Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 1
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber : Buku Koleksi Gunawan Aj
Scan Image: Awie Dermawan
0 1 LIMA JAGO
LUAR BIASA
(Sia Tiauw Gwa Toan)
(Lanjutan : HOA SAN LU KIAM)
Saduran :
Sin Liong
JILID
01 ? 14
U. P. "MATAHARI" JKT
TERDAFTAR
No. Pol. 025/BIN/LEKS/P/2/76 2
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba
bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya
untuk melestarikan buku-buku yang sudah sulit
didapatkan di pasaran dari kepunahan, dengan
cara mengalih mediakan dalam bentuk digital.
Proses pemilihan buku yang dijadikan objek
alih media diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia, maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam
bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital
sesuai kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan
finansial dari buku-buku yang dialih mediakan
dalam bentuk digital ini.
Salam pustaka!
Te am Kolektor Ebook 3
LIMA JAGO LUAR BIASA
Jilid 1
KEMBALI dari rahasia dari perjalanan,
Pedang sakti selalu mebawa jasa baru,
Pohon cemara menyaring sinar rembulan,
Beningnya air mengalir di atas batu,
Jelita ayu bagaikan bunga mekar,
Menggoncangkan jiwa dan sukma lara,
Tio Hui Yan bunga kerajaan Han,
Kui Hui bunga ahala tong,
Jelita dan berseri bunga,
Sedap dipandang elok ditatap,
Risau dan resah tersapu bersih
Tubuh terkulai terlena mabuk,
Pedang tergantung, cawan terbalik,
Anggur segantang diminum habis,
Puteri jelita hanya tersenyum,
Mengawasi dengan lambai sutera hijau,
Angin telah meratakan semuanya......
Siliran angin yang menghembus lembut sekali daun-daun
Yangliu disepanjang jalan itu yang bagaikan diajah untuk
bercengkrama, sehingga daun-daun Yangliu yang memang
lemah itu bergoyang-goyang, bagaikan seorang penari istana
seorang Kaisar yang sedang melenggang, meliuk-liuk tubuhnya
membawa tarian. Udara cerah, matahari pagi memancarkan
sinarnya yang tidak begitu terik, burung-burung kecil berkicau
disekitar tempat itu. Beberapa orang petani dengan membawa
pacul tampak melalui jalan tersebut, mereka akan berangkat
menuju ke sawah masing-masing yang akan digarapnya. 4
Keindahan alam disekitar tempat tersebut, membuat beberapa
petani tersebut melangkah sambil bersiul atau atau bernyanyinyanyi tampaknya riang dan gembira. Itulah suasana permai
dan keadaan alam indah diluar perkampunyan Luan yuan cung
yang terdapat disebelah barat dari negeri Tayli. Walaupun
Tayli merupakan kerajaan kecil yang tidak sebesar dan
semegah kerajaan Song, namn Tayli merupakan kerajaan yang
memiliki tanah subur, pemerintahan yang baik, rakyat hidup
aman makmur, dimana Tayli merupakan kerjaan kecil yang
memliki seorang Kaisar yang dicintai dan dikasihi oleh
rakyatnya. Waktu itu yang duduk disinggasana Tayli dan
memerintah adalah Toan Hongya, Toan Ceng. Raja ini masih
berusia muda, belum lagi lebih dari tiga puluh tahun. Namun ia
pendai sekali mengatur negerinya, dimana Toan Ceng Berhasil
membawa negerinya itu ke jaman keemasan, rakyat titak perlu
dibebani pajak ini dan itu, juga para pembesar negari tidak ada
yang korup, tidak ada kejahatan di negeri yang aman dan
makmur tersebut, walaupun tidak semua rakyat hidup dalam
kekayaan dan kemewahan namun juga tidak ada yang hidup
melarat dan sengsara. Semuanya serba berkecukupan dan
rakyat puas dengan raja mereka yang berhasil membawa negeri
mereka ke puncak kemakmuran yang ada seperti sekarang.
Terlebih lagi memang Tayli memiliki tanah yang subur, hawa
udara yang cocok untuk petani, rakyatnya tak terlalu dibebani
oleh berbagai macam peraturan. Dengan demikian roda
pemerintahan yang ditangani oleh Toan Hongya berjalan
dengan lancar. Apalagi raja Tayli yang satu ini tidak gemar
berfoya-foya, juga sejauh itu tidak pernah memiliki niat untuk
mengadakan perluasan kekuasaan di luar Tayli, semua kerajaan
tetangga diperlakukan sebagi negara yang patut saling
menghormati. 5
Tapi itu, diantara bergemulainya daun-daun Yangliu yang
bergoyang-goyang diajak bergurau oleh siliran angin, nampak
dua orang penunggang kuda yang merarikan kuda tunggangan
mereka dengan perlahan. Tampaknya mereka melakukan
perjalanan tidak tergesa-gesa, dan juga merekapun tengah
menikmati keindahan alam disekitar tempat tersebut. Dari jalan
yang mereka lalui tidak henti-hentinya mereka memuji akan
keindahan alam di negeri Tayli tersebut, yang jika
dibandingkan dengan alam selatan dari kerajaan Song, yaitu
Kanglam, tentu tidak akan kalah.
Kedua penunggang kuda itu terdiri dari seorang tojin
berusia kira-kira tiga puluh delapan tahun, mengenakan jubah
pertapa berwarna abu-abu, kumis dan jenggot yang tipis, wajah
yang merah berseri-seri gembira sehat, dan dipunggungnya
napak pedang bersilang terikat baik dengan ronce berwarna
merah yang berkibar-kibar dimainkan oleh angin atau
goncangan larinya kuda. Kawannya seorang-laki-laki juga
namun bukan Tojin (Tosu dari agama To), hanya seorang
pemuda beusia sekitar tiga puluh tahun, tampak periang sekali.
Sepanjang jalan hanya suaranya terdengar memuji ini dan itu
tidak henti-hentinya, diselingi oleh tertawanya yang gembira.
Walaupun usianya telah dewasa namun tampak kekanakkanakan sekali, karena tidak jarang di menoleh kepada si Tojin
dan telah menanyakan asal mulanya pohon Yangliu , dewi
mana yang menjadi penunggu pohon itu dan bagaimana
terjadinya awan, bagaimana bisa datangnya hujan dan
bagaimana jika malam bintang-bintang maupun rembulan bisa
muncul menampakkan diri, lalu di siang hari matahari juga
yang telah menggantikannya......! Semua itu ditanyakannya
tidak henti-hentinya, namun kawannya si Tojin selalu
menjelaskannya dengan sabar. Tampaknya dia tidak pernah 6
jemu dengan pertanyaan-pertanyan yang diajukan kawn
seperjalanannya ini.
"Suheng," kata pemuda itu sambil menarik tali kendali
kudanya, dan berhenti di bawah pohon Yangliu, yang daunnya
tumbuh lebat dan subur sekali. "Ada yang ingin kutanyakan
padamu lagi, entah kau mau menjelaskan atau tidak?"
Tojin itu membiarkan kudanya melangkah perlahan-lahan
menghampiri kawannya, ia tersenyum sabar, kemudian sambil
menggerakkan perlahan Budtim (kebutan bulu yang terbuat
dari bulu-bulu kuda atau bisa juga dari helai-helai bulu perak
dicampur emas atau bisa juga terbuat dari bulu-bulu yang
dirajut benang sutera) telah mengangguk.
"Ciu Sute, apa yang ingin kau tanyakan lagi?" tnyanya
sambil tetap tersenyum. "Apakah mengenai asal mulanya bisa
ada batu-batu di tanah, atau pertanyaan mengapa burung bisa
terbang di angkasa dan manusia tidak bisa terbang seperti
burung-burung itu?"
Pemuda itu, Ciu Sute menggelengkan kepalanya beberapa
kali sambil katanya, "Bukan, bukan itu yang ingin kutanyakan
Suheng! Tetapi yang ingin kuketahui mengapa pohon Yangliu
memiliki daun yang demikian lebat dan cabang maupun
rantingnya yang demikian lemas lemah gemulai seperti ini,
tidak seperti pohon-pohon lainnya yang tumbuh tegak dan kuat
dengan cabang dan rantingnya yang tumbuh tegak dan kokoh,
misalnya saja pohon Gouw tong. Pohon itu tumbuh demikian
besar dan kokoh kuat, demikian gagah dengan cabang dan
ranting yang demikian kokoh dan kuat-kuat! Tidak demikina
halnya dengan pohon Yangliu yang seluruh cabang dan
rantingnya lemas lemah gemulai seperti itu. Dapatka suheng
menceritakan sebab-sebabnya?" 7
Tojin itu tidak segera menyahuti. Ia masih tetap
tersenyum, namun mengangkat kepalanya menengadah
mengawasi gumpalan-gumpalan awan yang memutih di langit,
lalu menghela nafas perlahan sambil bergumam, "Inilah rahasia
alam sayang kau belum lagi mengerti Ciu Sute !" Setelah
menggumam begitu, Tojin tersebut menoleh kepada Ciu Sute
itu, tanyanya, "Apakah kau belum bisa memecahkan rahasia
alam yang satu ini? Bukankan kau telah ikut bersamaku selama
tujuh tahun, Ciu Sute?"
Sute itu tertawa.
"Memang sutemu ini terlalu bodoh dan otaknya tumpul,
Suheng...... mungkin soal pohon Yangliu yang batang dan
rantingnya lemas ini pernah kau ceritakan kepadaku, namun
aku telah lupa kembali!"
Tojin itu tersenyum, ia berkata perlahan, "Bukan begitu
maksudku...... bukan itu yang ingin kutanyakan padamu!"
"Lalu apa yang ingin Suheng katakan? Apakah yang ingin
diceritakan oleh Suheng bersngkut paut dan berhubungan
dengan riwayat pohon Yangliu?" tanya sute itu, sikapnya
memang masih terlalu kekanak-kanakan sekali walaupun
usianya sudah lebih dari dewasa.
Tojin itu mengangguk.
"Ya, pertanyaanmu sesungguhnya merupakan sebuah
pertanyaan yang baik sekali!" kata Tojin itu sambil tersenyum
sabar. "Itulah sebuah pertanyaan jika ingin dikaji-kaji
mengandung arti yang dalam sekali! Kau tanpa sadar telah
menanyakan dua sifat yang terdapat di dunia ini, yaitu Im dan
Yang yaitu keras dan lunak, panas dan dingin, baik dan jahat
dan lain-lainnya lagi yang mempunyai sifar bertentangan satu 8
dengan lainnya karena Im dan Yang memang tidak pernah
dapat disatu-padukan sampai kapanpun!"
Mendengar suhengnya berbicara bukan prihal riwayatnya
pohon Yangliu, malah berbicara soal Im dan Yang, dua macam
sifat pelajaran yang terdapat pada latihan-latihan tenaga
Iwekang dan ilmu silat, adik seperguruan yang dipanggil Ciu
Sute itu telah tertawa.
"Suheng, yang kutanyakan adalah riwayat pohon Yangliu
itu, jadi bukan pelajaran Iwekang!" katanya.
"Benar!" mengangguk Tojin tersebut. Lalu dia
memandang ke langit lagi, seperti yang tengah memikirkan
kata-kata yang tepat untuk memberikan penjelasan kepad Ciu
Sutenya ini. Setelah berdiap sesaat, baru dia meneruskan
perkataannya, "Memang benar, aku memang ingin menjelaskan
apa yang kau tanyakan itu jauh lebih luas dari apa yang kau
maksudkan! Seperti kau lihat Ciu Sute, pohon Yangliu
memiliki pohon dan ranting yang lemas, yang tampaknya
begitu lemah gemulai, tidak memiliki sifat kegagahan sama
sekali. Ditiup oleh hembusan angin yang perlahan, ia selalu
mengikuti arah hembusan angin tersebut. Sama sekali tidak
memperlihatkan sifat menentangnya! Tidak demikian halnya
dengan pohon Gouw tong, pohon yang tumbuh kuat tampaknya
sangat perkasa, jangankan hembusan angin, sedangkan
terjangan topan dan badai akan ditantangnya, dengan batang
pohonnya yang tumbuh tegak sekali, memperlihatkan sikap
yang gagah sekali! Tetapi tidakkah kau dapat menarik
kesimpulan dari kedua sifat yang terdapat pada kedua macam
pohon ini, yaitu Yangliu dengan Gouw tong?"
"Maksud Suheng?!" tanya pemuda yang tampaknya
kekanak-kanakan itu. 9
"Jika kita ingin mengambil perumpamaan, maka kita bisa
mengumpamakan pohon Yangliu itu sebagai golongan ?IM?,
dan pohon Gouw tong di Golongan ?YANG?. Tapi jika hendak
kita bicarakan soal kegagahan, walaupun pohon Yangliu itu
tampaknya lemas lemah gemulai dan Gouw tong merupakan
pohon yang kuat dan menonjolkan sifat perkasa, toh
kenyataannya jika kita hendak memperbandingkan mereka,
pohon Yangliu jauh lebih menang dari Gouw tong!"
"Mengapa begitu Suheng?!" tanya Ciu Sute itu dengan
perasaan ingin tahu.
"Sekarang begini saja, coba kau patahkan dahan Yangli itu
dengan mempergunakan tiga bagian dari tenaga Iwekangmu,
belu tentu kau bisa mematahkannya, karena Yangliu memiliki
sifat lemas, alot dan tidak mudah untuk dipatahkan. Selalu
Yangliu menerima dan menuruti arah yang diterimanya, baik
tiupan angin maupun tenaga yang hendak mematahkannya,
namun jelas karena alotnya, dahan itu tidak mudah patah!
Tetapi Gouw tong yang kaku dan keras yang nampak begitu
kuat, dengan hanya mempergunakan dia atau tiga bagian
tenaga Iwekangmu tentu kau dapat mematahkan dahan pohon
tersebut! Sekarang kau mengerti Ciu Sute?!"
Pemuda yang dipanggil dengan sebutan Ciu Sute itu
seperti baru tersadar, dia mempergunakan tangan kanannya
untuk menggetok-getok keningnya sambil berkata, "Ai.. ai,
mengapa aku jadi tolol begiitu? Memang benar yang Suheng
katakan, yang lemas itu belum tentu daat dirubuhkan, namun
yang kuat dan kaku jauh lebih mudah ditumbangkan!"
"Tepat! dan demikian pula halnya dengan latihan
Iwekangmu yang telah kuberikan cara-cara melatihnya pada
tahun yang lalu, jika kau telah berhasil menembusi rahasia 10
Yangliu dan Gouw tong tersebut, tentu jauh lebih mudah
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
buatmu mempelajari Iwekang itu!"
Ciu Sute itu mengangguk beberapa kali.
memang percakapan kedua orang ini merupakan percakapan
yang tampaknya biasa-biasa saja, namun sesungguhnya di
dalam percakapan itu terkandung makna dan isi akan pelajaran
aliran Iwekang kelas tinggi, yang menyangkut rahasia kekuatan
lemas dan keras, lunak dan kaku, Im dan Yang! Rupanya kedua
orang ini merupakan dua orang rimba persilatan yang memiliki
kepandaian ilmu silat yang tinggi sekali.
"Tapi Suheng, engkau belum lagi menceritakan asal
mulanya pohon Yangliu bisa memiliki dahan dan ranting yang
lemas lemah gemulai seperti itu!" kata Ciu Sute itu
kemudian setelah mengangguk-angguk beberapa kali waktu
telah berhasil meresapi pelajaran Iwekang yang diberikan
Suhengnya itu.
"Soal riwayat mengapa pohon Yangliu memiliki dahan
dan ranting yang lemas lemah gemulai seperti itu hanya
merupakan cerita yang singkat sekali. Pohon Yangliu adalah
jelmaan dari Dewi Liu Sian Ong Bio dari kerajaan langit, yang
menerima kutuk dari Raja Langit karena telah melakukan
sebuah dosa......!"
"Seorang Dewi di Kerajaan Langit masih bisa melakukan
sebuah dosa?" tanya Ciu Sute sambil mementang matanya
lebar-lebar.
Suhengnya tersenyum, dia melompat turun dari kudanya,
katanya. "Mari kita beristirahat di bawah pohon Yangliu, nanti
kuceritakan seluruhnya padamu prihal riwayat pohon Yangliu
ini!" 11
Ciu sute itu jadi kegirangan, ia gesit sekali melompat turun
dari kuda tunggangannya. Wakktu kakinya menyentuh tanah,
sama sekali tidak menimbulkan suara. Itu menunjukkan bahwa
Ginkang yang dimiliki Ciu Sute memang telah mencapai
tinggkat yang tinggi. Dia telah menuntun kudanya dan kuda
suhengnya untuk diikat di batang pohon Yangliu, lalu duduk
disamping suhengnya, katanya dengan sifat kekanak-kanakan,
"Suheng kau boleh memulai menceritakannya suheng, aku
akan mendengarkannya baik-baik!"
Tojin itu tidak segera bercerita, hanya mengawasi pada Ciu
Sutenya dengan wajah dan sikap bersungguh-sungguh,
katanya, "Sebelum aku menceritakan prihal riwayat pohon
Yangliu itu, ada sesuatu yang hendak kuminta darimu, dimana
engkau harus memberikan janjimu, Ciu Sute itu sebagai
syaratnya! Jika engkau tidak bersedia berjanji, maka akupun
tidak ingin menceritakan prihal Dewi Liu Sian Ong Bio yang
menerima kutukan Raja Langit sehingga dikutuk menjadi
pohon Yangliu!"
Ciu Sute itu tidak sabar, katanya, "Cepat katakan suheng,
janji apa yang kau kehendaki aku ingin segera mendengar
cerita menganai Dewi Liu Sian Ong Bio itu......"
"Ciu Sute, kau tahu bahwa kita tengah melakukan
perjalanan untuk menemui seorang!" kata suheng itu sabar.
"Ya untuk bertemu dengan Toan Hongya yang menjadi
Raja di Tayli!" menyahut Cia Sute itu.
"Benar! Dan sekarang kita telah memasuki wilayah
kerajaan Tayli. Yang kuharap darimu dan engkau harus
berjanji, selama berada di wilayah Tayli ini engkau tidak boleh
menimbulkan keonaran dan kerusuhan, engkau harus menjaga
tingkah lakumu yang berandalan itu jangan sampai memancing 12
keributan, engkau harus bicara baik-baik jika tengah
berhadapan dengan Toan hongya, tidak boleh kurang ajar, tidak
boleh berandalan dan tidak boleh bertindak semau hati......!"
"Aduh! Aduh! Banyak benar yang harus kupatuhi?!" teriak
Ciu sute itu sambil tertawa "Baiklah! baiklah! aku berjanji
tidak akan berandalan, akan bicara baik-baik jika berhadapan
dengan raja yang agung itu, akan berusaha membawa tingkah
laku yang baik dan tidak menimbulkan keonaran dan
kerusuhan! Nah Suheng, sekarang boleh mulai bercerita
mengenai Dewi Liu Sian Ong Bio itu!"
Suheng itu mengangguk, dia bicara dengan sikap tenang
dan sabar, "Baik, baik Dewi Liu Siang Ong Bio telah
melakukan suatu dosa, dimana dia memiliki hubungan gelap
dengan seorang Dewa penjaga instal kuda, dimana mereka
berkasih-kasihan. Itulah dosa yang tidak berampun. Dengan
demikian, waktu Raja Langit mengetahui kelakuan buruk dari
Dew dan Dewi tersebut, segera keduanya dipanggil
menghadap. Dihadapan Raja Langit mereka berusaha
menyangkal, namun mana dapat? Raja langit lebih mengetahui
dengan jelas. Karena dusta mereka dan berusaha menyangkal
maka Raja Langit murka, hilang kesabarannya. Dalam keadaan
marah seperti itu talah keluar kutukannya, "Liu Sian Ong Bio,
selama puluhan tahun kau menjadi seorang Dewi yang
mempunyai kedudukan yang mulia dan agung di kerajaan
langit, namun jiwamu bukan jiwa seorang dewi, masih kotor
dan rendah seperti hal manusia! Karena itu engkau kukutuk
menjadi Yangliu......!" Lalu Raja Langit itupun mengutuk
Dewa penjaga instal kuda yang bergelar Bun Ong Sian jin.
Dewa ini telah dikutuk menjadi batu giok yang akan menemani
Dewi Liu Sian Ong Bio. Walaupun Dew dan Dewi itu
menangis sesambatan memohon pengampunan dari Raja 13
Langit namun kenyataannya kutuk Raja Langit telah terjadi.
Mereka dilempar kedunia dan Dewi Liu Siang Ong Bio telah
menjelma menjadi pohon Yangliu berkembang biak dan
sampai sekarang ini jadi banyak dan terdapat dimana-mana,
jika memang dia berkembang biak sampai seratus ribu batang
pohon Yangliu, maka hukumannya akan habis. Sedangkan
Dew Bun Ong Sian Jin yang dikutuk menjadi bangku empat
persegi dari batu giok itu memang selalu berada disamping
pohon Yangliu untuk tempat duduk-duduk berangin-angin
dibawah pohon Yangliu! Karena sedih dan berduka, Yangliu
selalu bergoyang-goyang dengan dahan dan rantingnya yang
melambai-lambai. Seperti memanggil-manggil Bun Ong Sian
Jin yang menjadi bangku, tidak bisa berbuat lain, hanya untuk
menampung manusia-manusia yang hendak berteduh di bawah
pohon Yangliu belaka. Itulah cerita mengenai asal mulanya
pohon Yangliu dan bangku empat persegi disamping pohon
tersebut. Kau mengerti makna dongeng tersebut Ciu sute?"
Pemuda yang dipanggil Ciu Sute itu telah tertawa sambil
kemudian menyahuti, "Tentu saja agar seseorang tidak
melakukan perbuatan dosa......!"
Tojin tersebut mengangguk. Itu merupakan salah satu
maksud yang terkandung pada dongeng itu. Tetapi buat kita,
orang-orang yang mempelajari ilmu silat, terkandung maksud
lainnya lagi, mengandung sifat Im, sifat yang lunak dan
lembek. Sedangkan bangku memiliki sifat Yang, yaitu keras
dan kuat. Itulah kedua sifar Im dan yang. Sifat Yang pun
terdapat dalam dongeng itu, dimana jika engkau mau
memperhatikannya dengan seksama, banyak memberi petunjuk
mengenai pelajaran dan latihan Iwekangmu!"
Ciu Sute bengong sejenak, namun akhirnya dia tertawa. 14
"Benar, benar suheng, terima kasih atas petunjukmu ......!"
serunya kemudian.
"Mari kita meneruskan perjalanan...... Mungkin dalam tiga
hari lagi baru akan dapat mencapai tujuan kita." kata Tojin itu
sambil melompat berdiri dengan ringan dan gesit.
Ciu sute itu mengiyakan. Keduanya telah melompat ke
atas punggung kuda masing-masing, kaki kuda itu bergerak
mencongklang dan berlari-lari dengan perlahan namun tetap
menuju kearah depan menyusuri jalan itu.
Siapakah Tojin itu dan si pemuda yang dipanggil Ciu sute
itu? Ternyata Tojin itu adalah tidak lain dari Ong Tiong Yang,
seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandian yang
luar biasa. Mungkin di daratan Tionggoan Ong Tiong Yang
dari Coan Cin Kau itu tokoh yang memiliki kepandaian
terhebat dan sakti, paling murni dan lurus. Sedangkan pemuda
she Ciu itu tidak lain daripada adik seperguruannya yaitu Ciu
Pek Thong, yang memiliki sifat sangat berandalan sekali.
Memang secara resminya Ciu Pek Thong adalah adik
seperguruan Ong Tiong Yang namun baru beberapa tahun Ciu
Pek Rthong diterima dalam pintu perguruan Coan Cin Kouw,
guru Ong Tiong Yang telah meninggal dunia karena usia tua,
dan selanjutnya Ciu Pek Thong dibimbing oleh Ong Tiong
Yang. Secara tidak langsung sesungguhnya Ciu Pek Thong
adalah murid dari Ong Tiong Yang, namun secara resminya
tetap saja dia sebagai adik seperguruan Ong Tiong Yang. Itulah
sebabnya mengapa Ciu Pek Thong tetap memanggil Ong Tiong
Yang dengan sebutan suheng, sedangkan Ong Tiong Yang pun
tidak merubah panggilannya pada Ciu Pek Thong dengan
sebutan Ciu sute. 15
Kali ini keduanya tengah melakukan perjalanan untuk
menemui Toan Hongya. Itulah sebabnya mereka dari
Tionggoan telah melakukan perjalanan yang jauh menuju
Tayli, karena Ong Tiong Yang memiliki sebuah urusan yang
sangat penting dengan Toan Hongya, Toan Ceng, kaisar Tayli
tersebut.
Waktu Ong Tiong Yang akan berangkat, Ciu Pek Thong
telah merengek hendak ikut serta. Sebagai seorang Tojin yang
memiliki hati lemah lembut dan pengasih, Ong Tiong Yang
tidak tega untuk meninggalkan sutenya untuk menolak
keinginannya itu. Dia meluluskan Ciu Pek Thong untuk ikut
serta ke Tayli, asalkan dengan janji bahw sutenya itu tidak
menimbulkan keonaran. Ciu Pek thong memang telah
memberikan janjinya bahwa ia berjanji tidak akan berandalan,
tidak akan menumbulkan perbuatan-perbuatan yang bisa
memancing keonaran, dan juga tidak akan menimbulkan halhal yang dapat mempermalukan nama Coan Cin Kouw, bahkan
Ciu Pek Thong bersumpah tidak akan banyak bicara selama
dalam perjalanan.
Namun dasarnya Ciu Pek Thong memang seorang
berandalan, walaupun usianya telah dewasa dan juga telah
memiliki kepandaian yang tinggi, lagak dan sikapnya selalu
kekanak-kanakan., bahkan berandalan. Biar dia telah benjanji
disepanjang perjalanan bahwa dia tidak akan banyak bicara,
toh selama dalam perjalanan tidak henti-hentinya Ciu Pek
Thong bertanya tentang hal ini dan itu. Mulutnya itu seperti
tidak pernah diam, selalu ada saja yang ditanyakan . namun
Ong Tiong Yang memaklumi akan sifat dan watak sutenya ini
yang walaupun nakal dan berandalan serta kekanak-kanakan
toh jiwanya bersih dan jujur, melayaninya dengan sabar sekali. 16
Mereka Suheng dan Sute itu telah
melakukan perjalanan lebih dari satu
bulan. Pagi itu mereka telah
melarikan kuda belasan lie.
Keduanya tiba di perkampungan
Luan Yuan Cung.
Kampung itu cukup besar dan
ramai, penduduknyapuh ramah
tamah. Tidak terlihat kemelaratan di
perkampungan tersebut, yang setiap
rumahnya terawat dengan baik,
walaupun tidak mewh. Keadaan di
perkampungan ini sangat bersih.
Ciu Pek Thong telah mengawasi sekelilingnya waktu mereka
memasuki perkampungan tersebut. Dilihatnya beberapa orang
anak lelaki yang berusia natara delapan sembilan tahun tengah
asyik bermain kelereng di pinggir jalan, sambil tertawa
gembira, Ciu Pek Thong melompat turun dari kudanya. Dengan
berjalan kaki saja dia telah menghampiri anak-anak itu.
"Engko kecil, aku ikutan main ......!" katanya dengan
gembira. "Akupum memiliki banyak sekali kelereng yang bisa
dipergunakan untuk main......!"
Anak-anak itu menoleh pada Cio Pek Thong, seketika itu
juga mereka jadi tertawa.
"Engkau sudah begitu besar ingin bermain kelereng
dengan kami, mana mungkin kami bisa menangi kau?" kata
beberapa orang anak kecil itu serentak. 17
"Tapi aku tidak pandai bermain kelereng. Jika memang
kalian mahir menyentil kelereng, tentu kalian yang akan
menang! Jangan takut, aku tidak akan bermain curang......!"
Ciu Pek Thong setelah berkata begitu lalu merogoh
sakunya untuk mengeluarkan beberapa butir kelerengnya.
"Tidak mau! tidak mau! Tua bangka mau main-main
dengan anak kecil, apakah engkau hendak mengakali kami?"
teriak beberapa orang anak kecil itu.
Ong Tiong Yang melihat adik seperguruannya telah
menghampiri anak-anak itu ingin ikut main kelereng, telah
memutar kudanya, dia menghampiri.
"Ciu sute, kau telah berjanji tidak akan menimbulkan
kesulitan dengan dengan sifat berandalmu itu ....... ayo, jangan
ganggu engo-engko kecil itu!" Setelah berkata begitu, Ong
Tiong Yang menoleh kepada anak-anak tersebut, tanyanya.
"Engko kecil, dimanakah kami bisa memperoleh rumah
penginapan?"
"Jalan terus ke arah selatan, nanti kalian akan menemukan
rumah penginapan!" sahut dua orang anak kecil itu sambil
menunjuk ke arah dalam perkampunyan.
Kemudian anak-anak itu asyik bermain kembali sedangkan
Cui Pek Thong dengan mendongkol telah melompat ke atas
kudanya, dia berteriak nyaring, "Sasar setan kecil pengecut,
belum apa-apa sudah takut kalah bermain kelereng dan takut
diakali......!"
Anak-anak itu tidak melayani teriakan Ciu Pek Thong,
karena mereka telah meneruskan permainan kelereng mereka. 18
Benar saja berjalan tidak tidak jauh lagi, mereka telah
menemukan rumah penginapan yang cukup bersih dan besar.
Segera Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong turun dari
kudanya masing-masing, dimana seorang pelayan telah
menyambuti kuda mereka dan telah membawa ke istal.
Sedangkan seorang pelayan lainnya telah membawa mereka ke
ruang dalam rumah penginapan.
Ong Tiong Yang meminta sebuah kamar, segera pelayan
itu mempersiapkannya.
"Suheng, aku penasaran pada setan-setan kecil itu, dia
bilang aku ingin mengakali mereka, padahal aku si Ciu Pek
Thong mana mau bermain curang..?!"
Ong Tiong Yng tersenyum mendengar perkataan Ciu Pek
Thong, katanya, "Sudahlah, mengapa engkau harus bermain
kelereng dengan anak-anak yang masih sekecil itu? Tidak
dapatkah engkau membuang sifat kekanak-kanakanmu itu?
Jika memang engkau telah memiliki sifat kekanak-kanakan
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti itu, tentu engkau tidak akan memperoleh kemajuan
untuk pelajaran ilmu silatmu, dimana engkau masih saja gemar
bermain-main, tidak mau berlatih dengan baik"
Ciu Pek Thong hanya tertawa ditegur seperti itu oleh
suhengnya, dia tidak membantah lagi dan juga tidak mengomel
lagi karena tidak diajak bermain kelereng oleh anak-anak itu.
Sedangkan Oang Tiong Yang memesan kepada pelayan
beberapa macam makanan tanpa barang berjiwa. Mereka
berdua telah bersantap dengan lahap karena mereka sangat
lapar.
Pelayan rumah penginapan itu melihat bahwa tamunya
terdiri dari Tojin dan seorang pemuda. Tojin yang masih muda
itu tampak gagah dengan kumis dan jenggotnya yang tipis dan 19
sebatang pedang tersoren dipunggungnya, tampaknya bukan
orang sembarangan. Sedangkan si pemuda yang menjadi
kawannya Tojin itu merupakan seorang pemuda jenaka dan
selalu gemar tertawa dengan mulutnya yang tidak hentihentinya berbicara, ada saja yang dibicarakannya. Dengan
demikian pelayan di rumah penginapan itu memperlakukan
mereka dengan sikap hormat.
Setelah bersantap, Ong Tiong Yang mengajak Ciu Pek
Tong untuk beristirahat di kamar mereka. Namun Ciu Pek
Thong tidak mau, dia ingin pesiar menikmati keadaan di
perkampungan itu.
"Tapi Ciu sute, engkau ingat, sekali-sekali tidak boleh
menimbulkan keonaran dan jangan membawa lagak
berandalanmu lagi! Engkau harus kembali kemari tanpa
menimbulkan keributan di luar!" pesan Ong Tiong Yang.
Ciu Pek Thong berjanji, dan diapun meninggalkan
Suhengnya keluar dari rumah penginapan itu. Ong Tiong yang
sendiri telah rebah diatas pembaringan untuk beristirahat.
Ong Tiong Yang teringat dua tahun yang lalu waktu
diadakan pertemuan yang pertama antara jago-jago silat di
daratan Tionggoan dan Toan Hongya yang digelari sebagai
Lam-te atau Raja dari selatan itu, ikut diundang untuk
merundingkan ilmu silat di puncak Hoan san. Bahkan akhirnya
dari sekian para jago silat yang berkumpul disana, yang
memiliki kepandaian tertinggi Cuma lima orang, yaitu See Tok
Si Bisa dari Barat), Auwyang Hong, Tong Shia (si Sesat dari
Timur), Oe Yok Su, Pak Kay (Pengemis dari Utara), ang Cit
Kong (dan dirinya sendiri yaitu Tiong Sin Thong Ong Tiong
Yang. Kesudahan dari pertemuan pertama di Hoan san diakhiri
dengan kemenangan Ong Tiong Yang yang dianggap oleh See 20
Tok, Pak Kay, Tong Shia dan Lam Te sebagai pemenang
tunggal dan memiliki kepandaian tertinggi. Sedangkan
keempat jago lainnya itu merupakan jago-jago yang memiliki
kepandaian luar biasa tingginya namun berimbang satu dengan
lainnya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekuarangan
pada ilmu silat mereka masing-masing. Tidak demikian dengan
Ong Tiong Yang, yang merupakan seorang tokoh persilatan
yang memiliki kepandaian ilmu silat sudah tidak ada celanya
dan sangat sempurna sekali. Dengan demikian, Ong Tiong
Yang yang telah berhasil memenangkan pertemuan tersebut,
dimana diapun berhak untuk memiliki kitab Kiu Im Cin Keng.
Walaupun demikian, Ong Tiong Yang tetap menghormati
dan menghargai keempat jago luar biasa itu, karena mereka
memang sesungguhnya memiliki kepandaian yang tinggi sekali
dan belum tentu berada dibawah kepandaiannya, hanya saja
pada ilmu keempat tokoh luar biasa itu masih terdapat sedikit
kelemahan pada masing-masing, dan perlu dilatih lebih jauh
lagi.
Ong Tiong Yang melihat banwa Tong Shia (Sesat dari
Timur) Oe Yok Su merupakan seorang yang memiliki perangai
yang sangat aneh, hatinya sulit dibaca dan pikirannya sulit
diikuti karena dia memang sesat setiap tindak lakunya.
Perbuatan yang salah bisa dibenarkan olehnya, karena memang
dia memiliki perangai yang aneh dan juga bertindak
sekehendak hatinya. Tidak pernah mau teikat oleh peraturan
adat yang ada. Demikian Oe Yok Su bukan seorang yang
mudah diajak untuk bercakap-cakap merundingkan ilmu silat.
Begitu pula dengan halnya See Tok (Si Bisa dari Barat)
Auwyang Hong, seperti juga dengan gelarannya itu, si Bisa
dari Barat, maka tindak tanduknya selalu disertai dengan
perbuatan-perbuatan yang agak kejam, dimana diapun yang 21
mahir sekali mempergunakan bermacam jenis racun,
disamping kepandaiannya yang memang luar biasa tingginya.
Diluar dari semua itu, Auwyang Hong merupakan seorang
yang licik, terkadang tidak segan-segan jika memiliki
kesempatan untuk ?makan kawn?. Dengan demikian diapun
seorang yang tidak patut untuk diajak berunding ilmu silat.
Sedangkan Pak Kay (Pengemis dari Utara) Ang Cit Kong,
seorang yang jujur, apa yang dipikirkan itulah yang
dikatakannya dan sifatnya polos, disamping berdiri tegak diatas
keadilan. Namu ada juga sifatnya yang sulit untuk dimengerti,
Raja Pengemis ini yang duduk sebagai Pangcu Kaypang ternya
taidak betah berdiam di suatu tempat untuk jangka waktu yang
lama. Dia selalu berkelana dan jejaknya sulit sekali dicari.
Diapun gemar sekali makan makanan yang lezat-lezat, sampai
tidak segan-segan raja pengemis ini menyatroni istana raja
untuk mencicipi seluruh makanan raja yang belum disajikan.
Dan terkhir adalah Lam Te, Kaisar Tayli yang gemar
mempelajari ilmu silat. Lam Te seoarang yang pendiam dan
jujur, memang seorang Kaisar yang memiliki sikap dan sifat
yang agung, maka setiap perkataannya selalu berharga sekali.
Karena itu Ong Tiong Yang akhirnya memilih Lam Te untuk
diajak berunding ilmu silat. Karena dengan diperolehnya kiu
Im Cin keng, Ong Tiong Yang bermaksud untuk
membicarakan isi kitab itu dengan Lam Te.
Dengan memiliki kepandaian yang dasangat tinggi bahkan
diantara mereka berlima, Ong Tiong Yang yang paling
sempurna ilmu silatnya, sesungguhnya dia tidak membutuhkan
lagi kitab Kiu Im Cin Keng, hanya saja disebabkan perasaan
ingin tahunya, maka Ong Tiong Yang beraksud membicarakan
isi kitab tersebut bersama-sama dengan Lam Te. Dia percaya
Raja Tayli itu tentu dapat membantu banyak dalam hal
merundingkan ilmu silat itu. 22
Itulah sebabnya Ong Tiong Yang bersama Ciu Pek Thong
telah melakukan pernalanan ke Tayli untuk berkunjung pada
Lam te.
Ong Tiong Yang menantikan Ciu Pek Thong tidak juga
kembali, walaupun hari telah menjelang sore. Hal iani
mendatangkan kekuatiran dihati Ong Tiong Yang. Yang
menyebabkan Coan Cin Kauwcu itu kuatir bukan karena dia
menduga ciu Pek Thong menemui kesulitan diganggu orang,
namun justru yang dikuatirkan kalau-kalau dia menimbulkan
keonaran dan kesulitan pada orang lain. Inilah yang tidak
diinginkan oleh Ong Tiong Yang. Setelah bersantap sore,
melihat Ciu Pek Thong belum juga kembali segera Coan Cin
Kuwcu keluar dari rumah penginapan untuk mencari adik
seperguruannya itu yang berandalan dan jenaka yang sifatnya
masih kekanak-kanakan, walaupun usianya telah lebih dri
dewasa.
Kemanakah perginya Loo Boan Tong (si Tua Beandalan)
Ciu Pek Thong?
Ternyata ketika keluar dari rumah penginapan, Ciu Pek
Thong telah menyusuri jalan di perkampungan itu dengan riang
dan bersiul gembira, dia memandang sekelilingnya. Jika dilihat
ada sekelompok anak-anak yang tengah bermain, dia nimbrung
dan mint diajak untuk ikut bermain. Namun biasanya, anakanak kecil itu keberatan jika Ciu Pek Thong bermain dengan
mereka, karena usia Ciu Pek Thong yang telah dewasa
sedangkan mereka masih anak-anak kecil belaka. Tapi si
berandalan yang jenaka ini tidak pernah kehabisan akal, dia
telah memberi gula-gula cukup banyak, dan membagi-bagikan
kepada anak-anak itu dan diajak bermain. Namun dasar
memang berandalan , Ciu Pet Thong setiap main mau menang,
dan dengan berbagai cara dan akalnya dia berudaha 23
mengalahkan anak-anak itu. Tentu saja anak-anak itu segera
meninggalkannya dan tidak mau bermain lagi dengannya.
Waktu menjelang sore, kala itu Ciu Pek Thong berada di
pinggiran kampung dan cahaya marahari yang memerah itu
membuat semua pemandangan yang terdapat disekitar tempat
itu menjadi indah sekali. Dia tidak melihat anak-anak kecil
yang bermain karena telah pulang ke rumah masing-masing,
dengan sendirinya dia hanya sendirian belaka ditempat itu. Ciu
Pek Thong garuk-garuk kepalanya karena dia juga bingung
harus bermain apa dan pergi kemana untuk mencari kawankawan kecil yang bisa diajak bermain.
Ciu Pek Thong memang seorang yang tidak bisa diam dan
selalu bergerak, dia telah pergi ke sebelah timur, kebarat,
kesegala tempat di kampung tersebut namun dengan tibanya
sang malam, dengan sendirinya kampung itu menjadi sepi.
Setelah putar kayun kesana kemari dan tetap tidak
memperoleh ?kawan kecil? yang bisa diajak bermain, Ciu Pek
Thong bermaksud untuk pulang, tapi waktu dia tengah
melewati sebuah gang kecil yang panjang yang hanya diterangi
oleh lampu-lampu tengloleng berwarna merah redup, dimuka
sebuah gedung yang besar, dari dalamnya terdengar suara
tabuh-tabuhan yang desertai suara tertawa dari beberapa orang
pria dan wanita.
Situa berandalan nakal ini juga tertarik hatinya, seperti
dikilik-kilik. Dia memang tengah iseng tidak mempunyai
kawan bermain dan mengobrol. Karenanya sekarang melihat
ada tempat keramaian seperti itu dia menjadi tertarik hatinya,
dia segera memasuki gedung itu. Sebelum masuk, dilihatnya
diatas pintu tergantung papan merek yang bertuliskan "KUPUKUPU dan BUNGA SALJU". 24
Ciu Pek Thong tidak mengetahui tempat apa gedung
tersebut, hanya saja waktu tiba di ruang dalam yang
menebarkan bau arak dan asap juga dari huncue, pula suara
musik yang terdengar di ruangan tersebut diderai oleh suara
tertawa beberapa orang wanita, membuat Ciu Pek Thong
memandang bengong. Bertahun-tahun selamanya dia selalu
berada di Coan Cin Kauw, sebuah kuil yang sunyi, hanya
setiap hari mendengar orang membaca Liamkeng diiringi
dengan ketukan-ketukan Bo kie. Dan kini dia melihat suatu
suasana yang lain dari yang biasanya dilihat, dia jadi kikuk dan
agak bingung. Apalagi dilihatnya didalam ruangan tersebut
berkumpul banyak sekali wanita-wanita cantik yang berpakaian
mewah dan berpasang-pasangan dengan lelaki dari berbagai
golongan, bahkan diantara mereka ada yang tengah berpelukpelukan genit sekali. Dan ada juga yang tengah makan minum
yang ditemani oeh beberapa orang wanita cantik yang melayani
mereka dengan sebentar-sebentar tertawa manis, disamping itu
di sudut ruangan itu, tampak sebuah kursi, duduk seorang
wanita yang sedang memetik Khim memperdengarkan
lagunya, suaranya merdu merayu Itulah suasana yang baru
pertama kali dilihatnya sehingga Ciu Pek Thong mengedipngedipkan matanya berulang kali, dia mau menduga dirinya
tengah berada ditempat yang biasa disebut sebagai ?Sorga?.......
dimana tampak begitu banyak para dewa dan dewi.
Tengah Ciu Pek Thong mengawasi berdiri bengong
mematung di pintu masuk itu, seorang wanita yang cantik dan
berusia kurang lebih dua puluh tahun, telah menghampiri
sambil tersenyum-senyum genit. Dan ketika wanita cantik itu
sampai didepannya, Ciu Pek Thong mengendus bau harum
semerbak yang membuat pandangan matanya jadi nanar dan
kepalanya jadi pusing dengan hati yang berdenyutan aneh
sekali. 25
"Ah toako, engkau baru datang? Mengapa tidak segera
masuk mengambil tempat?" sapa wanita cantik itu yang
pakaiannya sangat reboh dengan dengan segala macam
perhiasan.
Malah dia bukan sekedar menyapa dengan lagak dan
tingkah genit, dengan tubuh dimiringkan menyender pada Ciu
Pek Thong, dia telah menarik-narik tangan Ciu Pek Thong.
Hati Loo Boan Tong jadi semakin tidak karuan rasa,
tergoncang denyut-denyut tidak hentihentinya, diapun bingung
sekali. Biasanya dia memang berandalan, dan sekarang di
tempat ini justru perasaannya tertindih
Waktu wanita cantik itu telah tertawa dan kemudian
memberengut sambil melirik katanya, "Apakah toako tidak
tertarik pada Siauw Lin (Teratai Kecil)? Apakah aku kurang
cantik? Aku akan melayani kau sampai mencapai puncak
kepuasan yang tertinggi toako ayo, kita memilih tempat,
nanti jika tamu-tamu lain berdatangan, engkau tidak kebagian
tempat dan hanya bisa gigit jari saja!"
Ciu Pek Thong bingung, waktu tangannya diseret, seperti
juga seekor kerbau yang dicocok hidungnya hanya mengikuti
saja. siauw Lian telah mengajaknya ke sebuah meja masih
kosong, telah memanggil seorang gadis cilik, memesan
beberapa macam makanan dan memesan juga beberapa kati
arak.
Mendengar disebutnya arak, Ciu Pek Thong seperti
tersadar dari mimpinya, dia cepat-cepat menggoyangkan
tangannya, katanya? "Aku tidak minum arak......!"
"Apakah toako ingin minum teh dari Hang Ciu yang
sangat harum?" tanya Siauw Lian sambil tersenyum genit. 26
Ciu Pek Thong mengangguk ragu, dia masih bingung
menghadapi suasana seperti ini, matanya juga tidak hentihentinya melirik kesana kemari menyaksikan pemandangan
yang membuat hatinya jadi berdenyut-denyut tidak hentihentinya, dimana pasangan pria dan wanita cantik tengah
saling bersenda gurau, sambil tertawa-tawa genit, berbisikbisik mesra dan suara musik yang mengalum memenuhi
ruangan tersebut.
Hidangan cepat sekali disiapkan. Beberapa macam
makanan yang tampaknya lewat-lewat telah diletakkan
dihadapan Ciu Pek Thong, sehingga si Tua Berandalan ini
tidak malu-malu lagi melahapnya beberapa macam makanan
itu sambil memuji-muji akan kelezatan makanan tersebut.
Siauw Lian telah menuangkan teh Hangciu dan diberikan
kepada Ciu Pek Thong, bahkan cawan itu diangsurkan ke
mulut Ciu Pek Thong melayani dengan genit sekali. Ciu Pek
Thong sendiri jadi kelabakan. "Biar aku minum sendiri biar
aku minum sendiri!" kata si tua berandal ini.
Siauw Lian merenggut genit, katanya, "Apakah kau jijik
pada tanganku, toako?!"
"Bukan...... bukan begitu...... !" menyahut Ciu Pek Thong.
Siauw Lian tetap membawa cawan itu ke mulut Cio Pek
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thong, sehingga Cio Pek Thong terpaksa meminumnya
beberapa teguk. Begitu meminum teh Hang Ciu tersebut, Loo
Boan Tong jadi kaget dengan sendirinya.
"Ini...... Ini bukan teh, tapi arak!" katanya kemudian
sambil bibirnya berkecap-kecap.
Siauw Lian mengangguk, "Ya, inilah teh Hangciu yang
paling harum!" menyahuti dia dengan tersenyum genit dan 27
matanya mengerling pada Loo Boan Tong, malah telah
menambahkan lagi cawan yang telah kosong itu. Apa yang
disebut Siauw Lian sebagai teh Hangciu memang ternyata
merupakan arak dari Hangciu yang memang terkenal akan
harumnya, karena umumnya arak Hangciu merupakan arak
simpanan yang telah disimpan puluhan tahun.
Ciu Pek Thong telah didesak lagi untuk minum sampai
empat cawan, tapi karena disebabkan kepandaiannya memang
tinggi dan Iwekangnya telah terlatih dengan baik, dengan
sendirinya Siu Pek Thong bisa mengumpulkan arak yang telah
diminumnya itu, disalurkan pada ujung jari-jari tangannya dan
secara diam-diam arak itu telah dikeluarkan dan mengalir dari
ujung jari tangannya ke lantai diluar tahunya Siauw Lian.
Musik masih mengalun di ruangan tersebut, dan wktu itu
tampak orang berdatangan semakin penuh juga.
Sengan sikap yang genit dan manja, Siauw Lian
menyender dibahu Ciu Pek Thong. Diapun telah berbisik
dengan suara mesra, "Toako, apakah engkau tidak mau
istirahat di kamar, disana kau bisa rebah-rebah dengan nyaman
dan aku akan memijitmu agar tubuhmu terasa segar!"
"A...... apa?" tanya Ciu Pek Thong kaget. Seketika pipinya
berobah jadi merah dan jantungnya berdegupan. Memang sejak
tadi waktu wanita ini menyenderkan tubuhnya pada bahunya,
Ciu Pek Thong mencium bau semerbak yang terpancar dari
tubuh Siauw Lian.
Siauw lian menggeliat genit, sambil katanya, "Jika kau
berlambat-lambat, nanti engkau tidak kebagian kamar......!
Waktu itu, walaupun engkau hendak rebah istirahat, toh tidak
ada tempat yang layak lagi, paling-paling diatas meja ini......!" 28
"Aku memang tidak ingin istirahat, aku ingin pulang saja!"
kata Ciu Pek Thong.
Namun tangannya dicekal kuat-kuat oleh Siauw Lian.
"Kenapa ingin pulang, belum juga apa-apa sudah mau
angkat kaki......! merengek Siauw Lian.
"Suhengku tengah menunggu aku ......!" menjelaskan Ciu
Pek Thong yang jadi gugup oleh sikap dan lagak wanita ini.
"Suhengmu? Dimana dia menunggumu? Mengapa tidak
diajak saja agar bersama-sama datang kemari?" tanya Siauw
Lian. "Aku tentu bisa memperkenalkan dengan beberapa
kawanku. Pokoknya cantik dan menarik."
"Suhengku mana mau datang kemari?" kata Ciu Pek
Thong yang tambah gugup. Jika suhengku mengetahui aku
telah datang ke tempat ini, tentu aku akan ditegur dan
dimarahi!"
Siauw Lian tertawa.
"Kau takut ditegur dan dimarahi suhengmu?!" tanyanya
manja sambil tertawa genit, tangannya tetap mencekal kuat
lengan Ciu Pek Thong, sehingga Loo Boan Tong yang ingin
bangun dari duduknya tidak bisa.
"Tentu, aku sangat menghormati suhengku .!"
"Biarlah nanti dia menyusul kau kemari, engkau tidak
perlu gelisah seperti itu!" membujuk Siauw Lian.
Ciu Pek Thong mengoyang-goyangkan kepalanya
berulang kali, dia menggumam gugup, "Mana bisa? mana bisa?
Akh celaka!... celaka!" 29
"Apanya yang celaka? Atau engkau memang sudah tidak
tahan ingin dipijit olehku? Ayo kau ikut bersamaku, Toako.
Tentu tidak akan celaka lagi!"
Benar-benar bingung Ciu Pek Thong menghadapikeadaan
seperti ini. Dia memang si Tua Berandalan yang jenaka, tapi
sekarang di tempat ini dia seperti kehabisan akal dan daya.
"Toako.!" Merengek Siauw Lian lagi.
Tapi Ciu Pek Thong yang melihat tamu-tamu yang
berdatangan semakin banyak, dan juga wanita-wanita di
gedung tersebut tampaknya tidak malu-malu lagi untuk
menggandengan dan berpelukan dengan para tamu laki-laki,
Ciu Pek Thong jadi tidak enak melihatnya. Diam-diam dia
berpikir, tentunya tempat ini bukanlah tempat baik-baik, karena
jika tempat baik-baik, niscaya wanita-wanita itu tidak akan
memperlihatkan kelakuan yang melanggar adat istiadat
kesopanan dimana terdapat larangan untuk wanita dengan
seorang laki-laki bersentuhan tangan.
Waktu Ciu Pek Thong memaksa agar Siauw Lian
melepaskan pegangannya pada tangannya karena dia
bermaksud meninggalkan tempat itu dan Siauw Lian sendiri
tengah merengek-rengek, tiba-tiba datang seorang yang
menghampiri. Ciu Pek Thong melirik. Dia melihat seorang
lelaki berumur sekitar empat puluh tahunan, bertubuh tegap,
pakaiannya ringkas, tampaknya dia orang yang mengerti ilmu
silat. Bahkan dipinggangnya tergantung sebatang golok. Waktu
menghampiri meja Ciu Pek Thong matanya mendelik
memancarkan sikap yang kejam.
"Siauw Lian, Loya memanggilmu! Mengapa kau melayani
seorang kutu busuk seperti ini?!" tegur lelaki bertubuh tagap
itu. 30
Mendengar perkataan orang itu, bukannya marah, malah
tertawa terbahak-bahak kegirangan.
"Ya, ya, memang tepat jika Loyamu memanggil nona
ini. Aku memang hendak cepat-cepat meninggalkan tempat
ini, tapi dia. nona ini justru menahanku saja. he Laoko,
tolong kau beritahukan pada nona ini, jangan menggangguku
lebih jauh.!"
Lelaki bertubuh tinggi besar itu telah mendelik, dia telah
berkata dengan suara yang tawar, "Cepat kau menggelinding
keluar, anjing buduk!"
"Apa?" tanya Ciu Pek Thong. "Kau bicara dengan siapa?"
"Dengan kau!"
"Tapi namaku bukan anjing buduk!"
"Lalu nama apa yang hendak kau pergunakan? Apakah
monyet belang? Kura-kura busuk? Atau memang Gentong
nasi?!"
"Bukan bukan, semuanya juga bukan!" teriak Ciu Pek
Thong. "Aku Loo Boan Tong!"
Mendengar penjelasan Ciu Pek Thong, lelaki bertubuh
tinggi besar itu jadi tertawa terbahak-bahak, demikian juga
halnya Siauw Lian.
"Kau.. kau Loo Boan Tong? Si Tua berandalan?!" tanya
lelaki bertubuh tinggi besar.
"Ya, memang begitu sahabat-sahabat memberikan julukan
kepadaku, sedangkn namaku adalah Ciu ciu .!"
"Ciu apa, ciu Kui atau cio No?" mengejak laki-laki
bertubuh tinggi besar itu. "Kutu busuk tidak punya guna, ayo 31
cepat angkat kaki!" tampaknya sudah tidak sabar, sebab tangan
kanannya yang besar berotot itu diulurkan, dia bermaksud akan
mencengkram baju di dada Ciu Pek Thong. Sambil
mengulurkan tangan seperti itu, dia juga telah berkata kepad
Siauw Lian, "Siauw Lian, pergi kau temui Loya. Loya telah
menantikan kau di ruangan sembilan!"
Siauw Lian yang rupanya yang sangat kenal dengan lakilaki itu, kuatir kalau-kalau Ciu Pek Thong akan disiksa
olehnya, maka dengan muka agak pucat telah berkata, "Sam
Toaya, kau jangan menyakiti dia!"
Waktu itu tangan lelaki tersebut telah menyambat kepada
Ciu Pek Thong dengan tenaga yang kuat sekali. Namun
cengkeramannya meleset karena dia seperti mencengkeram
belut.
"Eh engkau mau main-main dengan tuan besarmu, anjing
geladak?" teriak Sam Toaya itu tambah bengis, rupanya dia
jadi mendongkol dan penasaran. Malah tangan kanannya yang
semula hendak digunakan untuk menghantam kuat sekali ke
dada Ciu Pek Thong.
"Eit eit kenapa mau memukul orang?" teriak Ciu Pek
Thong kaget.
Namun Ciu Pek Thong tidak berkelit. Pukulan itu jitu
sekali mengenai dadanya, menghantam kuat sekali. Seketika
terdengar suara jeritan.
Siauw Lian menutup mukanya dengan kedua tangannya,
karena menduga Ciu Pek Thong tentunya telah rebah di lantai
dengan tulang-tulang dadanya yang patah. Sedangkan tamutamu yang lainnya juga para wanita cantik yang menjadi 32
penghuni tempat bunga raya tersebut telah menonton keributan
tersebut.
Waktu Siauw Liang membuka tangan yang menutupi
mukanya, dia melihat Ciu Pek Thong tengah mengibasngibaskan dadanya, seperti hendak membersihkan kotoran
debu pada pakaiannya didekat bagian dada, masih berdiri segar
bugar.
Rupanya yang menjerit adalah Sam toaya itu, dimana
waktu kepalan tangannya meluncur dengan kuat, dia
menghantam jitu sekali dada Ciu Pek Thong, namun yang
dihantamnya itu justru kuat dan keras sekali, seperti dia
menghantam dinding baja saja, malah ketika itu dia merasakan
tenaga menolak yang hebat sekali. Kuat luar biasa sehingga
tubuhnya terpental terpelanting dilantai dan tangannya sakit
bukan main.
Dengan murka Sam Toaya itu telah merangkak bangun,
mukanya merah padam, tangan kanannya telah mencabut
goloknya. Diapun telah menggeram, katanya dengan bengis,
"Manusia Keparat, engkau mencari mampus, heh? Terimalah
golokku ini.!" dan golok itu telah digerakkan membacok ke
arah pundak Ciu Pek Thong.
Siauw Lian dan tamu-tamunya, juga para wanita-wanita
bunga raya lainnya yang menyaksikan keributan tersebut telah
menjerit berisik sekali. Mereka ketakutan dan kuatir sekali
untuk keselamatan Ciu Pek Thong.
Melihat orang main pukul dan sekarang malah ingin
membacoknya, Ciu Pek Thong jadi mendongkol bukan main.
Tepi waktu itu juga timbul sifat nakalnya. Melihat golok
menyambar kearah pundaknya, sama sekali dia tidak berusaha
berkelit, melainkan dia mengawasi saja sambil tersenyum- 33
senyum pada golok yang menyambar. Dan waktu golok telah
berada dekat, tahu-tahu Ciu Pek Thong telah mengulurkan
kepalanya maju kedepan dengan gerakan yang cepat sekali,
ujung golok itu telah digigitnya.
Bukan main mengejutkan semua orang yang berada di
tempat itu. mereka banyak yang mengeluarkan seruan ngeri.
Tapi yang paling terkejut adalah Siauw Lian, karena dia
berada dekat sekali dengan Cio Pek Thong, sehingga dia bisa
menyaksikan betapa golok itu tadi menyambar ke arah Ciu Pek
Thong, lalu Ciu Pek Thong mempergunakan mulutnya untuk
menggigit golok itu. Siauw Lian menduga tentu golok itu akan
meluncur terus menerobos masuk kedalam mulut Ciu Pek
Thong dan akan merobek mulut dan leher Ciu Pek Thong,
maka sambil menjerit ketakutan, dia telah pingsan rubuh
terkulai di lantai.
Ciu Pek Thong melihat tubuh wanita itu terkulai akan
rubuh di lantai, cepat-cepat mengulurkan tangan kakannya. Dia
telah berhasil menyambar lengan Siauw Lian, sehingga wanita
itu tidak sampai rubuh rebah di lantai.
Waktu itu, Sam toaya telah mendorong sekuat tenaganya
pada goloknya waktu melihat ujung goloknya digigit oleh gigi
Ciu Pek Thong, namun usahanya itu sia-sia belaka, karena
sedeikitpun juga goloknya tidak bergeming.
Ciu Pek Thong telah menggerakkan kepalanya, darimana
tersalur tenaga dalam, tubuh Sam toaya itu tahu-tahu telah
terlontar, celakanya pada goloknya terlepas, tubuhnya
terbanting menggelinding di lantai. Diapun menjerit-jerit kaget
kesakitan. 34
Ciu Pek Thong telah menotok beberapa jalan darah Siauw
Lian. Wanita itu tersadar dari pingsannya dan menangis.
Sedangkan Ciu Pek Thong jadi sibuk membujuknya, "Jangan
menangis jangan menangis! Biar golok ini kupatahkan
agar tidak bisa menimbulkan keributan lagi!" sambil
membujuk Siauw Lian seperti itu, Ciu Pek Thong telah
menurunkan golok itu dan mencekal dengan kedua tangannya.
Seperti juga mematahkan lidi, tanpa mempergunakan tenaga,
golok itu telah dipatah-patahkan oleh Ciu Pek Thong menjadi
delapan potong kecil. Tampaknya ia mudah sekali dan tanpa
mempergunakan tenaga.
Sam toaya yang telah merangkak bangun, tidak berani
maju menyerang Ciu Pek Thong, karena dia menyadari bahwa
Ciu Pek Thong bukan orang sembarangan. Tadi dia telah
merasakan betapa lihainya Ciu Pek Thong. Maka tanpa
mengeluarkan sepatah kata, dia telah memutar tubuhnya dan
berlari meninggalkan ruangan tersebut.
Siauw Lian jadi panik sekali, katanya, "Toako, engkau
harus hati-hati. Sam toaya tentu akan datang bersama kawankawannya dan alat negeri untuk menangkapmu.!"
Demikian juga para tamu-tamu lainnya dan para wanita
bunga raya itu, telah ramai membicarakan kehebatan Ciu Pek
Thong yang dipuji-puji akan kehebatannya itu. Namun ada
juga yang menganjurkan agar Ciu Pek Thong segera
meninggalkan tempat itu untuk menghindari balas dendam
Sam toaya tersebut. Mereka menjelaskan juga bahwa Sam
toaya itu merupakan orang kepercayaan dari Gui Ciangkun
(Panglima Gui) dan di tempat ini Sam toaya itu ditakuti. Tidak
ada seorangpun yang berani membantah perkataan dan
keinginannya. Biasanya jika benterok dengan seseorang, Sam
toaya akan menghadapi sendiri lawannya, tapi jika dia 35
dirubuhkan, tentu dia akan mengajak kawan-kawannya, yang
terdiri dari para pengawal Panglima Gui itu. Dengan demikian,
lawannya selalu berhasil ditangkap dan disiksa.
Dasar memang Ciu Pek Thong digelari Loo Boan Tong, si
bocah tua bangkotan yang berandalan dan nakal, bukannya
takut atau kuatir, malah jadi tertarik dan girang. Dia justru
memeng nakal dan selalu menghendaki keramaian. Mendengar
keterangan orang-orang itu, Ciu Pek Thong malah duduk
kembali di kursinya, katanya, "Biarlah aku menunggu Sam
toaya itu, aku ingin melihat apa yang dapat dilakukannya!"
Lainnya tidak bisa membujuk Ciu Pek Thong agar
meninggalkan tempat itu. Malah Ciu Pek Thong telah makan
minum sekenyang-kenyangnya, sambil berdongeng mengenai
asal mulanya pohon Yangliu, asal mulanya ada awan, asal
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mulanya ada angin, asal mulanya ada hujan. tentu saja
dongeng Loo Boan Tong sangat menarik dan para tamu yang
berkunjung ke tempat itu, malah jadi lupa dengan maksud
kedatangan mereka. Semua telah memasang telinga baik-baik
mendengarkan dongeng yang diceritakan oleh Ciu Pek Thong,
bahwa mereka seperti lupa ancaman yang bisa datang dari Sam
toaya itu.
Karena ditanggapi seperti itu, Ciu Pek Thong terbangun
kegembiraannya, dia semakin lupa daratan, sambil bercerita
tidak henti-hentinya dia minum ?teh Hangciu? yang harum itu,
yang sesungguhnya merupakan arak yang harum dan cukup
keras. Sekarang Ciu Pek Thong tidak berusaha membuang arak
yang telah diminumnya itu lewat jari-jari tangannya, sehingga
mukanya dirasakan panas, pipinya itu berubah merah dan dia
semakin lupa daratan, semakin bersemangat bercerita.. 36
Apa yang dikuatirkan oleh Siauw Lian memang terbukti.
Sam toaya itu telah datang kembali dengan membawa enam
orang tentara negeri yang berpakaian lengkap, semua memiliki
paras muka yang garang dan bengis.
"Mana dia orangnya?" teriak beberapa orang diantara
keenam perajurit itu, telah membuat semua orang yang tengab
berkumpul mendengarkan dongengan Ciu Pek Thong jadi
serabutan berusaha menyingkir.
"Itu dia orangnya.." teriak Sam toaya sambil menunjuk
kepada Ciu Pek Thong.
Ciu Pek Thong tertawa sambil bangkit, katanya, "Engkau
yang memukulku, engkau yang membacokku, sekarang engkau
hendak menangkap orang?!"
"Tangkap penjahat itu!, dia tentu bukan manusia baik-baik
dan hanya ingin menimbulkan kerusuhan di tempat ini!"
perintah Sam toaya dengan suara nyaring tanpa mempedulikan
perkataan Ciu Pek Thong.
Keenam prajurit itu telah mencabut golok masing-masing.
Mereka telah menerjang maju untuk membekuk Ciu Pek
Thong. Siauw Lian dan para wanita bunga raya lainnya
menjerit ketakutan.
Tapi Ciu Pek Thong mana jeri berurusan dengan manusiamanusia seperti itu. dengan mudah dia telah mengelakkan
setiap bacokan. Malah ketika Ciu Pek Thong mengebutkan
lengan bajunya, keenam tentara negeri itu telah terpental saling
tindih terbanting di atas lantai.
Sam toaya semula menduga dengan membawa enam
tentara dia akan bisa membekuk Ciu Pek Thong, yang kelak
jika telah dibekuk ingin disiksanya. Namun siapa tahu, keenam 37
tentara negeri itu seperti halnya daun-daun kering yang
berguguran di bumi. Mereka hanya dikebut sekali telah
tumbang kalang kabut seperti itu.
Ciu Pek Thong tertawa.
"Ayo, ayo kemari, kita main-main lagi! Ah memang
menggembirakan sekali!" berseru-seru Ciu Pek Thong sambil
tertawa-tawa gembira. Dia memang tengah kesal dan jengkel
karena dia telah mutar kayun sebelumnya mencari ?kawan
kecil? yang bisa diajak bermain, namun tidak berhasil, sehingga
kini ada kejadian seperti ini, membangunkan kegembiraan
hatinya. Dengan demikian, dia memang bermaksud mempermainkan keenam orang tentara negeri dan Sam toaya itu.
**** JILID 2
Tapi waktu keenam tentara negeri itu
tengah merangkak bangun dan mengambil
golok mereka masing-masing yang telah
menggeletak di lantai karena terlepas dari
cekalan mereka, waktu itu terdengar suara
seseorang menegur dengan perlahan namun
suaranya dalam. "Samjie apa yang
terjadi?!"
Sam toaya terkejut, demikian juga halnya
dengan keenam tentara negeri, karena mereka segera
mengenali bahwa orang yang muncul dari ruang dalam itu
tidak lain dari Gui Ciangkun, panglima Gui, atasan atau
majikan mereka. 38
Segera Sam Toaya dan keenam tentara negeri itu berlutut
dihadapan Gui Ciangkun, malah Sam toaya telah menceritakan
apa yang telah terjadi. Tentu saja dia menceritakan bahwa Ciu
Pek Thong lah yang mencari gara-gara dan sumber keributan,
dimana hendak mempermainkan Siau Lian yang dipanggil oleh
Gui ciangkun ini.
Gui ciangkun ternyata seorang panglima yang memiliki
wajah yang agung dan angker, dia memelihara kumis dan
jenggot yang tebal sehingga menambah keangkeran mukanya.
Dia memandang sejenak kepada Ciu Pek Thong, kemudian
katanya, "Ciu Enghiong, apakah benar engkau yang telah
menimbulkan kerusuhan di tempat ini? tampaknya Ciu
enghiong seorang yang asing datang kesini? Tidakkah Ciu
enghiong ingat bahwa ini merupakan daerah kekuasaan Tayli,
bukan seperti di Tionggoan sana, mungkin Ciu enghiong dapat
bertindak sekehendak hati.
Ciu Pek Thong tertawa jenaka, dia sama sekali tidak jeri
walaupun berhadapan dengan panglima itu. malah timbul
kegembiraannya, katanya, "Jika engkau tidak senang dengan
peristiwa ini, engkau juga boleh maju! Mari, mari, biar
kucabuti jenggot dan kumismu itu!"
Muka Gui ciangkun berubah merah, namun dia menyadari
Ciu Pek Thong seorang yang memiliki kepandaian tinggi. Dari
cerita Sam toaya saja dia mendengar bahwa keenam tentara
negeri itu sekali dikebut telah terpental seperti daun kering.
Maka Gui ciangkun tidak mau bertindak sembrono.
"Apakah ada sesuatu yang tidak memuaskan Ciu
enghiong? Atau memang menerima pelayanan yang tidak
selayaknya sehingga membuat Ciu enghiong tidak senang dan
menimbulkan keributan disini?" tegur Gui ciangkun. 39
Ciu Pek Thong menggelengkan kepalanya sambil tertawa.
"Kalau kau ingin bicara soal puas, aku baru puas jika telah
dapat mencabuti kumis dan jenggotmu itu! Ijinkanlah aku
mencabut kumis dan jenggotmu ..!" dan benar saja sibocah
tua bangkotan yang nakal itu telah membuktikan perkataannya.
Dia menjejakkan kakinya, mencelat gesit sekali kehadapan Gui
ciangkun. Tangannya bekerja mencabut jenggot Gui ciangkun,
sehingga terlepas beberapa lembar. Panglima itu sampai
menjerit terjentik kesakitan.
Ciu Pek Thong tertawa, tangannya bekerja terus mencabuti
kumis dan jenggot panglima itu, sehingga berulang kali Gui
ciangkun berteriak-teriak menjerit kesakitan sambil
memerintahkan Sam toaya dan keenam tentara itu untuk
menolongnya. Namun semuanya setiap kali maju, tentu akan
dibuat terpental oleh Ciu Pek Thong dengan dupakan kakinya.
Kedua tangannya terus saja mencabuti jenggot dan kummis
Gui ciangkun.
Panglima Gui itu berlari-lari mengelilingi ruangan itu
untuk menghindarkan diri dari Ciu Pek Thong, namun si bocah
tua bangkotan yang nakal itu sambil tertawa-tawa tetap
membayangi panglima Gui itu. tangannya juga bekerja terus
mencabuti kumis dan jenggot panglima tersebut, sehingga
akhirnya waktu Ciu Pek Thong berseru, "Sudah Selesai!" dan
melompat ke samping, jenggot dan kumis panglima Gui itu
racik hanya selembar-selembar sisa diatas bibir dan dagunya
seperti kumis dan jenggot tikus.
Bukan main murka dan malunya Gui ciangkun ini. dia
memang merupakan langganan setia tempat ini, kini dia telah
dicabuti kumis dan jenggotnya dihadapan bunga raya itu.
sedangkan dia sebagai panglima perang yang memiliki
kekuasaan besar atas angkatan perang negeri Tayli, namun 40
sekarang dia tidak berdaya dan malu bercampur gusar. Dia
memutar tubuhnya melarikan diri meninggalkan tempat
tersebut, diikuti oleh Sam toaya dan keenam tentara negeri itu.
Ciu Pek Thong tertawa bergelak-gelak. Tampaknya si
bocah tua bangkotan yang nakal ini puas sekali.
Tamu-tamu lainnya yang semula tegang melihat
munculnya Gui ciangkun dan kenguatirkan keselamatan Ciu
Pek Thong, setelah melihat semua diakhiri dengan kejadian
seperti tadi, memdadak mereka tertawa. Dengan sendirinya
mereka semakin kagum pada Ciu Pek Thong.
Siauw Lianpun bertambah aleman dan genit melayani Ciu
Pek Thong, malah rengekannya setiap dua menit satu kali,
meminta agar Ciu Pek Thong segera pergi beristirahat di
sebuah kamar istimewa yang telah disiapkan oleh pemilik
rumah tersebut. Namun Ciu Pek Thong malah lebih mau
makan dan minum sepuasnya, lalu dia merogoh sakunya,
mengeluarkan sepuluh tail perak, diletakkan diantara meja.
Diapun melangkah keluar dari ruangan tersebut, tidak
mempedulikan rengekan Siauw Lian. Karena Ciu Pek Thong
telah mabuk dipengaruhi oleh arak Hangliu yang harum namun
keras daya kerjanya itu. sambil melangkah dengan kaki tidak
tetap dan tubuh terhuyung-huyung, dengan muka yang merah
panas, Ciu Pek Thong juga menggumam, "Tubuh terkulai
terlena mabuk, pedang tergantung cawan terbalik, Anggur
segantang diminum habis, puteri jelita hanya tersenyum."
Siauw Lian dan para tamu lain serta para wanita bunga
raya hanya mengawasi bengong saja. Tidak ada diantara
mereka yang berani menahan Ciu Pek Thong, mereka bagaikan
puteri jelita yang hanya tersenyum mengawasi saja kepergian
Ciu Pek Thong. 41
Ciu Pek Thong sambil bernyanyi-nyanyi kecil menyusuri
jalan berliku-liku, sepi dan sunyi, karena malam telah larut
sekali. Tanpa disadarinya, dia telah berada di tempat para
bunga raya itu sampai hampir satu malam suntuk!
Ketika Ciu Pek Thong tengah berjalan dengan tubuh
terhuyung-huyung, tiba-tiba dari arah belakangnya menyambar
angin yang kuat sekali. Ciu Pek Thong tertawa dingin,
"Hmmm, ingin menyerangku secara membokong? Tidak cukup
hajaran yang kuberikan tadi?"
Sambil berkata begitu, tangan kanannya telah bergerak
menghantam ke belakang.
"Plakkk!" tahu-tahu Ciu Pek Thong merasakan tangannya
nyeri dan sakit sekali, karena dia menangkis datangnya
Hudtim, bahkan tubuhnya seketika terjungkir balik di tanah.
Mabuknya seketika lenyap, walaupun kepalanya masih
pusing, Ciu Pek Thong telah melompat berdiri, mementang
matanya lebar-lebar, saking kagetnya karena dihadapannya
berdiri Ong Tiong Yang suhengnya, yang tengah mengawasi
dengan tatapan mmata yang tajam bersinar dan muka yang
merah padam!.
"Suheng?" memanggil Ciu Pek Thong dalam kagetnya,
dia merasakan bagaikan diguyur air dingin. Pengaruh arak
seketika lenyap mempengaruhi dirinya, mabuknya seketika
lenyap.
Ong Tiong Yang tampak gusar bukan main. Dengan suara
yang tawar dia berkata, "Apa yang telah kau lakukan Ciu
sute?"
Walaupun Ciu Pek Thong memperoleh julukan sebagai
Loo Boan Tong si bocah tua bangkotan yang nakal, namun dia 42
tidak berani main-main menghadapi suhengnya ini yang sangat
dihormatinya. Diapun tidak berani berdusta, semuanya
diceritakan tanpa ada satupun yang dilewatkan.
Muka Ong Tiong Yang menjadi muram. Dia telah berkata
dengan suara tawar, "Apa yang telah kau lakukan itu adalah
perbuatan yang hina, untung saja kau tidak sampai terjerumus.
Latihan Iwekangmu yang telah susah payah kau peroleh itu
akan lenyap dan selanjutnya jangan harap bisa menjadi seorang
yang sempurna memiliki Iwekang akan sia-sia
usiamu.!"
Ciu Pek Thong cepat-cepat berlutut mengaku salah dan
memohon minta pengampunan dari suhengnya ini.
"Mari ikut pulang!" kata Ong Tiong Yang dengan tawar.
Ciu Pek Thong mengiyakan. Mereka telah kembali ke rumah
penginapan.
Ketika sampai di rumah penginapan dan telah berada di
kamar mereka. Ong Tiong Yang menjatuhkan hukuman pada
sutenya itu, yaitu harus duduk bersila selama satu hari penuh
menghadap dinding.
Ciu Pek Thong merupakan seorang yang berandalan dan
gemar sekali bergerak, sedikitpun tidak pernah diam. Kini dia
telah menerima hukuman seperti itu. dengan sendirinya
walaupun hukuman hukuman yang ringan, hanya duduk bersila
menghadap dinding selama satu hari, namun buat Ciu Pek
Thong hukuman tersebut merupakan hukuman yang sangat
berat sekali. Dia seperti merasakan duduk setahun, didalam hati
ia menggerutu terhadap hukuman yang diterimanya, namun
sepatah perkataan keluhan tidak berani diucapkannya
dihadapan Ong Tiong Yang. 43
Karena dihukumnya Ciu Pek Thong oleh Ong Tiong Yang
selama satu hari penuh duduk menghadap dinding, dengan
sendirinya Ong Tiong Yang harus menunda perjalanan mereka
selama satu hari.
Dihari kedua, kakak dan adik seperguruan itu telah
melanjutkan perjalanan mereka. Namun Loo Boang Tong telah
puluh kegembiraannya dan cerewetnya bukan main, mulai
bertanya ini dan itu lagi, seperti juga hukuman yang
diterimanya dan pengalaman yang pernah dialaminya di rumah
bunga raya itu telah dilupakannya.
Dengan memberikan hukuman seperti itu pada Ciu Pek
Thong, Ong Tiong Yang menghendaki adik seperguruannya ini
kelak tidak sampai main-main di tempat yang berbahaya
seperti itu. Ong Tiong Yang mengetahui bahwa adik
sepergiruannya ini seorang yang jujur namun berandalan,
walaupun kepandaiannya memang telah mencapai tingkat yang
tinggi, namun jika sampai dia terpengaruh datang ke tempattempat seperti bunga raya itu pula, berarti ancaman untuk masa
depannya tidak kecil, terutama untuk kemajuan ilmunya.
Sedangkan Ciu Pek Thong waktu menjalani hukuman itu
telah berjanji tidak akan menginjak tempat-tempat yang
membawa ?sial? baginya, karena harus duduk seharian penuh
menghadap dinding tanpa diperkenankan bergerak sedikitpun
juga. Dan itu merupakan hukuman yang benar-benar menyiksa
sekali. Dengan demikian Ciu Pek Thong benar-benar kapok
untuk bermain-main ketempat serupa itu lagi. Bahkan dia
berjanji didalam hatinya sendiri untuk berhati-hati dan
menjauhkan diri dari wanita!.
Begitulah setelah melakukan perjalanan tiga hari lagi,
akhirnya mereka tiba di kota raja Tayli. Seharusnya mereka 44
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak memerlukan waktu yang begitu lama, namun karena
mereka melakukan perjalanan yang perlahan dengan sendirinya
telah menelan waktu perjalanan yang cukup lama.
Lam te adalah seorang raja, walaupun bagaimana sebagai
seorang Kaisar tidaklah mudah untuk dijumpai sembarang
orang. Ketika Oey Tiong Yang dan Ciu Pek Thong menyatakan
pada pengawal dimuka istana Kaisar, mereka malah dicurigai
dan hendak ditahan. Seorang pengawal istana telah masuk ke
dalam untuk memberitahukan prihal maksud Ong Tiong Yang
dan Ciu Pek Thong, dua orang dari kerajaan Song yang hendak
bertemu dengan raja mereka. Laporan itu disampaikan pada
pimpinan keluarga Istana yang berpangkat Thian Tok.
Komandan keluarga istana yang memang mengatur
seluruh keadaan di istana dan bertanggung jawab penuh, telah
perintahkan untuk menangkap Ong Tiong Yang dan Ciu Pek
Thong, yang nanti akan diperiksa dan dikorek keterangan apa
maksud mereka berusaha menemui raja mereka. Seseorang jika
hendak bertemu dengan Kaisar, itupun harus melalui banyak
peraturan yang tidak mudah, bukan terus datang ke istana raja.
Harus melalui menteri dalam negeri, meminta ijin, kemudian
juga meminta ijin dari Panglima Keamanan Iatana, dan masih
banyak lainnya, sampai akhirnya tergantung juga pada Kaisar
apakah berkenan menerimanya atau tidak.
Tentu saja Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong terkejut
waktu dinyatakan pada mereka bahwa mereka hendak ditahan.
Ong Tiong Yang dengan sabar berusaha memberi pengertian,
berusaha meyakinkan pengawal istana itu, bahwa mereka
adalah sahabat dekat raja mereka. Karena Ong Tiong Yang
bersikap manis seperti itu, akhirnya si pengawal jadi bimbang
dan telah melaporkan pada atasannya. Komandan Pengawal
Keluarga Istana telah berkenan juga menerima Ong Tiong 45
Yang dan Ciu Pek Thong, justru diapun ragu-ragu, kalau saja
kedua orang ini benar-benar sahabat dekat dari rajanya, tentu
urusan bisa jadi runyam.
Setelah berhadapan dengan Ong Tiong Yang dan
memperoleh penjelasan bahwa Ong Tiong Yang dan Ciu Pek
Thong merupakan sahabat-sahabat yang pernah mengadakan
pertemuan untuk mengukur ilmu silat, komandan pengawal
Keluarga Istana tersebut lebih mempercayainya dan akhirnya
dia melaporkan juga kedatangan Ong Tiong Yang dan Ciu Pek
Thong kepada rajanya.
Selama itu, Ciu Pek Thong berbesa dengan suhengnya, dia
sudah tidak sabar, hampir-hampir dia melayangkan bogem
mentahnya pada pengawal pintu istana, jika saja Ong Tiong
Yang tidak mendelikinya. Dan juga selama itu Ciu Pek Thong
menjadi mati kutu karena beberapa kali Ong Tiong Yang telah
mengisikinya agar sute Ciu Pek Thong tidak melakukan suatu
tindakan apa-apa yang dapat menimbulkan kerusuhan, karena
Ong Tiong Yang pun telah mengancam sutenya itu jika sampai
timbul keonaran di istana raja Tayli ini, Ciu Pek Thong akan
dihukum duduk bersila menghadap tembok selama satu bulan!.
Mendengar ancaman hukuman seperti itu, Ciu Pek Thong jadi
mati kutu. Dia hanya berdiam diri mengikuti dibelakang Ong
Tiong Yang dengan muka yang cemberut, hatinya kesal dan
jengkel sekali. Justeru ancaman hukuman satu bulan duduk
menghadap tembol tanpa bergerak itulah yang membuat Ciu
Pek Thong bisa dikunci mulutnya, tidak cerewet dan sifat
berandalannya juga tidak terlalu tampak.
Toan Hongya waktu mendengar prihal kunjungan Ong
Tiong Yang dan Ciu Pek Thong jadi kaget dan girang bukan
main. Bahkan seketika itu juga diperintahkan untuk segera
mengadakan penyambutan istimewa pada kedua tamu itu. 46
Semua peraturan yang terdapat di istana mengenai kunjungan
seorang tamu dihapuskan dan dikecualikan untuk Ong Tiong
Yang dan Ciu Pek Thong.
Dengan muka yang berseri-seri diliputi kegembiraan , Lam
Te telah menyambut kedua tamunya. Bahkan untuk tiga hari
lamanya Lam Te tidak memimpin sidang, semua urusan
lainnya dikesampingkan dan Toan Hongya asyik menemani
Ong Tiong Yang bercakap-cakap membicarakan berbagai
masalah yang menyangkut ilmu silat.
Mungkin juga terdapat seorang raja asing yang datang
berkunjung, Tuan Hongya tidak akan menyambutnya dengan
segirang saat ini, juga tidak akan menghapus peraturanperaturan yang terdapat dilingkungan istana yang mewjibkan
tamu-tamunya hanya dapat bergerak ditempat-tempat tertentu
saja. tidak demikian halnya dengan Ong Tiong Yang dan Ciu
Pek Thong yang diperbolehkan untuk bergerak kemana mereka
suka di dalam istana tersebut, tidak ada tempat terlarang bagi
mereka.
Kunjungan Ong Tiong Yang bersama Ciu Pek Thong ke
istana Toan Hongya, raja Tayli tersebut terjadi di tahun kedua
setelah pertemuan Hoa san. Semua orang takluk pada Kauwcu
dari Coan Cin Kauw tersebut, sehingga rela jika kitab Kiu Im
Cin Keng jatuh ke tangannya.
Tapi Ong Tiong Yang atau Tiong Yang Cinjin sangat
mengagumi ilmu Sian Thian Kang dari Toan Hongya.
Demikian, selama belasan hari berkunjung ke istana Tyli, Ong
Tiong Yang membicarakan soal ilmu Sian Thian Kang
tersebut.
Toan Hongya juga tidak keberatan untuk menjelaskan
segala apa yang menyangkut mengenai Sian Thian Kang 47
tersebut, sehingga Ong Tiong Yang sangat girang. Banyak
sekali yang mereka percakapkan dan rundingkan. Selama itu
pula banyak yang telah mereka rundingkan menukar
pengalaman mengenai ilmu-ilmu yang hebat.
Disebabkan oleh Ong Tiong Yang memperoleh penjelasan
untuk ilmu Sian thian Kang, ilmu andalan Toan Hongya,
dengan demikian sebagai imbalannya Ong Tiong Yang juga
telah menurunkan atau mengajari ilmu silat It Yang cie. Yang
menjadi ilmu silat paling istimewa.
(Ilmu It Yang cie dikelak kemudian hari pada generasi
berikutnya raja-raja Tayli merupakan ilmu andalan setiap raja
yang duduk di singgasana Tayli. Semua itu dapat dibaca dalam
?Thian Liong Pat Poh? atau Pendekar-Pendekar Negeri Tayli)
Selama Ong Tiong Yang tengah asyik merundingkan
berbagai ilmu bersama Toan Hongya, justeru Ciu Pek Thong
yang gemar bergerak tak suka berdiam diri saja. setiap hari dia
berputaran saja keseluruh lingkungan istana. Dia pergi
kebagian timur, kebagian barat dari istana, kesegala tempat,
sampaipun dia tidak pandang-pandang lagi istana dimana
permaisuri dan selir-selir tinggal. Semua orang kebiri dan
dayang-dayang mengetahui dia adalah seorang tamu agung.
Tidak ada seorangpun yang berani melarangnya.
Seperti pada malam itu, waktu Ong Tiong Yang dan Toan
Hongya tengah berunding di ruang tulis pribadi Kaisar, mereka
hanya berdua karena Ciu Pek Thong memang tidak pernah
mendampingi mereka, dimana Loo Boan Tong si Bocah Tua
bangkotan yang nakal itu selalu keluyuran dan tidak betah
tinggal diam. 48
Dalam percakapan itulah Ong Tiong Yang telah
menjelaskan isi hatinya, mengapa ia telah melakukan
perjalanan yang begitu jauh, dari Tionggoan ke negeri Tayli
untuk menemui Toan Hongya. Sesungguhnya terdapat maksud
yang terkandung dihati yang sangat penting sekali. Waktu itu
Ong Tiong Yang tengah berkata, "Selama ini, penyakitku yang
lama telah kembali kumat, mungkin aku tidak bakal berdiam
terlalu lama lagi dalam dunia ini. Karena sekarang sudah ada
orang yang mewarisi It Yang cie, jadi dalam dunia ada orang
yang dapat menindih padanya, bolehlah tidak usah dikuatirkan
yang dia nanti berani malang melintang bermain gila!"
Toan Hongya mengawasi tamu agungnya ini, tanyanya,
"Ada urusan apakah yang telah mengganjal hati Cinjin?"
Ong Tiong Yang menghela nafas.
"Ya, sesungguhnya memang ada sesuatu yang mengganjal
dan selalu jadi pikiranku setiap hari, mengenai diri
seseorang..!" menjelaskan Ong Tiong Yang. "Dan memang
sengaja aku telah meminta kepada Hongya untuk menurunkan
ilmu Sian thian Kang kepadaku, setelah mana sebagai
imbalannya akupun mewariskan It Yang cie. Dengan demikian,
kita tidak berhutang budi apa-apa.! Memang sesungguhnya
pula maksud kedatanganku kemari, hanya untuk mewariskan
kepandaian It Yang cie itu kepada Hongya, namun karena
kuatir Hongya tidak mau menerima, maka aku sengaja
meminta agar Hongya mengajari Sian thian Kang dan sebagai
imbalannya aku membayar dengan It Yang Cie!"
Memang diantara jago-jago rimba persilatan, hanya ada
lima jago luar biasa yang memiliki kepandaian paling
sempurna dan tinggi. Kelima jago luar biasa itu sama-sama
sempurna ilmunya. Mereka terdiri dari Tong Shia, See Tok, 49
Lam Tee, Pak Kay dan Tiong Sin Thong. Jika memang Orng
Tiong Yang menyatakan terus terang nahwa dia datang untuk
memberikan pelajaran ilmu It Yang cie, dia kuatir kalau-kalau
Toan Hongya akan menolaknya. Kemungkinan lain Toan
Hongya akan tersinggung karena merasa dianggap enteng.
Itulah sebabnya Ong Tiong Yang sengaja telah meminta agar
Toan Hongya mengajarinya dulu ilmu Sian thian Kang, setelah
itu barulah dia menurunkan ilmu It Yang cie.
Toan Hongya sangat bersyukur sekali, dia memang dapat
menerka akan maksud orang yang sengaja ingin menurunkan
kepandaian istimewanya itu. Sebagai seorang yang memang
sangat mengagumi akan kemurnian dan lurusnya ilmu Ong
Tiong Yang yang sangat sempurna ini, Toan Hongya memang
sangat menghormati Coan Cin Kauwcu ini. Sekarang dia
menerima ilmu It Yang cie, ilmu istimewa tersebut yang jika
dibandingkan dengan Sian thian Kang, bukan merupakan
imbalan yang selayaknya, karena Sian thian Kang belum tentu
sehebat It Yang cie, Toan Hongya selain bersyukur juga sangat
heran karena dia yakin dengan tindakan seperti itu, Ong Tiong
Yang pasti mengandung maksud yang sangat penting sekali
untuk umat manusia.
"Lalu apa yang dimaksudkan oleh Cinjin dengan
menurunkan It Yang cie kepadaku?" tanya Toan Hongya
sambil mengawasi Coan Cin Kauwcu itu.
Ong Tiong Yang menghela nafas lagi, wajahnya muram.
"Selama aku masih hidup, tentu dia tidak berani malang
melintang sekehendak hati, sebab dia tentu masih jerih
menghadapi It Yang Cie. Namun begitu aku menutup mata,
niscaya dia akan melakukan perbuatan-perbuatan sekehendak 50
hatinya. Orang yang kumaksudkan itu tidak lain dari See Tok
(si Bisa dari Barat) Auwyang Hong!"
Toan Hongya terkejut, sampai raja Tayli ini mengawasi
tamunya dengan mata tidak berkedip.
Ong Tiong Yang tersenyum, dengan sabar meneruskan
perkataannya, "Sekarang It Yang Cie telah berhasil kuwariskan
kepada Hongya, dengan demikian dapatlah aku bertenang hati,
sebab masih ada orang yang dipandang oleh See Tok walaupun
nanti aku telah menutup mata!
Hai, hai, hanya See Tok seorang yang kukuatirkan akan
menimbulkan bencana yang tidak kecil buat orang-orang rimba
persilatan. Karena kepandaiannya yang sempurna, juga dia
memang seorang yang licik dan tidak segan-segan untuk
melakukan perbuatan-perbuatan rendah! Dengan demikian,
dialah seorang yang benar-benar mengancam keselamatan
Rimba Persilatan! Hongya jangan tersinggung oleh
pernyataanku ini, aku hendak bicara terus terang. Diantara
kalian berempat, See Tok, Pak Kay, Lam Te dan Tong Shin,
kalian berempat berimbang, kepandaian sama-sama sempurna.
Jika memang aku meninggal dan Hongya tidak menerima
warisan It Yang Cie jangan harap dapat membendung dan
menindih See Tok. Karena itu sekarang dengan berhasilnya
Hongya mewarisi It Yang Cie, dengan demikian Hongya dapat
menindih nya, sehingga See Tok tidak mungkin bisa berbuat
sekehendak hatinya, karena masih ada yang diseganinya!"
Toan Hongya mengangguk beberapa kali. Diam-diam dia
semakin tebal menaruh hormat kepada Coan Cin Kauwcu. Jadi
tegasnya mewariskan It Yang Cie bukan untuk kepentingan
seseorang, bukan pula untuk kepentingan Toan Hongya,
melainkan untuk kepentingan manusia banyak lainnya, untuk 51
menindih dan mengawasi See Tok, agar dia tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang melampaui batas jika Ong Tiong
Yang meninggal dunia.
Begitulah untuk waktu-waktu berikutnya, Ong Tiong Yang
telah merundingkan berbagai ilmu-ilmu simpanannya dengan
Toan Hongya, sehingga kaisar Tayli itu memperoleh petunjuk
yang sangat berharga sekali dari Coan Cin Kauwcu.
Sesungguhnya, negara Tayli semenjak Sri Baginda Sin
Seng Bun Tee Thay Couw membangun pemerintahan, ialah di
tahun Teng yu, itulah lebih dulu dua puluh tiga tahun dari
berdirinya kerajaan Song oleh Song Thay Couw diturunkan
kepada Baginda Peng Gie. Setelah empat tahun memerintah,
Baginda Peng Gie mengundurkan diri dari kerajaan dan masuk
jadi pendeta. Tahta diserahkan kepada keponakannya, yaitu
Baginda Seng Tek, kemudian tahta diturunkan terus kepada
Baginda-baginda Hin Cong Hauw Tek, Poo Teng, Hian Cong
Soan Jin serta Ayahku Keng Cong Ceng Kong. Semua baginda
itu telah menjadi pendeta juga.
Dari Tay Couw sampai pada Toan Hongya Toan Ceng,
telah delapan belas turunan, ada tujuh orang raja Tayli yang
mensucikan diri.
Kaum keluarga raja-raja Toan dengan mengandalkan
berkah kebijaksanaan leluhurnya telah berhasil menjadi sebuah
keluarga kaisar di sebuah kerajaan kecil di selatan. Mereka
semua merasa beranggung jawab untuk kesejahteraan rakyat
dan negeri, maka juga hati mereka tidak tenang, setiap hari
harus menghadapi berbagai masalah yang menyangkut
keselamatan dan kesejahteraan dari jutaan manusia yang
menjadi rakyatnya. Tidak ada diantata mereka yang berani
melakukan apa-apa yang melewati batas. Biarpun begitu, siapa 52
yang menjadi raja, bukankan dia dapat makan tanpa meluku,
dapat berpakaian tanpa menenun yang berarti dapat makan dan
pakaian mewah yang semuanya sudah tersedia?
Seorang kaisarpun jika keluar naik kereta dan jika pulang
memasuki istana. Semua itu merupakan capai lelah dan
keringat rakyat. Sebab itu disaat usia mulai lanjut, raja-raja
Tayli menyadari capai lelah rakyatnya, mereka meras menyesl,
maka diakhirnya mereka rela menjadi pendeta. Itulah sebabnya
mengapa banyak juga bekas raja-raja Tayli yang terus
mensucikan diri menjadi pendeta.
Namun hidup dalam suasana dan lingkungan mewah yang
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu-begitu juga harinya, yang selalu merupakan pekerjaan
rutin melakukan sidang-sidang para menterinya, yang dipimpin
setiap pagi hari, siang hari memberikan perintah pada
panglimanya dan sore harinya beristirahat dikelilingi oleh
kemewahan, membuat Toan Hongya jadi bosan dan lebih
banyak mempergunakan waktu-waktu senggangnya untuk
berlatih diri dan mempelajari ilmu silat. Dengan demikian,
karena sejak masih menjadi pangeran dia telah mempelajari
ilmu silat, kebetulan pula memperoleh ilmu yang luar biasa
tingginya, dengan sendirinya toan Hongya merupakan Kaisar
Tayli yang memiliki kepandaian silat yang luar biasa. Kaisar di
selatan yang sangat tersohor sekali.
Sekarang Toan Hongya menerima kunjungan Ong Tiong
Yang, seorang tokoh rimba persilatan, malah jago nomor satu
yang sudah tidak ada tandingannya lagi, yang sangat dihormati
sekali oleh kaisar tersebut, tidak terlalu mengherankan jika
Toan Hongyapun lebih banyak menghabiskan waktu-waktunya
belakangan ini dengan menemani Ong Tiong Yang. Apalagi
setelah Ong Tiong Yang membuka isi hatinya mengenai
maksud utamanya melakukan pernalanan jauh dari Tionggoan 53
ke Tayli ini hanya untuk mewariskan It Yang Cie pada Toan
Hongya, agar kelak Toan Hongya bisa mengawasi gerak-gerik
dan tingkah laku Auwyang Hong, maka Toan Hongya semakin
tekun melatih diri untuk ilmu-ilmunya yang baru saja
diwariskan oleh Ong Tiong Yang. Disebabkan Ong tiong Yang
pun ingin mewariskan seluruh kepandaiannya kepada Toan
Hongya, dengan sendirinya Coan Cin Kauwcu tersebut harus
berdiam di istana Toan Hongya selama enam bulan bersama
Loo Boan Tong si bocah tua bangkotan yang nakal tersebut.
Karena telah mendapat kata sepakat antara Ong Tiong
Yang dan Toan Hongya, yang telah menyetujui bahwa Ong
Tiong Yang mewariskan seluruh kepandaiannya untuk Kaisar
ini, dengan demikian setiap hari kedua orang itu, Kaisar
dengan tamu agung tersebut berlatih diri. Karena Ong Tiong
Yang menghendaki agar Toan Hongya dapat berlatih baik dan
sempurna.
Toan Hongya sendiri selain sangat bersyukur, juga dengan
tekun telah mempelajari dan melatih ilmu It Yeng Cie, ilmu
yang istimewa dan juga ilmu-ilmu lainnya.
*** Karena setiap hari tidak memiliki kesempatan didampingi
suhengnya, dan hanya seorang diri putar kayun tidak bisa diam,
Ciu Pek Thong jengkel dan kesal sekali. Sesungguhnya dia
tidak betah untuk berdiam terus di istananya Toan Hongya,
karena menurutnya dia jemu dan bosan. Namun suatu malam
ketika dia menyatakan kepada Ong Tiong Yang mengenai
maksudnya, ingin pergi pesiar di luar istana selama satu bulan,
Ong Tiong Yang telah melarangnya dengan keras, karena Ong
Tiong yang kuatir kalau-kalau Ciu Pek Thong menimbulkan
kerusuhan pula. 54
Dengan dilarang keluar dari istana, membuat Ciu Pek
Thong semakin jengkel. Dia setiap hari memutar kayun di
istana toan Hongya dengan hati yang mangkel sekali. Dan
karena itu, setiap bagian dari istana Toan Hongya telah
didatangi. Dan boleh dikatakan Ciu Pek Thong pun mengenal
baik sekali seluruh bagian dari istana raja Tayli itu. karena
seringnya ia memutar kayun mengelilingi istana Toan Hongya
maka Loo Boan Tong merupakan si bocah tua bangkotan
berandalah yang nakal ini benar-benar merasakan seperti dalam
keadaan disiksa dan terpenjara dimana kebebasannya sangat
terkekang sekali. Walaupun sesungguhnya sebagai tamu agung
dia tidak pernah dilarang untuk berkeluyuran diseluruh wilayah
istana, sampai-sampai ke daput istana, kamar mandi dan juga
tempat buang kotoran, semuanya telah didatangi oleh Ciu Pek
Thong dan diketahuinya dengan baik. Tidak trkecuali juga
istana tempat berdiamnya para selir dan yang lebih hebat lagi,
Loo Boang Tong juga berkeliaran dengan bebas di istananya
permaisuri! Walaupun demikian, perasaan bosan juga yang
membuat Ciu Pek Thong merasakan dirinya sangat terkekang,
kebebasannya seperti dibatasi, karena setiap hari hanya
diperbolehkan berkeliaran disekeliling istana tersebut,
setapakpun tidak boleh melangkah keluar meninggalkan istana.
Ong Tiong Yang kuatir jika Ciu Pek Thong diijinkan
keluar dari istana, maka dia akan menimbulkan kerusuhan.
Tapi justru dengan berdiamnya Ciu Pek Thong didalam istana,
keonaran yang hebat sekalipun tidak terhindarkan telah terjadi
urusan yang benar-benar membawa perobahan untuk hari
depan dan juga penghidupan dan kehidupan Toan Hongya
diwaktu-waktu mendatang. Karena Loo Boan Tong jika
memang tidak menimbulkan keonaran, tidaklah bisa disebut
Loo Boan Tong, karena jika si bocah tua bangkotan ini selama
setengah tahun terkurung di dalam istana, malah selama enam 55
bulan itu Ong Tiong Yang jarang mendampinginya, karena
selalu harus memperhatikan latihan-latihan Toan Hongya, dan
Loo Boan Tong tidak menimbulkan gara-gara, itulah urusn
yang benar-benar mengherankan.
Pada sore itu Ciu Pek Thong baru saja salin pakaian, dia
telah menggerutu seorang diri dengan hati kesal. Semua istana
ia telah kelilingi, sampai ke bagian yang paling sudut dan
terpencil sekalipun. Itupun dia baru berdiam bersama
suhengnya selama dua bulan lebih di istana Toan Hongya.
Kemarin malam suhengnya itupun menjelaskan bahwa
kemungkinan mereka akan berdiam di istana Toan Hongya
sampai enam bulan, berarti masih ada empat bulan lagi Ciu Pek
Thong harus hidup terkurung dan terkekang kebebasannya di
istana tersebut. Sanggupkah dia melakoni cara hidup ini terus
menerus, dimana setapak atau selangkah kaki tidak
diperkenankan keluar dari istana.
Karena itu, setiap kali berfikir begitu Ciu Pek Thong jadi
berduka. Sesungguhnya sering terpikir olehnya hendak diamdiam meninggalkan istana, tapi dia tidak memiliki keberanian
sebab dia memang sangat menghormati Suhengnya dan tidak
berani melanggar pesan Suhengnya satu langkahpun. Dengan
demikian akhirnya Ciu Pek Thong hanya semakin kesal saja.
Di istana yang peuh dengan pengawal, mereka tidak ada
seorangpun yang bisa diajak untuk bermain-main, karena
mereka memiliki tugas-tugas yang harus mereka lakukan,
disamping itu peraturan di istana sangat disiplin sekali. Dengan
demikian Ciu Pek Thong tanpa kawan, benar-benar jadi bosan
dan jengkel sekali. Juga dia tidak bisa menemukan satu dua
orang anak kecilpun yang bisa diajak bermain kelereng. 56
Seperti sore-sore sebelumnya, setelah bersalin pakaian Ciu
Pek Thong lebih banyak keluyuran disekitar taman bunga
istana, untuk memandangi bunga-bunga beraneka macam yang
tumbuh terawat baik disitu. Tapi apa yang dilihatnya, senua
bunga-bunga itu menyebalkan dengan kehidupan begini-begini
saja, hanya dikelilingi bunga-bunga yang tidak bisa diajak
bermain. Ciu Pek Thong sering mengomeli bunga-bunga itu,
tidak jarang ia menggerutu, "Hu, hu, kusentil telingamu.."
Sungguh menyebalkan sekali. Dan memang Ciu Pek Thong
menyentil kelopak bunga itu, seperti tengah menyentil seorang
anak kecil. Atau jika memang Ciu Pek Thong tengan sengit,
dia tentu memaki bunga-bunga itu, katanya, "Kalian toh
jelmaan dari para dewi-dewi yang dikutuk oleh raja langit,
yang diturnkan ke dunia untuk menjadi pohon-pohon bunga,
mengapa kalian tidak mau menjelma menjadi dewi-dewi lagi
untuk sehari ini guna menemaniku bermain kelereng.?" Dan
banyak lagi tingkah laku Ciu Pek Thong yang lucu, jenaka
namun bisa menimbulkan prasangka orang bahwa dia
terganggu otaknya jika memang ada orang yang melihat
tingkah lakunya seperti itu. Namun memang Ciu Pek Thong
sangat jemu dengan kehidupannya didalam istana Toan
Hongya ini.
Tapi sore ii, Ciu Pek Thong tidak menuju ke taman bunga,
dia menyusuri bagian istana sebelah barat, dimana tempat para
selir-selir kaisar berada. Maksud Ciu Pek Thong, dari iseng
keluyuran seorang diri, dia ingin menggoda para selir itu,
dengan menakut-nakuti mereka, umpamanya membuat
mimiknya sebagai mimik hantu, menjadi setan jadi-jadian,
untuk menakut-nakuti para selir itu. Jika mereka ketakutan dan
berlarian sambil menjerit dan pengawal berdatangan, tentu Ciu
Pek Thong akan gembira sekali. Namun sambil melangkah
menyusuri jalan yang penuh batu-batu putih bulat itu, Ciu Pek 57
Thong juga teringat pada Suhengnya. Jika sampai dia
menimbulkan gara-gara dan keonaran seperti itu dan Ong
Tiong Yang suhengnya itu mengetahui, tentu dia akan dihukum
berat. Bisa memperoleh hukuman duduk bersemedhi
menghadap tembok tanpa boleh bergerak sedikitpun! Dan Loo
Boan Tong, si bocah tua bangkotan ini jeri terhadap ancamman
hukuman yang memungkinkan dia sama sekali tidak bisa
bergerak atau keluyuran, sedangkan dia adalah seorang yang
gemar bergerak dan tidak betah diam.!"
Ciu Pek Thong si bocah tua bangkotan yang nakal itu
tambah uring-uringan dan menyusuri jalan kecil berbatu putih
itu dengan kepala tertunduk dan sebentar-sebentar kakinya
menendang-nendang batu kecil yang melintang didepannya.
Setiap kali ditendang, ada saja batu yang melayang pesat dan
menghantam batu lainnya, menimbulkan suara benturan yang
tidak begitu keras namun batu itu meluruk menjadi bubuk!.
Waktu Ciu Pek Thong sampai di ujung jalan kecil itu dia
melihat pintu rembulan yang terukir indah sekali. Itulah pintu
yang merupakan batas antara tempat itu dengan istana para
selir kaisar ditempatkan. Di istana tersebutlah para selir
memperoleh tempat-tempat tersendiri.
Ciu Pek Thong berdiri di muka pintu berbentuk rembulan
tersebut beberapa saat. Tampaknya si bocah tua bangkotan
yang nakal ini ragu-ragu. Dia memang telah berpikir tadi untuk
mengganggu dan menggoda para selir itu. namun dia jeri pada
suhengnya, terutama ancaman hukuman yang bisa diterimanya.
Karenanya dia jadi ragu-ragu. Namun dasarnya memang Loo
Boan Tong yang tidak bisa diam dan nakal, akhirnya Ciu Pek
Thong toh melangkah terus memasuki pintu rembulan tersebut. 58
Memasuki istana tersebut, Loo Boan Tong bertemu dengan
dua orang dayang, yang telah mengangguk hormat dan
tersenyum manis, tidak ada diantara mereka yang berani
menegur Loo Boan Tong atas kelancangannya yang berani
masuk ke dalam istana para selir. Dan tamu agung yang nakal
ini dibiarkan bebas berkeliaran di istana para selir tersebut.
Ciu Pek Thong yang tengah urung-uringan dan jengkel itu,
telah keluyuran mengelilingi istana tersebut dan berulang kali
bertemu dengan dayang istana dibagian berdiamnya para selir
tersebut, namun mereka tidak ada yang berani melarang Ciu
Pek Thong berkeliaran ditempat tersebut.
Waktu sampai di taman bunga istana, tempat selir kaisar
tersebut yang terletak di sebelah barat, Ciu Pek Thong
mendengar menderunya angin yang halus, seperti juga
ditempat itu ada seseorang yang tengah berlatih ilmu pukulan.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, Ciu Pek
Thong segera dapat mengetahui bahwa didengar dari angin
pukulan yang menderu-deru itu, orang yang tengah berlatih itu
belum lagi mencapai tingkat yang sempurna. Tapi semangat
Ciu Pek Thong terbangun, dia girang sekali. Dengan adanya
orang yang tengah berlatih silat, tentu dia bisa mengajak orang
itu main-main. Dasar memang nakal, Ciu Pek Thong
menjejakkan kakinya, tubuhnya ringan sekali melompat ke atas
genting. Kemudian dengan gesit dia teh melompat kedekat
payong bangunan itu, darimana dia bisa melihat taman istana
bagian tersebut, sehingga begitu melihat jelas siapa yang
tengah berlatih, Ciu Pek Thong jadi bengong.
Ditaman itu, seorang memang tengah berlatih ilmu
pukulan seorang diri. Begitu tekun orang itu mempelajari ilmu
pukulan, sehingga dia tidak memperhatikan keadaan
disekitarnya, terlebih lagi memang Ciu Pek Thong 59
menempatkan dirinya diatas payon rumah. Dialah seorang
wanita yang cantik jelita, berusia masih muda dengan rambut
yang disanggul tunggal, diberi hiasan yang terdiri dari intan
dan permata lainnya, ujung rambut telah diikat merupakan
buntut kuda. Wanita yang cantik jelita itu mengenakan baju
warna kuning keemas-emasan, dengan rompi warna merah dan
runce-runce kuning pula. Ikat pinggangnya berwarna jambon.
Tubuhnya bergerak lemah gemulai dalam ilmu pukulan yang
tengah dilatihnya, sehingga dengan lenggang lenggoknya
wanita cantik tersebut bagaikan seorang dewi dari kahyangan
yang baru turun ke bumi untuk membawakan sebuah tarian
yang sangat menarik. Angin pukulan yang menderu-deru itu
berasal dari gerakan kedua tangannya.
Ciu Pek Thong mengawasi dengan mata terbuka lebarlebar, dia begitu kagum dan terpaku oleh kejelitaan wanita
tersebut. Sebagai seorang yang berandalan, bukan didorong
oleh pikiran yang tidak-tidak, namun si nakal ini justru telah
kesengsem oleh ingatan prihal dongeng yang sering diceritakan
oleh Ong Tiong Yang suhengnya mengenai dewi-dewi dari
kahyangan. Ciu Pek Thong ingin menduga apakah wanita
cantik jelita ini adalah seorang dewi yang baru saja turun dari
kerajaan langit?
Yang menarik hati Ciu Pek Thong,
ilmu pukulan wanita yang cantik
jelita itupun sesungguhnya
merupakan suatu ilmu pukulan yang
sangat hebat yaitu Sian Thian Kang,
ilmu andalannya Toan Hongya!
Cuma saja, disebabkan latihan
wanita itu masih jauh dari
sempurna, pukulan-pukulannya 60
hanya menimbulkan angin yang menderu-deru, belum lagi
merupakan pukulan-pukulan yang berarti. Karena terlalu
tertarik, Ciu Pek Thong telah menghampiri lebih dekat, dimana
dia berdiri depinggir payon genting, kemudian menggantung
disitu dengan mencantolkan salah satu kakinya dipayon
tersebut. Maksud Ciu Pek Thong ingin mengejutkan wanita itu
dengan tiba-tiba. Dia ingin mengejutkan wanita itu dengan
menjadi ?setan gantung?.
Wanita cantik yang tengah berlatih ilmu pukulan Sian
thian Kang itu sama sekali tidak mengetahui bahwa dirinya
tengah diperhatikan oleh Ciu Pek Thong. Dia begitu tekun
membawakan jurus demi jurus dari ilmu pukulan tersebut.
Siapakah wanita cantik jelita tersebut? Ternyata ia tidak
lain dari Lauw Kuihui, salah seorang selir tersayang dari Toan
Hongya.
Tayli merupakan kerajaan kecil dan tentu saja tidak bisa
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disamakan dengan kerajaan Song. Jika ingin membicarakan
soal keluasan wilayah kerajaan tersebut. Namun sama seperti
raja-raja Song, seorang Kaisar Tayli selalu memiliki seorang
permaisuri dan beberapa orang selir. Dengan demikian, Toan
hongya pun seperti lazimnya kaisar-kaisar lainnya memiliki
permaisuri dan beberapa orang selir. Sebagai seorang yang
gemar berlatih silat, sesungguhnya Toan Hongya tidak begitu
tertarik dengan wanita, namun semua itu dimana dia memiliki
beberapa orang selir, hanya untuk melengkapi kedudukannya
sebagai seorang raja saja, dimana memang sudah menjadi
semacam tradisi atau peraturan yang tidak tertulis harus
dilaksanakannya.
Jika Toan Hongya tengah berlatih diri, maka para selir
Toan Hongya ikut menyaksikan, maka diantara beberapa orang 61
selir itu ingin mempelajari ilmu silat. Toan Hongya pun
memenuhi permintaan selir-selirnya itu, sebab Toan Hongya
berfikir berlatih ilmu silat hanya untuk menambah kesehatan
mereka dan panjang umur.
Diantara para selir-selir yang meminta diajari ilmu silat,
terdapat Lauw Kuihui, yang bakatnya sangat baik dan cerdas.
Dia masih berusia muda sekali, baru dua puluh tahun dan juga
rajin belajar. Begitu diajari setiap jurus dia langsung bisa.
Bahkan setiap hari dia telah melatih diri dengan baik, dimana
dia selalu berusaha untuk menguasai ilmu yang diturunkan oleh
Toan Hongya. Kesungguhan hatinya dalam berlatih ilmu silat
membuat Toan Hongya menurunkan ilmu-ilmu yang lebih
banyak lagi. Bahkan Sian thian Kang, ilmu andalah Toan
Hongya telah diturunkan pada selir yang seorang ini.
Lauw Kui hui ternyata bukan hanya rajin mempelajari
ilmu silat yang diturunkan oleh Toan Hongya, bahkan dia
berkeinginan untuk memiliki kepandaian yang benar-benar
sempurna. Dia menghendaki bisa memperoleh ilmu yang lebih
tinggi, dimana kelak bisa menyebabkan dia bisa memiliki
kepandaian yang tidak berada dibawah kepandaian Toan
Hongya.
Dengan keinginannya untuk memiliki kepandaian ilmu
silat yang tinggi seperti itu, Lauw Kui hui memiliki maksudmaksud tertentu, yaitu seetelah berhasil memiliki kepandaian
yang tinggi ia bermaksud menindih pengaruhnya permaisuri,
dimana Lauw Kuihui memang bercita-cita ingin menggeser
permaisuri dan ia ingin duduk disisi Toan Hongya sebagai
permaisuri yang agung! Sebagai seorang wanita yang cerdas
dan cerdik, dengan sendirinya mengetahui bahwa rajanya
merupakan seorang yang gemar ilmu silat. Jika ia bisa
mempelajari ilmu silat yang sangat tinggi, tentu Toan Hongya 62
akan lebih menyeyangi dan memperhatikannya, bahkan
diwaktu-waktu mendatang mereka bisa berunding tentang ilmu
silat, dengan begitu pula Toan Hongya lebih banyak
berdampingan dengannya.!
Itulah salah satu sebab mengapa Lauw Kuihui dengan rajin
berlatih diri. Dia berusaha untuk menguasai seluruh ilmu yang
telah diturunkan oleh Toan Hongya, dan memang dia berhasil
dengan baik, walaupun dia belum bisa menguasai tenaga
Iwekang yang tinggi, namun seluruh ilmu silat yang diturunkan
oleh Toan Hongya telah berhasil dikuasai semuanya, tinggal
yang kurang latihan belaka.
Toan Hongya sendiri terhadap selir yang satu ini memang
memperlakukannya lain dari selir-selir lainnya, raja itu
memperhatikan lebih istimewa, dimana Lauw Kuihui sangat
disayang dan diperhatikan. Terlebih lagi setelah Toan Hongya
mengetahui selirnya itu berbakat dalam mempelajari ilmu silat.
Dengan demikian, perhatian Toan Hongya semakin besar
tertumpah pada selir yang satu ini.
Setiap sore Lauw Kuihui selalu melatih diri dengan rajin,
dan sepperti sore inipun dia tengah berlatih dengan tekun,
sehingga Ciu Pek Thong yang nakal itu sempat menyaksikan
selir itu tengah berlatih diri.
Loo Boan Tong yang nakal itu telah mengawasi sekian
lama, akhirnya dengan sebelah kaki, yaitu kaki kiri tergantung
di payon, sehingga tubuhnya bergantung begitu, dia bertepuk
tangan memuji, "Bagus!..bagus! .. ilmu silat yang baik! Hanya
sayang dibawakan oleh orang yang tidak begitu pandai,
sehingga intisari ilmu itu lenyap semua dan tidak ada
artinya." 63
Lauw Kuihui terkejut, berhenti menggerakkan sepasang
tangannya dan menoleh. Selir ini jadi terkejut melihat seorang
bergelantungan di payon, malah seorang laki-laki! Di istana
tersebut setiap laki-laki dilarang masuk atau menginjakkan
kakinya, kecuali Toan Hongya. Sedangkan seluruh dayang di
istana para selir terdiri dari wnita semuanya.
Kini, ditempat ini telah masuk seorang laki-laki, inilah
baru pertama kali terjadi. Buat Lauw Kuihui selain
mengejutkan juga bercampur girang, karena dia segeera
mengenali bahwa orang ini bukan lain dari tamu agung rajanya,
yang menurut keterangan yang diperoleh dari Toan Hongya
bahwa kedua tamu agung itu memiliki kemampuan silat yang
tinggi sekali, bahkan salah seorang diantara mereka itu
memiliki kepandaian diatas kepandaian Toan hongya sendiri.
Melihat Pek Thong, seketika berkelebat serupa ingatan dihati
Lauw Kuihui.
"Oh kiranya Ciuya?" berseru Lauw Kuihui sambil
memperlihatkan paras berseri-seri, sehingga wajahnya yang
cantik itu tambah rupawan, matanya yang bersinar-sinar
bagaikan bintang timur, hidungnya yang bagus bentuknya,
bibirnya yang mungil dengan pipinya yang kemerah-merahan
sehat dan bentuk tubuhnya yang begitu indah.
Ciu Pek Thong melompat turun dengan gerakan yang
ringan. Tubuhnya melayang ke samping Lauw kuihui dengan
gerakan yang indah sekali, seperti juga hinggapnya seekor
burung rajawali. Lauw Kuihui yang melihat cara melompat
turun Ciu Pek Thong jadi tambah kagum, karena selir ini
melihat bahwa ginkang Ciu Pek Thong memang sempurna
sekali. 64
Ciu Pek Thong tidak mengetahui bahwa Lauw Kuihui
adalah seorang selir Toan Hongya, malah merupakan selir yang
sangat disayang dan dicintai oleh raja itu, maka sama sekali
Ciu Pek Thong tidak memberi hormat sebagaimana layaknya,
hanya tertawa dengan sikap jenaka, katanya, "Apakah engkau
mau main-main denganku?"
Muka Lauw Kuihui jadi berubah merah, pipinya dirasakan
jadi panas sekali. Dia menunduk.
"Akh.. ciuya bergurau!" kata selir itu dengan suara tidak
begitu jelas.
Pek Thong membuka matanya lebar-lebar. Dia
memandang bagaikan si tolol.
"Bergurau?" tanyanya. "Aku tidak bergurau. Jika memang
engkau mau, aku bersedia untuk menemanimu main-main!"
Muka Lauw Kuihui tambah merah. Memang sebagai selir
seorang Kaisar, Lauw Kuihui telah terlalu banyak mendengar
tentang penyelewengan selir raja dengan pria-pria tertentu atau
orang-orang dalam istana, dimana selir-selir itu yang umumnya
kesepian, main-main dengan kekasih gelapnya. Dan sekarang
tamu agung yang seorang ini, begitu bertemu dengannya telah
mengajaknya untuk main-main, tentu saja membuat Lauw
Kuihui merasa malu dan gusar. Namun disebabkan tamu ini
merupakan tamu agung, dengan sendirinya dia tidak berani
menegur kekurang-ajaran tamu tersebut.
"Ciuya, apakah Hongya telah memberikan ijinnya padamu
untuk masuk kemari?" tanya Lauw Kuihui untuk
mengalihkan pembicaraan mereka. 65
Ciu Pek Thong menggeleng, sambil tertawa dia bertanya,
"Apakah untuk masuk kemari harus memerlukan ijin dari Toan
Hongya?"
Lauw Kuihui yang kini berbalik bingung. Orang yang
dihadapannya ini adalah tamu agung kaisarnya. Menurut
rajanya itu bahwa tamu agung ini juga memiliki ilmu silat yang
amat tinggi, dimana Toan Hongya sendiri memperlakukan
tamu agung ini dengan hormat. Namun sekarang dengan mata
kepala sendiri dia menyaksikan tamunya ini adalah seorang
yang ketolol-tololan. Namun tentu saja Lauw Kuihui tidak
berani memperlihatkan sikapnya meremehkan, bahkan dia
mengangguk cepat sambil katanya, "Ya, segala disini harus
memperoleh ijin dari Toan Hongya!"
Ciu Pek Thong tertawa lebar sambil tepuk-tepuk
keningnya.
"Dasar si Toan Hongya saja yang mau disibuki oleh segala
peraturan, mau apa dia sibuk mengatur tempat ini, segala apa
harus memperoleh ijinnya? Apakah jika aku hendak main
dengan kau, itupun perlu ijin dari Toan Hongya?"
Kembali pipi Lauw Kuihui jadi berobah merah dan terasa
panas, namun dia mengangguk.
"Ya!" shutnya dengan sikap malu-malu tapi hatinya
mendongkol bukan main.
"Hu..hu.. sungguh tengik sekali dan menyebalkan Toan
Hongya, kalau memang kita main-main tanpa ijinnya, apakah
kita akan dihukumnya?"
Lauw Kuihui mengawasi tamu ini, dia berdiam diri
mengawasi dengan salah tingkah. 66
"Aku tertarik melihat engkau memiliki kepandaian yang
lumayan, belum terlatih sempurna karena tenaga latihanmu
belum kuat benar. Namun kukira cukup untuk menemaniku
bermain-main beberapa jurus melewatkan waktu yang
senggang! Tapi memang jika harus meminta ijin dulu dari
Toan Hongya, oh..oh.. ini menyebalkan sekali! Aku semakin
tidak betah berdiam ditempat ini.!" dan Ciu Pek Thong telah
uring-uringan, dia telah menepuk-nepuk keningnya lagi.
Lauw Kuihui tertegun, sejenak dia tertawa, ternyata dia
telah salah menafsir perkataan ?main-main? nya Ciu Pek
Thong. Rupanya yang dimaksud oleh Ciu Pek Thong adalah
main-main untuk berlatih ilmu silat, jadi bukan ?main-main
asmara? seperti yang diduga oleh Lauw Kuihui.
Waktu itu Ciu Pek Thong telah memutar tubuhnya, dia
ingin meninggalkan taman itu karena dia benar-benar jengkel
sekali.
"Tunggu dulu Ciuya!" panggil Lauw Kuihui cepat.
Dan Ciu Pek Thong menahan langkahnya menoleh
"Apakah kau mau menemani aku main-main tanpa ijin dari
Toan Hongya?" girang sekali si bocah tua bangkotan yang
berandalan itu.
Lauw Kuihui mengangguk. "Ya, Siaumoay bersedia untuk
menemani Ciuya.!"
"Bagus!" berjingkrak Ciu Pek Thong yang girang bukan
main, sampai seperti seorang anak kecil yang memperoleh
sebuah mainan yang disenangi. Dia berjingkrak-jingkrak
beberapa kali.
Lau Kuihui juga tersenyum. Dia sekarang mengetahui
walaupun tampaknya ketolol-tololan dan bloon, lagaknya 67
bego-begoan seperti itu, namun kenyataannya Ciu Pek Thong
adalah seorang yang polos dan jujur. Dalam waktu yang
singkat dia telah melihat betapa polosnya Ciu Pek Thong. Apa
yang dipikirkannya , apa yang dikatakannya dan tidak terikat
oleh segala peradatan. Bukankan dia seorang selir dimana
seharusnya Ciu Pek Thong harus memperlakukannya dengan
sikap yang hormat dan penuh peradatan yang pantas? Jika toh
bukan selir, setidak-tidaknya sebaai seorang wanita, tentu Ciu
Pek Thong pun akan memperlakukan Lauw Kuihui lebih
pantas dari yang sekarang ini, dengan sikap sopan santun, dan
peradatan yang memisahkan antara pria dan wanita. Tapi si
bego ini malah bersikap begitu polos semau hatinya. Namun
Lauw Kuihui tidak marah terhdap Ciu Pek Thong, diapun
mamang tidak mempersalahkan sikap Pek Thong, malah
menyukainya. Menurut Lauw Kuihui, selama dia berada di
istana Toan Hongya diambil menjadi selir, semua penghuni
istana memperlakukannya dengan hormat dan disertai dengan
segala peradatan. Dengan demikian Lauw Kuihui menjadi
bosan dan jemu disamping sebal. Namun sekarang Ciu Pek
Thong justru memperlihatkan sikap yang polos, seadanya dan
apa saja yang sepantasnya, bercakap-cakap dengan polos
bebas, dan juga tidak disertai dengan peradatan yang
memuakkan Lauw Kuihui. Karenanya diam-diam selir ini juga
jadi senang untuk bercakap-cakap dengan si tamu agung ini.
Ciu Pek Thong telah berhenti berjingkrakan, dia telah
menghampiri Lauw Kuihui, sambil tertawa lebar, diapun
berkata, "Mari.. mari kita mulai!"
"Siauwmoay tidak memiliki kepandaian yang berarti,
karenanya harap Ciuya kasihan pada Siauwmoay untuk
memberikan petunjuk pada Siauwmoay!" kata Lauw Kuihui
dengan sikap yang manis. 68
Ciu Pek Thong mengangguk, katanya, " Jangan kuatir!
Jika nanti setelah kau menemani aku main-main, sehingga kau
tidak kesepian lagi, tentu aku akan membalas budimu dengan
mengajarimu ilmu-ilmu yang hebat! Sungguh menyebalkan
sekali, selama berada di istana Toan Hongya ini, tidak ada
seorangpun yang menemani aku main-main, sehingga aku
hanya keluyuran seorang diri, membosankan sekali. Jika saja
ada orang yang mau menemaniku untuk bermain-main, seperti
main kelereng, atau main petak dan lain-lainnya, tentu aku
akan betah berada di istana ini walapun harus bertahuntahun!"
Lauw Kuihui tersenyum. Dilihatnya Ciu Pek Thong
walaupun seorang pemuda yang telah berusia hampir tigapuluh
tahun, toh kenyataannya dia merupakan seorang yang jenaka
dan wataknya seperti kanak-kanak, dimana dia masih senang
main keleereng, masih senang main petak. Inilah yang tidak
pernah diduga oleh Lauw Kuihui, mengenai tabiat dari tamu
agungnya ini maka sekarang begitu mengetahui tabiat si tamu
agung dia jadi tersenyum sendiri.
Melihat Lauw Kuihui hanya tersenyum Ciu Pek Thong
jadi gatal tangannya dan tak sabaran.
"Ayo kita mulai! Jangan senyum-senyum begitu saja!"
kata Pek Thong.
"Siauwmoay menantikan pengajaran dari Ciuya!" kata
Lauw Kuihui.
"/Engkau masih memiliki kepandaian yang rendah, tentu
saja engkau yang harus menyerang aku!" kata Ciu Pek Thong
tanpa tedeng aling-aling, plos sekali. "Jika memang aku yang
menyerangmu, apakah dalam dua jurus engkau masih bisa
mengelakkan?" 69
Muka Lauw Kuihui jadi berubah merah. Tampa
mempedulikan keadaan selir tersebut, Pek Thong telah
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pendekar Bloon 21 Tokoh Tokoh Kembar Pendekar Rajawali Sakti 14 Api Di Karang Setra Kelompok 2 Dan 1 Pencuri Intelek Karya Dwianto Setyawan
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama