Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 4

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 4


Setelah minum beberapa cangkir, topik pembicaraan yang
mengalir juga menjadi banyak. Ling-ong sangat bebas dan tidak ada
pikiran. Karena Liu Kun ingin Ling-ong tinggal lebih lama, maka dia
terus membujuk. Su Yan-hong yang melihat melihat hal ini, dalam
hati bertambah yakin ada sesuatu yang tidak beres.
Kalau terlalu banyak berbicara pasti akan membosankan maka
Liu Kun segera menampilkan penyanyi dan penari untuk para tamu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 9
Ling-ong ditemani Liu Kun jalan-jalan, melihat orang menyanyi
dan menari, tidak merasakan waktu sulit dilewati, tapi berbeda
dengan Su Yan-hong yang seperti semut dalam kuali panas.
Akhirnya dia bertemu Siau Sam Kongcu dan mengobrol. Sekilas
dilihat dari luar mereka sedang melihat pertunjukkan.
Tapi Siau Sam Kongcu segera mengerti. Begitu tidak ada orang
lain, dia segera bertanya:
"Ada apa Hou-ya?"
"Siau-heng, kita adalah orang dunia persilatan. Kita tidak akan
melihat orang yang diancam kema-tian, tapi tidak berusaha
menyelamatkan nyawanya!"
"Hou-ya langsung saja ke inti pembicaraan!"
"Harap Siau-heng segera kembali ke Ling-ong-hu!"
"Oh?" Siau Sam Kongcu merasa aneh.
"Malam ini beberapa orang temanku akan masuk Ling-ong-hu
untuk menyelamatkan orang!"
"Lu Tan?"
"Siau-heng juga tahu hal ini?"
"Muridku memang keterlaluan, tapi niatnya baik. Jika bukan
karena dia, Lu Tan sudah jatuh di tangan Liu Kun. Sebenarnya Houya bisa tenang!"
"Siau-heng belum tahu!" Su Yan-hong menarik nafas.
"Sedikit banyak aku tahu. Kadang-kadang ada hal yang tidak bisa
dipaksa, maka bila Hou-ya ingin menyelamatkan orang, aku tidak
masalah!"
"Siau-heng..
"Mengapa Hou-ya tiba-tiba berubah pikiran, ingin aku
menghadang hal ini?"
Su Yan-hong menggelengkan kepala. Kata Siau Sam Kongcu lagi:
"Walaupun Ceng-cau berada di Ling-ong-hu, tapi ilmu silatnya
terbatas. Bukan hal mudah baginya untuk menghadang teman Hou-Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 10
ya yang datang menyelamatkan orang. Apa yang masih Hou-ya
khawatirkan?"
"Yang aku khawatirkan adalah Liu Kun juga tahu keberadaan Lu
Tan. Perjamuan di Si-cu-lou hanyalah akal-akalan dia!"
Wajah Siau Sam Kongcu berubah. Dia mengangguk:
"Itu sangat mungkin!"
"Aku tidak bisa pergi dari sini..." kata Su Yan-hong.
Siau Sam Kongcu mengayunkan tangan:
"Serahkan hal ini kepadaku. Orang-orang Liu Kun tidak begitu
memperhatikan gerak-gerikku!"
"Tentang Lu Tan..."
"Tidak ada kebaikan bila dia tinggal di Ling-ong-hu!"
Setelah itu Siau Sam Kongcu tertawa dan segera pergi.
Hati Su Yan-hong baru terasa lega.
80-80-80
Dinding tinggi di Ling-ong-hu tidak bisa menghadang Lam-touw,
Siau Cu, dan Fu Hiong-kun. Bagi mereka, menghindari peronda di
Ling-ong-hu adalah hal yang mudah. Sebelum ini Siau Cu pernah
masuk diam-diam, dan ditambah peta yang digambarkan oleh Su
Yan-hong, maka mencari kamar Su Ceng-cau bukan yang sulit.
Fu Hiong-kun berjaga-jaga di pekarangan. Lam-touw dan Siau
Cu langsung ke kamar Su Ceng-cau. Melihat ada cahaya lampu di
kamar, Siau Cu merasa aneh:
"Bukankah katanya Tiang-lek Kuncu juga akan pergi ke Si-culou? Mengapa masih ada cahaya lampu di kamarnya?"
Lam-touw tertawa:
"Walaupun Tiang-lek Kuncu tidak ada di kamar, bisa saja lampu
tetap dipasang. Apakah kediaman Ling-ong-hu perlu menghemat
minyak?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 11
Siau Cu merasa penjelasan ini masuk akal, tapi begitu mendekat
dia mendengar ada suara tawa Su Ceng-cau. Lam-touw menjadi
bengong.
"Kalau tidak salah dengar, suara ini adalah suara Kuncu yang
sering mempersulit orang."
Siau Cu segera terbang ke atas genteng kemudian bergantung
untuk melihat. Pada waktu itu juga Latn-touw muncul di sisinya.
Mereka melihat ke dalam jendela.
Lu Tan dan Su Ceng-cau berada di dalam. Mereka sedang
bermain catur dan tawa Su Ceng-cau sangat lepas.
"Bocah ini benar-benar sedang bersenang-senang, kita malah
mengkhawatirkan dia!" Siau Cu marah.
"Kelihatannya bila ingin dia meninggalkan tempat ini bukan hal
yang sulit, tapi tidak hanya tidak mau pergi dari sini, dia juga tidak
memberi kabar kepada kita. Betulkah dia karena senang di sini jadi
tidak mau pulang?" Lam-touw benar-benar ddak mengerti.
"Kurang ajar..." Tiba-tiba dia memberi isyarat kepada Siau Cu
untuk jangan berbicara dan dia segera tengkurap di atas genteng.
Reaksi Siau Cu sangat lincah, dia juga segera tengkurap. Terlihat
ada bayangan seseorang sedang meloncat masuk dan berlari ke sini.
"Siapa mereka?" tanya Siau Cu.
"Yang pasti bukan orang kita!" kata Lam- touw.
"Apakah tujuan mereka juga untuk mencari Lu Tan? Apakah
mereka adalah orang-orang Liu Kun?"
"Perjamuan Si-cu-lou adalah akal-akalan Liu Kun. Hou-ya bisa
terpikir dengan kesempatan ini menyelamatkan orang, tidak ada
alasan bagi Liu Kun untuk tidak memikirkan hal yang sama." kata
Lam-touw.
"Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?"
"Yang pasti kita harus menangkap ikan di air keruh!"
Lam-touw segera mencengkram sekeping gen teng dan
melemparkannya ke dalam kamar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 12
Su Ceng-cau dan Lu Tan yang sedang bermain catur menjadi
sangat terkejut karena kepingan genteng ini terbang datang dan
pecah.
Reaksi Su Ceng-cau sangat cepat. Dia meloncat bangun dan
segera mengambil pedang yang tergantung di dinding.
Lu Tan ikut bangun dan ingin bertindak. Su Ceng-cau segera
berteriak:
"Tidak perlu kau yang bertindak!"
"Sebenarnya ada apa?" tanya Lu Tan aneh.
"Aku melihat ada orang yang ingin menangkapmu! Kau
bersembunyi di balik sekat. Kecuali aku memanggilmu, kalau tidak,
kau jangan keluar. Jangan mengeluarkan suara!"
"Aku..." Lu Tan baru membuka suara.
Su Ceng-cau sudah membentak:
"Apa yang aku suruh, kau ikuti! Jangan membantah katakataku!"
Su Ceng-cau membawa pedang berlari ke arah pintu dan marah:
"Ingin membawa pergi orang tidak semudah itu. Kalian harus
bertanya apakah pedangku setuju!"
Lu Tan tertawa kecut dan tidak berkata apa-apa, dia kembali ke
belakang sekat. Di depan Su Ceng-cau, dia berubah menjadi seperti
bukan Lu Tan.
Pada waktu itu Su Ceng-cau menjadi kacau dan terharu. Entah
mengapa orang yang pertama dia tuding adalah Su Yan-hong. Dia
teringat Su Yan-hong pagi hari ini sudah masuk ke kamar ini untuk
melihat 10 lukisan si cantik.
Lukisan si cantik sebenarnya tidak terlalu bagus. Sebenarnya
tujuan dia adalah mencari tahu tempat persembunyian Lu Tan.
Ingatan kejadian tadi pagi dengan Su Yan-hong terbayang di
kepala Su Ceng-cau. Tadinya dia tidak merasa curiga. SekarangLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 13
semakin dipikir, semakin banyak yang dicurigai. Akhirnya dia
mendapatkan kesimpulan.
Di dalam pikirannya, Su Yan-hong bukan orang yang licik.
Semakin dipikir dia semakin marah.
Pintu dibuka. Ada dua laki-laki setengah baya kebetulan keluar
dari semak. Dia berhadapan dengan mereka.
Yang satu berpenampilan seperti seorang sastrawan yang
membawa kipas lipat. Satunya lagi berpenampilan seperti orang
yang orang tuanya baru meninggal, tangannya membawa sebuah
pentungan kematian. Mereka adalah utusan lampion putih Cui
Beng. Karena Su Ceng-cau tiba-tiba membuka pintu, mereka ingin
menghindar sudah tidak sempat lagi. Sekalian mereka berdiri di
atas tangga.
Selain mereka, masih ada pembunuh lampion biru dan
pembunuh lampion putih. Melihat ketua mereka menampakkan
diri, mereka juga ikut keluar.
Su Ceng-cau melihat mereka, dengan dingin berkata:
"Kalian anggap tempat ini tempat apa?"
Lan Ting-ji mengipas-ngipas dirinya, tertawa berkata:
"Bukankah ini Ling-ong-hu?"
Su Ceng-cau tidak terkejut:
"Su Yan-hong yang menyuruh kalian ke mari?"
Lan Ting-ji malah bengong. Su Ceng-cau berkata lagi:
"Walaupun dia seorang Hou-ya, bukan berarti dia bisa seenaknya
melakukan sesuatu!"
Lan Ting-ji dan Cui Beng saling memandang. Mereka ingin
mengatakan sesuatu tapi Su Ceng-cau sudah berteriak:
"Kembalilah beritahu dia, kecuali dia menyetujui syarat yang aku
beri. Kalau tidak, malam ini orang tetap ditahan di sini. Besok pagi
akan kuantar ke tempat Liu Kun!"
Lan Ting-ji dan Cui Beng bertambah bingung. Tanya Cui Beng:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 14
"Apakah kau tahu apa maksud dia?"
"Aku rasa ini adalah kesalahpahaman!"
"Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?" "Yang pasti lakukan
sesuai rencana!" Lan Ting-ji kembali melihat Su Ceng-cau,
"betulkah apa yang dia katakan?"
"Apa rencana kalian semula?" tanya Su Ceng- cau.
"Dengan cara apapun harus membawa orang keluar dari sini!"
kata Lan Ting-ji dengan seram. "Apakah ini adalah ide Su Yanhong?"
"Aku lihat ada kesalahpahaman di antara kita!" Kipas lipat Lan
Ting-ji dibuka, "tujuan kita adalah Lu Tan, tapi kita bukan orang Su
Yan-hong!" Cui Beng juga berkata:
"Kita tidak mengerti ada apa antara kau dan Su Yan-hong? Tapi
Lu Tan adalah orang yang kita inginkan!" Dia segera menyerang.
Kerja sama mereka sangat kompak. Kipas sudah menotok di
tengah-tengah alis Su Ceng-cau. Cepat dan tepat!
Su Ceng-cau segera mengeluarkan jurus-jurus pedangnya. Dia
seperti kupu-kupu di kebun bunga. Gayanya indah juga berguna.
Dia sanggup menerima jurus-jurus dari Lan Ting-ji dan Cui Beng.
Lan Ting-ji tertawa:
"Ilmu pedang Hoa-san-pai memang bagus!"
"Murid Siau Sam lumayan bagus!" Cui Beng menyambung.
Apakah mereka memuji atau menyindir, Su Ceng-cau tidak
peduli. Ilmu pedang terus menyerang Lan Ting-ji dan Cui Beng.
Berturut-turut serangan 7 kali membuat Lan Ting-ji dan Cui
Beng mundur dua langkah. Bukan karena mereka kalah, melainkan
sudah diperintahkan untuk tidak boleh melukai orang-orang Lingong-hu, maka mereka tidak mengeluarkan ilmu silat mereka
sepenuhnya.
Mereka ingin mencari celah-celah, kemudian menotok Su Cengcau. Tapi Su Ceng-cau sudah menu tup dengan ilmu pedangnyaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 15
dulu, baru menyerang mereka. Itu adalah jurus-jurus yang dibuat
Siau Sam Kongcu khusus untuk Su Ceng-cau yang ceroboh.
Su Ceng-cau tidak tahu, juga tidak berpengalaman menghadapi
musuh. Ilmu pedang diperagakan persis seperti apa yang diajarkan
gurunya.
Lan Ting-ji dan Cui Beng melihat Su Ceng-cau tidak
berpengalaman, tapi terhadap ilmu silat yang seperti itu entah
harus dengan cara apa melawannya. Yang penting tidak boleh
melukai Su Ceng-cau.
Yang pasti mereka tidak lupa memberi isyarat pada pembunuhpembunuh yang lain untuk masuk ke kamar menangkap orang.
81-81-81
Lu Tan terus mengkhawatirkan bahaya yang dihadapi Su Cengcau, mana mungkin dia bisa tinggal diam di balik sekat. Melihat Su
Ceng-cau bertarung, dia siap keluar. Tapi Lam-touw dan Siau Cu
sudah masuk dari jendela dan turun di depannya.
"Kalian?" Bisa bertemu mereka seperti ini di luar dugaan Lu Tan.
Lam-touw dan Siau Cu mencengkram pundak Lu Tan dan
membentak:
"Cepat pergi dari sini!"
"Orang di luar bukan orang kalian?" Lu Tan tidak lupa bertanya.
"Kalau kita bisa mempunyai orang begitu banyak, untuk apa
mengendap-endap masuk merebut orang!" kata Siau Cu.
"Siapa mereka?" tanya Lu Tan.
"Orang-orang Pek-lian-kau!" kata Lam-touw.
"Aku harus menyelamatkan dia!" kata Lu Tan.
"Kau! Aku lihat kau berdiri saja susah, bagaimana bisa
menyelamatkan orang?"
"Kalau begitu, kalian berdua..."
Kata-kata berikutnya belum dikatakan, Lam-touw sudah
mencegat:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 16
"Walaupun gadis ini selalu membuat kita repot, tapi dia bukan
orang jahat. Siau Cu, Kuncu aku serahkan kepadamu. Aku
menggendong Lu Tan keluar untuk berkumpul dengan Hiong-kun!"
"Lebih baik aku yang menggendong Lu Tan meninggalkan
tempat ini!"
"Guru sudah tua, mana mungkin bisa bertarung dengan begitu
banyak orang?" Tanpa menung gu Siau Cu menjawab, dia sudah
menggendong Lu Tan.
"Gadis ini benar-benar merepotkan! Walaupun aku
menyelamatkan dia, belum tentu dia berterima kasih. Mungkin
malah akan balik menyerangku dengan pedang!"
"Kau sudah mengerti, itu bagus!" kata Lam-touw. Dia segera
menggendong Lu Tan lari. 3-4 pembunuh Pek-lian-kau sudah
masuk. Karena mereka tidak mengenal Lu Tan, maka mereka
mengira Siau Cu adalah Lu Tan dan segera menyerangnya.
Siau Cu seperti seekor macan tutul, menendang, menepis,
bersalto beberapa kali, dia sudah turun di bawah jendela.
Pembunuh Pek-lian-kau ingin masuk dari jendela. Siau Cu lebih
dulu menendang dan melempar mereka keluar dari jendela.
Berturut-turut pembunuh Pek-lian-kau sudah masuk. Siau Cu
meloncat keluar jendela dan melewati pagar, kemudian masuk ke
dalam semak-semak.
Seorang pembunuh segera berteriak:
"Lu Tan berada di sini..."
Semua orang mengepung. Siau Cu di semak-semak berlari
mendekat ke arah Su Ceng-cau.
Tadinya dia ingin membantu Su Ceng-cau tapi baru mau berlari


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia berhenti lagi, malah berlari ke arah yang berlawanan.
Pada waktu itu ada bayangan seseorang yang seperti kuda langit
berlari melewati pagar dinding yang tinggi dan berlari ke arah sini.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 17
Dua orang Pek-lian-kau menyambutnya. Tapi sebelum
menyerang, mereka sudah terkena pukulan orang yang datang, dan
terlempar jauh.
Orang itu tidak mempedulikan pembunuh-pembunuh yang lain.
Dia terbang melewati bunga-bunga dan pohon-pohon, dan turun di
sisi Su Ceng-cau. Pedang segera dikeluarkan untuk menahan kipas
lipat Lan Ting-ji.
Pedang yang dikeluarkan adalah pedang yang sudah patah.
Setelah Lan Ting-ji melihatnya, dia segera berkata:
"Siau Sam Kongcu..." dan segera meloncat mundur.
Cui Beng yang tadinya sedang mengejar Siau Cu, segera berlari
kembali dan mengambil posisi di sisi Lan Ting-ji. Dengan
pentungan dia menahan serangan pedang patah Siau Sam Kongcu.
Siau Sam Kongcu membentak:
"Siapa yang berani buat keributan di Ling-ong-hu?" lalu menarik
pedang.
Cui Beng tertawa sinis:
"Ternyata adalah Siau Sam Kongcu. Sangat beruntung bisa
bertemu tapi sayang malam ini kami ada perlu. Kelak bila berjodoh,
kami baru datang meminta petunjuk!" Tidak menunggu jawaban
Siau Sam Kongcu, dia sudah mundur, Su Ceng-cau ingin mengejar,
Siau Sam Kongcu segera mencegat:
"Jangan dikejar!"
Lan Ting-ji melipat kipas, dia juga mundur.
Pengawal dan penjaga Ling-ong-hu baru datang dari semua
penjuru. Tapi dengan ilmu silat mereka, yang pasti tidak bisa
menghadang Pek-lian-kau. Orang yang ingin mengejar segera
dicegat oleh Siau Sam Kongcu.
Su Ceng-cau terus berteriak:
"Lu Tan..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 18
Tentu saja Lu Tan tidak akan menjawab. Orang-orang Pek-liankau mengira Lu Tan (Siau Cu yang menyamar) sudah kabur dari
kekacauan tadi.
Semua sudah berjalan sesuai rencana. Lam-touw segera
berkumpul dengan Fu Hiong-kun. Tidak lama kemudian Siau Cu
juga datang.
Lu Tan sangat khawatir. Begitu melihat Siau Cu, dia segera
bertanya:
"Bagaimana keadaan Kuncu?"
"Siau Sam Kongcu sudah kembali. Pengawal Ling-ong-hu juga
datang dari semua penjuru. Katakan apa yang bisa terjadi dengan
dia?"
Lu Tan menghembuskan nafas lega. Siau Cu melihat dia dengan
dingin:
"Kami kira ketika kau jatuh di tangannya pasti disiksa habishabisan, tapi tidak disangka kau begitu senang. Kalau tahu, aku
lebih memilih untuk tidur di Pek-in-koan daripada
menyelamatkanmu. Itu akan lebih nyaman!"
"Kuncu adalah orang baik..."
Siau Cu tertawa dingin:
"Kau kira dia menahanmu di sini karena baik hati dan tidak ada
tujuan lain?"
"Dia masih ada tujuan apa?"
"Kau tidak akan percaya dengan apa yang aku katakan sekarang.
Sejujurnya, apakah kau mau kita mengantarmu kembali ke Lingong-hu?"
Lu Tan tertawa kecut:
"Murid-murid Pek-lian-kau sudah tahu aku bersembunyi di
dalam Ling-ong-hu. Aku lihat lebih baik aku meninggalkan tempat
itu. Kalau tidak, akan lebih mereportkan mereka. Karena keributan
ini pasti diketahui oleh Ong-ya, aku tidak enak tinggal di sana lagi!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 19
"Kedengarannya kau masih ingin terus tinggal di Ling-ong-hu!
Apakah karena Tiang-lek Kuncu?"
Lu Tan mau membela. Lam-touw sudah mencegat:
"Apa yang masih terus kalian debatkan?"
Siau Cu seperti melihat ada sebuah lampion besar berwarna
kuning keluar dari hutan.
Di belakang lampion tampak seorang hweesio setengah baya
berbaju kuning. Dia berjalan dengan tidak seimbang, seakan bisa
terjatuh kapan saja. Tapi sampai dia di depan keempat orang ini, dia
tetap tidak terjatuh.
"Utusan lampu biru?" tanya Lam-touw dingin.
"O-mi-to-hud..." Hweesio berbaju kuning tertawa, "aku tidak
sengaja..."
Tawanya tidak seperti seorang hweesio, ketika tawanya terlihat
dia tidak baik hati, malah terlihat seperti licik dan jahat!
"Semua orang sudah tahu hatimu sudah diambil untuk memberi
makan anjing." Lam-touw melayangkan tangan kepada Siau Cu.
Siau Cu segera mengerti:
"Pertama kali guru melakukan hal yang paling terbuka!"
"Kau adalah sampah dari kalangan Budha, kau kira aku masih
bisa membuka pintu maaf untukmu? Sudahlah, jangan banyak
bicara, kita bereskan saja dia!"
"O-mi-to-hud..." Bu-sim (Tidak berhati) mem bacakan bacaan
Budha, sepasang telapak tangannya disatukan. Lampion yang
dipegangnya lalu terbang ke atas dan meledak.
Sorot mata keempat orang melihat ke atas. Ketika melihat
ledakan lampion, sorot mata mereka menjadi silau, terlihat oleh
mereka sederetan lampion kuning keluar dari hutan. Mereka masih
mengira lampion-lampion itu adalah hasil ledakan dari lampion
besar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 20
Sederetan lampion kuning tergantung di atas pohon. Di bawah
lampion kuning berdiri hweesio muda berbaju kuning. Mereka
membawa golok bergerak mengurung Lam-touw berempat.
Begitu melihatnya, Lu Tan segera berteriak:
"Kalian bertiga harap tinggalkan aku!"
"Sejak kapan kau belajar berbicara seperti itu?" Siau Cu marah.
"Betul! Sejak kapan?" Lam-touw berkata. Dia membentak,
"Hajar!" Dia segera menggendong Lu Tan berlari ke arah Bu-sim.
"Budha yang baik hati, ijinkan muridmu mem buka pantangan
membunuh!" Bisa-bisanya Bu-sim berkata seperti itu. Tangannya
mengulur ke belakang. Dua hweesio muda sudah menggotong
sebuah tongkat hweesio yang berat dan menyerahkan ke
tangannya.
"Sapu bersih!" Dia membentak, tongkatnya segera menyapu,
timbul aangin sangat keras, mengejutkan orang.
Lam-touw cepat mundur. Tongkat Bu-sim terus menyapu dan
mengejar dari belakang. Tongkat yang begitu berat sampai di
tangannya terlihat ringan. Dia terus menyerang Lam-touw. Pada
waktu itu juga angin keras bertiup, semua pasir dan debu tergulung
ke atas, sinar lampu berubah menjadi buram.
Siau Cu dan Fu Hiong-kun ingin menolong, tapi begitu bergerak,
mereka sudah terkurung oleh banyak golok.
Pedang Fu Hiong-kun harus menahan tujuh orang musuh.
Walaupun santai tapi ingin keluar dari kepungan bukan hal yang
mudah. Tiba-tiba Siau Cu berhasil membunuh satu pembunuh
lampion kuning dan merebut goloknya. Tapi ingin keluar dari
kepung an juga bukan hal yang mudah baginya karena semakin
banyak pembunuh lampion kuning yang mendatangi.
Ilmu meringankan tubuh Lam-touw benar-benar tinggi.
Walaupun sedang menggendong orang, dia tetap bisa bolak-balik
menghindar di bawah tongkat hweesio Bu-sim dan tidak terluka.
Setelah menghindar, dia segera bersembunyi di hutan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 21
Bu-sim terus-menerus menumbangkan tiga pohon besar yang
menghadang jalannya. Pohon roboh itu malah menghadang tubuh
untuk bergerak maju, terpaksa dia berputar ke belakang pohon
untuk sampai di belakang Lam-touw.
Lam-touw lebih santai menghadapinya, maka lebih banyak
berbicara. Sepanjang jalan dia terus menghina dan bercanda
dengan Bu-sim. Dia berharap Bu-sim bisa marah sehingga dia bisa
mendapatkan kesempatan untuk membalas dan merobohkan Busim. Tapi emosi Bu-sim tidak terpancing, dia malah tertawa dan
tawanya semakin keras. Sepertinya sulit mendapat kesempatan
untuk bermain kejar-kejaran. Tapi Lam-touw tidak berpikiran
begitu. Dari awal dia tahu hweesio ini sangat licik dan berbahaya.
Ketika dia semakin marah, dia malah pura-pura memperlihatkan
diri seperti tidak marah.
Maka Lam-touw sama sekali tidak khawatir. Tiba-tiba suara Busim berhenti, tawanya juga menghilang.
Lam-touw tahu saat hweesio ini tidak tertawa malah adalah
waktu yang paling senang. Dia menoleh ke belakang, benar saja
puluhan lampion berwarna putih dan biru sudah datang
mengepung.
Sebelum lampion-lampion itu sampai, dia sudah keluar dari
hutan. Baru bergerak mundur, Lan Ting-ji dan Cui Beng sudah
datang ke tempat dia tadi. Kalau tadi dia tidak mundur, sekarang
dia akan dikepung oleh tiga utusan lampion. Dengan keadaan
sekarang, bila satu lawan tiga, akibatnya tidak ter-bayangkan.
Lan Ting-ji, Cui Beng dan Bu-sim terus menge jar. Sebelum
mereka sampai, Lam-touw sudah menerobos masuk ke pembunuhpembunuh lampion kuning. Dia menabrak ke sana kemari.
Menghadapi Fu Hiong-kun dan Siau Cu sebenarnya sudah berat
bagi pembunuh-pembunuh lampion kuning. Sekarang Lam-touw
datang menyerang kesana kemari, membuat mereka segeraLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 22
menjadi kacau. Tujuan Lam-touw memang sedang membuat
kekacauan.
Bu-sim bertiga sudah mengetahui maksud Lam-touw. Bu-sim
berpesan kepada pembunuh biru dan putih untuk memasang
barisan dan memberi isyarat kepada pembunuh kuning untuk
mundur.
Maksud Lam-touw adalah terus membuat keributan, tapi Siau
Cu dan Fu Hiong-kun malah datang ke sisinya. Mereka bermaksud
melindungi dia dan Lu Tan, tapi malah membuat Lam-touw sulit
bergerak.
Akhirnya dia berhenti:
"Baik! Sekarang kita menunggu mati!"
Tiga utusan kuning, putih dan biru sudah menyusun barisan
untuk mengepung Lam-touw berempat.
"Kalian bertiga..." kata Lu Tan cepat.
Baru menyebutkan dua kata, Siau Cu sudah mencegat:
"Apa yang mau kau katakan lagi?"
"Mereka hanya ingin menangkapku, untuk apa kalian bertiga
demi aku..."
"Sampai sekarang kau masih berkata seperti ini, apakah kau mau
menghancurkan semangat kita agar kita bisa dibunuh?"
"Apakah Liu Kun menyuruhmu melakukan ini?" tanya Siau Cu.
Terpaksa Lu Tan menutup mulut. Siau Cu baru bertanya:
"Guru, kali ini berapa besar kesempatan kita untuk bisa kabur?"
"Tidak banyak, sekitar 90%!" Lam-touw seper ti tidak menaruh
musuh di matanya.
"Seorang hweesio jarang berbohong. Menurutku kesempatan
kalian berempat bisa kabur tidak sampai 1%!"
Baru menyelesaikan kata-katanya, pembunuh-pembunuh yang
mengelilingi Lam-touw dan lain-lain terlihat kacau-balau, dan ada
lowongan!Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 23
Lowongan di sana adalah menghadap ke arah hutan. Empat
pembunuh yang tadi berdiri di sana sekarang roboh bersimbah
darah.
Mereka roboh, empat orang berbaju hitam dan bertutup wajah
muncul seperti hantu gentayangan. Mereka masing-masing
memegang pedang, menampakkan mata yang sangat jernih, terang
dan indah. Tapi entah mengapa membuat orang merasa itu bukan
mata manusia. Kalau dilihat lagi, membuat orang merinding.
Bu-sim melihat mereka, dia segera bertanya:
"Barisan pedang apa itu?"
Empat orang berbaju hitam dan bertutup wajah berdiri dengan
barisan punggung mereka saling berhadapan. Tangan kanan
memegang pedang. Gerakan mereka sama.
"Aku tidak bisa melihat barisan apa, tapi sedikit mirip dengan
Su-hiong-kiam-hoat (Barisan 4 gajah)!" jawab Lan Ting-ji.
"Hanya sedikit mirip!" kata Bu-sim.
"Kalian berdua mengerti mainan seperti ini, tapi aku tidak. Aku
bukan di bidang ini!" kata Cui Beng.
Lan Ting-ji mengerutkan alis:
"Kita coba lagi!" Dengan kipas lipat dia menunjuk empat
pembunuh lampion biru, kemudian menunjuk empat orang berbaju
hitam yang bertutup wajah.
Empat pembunuh segera menyerang dengan pedang. Empat
orang berbaju hitam seakan tidak melihat serangan mereka, sampai
empat pembunuh lampion biru sudah mendekat, mereka baru
bergerak. Yang satu mundur, yang satu maju.
Yang mundur menghindar dari serangan pedang yang datang,
yang maju menutupi pedang panjang empat pembunuh lampion
biru. Tiba-tiba mereka berputar, keempat pedang mereka langsung
menyerang jalan darah penting empat pembunuh lampion biru.
Empat pembimuh lampion biru ingin menahan serangan sudah
tidak sempat, mereka segera mundur. Empat orang berbaju hitamLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 24
yang bertutup wajah baru mengejar, tapi bentuk penyerangan
mereka tetap bersilang. Waktu itu mata masih tidak bisa melihat
dengan jelas. Begitu melihat jelas, pedang sudah sampai pada empat
pembunuh lampion biru.
Salah satu dari empat pembunuh lampion biru dengan lincah
menghindar, tapi tenggorokannya sudah tergores pedang.
Walaupun nyawanya selamat, tapi keringat terus menetes. Sisa tiga
pembunuh lampion biru yang lain langsung roboh dan mati.
Lan Ting-ji, Bu-sim dan Cui Beng benar-benar terkejut. Tadi
mereka tidak melihat. Sekarang baru melihat jelas dan tahu
kelihaian empat orang berbaju hitam.
Dengan kipas lipat menunjuk kepada empat orang berbaju
hitam, bertanya:
"Siapa kalian? Mengapa bertentangan dengan Pek-lian-kau?"
Empat orang berbaju hitam seperti tidak mendengar juga tidak
melihat. Lan Ting-ji menunggu sebentar, dia tertawa dingin:
"Kalian berempat meremehkan aku, tapi aku marga Lan tetap
masih ingin mencoba!" Dia mulai menyerang, Cui Beng sudah
terbiasa bekerja sama dengan dia, maka dia juga ikut bergerak,
menyerang dari arah yang berbeda.
Empat orang berbaju hitam bergerak pada waktu bersamaan.
Mereka saling bersilang, sangat lincah, sinar pedang dan gerakan
tubuh sama-sama berkelebat.
Lan Ting-ji dan Cui Beng belum sampai pada mereka, matanya
sudah dikacaukan oleh pedang. Empat orang berbaju hitam terlihat
menjadi 16 orang. Mereka berteriak, "Celaka..." Kipas lipat dan
pentungan diarahkan untuk melindungi diri sendiri. Walaupun
reaksinya cepat, tangan kanan tetap tergores oleh ujung pedang.
Mereka berdua jadi ketakutan dan berlari kembali ke sisi Bu-sim.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat luka di tangannya, mereka benar-benar terkejut.
Bu-sim melihat mereka, dia mengeluh: "Tempat ini jalan lama
ditinggal..." Kemudian membentak, "Mundur!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 25
Pembunuh-pembunuh segera mundur. Bu-sim membaca bacaan
Budha:
"Kita bertemu lagi di lain waktu..."
Lan Ting-ji dan Cui Beng sama-sama mundur. Tidak ada reaksi
yang ditunjukkan oleh empat orang berbaju hitam. Setelah semua
orang Pek-lian-kau pergi, pedang baru dimasukkan ke dalam
sarung. Siau Cu segera maju ke depan:
"Terima kasih kepada kalian berempat! Apakah kalian bisa
menemui kami dengan wajah asli atau memberitahukan marga dan
nama kalian agar kelak kami bisa ke sana untuk berterima kasih?"
Empat orang berbaju hitam sama-sama menggelengkan kepala.
Mereka kembali ke hutan. Siau Cu ingin mengejar, tapi dibentak
oleh Lam-touw:
"Jangan melakukan hal yang tidak berguna!"
"Apakah guru sudah mengetahui identitas mereka?" Siau Cu
balik bertanya.
Lam-touw menggelengkan kepala. Dia seperti sedang berpikir.
Kata Siau Cu:
"Aneh, mengapa bisa muncul tepat waktu dan membuat orangorang Pek-lian-kau mundur."
"Seharusnya teman..." Fu Hiong-kun tetap melihat ke arah sana.
"Mereka muncul pasti ada tujuan lain!" Lam-touw tertawa:
"Terhadap apa yang terjadi tadi, kita pantas berterima kasih
kepada mereka. Kalau mereka tidak muncul, tiga utusan lampion
dan pembunuh-pam-bunuh sulit kita hadapi."
Siau Cu melihat Lu Tan:
"Sepertinya nasibmu memang tidak jelek, di mana-mana ada
Kui-jin (dewa penolong) yang selalu membantumu!"
Lu Tan hanya bisa tertawa kecut. Dia benar-benar tidak bisa
menjawab.
82-82-82Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 26
Lam-touw dan Fu Hiong-kun berpikir lebih baik kembali ke Pekin-koan untuk menutup mata telinga Liu Kun. Liu Kun pasti sudah
memasang mata-mata di daerah Ling-ong-hu. Dalam keadaan
seperti itu, kemana pun mereka pergi akan sama saja.
Mereka juga terpikir mungkin Pek-in-koan sekarang sudah
bukan lagi tempat yang tepat untuk dituju.
Kembali ke Pek-in-koan. Yang mereka lakukan pertama kali
adalah mengeluarkan semua murid Bu-tong. Malam itu juga
mereka meninggalkan ibu kota untuk pergi ke tempat lain.
Pada waktu yang bersamaan Lam-touw berempat juga kembali
ke dalam kota. Melalui jalan rahasia mereka kembali ke rumah Anlek-hou.
Liu Kun benar-benar memasang banyak mata-mata di daerah
Ling-ong-hu. Sebagian pasukan dikerahkan untuk mengejar muridmurid Bu-tong-pai, sebagian lagi mengejar Lam-touw dan lain-lain.
Bagi Lam-touw, ingin menghindar dari mereka adalah hal yang
mudah. Setelah masuk An-lek-hu dan bertemu dengan Tiong Toasianseng, Tiong Toa-sian-seng membawa mereka ke belakang di
sebuah kamar rahasia bawah tanah.
Tidak lama kemudian Su Yan-hong pulang. Dia segera masuk ke
ruang rahasia itu. Dia tidak merasa heran bila keempat orang ini
datang kemari. Yang membuat dia merasa aneh adalah empat orang
berbaju hitam dan bertutup wajah yang diceritakan mereka.
Fu Hiong-kun sekarang sudah menemukan penyebab penyakit
Lu Tan.
"Goan-kut-san?" (Bubuk pelemas tulang).
Lu Tan benar-benar tidak percaya, bahkan yang lain juga merasa
hal ini di luar dugaan.
"Orang ini...." Su Yan-hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Dari awal aku sudah berkata gadis ini bisa melakukan apa saja!
Bila ada waktu, aku akan menghajar dia agar dia tahu rasa dan tidak
sembarangan melakukan sesuatu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 27
"Sudahlah..." Lu Tan masih membela Su Ceng-cau,"mungkin dia
sendiri juga tidak tahu kalau itu adalah Goan-kut-san!"
"Aku lihat selain Goan-kut-san, masih ada obat-obat lain yang
mengikatmu sampai-sampai hatimu tertutup, sampai-sampai
dalam situasi seperti ini kau masih membela dia!"
Lu Tan tertawa kecut. Siau Cu masih berteriak:
"Tapi aku tidak melihat gadis ini mempunyai ide yang jahat lagi!"
"Tidak...tidak akan..."
"Katakan dia menolongmu atau mencelaka-kanmu?"
Lu Tan tidak sanggup menjawab. Kata Siau Cu lagi:
"Kau tahu apa akibatnya jika terus minum obat Goan-kut-san?"
Lu Tan terdiam. Siau Cu berkata kepada Su Yan-hong:
"Pandangan Hou-ya tetap lebih jernih. Jelas-jelas tahu orang
seperti dia sulit dilayani, apapun yang terjadi juga tidak setuju..."
Lam-touw mendorong Siau Cu dan memberi-tahu dia untuk
tidak meneruskan kata-katanya. Siau Cu tetap masih mengomel:
"Hati perempuan seperti jarum di dasar laut. Pepatah ini benarbenar tidak salah. Untung aku tidak tertarik pada perempuan..."
"Betulkah?" Lam-touw bertanya.
Siau Cu segera teringat Lamkiong Bing-cu. Diam-diam berkata:
"Yang pasti bukan semua perempuan seperti itu, seperti Nona Fu
cantik dan baik hati.
Fu Hiong-kun tertawa:
"Mengapa menyambung kepadaku?" Lam-touw tertawa dingin:
"Untung perempuan itu tidak ada di sini!" Siau Cu cepat
mengganti topik pembicaraan: "Empat orang berbaju hitam dan
bertutup wajah itu benar-benar lihai, siapakah mereka?"
"Apakah Cianpwee mempunyai pandangan lain?" tanya Su Yanhong.
Dengan serius Lam-touw berkata:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 28
"Mungkin mereka orang-orang keluarga Lam-kiong?"
"Apakah ilmu silat yang mereka pakai adalah ilmu silat keluarga
Lamkiong?" tanya Su Yan-hong.
"Barisan seperti tadi tidak pernah kulihat. Dari ilmu silat, tidak
bisa terlihat mereka datang dari mana. Hanya terlihat dari bentuk
tubuh mereka bukan laki-laki. Ilmu silat perempuan yang bagus
dari daerah sini hanya sekeluarga keluarga Lamkiong. Maka aku
berpikir seperti itu!"
"Mengapa keluarga Lamkiong menyelamatkan kita?" tanya Siau
Cu aneh.
"Mungkin mereka adalah orang-orang yang menjaga keadilan
dan kebenaran, mungkin juga karena kau!"
"Suhu bercanda lagi!" Siau Cu dengan malu menghindar.
83-83-83
Su Ceng-cau tidak bisa tertawa lagi, kehilangan Lu Tan adalah
salah satu alasannya. Selain itu wajah Ling-ong yang seram, itu juga
alasannya.
Dia tetap berkata dengan cerewet:
"Mengenai masalah ini ayah harus mengambil keputusan yang
tepat. Tempat ini adalah rumah Ong-ya, mana bisa kita mengijinkan
orang-orang membuat masalah di rumah kita?"
Ling-ong terdiam. Siau Sam Kongcu melihat wajah Ling-ong dan
tahu kalau diteruskan, akan tidak beres. Dia mengedipkan mata
kepada Su Ceng-cau agar tidak banyak bicara. Tapi Su Ceng-cau
tidak peduli, dia berkata:
"Orang itu benar-benar menganggap Ling-ong-hu adalah jalan
umum. Tadinya aku ingin menghajar mereka, tidak disangka ilmu
silat mereka begitu tinggi. Untung guru cepat pulang, Guru benarbenar pintar berhitung, bukankah begitu?"
Dia bertanya Siau Sam Kongcu, karena dia ingin menarik Siau
Sam Kongcu ke dalam air keruh ini. Tapi Siau Sam Kongcu malah
diam. Terpaksa dia berkata kepada Ling-ong:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 29
''Ayah adalah Ong-ya, apakah masalah ini kita harus diamkan?
Kita harus mencari tahu siapa mereka dan menghukum mereka
dengan berat..
Akhirnya Ling-ong buka suara tapi wajahnya sangat seram:
"Apakah kau belum selesai bicara dan apakah belum cukup?"
Akhirnya Su Ceng-cau bisa melihat ada yang tidak beres. Tapi dia
tetap tidak takut dan dengan manja berkata:
"Ayah, apakah aku salah bicara?"
"Kurang ajar sekali..." Ling-ong memukul meja, "Ceng-cau, ayah
terlalu sayang kepadamu, sehingga membuatmu semakin berani
dan membuat masalah Kau benar-benar semakin tidak terkendali!"
"Kapan aku membuat masalah di luar? Aku diam di rumah.
Entah mengapa sekelompok orang itu masuk ke daiam rumah kita!"
Su Ceng-cau masih mau membela diri, "kalau ayah tidak percaya,
ayah bisa bertanya..."
"Diam!!" Ling-ong membentak, "kau benar-benar tidak tahu
diri! Apa yang telah kau lakukan, kau kira ayah tidak tahu!"
"Aku sudah melakukan apa?"
"Kau adalah seorang putri tapi kau menyembunyikan buronan
kerajaan dan menentang Liu-kongkong?"
Wajah Su Ceng-cau segera berubah:
"Tidak ada hal seperti itu."
"Kau masih mau membantah? Gerak gerikmu dan apa yang kau
lakukan, aku tahu semua seperti jari tanganku! Mengapa aku tidak
membukanya, karena aku hanya berharap kau hanya mencari
kesenangan sejenak dan akan cepat mengantar orang itu pergi. Tapi
siapa tahu kau..." Ling-ong berhenti dan menarik nafas, "apakah
kau tahu kau hampir membuat sebuah tragedi yang besar?"
Su Ceng-cau menundukkan kepala. Ling-ong berkata lagi:
"Di sini bukan Lam-kiang. Kalau orang-orang Liu Kun dengan
terang-terangan mendapatkan buron an kerajaan di sini..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 30
"Karena dia tidak yakin maka dia menggunakan cara seperti
itu..." Su Ceng-cau berkata dengan suara kecil.
"Untung dia belum yakin..." Ling-ong menarik nafas.
Siau Sam Kongcu menyela:
"Pandanganku adalah orang yang datang bukan anak buah Liu
Kun, tapi adalah murid-murid Pek-lian-kau!"
"Apakah mungkin Pek-lian-kau bersekongkol dengan Liu Kun?"
Ling-ong mengerutkan alis.
"Sangat mungkin!" kata Siau Sam Kongcu.
"Jamuan di Si-cu-lou benar-benar adalah akal-akalan Liu Kun
untuk memancing harimau keluar dari gunung. Tapi untung Liu
Kun masih memberiku sedikit muka!"
"Orang dia yang melabrak masuk..." Su Ceng-cau berteriak lagi.
"Tidak ada yang meninggal atau mati dalam Ling-ong-hu,
apakah kau belum mengerti?" Ling-ong menggelengkan kepala.
Mata Su Ceng-cau berputar-putar:
"Berarti Liu Kun juga takut kepada ayah..."
"Kau mengerti apa? Cepat masuk untuk merenungkan
kesalahanmu! Mulai sekarang tanpa ijin dariku kau tidak boleh
keluar satu langkahpun dari rumah!"
Awalnya Su Ceng-cau bengong, kemudian menghentakkan kaki
dan berlari masuk. Ling-ong melihat putrinya masuk, baru berkata
kepada Siau Sam Kongcu:
"Siau-sianseng, sudah merepotkanmu!"
''Setelah masalah ini lewat, aku kira Ceng-cau akan bisa
mengurangi adatnya, itu bukan hal yang jelek!"
"Aku berharap akari seperti itu!" Ling-ong tertawa kecut,
"Salahku sendiri, dari kecil terlalu memanjakan dia maka membuat
masalah seperti ini." Kemudian dia bertanya, "apakah Lu Tan sudah
diselamatkan oleh orang-orang Su Yan-hong?"
"Seharusnya begitu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 31
"Mungkin Liu Kun akan marah besar!" Ling-ong tersenyum,
"sebenarnya hanya seorang Lu Tan, tidak perlu begitu tegang!"
Siau Sam Kongcu diam, karena dia telah melihat Ling-ong sudah
mempunyai rencana lain, tapi dia tidak mengerti. Dia hanyalah
seorang dunia persilatan, bukan politikus.
84-84-84
Memang Liu Kun sangat marah tapi dia sedang menahan diri.
Sampai nada bicara juga bisa dijaga agar terdengar tenang:
"Tan Koan, katakan..."
Orang kepercayaannya Tan Koan adalah seorang kasim. Dengan
ketakutan dia berkata:
"Orang-orang itu benar-benar masuk ke Pek-in-koan, tapi begitu
kita mengepung dan siap menyerang, Pek-in-koan sudah kosong,
sama sekali tidak ada orang di sana!"
Dengan santai Liu Kun berkata:
"Turunkan perintahku. Semua orang yang bertanggung jawab
dalam hal ini diturunkan pangkat tiga tingkat, dan kirim orang
untuk membakar Pek-in-koan!"
Tan Koan pergi dengan tergesa-gesa.
Sekarang Liu Kun baru bertanya kepada Bu-sim, Cui Beng dan
Lan Ting-ji:
"Apakah kalian bertiga apakah terpikir siapa empat orang
berbaju hitam bertutup wajah itu?"
Bu-sim menarik nafas:
"Harap Kiu-cian-swe bisa memaafkan kegagalan kami!"
"Sudahlah, seharusnya aku jangan begitu keras kepala, Lu Tan
bukan orang penting!"
"Kiu-cian-swe...:
"Kapan dua Kaucu selesai berlatih?"
Wajah ketiga orang itu segera berubah, sebab mereka
menangkap dari nada bicara Liu Kun bahwa mereka tidak berguna.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 32
Hanya menunggu Thian-te-siang-kun selesai berlatih, baru bisa
menyelesaikan semua masalah.
"Mungkin tidak lama lagi!" terpaksa Bu-sim berkata begitu.
"Baiklah!" Liu Kun berbaring lagi.
Tiba-tiba Tan Koan masuk dan berkata:
"Kiu-cian-swe..."
"Apa lagi yang terjadi?" Hati Liu Kun tegang tapi dia tetap
berusaha tenang.
"Kepala pasukan Lam-khia, Ong-souw-jin ti dak tahu diri. Dia
memberikan surat yang menyatakan kesalahan baginda!" Tan Koan
dengan bersemangat melapor.
"Oh? Mana bukunya?" tanya Liu Kun.
Tan Koan cepat-cepat memberikan buku pada Liu Kun. Liu Kun
membaca, kemudian berkata:
"Orang ini memang mempunyai sifat seorang sastrawan. Kali ini
dia pasti kena batunya!"
Liu Kun segera menyuruh Tan Koan memper-silahkan kaisar ke
Bu-eng-tian. Tapi kaisar sedang berleha-leha di kamar, mana
mungkin Tan Koan memanggil kaisar, dia juga tidak berani
melawan perintah kaisar. Maka dia segera kembali dan mempersilahkan Liu Kun ke kamar kaisar.
Semua sesuai dugaan Liu Kun. Dia segera membawa buku yang
ditulis Ong-souw-jin menemui kaisar. Dia memikirkan apa yang
harus dia katakan saat Tan Koan berjalan ke kamar kaisar dan
kembali.
Dia pikir tidak perlu banyak bicara. Begitu melihat buku yang
ditulis Ong-souw-jin, kaisar pasti sudah marah besar. Ong-souw-jinLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 33
berkata bahwa setiap hari kaisar selalu tenggelam di pelukan
perempuan, maka tidak benar-benar mengurus negara.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liu Kun sudah lama melayani kaisar, dia tahu kaisar paling benci
orang yang menyinggung kehidupan pribadinya. Reaksi kaisar
sesuai perkiraan Liu Kun. Kaisar malah menyiram minyak ke dalam
api. Dia terbakar emosi. Dia menyetujui apa yang Liu Kun katakan
dan menyerahkan semua penanganan masalah ini kepada Liu Kun.
Dia segera memanggil Ong-souw-jin dan langsung memecatnya
dari jabatan komandan Kota Lam-khia.
_ Tadinya Liu Kun ingin mengambil kesempatan ini untuk
membunuh Ong-souw-jin, tapi kaisar merasa Ong-souw-jin
biasanya sangat bertanggung jawab juga sering kali berjasa, maka
Ong-souw-jin dibebaskan dari hukuman mati. Ini adalah hal paling
tidak disukai Liu Kun. Tapi begitu melihat Ong-souw-jin dihajar
sampai terluka, dia sangat senang.
Kemudian kaisar menurunkan perintah untuk mengusir Ongsouw-jin dari ibukota dan menempatkan dia ke San-se-ta-tong
untuk menjadi seorang pejabat yang rendah.
Liu Kun tidak berpikir panjang. Asalkan Ong-souw-jin tidak
berada di ibukota dan tidak melawan nya, maka dia setuju dengan
perintah kaisar. Dia bersukaria kembali ke tempat tinggalnya.
85-85-85
In Thian-houw, Tiang-seng, dan Hongpo bersaudara sangat
senang mendapatkan kabar ini, lalu berkata:
"Setelah mencabut paku ini, kelak mereka akan bisa tidur
nyenyak tanpa mengkhawatirkan apapun!"
Liu Kun sangat senang. Dia tertawa terbahak-bahak. Dia sudah
mencoba menggulingkan Ong-souw-jin bukan satu atau dua kali,
tapi hari ini akhir- nya keinginannya tercapai juga, dan kejadian kali
ini benar-benar lancar.
"Aku ingin lihat apakah pejabat rendah di San-se-ta-tong masih
bisa melawanku?" Tapi begitu mengucapakan kata-kata ini, tawa
Liu Kun membeku. "San-se..," dia berkata sendiri, "bulan depanLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 34
kaisar akan mengadakan inspeksi ke Tai-goan, San-se...Taigoan...Ini adalah siasat yang akan mendatangkan petaka!" Dia
berteriak tiba-tiba karena baru mengerti.
Hongpo Ih merasa aneh:
"Siasat petaka seperti apa?"
"Betul..." tanya In Thian-houw juga.
"Kaisar menurunkan pangkat Ong-souw-jin ke San-se-ta-tong,
seharusnya mendatangkan untung bagi kita, bukan petaka!" kata In
Thian-houw lagi.
"Benar-benar jahat..." Liu Kun berkata sendiri, "mengapa aku
tidak bisa memperhatikan untung ruginya?"
"Ada untung rugi apa?" Hongpo Ih bertanya lagi.
"Kalian tidak tahu bahwa kaisar bulan depan akan melakukan
inspeksi ke Tai-goan. Bila dia bisa meninggalkan ibukota, kita tidak
akan bisa mengancam keselamatannya."
"Apa hubungannya dengan Ong-souw-jin?"
"San-se-ta-tong dan Tai-goan tidak jauh. Bila kaisar ke Tai-goan,
tidak sulit baginya untuk bertemu dengan Ong-souw-jin. Saat Ongsouw-jin berada di San-se-ta-tong, dia akan mengambil kekuatan
pasukan di sana, dan bila ditambah dengan anak buahnya yang
dulu, jumlah pasukan sekitar 200 ribu orang. Dia akan menyerang
ibukota. Aku Kiu-cian-swe bagaimana menghadapinya?"
"Kiu-cian-swe bisa meminta bantuan dari Ling-ong..."
"Mungkin pada saat itu Ling-ong akan berlaku seperd rumput di
atas dinding yang selalu meng ikuti arah angin, mungkin dia
sebaliknya akan memihak kepada kaisar. Jangan lupa, dia tetap
bermarga Cu!"
Liu Kun menarik nafas:
"Sebelum ini, dia dan kaisar pernah bertemu. Saat itu kaisar
sengaja menyuruh Siau-te-lu pergi ke tempat lain. Mungkin mereka
sudah sepakat, tapi sampai sekarang kita belum tahu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 35
"Kalau begitu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Siasat sekarang adalah segera mencegat Ong-souw-jin pergi. In
Thian-houw, Tiang-seng!"
"Ada pesan apa, Kiu-cian-swe?" reaksi In Thian-houw dan Tiangseng selalu cepat.
"Kejar dia dan bunuh!" Liu Kun menunjukkan gerakan
memenggal.
86-86-86
In Thian-houw dan Tiang-seng pergi. Mereka membawa 20
orang lebih pesilat tangguh dalam istana, menunggangi kuda yang
paling kuat. Di sepan jang jalan mereka terus mengejar. Setelah
keluar kota sejauh 18 Li, akhirnya mereka bisa mengejar barisan
Ong-souw-jin.
Dari kabar yang mereka dapat, Ong-souw-jin pergi dengan
tergesa-gesa dari ibukota. Barang dan kereta yang dibawa sangat
sederhana, dan hanya membawa orang sekitar 30 orang. In Thianhouw dan Tiang-seng merasa ilmu silat mereka sangat tinggi. Dan
bila ditambah dengan pesilat 20 orang yang berilmu tinggi,
seharusnya bisa mengatasi barisan Ong-souw-jin.
Tapi begitu mendekati barisan Ong-souw-jin, 22 kuda naik ke
dataran tinggi. Tadinya mereka mem punyai rencana untuk
melewati jalan pintas agar bisa menyerang di depan. Namun begitu
memandang dari atas, In Thian-houw dan Tiang-seng terpaku.
Barisan Ong-souw-jin bukan berjumlah 30 orang, tapi mungkin
ada sepuluh kali lipatnya. Di sisi kiri dan kanan masih ada pasukan
kuda yang melindungi. Orang yang memimpin pasukan adalah Han
Tau dan Kao Sen.
Han Tau dan Kao Sen saja sudah sudah sulit dihadapi. Apalagi
ditambah dengan dua barisan pasukan kuda dan ratusan pengawal
yang terlihat sudah terlatih. Kalau 22 orang ini menyerang, akan
seperti telur membentur batu.
Tiang-seng melihat In Thian-houw. Dia menarik nafas:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 36
"Kali ini perkiraan Kiu-cian-swe salah lagi!"
"Mungkin sekarang dia sudah terpikir kaisar pasti sudah campur
tangan dalam hal ini!" kata In Thian-houw.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"
In Thian-houw menjawab dengan tindakan. Dia membalikkan
kepala kuda, dan melarikan kuda kembali dari jalan yang sama
ketika mereka datang tadi.
87-87-87
Benar ! Sekarang Liu Kun sudah terpikir bahwa kaisar pasti
terlibat dalam hal ini, tapi dia tidak mengirim orang untuk
membantu Tiang-seng dan In Thian-houw. Dia juga tidak tahu
sebenarnya kaisar sudah mengirim berapa banyak orang untuk
mengantar Ong-souw-jin. Dia juga tidak tertarik untuk berperang
tanpa persiapan. Hanya menunggu In Thian-houw dan Tiang-seng
pulang untuk membuktikan dugaannya. Begitu mendengar yang
mengantar pasukan Ong-souw-jin adalah Kao Sen dan Han Tau, dia
terkejut.
"Bila Kao Sen dan Han Tau tidak berada di sisi kaisar, bukankah
akan lebih mudah bagi kita untuk menghadapi kaisar?" In Thianhouw segera bertanya. Karena tidak berhasil mengejar dan
membunuh Ong-souw-jin, dia berharap bisa menunjukkan
kemampuannya pada tugas yang lain.
Liu Kun tertawa.
"Walaupun Kao Sen dan Han Tau berada di sisi kaisar, untuk
menghadapi kaisar juga sama leluasanya!"
In Thian-houw tertawa kecut. Liu Kun tertawa:
"Mereka mengantar Ong-souw-jin pasti tidak akan sampai Sanse-ta-tong. Tapi walaupun mereka mengantarkannya sampai
setengah perjalanan, dengan kelicikan Ong-souw-jin, dia pasti
sudah siap dan sudah mengatur hal ini dengan baik. Pasti ada
bantuan dari pihak lain. Sudahlah, kita terpaksa harus lepas tangan
untuk masalah ini!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 37
"Maksud Kiu-cian-swe..." Tiang-seng lemas.
Liu Kun melayangkan tangan.
"Maksudku kita lepas tangan hanya terhadap masalah Ongsouw-jin. Sedangkan terhadap pihak kaisar. Hei, hei!..." Setelah
tertawa dingin, dia baru melanjutkan, "aku mempunyai
pertimbangan, kedudukan kaisar tidak akan lama lagi!"
Walaupun Tiang-seng tidak tahu tindakan apa yang dipikirkan
Liu Kun, tapi mendengar dia begitu yakin, dia tahu Liu Kun sudah
mempunyai rencana dan diapun merasa tenang.
88-88-88
Liu Kun tidak mengambil tindakan apa-apa. Dia juga tidak
memberitahukan apa-apa kepada orang kepercayaan atau anak
buahnya. Kaisar juga tidak ada kabar. Su Yan-hong dan lain-lain
juga tidak terkecuali, hanya merasa orang-orang yang dikirim Liu
Kun untuk mengawasi An-lek-hu sudah semakin tidak ketat. Itu
sama sekali mengherankan, karena mereka selalu keluar masuk
melalui tempat rahasia. Anak buah Liu Kun yang sudah lama
menunggu dan tidak mendapatkan hasil, akhirnya terlihat lemas.
Adanya tambahan Fu Hiong-kun, Siau Cu dan Lam-touw di Anlek-hu, yang paling senang adalah Ih-lan. Setiap hari selalu meminta
Lam-touw dan Siau Cu bermain sulap. Lam-touw dasarnya adalah
bocah tua nakal dan Siau Cu sebenarnya juga adalah anak yang baru
besar. Ih-lan begitu lucu, maka mereka selalu senang bermain
dengan Ih-lan.
Dulu Ih-lan selalu ribut ingin ke Sin-sa-hai, yang penting baginya
adalah melihat pertunjukan Siau Cu dan Lam-touw. Dia tidak
bosan-bosan melihat pertunjukkan mereka dulunya. Tapi sekarang
setelah melihat beberapa kali, dia sudah tidak tertarik. Walaupun
dia tidak berbicara tentang ini, Siau Cu dan Lam-touw bisa
melihatnya. Bukan karena pertun jukan tidak bagus, melainkan
suasananya yang berbeda. Di Sin-sa-hai sangat ramai, sedangkan di
sini sangat sepi, maka Ih-lan tidak dapat merasakan suasana
kemeriahannya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 38
Terhadap ini mereka tidak bisa berbuat banyak, maka waktu Ihlan meminta keluar untuk melihat keramaian, mereka tidak
menolak. Bukan hanya karena Ih-lan ingin keluar jalan-jalan untuk
menghilangkan stress, mereka sendiri juga ingin keluar. Tapi
karena di luar sangat kacau, banyak hal yang selalu Lam-touw
khawatirkan. Walau pun punya keinginan keluar, dalam waktu
dekat mereka tampak tidak bersemangat untuk melakukannya.
Ih-lan seperti mengetahui jalan pikiran mereka. Dia tidak
bertanya kepada mereka, hanya meminta kepada Fu Hiong-kun.
Yang pasti sebelumnya dia meminta ijin kepada ayahnya, Su Yanhong.
Biasanya bila ada waktu Su Yan-hong akan membawa Ih-lan
keluar untuk melihat-lihat. Bagi dia, ini bukan hal yang
mengherankan. Hanya saja, beberapa hari ini dia terlihat seperti
Lam-touw, di mana hal yang harus dia pikirkan terlalu banyak.
Walau fisiknya ada waktu, tapi hati terasa sibuk. Untuk
menyerahkan Ih-lan kepada Su Hu, Su Yan-hong tidak tenang.
Sekarang Fu Hiong-kun yang ingin membawa Ih-lan keluar, mana
mungkin dia menolak?
Sebenarnya Su Yan-hong tahu Ih-lan tidak akan mengalami
bahaya. Hanya karena hubungan ayah dan anak ini dekat maka dia
tidak tenang jika Su Hu yang membawanya. Pertama, karena Su Hu
sudah tua. Kedua, dia juga selalu ceroboh.
Perselisihan antara dia dan Liu Kun adalah masalah orang
dewasa, sama sekali tidak ada hubung an dengan anak. Ada Fu
Hiong-kun yang begitu teliti dan berilmu tinggi menjaga Lan-lan,
apa yang harus dia khawatirkan?
Ternyata Liu Kun menjalankan segala upaya, sampai anak kecil
juga tidak dilepaskannya. Benar-benar di luar dugaan Su Yan-hong,
dan juga Fu Hiong-kun.
Karena tidak terpikir oleh Fu Hiong-kun bahwa Liu Kun akan
bertindak terhadap Ih-lan, maka rencana busuk Liu Kun berjalan
dengan sangat lancar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 39
89-89-89
Dengan tidak adanya Siau Cu dan Lam-touw, bukan berarti Sinsa-hai menjadi sepi, orang yang ber main ke sana tetap begitu
banyak. Di sepanjang jalan Ih-lan selalu melangkah dengan senang.
Dia selalu tertawa. Sepasang tangannya membawa makanan dan
minuman.
Walaupun Su Yan-hong sangat sayang kepada Ih-lan, namun
bagaimana pun juga dia adalah seorang laki-laki. Apalagi Fu Hiongkun masih memiliki pikiran anak-anak, tahu apa yang diinginkan
Ih-lan, maka Ih-lan sangat senang berjalan-jalan dengannya.
Fu Hiong-kun di sepanjang jalan terus menun juk ini dan itu.
Penjelasan tentang barang yang sama dari Su Yan-hong berbeda
dengan yang keluar dari mulutnya. Ih-lan lebih mengerti
mendengarkannya, juga sangat senang.
Su Hu mengikuti mereka dari belakang. Melihat mereka, pikiran
anak-anak dalam dirinya juga tertarik keluar, sehingga dia juga ikut
berbicara.
Kalau bukan telinga dan mata Fu Hiong-kun yang sangat peka,
dalam keadaan begitu dia tidak akan memperhatikan apa yang
terjadi di dalam gang, dan rencana Liu Kun tidak akan bisa tercapai.
Walau pun tidak semua rencananya bisa terlaksana, dia akan
mengatur lagi rencana baru untuk mencapai tujuannya.
Gang itu sepi, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang sangat
kencang, karena teriakan ini menarik perhatian Fu Hiong-kun, dia
segera melihat kepada seorang laki-laki yang berpenampilan seperti
pemburu, sedang menuntun seekor anjing besar berbulu putih.
Laki-laki itu masuk dan keluar gang, kemudian pergi tergesa-gesa.
Anjing terlihat berwarna putih keperakan. Walaupun tidak ada
sinar matahari yang menyinari gang itu, tapi kemunculan laki-laki
dengan anjingnya tetap sangat menarik perhatian orang. Begitu Fu
Hiong-kun melihat laki-laki itu, langsung terpikir dia adalah
seorang pemburu yang membawa anjing. Tiba-tiba dia merasa
pemburu membawa serigala.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 40
...Gin-long. Dia segera teringat perkara Gin-long yang sampai
sekarang belum tuntas. Dia juga teringat anak-anak perempuan
maupun laki-laki yang menghilang secara misterius.
Dia masih berpikir ketika pemburu itu menuntun anjing putih
masuk ke gang di ujung sana. Seorang perempuan setengah baya
keluar dari gang dan berteriak dengan keras:
"Siau-an! Siau-an..."
Fu Hiong-kun berpikir sebentar, lalu berpesan kepada Su Hu:
"Kau jaga Lan-lan baik-baik! Aku ke sana untuk melihat apa yang
terjadi?"
Fu Hiong-kun berlari masuk ke dalam gang dan mencegat
perempuan setengah baya itu:
"Apa yang terjadi..."
Perempuan setengah baya ketakutan. Dengan suara gugup
berkata:
"Tadi Siau-an sedang bermain dengan senang, hanya dalam
sekejap waktu Siau-an sudah menghilang. Nona, apakah kau
melihat ada seorang anak lewat?"
Fu Hiong-kun tidak menjawab. Dia berlari ke ujung gang. Dia
khawatir akan kehilangan jejak pembunuh yang membawa anjing
itu. Perempuan itu sambil mengejar juga berteriak:
"Nona...nona..."
Ih-lan dan Su Hu berada di luar gang. Dia merasa aneh dan
bertanya kepada Su Hu:
"Apa yang terjadi dengan Kakak Fu?"


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku juga tidak mengerti, bagaimana kalau kita ke sana
melihatnya?"
Yang pasti Ih-lan setuju. Maka satu orang dan satu anak masuk
ke dalam gang itu. Dengan kecepatan Fu Hiong-kun, mereka
memang sulit mengejarnya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 41
Seharusnya Fu Hiong-kun mengikuti perempuan itu berjalan ke
ujung gang, tapi mereka tidak melihat perempuan setengah baya itu
ketika memasuki gang itu.
"Cici..." Ih-lan berteriak dan memaksa Su Hu ikut mengejar.
Tapi Fu Hiong-kun seperti tidak mendengar. Sampai Su Hu dan
Ih-lan mendekat, dia baru berhenti dan pelan-pelan membalikkan
tubuh.
Tapi ternyata bukan Fu Hiong-kun! Melainkan seorang
perempuan yang berbaju sama dengan Fu Hiong-kun.
Su Hu tidak mengenal orang ini. Sebenarnya dia adalah utusan
lampion hijau dari Pek-lian-kau. Begitu melihat sorot mata utusan
lampion hijau, Su Hu merasa takut. Ini perasaan terakhir yang dia
rasakan.
90-90-90
Fu Hiong-kun merasa ilmu silatnya tidak rendah, tapi setelah
masuk ke gang dan belok beberapa kali, dia tetap tidak bisa
mengejar pembunuh yang membawa anjing putih. Firasat tidak
enak menyerang hatinya, dia berlari kembali ke tempat semula.
Perempuan setengah baya yang tadinya sambil menangis berada
di belakangnya sudah tidak ditemui Fu Hiong-kun waktu dia berlari
kembali ke tempat semula.
Fu Hiong-kun awalnya merasa dia tidak salah jalan dan tidak ada
jalan lain untuk kembali. Sekarang dia mulai ada perasaan janganjangan dia sudah salah jalan.
Sampai dia melihat Su Hu yang sedang menyandar di dinding,
dia baru tenang. Tapi sekejap kemudian dia segera terkejut.
Karena dia tidak melihat Ih-lan di sisi Su Hu.
Mengapa Ih-lan tidak ada di sisi Su Hu?
"Ada apa dengan Ih-lan?" tanya Fu Hiong-kun. Tapi Su Hu tidak
menjawab.
Waktu dia mendekati Su Hu, Fu Hiong-kun baru melihat
tenggorokan Su Hu sudah putus ditepis. Tidak diragukan lagi ituLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 42
adalah pisau yang tipis dan tajam maka tidak mengeluarkan banyak
darah.
Dua tangan Su Hu masing-masing memegang sesuatu. Tangan
kanan memegang sebuah lampion hijau, di kiri ada sepucuk surat.
Begitu melihat lampion hijau, wajah Fu Hiong-kun langsung
berubah.
91-91-91
Surat ditulis 5 utusan lampion kepada Su Yan-hong. Isinya
sangat sungkan.
Ih-lan berada di tangan 5 utusan lampion. Bila Su Yan-hong ingin
bertemu dengan Ih-lan, dia harus datang tiga hari kemudian,
kentongan malam ke utara kota, di hutan Ya-cu (Hutan babi liar). 5
utusan lampion akan bertemu dengan dia di Ya-cu-lim. Mereka
sangat ingin menyaksikan ilmu silat Su Yan-hong dan ingin
meminta beberapa petunjuk. Bila Su Yan-hong bisa mengalahkan
mereka, maka mereka akan mengantarkan Ih-lan ke An-lek-hu.
Tadinya Su Yan-hong merasa tegang. Setelah membaca surat,
dia malah terlihat tenang. Kemudian dia memberikan surat kepada
Fu Hiong-kun, Tiong Toa-sianseng, Lam-touw, dan Siau Cu.
"Menurut perkiraanku, itu suatu jebakan!" kata Fu Hiong-kun,
terlihat ada penyesalan padanya.
Su Yan-hong mengerti hati Fu Hiong-kun:
"Kalau aku adalah kau, aku juga akan tertipu!'' "Betul..," kata
Tiong Toa-sianseng menyela, "siapa sangka mereka begitu keji,
bisa-bisanya mempunyai ide untuk memanfaatkan Ih-lan!"
Fu Hiong-kun menarik nafas:
"Aku mengira mengejar orang akan berbahaya, maka aku
meninggalkan Ih-lan dengan Su Hu."
Su Yan-hong mencegat:
"Ih-lan tidak akan terancam bahaya. Bila mere ka ingin melukai
Ih-lan, mereka tidak akan membawa Ih-lan pergi!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 43
"Apa tujuan mereka? Betulkah hanya meminta petunjuk
beberapa jurus?" tanya Tiong Toa-sianseng.
"Guru tahu hal ini tidak sesederhana itu!" Su Yan-hong tertawa
kecut.
"Pasti! Mereka bukan orang yang menyukai ilmu silat, mana
mungkin akan melakukan hal yang tidak ada gunanya?"
"Mungkin itu adalah ide Liu Kun!" kata Su Yan-hong.
"Betul!" kata Lam-touw, "Liu Kun bersekongkol dengan Peklian-kau, itu tidak diragukan lagi. Beberapa kali rencana busuk dia
dirusak Hou-ya, maka dia dendam dan mencari kesempatan untuk
membalas dendam!"
Su Yan-hong mengangguk:
"Itu sudah terduga dan aku selalu hati-hati!"
"Hou-ya..." kata Fu Hiong-kun, tapi Su Yan-hong sudah
mencegat, ''bila mereka mempunyai niat menculik Ih-lan, mereka
pasti akan melakukannya dengan segala cara. Sekarang lebih baik
kita pikirkan..."
"Apa yang harus kita pikirkan?" cegat Lam-touw, "tiga hari
kemudian Hou-ya harus ke Ya-cu-lim!"
"Tidak bisa tidak pergi!" Su Yan-hong setuju.
"Pada waktu itu, 5 utusan lampion akan menjelaskan kepada
Hou-ya kalau itu adalah ide Liu Kun. Liu Kun pasti akan
menentukan syarat dengan Hou-ya!" Lam-touw kebetulan sangat
sadar. Dia seperti berbeda dengan hari-hari biasa.
Su Yan-hong melihatnya:
"Maksud Cianpwee..."
"Kalaupun Hou-ya tidak mau bekerja sama dengan Liu Kun, tapi
sebelumnya harus menyelamatkan Ih-lan dulu!"
Su Yan-hong mengangguk:
"Tapi di manakah mereka menyembunyikan Ih-lan?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 44
"Yang pasti di tempat yang mereka anggap tempat paling
rahasia!" Kedua alis Lam-touw melayang:
"Di tempat Liu Kun banyak tempat rahasia..."
"Itu sudah pasti..." kata Su Yan-hong tertawa kecut, "tapi ingin
mencarinya bukan hal yang mudah, apalagi tempat Liu Kun dijaga
dengan ketat!"
"Apakah kau pernah ke rumah Liu Kun? Dan melihat ada tempat
yang pantas dicurigai?"
"Tidak ada!" Kedua alis Lam-touw segera turun, "Aku juga tidak
jelas dengan lingkungan di tempat Liu Kurt, bagaimana kita bisa
mencari tahu rahasia ini?"
"Liu Kun pasti akan terpikir kita akan bertindak..." Fu Hiong-kun
menarik nafas.
"Ini yang ingin aku katakan, maka lebih baik kita melihat dulu
apa yang terjadi nanti di Ya-cu-lim. Setelah itu baru kita bertindak."
"Mungkin Ya-cu-lim sudah diawasi murid-murid Pek-lian-kau!"
kata Siau Cu.
"Dengan ilmu dan pengalaman kita, guru dan murid, apakah
tidak bisa menghindar dari telinga dan mata Pek-lian-kau?" kata
Lam-touw tertawa.
Siau Cu menegakkan dada. Kemudian Lam-touw berkata lagi:
"Kalau hanya 5 utusan lampion, seharusnya tidak sulit
dihadapi!"
Su Yan-hong melihat surat lagi:
"Yang tanda tangan hanya 5 utusan lampion, seharusnya hanya
mereka berlima!"
"Sampai sekarang, selain 5 utusan lampion dan pembunuhpembunuh, memang tidak terlihat ada yang lain!" kata Fu Hiongkun. "Maksudmu Thian-te-siang-kun?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 45
"Lebih baik dua orang ini jangan muncul! Bila muncul, mereka
akan campur tangan dalam masalah ini..." kata Lam-touw.
"Kepandaian Thian-te-siang-kun berada di atas 5 utusan
lampion!" kata Fu Hiong-kun.
"Itu sudah pasti..." Lam-touw seperti ingin mengatakan sesuatu
tapi begitu bibirnya bergerak, segera ditutup kembali.
Fu Hiong-kun tidak melihatnya, dia berkata:
"Sebelum Put-lo-sin-sian pergi ke Kong-tong-pai pernah
mengadakan rapat besar dan mengatakan di dalam perkumpulan
mereka ada yang mengancam dan memaksa orang-orang kampung
yang tidak tahu apa-apa untuk menyerahkan anak laki-laki atau
perempuan untuk membantu latihan Pek-kut-mo-kang..."
Su Yan-hong tidak lupa hal itu, dia berkata:
"Perkara Gin-long juga orang yang kehilangan anak laki-laki dan
perempuan. Kalau benar ada kaitannya dengan Pek-lian-kau dan
sampai sekarang Thian-te-siang-kun belum muncul, berarti mereka
sedang berlatih Pek-kut-mo-kang!"
"Kalau begitu, harap mereka jangan muncul dulu!" kata Lamtouw.
"Sebenarnya Pek-kut-mo-kang itu seperti apa?" tanya Su Yanhong.
"Ilmu silat yang bisa menarik perhatian Put-lo-sin-sian, berarti
adalah ilmu yang menakutkan!" kata Lam-touw tertawa.
"Apakah Cianpwee juga tidak tahu?" tanya Fu Hiong-kun.
"Mana aku bisa tahu?" Lam-touw tertawa.
Fu Hiong-kun dan Su Yan-hong tidak melihat tawa Lamtouw sedikit berbeda, waktu itu Tiong Toa-sianseng tiba-tiba
berkata:
''Dalam beberapa kali pertarungan, 5 utusan lampion berada di
bawah angin. Kali ini mereka berani terang-terangan menantang,
selain Ih-lan berada di tangan mereka, kita harus berpikir mungkin
Thian-te-siang-kun sudah muncul!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 46
Lam-touw dan Tiong Toa-sianseng saling pandang. Mereka
mengangguk. Terlihat sudah ada perjanjian di antara mereka
berdua tapi Su Yan-hong dan Fu Hiong-kun tidak melihatnya.
Siau Cu juga tidak melihatnya, dia memang tidak tahu banyak
tentang gurunya.
92-92-92
Akhirnya dua mata Thian-te-siang-kun terbuka. Ketika mulai
berlatih ilmu, mata mereka dipejamkan, saat memejamkan
matanya semakin lama. Sampai saat ini, dari mata dipejam sampai
dibuka sudah 3 hari 3 malam.
Bagian bola mata yang putih tetap lebih banyak daripada yang
hitam. Hanya orang yang sangat teliti baru bisa melihat perubahanperubahan di dalam.
Biasa orang-orang tidak berani melihat mereka. Walaupun 5
utusan lampion, bila mereka mem perhatikan mata Thian-te-siangkun pasti akan tahu ada yang tidak sama.
Sekarang mata Thian-te-siang-kun benar-benar terlihat seperti
siluman. Semua orang yang melihat akan merasa takut.
Bagian mata yang hitam tetap hitam. Dulu mata itu membuat
orang merasa seperti tidak bernyawa, tidak berperasaan, tapi setiap
saat akan bersinar. Sekarang dua bola mata seperti dua kolam yang
dalam. Dalam sekejap mengait roh lawan masuk ke dalam kolam
yang dalamnya tidak terukur.
Lingkaran darah di luar bola mata berubah menjadi lebih terang
lebih merah, seakan akan menyembur keluar.
0-0-0 Pembaca yang terhormat, maaf cerita ini terpotong karena
naskah aslinya juga terpotong.
Perkiraan cerita yang terpotong sbb:
Su Yan-hong, Tiong Toa-sianseng dan Fu Hong-kun mendatangi
Ya-cu-lim dan bertemu dengan Thian-te-siang-kun, mereka dipaksa
minum Ngo-tok-li-hun-ciu (Arak roh lima racun) dengan ancaman
nyawa Ih-lan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 47
Sementara Siau Cu dan Lam-touw menyelinap ke tempat Ih-lan
dikurung dan menyelamatkan Ih-lan dari sarang Pek-lian-kau, pada
saat Su Yan-hong dan Tiong Toa-sianseng akan minum Ngo-tok-lihun-ciu, Siau Cu dan Lam-touw membawa berita penyelamatan Ihlan, maka terjadi pertarungan sengit.
Su Yan-hong dan kawan-kawannya di keroyok orang-orang Peklian-kau, tapi akhirnya berhasil melarikan diri.
Su Yan-hong, Tiong Toa-sianseng, Fu Hiong-kun bertiga kembali
ke An-lek-hu. Lam-touw dan Siau Cu membawa Ih-lan pulang.
Setelah bertemu dengan Ih-lan, mereka bertiga baru tenang.
Lam-touw melihat baju Tiong Toa-sianseng dan bertanya:
"Apakah Tiong Toa-sianseng terluka?"
"Hampir terluka, kepandaian Pek-lian-kau benar-benar
misterius dan sulit ditebak!" kata Tiong Toa-sianseng.
"Apakah Ih-lan baik-baik saja?" tanya Su Yan- hong.
Siau Cu menaruh Ih-lan di atas ranjang:
"Sampai sekarang dia belum bangun, sepertinya sedikit
berbahaya!"
Su Yan-hong tergesa-gesa menuju ke sisi ranjang. Terlihat wajah
Ih-lan pucat, sepasang matanya dipejamkan dan kelihatan seperti
bengong terus.
Fu Hiong-kun mendekat, pelan-pelan membalikkan kelopak
mata Ih-lan dan memeriksanya dengan teliti. Dia juga memeriksa
nadi di tangan Ih-lan.
Lam-touw berkata:
"Kulihat sepertinya mereka sudah ada persiap an, maka
sebelumnya sudah memberi Ih-lan makan sesuatu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 48
"Betul! Itu adalah racun!" kata Fu Hiong-kun.
"Racun apa?" tanya Su Yan-hong terkejut.
"Aku belum pernah mengetahui racun ini. Sepertinya bukan
hanya satu jenis racun karena denyut nadinya sangat tidak teratur
dan kacau. Aneh, beberapa macam racun dicampur menjadi satu
tapi khasiat di antara racunnya tidak saling menghilangkan!"
Su Yan-hong dan Tiong Toa-sianseng segera teringat Thian-tesiang-kun memaksa mereka minum Ngo-tok-li-hun-ciu (arak Ngotok-li-hun).
"Itu pasti Ngo-tok-li-hun..." teriak Lam-touw.
Semua orang melihat dia. Kecuali Tiong Toa-sianseng, yang lain
merasa terkejut, apalagi Su Yan-hong.
"Racun ini sangat keras. Walau pun orang yang minum racun ini
mempunyai tenaga dalam yang kuat, setelah minum racun ini dia
akan seperti orang hidup tapi juga seperti orang mati. Tidak ada
obat penawar maka akan sulit melewati masa tiga bulan!" kata Lamtouw.
"Pantas dua orang aneh itu memaksa kita minum arak itu!" kata
Tiong Toa-sianseng.
"Apakah kalian meminumnya?" Lam-touw terkejut.
Tiong Toa-sianseng menggelengkan kepala:
"Mereka mengancam dengan nyawa Ih-lan tapi Ih-lan sudah
diselamatkan oleh kalian berdua, mana mungkin kita mau minum
arak itu!"
Lam-touw menghembuskan nafas lega. Dia melihat wajah Ihlan: "Tidak disangka mereka begitu kejam, sampai-sampai seorang
anak juga tidak dilepaskan!" Dia juga melihat Fu Hiong-kun,
"apakah Nona Fu punya cara untuk menyelamatkannya?"
"Kecuali aku tahu jenis kelima racun itu!" kata Fu Hiong-kun.
"Itu tidak jadi masalah!" kata Lam-touw.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 49


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selain Tiong Toa-sianseng, yang lain melihat Lam-touw dengan
keheranan. Apalagi Siau Cu, dia bertanya:
"Dari mana guru bisa tahu banyak tentang hal ini..."
"Kau kira menjadi guru itu mudah?" Lam-touw tertawa dingin.
Walaupun Su Yan-hong curiga tapi dalam keadaan seperti ini dia
tidak leluasa untuk bertanya, dia hanya berkata:
"Harus Cianpwee yang mengerahkan banyak perhatian, juga
merepotkan Nona Fu!"
Fu Hiong-kun ingin mengatakan sesuatu, Lam-touw sudah
tertawa dan berkata:
"Kalau kau berkata begitu, berarti kau tidak menganggap kita
adalah teman!"
Su Yan-hong tertawa kecut. Pada waktu itu ada seorang pelayan
kepercayaan datang melapor:
"Kaisar telah menurunkan perintah. Katanya Hou-ya berusaha
memberontak, rumah Hou-ya harus diperiksa!"
"Apa?" Wajah Su Yan-hong segera berubah, "mana pelayan
istana?"
"Di ruangan tamu. Yang datang bersama masih ada In Thianhouw, Tiang-seng dan prajurit-prajurit istana. Harap Hou-ya pergi
melalui jalan rahasia!"
Su Yan-hong marah:
"Itu pasti adalah rencana busuk Liu Kun! Kaisar sudah jatuh di
tangannya, terpaksa harus mendengar apa yang dikatakan!"
Hati dia bergolak dan segera membalikkan tubuh ingin keluar,
tapi dicegat oleh Tiong Toa-sianseng:
"Sekarang bukan waktunya untuk memamerkan
keberanianmu!"
"Guru..."
"Liu Kun pasti sudah mengatur hal ini. Kalau kau keluar, berarti
mengantar kambing ke mulut harimau. Racun Ih-lan belumLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 50
dikeluarkan, lebih baik kita tinggalkan tempat ini dulu. Setelah
melihat ke adaan nanti, baru kita menyusun rencana lagi!" kata
Tiong Toa-sianseng dengan dingin.
"Baik..." Su Yan-hong segera menjawab, "di mana Lu Tan?"
Pelayan setia itu menjawab:
"Di dalam rumah ini ada mata-mata yang ingin membawa
orang-orang Liu Kun ke arah ruangan rahasia, yang sudah dibunuh
oleh Lu-kongcu. Sekarang Lu-kongcu sedang memancing orangorang Liu Kun untuk pergi dari sini!"
"Baik.." Siau Cu menepuk meja, "aku tidak salah menilai bocah
ini!"
Dia meloncat bangun. Tapi Lam-touw men-cengkramnya:
"Bila kau keluar sekarang, berarti kau ingin memberitahu orangorang Liu Kun bahwa kita berada di sini!"
"Tapi Lu Tan..." Siau Cu terpaku.
"Kalau dia akan mati, dari awal sudah mati. Orang ini punya
keberuntungan besar, nasibnya juga baik, tidak perlu
dikhawatirkan!"
Memang Lam-touw menyuruh Siau Cu jangan khawatir, tapi
sebenarnya dia sangat khawatir. Hanya saja sekarang sudah tidak
ada waktu untuk khawatir.
Memang Liu Kun sudah mengatur juga menyiapkan rencana
yang terburuk. Begitu mendengar kabar bahwa Thian-te-siang-kun
gagal dan Su Yan- hong sudah menyelamatkan Ih-lan melarikan
diri, rencana kedua sudah disusun. Dia menurunkan perin tah
kepada In Thian-houw untuk membawa 100 prajurit kerajaan pergi
ke San-se-ta-tong untuk membunuh Ong Souw-ie.
"Orang-orang Ong Souw-ie sangat banyak..." terlihat kesulitan
di wajah In Thian-houw.
"Dia belum mempunyai kekuasaan dan prajurit, kau khawatir
apa?" Liu Kun sangat tenang.
"Hamba belum mengerti!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 51
"Dulu Meng-te (nama orang) menculik kaisar untuk mengancam
semua prajurit agar mendengarkan apa yang dia katakan. Sekarang
kaisar sudah di tangan kita, apakah kita tidak bisa mengikuti cara
ini?"
"Tapi Ong Souw-ie adalah orang penting dan dia tidak pernah
berbuat salah. Sekarang ingin menga takan kesalahannya..."
"Kesalahan yang kita tuduhkan kepada dia bisa kita cari-cari. Aku
ingin memberi dia kesalahan bersekongkol dengan An-lek-hou
untuk memberontak, kemudian menjaring semuanya agar di
kemudian hari tidak ada bencana lagi."
"Kiu-cian-swe benar-benar pintar. Sekarang bawahan segera
mengurus pasukan!"
"Tunggu..." Liu Kun tertawa dingin, "Ong Souw-ie masih tidak
mempunyai pasukan atau kekuasaan. Kau cukup mengirim
beberapa orang keper cayaan untuk membereskan dia, tidak perlu
pergi sendiri. Aku masih ada hal penting yang ingin kau bereskan!"
"Tentang apa?" tanya In Thian-houw.
"Sebentar lagi aku akan ke istana memaksa kaisar menurunkan
permtali untuk memeriksa rumah An-lek-hou. Kau dan Tiang-seng
segera mengumpulkan pasukan dan siap berangkat kapanpun!"
Liu Kun berpesan lagi:
"Hongpo Tiong, Ih..."
Hongpo bersaudara segera mendekat.
"Pada waktu yang bersamaan aku juga akan memaksa kaisar
menghentikan komandan pasukan Kang Pin dan menyerahkan
kekuasaan kepada kalian dua bersaudara!"
Hongpo bersaudara sangat gembira. Mereka berlutut:
"Hidup Kiu-cian-swe!"
Liu Kun tidak ragu-ragu lagi. Dia segera siap berangkat ke
ibukota.
93-93-93Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 52
Sebenarnya kaisar terlalu memaksa untuk menjatuhkan Liu Kun.
Keberhasilan demi keberhasilan membuat kaisar mengira telah
berhasil mengikis kekuatan Liu Kun. Bila Liu Kun tidak sanggup
mela wan hanya bisa duduk menunggu dibunuh. Tapi dia lupa Liu
Kun masih mempunyai kekuatan yang besar di dalam istana.
Dengan kekuatan ini Liu Kun mengu asai istana dan langsung
mengancam kaisar.
Di dalam keadaan seperti itu, terpaksa kaisar harus menuruti apa
yang dikatakan Liu Kun.
94-94-94
Kamar rahasia di An-lek-hu memang sangat rahasia, tapi lama
kelamaan tetap diketahui oleh mata-mata Liu Kun. Begitu tahu, In
Thian-houw dan Tiang-seng datang membawa prajurit untuk
memeriksa. Mereka segera muncul dan bergabung.
Mungkin Su Yan-hong dan lain-lain tidak boleh mati. Lu Tan
menunggu mereka lama tidak kembali. Dia keluar dari kamar
rahasia agar dia bisa bergabung bila diperlukan. Tapi dia melihat
ada mata-mata dan segera membunuhnya. Walaupun ilmu silatnya
belum pulih tapi membunuh mata-mata itu bukan hal yang sulit.
Tapi jika ingin menghindari kejaran In Thian-houw dan Tiang-seng,
tidak semu dah membunuh mata-mata tadi.
Dia juga terpikir Su Yan-hong dan lain-lain sudah kembali
melalui jalan rahasia dan berada di kamar rahasia, maka dia
memancing In Thian-houw dan Tiang-seng untuk pergi dari sana.
Setelah membunuh mata-mata itu, dia segera meninggalkan
tempat. Dia agak mengenal daerah sana, dengan berputar ke kanan
ke kiri dia bisa keluar di belakang taman bunga, lalu keluar melewati
pagar dinding yang tinggi.
In Thian-houw dan Tiang-seng yang melihat Lu Tan, mereka
bertekad untuk menangkapnya agar berjasa di hadapan Liu Kun,
maka mereka terus mengejar Lu Tan. Mereka meninggalkan
prajurit istana yang mereka bawa.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 53
Setelah Lu Tan keluar dari rumah, dia segera lari di gang. In
Thian-houw dan Tiang-seng masih mengejarnya. Yang satu
mengejar dari bawah, satunya lagi mengejar di atas genteng.
Setelah melewati dua gang, akhirnya mereka bisa mencegat Lu Tan.
Tiang-seng turun dari atas genteng dan meng hadang di depan
Lu Tan. Lu Tan segera meloncat ke atas genteng. Dengan gerakan
kaki dan tangan yang pastinya tidak secepat In Thian-houw dan
Tiang-seng baru berdiri sudah naik ke atas genteng lagi.
"Marga Lu, kalau kali ini membiarkanmu kabur, berarti sia-sia
aku melatih sepasang telapakku!" In Thian-houw tertawa terbahakbahak kemudian menyerang dengan sepasang telapak tangannya.
Suara yang keluar terdengar seperti petir.
Tiang-seng juga tidak lambat, dengan kelincahan tubuhnya
menutup jalan mundur Lu Tan.
Tidak sampai 10 jurus, Lu Tan sudah kerepotan. Dia berpikir bila
dia jatuh di tangan Liu Kun, dia pasti mati, lebih baik melawan
sampai titik darah penghabisan. Mati juga bisa menutup mata.
Tiang-seng dan In Thian-houw melihat tekad Lu Tan. Mereka
juga melihat ilmu silat Lu Tan tidak sekuat dulu dan mereka akan
menang. Maka mereka pun menyerang dengan gencar. Karena tidak
hati-hati, Lu Tan terkana pukulan Tiang-seng dan terpelanting di
atas genteng.
Tiang-seng segera mendekat. In Thian-houw juga tidak lambat.
Lu Tan berguling-guling di atas genteng untuk menghindari 16
serangan telapak. Terlihat dia tidak akan bisa menghindar lagi.
Tiba-tiba dari tempat gelap keluar seorang perempuan bertutup
wajah. Dengan pedang perempuan itu menghadang serangan In
Thian-houw dan Tiang-seng.
Setelah bertarung tiga jurus, In Thian-houw dan Tiang-seng
sudah melihat aliran ilmu pedang ini. Tiang-seng tertawa dingin:
"Ternyata pesilat pedang dari Hoa-san-pai..."
"Orang Ling-ong-hu, Kuncu sungguh hebat!" kata In Thianhouw.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 54
Perempuan ini terpaku, dia membuka penutup wajah. Ternyata
memang adalah Su Ceng-cau. Dia berkata:
"Kalau memang aku, kalian mau apa?"
In Thian-houw tertawa:
"Tadinya kita tidak yakin kalau kau yang membawa Lu Tan
pergi. Walaupun curiga dan ber tanya kepada Ling-ong, kau bisa
saja tidak mengaku. Kami juga tidak bisa apa-apa!"
"Sekarang lebih baik Kiu-cian-swe ke Ling-ong-hu meminta
orang. Pada waktu itu, entah apa yang harus dijelaskan oleh
ayahmu?"
"Ini adalah masalahku!" Memang Su Ceng-cau sedikit terkejut,
"bila Liu Kun menginginkan orang, carilah aku!"
In Thian-houw menggelengkan kepala:
"Lebih baik mencari ayahmu!"
Tiang-seng tertawa:
"Kiu-cian-swe menganggap ayahmu adalah orang yang dapat
dipercaya. Sekarang terjadi hal ini. Kau harus ada pesan yang baik
untuk Kiu-cian-swe!"
"Silahkan Kuncu..." kata In Thian-houw.
"Silahkan Lu Kongcu..." kata Tiang-seng.
Su Ceng-cau terpaku. Lu Tan bertanya:
"Mengapa dipersilahkan pergi, kau tidak pergi?"
"Gara-gara kau belum pulih dan bertarung dengan mereka, jika
aku tidak datang tepat waktu.."
"Ilmu silatku sampai sekarang belum pulih karena diberi racun
Goan-kut-san oleh Kuncu. Aku belum berterima kasih kepadamu!"
Wajah Su Ceng-cau terlihat malu, tapi dia tetap berkata:
"Aku sendiri diam di rumah. Hari demi hari dilewati dengan
tidak enak. Aku hanya berharap kau bisa tinggal untuk menemaniku
sementara waktu. Siapa tahu kau ribut ingin pergi. Karena cemas,
aku memikirkan cara-cara ini!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 55
Lu Tan belum tahu Su Ceng-cau memperalat dia untuk memaksa
Su Yan-hong menikahi dia. Setelah mendengar kata-kata itu, Lu Tan
luluh lagi. Su Ceng-cau bisa melihat raut wajah. Dia segera berkata:
"Aku juga tahu itu tidak baik tapi aku tidak punya cara lain lagi,
yang pasti aku yang salah!"
Lu Tan merasa tidak enak:
"Sudahlah tidak apa-apa!"
"Betulkah kau tidak marah?"
"Kalau Kuncu mempunyai niat tidak baik, hari ini tidak akan
datang menyelamatkan aku! Sekarang aku berharap Kuncu pulang
agar tidak terjadi sesuatu!"
"Apakah aku orang yang tidak mau menolong orang yang dalam
bahaya?" Su Ceng-cau marah.
"Yang pasti tidak!" Ada suara yang menjawab:
"Hanya saja In Thian-houw dan Tiang-seng adalah dua pejabat
yang sangat baik, kita jangan tidak menghormati mereka!"
Semua orang menelusuri asal suara ini. Ternyata berasal dari
Siau Sam Kongcu yang berdiri di atas atap. Di belakangnya bersinar
bulan yang terang.
"Guru..." Su Ceng-cau berteriak.
Siau Sam Kongcu seperti terang turun di sisi Su Ceng-cau:
"Mengapa kalian masih belum pergi?"
Su Ceng-cau ingin berkata sesuatu. Siau Sam Kongcu segera
membentak:
"Cepat pergi..."
Su Ceng-cau sudah lama mengikuti Siau Sam Kongcu, dia
mengenal sifatnya dan tahu dia pasti sudah punya rencana, maka
dia mendorong Lu Tan:
"Ayo, kita pergi!"
Tidak ada reaksi dari Lu Tan, Su Ceng-cau sudah menarik
bajunya pergi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 56
Tiang-seng dan In Thian-houw yang melihat itu seperti mau
bertindak, tapi akhirnya mereka tetap tinggal di tempat. In Thianhouw melihat Siau Sam Kongcu:
"Apakah Siau-heng tahu apa akibatnya?"
"Kalau kalian tidak memberitahu Liu Kun, mana mungkin Liu
Kun tahu?"
"Apakah Siau-heng tahu kami adalah orang kepercayaan Kiucian-swe?" kata In Thian-houw sam-bil tertawa.
"Apakah Siau-heng punya cara agar kita tidak melapor kepada
Liu Kun?" kata Tiang-seng.
"Caranya sangat sederhana!" jawab Siau Sam Kongcu dingin,
"apa kalian berdua tahu ada semacam orang tidak bisa berbicara?"
"Siapa dia?"
"Orang mati...." begitu Siau Sam Kongcu mengeluarkan katakata ini, Tiang-seng juga berteriak:
"Hati-hati..."
Pada waktu bersamaan, pedang Siau Sam Kongcu sudah keluar
dari sarung, pedangnya tetap adalah pedang yang sudah terputus 3
inchi. Pedang Toan-cang-kiam segera menyerang ke tenggorokan In
Thian-houw.
Reaksi In Thian-houw sangat lincah. Dia menjepit pedang
dengan kedua telapak tangannya. Walau pun reaksi dia terlihat
lebih lamban daripada Tiang-seng, tapi sebenarnya tidak. Dia
melihat jelas jurus Siau Sam Kongcu bisa ditahan dengan menjepit
dua telapak.
Tiang-seng sangat mengenal sifat In Thian-houw, sebenarnya
kata hati-hati itu ditujukan untuk Siau Sam Kongcu, karena mereka
sudah terbiasa bekerja sama, dia segera menyerang dengan gencar.
Yang dia serang adalah nadi-nadi penting Siau Sam Kongcu.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kalau sepasang telapak In Thian-houw bisa menguasai jurus
pedang Siau Sam Kongcu, sepasang telapak Tiang-seng bisa sangat
tepat. Tapi sayang In Thian-houw melihat dengan sangat tepat, danLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 57
walau sepasang telapaknya juga begitu cepat, tapi Siau Sam Kongcu
lebih tepat.
Jurus pedang Siau Sam Kongcu terlihat tidak akan bisa berubah
lagi, tapi tiba-tiba muncul perubahan pada gerakan pedangnya,
ujung pedangnya tiba-tiba memutar.
Jika sepasang telapak In Thian-houw terus menepuk akan
tertepuk ke ujung pedang. Walaupun dia selalu berkata telapaknya
keras seperti besi dan batu, tapi telapak tetap bukan besi. Bila
diteruskan, tangannya akan patah.
Dia sudah bisa menghitung perubahan ini maka langsung
membalikan sepasang telapak, dengan tetap menepuk pungggung
pedang.
PAK! sepasang telapak tangannya menepuk seperti dua batu atau
besi saling beradu. Tapi bukan menepak di punggung pedang,
melainkan sepasang telapak saling menepuk.
Pada waktu itu pedang Siau Sam Kongcu sudah berkelebat keluar
dari sepasang telapak In Thian-houw dan mengarah ke arah
sepasang telapaknya. Semua perubahan ini di luar dugaan In Thianhouw. Begitu merasa ada perubahan, Tiang-seng sudah terjatuh,
sepasang telapak tangannya sudah patah.
Tubuh Siau Sam Kongcu terus bergerak. Pedang menepis dari
atas ke bawah ke tenggorokan Tiang-seng.
Tubuh Tiang-seng terbang keluar, terpelanting di atas
genteng, dan mati seketika.
Pedang patah Siau Sam Kongcu berputar. Dia menahan serangan
telapak In Thian-houw. Serangkaian gerakan ini dia lakukan dengan
tepat juga berbahaya. Di dalam bahaya terdapat kemenangan. Bila
ada sedikit kesalahan, bukannya akan menang melainkan akan
kalah.
Serangan telapak In Thian-houw ditutup. Di dalam keterkejutan,
dia masih bisa memuji:
"Baik..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 58
Kata 'baik' baru terucap dari mulutnya, tubuh nya segera
dikurung oleh jala pedang.
Siau Sam Kongcu ingin menyelesaikan pertarungan ini dengan
cepat, dia bertarung dengan tenaga penuh. In Thian-houw
terkurung di dalam jala pedang, empat bagian tubuhnya sudah
terluka. Walaupun bukan nadi penting, tapi keringat dingin sudah
keluar. Dia berpikir kalau terus-menerus seper ti ini, dia pasti akan
mati, maka dia membentak dan memberontak.
Tapi begitu sepasang telapak baru menyerang, jala pedang sudah
terpencar. Siau Sam Kongcu tiba-tiba mundur 3 kaki, tapi dia segera
maju lagi. Cahaya pedang berkilauan, pedang sudah keluar dengan
kekuatan yang sangat besar.
Ini benar-benar di luar dugaan In Thian-houw. Dia ingin
menghindar dari serangan pedang Siau Sam Kongcu tapi tidak
sempat lagi. Maka dia ingin mengorbankan telapak kirinya untuk
menyambut serangan ini.
Dia merasa kekuatan telapaknya sangat kuat sehingga sanggup
memecahkan batu. Tapi serangan Siau Sam Kongcu dilakukan
dengan tenaga penuh. Telapak tangan terdiri dari darah dan daging,
diguna kan untuk menyambut serangan pedang yang datang, pasti
putus dan putus dengan cepat. In Thian-houw sama sekali tidak
merasakan sakit sama sekali. Tadinya dia ingin membalas dengan
tangan kanan dan memukul tubuh Siau Sam Kongcu. Tapi pedang
Siau Sam Kongcu dengan sangat kuat sudah menepis wajahnya.
Masuk ke daging tidak lebih dari satu inchi, tapi pedang
ditepiskan dengan tenaga penuh. In Thian-houw terbang jauh.
Wajahnya hampir terbelah dua, dia mati di atas genteng.
Pedang dimasukkan ke sarung. Siau Sam Kongcu menarik nafas
dan lari menghilang.
95-95-95
Setelah berjalan, Su Ceng-cau bertanya kepada Lu Tan:
"Mengapa hanya kau sendiri yang berada di An-lek-hu?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 59
"Hou-ya dan lain-lain sudah pergi ke Ya-cu-lim menemuiS
utusan lampion dari Pek-lian-kau..."
"Ada apa?"
"Lan-lan diculik oleh Pek-lian-kau, Hou-ya terpaksa pergi!"
"Katanya Liu Kun bersekongkol dengan Pek-lian-kau, berarti itu
adalah ide Liu Kun. Mengapa Liu Kun memaksa kaisar menurunkan
perintah untuk memeriksa rumah An-lek-hu?"
"Kelihatannya Hou-ya dan lain-lain sudah menyelamatkan Lanlan. Hal ini membuat Liu Kun marah. Anjing yang masuk ke gang
buntu sekarang balik menggigit!" kata Lu Tan.
"Hou-ya sekarang pasti kembali melalui jalan rahasia. Jika
diketahui oleh mata-mata yang diatur Liu Kun, dia akan membawa
In Thian-houw dan Tiang-seng masuk ke jalan rahasia itu.
Akibatnya tidak terbayangkan!"
"Di dalam An-lek-hu ada jalan rahasia?"
Lu Tan mengangguk.
"Sekarang sepertinya Hou-ya dan lain-lain sudah tahu ada matamata dan meninggalkan tempat melalui jalan rahasia!"
"Pintu keluar jalan rahasia berada di mana?"
"Bila kita ke sana mungkin masih sempat berkumpul dengan
mereka!"
Kata-katanya belum selesai, Siau Sam Kongcu datang seperti
terbang. Su Ceng-cau melayangkan tangan dan menyambut:
"Guru! Bagaimana dengan dua orang itu?"
"Mereka tidak akan mengejar lagi!"
"Guru memang hebat, apa mereka terluka?"
"Kalau hanya terluka, mereka akan pulang dan melapor pada Liu
Kun, bukankah tetap repot?"
Su Ceng-cau terpaku tapi kemudian bersorak:
"Kalau tahu lebih awal, kita tidak perlu lari tergesa-gesa!"
Kemudian dia berkata lagi, "tetap harus buru-buru!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 60
"Kalian mau ke mana?"
"Berkumpul dengan Hou-ya dan Tiong Toa-sianseng!" kata Lu
Tan. "Baik! Hati-hati di jalan!" Dia berpesan kepada Su Ceng-cau,
"Guru tidak pergi ke sana?"
"Tidak!" Siau Sam Kongcu membalikkan tubuh, segera berlari ke
dalam kegelapan.
Su Ceng-cau tahu hubungan Siau Sam Kongcu dengan Tiong
Toa-sianseng tidak begitu cocok. Asalkan Siau Sam Kongcu tidak
melarang dia bertemu dengan Su Yan-hong, dia sudah merasa
cukup puas. Maka dia tidak banyak bicara dan pergi tergesa-gesa.
96-96-96
Belum sampai di tempat keluar jalan rahasia An-lek-hu, Su Cengcau dan Lu Tan sudah dicegat oleh Siau Cu.
Tempat keluar rahasia ini bukan tempat yang aman. Su Yanhong dan lain-lain sudah pergi, hanya tinggal Siau Cu berada di
sana. Siau Cu mengkhawatirkan keselamatan Lu Tan. Waktu dia
kembali lagi ke An-lek-hu untuk mencari tahu keberadaan Lu Tan,
dia melihat Lu Tan sedang berjalan mendatangi. Yang pasti dia
sangat senang.
Terhadap Su Ceng-cau, dia memang tidak terlalu suka. Tapi
setelah mengetahui Lu Tan telah diselamatkan olehnya, Siau Cu
hanya diam.
97-97-97
Su Yan-hong dan lain-lain karena terpikir di dalam kota banyak
mata-mata Liu Kun dan memang mereka tidak ada tempat aman
untuk bersembunyi, maka mereka bersembunyi di Pek-in-koan di
luar kota.
Sebenarnya itu adalah tempat Bu-tong-pai, tapi karena Lu Tan
dan Fu Hiong-kun pemah tinggal di sana dan ketika diketahui oleh
Liu Kun, tempat itu sudah ditutup. Untung murid-murid Bu-tong-Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 61
pai bisa cepat meninggalkan Pek-in-koan maka mereka bisa
menghindari pembunuhan besar-besaran.
Orang Liu Kun tidak tinggal di sana, hanya ada tempelan kertas
di pintu bahwa tempatnya ditutup. Bagi Su Yan-hong dan lain-lain,
itu malah suatu jaminan.
Dinding tinggi Pek-in-koan bukan kesulitan bagi mereka.
Fu Hiong-kun segera memeriksa Ih-lan, dia harus tahu racun apa
baru bisa memberi obat penawar. Sebenarnya itu bukan hal yang
mudah, tapi tidak disangka Lam-touw sangat mengenal racun itu,
maka sangat membantu Fu Hiong-kun.
"Sifat kakakku selalu melindungi yang salah dan terlalu bebas.
Jelas-jelas sudah tahu mereka bukan orang baik-baik, tapi tetap
membiarkan mereka hidup. Kalau tidak, maka tidak akan terjadi
masalah-masalah yang begitu rumit!" kata Lam-touw tanpa
sengaja.
Semua orang merasa aneh dengan kata-kata ini. Waktu ingin
bertanya, Ih-lan sudah sadarkan diri. Dia membuka mata dan
bengong melihat mereka.
"Lan-lan..." Su Yan-hong mendekat.
Ih-lan terus melihat Su Yan-hong dan tidak ada reaksi apa-apa.
Su Yan-hong terkejut. Dia menggoyang-goyangkan pundak Ih-lan:
"Ih-lan, ini ayah, apakah kau tidak mengenal ayah?" lalu
bertanya kepada Fu Hiong-kun, "Nona Fu, mengapa bisa seperti
ini?"
Fu Hiong-kun belum menjawab, Ih-lan sudah menangis dan
masuk ke pelukan Su Yan-hong.
Lu Tan dan Su Ceng-cau datang, tapi tidak ada Siau Cu bersama
dengan mereka. Ternyata dia tetap tinggal di kota untuk mencari
kabar.
98-98-98
Saat Siau Cu kembali ke Pek-in-koan, hari sudah siang. Semua
orang tahu pada saat yang bersamaan Liu Kun sudah memaksaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 62
kaisar menurunkan perintah agar Kang Pin menyerahkan posisi
komandan pasukan. Kang Pin tahu itu adalah akal busuk Liu Kun,
maka dia segera mengambil kepu-tusan menolak menyerahkan
posisi komandan pasukan.
Orang yang dikirim ke sana oleh Liu Kun selain Hongpo
bersaudara, masih ada orang-orang Pek-lian-kau. Karena tidak ada
kesepakatan, mereka mulai bertarung. Untung semua orang-orang
Keluarga Lamkiong keluar bertarung, maka baru bisa memu kul
mundur mereka.
Mengapa Keluarga Lamkiong ikut campur tangan dalam hal ini?
Tidak ada orang yang bisa menebak. Siau Cu yakin keluarga
Lamkiong adalah perkumpulan besar dan lurus. Kecuali mereka
tidak tahu, jika tahu mereka tidak akan berpangku tangan.
Apalagi Siau Cu sangat suka pada Lamkiong Bing-cu. Satusatunya orang di keluarga Lamkiong yang tidak disukai Siau Cu
hanya Kiang Hong-sim.
"Liu Kun seperti anjing masuk ke jalan buntu, dia akan menggigit
siapapun yang menyerang. Kelihatannya Kang Pin tidak mudah
dilepaskan!" kata Su Yan-hong.
"Ada orang-orang keluarga Lamkiong di sisi Jenderal Kang,
apakah tidak cukup aman?" dengan tenang Siau Cu berkata.
"Yang aku khawatirkan adalah Thian-te-siang-kun!"
Lu Tan dan Su Ceng-cau tidak tahu kelihaian Thian-te-siang-kun
maka mereka tidak berkomentar tentang hal ini. Tapi Siau Cu
terpaku di sana. Kata Tiong Toa-sianseng:
"Dengan tenaga kita semua memang, tidak bisa mengalahkan
Thian-te-siang-kun, tapi setidaknya bisa mencegat mereka."
Lam-touw menggelengkan kepala:
"Walaupun kita mempunyai ilmu silat yang tinggi, tapi kita tidak
bisa bergabung. Sedangkan mereka berdua kapanpun bisa
menyatukan tenaga untuk bersama-sama memukul. PukulanLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 63
mereka yang secara bergabung ini, tidak ada dari kita yang bisa
menahannya!"
"Aku tahu Pek-kut-mo-kang adalah ilmu andalan dan rahasia
dari Pek-lian-kau. Kekuatannya sangat besar!" kata Tiong Toasianseng.
"Tapi bukan berarti tidak ada cara untuk mengatasi ilmu mereka
ini!" kata Lam-touw.
"Bagaimana caranya?" Tiong Toa-sianseng bertanya.
"Sepengetahuanku, Pek-lian-kau mempunyai selempengan giok
bernama Bi-giok-leng (perintah giok hijau). Itu adalah barang
turun-menurun untuk Kau-cu. Katanya cara untuk memecahkan
Pek-kut-mo-kang tertulis di sana!" kata Lam-touw.
"Bi-giok-leng?" Tiong Toa-sianseng melihat Su Yan-hong, "Yanhong, di mana kau simpan?"
"Tadinya murid selalu menyimpannya di dalam rumah. Setelah
dipikir-pikir itu adalah barang titipan orang lain, apalagi adalah
barang tanda Kau-cu. Karena takut jatuh di tangan Liu Kun, maka
beberapa hari ini aku selalu membawanya!" kata Su Yan-hong
sambil mengeluarkan Bi-giok-leng dari dada.
Lam-touw melihatnya dan berkata:
"Betul! Inilah Bi-giok-leng! Mengapa bisa berada di tanganmu?"
"Dalam pertarungan di Siong-san, Put-lo-sin-sian kalah di
tangan Wan Fei-yang. Waktu dia terluka dan akan menghembuskan
nafas terakhir, dia memberikan Bi-giok-leng kepada Boanpwee
untuk disimpan. Dia takut Bi-giok-leng terjatuh di tangan Thian-tesiang-kun dan akan terjadi hal yang tidak dia inginkan!" kata Su
Yan-hong.
"Mungkin ini kehendak Thian. Kejahatan Thian-te-siang-kun
sudah berlebihan, mereka pasti tidak bisa lolos dari hukuman ini!"
"Tapi Boanpwee tidak melihat ada ke-istime-waan di dalam Bigiok-leng!" kata Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 64
Lam-touw menerima Bi-giok-leng dari Su Yan-hong lalu
mendekati jendela dan mengarahkan ke matahari.
Matahari bersinar ke atas jendela. Lam-touw duduk di atas
jendela:
"Apakah kau melihatnya?"
Su Yan-hong melihat. Di bawah sinar matahari giok berubah
menjadi jernih dan tembus pandang, muncullah huruf-huruf besar
dan kecil sebesar kepala lalat.
"Dengan konsentrasi penuh, tenaga untuk mengisi seluruh
tubuh. Dengan nafas mengisi seluruh tubuh. Dengan tenaga keras
tapi bukan tenaga lembut. Orang tidak bisa meninggalkan nafas dan
nafas tidak bisa meninggalkan konsentrasi penuh!" Itulah tulisan di
dalam lempengan giok.
Su Yan-hong menggelengkan kepala:
"Apa maksudnya?"
Lam-touw tidak ada reaksi, tapi Tiong Toa-sianseng sudah
berteriak:
"Betul! Memang begitu!"
"Pek-kut-mo-kang menyedot sari pati anak-anak laki-laki dan
perempuan. Jiwa, nafas, tenaga bisa menembus. Tiga menjadi satu.
Orang tidak bisa meninggalkan nafas, nafas tidak bisa
meninggalkan jiwa. Walaupun adalah ilmu sesat, tapi tetap adalah
ilmu biasa!" kata Lam-touw.
"Kalau dengan aliran menjadi gaya, menggunakan jiwa dan
nafas itulah kualitas Budha dan dewa. Dengan kualitas Budha dan
dewa, walaupun lawan memakai ilmu sesat tapi tidak akan sulit
dibersihkan!" kata Tiong Toa-sianseng.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Su Yan-hong sedikit mengerti:
"Maksud guru, semua orang harus mempelajari kualitas Budha
atau dewa?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 65
"Kualitas ilmu Budha atau dewa tidak bisa dipelajari dan dikuasai
oleh orang biasa, apalagi sekarang sudah tidak cukup waktu untuk
belajar!"
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Memecahkan pusat perhatian mereka!" kata Tiong Toasianseng.
"Berarti yang biasa kita sebut dengan istilah Si-bun (Pintu
mati)!" kata Lam-touw.
Kata Tiong Toa-sianseng:
"Masalahnya nadi manusia begitu banyak. Nadi yang mana Sibun itu?"
"Masih ada satu lagi masalah, pada orang yang sudah berhasil
menguasai Pek-kut-mo-kang, Si-bun bisa bergerak semaunya
walaupun hanya ada satu!" kata Lam-touw.
"Apa?" Tiong Toa-sianseng terkejut.
"Tapi tidak perlu khawatir!" kata Lam-touw lagi, "walaupun bisa
bergerak, tapi tidak akan keluar dari Leng-tai, Tai-yang, Tiong-hu,
tiga nadi ini!"
"Berarti Si-bun ada di tiga tempat ini?"
"Kalau bernasib baik, sekali pukul langsung kena, itu akan lebih
mudah!" Lam-touw menarik nafas, "sampai sekarang bukankah
nasib kita juga lumayan bagus?"
Tidak ada yang membuka suara. Sebenarnya bukankah nasib
mereka lumayan bagus?
Perkiraan Su Yan-hong tidak salah. Tindakan Liu Kun berikutnya
adalah membunuh Kang Pin. Orang yang dia kirim adalah Thian-tesiang-kun.
Lo-taikun sudah terpikir ini akan terjadi. Dia menjelaskan
kepada Kang Pin dan merundingkan cara untuk menghadapinya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 66
Apa yang mereka pikir, juga terpikirkan oleh Thian-te-siangkun. Tapi mereka tidak merubah renca na awal dan terus
menjalaninya.
Dengan ilmu silat mereka sekarang, Thian-te-siang-kun tidak
takut kepada apapun juga tidak perlu menghindar dari siapapun.
Rencana mereka sangat sederhana, yaitu waktu orang Kang Pin
sedang tidak hati-hati, mereka akan masuk dan membunuh Kang
Pin. Tadinya mereka ingin menyerang dari pintu utama karena
mereka tidak mau repot, maka mereka merubahnya menjadi
penyerangan tiba-tiba.
Mereka sudah mencari tahu di mana kamar Kang Pin. Dengan
ilmu silat mereka, menghindari prajurit yang berpatroli sangat
mudah. Mereka berada di tempat yang tinggi. Mereka sudah melihat
jelas ada seseorang sedang membaca buku di meja. Itulah Kang Pin.
Mereka tidak tertarik untuk menunggu kesem patan, mereka
langsung keluar dari tempat persem-y bunyian, melewati gentenggenteng dan langsung mendekati jendela dan menyerang Kang Pin
yang sedang membaca.
Kecepatan membuat mereka sendiri merasa | puas. Tapi Kang
Pin yang di dalam tidak menujukkan reaksi apapun. Mereka
mengetahui pasti ada yang tidak beres. Tapi mereka sudah berada
di kamar, serangan tetap dilancarkan.
Kang Pin terkena telapak dan terbang menabrak ke dinding.
Tubuhnya hancur beberapa bagian. Tapi itu hanyalah orangorangan yang terbuat dari rumput. Kepala orang-orangan diikat tali
maka bisa bergoyang-goyang.
"Kita tertipu..." kata Thian-kun tertawa.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" jawab Te-kun.
"Yang pasti pergi dari sini!" Walaupun begitu, gerakan Thiankun berat dan malas.
Te-kun juga seperti itu. Karena sudah berhasil menguasai Pekkut-mo-kang maka semua jebakan tidak ditaruh di mata.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 67
Di luar kamar lampu-lampu sudah terang. Selain Kang Pin,
masih ada Han Tau dan prajurit-prajurit, lima menantu dari
keluarga Lamkiong juga ada di sana. Thian-te-siang-kun membuka
pintu seperti tidak terjadi apa-apa. Mereka tidak menduga hal ini.
Thian-kun tertawa, menggelengkan kepala:
"Kita tertarik oleh anak-anak!"
"Yang mana Kang Pin?" tanya Te-kun.
Kang Pin keluar:
"Pembunuh yang berani, cepatlah serahkan diri!"
Thian-te-siang-kun seperti mendengar sebuah lelucon, Mereka
tertawa lepas dan berjalan mendekati Kang Pin.
Tong Goat-go yang pertama-tama melepaskan senjata rahasia
kepada Thian-te-siang-kun. Thian-te-siang-kun sengaja
memamerkan ilmunya. Mereka menggunakan Pek-kut-mo-kang,
sepasang tangan yang seperti hanya tinggal tulang putih dengan
asal-asalan mencengkram. Mereka sudah mencengkram semua
senjata rahasia yang ditembakkan ke arah mereka dan dikepal
menjadi setumpuk rongsokan besi.
Cia Soh-ciu, Kiang Hong-sim, Bwe Au-siang, Tiong Bok-lan
berturut-turut keluar. Senjata bergerak, mereka sudah mencegat
Thian-te-siang-kun. Mereka tahu bukan hal yang mudah untuk
mengalahkan Thian-te-siang-kun, tapi mereka tetap berusaha
melakukannya.
Hanya beberapa jurus, Thian-te-siang-kun sudah memaksa lima
menantu keluarga Lamkiong mundur. Mereka terus mengejar Kang
Pin. Prajurit-prajurit mencoba menghadang. Lam- kiong Bing-cu dan
Lamkiong Po datang menghadang di depan Thian-te-siang-kun.
Thian-kun tertawa:
"Ternyata Lo-taikun juga datang kemari!"
Lo-taikun menaruh tongkat kepala naga, ! dengan dingin
berkata:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 68
"Thian-te-siang-kun berada di Pek-lian-kau, mengapa harus
membuat kekacauan di sini?"
Thian-kun malah balik bertanya:
"Keluarga Lamkiong sangat terkenal, untuk apa kalian campur
tangan dalam masalah ini?"
"Liu Kun mendatangkan malapetaka bagi negara dan rakyat..."
"Masing-masing orang mempunyai keinginan dan masingmasing menjalankan keinginannya, un- tuk apa kau terus omong
kosong?" kata Thian- kun, "tujuan kita adalah Kang Pin, kalau ada
orang menghadang kita melakukan hal ini, mereka akan
mendatangkan kesulitan untuk diri sendiri dan akan mencari mati
sendiri!"
"Memang kita tidak perlu banyak bicara!" Lo- taikun
menghentakkan tongkat ke bawah dengan kuat, tanah bergetar.
Lamkiong Po keluar:
"Biarlah masalah ini diselesaikan oleh putramu!"
Lo-taikun belum berkata, Thian-kun sudah berkata:
"Katanya generasi keluarga Lamkiong, dari lima saudara sudah
mati empat, apakah yang tersisa adalah dirimu?"
"Apakah kau ini Lamkiong Po?" tanya Thian- kun.
Lamkiong Po belum menjawab, Thian-kun bertanya lagi kepada
Lo-taikun:
"Keluarga Lamkiong sudah punya empat janda, apakah belum
cukup?"
Wajah Lo-taikun jadi muram:
"Omong kosong!"
Pedang Lamkiong Po sudah keluar dari sarung. Lamkiong Bingcu juga tidak lambat. Dia berlari ke samping Lamkiong Po dan
berkata:
"Paman keempat, aku bersama denganmu membunuh dua
siluman ini!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 69
"Baik..." Tapi tongkat berkepala naga sudah mencegat mereka,
"kalian mundur!"
Lamkiong Po dan Bing-cu sangat paham sifat Lo-taikun, terpaksa
mereka mundur. Lo-taikun langsung berkata kepada Thian-tesiang-kun:
"Kalau kalian berdua tidak mau berhenti, aku tidak bisa berkata
apa-apa!"
"Seharusnya dari tadi sudah bertarung!" Thian-te-siang-kun
menyerang.
Tongkat Lo-taikun berputar. Ujung tongkat menyerang telapak
Thian-kun. Sebelum mengenai telapak, arah serangan langsung
berubah, kepala tongkat menyerang wajah Te-kun.
Dua telapak Te-kun menyerang kepala tongkat. Thian-kun
menyerang dari arah yang lain. Dengan jurus 'Sin-liong-pek-bwe'
(Naga sakti menggoyang ekor) Lo-taikun meloncat ke atas, kepala
tongkat menyapu kepala Thian-te-siang-kun.
Thian-te-siang-kun ikut meloncat. Empat telapak sama-sama
menyerang, menyambut serangan tongkat kepala naga dari Lotaikun.
Walaupun umur Lo-taikun sudah tua dan tongkat begitu berat,
tapi waktu tongkat berada di tangannya, dia bisa menggunakan
seperti ringan, seperti berubah menjadi naga hidup terbang di
udara dan tubuhnya sedikitpun tidak terganggu.
Berturut-turut tujuh jurus sudah dikeluarkan. Serangan Thiante-siang-kun sudah ditahan dengan baik.
Thian-te-siang-kun saling melihat. Tubuhnya bersalto ke
belakang, lalu masing-masing mengeluarkan telapak kiri dan
kanan, saling menopang, mereka segera akan membunuh. Tiba-tiba
Tiong Toa-sian-seng, Su Yan-hong, Lam-touw, dan Siau Cu
meloncat turun dari genteng dan menahan di depan Kang Pin.
Kang Pin terlihat senang. Tapi wajah Thian-te-siang-kun sudah
cemberut:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 70
"Kalian lagi?"
Tiong Toa-sianseng tersenyum:
"Waktu di Ya-cu-lim kami tergesa-gesa, belum melihat Pek-kutmo-kang dari kalian berdua, maka hari ini kami terpaksa datang
kemari!"
"Di Ya-cu-lim kalian beruntung bisa kabur. Aku kira kalian bisa
tahu diri dan meninggalkan ibukota malam itu juga!" kata Thiankun. "Mereka siap mengantar kematian, kita harus membantu
mereka untuk sampai pada tujuan!" kata Te-kun.
"Kalian ada berapa orang, bertarunglah bersamaan!" kata Thiankun. Tiong Toa-sianseng maju selangkah dan ingin berbicara dengan
Lo-taikun, tapi Lo-taikun sudah mengeluarkan suara:
"Antara aku dan mereka masih belum tahu siapa yang menang
atau kalah!"
"Kami tidak berani merepotkan Lo-taikun. Malam itu di Ya-culim harus ada yang menang atau kalah!" kata Su Yan-hong.
"Betul, kalian guru dan murid pasti kalah!" kata Thian-kun.
"Salah!" Tiong Toa-sianseng menggelengkan kepala, "pada
malam itu kami ingin menyelamatkan orang. Apalagi lima utusan
lampion dan pembunuh-pembunuh sedang mengepung kami. Kata
orang, laki-laki baik tidak akan merugikan dirinya, maka kami
terpaksa pergi!"
"Ternyata seperti itu!" kata Thian-kun.
"Berarti sekarang kalian guru dan murid \ lagi?" tanya Te-kun.
"Itu sudah cukup!" Tiong Toa-sianseng mencabut pedang.
"Bagaimana kalau kalah? Apakah siap keluar dari dunia
persilatan?" tanya Te-kun.
"Tidak apa-apa!" Tiong Toa-sianseng tertawa, "kalau kalian
kalah, apakah juga sama?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 71
Thian-te-siang-kun mendengar Tiong Toa-sianseng berkata
dengan serius, mereka merasa aneh dan saling melihat. Thian-kun
tertawa dingin:
"Sekarang apa yang dikatakan semua orang adalah omong
kosong, setelah ada yang menang dan kalah baru kita bicarakan!"
Tiong Toa-sianseng menggelengkan kepala:
"Tetap adalah siluman dan bukan orang lurus, tidak seperti
orang dunia persilatan bisa mengeluarkan kata-kata tidak pernah
menyesal. Mereka terang-terangan dan jelas!"
"Sembarangan bicara!"
Ilmu Pek-kut-mo-kang segera digunakan. Tekun tidak lambat.
Dengan Thian-kun bersama-sama maju dan sama-sama
membentak dan menyerang Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong.
Tiong Toa-sianseng segera membentak:
"Jurus pertama Thian-liong..." Su Yan-hong segera mendekat
kepada Tiong Toa-sianseng. Tubuh mereka sama-sama bergerak.
Dua pedang bersama-sama menyambut telapak yang datang.
Pedang belum mengenai telapak, tubuh Tiong Toa-sianseng dan Su
Yan-hong sudah berubah lagi. Mereka melepaskan Te-kun, hanya
menyerang Thian-kun. Pedang Tiong Toa-sianseng menyerang
jurus-jurus telapak Thian-kun. Pedang Su Yan-hong menyerang
Tiong-hu-hiat milik Thian-kun.
Wajah Thian-kun berubah. Dia sedikit mundur lalu dengan
sepasang telapak mencegat pedang Su Yan-hong. Perubahan sangat
cepat. Pedang Tiong Toa-sianseng ingin mencegat juga sudah tidak
sempat, tapi Tiong Toa-sianseng tidak mencegat atau mengejar.
Tubuh bergerak, Tiong Toa-sianseng berputar melewati Su Yanhong. Kemudian pedang panjangnya bergerak. Dia menyerang
Tiong-hu-hiat milik Thian-kun.
Gerakan Te-kun tidak kurang cepat, tapi jurus Tiong Toasianseng berputar dan melewati Su Yan-hong, benar-benar di luar
dugaan Te-kun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 72
Thian-kun juga merasa terkejut. Tapi kali ini dia tidak mundur
juga tidak melayani Tiong Toa-sianseng, sepasang telapaknya masih
menyerang Su Yan-hong. Tiong Toa-sianseng segera sadar, Si-bun
(Pintu mati) Thian-kun sudah bergeser dari Tiong-hu-jiat. Maka
jurus pedang segera berubah. Sekarang dia menyerang Tai-yanghiat (di dekat sisi telinga) milik Thian-kun. Dia sedang berpikir
Thian-kun sudah ' mengeser Si-bun ke Tai-yang-hiat, hanya Tiong
Toa-i sianseng belum yakin.
"Kenapa...." Tubuh Thian-kun berhenti. Dua ! telapak tidak
menyerang Su Yan-hong lagi, tapi dia menghindari serangan ke Taiyang-hiat nya.
Tiong Toa-sianseng tidak berhenti, pedangnya terus menyerang
ke Tai-yang-hiat milik Thian-kun.
Thian-kun terus menjambut 12 kali serangan pedang dari Tiong
Toa-sianseng kemudian dia berubah dari bertahan menjadi
menyerang Tiong Toa-sianseng.
Setelah Su Yan-hong dicegat Te-kun, jurus pedang sudah
digunakan. Dalam posisi bertahan dia tetap mencari kesempatan
menyerang. Jika ada kesempatan, dia segera menyerang Tiong-huhiat, Leng-tai-hiat dan Tai-yang-hiat. Tapi kesempatan yang dia
dapatkan tidak banyak. Begitu mendapat kesempatan, dia segera
menyerang dan mengancam nyawa Te-kun.
Terlihat Te-kun tidak terbiasa. Kadang-kadang dia terlihat
kerepotan. Thian-kun juga seperti itu. Pek-kut-mo-kang sudah
mereka kuasai. Mereka juga tahu di mana Si-bun nya berada, tapi
mereka sama sekali tidak menyangka lawan juga tahu.
Walaupun umur Tiong Toa-sianseng sudah tua, tapi tenaga
dalamnya sangat kuat dan jarang yang bisa menandingi. Thian

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

liong-pat-sut di tangannya terlihat lincah dan cepat. Tidak kalah
dari Su Yan-hong.
Perubahan Thian-liong-pat-sut bisa menjaga arah dari mana
saja. Dia meloncat tinggi. Melihat dari atas ke bawah. Pedang bisa
terus menyerang Leng-tai-hiat milik Thian-kun. Thian-kun yang diLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 73
bawah terlihat sangat tidak terbiasa, tapi dia meloncat ke atas untuk
menyerang. Kesempatan tidak banyak.
Tiong Toa-sianseng belum selesai menyerang, Si-bun dari Thiankun sudah digeser lagi. Tiong Toa-sianseng tidak terus berada di
atas. Kali ini dia turun di belakang Thian-kun dan bisa
memunggungi Su Yan-hong. Dua pedang bersatu. Thian-kun dan
Tekun dipisahkan oleh mereka.
Jika Siang-kun bergabung, Pek-kut-mo-kang baru bisa
dikeluarkan dengan sempurna, Thian-liong-pat-sut juga harus
menyatukan dua pedang, baru mempunyai tenaga yang lebih
dasyat. Sekarang tidak hanya dua pedang bisa bersatu, mereka juga
bisa berhasil memisahkan Thian-te-siang-kun, sepasang pedang
bisa saling mengisi kekurangan dan kelebihan, dan sama-sama
menyerang Si-bun mereka. Yang pasti Thian-te-siang-kun merasa
sangat kesulitan.
Mereka berusaha menyatu lagi, tapi mereka tidak bisa melewati
hadangan dua pedang dari Tiong Toa-siansengn dan Su Yan-hong.
Awalnya mereka hanya curiga, sampai sekarang baru mereka yakin
Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong sudah tahu rahasia Pek-kutmo-kang.
"Siapa yang memberitahu rahasia Pek-kut-mo-kang..." Thiankun kelepasan berkata.
"Di dunia ini tidak ada ilmu silat yang tidak ada kelemahan.
Mengingat tidak mudah kalian berlatih ilmu silat ini, maka malam
ini kita bertarung sampai di sini saja!"
"Tidak semudah itu!" Te-kun menggelengkan kepala.
"Kalau kalian tidak pergi, terpaksa kami guru dan murid akan
melakukan pembunuhan!" Tiong Toa-sianseng terus mengatur
nafas. Bajunya terus mengeluarkan suara. Pedang yang di
tangannya terlihat bertambah terang.
Baju Su Yan-hong juga bergerak walaupun tidak ada angin
bertiup. Dia dan Tiong Toa-sianseng langsung menggunakan jurus
kelima dari Thian-liong-pat-sut!Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 74
Mereka mendengar Tiong Toa-sianseng berkata dengan serius,
hati mereka jadi berdebar-debar.
Keluarga Lamkiong, Lam-touw dan Siau Cu melihat Tiong Toasianseng dan Su Yan-hong berada di atas angin, mereka siap
bertindak. Thian-kun meli hatnya, dia cepat berkata:
"Lo-ji, mari kita pergi!"
Te-kun merasa tidak beruntung maka dia cepat mengangguk.
Kata Thian-kun dengan dingin:
"Biarlah kami berdua pergi, harap kalian berdua bisa selamat.
Biar kami dua saudara bisa membuat perhitungan lagi dengan
kalian!"
Mereka berdua meloncat ke atas genteng dan berkumpul
menjadi satu, kemudian tubuh bergerak pergi, mereka sudah
menghilang dalam kegelapan.
Kang Pin cepat datang:
"Hou-ya, mengapa kalian tidak sekalian membereskan mereka
agar tidak ada kerepotan di kemudian hari?"
"Kita masuk dulu baru dibicarakan!" kata Su Yan-hong.
99-99-99
Di dalam ruangan tamu, Kang Pin segera berkata:
"Tindakan Thian-te-siang-kun pasti ide Liu Kun!"
"Tidak diragukan lagi!" sahut Su Yan-hong, "maka aku
khawatir..."
"Hou-ya mengkhawatirkan apa..."
"Kaisar..Su Yan-hong menarik nafas.
Kang Pin menggelengkan kepala. Dia ingin mengatakan sesuatu
tapi Lo-taikun sudah bertanya dengan aneh:
"Tadi melihat Tiong Toa-sianseng dan Hou-ya bergabung,
Thian-te-siang-kun sudah tidak berdaya. Mengapa tidak mengambil
City Of Bones 5 Pengaruh Yang Tak Tampak The Invisible Influence Karya Pouw Kioe An Seruling Haus Darah 6

Cari Blog Ini