Ceritasilat Novel Online

Lima Jago Luar Biasa 5

Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 5


pada kegagahan dan nama besar, mereka tidak akan menarik
pulang janji dan kata-kata yang pernah mereka ucapkan.
Namun Ciu Pek Thong kali ini justru berurusan dengan
Auwyang Hong, dedengkotnya si Bisa dari Barat yang sangat
licin dan licik yang tak segan-segan melakukan perbuatan yang
paling hina sekalipun asalkan untuk memperoleh keuntungan
buat dirinya.
Auwyang Hong waktu itu telah mengangguk sambil
tertawa.
"Itu sudah jelas! Jelas aku akan bertanggung jawab! Jika
memang Tiong Yang Cinjin nanti memarahimu, maka aku
akan memberitahukan padanya bahwa engkau tidak bersalah,
karena aku yang mengajak! Dengan demikian, urusan akan
menjadi beres kan?"
Ciu Pek Thong kena dilagui oleh Auwyang Hong, dia
mengangguk beberapa kali. Sampai akhirnya Ciu Pek Thong
berkata, "Jika begitu, baiklah.. kau dengarkan aku akan
membacakanKouwhoat Cian Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam
Hoat!
Setelah berkata begitu, Ciu Pek Thong dengan suara
nyaring telah menghafal kouwhoat Coan Cin Sin Kang dan
Coan Cin Kiam Hoat.
Auwyang hong mendengarkan dengan seksama, dengan
sepadang alis yang berkerut dan juga penuh perhatian
walaupun dia hanya mendengarkan utnuk satu kali, namun dia
seorang yang cerdas bukan main. Karena itu kouwhoat Coan
Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam Hoat telah terpatri didalam
oraknya. 283
Ketika Ciu Pek Thong telah habis membacakan seluruh
kouwhoat Coan Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam Hoat,
Auwyang Hong menanyakan beberapa bagian yang tidak
dimengertinya. Memang agak sulit untuk menangkap
seluruhnya kouwhoat Coan Cin Sin Kang maupun Coan Cin
Kiam Hoat Cuma sekali dengar, terutama sekali memang teori
ilmu silat Coan Cin Kauw tersebut merupakan ilmu silat kelas
tinggi, begitu pula banyak bagian-bagiannya yang dulit.
Dengan mengandalkan kecerdasan dan kecerdikannya,
Auwyang Hong berusaha mengingat sebanyak mungkin dari
teori ilmu silat itu, karena yang diutamakannya adalah Coan
Cin Sin Kang, dimana dia menghendaki kunci dari ilmu tenaga
dalam Coan Cin kauw yang lurus dan bersih itu.
Sebagai seorang yang senang bermaik dengan racun, dan
juga telah memiliki kepandaian yang sempurna, namun dari
aliran yang sesat, tentu hawa murni yang telah dilatihnya itu
akan memperlihatkan kesesatannya dan menyeret dirinya jadi
menderita luka dalam yang tidak tingan. Karena dari ancaman
kesesatan inilah yang membuat Auwyang Hong bermaksud
untuk mengetahui kouwhoat Coan Cin Sin Kang karena dia
bermaksud untuk nanti mencari kunci kelurusan tenaga
dalamnya, untuk menggantikan kedudukan tenaga dalamnya
yang sekarang ini, dari sesat menjadi lurus. Setidak-tidaknya
tentu dengan mempergunakan Coan Cin Sin Kang dia akan
dapat membendung kesesatan yang ada padanya dan
memperkecil ancaman bencana akibat kesesatan itu.
Ciu Pek Thong sama sekali tidak mengetahui bahwa
dirinya telah dikibuli dan diperalat oleh Auwyang Hong. Dia
membaca habis seluruh kouwhoat Coan Cin Sin Kang dan
Coan Cin Kiam Hoat. dengan demikian justru menimbulkan 284
keonaran yang tidak kecil kelak dikemudian hari oleh
Auwyang Hong!
"Bagus!" kata Auwyang Hong setelah dia merasa cukup
menerima keterangannya Ciu Pek Thong. "Sekarang mari kita
pergi masuk ke dalam kuburan ?Mayat Hidup? untuk melihatlihat ruangan bermain yang sangat menarik itu!"
Ciu Pek Thong tidak segera menyahuti, tampaknya dia
bimbang. Karena, pertama dia memang mengetahui bahwa
majikan kuburan ?Mayat Hidup? itu, Lim Tiauw Eng memiliki
kepandaian yang ditak berada disebelah bawah kepandaian
Ong Tiong Yang. Memang Auwyang Hong telah menyetakan
bahwa dengan mereka berdua bisa menghadapi Lim Tiauw
Eng. Namun kebimbangan lainnya buat Ciu Pek Thong untuk
memasuku kuburan ?Mayat Hidup? it ialah Ong Tiong Yang
memang telah berpesan dengan keras pad semua muridnya
maupun Ciu Pek Thong, jangan sekali-sekali berusaha
memasuki kuburan ?Mayat hidup?. Siapa yang melanggar akan
menerima hukuman yang seberat-beratnya.
Auwyang Hont telah melompat sambil serunya, "Ayolah
Ciu Sieheng, mengapa harus melamun begitu saja.!"
Ciu Pek Thong ikut melompat menyusul Auwyang Hong,
namun sejauh itu dia masih diliputi keraguan. Perasaan ingin
tahu dan tertariknya untuk melihat ruangan-ruangan yang
dikatakan oleh Auwyang Hong merupakan tempat bermain
yang benar-benar sangat menarik, telah membuat Ciu Pek
Thong melupakan ancaman yang dikeluarkan oleh Ong Tiong
Yang bagi seorang murid Coan Cin Kau yang berani memasuki
kuburan ?Mayat Hidup? tersebut. 285
Dasar memang Loo Boan Tong yang jika tidak berandalan
bukannya sibocah tua bangkotan yang berandalan, akhirnya
perasaan tertariknya itulah yang telah menang. Dan dia
bersedia untuk memasuki kuburan ?Mayat hidup? tersebut.
Begitulah bersama-sama dengan Auwyang Hong mereka
berdua telah mendekati kuburan ?Mayat hidup? itu.
Namun belum lagi mereka berada dekat dengan kuburan
tersebut, masih terpisah belasan tombak, saat itulah dari
belakang Auwyang Hong berkesiuran angin yang kuat dan
tajam menikam pada pundaknya.
Auwyang Hong terkejut, dia berusaha berkelit. Waktu itu
juga dan mendengar bentakan berupa makian seorang wanita,
"Manusia hina tidak tahu malu, rupanya engkau begiitu
beracun.!"
Auwyang Hong yang berhasil mengelakkan tikaman
pedang telah menoleh. Dihadapannya berdiri Lim Tiauw Eng
dengan muka yang merah padam. Wanita ini mengawasi
Auwyang Hong can Ciu Pek Thong bergantian dengan suara
yang dingin, "Bisa bangkotan, tidak salah apa yang pernah
dikatakan Tiong Yang Cinjin bahwa engkaulah satu-satunya
diantara lima jago luar biasa itu yang paling beracun dan licik!
Hemm, tadi kau telah menyerangku dengan Ha Mo Kongmu,
tapi diam-diam kau membokongku dengan mempergunakan
racun bisamu! Jika hari ini aku tidak membinaskanmu,
hemm, hemm tidak ada gunanya lagi perkataan Lam Lim Peng
Ong, Im Seng Ie Yang! Terimalah kematianmu.!"
Waktu itu Lim Tiauw Eng memang telah murka bukan
main, rupanya tadi waktu dia kembali ke kuburan ?Mayat
hidup? nya, dia telam memperoleh kenyataan dirinya telah 286
memperoleh terluka oleh semacam racun yang todak
diketahuinya, entah racun apa namanya.
Sebagai seorang yang memiliki Iwekang yang telah
mencapai tingkat sempurna, tentu saja racun tersebut tidak
bekerja dengan cepat. Itulah luka yang halus berupa satu titik
kecil dilengannya. Rupanya waktu Auwyang Hong menyerang
dia dengan mempergunakan Ha Mo Kongnya, dia telah
menyerang secara diam-diam, yaitu dengan membokong
dengan jarum beracunnya.
Dengan demikian, diluar sadarnya, waktu tadi dia
menyambuti serangan Ha Mo Kong nya Auwyang Hong, dia
telah terluka.
Memang Lim Tiauw Eng telah sering mendengar
Auwyang Hong merupakan See Tok, Racun dari Barat. Dengan
demikian, jelas racunnya sangat sempurna. Hanya yang tidak
disangkanya dia bisa dilukai tanpa dia sendiri menyadarinya.
Memang sebenarnya waktu tadi Auwyang Hong bertempur
dengan Lim Tiauw Eng secara diam-diam dia telah
mempergunakan jarum beracunnya, dia memasang alat rahasia
pada kipasnya, maka begitu dia memijit tombol rahasianya, alat
rahasia itu bekerja dengan cepat sekali menyemburkan jarum
beracun. Dan salah satu jarum beracunnya telah mengenai
sasaran dengan tepat, yaitu dijalan darah didekat pergelangan
tangan Lim Tiauw Eng.
Memang dasarnya Auwyang Hong seorang yang licik dan
licin disamping hatinya kejam, dia bermaksud untuk
merubuhkan Lim Tiauw eng secara diam-diam yaitu dengan
mempergunakan racunnya. Jika memang mereka bertempur
mengadu kepandaian, tentu saja Auwyang Hong tidak mungkin 287
bisa merubuhkan Lim Tiauw Eng, maka dengan mengandalkan
jarum beracunnya dia menghendaki kematian Lim Tiauw Eng.
Dan ajakan Auwyang Hong pada Ciu Pek Thong untuk
memasuki kuburan ?Mayat Hidup? itu untuk pergi melihat
apakah Lim Tiauw Eng telah terbinasa oleh bekerjanya
racunnya, jika memang Lim Tiauw Eng telah menemui
kematiannya, waktu itulah Auwyang Hong akan merebut
kuburan ?Mayat hidup? yang akan dijadikannya sebagai tempat
berdiam. Walaupun nanti Ong Tiong Yang ikut campur, jelas
hal itu sudah tidak mungkin dilakukan oleh Ong Tiong Yang
mendesak Auwyang Hong meninggalkan kuburan Mayat
Hidup trsebut karena dia tentu tidak akan memberikan
kesempatan sedikitpun pada Ong Tiong Yang untuk memasuki
kuburan Mayat Hidup ini.
Namun diluar dugaan Auwyang Hong, Lim Tiauw Eng
masih sehat dan segar bugar, dimana tampaknya tenaga
Iwekang dari wanita ini masih kumpul dan penuh, sama sekali
tidak memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia dikuasai oleh
racun yang mengendap ditubuhnya.
Auwyang Hong mau atau tidak memang harus mengakui
akan kehebatannya Lim Tiauw Eng.
Waktu itu, dalam keadaan murka setelah mengetahui
perbuatan curang Auwyang Hong, Lim Tiauw Eng segera
keluar dari kuburan Mayat Hidupnya.
Dan betapa terkejutnya waktu secara kebetulan dia
mendengar percakapan antara Auwyang Hong dengan Ciu Pek
Thong, dimana Auwyang Hong tengah membujuk Ciu Pek
Thong agar membacakan Kauwhoat Cian Cin Sin Kang dan
Coan Cin Kiam Hoat, disamping itu juga mengejak Ciu Pek 288
Thong untuk bersama-sama untuk memasuki kuburan mayat
hidupnya.
Semula Lim Tiauw Eng sudah mau menerjang keluar
untuk menerjang Auwyang Hong. Namun mendengar Ciu Pek
Thong bersedia membacakan Kauwhoat Cian Cin Sin Kang
dan Coan Cin Kiam Hoat, hatinya jadi tertarik dan batal
menerjang keluar.
Perlu diketahui, Lim Tiauw Eng sangat mencintai Ong
Tiong Yang, walaupun Ong Tiong Yang telah menjadi Tosu,
tokh dia masih tetap mencintainya.
Dan juga, diantara mereka berdua memang terdapat
pertentangan, selalu meributkan tentang tinggi rendahnya
kepandaian diantara mereka berdua, karena mereka berdua
masing-masing memiliki adat yang aneh dan keras, sama-sama
angkuh dan luar biasa. Karena itu tidak pernah ada kecocokan
diantara mereka, walaupun keduanya saling mencintai. Dan
terakhir kali, merekapun berlomba-lomba untuk memiliki
kepandaian tertinggi diantara mereka berdua. Jika Ong Tiong
Yang memang setingkat kepandaiannya dari Lim Tiauw eng,
maka Lim Tiauw Eng akan berlatih diri dengan giat dan
menciptakan sebuah ilmu baru yang luar biasa dahsyatnya
sehingga kembali Ong Tiong Yang dapat ditindih satu tingkat
lagi. Kemudian Ong Tiong Yang berhasil memecahkan ilmu
setelah sekian lama, kembali Ong Tiong yang berada satu
tingkat diatas Lim Tiauw Eng.
Keadaan seperti itu tidak habis-habisnya. Dan sekarang
Lim Tiauw eng mendengar Ciu Pek Thong Hendak membaca
Kauwhoat Cian Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam Hoat, akan
membuat Lim Tiauw Eng mengetahui rahasia dasar ilmu silat
Cian Cin Kauw? Bukankah dengan demikian kelak dia bisa 289
menciptakan semacam ilmu yang dipergunakan untuk
menindih ilmu silat Cian Cin Kauw, tentu Lim Tiauw Eng
lebih mudah untuk dapat segera menciptakan semacam ilmu
yang kelak bisa dipergunakan untuk menindih ilmunya Ong
Tiong Yang.
Namun racun yang mengendap ditubuh Lim Tiauw Eng
tidak bisa mencurahkan seluruh perhatiannya pada hafalannya
Ciu Pek Thong dimana sebagian dari Kouwhoat itu tidak bisa
tertangkap jelas olehnya.
Dan ketika melihat Ciu Pek Thong telah selesai membaca
Kauwhoat Cian Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam Hoat, lalu
bersama-sama dengan Auwyang Hong ingin pergi memasuki
kuburan Mayat Hidupnya, maka dia sudah tidk bisa menahan
diri. Dengan pedngnya itu Lim Tiauw eng menyerng Auwyang
Hong.
Muka auwyang Hong jadi merah ketika melihat Lim
Tiauw Eng melompat padanya dengan pedang yang terhujam
kepadanya. Dengan gesit ia mengelakkan derangan lawannya
itu. Memang Lim Tiauw Eng
menyerang dengan tikaman
Ciok Lie Kiam Hoat yang
hebat, dalam keadaan gusar, dia
menghendaki kematian
Auwyang Hong.
Waktu itu tampak Auwyang
Hong sambil mengelakkan diri
beberapa kali telah berseru- 290
seru, "Tahan.tahan! aku hendak bicara.!"
"Aku tidak perlu bicara lagi dengan manusia keparat dn rendah
hina seperti kau.!" Berseru Lim Tiauw Eng, pedangnya telah
bekerja dengan cepat sekali, dimana dia telah menyerang
bertubi-tubi sehingga angin berkesyuran dengan tajam dan
keras sekali disekitar tubuh Auwyang Hong karena pedang itu
telah berkelebat dengan hebat sekali.
Sedangkan Auwyang Hong dengan melompat kesanakemari telah berseru lagi, "Lim Kouwnio, dengarlah dulu
keterangan, mungkin engkau salah paham.!"
Lim Tiauw Eng menahan juga meluncur pedangnya,
dengan bengis ia membentak, "Salah paham bagaimana?!"
"Justru itulah aku sedang heran, mengapa Lim Kopuwnio
menyerang aku?"
"Hemm, justru terlalu percaya padamu manusia berbisa
yang hina dina, sehingga aku telah kau celakai dengan jarum
beracunmu! Sesungguhnya engkau manusia yang paling rendah


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di dunia ini, dan tidak pantas engkau disejajarkan dalam
barisan Lim Jago Luar Biasa!"
"Mengapa begitu?"
Jika memang engkau mempunyai keberanian mengadu
kepandaian dengan jujur tentu engkau tidak akan menggelap
mempergunakan jarum beracun itu menyerangku!"
Auwyang Hong tertawa, dia tidak memperlihatkan sikap
yang gugup, malah dengan lagak yang agak mendongkol dia
telah menyehuti, "Jika begitu, Lim Kouwnio telah salah
menuduh orang! Sama sekali aku tidak pernah mempergunakan
jarum beracun, bagaimana mungkin Lim Kouwnio mengatakan 291
bahwa aku ini telah melukai kau dengan jarum beracun itu?
Hemm, dengan demikian engkau hanya mencari-cari alasan
kosong belaka!"
"Manusia beracun, tadipun aku sudah mendengar
pembicaraanmu dengan Loo Boan Tong, kau telah
membujuknya untuk memasuki kuburan Mayat Hidup ku
dengan demikian apakah kau masih menyangkal bahwa
kedatanganmu kemari mengandung maksud tidak baik?!"
Ditanggapi begitu, muka Auwyang Hong jadi berubah
merah lagi, dia menyadari bahwa sudah tidak ada jalan lain lagi
untuk mengelakkan pertempuran antara dirinya dengan Lim
Tiauw Eng. Namun dia memang licik dan lihay lidahnya,
karena dari itu dia menoleh pada Ciu Pek Thong, dia bilang,
"Ciu Sieheng, orang she Lim ini memang sengaja hendak
mencuri dengar pembicaraan kita! Dia selalu mengawasimu
dan kakak seperguruanmu! Hemm, hemm, dengan lagaknya
seperti itu, apakah masih pantas disebut sebagai wanita baikbaik?!"
Muka Lim Tiauw eng jadi berubah merah padam karena
murka, dadanya serasa ingin meledak. Dengan mengeluarkan
suara bentakan yang bengis, pedangnya telah berkelebat lagi,
gerakannya sangat cepat bukan main. Dan angin yang
berkesyuran tajam telah menuju kebeberapa tempat yang
mematikan di tubuh Auwyang Hong.
Namun Auwyang Hong juga hanya mengelakkan saja
berulang kali tanpa balas menyerang. Otaknya saja yang
bekerja keras. Disini selain ada Lim Tiauw Eng yang lihay,
juga ada Loo Boan Tong si bocah tua bangkotan yang
berandalan namun yang tolol itu. Jika sampai Loo Boan Tong
berdiri di pihak Lim Tiauw Eng, celakalah Auwyang Hong. 292
Sebab untuk menghadapi Lim Tiauw Eng saja dia belum tentu
sanggup, apalaaagi jika memang harus menghadapi Loo Boan
Tong dan Lim Tiauw Eng. Itu sebabnya Auwyang Hong telah
berpikir keras mencari jalan yang sebaik mungkin untuk
menguasai Loo Boan Tong.
Sambil berkelit kesana kemari, berulang kali Auwyang
Hong telah berseru, "Ciu Sieheng, pergi kau masuk trlebih
dahulu ke kuburan itu, biarrlah aku membereskan dulu orang
she Lim ini, untuk memberikan hajaran padanya, nanti aku
akan menyusulmu ke dalam!"
Namun Ciu Pek Thong tidak bergerak dari tempat
berdirinya, dia hanya berdiri menjublek saja bingung
mengawasi pertempuran yang tengah berlangsung antara Lim
Tiauw Eng dengan Auwyang Hong.
Bicara soal kepandaian, Auwyang Hong memang masih
kalah satu tingkat dari Lim Tiauw Emg. Waktu tadi mereka
piebu, Auwyangpun telah menyadari akan hal itu dan dia
mengetahui juga, jika antara dia dengan Lim Tiauw Eng terjadi
pertempuran yang lama, yang memakan ribuan jurus akhirnya
dialah yang nantinya jadi pihak pecundang dan dirubuhkan
oleh Lim Tiauw Eng.
Namun sekarang ini Lim Tiauw Eng memang tengah
terluka oleh jarum beracunnya, dengan demikian, segesitgesitnya dan sehebat-hebatnya kepandaian Lim Tiauw Eng
namun dia tidak bisa bergerak dengan leluasa dan tidak bisa
sepenuhnya mempergunakan untuk membendung menjalarnya
racun.
Untuk inilah Auwyang Hong memperoleh keuntungan
yang tidak kecil. Dimana dia bisa menyerang lebih hebat dan
gencar. Dan selama itu pula Auwyang Hong telah mengelak 293
kesana kemari dengan gerakan yang gesit, memaksa Lim
Tiauw Eng harus memaksa Lim Tiauw Eng menyusulnya
untuk menyerang lebih lanjut. Dengan melompat, Lim Tiauw
Eng terancam keselamatannya, karena berlompat-lompat dan
bergerak-gerak terus menerus, peredaran darah Lim Tiauw Eng
jadi jauh lebih cepat, berarti racun akan bekerja lebih cepat.
Hanya sebentar saja Lim Tiauw Eng melompat kesana
kemari dengan gusar. Namin dia bukan sebangsa manusia tolol,
karena seketika dia menyadari kelemahannya itu, yang telah
melakukan suatu kesalahan yang tidak kecil. Cepat dia
membatasi diri, dia menyerang tanpa banyak bergerak atau
melompat.
Auwyang Hong melihat perubahan cara menyerang
lawannya, telah memperdengarkan suara tertawa mengejek,
malah berbalik menyerang bertubi-tubi dengan
mempergunakan Ha Mo Kongnya. Setiap serangan yang
dilakukan mengandung kekuatan yang dahsyat sekali.
Lim Tiauw Eng mengeluh juga, dia berseru panjang ketika
suatu kali memperoleh kesempatan, tubuhnya dengan ringan
telah melayang ketengah udara, dan pedangnya berkelebat
dengan cepat sekali menyambar ke arah ulu hati, perut dan
paha Auwyang Hong.
Tapi Auwyang Hong cepat sekali telah menekuk kedua
kakinya. Tahu-tahu dia telah berjongkok sambil mengeluarkan
suara ?krook, krookk!? dan kedua tangannya telah didorong
kedepan dengan kuat sekali.
Bukan main kagetnya Lim Tiauw Eng, hatinya tercekat
karena dia merasakan dorongan yang dahsyat sekali. 294
Dia berusaha untuk menguasai dirinya, memperkokoh
kuda-kuda kedua kakinya. Tidak urung dia masih
terhuyung0huyung dua langkah dan waktu dapat berdiri tetap
tubuhnya masih bergoyang-goyang seperti akan rubuh.
Betapa gusarnya Lim Tiauw Eng, dengan mengeluarkan
suara seruan yang mengandung kenekatan, dia telah
menggerakkan pedangnya, menyerang lagi dengan dua
tikaman. Cara menyerang ini meruppakan serangan yang bisa
mematikan mereka berdua. Dalam keadaan nekat seperti itu
Lim Tiauw Eng seperti sudah tidak memperhatikan
keselamatan dirinya lagi.
Auwyang Hong telah melompat ke pinggir dengan gerakan
yang ringan, kemudian tubuhnya juga bergulingan ditanah
untuk lebih menjauhi wanita itu, waktu dia melompat berdiri,
dia menepuk tangannya.
Lim Tiaue Eng melihat lagak lawannya yang tengah
menepuk-nepuk tangannya namun itu hanya sebentar saja,
sebab diwaktu itu tampak dua sosok tubuh telah menerjang ke
arah dirinya. Untuk kagetnya Lim Tiauw Eng segera melihat
jelas, yang satu adalah seekor kodok besar, sedangkan yang
satunya lagi adalah bangau putih yang memang besar juga.
Kedua binatang raksasa ini telah menerjang pada tubuh Lim
Tiauw Eng dengan hebat, karena kedua binatang ini memang
tidak mempedulikan keselamatan mereka. Tenaga dorongan
kodok raksasa itu kuat dan sampokan dari sayap bangau putih
itu bukan main dahsyarnya, disamping ancaman patukannya.
Lim Tiauw Eng mengeluh, dia telah memutar pedangnya,
menjalankan Giok Lie kiam Hoat, dia berusaha melindungi
tubuhnya dengan sinar pedangnnya itu yang bergulung-gulung.
Namun kodok raksasa itu dasarnya binatang yang tidak 295
mengenal bahaya, walaupun lawannya telah memutar
pedangnya dengan cepat sekali, dia tetap melompat sambil
menghantamkan kesua kaki depannya.
Pedang Lim Tiauw Eng yang tengah berputar itu telah
menancap dibenda yang empuk dan cairan merah segera
muncrat kemana-mana mengenai mukanya juga. Ternyata
kodok raksasa itu waktu melompat, kebetulan pedang Lim
Tiauw Eng bergerak kedepan dan seketika itupun perutnya
tertikam, tidak ampun juga kodok itu rubuh terjungkal! Tadi
kodok itu telah sempat menggerakkan kedua kakinya kedepan
mendorong dengan kekuatan tenaga yang dahsyat dan
membuat Lim Tiauw Eng terhuyung. Syukur tenaga dorongan
kodok tersebut tidak mengenai dengan telak, hanya
menyerempet sehingga tidak menyebabkan Lim Tiauw Eng
terluka berat.
Kodok raksasa itu mengeluarkan suara "krookk, krookkk"
yang lemah kemudian berkelonjatan, lalu diam tidak bergerak
lagi, mati! Luka yang diderita pada perutnya ternyata luka yang
lebar sekali, yang telah robek oleh tajamnya pedang Lim Tiauw
Eng sebingga sebagian isi perut kodok raksasa itu berhamburan
keluar.
Bangau putih yang berjambul merah melihat kawannya
mengalami kematian seperti itu talah mengeluarkan suara
pekikan yang panjang nyaring, dia terbang diatas Lim Tiauw
Eng, kemudian menggunakan kedua sayapnya untuk
menyampok Lim Tiauw Eng, dan diapun telah menggerakkan
paruhnya untuk mematok kepala Lim Tiauw eng.
Tapi Lim Tiauw Eng mempunyai kepandaian yang tinggi.
Dia tahu, jika dia menggunakan pedangnya , tantu tidak mudah
buatnya merubuhkan bangau putih peliharaan Auwyang Hong, 296
karenanya dia telah melemparkan pedangnya, dia telah
mempergunakan telapak tangannya yang dipukulkannya
bergantian.
Terdengar pekik yang nyaring dari bangau putih itu,
tubuhnya terpental hebat sekali, dan tulang-tulang didalam
tubuh bangau itu telah hancur remuk, diapun telah
menggelepar-gelepar ditanah kemudian tubuhnya berkelenjatan
dn mati!
Muka Auwyang Hong sebentar merah sebentar pucat
menyaksikan kedua sahabatnya, Cengjie dan Pekjie telah
menemui kematian ditangan Lim Tiauw Eng seperti itu.
Dengan gesit dia melompat kedekat Lim Tiauw Eng, dia
telah menggerakkan kedua tangannya menghantam dengan
kuat sekali pada Lim Tiauw Eng.
Saat itu keadaan Lim Tiauw Eng sesungguhnya tidak
begitu baik, dia sangat lelah, tengah terluka oleh jarum
beracun, daj juga tadi telah menggunakan tenaga yang sangat
besar sekali untuk merubuhkan kedua binatang peliharaan
Auwyang Hong. Sekarang Auwyang Hong telah menyerang
dengan hebat seperti itu, dalam murkanya Auwyang Hong
telah menyerang dengan Ha Mo kongnya disertai kekuatan
tenaga dalam sepenuhnya, angin pukulan itu berkesyuran
sangat dahsyat dan tampak Lim Tiauw Eng tidak sanggup
untuk menerima serangan itu. dia berusaha mengelak namun
pundaknya kena serempet oleh tenaga serangan Auwyang
hong, dengan begitu tubuh Lim Tiauw Eng terhuyung-huyung
beberapa langkah, hampir dia terjerembab karena tidak bisa
mempertahankan kuda-kudanya, Cuma saja, karena disamping
kebetulan ada sebatang pohon yang bisa dipegang dengan cepat
dia tidak perlu sampai terguling. 297
Ciu Pek Thong kaget melihat keadaan Lim Tiauw Eng
seperti itu. karena Loo Boan Tong mengetahui bahwa Lim
Tiauw Eng adalah wanita yang dicintai oleh suhengnya. Cepatcepat dia melompat kedepan Auwyang Hong, dia berseru
sambil ulap-ulapkan tangannya.
"Jangan melukai Lom Kouwnio jangan melukai Lim
Kouwnio.!" berseru Ciu Pek Thong.
Auwyang Hong tertawa dingin.
"Dia telah membinasakan kedua binatang
peliharaanku.!" katanya bengis. "Hmm, dia harus membayar
jiwa kedua binatang peliharaanku itu dengan jiwanya!"
Tapi Ciu Pek Thong tetap menghalanginya.
"Jika memang engkau mencelakai Lim Kouwnio, tentu
akan berbuntut panjang, serta tidak enak buat kau! Berseru
Ciu Pek Thong dengan gugup.
"Kenapa?" tanya Auwyang Hong bengis.
"Karena Suhengku tidak akan menyudahi urusan sampai
disini saja!" menjelaskan Ciu Pek Thong.
Auwyang Hong segera dapat dikasi mengerti, diapun
segera tersadar dari kemarahannya itu, karena jika memang dia
mencelakai Lim Tiauw Eng, jelas Ong Tiong Yang tidak akan
mau sudah sampai disitu saya. Tentu dia akan dicari, untuk
mengadakan perhitungan.
Waktu itu Lim Tiauw Eng degan nafas memburu telah
berkata lemah, "Laki=laki hina dina kau ingin membunuhku,
bunuhlah!"
Auwyang Hong hanya mendengus mengejek. 298
"Hemm, suatu waktu engkau tentu akan mampus juga
wanita rendah!" kata Auwyang Hong. "Aku See Tok, suatu
saat kelak, tentu akan mengadakan perhitungan denganmu!
Dengan memandang muka terangnya Ciu Sieheng dan Tiong
Yang Cinjin aku bersedia menitipkan jiwamu sementara
ditubuhmu!"
Setelah berkata begitu, Auwyang Hong mengulurkan
tangannya menarik tangan Ciu Pek Thong, katanya, "Ciu
Sieheng, mari kita masuk ke dalam kuburan itu!"
Tapi barusaja Auwyang Hong berkata sampai disitu,
berkesyuran angin yang kuat sekali, karena Bu Lian telah
muncul dan segera menyerang dengan pedangnya dengan
kekuatan yang tidak lemah. Pelayan Lim Tiauw Eng memang
telah memperoleh didikan yang baik sekali, kepandaiannya
tinggi sekali, walaupun tidak setinggi dan sesempurna Lim
Tiauw Eng.
Melihat gurunya terluka seperti itu, dan juga melihat
Auwyang Hong ingin mengajak Ciu Pek Thong memasuki
kuburan Mayat Hidup, Bu Lian tidak berdiam diri terus.
Walaupun majikannya tadi telah berpesan padanya, biar terjadi
urusan hebat bagaimanapun diluar kuburan, dia tidak boleh
keluar memperlihatkan diri.
Auwyang Hong tertawa dingin, dia menyampok tangan Bu
Lian, dan benterokan yang terjadi itu membuat Auwyang Hong
terhuyung satu langkah kebelakang, sedangkan Bu Lian
terpental sampai lima langkah. Namun gadis itu tak sampai
terjungkal.
Ciu Pek Thong melihat itu jadi berkata gugup, "Ohhh, kita
menimbulkan keonaran jika kita berdiam lebih lama lagi
ditempat ini, tentu Ong Suheng akan datang kemari.!" 299
Auwyang Hong tertawa dingin.
"Biarlah Tiong Yng Cinjin juga datng ditempat ini untuk
ikit meramaikannya!" kata See Tok dengan tawar.
"Kau.?! Bukan main terkejutnya Ciu Pek Thong.


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hemm, Loo Boan Tong, mengapa kita harus
menyingkirkan diri, bukankah kita, bukan kita yang memulai,
dia yang telah menyerang diriku terlebih dahulu, disamping itu
dia telah membinasakan kedua binatang peliharaanku! Jika
memang Ciong Yang Cinjin datang disini, aku akan
menjelaskan duduk persoalannya dan meminta
pertimbangannya untuk keadilan, kukira tentu Ciong Yang
Cinjin tidak akan berdiri dipihaknya hemm, tentu Tiong
Yang Cinjinpun akan menuntut keadilan dari perempuan hina
dina she Lim itu.!"
Rupanya Auwyang Hing memang masih penasaran dan
marah sekali, sehingga dia masih memaki kalang kabuttan. Dia
memang sangat sayang sekali pada Cengjie dan Pekjie, tapi
sekarang kedua binatang peliharaannya itu, yang telah
dijadikannya sahabat-sahabat yang selalu setiap hari bergaul
dengan rapat telah menggeletak ditanah menjadi bangkai yang
tidak bergerak sama sekali.
Ciu Pek Thong jadi sibuk bukan main, berulang kali dia
menarik-narik tangannya Auwyang hong, mengajaknya
meninggalkan tempat itu.
Bu Lian waktu itu memandang Auwyang Hong dengan
sorot mata yang bengis sekali.
Auwyang Hong telah berdiam diri sejenak, khirnya
mengangguk, dia telah ikut dengan Ciu Pek Thong, melangkah
keluar meninggalkan hutan itu. 300
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber : Buku Koleksi Gunawan Aj
Scan Image: Awie Dermawan
Lim Tiauw Eng waktu itu telah berdiri dengan pedang
masih tercekal ditanganya, dia melangkah satu-satu dengan
tindakan yang berat. Bu Lian cepat-cepat menghampiri, untuk
bantu memayang majikannya itu masuk ke dalam kuburan
mayat hidup.
Ribut-ribut yang terjadi di dalam hutan itu memang sudah
terdengar oleh penghuni kuil Tiong Yang Kiong, karena waktu
Ciu Pek Thog dan Auwyang Hong tengah keluar dari hutan itu,
mereka melihat tiga Tojin muda yang tengah berlari-lari gesit
mendatangi ke arah mereka.
"Mereka tida orang murid Ong Suheng tida diantara
Coan Cit Cin Cu!" menjelaskan Ciu Pek Thog waktu
Auwyang Hong menanyakan padanya siapa ketiga Tojin itu.
Sedangkan ketiga orang Tojin, yang tidak lain adalah Tam
Cie Toan, murid kedua dari Ong Tiong Yang, lalu yang datang
belakangan adalah Khu Cie Kie, murid keempat, menyusul
Ong Cie It, murid kelima Tiong Yang Cinjin. Ketiga Tojin
muda itu telah lari menghampiri Ciu Pek Thong, menjura
memberi hormat.
"Ada kejadian apakah susiok, tampaknya kau begitu
gugup?" tanya Kiu Cie Kie.
Loo Boan Tong memang tengah gugup, karenanya dia
geleng-gelengkan kepala beberapa kali.
"Tidak,tidak ada apa-apa, aku hanya tengah main-main
dengan See Tok Auwyang Hong ini..!"
Mendengar disebutnya See Tok Auwyang Hong, muka
Khu Cie Kie dan kedua saudara seperguruan yang lain, jadi
terkejut, mereka telah mengawasi tajam sekali pada Auwyang
Hong. Memang waktu diadakan pertemuan di Hoasan, Khu Cie 301
Kie pernah bertemu dengan Auwyang Hong, karena dia turut
dengan gurunya hadir di Hoa San.
Sekarang setelah mengawasi sekian lama dan mengenali
bahwa orang itu memang tidak lain dari Auwyang Hong, maka
Khu Cie Kie segera memberi hormat, "Apakah selama ini
Auwyang Locianpwe baik-baik saja?"
Auwyang Hog hanya mendengus saja, dia menarik tangan
Ciu Pek Thong, "Mari kita pergi bermain!" dan tanpa
mempedulikan Khu Cie Kie bertiga, Auwyang Hong bersama
Ciu Pek Thong meninggalkan permukaan hutan itu.
Khu Cie Kie dan kedua saudara seperguruannya telah
saling pandang, dan kemudian mereka mengangguk, karena
mereka yakin didalam hutan itu telah terjadi suatu keributan,
yaitu antara Ciu Pek Thong, Auwyang Hong dengan Lim
Tiauw eng, majikan kuburan Mayat Hidup itu. mari kita
beritahukan pada suhu.!" kata Tam Cie Toan.
Khu Cie Kie dan Ong Cie It setuju, mereka cepat kembali
berlari-lari dengan gesit ke Tiong Yang Kiong, untuk
melaporkan segala apa yang mereka saksikan pada guru
mereka.
Ong Tiong Yang juga terkejut bukan main mendengar
sutenya ditenteng-tenteng oleh Auwyang Hong. Tentu Ciu Pek
Thong menimbulkan keonaran, terlebih lagi dengan berada
bersama-sama Auwyang Hong, si Bisa dari Barat.
Maka dari itu, Ong Tiong Yang begitu menerima laporan
dari murid-muridnya segera pergi keluar pergi dari kuilnya
untuk mencari Ciu Pek Thong.
Dia menemukan Ciu Pek Thong bersama Auwyang hong
didekat bawah sebuat bukit, dimana keduanya tengah asik 302
bermain kelereng. Auwyang hong memang memiliki Iwekang
yang sempurna, demikian juga halnya dengan Ciu Pek Thong,
maka mereka bermain kelereng dengan cara yang menarik,
seperti sulap saja, karena kelereng-kelereng yang mereka sentil
itu selalu dapat dikendalikan oleh suatu tenaga yang tidak
terlihat.
Ong Tiong Yang cepat menghampiri mereka, waktu
Auwyang Hong melihat Ong Tiong Yang, dia memberi hormat
sambil tersenyum, sikapnya tenang sekali.
Sedangkan Ciu Pek Thong jadi salah tingkah, terlebih lagi
Ong Tiong Yang menanyakan apa yang telah terjadi didalam
hutan dekat kuburan Mayat Hidup.
Ciu Pek Thong paling menghormati kakak seperguruannya
ini, karenanya diapun tidak berani berdusta, dia telah
menceritakan hal yang sebenarnya.
Muka Ong Tiong Yang jadi berobah garang, dia menoleh
pada See Tok, katanya, "Dengan berkeliaran disekitar Ciong
Lam San ini kau telah menimbulkan keonaran yang tidak kecil
saudara Auwyang.!"
Aueyang Hong merangkapkan tangannya membungkuk
memberi hormat, dengan tertawa lebar, katanya, "Inilah yang
sesungguhnya memang tidak dikehendaki olehku juga hanya
saja sungguh harus disesalkan sikap dan sambutan yang
diberikan oleh majikan kuburan Mayat Hidup itu, karena
begitu tiba-tiba dia menyerang tanpa memiliki persoalan
apapun juga dan diapun telah membinasakan kedua binatang
peliharaanku apakah Tiong Yang Cinjin bisa mengambil
kesimpulan untuk sebuah keadilan buatku?" 303
Muka Ong Tiong Yang semakin suram,Lim Tiauw Eng
memang memiliki adat yang aneh. Tapi Ong Tiong Yang juga
mengenal baik sekali jiwa Lim Tiauw Eng menyerang
Auwyang Hong dan membinasakan kedua binatang peliharaan
auwyang Hong. Karenanya tidak bisa sepenuhnya
mempercayai cerita auwyang Hong, terlebih lagi Ong Tiong
Yang juga mengetahui siapa adanya Auwyang hong ini.
"Lalu apa yang kalian lakukan didalam hutan itu?!" tanya
Ong Tiong Yang.
Aku tidak mengetahui bahwa hutan itu merupakan tempat
yang terlarang, karenanya aku telah mengajak Ciu Sieheng
untuk pergi bermain-main didalamnya!" menyehuti
Auwyang Hong sambil tersenyum lebar. "Dan apakah itu
merupakan suatu perbuatan yang salah, sehingga harus
diserang demikian hebat oleh Lim Tiauw Eng dan juga kedua
binatang peliharaanku itu harus terbinasa ditangannya?
Dapatkah Cinjin memberikan petunjuk yang berharga?"
Auwyang Hong merupakan salah seorang tokoh rimba
persilatan salah seorang Guru Besar diantara empat Guru Besar
lainnya seperti Tong Shia, Pak Kay dan Lam Te. Justru belum
lama yang lalu Ong Tiong Yang sengaja melakukan perjalanan
yang jauh ke Tayli hanya untuk menemukan Toan Hongya dan
mewariskan kepandaian It Yang Cie dan ilmu-ilmu luar biasa
lainnya pada kaisar tersebut dengan harapan agar Toan Hongya
lah yang kelak dapat mengendalikan Auwyang Hong sebab
Ong Tiong Yang menyedari Auwyang Hong merupakan
manusia yang licik dan busuk disamping jiwanya sangat kejam.
Tapi siapa tahu Auwyang Hong sekarang berada
dihadapannya, malah telah menimbulkan keonaran di hutan 304
dekat kuburan Mayat hidup yang masih merupakan daeran
Tiong Yang Kiong.
Alasan yang dikemukakan Auwyang Hong bahwa dia
tidak mengetahui hutan itu merupakan tempat larangan, dan
telah mengajak Ciu Pek Thong masih bermain di dalam hutan
itu, sampai dipergoki oleh Lim Tiauw Eng, merupakan alasan
yang tidak bisa diterima oleh Ong Tiong Yang.
Mustahil Ciu Pek Thong yang berada bersama dengan
Auwyang Hong waktu itu pun tidak mengetahui larangan untuk
siapapun juga memasuki hutan itu? bukankan Cu Pek Thong
sutenya Ong Tiong Yang?.
Setelah berdiam sejenak, Ong Tiong Yang menoleh pada
Pek Thong, katanya dengan sikap yang tegas dan wajah yang
guram, "Sute, kau ceritakan yang sebenarnya, satu patah
katapun tidak boleh ada yang kau sembunyikan.!"
Ciu Pek Thong ragu-ragu, namun dia merasa segan dan
hormat pada kakak seperguruannya, tidak berani dia berdusta,
tia telah menceritakan prihal ajakan Auwyang Hong untuk
masuk ke dalam kuburan Mayat Hidup. Disamping itu diapun
telah menceritakan bagaimana Auwyang Hong telah meminta
dia membacakan kauwhoat Coan Cin Sin Kang dan Coan Cin
Kiam Hoat.
**** 305
JILID 9
MENDENGAR semua itu Ong Tiong Yang
jadi terkesiap, kaget bukan main. Inilah
hebat. Auwyang Hong telah mengetahui
Kauwhoat Coan Cin Sin Kang dan Coan
Cin Kiam Hoat, dengan demikian, tentu
urusan dibelakang hari jauh lebih hebat,
karena dengan berhasilnya Auwyang hong
memperoleh Kauwhoat Coan Cin Sin Kang
dan bersama dengan Coan Cin Kiam Hoat
berarti Auwyang Hong telah memperoleh petunjuk yang sangat
berharga, dimana dengan meneliti bunyinya Coan Cin Sin
Kang dan Coan Cin Kiam Hoat Auwyang Hong jelas akan
memperoleh kesempurnaan kepandaiannya.
Tapi Ong Tiong Yang cepat sekali bisa mengendalikan
dirinya, dia telah menoleh pada Auwyang hong, dia berkata
dengan suara yang dingin, "Saudara Auwyang, ternyata engkau
telah menipu Ciu Sute, dan kaupun memiliki maksud yang
tidak baik pada Lim Tiauw Eng Kouwnio. Hemm, apa
maksudmu sebenarnya dengan mengajak Ciu Suteku untuk
bersama-sama memasuki kuburan mayat hidup?"
Muka Auwyang Hong waktu itu telah berubah agak pucat,
sebentar kemudian berobah menjadi merah lagi, lalu pucat lagi.
Dia jadi serba salah. Karena Ong Tiong Yang memang orang
yang disegani. Dialah orang yang memiliki kepandaian diatas
kepandaian Auwyang Hong. Sekarang rahasia jahatnya telah
terbongkar, dengan demikian dia jadi tidak bisa berkutik lagi.
Namun karena auwyang Hong seorang yang licik, dia tidak
mau mengakui begitu saja kesalahannya, masih mencoba untuk 306
membela diri, "Aku baru pertama kali datang ke Ciong Lam
San, akupun tidak mengetahui bahwa hutan itu merupakan
daerah tertutup dan terlarang untuk orang luar, karena aku
tertarik melihat bentuk kuburan yang berukuran besar itu, aku
telah mengajak Ciu Sieheng untuk masuk kedalamnya guna
bermain-main ! Prihal Coan Cin Sin Keng dan Coan Cin
Kiam Hoat, itu hanya didorong oleh perasaan ingin tahu dan
rasa kagumku kepadamu. Tiong Yang Cinjin, seperti telah kita
putuskan dalam pertemuan pertama di Hoa San, engkau diakui
sebagai jago nomor satu di kolong langit ini, dengan demikian
aku kagum sekali terhadap kemurnian Sinkang Coan Cin Kauw
dan juga demikian halnya dengan Coan Cin Kiam Hoat,
merupakan ilmu pedang mengagumkan sekali .! Itulah
sebabnya aku minta pada Ciu Sieheng untuk membacakan
Kauwhoat Coan Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam Hoat
tersebut untuk kudengar. Hanya untuk satu kali saja dan
akupun tidak ada maksud-maksud tertentu apapun untuk
mempelajari ilmu Coan Cin Kauw hanya untuk
membangingkan kehebatan ilmu Coan Cin Kauw dengan
ilmuku! Tiong Yang Cinjin, atau memang engkau memandang
aku terlalu rendah, sehingga engkau menduga aku menyerakahi
ingin mempelajari Ilmu Coan Cin kauw? Atau memang engkau
beranggapan kepandaian yang telah kumiliki sekarang ini
merupakan kepandaian yang tidak ada gunanya dan tidak
berarti apa-apa dimatamu?!"
Ong Tiong Yang tertawa dingin, "Hemm engkau bicara
kesana kemari tidak karuan, tapi jelas dan pasti engkau telah
memperdaya Ciu Sute, dengan demikian engkau berusaha
untuk mengetahui pada kelemahannya Coan Cin Sin Kang dan
Coan Cin Kiam Hoat! Tetapi saudara Auwyang, ketahuilah
olehmu, walaupun engkau telah mengetahui Kauwhoat Coan
Cin Sin Kang dan Coan Cin Kiam Hoat, engkau tetap tidak 307
akan memperoleh manfaat apa-apa, karena cara berlatih kami
sangat berbeda dengan pintu perguruan silat lainnya, karena
dari itu, sia-sia saja engkau menipu adik seperguruanku ini
.!"
Auwyang Hong tersenyum mengejek.
"Justru memang tidak ada maksudku untuk menipu adik
seperguruanmu itu, Tiong Yang Cinjin, memang akupun tidak
bermaksud untuk mengorek keterangan mengenai
kepandaianmu itu. tapi kukira, sejak kita berpisah beberapa
tahun yang lalu di Hoa San apakah tidak ada baiknya jika
sekarang kita coba-coba sampai seberapa jauh kepandaian yang
telah kita capai selama ini?!"
Ong Tiong Yang berdiam diri dengan wjah yang guram.
Memang auwyang Hong lah yang dikuatirkan kelak akan
membawa lagaknya sekehendak hati menimbulkan keonaran
didalam kalangan kangouw. Dan memang auwyang Hong pula
satu-satunya merupakan orang yang memiliki sifat licik dan
kejam dari ketiga jago luar biasa lainnya, Pak Kay, Thong Sia
dan Lam Te, karena See Tok selain licik juga beracun sekali,
lidahnya maupun tangannya.
Sekarang See Tok telah menantangnya, tapi Ong Tiong
Yang tidak mau melayaninya.
@Pertemuannya kedua kalinya di Hoa San tidak akan


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lama lagi. Nanti saja jika telah berkumpul di Hoa San, kita
akan melihat seberapa jauh kemajuan yang telah kita peroleh!
Sekarang silakan saudara Auwyang meninggalkan tempat ini,
dan diwaktu-waktu selanjutnya janganlah kau menimbulkan
keonaran pula di tempat ini, karena jika terjadi keonaran seperti
tadi, tentu aku tidak akan segan-segan mengambil tindakan
keras kepadamu!" 308
Sesungguhnya Auwyang Hong memang jeri pada It Yang
Cie Ong Tiong Yang. Tapi dia tidak memper-lihatkan perasaan
jerinya itu dimukanya, dia telah berkata dengan tawar, "Jika
memang Ciong Yang Cinjin menghendaki begitu, akupun tidak
bisa membantahnya. Bukankan Ciong Yang Cinjin telah
kami tetapkan sebagai jago nomor satu di kolong langit? Mana
berani aku orang she Auwyang membangkang terhadap
perintah Cinjin? Baiklah, karena sekarang Cinjin tidak mau
memberikan petunjuk padaku, sampai bertemu di Hoa San di
tahun mendatang!" Setelah berkata begitu, Auwyang Hong
mengeluarkan suara tertawa terbahak-bahak yang keras sekali,
diapun telah memutar tubuhnya, kemudian dia berlari dengan
gesit sekali menuruni gunung Ciong Lam San.
Melihat kepergian See Tok, Ong Tiong Yang menghela
nafas. Bisa saja dia mempergunakan It Yang Cie nya untuk
menundukkan Auwyang Hong, namun hal itu tentu saja tidak
bisa dilaksanakannya, karena Auwyang Hong tidak secara
berterang melakukan kesalahan pada Coan Cin Kauw
Dan yang jadi sasaran kemarahan Ong Tiong Yang adalah
Ciu Pek Thong yang telah ditegur keras dan telah dikenakan
hukuman larangan keluar kuil. Sebab dihari pertama dia
memperoleh kebebasan keluar kuil, telah menimbulkan onar
yang tidak ringan.
Ketika berada di kamar semedhinya, Ong Tiong Yang jadi
berfikir keras. Menurut cerita Ciu Pek Thong, Lim Tiauw Eng
telah terluka oleh Auwyang Hong dan juga jika memang Ciu
Pek Thong tidak berusaha menghalangi dan mencegah
Auwyang Hong meneruskan serangannya, berarti Lim Tiauw
Eng akan celaka ditangan si Bisa dari Barat itu. kepandaian
Lim Tiauw Eng sangat tinggi, bahkan tidak berada dibawah
kepandaian Ong Tiong Yang sendiri. Sekarang dia bisa 309
dirubuhkan seperti itu oleh Auwyang Hong maka
mambuktikan bahwa Auwyang Hong telah berhasil
memperoleh kemajuan yang pesat atas ilmu kepandaiannya,
berarti dalam pertemuan yang kedua di Hoa San nanti Ong
Tiong Yang akan mengalami kesulitan yang tidak kecil.
**** Waktu beredara dengan cepat, dan tanpa terasa telah lewat
satu tahun lagi sejak Auwyang Hong menimbulkan keonaran
dihutan dekat Kuburan Mayat hidupnya Lim Tiauw Eng.
Pada pagi itu, tampak sebatang pohon yang tumbuh tinggi,
tergantung sepotong kain putih yang berkibar-kibar tertiup oleh
hembusan angin.
Seorang Tosu dari Cin Kauw yang melihat kain putih
dipermukaan hutan tersebut, jadi terkejut dan menduga sesuatu
telah terjadi di dalam kuburan Mayat Hidup itu. segera dia
melaporkan pada Khu Cie Kie dan Khu Cie Kie meneruskan
laporan itu kepada Ong Tiong Yang.
Bukan main berdukanya Ong Tiong Yang, karena segera
dia dapat menduga bahwa Lim Tiauw Eng telah meninggal
dunia. Dan meninggalnya Lim Tiauw /eng mungkin
berhubungan dengan peristiwa setahun yang lalu, dimana
Tiauw Eng telah dilukai secara curang oleh Auwyang Hong
mempergunakan jarum beracunnya.
Lama Ong Tiong Yang merenaung berduka dikamarnya.
Sampai menjelang malam hari hatinya semakin tidak tenteram,
diliputi oleh berbagai kenangan yang kacau sekali dalam 310
benaknya. Segala perasaan yang berada dihatinya pada waktu
itu merupakan siksaan yang tidak ringan. Sedih, marah, benci,
kasihan, mencintai, kecewa dan merasa bersalah, semua itu
telah bercampur aduk menjadi satu dalam otak Ong Tiong
Yang.
Memang Ong Tiong Yang pernah bersumpah tidak akan
masuk kembali kedalam kuburan Mayar Hidup itu walaupun
untuk satu langkah.
Namun sekarang, mendengar Lim Tiauw Eng meninggal
dunia, walaupun sudah bersumpah seperti itu, tokh secara
diam-diam akhirnya Ong Tiong Yang pergi juga ke kuburan
Mayat Hidup itu. malam demikian sunyi. Waktu dia memasuki
hutan itu, dia melihat kain putih yang terpasang cukup tinggi
berkibar-kibar terhembus angin malam yang dingin. Dan diatas
kain putih itulah tertulis nama Lim Tiauw Eng dan usianya.
Ong Tiong Yang menghela nafas dalam-dalam, dengan
hati berduka ia telah memasuki hutan itu. waktu sampai di
depan kuburan Mayat hidup, kuburan yang dibangun olehnya
dan telah diserahkan pada Lim Tiauw eng, tampak begitu
sunyi. Tidak terlihat seorang manusiapun juga. Demikian pula
halnya dengan Bu Lian, tidak terlihat mata hidungnya.
Dan mengambil jalan rahasia, Ong Tiong Yang masuk ke
dalam kuburan Mayat hidup. Dia yang membangun kuburan
Mayat Hidup itu, dia pula yang memperlengkapi dengan segala
alat-alat rahasia disekitar kuburan Mayat Hidup tersebut, dan
Ong Tiong Yang juga yang mengetahui prihal adanya jalanjalan rahasia kuburan Mayat Hidup tersebut.
Hanya disebabkan teringat akan cinta kasih Lim Tiauw
Eng yang begitu tulus dan besar padanya, maka Ong Tiong
Yang melanggar sumpahnya. Dengan Ilmunya yang sangat 311
tinggi Ong Tiong Yang masuk tanpa diketahui oleh budaknya
Lim Tiauw Eng, karena Bu Lian memang waktu itu, karena
terlalu letih mengurus jenazah gurunya, tengah tertidur
nyenyak.
Dengan berduka bukan main dan kesedihan yang
mendalam, Ong Tiong Yang menangis dihadapan jenazahnya
wanita yang pernah dicintainya itu. setelah puas menangis, dia
melihat-lihat lagi keadaan di dalam kuburan itu.
Di sebuah ruangan, dia melihat gambarnya dilukis oleh
Lim Tiauw Eng. Ong Tiong Yang berdiri lama sekali,
mengawasi lukisan dirinya yang terpasang didinding ruangan
tersebut. Lukisan yang begitu halus dan mirip sekali. Demikian
pandai Lim Tiauw Eng melukis keadaan Ong Tiong Yang.
Tidak ada sehelai rambutpun yang berbeda. Dari ujung
jubahnya sampai pada keadaan raut wajahnya semua sama dan
lukisan itu demikian hidupnya, seperti juga gambar Ong Tiong
Yang itu merupakan jelmaan dari orangnya. Disamping itu,
Ong Tiong Yang pun meneliti lukisan-lukisan di langit-langit
kedua kamar batu dalam kuburan tersebut. Dia melihat di
ruangan yang satu terukir ilmu silat Coan Cin Kauw,
sedangkan di ruangan yang satunya terukir ilmu Giok Lie Sim
Keng yang diciptakan oleh Lim Tiauw Eng.
Waktu melihat ukiran Ciok Lie Sim Keng, yang setiap
pukulannya adalah untuk menjatuhkan ilmu silat Coan Cin
Kauw, mendadak saja muka Ong Tiong Yang menjadi pucat.
Dia berdiri menjublek mengawasi ukiran-ukiran dari pelajaran
Ciok Lie Sim Keng, lama sekali dia mematung seperti itu,
sampai akhirnya dia menghela nafas dan bergegas
meninggalkan tempat itu. dia keluar dari jalan rahasia,
sehingga kedatangan Ong Tiong Yang kekuburan Mayat Hidup
tersebut sama sekali tidak diketahui oleh Bu Lian sampai kelak 312
Bu Lian menemui ajalnya, dan tidak pernah menyangka Ong
Tiong Yang sesungguhnya pernah melihat Ciok Lie Sim Keng.
Sekembalinya Tiong Yang Kiong Ong Tiong Yang jadi
tidak tenang dan setiap hari dia merenung diri di kamar
semedhinya, dia mengingat-ingat pelajaran Ciok Lie Sim
Keng.
Waktu itulah Ong Tiong Yang telah mengambil keputusan
untuk hidup mengasingkan diri di sebuah tempat yang sunyi
guna menciptakan semacam ilmu yang kelak bisa
dipergunakan untuk menindih dan menghadapi Ciok Lie Sim
Keng.
Setelah keputusan diambil dan telah menyerah-kan
kekuasaan dan pimpinan kuil Tiong Yang Kiong kepada Ma
Giok, segera Ong Tiong Yang naik ke atas gunung, dia
membuat sebuah gubuk dan selama tiga tahun beruntun tidak
pernah turun dari gunung tersebut. Dia menempati bagian yang
paling sulit didatangi orang di puncak Ciong Lam San tersebut.
Dengan demikian, tidak ada orang yang bisa mencari jejak,
demikian juga sahabat, murid Coan Cin Kauw, tidak
seorangpun bisa bertemu dengannya selama tiga tahun itu.
Secara mendalam Ong Tiong Yang telah meyakin-kan
Ciok Lie Sim Keng, dan berusaha untuk mencari semacam
ilmu silat yang dapat mengalahkan Ciok Lie Sim Keng. Dalam
beberapa bagian Ong Tiong Yang memang berhasil mencari
kelemahan Ciok Lie Sim Keng dan menciptakan jurus-jurus
baru yang dapat mengalahkan Ciok Lie Sim Keng.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian yang sangat
tinggi dan sempurna, Ong Tiong Yang dalam sekelebatan saja
telah mengetahui keunggulan dan kelemahan Ciok Lie Sim
Keng. Selama meyakinkan ilmu itu Ong Tiong Yang melihat 313
betapa kelemahan-kelemahan yang terdapat didalam Ciok Lie
Sim Keng boleh dibilang hampir tidak ada, sedangkan
keunggulannya memang ilmu tersebut merupakan ilmu yang
luar biasa hebatnya.
Ong Tiong Yang juga teringat kepada peristiwa setahun
lebih yang lalu, dimana Lim Tiauw Eng telah dilukai oleh
Auwyang Hong. Tentu peristiwa itu terjadi disaat Lim Tiauw
Eng belum lagi berhasil mengubah rampung ilmu ciptaannya
tersebut, disamping itu memang disebabkan diserang menggelap oleh jarum beracun itulah yang menyebabkan Lim Tiauw
Eng setelah merampungkan ilmu ciptaan-nya itu, Ciok Lie Sim
Keng dia menghembuskan nafasnya yang penghabisan.
Tapi dalam keadaan putus asa seperti itu, tiba-tiba Ong
Tiong Yang teringat akan kitab Kiu Im Cin Keng.
Sebenarnya memang Ong Tiong Yang sudah berjanji
untuk tidak mempelajari ilmu didalam kitab tersebut. Namun
terdorong oleh perasaan ingin tahunya, dia telah membukabuka lagi beberapa lembar.
Diwaktu itu Ong Tiong Yang sudah memperoleh gelaran
sebagai orang yang ilmu silatnya nomor satu di kolong langit.
Macam-macam ilmu yang terdapat dalam kitab tersebut sekali
lihat saja dia sudah mengerti dan bisa memahaminya dengan
cepat. Dia meyakinkan beberapabelas hari dan sudah
menyelami isi Kiu Im Cin Keng tersebut.
Jika beberapa waktu yang lalu sebelum Lim Tiauw Eng
meninggal, Ong Tiong Yang masih ragu-ragu untuk
mempelajari Kiu Im Cin Keng, maka kini karena terdorong
oleh perasaan putus harapan dan kecewa gagal menggubah
serupa ilmu silat yang hebat untuk mengalahkan Ciok Lie Sim 314
Keng, maka Ong Tiong Yang merobah keputusannya, dia telah
meyakinkan Ciu Im Cin Keng.
Waktu yang hanya belasan hari itu justru telah
memberikan serupa ingatan dan daya cipta yang luar biasa
bagusnya untuk Ong Tiong Yang, karena mendadak sekali
setelah dia selesai meyakinkan Kiu Im Cin Keng, dia
mengangkat kepalanya dengan memandang ke langit tertawa
bergelak-gelak. Diapun segerak kembali ke kuburan Mayat
Hidup dan menulis bagian-bagian Kiu Im Cin Keng yang
paling penting-penting dilangit-langit kamar batu yang paling
dirahasiakan. Dan juga memberi petunjuk tentang cara-cara
yang terbaik menindih dan mengalahkan Ciok Lie Sim Keng.
Setelah itu, Ong Tiong Yang juga menulis seumlah huruf
yang luar biasa kecilnya dibagian jeriji dari gambarnya dendiri
yang dilukis oleh Lim Tiauw Eng. Maksudnya agar dibelakang
hari, akhli warisnya Lim Tiauw /eng yang memiliki rezeki,
mengetahui bahwa ilmu silat Coan Cin Pay tidak dapat
ditaklukkan oleh Ciok Lie Sim Keng.
Setelah melakukan semua itu, Ong Tiong Yang keluar dari
kuburan mayat hidup dan pergi ke batu raksasa untuk membaca
pula syair yang dulu ditulis ileh Lim Tiauw Eng dengan hanya
mempergunakan jari telunjuk tangannya. Sambil membaca
syair itu yang memberi kenangan sedih kepadanya, hati Ong
Tiong Yang penuh dengan kebimbangan. Dia ingat huruf-huruf
yang ditulis olehnya di gambar itu sedemikian kecil dan halus.
Sehingga mungkin tidak ditemukan oleh ahli waris dari Kouw
Bok Pay. Akan tetapi, kalau ditulis terang-terangan, rahasia
Kiu Im Cin Keng segera akan jadi bocor. Waktu itulah
mendadak dia mendengar suara tangisnya seorang wanita.
Waktu ditanya, wanita itu ternyata she Sun yang pernah
ditolong jiwanya oleh Lim Tiauw Eng. Wanita she Sun ini naik 315
ke gunung dengan tujuan untuk menghaturkan terima kasih,
tapi penolongnya sudah meninggal dunia. Dia ingin sekali
bersembahyang di depan jenazahnya, tapi juga tidak dapat
pintu.
Ong Tiong Yang merasa kasihan dan lalu menunjukkan
padanya jalan masuk kuburan tersebut. Setelah itu dia
berpesan, "Aku bekali kau dengan enam belas huruf, yang kau
harus ingat betul-betul, tapi tidak boleh diberitahukan kepada
siapapun juga. Nanti ketika kau sudah akan meninggalkan
dunia ini, barulah kau beritahukan kepada majikan dari
kuburan itu!"
Wanita she Sun itu menghaturkan terima kasih dan benar
saja dengan petunjuknya Ong Tiong Yang, ia dapat masuk ke
dalam kuburan itu. belakangan ia diambil murid oleh budaknya
Lim Tiauw Eng, walaupun tidak secara resmi, pelayan Lim
Tiauw Eng, Bu Lian, sejak meninggalnya majikannya diwarisi
kuburan Mayat hidup dan juga telah memperoleh seluruh
warisan kepandaian Lim Tiauw Eng. Sedangkan wanita she
Sun yang berhasil masuk ke kuburan Mayat Hidup itu lewat
jalan yang diberitahukan oleh Ong Tiong Yang, belakangan
dikenal sebagai Sun Popo.
Enam belas perkataan pesanan Ong Tiong Yang berbunyi,
"Tiong Yang Siansu, turunkan ilmunya kepada yang
belakangan, pelajari gambarnya dan selidiki tangannya." Dan
itu ditulis pada sepotong kain putih yang dimasukkan ke dalam
baju kapasnya wanita she Sun itu.
Karena kecewa atas meninggalnya Lim Tiauw Eng,
disamping memang sangat berduka, Ong Tiong Yang semakin
tawar hatinya, apalagi sekarang dia telah berhasil menemukan
ilmu yang bisa menindidih dan mengalahkan ilmu Ciok Lie 316
Sim Keng, hatinya puas dan tidak ada yang perlu dikerjakan
olehnya lagi. Ong Tiong Yang pun menyerahkan pimpinan kuil
pada Ma Giok, kemudian dia sendiri pergi berkelana. Hanya
sebelum pergi merantau, Ong Tiong Yang berpesan pada
semua murid Coan Cin Kauw untuk berlaku sabar dan saling


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengalah walaupun menghadapi urusan yang bagaimanapun
bentuknya.
Nasehatnya itu diberikan, karena Ong Tiong Yang pun
juga mengakui didalam hati kecilnya, bahwa dalam hal
kecerdasan otak, dia masih kalah satu tingkat dari Lim Tiauw
Eng. Hal ini disadari oleh Ong Tiong Yang setelah dia
menjelang usia tua. Lim Tiauw Eng telah menggubah Ciok Lie
Sim Keng dari otaknya sendiri, sedangkan Kiu Im Cin Keng
bukanlah ciptaan atau gubahannya Ong Tiong Yang harus
mengakuinya, bahwa yang menindih dan bisa mengalahkan
Ciok Lie Sim Keng itu bukanlah ilmu Coan Cin Kauw yang
sejati, hanyalah ilmu Kiu Im Cin Keng. Sedangkan Kiu Im
Cin Keng ditulis oleh Tat Mo Cauw Su, cikal bakalnya Siauw
Lim Sie!
Banyak perbuatan mulia yang dilakukannya. Pada suatu
hari Ong Tiong Yang telah berjumpa dengan Thong Sia Oe
Yok Su. Betapa berdukanya Tong Shia waktu mendengar
prihal kematian Lim Tiauw Eng. Tong Shia merasa sayang,
seorang pendekar wanita yang memiliki kepandaian sehebat
Lim Tiauw Eng harus menemui kematian yang begitu
mengenaskan karena akal busuknya dan cara yang jahat dari
Auwyang Hong.
Walaupun Ong Tiong Yang sendiri belum bisa
memastikan bahwa kematian Lim Tiauw Eng memiliki
hubungan dengan peristiwa dilukainya Lim Tiauw Eng oleh
Auwyang Hong mempergunakan jarum beracunnya, namun 317
sebagian besar dugaan ke arah itu memang memiliki
kebenarannya. Dan Tong Shia juga mengutuk akan kebusukan
Auwyang hong. Namun dasarnya Tong Shia Oey Yok Su juga
seorang yang aneh dan memiliki perangai yang sulit sekali
diterka, diapun telah mengajak Ong Tiong Yang untuk pergi ke
See Hek, dia ingin melihat sampai seberapa tinggi kepandaian
yang telah dicapai oleh Auwyang hong. Disamping itu
memang Oey Yok Su pun ingin melihat, telah berapa tinggi
kepandaian dan kemajuan yang diperoleh Ong Tiong yang.
Bkankah jika mereka telah berada di See Hek dan berhasil
mencari Auwyang Hong, Ong Tiong Yang tidak akan berdiam
diri dan akan menghajar si Bisa dari Barat itu, karena telah
mencelakai Lim Tiauw Eng dengan jarum beracunnya.
Sehingga Lim Tiauw Eng, wanita yang pernah dicintai oleh
Ong Tiong Yang menemui ajalnya dalam usia yang tidak
terlalu tua.
Namun Ong Tiong Yang juga dapat mengendus maksud
Oey Yok Su yang ingin ?mengadu? dia dengan Auwyang Hong,
maka dengan halus Ong Tiong Yang menolak ajakan Oey yok
Su. Dia memberikan alasan bahwa pertamuan di Hoa San telah
dekat, dan tentu mereka akan bertemu muka diwaktu itu.
Setelah bercakap-cakap kesana kemari, Ong Tiong Yang
menyatakan keheranannya pada Oey Yok Su mengenai
kehebatan dari jari telunjuknya Lim Tiauw Eng. Dia
mengatakan jari telunjuk Lim Tiauw Eng dapat memahat batu
menulis syair, tapi mengapa menghadapi Auwyang hong, Lim
Tiauw Eng dapat dirubuhkan dan dibokong dengan jarum
beracunnya.
"Jika memang melihat kepandaian jari tunggalnya yang
bisa memabat batu, kepandaian Lim Tiauw Eng beberapa kali
lipat berada diatasku, tenaga Iwekangnya benar-benar telah 318
mencapai puncak kesempurnaan, melampaui Iwekangku
maupun Iwekangmu saudara Oey! Namun justru Auwyang
Hong bisa mencelakainya. inilah yang mengheran-kan
sekali, disat dia terluka justru Auwyang Hong tetap dalam
keadaan sehat-sehat belaka! Memang kitapun harus
mengakuinya bahwa See Tok merupakan manusia yang paling
licik dan penuh akal bulus yang busuk, tapi jika dia melukai
Tiauw Eng tanpa dirinya mengalami cidera, inilah benar-benar
mengherankan."
Oey Yok Su juga tampak berpikir sejenak ketika
mendengar keterangan Ong Tiong Yang. Setelah berpikir, Tog
Shia tertawa terbahak-bahak, dia berkata, "Akupun bisa!
Hanya sayang aku belum melatih ilmu itu! biarlah aku akan
datang mengunjungi Ciong Lam San sebulan kemudian,
dimana kita bertemu disana.!"
Karena memang ingin memecahkan kehebatan jari
telunjuk Lim Tiauw Eng yang dapat menulis syair di atas batu
hanya menggunakan jari telunjuknya belaka, Ong Tiong Yang
pun telah kembali ke Ciong Lam San, menantikan kedatangan
Oey Yok Su.
Benar saja sebulan kemudian Oey Yok Su telah datang
mengunjungi Ciong Lam San. Tong Shia memang memiliki
adat aneh dan aseran dan terlebih lagi sekarang dia tengah
berurusan dengan Ong Tiong Yang itu jago nomor satu di
kolong langit, maka Tong Shia ingin memberlihatkan
kehebatannya. Lalu bersama-sama dengan Ong Tiong Yang,
Tong Shia telah pergi melihat batu besar yang terdapat tulisan
syairnya Lim Tiauw Eng.
Waktu itu Lim Tiauw Eng hanya menliskan sampai,
"Memang juga orang luar biasa, Thian tidak gampang- 319
gampang mau turunkan" Maksudnya jelas, yaitu aagar Ong
Tiong Yang ikut mencontoh perbuatannya Thio Liang dan
menyembunyikan diri menjadi orang pertapaan.
Waktu itu Tong Shia telah mengawasi syair itu beberapa
saat lamanya, dia telah memandang dengan penuh perhatian.
Huruf demi huruf dibacanya perlahan-lahan. Maka ia telah
mempergunakan jari telunjuknya untuk mengikuti tulisan
huruf-huruf itu, persis sekali jari telunjuknya itu masuk dalam
setiap garis huruf. Memang ini benar-benar membuktikan
huruf-huruf itu ditulis dengan jari tangan, bukan disebabkan
pahatan benda keras lainnya.
Setelah mengawasi sekian lama, Oey Yok Su Tertawa, dia
menoleh kepada Ong Tiong Yang.
"Tiong Yang Cinjin, aku dapat menulis seperti ini! kau
percaya tidak?" tanya Tong Shia.
Ong Tiong Yang mengawasi menjublek pada batu itu, dia
menggumam, "Menurut dugaanku, hanya seorang Dewa atau
Dewi yang bisa menulis di batu ini dengan menggunakan jari
telunjuknya! Terus terang saudara Oey, aku tidak mempunyai
kesanggupan menulis huruf-huruf diatas batu, memahat dengan
hanya mempergunakan jari tangan saja. jika memang benar kau
bisa menulis huruf-huruf itu seperti yang dilakukan oleh Lim
Tiauw Eng, maka kelak dalam pertemuan yang kedua kalinya
di Hok San, tentu engkau yang akan memenangkan pertemuan
itu, dimana kau tentu yang terpilih sebagai jago silat nomor
satu di kolong langit ini!"
Oey Yok Su tersenyum.
"Tidak! tidak sampai begitu jauh! Ong Cinjin yang akan
tetap sebagai orang yang ilmu silatnya nomor satu di kolong 320
langit!" kata Tong Shia. "Terus terang saja, yang akan terpilih
sebagai orang yang memiliki ilmu silat kelas satu tetap Ong
Cinjin.!" dan setelah berkata begitu, Tong Shia tertawa
terbahak-bahak. Lama dan panjang sekali dia tertawa seperti
itu, sambil tangan kirinya mengelua-elus batu tersebut, lalu dia
melonjorkan tangan kanannya, dia luruskan jari telunjuknya
dan mulai menulis!
Oey Yok Su mulai menulis menyambung syair yang ditulis
Lim Tiauw Eng, dia telah menulis mulai dari perkataan, "Tapi
Tiong Yang yang mendirikan Coan Cin", dimana huruf demi
huruf ditulisnya dengan tarikan yang kuat dan indah sekali, jari
tangannya begitu tangguh, sehingga batu itu seperti juga tahu,
begitu ditusuk, begitu meluruk abunya, dan di batu itu
bertambah satu huruf! Sangat mudah sekali Oey Yok Su
menulis huruf-huruf di batu itu mempergunakan telunjuk
tangannya.
Bukan main kagetnya Ong Tiong Yang, kembali dia
menjublek menyaksikan pertunjukan yang hebat itu, sama
halnya ketika dia menyaksikan Lim Tiauw Eng menulis
syairnya di batu tersebut dengan jari telunjuk tangan kanannya!
Sekarang untuk kedua kalinya Ong Tiong Yang bisa
menyaksikan Oey Yok Su dapat melakukan hal yang sama.
Oey Yok Sun sendiri telah tertawa terbahak-bahak dan
kemudian melanjutkan menulis lagi. Secara keseluruhan
berbunyi :
"Tapi Tiong Yang mendirikan Coan Cin,
Dongak kelangit, melebarkan langkah,
Dengan sikap seorang gagah perkasa,
Menunggu waktu ia ingin berkuasa, 321
Sesudah keliling dunia, baru insyaf melakukan
kekeliruan,
Menyembunyikan diri dalam suatu kuburan,
Menurut kata orang, disini ia mendapat ilmu,
Dan disini juga dua dewa saling bertemu,
Sekarang dibawahnya gunung Ciang Lam San,
Berdiri klenteng indah dengan atas menjulang
keawan."
Begitulah syair yang ditulis oleh Oey Yok Su, untuk
melanjutkan syair yang ditulis oleh Lim Tiauw Eng.
Selama Oey Yok Su Menulis dengan asyiknya
mempergunakan telunjuk tangan kanannya diatas batu itu, dan
dsaat bubuk-bubuk batu iru meluruk, Ong Tiong Yang tengah
diliputi keheranan dan kebingungan yang sangat.
Ong Tiong Yang benar-benar tidak mengerti, kepandaian
Oey Yok Su satu tingkat dibawah kepandaiannya, tapi
mengapa Tong Shia bisa memiliki jari tangan yang demikian
hebat? Mengapa dia menulis dengan mempergunakan jari
tangannya di atas batu, yang seperti diukir dan dipahat itu?
Itulah teka-teki yang membuat Ong Tiong Yang
merasakan kepalanya sakit namun tidak berhasil
memecahkannya.
Ong Tiong Yang telah memutar otaknya, tapi tidak bisa
pecahkan teka-teki itu, dalam jengkelnya secara tidak sengaja
dia telah menggerakkan tangannya, dia telah menonjok batu itu
dengan satu jarinya dan benar-benar mengherankan
sekali, batu tersebut dapat ditembusi oleh jari tangannya
sampai meninggalkan lobang yang dalam sekali! 322
Diwaktu itulah Ong Tiong Yang memperoleh keterangan
dari Oey Yok Su.
Waktu pertama kali Oey Yok Su mendengar prihal Lim
Tiauw Eng menulis syair diatas batu dengan hanya
mempergunakan jari tangannya, segera juga Oey yok Su
menduga bahwa Lim Tiauw Eng mempergunakan Hoa Sek Tan
yaitu semacam obat yang dapat melunakkan segala macam
batu untuk lamanya sepasangan hio.
Oey Yok Su memang memiliki kepintaran yang luar biasa
dari keajaiban tersebut.
Apalagi Tog Shia juga mendengar dari cerita Ong Tiong
Yang, sebelum mulai menulis, Lim Tiauw Eng telah
mengusap-usap terlebih dahulu batu itu dengan
mempergunakan telapak tangan kirinya. Dugaannya semakin
kuat bahwa Lim Tiauw Eng mempergunakan Obat Bubuk Hoa
Sek Tan.
Itulah sebabnya menduga Oey Yok Su telah menjanjikan
pada Ong Tiong Yang sebulan lagi baru akan datang
mengunjungi Ciong Lam San, dimana dia tidak melakukan
perjalanan bersama Ong Tiong Yang kembali ke Ciong Lam
San, sebab dia ingin membeli obat-obatan guna membuat Hoa
Sek Tan itu.
Setelah memperoleh keterangan dari Oey Yok Su, tekateki yang selama ini mengganggu pikiran Ong Tiong Yang
telah dapat dipecahkan. Dan dia tidak menyesal! Bahwa
dirinya telah diperdaya oleh Lim Tiauw Eng, sehingga harus
menyerahkan kuburan Mayat Hidupnya pada Lim Tiauw Eng,
bahkan harus menuntuk kehidupan sebagai seorang Tosu. 323
Memang untuk pertama kali ketika Ong Tiong Yang
menjalankan kehidupan sebagai seorang Tosu, dia tidak betah
dan merasa tersiksa sekali. Namun hari demi hari dia banyyak
membaca kitab dan memperoleh kesadaran, segera juga Ong
Tiong Yang mengetahui bahwa segala apa adalah takdir dan
dia telah dapat melihat segala kekosongan dunia. Dia terus
memperdalam ilmu dan memperluas ajaran agama To,
sehingga Coan Cin Kauw merupakan pintu perguruan yang
sangat besar dan dihormati oleh seluruh orang-orang kangouw,
terutama sekali cikal-bakalnya merupakan orang yang memiliki
ilmu silat paling tinggi dan nomor satu dikolong langit ini,
Tiog Yang Cinjin.. bahkan kepopuleran dan kehebatan
Tiong Yang Cinjin itu tidak akalah jika dibandingkan dengan
kehebatan-kehebatan Tat Mo Cauwsu yang dikenal oleh orangorang kangouw sebagai pencipta kitab Kiu Im Cin Keng dan
Kiu Yang Cin Keng tersebut.!
Setelah berpisah denga Oey Yok Su, Ong Tiong Yang
lebih banyak mempergunakan waktunya untuk memperdalam
pelajaran agamanya dan semuanya diselami arti dan
maksudnya secara lebih mendalam.
Tentu saja, kepandaian silatnya tak ditelantarkan, terlebih
lagi Coan Cin Kau pun telah menerima murid-murid yang
banyak jumlahnya, yang semuanya menjadi tosu.
Manusia dikolong langit ini memang tolol,
Ada yang gemar bersekolah,
Untuk memangku pangkat,
Ada yang menggemati emas dan batu kumala,
Untuk menjadi budak kemewahan,
Ada yang tergila-gila paras elok,
Untuk merasakan adanya sorga buatan, 324
Ada yang gemar belajar silat, untuk menjadi jago nomor
stu di kolong langit.
Tapi benarkah semua itu?
Kosong dan nihil.
Itulah dunia.
Tui Lian yang ditulis dengan tinta emas itu tergantung
besar dan indah di ruang pertama kuil Tiong Yang Kiong.
Begitu besar ukuran tulisan tersebut, juga warnanya yang
demikian menyolok, sehingga setiap orang yang mengunjungi
kuil tersebut, tentu akan dapat melihatnya. Dan melangkah
yang pertama dilihat adalah Tui Lian tersebut.
Pada pagi itu, waktu kabut dan embun belum lagi tersapu
bersih hangatnya sinar matahari, tampak seorang wanita
berusia dua puluh tahun lebih tengah berdiri mematung di
ruang pertama kuil Tiong Yang Kiong, dengan muka yang
pucat, mata yang merah dan digenangi oleh air mata yang turun
membasahi pipinya. Bagaikan wanita itu kehilangan arwahnya,
bibirnya yang kecil mungil bentuknya itu, bergetar
menggumam perlahan, mengulangi kalimat terakhir Tui Lian


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, "Tapi benarkah semua itu? kosong dan nihil. Itulah
dunia. Itulah dunia. Ya itulah dunia .!" dan wanita itu yang
parasnya cantik luar biasa, walaupun pakaian yang
dikenakannya itu terbuat dari bahan cita yang kasar, tokh tidak
mengurangi kecantikan paras mukanya. Sikapnya yang tengan
berdiri mematung itupun memancarkan sikap yang agung dari
seorang wanita yang tentunya telah hidup dalam lingkungan
bangsawan.
Lama wanita cantik itu mengawasi Tuilian itu, mukanya
yang pucat pias itu menunjukkan bahwa dirinya terpendam
kedukaan yang mendalam. 325
Dan setelah menghela nafas dalam-dalam, dia
menggumam lagi dengan suara yang perlahan dan bibir yang
gemetar, "Tapi kenihilan yang ada jika memang diberi, tentu
tidak akan nihil, dan jika kekosongan yang ada itu ingin diisi,
tentu tidak pula kosong .. Tapi, cinta itu telah sirna, sepotong
hati telah terombang-ambing, dan kasih sayang telah terbawa
hanyut dengan perginya sikecil jantung hati." wanita itu
menghela nafas lagi, dia telah menyusut air matanya. Dan
kemudian dia melangkah perlahan-lahan, mendekati pendopo
kuil Tiong Yang Kiong, dia menghampiri meja sembahyang
untuk bersembahyang.
Tadi pada ?Biokong? (penjaga kuil) waktu wanita cantik
ini tidak memasuki kuil, dia menyatakan maksud
kedatangannya ingin memasang hio untuk sembahyang.
Tapi didasar hatinya, sesungguhnya dia mengandung
maksud lain. Dia ingin menemui seseorang di kuil Tiong Yang
Kiong, namun dia tidak berhasil mulutnya menanyakan orang
yang tengah dicarinya itu pada biokong tersebut.
Wanita cantik yang muda usia tersebut, yang wajahnya
pucat seperti orang telah ditinggal arwahnya, dengan langkah
yang agak terhuyung telah tiba didepan meja sembahyang, sia
menggumam perlahan, suaranya tidak jelas, hanya sekali-sekali
terdengar perkataan, "Semoga anakku bisa beristirahat
selamanya dengan tenang mengampuni ibu Ciu Toako
laksaan lie telah dilalui. kehampaan dan kenihilan" dan
wanita itu kemudian telah menancapkan hio ditangannya pada
hiolo. Diapun telah merangkapkan tangannya menyoja.
Waktu itu dari ruang dalam telah keluar seorang Tosu
berusia dua puluh tahun lebih. Ketika melihat ada orang yang
tengah bersembahyang, bahkan seorang wanita, dia telah 326
menghampiri, tanyanya, "Hujin, apakah ada sesuatu yang bisa
pinto bantu?"
Wanita yang keadannya seperti yang tengan tertimpa
kesulitan dan kedukaan yang hebat itu telah mengangkat
kepalanya, mengawasi tosu muda tersebut, dia menghela nafas
dan menyusut air matanya.
"Terima kasih Totiang . memang ada kesulitan yang
tengan dialami olehku . dapatkah totiang mempertemukan
aku dengan seseorang?!"
"Siapakah orang yang ingin Hujin temui?" tanya Tosu
muda itu. "Jika memang dapat pinto bantu, tentu pinto akan
berusaha menyampaikan keinginan Hujin pada orang yang
bersangkutan!"
Wanita muda yang paras mukanya cantik luar biasa itu
telah menunduk, tampaknya dia bimbang, diapun menggumam
perlahan, "Tapi apakah dia mau bertemu denganku? Apakah
dia bersedia menerima kedatanganku? Apakah dia mau
mendengar ceritaku prihal anaknya.?!"
Tosu muda itu menjadi heran melihat sikap tamunya ini,
segera tanyanya, "Dapatkah Hujin memberitahukan siapakah
orang yang ingin Hujit temui itu?"
Wanita itu telah menghela nafas.
"Kukira sulit untuk bertemu dengan orang itu. belum
tentu dia mau menemui aku!" jawab wanita tersebut.
"Siapakah Hujin dan apakah orang yang Hujin cari itu
berada dalam kuil ini, juga salah seorang saudara
seperguruanku Pipto?" 327
Wanita itu mengangkat kepalanya, mukanya pucat sekali,
air matanya masih menitik, dia mengangguk beberapa kali,
"Ya, dia salah seorang penghuni kuil ini! sudahlah, sekarang
dapatkah Totiang mengusahakan agar kau bisa bertemu dengan
Ong Cinjin, Tiong Yang Cinjin, Coan Cin Kauwcu kalian."
Mendengar disebutnya Tiong Yang Cinjin, maka muka itu
jadi berubah, tampaknya dia kaget dan mengawasi wanita itu
dengan mata menyelidik mengandung kecurigaan.
Wanita tersebut telah mengawasi Tosu muda itu sambil
tersenyum pahit, lalu katanya, "Sudahlah, memang telah
kuduga, tentu Tiong Yang Cinjin juga tidak mungkin mau
bertemu denganku!" dan wanita itu menghela nafas dalamdalam, dengan wjah yang tetap pucat, dia hendak berlalu.
"Tunggu dulu Hujin!" panggil Tosu muda itu. jika
memang Hujin sungguh-sungguh memiliki urusan yang
penting dengan Cauwsu kami, tentu pinto bisa saja
memberitahukannya. Soal diterima atau tidak keinginan Hujin
untuk bertemu dengan Cauwsu, itu soal lain lagi, tapi yang
penting Hujin harus menunggunya.!"
Wanita cantik itu berdiam sejenak, tampaknya dia
bimbang, namun akhirnya mengangguk.
"Terima kasih Totiang, terima kasih!" katanya. "Baiklah,
aku menunggu disini!"
Tosu itu lalu berkata, "Mari Hujin ikut dengan Pinto ke
ruang tamu!"
Wanita itu mengangguk. Dia ikut dengan Tosu menyusuri
jalan berbatu krikil. Kemudian sampai di ruang tamu kuil
tersebut yang berbentuk segi delapan. 328
Setelah berpesan kepada seorang Tosu kecil, untuk
menyediakan teh pada tamu wanita ini, Tosu itu telah pergi
kedalam kuil untuk menyampaikan keinginan wanita ini kepad
Tiong Yang Cinjin.
Lama sekali wanita itu duduk di ruang tamu menantikan
munculnya Tiong Yang Cinjin, dan selama itu sikapnya tidak
tenang.
Wajahnya yang pucat, dengan matanya yang merah karena
menangis terlalu banyak memancarkan kedukaan yang hebat
dan dalam, disamping itu mukanya yang muram bagaikan dia
tengah memiliki kesulitan yang besar. Keinginannya hanya
untuk bertemu dengan Tiong Yang Cinjin, hanyalah untuk
menanyakan prihalnya seseorang, walaupun dia tidak begitu
yakin bahwa orang yang dicarinya itu masih berdiam di kuil
Tioang Yang Kiong ini.
Tidak lama kemudian keluar seorang Tosu, tapi bukan
Tiong Yang Cinjin. Wanita itu memandang dengan sinar mata
yang dingin mengandung kekecewaan.
Tosu muda itu telah merangkapkan kedua tangannya,
memberi hormat dengan ramah dia bertanya, "Siapakah Hujin,
dan ada keperluan apakah Hujin ingin bertemu dengan guruku
Tiong Yang Cinjin?! Silakan Hujin mengatakannya, Pinto Ma
Giok tentu akan menyampaikannya. Sesungguhnya bukan
guruku tidak berkenan menerima kunjungan Hujin, namun
akhir-akhir ini guruku tengah mengurung diri selama sebulan
di kamar semedhinya. harap Hujin memakluminya!"
Wanita itu menghela nafas, wajahnya yang pucat tampak
kian pucat, benar-benar dia kecewa, karena dia menyadari
dengan berkata begitu. Tosu muda tersebut yang bernama Ma
Giok menyatakan penolakan Ciong Yang Cinjin untuk bertemu 329
dengannya. Dia menghela nafas dalam-dalam sambil memutar
tubuhnya. Tanpa berkata sepatah katapun dia melangkah akan
berlalu. Hanya mulutnya yang menggumam perlahan, "Kosong
dan nihil. Itulah dunia.!"
Ma Giok, Tosu muda itu, heran melihat sikap wanita itu,
dia cepat memburunya sambil berkata ragu, "Hujin tidak ada
pesan yang hendak ditinggalkan Hujin buat Guruku?!"
Wanita itu menahan langkah kakinya, dia menatap Ma
Giok beberapa saat, kemudian menggelengkan kepalanya.
"Tidak.!" katanya. "Tidak ada sesuatu yang berharga
untuk disampaikan pada Tiong Yang Cinjin yang agung
itu.!"
Muka Ma Gok jadi berubah merah.
"Hujin," katanya cepat sambil merangkapkan tangannya.
"Janganlah Hujin salah penafsiran, bukannya guruku tidak
berkenan menerima Hujin, tapi justru waktunyalah yang tidak
bertepatan inilah suatau kebetulan yang tidak
menyenangkan!"
"Sudahlah akupun tidak ingin menyampaikan apa-apa,
terima kasih atas sambutannya ini Totiang!" dan wanita itu
telah meneruskan langkah kakinya, perlahan-lahan dan lesu
sekali untuk meninggalkan ruangan tamu kuil tersebut.
Ma Giok jadi tartegun berdiri menjublak diam saja, dia
mengawasi tidak mengerti kelakuan wanita itu, yang bebarbenar membingungkannya.
Tapi melangkah beberapa tindak lagi, wanita itu merandek.
Dia berdiam ragu kemudian memutar tubuhnya, dia
menghampiri Ma Giok lagi sambil katanya, "Ada yang hendak 330
kutanyakan mengenai seseorang, entah Totiang hendak
menjawab dan memberitahukannya atau tidak?!"
"Silakan!, silakan!" menyahuti Ma Giok. "Jika Pinto
memang mengetahui, tentu Pinto akan memberitahukan!"
Wanita itu ragu-ragu, namun akhirnya dia berkata,
"Apakah di kuil ini masih berdiam seseorang yang bernama
Ciu Pek Thong, yang biasa dipanggil dengan sebutan Loo Boan
Tong?"
"Itulah Ciu Susiok kami!" berseru Ma Giok tambah heran.
"Totiang belum lagi menjawab pertanyaanku.!" kata
wanita itu.
Ma Giok kembali merangkapkan kedua tangan-nya, dia
tahu bahwa tadi dia keliru, karena disebabkan perasaan heran
dan tidak mengerti oleh sikap wanita ini, dia sampai melakukan
hal yang tidak semestinya. "Maaf, maaf, maaf! Memang Pinto
khilaf..! Benar, Ciu Pek Thong Susiok memang masih berdiam
di kuil Tiaong Yang Kiong ini. apakah Hujin kenal dengan
Ciu Susiok?!"
Muka wanita itu sekejap berseri, wajahnya yang pucat itu
sejenak memerah, tampak sinar kegembiraan. Tapi kemudian
kegembiraan itu lenyap dan wajahnya pucat kembali.
"Ya, ya, memang kami saling kenal.!" sahutnya
perlahan sekali, seperti juga dia berkata-kata untuk dirinya
sendiri. Sudahlah, aku permisi saja!"
"Jika memang Hujin kenal dengan Ciu Susiok, biarlah aku
panggilkan Susiok untuk menemui Hujin .!" kata Ma Giok
cepat, dia merasa kasihan melihat keadaan tamunya yang
seperti itu, maka pikir Tosu muda ini, "Jika tokh wanita muda 331
ini memang kenal dengan Susiok Ciu Pek Thong, apa salahnya
jika dia memanggil Ciu Pek Thong agar menemui tamu yang
seorang ini?"
Wanita ini merandek lagi, wajahnya memperlihat-kan
kebimbangan yang sangat. Namun akhirnya dia mengangguk,
malah terlihat ketegangan menguasai dirinya.
"Terima kasih Totiang. Kau sangat baik sekali!: kata
wanita itu.
Ma Giok sekali lagi merangkapkan tangannya, menjura
sambil bertanya, "Maafkanlah kelancangan Pinto, jika boleh
Pinto mengetahui, dapatkah Hujin memberitahukan she nama
Hujin yang mulia, agar Pinto tidak menemui kesulitan dalam
melaporkan hal ini pada Ciu Susiok!"
Wanita itu tambah bimbang, dia mengangkat kepalanya
memandang ke langit-langit ruangan itu, mulutnya gemetar
ketika menggumam, "Katakan saja ada seorang sahabat lama
dari tempat yang jauh ingin bertemu dengannya kuatir jika
memang diberitahu-kan she dan namaku tentu Loo Boan Tong
tidak ingin bertemu denganku!"
Ma Giok mengangguk, waktu itu dengan melihat keadaan
dan sikap wanita tersebut, segera dia menyadari tentu terdapat
sesuatu yang sulit pada diri wanita ini, dia tidak mau bertanya
melit-melit dan rewel.
"Baiklah, harap Hujin menanti sejenak! katanya. "Pinto
akan segera mengundang keluar Ciu Susiok!"
"Terima kasih Totiang, terima kasih.!" meng-angguk
wanita itu. 332
Ma Giok telah meninggalkan wanita tersebut, kembali
masuk kedalam kuil untuk mencari Ciu Pek Thong.
Wanita itu menantikan dengan sikap tidak tenang, tampak
wajahnya memancarkan kebimbang-an yang sangat, disamping
itu matanya tidak henti-hentinya melirik ke arah pintu yang
menghubungkan ruang dalam kuil dengan ruang tamu tersebut,
dn wajahnya memang semakin pucat, sebentar-sebentar dia
menghela nafas.
Tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki.
Wanita itu yang tidak tenang dan tidak sabar telah melompat
berdiri memandang ke arah pintu yang menghubungkan
dengan ruangan dalam kuil tersebut segera sikap ogah-ogahan
seorang yang meiliki tubuh jangkung, dengan mulut yang
tengah mengoceh tidak hentinya, "Kau bilang ada seorang
kawan yang ingin bertemu denganku, tentunya hari ini aku
akan puas bermain-main karena kawanku itu tentu akan
menemaniku bermain-main. sehingga hari ini kau dan adikadik seperguruanmu yang lain, boleh bebas tidak menemani
aku bermain.!
Wanita itu memperlihatkan paras yang tegang, dia telah
mengenali bahwa lelaki yang dibelakang Ma Giok yang tengah
mengoceh terus menerus tidak lain dari Loo Boan Tong yaitu
Ciu Pek Thong.
Ciu Pek Thong sendiri ketika melangkahkan kaki masuk
ke ruang tamu, menganggkat kepalanya. Mulutnya yang tengan
mengoceh itu jadi terbuka lebar-lebar, namun tidak keluar
suaranya lagi, diam membisu dan berdiri mematung.
Lama Ciu Pek Thong dengan sikapnya seperti itu, langkah
kakinya juga terhenti, dia berdiri bagaikan patung, membuat 333
Ma Giok melihat dengan heran memandang Ciu Pek Thog dan
wanita yang menjadi tamu kuil ini dengan bergantian.
"Ciu Toako..!" memanggil wanita cantik itu dengan suara
yang bergetar dan mukanya kian pucat, matanya telah
mengembang air mata.
"Kaukau Eng?!" tiba-tiba Ciu Pek Thong berseru
dengan suara yang nyaring, gugup sekali "Tidak!... tidak,
jangan kau mencariku lagitidak! jangan kau mendesakku
terus melakukan perbuatan dosa.!"
Dan setelah berkata begitu, Ciu Pek Thong memutar
tubuhnya, berlari masuk kedalam kuil lagi seperti diburu oleh
setan saja.


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wanita itu berdiri dengan wajah yang puct, lesu sekali,
sinar matanya luar biasa sekali, seperti juga dia telah ditinggal
arwahnya.
Ma Giok juga berdiri tertegun beberapa saat lamanya,
karena dia heran dan kaget melihat sikap Ciu Pek Thong
seperti itu.
Setelah tersadar, dia cepat-cepat menghampiri wanita itu
yang dipanggil oleh Ciu Pek Thong sebagai si Eng. Dia
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat, katanya
dengan perasaan tidak enak, "Maafkan.maafkanlah Hujin.
memang watak Ciu Susiok agak berandalan, sehingga dia tidk
menyambutmu dengan selayaknya.!"
Wanita itu yang dipanggil si Eng telah menyusut matanya,
kemusian tertawa pahit, mengandung kedukaan, kekecewaan
dan putus asa, katanya. "Sudahlah, memang telah kuduga, dia
tentu tidak ingin bertemu denganku! Seperti juga halnya
dengan Ciong Yang Cinjin yang tidak mau menemui aku!" dan 334
setelah berkata begitu, wanita itu si Eng, telah melangkahkan
kakinya, dia juga menggumam dengan suara yang bergetar,
"Manusia di kolong langit ini memang sangat tolol, ada yang
menggemari uang emas dan batu kumala, untuk menjadi budak
kemewahan, ada yang tergila-gila paras elok untuk merasakan
adanya sorga buatan.itulah dunia.!"
Ma Giok memandang hea, benar-benar peristiwa hari ini
membuat dia tidak mengerti. Sikap wanita itu,yang keadaannya
begitu menyedihkan seperti menyimpan kedukaan dan
kesengsaraan yang mendalam dan juga wataknya yang aneh,
yang kata-katanya membingungkan. Lalu juga sikap dari Ciu
Pek Thong tadi yang telah lari meninggalkan tamunya ini,
seperti juga Ciu Susioknya itu telah melihat hantu yang
mengerikan, benar-benar membuat Ma Giok jadi tidak
mengerti. Maka melihat wanita itu telah melihat dengan lesu
dia berdiam diri saja tidak mencegahnya.
Ketika tengan menyusuri jalan yang berbatu krikil itu, si
Eng, wanita yang mukanya pucat seperti yang telah kehilangan
semangat itu telah menyusuri dengan wajah tertunduk. Sampai
suatu kali dia melihat diantara batu-batu krikil itu terdapat
sebutir batu yang bentuknya aneh, seperti juga bentuk kepala
manusia, bulat dengan lobang-lobang yang letaknya tepat
bagaikan bentuk mata, hidung dan mulut. Wanita itu telah
menunduk dan membungkukkan tubuhnya, dia mengulurkan
tangannya mengambil batu tersebut, kemudian
diperhatikannya. Dan dia menghela nafas dalam-dalam, diapun
menggumam, "Ya, manusia di dunia memang tolol. Anakku,
anakkua, anakkua, engkau kini telah berada ditempatmu yang
tenang dan bahagia, tidak seperti ibumu yang harus
menyelesaikan beberapa urusan besar yang belum lagi bisa
dirampungkan.!" setelah berkata begitu, tiba-tiba dia 335
menggerakkan tangannya, dia telah melontarkan batu
ditangannya, dan batu itu telah meluncur dengan cepat sekali,
melesat menyambar gunung-gunungan, membeletak
menimbulkan suara menimbulkan suara benturan yang keras.
Batu yang disambitkan oleh wanita itu telah menerobos masuk
kedalam batu gunung-gunungan dalam sekali, mungkin
beberapa dim.
Ma Giok yang menyaksikan hal itu jadi tertegun, karena
inilah yang tidak disangkanya. Tenaga sambita wanita itu
ternyata kuat sekali dan memiliki Iwekang yang tidak lemah.
Cepat-cepat Ma Giok memburu mendekati wanita itu, dia
telah berkata dengan ragu-ragu, "Akh, Hujin ternyata seorang
yang memiliki kepandaian yang tinggi rupanya seorang
Locianpwe dengan bersahabat pada Ciu Susiok, tentunya
Hujinpun sebelumnya memiliki hubungan yang akrab!
Mengapa Hujin tidak mau menanti sebentar lagi, agar Pinto
bisa membujuk susiok keluar untuk menemui Hujin?!"
Wanita itu mengehela nafas, dengan paras berduka dia
menggeleng lemah.
"Tidak ada gunanya lagi, hatinya memang tidak
padaku.! kata wanita itu.
"Hatinya memang tidak padamu?!" tanya Ma Giok
mengulangi perkataan wanita itu dengan perasaan heran, dan
sebagai seorang yang cerdas, Ma Giok juga segera dapat
menduga, tentunya antara wanita ini dengan Ciu Susioknya
terdapat hubungan yang istimewa. Maka setelah berdiam
sejenak, karena didorong oleh perasaan kasihan, dia bilang,
"Jika demikian, biarlah Pinto usahakan untuk memberitahukan
pada guruku, agar guruku yang perintahkan Ciu Susiok keluar
menyambut Hujin!" 336
Wanita itu telah melirik, dia menghela nafas. "Kukira
Tiong Yang Cinjinpun tidak mungkin bersedia keluar
menemuiku.!" katanya.
"Tapi kita mencobanya tokh tidak ada salahnya..?!" kata
Ma Giok. "Maukah Hujin menanti sebentar saja, agar pinto
memiliki kesempatan untuk memberitahukan guruku?!"
Wanita itu bimbang sejenak, namun dia mengangguk. Tapi
baru saja dia ingin menyahuti, dari dalam kuil itu telah
melangkah seseorang dengan langkah yang sabar dan telah
merangkapkan kedua tangannya. Walaupun jarak mereka
masih terisah cukup jauh dia telah menjura memberi hormat,
"Tidak kami duga bahwa kuil kami bisa memperoleh
kehormatan demikian besar atas kunjungan Lauw Kuihui.
maaf, maaf, Pinto terlambat menyambut!"
Otang itu tidak lain dari Ong Tiong Yang. Rupanya tadi
waktu melihat Ciu Pek Thong terbirit-birit masuk lagi ke dalam
kuil dengan pucat pias seperti telah bertemu dengan hantu,
maka Ong Tiong Yang jadi heran. Dia segera menanyakan
pada Pek Thong apa yang terjadi.
Loo Boan Tong dengan nafas memburu dan muka yang
pucat pias telah menceritakan prihal kedatangan Lauw Kuihui.
Ong tiong Yang terkejut, tapi sepat sekali cikal-bakalnya
Coan Cin Kauw tersebut dapat menguasai diri, segera dia
keluar untuk menyambut Lauw Kuihui, selirnya Toan Hongya
atau Eng Kouw itu.
Muka Eng Kouw tersebut masih tetap pucat, dengan segera
dia membalas hormat Ong Tiong Yang.
Ma Giok tercengang ketika mendengar bahwa wanita yang
keadaannya memang luar biasa ini adalah seorang Kuihui, 337
seorang selir dari seorang kaisar! Dia sampai memandang
dengan menjublek saja. Tapi yang membuat Ma Giok jadi
heran, mengapa wanita agung tersebut hanya mengenakan
pakaian yang terbuata dari cita biasa, dan bisa kenal dengan
Susiok maupun Suhunya? Yang lebih mengherankan, selir
itupun memiliki tenaga Iwekang yang cukup kuat, dimana batu
yang disambitkannya bisa amblas begitu dalam.
Eng Kouw telah menghampiri Ong Tiong Yang, sambil
katanya, "Yang hina Eng Kouw datang meng-hadap Tiong
Yang Cinjin, semoga Tiong Yang Cinjin tidak
menghinanya!"
"Mana berani, mana berani!" kata Ong Tiong Yang cepat
sambil tersenyum ramah. "Silakan masuk, mari silakan Kuihui
mengambil tempat untuk kita bercakap-cakap. Tentu dengan
kedatangan Kuihui dari tempat yang begitu jauh, membawa
berita yang penting sekali!"
Lauw Kuihui, atau sekarang telah membuang pangkat
keselirannya itu, dan hanya menggunakan nama Eng Kouw
sejak dia meninggalkan istananya Toan Hongya telah
mengangguk. Dia melangkah ke ruang tamu lagi, duduk
ditempatnya semula. Sedangkan Tiong Yang telah perintahkan
Ma Giok agar memanggil Ciu Pek Thong.
Lama Ma Giok pergi kedalam ruangan belakang kuil, dia
tidak muncul-muncul lagi.
Sedangkan Ong Tiong yang telah menanyakan sesehatan
Toan Hongya dan selir tersebut.
Wajah Eng Kouw berubah muram, dia berkata dengan
suara berduka, "Sekarang aku sudah tidak memiliki hubungan
dan sangkut pautnya dengan Toan Hongya.. apakah Toan 338
Hongya dalam keadaan sehat atau sedang sakit parah, itupun
tidak kuketahui!"
"Ohhh, jadi Kuihui telah meninggalkan istana?!" tanya
Ong Tiong Yang terkejut.
"Ya!" mengangguk Eng Kouw. "Dan selanjutnya harap
Cinjin tidak memanggilku dengan sebutan Kuihui lagi, cukup
dengan memanggilku dengan sebutan Eng Kouw saja!"
Ong Tiong Yang menghela nafas.
"Ya, segalanya memang telah terlanjur terjadi, dan
walaupun kita sesali, semua itu tokh segalanya telah
terjadi.!" Kata Coan Cin Kauw tersebut.
Eng Kouw tidak menyahuti, dia menunduk dan menangis
terisak-isak.
Ong Tiong Yang hanya menghela nafas, dia membiarkan
Eng Kouw menangis sampai puas.
Setelah Eng Kouw mereda tangisnya, baru ia berkata,
"Apakah sekarang Hujin tidak berdiam di Istana Toan Hongya
lagi?"
"Untuk selama-lamanya!" menyahuti Eng Kouw. "Dan
Toan Hongya telah begitu kejam tidak menolong jiwa anakku,
sebingga anakku itu meninggal dengan keadaan yang
mengenaskan sekali!"
"Jadi Hujin telah memperoleh seorang anak?!" tanya Ong
Tiong Yang. "Lalu apa yang terjadi dengan anak itu?"
Eng Kau lalu menceritakan, anaknya dihajar begitu
mengenaskan sekali, sehingga tulang-tulangnya patah dan
menderita sekali. Orang yang menurunkan tangan dan bengis
itu tidak diketahui adanya. Dengan demikian dia telah meminta 339
pertolongan Toan Hongya, namun Hongya itu tidak bersedia
memberikan pertolongannya, sampai anak itupun kini sudah
tiada lagi, telah meninggal.
Ong Tiong Yang mengerutkan sepasang alisnya, tidak
dapat dia mempercayai sepenuhnya cerita Eng Kouw, karena
bagaimanapun dia mengenal sifat-sifat Toan Hongya.
Walaupun Ong Tiong Yang telah menjadi Tosu, mugkin untuk
kesalehan dan keagungan jiwa dan juga kemuliaan dari hati
seorang manusia, dia belum dapat menandingi kemuliaan hati
Toan Hongya. Maka agak aneh bagi pendengarannya jika
mendengar cerita Eng Kouw seperti itu.
"Inilah bukan main anehnya.!" Menggumam Ong Tiong
Yang dengan suara ragu-ragu. "Apakah Toan Hongya tidak
mau menolong jiwa anaknya sendiri, lebih baik dia mengawasi
saja anak itu yang terluka sampai menemui kebinasaannya?!"
Eng Kouw jadi menangis lagi.
"Anak itu.anak itu .!" katanya sesambatan dan tidak
bisa meneruskan perkataannya.
"Anak itu kenapa Hujin?" tanya Ong Tiong Yang.
"Anak itu bukan anaknya Toan Hongya.." menyahut Eng
Kouw akhirnya.
"Bukan puteranya Toan Hongya? Jadi anak siapa?
Bukankah Hujin tadi mengatakan bahwa anak itu adalah
anakmu?!"
"Ya, memang anak itu anakku, tapi bukan diperoleh dari
Toan Hongya! Menyahut Eng Kouw.
Muka Ong Tiong Yang berubah jadi merah. Segera dia
teringat sesuatu dan hatinya jadi tidak tenang. 340
"Apakahapakah anak itu diperoleh dari hubungan Hujin
dengan.dengan Ciu Sute?!" tanya Ong Tiong Yang tidak
lampias.
Eng Kouw mengangkat kepalanya mengawasi Ong Tiong
Yang sejenak, menyusut air matanya kemudian mengangguk.
"Ya . anak itu adalah puteranya Ciu Pek Thong."
Menjelaskan Eng Kouw.
"Oohh.!" Ong Tiong Yang mengeluh dalam-dalam,
mukanya juga jadi berobah pucat.
Ciu Pek Thong memang berandalan dan selalu membuat
keonaran dimana-mana. Sebagi adik seperguruannya, memang
Ong Tiong Yang mengenal betul watak Ciu Pek Thong. Itulah
sebabnya, walaupun Ciu Pek Thong telah menimbulkan
keonaran yang hebat di Istananya Toan Hongya, namun
sekembalinya ke kuil Tiong Yang King, tokh Ong Tiong Yang
tidak menjatuhkan hukuman keras pada sutenya itu dan hanya
menghukum melarang Ciu Pek Thong keluar dari kamarnya
dan duduk bersila menghadap tembok selama satu tahun saja
itupun agar Pek Thong bisa mengurangi keberandalannya dan
sifatnya yang gemar bergerak seperti kanak-kanak.
Memang sebelum Pek Thong menjadi sutenya Ong Tiong
Yang dan sebelum Ong Tiong Yang menuntut penghidupan
sebagai Tosu, mereka berdua, Ciu Pek Thong dan Ong Tiong
Yang memang telah berhubungan rapat dan akrab sekali. Dan
juga Ciu Pek Thong banyak sekali membantu Ong Tiong Yang
dlam menggerakkan tentara rakyatnya. Begitulah mereka
merupakan sahabat yang intim sekali, sampai akhirnya Ciu Pek
Thong menjadi adik seperguruan Ong Tiong Yang. Dengan
demikian Ong Tiong Yang memperlakukan adik 341
seperguruannya dengan baik dan telah mengenal betul akan
tabiat dan watak adik seperguruannya itu.
Namun sekarang, ekor dari keonaran yang ditimbulkan Ciu
Pek Thong di istana Toan Hongya, justru menghasilkan
seorang anak, walaupun kenyataan yang ada Eng Kouw
menjelaskan anak itu telah meninggal karena disebabkan
lukanya yang hebat dan berat dilukai oleh seseorang yang
belum lagi diketahui siapa.
Setelah berdiam diri dengan muka yang berobah-robah
tidak hentinya, akhirnya Ong Tiong Yang menghela nafas
dalam-dalam, dia berkata pada Eng Kouw dengan suara yang
sabar, "Apakah kedatangan Hujin kemari, dengan melakukan
perjalanan yang jauh dari Tayli ke Tionggoan ini memang
sengaja hendak bertemu dengan Ciu Sute?"
Eng Kau berdiam diri, tidak segera menyahut, akhirnya
dengan wajah penuh kedukaan, dia menyahut juga, "Jika
memang tokh aku ingin menemnuinya, belum tentu Ciu Pek
Thong mau bertemu denganku karena memang hatinya tidak
berada padaku."
Ong Tiong Yang merangkapkan kedua tangannya, dia
menjura dan katanya, "Karena disebabkan keberandalan Suteku
itu, maka hujin telah menderita dan menerima kesengsaraan
seperti ini!"
"Itulah bukan kesalahan dan dosanya Pek Thong.!"
membela Eng Kouw.
Ong Tiong Yang tersenyum.
"Lalu siapakah yang dianggap bersalah dalam urusan
ini?!" tanyanya. 342
Eng Kouw berdiam diri sejenak, baru kemudian menyahut,


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yang bersalah adalah Toan Tie Hin!"
"A..apa?!" tanya Ong Tiong Yang terkejut.
"Ya, yang bersalah adalah Toan Tie hin."
"Toan Hongya?!" tanya Ong Tiong Yang seperti tidak
mempercayai pendengarannya.
Eng Kouw mengangguk.
"Ya,. dialah yang bersalah! Jikahari itu dia tidak
memaksa untuk menikahiku, berarti kami belum berpisah, dan
jika memang Ciu Toako masih berada disisiku dan mengetahui
aku telah hamil, memandang pada benihku yang berada
diperutku, pada calon bayinya, tentu dia tidak rela untuk
meninggalkanku dan tentu dia akan selamanya berad
disisiku.! Dan dengan kepergiannya Ciu Toako, akhirnya
anak itu dilukai oleh seseorang yang tidak diketahui siapa,
karena anak itu jauh dari ayahnya, sehingga orang berani
menghinanya begitu rupa! Hemm, jika memang wktu itu, Ciu
Toako juga berada disisiku, tentunya dengan mempergunakan
Iwekangnya yang telah sempurna, dia pasti bisa diselamatkan!
Hemm..hemm dengan melihat semua itu, apakah dos dan
kesalahan itu tidak bisa diserahkan pada Toan Tie Hin?
Terlebih lagi dikala anak itu tengah menghadapi kematian,
dimana seharusnya Toan Tie hin bisa menolong jiwa anak itu,
menyelamatkan dari kematian, namun kenyataannya dia
berpeluk tangan, menolak untuk menyembuhka luka itu. dia
tidak mau memandang padaku yang pernah merawatnya sekian
tahun. Diapun tidak memberi muka pada Ciu Toako yang
sesungguhnya merupakan sahabatnya. bukankah nasib anak
itu sangat malang? Bukankah Toan Tie Hin berdosa besar
sekali?!" 343
Waktu berkata sampai diakhir perkataannya itu, nada suara
Eng Kouw makin meninggi dan keras, karena tampaknya dia
diliputi oeh perasaan amarah, penasaran, benci dan dendam
yang bercampur menjadi satu.
Ong Tiong Yang berdiam diri sejenak dengan perasaan
bingung. Memang persoalan yang terjadi di Istananya Toan
Hongya di Tayli merupakan urusan yang memalukan, dan
seharusnya yang bersalah adalah Eng Kouw dan Ciu Pek
Thong yang telah mengadakan hubungan gelap diluar tahunya
Toan Hongya.
Itupun masih bagus Toan Hongya tidak menjatuh-kan
hukuman pada Ciu Pek thong maupung Eng Kouw, disamping
itu Toan Hongya tidak mengambil tindakan lainnya, yang bisa
meruntuhkan nama Ciu Pek thong. Tapi sekarang, Eng Kouw
hendak menibakan seluruh keagiban yang ada di istana Toan
Hongya itu pada raja tersebut, dan juga mempersalahkan Toan
Hongya yang tidak mau menolong jiwa anaknya, anak yang
diperoleh dari Ciu Pek Thong.
Memang sebagai orang gagah yang mempunyai jiwa yang
gagah dan terbuka, tentu saja Toan Hongya harus menolong
mahlik kecil yang tidak berdaya itu, yang membutuhkan sekali
pertolongannya, tapi sebagaimana sifat manusia, yang juga
dipengaruhi oleh perasaan ke?aku?annya jelas Toan Hongya
pun memandang dari segi lainnya, yaitu anak itu adalah anak
haramnya Ciu Pek Thong, yang diperoleh atas hubungan yang
gelap antara Pek Thong dengan Eng Kouw. Jika memang Toan
Hongya tidak dapat menolong anak itu, apakah Toan Hongya
dapat dipersalahkan untuk menanggung semua dosa itu?
bukankan sumber dari keruwetan dan persoalan yang
melakukan tersebut herasal dari Ciu Pek Thong dan Eng
Kouw? Bukankah Toan Hongya hanya terkena getahnya saja? 344
Teringat semua itu, setelah berfikir panjang pendek,
akhirnya Ong Tiong Yang menghela nafas dalam-dalam,
kemudian berkata, "Yang sudah meninggal tidak perlu terlalu
disesali dan difikir. tapi yang terpenting sekarang ini
bagaimana Hujin menyelesaikan urusan Hujin dengan Ciu
Sute?"
Eng Kouw menghela nafas dalam-dalam, dengan wajah
duka dia berkata, "Maksudku datang kemari ingin bertemu
dengan Ciu Toako bukan hendak mendesaknya agar dia
mengambilku menjadi isteri. Tapi justru aku hanya ingin
menyampaikan berita kematian anaknya, anak kami itu.!
Jika memang Ciu Toako tidak bersedia bertemu denganku,
itupun tidak menjadi persoalan, karena sejak dari Tayli
melakukan perjalanan kemari, akupun telah menduganya,
bahwa Ciu Toako tentu tidak akan mau bertemu muka dan
melayaniku bercakap-cakap, karena jika memang dia sayang
padaku, jelas dia tidak akan meninggalkanku!"
Mendengar orang bicara tentang cinta dan sayang. Ong
Tiong Yang jadi menghela nafas.
Sesungguhnya waktu itu Ong Tiong Yang juga tengah
berduka karena kematian Lim Tiauw Eng, wanita yang
dicintainya. Dan percintaan yang terjalin antara Ong Tiong
Yang dengan Lim Tiauw Eng pun merupakan jalinan
percintaan yang luar biasa sekali, suatu jalinan percintaan yang
aneh.
**** 345
JILID 10
KARENA dari itu, dengan demikian
membuat Ong Tiong Yang teringat akan
nasibnya sendiri, melihat keadaan Eng
Kouw, yang tampaknya begitu sengsara
hanya disebabkan cintanya. Memang
Tuilian pigura bersyair yang dipasang di
ruang depan kuil itu, yang berbunyi.
"MANUSIA DI KOLONG LANGIT INI
MEMANG SANGAT TOLOL." telah ditulis
sendiri oleh Ong Tiong Yang, hasil buah kalamnya, ditulis
dalam kedukaan ketika mendengar berita kematian Lim Tiauw
Eng. Sekarang, dihadapannya terdapat seorang terombangambing, perjalanan cintanya yang luar biasa juga, sehingga
Ong Tiong Yang mau atau tidak jadi memperbandingkan,
tidakkah sama juga nasib Eng Kouw dengan Lim Tiauw Eng?
Bukankah mereka berdua merupakan dua orang wanita yang
patut dikasihani nasibnya?
Karena berfikir begitu, Ong Tiong Yang menghela nafas
dalam-dalam, dan Tosu ini yang menjadi Coan Cin Kauwcu,
yang menjadi cikal bakalnya CoanCin Kauw, telah
menggumam dengan suara bersenandung.
"Burung terbang dapat dipanah,
Ikan berenang dapat dijala,
Binatang lari dapat dijebak,
Namun cintaku hanya siliran angin belaka.!" 346
Hati Eng Kouw jadi tergoncang mendengar senandung
Ong tiong Yang, mukanya pucat pias, sepasang matanya
terbuka lebar-lebar, mengawasi Ong Tiong Yang bagaikan
melihat sesuatu yang tidak dimengertinya, dan tubuhnya
menggigil, keadaannya waktu itu benar-benar harus dikasihani
sekali. Diapun telah mengikuti senandung Ong Tiong Yang
dengan bibir yang gemetar, dan yang terdengar jelasnya hanya
kalimat dari akhir syair itu, yang berbunyi antara lain, "Namun
cintaku, hanya siliran angin belaka.. ya, cintaku bagaikan
siliran angin belaka. Dan, benarkah itu? benarkah itu?"
Sambil menggumam begitu tidak henti-hentinya telah
memandang takjub pada Ong Tiong Yang.
Ong Tiong Yang setelah bersenandung seperti itu,
akhirnya bisa menguasai dirinya. Dia tersenyum sambil
merakgkapkan sepasang tangannya, katanya, "Maaf, maaf.!"
Eng Kouw juga menghela nafas, diapun telah menjura
memberi hormat para Ong Tiong Yang, dia berkata, "Terima
kasih atas petunjuk Ong Cinjin.!"
Lalu tanpa berkata lainnya lagi dan tanpa menoleh pula,
Eng Kouw telah melangkah pergi meninggalkan ruangan
tersebut.
Ong Tiong Yang juga tidak menahannya, dia hanya
mengawasi kepergian wanita itu.
Eng Kouw sendiri menyadari, memang tidak mungkin dia
mengejar-ngejar cintanya Ciu Pek Thong, karena bukankah
hatinya laki-laki itu tidak berada padanya, dan bukankah
cintanya bagaikan siliran angin belaka? Dengan demikian siasia belakalah dia hendak memperoleh cintanya Ciu Pek Thong.
Dapatkah dia untuk merangkul dan menangkap angin? Oohh, 347
angin hanya akan menyampaikanisi hatinya pada Pek Thong.
Angin pula yang akan menyampaikan rintihan jiwa dan hatinya
atas semua peristiwa yang telah dideritanya.!
Ong Tiong Yang sendiri, yang melihat kepergian Eng
Kouw, sesungguhnya dia ingin sekali untuk mempertemukan
wanita itu dengan Pek Thong. Bukankah Pek Thong tidak
menganut penghidupan sebagai seorang Tosu? Bukankah Pek
Thong bebas? Karena memang sejak menjadi adik
seperguruannya, Pek Thong telah memperlihatkan sikap yang
berandalan dan begitu bersungguh-sungguh dan kukuh
mempelajari ilmu silat, sehingga nampaknya seperti orang
tolol, maka Ong Tiong Yang telah menganjurkan agar Pek
Thong tidak mempelajari ilmu agama, karena agama
memerlukan kesungguhan dan ketekunan, harus dengan hati
yang tawar, dan bertolak belakang dengan sifat yang dimiliki
oleh Pek Thong yang jauh lebih menggemari pelajaran ilmu
silat. Karenanya, berarti Pek Thong tidak sesuai untuk menjadi
seorang Tosu, itulah sebabnya Ong Tiong Yang telah
menganjurkan pada Ciu Pek Thong lebih mencurahkan
perhatiannya menekuni pelajaran silat saja dan tidak menjadi
Tosu.
Dan dengan bebas seperti Ciu Pek Thong, bukankah dia
bisa saja menikah dengan Lauw Kuihui yang sekarang ini telah
?dilepas dan dibebaskan? oleh Toan Hongya? Bukankah Pek
Thong dan Eng Kouw bisa terpadu cinta kasih mereka?.
Namun justru tadi telah perintahkan Ma Giok untuk
memanggil Pek Thong. Ma Giok memperoleh kesulitan. Pek
Thong telah mengunci diri dalam kamarnya.
Walaupun Ma Giok telah mengetuk-ngetuk pintu
kamarnya puluhan kali, tokh dia tidak memperoleh jawaban, 348
dan Pek Thong tetap mengurung dirinya didalam kamarnya.
Maka Ma Giok jadi tidak berdaya untuk bertemu dengan Ciu
Susioknya itu.
Akhirnya Ma Giok menyampaikan dari luar kamar bahwa
Ong Cinjin memanggil Ciu Susioknya tersebut.
Tetap saja Pek Thong tidak mau membuka pintu
kamarnya, bahkan Pek Thong juga tidak melayani perkataan
Ma Giok sepatah katapun juga.
Perintah dari Coan Cin Kauwcu jelas tidak boleh
dilalaikan, walaupun tidak memperoleh jawaban dan tidak
dilayani oleh Pek Thong, namun Ma Giok tetap telah mengetuk
pintu kamat Pek Thong dan berusaha untuk memanggil dan
memberitahukan pada Pek Thong bahwa Coan Cin Kauwcu
mereka telah perintahkan Pek Thong untuk menerima tamu.
Akhirnya, rupanya Pek Thong kewalahan juga, Ma Giok
memanggil-manggilnya begitu, dan juga mengetuk-ngetuk
pintu kamarnya. Diwaktu itulah Ciu Pek Thong telah berkata,
"Anak bandel, mengapa kau menggangguku terus menerus,
heh! Pergi. aku tidak mau diganggu olehmu, akupun tidak
mau menemui siapapun juga!"
Ma Giok tidak berani berlalu, dia berkata, "Ciu Susiok,
Suhu memanggil Ciu Susiok keluar untuk melayani
tamu.inilah perintah dari suhu, tidak berani Titjie
melalaikannya!"
Ciu Pek Thong mendongkol sekali.
"Oh, kentut bau.ayo pergi. Melayani tamu apa? ayo
pergi jangan ganggu aku.!" teriak Ciu Pek Thong berulang
kali. 349
Ma Giok menghela nafas berulang kali dan dia telah
berdiam diri beberapa saat lagi membujuk Ciu Pek Thong.
Karena Ciu Pek Thong tetap tidak mau membuka kamarnya,
malah telah memaki Ma Giok sebagai keponakan murid yang
kurang ajar, membuat Ma Giok tidak berdaya dan telah
meninggalkan kamar itu.
Sedangkan Ciu Pek Thong tetap mengurung diri dalam
kamarnya. Eng Kouw baginya benar-benar merupakan momok
yang sangat menakutkan sekali. Dengan demikian Pek Thong
sama sekali tidak ingin bertemu dengan Eng Kouw. Nahkan
menurut pendapatnya, disebabkan Eng Kouw pula, dia telah
melakukan dosa dan kesalahan besar pada Toan Hongya,
karenanya jika dapat, dia tidak ingin bertemu lagi seumur
hidupnya dengan Eng Kouw. Itulah sebabnya, mengapa tadi
waktu dia melihat Eng Kouw, segera juga Ciu Pek Thong telah
memutar tubuhnya dan berlari meninggalkannya bagaikan
dikejar setan dan meminta Ong Tiong yang untuk menemui
Eng Kouw dan menjelaskan bahwa dia tidak mau keluar
menemuinya.!
Itulah percintaan dari dua pasang manusia yang berbelit
dengan segala keanehan. Dan justru kebetulan . yang
mengalami terdiri dari kakak dan adik seperguruan, dimana
keduanya mengalami cinta yang kandas dan penuh dengan
pergolakan yang aneh, mengalami perjalanan yang berliku-liku
dengan cintanya. Dengan demikian, Ong Tiong Yang pun tidak
bisa terlalu mempersalahkan Ciu Pek Thong, sama halnya
seperti dia menghadapi Lim Tiauw Eng, tentunya Ciu Pek
Thong pun memiliki kesulitan yang sukar dijelaskan olehnya.
**** 350
DENGAN langkah yang lesu, tampak Eng Kouw telah
berjalan menuruni jalan kecil di gunung Ciong Lam San
tersebut. Mukanya muram dan dia melangkah dengan kepala
tertunduk. Diwaktu itu tampak berulang kali dia menghela
nafas.
Keadaan disekelilingnya, alam yang indah, burung-burung
yang berwarna-warni bulunya dan elok sekali, dengan kicau
yang merdu, tidak dipedulikan oleh Eng Kauw. Dia terus juga
menyusuri jalan itu dengan hati yang tidak menentu, seperti
juga semangat dan arwahnya tidak dimilikinya lagi, bagaikan
badannya itu hanya merupakan badan kasar yang kosong
belaka tidak berperasaan lagi.
Cahaya matahari yang cukup terik, karena sang pagi telah
diganti oleh siang yang memiliki keterikan cahaya matahari
yang menyengat kulit, namun Eng Kouw sama sekali tidak
mempedulikannya, karena dia melangkah terus, walaupun
butir-butir peluh telah membasahi pakaiannya dan sekujur
tubuhnya.
Ketika tiba didepan sebuah lembah yang tidak begitu luas,
dimana pohon-pohon bunga banyak bertumbuhan disitu, juga
binatang-binatang gunung kecil lainnya banyak terdapat di


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lembah tersebut, Eng Kouw menghentikan langkahnya, dia
mengawasi sekitanya.
"Ha," dia menghela nafas, dan kemudian menggumam
dengan suara yang perlahan, "Sebuah tempat yang seharusnya
indah dan menyenangkan jika saja dia mau menemui aku!"
yang dimaksudkan oleh Eng Kouw dengan perkataan ?dia?
adalah Ciu Pek Thog. Lama Eng Kouw berdiri mengawasi
sekitar tempat itu, sampai akhirnya dia melangkah perlahan 351
memasuki lembah tersebut. Dia menghampiri sebatang pohon
yang rimbun daunnya dan penuh disekelilingnya dengan
bermacam-macam pohon bunga. Eng Kouw duduk menyender
di batang pohon itu, dia memandang awan-wan yang betebaran
di langit, tengah beriring-iringan. Seekor burung kecil telah
beterbangan didepan Eng Kouw, mengeluarkan suara cicitan
yang nyaring dan merdu, seakan-akan binatang kecil itu ingin
mengajak Eng Kouw untuk bermain riang bersamanya. Eng
Kouw ersenyum sedih.
"Jika saja anakku bisa hidup sampai detik ini , tentu dia
sudah dapat bermain denganmu.!" mengumam Eng Kouw,
berkata pada burung kecil itu.
Burung kecil itu seperti mengerti perkataan Eng Kouw, dia
mengeluarkan suara cicitan yang panjang, lalu terbang pergi.
Kembali Eng Kouw dalam kesunyian, dan lembah yang
sunyi itu tidak terlihat seorang manusiapun dan juga rumah
penduduk. Hanya Eng Kouw seorang yang duduk mematung
menyender dibatang pohon itu.
Tapi dikala Eng Kouw duduk mematung seperti itu,
kehilangan semangat dan dengan wajah yang pucat, dalam
kesunyian itu dia seperti mendengar suara yang aneh sekali,
suara "krokkk, krraakkk, krrookk" yang samar samar sekali
berasal dari dalam lembah.
Semula Eng Kouw tidak memperhatikan suara aneh
tersebut, yang dianggapnya suara dari sejenis binatang yang
jadi penghuni lembah itu. namun lewat beberapa saat, suara
"krakk krookkk" itu masih terdengar terus dan semakin keras,
disertai juga dengan suara menderu-deru, bagaikan didalam
lembah itu ada angin topan yang bergulung-gulung. Yang lebih
menarik perhatian Eng Kouw diselingi suara "krakkk, 352
kroookkk, krakk, kroookkk" tersebut dengan suara gemuruh
bagaikan ada batang pohon yang tumbang.
Sebagai seorang yang gemar ilmu silat, dimana sejak
dibotong ke dalam istana Toan Hongya, Eng Kouw selalu
merengek minta Toan Hongya mengajarinya jurus-jurus ilmu
silat. Juga dalam istana dia selalu berlatih diri dengan tekun
dan giat, peristiwa yang hebat dan keonaran yang timbul antara
dia dengan Ciu Pek Thong yang mengadakan hubungan gelap,
berpangkal karena keinginan terhadap ilmu silat juga, maka
waktu itu, Eng Kouw telah mendengarkan beberapa saat,
mengetahui bahwa suara menderu-deru itu adalah angin
pukulan dari seseorang yang tengah berlatih ilmu pukulan.
Namun yang membuat Eng Kouw tidak mengerti, mengapa
tenaga pukulan tersebut demikian kuat, sampai menimbulkan
angin yang menderu-deru seperti itu. disamping itu juga
memang terdengar suara yang gaduh seperti tumbangnya
batang-batang pohon, dan suara "kraakk, krookkk" itu suara
yang aneh dan Eng Kouw tidak mengetahui entah suara apakah
itu. Akhirnya Eng Kouw telah bangun berdiri dari duduknya,
dia memasuki lembah itu.
Pendekar Mabuk 010 Manusia Seribu Wajah Pedang Siluman Darah 17 Pertarungan Dua Datuk Pendekar Cambuk Naga 6 Malaikat Pedang Sakti

Cari Blog Ini