Ceritasilat Novel Online

Lima Djago Luar Biasa 5

Lima Djago Luar Biasa Sia Tiauw Gwa Toan Karya Chin Yung Bagian 5


lolos. Maka keras dugaan kami bahwa pembunuh Tjhung-tjoe adalah iman itu." Salah seorang dari
penduduk kampung itu menerangkan dengan roman sedih.
Mendengar cerita itu Yok Soe jadi meremas-remas tangannya saking gemas dan sedih. ?Toodjin
itu telah berhasil dibunuh oleh Lootjianpwee ini !" Kata Yok Soe kemudian dengan suara yang sedih
seraya menunjuk kearah Kong Loei.
?Dimana ?" Teriak orang kampung itu hampir berbareng.
?Didepan kampung ini." Kong Loei berkata. Hampir bertepatan dengan itu, semua orang yang
berada disitu pada hendak pergi ketempat mayat Tan Thong berada. Tapi telah keburu dicegah oleh
Kong Loei: ?Jangan pergi semua, utus saja beberapa orang diantara kamu yang berbadan sehat
untuk membawa mayat itu kemari."
Orang kampung itu rupanya mau menurut perkataan Kong Ioei, beberapa orang pemuda yang
bertubuh sehat segera pergi ketempat yang telah ditunjukkan.
Tak lama kemudian tampak mereka menggotong mayat seorang Toocljin. Orang banyak yang telah
gusar, begitu melihat jenazah Toodjin kejam itu, mereka segera meng-injak-njak, ada yang meludahi
dan sampai-sampai ada yang mengencingi.
Kemudian mayat sial yang telah babak belur itu di-lemparkan kedalam jurang.
Orang sekampung itu kemudian hendak mengangkat Yok Soe sebagni ganti ayahnja guna menjadi
lurah dari kampung tersebut.
Tapi Yok Soe menolak, dengan alasan bahwa ia mash kccil, belum cakap untuk menjalankan tugas
sebagai kenala kampung.
Kong Loei juga membantu Yok Soe, mengatakan bahwa Yok Soe hendak mengikut dirinya untuk
pergi kesuatu tempat yang jauh, jadi tak mungkin untuk Yok Soe menjadi seorang kepala kampung
dari kampung.
Akhirnya orang sekampung itu mengangkat seorang tua dari kampung itu guna menjadi lurah
untuk menggantikan jabatan Tjian Tong almarhum, ajah Yok Soe.
Begitulah setelah memberesi segala keperluan untuk penanaman jenazah Tjian Tong suami isteri,
pada hari yang berikutnja Yok Soe mengikuti Kong Loei pergi.
Setelah mereka melakukan perjalanan kira-kira dua hari lamanya, sampailah mereka kesebuah
pantai sunyi, disitu hanya terdapat batu-batu karang yang besar-besar. Keadaan di-sana sunyisenyap. Mendadak Kong Loei memperdengarkan teriakannya, begitu tajam suara itu, membuat
bising pada yang mendengarnya. Maka mau atau tidak Yok Soe jadi menutup kupingnya dengan
telapak tangannya.
Sedangkan Kong Loei terus ber-teriak-teriak sambil mengarahkan matanya ketengah laut yang
bebas.
,,Jangan-jangan Suhu mendadak jadi miring otaknya !" Kata hati kecil Yok Soe.
Walau hatinya berkata begitu, tapi saking heran dan ingin mengetahui sebabnya Kong Loei
berbuat demikian, ia jadi ikut-ikutan memandang ke-tengah-tengah laut.Tak lama kemudian dari tengah-tengah laut muncul setitik hitam. Lama kelamaan titik itu berobah
menjadi besar, tak lama kemudian jelaslah bahwa benda yang tengah mendatangi itu adalah seekor
ikan hiju.
Ikan hiju itu tidak terus menghampiri ketepi, sebab ditepi disamping airnya yang dangkal juga
terdapat batu-batu karang yang runcing.
Melihat kedatangan ikan hiju itu, wajah Kong Loei segera jadi girang, ia lantas berpaling kearah
Yok Soe dan berkata: ?Mari kau kugendong, kau harus memegang erat-erat leherku, awas jangan
lepas !"
Sehabis berkata demikian, Kong Loei segera berjongkok untuk menggendong diri Yok Soe, setelah
itu tubuhnya segera mencelat dan terus melayang kepermukaan air laut. Begitu tubuhnya hendak
masuk kedalam air, ia segera memukul permukaan air itu, dengan meminjam tenaga dari tepukan
itu, tubuh Kong Loei segera melajang naik lagi. Kong Loei terus mengulangi perbuatannya itu sampai
beberapa kali. Makin lama mereka jadi makin mendekati tubuh ikan hiju itu. Yok Soe ketika melihat
keadaan itu, lupa ia akan kesedihannya, hampir saja ia bertepuk tangan kalau tidak ia dirinya sedang
berada dalam gendongan dan dibawahnya adalah laut.
Tak lama kemudian sampailah mereka diatas punggung ikan hiju itu. Lalu Kong Loei memberi
isjarat-isyarat yang aneh, yang disusul dengan majunya ikan itu.
Ikan hiju itu dapat maju dengan pesatnya.
Setelah kira-kira setengah jam, samar-samar didepan mereka tampak sebuah pulau. Kian lama
mereka kian mendekati pulau itu. Sampai jarak antara pulau itu dengan Kong Loei dan Yok Soe kirakira sejauh 5 meter, mendadak ikan hiu itu berhenti.
Kong Loei segera mengerti maksud ikan hiju itu ia segera menggendong Yok Soe.
Kemudian perlahan-lahan tubuhnya turun kelaut. Aneh! Dalam air laut itu seakan-akan hanya
batas betis Kong Loei saja. Dan si-orang she In ini ternyata dapat berjalan diatas air dengan
cepatnya, sesaat kemudian mereka telah sampai dipantai pulau itu.
?Yok Soe, tahukah kau akan nama pulau ini?" Tanya Kong Loei begitu sampai didarat.
Yok Soe menggelengkan kepalanya.
,,Pulau ini bernama Toh Hoa To!" Kata Kong Loei.
?Mari!" Ajaknya kmudian.
Pulau itu ternyata luas. Ditengah perjalanan, Yok Soe bertanya mengenai cara menjinakkan ikan.
Ditanya begitu Kong Loei hanya tersenyum tapi tidak menjawab.
Yok Soe juga tidak mau mendesak.
Setelah mereka berjalan beberapa lie, mendadak didepan mereka terbentang sebuah jurang,
walau jurang itu tidak begitu lebar, tapi dalam sekali.
Diseberang sebelah sana jurang itu terbentang sebuah dataran yang luas dan ditumbuhi oleh
pohon-pohon yang pada menghijau daunnya.Kong Loei berdiam sebentar, kemudian ia membuka angkin dipinggangnya, sungguh aneh, angkin
yang kelihatannya sangat pendek, ternyata setelah dibuka ternyata sangat panjang. Kemudian Kong
Loei meng-ibaskan angkinnja hingga tegak lurus kedepan!
?Yok Soe, kemari kau!" Kata Kong Loei kemudian. Yok Soe menghampiri.
Kong Loei segera mengangkat tubuh Yok Soe dan didirikan diatas angkin. Angkin itu ternyata sangat
keras dan tegang, sehingga Yok Soe merasa dirinya berdiri disebuah papan besi.
,,Kau tetapkan hatimu dan jalan keseberang dengan melalu angkin ini. Hati-hati!" Kata Kong Loei
kemudian.
Yok Soe walaupun masih berusia sangat muda, tapi ia ternyata adalah seorang anak kedepan, walau
tak luput hatinya agak dak dik duk juga. Sesaat kemudian ia telah sampai diseberang sebelah sana.
Kong Loei tersenyum puas ketika melihat keberanian anak she Oey itu. Lalu dengan tidak
mengatakan suatu apa, ia segera menotolkan kakinya, tubuhnya segera melajang kearah Yok Soe. Tapi
sebelum ia berhasil mencapai tanah datar dimana Yok Soe berada, mendadak tubuh Kong Loei jatuh
kedalam jurang.
Kejadian itu membuat Yok Soe jadi berteriak kaget. Tapi baharu saja Yok Soe berteriak begitu, tahutahu tubuh Kong Loei telah berada disisinya.
Ternyata tadi Kong Loei memang sengaja berbuat demikian, selagi tubuhnya jatuh kedalamjurang,
ia lantas bergulingan dan disamping itu tangannya segera menyamberet batu gunung, dengan
meminjam tenaga jamberetan itu tubuhnya segera melajang keatas.
Dengan adanya peristiwa ini, Yok Soe disamping kaget, berbareng menjadi kagum akan kepandaian
Kong Loei itu.
Kong Loei segera mengajak Yok Soe berjalan lagi. Setelah berjalan kira-kira setengah jam lamanya,
sampailah mereka kesebuah mulut goa, mulut goa itu tidak besar pun tidak ke cil.
Mereka memasuki goa itu, setelah berjalan kira-kira sampai seperempat jam, mereka berhasil
keluar dari mulut goa itu dan tiba disebuah tempat yang sangat indah serta permai pemandangannya.
Disekeliling tempat itu ditumbuhi oleh pohon-pohon buah-buahan. Tapi anehnya, diantara sekian
banyak pohon-pohon buah-buahan itu hanya dua pohon saja yang sedang berbuah, tapi hanya satu,
ber-warna hijau dan masih kecil.
Ditengah-tengah pohon buah-an itu terdapat sebuah gubuk sederhana yang di kelilingi oleh pagar
bambu.
Kong Loei segera mengajak Yok Soe masuk kedalam rumah gubuk itu. Rumah atap itu hanya
mempunyai sebuah ruangan. Didalam ruang itu selain merupakan sebuah kamar tamu, merangkap
kamar tidur pun merupakan dapur, sebab disitu terdapat anglo dan dandang peranti masak air.
?Mulai dari sekarang engkau harus rajin belajar serta ulet. ?Kata Kong Loei setelah mereka
mengambil tempat duduk masing-masing.
Yok Soe memanggutkan kepalanya, tanda ia berjanji dan akan berusaha kearah pesan gurunya itu.
Mulai waktu itu Yok Soe diajari pelbagai macam ilmu silat, diantaranya ilmu mengentengi tubuh,
ilmu bathin, ilmu jasmaniah dan lain sebagainya. Begitulah, sebentar saja setengah tahun telah lalu
sejak Yok Soe mengangkat guru kepada Kong Loei.Kini Yok Soe telah memperoleh kepandaian yang lumajan juga. Kadang kala diwaktu siang, setelah
berlatih, Yok Soe berlompat-lompat diantara pohot-pohon buah yang terdapat didepan rumah itu.
Pada suatu tengah hari, selagi Yok Soe berloncatan kian kemari, mendadak hidungnya mencium
semacam bau yang harum. Segera Yok Soe memandang kesekeliling tempat itu, mendadak matanya
tertumbuk oleh sebuah buah yang merah warnanya. Rupanya bau harum itu bersumber pada buah
itu. Yok Soe segera lompat kepohon buah itu. Begitu Yok Soe berada diatas pohon yang berbuah itu,
bau harum semakin santer menyerang hidungnya. Maka Yok Soe segera memetik buah itu, kemudian
digigitnya. Yok Soe segera merasa bahwa buah itu bukan saja manis, harum pun lezat rasanya. Makin
lama Yok Soe jadi makin cepat makannya, sehingga hanya beberapa menit saja buah yang besar lagi
harutn itu habis di-lahap oleh si-anak she Oey ini.
Yok Soe jadi ketagihan, tapi sayang bahwa buah itu hanya terdapat sebuah saja. Yok Soe lantas
menyapukan matanya keseluruh pohon-pohon yang terdapat didepan rumah Kong Loei itu, tapi
seluruh pohon-pohon itu sudah tiada buahnya.
Namun mendadak diatara siliran angin, mendadak hidung Yok Soe mencium semacam bau yang
amat harum. Tapi bau harum yang tercium sekarang ber-lainan dengan bau harum yang keluar dari
dalam buah yang barusan dimakan.
Yok Soe segera melompat turun dan segera menghampiri sumber bau harum itu, tak lama kemudian
terlihat olehnya bahwa ada sekelompok buah yang tumbuh diatas pohon rumput. Rupanya sumber
harum itu keluar dari sekelompok buah-buahan itu.
Kelompok buah-buah itu berIainan warnanya dengan buah yang telah dimakan oleh Yok Soe tadi.
Kalau tadi buah tunggal berwarna merah, tapi kelompok buah-buahan yang tumbuh diatas rumput ini
berwarna hijau kuning-kuningan dan tidak sebesar tadi. Besar keIompok buah itu rata-rata segede
gundu. Yok Soe mengira bahwa buah itu pasti belum matang. Tapi terdorong oleh bau harum itu, ia
jadi memetik juga sebiji dan terus di-cobai. Begitu digigit, bukan saja daging buah itu lezat rasanya,
sangat harum dan manis, namun mengandung sedikit rasa asam, sehingga Iebih enak dimakannya bila
dibandingkan dengan buah merah tadi. Dengan tak terasa I ok Soe jadi memetik beberapa buah.
Mendadak Yok Soe teringat akan gurunya, ia segera memetik beberapa buah guna dibawa pulang.
,,Dari mana engkau mendapat Than-ko ini?" Tanya Kong Loei begitu melihat dirinya disedori buahbuah itu oleh muridnya.
Yok Soe segera menceritakan kejadian yang ia alami barusan.
,,Kau sungguh beruntung, buah Than-ko ini hanya setengah abad sekali berbuah. Dan setelah buahnya
dipetik orang, pohon itu akan laju dan kemudian mati. Ada pun khasiat dari buah ini ialah bila
seseorang yang sedang mempelajari Lweekang, orang itu akan maju pesat dalam latihan. Disamping
itu katamu bahwa engkau telah memakan pula buah merah yang amat manis rasanya, tahukah engkau
apa nama buah itu ?" Tanya Kong Loei sehabis memberi keterangan.
Yok Soe menggelengkan kepalanya. ?Buah merah itu bernama Kian-ko, dari namanya saja, yaitu
buah dewa, kita telah dapat mengambil kesimpulan bahwa buah itu bukan saja jarang terdapat
didalam dunia ini pun tentunya mempunyai khasiat. Pohon Sian-ko ini setiap 75 tahun sekali baharu
berbuah. Sedang buahnya memerlukan waktu kira-kira setengah tahun baru matang betul. Orang
yang telah memakan buah ini pasti panjang umur dan menambah kecerdasan untuk berpikir. ?Guru
ini memberi penjelasan.Perkataan Kong Loei ini akan terbukti kemudian, karena nanti, sampai cucu perempuannya (Kwee
Hoe) telah menjadi remaja puteri, Yok Soe masih tetap sehat malah kepandaiannya bertambah tinggi
lagi. (Kejadian itu dapat saudara jumpai dalam cerita Sin Tiauw Hiap Lu.).
Bukan main senangnya hati Yok Soe ketika mendengar keterangan gurunya itu.
?Suhu, aku permisih sebentar !" Katanya kemudian.
?Mau kemana kau ?" Tanya Kong Loei heran.
?Hendak mengambil sisah dari buah Than-ko Menerangkan Yok Soe sambil lari keluar.
Sesaat kemudian ia kembali Iagi, sedang ditangannya memegang beberapa Than-ko.
?Untuk aku buah ini sudah tiada gunanya, sebaiknya engkau saja yang menghabiskannya !" Kang
Loei menolak.
?Tidak, biar bagaimana Suhu harus makan ber-samaku, bila tidak, aku juga tidak ingin makan !" Kata
Yok Soe manja.
Maka akhirnja Kong Loei terpaksa menemani Yok Soe makan buah itu. Tapi baharu saja ia habis
sebiji huah itu, Yok Soe telah berhasil menghabisi seluruh buah yang terdapat disitu. Diam-diam Kong
Loei mentertawakan tingkah muridnya ini.
(IX) ,,Yok Soe, aku karena mempunyai sedikit urusan yang harus diberesi, maka aku harus meninggalkan
pulau INI selama beberapa bulan. Diwaktu aku sedang tiada dipulau ini, aku harap engkau jangan
mengalpakan Ilmu-ilmu yang telah kuajari kepadamu." Kata Kong Loei kepada muridnya pada suatu
hari.
,,Suhu, aku hendak turut engkau !" Kata Yok Soe dengan aleman.
,,Tidak bisa, karena bila aku mengajakmu, urusanku mungkin bisa gagal pun bahaja selalu
mengancam dirimu. Maka itu muridku, aku harap engkau mau ber-diam seorang diri selama beberapa
bulan saja." Kata Kong Loei.
Pada mulanya Yok Soe terus berkeras hendak mengikut juga, tapi setelah dibujuk akhirnya ia
rupanya mau menurut.
Begitulah pada keesokan harinya, baharu saja fajar menyingsing, Kong Loei telah meninggalkan
pulau itu dengan menunggang ikan hijunya.
Tinggallah kini Yok Soe kesepian seorang diri diatas pulau itu. Untuk menghilangkan rasa sepinya
itu, ia bermain lompatan dari pohon kepohon. Tapi setelah berselang beberapa hari, ia jadi bosan
sendiri.Kini ia robah haluannya, diwaktu senggang ia segera menggeledah isi rumah itu beserta
perabotnya. Pada suatu saat, ketika ia sedang membongkar-bongkar barang, mendadak ia melihat
patung Buddha yang pernah direbut oleh gurunya dulu dari tangan keponakan muridnya.
Patung itu entah dibuat dari bahan apa, sehingga keras dan tak mudah petah ataupun retak, tapi
sangat indah dipandang.
Yok Soe segera buat main patung yang indah menarik tapi keras itu.
Sesampainya diluar, Yok Soe segera melihat, bahwa diatas patung itu ada titik-titik. Ia segera
menekan-nekan titik-titik yang terdapat diatas kepala patung sang Buddha itu, maksudnya ialah
hendak menghitung titik yang terdapat diatas kepala patung Djielayhoed itu.
Ketika Yok Soe menghitung sampai dititik yang kelima, mendadak tubuh patung itu terbuka dan dari
dalamnya jatuh setumpukan kain yang telah dijahit.
Yok Soe segera memungut lembaran kain itu terus membalik-balik lembarannya. Pada halaman
yang pertama berupa tulisan yang sukar dimengerti. Begitupun lembaran yang berikutnya. Hanya dua
lembar yang terakhir merupakan gambar yang merupakan gambar orang yang sedang melatih ilmu
silat. Tapi gerak-gerakan yang terdapat dalam gambar itu ternyata sangat aneh dan sukar untuk
dimengerti, jangan kata untuk dipelajari.
Namun dasar Yok Soe adalah seorang yang cerdas, setelah memperhatikan dengan seksama, ia
mulai mengerti sedikit. Kemudian Yok Soe bermaksud hendak merapati tubuh patung Sang Buddha
itu. Biar ia berusaha bagaimana, tapi usahanya itu tetap sia-sia belakang. Maka kemudian jengkelnya,
ia segera melemparkan patung itu ketanah dengan sekuat tenaganya. Suatu keanehan segera terjadi,
begitu patung tersebut kena dibanting, tubuhnya jadi merapat lagi seperti sedia kala. Yok Soe
memungutnya dan lalu ditaroh ditempat asalnya.
Mulai dari saat itu dengan tak bosan-bosannya Yok Soe memperhatikan gerakan yang aneh-aneh
yang tertera didalam catatan itu. Sampai akhirnya kira-kira setelah lewat 2 bulan, Yok Soe sudah bisa
memainkan gerakan-gerakan yang berada didalam lembaran terakhir dari buku catatan itu. Sedang
surat yang ditulis secara aneh, yang terdapat dilembaran depan dari catan itu tidak dapat dimengerti
oleh anak she Oey itu.
Walau kini Yok Soe telah mengerti dan memainkan gerak-gerak yang aneh itu, namun ia masih tetap
mengulangi dan mengulangi terus. Sampai akhirnya dengan tanpa melihat catatan ia sudah bisa
mainkan gerakan itu dengan leluasa.
Sebentar saja sudah tiga bulan lamanya Kong Loei meninggalkan pulau Toh Toa To itu, tapi sampai
pada saat itu ia belum lagi kembali. Hati Yok Soe mulai rasa cemas, ia takut kalau-kalauKong Loei tidak
kembali lagi kepulau itu. Tapi Yok Soe masih mencoba untuk menenangkan dirinya. Waktu beredar
terus, dengan cepatnya setengah bulan kembali lewat lagi, tapi orang yang Yok Soe tunggu masih juga
tidak kunjung datang. Walau hati Yok Soe jadi semakin cemas, tapi ia tidak pernah melalaikan
latihannya.
Pada suatu malam, Yok Soe tidak dapat tidur, ia terus gulak-balik diatas ranjang. Mendadak diantara
bunyi angin serta suara damparan air laut terdengar suara bentakan.
Yok Soe segera bangun dari pembaringan dan langkah keluar pintu rumah. Begitu ia berada diluar
runtah, suara bentakan itu semakin jelas terdengar.Terdorong oleh rasa ingin tahu Yok Soe menghampiri tempat dimana suara itu berasal. Tak lama
kentudian ia sampai ditepi pantai, ia lantas melihat bahwa diatas pasir itu ada empat orang sedang
bertempur, tiga orang mengerubuti seorang.
KetikaYok Soe menegaskan, orang yang dikerubuti tak bukan adalah gurunya sendiri. Yok Soe
melihat bahwa makin lama gurunya tampak jadi berada diawah angin, malah sampai akhirnya Kong
Loei hanya bisa menjaga diri tanpa dapat balas menyerang.
Pada suatu saat Kong Loei membentak seraja membarengi menyerang salah seorang diantara
ketiga lawannya dengan menggunakan sepasang tangannya dan bersamaan dengan itu terdengar juga
keretekan tulangnya yang saling beradu.
Orang yang diserang terpaksa melompat mundur, Kong Loei tidak mau menyia-nyiakan kesempatan
itu, dengan menggunakan ketika yang baik tersebut ia lantas melompat keluar dari kurungan ketiga
lawannya dan terus lari kemuka dengan cepatnya. Tapi ketiga orang itu rupanya tidak mau mengasi
hati, mereka terus mengejar. Malah ada salah diantara mereka membentak : ?Hai orang she in, lebih
baik engkau menyerahkan patung itu kepada kami."
?Cis manusia rendah, sampai matipun tak sudi aku menyerahkan benda itu kepada kamu !" Kata
Kong Loei sembari lari terus.
?Dasar orang yang tak tahu diuntung !" Kata orang yang dikatai manusia rendah.
Mereka berempat terus saling kejar.
Melihat keadaan itu, Yok Soe segera mengikuti mereka dari belakang, segera ia menjadi heran
bercampur rasa girang, sebab kini tubuhnya ternyata sangat ringan, seringan kapas yang tertiup oleh
angin, inilah kejadian yang tak ia sangka-sangka dari semula. Maka dengan tidak usah bersusah payah,
Yok Soe terus mengikuti mereka didalam jarak yang tertentu dan tanpa diketahui oleh orang-orang
yang berada didepannya, termasuk gurunya sendiri.
Setelah dekat dengan rumah gubuk, mendadak Yok Soe dapat dicandak oleh lawan-lawannya, maka
mau atau tidak Kong Loei harus melayani mereka lagi. Tapi tak lama kemudian kembali Kong Loei
berada dibawah angin. Malah kemudian makin lama guru Yok Soe itu berada didalam posisi yang
berbahaya.
Sampai pada suatu saat ketiga lawan Kong Loei itu masing-masing mengeluarkan bentakan yang
menyeramkan serta keras sekali. Dan berbareng dengan itu mereka menerjang diri Kong Loei dengan
serentak.


Lima Djago Luar Biasa Sia Tiauw Gwa Toan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tampaknya pada saat itu Kong Loei bila tidak mati pasti akan terluka berat. Bertepatan dengan itu
mendadak dari atas udara melompat turun seorang yang ber-tubuh kecil. Namun gerakan sikecil itu
begitu lincah serta anehnya. Sebab begitu turun ia telah berhasil memunahkan semua serangan yang
dilakukan ketiga orang itu terhadap diri Kong Loei.
Kejadian ini bukan saja membuat ketiga orang lawan Kong Loei menjadi sangat terperanjat, tapi
guru Yok Soe sendiri menjadi kaget berbareng girang ketika mengetahui bahwa orang yang menolong
jiwanya adalah muridnya sendiri.
Dalam pada itu ketiga lawan Kong Loei ketika menampak bahwa yang menolong musuh mereka
adalah seorang anak kecil, mereka menjadi sangat gusar. Lalu dengan mata mendelong mereka
mengawasi Yok Soe.Dengan tidak memperdulikan mereka Yok Soe segera menghampiri gurunya dan bertanya : ?Suhu,
kau tidak apa2 ?"
Kong Loei hanya menggelengkan kepalanya. Sehabis berkata demikian, baharu Yok Soe berpaling
kearah ketiga musuh gurunya dan pada saat itu Yok Soe baru dapat melihat tegas tampang ketiga
orang musuh gurunya.
Bentuk wajah ketiga Orang itu hampir bersamaan, hanya bedanya pada hidung mereka. Yang
seorang, yang rupanya paling tua usianya diantara mereka bertiga, ber-hidung pesek. Sedang yang
kedua berhidung mancung seperti hidung kakak-tua. Sedang orang yang terakhir mempunyai hidung
besar, seperti hidung singa. Wajah mereka rata-rata garang dan tak enak dipandang saking jeleknya.
Kini ketika mereka sedang giuar, tampang mereka jadi tambah menakutkan.
?Bocah, lekas kau minggir, bila tidak jangan salahkan kami berlaku kejam. Dia apamu ?" Bentak
salah seorang seraya menunjuk kearah Kong Loei.
?Beliau adalah guruku, kamu mau apa ?" Tantang Yok Soe dengan berani.
Mendengar perkataan Yok Soe ketiga orang itu jadi tertawa, tapi mendadak roman mereka segera
berubah menjadi garang kembaIi. ?Kami karena melihat umurmu masih begini muda, maka bila
sampai mati muda-muda kan sayang. Disamping itu baik engkau ikut kami untuk menjadi muridku.
Untuk apa engkau mengikut terus kepada gururnu yang sekarang, yang nyatanya tidak mempunyai
kepandaian apa-apa." Kata si-hidung pesek.
Mendengar dirinya diejek begitu, hati Kong Loei menjadi sangat gusar, ia segera hendak menerjang,
tapi telah didahului oleh bentakan Yok Soe: ?Tutup bacotmu bangsat ! Melawan aku saja kamu belum
becus, apa lagi melawan guruku. Tadi guruku sengaja mengalah kepada kamu, tahu kamu ? !" Yok Soe
balas mengejek.
Senang Kong Loei melihat keberanian serta kepandaian bicara muridnya. Tapi ada satu hal yang ia
tak mengerti ,dari mana muridnya belajar ilmu yang hebat lagi aneh itu, namun ia tidak sempat untuk
menanyakannya. Sebab pada saat itu telah terdengar bentakan lawan: ,,Mari kita beresi bocah itu,
baharu setelah itu. kita beresi gurunya !''
Sehabis membentak begitu, si-pesek segera menyerang dengan diikuti olch kedua orang kawannya.
Melihat keadaan itu, Yok Soe tidak berani berlaku ajal, ia segera membentangkan gerak-gerak yang
telah dipelajarinya dari catatan dulu, ditambah pula dengan tubuhnya yang kecil dan lincah itu,
sehingga Yok Soe dapat menerobos. diantara tubuh-tubuh lawannya dengan leluasa sekali.
Pada mulanya Kong Loei merasa khawatir akan keselamatan jiwa muridnya, ia segera hendak masuk
kedalam gelanggang pertempuran, guna membantu muridnya itu. Tapi setelah ia memperhatikan
sebentar, hatinya jadi tenteram, maka ia hanya menonton dari samping, namun begitu ia tetap
waspada untuk menolong muridnya dari suatu ancaman.
Kala itu tiga orang yang sedang mengerubuti Yok Soe itu ketika melihat serangan mereka selalu
dapat diegoskan oleh lawannya yang kecil itu, mereka jadi panas hati, sehingga ketiga orang itu
memperhebat serangan mereka.Tapi dengan mengandalkan gerak-gerak yang aneh itu Yok Soe selalu
dapat menghindarkan diri dari sesuatu bahaja yang hampir setiap waktu mengancam dirinya, malah
kemudian ia masih sempat mempermainkan musuh-musuhnya. Disuatu saat ia menarik jenggot
siorang yang berhidung pesek, sedang dilain waktu ia kitiki ketiak si-hidung kakak-tua dan pada lain
saat lagi ia tendang pantat orang yang berhidung seperti hidung singa begitu seterusnya.Kejadian itu tentu saja membuat ketip.a orang itu jadi sangat marah, mereka segera mengeluarkan
ilmu simpanan mereka. Kini keadaannya menjadi agak berubah. Sekarang tampaknya Yok Soe jadi
terkurung di-tengah-tengah pukulan ketiga orang itu, sedang gerakan si-bocah she Oey tidak lagi
selincah yang semula. Melihat itu hati Kong Loei jadi agak cemas, tapi ia tetap belum mau majukan
diri, rupanya ia menunggu waktu yang tepat untuk turun tangan!
Sampai pada suatu saat si-hidung pesek segera menyerang dengan menggunakan tipu ?Lek Pek Hoa
San" atau ?Dengan tenaga menggempur gunung Hoa", yang diarahkan kekepala Yok Soe. Tampaknya
kali ini Yok Soe sukar untuk menghindarkan diri lagi. Tapi baharu saja Kong Loei hendak menerjunkan
diri kedalam gelanggang pertempuran itu, mendadak terdengar suatu jeritan yang mengerikan dan
berbareng dengan itu terlihat tubuh seorang keluar dari gelanggang dan tak berkutik lagi.
Ketika Yok Soe diserang oleh si-pesek itu, Yok Soe agak gugup juga, tapi didalam gugupnya ia jadi
teringat semacam ilmu yang tadinya tidak berani ia gunakan, sebab ia belum begitu paham dengan
ilmu tersebut, tapi kini keadaan memaksanya, ia menunggu sampai serangan itu hampir mengenai
kepalanya, ia segera menotolkan kakinya, tubuhnya yang kecil lagi lincah itu segera melayang naik dan
berbareng dengan itu ia tusuk mata lawan dengan menggunakan kedua jari tangan kanannya.
Disamping itu kakinya juga dikasi bekerja yang diarahkan kejalan darah yang mematikan dari lawan.
Si-pesek coba mengelakkan kedua serangan itu, tapi tak urung jalan darahnya kena diserang juga.
Baiknya Yok Soe tidak berniat berbuat kejam dan disamping itu ia karena masih berusia sangat muda,
maka tenaganya tidak begitu besar. Dalam pada itu orang yang diserang rnempunyai Lweekang yang
sangat tinggi, tapi tak urung tubuhnya jadi kelempar keluar dan pingsan.
Kini tinggal dua orang lagi. Sedangkan pada saat itu Kong Loei telah majukan dirinya dan
menghadap si-hidung kakak tua. Jadi sekarang Yok Soe hanya melayani sihidung singa saja.
Orang yang berhidung seperti hidung singa itu walaupun mempunyai kepandaian yang tinggi,
pengalaman yang luas, tapi ia tetap tidak dapat menghadapi seorang bocah. Malah kemudian dirinya
kena dipermainkan oleh bocah itu. Keadaan itu membuat ia jadi Khekie dan berbareng bohwat
menghadapi bocah yang dapat menyerang, mengegos dan mundur dengan cara yang aneh itu.
Sedangkan Kong Loei tetap seimbang melayani orang yang berhidung kakak-tua itu.
Sampai pada suatu saat, mendadak si-hidung singa mengeluarkan bentakan : ?Tahan !"
Yok Soe segera menghentikan serangannya.
Dipihak Kong Loei juga segera menghentikan serangan mereka masing-masing.
?Kami Say Gwa Sam-heng-tee tidak sangka hari ini telah dijatuhkan orang, malah oleh seorang bocah
lagi. Maka mulai sekarang ini kami sudah tidak mempunyai muka lagi untuk bertemu dengan kawankawan kami. Aku merasa tunduk akan kepandaian saudara kecil ini, maka baik kita hentikan saja
pertempuran itu sampai disini, kekalahan berada dipihak kami." Demikian kata si-hidung singa.
Sehabis berkata begitu ia segera memberi hormat kepada Kong Loei berdua muridnya, lalu sambil
memayang tubuh kawannya, mereka segera berlalu dari situ.
Say Gwa Sam-heng-tee atau tiga bersaudara dari luar tembok besar itu adalah begal besar. Adapun
daerah operasi mereka umumnya diluar tembok besar, mereka mempunyai kepandaian yang tinggi
sekali, sehingga. boleh dikata mereka belum pernah mendapat tandingan. Kali ini mereka mendengar
bahwa ada sebuah patung sang Buddha yang didalamnya terdapat sebuah catatan yang berisi silat
tingkat atas yang jarang ada tandingan di dalam kolong langit ini. Seorang kalau mempelajari isi
catatan itu, ia akan jadi seorang jago yang luar biasa.Ketika mendapat kabar itu mereka segera memasuki wilayah Tionggoan. Ketika mereka sampai
diwilajah itu, mereka mendapat kabar bahwa patung itu telah berhasil direbut oleh seseorang dan
entah dibawa kemana.
Tapi tiga saudara itu tidak menjadi putus-asa, tak bosan-bosannya mereka menyelidiki perihal
patung itu. Sampai akhirnya mendapat sebuah kabar yang mengatakan bahwa patung itu berada
dipulau Toh-hoa-to. Disamping itu merekapun mendapat kabar pemilik pulau itu bernama In Kong
Loei.
Setelah menanyakan letak pulau Toh-hoa-to itu, dengan menggunakan sebuah perahu, yang mereka
beli dari seorang nelayan. Pada waktu mereka mendarat pulau Toh Hoa itu, kebetulan Kong Loei
baharu pulang dari perkelanaannya. Begitu melihat kedatangan mereka, Kong Loei segera mengetahui
maksud kedatangan mereka tentu tidak mengandung maksud baik. Tapi Kong Loei tetap sabarkan diri,
lalu sambil menghampiri ia bertanya: ?Apa maksud Samwie datang kemari ?" ?Mau apa engkau
mengurusi diri kami ?" Tanya salah seorang dari mereka dengan kasar.
Ketika mendengar perkataan itu Kong Loei menjadi sangat gusar, tapi ia coba untuk sabarkan diri.
?Aku adalah pemilik pulau ini !" Kata. Kong Loei kemudian.
,,Oh kiranya engkaulah orang yang dipanggil In Kong Loei." Nyeletuk salah seorang dari ketiga orang
itu, hidung orang itu seperti singa.
Kong Loei manggut tak berkata.
?Kalau demikian baik kami terangkan disini, bahwa maksud kedatangan kami kemari ialah untuk
meminta patung Buddha yang telah kau rebut itu." Kata si-pese.
?Patung Buddha yang mana ? Aku tidak tahu !" Ko Loei coba membantah.
?Ah engkau tidak usah berlaga pilon, lekas serahkan saja kepada kami. Bila tidak, hmmm !" Sihidung mengancam.
?Dengan sebetulnya aku tidak memiliki patung itu . " Kong Loei kata.
?Sudah, engkau tidak usah barnyak cingcong, sekarang kami beri dua jalan kepadamu, bila engkau
masih menghendaki jiwamu, serahkan patung itu kepada kami. Dan bila engkau sudah bosan hidup,
ya kami juga tidak bisa berbuat selain :
Potong orang yang berhidung seperti burung kakak tua.
?Kamu kira aku takut?" Potong Loei sembari menantang.
Melihat orang yang masih tetap berkepala batu, mereka menjadi sangat gusar, dengan sorot mata
penuh kemarahan mereka memandang ke arah diri Kong Loei.
Sedang orang yang dipandang balas memandang dengan pandangan penuh kebencian.
,,Kau tetap tidak mau menyerahkan patung itu kepada kami ?" Bentak si-pesek sectelah lewat sesaat
kemudian.
?Apa yang harus aku serahkan kepadamu, sedang patung itu benar-benar tiada padaku." Kong Loei
kata sambil tetap membandel.
Ketika melihat kebandelan orang, ketiga orang itu segera menerjang diri Kong Loei dengan serentak,
Kong Loei juga tidak tinggal diam.Begitulah diantara mereka bertempur dengan dahsyatnya. Dan kejadian selanjutnya telah kami
tuturkan dibagian atas dari cerita ini.
* ** ,,Yok Soe, kepandaianmu sekarang boleh dikata telah melebihi aku, siapa yang mengajarkan
kepandaian tingkat atas itu kepadamu ?" Tanya Kong Loei setelah mereka masuk kedalam rumah.
Yok Soe segera menceritakan keadaan yang sebenarnya.
Setelah mendengar habis penuturan muridnya itu, Kong Loei menjadi sangat girang. Ia segera
menyuruh muridnya untuk mengeluarkan catatan itu ..
,,Kau sungguh beruntung muridku, bila engkau telah berhasil mempelajari isi kitab ini, engkau pasti
akan menjadi seorang jago yang hebat. Pantas tadi gerak-gerakanmu begitu aneh serta menakjubkan,
sampaipun aku sebagai gurumu merasa heran." Kata Kong Loei dengan girangnya setelah
memperhatikan catatan itu.
?Tapi Suhu, huruf-huruf yang terdapat didalam catatan ini sungguh sangat aneh-aneh serta berbelitbelit, dapatkah kau membaca dan mengerti maksudnya?" Tanya Yok Soe.
?Tentu saia, surat ini hanya Suheng serta aku saja yang dapat membaca dan memahami artinya.
Sayang kini Suheng sudah tiada didalam dunia ini, sebab ia dihianati oleh muridnya sendiri. Sedarg
kini catatan ini juga sudah tidak berguna untuk diriku. Maka baik mulai besok aku mengajarimu untuk
memecahkan arti yang terkandung didalam perkataan-perkataanyang ada didalam catatan ini !" Kata
guru Yok Soe ini.
Yok Soe rnenjadi sangat girang.
Pada keesokan harinya Kong Loei menepati janjinya untuk mengajari ilmu-ilmu luar biasa yang
terdapat didalam catatan itu disamping kepandaiannja sendiri.
Yok Soe bukan saja seorang anak cerdas, tapi iapun seorang anak yang rajin dan tak kenal apa arti
kata cape, maka tidak heran didalam waktu yang singkat telah memperoleh kemajuan yang sangat
pesat.
Melihat keadaan itu Kong Loei menjadi sangat girang, ia jadi Iebih ber-sungguh-sungguh mengajari
rnurid yang cuma satu-satunya itu ..
Dengan tanpa terasa Yok Soe telah mengikuti Kong Loei sepuluh stahun lamanya. Didalam tempo
sepuluh tahun itu Yok Soe telah mempunyai kepandaian yang tinggi, yang kurang kini hanya latihan
dan pengalaman saja.
?Yok Soe, kemari kau !" Kong Loei kepada muridnya pada suatu hari.
?Ada apa Suhu ?" Tanya Yok Soe begitu ada didepan gurunya.
,,Yok Soe, engkau mengikuti aku sudah kira-kira sepuluh tahun lamanya. Boleh dikata seluruh
kepandaianku telah kuturunkan kepadamu, disamping itu engkau juga telah mempelajari seluruh isi
catatan yang terdapat didalam patung sang Buddha. Dengankepandaianmu yang sekarang ini, engkau
pasti akan dapat menjagoi didalam kalangan Boclim, karena itu jarang ada yang mempunyai
kepandaian sepertimu. Maka kini tibalah saatnya untuk kita berpisah. Aku mengharap engkau
sekarang pergi berkelana didalam kalangan itu." Kong Loei menerangkan makudnya.
?Tapi Suhu" Yok Soe coba membantah.?Tidak ada tetapi, tetapi . Kita manusia hidup didalam dunia ini mesti ada berkumpulnua dan
begitupun berpisah. Seperti juga sebuah pesta, biar bagaimana besar, mewah dan lama pesta itu
berlangsung, tapi akhirnya mesti bubar juga. Maka aku harap engkau jangan pakai alasan ini dan itu.
Dipantai sebelah barat telah kusediakan sebuah perahu, sebab ikan hiuku dengan sangat tidak
beruntung pada beberapa bulan yang baru lalu telah mati." Kong loei inemberi sedikit wejangan.
Akhirnya mau juga Yok Soe menurut kehendak guru-nya. Pada keesokan harinya Kong Loei segera
mengantar muridnya keperahu yang telah disiapkannya dipantat ujung sebelah barat. Sebelum Yok
Soe meninggalkan pulau itu, Kong Loei kembali memberi wejangan-wejangan yang berguna bagi diri
Yok Soe, akhirnya ia menyerahkan sebuah buntalan ransum kering dan sebuntal kecil uang
* ** Setelah melakukan perjalanan sehari lebih sampailah Yok Soe disebuah pantai. Disitu terdapat
bcberapa orang nelayan yang sedang merajut jala. Disamping itu ada juga beberapa orang nelayan
yang sedang menambal kapal.
?Saudara, bolehkah saya tumpang menitipkan perahu ini disini ?" Tanya Yok Soe.
?Tentu boleh, saudara hendak pergi kemana ?" Balik tanja orang itu.
,,Kekota, masih jauhkah jarak kekota dari sini ?" Menerangkan Yok Soe sambil balik bertanya.
?Tidak. Saudara jalan terus kira-kira 20 lie dari sini, nanti saudara akan sampai di San Tjong Shia."
Menerangkan orang yang ditanya dengan ramahnya.
Setelah mengucapkan terirna kasihnya Yok Soe segera meninggalkan tempat itu.
Betul saja setelah ia berjalan kira-kira 20 lie, ia tiba disebuah kota. Kota itu walaupun kecil, tapi
keadaan disitu sangat ramai. Yok Soe yang biasanja tinggal dipulau yang sepi. kini ketika melihat
keadaan yang ramai itu, hatinya jadi sangat gembira, sehingga dengan tanpa terasa Yok Soe jadi
berkeliling kota.
Selagi asjik Yok Soe berjalan, mendadak ia mendengar gembreng dipukul. Didorong oleh rasa ingin
tahu, Yok Soe lantas menghampiri asal gembreng itu. Tak lama kemudian Yok Soe melihat bahwa
disebuah lapangan telah berkerumun banyak orang, sehingga apa yang dikerumuni Yok Soe tak dapat
melihatnya.
Dengan langkah Iebar Yok Soe segera menghampiri orang berkerumun itu. Tapi ia tetap tidak dapat
melihat apa yang sedang ditonton oleh orang banyak itu.
Tapi Yok Soe tidak menjadi putus-asa, ia melihat kesekeliling tempat itu, dan untuk baginya, bahwa
tidak jauh dari situ terdapat sebuah batu datar yang agak tinggi letaknya. Yok Soe segera melompat
keatas batu itu. Maka tampak jelas olehnja bahwa orang yang memukul gembreng itu berpakaian
secara orang Uigitur (Hwie), dibelakangnja terdapat sebuah keranjang, entah apa isinja. Pada saat itu
si-orang Uighur yang bersorban itu telah berhenti memukul gembreng.
?Saudara sekalian, saya datang kemari bukan untuk menjual koyo atau obat, tapi saya adalah
seorang bangsa asing yang tengah merantau kenegeri orang. Tapi apa mau dikata, ketika sampai disini
bekal saya telah habis terpakai. Maka terpaksa saia mengharap belas kasihan dari saudara-saudara.
Namun saya tidak memaksa kcpada Disamping itu saja juga tidak akan mengecewa-kan kepada
saudara-saudara yang dermawan, maka sebelum saya meminta derma, saya akan menunjukkan
sedikit kebisaanku."Sehabis herkata demikian, orang itu segera mengeluarkan sebuah alat Khim. Kemudian ia beberapa
orang untuk maju kemuka dan duduk dihadapannya.
Dengan tidak mengatakan suatu apa, orang Uighur itu mulai memetik Khim. Suara Khim itu pada
mulanya dipetik dengan perlahan dan suaranya begitu enak didengar. Tapi makin lama, suara itu jadi
semakin kentiang. Terlihat sekarang beberapa orang yang berada didepan orang Hwie itu mulai menggerak-gerakkan tubuhnya, mungkin karena saking merdunya. Sampai kemudian mereka bagaikan
orang-orang yang kemasukan setan, mereka ber-jingkrak-jingkrat, sedang suara Khim itu jadisemakin
kencang. Lagu yang dipetik oleh alat Khim itu sebenarnya sebuah lagu gembira, tapi begitu dimainkan
si-orang Uighur, didalam lagu itu kini seakan-akan mengandung kesedihan, tapi unsur atau nada
gembiranya masih tetap memegang peranan.
Kini tidak terbatas pada orang-orang yang bukan dihadapan orang Uighur itu saja yang pada menari,
tapi para pcnonton pun mulai ber-jingkrak-jingkrat. Sampaipun Yok Soe yang berada diatas batu sudah
hendak menggerakkan kaki tangannya guna ikut menari, tapi baiknya ia segera. sadar, bahwa dirinya
sedang dipengaruhi oleh suara Khim itu, maka cepat-cepat ia mengerahkan Lweekangnya, dengan
begitu ia baharu bisa mengatasi dirinya.
Kini terlihat olehnya bahwa hampir semua orang yang menonton pada ber-lompat-lompat. Yok Soe
tahu bahwa mereka juga telah kena dipengaruhi oleh suara, tetabuhan Khim itu. Ia segera
mengeluarkan serulingnja, tapi sebelum ia, meniup serunainya itu, mendadak terdengar suara
nyanyian.
Lagu itu walaupun dinyanyikan dengan perlahan, tapi tegas didengar. Adapun nyanyian itu berbunyi
demikian:
Ouwyang Hong, Ouwyang Hong,
Kau rupanja sudah sinting,
ataukah memang sengaja membikin orang berlompat-lompat,
supaya uang mereka jatuh dan kau pungut !
Ouwyang Hong, Ouwyang Hong,
Biar bagaimana engkau menyamar,
tapi akhirnya toch aku ketahui juga,
mari lekas kau kemari ! Aku hendak, memukul pantatmu.
Orang Uighur itu ternyata bukan lain daripada Ouw-Yang Hong. Kini bukan saja penyamarannya
telah diketahui orang, malah maksud hatinya juga telah kena diterka orang,maka hatinya menjadi
sangat panas, sehingga ia tidak dapat menguasai permainannya dan dengan sendirinya para
penonton juga pada berhenti menari.
Keadaan itu membuatat Ouwwyang Hong menjadi sangat gusar, ia segera membentak : ?Siapa
yang hendak bermain-main dengan diriku ?"
?Aku, pak jenggot !" Sahut seseorang. Berbareng dengan suara itu segera terlihat lompat
mendatangi seorang tua, yang jenggotna sampai batas dada. Umur empe itu ditaksir telah mencapai
80 tahun.
Heran Ouwyang Hong ketika melihat gerakan pak jenggot yang lincah itu. Tak tahu ia siapa
sebenarnya si-orang tua yang berjenggot panjang itu ?
?Siapa namamu, tua bangka ?" Bentak Ouwyang Hong begitu kakek itu berada dihadapannya.?Pak djenggot !" Jawah si-empe.
?Aku tidak ada waktu untuk bermain dengam. Di-samping itu dari mana engkau mengetahui
namaku ?" Tanya Ouwyang Hong lagi dengan marahnya.
?Dari kupingku !" Kata si-empc.
?Kau dapat dengar dari siapa ?" Tanja Otuwyang Hong, masih tetap menahan sabarnya.
,,Dari diriku !" Kata empe itu.


Lima Djago Luar Biasa Sia Tiauw Gwa Toan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika mendcngar perkataan orang yang terakhir Ouwyang Hong tidak dapat lagi menahan
sabarnya, ia segera menggerakkan sepasang kepalannya dan terus di-tonjokkan kepada orang tua
itu. Dengan gerakan yang lincah serta indah empe itu mengegoskan serangan tersebut. Melihat
serangannya yang pertama gagal, Ouwyang Hong jadi semakin Khekie, kembali ia susulkan dengan
serangan yang berikutnya, dengan menggunakan gerakan ?Hek Houw Touw Sim" atau ?Macan hitam
mencuri hati", kepalannya kembalidiarahkan kedada kakek itu.
Ketika melihat dirinya kembali diserang, empe jenggot tetap berdiam diri. Ia menunggu sampai
ketika serangan itu hampir mengenai dirinya, ia segera menggerakkan jenggotniya. Dan berbareng
dengan itu terdengar teriakan ?aduh !" dari Ouwyang Hong, yang segera menarik pulang kepalannya.
Ternyata tangannya telah kena disabet oleh jenggot si-empe.
Dengan adanya kejadian itu Ouwyang I-fong disamping mendongkol berbareng jadi merasa heran
karena bukan saja empe itu mengetahui namanya,malah jenggotnya ternyata bisa digunakan sebagai
senjata. Maka kini orang she Ouwyang itu tidak berani sembarang menyerang lagi. Ia hanya
mengawasi empe itu, sedang orang tua itu juuga balas mengawasi dirinya sambil tetap tersenyum.
?Bagaimana Ouwyang Hong, engkau masih berani menyerang diriku ?" Ejek si-empe lagi.
Kini Ouwyang Hong segera menyaksikan sebuah kejadian yang aneh, karena empe itu berkata tanpa
menggerakkan bibirnya. Mungkinkah dia seorang yang telah sempurna Lweekangnya atau aku sedang
berhadapan dengan hantu ?" Kata hati kecil Ouwyang Hong, sehingga membuat dirinya jadi tambah
ragu-ragu untuk menyerang.
?Ouwyang Hong, Ouwyang Hong, kerjamu selamanya selalu menipu duit orang atau merampok, kau
kira aku tidak tahu ?" Kata Pak jenggot lagi.
?Apa kau kata ?" Bentak Ouwyang Hong sambil terus menerjang pula dan hatinia ia jadi bertanya
,,Siapa sebenarnya orang tua ini. Bila didengar suaranya, tidakseperti suara seorang tua. Dan anehnya
mulutnya tetap tidak bergerak ketika ia mengucapkan perkataannya."
Walaupun hatinya agak sangsi, tapi karena tadi ia telah dibikin panas oleh perkataan si -orang tua, ia
tetap memajukan diri guna melakukan suatu serangan.
Pada saat itu para penonton pada menyaksikan dari kejauhan
Ouwyang Hong, Ouwyang Hong,
Mari kau kemari,
aku hendak mencabut hidungmu,
serta merangket pantatmu!
Demikian terdengar nyanyian si-empe lagi.Dipermainkan begitu Ouwyang Hong jadi semakin mendongkol, ia perhebat serangannya. Sehingga
setiap kali ia menggerakkan tangannya, menimbulkan angin yang amat kencang, sehingga orang-orang
yang menonton agak dekat, dipaksa mundur oleh angin pukulan itu.
Tapi setiap serangan Ouwyang Hong selalu dapat dipunahkan oleh pak jenggot, Semakin lama
Ouwyang Hong jadi semakin heran, karena gerakan si-empe bersamaan dengan seorang yang pernah
bertempur dengannnya dulu, malah ia masih ingat, bahwa dulu dirinya pernah mempermainkan orang
itu. Tapi kini ia tidak ingat lagi akan nama orang itu. Maka kini ia menyangka bahwa empe jenggot itu
kalau bukan Suheng orang itu pasti adalah gurunya.
Oleh sebab itu, gerakannya jadi agak ajal, menyebabkan hidungnya jadi kena dipegang serta
pantatnya dipukul oleh si-empe.
Keadaan itu membuat Ouwyang Hong jadi semakin mendongkol, membuat ia tidak dapat
memikirkan terlebih lama mengenai asal usul orang yang ada dihadapannya. Kini Ouwyang Hong
memperhebat serangannya, setiap kali menjerang, sebelum tangannya sampai, anginnya pukulan
telah mendahului. Tapi lawannya selalu dapat mengegosinya dengan gampang serta lincahnya.
Pada suatu kali dengan tanpa. sengaja Ouwvang Hong berhasil menarik jenggot si-empe, ia'segera
jadi merasa sangat aneh dan terperanjat, sebab begitu ia menarik jenggot si-orang tua, muka empe
itu tergerak, yang se-akan-akan muka tersebut tidak bersatu dengan kepalanya. Kejadian itu hampir
saja membuat Ouwyang Hong jadi lari saking terperanjat dan takutnya. Sebab ia menyangka dirinya
kini sedang berhadapan dengan hantu. Tapi kemudian ia balik lagi, sebab mendadak pikirannya
berubah, karcna ia tidak percaya bahwa di-dunia ini ada setan segala. Maka jantungnya yang tadinya
telah memukul keras, kini jadi tenang kembali. Malah mendadak ia teringat suatu hal, maka ia segera
menyerang lawannya dengan menggunakan gerakan ?Heng Sau Tjiang Koen" atau ?Menyapu ribuan
tentara" kearah diri si-empe.
Pak Jenggot ketika melihat dirinya diserang lagi, bagaimana biasa ia menunggu sampai serangan
Ouw-yang- Hong hampir sampai, baharu ia menggunakan gerakan ?Lee Hie Ta Teng" atau ?Ikan Lee
meletik", untuk mengegoskan serangan itu. Tapi Ouwyang Hong yang telah mengandung suatu
rencana, ia tidak memberi kesempatan lagi. Maka walaupun empeitu dapat berlaku sebat, tapi orang
she Ouwyong itu berlaku terlebih cepat lagi. Baharu saja si-orang tua menginjakkan kakinya ditanah,
mendadak ia merasa bahwa jenggotnya telah kena dijambak orang dan ditarik dengan kerasnya,
sehingga mukanya itu . copot.
Kejadian itu membuat para pcnonton jadi merasa kaget, tapi sesaat kemudian mereka pada
bersorak-sorai.
Ditangan Ouwyang Hong kini terdapat sebuah .. kedok seorang tua. Sedangkan orang yang
memakai kedok tadi adalah Tjioe Pek Tong, yang pada saat itu tengah memandang kearah Ouwyang
Hong dengan wajah yang ketolol-tololan.
,,Oh kiranya engkau, pantas rasa-rasanya aku pernah melihat gerak-gerakan semacam itu."
?Ya, engkau mau apa?" Tantang Pek Tong.
"Eh, eh, rupanja engkau sudah tidak takut terhadap diriku !'' Ejek Ouwyang Hong.
Mendengar perkataan itu,hati Pek Tong jadi agak tergetar, sebab ia teringat akan ular orang she
Ouwyang itu. Begitu ingat ular Pek Tong segera hendak melarikan diri. Tapi mendadak ia mendapat
suatu pikiran lain. Bukankah kini Ouwyang Hong ticklak membawa ular, perlu apa ia takut terhadap
orang she Ouwyang itu.?Kalau berani, engkau bisa berbuat apa terhadap diriku ?" Tantang Pek Tong lagi.
?Kau sungguh-sungguh tidak takut terhadap diriku ?" Bentak Ouwyang Hong.
,,Benar !" Kata Pek Tong membandel.
Wajah Ouwyang Hong, yang tadinya telah merah padam karena marah, mendadak jadiberubah berseri-seri. ?Pek Tong, kemari kau !" Panggilnya kemudian.
?Kau kira aku tidak maksudmu?" Kata Pek Tong.
?Aku bermaksud apa ?" Tanya Ouwyang Hong dengan roman tetap ber-seri-seri.
?Tak tahu !" Jawab Pek Tong kc-tolol-tololan.
Mendengar perkataan itu bukan saja Ouwyang Hong merasa lucu, para penonton pun pada tertawa
riuh.
?Mau apa kamu pada tertawa, bila kamu sekalian masih pada tertawa,akan kuhajar satu-satu,
supaya gigi kamu pada rontok semua .. " Bentak Pek Tong sambil mempelihatkan roman galak.
Tapi dipandang begitu para penonton, yang melihat Pek Tong semakin lucu dipandang. Tapi walaupun
hati mereka sangat lucu, namun mereka tidak berani tertawa, rupanya jerih juga mereka terhadap
ancaman Pek Tong itu.
?Pek Tong, Iekas kemari !" Panggil Ouwyang Hong lagi sambil tetap memperlihatkan roman berseri-seri.
Pek Tong adalah seorang yang jujur, maka kini ketika melihat macam Ouwyang Hong seperti seorang
yang tidak bermaksud jahat terhadap dirinya, ia segera menghampirinja.
?Aku sangat kagum akan kepandaianmu. Terdorong oleh rasa itu, aku ingin menghadiahkan sesuatu
barang kepadamu." Kata Ouwyang Hong begitu Pek Tong telah berada disisinya.
Pek Tong segera mengucapkan terima kasihnya.
,,Mari kau ikut aku !" Ajak Ouwyang Hong kemudian.
Tanpa berkata Pek Tong mengikuti Ouwyang Hong.
Si-orang she Ouwyang segera membawa Pek Tong kepinggir keranjang yang ia bawa tadi.
,,Didalam keranjang ini terdapat pelbagai macam barang berharga. Engkau boleh memilihnya
sendiri !" Kata Ouwyang Hong. Sehabis berkata demikian ia segera membuka tutup keranjang itu dan
ketika Pek Tong melihat isinja, ia segera berteriak dan lari .
Keranjang, itu bukan berisi intan-permata atau barang-barang berharga lainnya, melainkan ular-ular
. ?Ha, ha. Pek Tong, Pek Tong, kenapa kau begitu takut kepada benda ini . ha .. ha . ha
(X) Penutup
Tapi selagi Ouwyang Hong tertawa berkakahan,mendadak terdengar suara seruling dan berbareng
dengan itu ular-ular yang berada didalam kerandjang pada merajap keluar dan lalu terpencar keempat
penjuru.
Para penonton ketika melihat keadaan itu, mereka pada lari simpang siur, sambil berteriak-teriak,
sampai-sampai ada yang me-manggil-manggil nama orang tua mereka.
Ouwyang Hong ketika melihat kejadian itu, saking terperanjatnya ia jadi menghentikan tertawanya.
Malah kemudian ia mem-bentak-bentak kearah ular-ularnya. Tapi perintahnya itu tidak diturut oleh
ular-ular piaraannya tersebut. Malah ada beberapa ekor ular yang menghampiri diri Ouwyang Hong.
Orang she Ouwvang itu insyaf, vila ia tidak lekas-lekas menguasai barisan ularnya, akan terjadi suatu
keonaran besar.
Maka kemudian ia enjot tubuhnya, badannya segera melaiang, kcarah perbekalannya dan dilain saat
ia telah tiba didepan alat Khim yang ia petik tadi.
Kemudian Ouwyang Hong memetikan Khimnya itu. Tapi walaupun demikian, orang she Ouwvang
ini belum lagi dapat menguasai barisannya. Sebab suara suling itu ditiup semakin kcntjang. Walaupun
irama seruling tak keruan nada, namun rupanya mempengaruhi barisan ular piaraannya itu.
Ouwyang Hong juga tidak mau kalah, ia perhebat permainan khimnya. Hingga kemudian, rupanya
para binatang itu karena pusingnya, mereka jadi pada bertempur diantara kawan-kawannya sendiri.
Sebab sebagian kena dipengaruhi oleh khim majikannya dan sebagian lagi dipengaruh oleh suara
seruling.
Suara Khim serta suara seruling itu masih terus berbunyi dan semakin kencang.
Pertempuran diantara ular-ular itu berjalan amat seruh, semakin lama jadi semakin memuncak,
sampai akhirnya jatuh banyak kurban. Dilain saat ular-ular yang kena dipengaruhi oleh khim Ouwyang
Hong yang memperoleh kemenangan, sebagian mereka yang masih segar serta yang luka ringan balik
kekeranjang Ouwvang Hong. Tapi kini binatang-binatang yang tinggal hanya kira-kira se-perempat dari
jumlah seluruhnya.
Berbareng dengan seruling itupun turut lenyap.
Ketika melihat kejadian itu, 0uwyang Hong jadi sangat gusar, ia segera memandang keseliling
tempat itu dan segera terlihat diatas batu berdiri seorang pemuda yang berjubah hijau, bercelaka biru
serta memegang sebatang suling.?Tak salah. Pastilah orang ini yang sedang mempermainkan diriku !" Demikian pikir Ouwyang Hong.
Sehabis berpikir demikian, cepat-cepat Ouwyang Hong menutup keranjang ular itu.
Dengan sekali menotolkan kakinya, tubuh orang she Onwvang telah sampai kehadapan orang yang
berjubah hijau itu, yang tak lain tak bukan adalah Oey Yok Soe.
Tanpa mengucapkan sesuatu, Ouwyang Hong menggerakkan sepasang tangannya dengan
menggunakan gerakan ?Djie Liong Siauw Djit" atau ?Dua ekor ular naga berebut matahari".
Namun orang yang diserang bagaikan tidak memandang mata pada serangan itu. Yok Soe tetap
berdiri di tempatnya yang semula. Begitu serangan Ouwyang hampir mengenai dirinya, baru ia
gerakkan tubuhnya secara aneh dan perlahan, membuat serangan itu lewat disisinya.
Melihat serangannya dapat digagalkan oleh lawannya, ia jadi sangat mendongkol, maka ia segera
susulkan serangan yang berikutnya dengan menggunakan gerakan ?Djie Liong Djio Tjoe" atau ?Dua
ekor ular naga saling merebut mustika".
Tapi lagi-lagi Yok Soe berbuat seperti tadi, malah kemudian ia balas menyerang dengan
menggunakan gerakan ?Tjoan Seng Tjay Goat" atau ,,Menembusi binatang memetik rembulan" dan
disamping itu seruling yang berada ditangan kirinya. dengan menggunakan gerakan "Heng Sau Tjian
Koen" atau ?Menyapu ribuan tentara" semuanya itu disapukan kearah lambung Ouwyang Hong.
Tapi Outwyang Hong juga bukannya anak kemarin, kini ketika melihat dirinya balas diserang, malah
dari dua jurusan lagi, cepat-cepat ia menggunakan ginkang ?It Hoo Tjiong Thian" atau ,,Burung bango
menerjang keangkasa". Dengan berlaku demikian ia berhasil rnenghindari serangan itu. Kemudian
selagi tubuhnya melayang turun, ia gunakan kedua telapak tangan yang langsung dipukulkan kekepala
Yok Soe.
Tapi Yok Soe dengan menggunakan gerakan yang indah serta aneh menghindari serangan tersebut.
Melihat keadaan itu Ouwyang Hong jadi semakin panas, begitu menginjakkan kakinya dibumi, ia
segera menyerang lagi dengan menggunakan gerakan ,,Loo Han Ta Houw" atau ,,Loo Han memukul
macan", namun serangan itu lagi-lagi kena diegoskan oleh Yok Soe dengan cara yang aneh pula.
Sampai begitu jauh Yok Soe belum menyerang, malah kemudian ia berkata: ,,Tahan, apa salahku ?"
?Hmmm, masih berani belaga pilon lagi. Siapa yang bikin kacau ular-ularku tadi, bila bukan engkau
?" Bentak Ouwyang Hong.
?Aneh, aku kan belum pernah kedekat keranjangmu, kapan aku bikin kacau ular-ularmu ?" Tanya
Yok Soe sambil memperlihatkan roman sungguh-sungguh.
Ouwyang Hong ketika melihat orang tetap ber-pura-pura, ia jadi semakin mendongkol, ia segera
mengeluarkau tjoa-tiang atau tongkat pemukul ularnya, kemudian dengan menggunakan gerakan
?Ouw Tjoa Tjoet Tong" atau ?ular hitam keluar dari dalam goa", tongkat pemu-kul ularnya itu
disodokkan kelambung. Yok Soe.
Yok Soe menunggu sampai kctika serangan itu hampir mengenai tubuhnya, ia lantas menyabetkan
serulingnya kearah itu, sehingga kedua senjata itu bentrok satu sama lainnya, yang disusul kemudian
dengan mundurnya tubuh kedua orang itu.
Dengan adanya kejadian itu, mereka berdua jadi mengetahui kekuatan mereka masing-masing.
Sehingga mereka tidak mau membikin senjata masing-masing bentrok satu sama lainnya.Begitulah sebentar saja tiga puluh jurus telah dilampaui,tapi diantara mereka belum bisa dipastikan
siapa yang bekal kalah atau yang akan menang.
Sebetulnya bila dibandingkan kepandaian kedua orang ini,. Yok Soe menang dalam hal kelincahan
tubuh serta gerak-gerakan yang aneh. Tapi Ouwvang Hong yang telah agak lama berkelana didalam
kalangan Boelim, ia menang pengalaman serta keuletan. Jadi biar bagaimana mereka bersungguhsungguh untuk menjatuhkan lawan masing-masing, tapi keadaan mereka tetap setali tiga uang alias
berimbang. Pada suatu saat Ouwvang Hong menyerang lagi dengan menggunakan gerakan ,,Peh Tjoa
Kian Bwee." atau ?Ular melilitkan ekornya". Serangan itu dilakukan cepat sekali.
Sebagaimana biasa Yok Soe berdiri dengan sikap menunggu, begitu serangan tersebut hampir
mengenai dirinya, Yok Soe baharu menggeser kakinya sambil membarengi menotolkan kakinya,
sehingga serangan orang she Ouwyang itu lagi-lagi mengenai tempat kosong.
Ouwyang Hong jadi semakin mendongkol, tapi ia tidak dapat berbuat sesuatu apa terhadap
lawannya, sampai akhirnya timbul hati kejinya.
?Sahabat, bila engkau benar-benar seorang laki-laki, kau sambutlah seranganku ini. Bila kau tahan
akan angin pukulanku ini, mau aku menyerah kalah terhadap dirimu !" Kata Ouwyang Hong kemudian.
Oey Yok Soe yang tidak tahu akan rencana keji dari orang she Ouwyang ini, ia segera
menyanggupinya. Lalu tubuhnya berdiri di-tengah-tengah lapangan.
Pada saat itu para penonton yang tadinya telah melarikan diri, kini telah pada berkerumun lagi.
Kala itu Ouwyang Hong telah mundur sampai beberapa langkah jauhnya dan segera berjongkok.
Lain sambil mengeluarkan suara ?kok" ?kok", ia pukulkan tangannya kedepan.
Yok Soe yang merasa heran akan kelakuan Ouwyang Hong itu, ia tetap memasang dirinya. Ketika
angin serangan tersebut hampir mengenai diri sipemuda she Oey itu, mendadak dari samping
gelanggang pertempuran itu terdengar bunyi ,,keok" ?keok" dan berbareng dengan itu didepan Yok
Soe segera terjadi suatu bentrokan,yang memaksa Yok Soe mau atau tidakjadi mundur akibat terkena
angin bentrokan kedua tenaga dalam itu. Tak Yok Soe sangka bahwa serangan Ouw-yang Hong itu
begitu hebat dan keji. Dirinya bila tidak ditolong oleh orang dari samping, pasti sudah menemui
ajalnya. Didalam hati Yok Soe segera timbul rasa benci terhadap diri Ouwyang Hong yang berlaku
sangat keji itu.
Sedangkan Ouwyang Hong sendiri jadi sangat mendongkol kepada orang yang telah menggagalkan
usahanya. Ketika ia mendengar suara ?kook" ?keok", ia jadi ingat kepada diri Tjioe Pek Tong. Maka
kemarahannya lantas ditumplekkan kediri Pek Tong. Ia segera memandang kesekeliling lapangan itu,
dan dilain saat ia menampak bahwa Pek Tong sedang berada disebuah pohon yang tumbuh tidak jauh
dari lapangan itu sambil memperlihatkan senyuman puas.
Dengan tidak memperdulikan Oey Yok Soe, Ouwyang Hong segera membentangkan ilmu
mengentengi tubuh, ia segera menuju kepohon dimana Pek Tong berada. Tapi sebelum ia sampai
ditempat yang dituju, mendadak disampingnya mendadak berkelelat sebuah bayangan dan dilain
waktu Yok Soe telah berdiri didepannya sambil bertolak pinggang. Sedang serunai besinya tetap
dipcgangnya.
Ternyata Yok Soe sangat berterima kasih atas pertolongan Pek Tong tadi, maka begitu melihat
Ouwyang Hong hendak memburu kearah Pek Tong, Yok Soe telah mendahuluinya dan kemudian
menghadang ditengah jalan.Kejadian itu tentu saja, membuat Ouwyang Hong jadi sangat gusar, dengan tidak mengucapkan
sesuatu, perkataanpun, ia segera menjodokkan Tjoa-tjangnya kedada Yok Soe dengan menggunakan
gerakan ?Gin Tjoa Tjoet Tong" atau ,,Ular Perak keluar dari dalam goa".
Yok Sae yang sudah agak mendongkol terhadap diri Ouwyang Hong ini, sesudah mengegoskan
serangan tersebut, ia balas menyerang dengan menggunakan tipu ?Hong Hong Sian Kuo" atau ?Burung
Cendrawasi mengaduk sarang", seruling besinya disapukan ketubuh Ouwyang Hong.
Orang she Ouwyang ketika serangannya dapat diegosi oleh lawan, malah kemudian dirinya ba!as
diserang, cepat-cepat ia menggunakan gerakan ?Niauw Tjoe Hoan Sin" atau ?Burung membaliki
tubuhnya", ia baru berhasil mengegoskan serangan lawannya. Kemudian ia membarengi
menggerakkan Tjoa-tiangnya demikian rupa, sehingga merupakan gerakan ?Tok Tjoa Tjoet Tong" atau
?Ular beracun keluar dari dalam goa" yang kemudian disusulkan dengan gaya ?Tai Kong Kouw Hie"
atau ?Orang tua mengail ikan".
Yok Soe melihat dirinya balas diserang, cepat-cepat ia mengangkat serulingnya dan segera
terdengar suatu bentrokan yang membisingkan dibarengi dengan muncratnya lelatu api.
?Ilmu tongkat macam begitu masih diperlihatkan dihadapanku " Ejek Yok Soe.
Tapi sebelum habis Yok Soe berkata, rnendadak dirinya telah diserang lagi oleh Ouwyang Hong yang
menggunakan gerakan ?Kie Ho San Thian" atau ?Dengan obor membakar langit", Tjoa-tiangnya
dimiringkan dan ditabaskan sekali kediri Yok Soe. Serangan itu demikian anehnya, tapi dengan
mudahnya dapat diegosi oleh Yok Soe. Disamping itu kini Yok Soe meelihat bahwa dibawah lambung
lawan jadi lowong, maka ia lantas membentak : ?Awas !" Setelah itu serulingnya ditusukkan kediri
Ouwyang Hong sambil menggunakan gerakan ?Kim Tjin Toe Tjian" atau ?Jarum emas menyeberangi
arus".
Namun Ouwyang Hong juga bukan seorang yang tolol, dari tadi ia telah menyiapkan penjagaan.
Begitu ujung seruling Yok Soe menuju kedadanya, ia lantas menyabetkan Tjoa-tiangnya kearah senjata
lawan, sehingga kembali mau atau tidak, kedua senjata itu jadi bentrok lagi, menyebabkan kedua
orang itu jadi pada mundur beberapa tindak kebelakang.
Ketika Yok Soe hendak melakukan serangan lagi, mendadak Ouwvang Hong membentak ?Tahan !"
?Ada apa ?" Tanya Yok Soe.
?Bila engkau betul-betul seorang jantan, harap engkau berdiam disini sebentar !" Kata Ouwyang
Hong lagi.
?Kau kira aku takut terhadap dirimu ?" Ejek Yok Soe.
?Baik, kau tunggulah !" Kata Ouwyang Hong. Sehabis berkata demikian, ia segera menghampiri
tempat bekalnya. Kemudian dari samping keranjang ular ia mengeluarkan sebuah kotak. Setelah itu ia
hampiri diri Yok Soe lagi. ?Kalau engkau dapat mematikan ketuju ular piaraanku yang berada didalam
kotak ini, aku akan menyerah kalah tanpa syarat terhadapmu." Kata Ouwyang Hong begitu sampai
didekat Yok Soe.
?Dapat dipercayakah kata-katamu itu ?" Tanya Yok Soe sangsi. ?Demi Allah, aku bersumpah!"Jawab
Ouwyang Hong dengan roman sungguh-sungguh.


Lima Djago Luar Biasa Sia Tiauw Gwa Toan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Harus diketahui bahwa Ouwyang Hong adalah turunan bangsa Uighur (Hwie ), pada umumnya
orang-orang Hwie itu menganut agama Islam.Yok Soe ketika melihat sumpah itu diucapkan dengan sungguh-sungguh, mau juga ia percaya akan
perkataan si-orang she Ouwyang itu. ?Silahkan engkau mengeluarkan ular-mu !" Kata Yok Soe
kemudian.
Ouwyang Hong segera membuka kotak yang sedang dipegangnya, dan isinya lalu ditumpahi keatas
tanah. Diatas tanah segera terlihat ada 7 ekor ular, yang satu sama lain berlainan bentuknya. Pada
mulanya Yok Soe hanya menganggap sepi kepada ketujuh ular itu, ia mengira bahwa dengan hanya
meniup serulingnya saja ia akan bisa mempengaruhi ketujuh ular tersebut. Tapi siapa tahu, biar ia
meniup serunainya bagaimana keras serta dengan irama apapun, ular-ular itu tetap maju
menghampirinya. Malah ada beberapa diantara binatang itu telah menjuluri lidahnya serta
memandang kedirinya dengan sorot mata yang bersinar.
Melihat keadaan itu hati Yok Soe jadi gentar juga, cepat-cepat ia menggerakkan kedua telapak
tangan dan hampir bersamaan dengan itu, terlihat salah sebuah tubuh binatang itu terpental keluar
dari situ. Tapi ular itu ternyata sangat kuat dan hebat, sebab begitu tubuhnya jatuh, binatang itu
merayap kedepan lagi.
Ber-ulang-ulang Yok Soe memukulkan tangannya kedepan, yang menyebabkan ular-ular itu pada
berpelantingan, tapi ber-kali-kali binatang beracun itu merayap lagi dan menghampiri tubuh
mangsanya. Sampai akhirnya disamping merasa Khekie Yok Soe pun menjadi bohwat. Sebab ia melihat
angin pukulannya tidak dapat rnembunuh mati ketujuh binatang itu. Ia tidak mengetahui bahwa
binatang-binatang piaraan Ouwyang Hong seluruhnya pemakam logam, sehingga tubuh mereka jadi
kuat dan kebal. Kelemahan mereka terletak dibagian lidah dan mata.
Tapi Yok Soe tidak mengetahui itu, hati siapa jadi gugup juga ketika melihat ular-ular itu makin lama
makin mendekati dirinya. Maka sampai akhirnya ia berkata kepada Ouwyang Hong: ?Hari ini aku
karena masih mempunyai urusan, jadi tak ada waktu untuk melayani ular-ularmu ini !" Sehabis berkata
begitu, Yok Soe segera menotolkan kakinya dan berlalu dari situ.
Melihat itu Ouwyang Hong jadi tertawa berkakahan. Tapi sesaat kemudian ia menghentikan
tertawanya dan memasukkan kembali keenam ularnya kedalam kotak. Sedang yang seekor lagi ia
tetap pegang ditangannya dan dengan per-lahan-lahan ia menghampiri pohon dimana Pek Tong
berada.
Pek Tong karena takut kepada ular, ia jadi tidak berani turun, kini ketika melihat Ouwyang Hong
datang menghampiri, tubuhnya jadi gemetar.
?Pek Tong, lekas kau turun, aku akan mengampuni dirimu !" Kata Ouwyang Hong begitu tiba
dibawah pohon.
Pek Tong diam.
?Bila engkau tidak mau turun, aku yang akan naik kesana !" Ancam Ouwyang Hong.
Tapi orang she Tjioe itu tetap bungkam.
Melihat keadaan itu Ouwyang Hong jadi habis sabar, ia segera menotolkan kakinya, tapi ketika ia
berada diatas pohon, orang she Ouwyang ini sudah tidak menampak lagi diri Pek Tong.
?Hai Ouwyang Hong, tadi kau minta aku turun. Tapi setelah aku turun mengapa engkau naik kesana
?" Demikian suara Pek Tong dari bawah pohon.
Ouwyang Hong ketika melihat dirinya dipermainkan, ia jadi sangat mendongkol, cepat-cepat ia
melompat turun. Namun begitu tubuhnya dibawah, Pek Tong telah berada diatas pohon lagi.Demikianlah mereka jadi saling lompat turun naik keatas pohon. Sampai pada suatu saat terdengar
orang membentak : ?Berhenti !"
Kedua orang itu lantas rnenghentikan gerakan mereka dan sama-sama berpaling kearah suara itu.
Segera terlihat oleh mereka ada seorang yang sedang menghampiri kearah mereka.
Begitu melihat tegas kepada orang yang baharu datang Pek Tong jadi sangat girang, ia segera
memanggil : ?Soeheng !"
Tapi orang itu, yang ternyata adalah Ong Tiong Yang, terus saja menghampiri diri Ouwyang Hong
dengan tidak memperdulikan teriakan Pek Tong.
?Mengapa engkau terus-terusan mengejar Suteeku ? Apa salahnya ?" Tanya Tiong Yang begitu
sampai didepan Ouwvang Hong.
?Siapa kau ? Mau apa engkau mencampuri urusanku ?" Ouwyang Hong balik bertanya.
?Aku adalah Suhengnya, Ong Tiong Yang." Sahut Tiong Yang.
?Oh begtu. Baik sekarang aku terangkan mengapa aku mengejar Suteemu. Suteemu sangat kurang
ajar, tadi ia telah mempermainkan diriku. Maka aku bermaksud hendak memberi pengajaran
kepadanya." Kata Ouwyang Hong.
?Tapi sekarang ada aku disini, maka baik urusan itu serahkan kepadaku. Bila benar-benar Suteeku
bersalah, aku akan hajar padanya !" Kata Tiong Yang.
?Tidak bisa." Ouwyang Hong berkeras.
?Mengapa ?" Tanya Tiong Yang dengan menahan sabar.
?Sebab yang dipermainkan bukan, dirimu, tapi aku !" Kata Ouwyang Hong dengan gusarnya.
"Kalau aku mau membawanya, engkau bisa apa ?" Kata Tiong Yang dengan agak marah.
Ouwyang Hong ketika melihat Tiong Yang sudah mulai marah, ia jadi agak jerih. Sebab ia ingat
bahwa melawan Suteenya saja ia belum mampu menjatuhkan, apa lagi kini melawan Tiong Yang,
Suheng Pek Tong. Maka segera timbul hati kejinya. ?Aku akan rela membiarkan Suteemu berlalu dari
sini bila engkau dapat memenuhi tiga syarat yang akan kuajukan !" Katanya kemudian.
?Coba kau katakan !" Kata Tiong Yang.
,,Pertama engkau harus menerima sebuah pukulanku. Kedua kita mengadu kekuatan Lweekang dan
yang terakhir engkau harus bisa menghalau ular-ularku !" Ouwyang Hong mengajukan ketiga
syaratnya.
,,Suheng, jangan kau percaya kepada kata2nya !" Pek Tong nimbrung. Tapi Tiong Yang tidak mau
mendengar kata-kata Suteenya. la segera berkata terhadap Ouwyang Hong:
?Baik, aku terima ketiga syaratmu. Tapi engkau juga harus menerima sebuah syaratku."
?Lekas katakan !"
?Syaratku ialah, bahwa engkau dan Suteeku harus memukul diriku dalam waktu yang bersamaan
serta dari arah yang berlawanan." Kata Tiong Yang.
Tanpa berpikir panjang lagi Ouwyang Hong segera menerima balk syarat tersebut.?Mulailah !" Tiong Yang berkata Ouwyang Hong segera berdiri dihadapan Tiong Yang.
?Tjioe Sutee, engkau harus segera membarengi menyerang begitu melihat saudara itu
rnenggerakkan tangannya !" Kata Tiong Yang kemudian pada Suteenya.
?Baik Suheng !" Sahut Pek Tong.
?Nah saudara, silahkan menyerang!" Tiong Yang kata kepada Ouwyang Hong.
?H a ii t Jaga !" Teriak Ouwyang Hong.
Sehabis berteriak begitu ia segera memukulkan tangannya kedepan seraya mengerakkan
Lweekangnya. Berbareng dengan itu Tjioe Pek Tong juga menggerakkan tangannya. Pada saat lain
terdengarlah suatu bentrokan keras dan bertepatan dengan itu terlihat tubuh Pek Tong mundur
sedikit, sedangkan Tiong Yang masih tetap berdiri ditempatnya yang semula.
Kagum berbareng iri bercampur menjadi satu didalam diri Ouwyang Hong. ?Untuk babak ini aku
mengaku kalah !" Katanya kemudian.
Tiong Yang hanya tersenyum tak berkata.
Ternyata Tiong Yang ketika melihat dirinya diserang oleh angin pukulan Ouwyang Hong, ia segera
mengerahkan Khiekong pernapasan)nya dan disamping itu ia juga menyalurkan Lweekangnya yang
telah mencapai tingkat tinggi itu keseluruh tubuhnya. Sehingga angin pukulan Ouwyang Hong itu
begitu mengenai tubuhnya, disalurkan demikian rupa olehnya, membuat angin itu bentrok dengan
angin pukulan yang dilepaskan oleh Soeteenya. Dan akhirnya ternyata tenaga dalam Pek Tong masih
kalah bila dibandingkan dengan tenaga dalam Ouwyang Hong, yang membikin diri pemuda she Tjioe
itu jadi mundur.
Dalam pada itu Ouwyang Hong telah berkata : ?Mari kita mulai babak kedua !"
Tiong Yang menyatakan baik.
?Siapa yang harus mulai !" Tanya Ouwyang Hong.
?Kau sajalah !" Tiong Yang bilang.
Ouwyang Hong segera mernandang keatas, sesaat kemudian dengan roman ber-seri-seri ia berkata
kepada Tiong Yang: ?Kau lihatlah !" Sehabis berkata demikian ia pukulkan tangannya keatas dan sesaat
kemudian tampak jatuh seekor burung. Tubuh burung itu ternyata telah remuk.
Pada saat itu orang yang berkerumun disitu semakin banyak, mereka ketika melihat kejadian itu jadi
ber-sorak-sorai.
Menampak peristiwa itu Tiong Yang tersenjum tak berkata. Kemudian ia meminta kepada para
penonton yang memakai topi supaja maju kemuka.
Banyaklah para penonton yang memajukan diri. Tiong Yang meminta kepada mereka supaya
berbaris. Ketika dihitung, jumlah mereka kira-kira sebanyak 35 orang, membuat baris orang itu
menyerupai tubuh seekor ular raksasa.
Dengan tidak mengucapkan sepatah katapun Tiong Yang berdiri didepan barisan itu. Lalu ia meniup
perlahan keatas kepada orang yang berdekatan dengan dirinya. Aneh, topi itu segera melajang pergi,
yang disusul dengan terbangnya topi orang yang kedua dan seterusnya. Demikian ber-turut-turut
ketiga puluh lima topi itu terbang semua. Dan suatu keanehan lagi, bila topi yangterbang itu mengenaiseseorang, orang itu segera jatuhterpelanting. Maka dapat dibayangkan betapa tingginya kepandaian
Lweekang Ong Tiong Yang.
?Untuk babak yang kedua inipun aku mengaku kalah !" Kata Ouwyang Hong, ,,sekarang tiba saatnya
untuk babak yang ketiga, babak yang terakhir." Sehabis berkata demikian Ouwyang Hong segera
mengambil lagi kotak yang berisi ular-ular.
?Suheng, lekas kita berlalu dari sini !" Ajak Pek Tong kepada Tiong Yang.
?Tidak, aku harus menepati janjiku. Kau minggirlah !" Kat a Tiong Yang sambil memperlihat roman
gagah.
Pek Tong yang sangat menghormati serta takut kepada sang Suheng, begitu mendengar perintah
tersebut, ia segera menyingkir kesamping.
Pada saat itu Ouwyang Hong telah mengeluarkan isi kotak hitam itu dan ular-ular itu segera
merayap menghampiri tubuh Tiong Yang.
Pemuda she Ong itu segera menggerakkan tangannya dan sungguh hebat, sekali menggerakkan
tangannya ia berhasil membikin terpental tiga ular yang berada paling depan.
Tapi keadaan Tiong Yang itu sama halnya dengan apa yang pernah dialami oleh Yok Soe barusan.
maka sampai akhirnya hatinya jadi agak risau juga. Namun begitu ia tetap tak putus-asa, terus menggerak-gerakkan tangannya, tapi ular-ular itu tetap tidak dapat dibunuhnya.
Sampai pada suatu ketika mendadak Tiong Yang menjerit, tapi ia tidak jatuh, hanya duduk diatas
tanah sambil memejamkan matanya, sedangkan keningnya tampak dikerutkan. Pek Tong ketika
melihat Suhengnya mendadak menjerit dan duduk diatas tanah sembari memejamkan matanya, ia
mengetahui bahwa Suhengnya pasti telah kena dicelakai oleh musuh. Keadaan itu membuat Pek Tong
jadi sangat sedih dan risau. Saking sedihnya ia jadi melupakan rasa takut. Maka ia lantas melompat
kedepan tubuh Suhengnia dan segera menggerak-gerakkan kedua tangannya kian kemari, sehingga
ular-ular yang tadinya telah mendekati tubuh Tiong Yang jadi pada terpental kembali.
Kala itu Ouwyang Hong tertawa berkakahan. Ternyata tadi ketika Tiong Yang sedang repot
menghadapi ular-ularnya itu, dengan diam-diam serta licik Ouwyang Hong mendekati belakang tubuh
Tiong Yang. Kemudian setelah jarak mereka cukup dekat, orang she Ouwyang ini lantas mengeluarkan
sebuah tabung dari dalam jubahnya yang terus dibuka dan ditangu isinya ketanah.Isi tabung tersebut
ternyata seekor ular pula. Ular itu bertubuh langsing-panjang, yang begitu berada ditanah, dengan
kecepatan luar biasa binatang itu menghampiri kaki Tiong Yang dan kemudian menyantoknya.
Tiong Yang yang kala itu sedang repot menghadapi tujuh ular yang berada didepannya, ia jadi kurang
memperhatikan keadaan dibelakangnya, sehingga begitu ia merasa ada angin dingin meyamber
kakinya, untuk mengelakkan sudah tidak keburu ,maka ia jadi mengeluarkan jeritan. Ia segera
menginsyafi bahwa kini dirinya telah kena disantok oleh ular yang sangat beracun, maka Tiong Yang
segera mengerahkan Lweekangnya untuk menahan menjalarnya racun itu sampai keseluruh tubuhnya
. tapi mendadak ia mendeng;ar suara tertawa Ouwyang Hong, sehingga pemusatan pikirannya jadi
terpencar, membuat racun ular itu menjalar keatas tubuhnya, namun baiknya ia cepat bisa
memusatkan pikirannya kembali.
Waktu itu Pek Tong masih repot menghadapi ketujuh ular Ouwyang Hong.
?Pek Tong, kau rupanya sudah tidak takut lagi sama ular ?" Ejek Ouwyang Hong.Kala itu pikiran Pek Tong telah diliputi oleh keseddihan, ia jadi lupa akan rasa takut, ia terus
menghantam kepada ular-ular piaraan orang she Ouwyang itu.
?Manusia keji, dengan mengandalkan ular-ularmu engkau menghina orang baik-baik. Perbuatanmu
itu tidak terhitung sebagai seorang gagah." Demikian mendadak terdengar orang membentak. Dan
bersamaan dengan itu terlihat berkelebat sebuah bayangan orang dan turunnya tepat didepan Pek
Tong.
Orang itu begitu menginjakkan kakinya ditanah, ia lantas mengulurkan tangannya dan menangkap
2 ekor ular Ouwyang Hong. Kemudian ia memuntir tubuh binatang itu. Tapi ular-ular itu tetap tidak
bisa dibikin mati, malah binatang itu mengigit tangan orang yang baharu datang itu, namun orang itu
tetap tenang saja.
Ouwyang Hong ketika melihat kejadian itu, ia jadi sangat terperanjat dan heran, tak ia sangka bahwa
bisa ada orang yang tak ditembusi oleh gigitan ular. Dalam .pada itu kemudian ia melihat bahwa orang
yang baru datang itu telah berhasil mengorek keluar sepasang mata kedua ularnya yang telah
ditangkap itu serta kemudian merobek mulutnya, membuat kedua binatang tersebut tewas pada saat
itu juga. Sedangkan ke-5 ekor star Ouwyang Hong lain pada saat itu tengah meng-gigiti kaki orang itu,
tapi binatang-binatang tersebut tidak berhasil melukai mangsanya.
Kala itu orang tersebut yang setelah melemparkan bangkai ular, dengan kecepatan luar biasa ia
menangkap kelima ular yang sedang mengigiti kakinya dengan sekaligus, yang disusul kemudian,
entah orang itu menggunakan cara apa, tahu-tahu kelima ular itu telah kehilangan mata mereka.
Malah mungkin saking kencang dicekek, ular-ular itu jadi pada mengeluarkan lidah mereka. Orang itu
tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, lidah binatang itu lantas ditarik satu persatu. Dengan
demikian tamatlah sudah nyawa ketujuh binatang piaraan Ouwyang Hong yang sangat beracun itu.
Melihat kejadian itu Ouwyang Hong menjadi sangat gusar, dengan tidak mengatakan sesuatu, ia
segera menyerang orang itu sambil mengerahkan tenaga Lwee-kangnya.
Orang itu bagaikan tidak mengetahui bahwa dirinya sedangdiserang orang, ia berdiam saja. Sampai
pada suatu ketika kepalan Ouwyang Hong tepat mengenai lambung orang itu.
Ouwyang Hong segera jadi merasa aneh, ia melihat bahwa bukan saja pukulannya tidak bisa
membikin jatuh lawan, malah ia merasa menjotos semacam benda yang lembut tetapi liat. Malah
kemudian terasa olehnya bahwa kepalannya itu se-akan-akan kena disedot oleh tubuh lawan. Maka
cepat ia menarik kembali tangannya, tapi tak dapat. Kejadian itu membuat orang she Ouwyang ini
menjadi sangat terperanjat, ia segera mengerahkan tenaga dalamnya dan akhirnya dengan susah
payah ia berhasil juga menarik pulang tangannya.
Begitu berhasil menarik tangannya, Ouwyang Hong segera melompat mundur, lalu berjongkok dan
sambil memperdengarkan suara ?kok" ?kok" ?kok", ia hantamkan tangannya kedepan.
Tapi orang yang diserang tetap berlaku sangat tenang, tampak kemudian ia menggerakkan sedikit
tangannya dan berbareng dengan itu terlihat tubuh kedua orang itu jadi mundur beberapa langkah,
malah Ouwyang Hong jadi jatuh terduduk, sebab ketika ia menyerang, ia mengambil posisi_
berjongkok.
Kejadian itu membuat para penonton jadi merasa kagum, mereka segera bersorak-sorai.
?Hai orang yang suka usilan, siapa namamu ?" Bentak Ouwyang Hong sambil berdiri.
?Aku she Toan bernama tunggal Tjeng. Siapa namamu manusia keji ?" Balik tanya Toan Tjeng.?Ouwyang Hong !" Jawab Ouwyang Hong, ?baik pertarungan kali inikita hentikan sampai disini dulu.
Tapi urusan kita tidak akan selesai sampai disini, aku minta kau menetapkan sesuatu tempat untuk
kita pergunakan ditahun yang mendatang guna mengetahui kepandaian sebenarnya yang lebih tinggi
diantara kita berdua."
?Baik, aku memilih Hoa-san. Sedang waktunya boleh engkau pilih sendiri !" Toan Tjong kata.
?Aku setuju dengan tempat yang kau tunjuk. Sepuluh tahun lagi kita akan berjumpa disana !" Kata
Ouw-yang Hong.
?Seorang laki-laki tentu takkan menarik kepada kata-kata yang pernah diucapkannya." Kata Toan
Tjeng.
?Sudah tentu, siapa yang ingkar janji ia bukan seorang jantan!" Sahut Uuwyang Hong. Sehabis
berkata demikian ia segera memberesi barang-barangnya. Lalu sambil menenteng perbekalannya itu
ia berlalu dari tempat itu.
Ketika Toan Tjeng memandang kearah Tiong Yang, ia lihat bahwa wajah pemuda she Ong itu telah
berubah menjadi pucat dan keningnya masih tetap dikerutkan, pemuda itu bagaikan sedang mentjoba
untuk melawan suatu derita yang hebat.
Sedang Pek Tong kala itu tengah memandang Suhengnya sambil memperlihatkan wajah yang sedih
dan risau.
?Kau tidak usah khawatir, Suhengmu akan segera sembuh !" Kata Toan Tjeng sambil menghampiri
Pek Tong.
?Betulkah ?" Tanya Pek Tong dengan gembira.
?Untuk apa aku membohongimu." Toan Tjeng kata dengan roman sungguh-sungguh.
?Kau sungguh baik saudara !" Kata Pek Tong dengan roman ber-seri-seri.
?Ah itu hanya kewajiban seorang manusia yang harus saling tolong pada sesamanya." Kata Toan
Tjeng merendah diri. Sehabis berkata demikian, dari dalam jubahnya ia mengeluarkan sebuah tabung
besi, lalu membuka tutup tabung tersebut dan dari dalamnya segera keluar seekor ular kecil yang
berwarna kuning ke-emas-emas an.
(Mengenai kejadian Toan Tjeng mendapatkan ular emas ini telah kami tuturkan didalam jilid ke-2
bab IV dari cerita Sia Tiauw Gwa Toan ini).
Pek Tong begitu melihat Toan Tjeng mengeluarkan ular emas kecil itu, ia jadi sangat terkejut. ?Hai
saudara, untuk apa engkau mengeluarkan ular itu ?" teriaknya kemudian.
,,Buat mengobati Suhengrnu !" Toan Tjeng menerangkan.
?Tidak bisa, hendak kau bikin mati Suhengku ?" Kata Pek Tong tak percaya.
Melihat orang tidak mengerti maksudnya, Toan Tjeng segera menjelaskan bahwa ia hendak
menggunakan cara Tok Kong Tok atau dengan racun menggempur racun. Dan akhirnya Toan Tjeng
dengan cara demikian jiwa Tiong Yang baru bisa terto!ong.
Mau juga Pek Tong percaja akan perkataan si-orang she Toan itu, maka kemudian ia membiarkan
Toan Tjeng, yang sambil memegang ular emas kecil itu, menghampiri Suhengnya.
?Saudara, coba tolong kau tunjukkan dimana lukamu ? !" Tanya Toan Tjeng pada Tiong Yang.Tiong Yang tidak menjawab, tapi ia segera menunjuk kearah lukanya, yaitu didekat telapak kakinya.
Toan Tjeng segera mengangsurkan ularnya kearah luka itu.
Sebagaimana telah kami tuturkan dibagian depan dan cerita ini (didalam jilid ke-2) bahwa ular
emas itu adalah ular yang dapat mengobati luka bekas digigit binatang beracun lainnya.
Tiang Yang begitu lekas bekas lukanya itu digigit oleh ular emas itu, ia merasa bahwa tubuhnya
menjadi sangat panas dan rasa haus menyerang dirinya. Pada mulanya ia masih dapat menahan, tapi
akhirnya ia jadi jatuh pingsan
Pek Tong ketika melihat Suhengnya mendadak rubuh, ia jadi sangat gugup.
?Saudara tidak usah gugup, Suhengmu akan segera baik. Sekarang lebih baik kita lekas mencari
hotel.
Baiknya tidak jauh dari situ terdapat sebuah hotel, mereka segera menyewa sebuah kamar yang
agak besar.
Toan Tjeng kemudian menulis sebuah resep obat dan meminta kepada Pek Tong supaja lekas-lekas
pergi kerumah obat
Tak lama kemudian Pek Tong telah balik sambil membawa sebungkus obat.
* * *
Berkat pengobatan serta rawatan dari Toan Tjeng dan Pek Tong, sakit serta luka Tiong Yang kian
hari jadi berangsur sembuh.
Sehingga pada hari yang kelima, Tiong Yang sudah bisa bangun dari pembaringan. Ketika ia hendak
mengucapkan terima kasihnya kepada tuan penolongnya, Toan Tjeng sudah tiada lagi disitu.
Tak lama kemudian Pek Tong menyerahkan seputjuk surat kepadanya.


Lima Djago Luar Biasa Sia Tiauw Gwa Toan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Surat itu ternyata dari Toan Tjeng, yang menyatakan penyesalannya bahwa ia terpaksa meninggal
Tiong Yang didalam keadaan yang belum sembuh betul. Sebab ia harus memberesi urusan yang telah
mendesak. Seterusnya Toan Tjeng mengharap bahwa pada 10 tahun yang akan datang bila Tiong Yang
ada waktu, ia minta mengharap pemuda she Ong itu bisa datang kegunung Hoa. Akhirnya Toan Tjeng
menasehati supaya Tiong Yang mengasoh beberapa hari lagi didalam hotel itu dan terus makan obat
yang telah disediakannya itu. Ia percaja bahwa dalam beberapa hari itu Tiong Yang akan sembuhbetul
dan darahnya sudah dapat dibersihkan sama sekali dari racun.
Sehabis membaca surat itu, Tiong Yang merasa terharu dan menyesal. Terharu sebab orang sudah
demikian baik budi dan sesungguh hati menolong dirinya. Menyesal sebab ia tidak keburu
mengucapkan terima kasih serta membalas budi kepada tuan penolongnya, tapi .. apa mau dikata
kini In-djin-nya telah pergi jauh dan ia berjanji kepada dirinya bahwa ia pasti datang kegunung Hoa
pada sepuluh tahun yang akan datang.
Setelah mengasoh pula beberapa hari, betul saja sakit serta luka Tiong Yang telah sembuh
seluruhnya. Pemuda she Ong ini lantas mengajak Suteenya kembali ke Peh Souw Kok.
Didalam lembah itu Tiong Yang segera memperdalam ilmu It Yang Tjic serta terus mempe lajari ini
ilmu Kioe Im Tjin Keng, dibawah penilikan gurunya, Tjeng In Loodjin.Dalam pada itu Pek Tong juga bergiat melatih diri dan bertekun mempelajari ilmu yang terlebih
tinggi.
Tapi sungguh tidak bcruntung, pada beberapa tahun kemudian Tjeng In Loodjin wafat, sehingga
penghuni lembah Peh Souw itu hanya tinggal dua orang saja.
TAMAT
Raja Petir 02 Empat Setan Goa Mayat Sherlock Holmes - Petualangan Rumah Kosong Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung

Cari Blog Ini