Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 11

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 11


pelan-pelan turun dan turun ke atas batu aneh itu. Dia sama sekali
tidak terluka.
Tapi dia melihat seseorang di sana.
Orang itu duduk di atas batu aneh itu. Wajahnya penuh dengan
cambang, rambutnya berantakan. Dia mengenakan baju yang sudahLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 91
usang. Walaupun begitu, dia tetap terlihat sangat bersemangat.
Sekali melihatnya sudah tahu kalau dia bukan orang biasa.
Dia terpaku melihat Wan Fei-yang yang baru jatuh dari atas tapi
tidak mengeluarkan suara.
Setelah Wan Fei-yang agak tenang, dia baru bertanya:
"Tempat apa ini?"
Orang aneh itu seperti tidak mendengar pertanyaannya. Kata
Wan Fei-yang lagi:
"Aku Wan Fei-yang, diserang oleh seseorang hingga terjatuh
kemari. Siapa nama Tuan?"
Orang itu hanya mendengar tapi tidak menjawab. Wan Fei-yang
tidak bertanya lagi. Begitu menengadah ke atas, dinding jurang
tampak lurus seperti habis ditepis dan tidak bisa melihat ujung atas
jurang. Dia menarik nafas.
"Ini tempat kematian!" Orang itu akhirnya membuka suara,
"kalau ada jalan, bisa keluar dari sini, aku sudah keluar dari sini!"
"Kalau begitu, terpaksa harus mencoba apakah bisa merangkak
naik," usul Wan Fei-yang .
"Kau yang harus mencobanya!" Ucap orang itu, "terjatuh dari
tempat begitu tinggi, sama sekali tidak terluka berarti ilmu silatmu
sangat bagus!"
"Mengapa Tuan tidak mencobanya?"
Orang itu menjawab dengan sedih:
"Aku tidak bisa bersilat seperti kau. Sewaktu terjatuh ke dalam
sini, untung aku masih bisa hidup. Tapi kedua kakiku sudah tidak
ada!"
Dengan tangan kanannya dia menyibakkan bajunya, terlihat
kalau kedua kakinya sudah patah dari lutut.
"Apakah Tuan juga diserang oleh orang lain hingga terjatuh?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 92
"Benar!" Orang itu menarik nafas, "keadaan di sini masih
lumayan, sangat banyak ikan dan tidak habis-habis untuk
dimakan!"
"Tapi Tuan tetap harus naik kembali ke atas!"
"Kalau bisa naik, itu akan sangat bagus!"
"Tapi sayangnya aku harus cepat-cepat ke Pek-hoa-couw. Begitu
masalah di Pek-hoa-couw selesai, aku akan segera kembali
membawa tali untuk menyelamatkanmu!" Kata-kata Wan Fei-yang
terdengar sangat serius. Dia tidak sembarangan bicara.
Tiba-tiba orang itu bengong, dia bertanya:
"Apa yang terjadi di Pek-hoa-couw? keluarga Lamkiong
melakukan kejahatan apalagi?"
Wan Fei-yang balik bertanya:
"Apa hubungan Tuan dengan keluarga Lamkiong?"
Orang itu tidak menjawab, dia hanya buru-buru menyuruh Wan
Fei-yang menjawab pertanyaannya:
"Cepat beritahu aku bagaimana keadaan keluarga Lamkiong
sekarang ini?"
Hati Wan Fei-yang tergerak. Dengan teliti dia menceritakan
semuanya, orang itu mendengar ceritanya hatinya semakin
bergejolak. Akhirnya dia tertawa sedih sambil menatap langit!
"Siluman tua, kau harus membunuh berapa orang baru akan
berhenti!" Tawanya berhenti, orang itu berteriak.
Hal ini membuat Wan Fei-yang semakin merasa aneh:
"Siluman tua yang mana yang kau maksud?"
"Lo-taikun yang ada di depan mata kalian!" Orang itu marah
besar.
Hati Wan Fei-yang bergerak:
"Apakah dia sebenarnya bukan Lo-taikun yang asli?"
"Tapi sayang aku rasa semuanya sudah terlambat. Kau dipukul
hingga masuk ke tempat kema-tian ini!" Orang itu tiba-tibaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 93
mencengkeram Wan Fei-yang"Lote, dengan cara apa pun kau harus
membawaku kembali ke atas agar aku bisa tepat waktu membuka
kedok siapa dia sebenarnya!"
"Tuan adalah..."
"Lamkiong Ho..." Orang itu tertawa dengan sedih, "kalau dia Lotaikun asli, mana mungkin dia akan begitu kejam membunuh anak
sulungnya?"
Wan Fei-yang menggigil:
"Siapa dia sebenarnya?"
"Pek-lian-kau, Jin-kun dari Thian -te!"
"Gosip di dunia persilatan mengatakan kalau Jin-kun pandai
menghias wajah dengan ketrampilan tangan. Dia sangat hebat.
Begitu banyak orang di keluarga Lamkiong tidak ada seorang pun
yang bisa membedakannya!"
"Sampai aku yang menjadi anak kandungnya pun tidak bisa
membedakannya, apalagi orang lain!" Lamkiong Ho tertawa sedih,
"tapi jejak yang bisa dilacak sedikit banyak pasti ada yang
menimbulkan rasa curiga. Satu per satu dibunuh olehnya!"
"Maksudnya laki-laki di keluarga Lamkiong bukan mati oleh
perkumpulan besar?"
"Keluarga Lamkiong tidak berambisi ingin menguasai dunia
persilatan. Jika tidak, semua perkumpulan sedari awal sudah
mengepung dan menyerang, tidak perlu menunggu hingga hari ini
dan sekarang ini!"
"Benarkah gosip dunia persilatan yang menga takan demikian?"
Tanya Lamkiong Ho.
"Tidak banyak juga, tapi semua adalah dugaan orang-orang!"
Lamkiong Ho menarik nafas:
"Itu rencana busuk siluman tua itu. Dia tidak hanya
menggunakan orang keluarga Lamkiong juga memperalat kekuatan
keluarga Lamkiong."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 94
Wan Fei-yang menatap ke atas:
"Lebih baik kita tinggalkan tempat ini terlebih dulu!"
Jurang terjal seperti ditepis golok, ingin kembali ke atas apakah
itu mungkin?
199-199-199
Jin-kun yang menyamar menjadi Lo-taikun, dulu dia mencari
Hwe-yang-ko hingga datang ke tempat ini. Karena lupa diri
membuat Lamkiong Ho curiga. Setelah Jin-kun sadar akan hal ini,
dia segera memancing Lamkiong Ho ke sisi jurang. Secara tiba-tiba
memukulnya hingga terluka dan jatuh ke dasar jurang.
Jurang sangat dalam dan terjal, Jin-kun sangat hafal dengan
keadaan di sana dia meminta Ciu-ci Lojin membawa Hen-lo-sat ke
sana untuk menghadapi Wan Fei-yang. Dia tahu bila Wan Fei-yang
jatuh ke sana pasti tidak akan bisa selamat. Setelah mendapat
laporan terakhir, dia tertawa manis.
Bila Wan Fei-yang tidak ada lagi di dunia ini, baginya pasti akan
sangat banyak kebaikan. Dan yang paling membuatnya senang
adalah sudah membuktikan seperti apa kelihaian Hen-lo-sat.
Bila ada seorang pembunuh lihai berada di sisinya, ada masalah
apa yang tidak akan bisa diberes kan olehnya?
Karena terpikir hal yang menyenangkan ini, Jin-kun tertawa
lepas. Saat itu dia berada di kamarnya. Hanya saat berada di
kamarnya sendiri baru bisa membuatnya lupa diri. Keluarga
Lamkiong hanya untuk diperalat saja.
Walaupun dia sedang merasa senang sampai lupa diri tapi dia
tetap bersikap waspada. Dia segera merasa di kamarnya ini ada aura
membunuh.
Dia melihat ada samurai keluar dari balik pintu, dia juga merasa
kalau tujuan samurai ini datang ke kamarnya bukan untuk
membunuhnya, dia tidak menghindar.
Samurai itu benar-benar berhenti di sisi leher nya. It-to-cian
memegang samurai dengan kedua tangan. Dia memelototi Jin-kun:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 95
"Biln aku ingin membunuhmu, sangat mudah seperti
membalikkan telapak tangan!"
"Membunuhku pun tidak ada kebaikannya untuk kalian!" kata
Jin-kun memutar sorot matanya, "Siau-ongya sudah kemari,
mengapa tidak keluar untuk bertemu denganku?"
Cu Kun-cau keluar dari balik sekat.
"Mata dan telinga Lo-taikun benar-benar hebat tapi reaksimu
tidak secepat golok guruku!"
"Ternyata benar Ong-ya. Kami belum melayani Anda!"
"Untuk apa bicara seperti itu?"
"Kalau begitu, apakah Siau-ongya ada perintah?"
"Kota Lam-tiang sudah dikuasai mereka, tapi orang-orang
keluarga Lamkiong hanya berpangku tangan, mana mungkin aku
berani menurunkan perintah?"
"Kalau begitu, kali ini tujuan kedatangan Anda..."
"Hanya ingin meminta keluarga Lamkiong membantu kami!"
"Keluarga Lamkiong siap menunggu perintah Anda."
"Aku tidak berani merepotkan orang keluarga Lamkiong."
"Apakah Siau-ongya menginginkan uang?"
"Keluarga Lamkiong adalah keluarga terkaya di Kang-lam. 100
tail emas hanya angka kecil. Aku yakin Lo-taikun tidak akan
keberatan memberikan!"
Jin-kun mengeruttkan alisnya:
"Aku ingin bertanya lagi, Siau-ongya menginginkan uang begitu
banyak, semua itu untuk apa?"
"Dibawa ke Jepang untuk mencari orang yang bisa melatih
pasukan lagi!" Mata Cu Kun-cau terlihat cerah.
Jin-kun tertawa terbahak-bahak. Cu Kun-cau merasa tidak enak
dan membentak:
"Kau menertawakan apa?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 96
Jawab Jin-kun sambil tertawa:
"Di dunia persilatan Tionggoan banyak orang berbakat yang bisa
membantumu menguasai dunia, untuk apa kau harus jauh-jauh
pergi ke Jepang, lalu menyuruh orang Jepang membantumu?"
Wajah It-to-cian terlihat marah:
"Apa yang kau katakan barusan?"
"Mengatakan bahwa kalian melakukan semua hal yang tidak ada
gunanya dan selalu kalah, kalian tidak tahu diri!"
"Jangan lupa, nyawamu masih ada di tangan ku!" Bentak It-tocian.
"Kau kira kau bisa membunuhku?" Sorot matanya melihat golok
samurai. Tiba-tiba tangannya diangkat, jari tengah menyentil,
terdengar CRING! Dia menyentil punggung golok.
Golok samurai segera tersentil tapi reaksi It-to-cian sangat cepat.
Dia berputar. Golok diayunkan dan menepis, tapi Jin-kun sudah
menendang dari balik gaunnya. Dia menendang ke atas tongkat
kepala naga. Tongkat ditendang ke atas seperti ular beracun terus
melata dan menyerang perut It-to-cian.
It;to-cian hanya memperhatikan sepasang tangan Jin-kun. Sama
sekali tidak ada persiapan meng hadapi jurus ini, dia terlempar ke
luar.
Tongkat kepala naga memukul. Walaupun It-to-cian berubah
terus menerus tetap tidak bisa menghindar. Dada terbuka dan 3 kali
terkena pukulan. Dia memuntahkan darah dan roboh.
Cu Kun-cau melihat semuanya. Walaupun dia mempunyai ilmu
tinggi, tapi dalam keadaan seperti itu dia tidak berani membalas.
Jin-kun menarik kembali tongkat naganya. Pelan-pelan dia
membalikkan tubuh. Menatap Cu Kun-cau:
"Siau-ongya, kau sudah melihat ilmu silat Tionggoan selalu bisa
mengalahkan orang Jepang!"
Cu Kun-cau tertawa kecut, Jin-kun datang menghampiri sambil
membawa tongkat. Dia tertawa.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 97
Tawa ini membuat Cu Kun-cau menggigil. Dia mundur beberapa
langkah lalu jatuh terjengkang ke kursi.
"Lo-taikun, maafkan aku!" Nada bicara Cu Kun-cau berubah.
"Tenang saja! Aku tidak akan membunuhmu!"
"Lo-taikun..."
"Hari ini kau terlihat sengsara, tapi kau tetap Siau-ongya.
Asalkan kau mau mendengar ucapanku, menurut padaku, kau akan
berhasil. Mungkin suatu hari nanti negara ini akan menjadi
milikmu!"
"Aku tidak mengerti!"
"Nanti kau akan mengerti dengan sendirinya!"
"Kau ingin memperalatku untuk menciptakan pasukan lalu
merebut kekuasaan kerajaan Beng?" Cu Kun-cau bukan orang
bodoh, Jin-kun tertawa memang seperti itu maksudnya.
Akhirnya waktu untuk rapat Pek-hoa-couw tiba. Keluarga
Lamkiong sudah ditata ulang, tidak kalah bagus dengan rapat-rapat
ilmu pedang dulu.
Bu-tong-pai, Heng-san-pai, dan Kun-lun-pai datang lebih awal.
Banyak teman-teman dunia persilatan datang untuk menonton
keramaian ini. Di antaranya ada 4 orang yang sedari awal selalu
menutupi wajah mereka.
Sebenarnya keempat orang ini adalah Siau Sam Kongcu, Tiong
Bok-lan, Lamkiong Beng-cu, dan Su Ceng-cau.
Setelah Siau Sam Kongcu menyelamatkan Su Ceng-cau, dia
bertemu dengan Beng-cu tahu di mana tempat tinggal Tiong Boklan. Beng-cu ikut ke Hoa-san. Sebenarnya saat itu dia sedang kabur
dan tidak tahu harus pergi ke mana.
Setelah mendengar hal-hal yang sudah terjadi di keluarga
Lamkiong, hati Tiong Bok-lan tidak tenang berada di Hoa-san terus.
Pastinya Siau Sam Kongcu menemaninya. Sifat Su Ceng-cau
memang sudah berubah total tapi terhadap hal-hal yang terjadi di
dunia persilatan, dia tetap tertarik.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 98
Mereka tidak tinggal di keluarga Lamkiong melainkan langsung
pergi menuju Pek-hoa-couw. VVa laupun wajah mereka ditutup dan
hanya terlihat sorot matanya tetap tidak ada yang bertanya pada
mereka, sebab orang dunia persilatan ada bermacam macam jenis,
penutup wajah bukan hal yang aneh.
Pastinya mereka tidak akan menyapa orang lain. Mereka duduk
dengan diam di pinggir melihat perubahan.
Lo-taikun yang merupakan penyamaran dari Jin-kun diapit oleh
Bwe Au-siang dan Cia Soh-ciu. Benar-benar membuat orang lain
merasa keluarga Lamkiong sedang turun statusnya.
Yang pasti Jin-kun tidak mempunyai perasaan seperti itu.
Sepanjang perjalanan dia menyapa tamu-tamu. Sikapnya tampak
tenang seperti tidak terjadi apa-apa.
Yang bertanggung jawab menerima tamu adalah Kiang Hongsim. Dia menghampiri dan menyambut Lo-taikun.
"Apakah semua sudah datang?" Lo-taikun segera bertanya.
"Wan Fei-yang dan Bu-wie Taysu belum terlihat tapi sudah
datang 4 orang memakai penutup wajah!"
Jin-kun melihat ke arah yang dimaksud. Dia berjalan ke sana.
Siau Sam Kongcu melihat mereka yang di-hampiri. Dia menekan
Tiong Bok-lan dan Beng-cu dengan tangannya karena takut mereka
yang terlihat tegang akan dicurigai oleh Jin-kun.
Mereka berempat mengenakan baju panjang, berpenampilan
seperti laki-laki.
Jin-kun berhenti di depan mereka:
"Kalian berempat adalah..."
"Orang dunia persilatan!" Dengan suara serak Siau Sam Kongcu


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjawab pertanyaan itu.
"Orang dunia persilatan pasti sangat tertarik dengan masalah
dunia persilatan!" Ucap Jin-kun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 99
"Hanya saja tidak tahu apakah Lo-taikun menyambut kami
berempat dengan baik yang merupakan tamu tidak diundang?"
"Rapat Pek-hoa-couw adalah masalah dunia persilatan jadi
keluarga Lamkiong tidak akan menolak kedatangan orang dunia
persilatan!"
"Terima kasih, Lo-taikun!"
"Kalian berempat tidak perlu memakai penutup wajah!" Lotaikun terus mengawasi mereka berempat.
"Kami berempat adalah orang tidak penting, tidak
memperlihatkan wajah, tidak apa-apa bukan!" Siau Sam Kongcu
seperti sudah menyiapkan ucapannya.
"Kalau begitu, memang tidak bisa dipaksa!" Jin-kun bergeser.
Berjalan kembali menuju tempat Toan Hong-cu dan Keng-suthay.
Mereka berdua menyambutnya. Tanya Jin- kun:
"Waktunya sudah tiba dan orang-orangnya sudah lengkap. Buwie Taysu dan Wan Fei-yang menjadi titik permasalahan ini,
mengapa mereka belum tiba?"
Sebenarnya mereka sedang membakar emosi orang-orang. Toan
Hong-cu dan Keng-suthay mulai tidak bisa bersabar. Begitu
mendengar kalimat tadi langsung terpancing.
"Apakah mereka sedang berusaha mengulur waktu?" Tanya
Keng-suthay.
"Paling-paling kita akan memberikan waktu setengah jam lagi.
Kalau tidak melihat mereka datang, berarti mereka mengaku kalau
Lu Tan adalah pembunuh sebenarnya!" Ujar Toan Hong-cu.
"Benar! Sampai waktunya tiba mereka tidak datang, Pinni yang
akan bertindak!" Kata Keng-suthay sambil melihat Giok-sik.
"Supaya teman-teman dunia persilatan menge tahui Siauw-Iimpai memang tidak bertanggung jawab!" Kata Toan Hong-cu.
Giok-sik tidak tahan lagi:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 100
"Lu Tan adalah orang Bu-tong-pai, kalau dia bersalah harus
menyalahkan Bu-tong-pai, tidak ada hubungannya dengan Siauwlim-pai. Jika kalian mau membuat perhitungan, seharusnya dengan
Bu-tong-pai!"
"Kalau begitu mengapa Bu-tong-pai mencari Siauw-lim-pai
untuk membantu mereka?" Tanya Keng-suthay.
Giok-sik tidak menyangka Keng-suthay akan berkata seperti itu.
Dia hanya bisa terpaku.
Toan Hong-cu memelototinya:
"Giok-sik, kalau kau punya harga diri, segera serahkan Lu Tan.
Di depan begitu banyak orang jelaskan semua permasalahan ini!"
"Pinto sudah berkali-kali menjelaskan kalau Lu Tan sudah lama
menghilang dan tidak' tahu di mana dia!" Kata Giok-sik menarik
nafas.
Toan Hong-cu tertawa dingin:
"Mengapa tidak membiarkan kami mencari hingga ke Bu-tongsan?"
"Kalau kau masih berkata seperti itu, kita terpaksa harus
menunggu Bu-wie Taysu!" Giok-sik tertawa, "Bila dalam waktu
setengah jam lagi Bu-wie Taysu tidak hadir, apa yang harus kau
katakan?" Toan Hong-cu tertawa terbahak-bahak.
Ucapannya baru selesai, ada yang melantunkan ayat-ayat dari
kitab suci Budha. Semua orang melihatnya. Terlihat Bu-wie Taysu
diapit oleh 18 orang hweesio Siauw-lim memasuki tempat, masih
ada Su Yan-hong.
Semangat Giok-sik bertambah. Tapi Keng-suthay dan Toan
Hong-cu malah menekuk wajahnya. Bu-wie Taysu sudah tiba,
mereka tidak bisa bertindak seenaknya lagi.
Su Yan-hong segera ke depan Toan Hong-cu dan memberi
hormat:
"Paman Guru..."
Toan Hong-cu hanya menjawab:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 101
"He!" Karena melihat Su Yan-hong berjalan bersama dengan Buwie Taysu, dia bertambah marah, tapi tidak bisa dikeluarkan
seenaknya. Bukan karena Su Yan-hong adalah Hou-ya sekaligus dia
murid paling berbakat dan bermasa depan cerah, melainkan karena
dia tidak melakukan kesalahan dalam masalah ini.
Sekalipun dia bersifat jelek tapi dia adalah orang yang tahu tata
karma. Hanya saja bila sedang marah, dia sendiri pun tidak bisa
mengatasinya.
Bu-wie Taysu terus menyapa orang di sana. Melihat Wan Feiyang belum datang, dia ingin menunggu sebentar tapi Keng-suthay
dan Toan Hong-cu sudah tidak sabar mereka terus mendesak. Dia
terpaksa duduk dan menyuruh Su Yan-hong yang bicara.
Semua merasa aneh tapi Jin-kun sudah bisa menebaknya. Benar
saja Su Yan-hong tidak angkat bicara mengenai masalah Lu Tan,
hanya menceritakan tentang keluarga Lamkiong yang bersekongkol
dengan Ling-ong, diam-diam melatih pembunuh kemudian
mengirim Hen-lo-sat membunuh Ong-souw-jin.
Dia pun mengatakan kemarin ini sewaktu pergi ke Bu-tong-pai,
dia dan Bu-wie Taysu dihadang oleh Bwe, Lan, Ju, Tiok, 4 orang
pembunuh.
Semua merasa terkejut. Jin-kun melihat semua orang merasa
terkejut. Dia tidak merasa takut sedikit pun. Karena sedari awal dia
sudah siap bertindak. Dia tidak melarang Su Yan-hong berbicara.
Begitu Su Yan-hong selesai bicara, setelah itu baru' dengan tenang
bertanya:
"Hou-ya sudah banyak bicara, apakah mempunyai bukti?"
Semua sudah berada dalam perkiraan Su Yan- hong:
"Kemarin ini karena gagal dibunuh oleh keluarga Lamkiong
bertemu dengan barisan bersenjata api jadi Tong Goat-go yang
menjadi menantu ketiga keluarga Lamkiong meninggal dan ada
mayat untuk dijadikan saksi."
Jin-kun menggelengkan kepala:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 102
"Tong Goat-go memang menantu keluarga Lamkiong, apa yang
dia lakukan di luar sana belum tentu ada hubungannya dengan
keluarga Lamkiong. Semua orang membahas Lu Tan, mengapa
Hou-ya harus membicarakan masalah ini dengan orang lain?"
"Benar! Bu-tong-pai harus menyerahkan Lu Tan!" Seru Kengsuthay.
Dia kalah oleh Wan Fei-yang jadi terhadap Bu-tong-pai dia tidak
senang. Dia terus melihat Toan Hong-cu.
Toan Hong-cu mengangguk:
"Lu Tan tidak mau keluar untuk menjelaskan, semuanya itu
hanya omong kosong!"
"Benar..." Dari angkasa terdengar ada yang datang, "kalau
omong kosong, tidak perlu banyak bicara lagi. Kita bisa mulai
bertarung!"
Mendengar suara ini, alis Su Yan-hong segera terangkat. Orang
yang bicara tadi turun naik, melewati kepala semua orang dan
mendarat di depan Su Yan-hong. Dia adalah Wan-tianglo yang
hanya ingin berkelahi dan bertarung serta orang yang takut kalau
dunia ini terlalu aman!
Fu Hiong-kun dan Siau Cu pun datang secara bersamaan.
Mereka mencari Beng-cu, kebetulan bertemu dengan Wan-tianglo.
Untung Fu Hiong-kun pintar dan lincah jadi Siau Cu tidak ditangkap
dan dibawa pulang ke Sian-tho-kok oleh Wan-tianglo. Mereka bisa
memancing Wan-tianglo kemari karena bila situasi dibutuhkan,
mereka ingin meminjam ilmu silat Wan-tianglo untuk
membereskan masalah.
Setelah tahu di Pek-hoa-couw ada rapat akbar ilmu silat, Wantianglo sangat senang. Tapi dia tetap ingin Siau Cu membuat
kesepatakan dengannya setelah Pek-hoa-couw selesai Siau Cu dia
tetap harus kembali menemaninya selama setengah atau setahun.
Siau Cu setuju karena dia tahu kalau dia tidak setuju dia tidak akan
bisa lolos.
Mereka datang di waktu yang sangat tepat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 103
"Wan-tianglo..." Su Yan-hong menyapa dengan sangat hormat.
Wan-tianglo menatapnya dari atas ke bawah, dari bawah ke atas,
dengan bersemangat dia bertanya:
"Kapan kita bisa bertarung lagi?"
"Nanti bila ada waktu. Sekarang kami sedang mempunyai
masalah!" Jawan Su Yan-hong. ..
"Aku bertemu dengan Lu Tan!" Kata Siau Cu.
"Kau bertemu di mana?" Tanya Su Yan-hong buru-buru.
Siau Cu segera menceritakannya, sewaktu dia berjalan dan
diserang, lalu berkata:
"Reaksi dia dengan Hen-lo-sat tidak berbeda!"
"Kalau tebakanku tidak salah, dia sudah memakan semacam obat
sampai akal sehatnya hilang!"
Su Yan-hong mengangguk:
"Benar! Kalau tidak hilang akal sehatnya, dengan sifat Lu Tan
sebenarnya dia tidak akan bersembunyi!"
Timbul perasaan aneh di hati Toan Hong-cu dan Keng-suthay
tapi Jin-kun Lo-taikun sudah tertawa.
"Siau Cu, sifatmu tetap seperti dulu!" Kata Jin-kun sambil
menggelengkan kepala, "dulu demi bisa menikah dengan Beng-cu,
semua kau lakukan agar bisa mendapatkan cucuku. Sekarang demi
menyelamatkan seorang teman, kau mengarang cerita. Kau selalu
seperti itu. Terhadap orang lain atau untuk diri sendiri tidak ada
gunanya."
"Maksudmu, aku berbohong?" Siau Cu berteriak.
"Teman tertimpa masalah, yang pasti kita tidak bisa berpangku
tangan begitu saja tapi kau harus bisa membedakan, mana yang
salah dan mana yang benar!" Jelas Jin-kun.
"Waktu itu Beng-cu juga berada di sana!" Bela Siau Cu.
Jin-kun terpaku:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 104
"Kalau begitu, di mana Beng-cu sekarang? Mengapa dia tidak
datang bersama denganmu?"
"Tadinya Beng-cu bersamaku, terakhir dia pergi entah ke mana!"
Siau Cu menarik nafas.
"Karena kau tahu Beng-cu tidak ada di keluarga Lamkiong jadi
kau beralasan kalau Beng-cu juga mengetahui hal ini!"
Siau Cu terpaku. Wan-tianglo tidak sabar lagi. Dia berteriak:
"Hei, Tua Bangka! Siau Cu bicara jujur, kau tidak percaya?"
"Benarkah dia jujur?" Jin-kun tertawa dan balik bertanya.
Wan-tianglo berteriak:
"Aku mengatakan kalau dia jujur ya pasti jujur. Tua Bangka
masih mau membantah ucapanku! Kau benar-benar sengaja
mencari masalah denganku! Apakah karena ingin bertarung
denganku?"
"Bila ada kesempatan pasti akan kutemani!"
"Bukankah sekarang adalah kesempatan yang baik?" Wantianglo mulai mengeluarkan kaki dan kepalannya.
Jin-kun menggelengkan kepalanya:
"Masalah di sini belum selesai! Kau tidak tahu asal usul
permasalahannya lebih baik kau jangan ikut campur masalah ini!"
Dia tidak peduli dengan reaksi Wan-tianglo. Jin-kun langsung
berkata kepada Siau Cu:
"Hanya mendengar ucapanmu tidak akan bisa dijadikan bukti,
lebih baik keluarkan bukti-bukti lainnya agar orang-orang percaya!"
Siau Cu marah:
"Waktu itu aku dan Beng-cu melihat Lu Tan. Sekarang Beng-cu
tidak ada, siapa yang bisa membuktikan hal ini?"
"Apakah kita harus menunggu Beng-cu muncul di sini?" tanya
Jin-kun dengan santai.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 105
"Siapa yang mempunyai waktu menunggu? Apa pun yang
terjadi, masalah ini harus diselesaikan hari ini juga!" Tuntut Toan
Hong-cu.
"Benar..." Jin-kun tertawa.
Siau Cu marah:
"Jika kalian tidak percaya pada ucapanku, kalian akan menyesal
nantinya!"
"Siapa yang bisa membuktikan ucapanmu benar?" Tanya Toan
Hong-cu.
"Aku bisa..." terdengar suara seseorang.
Semua melihat ke arah suara itu. Salah satu dari 4 orang yang
mengenakan penutup wajah berdiri. Pelan-pelan dia membuka
penutup wajahnya. Dia adalah Beng-cu.
Siau Cu terlihat sangat senang. Cia Soh-ciu berteriak:
"Beng-cu..."
Saat dia akan mendekati putrinya, Jin-kun membentak:
"Kembali..."
Dengan wibawa Lo-taikun, Cia Soh-ciu tidak berani bicara apaapa. Dengan sikap ketakutan dia kembali. Jin-kun tertawa melihat
Beng-cu:
"Apakah kau tidak tahu kalau Nenek meng-khawatirkanmu?"
"Terima kasih atas perhatianmu. Cucumu ini sangat beruntung
nyawanya masih tetap ada!"
"Kau harus mengerti kalau aku sangat memperhatikanmu!"
"Tapi aku tidak mengerti mengapa kau berubah menjadi seperti
ini?" dengan hati bergejolak Beng-cu menatap Jin-kun.
"Aku lihat kau terlalu lelah jadi kau semba-rangan bicara!" Ujar
Jin-kun sambil menggelengkan kepala, "lebih baik kau beristirahat
dulu!"
"Aku tidak sembarangan bicara. Apa tujuan-mu melakukan
semua ini?" Air mata Beng-cu menetes.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 106
"Apa yang kulakukan?" seperti tidak terjadi apa-apa.
"Beng-cu kemarilah..." Cia Soh-ciu memanggil "Maafkan
putrimu tidak berbakti, tapi apa pun yang terjadi aku harus
menceritakan semuanya agar jangan banyak orang menjadi korban
berikutnya!"
"Kita satu keluarga!" Cia Solvciu menarik nafas.
"Benarkah demikian? Mengapa dia menyuruh orang
membunuhku?" Perasaan Beng-cu semakin ber gejolak. Cia Soh-ciu
terpaku. Kata Bwe Au-siang:
"Mengapa bisa terjadi seperti itu?"
Beng-cu berteriak:
"Sebenarnya seperti itu! Yang membunuh Lam-touw adalah dia,
paman keempat yang memberi tahukannya padaku! Setelah itu
paman keempat pun menghilang..."
Bwe Au-siang menatap Jin-kun. Dia merasa aneh. Beng-cu
berteriak lagi:
"Jelas-jelas Lu Tan disembunyikan olehnya. Waktu itu dia ingin
membunuhku serta Siau Cu. Ciu-ci Lojin diam-diam menggunakan
peluit mengatur dia!"
Su Yan-hong melihat Jin-kun:
"Aku rasa Beng-cu tidak berbohong. Kau menyembunyikan Lu
Tan, apa tujuanmu? Apakah kau ingin kami saling bunuh dan kau
tinggal duduk diam, kemudian dari belakang mengambil
keuntungan dari semua ini?"
Tapi Jin-kun masih bisa tertawa:
"Beng-cu masih kecil, dia dipengaruhi orang lain jadi dia bisa
bicara seperti itu. Tapi semua malah percaya!"
Su Yan-hong tertawa dingin:
"Mana mungkin bisa seperti itu!"
"Hou-ya terbuka dan jujur, pasti tidak akan melakukan hal ini,


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tapi ledua orang ini belum tentu seperti itu!" Jin-kun menunjukLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 107
orang yang memakai penutup wajah, "apa kabar, Siau Sam
Kongcu?"
Siau Sam Kongcu dan Tiong Bok-lan tidak bisa bersembunyi lagi.
Mereka langsung membuka penutup wajah.
Jin-kun melihat mereka sambil menggelengkan kepala, menarik
nafas:
"Kalian berdua pergi dan tidur bersama tidak apa-apa, mengapa
harus menghasut Beng-cu untuk melawan Keluarga Lamkiong?"
Dengan tenang Siau Sam Kongcu berkata:
"Benar, kami sama-sama tinggal di Hoa-san dan kami saling
menghormati seperti kakak beradik. Kami tidak merasa ada yang
salah di sini. Apa yang dibicarakan orang lain, kami tidak peduli!"
"Apa yang dikatakannya tadi adalah kenyataan sebenarnya, aku
tidak dihasut oleh siapa pun!"
"Kalau kalian terbuka dan jujur, mengapa harus memakai
penutup wajah seperti tadi?"
Toan Hong-cu dan Keng-suthay mulai goyah. Waktu itu
terdengar suara yang berkata:
"Siluman Tua, kau masih bisa berceloteh!"
Yang bicara adalah Lamkiong Ho. Dia duduk di kursi roda,
didorong oleh Wan Fei-yang yang sedang berlari datang ke tempat
itu. Melihat orang itu, Jin-kun segera tahu saatnya memperalat
keluarga Lamkiong sudah usai sampai di sini dan tidak bisa
diperalat lagi.
Cia Soh-ciu melihat, dia terkejut dan senang dan datang
menyambut. Beng-cu berteriak:
"Ayah..."
Sorot mata Siau Sam Kongcu dan yang lain menatap wajah Wan
Fei-yang dan Lamkiong Ho. Wan Fei-yang melihat ke sekeliling, dia
berkata dengan suara keras:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 108
"Demi mencari Hvve-yang-ko, aku mengejarnya sampai di Hantan lalu aku diserang Hen-lo-sat, dipukul hingga jatuh ke dasar
jurang yang sangat dalam. Sangat beruntung aku tidak mati dan
bertemu dengan Lamkiong Ho yang dulunya pun dipukul hingga
jatuh!"
"Kalau kalian tidak percaya siapa pun tapi apa yang Lamkiong
Ho ceritakan harap kalian percaya!" Kata Lamkiong Ho.
"Apa yang telah terjadi?" Tanya Cia Soh-ciu.
Lamkiong Ho menunjuk Jin-kun:
"Orang ini sebenarnya adalah Thian Te, bernama Jin-kun dari
Pek-lian-kau!"
Begitu kalimat ini masuk ke telinga semua orang, membuat
semua terkejut dan sorot mata mereka melihat wajah Jin-kun.
"Di dunia ini memang tidak ada rahasia abadi!" ujar Jin-kun
seperti tidak merasakan apa-apa, "sebenarnya setelah rapat Pekhoa-couw ini selesai, aku akan kembali ke wajah asliku. Sekarang
terjadi lebih awal tapi masalah sudah terjadi, aku tidak bisa berbuat
apa-apa!"
Dia berhenti pelan-pelan mengelupas topeng kulitnya. Semua
tahu apa yang terjadi. Tapi begitu melihat apa yang dilakukannya
tetap saja merasa terkejut. Lo-taikun dari keluarga Lamkiong
mempunyai kedudukan tertentu di dunia persilatan juga
berpengaruh. Ternyata dia adalah Jin-kun dari Pek-lian-kau yang
pandai menyamar dengan kemampuan keterampilan tangan.
Wan Fei-yang bisa dikatakan orang yang paling tenang. Dia
segera bertanya:
"Kau mengelabui keluarga Lamkiong, apakah tujuanmu adalah
memecahbelah perkumpulan besar agar mereka saling bermusuhan
dan kau tinggal duduk diam menerima keuntungannya?"
Jin-kun tertawa:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 109
"Ini hanya salah satunya. Yang terpenting ada lah uang dan harta
keluarga Lamkiong. Kalau tidak, ingin menghasilkan Bwe, Lan, Ju,
Tiok, dan Hen-lo-sat, tidak mungkin bisa terjadi."
"Akhirnya kau mengakui semuanya!" Wan Fei-yang menarik
nafas, "begitu banyak orang mati di tanganmu tapi tidak ada satu
pun yang mencurigai-mu bukan?"
"Hanya Lamkiong Po!"
Jin-kun baru akan berkata seperti itu, Bvve Au-siang marah
besar. Dia ingin menyerang tapi Cia Soh-ciu menahannya:
"Jangan sampai membuat hatimu bergejolak! Hati-hati bayi yang
ada di dalam kandunganmu!"
Jin-kun terpaku. Lamkiong Ho tertawa lepas:
"Thian benar-benar menyayangi keluarga Lamkiong!"
"Baik atau tidak baik jangan bicara terlalu awal!" Jin-kun
tertawa. Tongkat kepala naga tiba-tiba keluar, dia melemparkannya
ke arah Lamkiong Ho.
Lemparan ini dilakukan sekuat tenaga dan secara tiba-tiba. Wan
Fei-yang yang menyambutnya pun tidak sempat menahan, jadi
tongkat kepala naga itu terus melaju menembus dada Lamkiong Ho
dan membunuhnya.
Cia Soh-ciu sangat sedih. Dia meloncat ke atas. Dengan kedua
telapaknya menyerang Jin-kun. Dia menyuruh Bwe Au-siang jangan
emosi tapi melihat Lamkiong Ho terbunuh, dia tidak bisa menahan
emosinya lagi.
Jin-kun sepertinya tidak memiliki masalah apa pun. Dia
menyambut dengan kedua telapaknya. Ter dengar suara seperti
petir, Cia Soh-ciu terlempar keluar sejauh 3 tombak. Dia muntah
darah dan terguling.
Beng-cu berteriak. Tubuh Siau Cu bergerak. Beng-cu memapah
Cia Soh-ciu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 110
"Ibu sudah melakukan banyak kesalahan..." Cia Soh-ciu seperti
banyak hal yang ingin dibicarakan tapi hanya satu kata yang dia
keluarkan. Darah menyembur keluar, dia berhenti bernafas.
Beng-cu sangat sedih. Dia melihat Jin-kun dan ingin
menyerangnya tapi dihalangi oleh Wan Fei-yang, Toan Hong-cu,
Keng-su thay, Su Yan-hong, dan Bu-wie Taysu.
Terdengar suara peluit. Diiringi suara peluit datang Lu Tan
dengan keadaan terbang dan menyerang semua orang.
Keng-suthay menyambut 1 jurus. Dia tergetar hingga mundur
selangkah. Giok-sik menatapnya segera berteriak:
"Lu Tan..."
Tapi Lu Tan tidak bereaksi apa-apa. Sorot matanya terlihat
sangat kejam. Dia mencabut pedang dan menyerang Toan Hong-cu.
Toan Hong-cu menyambut secara berturut-turut sebanyak 13
jurus. Dia mundur 3 langkah. 2 murid Bu-tong datang dengan cepat
mencegat Lu Tan mereka malah tergetar hingga ke pinggir. Lu Tan
menyerang lagi, menepis murid Bu-tong yang terlambat
menghindar, ingin membelahnya menjadi 2 bagian.
Sewaktu Lu Tan masih mengejar seorang yang melarikan diri,
Wan Fei-yang sudah tiba. Dengan ilmu Thian-can-kang dia
menekan pedang Lu Tan sebelah tangannya menyambut serangan
telapak tangan Lu Tan.
Lu Tan tidak bisa menarik pedangnya, menarik tangannya pun
tidak bisa karena menempel oleh Thian-can-kang. Bu-wie Taysu
segera datang menghampiri. Dia menotok di 7 titik nadi bagian
punggung Lu Tan. Wan Fei-yang tidak lamban, dia juga menotok di
7 nadi bagian dada Lu Tan. Mereka bekerja sama dengan sangat
tepat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 111
Toan Hong-cu segera membentak:
"Bunuh pembunuh ini!"
Bu-wie Taysu mencegatnya dengan mengangkat tangan:
"Bila ingin membunuh, bunuh Jin-kun dari Pek-Iian-kau yang
pantas untuk mati!"
Kata-katanya baru selesai, terdengar suara peluit lagi. Semua
orang melihat ke arah itu, terlihat Hen-lo-sat datang seperti
terbang!
Keng-suthay langsung mencegat. Dengan pedang dia menepis
tapi Hen-lo-sat dengan kedua telapaknya mendorong dengan
tenaga dalam yang kuat. Dia bisa memaksa pedang Keng-suthay
bergeser ke samping dengan telapak tangannya memasuki celah.
Wan Fei-yang dan Bu-wie Taysu dari kiri dan kanan berusaha
ingin menyelamatkan tapi tidak sempat lagi. Telapak kiri Kengsuthay tidak sempat menahan, dadanya terkena pukulan telapak.
Terdengar teriakan memilukan. Dia terlempar sejauh 3 depa dan
muntah darah. Di sana dia menghembuskan nafas terakhirnya.
Keng-suthay seorang pesilat tangguh tapi tidak sanggup
menahan serangan Hen-lo-sat satu jurus pun. Wan Fei-yang dan
Bu-wie Taysu sangat terkejut.
Wan Fei-yang segera berteriak:
"Semua orang hati-hati!"
Hen-lo-sat sudah datang. Wan Fei-yang dengan kedua tangannya
segera menyerang, bersamaan waktu kedua telapak Bu-wie Taysu
keluar menyerang.
Dengan tenaga dalamnya, mereka berdua bergabung untuk
bertarung. Orang yang sanggup menahan serangan sepertinya tidak
ada terlihat Hen-lo-sat satu-satunya yang bisa. Dia tidak hanya bisa
menyambut dan bisa menggetarkan mereka hingga mundur
setengah langkah.
Wajah Bu-wie Taysu berubah. Walaupun Wan Fei-yang di Hantan pernah menerima serangan Hen-lo-sat tapi sekarang iniLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 112
menerima serangannya lagi merasa kalau Hen-lo-sat bertambah
lihai. Wajahnya terus berubah.
Hen-lo-sat terus menyerang. Wan Fei-yang dan Bu-wie Taysu
menerima serangannya. Mereka tergetar hingga mundur selangkah
lagi. Hen-lo-sat terus maju tanpa berhenti. Dia seperti sebuah anak
panah yang mengarah ke dalam kerumunan orang-orang, kedua
telapaknya terus menepis.
Ada murid Kun-lun-san yang menyambut. Satu per satu ditepis
mati oleh Hen-lo-sat.
Su Yan-hong dan Wan-tianglo dengan cepat menolong. Wan Feiyang dan Bu-wie Taysu pun tidak bergerak lambat, sepasang golok
Hen-lo-sat sudah keluar dari sarungnya. Cahaya terang seperti kilat
melesat ke arah semua orang.
Liong-im-kiam milik Su Yan-hong berusaha menahan tapi hanya
bisa bertahan 3 jurus. Wan Fei-yang mengambil pedang yang
tergelertak di bawah untuk menyambut serangan itu dan tongkat
hweesio milik Bu-wie Taysu sudah dikeluarkan. Wan-tianglo tidak
mau kalah, dia mengambil sebilah pedang dan mengejar Hen-lo-sat.
4 orang pesilat ini adalah pesilat yang bisa dihitung
keberadaannya dengan jari tapi mengepung seorang Hen-lo-sat
tetap bisa tergetar hingga ke samping.
Jin-kun tertawa dingin. Dia segera mengayunkan tangan. Thiante-siang-kun dan utusan lampu hijau serta murid-murid Pek-liankau sudah muncul di sana dan mereka datang mengepung.
Melihat keadaan seperti itu, Wan Fei-yang tahu kalau Jin-kun
sudah melakukan persiapan. Dia bermaksud dalam rapat Pek-hoacouvv ini menjala habis semua pesilat tangguh. Dia segera
mengambil keputusan dan membentak:
"Semua tinggalkan tempat ini! Hou-ya, Siau Cu, Siau Sam
Kongcu, Toan Hong-cu Cianpwee bertugas melindungi. Aku dan
VVan-tianglo serta Bu-wieTaysu yang berada paling belakang..."
"Jarang ada kesempatan bisa bertarung begitu senang. Kalian
mundur, aku tidak akan mundur!" Kata Wan-tiangio. Dia begituLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 113
bersemangat mengeluarkan ilmu silat yang dia pclajari seumur
hidupnya untuk melilit Hen-lo-sat.
Wan Fei-yang baru ada waktu untuk bicara. Dia masih menahan
serangan yang baru saja datang dari Thian-te-siang-kun.
Melihat lawan sudah melakukan persiapan, Su Yan-hong tidak
tahu pembunuh seperti Hen-lo-sat entah ada berapa orang. Kalau
masih tinggal di Pek-hoa-couw, hanya akan bertambah korban dan
akan mengganggu Wan Fei-yang. Setelah menyapa Siau Sam
Kongcu, dia segera memimpin semua orang mundur.
Orang-orang persilatan yang datang menonton keramaian ada
beberapa yang mati dan terluka. Melihat keadaan ini, secara naluri
mereka bergabung sambil bertarung mundur.
Siau Cu dan Su Ceng-cau melindungi Bwe Au-siang dan Beng-cu
untuk terus mundur. Beng-cu melihat ayah dan ibunya meninggal
membuatnya benar-benar bersedih. Setelah dinasehati oleh Bwe
Au-siang, Siau Cu, dan Su Ceng-cau kesedihannya bisa disimpan
dulu. Sambil bertarung mundur.
18 orang hweesio Siauw-lim yang ikut segera memasang barisan
Lo-han untuk menahan murid-murid Pek-lian-kau yang datang
menyerang.
Barisan Siauw-lim, Cap-pwe-lo-han sangat ter kenal di dunia
persilatan. Kekuatannya memang sangat besar tapi sayang muridmurid Pek-lian-kau pun sangat banyak. Diserang dari luar dan
dalam ditambah diserang oleh Jin-kun secara tiba-tiba, barisan ini
jadi berantakan. Mereka berusaha tetap melawan dengan gagah
berani.
Siau Sam Kongcu, Su Yan-hong, dan Toan Hong-cu melayani 5
orang utusan lampu. Itu sangat mudah. Giok-sik dan Toan Hong-cu
bahu membahu dalam bertarung.
Dilindungi oleh mereka, Siau Cu dan kelompok berhasil keluar
kemudian disusul kelompok Su Yan-hong dan Siau Sam Kongcu.
Mereka mundur dengan susah payah, Jin-kun tiba-tiba
menyerang. Giok-sik tidak berhati-hati dia terkena pukulan hinggaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 114
tewas olehnya. Toan Hong-cu yang tadinya marah semakin emosi,
pedang diayunkan ke arah Jin-kun, memaksa Jin-kun terus mundur.
Su Yan-hong dan Siau Sam Kongcu tidak sempat menghadang, 5
utusan lampu sudah datang. Wan Fei-yang membentak, sambil
mundur terus melawan. Dengan begitu mereka baru bisa menjaga
stamina. Musuh lebih banyak dan kekuatan mereka berjarak. Bila
terus di sana akan banyak korban.
Saat mereka mundur ke tempat yang lebih aman, Toan Hong-cu
terluka karena terkena pukulan Jin-kun. Dia tetap berusaha
melawan dan juga menghadang 5 utusan lampu. Tapi itu hanya
berlangsung beberapa jurus saja dan dia pun tewas.
Wan-tianglo meloncat ke sana sini untuk melilit Hen-lo-sat. Buwie Taysu ingin membantu pun sulit. Wan Fei-yang dihadang oleh
Thian-te-siang-kun. Walaupun Thian-can-kang sudah dikeluarkan
dan Pek-kut-mo-kang dari Thian-te-siang-kun tidak bisa menahan
tapi gabungan mereka, ditambah dengan Wan Fei-yang tidak mau
terus bertarung maka mereka masih bisa ditahan.
Wan-tianglo melawan dengan keras. Dia terus menyambut
serangan Hen-lo-sat hingga lelah dan kehabisan tenaga. Akhirnya
dipukul hingga roboh oleh Hen-lo-sat, 7 inderanya mengeluarkan
darah. Dia masih sempat menahan 3 kali hantaman, masih bisa
berteriak:
"Puas..."
Dia berteriak 3 kali, sudah terpukul hingga hancur. Bu-wie Taysu
dengan tongkat hweesionya menghadang Hen-lo-sat dan berteriak:
"Fei-yang, cepat pergi dari sini..."
Wan Fei-yang malah berbalik ke sisi Bu-wie Taysu:
"Taysu yang pergi dulu..."
Bu-wie Taysu menggelengkan kepala:
"Kalau kau tidak pergi dan mati di sini, apa gunanya semua ini?"
"Semua tidak akan bisa pergi..." Jin-kun sudah datang bersama
dengan Thian-te-siang-kun dan utusan 5 lampu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 115


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

18 hweesio Siauvv-Iim sudah tiada. Utusan lampu ingin
mengejar tapi dibentak Jin-kun supaya kembali.
Asalkan bisa membunuh Wan Fei-yang, yang lain kabur pun
tidak apa-apa. Ciu-ci Lojin dan Kiang Hong-sim juga datang.
Jin-kun memberi isyarat agar peluit jangan ditiup supaya Henlo-sat berhenti menyerang. Sambil tertawa berkata kepada Wan Feiyang:
"Nasibmu selalu bagus tapi hanya sampai di sini saja. Walaupun
ada jurang yang terjal di depanmu tapi aku ingin kau mati di
depanku!"
Wan Fei-yang tertawa dingin:
"Bila aku roboh, aku tidak akan roboh dengan sendirinya!"
"Bila seorang Hen-lo-sat mati, aku masih bisa membuat satu lagi
yang lain. Murid Bu-tong yang bisa Thian-can-kang selain kau
apakah masih ada lagi?"
Hati Wan Fei-yang menjadi dingin. Orang seperti dia
mempunyai kesempatan tidak perlu ber-susah payah dan kebetulan
bisa menguasai Thian-can-kang, sepertinya memang tidak pernah
ada. Jin-kun seperti bisa membaca pikiran Wan Fei-yang:
"Walaupun tidak ada Hen-lo-sat, bila Sam-cun bersatu, siapa
yang bisa melawan mereka?"
Wan Fei-yang masih ingin mengatakan sesuatu. tapi Bu-wie
Taysu sudah berbisik:
"Ambil kesempatan ini, cepat pergi..."
Jin-kun melihatnya, dia segera melayangkan tangan. Ciu-si Lojin
dan Kiang Hong-sim segera meniup peluit.
Bu-wie Taysu segera mengeluarkan 'Say-cu- houw'.
Auman ini sungguh membuat langit dan bumi bergoyang. Tubuh
Hen-lo-sat bergetar terpaku.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 116
Thian, Te, Jin-kun, 5 utusan lampu, Kiang Hong-sim, dan Ciu-ci
Lojin merasa lebih-lebih bergetar. Wan Fei-yang pun tidak
terkecuali, mengambil kesempatan dia segera lari.
Sam-cun pertama bereaksi dan ingin mengejar. Bu-wie Taysu
bersiap meraung kembali. Sam-cun segera mengerahkan tenaga
dalam untuk menahan auman singa itu. Mereka khawatir Wan Feiyang mengambil kesempatan ini menyerang mereka dari belakang,
tapi auman singa milik Bu-wie Taysu tidak jadi keluar.
Karena auman tadi sudah menghabiskan semua tenaga
dalamnya. Tenggorokannya pecah dan darah keluar dari sudut
mulutnya.
Jin-kun segera ingat kalau Bu-wie Taysu harus 3 kali
mengeluarkan Say-cu-houw baru bisa menggetarkan Bwe, Lan, Ju,
Tiok sampai mati. Dengan Hen-lo-sat dan Sam-cun, Bu-wie Taysu
pasti sudah mengeluarkan semua tenaga dalamnya.
Tidak perlu dia memerintah, Hen-lo-sat sudah tiba. 3 kali
menghantam Bu-wie Taysu langsung roboh.
Tapi Wan Fei-yang sudah pergi entah ke mana.
Thian-te-siang-kun ingin mengejar tapi Jin-kun melarang
mereka:
"Jangan dikejar lagi! Dengan kemampuan ilmu silatnya
walaupun bisa terkejar bila tidak berhati-hati tidak akan ada
kebaikannya!"
Kata Thian-kun:
"Kalau begitu, suruh Hen-lo-sat mengejarnya!"
Jin-kun menggelengkan kepala:
"Hen-lo-sat memang sangat lihai tapi dia tidak bisa lepas dari
suara peluit dan jarak. Jika hilang kendali, dia akan sembnrangan
membunuh paling takut dia akan pergi lalu tidak kembali!"
Te-kun mengangguk:
"Kalau begitu, jangan dicoba lagi. Kalau Hen-lo-sat menghilang
ingin melatih orang baru bukan hal mudah!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 117
"Itu tidak mungkin sama sekali, karena obat yang ditinggalkan
Ling-ong tidak banyak!"
"Kalau begitu, kita harus menggunakannya dengan baik-baik!"
Jin-kun mengawasi sekeliling:
"Hari ini memang banyak yang lolos kita juga mendapat
hasilnya. Setelah melalui pertarungan ini, orang dunia persilatan
tidak akan meremehkan Pek-lian-kau lagi. Kun-lun, Hoa-san, dan
Bu-tong-pai tidak perlu ditakuti. Siauw-lim sudah kehilangan Buwie kita tidak perlu takut kepada Siauw-lim lagi!"
"Bukankah hari-hari di mana kita akan mengu asai dunia
persilatan sudah ada di tangan?" Thian-kun tertawa.
Jin-kun melihat Thian-kun kemudian melihat Te-kunn:
"Menurutmu, apakah kita akan segera melakukan ini?"
Te-kun berkata dengan senang:
"Bisa segera pergi, itu lebih baik..."
Jin-kun menggelengkan kepala dan menarik nafas. Thian-tesiang-kun saling lihat. Thian-kun segera bertanya:
"Apakah ada yang salah?"
Te-kun juga bertanya:
"Apakah dengan kekuatan kita sekarang ini tidak cukup
menyelesaikan masalah sulit ini?"
Jin-kun menggelengkan kepala:
"Kalian benar-benar tidak punya cita-cita tinggi, untuk apa
hanya menguasai dunia persilatan saja?"
"Bukankah ini memang tujuan Pek-lian-kau dari dulu?" Thiante-siang-kun menatap Jin-kun.
"Itu tujuan Pek-lian-kau bukan tujuanku!" Jin-kun balik
bertanya, "benarkah kalian tidak bisa merasakan keinginanku?"
"Di luar dunia persilatan... apakah kau ingin menguasai dunia?"
Tanya Thian-kun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 118
Jin-kun tertawa. Te-kun melihatnya:
"Pantas kau bersandar pada Ling-ong tapi pemberontakan Lingong ternyata gagal!"
"Hal ini memang di luar dugaan tapi tidak membuatku kecewa.
Jika bukan karena dia yang membantu, Hen-lo-sat tidak akan
berhasil!"
Jin-kun menggelengkan kepala dan berkata lagi:
"Tapi sebenarnya dia tidak terlalu bisa bekerja sama. Jika tidak,
selain Bvve, Lan, Ju, Tiok masih bisa menambali banyak pembunuh
lainnya. Hari ini di Pek-hoa-couw kita bisa menjala mereka semua."
"Kalau tujuan kalian bukan dunia persilatan.."
"Kalangan dunia persilatan seperti mereka kalau tidak dibasmi
akan selalu menjadi musibah!" Jin-kun tertawa, "apalagi ada seperti
Su Yan-hong!"
"Ling-ong sudah dibunuh, kau ingin membawa mereka
bersandar pada pihak mana?" Tanya Thian-kun.
Jin-kun balik bertanya:
"Selain Ling-ong, di dunia ini selain bersaing dengan Kaisar itu,
memangnya siapa lagi?"
"Dulu ada Liu Kun, seharusnya saat ini tidak ada siapa pun!"
Ucap Thian-kun.
Te-kun menyambung:
"Kami dua bersaudara tidak banyak tahu soal ini, menurutmu..."
"Aku pun tidak bisa melihat siapa lagi!" Thian-te-siang-kun
bicara dengan jujur.
"Benarkah kalian tidak mengerti?" Tanya Jin- kun.
Tiba-tiba Thian-te-siang-kun seperti tersadar dan berteriak:
"Apakah Kaisar sekarang ini?"
Jin-kun tertawa. Setelah selesai tertawa, Tekun baru dengan
penuh curiga bertanya:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 119
"Itu bukan hal mudah!"
"Aku sudah menempatkan semuanya. Setelah rapat Pek-hoacouw ini selesai segera bawa Cu Kun-cau ke ibukota!"
"Cu Kun-cau?"
"Orang itu adalah putra Ling-ong. Dia rela menjadi boneka kita
asalkan bisa hidup enak!" Jin-kun tertawa, "dia yang mengantarkan
dirinya sendiri kepadaku jadi aku bisa berinspirasi seperti sekarang
ini!"
"Tapi aku lihat orang itu tidak berguna dan tidak berarti!"
"Ditambah satu orang lagi lumayan!"
"Ditambah dengan siapa?" Tanya Thian-te-siang-kun.
"Thian-ho Sangjin..." Pelan-pelan tapi kuat Jin-kun menjawab.
"Apakah dia orang aneh berilmu dari perkum pulan rahasia?"
Thian-te-siang-kun berteriak. Terhadap Thian-ho Sangjin mereka
tidak asing.
Jin-kun mengangguk sambil tertawa:
"Sekarang dia sangat dipercaya oleh Kaisar dan diangkat menjadi
Koksu. Dia yang menjadi jembatan dan jika ingin kontak dengan
Kaisar bukan hal yang sulit!"
Thian-te-siang-kun sangat setuju. Jin-kun berkata lagi:
"Asalkan kita bisa kontak dengan Kaisar, hal lainnya akan
menjadi sangat sederhana!"
"Kapan kita akan berangkat?"
"Pastinya sekarang. Kalian mengira keluarga Lamkiorig masih
berguna bagi kita?" Jin-kun tertawa terbahak-bahak. Thian-tesiang-kun juga tertawa. Sampai saat ini mereka mengagumi Jinkun. Jangankan cara berpikir, dari sudut mana pun terlihat Jin-kun
berada di atas mereka. Mereka tidak akan ragu bila kaisar jatuh di
tangan mereka dan akan mendengar perintah darinya.
Jika dunia bisa digenggam oleh mereka, bukankah itu adalah hal
yang membanggakan? Mereka tertawa dengan senang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 120
Kiang Hong-sim juga tertawa. Sebenarnya dia adalah utusan
lampu merah dari Pek-lian-kau. Pastinya dia sudah tidak peduli
pada posisi utusan. Mengikuti Jin-kun sejak lama membuatnya
menjadi serakah.
Cu Kun-cau diatur oleh Jin-kun untuk menggantikan kedudukan
Kaisar. Walaupun dia boneka tapi jika bisa menjadi raja boneka itu
merupakan hal yang bisa dibanggakan.
Jin-kun sepertinya sudah melihat itu, tiba-tiba dia bertanya:
"Apakah kau masih tertarik menjadi utusan lampu merah?"
Kiang Hong-sim tertawa:
"Utusan lampu merah sudah lama diberikan pada orang lain,
untuk apa membuat orang itu sulit?"
"Akhirnya kau pun bisa memikirkan orang lain!" Jin-kun
tertawa.
"Tenanglah, aku tidak akan merebut Cu Kun-cau darimu!"
Kiang Hong-sim hanya bisa tertawa. Pandangan Jin-kun tajam
dan teliti. Di sisi Jin-kun dia tidak mempunyai niat serakah.
Tapi Jin-kun memang berhati serakah, apalagi ada Thian-ho
Sangjin yang menjadi orang dalam. Ingin menjalankan rencana itu
tidak terlalu sulit. Apalagi sampai saat ini dari Su Yan-hong tidak
ada kabar.
200-200-200.
Saat ini Su Yan-hong masih mengira ini hanyalah musibah dunia
persilatan.
Setelah meninggalkan Pek-hoa-couw dan mundur beberapa li,
Su Yan-hong dan yang lain baru berhenti. Mereka tiba di sebuah
kuil kuno yang sudah tidak digunakan lagi.
Sepanjang jalan mereka meninggalkan tanda tapi setelah
menunggu, Wan Fei-yang belum datang juga. Mereka mulai merasa
khawatir. Pertama Siau Cu yang tidak sabar ingin kembali melihat
keadaan. Su Yan-hong tidak melarangnya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 121
Baru saja Siau Cu bersiap akan pergi, Wan Fei-yang sudah tiba
di sana. Melihat yang datang hanya Wan Fei-yang dan terlihat sedih.
Semua orang tahu telah terjadi sesuatu pada Bu-wie Taysu dan
Wan-tianglo.
"Wan-toako,..." Siau Cu dan Fu Hiong-kun datang
menyambutnya, "bagaimana dengan Wan-tianglo?"
"Kalian sangat mengenal sifatnya!" Wan Fei-yang menarik nafas,
"bertemu lawan yang belum jelas siapa yang menang atau kalah
mana mungkin dia mau berhenti!"
Siau Cu mengomel:
"Orang itu selalu begitu, sekarang keinginannya bisa
terlaksana!"
"Dia memang sambil tertawa roboh dan mati. Kalau bukan
karena dia, bagaimana mungkin kita bisa menahan serangan Henlo-sat?"
"Ini hal yang baik, kita tidak perlu melayaninya lagi dan tidak
perlu ke Sian-tho-kok!" Walaupun mengomel tapi air mata Siau Cu
terus mengalir.
"Kamilah yang memancingnya ke Pek-hoa-couw!" Fu Hiong-kun
menangis.
"Bagaimana dengan Bu-wie Taysu?" Tanya Su Yan-hong.
"Satu kali sekuat tenaga dia mengeluarkan Say-cu-houw nya
membantuku kabur!" Wan Fei-yang duduk dengan sedih.
"Apakah Hen-lo-sat sanggup menahannya?" Su Yan-hong tidak
lupa kekuatan auman singa:
"Sebenarnya kau bisa mengambil kesempatan menyingkirkan
dia!"
Wan Fei-yang menggelengkan kepala:
"Hen-lo-sat hanya terganggu sebentar. Aku melihat reaksinya.
Dia kembali pulih. Thian-te-siang-kun pun seperti itu. Kulihat Buwie Taysu tahu hal ini jadi menyuruhku mengambil kesempatan
meninggalkan tempat."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 122
Su Yan-hong menarik nafas. Fu Hiong-kun segera bertanya:
"Mengapa mereka tidak mengejar hingga ke sini?"
Wan Fei-yang tampak berpikir sebentar:
"Kurasa masalah yang terpenting adalah jarak nya terlalu jauh
untuk menguasai Hen-lo-sat!"
Fu Hiong-kun mengangguk:
"Memang dia harus memakai peluit untuk menguasai jalan
pikirannya dan menggunakan obat pun ada batas waktunya!"
"Aku rasa mereka pasti mempunyai rencana penting yang akan
mereka lakukan!" Kata Wan Fei-yang.
"Hasil pertarungan seperti sekarang ini seharusnya membuat
mereka merasa puas!" Kata Fu Hiong-kun.
"Kalau mereka mengejar, kita harus melawan mereka habishabisan!" Ucap Siau Cu.
"Itu sudah pasti!" Balas Wan Fei-yang.
"Menurutmu ilmu silat Hen-lo-sat sudah men capai tahap
mana?" Tanya Fu Hiong-kun.
"Seharusnya dengan kekuatan Bu-wie Taysu dan aku, bisa
mengalahkan dia!" Kata Wan Fei-yang.
"Aku dan Siau Sam Kongcu bisa menghadang Thian-te-siangkun, sedangkan yang lainnya meng hadapi Jin-kun dan 5 utusan
lampu!"
"Semua orang bekerja sama tapi begitu Wan-tianglo turun, aku,
dan Bu-wie Taysu sama sekali tidak memiliki kesempatan bekerja
sama!" Kata Wan Fei-yang.
Fu Hiong-kun mengeluh:
"Seperti itulah sifatnya. Dia menganggap Hen-lo-sat miliknya
jadi orang lain tidak boleh ikut campur dan Bu-wie Taysu terlalu
baik hati. Dia pengikut agama Budha, tidak mau orang lain yang
berada dalam bahaya dan dibunuh. Akhirnya memberi kesempatan
pada Hen-lo-sat membunuh satu per satu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 123
"Apakah selain Hen-lo-sat masih ada pembunuh seperti itu? Kita
harus memikirkannya dulu!" Su Yan-hong tertawa kecut, "Jin-kun
adalah orang yang berpikir panjang, dia tidak akan menonjolkan


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua kekuatannya. Kecuali kalau dia mempunyai kesempatan
menjala kita semua!"
Wan Fei-yang mengangguk:
"Caranya memang seperti itu!"
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Siau Sam
Kongcu.
Tanpa berpikir Su Yan-hong segera menjawab:
"Menurutku, lebih baik kita ke ibukota untuk bersembunyi, dan
melihat perubahan yang terjadi sambil memberitahu semua
perkumpulan agar berhati-hati dan waspada!"
Wan Fei-yang mengeluh:
"Bu-tong, Kun-lun, Heng-san, dan keluarga Lamkiong terluka
dan yang meninggal sangat banyak..."
"Di Hoa-san-pai sudah tidak ada orang lagi!" Kata Siau Sam
Kongcu.
"Pondasi Siauw-lim lebih kuat dan murid-muridnya lebih
banyak. Jika Pek-lian-kau ingin memusnahkan Siauw-iim-pai, dia
akan ke Siong-san Siauw-Iim-si!" Su Yan-hong mengerutkan kedua
alisnya:
"Kalau begitu di mana dia berada?"
"Sebenarnya dengan kekuatan mereka sekarang ini, cukup untuk
menguasai dunia persilatan!" Wan Fei-yang menatap Su Yan-hong,
"karena itu memberitahu semua perkumpulan sudah tidak
diperlukan lagi. Tujuan mereka adalah menguasai dunia persilatan,
dalam waktu 1-2 hari ini pasti ada kabar dari mereka!" dia berkata
lagi,"semua orang masuk ibukota untuk bersembunyi itu adalah ide
yang bagus!"
Wajah Su Yan-hong tampak berubah:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 124
"Kau khawatir mereka akan pergi ke kerajaan membuat
masalah?"
"Sebenarnya kau pun mengkhawatirkan itu bukan!" Kata Wan
Fei-yang.
Su Yan-hong tertawa kecut:
"Ada sedikit perasaan khawatir, tidak sengaja mengeluarkan
berpendapat ingin semua orang masuk ibukota!"
"Sebenarnya Thian-te-siang-kun bersekongkol dengan Liu Kun.
Jin-kun bersandar pada Ling-ong. Kalau kita menyebut tujuan
mereka hanya dunia persilatan benar-benar membuat orang sulit
percaya!" Pendapat Wan Fei-yang, "di kerajaan masih ada siapa
yang mau bersekongkol dengan mereka?"
Su Yan-hong tampak berpikir sebentar dan menggelengkan
kepala:
"Aku rasa tidak ada!"
"Apapun yang terjadi, semua orang harus ikut Hou-ya masuk ke
ibukota!" Wan Fei-yang melihat Bwe Au-siang, Beng-cu, dan Siau
Cu. Beng-cu dan Siau Cu belum membuka mulut. Tiong Bok-lan
sudah berkata:
"Demi mempertahankan keturunan keluarga Lamkiong, kami
pasti akan berjuang mati-matian!"
Beng-cu mengangguk. Kata Siau Cu:
"Wan-toako tidak perlu merasa khawatir!"
Dia bicara seakan dia menantu keluarga Lamkiong. Beng-cu
mengerti maksudnya, dia tidak mengatakan apa-apa.
Bwe Au-siang melihat mereka. Air matanya terus menetes. Bengcu dan Tiong Bok-lan memapah mereka, 3 orang perempuan ini
menangis tersedu-sedu.
Wan Fei-yang melihat Su Yan-hong:
"Hou-ya, semua kuserahkan padamu mengurus mereka!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 125
"Lote mau ke mana?" Tanya Su Yan-hong.
"Aku ingin kembali ke keluarga Lamkiong dan mencari tahu apa
tujuan mereka? Jika ada kesempatan aku akan membunuh mereka!"
"Ide bagus..." Su Yan-hong menepuk pundak Wan Fei-yang,
"harus dengan cara mereka beraksi membalas mereka. Jangan
berbaik hati seperti perempuan!"
"Aku tahu harus melakukan apa!" Tanggap Wan Fei-yang.
201-201-201
Malam hari, diam-diam Wan Fei-yang masuk ke keluarga
Lamkiong. Dia tidak bisa menyamar. Walaupun dia bisa
melakukannya dengan menyamar menjadi orang-orang utusan 5
lampu. Jika tidak ingin masuk ke tempat rahasia keluarga Lamkiong
tidak mungkin bisa melakukannya.
Dengan ilmu silat yang dia kuasai, malam-malam masuk ke
keluarga Lamkiong adalah hal mudah. Tapi begitu masuk, dia mulai
merasa tidak semudah perkiraannya.
Sorot matanya sangat tajam. Pendengarannya lebih kuat
dibanding orang biasa. Memang belum mencapai tahap bisa melihat
langit dan mendengar bumi, tapi dalam jarak 10 tombak kecuali
lawan mempunyai ilmu silat sekuatnya, dia bisa tahu. Kalau tidak
ketika dia sedang berkonsentrasi dan berhati-hati mencari, tetap
tidak akan ada hasilnya. Sepertinya tidak mungkin.
Sepanjang jalan masuk ke sini dia seperti masuk ke tempat yang
tidak ada orangnya, membuatnya menaruh curiga. Apakah ini
merupakan suatu jebakan? Dia berputar di daerah Ciu-ci-tong, baru
pelan-pelan masuk.
Kediaman keluarga Lamkiong seperti kota setan, tidak ada
lampu. Termasuk Ciu-ci-tong. Wan Fei-yang dengan berhati-hati
masuk ke sana. Setelah yakin di dalam tidak ada seorang pun, dia
baru pelan-pelan masuk ke tempat rahasia.
Baginya itu bukan hal sulit.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 126
Di dalam Siau-hun-lo (penjara) tidak ada lampu yang bersinar,
tapi menurut perasaan Wan Fei-yang ada seseorang di sana. Dia
tidak bergerak dengan berkonsentrasi melihat apakah ada orang di
sana atau tidak.
Dia merasa ada orang dan orang itu terluka sulit bergeser dari
tempatnya.
Dia tetap tidak tahu orang itu ada di mana. Terpaksa Wan Feiyang menyalakan korek api, menyalakan lampu penjara. Dia
melihat ada beberapa peti mati kosong. Seorang orang tua sepasang
tangan nya memegang pedang. Dia bersandar di sisi peti mati dan
terduduk di bawah. Tubuhnya terus gemetar.
Yang Wan Fei-yang lihat hanya orang ini.
Pedang ditusuk dari dada depan dan menem bus hingga
punggung dan. Darah yang mengalir sudah membeku, tapi sangat
aneh dan suatu mujizat dia masih hidup.
Wan Fei-yang mendekatinya. Orang itu masih memiliki
perasaan. Tiba-tiba dia membuka matanya dan melihat Wan Feiyang.
"Siapa Tuan?" Wan Fei-yang bertanya.
"Sai-gwa-sam-sian..."
"Kau adalah It-sian" Dari Su Yan-hong, Wan Fei-yang tahu kalau
Yauw-sian dan Tok-sian sudah meninggal.
"Baik, kau sudah tahu aku It-sian. Dari sini bisa tahu kalau kau
orang baik. Akhirnya aku berhasil menunggu!" It-sian tersenyum.
Wan Fei-yang melihat pegangan pedang. Dia ingin mencabut
pedang itu tapi setelah dipikir-pikir akhirnya dia tidak
melakukannya.
It-sian melihat gerak geriknya. Wajahnya terlihat tegang lalu
melihat Wan Fei-yang tidak mencabut pedangnya. Dia bernafas
lega. Dengan terengah-engah berkata:
"Baik sekali kau tidak mencabut pedang. Kalau tidak, aku akan
mati seketika!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 127
"Aku bisa melihatnya!" Tanggap Wan Fei- yang.
"Dalam situasi seperti ini kau masih bisa terlihat tenang, benarbenar sulit dipercaya!" Kata It-sian, "apakah kau berniat mencari
Jin-kun dan yang lain?"
"Apakah mereka sudah melarikan diri dari sini?"
"Orang yang berguna bagi mereka sudah di bawa kabur oleh
mereka. Orang yang tidak ada gunanya seperti aku, sulit
menghindari kematian!" It-sian terus batuk.
"Aku akan membantumu dengan tenaga dalamku!" Tawar Wan
Fei-yang.
"Tidak perlu, aku sudah minum 3 kali su-beng-kin-tan, itu sudah
cukup!" It-sian menggelengkan kepala.
"Su-beng-kin-tan?"
"Jin-kun menculikku dan di bawa kemari karena ingin aku
membuatkan obat sejenis itu. Aku tahu dengan obat ini mereka
berniat melatih sekelompok pembunuh, tapi nadi 3 Sim ditotok
mereka, aku hidup tidak bisa mati pun tidak bisa. Terpaksa aku
membuatkan obat untuk mereka."
"Apa gunanya obat itu?"
"Jin-kun menemukan sejenis obat di mana dia bisa menguasai
akal sehat manusia dan bisa membuat kekuatan orang tersebut
yang belum keluar bisa keluar. Obat ini terlalu hebat, bila tenaga
sudah keluar tidak bisa dihentikan. Orang itu akan kelelahan dan
bisa mati!"
Wan Fei-yang segera teringat:
"Hen-lo-sat..."
"Karena memakan obat itu Hen-lo-sat berubah lihai tapi kalau
tidak dibantu Su-beng-kin-tan tidak hanya tenaga yang tersimpan
tidak bisa keluar, dia akan..."
"Karena ingin mendapatkan Su-beng-kin-tan jadi Jin-kun
menculikmu dibawa kemari. Hen-lo-sat sekarang begitu lihai, pasti
berhasil dan sukses!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 128
It-sian menggelengkan kepala:
"Memang Jin-kun sangat hafal dengan obat-obatan, tapi dia
belum mencapai tahap seperti diriku. Dia sangat pintar, tidak perlu
waktu 3 bulan dia sudah bisa menyatukan Su-beng-kin-tan dengan
obat nya. Saat itu Hen-lo-sat akan lebih lihai lagi!"
"Apakah sekarang belum mencapai puncak kelihaiannya?"
"Belum..." It-sian menarik nafas, "bila sudah tiba saat itu, tidak
ada seorang pun yang bisa menghentikannya. Waktu itu dunia
persilatan entah akan menjadi apa!"
"Sekarang ingin menghentikan dia, sudah tidak mudah!"
"Tidak seperti itu juga..." Suara It-sian semakin melemah.
"Apakah Lo-cianpwee ada caranya?" Wan Fei-yang bertanya
dengan cemas.
"Obat dari Jin-kun adalah milik Pek-lian-kau..." Suara It-sian
bertambah lemah.
"Cara mengatasinya?" Dengan tenaga dalamnya Wan Fei-yang
memasukkannya ke pernafasan It-sian.
"Orang yang menurunkan lonceng harus orang yang
mengikatnya..." Nafas It-sian sudah berhenti karena khasiat obat
sudah habis.
Sekali lagi Wan Fei-yang memasukkan tenaga dalam ke
pernafasan tapi sudah tidak ada reaksi apa- apa. Dia mencoba nadi
It-sian dan menarik nafas panjang.
"Orang yang menurunkan lonceng harus orang yang mengikal
lonceng!" Tapi Wan Fei-yang benar-benar tidak mengerti. Dia
hanya ingat saat di Siauw-lim-si untuk beristirahat menyembuhkan
lukanya, dia pernah mendengar ucapan Bu-wie Taysu bahwa kakek
guru murid Pek-lian-kau adalah Pheng-hweesio. Pheng-hweesio
lahir di Siauw-lim. Jika obat Jin-kun didapatkan dari Pek-lian-kau,
apakah ada hubungannya dengan Siauw-lim-pai?
Ingin mengetahui Pheng-hweesio terpaksa harus pergi ke Siauwlim-si.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 129
Wan Fei-yang bersiap pergi ke Siauw-lim-si. Tapi setelah
meninggalkan Siau-hun-lo dan melihat sekeliling, dia berubah
pikiran.
Di keluarga Lamkiong tidak ada seorang pun yang hidup. Wan
Fei-yang melihat semua hanya ada mayat. Tidak diragukan lagi
mereka adalah orang-orang keluarga Lamkiong. Setelah Jin-kun
meninggalkan tempat ini, dia ingin membasmi sampai ke akarakarnya, satu pun tidak ada yang tersisa.
Murid-murid Pek-lian-kau pergi begitu cepat tidak ada yang
tersisa di sana. Pastinya sudah ada rencana tersendiri. Apakah
mereka akan pergi ke ibukota?
Karena menaruh curiga seperti itu, Wan Fei-yang pun jadi ingin
pergi ke ibukota dan berkumpul dengan Su Yan-hong, lalu membuat
rencana baru.
202-202-202
Saat Su Yan-hong dan yang lainnya tiba di ibukota, bisa
dikatakan berlangsung cepat, tapi tetap lebih lambat dari Jin-kun.
Saat mereka mendekati ibukota, Jin-kun bisa kontak dengan Thianho Sangjin dan menyusun rencana serta menjalankan langkah
pertama.
Pertama dengan ilmu sesat mereka membuat Kaisar bingung dan
menurunkan perintah menggeledah rumah Su Yan-hong.
Kesalahan Su Yan-hong adalah bersekongkol dengan Ling-ong
menyusun rencana memberontak.
Membuat seorang Kaisar menjadi sesat pasti akan menimbulkan
kecurigaan orang-orang. Demi menghindari kecurigaan orangorang, mereka melakukannya dengan tidak menyolok tapi Kaisar
memang bermaksud menyingkirkan Su Yan-hong jadi dia pun
terpikir cara ini. Tidak perlu Thian-ho Sangjin banyak bercerita,
Kaisar segera menurunkan perintah untuk menggeledah rumah Su
Yan-hong.
Sebenarnya setelah Liu Kun dibunuh, kekuatan Ling-ong sudah
hancur. Bagi Kaisar Su Yan-hong sudah tidak ada harganya lagi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 130
Untung begitu Kao Sen dan Kang Pin mendapat kabar, diamdiam segera memberitahu keluarga Su Yan-hong agar keluar dari
sana dan juga membawa Ih-lan pergi.
Kabar didapat dari Han Tau. Han Tau sudah dibeli oleh Thian-ho
Sangjin dan rela diperalat. Untung Kao Sen dan Kang Pin cekatan
dan tidak terlihat celah oleh Han Tau.
Su Yan-hong terkejut. Tapi begitu tahu putrinya tidak apa-apa,
baru menarik nafas lega.
Pek-lian-kau akan memperalat kerajaan, itu sudah berada dalam
perkiraannya, tapi Jin-kun bersekongkol dengan Thian-ho Sangjin,
itu di luar dugaannya.
Semua sudah terjadi seperti ini, Su Yan-hong tidak mempunyai
akal lagi, terpaksa menyerahkan Ih-lan kepada Su Ceng-cau yang
memang bertugas mengurusnya. Kemudian bersama dengan yang
lain tinggal di sebuah rumah.
Rumah itu adalah rumah Su Yan-hong, jarang dipakai tapi selalu
diurus dan dirawat oleh 2 orang pembantu tua dan setia.
Su Yan-hong dan Siau Cu malam-malam masuk ke istana.
Karena telah hafal dengan lingkungan kerajaan dengan mudah
mereka bisa menemukan tempat tinggal Kaisar. Mereka melihat
Kaisar seperti tidak sadar, hanya tahu makan obat .dan main
perempuan. Melihat sorot matanya, mirip dengan Hen-lo-sat,
mereka tahu Kaisar sudah terkena ilmu sesat Jin-kun dan ilmu ini
mereka tidak sanggup mencairkannya. Maka mereka mundur diamdiam.
Saat mereka masuk, tidak diketahui oleh siapa pun tapi saat
mundur ketahuan oleh Thian-ho Sangjin. Dia membawa
sekelompok Lhama mengejar mereka.
Mereka berdua bertarung sambil mundur, ber sembunyi ke sanakemari tapi tetap saja tidak bisa terlepas dari kejaran hweesiohweesio Tibet itu. Thian-ho Sangjin mendapat kabar dan dia segera


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berlari ke tempat itu. Memang dengan tenaga mereka berdua,
mereka tidak takut tapi ingin lari dari sana rasanya tidak mungkinLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 131
lagi. Apalagi bila Sam-cun dan murid-murid Pek-lian-kau
mendapatkan kabar ini, mereka pasti akan segera datang. Akibatnya
sulit dipikirkan lagi.
Siau Cu melihat situasi sudah tidak benar lagi, dia sudah siap
mati agar Su Yan-hong mempunyai kesempatan keluar dari sana
dengan jalan melewati dinding dan kabur dari sana. Waktu itu Wan
Fei-yang tiba-tiba muncul di sana.
Dia melewati dinding. Thian-can-kang mulai dikeluarkan,
seperti ada benang tidak terlihat keluar dari tubuhnya, membuatnya
dan dinding menyambung menjadi satu. Dia berjalan seperti di
dataran rendah. Turun dari dinding tinggi, seperti berjalan turun.
Kedua tangannya segera memegang Siau Cu dan Su Yan-hong
kemudian meloncat ke atas dinding.
Hweesio-hweesio Tibet itu terpaku. Karena dengan ilmu silat
yang mereka miliki tidak ada satu pun yang bisa naik ke dinding
yang begitu tinggi.
Terkecuali Thian-ho Sangjin, sewaktu dia naik ke atas dinding,
Wan Fei-yang sudah menaruh Su Yan-hong dan Siau Cu, lalu
mengeluarkan kedua telapaknya dan menyerang.
Dia ingin membunuh Thian-ho Sangjin tapi ilmu Tai-jiu-im
sudah dikeluarkan. Dia menyambut sepasang telapak tangan Wan
Fei-yang.
Tadinya Wan Fei-yang ingin dengan Thian-can-kang melilit
sepasang telapaknya kemudian dengan semua tenaga dalamnya dia
ingin menggetarkan organ dalamnya. Tapi baru saja kedua
telapaknya akan menyambut, malah bersalto keluar dari sana.
Thian-ho Sangjin sangat berpengalaman. Begitu terkena
serangan, tahu kalau dia bukan lawan Wan Fei-yang karena itu dia
segera mengambil keputusan menghindar.
Walaupun begitu, dia tetap tergetar sampai organ dalamnya
seperti meloncat. Dia terhuyung-huyung mundur 3 langkah baru
bisa berdiri tenang.
Su Yan-hong melihat dengan jelas dari sisi. Dia menarik nafas:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 132
"Sayang..."
Dia menyayangkan tidak ada kesempatan membunuh Thian-ho
Sangjin. Maka segera pergi bersama dengan Wan Fei-yang dan Siau
Cu. 203-203-203
Yang pasti Sam-cun dengan cepat mendapat kabar. Thian-tesiang-kun ingin segera ke sana, tapi dicegat oleh Jin-kun. Alasan Jinkun sangat sederhana. Jika Thian-ho Sangjin bisa menangkap
mereka, tidak perlu mereka yang ke sana. Jika tidak bisa
menangkap, walaupun ke sana lawan pasti sudah pergi saat ini.
Hal yang sebenarnya terjadi memang seperti itu. Thian-ho
Sangjin sudah kembali Thian-te-siang-kun semakin kagum kepada
Jin-kun mereka rela men-dengar perintah dari Jin-kun. '
Mengetahui Wan Fei-yang sudah datang, Jin-kun sama sekali tidak
terlihat takut. Dia hanya tertawa.
"Orang itu sangat terkenal, benar-benar bukan orang biasa!"
Thian-ho Sangjin biasanya jarang memuji.
Jin-kun menjawab dengan santai:
"Thian-can-kang adalah ilmu silat nomor satu di dunia ini. Kalau
satu lawan satu, kita bukan lawannya!"
"Apakah Hen-lo-sat juga seperti itu?" Tanya Thian-ho Sangjin
penuh dengan kekhawatiran.
Jin-kun tertawa:
"Kalau Wan Fei-yang benar-benar berperang, Hen-lo-sat tidak
sanggup melawannya. Bila khasiat obatnyanya habis, dia menjadi
orang tidak berguna, seperti orang cacat. Kita harus mengatur Henlo-sat dengan baik. Pada akhirnya nanti Wan Fei-yang yang akan
mati olehnya!"
Thian-ho Sangjin menggelengkan kepala:
"Aku tidak mengerti!"
"Karena kau tidak mengetahui keadaan Hen-lo-sat, keadaan
dunia persilatan pun kau tidak tahu banyak!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 133
"Apakah bisa menjelaskannya dengan lebih detil?" Tanya Thianho Sangjin.
"Apakah kau tahu siapa sebenarnya Hen-Io- sat?"
"Tidak tahu! Apakah ada hubungannya dengan Wan Fei-yang?"
"Hubungan mereka sangat erat. Nama Hen-lo-sat aslinya adalah
Tokko Hong. Dia adalah putri Tokko Bu-ti," jelas Jin-kun.
"Aku tahu siapa Tokko Bu-ti, dia dari perkum pulan Bu-ti-bun!"
"Ilmu silat yan Tokko Bu-ti latih bernama Pit-coat-mo-kang
(ilmu sesat). Dia berlatih ilmu Pit-coat-mo-kang, dia adalah Ciat-cicoat-sun (tidak punya keturunan) jadi Tokko Hong sebenarnya
adalah anak haram dari istri Tokko Bu-ti. Sen Man-cing yang
berselingkuh dengan ketua Bu-tong-pai yang bernama Ceng-siong
Tojin!"
"Wan Fei-yang adalah orang Bu-tong-pai..."
"Dia juga anak haram dari Ceng-siong."
"Berarti Tokko Hong dan Wan Fei-yang adalah saudara
kandung?"
"Benar, tapi Wan Fei-yang mengira kalau Tokko Hong sudah
meninggal. Dia tidak tahu Tokko Hong jatuh ke dalam jurang tapi
tidak mati karena diselamatkan olehku!" Jelas Jin-kun.
D.ia tertawa lagi dan bertanya:
"Bila tiba-tiba Tokko Hong muncul di depannya, apa reaksi Wan
Fei-yang?"
Thian-ho Sangjin mengangguk:
"Pasti tidak menyangka, semua ini di luar dugaannya. Karena
Tokko Hong masih kau kuasai. Bila dia tiba-tiba muncul, Wan Feiyang tidak akan bisa menghindar lagi!"
"Betul! Sebenarnya kali ini Wan Fei-yang datang hanya mencari
kematiannya sendiri!" Ucap Jin-kun.
Saat Thian-ho Sangjin melihat sorot matanya, dia gemetar
hatinya merasa dingin. Thian-te-siang-kun juga seperti itu. MerekaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 134
selalu merasa diri mereka sendiri galak dan kejam tapi bila
dibandingkan dengan Jin-kun, mereka merasa masih di bawah Jinkun. Jin-kun menatap mereka. Dia tertawa lepas.
*** Mimpi sekalipun Wan Fei-yang tidak mengira kalau Hen-lo-sat
adalah Tokko Hong. Dia juga tidak membayangkan Jin-kun akan
menggunakan cara yang begitu keji dan licik. Berturut-turut dua
kali bertarung dengan Hen-lo-sat, Wan Fei-yang selalu punya
perasaan aneh tapi dengan cepat perasaan ini hilang. Kesadisan
Hen-lo-sat membuat Wan Fei-yang merasa dia adalah lawan paling
menakutkan seumur hidupnya. Tapi dia belum pernah berpikir
siapa Hen-lo-sat itu.
Su Yan-hong dan lain-lain juga seperti itu. Dalam bayangan
mereka, Hen-lo-sat adalah seorang pembunuh yang Jin-kun latih
dengan obat-obatan. Yang pasti Hen-lo-sat adalah orang yang
sangat kejam dari dunia gelap. Bahkan Fu Hiong-kun juga tidak
merasakan keberadaan Tokko Hong di dunia ini, apalagi orang lain.
Dari Wan Fei-yang mengetahui keadaan It-sian, Su Yan-hong
baru ingat dulu dia dan Tiong Toa-sianseng pernah berkumpul di
tempat Sam-sian dan menemukan beberapa jejak-jejak tertinggal
yang menunjukkan bahwa dalam waktu yang singkat ini Jin-kun
sangat mungkin bisa mencampurkan dua jenis obat menjadi satu.
Maka pada waktu itu Hen-lo-sat akan menjadi lebih kuat dan lebih
lihai dari seka rang. Hal ini membuat semua orang terkejut dan
bergetar.
Setelah berunding, Wan Fei-yang mengambil keputusan untuk
tetap tinggal di sini membantu Su Yan-hong, biar Siau Cu yang pergi
ke Siauw-Iim-si untuk mencari tahu rahasia orang yangLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 135
menurunkan lonceng,.yaitu dengan mencari orang yang mengikat
lonceng seperti yang dikatakan It-sian.
Siau Cu dalam situasi yang sangat berbahaya ini mendapat tugas,
apalagi Bi-giok-leng berada di tangannya. Tidak diragukan lagi
sekarang dia sebenarnya adalah ketua Pek-lian-kau. Tugas ini
benar-benar sangat pantas diberikan padanya.
Setelah Siau Cu pergi, Wan Fei-yang dan lain-lain tidak punya
pekerjaan lain. Melihat Lu Tan yang seperti orang bodoh, mereka
benar-benar terkejut. Dengan ilmu 'Bi-hun-tay-hoat' (Menyesatkan
roh) semua orang berharap bisa mendapat mengembalikan Lu Tan
kembali ke normal.
Kalau cara ini berguna untuk Lu Tan, pasti ada cara juga untuk
kaisar. Bila kaisar kembali normal, setidaknya bisa mengusir Peklian-kau dari ibukota. Jika bisa membuat Hen-lo-sat sadar, itu lebih
bagus lagi. Walaupun tidak bisa memusnahkan semua ilmu silat
Hen-lo-sat, sedikit juga lumayan. Dengan demikian dia akan lebih
mudah dihadapi.
Pertama-tama, Fu Hiong-kun menggunakan cara tusuk jarum.
Dia menguasai ilmu tusuk jarum dengan baik, maka tidak akan
sembarangan menusuk nadi Lu Tan. Dia pasti akan mencari nadi
dengan tepat. Tapi Lu Tan sama sekali tidak ada reaksi apapun.
Puluhan cara sudah digunakan, tapi tetap tidak berkhasiat. Fu
Hiong-kun terpaksa harus menga ku gagal.
Ada satu cara lagi, yaitu dengan mengerahkan semua tenaga
dalam untuk melancarkan jalan darah Lu Tan dan kemudian
memaksa obat keluar dari tubuhnya.
Dari semua orang ini, yang mempunyai tenaga dalam paling kuat
adalah Wan Fei-yang. Wan Fei-yang bermaksud melakukannya tapi
begitu tenaga dalam dimasukkan Lu Tan langsung bereaksi. Dia
seperti orang gila, tubuhnya tiba-tiba meloncat ke atas, dia
menabrak dan memecahkan atap rumah lalu lari keluar.
Tidak ada orang yang sempat menghadangnya. Mereka berusaha
mengejar tapi Lu Tan sudah menghilang di dalam kegelapan, makaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 136
semua orang berpencar untuk mencarinya. Mereka berjanji untuk
berkumpul kembali di sini besok pagi.
Ketika mereka meninggalkan tempat, Thian-ho Sangjin
mengirim orang untuk menggeladah kediaman keluarga Su.
Karena belum tahu di mana Su Yan-hong berada dan takut
mereka kabur, maka Thian-ho Sangjin hanya membawa beberapa
pesilat tangguh, satu baris pasukan bersenjata dan Hen-lo-sat.
Setelah masuk ke dalam kebun, mereka tidak menemukan
seorangpun di sana, tapi ada jejak yang menunjukkan ada orang
pernah berada di sana. Thian-ho Sangjin mengira Su Yan-hong dan
lain-lain sudah pergi maka mereka meninggalkan tempat. Tapi baru
setengah jalan, dia berubah pikiran. Dia meninggalkan Hen-lo-sat
di sana semalam. Bila tidak ada yang bisa mereka temukan, mereka
baru akan membawa Hen-lo-sat pulang.
Sebenarnya ini adalah ide Kiang Hong-sim. Dia ingin
menonjolkan diri maka tidak melepaskan sedikit kesempatan pun.
Dia dan Hen-lo-sat tinggal di sana.
Yang pasti Thian-ho Sangjin menyetujuinya.
Tadinya Kiang Hong-sim tidak terlalu berharap akan berhasil,
hanya saja dia juga sedang tidak ada kerjaan, siapa tahu dia benarbenar bertemu dengan mereka.
Subuh hari, orang-orang yang pergi mencari Lu Tan mulai
kembali. Yang pertama kembali adalah Siau Sam Kongcu, Tiong
Bok-lan dan Beng-cu bertiga.
Melihat Tiong Bok-lan dan Beng-cu, Kiang Hong-sim sangat
marah. Waktu di keluarga Lam-kiong dia tidak pernah akrab
dengan dua orang ini. Bila bisa membunuh dua orang ini dan Siau
Sam Kongcu, dia akan bisa mendapatkan jasa besar. Kesempatan
ini, mana mungkin dia lepaskan?
Karena ilmu silat Beng-cu dan Tiong Bok-lan agak rendah maka
mereka tidak merasakan apa-apa.
Tapi begitu Siau Sam Kongcu mendekati Hen-lo-sat, dia mulai
merasakan aura pembunuh, maka dia segera mencegat merekaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 137
berdua, "Ada apa?" Tiong Bok-lan bertanya, tapi dia siap
menggunakan kecapi besi.
Beng-cu melihat, dia segera mencabut pedang. Tapi pada waktu
yang bersamaan Siau Sam Kongcu sudah membentak:
"Cepat pergi dari sini..."
Karena dia sudah merasakan datangnya aura membunuh yang
begitu tinggi.
Belum selesai Siau Sam Kongcu berucap, dari balik sekat rumah
Hen-lo-sat sudah muncul seperti angin ribut.
Siau Sam Kongcu sudah mencabut Toan-cang-kiam, dia
menghadang di depan Tiong Bok-lan dan Beng-cu. Begitu jurus
keluar segera Toan-cang-kiam muncul. Dia tidak berharap bisa
membunuh Hen-lo-sat, hanya berharap bisa menghadangnya agar
Tiong Bok-lan dan Beng-cu punya kesempatan kabur.
"Cepat pergi..." Dia membentak lagi.
Tiong Bok-lan membentak kepada Beng-cu:
"Cepat kau pergi dari sini..."
Yang pasti Beng-cu tidak mau pergi. Waktu kecapi besi
dikeluarkan, bersamaan pedang Beng-cu juga dicabut.
Siau Sam Kongcu membentak lagi:
"Hen-Io-sat ada di sini, kita tidak akan selamat. Cepat kalian
pergi berilahu Hou-ya dan lain-lain atau semua akan mati di sini,
cepat pergi..."
Beng-cu mengerti maksud Tiong Bok-lan, dia cepat mundur.
Waktu mereka baru meloncat keluar melewati dinding tinggi,
Siau Sam Kongcu sudah didesak Hen-Io-sat. Toan-cang-kiam di
bawah paksaan tenaga dalam Hen-lo-sat, akhirnya terlepas dari
tangan Siau Sam Kongcu dan terbang ke atas. Di tengah-tengah
udara Toan-cang-kiam terputus menjadi dua bagian.
Sepasang telapak Hen-lo-sat segera datang menyerang. Siau Sam
Kongcu tidak ada jalan untuk mundur lagi. Dia juga tidak adaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 138
tempat untuk menghindar. Terpaksa menyambut serangan dengan
dua telapak tangannya.
Seperti suara petir beradu tubuh Siau Sam Kongcu terpental ke
dinding, membuat lubang di dinding yang berbentuk tubuh. Dia
berteriak memilukan, kemudian tubuhnya jatuh melewati lubang
dinding yang berbentuk tubuh itu.
Dinding itu segera hancur dan roboh.
Hen-lo-sat melangkah melalui dinding yang roboh dan mengejar
Beng-cu dan Tiong Bok-lan.
Siau Sam Kongcu jatuh terlentang, dari ke tujuh inderanya darah
terus mengalir. Sepasang mata nya membelalak. Organ tubuhnya
sudah hancur oleh tenaga dalam Hen-lo-sat, dia langsung
meninggal di tempat.
Tiong Bok-lan dan Beng-cu mendengar suara teriakan Siau Sam
Kongcu. Air mata Tiong Bok-lan terus menetes. Dia ingin mati
bersama Siau Sam Kongcu, tapi demi semua orang dia tetap berlari.
Hati Beng-cu juga sedih. Melihat Tiong Bok-lan berlari cepat, dia
ikut berlari cepat juga.
Kemudian mereka merasakan aura membunuh yang datang dari
belakang. Begitu menoleh ke belakang, Hen-lo-sat sudah sangat
dekat.
"Beng-cu, kau cepat lari..." Dua tangan Tiong Bok-lan
mencengkram kecapi besi. Dia menyambut Hen-lo-sat dan siap
melawan dengan nyawanya.
"Bibi kelima, kita tidak bisa menghindar!" Ini adalah perkataan
jujur Beng-cu. Siau Sam Kongcu yang sudah dengan sekuat tenaga


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga tidak sanggup melawan Hen-lo-sat, apalagi Tiong Bok-lan.
Waktu mereka berbicara, Hen-lo-sat sudah mendekat, sepasang
telapaknya mengeluarkan serang an untuk mencabut nyawa.
Tenaga dalam terus keluar bergulung-gulung. Pukulan belum
sampai, Tiong Bok-lan dan Beng-cu sudah merasa sesak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 139
Belum sempat kedua belah pihak beradu. Wan Fei-yang sudah
tiba. Dengan sepasang, telapak, Wan Fei-yang menyambut serangan
Hen-lo-sat dengan sekuat tenaga.
Saat itu Wan Fei-yang kebetulan pulang. Dari jauh dia
mendengar suara teriakan Siau Sam Kongcu dan tahu sudah terjadi
sesuatu, maka dengan cepat dia datang.
Hen-lo-sat hanya tahu membunuh. Wan Fei-yang atau siapapun
akan dilawan sekuat tenaga.
Pada waktu itu Su Yan-hong seperti datang dari langit. Dia
menyerang punggung Hen-lo-sat. Reaksi Hen-lo-sat sangat lincah.
Dengan sebelah tangan dia menyambut serangan Su Yan-hong.
Hen-lo-sat menghadapi dua pesilat tangguh seorang diri, tapi dia
terlihat tenang.
Waktu itu terdengar bunyi peluit, Hen-lo-sat segera mundur dan
menghilang dalam kegelapan.
Ketika Kiang Hong-sim melihat Wan Fei-yang, dia sudah
terkejut. Lalu melihat Su Yan-hong juga datang, dia bertambah
takut. Karena takut Hen-lo-sat akan membuat kesalahan maka dia
segera menyuruh Hen-lo-sat kembali dan meninggalkan tempat.
Bisa membunuh seorang Siau Sam Kongcu, dia sudah merasa
puas.
Melihat Hen-lo-sat pergi, Tiong Bok-lan dan Beng-cu tahu di
dalam ramah sudah tidak ada orang. Walaupun tadi mereka tinggal
bersama dengan Siau Sam Kongcu untuk melawan Hen-lo-sat, tetap
tidak ada gunanya.
Menghadapi ilmu silat Hen-lo-sat, Siau Sam Kongcu ditambah
mereka berdua tidak akan memberi hasil yang berarti.
Su Yan-hong dan Wan Fei-yang tidak tahu mengapa Hen-lo-sat
bisa tiba-tiba muncul di sini, padahal mereka sudah yakin rumah ini
tidak bisa ditinggali lagi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 140
Fu Hiong-kun kembali. Dia membawa Lu Tan dengan kereta
kayu, menimpa barang-barang di atas tubuh Lu Tan. Kereta ditarik
oleh dua orang murid Bu-tong.
Lu Tan seperti orang bodoh. Semua orang merasa sedih. Jika
bukan pergi mencari dia dan semua orang tinggal di dalam rumah
ini, entah apa yang akan terjadi.
Mereka segera pergi sambil membawa mayat Siau Sam Kongcu
ke tempat yang aman.
Di tengah jalan, karena sedang sedih, tidak ada yang
memperhatikan Tiong Bok-lan dan Beng-cu yang diam-diam
meninggalkan mereka. Begitu mereka ingat dan mencari, Tiong
Bok-lan dan Beng-cu sudah menghilang.
Yang mau berpisah dengan mereka sebenarnya adalah Tiong
Bok-lan. Karena ketahuan oleh Beng-cu dan dia ingin ikut, terpaksa
Tiong Bok-lan membawanya.
Setelah keadaan bahaya berlalu, Tiong Bok-lan mulai terpikir
ingin membalas dendam Siau Sam Kongcu. Dia tahu bila
diungkapkan, semua orang pasti akan menghadang. Maka sepatah
katapun tidak dia katakan, lalu diam-diam meninggalkan mereka.
Sebelumnya dia sudah mendapat kabar bahwa istana sedang
mencari koki yang bisa memasak masakan Kang-lam. Waktu itu dia
sudah terpikir itu pasti ide Jin-kun.
Jin-kun aslinya adalah orang Kang-lam. Dia merias wajah
dengan terampil untuk menyamar menjadi Lo-taikun selama
beberapa tahun, dia jarang meninggalkan Kang-lam, Biasanya dia
sangat mengikuti kebiasaan orang sana, tapi terhadap masakan dia
sangat cerewet, bila ada sedikit ketidakcocokan dia langsung minta
diganti.
Inilah sifat Jin-kun yang paling mirip dengan Lo-taikun.
Masakan Kang-lam harus benar-benar di masak oleh orang
Kang-lam baru enak. Yang pasti harus berjodoh.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 141
Dalam hal masak-memasak Tiong Bok-lan boleh dikatakan
sangat mahir. Waktu Jin-kun menyamar menjadi Lo-taikun,
masakan selalu disiapkan Tiong Bok-lan. Setiap kali masakannya
selalu mendapat pujian Jin-kun. Beberapa tahun ini, Tiong Bok-lan
sangat memahami selera Jin-kun. Bila Tiong Bok-lan melamar
menjadi koki, saat mencoba masakan Tiong Bok-lan, Jin-kun pasti
akan menerimanya. Sebagai koki, bila dia memberi sesuatu di lauk
atau nasi Jin-kun, seharusnya bukan hal yang sulit. Tapi untuk
masuk menjadi koki bukan hal yang mudah.
Tiong Bok-lan bertekad akan mati bersama Jin-kun. Maka ketika
Beng-cu tidak tahu, diam-diam dia menelan arak merah untuk
merusak pita suara, kemudian dengan obat merusak kulit wajah
dan tangannya. Tiong Bok-lan berpenampilan menjadi seorang lakilaki.
Waktu Beng-cu bangun dan melihat Tiong Bok-lan sudah seperti
itu, dia sangat sedih. Tapi itu sudah menjadi kenyataan terpaksa,
Beng-cu menerimanya. Kemudian mereka mengaku sebagai ayah
dan anak untuk melamar kerja.
Mereka berdua mengerti harus menyuap penanggung jawab
dengan uang besar karena orang yang melamar menjadi koki terlalu
banyak.
204-204-204
Siau Cu sampai di Siauw-Iim-si. Karena membawa barang tanda
Su Yan-hong dan Wan Fei-yang, ditambah dengan mempunyai
musuh yang sama, maka semua hweesio-hweesio di Siauw-lim-si
turut membantu dia mencari data-data Pheng-hweesio.
Di perpustakaan Siauw-lim-si tersimpan banyak buku, tapi
karena begitu banyak orang yang membantu mencari, maka tidak
sulit. Semua buku sudah dibaca tapi tidak mendapatkan hasil.
Waktu semua orang merasa bingung, seorang tua di Siauw-lim tibatiba ingat. Dia membawa Siau Cu ke bagian Tui-si-tong di Siauwlim-si.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 142
Ruangan Tui-si adalah ruangan tempat hwee-sio Siauw-lim
merenungkan kesalahan yang sudah mereka lakukan. Di sana
tersimpan surat-surat penye salan yang ditulis hweesio Siauw-lim
turun-temurun.
Pheng-hweesio bernama lengkap Pheng Seng-giok. Dia adalah
guru dari kaisar Tai-cu. Dulu dia adalah murid Siauw-lim, kemudian
dia merasa terlalu banyak aturan di dalam Siauw-lim-si, maka dia
meninggalkan Siauw-lim-si, lalu dia mendirikan Pek-lian-kau untuk
membantu kaisar Tai-cu menguasai negara. Ketika kaisar Tai-cu
memimpin negara dengan kekerasan, dia sadar menggunakan
kekerasan untuk mengatasi kekerasan bukanlah cara yang benar.
Maka dia kembali lagi ke Siauw-lim-si. Tapi waktu itu dia sudah
berumur 79 tahun. Di depan Budha dia berlutut tujuh hari tujuh
malam. Di sana dia mencatat tentang asal mula pendirian Pek-liankau juga semua tentang Pek-lian-kau.
Dalam surat penyesalan ini dia mencatat semua ilmu silat Peklian-kau. Suara kecapi Jit-sat dan Bi-hun-tay-hoat juga tercatat pada
surat ini. Yang paling di luar dugaan orang adalah ternyata ada cara
untuk memecahkan dan menghancurkan Bi-hun-tay-hoat dan Jitsat-kim-im.
Sepertinya It-sian sudah mengetahui ini, maka sebelum
meninggal dia berpesan kepada Wan Fei-yang, untuk menurunkan
lonceng harus mencari orang yang mengikat lonceng!
Setelah mengetahui rahasia ini, semua hwee-sio segera
membacanya sampai bisa dihafal. Kemudian mereka menggali
kuburan Put-lo-sin-sian untuk mengambil kecapi maut yang
bernama Jit-sat yang dikubur bersama Put-lo-sin-sian.
Senar-senar kecapi memang sudah putus tapi memasang senar
kembali bukan hal yang sulit. Setelah itu, Siau Cu segera membawa
buku musik dan kecapi. Malam itu juga dia kembali ke ibukota.
205-205-205
Kaisar di bawah pengaruh Thian-ho Sangjin dan Jin-kun selalu
dalam keadaan setengah sadar. Dia tidak hilang akal sehat secaraLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 143
total. Bila kaisar ingin mengemukakan kewibawaan seorang kaisar,
Jin-kun dan Thian-ho Sangjin pasti membiarkan dia melakukannya.
Mereka tahu posisi kaisar tidak bisa digantikan oleh orang lain.
Yang penting harus berusaha memperbesar kekuatan diri dan pada
waktu yang tepat bisa mengangkat Cu Kun-cau, lalu
memerintahkan kaisar untuk menurunkan kekaisaran kepada Cu
Kun-cau.
Dalam keadaan setengah sadar, kaisar hanya tahu menikmati
hidupnya. Dengan segala upaya Jin-kun berusaha memberi obat
perangsang kepada kaisar, agar kaisar bermain gila-gilaan sampai
tujuh hari tujuh malam.
Bagi kaisar kehidupan seperti ini belum pernah dia lakukan.
Walaupun sudah tujuh hari tuuh malam bermain perempuan, tapi
dia tetap tidak merasa lelah, tetap kuat seperti naga hidup dan
harimau hidup. Dia sangat senang, maka menu runkan perintah
agar semua orang untuk memanggil Jin-kun dengan panggilan
Seng-bo (bunda suci) dan membangun vihara Seng-bo.
Sekarang Su Yan-hong dan lain-lain sudah bisa menghubungi
Tliio Gong. Mereka siap berhubungan dari luar dan dalam,
mengambil kesempatan ketika Sam-cun pergi ke kuil Seng-bo untuk
menerima persembahan rakyat, kemudian mereka diam-diam
masuk ke istana untuk menyelamatkan kaisar.
Mereka tidak tahu Thio Gong sudah dibeli Jin-kun. Dalam situasi
seperti itu, dia harus mengabdi kepada Jin-kun. Semua ini adalah
ide Jin-kun. Dia sudah mengatur barisan senjata api, hanya
menunggu Su Yan-hong dan lain-lain masuk perangkap.
Pada waktu yang bersamaan, lauk dan nasi yang dimasak oleh
Tiong Bok-lan sudah dicoba oleh Jin-kun. Begitu mencicipi, Jin-kun
terus memuji. Dia merasa masakan koki ini begitu pas dengan
seleranya. Selain merasa aneh, dia juga memerintahkan untuk
dimasak lagi. Kali ini harus diantar oleh koki ini sendiri. Dia ingin
tahu siapa koki ini sebenarnya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 144
Jin-kun tahu yang memasak lauk ini adalah seorang laki-laki, tapi
dia harus melihat sendiri dengan jelas, baru bisa membuat hatinnya
tenang. Dia adalah seorang perempuan yang penuh curiga. Begitu
merasa curiga, dia akan bertanya sampai jelas.
Inilah kesempatan yang ditunggu Tiong Bok-lan. Dengan wajah
dan perawakan dia sekarang ini, Jin-kun pasti tidak bisa
mengenalinya. Maka dia memasukkan racun ke dalam nasi dan lauk
yang dimasaknya.
Asal Jin-kun tidak mengenali Tiong Bok-lan, dia pasti akan
memakan semua lauk dan nasi. Itulah kebiasaan Jin-kun. Racun
dibuat dengan sangat tepat. Bila Jin-kun makan sedikit demi sedikit,
akan sulit mengetahui kalau masakan mengandung racun. Bila
sudah memakan semua dan merasa tubuh tidak nyaman, pada
waktu itu racun sudah tidak bisa dikeluarkan lagi. Walaupun hanya
makan separuh dan dia sudah merasakan, untuk mengeluarkan
racun juga bukan hal yang mudah. Jika Jin-kun tidak mati, dia pasti
cacat.
Membuat racun sedemikian rupa tidak mudah. Tiong Bok-lan
belajar dari Fu Hiong-kun di sepanjang jalan. Waktu itu Fu Hiongkun merasa tidak ada pekerjaan dan dia ingin semua orang tahu
cara mencampur obat racun, mungkin sewaktu-waktu bisa
digunakan.
Waktu itu Tiong Bok-lan sama sekali tidak terpikir akan ada
kesempatan baginya untuk mencampur obat racun. Apa yang Fu
Hiong-kun katakan sudah dia ingat semua. Mungkin orang yang
pandai memasak selalu mempunyai kelebihan ini.
Begitu Jin-kun mengeluarkan perintah untuk mencari koki,
Tiong Bok-lan sudah merencanakan ini. Tapi karena teringat Jinkun pasti mengenalinya, dia tidak memberitahu Fu Hiong-kun dan
Su Yan-hong.
Dia juga tidak menyangka akan menghancurkan wajahnya dan
menelan arak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 145
Benar Jin-kun tidak mengenali dia. Saat itu Tiong Bok-lan
mendengar pembicaraan mungkin Su Yan-hong tidak harus mati
dan terjebak di barisan senjata api yang dibuat Thian-te-siang-kun.
Begitu mendengar kabar ini, Tiong Bok-lan terkejut. Melihat Jinkun tidak memperhatikan dia, diam-diam Tiong Bok-lan kabur.
Setelah Jin-kun bercanda dengan Thian-te-siang-kun, dia baru ingat
untuk berbicara dengan koki. Begitu bertanya, baru tahu koki sudah
pergi. Yang pasti Jin-kun merasa curiga. Maka makanan diperiksa
dengan jarum perak dengan teliti. Akhirnya dia menemukan lauk
dan nasi mengandung racun. Dia segera menurunkan perintah
untuk menangkap koki.
206-206-206
Su Yan-hong berdiri di sana, melihat tiga tandu digotong dan
dijaga ketat oleh pengawal sudah keluar dari istana menuju kuil
Seng-bo. Awalnya Su Yan-hong tidak yakin, sampai orang
kepercayaan Thio Gong datang memberitahu bahwa Sam-cun
sudah meninggalkan istana, Su Yan-hong baru tenang. Dia dan Wan
Fei-yang, Fu Hiong-kun, Kao Sen dan sekelompok pengawal istana
yang setia dan berilmu silat tinggi langsung masuk istana.
Untung Beng-cu dan Tiong Bok-lan datang tepat waktu. Saat Su
Yan-hong dan lain-lain hampir masuk ke dalam jebakan, mereka
muncul menghadang.
Begitu barisan senjata api melihat ada orang yang
memberitahukan rahasia, mereka segera menem bak. Tiong Boklan keluar sambil berteriak, dia menghadang di depan Su Yan-hong.
sehingga dia mati tertembak.
Dengan penampilan seorang laki-laki. Su Yan-hong, Wan Feiyang dan Fu Hiong-kun sama sekali tidak mengenalinya. Diiringi
rasa terkejut, mereka merasa aneh. Sampai Beng-cu muncul dan
memanggil bibi kelima, mereka baru mengerti apa yang telah
terjadi.
Mereka juga sadar mereka sudah dikhianati Thio Gong, maka
segera mundur. Tapi Thian-ho Sangjin dan sekelompok hweesioLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 146
Tibet sudah datang. Wan Fei-yang segera maju menghadang
mereka.
Wan Fei-yang segera menyuruh Su Yan-hong dan lain-lain
meninggalkan tempat.
Su Yan-hong dan Fu Hiong-kun tahu tinggal di tempat tidak ada
guna, malah akan menjadi beban Wan Fei-yang. Mereka juga tahu,
dengan ilmu silat Wan Fei-yang ingin melepaskan diri dari Thianho Sangjin sangat mudah seperti membalikkan telapak tangan.
Maka mereka segera mundur.
Begitu Thian-ho Sangjin melihat ternyata Wan Fei-yang yang
datang, segera menyuruh anak buah nya mengepung Wan Fei-yang,
sambil memerintahkan untuk melapor pada Sam-cun untuk datang.
Mungkin Su Yan-hong dan lain-lain tidak harus mati karena Jinkun sama sekali tidak meng-ganggap Thio Gong, dan tidak percaya
Su Yan-hong akan mudah terpancing. Karena belum sampai waktu
nya untuk pergi ke kuil Seng-bo maka dia sedang bersantai di dalam
istana.
Setelah mendapat kabar bahwa Su Yan-hong memang sudah
tertipu, dia segera keluar untuk melihat. Pada waktu itu dia pasti
mendapat kabar dari Thian-ho Sangjin maka dia cepat meniup
peluit untuk mendatangkan Hen-lo-sat.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wan Fei-yang tidak tahu bahaya sudah mendekat. Setelah
membunuh 8 Hweesio Tibet, dia siap mundur dan pergi, tapi
dicegat oleh Thian-ho Sangjin.
Thian-ho Sangjin tahu Wan Fei-yang sangat lihai, tapi mereka
belum pernah bertarung. Dia ingin mencoba, baru rela menerima
kalah. Dia tidak berani meremehkan musuh. Begitu bertarung,
sepasang telapaknya segera menggunakan Tai-jiu-im, dua
tangannya menjadi besar.
Setelah menerima beberapa serangan, Wan Fei-yang terus
mundur. Dari dinding dia meloncat ke atap istana.
Thian-ho Sangjin terus mengejar, berusaha membuat Wan Feiyang lengah lalu membunuhnya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 147
Wan Fei-yang melihat keinginan Thian-ho Sangjin, dalam hati
diapun mempunyai ide. Dia mulai mengeluarkan Thian-can-kang.
Tenaga dalam yang tidak berwujud seperti berubah menjadi
berwujud. Seikat demi seikat benang terus terjatuh di dua telapak
Thian-ho Sangjin, kemudian mengikat dua telapak Thian-ho
Sangjin.
Saat Thian-ho Sangjin merasa ada yang tidak beres, kedua
tangannya sudah tidak sempat ditarik. Sekali tidak ditarik maka
tidak bisa ditarik lagi. Telapak kanan Wan Fei-yang sudah
menghantam kepalanya.
Thian-ho Sangjin tidak merasa sesak nafas, dia hanya merasa
kepalanya seakan mau meledak. Inilah perasaannya yang terakhir.
Wan Fei-yang menurunkan telapak kanannya. Tubuh Thian-ho
Sangjin seperti disambar petir, tubuh nya bergetar dan terlempar
jauh. Dia terlempar sejauh 3 tombak, ketujuh inderanya
mengeluarkan darah, kemudian dia roboh di atas genteng.
Wan Fei-yang menghembuskan nafas. Waktu dia siap
meninggalkan tempat, dia merasakan aura membunuh yang kuat
datang. Perasaan ini bukan pertama kali dia rasakan. Dia ingat Henlo-sat.
Saat dia membalikkan tubuh, Hen-lo-sat sudah berdiri di
belakangnya dengan aura membunuh yang kuat.
"Kau lagi..." Wan Fei-yang tahu Hen-lo-sat sudah kehilangan
akal sehat, tapi dia tetap berkata begitu.
Yang pasti Hen-lo-sat tidak menunjukkan reaksi apapun. Begitu
mendengar suara peluit, dia segera maju dengan tubuh penuh
kekuatan.
Wan Fei-yang ingin menghadapi dia dengan menggunakan cara
yang sama ketika menghadapi Thian-ho Sangjin. Thian-can-kang
mulai digunakan, dia segera mengikat dua telapak Hen-lo-sat.
Ilmu silat Hen-lo-sat berada di atas Thian-ho Sangjin. Setelah
tangannya terikat, dia segera menarik keluar tangannya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 148
Thian-can-kang terus dikeluarkan. Tenaga dalam Hen-lo-sat
juga terus keluar. Gerakan mereka berdua memang sangat pelan
tapi tenaga dalam terus keluar bergelombang. Bila orang yang
berilmu silat rendah mendekat, mereka akan tergetar mati oleh
tenaga dalam mereka berdua. Orang yang berilmu tinggi juga akan
tergetar sampai terluka.
Genting-genting di sekeliling satu persatu terbang seperti daun
beterbangan dalam angin besar.
Thian-can-kang milik Wan Fei-yang tetap lebih unggul. Telapak
kirinya walaupun seperti direkat, tapi tangan kanannya pelan-pelan
ditarik keluar dan pelan-pelan diangkat, dan turun di atas kepala
Hen-lo-sat.
Jika telapak Wan Fei-yang turun, maka kepala Hen-lo-sat akan
hancur.
Mata Hen-lo-sat tetap dingin dan kejam. Dia sama sekali tidak
takut. Sebenarnya dia sama sekali tidak berperasaan.
Pada waktu itu Jin-kun muncul. Dia tertawa dan berkata kepada
Wan Fei-yang:
"Jika telapakmu dipukulkan ke kepala Hen-lo-sat, kau pasti akan
menyesal!"
"Mengapa?" tanya Wan Fei-yang.
Jin-kun malah balik bertanya:
"Mengapa kau tidak membuka penutup wajahnya dulu dan
melihat siapa dia sebenarnya?"
"Siapa dia?" Sambil bertanya, telapak Wan Fei-yang tetap
memukul, dan tenaganya membuka penutup wajah Hen-lo-sat.
Hen-lo-sat adalah adik perempuan Wan Fei-yang, Tokko Hong.
Ini bukan rahasia bagi Jin-kun dan lain-lain, tapi Wan Fei-yang baru
mengetahuinya sekarang.
Mimpipun Wan Fei-yang tidak menyangka. Begitu Wan Fei-yang
melihat, dia terpaku, berteriak:
"Hong..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 149
Tapi Tokko Hong tidak menunjukkan reaksi apapun. Dia hanya
berusaha lepas dari ikatan Thian-can-kang. Wan Fei-yang melihat
Jin-kun:
"Apakah kalian tidak merasa keji melakukan hal ini?"
Jin-kun tertawa. Yang keluar bukan suara tawa, tapi suara peluit.
Mendengar suara peluit, mulut Tokko Hong membuka. Sebuah
jarum beracun sudah melesat keluar, masuk ke tenggorokan Wan
Fei-yang.
Wan Fei-yang melihat, dia segera mengatur nafas, mengalirkan
tenaga dalam ke tempat jarum beracun berada. Tapi jarum beracun
ini adalah jarum khusus untuk memecahkan tenaga dalam. Jarum
beracun segera diikat tenaga dalam agar tidak bisa menyebar.
Wan Fei-yang terus mengatur agar jarum beracun itu bisa
keluar, tapi pada waktu itu Jin-kun sudah datang seperti angin.
Wan Fei-yang segera mengambil keputusan. Telapak kanan di
majukan ke depan, telapak kiri menggurat. Tadinya dia ingin
memotong tenaga dalam yang mengikat dua tangan Tokko Hong
dan pada waktu bersamaan meloncat ke atas.
Tenaga dalamnya kebanyakan dialirkan untuk menghadapi
Tokko Hong tapi karena tenggorokannya terkena jarum beracun
maka mengganggu garakannya. Yang membuat dia terganggu tentu
saja kenyataan bahwa Hen-lo-sat ternyata adalah adiknya, Tokko
Hong.
Dia terkejut juga senang. Perasaannya seperti gelombang terus
bergejolak. Kemudian jarum beracun itu menerobos masuk ke
jantungnya.
Waktu dia sadar bahwa Tokko Hong sama sekali sudah
kehilangan akal sehat, dia sudah tidak sempat menghindari jarum
beracun yang dilepaskan Tokko Hong.
Karena bertindak sedikit lambat, maka dia terkena. Itulah luka
yang membuat dia tewas.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 150
Jin-kun sudah datang. Thian-te-siang-kun juga datang pada
waktu bersamaan.
Ketika Wan Fei-yang sedang tidak berkonsentrasi, Te-kun sudah
berlari di bawah genting tempat Wan Fei-yang berdiri. Waktu Jinkun mulai menyerang, dua tangan Te-kun menembus genting dan
mencengkram dua kaki Wan Fei-yang.
Thian-kun datang seperti seekor burung besar, dua tangan
segera menyerang kepala Wan Fei-yang.
Karena pergelangan kakinya dicengkram, gerakan Wan Fei-yang
terganggu. Dua telapak Jin-kun datang mencengkram dua tangan
Wan Fei-yang juga. Dua telapak Thian-kun yang datang tanpa
hambatan langsung memukul kepala Wan Fei-yang.
Wan Fei-yang berteriak memilukan. Tubuhnya terus naik ke atas
memecahkan genting. Tubuh Te-kun terbawa melewati pecahan
genting dan terlempar.
Jin-kun, Te-kun dan Hen-lo-sat ikut terlempar setinggi 2 tombak
dan baru turun.
"Hong..." dengan sedih Wan Fei-yang melihat Tokko Hong dan
memanggilnya.
Ini adalah suara panggilan dia yang'terakhir. Pukulan di
kepalanya membuat tenaga Wan Fei-yang habis. Tenaga dalam
Sam-cun sudah kembali datang menyerang, menggetarkan organ
dalam Wan Fei-yang sampai hancur. Sekalipun Hoa-to hidup
kembali, sudah tidak bisa menyelamatkan dia lagi.
Tapi Wan Fei-yang tetap berdiri di atas genteng. Dia tidak roboh.
Tokko Hong tetap tidak ada reaksi apa-apa. Sebenarnya dia
seorang yang masih hidup tapi sudah mati rasa.
Sam-cun sama-sama melepaskan tangannya. Mereka'tertawa
terbahak-bahak.
207-207-207
Su Yan-hong dan lain-lain sudah kembali ke tempat
persembunyian mereka. Siau Cu sudah datang. Mengetahui Siau CuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 151
sudah mendapatkan cara untuk mengatasi Bi-hun-tay-hoat, apalagi
Jit-sat-kim sudah berada di tangan, mereka sangat senang. Lama
menunggu Wan Fei-yang tidak datang, mereka mulai khawatir.
Tapi semua orang berpikir dengan ilmu silat Wan Fei-yang, dia pasti
bisa meninggalkan tempat itu.
Sampai hari terang Wan Fei-yang belum muncul. Semua orang
mulai merasa ada yang tidak beres.
Su Ceng-cau membawa Ih-lan datang. Tadinya dia ingin
membawa Ih-lan pergi ke Hoa-san untuk bersembunyi sementara.
Karena tidak tenang maka di tengah jalan dia kembali mengikuti
tanda, akhirnya dia juga datang.
Sebenarnya Ih-lan tidak menyukai dia, tapi setelah melihat
sifatnya berubah, dia malah menjadi akrab dengannya. Yang pasti
Ih-lan sangat setuju dengan ide Su Ceng-cau untuk mencari mereka.
Setelah mengalami perubahan besar, sikap Su Ceng-cau sudah
berubah. Dia mengambil keputusan dengan lebih hati-hati, maka di
sepanjang jalan tidak terjadi apa-apa juga tidak membuat keributan.
Melihat dia membawa Ih-lan kembali, hati Su Yan-hong yang
tadinya tenang menjadi marah, tapi kemarahan tidak bisa keluar.
Su Ceng-cau sudah menangis sendiri.
"Aku belum marah kepadamu, mengapa kau menangis?" tanya
Su Yan-hong.
"Wan-toako..." Su Ceng-cau sudah tidak sang gup berkata lagi.
Kata-kata ini begitu terucapkan, semua orang merasa terkejut.
Fu Hiong-kun mencengkram pundak Su Ceng-cau dan bertanya:
"Apa yang terjadi pada Wan-toako?"
"Wan-toako malam-malam masuk ke dalam istana ingin
membunuh kaisar, kemudian tertangkap dan terbunuh. Mayatnya
diikat di kereta kayu untuk diarak di jalan..."
Kata-kata Su Ceng-cau baru keluar, semua orang terkejut, air
mata Su Yan-hong menetes.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 152
Siau Cu segera lari keluar. Untung tangan Su Yan-hong dengan
cepat menariknya, dan satu tangan lagi menarik Fu Hiong-kun yang
juga ingin berlari keluar.
Mereka bertiga saling pandang tanpa satu katapun yang keluar.
Mata Siau Cu dan Su Yan-hong berlinang air mata.
Akhirnya Su Yan-hong membuka mulut:
"Kita pasti pergi melihat ke sana, tapi harap semua orang jangan
emosi lagi. Tidak diragukan lagi ini adalah jebakan Sam-cun. Kalau
kita muncul dan diketahui oleh mereka, aku percaya kita juga akan
mati di sana!"
Siau Cu seperti sangat mengerti, angguknya:
"Kita hanya tersisa sejumlah ini, kita jangan emosi untuk
menghindari korban jatuh lagi!"
Su Yan-hong menarik nafas lega. Dia menepuk pundak Siau Cu.
208-208-208
Mereka bersembunyi di sebuah kamar di sebuah hotel, di mana
mayat Wan Fei-yang akan lewat. Dengan begitu mereka bisa
melihat dengan jelas.
Melihat mayat Wan Fei-yang, Fu Fdiong-kun terus menangis.
Tubuh Siau Cu terus gemetaran. Su Yan-hong mencengkram tubuh
mereka berdua, tubuh nya juga gemetar.
Setelah kereta kayu lewat, Fu Hiong-kun menangis sejadijadinya di pelukan Su Yan-hong. Siau Cu berlutut dengan dua
tangan memeluk kepala.
Sebelumnya mereka tidak percaya Wan Fei-yang sudah mati.
Kembali ke tempat persembunyian, mereka duduk bengong.
Setelah itu, mereka baru membereskan barang-barang peninggalan
Wan Fei-yang. Yang hanya terdiri dari sebuah bungkusan kain. Di
sana terdapat catatan Ie-kin-keng yang Bu-wie Taysu berikan
kepadanya untuk bisa mengobati luka dalamnya. Masih ada catatan
yang diperoleh dari hasil berlatih silat. Selain itu, ada sepucuk surat
rahasia yang seperti pesan terakhir.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 153
Tidak ada orang yang tahu mengapa dia menulis surat ini dan
kapan dia menulisnya.
Mungkin seseorang bila hidupnya akan berakhir, dia akan punya
perasaan yang berbeda dan tidak sengaja melakukan hal ini.
Dalam surat dia mengeluh tentang perkumpulan-perkumpulan
di dunia persilatan yang saling tidak kompak, sehingga satu
perkumpulan tidak bisa mengambil kelebihan perkumpulan lain.
Masing-masing perkumpulan menyimpan ilmu perkumpulan
sendiri dan tidak pernah saling berunding dengan perkumpulan
lain. Kadang-kadang murid perkumpulan sendiri juga tidak bisa
mempelajari ilmu perkumpulannya, maka ilmu silatnya semakin
menghilang dan generasi berikutnya semakin menurun.
Maka dalam surat ini dia membuat catatan ketika dia bertarung
atau melihat ilmu silat perkum pulan lain. Dia berharap bisa
menyatukan kelebihannya untuk membuat satu ilmu silat yang
lebih tinggi.
Munculnya Wan-tianglo membuat kepercayaannya terus
bertambah. Untuk menyatukan ilmu silat semua perkumpulan,
Wan-tianglo paling banyak membantunya.
Kemudian dia menemukan Thian-Iiong-pat-sut yang dilatih Su
Yan-hong. Tidak diragukan lagi itulah suatu awal yang bagus, yang
bisa menyatukan ilmu silat dari semua perkumpulan.
Thian-liong-kiu-sut sebenarnya bukan jurus terakhir, hanya
sayang karena waktunya terbatas dia belum benar-benar mengerti,
hanya bisa mengajari Su Yan-hong sampai Thian-liong-kiu-sut.
Sekarang setelah Thian-liong-pat-sut, berikutnya sudah bisa
diubah-ubah, maka diberi nama 'Thian-liong-kun' (Jurus irama
Thian-liong). Harap Su Yan-hong dan Siau Cu bisa menguasainya
dan terus dikembangkan.
Terakhir, surat Wan Fei-yang mengangkat satu hal yang belum
sempat dia lakukan. Dia hidup dengan nasib tidak mujur, seringkah
hal yang baik jarang mendekatinya. Maka dia tidak mempunyai
harapan yang tinggi-tinggi. Dari samping, dia melihat Su Yan-hongLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 154
adalah naganya manusia, bila bisa berpasangan dengan Fu Hiongkun adalah jodoh yang paling bagus. Tapi sangat menyesal dia
belum sempat menjodohkan mereka. Itu adalah penyesalan paling
besar seumur hidupnya.
Setelah selesai membaca surat, semua orang bengong. Lapang
dada Wan Fei-yang, cita-cita dia yang tinggi, benar-benar bukan
mereka yang bisa melakukannya.
Su Yan-hong melihat Fu Hiong-kun, dia terharu.
Setelah semua orang tenang kembali, Su Yan-hong seperti sudah
menyusun langkah-langkah selan jutnya. Sambil menghubungi
Ong-souw-jin, dia dan Siau Cu juga berlatih Thian-liong-kun.
Mereka berharap bisa membunuh Hen-lo-sat dengan Jit-sat-kim.
Menurunkan lonceng harus dilakukan oleh orang yang mengikat
lonceng. Begitu suara Jit-sat-kim bisa memecahkan Bi-hun-tayhoat, menghancurkan ancaman Hen-lo-sat, masalah lain akan


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mudah dihadapi.
Teringat Jit-sat-kim, mereka langsung teringat Lu Tan. Apakah
Jit-sat-kim bisa memecahkan Bi-hun-tay-hoat? Lu Tan bisa
membuktikannya.
Beng-cu sangat paham musik. Dia bisa mengatur senar-senar
kecapi mengikuti buku musik. Tapi begitu dipetik, tenaga dalamnya
tidak bisa terkumpul di sepuluh jarinya. Semakin dipetik tenaga
dalam di tubuh semakin kacau dan tidak menentu. Nada di buku
musik bisa mengganggu jalannya tenaga dalam nya, membuat
tenaga dalamnya buyar. Yang pasti tidak bisa dipetik lagi.
Dia mengutarakan perasaannya. Semua orang merasa aneh.
Kemudian Fu Hiong-kun, Su Ceng-cau dan Su Yan-hong mencoba,
hasilnya sama.
Yang terakhir mencoba adalah Siau Cu. Siau Cu tidak mengerti
musik sama sekali. Setelah diberi tahu tentang not-not musik, dia
baru bisa memetik mengikuti buku musik. Yang pasti suara petikan
Siau Cu tidak sama dengan orang lain, semakin dipetik semakin
bersuara keras dan jernih. Tapi dia hanya bisa memetik tiga alineaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 155
kemudian melemah lagi. Begitu bertanya pada Siau Cu, ternyata
tenaga dalamnya bukan menjadi buyar, malah semakin bergairah,
tenaga dalam semakin bertambah. Kadang-kadang tidak sanggup
diteruskan.
Sekarang semua orang baru mengerti, buku musik harus
menggunakan tenaga dalam aliran Pek-lian-kau baru bisa
mengeluarkan kewibawaannya. Lam-touw dan ketua Pek-lian-kau
yang dulu, Put-lo-sin-sian bersaudara kandung. Asalnya mereka
adalah murid Pek-lian-kau. Maka yang mengajarkan atau yang
mempelajari pasti adalah tenaga dalam aliran Pek-lian-kau.
Walaupun hanya memainkan tiga alinea, tapi wajah Lu Tan yang
tadinya bengong mulai menunjukkan perubahan. Begitu semua
orang melihat perubahan itu, suara kecapi sudah melemah, maka
perubahan wajah Lu Tan kembali menghilang.
Menambah tenaga dalam dengan waktu yang singkat bukan hal
yang mudah. Dalam surat terakhir nya, Wan Fei-yang menuliskan
satu lagi cara untuk meminjam tenaga dalam Ie-kin-keng, dan
digabung dengan tenaga dalam perkumpulan sendiri.
Still Sekuel Cewek 1 Hardy Boys Sindikat Pencuri Mobil Hafalan Shalat Delisa 3

Cari Blog Ini