Ceritasilat Novel Online

Lima Jago Luar Biasa 4

Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 4


wanita diluar kamar.
"Ya, ya sulit buat pinto, sebab memang sang tamupun
datang diakhir trbukanya mata ini.!" menyahut Ong Tiong
Yang pelan.
"Hmm!" mendengus orang diluar itu. "Apakah dengan
kedatanganku ini kau hanya beranggapan aku sebagai
pengganggu dan sumber keonaran? Apakah kau tetap tak mau
meyembut tamu, Coan Cin Kauwcu yang agung dan mulia?"
kembali terdengar suara mendengus mengejek. 210
Ong Tiong Yang menghela nafas, dia bangkit dari
duduknya. Dengan langkah tenang dia menghampiri jendela,
dan telah merangkapkan kedua belah tangannya menghadap
keluar, darimana angin malam yang dingin sekali bersilir
menerpanya.
"Silakan Sam Lim yang mulia masuk ke dalam!"
mempersilakan Ong Tiong Yang. "Tentunya kau akan dingin
sekali berda di luar seperti itu."
"Cisss! Siapa yang sudi masuk kedalam kamarmu?"
mengejek wanita diluat. "Ataukah memang sekarang kau
demikian agung dan mulianya, sehingga kakimu tidak boleh
menginjak tanah diluar kamarmu, Tojin yang maha agung?"
Ong Tiong Yang tidak segera menyahuti. Dia yakin dia
kelur dari kamarnya menemui wanita diluar kamar itu yang
telah diketahui siapa adanya, tentu akan timbul keributan
belaka. Seperti memang selalu terjadi, mereka bertemu muka,
maka selalu ereka bertengkar. Dan Ong Tiong Yang
sesungguhnya tidak mau bertemu dengan wanita itu lagi untuk
mengambil jalan masing-masing.
Waktu Ong Tiong Yang tengah ragu-ragu bergitu, wanita
diluar kamar telah berkata. "Engkau telah melanggar janji,
ingkar pada sumpah, setelah melakukan kedosan itu, apakah
kau tetap akan membawakan sikap yang agung dan mulia dari
seorang Tojin bau yang tak mau keluar menyambut tamu??"
Ong Tiong Yang tak melayani ejekan wanita itu, dia
menghela nafas. Dengan gerakan yang ringan sekali tubuhnya
melesat keluar dari kamarnya. Diluar udara dingin sekali,
harumnya bunga menebarkan harum semerbak yang
menyegarkan. Dan dihadapan Ong Tiong Yang berdiri seorang
wanita cantik jelita. Sulit mencari duanya wnita secantik itu di 211
dunia ini. namun pada sinar mata yang tajam itu terlihat sifat
angkuhnya. Dengan bajunya yang berwarna putih dengan
angkinnya berwarna kuning, dan pengikat sanggulnya yang
berwarna merah muda, kelihatan dia bagaikan seorang dewi
yang baru turun dari kahyangan. Benar-benar cantik jelita.
Ong Tiong Yang menghela nafas sambil merangkapkan
tangannya, dia membungkuk dan memberi hormat. "Hukuman
apakah yang hendak kau turunkan padaku?"
"Hukuman? Apakah aku punya kemampuan untuk
menghukum Coan Cin Kauwcu yang lihay dan memiliki
kepandaian yang luar biasa, yang telah berhasil sebagai Te It
Nenghiong didalam sebuah pertemuan di Hoa san yang
kepandaiannya lebih tinggi dari empat guru besar lainnya, dan
sekarang telah berhasil memiliki Kiu Im Cin Keng? Hmm,
bisakah aku menghukum seorang Tojin yang agung?"
Ong Tiong Yang jadi berobah merah mukanya, dia bilang,
"Tiauw Eng, kau jangan menggoda terus menerus, aku
sekarang telah menganut sebagai seorang Tosu. Bukankah aku
telah memenuhi keinginanmu menemanimu di Ciong Lam San
ini, dan aku kini berdiam di Tiong Yang kiong? Dan memang
jika beberapa hari yang lalu, karena aku memiliki urusan yang
menyangkut keselamatan umat manusia banyak, demi kebaikan
dan prikemanusiaan, aku telah pergi meninggalkan Ciong Lam
San. jika memang kau beranggapan itu merupakan sebuah
kesalahan dan dosa, maka aku ikhlas menerima hukuman dari
kau!"
Wabita dihadapan Oang Tiong Yang tak lain adalah Lim
Tiauw Eng. 212
Beberapa waktu yang lalu dia tahu Oang Tiong Yang telah
kembali ke kuil Tiong Yang Kiong, maka malam ini dia telah
datang untuk menemuinya.
Mendengar perkataan Ong Tiong Yang, Lim Tiauw Eng
telah mendengus mengejek, dia berkata, "Tiong Yang Cinjin,
selama ini kau berudaha menepati janji dan menjalankan
sumpahmu. Namun sebab kau bersalah besar melanggar janji
dan sumpahmu meninggalkan Ciong Lam San , tidak dapat aku
mepercayai kata-katamu lagi untuk dia-sia hidupku ini! hmmm,
memang seperti yang kukatakan, setiap lelaki itu bukan
manusia baik-baik, walaupun kini kau telah menjadi seorang
Tosu, ternyata kau masih ingkar sumpahmu, merupakan
manusia yang tidak bisa dipegang kata-katanya, tak bisa
dipercaya hatinya!"
Ong Tiong Yang merangkapkan kedua tangannya memberi
hormat.
"Mengapa kau berkata begitu?" kata Ong Tiong Yang.
"Bukankah kita telah pibu, demikian juga kita telah mengadi
ilmu sastra, mengadu kepandaian secara Bun, akhirnya kau
memenngkan pertempuran tersebut, sehingga aku harus
memenuhi syaratmu itu, harus berdiam di Ciong Lam San
menemani kau..?"
"Hmmm! Tapi kukira, jika engkau tetap menimbulkan halhal yang tidak-tidak, selamanya kita tidak pernah menuntut
penghidupan yang tenang, selama itu pula kita bagai sekor
anjing dan seekor kucing dalam satu kurungan, yang akan
selalu cakar-cakaran! Tentang kepandaian Lim Tiauw Eng, Im
Seng Ie Yang? Apakah kau belum puas?"
Mendengar perkataan Ong Tiong Yang, bola mata Lim
Tiauw Eng berputar brmain, mukanya pucat, dari matanya 213
memancarkan sinar mencintai, benci, dendam, penasaran,
kuatir, sayang dan benci yang menjadi satu. Setelah mengawasi
Ong Tiong Yang sekian lama, dia mengangkat kepalanya,
menengadah mengawasi ke arah langit dan bibirnya yang kecil
memereh indah itu telah bersenandung dengan suara yang
merdu:
"Rembulan dilangit mengejar matahari,
Gadis dibumi mengejar kekasih,
Matahari terbit di timur tenggelam di barat,
Dewi bulan bersedih hati tersayat,
Sinar senja memabuki langit,
Sisa sinar matahari menerangi rembulan,
Siapa bilang matahari tidak berperasaan,
Oh ! Mengapa kau tak menoleh memandangku,
Kata orang purbakala,
Mendung timbul dari samudera,
Mendung jadi hujan,
Air hujan mengalir masuk sungai,
Sungai bergerak maju,
Akhirnya masuk ke samudera kembali,
Tapi cinta kasih itu,
Burung terbang dapat dipanah,
Ikan berenang dapat dijala,
Binatang lari dapat dijebak,
Namun cintaku hanya siliran angin belaka.! 214
Mendengar senandung Lim
Tiauw Eng, muka Ong Tiong
Yng berubah pucat, walaupun
sekarang dia telah menjadi
tosu, tokh kenyataannya dia
mengakui dulupun dia pernah
mencintai wanita dihadapannya
ini. namun Lim Tiauw Eng
terlampau angkuh, dengan
demikian mereka selalu
berselisih pendapat dan
pandangan, acap kali bertemu
tentu mereka bertengkar.
Dengan demikian mereka tidak
ada kecocokan satu sama lain,
membuat cinta mereka hanya terpendam didlam hati masingmasing, hanya saja mereka menyadari cinta mereka tidak akan
terpadu sampai kapanpun juga, karena diantara mereka
bagaikan terdapat dinding yang menjulang tinggi membatasi
mereka.
Setelah bersenandung seperti itu, Lim Tiauw Eng
menghela nafas beberapa kali, kakinya menendang-nendang
perlahan batu-batu kerikil didepannya. Mendapat kenyataan
Ong Tiong Yang berdiam diri, Lim Tiauw Ong telah menoleh
kepada Ong Tiong Yang, kemudian dengan sorot mata
mencintai dia bertanya, "Apakah kau tetap tidak mempedulikan
aku?!"
Ong Tiong Yang cepat-cepat merangkapkan kedua
tangannya, memberi hormat dengan sikap yang gugup, dengan
suara agak tergetar dia menyahuti, "Cu Thian Cu Ie Cie Ie Siie
Jin, Ie Si Ka Ie Siu Sin Wi Pun!" 215
Muka Lim Tiauw Eng merah mendengar perkataan Ong
Tiong Yang seperti itu, yang telah diambil dari kitab agama To
nya yang berarti sebagai berikut, "Dari raja sampai semua
rakyat, sebagian saja memperbaiki sifat diri yang dipergunakan
untuk dasar."
Lim Tiauw Eng menyadari bahwa berkata begitu Oang
Tiong Yang secara tidak langsung mencela sifatnya yang
terlalu angkuh, tak pernah mau mengalah, juga aneh, dimana
mereka selalu bertengkar setiap bertemu, sampai sekarang
mereka bertemu kembalipun dilewati dengan pertengkaran.
Bagaimana mungkin mereka dapat bersatu padu?
Dengan menjawab singkat seperti itu, Ong Tiong Yang
seperti ingin mengatakan, selama Lim Tiauw Eng tidak dapat
merubah sifat dan wataknya, maka selama itu pula cinta
mereka tidak memiliki dasar dan tak mungkin pula dapat
terjalin dengan baik. ong Tiong Yang seperti hendak
mengartikan diantara mereka sudah tidak mungkin pula
membicarakan hal-hal seperti itu, sebab dia telah menjadi
seorang Tosu. Bukankah sekarang ini untuk menjawab
pertanyaan Lim Tiauw Eng yang menanyakan soal hubungan
cinta mereka, Tiong Yang telah menyahuti dengan mengambil
salah satu ucapan yang terdapat dalam kitab agamanya?
Lim Tiauw Eng menunduk dalam-dalam, dia tertawa
dingin, katanya, "Ya, mungkin adatku yang buruk dan
mungkin juga watakku yang berandalan, tapi kesalahan tidak
seluruhnya berada padaku, dan engkau bukanlah manusia baikbaik! dengan menjadi Tosu seperti sekarang ini, engkau bukan
didorong oleh keinginan dan kesadaranmu sendiri, tapi karena 216
terpaksa, karena kau kalah dalam pertaruhan yang kita adakan,
dimana engkau tentu merasa tersiksa dengan cara hidupmu
sebagai seorang pendeta ini yang kau jalani dengan terpaksa
dan tertekan! Ciss, apakah kau kira aku demikian hina dan
rendah mengejar-ngejar cintamu? Engkau seorang laki-laki
yang tidak memiliki perasaan! Sekali ini kita akhiri pertemuan
kita sampai disini, tapi kelak jika satu kali saja kau akan
melangkah setindak hendak keluar dari Ciong Lam San,
walaupun harus bertaruh jiwaku untuk binasa bersama, akan
kubinasakan kau!" berkata sampai disitu, Lim Tiauw Eng
diam, tak bisa menahan tangisnya. Dia putar tubuhnya,
mencelat melompati tembok kuil, lenyap dalam kegelapan.
Ong Tiong Yang mengangkat kepalanya memandangi
rembulan yang cemerlang memantulkan sinarnya didepan
pohon-pohon bunga yang harum semerbak. Namun hati Ong
Tiong Yang malam itu seperti digandul oleh ribuan kati benda
berat yang membuat dia jadi sumpek sekali. Perkataan Lim
Tiauw Eng malam ini memang tepat sekali mengenai hati dan
perasaannya. Jadi seorang Tosu seperti sekarang, malah
sebagai cikal-bakalnya Coan Cin Kauw, sesungguhnya semua
ini dijalani oleh Ong Tiong Yang dalam keadaan terpaksa.
Terlebih waktu pertama kali dia harus menjalani jadi
Tosukarena kalah bertaruh dengan Lim Tiauw Eng, dia
menjadi tersiksa sekali, walaupun akhirnya menjadi terbiasa.
Secara terus terang dia mengakui, menjadi Tosu seperti
sekarang ini memang bukan atas kehendaknya dan bukan
disebabkan kesadarannya, hanya disebabkan paksaan.
Teringat semua itu, Ong Tiong Yang menghela nafas
dalam-dalam dengan wajah yang buram. Betapa tidak, cinta
kasih yang telah berekor panjang, karena diantara dia dengan 217
Lim Tiauw Eng selalu timbul pertengkaran yang tidak ada
akhirnya dimana tampaknya Lim Tiauw Eng yang sungguhsungguh mencintai dirinya, namun disebabkan karena
keanghuhan dan adatnya yang keras itu membuat cinta mereka
tidak dapat terpadu itu selalu mengejar dan mengingatkannya,
melibatnya tidak dapat terlepas dari mata dan hati Lim Tiauw
Eng. Dengan demikian, Ong Tiauw Yang seumur hidupnya
akan menemani Lim Tiauw Eng di gunung Ciong Lam San dan
akan selamanya berdiam di Tiang Yong Kiong, menemani
wanita yang mencintainya sepenuh hati, yang juda secara
diam-diam dicintai oleh Ong Tiong Yang. Mereka berdiam di
sebuah tempat yang dekat satu dengan yang lain. Seharusnya
cinta mereka akan terpadu lebih erat.
Namun kenyataannya mereka mengalami seperti
semboyan, ?Dekat dimata Jauh dihati?.
Setelah menghela nafas beberapa kali, dan berjalan hilirmudik ditempat itu, akhirnya Ong Tiong Yang masuk kembali
kekamarnya. Dia telah menyimpan Kiu Im Cin Keng,
kemudian duduk bersemedhi untuk memenangkan hati dan
pikirannya, untuk membaca kitab suci agamanya. Tapi selama
itu pikiran Ong Tiong Yang melayang-layang menerawang
tidak menentu. Bayangan Lim Tiauw Eng sulit dihapus dari
pandangan matanya, bagaikan bermain-main dipelupuk
matanya. Dimana tidak seperti biasanya jika duduk bersemedhi
sebentar saja, Ong Tiong Yang akan dapat melupakan Lim
Tiauw Eng dan dapat melepaskan diri dari gangguan bayangan
wanita itu. Malam ini sungguh menyiksa perasaan Ong Tiong
Yang, bayangan Lim tiauw Eng begitu kuat melekat dipelupuk
matanya. Dia duduk bersemedhi memejamkan matanya,
mengatur pernafasan dan perasannya, namun Tiauw Eng 218
seperti tersenyum-senyum dihadapannya. Dia mengambil kitab
suci agamanya dan membacanya, tetap juga bayang- bayang
Tiauw Eng seperti menari-nari di kitab agamanya itu. Akhirnya
Ong Tiong Yang rebahkan dirinya dipembaringan dan
pejamkan matanya kuat-kuat, tkh pikirannya itu seperti
berputar-putar kembali, teringat peristiwa yang telah lalu.!"


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

**** COAN CIN KAUWCU Ong Tiong Yang atau dalam
rimba persilatan disebut sebagai Tong Sin Thong itu bikan
telah menjadi Tosu sejak dilahirkan. Diwaktu berusia muda
remaja, karena tidak tahan melihat serbuan tentara Kim yang
merusak harta benda dan membunuh rakyat yang tidak
berdosa, ia telah bangkit dan membentuk satu pasukan rakyat
guna melawan tentara musuh. Waktu itu dia melakukan satu
pekerjaan besar di daratan Tioggoan, akan tetapi akhirnya oleh
tentara Kim semakin lama semakin kuat dan berjumlah besar.
Berulangkali Ong Tiong Yang dengan pasukannya menderita
kekalahan dimedan perang dan banyak sekali tentara dan
panglima yang binasa atau terluka. Diwaktu itulah Ong Tiong
Yang memutuskan untuk menyendiri ditempat sepi dan
menamakan dirinya sebagai ?Mayat Hidup?. Beberapa tahun
lamanya Ong Tiong Yang menyembunyikan diri dalam sebuah
kuburan tua di gunung Ciong Lam San dan tidak mau
melangkah setindakpun dari pintu kuburan. Dengan demmikian
Ong Tiong Yang hendak memperlihatkan bahwa biarpun masih
hidup, dia tidak berbeda dengan mayat yang tidak mau hidup
bersama-sama dengan orang Kim dikolong langit!. 219
Selama bebeerapa tahun, banyak sahabatnya yang datang
menengok, berusaha untuk membujuk agar Ong Tiong Yang
mau keluar dari kuburan itu dan melakukan pekerjaan yang
berharga. Namun Ong Tiong Yang hatinya sudah tawar dan
tidak ada muka untuk menemui lagi kawan-kawan lama
didunia kangouw, sudah menolak segala bujukan . setelah
lewat delapan tahun, seorang lawan yang paling kuat telah
mencaci-maki padanya dari luar kuburan, tujuh hari tujuh
malam lamanya dia menaci-maki terus, sehingga Ong Tiong
Yang tidak bisa menahan diri lagi, lalu keluar guna menyembut
tantangan orang itu. Dan orang tersebut ketika melihat Ong
Tiong Yang keluar, mendadak tertawa sambil berkata, "Nah
sekarang kau sudah keluar dan tidak perlu balik ke dalam
kuburan!"
Ong Tiong Yang jadi tersadar dan segera menyadari
bahwa orang yang telah memaki-makinya itu sesungguhnya
memiliki maksud baik, orang itu rupanya merasa sayang jika
Ong Tiong Yang yang memiliki kepandaian begitu tinggi
sudah ?mengubur? dirinya hidup-hidup dalam kuburan, maka ia
sengaja mencaci-maki untuk membikin Ong Tiong Yang gusar
dan keluar dari kuburan. Demikianlah mereka bersahabat dan
terjun dalam dunia kangouw.
Orang yang telah memaki-maki Ong Tiong Yang sehingga
berhasil memancingnya keluar dari kuburan itu adalah seorang
wanita yang tidak lain adalah Lim Tiauw Eng.
Waktu itu, jika memang ingin diperbandingkan
kepandaiannya Ong Tiong Yang dengan Lim Tiauw Eng
hampir berimbang karena Lim Tiauw Eng memiliki
kepandaian ilmu silat yang masih berada satu tingkat lebih
tinggi dari kepandaian Tong Shia Oey Yok Su, Pak Kay Ang 220
Cit Kong, Lam te Toan Hongya maupun See Tok Auwyang
Hong, keempat guru besar itu.
Hanya saja disebabkan Lim Tiauw Eng seorang wanita dan
jarang sekali berkelana di dunia kangouw, namanya tidak
tersebar luas.
Sesungguhnya Lim Tiauw Eng sangat mencintai Ong
Tiong Yang, cintanya demikian besar dan tulus, sehingga dia
telah berusaha untuk dapat menikahdengan Ong Tiong Yang.
Namun disebabkan Ong Tiong Yang memang telah
melepaskan perkataan bahwa jika sebegitu lama bangsa Kim
belum tersapu dari wilayah Tionggoan, ia tak akan mendirikan
rumah tangga, maka terhadap cinta kasihnya Lim Tiauw Eng
tidak dilayaninya dan Ong Tiong Yang pura-pura tidak
mengetahui dan memperlakukan Lim Tiauw Eng sebagai
sahabat biasa. Justeru karena telah melepas perkataan tidak
akan menikah sebelum orang-orang Kim tersapu bersih dari
daratan Tionggoan, maka mempersulit hubungan mereka,
karena akhirnya tokh dengan berada selalu bersama, berkelana
bersama, selalu berdekatan tokh benih cinta lahir juga dihati
Ong Tiong Yang . hanya sebagai seorang yang berkeras
perpegang pada kata-kata, tidak dapat Ong Tiong Yang
melanggar sumpahnya. Karena itu, benih cinta yang mulai
tumbuh dihatinya telah ditindihnya.
Semakin Ong Tiang Yang berudaha menindih perasaan
cintanya terhadap Lim Tiauw Eng, semakin besar juga bersemi
dihatinya. Karena yang ditekan jelas akan bereaksi dan
berkembang. Dengan demikian Ong Tiong Yang akhirnya
mengakui bahwa dia memang sesungguhnya mencintai Lim
Tiauw Eng. 221
Sedangkan Lim Tiauw Eng sendiri memiliki adat yang
sangat angkuh. Dia salah menafsirkan sikap Ong Tiong Yang.
Dia beranggapan bahwa Ong Tiong Yang tidak memandang
sebelah mata padanya dan meremehkan cintanya. Padahal, jika
memang Tiauw Eng mau bersabar dan berusaha menyelami
perasaan Tiong Yang, kemungkinan besar cinta mereka akan
berpadu, walaupun terdapat sumpah Tiong Yang yang seperti
dinding tebalnya, Tiauw Eng karena tersinggung berbalik
menjadi gusar, diapun memang telah dikuasai oleh perasaan
kecewa karena cintanya tidak bersambut dan merasa terhina
karenanya. Disebabkan kegusaran yang meluap dihatinya kian
hebat juga. Dahulu mereka merupakan dua orang musuh yang
tak berkesudahan karena kepandaian mereka hampir
berimbang. Yang satu gagah perkasa, sementara yang satunya
lagi lihay dan kosen sekali. Karena itu setelah bersahabat dan
berkelana bersama-sama, mereka sangat disegani oleh orangorang seluruh rimba persilatan. Namun karena disebabkan cinta
yang terhalang itu, cinta yang tidak tercapai, cinta yang tidak
terpadu dan disebabkan salah pengertian juga, kembali mereka
bagaikan menjadi dua orang lawan. Malah disebabkan
kekecewaannya itu, Lim Tiauw Eng telah menantang Ong
Tiong Yang untuk Piebu, mengadu epandaian diatas gunung
Ciong Lam San.
Ong Tiong Yang yang mengetahui bahwa Lim Tiauw Eng
sangat mencintainya dan tantangan itu disebabkan hanya
karena rasa kecewanya belaka dan salah pengertian, disamping
itu pula Ong Tiong Yang mengalah pada Lim Tiauw Eng.
Namun Limm Tiauw eng memang benar-benar memiliki adat
yang aneh dan perangai yang sulir sekali diterka, semakin Ong
Tiong Yang mengalah berarti semakin menghinanya. Karena
Lim Tiauw Eng pun pernah berkata pad Ong Tiong yang
dengan begitu bengis, "Semakin kau berusaha mengalah 222
padaku, maka ini jelas memperlihatkan bahwa engkau memang
sungguh-sungguh tidak memandang sebelah mata padaku!"
Karena desakan Lim Tiauw Eng seperti itu, Ong Tiong
Yang tidak memiliki jalan lain lagi, terpaksa dia melayani juga
dan mereka lalu bertempur sampai ribuan jurus. Namun selama
itu Ong Tiong Yang tidak bertempur sepenuh hati. Dia tidak
pernah turun tangan jahat.
Lim Tiauw Eng semakin gusar dan penasaran, dia telah
bilang, "Dengan tidak bersungguh-sungguh engkau bertempur
denganku, kau pandang aku sebagai manusia apa? atau
memang aku tidak ad harganya untuk bertempur mengadu
kepandaian denganku?!" waktu bertanya begitu, sorot mata dan
muka Lim Tiauw Eng bengis sekali, karena memang dia tengah
penasaran dan kecewa sehingga terlahirlah perasaan benci pada
Ong Tiong Yang.
Ong Tiong yang menghela nafas dalam-dalam dan
bingung sekali, namun akhirnya dia telah menyahuti juga.
"Mengadu kepandaian silat, sulit sekali untuk memperoleh
keputusan, lebih baik kita mengadu ?bun? atau surat saja.
dengan begitu kita dapat bertempur dengan baik dan bisa
diambil keputusan yang lebih tinggi pengetahuan ilmu
?bun?nya. Dan tak akan menyebabkan luka diantara kita dan
menimbulkan kesan kurang baik."
Lim Tiauw Eng tertawa dingin, dengan angkuh dia
mengangguk smbil katanya, "Baik! jika aku kalah, seumur
hidupku tidak akan menemui kau lagi, agar teling dan matamu
bisa memperoleh ketenangan!" 223
"Bagaimana kalu kau yang menang?" tanya Ong Tiong
Yang sabar.
Muka im Tiauw Eng berobah merah. Dia berdiam sesaat,
akhirnya dia mengawasi Ong Tiong Yang yang dengan sorot
mata yang aneh mengandung sorot mencintai dan membenci
yang campur aduk jadi satu, membuat Ong Tiong Yang tidak
bisa menentang tatapan mata itu terlalu lama dan menundukkan
kwpalanya.
Disaat itulah Lim Tiauw Eng baru menyahuti. Dia berkata,
"Jika memang aku yang untung dalam pertandingan ini maka
kau harus serahkan kuburan ?Mayat hidup? padaku!"
Mendengar itu, Ong Tiong Yang jad ragu-ragu. Harus
diketahui bahwa Ong Tiong Yang sudah berdiam delapan
tahun lebih lamanya dalam kuburan itu dan sudah membuang
tenaga guna melengkapi kuburan itu dengan berbagai alat
rahasia. Maka dari itu dia merasa berat dan tida rela
menyerahkan kuburan itu dengan hanya kalah bertanding,
walaupun belum pasti dia kalah, tokh dia tidak berani
mengiyakan. Ong Tiong Yang hanya ingat pada waktu itu
bicara tentang ilmu silat. Segera dia mengambil keputusan
untuk memengakan pertempuran yang akan datang itu. Maka
segera dia juga menanyakan bagaimana cara mereka bertempur
yang akan segera dilakukan itu.
"Hari ini kita sudah terlalu lelah, baiklah besok malam kita
bertemu pula." jawab Lim Tiauw Eng sambil memutar
tubuhnya untuk meninggalkan Ong Tiong Yang.
Ong Tiong Yaang juga tidak menahan kepergian Lim
Tiauw Eng. Dia hanya menghela nafas dalam-dalam. 224
Sebagai seorang manusia, jelas Ong Tiong Yang memiliki
perasaan. Dia merasa kasihan melihat keadaan Lim Tiauw Eng.
Itulah disebabkan cinta yang gagal membuat Lim Tiauw Eng
selalu mengganggunya dengan berbagai cara untuk melibat dan
mengikatnya terus. Dengan demikian, Ong Tiong Yang merasa
kasihan pada nasib Lim Tiauw Eng. Jika dia tidak pernah
melepas sumpah, tidak akan berumahtangga sebelum bangsa
Kim tersapu bersih dari daratan Tionggoan, tentu dia akan
menyambut dintanya Tiauw Eng, karena sesungguhnya diapun
telah mencintai Lim Tiauw Eng, bahkan mencintai sepenuh
hatinya.
**** JILID 7
HANYA disebabkan sebarisan sumpah
yang telah diucapkan itulah membuat Ong
Tiong Yang harus menelan dan menindih
cintanya itu, walau bagaimanapun pahit
akibatnya.
Waktu itu Ong Tiong Yang juga belum
dapat mengambil keputusan apakah dalam
pertandingan besok dengan Lim Tiauw Eng
dia akan mengalah pula seperti biasanya
dan bersedia sebagai pihak yang dipecundangi atau memang
dia harus memenangkan pertempuran itu. Jika memang dia
mengalah, berarti kuburan ?Mayat Hidup? nya harus diserahkan
ke tangan Lim Tiau Eng. Tapi untuk merebut kemenangan dan 225
mengalahkan Lim Tiauw eng, hati kecilnya juga tidak
mengijinkan karena dia tak tega.
Malam itu pikiran Ong Tiong Yang sangat pepat sekali.
Keesokan malamnya Ong Yiong Yang berdua dengan Lim
Tiau Eng bertemu pula di Ciong Lam San.
"Sebelum kita bertanding," kata Lim Tiauw Eng setelah
berhadapan muka. "Lebih dulu kau harus bersumpah!"
Ong Tiong Yang mengangguk.
"Sumpah apa?" tanyanya ingin tahu.
"Jika memang kau menang, aku segera menggorok leher,
agar tak ketemu muka diwaktu mendatang," sahut Lim Tiauw
Eng. Tentu saja perkataan Lim Tiauw Eng ini hebat ditelinga
Ong Tiong Yang. Dia sampai mengigil dibuatnya.
"Ini mana boleh begitu?" seru Ong Tiong Yang kaget
bukan main.
Tapi waktu itu muka Lim Tiauw Eng dingin, dia telah
meneruskan perkataannya, "Tapi jika memang aku yang
beruntung jadi pihak yang menang, kau harus jadi pendeta, jadi
Hweshio boleh, jadi Tosu juga boleh. Asalkan kau harus
menyucikan diri jadi pendeta! Dan tak peduli jadi Hweshio
atau Tosu. Kau harus mendirikan sebuah kuil di atas gunung
ini guna menemani aku sepuluh tahun lamanya!"
Ong Tiong Yang menghela nafas dalam-dalam, bukan
main berduka hatinya.
Menang kalah merupakan dua pilihan yang tidak
menggembirakan hatinya. Jika menang, dia yang dapat 226
kemenangan, berarti Lim Tiauw Eng akan menggorok lehernya
untuk mati. Ini tidak diinginkan oleh Ong Tiong Yang. Namun
celakanya juga, jika menang dia yang mengalah dan
membiarkan Lim Tiauw Eng sebagai pemenang, jelas dia akan
melewati hari-hari selanjutnya sebagai seorang pendeta, entah
jadi Hwedhio entah jadi Tosu. Inilah yang benar-benar tidak
disangkanya dan jelas dia tak mau terikat begitu, karena sejak
kecil diapun tak mau menjadi seorang pendeta.
Ong Tiong Yang juga paham, dengan mengajukan syarat
itu, Lim Tiauw Eng menghendaki Ong Tiong Yang tidak
menikah seumur hidupnya.
Akhirnya setelah tertegun beberapa saat, Ong Tiong Yang
mengambil keputusan. Walaupun bagimana, dia tak sudi
memperoleh kemenangan karena dia tak menginginkan
kematian Lim Tiauw Eng, dia hendak menghindarkan Lim
Tiauw Eng membunuh diri karena menderita kekalahan.
Namun yang membuat Ong Tiong Yang berduka, jika dia
kalah, dia harus menemani Lim Tiau Eng selama sepuluh
tahun, dan itu merupakan tugas yang tidak ringan! Terlebih lagi
juga dia harus menjadi seorang pendeta. Inilah yang membuat
dia jadi bersangsi sekali.
Waktu itu Lim Tiauw Eng tertawa tawar, katanya dengan
suara nyaring, "Bagaimana?? Apakah kau menerima syarat itu
dan bersedia angkat sumpah agar setelah itu kita berdua tak ada
yang mengingkari sumpah tersebut?"
Ong Tiong Yang berdiam diri saja tak menyahuti, karena
dia tengah tenggelam dalam kebimbangan.
"Jika kita mengadu ?Bun? atau sastra memang jauh lebih
mudah lagi dibandingkan jika harus mengadu dengan cara ?Bu?
atau silat, karena dengan mempergunakan jari tangan, kau 227


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pahat beberapa huruf diatas batu itu, sedang akupun memahat
beberapa huruf dengan jari tanganku. Siapa yang menulis lebih
baik, dialah yang menang!"
Ong Tiong Yang jadi heran dan melengak.
"Apa kau bilang?" tanyanya.
Lim Tiauw Eng mengulangi lagi cara bertempur mereka,
yaitu mereka masing-masing akan menggunakan jari tangan
untuk menulis beberapa huruf di batu, dengan demikian kelak
siapa yang tulisannya lebih bagus dan indah, dialah
pemenangnya.
Ong Tiong Yang gelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Bagaimana memahatnya?" tanyanya.
"Siapa memahat lebih dalam, dialah yang menang! Kita
mau lihat siapa yang tinggi ilmu jari tangannya!" sahut Lim
Tiauw Eng.
Ong Tiong Yang kembali menghela nafas dan berkata,
"Aku bukan Dewa, bagaimana mungkin aku bisa memahat
hanya dengn menggunakan jari tangan?"
Lim Tiaue Eng tertawa dingin, sikapnya tawar dan
menyahuti. "Jika memang aku bisa, apakah kau mengaku
kalah?"
Ong Tiong Yang berada dalam keadaan yang serba salah.
Dan menurut pendapatnya di dunia ini tentu tak ada seorang
manusia yang dapat menulis surat diatas batu dengan jari
tangannya. Tentu tulisan surat itu harus dalam bentuk pahatan.
Berarti batu itu harus berlobang dan jari tangan menembusi
batu itu, bukan menggunakan bak hitam atau cairan warna
lainnya. 228
Akhirnya setelah berfikir beberapa saat lamanya Ong
Tiong Yang mengangguk.
"Baiklah, jika memang engkau dapat melakukannya,
menulis huruf memahat batu, dengan hanya menggunakan jari
tangan saja, aku bersedia mengaku kalah, tapi jika kau gagal
dan tidak bisa, anggap saja kita seri dan tidak perlu bertempur
lagi!"
"Kau bicara yang jelas!" kata Lim Tiauw Eng, "Jika aku
berhasil memahat batu dengan hanya mempergunakan jari
tanganku dan menulis beberapa huruf diatas batu itu, maka kau
yang kalah! Dengan berkata begitu, menambahkan perkataan
?bersedia? berarti kau menerima kekalahanmu itu dengan
terpaksa. Dan ini berarti engkau tak memandang sebelah mata
padaku! Engkau belum mencoba sudah mengatakan tidak dapat
melakukannya, dan sekarang juka memang akupun tidak bisa,
hitung-hitung seri. Dengan berkata begitu, sama saja kau ingin
menganjurkan agar akupun tidak mencobanya memahat batu
dengan jari tanganku! Hemm, sekarang kau harus bersumpah
dengan tegas. Jika memang kau tidak dapat menulis surat
diatas batu, memahatnya mempergunakan jari tangan, dan aku
dapat melakukannya, kau kalah dan akan tunduk melaksanakan
syarat yang kita adakan!"
Ong Tiong Yang tersenyum sabar, dia tak yakin bahwa
Lim Tiauw Eng dapat menullis surat memahat diatas batu
dengan jari tangannya, karenanya dia menyebuti, "Baiklah, jika
kau dapat menulis surat diatas batu dengan memahatnya
memakai jari tanganmu, maka aku kalah dan tunduk
melaksanakan syarat-syarat yang telah kita sebutkan tadi."
"Bagus!" berseru Lim Tiauw Eng dengan wajah berobah
berseri-seri, dan diapun telah menunduk. Namun waktu dia 229
memandang Ong Tiong Yang, Ong Tiong Yang jadi terkejut,
dia melihat mata Lim Tiauw Eng digenangi air mata, bibirnya
gemetar ketika dia meneruskan perkataannya. "Ong Tiong
Yang , aku menghendaki kau menjadi Tosu saja!" suaranya
perlahan dan dia berkeyakinan pasti akan menang.
Ong Tiong Yang hanya memandang tertegun padanya.
Perasaannya waktu itu jadi tak tenang, karena Ong Tiong Yang
meyakini kesusahan hati Lim Tiauw Eng, kedukaan yang
bersarang dihati wanita ini.
Lim Tiauw Eng sendiri telah mengusar-usar sepotong batu,
mempergunakan telapak tangan kiri, lalu dengan menggunakan
telunjuk tangan kanannya dia mulai menulis.
Dan apa yang terjadi pada waktu itu memang luar biasa
sekali.
Dengan mata mendelong terpentang lebar Ong Tiong
Yang mengawasi tak mempercayai apa yang dilihatnya, dia
tahu bagaimana batu itu seperti juga tahu yang ditusuk oleh
telunjuk jari tangan Lim Tiauw Eng, bagaimana debu batu
meluruk jatuh begitu tersentuh dengan telunjuk wantita
tersebut.
Dalam sekejap mata dia telah memahat satu huruf dengan
batu itu berlobang dalam tepat dalam ukuran jari telunjuknya.
Semangat Ong Tiong Yang terbang, dia terkesiap dan
ternganga bengong. Huruf-huruf yang ditulis Lim Tiauw Eng
pada waktu itu benar-benar merupakan hal yang sulit
dipercaya, dimana hanya dengan menggunakan jari telunjuk
belaka, Tiauw Eng dapaat menulis huruf memahat batu
tersebut dengan mudah dan tampaknya tanpa mempergunakan
tenaga. 230
Selesai menulis huruf yang pertama, Lim Tiauw Eng
melirik pada Ong Tiong Yang, dia melihat Ong Tiong Yang
berdiri mendelong dengan mulut menganga takjub seperti
patung. Lim Tiauw Eng trtawa dingin dan telah menulis pula
huruf yang kedua, lalu huruf yang ketiga, keempat, kelima dan
seterusnya, hingga berhasil menulis diatas batu sebarisnya syair
yang berbunti sebagai berikut :
"Cu Pong yang berangan-angan merobah Cin,
Pernah mengambil sepatu di kolong jembatan,
Membantu Han mendirikan dinasti baru,
Berdiri tegak seperti tiang kerajaan,
Setelah tugas selesai, dia mengikuti Dewa Cek Siong Cu,
Sambil mengibas tangan baju, segala harta ia tinggalkan,
Memang juga orang luar biasa dan kitab luar biasa,
Tuhan tidak gampang-gampang mau turunkan."
Selesai menulis, Lim Tiauw Eng telah menoleh
menghadapi Ong Tiong Yang sambil tersenyum lebar. Dan
ketika melihat Ong Tiong Yang berdiri mematung seperti
semangat dah rohnya telah meninggalkan raganya, meledak
tertawa Lim Tiauw Eng, tertawa terbahak-bahak yang sambung
menyambung, namun dari sepasang matanya mengalir deras
sekali air mata. Air mata kesedihan yang benar-benar
mendalam.
Ong Tiong Yang tidak mempedulikan sukap Lim Tiauw
Eng yang tengah tertawa dalam tangis kedukaan itu, karena
Ong Tiong Yang tengah berdiri mematung, mendelong
mengawasi tulisan-tulisan yang terpahat diatas batu tersebut.
Delapan baris yang disebelah depan yang menceritakan
prihalnya Thio Liang alias Cu Pong, telah mengambil kasutnya 231
seorang tua (yang dalam ceritanya adalah seorang Dewa)
sehingga orang itu menjadi merasa girang dan memberikan Cu
Pong sejilid kitab yang luar biasa. Belakangan dia ini
membantu Kaisar Han Ko Couw membangun kerajaan Han
dan merupakan salah seorang dari Samkiat (tiga orang gagah)
yang sudah membantu mendirikan kerajaan tersebut. Akhirnya
setelah tugasnya selesai, Thio Liang menyembunyikan dirinya
dan pergi bertapa bersama Cek Ciong Su.
Dengan menulis seperti itu, sama halnya juga seperti Lim
Tiauw Eng ingin mengartikan sebagai penggerak tentara rakyat
yang hendak membangun sebuah kerajaan baru dan mengusir
bangsa Hiongno (Kim), Ong Tiong Yang memang akan menyembunyikan diri selamanya. Namun dengan menyinggung
prihalnya Thio Liang yang telah menyembunyikan diri
bersama Cek Siong Cu, berarti perbuatan Ong Tiong Yang
bukanlah hina, karena dia hendak bertapa menjadi pendeta
menemani Ling Tiauw Eng di gunung Ciong Lam San,
disamping kuburan Mayat Hidup, dimana Ong Tiong Yang
akan mendirikan sebuah kuil tempat berdiam.
Semangat Ong Tiong Yang seperti tak ada diraganya, dia
berdiri tak bersemangat. Cara menulis yang ditunjukkan Lim
Tiauw Eng benar-benar merupakan suatu kekuatan yang
dahsyat dari jari tangannya, itulah kepandaian dahsyat sekali,
dan jika dibandingkan kepandaian Ong Tiong Yang berarti dia
kalah.
Dan sejak peristiwa inilah telah muncul perkataan Lam
Lim Pak Ong, Im Seng Ie Yang. Disebelah selatan terdapat
Lim dan disebelah Utara terdapat Ong, yang wnita
mengalahkan yang lelaki. 232
Waktu itu Ong Tiong Yang sudah tidak bisa berkata apaapa lagi. Bagaikan orang yang ditinggal pergi arwahnya. Ong
Tiong Yang menerima dan mengakui kekalahan. Disamping
dia harus menyerahkan Kuburan Mayat Hidup nya kepada Lim
Tiauw Eng diapun harus menjadi Tosu. Dan beberapa hari
kemudian dia telah membangun sebuah kuil kecil disamping
kuburan Mayat Hidup, dan itulah permulaan adanya Kuil
Tiong Yang Kiong, pusat dari pintu perguruan Coan Cin
Kauw.
Namun selama kekalahan yang diderita oleh Ong Tiong
Yang tidak bisa diterimanya dengan hati ikhlas. Dia berusaha
memecahkan teka-teki dari kehebatan jari telunjuk tangan
kanannya Lim Tiauw Eng karena telah berhasil menulis syair
diatas batu yang dipahat dengan jari telunjuk itu saja.
Namun selama bertahun-tahun menjadi Tosu, tokh Ong
Tiong Yang tetap saja tidak dapat memecahkan teka teki itu,
hingga akhirnya karena telah biasa hidup sebagai seorang
Tosu, dengan sendirinya Ong Tiong Yang tidak mempedulikan
lagi hal itu, yang sudah tak dipikirkannya.
Memang awal-awalnya dia menjadi Tosu, Ong Tiong
Yang tidak betah dan merasa tersiksa sekali. Namun lama
kelamaan tokh akhirnya dia jadi biasa dengan kehidupannya
sebagai Tosu.
Ong Tiong Yang dan Lim Tiauw Eng merupakan sepasang
manusia luar biasa dalam rimba persilatan. Sungguh sayang
karena masing-masng mempunyai perangai yang aneh dan adat
yang luar biasa, mereka terus menerus tarik urat tentang ilmu
silat, sehingga buntut-buntutnya jodoh mereka tidak bisa
tertangkap, yang seorang menjadi pendeta, yang lainnya
menjadi penghuni kuburan. 233
**** Ong Tiong Yang yang sekarang telah memakai gelar
Cinjin tersebut, menghela nafas dalam-dalam dengan hati
berduka ketika teringat akan pengalamannya disaat dia
mendirikan kuilTiong Yang kiong dan juga mendirikan pintu
perguruan Coan Cin Kauw setelah menyerahkan kuil mayat
hidup kepada Lim Tiauw Eng. Dengan demikian segalanya
telah lewat banyak tahun, tokh tampaknyaLim Tiauw Eng tetap
mencintainya. Walaupun dia telah menjadi Tosu tokh gerakgeriknya selalu diawasi oleh Lim Tiauw Eng, dan begitu dia
turun gunung dari Ciong Lam San, segera diketahui pula oleh
Lim Tiauw Eng yang datang untuk bertengkar lagi dengannya..
selamanya mereka tidak pernah bertemu dan bercakap-cakap
dengan baik-baik, tak dapt mereka merundingkan ilmu silat
secara baik-baik, dan tak dapat pula berhubungan sebagai
sahabat karib, walaupun cinta mereka telah kandas.. dengan
keadaannya yang begitu memprihatinkan Ong Tiong Yang
terus menerus, bahwak rela untuk mengubur dirinya didalam
kuburan mayat hidup, menunjukkan betapa besarnya cinta Lim
Tiauw Eng pada Ong Tiong yang.
Sampai jauh malam disaat hampir sang fajar menyingsing,
Ong Tiong Yang baru bisa terlelap dalam tidurnya. Dandalam
mimpinya itu dia bertemu dengan Lim Tiauw Eng dan
bertempur lagi.
Keesokan paginya, ketika terbangun dari tidurnya Ong
Tiong Yang menyesali diri. Sekarang dia telah menjadi Tosu,
berarti telah menjauhkan diri dari hal-hal keduniawian. Dengan
demikian, jelas diapun tidak bisa dipengaruhi dan dikuasai oleh 234
perasaannya yang tidak-tidak. jika semalam dia bisa terkuasai
begitu rupa oleh perasaannya sehingga bisa terkenang kembali
pada peristiwa-peristiwa yang pernah dialaminya, benar-benar
menunjukkan bahwa pada malam itu Ong Tiong Yang
kehilangan pengendalian dirinya. Seharusnya sebagai seorang
jago nomor satu di kolong langit ini, dia tak akan mengatakan
perasaan seperti itu. Dan dihari-hari selanjutnya Ong Tiong
yang dapat menguasai dirinya sebagai mana biasanya, dan
urusan Lim Tiauw Eng telah dilupakan pula.
Setiap sore hari, Ong Tiong Yang mengunjungi kamar
dimana Ciu Pek Thong dikurung. Setiap kali Ong Tiong Yang
masuk kedalam kamar, Ciu Pek Thong yang duduk bersila
menghadap dinding tembok, telah melirik ke pintu dan
bertanya, "Oh Suheng, sudah habiskah masa hukumanku ini?"
dan pertanyaan seperti ini kadang-kadang mendukakan hati
Ong Tiong Yang yang jadi tidak tega pada adik
seperguruannya, namun Ong Tiong Yang tetap pada
pendiriannya bahwa Ciu Pek Thong harus berlatih diri guna
mengendalikan keberandalannya, dan harus duduk bersemedhi
satu tahun menghadap dinding agar keberandalannya itu
brerkurang. Karenanya dia tetap tak membebaskan Ciu Pek
Thong.
Si Bocah Tua bangkotan yang nakal dan berandalan itupun
benar-benar merasa jera untuk melakukan keonaran lagi,
karena duduk selama satu tahun penuh menghadap dinding
tembok tersebut tanpa boleh bergerak atau bangun.
Setelah masa hukumannya habis, setahun penuh Ciu Pek
Thong masih dilarang keluar kuil oleh suhengnya, karena dia
diwajibkan untuk berlatih diri dengan tekun dan giat, sambil
juga memberikan petunjuk-petunjuk pada Ma Giok dan 235
keenam saudara seperguruan yang tergabung dalam Coan Cin
Cit Cu.
Namun Ciu Pek Thong dalam memberikan petunjuk pada
keponakan-keponakan muridnya itu benar-benar berandalan
sekali. Dia akan mengajarkan satu jurus jika mereka mau
menemani bermain kelereng dengannya. Coan Cin Cit Cu
mengenal baik sekali watak susiok atau paman gurunya ini,
setiap ada waktu senggang ketujuh murid Ong Tiong Yang
selalu menemani Ciu Pek Thong bermain-main dengan
berbagai permainan yang menarik. Dan walaupun dikurung
didalam kuil karena larangan keluar satu langkahpun dari pintu
kuil, Ciu Pek Thong jadi kesepian.
Yang disebut sebagai kuburan mayat hidup, ternyata
sebuah kuburan yang bentuknya cukup besar dalam bentuk
bulat dan penuh dengan peralatan rahasia. Kuburan itu terletak
di hutan, dan di pintu kuburan itu dilengkapi dua buah batu
yang berukuran besar dan beratnya laksaan kati. Kedua batu


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didepan pintu kuburan itu diberi nama Toan Ling Sek atau
Batu Putuskan Naga oleh Ong Tiong Yang.
Waktu Ong Tiong Yang membangun dan membuat
kuburan mayat hidup ini, dia mengetahui bahwa sehubungan
denga gerakan perlawanan terhadap tentara Kim yang pernah
dilakukannya. Raja Kim tntu tidak mau sudah begitu saja.
itulah sebabnya dia sudah siapkan dua batu besar untuk
menjada segala sesuatu. Jika musuh terlalu besar dan ia tak
dapat melawan lebih lama, dia akan turunkan batu itu buat mati
dalam kuburan. Dengan lain perkataan, dia lebih suka binasa
dengan cara begitu daripada takluk atau kena ditawan musuh.
Akan tetapi,lantaran ilmu silatnya yang tinggi, selama belasan
tahun dia sudah bekuk puluhan jago-jagonya raja kim dan
penjarakan mereka dalam kuburan Mayat hidup tanpa ada 236
seorangpun diantara mereka yang dapat melarikan diri.
Belakangan waktu menyerhkan kuburan Mayat hidup pada
Lim Tiauw Eng, Ong Tiong Yang tidak pernah
mempergunakan kedua batu laksaan kati beratnya yang
bernama Toan Liong Sek itu.
Disamping kuburan mayat hidup tersebut, didalamnya
masih banyak sekali terdapat peralatan rahasia yang
melengkapi kuburan luar biasa itu.
Namun kini majikan kuburan mayat hidup tersebut bukan
lagi Ong Tiong Yang, karena Ong Tiong Yang sendiri telah
menjadi Coan Cin Kauwcu Coan Cin Kauw di kuil Tiong Yang
Kiong, sedangkan yang menjadi majikan barunya adalah Lim
Tiauw Eng bersama budaknya seorang gadis yang berusia lebih
muda itu jauh tahun dari Lim Tiauw Eng sendiri.
Dengan memperolehnya kuburan ?Mayat Hidup? tersebut
dan juga telah hidup mengurung diri didalamnya, Lim Tiauw
Eng tak pernah keluar dari kuburan ?Mayat Hidup? jika
memang tidak perlu benar dan urusan benar-benar sangat
penting. Demikian juga dengan pelayannya itu yang telah
dilarang keluar dari kuburan ?Mayat Hidup? tersebut.
Walaupun kedudukannya hanya sebagai pelayan, budak
Lim Tiauw Eng ini memperoleh didikan ilmu silat yang tinggi
sekali dari Lim Tiauw Eng.
Malam itu di hutan dimana kuburan ?Mayat Hidup? itu
berada, tampaknya sunyi dan sepi sekali. Tidak terlihat seorang
manusiapun disekitar tempat tersebut, hanya terdengar
berkeresekan daun-daun pohon yang terhembus siliran angin
malam. Dan kuburan ?mayat hidup? yang berukuran sangat
besar itu tampak merupakan benda bulat yang membungkah, 237
sangat menyeramkan sekali, membuat keadaan sekitar hutan
tersebut tambah seram saja.
Namun diantara kekelaman malam, tampak sesosok tubuh
dengan langkah kaki yang ringan tengah menyusuri hutan itu
dengan tindakan kaki yang enteng bukan main dan gerakannya
sangat gesit, diikuti dibelakangnya dua sosok tubuh lainnya.
Jika sosok tubuh yang berjalan didepan adalah sosok tubuh
manusia, tapi dua sosok tubuh yang dibelakangnya mengikuti
sosok tubuh yang pertama itu bentuknya aneh sekali, bukan
sosok tubuh manusia, melainkan dalam bentuk binatang ajaib.
Waktu berada ditempat yang tidak terhalang oleh
rindangnya daun pohon di hutan itu, sehingga sedikit sinar
bulan bisa menerobos masuk memancarkan sinarnya itu,
ternyata yang pertama memang seorang manusia, seorang
pemuda yang berusia sekitar tiga puluh tahun lebih, yang
memiliki tubuh tinggi tegap dan dia tidak lain daripada
Auwyang Hong.
Sedangkan kedua sosok tubuh lainnya yang memang
bukan manusia itu, ternyata seekor kodok raksasa dan seekor
burung bangau putih berjambul merah, itulah Cengjie dan
Pekjie, dua sahabat dari Auwyang Hong.
Rupanya Auwyang Hong memang telah sengaja menerima
tantangan yang diberikan Lim Tiauw Eng beberapa waktu yang
lalu, sebagai seorang yang licik, dia girang bukan main.
Dengan menerima tantangan Lim Tiauw Eng, dia mempunyai
alasan untuk berkeliaran disekitar gunung Ciu Lam San.
Aueyang Hong mengetahui, disamping dari kuburan
?Mayat Hidup? itu berdiri megah kuil Tiong Yang Kong,
kuilnya Coan Cin Kauw, dimana Ong Tiong Yang menempati 238
sebagai Coan Cin Kauwcu. Ong Tiong Yang dalam pertemuan
pertama di Hoa San memang telah memenangkan sebagai jago
nomor satu di kolong langit dan berhak untuk memiliki Kiu Im
Cin Keng, karena itu pula, dengan demikian telah membuat
Auwyang Hong sangat mengiler sekali bisa merebut dan
mencuri kitab Kiu Im Cin Keng dari tangan Ong Tiong Yang.
Namun disebabkan Ong Tiong Yang menang satu tingkat
diatas kepandaiannya, sehingga Auwyang Hong tidak berani
bersikap gegabah. Dengan begitu, diapun tidak berani
berkeliaran sembarangan di gunung Ciong Lam San, selama
dia tidak memiliki alasan yang kuat.
Tapi dia telah menerima tantangan dari Lim Tiauw Eng,
karena itu pula, dengan memiliki alasan untuk memenuhi
tantangan Lim Tiauw Eng, dia bisa berkeliaran di Ciong Lam
San, dan jika melihat nanti memiliki kesempatan yang baik
untuk mencuri kitab Kiu Im Cin Keng dari Coan Cin Kauw
jelasnya dari tangan Ong Tiong Yang. Itulah persoalan yang
menggembirakan sekali, walaupun untuk itu Auwyang Hong
mempertaruhkan jiwa dan keselamatan dirinya.
Tadi, waktu mendaki gunung Ciong Lam San memang
Auwyang Hong telah melihat-lihat keadaan kuil Tiong Yang
Kiong, dia telah melihat kuuil yang dibangun megitu megah
dan luas. Tapi Auwyang Hong tidak berani dekat di tempat itu.
dia hanya mengawasi Tiong Yang Kiong dari jarak jauh, baru
kemudian Auwyang Hong memasuki hutan itu untuk mencari
kuburan mayat hidup.
Auwyang Hong memperoleh kenyataan dimana adanya
kuburan-kuburan mayat hidup itu disamping kuil Tiong Yang
Kiong benar-benar merupakan hutan yang cukup angker,
dipenuhi oleh pohon yang tumbuh tinggi-tinggi dan besar. 239
Disamping juga batu-batu gunung yang bertonjolan disekitar
hutan itu.
Setelah menyusuri hutan itu beberapa saat, akhirnya
kuburan mayat hidup telah berada didepannya.
Auwyang Hong melihat kuburan itu berukuran besar,
merupakan kuburan raksasa.
Lama Auwyang hong berdiam diri didepan kuburan mayat
hidup, meneliti disekitarnya. Sebagai seorang yang teliti, tentu
saja dia tidak berani bergerak sembarangan. Terlebih lagi dia
seorang yang licin dan licik, karena dia tidak mau nantinya
terjebak oleh Lim Tiauw eng. Dia baru pertama datang
ditempat itu, dan melihat kuburan mayat hidup tersebut.
Dengan demikian dia belum tahu keadaan disekitar tempat itu.
sekarang dia harus memperhatikan dengan seksama, jika
memang kelak dia tak sanggup menghadapi Lim Tiauw Eng,
atau terdapat urusan yang lainnya, bukankan dia bisa
menyelamatkan dirinya dengan cara yang telah
diperhitungkan? Terlebih bagi kuburannya mayat hidup ini,
letaknya sebelah-menyebelah bertetangga dengan kuil Tiong
Yang Kiong, sehingga jika terjadi keributan kelak, akan
memancing Tosu-tosu dari kuil itu dan menyebabkan Ong
Tiong Yang keluar dari kuilnya.
Setelah mengamat-amati beberapa saat, barulah Auwyang
Hong mengelilingi kuburan mayat hidup tersebut. Dia melihat
bentuk kuburan itu bulat dan juga terdapat sebuah bong pay
yang cukup besar, mungkin dipergunakan sebagai pintu utama
dari kuburan tersebut. Dan Auwyang Hong yang memiliki
penglihatan yang sangat tajam, melihat diatas ?pintu? kuburan,
tergantung dua buah batu besar yang mungkin beratnya laksaan
kati yang letaknya demikian rupa, sehingga Auwyang Hong 240
menyadari itulah batu-batu dipergunakan sebagai batu rahasia
yang akan dipergunakan jika menghadapi sesuatu yang tidak
diinginkan.
"Hmm, memang tidak percuma Ong Tiong Yang memiliki
nama besar, karena dia berhasil membangun sebuah kuburan
yang seangker ini sebagai tempat persembunyiannya dulu
dan sekarang diapun malah telah berhasil membangun kuil
Tiong Yang kong yang megah itu. jika dibandingkan dengan
keadaan di See Hek di Barat, tentu pemandangan disini tidak
menang, namun istanaku di See Hek tidak menang jika
dibandingkan dengan kehebatan kuburan ?Mayat Hidup? ini!
dan setelah berfikir begitu, sambil mengawasi dengan penuh
rasa kagum. Auwyang Hong menghela nafas berulang kali.
Sedang auwyang Hong menghela nafas seperti itu, angin
bersilir meniup punggungnya, sehingga Auwyang Hong agak
bergidik. Dia memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Malah
salah seorang diantara kelima jago luar biasa, namun berada di
tempat ini, Auwyang Hong merasakan hatinya tidak enak,
terlebih-lebih didepannya terdapat kuburan raksasa seperti itu.
Auwyang Hong mengajak Cengjie dan Pekjie kebelakang
kuburan raksasa tersebut. Mereka berdiam disana beberapa saat
lamanya. Sampai akhirnya Auwyang Hong yang melihat
sesosok tubuh yang bergerak ringan sekali, melompat keluar
dari kuburan tersebut. Hanya saja, Auwyang Hong yang
memiliki penglihatan yang tajam, tidak bisa dengan jelas,
karena orang itu melompat dari tempat yang tidak diketahui
apakah merupakan pintu atau memang hanya dalam bentuk
goa, sebab bangunan kuburan raksasa itu dibuat sedemikian
rupa, sehingga pintu sesungguhnya dari kuburan raksasa
tersebut sulit sekali diketahui yang mana dan terletak dimana. 241
Hanya tubuh itu bergerak lincah sekali menuju ke tengah
hutan.
"Cengjie dan Pekjie, tunggulah aku disini, aku hendak
melihat apa yang dilakukan orang itu!" bisik Auwyang Hong
kepada kedua sahabatnya itu. dan tubuh Auwyang Hong telah
melesat ringan menguntit orang yang tadi keluar dari kuburan
tersebut.
Ternyata sosok tubuh itu seorang gadis berusia diantara
duapuluh tahun kebawah, gadis yang jadi budaknya Lim Tiauw
Eng, yang pernah dilihat Auwyang Hong waktu Lim Tiauw
Eng menantangnya setengah tahun yang lalu. Gerakan pelayan
yang masih berusia muda dan cukup cantik itu ringan dan gesit
sekali dan entah apa yang akan dilakukan pelayan itu. tapi
Auwyang Hong telah menguntit terus. Dia ingin tahu apa yang
hendak dikerjakan oleh pelayan Lim Tiauw Eng itu.
Sedangkan pelayan itu tak menyadari dirinya tengah
dikuntit oleh Auwyang Hong, dia berlari gesit sekali ke
pertengahan hutan tersebut, dia membelok ke kanan dan tiba di
sebuah lapangan rumput yang cukup besar dan disebelah kanan
dari lapangan rumput itu terdapat batu gunung yang besar.
Pelayan itu melompat ke dekat batu. Menepuk tiga kali,
lalu katanya dengan suara perlahan, "Majikanku perintahkan
menyampaikan pesan, harap Thang Kongcu mau menerima
pesan dari majikanku itu."
"Hmm!" terdengar suara mendengus dingin, disusul
dengan melompatnya sesosok tubuh dengan gerakan ringan
sekali yang tahu-tahu telah berdiri didepan pelayannya Lim
Tiauw Eng. 242
Auwyang Hong mementang maranya lebar-lebar
mengawasi orang yang baru muncul itu. Ternyata seorang
lelaki berusia antara tiga puluh tahun lebih, berpakaian sebagai
pelajar yang resik sekali, pakaiannya jubah panjang yang
perlente, mukanya klimis dan kumisnya yang tipis panjang itu
tampak terawat rapi. Sepasang matanya tak sipit seperti orangorang Han, hidungnya mancung dan ditangannya terdapat kipas
yang digerak-gerakkan perlahan. Orang ini yang dipanggil oleh
pelayannya Lim Tiauw Eng dengan sebutan Thang Kongcu itu,
telah tersenyum dengan sikap yang keagung-agungan, dia telah
bilang dengan suara yang sabar, "Pesan apa yang ingin kau
sampaikan?"
Pelayan Lim Tiauw Eng merangkapkan kedua tangannya,
dia memberi hormat, katanya, "Thang Kongcu, majikanku
berpesan kalau hari ini majikanku tak bisa memenuhi
keinginanmu untuk Piebu, maka jika memang engkau
mendesak menghendaki majikanku menemani kau piebu, kau
boleh datang sepuluh tahun lagi. Diwaktu itu tentu majikanku
akan menemanimu main-main seribu jurus!"
"Hmm" tertawa dingin Thang Kongcu itu. Demikian
rendahnya diriku dimata majikanmu hingga dia tak mau
memandang sebelah mata, bahkan untuk piebu dia memberikan
waktu yang begitu lama! Hu, hu aku Tang Lang Cie tidak
akanmau! Jika secara baik-baik majikanmu itu tak mau keluar
menemani aku piebu guna mengukur ilmu, maka biarlah aku
yang lancang ini akan masuk ke dalam kuburan mayat hidup
untuk menemuinya!"
Muka pelayan Lin Tiauw Eng berobah, katanya,
"Bagaimana mungkin kau memaksa seperti itu! Kedatanganmu
kesini lima hari yang lalu merupakan kunjungan bersahabat,
kau juga mengatakan hanya ingin minta petunjuk dari 243
majikanku itu, hingga majikanku mau memberi muka padamu
perintahkan aku memberikan pesannya ini. tapi jika engkau
mengandung maksud kurang ajar dan juga bermaksud untuk
memasuki kuburan mayat hidup kami, hmm, walaupun engkau
mempunyai empat kepala dan belasan pasang tangan, jangan
harap kau bisa meninggalkan Ciong Lam San dengan tubuh
utuh!"
Thang Kongcu itu yang mengaku bernama Thang Liang
Cie telah tertawa dan katanya mengejek, "Baiklah, sekarang
kau kembali dan beritahukan pada majikanmu itu, apakah dia
tak mau keluar menemui aku? aku telah sabar menunggu
selama lima hari disini, tapi majikanmu dan kau rupanya
hendak mempermainkan aku."
Pelayan Lim Tiauw Eng memandang Thang Kongcu
dengan mata tajam.
"Jika memang engkau penasaran hendak mengajak piebu
majikanku, dan kau hendak memaksa seperti ini, baiklah, aku
yang rendah hendak mewakili majikanku itu untuk menerima
pelajaran Thang Kongcu."
"Hmm!" muka Thang Kongcu berubah, tampaknya dia
tersinggung dengan keinginan pelayan Lim Tiauw Eng yang
mau melayaninya.
"Engkau sebagai pelayan orang she Lim dan kau mau
mewakilinya menghadapi diriku, apakah orang she Lim sudah
tidak memandang mata padaku, hingga dia merasa begitu hina
jika harus menghadapi sendiri diriku ini, hanya pelayan belaka
yang diperintahkan menyambut tantanganku ini!"
Pelayan itu telah merangkapkan sepasang tangannya
memberi hormat dengan membungkukkan sedikit badannya, 244


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia berkata, "Silakan aku yang rendah ingin minta petunjuk
dari Thang Kongcu, harap kasihan padaku dan tidak turunkan
tangan yang terlalu keras!"
Thang Kongcu telah mendengus lagi-lagi dia mengipasngipas, namun tak terlihat tanda-tanda dia ingin menyerang.
Dengan sikap acuh tak acuh dia telah memutar tubuh
membelakangi pelayan Lim Tiauw Eng sambil menggumam
perlahan, "Hu, hu seorang pelayan tiada guna, cepat panggil
majikanmu itu!"
Pelayan itu tidak tersinggung oleh perkataan Thang
Kongcu, malah sambil tersenyum dia telah menyahuti, "Jika
memang aku Bu Lian tidak dapat menyambuti lima jurus dari
Thang Kongcu, waktu itulah majikanku akankeluar untuk
menerima tantangan Tang kongcu!"
Thang Kongcu itu telah memutar tubuhnya, memandang
pelayan yang ternyata bernama Bu Lian itu dengan mata
terpentang lebar-lebar.
"Hmm, demikian tidak berharganya aku dimata
majikanmu, sehingga dia merasa hanya cukup melayani aku
diwakili oleh pelayan seperti kau!" dan setelah berkata
begitu, mungkin disebabkan terlalu mendongkol, dia telah
menggerakkan kipasnya, akan menyampok muka Bu Lian.
Pelayan Lim Tiauw Eng berseru, "Maaf.!" Dia
memiringkan tangannya mendorong perlahan pada kipas itu,
kemudian tangan satunya lagi, tangan kiri telah bergerak
memutar seperti akan melibat tangan Tang Kongcu itu.
Ternyata Bu Lian telah menggunakan jurus pembukaan
?Thian Loo Te Beng? atau jaring langit jala bumi. Ilmu tersebut
buka ilmu sembarangan sebab gerakan yang dilakukan oleh Bu 245
Lian walaupun nampaknya perlahan untuk menahan kipas
lawan dan melibat tangan Thang Kongcu, namun membuat
Thang Kongcu kaget bukan main, tangannya seperti telah
dikuasai oleh kekuatan yang sulit digerakkan. Namun dia
punya kepandaian yang tinggi, dia tidak gugup. Cepat dia
merobah kedudukan tangannya, pertama-tama kipas diturunkan
beberapa dim dalam keadaan terlipat disodokkan kedepan
menuju kearah dada Bu Lian, akan menotok jalan darah Biansie-hiat gadis itu.
Bu Lian walaupun sebagai pelayan, tetapi secara tidak
resmi dia adalah murid Lim Tiauw Eng, bahwak murid
tunggal, karena hanya dia yang mewarisi kepandaian Lim
Tiauw Eng. Dengan demikian, tidak mengherankan kepandaian
yang dimiliki Bu Lian tidak rendah. Gerakannya sangat gesit
karena mudah sekali dia berhasil menghindarkan diri dari
totokan ujung kipasnya Thong Kongcu.
Sedangkan Thong Kongcu beruntun tiga kali menotok
berbagai jalan darah di tubuh Bu Lian, semua itu dapat
dihindari oleh Bu Lian dengan mudah.
Auwyang Hong menyaksikan dari tempat persembunyian
dibalik gerombolan pohon-pohon yang rimbun, melihat bahwa
kepandaian Thang Kongcu tidak setinggi kepandaian Bu Lian,
nereka hampir berimbang karena Bu Lian telah berhasil
menerima warisan kepandaian Lim Tiauw Eng. Auwyang
Hong diam-diam terkejut melihat gerakan-gerakan Bu Lian
bukan main gesitnya, bahkan setiap gerakan tangannya, dia
selalu membawakan jurus-jurus yang bisa mematikan lawan.
Dengan demikian Auwyang Hong memuji dalam hatinya
bahwa Lim Tiauw Eng memang benar-benar hebat, sedangkan
pelayannya itu saja telah bisa memiliki kepandaian yang tinggi. 246
Thang Kongcu atau Thang Liang Cie sebenarnya
merupakan seorang yang memiliki kepandaian tinggi sekali.
Jarang ada orang yang bisa menandinginya. Didalam kalangan
kangouw iapun memiliki nama yang tidak kecil. Sejak masih
usia belasan tahun, Thang Kongcu telah gemar mempelajari
ilmu silat, disamping itu, kebetulan ia bertemu dengan
beberapa tokoh sakti rimba persilatan yang bersedia
mengambilnya sebagai murid. Dengan begitu Thang Kongcu
memiliki kepandaian yang tinggi.
Selama malang melintang dikalangan kangouw dia tak
pernah memperoleh tandingan, dengan demikian Thang
Kongcu menjadi sombong dan yakin dirinya merupakan jago
yang tanpa tandingan lagi di kolong langit. Namun belakangan
dia mendengar kehebatannya Lim Tiauw Eng yang telah
dinyatakan satu-satunya pendekar wanita yang memiliki
kepandaian luar biasa. Bahwak yang membuat Thang Kongcu
jadi penasaran, dia mendengar akhir-akhir ini dikalangan
kangouw telah muncul perkataan ?Lam Lim Pak Ong, Im Seng
Ie Yang?. Dengan adanya perkataan itu, tentu saja Lim Tiauw
Eng diakui berada diatasnya Ong Tiong Yang, sedangkan Ong
Tiong Yang sendiri diketahui merupakan jago nomor satu di
kolong langit. Dengan begitu pula, Thang Kongcu jadi
penasaran dan ingin tahu seberapa tinggi kepandaian yang
dimiliki Lim Tiauw Eng, hingga dia bisa memperoleh
kedudukan seperti itu yang dianggap bisa menindih Ong Tiong
Yang.
Itulah sebabnya mengapa Thang Kongcu sengaja telah
melakukan perjalanan ke Ciong Lam San untuk menemui Lim
Tiauw Eng.
Lima hari yang lalu dia tiba di Ciong Lam San. dia
mengandung dua maksud. Pertama-tama dia ingin mencari Lim 247
Tiauw Eng, akan ditantangnya piebu. Jika memang dia bisa
merubuhhkan Lim Tiauw Eng, maka selanjutnya dia akan
mencari Ong Tiong Yang, menantang jago nomor satu di
kolong langit itu, untuk mengadakan piebu diantara mereka,
kalau dia berhasil merubuhkan Ong Tiong Yang Pula,
bukankah berarti dengan demikian dia merupakan jago nomor
satu tanpa tandingan dan benar-benar merupakan satu-satunya
jago di kolong langit ini yang memiliki kepandaian tertinggi!
Cita-cita seperti itulay yang membuat Thang Kongcu jadi
bersemangart sekali.
Namun setibanya di Ciong Lam San, setelah berada di luar
kuburan ?Mayat Hidup? ternyata diapun tidak memperoleh
pintu dari Lim Tiauw Eng, keinginannya untuk menemui Lim
Tiauw Eng telah ditolak, bahkan sama sekali diapun tidak
diijinkan untuk masuk kedalam kuburan ?Mayat Hidup? itu.
Tetapi dengan sabar Thong Liang Cie telah menantikan
diluar kuburan, selama lima hari dia menungkulinya, karena
dia yakin suatu saat tetu Lin Tiauw Eng pasti akan keluar dari
kuburan tersebut.
Namun kali ini justru yang menemuinya adalah Bu Lian,
pelayannya Lim Tiauw Eng. Sehingga telah membuat Thang
Liang Cie jadi mendongkol dan tersinggung sekali. Bukankan
dengan demikian Lim Tiauw Eng memperlihatkan bahwa
Thang Liang Cie tidak dipandang sebelah mata olehnya?
Bukahkan Thang Liang Cie dianggapnya hanya sebagai jago
picisan yang tak layak dilayaninya sendiri?
Namun setelah bertempur beberapa jurus dengan
pelayannya Lim Tiauw Eng, Thang Liang Cie jadi kaget
dengan sendirinya, karena melihat betapa pelayannya Lim
Tiauw Eng memiliki kepandaian yang tidak berada disebelah 248
bawah kepandaiannya! Baik Ginkangnya maupun Iwekangnya.
Tampaknya Bu Lian memang tidak berada disebelah bawah
kepandaian Thang Liang Cie.
Semula Thang Liang Cie bertanding dengan sikap acuh tak
acuh, tidak memandang sebelah mata pada Bu Lian, yang
dianggapnya enteng dalam beberapa jurus saja tentu dapat
dirubuhkannya. Namun setelah lewat beberapa jurus membuat
Thang Liang Cie jadi harus berhati-hati sekali. Dengan
demikian juga jelas dia bertempur dengan mempergunakan
kepandaian dan tenaganya bersunguh-sungguh kalau memang
tidak ingin dirubuhkan oleh pelayannya Lim Tiauw Eng.
Auwyang Hong sendiri jadi tertarik melihat cara
menyerangnnya Bu Lian, karena ilmu yang dipergunakan Bu
Lian merupakan ilmu silat tingkat atas, dan juga agak luar
biasa gerakan-gerakannya itu. Auwyang Hong mengawasinya
dengan penuh kecermatan, karena dia ingin tahu kelemahankelemahan ilmu tersebut. Sehingga nanti kalau dia berhadapan
dengan Lim Tiauw Eng dia sudah mengetahui kelemahan
ilmunya wanita she Lim tersebut yang diberitakan oleh jagokago kangouw sebagai jago wanita yang bisa menindih Ong
Tiong Yang!
Bu Lian memang sejak pertama kali telah menduga bahwa
Thang Kongcu ini memiliki kepandaian yang cukup tinggi,
karena jika Thang Liang Cie tidak memiliki kepandaian yang
berarti, jelas dia tidak akan berani datang ke Ciong Lam San
untuk menantang Lim Tiauw Eng piebu. 249
Tapi setelah bertempur
beberapa jurus, Bu Lian
segera memperoleh
kenyataan dia masih bisa
mengatasi orang she Tang.
Walaupun kepandaian
Thang Liang Cie tidak
rendah, tokh
kepandaiannya itu tidak
luar biasa. Maka pada jurus
kesebelas, Bu Lian mulai
menyerang dengan jurusjurus yang jauh lebih hebat.
Thian lo tee bong yang
dipergunakan oleh Bu Lian
benar-benar ilmu yang bisa
dipergunakan untuk
menjerat lawannya tidak
bisa bergerak leluasa
karena seperti dijaring dengan jala.
Thang Kongcu sendiri semakin lama semakin lambat
gerakan-gerakannya, karena setiap kali dia bergerak maka
selalu dapat dibendung oleh Bu Lian dengan mempergunakan
jurus-jurus dari Thian lo tee bong, yaitu jaring langit jala bumi,
dimana Thang Kongcu itu seperti benar-benar telah dijaring
dan dijala sejurus demi sejurus, Thang Liang Cie semakin
terdesak.
Auwyang Hong setelah menyaksikan sekian lama,
akhirnya memperoleh kesimpulan, dalam tida atau empat jurus
lagi Thang kongcu pasti dapat dirubuhkan oleh Bu Lian. 250
Dan dugaan Auwyang Hong memang tidak meleset jauh,
karena dua jurus kemudian Thang Kongcu terhuyung-huyung
waktu tangan kanannya kena dijaring oleh libatan kedua tangan
Bu Lian. Dan belum lagi dia bisa membebaskan diri dari
libatan tangan Bu Lian, waktu itu Thang Kongcu merasakan
dadanya sakit kena ditotok dua kali oleh Bu Lian. Dan dikala
dia terhuyung begitu dengan menderita kesakitan yang tak
ringan Bu Lian telah menghantam dengan tangan kirinya,
sehingga seketika itu juga tubuh Thang Kongcu telah terpental
bergulingan dua kali ditanah.
"Maaf maaf, maaf!" seru Bu Lian sambil merangkapkan
sepasang tangannya memberi hormat. "Maafkan aku yang
rendah telah lancang tangan terlalu keras menghadapi Thang
Kongcu."
Thang Kongcu talah bangkit berdiri dengan mata yang
merah karena gusar, penasaran dan juga malu. Dia telah
menatap Bu Lian beberapa saat lamanya, kemudian dia berkata
dengan kata-kata yang tidak lampias, "Terima kasih atas
pelayanan yang diberikan padaku! Thang Liang Cie tentu tidak
akan melupakan telah pernah menerima pelayanan yang
demikian manis budi dari Lim Tiauw Eng."
Bu Lian cepat-cepat menggelengkan kepala.
"Thang Kongcu, kau jangan salah paham," kata
pelayannya Lim Tiauw Eng. "Bukan majikanku tidak bersedia
menemuimu, tapi mengingat bahwa piebu mempergunakan
ilmu silat ini, jelas akan menimbulkan celaka bagi seseorang
yang memiliki kepandaian yang lebih rendah, maka majikanku
telah memerintahkan aku yang rendah mewakilinya. Jika
memang aku yang rendah dapat dirubuhkan oleh Thang
Kongcu, diwaktu itulah majikanku beranggapan bahwa engkau 251
cukup berharga untuk dilayaninya! Tapi jika menghadapi
diriku saja, seorang pelayan belaka, namun engkau tidak
berdaya, terlebih lagi jika menghadapi majikanku, tentu akan
mengundang bencana dan malapetaka buat dirimu sendiri!"
Muka Thang Liang Cie tambah merah, dia gusar dan
penasaran sekali, pun memang diapun jengah. Ini merupakan
kenyataan, hanya dalam belasan jurus ia dapat dirubuhkan
pelayannya Lim Tiauw Eng, bagaimana mungkin dia bisa
menantang Lim Tiauw Eng untuk piebu? Bukankah majikan
dari pelayan ini memiliki kepandaian yang berlipat kali lebih
hebat?
Dengan sikap yang masih diliputi rasa malu, penasaran
dan gusar Thang Liang Cie telah memutar tubuhnya untuk
berlalu, namun Bu Lian telah berseru, "Tunggu dulu Thang
Kongcu, masih ada pesan yang kusampaikan, majikanku tadi
berpesan, Jika memang engkau sudah tidak kerasan di Ciong
Lam San ini dan ingin berlalu, maka kau boleh berlalu dengan
leluasa tanpa rintangan suatu apapun juga, namun jika dilain
waktu engkau menginjakkan kaki satu langkah saja didalam
hutan disekitar kuburan ?Mayat Hidup? diwaktu itu juga
keselamatanmu terancam! Itulah tidak bisa dijamin oleh
majikanku!"
Thang Kongcu mendengus "Hmm!" saja, karena dia
menyadari, itulah ancaman halus buatnya, karena bisa diartikan
kalau memang dilain waktu dia masih berani datang ke Ciong
Lam San mengunjungi kuburan ?Mayat Hidup? berarti dia akan
dibinasakan oleh Lim Tiauw Eng. Dan ancaman itu bukan
ancaman kosong belaka. Bukankan menghadapi pelayan dari
Lim Tiauw Eng saja dia tidak berdaya, apalaagi untuk
menghadapi Lim Tiauw Eng. Karenanya dia sudah tidak
banyak bicara telah mementangkan langkah untuk berlalu. 252
Bu Lian waktu itu bukan mengawasi kepergian Thang
Kongcu, tapi malah telah menoleh kearah dimana Auwyang
Hong bersembunyi. Dia merangkapkan sepasang tangannya,
dia memberi hormat.
"Maaf, maaf, kami tidak bisa menyambut sejak tadi,
sehingga terpaksa Auwyang kongcu menantikan demikian
lama.!" Dan dia membungkukkan badannya dua kali
memberi hormat.
Auwyang Hong tercekat hatinya, namun seketika dia jadi
kagum memuji pelayan Lim Tiauw Eng. Rupanya tadi waktu
diikuti oleh Auwyang Hong, walaupun Auwyang Hong
memiliki ginkang yang tinggi dan sempurna, tkh kenyataanya
Bu Lian bukannya tidak mengetahui, hanya dia ingin


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyelesaikan dulu urusannya dengan Tang Liang Cie. Dan
sekarang disaat urusannya dengan Thang Liang Cie telah
selesai, barulah dia menegur Auwyang Hong.
Dengan gerakan yang gesit Auwyang Hong melompat
keluar dari tempat persembunyiannya,
"Ha ha ha ha, rupanya kau memiliki kepandaian yang
lumayan tinggi, sungguh mengagumkan! sungguh
mengagumkan! dan tadi aku beruntung sekali bisa
menyaksikan ilmu yang hebat dari majikan ?Mayat Hidup?
ini!"
Bu Lian cepat-cepat merendah, "Itu hanya baru merupakan
kulitnya, karena aku yang rendah memang tidak memiliki
bakat dan kepintaran, sehingga sia-sia capai lelah majikanku,
dimana aku tidak bisa menguasai dengan baik ilmu yang
diturunkan itu. Jika memang Auwyang kongcu ingin melihat
jelas ilmu silat sejati Kow Bok Pay, nanti setelah kalian 253
bertemu tentu Auwyang kongcu akan dapat mengetahui
dimana kehebatan ilmu Kouw Bok Pay!"
Rupanya Bu Lian telah merendah mengagulkan kehebatan
Kouw Bok Pay.
Auwyang Hong Hanya menyeringai, katanya, "Apakah
kedatanganku dimalam hari seperti ini tidak mengganggu
ketenangan majikanmu?!"
Bu Lian tersenyum, katanya, "Silakan Auwyang Kongcu
ikut bersamaku, majikanku tentu telah menantikan!"
Auwyang Hong mengangguk, dia mengikuti pelayannya
Lim Tiauw Eng. Mereka menuju kuburan ?Mayat Hisup?.
Ternyata Bu Lian mengajak Auwyang Hong bukan
kedalam kuburan ?Mayat Hidup?, melainkan sampai didepan
bongpay kuburan, dia menunjuk kesebungkah batu dan
membungkukkan badannya sambil berkata dengan sikap
menghormat, "Silakan Auwyang Kongcu duduk-duduk dulu
menantikan majikanku menyambut keluar!"
Auwyang Hong mengerutkan alisnya, kemudian dia
tertawa karena dia bisa memaklumi tentunya Lim Tiauw Eng
memiliki peraturan bahw orang luar dilarang memasuki
kuburan ?Mayat Hidup?nya itu.
"Baik, baik, aku akan menantikan!" dan setelah berkata
begitu Auwyang Hong seenaknya duduk di batu dekat bongpay
kuburan itu. sedangkan Bu Lian telah memutar tubuhnya untuk
masuk kedalam kuburan.
Tidak lama, Bu Lian muncul lagi mengiringi seorang
wanita ccantik luar biasa, tidak lain dari Lim Tiauw Eng. 254
Waktu muncul, Lim Tiauw Eng telah berkata dengan suara
tawar, "Maafkan kami telah menelantarkan tamu!"
Auwyang Hong melompat bangun.
"Lim Kouwnio, aku mengunjungimu untuk menepati
janjiku!" kata Auwyang Hong. "Tentunya aku akan
memperoleh pengajaran sangat berharga dari kau!"
Lim Tiauw Eng memperlihatkan sikap tawar, katanya
dingin. "Hmm! Apakah kau sudah yakin bisa menghadapi
setiap jurus ilmuku? Apakah kau kini telah memperoleh
banyak kemajuan sehingga kau tidak berpikir akan rubuh di
Hoa san dan sekarang coba-coba menghadapiku, sedangkan
Ong Tiong Yang masih berada satu tingkat dibawahku!"
Auwyang Hong nyengir, dia menyahuti, "Karena itu
harapLim Kouwnio tidak turun tangan berat kepadaku! Dengan
ini aku memang mohon belas kasihanmu Lim Kouwnio.!"
"Hmm!" Lim Tiauw Eng tertawa dingin, kemudian
berkata, "Pengajaran apa yang kau kehendaki?"
"Tidak banyak!" sahut Auwyang Hong. "Aku ingin
melihat ilmu Kouw Bok Pay!" setelah berkat begitu Auwyang
Hong berhenti sejenak, kemudian meneruskan, "Dan tentu saja
aku ingin menjadi tamu yang disenangi majikan kuburan
?Mayat Hidup? ini!"
Lim Tiauw Eng tertawa tawar, katanya, "Maafkan jika
kami tak dapat menyambut tamu selayaknya, karena memang
telah menjadi peraturan kami, tak ada seorangpun yang
diperkenankan untuk masuk kedalam kuburan mayat hidup ini.
tidak peduli tamu itu seorang kaisar, tentu kami menyembutnya
diluar sini, karena itu janganlah Auwyang kongcu tersinggung
karenanya!" 255
"Tampat ini merupakan tempat indah dan menarik,
mengapa harus tersinggung? Jika memang majikan kuburan
Mayat Hidup sudah mau keluar menemuiku, hal ini merupakan
keberuntungan yang tidak kecil!"
Barusaja Auwyang Hong brkata sampai disitu, terdengar
suara "karaak kroook!" yang nyaring disekitar hutan itu. muka
Lim Tiauw Eng berubah, demikian juga halnya dengan
pelayannya, "Suara apakah itu?" tanyanya.
"Itulah Cengjie, kodok peliharaanku." Sahut Auwyang
Hong smbil tertawa.
"Oh kiranya engkau membawa serta sahabatmu? Tanya
Lim Tiauw Eng.
"Bukan hanya Cengjie, Pekjie juga ikut serta."
Menerangkan Auwyang Hong.
"Siapa Pekjie?! Tanya Lim Tiauw Eng.
"Dialah burung bangau putih berjambul merah yang
pernah kau lihat dulu!"
"Oh ya!" mengangguk Lim Tiauw Eng. Memang aku
pernah melihat bangau putih itu bersama-sama denganmu. Jadi
engkau datang kesini bersama-sama dengan kedua binatang
peliharaanmu?"
Auwyang Hong mengangguk.
Begitulah mereka berdua bercakap-cakap. Sama sekali
keduanya tak menyinggung ilmu silat. Tapi setelah lewat
sekian lama, Auwyang Hong berkata dengan sikap ragu-ragu,
"Kapan kita akan mulai piebu?"
"Sekarang!" sahut Lim Tiauw Eng. 256
Auuwyang Hong mengangkat kepalanya mengawasi
kelangit. Akhir dari sang malam telah tiba karena matahari
fajar akan segera muncul.
"Jika memang kau tak keberatan, aku bersedia main-main
beberapa jurus dipagi ini!" kata Auwyang Hong sambil tertawa
lebar.
Lim Tiauw Ong mengangguk, dia memang
merampungkan ilmu silatnya yang baru yang diberi nama Giok
Lie Sim Keng. Ilmu ini memang sengaja diciptakan Lim Tiauw
Eng untuk dipergunakannya menindih ilmu CoanCin Kau.
Karena itu dengan memeras otak selama bertahun-tahun, Lim
Tiauw Eng telahberhasil menciptakan ilmu yang hebat tersebut.
Hanya ilmu ciptaannya yang baru ini harus dilatih berdua,
dengan demikian Bu Lian lah temannya berlatih. Dan sekarang
Lim Tiauw eng telah berhasil menciptakan delapan bagian,
hanya tinggal dua bagian lagi rampunglah ilmu Giok Lie Sim
Keng tersebut.
Sekarang dihadapannya ada Auwyang hong, salah seorang
diantara lima jago luar biasa, dengan demikian Lim Tiauw Eng
hendak mencoba kehebatan Giok Lie Sim Keng nya itu.
memang waktu ia bertemu Auwyang Hong beberapa saat yang
lalu dan menantang Auwyang Hong untuk datang ke Ciong
Lam San, sesungguhnya Lim Tiauw Eng telah mempersiapkan
Auwyang Hong sebagai bahan percobaan bagi ilmunya.
Dimana Lin Tiauw Eng memang mau mencoba ilmunya yang
baru itu untukmelihat seberapa hebat ilmu ciptaannya itu. dan
Auwyang Hong yang memiliki kepandaian yang tinggi dan
sempurna, tentu dapat digunakan bahan percobaan yang baik.
"Kita mulai sekarang?" tanya Lim Tiauw Eng. 257
Auwyang Hong mengangguk.
Majikan kuburan ?Mayat Hidup? telah memberi tanda
kepada Bu Lian, maka pelayan itu pergi kedalam kuburan
untuk mengambil sebilah pedang. Kemudian pedangnya itu
diberikan kepada majikannya.
Sambil mengusap-usap pedangnnya itu, Lim Tiauw Eng
telah berkata, "Aku akan mempergunakan pedang ini untuk
main-main dengan kau, tapi senjata apakah yang ingin kau
pergunakan? Apakah akam nenggunakan sebilah pedang
juga?"
Auwyang Hong menggeleng.
"Tidak, aku mempergunakan ini!" dan dia
mengeluarkan kipasnya.
Lim Tiauw Eng tersenyum.
"Pedang berukuran panjang, sedangkan kipasmu
berukuran pendek. Apakah kau tidak menyesal jika kelak
ternyata kau yang menjadi pihak pecundang?"
Auwyang Hong menggeleng.
"Aku tak akan sesalkan siapapun juga jika memang aku
harus rubuh ditanganmu, paling tidak aku hanya menyesali
mengapa kepandaianku belum sempurna sehingga aku
dirubuhkan oleh Lim Kouwnio!"
Lim Tiauw Eng telah berdiri, dia menebas pedangnya
diudara, terdengar suara mendengung yang cukup nyaring,
menunjukkan bahwa tenaga menebas Lim Tiauw Eng memang
kuat sekali. 258
"Mari kita mulai!" kata Lim Tiauw Eng.
Auwyang Hong membuka kipasnya, dia melihat-lihat
lukisan dikipasnya, sedangkan mulutnya menggumam
perlahan, "Lim kouwnio, apakah tidak terdapat syarat-syarat
yang menentukan dalam piebu ini yang bisa menentukan siapa
yang menang dan kalah. Bukankah kita piebu akan bertempur
tidak sampai diantara kita menemui ajalnya?"
Lim Tiauw eng berfikir sejenak, kemudian menyahuti,
"Ya, kita putuskan saja begini, jika salah seorang diantara kita
bisa menyentuh tubuh lawan, berarti dia sudah memperoleh
kemenangan. Bagaimana? kau setuju Auwyang Sieheng?"
Auwyang Hong mengangguk.
"Baiklah, sekarang aku mengalah menerima tiga kali
seranganmu." kata Lim Tiauw Eng.
Auwyang Hong tidak sungkan-sungkan lagi. Dia memang
cerdik dan licik, dia tahu Lim Tiauw Eng mempunyai
kepandaian yang tinggi. Jika dia tidak berusaha merebut
kemenangan, tentu sulit baginya memperoleh kemenangan dari
Lim Tiauw Eng. Sekarang mendengar tawaran yang dikatakan
oleh Lim Siauw Eng, Auwyang Hong telah menggerakkan
kipasnya yang meluncur seperti lempengan baja saja, angin
yang berkesiuran juga kuat sekali.
Lim Tiauw Eng tidak berkisar dari tempat berdirinya,
hanya pedangnya yang berkelebat menikam kuat sekali kepada
kipas lawannya. Tikaman yang dilakukan merupakan tikaman
yang sangat dahsyat, karena selain kuat juga cepat sekali. Juga
getaran yang terdapat pada pedang Lim Tiauw eng bisa
membingungkan lawan. Sewaktu-waktu pedang itu bisa brobah 259
arah sasaran yang ditujunya. Itulah salah satu gerak jurus Giok
Lie Kiam Hoat yang merupakan pecahan dari Giok Lie Sim
Keng yang telah diciptakan olen Lim Tiauw Eng.
Pada jurus pertama ini saja Auwyang Hong telah terkejut
menyaksikan kehebatan ilmu Lim Tiauw Eng. Sebagai jago
kelas satu tentu saja Lim Tiauw Eng dan Auwyang Hong tak
perlu bertempur serabutan. Dalam satu atau dua jurus saja
sudah bisa menduga sampai dimana kehebatan ilmu lawan
masing-masing.
Menyaksikan tikaman itu, Auwyang Hong sengaja tak
menarik pulang kipasnya, dia hanya memiringkan kipasnya dan
meleset lewat pedang itu, kemudian kipas itu dilipatnya,
mempergunakannya untuk menotok jalan darah Pai-cian-hiat
nya Lim Tiauw Eng.
Tapi Lim Tiauw Eng juga bergerak gesit sekali. Dengan
hanya menggeser kaki kanannya, tahu-tahu tubuhnya
berkelebat kesamping Auwyang Hong, pedangnya bergerak
akan menikam iga Auwyang Hong. Gerakan itu cepat sekali
karena tahu-tahu mata pedang hanya terpecah empat atau lima
dim saja dari sasaran.
Auwyang Hong tak percuma sebagai seorang dari kelima
jago luar biasa di daratan Tionggoan, karena walaupun
lawannya menikam dengan cara luar biasa seperti itu tokh dia
masih bisa menghindarinya dengan sikap yang tenang, malah
kipasnya dipergunakan untuk menampar lawannya.
Tampaknya yang dilakukan Auwyang Hong dengan
kipasnya itu merupakan sampokan yang kuat sekali, karena
pedang Lim Tiauw Eng telah tersampok kesamping. 260
Namun Giok Lie Kiam Hoat yang diciptakan oleh Lim
Tiauw Ong benar-benar merupakan ilmu pedang yang luar
biasa dengan jurus-jurus yang aneh dan terlalu mengejutkan,
karena begitu pedang itu kena ditampar tersampok kesamping,
tampak pedang itu tahu-tahu telah menikam lagi kearah perut
Auwyang Hong.
Auwyang Hong melompat menyingkir.
Begitulah kedua orang ini mengadu ilmu sampai duapuluh
jurus lebih.
Namun sejauh itu nampaknya mereka berimbang. Hanya
Auwyang Hong sendiri sebagai orang yang telah memiliki
kepandaian sempurna, dalam belasan jurus lagi tentu dia akan
jatuh dibawah angin, maka dia mencoba merubah cara
bertempurnya.
Dikala Lim Tiauw Eng mendesaknya dengan tikamantikamannya yang gencar, maka waktu itulah kipas Auwyang
Hong berkelebat, tahu-tahu tangan kirinya bergerak, dengan
kedua kaki mengambil sikap berjongkok. Auwyang Hong
mempergunakan salah satu jurus Ha Mo Kongnya!
Angin berkesyuran, bukan hanya pedang Lim Tiauw Eng
seperti diterjang oleh gumpalan tenaga yang kuat sekali
sehingga hampir terpental kebelakang, tubuh Lim Tiauw Eng
sendiri juga terhuyung beberapa langkah kebelakang.
Diwaktu itu, Lim Tiauw Eng mendongkol dan kaget,
namun cepat-cepat dia menguasai dirinya. Dia mendongkol
karena Auwyang Hong dengan serangan itu sama seperti
membokong, kaget dengan Iwekang yang dipergunakan oleh
Auwyang Hong. 261
Bu Lian hanya menyaksikan pertandingan antara
majikannya dengan Auwyang Hong dengan mata terbuka
lebar-lebar. Dia mendapat kenyataan, walaupun Giok lie Sim
keng Kiam hoat dari majikannya merupakan ilmu pedang luar
biasa, tokh tidak bisa merubuhkan Auwyang Hong. Tapi
melihat pertempuran itu, berarti menambah pengalaman Bu
Lian.
Lim Tiauw Eng kali ini tak sungkan-sungkan lagi, karena
melihat Auwyang Hong menyerang dia mengempos
semangatnya. Dia menyerang membalas mempergunakan
Iwekang yang sangat kuat.
Dua kekuatan telah saling bentur.


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kesudahannya keduanya hanya mundur satu langkah, lalu
maju lagi. Pertempuran kali ini, selain mempergunakan senjata,
juga sekali-sekali diselingi dengan berbagai pukulan-pukulan
telapak tangan yang disertai oleh Iwekang yang sangat kuat
sekali.
Lim Tiauw Eng memang memiliki Iwekang yang berada
diatas Auwyang Hong, karena itu dia bisa bertempur dengan
lebih leluasa. Dan setelah lewat belasan jurus lagi, dia memang
menang diatas angin.
Auwyang Hong yang akhirnya mulai tertindih itu, telah
mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk dapat menyerang
Lim Tiauw Eng dengan lebih gencar.
Seetelah melihat jika dia terus bertempur seperti itu hanya
akam membuat kerugian buat dirinya, Auwyang dalam satu
kesempatan telah melompat mundur, kipasnya telah
dimasukkan kedalam saku bajunya, diapun telah berjongkok
mengambil sikap seekor kodok dengan kedua telapak tangan 262
numprah diatas tanah! Itulah cara Ha Mo Kong akan
dipergunakan!
Lim Tiauw Eng yang pernah merasakan hebatnya tenaga
Ha Mo Kongnya Auwyang Hong beberapa waktu yang lalu,
juga tak berani ceroboh begitu saja menerjang. Dia mengawasi
waktu Auwyang Hong menggerakkan kedua tangannya,
mendorong, angin berkesyuran kuat sekali, Lin Tiauw Eng
mengelak.
Tapi Auwyang Hong menggeser kedua tangannya. Angin
serangan Ha Mo Kong itu seperti mengejar Lim Tiauw Eng.
"Brukkk!"pinggir kuburan ?Mayat Hidup? didekat
Bongpay telah sempal terkena pukulan telapak tangan
Auwyang Hong, karena tenaga Ha Mo Kongnya berhasil
membuat bagian yang sempal dari kuburan itu meluruk jatuh
menjadi abu benar-benarmengejutkan Lim Tiauw Eng. Jika
memang dirinya terserang oleh Ha Mo Kong tersebut berarti
tubuhnya itupun akan remuk dan hancur lumat seperti halnya
baru kuburan itu. tapi Lim Tiauw Eng memperlihatkan sikap
tenang, sedikitpun tidak terlihat diwajahnya sikap kuatir,
karena dia yakin walaupun bagaimana kepandaian Auwyang
Hong tidak lebih tinggi dari kepandaiannya.
Cuma saja kepandaian See Tok benar-benar ganas!
Yang perlu diperhatikan jangan sampai dia diam-diam
membokong dengan racunnya, karena See Tok bukan sebangsa
manusia baik-baik, dia licik dan tidak segan-segan akan
mempergunakan racun untuk merebut kemenangannya!
Sedang Lim Tiauw Eng berfikir begitu, justru See Tok
berulang kali menyerang dengan Ha Mo Kong. 263
Walaupun Ha Mo Kong merupakan ilmu pukulan yang
disertai Iwekang namun merupakan sifat yang keras. Maka
Lim Tiauw Eng setelah beberapa kali menghindari gempuran
Ha Mo Kong-nya Auwyang Hong, telah duduk bersemedhi
diatas tanah. Dia menggunakan Giok Lie Sinkang dan
menyambuti gempuran selanjutnya dari Auwyang Hong.
Setiap kali tenaga Ha Mo Kong itu menerjang pada Lim
Tiauw Eng, tenaga menyerang itu seperti juga amblas.
Memang waktu menciptakan Giok Lie Sin Keng, Lim Tiauw
Eng lebih mengutamakan ilmu tersebut pada kelunakan, namun
hebatnya Iwekang tersebut tidak berada dibawah Iwekangnya
Auwyang Hong.
Dengan dilawan lunak, habislah dayanya Auwyang Hong.
Karenanya, walaupun dia menyerang bertubu-tubi berulang
kali dengan Ha Mo Kongnya, tokh kenyataannya dia tidak bisa
berbuat banyak.
Akhirnya Auwyang Hong melompat berdiri sambil
berseru, "Kukira telah cukup! Terima kasih atas petunjuk yang
diberikan Lim Kouwnio!"
Lim Tiauw Eng tersenyum sambil melompat berdiri juga.
"Sungguh hebat kepandaian yang kau perlihatkan tadi
Auwyang Sieheng!" memuji Lim Tiauw Eng.
Auwyang Hong licik, sengaja telah menyudahi
pertempuran sampai disitu, dia bisa mengambil keuntungan
yang tidak kecil. Pertama, jika dia meneruskan pertempuran itu
terus lebih lama lagi, jelas yang rugi dirinya. Tenata dalamnya
selalu tenggelam tidak karuan oleh bendungan tenaga dalam
Giok Lie Sim Keng-nya Lim Tiauw Eng, karenanya dia telah
cepat-cepat membatasi diri. Jika dia mengerahkan terus 264
menerus tenaga dalamnya berlebih-lebihan, tentu hanya akan
membuat dia terluka didalam.
**** JILID 8
KEDUA, diapun telah menyaksikan Giok
Sim Keng, kehebatan dan kekurangannya.
Dengan menyaksi-kan kehebatan Biok Lie
Sim Keng, Auwyang Hong bisa
memperoleh tambahan pengalaman, berarti
juga bisa dipergunakan nanti menghadapi
lawan-lawannya dalam pertemuan kedua
kalinya di Hoa San.
Lim Tiauw Eng sendiri tidak mengetahui bahwa Auwyang Hong sesungguhnya waktu itu
berada ditepi jurang, jika memang dia meneruskan pertempuran itu, tentu Auwyang Hong akan menderita luka dalam
yang tidak ringan.
Dengan alasan menghentikan pertempuran mereka, berarti
Auwyang Hong yang licik ini telah menyembunyikan
kelemahannya itu.
Lim Tiauw Eng sendiri juga menganggap bahwa
pertempuran itu sudah cukup dan dia tidak terlalu mendesak
Auwyang Hong, karena jika memang Auwyang Hong berlaku
nekat dan akan bertempur terus mengadu jiwa dengan matimatian, hal inipun bisa membahayakan diri Lim Tiauw Eng
sendiri. 265
Sebagai dua orang jago kelas wahid yang memiliki arti
yang besar, sedikit lambat atau lengah saja berarti mereka akan
terluka parah karenanya.
"Terima kasih atas pengajaran yang diberikan oleh Lim
Kounio!" kata Auwyang Hong lebih lanjut. "Namun ada
sesuatu yang hendak kuajukan kepada Lim Kounio!"
"Apakah itu?!" tanya Lim Tiauw Eng.
"Apakah aku diperkenankan untuk berdiam beberapa hari
di hutan ini?" tanya Auwyang Hong.
Lim Tiauw Eng tidak segera menyahuti, dia hanya berdiam
diri mengawasi Auwyang Hong, sampai akhirnya dia bilang
juga, "Baiklah, asal engkau tidak menimbulkan keonaran
disekitar tempat ini, akupun tidak berhak melarangmu!"
Dan setelah berkata begitu, Lim Tiauw Eng menoleh
kepada pelayannya.
Pelayan tersebut rupanya mengerti, dia telah menghampiri
Auwyang Hong.
"Mari kuantarkan kau ke tempat yang menjadi batas-batas
dari kuburan ini!" kata Bu Lian sambil menjura. Harap
Auwyang kongcu nenti mengingat baik-baik, batas-batas mana
yang boleh didatangi oleh Auwyang Kongcu, batas-batas mana
yang merupakan daerah terlarang!"
Waktu Bu Lian menjelaskan begitu pada Auwyang Hong,
Lim Tiauw eng telah memutar tubuhnya, dia telah masuk ke
kuburan ?Mayat Hidup?nya.
Auwyang Hong mengangguk dan ikut Bu Lian
meninggalkan kuburan ?Mayat Hidup? tersebut. 266
Ternyata Bu Lian telah memberikan penjelasan kepada
Auwyang Hong. Limabelas langkah disebelah selatan,
duapuluh langkah disebelah utara, dua puluh lima langkah
disebelah timur dan tiga puluh langkah disebelah barat.
Tempat-tempat tersebut dilarang sekali untuk didatangi oleh
Auwyang Hong. Semua itu tentu saja dihitung sejak dari tepian
kuburan ?mayat hidup? tersebut.
Selama Auwyang Hong mau mematuhi larangan ini, tidak
terlalu dekat berada di kuburan ini, maka diwaktu itu Auwyang
Kongcu boleh dengan leluasa berkeliaran di hutan ini. Namun
jika kau melanggar satu langkah saja daerah terlarang itu,
berarti majikanku tidak akan mengampuni lagi! Bukan hanya
pada kau yang dikenakan peraturan seperti itu.. malah pada
orang-orang yang tidak punya guna, begitu mereka segera
menerima hukuman yang berat!"
"Terima kasih!" kata Auwyang Hong sambil mengangguk.
Bu Lian telah memutar tubuhnya untuk kembali ke
kuburan ?Mayat Hidup?.
Auwyang Hong yang telah ditinggal seorang diri,
mengawasi sekitar hutan itu, baru kemudian pergi ketempat
dimana Cengjie dan Pekjie menantikannya. Waktu itu sinar
matahari pagi telah menerobos masuk dalam hutan, sehingga
apa yang dapat dilihat dengan jelas.
Sedangkan Auwyang Hong telah melihat dinding-dinding
yang tinggi sekali dari tembok kuil Tiong Yang Kiong, dimana
kuil itu dibawah sorotnya cahaya matahari pagi, tampak angker
dan agung sekali.
"Hmm, di kuil itulah Ong Tiong Yang berdiam..!" berpikir
Auwyang Hong. "Untuk menghadapi Cong Cin Cit Cu 267
memang bukan persoalan yang sulit buatku, begitu juga untuk
menghadapi Loo Boan Tong, Ciu Pek Thong, bukan soal yang
perlu dibuat jeri. Namun Ong Tiong Yang bukanlah lawan
yang mudah dihadapi. It Yang Cie nya masih belum dapat
kupecahkan, karena itu aku harus melatih Ha Mo Kongku
segiat mungkin untuk memahirkan dan memperoleh
kesempurnaan! Hemm, biarlah aku mengawasi dari jauh
saja. Jika memang kebetulan Ong Tiong Yang tidak berada
diuilnya, tengah turun gunung, waktu itulah aku diam-diam
masuk ke kuil Tiong Yang Kiong untuk mencuri kitab Kiu Im
Cin Keng. Jika aku berhasil memperoleh dan memiliki Kiu Im
Cin Keng, jangankan hanya seorang Ong Tiong Yang,
walaupun harus menghadapi sepuluh atau duapuluh Ong Tiong
Yang tentu akan dapat kutaklukkan dengan mudah.
Tengah Auwyang Hong termenung seperti itu, tiba-tiba dia
mendengar suara orang tertawa-tawa, disusul dengan suara
seorang yang bernyanyi-nyanyi dengan riang gembira, nadanya
lucu sekali :
"Tik, Tak, Tik Tak,
Kudanya lompat-lompatan,
Larinya seperti kuda kakek,
Perutnya seperti balon!
Tik, Tak, Tik, Tak,
Air hujan turun menyiram bumi!
Mandi didalam bak,
Menari sambil bernyanyi!
O, O,
Kudanya kuda putih,
Larinya seperti kakek,
Hi hi hi hi hi hi..!" 268
Auwyang Hong jadi tertarik mendengar nyanyian seperti
itu, dia segera menoleh ke arah darimana datangnya suara
nyanyian itu. Segera juga dilihatnya seorang lelaki berusia
antara tigapuluh tahun lebih menari-nari sambil bernyanyinyanyi seperti itu. Auwyang Hong jadi tertegun, karena semula
dia menduga yang bernyanyi-nyanyi dengan nada jenaka itu
adalah seorang anak-anak, tidak tahunya seorang tua
bangkotan.
Yang lebih mengejutkan Auwyang Hong, orang itu tidak
lain daripada Loo Boan Tong, Ciu Pek Thong, si bocah tua
bangkotan yang berandalan dan jenaka itu.
Gesit bukan main Auwyang Hong telah melompat kedalam
gerombolan pohon, untuk menyembunyikan diri disitu,
mengawasi gerak-gerik Ciu Pek Thong. Dia juga telah
membisiki Cengjie dan Pekjie agar mereka tidak menimbulkan
suara.
Ciu Pek Thong tengah menari-nari dan bernyanyi-nyanyi,
tampaknya gembira sekali. Kiranya selama ini Ciu Pek Thong
memang dikurung oleh Ong Tiong Yang didalam kuil,
dikenakan hukuman tidak boleh keluar setindakpun dari kuil.
Dengan begitu Ciu Pek Thong sering bersedih dan menggerutu
tidak karuan macam. Dia adalah seorang yang gemar bergerak
gemar bermain, maka dihukum dengan larangan tidak boleh
keluar kuil oleh Ong Tiong Yang membuat Ciu Pek Thong
merasakan hidup bagai didalam neraka!.
Walaupun Coan Cin Cit Cu selalu setia bergantian
menemaninya bermain, namn akhirnya lama kelamaan Ciu Pek
Thong bosan juga, dan hari ini dia telah menghadap pada Ong
Tiong Yang, merasa kasihan pada sutenya, dimana selama
dikurung didalam kuil memang tidak memperlihatkan 269
keberandalan yang berlebihan, telah mengijinkannya. Dengan
demikian bukan main gembiranya Ciu Pek Thong, sehingga
begitu dia berada di luar kuil dia telah menari-nari sambil
bernyanyi-nyanyi dengan jenaka.
Setelah agak lama menari dan bernyanyi Ciu Pek Thong
berdiam, dia berjongkok, tubuhnya agak membungkuk, dia
seperti memperhatikan sesuatu.
Lama Ciu Pek Thong dengan sikapnya seperti itu,
mambuat Auwyang Hong jadi heran dan menduga-duga, entah
apa yang sedang diperhatikan oleh si bocah tua bangkotan yang
berandalan itu. hati Auwyang Hong juga seperti dikilik-kilik.
Perasaan ingin tahunya apa yang sedang dilakukan oleh Ciu
Pek Thong membuat dia tidak bisa menahan diri, maka dia
telah keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri
ke dekat Ciu Pek Thong.
"Apa yang sedang kau cari Loo Boan Tong?!" tanya
Auwyang Hong.
Walaupun mendengar langkah kaki dn ditegur begitu, Ciu
Pek Thong tidak menoleh, hanya memperdengarkan suara,
"Sssstt jangan berisik! nanti da kabur!"
"Siapa yang kaur?!" tanya Auwyang Hong heran.
Ciu Pek Thong semula menduga bahwa yang
menghampirinya adalah salah seorang murid suhengnya,
sehingga dia tidak menoleh.
Tapi ketika dia mendengar pertanyaan Auwyang Hong
terakhir, dia seperti tersadar bahwa suara itu bukan suara dari
murid suhengnya. Dia melirik untuk kagetnya dan bercampur
girangnya, seera dia mengenali orang tersebut tak lain dari
Auwyang Hong! 270
"Akh See Tok, kau?!" berseru Ciu Pek Thong sambil
melompat berdiri. "kapan kau sampai di Ciong Lam San,
mengapa tidak berkunjung kepada kami?"
Auwyang Hong tersenyum.
"Aku baru saja tiba eh ya, apa yang tadi kau cari? Siapa


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kabur jika menimbulkan suara berisik?"
Ditanya begitu,Ciu Pek Thong ingat pula apa yang tengah
dilakukannya. Dia telah mendekatkan jari telunjuk pada
bibirnya, "Ssstt!" hanya itu daja yang diperdengarkannya,
kemudian dia berjongkok untuk melongok pula sebuah lobang
kecill dibawah batang itu.
Auwyang Hong tambah heran, dia memperhatikan lobang
kecil itu. sebuah lobang yang besarnya seukuran lingkaran ibu
jari tangannya. Auwyang Hong jadi menduga-duga, si bocah
tua bangkitan yang berandalan ini tentu tengah mencari sesuatu
yang aneh. Dan sebagai seorang yang sering mencari binatang
beracun, baik ular, kelabang, kelabang, kalajengking dan
binatang berbisa lainnya, maka See Tok tertarik sekali melihat
lubang kecil itu. "Apakah kau tengah mencari binatang
berbisa?"
Ciu Pek Thong tidak menyahuti.
Auwyang Hong juga jadi memperhatikan lobang kecil itu.
"Nah, nah, dia keluardia keluar kau jangan
bersuara!" menggumam Ciu Pek Thong dengan suara
berbisik.
Auwyang Hong semakin tertarik, dia mementang matanya
lebar-lebar mengawasi lobang kecil itu. 271
Dari lobang kecil itu memang keluar binatang kecil,
namun waktu melihat binatang itu, Auwyang hong jadi tertawa
terbahak-bahak.
"Kukira binatang berbisa apa yang bisa ditangkap dan
menarik untuk dibuat main, tidak tahunya hanya seekor
jangkrik saja!" herseru Auwyang Hong.
Suara tertawa Auwyang Hong yang terbahak-bahak itu
membuat jangkrik yang telah tiba di mulut lobang kecil itu jadi
terkejut mandek sejenak, lalu binatang itu mundur masuk ke
dalam lobang lagi.
Sebetulnya Ciu Pek Thong tengah bersiap-siap
mengangkat tangan kanannya begitu jangkrik itu keluar lagi
sedikit dari lobang tersebut. Dia akan menggerakkan tangannya
untuk menangkap binatang tersebut. Namun justru belum lagi
dia menggerakkan tangannya diwaktu Auwyang Hong telah
tertawa keras seperti itu, membuat jangkrik itu batal keluar dan
gagallah Ciu Pek Thong memperoleh jangkrik itu.
Bukan main mendongkolnya Ciu Pek Thang.
"Bisa bangkotan, ternyata engkau memang selalu
membawa sial saja!" bentak Ciu Pek Thong sengit. "Sudah
kuberitahukan kau jangan timbulkan suara ribut-ribut, malah
trtawa seperti orang edan! Kau lihat, jangkrik itu telah masuk
kedalam lobangnya lagi, gagallah aku menangkapnya!"
Auwyang Hong tertawa, dia tidak gusar walaupun Ciu Pek
Thong menegurnya kasar seperti itu, karena Auwyang Hong
yang pernah bertemu Pek Thong beberapa kali sebelumnya,
baik di Hoa San maupun ditempat-tempat yang dikunjungi Ong
Tiong Yang, maka dia mengenal adik seperguruan Ong Tiong 272
Yang yang berandalan, biarpun telah dewasa dan usianya tida
puluh tahun lebih namun memiliki watak seperti anak-anak.
"Apa gunanya seekor jangkrik!" menyahuti Auwyang
Hong. Hu, hu, paling tidak kau hanya mendengar suaranya!
Lebih baik kau main-main denganku!"
Muka Pek Thong jadi berseri-seri mendengar auwyang
Hong mengajaknya bermain-main.
"Bermain apa?!" tanya Ciu Pek Thong.
"Sebuah permainan yang menarik sekali, aku jamin kau
pasti akan menyukainya!" menyahut Auwyang Hong.
"Sebutkan, permainan apa?!" tanya Ciu Pek Thong yang
mendesak tidak sabar.
"Sabar, sabar, nanti akan kuberitahukan. Tetapi sebelum
kita bermain,engkau harus berjanji dulu untuk memenuhi dua
permintaanku!"
"Sua permintaanmu? Apa kedua permintaanmu?" tanya
Ciu Pek Thong. Ayo cepat sebutkan, setelah itu kita akan main
dengan gembira!"
"Dengarlah!" kata Auwyang Hong. "Aku akan mengajak
engkau bermain dengan permainan menarik sekali, tapi
pertama-tama kau harus memberitahukan dulu padaku
Kouwhoat Coan Cin Sinkang dan Coan Cin Kiam Hoat.
"Apa?!" tanya Ciu Pek Thong kaget.
"Pertama-tama kau harus membacakan Kauwhoat (teori)
dari Coan Cin Sinkang dan Coan Cin Kiamhoat.!" Kata
Auwyang Hong. Jangan kaget, kau hanya baca satu kali saja,
akupun hanya mendengarkan. Tokh tidak membawa kerugian
buatmu? Bukankah tidak ada seorangpun yang hanya 273
mendengar satu kali saja bisa mengerti dan mengingat
selamanya bunyi Coan Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam Hoat
itu?"
Ciu Pek Thong berdiam diri memandang ragu pada
Auwyang Hong. Lalu tanyanya, "Bisa bangkotan, engkau
hendak mengakali aku?!" Hu! Hu! Loo Boan Thong bukan
manusia yang mudah dipukuli!"
Auwyang Hong tersenyum.
"Siapa bilang Ciu Pek Thong manusia yang mudah
dipukuli?!" menyahuti Auwyang Hong, tetap tertaw. Kau
seorang yang sangat cerdas, memiliki kepandaian yang tinggi,
dan seorang yang periang sekali! Siapa yang tak kenal Loo
Boan Tong Ciu Pek Thong?!"
Senang hati Ciu Pek Thong diumpak seperti itu, dia
mengangguk-angguk beberapa kali, tapi kemudian mukanya
jadi muram lagi, tampaknya dia berpikir keras.
Auwyang Hong tertawa lagi, katanya, "Bagaimana?
Apakah engkau menerima permintaan yang pertama itu?!"
"Sulit! Sulit!" menyahut Ciu Pek Thong.
"Sulit kenapa?" tanya Auwyang Hong.
"Permintaanmu itu terlalu berat.!"
"Berat bagaimana? Bukankah engkau hanya menghafal
satu kali saja dan tidak akan memberatkanmu?!"
"Benar, namun aku tidak berani melanggar pintu
perguruanku! Mana mungkin aku membacakan Kouwhoat dari
pintu perguruanku untuk seorang luar seperti kau?!"
"Tapi tidak ada orang lain yang tahu!" 274
Ciu pek Thong berdiam diri, namun akhirnya dia menoleh
pada Auwyang Hong, matanya memancarkan sinar yang sangat
tajam. Tegurnya, "Apakah kau tidak akan bilang-bilang pada
siapapun juga jika memang aku bersedia membacakan
kouwhoat Coan Cin Kiam Hoat untukmu?!"
Auwyang Hong girang bukan main, karena dia yakin Ciu
Pek Thong akan dapat diakalinya.
"Tentu saja aku tidak akan memberitahukan pada siapapun
juga! Bukankah jika ada yang mengetahui, Auwyang Hong
mendengar kouwhoat Coan Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam
Hoat, hal itu hanya akan merupakan tamparan untukku? Jelas
itu merupakan rahasia yang tidak akan diketahui oleh siapapun
juga selain kita berdua!"
Ciu Pek Thong girang, namun itu hanya sekejap saja,
kemudian dia telah menggeleng-gelengkan kepalanya lagi,
katanya, "Tidak mungkin, itu tidak mungkin.!"
"Mengapa tidak mungkin?!" tanya Auwyang Hong tidak
sabar.
"Kau merupakan salah seorang diantara Lima Jago Luar
Biasa dan yang tertinggi kepandaiannya adalah suhengku. Jika
memang Coan Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam Hoat
kuberitahukan padamu, walaupun hanya kouwhoatnya saja,
bukankah itu berbahaya bagi suhengku? Dengan mengetahui
kouwhoat Coan Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam Hoat berarti
kelak dalam pertemuan yang kedua kalinya di Hoa San, engkau
dapat mempergunakannya untuk menindih suhengku?"
Auwyang Hong tertawa dengan muka yang kurang enak
dilihat. Dia memang licin dan licik, karena itu dia tetap tidak
mau melepaskan kesempatan ini. hanya dia mendongkol 275
melihat Loo Boan Tong, si bocah tua bangkotan yang
berandalan ini demikian uletnya untuk dibujuk. Dia membujuk
lagi, "Hanya satu kali saja mendengar Kouwhoat yang akan
kau bacakan itu, aku mana bisa mengingatnya dengan baik.
Akupun hanya ingin mendengarnya untuk membandingbandingkan mana yang lebih hebat Coan Cin Sin Kang atau
memang Ha Mo Kong ku!"
Ciu Pek Thong geleng-geleng kepalanya, diapun telah
berseru-seru, "Tidak bisa! Sudahlah kau jangan mengganggu
aku, aku ingin menangkap jangkrik itu lagi!"
Auwyang Hong tertawa dingin.
:Loo Boan Tong, engkau benar-benar tidak tahu permainan
menarik jika memang kau menolak permintaanku, berarti
engkau seumur hidupmu tidak akan memperoleh permainan
yang menarik dan menggembirakan hati.!"
Ciu Pek Thong yang waktu itu akan berjongkok lagi,
ketika mendengar perkataan Auwyang Hong, jadi ragu-ragu.
Sebetulnya permainan apa sih yang kau bilang sangat
menarik itu?!" tanya Loo Boan Tong.
"Sudah kukatakan, jika engkau menerima dua
permintaanku, maka aku akan segera memberitahukannya !
sekarang kau katakan dulu, mau menerima kedua permintaanku
atau tidak?!"
"Permintaanmu itu terlalu berat! Coba sekarang kau
beritahukan padaku permintaanmu yang kedua itu merupakan
permintaan apa pula!"
"Permintaanku yang kedua ini jauh lebih mudah dari
permintaanku yang pertama tadi!" menyahuti Auwyang Hong. 276
"Coba kau katakan....!"
Kau belum menjelaskan sanggup atau tidak memenuhi
permintaanku yang pertama, mana mungkin pula aku bisa
memberitahukan permintaanku yang kedua, bukankah akan
sia-sia belaka?" menyahuti Auwyang Hong.
"Katakan dulu apa permintaanmu yang kedua itu, mungkin
jika tidak telalu berat, aku bisa menerimanya.!" Mendesak
Ciu Pek Thong.
Auwyang Hong Ragu-ragu, tapi kemudian dia
mengangguk.
"Baiklah, aku akan menjelaskan! Permintaanku yang
kedua itu hanya menginginkan kau mengajakku ke sebuah
tempat!"
"Mengajakmu ke sebuah tempat? Tempat apa?!" tanya Ciu
Pek Thong Heran.
"Tempat itu tidak terlalu sulit untuk didatangi oleh kita
berdua, engkau tentu mengenal jalan dengan betul, karena itu
aku menginginkan engkau mengajakku ketempat itu!"
menjelaskan Auwyang Hong.
"Engkau terlalu bertele-tele seperti itu. cepat katakan
tempat apa yang ingin kita datangi itu?!" Ciu Pek Thong tidak
sabar.
"Aku meninginkan engkau mengajakku ke kuburan
?Mayat Hidup?! Kau tentu mengetahui jalan untuk masuk
kedalam kuburan ?Mayat Hidup? itu.!"
"Apa kau bilang?!" teriak Ciu Pek Thong tercekat hatinya,
kemudian tertawa, "Kau tengah bermimpi Bisa Bangkotan!
Mana mungkin kita bisa memasuki kuburan ?Mayat Hidup? itu, 277
sedangkan Suhengku, yang pernah memiliki kuburan itu saja
tidak pernah memasuki kuburan ?Mayat Hidup? itu selama
beberapa tahun belakangan ini, setelah menyerahkannya
kepada manusia she Lim itu
"Tapi sekarang justru aku menghendaki agar kau mengajak
aku memasuki kuburan ?Mayat hidup? itu jika memang
engkau bisa memenuhi permintaanku yang pertama dan yang
kedua itu, maka aku akan memberitahukan padamu cara
permainan yang sangat menarik sekali!"
Ciu Pek Thong jadi duduk menjublek. Dia diam tidak
berkata sepatah katapun.
"Mengapa engkau termenung menjublek begitu?!" tanya
Auwyang Hong ketika melihat Loo Boan Tong.
"Engkau mengajukan permintaan yang tidak-tidak!"
menyahut Ciu Pek Thong. Permintaan yang pertama itu sulit
untuk dipenuhi olehku, juga permintaan yang kedua ini jauh
lebih sulit lagi. Suhengku pernah berpesan, baik kepadaku
maupun kepada ketujuh muridnya, tidak boleh selangkahpun
mendekati kuburan ?Mayat Hidup? itu.. apalagi memasuki
kuburan ?Mayat Hidup? itu!"
Auwyang Hong memang licin, dia segera menyahuti, "Ciu
Pek Thong.! Dasar engkau si bocah tua bangkotan yang
tolol! Tahukah engkau mengapa suhengmu itu melarang kau
dan murid-muridnya untuk memasuki kuburan ?Mayat Hidup?
itu?!"
Ciu Pek Thong menggeleng perlahan. Tanyanya,,
"Kenapa?"
"Di dalam kuburan itu terdapat semacam benda yang sagat
menarik sekali, siapa yang bisa memperoleh benda itu, tentu 278
akan memiliki kepandaian tertinggi di daratan Tionggoan,
menjadi jago nomor satu di kolong langit ini!"
"Benda apa itu?" Ciu Pek Thong jadi tertarik sekali.
"Itulah sejilid kitab yang luar biasa!" menjelaskan
Auwyang Hong.
"Jika hanya sejilid kitab Ilmu silat, tentunya tidak mungkin
lebih hebat dari kitab Ciu Im Cin Keng yang dimiliki
suhengku!" menyahuti Ciu Pek Thong.
"Kau salah memiliki pandangan seperti itu. Justru
Suhengmu waktu mendirikan kuburan ?Mayat Hidup? telah
membuat beberapa ruangan khusus yang luar biasa hebatnya.
Didalam ruangan itu diperlengkapi dengan bermacam-macam
alat bermain yang jika kita berdiam disana bisa bermain sepuas
hati, sehingga merasa seperti berada di sorga.!"
"Ohhh, begitu menarikkah permainan-permainan yang
terdapat didalam kuburan ?Mayat Hidup? itu?" tanya Ciu Pek
Thong.
Auwyang Hong mengangguk.
"Itulah sebabnya Suhengmu demikian betah untuk
mengurung diri terus menerus didalam kuburan ?Mayat Hidup?
itu, demikian juga halnya dengan Lim Tiauw Eng, dimana
diapun demikian senang untuk berdiam terus-menerus didalam
kuburan ?Mayat Hidup? itu. tidakkah kau berpikir sedikit,
mengapa dan apa sebab-sebabnya kedua orang itu, Suhengmu
dan Lim Tiauw Eng senang untuk mengurung diri didalam
kuburan ?Mayat Hidup? itu?!"
Ciu Pek Thong menepuk-nepuk pahanya, dia kemudian
melompat berdiri. 279
"Benar juga perkataanmu memang sering sekali aku
menanyakan pada Ong Suheng sebab-sebab Ong Suheng dulu
pernah menutup diri didalam kuburan ?Mayat Hidup? nya itu,


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namun Ong Suheng selalu mengatakan bahwa urusan itu telah
lalu dan tidak perlu dibicarakan lagi!"
"Karena itu sesungguhnya, di dalam kuburan ?Mayat
Hidup? itu terdapat banyak sekali ruangan-ruangan yang dibuat
khusus untuk bermain. Siapa saja yang berada di ruanganruangan tempat bermain itu, tidakkah itu akan
menggembirakan sekali?"
Ciu Pek Thong termenung ragu, antara tertarik ingin
melihat permainan-permainan yang menarik menurut Auwyang
Hong, juga dia ragu-ragu harus membacakan kouwhoat dari
Coan Cin Sin Kang maupun Coan Cin Kiam Hoat. Disamping
itu juga yang membuat Ciu Pek Thong ragu-ragu adalah
ajakannya Auwyang Hong untuk memasuki kuburan ?Mayat
Hidup?.
Menurut Suhengku, kepandaian Lim Tiauw Eng, yang
sekarang menjadi majikan kuburan ?Mayat Hidup? itu sangat
tinggi sekali dan sulit untuk dihadapi.!" Ragu-ragu sekali
waktu Ciu Pek Thong berkata seperti itu.
Auwyang Hong tertawa terbahak-bahak.
"Loo Boan Tong! Loo Boan Tong, engkau ini benar-benar
tidak dapat berpikir dengan baik! Dengan kita berdua apakah
yang bisa diperbuat Lim Tiauw Eng?"
"Tapi jika nanti timbul keonaran, tentu Ong Suheng akan
memberikan hukuman kepadaku lagi.!" Kata Ciu Pek
Thong, dan dia menceritakan bagaimana di istananya Toan
Hongya dia telah melakukan suatu perbuatan yang 280
menimbulkan keonaran yang hebat. Dan akhirnya diapun
memperoleh hukuman dari Ong Tiong Yang. Cuma saja Ciu
Pek Thong tidak menjelaskan sumber keonaran itu disebabkan
dia menggauli selirnya Toan Hongya.
Auwyang Hong tertawa keras, katanya, "Mengapa engkau
harus takut dihukum, memasuki ruangan kuburan ?Mayat
Hidup? itu bukan suatu perbuatan dosa, kita hanya ingin
melihat saja bukan? Dan Ong Tiong Yang tidak berhak untuk
menghukum jika hanya memasuki kuburan ?Mayat Hidup?
belaka.! Engkau tidak perlu kuatir, Ciau Siehang. Jamin
Ong Suhengmu tidak marah. Jika dia menggusarimu, biarlah
nanti aku yang bicara dengannya.!"
Ciu Pek Thong yang digosok pulang pergi oleh Auwyang
Hong, hatinya semakin tertarik dan pendiriannya jadi goyah.
"Jika engkau menjamin akan memberikan pengertian pad
Ong Suheng, jika memang nanti dia memarahiku disebabkan
kita memasuki kuburan ?Mayat Hidup? itu?
Auwyang Hong mengangguk.
"Ya. engkau tidak perlu kuatir.!" Menyahuti
Auwyang Hong girang bukan main. "apakah engkau bersedia
untuk memenuhi kedua permintaanku itu?!"
Ciu Pek Thong mengangguk, sahutnya, "Ya, aku akan
memenuhi kedua permintaanmu itu! sekarang kau beritahukan
padaku, permainan menarik apa yang kau miliki untuk kita
berdua bermain dengan gembira?"
"Itulah permainan didalam kuburan ?Mayat Hidup?!
Bukankah tadi kujelaskan, didalam kuburan ?Mayat Hidup? itu
terdapat banyak sekali ruangan-ruangan yang dibuat khusus 281
untuk bermain dengan gembira, yang keadaannya sama seperti
di sorga!"
Ciu Pek Thong jadi menjublek lagi.
"Kouwhoat Coan Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam
Hoat. memasuki kuburan ?Mayar Hidup? . Oohhh, apakah
ini akan membuat Ong Suheng bergusar?"
Melihat Ciu Pek Thong bimbang lagi, Auwyang hong
telah menarik muka, katanya dengan mendongkol, "Teserah
padamu segalanya, tadipun engkau telah menyanggupi untuk
memenuhi kedua permintaanku, maka jika sekarang engkau
mengingkari dan tidak mau memenuhi janjimu untuk
meluluskan kedua permintaanku itu, akupun tidak akan
menyesalimu.!"
"Oh mana bisa begitu. Ciu Pek Thong bukan sebangs
manusia yang gemar menelan ludah yang telah dibuang!"
"Jika demikian kau jadi mau memenuhi kedua
permintaanku itu?" tanya Auwyang Hong.
Ciu Pek Thong tidak segera menyehuti, sedang dihatinya
dia berpikir, "Hemm, bisa bangkotan ini sangat licik dan
beracun sekali, jika memang apa yang dikatakannya tadi benar,
inilah menggembirakan sekali. Tapi bagaimana jika ternyata
nanti dia hanya mendustai aku, hanya mengepuli aku?!"
Karena berpikir begitu, Ciu Pek Thong telah menoleh pada
Auwyang Hong, tanyanya, "Jika nanti setelah kita masuk
kedalam kuburan ?Mayat Hidup? itu, dan ternyata didalam
kuburan itu tidak terdapat ruangan-ruangan bermain yang
menarik seperti yang kau katakan tadi, beranikah kau
mempertanggung jawabkannya?!" 282
Jika memang tokoh persilatan lainnya seperti Oe Yok Su,
Ang Cit Kong maupun Lam Te, tentu akan berpegang teguh
Rahasia Penunggu Kubur Karya Maria Oktaviani Goosebumps - Misteri Hantu Tanpa Kepala Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung

Cari Blog Ini