Ceritasilat Novel Online

Gembong Kartasura 4

Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo Bagian 4


11 langsung tandas pada tulang-tulang diseluruh badan. Maka sebelum
kasip segera Punnng mengerahkan tenaga saktinya yang tertinggi,
pengiling jurus Gempuran Bumi genyot gonyang-ganying disertai
tenaga Guntur geni yang bersifat panas. Siaplah sudah ia
menghadapi serangan dahsyat itu. wwwuuutttt---wwwuuuttt--wwwuuur,tt--Berkali-kali. angin datang membawa kabut dingin, tetapi
Punung sama sekali tidak terasa dingin sekali ini, malahan terasa
kepanasan karena pengerahan tenaga sendiri, hingga terpaksa .
keluar gua untuk melepasnya. Hai ... mengapa diluarpun ia tidak
merasakan dinginnya udara lagi. Sudah lewatkah serangan kabut
dingin itu? Pasti belum, lihat salju dan butir-butir di sekitarnya,
belum menjadi susut.
Punung sengaja keluar agak jauh dari gua ketempat bangkai
harimau tadi ... ia tetap tidak merasa dingin.
Bangkai harimau itu sudah hampir membeku, sedang daging
binatang itulah satu-satunya yang dapat dibuat santapan. Cepatcepat bangkai harimau tadi diseret kedalam gua, supaya jangan
terlalu kedinginan. Sambil bekerja itu pikiran Punung selalu diliputi
kebimbangan, mengapa kedalam gua ia tidak merasa kedinginan.
Ah' itulah kiranya . karena ia minum darah-mentah siloreng
tadi, atau sekurang-kurangnya pasti ada hubungannya dengan itu.
Bukankah siloreng itu tahan sekali udara dingin, hingga ia
dapat hidup subur ditempat seringgi ini? Kemudian kembalilah
Punung kedalam gua ia hendak mernbuat lubang dttengh-tengah
gua, untuk mengubur kerangka penghuni pertama gua ini.
Dengan taugan yang perkasa itu, tidaklah lama membuat liang
kubur yang cukup dalamnya.
12 Setelah itu bersilalah ia dimuka kerangka orang, seperti orang
tengah menghadap orang tua a tau guru yang dihormati.
Berkatalah Punung dengan khidrnat : "Ijinkanlah aku berbuat
bakti terhadapmu paman ... entah paman ini, parnan Singapati,
entah siapa ... anak hendak mengubur kerangka paman. Satusatunya pemnggalan paman. adalah rompi yang masih utuh itu.
Mungkin sekali rompi yang sangat keramat, muka jzinkanlah aku
memakainya sebagai akhli waris paman.
Setelah berbuat sembah satu kali, mendekatlah ia uniuk
menurunkun rompi lamuk tersebut dari sang kerangka. Kini rerjadi
keanehan yang ketiga jakni sesudah rompi itu lepas, maka kerangka
itu lalu runtuh berantakan. Pasti saja lebih mudah bagi Punung
untuk mengubur sebagian demi sebagian dari tulang-tulang kedalam
gua itu. Tetapi .. yang meherankan pemikirannya, sebab-musabab
terlepasnya kerangka itu !! yang harus dihubungkan deagan rompi.
Karena belum dapat menyelidikinya dengan teliti, terpaksa ia
barus sabar dulu ia ingin bersantap daging siloreng untuk pengisi
perut, .
Kemudian baru akan menyelidiki segala sesuatu yang
berhubungan dengan gua beserta penghuninya. Ia membawa rompi
itu yang kemudian ditaruh dibadannya siloreng. Segera ia
mengeluarkan pisau belatinya, untuk menguliti harrmau itu.
Pisau Putut Punung bukan sembarang pisau, tajamnya jangan
dikira-kirakan lagi, tetapi waktu digoreskan kuht siloreng ... kulit itu
tidak terobek karenanya. Heranlah Purut Punung dibuatnya, karena
goresannya dengan pisau tajam, seperti menyajat barang yang liat
luar biasa. .
la mencoba sekali lagi dengan penuh perhatian, hasilnya tetap
demikian juga.
13 Kedua sudut matanya melihat rompi orang saku itu menyala
berkilauan.
Haaa ... mungkin karena itu. Rompi itu lalu diambilnya dan
ditaruh ditempat lain. Kemudlian ... dengan segala senang hati ia
menguliti si loreng dan menyajati dagingnya dengan mudah sekali.
Yakinlah ia bahwa rompi itu, menimbulkan gaya kebal senjata
tajam dan runcing kepada pemakainya.
Hmm, pasti saja orang yang memakai rompi ilu dapat
menerobos kepungan seribu orang pengepungnya, lebih-lebih orang
berkepandaian tinggi dan bersenjata pedang ampuh luar biasa.
Gumam Punung, "Terima-kasih paman belum bernama, alas
peningalanmu rompi sakti ini. Sebenarnya hampir aku berani
memastikan bahwa pamanlah Manggaarana singapati, tetapi masih
harus diketemukan lagi pengenal mutlak paman ialah pedang Janur
Nagasura. Paman taruh dimanakah peninggalanmu itu?"
Malam itu Punung dapat mengisi perutnya dengan daging
harimau yang matang digarang, karena didalam gua itu masih
terdapal tumpukan kaju kuno dan alat pematik api (titikan),
sajangnya tidak ada airnya hingga tidak dapat minum ... tetapi...
tidak apalah, karenn selera minumpun kurang ditempat dingin
demikian. Ia lalu duduk bersamadi didepan kuburan didalam gua
itu. Serangan kabut dingin dan datangnya angin Ampuhan
dipuncak gunung itu selalu berturutan, dan tidak terlampau lama
jaraknya. Hampir dapat ditentukan dalam satu jam sekali pasti ada
serangan kabut dingin, disusul oleh ampuhannya. Maka bagi orang
biasa jagan harap dapat bertahan lama dipuncak itu. Tetapi Putut
Punung adalah hukan orang biasa, kecuali itu ia sekarang telah
minum darah harimau istimewa puncak Lawu. Tambahan pula
14 rompi peninggalan kunonya beserta guanya ... pastilah beradanya
dipuncak lersebut bukan menjadi soal mati-hidup.
Maka baginya dipuncak itu adalah tempat yang sangat diidamkan untuk bertekun ilmu dan berlatih. Bulatlah tekadnya untuk
tinggal disitu kira-kira enam bulan, mengimbangi latihan Putut
Pamuk.
Esok harinyia ia membuat rencana kesibukannya sehari-harian
supaya jangan ada waktu yang terbuang sia-sia. Tiap hari yang
lewat ditutup dengan membuat garis silang dimuka mulut gua.
Dengan berbuat demikian pastilah ia tak akan berbuat salah
menghitung bulan.
Jang menjadi perhatian pertamanya adalah soal rompi keramat
itu, Agaknya rompi tersebut dibuat dari kain yang mulur-mungkret
... karena kelihatan hanya sempit saja, tetapi waktu rompi
dipakainya pas-presis pada badannya ... aih, enak, benar pakainya ..
hangat-hangat nyaman terasa dibadan. Dan anehnya rasa nyaman
dan hangatnya menetap didalam badannya. Segala-galanya terasa
longgar dalam tubuhnya.
Yang paling menyenangkan sekali itu, soal pernapasanya
yang menjadi landung (panyang sekali). la dapat menarik nafas
hampir tiada batas, demikian pula mengeuarkannya alias
mengempos nafasnya ... Ini berarti bahwa gaya saktinya sulit diukur lagi kemampuannya. Hendak ia mencobanya.
Karena belum tahu menilai kekuatannya sekarang ini, ia
meloncat lurus dengan kekuatan peuh Wutt Ho hlo. hlo ......
terpaksa ia kaget sekali, karena badannya menjadi enteng luar biasa.
Luncuran dahulu paling banter enam tujuh meter tetapi kini .... ia
sudah meluncur keliwat dari batasnya, badannya masih menyerosor
naik terus.
15 Mau tidak mau ia harus mernukulkan tangannya keatas untuk
meneegah supaya kepalanya tidak membencur batu tenda gua .
bruugg .... Batu tenda gua itupun menjadi gempur sebagian terkena
pukulan jurus sakti, somplak berlubang, batunya terbang keluar,
Badan Punung bennr saja tertahan, meluncur kebewah lagi.
Karena lubang penerangan dibatu-tutup gua bertambah, sudah
selayaknya pula keadaan didalam gua lebih terang lagi. Waktu
Punung meluncur turun tadi, matannya menyapu dinding gua, maka
tahulah ia bahwa pada tinggi empat meter dari tanah ada sernacam
dataran (sengaja dibuat datar masuk kedalam dinding) cukup untuk
duduk orang. Itulah sangat menarik perhatianuia. Segera ia
meloucat lagi, dengan sangat hati-hati supaya jangan terlalu
kebanyakan tenaga, menuju ke ternpat rersebut,
Karena baru pertama kali mencoba datang disitu, belum
lancarlah ia dapat bertengaer serta duduk didataran tadi. Namun
serentak sudah dicobanya tiga kai saja. ia dapat langsug mencapai
tujuannya, Duduklah ia ditempat iru lalu mernpergunakan matanya
sebaik-baiknya.
Pada dinding itu terdapar corar-coret, yang pada pokoknya
selalu menyeiupai tangan menggenggam pedang . dan pedang itu
selalu diputar dalam lingkaran-lingkaran kesegala arah. Lebih lama
memperhatikan coretan-coretan jurus pedang itu, makin menjadi
teganglah perasaan Punung . akhirnya ia harnpir berjingkrak
terhenyak, karfna mergenal kembali jurus tangan-kosong ajaran
gurunya, kyai Kunyuk Sakti, yang disebut: Gerak LEBUR TANPA
DADI.Adakah hubungan antara gurunya dengan penghuni gua ini....
Bila ternyata ada hubungan guru-murid antara mereka, pastilah kyai
Kunyuk-Sakti yang menjadi muridnya.
16 Tetapi rasa-rasanya itupun tidak betul, karena gurunya pernah
m1 ngatakan mencari orang, namun hingga sekarang telum berhasil.
Sedang orang yang dicari gurunya itu mungkin sekali
kerangka didalam gua ini .... hingga tidak bisa ada hubungan gurumurid amara mereka. Kalau jurus tangan kosong kyai Kunyuk-Sakti
sama benar dengan jurus ilmu pedang ini, boleh diaggap saja
bersumber satu.
Jang kini sangat, menjadi penasiaran sekali baginya adalah
tempat penyimpanan pedang sakti itu. Maka sekali lagi matanya
menyelajahi dinding gua. Akhirnya berhasillah ia melihat batu
menonyol agak kurang wajar pada dinding gua itu setinggi tujuh
meter dan dasar. Otomatis kakinya sudah menyejak tanah, badannya
meluncur lurus kearah tempat tersebut Kemudian dipegangnya batu
itu ... dan . sssrrrr .. terloloslah sebuah benda panyang beserta
batu kecil-kecil, sama-sama melurng jatuh kebawah deogan Punung
yang terjun dari loncatannya.
Bukan main girang hati Putut Punung, karena pedang yang
dicari-cari itu juga sudah diketemukan ... bentuknya presis seperti
yang terlukis dirumah pagede Karang-Harya. Itulah yang disebut
pedang; keramat ?JANUR NAGASURA? .... salah satu pusaka
terampuh dipulau Jawa. Dengan penemuan barang-barang kuno
tersebut, rasa-rasanya lengkaplah sjarat-sjarat Putut Punung untuk
mencurahkan pengabdiannya kepada kepengngan umum.
Dan sejak itu mulailah ia dengan penggemblengan dirinya
secara hebat luar biasa. lngiu ia menjadi abdi rakjat yang tidak
kepalang tanggung.
**** 17 BAGIAN II
SUASANA di lbukota Kartasura, sudah agak lama selalu
terasa tegang, karena Baginda menderita goring pajah, yang sudah
meleset dari sernbarang obat. Para pernbesar dan para bangsawan
tinggi nampak siang dan malam bergantian hadir di paseban
masing-masing atau di paseban dekat pancaniti .... menunggu
panggilan Baginda bila diperlukan, atau menunggu kabar tentang
keadaan Baginda. Waktu itu terdengar kabar bahwa Baginda sudah
dalam keadaan setengah sadar dan tiada .... maka memuncaklah
ketegangun perasaan mereka. Mereka tahu sudah bahwa, kini
tinggal menanti saat agung saja rentang keberangkatan Bagindasudah tidak ada harapan lagi.
Saat itu, saat yang ditakutkan orang banyak, tetapi saat yang
ditunggu-tunggu juga ..... akhirnya datang pula, saat wafatnya
seorang raja Mataram . . . . . Sri Sunan Amangkurat II (Am. Amral),
Jerit-tangis dalam keraton, tidak lagi dapat diceritakan .... Kernpulkernatian keluarga agung dikeraton dibunyikan satu satu untuk
diteruskan oleh segala macam tetabuhan yang ada diseluruh jagad
Matararn.
Dengan demikian meratalah kabar kematian keluarga agung
itu. Apalagi yang wafat itu Baginda sendiri ... , kecuali pekabaran
melalui pertanda demikian, juga masih ada pekabaran yang dibawa
oleh para prajurit kesuma-tali. (kapaleri), kesegala arah mancapraja.
Dalam waktu satu mimggu semua bupati pesisir dan mancapraja
harus sudah hadir di ibukota lengkap dengan segala tanda
kebesarannya.
Pekabaran itu merembet cepat sekali karena kabupaten yang
terdekat melanyutkan kabar itu kepada kabupaten sekitarnya dengan
jalan tundan. Maka meratalah kesibukan itu diseluruh negara
18 Matararn-Kartasura .... Semua bupati berkemas-kemas untuk
berangkat ke-ibukota dengan kebesarannya sekalipun pengawalnya
hanya dibatasi sampai seratus.
Maka dalam waktu seminggu saja penuh-sesaklah dalam kota
oleh banyaknya pendaiang dari luar, hingga terpaksa didirikan
perkemahan-perkemahan diluar kora, untuk menampung para
prajurit.
Kembali kita kepada ceritera kita, pada malamnya hari wafat
Baginda. Pada waktu itu jenazah Baginda masih terbaring diten:ipat
peraduannya, diselubungi kain dodot yang belum pernah dipakai.
Semua keluarga agung para bangsawan tinggi dan para pernbesar
negara harus bersembah lutut yang penghabisan kepada
Baginda. Upacara itu belum selesai sarna sekali. Kira-kira
pukul dua belas malam, barulah mulai reda kedarangan orang-orang
berbakti. Waktu itu datang dua orang pangeran adik Sri Sunan
sendiri, ialah pangeran Puger dan pangeran Harya Mataram, yang
juga hendak berbakti terakhir kepada sang kakak. Sudah barang
tentu mereka itu tidak perlu minta ijin lagi kepada siapapun, untuk
menyenguk Jenazah Baginda, maka mereka pergi langsung kedalam
kamar layon.
Kebetulan pangeran dipati Anom masih berada diruang depan
kamar layon tersebut, dihadap patih raden adipati Kusumabrata
dengan sementara bupati lainnya.
Sudah barang tentu sang pangeran sangat ewa (kecewa),
meihat perbuatan pamannya itu, lebih-lebih pamannya yang satu itu,
pangeran Puger. Dasarnya memang sudah sangat benci kepada sang
paman sejak lama. Segala perbuatan Pangeran Puger, adalah serba
salah bagi sang dipati Anom. Hal itu diketahui pula oleh manusiamanusia licik dan rendah, yang suka mencari muka, menjilat-jilat
pangeran muda tersebut.
19 Terdengar orang mendehem kurang wajar "Hhemm!" waktu
kedua pangeran tadi masuk kedalam kamar. Semua orang. menoleh
kepada sipendehem Dialah kyai patih sendiri, dipati Kusumabrata.
Sudah pasti saja pangeran muda itu merasa senang, karena ada yang
membelanya. Berkatalah ia dengan senyum ejeknya; "Hai .....
Kusumabrata mengapa mendehem demikian tidak genah .
Apakah ada serangga kurang kecil masuk kerongkonganmu?"
Jawabnya sambil menggelegas : "Heh-heh-heh-tidak gusti
pangeran . . . tetapi memang ada sesuatu yang kurang sopan masuk
saja tanpa perkenan, gusti. itulah yang membuat tenggorokan sok


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi kaku dan kurang cnak rasanya ,
"Ha-ha-ha-Sumabrata, Sumabrata . biarkanlah kali ini
serangga itu masuk tanpa ijin-mu, mungkin serangga itu merasa
dirumah sendiri, pastilah perilakunya tidak salah. Sudahlah ... kita
lihat nanti saja."
Semua orang yang hadir, sudah barang tentu tahu arti katakata sindiran mereka, tetapi siapakah berani tidak setuju akan isi
sindiran ini. Malahan sebaiknya, harus ikut serta sedapat-dapatnya,
bila terpaksa tidak mernpunyai bakat penjilatan ... diamlah yang
paling aman, syukur bisa ikut tersenyum-senyum terus, biarpun
senyuman palsu-masam.
Kedua pangeran setengah tua itu terus saja mendekati tempat
pembaringan jenazah, lalu duduk dipermadani disamping dipan
Baginda, sambil menyembah. Sejenak mereka mengheningkan
cipta, berdo'a semoga roh kakak Bagindanya sudah berada dinikmat
Tuhan. Setelah berdo'a, mereka mengadakan upacara sembah-lutut,
bergiliran dengan para pembesar yang masih menunggu diluar,
karena tadi belum mendapat kesempatan.
"Harya Matararn, panggillah teman-teman yang masih hendak
berdatang bakti terhadap kaka-prabu!" kata pangeran Puger.
20 "Baik kangmas, aku akan keluar sebentar memanggil
mereka." Keluarlah pangeran Harya Mataram.
Sjahdan ...... apa yang terjadi sepeninggal Pangeran Harya
Mataram keluar tadi, hanya pangeran Pugerlah yang mengetahui
seorang, karena dialah yang mengalami sendiri. Pada waktu itu
kamar layon tiba-tiba menjadi terang, karena cahaya kebiru-biruan
yang keluar dari puser jenazah narnpaknya. Samar mancur itu
berdiri tegak sebesar ibu jari .. kemilau ke-biru-biruan
mentakjubkan sekali.
Pangeran Puger kaget sekali, tetapi segera ia tahu makna sinar
itu ialah WAHJU KERAJAAN yang meninggalkan tempat lama
untuk mencari tempat baru . . . . Maka, tanpa pikir panyang-lebar,
majulah pangeran Puger mencucup pusarnya jenazah kakaknya
hingga lenyaplah sinar wahju keraton itu.
Entah kemana larinya sinar ajaib tadi ... apakah habis tersedot
pangeran Puger ... apakah hilang musna demikian saja .... tak
seoraag dapat mengatakan dengan pasti.
Dengan hati penuh rasa haru berkatalah pangeran Puger
kepada kakaknya, didalam batin. "Kaka-Prabu ... Apakah kehendak
kaka prabu yang tertentu, pastilah adikmu ini tidak tahu. Tetapi
adikmu bukanlah orang serakah kedudukan dan kawibawan, maka
legakanlah hatimu ... aku hanya ingin menjadi paman yang baik
bagi putra-putrarnu dan mengemongnya sejauh mungkin.Kedata.ngan pangeran Harya Mataram beserta para pembesar
lain, yang hendak bersembah lutut, membawa sang pangeran
kembali kepada keramaian dunia, Semalam suntuk mereka tetap
berjaga-jaga diruang depan kamar layon baginda sedang yang
sebagian duduk didalam kamar menunggu layon.
21 Adapun rombongan pangeran dipati Anom tadi sudah bubar
karena sudah mendapat gantinya.
Pada hakekatnya orang baru dapat bekerja dengan tenang dan
teratur setelah rasa haru dan kegoncangan menjadi reda. Pusat
perhatian orang adalah pangeran Anom namun yang mengatur
pembagian kerja keseluruhannya adalah pangeran Puger didampingi
para anggauta Pancaniti. Maka berjalan lah segala pekerjaan dengan
baik dan lancar. Segala sesuatu dapat dislesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya. Maka dalam minggu yang kedua selesailah
semua pekerjaan yang mengenai persediaan dan perbekalan calon
penguburan raja kema.kam lmagiri disiapkan dan dilengkapkan.
Tibalah kini saat jenazah raja diberangkatkan dari keraton,
dengan segala upacara kebesaran raja, diiringi oleh Menteri-Bupati
serta hulubalang dan satuan-satuan prajurit dengan persenjatan
masmg-masing, beraneka ragam. Iring-iringan layon itu sulit
dibayangkan lagi panyangnya, serta warna-warninya. Di pinggiran
jalan penuh sesak orang melihat dan menghormat jenazah rajanya
untuk yang terakhir.
**** Raja yang sudah wafat meninggalkan kedaton .. maka
raja yang baru sudah datang untuk menggantikannya, hingga tidak
ada masa masa vacuum sejenakpun. Kangjeng pangeran adipati
Anom, segera duduk disinggasana kerajaan, dihadap pepatih
Kusumabrata dan bupati-bupati sementara ........
Bersabdalah raja baru itu mengangkat dirinya sendiri sebagai
raja, yang sebenarnya menyimpang dari keharusannya.
22 "Hai. Kusumabrata umumkanlah, aku sekarang menggantikan
kedudukan almarhum rama prabu, menjadi raja Mataram, dengan
gelar Amangkurat III. (Mas . . . . Siapa yang tidak setuju boleh lekas
berdiri sekarang untuk menghadap aku!"
"Nuwun-inggih sendika, gusti prabu." jawab pepatih dalam
itu ... lalu berdiri mengumumkannya. Dengan suara lantang patih
Kusumabrata. mengumumkan penobatan bagina Mangkurat III.
yang diterirna baik oleh semua yang hadir, karena menentang
pengurnuman berarti maut bagi siapapun.
Yang terasa agak yanggal itu, adalah cara pangeran pati Anom
seolah-olah melantik diri sendiri menjadi raja pengganti ayahanda
bagindanya yang mutlak itu.
Sekalipun ia yang menjadi putera mahkota, yang pasti akan
menggantikan kedudukan raja, tetapi untuk mengangkat diri sendiri
menjadi raja itulah bukan haknya. Sebenarnya sang pangeran tidak
usah berbuat demikian, pastilah sudah ada yang akan mengatur
sendiri kemudian.
Terapi nampaknya pangeran itu sangat tidak sabaran,
mungkin juga karena. ia tahu bahwa yang akan membawa dia naik
kesinggasana itulah orang nomor satu di jagad Mataram, ialah
pangeran Puger ... dan ia membenci pangeran itu, Dengan
tindakannya yang lancang itu, pastilah pamannya merasa terhina ...
itulah bagus. . .
Tidak semua pernbesar mengiringkan jenazah raja sampai
kemakam agung. Sebagian dari mereka itu hanya mengantar sampai
diperbatasan kota, lalu lekas-lekas kembah kekota karena tugas lain.
Demikianlah yang dialarni oleh pangeran Puger. Ia harus segera
kembali untuk mendudukkan raja muda disinggasana, sebagai ganti
raja yang lama. Maka setiba dipaseban Siti-inggil, beliau segera
23 hendak mencari pangeran Anom, namun yang dicari sudah duduk
disinggasana kerajaan dibalairung.
Dernikianpun baik juga, karena memudahkan pekerjaan,
Baru sang pangeran. hendak mendekati balairung, papatihdalem sudah berdtri dirnuka kangjeng pangeran, katanya cukup
keras : "Berlutut dan berdatang sernbah kepada Baginda raja
Mataram Baru!"
Kaget juga pangeran Puger : "Hai, Sumabrata, apa artinya
ini?"
"Ini berarti ...... pangeran sudah berhadapan dengan baginda
sendiri. Tidak usah ada perantara lain untuk mengangkat baginda,
karena beliau telah mengangkat diri sendiri tadi.
Pasti saja jawaban papatih dalem demikian dimuka umum itu
sangat menghina kangjeng pangeran Puger ..... tetapi, pangeran
yang sudah membuat pertimbangan dan penuh paramarta itu, dapat
mengerti makna segala-galanya dan suka menerima kekalahan
mutlak. Dia hanya seorang pangeran saja, maka harus membungkuk
menundukkan diri dimuka rajanya untuk menghorrnat Buginda.
Namun itulah penghormatan tertinggi bagi sikap orang- yang lebih
tua seketurunan dengan raja yang urutannya lebih rendah.
Adapun yang maiih penasara dalam rasanya, ialah Pangeran
Harya mataram, bertanyalah ia kepada dipati kusumabrata,
"Sumabrata, siapakah mengumumkan penggantian raja hari ini .
Dan mengapa tidak menantikan kakangmas Pangeran Puger?"
"Yang berkenan mengumumkan adalah sri Sunan sendir:i,
adapun yang mengangkat juga sri Sunan pribadi, maka
perantara tidak lagi dibutuhkan jawab raden adipati.
24 Terpaksa dua pangeran itu menelan pil pahit sekali karena
telah melewati hinaan dua kali dimuka orang banyak ... tanpa dapat
berbuat sesuatu.
Siapakah yang tidak mengerti dasar tindakan baginda
terhadap kedua pamanya itu ... jakni mencurigai tindakan
mereka yang bukan bukan . . . mensiasat mereka, supaya tidak
daptlt bergerak yang kurang wajar. Sekalipun kedua pangeran
setengah tua itu dapat leluasa berbuat dimana mana, tetapi mereka
itu sehlu dibayangi pengawas-pengawas gelap dari pihak kepatihan
... hingga sama saja artinya dengan dikekang secara halus.
**** BAGIAN III
PENGAWAL iring-iringan-layon Amangkurat II. kemakaman
Imagiri, adalah sang Manggalayuda Suryakusuma, tumenggung
tetindihing yuda . Dengan membawa seribu orang prajurit
penempur inti lengkap dengan persenjataannya. Tidaklah salah
memilih Denmas Suryakusuma menjadi pengawal layon uwa
bagindanya, sambil bertugas sebagai tumenggung tetindih perang
. Pastilah ia sanggup menyelesaikan pekerjaannya dengan beres.
Denmas Suryakusuma ini. adalah putra pangeran Puger yang
sulung, yang sudah menyabat pangkat tumenggung, diangkat oleh
almarhum uwaknya sebagai tetindihing yuda, karena ternyata sudah
kedigjayaan dan keperwiraannya. Dalam beberapa pertempuran
yang ia sudah pernah ikut mengalaminya, tak pernah ia mengalami
cidera atau dikalahkan oleh musuh. malahan dalam urusan orang
25 sakti dalam ketentaraan, anak muda itu disebut-sebut nomor tiga,
maka dapat dibayangkan tentang kesanggupannya dalam siasat
perang.
Sebagai anak yang cinta kasih terhadap orang tua,
Tumenggung Suryakusumapun tahu sekali tentang kebencian
Pangeran dipati Anom terhadap keluarga ayahnya, juga terhadap ia
sendiri. Sejak sunan Amangkurat II masih hidup, ia sudah
mengkhawatirkan apa yang mungkin terjadi setelah sri sunan wafat
dan diganti oleh putera sulungnya itu. sejak dulu itu denmas
Suryakusuma yakin bahwa pasti ada pertentangan dan dass antara
keraton dan keluarganya. Siapakah nanti yang dipersalahkan orangorang. Pasti juga pihak yang lemah, pihak yang tidak berlaskar,
pihak orang tuanya. Alangkah celakanya keluarga kapugeran nanti
bila sampai terjadi demikian.
Maka daripada ayahnya yang dipersalahkan orang dan
mendapat nama kurang baik, lebih baik dialah yang akan
mendanului berbuat, hingga segala-galanya bisa ditimpakan kepada
dirinya. Relalah ia menjadi tumbal seluruh keluarganya, untuk
menderita asab-sengsaranya, dan hinaan sesamanya. Bukankah
sekarang ini sudah tiba waktunya, untuk memperlihatkan giginya
terbadap sang pangeran Anom, yang selalu bersikap menghina dan
membenci keluarganya itu. Mumpung sekarang ia mendapat
kesempatan yang baik sekali, di-tengah-tengah laskamya sendiri ...
tidak mudah orang hendak menangkapnya.
Bulatlah sudah tekadnya untuk mendirikan barisan menentang
pemerintah raja baru yang pasti tidak mungkin adil terhadap
keluarganya. Niatnya itu asan dimulai setelah upacara pemakaman
jenazah Baginda Amangkurat II selesai samasekali Menurut
naluri kuburan baginda ditangguh sampai 10 hari lamanya oleh para
petugas khusus.
26 Tetapi den Mas Suryakusuma tidak mau kembali ke Kartasura
lagi setelah tugasnya selesai. bahkan laskar yang dibawanya juga
tak seorang yang kembali ke-ibukota. Pastilah mereka itu sudah
seija-sekata, berjanyi sehidup-semati dengan sang pimpinan,
mendirikan barisan brandal, berkedudukan disekitar Plered. (dekat
kota gede). Setindak demi setindak mereka bertindak keluar untuk
mangumpulkan bekal, supaya dapat bertahan terhadap sergapansergapan lawan yang pasti datang kemudian.
Sementara itu di Kartasura, pekabaran tentang adanya barisan
brandal di Kota Gede menjadi semakin santer, hingga menjadi
pembicaraan di Pancaniti. Semua orang yang mendenga menjadi
terkejut, mendengar nama pimpinan brandal disebut orang-dengan
Suryakusuma, namun Baginda yang sebenarnya tidak keheranan
atas sikapnya, karena siapapun tahu juga akan kebencian sekarang
terhadap sanak-keluarganya den Mas itu.
Kebanyakan orang memang sudah mengira bahwa kedua
keluarga itu akan kebentrok sesamanya, hanya tidak selekas
sekarang ini. Pastilah itu agak kurang bijaksana dipihak denMas
Suryakusuma, karena persiapannya masih belum nampak sama
sekali. Tidak mengingat pula bahwa ayah beserta keluuarga
semuanya masih berada didalam kota, yang mudah dikurung oleh
pihak lawan pendeknya pemberontakannya itu masih sangat berbau
keburu nafsu seorang muda yang tidak tahan hinaan lagi. Tetapi
barang sudah terlanyur, apakah mau dibicarakan lagi
Dipasewakan hari Senen, waktu ki papatih melaporkan
tentang adanya barisan berandal di Kota Gede, meledaklah Baginda
terhadap keluarga yang dibencinya hingga nampak menggigil
badan baginda seluruhnya saking murkanya. Waktu baginda sudah
dapat berbicara lagi, menggelegarlah suara baginda seperti halilintar
disiang hari yang cerah.
27 "Sumabrata, perintahkan kepada Dipati Jayarumeksa
membawa prajurit 2000 orang, untuk membekuk kunyuk-kunyuk
kurang ajar itu, bawa dia hidup atau mati kemari, ingin aku
memenggal kepalanya sendiri . Kecuali itu, sejak saat ini,
giringlah semua keluarga Kapugeran tanpa kecuali sampai kepada
para abdinya ke paseban di alun-alun dalam pasebannya sendiri.
Pagarilah paseban itu dengan bedek (anyaman bambu) setinggi dua
meter. Tak seorangpun diperkenankan keluar bedekan walaupun
hanya sebentar tanpa ijin baginda, jaga keras-keras pembedekan itu.
barang siapa berani melanggar ketentuan ini, jangan segan-segan
. Penggallah kepalanya. Dan awas . Prajurit jaga yang tidak
berbuat seperti ditentukan, pasti akan dibuat sebagai ganti orang
hukuman itu."
"Nuwun inggih sendika, gusti prabu." jawab kyai patih.
Yang hadir di pasewakan agung pada waktu itu adalah seluruh
pembesar negara mataram, karena para bupati mancapraja belum
waktunya pulang menurut kebiasaan, bila ada pergantian raja
semikian. Maka yang mendengarkan keputusan rajapun mereka
semua dengan tafsiran dan penilaian masing-masing. Banyak
diantaranya yang menjadi kecewa karena keputusan baginda tida
bijaksana dan tidak berdasar keadilan dan kejujuran. Malahan boleh
dikatakan berbau prasangka mungkin berdasarkan rasa benci.
Menghukum berandal dengan hukuman penggal kepala
adalah biasa . Bila berandalnya dapat ditangkap saja. Tetapi
menghukum orang beserta sanak-kadangnya sampai keprda abdi
pekatik ... dengan pidanana pembedekan tanpa diselidiki terlebih
dahulu kesalahannya ... inilah terlampau melampui batas keadilan.


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ya-ya-ya .. apakah sebenarnya adil itu .. ? Bukankah arti adil itu
sama dengan yang menang?
28 Sekali raja bersabdda, tetap demikian harus dikerjakan orang.
Maka hari itu dengan tergesa-gesa ki dipati Jayarumeksa
menyiapkan prajurit dua-ribu oran, untuk diperlengkapi dengan
segala keperluan perang. Dan hari itu juga keluarga ka-Pugeran
tanpa kecuali, hingga kepada para abdi, dibawa kepaseban alunalun, masuk kepambedekan yang di pagar rapat dijaga pepat dengan
keras sekali. Sebentarpun tak ada secirang dalam pambe1.ekan
diperkenankan keluar untuk keperluan apapun. Segala keperluan
harus didalam lingkungan pambedekan itu. Maka dapat
dibayangkan betapa besar siksaan dan hingga yang dialami oleh
orang-orang yang dihukum demikian.
Putra pangeran Puger yang ikut dalam pambedekan itu ada
empat orang, ialab Denmas Antawirya, Denmas Dipanegara,
DenMas Susangka dan Denmas Sudama .. Mereka itu sudah
dewasa semua, walaupun belum menyabat kepunggawaan negara.
Sudah barang tentu mereka ini hampir menjadi mata-gelap karena
hinaan yang luar biasa ini. Waktu mereka hendak masuk kedalam
pambedekan, merasa harus menyerahkan keris mereka kepada
petugas penjagaan, kyai tumenggung Sindhupraja . letapi mereka
ke empatnya membangkang, tidak mau menyerabkanuya hingga
membuat suasana munyadi hangat sekali.
Syukur segera ketahuan oleh ayjahnya, yang datang
menolong. "Antawiryaa serahkan kerismu, ayahpun sudah
berbuat demikian, mengapa kalian belum."
"Tidak yah, kami bukan bangsa tempe yang takut mati!"
jawab putera itu keras.
"Hus Siapa yang takut mati bagi diri sendiri. Kau kira
ayahmu penakut . Serahkan kerismu, atau sejak saat ini kau
bukan putera Puger lagi!"
"Yah . Mengapa?"
29 "Kau serahkan saja kerismu, atau kau boleh keluar dari ikatan
keluarga Puger!"
"Ambillah Yah, inilah kerisku . Setengah jiwaku aku
persembahkan kepadamu yah"
"Bagus .... hayo, kalian juga Dipanegara, Sasangka dan
Sudama tidak ada satu keturunan Puger yang bersikap penakut ...
Ke-empat pusaka itu lalu diserahkan kepada kiturnenggung
Sindhupraja, untuk disimpan dalam peti penjagaan.
Dengan sendirinya sirnalah ketegangan yang timbul karena
keberanian ke-empat putra gembong Kartasura tadi, Masuknya
pangeran Puger kedalam pambedekan, di-ikuti dengan rasa penuh
haru oleh teman-teman baiknya dan oleh harnpir seluruh peneluduk
ibukota yang mengenal baik keluarga itu. Biarpun dernikian tidak
seorangpun berani mempersoalkan, lebih-lebih mengadakan
pernbelaan terhadap beliau, karena sernua tahu bahwa dasar
hukurnan ini hukanlah keadilan, kebenaran dan kejujuran.
Agalmja baginda belum lagi puas member] hukurnan yang .
sebesar itu kepada pa man yang sekaligus mertuanya itu ... sebagai
tambahan hinaan terhadap beliau, putri pangeran Puger yang sudah
menjadi isteri raja, denajeng IMPUN, dikernbalikan kepada
Sumber Pustaka : Gunawan Aj
Pdf image : Gunawan Aj
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
ayahnya dengan surat-pegat. Lengkaplah kiranya keganasan raja itu
terhadap orang yang sangat di benci dari dulu.
Diwaktu siang saja penjagaan di pambedekan sudah sangat
kuat dan ketat, apalagi diwaktu malam. Saking kuatnya penjagaan
itu, hingga dapat dikatakan; seekor tikuspun tak mungkin dapat
lolos dari pengamatan mereka. Jadi tak seorangpun dapat
membayangkan bahwa ada manusia dapat memasuki parnbedekan
itu, tanpa dilihat oleh penjaganya.
30 Namun gaja khajal manusia ini mungkin masih terbatas sekali
... nyatanya malam itu juga ada orang berhasil mernasuki tempat
hukurnan tanpa diketahui para penjaga yang sekian banyaknya itu.
Kira-kira d jam dua belas malarn, sesosok bayangan lamuk sebagai
asap, berkelebat terjun tanpa suara didalam parnbedekan.
Kebanyakan dari orang-orang di dalarnnya sudah tidur lelap hanya
karena jengkel melulu, Bayangan iadi celingukan sebentar, lalu
dengan sebat sekali memondong Den Mas Sasangka untuk dibawa
loncat lurus diatas, kemudian bayangan itu menyulurkan tangannya,
meraih dahan pohon beringin besar. Sekali lagi badannya di ayun.
melesatlah ia dengan bebannya keluar alun alun.
Mereka mendarat diternpat yang sunyi aman . Baru beban
itu diletakkan di tanah. Den mas Sasangka sejak dibawa loncat tadi
sudah bangun dan merasa aneh pada badannya. Ia hendak berkata
tapi tidak mampu mengeluarkan perkataan. Terpaksa ia menunggu
dengan sabar, apakah kehendak penculiknya ini. setelah mendarat di
tempat yang sunyi itu, punggung Den Mas Sasangka itu ditepuk
sekali dan lenyaplah rasa aneh tadi, iapun dapat berkata lagi.
Pertanyaannya mula mula,
"Hai, siapa tuan? Dan aku berada dimana sekarang?"
"Hemm baru berpisah dua setengah tahun saja kau sudah
melupakan kakakmu Sasangka!"
Hampir saja Den Mas Sasangka menyerit kegirangan, syukur
dibungkam oleh kakaknya, karena berbahaya apabila
terdengar oleh para penjaga. "Huss! jangan berisik Sas, Hayo
cerita saja apa yang sudah terjadi dari awal sampai kepada kalian
masuk pembedekan terkutuk itu . tetapi rendahkan suaramu!"
31 Bayangan tadi dingukan sebentar, lalu dengan sebat sekali
memondong Denmas Sasangka untuk dibawa meloncat lurus
keatas kurungan
32 Mulailah Den Mas Sasangka bercerita mulai dari wafatnya Sri
Sunan, barisan yang dibentuk oleh kakak mereka tertua, hingga
mereka meringkuk dalam pembedekan. Putut Punung hanya
mendengarkan saja dengan mata berkeredepan karena marahnya.
Kemudian berkatalah ia, "Dengar Sas, setiap malam aku akan
datang menjemputmu untuk menggembleng kau dengan segala
macam ilmuku. Kau kuwajibkan menjaga keselamatan ayah dari
dekat untuk seterusnya. Dampingi ayah dalam hal segala macam
pertempuran yang mungkin akan terjadi dikemudian hari.
Sudahlah! kalian tak perlu takut. Terimalah nasib buruk ini dulu,
karena ini justru baik sekali untuk endapatkan kecendrungan hati
orang banyak. Pastilah mereka akan membela ayah sekalipun masih
di dalam batin. Aku sendiri akan berlincahan, menolong kangmas
Suryakusuma dan mengawasi gerak-gerik siasat lawannya. Nah,
mari aku ajarkan kepadmu dua pukulan jurus sakti, untuk membela
dirimu dan untuk membela ayah kita."
Tanpa komentar lagi, dihajarnya kedua lambung adiknya,
maka mendeproklah maka mendeproklah Denmas Sasangka, karena
matanja berkunang-kunang. Dirasakan darah di seluruh badannja
mendesir keras karena terasa seperti kemasukan hawa jang hangat
njaman mendesak kesegala arah. Herangsur terasa badannja terasa
sehat sekali, maka meloncatlah ia, berdiri tcgak kembali didepan
kakaknja. Tahulah ia bahwa sang kakak baru sadja meningkatkan
kekuatannja untuk mendapat gemblenganja jang pasti berat sckali.
Memang jang diadjarkan olch Putut Punnug kepada adiknja
adalah djurus BUMI GENJOT dan BUMI GONJING, jang
membutuhkan sekali kekuatan rochaniah dan badaniah secara
memusat. Kira-kira satu jam lamanja Denmas Sasangka sudah dapat
melakukan djurus adjaran kakaknja dalam taraf lumajan.
33 Kata Punung kemudian: "Sudah cukup dulu, bcsok kita
landjutkan lagi. Kini mari kita kcmbali clan kau tak boleh bicara
sepatah katapun clcngan siapa juga kecuali dengan ayah kita.
Ketahuilah selandjutnja aku akan masuk kedalam kamar pusaka
untuk memindjam kandjeng kjai SENGKELAT dan kjai tombak
PLERET, untuk disimpan scmentara waktu. Aku ingin tahu. dapat
berbuat apakah para djamhur Kartasura terhadap Punung djembel
ini. Kau Sasangka, kaulah jang akan memakai namaku PURBAYA
kclak, djagalah nama itu baik baik!"
Kcdua kakak beradik itu lalu saling rangkul mesra. Scgera
Punung memondong adiknja seperti jang, dilakukan tadi unluk
dibawa kembali kepambetckan sedang Putut Punung sendiri
langsung seperti bayangan asap menudju kekedaton.
Sebagai bayangan hantu ia meloncat keatas gentcng keralon
langsung ketempat pusaka krraton disimpan ... lalu menjelinap
masuk kedalamnja, tanpa diketahui orang.
Bayangan lamuk itu keluar dari kamar pusaka dengan
membawa kjai Sengkclat jang asli berserta tombak kjai Pleret,
scbagai imbangdjasa-pakta dari rasa kepcdihan keluarganja.
Tak hendak ia mengangkangi kedua pusaka itu, apabila raja
dapat menginsafi kesalahannja dan bersikap baik terhadap pamannja
sendiri. Maka tergantung kepada sikap baginda ituah kembali atau
tidaknja kedua pusaka lambang keraton Jwa tadi.
**** 34 BAGIAN IV
ALANGKAH seram dan gagahnya laskar Kartasura yang
dipimpin oleh bupati-tempur Jayarumeksa yang meninggalkan
ibukota, menuju kesarang pemberontak, yang berada disekitar KotaGede. Laskar itu terdiri dari 2.000 orang prajurit tamtama, penyutra
dan surawulung serta dulang mangap, dengan keahlian senjatanya
masing-masing. Kesatuan laskar itu dibagi atas empat bagian
kelompok lima ratusan.
Kelompok pertarna, sebagai cucuking ayuda (penempur
terdepan), lima ratus prajuril tamtama, dengan tetindih panewutempur Jayatamtama, terkenal sebagai orang digjaya yang
dimalui orang banyak. Kelompok yang kedua, lima ratus
petra, dengan tetindih panewu tempur Wiralaras, terkenal sebagai
pemanah ulung dalam kelompok keprajuritan Kedua kelompok ini
dipimpin langsung oleh seorang Tumenggung Manggalarana
Dibyapragola. Kelompok suralawung ditindihi oleh seorang panewu
tempur, Jayawatangan, seorang ahli bergerak dengan tombak yang
tidak boleh diremehkan. Kelompok penutup ditindihi oleh panewu,
Sutaganjur. Keahliannya adalah bermain ganjur (penggada) dan
golok. Kyai bupati Jayarumeksa-lah yang bertindak sebagai
senapati-perang dan bertanggung-jawab atas segala-galanja.
Biasanya bupati tempur yang gagah perkasa ini, selalu nampak
bergembira bila mendapat tugas untuk menggempur lawan,
wajahnya selalu berseri-seri waktu memimpin pasukannya. Namun
mengapa kali ini ia tidak menunjukkan wajah gembiranya, biarpun
ia sudah mengendarai kuda perangnya si Dawuk yang juga nampak
gagah perkasa.
Wajah kidipati yang nampak murung, benar-benar menjadi
teka-teki bagi teman-temannya terdekat serta para tetindih
35 kelompok-bagian. Adakah sesuatu yang mengganggu senapati
digdaya ini? Adakah itu suatu ciri kurang baik perjalanan mereka
kali ini?
Sebenarnya tak usah terlalu jauhlah mereka itu
memikirkannya, cukuplah mereka meninjau siapakah yang mereka
hadapi saja. DenMas Tumenggung Suryakusuma, kecuali putera
sulung Gembong Kartasura, yang mampu dengan sekali jotos
meremukkan kepala gajah yang tengah mengamuk . Juga seorang
senopati, manggalayuda, yang diangkat oleh almarhum Sunan
Amangkurat I, bukan karena dia adalah putera keponakannya, tetapi
karena kegagahan dan keperwiraannya menerjang rimba pedang,
hutan tombak lautan api peperangan menundukkan musuh-musuh
negara. Senopati muda itu mahir sekali dalam perang berubuh dan
ia sendiri adalah seorang pendekar yang tak dapat dianggap enteng
oleh siapapun, dipuji oleh teman dan disegani oleh lawannya.
Maka sudah barang tentu, berandal yang hendak ditumpasnya
itu bukan makanan empuk bagi sipenanggung-jawab. Itulah yang
membuat murung ki dipati Jayarumeksa. Kecuali itu, pada waktu ia
hendak berangkat dari rumahnya pagi tadi, berbeda dengan yang
sudah-sudah. Isterinya yang tertua berpesan wanti-wanti, supaya ki
dipati sangat berhati-hati dan berwaspada sekali dalam menghadapi
lawannya . Karena nyai dipati semalam mendapat impian yang
agak aneh.
"Jangan kau merisaukan hatiku, Nyai . Senopati yang
bertugas, hanya tahu maju, biarpun didepan terpampar samudera
api. Mimpi burukmu itu mungkin sekali karena kau selalu
memikirkan yang bukan-bukan saja. Sudahlah, kau berdoa saja
supaya aku dapat kembali dengan selamat!"
"Kyai, aku tahu seorang senopati itu, tetapi aku memesanmu
wanti-wanti, untuk berwaspada. Mungkin tafsir mimpiku itu tidak
36 terlalu jelek . Karena aku hanya melihat gunung baja saja, yang
tiba-tiba saja menjulai dihadapan Kyai dan teman-temannya .
Mungkin itu berarti penghadang tak terlawan saja oleh pasukan
kyai!"
"Bagaimanapun juga, tugas ini harus diselesaikan sebaik
mungkin. Terlawan atau tidak terlawan, aku harus menerjangnya.
Bila hanya batas harus berwaspada melulu . Baiklah aku berjanji,
akan memperhatikan keadaan dengan hati-hati. nah, kalian
berdoalah untuk keselamatan negara dan keluarga kita!"
"Masih ada sedikit kyai .. sudahkah Den Mas Suryakusuma
tahu, bahwa ayahnya, kanjeng pangeran Puger mendapat pidanapambedekan? Baiklah, karena tindakan sang anak, ayah beserta
keluarga menanggung pidana demikian berat? Coba bicarakan itu
dengan Den Mas Suryakusuma mungkin beliau akan
menginsyafi kesalahan tidakannya."
"Lalu ... beliau akan menyerahkan diri, bukan. Uwah-uwah . .
. itulah bukan tugasku, dan sangat merendahkan derajadku sebagai
senapati tempur,. menundukkan lawan dengan siasat menekan jiwa
lawan. Tidak, nyai ... tidak mungkin aku berbuat demikian.
Sudahlah, jangan terlalu banyak mencampuri urusan negara, salahsalah bisa miendapat celaka karenanya. Masakan negara tidak lebih
bijaksana dari orang-orang biasa ini."
Itulah kiranya yang dibekal oleh ki dipati Jayarumeksa dari
rumah, mau tidak mau menarnbah pemikiran saja . dan
membayang dimukanya. Kal)au berrnula ia merendcngkan dirinya
dengan Den Mas Suyakusuma, sebagai senapati Manggalajuda yang
perkasa . karena impian isterinya itu terpaksa ia merasa
kerendahannya dalam soal siasat perang.
Perjalanan laskar Kartasura itu dikuntit dari jarak jauh oleh
seorang pemuda yang berdandan secara acak-acakan, berambut
37 awut-awutan. Tidak seorangpun yang akan menghiraukan pemuda
jernbel tadi, karena keadaannya yang mirip benar dengan seorang
yang kurang waras, bila hanya dilihat sepmtas lalu saja. Namun bila
orang memperhatikan kepadanya dengan teliti, pastilah orang akan
terhera-heran, karena gerakan-gerakan yang gesit luar biasa .....


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya yang berkeredapan berkilat-kilat, sepasang mata yang
hanya dimiliki oleh orang yang beri1mu tinggi sekali. Bahwasanya
yang membuntut1 laskar itu, adalah Purut Punung sendiri, yang
mengehawatirkan perjuangan kakaknya yang sulung, karena
menghadapi tentera pihan dari kota.
Pasti saja ia sudah mempunyai rernyana, sesuatu cara untuk
menolong kakaknya itu. Ingin ia mencoba kesaktian rompi ?Rajah
Sasra? dan pedang ?Nagasura? peninggalan senapati Majapahit,
yang belum lama ini diketernukan di puncak gunung Lawu.
Malam itu ia berdiri berendeng dengan arca- arca dewa-dewa
dicandi Roro Jonggrang (Prambaaman), yang cukup tinggi, tidak
kurang dari sepuluh meter dari tanah, melihat keperkemahan laskar
Kartasura yang didirikan tidak jauh disekitar candi tersebut.
Melihat kelengkapan dan kondisi laskar itu, tahulah Putut
Punung, bahwa kakaknya menghadapi kekuatan yang teratur lagi
kuat sekali. Pastilah pertempuran yang akan terjadi hebat dan seram
sekali melihat gelagatnya dan mengingat kecakapan kakaknya
bersiasat perang . Hanya jummlah yang berlipatan itulah yang
akan menjadi soal kesulitannya. Lagi pula harus diingat, bahwa Den
Mas Suryakusuma, harus menghemat tenaga dan banyak
prajuritnya, jangan sampai banyak yang gugur dalam pertempuran.
Supaya jangan terus menerus terdesak oleh bala bantuan dari kota,
yang pasti bermunculan setiap saat.
38 Nampaknya para pemimpin laskar itu kini sedang
mengadakan pembicaraan penting, karena besuk pasti akan
berhadapan dengan musuh ?di Kota-Gede.
Dengan mudah sekali Punung dapat mendekati tempat
pembiljaraan itu, karena orang kurang memperhatikeln penyagaan
sama sekali. Ja, siapakah mengira, ditempat masih sejauh itu, dari
musuh .. orang harus sudah memusingkan tentang penjagaan
yang ketat. Agaknya orang masih lebih mementingkan soal makan
dan peristirahatan melulu.
Kalau toh ada musuh yang berani mendekati perkemahan
mereka, itulah bukan soal yang harus ditakutkan. Jumlah mereka
yang dua-kali lipat itu pasti cukup berwibawa terhadap tindakan
musuh yang berani gegabah bertindak .... Bagaimanapun sesuatu
kenyataanlah Putut Punung dapat menyelinap masuk dengan mudah
dan menempatkan diri dalam jarak kurang dari sepuluh meter dari
tempat perundingan.
Kini orang boleh berbicara dengan berbisik pasti tak sepatah
katapun akan luput dari pendengaran pemuda jembel itu. Apalagi
mereka berbicara berterang-terang seperti biasanya.
Tumenggung Dibyapragolalah yang bermula terdengar
pertanyaannya:
"Kyai Lurah, maaf bila ada kelancanganku, sebenarnya saja
heran mengapa kyai lurah sejak tadi berangkat nampak kurang
senang? Adakah sesuatu yang kurang lengkap atau kurang baik
dipandangan Lurah ... ?"
"Hmm adi menggung, tidaklah dapat diselami
perasaauku sekarang ini? Hampir-hampir aku dapat
menyamakannya dengan tindakan seorang ayah yang hendak
mernbunuh auak sendiri. Siapakah Den Mas Suryakusuma itu ......
39 hmm, awak seudlri, bukan? Maka pertempuran ini hanya. berarti
kerugian melulu. Mana yang dikatakan menang, pasti mencederai
muka sendiri ...... Apakah itu haiknya?"
"Dalam hal itu ...... kyai benar, tetapi dipandang dari sudut
kenegaruan, Den Mas Suryakusuma teah bersalah, memberontak
kekuasaan raja."
"Ya-ya, itulah satu satu dalih yang tak akan tersangkal lagi
...... maka mau trdak mau petugas negara hanya bisa melaksanakan
perintah saja, biarpun berlainan yakin dan perasaan inilah yang
paling tidak menyenangkan bagi petugas siapapun bukan?"
"Ya, akupun merasa kurang mantap dalam menghadapi
perternpuran antara awak sendiri ini, namun apakah jadinya nanti,
yang sangat disesalkan adalah tindakan Den Mas Suryakusuma
yang seolah-olah tidak memikirkan akan akibat aksinya itu.
Mengapa tidak memikirk in keadaan orang tuanya yang pasti tidak
akan luput dari ancaman negara? sekarangpun kenjeng pangeran
Puger sudah menerima pidana Pembedekan itu beserta seluruh
keluarga dan para abdi-abdinya semua. Hmm ...... ataukah itu
mernang sengaja demikian? Bila ada unsur sengaja, pastilah
Pangeran Puger yang memberi tugas kepada puteranya bukan?
"Helo ...... hlo, adi tumengung, dalam ibukota Kartasura ini,
apabila ada orang disebut patuh serta setia rerhadap negara .......
adalah pangeran Puger, gembong besar negara. Bagaimana ia dapat
berbuar deimikian. Adi Tumenggung sendiri mengetahui, sudah
berapa kali saja pangeran itu dihina dimuka umum ingat saja
waktu mengumumkan pelantikan raja, pengganti almarhum
Baginda bukankah hinaan itu sudah kelewat batas? Cukuplah
rasanya hinaan itu untuk mengobarkan pertentangan seketika itu
juga. Namun pangeran yang penuh kebijaksanaan tadi, tidak berbuat
yang tidak-tidak, kecuali menundukkan kepalanya sambil
40 tersenyum kecut sekali. Bagi seorang sakti tingkatan beliau,
sukarlah kiranya mengobrak-abrik pasewakan seketika itu juga?.....
Hai, kepala gajah mengamuk remuk dengan sekali jotos saja.
bayangkan, bila ia benar-benar hendak merebut kekuasaan.
Tidak, tidak adi menggung ... aku hampir berani mempertaruhkan
kepalaku, bahwa pangeran itu tidak sekali-kali tugas gila-gilaan itu.
bila Den mas Suryakusuma berbuat demikian, itulah karena sudah
terlalu banyak penasarannya terhadap penguasa yang sekarang!"
"Ya..ya, begitulah kiranya. Namun Kyai setelah
peristiwa pembedekan ini, apakah kiranya segala batas kesabaran
manusia biasa belum lagi telah terlampaui . Apakah hinaan yang
sekarang dialami oleh keluarga ka-Pugeran dapat ditelan demikian
saja?"
"Amboi ... Kartasura, apakah yang kau alami kemudian."
"Haaa, mudah-mudahan saja ibukota yang masih agak baru
ini, cukup kuat mengalami goncangan badai yang sudah tercium
kuat gelagatnya..!"
"Adi menggung, itulah yang aku kuatirkan sekarang ini.
Tetapi masakan kami ini lalu tidak berani bertindak apapun.
Sudahlah, hal-hal yang masih belum terjadi tidak usah kita pikirkan
dulu, balik mari merundingkan siasat penyerangan. Kewasissan Den
Mas itu terletak pada kepiawaian melincahkan gerakan pasukannya,
yang segera berubah gelar bila terdesak mundur.
Perlawanan semacam itulah yang sangat menyulitkan musuhmusuhnya!"
"Lalu siasat apakah yang hendak kita pergunakan besuk
terhadap para pemberontak ki Lurah?"
41 "Karena kita menang jumlah, maka sebaiknya dipergunakan
gelar emperit neba saja. kelompok limaratus orang dipecah-pecah
menjadi dua tiga kelompok kecil yang menyerang disana-sini
berkelompok dari segala arah, membingungkan lawan."
"Perlukah kita menempatkan orang-orang kuat pada
k.etonpok-kelompok rersebut, atau orang-orang kuat itu kita
tempatkan menjadi kelompok istimewa yang harus bergerak cepat
menolong kelompok yang mengalami kerusakan?"
"Kali ini kita mencoba mengadakan kelompok istirnewa itu ...
tempatkan mereka disebelah luar barisan, kanan dan kiri. Aku ingin
mencoba keluar dari biasanya, mungkin musuh kita belum pernah
berternu dengan siasat, yang agak berbeda dari biasanya itu?"
Cukuplah Putut Punung mendengarkan perundingan mereka.
Kiranya tidak perlu dikuatirkan bila kakaknya akan menderita
kerepotan menghadapi siasat burung- pipit menyerbu sawah itu.
yang mungkin menjadi soal adalah penernpatan orang-orang kuat
itu. Maka ia sendirilah yang akan. menghada pinya.
Dinm-diam Punung menyelinap keluar barisan yang tengah
beristirahat itu. Malam itu juga ia mempergunakan ilmu lari
cepatnya, untuk berternu dengan kakaknya, menyampaikan kabar
akan datangnya masuh dari Kartasura.
Waktu ia datang diperkemahan para brandal dikota Gede,
sangat kebetulan karena di-ufuk Timur, sinar bang-bang-wetan
sudah mulai nampak. Sudah banyak prajurit brandal yang telah
bangun, malahan telah pula ada yang berlatih ketangkasan dan
keprigelan memainkan senjata.
Sudah barang tentu bahwa orang-orang itu belum pernah
melihat Putut Punung, dalam pakaiannya yang anljak-ancakan itu.
Kedatangannya disarnbut dengan muka keren yang mengandung
42 curiga dari para prajurit tersebut. Terdengar bentak seseorang:
"Jangan bergerak kawan ... kamu ini orang apa, dari mana dan
hendak berbuat apa disin.?"
"Ha, aku ini memang orang betul bukan jejadian, datang dari
sebelah belakang, hendak bertemu dengan pemimpin brandal
disini."O-ho-hooo ... semalam aku mimpi apakah, maka pagi-pagi
semacam ini sudah bertemu dengan orang degleng demikian, tidak
pula merasa memutar kincir-kincir, dini hari telah kedatangan orang
gila ... ha-ha-haaa ... Hei sinting ... kau hendak berternu dengan
siapa . . sanggupkah menyebut pernimpin kami disini? Ha ha ha
ha aku ingin benar mengetahui, masihkah kiranya kamu ingat
akan namamu sendiri, he he he heh cobalah sebut nama pemimpin
itu, yang hendak kau jumpai. Kalau kamu dapat menyebutnya,
mungkin aku sendiri akan mengantarkanmu kepadanya!"
Baik-baik, bawalah aku kehadapan Den Mas Suryakusuma,
manggalayuda Kartasura yang berpangkat kliwon penempur,
pejabat kanan dalam kesatuan besar"
Waktu belum berpangkat dia bernama Den Mas Sudira, putera
Pangeran Puger yang tertua . Betul apa tidak, saudara tetindih
Jayasura?"
"Hai-hai . darimana pengetahuan yang sangat terinci itu?
siapakah sebenarnya kau ini?"
"Kau nanti akan tahu sendiri siapa aku! tetapi sekarang
bawalah aku kepada pemimpinmu itu, aku membawa kabar penting
bagi para berandal!"
Para pra?urit yang mengerumuni mereka, karena masih curiga,
banyak yang mencegah ki Jaya, "Ki Lurah jangan-jangan orang
ini adalah mata-mata musuh dari kota."
43 "Hemm.." dengus Jayasura . Kalau begitu, mari kita halau
bersama saja orang ini."
"Ki sanak, kau dengar sendiri perkataan orang-orangku itu,
nah . pergilah dengan damai!"
"Kalau aku tidak mau pergi, kau mau apa tuan tetindih yang
tidak berani menepati janji sendiri? Kau kira kalian dapat
mengurungkan niatku ini? ha ha haa boleh cobalah!, aku hendak
jalan terus!"
"Bagus, bagus pagi ini kita dapat berlatih sungguhsungguh untuk melemaskan otot-otot kita yang masih agak kaku.
Jangan menyesal jika kami tidak terlalu sopan mengganyangmu,
tuan!"
Puluhan orang bergerak bersama-sama menubruk Putut
Punung. Apabila Putut Punung pagi hari itu tidak mempunyai
kegembiraan untuk berkelakar, pastilah orang-orang itu akan segera
jungkir balik terkena kekuatan tubrukannya masing-masing yang
membalik, karena tenaga tolak yang melindingi tubuh pemuda sakti
itu. namun kali ini, ia hendak main-main dengan anak buah
kakaknya. Maka waktu puluhan tangan itu hampir menyentuh
badannya, ia menjejak tanah meluncur tinggi sekali lalu
berjumpalitan ditengah udara, melesat kesamping dengan gaya
yang manis turunlah ia dua landeyan tombak disamping
pengeroyoknya.
Ejek Putut Punung, "Huh..huuuuh . Pantaskah kalian ini
disebut prajurit berandal, yang harus lebih unggul dalam segala hal
dari prajurit biasa. Puluhan orang menangkap orang satu saja tidak
becus .. cara bagaimana kalian nanti akan menghadapi prajutir
Kartasura yang jumlahnya lipat dua dari jumlah kalian?"
44 Karena orang-orang yang mengerumuni Putut Punung tadi
bergerak bersama-sama, menubruk ke arah orang yang dikiranya
mata-mata lawan, tetapi yang ditubruknya tiba-tiba lenyap . Mau
tidak mau mereka itu jadi saling tubruk sendiri. Puluhan tangan
saling cengkram, sedangkan lebih dari lima orang hingga beradu
kepala berkaok-kaok karena kesakitan saling tindih, saling remas
dan saling pukul sendiri. Setelah membuka mata, baru mereka tahu
keadaan yang sebenarnya.
Setelah melihat orang yang hendak mereka tangkap tadi.
sudah berdiri menyengir sambil mengejeki maka dengan geram
sengi t sekali mereka menerjang lagi, kini dengan teratur dan
berhati-hati, mernpergunakan senjata golok dan keris mereka.
Dengan berteriak tinggi?rendah mereka mengerubut pemuda awutawuran tersebut, Bagai hujan gerimis datangnya serangan senjata
dari segala arah, namun pernuda acak-acakan tadi dapat berlincahan
mengimbangi datangnya serangan. Tangan dan kakinya tak hentihentinya bergerak cepat, mulutnyapun tak berhenti mengejek ...
"Kurang cepat, ini serangan ngawur, kurang latihan-kurang gesit
dan luwes .... huh-huuuh ... kalian harus berlatih banyak banyak
lagi, supaya gaja tempur kalian agak berarti dalam peperangan.
Hayo-hayo-habis kan tenagamu, masukan baru saja mulai sudah
hampir kehabisan napas prajurir ternpe kalian ini!"
Karena kegaduhan yang mereka timbulkan, maka segera pula
terlihat bermunculan orang-orang dari dalam perkemahan. Malahan
Den Mas Suryakusuma sendiri, sudah membekal pedang
mendatangi tempat keroyokan itu dengan cepat sekali. Sekejap saja
pemimpin itu sudah tiba didekat tempat keroyokan. Dengan suara
nyaring ia berkata, "Mundur semua..!" Tahu- tahu orangnya sudah
ada ditengah-tengah mereka sedang pedangnya yang berkilat-kilat
telah menjurus kepada tenggorokan musuh. Belum pernah pemuda
manggala yuda ini gagal dalam serangannya, pedang yang
45 digerakkan dalam jurus pedang simpanan itu. tetapi alangkah
kecewanya kali ini .. pedangnya menyeleweng jauh dari
sasarannya, malahan pergelangan tangannya sudah dalam pegangan
lawan sakti ini.
Namun Den Mas Suryakusuma tidak menjadi gugup
karenanya, masih ia dapat membela diri dengan kedua tangan dan
kedua kakinya. Secara indah dan gesit sekali tangan kirinya
membabat lambung musuh. Tetapi gerakan itu sudah kedahuluan
tertindih ujung telunjuk lawan pada permulaan gerakannya, hingga
lenyaplah gaya serangannya. Betapa kaget dan herannya, kini
tampak pada sinar matanya yang ditujukan kepada lawannya ..
"Hai, kau.. kau siapa Kau adikku PURBAYA kah?" Nampak
tegang benar wujudnya menanti jawaban orang tidak karuan ini.
apakah yang terlihat oleh orang banyak waktu itu?
"Ha kiranya kakangmas tidak lupa lagi kepada adiknya
sendiri, nah inilah aku kakangmas, tetapi nama itu sudah lama aku


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berikan kepada Sasangka. Aku sendiri sekarang bernama Putut
Punung."
"Ah . adikku, hampir kau membuat cemas hatiku. Aih,
siapa mengira bahwa kau adalah pemuda paling tampan dalam kota
dahulu, hingga menjadi buah bibir para perawan dalam kota
Kartasura, mengapa kau rela memperlihatkan dirimu semacam
begini?"
"Kangmas, bukankah rama pangeran telah mengatakan Halku
dahulu kepada kangmas ? Aku sirik untuk bertentangan Dengan si
pemuda paling berkuasa, maka lebih baik akulah Yang mengalah.
Dan setelah kangbok ratu Alit, wafat karena Fitnahnya . sulitlah
bagiku untuk mengabdi pada negara. Biarkanlah adikmu ini lepas
dari segala yang bersangkutan dengan kebangsawanan. Aku telah
46 bertekad untuk menjadi rakyat jembel biasa dan mengabdi kepada
kepentingan umum . Disamping keluarga kita!
Tetapi. kedatanganku ini bermaksud lain .. ! sejak berangkat dari
Kanasura, aku mengikuti perjalanan laskar yang mendapat tugas
untuk melumpuhkan gerakan kangmas ini.. Senapati yang
mengamban tanggung jawab adalah dipati Jayarumeksa dengan
membawa duaribu orang prajurit. Semalam mereka berkemah di
candi Prambanan dan disitulah aku dapat mendengar perundingan
mereka. Dalam pembicaraan mereka dapat dikatakan bahwa
sebenarnya ada rasa cendrung kepada keluarga kita. Tetapi
mereka petugas negara, maka mau tidak mau harus memusuhi
brandal yang menentang pemerintahannya.
Hari ini mereka sudah pasti datang disini. Gelar perang yang akan
mereka pakai adalah siasat Emprit Aneba, tetapi dengan
menempatkan orang kuat disebelah kanan dan kiri yang segara
bertugas menolong jika ada kerepotan teman-teman mereka. Nah
itulah kabar yang kusampaikan kepada kangmas, untuk berjaga-jaga
dan mengawasinya. Aku sendiri akan mengawasi kelompok orangorang kuat itu!"
"Adik, tunggu dulu . Katakan kepadaku dengan terus
terang, adakah akibat kurang baik timbul karena tindakanku ini?
bagaimana dengan Ayah sekeluarga?"
"Sudah dapat dipastikan bahwa tindakan ini berbuntut buruk
sekali bagi keluarga kita. Ayah dengan seluruh keluarga beserta
para abdi yang terdekat kini menyalani pidana pembedekan di
paseban alun-alun. Sudahlah kangmas, segala yang terlanyur terjadi
tak perlu disesalkan hingga bertele-tele. Apalagi kangmas tahu
sendiri, bahwa bentrokan ini pasti meledak suatu ketika, karena
sudah dari dulu kangmas Anom sudah menantikan saat seperti
sekarang ini. pastilah sekarang ia leluasa berbuat jahat sekehendak
47 hatinya. Apabila kau belum menolong ayah keluar dari
pembedekan, itulah karena aku ingin mendengarkan pendapat
umum diseluruh negara. Dan kiranya dengan tindakan yang sangat
tidak bijaksana dari pemerintahan ini, kiblat hati rakyat lebih
banyak kepada kanjeng rama pangeran. Itulah perlu jika rama
terpaksa harus mengangkat senjata untuk membela diri dari
tindakan baginda yang sewenang-wenang. Maka sekarang, hadapi
saja dulu musuh dari Kartasura, sambil melihat gelagat
selanyutnya."
"Aih-aih . Punung, bukankah aku ini anak yang tidak
berbakti atau malahan lebih jahat daripada itu . Anak yang
menyerumuskan orang tua beserta keluarganya kedalam jurang
kehancuran?"
"Menyesalpun tak ada gunanya, kangmas . Teruskan
sajalah maksudmu itu. Berbuatlah kemudian mengimbangi
perkembangannya."
"Baiklah adik, aku pasti tidak akan membiarkan orang tua
menjadi celaka karena kedunguanku."
"Sampai bertemu lagi kangmas, berhati-hati1ah selanjutnya ...
aku sendiri akan bekerja dengan diam-diam dalam penyaruanku
ini."
Dalam beberapa loncatan saja Putut Punung telah lenyap
dibalik perkemahan-perkemahan mereka. Segera Den Mas
Suryakusuma dikerumuni oleh para pembantunya, para manggala
tetindih juda. Jagasura-Jajengkewuh-Wirajaya-Wira-kerti dan Jainlainnya untuk menanyakan siapakah gerangan tokoh sakti luar biasa
yang habis bertemu dengan sang pemimpin. Jawab Den mas Surya
dengan tersenyum-senyum: "Itulah adik saja yang nomor dua, yang
tidak suka lagi hidup sebagai bangsawan, karena sangat membenci
kalangannya sendiri yang ternyata sangat buruk itu. la lebih suka
48 hidup sebagai rakjat jelata. Kedatangannya mengabarkan bakal
datangnya musuh dari Kartasura ... maka lekas kalian bersiap-siap
untuk menghadapi lawan yang jumlahnya 2000 orang.
Karena kita kalah jumlah maka sebaiknya kalian berlempur
dalam gelar "CAKRA ? BYUHA" 500 orang.
Adapun yang lima ratus lagi dibagi atas dua bagian dengan
tata gelar GARUDA bersamberan, dikanan dan kiri penempur inti.
Ketahuilah, bahwa mereka mempunyai penempur orang orang kuat
dua kelompok, yang ditempatkan di kanan kiri bari.sannya. Berhatihatilah terhade.p regu-regu orang kuat ini. Perhatikan juga gerakgerik adikku pemuda awut-awutan tadi.
Dia berjanyi akan menempur regu-regu kuat itu, bila ada
kerepotannya, tolonglah dengan samberan-samberan garndamu.
hayo-mari kita mulai bekerja. Kabar itu diterima dengan hati berdebaran, telapi
menggembi1akan sekali bagi mereka, karena mereka tahu benar
bahwa lambat atau cepat, pastilah akan terjadi pertempuran
melawan utusan dari ibukota. Setiap prajurit menjadi sibuk sekali
dengan melengkapkan perbekalan masing-masing. Menyelang
tengah hari barlah mereka siap-lengkap, sampai kepada segala
macam penyelasan dan pesan-pesan jang sangat perlu dalam medan
perang nanti.
Tak usan mereka jauh-jauh meninggalkan perkemahan
mereka, untuk mendapatkan tempat calon berternpur yang cocok
sekali, untuk menantikan kedatangan musuh dalam tata gelar yang
mereka pilih.
Regu pemancing lawan sudah dilepaskan, menghadang laskar
Kartasura. Nampaknya dalam waktu dekat musuh helum datang,
49 hingga waktu terluang itu dapat dipergunakan oleh prajurit, menurut
kepentingan masing-masing.
Ada yang beristirahat sarnbil menikmati bekalnya ... ada jang
duduk-duduk memelihara kekuatan sambil mengganyang sirih,
meneegah rasa dahaga dalam beraksi nanti. Para tetindihlah yang
terpaksa terus giat bekerja ... memeriksa barisannya yang sudah
diatur rapi ... disana-sini memberi petunjuk dengan kelakamya yang
merobesarkan hati para prajurit.
Kita-kim jam dua siang, barulah laskar Kartasura kelihatan
dari jauh. Kedatangan mereka disambut dengan suara gemuruh dari
pihak lawan. Sudah barang tentu prajurit ibukota mengimbangi
sorak mereka menerirna tantangan Brandal ini hendak dibekuknya.
Dalam jarak jauh itu, mereka berhadap-hadapan untuk saling
menapsir kemungkinan-kemungkinan yang bakal mereka alami.
Mungkin karena baru saja berjalan agak jauh diuga karena
sang terik matahuri masih sangat meogganggu kondisi badan
mereka ... laskar Kartasura diperinrankan beristirahat dahulu,
sarnbil berpasang gelar-perang mereka. Sementara itu Tumenggung
Dibyapragola beserra dua orang panewu-ternpur, dengan
mengendarai kuda perang meridahului laskamya, sebagai utusan
Sang Senapati, untuk menegaskan sikap lawan.
Waktu itu kira-kira pukul tiga siang, Tumenggung
Dibyapragola melancarkan suaranya yang lantang kearah
pertahanan musuh, setelah datang tidak jauh lagi dari mereka,
"Dengarkan sabda baginda Sunan Arnangkurat Mas (Am III), hai
para kawula negeri Mataram ......... Bahwasanya masih ada jalan
hidup dan pengampunan baginda, kepada para kawula yang insjaf
akan kesalahannya dan kembali kepada pengabdian masing-masing.
Namun bila kalian membandel dalam perbuatan kalian .. terpaksa
laskar Kartasura yang kami bawa ini segera akan menempur kalian.
50 Selesailah pengumumanku ini, bila dalam waktu sepemakan sirih
kalian tidak menjawab dan menyerahkan senjata kalian ..
bersiaplah kalian menghadapi terjangan laskar kami!"
Dari pihak lawan nampak Den Mas Suryakusuma sendiri
keluar dari barisan, diiringi dua orang pembantunya, maju kira-kira
tigapuluh meter didepan barisannya, untuk menjawab utusan dari
Kartasura.
"Kakang Tumenggung Dibyapragola, sudah lama aku,
Suryakusuma . merasa penasaran sekali terhadap kangmas
Adipati Anom yang dulu dan yang sekarang ini sudah menjadi raja
Mataram, tentang perlakuan beliau terhadap keluargaku. Dalam hal
kesalahan inipun aku yang bersalah .. mengapa kanjeng rama
Pangeran Puger dan keluarga seluruhnya, malahan para abdi segala
harus menderita hukuman pembedekan? Tidakkah ini memancingmancing perlawanan yang sangat membahayakan negara?
Kakang Tumenggung, .. baiklah, aku segera menyerahkan
diriku sendiri, bila baginda sudah membebaskan ayahku berserta
keluarganya yang dalam pembedekan itu. itulah janji ksatriaku yang
pasti akan kupenuhi setelah ayah keluar dari siksaan. Bila tuntutan
ini tidak dilaksanakan, biarlah aku menjadi pengacau negara selalu,
hingga pemerintah mampu meringkusku beserta para pengiringku
yang setia semuanya!"
Sekali lagi berserulah Tumenggung Dibyapragola, "Den Mas
Suryakusuma ketahuilah bahwa kami tidak ada hak sama sekali
untuk mengurus soal segala macam tuntutan dan pembicaraan
dengan pihak pemberontak. Maafkanlah kami ini, tugas kami hanya
menggempur lawan negara yang tidak mau menyerah, kembali
kepada pengabdian negara. Maka apakah jawaban Den Mas yang
tertentu dalamsoal ini?!"
51 "Bila demikian, terserah kepada kakang Tumenggung beserta
kawan-kawan saja, kami akan bertahan sedapat mungkin, demi
tuntutan kami tadi!"
Seketika itu juga suasana menjadi sangat tegang. Orang tahu
sekarang, tidak ada jalan lain kecuali melewati ujung senjata
mereka masing-masing. Nampak ki Tumenggung dengan kedua
kawan pengiringnya kembali kepasukannya untuk melaporkan hasil
pembicaraannya dengan pihak berandal. Sedang Den Mas
Suryakusuma, tinggal berdiri ditempat dengan mengangkat tangan
kanannya, yang berarti .. siap menghadapi serbuan musuh. gelar
CAKRA-nya bergerak maju dengan perlahan-lahan, hingga sang
pemimpin berada ditempat yang merupakan pusat penggerak
pergeserannya roda cakra yang pasti ampuh dan seram itu. bergerak
pula garuda kanan dan kiri, sebagai pengawal sakti yang
menakutkan.
Kini laskar Kartasurapun bergerak serentak, tidak kurang
seram dan gagahnya dari pihak lawan. Mulailah mereka melakukan
gelar siasatnya. Segumpal demi segumpal mereka memecah dan
memisahkan diri dari kelompok besar, lalu bertaburan serabutan
sebagai burung pipit menyerbu sawah yang padinya sudah
menguning. Kawanan mereka itu tidak kurang dari seratus sampai
dua ratus perajurit, dengan senjata terhunus menyerbu dari jurusan
kedatangan mereka, dimuka disamping dan ke arah lambung
gelar musuh. paling kanan dan kiri, nampak kelompok yang terdiri
dari kira-kira tiga puluh tamtama pilihan, yang gerakannya gesitgesit, tangkas dan kuat-kuat. Itulah kiranya yang mereka katakan
sebagai kelompok orang-orang kuat.
52 Kelompok-kelompok pipit itu menerjang musuh dengan
gagah berani, sambl berteriak-tenak melepas gendam serta jerit-jerit
perang, pelurnpuh lawan. Maka gegap-gempitalah dimedan laga
tersebur, menggemuruh diangkasa bagaikan gunung ambruk. Laskar
Kartasura menempur seru, sedang brandal Kotagede menadahinya
dengan gagah perkasa, dengan tekad bulat membela kebenarannya
yang diyakini. Roda gelar Cakra bergerak memusingkan, menggilas para penyerbunya tanpa ampun lagi. Namun prajurit Karrasura
bagaikan sudah mabuk darah, tak menghiraukan lagi keselamatan
pribadi, karena melihat para tetindih mereka tak seorangpun yang
tidak berjuang mati-matian. Namun lapisan roda gelar Cakra Den
Mas Suryakusuma ternyata sangat ampuh, karena telah mengalami
gemblengan yang bermutu tinggi. Setiap kali diserbu kawanan
tamtama bersenjata apapun selalu dapat mengatasina dengan gerak
berputarnya lapisan luar, yang selalu diganti oleh lapisan temgah,
dengan gerakan naga meninggalkan tempat melingkarnya.
Para penyerang lambung cakra-pun selalu mendapt kesulitan
dari samberan-samberan garuda pengirmg yang melmdungi Cakra
tersebut. Maka kini nampak dimana-mana ada kerusakan dipihak
penyerbu dari Kota. Mulailah sekarang kelompok orang kuat
bergerak. Dengan pedang dan golok terhunus mereka hendak
menyerbu untuk memperbaiki pasangan yang rusak.
Namun kelompok kanan yang tengah henlak bergerak itu,
tahu-tahu menjadi kocar kacir karena tiba-tiba mendapat serangan
pukulan angin keras, hingga menyulitkan pernapasan para
prajuritnya. Masih dalam kebingungan hendak mengetahui siapa
penyerangnya, tahu tahu sudah diserang oleh seorang kurang waras,
yang berdandan seperti pengemis jembe1, bersenjatakan tongkat
dikedua belah tangannya. Nampaknya pengemis itu bergerak
seenaknya saja, namun nyatanya, pedang dan golok yang sedang
dimainkan oleh tangan-tangan ahli, beterbangan diudara bila
53 bertemu dengan tongkat pengemis itu. Tidak terlalu lama tiga puluh
orang kuat itu sudah tak bergegama lagi, malahan sebagian besar
sudah berdiri mematung sebagai arca hidup, karena masih dapat
berkedip-kedip. Mulut menjadi kancing, mata menjulung .....
mungkin karena menahan sakit, tetapi mereka sama sekali tidak
terluka.
Anehnya mereka tidak sampai dapat melihat cara bagaimana
pengemis itu bergerak .. kapan datangnya dan kapan pula
perginya. Tahu-tahu sudah ada, kemudian tahu-tahu sudah tak
nampak lagi batang hidungnya. Keruan saja orang menyangka
bahwa dia itu bukan manuiiia biasa ... mungkin demit atau
jejadian yang membela Den Mas Suryakusuma entah sebab yang
bagaimana. Mungkin sekali demit itu suka akan kebenaran dan
keadilan, maka ia memilih teman dan lawan.
..... Hai-hai .... adakah demit berhati ksatria ... , yang
membela kebenaran dan keadilan?....... Itulah mustahil, tetapi
siapakah orang dapat berbuat seperti dia dijagat Mataram ini
Sibuklah orang orang kuat kelompok kanan yang tidak mendapat
cedera itu, mengurusi teman temannya yang sudah menjadi
setengah hidup dan setengah mati tersebut, menyingkirkan mereka
dari ternpat pertempuran. Segera juga hal yang ajaib ini dilaporkan
kepada Sang Senapati.
Alangkah terkejutnya hati kidipati Jayarumeksa karena
sekaligus mendapat laporan yang harapir sama dari kelompok


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang-orang kuat ini .... mula-rnula dari kelompok kanan jang
segera disusul oleh laporan kelornpok kiri . . . . hahwasanya
kelompok pasangan orang kuatnya dilumpuhkan oleh tokoh jang tak
dapat dikatakan sangkan-parannya.
54 Nampaknya pengemis itu bergerak seenaknya saja namun
nyatanya,..
55 Mau tidak mau ki dipati teringat akan mimpi ajaib isteri, nya.
Mungkinkah ini yang terlihat sebagai gunung baja penghalang
perjalanannya? Tetapi apakah yang harus diperbuatnya, karena ia
adalah petugas yang harus berrindak mernenuhi perintah negara.
Sekalipun menjadi abu, lebur tanpa arah ... ia harus maju. Baru
sampai disitu ia meninjau keadannya keburu datang seorang tetindih
kesetanan, berkuda yang memegangi Tumenggung Dibyapragola
didepan penanya Kelihatan ki Tumenggung menyeringai kejang tak
dapat berkutik.
Dengan suara gugup bertanyalah kidipati Diaja : "Hai, adi
Jayawatangan ..... berbahaja-kah luka adi Tumenggung
Dibyapragola itu, Siapakah lawan bertandingnya?"
"Hanya nampak sekelebatan pengemis jernbel, menghadapi
arnukan kitumenggung yang perkasa itu ..... tahu-tahu batang
tombak kilurah mental keatas, patah menjadi dua .. lambung
kilurah kena senggolan orang acak- acakan tersebut .... lalu
jengkarlah kyai Tumenggung. Lenyap, entah kemana orang itu
menelusup kedalam barisan orang bnyak, dan aku segera meloncat
kebelakang kyai Lurah untuk mernbawanya kernari ini."
Sukan main marah ki dipari Jayarumeksa, dengan menggeram
keras meloncatlah ia keatas punggung kudanya. "Den Mas
Suryakusurna .... permainan apakah yang Den Mas suguhkan
kepada orang kawakan sepertiku ini? Hayo-hadapilah aku si tua
bangka!"
Kuda perang ki dipati meluncur cepat seperti kilat, menyerbu
gelar cakra muauhnya. Tetapi dipinggiran gelar itu, kudanya
terhernak berhenti, karena tali keangnya dipegang oleh tangan
perkasa. Hampir-harnpir Sang Senapati jatuh terjerunuk, namun
Dipati Jayarumaksa adalah tokoh kuat yang telah ternyata
56 kedigdayaannya. Dengan memukulkan kedua tangannya kemuka,
dapatlah ia memperbaiki dudukuja dipelana kudanya.
"Setan alas, siapa berani menghambat jalan kudaku?" seru ki
dipati marah, sambil menyabetkan pedang ditangan kanannya
kearah pemegang kendali kuda tunggangannya. "Mampus kau.!"
"Belum tentu. Apa sih sulitnya mengelak sabetanmu yang
nguler kambang ini. Eh-eh, ki dipati manggalayuda .. dengar atau
tidak tuntutan Den Mas Suryakusuma tadi ..? kalau dengar,
sebaiknya kalian mundur dulu saja, mengabarkan hal itu kepada
baginda .. supaya memperpendek berlarutnya kejadian ini!"
"Sudahlah .. bunuh saja aku, atau kaulah yang akan
kubunuh, nih .. lihat serangan!"
Benar saja bupati itu menerjang dengan ilmu serangan yang
unggul sekali, tetapi ia menghadapi empu dari segala gerakan
manusia, Putut Punung yang telah tak terukur lagi kemampuannya.
Dalam tujuh gebrakan saja ki dipati sudah kehilangan pedangnya,
malah sudah tidak dapat bergerak lagi diatas pelananya. Dengan
mata melotot, ia tahu arah kudanya dibalik kearah tempatnya
semula. Sekali orang itu menepuk pantat kudanya tersebut,
membedallah kuda itu kembali tanpa menyimpang ditengah jalan.
Dengan kembalinya kidipati itu, sebenarnya habislah
pengharapan pasukan Kartasura untuk dapat mengatasi lawannya.
Maka tanpa mendapat perintah lagi, para tamtama dari kota tadi
mundur dengan ketakutan, khawatir musuh tetap akan mengejar
mereka. Syukur pada waktu itu sang surya sudah sangat rendah
kedudukannya, hingga taklama kemudian akan segera masuk
kegaris cakrawala yang akan menghentikan segala kesibukan medan
perang.
57 **** BAG IAN V
MALA M itu laskar Kartasura mundur lebih dari lima kilo
meter dari bekas medan pertempuran, Karena kedua pemimpin
mereka mendapat cedera aneh maka Jayawatangan-lah yang
mewakili memirnpin pengunduran mereka itu, sebab dialah yang
tertua dan paling berotak tetang.
Barisan mereka yang telah menjadi kurang teratur lagi, karena
menderita kerusakan dalam medan, dibawa masuk keda!am desa
Gondang, dimana mereka dapat beristiiahat dan merawat pemimpin
mereka tersebut.
Sudah barang tentu Lurah desa Gondang teramat sibuk
memberi pelajanan laskar sebanyak itu, hingga seluruh penduduk
kampungnya, tak seorangpun yang ketinggalan, menyediakan
segala keperluan laskar itu, Jebih-lebih soal makannya. Ki dipati
Jayarumeksa dan Kitumenggung Dibyapragola, di rawat dirumah
pak Lurah Gunasaraya sendiri. Namun apapun di-usahakan, tak satu
dari usaha itu yang dapat menyembuhkan cedera kedua pemimpin
tersebut, yang sama sekali tidak dapat luka diluar. Pastilah Juka it.u
luka dirialam yang sukar dimengerti orang biasa, tentang jenis dan
tempatnya. Tetapi anehnya ... setelah mengalami lumpuh kira-kira
tiga jam lamanya, mereka itu sembuh dengan sendirinya, dalam arti
kata dapat bergerak dan bicara kembali. Sekalipun masih nampak
kaku-kaku, mereka sudah dapat bergerak lagi, asal saja tidak
mengeluarkan tenaga banyak-banjak.
Untuk bergerak leluasa yang menghendaki tenaga berlebihan,
masih belum mampu sama sekali karena terasa isi perutnya terasa
58 hendak berbalikan. Terpaksa mereka harus menerima nasib, yang
mengharuskan mereka bersabar dahulu. Karena mereka sudah dapat
berbicara, maka dipati Jayalah satu-satunya orang jang dapat
menerangkan jenis cedera yang mereka alami bersarna itu, Katanya:
"Itulah ilmu pukulan jang tinggi sekali, ilmu menepuk nadi yang
terpenting dibagian tubuh manusia, Bila nadi itu digerayangi oleh
orang jang mahir dalam ilmu itu ... haaa- jangan harap dapat
bergerak untuk sernentara waktu. Narnpaknya musuh kita ,itu masih
banyak menaruh kasihau kepada lawan-lawannya, hingga
tepukannya hanya sampai batas melumpuhkan sadia ... dan terbatas
lagi untuk tiga jam. Kalau ia mau, kita ini bisa dilumpuhkan untuk
seumur hidup kita. Wahai ... alangkah ngerinya hidup tanpa gaya
sama sekali dernikian. Maka sebenarnya kita ini harus mengucap
terirna kasih kepada si jembel gila itu, yang tidak herbuat keliwat
batas atas diri kita!""Kyai Lurah, bukankah kita ini sudah menyadi orang tanpa
guna lagi, karena tidak dapat menggunakan tenaga sepenuhnya?
Sudah beberapa kali aku mencoba mongerahkan tenaga badanku,
masih saja terasa di-ulu hatiku, tekanan jang tak terderita sakitnya.
Mana kami dapat melanjukan pengabdian kami kernudian, bila
kami sudah cacat begini?"
"Sabar dulu adi Tumenggung, aku masih mempunyai harapan,
bahwa pengerahan tenaga kitapun akan pulih setelah kita
beristirahat, cukup lama. Soalnya, adalah orang menghendaki kita
ini tidak dapat bergerak untuk sementara waktu!"
Datanglah Jayawatangan menghadap pemimpin laskar untuk
memberi laporan, bahwa segala sesuatu sudah diatur sebaikbaiknya, sarnpai kepada penjagaan dibatas desa dan gardu-gardu
masuk kedalam desa.
59 Kidipati hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja, karena
ia jakin bahwa musuh tidak akan mengejar mereka.
Kecuali mereka itu kalah jumlah orang juga harus berpikir ,
akan adanya bala bantuan dari lbukota yang dapat datang setiap
saat, Mustahillah mereka berani meninggalkan tempat pertahanan
mereka, yang ternyata tidak lernah itu.
Dan ternyata pihak brandalpun mernpunyai perhituugan
semacam itu juga, hingga mereka tidak perlu menjadi sangat
kecewa karena segera akan bertemu dengan barisan dari kota yang
menyusul utusan pertama. Seribu tamtama Karlasura dipimpin oleh
Dipati BANYAKWIDE, malam itu juga datang di desa Gondang,
dibawa oleh salah seoranng tetindih jang mendapat tugas kembali
ke Kartasura, guna mengabarkan tentang kegagalan utusan yang
pertama. Kebetulan mereka bertemu ditengah jalan dengan bala
bantuan tersebut, selanjutnya Harya Banyakwide dibawa kedesa
Condang itu, bertemtemu dengan Dipati Jayarumeksa ... yang
segera menceriterakan pengalamannya dengan brandal kota-gede.
Malam itu orang sibuk menceriterakan tokoh awut-awutan
yang aneh sekali tindakannya. Orang-orang yang pernah melihat
orang itu satu demi salu diberi kesempatan untuk berecritera dan
mengeluarkan pendapatnya. Maka disamping ceritera seram yang
sudah barang tentu agak berlebihan didengar oleh orang banyak,
dan seakan-akan orang itu dianggap bukan manusia biasa lagi oleh
yang menceriterakan saking mustahilnya tingkah lakunya yang
ccpat melebihi kilat, gesit bagaikan tatit, bagaikan dapat terbang.
tiada mempan segala macam senjata tajam dan runcing .... sedang
tiap-tiap tangannya bergerak, mongakibatkan mematungnya lawan
yang disenluhnya. Barang apa saja jang berada ditangannya selalu
berubah menjadi gegaman yang ampuh sekali yang tahan bacokan?
bacokan pedang dan golok ... malahan pedang dan golok itulah
yang pasti mental keudara tanpa dapat dicegah terlepasnya. Tak
60 seorangpun dapat menecriterakan bagaimana wajah orang itu,
karena gerakannya yang sangat cepat. Maka mereka hampir berani
bersumpah, telah berhadapan dengan malaekat atau jejadian jenis
lain, yang pasti bukan manusia sejati.
Hanya ccritera Sang Senapatilah yang agaknya mendekati
kebenaran ... katanya : "Bagaimanapun aku tidak percaja bahwa ia
bukan manusia biasa. Menurut hematku, dialah seorang tokoh sakti
yang sudah luar biasa sekali tinggi ilmunya, mungkin tak ada
keduanya dialam Mataram ini ... kecuali bila dihadapkan pada
gembong terbesar Kartasura, pangeran PUGER. Namun,
nampaknya orang luar biasa ini adalah pembela keluarga kaPugeran . bagaimana kita dapat mengharap sang pangeran suka
turun tangan terhadap si-acak acakan itu. Aku berpendapat .... bila
orang setengah sinting itu masih berada dalam lingkungan prajurit
brandal kota gede, sulitlah bagi para petugas negara yang hendak
menjinakkan Den Mas Suryakusuma. Maka adi adipati
Banyakwide, tidakkah kita wajib menyampaikan tuntutan Denmas
itu, ialah segera akan menyerahkan diri setelah kanjeng Pangeran
Puger dikeluarkan dari pembedekannya.
Jawab Harya Banyakwide yang masih merasa penasaran
sekali : "Aku. setuju, kakang dipati mengabarkan ke Kartasura
tuntutan itu, namun aku sendiri pasti harus mencoba kekuatan
brandal itu, untuk menolong mukaku belum bertempur sudah
mengucir sebagai anjing bercawat ckor, melihat tongkat besar.
Biarlah aku mencoba-coba nasib, ingin aku menantang Den Mas
Suryakusuma bertanding seorang melawan seorang, untuk
menentukan menang kalah pasukan kita, menghindari jatuhnya
banyak korban manusia kedua belah pihak. Sementara itu kakang
dipati mengutus orang ke ibukota."
Sekali lagi prajurit Kartasura terlengah dalam soal pennjagaan
penyelundupan musuh yang berilmu tinggi. Tak seorangpun yang
61 mengetahui, bila mereka selalu diawasi dan didengarkan dari dekat
segala perundingannya yang terpenting.
Kali ini Putut Punung berada di atas arap pendapa kelurahan
Gondang, untuk mengetahui gerak-gerik lawan.
Malam seram kian menjadi dingin, kadang-kadang terdengar
tiupan angin santer. menggerarkan dahan-ranting dan dedaunan
pohon-pohon dikampung tersebut, hingga orang kebanyakan lebih
suka mencari tempat peristirahatannya dari pada berada diluar
beromoug-among dengan ternan-teman mereka. Sesosok bayangan
manusia meluncur pesat kearah perkemahan kota-gede, Biarpun
sudah larut malam Putut Punung, terpaksa menemui Den Mas
Suryakusuma, untuk mengabarkan kedatangan musuh bantuan yang
dipimpin oleh Senapati kenamaan Harya Banyakwide. Lamalah
kakak beradik merundingkan sesuatu hal. Entah apa yang menjadi
titik perundigan mereka hanya kawal pribadi pemimpin brandal
itulah yang mengetahuinya ....
Pagi itu para prajurit brandal terpaksa tercengang cengang
melihat adanya Den Mas Suryakusuma kembar dilihat sepintas lalu,
Tetapi kalau orang memperhatikan dengan teliti, nampaklah
perdesan serba sedikit antara pemimpin kernbar itu.
Pastilah mereka akan dapat menentukan pernimpin mereka
yang sejati, karena kembarannya berusia lebih muda, badannya
lebih pasang dan lebih tinggi beberapa inci.
Pemuda yang berandalan dan wajahnya mirip sekali Den Mas
Suryakusuma itu, tidak mungkin lain orang, dari pada salah satu
dari adik adiknya sendiri. Maka segera tahu pula mereka bahwa
pemuda itu adalah Den Mas PURBAYA, yang sudah kira-kira dua
setengab tahun yang lalu meninggalkan kota Kartasura, karena
menghindari kehebohan ... Pemuda inilah yang dipuji-puji
masarakat kota, hingga menimbulkan rasa kurang baik pada
62 pangeran ANOM. Itulah pemuda yang pernah mengalahkan
watangan sang prawira sakti Untung-Surapati dahulu. Lebih
mantaplah rasanya orang-orang kuta-gede dengan adanya pemuda
gagah ini. Pastilah barisan mereka menejadi lebih kuat, karena
bantuannya.
Pagi cerah itu mereka mendapat perintah bersiap-siap dalam
gelar yang sama, keluar ketempat pertempuran kemarin, untuk
menghadapi lawan baru. Malahan baru saja mereka seesai dengan
mengatur gelarnya, musuh sudah keburu datang. Laskar Kartasura
yang datang kali ini berimbang kekualannya dengan mereka sendiri.
Oleh sebab itu, orang bertanya lah, siapa gerangan pemimpin satuan
lawan itu.
Kiranya tidak? perlu mereka menunggu jawaban hingga lama
waktu itu, nampak seorang ksatria berkuda meninggalkan barisan,
mendekati barisan brandal kola gede. Kira-kira dalam jarak
sepembatang, berhentilah ksatria itu. Dengan suara yang nyaring
berkatalah ia: "Hai Den Mas Suryakusuma, lihat inilah aku, Harya
Banyakwide utusan baginda raja Mataram, untuk menundukkan
pemberontakan kalian ... Den Mas Suryakusuma, hari ini janganlah
hendaknya kita mengadu kekuatan laskar kita, yang akan berakibat
jatuhnya banyak korban dari orang kita yang sebenarnya harus
disajangkan karena masih terhitung awak sendiri. Maka untuk
menyelesaikarr urusan kita ini, mari kita bertanding seorang
melawan seorang sebagai ksatria prajurit. Bila Den Mas dapat
mengalahkan aku dalam perang tanding ini, anggaplah laskarku
telah dikalahkan oleh laskar Den Mas ... tetapi sebaliknya, bila Den
Mas yang dapat kukalahkan, satuanmulah yang dianggap
kukakalahkan. Den Mas sendiri harus menyerahkan diri, untuk
dibawa kembali ke ibu kota. dapatkah usulku ini diterima baik oleh
Den Mas beserta teman?teman disini?"


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

63 Terdengar dengus dan teriakan orang banyak yang
bersimpang-siur tidak menentu, tetapi segera pula lenyaplah suara
teriakan-teriakan orang-orang itu, karena dari pihak berandal sudah
kelihatan Den Mas Suryakusuma, maju ke tengah lapangan gagah
perkasa serta penuh wibawa pemimpin berandal itu melangkah ke
arah lawannya. Dalam jarak sepuluh meter berhentilah ia, untuk
menyawab dengan suara lantang pula supaya didengar oleh kedua
belah pihak tentara masing-masing.
"Kakang Harya Banyakwide, aku merasa bersyukur sekali
kakang menghendaki penyelesaian semacam ini, hingga tak perlu
ada korban yang jatuh kecuali yang bersangkutan sendiri. Maka
baiklah aku menerima tantangan ini dengan segala senang hati, juga
merasa sangat bangga mendapat penghargaan demikian besar,
menghadapi salah seorang gembong dari barisan senopati. Untuk
tegasnya dengan cara bagaimanakah kita akan bertanding ini?"
Jawab Harya Banyakwide, "Bagus, bagus . Kita bertanding
seperti ksatria prajurit dalam medan pertempuran apa saja
kemampuan dan kemahiran masing-masing boleh dipergunakan
untuk merebut kemenangan. Mati karena apapun dalam
pertempuran ini tak boleh sama sekali menjadi soal dan disesalkan .
syukur jika dalam pertandingan kita bisa berakhir tanpa ada
pembunuhan. Sebagai ksatria sejati, membunuh atau dibunuh dalam
peperangan tidak ada disertakan rasa dendam mendendam . Tapi
karena tugas negara melulu bukan?"
"Baiklah, kakang . Aku kini sudah siap, mulailah kakang
datang sebagai tamu yang harus kuhormati!"
Mau tidak mau Harya Banyakwide mengakui keagungan dan
keangkeran Den Mas ini sebagai ksatria yang mulus gagah
beraninya. Banyak sedikitnya ia merasa malu mengingat siasat
kelicikannya sendiri.
64 Merasa malulah ia karena sudah terlanyur bersiasat licik itu
. Bukankah ia menantang perang tanding itu karena merasa jeri
mendengar cerita dipati Jayarumeksa tentang adanya bantuan
seorang jembel yang dinyatakan sakti sekali itu. dengan
bertandingnya Den Mas Suryakusuma sendiri itu mustahillah ia
akan bertemu dengan si pengemis sakti? Demikian pula laskamya
tidak perlu mendapat gangguan dari pihak orang tersebut. Dengan
siasat itu mungkin sekali ia mendapat kemenangan yang gemilang
atas para brandal keseluruhannya. Masaifan Den Mas Suryakusuma
sudah meningkat demikian hebat ilmunya, hingga dapat menandingi
kemampuannya, seorang senapati kawakan yang sudah banyak
pengalaman dan disohorkan orang sebagai tokoh nomor dua atau
tiga dalam lingkungan para sakti ibukota. Ilmu pedang andalannya
yang disebut PENETAK BARAT, PEMANEUNG AIR, amat kuat
dan ampuh, hingga hanya beberapa tokoh saja yang dapat
mengimbangi kehebatannya.
Lagi pula Den Mas itu tidak berkendaraan kuda sedang ia
sendiri diatas kuda-perangnya yang kuat. Dapatkah kiranya lawan
berjalan kaki itu menahan gebragan-gebragannya yang pasti hebat
dan kuat sekali. apa boleh buat ... perang, adalah perang ... setiap
Sumber Pustaka : Gunawan Aj
Pdf image : Gunawan Aj
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
kesempatan untuk kemenangan tidak boleh tidak dipergunakan.
"Sret." pedang pusaka Harya Banyakwide, sudah berkilat kilat
ditangan kanannya, sedamg tangan kirinya telah memegang perisai
baja-lempeng bundar berwarna lamuk.
Dengan memekik keras menyeranglah Harya Banyakwide,
prisai didepan dadanya, pedang diputar bergulung gulung disekitar
badannya diatas kuda yang membalap menerjang lawan. Apabila
dipati itu tahu, siapa yang diserannya waktu itu ... kiranya tidaklah
ia merasa sangat aman. Lebih lebih kalau ia tahu kemampuan Den
Mas Suryakusuma?gadungan, alias Putut Punung yang sudah tak
terukur lagi tinggi ilmunya, setelah turun dari puncak Lawu,
65 pastilah ia tidak seyakin itu akan keselamatannya sendiri. Untung ia
salah mengenal orang, karena kedua pemuda kakak-beradik itu
memang sangat mirip sesamanya, hingga mudah saja yang satu
mengaku yang lain tanpa dicurigai orang.
Bukan main hebatnya jurus pedang ki dipati dalam
serangannya yang pertama itu. Ujung pedangnya menyambar dari
bawah serong keatas dalam gerak memagas pinggang, setinggi leher
.. ujung pedang itu membalik arah secepat kilat dengan gerak
sendalan, hingga dapat dipastikan kepala yang diserang tadi segera
menggelinding ditanah. Biasanya bila Harya Banyakwide
menggunakan tipu jurus pedang ini, habislah perlanan musuhnya,
karena sekurang-kurangnya badannya sudah menjadi cacat bila
tidak kutung menjadi dua bagian pada waktu itu juga
Kali ini ia terpaksa mengulang dan mengulang jurus simpanan
itu. tanpa basil sama sekali, jangankan dapat melukai Jawan
menyentuh pakaiannya pun tidak terjadi. Keheranan dan rasa
penasaran berebut unggul dalam pikirannya. Bagaimana mungkin
Den Mas yang masih semuda ini dapat meningkatkan ilmunya
hingga dapat mengatasi jurus pedangsaktinya. Dan . anehnya Den
Mas Surya belum mau membalas serangan-serangan kidipati, maka
justru karenanya dipati Banyakwide menjadi agak kuatir.
Namun ia adalah seorang senapati kenamaan, pasti saja tidak
suka diperlakukan demikian, yang berarti merendahkan ilmu dan
derajadnya. Sesumbarnya: "Hai Den Mas, seorang prajurit boleh
dibunuh, terapi jangan dihina. Mengapa Den Mas belum sekali juga
membalas dengan tombak yang berada ditangan Den Mas itu. Hayo,
cobalah balas menyerang, mungkin tulangku yang sudah menjadi
agak kaku ini masih sanggup menerimanya.
"Maaf kakang bukan maksudku akan mempermainkan kakang
dipati, yang sebenarnya aku tengah menikmati kehebatan jurus66 jurusrnu. Nah, awas sekarang, jiagalah seranganku. Dengan berkata
demikian mulailah Den Mas Suryakusama-tiruan menyerang
lawannya. Tombaknya diputar tepat sebagai baling? baling,
menimbulkan suara sebagai geram kumbang sekawanan menyerbu
taman bunga, hendak mengisap madu. Mudah diterka bahwa
serangan itu pastilah berupa kemplangan dan ribuan dengan
landeyan tombak, yang mengancam tiga bagian tubuh, atastengah
dan bawah, Kuda kidpatilah yang sekarang menjadi soal, karena
menjadi liar ketakuian. Oleh karenanya posisi Banyakwide
bertempur dengan mengendarai kuda itu, malahan sangat memba
hajakan jiwanya.
Mudah sekali ia jatuh dari kudanya karena gerakan kuda itu
tidak lagi menurut tali-kekangnya, Sukur kidipati segera
mengetahui keadaannya itu, maka segera ia meloncat dari kudatunggangnya.
Berhadap-hadapanlah kini yang tengah bertanding seru itu,
Pedang-tameng melawan tornbak panjang ... hingga para punggawa
dan prajurit yang menyaksikannya, lekas teringat akan ceritera Panji
bertanding dengan Bugis, dijaman Janggala.
Seram dan tegang luar biasa pertandingan yang mereka
saksikan hari itu, Harya Banyakwide memang seorang pendekar
bukan sembarangan. Ia bergerak lincah dan cepat sekali, seperti
burung Srigunting menyambar-nyambar kesegala arah, mencari
kelemahan-kelernahan pertahanan musuhnya. Pedangnya
berkelebatan dalam pembelaan dan serangan-serangan pembalasan,
Tamengnya selalu siap menangkis dan melindungi kekosongankekosongan pada badannya. Pastilah tidak mudah untuk menerobos
pertahanannya.
Tetapi sebaliknya, iapun tidak dapat berbuat banyak terhadap
lawannya itu. Putut Punung yang menyaru sebagai kakaknya, Den
67 Mas Suryakusuma ... tidak nampak berlincahan lagi seperti waktu
masih menghadapi lawannya yang berkuda. Pemuda itu berdiri
tegak dalam kuda-kudanya, tidak mau lagi meninggalkan titik-berat
tempat berdirinya ... mengimbangi arah gerak lawannya dengan
menggeser kaki kanan atau kaki kirinya. Tombaknyalah yang
berlincahan bagaikan mempunyai mata, selalu mengikuti gerakan
pedang Harya Banyakwide, menindih dan menekan kebawah atau
kesamping pedang lawan, sedang mata tombak itu st>lalu
mengancam tenggorokan atau uluhati kidipati, bila berani
melanyutkan serangannya.
Bingunglah Harya Banyakwide, karena ilmu pedang
andalannya kehilangan keampuhannya, bertemu dengan permainan
tombak pemuda sakti ini, sekalipun gerak tombak itu nampak
lamban biasa, tetiap kali ia merangsak karena melihat kelonggaran
untuk menyerang, malahan dialah terbalik kedua serangan
membahayakan, karena tahu-tahu ujung tombak sudah
menyelonong dekat batang hidungnya, hingga dialah yang lalu
kelabakan, harus membanting diri kebelakang, menghindari patukan
tombak tersebut. Bila lawan muda ini mau melanjutkan
serangannya, pada waktu pertahanan kidipati sedang kocar-kacir
demikian, apakah sulitnya melunaskan jiwanya. Namun mengapa
Den Mas Suryakusuma itu tidak berbuat demikian?
Terpaksa Dipati Banyakwide mengakui kelebihan dan keunggulan lawan mudanya ini. Adapun yang paling dikaguminya
ialah tenaga sakti bocah ini, setiap kali pedangnya bersentuhau
deugan Iandeyan tombak itu, selalu terasa guncangan keras sekali
dengan beserta bahunya. Hampir tak sanggup ia mempertahankan
pedangnya ditangan. Maka mau tidak mau ia menjadi jeri, hingga
perrnainan pedangnya lebih merosot nilainya.
Sobenarnya, asal Putut Punung menghendaki saja, tak usah
Kidipati menguras tenaganya sampai bertele-tele demikiau. Dalam
68 beberapa gebragan saja, dapat dipastikan kidipati dapat disisihkan
dengan mudah sekali, Tetapi pemuda saktl itu memang sengaja
membuat seram dan ramainya pertempuran dirnuka orang banyak,
supaya jangan menonjol sekali keperkasaannya, untuk dibicarakan
dan dinyana-nyana orang dikemudian hari. Harya Banyakwide
harus jatuh dalam pertempuran yang cukup seram, pastilah akan
membawa pengaruh baik bagi kakaknya . Kini datanglah saatnya
untuk menjatuhkan tokoh Senapati besar ini. Mulailah Putut Punung
merubah sikapnya berrnain tombak.
Tombaknya mernatuk-matuk kearah badan dipati secara
menyeluruh. Bagian mana badan Banyakwide yang berada didepan
selalu diancam ujung tombak lawannya nampak dipati itu selalu
meloncat-loucat kebalakang, tetapi selalu dibuntuti mata tornbak
Putut Punung, seperti lalar me'ngejar barang busuk, Pada loncatan
yang ketujuh, terdengarlah suaru gemerencang dua kali. Pedang
digenggaman Harya Banyakwide sudah terbang diangkasa, sedang
tameng badannya juga sudah melesat jauh. Kidipnti sendiri jatuh
terlentang dengan ujung tombak lawan hanya terpisah dua dim saja
dari dadanya.
Suara "Ahhh" terdengar ditmbuskan oleh laskar Kartasura,
waktu melihat jagonya rubuh ditangan lawannya. Dari jauh memang
tidak nampak jelas terluka atau tidaknya Harya Banyakwide, lebihlebih karena ujung tornbak itu kelihntan bagai menernbus dadanya,
Harnpir saja para pembantu kidipati memerintahkan menyerbu
bersama kepada laskamya, tetapi urung karena mendengar
perkataan Den Mas Suryakusurna tiron itu. "Kakang Harya
Banyakwide ... hari ini aku lebih beruntung dari kakang hingga
secara kebetulan sekali aku dapat merobohkan kakang. Bolehkah
sekarang aku menganggap pertempuran hari ini sndah selesai,
menurut perjanjian kita bersama?"
69 Sudah barang tentu Harya Banyakwide lebih suka mati
dihunuh dari pada mendapat malu demikian, tetapi sehagai seorang
ksatria sejati dan manggalayuda senapati yang sudah berjanji
dimuka orang banyak, akan lebih hina lagi bila berani menjilat
ludahnya kembali. Maka dengan suara cukup keras berkatalah ia.
"Aku mengaku kalah. Dan sebagaimana ditetapkan dalam janji kita,
aku akan menarik mundur laskarku, karrna sudah dikalahkan pula!"
Den Mas Sur:jakusama, meloncat mundur sedepa samhil
membuang tombaknya, lalu berdiri tegak menantikan. Harya
Banyakwide juga berdiri. Berhadapanlah kedua jago itu dalam jarak
satu Setengah depa sesamanya.
"Terima kasih kakamg, atas kemurnhanmu." Kata Den Mas
itu, yang disambut oleh bekas lawaknya dengan membungkuk
hormat dan senynman kecut sekali katanya. "Baiklah Denmas,
kita berpisahan dahulu, siapa tahu kita masih sering akan berurusan
lagi."
Hari itu kedua laskar tadi ditarik mundur bersama-sama, tanpa
pertempuran, yang pasti menimbulkan banyak korban prajurit.
Perang landing yang mendebarkan dan sering hampir-hampir
menghentikan orang bernafas saking seram dan ramainya itut, pasti
saja menjadi buah pembicaraan dikedua belah pihak dengan
pemikiran masing-masing.
Malam harinya orang-orang di Kota Gede dikejutkan oleh
kedatangan petugas-petugas dari pihak musuh, yang hendak
menyampaikan surat kepada Den Mas Suryakusuma. Dua orang
panewu tempur, pembawa surat itu, dibawa kehadapan pemimpin
brandal, dengan dijaga oleh regu pengawal perkemahan. Waktu itu
Den Mas Suryakusuma sedang berunding dengan sang adik dan
sudah berdandan sebagai prajurit biasa dengan mengenakan jenggot
70 palsu yang tebal. Tak seorangpun dapat mengira bahwa dialah yang
mewakili kakaknya melawan dipati Harya Banyakwide tadi pagi.
Setelah memberi hormat kepada Den Mas Surya Panewu
Jayawatangan, yang membawa surat tugas, maju kedepan untuk
menyampaikan surat itu. dengan tersenyum ramah, dipersilakan
menunggu diluar dahulu. Segera surat itu dibaca oleh Den Mas
Suryakusuma .. ternyata isinya mengabarkan bahwa baginda
berkenan melepaskan Pangeran Puger dari hukurnan pambedekan,
jika Den Mas Suryakusuma mau menyerah dan menrrima hukuman
buang ke Selon. Bila kehendak baik baginda ini tidak mendapat
sambutan baik dari Den Mas Suryakusuma maka bolehlah ia
melanjutkan pernbangkangannya, hanya jangan menyesalkan nasib
ayah beserta keluarganya, yang harus mewakili hukumannya, Surat
itu ditanda tangani oleh pangeran sentana Harya Narakusuma dan
ditaati Manggalayuda yang mendapat tugas khusus dari Kartasura
dan sekarang sudah berada diperkemahan Gondang.
Setelah surat itu habis dibaca lalu diberikan kepada adiknya
untuk diketahui pula isinya. Gumam Den Mas Surya. "Hmm ...
lambat atau cepat, pastilah beginii juga jadinya! Baiklah, aku akan
menyerah asal baginda tidak berbuat licik sadja benar-benar mau
membebaskan ayah dan keluarga semua."
"Jangan buru-buru menyerah kangmas, sebelum kita tahu
benar, sampai dimana baginda menepati janyinya. Kita harus
berwaspada akan kelicikan orang!"
"Baiklah dimas, sekarang kita membagi pekerjaan saja. Aku
akan menyerahkan diri besok kepada rarna Riyo Natakusuma dan
Paman Mangunyuda, kau barns pergi kekota, melihat keadaan ayah
beserta para ibu. Bila setelah aku menyerab, mereka belum


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibebaskan, kau harus 'mencari aku lagi, untuk menetapkan sikap
terakhir. Aku bertekad bulat, menerima segala macam hukumanku
71 sebagai pemberontak, asal ayah dapat diselamatkan, Aku tidak sudi
menjadi anak yang tidak berbakti kepada orang tua."
"Baik kangmas, restuilah adikmu untuk melaksanakan tugas;
ini. Bagaimanapun juga, kangmas tak usah terlalu cemas tentang
keluarga kita. Aku akan berusaha sekuat mungkin, untuk
menyelamatkan para leluhur juga kangmas sendiri dimana masih
ada kesempatan."
"Adikku, berangkatlah malam hari ini juga, legakan kakakmu
ini, jangan hiraukan nasib burukku, itulah nasibku jang kurang.
baik!"
Kakak beradik itu berangkulan erat-erat, bagaikan tak hendak
mau pisah. Mereka harnpir menangis seperti wanita. Hanya karena
merasa dilahirkan sebagai ksatria jantan saja, air matanya tidak
sampai jatuh bercucuran .. Maka dengan hati yang berat sekali
mereka berpisahan, masmg-masing dengan rasa penuh derita dan
kesedihan, mungkm karena tidak mempunyai pengharapan akan
dapat bertemu Iagi. Adapun utusan dari Harya Natakusuma malam
itu, bisa pulang dengan puas, karena besok Den Mas Suryakusuma
akan datang menghadap, untuk menyerahkan diri.
**** BAGIAN VI
TENGAH MALAM yang seram, sunyi lagi sepi tanpa bulan,
yang hanya samar-sarnar diterangi oloh ribuan kartika diangkasa
raja, Dijalanan tengah Taman-Snri kedaton, terlihat masih ada orang
berjalan sendirian. Orang itu bukan orang lain, kecuali baginda raja
72 sendiri tengah menuju kekeraton, pulang dari rumah pemondokan
seorang selirnya, yang berada didekat kolam pemandian para putri
didalam taman itu. Nampak, benar bahwa raja muda yang baru saja
Tak Mungkin Kuhindar Karya Ana Sofiya Pendekar Mabuk 090 Kematian Sang Durjana Goosebumps - Kamar Hantu

Cari Blog Ini