Ceritasilat Novel Online

Pendekar Aneh Seruling Sakti 16

Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong Bagian 16


seketika bergerak, terbukalah pintu untuk keluar.
Tanpa bilang suatu apapun juga, tampak nenek tua itu sudah melompat untuk
keluar, karena dia kuatir kalau nanti pintu rahasia itu tertutup lagi.
Kim Lo juga tidak mau membuang waktu, dia mendorong punggung nona Cin
agar si gadis melompat keluar.
Si gadis melompat keluar, namun dia disambuti oleh tongkat si nenek.
Kaget Kim Lo. Dia melihat lebih dulu, karena dia menyaksikan tongkat yang
tengah meluncur menyambar kepada dada si gadis.
Tanpa membuang waktu, dia bukannya mendorong terus punggung si gadis,
malah dia mencengkram baju di punggung si gadis, dia menariknya,
menghentak. Maka si gadis sesudah menerjang ke depan, dia menangkis
tongkat si nenek dengan serulingnya yang telah dikeluarkannya dengan
cepat.
Benturan yang terjadi antara seruling dengan tongkat si nenek benar-benar
sangat kuat sekali. Karena benturan itu sangat dahsyat, memekakkan anak
telinga.
Sedangkan si nenek cuma merasakan telapak tangannya yang pedih nyeri,
tanpa terhuyung atau tergempur kuda-kuda ke dua kakinya. Malah sambil
menjerit dengan suara yang sangat keras sekali. Dia sudah menghantam lagi
dengan tongkatnya itu, beruntun sampai tujuh kali.
Bagi Kim Lo sudah tak ada ruang yang bisa untuk membuatnya melompat,
karena waktu itu, ia tengah berdiri di ambang pintu rahasia kuburan yang
pendek sekali, maka dari itu, tujuh serangan lawannya ia hadapi dengan
serulingnya. Dia menggunakan jurus-jurusnya yang paling liehay.
Empat jurus dari serangan si nenek dapat dipunahkannya. Dan ia kemudian
berusaha menangkis serangan kelima dan keenam.
Setiap serangan dari si nenek memang mengandung kekuatan tenaga dalam
yang hebat sekali. Terlebih lagi setiap jurus semakin meningkat kekuatan
tenaga dalamnya.
Pada jurus kelima dan keenam itu, kekuatan tenaga dalam yang dipergunakan
si nenek memang sudah meningkat sangat kuat sekali.
Kim Lo menangkis dengan serulingnya pada jurus yang kelima, tubuh Kim Lo
tergetar hebat sedangkan serulingnya juga terpental ke samping.
Malah bersamaan dengan itu, tampak tongkat si nenek tua bungkuk telah
menyambar lagi, serangan keenamnya.
Kim Lo tahu dirinya menghadapi ancaman yang berat, dia mengeluarkan
tangan kirinya, dia nekad. Dia mencekal ujung tongkat si nenek.Su Nio Nio tidak menyangka akan kenekatan pemuda ini. Dia kaget karena
ujung tongkatnya dapat dicekal oleh Kim Lo. Maka dia berusaha menariknya.
Dia ingin melepaskan tongkatnya dari cekalan tangan Kim Lo.
Namun dia tidak mudah buat melepaskan tongkatnya itu karena Kim Lo
mencekalnya bukan dengan cekalan sembarangan. Tadi dia melihat bahwa
tenaga serangan dari si nenek bungkuk itu sangat kuat sekali. Maka dia
mencekal dengan mengerahkan sin-kang sepenuhnya.
Maka dari itu, walaupun si nenek menarik pulang tongkatnya, tetap saja
dia tidak bisa menarik pulang terlepas dari tangan si pemuda. Malah di
waktu itu mereka saling tarik menarik.
Untuk mencegah si nenek melakukan serangan yang ketujuhnya yang tentunya
tenaga dalam yang dipergunakannya semakin kuat juga maka Kim Lo waktu
merasakan si nenek tengah menarik tongkatnya, diapun membarengi
mendorongnya sambil melepaskannya.
Si nenek tercekat dan dia merasa kaget tidak terkira, karena tubuhnya
terhuyung mundur dan juga diwaktu itu dia hampir saja terjengkang rubuh.
Beruntung dia memang lihay, maka dia bisa mengendalikan tubuhnya, dia
tidak sampai terjengkang. Dalam keadaan seperti itu terlihat bahwa di
dalam keadaan seperti itu dipergunakan Kim Lo buat menarik tangan nona
Cin guna melompat keluar.
Gerakannya sangat gesit sekali. Dia melompat keluar dengan tubuh yang
sangat lincah, dia juga telah berusaha buat menjauhi diri dari nenek yang
kalap dan berkepandaian sangat tinggi itu.
Disaat itulah si nenek sudah berhasil menguasai dirinya. Dia tidak
terhuyung lagi, sudah bisa berdiri tegap dengan tubuh yang membungkuk dan
siap untuk menyerang lagi kepada Kim Lo.
"Hemmm. sekarang kita sudah berada di luar kuburan maka engkau dan
temanmu itu si gadis celakaitu, harus mempertangung jawabkan perbuatan
kalian."
Kim Lo melirik rona Cin.
"Kau mundur dulu, nona.. biar aku yang menghadapinya?" Kata Kim Lo.
Nona Cin tahu bahwa dia memiliki kepandaian yang masih terbatas. Karena
dari itu dia mundur.
Ia tahu jika dia ikut menyerang si nenek, hanya akan merepotkan Kim Lo,
di mana perhatian Kim Lo akan terbagi dan dia juga akan melindunginya.
Dengan begitu perhatian Kim Lo terpecahkan.
Di waktu itulah tampak si nenek tua bungkuk sudah datang dekat sekali.
Tongkatnya pun sudah siap buat menyerang.
Keadaan jadi tegang sekali, karena Kim Lo sendiri sebetulnya agak
tergetar hatinya melihat mata si nenek yang begitu tajam.
"Kau yang mau mampus lebih dulu?" tanya si nenek tua dengan sikap yang
bengis.
Sambil bertanya, tangannya tidak tinggal diam karena tongkatnya sudah
menyambar hebat sekali.Dalam keadaan seperti itu Kim Lo tak mau menangkis dengan serulingnya. Ia
tak mau mengadu keras dengan keras, karena dia tahu tenaga dalam si nenek
bungkuk ini, walaupun dia sudah tua, tetap saja ia merupakan seorang yang
lebih tinggi lweekangnya. Maka dia cuma mengelak saja.
Di antara berkesiuran angin serangan itu, terlihat betapa pun juga
tongkat si nenek seperti memiliki mata. Biarpun tubuh Kim Lo sudah
melompat mengelakkan diri ke samping tapi tongkat itu tahu-tahu dapat
berbelok dan telah menyambar lagi ke punggung si pemuda.
Sekali ini Kim Lo sudah tidak memiliki kesempatan buat mengelakkan diri
dari hantaman tongkat si nenek. Maka terpaksa jalan satu-satunya dia
hanya menangkis dengan serulingnya.
Dia menangkisnya dengan kuat sekali, karena dia mengerahkan tenaga
dalamnya sembilan bagian. Tongkat dengan serulingnya itu saling bentur
dan tangan Kim Lo tergetar keras!
Tapi dia tetap bertahan, serulingnya tidak di tarik pulang, karena ia
terus juga menempel tongkat si nenek tua bungkuk dengan serulingnya.
Di antara sinar mata si nenek yang bengis tampak bahwa dia memiliki
maksud membunuh. Sedangkan Kim Lo tahu dengan menempelkan terus
serulingnya pada tongkat si nenek, berarti dia dengan si nenek akan
mengadu kekuatan tenaga dalam, dan ini lebih menguntungkan dirinya,
karena dia masih muda, dengan begitu dia menang napas dan ia bisa
bertahan lebih lama.
Sedangkan si nenek tua bungkuk itu sudah tua sekali, dan benar memang
lweekangnya sangat tinggi dan kuat, tokh dalam hal ini ia tak akan bisa
bertahan terlalu lama.
Di antara berkelebatnya sinar mata si nenek yang bengis tiba-tiba ludah
si nenek meluncur, karena dia meludahi muka Kim Lo.
Kim Lo kaget. Dia melompat ke belakang terpaksa ia telah menarik pulang
serulingnya.
Justeru mempergunakan kesempatan itu, tongkat si nenek telah menghantam.
"Buuukkk!" Kim Lo tak bisa mengelakkan lagi, karena pundaknya telah kena
dihantam, ia terjungkal dan rubuh bergulingan.
Namun ia tak sampai terluka di dalam. Sebab waktu tongkat si nenek hampir
mengenai pundaknya, Kim Lo sudah mengempos semangatnya, dia menyalurkan
tenaga dalamnya pada pundaknya, melindungi bagian anggota tubuhnya itu,
sehingga waktu tongkat si nenek singgah di pundaknya, tidak membuat Kim
Lo terluka.
Hantaman yang dilakukan si nenek tua memang merupakan hantaman yang
menentukan.
Kalau sampai Kim Lo terserang kali ini, jangan harap dia bisa lolos dari
kematian. Karena si nenek telah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga
dalamnya.
Kim Lo juga menyadari akan hal itu, karena dia merasakan sambaran angin
serangan tongkat si nenek tua bungkuk itu, sangat hebat sekali. Kim Lo
membuang diri, dia bergulingan di tanah.Namun tongkat itu terus juga menyambar mengikutinya. Dan terus pula
mengikuti mengincar bagian yang mematikan di tubuh Kim Lo.
Berulangkali Kim Lo mengelakkannya dengan bergulingan di tanah.
Keadaannya jadi terancam sekali.
Nona Cin menyaksikan betapa jiwa Kim Lo terancam bahaya, dia tidak bisa
berdiam diri saja. Sambil membentak pedangnya ditimpukkannya kepada si
nenek.
Pedang itu berkesiuran keras sekali, tapi si nenek tanpa menoleh telah
mengibas.
Pedang si gadis she Cin yang tengah menyambar kepada dirinya, telah
terbendung oleh sesuatu kekuatan, malah terpental dan berbalik menyambar
kepada nona Cin itu sendiri.
Pedang itu menyambar cepat sekali, tahu-tahu sudah berada di depan si
gadis. Malah meluncurnya lebih cepat dibandingkan tadi waktu si gadis
menimpukkan pedangnya, karena tenaga sampokan si nenek jauh lebih kuat.
Tidak ada jalan lain, nona Cin membuang diri, dia bergulingan di tanah.
Ia menyelamatkan diri dengan pakaiannya yang dikorbankannya menjadi
kotor.
Sedangkan diwaktu itu, pedang si gadis masih terus meluncur kemudian
menancap di batang pohon dalam sekali. Hampir seluruh badan pedang
menancap dan hanya tinggal sedikit dengan gagangnya.
Kim Lo waktu itu masih terus menghindarkan diri dari sambaran tongkat si
nenek.
Tapi nenek itu tidak mau membiarkan kesempatan, dia sudah murka benar.
Dia berpikir memang dia harus membinasakan Kim Lo, tidak akan
membiarkannya terus juga hidup, karena dia kehilangan Kam Yu disebabkan
Kim Lo.
Suatu kali, waktu Kim Lo berputar menggelinding di tanah, justeru tongkat
si nenek menyambar ke mukanya. Kim Lo tidak keburu mengelakkan
seluruhnya, karena diwaktu itu, justeru dia cuma bisa mendongakkan
kepalanya sebagian, kain penutup mukanya telah kena di congkel oleh
tongkat si nenek, dengan demikian penutup muka itu jadi terbuka dan
tampak wajah yang seperti kera.
Si nenek mengeluarkan seruan tertahan. Tampaknya dia heran dan kaget.
Justeru melihat wajah Kim Lo seperti itu dia sudah melompat mundur dan
tidak meneruskan serangannya, membuat Kim Lo bisa melompat berdiri. Malah
Kim Lo masih memiliki kesempatan buat mengenakan kembali penutup mukanya.
Tiba-tiba si nenek tua Su Nio Nio telah tertawa bergelak-gelak nyaring
sekali.
"Hebat, siapa sangka hari ini aku telah bertempur dengan seekor kera!"
Mendengar ejekan Su Nio Nio bukah main gusarnya Kim Lo. Walaupun tadi dia
sudah terdesak hebat oleh nenek tua itu namun sama sekali dia tidak jeri,
malah sambil mengeluarkan suara bentakan yang keras, dia melompat,menghantam dengan telapak tangan kirinya sedangkan serulingnya telah
dipergunakan buat menotok.
"Berhenti!" Dia membentak.
Kim Lo menahan serangannya. Matanya memancarkan sinar yang tajam.
Si nenek telah tertawa lagi. Tentu saja tertawa mengejek.
"Hemm, tentunya kau tidak menyangka bahwa aku ini sebetulnya seorang yang
tidak ada tandingan di dalam dunia ini. Sebetulnya tadi aku sudah
memutuskan walaupun bagaimana engkau harus mampus di tanganku!
"Tapi justeru sekarang, karena aku sudah mengetahui bahwa engkau adalah
seekor monyet belaka maka aku membatalkan maksudku, engkau batal kubunuh.
Karena dari itu engkau akan kutangkap buat diperlihatkan nanti kepada
sahabat-sahabatku."
Kim Lo merasakan wajahnya sangat panas sekali. Ia juga telah memandang
dengan tajam kepada nenek tua itu, karena hatinya terbakar bukan main.
Malah diiringi dengan bentakan nekadnya, ia sudah menerjang kepada si
nenek, sehingga tubuhnya melesat sangat pesat sekali. Dia sudah
mempergunakan seruling buat menotok dan juga dengan telapak tangan
kirinya buat menghantam.
Tapi kembali si nenek tua bungkuk itu melompat mundur, karena ia memang
tidak mau melayani Kim Lo.
Karena murka luar biasa, dia menjerit berulangkali. Dalam kemurkaannya
seperti itu, gerakan Kim Lo jadi semakin gesit, sehingga ia tampaknya
seperti seekor kera yang melompat ke sana ke mari dengan lincah sekali.
Serulingnya juga telah menyambar-nyambar dengan hebat, karena dia sudah
mengeluarkan seluruh ilmu andalannya.
Nona Cin sendiri sudah menyusut keringat dingin yang keluar membasahi
tubuhnya dan mukanya. Dia kaget tidak terkira tadi nyaris terkena
pedangnya sendiri yang berbalik menyambar kepalanya.
Hampir saja pedangnya itu makan majikan dan ia terkena pedangnya sendiri.
Karena dari itu, mukanya agak pucat dan tubuhnya juga menggigil.
Namun si gadis berdiam sejenak akhirnya bisa menguasai diri, dia
melangkah menghampiri pohon di mana pedangnya menancapnya di situ, dia
menarik pedangnya.
Keras sekali.
Walaupun si gadis telah mengerahkan tenaganya, dia tidak berhasil menarik
pedangnya itu dari batang pohon tersebut.
Karena dari itu nona Cin akhirnya telah berdiam diri sambil menyusuti
keringatnya. Ia berpikir keras, dia mengawasi pedangnya itu, sampai
akhirnya dia tidak berusaha mencabut lagi pedangnya, karena menyadari
percuma saja tidak akan berhasil menarik pedangnya itu.Tengah si gadis gelisah sekali disebabkan dia tidak bisa menarik
pedangnya itu, justeru tampak beberapa sosok tubuh yang tengah berlarilari mendatangi.
Hati si gadis tercekat.
"Apakah Kam Yu datang kembali dengan membawa teman-temannya?" Berpikir si
gadis. Dia kuatir kalau memang Kam Yu datang bersama teman-temannya,
niscaya akan membuat dia dan Kim Lo sulit meloloskan diri dari tangan Kam
Yu. Tapi setelah dia memperhatikan dengan seksama dia bisa bernapas lega,
karena yang tengah berlari-lari mendatangi itu bukanlah Kam Yu, seperti
yang diduganya, melainkan yang berlari di sebelah depan adalah seorang
gadis yang cantik bukan main.
Nona Cin jadi heran, dia memperhatikan terus, sedangkan orang-orang yang
tengah berlari mendatangi, semakin dekat. Di belakang gadis itu tampak
seorang lelaki berusia pertengahan baya.
Gerakan tubuh mereka sangat ringan, karena gin-kang mereka tampaknya
tinggi sekali.
Di belakang sekali dari si gadis dan lelaki setengah baya tersebut
berlari juga seorang wanita, dengan sikap seenaknya mukanya pun cantik
sekali. Hanya usianya sudah pertengahan dan mungkin juga dia ibu dari si
gadis.
Kim Lo yang tengah bertempur dengan si nenek tua bungkuk Su Nio Nio, jadi
girang bukan main ketika melihat orang-orang itu, semangatnya terbangun.
"Yo Kouwnio.! Lie Pehu! Pehbo!" Memanggil Kim Lo dengan suara yang
nyaring.
"Kim Lo jangan takut!" Terdengar si gadis yang berlari di depan sudah
berseru dengan suara yang sangat nyaring.
Malah dia berlari terus dengan cepat sekali, tanpa memperdulikan nona Cin
yang tengah mengawasi padanya dengan sinar mata bertanya-tanya dan
keheran-heranan, sedangkan waktu dia melewati nona Cin menegurnya, karena
dia menyangka tentunya ke tiga orang ini sahabat Kim Lo, dia melihat
betapa Kim Lo menyambut kedatangan ke tiga orang itu dengan kegembiraan
yang meluap-luap.
Hanya saja gadis itu telah berlari terus menghampiri ke arah si nenek tua
bungkuk, tangannya sudah mencabut pedangnya, segera dia menikam. Cepat
dan hebat sekali, tenaga tikaman si gadis. Jauh lebih liehay dari cara
menikam nona Cin, membuat si nenek yang tengah mendesak Kim Lo tidak
berani meremehkannya.
Dia juga telah beberapa kali berseru dengan marah dia merasakan, betapa
kuatnya tenaga serangan dari pedang gadis itu.
Malah disaat itu terlihat Kim Lo membarengi menyambar serulingnya, akan
menotok jalan darahnya.
Dengan begitu si nenek tua bungkuk Su Nio Nio sudah menghadapi Kim Lo dan
gadis she Yo itu, yang kepandaiannya ternyata tidak terpaut jauh dengan
kepandaian Kim Lo, sangat liehay sekali.Siapakah gadis she Yo itu?


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia tidak lain Yo Bie Lan, putri dari Yo Him dengan Sasana! Cucu dari
Sin-tiauw Tayhiap Yo Ko dan Siauw Liong Lie.
Maka dari itu tidak mengherankan kalau begitu dia menyerang, ilmu
pedangnya itu tinggi sekali, dan pedangnya menyambar dengan hebat.
Lalu siapa kedua orang usia pertengahan yang pria dan wanita itu?
Mereka tak lain dari Ko Tie dan Giok Hoa suami isteri yang liehay sekali.
Waktu itu Ko Tie dan Giok Hoa sudah datang dekat, tapi mereka tidak ikut
menerjang maju mereka hanya berdiri di pinggiran dan menyaksikan
pertempuran yang tengah berlangsung itu.
Di kala itu Yo Bie Lan sudah menyerang dengan setiap tikaman yang bisa
mengancam si nenek pada kematian, memaksa si nenek tua itu harus main
mundur.
Malah dengan pedangnya Yo Bie Lan tidak jeri untuk saling bentur dengan
tongkat Su Nio Nio. Setiap kali tongkat si nenek menyambar kepadanya, dia
menangkisnya dengan kuat sekali.
"Traaanggg.," sama sekali pedang si gadis tidak tergoyahkan, malah
selalu dia bisa menarik pulang pedangnya dengan baik dan meneruskan
serangan yang beruntun lagi.
Setelah mengalami beberapa kali benturan antara tongkatnya dengan pedang
membuat si nenek tua bungkuk itu akhirnya jadi mengetahui bahwa
kepandaian Yo Bie Lan memang sangat tinggi.
Dia jadi bertanya-tanya di dalam hatinya, karena ia tidak tahu entah
siapa gadis yang liehay ini! Dia melihat usia si gadis sangat muda
sekali, tapi ilmu pedangnya sangat hebat.
Sedangkan si nenek juga melihat di tempat itu telah datang sepasang pria
dan wanita usia pertengahan baya, yang diduganya sebagai orang tua dari
si gadis yang tangguh ini. Tentu kepandaian kedua orang itu jauh lebih
liehay.
Karena dari itu, hati si nenek tua jadi kecut. Belum lagi Kim Lo yang
liehay. Kalau memang ke empat orang ini serentak turun tangan
mengeroyoknya, bukankah ia akan menemul ajalnya? Bukankah dengan mudah
dia bisa dirubuhkan?"
Dalam suatu kesempatan, waktu Yo Bie Lan tengah mengelakkan serangan
tongkatnya dan Kim Lo juga tengah melompat mengelak dari serangan telapak
tangan kirinya. Si nenek telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat ke
belakang, dia telah menjauhkan diri.
"Suatu waktu nanti aku akan mencari kalian buat memperhitungkan semua
ini!" Teriaknya dan dia angkat kaki, berlari dengan cepat sekali.
Yo Bie Lan hendak mengejar, namun Kim Lo mencegahnya
"Biar dia pergi!"Kemudian Kim Lo menghampiri Ko Tie dan Giok Hoa. Ia berlutut memberi
hormat pada suami isteri yang tangguh itu.
"Bangun Kim Lo, jangan banyak peradatan!" kata Ko Tie dengan sikap yang
sabar.
Pertemuan ini memang membuat mereka jadi gembira. Karena mereka telah
saling bertanya apa saja yang telah mereka hasilkan dalam perjalanan dan
usaha mereka.
"Apakah kau sudah berhasil menyelidiki Giok-sie Kim Lo?" tanya Ko Tie
kemudian.
Kim Lo mengangguk.
"Ya, justeru nenek tua bungkuk itupun ingin sekali memiliki Giok-sie. Ia
telah menghadapi Kam Yu yang telah sempat menghilangkan jejak, sedangkan
Giok-sie berada di tangan Kam Yu.......!" Setelah berkata begitu, Kim Lo
segera menceritakan apa yang telah dialaminya.
Setelah selesai bercerita, barulah ia teringat pada nona Cin.
"Oh ya, belum lagi boanpwe memperkenalkan Pehhu dan Pehbo serta kau Yo
Kouwnio, kepada nona Cin.!" Sambil bilang begitu dia menoleh ke tempat
di mana tadi nona Cin berdiri.
Tapi gadis itu sudah tidak terlihat bayangannya lagi! Kosong, yang tampak
hanyalah pedang si gadis yang berada di batang pohon itu menancap dalam
sekali.
Diwaktu itu tampak Kim Lo jadi kaget.
"Ihhh, ke mana?" serunya.
"Siapa?" Tanya Yo Bie Lan.
"Nona Cin, yang tadi kuceritakan!"
Muka Yo Bie Lan berobah, tapi dia berusaha tersenyum. Walaupun seketika
hatinya jadi tidak gembira, karena dia agak cemburu.
"Apakah....... apakah gadis yang mengenakan baju hijau dan celana biru?"
Tanyanya.
Kim Lo mengangguk.
"Ya, kami telah melihatnya tadi! Dia telah pergi meninggalkan tempat ini.
Semula kami menduga bahwa dia adalah orangnya si nenek, kami membiarkan
saja dia pergi.......!" Kata Ko Tie.
"Dialah nona Cin.!"
"Hemmm, kalau begitu kita perlu mencari dia, buat menanyakan kepadanya,
sebetulnya siapa dia mengapa dia bisa mengetahui Giok-sie sudah berada di
tangan Kam Yu?"
"Ya, mengapa dia pergi tanpa memberitahukan lagi!" Gumam Kim Lo.
Waktu itu Ko Tie mengajak Kim Lo dan yang lainnya buat masuk ke dalam
kuburan, pintu rahasianya masih terbuka dan belum tertutup.Tapi setelah mereka acak-acak isi kuburan itu tetap saja Giok-sie tidak
bisa mereka temukan.
Kembali kita menemui jalan buntu!
"Kalau saja nona Cin tidak pergi, tentu kita bisa meminta keterangan dari
dia dan ini penting sekali!" Kata Kim Lo.
Yo Bie Lan tampaknya kurang senang. Dia sudah bilang: "Tanpa nona Cin itu
pun kita bisa menyelidikinya. Bukankah kita sudah sampai di sini, dan
kita bisa saja melakukan penyelidikan lebih jauh, karena memang diwaktu
sekarang ini kita pun sudah mengetahui beberapa hal tertentu.......!"
"Ya..... memang akupun berpikir begitu," katanya, mengalah. Dia juga
tertawa, menyeringai. Namun diwaktu itu tutup mukanya masih dikenakan
maka si gadis tidak mengetahui Kim Lo menyeringai.
Sedangkan Ko Tie dan Giok Hoa berunding sejenak lalu Ko Tie menyarankan
agar mereka mencari saja nona Cin itu karena tentunya nona Cin itu belum
lagi jauh, dan mereka masih bisa mencarinya? Dari nona Cin itu, tentu
akan bisa dimintai keterangan. Dan disebabkan itu pula, akhirnya membuat
Kim Lo berempat berusaha untuk mencari nona Cin.
Waktu mereka pergi melakukan perjalanan, tampak Kim Lo dengan nona Yo itu
bercakap-cakap dengan gembira sekali, banyak yang mereka ceritakan.
Terutama sekali, justeru memang hal-hal yang menyangkut Giok-sie.
"Jadi sekarang Hui-houw-to telah pergi menyingkirkan diri?" tanya Ko Tie.
Kim Lo menggeleng.
"Entah kami juga tidak mengetahui dengan pasti apakah ia pergi
meninggalkan daerah ini, atau memang ia masih berusaha untuk melakukan
tugasnya, guna memperoleh upah yang besar itu. Atau memang ia pun hendak
pergi menyelamatkan diri dari ketua Khong-tong-pay, karena ia tidak
berhasil melaksanakan tugasnya, hal itu kami tidak mengetahuinya.......!"
"Tapi dia sebetulnya merupakan kunci yang terpenting untuk urusan Gioksie ini justeru lewat surat yang ditulis ketua Khong-tong-pay, dunia
persilatan sudah tergoncangkan untuk memperebutkan Giok-sie.......!"
"Ya, dia pun menyadari hal itu!"
"Sebetulnya.!" Berkata sampai begitu, Giok Hoa tidak berkata lebih
jauh.
Suaminya menoleh.
"Ada apa Hoa-moay?" Tanya Ko Tie.
"Aku ingin meninggalkan, bahwa sekarang ini di dalam rimba persilatan
sudah terlalu panas!"
"Terlalu panas?"
"Ya!"
"Mengapa?!""Karena hampir semua orang rimba persilatan yang kepandaiannya tinggi
hendak memperebutkan Giok-sie. Demikian juga halnya dengan orang
kerajaan, karena Kaisar penjajah itu pun bermaksud hendak memperoleh
Giok-sie. Entah sudah berapa banyak pahlawan kerajaan yang dikerahkannya
buat mencari Giok-sie.
"Hemmm, itu belum seberapa, yang cukup berbahaya adalah ketua Khong-tongpay itu karena ia seakan juga mengetahui jelas tentang Giok-sie.
"Ya..!" Tampak Giok Hoa pun menghela napas kemudian menoleh kepada Kim
Lo. "Apakah dalam hal ini terjadi urusan yang kau temukan umpamanya
tentang Giok-sie itu!"
Kim Lo menggeleng.
"Tidak ada yang berani, karena si gadis she Cin itu telah pergi sebelum
aku sempat memperoleh keterangan! Waktu kami berdua datang ke kuburan ini
kami tidak memiliki kesempatan buat terlalu banyak bicara.
"Karena di waktu itu ada dua orang anak buah Kam Yu yaitu Ang-lie dan
Tang Mun.. Belum banyak keterangan yang diberikan nona Cin kepadaku?"
"Baiklah! Apakah kau tidak ingat atau memang pernah nona Cin itu
memberitahukan padamu sesungguhnya dia dari mana?" Tanya Ko Tie.
Kim Lo menggeleng.
"Tidak! Malah dia belum lagi memberitahukan namanya, dia cuma
memberitahukan she nya itu!"
"Hemm, benar-benar gadis itu diliputi rahasia yang sangat mengherankan
sekali."
"Ya, ia merupakan seorang gadis yang luar biasa!" Kata Kim Lo sambil
mengangguk.
Muka Yo Bie Lan berobah.
"Hemm, memang luar biasa cantiknya!"
Kim Lo melirik.
Dia jadi kaget melihat mata Yo Bie Lan. Cepat-cepat dia berusaha bilang
lagi buat menyelesaikan persoalan yang sebenarnya.
"Untuk urusan ini tidak terdapat hubungan apapun di antara kami, karena
kami baru saja berkenalan....... Justru dia telah pergi sebelum lagi
memberitahukan hal-hal yang penting! Tampaknya nona Cin mengetahui banyak
tentang Giok-sie..!"
"Kemudian bagaimana nasib nelayan yang beruntung memperoleh Giok-sie
itu?!"
"Kalau tidak dibunuh oleh Kam Yu dan anak buahnya tentu dia masih hidup!"Ko Tie dan Giok Hoa tersenyum mendengar perkataan Kim Lo. Demikian juga
Yo Bie Lan yang tidak urung tertawa.
Kim Lo jadi malu. Dia tadi telah salah bicara maka dia membisikinya:
"Maksudku kalau memang nelayan itu memberikannya secara baik-baik kepada
Kam Yu, niscaya setelah memperoleh Giok-sie itu, Kam Yu tidak membunuh si
nelayan, cuma memindahkannya ke tempat lain agar si nelayan tidak membuka
mulut lagi di luaran....... tentu saja dengan memberikan juga hadiah yang
sangat besar sekali kepada nelayan itu."
Ko Tie mengangguk,
"Ya, kemungkinan itu bisa saja terjadi kalau memang kita bisa mencari
jejak si nelayan buat meminta keterangan dirinya itu pun sangat penting!"
"Benar Pehu, dan nona Cin tampaknya mengetahui di mana beradanya si
nelayan! Sampai Giok-sie berada di tangan Kam Yu dia mengetahui dengan
jelas.!"
Yo Bie Lan mendengus dingin.
"Ya, memang nona Cin mu telah serba tahu akan persoalan!" katanya tak
senang.
Kim Lo tak melayani sikap si gadis.
"Pehhu, apakah kita akan mencari terus jejak nona Cin?" tanyanya.
"Ya!"
"Baiklah, kalau begitu coba kita pergi ke tempat dimana aku pernah
bertemu pertama kalinya dengan gadis she Cin itu, mungkin ia berada di
sekitar tempat itu!"
Yo Bie Lan tak bilang apa-apa, ia jalan di belakang rombongan. Mukanya
cemberut, tampaknya masam. Ia tidak senang dan tengah mendongkol.
Ko Tie dan Giok Hoa senyum-senyum saja melihat sikap si gadis, sedangkan
Kim Lo pura-pura tak melihat sikap si gadis.
Diwaktu itu, Yo Bie Lan akhirnya tidak bisa menahan perasaannya.
"Kim Koko, aku ingin membicarakan suatu padamu!" Katanya.
Kim Lo menoleh.
"Dengan aku?" Tanyanya sambil menunjuk diri.
Yo Bie Lan mengangguk.
"Ya!"
Kim Lo menoleh kepada Ko Tie dan Giok Hoa.
"Maafkan Pehhu dan Pehbo. nona Yo ingin membicarakan sesuatu denganku."
"Silahkan!"Giok Hoa menyeletuk menggoda si nona Yo. "Apakah kami tidak boleh diajak
mendengarkan percakapan kalian?"
Pipi nona Yo berobah merah, tapi dia masih bisa memaksakan diri
tersenyum.
Selama berjalan berdua begitu, hati Kim Lo jadi berdebar keras sekali.
Dia sering melirik dan melihat, walaupun dalam keadaan cemberut masam
seperti itu, muka si gadis cantik bukan main.
Dan gadis she Yo ini seperti juga secantik bidadari. Entah apa akan
dibicarakannya?
"Nona Yo.!" Panggil Kim Lo akhirnya, setelah melihat si gadis berdiam
diri saja.
"Ya."
"Apakah yang hendak nona katakan padaku?" tanya Kim Lo lagi.
Yo Bie Lan tampak bimbang sekali, ia berhenti melangkah dan memetik
sekuntum bunga di tepi jalan, lalu berjalan lagi perlahan-lahan.
"Memang ada yang ingin kutanyakan padamu, tapi entah Kim Koko akan marah
atau tidak?!" tanya si gadis kemudian, suaranya perlahan.
Hati Kim Lo semakin berdebar. Ia heran, mengapa sikap si gadis yang
biasanya terbuka, jadi demikian pemalu.
"Mengapa harus marah nona Yo? Katakanlah, apa yang ingin kau tanyakan?!"
"Sebetulnya tentang........ tentang..!!"
"Tentang apa nona Yo?!"
"Perihal nona Cin mu itu.!"
"Oh, nona Cin?!" Kim Lo jadi tertawa.
Yo Bie Lan menoleh mukanya cemberut.
"Mengapa kau tertawa?!" Tanyanya tidak senang.
Mulut Kim Lo seketika terkatup, lenyap tertawa. Diapun menunduk.
"Tidak apa-apa.......!" sahutnya segera.
"Apakah pertanyaanku itu lucu sehingga perlu kau tertawakan?" tanya si
gadis, yang tampaknya tersinggung.
"Oh bukan... bukan begitu nona Yo. Semula aku menduga, persoalan yang
ingin kau tanyakan adalah persoalan Giok-sie atau urusan yang sangat
penting. Siapa tahu akhirnya ternyata yang hendak kau tanyakan adalah
hanya persoalan nona Cin belaka.......
"Aku jadi merasa geli karena sebelumnya aku menduga urusan yang
menyenangkan hati, di mana tadi aku terus terang memang merasa tegang.
Tidak tahunya hanya urusan biasa saja?""Ya urusan nona Cin pun kukira sangat penting. Bukankah sekarang ini
kita pun tengah mencari jejaknya, karena dari dia akan kita peroleh
banyak keterangan?!"
Kim Lo mengangguk.
"Karena itu, kukira yang akan kutanyakan tentang nona Cin pun merupakan
urusan yang sangat penting sekali."
"Ya, ya, tadi aku tidak terpikir sampai ke situ!"
"Maafkan aku nona Yo!"
"Yang ingin kutanyakan..!" Berkata sampai di situ, tampak si gadis
bimbang.
"Mengapa nona?!"
"Tentang pribadinya tentu kau mengetahuinya?!"
Kim Lo tertegun sejenak, kemudian tertawa lagi. Tapi baru saja dia
tertawa sebentar, dia sudah berhenti tertawa, karena dia teringat tadi si
gadis tidak senang dia tertawa. Maka dari itu cepat-cepat dia berhenti
tertawa.
Yo Bie Lan menoleh kepada Kim Lo. Tatapan matanya agak aneh luar biasa
membuat Kim Lo heran dan telah menunduk karena dia tidak berani menantang
tatapan mata si gadis. Sampai akhirnya si gadis bertanya kepada Kim Lo.
"Benarkah gadis itu tidak pernah menceritakan sesuatu apapun padamu?!"
Kim Lo semakin heran, ia mengangguk.
"Ya. Apakah ada sesuatu yang tak beres, nona Yo?" tanya Kim Lo kemudian.
Gadis itu tampak muram ia bilang: "Kulihat hubunganmu dengan gadis itu
cukup baik karena tadi....... tadi.!"
"Ya?!"
"Gadis itu dalam keadaan terluka. Bukankah begitu?!"


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kim Lo mengangguk.
"Benar, Gadis itu memang tengah terluka, kepandaian nona Cin memang belum
begitu sempurna, sehingga ia kena dilukai oleh Su Nio Nio si nenek tua
itu!"
"Hemmm, tentunya ia bertempur mati-matian karena membela kau bukan?"
"Ya, memang aku merasa berhutang budi padanya. Waktu aku terdesak oleh
nenek tua bungkuk itu, ia telah menerjang nekad dengan pedangnya.
"Malah akhirnya membuat ia terluka seperti itu, dan ia dua kali terkena
serangan Su Nio Nio. Sedangkan aku sendiri akhirnya dapat terlolos dari
ancaman!"
Muka Bie Lan jadi semakin guram."Kalau memang demikian halnya, maka jelas kalian memang memiliki hubungan
yang jauh lebih intim. Jika tidak mustahil dia mau membela mati-matian
seperti itu kepadamu?"
Muka Kim Lo terasa panas, tapi karena dia mengenakan penutup muka, maka
si gadis tidak mengetahui perubahan muka si pemuda, dia sudah menghela
napas dalam-dalam, dia bilang.
"Jika memang nona bilang begitu kukira salah. Tapi jika memang nona Cin
memiliki maksud tertentu, yaitu hendak meminjam tanganku buat melakukan
sesuatu kemungkinan itu jauh lebih besar."
"Baiklah!" kata nona Yo, "Jika memang demikian, ya sudah!"
"Sebetulnya ada apa nona Yo?!"
"Tidak ada apa-apa..!"
"Tampaknya kau menaruh perhatian kepada nona Cin!"
Muka Yo Bie Lan berobah merah.
"Justeru aku kuatir karena melihat wajahnya yang cantik, lalu kau bisa
diperalat oleh dia untuk merebut Giok-sie tanpa ingat lagi kepada kami!"
Yo Bie Lan waktu bilang begitu, suaranya tawar.
Kim Lo terkejut.
"Ohhh, untuk ini tentu saja tidak mungkin terjadi!! Justeru lewat nona
Cin itu aku ingin mengorek keterangan darinya.!"
"Benarkah?" Bie Lan melirik
Kim Lo mengangguk.
"Tentu saja benar, nona Yo!"
"Apakah sudah menerima keterangan darinya?"
"Be belum. Tidak ada kesempatan untuk membicarakan sesuatu lainnya,
karena di waktu itu beruntun kami menghadapi Su Nio Nio juga Kam Yu
dengan anak buahnya."
"Hemmm, tapi aku jadi curiga."
"Apa yang kau curigakan, nona!"
"Kalian tentu bukan bersungguh-sungguh untuk mengurus Giok-sie
melainkan. melainkan.."
"Melainkan apa nona Yo?!"
"Justeru aku curiga bahwa kalian justeru bukannya mencari Giok-sie, malah
kalian telah berkasih-kasihan.!"
Kaget Kim Lo.
"Oh, nona Yo mengapa kau memiliki dugaan seperti itu..?""Karena aku tadi melihat sinar mata dari nona Cin mu itu, yang mengandung
perasaan tidak puas, waktu melihat aku dengan paman Ko Tie dan bibi Giok
Hoa tiba di sini.!"
"Hemmm, kalau memang demikian halnya nona memiliki dugaan yang keliru!"
"Dugaan keliru bagaimana?"
"Karena tampaknya nona tidak melihat bahwa betapa canggungnya nona Cin
itu. Dimana ia tidak kenal dengan kalian dan dia malah tidak tahu harus
menegur bagaimana pada kalian!
"Akupun menyesal, karena gembira melihat kedatangan kalian, aku telah
melupakan dan tidak mengacuhkannya, sehingga ini mungkin saja membuat dia
tersinggung karena merasa tidak diacuhkan oleh kita!"
"Hemmm, memang jelas ia tersinggung dan malah malah kulihat ia cemburu!
Karena melihat orang yang dikasihinya tidak melayaninya dengan baik."
Setelah berkata begitu, Yo Bie Lan tertawa perlahan, tapi sinis sekali
suara tertawanya itu.
Kim Lo menghela napas. Memang sulit sekali mengenal hati wanita.
Sebetulnya nona Yo sangat baik padanya entah mengapa sekarang justeru
nona Yo tampaknya selalu mengejeknya dan sikapnya dingin sekali.
Tapi Kim Lo tidak berani untuk berpikir sejauh itu. Ia tahu Yo Bie Lan
memiliki sikap yang agung tidak sembarangan pria yang bisa mendekatinya.
Dan juga memang Yo Bie Lan sangat cantik sekali. Akan banyak pria tampan
dan gagah bersedia menjadi suaminya, sedangkan Kim Lo sendiri teringat
kepada mukanya, yang seperti kera.
Dia jadi rendah diri. Dia tidak berani untuk berpikir yang tidak-tidak,
sejauh ini, selama waktu-waktu yang lewat, Kim Lo memang masih belum
bersedia untuk membuka tutup mukanya pada siapapun juga dan memang si
gadis belum lagi mengetahui tentang keadaan Kim Lo yang sebenarnya.
Kim Lo jadi tertegun saja, ia seperti termenung tanpa berkata apapun
juga.
Diwaktu itu tampak nona Yo telah bilang dengan suara yang perlahan,
karena melihat Kim Lo tengah termenung tanpa bicara sepatah perkataan pun
juga: "Tengah memikirkan nona Cin mu? Sudah rindu sekali rupanya?"
Kim Lo menghela napas.
"Nona Yo........ harap nona jangan menggoda terus menerus.......!"
"Menggodamu? Hemm kukira aku tidak menggoda, memang tampaknya kau tengah
memikirkan, nona Cin mu itu!" Setelah berkata begitu, Yo Bie Lan
menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat sangat cepat sekali, ia menyusuli
Ko Tie dan Giok Hoa.
Kim Lo terkejut.
"Nona Yo.!" panggilnya.
Yo Bie Lan tetap berlari, ia tak memperdulikan panggilan Kim Lo.Terpaksa Kim Lo mengejarnya.
"Nona Yo. Apakah kau marah padaku!" Tanya Kim Lo.
Yo Bie Lan menoleh, tapi dia berlari terus.
"Mengapa harus marah?" Tanyanya.
"Hemmmm, tampaknya nona tidak menyukai hubunganku dengan nona Cin?"
"Mengapa aku tidak senang? Itu bukan urusanku!" Kata si gadis. Dia
berlari lebih cepat.
"Tugggu dulu nona Yo.!"
Tapi Bie Lan sudah berlari terus.
Kim Lo tidak mengejar lagi. Dia menghela napas.
Memang sebenarnya dia merasakan betapa pun juga si gadis tidak menyukai
hubungannya dengan nona Cin.
Di waktu itu tampak Kim Lo sudah menyusul Ko Tie dan Giok Hoa. Dia telah
menghampiri Ko Tie, bilangnya: "Paman Ko Tie. Kita ingin pergi ke mana??"
"Kita mencari nona Cin!" Menyahuti nona Yo dengan suara nyaring.
Mendahului Ko Tie.
Ko Tie dan Giok Hoa tersenyum.
"Ya, kita akan mencari nona Cin. Setelah bertemu dengannya. Tentu kita
bisa mendengar
keterangan yang lebih jelas darinya."
"Tapi kita mau mencarinya ke mana?" Tanya Kim Lo.
"Tentu saja kita harus berusaha? Karena memang di waktu sekarang ini
entah dia sudah pergi ke mana?"
Kim Lo terdiam. Dia berjalan terus di samping Ko Tie! Di dalam hatinya ia
berpikir, betapapun juga, memang dia akan berusaha untuk mencari nona
Cin, karena dia ingin memperlihatkan kepada Yo Bie Lan, bahwa antara dia
dengan nona Cin itu tidak memiliki hubungan apa pun juga.
Tapi kemanakah mereka ingin mencari nona Cin itu? Sedangkan tempat nona
Cin itu tidak mereka ketahui dengan jelas dan memang gadis she Cin itu
sudah pergi ke mana atau memang dia sudah pergi jauh sekali.
Mereka akhirnya tiba di sebuah kampung perkampungan yang cukup besar dan
ramai. Kampung Yang-wie-cung sebuah kampung yang merupakan penduduknya
lebih banyak bertani. Di waktu mereka tiba di pintu kampung justeruperhatian mereka tertarik kepada orang ramai yang tengah mengerumuni
sesuatu.
Cepat-cepat mereka menghampiri.
Ternyata yang tengah dikerumuni orang banyak itu adalah sesosok mayat
laki-laki berusia pertengahan. Mukanya rusak sampai tidak bisa dikenali
lagi. Tubuhnyapun rusak karena senjata tajam. Darah melumuri tubuhnya.
"Siapa orang itu?" Tanya Ko Tie kepada salah seorang yang berada di
dekatnya.
"Entah, kami sendiri tidak mengetahui!" Menjawab orang itu.
"Mengapa dia terbunuh?"
"Kami juga tidak mengetahui, karena kami datang diwaktu ia telah
menggeletak tidak bernyawa di situ."
"Apakah tidak ada yang sampai melihat siapa yang telah membunuhnya?"
Orang itu menggeleng.
Ko Tie memperhatikan sejenak lagi. Dilihat dari cara berpakaian orang itu
tampaknya dia berasal dari kalangan Kang-ouw.
"Hemm, entah siapa yang telah turunkan tangan telengas seperti ini?"
menggumam Ko Tie.
Kim Lo pun memperhatikan. Tapi dia tidak melihat tanda-tanda di diri
orang itu, siapa yang telah membunuh orang tersebut.
Kemudian mereka sepakat buat meneruskan perjalanan mereka, masuk ke dalam
kampung itu. Mencari rumah penginapan dan meminta tiga kamar.
Waktu pelayan sedang menyediakan air teh, Ko Tie telah menanyakan kepada
pelayan itu tentang pembunuhan di pintu kota.
Muka pelayan itu agak pucat, sikapnya ragu-ragu sekali.
"Memang belakangan ini seringkali terjadi pembunuhan kejam seperti itu.
Toaya!" Kata si pelayan: "Entah siapa pembunuhnya yang bertangan telengas
itu!"
"Seringkah terjadi pembunuhan seperti itu?" Tanya Giok Hoa.
Pelayan itu mengangguk.
"Malah tidak jarang dalam hari yang sama ada dua kurban!"
"Apakah di dalam kampung ini terdapat perkumpulan silat? Atau pintu
perguruan silat?" Tanya Kim Lo.
Pelayan itu menggeleng.
"Tidak ada!"
"Tapi orang yang dibunuh itu apakah orang atau penduduk kampung ini?""Tampaknya bukan. Karena tidak ada sanak famili di kampung ini yang
merasa terbunuh!"
"Hemmm, jadi korban pembunuh itu umumnya orang luar?" Tanya Ko Tie.
Pelayan itu mengiayakan.
"Pendatang asing!"
"Tidak pernah ada yang bisa menduga-duga apa yang telah melakukan
pembunuhan itu!"
Pelayan itu menggeleng.
Karena pelayan itu tidak mengetahui banyak tentang pembunuhan tersebut,
Ko Tie pun tidak bertanya lebih banyak lagi.
Setelah pelayan itu pergi, Ko Tie bilang kepada Kim Lo. "Menurut
keterangan pelayan itu, memang di sini seringkali terjadi pembunuhan
seperti itu...."
"Ya... jika memang demikian di kampung ini tentu si pembunuh
berkeliaran.......!"
Ko Tie mengangguk.
"Malam ini kita pergi menyelidiki."
Begitulah, mereka telah melewati waktu menantikan sampai tibanya malam.
Di saat malam telah larut, Ko Tie berpesan kepada Giok Hoa, agar
isterinya itu berdiam saja di rumah penginapan bersama Yo Bie Lan. Dia
bersama Kim Lo akan pergi melihat-lihat keadaan kampung ini untuk
menyelidiki siapakah pembunuh bertangan telengas itu.
Giok Hoa tidak keberatan. Dia memang tengah lelah. Dia ingin
beristirahat. Tapi Yo Bie Lan mendesak ingin ikut serta.
"Kau menemani bibimu nanti, kita pun akan segera kembali! Jika memang
kami gagal dengan penyelidikan kami, besok kalian boleh ikut. Siapa tahu
pembunuhnya berdiam di rumah penginapan ini juga."
Yo Bie Lan akhirnya mau juga mengerti. Ia tidak mendesak lebih jauh untuk
ikut serta.
Begitulah, setelah mengencangkan baju mereka, Ko Tie dengan Kim Lo pergi
meninggalkan rumah penginapan dengan mengambil jalan di atas genting
rumah penduduk. Mereka mengandalkan gin-kang mereka yang mahir, dapat
bergerak leluasa sekali.
Malam telah larut dan sepi.
Ko Tie dengan Kim Lo berlari di atas genting mengelilingi kampung itu.
Di waktu itu tampak juga betapa keadaan di kampung tersebut memang sangat
sepi sekali.
Malah tidak terlihat orang yang berkeliaran karena mungkin penduduk
kampung telah tertidur nyenyak di pembaringan masing-masing.Kim Lo dan Ko Tie telah berlari-lari mengelilingi kampung itu, tapi
mereka tidak melihat tanda-tanda yang mencurigakan.
Akhirnya Ko Tie telah bilang kepada Kim Lo: "Kita kembali saja!"
"Tunggu dulu paman!" Kata Kim Lo. Dia melihat sesuatu di sebelah bawah
sana.
Kim Lo segera dia mengangguk.
Keduanya seperti telah berjanji, melompat turun dari atas genting rumah
penduduk di mana mereka berada.
Ternyata di sebelah bawah sana tampak sesosok bayang merah yang tengah
berlari dengan gesit sekali, merupakan gulungan warna merah.
Melihat cara berlarinya sosok bayangan merah itu maka jelas itulah
seseorang yang mengenakan pakaian merah, yang memiliki gin-kang sangat
tinggi.
Entah apa yang tengah dikejar oleh orang berpakaian baju merah itu.
Kim Lo dan Ko Tie mengejarnya.
Karena mereka mengejar dengan hati-hati dan berusaha agar orang di
sebelah depan tidak mengetahui dirinya tengah dikuntit, maka mereka
berlaku hati-hati sekali dengan mengejar tidak terlalu dekat.
Sosok bayangan merah itu terus juga berlari gesit dan lincah sampai
akhirnya dia menikung di sebuah tikungan yang kecil.
Kim Lo dan Ko Tie memburunya, mereka mengejar sampai di tikungan itu.
Tapi mereka kehilangan jejak. Mereka tidak melihat sosok bayangan merah
itu. Di waktu Lie Ko Tie sudah mengawasi sekitar tempat itu dia heran bukan
main.
"Apakah dia sudah masuk ke dalam salah satu rumah penduduk di jalan ini?"
Gumam Ko Tie perlahan.
Kim Lo mengangguk.
"Mungkin! Mari kita lihat, paman Lie!"
Sambil bilang begitu dia pun telah menjejakan kakinya, tubuhnya segera
juga melompat ke atas genting rumah penduduk.
Dari atas genting rumah penduduk Kim Lo bisa mengawasi sekitar tempat itu
dengan leluasa.
Ko Tie sudah menyusul.
Tapi sosok bayangan merah itu tidak terlihat, dia seperti telah lenyap
begitu saja masuk ke dalam perut bumi.
"Aneh! Ke mana perginya orang itu?!" Menggumam Ko Tie. "Kita mengejarnya
tidak terlalu jauh, dan kitapun masih bisa tiba di tikungan itu cumabeberapa detik. Mengapa dia bisa mengghilang dalam waktu begitu
singkat?!"
Kim Lo dari Ko Tie jadi penasaran. Mereka terus juga mencarinya. Tapi
sosok bayangan merah itu tetap saja tidak ada.
Tapi, mata Kim Lo yang tajam, ketika dia menoleh ke belakang, dia melihat
sosok bayangan merah itu, jauh sekali, terpisah beberapa puluh rumah.
"Ihhh!" Kim Lo mengeluarkan seruan tertahan. Tanpa bilang suatu apapun
juga dia sudah mengejarnya ke arah sosok bayangan merah itu.
Tubuh Kim Lo pesat sekali seperti terbang. Ko Tie juga sudah menyusul
sama gesitnya.
Sosok bayangan merah kali ini tidak berlari di jalan, melainkan di atas
genting rumah penduduk.
Rupanya dia mengetahui tadi dirinya tengah diikuti, maka ketika menikung,
dia sudah merobah arahnya. Dia melompat ke atas genting dan berlari di
atas genting. Karena itu, buat sementara waktu Kim Lo dan Ko Tie tidak
melihatnya.
Tapi sekarang, walaupun jarak mereka terpisah cukup jauh, Kim Lo dan Ko
Tie telah mengejarnya terus. Dengan mengerahkan tenaga dan gin-kang
mereka, ke dua orang ini akhirnya bisa memperpendek jarak pisah diantara
mereka dengan si bayangan baju merah.
Orang yang dikejar mereka tampaknya mengetahui dirinya tengah dikejar
sama Kim Lo dan Ko Tie. Ia berlari semakin cepat juga. Dia berlari
seperti terbang saja layaknya.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam keadaan seperti ini Ko Tie habis kesabarannya, ia melompat tinggi
dan tubuhnya melesat sangat cepat sekali. Diapun berseru nyaring,
"Sahabat di depan berhentilah! Ada yang hendak kami bicarakan dengan
kau!"
Tapi sosok bayangan merah itu terus juga berlari dengan lincah sekali,
tubuhnya terus juga berkelebat seperti gumpalan bayangan merah. Dia tidak
memperdulikan teriakan Ko Tie.
Ko Tie dan Kim Lo semakin curiga.
Melihat sosok bayangan merah itu selain memiliki kepandaian yang tinggi,
juga seperti tengah berusaha menyingkir dari mereka, maka dari itu, Kim
Lo dan Ko Tie yakin, tentunya si sosok bayangan merah ini adalah si
pembunuh yang selalu membinasakan korbannya dengan kejam sekali.
Tanpa buang waktu Kim Lo dan Ko Tie telah mengejar lagi lebih cepat.
Dalam saat-saat seperti itu, mereka seperti tengah saling kejar mengejar
main petak kucing. Dan orang berbaju merah tersebut akhirnya berlari
keluar dari kampung itu.
Kim Lo dan Ko Tie tetap saja tidak mau melepaskan buruan mereka, malah Ko
Tie sudah mengempos semangatnya, dia mengejar semakin cepat lagi.
Jika sebelumnya jarak mereka terpisah puluhan tombak, sekarang hanya
beberapa tombak saja.Kim Lo yang sudah tidak sabar, mengayunkan tangan kanannya, menimpukan
belasan batang jarum. Belasan batang jarum itu melesat ke arah sosok
bayangan merah itu dengan kekuatan penuh.
Namun sosok bayangan merah itu benar-benar tangguh. Dia bukan seperti
biasanya, orang lain yang mengelakkan serangan semacam itu dengan
mengerahkan sin-kangnya dan mengibaskan lengan bajunya, menahan larinya.
Dia malah menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat ke depan jauh lebih
cepat, berulang kali dia melompat.
Di saat itu terlihat juga betapa orang berbaju merah ini berusaha
menghindar dari kejaran Ko Tie dan Kim Lo, karena dia telah berlari
terus.
Dalam keadaan seperti ini Ko Tie dan Kim Lo benar-benar penasaran. Dia
heran mengapa sosok bayangan merah itu berusaha menghindar dirinya,
sedangkan kepandaian sosok bayangan merah itu tidak rendah.
Setelah kejar-mengejar sekian lama akhirnya mereka tiba di tegalan.
Sosok bayangan merah itu masih berusaha berlari cepat seperti terbang.
Cuma saja yang mengejarnya adalah orang-orang yang memiliki gin-kang
sempurna, dengan demikian membuat jarak mereka semakin dekat.
Ko Tie yang sudah penasaran sekali, mengempos semangatnya dan mengejar
semakin cepat juga. Demikian pula halnya dengan Kim Lo. Mereka berdua
mengejar sesosok bayangan merah itu dengan mengerahkan gin-kang mereka,
maka mereka seperti juga terbang dan ke dua kaki mereka seakan juga tidak
menginjak tanah.
Bayangan merah itu rupanya menyadari bahwa akhirnya dia tidak akan dapat
meloloskan diri dari Kim Lo dan Ko Tie. Dia menahan langkah kakinya,
mendadak sekali berhenti.
Malah ia memutar tubuhnya, menantikan kedatangan Ko Tie dan Kim Lo. Dia
juga bertolak pinggang disusul dengan suaranya yang nyaring.
"Mengapa kalian terus juga mengikuti aku?"
Waktu Kim Lo telah tiba. Dia melihat sosok bayangan merah itu. Dia jadi
kaget dan heran karena dia segera mengenali siapa adanya orang itu.
Dialah seorang wanita yang cantik sekali dan ia tidak lain dari Ang-hoa
Liehiap.
"Hemmm, kiranya kau?" Tegur Kim Lo dengan suara yang tawar.
Ang-hoa Liehiap juga tertawa dingin.
"Benar! Memang aku! Hemm.. tidak tahunya orang yang mengejar aku adalah
si kera bertubuh manusia? Pantas larinya seperti kera."
Diejek seperti itu darah Kim Lo meluap tapi ia belum lagi bisa berkata.Ko Tie mendahuluinya: "Engkaukah yang selama ini sering melakukan
pembunuhan di kampung ini, Siocia?!"
"Hemm, dia seorang iblis yang bertangan telengas sekali, paman Lie! Pasti
semua pembunuh kejam itu dilakukan olehnya!" teriak Kim Lo.
Ko Tie menoleh kepada Kim Lo.
"Kau kenal padanya?"
"Dialah Ang-hoa Lehiap! Tapi seharusnya dia digelari Ang-hoa Tok-kwie
(Iblis Beracun Bunga Merah)
Muka Ang-hoa Lehiap berobah merah.
"Hemm, mulutmu kurang ajar sekali! Sudah mukamu seperti kera, masih tidak
tahu diri kau minta mampus rupanya?"
Kim Lo tertawa.
"Baiklah dulu kita belum lagi puas untuk main-main. sekarang marilah
kita main-main.......!"
Setelah berkata begitu, Kim Lo menjejakkan kakinya, tubuhnya segera juga
melesat ke depan Ang-hoa Lehiap. Malah di tangan Kim Lo telah tercekal
serulingnya, yang telah dicabutinya dengan cepat sekali.
Serangan Kim Lo dengan serulingnya memang sangat cepat karena dia tahu
Ang-hoa Lehiap memiliki kepandaian tinggi, dia tidak boleh memandang
remeh padanya. Dia harus menghadapinya dengan sebaik mungkin.
Waktu itu Ang-hoa Liehiap telah berkelit dengan lincah, dia tertawa
dingin.
"Rupanya kau malu jika rupamu seperti kera itu diperlihatkan kepada orang
lain, membuat engkau tetap saja menyelubungi mukamu dengan kain penutup
itu!"
Diejek begitu, kembali Kim Lo tambah murka.
Serulingnya telah menyambar-nyambar dengan gencar kepada Ang-hoa Lehiap.
Dalam keadaan seperti ini, Ang-hoa Lehiap, wanita yang cabul ini sama
sekali tidak gentar. Dia balas menyerang dengan hebat.
Di waktu itulah tampak Kim Lo juga sudah berusaha mendesaknya, mereka
jadi bertempur dengan seru.
Ko Tie mengawasi saja. Dia merasa tidak pantas jika memang dia harus
turun tangan mengeroyok Ang-hoa Lehiap seorang wanita. Karena dari itu,
dia cuma berdiri diam saja di pinggiran, menyaksikan bagaimana ke dua
orang itu tengah bertempur.
Setelah mengawasi sekian lama. Ko Tie merasa kagum sekali dengan kemajuan
yang telah diperoleh Kim Lo.
Mereka berpisah belum begitu lama. Sekarang setelah bertemu kembali,
kepandaian Kim Lo ternyata sudah memperoleh kemajuan yang sangat pesat
sekali.Demikian juga halnya dengan Ang-hoa Lehiap. Di melihat kepandaian wanita
cantik ini tidak rendah. Dia jadi heran, entah siapa adanya Ang-hoa
Lehiap ini?
Kepandaiannya campur baur, seperti ada jurus-jurus Siauw-lim-sie, ada
jurus-jurus dari Bu-tong-pay atau Kun-lun-pay. Dengan demikian sulit
menerka asal usul wanita tersebut dilihat dari ilmu silatnya.
Pertempuran antara Kim Lo dan wanita itu berlangsung terus dengan seru.
Ang-hoa Lehiap sendiri mulai mengerahkan seluruh kepandaiannya buat
menghadapi Kim Lo. Ia merasakan betapa semakin lama serangan Kim Lo
semakin hebat.
Karena dari itu, ia tahu jika ia main-main, dengan sikapnya melayani Kim
Lo, berarti dirinya sendiri yang akan celaka. Itulah sebabnya mengapa ia
akhirnya telah mengeluarkan seluruh kepandaiannya.
Malah waktu ia mulai terdesak karena melayani Kim Lo dengan tangan kosong
belaka, akhirnya ia sudah mencabut pedangnya. Dengan pedangnya itu ia
memberikan perlawanan, menangkis berulangkali seruling Kim Lo yang menuju
ke dirinya.
Dalam keadaan seperti itu, tampaknya kepandaian mereka memang berimbang.
Ang-hoa Lehiap sendiri heran, mengapa berpisah belum begitu lama,
kepandaian Kim Lo sudah memperoleh kemajuan yang lebih hebat dari yang
dulu.
Mereka pernah bertempur dan Ang-hoa Liehiap merasakan kepandaian Kim Lo
lebih hebat dari dulu.
Walaupun dulu kepandaian Kim Lo tinggi, tapi tidak sehebat sekarang.
Setelah bertempur seratus jurus lebih, napas Ang-hoa Lehiap mulai memburu
karena sejak tadi dia lebih banyak mengelakkan diri dari sambaran
seruling lawannya.
Kim Lo sendiri semakin lama semakin penasaran, dia melancarkan totokan
dan tabasan dengan serulingnya, setiap kali menyerang dia mengerahkan
tujuh bagian tenaga dalamnya. Dan setiap kali pedang lawan ditangkis
keras oleh serulingnya, tentu akan menimbulkan suara bentrokan yang
sangat nyaring.
Dalam keadaan seperti itu, Kim Lo berusaha mencari kelemahan musuhnya.
Namun dia belum juga bisa melihat dimana letak kelemahan ilmu pedang
lawannya.
Ang-hoa Lehiap mendongkol bukan main telah melampiaskan kemarahannya
dengan berulangkali memaki Kim Lo yang disebut-sebut sebagai manusia
kera.
Ko Tie sendiri akhirnya melihat bahwa Ang-hoa Lehiap memang memiliki
kepandaian tinggi. Malah ilmu pedangnya itu telengas sekali, arah yang
diincarnya selalu dipilih bagian yang bisa mematikan. Karena dari itu dia
juga telah memutuskan, bahwa dia harus ikut menerjang buat merubuhkan
Ang-hoa Lehiap.
Dalam keadaan seperti ini, setelah berpikir sejenak, Ko Tie menyampingkan
soal malu atau tidak, yang penting dia harus menangkap Ang-hoa Lehiapuntuk mengorek keterangan dari mulutnya. Jika mengandalkan Kim Lo,
mungkin akan makan waktu lama sekali, agar wanita itu dapat dirubuhkan.
Belum tentu Kim Lo akan bisa merubuhkannya. Itulah sebabnya Ko Tie
akhirnya menerjang, dia mempergunakan pedangnya disaat mana pedang Anghoa Lehiap tengah menyambar kepada kepala Kim Lo.
Diapun berseru: "Kim Lo kau mundurlah, biarkan aku yang melayaninya!"
Kim Lo tidak membantah dia mengetahui liehaynya ilmu pedang paman Lie
ini. Karena dari itu, dengan majunya Ko Tie, tentu Ang-hoa Lehiap akan
dapat menghadapi dengan mudah. Maka dia pun melompat mundur.
Di waktu itu, Kim Lo pun melihat Ang-hoa Liehiap sudah mulai letih. Tentu
dengan turun tangannya Ko Tie tidak akan lama lagi Ang-hoa Liehiap akan
dapat dirubuhkannya.
Ang-hoa Liehiap memandang Ko Tie sejenak, dia kemudian tersenyum manis.
"Pria tampan dan gagah. Walaupun usiamu telah tinggi, tapi engkau seorang
pria yang matang sekali!" Kata Ang-hoa Liehiap dengan sikap yang genit.
Ko Tie mendongkol sekali, mukanya berobah muram dan merasa muak melihat
sikap centil dari perempuan itu. Maka dia sudah berseru nyaring,
"Lihat serangan........!" Pedangnya meluncur sangat cepat sekali, di mana
dia sudah membuka serangan.
Ang-hoa Liehiap sudah menyerang juga bertubi-tubi kepada Ko Tie karena
dia membalas menyerang dengan sekaligus lima kali serangan.
Begitulah, mereka berdua telah bertempur dengan seru sekali, sama-sama
memakai pedang sebagai senjata mereka. Sama memiliki kepandaian yang
tinggi. Maka pedang mereka berkelebat-kelebat merupakan sinar keperakperakan.
Tubuh mereka pun sudah merupakan bayangan saja melompat ke sana ke mari.
Dikala itu Ko Tie merasakan ilmu pedang Ang-hoa Liehiap memang aneh,
karena jurus-jurusnya dapat berobah di luar dugaan. Jika sebelumnya, ia
menyerang dengan jurus "Naga Mencakar Awan" maka dalam waktu singkat, ia
sudah bisa merobahnya dengan jurus "Burung Terbang Bebas".
Jika jurus pertama itu berasal dari perguruan Kun-lun, justeru jurus
kedua merupakan ilmu pedang dari Go-bie-pay. Karena dari itu, Ko Tie jadi
heran sekali, mengapa ilmu pedang Ang-hoa Liehiap demikian campur aduk?
Tapi setelah bertempur sekian lamanya, barulah Ko Tie bisa melayani dan
bisa mengatasi setiap jurus Ang-hoa Liehiap karena ia mulai mengetahui
dengan cara apa ia bisa menghadapinya. Jika sebelumuya ia sering kecele
disebabkan setiap serangan Ang-hoa Liehiap dapat berobah-robah dengan
cepat dan aneh.
Justeru sekarang ini dia mulai mendesak Ang-hoa Liehiap tanpa
memperdulikan perobahan ilmu pedang Ang-hoa Liehiap. Pedang Ko Tie telah
menyambar-nyambar cepat sekali, seperti juga hujan yang sangat deras,
setiap serangan yang dilakukan Ko Tie benar-benar dahsyat karena
perlahan-lahan Ang-hoa Liehiap mulai jatuh di bawah angin, ia mulai
terdesak.Dalam keadaan seperti itu terlihat Ang-hoa Liehiap pun tak mau membiarkan
dirinya jatuh di bawah angin, ia berusaha untuk dapat menghadapi tikaman
dan tebasan pedang Ko Tie dengan sebaik-baiknya.
Sekarang ia sudah tak banyak bicara, tak lagi bersikap centil dan genit,
ia malah telah mencurahkan seluruh perhatiannya buat menghadapi serangan
yang dilakukan Ko Tie.
Demikianlah kedua orang itu bertempur dengan seru sekali, sampai akhirnya
suatu kali Ang-hoa Liehiap sudah mengayunkan tangan kirinya, tersiar
harum semerbak. Ko Tie kaget, dia menduga itu adalah racun ataupun obat
pulas dan bisa melemaskan dirinya, ia menarik pulang serangan pedangnya
itu, ia melompat ke belakang.
Kesempatan itu dipergunakan oleh Ang-hoa Liehiap buat melompat ke
belakang. Ia memutar tubuhnya, berlari dengan cepat sekali, gerakannya
memang ringan sekali. ia berlari buat menjauhi diri.
Ko Tie jadi mendongkol,,
"Kau mau lari kemana?" iapun mengejarnya.
Kim Lo pun ikut mengejar.
Namun Ang-hoa Liehiap telah berlari jauh, tidak memperdulikan siapapun
juga, berlari dengan seluruh kekuatan gin-kangnya, tubuhnya yang berwarna
merah bagaikan terbang pesat sekali.
Kim Lo dan Ko Tie mengejar terus.
Setelan berlari sekian lama, akhirnya mereka tiba di depan sebuah
bangunan rumah yang herada di tempat terpencil itu. Rumah itu gelap tidak
memiliki lampu penerangan.
Ang-hoa Liehiap tidak ragu-ragu berlari menghampiri rumah itu. Malah dia
mendorong daun pintu yang rupanya tidak terkunci. Dia menyelusup masuk ke
dalam rumah itu.
Ko Tie dan Kim Lo tidak berani lancang menerobos masuk, karena mereka
kuatir serangan bay-hok, yaitu panyerangan secara mendadak dan membokong.
"Ang-hoa Liehiap, keluarlah! Mengapa kau seperti tikus menyembunyikan
ekor."
Tidak terdengar jawaban.
"Hemm, mari kita menerobos ke dalam!" kata Ko Tie. Dia juga tidak
menantikan jawaban Kim Lo, melainkan sudah melompat maju dengan pedang
tercekal di tangan kanannya.
"Hati-hati, paman Lie!" kata Kim Lo mengikutinya menghampiri daun pintu
rumah itu.
Ko Tie mendorong perlahan daun pintu. Daun pintu itu bergerak, karena
tidak terkunci dari dalam.
Ko Tie terdiam sejenak, dia jadi curiga.Mengapa Ang-hoa Liehiap tidak mengunci pintu ini? Apakah begitu Ang-hoa
Liehiap menerobos masuk ke dalam rumah ini, kemudian pergi
meninggalkannya dari belakang rumah itu?
Karena terpikir begitu tidak membuang waktu lagi, Ko Tie segera mendorong
daun pintu dengan mendadak. Ia juga membolang-balingkan pedangnya buat
menjaga suatu kemungkinan serangan mendadak atau membokong. Ia juga
menerobos masuk ke dalam rumah.
Tapi tak ada orang, hanya saja begitu Ko Tie melesat masuk, menyambar
angin serangan yang kuat dan dingin sekali.
Ko Tie menangkis dengan pedangnya.
Namun seketika Ko Tie jadi terkejut.
Karena pedangnya terlilit oleh sesuatu dan malah terasa ada teriakan yang
kuat sekali. Pedangnya hendak dirampas.
Ko Tie mengempos semangatnya, dia menarik juga.
Akhirnya lilitan itu terbuka, dan pedangnya bebas, terdengar tertawa
dingin seorang laki-laki,
"Hemm, memang liehay!" kata orang itu dari tempat gelap. "Memang tak
percuma Lie Ko Tie terkenal dalam kalangan Kang-ouw sebagai seorang
pendekar yang sangat tinggi kepandaiannya........!"
Di waktu itu Ko Tie yang memiliki pandangan mata sangat tajam, sudah
mengawasi cermat.
Di tempat yang gelap tampak sosok bayangan tubuh yang besar dan tinggi
tegap, seorang laki-laki.
Ko Tie, jadi heran, kemana perginya Ang-hoa Liehiap? Apakah laki-laki itu
temannya?
Belum lagi Ko Tie sempat menjawab pertanyaan hatinya sendiri, justeru
laki-laki itu sudah menggerakkan tangan kanannya, maka menyambar cambuk
yang sangat kuat, memperdengarkan suara "tarr!" nyaring sekali.
Ko Tie mundur keluar dari rumah itu.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia berada di dalam!" Kata Ko Tie memberitahukan kepada Kim Lo, yang
memandang heran padanya, mengapa Ko Tie melompat keluar lagi dari dalam
rumah itu.
"Biar aku yang masuk, paman Lie.." melompat Kim Lo dengan segera.
"Tunggu dulu ada temannya!" kata Ko Tie.
Baru saja Ko Tie berkata begitu, dari dalam rumah itu telah melompat
keluar seorang pendeta! Dia tidak lain Pu San Hoat-ong! Tangannya
mencekal cambuk dan siap untuk membuka serangan.
Melihat Pu San Hoat-ong, Ko Tie jadi tertawa dingin."Hemm! Dugaanku memang tidak salah bahwa Ang-hoa Liehiap bukan manusia
baik-baik. tidak tahunya memiliki tulang punggung kau, manusia
rendah....!"
Pu San Hoat-ong tidak memperdulikan ejekan itu karena dia sudah tertawa
bergelak dengan suara menyeramkan. Cambuknya menyambar ke mulut Ko Tie.
"Akan kuhancurkan mulutmu.!" Kata Pu San Hoat-ong kemudian.
Diwaktu itu Kim Lo melompat ke depan. Dia mawakili Ko Tie untuk menangkis
serangan cambuk dari Pu San Hoat-ong.
Malah dia pun telah melompat ke depan lagi untuk membalas dan menyerang.
Dengan cara demikian, dia tidak mau memberikan kesempatan kepada Pu San
Hoat-ong untuk meneruskan serangan berikutnya.
Diwaktu itu tampak Pu San Hoat-ong sudah mengerahkan tenaganya,
mengayunkan cambuknya untuk menyerang lagi semakin hebat. Serangan
cambuknya memang dahsyat sekali, walaupun hanya merupakan cambuk belaka,
tapi Pu San Hoat-ong dengan menyalurkan lweekang pada cambuknya, dia bisa
merobek dan menabas pecah kain yang paling tipis sekalipun juga!
Diwaktu itu Kim Lo sudah bertempur dengan Pu San Hoat-ong. Ko Tie setelah
mengawasi beberapa jurus, dan yakin Kim Lo tidak memperoleh kesulitan
dari Pu San Hoat-ong, dia pun segera melompat masuk ke dalam rumah lagi,
untuk mencari Ang-hoa Liehiap.
Begitu tubuh Ko Tie melambung masuk ke dalam rumah, dengan terjangan yang
cepat sekali, justeru diwaktu itu berkelebat sinar terang menikam ke
dadanya.
Ang-hoa Liehiap telah menikam padanya sambil mengeluarkan suara tertawa
dingin.
Ko Tie mengelak.
Ang-hoa Liehiap membarengi dengan penyerangan berikutnya lagi, pedangnya
menyambar-nyambar dengan cepat.
Ko Tie menangkis beberapa kali memakai pedangnya, suara yang nyaring
terdengar.
Begitulah, sambil menghadapi serangan Ang-hoa Liehiap, Ko Tie mundur
berulangkali sehingga akhirnya mereka bertempur di luar rumah itu.
Dengan demikian, pertempuran yang terjadi di tempat itu terbagi dalam dua
kelompok. Kelompok pertama adalah Pu San Hoat-ong kemudian dengan Kim Lo
sedangkan kelompok yang satunya lagi adalah Ko Tie dengan Ang-hoa
Liehiap. Tapi mereka berempat memang memiliki kepandaian yang tinggi,
dengan demikian mereka bertempur seru sekali.
Pu San Hoat-ong mengandalkan cambuknya yang panjang berulang kali
menyerang Kim Lo. Dia yakin, dengan bersenjatakan seruling, niscaya Kim
Lo kurang leluasa menghadapi cambuknya.
Tapi Kim Lo sendiri memiliki perhitungan bahwa lawannya dengan cambuknya
yang panjang seperti itu, dia harus menghadapinya dari jarak dekat.Karena dari itu, telah berhasil untuk dapat mendesak lawannya. Empat kali
dia mengelak dari serangan cambuk lawannya dan akhirnya dia bisa
mendekati lawannya.
Dengan melawan dari jarak dekat dengan sendirinya Pu San Hoat-ong tidak
bisa memanfaatkan cambuknya yang panjang itu. Dengan jarak mereka yang
begitu dekat, maka membuat Pu San Hoat-ong berulang kali gagal dengan
serangan cambuknya. Tidak mungkin cambuk itu dapat dipergunakan untuk
menyerang dari jarak dekat.
Dalam keadaan seperti itu terlihat betapa pun juga Kim Lo sudah
mengeluarkan sebagian besar kepandaiannya, dia sudah memperlihatkan ginkang dan juga tenaga dalamnya.
Entah sudah berapa jurus yang mereka lewati. Tampak Pu San Hoat-ong tibatiba melompat keluar kalangan. Dan mengibaskan cambuknya, dia bilang:
"Tahan!"
Kim Lo menahan serulingnya.
"Hemmm kau ingin menjual lagak?" Tanya Kim Lo mengejek. "Ayo keluarkan
kepandaianmu, mari kita main-main sampai seribu jurus.
"Urusan itu gampang, nanti kita bermain-main sampai selaksa jurus. Aku
akan tetap menemani keinginanmu!" Kata Pu San Hoat-ong. "Tapi sekarang
dengarlah dulu! Aku hendak membicarakan sesuatu dengan kalian!"
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Tentang Giok-sie!"
"Hemm, Giok-sie tak memiliki sangkutan apapun dengan kami, karena kami
tak tahu menahu tentang Giok-sie. Nah, ayo kau mulai dengan seranganmu,
aku ingin belajar kenal dengan ilmu cambukmu yang katanya sangat liehay
itu!"
Kim Lo telah bersiap lagi dengan serulingnya, buat menerjang menyerang Pu
San Hoat-ong.
"Tahan! Ohhhh, tahan dulu! Dengarkan dulu kata-kataku! Ini adalah pesan
Hong-siang!" berseru Pu San Hoat-ong.
"Pesan Hong-siang? Hem, kami tak ada urusan dengan Hong-siang kalian!"
kata Kim Lo.
"Tapi kalian dengar dulu. Hong-siang telah berpesan, jika memang kalian
mau bekerja sama dengan kami buat memperoleh Giok-sie, tentu kalian akan
dihadiahkan pangkat dan harta yang banyak. Urusan di masa lampau dibikin
habis sampai di sini saja.......!"
Kim Lo tertawa dingin.
"Siapa yang sudi bekerja buat rajamu?"
"Tapi, jika memang kalian memihak memusuhi Hong-siang, berarti kalian
mencari maut!"
"Soal mati ada di tangan Thian, bukan di tangan rajamu!" Menyahut Kim Lo
ketus.Muka Pu San Hoat-ong berobah merah.
"Hong-siang telah perintahkan tigaratus pahlawan istana buat mencari
Giok-sie. Dan jika ada orang-orang yang berusaha merintangi usaha kami,
maka orang itu harus disingkirkan?
"Apakah kau kira, dengan hanya memiliki kepandaian seperti itu, maka bisa
menghindar dari orang-orang Hong-siang? Hemmm, lebih baik kalian menerima
baik uluran tangan Hong-siang?"
"Tidak sudi aku bekerja buat raja busuk itu! Raja penjajah!" Teriak Kim
Lo sambil bersiap-siap hendak menyerang lagi.
Sedangkan Ko Tie yang sejak tadi telah berhenti bertempur dengan Ang-hoa
Liehiap, karena ingin mendengar juga apa yang hendak dikatakan Pu San
Hoat-ong, telah berseru:
"Kim Lo kemari!"
Kim Lo jadi batal menerjang Pu San Hoat-ong. Dia memutar tubuhnya,
menghampiri Ko Tie.
"Biarkan dia bicara dulu!" Kata Ko Tie kemudian.
Pu San Hoat-ong tampaknya jadi girang, sedangkan Kim Lo memandang heran
kepada Ko Tie.
"Paman Lie.......?!"
"Biarkan ia menceritakan lebih dulu, apa yang dikehendakinya!" Kata Ko
Tie. Kim Lo sudah tidak rewel lagi, segera berdiri di samping Ko Tie.
Sedangkan Pu San Hoat-ong telah menghampiri Ang-hoa Liehiap, yang waktu
itu tengah tersenyum-senyum dengan lagaknya yang genit sekali.
"Hemmm.!" Kata Pu San Hoat-ong kemudian, dengan sikap yang dibuat
semanis mungkin. "Tampaknya Lie Ko Tie pun merupakan seorang pendekar
yang bisa melihat angin baik! Karena itu, jika saja ada kerja sama di
antara kita, Hong-siang pasti akan memberikan penghargaan yang besar
kepada Lie Tayhiap! Dan nanti jika aku telah pulang ke kota raja, tentu
kepada Hong-siang akan kusampaikan tentang Lie Tay-hiap agar dicatat
dalam buku daftar jasa.......!"
"Hemm, urusan itu tidak menjadi persoalan kami," kata Ko Tie, "Tapi yang
ingin kutanyakan dengan cara apa kau hendak mengajak kami bekerja sama
mencari Giok-sie?"
Pu San Hoat-ong tertawa.
"Tentu saja caranya tidak berat, katanya yang terpenting kalian memang
harus membantu kami, agar Giok-sie bisa kami peroleh. Dan nanti setelah
mempersembahkan kepada Hong-siang, diwaktu itu jasa kalian tidak akan di
sia-siakan oleh Hong-siang..!"
"Tapi kami belum lagi mengetahui di mana beradanya Giok-sie!" Kata Ko
Tie, sengaja memancing, karena ia ingin mengetahui apakah pihak kerajaan,
yang telah menyebar orang-orangnya begitu banyak bisa memiliki sumber
keterangan yang lebih banyak?Pu San Hoat-ong mengangguk sambil tertawa.
"Urusan itu adalah urusan kami!" Katanya. "Kami memang telah mengetahui
Giok-sie berada di tangan siapa!"
"Di tangan siapa?!"
"Sabar! Jika memang kalian setuju untuk bekerja sama dengan kami, berarti
kami akan memberitahukan juga pada akhirnya dimana Giok-sie berada."
Ko Tie terdiam sejenak, kemudian baru mengangguk.
"Baiklah!" Katanya. "Nah, sekarang kau beritahukan di mana adanya Gioksie dan apa yang harus kami lakukan?"
"Paman Lie?" Kim Lo jadi terkejut.
"Biarlah! Memang kita sudah melihat betapa pun juga kita hanya dapat
bekerja untuk kebaikan saja, yaitu kita jangan perdulikan Giok-sie jatuh
ke tangan siapa, asal bisa melenyapkan bencana di dalam rimba persilatan.
Jika memang Giok-sie sudah jatuh ke dalam tangan raja yang sekarang,
tentunya orang di dalam rimba persilatan akan menghentikan
perebutannya.......!"
Kim Lo tidak puas tapi diam saja, sedangkan hatinya heran bukan main,
mengapa Ki Tie bisa menerima begitu saja tawaran Pu San Hoat-ong, buat
bekerja sama dengan pihak kerajaan.
Tapi, Kim Lo di hati kecilnya pun meduga-duga, apakah paman Lie ini hanya
bersandiwara saja, sedangkan sesungguhnya ada sesuatu yang
direncanakannya, dengan berpura-pura bersedia untuk bekerja sama dengan
pihak kerajaan?
Sedangkan Pu San Hoat-ong sudah manggut-manggut sambil tertawa.
"Bagus! Memang Lie Tayhiap memiliki pandangan yang luas! Dengan jatuhnya
Giok-sie ke tangan Hongsiang, maka diwaktu itu akan lenyaplah korbankorban yang selama ini berjatuhan disebabkan Giok-sie!"
"Ya, sekarang jelaskan di mana Giok-sie itu dan apa yang kami lakukan!"
"Gampang! Kalian tetap ikut dengan kami dan kami akan mendatangi orang
yang memegang Giok-sie itu."
"Siapa orangnya?"
"Kam Yu!"
"Ohhhh..!"
"Kau kenal dengannya, Lie Tayhiap?"
Ko Tie menggeleng.
"Tidak, cuma saja aku pernah mendengar memang Giok-sie berada di tangan
Kam Yu.............. entah ia berada di mana sekarang?"
Karnehlingti 30.146 . . . . . . .Pu San Hoat-ong tertawa.
"Dulu ia di kuburan Neraka, tapi baru-baru ini kuburan Neraka itu sudah
kosong dan entah Kam Yu sudah bersembunyi di mana. Namun kawan- kawanku
telah menyelidikinya dan menyampaikan laporan bahwa Kam Yu berada tak
jauh dari kuburan Neraka itu!"
"Di mana?"
"Di satu tempat yang belum dapat kami sebutkan! Dan Lie Tayhiap ikut
dengan kami nanti juga akan mengetahui!"
Ko Tie tidak segera menyahuti, ia melirik. Dilihatnya Ang-hoa Liehiap
tengah mengawasi ia dengan sikap yang genit dan tersenyum-senyum cantik!
Di saat itu Kim Lo sudah berkata dengan sikap tidak senang: "Hemmm,
kepandaian Kam Yu tidak seberapa. Mengapa kalian tidak pergi mencarinya
sendiri, mengapa harus mengajak kami bekerja sama?"
Pu San Hoat-ong mengangguk.
"Benar memang kepandaian Kam Yu tidak terlalu tinggi. Dia boleh lihay,
tapi jumlah kami banyak.
"Kami tentu bisa menawannya atau juga membunuhnya tapi justeru Giok-sie
yang dikabarkan berada di tangannya justeru sesungguhnya barang itu tidak
tersimpan pada dirinya.... Ia telah menitipkan Giok-sie kepada
seseorang?"
"Menitipkan Giok-sie pada orang lain?" tanya Ko Tie dan Kim Lo heran,
saling pandang satu dengan yang lain.
Pu San Hoat-ong mengawasi mereka dan kemudian tersenyum, ia mengangguk.
"Ya, benar. ia sudah menitipkan Giok-sie kepada orang lain. Dengan
demikian ia hendak mengalihkan perhatian, di mana semua orang menduga
bahwa Giok-sie berada di tangannya, tapi sesungguhnya tidak ada. Dengan
begitu, sampai matipun orang tidak akan dapat memperoleh Giok-sie itu."
"Lalu, orang yang dititipi Giok-sie itu akan mengangkangi!"
"Ohh, orang itu adalah orang kepercayaannya yang kesetiaannya sudah tidak
diragukan oleh Kam Yu! Orang itupun berjumlah banyak, bukan satu orang!
"Dengan demikian walaupun kami mengetahui bahwa Giok-sie telah dititipkan
kepada seseorang namun kami belum lagi mengetahui dengan pasti siapa
orang yang sebenarnya, dari sekian banyak orang kepercayaan Kam Yu."
"Dan, kalian sudah menyelidikinya dengan betul di mana berdiamnya orangorang kepercayaan Kam Yu?"
Pu San Hoat-ong mengangguk.
"Ya.. justeru kami sudah mengetahui tempat mereka dan kami akan mengejar
terus."
"Di mana?""Di kampung ini. Orang-orangnya itu tersebar di berbagai tempat. Dan
orang-orangnya itu berada di sekitar kampung ini. Tapi belum lagi
diketahui, yang mana di antara mereka yang memegang Giok-sie."
Kim Lo segera teringat sesuatu.
"Apakah orang-orang yang selama ini terbunuh dengan cara yang mengerikan
di kampung ini adalah orang-orang kepercayaan Kam Yu?" Tanyanya.
Pu San Hoat-ong tertawa.
"Ternyata Kongcu, sangat cerdas sekali!" Kata Pu San Hoat-ong kemudian,
"Memang benar apa yang Kongcu tanyakan. Orang-orang itu telah kami bunuh!
"Mereka adalah kaki tangan Kam Yu, mereka kami tangkap, kami siksa dengan
hebat, namun tidak pernah di antara mereka yang mau membuka suara sepatah
perkataan pun tentang Giok-sie. karenanya walaupun kami telah berhasil
membunuh delapan orang kaki tangan Kam Yu maka kami belum lagi berhasil
untuk mengetahui Giok-sie berada di tangan kaki tangan Kam Yu yang mana.
"Dan akan diteruskan penyelidikan di kampung ini?" Tanya Kim Lo.
Pu San Hoat-ong menggeleng.
"Tidak! Tentu orang yang berkepentingan yang memegang Giok-sie, siangsiang sudah angkat kaki! Dia tentu mengetahui di kampung ini sudah tidak
aman lagi baginya!
"Begitu mengetahui satu atau dua orang temannya terbunuh maka diapun akan
segera angkat kaki buat mencari tempat persembunyian yang lebih baik
lagi. Tapi kawan-kawannya tetap saja berdiam diri di kampung ini, buat
mengalihkan perhatian belaka, agak memberikan kesempatan dia melarikan
diri ke tempat yang jauh.!"
Ko Tie dan Kim Lo mengangguk. Mereka mulai mengerti duduknya persoalan.
"Apakah orang-orangmu sekarang telah mengejar orang itu?" Tanya Ko Tie.
Pu San Hoat-ong mengangguk.
"Ya....... namun loceng belum lagi memperoleh laporan hasil pengejaran
itu! Yang ingin kami cari lagi adalah Kam Yu.
"Jika memang kami bisa menangkap Kam Yu, niscaya kami tidak akan
memperoleh kesulitan yang lebih lama lagi. Karena dari mulutnya, kami
akan bisa mengorek keterangan yang sebenarnya.
"Tapi Taysu sudah bilang bahwa Kam Yu sudah tidak berada di kuburan
neraka, tidak mungkin kita bisa mencarinya? Tentu dia sudah menghilang
entah kemana."
Pu San Hoat-ong tertawa.
"Urusan itu tidak sulit buat kami. Walaupun Kam Yu melarikan diri ke
ujung dunia tetap saja kami akan berhasil mencari jejaknya karena orangorang kami yang disebar sangat banyak sekali!
"Karenanya juga, kalau memang Lie Tayhiap dan para pendekar lainnya mau
berpikir jauh, demi keselamatan orang-orang disebabkan memperebutkanGiok-sie alangkah baiknya membantu kami! Jika Giok-sie sudah berada di
tangan Hong-siang, niscaya Giok-sie tidak akan diperebutkan lagi, dengan
demikian jelas tidak akan ada lagi korban yang berjatuhan.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ko Tie menghela napas, dia mengangguk.
"Baiklah, kalau memang demikian kami mau bekerja sama! Tapi untuk
bergabung dengan kalian, tentu saja hal ini tidak mungkin."
"Mengapa tidak mungkin?"
"Aku berjalan dengan isteri dan teman-temanku, tapi Taysu berjalan dengan
anak buah Taysu. Karena dari itu, kalau memang kita bergabung hanya akan
mendatangkan kesulitan baru dan juga kecurigaan.
"Kalau memang Taysu bersedia, biarlah kita mengambil jalan masing-masing.
Kalau memang kami yang beruntung memperoleh lebih dulu Giok-sie maka
Giok-sie mau kami berikan kepada kalian. agar Giok-sie dipersembahkan
kepada Hong-siang.
"Dengan demikian tentu akan jauh lebih baik lagi. Asalkan Taysu juga
memberitahukan di mana orang yang memegang Giok-sie dan apa yang kalian
harus lakukan."
Pu San Hoat-ong berpikir sejenak. Tampaknya dia jadi bimbang dan raguragu.
"Bagaimana Taysu?" Tanya Ko Tie lagi.
"Hemm, kalau memang Tay-hiap hendak mengaturnya demikian tentu saja
Loceng tidak bisa bilang apa-apa. asalkan memang Tayhiap mau berlaku
jujur karena sekali saja begitu Giok-sie jatuh di dalam tangan Tay-hiap
lalu Tayhiap hendak memilikinya. Di saat itu akan memancing timbulnya
pergolakan yang hebat sekali."
Ko Tie tersenyum.
"Mengancam nih?"
Pu San Hoat-ong menggeleng segera.
"Lonceng bukan mengancam, tapi mengatakan dari hal yang sebenarnya"
"Baiklah, jadi tugas kami yang pertama, apa yang harus kami lakukan?"
"Kalian ingin pergi kemana?"
"Sementara ini kami tengah bermalam di rumah penginapan yang ada di
kampung itu!"
"Hemm, baiklah! Besok pagi kami akan menghubungi kalian."
"Dan juga ingat, akupun memerlukan engkau Lie Tayhiap! Kau pria yang
tampan, tentu engkau tidak keberatan kalau kau bermain-main denganku
sejenak?" Kata Ang-hoa Liehiap dengan suara yang manja dan mesra sikapnya
genit sekali.
Diwaktu itu Ko Tie telah menoleh kepada Ang-hoa Liehiap, kemudian
bilangnya dengan suara yang tawar."Di antara kita hanya terdapat hubungan kerja tidak lebih dari itu!
Terima kasih atas tawaran liehiap."
Setelah berkata begitu Ko Tie merangkapkan tangannya memberi hormat.
Kemudian dia memutar tubuhnya buat berlalu.
Kim Lo mengikutinya.
Pu San Hoat-ong cuma tertawa. Dia menarik tangan Ang-hoa Liehiap.
"Kau ini benar-benar mata keranjang. Kau pernah bilang padaku tengah
kesepian. Setelah aku menemani, kau malah masih melihat-lihat laki-laki
lain!" Kata Pu San Hoat-ong.
"Aku cuma menggoda ia saja!" Kata Ang-hoa Liehiap.
Mereka pun telah masuk ke dalam rumah itu.
Rumah ini sebetulnya milik seorang petani. Tapi sejak Pu San Hoat-ong
tiba disitu dan bermaksud memakai rumah itu, maka ia telah membunuh
pemilik rumah tersebut. Mayat mereka dibuang jauh-jauh.
<>
Mari kita menengok Ko Tie dengan Kim Lo. Mereka berdua telah berlari-lari
untuk pulang ke kampung, dan ke rumah penginapan di mana Giok Hoa dan Yo
Bie Lan tengah menantikan mereka.
Ketika berada dalam perjalanan itu, Kim Lo sudah tidak bisa menekan terus
perasaan ingin tahunya.
"Paman Lie, mengapa paman menerima tawaran pendeta busuk itu, untuk
bekerjasama dengannya?" tanya Kim Lo.
Ko Tie melirik padanya.
"Jadi kau belum lagi mengerti maksudku, Kim Lo?" tanyanya sambil tertawa.
Kim Lo menggeleng sambil tersenyum.
"Belum!"
"Hemm, sesungguhnya aku yang hendak meminjam tangan dia agar bisa
memberitahukan kepada kita, sekarang ini Giok-sie berada di mana?
Bukankah dia dengan anak buahnya berjumlah banyak dan menyelidiki lebih
luas lagi, sehingga kesempatan buat mengetahui dimana beradanya Giok-sie
jauh lebih cepat kalau dibandingkan dengan kita?"
Kim Lo baru tersadar.
"Ya, aku baru mengerti paman Lie!"
Ko Tie tersenyum.
"Bagus jika memang kau sudah mengerti! Mulai sekarang kita harus mengatur
segalanya dengan sebaik-baiknya, karena dengan meminjam tangan mereka,
niscaya kita bisa lebih cepat lagi memperoleh Giok-sie.!"
"Tapi paman Lie!" Setelah berkata sampai di sini, Kim Lo terdiam,
tampaknya dia ragu-ragu buat meneruskan kata-katanya tersebut.Ko Tie menahan larinya, dia memutar tubuhnya, berdiri menghadapi Kim Lo.
Kim Lo juga berhenti berlari.
"Apa yang mau kau katakan Kim Lo?"
"Aku.. aku telah mendengar baru-baru ini!" Dan Kim Lo berdiam lagi.
"Katakanlah, jangan ragu-ragu apa yang telah kau dengar?"
"Aku mendengar bahwa di Utara telah timbul pemberontak yang dipimpin oleh
Cu Goan Ciang," Kata Kim Lo akhirnya.
Ko Tie mengangguk.
"Ya, akupun sudah mendengar hal itu. lalu ada hubungan apa dengan
kita?"
"Bukankah jika kita bergabung dengan rombongan Cu Goan Ciang, kita bisa
memperkuat barisannya," Kata Kim Lo. "Cu Goan Ciang memang bangkit
didukung oleh rakyat karena dia mau memperjuangkan kepentingan rakyat."
Kim Lo berkata sampai di situ, akhirnya berdiam lagi. Barulah kemudian
dia meneruskan kata-katanya.
"Justeru memang Cu Goan Ciang memerlukan Giok-sie, untuk menghimpun
rakyat lebih banyak lagi! Kalau memang nanti, kita telah berhasil
memperoleh Giok-sie apakah tidak ada baiknya Giok-sie diserahkan buat Cu
Goan Ciang.
"Beberapa waktu yang lalu, kita pernah membicarakan hal itu!" Kata Ko
Tie. "Tapi sekarang disaat Giok-sie belum lagi berada di tangan kita,
berarti kita tidak bisa lapor apa-apa. Dan juga memang dalam hal ini
belum bisa kita pastikan.
"Jika nanti Giok-sie sudah dapat kita peroleh, disaat itu barulah kita
memikirkannya kepada siapa Giok-sie berhak diserahkan. Jika memang benarbenar Cu Goan Ciang berjuang untuk kepentingan rakyat, apa salahnya kalau
kita serahkan Giok-sie kepadanya."
Kim Lo menghela napas.
"Maaf paman Lie." Katanya lagi, "Aku mau menyampaikan apakah paman
tidak marah?"
"Katakanlah, Kim Lo! Kau seperti belum kenal aku saja."
Kim Lo mengawasi Ko Tie sejenak lalu dia baru lapor, "Selama ini aku
justeru tidak melihat ada pejuang yang lainnya yang gagah perkasa dan
berani seperti Cu Goan Ciang yang berani menghimpun rakyat untuk
mengadakan pemberontakan. Kalau memang dia bisa menghimpun rakyat lebih
besar apakah paman Lie akan menyerahkan Giok-sie kepadanya?"
Karnehlingti 30.147 . . . . . . ."Itu terserah kepada orang-orang lainnya, para pendekar gagah lainnya.
Jika mereka setuju, akupun tidak keberatan.
"Tapi ingat Kim Lo betapapun juga Giok-sie bukanlah urusan yang kecil,
dan harus dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Karena jika kita terlalu
ceroboh niscaya akan menimbulkan bencana yang tidak kecil."
Kim Lo mengangguk.
"Benar, paman Lie....... dan juga dalam hal ini aku menyerahkan saja pada
paman Lie buat menghaturnya.!"
Ko Tie tersenyum ia menepuk-nepuk pundak Kim Lo kemudian dia mengajak si
pemuda buat melanjutkan perjalanan mereka.
Namun Kim Lo menggelengkan kepalanya.
"Nanti dulu, paman Lie masih ada yang perlu kukatakan kepadamu!"
"Apa itu?!"
"Tentang urusanku paman!"
"Tentang kau?"
"Ya. sebetulnya sudah cukup lama juga urusan ini hendak kusampaikan
kepada paman buat meminta paman, namun masih belum juga ada kesempatan!"
"Nah sekarang kau sampaikanlah kepadaku. Apa yang hendak kau
beritahukan?"
Ko Tie jadi ragu-ragu,
"Tentang keadaan diriku, paman Lie!"
"Ya. katakanlah! Jika memang kau memiliki kesulitan, aku tentu akan
berusaha membantumu!"
"Dalam hal ini, sebetulnya benar-benar membuat aku jadi malu sekali!"
"Mengapa harus malu?"
"Tahukah paman Lie, mengapa berapa waktu yang lalu aku sengaja memisahkan
diri dan menyatakan aku ingin melakukan perjalanan lebih dulu, dengan
suatu alasan bahwa dengan bekerja sendiri aku bisa untuk menyelidiki
tentang Giok-sie lebih baik lagi?"
Ko Tie mengangguk.
"Ya....... kenapa? Dulu akupun heran. Padahal, dengan kita melakukan
perjalanan bersama pun tidak akan memperoleh kesulitan....... tapi
justeru engkau malah hendak memisahkan diri seperti itu. Apakah ada
sesuatu yang tidak dapat kau ceritakan kepadaku?"
Kim Lo menghela napas.
"Paman Lie, kau lihatkah tutup mukaku ini....... dan paman tentu
mengetahui, mengapa aku selalu mengenakan tutup muka ini?" Tanya Kim Lo.Ko Tie mengangguk, seketika dia teringat sesuatu. Waktu Kim Lo masih
kecil, dan dirawat oleh Oey Yok Su, ia telah melihat bentuk muka Kim Lo
seperti kera. Maka dia itu apakah dengan menutupi mukanya selalu, muka
Kim Lo memang masih berupa ujud kera walaupun dia telah dewasa!
Karena berpikir begitu Ko Tie tidak menjawab, dia hanya mengawasi saja.
"Nah, Paman Lie......... apakah paman masih ingat, betapa buruknya mukaku
ini!"
Ko Tie tertawa,
"Tapi muka buruk itu tidak terlalu penting, yang terpenting hati
seseorang yang cantik."
Kim Lo menghela napas.
"Urusan inilah yang selalu menggoda hatiku paman Lie?" Kata Kim Lo.
Ko Tie coba menghiburnya.
"Kau jangan rendah diri disebabkan mukamu yang seperti itu karena engkau
sudah banyak melakukan kebaikan dan selama ini engkau pun tengah
memperjuangkan sesuatu pekerjaan besar. Kukira kau malah harus merasa
bahagia."
Kim Lo menggeleng,
"Tidak bisa paman, justeru aku merasa malu! Dan waktu aku memaksa
melakukan perjalanan seorang diri, aku kuatir kalau nona Yo mengetahui
tentang keadaan mukaku ini!"
Ko Tie tertawa.
"Kalau memang dia mengetahui tentang keadaan mukamu itu, memangnya
kenapa?"
"Aku merasa malu paman!" Dan sambil menyahuti begitu Kim Lo menghela
napas dalam-dalam.
"Kim Lo kuingatkan padamu, seorang pendekar tak dapat bersikap seperti
kau! Jika sebagai seorang pendekar tak dapat melakukan pekerjaan baik,
maka diwaktu itulah ia boleh merasa malu.
"Walaupun seandainya bercacat kehilangan tangan dan kaki atau tubuh yang
buruk namun berhasil melakukan pekeriaan besar, maka itu sangat agung dan
mulia sekali, malah akan membuat bangga. Tak akan mendatangkan malu
terlebih lagi dari kau yang tak memiliki cacad, mengapa harus malu?"
"Tapi........ tapi paman Lie, aku tak mau kalau sampai nona Yo mengetahui
tentang keadaan mukaku ini!"
Ko Tie tersenyum.
"Kalau menurut pendapatku, walaupun nona Yo mengetahui tentang keadaan
mukamu seperti itu, tentu iapun tak akan menghina dan mengejekmu,
percayalah padaku, Kim Lo!"
Kim Lo menghela napas."Jika nona Yo mengetahui keadaan mukaku seperti ini, tentu ia tak mau
dekat-dekat denganku."
"Mengapa begitu?"
"Tentu saja dia tidak mau memiliki teman yang seperti aku, yang mukanya
seperti kera."
"Itu hanya perasaanmu saja!"
"Justeru aku takut sekali, paman!"
"Takut apa?"
"Takut dijauhi oleh nona Yo dan dia akan memandang sinis padaku!"
Ko Tie tiba-tiba tersadar.
"Ohh, sekarang aku tahu!" Katanya.
"Tentang apa paman?"
Ko Tie mengawasi Kim Lo.
"Tentunya kau harus menjawab pertanyaanku dengan jujur, Kim Lo. Kau harus
memberikan keterangan yang jujur!"
"Baiklah paman."
"Kau mencintai nona Yo, bukan?"
Kim Lo jadi ragu-ragu.
"Kau harus memberikan keterangan yang jujur padaku!"
Akhirnya Kim Lo mengangguk.
"Memang aku tertarik sekali padanya paman Lie.
"Hemmmm, jadi kau mencintainya?"
"Ya."
"Lantas kau merasa malu dan juga takut kalau-kalau nona Yo
meninggalkanmu!"
"Ya, disebabkan itulah aku selalu berusaha melindungi mukaku ini dengan
secarik kain. Aku kuatir sewaktu-waktu nanti ia melihatnya juga!"
Ko Tie terdiam sejenak barulah kemudian ia berkata lagi:
"Kim Lo, sesuatu lebih baik dilakukan dengan berterus terang, karena jika
memang kita menutup-nutupi niscaya hal itu akan mendatangkan kecewa,
kalau saja sampai urusan itu terbuka, lebih baik kau memperlihatkan apa
adanya. mengertikah kau akan maksudku itu Kim Lo?"
Kim Lo terdiam.
"Kau mengerti Kim Lo?" tanya Ko Tie.Kim Lo menghela napas.
"Sulit paman Lie!"
"Sulit bagaimana?"
"Sulit untuk melakukan seperti apa yang paman Lie katakan, yaitu berterus
terang pada nona Yo dan juga memperlihatkan mukaku yang
sebenarnya........!"
"Kukira malah itu yang jauh lebih baik!" Kata Ko Tie.
"Tapi justeru sewaktu-waktu ia bisa menjauhi aku!"
"Tidak, aku jamin itu!"
"Tapi paman Lie.......!"
"Aku jamin ia akan tetap baik padamu!"
Kim Lo menghela napas ia menggeleng perlahan.
Ko Tie tersenyum, memang demikianlah, jika muda mudi tengah jatuh cinta,
tidak si pemuda tidak si pemudi. Ia pernah menyaksikan betapa Yo Bie Lan
cemburu sekali karena Kim Lo waktu itu berada bersama nona Cin.
"Sudahlah Kim Lo, aku yakin bukan disebabkan wajah saja seorang wanita
bisa jatuh cinta, juga sepak terjangmu yang bisa mendatangkan rasa kagum
dihatinya."
Kim Lo menghela napas, ia masih ragu.
"Untuk urusan ini harap paman Lie tidak menceritakannya kembali pada nona
Yo.!"
"Ohh tentu saja. Kau anggap aku ini manusia macam apa, Kim Lo?"
Kim Lo cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat.
"Maafkan paman Lie, bukan maksudku untuk merendahkan paman, dan bukan
maksudku tidak percaya pada paman, tapi justeru aku kuatir nanti paman
membicarakannya lagi dengan nona Yo."
Ko Tie tersenyum.
"Jika memang terjadi seperti itu, kukira jauh lebih baik..!"
"Lebih baik bagaimana, paman?"
"Bukankah nona Yo bisa mengetahui keadaanmu yang sebenarnya, dan
selanjutnya engkau tidak perlu dikejar-kejar perasaan gelisah dan takut
kalau nanti sewaktu-waktu nona Yo itu mengetahui keadaan mukamu yang


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebenarnya?"
"Tapi paman."
"Sudahlah Kim Lo. Jika ia telah melihat keadaan mukamu yang sebenarnya,
maka segalanya serahkan saja padanya? Jika memang iapun mencintaimu, kau
boleh saja mencintainya terus."Tapi jika memang dia mundur dia tidak bisa mencintaimu maka aku tidak
bisa memberikan saran apa-apa padamu, selain kau juga perlu mundurkan
diri! Cinta yang terlalu dipaksa-paksakan akan menyiksa diri. Percayalah
padaku Kim Lo!"
Kim Lo cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat.
"Terima kasih atas nasehat paman, tapi aku takut harus kehilangan dia?"
"Kenapa?"
"Aku aku sangat mencintainya."
Ko Tie tertawa.
"Sudahlah. Nanti paman akan merundingkan hal ini dengan bibimu, mudahmudahan saja bisa dicari jalan keluar yang sebaik-baiknya."
Kim Lo memberi hormat lagi mengucapkan terima kasihnya kepada Ko Tie.
"Ayo kita pulang!" Ajak Ko Tie.
Kim Lo mengangguk.
Mereka berlari-lari buat kembali ke perkampungan dan ke rumah penginapan
mereka.
Giok Hoa dengan Yo Bie Lan belum lagi tidur. Mereka tengah menantikan
kembalinya Ko Tie berdua Kim Lo dengan bercakap-cakap.
Tampaknya Giok Hoa dengan Yo Bie Lan sangat cocok satu dengan yang
lainnya. Malah Giok Hoa memperlakukan Bie Lan seakan juga memperlakukan
anaknya sendiri.
Di waktu itulah tampak Ko Tie telah melambaikan tangannya memanggil
isterinya.
"Bie Lan, hari sudah larut malam, maafkan bibi akan tidur dulu?" kata
Giok Hoa kemudian!
Bie Lan tersenyum.
"Selamat malam Bibi!" Katanya.
Setelah Giok Hoa masuk ke dalam kamar maka Bie Lan melihat Kim Lo yang
masih berdiri di luar rumah penginapan.
Sedangkan Kim Lo bukannya tidak mengetahui bahwa dia tengah dihampiri Yo
Bie Lan, hatinya jadi tergoncang keras sekali. Tadi memang tidak ikut
serta ke dalam rumah penginapan itu, karena dia ingin menantikan sampai
Bie Lan sudah masuk ke dalam kamarnya, barulah dia mau masuk ke delam
kamar. Hal ini hanya untuk menghindarkan pertemuan antara dia dengan Bie
Lan. Tapi siapa tahu, justeru gadis itu telah keluar dan menghampirinya,
membuat hati Kim Lo berdebar keras. Pemuda ini juga gugup sekali.
Heran bukan main Kim Lo, karena biasanya walau menghadapi pertempuran
yang menentukan mati hidupnya, tidak pernah dia gugup seperti itu, tidak
pernah merasa kuatir dan gelisah seperti itu dan diapun tidak pernahmenjadi canggung. Tapi sekarang telah dihampiri si gadis tampak dia jadi
begitu gugup, malah hatinya berdebar sangat keras.
Karnehlingti 30.148
Saat itu Yo Bie Lan sudah datang dekat.
"Kim Koko, kau belum tidur?"
"Hawa udara panas!" Menyahuti Kim Lo gugup. "Dan kau nona Yo, kau belum
beristirahat?"
Yo Bie Lan tersenyum, sikapnya berbeda sekali dengan siang tadi. Jika
siang tadi dia selalu cemberut dan mukanya masam, tapi sekarang justeru
ramai dengan senyumnya.
Kim Lo jadi semakin berdebar hatinya melihat senyum si gadis yang begitu
manis.
"Nona Yo!" Katanya dengan agak gugup.
"Ya!"
"Aku ingin meminta maaf kepadamu karena siang tadi sikapku kurang baik
agak kurang ajar!" Kata Kim Lo.
Bie Lan tertawa.
"Justeru aku yang hendak meminta maaf kepada Kim Koko, sebab tadi siang
aku bersikap seperti kekanak-kanakkan dan juga ngambul seperti itu,
perbuatan yang seharusnya tidak terjadi dan juga tidak baik!"
Sambil berkata begitu, Bie Lan telah merangkapkan tangannya, dia memberi
hormat kepada Kim Lo.
Karuan saja Kim Lo jadi bukan main, dia cepat-cepat menyingkir. Dia tidak
mau menerima hormat si gadis, dia menyingkir ke pinggir.
"Nona Yo jangan, apa-apaan ini?" Tanya Kim Lo dengan suara yang agak
yugup.
Bie Lan tersenyum,
"Untuk meminta maafmu. Bukankah engkau mau memaafkan aku, Kim Koko?"
"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Tidak ada yang kau lakukan sesuatu yang
salah. Karena dari itu tidak ada yang perlu dimaafkannya!" Berkata Kim Lo
tergesa-gesa.
Bie Lan tersenyum.
"Kalau memang demikian, kau tentunya masih tidak ikhlas memaafkan aku.
Kau tidak memaafkan kesalahanku!" Kata si gadis."Apa yang perlu dimaafkan?"
"Tentu kelakuan dan sikapku yang tidak baik siang tadi itu!" Berkata Bie
Lan. Kim Lo menghela napas dalam-dalam.
"Baiklah kalau memang demikian kehendakmu, anggap saja berdua telah
bersalah dan kita saling memaafkan."
Bie Lan tersenyum dan senang.
"Jadi kau bersedia memaafkan aku?"
"Tentu saja.! Malah akupun perlu meminta maaf kepadamu, nona Yo?"
Dan tanpa memperdulikan beberapa orang pelayan yang tengah mengawasi
kelakuan mereka berdua, Kim Lo sudah merangkapkan kedua tangannya memberi
hormat kepada Bie Lan.
Bie Lan tidak menyingkir, dia merangkapkan tangannya membalas hormat Kim
Lo Para pelayan itu diam-diam merasa geli di dalam hati mereka. Namun mereka
tidak berani tertawa.
Di waktu itu Bie Lan bilang, "Jika memang Kim Koko belum mengantuk,
maukah Kim Koko menemani aku berangin-angin dulu?"
Kim Lo girang, tapi juga gugup.
"Tentu saja mau!" sahutnya mengangguk.
Bie Lan tersenyum melihat sikap Kim Lo seperti itu, ia melangkah perlahan
untuk pergi ke pekarangan belakang rumah penginapan itu.
Kim Lo mengikuti di belakangnya.
Begitulah, akhirnya di pekarangan tersebut mereka jalan berendeng,
perlahan-lahan. Walaupun mereka tidak berendeng terlalu rapat, tokh hal
ini membuat Kim Lo jadi tergoncang-goncang keras dengan jantung berdebardebar.
"Kim Koko.!" Kata Bie Lan kemudian, dengan suara perlahan-lahan.
"Ya?"
"Kau melihat rembulan?"
"Ya. Kenapa, nona Yo?"
"Tidakkah indah? Hanya sayang rembulan itu cuma sepotong saja.!"
"Ya. jika memang rembulan tengah bersinar penuh, niscaya sinarnya lebih
cemerlang!"
Bie Lan mengangguk."Senangkah kau jika tengah menggadangi si dewi malam yang tengah bersinar
penuh?" Tanya Bie Lan.
Kim Lo mengiyakan.
"Senang sekali!" Katanya kemudian.
"Akupun demikian......... sayang sekarang bukan tengah Cap-go sehingga
rembulan tidak bersinar penuh........!" Kata Bie Lan dengan suara yang
perlahan.
Kim Lo menghela napas.
"Tapi, malam ini jauh lebih gembira dan cemerlang indah dibandingkan
dengan malam Cap-go."
Bie Lan menarik napas.
"Kenapa Kim Koko?"
"Karena.. karena wajahmu lebih indah dari rembulan..!"
"Ohhh, kau bergurau?" Kata Bie Lan. Pipinya segera memerah karena malu
dan senang.
"Aku tidak bergurau nona Yo. memang sebenarnya wajahmu cantik sekali.
Rembulan yang kau bilang indah itu, selalu masih ada cacad dan kurangnya.
"Tapi rembulan yang ada di malam ini di dekatku, wajahmu yang seperti
rembulan penuh itu, betapa indah sekali, sangat cantik! Tidak ada
cacadnya. keindahan yang benar-benar menakjubkan!"
"Merayu nih!"
Kim Lo tertegun, tapi kemudian menghela napas.
"Maafkan nona Yo. Aku tidak pandai untuk merayu. Tapi tadi aku
mengatakan dari hal yang sebenarnya. Memang kau cantik sekali!
"Wajahmu lebih indah dari rembulan. Karena itu juga, malam ini jauh lebih
cemerlang jika dibandingkan malaman Cap-go walaupun rembulan di langit
tengah bersinar penuh!
"Kim Koko, aku ingin bertanya padamu. Apakah kau bersedia untuk menjawab
dengan sejujurnya?"
"Adik Bie Lan apa yang ingin kau tanyakan itu?"
"Apakah sebabnya kau menutupi mukamu dengan kain penutup muka itu?"
berkata si gadis dengan tersenyum.
"Kau mau tahu sebabnya?"
"Ya, apa sebabnya?"
"Justeru melihat engkau mengenakan kain penutup mukamu terus menerus, aku
jadi curiga selalu padamu! Aku selalu jadi tidak bisa mempercayai kau
sepenuhnya, karena mukamu saja tidak mau kau perlihatkan kepadaku?"Terasa lemas sekujur tubuh Kim Lo. Inilah yang ditakuti. Akhirnya datang
juga. Perasaan takut jadi berkecamuk di dalam hatinya.
"Ini....... ini.." Tampaknya Kim Lo gugup sekali.
Si gadis tersenyum.
"Nah, lihat! Sekarang bukankah engkau tengah memutar otaknya untuk
mencari-cari alasan lagi, agar kerudung mukamu tetap tak dapat kulihat?"
Kim Lo tambah gugup!
"Bukan begitu. bukan begitu nona Yo!" Katanya.
"Bukan begitu, begitu bagaimana?"
"Aku memiliki kesulitan nona Yo?"
"Hemm, baiklah. Kau selalu menutupi mukamu dengan kain dan tidak
memberikan kesempatan kepadaku buat melihatnya! Apakah mukamu demikian
buruk sehingga malu jika dilihat orang lain?"
Mendengar pertanyaan si gadis seperti itu, Kim Lo jadi menggigil. Dia
merasa jadi lebih takut. Dia juga merasa sedih. Karena itu dia pun
berdiam diri saja.
"Kim Koko.!" Panggil Yo Bie Lan ketika melihat Kim Lo cuma berdiam diri
saja.
"Ya?" Kim Lo tersentak mengangkat kepalanya mengawasi si gadis.
"Apakah memang wajahmu terlalu buruk membuat kau malu, memperlihatkannya
kepada orang lain?!" Menegasi si gadis.
"Bukan begitu, aku memiliki kesulitan yang belum lagi bisa diceritakan
kepadamu nona Yo."
"Kesulitan apa?" Tanya Gadis itu.
"Kesulitan. Kesulitan.." sampai disitu Kim Lo tiba-tiba teringat
sesuatu. Dia segera melanjutkan kata-katanya. "Ada yang ingin kutanyakan
kepadamu, nona Yo. Kuharap engkau menjawabnya dengan jujur!"
Yo Bie Lan, mengangguk.
"Boleh."
"Apakah jika aku memiliki wajah benar-benar buruk, kau masih mau
bersahabat denganku?"
Bie Lan kembali tersenyum.
"Sejak kita bertemu, aku belum pernah melihat wajahmu, apakah aku pernah
memperlakukan engkau tidak baik?"
"Tapi kalau memang wajahku buruk sekali, kau tetap mau bersahabat
denganku?"
Muka si gadis berobah merah."Apakah sebuah persahabatan itu ditentukan dengan ganteng atau buruknya
wajah seseorang?"
Kim Lo berdebar hatinya.
"Justeru memang wajahku terlalu buruk, nanti kau segan berteman terus
denganku?"
Bie Lan jadi girang.
"Jadi. kau bersedia buat memperlihatkan mukamu padaku?" Tanyanya.
"Walaupun bagaimana buruknya sekali pun, aku tetap akan bersahabat
denganmu! Ini janjiku......."
Kim Lo merasakan hatinya berdebar keras.
"Benarkah itu nona Yo?"
"Ya."
"Baiklah kalau begitu. Aku akan membuka tutup mukaku ini, membiarkan nona
melihat mukaku.
"Ya, bukalah."
Perlahan-lahan tangan Kim Lo memegang ujung kain penutup mukanya,
tangannya gemetaran hatinya tergoncang keras.
"Kau jangan takut jika melihat mukaku yang buruk ini nona Yo!"
"Ya, bukalah!"
Kim Lo membuka tutup mukanya.
Yo Bie Lan mengawasinya, tiba-tiba ia berseru sambil mundur ke belakang.
Muka si gadis jadi pucat, tangannya menutupi mulutnya yang hampir
menjerit.
Wajah yang ada di depannya bukan wajah seorang pemuda tampan tapi wajah
seekor kera.
Dengan tubuh menggigil, akhirnya nona Yo bisa bilang juga: "Kau..
kau.!"
Mendadak Kim Lo tertawa bergelak,
"Nah sekarang kau telah melihatnya, kan? Jelas bukan? Kau tentu akan
puas? Dan silahkan kau mentertawakan aku!"
Bie Lan tidak bilang apa-apa, ia memutar tubuhnya, ia ingin berlari
meninggalkan tempat itu.
Setelah tertawa, Kim Lo bisa menguasai dirinya lagi, ia melompat
menghadang di depan si gadis.
"Nona Yo, kau kau."
"Biarkan aku pergi, aku ingin tidur!" kata si gadis."Tadi kau berjanji akan tetap berteman denganku walaupun bagaimana buruk
sekali mukaku!"
Bie Lan menghela napas. Gadis inipun rupanya sudah bisa menindih perasaan
kagetnya.
Sama sekali, tidak disangka, bahwa pria yang dikaguminya, ternyata
seorang pemuda dengan wajahnya yang seperti kera, seraut wajah yang penuh
dengan bulu-bulu halus kuning.
"Baiklah! Kita memang akan tetap bersahabat!" Kata Yo Bie Lan.
Sedih hati Kim Lo. Suara si gadis didengarnya begitu tawar.
"Terima kasih nona Yo.......!" Katanya tidak bersemangat.
Bie Lan melangkah hendak pergi, diwaktu itulah Kim Lo teringat sesuatu:
"Nona Yo, kalau memang kau malu bersahabat denganku, aku pun tidak
memaksa, asal kau mau anggap aku sebagai sahabatmu, itupun sudah lebih
cukup..!"
Bie Lan menoleh.
"Ya, aku akan tetap menganggap kau sebagai sahabatku!"
Setelah berkata begitu, si gadis memutar tubuhnya, dia bermaksud hendak
berlari meninggalkan pekarangan belakang rumah penginapan tersebut,
karena dia bermaksud untuk kembali ke kamarnya.
Tapi baru saja dia melangkah dua tindak, mendadak sekali dia mendengar
suara orang merintih.
Bie Lan melihat ke arah sampingnya.
16 Juni jam 8:26am
Karnehlingti 31.149
Bie Lan jadi batal untuk masuk ke ruang dalam rumah penginapan, dia
menghampiri.
Setelah melihat orang itu, Bie Lan mengeluarkan suara tertahan dan
berjongkok di dekatnya.
"Kau kau kenapa?"
Orang itu yang terluka tidak bisa menggerakkan tubuhnya, dia cuma bisa
merintih.
Kim Lo juga sudah datang menghampiri.
Justeru melihat sosok tubuh itu, setelah melihat mukanya seketika Kim Lo


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kaget sampai dia berseru nyaring! Dia memanggil orang itu, tidak lain
dari Su Nio Nio.
"Su Nio Nio.......!" Akhirnya Kim Lo bilang begitu dengan suara tertahan.Yo Bie Lan menoleh.
"Kau kenal padanya?"
Kim Lo mengangguk.
"Ya, dialah si nenek yang kemarin telah kau hadapi!" kata Kim Lo.
Sekali lagi si gadis memperhatikan muka si nenek! Dia kemudian melihat
punggung si nenek, barulah di waktu itu Bie Lan mengenalinya bahwa nenek
tua ini benar-benar Su Nio Nio si Nenek tua bungkuk.
"Ihhh, mengapa kau bisa terluka demikian parah?" menggumam si gadis.
Si nenek tua bungkuk itu telah mengerang perlahan, kemudian tangannya
terangkat: "Ini., ini Giok-sie, cepat kalian bawa Giok-sie sembunyikan.
Sebentar lagi Kam Yu akan datang menyusul ke mari bersama-sama dengan
anak buahnya!"
Bie Lan kaget di tangan si nenek tua bungkuk yang sudah keadaannya sudah
sekarat itu, memang tercekal Giok-sie. Benda yang terbuat dari batu Giok,
yang jadi rebutan orang-orang rimba persilatan.
Tanpa ragu-ragu Bie Lan telah menerima Giok-sie itu. Kemudian diberikan
kepada Kim Lo.
"Aku.. aku, sudah merampas Giok-sie itu dari tangan Kam Yu, tapi aku
tidak lolos dari tangannya dan tangan jahat anak buahnya. Aku terluka
hebat sekali.......
"Namun aku masih bisa meloloskan diri dari mereka, aku telah bisa
melepaskan diri dan sekarang mereka tengah mencari jejakku.. Cepat
selamatkan Giok-sie itu, cepat pergi!"
Napas si nenek itu memburu keras sekali, mukanya yang penuh dengan
keriput ketuaan, telah pucat pias. Tampaknya seperti tidak berdarah.
Matanyapun tidak bersinar, guram sekali. Tubuhnya menggigil menahan
sakit.
Di waktu itu tampak Bie Lan berusaha menotok beberapa jalan darah di
tubuh si nenek. Tapi sudah tidak dapat tertolong lagi jiwa tua si nenek,
karena di waktu itu dia sudah menghembuskan napasnya yang terakhir.
Kim Lo menggidik!
Su Nio Nio memiliki kepandaian yang tinggi. Dia saja, tidak bisa
merubuhkan nenek tua ini, tapi mengapa justeru Su Nio Nio bisa terluka
demikian hebat di tangan Kam Yu dan anak buahnya! Malah akhirnya dia
buang jiwa karena Giok-sie.
Sedangkan Giok-sie sudah berada di tangannya. Melihat si nenek tua itu
sudah binasa malah cepat-cepat Kim Lo menarik tangan Bie Lan.
"Mari kita beritahukan kepada paman Ko Tie," Katanya.
Bie Lan juga segera mengangguk, mereka masuk ke dalam rumah penginapan.
Mengetuk pintu kamar Ko Tie.Ko Tie dan Giok Hoa yang tengah tertidur nyenyak, terkejut. Karena pintu
kamar mereka diketuk begitu keras, segera juga melompat turun dari
pembaringan, dan membuka pintu kamarnya.
Di saat itu tampak Ko Tie masih ngantuk, namun melihat Kim Lo dan Yo Bie
Lan yang di depan pintu kamarnya itu, dia menduga tentunya urusan
penting. Dia pun segera membuka lebih lebar, tanyanya. "Ada apa?"
Kim Lo menyodorkan Giok-sie, ia menceritakan apa yang terjadi.
Cepat-cepat Ko Tie merapikan pakaiannya, begitu juga Giok Hoa. Mereka
keluar untuk melihat keadaan si nenek tua itu, Su Nio Nio, yang sudah
rebah menjadi mayat.
"Menurut keterangan, Kam Yu dengan anak buahnya akan segera tiba di sini,
ia menganjurkan agar kita berlalu dari tempat ini." Kata Kim Lo.
Ko Tie mengangguk. Mereka cepat-cepat merapihkan buntalan mereka masingmasing, meninggalkan rumah penginapan itu diam-diam dengan meninggalkan
uang sepuluh tail di atas pembaringan sebagai bayaran sewa kamar
tersebut.
Kim Lo berempat telah meninggalkan rumah penginapan itu berlari-lari
terus. Giok-sie sudah berada di saku baju Ko Tie, karena dia memiliki
kepandaian yang tertinggi. Karenanya dengan berada di sakunya, Giok-sie
akan terlindung dengan aman.
Tapi mereka berlari belum lama, tiba-tiba di belakang mereka ada belasan
sosok bayangan yang mengejar mereka.
Belasan sosok bayangan itu berseru-seru berisik sekali. Malah di antara
mereka ada yang bilang, "Itu mereka, jangan lepaskan!"
Disaat itu Ko Tie telah bilang kepada Kim Lo: "Kau hadapi mereka, aku
akan melindungi Giok-sie ini!"
Kim Lo mengiyakan.
"Paman Lie, pergilah selamatkan Giok-sie!"
Sedangkan Giok Hoa dengan Yo Bie Lan tidak berlari juga, mereka akan
membantu Kim Lo untuk menghadapi pengejar-pengejar mereka.
Ko Tie sendiri berlari beberapa langkah, tiba-tiba teringat sesuatu.
"Kalian ke mari!" Panggilnya.
Kim Lo bertiga cepat-cepat menghampiri.
"Kita pancing mereka ke tempatnya Pu San Hoat-ong, kita beritahukan bahwa
mereka adalah orang-orang Kam Yu, malah di antaranya mungkin terdapat Kam
Yu."
Kim Lo dan yang lainnya setuju, karena mereka anggap itulah akal yang
sangat baik.
Begitulah, mereka berempat telah berlari-lari lagi menuju ke luar
kampung, mereka ingin pergi ke rumah di mana adanya Pu San Hoat-ong dan
Ang-hoa Liehiap.Setelah berlari sekian lama, Ko Tie berempat tiba. Mereka mengetuk pintu
rumah.
Pu San Hoat-ong berdua Ang-hoa Liehiap muncul dengan segera!
"Taysu, itulah orang-orang Kam Yu. Mungkin di antara mereka terdapat Kam
Yu, orang yang Taysu bilang memiliki Giok-sie.
Pu San Hoat-ong terkejut bercampur girang. Tidak berayal lagi ia
melepaskan beberapa batang anak panah berapi, yang apinya bersinar terang
sekali dalam kegelapan malam.
Pu San Hoat-ong melepaskan anak panah berapi itu, buat memanggil temantemannya yang terpencar di berbagai tempat di kampung itu. Dan ia sendiri
sudah menoleh kepada Ang-hoa Liehiap, dia bilang,
"Mari kita hadapi mereka!" sambil berkata begitu, Ang-hoa Liehiap dengan
Pu San Hoat-ong telah melesat ke depan.
Ko Tie memberi isyarat kepada Kim Lo dan yang lainnya, agar ikut
membantui Pu San Hoat-ong.
Kim Lo, Yo Bie Lan dan Giok Hoa mengerti apa maksud Ko Tie. mereka segera
melompati untuk membantui Pu San Hoat-ong.
Waktu itu tampak Pu San Hoat-ong berdiri bertolak pinggang menantikan
kedatangan orang-orang itu.
Benar saja, diantara orang-orang itu terdapat Kam Yu, yang berlari
Mustang Hitam 3 Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Nyawa Kedua 1

Cari Blog Ini