Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 1

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 1


Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 1Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para
pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi
pengetahuan dan pengalaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan di
pasaran dari kepunahan, dengan cara mengalih mediakan
dalam bentuk digital.
Proses pemilihan buku yang dijadikan objek alih media
diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia,
maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari
kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek
buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan
kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital
sesuai kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari
buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.
Salam pustaka!
Team Kolektor E-BookLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 2
LEGENDA
PENDEKAR ULAT SUTRA
Pengarang : Huang Ying
Terjemahan : Liang YL.
Pustaka Koleksi : Gunawan Aj.
Image Sources : Awie Dermawan
Ebook PDF : yoza
Nov, 2018, Kolektor E-Book
PENERBIT :
CV. Tunas Mandiri Jaya
2012Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 3
Legenda
Pendekar Ulat Sutra
Pengarang : Huang Ying
Jilid Kesatu
U YAN-HONG bertiga baru meninggalkan rumah An-lekhou (An-lek=tentram dan bahagia, Hou=bangsawan yang
berkuasa). Ketika tandu Tiong Bok-lan sudah tiba.
Mendengar Ngo-hujin keluarga Lamkiong datang berkunjung,
Tiong Toa-sianseng cepat-cepat mempersilahkan masuk ke dalam.
Dia merasa tegang. Walaupun dia sering berkata kalau dia sudah
bisa bebas dari aturan-aturan yang ada pada waktu itu, namun
Tiong Bok-lan adalah putri kesayangan dia yang merupakan satusatunya keluarga dia.
Dia sangat jarang berkunjung ke keluarga lamkiong. Selain
sangat jauh dari rumahnya, juga sebenarnya dia menghindari
berkunjung ke sana.
Setelah ayah dan anak bertemu, Tiong Toa-sianseng merasa
senang dan juga sedih. Suaranya bergetar:
"Bok-lan, cepat bangun, biar ayah bisa melihat mu lebih jelas."
Mata Tiong Bok-lan memerah. Dia segera mendekat dan berlutut
kepada Tiong Toa-sianseng.
Tiong Toa-sianseng dengan cepat memapah sambil melihat nya,
dan menggelengkan kepalanya:
"Kau terlihat lebih kurus!"
"Ayah juga, rambut dan jenggot ayah bertambah putih!"
"Orang bila sudah tua akan seperti ini!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 4
"Tapi ayali sebenarnya tidak terlihat tua!"
"Apakah hanya rambut dan jenggot saja yang bertambah putih?
Kau selalu begitu menghibur ayah! Bagaimana kehidupanmu di
sana?" tanya Tiong Toa-sianseng.
"Baik. Keluarga Lamkiong dari atas sampai bawah sangat baik
kepadaku!"
Tiong Toa-sianseng menarik nafas:
"Beberapa tahun ini aku selalu sangsi apakah keputusanku ini
benar? Mungkin kalau kau tidak masuk ke keluarga Lamkiong,
hidupmu akan lebih bahagia."
Air mata Tiong Bok-lan berlinang. Dia terdiam. Hal ini membuat
hati Tiong Toa-sianseng sema-kin sedih:
"Marahlah kepada ayah!"
"Ayah tidak bersalah. Ayali melakukan ini demi kebahagiaan
putrimu. Apalagi ilmu silat Kakak Sie sebenarnya tinggi, sastra juga
dikuasainya dengan sangat baik. Sifat kami sangat mirip. Dia sangat
melin dungiku. Hanya putrimu bernasib tidak baik..."
"Mungkin ini adalah kehendak Thian, ayah tidak bisa apa-apa.
Tapi kau masih muda, kehidupanmu kelak..."
"Putrimu sudah terbiasa..."
"Hidup sendiri seperti itu mana mungkin bisa bahagia?"
"Bukankah ayah juga hidup sendirian?"
"Ibumu sudah meninggal sepuluh tahun lebih, ayah sudah
terbiasa!"
"Putrimu juga akan terbiasa!"
"Ayah berharap kau bisa terbiasa, tapi hidupmu masih panjang!"
Tiong Toa-sianseng menarik nafas.
"Ayah tenanglah, putrimu bisa mengurus diri sendiri!" Raut
wajah Tiong Bok-lan seperti sangat kuat. Terlihat sebelum datang
kemari, dia sudah mengambil keputusan bulat. Dia segera
mengalihkan pokok pembicaraan, "mana Suheng?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 5
"Dia masuk ke dalam istana!"
Wajah Tiong Toa-sianseng terlihat penuh rasa khawatir. Ketika
dia mau meneruskan pembicaraan, Tiong Bok-lan malah menutup
pembicaraan:
"Mengenai masalah kerajaan, lebih baik putri mu jangan ikut
campur!"
"Kau memang sangat mengerti!" kata Tiong Toa-sianseng.
1-1-1
Sesampainya di luar istana, Su Yan-hong bertiga sudah dicegat
oleh pengawal bernama Hongpo Tiong dan Hongpo Ih. Mereka tidak
merasa terkejut. Mata-mata Liu Kun memang berada di manamana.
Inilah tugas dua saudara ini. Semua hadiah yang akan dikirim
kepada kaisar harus diperiksa oleh mereka. Tapi kata-kata mereka
sangat sungkan dan sangat sopan.
Su Ceng-cau beberapa kali ingin marah tapi selalu dicegah oleh
Su Yan-hong. Di depan Su Yan-hong, gadis ini sangat penurut.
Kue dalam dus disampaikan ke tangan Hongpo bersaudara.
Katanya untuk dilihat. Tapi sewak tu dua saudara ini membalikkan
tubuh, dengan cepat kue diperiksa dengan jarum perak. Bukan
untuk memeriksa apakah ada racun tapi ingin tahu apakah di dalam
kue tersimpan barang lain.
Mereka juga ingin melihat dus yang sangat bagus yang dibawa
Siau Satn Kotigcu. Tapi Su Yan-hong segera melarang:
"Yang ini tidak boleh dilihat!"
Hal ini membuat Hongpo bersaudara tam-bah penasaran.
Mereka berkata:
"Hou-ya terlalu berlebihan!"
Tanya Su Yan-hong dengan dingin:
"Apakah kalian tahu barang di dalam dus adalah baju kebesaran
pemberian Ong-ya kepada kaisar?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 6
"Kami baru tahu sekarang!" Hongpo Ih masih bisa ter tawa.
"Apakah baju kebesaran kaisar bisa dibuka sembarangan untuk
dilihat? Kalau tidak, kau akan bersalah dan sekeluargamu akan
dihukum penggal! Maka kalian harus pikir-pikir dulu!" Su Yanhong.
Hongpo bersaudara saling pandang dan tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan. Saat itu ter dengar suara Liu Kun berkata:
"Ada apa? Ada apa?"
Su Yan-hong dan Siau Sam Kongcu terkejut. Kemun-culan Liu
Kun lebih awal dari perkiraan mereka tapi Su Ceng-cau seperti tidak
merasa tegang terhadap rahasia baju kebesaran kaisar ini. Karena
dia masih kecil, tidak berpengalaman, dan juga tidak bisa bertindak
menurut keadaan, maka dikhawatirkan hal ini akan terpuruk di
tangannya!
Hongpo bersaudara merasa lenang dan kem bali menyambut.
"Kalian benar-benar sangat lancang berani menghadang Hou-ya
masuk!"
Jelas Liu Kun sudah menguasai gerak-gerik Su Yan-hong bertiga.
"Loya!"
"Cepat mundur!" Liu Kun membentak Hongpo bersaudara. Dia
juga melihat Siau Sam, "Ini adai ala?"
"Aku Siau Sam!"
"Oh, Siau Sam Kongcu dari Hoa-san-pai!" Liu Kun tertawa dan
berkata lagi, "Sudah lama kudengar bahwa di rumah Ling-ong
banyak pesilat tangguh dan orang berbakat, benar-benar tidak
salah!"
Su Ceng-cau melihat Liu Kun dan berkata:
"Aku harus memanggilmu dengan sebutan apa? Liu-congkoan
atau Kiu-cian-swe (panggilan untuk kaisar adalah Banswe=sepuluh ribu tahun, Kiu-cian-swe=sembilan ribu tahun) "Apa
saja!" Kata Liu Kun tertawa, melihat jelas dus mewah yang dibawa
Siau Sam Kongcu katanya lagi, "hadiah apa ini?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 7
"Ini adalah baju kebesaran kaisar yang di sulam di Soh-ciu, yang
merupakan hadiah dari Ling-ong (Raja Ling) kepada kaisar!"
"Sulaman Soh-ciu memang sangat bagus dan terkenal. Ong-ya
benar-benar memperhatikan kaisar. See Yan Tjin Djin barang yang
begitu bagus ini apakah boleh aku melihat?" tanya Liu Kun.
"Bila Liu-congkoan ingin melihat, silakan!" Su Yan-hong merasa
tidak bisa menghalangi lagi, dia sendiri yang membuka dus itu.
Liu Kun mendekat, matanya melihat dan tangannya juga
menyentuh isi dus itu, sambil memuji:
"Benar-benar barang yang bagus! Kapan-kapan aku juga ingin
menyulam bajuku di Soh-ciu!"
Dia sangat memperhatikan bagian leher dan ikat pinggangnya.
Wajah Siau Sam Kongcu tidak menunjukkan ekspresi apapun, tapi
sebenarnya ke dua tangannya sudah mengeluarkan keringat dingin.
Setelah dilihat dengan teliti, Liu Kun baru menutup dusnya.
Tiba-tiba dia seperti teringat sesuatu:
"Aku masih ada urusan lain, jadi tidak bisa menemani kalian
masuk!"
"Kami tidak berani merepotkan Liu-congkoan!"
"Kalian berdua ikut aku!" Liu Kun berpesan kepada Hongpo
bersaudara, yang terpaksa mengikutinya.
Su Yan-hong menghembuskan nafas panjang.
2-2-2
Setelah melewati koridor, Hongpo Ih segera melapor:
"Di dalam kue tidak tersimpan sesuatu!"
"Baju kebesaran juga tidak ada? Apakah tersimpan di dalam
hati? Aku ingin mencoba, apakah telinga Siau-te-lu peka atau
tidak?"
Kata Hongpo Tiong:
"Mungkin mereka tidak ada tipuan!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 8
"Terhadap mereka, aku tidak pernah tenang!" Liu Kun tertawa
dingin, "suatu hari nanti mereka akan tahu kelihaianku!"
Nadanya sangat bengis, hingga Hongpo bersaudara merasa
bergidik.
3-3-3
Yang melayani kaisar adalah Siau-te-lu. Ada beberapa selir yang
kaisar sayangi dan salah satunya yang sedang melayani kaisar
bernama Tltio Gong. Thio Gong adalah salah satu dari Pat-houw (8
harimau). Dia tidak selihai Liu Kun tapi pandai mengambil hati,
maka kaisar sangat menyukainya.
Kaisar sedang beristirahat. Setelah mendengar laporan, kaisar
baru duduk kembali, tapi tetap bermalas-malasan. Melihat Su Cengcau, dia segera menatapnya dengan sorot mata cabul, sehingga
membuat Su Ceng-cau merasa tidak nyaman.
Walaupun Su Yan-hong tahu dia sedang pura-pura, tapi
mengingat Ling-ong dan kaisar dulu adalah saudara kandung, dan
kaisar dan Su Ceng-cau ada hubungan darah, dia merasa ingin
tertawa. Dia memberitahu kaisar bahwa dia adalah Tiang-lek
Kuncu.
Kaisar segera berteriak seperti baru sadar:
"Aku hampir tidak mengenal dia lagi. Beberapa tahun yang lalu,
aku pernah ikut ayah ke Lam-kiang mengunjungi paman dan
pernah bertemu denganmu, tapi waktu itu kau masih gadis kecil."
"Ini adalah Siau Sam Kongcu dari Hoa-san-pai. dia adalah guru
pedang keluarga raja, yang bertanggung jawab mengajari ilmu silat
Ceng-cau."
"Nama Siau Sam Kongcu sangat terkenal, benar-benar terlihat
seperti seorang ksatria!"
Kaisar juga mengerti dan bisa memuji.
"Aku adalah rakyat biasa, kaisar terlalu memuji!" Siau Sam
Kongcu seperti sangat terkejut.
Kaisar bertanya kepada Su Ceng-cau:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 9
"Kau jauh-jauh datang kemari membawa hadiah apa untukku?"
"Ayah sudah menyiapkan satu dus kue dan baju kebesaran
bersulam naga untuk baginda!" Su Ceng-cau tidak tahu ada rahasia
dalam hal ini, maka kata-katanya tidak mengisyaratkan suatu
petunjuk khusus.
"Kue Lam-kiang yang enak..."
"Tapi lebih bagus sulaman Soh-ciu..."
Kaisar segera mengerti. Dia berteriak:
"Ada barang yang begitu bagus, segera bawa kemari untuk aku
coba."
Kaisar adalah orang yang bertindak tergesa-gesa, maka Siau-teLu Tan Thio Gong tidak mencurigai apapun. Su Yan-hong segera
membawa dus baju mendekat.
Kaisar segera masuk ke dalam. Siau-te-Lu Tan Thio Gong segera
mengikuti dari belakang.
"Cukup An-lek-hou saja yang melayani aku!" Kaisar berhenti
sebentar kemudian menoleh kepada mereka.
Thio Gong segera berhenti. Siau-te-lu terpaksa berhenti juga.
4-4-4
Begitu masuk ke dalam kamar, kaisar langsung bersikap serius.
Ketika dia mau bertanya kepada Su Yan-hong, Su Yan-hong sudah
tergesa-gesa menaruh dus dan membukanya, kemudian
mengeluarkan baju kebesaran kaisar sambil melayangkan tangan
memberi isyarat.
Kaisar mengerti, dia pura-pura tertawa:
"Kata orang-orang, sulaman Soh-ciu sangat bagus, benar-benar
tidak salah!"
Waktu dia berbicara, Su Yan-hong dengan kukuh membuka
lengan baju kanan, mengeluarkan setumpuk kertas setipis sayap
serangga. Kertas itu tertulis penuh dengan huruf-huruf kecil.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 10
Setelah kaisar mengambil dan membacanya, dia terlihat sema kin
gembira.
Su Yan-hong tidak berani membiarkan konsen trasinya terpecah.
Dia tetap mendengarkan keadaan di luar. Walaupun di luar ada Siau
Sam Kongcu dan Su Ceng-cau juga Thio Gong, tapi dia harus
waspada bila Siau-te-lu men-cari alasan untuk masuk.
5-5-5


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mata Siau-te-lu sedang berputar-putar. Dia tidak punya alasan
yang tepat untuk masuk. Ketika dia merasa serba sulit, tiba-tiba dia
melihat Liu Kun sudah berada di depan pintu, dia sangat senang dan
langsung maju untuk menyambut.
"Kiu-cian-swe juga kemari?" teriak Thio Gong cepat.
Liu Kun tidak menunggu laporan Siau-te-lu, dia sege-ra
bertanya:
"Apakah baginda merasa baju kebesaran itu cocok? Apakah
baginda menyukainya?"
Jawab Siau-te-lu:
"An-lek-hou sedang membantu baginda memakai baju itu!"
Belum lagi menyelesaikan kata-katanya, dia sudah terkena
tamparan kemarahan Liu Kun:
"Kau benar-benar budak yang malas dan tidak berguna, sampaisampai bisa melupakan tugasmu. Ini adalah pekerjaanmu. An-lekhou adalah tamu, mengapa kau membiarkan dia
menggantikanmu?"
"Perintah baginda, hamba tidak berani melawan!" Siau-te-lu
berlutut.
"Benar-benar tidak ada aturan, sekali tidak diawasi langsung
berontak!" Liu Kun dengan marah melihat Siau-te-lu, entah sedang
marah kepada siapa, sambil marah dia juga masuk ke dalam kamar.
Tidak ada orang yang berani menghadang. Su Ceng-cau seperti
ingin bertindak tapi ditahan oleh Siau Sam Kongcu. Dia tahu reaksi
Su Yan-hong sangat tinggi. Dari teriakan Thio Gong memanggilLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 11
"Kiu-cian-swe" tadi, dia harus sudah waspada dan masih cukup
waktu untuk membereskan dokumennya."
6-6-6
Su Yan-hong tidak mengecewakan Siau Sam Kongcu. Sebelum
Liu Kun masuk, dia sudah menyim pan dokumen rahasia itu ke
dalam tas kulit di tangan nya. Bagian penting sudah dibaca kaisar.
Walaupun kaisar tidak mengingat semua pesan itu, tapi kelak Su
Yan-hong akan memberitahunya.
Sebenarnya bagian yang harus kaisar ingat tidak terlalu banyak.
Su Yan-hong sebenarnya bisa mengirim dokumen rahasia ini
dengan cara yang lebih aman, tapi dia tahu baginda sudah seperti
burung yang terkejut. Jika dia tidak membaca surat itu sendiri, akan
sulit menenangkan hatinya.
Hanya dengan bersikap tenang, semua masalah akan berjaLanlancar.
Ketika Liu Kun masuk, baginda sudah selesai mema-kai baju,
katanya sambil tertawa:
"Kau datang tepat pada waktunya, bagaimana deng-an baju
kebesaranku?"
"Sangat bagus!"
Liu Kun melihat ke kiri juga ke kanan, kadang-kadang seperti
tidak sengaja membantu baginda merapikan bajunya.
Akhirnya dia melihat bukaan jahitan di bagian lengan baju, tapi
dia diam kemudian melihat ke bagian ikat ping-gang melihat
dengan teliti.
Orang ini benar-benar licik dan lihai.
Tapi Su Yan-hong tidak melihat hal ini, dia malah menarik nafas
lega.
Akhirnya kedua tangan Liu Kun berhenti, dia tertawa kepada Su
Yan-hong:
"Hou-ya pasti merasa kesal hati!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 12
"Bisa melayani baginda, itulah keberuntunganku!"
"Hal ini seharusnya dilakukan oleh Siau-te-lu. Hal kecil begitu
pun tidak sanggup dia lakukan. Budak ini benar-benar membuatku
kecewa!"Liu Kun mengangguk, katanya lagi, "kukira aku sudah
tidak dibutuhkan lagi di sini."
Kemudian berkata kepada kaisar:
"Kalau aku tidak pergi, mungkin anda akan marah."
7-7-7
Sampai mengantarkan Tiong Bok-lan keluar dari Wisma An-lekhou dan melihat tandu sudah jauh, Tiong Toa-sianseng masih tetap
bengong berdiri di depan tangga. Dia merasakan satu perasaan yang
menggantung.
Dia menarik nafas dan merasa dirinya sudah tua.
Pada waktu itu Fu Hiong-kun datang ke depan pintu wisma Anlek-hou. Awalnya Tiong Toa-sianseng tidak melihat. Begitu
melihatnya, dia masih mengira Tiong Bok-lan kembali lagi dan
kelepasan berkata:
"Kau..."
Tapi begitu kata "Kau" keluar, dia segera tersadar kembali. Fu
Hiong-kun merasa aneh dan terus melihatnya: , "Mohon
bertanya, apakah Hou-ya ada di rumah?"
"Dia...? Dia tidak ada!" Tiong Toa-sianseng masih dalam
kebingungan.
"Bagaimana dengan Tiong Toa-sianseng?"
Tiong Toa-sianseng merasa aneh. Dia melihat Fu Hiong-kun:
"Gadis kecil, apakah kau mencariku?"
"Apakah kau Tiong Toa-sianseng?" Fu Hiong-kun me-rasa aneh.
"Aku adalah seorang tua, bukan tokoh yang terkenal, apakah ada
orang yang ingin memalsukan diriku?" Tiong Toa-sianseng tertawa.
Dengan hormat Fu Hiong-kun berkata:
"Boanpwee adalah Fu Hiong-kun dari Heng-san-pai."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 13
"Murid Ku-suthay?"
Fu Hiong-kun mengangguk, Tiong Toa-sianseng tersenyum,
berkata:
"Pandangan dia benar-benar istimewa. Murid yang diterimanya
sangat cekatan." Tiong Toa-sianseng bertanya lagi, "apakah gurumu
baik-baik saja?"
"Ku-subo sudah meninggal tiga bulan lalu!"
Tawa Tiong Toa-sianseng segera membeku:
"Dia sudah pergi selama-lamanya, kukira aku yang akan pergi
dulu daripada dia!"
Setelah menarik nafas, dia mempersilahkan Fu Hiong-kun
masuk.
Ketika melewati kebun bunga, tampak Ih-lan sedang mengejar
seekor kupu-kupu. Melihat Tiong Toa-sianseng, dia segera
berteriak:
"Sukong, bantu aku menanggap kupu-kupu!"
Tapi kupu-kupu malah terbang ke arah Fu Hiong-kun, ketika
tangan Fu Hiong-kun diangkat, kupu-kupu sudah berada di
tangannya dan tidak bisa terbang lagi.
Ih-lan berhenti di depan Fu Hiong-kun. Matanya melotot dengan
sorot aneh melihat Fu Hiong-kun.
"Apakah kau ingin menangkap kupu-kupu ini?" tanya Fu Hiongkun kepadanya.
Ih-lan mengangguk, dia melihat kupu-kupu itu.
"Ambillah!" Fu Hiong-kun memberikan kupu kupu itu.
"Terima kasih Ciri!" Dengan senang hati Ih-lan meng-ambil
kupu-kupu itu. Tapi karena tidak hati-hati, kupu-kupu terbang lagi.
"Cici! Ciri!" Ih-lan menarik lengan baju Fu Hiong-kun, berteriak
dengan cemas.
"Tidak apa-apa, kakak akan menangkap lagi kupu-kupu yang
lebih besar untukmu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 14
"Sekarang ya! Sukong, Lan-Ian ingin Cici ini menangkap kupukupu!" ? * Tiong Toa-sianseng tertawa pada Fu Hiong- kun:
?p "Apakah gurumu menitipkan barang kepada ku?"
Dari pinggangnya Fu Hiong-kun menurunkan sebuah kantong
kain:
"Inilah barang yang dipesankan oleh mendiang Subo, pesannya
harus sampai ke tangan Lo-cianpwee!"
"Kalau begitu kau main dulu dengan Ih-lan, nanti suruh dia
membawamu masuk ke dalam!"
Dia juga berpesan kepada Lan-lan:
"Ingat, harus menurut apa yang dikatakan Cici!"
"Pasti!" Lan-lan segera menuntun Fu Hiong-kun sam-bil berlari,
"Cici, kita ke sana!"
Dia terus berlari tapi tidak mengawasi ke depan maka terpeleset.
Saat dia hampir jatuh, dengan cepat Fu Hiong-kun sudah
memapahnya:
"Hati-hati Lan-lan!" Kata-katanya terdengar penuh perasaan.
Semua orang bisa melihat dia adalah seorang gadis yang baik
hati. Tiong Toa-sianseng melihatnya dan terpikir akan Su Ceng-cau.
Sifat Su Ceng-cau yang licik dan galak, dan sifat Fu Hiong-kun yang
lembut, benar-benar menjadi perbandingan yang kontras.
Di dalam kantong kain ada sebuah kebutan dan sepucuk surat.
Di surat tertulis jelas, kebutannya diberikan kepada keponakannya
Fu Hiong-kun. Dia juga menitipkan Fu Hiong-kun kepada Tiong
Toa-sianseng, berharap dia bisa mengurus dan memperhatikannya.
Memang Fu Hiong-kun pintar juga senang belajar, tapi
pengalamannya di dunia persilatan sangat kurang. Apa-lagi hatinya
baik, jika tidak berhati-hati, akibatnya tidak terbayangkan. Maka
Ku-suthay benar-benar tidak tenang terhadap muridnya ini.
Dia juga mengatakan mengenai Su Yan-hong, dari muda istrinya
sudah meninggal dan Ih-lan kurang terurus. Dia harus menikah lagi
dan Fu Hiong-kun adalah gadis yang baik hati. Dia adalah calon istriLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 15
Su Yan-hong yang sangat tepat. Ku-suthay 'bermaksud ingin
menjodohkan mereka tapi apa boleh umurnya sudah berakhir,
maka dia berharap Tiong Toa-sianseng bisa mencari kesempatan
untuk men-jodohkan mereka.
Melihat surat ini, Tiong Toa-sianseng tambah terharu. Ku-suthay
sebenarnya adalah orang yang penuh perasaan, tapi apa boleh buat
keadaan membuat dia sedih dan murung seumur hidup.
Dia percaya Ku-suthay tidak akan salah menilai orang. Baru
bertemu, kebaikan Fu Hiong-kun sudah terlihat dan Tiong Toasianseng sendiri juga mempunyai maksud yang sama. Dia berharap
Su Yan-hong bisa mendapatkan perem-puan yang baik.
Masalah seperti sangat sederhana tapi tidak mudah dijalankan.
Hal seperti ini buat Tiong Toa-sianseng adalah yang pertama kali
dia temui.
Tapi tiba-tiba dia teringat putrinya sendiri. Dia mengeluh dan
merasa terharu pula.
8-8-8
Sifat Ih-lan juga sangat baik hati. Kupu-kupu yang berada di
tangan dilihatnya sebentar, kemudian dia tertawa dan
melepaskannya lagi. Yang pasti Fu Hiong-kun terus membantu dia
menangkap kupu-kupu dan tidak merasa kesal. Gadis sesabar dia
memang tidak banyak.
Mereka berlarian di kebun bunga. Akhirnya Ih-lan merasa lelah
dan duduk, lalu katanya:
"Cici, kita main yang lain?"
"Aku kira sudah waktunya kau harus pulang. Kalau tidak, ibumu
akan merasa khawatir!"
"Dia tidak akan mengkhawatirkan aku!" Ih-lan menggelengkan
kepala.
"Anak kecil tidak boleh berbohong!"
"Itu adalah benar. Dari kecil aku belum pernah bertemu ibuku!"
Fu Hiong-kun terpaku. Ih-lan berkata lagi:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 16
"Aku pernah bertanya kepada ayah mengapa ibu tidak pernah
datang menengokku, apakah dia tidak suka kepadaku?"
"Lalu apa kata ayah?"
"Katanya ibu sudah pergi ke tempat yang jauh. Jika aku sudah
besar, dia akan datang menengokku. Sekarang aku sudah 8 tahun
tapi dia tidak pernah datang juga. Dia benar-benar membenciku!"
Fu Hiong-kun sudah tahu apa yang terjadi. Dia menghibur:
"Kau sangat pengertian, ibu tidak akan membencimu..."
"Itu pasti! Sebenarnya kalau dia tidak suka kepadaku, itu tidak
apa-apa. Tapi dia harus pulang menengok ayali. Ayah selalu
merindukan dia!"
Fu Hiong-kun mengelus-elus kepala Ih-lan:
"Salah Cici! Seharusnya jangan berbicara masa lah ini
denganmu. Mari kita ke sana menangkap kupu-kupu lagi!"
"Ah, tidak mau!"
"Kalau begitu kita main apa?"
"Biarlah aku berpikir dulu!" Tapi tiba-tiba dia meloncat dan
berteriak, "Ayah!"
Fu Hiong-kun berputar. Terlihat Su Yan-hong, Siau Sam Kongcu,
dan Su Ceng-cau sedang berjalan mendatangi.
Melihat Fu Hiong-kun, perasaan Su Yan-hong di luar dugaan. Dia
berjalan makin cepat. Su Ceng-cau juga berjalan mengikuti.
"Nona Fu, mengapa kau berada di sini?"
"Ketika Ku-subo menghembuskan nafas terakhir, dia berpesan
kepadaku untuk memberikan kantong kain ini pada Tiongcianpwee. Kalau Tiong-cianpwee tidak ada, aku akan
memberikannya padamu!"
"Guru kebetulan sedang ada di sini!"
"Aku sudah bertemu dengannya dan kantong kain sudah
kuserahkan kepadanya!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 17
Su Yan-hong mengangguk. Dia ingin berkata sesuatu tapi Ih-lan
datang memegang tangannya:
"Ayah, Cici ini suka kepada Lan-lan. Biarlah dia tinggal di sini
menemani Lan-lan."
Su Yan-hong belum berkata apa-apa, Su Ceng-cau sudah
menyela:
"Aku juga suka kepadamu, kelak aku akan datang menemanimu
setiap hari!" lalu menarik tangan Lan-lan.
"Aku tidak mau kau yang menemani!" Lan-lan tiba-tiba
menghindar.
"Piauko coba lihat Lan-lan, dia takut bersamaku!" Su Ceng-cau
bermanja-manja kepada Su Yan-hong.
"Kau selalu menakut-nakutinya, maka dia pasti takut
kepadamu!" kata Su Yan-hong tertawa.
"Ayah, Lan-lan suka kepada Cici ini. Ayah suruh dia tinggal di
sini!"
Su Yan-hong mengangguk. Dia bertanya:
"Bagaimana pendapatmu, Nona Fu?"
"Piauko, biasanya bila aku mau menginap, kau selalu menolak.
Tapi begitu marga Fu datang, kau menyuruh dia menginap!" teriak
Su Ceng-cau, "aku akan memberitahu pada ayah!"
Dia segera pergi.
Su Yan-hong merasa malu dan ingin memanggilnya, tapi Siau
Sam Kongcu menggoyangkan tangan sambil tersenyum. Dia segera
mengikuti di belakang Su Ceng-cau.
Su Yan-hong menarik nafas dan berkata pada Fu Hiong-kun:
"Piaumoi ini bila berbicara selalu semaunya. 'Harap kau jangan
marah!"
"Tidak!" dengan cepat Fu Hiong-kun berkata, "aku akan
menengok Tiong-cianpwee dulu!"
"Guru berada di belakangmu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 18
Fu Hiong-kun menoleh. Benar saja, Tiong Toa-sianseng sedang
berjalan mendatangi. Pertama-tama dia menanyakan:
"Apakah kau senang bermain, Lan-lan?"
"Aku senang! Sukong, aku ingin Fu-cici meng inap dulu di sini!"
"Nona Fu jauh-jauh datang kemari, mana mungkin tidak
menginap?" Kata Tiong Toa-sianseng kepada Fu Hiong-kun.
"Boanpwee masih ada urusan lain, maka tidak bisa menginap!"


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kata Fu Hiong-kun.
"Nona Fu baru pertama kali datang ke ibu kota, tentunya masih
tidak mengenal jalan!"
"Orang dunia persilatan sudah biasa! Apakah masih ada hal lain
yang akan Cianpwee suruh Boanpwee kerjakan? Harap berpesan!"
"Tidak ada! Ku-suthay adalah Bibinya Yan-hong. Dia juga sudah
berteman lama denganku. Harap kau jangan menganggap kami
adalah orang lain!"
"Cianpwee berkata terlalu berat!" Fu Hiong-kun tersenyum
lembut. "Tugas yang dipesan oleh mendiang guru sudah selesai,
Boanpwee pamit!"
"Kau ingin pergi, kami tidak berani memaksa!" Kata Tiong Toasianseng.
Ih-lan menarik-narik Fu Hiong-kun:
"Cici, betulkah kau mau pergi..."
Fu Hiong-kun melihat Ih-lan seperti mau menangis. Dia jadi
tidak tega dan berkata:
"Cici tidak berniat untuk meninggalkan ibu kota dengan cepat,
bila ada waktu Cici akan datang mencarimu!"
"Cici berjanji ya!" Ih-lan berkata serius.
"Janji!"
9-9-9
Sampai bayangan Fu Hiong-kun tidak terlihat lagi, barulah Su
Yan-hong dan Ih-lan kembali.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 19
"Apakah Cici akan datang lagi?" kata Ih-lan.
"Kau suka kepada Cici ini?" Su Yan-hong balik bertanya.
"Cici juga suka kepada Lan-lan!"
"Kalau begitu dia akan datang lagi mengunjungimu!" Su Yanhong merasa aneh mengapa dia juga mengharapkan Fu Hiong-kun
kembali.
10-10-10
Sekembalinya ke ruangan, Tiong Toa-sianseng baru bertanya:
"Yan-hong, apakah kau tahu siapa guru Nona Fu?"
"Bibi..."
Tiong Toa-sianseng mengeluarkan kebutan: "Bibimu
meninggalkan kebutan ini untukmu!"
"Kebutan ini pemberian ayah kepada bibi. Keluarga Su sangat
sedikit, tidak disangka..."
"Hidup, tua, sakit,, mati tidak bisa dihindari. Bagi bibimu, itu
adalah suatu pelepasan!" kata Tiong Toa-sianseng sambil
mengeluarkan surat, "surat ini ditujukan kepadaku, tapi kau boleh
melihatnya, kau akan tahu keinginan bibimu!"
Su Yan-hong dengan heran menerima surat dan membaca. Dia
merasa bingung, semua ini di luar dugaannya.
"Bagaimana menurutmu tentang Nona Fu?" tanya Tiong Toasianseng.
"Bibi lebih mengerti dia!"
"Yan-hong!"
"Guru, sekarang murid benar-benar tidak ada waktu untuk
mengurus masalah pribadi!"
Tiong Toa-sianseng setuju tapi dia juga percaya jodoh diatur
Thian, tidak bisa dipaksakan. Sebaliknya jika jodoh sudah datang,
tidak ada orang yang bisa menahannya.
Sebenarnya Fu Hiong-kun pertama kali masuk ke ibukota. Dia
tidak begitu mengenal jalan. Sepanjang jalan dia berjalan sendiriLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 20
juga tidak merasa ada yang aneh. Sekarang tujuannya sudah
tercapai, dia tidak merasa bingung, juga merasa sendirian.
Dia seorang gadis yang penuh perasaan. Dia berjalan tanpa
tujuan, kemudian baru mulai merasa ada yang mengikuti dia.
Awalnya dia mengira dia salah, tapi begitu berjalan lagi dia memas
tikan yang mengikuti dia adalah seorang pendeta muda, sambil
menguntit dia juga melihat ke kiri dan kanan, seperti takut ada
orang yang meng-ikutinya.
Dia sangat aneh. Begitu melihat dia menoleh, pendeta muda
malah melambaikan tangan kemudian masuk ke dalam sebuah gang
kecil.
"Siapakah dia?" pikirnya sambil berjalan ke sana.
Pendeta muda menunggu dia di dalam gang. Melihat dia datang,
segera dia memberi hormat: "Nona Fu!"
"Kau adalah...?"
"Aku Lu Tan!"
Pendeta itu mengangkat kepala. Dia adalah putra pejabat Lu
Kian.
Fu Hiong-kun tidak begitu mengingat nama Lu Tan tapi seperti
pernah bertemu di mana. Setelah memutar otaknya, akhirnya dia
teringat:
"Aku pernah bertemu dengannya di Bu-tong- san."
"Aku adalah murid bukan pendeta Bu-tong-pai. Walau pun dia
ikut pertarungan Bu-ti-bun, tapi tetap dipilih oleh paman guru Yan
Cong-thian untuk menjadi muridnya. Waktu nona mencari Wantoako ke sana, kita pernah bertemu. Hanya saat itu aku tidak
berpenampilan seperti ini!"
Begitu menyinggung naga Wan Fei-yang, Fu Hiong-kun merasa
sedih lagi. Dia dengan kebingungan berkata:
"Menjadi pendeta juga bagus!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 21
Dia teringat lagi waktu di kuil dia berlutut tiga hari tiga malam
memohon. Ku-suthay tetap tidak mengijinkan dia memotong
rambut untuk menjadi seorang biksuni.
Tapi Lu Tan malah berkata:
"Aku berpenampilan seperti itu karena ingin menutup mata dan
telinga orang!"
"Oh?" Fu Hiong-kun tidak merasa aneh, sebab dari gerak gerik
Lu Tan, dia sudah melihat Lu Tan seperti orang yang sedang
menghindari sesuatu.
"Apakah Liu Kun juga tidak melepaskanmu?"
"Kalau bukan Lam-touw Lo-cianpwee (Pencuri selatan) dan
muridnya yang menyelamatkan, aku sudah mati di tangan Pak-to
(Perampok utara) dan Hongpo bersaudara!"
"Dalam perjalanan menuju ibukota, aku mendengar ayahmu
dicelakai oleh Liu Kun. Semua orang sedih mendengar hal ini.
Hanya saja kekuatan Liu Kun terlalu besar. Kita hanya bisa diamdiam bercerita dan tidak berani menyebarkan kabar ini!"
"Dia sendiri mengaku dia adalah Kiu-cian-swe. Kaisar juga
dikuasai oleh dia dan takut kepadanya, apalagi rakyat biasa." kata
Lu Tan marah.
Fu Hiong-kun juga melihat dia:
"Kau berpenampilan seperti ini dan tinggal di ibukota, apakah
karena ingin mencari kesempatan untuk balas dendam?"
"Liu Kun selalu berada di dalam istana, di sebelah kiri dan
kanannya selalu dilindungi oleh pesilat tinggi. Ingin membunuh dia
bukanlah hal yang mudah, tapi bila ada sedikit kesempatan, aku
tidak akan melepaskan dia. Tapi dunia terlalu besar, aku harus
datang dan pergi ke mana?"
Fu Hiong-kun menghiburnya:
"Bila tuan menunggu untuk membalas dendam, tiga tahun juga
tidak terasa. Kau bisa kembali ke Bu-tong-san dan berlatih ilmu
silat, setelah lebih kuat baru mengatur rencana lagi!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 22
"Bu-tong-pai terus menerus mendapat musibah. Wan-toako
entah pergi ke mana. Walaupun ada keinginan seperti ini tapi aku
tidak tahu harus belajar kepada siapa?"
Fu Hiong-kun juga sedih karena memang seperti itulah keadaan
Bu-tong-pai.
"Wan-toako harus pulang!" Fu Hiong-kun ber kata sendiri.
"Setelah di Koan-jit-hong bertarung dengan Tokko Bu-ti, dia tinggal
di Siauw-lim-si selama tiga tahun. Sekarang masalah Siauw-lim-si
sudah beres, maka sekarang saatnya dia kembali ke Bu-tong-pai!"
"Apakah Wan-toako berada di Siauw-lim-si?"
"Sekarang sudah tidak lagi!" Fu Hiong-kun menggelengkan
kepala, "kelihatannya kau kurang tahu tentang berita-berita di
dunia persilatan."
Lu Tan mengangguk:
"Beberapa tahun ini aku selalu berada di sisi ayahku. Di ibukota
memang jarang ada orang dunia persilatan. Orang-orang dari satu
perkumpulan sangat sedikit dan jarang saling berkunjung!"
"Pantas saja sampai berita Wan-toako membantu Siauw-lim-si
mengalahkan Put-lo-sin-sian (Dewa yang tidak pernah tua) dari
Pek-lian-kau yang sangat menggegerkan dunia persilatan, kau juga
tidak tahu!"
Lu Tan tertawa kecut:
"Kalau begitu di manakah aku bisa mencari Wan-toako?"
"Aku sendiri juga sedang mencari dia!" Fu Hiong-kun terlihat
sedih.
Lu Tan pernah mendengar hal-hal tentang Wan Fei-yang dan Fu
Hiong-kun. Melihat Fu Hiong-kun seperti itu, dia merasa terharu.
"Mungkin Wan-toako sudah kembali ke Bu-tong-san tapi
sepanjang jalan aku tidak mendengar ada kabarnya!"
"Perkumpulan kami juga tidak mendengar kabarnya."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 23
"Murid-murid Bu-tong-pai yang berada di ibu kota berjumlah
berapa orang?"
"Tidak sampai 10 orang!"
"Walaupun tidak banyak tapi bagimu pasti ada kebaikan!"
"Tapi mereka tidak tahu identitasku yang sebenarnya."
"Apakah kau khawatir akan menyusahkan mereka?"
Lu Tan menggelengkan kepala:
"Ini adalah dendam pribadi!"
"Kau salah!" Fu Hiong-kun dengan serius berkata, "Liu Kun
mendatangkan malapetaka bagi negara dan rakyat. Dia sudah
menjadi musuh semua orang. Demi menghindari bencana pada
orang-orang yang tidak bersalah, teman-teman yang menjaga ke
adilan dan kebenaran harus bersatu, sama-sama menghadapi orang
ini!"
"Apakah kau menganggap hal ini harus begitu?"
"Semua teman yang menjaga keadilan bermaksud begitu, apakah
kau menganggap hal ini salah?"
Lu Tan menggelengkan kepala, tertawa kecut:
"Aku bukan benar-benar orang dunia persilatan, tapi aku kira
aku akan terbiasa dengan cepat!"
"Tapi sekarang kau sudah lebih mirip orang dunia persilatan!"
Lu Tan tertawa.
"Aku harap bisa membantumu untuk masalah ini!" kata Fu
Hiong-kun.
"Terima kasih Nona Fu!"
"Jangan sungkan! Sekarang kau mau ke mana?"
"Aku jalan-jalan dulu, mungkin bisa mendapatkan kabar yang
lain. Tidak disangka bisa ber temu dengan Nona Fu! Apakah Nona
Fu ada keperluan?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 24
Fu Hiong-kun dari tadi sudah memperhatikan orang di sekeliling
mereka. Orang-orang itu melihat mereka dengan sorot mata yang
aneh. Seorang gadis berbicara lama dengan seorang pendeta di gang
kecil, memang terasa aneh. Maka dia berkata:
"Sudah beres! Mari kita pergi dari sini!"
Lu Tan mengangguk:
"Di mana Nona Fu tinggal?"
"Tadi pagi aku baru datang dan masuk kota!"
"Berarti Nona Fu belum ada tempat tinggal. Bagaimana kalau
sementara ini Nona tinggal di Pek-wan-koan?"
Fu Hiong-kun berpikir sebentar, dan akhirnya mengangguk. Dia
berharap bisa mengetahui keberadaan Wan Fei-yang dari murid Butong-pai.
Kalau Wan Fei-yang muncul, sedikit banyak murid Bu-tong-pai
akan mendapatkan kabar. Namun kemudian terpikir olehnya, Lu
Tan sampai-sampai tidak mengetahui berita Wan Fei-yang yang
sudah mengalahkan Put-lo-sin-sian, hal ini membuat Fu Hiong-kun
tertawa kecut. Tapi di sisi lain ada perasaan mau pergi ke mana dan
mulai dari mana sementara waktu sudah menghilang.
11-11-11
Di dalam hati Liu Kun, Lu Tan bukannya tidak penting, tapi
karena orang yang harus dihadapinya terlalu banyak. Boleh
dikatakan setiap hari pasti ada calon bara yang muncul, tapi dia
tidak merasa pusing, malah menganggap itu adalah menye
nangkan.
Beberapa hari ini yang membuat dia cemas adalah An-lek-hou
dan Tiang-lek Kuncu yang membawa baju kebesaran kaisar titipan
Ling-ong kepada baginda.
Rahasia apa yang tersimpan di lengan baju? Liu Kun tidak bisa
menebak. Maka begitu terpikir akan hal ini, dia langsung tidak enak
hati. Bila dia tidak suka, dia selalu mengomel. Maka begitu melihat
ekspresi dia yang sedang kesal, Hongpo bersaudara yang selaluLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 25
berada di sisinya segera merasakan dan selalu tidak berkomentar
apa-apa.
Tapi setelah Hongpo Ih tahu penyebab kecemasan Liu Kun, dia
ingin menonjolkan diri dan menunjukkan bahwa dia pintar juga
cekatan, maka dia segera bertanya:
"Apakah Kiu-cian-swe teringat lagi akan baju kebesaran kaisar
itu?"
Liu Kun menyahut. Hongpo Ih berkata lagi:
"Di dalam baju kebesaran pasti ada rahasiai"
"Rahasia apa?" Liu Kun segera bertanya.
Hongpo Ih terpaku. Hongpo Tiong mengeluh di dalam hati.
"Apakah ada berita khusus?" tanya Liu Kun.
"Pagi hari ini Ki Siang-su menjumpai Hoan-ta-hu untuk main
catur..."
"Ini adalah masalah kecil..."
"Kata-kata Hoan-tai-hu tidak menaruh hormat kepada Kiu-cianswe. Dia mengatakan Kiu-dan-swe sombong dan menguasai
kerajaan!"
Liu Kun malah tertawa:
"Kutu buku seperti dia, apalagi sudah tua, tidak perlu dilayani!"
"Pejabat Tu-si-pui-ceng dan teman baiknya Liu Kian semalam
mabuk arak. Mereka terus membicarakan Kiu-cian-swe. Laporan
sudah diantar kemari, apakah Kiu-cian-swe ingin melihatnya?"
"Tidak perlu melihat. Aku sudah tahu apa isi laporan itu. Itu
bukan pertama kalinya. Kapan-kapan cari waktu untuk
menyingkirkan mereka!" Tiba-tiba Liu Kun tertawa dingin, "kapan
dua Kaucu itu bisa masuk?"
"Malam ini jam satu akan masuk kota melalui pintu Cong-bun!"
kata Hongpo Tiong sedikit tegang.
"Sangat baik!" Liu Kun senang, "Ini adalah hal yang paling
penting, mengapa baru sekarang memberitahu padaku?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 26
"Kabar baru sampai. Kita membuat kejutan agar Kiu-cian-swe
senang!" Hongpo Tiong berkata dengan hormat.
Liu Kun tertawa:
"Mereka mau membantu kita, semua masalah akan beres!"
Kemudian dia berkata lagi, "apakah barang yang mereka butuhkan
sudah disiapkan?"
"Kiu-cian-swe tenang saja, semua sudah siap!"
"Semua ini aku serahkan kepada kalian!"
Kemudian dia segera berbaring di ranjang.
Malam hari. Dari pintu belakang kota Cong-bun, ada dua peti
mati digotong masuk. Prajurit yang beijaga di pintu kota sudah


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diganti dengan orang-orang Liu Kun. Setelah mencocokkan katakata rahasia, Hongpo bersaudara segera menyuruh membuka pintu
kota dan membiarkan peti mati masuk.
Delapan orang laki-laki yang menggotong peti mati terlihat
seperti orang biasa. Baju kerja mereka tidak bercela, itu pasti sudah
dipilih dengan teliti.
Di sepanjang jalan selalu ada orang-orang Liu Kun yang diamdiam melindungi dan mengawasi mereka. Bila ada orang yang
dicurigai, langsung di cegat mereka.
Untuk menghindari perhatian orang, dua bersaudara Hongpo
tidak berjalan bersamaan. Mereka berdua berjalan ke sisi.
Delapan orang laki-laki yang menggotong peti mati melewati
jalan besar, gang kecil, dan akhirnya masuk ke toko Tiang-seng. Peti
mati masuk ke kota Tiang-seng sangat wajar untuk menutup mata
dan telinga orang. Memang itu adalah cara yang paling bagus.
Di dalam toko Tiang-seng ada sebuah terowongan rahasia untuk
masuk ke kota Hu-hiang. Jalan rahasia ini tidak mudah dibuat dan
kamar rahasia yang menyambung ke tempat rahasia di bawah sana'
tidak sederhana.
Peti mati ditaruh di kamar rahasia itu. Delapan laki-laki tegap
segera berlutut di sisi. Di dalam kamar sudah ada puluhan orangLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 27
yang penampilannya berbeda-beda menunggu, mereka juga ikut
berlutut.
Sebuah pintu rahasia terbuka. Hongpo bersaudara juga datang.
Mereka tidak berlutut tapi berdiri dengan tegak dan serius.
Penutup peti pelan-pelan meluncur membuka, tanpa suara
terjatuh ke tanah. Dua orang laki-laki setengah baya duduk di peti
mati. Mereka berbaju emas, wajahnya kering, tinggi dan kurus
seperti mayat hidup. Dua orang ini adalah anak buah Put-lo-sin-sian
dari Pek-lian-kau, Thian-kun (Langit yang terhormat) dan Te-kun
(Bumi yang terhormat) dari Sam-kun. Sekarang orang dunia
persilatan menjuluki mereka Eng-hai Siang-yauw (Sepasang iblis
dari Eng-hai). Couw Put-sian dan Couiu Put-hwi, 2 bersaudara.
Mereka yang tadinya berbaju perak, sekarang sudah diganti
menjadi baju emas. Wajah mereka masih seperti dulu, hanya kulit
tubuh dan rambut yang sudah berubah. Rambut yang hitam
menjadi putih keabuan. Di kulit tubuh yang putih terlihat muncul
nadi-nadi darah. Mata yang tadinya bagian putih lebih banyak dari
hitam, sekarang ada lingkaran darah yang memenuhi bola mata,
membuat orang merasa mereka lebih mirip siluman.
"Bunga teratai bersih tidak terkena tanah, terang juga bersih.
Buddha turun ke dunia untuk menyelamatkan manusia!" muridmurid Pek-lian-kau terus berseru di dalam kamar rahasia.
"Kaucu panjang umur!"
Thian-te-siang-kun tertawa dan berdiri. Walau pun mereka
belum menemukan Bi-giok-leng (Perintah giok hijau) untuk
memimpin semua murid Pek-lian-kau, tapi di depan murid Peklian-kau yang mendukungnya, mereka sudah seperti menjadi ketua
Pek-lian-kau yang tidak resmi.
"Kami Hongpo bersaudara menemui Ji-wi Kaucu!" Hongpo
Tiong dan Hongpo Ih mendekat untuk memberi hormat.
"Kalian berdua tidak perlu sungkan!" Thian-kun melayangkan
tangan, "apakah kalian dikirim oleh Kiu-cian-swe?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 28
"Betul!" jawab Hongpo Ih, "di wisma Kiu-cian-swe sudah
mengatur semuanya, hanya menunggu kedatangan Ji-wi Kaucu!"
"Kadang-kadang banyak masalah yang tidak leluasa kita lakukan
di wisma Kiu-cian-swe!" Thian-kun tertawa, "apakah ada gerakan
orang dunia persilatan di ibukota?"
"Tidak ada!"
"Apakah di antara mereka ada yang sulit dihadapi?"
"Mereka adalah Lo-taikun dari keluarga Lam-kiong, dan ketua
Kun-lun-pai Tiong Toa-sianseng." Hongpo Tiong tidak menyebut
nama Lam-touw (Pencuri selatan). Walaupun ilmu mereka kalah
dari Lam-touw tapi mereka selalu menganggap Lam-touw hanyalah
sejenis Pak-to (Perampok utara), tidak bisa disamakan dengan Lotaikun dan Tiong Toa-sianseng.
Thian-te-siang-kun saling pandang. Thian-kun berkata:
"Suruh Kiu-cian-swe tenang. Lo-taikun dan Tiong Toa-sianseng
tidak perlu ditakuti. Kami dua bersaudara akan mengatasi mereka!"
Dia bertanya pada seorang anak buahnya:
"Apakah barangnya sudah siap?"
"Lapor kepada Ji-wi Kaucu! Semua sudah siap dan kapanpun bisa
digunakan!"
"Baik!" Thian-kun tertawa. Suaranya membuat orang merasa
takut.
"Sudah sampai waktunya!" Te-kun melayangkan tangan.
Dua murid Pek-lian-kau segera menekan tombol di dinding,
terdengar suara CHA! CHA! Pintu rahasia segera terbuka. Kemudian
ada suara dua anak kecil menangis.
Thian-te-siang-kun seperti hantu gentayangan melayang masuk
ke dalam pintu rahasia dan pintu segera menutup.
Murid Pek-lian-kau tadi segera memberi hormat kepada Hongpo
bersaudara:
"Silahkan kalian berdua!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 29
Pintu yang dimasuki Thian-te-siang-kun tadi masih terbuka,
Hongpo bersaudara tidak banyak bicara, mereka segera masuk.
Murid-murid Pek-lian-kau ikut masuk. Sewak tu pintu tertutup,
terdengar suara anak berteriak memilukan dari ruangan rahasia.
Sekelompok murid Pek-lian-kau seperti tidak merasakan apaapa. Tapi Hongpo bersaudara yang setelah mendengar suara itu
malah bergetar seperti kedinginan.
Walaupun mereka adalah orang dunia hitam, juga tahu Thiante-siang-kun sedang berlatih ilmu sesat, tapi begitu tahu bahan
pokoknya adalah anak kecil, hati mereka tetap tidak nyaman!
*** Berita-berita diperoleh Liu Kun dengan sangat cepat. Bila dilihat
dari luar, An-lek-hu Su Yan-hong, Tiong Toa-sianseng dan Ci-cuwan keluarga Lam-kiong tidak melakukan tindakan yang
merugikan Liu Kun.
Menanggapi An-lek-hu Su Yan-hong yang di temani Tiang-lek
Kuncu mengantarkan baju kebesaran kepada kaisar, Ci-cu-wan
tetap tenang. Kejadian ini tidak berbeda dengan dulu ketika Lotaikun pernah masuk ke ibukota untuk bersembahyang.
Sebenarnya Ci-cu-wan memang tenang. Dari luar, semua orang
tidak merasa ada yang tidak beres dan seperti sudah terbiasa.
Terkecuali Kang Bing-cu. Tadinya dia siap berangkat ke ibukota
untuk bersenang-senang tapi semua orang memilih untuk tinggal.
Di Ci-cu-wan, kecuali Tiong Bok-lan yang pernah keluar sekali, yang
lain tidak tertarik untuk keluar.
Keinginannya untuk keluar membuat Bing-cu segera teringat
kepada Tiong Bok-lan. Dia juga biasanya lebih akrab dengannya.
Pagi-pagi dia sudah datang mencari Tiong Bok-lan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 30
Tiong Bok-lan merasa aneh. Pada saat itu dia sedang melukis.
Tiba-tiba Bing-cu masuk. Tiong Bok- lan ingin menyimpan
lukisannya, tapi tidak sempat lagi.
Dia melukis bunga dan pohon, dan menulis dua kalimat puisi,
tapi semua ini bisa melukiskan keadaan pikirannya. Maka dia takut
Bing-cu mengetahui apa yang sedang dia pikirkan.
Memang Bing-cu punya mata yang tajam dan juga pikiran yang
lincah, tapi dia sedang memikirkan hal lain.
"Bibi kelima, apakah kau merindukan paman kelima lagi?"
Tiong Bok-lan menghembuskan nafas, matanya memerah:
"Apakah kau datang mencariku?"
"Apakah hari ini bibi mau ke ibukota?" Bing-cu bertanya dengan
suara kecil.
Tiong Bok-lan menggelengkan kepala. Bing-cu segera berkata
lagi:
"Carilah satu alasan, Tai-kun akan mengijin-kan kita pergi ke
ibukota!"
"Mengapa?" Tiong Bok-lan sedikit terkejut.
"Asal kau membuka mulut, Tai-kun pasti akan setuju
denganmu!" Akhirnya Bing-cu menyampaikan isi hatinya, "Setiap
hari tinggal di Ci-cu-wan, aku merasa bosan!"
"Jika Tai-kun tahu, dia akan marah padaku!"
"Kalau bibi tidak memberitahunya, mana mungkin dia bisa
tahu?"
"Tapi bila dia bertanya, aku tetap akan mem-beritahu. Tapi hari
ini aku masih..."
Bing-cu menyela:
"Aku benar-benar ingin ke kota untuk melihat lihat!"
Tapi Tiong Bok-lan tetap menggelengkan kepala. Bing-cu tahu
sifatnya maka dia tidak berkata apa-apa lagi. Dia menghentakkan
kaki, membalikkan tubuh keluar dari kamar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 31
Tiong Bok-lan seperti ingin memanggilnya. Begitu berdiri, dia
lalu duduk kembali lagi sambil menggelengkan kepala.
12-12-12
Keluar dari kamar Tiong Bok-lan, Bing-cu masih berlari
berbelok-belok melalui kebun, hampir-hampir bertabrakan dengan
Kiang Hong-sim yang baru keluar dari pintu.
Bing-cu masih berlari. Kiang Hong-sim berteriak:
"Bing-cu, kau mau ke mana?"
"Tidak tahu!"
"Siapa yang membuatmu marah? Beritahukan kepadaku, biar
aku marahi dia!"
"Aku sangat bosan tinggal di Ci-cu-wan. Aku meminta bibi
kelima membawaku ke kota, tapi dia mengkhawatirkan ini dan itu.
Kalau tidak memberi tahukan pada Tai-kun, kita pergi diam-diam
dan pulang diam-diam, mana mungkin Tai-kun bisa tahu?"
"Kau mau ke kota? Kukira ada apa, ternyata hanya itu..." Kiang
Hong-sim tertawa.
"Bagaimana kalau bibi kedua yang membawamu pergi?"
"Betulkah?"
"Asal jangan kau bocorkan hal ini!"
"Itu pasti!"
"Lihat dirimu, begitu cemas!" Kiang Hong-sim melihat ke
sekeliling, kemudian menarik Bing-cu masuk ke dalam hutan
bambu.
Di ujung hutan bambu ada sebuah dinding tinggi. Asal bisa
melewati dinding ini, maka sudah berada di luar Ci-cu-wan. Dengan
ilmu meringankan tubuh mereka, melewati dinding ini mudah
seperti membalikkan telapak tangan.
13-13-13
Sim-sa-hai adalah tempat yang menarik. Sekali pun bagi orang
yang sudah tinggal lama di ibu kota, tempat ini tetap menarik,Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 32
apalagi bagi Bing-cu yang baru pertama datang. Di sepanjang jalan
dia melihat ke kiri dan ke kanan. Begitu mendengar ada suara
simbal dan dari Kiang Hong-sim dia mengetahui bahwa itu adalah
tukang obat, dia bertambah senang dan ribut ingin ke sana untuk
melihat-lihat keramaian.
Kiang Hong-sim tidak melarang, juga tidak ikut ke sana. Dia
hanya berpesan kepada Bing-cu:
"Bila kau ingin ke sana, jangan pergi ke mana-mana, nanti aku
akan ke sana mencarimu!"
"Bibi kedua mau ke mana?"
"Aku ingin membeli bedak dan pemoles bibir!"
"Bibi kedua begitu cantik, apakah masih mem butuhkan bedak
dan pemoles bibir?"
"Anak kecil tahu apa?"
"Aku tidak tertarik dengan barang ini!" Bing-cu sudah lari ke
dalam kerumunan orang.
Setelah dia pergi jauh, Kiang Hong-sim baru berjalan dengan
sikap serius.
Dia berkata kepada Bing-cu kalau dia ingin membeli bedak, tapi
sekarang dia malah berjalan ke sebuah toko kulit. Toko kulit ini
adalah toko kulit Hu-hiang tempat Thian-te-siang-kun
bersembunyi.
Pemilik toko adalah murid Pek-lian-kau. Melihat ada tamu yang
datang, dia segera melayani. Tapi begitu melihat Kiang Hong-sim,
dia terpaku.
Tangan kanan Kiang Hong-sim ditaruh di atas meja. Kelima
jarinya bersatu seperti sekuntum bunga yang mekar. Begitu pemilik
toko melihat tangannya, dia baru pelan-pelan membuka jarinya
satu persatu. Jari yang pertama dibuka adalah jari tengah kemu dian
diikuti oleh jari telunjuk, jari manis dan kelingking.
Telapak kiri pemilik toko berada di meja. Dia seperti tidak
sengaja menutup kemudian membuka telapak tangannya tiga kali.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 33
Jari Kiang Hong-sim berubah dua kali, kemudian dia bertanya:
"Lo-pan, apakah ada yang lebih bagus?"
"Ada! Masuklah ke dalam untuk melihat- lihat!"
Dia membawa Kiang Hong-sim masuk. Tawanya sangat licik dan
aneh.
Sorot mata Kiang Hong-sim juga tampak seperti itu.
14-14-14
Siau Cu sangat rajin seperti biasanya. Sebelum Bing-cu datang
menonton, dia sudah memasang jenggot dan rambut palsu
berwarna putih keabuan. Wajahnya dilukis dengan cat berwarna.
Dia sudah berubah menjadi seorang tua. Dia meniru gerakan Lamtouw, hanya tidak membawa Holou yang berisi arak. Tapi gerak
mabuknya sudah sangat mirip, benar-benar mirip.
Semua orang yang melihat pertunjukan mereka adalah
pelanggan lama. Gerakan lucu Siau Cu membuat semua orang
tertawa terbahak-bahak.
Lam-touw tidak menyangka Siau Cu bisa meniru dia dengan
begitu mirip, maka dia terus menghentakkan kaki. Keenam
indranya seperti akan mengeluarkan asap. Dia marah, kemudian
minum arak lagi.
Siau Cu tidak peduli. Setelah itu, dia lalu bermain sulap. Satu
demi satu trik sulap dimainkan-nya, yang terakhir adalah 'Pa-puiki-tan (Telur ayam ada di mana). Terlihat kedua tangannya terus
ber-gerak. ke kiri mencengkram, ke kanan juga, di atas kepala,
hidung, telinga, bibir, mata, di semua tempat yang dicapai
tangannya muncul telur ayam, dan diisi penuh ke dalam sebuah
keranjang. Semua orang tahu itu hanya trik kecepatan tangan. Tapi
semua orang kagum pada kecepatan tangannya, dan merasa heran
di mana dia bisa menyimpan telur sebanyak itu?
Di akhir sulapnya, dia meminta sumbangan uang. Sambil
membawa wadah mengelilingi lapangan, uang logam masuk keLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 34
wadahnya. Jumlahnya lumayan banyak. Lalu penonton perlahanlahan bubar.
Ketika Siau Cu pertama kali melewati Bing-cu, Bing-cu sama
sekali tidak ada reaksi. Dia hanya melihat sepasang tangan Siau Cu
dengan aneh. Tapi Siau Cu tidak melayaninya. Setelah berkeliling
satu putaran dan melihat Bing-cu masih berdiri di sana, maka
wadah uangnya segera ditujukan ke Bing-cu.
Bing-cu melemparkan satu tail perak ke dalam wadah, yang
mengeluarkan suara yang sangat keras.
Siau Cu segera berhenti. Dia merasa hal ini di luar dugaan, dia
melihat Bing-cu melihat sekeliling, kemudian dia teringat Su Cengcau. Umur Su Ceng-cau dan Bing-cu hampir sama tapi dia lebih royal.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi memang keadaannya berbeda. Waktu itu Su Ceng-cau
memecahkan banyak piring juga mengusir banyak penonton.
Kecuali Siau Sam Kongcu, pengawal, pembantu sampai berjumlah
banyak.
Bing-cu terus menatap dengan diam. Penampilannya seperti
orang yang mempunyai hubungan dengan kaisar. Di sekelilingnya
tidak ada pengawal. Dia terlihat masih muda dan polos.
Siau Cu melihat Bing-cu. Dia menggelengkan kepala:
"Gadis kecil, tidak perlu memberi uang begitu banyak, beberapa
uang kecil sudah cukup!"
"Paman, anggaplah uang itu untuk aku belajar pengetahuan!"
Bing-cu berkata serius.
Siau Cu terpaku, sekarang dia baru memperhatikan, ternyata
Bing-cu begitu cantik. Tapi dia tetap tidak tahan dan tertawa:
"Gadis kecil suka bercanda! Menjual obat, menjual teknik tidak
ada harapan baik. Apa yang bisa kau pelajari?"
"Bukankah tadi semua orang sangat suka? Bila aku sudah belajar
dan sulapku ditonton orang, bukankah mereka juga akan senang?"
Bing-cu menarik lengan baju Siau Cu:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 35
"Paman, ajarilah aku sulap Pa-pui-ki-tan!"
Siau Cu melihat tangan Bing-cu yang putih:
"Apakah kau benar-benar mau belajar?"
"Betul!" Bing-cu segera mengambil beberapa butir telur,
"sebenarnya butir-butir telur ini tadi kau sembunyikan di mana?"
"Kau harus belajar memegang telur dulu, nanti baru belajar yang
lain!"
Bing-cu mengambil sebutir telur dengan tangan kanan. Dia
mempelajari cara Siau Cu memegang telur.
"Kalau begitu cara memegangnya, mana bisa kita bergerak?
Lihat yang jelas, harus begini!" Siau Cu mengambil telur yang lain.
Bing-cu memperhatikan, juga belajar. Dia memang gadis pintar,
tapi memegang telur dia kurang bisa. Dari beberapa sudut Siau Cu
memperagakan caranya agar Bing-cu bisa melihat dengan jelas.
Terakhir Siau Cu memegang tangannya:
"Waktu memegang telur, jari telunjuk dan jari tengah jangan
terlalu kuat. Lihat! Harus begitu baru benar!"
Siau Cu hanya ingin Bing-cu bisa menguasai teknik Pa-pui-kitan, agar Bing-cu tidak membenci dia. Dia sama sekali tidak
bermaksud kurang ajar. Bing-cu juga tidak merasakan apa-apa, tapi
dari bela kang tiba-tiba ada tangan yang mencengkram dan
menariknya.
Dia menoleh, ternyata adalah Kiang Hong-sim, dia dengan
marah melihat Siau Cu.
"Bibi kedua, apa yang terjadi?" tanya Bing-cu aneh.
Kiang Hong-sim melepaskan cengkramannya. Dia
menggelengkan kepala:
"Kau masih gadis, mana boleh membiarkan seorang laki-laki
memegang tanganmu?"
"Dia sudah tua..."
Siau Cu masih bingung di tempatnya. Dia ikut berkata:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 36
"Betul, kalau bukan karena aku hidup tidak mujur, cucuku juga
sudah sebesar dia."
Mata Kiang Hong-sim segera melihat tangan Siau Cu. Dia
tertawa dan marah:
"Kau kurang ajar! Masih ingin membela diri!" Segera telapak
Kiang Hong-sim sudah menyerang.
Angin pukulan sangat keras, yang pasti Siau Cu tidak mau
dirugikan, dia cepat menghindar. Kiang Hong-sim terus menyerang
berturut-turut sam pai 17 jurus. Siau Cu hanya menghindar. Yang
pasti dia merasa malu. Dia berteriak:
"Laki-laki yang benar tidak akan bertarung dengan perempuan!"
Tapi Kiang Hong-sim menyerang lagi. Siau Cu harus menundukkan
kepala baru bisa menghindar. Tapi Kiang Hong-sim segera
mengayunkan telapak menyerang matanya.
Siau Cu segera bersalto ke belakang untuk menghindari
serangan ke matanya, tapi rambut palsu yang dipakainya sudah
terbang sejauh 3 depa.
Siau Cu segera berguling ke bawah dan langsung meloncat
bangun. Dia menepuk-nepuk kepala:
"Perempuan yang kejam! Untung reaksiku cepat, kalau tidak
kepalaku akan berpindah!"
Kiang Hong-sim tidak mengejar. Dia tertawa dingin:
"Dari awal aku sudah curiga, mengapa tangan seorang tua begitu
licin dan segar, benar saja tidak salah!"
Bing-cu melihat Siau Cu dengan bengong. Siau Cu menarik
jenggot palsunya dan bertanya:
"Apa yang salah?"
"Tidak ada! Wah, pemuda yang tampan untuk apa kau harus
berdandan seperti seorang tua? Kau benar-benar menusuk citra
sendiri, kau benar-benar berdosa!"
Siau Cu mundur dua langkah:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 37
"Kalau kau terus menyerang, aku tidak akan sungkan
membalas!"
"Mana mungkin aku berani tidak sopan bertarung dengan
seorang guru?" kata Kiang Hong-sim.
"Guru?" Siau Cu terpaku.
"Bing-cu ingin belajar ilmu sulap kepadamu. Sulit mendapatkan
guru yang menguasai ilmu sulap dengan baik, mana mungkin kita
melewatkan ini dengan sia-sia? Bing-cu, bagaimana kalau kita
sama-sama belajar ilmu Pa-pui-ki-tan?"
Bing-cu melihat Siau Cu, tanpa sengaja menarik sepasang
tangannya ke belakang, wajahnya menjadi merah. Bing-cu benarbenar cantik, Siau Cu melihatnya dengan bengong.
Kiang Hong-sim melihat keadaan itu, dia tetap bertanya:
"Adik! Bagaimana, berapa biayanya?"
"Uang tidak masalah, asalkan kalian suka!" Sorot mata Siau Cu
tetap menatap wajah Bing-cu.
"Kapan bisa dimulai?" Kiang Hong-sim mendekat, "sekarang?"
tangannya sudah mencengkram pundak Siau Cu.
Siau Cu seperti tidak sengaja menghindar, dia menjawab:
"Di sini banyak orang. Kalau teknik sudah dipelajari orang-orang
ini, kelak aku akan kehilangan pelanggan. Besok jam 2 pagi
kutunggu kalian di kuil di timur kota, bagaimana?"
Mata Kiang Hong-sim yang besar berputar-putar. Dia segera
tertawa:
"Baik. Bing-cu, ingat waktu dan tempatnya!" Setelah itu, dia
segera membawa Bing-cu meninggalkan tempat itu.
Siau Cu masih melihat bayangan punggung Bing-cu dengan
bengong, sampai dia merasa ada sese orang mendekat. Dia adalah
Lam-touw yang tertawa dengan misterius.
"Guru!" kata Siau Cu sambil menggelengkan kepala, "Pantas
mati."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 38
"Bicaramu harus jelas, yang pantas mati itu siapa?"
"Tentu saja aku! Aku selalu suka mengambil keputusan sendiri,
tidak bertanya kepada guru terlebih dulu!"
"Tapi kali ini kau tidak membuat kesalahan!"
"Apakah guru juga setuju bila aku mengajari perempuan itu?"
"Mungkin kau tidak sanggup mengajari perempuan itu!"
"Ada guru, mana mungkin tidak bisa mengajar dia?"
"Bocah licik, sampai guru juga kau libatkan!" Lam-touw marah,
kemudian dia minum arak.
"Mengenai hal yang sangat menyenangkan ini, mana mungkin
guru tinggal diam?"
"Lebih baik dia datang sendiri. Gadis kecil itu jangan ikut di
sisinya!" kata Lam-touw.
"Ikut juga tidak apa-apa, aku yang akan melayani dia!" Sorot
mata Siau Cu melihat ke arah Bing-cu pergi tadi.
Lam-touw memutar tubuh. Dia menghadang di depan Siau Cu:
"Kalau aku bukan gurumu, aku akan mengira kau adalah
penjahat yang memetik bunga!"
"Guru jangan bercanda!"
"Di sini tidak ada cermin. Kalau ada, lihatlah kau benar-benar
seperti penjahat!" kata Lam-touw sambil melihat ke kiri dan kanan.
Siau Cu mengalihkan pokok pembicaraan:
"Bagaimana cara kita mengajar perempuan itu?"
"Tidak perlu membuat rencana, yang pasti kita sesuaikan dengan
keadaan waktu itu!" Lam-touw tertawa dingin, "kalau hatimu tidak
konsentrasi, lebih baik kurangi bicaramu. Semakin banyak bicara,
semakin banyak salah. Sudahlah! Ambil telur ini!" Dia memberikan
sebutir telur kepada Siau Cu.
Siau Cu memang tidak konsentrasi, tangannya memegang agak
kuat sehingga telur ayam segera pecah di tangannya. Dia berteriak
terkejut.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 39
Ternyata memang Lam-touw sengaja bercanda dengannya, dia
tertawa terbahak-bahak. Siau Cu yang melihatnya hanya bisa
tertawa kecut.
Bing-cu dan Kiang Hong-sim keluar dari Ci-cu-wan dengan
memanjat dinding, demikian juga pulangnya memanjat dinding
yang sama. Sepertinya tidak ada yang tahu. Tapi begitu melewati
hutan bambu, ada yang membentak:
"Berhenti!"
Mendengar suara ini, Bing-cu dan Kiang Hong-sim bergetar.
Begitu memutar tubuh, mereka melihat Lo-taikun berdiri,
tangannya memegang tong kat kepala naga:
"Ke mana kalian pergi?"
"Kami tidak kemana-mana!" jawab Kiang Hong-sim.
"Aku mencari kalian di Ci-cu-wan tapi kalian tidak ada, masih
berani berkata tidak kemana-mana!" Lo-taikun marah.
Melihat Lo-taikun marah, Kiang Hong-sim tidak berani
berbohong lagi. Dia pelan-pelan berkata:
"Aku membawa Bing-cu keluar jalan-jalan!"
Dengan ketakutan Bing-cu berkata:
"Aku bosan terus tinggal di Ci-cu-wan, maka ?meminta bibi
kedua membawaku ke kota!"
"Mau ke mana pun sama saja. Singkatnya, keluar diam-diam dari
Ci-cu-wan adalah salah. Liu Kun sudah menyuruh orang mengawasi
kita, kalian malah keluar dari Ci-cu-wan untuk bermain. Kalau
terjadi sesuatu bukankah akan membuat kita repot?"
"Kami yang bersalah!" Kiang Hong-sim pintar. Dia segera
mengakui kesalahan.
"Lain kali kami tidak berani lagi!" kata Bing-cu.
Begitu mengucapkan kata-kata ini. dia baru ingat janjinya
dengan Siau Cu besok malam. Tapi kata-katanya yang sudah keluar
tidak mungkin di tarik kembali.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 40
Lo-taikun melihat wajah Bing-cu. Akhirnya dia tertawa:
"Baik, kali ini aku maafkan kalian! Kalau terjadi hal seperti ini
lagi, aku akan menghukum kalian dengan berat!"
Bing-cu tundukkan kepala, Lo-taikun menggelengkan kepala,
membalikkan tubuh pergi meninggalkan tempat. Setelah Tai-kun
pergi jauh, dia baru tertawa:
"Aku sudah bilang dia tidak akan menghukum kita!"
"Lebih baik kau jangan lupa apa yang sudah kau katakan tadi!"
"Tapi kita sudah berjanji besok malam...." kata Bing-cu pelanpelan.
"Sudahlah! Semua kata-kata sudah keluar dari mulutmu. Bila
Tai-kun marah, aku tidak berani bertanggung jawab!"
"Bibi kedua!"
"Kita hanya menonton dan merasa tertarik, bukan berarti harus
belajar sulap. Anggaplah hal ini tidak terjadi!"
Bing-cu menundukkan kepala. Kiang Hong-sim melihatnya. Dia
tertaw, memang dia tidak ingin Bing-cu ikut. Bila dia ikut, maka
akan merusak sua sana.
Dia juga tahu bila dia tidak menemani Bing-cu, Bing-cu tidak
akan berani meninggalkan Ci-cu-wan, karena Bing-cu tidak
mengenal situasi kota.
15-15-15
Di pinggir kota. Walaupun tidak ada suara orang memukul
kentongan, Siau Cu yang berpengalaman melihat langit sudah tahu
sekarang ini jam dua pagi. Malam ini begitu terang, bila ingin menghitung waktu, itu adalah hal yang mudah.
Satu jam sudah lewat. Bing-cu belum datang. Siau Cu sedikit
cemas. Teringat Bing-cu, terbayang lagi wajah Bing-cu yang
memerah ketika dia memegang tangan Bing-cu tadi pagi.
Dia bengong sendiri. Terdengar suara baju ter .sapu angin, Kiang
Hong-sim sudah berada di depan pintu kuil.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 41
"Kau sudah datang!" kata Siau Cu terkejut. Melihat Kiang Hongsim datang sendiri, dia merasa kecewa.
"Kau sudah menunggu lama?" Kiang Hong-sim tertawa genit.
"Mana Bing-cu?" tanya Siau Cu.
"Dia malu dan tidak berani datang. Tapi tidak apa-apa. Aku
belajar dulu, kalau sudah bisa, aku akan mengajari dia!"
Dalam hati Siau Cu sudah memperkirakan hal ini, tapi dia tetap
terlihat kecewa.
"Mengapa kau bisa menyulap begitu banyak telur?" tanya Kiang
Hong-sim.
"Sebenarnya, dari semula aku sudah menyem bunyikan telurtelur di dalam baju. Orang yang bermain sulap harus bertangan
cepat. Mata orang yang melihat lebih lambat maka telur seperti
keluar dari baju!"
"Dalam baju bisa tersimpan begitu banyak telur?" tanya Kiang
Hong-sim sambil tertawa, "kau simpan di mana? di sini?"
Tangannya sudah masuk ke dalam baju Siau Cu.
"Kau mau apa?" Siau Cu terkejut dan mundur.
"Aku adalah perempuan tapi tidak malu. Sedangkan kau laki-laki
malah malu?" tubuh Kiang Hong-sim sudah menempel.
Siau Cu mundur lagi. Kiang Hong-sim tertawa terbahak-bahak.
Sepasang tangannya menekan pipi Siau Cu.
Siau Cu membalikkan kepalanya ke belakang, dia terus mundur
dan mundur. Di belakangnya adalah dinding. Di belakang Siau Cu
seakan ada mata, begitu punggungnya mengenai dinding, tubuhnya
segera bergeser ke sisi, kemudian dia masuk melalui sebuah jendela
yang usang.
Kiang Hong-sim masih tertawa ketika melewati jendela. Tapi
begitu keluar dari jendela, tawanya terhenti karena tampak olehnya
sebuah kolam di luar jendela itu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 42
Siau Cu terlihat sudah mengenali situasi di sana. Begitu
tubuhnya berbalik, kedua tangan sudah memegang dinding seperti
seekor cecak tergantung di sana.
Hati Kiang Hong-sim mungkin terus memikirkan hal yang cabul
tapi reaksi dia juga cepat. Di udara dia segera bersalto, dan
memegang dinding dengan tangannya. Tapi pada waktu itu tibatiba sebuah sepatu memukul telapak tangammya. Memang tenaga
pukulan itu tidak begitu kuat, tapi cukup untuk membuat
telapaknya bergeser. Maka kelima jari tangan tidak bisa
mencengkram dinding, sehingga dia terjatuh ke kolam.
Kolam ini tidak dalam. Setelah Kiang Hong-sim tenggelam, dia
segera muncul dan tepat pada saat itu dia melihat Siau Cu seperti
seekor kera. Kedua tangan memegang dinding kemudian terus
merangkak naik. Hanya sebentar saja, dia sudah berada di atas
genteng. Siau Cu juga tahu kapan Kiang Hong-sim bisa muncul dari


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

air, dan pas di saat itu dia menoleh dan tertawa.
Kiang Hong-sim tahu Siau Cu sedang mempermainkan dirinya.
Wajahnya berubah. Dia mengambil nafas. Tubuhnya segera muncul
di permukaan air, kemudian dengan kedua telapak tangannya dia
menepuk permukaan air.
Angin pukulannya membentak air seperti tiang. Dengan tenaga
ini, tubuh Kiang Hong-sim terangkat dan segera mengejar Siau Cu.
Siau Cu langsung kelabakan, dia menginjak genteng dan kabur.
"Kau mau kabur ke mana!" Saat mengucapkan kata-kata ini,
tubuh Kiang Hong-sim sudah hampir mendarat di genteng. Pada
waktu itu dia melihat Lam-touw sedang terbaring di atas genteng.
Dia tersenyum senang. Holou besar sedang menyambut telapak
kakinya.
Kiang Hong-sim berteriak terkejut, belum lagi teriakannya
berhenti, dia sudah membentur Holou.' Walaupun kekuatan
benturan tidak begitu besar tapi sanggup menggoyahkan posisinya.
Karena tidak ada tempat untuk berpegangan, dia kembali terjatah
ke dalam air.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 43
Lam-touw tertawa terbahak-bahak. Dia mengejar Siau Cu
dengan hanya memakai sebelah sepatu. Rupanya yang melempar
sepatu kepada Kiang Hong-sim tadi itu adalah Lam-touw.
Siau Cu tertawa terbahak-bahak. Kaki dan tangannya terus
bergerak, membuat genteng hancur dan terjatah ke bawah.
Waktu Kiang Hong-sim sekali lagi muncul dari air, Lam-touw
dan Siau Cu sudah tidak ada. Dia marah-marah dan berjanji jika
bertemu mereka, dia akan membalas dendam dengan segala cara.
16-16-16
Liu Kun sudah minum arak.
Hongpo Tiong dan Hongpo Ih, Tiang-seng, In Thian-houw juga
ada di sana. Mereka tahu Liu Kun tidak tanang gara-gara baju
kebesaran kaisar itu.
Ling-ong memberi baju kepada baginda. Hal ini sudah membuat
Liu Kun tidak nyaman. Sekalipun orang biasa yang mengantarkan
hadiah itu, dia akan memeriksanya dengan sangat berhati-hati.
Apalagi sewaktu diperiksa, tidak diragukan lagi ada sesuatu yang
tersimpan di lengan baju. Sampai sekarang dia masih belum tahu
barang apakah itu.
Satu-satunya hal yang Liu Kun tahu adalah beberapa hari ini
kaisar terlihat sangat gembira. Hal ini semakin membuat hatinya
tidak nyaman.
Pada waktu itu juga orang kepercayaannya datang melapor:
"Ada seorang tabib sedang bolak-balik di luar pintu, dan dia
berteriak ada obat yang bisa mengobati sakit hati!"
Begitu Liu Kun mendengarnya, dia segera tertawa:
"Sakit hati harus diobati dengan obat sakit hati. Jarang ada tabib
seperti itu, cepat persilakan dia masuk!"
Saat orang kepercayaannya itu keluar, Hongpo Ih bertanya:
''Bila Kiu-cian-swe sakit, mengapa tidak mencari tabib istana?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 44
Hongpo Tiong ingin melarang perkataan ini tapi tidak sempat
lagi. Dia takut Liu Kun marah. Siapa tahu Liu Kun justru tertawa
berkata:
"Tabib tidak bisa mengobati penyakitku. Tampak nasibku sedang
bagus!"
Hongpo Ih ingin bertanya tapi Hongpo Tiong segera mencegat:
"Apakah Kiu-cian-swe butuh kita untuk meng aturnya?"
"Yang datang hanya seorang tabib, apalagi kita sudah terbiasa
bekerja sama." Sela Tiang-seng.
Hongpo Tiong mengangguk. Liu Kun tersenyum:
"Semua orang mempunyai ilmu yang tinggi, tapi terhadap
masalah akulah yang mampu dengan tenang berpikir matang. Aku
tetap nomor satu!"
Tiang-seng terpaksa setuju.
17-17-17
"Resep turunan keluarga mengobati macam-macam penyakit
yang sulit diobati. Bila sakit tidak enak hati, satu butir sudah
cukup!" Tabib ini adalah seorang laki-laki setengah baya. Dia bolakbalik di luar pintu berulang-ulang berkata begitu, sampai orang
kepercayaan Liu Kun datang kepadanya berkata:
"Dipersilakan oleh Kiu-cian-swe!"
Daging wajahnya seperti sudah kaku, sedikit ekspresi juga tidak
ditunjukkan olehnya. Dia diam mengikuti di belakang orang
kepercayaan Liu Kun.
Kejadian itu dilihat oleh Lu Tan. Dia bersembunyi di sebuah gang
kecil dan selalu mengawasi rumah Liu Kun untuk mencari
kesempatan. Itu bukan hari pertamanya di sana, tapi sampai
sekarang dia tidak mendapatkan kesempatan. Hari ini di luar
dugaan dia melihat tabib penjual obat ini.
Siapa dia? Mengapa dia ke sini menjual obat sakit hati? Lu Tan
merasa aneh.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 45
18-18-18
"Katamu kau mempunyai resep keluarga untuk mengobati
penyakit yang sulit diobati?" Liu Kun melihat tabib ini. Dia tertawa
senang.
"Apalagi penyakit di dalam hati!" dengan hormat tabib itu
berkata.
"Aku sedang mempunyai sakit di dalam hati. Obat yang ada di
istana sudah kucoba, tapi tidak ada hasil!" Liu Kun mengeluh.
"Kalau begitu, cobalah obat dari resep keluargaku!" tabib
mengambil dari kantong.
Hongpo Ih dan Hongpo Tiong, Tiang-seng, In Thian-houw segera
bergerak, tapi Liu Kun seperti tidak takut dan bertanya:
"Dari nada bicaramu, kau bukan orang utara?"
"Aku datang dari selatan!" Tabib mengeluarkan sebuah kotak
giok. Dia melihat Hongpo Ih, Hongpo Tiong dan lain-lain. Mata Liu
Kun segera berputar:
"Mereka adalah orang kepercayaanku, bila ada yang mau
disampaikan, katakanlah!"
Tabib segera berlutut. Dengan kedua tangan nya, dia
mengangkat kotak giok tinggi-tinggi.
"Aku adalah Soat Boan-thian dari Wisma Ling-ong. Ong-ya
berpesan kepadaku untuk memberi salam kepada Kiu-cian-swe!"
"Oh, ternyata tabib adalah salah satu Sat-jiu dari Wisma Lingong! Bangunlah untuk berbicara!"
"Terima kasih Kiu-cian-swe!"
"Apakah Ong-ya baik-baik saja?" Liu Kun tidak mengambil kotak
itu. "Baik, terima kasih Kiu-cian-swe."
Liu Kun tertawa:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 46
"Hal yang aku khawatirkan sangat banyak. Ong-ya siang hari
memberi kabar, katanya setelah tahu aku sakit di dalam hati maka
dia menyuruh orang untuk mengantar obat kemari!"
"Obat untuk sakit di dalam hati berada di dalam kotak giok!"
Liu Kun baru melihat kotak giok:
"Di kotak ada cap pribadi Ong-ya dan sebuah obat lilin!"
"Ong-ya hanya berharap sepanjang jalan kotak giok ini bisa
aman sampai Kiu-cian-swe sendiri yang membukanya!" kata Soat
Boan-thian.
"Baik!" Liu Kun melihat Hongpo Tiong.
Hongpo Tiong segera mengerti. Dia mendekat dan mengambil
kotak giok. Liu Kun berpesan lagi:
"Buka!"
Hongpo Tiong segera memutar kotak dengan jari telunjuk,
mengarahkan bukaan kotak ke Soat Boan-thian. Kemudian dengan
kuku dia membuka lapisan Ulin baru bisa membuka kotak giok itu.
Seandainya di dalam kotak giok tersimpan senjata rahasia, orang
pertama yang terkena adalah Soat Boan-thian.
Semua ini sesuai dengan perkiraan Soat Boan-thian. Tingkahnya
tidak berubah, dia tetap bersikap seperti biasa. Sebenarnya pada
kotak giok juga tidak dipasang tombol apapun. Dalam kotak giok
dilapisi kain sutra. Di sana tersimpan sebuah lilin bulat sebesar telur
merpati.
Tiang-seng yang berada di samping berkata:
"Biar aku yang mejyibantu Kiu-cian-swe membuka butiran lilin
itu!" Dia segera mengambil lilin itu.
Tanpa menggunakan tenaga banyak lilin sudah hancur,
keluarlah sehelai kertas yang sangat tipis.
Kertas tipis seperti sayap serangga tapi kertas penuh tertulis
dengan huruf kecil-kecil.
Uu Kun membaca dengan teliti, tersenyum:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 47
"Baginda terlalu banyak khawatir. Aku hanya melihat dia masih
muda dan tidak cukup berpengalaman, maka sementara ini
membantu dia mengurus kerajaan. Dia malah menyangka aku ingin
merebut kekuasaannya dan diam-diam memberitahu Ong-ya untuk
menolongnya, maka terjadilah banyak hal!"
"Ong-ya juga berpikiran sama, maka mengirim surat balasan di
lengan baju kebesarannya. Dia ingin supaya baginda tenang!" kata
Soat Boan-thian.
"Sekarang aku lebih tenang. Ong-ya memang pintar, penyakitku
yang berat sudah sembuh hanya dengan sebutir obat!"
"Harap Kiu-cian-swe bisa menulis beberapa kalimat untuk
kubawa kepada Ong-ya!" Soat Boan-thian tetap berkata dengan
hormat.
Liu Kun setuju dan segera menyuruh orang menyiapkan alat
tulis. Kertas yang dipakai tetap kertas yang tipis.
Surat dilipat hingga kecil dan ditaruh di dalam sebuah uang
logam kemudian dijepit lagi dengan uang logam yang lain. Setelah
surat diselipkan di antara dua uang logam, Tiang-seng kemudian
menekannya. Kedua uang logam segera menempel.
Ketika Soat Boan-thian melihatnya, sorot mata nya menjadi
terang. Liu Kun berpesan:
"Uang logam jangan digunakan untuk membeli barang di jalan!"
"Aku pasti akan menyimpannya dengan hati-hati!" Dengan hatihati Soat Boan-thian menerima uang logam itu dari Tiang-seng.
"Jangan disimpan dengan sengaja, asal saja. Kalau
menyimpannya dengan sengaja berarti kau memberitahu orang
kalau di uang logam ada sesuatu. Kalau dibiarkan seperti biasa,
tidak ada yang akan memperhatikan."
"Teruna kasih Kiu-cian-swe sudah memberi petunjuk!"
"Apakah perlu mengirim orang untuk mengantarmu setengah
jalan?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 48
"Aku datang ke ibukota hanya seorang diri!" Dengan ilmu silat
yang dimilikinya, Soat Boan-thian sangat percaya diri.
Dia tidak menginap, malam itu juga dia berangkat.
19-19-19
Setelah berjalan tidak berapa lama, Soat Boan-thian sudah tahu
Lu Tan mengikuti dari belakang. Dia adalah orang yang sangat
berpengalaman. Dia tidak mempercepat jalan, juga tidak
menghindar, hanya berjalan seperti biasa saja. Hanya mata dan
telinganya lebih hati-hati. Dia ingin tahu berapa banyak orang yang
mengikutinya.
Lu Tan mengira dia sudah cukup hati-hati dan tidak diketahui
oleh Soat Boan-thian. Ketika berada di tempat sepi, dia tidak tahan
lagi. Beberapa kali meloncat, dia sudah berada di depan Soat Boanthian.
Reaksi Soat Boan-thian adalah terkejut dan takut. Kepurapuraan dia terlihat nyata, paling sedikit sanggup membuat Lu Tan
tidak melihat kalau dia sedang berpura-pura.
"Kau siapa?" suara Soat Boan-thian gemetar.
"Kau juga siapa?" Lu Tan balik bertanya.
"Aku hanya seorang tabib yang menjual obat..."
"Kau mau berbohong kepada siapa?" Tiba-tiba Lu Tan
menyerang dada Soat Boan-thian.
Soat Boan-thian tidak bisa menghindar. Dia terjatuh terkena
pukulan. Sambil merintih kesakitan, dia merangkak bangun. Tidak
menunggu Lu Tan mendekat, dia berteriak minta ampun:
"Aku hanya punya sedikit uang, harap anda jangan merebut
uangku!"
"Kurang ajar! Apa tujuanmu masuk ke rumah Liu Kun?"
"Hamba menjual obat melewati rumah Kiu-cian-swe..."
"Kau orang mana?"
"Dari sini juga..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 49
"Kau sembarangan bicara! Dari nada bicaramu kau jelas-jelas
adalah orang selatan. Orang selatan jauh-jauh datang ke ibukota
sengaja mondar-mandir di depan rumah Liu Kun dan tidak pergi.
Apalagi dengan kedudukan Liu Kun sekarang, paling sedikit ada 10
orang tabib di rumahnya. Mana mungkin dia mau membeli obat
darimu untuk mengobati penyakit nya?"
"Hamba menjual obat sakit di dalam hati..."
"Aku ingin tahu obat yang kau jual seperti apa?" Lu Tan segera
mencengkram kantong obat Soat Boan-thian. Senjata rahasia Soat
Boan-thian yang bera da di dalam lengan baju, sudah ditembakkan
keluar.
Lu Tan menghindar dengan lincah, begitu terdengar ada suara,
tubuhnya sudah berguling ke bawah. Dia mengeluarkan pedang
keluar dari sarung dan menahan pedang di dada. Dari 14 senjata
rahasia yang datang, 13 sudah dihindari atau ditahan, tapi ada satu
yang menancap di dadanya.
Senjata rahasia berbentuk aneh. Ada kaitan di ujungnya tapi
bagian tengahnya kosong. Begitu menancap di daging, darah segera
keluar dari lubang senjata rahasia dan menyembur keluar. Yang
pasti senjata rahasia ini dirangkai khusus untuk mematahkan
tenaga dalam. Itu adalah senjata rahasia yang kuat.
Lu Tan terkejut. Dia tergesa-gesa menutup selang itu dan segera
menyerang Soat Boan-thian dengan pedang.
Pedang belum sampai pada Soat Boan-thian, dia sudah meloncat
jauh. Dia meloncat ke atas pohon tinggi, masih menembakkan
senjata rahasia dengan dua tangan.
Lu Tan ikut meloncat, tapi begitu meloncat lukanya terasa sakit.
Tenaganya tidak bisa terkumpul. Tapi pedang masih bisa berputar
untuk menahan senjata rahasia yang datang menyerang. Setelah
Soat Boan-thian meloncat, dia sudah sampai ke tempat yang lebih
tinggi.
Dia tertawa dingin kemudian meloncat pergi dari atas pohon.
Hanya sebentar dia sudah menghilang di kegelapan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 50
Kalau dia bermaksud membunuh Lu Tan, seharusnya tidak sulit
baginya. Tapi dia mempunyai tugas yang berat. Dia juga tidak tahu
siapa Lu Tan. Bila masih bisa pergi dengan selamat, dia tetap
memilih itu.
Tawa dingin Soal Boan-thian seperti sebuah pedang menusuk
hati Lu Tan. Dia akhirnya mengerti, walaupun berilmu tinggi tapi
bila tidak berpengalaman dan ceroboh, dia tetap akan terluka oleh
tangan tabib ini.
Ingin mengejar tabib ini, sudah pasti dia tidak sanggup. Satusatunya keberuntungan Lu Tan adalah senjata yang menancap di
dada bukan senjata beracun.
20-20-20
Setelah Soat Boan-thian pergi, Liu Kun segera termenung, dia
terbaring di kasur yang empuk, memejamkan mata. Tidak ada yang
berani menggangu atau berbicara dengannya, sebab mereka sudah
tahu sifat dan kebiasaan Liu Kun. Sampai matanya membuka,


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka berempat baru mendekat. Hoa Hu-ie yang pertama berkata:
"Selamat Kiu-cian-swe!"
"Oh? Selamat apa?" tanya Liu Kun.
"Ternyata Ling-ong sangat setia kepada Kiu-cian-swe. Tentang
baju kebesaran baginda, Kiu-cian-swe tidak perlu khawatir lagi..."
"Ling-ong yang kecil, jauh di Kanglam pula. Aku memang tidak
pernah mengkhawatirkannya!" tawa Liu Kun.
Kata Hongpo Tiong:
"Katanya Ling-ong mempunyai pesilat tangguh seperti Siau Sam
Kongcu dan lain-lain. Mereka sangat setia kepada Ling-ong.
Memang tidak menjadi ancaman tapi tetap repot, jika..."
"Kalian percaya kepada Ling-ong?" tanya Liu Kun tertawa. '
Tiang-seng menyela:
"Dia mengantarkan surat-surat yang biasa dia kirim kepada
orang lain, tapi diperlihatkan kepada Kiu-cian-swe..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 51
"Dengan begitu ketahuan bahwa dia orang yang licik!" kata Liu
Kun, "orangnya berada di Kang-lam tapi hatinya berada di ibukota.
Di satu pihak dia surat-menyurat secara rahasia kepada kaisar, tapi
di pihak lain dia diam-diam mengabarkannya kepadaku. Apa
maksudnya?"
"Kiu-cian-swe tidak percaya orang ini?" tanya Tiang-seng
merasa aneh.
"Dia bermarga Cu, tidak ada alasan untuk pergi berlindung
kepada marga lain!" Liu Kuri tertawa dingin, "biarkan apa yang dia
lakukan. Terhadap orang ini kita harus hati-hati!"
"Kata Kiu-cian-swe orang ini bukan orang yang pintar?" tanya
Tiang-seng.
"Mungkin dia ingin kita berpikir seperti itu. Sementara waktu,
aku belum bisa menebak tentang orang ini."
"Kita harus mengirim orang untuk mengejar Soat Boan-thian!"
"Apakah kau mengira Ling-ong tidak terpikir akan hal ini?" Liu
Kun menggelengkan kepala, "kalau Soat Boan-thian hanya
dipergunakan untuk menyesatkan perhatian kita, mengejar Soat
Boan-thian hanyalah satu keborosan."
"Kiu-cian-swe tidak yakin..."
"Maka kalian harus semakin hati-hati!" Liu Kun memejamkan
mata dan tenggelam dalam pikiran lagi.
21-21-21
Senjata rahasia memang tidak beracun, tapi karena ada kaitan,
mencabutnya bukanlah hal yang 'mudah. Lu Tan terpaksa mencari
Fu Hiong-kun. Dia tahu Fu Hiong-kun menguasai ilmu pertabiban.
Bila Fu Hiong-kun tidak ada di ibukota atau senjata rahasia harus
segera dicabut, dia tetap akan melakukannya sendiri.
Bagi Fu Hiong-kun/mencabut senjata rahasia berkail adalah hal
yang mudah. Pertama, syaraf-syaraf yang di sekeliling luka ditotok
terlebih dahulu. Kemudian dia menggunting kaitan dari senjataLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 52
rahasia, selang tengah dicabut, baru mencabut kaitan yang di
dalam. Terakhir luka diberi obat luar.
Ketika Lu Tan ingin membuka totokan, Fu Hiong-kun
menggelengkan kepala:
"Setelah 6 jam nadi akan terbuka sendiri."
"Apakah tidak bisa sekarang?"
"Akan membuat darah terus mengalir, mungkin 4-5 hari baru
bisa pulih. Jika bisa menghindari hal ini, mengapa tidak
menghindar."
"Tidak disangka senjata rahasia ini begitu lihai!" kata Lu Tan.
"Untung kau tidak mencabutnya pada waktu itu. Kalau kau
mencabutnya, syaraf-syaraf di sekeliling akan putus terkait?senjata
rahasia. Itu akan sangat merepotkan!"
Lu Tan tertawa kecut:
"Memang tadinya aku ingin mencabutnya, tapi karena terlalu
banyak bergerak langsung merasa sakit. Tadinya aku kira asal tidak
ada racun pada senjata rahasia ini tidak masalah. Tidak disangka
senjata ini lebih lihai daripada senjata beracun!"
"Bila terkena senjata rahasia yang mengandung racun, racun
bisa dikeluarkan. Tapi bila syaraf putus, akan sulit disambung
kembali. Kalau tidak' hati-hati akan ada resiko!"
"Untung ada Nona Fu!"
"Senjata rahasia jenis ini, aku pertama kali melihatnya. Anak
buah Liu Kun sangat banyak, kau harus hati-hati. Kelak jangan
sembarangan bertindak."
Lu Tan menarik nafas panjang.
"Aku tahu kau ingin mencari bukti bahwa Liu Kun ingin
mengambil alih kerajaan."
"Hanya dengan begitu aku bisa mencuci bersih nama baik
ayahku!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 53
"Belum tentu! Liu Kun mencelakakan negara dan rakyat, semua
orang sudah tahu. Kau kira kaisar sama sekali tidak tahu? Mungkin
kekuatan Liu Kun sangat besar maka kaisar juga takut kepada dia!"
"Dari ayahku, aku tahu bahwa kaisar belum mengetahuinya,
semua dokumen penting tidak bisa sampai di tangan kaisar!"
"Mungkin bisa mencari orang dekat kaisar untuk membantu!"
Lu Tan segera menggelengkan kepala:
"Semua pejabat di kerajaan sudah tunduk kepada kekuasaan Liu
Kun, mana mungkin ada orang yang berani melawannya?"
"Apakah An-lek-hou juga?"
"An-lek-hou?"
"Apakah kau tidak tahu orang tersebut?"
Lu Tan menggelengkan kepala.
"Orang ini seharusnya bukan orang Liu Kun tapi aneh, mengapa
dia tidak melakukan tindakan apa-apa?"
"Apakah dia tidak mengenal Liu Kun? Tapi sepertinya tidak
mungkin. Orang ini selalu berkelana di dunia persilatan!"
"Apakah kau mengenal dia?" tanya Lu Tan.
Waktu Fu Hiong-kun mau menjawab, seorang murid Bu-tongpai datang melapor. Ada seorang tua marga Tiong membawa
seorang anak yang bernama Lan-lan datang mencari dia.
Ini bukan hal yang aneh. Setelah Fu Hiong-kun tinggal di
ibukota, ketika melewati rumah An-lek-hou, dia pernah masuk
untuk menemani Lan-lan bermain. Dia juga memberitahu kepada
Lan-lan tempat tinggalnya. Kedatangannya sekarang adalah waktu
yang sangat tepat.
"Lan-lan adalah putri An-lek-hou!" Ketika mengucapkan katakata ini, Fu Hiong-kun sudah mengambil keputusan akan
mengunjungi rumah An-lek-hou.
22-22-22Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 54
Kadang-kadang terjadi hal yang sangat kebetulan. Tadinya Tiong
Toa-sianseng ingin keluar mengunjungi teman tapi Lan-lan
memaksa ingin ikut. Tiong Toa-sianseng tahu bahwa Lan-lan tidak
suka mendengar pembicaraan orang tua maka begitu mele wati
Pek-wan-koan, dia teringat Fu Hiong-kun dan ingin menyerahkan
Lan-lan kepada Fu Hiong-kun untuk mengurusnya. Tentu saja Lanlan setuju. Di dalam hati Lan-lan, mengikuti Fu Hiong-kun adalah
hal yang sangat menyenangkan.
Fu Hiong-kun bisa mengantarkan Lan-lan pulang. Yang pasti
Tiong Toa-sianseng sangat senang. Dia teringat akan pesan terakhir
Ku-suthay, yang berpesan padanya untuk mencomblangkan Su
Yan-hong dan Fu Hiong-kun, hanya dia tidak tahu bagaimana
caranya.
Tentu saja dia tidak tahu Fu Hiong-kun sama sekali tidak ada niat
untuk hal lain. Kali ini dia mau mengantarkan Lan-lan pulang
karena ingin bertemu Su Yan-hong untuk mendiskusikan cara
membantu Lu Tan.
Fu Hiong-kun adalah orang dunia persilatan yang belum lama
mengenal Su Yan-hong. Boleh dikatakan sama sekali tidak
mengenalnya, jika sudah mengenalnya, dia tidak akan mengunjungi
Su Yan-hong. Apalagi memilih hari ini adalah kesalahan yang besar.
Tapi Fu Hiong-kun tidak melihat ada yang tidak beres, maka
kesalah pahaman terjadi.
23-23-23
Waktu pulang ke rumah An-lek-hou, Lan-lan sudah lelah. Tapi
dia tetap membawa Fu Hiong-kun masuk mencari Su Yan-hong,
sambil berlari dia juga berteriak. Kecuali orang tuli, semua orang
tahu Fu Hiong-kun hadir di sana.
Su Yan-hong menunggu di dalam. Melihat Fu Hiong-kun pelanpelan masuk, sikapnya sedikit aneh.
Tapi Fu Hiong-kun tidak melihatnya, apalagi pembicaraan Su
Yan-hong sangat sungkan. Begitu mengangkat bicara tidak adaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 55
waktu menemani Lan-lan, dia seperti ingin Fu Hiong-kun cepatcepat meninggalkan rumahnya.
Tapi Fu Hiong-kun tidak merasa, dia masih mengira karena tidak
bisa menemani Lan-lan maka Su Yan-hong merasa bersalah. Fu
Hiong-kun segera mengatakan apa yang harus dia katakan:
"Hou-ya berada di kerajaan, mempunyai tang gung jawab yang
berat. Yang pasti tidak bisa seperti kami orang dunia persilatan yang
setiap hari tidak ada pekerjaan!"
Su Yan-hong mengira Fu Hiong-kun men-tertawakan dirinya
sendiri. Dia segera menjawab:
"Aku malah berharap menjadi seorang dunia persilatan, hidup
lebih santai..."
Fu Hiong-kun segera mencegat:
"Orang dunia persilatan sangat mementingkan keadilan. Bisa
terluka dan berdarah demi keadilan. Bila pejabat kerajaan juga
mempunyai pikiran seperti ini, tidak perlu khawatir negara dan
rakyat hidup tidak tenang."
Akhirnya Su Yan-hong merasa ada maksud lain di balik kata-kata
Fu Hiong-kun, maka dia melihat Fu Hiong-kun dengan sorot mata
yang aneh.
"Apakah Hou-ya pernah mendengar nama Lu Kian?" tanya Fu
Hiong-kun.
Su Yan-hong baru mengerti:
"Aku tidak begitu mengenal orang ini!"
"Tantu Hou-ya tahu dia mati karena apa." "Lebih baik kita tidak
membicarakan dendam pribadi!"
"Tampak Hou-ya tidak jelas mengenai masalah ini. Kalau hanya
masalah pribadi, aku tidak akan kemari!"
"Apa hubungan nona dengan Lu Kian?"
"Putranya Lu Tan adalah murid Bu-tong-pai!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 56
"Nona mengenal Lu Tan maka semua yang nona tahu tentang Lu
Kian berasal dari Lu Tan?"
"Apakah Hou-ya mencurigai ini bukan yang sebenarnya?"
"Ini hanya perkataan sepihak..
"Siapa Liu Kun? Apakah Hou-ya masih belum jelas Lu Kian
terbunuh karena Liu Kun menyingkirkan orang yang berbeda
pendapat dengannya!"
Fu Hiong-kun mengira Su Yan-hong masih belum jelas, katanya
lagi:
"Dia memberi julukan dirinya Kiu-cian-swe. Dia juga mendirikan
pengadilan sendiri, dengan hukuman siksa pribadi..."
"Nona Fu, kau jangan sembarangan menebak. Liu-congkoan
adalah orang kepercayaan kaisar. Dia secara khusus membantu
kaisar mengurus semua masalah!" kata Su Yan-hong.
"Maksud Hou-ya, semua karena perintah kaisar?"
"Tentang ini..." Su Yan-hong tidak tahu apa yang harus dia
jawab.
Fu Hiong-kun melihat Su Yan-hong, bertanya:
"Apakah Hou-ya juga takut pada Liu Kun?"
"Masalah kerajaar, lebih baik nona jangan bertanya!"
"Tampaknya aku sudah salah memilah orang, juga salah datang
ke sini!"
"Nona Fu!"
"Aku berterima kasih Hou-ya tidak membunuh aku!" Fu Hiongkun memberi hormat.
"Apa maksudmu?" tanya Su Yan-hong.
"Biasanya kalau menceritakan kejelekan Liu Kun, selalu tidak ada
akibat yang baik. Hou-ya tidak mengirim aku ke tempat Liu Kun, itu
sudah sangat beruntung, mana mungkin aku tidak berterima kasih
kepadamu?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 57
Su Yan-hong dengan bengong melihat Fu Hiong-kun. Sampai
sekarang Lan-lan belum tahu apa yang mereka katakan. Maka
dengan aneh berkata:
"Ada apa dengan kalian?"
Fu Hiong-kun bengong. Dia menarik nafas:
"Tidak ada apa-apa! Cici mau pergi, Lan-lan antarkan Cici keluar
ya?"
Dia segera menuntun Lan-lan keluar.
Yang pasti Lan-lan tidak menolak. Walaupun ada Lan-lan, bila
Su Yan-hong ingin menjelaskan, itu adalah hal yang sederhana. Tapi
dia tidak melakukan ini. Dalam hati dia mengira belum waktunya
untuk menjelaskan.
Setelah Lan-lan dan Fu Hiong-kun pergi, Su Yan-hong baru
menarik nafas dan baginda keluar dari sekat belakang.
"Yan-hong, kau benar-benar sudah dipersalah kan!" Yang jelas
baginda sudah mendengar semua pembicaraan tadi, "sulit
mendapat seorang perempuan yang mengerti dirimu, tapi kau
terpaksa..."
Su Yan-hong segera mendekat dan berkata:
"Seharusnya Siau-te-lu berada di sisi baginda, tapi dia tidak
mengikuti baginda kemari. Berarti Liu Kun sudah mempunyai
rencana lain, mungkin dia sudah mengatur orang lain..
"Kau curiga di sini bersembunyi mata-mata?" kaisar bertanya
dengan aneh.
"Tidak mungkin, tapi lebih baik kita berhati-hati. Apalagi aku
tidak mengenal Nona Fu dengan dalam!"
"Melihatmu begitu hati-hati, aku jadi tenang!"
"Kita harus hati-hati! Bila rahasia ini bocor, kelak kita akan sulit
menghadapi Liu Kun!"
"Baik, aku harap Ling-ong tidak membuatku kecewa!"
Terdengar semua harapannya terletak pada Ling-ong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 58
Soat Boan-thian memasuki ibukota. Ini adalah sebuah rahasia di
pihak Ling-ong, sampai-sampai Tiang-lek Kuncu Su Ceng-cau juga
tidak tahu apa-apa. Kalau tidak, mana mungkin dia ada waktu
mengurus masalah Siau Sam ICongcu.
Semenjak bertemu dengan Tiong Bok-Ian, Siau Sam Kongcu
selalu murung. Nasi jarang dimakan dan teh jarang diminum, tapi
arak semakin banyak diminum. Semua terlihat oleh Su Ceng-cau.
Dia tidak tahu banyak mengenai masalah Tiong Bok-lan dan Siau
Sam Kongcu, tapi cukup untuk membuat dia mengerti apa yang
terjadi.
Memang Siau Sam Kongcu menyimpan rahasia di dalam hati,
tapi ketika dia mabuk semua rahasia sudah keluar tanpa disengaja.
Kata-kata yang masuk ke telinga Su Ceng-cau tidak banyak, tapi
sifatnya yang selalu bertanya membuat Siau Sam Kongcu
membocorkan sedikit rahasia ini. Dengan begitu, berita yang terjadi
di antara mereka sudah banyak terkumpul.
Su Ceng-cau memang selalu semaunya sendiri tapi dia berhati
baik. Melihat Siau Sam Kongcu seperti itu, dia juga sedih, dia
berusaha menghibur tapi tidak berguna. Terakhir dia terpikir akan
satu cara.
Yang pasti cara ini tidak diketahui Siau Sam Kongcu, kalau tahu,


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia akan menolak.
Su Ceng-cau melakukan rencananya waktu Siau Sam Kongcu
masih dalam keadaan mabuk.
24-24-24
Su Ceng-cau tiba-tiba muncul di Ci-cu-wan. Semua penghuni Cicu-wan merasa aneh. Lo-taikun juga tidak terkecuali. Dia segera
keluar menyambut.
Su Ceng-cau sangat pintar, awalnya dia bilang kalau dia
menyukai Ci-cu-wan, setelah itu dia berbicara berputar-putar untuk
menghindar dari Lo-taikun dan lain-lain, sampai hanya tinggalLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 59
Tiong Bok-lan yang menemani dia! Yang muda berbicara dengan
yang muda, Lo-taikun dan lain-lain tidak ingin .masuk ke
lingkungan pembicaraan mereka. Dia malah menyuruh Bing-cu dan
Tiong Bok-lan melayaninya.
Sampai di belakang Ci-cu-wan, Su Ceng-cau segera mencari
alasan untuk menyuruh Bing-cu pergi. Bing-cu tidak merasa ada
masalah. Walaupun umur mereka hampir sama tapi sifat mereka
berbeda. Apalagi Su Ceng-cau terus berbicara dengan Tiong Boklan. Dia bersikap seperti tidak menginginkan Bing-cu berada di
sana.
Akhirnya Tiong Bok-lan tahu Su Ceng-cau datang karena dia.
Dan Su Ceng-cau pun berkata:
"Sebenarnya aku datang mencarimu!"
"Kuncu!" Tapi begitu kata-kata ini diucapkan, Su Ceng-cau
mengangkat tangannya dan mencegat:
"Tidak perlu sungkan, tidak perlu sungkan seperti ini!"
"Ini adalah aturan ada atas, bawah, ada penghormatan..."
"Semua orang adalah manusia, mengapa harus dibagi atas
bawah dan lain-lain...aku hanya ingin menyampaikan satu hal!"
"Tentang apa?"
"Nasehatilah guruku!"
"Siau Sam Kongcu? Ada apa dengan dia?"
"Setiap hari dia terlihat tidak ceria, sampai-sampai mengajariku
ilmu silat juga tidak semangat. Kalau kau tidak menasehati dia,
entah apa yang akan terjadi!"
"Mungkin dia sedang tidak enak badan, bantu lah dia mencari
seorang tabib. Aku sama sekali tidak mengerti ilmu pertabiban, aku
tidak bisa membantu."
Su Ceng-cau menatap Tiong Bok-lan dengan dingin. Setelah
menunggu Tiong Bok-lan selesai berbicara, dia berkata:
"Apakah kau kira aku tidak tahu masalah kalian?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 60
Tiong Bok-lan terpaku. Su Ceng-cau kemudian berkata:
"Ini adalali masalah kalian berdua, apa yang orang lain katakan
biarlah mereka katakan. Maksud ku beberapa hari ini bila malam
tiba, Siau Sam Kongcu selalu bengong dan sedih. Bila kau
memperhatikan dia, harap malam ini bisa ke sana sebentar!"
Tiong Bok-lan tertawa kecut dan menggelengkan kepala.
Su Ceng-cau tertawa dingin:
"Yang pasti aku tidak bisa memaksamu melakukan hal yang
tidak mau kau lakukan!"
"Tolong sampaikan salamku kepadanya, suruh dia menjaga
dirinya baik-baik..
"Aku tidak ada waktu mengurus masalah kalian!" Su Ceng-cau
marah. Dia membalikkan tubuh segera lari dari sana, hanya tinggal
Tiong Bok-lan bengong di sana. Tadinya dia ingin memanggil Su
Ceng-cau, tapi akhirnya tidak jadi karena pikirannya kacau.
25-25-25
Setelah meninggalkan Ci-cu-wan, Su Ceng-cau segera pergi ke
rumah An-Iek-hou. Dia ingin mencari Su Yan-hong, membuktikan
dia adalah orang yang berani mencintai juga berani membenci. Dia
tidak ragu-ragu, tidak seperti Tiong Bok-lan.
Dia selalu mengaku dia suka kepada Su Yan-hong, itu sudah
beberapa tahun yang lalu. Waktu itu dia masih kecil, orang dewasa
sering bertanya kepada dia. Sebenarnya tidak bermaksud apa-apa,
tapi dia malah teringat sampai sekarang.
Sekarang siapa yang akan menanyakan pertanyaan ini lagi?
Sampai di rumah An-lek-hou, hatinya bertentangan. Walaupun
dia selalu memuji dirinya berani melakukan sesuatu, tapi bila dia
sendiri ingin mem-beritahu Su Yan-hong tentang masalah ini, dia
tetap merasa risih dan malu.
Kemudian dia juga terpikir, bagaimana bila Su Yan-hong tidak
menerima apa yang akan dia katakan? Maka begitu tahu Su Yan-Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 61
hong tidak ada di sana, dia? malah merasa lega. Dia pun mencari
Lan-lan.
Melihat dia dari jauh, Lan-lan sudah menghindar. Dia mencari
Lan-lan sampai ke belakang dan menemukan Tiong Toa-sianseng
sedang berlatih ilmu pedang. Dia teringat masalah Tiong Bok-lan
dan Siau Sam Kongcu.
Tiong Toa-sianseng tidak peduli orang lain meli liatnya, dia terus
berlatih. Jurus pedangnya tidak ada perubahan yang besar tapi
sangat pelan.
"Jurus pedang apa ini?" tanya Su Ceng-cau tiba-tiba.
"Jurus pedang Kun-lun-pai!" Tiong Toa-sianseng tidak berhenti
berlatih.
"Kata orang, ilmu pedang Kun-lun-pai sangat lincah dan terus
berubah. Perubahannya sulit ditebak, hari ini aku baru melihatnya!"
"Orang sudah tua, tenaga juga berkurang!" kata Tiong Toasianseng, dia tahu mengapa Su Ceng-cau berkata seperti itu.
"Tiong-cianpwee adalah ketua perkumpulan, nama Cianpwee
sudah tidak diragukan lagi. Yang pasti ilmu silat Cianpwee di
atasku. Tapi ilmu pedang seperti ini, Boanpwee tetap ingin
mencobanya!" Ini menunjukan nama Tiong Toa-sianseng hanyalah
nama kosong saja.
Tiong Toa-sianseng tetap seperti tidak tergang gu. Dia juga
tertawa. Su Ceng-cau tidak menunggu dia tidak menjawab sudah
berkata lagi:
"Guruku memang nama dan budinya tidak setinggi Tiongcianpwee, tapi dia adalah pesilat tangguh dari Hoa-san-pai maka
murid yang diajarnya seperti aku pasti sangat kuat. Seharusnya
tidak membuat Tiong Toa-sianseng kecewa!"
"Kuncu adalah orang kerajaan..."
"Anggaplah aku orang dunia persilatan!" Pedang Su Ceng-cau
segera dikeluarkan. Yang pasti itu adalah sebuah pedang bagus.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 62
"Aku sudah tua, mana mungkin bisa melawan anak muda?"
Akhirnya Tiong Toa-sianseng menghen tikan latihannya.
Ketika dia mau memasukkan pedangnya ke dalam sarung, Su
Ceng-cau sudah menekan pedangnya ke atas sarung pedang Tiong
Toa-sianseng:
"Kau meremehkan aku atau tidak sudi bertarung denganku?"
"Perkataan Kuncu terlalu berat!" Tiong Toa-sianseng
menggelengkan kepala.
"Harap beri petunjuk!"
Begitu mengucapkan kata-kata ini, Su Ceng-cau segera menarik
pedang tapi pedang sudah dipegang. Inilah permulaan dari Hoasan-kiam-hoat.
"Kalau begitu, aku terpaksa harus melakukan:
nyai"
Pedang Tiong Toa-sianseng diturunkan ke bawah, dia terpaksa
melihat ke langit.
Su Ceng-cau membentak, pedangnya mulai menyerang. Terlihat
dia benar-benar pernah berlatih dengan baik. Ilmu pedangnya
sangat teratur, perubahan ilmu pedang juga dikuasai dengan baik.
Tiong Toa-sianseng merasa ini di luar dugaan. Dia pelan-pelan
berkata sendiri, 'Oh!' Kemudian pedang dari bawah dinaikkan ke
atas. Perkiraannya sangat tepat. Ujung pedangnya tepat mengenai
pedang Su Ceng-cau. Ada suara "TING!", pedang Su Ceng-cau
tergetar keluar.
Tapi ilmu pedang Su Ceng-cau yang tadinya terputus, sekarang
sudah menyambung dengan cepat. Dia seperti kupu-kupu yang
berkeliaran di bunga- bunga lalu berputar-putar di sisi Tiong Toasianseng. Ilmu pedangnya juga berputar dan menyerang dari semua
arah.
Tiong Toa-sianseng berdiri di tempatnya dan tidak bergerak.
Pedang diperagakan dengan tidak bersemangat tapi setiap jurusnya
selalu memukul ke ujung pedang lawan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 63
Walaupun Su Ceng-cau berputar ke belakang, Tiong Toasianseng juga mempertahankan keadaan begitu. Bagian belakang
kepala Tiong Toa-sianseng seakan ada mata. Dengan pedang yang
menggurat ke belakang, dia bisa menghadapi pedang yang datang
kepadanya.
37 serangan berikutnya juga tetap seperti ini. Su Ceng-cau jadi
marah. Tiba-tiba dia melemparkan pedang ke bawah dan berteriak:
"Aku tidak mau bertarung lagi!"
Tiong Toa-sianseng baru membalikkan tubuh. Tadinya dia ingin
menghibur tapi Su Ceng-cau berkata marah:
"Kau jangan mengira aku sudah kalah darimu! Aku kalah karena
beberapa hari ini guruku sama sekali tidak bersemangat
mengajariku!"
"Ternyata begitu!" kata Tiong Toa-sianseng.
"Apakah kau tahu mengapa dia seperti itu?"
"Bagaimana aku bisa tahu?" Tiong Toa-sianseng tertawa.
"Karena dia terganggu oleh percintaannya!"
"Oh?" Tiong Toa-sianseng mengerutkan alis.
"Aku benar-benar tjdak mengerti, seorang laki laki yang gagah
tapi tidak berani berbicara dan selalu disimpan di dalam hati!"
"Kalau isi hatinya dikatakan, dia akan merasa nyaman!"
Tiong Toa-sianseng ingin mengatakan sesuatu tapi sudah dicegat
oleh Su Ceng-cau:
"Betul! Apakah menyukai seseorang adalah dosa?"
"Tentu saja tidak..."
"Berarti kau juga setuju?" tanya Su Ceng-cau. ? Dalam hati Tiong
Toa-sianseng mulai mengerti, dengan santai dia berkata:
"Gurumu sudah dewasa, dia mempunyai prin sip sendiri. Kuncu
boleh dari samping memberi pendapat!"
Su Ceng-cau menggelengkan kepala:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 64
"Orang yang dia rindukanlah yang harus berbicara kepadanya.
Aku sudah lelah menasehati, tapi tidak ada gunanya!"
"Mungkin dia tidak butuh orang lain menasehati!"
Tiong Toa-sianseng memutar tubuh, dia mulai berlatih pedang
lagi.
Su Ceng-cau memutar ke depannya:
"Apa hanya ini yang bisa kau katakan?"
Tiong Toa-sianseng tidak menjawab, dia hanya tertawa. Su
Ceng-cau menghentakkan kaki dan membalikkan tubuh pergi.
26-26-26
Seharian berlari ke sana ke sini, tapi Su Ceng-cau merasa tidak
ada hasilnya sedikitpun. Dia juga tidak melihat ada pertunjukkan
Lam-touw dan Siau Cu di Sin-sa-hai. Akhirnya dia memilih pulang.
Dia sama sekali tidak menyangka kepergian-nya ke Ci-cu-wan
tidak hanya membuat hati Tiong Bok-lan bergejolak besar, juga
membuat banyak orang terkena musibah.
Balikan Lam-touw juga hampir terbunuh.
27-27-27
Semenjak Lam-touw dan Siau Cu pulang dari Sin-sa-hai, mereka
tinggal di penginapan dan terus minum arak. Sampai sore hari, arak
yang di minum Lam-touw hampir berkurang separuh dari arak
yang dia minum di hari biasa.
"Apakah Suhu ada beban pikiran?" tanya Siau Cu.
"Aku benar-benar tidak mengerti!" Lam-touw kelepasan bicara,
kemudian melihat Siau Cu.
"Suhu tidak mengerti apa?"
"Apa yang tidak kymengerti, apakah kau bisa mengerti?"
Yang tidak dimengerti Lam-touw adalah Kiang Hong-sim dari
keluarga Lamkiong. Malam itu pandangannya terhadap Kiang
Hong-sim berubah. Dia yakin ilmu silat yang dikuasai Kiang Hong-Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 65
sim bukan ilmu silat keluarga Lamkiong. Yang lebih aneh lagi,
mengapa di keluarga Lamkiong ada perempuan yang begitu cabul.
"Satu orang berakal pendek, dua orang berakal panjang!" Siau
Cu menambahkan kalimat ini.
"Kau tahu aku orang yang berakal pendek, itu sudah cukup!"
Lam-touw segera berdiri, kemudian dia membereskan baju.
Melihat gerakannya, Siau Cu tahu Lam-touw akan pergi, pergi
membereskan masalah yang tidak dimengerti olehnya. Maka dia
segera berkata:
"Apakah tangan guru gatal lagi? Kalau mendapatkan
keuntungan, jangan lupa bagian murid!"
"Bila aku dipukuli, aku tetap tidak akan lupa membaginya
sebagian kepadamu!"
"Setidaknya beritahukan kau akan kernana, agar kita bisa saling
memberikan perhatian!"
"Apakah agar kau bisa melapor ke kantor polisi?"
"Tecu hanya takut kalau guru tidak sanggup menghadapinya
sendiri!"
"Bila tidak sanggup, aku akan kabur!" kata Lam-touw, "dulu
sebelum mempunyai murid sepertimu, guru selalu bebas
berpergian ke mana pun. Sekarang malah seperti terikat!"
"Sejujurnya, guru mau ke mana?" Siau Cu tidak tertawa lagi.
"Pokoknya bukan ke kolam naga atau sarang harimau, tapi yang
penting begitu pergi tidak ada kebaikan!"
"Bila terlalu berbahaya, jangan pergi!" Siau Cu sudah lama
mengikuti Lam-touw, Dia sudah meli hat tempat Lam-touw tuju
bukan tempat biasa.
"Muridku memang tidak berguna, hanya membesarkan ambisi
musuh dan menjatuhkan kewibawaan sendiri!" Lam-touw tertawa.
Sambil berjalan keluar, Holou merah dilemparkan lalu dijemput.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 66
Siau Cu tidak mengejar tapi dia tidak tenang. Dia juga tahu Lamtouw tidak mau dia ikut, juga tidak mengijinkan dia diam-diam
mengikuti di belakang. Dengan keahlian dan pengalaman Lamtouw, semua tidak bisa membohongi dia.
Satu-satunya yang membuat Siau Cu tenang adalah berdasarkan
pengalaman Lam-touw, bila dia kalah dari lawan dia akan kabur.
Kabur bagi dia adalah hal yang tidak sulit.
Lam-touw pasti mempunyai kepercayaan diri. Kalau tidak, dia
tidak akan ringan seperti itu.
27-27-27
Sesampainya di luar Ci-cu-wan, Lam-touw pelan-pelan
menggeser tubuhnya, benar-benar seperti seekor kucing. Kemudian
dia sudah meloncat ke atas dinding pagar. Setelah itu tubuh ditarik,
dia masuk ke dalam kegelapan.
Pada waktu itu, ada seorang perempuan yang berbaju malam,
perempuan itu keluar seperti burung walet yang terbang keluar dari
hutan bambu, kemudian turun dari pagar tembok. Setelah melihat
ke sekeliling, dia berlari cepat.
Melihat perempuan ini, Lam-touw segera teringat Kiang Hongsim. Apalagi melihat perempuan ini mengendap-endap, dia semakin
yakin.
"Bila seorang sedang mujur, jalannya benar-benar akan diatur
dengan baik. Malam ini aku akan melihat ke mana kau mau pergi,"
Lam-touw senang, dan mengejar perempuan itu dari belakang.
Begitu dia bergerak, Kiang Hong-sim segera keluar dari hutan


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bambu. Wajahnya tertawa, senang dalam hatinya:
"Malam ini benar-benar ramai, orang tua tunggulah, kau akan
terima akibatnya."
Mana mungkin Kiang Hong-sim bisa melupakan waktu dia
diperolok Lam-touw di kuil San-sian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 67
Lam-touw tidak menyangka Kiang Hong-sim mengikuti dia dari
belakang, juga tidak melihat bahwa orang yang dia ikuti sebenarnya
adalah Tiong Bok-lan.
Ternyata setelah berpikir lama, akhirnya Tiong Bok-lan
mengambil keputusan untuk menemui Siau Sam Kongcu, supaya
dia bisa menjelaskan dan Siau Sam Kongcu bisa mengerti
keputusannya. Dia sudah sangat hati-hati. Di sepanjang jalan dia
selalu menoleh ke belakang.
Lam-touw adalah orang berpengalaman di dunia persilatan. Dia
menjaga jarak dengan sangat tepat, sehingga setiap kali bisa
menghindar dari pandangan Tiong Bok-lan.
Dengan jarak yang dijaga Lam-touw, yang pasti dia tidak bisa
membedakan wajah Tiong Bok-lan. Yang penting Lam-touw yakin
perempuan itu adalah Kiang Hong-sim. Dia sama sekali tidak bisa
membedakan.
28-28-28
Tempat yang bernama Toan-cang-poh bukan tempat yang
bagus. Pada pagi hari tempat ini sudah membuat orang tidak
nyaman. Apalagi pemandangan di malam hari, lebih menyedihkan.
Tempat ini bukan tempat yang senang didatangi orang pada
umumnya.
Namun Siau Sam Kongcu sangat suka tempat ini, karena
pemandangannya, juga karena namanya Toan-cang-poh (Tanjakan
kesedihan yang menghancurkan hati). Setelah mengetahui Tiong
Bok-lan menikah dan masuk ke keluarga Lamkiong, dia
mematahkan pedangnya. Dan dia mengaku jika Toan-cang-kiamkek tidak berada di Toan-cang-poh, ke-mana dia harus pergi?
Untunglah Toan-cang-poh tidak jauh dari rumah Ling-ong di
ibukota, maka memungkinkan bagi Toan-cang-kiam-kek ini untuk
pulang-pergi ke sana.
Orang ini memang mempunyai perasaan yang mendalam, boleh
dikatakan dalamnya sampai tahap yang berlebihan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 68
Jika hubungan mereka lancar, Tiong Bok-lan dan dia akan sangat
bahagia, tapi keadaan mempermainkan orang. Semua terjadi tidak
sesuai keinginan mereka. Setelah berubah seperti sekarang ini,
kedua pihak merasa sedih.
Siau Sam Kongcu tidak bisa masuk ke Ci-cu-wan untuk bertemu
dengan Tiong Bok-lan. Kalau bisa masuk ke sana, kedua pihak akan
lebih nyaman. Setidaknya Tiong Bok-lan tidak akan kesal hati
seperti sekarang ini. Setelah menikah dan masuk keluarga
Lamkiong, dia sudah siap seumur hidup di sana, hal yang lain tidak
lagi dia pikirkan.
Siau Sam Kongcu tahu keadaan Tiong Bok-lan, tapi dia sudah
dikendalikan oleh perasaannya.
29-29-29
Di langit tampak bulan. Bulan yang dingin.
Siau Sam Kongcu seperti orang bodoh, berdiri bengong di Toancang-poh. Dia melihat bulan sabit, bibirnya terus bergerak,
tenggorokan terus berbunyi, entah apa yang dia bacakan. Ketika
Tiong Bok-lan datang ke hutan di pinggirnya, dia tetap tidak
merasakannya.
Melihat Siau Sam Kongcu seperti ini, Tiong Bok-lan sangat sedih,
dia bengong melihat Siau Sam Kongcu, akhirnya dia berjalan keluar
dari hutan.
Akhirnya Siau Sam Kongcu merasakan kehadiran seseorang di
sana. Dia adalah seorang pesilat tangguh, telinga dan matanya lebih
peka daripada orang biasa. Begitu menoleh dan melihat orang itu
adalah Tiong Bok-lan, mulutnya menganga seperti orang bodoh.
"Bok-lan!" Akhirnya dia bisa memanggil, kata nya dengan
senang, "akhirnya kau datang bertemu denganku!"
"Sebenarnya aku tidak pantas datang! Sudah beberapa tahun..."
"Beberapa tahun pun aku pasti akan menunggu..." Mata Siau
Sam Kongcu seakan memancarkan cahaya yang panas, "kita segeraLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 69
tinggalkan tempat ini. Ujung langit penjuru laut pasti ada tempat
untuk kita tinggal!"
"Kali ini aku keluar dari keluarga Lamkiong hanya ingin
menjelaskan kepadamu. Kita tidak mung kin menikah. Ini adalah
pertemuan terakhir!" kata Tiong Bok-lan sangat tenang.
Siau Sam Kongcu seperti disambar petir, dia berdiri bengong.
30-30-30
Lam-touw bersembunyi di dalam hutan. Dia sudah melihat jelas
wajah Tiong Bok-lan juga mendengar apa yang mereka bicarakan,
dan sadar dia salah sasaran.
'Mengapa aku bisa ceroboh seperti itu!' Dia marah kepada
dirinya, 'kalian berdua berbicaralah terus, aku harus pergi!' Dia
berbicara sendiri dalam hati dan mengayunkan tangan kepada
Tiong Bok-lan dan Siau Sam Kongcu, dan segera membalikkan
tubuh siap pergi. Seketika itu terdengar angin keras datang. Sebuah
batu besar sudah dilemparkan ke arah Lam-touw. Dengan cepat dia
menghindar dan batu besar itu mengenai pohon di sisinya.
Sebenarnya dia bisa menjemput batu itu, tapi agar tidak
mengejutkan Siau Sam Kongcu dan Tiong Bok-lan maka dia
memilih untuk tidak menjemputnya. Batu yang dilempar itu
bergesekan dengan pohon-pohon sehingga menimbulkan suara
yang lumayan keras. Dengan pendengaran Siau Sam Kongcu, mana
mungkin tidak terdengar olehnya!
Maka dia berusaha untuk tidak menjemput dan berlari ke arah
datangnya batu. Tapi Siau Sam Kongcu sudah membentak:
"Siapa?"
'Aku tahu siapa yang melempar batu, jelas-jelas dia ingin
mencelakakan aku!' dalam hati Lam-touw menjawab. Terdengar
suara baju tertiup angin. Lam-touw sadar dia tidak sempat lagi
mencari orang yang melempar batu, maka dia segera masuk ke
semak-semak dan siap kabur.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 70
Dia bukan takut kepada Siau Sam Kongcu, melainkan hanya
khawatir repot. Tubuhnya bergerak-gerak, dia sudah keluar dari
semak-semak dan siap turun dari tanjakan. Tapi Siau Sam Kongcu
sudah seperti seekor burung elang turun mencegatnya.
"Berhenti!" Siau Sam Kongcu bergerak. Timbul angin keras.
"Ampun tuan!" Dua tangan Lam-touw terus bergoyang, "hamba
hanya merasa aneh dan bukan sengaja..."
"Sebenarnya siapa yang menyuruhmu datang mengawasi
Petualangan Sherlock Holmes 6 Wiro Sableng 157 Nyawa Titipan Drama Di Ujung Pisau 1

Cari Blog Ini