Ceritasilat Novel Online

Pendekar Aneh Seruling Sakti 17

Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong Bagian 17


secepat terbang.
Kam Yu sudah berseru, "Tangkap mereka semuanya. Tangkap!"
Orang-orangnya yang berjumlah belasan menyerbu dengan nekad.
Pu San Hoat-ong merangkapkan tangan kanannya, dia menghantam hebat
sekali. Pukulan yang mengandung lweekang dahsyat menghantam dada dari
lawannya menyerbu paling depan.
Tapi orang itu tidak memiliki kepandaian yang rendah. Walaupun memiliki
sebutan sebagai kaki tangan Kam Yu, tokh kepandaiannya liehay sekali.
Malah waktu tangan Pu San Hoat-ong menyambar, dan sudah mengalahkannya
dengan mudah. Gerakannya itu memang sangat gesit sekali. Ia berhasil
untuk menghindarkan pukulan telapak tangan Pu San Hoat-ong malah dia
membarengi membalas menyerang.
Hebat cara menyerang Pu San Hoat-ong biarpun lawannya bisa berkelit dan
balas menyerang padanya. Dia masih menguraskan serangannya dengan cepat,
telapak tangannya bergerak beralih arah dan sasaran. Sama hebatnya
seperti tadi. Tadi dia sudah menghantam lagi.
Dimana berkesiuran angin yang kuat itu, tampak Pu San Hoat-ong
menggunakan tangan kirinya buat menjambak juga.
Kali ini orang tidak bisa berkelit keseluruhannya karena dia bisa
menghindar dari telapak tangan kanan Pu San Hoat-ong, tapi dia tidak bisa
menghindarinya dari cengkeraman (tangan kirinya) Pu San Hoat-ong, yang
mencengkeram sangat kuat sekali di pundak orang itu.Seketika orang tersebut menjerit keras, karena tulang pie-peenya telah
hancur kena diremas oleh cengkeraman tangan kiri Pu San Hoat-ong.
Yang 1ainnya sudah menyambar datang maka tidak ayal lagi Pu San Hoat-ong
menggentak tangan kirinya, dia pun melemparkan tubuh korbannya itu yang
terlempar jauh.
Kim Lo sendiri sudah menerjang kepada dua orang lawannya yang paling
dekat dengan serulingnya.
Kepandaian Kim Lo pun hebat sekali. Serulingnya itu seperti juga seperti
seekor ular naga yang menyambar ke sana ke mari. Totokan ujung
serulingnya mengenai tepat pada jalan darah yang membuat kedua orang itu
terjungkal dengan menjerit keras dan pingsan tidak sadarkan diri.
Dalam keadaan seperti itu, segera tampak betapa pun juga memang Kim Lo
lebih gesit dari yang lainnya, dia melompat ke sana ke mari. Jika yang
lainnya lebih banyak menunggu saja, jika diterjang barulah menyerang.
Giok Hoa turun tangan tidak tanggung-tanggung karena diapun sudah
mencabut pedangnya. Dengan pedangnya dia menyerang dengan lawan-lawannya
yang menerjang dekat padanya. Bie Lan pun demikian. Kedua wanita itu
berhasil melukai beberapa orang lawan mereka.
Diwaktu itu tampak Ko Tie pun tidak ketinggalan. Dengan pedangnya yang
liehay dia bisa melukai beberapa orang.
Kam Yu yang melihat keadaan seperti itu, jadi kaget tidak terkira. Tapi
dia tengah murka, karena itu dia telah melompat tinggi, tahu-tahu
tangannya tengah menyambar ke arah Ko Tie. Maksudnya hendak menghantam
jalan darah mematikan di dekat leher Ko Tie.
Tapi Ko Tie dapat bergerak gesit, dia menghindarkan diri dengan segera.
Bahkan dia sudah menikam dengan pedangnya ke perut lawannya.
Walaupun tubuh Kam Yu tengah terapung di tengah udara, dia tidak mudah
ditikam. Dia bisa mengelakkan tikaman itu dengan meliukkan tubuhnya.
Di antara berkelebatnya pedang Ko Tie tampak tubuh Kam Yu sudah meluncur
turun.
Dalam keadaan seperti itu, di antara suara berisiknya orang yang tengah
bertempur tampak berlari-lari mendatangi puluhan orang yang berseru-seru
dengan suara yang bengis dan ramai sekali. Mereka semuanya berpakaian
sebagai tentara kerajaan.
Mereka juga masing-masing mencekal senjata yang terdiri berbagai macam.
Mereka adalah para pahlawan Kaisar yang telah mendatangi cepat sekali.
Begitu mereka melihat panah api di tengah udara, isyarat panggilan buat
mereka dari Pu San Hoat-ong.
Dengan datangnya para tentara kerajaan itu, yang semuanya merupakan
pahlawan istana, keadaan berobah cepat sekali, karena anak buah Kam Yu
bisa dirubuhkan dalam waktu yang singkat.
Kam Yu melihat keadaan yang tidak menguntungkan dirinya, maka dia segera
juga mendesak Ko Tie. Waktu Ko Tie mengelak ke sana ke mari, dia ingin
menjejakkan kakinya tubuhnya melompat ke belakang.Dan dia telah menjauhi diri. Malah dia sudah memutar tubuhnya, dia
berlari untuk meloloskan diri.
"Kejar! Jangan lepaskan orang itu!" Teriak Pu San Hoat-ong yang melihat
betapa Kam Yu hendak meloloskan diri.
Para pahlawan istana telah mengejarnya.
Ko Tie menghela napas dalam-dalam.
Pu San Hoat-ong sudah menghampiri Ko Tie.
"Apakah dia membawa Giok-sie?" Tanyanya.
"Entahlah! Kami bertemu dan kami segera menyerang, tapi jumlah mereka
terlalu banyak," berdusta Ko Tie.
"Baiklah. Terima kasih untuk jasa kalian ini. Aku berjanji nanti akan
melaporkannya kepada Hoang-siang.!" Kata Pu San Hoat-ong.
Ko Tie mengangguk sambil tersenyum.
"Mari kita mengejar mereka!" Kata Pu San Hoat-ong.
Tapi Ko Tie menggeleng.
"Kami menunggu di sini, atau kalau perlu kami akan pergi lagi, nanti jika
memang ada sesuatu yang mencurigakan tentang Giok-sie, kami akan ke mari
lagi seperti tadi. Memancing pihak lawan dengan demikian Taysu bisa
menjaring mereka."
Pu San Hoat-ong tidak bercuriga, dia mengangguk.
Setelah itu dia pun memutar tubuhnya dengan beberapa kali menjejak tanah,
tubuhnya melesat pergi diikuti oleh Ang-hoa Liehiap.
Ko Tie tersenyum.
"Mari kita tinggalkan tempat ini!" Ajaknya kepada teman-temannya dan
isterinya.
Kim Lo, Bie Lan dan Giok Hoa pun girang. Karena tipu muslihat Ko Tie
berhasil, sekarang justeru disaat Giok-sie sudah berada di tangan mereka
berarti mereka harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini dan juga mereka
akan membiarkan Pu San Hoat-ong berurusan dengan Kam Yu!
Bukankah itu tidak merugikan mereka malah telah mendatangkan untung?
Siapa tahu Su Nio Nio ternyata menjadi penyebab mereka bisa memperoleh
Giok-sie.
Sambil berlari-lari mereka meninggalkan tempat itu. Mereka mengerahkan
gin-kang masing-masing.
Mereka dapat berlari dengan cepat sekali, dan dalam waktu yang singkat
mereka sudah melalui puluhan lie. Bahkan waktu fajar menyingsing mereka
sudah berlari hampir seratus lie lebih.\Sambil berlari, hati Kim Lo tidak tenang karena berkali-kali ia melirik
kepada si gadis.
Sedangkan si gadis telah berlari tanpa pernah melirik, cuma saja wajahnya
guram bukan main, karena dia berdiam diri dengan wajah diselubungi oleh
kabut yang tebal.
Waktu itu hati Kim Lo jadi semakin tidak tenang, karena ia melihatnya
betapa pun juga sikap si gadis terhadapnya, telah berobah.
Dalam keadaan seperti itu, segera juga Kim Lo berlari berusaha berada di
dekat si gadis sampai akhirnya dia bisa berlari di sisi si gadis.
"Nona Yo...!" Panggilnya kemudian dengan suara perlahan, karena ia
kuatir kalau saja Ko Tie dengan Giok Hoa yang berlari di sebelah depan
bisa mendengar kata-katanya.
Bie Lan melirik, tapi ia tidak mengatakan sesuatu apa pun juga, hanya
wajahnya memperlihatkan bahwa dia memang tengah menantikan kata-kata
selanjutnya dari Kim Lo.
"Nona Yo, apakah kau marah kepadaku?" Tanya Kim Lo lagi.
"Marah? Mengapa harus marah?" Tanya si gadis, tanpa memandang Kim Lo, dia
meneruskan larinya.
Disaat itu Kim Lo, jadi semakin tidak tenang, karena itu ia pun segera
juga telah bertanya lagi,
"Tapi tadi sikap nona berobah sekali.......!"
"Berobah?"
"Ya..!"
"Apanya yang berobah?"
"Sikapmu!"
"Sikapku?"
"Ya."
"Mengapa berobah?"
Kim Lo diam. Dia sendiri tidak mengetahui bagaimana mengemukakan
perasaannya itu, dia memang hanya merasakan bahwa sikap Yo Bie Lan
padanya sangat berobah.
Namun ia tak bisa mengemukakan hal itu. Iapun tak bisa mengatakannya
lewat rangkaian kata-kata, karena itu akhirnya Kim Lo jadi bungkam.
Diwaktu itu tampak Yo Bie Lan pun sudah tak berselera buat bercakap-cakap
dengan Kim Lo karena ia berlari dengan berdiam diri saja.Perasaan Kim Lo benar-benar tertekan. Ia juga diliputi perasaan tidak
tenang, karena jika memang si gadis berobah, niscaya ia yang akan
tersiksa lebih jauh.
Karena diwaktu itu ia memang sangat mencintai si gadis. Ia memang sudah
jatuh hati dan jatuh cinta pada si gadis sejak pertemuan mereka yang
pertama.
Sekarang setelah si gadis melihat wajahnya yang sebenarnya justeru
sikapnya telah berobah karena itu perasaan Kim Lo terluka. Sedangkan si
gadis pernah berjanji padanya, walaupun ia melihat muka Kim Lo buruk
bagaimana, tetap saja ia tak akan berobah, ia akan tetap bersahabat baik
dengan Kim Lo.
Dalam keadaan seperti sekarang, Kim Lo benar-benar tertekan sekali
perasaannya. Dia pun telah berulangkali menghela napas, malah berlari
terus di sisi si gadis.
Lama juga mereka berlari terus sampai melewati beberapa puluh lie lagi,
dan Kim Lo tidak bisa menekan terus perasaannya, sampai akhirnya dia
bilang. "Nona Yo, ada yang ingin kusampaikan kepadamu!"
Si gadis menoleh.
"Apa yang ingin kau sampaikan?" Tanyanya.
"Aku aku sebetulnya ingin sekali bersahabat dan tetap baik padamu!"
Si gadis tersenyum, walaupun jelas sekali itulah senyum paksaan.
"Sekarang kita pun bersahabat cukup baik," katanya dengan suara yang
tawar.
Kim Lo menghela napas.
"Tapi justeru aku menghendaki hubungan yang jauh lebih baik lagi seperti
yang nona ketahui bahwa aku... bahwa aku." Berkata sampai di situ, Kim
Lo bimbang dan gugup. Ia tidak bisa meneruskan lagi kata-katanya.
"Kenapa?" Tanya si gadis sambil melirik.
"Justeru aku sangat. sangat sayang padamu!" kata Kim Lo setelah
menguatkan hatinya buat melontarkan kata-kata itu walaupun dia merasakan
tenggorokannya seperti tersumbat dan kering, sulit mengucapkan juga.
Yo Bie Lan tidak menyahuti. Dia berlari saja, dia berdiam tidak
memberikan komentar atas kata-kata Kim Lo.
Kim Lo tahu sekarang pandangan si gadis terhadapnya telah berobah,
setelah melihat mukanya yang buruk seperti kera, tentunya menyesal
sekali. Dan yang lebih menyakiti hati Kim Lo dia pun menduga tentunya si
gadis pun di dalam hatinya akan mencemohokannya.
Karena dari itu, mau atau tidak maupun merasa rendah diri. Larinya jadi
semakin perlahan sehingga dia tertinggal dengan si gadis yang terus
berlari, dimana akhirnya Kim Lo hanya berlari di belakang si gadis.
Waktu itu Yo Bie Lan pun mengetahui larinya Kim Lo semakin perlahan namun
dia tidak mengacuhkannya. Dia berlari terus. Malah semakin cepat maka dia
telah berada dekat sekali di belakang Ko Tie dan Giok Hoa.Sedangkan Kim Lo yang berlari semakin perlahan tertinggal semakin jauh.
Jika memang menuruti isi hatinya tentu ia sudah memutar tubuhnya buat
berlari meninggalkan ke tiga orang itu, Bie Lan, Ko Tie maupun Giok Hoa.
Tapi mengingat tugasnya sangat berat yaitu harus melindungi Giok-sie, mau
atau tidak, dia memang harus dapat terus melindungi dan membantu Ko Tie
yang waktu itu sudah memperoleh Giok-sie!
Dan karena itu juga, telah membuat Kim Lo tidak bisa membawa adatnya. Ia
harus berlari terus mengikuti si gadis. Dia telah berlari dengan perasaan
tidak karuan!
Dilihat dari sikapnya, tampaklah si gadis sudah tidak mengacuhkannya. Dan
memang si gadis telah berobah. Berobah pula pandangannya tentunya, malah,
dilihat dari sikapnya yang begitu tawar dan sangat dingin, dia seakan
juga mengandung kekecewaan.
Kim Lo menghela napas beberapa kali, tanpa disadarinya dia telah
menitikkan butir-butir air mata. Dia berduka sekali hatinya juga sangat
kecewa bukan main.
Sedangkan Yo Bie Lan yang sudah berlari dekat dengan Ko Tie dan Giok Hoa,
dia bilang, "Paman Lie dan bibi, mari kita beristirahat dulu. aku
sangat lelah sekali!"
Ko Tie dan Giok Hoa menahan langkah kaki mereka, dan berhenti dengan
memutar tubuh mereka.
"Kita menjauhi tempat ini sejauh mungkin, karena kalau Pu San Hoat-ong
mengetahui Giok-sie berada di tangan kita dari pengakuan Kam Yu, niscaya
dia bersama anak buahnya akan mengejar kita. Berarti kita memperoleh
kesulitan!"
Yo Bie Lan menghela napas.
"Aku lelah sekali.......!" Katanya.
"Baiklah! Kita beristirahat sejenak di sini, lalu kita akan melanjutkan
perjalanan dengan segera! Oya, mana Kim Lo?!" Sambil berkata berkata
begitu Ko Tie telah menoleh ke belakang.
Di waktu itu tampak Kim Lo berlari mendatangi. Memang dia terpisah cukup
jauh. Namun akhirnya tiba juga di hadapan Ko Tie, Giok Hoa dan Yo Bie
Lan. Dia melirik kepada Bie Lan.
Di saat itu Bie Lan tidak mau memandang Kim Lo, dia cukup menunduk saja
pura-pura tidak melihat kedatangan Kim Lo. Si gadis telah duduk di bawah
sebatang pohon.
Sedangkan Kim Lo sudah menghela napas, dia bertanya kepada Ko Tie: "Paman
Lie, apakah kita masih perlu pergi ke tempat yang lebih jauh?"
Ko Tie mengangguk.
"Ya, semakin jauh semakin baik?"
"Kalau memang demikian, mari kita lanjutkan perjalanan!" Kata Kim Lo.Ko Tie melirik kepada Bie Lan yang tengah duduk beristirahat, dia lalu
bilang, "Kita beristirahat dulu di sini, nanti kita akan melanjutkan
lagi!"
Kim Lo cuma mengangguk, tentunya si gadis yang ingin beristirahat. Malah
dilihat dari sikapnya seperti itu, sikap yang dingin sekali si gadis
benar-benar tampaknya sudah tidak mau memperhatikan Kim Lo.
Melihat keadaan Kim Lo seperti itu, Ko Tie dengan Giok Hoa saling
pandang. Mereka heran bukan main sampai akhirnya Ko Tie telah menarik
tangan Giok Hoa diajak menjauh sedikit.
"Tampaknya terjadi perselisihan antara Kim Lo dan Bie Lan!" Kata Ko Tie.
Giok Hoa mengangguk.
"Kalau didengar dari pengakuannya, Bie Lan memang menaruh hati kepada Kim
Lo, ia pernah menceritakan perasaannya kepadaku, bahwa dia menaruh
perhatian kepada Kim Lo. Tapi kali ini aku benar-benar heran, karena
sikap Bie Lan tampaknya begitu dingin dia seakan juga tidak mengacuhkan
Kim Lo!"
Ko Tie menghela napas.
"Memang demikianlah jika sepasang muda-mudi yang tengah jatuh cinta,
tentu akan diselingi oleh segala macam pertengkaran!" Ko Tie berkata
sambil tersenyum, "Seperti dulu kita."
Pipi Giok Hoa berobah merah, dia mencubit lengan Ko Tie.
"Kau jail.......!"
"Ouhh, sakit sekali.!" Katanya sambil merabah dan mengusap-usap
tangannya.
Diwaktu itu tampak Kim Lo sudah mengambil tempat yang terpisah cukup jauh
dia telah duduk beristitrahat.
Selama beristirahat seperti itu Kim Lo selalu melirik kepada si gadis,
karena dia ingin mengetahui apa yang tengah diIakukan Bie Lan.
Tapi si gadis beristirahat dengan memejamkan matanya sama sekali dia
tidak memperdulikan sekelilingnya.
Di waktu itu tampak Kim Lo sudah tidak bisa menahan diri. Dia bangkit
dari duduknya, dia melihat Ko Tie dan Giok Hoa berada di tempat yang
terpisah cukup jauh, maka dia mendekati Bie Lan!


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nona Yo!" Panggilnya setelah dia berada dekat dengan tempat di mana Bie
Lan tengah duduk beristirahat.
Bie Lan membuka matanya, dia mengawasi Kim Lo kemudian, tanyanya. "Ada
apalagi? Aku lelah sekali, aku ingin beristirahat.!"
"Maaf, aku mengganggumu sejenak nona!"
"Ya."
"Aku aku ingin menanyakan sesuatu!!""Ya!"
"Kau tentunya tidak akan marah kalau aku kemukakan?"
Si gadis membuka matanya lebar-lebar, tapi sikapnya dingin sekali.
"Mengapa aku harus marah. Memangnya kau berlaku kurang ajar padaku, Kim
koko?"
Kim Lo menghela napas.
"Mudah-mudahan saja kau tidak marah!"
Setelah berkata begitu Kim Lo menghela napas, dia bilang: "Sebetulnya aku
ingin bertanya kepadamu setelah engkau melihat mukaku apakah engkau jadi
muak dan kecewa kepadaku!"
Yo Bie Lan mengawasi sejenak, kemudian dia menghela napas dalam-dalam.
"Wajah seseorang adalah pemberian Tuhan bagaimana buruk atau bagaimana
tampanmu bukan kita yang membuatnya. Jika Tuhan memberikan kita memiliki
wajah yang tampan tentu kita memiliki wajah yang tampan, demikian juga
sebaliknya. Mengapa aku harus merasa membenci dan kecewa padamu, Kim
koko?"
Muka Kim Lo berobah, hatinya berdebar keras penuh kecewa, dan hanya saja
pada saat itu mukanya memang ditutupi oleh kain penutup mukanya, dengan
demikian Yo Bie Lan tidak melihat perobahan wajah Kim Lo.
"Ada lagi yang hendak aku tanyakan?!"
"Apa lagi?"
"Tentang....... tentang diriku!"
"Kenapa dirimu?"
"Aku. aku sangat sayang kepadamu!"
Si gadis tersenyum, sekali ini Kim Lo bisa melihat betapa senyuman si
gadis benar-benar dipaksakan sekali.
"Kenapa dirimu, Kim koko? Mengapa kau bertanya seperti itu? Jika memang
engkau merasa sangat sayang kepadaku, tentu saja aku sangat berterima
kasih sekali. .karena dari itu, kukira jelas aku yang harus bersikap
baik padamu, karena engkau sangat sayang kepadaku."
"Aku. aku ingin bersahabat terus denganmu, nona Yo!"
"Ohhh, tentu? Tentu, memang aku pun senang sekali bersahabat dengan kau,
Kim koko......."
Mendengar kata si gadis yang terakhir, maka di waktu itu habislah harapan
Kim Lo, karena dia menyadari bahwa si gadis rupanya memang sudah tidak
dapat digoyahkan kembali perasaannya. Maka dia pun menghela napas.
"Baiklah nona Yo, terima kasih selama ini nona cukup baik padaku!"
"Ya," si gadis hanya menjawab begitu saja. "Apakah kau tidak ingin
beristirahat, aku sangat lelah sekali!"Kim Lo menggeleng.
"Terima kasih!" Katanya.
Si gadis memejamkan matanya.
Kim Lo tidak segera pergi, dia masih berdiri di tempatnya, dia menghela
napas berulang kali. Dia mengawasi si gadis, sampai akhirnya dia telah
memutar tubuhnya perlahan-lahan melangkah pergi.
Diwaktu itu tampak jelas sekali, betapapun juga sikap si gadis padanya
sangat tawar. Dan juga memang disaat itulah dia sudah habis harapannya,
punah harapannya bahwa dia akan bisa mempersunting si gadis. Walaupun
bagaimana memang dia harus menyadarinya, dia tidak akan cocok dan tidak
sesuai menjadi suami si gadis.
Cuma saja sayangnya dia justeru telah terlanjur merasa sangat sayang
kepada si gadis, dia telah merasa mencintainya. Karena dari itu, dia mau
atau tidak memang harus dapat berusaha mendekatinya terus si gadis kalau
saja hati si gadis dapat merobah keputusannya dan menaruh belas kasihan
kepadanya.
"Kasihan?"
Ohh, Kim Lo tak menghendaki balas kasihan dari si gadis dan karena dari
itu juga iapun tak mau dikasihani si gadis. Jika memang si gadis menaruh
balas kasihan padanya dan mencintainya maka hal itu tentu saja tak
dikehendakinya.
Kim Lo menghela napas, ia telah duduk kembali beristitahat.
Karnehlingti 31.151 . . . . . . .
Karnehlingti 31.149
Ko Tie dan Giok Hoa pun beristirahat, sampai akhirnya Ko Tie yang paling
dulu, melompat berdiri.
"Mari kita meneruskan perjalanan kita!" Kata Ko Tie. "Kalau memang kita
lebih lama di sini, niscaya kita akan menghadapi kesulitan, karena Kam Yu
maupun Pu San Hoat-ong sewaktu-waktu akan bisa mengejar kita.......!"
Terlihat Bie Lan segan sekali buat meneruskan perjalanan, begitu juga Kim
Lo. Tapi mereka berdua telah melompat berdiri juga.
Ko Tie dan Giok Hoa berlari di sebelah depan seperti tadi, sedangkan Yo
Bie Lan berlari di belakangnya.
Justeru Kim Lo berlari paling belakang, karena memang ia berlari lambat
sekali.
Semangatnya telah lenyap sebagian, karena kepatahan hatinya. Walaupun si
gadis tidak mengucapkannya langsung toh Kim Lo telah mengetahuinya,
justeru si gadis sudah tidak mencintainya, hanya melihat wajahnya yangburuk itu telah buyar perasaan cinta si gadis padanya. Diam-diam Kim Lo
merasa menyesal karena Bie Lan telah sempat melihat wajahnya.
Sambil berlari-lari seperti itu, diam-diam Kim Lo jadi teringat juga pada
nona Cin.
Nona Cin pun sudah pernah melihat wajahnya, dan juga memperlakukannya
tetap manis tidak ada perobahan. Malah sikap nona Cin baik sekali, karena
memperlakukan Kim Lo dengan sangat manis, dan sebagai sahabat yang saling
menghormati.
Teringat kepada nona Cin, diam-diam Kim Lo menjadi membandingkannya. Dia
membandingkan antara nona Cin dengan Bie Lan, sampai akhirnya dia melihat
kenyataan, nona Cin jauh lebih memperhatikan dirinya. Hatinya lebih baik.
"Hemmm, apakah aku lebih dekat pada nona Cin? Tapi aku ingin mencarinya
ke mana?" berpikir Kim Lo di dalam hatinya.
Dan berpikir seperti itu, maka semuanya tampak dia telah berobah sikapnya
maupun mukanya, yang terasa menjadi panas sekali. Diam-diam dia jadi
malu. Walaupun mukanya tertutup oleh kain, tokh tidak urung Kim Lo yang
merasakan pipinya berobah panas sekali, dia jadi malu sendirinya.
"Aku telah dididik dan diberi kepandaian yang tinggi. Tentu saja dengan
harapan aku akan melakukan tugas yang besar, agar aku dapat untuk berbuat
sesuatu demi kebaikan rakyat. Tapi sekarang juteru aku telah memikirkan
selalu urusan wanita!"
Setelah berpikir begitu Kim Lo menghela napas diam-diam hatinya benarbenar tergoncang!
"Kalau memang demikian, biarlah sementara waktu ini aku tidak boleh
memikirkan urusan wanita.......!" berpikir Kim Lo lagi, dan dia pun
menghela napas, buat melapangkan dadanya. Memang beberapa waktu yang lalu
dia terlalu dikuasai olen perasaannya, di mana dia selalu memperhatikan
Bie Lan.
Akhirnya setelah berpikir pulang pergi diapun jadi teringat kepada urusan
Giok-sie, di mana diapun selama ini memang seperti melupakan urusan Gioksie. Padahal urusan Giok-sie merupakan urusan besar, urusan yang
menyangkut urusan negara.
Dalam keadaan seperti itulah dia sudah mulai bisa menguasai diri. Dia
akan bertekad untuk meneruskan cita-cita Oey Yok Su, untuk melindungi
Giok-sie. Di mana nanti Giok-sie akan diserahkan kepada seorang gagah
yang akan memimpin rakyat buat mengadakan pemberontakan melawan penjajah.
Setelah melakukan perjalanan sekian lama akhirnya mereka tiba di kota
Yung-sie-kwan.
Mereka bermalam satu malaman di kota itu, besok paginya mereka
melanjutkan perjalanan lagi. Tapi belum lagi mereka melakukan perjalanan
terlalu jauh, justeru di depan mereka menghadang puluhan orang.
Ko Tie yang berlari paling depan menahan langkah. Dia melihat puluhan
orang itu menghadang dengan di tangan memegang busur lengkap dengan anak
panah yang siap akan dilepaskan.
Di depan rombongan orang itu tampak seorang gadis dengan muka tertutup
kain. Dia berdiri dengan bertolak pinggang.Kim Lo yang melihat si gadis segera merasa kenal dengan gadis tersebut!
Dilihat dari bentuk tubuhnya, tampaknya dia seperti nona Cin.
Waktu itu si gadis yang mukanya ditutup kain telah berkata dengan suara
yang nyaring,
"Serahkan Giok-sie!"
Ko Tie mengerutkan alisnya.
"Giok-sie!"
"Ya! Jika memang kalian tidak menyerahkan Giok-sie, berarti kalian akan
dikirim ke neraka. Lihatlah oleh kalian" sambil berkata begitu si gadis
menunjuk sekelilingnya.
Ko Tie dengan yang lainnya memandang sekelilingnya, maka dilihatnya
betapa di sekitar tempat itu sudah dikepung seratus orang lebih.
Sama seperti rombongan orang di depan mereka, semuanya mencekal busur
yang siap melepaskan anak panah.
Ko Tie mengeluh
"Siapa kau nona?"
"Tidak perlu kau tahu!" Jawab si gadis dengan suara yang dingin.
Kim Lo maju selangkah ke depan.
"Nona Cin....... mengapa harus menempuh cara begini?"
"Hemmm, kau mengenali aku?" Tanya si gadis yang kemudian tertawa dingin.
"Cepat-cepat kau serahkan Giok-sie kepada kami dan kalian boleh angkat
kaki dengan selamat."
Kim Lo menghela napas.
"Urusan Giok-sie adalah urusan besar, nona Cin, kuharap kau mau
mengerti!"
Nona Cin tertawa tawar
"Tanpa diberitahukan akupun mengetahui bahwa Giok-sie menyangkut urusan
besar."
Setelah berkata begitu, dia mengangkat tangannya, anak buahnya di
sekeliling tempat itu telah mengangkat busur mereka, siap dipergunakan
melepas anak panah.
Kim Lo menghela napas mengawasi saja Ko Tie dan yang lainnya juga
berdiam.
"Kalian mau menyerahkan Giok-sie atau tidak?" Bentak si gadis. "Aku akan
menghitung sampai empat!"
Tapi Ko Tie dan yang lainnya berdiam diri saja.
"Satu! Dua! Tiga.!""Tunggu dulu, aku bicara!" Kata Ko Tie kemudian karena dia menyadari,
kalau memang urusan itu melepaskan anak panah mereka niscaya akan melukai
mereka juga, di mana hujan anak panah yang lebat dan rapat sekali,
niscaya tidak memungkinkan mereka buat menghindarkan dan menyelamatkan
jiwa mereka dengan mudah.
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Kami akan menyerahkan Giok-sie kepadamu! Tapi sebelumnya kau harus
menjelaskan dulu, kalian ini dari aliran mana dan golongan mana! Nanti
kami akan mempertimbangkannya, apakah Giok-sie akan diserahkan..
"Ingatlah oleh kalian, walaupun jumlah kalian banyak sekali, belum tentu
kalian bisa sekaligus membunuh kami berempat. Mungkin salah seorang di
antara kami akan lolos dari kepungan kalian, lolos dari kematian dan bisa
membawa lari Giok-sie!"
Si gadis mendengus dan berkata tawar. "Jadi kau ingin mengetahui aku dari
mana?"
"Ya."
"Kami adalah orang-orang Cu Goan Ciang!"
"Apa?"
"Ya....... Cu Goanswee perintahkan kami buat mengambil Giok-sie.......
yang akan dipergunakan buat mempersatukan rakyat!"
"Kalau memang demikian.........!" berkata sampai di situ Ko Tie raguragu.
"Ya memang kami orang-orang Cu Goan Ciang!" menyahuti orang-orang
lainnya. "Karena itu kau menyerahkan Giok-sie pada kami berarti untuk
kebaikan rakyat kita juga."
"Hemmm, tapi aku tak bisa mempercayai begitu saja bahwa kalian adalah
orang Cu Goan Ciang!"
"Aku ada buktinya!" Kata si gadis yang memang tak lain dari nona Cin.
"Apa buktinya?"
"Ini.!" sambil berkata begitu nona Cin mengeluarkan sesuatu dari
sakunya,
Itulah segulung surat yang dilemparkan pada Ko Tie. Segera Ko Tie
menyambuti gulungan kertas itu. Ia membuka dan membacanya.
Di dalam surat itu memang berbunyi perintah Cu Goan Ciang pada beberapa
orang kepercayaannya buat mencari Giok-sie. Karena menurut Cu Goan Ciang
tentu rakyat bisa dipersatukan lebih mudah, dimana kekuatan rakyat akan
dihimpun buat mengusir penjajah.
Ko Tie lama membaca surat itu. Dia bimbang, sampai akhirnya dia
menggulung lagi surat itu.
"Bagaimana?" tanya si gadis dengan sikap yang tawar, matanya memancarkan
sinar yang sangat tajam sekali.Ko Tie menghela napas.
"Sulit sekali kuputuskan!"
"Kenapa?" mata si gadis memancarkan sinar mengancam.
"Surat mudah dibuat dipalsukan oleh siapa pun!"
"Jadi kau tak yakin bahwa surat itu adalah surat Cu Goan Ciang?"
"Ya!"
"Kalau begitu kalian boleh ikut dengan kami, buat menemui Cu Goan Ciang!"
Ko Tie bimbang, tapi ia berpikir memang ini ada baiknya juga.
"Baiklah, sekarang Cu Goanswe berada di mana?"
"Di An-see, jika memang kau bertemu dengannya, terus kau akan mempercayai
betapa perjuangan kami untuk membangun negara mengusir penjajah."
"Ya jika memang kami bisa bertemu langsung dengan Cu Goan Ciang, Giok-sie
akan kami berikan kepadanya, jika memang ingin dipergunakan buat kebaikan
negara dan rakyat kita!" Kata Ko Tie.
Gadis itu tampak girang, dia bilang: "Mari. mari kalian ikut kami!"
Begitulah Ko Tie, Giok Hoa, Bie Lan dan Kim Lo ikut dengan rombongan nona
Cin. Rombongan si gadis berjumlah sepuluh orang. Sisa anak buahnya begitu si
gadis mengangkat tangannya, telah menghilang, pergi berpencar.
"Tapi ingat, kalian jangan sekali-kali berpikir yang tidak-tidak, karena
begitu kalian melakukan sesuatu yang merugikan kami, anak buah dan temantemanku itu akan muncul buat membinasakan kalian!" Menperingati si gadis.
Ko Tie cuma tersenyum tawar.
Demikianlah mereka melakukan perjalanan ke An-see.
<>
Dalam waktu sebulan, mereka telah tiba di daerah lingkungan An-see.
Sepanjang perjalanan, Ko Tie berempat memang sempat menyaksikan betapapun
juga Cu Goan Ciang telah mengerahkan pasukan rakyat karena di mana-mana
yang tampak kesibukan seperti itu memang memperlihatkan bahwa rakyat
tengah bersiap-siap untuk berjuang melawan penjajah.
Selama dalam perjalanan, Bie Lan tampak kurang manis terhadap nona Cin.
Karena memang sejak pertemuan pertama dulu, dia kurang menyukai si gadis
she Cin itu.
Rupanya nona Cin adalah puteri dari panglima perang Cu Goan Ciang, yang
bernama Cin She Yung, seorang panglima perang yang paling diandalkan. Dan
karena kepandaian silat nona Cin sangat tinggi, dia telah memperoleh
tugas, dan ikut mencari Giok-sie.Selama dalam perjalanan nona Cin yang nama lengkapnya Hu Niang. Telah
menceritakan betapa nelayan yang beruntung menemukan Giok-sie sudah
terbunuh.
Sebelumnya Kam Yu telah menitipkan nelayan itu di rumah seorang penduduk
sampai akhirnya setelah terjadi kerusuhan di Kuburan Neraka, maka Kam Yu
membunuh nelayan ini.
Begitu juga nona Cin menceritakan tentang diri Su Nio Nio, si nenek tua
yang bertubuh bungkuk. Nenek tua itu kebetulan sekali mengetahui tempat
penyimpanan Giok-sie dari mulut pembantu Kam Yu, yang dapat ditangkapnya.
Kemudian dia mengambil Giok-sie. Hanya saja cepat sekali Kam Yu dengan
anak buahnya mengetahui, maka telah melakukan pengejaran. Akhirnya Su Nio
Nio tidak bisa mengelak terjadi pertempuran hebat.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena dikeroyok beramai-ramai disamping kepandaian Kam Yu memang sangat
tinggi dan sangat liehay. Tidak urung akhirnya ia bisa dirubuhkan dengan
luka-luka yang berat.
Cuma saja, karena memang Su Nio Nio sangat tangguh, maka dia masih bisa
meloloskan diri, dengan dikejar Kam Yu, sampai akhirnya Giok-sie jatuh ke
tangan Ko Tie.
Di waktu itu sebetulnya nona Cin sudah ingin bertindak. Namun dia pikir
kurang bijaksana jika dia dengan teman-temannya harus bentrok dengan
orang-orangnya Pu San Hoat-ong. Ia ingin menunggu sampai kesempatan baik
datang.
Di hati nona Cin sudah beratur rencana yang sebaik-baiknya. Dan barulah
dia bertindak setelah melihat Ko Tie dengan ke tiga kawannya berada jauh
dari daerah kekuasaan Pu San Hoat-ong.
"Anak buah Pu San Hoat-ong meliputi ribuan orang yang tersebar di segala
penjuru. Jika diwaktu itu kami bergerak, niscaya hanya membangunkan macan
dari tidurnya, dimana tentu saja Pu San Hoat-ong akan mengetahui Giok-sie
sudah tidak berada di tangan Kam Yu niscaya dia akan mengerahkan seluruh
kekuatannya buat mengejar aku dan teman-temanku."
Mendengar cerita si gadis, Kim Lo merasakan betapa cerdik dan liciknya
gadis Cin ini. Diapun telah melihat bahwa nona Cin memang memiliki
perhitungan yang sangat masak sekali buat bertindak melakukan sesuatu
pekerjaan.
Dalam kesempatan itu juga nona Cin sudah menceritakan bahwa Hui-houw-to
telah terbunuh di tangan orang-orang Kang-ouw yang masih hendak
memperebutkan surat ketua Khong-tong-pay. Dan Hui-houw-to mati di bawah
keroyokan para pendekar Kang-ouw itu.
"Kasihan dia sebetulnya hanya kemaruk uang dan upah yang tinggi. Dia
melakukan tugas yang berat itu, sampai akhirnya dia membuang jiwa...!"
Kata si gadis.
Dan banyak lagi yang diceritakan si gadis, tentang telah turun gunungnya
ketua Khong-tong-pay. Di mana ketua Khong-tong-pay itu berusaha menemukan
Kam Yu. untuk meminta Giok-sie dari tangan Kam Yu.Dari semua ceritanya itu si gadis she Cin memperlihatkan bahwa ia telah
menyebar luaskan teman-teman dan anak buahnya, buat melakukan
penyelidikan. Karena semua persoalan apa pun ia mengetahui dengan jelas.
Kim Lo diam-diam menghela napas.
"Dia tampaknya mencurahkan seluruh perhatian buat perjuangan membangun
negeri dan mengusir penjajah. Justeru aku mengapa malah telah memikirkan
selalu urusan wanita?"
Karena berpikir begitu, Kim Lo jadi merasa malu bukan main.
Mereka melakukan perjalanan terus dan dalam dua hari lagi tentu mereka
sudah sampai di tempat yang dijadikan pusat kekuasaan pasukan Cu Goan
Ciang.
Dalam dua hari itu, mereka selalu bertemu dengan pasukan Cu Goan Ciang,
karena daerah sekitar An-see sudah dikuasai oleh pasukan Cu Goan Ciang.
Karena dari itu, mereka seakan juga terlindung rapat sekali.
Selama dua hari itu mereka tidak perlu terlalu berhati-hati seperti
sebelumnya. Sebab di sekeliling mereka adalah orang-orang Cu Goan Ciang
yang bekerja diam-diam buat mengawal dan melindungi mereka selama dalam
perjalanan atas perintah nona Cin juga.
Di waktu itu juga Kim Lo melihat betapa berkuasanya nona Cin. Banyak
persoalan yang telah diselesaikannya dalam perjalanan.
Ia juga memberikan perintah kepada anak buah pasukan Cu Goan Ciang buat
melakukan segala sesuatunya. Pandai dan cekatan sekali si gadis bekerja.
Sampai akhirnya disaat-saat itulah, tampak si gadis menawarkan mereka
buat beristirahat di sebuah Rumah Penginapan yang berada di tempat di
mana mereka telah tiba, yaitu sebuah kota yang sangat ramai dan besar,
ialah kota Mung-su-kwan.
Kota itu sudah berada dalam kekuasaan dan pengawasan pasukan orang Cu
Goan Ciang.
Tapi justeru di kota inilah terjadi sesuatu yang tidak disangka-sangka.
Karena pada malam itu, Ko Tie dengan Giok Hoa yang tengah berada di
kamar, jadi terkejut, mendengar suara ringan sekali di atas genting kamar
mereka.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi dan mempunyai pendengaran
yang sangat tajam, seketika Ko Tie menyadari bahwa ada tamu tidak
diundang.
Ringan sekali Ko Tie melompat keluar dari jendela, diikuti oleh Giok Hoa.
Diwaktu itu keadaan di luar sangat gelap sekali. Dan juga tampak di atas
genting berdiri dua orang. Yang seorang berpakaian sebagai Tojin, usianya
telah lanjut sekali.
"Serahkan Giok-sie pada kami!" Bentak tojin tua itu.Temannya yang berdiri di belakangnya, seorang laki-laki berusia
pertengahan pun telah membentak: "Jika tidak, kalian akan mampus!"
Ko Tie tertawa tawar.
"Siapakah kalian?"
"Inilah Ciangbunjin Khong-tong-pay."
"Sudah tidak perlu menyebut-nyebut gelaranku!" kata ketua Khong-tong-pay
itu kepada kawannya.
Diapun segera menoleh kepada Ko Tie, "Hayo serahkan Giok-sie, jangan
rewel lagi!"
Ko Tie memang pernah mendengar betapa Ciangbunjin Khog-tong-pay liehay
sekali tapi dia tidak jeri.
"Giok-sie? Mengapa Cinjin meminta Giok-sie pada kami? Kami tidak memiliki
Giok-sie yang Cinjin harapkan itu. mungkin Cinjin salah alamat?"
Tojin itu tidak banyak bicara, karena ia hendak bekerja cepat, tahu-tahu
tubuh seperti asap saja telah berada di samping Ko Tie. Tangannya juga
bergerak hendak menawan Ko Tie dengan mengincar jalan darah di tubuh Ko
Tie. Tapi Ko Tie mana bisa diserang seperti itu. Tubuhnya gesit sekali telah
mengelak. Dia sangat lincah dan dapat berkelit dengan cepat. Dia kemudian
dan telah berusaha untuk menghantam ketiak Tojin itu.
Tapi Tojin itu gesit sekali. Dia bergerak sangat lincah luar biasa.
"Buukk!" Punggung Ko Tie kena dihantam telak sekali.
Keseimbangan tubuh Ko Tie jadi lenyap. Dia terhuyung hampir saja dia
jatuh dari atas genting.
Giok Hoa kaget tidak terkira, suaminya sangat lihay, tapi dalam
segebrakan itu telah kena dihantam si Tojin, benar-benar sangat tangguh
sekali kepandaian Tojin itu.
Sambil mengeluarkan bentakan nyaring, Giok Hoa telah melesat dengan
pedang di tangannya.
Tapi Tojin tua itu menjepit pedang Giok Hoa dengan jari telunjuknya.
Malah dia memutar sedikit. Pedang Giok Hoa patah! Muka Giok Hoa berobah
hebat.
Baru kali ini dia mengalami kejadian seperti ini, dimana dia telah
dilawan dengan begitu mudah, pedangnya juga telah kena dipatahkan. Maka
dari itu, dia mengeluarkan jeritan nyaring. Tangan kirinya meneruskan
buat menghantam.
Tojin itu benar-benar liehay, dia berkelit.
Kim Lo dan Yo Bie Lan yang mendengar suara ribut di atas genting pun
sudah melompat keluar. Mereka kaget, karena waktu mereka melompat naik ke
atas genting, justeru di saat pedang Giok Hoa tengah dipatahkan.Tanpa mengeluarkan suara lagi, Kim Lo menerjang kepada Tojin itu, dia
telah menyerang dengan serulingnya.
Tapi Tojin itu benar-benar tangguh, maka dia tidak bisa menyerang tepat
pada sasarannya.
Tojin itu berhasil mengelakan dan malah dia balas menyerang Kim Lo.
Kim Lo berhasil berkelit, tidak urung dia kaget karena dia merasakan
sambaran angin pukulan yang kuat sekali waktu kepalan tangan itu melewati
ke sisi tubuhnya.
Nona Cin pun sudah keluar, ketika melihat Tojin itu, segera dia
mengeluarkan siulan yang nyaring sekali.
Keluar bermunculan ratusan orang anak buahnya. Dan semuanya mengepung.
Muka si Tojin berobah. Tampaknya dia jadi tidak tenang.
Temannya juga melompat buat melarikan diri karena menyadari bahwa mereka
berdua tidak mungkin bisa menghadapi hujan anak panah.
Waktu itu nona Cin sudah memberikan perintahnya buat melepaskan anak
panah, maka ratusan orang itu melepaskan anak panah ke arah Tojin itu dan
temannya.
Tojin itu memang benar-benar tangguh sekali, karena dia bisa menghindar
ke sana ke mari dan mengibaskan lengan bajunya.
Tapi temannya terkena salah satu batang anak panah tubuhnya terjungkal
rubuh sambil mengeluarkan jeritan.
Segera hujan anak panah lagi!
Puluhan batang anak panah menancap di tubuh kawan si Tojin. Dia segera
terbinasa.
Tojin itu jadi kalap, dia menerjang kepada barisan pemanah itu.
Tapi dia disambut oleh ratusan batang anak panah. Memang pertama-tama dia
bisa mengelakannya, tokh tidak urung akhirnya diapun terkena dua batang
anak panah. Satu di pundaknya sedangkan sebatang lagi di pahanya.
Dia menahan sakit dan melesat untuk melarikan diri. Percuma saja di
tempat itu sudah terkepung.
Waktu tubuh si Tojin, melesat ke tengah udara, justeru hujan anak panah
lagi.
Dan puluhan batang anak panah telah menancap di tubuh Tojin tersebut.
Di waktu itu, dia ambruk di tanah dengan tidak bergeming lagi, jiwanya
melayang.
Merinding bulu kuduk Kim Lo dan yang lainnya. Rupanya pelepas panah dari
pasukan Cu Goan Ciang terlatih baik sekali. Mereka ingat, waktu dulu
kalau mereka mengadakan perlawanan tentu merekapun akan mengalami nasib
seperti ketua Khong-tong-pay tersebut.Nona Cin sudah perintahkan anak buahnya untuk membereskan mayat-mayat
itu, ketua Khong-tong-pay dengan temannya. Kemudian dia menghampiri Kim
Lo berempat. Dia memberi hormat.
"Maaf hanya membuat kalian terkejut!" Kata si gadis sambil tersenyum,
"Justeru memang kami mengetahui ketua Khong-tong-pay itu sudah memasuki
wilayah kami, memang hendak memancing datang kemari. Dan dia masuk ke
dalam perangkap kami.
"Memang disini telah dipersiapkan barisan pemanah yang ribuan orang. Nah,
kalian lihat. Terbagi dalam lima lapis! Walau ketua Khong-tong-pay
memiliki sayap, niscaya dia tidak bisa meloloskan diri!"
Ko Tie dan yang lainnya memandang sekelilingnya. Api waktu itu menyala,
api obor. Di sekitar rumah penginapan itu. Ramai dan banyak sekali.
Dilihatnya dari nyalanya api obor itu, diketahui formasi dari pasukan
pemanah itu memang dibagi dalam empat baris, empat lapis dan juga di luar
sekali dari lapisan keempat masih terdapat barisan pemanah lainnya.
Semuanya siap dengan panah di busur.
Benar apa yang dikatakan si nona Cin, walaupun ketua Khong-tong-pay itu
memiliki sayap, jangan harap bisa keluar dari pengepungan tersebut.
Umpama seekor burung, tidak mungkin bisa terbang dari jaring yang
dipasang si nona Cin.
Si nona Cin telah mempersilahkan Ko Tie dan yang lainnya untuk
beristirahat.
Diwaktu terjadi pertemuan antara rombongan Ko Tie dengan Cu Goan Ciang,
baik Ko Tie, Giok Hoa, Kim Lo maupun Bie Lan harus mengakuinya, bahwa Cu
Goan Ciang orang yang berwibawa dan agung sekali. Memang dia memancarkan
keagungan seorang besar.
Betapa gembiranya Cu Goan Ciang dengan pertemuan tersebut. Ia sendiri
yang meminta kepada Kim Lo, Ko Tie, Bie Lan dan Giok Hoa untuk membantu
perjuangannya.
Tentu saja Ko Tie dan yang lainnya tidak menampik, mereka malah
menyatakan akan berusaha berjuang sampai titik darah terakhir dengan
mengusir penjajah.
Sedangkan Giok-sie telah diserahkan kepada Cu Goan Ciang. Karena dengan
Giok-sie berarti penjajah nanti dapat diusir, karena rakyat akan dapat
dihimpun lebih mudah terutama sekali para pendekar gagah.
Ko Tie juga telah mengirim surat kepada para pendekar lainnya, yang cinta
pada negara. Anak buah Cu Goan Ciang yang telah menyebar diri buat
melepaskan undangan yang ditulis Ko Tie, agar mereka bergabung dan
membantu perjuangan Cu Goan Ciang.
Dengan demikian, maka kedudukan Cu Goan Ciang semakin kuat saja, dimana
dia bisa melebarkan sayap dengan pertempuran yang selalu dapat
dimenangkannya.
Sedangkan di kota raja, Kaisar dengan pembesarnya panik sekali. Mereka
menghimpun kekuatan buat menumpas Cu Goan Ciang.
Namun perjuangan Cu Goan Ciang yang didukung rakyat tidak bisa dibendung.
Terlebih lagi memang yang memihak padanya adalah para pendekar gagahperkasa. Dengan demikian sudah membuat Cu Goan Ciang bisa melebarkan
sayapnya, sampai setengah dari daratan Tiong-goan sebelah utara telah
dapat dikuasainya.
Di waktu itu Kim Lo juga berjuang dengan penuh perhatian, sementara itu
ia bisa melupakan cintanya sejenak.
Nona Cin memang menaruh perhatian padanya. Kim Lo merasakan betapa si
gadis she Cin mencintainya.
Namun, apa mau dibilang justeru dalam suatu penyerbuan, pertempuran yang
terjadi antara tentara perang Cu Goan Ciang dengan pasukan Kaisar, telah
menyebabkan nona Cin terluka berat dan akhirnya menghembuskan napasnya
yang terakhir.
Kim Lo bersedih satu harian, dan akhirnya dia semakin bertekad hendak
mengusir penjajah.
Cu Goan Ciang yang mengetahui kesulitan Kim Lo dengan wajahnya, telah
mengumpulkan tabib-tabib sakti, yang bekerja di bawah kekuasaannya.
Memang banyak tabib sakti yang bekerja pada Cu Goan Ciang, mereka
mengabdi untuk mengusir penjajah.
Dan kepada tabib itulah Cu Goan Ciang perintahkan agar berusaha merobah
muka Kim Lo, agar tidak buruk seperti itu.
Usaha dari tabib-tabib itu tidak gampang buat memperbaiki bentuk muka Kim
Lo. Mereka telah melakukan operasi pada muka Kim Lo sampai ke bagianbagian, sekecilnya. Sekarang memang terkenal dengan cara operasi
pelastik.
Dan memang akhirnya, berhasil pembedahan tersebut. Muka Kim Lo telah
dapat diperbaiki, sehingga mukanya itu tidak seperti muka seekor kera.
Dia merupakan seorang pemuda yang cukup cakap, walaupun tidak terlalu
tampan.
Yo Bie Lan juga merasa kagum atas kepandaian, tabib-tabib itu. Dia heran
muka Kim Lo yang semula seperti kera ternyata telah dapat dirobahnya
menjadi muka yang lumayan cakapnya
Hubungan Kim Lo dengan Bie Lan jadi baik kembali. Dan memang Bie Lan
kagum padanya.
Hanya disebabkan wajah Kim Lo yang buruk seperti muka kera yang telah
membuat Bie Lan merasa kecewa dan merasa sakit menindih perasaan
cintanya. Tapi setelah muka Kim Lo dibedah oleh para tabib itu, sehingga
mengalami perobahan, dan membaik, cintanya tumbuh kembali.
Sambil berjuang, Kim Lo dengan Bie Lan telah memupuk hubungan mesra
mereka. Dan akhirnya mereka pun memutuskan jika saja perjuangan Cu Goan
Ciang berhasil mengusir penjajah, mereka akan menikah.
Begitulah para pendekar gagah di daratan Tiong-goan pada waktu itu
semuanya telah berjuang dengan melawan penjajah di bawah pimpinan Cu Goan
Ciang. Kekuatan Cu Goan Ciang pun menggetarkan Kaisar di kota raja dengan
para menteri dan pembantunya.
Karena Cu Goan Ciang dengan pasukannya seperti juga air bah yang sulit
dibendung. Sudah diusahakan, oleh pemerintah agar Cu Goan Ciang denganpasukannya ditumpas namun usaha itu malah membuat pasukan Cu Goan Ciang
semakin kuat karena rakyat telah bekerja untuk perjuangan Cu Goan Ciang.
Demikianlah perjuangan Cu Goan Ciang dengan dibantu oleh pasukan Bengkauw, akhirnya berhasil juga mengusir penjajah, dia naik takhta menjadi
Kaisar dengan gelar kebesarannya Beng Tay-cauw.
Setelah tentara Cu Goan Ciang memperoleh kemenangan dan penjajah sudah
dapat diusir, Kim Lo pun menikah dengan Bie Lan.
Pernikahan mereka dirayakan dengan meriah sekali karena
diselenggarakannya bertepatan dengan hari naik takhtanya Kaisar Beng Taycauw tersebut. Dimana Cu Goan Ciang telah merayakan pesta perkawinan Kim
Lo - Bie Lan meriah sekali. Pesta yang dihadiri para pendekar dan pejuang
yang tengah bergembira juga karena kemenangan mereka mengusir penjajah!
Sampai di sinilah kisah ini selesai. Tapi perjuangan Kim Lo belum
selesai. Bersama isterinya, Yo Bie Lan, mereka berdua merantau dan


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan berbagai kebajikan. Mereka selalu membela yang lemah dan
menumpas yang lalim.
Dan karena hebatnya seruling Kim Lo, gelarannya sebagai Pendekar Aneh
Seruling Sakti semakin terkenal juga. Dan yang ada perobahan sekarang Kim
Lo sudah tidak pernah menutupi lagi mukanya dengan kain, karena mukanya
tidak seperti kera lagi.
T A M A T
Senopati Pamungkas I 9 Pendekar Naga Geni 3 Badai Di Selat Karimata Sepasang Rajah Naga 17

Cari Blog Ini