Ceritasilat Novel Online

Lima Jago Luar Biasa 2

Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 2


mengibaskan lengan bajunya, katanya, "Ayo mulai menyerang,
aku akan melayanimu dengan main-main, seperti ini sungguh
menggembirakan sekali!"
Lauw Kuihui sambil berkata minta ?maaf? telah
menggerakkan kedua tangannya saling susul, dia mulai
menyerang dengan jurus-jurus pukulan Sian thian Kang.
Karena mengetahu tamu agung ini seorang yang memiliki
kepandaian yang tinggi, begitu menyerang Lauw Kuihui segera
menggunakan jurus yang hebat.
Namun bagi Ciu Pek Thong dia mana melihat sebelah
mata terhadap serangan tersebut? Karena dia bergerak lincah
sekali menghindari serangan tersebut.
Empat kali Lauw Kuihui menyerang hebat, empat kali pula
gagal. Bahkan waktu dia menyerang keempat kalinya, Pek
Thong telah melompat kebelakang Lauw kuihui sambil
tertawa-tawa dan dia telah menarik buntut kuda Lauw Kuihui.
Tentusaja Lau kuihui terkejut sekali, karena bukannya
mengusap, malah justru menarik rambutnya membuat
kepalanya terjengklak kebelakang.
Namun akhirnya Lauw Kuihui bukannya marah atas
?kekurangajaran? Ciu Pek Thong, malah dianggapnya lucu dan
menyenangkan dengan main main secara bebas seperti itu.
seumur hidupnya, terlebih sejak diboyong ke istana menjadi
selir, Lauw Kuihui tidak pernah bermain sebebas sekarang ini.
inilah permainan yang menyenangkan sekali. Dengan
demikian, semangat Lauw Kuihui terbangun, demikian juga
kegembiraanya. Sambil tertawa-tawa gembira Luw Kuihu
menyerang Ciu Pek Thong berulang kali. Dengan demikian, 70
karena Pek Thong selalu berkelit mengelak dan Lauw Kuihui
menyerang terus sambil mengejarnya, mereka juga seperti
pasangan kekasih yang tengah bermain petak. Suara tertawa
Loo Boan Tong yang selalu berjingkrak dan berseru diiringi
tertawanya dan suara tertawa Lauw Kuihui yang begitu merdu
merupakan kegembiraan yang terlihat jelas sekali.
Lama juga Lauw Kuihui mengejar-ngejar sambil
menyerang berulang kali pada Pek Thong, namun Pek Thong
selalu berhasil mengelakkannya, karena Pek Thong memang
memiliki Ginkang yang sempurna, dia seperti mempermainkan
Lauw Kuihui.
Sudah berbulan-bulan Pek Thong selalu dikurung di istana
Toan Hongya tanpa pernah bermain-main, sehingga
menyebalkan sekali buatnya. Sekarang dia bisa bermain-main
dengan gembira seperti ini hatinya jadi terbuka sekali.
Semikian juga halnya dengan Lauw Kuihui.
Tetapi setelah lewat seratus jurus lebih, Ciu Pek Thong
berkata, "Jagalah aku akan balas menyerang!"
Lauw Kuihui mendengar bahwa Pek Thong ingin balas
menyerang, sambil tertawa-tawa telah bersiap-siap untuk
menerima serangan, dia berwaspada sekali.
Waktu itu Ciu Pek Thong mengulurkan tangannya akan
menotok lengan, Lauw Kuihui mengelakkannya ke samping
kanan. Dengan demikian totokan Ciu Pek Thong dapat
dielakkan. Namun Pek Thong penasaran, dia meneruskan
serangannya itu tanpa menarik pulang tangannya, maka tanpa
diinginkan justru jari tangan Ciu Pek Thong telah menotok
dada Lauw Kuihui. 71
Buat Pek Thong, hal itu tidak jadi persoalan, tidak
membawa perasaan apa-apa baginya. Tapi tidak demikian
dengan Lauw Kuihui. Mukanya berubah menjadi merah panas,
karena dia menduga inilah perbuatan nakal dari Pek Thong.
Sesungguhnya Pek Thong memang tidak mempedulikan ikatan
peradatan antara pria dan wanita, karenanya totokan jarinya
pada dada Lauw Kuihui dianggapnya hal yang biasa saja.
Waktu itu Pek Thong telah berjingkrak tertawa, "Bagus!
bagus .. kau bisa mengelakkan totokanku. Itulah bagus,
menunjukkan bahwa kepandaianmu memang cukup tinggi
coba terima lagi totokanku ini!" Kali ini Ciu Pek Thong
bergerak sebat sekali, dimana tubuhnya berkelebat gesit sekali.
Mata Lauw Kuihui jadi kabur, tahu-tahu dia telah
merasakan ngilu pada pinggang dan pundaknya dan tanpa
dikehendaki, tubuhnya lemas tidak bertenaga dan rubuh rebah
diatas rumput yang memang tumbuh tebal ditempat itu.
Ciu Pek Thong telah melihat Lauw Kuihui terkulai rebah
diatas rumput, bukannya kaget dan cepat-cepat
membangunkannya untuk membebaskan totokannya, malah si
bego bocah tua bangkotan yang nakal ini telah tertawa
terbahak-bahak.
"Nah sekarang kau menyerah atau tidak? Jika kau
mengaku kalah, aku akan membebaskan totokan itu!"
Muka Lauw Kuihui jadi berubah merah, dia jengah sekali.
Namun dia menyahuti, "Ciuya, kepandaianmu sangat tinggi
sekali, aku kagum!"
"Katakan saja dulu, kau mengaku kalah atau tidak?" tanya
Ciu Pek Thong. 72
"Ya, Siauwmoay mengaku kalah, kepandaian Ciuya hebat
sekali!" menyahuti Lauw Kuihui.
Pek Thong berjingkrak-jingkrak kegirangan.
"Nanti kita main-main lagi, sungguh menggembirakan!"
berseru Ciu Pek Thong.
Segera Lauw Kuihui dibebaskan dari totokan. Waktu itu
Lauw Kuihui jadi kagum sekali pada Ciu Pek Thong. Dia
memang menyukai tabiat Pek Thong yang bebas. Maka
sekarang melihat Ciu Pek Thong memiliki ilmu yang begitu
tinggi, yang hanya dua kali menyerang telah merubuhkannya,
Lauw Kuihui jadi tambah menyukai Ciu Pek Thong.
Sedangkan Ciu Pek Thong mendengar Lauw Kuihui takluk
padanya dan juga mendengar selir itu memujinya setinggi
langit, jadi girang bukan main. Terlebih lagi memang Lauw
Kuihui sangat cerdas, disamping juga dia memang cerdik dan
pandai memanfaatkan keadaan, dimana melihat Pek Hong
memiliki ilmu yang hebat, terutama ilmu totokan itu yang
belum pernah diturunkan oleh Toan Hongya, dia telah
memohon pada Pek Thong agar mau mengajarinya ilmu
totokan itu padanya.
Sebelumnya Lauw Kuihui memang sering sekali memohon
pada Toan Hongya agar mengajarkan ia ilmu totokan, tapi
karena Toan Hongya beranggapan ilmu totokan itu merupakan
ilmu yang terlalu sulit dan Lauw Khihui juga belum memiliki
dasar yang kuat disamping Iwekang yang belum terlatih
dengan baik, maka Toan Hongya selalu menolak permintaan
Lauw Kuihui. Dengan demikian keinginan selir itu untuk
mempelajari ilmu totokan tersebut semakin kuat. Sekarang
dihadapannya berdiri si tamu agung yang bego namun
memiliki ilmu totokan yang luar biasa tingginya, dengan 73
demikian Lauw Kuihui tidak menyia-nyiakan kesempatan ini,
dia sengaja melayani Pek Thong dengan manis, memohon agar
Pek Thong mengajari ilmu totokan.
Ciu Pek Thong waktu mendengar Lauw Kuihui minta
diajarkan ilmu totokan jadi bingung. Tidak mudah untuk untuk
memberikan pelajaran ilmu totokan itu, setidak-tidaknya
memakan waktu yang sangat lama.
"Nanti aku akan menemani Ciuya main-main kelereng!"
kata Lauw Kuihui. Dia memang cerdik, tadi dia mendengar
Pek Thong mengatkan bahwa si bocah tua bangkotan yang
berandalan ini gemar main kelereng dan main petak, karena itu
ia ingin ?membayar? pelajaran ilmu totokan itu dengan
mengajak Pek Thong main kelereng atau main petak.
Mendengar akan ditemani main kelereng, Ciu Pek Thong
berjingkrak-jingkrak girang, bahkan dia telah berseru, "Cepat
kau keluarkan kelerengmu!" kata Ciu Pek Thong tidak sabar.
"Aku tidak memiliki kelereng!" kata Lauw Kuihui.
"Nih kupinjami lima kelereng, nanti kau harus
mengembalikannya!" kata Pek Thong sambil menyerahkan
lima butir kelereng pada Lauw Kuihui.
Lauw Kuihui menyambuti dan merekapun telah asyik
bermain kelereng. Semula Lauw Kuihui tidak tahu cara
bagaimana bermain kelereng, tapi setelah dijelaskan oleh Pek
Thong cepat sekali dia mengerti, malah mereka telah main
kelereng dengan hati yang sangat gembira. Sebentar-sebentar
terdengar suara seruan dan tertawa mereka yang gembira.
Yang paling gembira adalah Pek Thong, karena dia bisa
bermain kelereng ditemani Lauw Kuihui, tidak seperti hari-hari
sebelumnya, dimana dia selalu diliputi kejengkelan hati karena 74
kesepian tidak ada orang yang bisa menemaninya bermain
kelereng.
Sampai hari gelap, mereka masih terus bermain kelereng,
malah Lauw Kuihui telah menyalakan beberapa tengloleng
dimana taman itu cukup terang, dan mereka terus juga main
kelereng sampai jauh malam.
Akhir dari permainan mereka, Lauw Kuihui yang kalah
dan berhutang sampai duapuluh delapan kelereng pada Pek
Thong.
**** JILID 3
"Besok kita main lagi!" kata Lauw Kuihui,
"Dan jika besok aku yang beruntung bisa
menang, akan kubayar hutangku itu!"
Pek Thong gembira sekali. Malam itu dia
tidur nyenyak sekali. Hatinya sangat puas,
sampai dalam tidurnya dia mimpi tengah
bermain kelereng bersama-sama dengan
Lauw Kuihui.
Keesokan paginya, Pek Thong telah datang ke istana selir
kaisar mencari Lauw Kuihui. Tidak sulit buat Pek Thong
karena Lauw Kuihui telah menantinya di taman.
Merekapun asyik bermain kelereng lagi. Bosan bermain
kelereng mereka bermain petak, bermain hantu-hantuan dan 75
lain-lain permainan yang sesungguhnya semua itu merupakan
permainan kanak-kanak.
Lauw Kuihui sendiri mula pertama kalinya merasa lucu
dan geli dihati dengan bermain seperti kanak-kanak kembali.
Namun setelah asyik bermain, justeru selir ini jadi gembira
bukan main karena belum pernah dia merasakan kebebasan dan
kegembiraan seperti itu, dimana dia bisa bermain dengan bebas
dan gembira sekali, tidak terkungkung oleh segala adat
peradatan, malah Lauw Kuihui seperti memperoleh kembali
kegembiraan masa kanak-kanaknya.
Setelah lelah bermain, Lauw Kuihui menyediakan
makanan untuk Pek Thong. Sambil makan, Pek Thong
bercerita mengenai ilmu totokan itu, bagaimana pertama
kalinya harus mulai mempelajari rahasia-rahasia terpenting dari
ilmu totokan tersebut, dan cara bagaimana harus dapat
menotok dengan mengimbangi tenaga totokan, agar setiap
totokan dapat menutup jalan darah totokan tersebut.
Lauw Kuihui mendengarkan dengan penuh perhatian.
Bukan main girangnya Lauw Kuihui karena dia telah
memperoleh kenyataan bahwa ilmu totokan itu adalah ilmu
yang hebat dan beberapa kali dalam kesempatan waktu mereka
tengah bermain gembira, selalu Liauw Kuihui menuntut agar
Pek Thong menepati janjinya untuk mengajari dia ilmu totokan
tersebut.
Loo Boan Tong, si bocah tua bangkotan yang nakal iitu
selalu bermain dengan gembira. Diapun tidak menganggap
bahwa Lauw Kuihui sebaagai seorang wanita, hanya
diperlakukan sebagai seorang sahabat yang menyenangkan
yang bisa diajak bermain bersama-sama, menemaninya
bermain kelereng dan petak.maka Lauw Kuihui memiliki 76
banyak sekali cara-cara bermain yang menarik, seperti juga
halnya dengan bermain tangan tungkrap buka, yang dikenal
dengan nama pong-pong-ciu dan bermain lempar-lempar batu,
bermain melompati tambang, bermain melewati tumpukan
gala. Tentu saja semua itu harus dilakukan oleh Pek Thong
tanpa mempergunakan ginkangnya, sehingga memang sulit
juga Pek Thong untuk melewati tumpukan tangga dengan
lompatan biasa, dan semua itu malah mendatangkan
kegembiraan yang luar biasa bagi Pek Thong sehingga dia
selalu menjanjikan kepada Lauw Kuihui jika memang Lauw
Kuihui mau menemaninya bermain-main, dia akan
menurunkan ilmu silatnya yang lain-lainnya disamping ilmu
totokan itu.
Lauw Kuihui semakin bersemangat mencarikan permainan
baru untuk si bocah tua bangkotan yang nakal dan berandalan
ini yang memiliki tabiat masih seperti kanak-kanak itu.
Begitulah, dihari kelima, Pek Thong mulai mengajari
Lauw Kuihui ilmu totokan itu. Yang pertama-tama
diajarkannya Kauwhoat (teori) ilmu totokan tersebut. Dia telah
menyebutkan satu persatu teori ilmu totokan tersebut. Setiap
kali dia selesai menjelaskan satu jurus dan ilmu totokan
tersebut dia mengajak Lauw Kuihui untuk bermain. Dan
setelah puas bermain, baru Pek Thong mengajari jurus yang
lainnya lagi. Dengan cara seperti itu, setelah lewat sepuluh
hari, barulah Pek Thong menjelaskan seluruh kauwhoat ilmu
totokan tersebut.
Lauw Kuihui memang cerdas sekali. Dia sangat pintar
sekali, karena sekali saja Pek Thong menjelaskan. Dia segera
bisa mengingatnya dengan baik dan menguasai teori itu. 77
Waktu hari kesebelas, tiba giliran Pek Thong
memberitahukan letak-letak dari jalan-jalan darah terpenting di
tubuh manusia. Untuk ini Pek Thong memperoleh kesulitan.
Sejak pagi hari, Pek Thong telah bermuram dan bermain
tidak segembira hari-hari sebelumnya.
Lauw Kuihui melihat keadaan Pek Thong seperti itu,
sambil tertawa menanyakannya. Si bocah tua bangkotan itu
Cuma menggeleng-gelengkan kepalanya. Tapi waktu Lauw
Kuihui mendesaknya, Pek Thong telah mengetuk-ngetuk
keningnya dengan wajah muram.
"Ciuya, jika memang engkau mempunyai urusan yang
sangat penting dan menyusahkan hatimu, katakan saja, siapa
tahu aku bisa membantumu!" kata Lauw Kuihui. "Jangan kau
berdiam diri seperti itu saja, sebab akan membuat permainan
kita ini tidak menarik dan kegembiraan kita lenyap!"
Ciu Pek Thong menghela nafas, dia duduk bengong, tapi
kemudian berjingkrak.
"Ai, memang benar! Benar!" teriaknya.
"Apa yang benar, Ciuya?!"
"Memang benar apa yang kau katakan. Aku tidak boleh
membuat permainan kita ini menjadi tidak resap dan juga
kegembiraan kita jadi terganggu! Aku harus mengatakan
kesulitan itu!"


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, katakanlah Ciuya!" kata Lauw Kuihui.
"Sesungguhnya aku tengah bingung memikirkan
bagaimana aku harus mengajarkan kau ilmu totokan itu.
Karena Kauwhoat ilmu totokan itu telah selesai kuberitahukan,
sekarang aku harus memberitahukan letak dari jalan darah 78
darah itu diseluruh tubuh. dengan demikian . aku
mengalami kesulitan!"
"Memiliki kesulitan? Kesulitan apa Ciuya? Bukankah kau
bisa memberitahukan saja dimana letak dari jalan darah itu?"
tanya Lauw Kuihui tidak mengerti.
Muka Pek Thong berubah merah, tampaknya dia jengah.
Lauw Kuihui yang melihat lagak Pek Thong jadi heran.
"Katakan Ciuya, kesulitan apa yang kau miliki?" desak
Lauw Kuihui.
"Aku teringat pada ?Lam Lie Diu Siu Put Cin? yaitu pria
dan wanita tidak dapat bersentuhan tangan. Coba pikir, tanpa
meraba jalan darah diseluruh tubuh, mana bisa ilmu itu
diajarkan sempurna?!"
Muka lauw Kuihui berubah merah waktu dia mengerti apa
kesulitan Pek Thong. Dengan demikian Pek Thong memang
memperoleh kesulitan jika ingin mengajari ilmu totokan itu
dengan baik, dimana dia harus menunjukkan satu persatu letak
jalan darah. Berarti Pek Thong akan meraba seluruh tubuh
Lauw Kuihui, untuk menjelaskan satu persatu letak dari jalan
darah tersebut. Bukankah berarti sekujur tubuh Lauw Kuihui
akan dipegang-pegang dan diraba-raba oleh Pek Thong?
Sedangkan dia adalah seorang selir kaisar.
Namun keinginan untuk mempelajari ilmu ilmu totokan itu
kuat sekali, karenanya setelah berpikir sejenak, Lauw Kuihui
telah berkata, "Jika memang harus menyentuh tubuhku pun
tidak ada halangan. Bukankah kita tidak bermaksud buruk?!"
Tapi Pek Thong talah menggoyangkan tangannya. 79
"Celaka! Celaka! Itulah yang tidak kuinginkan!" kata Pek
Thong.
"Kenapa celaka?!" tanya Lauw Kuihui.
Muka Pek thong berubah merah dan panas dia jengah
sekali. Lalu sambil menyeringai, dia menyebuti juga, "Kau
bilang tidak apa-apa aku meraba tubuhmu untuk
memberitahukan satu persatu letak jalan darah itu, namun buat
aku inilah celaka, bisa berabe!"
Lauw Kuihui tersenyum.
"Tapi bukankah kita tidak mempunyai maksud buruk dan
yang tidak-tidak?" tanya Lauw Kuihui.
Namun Pek Thong tetap menggelengkan kepala.
"Tidak! tidak! aku tidak mau nanti ditegur oleh Toan
Hongya. meraba-raba tubuh seorang wanita menurut Ong
Suheng merupakan perbuatan yang melanggar kesopanan dan
perbuatan yang rendah!"
Lauw Kuihui tersenyum.
"Lalu jika memang kau tidak meu meraba tubuhku, berarti
engkau tidak bisa memberitahukan letak jalan darah itu satupersatu!" katanya.
Ciu Pek Thong jadi bengong.
"Jadi Ciuya tidak mau menepati janji untuk mengajari aku
ilmu totokan itu sampai aku mahir mempergunakannya?!"
tanya Lauw Kuihui dengan suara mendesak.
Pek Thong tambah bengong, sehingga tampaknya blo?on
sekali. 80
"Kalau begitu, besok-besok aku tidak mau menemani kau
bermain lagi!" kata Lauw Kuihui.
Pek Thong kaget.
"Eh, mana boleh begitu?" katanya gugup.
"Ciuya telah melanggar janji dan tidak mau menepati
janjimu yang hendak mengajari aku ilmu totok itu sampai
dapat kujalankan dengan mahir!"
Ciu Pek Thong menghela nafas.
"Aku bukan hendk mengingkari janji, tapi aku tengah
memikirkan dengan cara bagaimana aku bisa mengajarimu
ilmu tiamhoat (totokan) itu tanpa perlu meraba tubuhmu!"
"Jika begitu biarlah aku memanggil dayangku, nanti kau
boleh menunjukkan letak jalan darah disekujur tubuh padaku!"
Lauw Kuihui memberikan saran.
Muka Pek Thong berseri-seri, dia berseru girang sambil
melompat berdiri, namun itu hanya sekejap saja, sebab
mukanya kembali murung dan dia telah bengong serta blo?on.
"Mengapa? Bukankah dengan menunjukkan satu persatu
letak jalan darah didiri dayang itu, akupun bisa mengerti?!"
tanya Lauw Kuihui sambil mengawasi kuatir, karena dia takut
kalau-kalai Ciu Pek Thong menyalahi janjinya dan batal
mengajari dia ilmu totokan tersebut.
"Jika memang aku harus meraba-raba seorang dayang,
itupum perbuatan yang tidak pantas!" kata Pek Hong.
"Mengapa begitu?" tanya Lauw Kuihui.
"Dayangmu itu tentunya seorang wanita juga bukan?"
menyahut Pek Thong. Tiba-tiba dia bersorak girang sambil 81
bertepuk-tepuk kedua tangannya, "Aku ada akal! Aku ada
akal!" sambil berseru demikian dia bernyanyi-nyanyi.
Lauw Kuihui melihat tingkah laku Pek Thong jadi ikut
girang. Segera bertanya tidak sabar, "Akal apa yang telah
terpikit oleh Ciuya? Cepat jelaskan padaku!"
"Kita ambil saja seorang pelayan laki-laki. Bukankan aku
dapat dengan leluasa menunjukkan setiap jalan darah
ditubuhnya, walaupun tanganku menyentuh tubuhnya, itu
bukan merupakan pantangan lagi!"
Tapi Ciu Pek Thong girang, malah Lauw Kuihui yang
berobah mukanya jadi merah jengah, dia kaget yang akan
dijadikan penggantinya untuk menunjukkan setiap jalan darah
di tubuh manusia itu adalah seorang pelayan laki-laki. Mana
mungkin hal itu diterima olehLauw Kuihui. Dia seorang selir
yang memiliki kedudukan tinggi. Disamping itu diapun
seorang wanita. Jika memang pelayan itu diminta berdiam diri
untuk ditunjukkan satu persatu setiap jalan darahnya untuk
Lauw Kuihui, niscaya diapun harus membuka pakaiannya,
sehingga mana dapat Lauw Kuihui menerima keadaan seperti
itu? Melihat Lauw Kuihui berdiam diri saja, Ciu Pek Thong
berhenti tertawa, tanyanya heran, "Apakah kau keberatan jika
seorang pelayan lelaki yang kita pergunakan sebagai contoh?"
Lauw Kuihui telah menghela nafas.
"Mana mungkin? Pelayan laki-laki itu tentu akan
membuka seluruh pakaiannya dan aku aku !" kata Lauw
Kuihui gugup dan jengah sekali.
Pek Thong tersenyum. 82
"Mengapa harus malu-malu begitiu? Bukankah engkau
hendak memiliki kepandaian ilmu totokan itu?!" tanya Pek
Thong.
Tapi Lauw Kuihui telah menggeleng.
"Tidak, aku tidak setujui usul itu, bagaimana jika nati
pelayan laki-laki itu membocorkan hal ini pada hongya? tertu
Hongya akan murka!"
Ciu Pek Thong jadi garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
Dia menggerutu dengan suara yang tidak jelas.
"Habis mestinya bagaimana?" tanya Pek Thong berulang
kali, seperti pada dirinya sendiri.
Lauw Kuihui tersenyum, dia menarik tangan Pek Thong,
sambil katanya, "Lebih baik kita jangan membicarakan hal itu
dulu, mari kita main untuk menambah kegembiraan kita. Aku
akan menemani kau main kelereng masuk lubang..!"
Pek Thong berdiam sejenak, namun si bocah tua
bangkotan yang nakal ini mengangguk, kegembiraannya
terbangun waktu dia bersama Lauw Kuihui bermain kelereng.
Lauw Kuihui telah membuat lubang berukuran tidak begitu
besar di tanah, dan mereka berlomba untuk memasukkan
kelereng sebanyak mungkin kedalam lobang tersebut dengan
menyentilkan kelereng dari jarak jauh. Jika Pek Thong
tenggelam dalam kegembiraan waktu bermain kelereng, adalah
Lauw Kuihui sambil bermain kelereng sambil tertawa dan
bersorak gembira jika kelerengnya itu ada yang berhasil masuk
ke dalam lobang. Namun otaknya terus juga bekerja keras
dengan cara bagaimana dia bisa memecahkan kesulitan yang
tengah dihadapinya agar Pek Thong dapat mengajarinya ilmu
tiamhoat itu dengan lancar. 83
Waktu itu haripun merangkak terus, dan sang sorepun
menjelang datang. Pek Thong puas dengan main-main pada
hari ini, diapun ingin pamitan pulang ke tempatnya, tapi Lauw
Kuihui telah mencekal lengan Pek Thong, katannya, "Tunggu
dulu Ciuya aku ingin mengtakan sesuatu padamu. Mari kau
ikut ke tempatku!"
Pek Thong menurut saja, dia mengikuti dibelakang Lauw
kuihui, mereka menuju ke kamarnya selir tersebut. Lauw
Kuihui memang sengaja mengajak Pek Thong ke kamarnya,
karena malam ini juga dia menghendaki Pek Thong
mengajarkan ilmu totokan itu.
Kamar selir tersebut ternyata merupakan istana kecil yang
sangat indah. Begitu Pek Thong melangkahkan kaki memasuki
istana tersebut, segera hidungnya diterjang aroma harum
semerbak yang bukan main. Pek Thong jadi canggung.
"Aku tak mau lama-lama disini!" katanya.
Lauw Kuihui mencekal lengan Pek Thong.
"Mengapa harus tergesa-gesa dan gugup seperti itu?" tanya
Lauw Kuihui. "Duduklah, Siauwmoay akan menyediakan teh!"
Setelah berkata begitu, Lauw Kuihui keluar ruangan, dia
memanggil beberapa orang dayangnya dan berpesan, siapapun
tidak diperkenankan masuk ke ruang dalam karena Lauw
Kuihui akan membicarakan sesuatul yang penting sekali
dengan tamu agung itu. Para dayang mengiyakan dan
meninggalkan istana tersebut, kembali ketempat mereka.
Lauw Kuihui sendiri yang telah mempersiapkan teh untuk
Pek Thong. Dan Lauw Kuihui pula yang mempersiapkan
makanan. Dengan demikian, dia telah menjamu Pek Thong,
sambil makan mereka bercakap-cakap. 84
Tapi Pek Thong tampak tidak tenang. Beberapa kali
sambil makan dia telah bertanya, "Sesungguhnya apa yang
hendak kau tanyakan? Katakanlah!"
"Sabar," kata Lauw Kuihui. "Nanti selesai makan, aku
akan menjelaskannya! Aku telah menemukan cara yang paling
baik untuk kau mengajarkan aku satu persatu letak jalan darah
di tubuh setiap manusia!"
"Kau sudah memperoleh cara yang baik untuk aku
memberikan petunjuk?" tanya Pek Thong girang. "Lekas kau
katakan!"
"Sabar!, makanlah dulu perlahan-lahan, nanti aku akan
menjelaskannya!"
Pek Thong telah bersantap dengan cepat. Dia telah
menghabskan tida mangkok nasi dan cukup banyak juga sayursayuran yang telah dimakannya. Sayur-sayur itu dimasak
sendiri oleh Lauw Kuihui, ternyata sangat lezat.
Setelah selesai membereskan seluruh perabotan itu, Lauw
Kuihui duduk dihadapan Pek Thong.
"Ciuya, aku akan menjelaskan caraku yang terbaik ini.
Kuharap saja kau tidak keberatan menerimanya!" kata Lauw
Kuihui kemudian.
Ciu Pek Thong mengangguk-angguk. "Ya, ya katakanlah!"
"Seperti tadi telah kukatakan, jika memang perlu kau
menunjukkan langsung jalan darah di tubuhku ini, aku tidak
keberatan, maka dibandingkan aku harus melihat tubuh seorang
pelayan laki-laki, aku lebih rela kau menunjukkan langsung
setiap jalan darah di tubuhku ini! Bukankan kita memang tidak
mempunyai maksud buruk. Kita boleh memadamkan api 85
penerangan. Sehingga aku tidak bisa melihatmu dan engkaupun
tidak bisa melihatku! Bukankah dengan demikian engkau
hanya memberikan petunjuk hanya dengan meraba saja?
dengan demikian kita berduapun tidak perlu malu?"
Lauw Kuihui memberikan saran seperti itu, karena selama
belasan hari ini, disaat mana dia selalu menemani Pek Thong
bermain-main, maka dia melihat Pek Thong sesungguhnya
seorang yang jujur dan polos. Diapun memiliki tabiat yang
bebas dan tidak senang dikekekang. Jika memang wataknya
agak berandalan, itupun hanya disebabkan tabiatnya yang
kekanak-kanakan belaka. Secara keseluruhannya, Pek Thong
merupakan seorang yang menyenangkan sekali. Bahkan diamdiam Lauw Kuihui semakin menyukai Pek Thong. Sia
memperoleh kenyataan bahwa Pek Thong tentu akan mengatakan secara terus terang apa yang dipikirkannya, perbuatannyapun selalu menjurus ke perbuatan yang menggembirakan. Wataknya itu membuat menyalanya kembali
kegembiraan Lauw Kuihui. Selama diboyong ke istana, Lauw
Kuihui selalu hidup dalam lingkungan yang kaku penuh
dengan peradatan. Demikian juga halnya jika melayani Toan
hongya, harus dengan serius, dengan segala adat peradatan.
Begitu pula dalam hal semua penghuni istana memperlakukan
dirinya. Memang benar Toan Hongya menyayangi dan
mencintainya, tapi Lauw Kuihui bukan mencintai Toan
Hongya, dia hanya ingin hidup mewah dan senang, sehingga
bersedia diboyong ke istana Kaisar ini. Dimana sia bisa hidup
dalam lingkungan istana dengan penuh kemewahan. Memang
sebelumnya Lauw Kuihui berpikir bahwa hidup di istana raja
tentu menyenangkan sekali, dapat memiliki harta yang
berlimpah, permata dan perhiasan yang tumpah ruah melekat di
tubuh dan sekehendak hati memakainya. Namun setelah berada
beberapa tahun di istana, ternyata dia mulai bosan, mulai jemu 86
dengan keadaan yang kaku begitu-begitu saja, setiap hari tidak
ada kelainan. Terutama sekali memang Toan Hongya pun tidak
bisa terlalu sering mengunjunginya, karena untuk mengunjungi
permaisuri saja Toan Hongya tidak dapat melakukan setiap
hari. Paling cepat enam hari atau seminggu sekali. Hal ini
disebabkan Toan hongya juga sibuk melatih diri, sebagai
seorang raja yang gemar ilmu silat, tentu saja hubungannya
dengan wanita sedapat mungkin dibatasi. Jika permaisuri saja
sudah enam atau tujuh hari saja didatangi satu kali, lalu giliran
untuk selir berapa lama sekali? Lauw Kuihui sendiri dikunjungi
Toan Hongya terkadang satu bulan sekali atau mungkin juga
lebih lama lagi, tidak jarang sampai dua bulan lebih dia tidak
menerima kunjungan Toan Hongya. disebabkan itu pula,
disamping kejemuan yang meresapi hatinya, kini kesepian pula
memegang peranan yang tidak kecil. Dan kini muncul Ciu Pek
Thong yang nakal dan jenaka itu yang selalu gembira dan
berhasil membangunkan kegembiraan Lauw Kuihui, dimana
selir ini merasa kembali ke jaman kanak-kanaknya lagi diliputi
kegembiraan.


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kegembiraan yang diperolehnya itu kian mekar dihatinya
dengan lewatnya sang hari, karena Pek Thonglah yang dapat
menghibur hatinya, dengan segala permainan yang mereka
adakan, walaupun permainan itu merupakan cara-cara bermain
dari anak kecil. Bahkan Lauw Kuihui sampai berfikir, jika
sekarang dia diminta untuk memilih, hidup mewah di istana
raja namun terkungkung bagaikan burung dalam sangkar emas
dan digelimangi oleh benda-benda yang mewah dan permata
yang cemerlang namun kaku dan tidak bisa diajak
bercengkrama, tidak bisa diajak bercakap-cakap, semuanya
serba kaku dan para dayang yang selalu hanya bersikap hormat
dan takut padanya, atau memang dia harus memilih hidup
bebas dan penuh kegembiraan, seperti selama belasan hari ini 87
dia bersama Pek Thong, tentu Lauw Kuihui akan memilih
pilihan yang kedua.
Hal itu menunjukkan bahwa sebungkah kegembiraan itu
telah melahirkan perasaan laindihati Lauw Kuihui, dari
perasaan suka, akhirnya mencintai Pek Thong. Memang benar
Pek Thong memiliki tabiat seperti kanak-kanak, berandalan
dan jenaka, namun justru kebetulan sekali Lauw Kuihui yang
tengah kesepian dan jemu terhadap lingkungan yang kaku dan
mati penuh dengan peradatan, sehingga seperti juga gayung
bersambut, dihati Lauw Kuihui muncul perasaan cinta dia
merasa sayang pada Pek Thong yang bisa menyalakan dan
membangkitkan kembali kegembiraannya, merasa hidup dalam
dunia yang lain.!
Mendengar perkataan Lauw Kuihui bahwa mereka akan
berada di kamar yang dimatikan api penerangannya, agar Pek
Thong memberikan petunjuk letak dari setiap jalan darah. Loo
Boan Tong bimbang sejenak. Namun akhirnya dia
mengangguk juga, katanya, "Baiklah besok kita mulai.!"
Tapi Lauw Kuihui menggeleng.
"Jangan besok!"
"Apakah aku sekarang?" tanya Pek Thong. "Aku lelah
setelah satu harian bermain-main dengan kau!"
Lauw Kuihui tersenyum.
"Jika besok pagi atau siang, cahaya matahari tentu akan
menembusi masuk dalam kamar, walaupun api penerangan
dipadamkan, tentu segala apa masih bisa dilihat dengan jelas.
Sekarang saja kau mengajari aku dan besok-besok dilanjutkan setiap malam hari. 88
Pek Thong beranggapan perkataan Lauw Kuihui memang
benar, dia mengangguk.
"Kau setuju bukan?" tanya Lauw Kuihui menatapnya
dengan perasaan tegang.
Pek Thong mengangguk lagi, dia mengiyakan.
Bukan main gembiranya Lauw Kuihui, segera dia menarik
tangan Pek Thong.
"Mari ikut aku ke dalam!" ajaknya.
Ciu Pek Thong hanya menurut.
Lauw Kuihui telah mengajak Pek Thong ke kamarnya,
kamar pribadinya, sebuah kamar yang tersusun baik dan
mewah sekali. Ciu Pek Thong waktu melihat kamar Lauw
Kuihui merasa seperti memaasuki ruangan dari istana Kerajaan
Langit yang sering didengar dari dongeng-dongeng suhengnya,
yang mengatakan setiap ruangan dari kerajaan Langit
menaburkan harum semerbak yang nyaman dan penuh dengan
barang-barang yang tersusun baik dan rapi, merupakan kamar
yang terawat dengan baik dan juga kamar yang enak untuk
ditempati.
Semula memang Pek Thong agak ragu-ragu untuk berdiam
di kamar itu. Namun Lauw Kuihui memang cerdik sekali,
deimana dia telah mengajak Pek Thong bercakap-cakap
berbagai hal.
"Kita mulai saja pelajaran itu, Ciuya?" tanya Lauw Kuihui.
"Tunggu dulu!" cegah Pek Thong.
"Ya? Ada apa lagi Ciuya?"
"Apakah ini kamarmu?" 89
Lauw Kuihui mengangguk-angguk. "Ya..! sahutnya.
"Apakah kamar ini kurang menyenangkan dan kurang baik?"
Biarlah aku akan menyusun lagi di malam malam berikutnya
agar Ciuya lebih kerasan di kamar ini!"
"Bukan bukan begitu!" menyahut Pek Thong gugup,
sambil menggoyang-goyangkan tangannya. "Yang ingin
kutanyakan, apakah kamar ini milikmu yaitu yang setiap hari
kau tempati?"
"Ya!" mengangguk lagi Lauw Kuihui.
"Jadi kau rupanya orang yang cukup penting di istana ini!?
kata Pek Thong. "Apa pekerjaanmu?! Kamar ini dihias
demikian mewah jika memang ditempati oleh seorang dayang
itulah tidak sepantasnya, dan jika memang ditempati sanak
family Kaisar, kamar itupun masih terlalu mewah!"
Lauw Kuihui tertawa, "Ciuya, kau tidak perlu memikirkan
hal itu!" katanya. "Bukankah kita dapat bermain-main setiap
hari dengan gembira, dimana aku dapar menemani engkau
untuk bermain kelereng dan lain-lainnya, dan engkau mengajari aku ilmu totokan. Tentang siapa diriku, engkau tidak perlu
memusingkannya!"
Tapi Ciu Pek Thong telah menggoyang-goyangkan
tangannya.
"Tidak, tidak dapat begitu!" katanya. "Mana boleh aku
tidak mengetahui siapa adanya engkau? Jika memang ternyata
nanti engkau ini permaisuri dari Toan Hongya raja itu, tentu
aku bisa dimaki oleh Ong Suheng? Bahkan aku bisa dihukum
duduk menghadap tembok selama berhari-hari karena dianggap
lancang!"
Lauw Kuihui tersenyum saja. 90
"Siapa kau sebenarnya kau dan apa pekerjaanmu di istana
ini?!" desak Ciu Pek Thong tidak senang waktu melihat Lauw
Kuihui hanya tersenyum-senyum saja.
"Ya, jika jeka memang Ciuya ingin mengetahui juga,
baiklan aku akan menjelaskannya! Memang aku memiliki
hubungan yang dekat sekali dengan Toan Hongya, walaupun
aku bukan permaisuri namun memiliki tugas yang sama dengan
permaisuri, hanya soal kedudukan kami yang berbeda.!"
Ciu Pek Thong jadi tidak mengerti, dia menggerutu tidak
jelas.
Melihat lagak Ciu Pek Thong yang nakal ini, Lauw Kuihui
jadi tersenyum. "Mengapa harus bingung seperti itu?" tanya
Lauw Kuihui.
"Kau mengatakan engkau bukan permaisuri, tapi engkau
mengatakan juga memiliki tugas yang sama dengan permaisuri.
Lalu apa artinya perkataan ini?"
Lauw Kuihui menghela nafas, senyumnya lenyap dari
wajahnya, katanya, "Sesungguhnya aku selor Hongya.!"
"Selir Hongya?" tanya Pek Thong.
Lauw Kuihui mengangguk.
"Oh jika Hongya mengetahui aku sering main-main
dengan kau, tentu Hongya akan gusar.." kata Pek Thong
setengan berseru.
Lauw Kuihui menggeleng perlahan. "Cuiya tamu agung
kami, dan Ciuya berhati baik hendak memberi petunjuk
mengenai pelajaran ilmu tiamhoat, karena itu mengapa Toan
Hongya harus gusar?" 91
Ciu Pek Thong ragu-ragu, tapi Lauw Kuihui telah berkata
lagi, "Walaupun kini Ciuya telah mengetahui bahwa aku
adalah selir Hongya, tapi Ciuya jangan terlalu segan
padaku.! Karena itu kupikir agar hubungan kita tidak kaku,
untuk selanjutnya maafkanlah kelancangan siiauwmoay
memanggil Ciuya dengan sebutan Ciu toako saja dan Ciuya
boleh memanggil aku dengan sebutan si Eng saja!"
Pek Thong kaget, dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Mana bisa begitu! Bagaimana bisa begitu! Jika memang
Kuihui ingin memanggilku dengan sebutan Ciu toako, itu
memang masih pantas, tapi mana layak memanggil Kuihui
sengan sebutan si Eng saja? jika semula aku berlaku kurang
hormat dan lancang, itulah aku memang tidak mengetahui
bahwa kau adalah Kuihui.
Lauw Kuihui tertawa.
"Ciu toako jangan berkata begitu, jika memang engkau
bersikap canggung-canggung dan kaku setelah mengetahui
bahwa aku seorang kuihui, bukankah itu hanya merusak
kegembiraan kita? Bukankan selama ini kita dapat bermain
dengan gembira? Akupun tidak gila hormat. Karena cukup jika
Ciu toako memanggil dengan sebutan si Eng saja. nama
kecilku Eng dan nama tunggalku Lauw."
Ciu Pek Thong masih bingung dan ragu-ragu, namum
Lauw Kuihui benar-benar cerdik, dia mengajak Ciu Pek Thong
mengobrol kesna kemari dan mengetahui bahwa Loo Boan
Tong gemar mendengarkan cerita dongeng mengenai kerajaan
Langit, Lauw Kuihuipun telah banyak bercerita mengenai
dongeng-dongeng yang terjadi di kerajaan langit. Memang
Lauw Kuihui selama berada di istana Toan Hongya ini, dimana
dia sejak diboyong ke istana, maka untuk melewati waktu- 92
waktunya yang senggang, dia telah banyak membaca bukubuku dongeng sejenis itu, karenanya sama sekali dia tidak
menemui kesulitan untuk mendongeng dihadapan si bocah tua
bangkotan yang nakal, yang gemar mendengarkan cerita ini.
Sebentar saja kegembiraan Ciu Pek Thong telah pulih
kembali, bahkan dalam percakapan mereka karena gembiranya,
Ciu Pek Thong juga tidak jarang memanggil Lauw Kuihui
dengan sebutan Engmoay, si adik Eng itu. Sedangkan Lauw
Kuihui juga memanggil Ciu Pek Thong selalu dengan sebutan
Ciu toako, kakak Ciu
Begitulah waktu telah saling mengejar juga dan kian
larutlah malam.
Sampai suatu kali, Lauw Kuihui telah mengingatkan pada
Pek Thong tentang maksud mereka untuk berlaatih ilmu
totokan itu, dimana Pek Thong akan memberikan petunjuk.
"Biarlah aku padamkan dulu api penerangannya, Ciu
toako!" kata Lauw Kuihui.
Pek Thong mengiyakan. Dilihatnya Lauw kuihui telah
emmadamkan api penerangan yang tergantung di kedua
dinding kamr. Lalu api penerangan dekat pembaringan dan
juga api penerangan di sudut ruangan dekat pot bunga
moauwtan yang tumbuh tengah mekar menebarkan aroma
harum semerbak. Seketika kamar Lauw kuihui menjadi gelap,
hanya samar sekali cahaya rembulan masih berhasil menerobos
masuk lemah sekali lewat sela-sela jendela.
"Apakah kita mulai sekarang, Cio toako?" tanya Lauw
Kuihui dengan suara tidak begitu keras.
"Ya, ya.." menyahut Pek Thong. 93
"Dengan cara bagaimana kita mulai?" tanya Lauw Kuihui/
"Kau harus duduk dipembaringan, dan aku akan
menunjukkan satu-persatu letak jalan darh di tubuhmu, kau
harus mengingatnya baik-baik Eng moay.!" menjelaskan Pek
Thong.
"Baik," kata Luw Kuihui.
Pek Thong masih duduk di kursinya, perasaan dan hatinya
berdegupan tidak tenang. Tapi dia tidak mau menyalahi
janjinya. Bukankan dia yang telah menjanjikan kepada Lauw
kuihui itu bahwa dia akan menurunkan pelajaran ilmu menotok
jika memang si adik Eng mau menemaini bermain-main.
Memang dia telah mengajarkan Kauwhoat (teorinya) tetapi itu
belum cukup, karena belum berarti si adik Eng itu bisa
menggunakannya untuk menotok.
Didengarnya si adik Eng itu telah naik ke pembaringan,
didengarnya juga bergeseknya alas pebaringan, rupanya si adik
Eng tengeh merapikan duduknya dipembaringan.
Keadaan dalam kamr itu gelap sekali. Namun sebagai
orangn yang terlatih matanya Ciu Pek Thong masih bisa
melihat samar-samar bayangn si adik Eng itu yang mulai
duduk rapi dipembaringan.
"Nah, Ciu Toako, kita sudah bisa segera mulai, aku telah
siap! kata Lauw Kuihui.
Ciu Pek Thong bangkit dari duduknua, menghampiri
pembaringan. Dia mengulurkan tangannya ke arah tubuh si
adik Eng itu. Tapi cepat dia menarik kembali tangannya. 94
"Kenapa Ciu toako? Apakah ada sesuatu yang tidak beres?
Mengapa engkau tidak naik saja ke pembaringan saja agar
lebih mudah memberikan petunjukmu?"
"Kau kau masih mengenakan pakaianmu, aku tidak bisa
memberitahukan letak jalan darahmu!" kata Pek Thong
walaupun kamar itu gelap, tidak urung muka Pek Thong
berubah menjadi merah dan dia merasakan pipinya panas
sekali, jantungnya berdegupan, dia merasa malu bukan main.
"Oh, harus membuka pakaianku?!" tanya Lauw Kuihui,
tapi kemudian terdengar dia tertawa perlahan. Tanpa bimbang
sedikitpun dia telah membuka seluruh pakaiannya.
Ciu Pek Thong telah memejamkan matanya, karena
walaupun kamar gelap, toh matanya tajam sekali, dia masih
bisa melihat si adik Eng itu samar-samar, melihat bagaimana
kedua tangan dan tubuhnya bergerak tengah membuka
pakaiannya. Dan Pek Thong tidak mau melihatnya. Dia hanya
mendengar suara bergesekan pakaian si adik Eng yang tengah
dibuka.
"Mengapa kau belum naik ke atas pembaringan, Ciu
toako? Bukankah dengan berdiri di dekat pembaringan saja kau
akan sulit memberikan petunjuk yang jelas dan baik padaku?"
tiba-tiba Pek Thong dikejutkan oleh teguran Lauw Kuihui.
Karena sudah tidak ada pilihan lain, Loo Boan Tong
menyahuti, "Ya, ya.. saja, dan telah membuka sepatunya.
Diapun naik ke atas pembaringan. Duduk menghadapi pnggung
Lauw Kuihui.
Lauw Kuihui memang sudah tidak mengenakan pakaian,
sesungguhnya punggungnya itu halus, kulitnyapun lembut
sekali, karena dalam kamar yang gelap pekat itu, toh 95
punggungnya itu seperti juga masih memancarkan sinarnya
yang lembut halus.
Ciu Pek Thong telah menarik nafas dalam-dalam, dia
menyalurkan tenaga dalam menyatukan pikiran dan hawa
murninya dalam beberapa detik, goncangan hatinya telah
berhasil dikuasainya, karenanya seger juga dia bersikap tenang.
Apalagi memang Pek Thong juga segera berpikir bahwa dia
hanya bermaksud baik menurunkan ilmu menotok tersebut
padanya, jadi bukan mengandung maksud tidak-tidak atau
busuk.
Segera juga tangan kanannya menunjuk ke dekat ketiak
Lauw Kuihui, dia mulai memberikan penjelasan, "Inilah jalan
darah yang disebut ?Cuan-cie-hiat?, jalan darah ini tidak begitu


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penting, karena jalan darah ini hanya melumpuhkan tangan
lawan sebelah kiri, itupun tidak berlangsung lama, karena
hanya bisa bertahan beberapa menit saja, akan segera terbuka
dengan sendirinya totokan itu. Biarpun begitu, jalan darah ini
memiliki hubungan dengnan jalan darah ?Tay-yang-hiat? jalan
darah besar yang terdapat di tengah-tengah punggung
karenanya jika sampai jalan darah ?cuan cie hiat? ini ditotok,
lalu dalam waktu yang singkat juga dibarengi dengan menotok
?Tay-yang-hiat, walaupun orang yang ditotok itu memiliki
tenaga Iwekang yang sempurna sekali, totokan ini dapat
memunahkan tenaga Iwekangnya. Sehingga untuk selamanya
orang itu akan menjadi cacat, seluruh tenaga Iwekangnya akan
menjadi lenyap!"
Seterusnya Ciu Pek Thong juga memberikan petunjukpetunjuk letak jalan darah lainnya dan Lauw Kuihui
mendengarkan dengan penuh perhatian. Semua keterangan Ciu
Pek Thong diingatnya baik-baik. 96
Selama memberikan petunjuk dengan menggunakan
tangannya dan telunjuk itu, dan terkadang karena gelap, Ciu
Pek Thong harus meraba tubuh si adik Eng itu untuk mencari
letak yang tepat dari jalan darah yang dimaksud. Perasaan Pek
Thong sering terguncang tidak karuan, perasaan aneh sering
menyelusup kedalam hatinya, membuat otaknya menjadi
semakin tumpul kalau saja memang Pek Thong tidak memiliki
Iwekang yang telah sempurna, sehingga dia bisa
mengandalikan perasaan dan hatinya dengan cepat, niscaya dia
akan gagal dengan tugasnya memberikan pelajaran yang
istimewa itu. Untung saja dia telah dapat menekan perasaannya
yang tak karuan itu setiap kali dengan memusatkan tenaga
Iwekangnya, hawa murni dan pemusatan pikirannya. Dengan
demikian dia bisa mengatasi kesulitan-kesulitan yang
mengganggunya itu.
Demikian juga halnya dengan Lauw kuihui. Karena
memang pada dasarnya dia telah menyukai Pek Thong,
sekarang seluruh tubuhnya diraba dan disentuh-sentuh oleh
ujung telunjuk Pek Thong. Diapun dipengaruhi oleh perasaan
aneh yang membuatnya jadi sering gelisah. Perasaan seperti ini
tidak pernah dialami selama dia mendampingi Toan Hongya,
dan baru pertama kali dia merasakan betapa hatinya berdenyutdenyut aneh, pipinya juga dirasakan panas, dan tubuhnya
sering mengigil. Namun disebabkan tekadnya yang kuat untuk
memiliki ilmu yang tinggi acap kali Lauw Kuihui berhasil
menindih perasaan itu dengan memperhatikan lebih baik lagi
penuh perhatian pada setiap keterangan yang diberikan oleh
Ciu Pek Thong.
Pelajaran pertama yang meliputi delapan belas jalan darah,
yang memiliki perpecahan tiga ratus duapuluh jalan darah 97
kecil, telah selesai begitu sinar matahari telah menerobos lewat
kisi-kisi jendela.
Ciu Pek Thong segera melompat turun dari pembaringan,
katanya, "Petunjuk yang kuberikan kali ini, hanya sampai
disini saja dulu, aku ingin kembali ketempatku."
Semula Ciu Pek Thong masih ingin menjelaskan sisa dua
buah jalan darah besar lainnya, yaitu Im-tai-hiat dan Yang-taihiat yang masing-masing terletak di pinggang sebelah kiri dan
kanan, terpisah tiga jari dari tepi pinggang. Namun disebabkan
karena sinar matahari yang mulai masuk menerobos ke dalam
melalui celah-celah jendela, sehingga kamar itu samar-samar
mulai terang Ciu Pek Thong kuatir jika dia nanti meneruskan
petunjuknya itu, sinar matahari semakin kuat dan kamar
semakin terang, dan dia bisa melihat semakin jelas.
Lauw Kuihui telah mengenakan pakaiannya, dia
mengucapkan terima kasihnya.
"Dan malam nanti Ciu toako akan melanjutkan petunjukpetunjuk-petunjukmu itu, bukan?" tanya Lauw Kuihui waktu
Ciu Pek Thong mau meninggalkan kamarnya.
Pek Thong hanya mengangguk mengiyakan dan dia cepatcepat kembali ke tempatnya.
Lauw Kuihui hanya mengawasi kepergian Ciu Pek Thong
dengan senyuman lebar mekar menghiasi bibirnya. Sedangkan
waktu itu sinar matahari fajar semakin kuat memancarkan
sinarnya yang hangat.
**** 98
MALAM kedua Ciu Pek Thong masih memberikan
pelajaran ilmu tiam-hoat itu di bagian punggung. Namun di
malam ketiga ia memperoleh kesulitan karena malam inilah dia
harus memberikan petunjuk letak jalan darah dibagian depan.
Waktu pertama kali di malam ketiga itu Pek Thong masih
memberikan petunjuk beberapa jalan darah yang tersisia
kemarin, namun begitu selesai, seketika itu juga dia harus
menyambungnya dengan memberikan petunjuk mengenai letak
jalan darah yang terdapat di bagian depan yaitu mulai dari
leher, dada, perut terus sampai ke bagian kaki.
Inilah tugas yang membuat mata Ciu Pek Thong sering
nanar berkunang-kunang, kepalanya sering berdenyutan,
dadanya sering bergelombang, nafasnya sering sesak, dan
jantungnya berdegupan tidak karuan.
Waktu selesai memberikan petunjuk bagian belakang
tubuh Lauw Kuihui, Pek Thong waktu itu masih ragu-ragu
untuk menyebutkan agar Lauw Kuihui memutar tubuhnya
duduk menghadapinya, berhadapan dengannya. Pek Thong
hanya menggumam, "Nah seluruh jalan darah di bagian
belakang telah selesai kujelaskan semuanya!"
"Apakah sekarang kita akan melanjutkan dengan bagian
depan?" tanya Lauw Kuihui.
Ciu Pek Thong sangsi namun akhirnya dia telah
mengiyakan.
Lauw Kuihui memutar tubuhnya dan duduk berhadapan
dengan Pek Thong.
Benar kamar itu gelap, namun jarak demikian dekat, juga
karena kulit Lauw Kuihui demikian putih meletak bagaikan
salju. Ciu Pek Thong masih bisa melihat dengan jelas, dan apa 99
yang dilihatnya membuat jantungnya berdegup kencang tidak
karuan. Walaupun Pek Thong telah memusatkan Iwekangnya
dan memusatkan perhatiannya untuk pelajaran thiam-hoat, toh
dia gagal untuk mengendalikan jantungnya yang tengah
berdegup kencang itu.
Lauw Kuihui mengetahui bahwa Pek Thong mengalami
kesulitan dn tentu saja Lauw Kuihui tidak menginginkan jika
sampai peetunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Pek Thong hari
ini jadi menurun sedikit disebabkan ketidak-tenangannya itu.
Dengan mempergunakan kedua tangannya yang bersedekap,
dia melintangi didepan dadanya untuk menutup dadanya.
"Apakah Ciu toako dapat memulai?" tanya Lauw Kuihui
waktu melihat Pek Thong masih duduk diam tidak segera
memberikan petunjuk, hanya matanya yang terpejam rapatrapat.
"Ya, ya.. aku akan segera mulai!" kata Pek Thong. Tapi
begitu dia membuka matanya, walaupun Lauw Kuihui telah
mempergunakan kedua tangannya yang dilintangakan di depan
dadanya, namun jantung Pek Thong masih juga berdegup
kencang tiada hentinya.
Malah dengan sikap kedua tangan dilintangkan didepan
dadanya, dalam keadaan duduk berhadapan, dan memancarnya
harum semerbak yang menerjang hidung Pek Thong membuat
dia semakin tidak tenteram saja, dia kewalahan untuk
mengendalikan goncangan perasaan dan berdegupnya
jantungnya itu.
"Celaka! Berabe! Berabe!" berseru Pek Thong berulang
kali. Malah ketika dia kembali gagal untuk mengendalikan
goncangan hatinya itu, dia telah melompat turun dari 100
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber : Buku Koleksi Gunawan Aj
Scan Image: Awie Dermawan
pembaringan dan berjingkrak beberapa kali sambil kedua
tangannya telah menepuk-nepuk kepalanya.
Melihat itu, Lauw Kuihui tertegun sejenak, namun
akhirnya tertawa.
"Kenapa kau, Ciu toako?" tanyanya.
"Berabe! Celaka sekali! Aku tidak bisa mengendalikan
jantungku! Aneh sekali, mengapa perasaanku jadi tergoncang
demikian? Celaka! Celaka! Aku tidak bisa memberikan
petunjuk-petunjuk yang kau kehendaki!"
Lauw Kuihui tersenyum.
"Cio toako, jika memang dengan keadaan seperti ini tidak
bisa memberikan petunjukmu, biarlah bagian-bagian yang
belum perlu diberitahukan letak jalan darahnya, kututupi dulu
dengan pakaianku, hanya dibuka bagian-bagian yang perlu
diberitahukan kepadamu saja. kau tinggal menyebutkan, bagian
disekitar anggota tubuh yang mana harus dibuka. Bukankah
dengan cara seperti itu lebih baik?"
Pek Thong mengiyakan beberapa kali, dia masih
memukuli kepalanya beberapa kali.
Sedangkan Lauw Kuihui tidak bersila lagi, melainkan
rebah terlentang di pembaringan dan menutupi anggota
tubuhnya itu dengan pakaiannya. Dengan terlentang seperti itu,
pakaiannya akan tetap pada letaknya, sebab jika duduk bersila,
tentu tidak mudah untuk memeganngi pakaiannya tersebut.
"Ciu toako, aku sudh menutupi seluruh tubuhku, r#tentu
engkau tidak memperoleh kesulitan lagi!" kata Lauw Kuihui.
Ciu Pek Thong berseru perlahan seperti gugup, "Sebentar,
aku belum dapat mengendalikan perasaanku ini! Oohh sungguh 101
celaka, mengapa jadi demikian perasaanku?" dan Pek Thong
telah duduk bersila di lantai, dia memejamkan sepasang
matanya dan mulai menyelurkan hawa murninya. Setelah lewat
sekian lama dia telah berhasil mengendalikan perasaannya.
Waktu Pek Thong bangkit dan menghampiri pembaringan,
hari dan perasaannya tidak tergoncang seperti tadi karena
seluruh tubuh Lauw Kuihui sudh tertutup oleh pakaiannya
dalam keadaan rebah di pembaringannya.
Ciu Pek Thong duduk di tepi pembaringan dan mulai
memberikan petunjuk tentang letak jalan daarah disekitar dagu,
leher dan tulang piepe. Semua itu dijelaskan dengan lancar,
karena dia tidak terganggu lagi oleh pemandangan yang
membuat matanya nanar tidak karuan.
Begitu selesai memberikan petunjuk-petunjuknya untuk
letak jalan darah di bagian atas itu, segera Pek Thong mulai
menghadapi kesulitan baru lagi.
Walaupun dia habis menjelaskan letak jalan darah yang
terletak di pundak dekat tulang piepe dan terdapat disekitar
bagian anggota tubuh disitu, Pek Thong berdiam diri saja.
"Bagian .. dada!" menyahuti Pek Thong dengan suara
yang tidak lampias.
Lauw Kuihui telah membuka tutup di bagian dadanya.
Kembali mata Pek Thong jadi nanar harinya bersebaran dan
jantungnya berdegup kencang seperti mendengar musik merdu
mengalun dari kerajaan langit.
Namun Pek Thong berusaha untuk meneruskan
memberikan petunjuknya, tangannya gemetaran ketika dia
mulai menunjuk bagian-bagian letak jalan darah disekitar dada. 102
Lauw Kuihui sendiripun sebenarnya waktu itu memiliki
perasaan yang samadengan Pek Thong.
Bukan main gelisahnya Pek Thong sampai tubuhnya
sering mengigil menahan perasaannya itu. Dengan demikian
kali ini dia agak lambat dalam memberikan petunjuknya itu.
Namun akhirnya toh selesai juga di bagian dada. Lalu
menurun ke bagian perut dimana dia memberikan petunjukpetunjuk letak jalan darah yang terdapat disekitar tempat itu.
Kali ini lebih sering Pek Thong menggigil. Begitu pula
halnya dengan Lauw Kuihui. Karena perlu diketahui bahwa
bagian perut dari seorang wanita adalah perasaan yang paling
sensitif. Dengan demikian disentuh terus menerus oleh jari
tangan Pek Thong, terkadang juga Pek Thong meraba untuk
mencari tempat yang tepat dari letak jalan darah itu membuat
Lauw Kuihui jadi menggigil juga. Perasaan aneh bergolak
hebat dalam hatinya. Jantungnyapun berdegupdegup kencang.
Sama halnya dengan jantung Pek Thong yang tidak hentihentinya berdegupan itu.
Lauw Khuihuipun gagal untuk memusatkan seluruh
perhatiannya mendengarkan sebaik mungkin keterangan Pek
Thong, karena pikirannya waktu itu seperti melayang-layang
menerawang ketempat yang jauh. Terlebih lagi waktu itu yang
disentuh semua merupakan jalan darah yang berhubungan
dengan jalan darah besar, yang akirnya membuat perasaan
kewanitaan Lauw Kuihui semakin membumbung tinggi
bagaikan dia terlontar ke tengah-tengah angkasa yang tidak
bertepi, tidak berujung.. hanya nafasnya yang memburu.
Sedangkan semua keterangan Pek Thong, yang dijelaskan
dengan suara agak gemetar itu, masuk telinga kanan keluar 103
telinga kiri. Akhirnya dia tidak bisa mengendalikan
perasaannya dan dia memeluk Pek Thong.
Ciu Pek Thong seperti dipagut ular berbisa, melompat dari
pembaringan. "Jangan tidak boleh mana boleh begitu!"
berseru-seru Pek Thong gugup bukan main, nafasnyapun
memburu.
Tapi lauw Kuihui seorang yang cerdas, sedangkan untuk
memperoleh ilmu menotok saja dia bisa mempengruhi Pek
Thong, terlebih sekarang jika maksud hati yang terkandung itu
tidak tercapai, tentu dia bukan Lauw Kuihui namanya. Pek
Thong walaupun kepandaiannya tinggi dan Iwekangnya
sempurna, toh tetap seorang manusia yang terdiri dari darah
dan daging, sehingga akhirnya dia kalah juga oleh segala musik
setan dan cengkraman setan)*, yang telah menyeretnya tanpa
dia bisa melawan mempergunakan ilmu silatnya atau
iwekangnya, karena semua itu memang tidak diperlukan pada
waktu itu. Gugurlah Pek Thong dalam rangkulan Lauw Kuihui.
Inilah pertama kali Pek Thong bernafas memburu keras,
pertama kalinya juga dalam seumur hidupnya dia merasakan
betapa harumnya rambut seorang wanita, rambui yang begitu
halus dan menggetarkan hati Ciu Pek Thong, sedang gagahnya
dan Lauw Kuihui sedang mudnya. Tubuh mereka beradu tidak
hentinya, hari ketemu hati tanpa merasa hati mereka telah
terjalin, sehingga akhirnya mereka tersesat sampai tidak dapat
diurusi lagi dengan keberandalan masing-masing.
)* Kebiasaan manusia berbudi rendah yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya akan
selalu mengkambing-hitamkan setan, padahal bertemu setanpun belum pernah.
**** PADA HARI HARI berikutnya, sudah tidak ada kesulitan
buat Pek Thong memberikan petunjuk mengenai jalan darah 104
diseluruh tubuh Lauw Kuihui, malah tampaknya mereka begitu


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

intim dan mesra. Lauw Kuihui yang telah mengetahui tabiat
Ciu Pek Thong ini, bisa melayaninya dengan sempurna
sehingga Ciu Pek Thong lupa daratan, dimana kegemaran
bermain kelereng dituruti, kegemaran main petak juga dituruti,
kegemaran main lompat-lompatan juga dituruti, gemar akan
main permainan baru yaitu permainan ayun-ayunan yang
menerawangannya si bocah tua bangkotan yang berandalan
inipun selalu dituruti oleh Lauw Kuihui dengan senang hati,
bahkan Lauw Kuihui sangat mencintai Ciu Pek Thong ini,
mencintai sepenuh hati.
Begitulah hubungan mereka berlangsung selama dua
bulan, dimana Pek Thong telah memberikan segala penjelasan
mengenai cara melatih ilmu menotok tersebut. Bahkan Pek
Thong juga telah menurunkan ilmu-ilmunya yang lain lagi,
sehingga Lauw Kuihui dapat melatihnya dengan bersemangat
sekali, melatih dengan cepat, karena dia memang berbakat dan
cerdas, sehingga dia dapat dengan cepat menguasai seluruh
ilmu yang diwariskan Pek Thong,sama cepatnya seperti dia
menguasai diri Pek Thong.
Tapi urusan yang terjalin antara Pek Thong dengan salah
seorang selirnya Toan Hongya ini akhirnya tidak bisa juga
ditutupi untuk selamanya, bukankan asappun tidak bisa
ditutupi, yang akhirnya tersiar juga? Demikian pula dengan
peristiwa jalinan asmara yang telah trjadi antara Lauw Kuihui
dengan Loo Boan Tong. Jika memang hanya diketahui oleh
para dayang itu masih bagus dan tidak mungkin akan sampai
ke teling Toan Hongya. tapi justru dari dayang-dayang Lauw
Kuihui itulah urusan telah tersiar ke telinganya para selir lain.
Memang selir-selir Toan Hongya yang lainnya menaruh
perasaan iri danbenci pada Lauw Kuihui. Walaupun itu tidak 105
berani diunjukkan dengan berterang. Mereka melihat raja
mereka terlalu memanjakan dan mencintai Lauw Kuihui yang
memperoleh perlakuan lain dari mereka. Tidak jarang Toan
Hongya menjenguk Lauw Kuihui dua kali dalam satu
bulannya, tidak demikian dengan mereka yang harus menantinanti kunjungan kaisar mereka dengan harapan kosong selama
dua atau tiga bulan baru dapat giliran. Sebab itu pula, perasaan
itu lah yang menyebabkan selir-selir itu lalu berunding, lalu
secara bersama-sama mereka telah menyampaikan peristiwa
hebat itu pada Toan Hongya.
Memang berita itu merupakan berita hebat buat Toan
Hongya, dimana perasaannya tergempur. Terutama sekali
waktu dia memerintahkan beberapa orang kepercayaannya
untuk mengawasi gerak gerik Ciu Pek Thong dan Lauw
Kuihui. Toan Hongya memang tidak bisa menerima begitu saja
laporan dari para selir itu, karena bisa saja mereka memberi
laporan palsu berhunung dia iri pada Lau Kuihui, sehingga
mereka bisa memfitnah. Namun laporan yang diterima Toan
Hongya dari beberapa orang kepercayaannya itu memang benar
kalau Ciu Pek Thong memiliki hubungan gelap dengan Lauw
kuihui.
Bukan main mendongkolnya Toan Hongya sehingga satu
malamandia tidak bisa tidur. Dan sesungguhnya malam itu juga
dia ingin ketemu Pek Thong untuk menghukumnya dan Lauw
Kuihui, walaupun dia sangat mencintai selir itu, tapi
perbuatannya telah menyakiti hati dan melukai perasaan.
Namun semua niatnya itu dibatalkan sebab dia
memandang Ong Tiong Yang, akhirnya Toan Hongya hanya
pura-pura pilon tak mempedulikan urusan itu. 106
Cuma yang membuat Toan Hongya terluka, acapkali
mengunjungi permaisurinya, maka permaisurinya
membicarakan prihal Lauw Kuihui yang meninabobokkan Ciu
Pek Thong, setiap kali mengunjungi selir-selirnya, Toan
Hongya selalu harus mendengar perstiwa yang sangat
memalukan didalam istananya tersebut.
Tapi disebabkan dia memang menghormati Ong Tiong
Yang, dengan sendirinya membuat Toan Hongya hanya
menahab dan tidak menegur Ciu Pek Thong, bahkan dia
menganggap seperti tidak terjadi peristiwa itu didalam
istananya.
Namun dari mulut ke mulut, akhirnya berita itu telah
trdengar pula oleh Ong Tiong Yang dan diam-diam dia telah
menyeksikan gerak-gerik Ciu Pek Thong.
Pada sore itu sengaja dia tidak menngunjugi Toan Hongya
sebagaimana mestinya. Jika sebelumnya dia selalu mengawasi
Toan Hongya berlatih It Yang Cie dan ilmu-ilmu hebat yang
lainnya yang diwariskan kepada raja tersebut, namun sekarang,
sengaja Ong Tiong Yang memperhatikan gerk-gerik adik
seperguruannya itu.
Memang begitu malam menjelang datang, Ciu Pek Thong
telah meninggalkan kamarnya. Diluar tahunya Ong Tiong
Yang mengikuti secara diam-diam dan telah memperhatikan
apa yang hendak dilakukannya.
Ciu Pek Thong telah menuju ketampatnya Laue Kuihui.
Diwaktu mereka tengah bercengkrama dan bermaksud ingin
bermain kelereng, waktu itulah Ong Tiong Yang telah muncul
menegur keras pad adik seperguruannya. Melihat munculnya
Ong Tiong Yang, Ciu Pek Thong bermaksud untuk melarikan
diri, ia kaget dan ketakutan bukan main. Namun Ong Tiong 107
Yang tidak mau melepaskan adik seperguruannya. Dia
membekuk Pek Thong dan diseret ke istananya Toan Jongya.
Ciu Pek Thong yang merasa dirinya memang bersalah,
tidak memberikan perlawanan. Waktu dia diringkus oleh Ong
Tiong Yang, dia menerima saja diperlakukan seperti itu, dan
ketika Ong Tong Yang menyeretnya ke tempat Toan Hongya,
diapun telah ikut dengan tidak membantah sepatah katapun.
Cum saj mulutnya yang mengoceh terus menerus, menanyakan
mengapa dirinya diperlakukan seperti itu oleh suhengnya.
Ong Tiong Yang yang tengah gusar tidak mau melayani
adik seperguruannya itu. Waktu tiba ditempat Toan Hongya,
segera Ong Tiong Yang perintahkan Ciu Pek Thong untuk
berlutut dihadapan raja itu.
Ciu Pek Thong tidak berani membantah, dimana dia telah
berlutut dihadapan Kaisar tersebut, hanya hatinya tidak puas
dengan perintah suhengnya itu.
"Toan Hongya, silakan Hongya menjatuhkan hukuman
yang pantas pada suteku ini. dia telah melakukan perbuatan
yang memalukan sekali, mendatangkan aib dan tidak kenal
aturan! Sungguh tidak pernah kusangka bahwa akhirnya dia
menimbulkan keonaran juga di istana Hongya!" kata Ong
Tiong Yang dengan muka yang merah padam, sambil
mengawasi Ciu Pek Thong dengan mata bersinar tajam sekali.
Toan Hongya menghela nafas dalam-dalam. Dia jadi serba
salah. Sudah jelas memang Ciu Pek Thong bersalah, bahkan
melakukan perbuatan yang melukai hati dan perasaan Toan
Hongya, bahkanyang membekuknya itu adalah Ong Tiong
Yang, suheng dari Pek Thong, tapi dengan memandang pada
Ong Tiong Yang sangat dihormati itu, Toan Hongya jadi tidak
tahu harus berbuat bagaimana. 108
Walaupun Toan Hogya seorang kaisar, namun dia gemar
ilmu silat. Bahkan orang yang paling dihormati seumur
hidupnya adalah Ong Tiong Yang, seorang tokoh rimba
persilatan. Karena itu, Toan Hongya sangat menghargai
kehormatan dan persahabatan lebih tinggi daripada urusan
perempuan. Setelah menghela nafs beberaa kali, Toan Hongya
perintahkan beberapa pengawalnya untuk membebaskan Ciu
Pek Thong. Malah Toan Hongya segera perintahkan
memanggil Lauw Kuihui.
Lauw Kuihui menghadap dengan
cepat. Mukanya memang agak pucat,
namun agaknya dia tidak gentar,
karena memang dia sudah siap untuk
mempertanggung-jawabkan apa yang
telah diperbuatnya bersama Ciu Pek
Thong.
"Karena semuanya sudah terlanjur
terjadi demikian," kata Toan Hongya
pad mereka, "Maka alangkah baiknya
jika kalian, Ciu Suheng dan kau
Kuihui agar menikah supaya menjadi pasangan suami isteri.
Aku melepaskan kedudukanmu sebagai selirku, dengan
demikian engkau tidak terikat lagi, dan kau boleh ikut bersama
Ciu suheng menjadi isterinya dan merawatnya dengan baik.
semoga saja kalian dapat hidup rukun bahagia sampai hari tua.
Tapi, Toan Hongya baru berkata sampai disitu, Ciu Pek
Thong separti orang yang kebakaran jenggot, telah kelabakan
dan berteriak-teriak. "Itu mana bisa?" sia menampik usul dari
Toan Hongya. 109
"Mengapa tidak bisa?" tanya Toan Hongya sambil
mengawasi tajam Ciu Pek Thong.
"Aku tidak mengetahui bahwa itu perbuatan salah," kata
Pek Thong sambil menepuk-nepuk kepalanya berulang kali.
"Mana bisa aku menerimanya menjadi isteriku. Sedangkan dia
si adik Eng adalah selir Hongya? jika memang aku tahu itu
salah, merupakan suatu perbuatan tidak bagus, tidak terpuji,
walapun harus dibunuh atau dihukum berat, tidak nantinya aku
akan melakukannya.!" Dan dia dengan keras telah menolak
usul dari Toan Hongya, walaupun toan Hongya telah
membujuknya beberapa kali agar Ciu Pek Thong menikah
dengan Lauw Kuihui.
Melihat semua itu, wajah Oang Tiong Yang jadi guram,
dia masgul dan bersuka sekali, sebab Ciu Pek Thong telah
mendatangkan malu yang tidak kecil buatnya. Memang sejak
berangkat menuju Tayli, Ong Tiong Yang telah mengawasi
ketat setiap gerak-gerik sutenya. Namun siapa sangka justeru di
istana Toan Hongya inilah sutenya telah menimbulkan
peristiwa yang demikian hebat, menimbulkan keonaran yang
mendatangkan malu nuat Ong Tiong Yang, maupun juga atas
nama pintu perguruan Coan Cin Kauw.
"Hongya..!" kata Ong Tiong Yang sambil melangkah maju
dan menjura memberi hormat pasa kaisar itu. "Memang amat
memalukan sekali telah terjadi urusan seperti ini. dan justru
yang tersangkut dalam urusan ini adalah suteku. Jika memang
aku tidak mengetahui bahwa dia seorang manusia tolol dan
berandalan tidak kenal aturan tentu aku akan membunuhnya!"
Toan Hongya cepat-cepat membalas hormatnya Ong Tiong
Yang, katanya, "Janganlah Ong Cinjin berkata begitu. Semua 110
ini telah terjadi, nasi sudah menjadi bubur, apa hendak
dibilang? Yang penting sekarang bagaimana caranya untuk
menikahkan mereka agar mereka menjadi suami isteri.
Bukankah dengan adanya hubungan yang telah terjadi pada
mereka berdua, menunjukkan bahwa mereka saling mencintai?
Maka kukira jalan yang paling baik dan bijaksana agar Ciu
suheng mau menerima Lauw Kuihui sebagai isterinya! Tentu
saja gelar keselirannya akan kucabut dan akupun
melepaskannya, membebaskannya sebagai selirku! Bukankah
dengan demikian, kelak mereka dapat hidup rukun dan
bahagia?"
"Ong Tiong Yang mengangguk, memutar tubuhnya
mengawasi Ciu Pek Thong dengan muka yang merah padam
dan mata yang bersinar sangat tajam sekali.
"Ciu sute," kata Ong Tiong Yang keras. "Dengarlah! Aku
adalah suhengmu, apakah selama ini kau memandangku atau
tidak?"
Ciu Pek Thong jadi duduk menjublek, matanya
mengawasi Ong Tiong Yang guram sekali tak bersinar dan
mulutnya setengah terbuka, tampaknya dia berduka.
"Ong suheng, aku!" akhirnya dia berkata dengan
tergagap.
"Kini semua persoalan telah menjadi jelas. Engkau telah
melakukan suatu perbuatan yang rendah dan hina, dan Toan
Hongya telah bersedia memberikan pengampunan buatmu,
sehingga engkau tidak perlu dihukum walaupun telah
melakukan dosa besar. Tapi rupanya kau memang seorang
yang tidak mengenal budi dan terima kasih. Mengapa kau
menolak usul yang diberikan Hongya?!" 111
Ciu Pek Thong sekian lama duduk menjublek, tampaknya
sulit dia bicara. Beberapa kali dia telah melirik pada Lauw
Kuihui yang waktu itu tengah menatapnya dengan sorot mata
mencintai. Hati Ciu Pek Thong tergetar setiap kali matanya
benterok dengan tatapan mata Lauw Kuihui, tapi dia selalu
membuang pandangan ke arah lain. Jika memang dia harus
menghadapi sebuah pertempuran untuk mengadu jiwa antara
hidup dan mati, tentu dia tidak akan bingung seperti ini. namun
sekarang menghadapi urusan seperti ini Ciu Pek Thong benarbenar otaknya menjadi tumpul. Biasanya dia berandalan dan
selalu bisa ceplas-ceplos sekehendak hatinya tanpa mempedulikan apakah perkataannya itu dapat diterima oleh yang
bersangkutan atau tidak. namun sekarang dia seperti berubah
menjadi seorang yang gagu, yang tidak bisa bicara, diam
mematung dan menjublek dalam kebingungan itu.
**** JILID 4
"Ciu sute," panggil Ong Tiong Yang lagi,
"Apakah kau tetap tidak mau menerima
usul Toan Hongya, untuk menerima Lauw
Kuihui menjadi isterimu?"
Ciu Pek Thong geleng-geleng kepalanya
beberapa kali dengan bingung.
"Itu mana boleh terjadi!" katanya. "Ong
Suheng, kau ampunilah aku, jangan kau
mendesak aku seperti itu. Tidak mungkin aku menikah dengan
Lauw Kuihui!" 112
Penolakan Ciu Pek Thong membuat Toan Hongya
mendongkol bukan main, dia telah berkata dengan tegas
kepada Ciu Pek Thong, "Ciu suheng, dengan ikhlas aku
menyerahkan Kuihui padamu! Apakah kau menduka aku
mempunyai maksud lain? Bukankah semenjak dulu terdapat
perkataan bilang, "Saudara adalah tangan dan kaki, sedangkan
isteri itu pakaian? Apakah artinya seorang perempuan?"
Mendengar perkataan Toan Hongya, muka Ciu Pek Thong
jadi merah karena jengah, dia bingung dan malu. Berulang kali
dia menggelengkan kepalanya, tetap menampik perkataan Toan
Hongya agar dia mengambil Kuihui sebagai isterinya.
Penampikan yang berulang kali seperti itu, walaupun Toan
Hongya telah mendesaknya dengan bujukan, Toan Hongya
menjadi gusar bukan main. Dengan mendongkol dia berkata,
"Jika kau mencintai dia, mengapa sekarang kau menampik?
Kalau memang kau tidak mencintainya mengapa kau lakukan


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perbuatanmu itu? Negeriku memang merupakan negeri yang
kecil. Tapi tidak nanti aku mengijinkan kau menghina kami!"
Jelas Toan Hongya gusar sekali, mukanya sampai merah
padam dan tubuhnya gemetaran, dia hanya masih memandang
muka Ong Tiong Yang, Kauwcu dari Coan Cin Kauw yang
menjadi suheng dari Ciu Pek Thong, si tua bangkotan yang
nakal ini.
Mendengar perkataan Toan Hongya, Loo Boan Tong
menjadi menjublek beberapa saat lamanya, mukanya sebentar
pucat sebentar merah. Nampaknya si bocah tua bangkotan ini
memang tengah kebingungan.
Suhenghyapun berdiri dipihak Toan Hongya, yaitu
mendesak agar dia bertanggung jawab terhadap perbuatan yang 113
telah dilakukannya bersama Lauw Kuihui. Ciu Pek Thong
benar-benar bingung.
Ciu Pek Thong tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Sehingga untuk sejenak lamanya otaknya seperti menjadi
membeku, tidak dapat berpilir, sedangkan dihadapannya Toan
Hongya dan Ong Tiong Yang tengah menatapnya dengan
sorotan mata yang sangat tajam, dimana mereka telah
memandang dia dengan sikap yang tidak senang.
Akhirnya setelah menjublek beberapa waktu lamanya, Pek
Thong telah menghampiri Toan Hongya, lalu dia berlutut
didepan kaisar itu. Mengangguk-anggukkan kepalanya
beberapa kali, sehingga membuat Toan Hongya cepat-cepat
menghindar.
"Jangan Ciu suheng banyak peradatan!" kata Toan Hongya
dengan suara yang besar. "Apakah Ciu suheng sudah berpikir
untuk menerima usulku, untuk menikahi Lauw Kuihui dan
mengambilnya menjadi isterimu?!"
"Bukan!" menyahut Pek Thong sambil menggelengkan
kepalanya. Diapun masih berada dalam keadaan berlutut. Lalu
melanjutkan perkataannya, "Aku memang bersalah Toan
Hongya! Aku pergi sekarang!"
Toan Hongya tidak menyangka akan keputusan Ciu Pek
Thong seperti itu, dia mengawasi tertegun saja, karena tidak
tahu dengan cara apa harus menghadapi Ciu Pek Thong ini.
jika ia menahan Pek Thong, sehingga harus menggunakan
kekerasan, jelas hal ini membuat Toan Hongya tidak enak hati
terhadap Coan Cin Kauwcu Ong Cinjin, suheng dari Ciu Pek
Thong. Tapi jika ia membiarkan Ciu Pek Thong pergi,
bukankah dirinya terhina sekali, berarti da terinjak habishabisan? Bukan seorang Kaisar dari sebuah negeri, ia terhina 114
sekali oleh perbuatan Ciu Pek Thong, yang selalu menggauli
Lauw Kuihui, selirnya yang paling disayanginya itu, lalu
menolak anjurannya agar Ciu Pek Thong mengambil Lauw
Kuihui sebagai isterinya, malah hendak begitu saja? bukankah
itu merupakan penghinaan? Bukankah Ciu Pek Thong seperti
tidak memandang sebelah mata padanya? Dan juga Ciu Pek
Thong seperti tidak menganggap Lau Kuihui sebagai seorang
yang patut dihormati, malah sikapnya itu seperti juga Loo Boan
Tong meremehkan Lauw Kuihui yang seperti barang
rongsokan.
Waktu itu Ciu Pek Thong sudah berdiri sambil merogoh
sakunya. Ia mengeluarkan sehelai saputangan sutera. Dia
mengangsurkan itu kepada Lauw Kuihui, katanya, "Ini
kukembalikan kepadamu!"
Lauw Kuihui tidak menyambuti, saputangan itu dibiarkan
saja menggeletak di lantai didekat kaki Toan Hongya. bibir
Lauw Kuihui waktu itu seperti menangis tapi bukan menangis,
seperti tertawa tapi bukan tertawa. Disamping itu muka Kuihui
tersebut kuning pucat kehijau-hijauan bagai tidak dialiri darah.
Matanya menatap kosong dan hampa pada Ciu Pek Thong,
yang pada waktu itu tanpa mengatakan suatu apaun
meninggalkan ruangan itu untuk berlalu.
Semua orang yang berada dalam ruangan itu jadi berdiam
diri saja, Toan Hongya melihat Lauw Kuihui menjublek saja
seperti juga telah ditinggalkan arwhnya, sehingga membuat
kaisar itu menjadi mendongkol disamping mendelu dan jemu
sekali. Kemudian Toan hongya mengambil saputangan sutera
itu, seger dilihatnya disitu tampak sulaman sepasang burung
Wanyoh yang tengah bermain di air. Tidak salah lagi
saputangan itu milik Lauw Kuihui untuk kekasihnya. 115
Toan Hongya tambah mendelu, sampai ia tertawa dingin.
Ia membalikkan saputangan tersebut. Ternyata disitu terdapat
sebaris syair, yang bunyinya sebagai berikut:
"Empat buah perkakas tenun,
Maka tenunan burung Wanyoh
Akan terbang berpasangan
Sayang belum lagi tua,
Tetapi kepala sudah putih,
Gelombang musim semi,
Rumput hijau,
Di musim dingin
Dalam tempat-tempat tersembunyi,
Saling berhadapan baju merah."
Muka Toan Hongya menjadi merah padam, dia tambah
mendelu dan gusar sekali. Kuihui telah menyeleweng, bahkan
sekarang terlihat bahwa Kuihui memang sangat mencintai Pek
Thong.
Setelah dikecewkan seperti itu, sekarang Kuihui masih
mengawasi kepergian Pek Thong dengan mata yang hampa,
dengan muka yang pucat pias, serta sikap yang seperti yaang
ditinggal arwahnya, sikapnya itu memperlihatkan betapa
besarnya cinta Lauw Kuihui pada Ciu Pek Thong.
Coan Cin Kauwcu Ong Tiong Yang merasa sangat gusar
dan kecewa dengan kejadian sepertiini. Segera ia maju
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat pada Toan
Hongya. iapun pamitan pad Toan Hongya untuk menyusul adik
seperguruannya guna memberi hukuman. 116
Toan Hongya yang tengah berduka dan penasaran, tidak
banyak mengeluarkan kata-kata lagi. Ong Cinjin mengetahui
hal ini. Kaisar tayli ini tidak menahan keinginan Ong Tiong
Yang untuk pamitan, dimana kaisar ini telah berkata dengan
basa-basi saja sekedarnya.
Setelah Ong Tiong Yang berlalu, Toan Hongya
melemparkan saputangan itu kepada Lauw Kuihui dimana
hatinya bukan main berdukanya.
Sesungguhnya walaupun Lau Kuihui hanya memiliki
kedudukan senagai selir, namun Toan Hongya sangat
mencintai selirnya yang seorang ini, yang sangat cerdas dan
juga memiliki bakat yang baik sekali untuk mempelajari ilmu
silat. Tadi karena memang Toan Hongya memandang pada
persahabantan, dan memandang pada persahabatan, dan juga
memandang muka terang Ong Tiong Yang, ia bersedia untuk
menyerahkan Lauw Kuihui kepada Ciu Pek Thong.
Namun sesungguhnya, dengan adanya peristiwa ini, telah
menggoncangkan perasaan dan jiwa Toan Hongya, sehingga
kaisar ini sangat berduka bukan main, dimana pada hari-hari
selanjutnya ia sudah tidak pedulikan lagi urusan negara, dia
juga menungkuli diri dengan setiap hari berlatih silat saja.
dengan demikian Toan Hongya memperoleh kemajuan yang
pesat sekali untuk ilmu silatnya. Dia sudah tidak mau
dipusingkan oleh segala urusan negerinya, walaupun
permaisuri telah berulang kali menghibur dan membujuknya.
Demikian juga dengan para menteri dan panglima Tayli,
semua ikut bersedih dengan adanya peristiwa itu, dimana raja
mereka lebih banyak menungkuli diri dengan mengurung
dirinya didalam kamar pribadinya dan berlatih ilmu silatnya 117
belaka, tanpa mengacuhkan lagi segala urusan yang
berhubungan dengan negara.
Begitulah lebih dari setengah tahun Toan Hongya tidak
pernah mengunjungi Lauw Kuihui, juga tidak pernah kaisar ini
memanggil selirnya yang seorang itu.
Namun dasarnya memang Toan Hongya sangat mencintai
selirnya yang seorang ini, seringkali dalam tidurnya dia
memimpikan selirnya itu, malah tak jarang kaisr ini lagi
bercumbu mimpi dengan selirnya itu.
Biarpun begitu, Toan Hongya tetap tidak pernah ingin
menemui Lauw Kuihui dan memanggil selir tersebut.
Sampai akhirnya pada suatu malam, setelah terbangun dari
tidurnya, karena bermimpi bertemu dengan Lauw Kuihui, Toan
Hongya tidak bisa menahan keinginan hatinya untuk bertemu
dengan Lauw Kuihui, sehingga Toan Hongya tidak bisa
melawannya lagi. Akhirnya kaisar ini telah mengambil
keputusan untuk melihat selirnya yang seorang itu. Namun
Toan Hongya tidak memberitahukan niatnya pada Thaykam
maupun dayang. Ia pergi sendiri dengan diam-diam. Hal itu
disebabkan Toan Hongya ingin menyaksikan apa yang sedng
dikerjakan oleh Kuihui.
Dengan mempergunakan kepandaian yang memang sudah
sempurna, Toan Hongya sengaja mengambil jalan diatas
genting. Ia tiba diatas wuwungan kamar selir itu. Segera ia
mendengar suara anak kecil menangis dan suara tangisan itu
berasal dari kamar selir itu.
Hal ini tentu saja membuat Toan Hongya heran bukan
main, hatinya juga berdebaran. Sebagai seorang yang sangat
cerdas, segera dia bisa menduga apa yang telah terjadi. 118
Malam itu sesungguhnya salju telah turun dengan derasnya
dan udarapun sangat dingin menusuk tulang, tapi diatas genting
itu Toan Hongya berdiri terpaku lama sekali. Ia berdiri
bagaikan patung hidup, jika memang dia bernafas, jelas
menyerupai patung saja yang tidak dapat bergerak, walaupun
salju telah memenuhi tubuhnya.
Rupanya lauw Kuihui telah melahirkan anak. Dan Toan
Hongya mengetahui bahwa anak itu adalah hasil perbuatan
hubungan gelap Lauw Kuihui dengan Ciu Pek Thong, karena
sudah hampir satu tahun ini Toan Hongya tidak pernah
menggauli selirnya yang seorang itu.
Kenyataan pahit seperti ini sangat melukai hati Toan
Hongya, sehingga benar-benar Toan Hongya kali ini seperti
ditinggal pergi oleh arwahnya berdiri diam. Sepanjang malam
itu hanya mendengarkan suara tangis dari bayu didalam kamar
selirnya itu. Suara tangisan yang bening dan masih suci itu,
namun seperti pisau yang mennyayat hati Toan Hongya,
sehingga kaisar ini terus juga berdiri mematung dengan sikap
yang lesu tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya.
Salju turun dengan derasnya tanpa pernah mereda, dan
waktu itu angin berhembus dengan kencang dan dingin sekali
terasa menusuk tulang sumsum. Namun Toan Hongya tidak
pernah mempedulikan semua itu, pikirannya tengah melayanglayang kosong, dan mukanya pucat pias seperti mayat.
Jika memang Toan Hongya tidak mencintai Lauw Kuihui,
tentu perasaannya tidak terluka seperti sekarang. Namun
kenyataannya Kaisar ini sangat sayang dan mencintai selirnya
yang seorang ini. dengan sendirinya, apa yang terjadi sekarang
didepan matanya telah menambah luka dihatinya. 119
Itulah suatu keadaan yang hebat sekali, seorang Kaisar
yang agung dan mulia, telah menuiksa diri berdiam sepanjang
malam di udara terbuka, berdiri si atas genting, disiram terus
menerus oleh salju den hembusan angin yang menerpa ke
wajah kaisar yang dingin sekali.
Lauw Kuihui sendiri tidak mengetahui bahwa Toan
Hongya ternyata telah mengawasinya sepanjang malam itu
karena Kuihui tengah sibuk dengan bayinya.
Satu malam penuh Toan Hongya berdiri di atas genting
menerima curahan salju yang deras sekali, hampir menimbun
sepasang kakinya dan menerima tamparan angin di musim
dingin yang mengigilkan tubuh. begitu fajar menyingsing,
barulah kaisar ini turun dari atas genting dan kembali ke
kamarnya.
Walau bagaimanapun tangguhnya Toan Hongya,
bagaimana sehat dan kuatnya tubuh kaisar itu, namun karena
disebabkan ia tergempur oleh perasaan hatinya terluka, dan ia
sangat berduka sekali, lalu berdiri sepanjang malam dibawah
curahan hujan salju yang seras sekali serta terpaan angin dingin
yang menusuk tulang sumsum, raja ini akhirnya jatuh sakit.
Dan sakit yang dideritanya itu bukan sakit yang biasa saja,
melainkan sakit yang berat sekali.
Selema setengah tahun lebih Toan Hongya rebah
dipembaringan karena sakitnya itu, sehingga tubuhnya
menyusut banyak memang pertama-tama Toan Hongya
berduka sekali, hatinya berat dan gundah jika memikirkan
peristiwa yang telah terjadi pada selirnya. Namun setelah
sembuh dari sakitnya, ia tidak mau memikirkan urusan itu,
terutama urusan Lauw Kuihui. 120
Hari demi hari seperti saling kejar tidak bisa ditahan, dan
waktu berjalan terus, sampai akhirnya telah dua tahun sejak
kesembuhan Toan Hongya dari sakitnya.
Pada malam itu, Toan Hongya tengan bersemedhi didalam
kamarnya, mendadak sekali Lauw Kuihui menyingkap tirainya
dan menerobos masuk ke dalam kamar Toan Hongya.
Thaykam dan dua orang siewie yang menjaga diluar pintu
berusaha mencegahnya, namun mereka telah kena dihajar oleh
Kuihui, sehingga mereka tidak berdaya untuk merintangi
Kuihui yang telah berhasil menerobos masuk. Waktu Toan
Hongya menoleh, dilihatnya Kuihui berdiri dengan
menggendong anaknya. Toan Hongya juga melihat muka Lauw
Kuihui sangat pucat, bahkan selir ini telah menekuk kedua
lututnya, berlutut dihadapan Toan Hongya sambil menangis
mengerung-gerung sedih sekali. Kepalanya juga menganggukangguk tidak henti-hentinya waktu ia berkata, "Aku Mohon
belas kasihan Hongya agar anak ini deiberikan pengampunan,
aku mohon Hongya, taruhlah belas kasihan pada anak ini dan
berikanlah pengampunan untuk anak ini, aku mohon Hongya!"
Toan Hongya jadi heran bercamputr bingung, ia bangkit
untuk melihat anak itu. Ternyata muka anak tersebut merah
padam, keungu-unguan, nafasnya memburu.
Toan Hongya mengulurkan kedua tangannya dan dia
menggendong anak tersebut, mengawasinya dengan teliti untuk
memeriksa keadaanya, segera juga Toan Hongya memperoleh
kenyataan bahwa anak itu menderita patah tulang iganya
sebanyak lima buah. Waktu itu Kuihui mengawasi Toan
Hongya memeriksa anaknya sambil menangis keras sekali,
bahka selir itu telah berkata, "Hongya, aku yang bersalah, aku
memang harus mati, tapi aku mohon anak ini diberi ampun!" 121
Toan Hongya benar-benar heran dan bingung melihat
semua itu, yang tidak pernah diduganya. Yang membuatnya
lebih heran, selir ini selalu memohon padanya agar mau
mengampuni anak tersebut, anak selir ini. maka akhirnya


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan suara yang sabar, Toan Hongya telah bertanya,
"Sesungguhnya apa yang telah terjadi pada diri anak ini?"
Akan tetapi Lauw Kuihui tidak menyahut, ia hanya
berlutut terus dihadapan Toan Hongya sambil menangis
sesenggukan, Toan Hongya mengulangi pertanyaannya
beberapa kali, namun Lauw Kuihui tetap dengan sikapnya itu,
berlutut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tidak hentihentinya menangis sambil memohon agar Toan Hongya
mengampuni anak tersebut.
"Mohon Hongya mengampuni dia," katanya pada waktu
Toan Hongya menanyakan pula apa yang sebenarnya telah
terjadi pada diri anak ini. "Jika memang Hongya menghendaki
kematianku, aku tidk akan penasaran, hanya saja anak ini!" dan
Lauw Kuihui menangis sedih lagi sambil terus berlutut dan
mengangguk-anggukkan kepalanya.
Toan Hongya tambah heran, karena diapun tidak mengerti
sesungguhnya apa yang telah terjadi.
"Siapa yang menghadiahkan kematian padamu?" tanya
Toan hongya akhirnya tidak sabar. "Sebenarnya, kenapa anak
ini terluka?"
Kuihui seperti tersentak angkat kepalanya mengawasi
Toan Hongya. air matanya tampak berlinang mengalir deras
sekali dari sepasang matanya.
"Apakah bukan Hongya yang perintahkan siewie untuk
perintahkan untuk menghajar mati anak ini?" tanya Kuihui 122
kemudian, dengan seasang mata terpentang lebar-lebar
degenangi air mata.
Toan Hongya jadi tambah heran. Pasti ada apa-apa pada
kejadian ini.
"Jasi anak itu dilukai oleh siewie?!" tanya Toan Hongya.
"Budak mana yang begitu bernyali besar?"
Mendengar perkataan Toan Hongya, Lauw Kuihui jadi
terkejut.
"Oh, jadi bukan Hongya yang perintahkan? Jika begitu
anak ini akan tertolong!" setelah berkata begitu, dengan
muka dipengaruhi oleh berbagai perasaan, perasaan kaget,
girang, bingung, kuatir yang menjadi satu, akhirnya Kuihui
pingsan tidak sadarkan diri.
Toan Hongya bukan main herannya menyaksikan semua
ini, menyaksikan keadaan Lauw Kuihui seperti itu, iapun
merasa kasihan. Segera Toan Hongya mengangkat selir itu
direbahkan dipembaringan. Setelah sadar, Lauw Kuihui segera
juga ia menangis, sambil menangis, ia menceritakan duduk
peristiwa yang dialaminya sehingga anaknya itu patah tulang
iganya lima buah.
Malam itu Lauw Kuihui tengah menepuk-nepuk anaknya
agar sang anak tidur, mendadak dari luar jendela masuk
melompat seseorang yang berpakaian sebagai seorang siewie
dengan muka mengenakan topeng. Anaknya lantas diangkat
dan dihajar punggungnya.
Lauw Kuihui kaget bukan main, dia menjerit sekuat tenaga
dan berusaha mencegah. Siewie itu menolak Kuihui, sekali lagi
dia menghajar anak tersebut, kemudian tertawa keras, barulah
meninggalkan kamar dengan melompat gesit sekali. 123
Lauw Kuihui tidak mengejar, pertama karena siewie itu
gagah sekali dan tampaknya memiliki kepandaian yang sngat
tinggi. Kesua dia menduga siewie itu diperintahkan oleh Toan
Hongya untuk membunuh anak Lauw Kuihui. Itulah sebabnya
mengapa Lauw Kuihui segera membawa anaknya itu
menghadap Toan Hongya, untuk memohonkan pengampunan
buat anaknya.
Mendengar cerita Lauw Kuihui, Toan Hongya jadi
semakin heran. Dia memeriksa lebih teliti keadaan anak itu.
Segera juga bertambah rasa bingung dan herannya, karena
walaupun telah memeriksa luka anak tersebut semakin lama
toh Toan Hongya tetap tidak mengetahui sesungguhnya anak
itu terluka oleh pukulan ilmu silat siapa.
Selama memeriksa keadaan anak itu, Toan Hongya
memperoleh kenyataan ada otot-otot anak tersebut yang putus.
Segera juga Toan Hongya pergi kekamar Lauw kuihui untuk
melakukan pemeriksaan, karena Toan Hongya yakin bahwa
penjahat yang telah memukul terluka anak ini bukan penjahat
sembarangan.
Di atas genting Toan Hongya memeriksa tapak kaki,
segera Toan Hongya berkata pada Lauw Kuihui, "Pnjahat itu
lihay sekali, terutama ilmu meringankan tubuhnya. Di dalam
negeri Tayli ini, kecuali aku tidak ada orang lain yang selihay
dia!"
Luw Kuihui jadi kaget bukan main, ia bertanya dengan
suara gemetar, "Mustahilkah ?dia?? Perlu apa dia
membinasakan anaknya sendiri?" berkata sampai disitu,
mukanya pucat pias seperti muka mayat, dan tubuhnya
menggigil keras sekali. 124
Dengan berkata begitu, yang dimaksudkan dengan
perkataan ?dia? itu , Lauw Kuihui ingin maksudkan Loo Boan
Tong.
Demikian juga halnya dengan Toan Hongya, yang telah
menduga bahwa perbuatan ini tentunya dilakukan oleh Ciu Pek
Thong. Alasan Toan Hongya menduga seperti itu, karena
kecuali Ciu Pek Thong , tidak ada orang segagah dan selihay
itu, terutama sekali ginkangnya. Alasan lainnya Toan Hongya
menduga seperti itu, karena menduga Ciu Pek Thong memang
tidak sudi mempunyai anak itu, yang hanya akan
mendatangkan malu buatnya.
Waktu Lauw Kuihui mendengar dugaan Toan Hongya,
mukanya menjadi pucat dan merah bergantian, tampaknya dia
malu dan cemas sekali, iapaun kaget bukan main. Mendadak
saja dia berteriak, "Tidak!.. Tidak! pasti bukan dia! Suara
tertawanya orang itu bukan suara tertawa dia..!"
Toan Hongya menghela nafas dan berkata, "Kau sedang
kaget dan ketakutan, mungkin kau kurang jelas mendengar
suara tertawanya."
Tapi Lauw Kuihui tetap bersikeras, ia bilang, "Suara
tertawa orang itu akan kuingat selama-lamanya, walaupun aku
menjadi setan, tidak nanti aku lupa! Bukan, bukah dia! Aku
yakin bukan dia, aku mengenali berbedaan suara dia dengan
penjahat itu!"
Mendengar perkataan Kuihui seperti itu, dimana
tampaknya memang Kuihui yakin dengan pendengarannya
terhadap suara tertawa penjahat itu, Toan Hongya jadi
mempercayainya. Hanya saja Toan Hongya tidak bisa
menduga, siapa adanya penjahat itu. Dia begitu gagah dan
lihai, mengapa dia hendak membinasakan anak kecil? Toan 125
Hongya sampai ingin menduga bahwa pembunuh itu terdiri
dari salah seorang murid Ong Cinjin, Ong Tiong Yang,
umpamanya saja Ma Giok, Khu Cie kie dan lain-lainnya.
Mungkin mereka hendak melindungi nama baik Partai mereka
maka mereka melakukan pembunuhan itu.
Toan Hongya memang pernah bertemu dengan salah
seorang murid Coan Cin Kauwcu Ong Tiong Yang bernam
Ong Cie It. Dialah seorang laki-laki tulen yang lurus, gagah
dan jujur, yang tidak mungkin melakukan perbuatan yang
rendah dan hina. Lagipila jika memang perbuatan itu, yaitu
melukai anaknya Lauw Kuihui adalah seorang dari murid Ong
Tiong Yang, sesungguhnya bisa saja mereka sekali
hajarmembinasakan anak itu, lalu mengapa harus menghajar
dampai setengah mati, hanya melukai saja tanpa mengambil
jiwa anak itu!.
Toan Hongya jadi tambah heran dan bigung.
Kaisar ini menduga pada Auwyang Hong, malah
dugaannya itu dikemukakan pada Lauw Kuihui. Namun
dugaan itu ternyata terbentur jalan buntu. Pertama, Auwyang
Hong berada jauh di wilayah Barat, mustahil dia melakukan
perjalanan hanya untuk menghajar setengah mati anaknya
Lauw Kuihui yang tidak ada hubungan apa-apa dengannya,
juga menurut Lauw Kuihui orang jahat itu bertubuh pendek
dan kecil dari kebanyakan orang pada umumnya. Dengan
demikian dugaan Toan Hongya meleset lagi, sebab Auwyang
Hong memiliki potongan tubuh yang tinggi besar.
Disamping bingung memikirkan siapa adanya orang jahat
yang telah menurunkan tangan kejam pada anaknya Lauw
Kuihui, Toan Hongya juga tengah sangsi memikirkan anak itu,
puteranya Lauw Kuihui. Anak itu terluka tidak lebih hebat dari 126
luka umumnya, namun dia masih berusia kecil sekali, tubuhnya
sangat lemah, maka untuk mengobati anak itu, Toan Hongya
harus mengorbankan tenaga dalamnya. Yang membuat Toan
Hongya jadi bimbang dan bersangsi, sebab Toan Hongya
mengetahui didalam rapat kedua di Gunung Hoasan nanti, pasti
dia tidak bisa mengambil bagian, kalau saja sekarang dia
menggunakan Iwekangnya untuk menyembuhkan luka anaknya
Lauw Kuihui.
Sesungguhnya Toan Hongya beberapa kali hendak
menolak untuk mengobati anak itu dari lukanya, namun selalu
saja Toan Hongya gagal, ia tidak dapat membuka mulut
menyatakan penolakannya itu. Pertama-tama Toan Hongya
kasihan melihat Kuihui yang menangis terus menerus.
Lauw Kuihui melihat Toan Hongya berdiam diri saja, telah
berlutut menangis terus menerus sambil memohon agar Toan
Hongya mau menolong anaknya, menyelamatkan selembar
jiwa anaknya, menyembuhkan dari lukanya.
Setelah berpikir lama seperti itu, Toan Hongya merasa
betapa dirinya merupakan seorang hina dina mirip dengan
binatang. Waktu itu Toan Hongya merasakan jika toh dia
bersedia menolong jiwanya putera Lauw Kuihui, itu karena dia
sangat terpaksa sekali, tidak bisa menolak permohonan Lauw
Kuihui. Akhirnya Toan Hongya mengambilkeputusan untuk
menolong puteranya Lauw Kuihui. Namun setelah mengambil
keputusan untuk menolong, ia masih tidak bertindak dan
beranjak dari tempatnya untuk mulai mengobati anak itu
karena hatinya masih juga digeluti oleh pemikiran mengenai
pertemuan di Hoa San mendatang yang merupakan pertemuan
yang kedua kali diantara kelima jago luar biasa, juga prihal
kitab Ciu Im Cin Keng, yang akan diperebutkan oleh mereka 127
berlima, yang kelak akan ditentukan siapa yang berhak untuk
memilikinya.
"Baiklah!" kata Toan Hongya kemudian setelah berdiam
diri beberapa saat lamanya, "Aku akan menolong jiwa anakmu
itu!"
Mendengar perkataan Toan Hongya, Kuihui jadi girang,
sampai dia pingsan tidak sadarkan diri.
Pertama-tama Toan Hongya menolong Lauw Kuihui, yang
diurut agar siuman dari pingsannya. Barulah kemudian Toan
Hongya menolong anaknya, dimana kaisar ini menguruti
sekujur tubuh anak tersebut dengan mempergunakan ilmu Sian
Thian Kangnya. Waktu Toan Hongya membuka oto anak
tersebut, kaisar ini jadi trkejut, mukanya juga berobah merah.
Tampak sikap tidak senangnya atau jemu pada anak tersebut.
Pada oto itu memakai sulaman sepasang burung Wanyoh serta
syair yang brbunyi:
"Empat buah perkakas tenun
Maka tenunan burung Wanyoh akan berpasangan,
Sayang belum lagi tua, tetapi kepala sudah putih,
Gelombang musim semi,
Rumput hijau dimusim dingin
Didalam tempat tersembunyi
Saling berhadapan baju mrerah."
Ternyata oto tersebut terbuat dari saputangan yang Ciu Pek
Thong lemparkannya pada Lauw Kuihui waktu ingin
meninggalkan istana Toan Hongya. 128
Toan Hongya jadi duduk menjublek mengawasi oto
tersebut, dan dikala raja ini tengah duduk bengong seperti itu,
Lauw Kuihui rupanya telah melihat sikap rajanya, maka ia
telah menggertakkan giginya. Dia mengeluarkan sebilah pisau
belati, yang ujung pisau tersebut diarahkan pada dadanya,
sambil berkata, "Hongya, aku tidak ingin hidup lebih lama lagi
di dunia ini, maka itu aku mohon belas kasihanmu, kau
tolonglah anak ini. aku menukar dia dengan jiwaku, nanti
dilain penitisan, aku akan menjadi anjing atau kuda guna
membalas budimu ini!" segera juga Lauw Kuihui menikam
dadanya. Pisau itu meluncur dengan cepat sekali, akan amblas
didada selir yang tengah berputus asa ini.
Bukan main kagetnya Toan Hongya, segera dia bergerak
gesit sekali, mencegah perbuatan nekat Kuihui dengan
merampas pisau belati itu. Toan Hongya berlaku cepat, tetapi
toh tidak urung dada Lauw Kuihui tergores juga sedikit
sehingga didadanya itu terluka dan mengeluarkan darah.
Karena kuatir Lauw Kuihui mencoba bunuh diri lagi, toan
Hongya Telah menotok jalan darah di tangan dan kaki Kuihui
sehingga selir itu tidak dapat menggerakkan tangan dan
kakinya. Dia hanya menangis terus menerus dengan rasa putus
asa dan berduka sekali.
Setelah membalut lukanya, segera Toan Hongya
mendudukkan selirnya itu untuk beristirahat.
Waktu itu keduanya berdiam diri, tidak ada yang berkatakata. Lauw Kuihui hanya mengawasi rajanya dengan sinar
mata yang mengandung kedukaan yang sangat dalam.
Dengan berdiamnya mereka berdua tanpa bersuara, maka
disitu hanya terdengar nafasnya si anak kecil, nafas yang
mendesah dari putranya Lauw kuihui. 129
Mendengar nafas anak itu Toan Hongya jadi teringat
kejadian yang telah lewat. Toan Hongya juga ingat bagaimana
pertama kalinya Lauw Kuihui diboyong kedalam istananya,
bagaimana dia mengajari selirnya yang seorang ini berbagai
ilmu silat. Dan dia sangat menyayanginya, juga selir ini selalu
bersikap hormat sekali, menghormati rajanya, bahkan tampak
selir itu selalu memperlihatkan sikap agak jeri. Dengan teliti
sekali selalu Lauw Kuihui merawat kaisarnya ini, kalau sang
raja menjenguknya.
Cuma saja yang tidak diketahui sang raja, justru selirnya
ini sama sekali tidak mencintai dirinya. Hal itu baru diketahui
Toan Hongya setelah trjadinya peristiwa yang memalukan itu,
dimana selirnya itu telah jatuh hati kepada Ciu Pek Thong. Dan
waktu itu baru terbuka mata dan hati Toan Hongya, Raja ini
baru mengetahui bahwa demikian sifat seorang wanita jika
mencintai seorang pria. Dia bengong mengawasi saputangan
itu, dia bengong mengawasi Ciu Pek Thong berlalu untuk
selamanya, dia bengong mengawasi segalanya tanpa memiliki
sinar pada matanya, hampa bagaikan arwah meninggalkan
raganya, bagaikan ikut bersama kekasihnya itu.
Sinar mata Lauw Kuihui membuat Toan Hongya tidak


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenteram tidur dan tidak nafsu makan. Sejak peristiwa itu,
dimana Pek Thong berlalu dari istananya dan melihat sinar
mata Lauw Kuihui seperti itu, selalu pula Toan Hongya tidak
bisa membuang ingatannya itu.
Dan sekarang kembali Toan Hongya harus melihat pula
sinar mata seperti itu, disaat hati Lauw Kuihui tengah hancur
luluh karena puteranya terancam kematian. Hanya sekarang ini
memang berbeda, jika dulu untuk kekasih yang dicintainya,
namun sekarang untuk anak tersayang. 130
Toan Hongya jadi menjublek diam sejenak dengan
kenangan-kenangan pahitnya.
"Seorang laki-laki terhina demikian rupa tidak dapat
diterima dengan demikian saja!, terlebih lagi aku sebagai
seorang kaisar! Mungkinkan aku menerima segala hinaan ini?!
Karena teringat demikian, hati Toan Hongya jadi panas, tibatiba dia menendang bangku gading didepannya hingga bangku
itu rusak. Kemudian Toan Hongya menoleh pada Kuihui,
semangatnya jadi seperti terbang meninggalkan raganya,
terkejut bukan main, sebab dia telah menyeksikan
pemandangan yang benar-benar membuatnya jadi tidak
mengerti dan kaget.
"Eh rambutmu itu kenapa?" tanya Toan Hongya dengan
suara gemetar.
Akan tetapi Lauw Kuihui seperti tidak mendengar
pertanyaan rajanya itu, ia terus mengawasi anaknya dengan
mata yang tak pernah berkedip.
Toan Hongya dulu-dulu memang tidak menyangka bahwa
seorang manusia memiliki sinar mata seperti itu. Sekarang baru
dia menyadarinya. Betapa besarnya Lauw Kuihui harus
dikasihani. Rupanya Kuihui telah mengetahui bahwa Toan
Hongya tidak sudi menolong anaknya itu, maka selama dia
masih hidup, maka Kuihui ingin mengawasi dan memandang
anaknya itu makin lama makin baik.
Toan Hongya setelah berdiam diri menjublek sekian lama,
akhirnya pergi mengambil cermin. Raja ini telah
mengangsurkan cermin itu pada Kuihui, sambil katanya, "Lihat
rambutmu itu!" 131
Dalam waktu yang sangat singkat, kuihui telah menjadi
lebih tua beberapa puluh tahun, sedangkan dia sebenarnya baru
berusia duapuluh dua tahun. Disebabkan kaget, takut, berduka,
menyesal, kecewa dan putus asa, mendadak saja rambutnya itu
berubah menjadi uban.
Walaupun Kuihui telah disodori cermin, namun Lauw
Kuihui tidak memperhatikan keadaan muka atau rambutnya itu.
Dia menyangka Toan Hongya menggunakan cermin untuk
menghalangi dia mengawasi anaknya itu. Dia berkata pada
Toan Hongya dengan suara yang dingin, "angkat cermin itu!"
Waktu bicara, suara dan sikapnya tegas sekali seperti juga
Lauw Kuihui lupa bahwa ia bicara dengan rajanya yang
menjadi junjungannya.
Toan Hongya jadi heran, dia tahu biasanya Lauw Kuihui
sangant sayang sekali paras mukanya, akan kecantikan
wajahnya.
Tanpa berkata lagi Toan Hongya telah menyingkirkan
cermin itu, maka terus juga Lauw Kuihui mengawasi anaknya
itu. Ah, jika saja Lauw Kuihui waktu itu memiliki seribu
arwah, tentu diserahkannya semua itu kepada anaknya, asal
anaknya itu bisa bidup. Dia menghendaki kematian untuk
anaknya, dia rela binasa untuk keselamatan anaknya, dia rela
sengsaraasal kebahagiann anaknya dapat diraih, dia rela
melakukan apapun untuk selebar nyawa anaknya.
**** 132
Menyaksikan semua itu sesungguhnya Toan Hongya tidak
tega dan merasa kasihan, bahkan kaisar ini bermaksud untuk
menolong jiwa anak itu. Apa mau saputangan itu tetap beraada
di dada anak tersebut. Itulah sulaman sepasang burung Wanyoh
yang saling menyenderkan leher mereka. Kepalanya burung itu
putih. Itulah lambang untuk hidup bersama hingga dihari tua
dan ubanan. Maka mengapakah sebelum tua namun rambut
sudah ubanan terlebih dahulu? Maka melihat rambut putih
Lauw Kuihui itu, keringat dingin segera mengucur keluar
diseujur tubuh Toan Hongya. mendadak hati Toan Hongya jadi
keras, sekeras baja dan juga waktu itu dia sudah tidak
mempedulikan suatu apapun juga, tidak mempedulikan soal
prikemanusiaan, tidak mengacuhkan juga perasaan kasihan
pada Kuihui, tidak pula pada selembar jiwa yang masih kecil
dan suci itu yang tengah terancam renggutan malaikat elmaut.
Waktu itu dengan suara yang tegas dan keras ia berkata,
"Baiklah kalian berdua boleh menjadi tua bersama, biarlah aku
sendiri tersia-sia di istana yang sunyi ini tetap sebagai kaisar!
Inilah anak kalian berdua, mengapa aku harus mengorbankan
diri untuk menolong menghidupi diri?"
Kuihui menoleh memandang rajanya. Itulah
pemandangannya yang sangat aneh, menusuk sampai ke dasar
hati Toan Hongya. didalam sinar mata itu, tampak sinar
kedukaan, penasaran, permusuhan, dendam, sakit hati, kecewa,
bingung dan kuatir, takut dan marah. Itulah sinar mata yang
tidak pernah terlihat oleh Toan hongya. dan setelah melihat
satu kali sinar mata itu, seumur hidup Toan Hongya tidak akan
melupakan sinar mata seperti itu.
"Kau bebaskan aku, kau lepaskan aku dari totokanmu, aku
ingin menggendong anakkua!" kata Lauw Kuihui, dan
perkataannya itu mirip firman yang membuat orang sulit untuk 133
membantahnya. Karenanya Toan Hongya juga tidak dapat
membantahnya dan telah membebaskan Lauw Kuihui dari
totokan tersebut.
Lauw Kuihui menghampiri anaknya, menggendong
dengan sikap penuh kasih sayang, mengawasi anak itu dengan
sikap penuh kasih sayang seorang ibu.
Anak itu terluka parah, sehingga untuk menangis saja tidak
bisa. Mukanya bersinar gelap, matanya mengawasi ibunya,
mungi juga anak itu minta ditolong dari penderitaannya.
Toan Hongya sendiri sejenak itu tidak memiliki rasa
kasihan sedikitpun juga. Melihat keadaan seperti itu, sikap ibu
dan anak tersebut sama sekali perasaannya tidak berubah, tidak
mencair dan tetap keras membatu.
Toan Hongya hanya melihat rambut Lauw Kuihui yang
hitam berubah menjadi putih, mungkin itu hanya perasaan
belaka. Lalu Toan Hongya mendengar juga sambil
menggendong anaknya, Lauw Kuihui berkata dengan suara
yang halus sekali pada anaknya itu. "Anak, ibumu tidak
mempunyai kepandaian untuk menolong kau, ibumu tak dapat
membiarkan kau tersiksa lebih lama, maka anak, kau tidurlah
dengan nyenyak tidurlah anakku untuk selama-lamanya..
tidurlah kau, jangan mendusin pula!"
Toan Hongya melihat betapa Lauw Kuihui meninabobokkan anaknya, menyanyikan perlahan, menyanyi
mengeloni anak tidur. Merdu nyanyiannya itu.
Toan Hongya mengawasi berdiam diri saja, melihat betapa
Lauw Kuihui mengeloni anaknya itu, mendengarkan
nyanyiannya yang memang merdu dan merayu agar sang anak
itu tertidur nyenyak, agar bisa tertidur atau berkurangnya 134
penderitaannya yang tengah dideritanya, Lauw Kuihui benarbenar mencintai anaknya.
Anak Laue Kuihui yang rupanya merasakan kasih sayang
lewat nyanyian yang disenandungkan ibunya, anak itu
tersenyum. Namun anak itu hanya sempat tersenyum sejenak
saja, sebab segera saja ia merasakan kesakitan yang hebat lagi.
Sehingga saking sakitnya si anak itu jadi gelisah. Segera
ibunya berkata pula dengan suara yang halus,
"Jantung hati ibu,
tidurlah,
nanti lenyap semua rasa sakitmu,
sedikit juga tidak akan sakit lagi,
tidurlah anakku,
tidurlah yang nyenyak,
tidurlah untuk selama-lamanya!"
Tiba-tiba Lauw Kuihui menggerakkan tangannya,
terdengar suara menublas dan pisau belatinya menancap di
dada anak itu.
Toan Hongya yang menyaksikan itu jadi kaget tidak
terkira, dengan tubuh terhuyung kaisar itu terus jatuh ke lantai.
Tampak samar-samar segala apa yang dilihatnya, pandangan
matanya berkunang-kunang, karena itu Toan Hongya juga
tidak tahu harus berpikir apa dan apa yang harus dilakukannya.
Akhirnya perlahan-lahan Toan Hongya dapat juga bangun
berdiri, lalu dengan suara perlahan iapun berkata, "Apa yang
kau lakukan?!"
Waktu itu Lauw Kuihui telah berkata dengan suara
perlahan, namun dalam nada suaranya itu mengandung rasa
penasaran, dendam dan kecewa, kedukaan maupun kegusaran 135
yang mendalam sekali pada Toan Hongya, "Akhirnya akan ada
suatu hari aku sengan pisau belati ini menikam uluhatimu!"
dan kemudian Lauw Kuihui telah menunjuk pada gelang
kumala ditangannya, dia berkata lagi, "Inilah gelang yang kau
hadiahkan padaku waktu hari pertama aku doboyong ke istana.
Kau tunggu saja, dihari yang bertemu itu, gelang kumala ini
akan kukirim padamu, maka dihari itu juga pisau belati ini
akan turut datang menemuimu!"
Setelah berkata begitu, dengan menggendong anaknya,
Lauw Kuihui telah melompat ke jendela, keluar dengan ringan.
Terdengar suaranya yang keras dan panjang. Setibanya diluar,
Lauw Kuihui melompat ke atas genting dan sekejap saja telah
lenyap. Selama itu Toan Hongya hanya mengawasi menjublek
dengan muka yang pucat pasi.
Peristiwa yang telah terjadi begitu hebat dan kali ini telah
memberikan gempuran yang begitu hebat lagi untuk Toan
Hongya. Semula memang Kaisar ini berkeras hati, dimana
perasaannya terluka melihat oto bersulam anak Lauw Kuihui,
sehingga ia berkeras tidak mau menolong jiwa anak itu. namun
kesudahannya benar-benar merupakan peristiwa yang terlalu
hebat, sehingga untuk tiga hari tiga malam lamanya Toan
Hongya tidak makan dan minum, selalu memikirkan keadaan
Lauw Kuihui, menguatirkan diri selir yang seorang itu.
Kedukaan yang terukir kian dalam dihati kaisar ini,
membuat Toan Hongya kian tawar juga menghadapi hari-hari
depannya, dimana ia lebih banyak menekuni ilmu silatnya saja.
Malah dia juga telah berfikir untuk mencukur rambut
mensucikan diri, masuk kuil dan menjadi pendeta.
Setelah tenggelam dalam keragu-raguan sekian lama,
namun akibat kedukaan yang luar biasa hebatnya, 136
menyebabkan Toan Hongya tawar untuk mengurus negara dan
mencampuri urusan-urusan duniawi lainnya. Dan telah tetap
putusannya bahwa ia akan mencukur rambut menjadi pendeta.
Maka tahta kerajaan diwariskan kepada anak Toan Hongya
yang sulung. Toan Hongya sendiri telah mencukur rambut dan
menjadi pendeta, mengikuti jejak kaisar-kaisar Tayli yang
terdahulu, yang banyak diantaranya telah mencukur rambut
mensucikan diri menjadi pendeta.
Tapi hebat pendirian Toan Hongya, selama bertahun-tahun
ia berdiam di Liong Coan Sie, kuil yang dipergunakan sebagai
tempat bermukimnya selama hidup dalam pengunduran dirinya
sebagai seorang kaisar yang agung dan menuntut kehidupan
sebagai seorang pendeta.
Setiap hari Toan Hongya hanya diburu-buru oleh perasaan
dosa terhadap Lauw kuihui, terutama sekali pada puteranya itu.
memang Toan Hongya sebanyak mungkin telah melakukan
perbuatan mulia, menolong rinuah jiwa dari kesulitan, namun
selama itu perasaan berdosa yang memburu tidak juga lenyap,
malah Toan Hongya mengharapkan munculnya Eng Kouw
dapat menancapkan pisau belati di ulu hatinya,agar dosa itu
segera berakhir dan Toan Hongya terhindar dari tekanantekanan perasaan sendiri.
Namun dari tahun ke tahun, Lauw Kuihui tidak juga
pernah muncul. Toan Hongya juga tidak pernah mendengar
jejak dari bekas selirnya itu.
Bersama Toan Hongya ikut empat orang yang tidak mau
berpisah dengan bekas kaisar Tayli ini. mereka adalah Perdana
Menteri, Jendral Utama, Laksamana dan Jenderal Pimpina
pasukan Gielimkun, pasukan keamanan istana. Keempat orang
pembesar ini tetap ikut dengan Toan Hongya, walaupun 137
mereka telah dianjurkan lebih baik melanjutkan tugas mereka
masing-masing membantu Kaisar Tayli yang baru, yaitu putera
Toan Hongya yang sulung agar puteranya dapat mejalankan
tugasnya dengan baik. Namun keempat pembesar itu tetap
bersikeras selalu ingin mendampingi Toan Hongya, maka
keinginan mereka tidak dapat ditolak oleh Toan Hongya.
Dengan ikut sertanya keempat orang itu selanjutnya
disebabkan Toan Hongya telah mencukur rambutnya menjadi
pendeta, merekapun menanggalkan segala pangkat dan
kemewahannya. Mereka hidup sebagai manusia biasa dan
resmi menjadi empar orang murid Toan Hongya merangkap
melayani sang guru bekas kaisar ini.
Nama kecil Toan Hongya adalah Toan Ceng,
sesungguhnya nama resminya adalah Toan Tien Hin. Nama itu
dipergunakan setelah Toan Hongya naik Tahta Kerajaan. Dan
setelah melepaskan kedudukan sebagai Kaisar dan tahta
diwariskan kepada putera sulungnya, lalu mencukur rambut
dan menuntut kehidupan sebagai pendeta, Toan Hongya
menggunakak gelaran sebagai It Teng Taysu.
**** UDARA cukup panas oleh teriknya matahari, dan waktu
itu dipinggiran hutan kecil, tampak duduk seorang lwlaki yang
berusia sekitar tigapuluh tahun lebih. Memakai baju yang
singset, sehingga terlihat betapa bentuk tubuhnya yang tinggi
besar. Mukanya yang persegi, tampan dan gagah sekali. Sambil
duduk di bawah sebatang pohon. Ia telah mengipas-ngipas
dengan mempergunakan kipas yang indah berukuran tidak
begitu besar. Pada ujung kipas itu tampak ronce berwarna hijau 138
muda. Rupanya dengan kipas tersebut ia bisa mengurangi
perasaan gerah yang menyerang dirinya.
Setelah berdiam sejenak neristirahat dibawah batang
pohon itu, pemuda tersebut melompat berdiri, melipat kipasnya
dan menyelipkan di pinggangnya. Dia menggeleng-gelengkan
kepalanya sambil menggumam, "Mungkin setengah tahun lagi
aku baru bisa menguasai ilmu ini.!" dan ia melangkah
memasuki hutan kecil tersebut.
Setelah berjalan serintasan, dibawah sebatang pohon
Gouwtong yang besar dan lebat. Pemuda itu berdiam diri. Dia


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri tegak, kedua tangannya digerakkan, menepuk tiga kali,
suara tepukan tangannya itu nyaring, bergema disekitar hutan
tersebut.
Menyahuti suara tepukan itu, terdengar suara "krokk,
krokk!" beberapa kali.
Pemuda itu tersenyum, dia sedang duduk dibawah pohon
Gouwtong itu dengan sebelah kaki terangkat, kemudian
menepuk tangan beberapa kali. Suara tepukannya tetap
nyaring, dan selalu disambut oleh suara "krokk, krokk!"
Tidak lama kemudian tampak mahluk yang aneh dan
mengerikan telah muncul dari balik sebuah pohon dihadapan
Gouwtong itu. ukuran tubuh mahluk aneh itu setinggi manusia,
jalannya melompat-lompat dan jika diperhatikan dengan jelas,
ternyata mahluk itu tidak lain dari seekor kodok hijau yang
berukuran sangat besar sekali. Inilah seekor kodok hijau yang
jarang terdapat dimanapun juga karena kodok itu benar-benar
memiliki ukuran tubuh yang sangat besar, puluhan kali lipat
lebih besar daripada ukuran kodok biasa. Kodok raksasa inilah
yang selalu menyambuti tepukan tangan dari pemuda itu
dengan suara "krokk, krokk" tidak hentinya. Dan waktu tiba 139
didekat pohon Gouwtong itu. Dihadapan si pemuda, binatang
raksasa yang luar biasa ini telah berdiam diri, hanya
mempergunakan suara "krokk, krokk" yang perlahan seperti
juga tengah menantika perintah.
Pemuda bertubuh tinggi besar itu tersenyum, ia berhenti
menepuk tangannya. Kemudian katanya perlahan, "Ceng jie,
kau harus memperlihatkan lagi beberapa jurus kepadaku!"
Kodok itu memperdengarkan suara "krokk, krokk" seperti
yang perlahan sekali, mengerti mengerti akan perkataan si
pemuda. Dia mendekam terus.
Sedangkan pemuda itu telah melompat berdiri, dia
tersenyum sambil menganggkat kedua tangannya, tahu-tahu
tubuh si pemuda berputar dua kali, sepasang tangannya
bergerak dan "wuutt" dari kedua tangan itu telah meluncur
serangkum angin yang kuat sekali, menerjang pada kodok itu.
Kodok raksasa itu tidak berkelit sama sekali, ia menerima
pukulan itu, dan tubuhnya yang besar itu telah terhantam kuat
sekali. Namun kodok itu tetap mendekam ditempatnya tanpa
bergeming, bagaikan tegaknya batu karang dilanda gelombang
laut.
"Bagus!" memuji pemuda itu. dan berbareng dengan
pujiannya itu, kedua tangannya bergerak lagi mendorong.
Kodok itu tetap tidak mengelak, membiarkan tubuhnya
Jennings Si Iseng Karya Anthony Buckeridge Hardy Boys Bencana Menjelang Pertandingan Senandung Cinta Masa Lalu Karya Kristin Julia Dharma

Cari Blog Ini