidak akan bisa
belajar ilmu seperti ini dengan sempurna.
Seorang Suhu yang jahat akan tahu kejujuran muridnya
kalau tidak, dia tidak akan mengajarkan semua ilmu gunaguna itu kepada muridnya ini.
Kejahatan bisa ditutupi, kebaikan dan kejujur an sulit
untuk ditutupi, kecuali Sat Kao orang bodoh. Kalau tidak,
mana mungkin dia tidak tahu Pei-pei adalah gadis jujur dan
baik?
Justru dia tahu sangat jelas, maka kali ini dia memperalat
Pei-pei.


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang hari matahari siang terasa lembut seperti air, angin
gunung berhembus dengan sejuk. Dengan suasana seperti
ini berjalan di pegunungan, ini adalah hal yang seingat
nyaman.281
Sambil berjalan Pei-pei juga meloncat-loncat, terlihat dia
sangat polos. Wan Fei-yang benar-benar merasa dia sangat
beruntung dan ingin memeluk Pei-pei. Saat itu ada terdengar
genderang berbunyi.
Bunyi genderang terdengar lembut dan irama nya ringan,
menjadikan alunan sebuah musik yang enak didengar.
Suara itu bagi Wan Fei-yang dan Pei-pei adalah suara
yang membuat mereka resah dan menggetarkan hati
mereka. Pei-pei yang sedang meloncat loncat tadi segera
berhenti meloncat, dengan cepat dia masuk ke dalam
pelukan Wan Fei-yang. Wan Fei-yang dengan cepat
memeluknya, waktu itu dia merasa takut kalau sampai
kehilangan Pei-pei.
Pei-pei pun seperti itu, dengan cepat masuk ke dalam
pelukan Wan Fei-yang, tubuhnya terus bergetar.
Suara genderang seperti semakin dekat, mereka berdua
tidak memiliki perasaan yang lain.
"Suhu datang..."
Akhirnya Pei-pei berkata seperti itu.
"Dia benar-benar sudah melakukan persiapan" kata Wan
Fei-yang sambil menghembuskan nafas panjang, "apa arti
genderang itu?"
Pei-pei menggelengkan kepala:
"Ini pertama kalinya aku mendengar suara genderang
ini!"
"Biasa kalau dia memukul genderang dalam situasi
seperti apa?"282
Tidak banyak berpikir Pei-pei segera menjawab:
"Mengusir guna-guna..."
"Seperti tempo hari di dalam gua batu stalaktit itu?"
"Betul! Apakah kau merasa tidak nyaman?"
"Tidak!"
"Lalu untuk apa dia memukul genderang?"
"Apa kau tidak merasa suara genderang itu penuh
dengan nada gembira?"
Tapi aku tetap tidak mengerti!"
"Mungkin dia merasa sudah berhasil karena aku akan
jatuh ke tangannya!"
Ilmu silatmu berada di atasnya..."
"Jangan lupa dengan induk serangga itu!"
"Sekarang aku akan mengusir induk serangga yang di
dalam tubuhmu!" Pei-pei melepaskan diri dari pelukan Wan
Fei-yang. Dia segera mengeluarkan cangkang kerang itu.
"Aku rasa tidak perlu kau lakukan lagi!"
"Bukankah setelah kita pergi dari kota ini tujuannya
adalah mengusir induk serangga itu?"
"Jika dalam keadaan aman, tujuan kita meninggalkan
kota itu hanya untuk menjauhkan kita dari Sat Kao," kata
Wan Fei-yang.
"Sekarang kita bukan hanya tidak bisa terlepas dari Suhu,
kita malah semakin mendekati-nya!"
"Kita harus segera mengusir induk serangga dari dalam
tubuhmu, kita harus berusaha!" kata Pei-pei bersemangat.283
"Sifat asliku kalau tidak sampai terakhir tidak akan
menyerah, tapi entah mengapa kali ini aku merasa kurang
bersemangat untuk berjuang!" kata Wan Fei-yang.
"Apakah gara-gara aku yang mempengaruhi dan
memaksamu melakukan hal yang tidak kau sukai, aku juga
menekanmu untuk tunduk kepada guruku!"
"Seharusnya demi dirimu, aku harus berusaha, tapi..."
tapi dia tidak meneruskan, hanya duduk bersila untuk
mengatur nafas.
Setelah mengatur nafas, dia merasa tidak ada yang tidak
beres. Hanya saja dia merasa malas.
Setelah Wan Fei-yang menghembuskan nafas, Pei-pei
baru bertanya:
"Bagaimana? Apa ada yang tidak nyaman?"
"Aku merasa nyaman-nyaman saja, malah merasa ingin
tidur, aku melihat masalahnya di sini!"
"Apakah dulu kau seperti ini?"
"Aku tidak pernah mempunyai perasaan seperti ini
sebelumnya!"
"Kalau bukan karena induk serangga itu berarti itu
serangga itu bukan induk serangga yang paling beracun!"
"Mungkin itu serangga yang paling beracun sebab di
Kong-ciok-lim ada semacam Tho-hoa. Di luar terlihat sangat
bagus dan berwarna cerah..." kata-kata berikutnya segera
ditelannya kembali karena dia tidak mau Pei-pei khawatir.284
Tapi Pei-pei sudah mengerti, dia sedang melihat ke arah
di mana suara genderang itu berbunyi. Akhirnya dia duduk di
depan Wan Fei-yang dan meniup cangkang kerangnya.
Suara cangkang kerang bercampur dengan suara
genderang menjadikannya sebuah alunan musik yang sangat
indah.
Pei-pei tidak merasa apa-apa dia sepertinya tenggelam
dalam suasana itu. Suara cangkang kerang semakin cepat
dan semakin enak didengar.
Tiba-tiba Wan Fei-yang mulai waspada.
Saat baru mulai meniup cangkang kerang, dia
mempunyai perasaan aneh, di dalam tubuhnya seperti ada
sesuatu yang sedang bergerak-gerak dan merayap. Setelah
itu perasaan tadi menghilang, sebelum dia merasakan
perasaan itu berasal dari tubuh bagian mana perasaan itu
sudah hilang.
Wan Fei-yang sangat berhati-hati.
Semakin lama dia merasa dia seperti sedang bertamu di
daerah suku Biauw, dan orang-orang Biauw yang bersahabat
menyambut kedatanganya, di depannya mereka memainkan
musik.
Seharusnya semua itu adalah perasaan baik, tapi
sekarang dia malah merasa geli.
Dengan termangu dia menatap Pei-pei, dia merasa suara
cangkang kerang menyatu dengan suara genderang, berarti
dia sudah dikuasai oleh suara genderang.285
Tapi Wan Fei-yang tidak berkata sepatah kata pun
apalagi melarang, diam-diam dia mengatur nafas, tapi tidak
ada apa-apa yang bisa dia dapatkan.
Bersambung Jilid 2
Image Source : Koh Awie Dermawan
Firt Share in : Kolektor Ebook
Pringsewu 30 November 2018
13:23 PM12
Judul : KEMBALINYA ILMU ULAT SUTRA
Karangan : Huang Ying
Terjemahan : Liang Y L
Di edit/ sadur : Adhi H
Penerbit : Tunas Mandiri Jaya
Edisi Pertama : Juli 2010
I S B N / K D T : 978-979-1489-50-8
JILID KE DUA
Di larang mengutip, tokopi, memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit
HAK CIPTA DI LINDUNGI UNDANG-UNDANG3
KEMBALINYA
ILMU ULAT SUTRA
PERSEMBAHAN : SEE YAN TJIN DJI4
KEMBALINYA
ILMU ULAT SUTRA
JILID KE DUA
BAB 8
Suara genderang mulai melambat, Pei-pei meletakan
canggkang kerang. Sorot mata yang tadi terlihat seperti
bingung sekarang kembali bercahaya, dia seperti baru
terbangun dari mimpi dan seperti teringat sesuatu. Sorot
matanya melihat Wan Fei-yang, dengan cemas bertanya:
"Wan-toako, bagaimana perasaan mu?" "Alunan musik
dari cangkang kulit kerang tadi memang enak didengar!"
jawab Wan Fei-yang sambil tertawa kecut.
Pei-pei terpaku dan bertanya:
"Apakah induk serangganya sudah terusir keluar?" katakatanya belum Selesai dia sudah tertawa kecut, "tadi aku
sedang apa? Mengapa aku tidak ingat apa pun?"
"Kau terus meniup kulit kerang itu, awalnya aku merasa
kau sedang mengusir induk serangga tapi itu hanya awalnya
saja!" kata Wan Fei-yang.
"Setelah itu bagaimana perasaanmu?"5
"Suara kulit kerang itu bercampur dengan suara
genderang dan kalian sangat kompak menjadikannya sebuah
lagu yang sangat merdu, kalau tidak mendengar sendiri,
siapa pun tidak akan percaya dua alat itu bisa menghasilkan
suara begitu indah!"
"Aku sepenuh hati berniat mengusir induk serangga itu
dari tubuhmu!"
"Aku tidak sedang menertawaimu, sebenarnya suara
kulit kerang dengan suara tabuhan genderang tidak
mengembangkan reaksi apa pun!" kata Wan Fei-yang.
"Kalau begitu, sebaiknya kita tinggalkan tempat ini..."
"Walaupun tidak terganggu oleh suara genderang itu,
aku percaya suara kulit kerang tadi pun tidak ada gunanya!"
kata Wan Fei-yang lagi, "seperti soerang tabib, jika
mengobati orang sakit dan resepnya tidak tepat, tidak akan
ada gunanya."
Pei-pei melihat kulit kerang itu tiba-tiba dia berteriak:
"Wan-toako, cepat kita pergi dari sini!"
Dengan tenang Wan Fei-yang bicara lagi:
"Gurumu sudah datang!"
Pei-pei melihat ke depan, terlihat Sat Kao duduk di atas
sebuah batu besar. Dia memunggungi matahari, di depannya
banyak genderang baik besar maupun kecil juga berbentuk
aneh, tapi kedua tangannya memegang sebuah mangkok
hweesio berwarna hitam mengkilat. Entah mangkok itu
terbuat dari bahan apa. Dia tampak sedang tertawa.
Mungkin dengan memunggungi matahari jadi wajahnya
terlihat menyeramkan tapi penuh dengan tawa.
"Suhu!..." teriak Pei-pei.
"Hai muridku yang baik!" Sat Kao tertawa.
"Suhu, induk serangga itu..."6
"Aku tahu kau sudah berhasil memasukan-serangganya
ke dalam tubuh Wan Fei-yang, kalau tidak, aku tidak akan
sanggup mencari sampai kemari!" lalu mangkok yang ada di
tangannya dibalikkan ke arah Wan Fei-yang.
Di dalam mangkok itu berisi air bersih tapi air tidak
menetes keluar. Sewaktu dibalikkan mangkok itu
memantulkan cahaya matahari ke wajah Wan Fei-yang.
Waktu itu pun Wan Fei-yang merasa pusing, sebab dia
melihat di dalam air ada bayangannya dalam posisi terbalik,
juga ada seekor ulat sangat besar, seperti bergerak-gerak
juga sepertinya tidak. Seperti ada seperti tidak ada, tapi
begitu dilihat dengan teliti, di sana tidak ada apa-apa.
Mulut Sat Kao mengeluarkan kata-kata seperti membaca
mantera.
Tapi Wan Fei-yang tidak merasakan apa-apa, dia segera
bertanya:
"Apa maksudmu?"
Sat Kao mulai memutar mangkoknya:
"Aku akan memberi tahu nama benda ini!"
"Aku tidak mengerti!"
"Kau pasti tidak akan mengerti karena benda ini tidak
mempunyai istilah yang cocok, tapi aku bisa memberitahu
kegunaan benda ini padamu, ketahuilah benda ini sama
dengan Cu-yu-hoan-kong-sut, aturan pakainya pun aku yakin
hampir sama."
"Apa sih Cu-yu-hoan-kong-sut, aku tidak mengerti." (Ilmu
cahaya bulat).
"Itu adalah sebuah teknik dari Mo-kauw. Karena kau
pesilat dari aliran lurus, maka jika tidak mengerti itu pun
tidak aneh!" kata Sat Kao sambil tertawa, "karena aliran
lurus biasanya lebih keras kepala, aku yakin walaupun ini7
teknik dari Mo-kauw tapi kau pasti bisa mengenalinya, paling
sedikit tahu benda apa ini."
Wan Fei-yang mengangguk, kata-katanya memang
masuk akal, harus mengenal tekniknya dulu baru ada cara
untuk menghadapinya.
Sat Kao tertawa:
"Aku bisa tenang untuk masalah ini, kalau kau mengenal
Hoan-kong-sut (ilmu cahaya bulat) kau harus tahu kalau
teknik ini tidak berbahaya, hanya sebuah teknik untuk
mencari tahu keberadaan musuh!"
"Apakah karena induk serangga itu berada di dalam
tubuhku, maka dengan teknik ini kau bisa mengetahui
keberadaanku?"
"Tapi induk serangga ini bisa membantuku mencapai
tujuanku!" jawab Sat Kao.
"Sulit membuat orang percaya, tapi bukti sudah ada di
depan mata, mau tidak mau kau harus percaya!" kata Wan
Fei-yang.
Sat Kao mengangguk:
"Sebenarnya aku juga merasa ragu, sebab ini pertama
kalinya aku mempraktekkan teknik ini!"
"Oh ya!" tanggap Wan Fei-yang.
"Sampai tadi pagi, benda ini baru ada reaksinya,
sebelumnya aku sama sekali tidak merasa yakin benda ini
ada gunanya!" jelas Sat Kao.
Wan Fei-yang ingin mengatakan sesuatu tapi Sat Kao
sudah berkata lagi:
"Pesilat tangguh seperti kau jika induk serangga ingin
masuk ke dalam Leng-bo, pasti butuh waktu yang lama!"8
"Leng-bo?" untuk pertama kalinya Wan Fei-yang
mendengar istilah ini, melihat reaksi Pei-pei, dia juga seperti
pertama kali mendengar nama benda itu!
Sat Kao menjelaskan:
"Leng-bo, kalau diartikan dengan bahasa sederhana
adalah tempat rohmu berada!"
"Roh ada jika sudah meninggal..."
"Salah..." Sat Kao memotong kata-kata Wan Fei-yang.
"Roh orang yang sudah mati biasanya adalah roh setan,


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menurut orang-orang jika manusia akan mati dia akan
menjadi setan, maka disebut roh setan, roh adalah milik
semua orang hidup!"
"Apa yang kau katakan tadi aku tetap tidak mengerti!"
Sat Kao tertawa:
"Sebenarnya aku juga tidak begitu mengerti. Suhuku
mengajarkan kepadaku bahwa roh adalah benda penting
bagi seseorang, Leng-bo mengatur pikiran seseorang, jika
bisa menguasai Leng-bo seseorang berarti dia bisa mengatur
pikiran dan gerakan orang itu. Orang itu akan menjadi
seperti mayat hidup atau berlaku seperti sebuah boneka
idiot!"
Hati Wan Fei-yang menjadi dingin. Wajah Pei-pei pun
tampak terus berubah-rubah, bertanya:
"Suhu, mengapa sebelumnya kau tidak menjelaskannya
kepadaku?"
"Kalau Suhu menjelaskan semuanya kepadamu, apakah
kau mau membawa induk serangga itu mendekati Wan Feiyang?"
Pei-pei terpaku, Sat Kao menghembuskan nafas dan
berkata:9
"Sebenarnya Suhu juga harus menanggung resiko sangat
berbahaya!"
"Aku mengira induk serangga itu adalah tempat rohmu
dan Leng-bo mu!" kata Wan Fei-yang.
"Boleh dikatakan seperti itu, kalau kau tahu dan
menghancurkannya, mungkin aku akan mati, paling sedikit
akan menjadi orang idiot, tapi takut akan kematian lebih
besar dibandingkan rahasia yang terkandung, pasti aku tidak
akan menjelaskannya!"
"Tentunya kau harus berpikir semakin banyak aku tahu
maka ancaman terhadapmu akan semakin besar!"
Sat Kao tertawa lagi:
"Aku hanya memikirkan Pei-pei, sekarang bagiku kau
sudah bukan ancaman apa-apa lagi!"
Hati Wan Fei-yang serasa terus tenggelam, dia sudah
mengerti Sat Kao orang seperti apa. Jika tidak merasa yakin,
dia tidak akan muncul di depannya, satu kali gagal bagi
seorang Sat Kao sudah cukup. Yang pasti Sat Kao tahu
sampai di mana ilmu silatnya, tapi sekarang dia sama sekali
tidak menganggap keberadaannya, sama sekali tidak
menaruh di depan matanya.
Dari sini dapat diketahui sejauh mana kekuatan induk
serangga itu. Tentu saja Wan Fei-yang masih menaruh
curiga, paling sedikit sampai saat ini dia merasa ada yang
tidak nyaman!
Sat Kao melihat Pei-pei dan berkata:
"Dengan sifatnya yang jujur, sebenarnya aku tidak pantas
menerima dia menjadi muridku, tapi kalau tidak
menerimanya menjadi murid, belum tentu aku bisa
mendapatkan kepercayaan dari Beng To."10
"Beng To sangat berbakat, di antara sepuluh orang pun
belum tentu ada satu yang seperti dia berpihak pada Mokauw. Aku rela mengorbankan nyawaku untuk menjadikan
dia seorang pesilat tangguh, dia satu-satunya harapan dari
Mo-kauw."
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa!"
"Terima kasih!" kata Sat Kao, "Mo-kauw memang Mokauw tapi aturan kami sangat ketat. Satu hari menjadi guru,
harus benar-benar menjadi guru, jika aku yang menjadi guru
ingin menghancurkan muridnya, dia pun harus merelakan
nyawanya. Jika yang menjadi murid ingin menghancurkan
gurunya, keadaan pun akan sama seperti itu, mungkin kelak
Pei-pei akan berpikiran seperti itu. Keberhasilannya akan
semakin besar.
"Suhu, aku..."
"Sifatmu terlalu jujur, aku tahu benar, mana mungkin
aku bisa tenang!" Sat Kao menggelengkan kepala, "tapi
pengetahuanmu tentang ini tidak banyak, kau tidak bisa
membedakan mana yang baik atau jahat, kalau tidak, kau
tidak akan masuk Mo-kauw!"
"Mo-kauw baik-baik saja!" kata Pei-pei.
"Seperti saat kau belajar ilmu guna-guna, kau tidak
merasa bahwa ilmu guna-guna adalah ilmu yang jahat!"
"Aku tidak mengerti!"
"Semua orang tahu ilmu guna-guna adalah ilmu sesat,
tapi kau sendiri tidak tahu!"
Pei-pei tetap kebingungan.
Sat Kao berkata lagi:
"Belajar ilmu guna-guna, menaruh dan memelihara ulatulat, kecuali untuk mencelakakan orang, masih ada
kegunaan apa lagi?"11
"Mencelakakan orang?"
"Lebih detail lagi, boleh dikatakan ilmu ini untuk
memancing atau memaksa orang melakukan hal yang tidak
mau dia lakukan" Sat Kao terus menjelaskan.
Akhirnya Pei-pei mengerti, tiba-tiba Wan Fei-yang
menyela:
"Kata-kata ini seharusnya kau simpan dulu!"
"Kalau bisa terus kusimpan akan kusimpan mana
mungkin aku tidak akan terus menyimpannya?" terlihat Sat
Kao seperti terpaksa.
Wan Fei-yang baru mengerti:
"Karena aku..." hal yang terjadi berikutnya akan
membuat Pei-pei merasa muak, "maka sebelumnya kau
harus menjelaskan dulu, maka rasa muaknya akan
berkurang!"
Sat Kao menghembuskan nafas:
"Walau berkurang sedikit, itu lebih baik dibandingkan
bertambah!"
Wan Fei-yang harus mengaku apa yang Sat Kao katakan
masuk akal. Memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya
dia merasa bebannya bertambah berat lagi.
Ini bukan pertama kalinya dia mengalami bahaya sudah
beberapa kali dia mengalami ancaman kematian, paling
sedikit dia tahu bahaya seperti apa yang akan
menghadapinya dan dia akan mati karena apa, tapi kali ini
dia tidak tahu apa pun.
Dia juga tidak tahu induk serangga yang masuk ke dalam
tubuhnya seperti apa, dan di mana Leng-bo nya berada?
Dia tidak tahu apa-apa tentang ilmu guna-guna.
Ketidaktahuannya jadi semacam ketakutan.12
Tapi dalam situasi apa pun Wan Fei-yang tetap tenang,
sedangkan Pei-pei yang berdiri di sisinya tampak kalang
kabut, di mata Pei-pei gurunya sudah menjadi seorang yang
tidak dikenalnya.
Akhirnya dia mengerti jahatnya ilmu guna-guna.
Tiba-tiba Pei-pei berteriak:
"Aku tidak akan mengijinkanmu melukai Wan-toako."
Sat Kao menggelengkan kepala:
"Tidak ada seorang pun yang ingin secara sengaja
melukainya, yang penting harus melihat dia mau bekerja
sama dengan kita atau tidak?"
"Aku tidak mau tahu, aku ingin kau melepaskan dia
sekarang juga!"
"Kalau kalimat ini diucapkan Beng To, mungkin aku akan
berpikir-pikir, tapi Beng To tidak akan berkata seperti ini!"
kata Sat Kao.
Pei-pei mengeluarkan kulit kerangnya lagi, Sat Kao
melihat itu, dia menggelengkan kepala:
"Pasti akan menjadi kacau, apakah kau lupa kalau benda
ini tidak berpengaruh terhadap induk serangga yang berada
di dalam tubuhnya!"
Pei-pei terpaku.
Sat Kao berkata lagi:
"Aku akan memberikan satu kesempatan lagi kepadanya,
kesempatan terakhir, hanya dia..."
"Bagaimana?" Pei-pei terburu-buru menyela.
Sat Kao melihat Wan Fei-yang:
"Menjadi murid Mo-kauw."
Wan Fei-yang tertawa:
"Jika Mo-kauw telah punya murid seperti aku, apakah
tidak akan peduli pada hidup atau matinya Beng To lagi?"13
"Mo-kauw tidak akan melepaskan orang berbakat seperti
Beng To, dia juga tidak akan mati, tanpa kekuatanmu pun dia
akan sembuh, hanya butuh waktu yang lama!"
"Ilmu yang kau katakan didapatkan dari hasil Ih-hoa-ciapbok, tentu saja melalui cara ini pula bisa menambah tenaga
dalamnya!"
"Tentu saja! Ada kau yang membantu, ingin mencari
orang seperti itu sangat gampang seperti membalikkan
telapak tangan."
"Apakah kau yakin aku akan menepati janji?" tanya Wan
Fei-yang.
"Selama aku masih hidup, suatu hari kau akan menurut,
jika aku mati, walaupun kau mengkhianati Mo-kauw, orangorang dunia persilatan aliran lurus tidak akan menerimamu
lagi karena sudah menjadi anggota Mo-kauw!"
"Aku tidak mengerti apa maksudmu?"
"Aku juga tidak mengerti!" kata Pei-pei.
"Induk serangga itu adalah jaminan paling bagus! Jika
serangga itu masih berada di dalam tubuhku, asal aku
mengkhianati Mo-kauw, dia akan berulah di dalam
tubuhku," kata Wan Fei-yang sambil tertawa, "jika aku
masuk Mo-kauw, walau pun aku tidak melakukan kejahatan
tapi aliran lurus di Tionggoan tidak akan memaafkanku!"
"Mereka harus mengerti kesulitanmu!"
"Tidak mungkin, sekarang sudah ada yang terluka karena
ilmu seperti Thian-can-sin-kang, aku sudah menjadi
tersangka dan sulit untuk menjelaskan!"
"Mereka dari perkumpulan lurus, mengapa mereka tidak
percaya kepada mu?"
Wan Fei-yang tertawa kecut:14
"Sikap perkumpulan lurus di dunia persilatan benarbenar tidak kumengerti, malah sikap Mo-kauw lebih cepat
kumengerti."
Mo-kauw selalu mempunyai tujuan sangat jelas,
sedangkan perkumpulan lurus selalu menutup diri dan
bersembunyi, Wan Fei-yang bukan sekali dua kali salah
paham, hanya saja dia tidak patah semangat, selalu
berusaha menjelaskan dan sangat beruntung, setiap kali bisa
membereskan semuanya.
Tentu saja ada yang berkorban nyawa walau pun
sebenarnya tidak perlu, maka setiap kali setelah ada
kejadian itu, dia merasa lelah juga tidak bisa berbuat apaapa. Sampai sekarang dia sangat tahu jadi orang baik sulit
dilakonkan, tapi dia tetap berusaha menjadi orang baik,
karena orang yang dia temui banyak yang baik dia tidak tega
melihat orang baik disiksa sampai mati.
Pei-pei tidak bisa melihat kebaikan hati Wan Fei-yang
juga tidak mengerti seperti apa perasaannya.
Terhadap Wan Fei-yang dia kurang mengenal, dia hanya
tahu Wan Fei-yang adalah orang yang baik, di mana dia bisa
menitipkan diri seumur hidup kepada Wan Fei-yang, karena
itu Pei-pei tidak ingin Wan Fei-yang sampai terluka. Apa lagi
karena dirinya induk serangga itu bisa masuk ke dalam tubuh
Wan Fei-yang.
Pei-pei menghadang di depan Wan Fei-yang, dia tidak
tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, juga tidak tahu
apa yang akan terjadi nanti, yang dia ketahui dan siap
melakukannya adalah dia akan melindungi Wan Fei-yang
dengan nyawanya.15
Wan Fei-yang mengerti isi hati Pei-pei, kecuali merasa
berterima kasih, semangat juangnya pun sangat tinggi. Dia
memang sangat percaya diri pada kemampuan ilmu silatnya,
dia pun kurang yakin apakah ilmu guna-guna Sat Kao begitu
lihai?
Dia siap bertarung, apakah dengan tenaga dalam atau
dengan ilmu silatnya, dia tidak bisa menyalahkan Sat Kao.
Bersamaan waktu tenaga dalamnya mulai terkumpul,
bajunya bergerak-gerak seperti tertiup angin tapi tidak
terasa ada hembusan angin, begitu mengenainya dia akan
keluar menyerang.
Sat Kao melihat semua gerakannya tiba-tiba dia
menggelengkan kepala:
"Kau sudah tidak mempunyai kesempatan sedikit pun."
"Tapi aku tetap harus berjuang!" tangan kanan Wan Feiyang diangkat ke arah Sat Kao.
Pei-pei melihat Wan Fei-yang juga melihat Sat Kao, dia
menjadi kebingungan.
Akhirnya Sat Kao berdiri di atas batu, tubuhnya pendek
tapi begitu berdiri di atas batu terlihat sangat tinggi juga
besar.
Paling sedikit Wan Fei-yang dan Pei-pei memiliki
perasaan seperti itu.
Terlihat Sat Kao mempunyai perasaan seperti berada di
awang-awang, dia menunjuk Wan Fei-yang:
"Aku akan memberi waktu lagi untukmu berpikir!"
"Tidak perlu!" baju Wan Fei-yang tetap berkibar dia
seperti sedang menari, lalu menyerang Sat Kao. Sat Kao
membentak, bentakannya terdiri dari 2 suku kata, kata
depannya rendah kata belakangnya tinggi, sangat kuat dan
berwibawa.16
Begitu mendengar suara bentakan ini tubuh Wan Feiyang berhenti di tengah-tengah udara. Reaksi nya benarbenar di luar dugaannya, sikapnya jadi berbeda, hatinya
merasa terkejutnya dan takut.
Sat Kao membentak lagi, tangannya diayunkan dan
telapaknya dibalik. Bersamaan waktu Wan Fei-yang jadi
bersalto di tengah udara, kemudian kedua kakinya menapak
turun, dia tampak tenang. Kalau tidak melihat gerakan Sat
Kao, hanya melihat Wan Fei-yang, sulit melihat apa yang
tidak benar telah terjadi.
Sat Kao membalikkan tangannya lagi, kedua kaki Wan
Fei-yang yang baru menginjak tanah,
langsung mengikuti gerakan Sat Kao terbang ke atas,
seperti anak panah yang dilepaskan ke atas.
Kecepatan dan ketinggiannya benar-benar di luar
dugaan. Hal ini membuat Pei-pei terkejut hingga berteriak,


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sat Kao pun merasa terkejut, dan tampak tertegun.
Waktu itu Wan Fei-yang tiba-tiba berhenti di tengah
udara, kemudian dia seperti terlempar keluar.
Dulu semua gerakannya terlihat indah, tapi sekarang
terlihat begitu lamban dan canggung. Seperti orang bodoh
yang jatuh dari tempat tinggi.
Karena pikirannya sudah menghilang maka dia tidak
takut jika sampai jatuh terbanting. Sekarang ekspresi Wan
Fei-yang seperti itu.
Ilmu silat dan tenaga dalam Wan Fei-yang memang
tinggi, tapi kalau terbanting dari ketinggian seperti itu tetap
akan membuatnya cedera. Pei-pei berteriak terkejut dan
berlari menyambut Wan Fei-yang yang terbanting.
Waktu itu tangan Sat Kao melayang lagi, tubuh Wan Feiyang yang terjatuh tiba-tiba berputar, gerakannya seperti17
orang tolol menjadi lincah lagi, dia berputar di udara seperti
sebuah kincir angin, segera terjatuh di sisi Pei-pei.
"Wan-toako..." Pei-pei memegang pundak Wan Fei-yang.
Wan Fei-yang tidak bereaksi apa pun, tapi ekspresinya
seperti sedang tertawa juga seperti tidak, Pei-pei dengan
cepat melihat Sat Kao.
Waktu itu ekspresi Sat Kao pun seperti itu seperti
tertawa juga seperti tidak!
Pei-pei bengong, Sat Kao segera berkata:
"Dari luar Wan Fei-yang tidak terjadi perubahan, tapi
rohnya sudah kuambil, dia sudah menjadi orang yang tidak
mempunyai pikiran dan kosong, gerakannya semua sesuai
dengan keinginanku."
Dengan bingung Pei-pei melihat Sat Kao, Sat Kao berkata
lagi:
"Seperti bermain sulap, sebenarnya sulit untuk
dijelaskan, seperti ilmu Bi-cong, It-bi-tay-hoat. Seperti di
Tionggoan, keluarga Lamkiong mempunyai Se-sim-sut (Ilmu
menyerap hati), hanya saja ilmu ini berada d atas ilmu
mereka yang harus menggunakan obat-obatan, atau dengan
tusuk jarum, juga gampang terganggu oleh situasi yang
terjadi di sekelilingnya, menghadapi orang yang disesatkan
kita harus lebih memperhatikan dengan hati-hati, kalau
tidak, dia akan terlepas kontrolnya malah bisa membuat
celaka. Tapi teknik ini adalah mati, orang yang disesatkan
dan orang yang sesat tidak ada kontak, tidak seperti teknik
milikku, tidak perlu meminjam benda apa pun, tapi hanya
berkomunikasi dengan induk serangga itu, asal jarak tidak
terlalu jauh.
"Apakah jika terlalu jauh tidak akan bisa dikuasai?" tanya
Pei-pei.18
Sat Kao mengangguk:
"Tentu saja, tapi mulai sekarang aku tidak akan jauh
darinya!"
Pei-pei mencengkeram erat tangan Wan Fei-yang, Sat
Kao melihat itu dan tertawa.
"Ke mana kau akan membawanya?"
Pei-pei tidak bersuara, Sat Kao tertawa dan menarik
nafas:
"Walaupun kau berkeinginan seperti itu tapi bukan
sekarang, lukaku memang belum sembuh, dengan
kemampuan ilmu silatmu kau masih belum sanggup
melawanku, aku bisa mengatur dan menguasai Wan Feiyang, dia tidak akan membantumu, malah akan
membantuku!"
"Aku tidak akan bertarung dengan Suhu!" kata Pei-pei,
"aku juga berharap Suhu jangan berbuat kejahatan."
"Ini bukan kejahatan, ini menyangkut masa depan
kakakmu juga masa depan kalian suku bangsa Biauw!"
"Apakah tidak ada cara lain?"
"Ada, tapi sudah tidak ada waktu lagi, rahasia ini sudah
tidak bisa ditutupi lagi. Para pesilat Tionggoan sudah tahu
apa yang terjadi dari mulut Tong Ling, mereka akan sangat
berhati-hati dan waspada, mungkin saja mereka akan
menyerang kita dulu!" Sat Kao melangkah.
Tidak perlu dipesan Wan Fei-yang secara otomatis
mengikuti Sat Kao dari belakang. Pei-pei yang masih
mencengkeram pundak Wan Fei-yang terbawa oleh Wan Feiyang, dengan cepat dia melepaskan tangannya dan
mengejar Wan Fei-yang sambil memanggil:
"Suhu..."
Tapi Sat Kao tidak menoleh malah berkata:19
"Aku sudah memberitahumu, ilmu guna-guna itu sangat
aneh, kalau sudah dimulai sulit untuk dihentikan di tengah
jalan, kecuali guna-guna yang ditabur oleh orang itu, dia bisa
menguasai semuanya!"
"Apakah Suhu tidak bisa menguasai induk serangga itu?"
tanya Pei-pei dengan aneh.
"Kalau tidak, aku tidak butuh bantuanmu memisahkan
induk serangga itu dariku, itu pun aku tidak sanggup
melakukannya!"
"Bukankah sekarang kau sudah berada di sekitar induk
serangga itu, dan induk serangga itu dengan gampang
kembali ke tanganmu?"
Dengan cepat dia mengeluarkan kotak giok yang tadinya
memang untuk wadah induk serangga itu. Sat Kao
mengambilnya dan tertawa:
"Dari pada diam di dalam kotak ini, lebih nyaman kalau
diam di dalam tubuh manusia!"
Pei-pei bengong melihat Sat Kao.
"Sekarang kecuali aku menginginkan induk serangga itu
masuk ke dalam tubuhku dia akan melakukannya, kalau
tidak, induk serangga itu tidak akan mau keluar dari dalam
tubuh Wan Fei-yang."
"Tapi aku tidak berani mengambil resiko, terlalu
bahaya!" kata Sat Kao menggelengkan kepala.
"Mengapa berbahaya?" tanya Pei-pei.
"Karena induk serangga itu tidak merasa ragu-ragu
sedikit pun, dia merasa nyaman berada di dalam tubuh Wan
Fei-yang. Dipelihara dari awal sampai sekarang belum
pernah aku merasa dia begitu tenang, dia senang tinggal di
dalam tubuh Wan Fei-yang. Kalau aku memaksanya keluar,20
jika keadaannya tidak senyaman di dalam tubuh Wan Feiyang, apa akibat selanjutnya?"
"Bukankah kau bilang induk serangga itu adalah Leng-bo
milikmu. Seharusnya dia lebih merasa nyaman tinggal di
dalam tubuhmu!" kata Pei-pei.
"Apakah benar seperti itu, aku tidak merasa yakin dan
aku juga tidak tahu jika induk serangga itu berada di dalam
tubuhku, apa yang akan terjadi nantinya. Semua orang ingin
tahu, aku pun tidak terkecuali, tapi aku tetap harus bisa
menekan keinginanku ini demi masa depan Mo-kauw,
keinginan pribadi harus ditekan!" kata Sat Kao.
Pei-pei mendengar semua penjelasan itu dengan
bengong, sekarang dia baru mengerti induk serangga itu
bukan induk serangga milik Sat Kao dan celakanya Sat Kao
juga merasa sedikit takut kepada induk serangga itu. Induk
serangga itu sangat lihai, jika ingin dikeluarkan dari dalam
tubuh Wan Fei-yang, pastinya Pei-pei pun tidak akan
sanggup.
Jika Sat Kao tidak berani melakukannya siapa lagi yang
berani melakukan itu? Pei-pei benar-benar bingung.
Dia tahu Sat Kao memang bukan orang Biauw, tapi ilmu
guna-guna yang ada di suku Biauw, dikuasainya dengan
sangat baik.
Karena itu Sat Kao mempunyai kedudukan seperti
sekarang ini.
Ilmu guna-guna Sat Kao memang berada di atas ilmu
para dukun yang ada di daerah Biauw, sebab sebelum masuk
ke daerah Biauw, dia adalah pesilat tangguh yang sangat
jarang dari Mo-kauw. Ilmu lweekang dan ilmu gwakangnya
sama kuat.21
Dari buku-buku rahasia dari Mo-kauw, dia tahu pernah
ada tetua Mo-kauw yang berlatih ilmu silat di perbatasan
suku Biauw. dia tidak tahu apakah tetua ini berhasil atau
tidak? Dia sudah berada di puncak dan tidak ada penerus,
maka dia mengambil keputusan pergi ke daerah Biauw untuk
mengadu nasib.
Sat Kao adalah seorang pesilat tangguh, ilmu lweekang
dan ilmu gwakangnya sangat tinggi, dia sangat berbakat.
Kalau kemampuannya tidak berada di atas dukun-dukun
suku Biauw, itu baru aneh, apa lagi sebelumnya sudah ada
seorang tetua Mo-kauw yang berhasil di daerah suku Biauw.
Tapi dia tetap mencari penerusnya dan Beng To adalah
orang yang sangat cocok, walaupun dia kalah dari Wan Feiyang hingga membuat Beng To putus asa. Tapi paling sedikit
induk serangga itu sudah berada di dalam tubuh Wan Feiyang, sehingga dia sanggup menguasai Wan Fei-yang. Karena
itu dia mulai merasa bersemangat hanya saja tidak merasa
gembira.
Pengorbanannya terlalu besar, walaupun dia siap
mengorbankan segalanya tapi jika dia ingin menanggung
beban berat seumur hidupnya, dia merasa sangat pusing
juga repot.
Beban berat itu tidak lain adalah Wan Fei-yang.
Sebab induk serangganya berada di dalam tubuh Wan
Fei-yang, maka Wan Fei-yang menjadi sebagian dari
nyawanya.
Induk serangga itu adalah Leng-bo nya, jika induk
serangga itu diserang dan terluka, itu sama seperti
menyerangnya dan terluka, semua itu tidak ada bedanya.
Memang dia tidak tahu kalau induk serangga itu terbunuh
dampaknya sebesar apa tapi dia tetap tidak berani mencoba.22
Yang paling celaka adalah dari informasi yang diberikan
oleh induk serangga itu, serangga itu senang berada di
dalam tubuh Wan Fei-yang dan dia sangat berbahagia di
dalam sana.
Dia pernah memberi perintah agar induk serangga itu
meninggalkan Leng-bo nya Wan Fei-yang, dia malah
mendapat penolakan berarti kecuali dia mengalami bahaya
dan mengganggu keselamatan induk serangga itu, sehingga
induk serangga harus keluar untuk menolong dia, kalau
tidak, induk serangga tidak akan mau terlepas dari tubuh
Wan Fei-yang.
Kalau Wan Fei-yang diserang dan nyawanya terancam,
induk serangga itu akan ikut terganggu, dia akan menolong,
kalau tidak induk serangga itu pun akan terancam.
Keadaan seperti ini benar-benar di luar perhitungan Sat
Kao, membuatnya merasa serba salah, menangis salah
tertawa pun salah, yang pasti dia tidak akan langsung
menjelaskan kepada Pei-pei, tapi terkadang sengaja atau
tanpa sengaja sering dibocorkan.
Pei-pei tidak tahu banyak mengenai ilmu guna-guna
maka dia tidak mengerti maksud Sat Kao, dia hanya
menasihati Sat Kao supaya melepaskan Wan Fei-yang dan
menarik kembali induk serangga itu.
Sat Kao mengerti isi hati Pei-pei, dia hanya menarik nafas
lalu berkata:
"Aku jamin jika aku masih hidup, Wan Fei-yang tidak
akan mengalami bahaya, kalau tidak, aku sendiri pun akan
sulit menjaga diri, terpaksa harus melihat perubahan
darinya."
Pei-pei mendengar dan melihat dengan bengong, tanpa
bicara sepatah kata pun dia berjalan di belakang Sat Kao.23
Tiba-tiba Sat Kao menyanyi, Pei-pei belum pernah
mendengar lagu ini, dia juga tidak mengerti isi lagu ini, dia
hanya merasa lagu yang dinyanyikan Sat Kao penuh dengan
kesedihan dan tidak berdaya.
Sebenarnya Sat Kao juga merasa jiwanya seperti
berkobar.
Wan Fei-yang terus berjalan diiringi lagu itu, dia berjalan
di belakang Sat Kao, wajahnya tidak ada ekpresi.
Setelah berjalan beberapa jauh Pei-pei tidak tahu lagu itu
terus diulang-ulang oleh Sat Kao, nyanyiannya semakin
rendah, terdengar oleh Pei-pei seperti sedang melafalkan
mantera.
Akhirnya lagu pun berhenti, Sat Kao berjalan di tengah
jalan, langkah Wan Fei-yang masih tetap sama seperti dia
begitu pun dengan jaraknya masih seperti awal, sikapnya
tidak berubah.
Akhirnya nyanyian itu berhenti, Pei-pei tetap
memperhatikan Wan Fei-yang dan berteriak:
"Suhu! Paling sedikit kau harus membuatnya seperti
dirinya yang dulu!"
"Maksudmu, dia harus mempunyai pikiran, perasaan,
dan reaksi milik dirinya yang dulu?"
"Sekarang dia benar-benar seperti orang lain yang tidak
kukenal!" kata Pei-pei.
"Dari sudut tertentu memang seperti itu!" kata Sat Kao,
"apakah keadaan seperti itu tidak baik?"
"Sekarang aku mengerti seperti apa keadaannya!" Peipei berkata pelan-pelan.
"Kalau dia memberitahumu, dia akan sangat sedih,
bukankah kau juga akan ikut sedih?" tanya Sat Kao.24
"Sebesar apa pun kesedihannya itu lebih baik dari pada
tidak tahu apa-apa!" Pei-pei melihat Wan Fei-yang, "aku kira
dia pun akan berpikir seperti itu!"
Cahaya matahari menyinari wajah Wan Fei-yang, tidak
ada perubahan di wajah Wan Fei-yang tidak ada pantulan
cahaya hidup, seperti sinar matahari yang menyinari batu
atau kayu.
"Kalau dia sadar, dia akan memberontak, tidak baik bagi
semua orang!" jelas Sat Kao.
"Kadang-kadang ada sebagian masalah tidak sanggup
aku kuasai!" Sat Kao tertawa, "apakah kau kira aku tidak
ingin melihat ekspresi di wajahnya?"
"Kau pasti mempunyai caranya!" seru Pei-pei.
"Untuk apa aku berbohong kepadamu, itu sama sekali
tidak perlu, induk serangga itu sudah mengambil alih Lengbonya, berarti serangga itu menjadi penguasa Wan Fei-yang,
dia hanya serangga, apakah kau menaruh harapan besar
kepadanya?"
"Maksudmu, kali ini benar-benar sudah tidak ada
harapan lagi?" Pei-pei berkata dengan kecewa.
Sat Kao hanya tertawa, Pei-pei berkata lagi:


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kecuali kalau aku membunuhmu!"
Sorot mata Sat Kao tampak bercahaya:
"Itu memang satu-satunya cara untuk mengatasi
masalah ini, tapi aku yakin kau tidak akan sanggup
melakukan hal seperti itu!"
Dia masih terus berjalan Pei-pei menangis sejadi-jadinya,
akhirnya dia ambruk ke bawah.
Dengan penuh rasa kasihan Sat Kao menatapnya, tapi dia
masih terus melangkah, tidak menoleh ke belakang lagi.25
Nyanyian aneh itu terdengar lagi, perasaan tidak berdaya
terasa lebih kental lagi.
Pei-pei menangis bercampur dengan nyanyian itu,
seperti tidak mendengar lagu itu, sampai nyanyian itu sudah
menjauh dan mulai menghilang, Pei-pei masih menangis.
Dia benar-benar sedih.
Sat Kao mengira Pei-pei akan menyusulnya, tapi setelah
berjalan lama dia tidak melihat ada jejak Pei-pei.
Dia tidak merasa aneh, dia bisa melihat dan merasakan
kesedihan Pei-pei, dia juga merasa Pei-pei tidak mempunyai
akal dan sangat putus asa, dia tidak mau menyusul Sat Kao
karena tidak tega melihat keadaan Wan Fei-yang.
Pei-pei bersifat jujur dan baik, dia juga sangat
menghormati gurunya, tapi gara-gara berhubungan dengan
Wan Fei-yang, dia mulai tidak menyukai gurunya, bagi
gurunya memulihkan ilmu silat Beng To lebih penting dan
menjadikan Beng To seperti iblis, itu adalah cita-cita
gurunya.
Sat Kao mengira tidak ada orang yang sanggup merebut
Wan Fei-yang dari tangannya, walau pun luka dalamnya
belum pulih, Wan Fei-yang bisa melindunginya dengan baik.
Induk serangga itu membuatnya bisa menguasai Wan
Fei-yang, dia bisa memperalat Wan Fei-yang untuk
melakukan apa pun demi Mo-kauw, tapi jika orang dunia
persilatan melihatnya, mereka akan mentertawakan Mokauw, hal ini bukan hal yang bisa membuat mereka bangga.
Sebab orang-orang Tionggoan mempunyai alasan dan
akan bersama-sama menyerangnya, dan di antara orangorang Tionggoan itu pasti akan ada yang yang mengerti ilmu
hitam, mereka akan menghancurkan ilmu dukun miliknya.26
Banyak hal yang harus dipertimbangkan, tapi yang
penting dia harus bisa memindahkan Thian-can-sin-kang
milik Wan Fei-yang ke dalam tubuh Beng To sehingga dia
bisa pulih dan ilmu silatnya maju pesat melebihi Wan Feiyang.
Ilmu silat Wan Fei-yang sekarang nomor satu di dunia
persilatan Tionggoan, jika Beng To menggantikan posisinya
dia bisa menguasai dunia persilatan Tionggoan dengan
gampang seperti membalikkan telapak tangan.
Beng To adalah murid Mo-kauw, jika Beng To menguasai
Tionggoan, berarti Mo-kauw lah yang akan menguasai dunia
persilatan Tionggoan, dia yang menjadi gurunya akan
merasa bangga, murid-murid Mo-kauw akan menyerang
Tionggoan, tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa lagi,
mereka akan berjaya.
Terpikir akan hal ini, darah Sat Kao mulai bergejolak,
nada dalam lagu itu yang tadinya sedih berubah menjadi
bersemangat.
Wan Fei-yang yang ikut di belakangnya tetap tidak
berekspresi apa pun, sebenarnya dia tidak memiliki perasaan
apa-apa, sekarang jika ada musuh yang lewat dan
menyerangnya, dia pasti tidak bisa menghindarinya.
Tapi jika dia roboh, akan mengganggu keselamatan induk
serangga itu, dan ada kaitannya dengan Sat Kao.
Hal inilah yang paling dikhawatirkan oleh Sat Kao, maka
dia mengambil keputusan jika ilmu lweekang Wan Fei-yang
sudah di sedot ke dalam tubuh Beng To dengan Ih-hoa-ciapbok, dia akan mengurung Wan Fei-yang di tempat terpencil
dan rahasia, sampai jiwanya berakhir.27
Kecuali kalau dia bisa mendapatkan cara aman dan
memancing induk serangga itu keluar dari dalam tubuh Wan
Fei-yang, waktu itu Wan Fei-yang lah yang harus mati.
Setelah induk serangga berada di dalam tubuh Wan Feiyang, Sat Kao bisa mengatur nasib Wan Fei-yang.
Tapi Sat Kao hanya manusia bukan dewa, seseorang jika
ingin menguasai nasib orang lain, itu bukan hal gampang.
Induk serangga yang sudah dipeliharanya selama
bertahun-tahun pun tidak sanggup dikuasai olehnya, malah
dia yang dikuasai oleh induk serangga itu, karena takut induk
serangga itu tidak senang, dengan terpaksa dia harus
mengurus Wan Fei-yang secara hati-hati, dia tidak lupa akan
hal ini.
Jika seseorang ingin berpikir tenang bukan hal yang
gampang, walau pun bisa sering menyimpang, semua
menyangkut pengalaman, kepintaran, dan...
Pei-pei tidak mengejar mereka, dia mengerti apa tujuan
Sat Kao sebenarnya, dia juga melihat tekad Sat Kao dengan
sangat jelas, jika hanya dia seorang tidak akan bisa
mengalahkan Sat Kao, tidak akan bisa merebut Wan Fei-yang
dari tangan Sat Kao.
Jika menculik Wan Fei-yang itu sama tidak mungkin,
sebab induk serangga yang berada di dalam tubuh Wan Feiyang mempunyai kontak batin dengan Sat Kao, begitu Wan
Fei-yang bergerak Sat Kao akan tahu.
Dengan pengalaman hidupnya yang sangat minim, Peipei jadi bingung, bagaimana caranya agar dia bisa menculik
Wan Fei-yang, mungkin Sat Kao sudah tahu lebih dulu
sebelum dia mendekati Wan Fei-yang.28
Setelah menangis pikirannya malah terasa tenang dan
bisa berpikir lebih jernih, setelah berpikir dengan teliti, dia
mengambil keputusan akan menculik Wan Fei-yang.
Kemudian dia teringat pada Tong Ling.
Pei-pei mengambil keputusan untuk kembali ke
penginapan di mana kemarin mereka menginap, asal tahu
Tong Ling singgah di mana, Pei-pei bisa mencarinya.
Dia masuk penginapan di mana Tong Ling menginap
kemarin, dan melewati kamar itu.
Mengingat semalam dia bercinta dengan Wan Fei-yang
di sebelah kamarnya, hati Pei-pei seperti diiris-iris pisau,
dengan susah payah baru dia bisa berkonsentrasi dan
mencari sesuatu di kamar Tong Ling, akhirnya di bawah
bantal dia mendapatkan beberapa helai rambut Tong Ling.
Dia ingin tahu apakah rambut itu milik Tong Ling atau
orang lain, bagi orang lain hal ini mungkin sulit tapi bagi Peipei ini hal yang gampang.
Awalnya dia meniup kulit kerang, membuat sekelompok
serangga datang menghampirinya lalu dia menyuruh
serangga-serangga itu membaui rambut Tong Ling,
sekelompok serangga itu tidak ragu-ragu menelan rambut
Tong Ling.
Pei-pei meniup kulit kerang itu lagi, sekelompok
serangga itu terbang ke arah Tong Ling pergi.
Pei-pei segera mengejar kelompok serangga itu, seperti
mendapat petunjuk dan terus berjalan.
Itulah ilmu guna-guna bagian mengejar, tidak gampang
menguasai ilmu ini, butuh kesabaran besar, Sat Kao pun
tidak berhasil seperti Pei-pei dalam hal ini.29
Tidak disangsikan lagi ilmu guna-guna ini sangat cocok
bagi orang-orang seperti Pei-pei yang bersifat baik dan jujur,
Sat Kao mengajarnya tepat pada tujuan.
Ilmu mengejar ini masing-masing perkumpulan
mempunyai cara tertentu, ada yang mengguna kan tenaga
orang banyak, ada yang menggunakan anjing pelacak, yang
paling berhasil adalah menggunakan daya penciuman anjing,
hidung anjing lebih tajam dari hidung manusia.
Bagaimana dengan daya penciuman serangga? Ilmu
guna-guna menggunakan ilmu serangga mungkin tidak
berbeda jauh.
Sekarang Pei-pei menggunakan ilmu ini, hasilnya tampak
di atas hasil penciuman anjing, malah ada manfaat yang
tidak terduga.
Siang malam Pei-pei terus mengejar Tong Ling,
sebaliknya, Tong Ling yang masih kesal berjalan dengan tidak
bersemangat, yang pasti tidak berjalan cepat, setelah dua
hari saat sore Pei-pei sudah melihat Tong Ling.
Waktu itu Tong Ling sudah sangat lelah, Pei-pei melihat
Tong Ling dan menjadi bersemangat lagi, sambil mengejar
dia berteriak:
"Tong Ling!"
Tong Ling masih berjalan walau pun hari sudah sore, dia
masih belum mencari penginapan, sampai-sampai dia lupa
akan hal ini, dia merasa lelah dan kesepian yang sulit
diungkapkan, tiba-tiba dia mendengar ada yang
memanggilnya, dia merasa terkejut sekaligus senang.
Jauh dari kampung halaman lalu bertemu dengan teman,
bagaimanapun juga ini merupakan hal yang menyenangkan,
apa lagi sekarang ini.30
Tapi siapa yang memanggilnya? Tong Ling melihat Peipei yang sedang berlari mendekatinya, hatinya langsung
terasa berat, dia ingin pergi dari sana tapi setelah dipikir-ikir,
dia berubah pikiran.
"Walaupun sekarang ini aku masih berada di wilayah
Biauw, aku tidak takut, untuk apa menghindar dari orang
yang tidak tahu malu ini?"
Otaknya terus berputar, dia berhenti melangkah, dengan
dingin melihat Pei-pei yang berlari mendekatinya, kedua
tangannya memang tidak diletakkan di dalam kantong
senjata rahasia, tapi dengan kecekatan yang dia miliki kalau
ada yang perasaan tidak cocok, senjata rahasia dengan cepat
akan dilemparkan keluar.
Setelah tiba di depan Tong Ling, Pei-pei masih merasa
sangsi, setelah jelas melihat gadis itu memang Tong Ling,
hatinya merasa agak tenang dan bersamaan waktu dia roboh
tersungkur di kaki Tong Ling.
Tong Ling terpaku, sifatnya memang keras dan cepat
marah, tapi begitu melihat keadaan Pei-pei yang jatuh
tersungkur, dia sadar telah terjadi sesuatu, segera dia
terpikir pada Wan Fei-yang.
Karena mereka sama-sama hanya mengenal Wan Feiyang, kecuali Wan Fei-yang mengalami musibah, kalau tidak,
tidak ada alasan Pei-pei mengejarnya sampai kemari.
Tindakan yang dilakukan Wan Fei-yang semalaman tidak
dipikirkannya, jika terjadi sesuatu itu pantas didapatkannya,
tidak perlu peduli padanya, Tong Ling berpikir seperti itu,
tapi kakinya tidak bergeser sedikit pun, dengan dingin dia
melihat Pei-pei.
Pei-pei berusaha bangun, dia mencengkeram kaki Tong
Ling nafasnya ngos-ngosan, tidak sanggup bicara.31
"Ada apa denganmu?" Tong Ling tertawa dingin.
Pei-pei bertambah bersemangat, berteriak:
"Cepat tolong Wan-toako!"
Ternyata benar, Wan Fei-yang mengalami musibah!
"Ada apa?" walau pun Tong Ling ingin sekali tahu tapi
ekspresinya tetap dingin dan datar, nada bicaranya pun
dingin, dia menjawab:
"Dia senang berlaku cabul, apa ada yang tidak beres?"
Pei-pei tidak menghiraukan, berkata lagi:
"Kalau kau tidak menolongnya, tidak akan ada yang
sanggup menolongnya!"
Setangah menyindir, Tong Ling berkata:
"Apakah ada yang merebut Wan Fei-yang dari
tanganmu?"
Pei-pei mengangguk dan tidak berkata apa-apa lagi, Tong
Ling tertawa:
"Itu adalah masalahmu, dia adalah suamimu, apa
hubungannya denganku?"
Pei-pei melihat Tong Ling, lalu dengan tegas berkata:
"Asal kau mau menolong, aku sudah merasa puas, ke
mana pun kau akan membawanya aku tidak akan melarang,
juga tidak akan merebutnya darimu!"
Wajah Tong Ling menjadi merah dia membentak:
"Siapa peduli! Jangan sembarangan bicara!"
Pei-pei adalah gadis yang lurus:
"Aku tahu kau suka padanya!"
"Kalau kau sembarangan bicara lagi, aku akan
menghajarmu! Kau kira aku perempuan tidak tahu malu?"
Pei-pei menggelengkan kepala:
"Suka pada seseorang tidak ada salahnya, yang salah aku
tidak boleh cemburu kepadamu, tidak boleh terlalu percaya32
pada kata-kata Suhu, dengan cara itu kita akan menolong
Wan Fei-yang!"
"Akhirnya kau mengaku dengan cara sesat mendekati
Wan-toako!"
Pei-pei menangis:
"Kata Suhu asal aku mendekati Wan-toako, induk
serangga itu akan masuk ke dalam tubuh Wan-toako,
sesudah itu Wan-toako tidak akan menyukai gadis lain,
hanya suka padaku seorang saja."
Tong Ling tertawa dingin:
"Guna-guna lagi, dari awal aku sudah bilang, kalian dari
suku Biauw tidak ada yang baik, semua memelihara serangga
dan menabur guna-guna untuk mencelakai orang."
"Belum tentu untuk mencelakai orang...." bela Pei-pei.
"Kau masih ingin membela diri? Wan Fei-yang akan mati
karena ulahmu itu!"
"Aku tidak tahu akan terjadi seperti itu, tapi dengan cara
apa pun, induk serangga itu sulit diusir dari tubuh Wantoako!"
"Apa yang terjadi?" Tong Ling benar-benar ingin tahu,
bersamaan waktu dia merasa di jalan banyak pejalan kaki
yang sedang mendekati mereka.
Dua orang gadis cantik, yang satu berlutut di bawah
memohon, yang seorang berteriak, pasti menarik perhatian
banyak orang.
Seorang laki-laki tegap dan kuat datang menghampiri
mereka dan bertanya:
"Dua orang gadis kecil, siapa yang menghina kalian, beri
tahu kepadaku...."
Tong Ling tertawa dingin.
"Jangan ikut campur urusan kami, pergilah..."33
Laki-laki itu terpaku.


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku kasihan kepada kalian, mengapa kau malah
membentak dan berlaku tidak sopan, kau pasti sedang
menggencet gadis kecil itu...."
"Aku menyuruhmu pergi!" Tong Ling yang ingin
melampiaskan kemarahannya, sekarang jadi ada sasaran di
depan mata, dia segera menyapu laki-laki itu dengan
kakinya.
Walaupun laki-laki itu kuat, tapi dia hanya bertenaga
kasar, kalah dalam tenaga, dia disapu dan terbang ke atas
genting, setelah tahu apa yang terjadi, wajahnya menjadi
pucat, karena gugup dia berdiri tidak benar lalu terpeleset
dan terjatuh ke bawah.
Orang yang menonton keramaian sadar seperti apa
kelihaian Tong Ling, maka dengan cepat mereka pun bubar.
Pei-pei berteriak lagi:
"Asalkan kau mau menolong Wan-toako...."
Tong Ling terdiam, dia melepaskan kakinya dari
cengkeraman tangan Pei-pei dan berjalan ke arah luar kota.
Pei-pei mengikutinya dari belakang sambil terus
memohon, karena Tong Ling adalah satu-satunya harapan
baginya.
Tong Ling tampak kebingungan, tapi langkah nya tidak
berubah, tidak cepat juga tidak lambat, ekspresinya tidak
berubah, dari luar tidak terlihat apa yang sedang dia
pikirkan.
Setelah berada di luar kota, Tong Ling baru berhenti
melangkah, dia duduk di atas sebuah batu besar, Pei-pei
berada di belakang dan memohon lagi:
"Asal kau mau menolong Wan-toako, apa pun yang kau
suruh, akan kukabulkan!"34
"Kalau aku ingin kau meninggalkan Wan-toako dan tidak
memilikinya lagi, bagaimana?" tanya Tong Ling.
Ini hal yang sulit.
Pei-pei terpaku, setelah berpikir sebentar, dengan nada
terpaksa dia menjawab:
"Asal dia selamat, tidak apa-apa." Akhirnya Pei-pei
mengangguk, Tong Ling melihatnya, dalam hati dia merasa
tidak enak, sekarang dia merasa yakin sekali Pei-pei benarbenar menyukai Wan Fei-yang, demi Wan Fei-yang dia rela
mengorbankan segalanya.
Dia tidak tahu bagaimana perasaan Wan Fei-yang kepada
Pei-pei, dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan
sekarang setelah lama termangu, akhirnya dia berkata:
"Beritahu kepadaku dengan jelas, sebenarnya apa yang
terjadi!"
Pei-pei menjelaskan semuanya, dia gadis yang teliti,
walaupun dalam keadaan tidak tenang, dia tetap bisa
menceritakan semuanya dengan apik.
Tong Ling merasa terkejut, dia tahu apa yang Sat Kao
inginkan dan Wan Fei-yang akan mengalami hal apa.
Dia juga mengerti isi hati Pei-pei, dia juga menyadari
kalau dia sepanjang perjalanan tidak terus-menerus
menyindir Pei-pei, hal ini tidak akan terjadi.
Jadi sekarang dia pun harus ikut bertanggung jawab,
maka hatinya mulai gelisah.
Pei-pei terus menundukkan kepala, setelah selesai
bercerita, dia baru berani menatap Tong Ling, dia melihat
Tong Ling yang tampak cemas tapi tidak bisa melihat apa isi
pikiran Tong Ling, sekarang yang dia harapkan adalah Tong
Ling setuju menolong Wan Fei-yang.35
Tong Ling melihat, dia mengerti apa pikiran Pei-pei, tibatiba dia merasa Pei-pei tidak terlalu menyebalkan, tidak
pantas di benci.
Lama... Tong Ling baru menarik nafas:
"Aku benar-benar tidak pernah melihat ada orang yang
begitu polos dan tidak dewasa!"
Pei-pei menggelengkan kepala, Tong Ling
menghembuskan nafas:
"Aku tidak mengerti, apakah perempuan suku Biauw jika
ingin mendapatkan hati seorang laki-laki selalu
menggemakan segala cara asal bisa mencapai tujuannya dan
tidak pernah memikirkan akibatnya di kemudian hari!"
"Seharusnya aku berpikir. Suhu dan Wan-toako adalah
musuh...."
"Selamanya akan seperti itu!"
"Aku belum pernah melihat orang yang dikatakan musuh
itu seperti apa? Juga belum pernah melihat dengan cara apa
Suhu menghadapi musuhnya!"
"Sekarang kau baru bisa mengerti, bagaimana keadaanku
sepanjang perjalanan!" kata Tong Ling menyindir.
"Aku bukan ingin bertengkar denganmu, hanya saja...."
Pei-pei menggelengkan kepala, "aku tidak tahan melihat
Wan-toako terus bicara dengan-mu."
Tong Ling sangat mengerti isi hati Pei-pei, dia
melayangkan tangan untuk memotong:
"Sudahlah, jangan diteruskan lagi!"
"Kalau begitu, kita akan membicarakan apa?"
Tong Ling jadi tertawa salah, ingin menangis juga salah,
dia tahu dia tidak berpengalaman, sifatnya keras juga
terburu-buru, gampang menimbulkan masalah, tapi jika36
dibandingkan dengan Pei-pei, dia merasa dirinya jauh lebih
dewasa.
"Tentu saja kita bicarakan bagaimana cara menolong
Wan-toako!" dia menggelengkan kepala, hatinya terasa
kacau.
"Kau setuju...." karena senang air mata Pei-pei menetes.
"Tapi itu bukan demi dirimu!"
Begitu kata-katanya terucap keluar, dia segera tertawa
kecut, akhirnya dia sadar ternyata dia juga tidak dewasa.
Tapi Pei-pei tidak merasakannya, dia hanya berkata:
"Asalkan kau mau menolong Wan-toako, asal Wan-toako
tertolong, aku sudah merasa senang!"
Tong Ling melihatnya dan menggelengkan kepala:
"Sat Kao pasti sangat berhati-hati menjaga Wan-toako,
ingin menolong Wan-toako tidak begitu gampang!"
"Aku tahu mereka sekarang berada di mana."
"Apakah Sat Kao tidak tahu bahwa kau tahu tempat itu!"
tiba-tiba Tong Ling bengong, dia seperti teringat sesuatu dan
berkata sendiri, "murid seperti dirimu tidak banyak, berani
bersekongkol dengan orang luar untuk memberontak
kepada gurunya, aku yakin semua ini di luar dugaannya."
Pei-pei tertawa kecut:
"Semua ini terjadi karena diriku, maka aku juga yang
harus membereskannya, asalkan bisa menculik Wan-toako,
biar Suhu mengejar, aku akan berusaha menghadangnya!"
"Kau telah merusak rencana gurumu, jika dia marah, dia
akan membunuhmu!"
"Biarkan dia membunuhku, paling sedikit tidak banyak
orang yang akan terbunuh!" kata-kata ini benar-benar
muncul dari dasar hatinya paling dalam.37
Tong Ling tidak melihat kepalsuan dalam diri Pei-pei,
kebencian kepada Pei-pei jadi berkurang.
Dan dia bertanya:
"Apakah kau benar-benar tidak mengerti dengan
masalah induk serangga itu?"
Pei-pei mengangguk.
Tong Ling mengerutkan alis:
"Kalau begitu, setelah Wan-toako lolos, tidak ada cara
untuk membuatnya kembali sadar, dan ke mana pun dia
pergi, gurumu pasti akan tahu!"
"Setelah Wan-toako lolos, baru kita pikirkan caranya!"
jawab Pei-pei.
"Kalau ada kesempatan lebih baik bunuh gurumu!" tibatiba Tong Ling berkata seperti itu.
"Kita jangan membunuh Suhuku...." Pei-pei berteriak.
Tong Ling menatapnya:
"Gurumu bukan orang baik-baik, mati pun tidak perlu
disayangkan!"
"Tapi dia tetap Suhuku!"
"Kalau disuruh memilih hidup dan mati, antara guru dan
Wan Fei-yang, kau memilih siapa?"
Pei-pei bengong.
Tong Ling tertawa dingin:
"Keinginanmu hanya sepihak, tidak melihat situasi."
"Mengapa bisa terjadi seperti ini?" Pei-pei tampak
bingung.
Tong Ling menarik nafas:
"Semua hal yang berada di dunia ini selalu seperti itu,
kalau kakakmu ikut menghadang, apa yang akan kau
lakukan?"
"Aku harus bagaimana?" Pei-pei malah balik bertanya.38
"Harus bagaimana?" kata Tong Ling tertawa kecut,
"apakah aku harus mengajarkan kepadamu cara membunuh
kakakmu?"
Dia menarik nafas:
"Hal ini benar-benar merepotkan, sekarang tidak perlu
mengambil keputusan dulu, kita bisa berjalan selangkah
demi selangkah!"
"Apakah kita harus berangkat sekarang?" tanya Pei-pei.
"Apakah kau masih kuat berjalan?"
Pei-pei mengangguk, kata Tong Ling:
"Siang malam kau terus berjalan, bisa bertahan sampai
sekarang sudah terhitung sangat kuat, kalau dipaksakan kau
akan roboh, kerepotanku akan bertambah, walaupun kau
tidak bisa banyak membantu, tapi kau sangat mengenal
situasi di sini, ada kau di sisiku, itu akan lebih baik!"
"Kalau sekarang tidak cepat-cepat ke sana, aku takut
tidak akan keburu...."
"Aku tidak berkata tidak pergi sekarang," Tong Ling
berdiri, dia berjalan ke arah kota.
"Bukan ke arah sana!" teriak Pei-pei.
"Tidak perlu tegang seperti itu, aku ke sana untuk
mencari benda pengganti berjalan."
"Pengganti berjalan... "
"Apakah kau tahu benda itu bernama kereta kuda, yang
satu lagi bernama kusir?"
Pei-pei mengangguk:
"Tapi kedua benda itu tidak ada hubungannya dengan
mereka...."
"Ada sejenis benda yang bisa mengubah hati mereka.
"Apa itu?"
"Uang!"39
Kekuatan uang sulit ditolak, untung dia dibantu karena
Tong Ling cukup mempunyai banyak uang.
Dengan harga sepuluh kali lipat dari harga biasa Tong
Ling bisa langsung menyewa sebuah kereta bagus, cepat,
juga nyaman untuk membawa mereka berangkat.
0-o-040
BAB 9
Kusir itu terlihat sangat berpengalaman, melihat kedua
gadis itu, dia tahu mereka bukan orang sembarangan, maka
dia tidak berani banyak bertanya, hanya mengerjakan tugas
seorang kusir.
Dia juga tahu uang yang dia dapatkan bukan uang yang
gampang didapatkan, kalau dia menolak untuk
memberangkatkan mereka, mungkin kereta ini akan
dihancurkan oleh kedua gadis itu.
Ketika Tong Ling melempar laki-laki ke atas genting, saat
itu kusir itu berada di sana, apa lagi keadaan ekonomi
keluarganya sangat membutuhkan uang.
Seorang laki-laki biasanya ingin keluarganya makan
kenyang dan tenang, kesempatan di mana dia bisa
mendapatkan uang tidak akan dia lepaskan.
Setelah menerima uang, dia menyerahkan kepada
keluarganya dan segera membawa kedua gadis itu
berangkat menuju tempat tujuan, tekniknya membawa
kereta pun dikuasai dengan baik.
Jalanan rata maka kereta melaju sangat tenang, Pei-pei
terlalu lelah, begitu berada di dalam kereta, dia langsung
terlelap.
Melihat gadis polos itu, Tong Ling menghela nafas.
0-0-0
Akhirnya Sat Kao berhasil membawa Wan Fei-yang ke
tempat sembahyang rahasia, sepanjang perjalanan Wan Feiyang begitu menurut, setelah masuk tempat rahasia itu, Sat
Kao baru benar-benar merasa merasa tenang.41
Gagal satu kali baginya bisa dikatakan terlalu rugi.
Beng To sedang beristirahat dan memulihkan lukanya di
tempat itu tapi sampai sekarang pernafasannya masih belum
pulih seperti dulu, walaupun dia bisa bergerak tapi tubuhnya
terlihat sangat lemah.
Dia mulai merasa tubuhnya lemas, dia mulai curiga Sat
Kao hanya menghiburnya, sebenarnya ilmu silatnya sudah
musnah, dia bukan seorang pesilat tangguh lagi.
Tapi Beng To percaya dengan perhatian Sat Kao
kepadanya dan dia juga percaya Sat Kao sedang mencari
cara untuk memulihkan kondisinya, letak persoalan ada
pada Wan Fei-yang, begitu melihat Sat Kao membawa Wan
Fei-yang, Beng To segera bersemangat lagi.
Dia lebih mengerti ilmu guna-guna dari Pei-pei tapi tetap
masih di bawah Sat Kao, melihat orang yang terkena gunaguna dan reaksinya seperti apa, dia bisa langsung tahu dia
sudah melihat Wan Fei-yang berada dalam kekuasaan Sat
Kao, Wan Fei-yang tidak akan berani membantah perintah
Sat Kao, kapan pun Sat Kao bisa mengalirkan tenaga dalam
Wan Fei-yang ke dalam tubuhnya.
Tenaga dalam Wan Fei-yang sangat tinggi, apa lagi ilmu
yang mereka latih adalah ilmu sejenis, kalau dia bisa
mendapatkan tenaga dalam Wan Fei-yang keuntungannya
benar-benar tidak diragukan lagi, terpikir akan hal ini, Beng
To mulai tersenyum.
Wajah Sat Kao pun tampak berseri-seri, tadinya dia
sangat khawatir Beng To tahu keadaannya seperti apa dan
akan melakukan hal bodoh, setelah melihat Beng To tetap
berada di ruang rahasia, bebannya jadi terlepas sebagian.
Mulutnya segera berkomat-kamit, lantunan manteranya
mulai terdengar, laba-laba beroman manusia segera keluar42
dari semua penjuru, laba-laba itu merayap ke tubuh Wan
Fei-yang.
Orang yang berhati-hati seperti dia tidak banyak, laba

Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

laba itu tidak diragukan lagi merupakan jaminannya.
Wan Fei-yang tidak bereaksi apa pun, dia membiarkan
laba-laba itu merayap memenuhi tubuhnya, dengan cepat
dia sudah menjadi orang aneh.
Laba-laba itu satu per satu diam di atas tubuh Wan Feiyang.
Beng To melihat semua itu dengan jelas, dengan senang
dia berkata:
"Marga Wan, kali ini aku ingin melihat sampai dimana
kegagahanmu?"
"Dia tidak akan menjawab pertanyaanmu, Wan Fei-yang
yang sekarang tidak berbeda jauh dengan orang mati!"
jawab Sat Kao.
"Apakah tenaga dalamnya masih ada?"
"Kalau tidak ada, untuk apa aku dengan susah payah
membawanya kemari!"
"Suhu benar-benar baik hati, apakah Suhu merasa
lelah?"
"Aku tidak lelah, hanya saja sepanjang perjalanan aku
khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan, siang malam
kami terus berjalan."
"Apakah induk serangga itu sudah berada di dalam
tubuhnya?"
"Kalau tidak, dengan ilmu lweekangnya yang begitu
tinggi, mana mungkin aku bisa menguasainya?" tangan Sat
Kao secara tidak sengaja melayang dan Wan Fei-yang segera
mendekati Beng To.43
"Ilmu dukun Suhu benar-benar sudah berada di
puncaknya dan benar-benar membuatku kagum!"
"Kali ini kalau bukan karena Pei-pei, induk serangga itu
tidak akan bisa mendekati Wan Fei-yang!"
"Oh ya, sekarang Pei-pei pasti sudah tahu apa yang
terjadi!"
"Dia tidak ikut aku kembali, hal ini membuatnya menjadi
benci kepadaku tapi aku terpaksa melakukannya!" jelas Sat
Kao. Beng To menggelengkan kepala:
"Anak perempuan tahu apa? Dia hanya menyukai Wan
Fei-yang dan tidak ingin Wan Fei-yang terluka, maka bisa
berlaku seperti itu, setelah lewat beberapa saat dia pasti
akan lupa, dia akan kembali!"
Sat Kao tertawa kecut:
"Tampaknya kau yang menjadi kakak pun tidak begitu
mengerti tentang dia, kali ini dia benar-benar serius!"
"Tidak ada cara lain, sebab kita tidak bisa melepaskan
Wan Fei-yang!" kata Beng To.
"Ingin melepaskannya pun tidak bisa!"
"Apakah karena induk serangga itu...."
"Kau benar-benar pintar!" Sat Kao sangat senang, "kalau
Pei-pei mempunyai setengah dari kepintaranmu, dia tidak
akan mau melakukan hal ini!"
Beng To tampak sedikit khawatir:
"Kalau tenaga dalamnya semua tersedot keluar, apakah
induk serangga itu akan marah?"
"Seharusnya tidak, menurutku kalau tidak salah induk
serangga itu tidak mau keluar karena ini pertama kalinya dia
masuk ke dalam tubuh manusia, dia merasa lebih nyaman di
dalam tubuh manusia dibandingkan di dalam kotak giok itu!"44
"Memang lebih nyaman, apakah setelah tenaga
dalamnya disedot akan ada perubahan terhadap tubuhku,
apakah akan membuat induk serangga itu merasa tidak
nyaman?" tanya Beng To.
"Serangga yang berada dalam pengaruh guna guna,
biasanya terhadap tenaga dalam yang ada di dalam tubuh
tidak bereaksi apa pun, apakah induk serangga itu akan
berlaku seperti itu? Sampai saat ini aku belum merasa yakin,
tapi sewaktu mengambil tenaga dalam, kita harus lebih
berhati-hati, jika terjadi perubahan, kita bisa berhenti tepat
pada waktu!"
"Suhu!"
"Kalau begitu malah akan membuat repot
"Kau adalah satu-satunya harapanku!"
"Aku akan berusaha, walaupun harus berkorban nyawa,
aku tidak akan mengecewakan Suhu!"
Sat Kao menggelengkan kepala:
"Sebaliknya, setiap saat kau harus menyayangi
nyawamu, kalau tidak, aku benar-benar tidak mempunyai
harapan lagi!"
Beng To menundukkan kepala, Sat Kao berkata lagi:
"Bakatmu berada di atas semua orang, kau adalah orang
berbakat dalam ilmu silat, orang seperti dirimu jarang ada,
maka kau jangan meremehkan dirimu, dan dengan gampang
bertarung hingga mengorbankan nyawa!"
"Bukankah murid sudah kalah oleh Wan Fei-yang?"
"Karena dia lebih awal menguasai ilmu ini,
pengalamannya lebih banyak darimu, walaupun kau kalah
darinya, tapi tidak berbeda jauh, kelak kau akan bisa
melebihi kemampuannya, itu bukan hal yang sulit!" Sat Kao
tertawa, "apa lagi mulai hari ini sudah tidak ada lagi orang45
yang bernama Wan Fei-yang, kelak tidak akan ada pesilat
tangguh yang datang untuk bersaing denganmu!"
Akhirnya dari wajah Beng To bercahaya, dia juga tampak
berseri-seri:
"Dengan cara apa Suhu membereskan Wan Fei-yang?"
"Dengan Ih-hoa-ciap-bok menghisap tenaga dalam yang
ada di dalam tubuhnya hingga habis, kemudian
menyembunyikan dia di sebuah tempat rahasia, lalu
membuat induk serangga yang ada di dalam tubuhnya
berpindah tempat ke tempat lain agar Wan Fei-yang bisa
memulihkan ingatannya dan memancing dia menceritakan
cara-cara berlatih Thian-can-sin-kang!"
"Tapi menurutku, dia harus dibunuh agar tidak terjadi
bencana di kemudian hari!"
"Kau khawatir ilmunya akan pulih?"
"Itu sangat mungkin!"
Sat Kao menggelengkan kepala:
"Dia adalah murid perkumpulan lurus, ilmu yang
dipelajarinya tidak ada ilmu seperti Ih-hoa-ciap-bok jadi dia
tidak bisa mengambil tenaga dalam orang lain untuk
memulihkan tenaga dalamnya, kita pun tidak akan memberi
kesempatan ini, apa lagi induk serangga itu masih suatu
halangan."
Tiba-tiba Beng To seperti teringat sesuatu, dia merasa
sedikit menyesal:
"Aku masih ingat penghinaan sewaktu kalah di
tangannya, aku ingin membalas dendam, aku lupa
keberadaan induk serangga sangat berpengaruh kepada
Suhu!"
"Kalau kau pindahkan Thian-can-sin-kang yang dia
dapatkan dengan susah payah, itu juga balas dendam46
terbesar, membantunya memulihkan ingatannya, akan
membuatnya tahu apa yang telah terjadi, hatinya akan sedih
dan kesedihannya tidak terlukiskan, jika membunuh dia atau
membiarkan dia jadi orang idiot, baginya malah menjadi
semacam kemurahan hati!"
Ternyata Beng To tidak terpikir masalah ini, setelah tahu
dia tertawa sambil bertepuk tangan:
"Kata-kata Suhu benar-benar mengejutkan orang yang
sedang bermimpi, betul juga, membunuh dia baginya adalah
semacam kemurahan hati, itu tidak ada artinya sama sekali!"
"Kau biarkan dia tahu bahwa kau menggunakan Thiancan-sin-kang miliknya, sehingga bisa berjaya di dunia
persilatan Tionggoan dan tujuan pertama adalah memukul...
Bu-tong-pai!"
"Ide yang bagus!" Beng To sangat gembira.
Sat Kao benar-benar tidak salah memilih orang, memang
dari lahir Beng To sudah mempunyai sifat iblis, dia tidak
terima dunia ini terlalu tenang.
"Apa lagi...." Sat Kao berkata, "Bu-tong-pai mengambil
inti sari dalam penciptaan Thian-can-sin-kang, itulah seperti
menjadi tamu di rumah sendiri, banyak hal bisa kita pelajari,
kalau masih bisa menerobos, bukankah itu akan lebih baik?"
Beng To mengangguk:
"Aku tahu di luar langit masih ada langit, dan aku tidak
akan berbuat sombong aku pasti akan bertambah giat
belajar dan lebih maju lagi!"
"Inilah semangat orang yang belajar ilmu silat, kalau
hanya maju selangkah demi selangkah saja sudah merasa
cukup, pikiran ini paling tidak baik!"
Kata-kata Sat Kao memang masuk akal, tapi cara-caranya
terlalu rendah dan keji.47
Di sinilah perbedaan antara golongan lurus dan golongan
sesat.
Mata Beng To melihat Wan Fei-yang lagi, dia tertawa:
"Aku memang kalah di tanganmu hingga terluka berat,
tapi aku harus berterimakasih kepadamu, setelah
mendapatkan pelajaran ini, aku akan lebih berhati-hati!"
Tentu saja Wan Fei-yang tidak bisa menjawab, Beng To
pun tidak berkata apa-apa lagi, lalu dia berkata kepada Sat
Kao: "Aku yang menjadi kakak pasti harus memikirkan
adikku!"
Tiba-tiba Sat Kao terharu:
"Dunia begitu luas, kita bisa saling mengenal, itulah
jodoh yang sangat hebat, apa lagi hubungan darah, kalau
bukan karena terpaksa, jangan saling membunuh!"
"Murid mengerti!" Beng To mengangguk.
Sat Kao menarik nafas lagi:
"Kau mengerti prinsip ini, namanya watak bawaan!"
"Suhu seperti terharu?" Beng To mencoba-coba
menyelidik.
Sat Kao tidak menjawab, dia melangkah ke tempat lain,
Beng To sangat tahu seperti apa sifat gurunya, dia tidak
menjawab, berarti ada kesulitan yang membuatnya tidak
mau menjawab atau ada rahasia yang tidak ingin orang lain
tahu, maka dia tidak bertanya lagi.
Di tempat sama, banyak genderang besar juga kecil dan
berbentuk aneh, Sat Kao duduk di sana dan berkata sendiri:
"Kalau Wan Fei-yang bisa sadar kembali, walau pun tidak
bisa bersilat lagi, Pei-pei pasti akan merasa cukup puas."
"Murid akan membuat mereka bisa hidup senang!" kata
Beng To.48
"Wan Fei-yang tidak akan senang, tapi kita tidak bisa
memperhatikan semua pihak!" kata Sat Kao.
"Asal Pei-pei senang, yang lain biarkan saja!"
Sat Kao mengangguk:
"Mulai sekarang kau harus berhati-hati dan harus lebih
berkonsentrasi, menyedot tenaga dalam Wan Fei-yang yang
berbeda dengan yang dulu, dia lebih kuat, kalau tidak
berhati-hati kau akan gagal, kau akan terganggu, nyawaku
juga akan terancam!"
"Murid mengerti!" Beng To menarik nafas panjang,
pikirannya dipusatkan dengan tenang menunggu Sat Kao
menggunakan ilmu guna-guna.
Setelah semua siap, Sat Kao mulai memukul genderang
besar juga kecil, sewaktu tangannya melayang lonceng yang
menempel di tubuhnya ikut berbunyi, dari hama pelan
menjadi cepat, menjadi sebuah musik aneh.
Laba-laba itu mengikuti alunan musik terus merayap,
satu per satu mendekati Wan Fei-yang, setiap laba-laba
membawa serat sarang laba-laba yang bercahaya.
Mata Sat Kao pelan-pelan dipejamkan.
Dia tidak perlu merasa khawatir dengan aksi laba-laba,
dia hanya merasa khawatir dengan reaksi induk serangga,
karena mereka bisa kontak batin, hanya berdasarkan
perasaan dia bisa melihat reaksi induk serangga itu.
Dia tidak perlu melihat posisi genderang, setiap kali
genderang ditabuh nadanya tidak pernah meleset.
Wan Fei-yang tetap tidak bereaksi apa-apa, seperti tidak
ada perasaan apa pun, kalau bukan karena sarafnya mati
rasa, pasti karena induk serangga itu sudah menguasai
syarafnya, dia menyetujui gerakan Sat Kao.49
Mata Sat Kao memang terpejam tapi dari sudut mulut
terlihat ada tawa, gerakan memukul genderangnya sangat
ringan seperti orang yang sudah terlepas beban.
Suara genderang yang ringan, laba-laba pun bergerak
dengan ringan dan lincah, benang sutra laba-laba terlihat
lebih terang.
Beng To tidak merasakan perubahan suara genderang
karena ekspresi wajahnya tidak mengalami perubahan yang
berarti, kalau dia tidak bisa menguasa diri, mana mungkin
dia disebut pesilat tangguh.
Lantunan mantera mulai terdengar lagi, karena
bebannya sudah terlepas maka Sat Kao melantunkan dengan
konsentrasi penuh.
Karena pengaruh mantera laba-laba meloncat tinggitinggi, kemudian satu per satu terjatuh tepat ke atas tubuh
Beng To, laba-laba itu bergerak dengan kekuatan penuh
mungkin datang dari Wan Fei-yang.
Antara Wan Fei-yang dan Beng To tersambung oleh
benang sutra laba-laba dan bersamaan waktu laba-laba itu
terus merayap ke atas tubuh Beng To.
Benang sutra laba-laba dengan sangat cepat melilit
tubuh Beng To.
Beng To tidak merasa ketakutan, dia malah merasa
sangat nyaman, seperti berubah menjadi manusia dari kayu.
Sat Kao mulai membuka suara:
"Induk serangga di dalam tubuh Wan Fei-yang mulai
mengatur untuk mengeluarkan tenaga dalamnya, kau harus
berusaha menyedotnya tapi ingat harus berhati-hati, kalau
bisa sedikit demi-sedikit, jika terlalu banyak, tubuhmu yang
sedang terluka dalam belum tentu bisa mencerna!"
Beng To mengangguk, Sat Kao berkata lagi:50
"Aku hanya bisa membantumu sampai di sini, setelah
tenaga dalam Wan Fei-yang masuk ke dalam tubuhmu, akan
terjadi perubahan seperti apa? Itu akan terlihat dari
perubahan dirimu!"
Caranya memukul gendang berubah lagi menjadi sangat
lembut, suara genderang membuat orang merasa sangat
nyaman, kerena suara genderang tidak sekuat tadi laba-laba


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu bertambah lincah, mereka masih melilit tubuh Beng To
dengan benang sutra laba-laba, kemudian melayang ke
tubuh Wan Fei-yang dan melilit tubuh Wan Fei-yang.
Tenaga dalam Wan Fei-yang melalui benang sutra labalaba ini mengalirkan ke dalam tubuh Beng To.
Menebarkan ilmu silat sebenarnya adalah hal yang
sangat menyakitkan, tapi bagi orang yang tidak punya
pikiran apa pun, tidak akan merasakan apa-apa.
Keadaan Wan Fei-yang sekarang lebih parah dari orang
idiot.
Orang idiot hanya bereaksi lambat, pikiran polos, tapi dia
mempunyai perasaan, paling sedikit ada reaksi.
0-0-0
Hari kedua sore, Tong Ling dan Pei-pei baru tiba di
daerah sekitar tempat bersembahyang, mereka tidak terlalu
terlambat, mereka terlambat sekitar 10 jam lebih.
Mereka tidak merasa terlambat sampai Pei-pei pun
mengira Sat Kao dan Beng To pasti membutuhkan sedikit
waktu untuk menyiapkan penyedotan ilmu lweekang, tapi
tidak disangka setelah mempunyai pikiran itu, dia sadar
setiap saat Sat Kao dan Beng To bisa bertindak.51
Sat Kao sampai tidak beristirahat dulu, pada malam itu
juga dia langsung memyedot tenaga dalam Wan Fei-yang,
yang pasti semua ini di luar dugaan Pei-pei dan Tong Ling.
Mereka berdua masih muda, tidak ada pengalaman,
mereka juga tidak tahu, Sat Kao sangat berharap kepada
Beng To, kekalahan Beng To membuat Sat Kao sangat
terpukul, kalau tidak, mereka pasti akan sadar, Sat Kao akan
berhati-hati dan dia tidak akan melakukan kesalahan, hanya
waktu yang sering menjadi penyebab terjadinya kesalahan.
Tapi walaupun hanya ada sedikit harapan Tong Ling dan
Pei-pei tidak akan melepaskannya.
Mereka menggunakan waktu di perjalanan untuk
beristirahat di dalam kereta, walaupun tidur mereka tidak
begitu nyaman tapi bagi mereka sudah cukup.
Mereka juga terpikir kereta kuda ini mungkin akan
mereka pakai lagi, maka mereka berpesan kepada kusir agar
menunggu mereka di daerah ini, Tong Ling sangat percaya
diri, dia percaya dalam waktu semalam, semua akan beres
dan mereka bisa menolong Wan Fei-yang.
Pei-pei sangat hafal dengan tempat sembahyang itu, dia
juga mengerti bagaimana cara menghadapi guna-guna Sat
Kao dan menghadapi Beng To yang sudah terluka,
seharusnya tidak dengan cara melawan mereka.
Satu-satunya yang mereka khawatirkan adalah Wan Feiyang yang sudah dikuasai oleh induk serangga milik Sat Kao.
Mereka takut Sat Kao akan membuat Wan Fei-yang
menghadapi mereka berdua.
"Walau bagaimanapun kita harus menaklukkan Wan Feiyang terlebih dulu," sewaktu Tong Ling mengambil
keputusan ini Pei-pei sedang berada di tepi jurang di atas
tumpukan batu-batuan.52
Letak tempat sembahyang tidak jauh dari jurang itu, dari
tempat yang lebih tinggi sangat mudah melihat keadaan
tempat sembahyang.
"Memang harus seperti itu!" Pei-pei sangat setuju,
"kalau pikiran Wan-toako sudah dikuasai oleh induk
serangga dia skan menjadi bodoh dan kalau kita
menaklukkan dia tidak akan terlalu sulit!"
Tong Ling dengan diam menatapnya:
"Paling sedikit tidak semudah saat kau memasukkan
induk serangga itu ke dalam tubuhnya!"
Sepanjang perjalanan, sebenarnya Tong Ling sudah bisa
melihat jelas sifat Pei-pei, dia seorang gadis yang baik, tapi
karena hati yang cemburu tidak bisa terlepas darinya,
asalkan ada kesempatan dia tetap saja menyindir. Pei-pei
mengerti isi hati Tong Ling dan sudah terbiasa mengoloknya,
maka dia hanya menundukkan kepala, tidak bersuara.
Melihat dia seperti itu Tong Ling pun merasa olokannya tidak
berarti. Dia kembali melihat ke tempat sembahyang dan
bertanya:
"Kau pasti sangat mengenal tempat sembahyang itu!"
"Aku tidak begitu mengenal tempatnya tapi keadaan
semua tempat sembahyang hampir sama, jika ingin masuk
ke sana bukan masalah besar!"
"Aku hanya khawatir akan membuat mereka terkejut,
paling-paling kita hanya akan bertarung mati-matian, hanya
kau yang murid Sat Kao setelah bertemu dengan gurumu
harus dengan cara apa menghadapinya?"
"Aku..." Pei-pei tidak bisa menjawab.
"Kenapa denganmu? Apakah kau akan mendengar
perintah darinya untuk membantunya meng-atasiku?"
"Mana mungkin aku melakukannya!" teriak53
Pei-pei.
"Sampai saat ini aku masih curiga apakah semua ini
adalah kenyataan?" yang pasti kalimat ini menandakan Tong
Ling masih kesal kemudian dia berkata lagi:
"Kita sudah berada di sini, kita pasti harus masuk ke sana
dan melihat-lihat keadaan."
Pei-pei mendengar kata-kata Tong Ling seperti itu, dia
lebih cemas lagi dengan keadaan Wan Fei-yang, dia merasa
cemas juga merasa bersalah. Dia sangat takut Tong Ling
sampai lepas tangan terhadap masalah ini, maka perasaan
cemasnya timbul dan langkah-langkahnya menjadi kacau.
Tong Ling sengaja membuat Pei-pei sedih tapi setelah
meliha Pei-pei sedih, dia tidak tega, Tong Ling memang
bukan gadis berhati keras.
"Tempat sembahyang itu selain ada dua penjahat, masih
ada apa di sana?" tanya Tong Ling.
"Masih ada Wan-toako..." jawab Pei-pei.
"Baiklah, kau anggap dia seperti benda apa?"
Pei-pei tertawa kecut, Tong Ling bertanya lagi:
"Tempat sembahyang begitu luas, tapi tidak ada seorang
penjaga pun!"
Pei-pei menjelaskan:
"Di sini adalah tempat suci selain yang bersembahyang
biasanya orang-orang tidak berani masuk juga tidak boleh
memasuki wilayah ini, sebab takut akan membuat dewa
marah dan mendatang-kan bencana!"
"Semua ini pasti permainan gurumu, dia takut
masyarakat kalian masuk dan akan ketahuan rencana
busuknya!"
"Tapi katanya tempat ini sudah ribuan tahun seperti ini!"54
"Apakah hanya dukun dari suku kalian yang baru boleh
masuk dan keluar dari tempat ini?"
Pei-pei mengangguk, Tong Ling bertanya lagi:
"Dari apa yang kau ketahui, dukun mana yang
merupakan orang baik-baik?"
Pei-pei tidak bisa menjawab, karena dia juga tidak tahu
dan tidak yakin.
"Pastinya tidak ada, jangankan dukun orang yang
memelihara serangga pun tidak ada yang baik!" dia berkata
lagi, "kalau tidak, sejak lahir dia tidak tahu mana yang baik
dan mana yang buruk!"
Ini adalah semprotan kepada Pei-pei, tentu saja Pei-pei
mengerti, tapi dia hanya bisa tertawa kecut, sorot mata Tong
Ling tampak berputar, dia berkata lagi:
"Saat bagaimana bagi kita untuk masuk ke dalam?"
"Suhu dan Beng To seharusnya sudah berada di tempat
rahasia di bawah kamar ini di mana kita akan masuk
sekarang, mereka tidak akan tahu!"
"Apakah kau yakin?" pertanyaan Tong Ling terdengar
sanga tajam.
"Apakah kita bisa masuk secara terang-terangan?" tanya
Tong Ling lagi.
"Lebih baik kalau kita bisa berhati-hati..." Pei-pei
menatap Tong Ling suaranya jadi rendah.
"Aku siap jika malam ini menyerang secara tiba-tiba,
kalau kau tidak setuju kau boleh masuk sekarang, tapi aku
tidak akan menemanimu."
"Aku tidak sanggup, jika Cici sudah mengambil keputusan
aku akan mengikuti rencana Cici, sekarang kita sudah
kelelahan lebib baik kita beristirahat dulu!"55
Setelah mendengar dan melihat, Tong Ling memberikan
reaksi dingin:
"Ingat, kali ini aku setuju datang kemari karena Wan Feiyang, karena dia pernah menolong-ku, tentu saja jika dia
tidak pernah menolongku tapi tetap berdiri di posisi pesilat
Tionggoan aku pun tidak akan berpangku tangan, sama
sekali tidak ada kaitannya denganmu!"
"Aku mengerti!"
"Jadi jangan memanggilku Cici, aku tidak terbiasa
mendengar panggilan itu juga tidak pantas!" Tong Ling tidak
menatap Pei-pei, "aku, Tong Ling mempunyai nama dan
marga, mengapa kau tidak memanggilnya?"
Pei-pei terdiam lalu berbaring di atas sebuah batu besar,
hatinya merasa tidak tenang, mana mungkin dia bisa tidur?
Tong Ling pun seperti itu, matanya memang terpejam,
dari luar dia terlihat tenang, tapi hatinya sedang bergejolak,
dia sedang berpikir:
"Jika Wan Fei-yang bisa dibawa keluar, di mana Pei-pei
harus ditaruh?'
Tapi walau bagaimana Wan Fei-yang dan Pei-pei sudah
menjadi suami istri jika memaksa Pei-pei pergi itu sangat
tidak masuk akal.
... biar saja ini kuanggap sebagai balas budi kepada Wan
Fei-yang karena pernah menolongku.
Akhirnya Tong Ling mengambil keputusan seperti itu,
dari alis dan matanya terlihat dia terpaksa melakukannya,
sebab sampai saat ini dia tetap tidak terpikir kalau mereka
akan kalah.
Dia percaya dengan kemampuan ilmu silatnya, dan lebih
percaya kepada senjata rahasia Tong-bun dan dia tahu Sat
Kao dan Beng To sudah terluka parah, waktu itu saat mereka56
bertemu dengannya mereka telah berbohong kepadanya
agar mem-punyai kesempatan untuk melarikan diri, karena
mereka tidak berani bertarung dengannya. Setelah beberapa
hari berlalu Pei-pei pernah mengatakan Sat Kao belum pulih,
sedangkan mengenai Beng To, dia memang pernah
memasuki Tong-bun seorang diri, dia juga mempunyai ilmu
silat tinggi, sekarang dia sedang menunggu ilmu lweekang
Wan Fei-yang untuk di sedot ke dalam tubuhnya baru bisa
pulih seperti sedia kala, dia lebih-lebih tidak perlu ditakuti.
Dengan permainan duga-menduga, dalam waktu singkat
tidak akan terjadi perubahan yang berarti. Tapi sayang,
banyak hal sulit diukur dengan peraturan.
Perhitungan manusia kalah dibandingkan dengan
perhitungan Tuhan, pepatah ini sudah lama berlaku pasti
ada artinya dan masuk akal.
Malam baru tiba, Pei-pei dan Tong Leng-mulai bergerak.
Dengan tubuh yang lincah dan ilmu silat yang mereka miliki,
untuk turun ke dasar jurang pasti bukan suatu masalah.
Apalagi Tong Ling yang lincah selalu berjalan di depan.
Pei-pei sulit mengejarnya, tapi dia tetap berusaha agar
tidak tertinggal, di tengah perjalanan dia sudah terjatuh
sebanyak 3 kali, setiap kali setelah terjatuh dia segera
melompat berdiri seperti tidak pernah terjadi apa-apa dan
mengejar Tong Ling lagi. Hatinya hanya dipenuhi dengan
keinginan agar Wan Fei-yang cepat-cepat bisa keluar dari
tempat itu, masalah lainnya tidak diperhatikan.
Setelah tiba di bawah dinding yang menjulang tinggi
yang ada tempat sembahyang, Tong Ling baru berhenti, di
balik dinding tidak terdengar suara apa pun, Tong Ling
segera meloncat ke atas dinding tinggi itu kemudian seperti
seekor kucing dia menelungkup di atas dinding itu.57
Di balik dinding sangat sepi, tidak ada seorang pun. Tapi
Tong Ling tetap mengawasi tempat itu dengan teliti,
mungkin dari kecil dia sudah berlatih senjata rahasia maka
matanya menjadi jeli.
Di balik dinding tinggi itu tidak terlihat ada lampu, hal ini
tidak mengganggunya.
Tidak hanya di lapangan yang tidak ada lampu, di balik
pintu masuk ke tempat sembahyang pun terlihat gelap, hal
ini membuat Tong Ling merasa aneh.
Pei-pei mengejar sampai di bawah dinding tinggi itu, dia
tidak tahu apakah Tong Ling berhasil masuk atau belum.
Sewaktu dia sedang kebingungan di depannya terlihat
bayangan seseorang, Tong Ling sudah turun kembali dari
dinding tinggi itu dan sekarang berdiri di depan Pei-pei.
"Kau..." baru satu kata keluar, mulut Pei-pei langsung
ditutup oleh Tong Ling, dia berhenti meronta.
"Menghebohkan sesuatu yang sepele!" Tong Ling
tertawa, dia pun melepaskan tangannya dari mulut Pei-pei,
"apakah benar tempat ini yang kau maksud?"
"Apakah terjadi masalah?"
"Di dalam sana tidak ada lampu juga tidak ada seorang
pun," jawab Tong Ling dengan percaya diri, "aku tidak
merasakan ada orang di sana."
"Kecuali saat sembahyang di hari besar, di hari biasa
memang tidak ada yang datang!"
"Kau pernah mengatakannya apakah benar seperti itu?"
Pei-pei tertawa kecut:
"Jika Suhu dan Beng To di sana pun mereka tetap akan
berada di ruang bawah tanah."
"Dari mana kau bisa memastikan bahwa mereka akan
berada di sana?"58
"Tempat rahasia ini adalah satu-satunya tempat rahasia
dalam radius ratusan Li! Kalau mereka tidak ada di sini, aku
pun tidak tahu harus mencari ke mana!"
"Kalau begitu kita harus masuk ke dalam sana untuk
mencari tahu!" Tong Ling meloncat lagi ke atas dinding.
Pei-pei ikut bergerak walaupun tidak segesit Tong Ling
tapi dia tidak sanggup melakukannya tanpa suara seperti
Tong Ling, Tong Ling melihat sekeliling, kemudian melayang
masuk ke balik dinding. Dia menempelkan tubuhnya ke
dinding dan terus berjalan. Di tempat yang bisa
menyembunyikan tubuhnya dia berhenti sebanyak 2-3 kali,
akhirnya mereka tiba di luar tempat sembahyang.
Pei-pei ikut di belakang Tong Ling, sekarang dia berdiri di
samping Tong Ling.


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah di dalam tempat sembahyang ini ada serangga
yang digunakan untuk guna-guna?" Tong Ling menatap Peipei: "Kalau pun ada ilmu guna-gunamu akan merasakannya."
"Jika orang yang memelihara serangga atau ulat, tidak
ada serangga atau ulat pun tidak ada efeknya. Jika ada
serangga, dia harus memilih orang atau menghitung jarak!"
Tong Ling tertawa dingin:
"Ku kira kalian yang menguasai ilmu guna-guna bisa
membunuh sampai jarak ribuan Li."
Pei-pei menggelengkan kepala lalu tertawa kecut, dia
segera berjalan memasuki ruangan, tapi langsung
dicengkeram oleh Tong Ling:
"Ada apa?" tanya Pei-pei.
"Kau mau mencelakakan Wan Fei-yang? Mengapa
berteriak? Kau ingin semua orang tahu, kita sudah masuk
kemari?"59
"Apakah aku sudah melakukan kesalahan?" tanya Pei-pei
dengan suara kecil.
"Kau sembarangan masuk, itu kesalahan besar, apakah
kau yakin di dalam tidak ada orang?"
Pei-pei ingin mengatakan sesuatu tapi begitu melihat
ekspresi Tong Ling, dia menelan kembali kata-katanya, tidak
lama kemudian dia baru bicara:
"Aku tidak berpengalaman..."
Tong Ling memotong:
"Kalau tahu tidak punya pengalaman, jangan banyak
bicara, ikut saja di belakangku!"
Pei-pei cepat-cepat bersembunyi di balik punggung Tong
Ling. Tong Ling masuk tanpa banyak pikir, dari awal dia
sudah merasa yakin kalau di ruangan itu tidak ada seorang
pun, hanya saja dia merasa tidak yakin apakah di dalam
ruangan itu ada serangga atau ulat yang dipelihara, di sini
adalah tempat sembahyang, tempat di mana dukun sering
keluar masuk.
Di bagian dalam tempat sembahyang tampak lebih gelap
lagi beberapa kali Tong Ling ingin menyalakan korek api
tetapi begitu teringat pada Pei-pei, dia menjauhkan niatnya
ini. Karena dari sudut manapun dia terlihat lebih unggul dari
Pei-pei.
Kalau dia menyalakan korek api dia percaya akan
menemukan pintu rahasia, tidak perlu Pei-pei yang
membawa jalan. Tapi kalau dia menyalakan korek api ada
maksud lain karena dia tidak bisa melihat sesuatu di dalam
kegelapan seperti ini.
Pei-pei tidak mengerti perubahan jalan pikiran Tong Ling.
Dia berjalan di dalam kegelapan tanpa arah jelas. Tapi
karena dia sangat berhati-hati maka dia mempercayai apa60
pun yang diputuskan oleh Tong Ling. Maka sewaktu Tong
Ling kembali ke sisinya, dia tidak terlihat terkejut atau takut,
dengan pelan dia berkata:
"Pintu rahasia ada di bawah patung Budha!"
"Kau sudah menyebutkannya tadi!"
Tong Ling tertawa dengan dingin katanya lagi:
"Patung Budha di sini sangat banyak!"
Tong Ling merasa seperti melihat banyak patung Budha,
tetapi Pei-pei segera berkata lagi:
"Patung Budha yang di sini hanya ada satu!"
Baru saja Tong Ling mau membela diri, Pei-pei sudah
berkata lagi:
"Patung Budha hanya ada satu, yang lainnya patung
siluman atau para pelayan Budha!"
"Dewa apa yang ada di sini?" Tong Ling tertawa dingin,
"untuk pertama kalinya aku mendengar dewa yang ada di
sini merupakan pelayan Budha atau siluman!"
"Memang dewa guna-guna semua seperti itu!"
"Dewa guna-guna?" akhirnya Tong Ling baru mengerti
mengapa tidak disebut siluman guna-guna, bukankah
siluman melayani pemimpin siluman lagi?
Pei-pei tertawa kecut:
"Dari dulu suka bangsa kami menyebutnya seperti itu
dan tidak ada yang tidak beres."
"Tentu saja, orang yang percaya kepada siluman dan iblis
kalau tidak menganggap siluman sebagai dewa malah akan
merasa aneh!" sambil bicara Tong Ling mendekati patung
Budha itu.
Semua patung siluman yang ada di tempat sembahyang
itu berbentuk aneh, orang yang sama sekali tidak mengenal61
ilmu guna-guna benar-benar sulit membedakan mana yang
dewa dan mana yang siluman.
Setelah Pei-pei menjelaskan semuanya akhirnya Tong
Ling bisa membedakannya. Patung dewa itu lebih tinggi dari
patung lainnya dam wajahnya tampak lebih menyeramkan
dan lebih menakutkan.
Setelah tiba di depan patung Budha itu, Tong Ling
berhenti. Dia tidak ingin banyak bertanya, akhirnya dia
membuka mulutnya juga:
"Di mana pintu rahasianya?"
Walaupun dia bisa melihat benda di dalam kegelapan,
tapi tidak begitu jelas, posisi pintu rahasia juga pasti tidak
sama, dia tidak menguasai tombol rahasia apalagi dalam
keadaan gelap, mana mungkin dia bisa melihat!
Pei-pei balik bertanya:
"Di mana patung dewanya?"
"Apakah kau buta? Bukankah sekarang aku sudah berada
di depan patung Budha?" nada bicara Tong Ling terdengar
tidak senang, "sampai sekarang kau masih tampak tidak
bersemangat, apakah kau sengaja ingin melawanku?"
"Aku benar-benar tidak melihat di mana patung Budha
itu?"
"Tapi kau bisa mengikutiku dari belakang!"
"Karena aku menaruh seekor ulat di bajumu, di dalam
kegelapan ulat itu bisa bercahaya!"
Tong Ling menoleh di atas bajunya memang ada benda
yang bersinar, memang tidak terlalu terang, tapi di dalam
kegelapan bisa terlihat jelas.
"Apakah kau ingin mencabut nyawaku? Kau mulai lagi
meletakkan guna-guna di tubuhku!" senjata rahasia segera
dicengkeramnya lagi.62
Pei-pei sangat terkejut, dia menjelaskan:
"Ulat ini tidak akan melukaimu, dia hanya memberitahu
jalan kepadaku, kalau kau tidak suka, aku akan segera
mengambilnya kembali!"
Baru saja kata-katanya habis, ulat itu sudah menghilang
dari baju Tong Ling, kata Tong Ling dengan suara berat:
"Apa kau akan melukaiku atau tidak, aku tidak tahu, tapi
jika kau menaruh kembali benda tadi di tubuhku, senjata
rahasiaku tidak akan sungkan lagi, jangan bercanda
denganku!"
Pei-pei mengangguk, kata Tong Ling lagi:
"Kau mempunyai ulat yang bisa memancarkan sinar di
dalam kegelapan, mengapa kau tidak membuatnya menjadi
terang?"
"Aku hanya memelihara 3 ekor ulat semacam ini dan
tidak bisa menerangi tempat gelap!"
"Apa maksudmu menerangi semua lampu yang ada di
tempat sembahyang?"
"Aku rasa lebih baik menyalakan sebuah lampu untuk
menerangi tempat sembahyang, sebab mereka sekarang
berada di ruang rahasia, mereka tidak akan melihat..."
"Aku curiga apakah di tempat ini ada orang atau tidak,
dari tadi kau berteriak tapi sedikit reaksi pun tidak ada?"
tanya Tong Ling.
"Pendengaranmu tajam, jika mereka bereaksi kau pasti
segera akan tahu, berarti mereka berada di ruang rahasia,
sama sekali tidak mendengar..."
Tong Ling menyalakan korek api, ruangan tiba-tiba
menjadi terang, Pei-pei menutup matanya dengan kedua
tangannya, tapi Tong Ling tidak merasa tidak nyaman,
terlihat dia sudah biasa berlatih secara ketat, sepasang63
matanya bukan hanya jeli tapi juga bisa dengan cepat
menyesuaikan diri dengan keadaan.
Butuh waktu sebentar Pei-pei baru terbiasa,
Tong Ling baru bertanya:
"Di mana pintu rahasianya? Kapan kau baru akan
membukanya?"
Pei-pei tertawa kecut, dia segera menyibakkan kain
pembungkus kepala dan berjalan menuju tempat patung
dewa, kemudian dia meletakkan kain di atas ukiran sebuah
bola api!
"Apakah itu adalah tombolnya?"
Pei-pei mengangguk:
"Kekuatannya harus tepat baru tidak akan mengeluarkan
suara!"
Tadinya Tong Ling akan keluar, sekarang dia menarik
kembali kakinya, Pei-pei berkata:
"Waktu kecil aku selalu berbohong kepada Suhu supaya
bisa keluar saat Suhu sedang berlatih di kamar rahasia,
begitu ada kesempatan diam-diam aku akan keluar! Karena
takut ketahuan oleh Suhu dan Koko, maka aku keluar atau
masuk bisa tidak mengeluarkan suara."
"Aku harap mereka lupa pada masalah ini dan tidak
mengubah tombol masuk atau keluarnya!" kata Tong Ling.
"Sejak menemukan gua dengan banyak batu di tepi
danau, mereka tidak pernah kemari lagi, kali ini kemari
mungkin karena terpaksa, itu sudah terjadi beberapa tahun
lalu, mungkin mereka sudah lupa!"
Kemudian Pei-pei mulai memutar bola api yang terukir di
atas batu itu.64
Beng To dan Sat Kao memang tidak ingat dan tidak
terpikir Pei-pei akan datang membawa bahaya bagi mereka
berdua.
Beng To adalah kakaknya Pei-pei, Sat Kao adalah gurunya
Pei-pei, hubungan mereka sangat akrab, jika Pei-pei
menyukai Wan Fei-yang yang pasti dia tidak akan mencelakai
kakak dan gurunya.
Karena mereka tahu Pei-pei adalah gadis baik dan jujur,
mereka mengira Pei-pei tidak akan mendapatkan orang yang
bisa membantunya!
Pei-pei bisa mencari Tong Ling itu benar-benar di luar
dugaan mereka.
Hanya beda satu hari, Wan Fei-yang sudah berubah
seperti orang lain, wajahnya pucat, seperti tidak berdarah.
Tapi itu bukan karena kulitnya penuh dengan benang serat
laba-laba.
Serat benang laba-laba itu terlihat sangat putih dan
tembus pandang, tapi laba-laba hitam dan berkilauan malah
terlihat menjadi abu-abu seperti Wan Fei-yang, mereka
terlihat seperti mati, walau pun seperti itu tapi mereka
masih tampak bergetar, terlihat masih bisa bergerak, tidak
seperti Wan Fei-yang yang tidak bergerak sama sekali.
Semalam dia terlihat seperti orang idiot, malam ini dia
seperti patung manusia, tidak bernyawa.
Beng To pun mengalami perubahan, kulitnya tampak
mulai bercahaya dan terlihat berwarna putih keperakan.
Dengan saat dia pertama kali keluar dari kepompong
kemudian menghisap banyak tenaga dalam dari banyak
pesilat tangguh, terlihat lain sekali. Pertama kali saat dia
memecahkan kepompong dan keluar dari sana, kulitnya
berwarna abu keperakan yang aneh, setelah menyedot65
tenaga dalam para pesilat berubah menjadi abu keperakan,
sekarang terlihat berubah lagi.
Wajah Sat Kao tidak setegang tadi, tapi dia tetap
memejamkan matanya, sepasang tangannya dengan teratur
menepuk gendang.
Sejak kemarin malam hingga saat ini dia belum
beristirahat sama sekali, dia sudah mencapai tarap sangat
lelah.
Karena suara tepukan genderang laba-laba itu masih
terus terlihat mondar-mandir, tapi laba-laba itu pun tampak
sudah terlihat lelah.
Tujuan Sat Kao adalah membuat laba-laba itu terus
merayap hingga memenuhi tubuh Wan Fei-yang, kemudian
melalui benang laba-laba itu memancing keluar semua
tenaga dalam Wan Fei-yang masuk ke dalam tubuh Beng To.
Dia selalu memperhatikan reaksi dari induk serangga itu.
Ternyata induk serangga itu senang hidup di dalam
tubuh manusia, dia tidak peduli perubahan yang terjadi di
dalam tubuh manusia, karena itu dia tetap tenang. Setelah
lama dia baru membuka kedua matanya untuk
memperhatikan perubahan yang terjadi pada Beng To.
Beng To seperti berada dalam kepompong sutera yang
dianyam dari serat laba-laba, setelah sehari semalam
benang itu mulai berubah wama menjadi putih keperakan,
hanya pada bagian tubuh Beng To,
Benang sutera laba-laba yang menyambung ke tubuh
Wan Fei-yang tadinya berwarna transparan dan terang
sekarang mulai berubah warna menjadi gelap, perubahan ini
tidak terlalu kentara, orang biasa tidak bisa melihatnya.66
Tentu saja Sat Kao memperhatikannya, jika Beng To
memecahkan kepompongnya dan keluar dia akan tertawa
sekeras-kerasnya.
Waktu semakin dekat dengan waktu Beng To
memecahkan kepompong, apakah Pei-pei dan Tong Ling
terlambat?
Tong Ling dan Pei-pei tidak tahu dalam waktu sehari
semalam telah terjadi perubahan begitu besar. Setelah
berhasil membuka pintu rahasia, mereka jadi terkejut
sekaligus senang. Sambil memberitahukan jalan rahasia
kepada Tong Ling, mereka terus berjalan menuju kamar
rahasia.
Di kedua sisi pintu rahasia terpasang lampu tempel,
karena itu mereka bisa dengan cepat tiba di sana, apalagi
Pei-pei hafal dengan jalan ke sana, mereka pun berjalan
dengan santai.
"Mereka berada di sini," kata Pei-pei.
"Apa gunanya suara genderang itu?" kedua tangan Tong
Ling memegang senjata rahasia dengan erat lalu dengan
tegang bertanya lagi, "apakah suara genderang itu untuk
mengusir serangga?"


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pei-pei mengangguk sikapnya tidak terlihat tegang
maupun khawatir, hal ini membuat Tong Ling merasa aneh,
dia tertawa dingin:
"Kelihatannya kau sama sekali tidak merasa khawatir."
"Suara genderang itu baru dimulai, begitu lembut dan
pelan, kita belum terlambat mencegah!"
"Menyedot tenaga dalam butuh waktu yang panjang!"
"Aku tidak tahu begitu jelas, tapi seharusnya memang
seperti itu, kalau tidak, kita tidak perlu bersembunyi di sini!"67
"Tapi itu kan sudah dimulai, mengapa suara genderang
itu masih ringan dan kau tidak cemas?"
"Mereka baru mulai, ini sangat menguntungkan bagi
kita," Pei-pei menjelaskan, "tenaga dalam Wan-toako baru
masuk ke dalam tubuh kakakku, dia tidak akan mengalami
banyak kerugian, dia sudah dikuasai oleh suara genderang,
hanya akan menerima aliran tenaga dalam, dia tidak akan
menyerang kita, yang kita hadapi bukan hanya..."
"Bukan hanya gurumu saja, sekarang dia sepenuh hati
memukul genderang untuk menguasai Wan Fei-yang,
walaupun dia menguasai ilmu guna-guna tapi sulit untuk
memperagakannya karena itu lebih mudah
menghadapinya," Tong Ling segera berlari ke arah suara
genderang itu.
Sambil mengejar Tong Ling dari belakang Pei-pei
berteriak:
"Hancurkan..."
"Menghancurkan genderangnya dulu, sekali dikatakan
sudah cukup, aku bukan orang yang mudah lupa!" Tong Ling
tertawa dingin, "coba kau memberitahu, kira-kira genderang
itu diletakkan di mana?"
Setelah berada di depan ruang rahasia, Tong Ling
melambaikan tangan memberi isyarat agar Pei-pei membuka
pintu rahasia itu.
Kali ini Pei-pei lebih berhati-hati, pintu ruang rahasia
lebih rumit, hingga terakhir saat pintu ruang rahasia
didorong, tetap terdengar suara berderit, hal ini sudah
diberitahukan dahulu oleh Pei-pei, karena sudah ada
persiapan walaupun terjadi suara besar, Tong Ling tidak
merasa aneh. Dan pada waktu yang tepat dia berkelebat68
masuk, senjata rahasia berada di tangannya bersamaan
waktu dilemparkan.
Ingatan Pei-pei benar-benar bagus, tapi dengan mata jeli
Tong Ling dan keputusan yang tepat, dia bisa menguasai
jarak dengan tepat.
Tenaganya tidak terganggu.
Sat Kao tidak tahu Pei-pei dan Tong Ling sudah berhasil
masuk ke kamar rahasia, setelah pintu dibuka, dia masih
tidak sadar, begitu matanya terbuka, gerakan memukul
genderang segera berhenti. Dia melihat Tong Ling yang
berkelebat masuk dan melihat senjata rahasia di tangan
Tong Ling yang berkelebat. Tubuhnya langsung ambruk ke
samping.
Ini adalah satu-satunya gerakan yang bisa dia lakukan,
dia terlalu lelah. Tapi dia sadar lihainya senjata rahasia itu.
Kalau pun senjata rahasia itu menyerangnya dan dia
meloncat, tapi di tengah udara mungkin arahnya bisa
berubah, tapi dengan keadaan nya sekarang, sulit untuk
menghindari serangan senjata rahasia itu.
Dia melihat senjata rahasia itu tidak diarahkan
kepadanya, melainkan untuk memecahkan genderangnya
tapi tetap saja dia tidak bisa mencegahnya.
Gerakan menjatuhkan diri ke samping dilakukan karena
terpaksa, terdengar suara senjata rahasia berdenting, lalu
terdengar suara genderang pecah.
Perkiraannya tidak meleset, ketepatan dan kecepatan
senjata rahasia menunjukkan senjata itu berasal dari
seorang pesilat senjata rahasia yang hebat. Setelah melihat
yang datang adalah Tong Ling, maka dia tidak merada aneh
dengan kelihaian senjata rahasianya.69
Beng To telah menceritakan kepadanya, saat Tong Pekcoan di akhir hayatnya sudah menyerahkan Tong-bun
kepada Tong Ling. Walaupun mereka mempunyai hubungan
kakek dan cucu tapi kalau bukan karena ilmu senjata rahasia
Tong Ling yang lihai, tidak akan membuat Tong Pek-coan
memilih Tong Ling memimpin Tong-bun. Membuat muridmurid Tong-bun percaya bahwa Tong Pek-coan memilih
Tong Ling bukan karena dia cucunya. Sehingga tidak
memperhatikan masa depan Tong-bun.
Maka saat senjata rahasia dilemparkan, dia segera
menegakkan tubuhnya dan genderang kecilnya segera
terjatuh.
Bersamaan waktu itu hati Sat Kao terasa berat, datang
pesilat tangguh di saat begini genting, akibatnya sulit
dibayangkan, dia mati tidak masalah, tapi Beng To tidak
boleh mati.
Genderang kecil itu terus memancarkan sinar, dilihat dari
luar tidak jelas genderang itu terbuat dari apa, apalagi
Tapak Tangan Hantu 13 Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Misteri Setan Menandak 1

Cari Blog Ini