Ceritasilat Novel Online

Pendekar Aneh Seruling Sakti 3

Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong Bagian 3


dihadiahkan kelak kepada pahlawan pencinta negeri untuk dipakai
mengerakkan rakyatnya, mengadakan perlawanan pada kerajaan Tay Goan.
Usianya yang benar-benar telah lanjut memang dapat dirasakannya benar
tadi oleh Oey Yok Su, di mana napasnya tidak panjang seperti dulu, cepat
lelah dan juga biar kepandaiannya memang sangat mahir dan sempurna. Namun
tetap saja napasnya tidak panjang dan cepat letih, merupakan kelemahanyang sangat fatal buat dia, jika bertempur dengan seorang yang memiliki
kepandaian berimbang dengannya.
"Kong-kong, sesungguhnya Giok-sie itu benda apakah?" tanya Kim Lo sambil
menatap kepada kakeknya.
Oey Yok Su menghela napas.
"Itulah cap kerajaan........ Siapa yang memiliki Giok-sie, dia akan
sanggup menggerakkan rakyat, dan dia akan naik tahta menjadi Kaisar!"
menjelaskan Oey Yok Su.
"Jadi barang tadi, batu Giok putih itu adalah Giok-sie yang sejati?"
Tanya Kim Lo lagi.
Oey Yok Su menggeleng perlahan: "Aku sendiri belum bisa memastikan!
Baiklah, nanti kita akan melihatnya."
Setelah berkata begitu, Oey Yok Su mengajak Kim Lo berdiri, lalu katanya:
"Kita akan pergi ke Pit-mo-gay, untuk merampas Giok-sie dari tangan Moin-kim-kun.......! Entah siapa sebenarnya Mo-in-kim-kun itu! Tapi jika
kita telah tiba di tempat Pit-mo-gay, kita mengetahuinya dengan jelas
seluruh rahasia dan tanda tanya ini akan terjawab.
Kim Lo tidak mengerti, dia cuma mengiyakan saja perkataan Kong-kongnya,
karena memang diapun sudah bersyukur, sebab dirinya tertolong oleh Kongkongnya. Coba kalau saja Kong-kongnya ini tidak berhasil menemukannya dan
juga tidak berhasil menolongnya, bukankah dia yang akan menderita?!
Begitulah, kakek dengan cucunya tersebut, telah meninggalkan tempat itu.
Oey Yok Su ngempit Kim Lo, yang akan diajaknya pergi ke Pit-mo-gay, atau
Lembah Iblis itu, karena memang Oey Yok Su ingin mengetahui apa
sesungguhnya yang terdapat di lembah itu, lalu siapa Mo-in-kim-kun, juga
iapun jika dapat, ingin Giok-sie pula, yang kelak akan diserahkan kepada
Kwee Ceng ataupun Yoko.
Gunung Song-san terpisah dari tempat itu mungkin ribuan lie, dan baru
akan dapat dicapainya setelah lewat tiga minggu atau satu bulan.
Tergantung dari perjalanan yang ditempuhnya, apakah dilakukan dengan
cepat, siang dan malam, atau memang perjalanan itu dilakukan dengan
lambat.
Tapi memang nekad Oey Yok Su. Biar bagaimana, ia pergi ke Pit-mo-gay
sebab Mo-in-kim-kun bagaikan menantangnya agar Oey Loshia ini, Si sesat
tua datang ke Pit-mo-gay!
<>
Dua baris pasukan pengawal bersenjata lengkap dengan pakaian seragam yang
terbuat sebagian dari besi sehingga tampak gagah, berdiri tegak di depan
istana berbatu pualam putih dan mata dua baris pasukan pengawal itu
terbeliak lebar-lebar mengawasi kepada seorang Lhama tua yang mengenakan
jubah warna merah.
Usia Lhama yang mungkin sudah tujuhpuluh. Kepalanya lanang, alisnya
tumbuh putih, tumbuh panjang terjuntai di sisi matanya, dan kumis
jenggotnya pun telah memutih tumbuh agak panjang, melebihi pangkal leher.
Lhama itu seorang yang agung dan angker sikapnya pun memperhatikan bahwa
ia bukan orang sembarangan. Cara berdirinya tegak bagaikan gunung yangmenjulang membuktikan ia memiliki ilmu silat yang tinggi sekali. Ia tidak
memperhatikan sikap dari barisan pengawal istana yang berdiri dengan
sikap penuh perhatian mengawasi dirinya karena Lhama itu tengah
memusatkan segenap perhatiannya kepada diri seseorang lainnya.
Orang yang diperhatikan Lhama itu adalah seorang yang tengah menderita
sakit terbaring, lemah sekali. Pembaringan kayu berukir itu terletak di
tengah-tengah ruangan di mana orang sakit itu tengah rebah dengan muka
pucat pias. Pakaiannya yang mentereng dan mewah. Jelas ia merupakan
seorang perwira kerajaan Tay Goan yang cukup tinggi pangkatnya.
Bukan cuma mukanya yang pucat, napasnya juga senen kemis, walaupun
tubuhnya tampaknya kekar dan tinggi tegap, disaat itu ia rebah lemah
sekali. Matanya yang mengawasi kepada Lhama yang mengawasi yang berdiri
tidak jauh dari dirinya dengan sinar yang guram, seakan juga pelita yang
akan segera padam.
Dua orang pengawal istana berdiri paling belakang sedang bercakap-cakap
dengan berbisik-bisik. Salah seorang di antaranya telah bilang:
"Sebenarnya. jarang sekali Ong-ya kita bersikap secermat dan serius
seperti sekarang ini! Apakah kau mengetahui siapakah sebenarnya Lhama tua
itu?"
"Apa yang kudengar, Lhama tua itu bergelar Bun Ong Hoat-ong. Ia sengaja
diundang oleh Ong-ya, untuk pergi menghadap Kaisar, karena selanjutnya
mungkin ia yang bisa diandalkan untuk menghadapi tikus-tikus Tiong-goan
(yang dimaksudkan dengan tikus-tikus Tiong-goan adalah jago-jago bangsa
Han) agar di waktu selanjutnya tidak ada pemberontakan!" menjawab yang
seorang.
"Ohhh, pantas Ong-ya kita juga demikian menghargai dan menghormatinya!"
kata kawannya.
"Oh, tidak! Tidak demikian halnya! Ong-ya seorang yang tegas, tanpa
pandang bulu dalam bertindak dan mengambil keputusan. Jika Lhama tua ini
tidak memiliki kepandaian sejati, yang tinggi dan sakti, tidak mungkin
terpakai oleh Ong-ya.
"Lihat saja, bukankah sekarangpun Lhama tua itu tengah diuji di depan
umum untuk membuktikan ketegasan sikap Ong-ya tidak pilih kasih, di mana
Lhama tua itu diharuskan membuktikan kehebatan ilmunya.
"Sekarang ini justeru Lhama itu diharuskan menyembuhkan Tan Goanswe
(Jenderal Tan) yang terluka parah oleh seorang! Hem, dilihat demikian,
memang tampaknya tidak mudah menyembuhkan Tan Goanswe karena seluruh
jalan darahnya kabarnya telah terbalik, berbagai racun telah mengendap di
dalam tubuhnya.
"Jadi sekarang Lhama tua itu ingin mengobati Tan Goanswe?" Tanya
kawannya.
"Kukira begitu. ahh, sebentar lagipun kita akan menyaksikannya apa yang
akan dilakukan Lhama tua itu. Nah, lihat itu! Sssssttttt, Ong-ya sudah
datang!"
Keadaan di sekitar ruang pendopo istana jadi sunyi, dan semua orang
berdiam diri sedangkan Lhama baju merah yang bergelar Bun Ong Hoat-ong,
menoleh ke kiri, dilihatnya serombongan orang yang tengah memasuki
pendopo istana.Segera juga terlihat senyum Bun Ong Hoat-ong, ia memutar tubuhnya dan
menjurah katanya, "Bun-ong menghaturkan hormat untuk Ong-ya, menanyakan
kesehatan Ong-ya!"
Rombongan orang yang baru memasuki pendopo istana ada enam orang. Seorang
di antaranya, yang jalan paling depan, adalah yang disebut Ong-ya.
Dia seorang laki-laki berusia empatpuluh tahun lebih, pakaiannya
mentereng. Sedangkan lima orang lainnya rupanya merupakan pengawal
pribadinya yang selalu harus menjaga dan melindungi Ong-ya tersebut.
Terlihat juga lima orang pengawal pribadinya yang selalu harus menjaga
dan melindungi Ong-ya itu telah memisahkan diri ke samping kiri dan
kanan, mereka selalu mengawasi keadaan di sekitar tempat itu.
Ong-ya tersebut juga merangkapkan tangannya membalas hormat Bun Ong Hoatong. "Jangan Taysu banyak peradatan!" Katanya dengan sikap yang ramah dan
senyum tipis menghiasi bibirnya. "Sesungguhnya, kami bersyukur sekali
Taysu mau juga datang memenuhi undangan kami."
Lhama tua itu tersenyum.
"Ong-ya, sesungguhnya untuk mengobati Tan Goanswe tidak mudah!" Kata Bunong Hoat- ong kemudian.
"Lalu.. apakah Tan Goanswe sulit untuk disembuhkan, Taysu?" Menegaskan
Ong-ya itu.
Bun Ong Hoat-ong mengangguk.
"Seharusnya memang demikian! Tapi Ong-ya jangan kecil hati, karena Lolap
akan berusaha menyembuhkannya. Tampaknya masih ada harapan juga!"
katanya.
Senyum mereka lagi di bibir Ong-ya tersebut, katanya: "Syukurlah jika
demikian! Memang kami sangat mengandalkan sekali akan kehebatan Taysu,
jiwa Tan Goanswe berada di tangan Taysu!"
"Ong-ya terlalu memuji!" Kata Bun Ong Hoat-ong. "Dan ini memang Lolap
hanya sekedar untuk mencobanya saja dulu. Berhasil atau tidaknya itu
tergantung dari nasib dan umur, Tan Goanswe sendiri. Ia terluka hebat,
seluruh tubuhnya telah terbalik kedudukannya, juga banyak yang tersumbat
dan terputuskan pada nadi-nadi yang penting.
Disamping itu banyak pula tulang-tulang yang sudah remuk, juga ia terluka
di dalam yang berat sekali, sangat parah! Yang terhebat lagi, racun yang
mengendap di dalam tubuh Tan Goanswe bukan sejenis, justeru beberapa
jenis. Itupun merupakan racun-racun yang sangat dahsyat cara bekerjanya!
"Jika memang tidak memperoleh pengobatan yang tepat, niscaya Tan Goanswe
sulit memperoleh kesembuhannya! Beruntung Lolap memang mengerti sedikit
ilmu pengobatan dengan mengandalkan sedikit tenaga latihan lwekang Lolap,cobalah kita coba mengobati Tan Goanswe. Semoga saja Tan Goanswe memiliki
umur panjang!"
Setelah berkata begitu, tampak Bun Ong Hoat-ong menjurah lagi memberi
hormat kapada Ong-ya yang sikapnya keagung-agungan itu. "Harap Ong-ya
mengijinkan Lolap untuk mulai mengobatinya!"
"Silahkan! Silahkan Taysu........ kami memang menggantungkan nasib Tan
Goanswe di tangan Taysu!" Kata Ong-ya.
Lhama tua itu setelah memberi hormat, memutar tubuhnya segera juga ia
menghampiri dua langkah ke dekat pembaringan kayu ukir. Dia berdiri diam
dengan sepasang tangan diturunkan di samping tubuhnya. Iapun telah
mengeluarkan seruan perlahan, seperti desahan yang panjang. Tampaknya dia
tengah mengerahkan tenaga dalamnya.
Dua baris pengawal di pendopo istana mengawasi dengan tegang, mereka
tidak mengerti dengan cara apa Lhama tua itu akan mengobati Tan Goanswe
yang terluka tidak ringan itu. Tampaknya dia mendesah seperti itu seakan
juga tengah membaca mantera. Apakah Tan Goanswe akan diobati dengan cara
dibacakan mantera-mantera.
Sedangkan Bun Ong Hoat-ong, telah mengangkat kedua tangannya perlahanlahan. Dia mengangkat terus, sampai dua tangannya itu melewati kepalanya.
Semua semakin tegang, karena mereka melihat keringat mulai mengucur
keluar dari sekujur tubuh Bun Ong Hoat-ong. Entah apakah yang akan
dilakukan oleh Lhama tua tersebut. Dan memang semua orang yang hadir di
ruang pendopo istana jadi bertanya-tanya dengan cara bagaimana Lhama itu
akan mengobati dan menyembuhkan Tan Goanswe yang terluka parah seperti
itu. Tiba-tiba Bun Ong Hoat-ong berseru dengan suara mengguntur, seakan juga
suara gunturnya menggelegar di pendopo tersebut. Dan seruannya itu
mendadak sekali, di antara keheningan dan ketenangan yang ada. Karuan
saja telah mengejutkan semua orang yang hadir di tempat itu, sampai
beberapa orang pengawal telah melompat mundur saking kagetnya.
Lima orang pengawal pribadi dari Ong-ya tersebut juga telah bersiap-siap
untuk menghadapi segala kemungkinan. Mereka terkejut waktu mendadak
sekali mendengar seruan mengguntur dari Bun Ong Hoat-ong, mereka cepatcepat mengambil sikap bersiaga. Bagi mereka, apapun yang terjadi, yang
terpenting adalah pertama-tama melindungi keselamatan Ong-ya mereka.
Cuma Ong-ya saja yang bersikap tenang walaupun ia kaget dengan adanya
seruan mengguntur dari Bun Ong Hoat-ong yang meledakkan keheningan
mereka. Tokh dia tidak bergeming dari tempatnya berdiri, cuma mengawasi
apa yang tengah dilakukan Bun Ong Hoat-ong dengan mata yang bersinar
tajam, dan juga bibirnya tersenyum lebar.
Rupanya, Bun Ong Hoat-ong berseru keras mengguntur itu dibarengi dengan
kedua tangannya yang meluncur turun, menghantam dada dan paha dari Tan
Goanswe!
Kali ini semua orang kaget lagi. Dihantam seperti itu, jelas dengan
sepasang tangan yang berisikan kekuatan lwekang yang sangat dahsyat itu.
Sedangkan Tan Goanswe sedang terluka parah seperti itu, mana mungkin dia
bisa menerima hantaman sekuat itu! Sedikitnya tentu dada dan pahanya akan
remuk oleh hantaman tersebut.Tapi sungguh luar biasa Tan Goanswe yang tengah dalam keadaan sekarat,
sama sekali tidak menjerit, dia hanya diam saja, sinar matanya memang
tetap redup dan guram, tapi dia tidak memperlihatkan tanda-tanda
kesakitan.
Semua orang heran, tapi ketajuban mereka bertambah lagi, karena dari
tubuh Tan Goanswe segera juga melesat keluar empat batang jarum yang
halus, yang melesat ke atas penglarian dan menancap dalam sekali di atas
penglarian itu.
Bun Ong Hoat-ong mengulangi sampai tiga kali dari menghantam seperti itu
sehingga jarum yang keluar itu pada pukulan kedua sebanyak enam batang,
pukulan ketiga lima batang, dan pukulan keempat sebanyak dua batang.
Barulah Bun Ong Hoat-ong menepuk-nepuk tangannya, dia bilang sambil
menghela napas dan menyusut keringatnya: "Selesailah tahap pertama!"
Ong-ya menepuk tangannya beberapa kali sambil memuji akan kehebatan Bun
Ong Hoat-ong.
"Memang Taysu sangat hebat sekali!" Memuji Ong-ya itu. "Menakjubkan
sekali. Mungkin di dalam dunia ini tidak ada orang yang memiliki lwekang
sesempurna seperti Taysu!"
Cepat-cepat Bun Ong Hoat-ong menjurah memberi hormat, katanya: "Ong-ya
terlalu memuji!"
Ternyata, dengan mengandalkan lwekangnya, Bun Ong Hoat-ong telah menepuk
tubuh Tan Goanswe, sehingga jarum-jarum beracun yang semula bersarang di
tubuh Tan Goanswe dapat didesak keluar dengan tenaga tepukannya itu,
jarum itu melesat keluar dari tubuh Tan Goanswe dan menancap semua di
penglarian.
Setelah tersebar, semua orang yang hadir di ruang pendopo istana tersebut
bertepuk tangan dan memuji akan kehebatan Lhama itu. Bahkan Ong-ya tidak
hentinya memuji lagi.
"Selanjutnya adalah mengobati letak jalan darah dari Tan Goanswe, akan
pulih dan kembali duduknya di tempat semula dengan baik!" kata Bun Ong
Hoat-ong.
Dia berdiam diri beberapa saat, tampaknya tengah mengumpulkan tenaga
dalamnya, karena dia tadi menepuk dengan cara seperti itu terlalu banyak
mempergunakan tenaga dalamnya. Waktu tenaganya sudah pulih dan
kesegarannya telah kembali, Bun Ong Hoat-ong mendekati pembaringan kecil
kayu berukiran itu, dia mengurut mulai dari kaki Tan Goanswe, dia
mengurutnya itu naik sampai ke kepala. Dengan cepat ia mengulangi dua
kali mulai dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.
Waktu diurut seperti itu oleh si pendeta tampaknya Tan Goanswe menderita
kesakitan yang hebat, ia tak dapat mengeluarkan suara jeritan kesakitan
karena hanya suaranya yang serak dan seperti tersumbat ditenggorokannya.
Sedangkan Bun Ong Hoat-ong tidak memperdulikan keadaan Tan Goanswe, dia
tetap mengurut tidak hentinya, dan setiap urutannya membuat muka Tan
Goanswe meringis dengan otot-ototnya yang seakan juga tertarik menjadi
kejang.
Ong-ya mengawasi dengan sepasang alis mengkerut. Ia mengetahui bahwa Bun
Ong Hoat-ong tengah menyalurkan lwekangnya untuk memulihkan duduknyaurat-urat dan otot di tubuh Tan Goanswe. Dan juga dengan cara mengurut
seperti itu, Bun Ong Hoat-ong memang telah mengorbankan lwekangnya,
jangan harap Tan Goanswe bisa dipulihkan kesehatannya.
Tapi yang membuat Ong-ya berkuatir, dia melihat Tan Goanswe meringis
menahan sakit yang hebat tanpa sanggup menjerit, dia kuatir kalau saja
Tan Goanswe itu terlalu kesakitan kemudian mati!
Keadaan jadi tegang sekali, semua mata terbeliak mengawasi dengan sikap
yang tegang.
Dikala itu Bun Ong Hoat-ong mengurut terus, sampai akhirnya dia menyudahi
urutannya itu, dia menyusuli dengan pukulan-pukulan perlahan tangannya.
Setelah melakukannya dari ujung kaki dan sampai ke ujung rambut, barulah
dia menghentikannya.
"Tahap kedua telah selesai!" Kata Bun Ong Hoat-ong lagi. "Dan juga
sekarang kita mulai mengobati pada tahap ketiga, yaitu melenyapkan racun
yang mengendap di tubuh Tan Goanswe."
Dikala itu, tampak Ong-ya telah bertepuk tangan lagi, memuji akan
kehebatan Bun-ong Hoat-ong. "Benar- benar Taysu menyerupai dewa yang
sakti."
"Tunggu dulu!" kata Bun Ong Hoat-ong. "Janganlah Ong-ya memuji dulu,
karena belum tentu lolap berhasil mengobatinya"


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah berkata begitu, tanpa menoleh lagi kepada Ong-ya, tampak Bun Ong
Hoat-ong merogoh sakunya, dia mengeluarkan sebuah kotak, dari dalam kotak
kecil terbuat dari emas itu, dia mengambil beberapa macam obat pulung.
Dia memasukkannya ke dalam mulut Tan Goanswe, dan memijit rahang Tan
Goanswe, sehingga obat itu tertenggak masuk ke dalam tenggorokannya.
Setelah lewat beberapa waktu lamanya, barulah tampak perobahan pada diri
Tan Goanswe. Dia mulai tenang, mukanya tidak meringis seperti tadi waktu
dia menahan rasa sakit yang bukan main. Mukanyapun tidak mengejang lagi
seperti tadi, malah perlahan-lahan matanya itu tertutup, napasnya
teratur, dia telah terlelap dalam tidur.
Bun Ong Hoat-ong menyusut keringatnya, dia menghela napas memutar
tubuhnya dan tertawa kepada Ong-ya, katanya: "Sekarang biarkan saja Tan
Goanswe tidur, untuk memperoleh tenaga yang mungkin diperlukan nanti,
waktu menjalankan pengobatan yang terakhir!"
"Sungguh beruntung Tan Goanswe atas pertolongan seorang sakti seperti
Taysu!" Memuji Ong-ya. Dia juga merangkapkan tangannya dan pembesar ini
memberi hormat kepada Bun Ong Hoat-ong, katanya lagi. "Atas nama Hongsiang, maka kami mengucapkan terima kasih dan rasa syukur kepada Taysu!"
"Jangan Ong-ya banyak peradatan dan terlalu memuji. Apa yang dapat
Lolap lakukan ini hanya sekedar untuk membuktikan betapa pun juga memang
Lolap bermaksud bekerja untuk kepentingan Hong-siang dan kerajaan Tay
Goan yang jaya!"
Ong-ya segera perintahkan orang-orangnya untuk mempersiapkan meja
perjamuan.
Siapakah Ong-ya itu?Dia tidak lain dari Hakarsan, putera Tuli. Dan dialah yang merupakan
pangeran paling berkuasa di kerajaan Tay Goan, karena kaisar Kublai Khan
telah menyerahkan tanggung jawab dan kekuasaan sebesar-besarnya kepada
Hakarsan untuk memimpin tentara pengawal istana, pasukan peperangan yang
membawahi kekuasaan dari Menteri peperangan, juga seluruh pahlawan istana
harus di bawah kordinir pangeran ini.
Karena dari itu, waktu kerajaan Tay Goan tengah sulit menghadapi
tantangan para pencinta negeri dari bangsa Han, Hakarsan berusaha mencari
orang-orang pandai dari negerinya! Ia mendatangkan beberapa orang
Mongolia yang di negeri asalnya merupakan jago-jago terhebat. Tapi juga
masih merasa kurang, ia menyebar orang ke Tibet dan beberapa negeri
lainnya, untuk mencari jago-jago yang benar-benar memiliki kepandaian
tinggi.
Dia berhasil mengundang Bun Ong Hoat-ong yang bersedia untuk bekerja pada
kerajaan Tay Goan, tentu saja dengan janji akan diberikan kedudukan dan
pangkat yang tinggi. Tapi, karena memang sudah menjadi sifat pangeran
Hakarsan, setiap orangnya harus diteliti dengan cermat, iapun telah
menguji Bun Ong Hoat-ong untuk menyembuhkan semua luka-luka yang di
derita Tan Goanswe. Sebelumnya, tidak ada yang berhasil menyembuhkan luka
yang diderita Tan Goanswe.
Sedangkan Tan Goanswe atau jenderal Tan itu bernama lengkap Tangarlut,
dia seorang jenderal yang sangat diandalkan oleh Hakarsan. Dan memang
diapun telah melakukan tugasnya dengan baik sekali, sampai akhirnya ia
terluka begitu hebat.
Waktu dijamu oleh Hakarsan, maka Bun Ong Hoat-ong suatu kali menanyakan
sebab-sebabnya Tan Goanswe terluka separah itu dan siapa yang melukainya.
Ong-ya itu menahan gerakan sumpitnya, berdiam diri dengan wajah yang
murung kemudian tertawa kecil, barulah ia bilang:
"Memang bangsa Han memusingkan sekali, mereka terlalu banyak tingkah dan
bermimpi ingin merdeka. Mereka ingin mengusir Tay Goan dari negeri ini!
Mereka berusaha menentang kekuasaan Kaisar yang terbesar dan paling
berkuasa di sini!
"Celakanya, justeru di antara mereka terdapat banyak sekali orang-orang
berilmu, yang ilmu silatnya sangat luar biasa. Karena dari itu kami
banyak menemui rintangan dan kesulitan. Walaupun demikian, tokh mereka
bisa disapu bersih!" bercerita sampai Hakarsan menghela napas, dan
pangeran ini memasukkan sepotong daging ke mulutnya, barulah dia
meneruskan kata-katanya:
"Dan baru-baru ini kami mendengar, ada sekomplotan orang yang berusaha
mengadakan pemberontakan lagi, dengan mengandalkan Giok-sie, atau cap
kerajaan warisan dari kerajaan yang telah musnah itu. Dengan mengandalkan
Giok-sie mereka ingin menggerakkan rakyat, untuk mengadakan perlawanan
kepada kekuasaan Hong-siang!
"Kami telah mengirim orang untuk menumpas mereka, akan tetapi tak mudah
buat memusnahkan mereka, karena mereka umumnya terdiri dari orang-orang
berilmu. Dan kami telah memutuskan, mengutus Tan Goanswe memimpin anakbuahnya, menyerbu ke tempat persekutuan itu, di gunung Song-san, di
sebuah lembah yang mereka namakan sebagai lembah Pit-mo-gay.
"Karena memang memiliki kepandaian tinggi, Tan Goanswe hanya mengajak
seratus anak buah. Dan seratus orang itu merupakan perajurit kepandaian
tinggi."
Bun Ong Hoat-ong mendengarkan dengan penuh perhatian, dan dia berdiam
diri saja, dengan terus mengunyah.
"Justeru Tan Goanswe rupanya keliru dalam mengambil keputusan dan
kebijaksanaannya itu malah telah merugikan dirinya. Seratus orang anak
buahnya dan Tan Goanswe telah diobrak-abrik oleh musuh, malah mereka
mengirim Tan Goanswe dalam keadaan terluka demikian parah, kembali.......
Bukankah ini berarti suatu penghinaan besar buat kerajaan Tay Goan yang
besar?"
Setelah berkata begitu, dengan wajah murung, tampak Hakarsan menghela
napas berulang kali.
Bun Ong Hoat-ong tersenyum.
"Apakah Ong-ya tidak mengetahui sebenarnya siapa-siapa saja yang
tergabung dalam pemberontakan itu?" tanyanya kemudian.
Pangeran Hakarsan menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak! Mereka terlalu banyak. Begitu juga menurut keterangan Tan
Goanswe, walaupun tidak terlalu jelas, namun dapat kami tarik kesimpulan
bahwa pemberontak sekarang ini tidak memiliki hubungan dengan
pemberontakan di masa dulu, yang tengah kami tumpas. Dan kepandaian
mereka, kata Tan Goanswe sangat hebat dan lihay sekali........
"Tan Goanswe sendiri yang memiliki kepandaian demikian tinggi, berhasil
mereka lukai sedemkian rupa..! Hai! Hai! Apakah memang kerajaan Tay Goan
yang besar harus menerima penghinaan sebesar ini?"
"Tidak!" Kata Bun Ong Hoat-ong kemudian dengan suara dan sikap sangat
tegas. "Dan Ong-ya jangan berduka. Nanti biarlah Lolap yang coba pergi
menghadapi mereka. akan Lolap sapu bersih mereka itu!"
Mendengar perkataan Bun Ong Hoat-ong itu, muka Ong-ya tersebut jadi
berseri-seri.
"Ohh, terima kasih atas kesediaan Taysu! Memang kami sangat mengharapkan
sekali uluran tangan Taysu, karena tanpa Taysu tentu kami akan menghadapi
kesulitan yang tidak kecil..! Jika memang Taysu bersedia untuk membantu
kami, tentu kami akan memperoleh kemenangan gemilang dan Hong-siang
niscaya tidak akan melupakan jasa Taysu yang demikian besar!
"Memang menjadi maksud dan tujuan kami mengundang Taysu datang ke daratan
Tiong-goan ini, untuk menangani masalah yang satu ini, mengajak
balatentara ke lembah Pit-mo-gay, disana pemberontak itu bersarang dan
jika memang Taysu memimpin barisan tentara kita yang terampil, niscaya
mereka akan dapat disapu bersih! Bukankah seorang pemimpin yang pandai
mengatur anak buahnya dengan sangat baik memperoleh sukses."
Setelah berkata begitu, ong-ya ini berdiri dari duduknya, dia
merangkapkan kedua tangannya menjura dalam-dalam memberi hormat kepada
Bun Ong Hoat-ong.Bun Ong Hoat-ong tidak berani berayal, ia pun cepat-cepat berdiri dan
membalas penghormatan Hakarsan.
Demikianlah mereka berdua telah bercakap-cakap dan banyak yang mereka
bicarakan. Malah, Hakarsan telah menjanjikan kepada Bun Ong Hoat-ong,
bahwa dia besok siang akan mengajak si pendeta pergi menghadap Kaisar.
Setelah makan cukup, Bun Ong Hoat-ong beristirahat. Dan sorenya, barulah
dia melanjutkan usahanya buat mengobati dan menolong Tan Goanswe.
Cara yang dipergunakannya kali ini untuk menolong Tan Goanswe adalah
dengan cara mengurut dan menotok. Memang hebat Bun Ong Hoat-ong, karena
cepat sekali Tan Goanswe telah pulih kesehatannya, ia mulai bisa tertawa
dan tersenyum, walaupun belum sanggup untuk menggerakkan tubuhnya.
Menurut Bun Ong Hoat-ong, jika memang Tan Goanswe ini telah beristirahat
sebulan lamanya dan juga memperoleh obat yang tepat, dia akan sehat
kembali seperti sedia kala, tanpa ada cacad dan kepandaiannya tidak akan
berkurang.
Siang hari itu tampak Hakarsan telah mengajak Bun Ong Hoat-ong pergi
menghadap Kaisar Kublai Khan.
Dihadapan Kaisar, Hakarsan menceritakan akan kehebatan Bun Ong Hoat-ong
dan meminta kepada Kaisar agar menganugrahi pangkat yang sesuai dengan
kehebatan Bun Ong Hoat-ong.
Sebelum mengajak Bun Ong Hoat-ong menghadap Hong-siang Kublai Khan,
memang Hakarsan telah mengkisikkan Kaisar, memberitahukan siapa adanya
Bun Ong Hoat-ong. Dengan demikian Kaisar kemudian menyatakan Bun Ong
Hoat-ong akan dianugrahkan pangkat sebagai Penasehat Pribadi Hakarsan.
Dan dia memiliki kekuasaan terhadap para pahlawan istana, hanya saja ia
tidak diizinkan mengeluarkan perintah tanpa persetujuan Kaisar. Karena
itu setiap perintah dari Bun Ong Hoat-ong harus lewat Kaisar dulu,
disetujui atau tidak, barulah akan dilaksanakan.
Bun Ong Hoat-ong tidak keberatan, diapun merasa bersyukur menerima
kedudukan yang dari penasehat Hakarsan tangan kanan Kaisar. Dengan
demikian, kini ia merupakan orang yang terhormat di kerajaan Tay Goan.
Walaupun Kaisar memberikan syarat agar dia tidak mengeluarkan perintah
langsung terhadap pahlawan istana, tokh dia tidak tersinggung. Dia bisa
memaklumi, hal itu untuk mencegah segala sesuatu yang tidak diinginkan.
Seperti diketahui, Bun Ong Hoat-ong bukanlah kerabat Kaisar, diapun
terhitung sebagai orang baru karena dari itu, dengan sendirinya tidak
bisa Kaisar Kublai Khan memberikan kepercayaan penuh. Terlebih lagi
memang sebelumnya telah terjadi urusan Tiat To Hoat-ong. yang membuat
Kaisar Kublai Khan kecewa dan sekarang jauh lebih hati-hati dalam
bertindak.
Dikala itu, Hakarsan telah memberikan petunjuk kepada Bun Ong Hoat-ong.
apa-apa saja yang harus dilakukannya kelak diwaktu-waktu mendatang karena
ia ingin mengobati dulu Tan Goanswe sampai sembuh, yang mungkin akan
memakan waktu satu bulan. Untuk sementara Bun Ong Hoat-ong belum dapat
melaksanakan tugas lainnya.Dia berdiam di istana Hakarsan. Pangeran yang pandai sekali menguasai
orang-orang pandai dengan lidahnya yang lihay. Terutama sekali memang
pangeran Hakarsan pun memiliki ilmu silat yang tinggi.
Pada sore itu, Bun Ong Hoat-ong mengemukakan pada pangeran Hakarsan,
bahwa ia memiliki sebuah permintaan.
"Entah Ong-ya akan meluluskan atau tidak terserah kepada Ong-ya..,
tetapi jika memang permintaan Lolap dapat dipenuhi, maka untuk
selanjutnya Lolap bisa melatih semacam ilmu yang akan disempurnakan untuk
memperoleh tingkat yang jauh lebih tinggi. Dan selanjutnya di permukaan
dunia ini tidak akan ada orang yang bisa menandingi Lolap lagi!
"Karena itu malah memang Lolap telah berhasil mencapai tingkat seperti
itu, Ong-ya tidak perlu kuatir untuk menghadapi orang-orang yang
berkepandaian bagaimana tinggi pun, tentu Lolap akan dapat
memusnahkannya! Terutama sekali para pemberontak itu, dalam waktu singkat
Lolap tentu akan dapat memusnahkannya!"
Pangeran Hakarsan tersenyum mendengar kata-kata Bun Ong Hoat-ong.
"Tentu saja yang kami harapkan adalah Taysu bisa memperoleh kepandaian
yang lebih tinggi, dengan demikian tiang kerajaan Tay Goan akan bertambah
tegak dan kokoh
"Katakanlah Taysu permintaan apapun akan kami luluskan!" kata Pangeran
Hakarsan kemudian sambil mengawasi Lhama itu.
Bun Ong Hoat-ong tertawa, katanya: "Permintaan Lolap sesungguhnya
bukanlah permintaan yang terlalu istimewa. Tapi Ong-ya berjanji tidak
akan mentertawakan, bukan?"
Hakarsan mengangguk sambil tertawa.
"Mana berani aku mentertawakan Taysu!" katanya. "Silahkan Taysu
mengemukakan permintaan Taysu itu. Atau memang Taysu memerlukan rumah
gedung bertingkat, perhiasan, uang atau yang lainnya."
Bun Ong Hoat-ong cepat-cepat mengulapkan tangannya, diapun menggelenggelengkan kepalanya.
"Bukan! Bukan itu! Bukan!" katanya cepat. "Semua itu tidak Lolap
harapkan!"
"Lalu.. apa yang hendak diminta Taysu, silahkan Taysu menyampaikannya,
dan aku akan segera mempersiapkannya."
Bun Ong Hoat-ong ragu-ragu sejenak, namun akhirnya ia menyahuti juga:
"Sebenarnya yang Lolap inginkan adalah gadis-gadis muda yang cantik
jelita. dan itulah permintaan Lolap, yang hanya membikin sulit Ong-ya
dan. hanya merepotkan saja."
Mendengar permintaan Bun Ong Hoat-ong itu, meledak tertawa Hakarsan.
"Nah, itu urusan biasa, Taysu, mengapa aku justeru jadi demikian bodoh
sehingga lupa untuk mempersiapkan gadis-gadis cantik buat Taysu. Jangan
kuatir Taysu nanti malam akan kami sediakan gadis-gadis cantik jelita
buat Taysu!"Bun Ong Hoat-ong mengulap-ulapkan tangannya, katanya: "Bukan itu maksud
Lolap, Ong-ya. Dan mungkin Ong-ya salah menafsirkannya.......! Begini
Ong-ya, Lolap akan menceritakannya terus terang.
"Sebetulnya Lolap tengah melatih semacam ilmu. Dan ilmu itu semacam ilmu
yang luar biasa sekali jika memang telah dapat melatihnya dengan
sempurna, maka di permukaan dunia ini tidak mungkin ada orang yang dapat
menandinginya.
"Untuk menghadapi satu atau dua jurus saja mungkin jarang sekali terdapat
orang yang bisa melakukannya.......
"Karena dari itu, jika memang Ong-ya bisa membantu, agar Lolap bisa
melatih diri dengan sempurna, maka besar rasa terima kasih Lolap terhadap
Ong-ya dan juga Lolap tidak akan melupakan budi kebaikan Ong-ya!"
"Katakanlah Taysu, aku belum lagi mengerti!" Kata Pangeran Hakarsan.
"Sesungguhnya, Lolap membutuhkan setiap harinya seorang gadis cantik!"
Menjelaskan Bun Ong Hoat-ong pada akhirnya! "Setiap harinya seorang gadis
karena itulah yang Lolap perlukan!"
Pangeran Hakarsan segera mengerti. Dia teringat, memang di dalam rimba
persilatan, terdapat semacam ilmu itu, yaitu melatih tenaga dalam yang
dengan mengambil seorang gadis. Dan untuk itu mungkin diperlukan ratusan
orang gadis.
Juga ada kebalikannya. Jika seorang pendekar wanita ingin melatih semacam
ilmu yang hebat, ada juga yang perlu disempurnakan dengan pemuda setiap
harinya. Karena itu, Hakarsan tidak terkejut. Dia mengangguk sambil
tersenyum.
"Jangan kuatir Taysu, tentu permintaan Taysu akan kami penuhi!" katanya.
"Kami juga tentunya mengharapkan sekali Taysu bisa mencapai tingkat
kesempurnaan yang tertinggi dengan demikian, kami meletakkan keselamatan
kami di tangan Taysu.!"
"Ong-ya terlalu memuji!" merendahkan diri Bun Ong Hoat-ong dengan segera.
"Mulai malam ini silahkan Taysu, melatih ilmu Taysu dan malam ini nanti
kami akan mengirim seorang gadis ke kamar Taysu!"
"Terimakasih Ong-ya.......!" kata Bun Ong Hoat-ong.
Begitulah mereka berecakap-cakap beberapa saat kemudian Ong-ya itu
meminta dia untuk mengundurkan diri, karena dia kedatangan seorang tamu
yang harus ditemukannya. Dan juga ia telah menyampaikan pesannya pada Bun
Ong Hoat-ong sebelum dia meninggalkan Lhama itu:
"Malam ini juga kami akan memenuhi permintaan Taysu.......!" Dan sambil
tersenyum lebar dia melangkah untuk pergi, masih sempat menambahkan kata:
"Dan Taysu harap sabar menanti di kamar Taysu!"
Bun Ong Hoat-ong tersenyum lebar sambil merangkapkan tangannya,
membungkukkan tubuhnya, dia memberi hormat kepada pangeran itu, dia
mengucapkan terima kasihnya beberapa kali.Dan hari sudah merangkak, malampun telah datang, kegelapan telah
menyelimuti sebagian dari permukaan bumi di belahan ini. Dan di sekitar
istana Pangeran Hakarsan sepi sekali cuma terlihat para pengawal yang
tengah melakukan tugas mereka masing-masing.
Di sebuah kamar yang api penerangannya menyala terang sekali, tampak
Hakarsan tengah duduk di meja kerjanya. Di hadapan Hakarsan duduk seorang
gadis yang cukup cantik tengah menunduk dan menangis mengucurkan air
mata.
"Kau menyanggupi bukan?" Tanya pangeran itu sambil menatap gadis itu


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam-dalam. "Dan jasamu ini akan kami sampaikan kepada Hong-siang,
sehingga kelak kau akan memperoleh hadiah dan penghargaan yang sangat
baik dari Hong-siang."
Gadis itu menyusut air matanya.
"Ya, Ong-ya, hamba akan melaksanakan perintah ini!" Kata gadis itu.
Wajah Hakarsan berseri-seri, dia berseru: "Bagus! Kau memang seorang
hamba yang patuh!"
Kemudian Pangeran Hakarsan menepuk tangannya dua kali. Masuk ke dalam
ruangannya seorang pengawal istananya.
"Antarkan Siu Lie ke kamar Taysu, Bun Ong Hoat-ong!" perintah pangeran
Hakarsan.
Pengawal itu mengiyakan, sedangkan si gadis yang disebut bernama Siu Lie,
telah bangun berdiri.
"Jadi malam ini juga hamba harus menemani Taysu itu?!" Tanya Siu Lie
perlahan suaranya, tidak begitu jelas.
"Ya!" mengangguk perlahan pangeran Hakarsan.
Dengan air mata masih mengucur turun mengaliri pipinya, tampak Siu Lie
mengikuti pengawal itu. Dan dia menyusuri lorong-lorong istana tersebut,
untuk ke kamar Bun Ong Hoat-ong.
Siapakah sebenarnya Siu Lie?
Ternyata dia seorang puteri dari pelayan istana. Dialah gadis yang malang
nasibnya! Justeru Pangeran Hakarsan telah menghubungi ayah gadis itu,
meminta agar gadisnya dipersembahkan buat ?dipakai? oleh Bun Ong Hoatong. Sang ayah yang memang takut menolak permintaan majikan, terus saja
tidak menolak keinginan pangeran ini. Segera juga puterinya dipanggil.
Demikian juga Siu Lie, tidak berani dia menolak perintah pangeran
Hakarsan. Dan cuma bisa menangis dan meratapi nasibnya, namun perintah
itu tetap saja harus dilaksanakannya.
Ketika sampai di depan pintu kamar Bun Ong Hoat-ong, pengawal itu meminta
Siu Lie menunggu sebentar, sedangkan pengawalnya itu mengetuk daun pintu
kamar.
Siu Lie merasakan jantungnya tergoncang sangat keras, dia ketakutan bukan
main. Jika sekarang dia berada di depan kamar Bun Ong Hoat-ong, memenuhiperintah pangeran Hakarsan karena dia takut menolak perintah pangeran
Hakarsan.
Dan juga ia kuatir kalau saja ia menolak, ayahnya akan mengalami sesuatu
yang tak diinginkannya. Dan tentu saja pangeran Hakarsan akan mencaricari kesalahan ayahnya. Karena itu, gadis ini terpaksa menerima saja
dirinya akan dipersembahkan kepada Bun Ong Hoat-ong.
Setelah mengetuk dua kali, pengawal itu menunggu dengan berdiri mengambil
sikap yang menghormat sekali.
Daun pintu terbuka.
Bun Ong Hoat-ong keluar. Dia memandang kepada pengawal itu, lalu kepada
Siu Lie.
"Inikah kiriman Ong-ya?" tanya Bun Ong Hoat-ong.
"Benar Taysu!" Menyahuti pengawal itu dengan suara yang menghormat dan
memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya. "Inilah kiriman untuk malam
ini. Ong-ya pesan memang gadis ini bersedia menjalankan perintah!"
"Bagus!" Mengangguk Bun Ong Hoat-ong, "Kau boleh pergi!"
Pengawal itu pergi, Siu Lie membungkukkan tubuhnya lagi memberi hormat
dan mengundurkan diri. Sebelum berlalu sempat ia melirik kepada Siu Lie
yang masih menangis dengan kepala tertunduk.
Setelah pengawal itu pergi, Siu Lie yang tambah ketakutan. Dia sudah bisa
membayangkan apa yang akan menimpah dirinya, karena pangeran Hakarsan
tadi telah menceritakan kepadanya apa yang harus diterimanya dan
dilakukannya dengan dikirimnya dia ke kamar Bun Ong Hoat-ong.
Bun Ong Hoat-ong mengawasi gadis itu sejenak, kemudian panggilnya:
"Kemarilah kau. Ayo masuk!"
Siu Lie tidak berani menolak perintah Bun Ong Hoat-ong karena ia
menyadari Bun Ong Hoat-ong adalah seorang Lhama merah yang dihormati Ongyanya
Segera juga Siu-lie melangkah perlahan memasuki kamar itu. Bun Ong Hoatong menanti sampai gadis itu masuk ke kamarnya, ia menutup daun pintu
kamarnya.
"Tahukah kau apa tugasmu dikirim kemari oleh Ong-ya?" tanya Bun Ong Hoatong. Gadis itu dengan kepala masih tertunduk dan air mata menitik turun,
menyahuti: "Tahu, Taysu Ong-ya telah memberitahukan!"
"Bagus!" Kata Bun Ong Hoat-ong sambil menyeringai tertawa, senang
hatinya, walaupun melihat gadis itu menangis. Ia tidak berkurang
gembiranya, karena memang Bun Ong Hoat-ong mengetahui, demikianlah sikap
perawan-perawan yang biasa diperolehnya. Selalu menuruti dengan rasa
takut, mematuhi keinginannya karena tekanan dari rasa ketakutannya belaka
bukan karena atas kemauannya sendiri.
"Siapa namamu?"
"Siu Lie she Thang.""Berapa umurmu?"
"Tujuhbelas tahun!"
"Kau tinggal di mana?"
"Di istana Ong-ya ini"
"Oh, kau pelayan Ong-ya?"
"Bukan, tapi puteri seorang pelayan Ong-ya."
"Hemmm, jadi Ong-ya sudah menjelaskan kepadamu, apa yang harus kau
lakukan, bukan?"
"Benar Taysu.." terisak suara Siu Lie.
Bun Ong Hoat-ong mengawasi gadis itu sejenak, kemudian baru tanyanya
lagi, "Sekarang dapat kita mulai?!"
Siu Lie mengangkat kepalanya, terkejut matanya memancarkan ketakutan yang
sangat.
"Apa apa maksud Taysu?" Tanya Siu Lie tergetar suaranya, ia juga
menyusut air matanya.
"Kita sudah boleh mulai!" kata Bun Ong Hoat-ong. "Kau tentunya sudah siap
bukan?"
"Taysu..!"
"Apa lagi? Ada yang ingin kau tanyakan!" Tanya Bun Ong Hoat-ong.
"Tanyakanlah aku akan menjelaskannya!"
"Sebenarnya Taysu.. aku....... aku belum pernah menikah, aku masih
gadis!" kata Siu Lie.
"Justru yang memang kuinginkan adalah seorang gadis yang masih perawan!"
kata Bun Ong Hoat-ong.
"Ooh!" Siu Lie mengeluh. Tadinya dia berharap, dengan menjelaskan keadaan
dirinya, pendeta itu akan menaruh belas kasihan padanya. Tapi siapa tahu
justru pendeta itu mengharapkan dia memperoleh seorang gadis yang masih
perawan.
"Dan engkau tentunya mengetahui, sebetulnya aku bukan membutuhkan kau
seorang saja. Malam besok akupun akan dipersembahkan gadis-gadis lainnya!
Mungkin sampai seratus orang gadis!" menjelaskan Bun Ong Hoat-ong.
Siu Lie mengeluh, tapi dia tidak menyahuti, dia berdiam diri saja.
Bun Ong Hoat-ong tertawa, tapi tidak begitu keras, dia kemudian bilang
lagi: "Ayo sekarang kita mulai. Pertama-tama kau harus mengerti dan
mematuhi setiap perintahku, sekali saja kau melanggar dan membantah
perintahku, maka kau akan memperoleh hukuman yang tidak ringan!
Mengertikah kau?
"Dengan ini juga aku ingin menjelaskan kepadamu, bahwa aku adalah tamu
kehormatan dari Ong-ya, dan kau jangan menjengkelkan hatiku, karena kalausampai aku melaporkan hal itu kepada Ong-ya, jelas Ong-ya akan menghukum
berat kepadamu. Mengerti kau?"
"Me.. mengerti Taysu!"
"Bagus!" Kata Bun Ong Hoat-ong.
Gadis itu ketakutan sekali, dia melirik kepada si pendeta, kemudian dia
melihat Bun Ong Hoat-ong tengah menghampirinya. Tubuh si gadis itu
menggigil.
Tapi Bun Ong Hoat-ong menghampiri cuma beberapa langkah, dia juga tidak
memeluk gadis itu, dia cuma bilang: "Kau harus mematuhi perintahku! Yang
pertama-tama kau harus buka baju luarmu!"
Gadis itu jadi serba salah tingkah, dia ketakutan bukan main, tapi karena
ia mengetahui, jika memang ia menjengkelkan pendeta ini, tentu dia akan
menerima hukuman dari Ong-ya maupun pendeta ini. Karena itu dia mematuhi.
Dengan tangan yang gemetar, ia membuka baju luarnya perlahan-lahan,
dengan air mata berlinang.
"Mengapa harus berlambat-lambat seperti itu? Ayo cepat buka pakaian
luarmu itu!" Bentak Bun Ong Hoat-ong dengan suara yang dingin.
Gadis itu tidak berani berayal. Tangisnya jadi semakin keras, dia
ketakutan dan malu bukan main, tubuhnya menggigil.
"Jangan menangis!" bentak Bun Ong Hoat-ong dengan suara yang nyaring.
Gadis itu tersentak kaget, dia telah memandang kepada si pendeta dengan
ketakutan.
Bun Ong Hoat-ong menyeringai, dia telah menunjuk ke pembaringan, katanya:
"Sekarang pergi kau duduk di pembaringan itu!"
Gadis itu tidak berani membantah. Dia menghampiri pembaringan, dan duduk
di tepi pembaringan. Dia malu dan ketakutan, menangis tidak hentinya.
Walaupun isak tangisnya ditahan, agar tidak terdengar, namun air matanya
telah bercucuran deras sekali.
"Bukan duduk disitu!" kata Bun Ong Hoat-ong dengan suara yang nyaring.
"Kau duduk di tengah pembaringan dalam sikap bersemedhi dan tangan harus
mengambil sikap seperti sang budha!"
Gadis itu menuruti. Dia telah duduk bersemedhi.
"Nah, sekarang kau dengar baik-baik!" Kata Bun Ong Hoat-ong sambil
mendekati pembaringan itu. "Selanjutnya engkau harus memejamkan matamu
rapat-rapat. Dan apapun yang terjadi, engkau tidak boleh membuka matamu.
Engkau tidak boleh bergerak. Sekali saja kau bergerak, akan matilah dan
tamat riwayatmu. Mengertikah kau?"
"Mengerti........!" Menyahuti Siu Lie ketakutan dan malu sekali.Dengan memejamkan matanya, maka rasa malunya agak berkurang. Dia juga
jadi heran entah apa maksudnya Bun Ong Hoat-ong dengan perintah kepadanya
duduk bersemedhi seperti itu. Ong-yanya tadi telah memberitahukan
kepadanya bahwa dia harus menemani Bun Ong Hoat-ong tidur!
Tapi melihat kelakuan Bun Ong Hoat-ong, tampaknya memang bukan bermaksud
untuk mengajak si gadis tidur. Melainkan ada sesuatu yang ingin
dilakukannya.
Dengan mata terpejam dan dalam keadaan duduk bersemedhi seperti itu, si
gadis terus juga menduga-duga entah apa yang ingin dilakukan oleh Bun Ong
Hoat-ong. Juga keadaan sangat sepi! Dia tidak tahu, entah Bun Ong Hoatong tengah melakukan apa di saat itu, karena tidak terdengar suaranya,
dan sepi sekali.
Tapi gadis ini, juga tidak berani membuka matanya karena dia teringat
akan pesan Bun Ong Hoat-ong apa pun yang terjadi tidak boleh membuka
matanya dan jika ketahuan Bun Ong Hoat-ong niscaya dia akan dibinasakan.
Karena dari itu dengan air mata masih juga mengucur terus dia terus pula
memejamkan matanya.
Di kala itu Bun Ong Hoat-ong telah menghampiri pembaringan. Tidak ada
yang dilakukannya. Dan cuma berdiri sambil mengusap-usap jenggotnya
mengawasi si gadis.
Setelah mengawasi sekian lama, barulah Bun Ong Hoat-ong menghampiri
pembaringan lebih dekat, dia telah mengulurkan tangannya, tahu-tahu
pundak si gadis telah dipegang!
Hati Siu Lie kaget, tapi dia tidak berani membuka matanya, dia cuma
merasakan jantungnya tergoncang sangat keras sekali, seperti juga
jantungnya itu akan copot.
Kemudian dia merasakan sakit bukan main, dia telah ingin menjerit, namun
dia berusaha menahannya, sangat sakit dan pedih sekali.
Tapi tidak lama kemudian, rasa sakit itu telah berkurang.
"Nah, selesai!" kata Bun Ong Hoat-ong. "Kau boleh membuka matamu!"
Siu Lie membuka matanya.
Dia melihat mengalir darah yang cukup banyak, hampir saja dia pingsan.
Kemudian tampak Bun Ong Hoat-ong duduk menghadapi tembok. Dan kedua
tangannya itu didorongkan pada tembok. Perlahan-lahan, dia berdiam diri
dengan duduk bersemedhi menghadapi tembok buat beberapa saat lamanya.
Rupanya Bun Ong Hoat-ong telah melatih tenaga dalamnya. Ia memang
memiliki cara berlatih diri yang tersendiri.
Sedangkan Su Lie, yang merasakan kembali sakit, membuat dia meringis. Dia
mengawasi pendeta itu yang tengah berlatih diri.
Siu Lie tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya, karena si pendeta
itu belum perintahkan dia meninggalkan kamar tersebut. Karenanya, si
gadis cuma duduk di tepi pembaringan, dengan air mata menitik turun deras
sekali.Dan ia heran, mengapa Bun Ong Hoat-ong menginginkan seorang gadis? Dia
juga tidak tahu, entah ilmu apa yang tengah dilatih oleh Bun Ong Hoatong. Dan si gadis mau menduga, apakah pendeta itu bukan tengah melatih
dari ilmu gaib dan ilmu hitam?
Lama juga Bun Ong Hoat-ong dengan sikapnya seperti itu. Tampak dari
kepalanya yang botak lanang itu mengepulkan uap yang tipis, semakin lama
semakin tebal. Uap putih yang seperti juga asap itu. Dan semakin lama
tubuh si pendeta telah dibanjiri oleh keringat yang sangat deras.
Heran sekali Siu Lie mengawasi si pendeta yang tengah melatih tenaga
dalamnya itu. Malah tubuh Bun Ong Hoat-ong kemudian menggigil, mula-mula
perlahan, semakin lama semakin jadi semakin keras dan kuat.
Setelah lewat sekian lama lagi, barulah tubuh Bun Ong Hoat-ong diam tidak
menggigil lagi. Dan juga uap di atas kepalanya mulai menipis, lalu
lenyap. Hanya saja keringat yang deras telah merubah jubahnya jadi basah
kuyup.
Tiba-tiba Bun Ong Hoat-ong menyudahi latihannya tersebut, ia melompat
berdiri.
"Tahap pertama selesai!" Kata si pendeta dengan muka yang berseri-seri,
karena latihannya itu rupanya berhasil. "Hemm, selanjutnya aku perlu
bantuanmu!"
Siu Lie kaget, semula dia berharap, begitu si pendeta menyudahi
latihannya, dia akan diperbolehkan untuk pergi. Tapi mendengar kata-kata
si pendeta, gadis ini jadi mengeluh di dalam hatinya. Dia segera
menyadarinya, masih ada sesuatu yang harus dilakukannya.
"Apa....... apa yang hamba lakukan Taysu?" Tanya Siu Lie dengan suara
tergetar dan matanya telah merah lagi akan menangis.
Bun Ong Hoat-ong tidak menyahuti. Dia membuka jubahnya.
Siu Lie kaget dan malu bukan main melihat itu, dia menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Dia kaget dan ketakutan karena melihat si pendeta. Segera ia
memiliki dugaan tentu pendeta ini akan memperkosanya.
Tapi ternyata tidak.
"Kau dengarlah!" Kata si pendeta kemudian, "Kau harus membantuku! Aku
akan rebah di pembaringan. Mengertikah kau apa yang harus kau lakukan?!"
"Me mengerti Taysu!"
"Jika kau dapat melakukan tugas ini dengan baik, maka kau akan segera
kuperbolehkan meninggalkan kamar ini! Dan sebelum kuperintahkan agar kau
menyudahinya, kau tidak boleh berhenti!"
Setelah berkata begitu, tubuh Bun Ong Hoat-ong melompat ke atas
pembaringan. Dia rebah di atas pembaringan itu, dan mengerahkan tenaga
dalamnya.
"Nah, mulai!" Katanya.
Siu Lie menghampirinya. Tapi rasa takut membuat dia melakukan tugas itu.Selama itu si pendeta menggigil dan ia mengerahkan tenaga dalamnya
bertahan. Baru saja dua bagian, tiga bagian, empat bagian, lima bagian,
enam bagian. Baru saja dia mau mengerahkan tujuh bagian, tubuhnya
menggigil keras sekali.
"Berhenti!" Teriak si pendeta dengan napas memburu dan keringat telah
membasahi sekujur tubuhnya.
Siu Lie terkejut, dan muka si gadis, pucat pias. Dia menduga bahwa
dirinya melakukan suatu kesalahan.
"Ke kenapa Taysu?" Tanyanya dengan suara menggigil.
"Cukup!" Kata si pendeta. "Kau boleh pergi........!"
Girang si gadis. Dia hampir menangis lagi karena diperbolehkan untuk
meninggalkan kamar ini. Dengan langkah kaki yang tertatih-tatih dia
keluar dari kamar Bun Ong Hoat-ong setelah mengucapkan terima kasih
kepada si pendeta!
Bun Ong Hoat-ong tidak segera mengenakan jubahnya. Dia duduk tertegun di
tepi pembaringan.
"Sulit! Sulit! Aku tetap tidak berhasil untuk menembus tingkat
ketujuh!" Menggumam pendeta itu.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lama dia duduk terpekur seperti itu, baru kemudian dia mengenakan
jubahnya. Diapun masih menggumam: "Tampaknya untuk menebus tingkat
ketujuh saja diperlukan beberapa orang gadis lainnya lagi!"
Rupanya Lhama baju merah ini, Bun Ong Hoat-ong, memang tengah melatih
semacam ilmu yang hebat luar biasa, tenaga dalam yang sakti, namun sesat.
Latihan tenaga dalam itu selalu di sertai seorang gadis. Kemudian selesai
mengerahkan tenaga dalamnya, dia harus rebah di atas pembaringan.
Dengan si gadis, dia akan merasa darahnya akan beredar cepat sekali.
Justeru dalam keadaan seperti itu, dia harus memusatkan tenaga dalamnya
pada pintu jalan darah Ma-hiat, Cung-hiat. Dua jalan darah itu harus
diisi dengan hawa murni.
Memang latihan seperti ini harus setingkat demi setingkat. Dan Bun Ong
Hoat-ong sudah berhasil melatih sampai tingkat tujuh. Karena hari inipun,
dengan bantuan Siu Lie, dia masih gagal untuk menebus pintu ketujuh,
yaitu tingkat ketujuh yang akan membuat dia tambah gagah saja.
Tapi, bagi orang yang melatih tenaga dalam yang hebat dan tersesat
seperti itu, memiliki pantangan. Yaitu di kala dia melatih ilmunya itu
maka dia harus bisa menahan nafsu. Kalau tidak begitu, dia akan cacad
seumur hidup, dan latihannya akan kandas. Dia malah terancam akan
terbinasa.
Karena dari itu, Bun Ong Hoat-ong memang tidak mau memperkosa setiap
gadis yang dijadikan korbannya. Dia cuma perintahkan gadis itu duduk
dalam sikap bersemedhi.
Tapi betapa jengkelnya Bun Ong Hoat-ong, karena dia tetap saja gagal
untuk memperoleh kenaikan tingkat, yaitu menerobos tingkat ketujuh.Besok paginya, Ong-ya Hakarsan telah menanyakan padanya, apakah Siu Lie
telah melayani si pendeta dengan baik sekali, maka si pendeta
merangkapkan kedua tangannya.
"Ong-ya memang sangat pandai memilih gadis-gadis yang sangat sempurna.
Sungguh Lolap sangat beruntung sekali memiliki junjungan seperti Ong-ya!"
Mendengar kata-kata Bun Ong Hoat-ong, bukan main girangnya hati pangeran
Hakarsan. Dia tertawa bergelak-gelak.
"Apakah malam ini aku harus mengirim lagi seorang gadis lainnya, Taysu?"
tanya pangeran Hakarsan selang beberapa saat, setelah dia puas tertawa.
Bun Ong Hoat-ong mengangguk dengan segera.
"Jika Ong-ya tidak keberatan, memang Lolap menghendaki agar setiap malam
ke kamar lolap dikirim seorang gadis!"
"Beres! Nanti kami akan mengatur semuanya itu!" Kata pangeran Hakarsan.
Dan memang apa yang dijanjikan pangeran Hakarsan telah dibuktikan, setiap
malam dia tentu mengirimkan seorang gadis ke kamar Bun Ong Hoat-ong. Dan
gadis-gadis itu umumnya merupakan anak dari pengawal istana ataupun juga
anak dari pelayan istananya. Dan perintahnya itu harus dilaksanakan!
Jika ada pengawal istananya yang keberatan memberikan puteri mereka
dipersembahkan buat Bun Ong Hoat-ong, maka pengawal itu akan dijebloskan
ke dalam penjara dan juga akan disiksa sampai setengah mati.
Karena dari itu jarang sekali ada pengawal yang menolak perintah pangeran
Hakarsan. Demikianlah Bun Ong Hoat-ong berulang kali, melatih tenaga
murninya yang luar biasa anehnya itu, yang setiap malam dengan seorang
gadis. Namun tetap saja ia belum berhasil menembus tingkat ketujuh.
Setelah hari kesebelas, barulah dia berhasil menerobos tingkatan ketujuh
itu. Dan si pendeta jadi girang bukan main. Dengan berhasilnya ia
menembus tingkat ketujuh, maka ia bertambah kosen saja.
Memang tenaga dalam yang dilatihnya itu merupakan ilmu yang sangat
mujijat dan luar biasa, seluar biasa syarat-syaratnya, setiap kali ingin
berlatih.
<>
Tan Goanswe pun selama itu diobati oleh Bun Ong Hoat-ong, berangsurangsur ia mulai sehat. Malah setelah lewat dua minggu, dia sudah bisa
duduk dan bicaranya mulai lancar, untuk menceritakan apa yang telah
dialaminya di Lembah Pit-mo-gay.
Apa yang diceritakan oleh Tan Goanswe atau nama lengkapnya Jenderal
Tangarlut itu, merupakan pengalaman yang menakjubkan karena justeru ia
telah mengalami kekalahan yang sangat parah di lembah Pit-mo-gay.Menurut Jenderal Tangarlut, dia telah dihadapi oleh puluhan orang yang
berkepandaian tinggi. Setiap lawannya memiliki kepandaian yang tidak
berada di sebelah bawah kepandaiannya.
Karena dari itu, walaupun Jenderal Tangarlut memiliki ilmu silat yang
tinggi dan mahir, tokh dikeroyok seperti itu, ia telah terluka, dan
tertawan. Malah kemudian, dia disiksa dengan berbagai cara seperti
dipindahkan seluruh letak jalan darah di tubuhnya, dengan begitu darahnya
beredar kalang kabutan, dan juga ia telah dilukai oleh jarum-jarum yang
mengandung racun, yang berbagai jenis dan juga bekerjanya sangat cepat.
Dia juga dilukai di dalam yang parah.
Tapi keadaan di dalam Pit-mo-gay memang sangat menakjubkan bagi
Tangarlut, jenderal yang telah kandas dengan pasukannya tersebut. Karena
ia sempat menyaksikan, lembah itu memiliki banyak sekali jalan rahasia,
juga banyak rumah-rumah yang bisa dipindahkan secara ajaib sekali membuat
dia dengan pasukannya ketika berada di Pit-mo-gay jadi bingung dan panik,
itulah sumber kekalahannya yang pertama.
Yang telah mengerikan, ketika ia dibawa ke dasar lembah, di mana tempat
itu dijadikan semacam markas besar kaum pemberontak. Di dasar lembah
itupun banyak sekali rahasia yang tidak bisa terungkapkan.
"Jika dilihat dari gerak-gerik dan cara berkata-kata para pemberontak
itu, mereka bukan terdiri dari orang-orang Han belaka, mereka bercampur
baur dengan suku bangsa lainnya. Juga mereka aneh-aneh, yang mereka cari
adalah Giok-sie, cap kerajaan karena dengan Giok-sie mereka ingin
menggerakkan rakyat, untuk menentang kerajaan Tay Goan.
Banyak keanehan yang dijumpai Jenderal Tangarlut, tapi tidak seluruhnya
ia ingat karena banyaknya pengalaman yang menakjubkan dialaminya. Ia
mendengar suara seperti orang yang menangis dari tempat kejauhan, ia
melihat gadis-gadis cantik seperti bidadari yang berpakaian serba putih,
seakan-akan bisa menari-nari di angkasa seperti barisan dewi yang baru
turun dari kahyangan.
Dan juga ia menyaksikan banyak sekali binatang-binatang berbisa yang aneh
luar biasa, di samping itupun banyak ia melihat pemberontak yang
berpakaian beraneka ragam cara berpakaian mereka itu berlainan satu
dengan yang lainnya. Ada yang berpakaian sebagai busu, ada yang
berpakaian sebagai siucai, pendeta, tie-kwan, tosu, pengemis atau pun
juga pakaian dari para bangsawan. Dan ini memang benar-benar
membingungkan Jenderal Tangarlut.
Banyak yang diceritakan Jenderal itu, sampai akhirnya Hakarsan berunding
dengan Bun Ong Hoat-ong. Sedangkan Jenderal Tangarlut diminta untuk
beristirahat lebih jauh, karena kesehatannya belum pulih keseluruhnya.
"Bagaimana menurut tanggapan Taysu?" Tanya Pangeran Hakarsan setelah
mereka berada berdua di kamar kerja pangeran itu.
Bun Ong Hoat-ong tersenyum tawar.
"Biarpun mereka memiliki kepandaian yang cukup tinggi, tapi Lolap akan
menyapu bersih mereka!" Menyahuti Bun Ong Hoat-ong dengan angkuh.
"Hemmm, mungkin juga Jenderal Tangarlut telah ditakut-takuti dan digertak
olen para pemberontak itu, sehingga ia melihat segala yang tidak-tidak
bagaikan dalam khayalan! Atau memang ada di antara para pemberontak ituyang mengerti ilmu sihir dan telah mempengaruhi Jenderal Tangarlut,
membuat semangat bertempur Jenderal Tangarlut jadi musnah!"
"Mungkin juga pendapat Taysu benar!" Bilang pangeran Hakarsan sambil
tersenyum: "Justeru kami mengundang Taysu dengan harapan Taysu mau
membantu kami. Kesediaan Taysu memang kami harapkan benar, karena
walaupun bagaimana memang kami mengandalkan Taysu!
"Perlu Taysu ketahui bahwa kami ini tidak mengerti ilmu kebatinan,
sehingga jika pihak lawan mempergunakan ilmu sihir niscaya akan membuat
kami terpengaruh. Tapi lain dengan Taysu, jika memang Taysu mempergunakan
ilmu kebatinan, niscaya akan membuat kami bisa untuk kembali sadar,
sehingga pihak lawan yang mempergunakan ilmu sihir itu bisa kami hadapi
dengan baik."
Setelah berkata begitu, Pangeran Hakarsan bangun berdiri, dia
merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepada si pendeta,
sedangkan Bun Ong Hoat-ong cepat-cepat bangun juga buat balas menjura
memberi hormat kepada pangeran Hakarsan.
Di kala itu, Pangeran Hakarsan menjura sebanyak tiga kali, barulah dia
bilang: "Dengan memandang muka kami, maka kami harap Taysu bersedia untuk
memimpin kami."
"Jangan Ong-ya bicara seperti itu, karena memang Lolap telah bertekad,
walaupun bagaimana akan membantu pihak kerajaan sebab memang Lolap
sengaja telah memenuhi undangan Ong-ya untuk memusnahkan pemberontak itu!
"Berkat bantuan Ong-ya, maka telah membuat Lolap pun berhasil menaikan
satu tingkat kepandaian istimewa Lolap, yaitu ilmu Hek-pek-ciang karena
Ong-ya telah memberikan gadis-gadis yang tidak pernah terputuskan, dengan
cara yang teratur. Karena dari itu telah membuat Lolap dapat berlatih
dengan lancar dan sempurna, dengan sebaik-baiknya, sehingga Lolap pun
sangat berterima kasih sekali pada Ong-ya.
"Sekarang terimalah pernyataan terima kasih dari Lolap, karena memang
Lolap merasa berhutang budi kepada Ong-ya, jika memang Ong-ya tidak dapat
menyediakan gadis-gadis itu, niscaya Lolap juga tidak memperoleh kemajuan
demikian pesat!" Setelah berkata begitu, tampak iapun menjura memberi
hormat.
Demikian antara Pangeran Hakarsan dengan pendeta Bun Ong Hoat-ong, telah
terjadi saling merendahkan diri dan mengucap terima kasih, mereka saling
menghormati.
Akhirnya pangeran Hakarsan bilang: "Sekarang biarlah kami bicara terus
terang, betapa pun juga, kami sangat membutuhkan sekali bantuan Taysu,
agar mau memimpin pasukan pergi menumpas pemberontak di lembah Pit-mogay! Apakah Taysu tidak keberatan?"
"Tugas itu akan Lolap laksanakan dengan sebaik-baiknya!" kata si pendeta.
Wajah Pangeran Hakarsan berseri-seri.
"Atas nama Hong-siang, kami mengucapkan terima kasih!" Katanya dengan
memberi hormat.
Begitulah, mereka berdua telah merencanakan bagaimana dan cara apa yang
akan mereka pergunakan untuk menghadapi pemberontak di lembah Pit-mo-gay.Pendeta Bun Ong Hoat-ong telah menyusun rencananya sebaik mungkin. Ia pun
akan memimpin seribu orang tentara kerajaan dalam pasukan dan akan segera
melaksanakan untuk menumpas pemberontak di lembah Pit-mo-gay.
Ia pun telah melatih para tentara kerajaan itu selama dua minggu. Mereka
dibekali jangan sampai terkena ilmu sihir, jika tokh pihak pemberontak
itu memakai ilmu sihir untuk mempengaruhi mereka.
Dengan adanya Bun Ong Hoat-ong, pangeran Hakarsan yakin, bahwa pihak
kerajaan kali ini akan berhasil menumpas pemberontak di Lembah Pit-mogay, dan semuanya akan dapat dihancurkan.
Dengan disertai upacara kebesaran Bun Ong Hoat-ong pada pagi itu
berangkat memimpin para tentara itu akan mulai perjalanannya dan iapun
telah memperoleh restu dari Kaisar Kublai Klan.
Perjalanan untuk mencapai gunung Song-san mungkin memakan waktu satu
bulan lebih, dan setelah tiba di sana Bun Ong Hoat-ong akan melihat
keadaan dulu, tidak akan segera menyerang, karena ia ingin mempelajari
dengan sebaik-baiknya. Seribu tentara kerajaan yang berada dalam
kekuasaan dan perintahnya itu sesungguhnya bukan tentara kerajaan
sembarangan, karena mereka terdiri dari perwira-perwira berkepandaian
tinggi, juga para pahlawan istana yang ikut serta, untuk menumpas para
pemberontak itu.
Dengan cara demikian, jelas mereka tidak perlu jeri menghadapi
pemberontak itu, walaupun mereka semuanya memiliki kepandaian ilmu silat
yang tinggi, karena merekapun memiliki ilmu silat yang tidak rendah.
Jika memang tentara kerajaan biasa, mudah sekali pihak pemberontak itu
menghadapinya. Kaisar Kublai Khan pun yakin, sekali ini, dengan ikut
sertanya para pahlawan kerajaan di bawah Pimpinan Bun Ong Hoat-ong,
niscaya pasukan kerajaan ini akan dapat menumpas para pemberontak itu.
Demikianlah rombongan Bun Ong Hoat-ong telah beriring-iringan menuju ke
arah Barat, untuk mencapai gunung Song-san. Dan Bun Ong Hoat-ong selalu
bersikap hati-hati, waspada sekali, tidak pernah ia membiarkan anak
buahnya meneguk minuman keras.
Dan jika diketahuinya ada anak buahnya yang minum arak akan dihukumnya.
Karena itu, ia bisa memelihara kedisiplinan dan juga kewaspadaan pada
pasukannya itu.
Dengan begitu pula, Bun Ong Hoat-ong herhasil mempertinggi kesiap siagaan
dari pasukannya itu. Walaupun bagaimana Bun Ong Hoat-ong memang bertekad
untuk pulang ke kota raja dengan kemenangan di dalam tangannya untuk
memperoleh pujian, pangkat dan harta dari Kaisar Kublai Khan. Dan Bun Ong
Hoat-ong memang akan mempertaruhkan segalanya, demi berhasilnya dia
menumpas pemberontak di lembah Pit-mo-gay.
Lembah Pit-mo-gay merupakan sebuah lembah yang letaknya terkurung oleh
tebing yang tinggi sekali di gunung Song-san, karena itu jarang yang bisa
mencapai lembah Pit-mo-gay jika memang tidak betul-betul memiliki
kepandaian yang tinggi. Di samping itu, sulitnya alam di gunung Song-san,
yang sepanjang hari penuh dengan kabut, hujan yang hampir setiap hari
turun seperti dicurahkan dari langit, membuat perjalanan ke Lembah Pitmo-gay yang memang sudah sulit jadi semakin sulit.
Penduduk di sekitar gunung Song-san, pada perkampungan yang dekat, jarang
yang berani mendekati lembah Pit-mo-gay. Karena mereka menyadari kebuasanalam yang masih tertutup di lembah Pit-mo-gay, bisa saja mengundang
kematian buat mereka.
Karena itu keadaan di sekitar puncak gunung Song-san maupun di dasar
lembah itu, di lamping gunung, selalu sepi dan tidak pernah terlihat
seorang manusia pun juga cuma tampak burung-burung yang beterbangan juga
terdengar suara binatang-binatang liar penghuni gunung itu.
Karena itu pula lembah yang terdapat di gunung Song-san itu diberi nama
Pit-mo-gay. Lembah Iblis banyak cerita-cerita yang bertebaran di
belakangan penduduk, yang mirip-mirip dengan dongeng belaka yang
menyatakan bahwa di lembah Pit-mo-gay selalu berkumpul para dewa dan dewi
yang turun dari kahyangan dan mengadakan perjamuan maupun pesta yang
menarik di lembah tersebut.
Karena itu banyak juga yang tertarik untuk pergi menysksikan keadaan di
lembah tersebut. Umumnya, mereka adalah pemuda-pemuda yang nekad. Dan
mereka selalu perlu untuk tidak kembali. Lenyap tanpa kabar berita.
Dan pengalaman-pengalaman seperti itu yang akhirnya membuat penduduk di
kampung-kampung sekitar gunung Song-san melarang anak-anaknya, atau sanak
familinya pergi ke lembah Pit-mo-gay. Sampai akhirnya, tidak ada seorang
pun yang berani untuk coba mendekati lembah itu. Dengan demikian, keadaan
di lembah tersebut semakin liar juga dengan pohon-pohon yang tumbuh
menambah keangkeran lembah itu.
<>
Tapi pada malam itu, dalam keadaan dan kesunyian yang ada di lamping
sebelah selatan gunung Song-san, tampak sesosok tubuh yang tengah
berkelebat gesit sekali, melompat dari tebing yang satu ke tebing yang
lain, seakan juga sosok tubuh itu memang dapat terbang dengan ringan.
Jika saja diwaktu itu ada seorang penduduk yang menyaksikan pemandangan
seperti itu, niscaya akan menduga bahwa sosok tubuh itu tidak lain dari
hantu penunggu dan penghuni lembah Pit-mo-gay, dan akan lari ketakutan
setengah mati.
Sosok tubuh itu masih terus berlari-lari ringan sekali seperti bayangan,
sampai akhirnya ia melompat turun, ia tiba di mulut lembah Pit-mo-gay.
Dia berdiri agak lama di depan mulut lembah, dan telah mengawasi sekitar
tempat itu. Akhirnya dia bersiul perlahan, tidak begitu nyaring, tapi
suara siulan itu cukup jelas, karena bergema di sekitar lembah yang
begitu sunyi.
Tidak terlihat perobahan apapun juga dan dia bersiul lagi, dua kali
iramanya mengikuti kicau burung. Lalu dari sisi kanannya terdengar siul
balasan, dua kali juga. Tampak melompat sesosok tubuh lainnya. Gerakannya
juga sangat ringan dan telah berdiri di sisi sosok tubuh yang pertama.
"Sung Toako?" tanya sosok tubuh yang baru keluar dari tempat
persembunyian.
"Benar, apakah Cie Jie-te? tanya Sung-toako itu.
"Ya kita datang terlalu cepat!" Kata orang yang baru datang itu.
"Kawan-kawan belum lagi datang."
"Kita tunggu saja! Mereka tentu mengalami kesulitan dengan perjalanan
yang tidak mudah di gunung ini! Dan tadi saja satu kali aku pernahtergelincir akan terjerumus ke dalam jurang. Untung saja aku cepat dapat
menguasai diri....... memang perjalanan di gunung Song-san ini masih liar
dan sulit untuk dilalui.......!"


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitulah kedua sosok tubuh itu melompat ke samping kiri, berdiam di
balik gerombolan pohon, mereka telah mengawasi sekitar tempat itu dengan
leluasa, karena dengan berdiamnya mereka di balik gerombolan pohon seakan
juga mereka itu memang tengah bersembunyi dan terlindung, sehingga jika
ada orang lainnya yang tiba di mulut lembah, jelas tidak akan dapat
melihat mereka dan tidak mengetahui di tempat itu bersembunyi dua orang.
Tapi kedua orang itu dengan leluasa bisa melihat apa yang ada di mulut
lembah itu.
Sung Toako, atau kakak tertua Sung itu ternyata orang Kang-ouw yang
memiliki nama sangat terkenal sekali dibilangan Su-coan. Dan nama
lengkapnya adalah Sung Sie Coan. Dan ia seorang ahli tenaga dalam,
lweekhe, seorang yang benar-benar dikagumi oleh orang-orang Kang-ouw dan
dihormati karena tindakannya yang selalu membela kebenaran.
Tidak pernah dia berlaku setengah hati dalam menghukum para penjahat.
Jika ada seorang penjahat, terlebih lagi telah terbukti kesalahannya,
maka ia akan menurunkan tangan berat, memusnahkan ilmu silat penjahat
itu, atau juga membuatnya bercacad, jika memang perlu dia akan
membunuhnya.
Senjata yang diandalkannya adalah sebatang tombak pendek, yang diujungnya
bercagak dua. Dengan tombak pendeknya itu dia malang melintang dengan
penuh kegagahannya tidak pernah bertemu tandingan.
Dan juga, banyak jago-jago Kang-ouw yang semula merasa iri dan ingin
mengujinya, telah dapat dirubuhkan. Dengan cepat, mereka jadi bersahabat,
dan rasa kagum dari jago-jago yang dirubuhkan Sung Sie Coan umumnya tidak
pernah bersakit hati, karena mereka justeru memang merasa kagum dan
tunduk atas kelihayan she Sung tersebut.
Sung Sie Coan memiliki tiga orang saudara angkat. Ia sebagai Toako, kakak
tertua. Sedangkan adiknya yang nomor dua bernama Cie Pang yang ketiga Lo
Siang An. Lalu yang terbungsu adik yang keempat, she Liang bernama Ie
Shen.
Dengan demikian, mereka berempat malang melintang di dalam rimba
persilatan menegakkan keadilan. Memang tiga orang adik angkat dari Sung
Sie Coan memiliki kepandaian sama tingginya, mereka semuanya semula
merupakan orang-orang yang tak senang melihat Sung Sie Coan demikian
dihormati oleh jago-jago Su-coan, mereka tidak yakin bahwa Sung Sie Coan
memiliki kepandaian yang tinggi, karena itu mereka telah menyatroninya,
untuk menantangnya bertempur.
Mereka memperoleh kenyataan kepandaian Sung Sie Coan memang sungguh
tinggi dan sangat mahir sekali ilmu tombaknya, mereka satu persatu telah
kena dirubuhkan, dengan demikian mereka tunduk dan akhirnya mengajak Sung
Sie Coan untuk mengikat tali persahabatan. Tapi malah Sung Sie Coan
menganjurkan agar mereka mengangkat saudara saja, satu dengan lain
menjadi saudara angkat. Dan memang mereka akhirnya menjadi kakak dan adik
angkat dan menurut urutan dari usia masing-masing.Belakangan justeru Sung Sie Coan telah mendengar dari sahabatnya tentang
Giok-sie cap kerajaan yang katanya telah berada di tangan jago-jago yang
berkumpul di lembah Pit-mo-gay. Karena dari itu segera juga Sung Sie Coan
mengajak adik-adik angkatnya, buat pergi menyatroni Lembah Pit-mo-gay
karena ia bermaksud merampas Giok-sie.
Sung Sie Coan bermaksud akan memberikan kelak Giok-sie kepada seorang
pendekar yang sekiranya bisa menggerakkan rakyat, untuk mengusir tentara
penjajah yang menduduki Tiong-goan dan memakai gelar kerajaan Tay Goan
itu, sedangkan jago-jago di Lembah Pit-mo-gay merupakan jago beraliran
sesat, dan jika saja Giok-sie itu dipergunakan mereka, niscaya cuma akan
mendatangkan malapetaka yang tidak ringan buat rakyat.
Tiga orang adik angkat dari Sung Sie Coan memang menyetujui akan
keinginan kakak mereka yang tertua, segera juga mereka berangkat ke Pitmo-gay.
Cuma saja sulitnya perjalanan di gunung Song-san tersebut membuat mereka
akhirnya terpisah satu dengan yang lain. Mereka cuma berjanji akan
berkumpul di mulut lembah Pit-mo-gay.
Memang perjalanan untuk mencapai lembah Pit-mo-gay sangat sulit, alam
yang masih buas dan juga cuaca yang buruk, dengan turun hujan hampir
setiap hari, menyebabkan tidak ada jalan yang teratur untuk mencapai Pitmo-gay. Walaupun mereka memiliki kepandaian yang tinggi tokh, mereka
harus memusatkan seluruh perhatian mereka, guna mencapai mulut Lembah
Pit-mo-gay.
Sedikit saja mereka mengalami salah perhitungan yang sekecil apapun juga
niscaya akan membuat mereka akhirnya menerima bencana yang tidak kecil,
yaitu bisa saja mereka terjerumus ke dalam jurang ataupun mereka akan
terhantam oleh batu gunung yang sewaktu-waktu bisa saja terlepas dan
menimpah mereka! Karena dari itu sikap hati-hati dan waspada diperlukan
sekali.
Sekarang justeru Sung Sie Coan berdua dengan Jie-tenya, adiknya yang
kedua yaitu Cie Pang telah berada di mulut lembah tersebut, mereka hanya
menantikan Liang Ie Shen dan Lo Siang An, adik yang ketiga dan keempat,
si bungsu.
Lama juga mereka berdua berdiam di balik gerombolan pohon liar, dan
mengawasi ke mulut Lembah itu maupun di sekitar tempat tersebut, sampai
akhirnya mereka melihat sesosok bayangan yang tengah melompat turun dan
berlari-lari dengan cepat sekali. Di belakangnya tampak berlari sesosok
tubuh lainnya.
"Mau kemana kau? Hemmm, walaupun kau melarikan diri ke ujung dunia,
jangan harap engkau bisa meloloskan diri dari tanganku!"
Terdengar, sosok tubuh yang di belakang itu telah membentak dengan suara
yang sangat nyaring dan menyusul dengan itu tampak tubuhnya berkelebat
lebih cepat lagi, diiringi dengan berkelebatnya sinar yang berkilauan
dalam kegelapan, karena ia mempergunakan sebatang pedang untuk menikam
punggung orang buruannya.
Sedang orang yang di depan, yang ditikam punggungnya, tidak berani
berayal. Sebab ia segera juga memutar tubuhnya, dan telah menangkis
dengan pedangnya.Benturan senjata tajam itu sangat kuat sekali, memperdengarkan suara
"Tranggg", yang nyaring dan lelatu api yang muncrat terang sekejap
kemudian melompat lagi orang di depan itu untuk meneruskan larinya.
Tapi orang yang mengejarnya telah mempercepat larinya, berusaha
menyusulnya untuk menghadangnya. Ia gagal dan orang itu telah lari lima
tombak lebih.
"Hemm, manusia rendah....... terimalah seranganku!"
Terdengar pengejar itu membentak bengis, tangannya segera bergerak
melontarkan sesuatu, beberapa titik sinar kuning yang terang berkelebat
dan menyambar ke punggung orang yang dikejarnya. Orang itu tidak bisa
meneruskan larinya karena menyambarnya senjata rahasia itu yang berbentuk
jarum-jarum emas yang halus dan kecil, dengan memutar pedang.
Tapi karena dia menghadapi jarum-jarum itu, dia tidak bisa meneruskan
larinya dan telah terkejar oleh lawannya, yang begitu tiba telah
menyerang dengan gencar.
Dua orang itu seketika terlibat dalam pertempuran yang seru, karena
pengejarannya telah menikam dan menabas tidak hentinya. Orang yang tadi
berusaha melarikan diri ternyata memiliki kepandaian yang di bawah satu
tingkat dari pengejarnya, dalam waktu singkat dia mulai terdesak lagi.
Walaupun orang itu mati-matian memberikan perlawanan, namun tetap saja
dia tidak berhasil untuk menghadapi pengejarnya itu, karenanya telah
membuat dia beberapa kali terhuyung oleh desakan serangan pedang
lawannya.
"Manusia rendah, jika kau tidak mau menyerah secara baik-baik, aku akan
membuat kau mampus tidak, hidup pun tidak dapat!" membentak orang yang
mengejarnya.
"Hemm, walaupun Pit-mo-gay menyebarkan seribu iblis, jangan harap Liang
Ie Shen jeri padamu," bentak orang yang terdesak itu, yang tidak lain
dari adik angkat Sung Sie Coan yang terbungsu, yang keempat. Suaranya
mengandung kemurkaan dan penasaran, diapun telah mengempos seluruh
semangatnya untuk mengeluarkan jurus-jurus andalannya, dan dia berusaha
juga untuk menghadapi lawannya itu dengan sebaik-baiknya. Memang dia
telah menyadarinya bahwa dirinya telah terdesak terus menerus akan tetapi
tetap saja ia tidak mau menyerah.
Sung Sie Coan berdua dengan Cie Pang terkejut setelah mengenali dan
mengetahui bahwa orang yang terdesak itu tidak lain dari adik angkat
mereka yang keempat.
Cie Pang segera ingin melompat keluar dari tempat persembunyiannya, akan
tetapi justeru Sung Sie Coan yang memang memiliki perhitungan sangat
baik, telah mencekal tangan adik angkatnya itu.
"Tunggu dulu, Jie-te!" Katanya.
"Tapi Toako. Sie-te telah terdesak hebat.!" kata Cie Pang.
"Kita lihat saja dulu.!" kata Sung Sie Coan. "Dan kita memang telah
tiba waktunya, barulah membereskan lawan Sie-te!"
"Tapi Toako.......!""Orang itu kukira bukan sendirian....... tampaknya dia orang Pit-mo-gay,
kita lihat dulu apa yang sesungguhnya dikehendakinya! Dalam tigapuluh
jurus Sie-te masih bisa bertahan dengan baik karenanyakita lihat saja
dulu. ja
63 >> m i s s i n g <<
64 >> m i s s i n g <<
Tapi lawannya itu memang bukan seorang yang lemah, dia memiliki
kepandaian yang tinggi, diapun sejak tadi malah telah berhasil mendesak
lawannya, karena kepandaiannya tampaknya menang satu tingkat. Dia mudah
saja menghindarkan diri dari serangan setengah kalap yang dilakukan oleh
lawannya, dan kemudian pedangnya itu menyampok dengan gerakan "Lo-hu
menabrak pohon" cepat bukan main pedangnya itu bisa menyampok pedang
Liang Ie Shen terpental dan terlepas dari cekalannya.
Liang Ie Shen kaget tidak terhingga, apa yang terjadi ini tidak pernah
diduganya. Walau pun ia menyadari dirinya berada satu tingkat di bawah
kepandaian dari lawannya, akan tetapi tetap saja dia yakin dalam seratus
jurus tentu dia masih bisa menghadapinya.
Akan tetapi sekarang, pedang itu telah terlempar dan terlepas dari
cekalannya. jika memang dia menghadapi lawannya dengan tangan kosong,
niscaya dia segera dapat dirubuhkan.
Diwaktu itu sambil mengeluarkan suara tertawa tergelak-gelak Lie Kun,
orang yang diduga sebagai orang Pit-mo-gay itu telah membulak balikan
pedangnya.
"Hemmm, sekarang kau mau menyerah atau tidak?" bentak Lie Kun dengan
suara yang dingin.
Muka Liang Ie Shen jadi merah padam. Dengan membusungkan dadanya ia
bilang: "Kau bunuhlah! Tuan besarmu tidak akan takut mati. Hemm kali ini
memang tuan besarmu telah jatuh di tanganmu tapi jika memang tuan besarmu
memiliki umur panjang, hemmm, hemm........!"
"Apa yang hem heman seperti itu?" Tanya Lie Kun mengejek. "Kau ingin
mengatakan bahwa kelak kau akan mencari aku untuk menuntut balas bukan?"
"Tidak salah, semua ini merupakan hal yang harus diperhitungkan dan
memang akan kuperhitungkan kelak dengan bunganya sekali gus!" setelah
berkata begitu dengan segera dia memejamkan matanya, dia seakan juga
tengah menantikan tikaman dari lawannya.
Tapi lawannya itu, Lie Kun telah tertawa tergelak-gelak dengan suara yang
sangat nyaring, tampaknya sinis dan menghina sekali, dia telah memandang
dengan sikap yang meremehkan.
"Hemmm, kepandaianmu demikian rendah dan buruk hendak membalas sakit hati
kepadaku?" tanyanya dengan suara menghina.
Liang Ie Shen tidak menyahuti, dia tetap memejamkan matanya."Baiklah!" kata Lie Kun kemudian, "Jika memang kau minta mampus, tuan
besarmu tak akan menyia-nyiakan harapanmu!" setelah berkata begitu,
segera juga ia menggerakkan pedangnya, menikam ke arah pundak Liang Ie
Shen.
Gerakan yang dilakukannya itu memang cepat, tapi lebih cepat lagi sebutir
batu kerikil yang menyambar dengan pesat sekali, telah melanggar pedang
itu. "Tranggg!!" Tikaman yang dilakukan Lie Kun terpental ke samping, karena
benturan batu tersebut memang sangat kuat sekali membuat pedang itu jadi
hampir terlepas dari cekalan tangannya.
Sedangkan dua sosok tubuh telah melompat keluar dari balik semak belukar.
Gerakannya sangat cepat dan gesit, mereka telah berada di samping Liang
Ie Shen.
Lie Kun sendiri, waktu pedangnya terbentur batu, tengah melompat ke
belakang dengan muka yang berobah merah padam. Dia murka sekali,
mengawasi kepada dua orang yang baru muncul itu.
Justeru Liang Ie Shen yang telah membuka matanya, dia jadi girang bukan
main, ia telah mengenali dua orang kakak angkatnya.
"Toa-ko! Jie-ko!" panggilnya.
Sung Sie Coan telah mengibaskan tangannya kepada Lie Kun, katanya: "Tuan,
kami ingin meminta pengajaran darimu. Aku Sung Sie Coan, ingin sekali
merasakan lihaynya, pedangmu!"
Setelah berkata begitu Sung Sie Coan tanpa banyak bicara mengambil sikap
bersiap sedia untuk menerima serangan!
Lie Kun berdiri sejenak di tempatnya, dia ragu-ragu. Merasa tenaga
timpukan batu tadi pada pedangnya, yang membentur begitu kuat, seketika
ia mengetahui bahwa tenaga dalam orang itu memang sangat tinggi, jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan latihan tenaga dalam Liang Ie Shen.
"Siapa kau?" Bentaknya kemudian.
"Sesungguhnya kami datang kemari ingin sekali menemui orang-orang Pit-mogay!" Kata Sung Sie Coan yang melihat orang tidak segera menyerangnya.
"Tapi, tadi kau terlalu angkuh, dan kami memang ingin melihat bagaimana
kau membinasakan adik angkat ini dan semua ini tentu saja harus ada
perhitungannya!"
Setelah berkata begitu, Sung Sie Coan dengan dingin mengibaskan
tangannya: "Ayo, kita mulai sekarang saja! Justeru aku ingin sekali
merasakan lihaynya pedangmu."
Lie Kun tertawa dingin
"Hemm, kiranya orang itu bukan datang seorang diri, dia datang
berkelompok! Baik! Baik! Terimalah serangan!" Setelah berkata begitu Lie
Kun menikam dua kali.
Tapi Sung Sie Coan bergerak sangat lincah, pedangnya Lie Kun lewat di
samping kirinya dan dikala tubuhnya tengah miring seperti itu, telapak
tangan kanannya menghantam tulang iga lawannya."Dukk!" hebat sekali telapak tangannya itu mengenai sasaran. Lie Kun
menjerit kesakitan, tubuhnya terhuyung-huyung.
Sung Sie Coan tidak bertindak sampai disitu saja, dan telah membarengi
dengan telapak tangannya yang lain, dia telah menghantam lagi dengan kuat
ke perut lawannya.
Dengan diiringi suara jeritan nyaring, tubuh Lie Kun terpental, dan
kemudian tubuh terguling-guling di tanah. Di waktu itulah, tampak Liang
Ie Shen menyambar pedangnya, dia melompat akan menikam, namun Sung Sie
Coan telah menahannya.
"Jangan.......!" larangnya.
Liang Ie Shen patuh terhadap cegahan Toakonya, dia telah menahan meluncur
pedangnya dan mengawasi bengis kepada Lie Kun yang memang di waktu itu
rebah di tanah tidak berdaya, karena serangan dari Sung Sie Coan telah
menyebabkan dia terluka di dalam.
Sedangkan Cie Pang menghampiri orang itu, dia menendang dengan kakinya,
bentaknya, "Hemmmm.. kau ingin bilang apa lagi? Bukankah terhadap Sie-te
kami kau bicara terlalu besar."
Setelah berkata begitu kaki Cie Pang bergerak lagi, dia menendang lebih
keras.
Lie Kun merintih kesakitan Dia bilang dengan suara tidak lancar: "Jika..
jika memang kalian laki-laki sejati.. kalian.. jangan main keroyok
seperti itu.......!"
Setelah berkata begitu, Lie Kun berusaha untuk berdiri, tapi dia gagal.
Tubuhnya rubuh lagi. Dia terguling di tanah dan merintih kesakitan pula,
karena tampaknya dia menderita luka yang tidak ringan. Juga tulang iganya
telah patah akibat gempuran yang dilakukan oleh Sung Sie Coan.
Sung Sie Coan bilang dengan suara tawar. "Sekarang kau beritahukan kepada
kami di mana Giok-sie disimpan orang-orang Pit-mo-gay? Jika kau mau
bicara, maka kau tidak akan memperoleh kesulitan!"
Muka Lie Kun berobah dia masih menderita kesakitan, tapi mendengar
disebutnya Giok-sie matanya terpentang lebar-lebar!
"Kalian. kalian ingin Giok-sie?" tanyanya dengan suara yang tidak
lampias.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya..ya!" kata Sung Sie Coan sambil mengangguk berulang kali, suaranya
tegas dan pasti, "Kau beritahukan kepada kami di mana disimpannya Gioksie, dan kami tidak akan mempersulit dirimu.!"
"Giok-sie itu.. itu!" suara Lie Kun tambah tidak lancar.
"Kenapa?" Tanya Sung Sie Coan.
"Giok-sie tidak berada di tangan kami!"
"Kau jangan mencari kesulitan untuk dirimu sendiri!" kata Sung Sie Coan
dingin, "Kau dapat kami binasakan diwaktu sekarang juga atau memang kami
bisa membuat engkau menjadi manusia tidak bisa, matipun tidak bisa!
Hemmm, bukankah tadi kau berkata begitu juga terhadap adikku yang
keempat?Ditanya begitu maka Lie Kun berubah pucat. Dia mengerti, memang dalam
keadaan seperti ini dia sedang tidak berdaya, karena ia terluka di dalam
yang tidak ringan. Karena itu, dia terpaksa menyahuti: "Jika
memang....... memang kalian ingin mengetahui tentang Giok-sie kalian bisa
menanyakannya kepada pemimpin kami.!"
"Siapa pemimpin kau?" Tanya Sung Sie Coan. Dingin suaranya.
"Mo Mo-in-kim-kun?" Menyahuti Lie Kun pada akhirnya.
"Hemmm, Mo-in-kim-kun? Diakah yang menjadi pemimpin kalian?" tanya Sung
Sie Coan. "Jadi orang-orang di Pit-mo-gay ini dipimpin oleh dia?"
Lie Kun mengangguk sambil menahan sakit yang tidak terkira, dia merintih
sejenak, baru kemudian menyahuti: "Ya, memang benar Mo-in-kim-kun
pemimpin kami di Pit-mo-gay!"
"Baiklah! Di mana markas besar kalian?" tanya Sung Sie Coan dengan suara
yang tawar.
"Di dalam lembah Pit-mo-gay itu" Menyahuti Lie Kun dengan suara yang
tidak lampias.
"Hemmm....... jadi kalian semua berkumpul di dalam lembah itu?" Tanya
Sung Sie Coan. Dia memang selalu teliti dan waspada sekali dalam
bertindak karena itu ia pun agak cerewet dalam bertanya.
"Ya!" menyahuti sekali Lie Kun. "Memang lembah Pit-mo-gay merupakan..
merupakan markas besar kami..!"
"Hemmm," mendengus Sung Sie Coan. "Di dalam lembah berkumpul beberapa
banyak anak buah Mo-in-kim-kun?"
"Semuanya....... semuanya berjumlah lebih dari duaratus orang
mungkin" Berkata sampai di situ, tiba-tiba mata Lie Kun terbeliak
lebar-lebar: "Itu.. itu.......!" Katanya, seakan juga dia ketakutan
bukan main.
Sung Sie Coan dan yang lainnya menoleh ke belakang, mereka melihat dua
orang yang tengah melangkah menghampiri, keluar dari lembah itu. Kedua
orang itu agak luar biasa cara berpakaiannya. Yang seorang berpakaian
seperti pendeta, tapi bukan pendeta karena jubahnya memang pendeta,
dengan ujungnya diangkat dan dilibatkan di pinggang.
Dan juga sepatunya bukan sepatu yang baik, sebelah kanan sepatunya telah
rusak, sedangkan yang sebelah kiri berbentuk sandal yang biasa dipakai
oleh pengemis juga dalam keadaan telah rusak.
Yang seorang lagi merupakan seorang yang bermuka jelek sekali, matanya
sipit dengan kepalanya yang kecil gepeng, dan rambutnya tumbuh jarangjarang berbeda dengan kawannya yang berpakaian setengah pendeta itu, yang
kepalanya gundul, tapi orang ini biarpun rambutnya jarang, toh dia masih
menyisir rambutnya yang ujungnya diikat semacam tali.
Lagaknya sangat ceriwis sekali karena sambil melangkah tidak hentinya dia
mendengarkan suara tertawa hihi dan hehe. Di tangan kanannya membawa
sejilid kitab, sedangkan tangan yang satunya membawa sebatang ranting
kecil yang cukup panjang, yang digerak-gerakkan dengan sikap seperti
sedang memukul kuda tunggangan."Hemmm, kiranya ada tamu!" berseru yang berpakaian pendeta itu yang luar
biasa cara berpakaiannya. "Mengapa tidak segera masuk?"
Setelah berkata begitu dia menoleh kepada Lie Kun, matanya bersinar
tajam, sikapnya mendadak berobah jadi bengis, katanya. "Lie Kun, mengapa
kau tidak segera mengundang tamu agar masuk ke tempat kita, untuk
dihormati?"
Lie Kun tampak ketakutan setengah mati, seperti juga dia tengah melihat
hantu yang sangat menakutkan.
"Ini ini...!" Katanya tergagap. Tapi dia tidak bisa meneruskan katakatanya, sebab orang yang berpakaian setengah pendeta itu telah
menggerakkan tangan kanannya, yang diangkat tangan ke atas dulu. Kemudian
dia mengibas.
Seketika Lie Kun menjerit, "Jangan Aduhhhh!" kemudian tubuhnya
berkelejetan, diam tidak bergerak lagi, karena napasnya seketika
berhenti. Dia rupanya telah dibunuh oleh orang yang berpakaian setengah
pendeta itu.
Rupanya, di dalam kalangan orang-orang yang berkumpul di Pit-mo-gay
terdapat peraturan yang sangat ketat sekali, yaitu setiap orang katanya
dilarang untuk membuka rahasia keadaan di dalam lembah. Sedangkan Lie Kun
tadi telah membuka rahasia Pit-mo-gay, maka dia telah dibinasakan!
Sung Sie Coan dan kedua orang adik angkatnya berdiri tertegun. Sebetulnya
Sung Sie Coan hendak menolong, tapi dia tidak keburu dan dia cuma bisa
melihat Lie Kun yang bergerak karena telah mati dengan muka yang
meringis, seakan juga menahan rasa sakit yang hebat.
Orang yang berpakaian setengah pendeta itu, sikapnya seketika berobah
jadi ramah lagi waktu dia menoleh dan berkata kapada Sung Sie Coan: "Mari
silahkan masuk....... maafkan atas kelalaian kami yang membiarkan tamutamu terhormat jadi menantikan di luar lembah! Dan aku, Kwang It Siansu,
dengan mewakili Kauw-cu untuk meminta maaf.......!" Setelah berkata
begitu, dia merangkapkan tangannya.
"Jangan banyak peradatan.......!" Kata Sung Sie Coan sambil membalas
hormat pendeta berpakaian aneh itu, yang mengaku bergelar Kwang It
Siansu.
Tapi segera juga kata-katanya berhenti, karena dia kaget, merasakan
sampokan angin yang sangat kuat sekali, cepat-cepat Sung Sie Coan
berusaha menghadapinya, dengan mengerahkan tenaga dalamnya, dia berhasil
untuk mempertahankan diri. Tapi walaupun demikian dia merasakan tubuhnya
tergetar.
Rupanya orang yang berpakaian setengah pendeta itu telah mempergunakan
lwekangnya menyerang untuk menguji akan kehebatan tenaga dalam Sung Sie
Coan. Waktu menerima, bendungan yang kuat dari Sung Sie Coan, Kwang It
Siansu menarik pulang tangannya, dia tertawa, "Silahkan!"Lawannya, yang kepalanya berambut jarang dan ujung rambutnya diikat oleh
tali, telah tertawa hehe-hihi, dia bilang, "Jika aku di gelari Mo-mo-su!"
Sung Sie Coan melirik kepada dua orang adik angkatnya, seakan juga hendak
mengisyaratkan agar mereka berwaspada. Dan ia sendiri melangkah memasuki
lembah itu dengan berani.
"Tunggu dulu, toako!" Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara orang
berseru nyaring dan tampak sesosok tubuh berlari mendatangi dengan pesat.
Orang itu tidak lain dari Lo Siang An, adik angkat yang ketiga Sung Sie
Coan. Rupanya dia baru tiba dan melihat tiga orang saudara angkatnya
ingin memasuki lembah itu.
"Sha-te, kau baru datang?" Tanya Cie Pang.
"Ya, aku menemui halangan..!" Menyahuti si adik ketiga, "Tadi aku telah
tergelincir hampir masuk dalam jurang!"
Begitulah mereka melangkah masuk ke dalam lembah, dingin sekali keadaan
di dalam lembah itu. Dan hujan juga turun rintik-rintik di mana saat itu
merupakan cuaca yang paling buruk, selain kabut dan juga hawa yang
dingin, tanah di lembah becek sekali, membuat baju Sung Sie Coan dan yang
lainnya jadi kotor.
Sambil berjalan mendampingi Sung Sie Coan, Kwang It Siansu bilang: "Di
lembah Pit-mo-gay ini lolap duduk sebagai penyambut tamu!"
"Oh!" kata Sung Sie Coan, dia memang segan untuk banyak bicara, sedangkan
hatinya berpikir,
"Dia sebagai penyambut tamu saja memiliki kepandaian yang tidak rendah.
Dilihat dari kekuatan lwekangnya tadi waktu mencobaku, tampaknya dia
memiliki kepandaian yang tidak berada di sebelah bawah kepandaianku!
Entah berapa lihaynya yang lainnya yang menjadi pemimpin-pemimpin dari
orang-orang Pit-mo-gay ini?"
"Maafkanlah jika penyambutan ini kurang menggembirakan, tapi tuan-tuan
tentu bisa memaklumi akan kesulitan kami mengatasi kebuasan alam di
tempat ini.......!" kata Kwang It Siansu lagi.
"Ya, jika aku memiliki kedudukan sebagai pesuruh!" kata Mo-mo-su dengan
suara centil sekali. "Aku sebetulnya seorang pesuruh yang gesit, sayang
sekali Lie Kun tadi tidak segera memberitahukan kepadaku, untuk mengurus
segala sesuatunya sebaik mungkin untuk menyambut tamu!" dan ia tertawa
hehe hihi lagi.
Sung Sie Coan kembali terkejut, sebagai pesuruh, kedudukan yang sangat
rendah itu, kepandaian dari Mo-mo-su sudah demikian tinggi karena selama
itu ia melihat Mo-mo-su melangkah ringan, menunjukkan gin-kangnya mahir
juga, ia jelas tidak berada di sebelah bawah kepandaian Kwang It Siansu.
"Tentu kami akan menghadapi pertempuran yang serius sekali! Kami harus
berhati-hati!" berpikir Sung Sie Coan kemudian sambil mengikuti Kwang It
Siansu dan Mo-mo-su.
Diam- diam Sung Sie Coan bersiul kecil, seakan juga dia memang bersiul
tanpa sengaja, waktu bajunya terciprat lumpur. Tapi sesungguhnya
siulannya itu merupakan tanda atau sandi, untuk tiga orang adik angkatnya
agar mereka berhati-hati, karena ia yakin di dalam Pit-mo-gay ini
terdapat banyak sekali orang-orang yang berkepandaian tinggi.Tiga orang adik angkatnya telah mengangguk perlahan sambil batuk-batuk
kecil, sebagai tanda bahwa mereka telah mengetahui akan pesan kakak
tertua mereka.
Lembah itu sangat dalam, semakin ke dalam, keadaan jalan semakin buruk.
Kaki dan celana dari Sung Sie Coan dan yang lainnya telah kotor oleh
lumpur, sedangkan Kwang It Siansu dengan Mo-mo-su seakan juga telah
terbiasa dengan lumpur seperti itu, mereka melangkah seenaknya saja tanpa
memperdulikan pakaian mereka yang menjadi kotor.
Setelah berjalan lagi beberapa saat waktu mereka melewati lorong yang
cukup panjang, akhirnya mereka tiba di sebuah tanah datar di dalam
lembah.
Keadaan di sekitar tempat itu jauh lebih baik dengan yang sebelumnya,
karena di dataran tersebut tumbuh banyak rumput dan tidak berlumpur. Dan
di waktu itu Sung Sie Coan serta yang lainnya memandang heran, dataran
itu tidak terlihat apapun juga. Rumah ataupun manusia tidak ada di tempat
itu Sung Sie Coan memandang menoleh Kwang It Siansu.
Rupanya Kwang It Siansu mengerti tatapan Sung Sie Coan yang mengandung
tanda tanya segera juga dia tertawa.
"Kita akan pergi ke dasar lembah, karena di sanalah kami berkumpul!"
Katanya. "Maafkan, kami harus membawa tuan-tuan melewati jalan yang cukup
jauh!!"
Sambil berkata begitu, dia mendekati sebatang pohon yang tumbuh tunggal
di sebelah kiri di dekat dinding tebing. Dia memeluk batang pohon itu
dengan ke dua tangannya, mengerahkan tenaganya, mukanya merah sedikit,
dia membentak nyaring dan batang pohon itu telah diputarnya. Terdengar
suara "krekk" Disusul lagi dengan suara bergesernya.
Ternyata tebing itu terdapat sebuah pintu yang terbuat dari batu gunung,
yang diperlengkapi dengan alat rahasia. Batang pohon itu rupanya sebagai
tombol atau kunci untuk membuka pintu batu itu, karena begitu batang
pohon tersebut diputar seketika pintu batu rahasia itu terbuka.
Sung Sie Coan mengerutkan alisnya. Dia seorang yang teliti, sekarang
melihat cara orang-orang Pit-mo-gay mengatur tempat mereka demikian rupa,
seketika dia menyadarinya bahwa memang cukup sulit kelak ia berempat
dengan adik angkatnya untuk menghadapi mereka.
Tapi memang tekad Sung Sie Coan telah bulat, walaupun bagaimana dia ingin
merebut Giok-sie, maka dia tidak jeri untuk menghadapi orang-orang Pitmo-gay. Cuma dia bersiul lagi untuk memberitahukan kepada adik-adik
angkatnya agar mereka lebih hati-hati.
Cie Pang bertiga memang tengah mengawasi tertegun kepada pintu batu
rahasia tersebut, rupanya mereka pun tengah diliputi keragu-raguan mereka
segera dapat menduga bahwa lawannya niscaya merupakan rombongan orangorang yang tangguh, dengan kepandaian yang tinggi dan otak yang cerdik.
"Mari, silahkan masuk....... kami akan mengantarkan tuan-tuan ke tempat
Kauw-cu kami!" kata Kwang It Siansu kemudian sambil tertawa menyeringai.
Rupanya dia bisa melihat keragu-raguan para tamunya, hatinya jadi girang,
di hatinya dia berpikir, "Hemmm, aku ingin lihat setelah berada di dalam,
apakah kalian berempat masih bertingkah?"Sung Sie Coan memang teliti dan waspada, tidak mau dia bersama adikadiknya masuk lebih dulu ke dalam ruangan dari pintu batu rahasia itu,
karena terpikir olehnya kalau memang dia bersama tiga orang adik
angkatnya memasuki ruang pintu batu rahasia tersebut, kemudian Kwang It
Siansu menutup kembali pintu batu itu, bukankah mereka akan terkurung dan
mati konyol karenanya!
Disebabkan itu, segera juga Sung Sie Coan sambil tersenyum bilang,
"Silakan Taysu dulu masuk, kami tidak mengenal jalan, kami memerlukan
bimbingan dan petunjuk Taysu!"
Pendeta itu rupanya mengetahui akan pikiran Sung Sie Coan, ia tertawa,
"Baik!" katanya, "Mari, Lolap memang akan mengantarkan kalian! Nah, Momo-su, kau pergi melapor dulu kepada Kauw-cu, agar dipersiapkan
penyambutan buat tamu-tamu kita ini!"
Mo-mo-su tertawa hehe hihi, kemudian dia melompat masuk ke dalam pintu
batu rahasia itu, dia pergi dengan cepat.
Kwang It Siansu melangkah masuk, baru diikuti Sung Sie Coan berempat.
Ternyata di dalam goa batu itu terdapat undakan anak tangga yang ke
bawah. Dan mereka menurun undakan anak tangga batu. Baru belasan anak
tangga itu mereka lalui, tiba-tiba terdengar bergesernya batu yang sangat
berisik sekali. Rupanya pintu itu telah tertutup kembali dengan
sendirinya.
Sangat panjang sekali undakan anak tangga itu. Setelah menuruni kurang
lebih ratusan undakan anak tangga, Kwang It Siansu memijit sesuatu di
dinding goa, yang semakin lebar itu, lalu terbuka lagi pintu batu. Di
balik pintu batu itu terdapat ruangan yang semakin luas.
Malah, berbeda dengan ruang tadi, ruangan ini teratur baik sekali,
rupanya dibikin oleh tenaga ahli bangunan. Banyak perabotan antik dan
juga lantainya dibuat dari batu pualam putih yang bersinar sangat terang
kemilau. Api penerangan di ruang tersebut tampak menyala terang sekali,
sebab setiap tombak terdapat api penerangan.
"Mari. tidak jauh lagi kita akan tiba di ruang besar!" kata Kwang It
Siansu.
Sung Sie Coan dan tiga orang adik angkatnya diam-diam jadi kagum juga
bahwa orang-orang Pit-mo-gay memiliki tempat seperti itu karena itu
mereka juga mengetahui sekarang mengapa banyak orang-orang yang mencari
tempat kediaman orang-orang Pit-mo-gay, tapi tidak berhasil untuk
menemuinya.
Karena memang diwaktu itu mereka jelas tidak bisa menemui tempat rahasia
lembah ini, yang berada di dasar lembah, dan juga tersusun dengan
beberapa pintu rahasia.
Tidak sembarangan orang biasa masuk ke situ. Dan juga, tempat ini jelas
dijaga dengan ketat sekali oleh orang-orang Pit-mo-gay.
Setelah melewati pintu rahasia itu, mereka berada di sebuah ruangan yang
menghubungi dengan ruangan lainnya, yang rupanya merupakan kolam yang
sangat lebar. Di kolam itu tersusun tangga yang menuju ke sebuah goa yang
besar.Di tempat ini api penerangan pun menyala sangat terang sekali. Juga
diperlengkapi dengan kursi-kursi yang cukup banyak.
Waktu masuk ke tempat itu, di kala melewati batu-batu empat tersebut,
Sung Sie Coan melihatnya, bahwa di ujung ruangan berdiri enam orang gadis
yang parasnya semua cantik-cantik malah pakaian mereka sangat reboh
sekali. Selain baju mereka terbuat dari bahan cita sutera yang halus,
juga perhiasan yang mereka kenakan merupakan perhiasan yang mahal-mahal,
seakan juga mereka puteri pembesar kerajaan.
Semuanya berdiri dengan sikap menghormat.
"Tamu telah datang!!" Berseru keenam gadis itu dengan suara yang nyaring
dan salah seorang di antaranya telah maju ke depan. Dia mengangkat ke dua
tangannya mempersembahkan sesuatu.
"Mereka menyambut kedatangan tuan-tuan dengan penuh kehormatan, silahkan
menerima penghormatan mereka!" kata Kwang It Siansu, sambil tertawa.
Sung Sie Coan tak mengerti mengapa gadis yang seorang itu mengangkat ke
dua tangannya. Dia melangkah dua tindak mendekati, ternyata gadis itu
mengangkat sebuah piring pualam, di atas piring pualam terdapat empat
tengkorak kepala manusia yang kecil sekali, sebesar lengkeng.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Itulah kepala tengkorak manusia yang sebenarnya, yang telah diciutkan!
Tergetar juga hati Sung Sie Coan melihat itu, namun jelas ia tidak mau
memperlihatkan kelemahannya, dia telah mengambil sebuah tengkorak kepala
manusia itu.
Cie Pang dan dua orang adik angkat Sung Sie Coan pun ikut mengambilnya
seorangnya satu. Mereka di hati bertanya-tanya entah orang Pit-mo-gay
akan memperlakukan mereka sebagai tamu yang bersahabat atau memang mereka
dianggap musuh.
Tapi, dengan dipersembahkan empat tengkorak kepala manusia yang telah
diciutkan, berarti itu suatu pertanda maut untuk mereka berempat. Rupanya
Mo-mo-su telah melaporkan perihal kedatangan empat orang tamu tidak
diundang ini, justeru tengkorak kepala manusia yang telah diciutkannya
itu disediakannya empat butir.
Gadis yang tadi itu telah mempersembahkan tengkorak kepala manusia, telah
mundur lagi menggabungkan diri dengan lima orang kawannya. Kemudian
mereka masing-masing mengeluarkan sebatang seruling dari balik pakaian
mereka, dan meniupnya.
Suara seruling itu mendayu-dayu merdu sekali, tidak mengandung nada
kesesatan. Dan ini mengherankan sekali buat Sung Sie Coan berempat, nada
seruling itu seperti juga musik yang biasa mengiringi seorang Kaisar
keluar ke tempat ruang sidang.
Selain suara seruling itu tidak terdengar suara lainnya, namun mendadak
sekali, terdengar suara: "Gooongggg!" yang nyaring sekali, enam orang
gadis itu berhenti meniup seruling mereka.
Sung Sie Coan berempat mengawasi dengan heran, dia melihat dihadapannya,
pada sebungkah batu yang menonjol setinggi sepuluh tombak lebih. Dan dipuncak batu itu terdapat daratan yang cukup luas, terdapat sebuah kursi
yang mirip dengan singgasana seorang Kaisar.
Kursi itu berukiran naga-naga, angker sekali. Lalu di samping sisi kiri
dan kanan ruangan itu terdapat batu menonjol panjang sekali, dan berbaris
kursi-kursi yang jumlahnya puluhan banyaknya.
Di kala itu suara "Gooongg" yang nyaring berangsur jadi lenyap, dan
disusul dengan terbukanya sebungkah batu yang merupakan pintu rahasia, di
balik kursi berbentuk singgasana itu.
Dari balik pintu rahasia itu keluar sepasang gadis dan pemuda, yang
masing-masing membawa sebuah benda berbentuk segi tiga, di bendera itu
terdapat gambar sulam tengkorak kepala manusia, dengan silang sepasang
tulang pada bawahnya.
Mereka berdiri di sisi kiri dan kanan kursi yang mirip-mirip singgasana
seorang Kaisar, yang pria berdiri di sebelah kanan, sedangkan yang gadis
berdiri di sebelah kiri. Mereka berdiri tegak, yang pemuda telah berseru:
"Hong-siang (Kaisar) akan segera keluar untuk menyambut tamu!"
Kwang It Siansu cepat-cepat melangkah ke depan, dia menekuk kedua
kakinya, memberi hormat, lapornya dengan sikap yang hormat sekali.
"Kwang It Siansu, kedudukan penyambut tamu, melaporkan bahwa tamu telah
diantar sampai di ruang sidang."
Kemudian dia mundur lagi, berdiri di pinggiran dengan sepasang tangan
diturunkan tampaknya memang sangat menghormat sekali.
Tidak lama kemudian tampak keluar belasan orang dari balik pintu batu
rahasia tersebut. Mereka memecah diri jadi dua golongan, yang wanita
menuju ke kiri, sedangkan yang pria menuju ke barisan kursi sebelah
kanan. Mereka tidak segera duduk pada baris kursi di kedua sisi ruangan
itu, mereka tetap berdiri.
Mereka berdiam diri, sikap mereka angker sekali, semuanya berpakaian baju
sulam yang indah dan warnanya semua sama, yaitu merah, kuning dan hijau.
Tapi yang tidak sama adalah wajah dan usia mereka, ada yang telah berusia
limapuluh tahun lebih, ada juga yang berusia lebih enampuluh tahun. Tapi
tak ada yang berusia di bawah limapuluh tahun.
Tak lama kemudian terdengar suara irama musik, yang halus sekali,
sebarisan wanita yang membawa alat-alat musik keluar. Inilah cara atau
upacara yang sangat menakjubkan, karena benar-benar pemimpin orang-orang
Pit-mo-gay mengambil sikap seakan juga dia seorang Kaisar yang
kemunculannya harus disertai upacara kebesaran seperti itu. Malah tadi
telah diserukan bahwa yang akan keluar itu adalah Hong-siang, yaitu
Kaisar.
Rupanya pemimpin orang-orang Pit-mo-gay memang telah menganggap dan
mengangkat dirinya menjadi Hong-siang atau Kaisar. Dan terlebih lagi
dengan tersiarnya berita bahwa pemimpin orang-orang Pit-mo-gay ini
berhasil memiliki Giok-sie, tentu pemimpin dari orang-orang Pit-mo-gay
itu semakin yakin, bahwa kelak dialah yang menjadi Kaisar.
Setelah barisan pemusik muncul, barulah muncul seorang yang bertubuh
tinggi besar, dengan baju sulam yang indah sekali, gambar naga di depan
dadanya. Dia memiliki muka yang buruk rusak oleh bekas luka-luka. Danangkuh sekali sikapnya. Ketika berdiri di dekat singgasananya, dia
mengibaskan tangannya.
Seketika semua orang Pit-mo-gay yang berada disitu menekuk kaki mereka
yang kanan, dan berseru serentak:
"Semoga Hong-siang hidup seribu tahun!"
"Duduklah!" Kata lelaki bermuka buruk itu, yang tidak lain dari Mo-inkim-kun suaranya sangat angkuh.
Orang-orang itu mengambil tempat masing-masing. Barisan wanita dan pria
tua, yang berpakaian sulam telah duduk di barisan kursi yang terdapat di
sisi kiri kanan ruangan itu. Mereka mengambil sikap duduk yang tegak dan
wajah mereka tidak memancarkan perasaan apapun juga.
Cuma saja, Sung Sie Coan dan tiga orang adik angkatnya, yang melihat
sinar mata mereka segera mengetahui bahwa orang itu memang memiliki
kepandaian yang tinggi. Terlebih lagi Mo-in-kim-kun yang tampaknya
memiliki ilmu yang sempurna sekali.
Diam-diam hati Sung Sie Coan tergetar. Ia sama sekali tidak menyangka
demikian hebat orang-orang Pit-mo-gay teratur dengan disiplin yang
demikian keras dan terdiri dari orang-orang yang tangguh juga, dilihat
dari sikap dan upacara yang dilakukan untuk menyambut Mo-in-kim-kun maka
bisa diyakini bahwa tidak mudah buat Sung Sie Coan merampas Giok-sie.
Mo-in-kim-kun telah duduk tegak di singgasananya dengan sikap yang
angkuh, matanya tajam sekali menatap kepada Sung Sie Coan berempat.
"Rupanya telah berkunjung empat orang tamu terhormat!" katanya, suaranya
datar, "Siapakah tuan-tuan berempat?"
Sung Sie Coan segera maju selangkah dengan suara nyaring dia menyahuti:
"Aku Sung Sie Coan ingin meminta sesuatu darimu!" Katanya "Dan ini tiga
orang adik angkatku, Cie Pang adikku yang nomor dua, Lo-siang adikku yang
ketiga, dan Liang le Shen adikku yang bungsu! Kami ingin meminta
pengertian dari pihak Pit-mo-gay agar menyerahkan Giok-sie kepada kami!"
Muka Mo-in-kim-kun tidak berobah, dia memandang dengan sikap mengejek,
sinar matanya saja yang bersinar sangat tajam bagaikan kilatan pedang.
"Kalian datang kemari ingin meminta Giok-sie!" katanya dengan suara yang
tawar. "Tapi, apakah kalian merasa yakin bahwa kalian memiliki kepandaian
yang cukup untuk menghadapi kami?"
Sung Sie Coan tertawa tawar.
"Kami telah datang ke mari, berarti kami telah bertekad, walaupun
bagaimana Giok-sie harus dapat kami minta! Jika memang kalian
menolak...!"
Kembali Mo-in-kim-kun tertawa mengejek.
"Ya, ya, memang justeru aku ingin mendengar, jika kami menolak
permintaanmu, apa yang akan kalian lakukan?" tanyanya sinis dan mengejek.
"Jelas kami akan mengambilnya dengan paksa!" Menyahuti Sung Sie Coan."Hahaha!" Mo-in-kim-kun tertawa bergelak-gelak, setelah tertawa merendah,
dia berkata lagi: "Bagus! Sekarang justru aku ingin melihat berapa tinggi
kepandaianmu!" setelah berkata begitu Mo-in-kim-kun mengibaskan
tangannya.
"Dan segera juga lelaki tua yang berpakaian baju sulam yang duduk di
kursi pertama di bagian sebelah kanan telah berlari.
"Hamba menjalankan perintah!" katanya dengan sikap menghormat, baru saja
kata-katanya selesai, tubuhnya ringan sekali melompat ke bawah, dihadapan
Sung Sie Coan.
Sung Sie Coan bersiap-siap penuh kewaspadaan. Orang itu tidak mengucapkan
sepatah perkataanpun juga! Dia telah menghantam dengan telapak tangannya
yang kanan.
Sung Sie Coan tidak mau memperlihatkan kelemahannya, di dalam hatinya
berpikir, "Hem! Dalam beberapa jurus aku harus merubuhkan orang ini,
untuk menggertak mereka! Jika tidak, sulit untuk menundukkan mereka!"
Sambil berpikir begitu, Sung Sie Coan mengangkat tangan kanannya juga.
Dia telah menangkisnya. Maksudnya ingin menggempur orang itu dengan
kekuatan tenaga lwekangnya.
"Duk!" Terdengar suara benturan ke dua tangan itu.
Tapi bersamaan dengan itu justeru tampak Sung Sie Coan kaget sendirinya,
dia malah menjerit kesakitan, tubuhnya melompat ke belakang. Tangan
kanannya yang tadi dipergunakan buat menangkis telah berobah menjadi
hitam angus.
Cie Pang bertiga jadi kaget tidak terhingga, telah dilihatnya, bahwa
kepandaian anak buah Mo-in-kim-kun memang benar-benar luar biasa. Toako
mereka sesungguhnya memiliki kepandaian yang tinggi, lebih tinggi dari
mereka, tapi dalam satu gebrakan itu tangannya telah hangus seperti itu.
Muka Sung Sie Coan sendiri berobah pucat tapi segera dia bisa menguasai
dirinya. Belum lagi orang itu menyerang dirinya, tampak Sung Sie Coan
bergelak kalap, tangan kirinya menghantam nekad sekali mempergunakan
seluruh kekuatannya.
Tapi lawannya tertawa dingin, dia mengibas luar biasa. Dikibas seperti
itu, Sung Sie Coan yang sebelumnya menjagoi daerah Sucoan, sekarang jadi
Panasnya Bunga Mekar 17 Candika Dewi Penyebar Maut I Tenggelamnya Kapal Van Derwijck 1

Cari Blog Ini