Ceritasilat Novel Online

Gembong Kartasura 3

Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo Bagian 3


sebentar."
"Iss .... apa-apaan itu mandi .... mandi, eh ..." hampir saja
terbongkar rahasianya, karena ia hendak berkata "mana dapat, kita
bersama-sama mandi?" alangkah lucunya bila perkataan itu sampai
keluar. Untung sekali masih dapat dikendali keluarnya . . . . . Kata
Punung juga tanpa pengertian. "Apakah itu yang dikatakan apaapaan tadi .... mengapa kita tidak holeh mandi bersama-sama
dikali?"
"Pasti saja boleh, asal badanku sehat seperti biasa. Tetapi barubaru ini aku terserang penyakit demam yang agak berat, hingga mau
39 tidak mau alm harus menjauhi air dahulu. Pergi sendirilah kak, aku
menantimu disini saja!"
"O, begitu ..... baiklah, kau tinggallah disini dulu aku akan
segera datang. Tak usah berenang saja. Maka pergi sendirilah Putut
Punung, diiringi pandangan wajah menyengir setan dari Suwarna,
sambil mengguman "Asem . hampir celakalah aku ....!"
**** BAGIAN IV
Belum terlarnpau lama, malahan belum sarnpai seketurunan
(segenerasi), pareg-reg Trunajaja, mengguncangkan negara
Mataram sudah tersusul heboh Surapati di Ibukota barunya,
Maka dapat dibayangkan, bagaimana keadaan ketenteraman negara
pada waktu itu. Masa pageger selalu mernbawa akibat tidak baik
bagi ke amanan umum, lebih-lebih diternpat-tempat yang jauh dari
pusat kekuatan negara. Itulah masa yang menyenangkan sekali bagi
para durjana, bagi para manusia rendah akhlak, yang suka
berdagang tanpa modal, kecuali kekerasan tangan mereka yang
kejam beserra keberanian mereka. Diwaktu semacam itu, dimana
kewibawaan negara tidak meliputi keseluruhan negara ... orang
yang paling kuatlah yang selalu benar, juga betul, biarpun
tindakannya sekejam iblis herkumis.
Dari segala tindakan yang menyeleweng dari kebenaran itu,
yang dirasakau paling kejam dan paling menyusahkan, adalah soal
penculikan anak dara orang. Kebanyakan gadis yang terculik itu,
lalu lebih suka membunuh diri karena. nasibnya yang paling baik,
40 adalah diperisteri oleh penculiknya, yang pasri bukan pilihannya
sigadis, Lebih celaka lagi bila tindakan penculik tadi hanya iseng
semata~mata, karena hendak memanyakan nafsunya belaka.
Celakalah anak dara itu, karena pasti di buang setelah habis di-isap
manisnya.
Permainan setan ini sering dikerjakan oleh pemuda-pemuda
yang kurang bertanggung jawab, hanya untuk membuktikan
keberaniannya, setelah berguru sakti, hitung-hitung mencoba
kemampuannya.
Namun masa buruk semacam inipun ada kebaikkannya, Karena
Ialu bermunculan orang-orang sakti yang membela kebenaran
diseluruh negara. Banyak pemuda-pemuda yang bangkit semangat,
berusaha sekuat tenaga untuk dapat menanggulangi keruwetankeruwetan dalam lingkungannya, membentuk kekuatan-kekuatan
tandingan. Maka hampir disetiap desa selalu terdapat gerombolan
pemuda yang membantu para punggawa desa dalam soal
menyelenggarakan keamanan dalam barisan jagabaya atau
jagawesti.
Lebih-lebih didesa-desa yang ternyata kurang aman seperti
perdesan-pedesan yang tidak terlalu jauh letaknya dari gunung
Sewu, dimana terdapat sarangnya brandal Wangsa, atau
Wirawangsa atau Wiradiwangsa dengan barisannya yang memusuhi
negara secara plintat-plintut terpaksa harus mendirikan barisan
kekuatan kecil-kecilan, untuk bertahan darl tindakan sewenangwenang para brandal tersebut. Anak Wiradiwangsa yang bernama
Wiryadiwangsa, konon seorang gagah perkasa dan sakti
mandraguna, suka sekali akan wajah wanita cantik dan suka
bermain culik gadis orang untuk dibuat selir tarnbahan, maka
kurang amanlah perasaan orang didaerah Selatan itu, bila
mempunyai anak dara yang agak melek rupa.
41 Kali ini yang menjadi sasaran kekurangajaran Wiryadiwangsa,
adalah anak gadis ki gede Tanureja, didesa Bejiharja. Memang,
putri iru cantik juga, namun sudah mempunyai tunangan, seorang
perwira tamtama Kartasura bemama raden Gurnita. Bagi Wirya ...
jangankan gadis baru bertunaggan atau belum bertunangan,
sekalipun wanita sudah bersuami atau sudah menjadi janda .
bukanlah menjadi halangan untuk menculiknya, asal saja memenuhi
seleranya. Ia juga hanya mementingkan soal pengacauan tata
ketenteraman hidup dalam negara Mataram. Bukankah itu berarti ia
telah membantu kesibukan ayahnya beserta teman-temannya, dalam
pembalasan dendam kesumat para pengikut Trunajaya terhadap
Mangkurat II (Amral) . sekaligus dapat mengumbar nafsu
kotornya sendiri.
Waktu akhir-akhir ini, Wiryawangsa nampak sering berkeliaran
tidak terlalu jauh dari rumah besar pagede Karangharja, pada
waktu-waklu yang tidak wajar! Namun agaknya masih dapat
menahan sabar, karena selalu menyumpai penjagaan yang kuat lagi
ketat. Mungkin pula ia hendak mengambil ikannya tanpa
mengeruhkan airnya, kalau masih dapat kesempatannya eruah
kemudian apabila tidak ada kesernpatan lain daripada melalui jalan
kekerasan. Masakan ia akan mundur karena itu, pastilah akan
dicobanya juga menyerobot Sarnasti, anak dara kigede Tanuarja
tersebut.
Dalam hal menggunakan kekerasan itu, yang menjadi
penghalang besar adalah ayah gadis tadi, Pagede itu bekas jago
kawakan dalam geger Trunajaja dulu. Nama Tanuarja sering
disebut-sebut ayahnya sebagai lawan tangguh dalam pertempuran
perseorangan. Belum tentu orang tua itu dapat mengalahkannya,
tetapi untuk mengalahkan dia pastilah juga tidak gampang. Oleh
karena itu, lebih baik jangan sampai bertemu dengan dia saja dalam
soal menculik gadisnya.
42 Pertimbangan-pertimbangan sernacam itulah yang memaksa
Wiryawangsa menyabarkan tindakannya.
Waktu mendekati surup Surja, orang-orang Karangharja
digemparkan karena bisik-bisik orang kepada ternan, yang
diteruskan secara demikian kepada teman lainnya lagi terus
menerus, hingga dalam waktu sebentar saja sudah merata diseluruh
desa. Hebatlah kerukunan kampung disitu, demikian mendengar
kabar adanya kemungkinan bahaya, kekuatan seluruh desa sudah
dapat dikerahkan untuk menghadapinya.
Kenyataan itulah yang terlihat oleh bagus Suwarna dan Putut
Punung yang masuk kedalam desa tersebut, untuk mencari tempat
berrnalam hari itu. Maka berbisiklah bagus Suwarna kepada
ternannya : "Kak Punung ... Apakah yang nampak istirsewa didesa
ini bagimu?"
"Hmm ... aku melihat segala-galanya dik."
"Hai, betulkah itu, Nampaknya kau tidak melihat kekanan dan
kekiri... mana kamu dapat melihat segala-galanya didisini. Coba
jawab, apakah yang pertama kali kau lihat itu?"
"Ha, bagus-bagus ada ujian cerdas tangkas ini. Tidakkah itu
tentang bisik-membisik kepada teman berdekatan untuk
disampaikan kepada teman yang berikutnya, hingga kabar
kedatangan kita ini segera didengar oleh orang? orang didesa ini? ....
betulkah itu? Nah, kalau demikian, boleh diharap segera akan
adanya kejadian terhadap kita ini, maka sebaiknya adik harus siap
sedia menghadapi segala kemungkinan."
"Idih kak Punung, kau benar-benar pernuda luar biasa ...
Masakan nampak tidak jelalatan melihat kemana-mana toh narnpak
bagimu hal yang terasa aneh bagiku, setelah aku melihat beherapa
kali gerak-gerik mereka .... yang mereka rahasiakan."
43 "Baga'mana kita dapat menjadi pendekar yang baik dik, apabila
kita tidak berlatih dengan lirikan ujung mata mencakup segalagalanya tentang gerak orang disekitarnya. Lirikan itulah yang aku
lakukan maka aku juga melihat gerakan-gerakan mereka, sedang
mereka sendiri mengira tengah tidak diperhatikan orang lain."
jawab Putut Punung tanpa menggerakkan kepalanya kearah teman.
Segera mengertilah bagus Suwarna petunyuk temnnnya itu.
Iapun berbicara lirih, hampir tidak menggerakkan bibir, sedang
paudangan matanya tetap lurus kedepan! "Hm ... kau hebat kak,
apakah kiranya yang akan mereka lakukan terhadap kita nanti?"
"Siapakah yang dapat menyawab sebelum terjadi lelakonnya,
lebih-lebih kita tidak tahu keadaan disini, maka pastilah tergantung
kepada penilaian mereka terhadap kedatangan kita ini. Hanya saja
aku kuatir ... disini itu sedang akan adanya .... atau sudah terjadinya
peristiwa yang tidak menyenangkan bagi penduduknya. Oleh
karenanya kita ini mungkin akan mengalamiperlakuan kurang baik
dari mereka. Bila itu terjadi, aku minta kepadamu dik, jangan
keburu marah karena kekesaran dan perlakuan mereka yang tidak
senonoh, hitung hitung berlatih kesabaran, bukan?. Biarkanlah aku
saja menanggapi mereka nanti, cukup lebarlah dadaku rasanya
untuk menerima hinaan-hinaan orang."
"Baik-baik .... seberapa dapat akan aku patuhi petuahmu itu.
Hanya bila sudah keliwat batas, janganlah salahkan aku kalau
tanganku bergerak tidak menurut perintah majikannya."
"Awas dik, kiranya pertunjukan mereka itu segera akan
dimulai. Lihat saja tujuh orang mendatang dari depan itu!" kata
Punung memperingatkan temannya.
"Ha, orang yang depah gemuk hingga membleh-membleh itu
pastilah pemirnpinnya, aih banyaklah macam orang didunia
ini!" bisik Suwarna tersenyum-senyum.
44 "Kau ini, ... ada saja kebawelanmu. Gemuk itu pertanda
kewibawaan, bukan. Semua orang bisa sekali menjadi gemuk
semacam dia."
"Tidak, aku pasti tidak mau menurunkan derajatku sendiri
menjadi babi berjalan tegak demikian."
"Iss .... bicara yang benar dik, jangan menghina orang!"
Hingga disitulah pembicaraan kedua pernuda yang dipandang
aneh sekali oleh orang-orang di Karangharja maka terpaksa
mencurigainya. Mereka itu dihubung-hubungkan dengan tokoh
Wirjadiwangsa, yang selalu diamat-amati, bila muncul disekirar
desa mereka. Sudah wajarlah jika kedua pemuda aneh itu dianggap
mernata-matai keadaan desa, hingga wajib disambut dengan hangat
oleh punggawa Jagabaja, dengan tetindihnya pak Sura Gajah, orang
gemuk tersebut.
Dua kepala Jagabaja yang lain bernama Sura Kencet dan WiraKentus ..... Ada pun pemuda empat orang yang serta itu masingmasing ketua regu barisan pemuda desa yang ikut dalam pertahanan
desanya.
Sura-Gajahlah yang membuka pembicaraan, sayangnya sejak
perrnulaan mereka sudah bersikap permusuhan. Terdengar suaranya
yang keras parau:
"Ha, . berkeliaran didesa untuk keperluan orang lain, bukan?
Hayo bilang terus terang .... apakah gunamu bergentayangan didesa
orang ini?!"
Jawab Punung tenang-tenang saja: "Apa lagi kalau bukan untuk
mencari ternpat bermalam. Apakah dikira enak, tidur menatap
langit, berkemul mega, beralas tanah berkersik?"
45 "Kurangajar .... anak muda, aku bertanya dengan sesungguhsungguhnya kepadamu."
"Apakah aku tidak menjawabmu dengan sungguh-sungguh
pula?" jawab Punung berbalik menanya.
"Huss ... jawabmu itu pasti bohong. Kami sudah tahu macam
pemuda apakah kalian ini . begundal-begundal Wiryawangsa,
paling banter kalian ini mata-mata orang gunung Sewu itu ....
benarkah?"
"Hajaaa . hebat tuduhanmu itu. Dapatkah karnu
membuktikan kata-katarnu itu? Apakah alasanrnu untuk
mengatakan demikian Jancang terhadap kami ini."
"Baru dandanan kalian saja sudah sangat mencurigakan orang.
yang satu bersolek seperri pangeran, sedang yang lain berpakaian
seperti pengemis gelandangan. Kalian masuk kedesa orang dengan
melihat kesegala arah, mungkin sudah dengan penelitian semua
yang nampak kepada kalian .... apakah itu belum cukup terang,
untuk menggolongkan wajah-wajah kalian dalam golongan para
durjana?"
"Go1ongan para durjana .... jadi Wiryawangsa yang. kau sebut
tadi adalah durjana. Tetapi aku dan adikku ini adak kenal orang
yang bernama Wiryawangsa. Memang kami tahu nama brandal
Gunung Sewu. Wiradiwangsa atau Wirawangsa itu, tetapi bukan
Wiryadiwangsa. Oleh sebab itu pastilah kalian salah terka."
"Ha-ha-haak ... apa bedanya Wirawangsa dan Wiryawangsa,
itulah setali tiga uang, sami-mawon ... Masakan orang kenal
Wirawangsa tidak mengenal anaknya si Wiryawangsa-ha-ha-haa...!
Kau mau bilang apalagi sekarang. Tidakkah kamu sudah
menerangkan sendiri keadaan tampangmu itu?"
46 Tidak mungkin lagi sekarang bagus Suwarna menahan panas
hatinya. "Baiklah babi buduk ... kalau kalian tidak menerima baik
alasan orang yang betul . kalian hendak berbuat apa terhadap
kami. Hayo bilang ... sebelum tanganku ini nyasar kemulutmu yang
menceng itu!"
"Apa kau bilang .... hah ... be-be- berrrani." Keruan saja Wira
gajah menjadi marah sekali, hingga hampir tidak dapat berkata
wajar lagi.
"Berani saja! mengapa tidak .... mengatakan babi busuk
kepadamu, karena perangaimu tidak selisih banyak dari habis
kusebut tadi . sudahlah pendeknya, kalian mau mengeroyok,
majulah bersama-sama ya. . ... datangkan orang-orang seluruh
desarnu, untuk menghadapi kami berdua ini. Siapa sih takut
dikeroyok sebangsa jejadian semacam kamu ini !"
"Sss .... se;ss .. se-setan nnnn . . . . kata orang gemuk itu sambil
maju menyotos kearah Suwa:na,. nampaknya dengan sekuat
renaganya. Karena waktu dikelit oleh pemuda pesolek tadi, hingga
nampak Wira gajah menghantam angin, badannya terus saja
menyelonong maju tanpa pengawasan lagi, celakanya langsung
menggabrus batang pohon trernbesi, maka nyonyor seketika
bibirnya yang sudah rebal itu.
"Bbb ... bbb ... ba.ba-bbbangsattt . masih belum lancar
bicaranya saking marahnya. "Jed-j-ja jangannn lar-lariii!"
sambungnya terengah-engah.
"Siapa bilang mau lari menghadapi srudukan babi tak dapat
membelok saja." kata Suwarna menggoda sejadi-jadinya .... dengan
wajah menyengir setan pula didepan orangnya. Benar-benar
menjadi kalaplah Suragajah, ia menyerang tanpa menghiraukan
keselamatan diri lagi, ingin sekali ia dapat menyandak lawannya
47 untuk dapat dirernas remas, tidak peduli badannya sendiri terpukul


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

remuk.
Tidak tegalah rasa hati Putut Punung membiarkan erang
menjadi kalap keliwat liwat itu. Maka dengan sekali meraih
terpeganglah pergelangan tangan Sura-Gajah, segera pula orang
depah gemuk itu mendeprok ditempat ia berdiri hendak menyerang,
karena kekuatannya mendadak larut habis, kuras tanpa sisa.
Berkatalah Punung dengan suaranya yang berwibawa: "Tahan dulu
.... mengapa tidak sabaran hingga banyak menjadi rusak karenanya.
Haruskah segala urusan diselesaikan dengan mengadu kekuatan,
apabila masih dapat dirundingkan secara cermat. Sebenarnya aku
ingin sekali bertemu dengan kjai gede dari desa ini ... siapakah itu?"
Jang kini menyawab ki Sura-kencet; "Itulah ki-gede Tanuarja.
Baiklah kita bersama-sarna menghadap kjai lurah saja, untuk
mernecahkan persoa lan ini."
"Nah, begitulah pasti lebih baik. Mari mari ... apa baiknya
orang bertempur karena alasan sepele, mungkin karena salah faham
saja."
"Bagaimana dengan lurah Sura-gajah yang kau lumpuhkan
itu?" tanya pak Kencet.
"Jangan cemas, segera ia sembuh kembali, serelah aku tepukrepuk punggungnya, lihat saja."
Dengan tiga tepukan pada punggung orang, meloncatlah Suragajah, karena kekuatannya sudah pulih seperri sediakala, juga
dengan seketika. Tidak habislah kekaguman dan keheranan
Suragajah tentang kehebatan pemuda awut-awutan itu.
48 "Sssssss.. setttaan ...... "kata orang gernuk itu sambil maju menyotos
kearah Suwarna, nampaknya deugan sekuat tenaganya, Karena waktu
dikelit oleh pernuda pesolek tadi, hingga ......
49 Kiranya ia sudah kapok tujuh turunan, hingga tidak berani lagi
memandang kepada pesolek ugal-ugalan itu supaya tidak usah
marah Lagi. Dibiarkan saja dia cengar-cengir mendongak kelangit.
Tahulah orang bahwa dia menahan ketawanya melihat tingkah laku
sigemuk sekarang berbalik kearah sopan. Biarlah dia ketawa terkialkial, asal tidak mengejek dengan mulutnya yang tajam ini ... jadilah
kiranya.
T'iba-tiba narnpak dari jauh ada orang tari dengan tangan
serabutan hendak menerangkan sesuatu.
Setelah kira-kira dapat didengar suaranya, berkatalah orang itu
sepatah-sepatah: "Pak Sura-gajah-kigede-hendak-dibunuh orang,
lima .. Dengan datangnya itu, selesailah pula ia menyampaikan
tugasnya.
Terpaksa maju lagilah Sura-gajah: "Ada apa Kadimun ... ada
kejadian apa dirumah ki Ageng."
Jawab pemuda tanggung itu terputus-putus karena
pernafasannya masih belum biasa kernbali, "Tarnu . Lima orang
. berselisih . Ki Ageng ber ... tempur .... dengan .
Wirawangsa ....."
Segera sigendut itu lari mendahului seperti bola menggelinding,
sambil berseru: "Teman-teman, bantu kigede semua."
Tanpa kecuall orang-orang membentang kaki menuju kerumah
kiageng Karangharja. untuk menolong pemimpinnya. Mereka itu
berlari sambil berteriak-teriak memberi pertanda adanya bahaya.
Keruan dari tiap-tiap rumah keluar pemudanya atau orang lakilaki memegang senjata, yang hendak serta mempertahankan
kehormatan desanya.
50 Maka dalam waktu tidak terlalu lama halaman muka rumah ki
Gede sudah banyak sekali orang bersenjata macam-macam, hendak
menghadapi lawan.
Namun mereka tidak berani lancang bertindak sebelum
mendapat aba-aba dari pemimpin. Apakah yang kini mereka
lihat?.... Pertempuran sengit antara ki Gede Tanuarja melawan
pemimpin brandal Gunung Sewu ki Wirawangsa .. seorang
melawan seorang, dengan tangan kosong. Dalam soal umur, mereka
kira-kira seimbang . setanding juga soal kedigdajaan mereka.
Jago-jago kawakan ini pasti tidak baru sekali ini saja bertempur
. mungkin mereka itu musuh-musuh lama di beberapa medan
perang, jarnan Trunajaja. Terdengar suara Wirawangsa mengejek
lawan: "Nah-nah Tanu, ... lihat tuh orang-orangmu sudah semua
datang. Hayo beri aba-abalah untuk mengeroyok. Dasar kamu sejak
dahulu bangsa cecurut licik, hanya berani menghadapi lawan dalam
kerubutan ... Mana kamu berani tangguh melawan aku seorang diri.
"Wirawangsa genjik kau ini, masakan hanya kamu seorang,
laki-laki seluruh jagad ini. Kapan aku dapat kesempatan untuk
menghadapimu seorang melawan seorang, sebelum hari ini. Kami
selalu bertemu dimedan perang barubuh, mana bisa kita tidak
bertempur secara kerojokan orang banyak. Hai, kunyuk kuwuk
sekarang inilah kita bisa bertempur perorangan. Hayo, pertontonkan
segala lagumu, untuk aku timpali."
" Ha, ujar orang laki-laki sejati. Aku mau tahu sampai dimana
ketahananmu menghadapi aku tanpa dibantu orang lain!" kata Wira
sengaja mengejek.
Memang ia memancing kemarahan orang supaya dapat bertempur
seorang melawan seorang. Sekalipun ia merasa sanggup dengan
bantuan teman teman yang dibawanya, untuk melayani orang satu
51 kampung adalah tidak terlalu menarik perasaannya. Oleh karena itu,
ia menggunakan siasatnya ...... dan siasat itu berlaku baik.
Itulah yang dilihat oleh orang? orang ki Gede Tanuarja. Terpaksa
mereka tidak dapat berbuat apa apa, karena janji kiageng sendid,
hendak bertempur tanpa bantuan. Yang masih dapat dilakukan
bersama ialah, mengepung ke-empat lawan mereka.
Karena seram dan serunya pertempuran setanding kedua jago
kawakan ini .. orang melupakan. Wiryawangsa yang tidak
nampak bersama?sama lagi dengan brandal-berandal Gunung Sewu
itu, Tidak seorangpun merasa bahwa orang muda yang justru
menjadi biang-keladi kekacauan ini, tidak berada. ditengah-tengah
mereka. Dilupakan sama sekali bahwa Wirya, hendak menculik
gadis ki Ageng, dan pasti mencari kesempatan dimana orang sedang
berlengah-lengah. Tetapi siapakah memikir hingga disitu, apabila
orang sedang terpancang pada pemandangan lain yang
mendebarkan hari menegangkan perasaan.
Makin lama pertempuran kedua jago tua itu makin menjadi hebat.
Kini pergulatan itu sudah memasuki babak adu senjata pamungkas.
Nampak kedua-duanya meloncat mundur sedepa, untuk berdiri
dengan kudakuda masing-masing, dalam pengerahan renaga sakti
untuk pengetrapan ilmu simpanan masing-masing pula.
Kiranya yang selesai dulu mengerahkan tenaga sakti itu si brandal
Gunung Sewu. Maka segera menyeranglah ia dengan tangan kanan
diangkat tinggi-tinggi dan tangan kiri dilonyorkan menyilang
dadanya, berloncatan dengan cara menggeser, kaki kiri selalu
berada dimuka. T angan kanan yang diangkat tinggi tadi
menyambar secepat kilat kearah dada orang
Bukan main hebatnya gebugan itu, lebih lebih kiageng Karangharja
belum selesai melarnbari dirinya dengan ilmu andalannya.
52 Untungnya, ia masih cukup gesit untuk meloncat kesamping,
mengelak gebugan tersebut. Namun tak urung ia telah merasakan
srernpetan angin pukulan rujak-beling lawan jang membinasakan
itu, bila sampai terkena telak. Baru srempetannya saja sudah terasa
seperti disajat pisau tajam kulitnya.
Agak menjadi kacaulah pengerahan tenaga kiageng, karena
kedahuluan lawannya itu .... , terpaksa ia masih harus berlincahan
menghindar dan mengelak menjauhkan diri dari rnusuh tangguhnya.
Wirawangsapun tahu hal itu, maka serangannya lebih dipercepat
dan diperhebat, untuk mendapat kemenangan terakhir. Baru waktu
Sumber Pustaka : Gunawan Aj
Pdf image : Gunawan Aj
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
sudah sepuluh kali menghindari serangan pemimpin brandal tadi,
kiageng dapat mengumpulkan tenaga saktinya yang harus dipakai
dalam menggunakan ilmunya Kebo-dungkul . pukulan tangan
kosong yang beratnya. sama dengan serudukan kerbau tanpa
tanduk.
Sayang, kali ini kiageng kurang yakin bahwa ilmunya pasti dapat
untuk menandingi kedahsjatan lembaran lawannya itu, karena
berkali-kali terkena srempetan angin pukulan Wirawangsa, hingga
terpaksa menirnbang-nimbang kemampuan pukulannya sendiri.
Narnun serangan Wira sudah keburu datang dengan derasnya ...
Karena tidak berkesempatan lagi mengelak mau tidak mau kedua
lengan dengan lambaran sakti masing-masing beradu keras sekali
..... plak-plak .....!
Tidak terlampau keras terdengar benturan kedua lengan perkasa itu,
tetapi akibatnya ternyata berlebihan. Ki Ageng Tanuarja nampak
mental selandejan kebelakang lalu jatuh terjongkok sambil
memegang dadanya, memuntahkan darah sekumuran dengan mata
mencereng menahan sakit.
Wirawangsa melangkah surut lima tindak, berdiri bergoyanggoyang, seluruh badannya gemetar dengan wajah menyeringai iblis,
53 juga menahan sakit, tetapi disembunyikan, Diapun tidak akan dapat
berbuat sesuatu, karena merasa kesemutan diseluruh badannya.
Hanya orang dapat menilai bahwasanya ilmu brandal itu
mempunyai segi keunggulan seurat dari lambaran ki Ageng
Karangharja. Maka menjadi legalah hati para pengikutnya, karena
pasti pemimpinnya tidak kalah dari lawan hebat itu, suatu jaminan
untuk tetap bersikap garang. Siapakah sekarang yang masih berani
maju untuk mengganti lurahnya yang sudah kalah kini duduk
numprah ditanah, guna memulihkan kekuatan itu? Lebih-lebih
pemimpin brandal itu sekarang sudah dapat lagi bergerak lagi.
Dengan tertawa menggeleges, menusuk perasaan, berkatalah dia:
"Heh-heh-heh.., Tahu . tahu rasakah kamu sekarang. Enakkah
gebugan aji Rujak-belingku itu? Ha-ha .... kau kira dapatkah aji
busukmu menandingi keampuhan pukulanku .... Bagaimana
sekarang, apakah yang masih hendak kau suguhkan kepadaku lagi.
Hayo kuraslah pembelaanmu supaya jangan penasaran, bila aku
berkenan meremas putus lehermu nanti."
Jawab ki ageng Tanuarja yang baru setengah pulih keadaannya itu
dengan gagahnya; "Wirawangsa, kerjakan maksudmu yang keji tuu,
siapa takut mah Jelek-jelek akupun prajurit dalam barisan raja
dahulu. Masakan dapat luntur keberanianku menghadapi maut
ditangan musuh, Hayo .. pilihlah senjatamu untuk menyempurnakan
kepergianku ini. Aku akan menyaksikan dengan mata melek
kematianku sendiri .....!"
Terdengar suara orang banyak: "Lurah, apakah kami belum boleh
bertindak.?"
"Jangan-jangan ...! Aku sudah berjanyi bertempur perseorangan
menghadapi dia." kata kigede dengan menggoyang-goyangkan
tangannya. "Janji, adalah janji yang harus ditepati. Bila ada yang
dapat mengganti aku, pastilah dapat kuijinkan bertempur dengan dia
54 sebagai pembelaku. Tetapi kalian tidak mungkin aku ijinkan maju
menghadapinya. Biarlah aku sendiri nanti menyelesaikan persoalan
ini!"
"Kjai lurah ... kata Sura-gajah ... kjai lurah sudah terluka parah,
mana bisa hendak melanjutkan pertempuran lagi. Biarlah aku mati
membelamu!"
"Jangan Sura ... jangan kau mewakili aku. Tidak sudi aku melihat
orang membuat permainan kepada kalian. Tunggulah sebentar, pasti
aku dapat bergerak leluasa lagi!"
Mulutnya berkata demikian, tetapi kenyataannya ki gede memang
terluka parah didalam, hingga bila terjadi perternpuran sekali lagi,
pastilah ia seperti mengantar jiwa belaka.
Tiba-tiba terdengar suara orang berkata sangat nyaring.
"Hei-hei .... sore-sore begini, siapa hendak memhunuh orang. Kalau
toh harus ada orang yang dibunuh . bunuhlah dia ini!" Suaranya
terhenti blug ... ada barang besar jatuh dimuka pemimpin brandal
Wirawangsa.
Semua orang menjadi kaget karenanya. Waktu diperdatangkan,
apakah yang dijatuhkan tadi ... ternyata badan orang tinggi besar .
Wiryawangsa.
Keruan saja Wirawangsa berjingkrakan sambil memaki-maki keras,
setelah menyadari kenyataannya.
"Setan alas ... iblis najis dari mana berani berbuat demikian,
membangkit kemarahan Wirawangsa ... hayo, keluarlah cecurut
hina-dina, temuilah aku ayahnya!"
"Akulah iblis hina itu. kau mau berbuat apa terhadap setan alas
ini. tahu-tahu ada tubuh manusia gagah perkasa menyelinap masuk
55 kalangan pertempuran. Itulah Putut Punung, pemuda berdandan
awut-awutan yang tadi dicurigai orang sekampung, ternyata
sekarang bahwa dia adalah pembela lurahnya, berani menghadapi
berandal
"Kini terjadilah hal yang aneh dimata orang banyak. Pemimpin
berandal yang ganas dan garang luar biasa itu, tampak pias seketika
waktu berhadapan dengan pemuda tak karuan tadi. Ludeslah segala
kegarangannya, lenyaplah segala sifat berandalnya . musnahlah
keberaniannya. Wirawangsa memandang dengan mata melotot dan
mulut melogo, kepada pemuda yang menyebut dirinya ?Najis?,
menirukan suara Wira tadi. Berkatalah pemuda itu, "Wirawangsa
bukankah ini anakmu yang tersayang? Pastilah kau tahu
tentang maksud jahatnya bukan? Ketahuilah bahwa anakmu ini
telah melarikan seorang gadis. Pastilah itu anak ke gede desa ini.
oleh karena itu, terpaksa aku rebut kembali anak dara itu, yang
sudah diserahkan kepada bunya kembali, sedang anakmu kini juga
aku serahkan kepada ayahnya. Kalau perlu bunuhlah dia saja.
jangan gerayangan kepada orang lain yang tidak bersalah Nah,
bagaimana?"
"Sebenarnya siapakah Tuan mengapa selalu merusak
reneana kerjaku adakah permusuhan antara tuan dengan aku
segerombolan?" kata Wira menyimpang dari jawaban langsung.
"Bukankah kau sudah menyebutkan sendiri sebutan-sebutanku
yang ?bagus? tadi mengapa masih menanyakannya? perlukah
itu, tetapi mungkin kau masih membutuhkannya dalam pembalasan
kemudian Ingatlah saja, namaku adalah PUTUT PUNUNG.
Kalau aku selalu menentang rencanamu itu, karena aku ini abdi
rakyat umum, tugasku membela kebenaran dan keadilan umum
juga. Dengarlah pula peringatanku yang terakhir ini.
56 Punung adalah manusia biasa, hingga ia hanya dapat mengampuni
kesalahan orang sebanyak tiga kali maka, bila aku menemui
sekali lagi bertemu denganmu dalam soal yang menyalahi tugasku
lagi . Pastilah kau dan aku tidak dapat hidup lagi dalam satu
jaman bersamaan. Kau atau akulah yang akan berjalan mendahului.
Ingatlah itu, pada waktu kami berjumpa sekali lagi. Sekarang kau
dengan orang-orangmu boleh pergi! Hayo segera jalamlah!"
Semua orang agak menjadi keheranan, melihat pemimpin
berandal gunung sewu itu benar-benar mematuhi perintah jalan si


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Wirawangsa
memondong anaknya yang kiranya hanya dilumpuhkan saja oleh
musuhnya, untuk dibawa pergi diiringi oleh ketiga orang
teman setia mereka yang tak kurang herannya, karena tindakan sang
pemimpin kali ini sangat berlainan dengan yang sudah-sudah. Tak
pula berani mereka bertanya sebab musababnya sang pemimpin
menjadi kawus tidak karuan itu.
Malam itu Putut Punung dengan temannya dipaksa bermalam
ditempat kiageng Karangharja dengan mendapat perhatian penuh,
lebih-lebih setelah pemuda aneh itu dapat menyembuhkan Ki
Ageng dengan cara istimewanya
**** BAGIAN V
Sekali lagi sang malamlah yang menjadi soa yang rumit dan
gawat bagi bagus Suwarna, yang sebenarnya seorang gadis molek
remaja bernama Sasanti niken Sawarni atau Suwarni nama yang
57 diberikan oleh denaju Widasari, karena gadis itu hampir kernbar
dengan ratu Alit ... selagi Suwarna masih berjalan bersarna-sama
dengan Putut Punung. Malam dirumah pagede Karangharja itu
adalah malam yang kedua, dalam perjalanan mereka.
Dasar waktu belakangan ini bagus Suwarna sudah sangat
kurang tidur ... mula-rnula dalam iring-iringan layon ratu Alit,
kemudian ikut berjaga dimakam ... dan selanjutnya bertemu dengan
bekas kekasih mendiang putri malang itu.
Setelah berkawan dengan Putut Punung ... dimalam pertarna
tidak berani memejamkan mata barang sebentar didalam pondok tua
tersebut. Kalau malam ini dia tidak bisa tidur lagi, apakah jadinya
nanti. Mulailah keruwedan bagus Suwarna, setelah kigede beserta
keluarga hingga para punggawanya menjamu dan menghorrnati
kedua tamu yang berjasa tadi. Karena kedua tamu itu pasti payah
sekali, maka sehabis puas beromong-omong, mereka dipersilahkan
beristirahat dalam karnar diserambi muka. Kamar itu cukup lebar,
yang hanya disekat dengan dinding papan saja disudut pendapa
yang sangat luas. Didalam kamar hanya terdapat satu amben besar,
cukup untuk tidur ernpat-lima orang, malah masih agak longgar,
asal mereka membujur sedjajar saja, Jadi bagi orang dua, arnhen itu
boleh di katakan sangat luas.
"Saudara-saudara pasti sangat payah, karena baru berjalan jauh
lalu terpaksa ikut serta dalam urusan kami tadi, maka sebaiknya
beristirahatlah sepuas-puasnya dulu, dikamar itu. Maaf'kan bila ada
kekurangah-kekurangannya, karena memang hanya itulah yang
dapat kami sajikan kepada para tamu-kata ki Gede Tanuarja ramah.
"Terrma kasih ki Ageng... kami, ini biasa tidur diluar beralas
tanah atau rerumputan, mana dapat tempat peraduan kebiasaan kami
dipersamakan dengan yang ki Ageng relakan untuk kami ini. Nah ...
58 marilah dik kita beristirahat dahulu, besok kita dapat melanjutkan
perjalanan kita lagi."
"Beristirahat dahululah kak Punung, aku masih hendak keluar
sebentar, uutuk mendinginkan badan. Hebat panasnya udara didesa
ini, jawab Suwarna kontan saja ... maka terpaksa agak keliru
menilai udara Karangharja yang sama sekali tidak dapat dikatakan
panas. Namun sebenarnya dia juga tidak salah, karena yang
dirasakan adalah rasa-badannya sendiri ... keruan saja ia menjadi
panas seketika mendengar ajakan temannya. Mana boleh ia diajak
tidur dalam satu kamar dengan dia . . . wah.. wah, gila benar .
tetapi apakah alasannya untuk menolak permintaan temannya itu,
Tidakkah wajar sekali apabila mereka tidur searnben dan sealas?
karena mereka sama-sama pria, . teman seperjuangan, senasib
dan seasib. Dernikianlah dalam pandangan umum. Adapun yang
sebenarnya Suwarna itu seorang gadis remaja .... tidak seorangpun
yang berani mengatakan, karena dandanan dan lagak-lagunya.
Paling banter orang menyangka, bahwa dialah pemuda pesolek
kota, yang tingkah lakunya kewanita-wanitaan, Mungkin sekali
demikian itulah model dikota-kota supaya menjadi perhatian gadisgadis cantik,
"Namun Putut Pununglah yang terpaksa mengerutkan
keningnya mendengar jawab Suwarna yang tidak terlarnpau kena
itu. Mengapakah teman iru selalu menghindari berdekatan dengan
dia agak rapat sedikit
Agaknya pantang benar ia bersentuhan dengan dia juga dengan
pria lainnya. Tidak suka berdiri berdekatan atau duduk terlalu dekat
dengan orang lain. Sudah lebih dari sehari mereka bersama-sarna,
maka pastilah ada sesuatu yang menjadi perhatian Putut Punung
tentaug diri teman aneh ini. Kecuali bentuk raut mukanya yang
terlala manis malah mirip benar wajah ayu ratu Alit ..... kulit. tangan
dan kakinya nampak sangat halus bening, sekalipun keseluruhan
59 warnanya hitam-mams. Suka pula ia akan bebauan yang wangi,
harum, dan selalu berbau bedak wangi, mirip sekali perangai
wanita, adakah ia memang wanita? Kalau itu benar seorang wanita
siapakah dia itu? Menjadi lebih kuatlah raba-rabaannya waktu
mengingat jawaban temannya itu, tidak mau diajak mandi bersama
kesungai . menyuruh orang tidur diluar dengan dalih tikar bodol
segala ....
Sekarang malahan terbangunlah keinginan Punung untuk
mengetahui dengan seksama, kebenaran pemikirannya. Maka
tersenyumlah ia, berkata dalam bati, "Ba1klah, kau mau
mengelabuhi mata orang . aku ingin tahu sampai dimana kau
dapat bertahan!"?
Masuklah ia kedalam kamar mendahului teman, sebagai
dianjurkan oleh bagus Suwarna. Sekali lagi ia tersenyum geli ...
Ambennya terlalu besar apakah akalnya sekarang untuk
menyempitkan tempat berbaring orang lain .... Maka direbahkan
badannya yang panjang besar itu serong melintang diatas amben,
hingga pasti saja mengurangi keleluasaan orang lain yang hendak
tidur disitu pula. Kedua bantal yang semula direndengkan, kini yang
satu dibuat alas kepalanya sedang satunya lagi sengaja dikempit
dilintangkan didadanya.
Mulai mendengkurlah ia, entah pura-pura entah sebenarnya,
karena kepayahan. Bagus Suwarna yang terpaksa keluar karena
ucapannya sendiri, setelah ada dihalaman samping pendapa, segera
merasa betapa dinginnya udara diluar. Lebih lebih pada waktu
daumg sang angin-malam yang lembut tetapi dingin menggigit
kulit.
Maka menggigillah anak dara yang berpakaian laki laki itu
kedinginan, sedang matanya terasa sangat perih karenanya. Tiga
kali berturutan, ia terpaksa menguap, itulah. Pertanda kantuk yang
60 berlebih-lebihan. Tetapi ia bertahan sekuat tenaga, melawan rasa
hampir tak dapat membuka mata itu, pikirnya;
"Kau tidak boleh tidur . tidak boleh, sekali lagi tidak boleh ...
hayo lawan terus rasa kantukmu . . . lawan terus, masakan kalah
dengan perasaanmu sendiri."
Selesai menasehati diri sendiri . serrr, hampir saja ia jatuh
terjerunuk, karena dilanda kantuk lagi. ... Gila ... apa mungkin orang
tidur berdiri, atau ... serrr ... Wah-wah .. celaka. Celaka benar kalau
ada orang yang melihat aku terjatuh karena kantuk.. Apakah kata
orang., kalau aku tertidur diluar begini . . Aih, apakah yang
sebaiknya kulakukan ... Tidur dengan sikap duduk diamben besar
dipendopo bersama-sama dengan para jagabaja ... atau, atau ...
idiiihh ... sulit nih. Hmm ... sudahlah, untung-untungan, aku akan
masuk dalam karnar gila itu. Tak a palah kiranya bersama-sama
dengan dia asal aku tidur duduk saja. Sebelum ia bangun aku harus
sudah keluar lagi . . . mendahului,Maka dengan jalan berhati-hati sekali tanpa menimbulkan suara
sedikitpun, bagus Suwarna masuk kedalam kamar tidur tadi.
Sebenarnya iapun harus tahu bahwa pendekar sakti tingkaran
Punung itu tidak mungkin tidak tahu atau lebih tepat merasa, bahwa
didekatnya ada sesuatu yang bergerak. Boleh gerak itu tanpa suara,
namun tidak bisa tanpa iringan angin lernbur. Dan angin itulah yang
menyentuh kepekaan rasa Putut Punung, Dengan sangat hati-hari
pula ia membuka matanya, karena lekas ia tahu siapa yang masuk
kedalam karnar tersebut, Penerangan untuk jarak yang tetap
dinyalakan dipendopo hanya mampu memberi penerangan sangat
terbatas disekitarnya, Masuknya kedalam karnar melewati celahcelah sernpit dibeberapa bagian dinding papan itu, sama sekali tidak
dapat menerangi kamar tersebut ... tetap remang-rernanglah keadaan
didalamnya.
61 Meremanglah bulu roma bagus Suwarna waktu berada didalam
kamar, harnpir ia segera kernbali keluar ... tetapi ia sudah terlanjur
didalam masakan lalu keluar Jagi tanpa sebab, bukankah Itu janggal
sekali? Sebenarnya apakah yang ditakutkan itu ... Pernahkah ternan
ini berbuat yang tidak senonoh terhadapnya, Audaikata ia tahu
bahwa Suwarna itu nyaranya seorang gadis, sudah pastikah Punung
akan berbuat yang kurang patut terhadapnya. Mengapa ia selalu
takut terhadap dia? Deegan memupuk pemikiran yang demikian
bertekadLah ia duduk dlsarapirig badan orang yang masih
mendengkur itu.
Terdengarlah amben itu berderak lirih waktu bagus Suwarna
duduk, nampak tubuh orang yang tidur tadi bergerak beralih sikap
membelakangi yang baru datang. Mula-mula pemuda pesolek itu
sangat terkejut, melihat tubuh temanya bergerak ... namun segera
menjadi sangat lega, ketika melihat punggung orang. Karena tidak
mendapat teguran atau diajak bicara, maka ia mengira bahwa teman
itu benar-benar tidur nyenyak sekali.
Apa salahnya kalau ia juga mencoba tidur sebentar, karena rasa
kantuknya tidak dapat disabili lagi. Lupa pula ia bahwa rencananya
hanya duduk sambil mengantuk melulu.
la merebahkan diri diamben juga, tetapi agak jauh jaraknya dari
punggung Punung.
Dasar sudah tiga hari tiga malam tidak tidur baru saja kepala
daletakkan pada ujung bantalnya kesadarannya sudah pudar dialam
mimpi. Tertidurlah bagus Suwarna, lebih pulas dari biasanya.
Pernapasannya yang mula terdengar kurang wajar. kini sudah lurus
teratur rapi, hingga mudah diterka bahwa ia sudah jauh dari dunia
kesadaran.
Demi sedikit Putut Punung membalik arah, untuk meyakinkan
keadaannya. Pastilah teman itu sudab tidur nyenyak sekali, lupa
62 sgala-galanya. Ikat kepala yang menutup kepala pemuda itu
terpaksa lepas sebagian ... hingga merosotlah beberapa untai rambut
hitam-legam berombak disamping pipinya.
Sekalipun penerangan lampu ublik diluar kamar hanya remangremang samar saja didalam bilik itu, bagi Punung dengan ketajaman
matanya, sudah lehih cukuplah penerangan itu, guna melihat
sesuatu dengan saksama.
Baginya sekarang ini teranglah sudah, bila temannya itu.
pastilah seorang wanita yang menyaru dengan dandanan priJa,
untuk keperluan tertentu. Dan yakinlah ia bahwa keperluan tadi
pasti ada hubungannya dengan ratu Alit dan dirinya sendiri.
Malahan sebagian besar pesau putri malang itu sudah
disampaikan kepadanya, sebagian telah didengarnya dimuka
kuburan putri kemarin dulu, Mungkinkah masih ada pesan Puteri
yang belum disampaikan karena ada bahayanya bila sarnpai
kedengaran orang lain, hingga harus dirahasiakan baik-baik?
Dernikianlah kesan yang serasa oleh Punung, tentang pemuda
gadungan ini.
Lama sekali Putut Punung menekuni wajah Suwarna .. yang
pasti bukan Suwarna itu, Makin lama wajah itu makin serupa
dengan wajah ratu Alit, Tetapi berbeda mutlak dalam warna
kulitnya, oleh karena kemolekan ratu Alit bertitik berat kepada ajuluar biasa, sedang putri ini titik-berat kecantikannya pada, manis,
juga luar biasa. Maka repotlah hati Punung yang masih sangat
merindukan kekasih yang telah meninggal; sedang didekatnya ada
anak dara yang serupa benar dengan bekas kekasihnya itu. Hanya
dengan kekuatan batin yang hebat saja ia dapat menahan hatinya.
Kuat-kuat ia mernalingkan kepalanya, tidak hendak
memandang lebih lama lagi, supaya jangan menjadi mata-gelap,
Sejak bertemu dipekuburan, Sudah disangkanya bahwa yang
63 bersuara kepadanya itu adalah roh sang kekasih, wajarlah kiranya
jika ia sekarang menganggap putri ini penjelrnaan putri raja itu.
Dengan menyadari keadaan ini, agak terhiburlah rasa pedih hatinya
yang terasa hampir membeku kedinginan ... kini mencair demi
sedikit, karena sinar harapan, ingin ia menemani putri menyarnar
prija ini lebih lama lagi, untuk mengetahui lebih lanjut apakah
maksudnya yang masih dirahasiakan itu.
Supaya jangan menjadi malu atau kurang dapat bergaul bebas
dengannya, ia harus menjaga agar Suwarna tetap merasa helum
diketahui penyamarannya. Maka biarpun Punung. masih sangat
kesengsam melihati wajah manis itu, terpaksa ia merebahkan diri.
lagi dalam sikapnya semula, membelakangi bagus Suwarna, tetapi
ia tidak tega untuk tidak menernpelkan punggungnya kepada bahu
bagus Suwarna, sekalipun sangat sedikit kenanya, Demikian saja
sudah menggetarkan hatinya hebat sekali, hingga terasa
pernapasannya kurang lancar dengan mendadak. Seluruh badannya
terasa kesemutan, gemetaran lirih.
Bagus Suwarnapun seorang pendekar asuhan guru sakti
Biarpun tingkatan saktinya tidak nempil pada kemarnpuan Putut
Punung, retapi ia juga sudah melatih kepek.ian perasaan dan ?
segala ~engind~raan, oleh sebab itu, getaran punggung yang
menempel dibahunya sudah pula cukup, untuk membangunkan
tidurnya yang nyenyak tadi. Mula-mula dirasakan sebagai barang
hangat-hangat nyaman saja tetapi setelah pulih Sama sekali
k,eciadarannya, tahulah ia bah.wa yang menyentuh bahunya itu
tidak mungkin barang lain, kecuali badan temannya.
Mendadak seperti bersentuhan dengan apilah rasa hangat
sernula itu. Sebagai tersentak rasa kagetnya, hingga tahu' tahu
terduduklah ia, dengan sikap marah sekali hendak menempeleng
orang. Pasti saja ia mengira bahwa teman itu berlaku curang,
hendak berlaku kurang-ajar setelah tahu bahwa ia adalah
64 wamta......... Tetapi tangan yang sudah diangkat itu, pelan-pelan
diturunkan lagi, waktu melihat sikap temannya masih saja seperti
waktu dia masuk kekamar. Nampaknya Punung masih tidur nyaman
sekali, hingga hampir setengah malam tidak mengubah sikap
berbaringnya.
"Hmm ...... hampir salah tangan, pasti dia tidak bersalah, malah
belum tahu sama sekali penyamaranku' ini . . . . . . Kalau dia lebih
dulu bangun, lalu melihat keadaanku demikian ini. .. ikat-kepala
hampir lepas, rambut keluar setengah konde, baju beskap terlepas
karnyingnya, sampai terlihat pamekak hijauku, wah-wah ......
celakalah aku. Dimana aku dapat menyembunyikan mukaku
terhadap orang ini. Aih, kangmbok Alit, kau benar-benar menyiksa
aku. Kau lihat, akupun orang biasa dengan segala kesalahan dan
keinginan biasa. Tahukah kau roh yang sudah suci ...... bahwa aku
juga langsung jatuh hati kepada bekas kekasihmu itu. Setelah aku


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihatnya dan bergaul dengannya, pastilah tak ada pemuda lainnya
yang kunilai lebih dari dia. Kangmbok telah mewariskannya
kepadaku, tetapi kalau orangnya sendiri tidak menghiraukan akan
daku apakah jadinya nanti?"
Demikian ramailah pikiran pemuda pesolek itu sambil
mengaw'asi terus punggung orang, hingga terasa panaslah oleh
orangnya. Menggeliatlah Putut Punung, meregang badannya yang
kukuh-kuat itu. Terdengar otot-ototnya bergemerutan,
tulang-tulangnya berkerutukanuaaah.. ia menguap lebar dengan
menutup mulutnya .. .. .. Uaaaiih ...... sekali lagi ia menguap, dan
meregnng badannya, lalu membalikkan tubuh tanpa membuka mata
kemudian menyingkrung lagi seperti udang kering.
Yakinlah bagus Suwarna babwa orang ini belum tahu menahu
tentang penyamarannya.
65 "Heee ...... kak Punung, masakan masih mau tidur bgi. Hari
sudah siang, malu ah..... orang semua telah sibuk, kamu masih sibuk
menutup mata saja. Bungunlah!"
"Apakah matahari sudah tinggi?" Punung balik bertanya
kepada temannya, ' '
"Bukalah matamu itu .... masakan membuka mata sebentar
saja merasa rugi, uwah-uwah . rajin benar kakak ini." jawab
teman itu,
"Hayaaa, kedahuluan matahari tapi tak apalah untuk kali
ini, bukansah kira ini ramu-tamu terhorrnat, yang dibenarkan
berbuat lain dari pada yang lain. Mari kita mandi saja dahulu!"
dengan sengaja ia menguijapkan permintaannya yang terakhir itu
tanpa memandang langsung kepada orangnya, namun krlasan
lirikan sudut matanya justru sangat tajam.
Maka tahulah ia bagaimana warna kulit hitam manis itu
menjadi lebih merah pada kedua belah pipinya yang halus.
Terdengar jawabannya sebagai terlontar dari mulut mungil itu,
"Uila ... sudah siang begini mengajak mandi kesungai . pergilah
sendiri kalau tidak malu dilihat orang banyak!"
"Apa salahnya orang melihat orang . juga, masakan kilta
tidak dapat mencari tempat yang aman tidak dilalui orang. Apakah
kau sudah mandi dahuluan? Atau . masihkah demammu kernarindulu itu?"
"Sudalah! jangan banyak bicara kak, mau mandi .. mandilah
sendiri, tak usah mernusingkan orang lain! Seperti penakut saja
kakak ini, tidur minta ditemani, mandi juga minta kawan . apa sih
yang ditakuti itu?"
"Hmm ... memang aku ini sebenarnya penakut ulung, ada-ada
saja yang kutakuti .... Kadang kadang bayanganku sendiri, tetapi
66 betakangan ini takut kepada pembajanganku, karena selalu masih
ingat akan kangmbok Alit, sering nampak wjahnya didepanku,
hingga aku berbicara sendiri, seperti orang kurang leugkap, itulah
dik persoalanku sekaraug!"
"Yaaa ... aku dapat mengerti keadaanrnu ilu, tetapi tidakkah
kakak dapat memahami pula bahwa orang yang sudah mati, tidak
akan dapat kembali lagi didalam pergaulan kita ini. Mau tidak mau
kakak harus dapat menerima kepahitan nasibmu. Nasihat mendiang
kangmbok juga menganyurkan supaya kakak mengatasi
kesedihanmu, dengan mencurahkan pengabdianrnu kepada
masyarakat, memuju ketingkatanyang lebih tinggi 1ebih bahagia,
lebih makmur. Apabila kau sendiri tetap dalam kesedihan, mana
bisa kau membajangkan kebahagian orang lain. Bahkan mungkin
sekali kau membenci segala ben? tuk kebahagian orang. O1eh
karena itu, kangmbok menghendaki kau hidup sebagai rakyat bia1a,
bergaul rapat dengan rakyat jelata, memahami segala segi tatahidupnya, suka dan dukanya yaa, bahkan kangmbok
menganjurkan kakak mengawini gadis dari kalangan mereka itu,
yang cantik dan kakak sukai."
"Aku sudah mengucapkan sumpahku didepan kubur
kangmbok itu, pastilah akan kutepati janjiku hanya soal beristeri
itulah yang kiranya sangat sulit bagiku, karena aku pastl tiaak akan
kawin dengan wanita siapapun yang tidak seratus bagian menempati
jantung-hatiku. Soalnya adakah wanita yang sama dengan mendiang
kangmbok Alit, seraut dan sebentuk keseluruhan tubuhnya ...... Sulit
bukan?"
"Itulah mustahil, gadis manakah dapat direndengkan dengan
putri raja yang tercantik?. Memang konyol nasib kakak ini, seumur
hiduppun tak akan dapat menemukan orang yang mirip. rupa putri
raja itu. Tetapi asal kamu berani hidup saja, tidak usah kawinpun
sudah lebih baik dari mati cemas kemlurusen-.
67 "Mungkin kau benar dik, tetapi aku masih mempunyai
pengharapan benar. ltulah kareua mimpiku semalam yang bagus
sekali firasatnya."
"Apakah mimpimu itu, coba ceriterakan."
"Aih, mana. boleh pagi-pagi berceritera tentang mimpi baik,
nanti saja, dalam perjalanan aku menceriterakannya kepadamu,
untuk menghilangkan rasa payah. Mari kita bertemu saja dengan Ki
Ageng, untuk minta diri dan berterima kasih atas kemurahnnya."
"Tanpa membersihkan diri dulu kesungai, bagaimana kakak
ini?!"
"Biarlah ... kita gosok kuat-kuat sajalah muka kita, pasti sudah
cukupbersih nampaknya, anggap saja aku mulai dengan hidup
secara rakyat jembel, sesuai dengan pakaianku ini bukan?"'
"Bah .... itulah kebiasaan orang besar kota .... takut
bersentuhan dengan air waktu pagi, karena agak dingin saja, Justru
rakyat desa suka mandi diwaktu pagi-pagi benar. Nah, biarlah
begitu dulu, kalau orang tak suka berdekatan denganmu, janganlah
menyesal. Hayo lekas betulkan pakaianmu, mari kita segera
keluar!"
Setelah turun dari amben dan berdiri tegak berkatalah Putut
Punung. "Sudah beres sejak kemarin dulu dik apanya jang mesti
diluruskan lagi. Mari kita berpamitan kepada ki ageng, dia sudah
duduk diamben besar pendopo."
Ki Gede Tanuarja, memang sudah duduk diamben pendopo,
sedang minum serbat kesayangannya Setelah melihat tamu tamunya
keluar dari karnar, berkatalah ia dengan senyum ramahnya: "Sudah
bangun .... Cukupkah sudah beristirahat setengah malam saja, Marirnari , ... duduk disini dulu, menikmati serbat Karangharja, yang
hangat-pedas!"
68 "Sudah lebih dari cukup ki Ageng. Malahan kami hendak,
minta maaf karena bangun agak kesiangan ini. Soalnya, karena
payah dan menemui ternpat yang jauh lebih baik dari yang biasa
kami jumpai."
"Heh? heh-heh." ... jawab ki Ageng menggelegas, "Apanya
yang harus dimaaf'kan angger, kalau, mau saja, boleh angger
beristirahat lagi sepuas-hati, tetapi marilah kita minum-minum
sebentar dan memilih hidangan yang dapat kami sediakan ini, guna
melewatkan pagi berkabut itu. Silahkan-silahkan."
"Benar-benar nikrnatlah wedang serbat istimewa Karangharja
diminum bersama-sama makan juadah-bakar masih hangar pada
waktu pagi demikian, lehih lebih bagi orang-orang jang sudah agak
lama tidak teratur makannya seperti kedua orang .perantau itu,
Gajenglah ornong-omong pagi dipendopo pagede Tanuarja, karena
keramahan tuan rurnah yang sudab sembuh sarna sekali dari
ijederanya kemarin. Sudah barang tentu pula pembirjaraan mereka
melanrur kebarat dan ketimur.
Pada pertanyaan Putut Punung tentang sebuah lukisan pedang
berbentuk indah sekali, yang nampak diatas gawang pintu kerumah
belakang ...... jawab ki Gede "Itulah lukisan kuno angger, mungkin
sudah lima turunan dari pelukisnya. Bagi kami yang memilikinya,
kami anggap bukan lukisan melulu melainkan sebagai rajah tulakbala (malapeeaka). Lukisan pedang indah itu diturunkan dari ayah
kepada anak-sulungnya sampai kepada tanganku sudah kira-kira
lima turunan. Pedang itu disebut PEDANG JANUR NAGASURA,
konon tajam dan ampuhnya pedang itu luar biasa sekali, dapat
direndengkan dengan pusaka-pusaka ampuh dikeraton dari
jaman MAJAPAHIT.
69 Kalau angger suka mendengarkan ceriteranya, boleh saya
paparkan sebentar garis garis besarnya sebagai iseng tambahtambahan pengetahuan saja."
"Pasti saja kami suka mendengarkan ceritera itu ki ageng,
silahkan ki ageng menuturkannya!"
Mulailah ki Gede Tanuarja berceritera tentang lukisan pedang
sakti diatas pintunya.
"Salah satu perwira tinggi Majapahit, berpangkat Manggala
Rana, sederajat dengan bupati tempur jaman sekarang bernama
SINGAPATI. Banyak orang sakti-mandraguna pada jaman dahulu
itu, tetapi tidak seorangpun dapat disamakan dengan manggala-rana
SlNGAPATI ini. Dia seoranglah yang mempunyai kemungkinan
paling luas pada jamannya karena kesaktiannya dan ilmu pedangnya
yang luar biasa sekali disamping pedang ampuh tiada taranya,
pedang JANUR NAGASURA, yang dilukis itu.
Dalam keroyokan pengepungan ratusan orang Singapati
sanggup menembus kepungan, asal saja ia memegang pedang
saktinya itu. Jangankan kayu penggada dan besi atau logam lain
tidak taban putus terbabat pedang tersebut, sekali-un senjata dari
baja murni, akan mudah terpotong dengan mudah sekali oleh
pedang itu.
Pada perang besar terakhir melawan laskar gabungan dari
Demak, dimana laskar Majapahiit hancur tergempur, dimana pula
banyak senapati dart Majapait gugur dalam medan laga ....... banyak
orang melihat sendiri, senapati SINGAPATI dapat menyelamatkan
diri dengan menembus pengepungan musuh yang rapat lagi ketat
sekali, karena pedang dan permainan pedangnya. la dapat
mempertahankan diri hingga malam hari dan mempergunakan gelap
malam ia menerjang kepungan laskar musuhnya Selamatlah ia,
menoblos kepungan itu, lalu menghilang entah kemana.
70 Karena pertahanan Majapait sejak itu tidak ada yang berarti
lagi maka selanjutnya orang tidak tahu lagi kemana larinya orang
saktti dengan pedang istimewanya itu. Hanya dapat dipasiikan
bahwa dia menuju kearah barat itulah karena pada suatu waktu
diketernukan orang lukisan pedang ini, Para ahli berpikir
mengarakan. Siapakah yang dapat melukis pedang sakti itu hingga
mirip pedangnya sendiri, kalau bukan yang memilikinya sendiri
pula. Maka dapat dipastikan bahwa orang tanpa tandingan tersebut
berada disekitar gunung-gunung Kawi, Lawu atau Pandan bila
orangnya belum meninggal.
Kalau orang itu sudah mati, pastilah kerangkanya masih dapat
diketernukan orang yang kebetulan menernukan persembunyiannya,
Akan berbahagialah orang itu karena pasti juga dialah pemilik
benda tak ternilai harganya, pedang Nagasura, Mungkin sekali
orang itu mempunyai keropak pelajaran ilrnu pedangnya, yang
masih dapat dipelajari oleh penernunya, hingga tidak usah ilmu
pedang Janur Nagasura lenyap dari persada bumi Jawa.
Sayang, sampai sekarang tidak seorangpun dapat menemukan
gua Singapan itu. Di jarnan nenek saya, ada usaha menernukan
persembunyian orang dalam ceritera ini, tetapi usaha itu gagal
sernua ... mungkin karena kurang tekun, atau kurang kemampuan
perseorangannya, hingga ridak dapat mengatasi kesulitan dan
rintangan-rintangan yang tersulit ditengah jalan.
Sekali lagi aku merasa sayang sekali, kalau pusaka itu sampai
tidak dapat diketemukan kembali beserta imunya. Kini banyak
orang-orang muda yang boleh disebut sakti sekali misalnya angger
ini, mengapa ridak mencoba-coba mencari jejak Sang SINGAPATI
untuk dapat mewarisi ilmu serta senjata ampuhnya itu, Pastilah
waktu yang diperuntukkan itu, tidak terbuang sia-sia belaka. Dalam
mengikuti jejak orang luar biasa tadi pastilah akan bertemu deugan
segala. macam pengalaman yang berrnutu tinggi bagi kehidupannya
71 hingga ..... bila tidak dikeiemukan orangnya, sudah bertarnbah
pengetahuan dan pengalamannya. Hanya saja perjalanan itu
berbahaya sekali bagi orang yang kurang modal kesaktian.
Nah, angger...., itulah ceritera lukisan pedang Janur Nagasura,
Semoga ceritera pendek ini bermanfaat dalam pertemuan kita,
setidak-tidaknya supaya menjadi kenang-kenangan indah."
"Kedua tamu muda itu mendengarkan dengan sungguhsungguh ceritera ki Ageng, tanpa menyela barang sepatah katapun,
untuk minta penjelasan. Mungkin karena ceritera itu disajikan
dengan sederhana sekali hingga mudah sekali ditangkap intinya.
Apabila bagi orang kebanyakan ceritera itu hanya bagus sekali
untuk didengar saja, ... bagi Putut Punung agak berbedalah
makannya. Seolah-olah jiwanya tergoncang keras untuk berbangkit
dan berusaha, supaya ilmu pedang nomor satu beserta pusakanya
tidak terlanjur musnah ditelan kala. Sekurang-kurangnya ia akan
berusaha mencoba nasibnya, beruntung-untungan menemukan
peninggalan jaman kuno itu, setelah berpisahan kemudian dengan
Suwarna nanti.
Bertanyalah ia kepada pembawa ceritera itu. Ki Ageng,
adakah petunjuk-petunjuk perkiraan orang bahwa Singapati itu .
harus berada disekitar gunung?gunung yang ki ageng sebut tadi?"
"Petunjuk yang tertentu, memang tidak ada ngger . Tetapi
orang berani mengatakan itu, karena lukisan ini diketemukan.
dikaki gunung Lawu, maka petunjuk utama bagi orang yang hendak
mencoba menemukan kerangka orang sakti itu, adalah menyelajah
gunung Lawu .. dan kemudian mencoba di gunung lainnya
setelah yakin hahwa orang itu tidak akan dapat diketemukan
digunung lersebut. Adakah anger berminat, untuk mencarinya?
Kiranya tidaklah terlalu janggal apabila anggerlah jang mendapat
anugerah Tuhan sebesar itu!"
72 "Akh, ki ageng terlalu tinggi menilai diriku ini. Aku hanya
seperti yang kebanyakan saja. Anggaplah pertanyaanku itu sebagai
iseng saja."
"Ya yaa ...... tahulah aku angger, hanya alangkah suka juga
hatiku kemudian bila ternyata ceriteraku tadi, terbukti nyataanya
dan anggerlah orang yang membuktikannya itu."
Demikianlah mereka itu masih melanjutkan beromong-omong
kira-kira setengah jam lagi baru kedua tamu muda itu
diperkenankan melanjutkan perjalanan mereka.
Ki Ageng sendiri berkenan mengantarkan mereka sampai
diperbatasan desa, baru mereka berpisahan sebagai keluarga yang
baik.
Kini mereka tinggal berdua, hingga dapat mempercepat jalan
mereka. Karena masih terpengaruh oleh perpisahan dengan orangorang Karangharja yang baik bagi mereka itu, maka mereka
berjalan tanpa berkata-kata, sementara waktu masih hanyut
dalam perasaan masing-masing. Setengah jam kemudian mereka
sudah melampaui karang perdesan dan pedukuhan Karangharja,
menempuh jalan yang melalui hutan lagi menuju ke Kartasura.
Dengan lirikan yang tajam Suwarna mengerling kepada


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ternannya, yang masih membisu saja. Tegurnya : "Hmm, kak
Punung .... kau ini masih dapat berbicara atau tidak ?"
"Kukira lidahku belum beku sama sekali. Adik hendak
menanyakan apakah kepadaku? jawab Punung sambil menyeringai
lucu.
"Apa lagi kalau bukan mengingatkan kepadarnu, yang
agaknya pelupa ulung pula ini, tentang mimpirnu semalam?
Bukankah kau hendak menceriterakan itu setelah kita berjalan?
73 Apakah yang sedang kita lakukan ini ... mengapa tidak lekas
berceritera untuk melunasi janji.
"Baik-baik, aku segera bicara .... Dalam mimpi itu aku
kedatangan putri Alit. Nasehat yang diberikan kepadaku dalam
mimpi itu, mengapa sarna benar dengan nasehat jang adik ucapkan
tadi pagi. Tidakkah itu sangat ajaib. Perbedaannya hanya pada
bagian-bagian terakhir, jakni kangmbok Alit mengatakan, bahwa
didunia ini ada seorang dara yang serupa benar dengan dia, dan
gadis itu adalah saudara sepupunya sendiri yang harus kucari dan
kuanggap sebagai ganti kangmbok Alit, bila gadis itu dapat
menerima aku sebagai teman hidup. Oleh karena itulah aku
mengatakan, masih ada harapan bagiku tadi pagi. Pastilah gadis iru
akan kucari kernudian, setelah aku selesai dengan latihanku
terakhir.
"Apakah nama dan rumah gadis itu juga disebut oleh
kangmbok Alit?" tanya Suwarna dengan mata penuh selidik.
"Tidak, tetapi kangmbok bilang, bahwa dara itu pasti tidak
terlampau jauh dariku, Bagiku itulah bukan yang sulit, namun
adanya putri yang mirip sekali wujud kangmbok Alit cukuplah
bagiku untuk menghidupkan sernangat juangku kembali, Akan
kucari dia hingga dapat kutemukan" jawab Punung tanpa melihat
kepada orangnya secara langsung.
"Kau kira mudah bukan, mencari orang segelintir diantara
ribuan manusia ini. Kemana hendak kau cari gadis itu?"
"Aku sudah bilang tadi, itupun bukan soal. Apa sih sulitnya
mencari barang atau orang yang sudah pasti adanya! .. Sekalipun
bersembunyi dibalik bumi bila dicari sungguh-sungguh masakan
tidak dapat diketemukan."
74 "Hmm, betul betul aku mau tahu sampai dimana
kesungguhanmu itu nanti. Mencari barang yang ada, sudah barang
tentu berlainan sekali dengan mencari orang yang dapat bergeak
menurut kehendak sendiri, dan yang dapat bersernbunyi secara
cermat sekali . Kau bisa berbuat apakah?"
"Ha-ha ... aku jakin bahwa gadis yang kucari itu belum tahumenahu lentang maksudku hendak mencarinya, bagairnana dia bisa
tahu sebelumnya, kalau hendak dicari orang, kecuali kalau gadis itu
sudah diberi tahu oleh seseorang lebih dahulu. Karena kaulah satusatunya orang yang mengetahui soalku ini mudah dimengerti siapa
yang memberi tahukan kepada anak dara itu ... ha-ha ...
"Hai, kau menuduh aku ya?" kata Suwarna agak keras.
"Belum dik, belum sekarang ... Kemudianpun belum tentu
aku menuduhmu tanpa bukti nyata," jawab teman itu menggelegas.
**** BAGIAN VI
HARI SENEN pagi yang cerah. Sinar Hyang Bagaskara
berlincahan, menerobos butir-butlr air cmbun yang bergelantungan
di ujung-ujung daun dan rumput-rumputan ... mernbuamja
berkilauan bagai berlian erntah berapa keret. Alangkah indahnya
dunia, pada waktu demikian itu. Segala sesuatu narnpak bersinar
terang kernilau, bergoyang-goyang lernbut karena hernbusan angin
pagi yang masih sayup-lemah.
Hari itu, hari kerja-pertarna dalam rangkaian hari-hari kerja
setiap minggu. Hari itu adalah juga hari pasewakan. Sri Sunan
75 Amangkurat II, sudah keluar duduk di Balairung Siti-inggil,
ditengah-tengah para menteri serta hulubalangnya, dijaga oleh
kelornpok kesatuan-kesatuan segala macam prajurit Jagabaja,
Wira?tamtama, Suragarna, Sarageni, Panyutra dan lain sebagainya,
yang berdiri tegak perkasa dengan masing-masing senjata mereka
ditangan. Nampak angker berwibawalah pasewakan itu.
Sebagai biasanya, pada hari pasewakan itu, Sri Baginda
menerima laporan-laporan terpenting dari para anggota Pancaniti
dan Bale-Agung, tentang keadaan negara ... tentang tata tentrern,
tentang ketata-raharjan praja, tentang keadaan didaerah burni
Mataram.
Kecuali menerima laporan kenegaraan, baginda berkenan pula
menerima laporan-Iaporan atau pengaduan-pengaduan perorangan
dari setiap kawula negara Matararn.
Cara orang menginginkan bertemu dengan raja itu disebut
"PEPE" duduk diantara pohon beringin kernbar dialun-alun, dalam
terik matahari, supaya terlihat oleh baginda. Pastilah baginda akan
mengutus abdi-gandek (bentara-kanan/kiri), memanggil orang yang
sedang pepe tersebut, unruk didengar perkaranya.
Pada waktu sibuk-sibuknya baginda bertukar pikiran dengan
para menteri serta para bangsawan penasehat agung, terjadilah
keriburan-keributan yang hebat sekali di paseban alun-alun.
Nampak pula para prajurit jaga sibuk melolos senjata agak
tergugup-gugup, untuk segera berdiri dalam bentuk perrahanan
mereka bersarna, siap untk bertempur, atau bertahan. Sernentara itu
terdengar jeritan orang-orang yang berada di alun-alun memberi
petunjuk kepada sesamanya, "Awaaas, gajah-meta ... gajah meta
awaaasss ... gajah lepas dari wantilan ... gajah mengamuk ???
merusak dan membunuh yang berada dimuka ... gajah gajahgajahhhhh, awaaas!"
76 Tahulah orang bahwa ada gajah yang terlepas dari rantainya
atau yang dapat mernutuskan rantainya, dan kini mengamuk ...
merusak dan membunuh orang. Itulah hebat sekali. Berapa
manusiakah yang sudah menjadi korban amukannya ... dan apakah
yang sudah rusak berantakan di injak-injaknya Dimanakah setan
berkulit tebal itu sekarang.
Semua orang yang mendengar jeritan-jeritan itu, lari terbiritbirit tanpa kecuali, jika tidak justru menjadi dengkelen (lumpuh)
saja.
Keadaan dialun-alun menjadi panik seketika.
"Sumabrata ....!" sabda Baginda kepada raden adipati pepatih
negara . "Apakah yang membuat geger dipengurakan itu?"
"Hamba berdatang sembah Baginda ... adapun yang
disibukkan orang paseban itu, adalah amukan gajah yang dapat.
memutuskan tali diwantilannya. Sudah banyak orang mati karena
gadingnya, banyak pula warung dan rumah pinggir jalan yang
dirusaknya."
- Suruh merampok para tamtama saja dialun-alun, bunuh saja,
jangan tanggung-tanggung lagi, karena gajah yang sudah sekali
mengamuk, tak mungkin lagi dikembalikan kepada tertib biasanya.
"Hamba tuaaku ... para tamtama sedang berbuat demikian ...
namun hingga sekarang belum berhasil, karena yang mengamuk itu,
kjai Puspa-Bandang, gajah laki-laki yang terbesar."
"Hai ... pastilah itu sulit, Benar-benar tidak disangka PuspaBandang bisa menjadi gemblung. Kerahkan tenaga sakti, untuk
menghadapi amukannya, supaya jangan melantur-lantur!"
77 "Hamba sinuhun, tetapi terlalu beratlah untuk menghadapi
gajah-meta laki ini, sulit mendapatkan orang yang sekiranya
sanggup menandingi kekuatannya!"
Menjadi hening sejenak disiti-inggil. Mau tidak mau orang
ikut berpikir siapakah orang yang akan menerima tugas berat sekali
ini. Berdebaranlah hati para gembong Kartasura ... ada yang
berharap-harap mendapat tugas itu, narnun banyak juga yang sudah
menjadi ciut keberaniannya waktu mendengar gajah yang manakah
harus dihadapi itu. Terdengarlah celetuk pangeran dipati Anom
tanpa menghiraukan tertib pasewakan, dirnana orang tidak
dibenarkan bersuara, bila tidak langsung memberi jawaban kepada
raja. Namun dialah calon pengganti raja, putra tertua dan terkasih
Sri Sunan maka seenaknya sendiri menerjang ketertiban itu,
katanya: "Hai, orang-orang Kartasura .... masakan kalian melupakan
gembong terbesar negara kita . Pangeran PUGER lah, orangnya,
yang pasti dapat menandingi kjai Puspa-Bandang!"
Bahwasanya anyuran pangeran dipati Anom itu terlanjur
diucapkan tanpa suba-sita (tertib pergaulan), masih mudah
dimengerti orang, tetapi tentang penunjukannya secara langsung
menyebut nama orangnya ..... itulah yang sangat dirasakan sebagai
tindakan yang tidak bijaksana. Sri Sunan sendiri mungkin masih
menawarkan kepada para sukarelawan dimuka, umum demikian,
supaya tidak melanggar perasaan orang banyak kecuali bila
kepentingan itu sudah mendesak sekali, dan orang itulah satusatunya yang harus melakukan kewajiban berbahaya tersebut.
Keruan sekali suasana penangkilan menjadi tegang dengan
mendadak .... hingga Baginda sendiri terdiam beberapa saat.
Dermkian pula seluruh orang yang hadlir dipasewakan, semua
menundukkan kepala, takut akan dilihat orang lain rasa rasa
kecewanya yang membayang di wajah masing masing. Siapakah
yang berani memperlihatkan muka kurang senang dan tidak setuju
78 akan tindakan sang pangeran dipati Anom, caIon pengganti raja itu.
Siapa pula berani menentang pendapat putra mahkota ini ....
Bukankah itu sama artinya dengan mencalonkan lehernya berurusan
dengan tali ditiang gantungan.
Walaupun ketegangan itu tidak lama, namun bagi para hadirin
dirasakan sebagal siksaan batin yang cukup lama mengganggu saraf
mereka. Orang merasakan benar akan kesulitan Baginda raja .....
pastilah Sunan tidak akan menegur putra mahkota, untuk menjaga
perasaan sang putra, tetapi sangatlah janggal untuk dibenarkannya.
Pangeran Puger adalah adik Baginda yang tertua dan paling
dihormati oleh beliau, juga disegani. Pangeran Puger sendiri tahu
tentang hal itu, maka pastilah ia mengerti akan kesulitan kakaknya.
Berda1ang sembahlah gembong terbesar negara itu, dengan
suara datar tiada berkesan.
"Kakak Prabu .... perkenankanlah aku menghadapi kjai Puspa
Bandang."
Nampak Sri Sunan bernafas lega, tetapi segera pula terbayang
kekuatiran diwajah agung itu, sabdanya: Yajimas Puger
baiklah aku perkenankan kau menghadapi bahaya, bawalah kjai
Pleret pusaka keraton paling ampuh itu."
"Tidak usah kangmas, ingin adik Bagiuda ini mencoba
tangannya dulu beserta pusaka keris kjai Gringsing."
Berkatalah kini pangeran Harja MATARAM, adik yang
kedua Baginda, "Biarlah aku yang membawa kjai Pleret kaka Pra
bu, umuk mendampingi kangmas pangeran Puger dari jauh. Bila
ternyata kjai Gringsing belum mencukupi dalam penundukan Puspa
Bandang, perkenankanlah aku menolong kakangmas.
"Bagus harja Mataram bawalah tombak keramat itu.
Dampingilah kakakmu dari jauh dulu!"
79 Setelah menyingsatkan pakaian erat-erat, kedua pangeran
setengah tua itu, turun dari Sitinggil menuju kearah para tamtama
mengerojok gajah meta tersebut .. didekat paseban sebelah kanan
alun-alun. Menjadi legalah suasana dipasewakan. Kini semua orang
memandang kepada kedua ksatria agung dengan rasa kagum, dan
mengharapkan akan dan menghara akan kejajaan mereka. Adapun
yang paling senang adalah pangeran dipati Anom, karena merasa
menang .. juga karena jakin bahwa sekali inilah peman yang
sangat dibenci itu akan musna dari percaturan negara Mataram.
Apabila semua orang jakin bahwa Puspa-Bandang tak akan kuat
menadahi kjai tombak Plered hanya dipati Anomlah orangnya yang
tidak percaja seekor gajah yang tengah mengamuk, dapat
dikalahkan dengan tombak melulu, sekalipun tombak itu pusaka
yang terampuh diseluruh jagad Mataram.
Marilah kita tinjau sebentar keadaan alun-alun Kartasura pada
waktu kjai Puspa-Bandang mengamuk itu, Kecuali seorang
wiratamtama bersenjata tombak dan tempuling, yang menghalanghalangi amukan gajah kemana-mana .... nampak bersihlah dataran
alun-alun itu, tak satu orang berani menginyak tanah lagi. Para
penderek yang membawa upacara kebesaran pangkat para menteri hulubalang yang menunggu majikan masing masing dipaseban
pangurakan, sudah lari semua atau telah memanjat pohon besar
disekitar paseban.
Sekalipun mereka itu sudah merasa agak aman duduk
didahan-dahan yang cukup tinggi, namun masih saja berdebaran
hatinya, melihat betapa hebat tenaga gajah-meta itu. Kalau lima
orrang prajurit pilihan saja tidak mampu berbuat banyak terhadap
Puspa-Bandang, kecuali hanya memancing-mancingnya kekiri dan
kekanan melulu lalu lari serabutan, bila dihadapi oleh sang
gajah, menyerahkan kepada regu yang lain untuk memancingnya
kearah sebaliknya . . . . . pastilah pohon-pohon yang penuh manusia
80 tadi mendapat giliran terjangan binatang mata gelap ini. Dapatkah
kiranya pohon yang dibuat bersernbunyi itu bertahan bila diseruduk
gading raksasa yang mengerikan itu.
Kjai Puspa-Bandang sendiri yang nampak mobat-mabit
kekanan dan kekiri sambil mengempos-emposkan marahnya.
mengejar kekiri dan kekanan penggodanya. Tetapi baru melangkah
beberapa tindak saja sudah datang penggoda lainnya dari umping
atau dari belakang, Biarpun tusukan-tusukan tombak mereka tidak
berarti sama sekali bagi kulitnya yang sangat tebal, namun ia
merasa sangat dihina oleh kurcaci-kurcaci tadi.
Terpaksa ia harus melayaninya. Demikianlah rampogan gajah
mengamuk dialun-alun, yang memakan waktu Jama itu.
Menjadi gemparlah alun-alun karena sorak orang
dipepohonan sekitar paseban, waktu terlihat pangeran Puger
seorang diri dalam kesiagaan bertempur mendekati arena
perampogan gajah. Segera tahulah bahwa gembong negara ini
mendapat tugas mengatasi kesulitan hari itu.
Akan tetapi justru karena itu, kemarahan gajahnya menjadi
berlebih-lebih. Dengan belalai terangkat tinggi dan ekor menyentar
lurus, dengan menghembuskan jeritan nyaring seperti teromper
sember ia menerjang kearah kanan, tidak mau dipaneing-paneing
lagi, pasti akan mengalami beneanalah penggoda terakhir tadi bila
tidak ada tiba-tiba tubuh orang berdandan awut-awutan menyela
ditengah antara gajahnya dan para pemaneingnya tadi. Kedatangan
orang jembel itu tak seorangpun yang mengetahuinya. Baru nampak
ketika dikejar gajahnya.
Pasti pula Puspa Bandang mengejar orang tersebut, karena
dialah yang paling dekat belalainya. Turunlah belalai itu seperti
penggada raksasa menganeam didepannya.
81 Semua orang yang melihatnya sudah menutup mata karena
tidak tega melihat kehaneuran seseorang tetapi waktu mereka
membuka matanya lagi, tidaklah terjadi sesuatu yang mengerikan
pemandangan. Si jembel agaknya dapat melompat kesamping


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga bebasla ia dari sabetan belalai itu. kini terjadi kejar
mengejar antara si gajah dengan si gembel keluar dari kepungan
para tamtama.
Pemuda yang nampak seperti pengemis itu, ikut masuk
kedalam kota dengan temannya, Bagus Suwana. Waktu mereka
hendak berpisah di dekat batas kota tadi, mereka melihat orang
banyak tergesa-gesa meninggalkan kota dengan wajah tegang
sekali. Mereka mengabarkan keadaan dalam kota yang menjadi
kacau karena ada gajah mengamuk di alun-alun pada hari
pasewakan itu. itulah sebabmua kedua pemuda itu mempereepat
jalannya untuk melihat keadaan di paseban alun-alun.
Mereka datang di alun-alun hampir bersamaan dengan
turunnya pangeran Puger kegelanggang perampogan gajah. Tahulah
Punung apa yang segera akan terjadi didepan matanya.
Ayahnya akan berhadapan dengan gajah meta itu. biarpun
tidak usah orang mengkhawatirkan keselamatan pangeran sakti itu,
namun bagi perasaan anak yang sudah dewasa dan berbakti kepada
orang tua, tidak tegalah hatinya mernbiarkan sang ayah sendiri yang
harus bertempur selagi masih ada putra-putranya yang merasa
sauggup mengatasi kesulitannya.
Maka . tanpa berpikir panjang lagi meloncatlah pemuda
jembel itu kedalam arena, menghadang Puspa-Bandang, untuk
memancingnya keluar kepungan. Ia berbuat seperti orang yang
sangat ketakutan dikejar gajahnya, mendekati pangeran Puger yang
datang dengan langkah tetap dan sikap waspada, Berbisiklah
Punung dengan aji bisikannya: "Ayah, aku, Putut Punung sengaja
82 memancing setan ini mendekatimu dengan cara takut sekali begini
... yah, aku akan menggemblok dipunggung ayah, untuk
menyalurka tenaga sakti bergabung dengan tenaga ayah ... Jotoslah
kepala gajah itu ... hendak aku melihat dapatkah ia menerima tenaga
gabungan kita ... Awas yah, aku mulai."
Jernbel itu nampak menyelinap dibeiakang Pangeran Puger,
lalu memegang erat-erat lambung Pangeran tersebut.
Hanya sang ayahlah yang mengerti dan merasa penyaluran
tenaga hebat yang melewati kedua telapak tangan sipengemis muda,
bergelornbang-gelombang memasuki lambungnya, bersatu deugan
pengerahan tenaganya sendiri. Semeutara itu datanglah sudah Puspa
Bandang didepan sang Pangeran dengan belalai dikebaskan
menyabet orang yang berani tegak dimukanya, "Wuttt" sebagai
gunung ambruklah serangan binarang besar i tu ... Pangeran Puger
terlihat meloncat, mernbawa orang dibelakangnya. Hindarilah ia
dari benturan belalai gajah, dan ... dengan tenaga perkasa tergabung,
cepat sebagai kilat Pangeran im menjotos kepala gajah sambil
meloncat indah sekali.
Sorak orang bergemuruh diangkasa, waktu terdengar suara
gerneletuk keras. Gajah kjai Puspa Bandang mula-mula masih ter
lihat tegak, namun demi sedikit badannya miring-miring, kernudian
ambruk berdebug keras ditanah, tidak bangun lagi. Sekali lagi sorak
orang memecah angkasa . bersambung ucap ucapan memuji
kesaktian sang prawira-digdaja Pangeran Puger. Mau tidak mau
semua yang menyaksikan kehebatan sang pangeran harus
mengaguminya dengan rasa miris sekali, karena tidak lagi dapat
membayangkan kekuatan orangnya.
Sementara itu nampak dari jauh sandiwara yang diperankan
oleh sang Pangeran dengan putera terkasihnya. Dengan
menggoyang-goyangkan telunyuknya dimuka Punung, yang
83 nampak menunduk seperti orang kena tegur, orang dapat mengira
bahwa Pangeran Puger sedang memarahi seorang jembel yang
sembrono memegangi terus lambung sang pangeran ..
demikianlah layaknya. Tetapi yang benar-benar diucapkan oleh
Pangeran tua setengah itu, "Anak yang baik .. hebat benar
kemajuan gaya saktimu. Kekuatanku sama sekali tidak ada
sepertiganya, terima kasih atas pertolonganmu ini. ayahmu tidak
dapat dibuat konyol oleh setan dipati Anom yang jail itu. nah,
Punung . kau segera menghilangkal dari kota ini, supaya tidak
sampai ketahuan orang lain, lebih-lebih oleh di ?DIA? Selamat jalan
anakku!"
"Selamat tinggal Ayah, restuilah aku!" Menyembahlah Putut
Punung, lalu lari serabutan meniru gaya orang kurang beres otak,
keluar dari alun-alun Kartasura tanpa dirintangi orang. Siapakah
yang hendak berurusan dengan orang kurang beres. Kalau tidak ada
pertolongan dari Kanyeng Pangeran Puger, masakan orang itu
masih selamat. Biarkan saja orang itu menempuh nasibnya yang
gelap.
Namun diantara ribuan orang itu, ada satu yang mempunyai
penilaian lain sekali dari yang kebanyakan .. Orang itu adalah
seorang gadis molek sekali yang sedang menyaru sebagai pria.
Bagus Suwarna mengikuti arah lenyapnya pemuda jembel tadi
dengan pandangan sayu menyayangkan kepergiannya. Kalau ia
menuruti kehendaknya, pastilah ia tidak suka berpisahan lagi
dengan temannya itu, tetapi kewajiban masing-masing memaksa
mereka berpisah untuk waktuyang cukup lama.
Alangkah sibuknya orang-orang di ibukota membicarakan
kejadian hebat hari itu. ditiap-tiap rumah, dijalan-jalan, lebih-lebih
di warung-warung orang berkumpul. Yang dibicarakan tidak lain
daripada kegagahan Pangeran Puger Sakti, yang dengan sekali jotos
mampu meremukkan kepala gajah.
84 Yang dahulu masih menyangsikan kedudukan sang Pangeran
Sebagai gembong terbesar Kartasura kini menjadi jakinlah Bahwa
benar-benar Pangeran setengah tua itulah orang sakti nomor satu
diseluruh ibukota atau seluruh negara Mataram ... kecuali sang
Pangeran sendiri.
Sekali lagi putra mendapat kecewa dalam mensiasati orang,
namun karena itulah kebeneiannya bahkan bertambah-tambah.
Demikianlah biasanya orang yang sudah terlanjur berjalan dijalan
yang salah .. tidak mau mundur lagi sejengkal jua pun, sehingga
bertumpuklah kesesatannya yang akan meletus pada suatu ketika.
Apabila diusut secara teliti, yang menyebabkan kehebohan
Gajah Meta di alun-alun, akan tahulah bahwa biang keladinya juga
bukan orang lain daripada Pangeran Anom Sendiri.
**** BAGIAN VII
DENGAN LARI senggojoran, kadang-kadang serong kekiri
.. kadang-kadang miring kekanan, Putut Punung dapat keluar
dari kota Kartasura tanpa dihiraukan orang, karena semua yang
berjumpa dengan dia, menganggap pemuda jembel itu tidak penuh.
Setelah ia ljauh dari kota, sampai kepada jalan didaerah hutan,
berhentilah ia sebentar, untuk berorientasi arah yang hendak
ditujunya ...... pertapaan gurunya, Cemara Tunggal, dilereng
gunung Lawu.
Kemudian, tanpa mengindahkan segala rintangan perjalanan,
seperti semak, belukar, relung dan parit-parit lebar, melesatlah
85 pemuda sakti itu mempergunakan ilmunya lari cepat. Mengejar
Barat yang dilambari ajian Ungkal-Bener serta Blabag-Pengantolantol aji yang dahulu dimiliki sang Bima-Sena. Konon, orang yang
memakai ajian itu, dalam perjalanannya, pantang menyimpang
kekanan, atau kekiri.
Segala. yang merintangi arah lurusnya diatasinya dengan
lompatan?perkasa, atau diterjang tumbang dengan berani. Itulah
jalan yang paling singkat dan cepar, Hanya rlaerah perdesan dan
dukuh-dukuhlah yang menjadi hambatan kelancaran perjalanan
Putut Punung, karena terpaksa berja1an biasa.
Sumber Pustaka : Gunawan Aj
Pdf image : Gunawan Aj
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Suatu pemandangan yang agak janggal minta perhatian
Punung yang sedang jalan biasa dikabekelan Banyar Pejaten.
Nampak seorang tua sedang marah-marah, mengumpat carji
seorang pemuda gagah, menggebahnya dengan tongkat rotan keluar
pendopo. Terdengar suaranya setengah menjerit, saking jengkenya
"Kau ...... kau ...... cucu orang macam apakah seperti kamu ini?
Sudahkah keturunan bekel Wangsadinama tidak mempunyai
ketabahan hati lagi dalam pengabdian. Kau seorang pemuda
pengecut, pemuda berhati kura-kura,jang hanya pandai bersolek dan
mencari perempuan saja.
Kau berani berbuat tidak berani bertanggung jawab ....
blegg......... (rotan sekali lagi jatuh dipunggung pemuda itu, hingga
terlihat pernudanya berjengit), Siapakah yang mau melindungi
orang yang ljadi buruan negara seperti macam-mu .. blegg
.. Siapa berani bermusuhan dengan negara mengapa karnu
tidak menyerahkan diri saja, mengapa kau berami melepaskan gajah
hingga banyak terjadi kecelakaan dikota yang ramai itu ... bleg
Coba kau jawablah, tidakkah lebih baik kau mati saja daripada
menjadi buruan negara, yang bisa merembet-rembet kepada orang
tuamu, hah . blegg .....
86 Biarpun masih agak jauh antatanya dari kerlua orang itu,
segala sesuatu yang dikatakan oleh sikakek tadi terdengar jeIas
sekali bagi pendengaran Putut Punung. Tahulah ia bahwa pemuda
itulah orangnya yang sengaja melepaskan kjai Puspa-Bandang ...
maka sangat tertariklah perhatiaannya, untuk menyelidiki lebih
lanjut tentang sebab-sebabnya. Masuklah ia kedalam halaman
rurnah bekel tua itu. Sudah barang tentu kedua orang itu menjadi
sangat kaget kedatangan orang asing, karena mengira kedatangan
pegawai negara yang mengendus perjalanan pemuda itu. Tetapi
setelah melihat. dandanannya, menjadi legalah hati mereka, Pastilah
orang im bukan pegawai negara tetapi apakah maksudnya datang
harnpir bersamaan waktunya dengan pemuda pelarian itu.
Bertanyalah bekel Wangsadinama: "Ada keperluan apakah
kisanak dntang kernari?"
Jawab Punung: "Ahh tak ada keperluan penting lurah aku
hanya hendak menanyakan, mengapa pak lurah merangket pemuda
?itu ...... Bukankah ia anak panewu serati di Gajahan?"
Pertanyaan Punuug yang terakhir itu mernang sengaja untuk
meugejutkan orang. .
Ternyata pak lurah menjadi gugup dan gagap seketika, "Mak
mak-mak-maksud . an-anak bagaimana? Ap-aoa di-dia ..... adad-ada apa.sebenarnya?"
"Jangan gugup pak lurah, aku ridak bermaksud jahat terhadap
kalian, Akupun datang dari kota, jadi tahulah apa yang terjadi
disana. Jangan dikira aku datang untuk mencari dia ..... tidak. Bukan
maksudku hendak menangkap orang, malahan mungkin aku , dapat
memberi pertolongan, asal sudah jelas saja persoalannya." kata
Punung menententramkaa hati orang.
87 "Ah, baiklah .... baiklah nak aku percaja kepadamu. Sukur
anak dapat menolong dia itu yang membutuhkan sekali pertolongan
orang. Sebenarnya cucuku itu pemagangan dikota yang terluka
hatinya, karena bakal istermja direbut pemuda yang paling berkuasa
diseluruh negara."
"Pangeran dipati Anorn, bukan?"
"Jangan menyebut nama nak, aku tidak berani mengatakannya
...... cukuplah aku sebut pemuda berkuasa saja. Oleh karena itu hati
Si Sungkana menjadi mendendam berlebih-lebihan, hingga berani
melepas gajab kjai Puspa-Bandang di hari pasewakan itu.
Seterusnya ia lari karena takut akibataja, dan. minta perlindungan
kepada aku, kakeknya. Pastilah aku tidak berani menerimanya,
malahan meneljadi marah sekali kepadanya!"
Jadi, deikianlah persoalan cucu pak Jurah itu. Memang.
pemuda yang disebut tadi suka benar melukai hati orang lain.
Akupun salah seorang yang mendalami siasat kejinya. Maka
senasiblah kiranya cucu pak lurah dengan aku.
Apabila pak Lurah takut akan rembetan akibat perbuatannya,
baiklah, kak Sungkana ikut aku saja menyepi dipuncak gunung,
hmgga peristiwanya dilupakan orang.
Bagaimana kak Sungkana, maukah kakak mengikuti aku menyepi
di gunung Lawu sana?"
Bagiku tidak ada jalan lain untuk ditempuh maka penderitaan
di puncak gunung? itu masih lebih baik dari pada dikejar-kejar
orang, ditangkap dan digantung sebagai pengewan-ewan (contoh
jelek), jawab pemuda yang sudah merasakan gebugan tongkat rotan
beberapa kali itu.
Kata pak bekel ikut menganyurkan, " Kau pergilah Sungkana
siapa dapat menyelamatkan dirimu, kalau kau berkeliaran
88 didataran mataram saja. Lenyapkan dirimu untuk sementara waktu,
ikutilah pemuda ini dan anggaplah ia sebagai pemimpinmu. Kau
bawalah pedang pusakaku sebagai sifat kandel dalam penyepianmu
itu. tentang orang tuamu, aku akan menemuinya nanti!"
"Berikan doa dan pangestumu Mbah!"
"Baik jadilah orang yang baik dikemudian hari!" kata
orang tua itu.
Demikianlah Putut Punung mendapat teman baru yang
nasibnya agak mirib dengan, nasibnya sendiri. Keruan puja ia tidak
dapat lagi mempergunakan ilmunya Iari pesat, karena teman baru
itu pasti tidak mampu merendenginya. Namun hatinya agak terhibur
karena dapat menolong orang lain. Ia tidak mau kepalang tanggung
dalam, pertolongan itu, sedikit demi sedikit Sungkana diberi
pelajaran gerak tata-mernbela diri, bertangan kosong. Ternyata pula
pemuda itu murid yang rajin sekali, hingga dalam, waktu beberapa
minggu bersama-sama mengembara dilereng Lawu, Sungkana,
sudah mempunyai bekal yang lumajan. Badan pemuda itu makin
menjadi kuat, gerakannya makin gesit dan cekatan. Hanya tenaga
yang menyertai gerakannya, masih bertingkat jasmaniah-lahirlah
saja, oleh karena itu kekuatannya belum berselisih banyak dari
kernampuan orang-orang kuat kebanyakan.
Dalam bergaul rapat dua bulan dengan pemimpin mudanya
itu, Sungkana merasa berbahagia sekali .. tidak hanya karena ia
mendapat tuntunan bersilat baik sekali saja, tetapi karena ia
kemudian mendapal tahu siapakah pemuda sakti yang menolonng
dirinya ... ialah putra Pangeran Puger yang paling digjaya
mandraguna, yang sudah banyak dibicarakan orang seluruh ibukota,
diwaktu ia masih berada didalam kota tersebut.
Dialah yang dahulu bernama denmas PURBAYA, tetapi yang
kini menghilang didalam masyarakat, bergelar Putut Punung .....
89 karena patah-hati, dipisahkan dari putri Alit oleh Pangeran dipati
Anom, kakak tertua putri tadi. Biarpun rada berbeda persoalannya,
tetapi le'lakon mereka itu mirip sekali sesamanya. Itulah yang
mempererat hubungan mereka sekarang.
Mula-mula bagus Sungkana agak sungkan berbahasa kakak
atau adik kepada Punung ... tetapi karena permintaan Punung
sendiri, akhirnya biasa pula ia mengadik kepada pemuda sakti itu,
hanya sikapnya sangat menghormat kepadanya .. tak mungkin ia
meninggalkannya.
Pada suatu malam waktu mereka beristirahat disuatu gua,


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkatalah Putut Punung: "Kak Sungkana, tidakkah lebih baik
kakak sejak sekarang berganti nama saja, supaya jejakmu lebih
menjadi buram? Peliharalah kumismu, biarkan tumbuh ramai
jenggotmu .. pastilah sulir orang mengenal bagus Sungkana
kembali dalam waktu dua tahun saja."
"Baik den mas, eh adik, aku akan berbuat demikian, lebihlebih karena aku tidak membutuhkan lagi kebagusan rupa, segala!""Hai kak Sungkana, suaramu bernada seperti kata-kata seorang kakek yang sudah menginyakkan sebuah kakinya diliang
kubur. Mudah amat kakak ini putus harapan, dalam usia muda.
Nampaknya dunia ini sangat sempit bagimu. Ha-ha, karena seorang
putri saja, seorang yang tidak cukup tangguh dalam janyi sehidup
semati ...... kakak sudah menyerah, untuk dibuat konyol hidupmu
seterusnya. Wah.. wah.. wah ...... kiranya tidak ada wajah yang lebih
manis, lebih rjantik dipersada bumi Mataram ini, dari pada putrimu
yang lemah janyi itu!"
"Bukankah den ...... eh, adik mengalami sendiri kegetiran
hidup muda, dalam soal demikian?"
90 "Ya, memang akupun pernah merasakannya, Tetapi putri itu
kukuh sekali dalam janyinya, hingga lebih baik mati daripada
ingkar ubayanya. Sekalipun demikian, dia masih memberi nasihat
kepadaku, unruk tidak bercupat pandangan.
Justru karena anjurannyalah terbuka pengertianku,
bahwasannya didunia ini masih banyak sekali bentuk-bentuk
keadaan jaag bernilai tinggi dari soal wanita dan asmara melulu.
Pengabdian kepada TUHAN lah bentuk yang tertinggi itu, bukan.
Tetapi pada hekekatnya, Tuhan lah bentuk pengabdian janig paling
sempurna, Dia-lah Maha Pengabdian. Siapakah yang memberi
hidup ...... siapakah yang memeliharanya ...... siapakah yang
memberi, memberi dan terus menerus memberi itu? Maka pastilah
Tuhan tidak membutuhkan pengabdian secara langsung terhadapNya, karena Tuhan tidak berwujud tidak bertempat, berarah,
berjaman dan bermakam .. tidak segala-galanya, hingga
penyernbahan kepada-Nya sering saja salah kiblat.
Bersambung ke Jilid 3
91 TELAH TERBIT !!!
Buku yang anda tunggu-tunggu!
KEBO TANDES JILID Ill
( tamat)
Karya : Drs Sutarno
TELAH TERBIT !!!
PENDEKAR MAJAPAHIT
(Indra Sambada)
Jilid III (terakhir)
Cerita ini dimuat bersambung
diharian K.R. edisi Jogjakarta.
Agen tunggal dikota anda :
Toko Buku "Karya Anda"
Jl. Taman Jayengrono
Stand A no.4
SURABAYA
0 1 GEMBONG KARTASURA
KARYA:
Pak Sri Hadijojo
Gambar Luar dan & Dalam
H. Wibowo BA
JILID
3 (Empat Jilid Tamat)
Dicetak dan diterbitkan oleh :
Pereetakan Penerbit
SINTA ? RISKAN
Jl. Judonegaraan 22 Jogja
HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG
NO/POL/6 Be 009/Intel/68 Jogja 10-8-1968
2 ? PRAKATA :
Sedurnuk batuk, senyari bumi .. yang berarti, soal wanita atau
soal tauah, biarpun nampak rerneh saja, dapat .meruntuhkan negara
menyatuhkan derajat orang.
Sudah banyak contoh termuat dalam sejarah ......... namun mengapa
manusia ini tidak mau menenrna ajaran ini. Semoga datang
waktunya manusia dapat menerima baik anyuran yang sangat
sederhana itu untuk diamalkan kebenarannya,
terirna kasih
Penulis berharap
Hormat penulis.
3 GEMBONG KARTASURA
JILID 3
BAGIAN I
MAKA PENGABDIAN bagi manusia yang dapat dianggap
benar adalah pengabdian terhadap sesama hidup, dalam soal
kebenaran-keadilan dan kejujuran, tanpa pamrih bagi diri sendiri.
Demikianlah manusia berbakti kepada Tuhannya, mengagungkan
Narna-Nya, menyembah kepada-Nya,
"Aih, mengertilah aku sedikit tentang tingkah-laku adik
selama kita bergaul ini, demikianlah kiranya. pendirianrnu. Pastilah
aku akan berusaha menirunya, dengan iramaku yang larnban, dan
biarkan aku mengatasi keruwetan hatiku dahulu, yang sudah
terlanyur luka parah, Dengan keasjikan bertekun ilmu gerak
pelajaranmu, aku sudah mulai dapat mernbuang sebagian besar rasa
dendamku, Mudah-rnudahan dengan pertolongan adik aku segera
dapat menemukan hidupku yang lama lagi. Sekarang ini akupun
ingin berganti nama, terserah nama apakah yang cocok bagiku dari
adik saja."
"Hm, apakah yang untuk menjadi sebutanmu itu kak,
Seharusnya ada hubungannya dengan pelepasan gajah dulu .........
ah, ja, kalau Putut Parnuk, bagaimana? Narna itu mengingatkan
kita kepada gajah yang mengarnuk dialun-alun."
"Bagus bagus ...... itulah namaku seterusnya. Sebutan putut
diambilkan dari pemimpinku, sedang Pamuk, akan selalu
mengingatkan kepada pelepasan Puspa Bandang. Kiranya tak ada
nama yang lebih mentereng bagiku dari Putut pamuk."
4 "Jadi sudah setuju akan narna itu, kini tinggal usahanya
menyaga nama itu sebaik mungkin, Maka sejak hari ini kakak harus
mulai dengan pelajaran pengerahan tenaga sakti man usia,
Ketahuilah bahwa manusla yang menjadi titah paling sempurna
didunia ini, mempunyai sumber kekuatan hidup yang Iuar biasa gaja
~aktirija. Soalnya seseorang harus tahu dan mengerti (jara
membangkitkan tenaga hebat itu, Lebih tepas orang dapat
membangkitkannya dan dapat cara mempergunakannya, lebih pula
kehebatan sakrinya. Kini pengerahan tenaga itu akan kuajarkan
kepadarnu, tergantung kepada ketekunan dan keuletanmulah, dapat
tidaknya kakak mencapai tingkatan yang diinginkan."
"Mari kita mulai sajalah."
Sejak malam itu beratihlah pelaljaran Putut Pamuk dari sifat
jasmaniahnya, ke rokhaniahnya.
Karena sikapnya yang ungguh-ungguh, dalam waktu satu
minggu mengikuti petunjuk-perunyuk pemimpin mudanya. Pamuk
sudah dapat menangkap inti pelanyarannya.
Sifat manusia mempelajari suatu ilmu, lebih cepat merasa
mendapat kemajuan, menyadi sernakin keranjinganlah
ketekunannya untuk dapat terus meningkat, hingga melupakan
segala-galanya, juga kesehatannya. Itulah yang dialami oleh Putut
Parnuk, sampai di tegur oleh sang pemirnpin.
"Caramu menekuni ilmu demikian itu, pasti malahan kurang
baik jadinya. Kekuatan manusia itu kepegasannya terbatas. Jika
gajanya dipakai secara berlebih-lebihan selalu, pastilah akan
lumpuh gaja pegasnya. Bukan hasil yang gemilanglah yang akan
kau dapat, tetapi kau akan kehilangan gaja sarna sekali alias,
lumpuh iiu.
5 Aturlah demikian seterusnya, pagi dan sore, kau berlatih silat
tangan kosong dan pedang, siang kau mencari makananrnu, akarakaran dan buah-buahan liar, atau berburu untuk mendapat
persediaan daging, Malamnya kau bertekun semadi membangkit
gaja sakti sampai kira-kira tengah malam, kemudian kau harus
berietlrahat.
Sejak besok, kau akan kuringgalkan di gua ini untuk waktu
enam bulan atau lebih, guna merenungi pelajaranmu semuanya.
Pesanku jangan tergesa-gesa hendak mencapai kemajuan dengan
mengorbankan kesehatanrnu. llmu yang ditekuni dengan sabar
pastilah lebih mendalam dari ilmu yang dipelajari secara
serampangan.
Kau jangan sekali-sekali mencari aku kepuncak sana, sebelum
kau dapat mempergunakan gaya saktimu, dengan leluasa sekali
supaya jangan mendapat kecelakaan karena kabut beracun yang
disebut ampuhan."
"Baik kyai, (demikiaulah ia menyebut Putut Punung
sekarang) pasti aku dapat mematuhi pesan kyai, tegakanlah aku.
Maka dengan hati lega dan gembira karena asuhannya
nampak berhasil baik, pergilah Punung meoeruskan perjalanannya
untuk mencari pedang Janur Naga Sura.
Dengan enaknya Punung mendaki tebing?tebing yang terjal
Sungai-sunga1 yang curam mengerikan dilon1jatinya tanpa waswas sedikitpun.
Semua itu bagi Punung merupakan suatu tamasya yang indah.
Bagi orang biasa perjalanan itu pastilah merupakan suatu perjalanan
yang menakutkan yang sangat ditakuti orang dilereng gunung itu
ialah yang disebut-sebut-ampuhan yaitu kabut dingin mengandung
racun sangat berbahaya bagi manusia.
6 Namun pemuda awut-awutan yang sakti luar biasa itu tidaklah
gentar sedikitpun menghadapi semua itu.
Jangan pula mengira bahwa didekat puncak gunung tidak lagi
terdapat binatang-binatang buas. Ma.lahau bila bertemu dengan
binatang disitu, dapat dipastikan, bahwa binatang itulah yang paling
besar dari jenisnya, mungkin juga yang paling buas dan ganas
diantaranya.
Tetapi rintangan apakah yang dapat menghamhat perjalanan
Putut Punung didekat puncak Lawu itu, kecuali gunung itu meledak
baantabn. Sudah tiga hari berturutan Punung mengitari puncak
gunung tersebut tanpa menemukan sesuatu yang dapat menjadi
petunjuk adanya sebuah gua atau relung yang mungkin ditempati
orang.
Kebanyakan puncjak gunung itu gundul dan tenggar, sering
terdapat salju yang putih bersih ...... yang lumer bila sinar matahari
sekali-sekali melintasinya.
Waktu itu sebenarnya tepat tengah hari. Didataran pastilah
sinar matahari sedang terik-teriknya, namun didekat puncak tadi
hanya berkas-berkas sinar terang saja yang nampak sebagai bujurbujur kabut putih dari celah-celah awan jatuh dibeberapa bagian
puncak tersebut. Gumam Pulut Punung. "Hei-hei ..... setelah berkasberkas sinar itu menghilang, datanglah serangan kabut dingin lagi.
ltulah hebat. Masih dapatkah aku kiranya bertahan serangan itu
sekali lagi ...
Hai, kalau aku sudah makan atau minum cukup saja, tidaklah
akan menjadi soal kabut dingin itu ....
Tengah ia menimbang-nimbang kekuatannya, Punung
dikagetkan oleh pernandangan yang memaksa ia berpikir.
7 Aneh, berkas sinar itu seharusn]a putih, mengapa nampak
sekilas kuning-marong sebentar hingga bertemu dengan tebing
larnuk itu. Aku harus tahu juga makna kenataannya. Maka
bergeraklah ia seperti terbang menuju tempat tersebut.
Alangkah kagetnya, waktu ia sarnpai ditempat yang dituju
tadi, karena kedatangannya diterima dengan terkaman seekor
hariman loreng, yang besarnya harnpir lipat dua dari biasanya. Raja
gunung itu menyerang dengan menganm keras sekali, bagai guntur
meledak, sedang kedua kaki mukanya yang bersenjata maut itu
megar-lebar mencari sasarannya.
Biarpun dalam keadaan kagok Punung menghadapi Serangan
tadi, namun pemuda perkasa itu tidak menjadi gugup
menanggapinya. Jurus Palwa-ranu yang telah menjadi ref'leks,
memungkinkan dia masih dapat lolos dari cengkeraman maut,
Punung membuang diri kesamping, badannya rapat dengan tanah,
maka bebaslah ia dari cakaran sang harimau hanya siliran angin
berbau busuk saja yang tercium olehnya, saking dekatnya cakar dan
mulut siloreng dengan badannya tadi.
"Biadab!" kata Punung sambil melenting tegak siap dalam
jurus tersaktinya Bumi Geneljot Gonyang Ganying ... kedua kaki
merenggang seroug, lutut agak ditekuk, kedua tangan segera
mengambil sikap seperu Kunyuk hendak berjalan.
"Majulah, kau bukan aku .... kaulah yang akan menjadi
makanau lezat lekas menyerang, atau akulah yang akan
menyerangrnu mbah-buyut. Harimau yang jatuh ngusruk karena
salah menangkap orang, sudah membalik badannya menghadapi
Punung lagi ... dengan memamerkan taringnya sarnbil menganmgeram marah. Belum pernah ia gagal menerkam mangsanya,
mengapa kali ini ia terjatuh pada moncongnya. Sekali lagi ia
menerkam orang itu dalam satu loncatan, tetapi ia menerkam angin,
8 karena lawannya menelusup dibawah keempat kakinya dengan gaja
yang luwes sekali Punung melenggakkan badannya kesamping dan
muncul dekat lambung si-raja rimba. Bagaikan kilat tangannya yang
kanan menyotos kepala harimau ..... pragg . ambruklah harimau
besar itu dengan kepala remuk, hingga darahnya keluar dari hidung
dan telinganya.
Darah itulah barang cair satu-satunya yang belum menjadi
beku ditempat setinggi tersebut, sedang tenggorokan Punung sudah
lama kering sama sekali .... maka mau tunggu kapan lagi untuk
dapat membasahi tenggorokannya yang sudah seperti terbakar
rasanya, sedang serangan kabut dingin pasti segera akan dalang
seperti biasanya. la hams dapat bertahan dapat mengatasi serangan
dahsjat itu.
Maka dengan mengabaikan rasa jijik dan bau anyir-darah
mentah, kedua belah tangannya dipersatukan untuk mengumpulkan
tetesan-tetesan darah harimau tersebut lalu diminum nya dengan
memejamkan mata ... demi keselamatannya, demi cita-cita
pengabdiannya, dipaksakan air hidup itu masuk kedalam perutnya.
Anehnya ... ia tidak menjadi muak karenanya.
Oleh karena itu berbuat sekali lagi dan sekali lagi, hingga ia
merasa puas. A pabila pada waktu itu ada orang lain yang melihat


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Putut Punung dengan mulut gabres darah.. pastilah orang itu
ketakutan, dikira bertemu dengan orang yang masih makan orang.
Demikianlah keadaan pemuda itu. Ia sedang membersihkan
tangannya pada kulit bekas musuhnya, sambil meneliti bangkainya.
Belum pernah ia melihat harimau loreng sebesar ini. Adakah jenis
harimau yang memang sangat besar demikian . atau harimau
ini satu diantara jenisnya, yang tumbuh secara istimewa asli, hingga
badannya melebihi jenisnya yang terbesar. 8iasa11ja harimau tidak
terlalu suka tempat yang terlalu dingin letapi bekas raja gunung
9 memilih tempat yang luar biasa dinginnya ... Ha, dimana tempat si
loreng ini .... Pastilah sinar kekuning-kuningan marong tadi badan
harimau ini yang kena soroi simar matahari tadi. Karena sinar
kuning hilang di suatu lempat, waktu menyentuh tebing tadi ....
tahulah Punung, bahwa disitu pasti ada relung atau gua yang tidak
nampak dari tempat mereka berkelahi, karena teralang oleh sesualu.
Teringatlah ia akan keperluannya berkeliaran disekitar
punca.k gunung tersebut, waktu pernikirannya sampei kepada gua
atau relung tadi. Maka keinginannya, dalam beberapa loncatan saja,
sampailah ditempat darirnana siloreng tadi menyerang. Dan ... benar
saja terkaannya itu. yang terlihat lamuk dari kejauhan tadi, adalah
batu lempeng besar berbentuk segi-tiga, sengaja ditempatkan oleh
tangan orang dimuka lobang, atau mulut gua, maka tidak nampak
dari jauh ..
Berdebaranlah hati Punung mengikuti jalan pikirannya
sendiri. Batu dimuka lubang ini ditempatkan oleh tangan manusia,
jadi gua ini ada penghuninya.
Mungkin penghuni itu sudah mati lama sekali karena gua itu
sudah menjadi hak mutlaknya sigembong.? Hai . Apakah aku ini
berhasil menernukan persembunyian Manggala-rana Majapahit
terakhir itu, Kalau demikian adanya, gua ini. pasti gua Singapati
dan akulah yang berhak menjadi ahli-warisnya.
Dengan sikap hormar tetapi penuh kewaspadaan masuklah
Putut Punung kedalam gua itu. Gua itu berupa lobang mendatar,
panyang lima depa, lebar tiga depa dan tingginya kira-kira dua
pohon nyiur, yang puncaknya menyempit menjadi satu, hanya
nampak retak disebelah muka.
Benar pula persangkaan Putut Punung, bahwa gua?itu pernah
didiami manusia. Disudut sebelah kanan gua terdapat batu besar
berbentuk amben tempat duduk atau tidur diwaktu beristirahat. Dan
10 di amben batu tersebut terlihat kerangka orang dalam sikap duduk
bersamadi dengan bersila "Padma-ashanas'' salah satu cara duduk
bersamadi melakukan yoga. MendekatIah Punung dengan sikap
hormatnya . Beberapa keanehan nampak pada kerangka itu:
Pertama, kerangka ini pasti sudah lebih dari setengah abad,
karena sudah tinggal tulang-belulang melulu. Semua bekas
pakaiannya sudah hancur sama sekali, tetapr mengapa ia masih
terbungkus oleh rompi lamuk, bereoret-corec seribu macam .
mengapa rompi itu tidak ikut hancur ber-sama dengan pakaiannya
yang lain.
Kedua, mengapa kerangka itu tidak roboh setelah
sarnbungan?sambungan tulang belulangnya rusak kemudian lenyap
sama sekali. Kekuatan apakah yang ada Pada kerangka sudah lama
mati itu?
Lama Punung memperutika kerangka itu ... Dalam masa
hidupnya orang ini pasti luar biasa benar kesaktiannya ..... hingga
setelah mati lama saja, kekuatan itu masih belum lenyap sama sekali
dari tulang-tulangnya. ltulah satu-satunya keterangan yang masuk
diakal, mengapa tulang-tulang itu membujar.
Kalau kerangka ini benar orang yang dicari itu, dimanakah
pedangnya yang tidak kurang termasjhurnya? Dalam gua itu tidak
ada barang yang terlihat mirip pusaka apapun. Apakah sebelum
Putut Punung memasuki gua ini sudah ada orang yang mendahului
menemukannya . ya-ya siapa tahu yang, sebenarnya telah terjadi,
hanya rasanya saja . itulah tidak mungkin. Sudahlah tidak perlu
berpikir secara berlarut, lebih baik berbuat saja. Jenazah ini harus
segera dikebumikan biarpun tinggal kerangka belaka.
Baru Putut Punung hendak membuat lubang . www-uu uuttt
.. angin dingin membawa serangan kabut dingin membawa serangan
kabut dingin sudah keburu datang. Biasanya segera dinmgmnya
Cinta Di Ujung Batas Karya Wahyu Henneng Tiga Dalam Satu 02 Bintang Malam Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong Karya Okt

Cari Blog Ini