Ceritasilat Novel Online

Rajawali Merah 15

Rajawali Merah Karya Batara Bagian 15


Para pemuda bersinar-sinar. Mereka kagum akan suara merdu dan bentuk tubuh Ui Kiok. Wanita itu
telah naik ke atas panggung dan pakaiannya yang tipis menerawang sama saja dengan A-hwa yang berdiri di
sebelahnya. Dua wanita itu sama-sama membelakangi lampu dan nafsu pemudapun bergolak. Mereka dibuat
mendidih, terbakar! Tapi karena Ui Kiok adalah pimpinan di situ dan A-hwa juga bukan wanita
sembarangan, mereka telah mendengar kelihaian dan juga kekejaman wanita ini, yang dapat bersikap
telengas maka pemuda-pemuda itupun mendecak dan hanya kagum dari kejauhan saja. Selanjutnya lagu
Dewi Bulan dilantunkan lembut dan perlahan-lahan, Ui Kiok sudah duduk di kursi yang disediakan dan
pemuda di sampingnya itupun juga duduk di sebelah kanannya. Siang Le atau Siang-kongcu ini tampak
seperti orang linglung. Diam memandang semua di depannya dengan pandangan kosong. Dan ketika A-hwa
berseru agar lagu dipukul keras, menuding ke Istana Hantu maka bergeraklah semua orang memutar kepala.
"Siauw-ong datang, sambut dengan iringan musik yang gencar!"
Para pemuda menengok. Dari balik gerbang Istana Hantu tiba-tiba terdengar tawa dan tepukan tangan.
Seorang pemuda buntung, yang memakai kopiah dan pakaian pengantin tiba-tiba muncul dari situ, diiring
empat wanita cantik namun yang luar biasa adalah wanita berpakaian putih yang berjalan di sebelahnya itu.
Wanita ini hanya mengenakan pakaian dalam saja yang serba putih, menyolok di balik rambutnya yang
hitam lebat dan diurai di belakang punggung. Rambut yang tebal dan gemuk itu dibiarkan sampai ke pinggul,
hampir menyentuh lutut dan wajahnya gilang-gemilang ditimpa sinar bulan yang keemasan. Dan ketika
semua berdecak takjub dan sungguh kecantikannya jauh di atas Ui Kiok, yang berdiri dan menyambut di atas
panggung maka para pemuda berbinar dan darah mereka jauh lebih berdesir melihat wanita muda yang
digandeng si buntung ini, yang juga amat indah bentuk tubuhnya!
"Permaisuri datang, harap semua berlutut!"
Para pemuda dan semua yang ada di situ berlutut. Ui Kiok sendiri membungkuk dalam-dalam dan
pemusik memainkan alat musiknya dengan gencar. Begitu aba-aba diberi mendadak mereka menabuh alat
musik mereka dengan riang gembira. Siauw-ong dan permaisurinya datang. Dan ketika dengan perlahanlahan si buntung maju dan mendekati panggung, wanita di sebelahnya juga mengikuti dan bergerak dengan
pandangan kosong, sama seperti Siang-kongcu itu maka si buntung, Siauw-ong, sudah melompat dan tahutahu berada di atas panggung, empat wanita di belakangnya juga mumbul dan ikut terbawa!
"Ha-ha, sudahlah, Ui Kiok. Suruh mereka berdiri dan hidangkan makan minum!
Ui Kiok, yang mengangguk dan kagum serta iri memandang permaisuri menganggukkan kepala dan
mundur. Ia sendiri menyodorkan kursi agar si buntung dan permaisuri duduk, tak berani duduk sebelum si
buntung itu duduk lebih dulu. Dan ketika si buntung tertawa dan duduk menerima, wanita di sampingnya
disambar dan diajak duduk di kursi sebelah kiri maka Ui Kiok baru duduk di. kursinya yang tadi dan takjub
memandang permaisuri, berbisik,
"Siauw-ong, hebat sekali permaisuri ini. Wajahnya gilang-gemilang ditimpa sinar bulan yang
keemasan!"
"Ha-ha, Dewi Bulan menitis kepadanya, Ui Kiok. Dan malam ini aku akan mengadakan acara khusus.
Aku akan membuat permaisuri tunduk dan selamanya baik kepadaku!"
"Siauw-ong mau melakukan apa?"360 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Nanti kau tahu, tapi suruh pemusik menabuh lebih gembira dan hidangkan makan minum!"
Ui Kiok bertepuk tangan. Ia memanggil A-hwa dan menyuruh menghidangkan makan minum. Meja
dan kursi tiba-tiba diatur, cepat sekali. Dan ketika musik dimainkan lebih keras dan suaranya memecah
pulau, Sam-liong-to diguncang oleh irama gembira dari permainan musik yang panas membakar maka para
pemuda disuruh berjingkrak dan masing-masing boleh menari mencari pasangannya sendiri.
"Dewi Bulan sudah naik ke atas. Sambut dengan tarian dan kalian melenggang-lenggoklah dengan
pasangan masing-masing!"
Duapuluh wanita bersorak. Mereka tiba-tiba berlompatan ke atas panggung dan menari-nari. Itulah
acara untuk menyambut sampai Dewi Bulan di atas kepala, meliuk dan melenggang-lenggok mengikuti
tetabuhan yang gencar. Musik dipukul memekakkan telinga dan wanita-wanita itupun menari dengan
riangnya. Togur menonton dan Ui Kiokpun tersenyum-senyum. Anak buahnya mulai bergerak. Dan ketika
para pemuda ragu-ragu namun satu dua ditarik ke atas, wanita-wanita cantik itu telah memilih pasangannya
maka panggung tiba-tiba sudah penuh oleh gebrak dan jingkrak-jingkrak para wanita ini, juga para pemuda
yang mulai berani dan tidak takut-takut terhadap Siauw-ong.
"Bersenang-senanglah, menarilah. Nikmati makanan di atas meja sampai nanti Siauw-ong
membagikan arak bahagia!"
Para pemuda bersorak. Setelah mereka diberi ijin dan makanan di atas meja disambar, kecuali sebotol
besar arak merah yang akan dibuka sendiri oleh Siauw-ong maka mereka berlompatan dan menari-nari di
atas panggung. Dekap dan cium merajalela dan suara ngak-ngik-ngok terdengar di mana-mana, lucu namun
merangsang. Dan ketika Siauw-ong tertawa dan meletakkan tangan di atas paha permaisuri, yang diam dan
memandang semua itu dengan sinar mata kosong maka Ui Kiok juga meremas dan menyusupkan tangannya
ke paha Siang-kongcu.
"Siang Le, malam ini kita mereguk madu bahagia. Nikmatilah dan dengarkan lagu-lagu gembira itu!"
Siang Le mengangguk. Gagah dalam pakaian hitam putihnya pemuda ini memandang dan acuh
terhadap semuanya itu. Bahkan, terhadap "permaisuri" di sebelah si buntung, yang bukan lain isterinya
sendiri pemuda ini juga acuh dan bersikap tak mengenal. Soat Eng yang ada di samping Togur juga bersikap
acuh dan dingin. Dua suami isteri ini sama-sama tak mengenal lagi, luar biasa! Dan ketika Togur tertawa
bergelak karena pasangan laki-laki dan wanita itu sudah mulai panas terbakar, ada yang terjatuh dan
bergulingan di atas panggung maka bulan yang bersinar keemasan juga semakin naik tinggi dan akhirnya
tepat di atas kepala.
"Puncak acara akan dimulai. Mundur dan hentikan sejenak iringan musik!"
Para pemuda dan wanita-wanita mundur. Mereka tergetar oleh suara Togur yang keras penuh wibawa,
si buntung itu bangkit berdiri dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dan ketika semua memandang dan si
buntung menyambar permaisuri, yang diam dan menurut maka pemuda itu menuding ke atas.
"Lihat, Dewi Bulan akan memberikan berkah. Lepas pakaian kalian dan cicipi arak pengantin. Biarkan
seluruh tubuh kalian ditimpa sinar keemasannya yang penuh gaib!"
Para wanita, yang sudah tahu dan terbiasa akan ini melonjak. Mereka terkekeh dan tiba-tiba semua
pakaian yang melekat dilepas, tidak canggung-canggung atau malu-malu lagi. Dan ketika para pemudanya
tertegun dan tentu saja melotot, di atas panggung berdiri .wanita-wanita yang tidak mengenakan sehelai
kainpun maka Ui Kiok juga melepas pakaiannya dan para pemuda berjingkrak dan tiba-tiba melepas
pakaiannya pula. Keadaan sungguh gila!
"Jangan ribut, jangan gaduh. Biarkan Dewi Bulan memandikan tubuh kalian dengan sinar emasnya.
Tengadahkan tangan kalian ke atas dan ikuti aku berdoa!" Togur berseru dan menenangkan pemudapemuda-pemuda itu. Dia harus menenangkan suasana karena seratus pemuda itu tiba-tiba menjadi beringas
melihat tigapuluhan wanita berbugil di atas panggung. Selama hidup, belum pernah mereka melihat hal
semacam ini. Tapi begitu si buntung itu berseru dan suaranya mampu menekan suara berisik, betapapun sinar361 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
mata dan sikap si buntung itu memang cukup menakutkan maka Togur meledakkan tangannya dan
tampaklah asap hitam di atas kepalanya.
"Lihat, dan dengarkan aku baik-baik. Ikuti aku berdoa!"
Si biintung menengadahkan tangan tinggi-tinggi. Suaranya tiba-tiba menjadi parau dan lima ekor
gagak yang tadi lenyap ke timur sekonyong-konyong muncul lagi. Asap hitam semakin tebal di atas kepala
pemuda ini dan tiba-tiba menggelegarlah suara seperti petir ketika dia meledakkan tangannya. Dan ketika
pemuda-pemuda itu terkejut dan ada yang terpelanting, lima ekor gagak bergaok dengan terkejut maka doa
yang dalam dan berat terdengar dari mulut si buntung ini. Togur mengerahkan khikangnya dan Sam-liong-to
tiba-tiba digetarkan suaranya yang berat dan parau. Kalau singa, maka suara pemuda itu seperti singa
Mongolia, dahsyat mengaum-aum. Dan ketika seratus pemuda itu bergoyang-goyang dan tigapuluhan wanita
juga tak dapat berdiri tegak, bergoyang oleh getaran suara si buntung ini maka tongkat dicabut dan botol
raksasa berisi arak merah tiba-tiba ditusuk, cepat dan menyilaukan mata.
"Puncak acara boleh dimulai. Dewi Bulan berkenan.... crot!" dan botol yang ditusuk dan
menyemprotkan arak harum tiba-tiba disusul oleh pekik dan jerit gembira wanita-wanita muda itu. Arak
buah Ui Kiok ini berhamburan ke meja kecil dan masing-masing mendekatkan mulut ke arak yang
menyemprot itu. Hujan arak menimpa wajah mereka tapi dengan gembira dan penuh semangat masingmasing meneguk seberapa bisa. Bunyi menggelogok terdengar dari mereka yang berada paling dekat dengan
arak di botol raksasa ini, rakus melahap dan menikmati arak keras. Tapi karena yang lain juga tak mau kalah
dan siapa yang paling banyak mendapatkan arak dialah yang akan menjadi yang paling kuat, paling lama
bermain cinta maka dorong-mendorong terjadi di sini dan seratus pemuda yang terbelalak melihat itu tibatiba disuruh untuk minum pula.
"Arak ini telah penuh diberkati Dewi Bulan. Lihat botolnya yang kuning keemasan dan gilanggemilang. Hayo berebut dan jadilah laki-laki perkasa!"
Seratus pemuda berhamburan. Akhirnya mereka ikut-ikutan dan gembira bukan main. Mereka
menubruk dan tentu saja meremas wanita-wanita itu, yang terkekeh dan membalik kegelian karena jari-jari
kurang ajar mencolek mereka dari sana-sini. Suasana seperti kuda-kuda liar di tengah hutan bebas. Dan
ketika masing-masing sudah mendapat arak dan wajah-wajah tampak memerah dadu, berahipun meningkat
dengan gilanya maka anak buah Ui Kiok ini balik menerkam pemuda-pemuda itu dan bergulingan dibakar
nafsu. Puncak acara sudah tiba!
"A-siong, hayo kerubut aku bertiga!"
"Tidak, aku dulu, A-siong. Mana A-lun dan kalian bertujuh boleh keroyok aku!"
Kekeh dan hingar-bingar terjadi. Tigapuluhan wanita itu menerkam dan mencari pemuda-pemuda
yang dimaksud. Mereka sudah menjadi gila tiada ubahnya hewan-hewan buas yang tidak bermoral lagi.
Togur telah merusak wanita-wanita itu seperti binatang. Dan ketika Ui Kiok terkekeh dan bersinar
memandang anak buahnya yang bergumul dengan empat atau lima pemuda maka iapun membalik dan
menghadapi Siang Le.
"Siang Le, lepas pakaianmu. Biar Siauw-ong memberimu arak pengantin!"
Si buntung tertawa. Ia teringat dan tiba-tiba menggerakkan tongkatnya. Dari ujung tongkat meluncur
tenaga sakti ke botol arak, yang isinya masih memancur dan tinggal sedikit. Wanita dan para pemuda itu
sudah mendapatkan bagiannya. Dan ketika arak tersedot dan mengikuti gerakan tongkat, si buntung berseru
agar Ui Kiok minum dulu maka wanita itu terkekeh dan membuka mulutnya.
"Kau dulu. Pengantin pria belakangan, Ui Kiok. Hayo minum seteguk dan baru setelah itu
pasanganmu!"
Ui Kiok menerima arak. Ia terkekeh ketika arak terbawa ujung tongkat menuju mulutnya, lahap
meneguk dan baru setelah itu Siang Le. Pemuda inipun membuka mulutnya, menerima arak. Dan ketika arak
masih bergerak dan kini menuju ke Soat Eng, yang menerima dan membuka mulutnya seperti robot maka362 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
barulah si buntung mendapat bagiannya yang terakhir dan Ui Kiok , maupun si buntung itu tertawa tergelakgelak.
"Ha-ha, yang ini lebih hebat daripada yang diminum anak buahmu, Ui Kiok. Arak yang paling bawah
kuberi ramuan akar kijang betina!"
"Ih, akar di perut naga sakti dari malaya?"
"Benar, dan kau rasakan hebatnya, Ui Kiok. Kita akan tahan dua hari dua malam untuk bermain
cinta!"
"Aih, aku sudah merasakan hebatnya. Hi-hik, perutku panas dan matakupun berdenyar-denyar. Ah,
Siang-kongcu ini tampak semakin tampan!" Ui Kiok mendengus dan tak tahan, tertawa dan menerkam
pasangannya dan tiba-tiba iapun sudah mencium dan melumat bibir si pemuda. Togur juga terbawa dan
pandang mata si buntung itupun sudah mengandung berahi. Soat Eng dan Siang Le yang tadi seperti arca
mendadak juga terpengaruh dan mengeluarkan keluhan kecil. Masing-masing tiba-tiba berkedip dan Siang
Le maupun Soat Eng mendadak seolah kemasukan "semangat" baru. Mereka hidup dan bergairah! Dan
ketika Siang Le mendengus dan menerima ciuman Ui Kiok, mula-mula tak bergerak tapi akhirnya membalas
dengan tak kalah ganasnya maka pemuda itu menerkam dan Ui Kiok sudah dibanting dan ditindih!
"Ihh..!" Ui Kiok terkejut, tapi terkekeh. "Kau benar, Siauw-ong. Pemuda inipun sudah menjadi kuda
jantan!"
"Ha-ha, bawa ke kamar, Ui Kiok. Kita bermain di sana dan bersama-sama Permaisuriku inipun sudah
hidup dan bergairah kembali. Lihat!" Ui Kiok kagum, melihat Soat Eng tiba-tiba bergerak dan merangkul si
buntung. Dan ketika Togur terbahak dan balas memeluk, tentu saja girang maka Soat Eng mendaratkan
ciumannya dan kecupan di pipi terdengar jelas, nyaring di tengah-tengah hiruk-pikuknya tubuh-tubuh yang
bergulingan. Sam-liong-to sudah berubah menjadi tempat setan, tempat pengumbar nafsu.
"Cup!"
Si buntung terbahak gembira. Dia lebih dulu dicium dan permaisuri yang semula diam dan dingin itu
tiba-tiba sudah berubah seperti seekor kuda betina liar. Soat Eng mendengus dan mencengkeram lagi
tubuhnya, mencium dan dua kali kecupan terdengar di pipi. Tapi ketika Soat Eng hendak mencium bibir dan
Togur sudah meremas-remas tubuhnya, pakaian yang minim itu akan dilepas sekonyong-konyong terdengar
bentakan dan sesosok bayangan berkelebat menghantam si buntung ini, disusul oleh bayangan lain yang
melesat dan menghajar Ui Kiok, yang saat itu sudah bergulingan dan telanjang bulat bersama Siang Le.
"Togur jahanam busuk, lepaskan puteriku!"
"Wanita jalang, lepaskan menantuku!"
Togur dan Ui Kiok sama-sama terkejut. Mereka itu sudah saling peluk dengan pasangannya masingmasing. Ui Kiok terkekeh kegirangan dibanting dan ditindih Siang Le. Pemuda ini sudah menjadi buas dan
jalang, itulah berkat arak pengantin yang sari patinya diambil Togur, arak di bagian bawah botol karena
itulah yang terhebat dan amat keras. Mereka akan sanggup bermain cinta sampai dua hari dua malam, tanpa
berhenti. Maka begitu Togur diserang dan Ui Kiok juga mendapat tamparan seseorang, bayangan kuning
emas berkelebat di sampingnya tiba-tiba wanita ini menjerit karena tubuhnya terlempar dan terlepas dari
tubuh Siang Le, yang menindihnya.
"Dess!"
Wanita itu tunggang-langgang di luar panggung. Ui Kiok yang tidak mengenakan secuil pakaianpun
terbanting dan mencelat bergulingan di sana, tepat di tengah-tengah anak buahnya yang tentu saja terkejut
dan berteriak tertahan. Mereka itu kaget tertimpa tubuh wanita ini. Dan ketika Ui Kiok menjerit namun anak
buahnya saling terkam kembali, bayangan kuning emas maupun wanita yang menghantam Togur tidak
menyerang mereka, semua dilanda nafsu berahi masing-masing maka semuanya acuh dan... sibuk dengan
pekerjaannya sendiri-sendiri.
"Ui Kiok-cici gila, masa kita ditimpa!"363 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Hush, Siang-kongcu itu menindihnya terlalu kuat, A-moi. Mereka bergulingan di tepi panggung dan
tak tahu menimpa kita."
"Sudahlah, Ui Kiok-cici akan kembali kepada suaminya dan mari kita bersenang-senang sendiri!"
semua terkekeh, ditubruk atau diterkam pasangannya dan kegaduhan di atas panggung tak dihiraukan. Waktu
itu semua orang memang sedang nikmat-nikmatnya mengumbar berahi dan bentakan atau datangnya dua
bayangan itu disangka bentakan atau seruan teman-teman mereka, sendiri. Pasangan yang melarikan diri
akan disergap atau diburu kekasihnya, keadaan memang tidak karuan. Tapi begitu Ui Kiok meloncat bangun
dan marah mendengar kata-kata anak buahnya ini, bayangan kuning emas menarik dan menyambar Siang Le
maka dia menendang dan menghardik anak buahnya itu.
"Bedebah, ada musuh datang. Heii, jangan bersenang-senang dulu dan lihat itu!"
Tiga anak buahnya terlempar. Mereka ganti mendapat hajaran wanita ini namun pemuda-pemuda yang
sudah menjadi pasangannya mengejar dan tak perduli. Mereka itu mendengus dan memburu pasangannya.
Dan ketika tiga wanita itu kembali terkekeh dan lupa kepada tendangan pimpinannya, berahi memang naik
tela sampai ke ubun-ubun maka merekapun bergulingan lagi dan... meneruskan permainannya.
Ui Kiok mendelik. Dia sendiri sudah' diserang hawa arak yang membuat nafsunya mendidih. Arak
yang diminum adalah inti sarinya dan wanita inipun tak tahan. Dan ketika ia membentak lagi bukan untuk
menendang atau menyerang, melainkan menyergap tiga pemuda yang mengerubut seorang anak buahnya
maka wanita ini mendesis dan minta agar pemuda-pemuda itu melayaninya. Siang Le di atas panggung entah
sudah lenyap ke mana.
"Kalian layani aku!"
Tiga pemuda tersentak. Mereka tahu-tahu ditarik dan roboh di pelukan wanita ini. Ui Kiok sedang
terbakar dan merekapun juga begitu. Tapi begitu mereka menerkam dan bergulingan menjadi satu, Ui Kiok
tak perduli lagi kepada bayangan yang melemparnya itu maka si buntung alias Togur membentaknya dan
suaranya yang dahsyat membuat panggung roboh.
"Ui Kiok, berhenti. Bantu aku karena ini Pendekar Rambut Emas beserta isterinya datang!"
Ui Kiok terkejut. Ia sedang terlelap sejenak oleh keroyokan tiga pemuda itu. Mereka sudah
bergulingan dan tiada ubahnya hewan-hewan lapar yang tidak menghiraukan kanan kiri. Tapi karena
bentakan itu dilakukan dengan seruan mengguntur dan si buntung mengerahkan tenaga saktinya, panggung
roboh dan berderak menimpa yang lain-lain maka tigapuluhan wanita dan seratus pemuda yang tak keruan
tingkahnya dibuat terguncang.
"Braakkkk...!"
Semua menjerit dan terpekik. Seratus tigapuluh tubuh yang tumpang tindih tiba-tiba dibuat terkejut.
Pengaruh arak hilang separoh dan tampaklah pertandingan hebat di atas sana. Siauw-ong, yang bertanding
dan sedang menghadapi kemarahan seorang wanita setengah baya tiba-tiba mundur-mundur dan terdesak. Si
buntung itu terpengaruh oleh araknya pula tapi dengan sinkangnya dia dapat menahan, terhuyung dan
mengelak sana-sini oleh tamparan atau pukulan lawan yang gencar. Dan ketika bayangan kuning emas itu
juga masuk dan menghajar pemuda ini, si buntung berteriak dan menerima pukulan maka dia terbanting dan
saat itulah semua orang seolah sadar dari pengaruh arak birahi.
"Celaka, itu Kim-mou-eng..!" "Benar, dan Kim-hujin. Ah, bantu Siauw-ong dulu, kawan-kawan. Dan
mana pakaianku!"
Semua ribut dan panik. Bentakan, yang dilakukan si buntung berhasil membuyarkan pengaruh arak.
Masing-masing, terutama wanita, meloncat dan menyambar pakaian masing-masing. Namun karena
kebingungan sedang melanda tempat itu, semua menyambar dan mencari sekenanya maka pakaian para
pemuda itulah yang didapat dan dengan pakaian kedodoran dan tingkah yang lucu tigapuluhan anak buah Ui
Kiok ini naik dan meloncat ke atas panggung, yang miring.
"Serang, kita kedatangan musuh. Serang..!"364 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
Namun Kim-hujin atau nyonya Kim sudah melengking dan menyambar wanita-wanita itu. Dengan
mudah dan amat marahnya ia melepas Khi-bal-sin-kang, lawan menjerit dan seketika terlemparlah wanitawanita itu bagai layang-layang yang putus talinya. Dan ketika tujuh tubuh terbanting dan menggeliat di sana,
roboh dan tak bergerak-gerak lagi maka wanita-wanita itu tewas dan para pemuda tersentak dan terhuyung.
Mereka ini masih dipengaruhi arak tapi juga ketakutan.
"Minggir, atau kuantar kalian ke neraka!"
Tiga tubuh kembali mencelat dan menjerit. Kim-hujin itu sudah berkelebatan menyambar-nyambar.
Siauw-ong, yang terdesak dan menghadapi bayangan kuning emas tampak mundur-mundur dan mau
melarikan diri. Si buntung ini pucat karena tiba-tiba Pendekar Rambut Emas dan isterinya muncul. Dan
ketika ia mengelak sana-sini dan pukulan-pukulan nyonya itu masih dapat dihalau, Pendekar Rambut Emas
maju dan menggantikan isterinya maka terhadap pendekar ini si buntung itu merasa kewalahan dan gugup,
terbanting dan dikejar lagi dan pucatlah ia melihat Kim-hujin membabat anak buahnya. Ui Kiok sendiri
sudah maju namun terlempar oleh kibasan lawannya, berteriak dan terguling-guling dan anak buahnyalah
yang disuruh maju sambil dibentak-bentak. Dan ketika semua menjadi gaduh dan ribut, suasana berahi
terganti oleh hawa pembunuhan maka Kim-hujin yang menghajar dan mengamuk di sini berkali-kali
membanting atau melempar lawan-lawan yang coba mendekat. Togur dihadapi suaminya dan ia sendiri kini
memanggul Soat Eng, yang sudah ditotok roboh.
"Hayo, maju kalian semua dan kusikat habis. Keparat, kalian telah mengotori Sam-liong-to!"
Tandang atau amukan nyonya itu memang hebat. Ia berkali-kali hendak mendekati si buntung namun
berkali-kali itu pula wanita-wanita itu menghalanginya, juga suaminya yang berkali-kali berseru agar ia tak
usah menggubris si buntung. Togur atau si buntung itu biarlah bagiannya dan sang isteri biarlah menghadapi
lawan-lawan yang lain. Ui Kiok dan anak buahnya cukup mengganggu karena wanita-wanita itu menyerang


Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi setiap dibentak. Ui Kiok takut terhadap si buntung sementara anak buahnyapun juga takut kepada si
cacad yang lihai itu. Namun karena Pendekar Rambut Emas dan isterinya bukanlah orang-orang biasa dan
suami isteri itu berkelebatan bagai burung menyambar-nyambar, sedikit banyak Togur masih terpengaruh
pula oleh arak yang amat keras maka si buntung itu membentak dan tiba-tiba ia menangkis sebuah pukulan
yang menuju kepalanya.
"Plak!"
Si buntung terpelanting tapi meneruskan gerakannya dengan bergulingan menjauh. Ia memang tahu
kehebatan lawan dan sengaja menangkis agar tubuh terlempar ke atas. Dan ketika benar saja ia terlempar dan
terpelanting jauh, tongkat dicabut untuk menopang kaki yang buntung maka pemuda inipun sudah berjungkir
balik dan turun di bawah panggung, menyelinap dan lenyap.
"Kim-mou-eng, lain kali saja kita bertemu. Atau kau boleh kejar aku kalau suka!" Kim-mou-eng, yang
tertegun dan terbelalak melihat lawan melarikan diri tiba-tiba saja menjadi marah. Ia datang terlambat karena
laut Timur bergelombang besar. Buih dan riak ombak menghalang pandangan dan karena itu ia agak lambat,
memutar dan baru malam itu datang. Tentu saja terkejut dan marah bukan main bahwa Togur mengadakan
pesta gila-gilaan, mengotori Sam-liong-to dengan pesta cabul dan kemarahannya semakin bertambah ketika
dilihatnya puteri dan menantunya dijadikan mempelai. Sekali lihat tahulah pendekar itu bahwa anak dan
menantunya berada dalam pengaruh tidak sehat. Dan ketika tak tahan lagi melihat Siang Le maupun Soat
Eng menyambut cinta kotor Ui Kiok dan si buntung, pendekar ini bergerak dan menyuruh isterinya
menolong Soat Eng maka ia sendiri berkelebat dan langsung menghajar Ui Kiok, menyelamatkan Siang Le.
Bukan tanpa perhitungan kalau pendekar ini sengaja menolong Siang Le dengan tangannya sendiri, bukan
tangan isterinya karena ia maklum bahwa isterinya bisa membunuh pemuda itu kalau disuruh menghadapi Ui
Kiok, karena Siang Le sudah telanjang bulat dicekoki Ui Kiok. Dan ketika ia mendorong isterinya dan tubuh
sudah berkelebat ke arah wanita cabul itu, menampar dan menarik Siang Le maka Kim-mou-eng sudah
memulai gebrakannya dan Ui Kiok maupun Togur terkejut. Dan selanjutnya pendekar itu berpindah kepada
Togur. Isterinya tak akan dapat mengalahkan si buntung itu kalau ia tidak menolong. Dan ketika ia
berkelebat dan ganti menyuruh isterinya menghadapi Ui Kiok, Soat Eng terlepas dan disambar selamat maka
kini mereka berdua sudah menghadapi laki-laki jahat dan wanita cabul itu. Namun Ui Kiok dan kawankawannya jelas bukan tandingan Swat Lian atau Kim-hujin ini, apalagi dalam keadaan nyonya itu marah365 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
besar. Swat Lian, yang malu dan merah padam melihat adegan tak senonoh di Sam-liong-to sudah
melepaskan pukulan-pukulan ampuhnya kepada siapa saja yang berani mendekat. Tigabelas anak buah Ui
Kiok akhirnya menjadi korban, pecah kepalanya! Dan ketika nyonya itu mengamuk dan Ui Kiok sendiri
menjadi gentar, ia pergi dan menyelinap secara diam-diam maka anak buahnyalah yang menjadi sasaran dan
amukan Kim-hujin ini.
"Maju... maju semua. Biar kubasmi habis kalian sundal-sundal betina!"
Wanita-wanita itu. mengeluh. Mereka terlempar dan berteriak ketika belum apa-apa sudah tersapu
angin kibasan sang nyonya. Swat Lian mengeluarkan Soan-hoan-ciangnya dan Kibasan Angin Puyuh ini
benar-benar menerbangkan lawan seperti daun-daun kering. Dan ketika yang lain menjadi gentar dan
akhirnya memutar tubuh, Swat Lian mendelik kepada pemuda-pemuda yang menggigil telanjang bulat maka
nyonya itupun memekik dan menerjang pemuda-pemuda ini, manusia-manusia tak berguna yang sudah rusak
moralnya.
"Kalianpun anjing-anjing geladak yang tidak punya harga diri. Sampah masyarakat. Mampuslah!"
Delapan pemuda menjerit. Mereka berteriak dan terlempar dan seketika roboh dengan kepala pecah.
Sang nyonya sudah itidak pandang bulu lagi apakah lawan-lawannya bisa silat atau tidak. Pokoknya,
pengikut si buntung akan dia sikat, akan dia bunuh. Dan ketika pemuda yang lain berhamburan dan tentu saja
berteriak kacau, darah dan mayat menjadi satu maka nyonya itu mengejar namun Pendekar Rambut Emas
tiba-tiba berkelebat dan menyambar lengan isterinya, ketika lima orang pemuda kembali terlanjur roboh mati
sia-sia.
"Sudahlah... sudah, niocu. Mereka ini orang-orang lemah yang bukan musuh kita. Mereka pemudapemuda sekitar Sam-liong-to!"
"Kau mau membela? Kau mau melindungi pemuda-pemuda bejat seperti ini. Mereka tak berguna bagi
siapapun, suamiku. Sampah masyarakat yang tidak bermoral. Sebaiknya mereka kubunuh dan biar kubasmi
habis... crat!" lima pemuda itu keluar otaknya, jari-jari sang nyonya telak mengenai ubun-ubun dan tentu saja
mereka tewas seketika. Nyonya ini naik darah dan seluruh mukapun merah bagai api. Pemuda-pemuda
seperti itu tak berguna bagi masyarakat. Mereka penyembah kecabulan, najis dan kotor! Tapi ketika
suaminya membetot dan berseru bahwa biang keributan tak ada di situ, Togur si buntung melarikan diri
maka nyonya itu tertegun dan membelalakkan mata, sadar.
"Togur menyelinap di balik panggung yang roboh. Aku tak mau mengejarnya kalau kau di sini. Kau
tak boleh membunuh-bunuhi orang seperti ayam!"
"Si buntung itu pergi? Ia melarikan diri?"
"Betul, karena itu mari kita kejar bersama, niocu. Dan jangan hiraukan pemuda-pemuda itu karena
mereka hanyalah korban dan alat."
"Tapi mereka tak tahu malu. Cis, lihat mereka itu bertelanjang bulat!"
"Mereka dipengaruhi Togur, niocu, dipengaruhi arak. Lihat bau arak ada dimana-mana. Dan itu arak
perangsang!"
"Bedebah, si buntung itu memang terkutuk. Tapi mana Siang Le yang tak tahu malu itu. Mana bocah
yang juga ikut-ikutan seperti orang gila itu. Kubunuh dia!"
"Eh-eh, menantu kita itupun juga dalam keadaan tak sadar, niocu. Ia terbius birahi berat. Kau tak
boleh menyalahkannya!"
"Tapi kalau imannya kuat tak mungkin terjadi itu. Siang Le juga manusia terkutuk yang harus
dibunuh!"
"Dan berarti puteri kitapun harus kau bunuh. Soat Eng juga mengalami hal yang sama!"366 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
Sang nyonya mendidih. Ia bentrok dan beradu pandang dengan suaminya. Apa yang dilihat dan
disaksikan memang benar-benar membuat darah bergolak. Bayangkan, menantunya bergulingan dengan
seorang wanita lain dalam keadaan tidak senonoh, tidak berpakaian. Tapi diingatkan akan keadaan puterinya
dan wanita itu tersentak, Soat Eng juga melakukan sesuatu yang tak senonoh karena berpakaian begitu
minim hingga nyaris telanjang pula maka nyonya ini tertegun dan tiba-tiba ia menjerit.
"Kau menghina diri sendiri!"
"Eitt..!" Pendekar Rambut Emas mengelak, pukulan isterinya menghantam dan meledak di belakang.
"Kau salah paham, niocu. Aku tidak menghina siapapun tapi justeru menyadarkanmu agar bersikap adil.
Menantu dan anak kita sama-sama dalam keadaan tak senonoh, tapi itu bukan atas kesadaran mereka. Dan
kalau kau dapat menerima ini maka menyalahkan Siang Le harus pula berani menyalahkan Soat Eng, atau
tidak sama sekali!" dan ketika sang isteri menangis namun mulai dapat dibujuk, Swat Lian membanting kaki
dengan kesal maka Pendekar Rambut Emas menyambung, "Sekarang tak usah ribut-ribut sendiri. Togur
melarikan diri dan wanita cabul itupun lenyap. Mana Soat Eng yang tadi kau bawa!"
"Ia.. ia kutaruh di situ," sang nyonya terkejut, tak melihat puterinya. "Eh, ke mana dia, suamiku.
Bagaimana bisa hilang!"
"Nah, puteri kita malah tak ada. Bagaimana kau tadi melemparnya!"
"Aku tak melempar..."
"Sama saja. Yang jelas ia tak kau bawa lagi, niocu. Ah, di mana puteri kita itu dan jangan-jangan jatuh
di tangan Togur lagi!"
"Dan kau, mana Siang Le?"
"Ia kusembunyikan di sudut, kutotok sebentar. Mari kita cari puteri kita dan si buntung itu!"
"Dan juga Siang Le!"
"Ya, tapi jangan marah-marah, niocu. Kau harus tahu bahwa yang dilakukan puteri dan menantu kita
adalah di luar kesadaran mereka!"
"Baik, dan akan kucincang si buntung Togur itu. Dia bedebah dan binatang!" dan ketika Pendekar
Rambut Emas lega bahwa isterinya sudah tak marah-marah kepada Siang Le, menantu mereka itu di bawah
kekuasaan orang lain maka mereka berkelebat dan suami isteri ini sudah mengelilingi Sam-liong-to untuk
menemukan si buntung Togur atau Ui Kiok. Tapi seluruh pulau tak ada jejaknya. Yang ada ialah lelaki atau
perempuan sisa-sisa dari panggung tadi, pemuda-pemuda yang berhamburan begitu nyonya ini mengamuk.
Dan jengkel serta marah melihat pemuda-pemuda itu, yang pakaiannya tak keruan maka nyonya itu
mengibas dan mereka terlempar ke laut.
"Jangan!"
Namun lima pemuda sudah kecebur. Mereka itu menjadi pelampiasan nyonya ini, yang tidak
menghiraukan dan melepas tamparan jarak jauhnya hingga pemuda-pemuda itu menjerit. Dan ketika mereka
gelagapan tapi sang nyonya puas, ditarik dan diajak suaminya ke tempat lain maka Pendekar Rambut Emas
geleng-geleng kepala melihat keganasan isterinya ini. Kalau sudah begini maka jiwa atau watak mendiang
Hu Beng Kui benar-benar menurun. Keras dan ganas!
"Kita agaknya harus ke Istana Hantu. Pemuda itu pasti bersembunyi di sana."
"Benar, kita ke sana, suamiku. Dan akan kuhancurkan kepalanya!"
"Kau jangan terlalu bernafsu, sebaiknya dekat-dekat denganku dan ingat kelicikan Togur. Ia bukan
pemuda yang dulu dapat kau kalahkan dengan mudah!"
"Aku tahu, tapi aku tak takut, suamiku. Ia boleh menjadi murid seratus Poan-jin-poan-kwi dan aku
akan mengadu jiwa dengannya!"367 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
Pendekar Rambut Emas menghela napas. Kalau sudah begini sebaiknya ia diam, tak usah banyak
bicara. Isterinya sedang gusar dan iapun lalu kembali ke tengah. Pintu gerbang istana yang mencuat kokoh
didekatinya karena ia yakin bahwa lawan bersembunyi di situ. Togur memang licik dan cerdik. Tapi karena
ia akan menangkap pemuda itu dan kalau perlu memberinya hukuman berat, seperti See-ong misalnya maka
ia menggeram gemas, dan Istana Hantupun sudah di depan mereka.
"Kita masuk, namun awas senjata gelap!"
"Aku tak takut!" sang isteri sudah membentak dan mendorong pintu gerbang. Pintu itu berat dan tebal
tapi dengan mudah nyonya ini berhasil menyingkirkannya. Sang suami berjaga-jaga di samping dan siap
mengibas kalau ada senjata gelap. Tapi ketika tak ada apa-apa dan merekapun masuk, suasana gelap segera
menyambut mereka maka Pendekar Rambut Emas mendahului dan berseru mengerahkan tenaga agar si
buntung keluar.
"Togur, kau menyerahlah. Kali ini tak mungkin kau lolos!"
"Ha-ha!" suara si buntung tiba-tiba terdengar, benar saja di dalam. "Kau masuklah ke mari, Pendekar
Rambut Emas, Dan cari aku lalu kita bicara baik-baik!"
"Keparat!" sang nyonya melengking, berkelebat dan menyambar ke kiri. "Kau keluar, binatang, Dan
tak perlu bicara baik-baik karena kau bukan manusia... dess!" hantaman si nyonya menghantam pilar baja,
bergetar tapi Togur tak ada di situ. Tawanya menggelegar dan tawa ini melingkar-lingkar, Swat Lian tertipu.
Dan ketika ia melompat ke kanan namun pukulannya kembali mengenai tempat kosong, nyonya ini memekik
maka Pendekar Rambut Emas bergerak dan tiba-tiba mencelat ke atas.
"Togur, turunlah!"
Terdengar teriakan kaget. Si buntung, yang bersembunyi dan kiranya mengintai di sebuah belandar
tiba-tiba berteriak karena Pendekar Rambut Emas tahu tempat persembunyiannya. Sebenarnya tempat itu
gelap namun karena telinga Pendekar Rambut Emas memang tajam maka dengan telinganya inilah pendekar
itu tahu persembunyian lawan. Si buntung terkesiap namun iapun mengelak sambil menggerakkan
tongkatnya. Dan ketika tongkat terpental namun si buntung sudah melesat ke tempat lain, Istana Hantu
mempunyai banyak belandar yang dapat dipakai bersembunyi maka si buntung itupun melarikan diri dan
Pendekar Rambut Emas tiba-tiba menepuk tangannya pada sebuah pilar baja, memuncratkan bunga api dan
seketika bayangan pemuda itu tampak.
"Itu dia!"
Si buntung terkejut. Kesaktian Pendekar Rambut Emas memang sudah dikenal. Pek-lui-ciang atau
tepukan Petir yang tadi dilakukan pendekar itu memang memungkinkan pendekar ini membuat lelatu api.
Istana yang gelap tiba-tiba terang sejenak. Dan karena pemuda itu tak dapat bersembunyi dan kebetulan ia
lari ke dekat Swat Lian maka nyonya inilah yang membentak dan menghajarnya.
"Kau binatang busuk!"
Namun pemuda ini tertawa mengejek. Terhadap Kim-hujin ia tak takut, karena sudah berulang-ulang
ia membuktikan bahwa nyonya ini tak lagi mampu mengalahkannya, setelah ia hampir menyerap semua ilmu
Poan-jin-poan-kwi. Maka begitu ia menangkis dan tongkat mengibas dari bawah ke atas maka nyonya itulah
yang terpental dan ia meneruskan larinya menerobos sebuah pintu kecil.
"Ha-ha, kau tak segalak dulu lagi, bibi Swat Lian. Kau tak dapat mengalahkan aku kalau tak dibantu
suamimu.... plak!" Swat Lian menjerit, terpental tapi berjungkir balik mengejar lagi namun lawan keburu
lenyap di pintu kecil itu. Nyonya ini memekik dan menerobos dengan cepat. Namun ketika lawan benarbenar menghilang dan sang nyonya minta agar suaminya menepuk pilar-pilar di situ, api memercik dan
menerangi tempat-tempat gelap maka si buntung Togur diburu dan dicari-cari.
"Dia turun ke bawah. Ke patung-patung batu!"
Pendekar Rambut Emas mengangguk. Akhirnya ia melihat bahwa lawannya itu memang turun ke
bawah. Istana Hantu adalah istana yang luas dengan beberapa tingkatan lantai. Semakin ke bawah semakin368 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
menurun dan tentu saja juga semakin gelap. Juga, hawanya semakin dingin karena mendekati laut. Bagian
bawah akan berhubungan dengan terowongan laut dan di situlah seorang penyelam dapat keluar, kalau tak
mau lewat atas. Dan ketika pendekar ini khawatir jangan-jangan si buntung akan ke tempat itu, membawanya
untuk menyelam dan bertemu hiu-hiu ganas tiba-tiba saja sang isteri menuding dan berseru,
"Hei, itu dia. Namun bersama seorang lain!"
Pendekar Rambut Emas terkejut. Ia sedang mencari-cari lawannya dengan pandangan tajam karena
mereka sekarang sudah tiba di daerah taman. Daerah ini adalah daerah bawah tanah dan penuh patungpatung batu. Dulu pertama kali di sinilah Thai Liong dan Soat Eng menemukan Istana Hantu, tempat yang
penuh dengan patung-patung indah berupa laki-laki dan perempuan. Tapi karena semua patung-patung di
situ rata-rata patung-patung "panas", patung lelaki dan perempuan yang telanjang bulat maka pendekar itu
agak merah mukanya melihat Togur nongkrong di atas kepala patung wanita sambil... kencing.
"Ha-ha, maaf, Kim-mou-eng. Rasa tegangku membuat ingin kencing. Boleh lihat kalau mau tapi
palingkan kepala kalau malu!"
Swat Lian menjerit. Tentu saja sebagai seorang wanita ia malu dan jengah melihat perbuatan si
buntung itu. Dengan enak saja ia kencing dari atas kepala patung, terbahak dan gembira tapi suaminya
justeru terkejut melihat orang lain di samping si buntung itu, seorang pemuda bermuka kehijauan yang
terkekeh dan tertawa-tawa melihat perbuatan si buntung ini. Dan ketika Pendekar Rambut Emas berkelebat
dan sudah di depan dua orang itu maka pendekar ini tertegun karena apa yang disangka ternyata benar.
"San Tek!"
"Ha-ha!" pemuda itu, si muka kehijauan mengangguk, bangkit berdiri. "Kau Pendekar Rambut Emas.
Aku San Tek. Ada apa kau menggangguku dan benarkah kata Togur bahwa kau mencari-cari aku!"
Pendekar Rambut Emas berubah. Ia tak menyangka bahwa si gila yang amat luar biasa ini ternyata ada
di sini. Togur kiranya berlindung di balik sahabatnya itu dan tentu saja pendekar ini terkesiap.
Si gila ini memiliki Im-kan-thai-lek-kang yang hebat. Ia mengerikan! Namun membentak dan marah
kepada Togur pendekar itu berseru, "Kau mengadu orang secara licik, Togur. Aku tak pernah mencari San
Tek melainkan dirimu. Hayo, turun dan pertanggungjawabkan perbuatanmu di luar!"
Togur, yang tertawa dan mengelak serangan ini tiba-tiba berkelebat ke patung yang lain. Ia berseru
kepada temannya bahwa Pendekar Rambut Emas ketakutan melihat temannya itu, terbukti ialah yang
diserang dan bukan San Tek. Dan ketika Pendekar Rambut Emas mengejar namun si buntung bergerak
menyembunyikan diri di punggung temannya, pendekar itu berhadapan dengan San Tek maka si gila berseru,
"Pendekar Rambut Emas, tak perlu mengejar-ngejar. Nih, aku di depanmu dan sambut pukulanku!"
Pendekar Rambut Emas terkejut. Ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak bentrok dengan si gila ini.
Pertama, San Tek bukan musuhnya. Kedua, pemuda itu amatlah hebat hingga bermusuhan dengannya
bukanlah hal ringan. Lagi pula, malu rasanya bermusuhan dengan orang gila. Salah-salah diri sendiri akan
ikut-ikutan gila! Maka begitu San Tek bergerak dan ia mengelak, berkelebat dan mengejar lagi si buntung
tiba-tiba si buntung itu terbahak dan menyambar isterinya, melepaskan diri.
"San Tek, Kim-mou-eng ketakutan melihat dirimu. Lihat ia selalu mengejar-ngejar aku!"
"Ha-ha," San Tek gembira, bangga. "Ia akan kukejar pula, Togur. Lakukan tugasmu dan serang
isterinya!"
"Aku memang akan menyerangnya. Awas, jaga dia baik-baik dan jangan sampai mendekati aku...
dess!" dan pukulan Pendekar Rambut Emas yang bertemu dan disambut si gila tiba-tiba membuat pendekar
itu terkejut dan membentak marah, apa boleh buat menghadapi si gila ini karena San Tek tiba-tiba
mengeluarkan pukulannya yang dahsyat, Im-kan-thai-lek-kang. Dan ketika ia mengelak dan berkelebatan ke
sana ke mari, lawan ganti memburunya dan tak membiarkan menyerang si buntung maka apa boleh buat
pendekar ini menghadapi San Tek dan pukulannyapun membalas pukulan si gila itu.369 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Des-dess!"
Togur tertawa terbahak-bahak. Pendekar Rambut Emas terhuyung dan selanjutnya San Tek sudah
melepas pukulan ditangkis dan mengejar lagi dan dua orang itupun akhirnya serang-menyerang dengan
hebat. Dan ketika ia benar-benar bebas dan Kim-hujin atau nyonya Kim ini menjadi bagiannya maka Swat
Lian melengking-lengking dan nyonya itupun marah menyambut.
"Ha-ha, sekarang kita berhadapan satu lawan satu. Bagus, aku akan membalas sakit hatiku dan lihat
aku akan merobohkanmu!"
Swat Lian beringas. Ia marah dan benci sekali kepada si buntung ini namun lawan enak saja
berkelebatan menyambar-nyambar. Togur gembira karena Pendeka Rambut Emas sudah dihadapi temannya
San Tek bukanlah main-main dan pukulan-pukulannya menggelegar di Istana Hantu. Dan ketika Pendekar
Rambut Emas megeluarkan Khi-bal-sin-kangnya dan Im-kan-thai-lek-kang bertemu dengan pukulan
pendekar itu, terpental tapi maju lagi maka Kim-hujin juga sibuk menghadapi lawannya karena Togur
mempergunakan kesaktiannya untuk merobohkan lawannya ini. Lawan yang membuat ia buntung kakinya!
"Awas, aku memiliki Hek-kwi-sut, hujin. Aku akan mengeluarkannya dan hati-hatilah menjaga diri!"
Slap! Swat Lian terkejut. Lawan tiba-tiba lenyap dan sebagai gantinya muncullah asap hitam yang
meledak di udara. Si buntung menghilang dan tahu-tahu kesiur angin dingin menyambar belakang kepalanya.
Dan ketika ia membalik dan menangkis dengan gusar, lawan sudah mulai dengan ilmu hitamnya maka Hekkwi-sut terpental tapi dari kiri dan kanan menyambar lagi kesiur-kesiur angin dingin itu.
"Plak-plak!"
Si buntung terbahak-bahak. Kim-hujin, yang bingung dan gugup menghadapi ilmu hitamnya segera
memekik-mekik karena tak mampu melihat dirinya. Ia menghilang di balik ilmunya dan tentu saja lawan
membentak-bentak. Lawan tak mampu membalas serangannya dan ialah yang justeru melancarkan serangan,
kiri kanan dan muka belakarg hingga lawan mencak-mencak menangkis sana-sini. Tapi karena ia bergerak
lebih cepat dan Kim-hujin tak mampu mengikutinya, nyonya itu melengking dan mengeluarkan Cui-sian
Gin-kangnya untuk berkelebatan menghindar maka si buntung menyambar ke sana ke mari untuk mengikuti,
menampar atau mencolek dan lawan merah padam. Secara kurang ajar si buntung itu menyentuh pula
bagian-bagian paling pribadi yang dimiliki nyonya ini. Swat Lian gusar! Dan ketika ia terdesak karena tak
mampu melihat lawan, Pendekar Rambut Emas terbelalak dan merah mukanya maka pendekar itu tiba-tiba
mengebutkan lengan bajunya dan berseru dari jauh,
"Niocu, terimtlah Pek-sian-sutku. Lihat kau mampu mengetahui lawanmu!"
Benar saja, seberkas cahaya terang tiba-tiba meledak di muka nyonya ini. Kim-hujin yang semula tak
mampu melihat lawan tiba-tiba dapat melihat kembali si buntung itu, yang tepat berada di belakangnya. Dan
ketika ia membalik dan tentu saja berteriak marah, menghantam mendahului maka Togur terpental dan si
buntung itu terpekik.
"Augh!"
Sang nyonya sudah menerjang. Sekarang Swat Lian mengejar dan benar saja Hek-kwi-sut sudah tak
perlu ditakuti. Lawan boleh menghilang namun Pek-sian-sut mengikuti. Sihir yang dimiliki Pendekar
Rambut Emas itu memang penangkal atau pelumpuh Hek-kwi-sut, mendiang See-ong sendiri sampai roboh
dan akhirnya dikalahkan pendekar ini. Dan ketika Togur terbelalak karena Kim-hujin dapat nemelihatnya
lagi, kebutan Pendekar Rambut Emas tadi membuyarkan Hek-kwi-sut maka si buntung itu mengutuk dan


Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkelebatan ke sana-sini, menghindar.
"Kau boleh berbuat curang lagi kalau bisa. Hayo, keluarkan semua kesaktianmu!
Si buntung mengumpat. Apa boleh buat ia bertanding lagi dengan cara wajar. Pukulan-pukulan si
nyonya dielak dan kalau berbahaya barulah ditangkis. Dan ketika mereka sama-sama terpental tapi si
buntung lalu menggerakkan tongkat, mengisinya dengan kemak-kemik semacam mantra maka tongkat
bergetar dan tiba-tiba si buntung itu berseru,370 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Kim-hujin, aku akan mengeluarkan naga. Awas!"
Sang nyonya terkejut. Dari ujung tongkat tiba-tiba menyambar seekor naga yang berkoak
menggetarkan dinding. Naga itu muncul begitu saja dan lidahnya yang berapi menjilat mukanya, tentu saja
nyonya ini terpekik. Dan ketika ia melempar tubuh secara otomatis dan naga itu hilang, berubah kembali
sebagai tongkat maka senjata itu mengejar dan menggebuk pantatnya.
"Dess!"
Si buntung terbahak-bahak. Lawan berhasil dikelabuhi dan tentu saja nyonya itu merah padam. Dalam
soal sihir-menyihir memang ia bukan orangnya. Si buntung itu licik! Tapi ketika suaminya kembali berseru
dan melepas kebutan perlahan, Pendekar Rambut Emas membantu isterinya maka tongkat terlihat sebagai
tongkat, bukan seekor naga lagi, meskipun digetarkan dan diiringi kemak-kemik.
"Keparat!" nyonya itu murka. "Kau licik dan curang, Togur, Persis bapakmu yang culas dan rendah
itu!"
"Jangan mengungkit-ungkit nama orang mati!" si buntung membentak, rupanya terbakar. "Ayahku tak
ada hubungannya dengan ini, Kim-hujin. Suamimu itulah yang justeru tak tahu malu merebut kekasih
ayahku. Dan kaupun tak tahu malu merebut suami orang!"
"Jahanam, mulut busuk. Aku tak pernah merebut suami orang dan itu adalah suamiku sendiri.... plakplak!" dan Kim-hujin yang menerjang dan memaki lawan, marah sekali, akhirnya sama-sama marah karena
lawanpun juga marah karena bapaknya diungkit-ungkit! Togur naik pitam karena mendiang ayahnya
sebenarnya adalah suheng dari Pendekar Rambut Emas itu. Iapun sudah mendengar kisah ayahnya dan tentu
saja ia tak senang dengan semuanya itu. Dan ketika ia membalas dan menangkis serangan-serangan lawan,
Pendekar Rambut Emas berkali-kali harus menolong isterinya kalau si buntung mempergunakan ilmu hitam
maka Togur tiba-tiba mengeluarkan ilmunya yang mengerikan, Bu-siang-sin-kang (Ilmu Sakti Tak
Berwujud).
"Kim-hujin, sekarang kau roboh!" Swat Lian tersentak. Lawan yang mula-mula berkelebatan dan
menangkis atau membalas serangannya tiba-tiba menepukkan tangan. Bau anyir menyambar dan terkejutlah
nyonya ini karena ia mau muntah, pukulannya meledak dan menghantam belakang kepala pemuda itu. Dan
ketika si buntung tertawa mengejek dan menggoyang pinggang, mendadak, cepat sekali tahu-tahu si buntung
itu melayang dan menyambar mukanya, seperti roh.
"Aiihhhh...!" Nyonya ini menjerit dan melempar tubuh bergulingan. Seketika ia terkesiap karena
lawan berobah ujudnya, tidak lagi kasar melainkan halus. Dan ketika ia mengelak dan menghantam dari
samping, tangannya menembus dan masuk ke dada si buntung itu, mengerikan, maka tangannya terus lolos
dan tembus mencoblos daging lunak yang seakan tidak bertulang, lumer menjijikkan!
"Ha-ha!" si buntung tertawa bergelak. "Tahu rasa kau sekarang, wanita sombong. Hayo pukul dan
hantam aku lagi. Ayo!" Swat Lian ngeri. Inilah yang paling ditakuti dan amat menyeramkan. Bu-siang-sinkang, ilmu iblis itu, ternyata sekarang dikeluarkan lawannya. Ia meloncat bangun dan lawan mengejar lagi,
melayang bagai roh. Dan ketika ia menghantam namun tembus memasuki tubuh pemuda itu, bau amis
memuncrat ke segenap ruangan maka nyonya itu muntah-muntah dan akhirnya benar-benar tak tahan.
"Aduh, jahanam keparat. Iblis!"
Pendekar Rambut Emas terkejut. Ia tentu saja mengamati segala kejadian di sekitarnya, mengelak dan
membalas sekedarnya kalau San Tek memburunya. Maklumlah, ia setengah hati melawan si gila itu karena
San Tek hanya diperalat Togur. Ia sering membujuk agar San Tek mundur namun si gila justeru terkekeh
memperhebat serangannya. Berkali-kali ia harus menangkis dan akibatnya ia tak dapat mendekati isterinya
itu. Dan ketika isterinya bertanding dan apa yang dikhawatirkan akhirnya terjadi, Togur mengeluarkan Busiang-sin-kangnya yang mengerikan itu maka isterinya jatuh bangun dan setiap kali menjerit ngeri kalau
pukulan atau tamparannya menembus pemuda itu. Tembus begitu saja karena tubuh si buntung ini memang
sudah tidak berwujud, artinya, berbadan kasar lagi namun roh atau sukmanya membentuk bayang-bayang
seperti badan aslinya, tentu saja tak dapat dipukul! Dan ketika si buntung itu membalas dan tertawa-tawa,371 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
tangan atau kakinya mendarat di tubuh lawannya maka ngeri dan rasa jijik benar-benar membuat Kim-hujin
itu jatuh bangun!
"Binatang, jahanam bedebah. Kau sungguh bukan manusia!"
"Ha-ha, aku memang iblis. Lihat, daging busukku akan muncrat ke mana-mana, Kim-hujin. Dan
silakan muntah-muntah sampai isi perutmu habis!"
Sang nyonya benar-benar mengeluh. Terhadap Bu-siang-sin-kang memang ia paling ngeri. Rasa jijik
membuatnya muntah-muntah karena ilmu itu mengeluarkan bau anyir yang menusuk hidung. Ilmu ini benarbenar ilmu iblis karena pemiliknya tembus dipukul. Dan karena pukulan keras bakal membuat daging lunak
itu muncrat-muncrat, tidak ada ujudnya namun mampu membuat seolah benar-benar berwujud maka ilmu
aneh yang luar biasa ini memang amat rnenjijikkan.
"Mundur!" Pendekar Rambut Emas akhirnya menangkis pukulan lawan.. San Tek yang tertawa-tawa
dan tak mau dibujuk akhirnya dihantam dengan pukulan Khi-bal-sin-kang dan Lui-ciang-hoat. Si gila
terhuyung dan kesempatan itu dipergunakan pendekar ini untuk berkelebat ke arah isterinya. Dan ketika saat
itu isterinya jatuh terduduk dan tak kuat menahan ngeri, mual di perut benar-benar mengaduk maka pendekar
ini bergerak dan meledakkan tangannya melepas sinar berkilauan.
"Des-dess!"
Bu-siang-sin-kang kena gempur. Pendekar Rambut Emas, yang mengerahkan tenaga batinnya untuk
menghantam ilmu itu berhasil membuat Togur berteriak. Si buntung itu berseru tertahan dan terhuyung. Dan
begitu lawan terhuyung dan Pendekar Rambut Emas menyambar isterinya maka pendekar ini tak mau
membuang waktu dan iapun mengeluarkan Pek-sian-sutnya untuk menghilang.
"Sekarang kau benar-benar berhadapan dengan aku!"
Seruan atau bentakan ini disusul oleh lenyapnya tubuh pendekar itu. Kim-mou-eng atau Pendekar
Rambut Emas terpaksa mengeluarkan ilmunya yang luar biasa itu, mengimbangi Bu-siang-sin-kang dengan
badan halusnya pula. Dan ketika ilmu gaib bertemu dengan ilmu gaib dan San Tek berteriak bengong maka
Pendekar Rambut Emas menyerang lawannya itu di balik Pek-sian-sutnya, tentu saja berhasil. Dan begitu si
buntung terlempar dan berteriak kaget, lawan berobah ujud dan sama-sama di alam halus maka si buntung itu
kewalahan dan jatuh bangun. San Tek ditinggal di alam kasar dan si gila itu terbengong-bengong melihat
bayangan-bayangan putih dan hitam bergerak-gerak. Kim-hujin sudah diambil dan dibungkus pula dalam
Pek-sian-sut itu, lenyap dan berada di alam halus hingga dapat pula menghajar lawannya. Sekarang Busiang-sin-kang mati kutu. Ilmu itu tak dapat dipakai kalau lawan dapat pula lenyap di alam halus! Dan ketika
si buntung berteriak-teriak karena lawan menghajarnya jatuh bangun, suami isteri itu marah sekali
memukulnya dengan pukulan-pukulan berat maka Togur tiba-tiba membuang Bu-siang-sin-kangnya lagi
untuk kembali ke alam kasar.
"Kau ikut aku, jangan bengong saja!"
San Tek, si gila, tiba-tiba disambar dan ditepuk kepalanya dari belakang. Si gila ini sedang bengong
dan terheran-heran oleh ulah tiga orang ini. Meskipun lhai namun ia tak memiliki Bu-siang-sin-kang itu,
paling-paling Hek-kwi-sut namun itu masih di bawah Bu-siang-sin-kang. Maka begitu ditepuk dan ia sadar,
Togur mencari bantuan maka Pendekar Rambut Emas muncul kembali di dunia kasar, bersama isterinya,
mengejar.
"Togur, kau tak dapat lari!"
Si buntung pucat. Hebat dan lihainya Pendekar Rambut Emas sudah diketahui, Pendekar itu menjadi
lebih hebat lagi setelah memiliki Pek-sian-sut, ilmu yang dapat membuatnya meninggalkan badan wadag
untuk ke badan halus. Dan ketika ia dikejar namun menepuk temannya, diam-diam si buntung ini
menyalurkan kekuatan hitam maka ia lenyap lagi di balik Bu-siang-sin-kang dan... San Tek terkekeh-kekeh
karena iapun tiba-tiba tanpa bobot alias hilang di alam halus. Lenyap bersama si buntung!372 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Heh, kau bawa ke mana aku ini, Togur? Ha-ha, kenapa tubuhku demikian ringan? Aih, aku dapat
melayang-layang. Aku tak menginjak bumi!"
Pendekar Rambu Emas terkejut. Secara licik dan cerdik ternyata lawannya itu mengajak San Tek
menyatu dalam Bu-siang-sin-kang, seperti ia sendiri yang membawa isterinya ke dalam ilmu Pek-sian-sut.
Dan ketika San Tek berjingkrak karena hidup tanpa bobot, melayang dan meluncur ke sana ke mari maka
apa boleh buat Pendekar Rambut Emaspun meledakkan tangannya dan masuk lagi ke alam halus, mengejar
lawannya itu.
"Togur, kau licik, curang!"
"Ha-ha!" si buntung tertawa bergelak, menyelinap atau berlindung di balik temannya. "Kau boleh
kejar aku kalau bisa, Pendekar Rambut Emas. Tapi hadapilah dulu temanku kalau kau berani!"
San Tek tentu saja berseru keras. Ia langsung menyambar dan menghantam Pendekar Rambut Emas
dengan Im-kan-thai-lek-kangnya, dikelit dan segera mengejar pendekar itu ketika lawan memburu Togur.
Dan ketika Togur meloncat dan mengejar Kim-hujin, melepas serangan dan membuat Kim-hujin melengking
maka dua orang itu kembali bertanding namun Kim-hujin terpental.
"Dess!"
Kim-mou-eng gelisah. Sekarang San Tek sama-sama diajak berkeliaran di alam halus dan Bu-siangsin-kang si buntung itu menggemaskan sekali. Isterinya sudah bertanding dan iapun menghadapi San Tek,
yang terbahak-bahak dan malah kelihatannya lebih hebat lagi berada di alam tanpa bobot, karena masingmasing sudah tidak berada di dunia lagi melainkan di alam roh. Namun karena ia bertempur setengah hati
dan berkali-kali melirik ke isterinya yang penasaran, bau anyir tidak tercium lagi namun sinkang atau tenaga
sakti si buntung itu masih hebat luar biasa, Poan-jin-poan-kwi benar-benar menurunkan ilmunya yang luar
biasa kepada pemuda itu maka isterinya tampak kewalahan dan sering terpental kalau beradu tenaga. Dan
Togur mengejek gembira.
"Lihat, suamimu tak dapat menolongmu lagi, hujin. Sebentar lagi kau roboh dan kubuat patung
hidup!"
"Keparat, kau boleh bunuh aku kalau bisa, Togur. Tapi aku akan mengadu jiwa denganmu sebelum
mampus!"
"Ha-ha, sinkangmu masih kalah kuat. Lihat, terima pukulanku!" dan si nyonya yang menangkis dan
terpental ke belakang tiba-tiba mengeluh dan bergulingan karena memang sinkangnya kalah kuat, meskipun
seusap. Togur atau si buntung ini memang luar biasa karena gurunya demikian banyak. Mulai dari mendiang
Enam Iblis Dunia sampai kepada See-ong dan Poan-jin-poan-kwi. Dua kakek iblis yang amat mengerikan itu
telah menjadi guru terakhir bagi pemuda ini. Ilmu menjijikkan Bu-siang-sin-kang sampai diwarisi Dan ketika
ia meloncat bangun namun lawan mengejar dan menampar pundaknya, Togur mempergunakan Khi-bal-sinkang maka Swat Lian menjerit karena iapun terpelanting lagi. Tujuh kali nyonya itu mengaduh dan tujuh kali
pula si buntung tertawa bergelak. Sorot matanya yang ganas penuh benci siap melakukan sesuatu yang
mengerikan bagi nyonya ini. Inilah wanita yang membuat ia buntung kakinya, tercebur dan masuk ke laut
selatan untuk akhirnya dimakan hiu. Dan ketika Kim-hujin pucat dan mengeluh menangkis sebuah tamparan
lagi, mencelat dan bergulingan menjauh maka tujuh sinar hitam tiba-tiba menyambarnya.
"Awas!"
Terlambat. Seruan atau bentakan nyaring dari Pendekar Rambut Emas itu tak sempat diperhatikan
nyonya ini. Swat Lian yang sedang bergulingan dan merintih menangkis pukulan lawan tak melihat sinarsinar hitam itu. Togur melepas jarumnya. Dan ketika nyonya itu menjerit karena tujuh jarum menancap di
tubuhnya, menggeliat dan kejang maka Swat Lian mendelik dan tiba-tiba roboh, pingsan.
"Terkutuk!" Pendekar Rambut Emas tak dapat menahan marahnya lagi. Ia tadi telah mengibas pukulan
ke arah jarum-jarum itu namun San Tek menangkisnya. Si gila itu tertawa-tawa dan benar-benar tak
memperbolehkan is membantu isterinya. Maka begitu isterinya roboh dan pendekar ini membentak,373 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
kemarahan dan gusarnya benar-benar meledak sampai kepala maka pukulan merah bercuit menyambar San
Tek. "Blarr!"
Si gila terlempar dan menjerit. Ia kena pukulan dahsyat dan bergulingan memaki-maki. Lui-cianghoat, yang baru diterimanya seolah sengatan listrik tegangan tinggi. Pemuda itu berjengit! Namun karena ia
memiliki Im-kan-thai-lek-kang dan ilmunya itu melindungi, si gila meloncat bangun tapi Pendekar Rambut
Emas melejit dan menyambar Togur maka tangan kiri bergerak dan si buntung itupun mendapat bagiannya.
"Dess!"
Togur mengelak tapi kalah cepat. Dua kali pukulan cepat yang dilepaskan pendekar ini mengenai
sasarannya. Dan karena si buntung tak memiliki Im-kan-thai-lek-kang seperti San Tek, yang meringis dan
hanya kesakitan sebentar maka si buntung itu mencelat dan pundak kirinya hangus terbakar.
"Ufg!"
Togur terkejut dan melempar diri bergulingan pula. Kalau Pendekar Rambut Emas sudah mengamuk
dan marah seperti itu maka keadaan dalam bahaya. Ia seorang diri tentu tak sanggup dan karena itu ia
melempar tubuh bergulingan ke dekat temannya. Dan ketika hampir bersamaan mereka meloncat bangun,
San Tek tertawa-tawa sementara si buntung pucat dan gentar, mata mencorong dari Pendekar Rambut Emas
itu serasa membakar apa saja maka Togur berseru agar cepat-cepat membunuh lawannya itu.
"Hati-hati, ia akan mengamuk. Isterinya telah kulukai dengan Hek-tok-ciam. Limabelas menit lagi
tentu mampus!"
Pendekar Rambut Emas tak dapat menahan marah. Ia menyambar dan memanggul isterinya itu dan
benar saja seluruh tubuh isterinya telah berobah kehitaman. Kulitnya panas terbakar. Dan maklum bahwa
racun berbahaya memasuki tubuh isterinya, ia tak dapat menolong karena San Tek dan si buntung sudah
menerjangnya gemas maka si gila itu juga melepas Im-kan-thai-lek-kangnya hingga udara terbakar.
"Keparat, kau coba-coba memperlihatkan tenaga petirmu. Bagus, aku juga dapat mengerahkan tenaga
Inti Nerakaku Pendekar Rambut Emas. Dan mari kita lihat siapa yang lebih panas.... blarr!" api menjilat
besar menyambar pendekar itu merah berkobar-kobar dan si buntung Togur juga mempergunakan
kesempatan untuk melepas pukulannya. Dari kiri dan kanan tiba-tiba ia digencet! Dan ketika Pendekar
Rambut Emas berseru keras dan menggerakkan tangan ke kiri kanan, isteri diletakkan di atas bahu maka
dentuman bagai gunung meletus terdengar di situ.
"Dess!"
Swat Lian terlempar. Pendekar Rambut Emas tak dapat menahan dua gempuran itu sekaligus dan ia
terpental, tentu saja terkejut tapi cepat ia berjungkir balik dan menyambar isterinya itu lagi. Namun ketika
lawan mengejar dan San Tek melepas Im-kan-thai-lek-kangnya lagi, Togur terbahak melepas Khi-bal-sinkang maka untuk kedua kalinya pendekar ini herpental dan pucat. Selanjutnya, dua orang itu ganti-berganti
menyerangnya. Im-kan-thai-lek-kang semakin dahsyat sementara Togurpun memuncak nafsu
membunuhnya. Pemuda itu tak akan melepaskan pendekar ini kalau belum roboh binasa. Dan bingung
memikirkan isterinya yang terkena racun berbahaya, si buntung benar-benar licik dan si gila itu tak dapat
dibujuk maka apa boleh buat Pendekar Rambut Emas tiba-tiba mengerahkan Tee-jong-gannya dan dengan
suara penuh tenaga sakti ia memanggil puteranya, dahsyat membuat Sam-liong-to bergetar.
"Rajawali Merah, datanglah. Bantu dan tolong ayah ibumu yang dalam bahaya!
Jilid XXVI
SAN TEK dan Togur terkejut. Bentakan atau seruan Pendekar Rambut Emas yang begitu dahsyat
tiba-tiba membuat Sam-liong-to berderak dan berguncang. Laut tiba-tiba membuih dan terjadilah gelombang
pasang yang hebat. Sam-liong-to diserbu. Dan ketika ombak sebesar bukit menerjang atau menghantam374 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
pulau ini, sisa-sisa anak buah Togur berteriak dan terlempar di luar istana, Lam-hai bergolak maka
menjeritlah kaum wanita dan pemuda-pemuda yang tadi bersembunyi karena mereka itu disambar atau dijilat
buih ombak yang setinggi pohon kelapa.
"Toloongg...!"
Jerit atau pekik itu tak berguna. Puluhan tubuh tersedot dan terlempar dari guha-guha persembunyian,
laut selatan mengamuk dan kaum wanita serta pemuda yang dihantam gelombang laut ini terhisap dengan
kuatnya. Mereka terbawa dan tak dapat mempertahankan diri dari guha-guha persembunyian mereka,
terlempar dan lenyap di balik gulungan gelombang dahsyat. Pekikan Pendekar Rambut Emas ternyata
mengguncang laut selatan. Lam-hai rupanya terkejut dan tersentak oleh pekik atau gelegar suara pendekar
ini. Kim-mou-eng berada dalam puncak kegelisahannya. Tapi ketika tubuh-tubuh terlempar dari guha-guha
persembunyian dan Togur maupun San Tek terkejut oleh pekikan ini maka di laut selatan, di tengah-tengah
samudera luas tiba-tiba tampak bayangan merah melayang-layang dengan amat cepatnya menuju pantai,
yang sedang berbuih!
"Ayah, aku datang!"
Suara atau seruan ini menembus segala hirup-pikuk kegaduhan. Laut selatan yang bergolak dan
mendidih tiba-tiba tak dapat menghalangi datangnya bayangan merah ini. Bayangan itu muncul dari tengahtengah laut dan suaranya yang begitu nyaring melengking menandingi suara Pendekar Rambut Emas.
Bedanya tidaklah menggetarkan atau mengejutkan pulau, meskipun masing-masing memiliki kelebihan
sendiri karena suara yang diserukan bayangan merah itu cukup menyentak dan menyakitkan telinga,
berdenging bagai seribu batang pedang atau jutaan lebah yang sedang marah. Dan ketika bayangan itu terus
bergerak dan meluncur maju, ombak maupun buih-buih gelombang tak dapat menahan dirinya maka sekejap
kemudian iapun sudah sampai di daratan, terbang dan menyambar ke arah pertempuran tiga orang itu.
"Ayah, aku datang...!"
Pendekar Rambut Emas girang bukan main. Bayangan merah ini sudah menyambar seperti burung dan
begitu datang iapun menangkis pukulan Togur maupun San Tek. Si gila dan si buntung ini sama-sama
terkejut karena begitu datang begitu pula angin berkesiur dahsyat. Dan ketika keduanya menangkis namun
saat itu keduanya kurang siap, mereka baru saja menyerang Pendekar Rambut Emas maka keduanya
terlempar dan mencelat bergulingan, bagai disambar angin beliung, berteriak.
"Dess!"
San Tek dan Togur sama-sama memaki. Mereka terguling-guling meloncat bangun dan bayangan
merah itu, yang tegak dan tidak mengejar lawan tiba-tiba berdiri tertegun melihat wanita di pondongan
Pendekar Rambut Emas. Inilah Thai Liong, Si Rajawali Merah yang berkibar-kibar ujung jubahnya itu.
Pemuda ini terkejut melihat keadaan ibunya yang sudah kehitam-hitaman. Wajah ibunya juga hangus namun
Pendekar Rambut Emas yang berkelebat dan mengejar lawan berseru kepada puteranya agar menangkap si
buntung. Di tangan si buntung itulah terdapat obat penawar dan Thai Liong, Si Rajawali Merah tiba-tiba
menggeram dan berkelebat pula. Dan ketika pemuda itu membentak agar si buntung menyerah,
mengeluarkan obat penawar maka Thai Liong sudah berhadapan dengan lawannya ini dan si buntung pucat,
gentar.
San Tek, hadapi Si Rajawali Merah ini. Biarkan kita bertukar lawan!"
"Keparat!" Pendekar Rambut Emas membentak. "Kau licik dan keji, Togur. Kau tak tahu malu. Boleh
kau hadapi aku dan kita bertukar lawan.... des-dess!" Pendekar Rambut Emas terhuyung dan merah padam.
Ia amat marah dan benci sekali kepada si buntung ini. Tadi mengeroyok tapi sekarang tiba-tiba meminta
lawan yang lebih enteng, karena puteranya memang setingkat di atas dirinya sejak menerima warisan
beberapa ilmu silat hebat dari manusia dewa Bu-beng Sian-su. Dan ketika San Tek tertawa namun si gila itu
rupanya juga mengenal jerih, lebih baik dengan Pendekar Rambut Emas daripada Thai Liong maka San Tek
enak saja bicara.
"Eh, kita mendapat musuh yang sama berat, Togur. Kim-mou-eng maupun puteranya sama saja. Lihat,
Pendekar Rambut Emas inipun masih dapat bangkit lagi menerima pukulanku!"375 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Tapi Rajawali Merah ini lebih berat bagiku. Dia lebih pantas untukmu karena kepandaianmu lebih
tinggi!"
"Wah, begitukah?" si gila tertawa, bangga. "Kalau begitu boleh kita bertukar pasangan, Togur.
Serahkan lawanmu dan hadapi lawanku ini... des-dess!" dan San Tek yang kembali melepas Im-kan-thai-lekkangnya hingga Kim-mou-eng terhuyung maka si gila yang senang oleh umpak atau pujian itu terkekehkekeh mendekati Thai Liong, berkelebat.
"Rajawali Merah, kau lawanku. Kita se-tanding dan biar yang lebih rendah dengan yang lebih
rendah!"


Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thai Liong terbelalak. Sebenarnya baginya sama saja menghadapi dua orang itu. Togur memang
sedikit di bawah San Tek namun kecerdikan atau keculasan si buntung itu justeru jauh lebih berbahaya,
Siapapun mengenal si buntung ini. Maka ketika ia diserang dan lawan berganti pasangan, si gila
mencengkeram dan melepas Im-kan-thai-lek-kangnya maka Thai Liong menangkis dan iapun mengeluarkan
pukulan Im-kang untuk menandingi pukulan Yang-kang dari lawannya itu.
"Dess!"
San Tek dan Thai Liong sama-sama terpental. Si gila berteriak marah namun ia menerjang lagi,
disambut dan kembali Thai Liong mengerahkan Im-kangnya. Pemuda itu mempergunakan Im-kang dari Sintiauw-kang atau Rajawali Sakti dan si gila memekik. Mereka berdua kembali terpental dan Im-kang maupun
Yang-kang sama-sama tertolak. Dan ketika Thai Liong berseru marah karena lawan kembali menyerbu,
ayahnya di sana sudah bertanding dengan Togur maka tampak bahwa Pendekar Rambut Emas menang
posisi, tenaga dan pengalamannya lebih banyak.
"Kau tak dapat mengalahkan aku, Togur. Dan kau harus menyerahkan obat penawar, atau aku
membunuhmu!"
"Ha-ha, cobalah kalau bisa!" si buntung mengejek, diam-diam memutar otak. "Kalau kau dapat
mengalahkan aku belurn berarti dapat menyelamatkan isterimu, Pendekar Rambut Emas. Karena begitu aku
roboh begitu pula obat penawar kuhancurkan!"
"Keparat, kau keji!" dan Pendekar Rambut Emas yang berkelebat dan kembali melepas pukulan
akhirnya mengerahkan Cui-sian Gin-kangnya dan bertubi-tubi mendesak atau menekan si buntung ini, Togur
lenyap mempergunakan ilmu hitam namun dikejar dengan Pek-sian-sut, kembali lagi memperlihatkan diri
dan Thai Liong di sana tiba-tiba menepuk pundak San Tek melenyapkan pengaruh Bu-siang-sin-kang, yang
tadi dilancarkan Togur. Dan ketika pemuda itu jatuh lagi di alam kasar dan si gila berteriak kecewa, Togur
pucat dan ngeri melihat itu maka sebuah pukulan Pendekar Rambut Emas mendarat di tengkuknya dan
pemuda itu terjungkal.
"Plak!"
Si buntung mengeluh. Ia tahu bahwa lawan yang dihadapi sama saja. Baik Pendekar Rambut Emas
maupun Thai Liong sama-sama tak dapat ditandinginya, meskipun untuk Pendekar Rambut Emas dia dapat
bertahan lebih lama, lain kalau dengan Thai Liong karena Si Rajawali Merah itu lebih hebat. Thai Liong
memiliki Silat Rajawali Sakti yang tak dipunyai ayahnya. Pemuda itu dapat terbang seperti rajawali
melayang-layang dan sekali sambar ia akan mematuk lawannya. Si buntung telah melirik dan benar saja ia
melihat Si Rajawali Merah itu menyambar-nyambar di sana, membuat San Tek kelabakan dan hanya berkat
Im-kan-thai-lek-kangnya itu saja si gila dapat bertahan. Dan ketika Pendekar Rambut Emas menghajarnya
dan ia terguling-guling, tamparan di tengkuk itu demikian kuat dan dahsyat maka Togur meloncat bangun
dan terhuyung ketika lawan kembali mengejar, tak memberinya ampun.
"Togur, kau boleh saja memiliki daya tahan sekuat kerbau. Tapi pukulan demi pukulanku akan
membuatmu babak-belur dan kau akan meraung-raung!"
"Keparat!" si buntung marah. "Kau licik dan curang, Kim-mou-eng. Beranimu hanya mengandalkan
puteramu. Coba kalau kau tidak memanggil puteramu dan kau berhadapan satu lawan satu dengan aku. Tentu
kau tak akan menang mental berkat kehadiran puteramu itu!"376 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Tak usah banyak mulut. Serahkan obat penawar atau kau mampus!" Pendekar Rambut Emas melotot
gusar, lawan menjungkir balik omongan dan ia tak mau banyak cakap lagi. Si buntung telah meloncat
bangun dan bukti ia dapat menahan pukulannya sebenarnya membuat ia kagum juga. Pemuda ini memang
hebat. Tapi karena keadaan isterinya semakin memburuk dan ia harus secepatnya merobohkan pemuda itu
maka Pendekar Rambut Emas melepas dua pukulannya sekaligus ketika menyambar dan berkelebat lagi, kali
ini menuju tenggorokan namun di tengah jalan tiba-tiba ia menurunkan pukulannya ke pusar, hal yang tak
diduga.
"Aduhh.. tobat!"
Raung atau pekik si buntung membelah angkasa. Ikat pinggangnya, yang melilit kuat dan rapat di
balik pakaian tiba-tiba disambar dan direnggut Pendekar Rambut Emas. Hal itu tak diduga pemuda ini dan si
buntung mengayun tongkatnya. Ia coba menghantam namun kalah cepat, gerakannya didahului. Dan ketika
ikat pinggang itu putus, si buntung menjerit dan meraung menggetarkan pulau maka Kim-mou-eng telah
menyabet dan ikat pinggang itu hancur mengenai kepala pemuda ini.
"Lenyapkan ilmu-ilmu hitammu!"
Togur terbanting dan terguling-guling mengaduh-aduh. Ia sama sekali tak menduga bahwa Pendekar
Rambut Emas akan merenggut dan memutuskan ikat pinggangnya. Di situlah letak kekuatan Bu-siang-sinkang karena di situ pulalah dia menyembunyikan seratus roh bayi-bayi lelaki. Si buntung inipun mengikuti
jejak gurunya dengan menguasai ilmu hitam, termasuk mencari dan membunuh bayi-bayi lelaki sebagai
penguat Bu-siang-sin-kangnya, Ilmu Gaib Tak Berwujud. Maka begitu inti kekuatannya diputuskan, ikat
pinggang itu disambar dan disabetkan ke kepalanya maka seratus benda-benda putih beterbangan di angkasa
dan Togur terkejut setengah mati.
"Tobaat...!"
Namun Pendekar Rambut Emas tak menghiraukan jeritannya. Pendekar itu meledakkan tangannya dan
ia bergerak di antara benda-benda putih yang berhamburan ini, cepat dan kuat menyambar pula kantong
sebelah kanan pemuda itu. Dan ketika sebuah bungkusan tercabut, si buntung terkejut dan membelalakkan
mata maka Pendekar Rambut Emas telah melompat mundur dan tidak memperdulikan lagi keadaan
lawannya yang diserang oleh seratus benda-benda putih itu, berlutut dan mengobati isterinya dengan obat
penawar racun, obat yang baru saja didapatnya dari kantong si buntung.
"Keparat... jahanam keparat! Kau licik dan pencuri hina, Kim-mou-eng. Kau tak tahu malu mengambil
barang orang lain!
Namun Pendekar Rambut Emas tidak menghiraukan. Ia sudah memasukkan tujuh butir obat penawar
racun ke mulut isterinya dan secepat itu pula menempelkan lengan menyalurkan sinkang. Hanya ada
beberapa detik lagi untuk menyelamatkan isterinya itu. Selebihnya dia akan terlambat. Dan ketika Pendekar
Rambut Emas menggigil menolong isterinya dan Togur berteriak-teriak di sana, bergulingan dan meloncat
bangun dikejar seratus roh bayi lelaki ini maka keadaannya hampir mirip dengan Poan-jin yang diamuk balas
dendam.
"Jahanam, keparat jahanam!"
Tak ada yang memperhatikan. Pendekar Rambut Emas sedang sibuk menolong isterinya sementara
Thai Liong dan lawannya juga sibuk mengeluarkan pukulan-pukulan mereka. Bu-siang-sin-kang sudah
dilenyapkan namun si gila yang hebat dengan Im-kan-thai-lek-kangnya itu tak mempan dipukul. Thai Liong
berkali-kali lenyap dan muncul lagi dengan Beng-tau-sin-jinnya, ilmu Menembus Roh di mana dia dapat
dengan mudah melancarkan pukulan-pukulan atau tamparannya. Tapi karena lawan tak dapat dirobohkan
dan selalu bangkit lagi berteriak-teriak, si gila ini memang hebat maka Thai Liong paling-paling hanya
bersifat menyakiti, sampai lawan tak tahan.
"Aduh, keparat kau, Thai Liong. Keparat jahanam!"
"Kaulah yang jahanam. Kau membela orang jahat, San Tek. Kau si gila membantu orang yang lebih
gila. Hayo kau pergi atau tubuhmu kubuat babak-belur!"377 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
San Tek jingkrak-jingkrak. Ia kesakitan dan marah oleh tamparan-tamparan atau pukulan Thai Liong.
Ia dapat bertahan dari semua pukulan itu tapi rasa sakit yang menyengat lama-lama menyiksanya juga, ia
membalas tapi Thai Liong mempergunakan Beng-tau-sin-jinnya, lenyap dalam ilmu halus. Dan karena inilah
kelebihan Rajawali Merah dan ia menjadi bulan-bulanan pukulan, tidak roboh tapi kesakitan semua maka
tiba-tiba ia dibuat terkejut ketika sedang bergulingan dan meloncat bangun mendadak ia ditubruk dan
diterkam Togur.
"San Tek, tolong aku. Tolong. Pendekar Rambut Emas menyebar roh-roh halus, menyerang kita!"
"Heii..!" si gila berteriak, kaget melihat benda-benda berwarna-warni mengejar dan mengikuti Togur,
kini tentu saja menyambar dirinya. "Apa itu, Togur. Benda-benda apa itu!"
"Itu ilmu siluman milik Pendekar Rambut Emas. Aku dihadapkan roh-roh penasaran. Awas!" dan si
buntung yang melekat dan meniup ubun-ubun si gila tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dimasukkan ke kepala
temannya ini. San Tek ternganga dan tak sadar, uap hitam telah memasuki ubun-ubunnya. Tapi ketika benda
berwarna-warni itu menyerbunya dan menyerang, si gila berteriak maka pemuda ini membanting tubuh
bergulingan mengibaskan Im-kan-thai-lek-kangnya.
"Keparat... bress!"
Benda berwarna-warni itu terpental. Mereka tertiup oleh pukulan si gila ini dan terdengar suara
mencicit seperti orang menjerit, atau tikus mencicit. Tapi ketika benda-benda yang terpental itu kembali dan
menyambar lagi, Togur tertawa aneh maka si gila mencak-mencak dan saat itu Thai Liong berkelebat dan
melepas Sin-tiauw-kangnya (Pukulan Rajawali Sakti).
"San Tek, pergi dan sebaiknya jangan di sini saja. Togur menipumu!"
Si gila terpekik. Ia terlempar oleh pukulan ini dan Thai Liong marah memandang si buntung. Togur
selalu berada di punggung temannya itu dan ke manapun pergi selalu diikuti. Si buntung sesungguhnya
berlindung dari kemarahan roh-roh halus itu. Dan ketika San Tek berteriak-teriak karena diserang oleh Thai
Liong dan juga benda berwarna-warni itu, marah dan kelabakan maka Togur diam-diam menyelinap di
sebuah batu besar dan menghilang. Kesempatan telah diperoleh si buntung ini ketika San Tek bergulingan di
batu karang, cepat melepaskan diri dari mara bahaya dan tinggallah si gila itu sendirian berkaok-kaok. Thai
Liong terkejut tak melihat si buntung lagi yang dengan licik meninggalkan temannya. Dan ketika pemuda itu
berkelebat di balik batu karang namun lawan menghilang, Togur lenyap dengan cepat maka Thai Liong
marah mencari-cari.
"Togur, jangan lari. Mana watak ksatriamu dengan meninggalkan kawan!"
Namun si buntung tak menjawab. Thai Liong dengan cerdik telah memancing lawannya itu untuk
bicara dan sekali menjawab tentu dia tahu di mana lawannya berada. Namun karena Togur tak kalah cerdik
dan si buntung itu tentu saja tak mau menjawab, ia membiarkan Thai Liong marah-marah dan mencarinya
maka adalah San Tek yang mencak-mencak dan bingung tak dapat melepaskan diri dari serbuan roh-roh
halus itu. Ia tak tahu bahwa sebuah tanda telah diberikan Togur kepadanya, asap hitam itu. Dan karena asap
atau uap inilah yang menjadikan kemarahan roh-roh halus itu untuk menyerang, uap atau asap ini sebagai
pemilik Bu-siang-sin-kang maka si gila kalang-kabut dan berapa kalipun ia mengibas berapa kali itu pula
lawan-lawannya menyerang lagi. Roh-roh halus itu tak dapat diusir.
"Aduh, tobaat... tolong!"
Thai Liong tak tega. Ia melihat kekalutan si gila itu dan tentu saja gemas dan marah kepada Togur. Si
buntung itulah yang membuat temannya celaka padahal mula-mula si gila itulah yang diandalkannya untuk
menghadapi lawan. Togur benar-benar licik. Dan ketika San Tek bergulingan ke sana ke mari dan akhirnya
bahkan mencebur ke laut, dikejar dan tetap diserang benda seperti kunang-kunang maka Thai Liong
berkelebat dan lengan jubahnya yang merah mengebut ke ubun-ubun pemuda itu.
"San Tek, kau memang sedang sial Togur melepaskan sisa Bu-siang-sin-kangnya kepadamu. Nah,
pergilah atau nanti kau disambar roh-roh penasaran itu..... plak!" dan uap hitam yang lenyap dari ubun-ubun
pemuda ini tiba-tiba membuat San Tek lega karena benda berwarna-warni yang semula menyerangnya itu378 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
mendadak lenyap dan mengikuti uap hitam terbang entah ke mana. Uap itu akan kembali lagi kepada
pemiliknya dan Thai Liong bersinar-sinar. Si gila bangkit berdiri dan mengeluarkan suara aneh. Dan ketika si
gila terbelalak dan jerih menghadapi Thai Liong, jelek-jelek ia tahu terima kasih karena telah diselamatkan
maka pemuda itu tertawa dan... terbang melompati laut.
"Thai Liong, kau hebat sekali. Tapi kau tak dapat merobohkan aku. Heh-heh.... terima kasih dan biar
lain kali kita bertemu lagi!"
Thai Liong tak mengejar. Ia kagum kepada si gila ini karena begitu melesat si gila itupun telah
meluncur dan melayang-layang di atas permukaan laut, lenyap dan tak kelihatan lagi dengan ilmunya yang
luar biasa. Pemuda itu memang hebat, sayang gila. Dan karena lawan telah melarikan diri dan Thai Liong
bergerak mendekati ayah ibunya maka ia melihat ayahnya masih menyalurkan sinkang dan wajah tampak
letih kehabisan tenaga.
Biar kugantikan, pemuda itu berkata. "Kau beristirahatlah dulu, ayah. Aku akan menolong ibu."
Pendekar Rambut Emas membuka mata. Ia mengangguk dan melepaskan tangannya, puteranya itu
telah menempelkan lengan di pundak isterinya. Dan ketika pendekar itu bersila dan tak bertanya atau berkata
apapun, tenaganya telah dikuras oleh pertempuran yang dahsyat itu maka Thai Liong sendiri memejamkan
mata dan tiba-tiba menyebar delapan sinar merah ke seluruh penjuru Sam-liong-to. Semacam jala atau
perangkap batin telah dilepas pemuda ini. Siapapun tak dapat keluar atau masuk di Sam-liong-to. Dan ketika
pemuda itu tersenyum karena Togur tak mungkin lolos, si buntung itu akan menabrak jalanya maka pemuda
itupun duduk dengan tenang dan mengobati ibunya.
* * * "Keparat!" sesosok bayangan berindap dan mengumpat di bawah terowongan gelap, terbungkukbungkuk. "Kau jahanam dan busuk sekali, Pendekar Rambut Emas. Kau melenyapkan Bu-siang-sin-kangku.
Bedebah, terkutuk!"
Bayangan ini memaki dan mengumpat tak habis-habisnya. Ia berada di bawah Istana Hantu dan
mudah diduga siapa dia. Bukan lain Togur si buntung itu. Dan ketika si buntung ini membungkuk dan harus
melewati tempat-tempat basah, ia ingin lolos melalui terowongan bawah tanah maka tiba-tiba kakinya
"digigit" sesuatu.
"Augh!" si buntung marah dan mencengkeram ke bawah. Ia kaget dan berjengit menyangka ular. Ia
telah berada di bawah sebuah guha yang akan terus membawanya ke pantai sebelah barat. Di situ guha itu
akan berakhir dan menyatu dengan dinding tebing hitam. Dari jauh orang tak akan melihat dan ia dapat
bebas pergi. Tapi begitu kakinya sakit oleh sesuatu dan pemuda ini marah mengira ular, tak mungkin hiu
karena tempat itu masih dangkal maka ia membungkuk dan langsung saja tangannya mencengkeram, ke
bawah.
"Krek!"
Si buntung tertegun. Ia meraba benda dingin dan keras yang tak dapat dihancurkan, mengangkat dan
seketika tercengang karena yang dicengkeram adalah sebatang pedang, putih berkilau-kilauan dan matanya
tiba-tiba bercahaya melihat temuannya ini. Bukan ular melainkan pedang, pedang yang tadi menggeletak
dengan matanya yang tajam menghadap ke atas. Jadi bagian yang tajam itulah yang "menggigit" kakinya dan
tentu saja si buntung ini tertawa. Dia tak tahu pedang siapa itu tapi matanya bersinar-sinar dan kagum karena
melihat pedang yang baik. Pedang itu memancarkan sesuatu yang aneh dan ada semacam bercak cahaya di
badan pedangnya, diusap tapi tak mau hilang dan si buntung tertegun, heran. Tapi ketika ia tertawa dan
berseri-seri, pedang itu dapat membantunya di kala dibutuhkan maka ia iseng-iseng membacok dinding guha
yang keras dan ternyata dengan mudah dinding itu sobek, persis kain atau kulit yang lunak saja.
"Ha-ha, pedang yang aneh. Pedang siluman!" si buntung tertawa dan girang. Ia tertarik dan suka
kepada pedang temuannya ini. Pedang itu tidak bersarung tapi tak menjadi soal baginya, diobat-abitkan lagi
ke kiri kanan dan dinding-dinding guhapun tergores dengan mudah. Robekan atau goresan panjang-panjang379 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
terdapat di situ, si buntung tertawa. Dan ketika ia menggurat tanda silang dan membuat gambar tengkorak,
wajah dari Pendekar Rambut Emas maka si buntung ini berseri-seri meletakkan kepala atau tengkorak itu
tepat di tengah-tengah silangan dua garis melintang.
"Ha-ha, kubunuh kau kelak, Pendekar Rambut Emas. Kutaruh kepalamu nanti di sini!"
Si buntung terbahak. Untuk sekejap dia melupakan kesusahannya, mengamati gambar atau lukisan di
dinding itu dengan wajah bersinar-sinar. Namun ketika ia terbatuk dan segumpal darah terlontak dari
mulutnya, si buntung terhuyung dan mendekap dadanya maka ia mengutuk dan wajahpun merah padam,
penuh kebencian. Ia terluka dan luka ini menyesakkan dadanya, terbatuk dan menahan lontakan darah segar
lagi yang hendak meloncat keluar. Pukulan Pendekar Rambut Emas ternyata telah menimbulkan luka dalam
di dadanya, setelah ia kehilangan Bu-siang-sin-kangnya itu dengan direnggut putusnya ikat pinggang jimat.
Dan ketika si buntung mengeluh dan terhuyung maju, ia tak mau kedinginan dan menggigil di bawah
terowongan itu tiba-tiba sesosok bayangan berkelebat dan seorang wanita cantik muncul, pucat dan
pakaiannya compang-camping.
"Siauw-ong...!"
Si buntung tertegun. "Siapa kau?"
"Ah, kau tak mengenal aku, siauw-ong? Aku Ui Kiok, kekasihmu... oohh! dan wanita itu yang terjatuh
dan terseok melangkah maju akhirnya membuat si buntung berseri dan melompat, menyambar wanita ini.
"Ah, kau kiranya!"
Namun si buntung dibuat terkejut. Ui Kiok, wanita ini, tiba-tiba tertawa aneh dan balas
mencengkeramnya. Tanpa ba-bi-bu lagi tahu-tahu ia dipagut. Dan ketika sebuah ciuman panas mendarat dan
wanita itu mendengus-dengus, wajah dan pipi si buntung ini menjadi sasaran maka Togur tahu-tahu dilepas
celananya dan pemuda itu disuruh telanjang.
"Eh... hi-hik!" seruan atau wajah kaget si buntung ditutup oleh kekeh dan tawa aneh ini. "Aku tersiksa,
siauw-ong... aku menderita. Pengaruh inti Arak Sorga membuatku tak dapat tidur. Biar aku melayanimu dan
kau puaskanlah aku!" Togur terguling, dibawa atau didorong kekasihnya ini karena seperti ular buas tahutahu wanita itu menyergap dan menciuminya. Ui Kiok dalam pengaruh arak bius dan arak itu tak akan
lenyap dalam dua hari. Si buntung tertegun dan ingat ini. Dan ketika ia terbelalak dan tentu saja terbakar,
kekasihnya itu pandai memainkan jari-jari maka mereka berdua sudah bergulingan dan Ui Kiok atau wanita
cantik itu tak perduli akan air laut yang membasahi tubuh keduanya. Togur dibuat terlena namun ia
mengeluh ketika dadanya tertindih. Rasa sesak kembali datang dan tiba-tiba ia mendorong wanita itu. Dan
ketika wanita ini terlempar dan Ui Kiok menjerit tertahan, kaget, maka si buntung menyambar pakaiannya
dan berseru,
"Ui Kiok, jangan gila. Aku terluka!"
"Oohhh...!" wanita itu merintih, seperti kucing kepanasan. "Aku tak tahan, , siauw-ong... aku
menderita. Tubuhku panas!"
"Aku tak dapat melayanimu. Kita berdua harus sama-sama keluar dari tempat ini. Hayo, tahan sejenak
dan bantu aku!"
Wanita itu mengeluh. Togur meloncat dan dengan terhuyung si buntung itu batuk-batuk meninggalkan
lorong bawah tanah. Tadi wanita itu juga bersembunyi di situ dan ia panas dingin oleh arak berahi yang
menyiksanya. Siapapun tentu akan ditubruknya dan dimintanya untuk melayani hasratnya itu. Tapi karena
Togur bukanlah laki-laki sembarangan dan si buntung itu dapat membuatnya celaka, kalau ia marah maka
wanita ini terhuyung dan merah padam menahan birahi.
"Siauw-ong, aku.... aku tak kuat. Hawa birahiku memuncak!"
"Hm, kita dapat mencarinya di luar, Ui Kiok. Nanti saja di luar kita cari laki-laki untukmu!"
"Tapi mereka tak akan sekuat kau..."380 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Aku terluka!"
"Aku juga. Tapi, ah.. pukulan Kim-hujin itu tak seberat hawa nafsuku, siauw-ong. Aku bisa mati
sesak!"
Togur tertegun. Wanita itu terjatuh dan terdengar suara "bluk" ketika Ui Kiok tak mampu berdiri.
Wanita itu pening dan terbelalaklah mata si buntung ini melihat paha yang tersingkap. Pemandangan itu
menggetarkan perasaannya dan darah lelakipun berkobar. Dan ketika ia berhenti dan membalik, mau tak mau
menolong temannya itu maka ia menggigil dan langsung mengusap paha wanita ini. Sesuatu yang tak
sengaja biasanya lebih menggairahkan lelaki daripada yang disengaja.
"Kau tolol, bodoh. Tapi, hmm... pahamu mulus sekali!"
"Oooh..!" si cantik menggeliat. "Aku baru dapat jalan kalau seluruh nafsu ini terlampiaskan, siauwong. Aku..... aku pening!"
"Aku tahu. Hm, kau diamlah dan biar sementara ini kita bersenang-senang dulu di sini. Aku jadi
bergairah melihat kau terguling di sini!" dan menerkam atau menubruk kekasihnya itu, mendengus dan
meremas-remas si cantik si buntung inipun melampiaskan hasrat kelelakiannya. Sebenarnya ia ingin menjauh
tapi apa boleh buat matanya tadi menumbuk sesuatu yang menggetarkan, paha wanita ini. Dan ketika
keduanya berguling dan mencari tempat kering, Ui Kiok mengeluh dan girang maka bagai kepiting saja
keduanya sudah saling belit dan terkam. Ui Kiok tak dapat menahan pengaruh arak sementara tadi si buntung
itu mampu mengendalikannya sejenak. Sinkangnya lebih tinggi dan karena itu ia lebih tahan, meskipun
akhirnya ia akan terbawa juga begitu ketegangannya selesai. Pertandingannya dengan Pendekar Rambut
Emas bukanlah tanpa tenaga dan ia benar-benar habis. Urusan dengan wanita sebenarnya lenyap sejenak.


Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi karena pada dasarnya pemuda ini adalah hamba nafsu berahi dan arak perangsang juga masih berada di
tubuhnya, bangkit dan bekerja lagi maka si buntung ini menerkam lawannya dan merekapun sudah seperti
dua ekor binatang jalang yang hanya memuaskan berahi. Nafsu kotor itu menyesakkan dada dan Ui Kiok
girang melihat kesediaan si buntung ia sudah megap-megap dan berbagai cara telah dilakukan untuk
mengurangi nafsu berahinya itu. Maka ketika si buntung menyambut dan ini melegakan napasnya, orang itu
bergulingan di terowongan bawah tanah maka sejam kemudian keduanya terhempas di sudut guha. Ui Kiok
telah mendapatkan sedikit kepuasannya dan Togur begitu pula. Si buntung menyeringai dan bangkit berdiri.
Tapi ketika Togur menyambar pakaiannya dan juga pedang itu, siap melangkah gontai maka Ui Kiok
bergerak dan berbisik di belakang telinganya,
"Siauw-ong, kurang, Aku masih ingin lagi!"
"Hush!" si buntung mengelak, membentak. "Cukup kita bersenang-senang, Ui Kiok. Aku hendak
keluar dan kita harus meninggalkan Sam-liong-to. Si Rajawali Merah ada di sini!"
"Rajawali Merah? Siapa dia?"
"Putera Pendekar Rambut Emas itu, Thai Liong!"
Ui Kiok terkejut, tapi tiba-tiba tertawa aneh. "Aku tak takut. Asal siauw-ong mau lagi maka aku akan
menunjukkan sesuatu untuk menundukkan Si Rajawali Merah itu. Biarlah kita berdua di sini dulu!"
"Hm, jangan main-main. Apa yang kau maksud, Ui Kiok. Kenapa tawamu begitu aneh. Katakan dan
jangan membuat aku marah!"
"Siauw-ong mau menemaniku di sini?"
"Main cinta lagi? Gila, aku capai, Ui kiok. Jangan minta yang itu!
"Tapi aku butuh.."
"Aku tak perduli. Kita harus keluar atau biar kau tertangkap di sini!" dan si buntung yang gemas dan
jengkel kepada temannya lalu membalik dan tidak mau banyak bicara lagi. Ia sudah puas dan terserah wanita
itu puas atau tidak. Dadanya sesak lagi dan ia harus mencari tempat persembunyian untuk mengobati luka.
Di belakang masih ada Si Rajawali Merah dan Pendekar Rambut Emas itu. Ia harus cepat-cepat menyingkir.381 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
Tapi ketika ia melompat dan terseok maju, tak lama kemudian sudah tiba di ujung guha dan meloncat ke atas
tiba-tiba sebuah benda berat menahan dan menyuruhnya kembali ke bawah.
"Bluk!"
Si buntung kaget. Ia terpekik dan meloncat lagi, kembali dihantam sesuatu dan terbanting ke bawah.
Dan ketika enam kali ia gagal dan Ui Kiok berkelebat muncul, tersenyum, maka wanita itu berseru,
"Aku juga sudah mencobanya seratus kali, siauw-ong. Tapi seratus kali itu juga gagal dan aku selalu
terbanting ke bawah. Aku seolah membentur jala tebal atau tangan siluman. Kita terkurung!"
Si buntung pucat. Ia mendongak dan tiba-tiba matanya menangkap sesuatu semacam cahaya tipis.
Cahaya itu mirip awan atau selaput luas dan tertegunlah si buntung melihat ini. Sebagai orang yang pernah
memiliki ilmu-ilmu hitam tahulah dia apa yang terjadi. Pendekar Rambut Emas atau Thai Liong telah
mengurung pulau dengan kekuatan batin. Kekuatan itu seperti jala sakti di mana orang tak mungkin masuk
atau keluar dengan enak. Kalau pemilik ilmu tak melepas "kuncinya" maka jangan harap dapat lolos. Iapun
juga begitu! Dan ketika Togur berubah dan pucat mukanya, Sam-liong-to telah ditutup maka si buntung itu
membanting pantat dengan lemas dan iapun mengepal tinju, mengutuk lawan.
"Keparat, kita terperangkap, Ui Kiok. Sam-liong-to telah dijaga ilmu batin!"
"Ilmu batin? Maksudmu?"
"Thai Liong atau ayahnya telah melepas kekuatan sakti untuk menjaga pulau ini. Ayah dan anak itu
melempar perangkap di pulau!"
Ui Kiok tertegun. Ia baru tahu bahwa seorang manusia dapat melepas jala batin mengepung musuh.
Dengan begitu mereka tak mungkin keluar dan kaget tapi kagumlah wanita itu. Pendekar Rambut Emas atau
puteranya memang hebat. Dan teringat betapa dulu ia pernah menawan Thai Liong, yang lolos dan akhirnya
membuat ia dan saudaranya malah celaka si cantik ini mendecak namun ia juga mengepal tinju karena baru
sekaranglah ia tahu mengapa ia tadi tak dapat keluar. Kiranya karena selaput tipis dari jala batin itu, selaput
yang amat kuat dan siapapun tak mungkin lepas!
"Hm, kalau begitu bagaimana, siauw-ong? Apa yang hendak kau lakukan?"
"Kita tak dapat keluar..."
"Aku tahu, dan karena itulah aku tadi lalu masuk kembali ke guha bawah tanah. Yang hendak
kutanyakan adalah bagaimana sikapmu setelah tahu ini!"
"Aku ingin membunuh ayah dan anak itu!"
"Kita bukan lawannya, siauw-ong. Dan karena itu kita sampai terbirit-birit!"
"Kau mengagul-agulkan musuh?"
"Tidak... tidak, jangan salah paham. Aku sendiri punya jalan tapi bagaimana siauw-ong dulu. Apakah
ada akal!"
Si buntung terbelalak. Ia melihat Ui Kiok tersenyum aneh dan mata yang bersinar-sinar itu tidak
menampakkan cemas atau takut, Ui Kiok tenang-tenang saja. Dan ketika si buntung bangkit berdiri dan
meringis menahan batuk, ia merasa dadanya lagi-lagi sesak maka ia menyambar dan mencengkeram
temannya ini.
"Ui Kiok, kau aneh dan menyimpan rahasia. Ha-ha, kau pasti tahu sesuatu dan tak usah bertanya
kepadaku. Bagaimana kau saja dan apa jalan keluarmu itu!"
"Hi-hik, siauw-ong mau mendengar kata-kataku?"382 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Tentu saja, kau pembantuku dan kekasihku yang paling cerdik. Aku sudah kehabisan akal dan kalau
kau bertanya maka paling-paling kujawab bahwa aku akan bersembunyi terus di sini sampai ayah atau anak
itu mencabut ilmunya!"
"Hi-hik, terlalu lama, Dan kita keburu tertangkap!"
"Ya, itu yang kukhawatirkan. Sekarang bagaimana kau dan apa jalan keluarmu!"
"Hanya begini saja?"
"Eh, maksudmu?"
"Hi-hik, aku minta upahnya, siauw-ong. Aku dapat meloloskan diri dari sini walaupun Si Rajawali
Merah itu bertemu aku. Kujamin!"
Togur bergerak dan memindahkan tangannya. Kalau tadi ia menyambar mencengkeram lengan adalah
tiba-tiba kini mencengkeram tengkuk wanita itu. Ui Kiok menjerit kesakitan, tentu saja kaget. Tapi ketika si
buntung melepaskan tangannya dan tertawa bersinar-sinar, sesuatu sedang dirahasiakan temannya ini maka
sii buntung berseru, tak sabar, "Ui Kiok, kau tak perlu main-main denganku. Upah apa yang kau inginkan
dan benarkah kau dapat lolos dari tempat ini!"
"Tentu saja, aku menangkap dua muda-mudi itu. Hi-hik, Siang Le dan isterinya terjebak di satu ruang
bawah tanah. Aku mendapatkan mereka!"
Togur menyentak dan mencengkeram kembali temannya. Si buntung itu tiba-tiba tertawa bergelak dan
Ui Kiok menjerit. Untuk kedua kalinya wanita itu berteriak dan merontalah dia dari tangan si buntung. Dan
ketika Togur berjungkir balik namun meringis ketika meloncat-loncat girang, berita yang dibawa temannya
ini sungguh menggembirakan maka si buntung itu berseru,
"Hei, di mana mereka sekarang, Ui Kiok. Di mana Siang Le dan permaisuriku itu!"
"Hm, siauw-ong tak perlu lagi menganggapnya sebagai permaisuri. Siluman betina itu masih
berbahaya. Ia menyebalkan!
"Ha-ha, tak perlu cemburu. Kau akan mendapatkan pemuda itu, Ui Kiok, dan aku perempuannya!"
"Tak mungkin," wanita ini menggeleng, mata berapi-api. "Mereka berdua terlanjur di dalam, siauwong. Tapi sebelum bicara lebih lanjut kita bicarakan dulu permintaanku tadi. Apa upahmu untukku!"
"Ha-ha, kau minta apa? Tentu itu, bukan? Baik, aku meluluskannya, Ui Kiok. jangan terlampau ganas
karena aku terluka. Bu-siang-sin-kangku lenyap. Pendekar Rambut Emas yang terkutuk itu menghancurkan
inti ilmu hitamku!"
"Lenyap? Jadi siauw-ong tak dapat menghilang lagi?"
"Jimatku diputuskan Pendekar Rambut Emas. Ia merenggut ikat pinggangku!"
"Kalau begitu celaka, kita tak dapat masuk!"
"Masuk ke ruangan itu? Menangkap dan menyandera mereka?"
"Benar, siauw-ong. Kalau begitu bagaimana sekarang!"
"Katakan di mana ruangan itu. Dengan sisa-sisa tenagaku mungkin aku dapat menjebol pintunya!"
"Hm, siauw-ong bayar dulu upahnya. Mereka masih bersenang-senang!"
Togur terbelalak. Ia melihat wanita ini terkekeh dan gemaslah ia kepada Ui Kiok. Kalau bukan untuk
kabar itu mungkin ia menyambar dan akan melempar wanita ini. Ia butuh istirahat, bukan bercinta! Tapi
karena di tangan temannya ini dia mendapat jalan keluar, Ui Kiok mendesah dan sudah kembali tersengat
maka apa boleh buat ia tertawa dan menancapkan tongkatnya, tongkat baru karena yang lama hancur.383 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Baiklah, kau masih kepanasan oleh birahimu, Ui Kiok. Kalau tidak dituntaskan tentu kau tetap
mengejar-ngejar aku. Kemarilah!"
Ui Kiok terkekeh. Togur akhirnya mengabulkan permintaannya dan dimintanya agar pemuda itu
melayaninya dua hari dua malam. Nafsunya bergolak lagi dan apa boleh buat si buntung harus mengiyakan.
Dan ketika mereka kembali bergulingan dan Ui Kiok berseri-seri, wajah dan tubuhnya sudah terangsang
hebat maka Togur menubruknya dan sekali sambar si buntung ini membuat temannya terbanting.
Selanjutnya Ui Kiok merintih dan mengerang bagai kucing kebanyakan minum. Togur memperlihatkan
keperkasaannya dengan memuaskan si cantik ini, beberapa kali batuk berat namun ditahan agar permainan
mereka tak terganggu. Dan ketika dua hari kemudian birahi si cabul ini habis, pengaruh arak benar-benar
luar biasa maka Togur menekan dadanya yang sesak dan diam-diam memaki temannya ini yang kesetanan.
Ui Kiok melebihi kuda jalang yang dilanda birahi!
"Nah, sekarang beritahukan kepadaku di mana dua orang itu!"
Ui Kiok terkekeh. Ia bangkit berdiri dan menyambar pakaiannya yang tak keruan. Tubuhnya yang
polos dan putih merangsang tak membangkitkan lagi gairah si buntung. Togur sudah terlalu kenyang. Dan
ketika Ui Kiok menggeliat dan berkelebat ke belakang maka si buntung dibawa ke atas di mana sembilan
kali mereka harus membelok dan naik semakin tinggi.
"Kau ke mana. Hati-hati jangan mendekati istana!"
"Hi-hik, kita dan mereka sama, siauw-ong. Kalau Kim-hujin terluka tentu suaminyapun atau puteranya
harus mengobat dulu. Kau tak perlu khawatir. Kita ke ruang dapur!"
"Ke dapur?"
"Ya, Siang Le dan isterinya terkunci di sana. Mereka tentu juga seperti kita yang harus bermain cinta
dua hari dua malam!"
"Ah, kalau begitu cepat ke sana, Ui Kiok. Siapa tahu Thai Liong atau yang lain mendahului. Cepat!"
Togur malah terkejut, berlari dan menyambar temannya ini dan Ui Kiok diseret. Mereka berdua sama-sama
tahu bahwa suami isteri itu juga sudah menikmati arak perangsang. Bahkan, yang terhebat di antara yang
paling hebat. Yang diminum adalah sari patinya dan itu akan membuat mereka dua hari dua malam
"bertempur". Dan ketika si buntung berkelebat tapi mengeluh dan menekan dadanya, darah tiba-tiba
terlontak segar maka Ui Kiok terkejut melihat temannya ini begitu.
Siauw-ong, lukamu kiranya cukup berat!"
"Hm, tidak kalau. seumpama kau tidak mengajakku bercinta. Kau tak tahu diri, Ui Kiok. Tapi
sudahlah kita tangkap dua orang itu dan jangan sampai didahului Thai Liong atau ayahnya!"
Wanita ini menyesal. Ia tak enak juga setelah mengetahui Togur luka dalam. Tapi mau dikata apalagi?
Bukankah arak perangsang itu adalah buat pemuda ini dan dia korbannya? Togurpun sebenarnya minum, tapi
karena sinkang pemuda itu kuat dan ia lebih dapat bertahan, pemuda itu memang hebat maka Ui Kiok tak
mau banyak bicara lagi dan mengikuti temannya, tiba di sebuah ruangan hangat di mana sebuah pintu tebal
tertutup dan terkunci dari luar. Togur berhenti di sini dan bersinar-sinar, bertanya dengan isyarat apakah dua
orang itu benar di kamar ini, kamar yang tertutup itu. Dan ketika Ui Kiok mengangguk dan berkata benar, ia
tak berani masuk maka Togur menusukkan tongkatnya dan sebuah lubang tiba-tiba terbuat.
"Aku akan mengintai, kau waspada melihat sekeliling dulu."
Ui Kiok mengerti. Si buntung sudah mengintai dan wanita itu kagum melihat tusukan tongkat ke
tembok tebal. Dengan mudah dan gampangnya si buntung membuat lubang pengintaian, padahal terluka.
Dan ketika Ui Kiok berjaga di belakang dan temannya melongok, lubang itu cukup untuk melihat ke dalam
maka Togur berseri-seri karena benar saja suami isteri muda itu di dalam. Hanya, sang isteri atau Soat Eng
terisak-isak, mukanya pucat sementara Siang Le duduk bersadar dengan muka kelelahan.384 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Ha-ha!" si buntung tak dapat menahan tawa. "Kalian bahagia sekali, Siang Le. Rupanya dua hari dua
malam kalian telah menjadi pengantin baru. Tapi Soat Eng adalah permaisuriku, serahkan dia kepadaku dan
robohlah kalian!"
Siang Le dan Soat Eng terkejut. Pagi itu mereka baru saja sadar dari pengaruh terkutuk. Dua hari dua
malam ini mereka dipacu dan dibakar nafsu terus-menerus, tak sadar dan bagaikan gila saja menuruti
dorongan birahi. Mereka secara tidak sengaja telah saling dekap ketika dilempar oleh ayah ibu mereka.
Masing-masing terjatuh ke bawah panggung dan nafsu yang bergolak membuat keduanya saling cari dan
butuh. Untung mereka tidak mendapatkan pasangan lain karena saat itu para pemuda atau anak buah Ui Kiok
dihajar Kim-hujin yang marah. Mereka itu tunggang-langgang dan cerai-berai tak keruan. Panggung yang
ambruk yang dihantam nyonya ini membuat keadaan kacau, apalagi Pendekar Rambut Emas sendiri sudah
bertanding dan menghadapi Togur. Dan ketika segala kekacauan itu disusul oleh gelombang laut selatan,
banyak yang terhantam dan dibawa ombak maka dua orang ini menyingkir dan dengan napas mendengusdengus mereka sudah saling peluk dan mencari tempat lega, bercumbu atau memuaskan gejolak birahi dan
jadilah masing-masing melampiaskan hasratnya satu sama lain. Tak terbayangkan bagaimana jadinya kalau
Siang Le maupun Soat Eng jatuh di tangan orang lain, anak buah Ui Kiok atau para pemuda yang ada di
pulau itu. Dan ketika masing-masing melepas pengaruh arak perangsang dan mencari tempat di dalam Istana
Hantu, sedikit-sedikit suami isteri itu ingat kamar-kamar atau tempat yang aman maka keduanya sudah
berada di dapur istana tapi di sini celaka sekali bertemu dengan Ui Kiok yang juga dilanda birahinya.
"Heii, kau milikku!"
Siang Le maupun Soat Eng terkejut. Ui Kiok menubruk dan Siang Le tahu-tahu dirampas, Soat Eng
tentu saja marah dan memaki. Dan ketika wanita ini membentak dan Ui Kiok dipukul, wanita itu terjengkang
maka Ui Kiok bangkit lagi dan terhuyung menyerang Soat Eng. Keduanya bergumul.
Namun Siang Le, yang tertegun dan mula-mula menonton itu mendadak membantu Soat Eng.
Hubungan atau ikatan batin yang pernah ada di antara keduanya kiranya menuntun pemuda ini untuk lebih
dekat dengan isterinya sendiri daripada Ui Kiok. Pemuda itu marah dan mendorong Ui Kiok. Dan ketika Ui
Kiok terpelanting dan menjerit, wanita inipun tak dapat bertempur dengan baik akhirnya dikeroyok Soat Eng
maupun Siang Le. Suami isteri itu menghajar Ui Kiok hingga wanita ini jatuh bangun. Soat Eng maupun
Siang Le juga tak dapat bertempur baik karena mereka diganggu arak perangsang. Ketiganya terhuyung dan
maju mundur seperti orang mabok. Tapi karena Siang Le jelas ingin dengan Soat Eng, hubungan batin yang
pernah ada membuat pemuda itu tak mau dengan Ui Kiok maka wanita ini menangis dan siksaan berahi yang
akhirnya tak terlampiaskan menjadikan wanita itu meraung dan terlempar ruangan. Soat Eng menendang
wanita itu dan Siang Le menutup pintunya. Jadilah wanita itu tersedu-sedu di luar. Dan ketika dengan marah
Pemisahan The Separation 3 Nancy Drew Misteri Cincin Ramaswami Karya Carolyn Keene Api Di Bukit Menoreh 24

Cari Blog Ini