Ceritasilat Novel Online

Lima Jago Luar Biasa 6

Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 6


Semakn dalam memasuki lembah itu, semakin jelas dia
mendengar suara "kraakk, krookkk" itu, juga suara
tumbangnya batang-batang pohon disamping suara menderuderu dari angin pukulan.
Eng Kouw mempercepat langkah kakinya, dan ketika dia
sampai di ujung jalan yang menikung, Eng Kouw berdiri
tertegun disana dengan mata yang terpentang lebar-lebar, dia
menyaksikan sesuatu yang luar biasa. 353
Dilihatnya di depan jalan menikung itu terdapat lapangan
rumput yang tidak begitu besar, disekeliling tampak tumbuh
banyak sekali pohon-pohon yang berukuran besar dan tinggi.
Tapi ditengah-tengah lapangan rumput itu berjongkok
seseorang, dengan kedua tangannya sebentar-sebentar diangkat
dan didorong. Dia inilah yang selalu mengeluarkan suara
"kraakk, krookkk!" tidak hentinya dan menderu-deru angin
pukulan dar orang inilah yang didengar oleh Eng Kouw.
Karena setiap kali orang tersebut menggerakkan kedua
tangannya yang didorong kedepan, maka dari kedua belah
telapak tangannya itu telah meluncur keluar serangkum angin
yang menderu-deru dahsyat sekali.
Dan setiap kali menggerakkan sepasang tangannya itu,
selalu pula orang itu menghantam salah satu batang pohon
disekatnya, maka batang pohon itu terhatam tumbang. Dan
suara gemuruh yang didengar Eng Kouw adalah suara gemuruh
tumbangnya batang-batang pohon tersebut.
Untuk sesaat lamanya Eng Kouw berdiri mematung
mengawasi takjub.
Hatinyapun berpikir, "Jika saja aku bisa memiliki
kepandaian sehebat dia, tentu dengan mudah aku bisa
membalas sakit hati membinasakan Toan Tie Hin.ah, ah,
kapankah aku bisa memiliki kepandaian yang setinggi itu.!"
dan Eng Kouw memang sangat kagum sekali dengan
kepandaian orang yang sedang berlatih diri dengan berjongkok
seperti sikap seekor kodok itu.
Waktu itu orang yang tengah berada dilapangan rumput
dan tengah berlatih ilmu pukulannya yang aneh itu, telah
menyelesaikan latihannya, dia melompat berdiri sambil
tertawa. 354
"Oh, oh, hiranya ada tamu!" serunya sengan suara yang
nyaring. "Siapakah nyonya? Ada keperluan apakah menonton
latihanku? Tentunya bukan ingin mencuri lihat ilmu Ha Mo
Kongku bukan?"
Eng Kouw melihat laki-laki ini berusia sekitar tigapuluh
tahun lebih, mungkun hampir empat puluh tahun, namun
tubuhnya tinggi besar dan tegap sekali.
Eng Kouw yang waktu itu sebetulnya tidak memiliki selara
untuk menghadapi hidupnya lebih jauh karena disebabkan
kecewa, kali ini melihat pukulan yang luar biasa dari orang itu,
jadi terbangun semangatnya.
"Tayhiap.maafkan kelancangan Siauwmoay.
sesungguhnya .sesungguhnya .!"
"Sesungghnya kenapa?" tanya laki-laki itu ketika melihat
Eng Kouw bicara tidak lancar.
"Sesungguhnya Siauwmoay sangat kagum sekali melihat
kehebatan ilmu pukulan Tayhiap. Bolehkah siauwmoay
mengetahui siapa adanya Tayhiap yang mulia.?"
Laki-laki itu tertaw, dia menyahut, "Aku she Auwyang
yang bernama tunggal Hong, dan orang-orang memberikan
gelaran yang menarik sekali padaku yaitu See Tok.!"
"Akhhh," berseru Eng Kouw dengan suara tersendat
girang sekali. "Kiranya salah seorang dari kelima Jago Luar
Biasa itu! tentunya Auwyang Tayhiap yang terkenal sekali itu,
yang kepandaiannya berimbang dengan Tong Shia, Pak Kay
dan Lam Te?"
Auwyang Hong tertawa dingin. 355
"Apa itu Tong Shia, Pak Kay dan Lam Te? Hu, hu, jika
memang dalam pertemuan kedua kali di Hoa San kelak, sekali
hantam saja aku akan merubuhkan mereka.bukankah tadi
engkau telah melihat betapa hebatnya Ha Mo Kongku?"
Eng Kouw girang bukan main. Dia mengetahui bahw
Auwyang Hong memang merupakan salah satu dari keempat
tokoh besar yang terdapat di daratan Tionggoan,
kepandaiannya malah berimbang dengan Toan Hongya,
kemungkinan besar juga, Toan Hongya tidak bisa
menghadapinya. Maka jika memang dia bisa mengangkat
Auwyang Hong menjadi gurunya, bukankah kesempatan untuk
membalas sakit hatinya kelak kepada Toan Tie Hin, Toan
Hongya itu, akan jauh lebih mudah? Karena berfikir begitu,
segera juga Eng Kouw menekuk kedua kakinya, dia telah
berlutut dihadapan Auwyang Hong, sambil menangis terisakisak.
Auwyang Hong heran dan kaget, cepat-cepat dia melompat
kesamping, menyingkir tidak mau menerima penghormatan
dari Eng Kouw, dia bertanya dengan suara ragu-ragu, "Apa
maksudmu dengan memberi penghormatan besar seperti itu?!"
"Jika memang Auwyang Tayhiap mau menaruh belas
kasihan padaku yang hina dina ini, maukah Tayhiap menerima
aku menjadi murid Tayhiap..?" kata Eng Kouw sambil
menyeka air matanya.
Auwyang Hong tertegun, dia mengawasi Eng Kouw yang
masih berlutut tersebut.
"Siapakah engkau sebenarnya dan apa maksudmu ingin
mengangkat aku menjadi gurumu?" tanya Auwyang Hong
kemudian. 356
Eng Kouw bimbang sejenak, namun dalam keadaan masih
berlutut seperti itu dia telah menyahut, "Sesungguhnya aku
yang hina dina ini she Eng dan bernama Kouw.aku telah
diperhinakan oleh seseorang, aku menaruh dendam dan sakit
hati pada seseorang dan sakit hati yang sedalam lautan itu akan
kubalas walaupun dengan mempergunakan jalan apa saja.!
Tapi orang yang menjadi musuhku itu memiliki kepandaian
yang tinggi sekali, karenanya aku harus mencari guru yang
pandai dan benar-benar memiliki ilmu yang tangguh! Karena
dari itu, mengetahui Tayhiap adalah salah satu dari keempat
Tokoh Besar yang terdapat didaratan Tionggoan, dengan
demikian aku ingin memohon pada Tayhiap agar mau
menerimaku menjadi muridmu.!"
Auwyang Hong tidak segara menyahut, dia telah
mengawasi Eng Kouw beberapa saat lamanya, dan kemudian
telah berkata dengan suara yang tawar, "Jika memang engkau
memiliki seorang musuh, mudah saja engkau membalas sakit
hatimu, biarlah nanti kau ajak aku pergi bersama menemui
musuhmu itu, karena sekali hantam aku akan membinasakan
musuhmu itu, sehingga sakit hatimu terbalas.!"
Tapi Eng Kouw menggelengkan kepalanya.
"Itulah tidak dapat kulakukan!" kata Eng Kouw. "Karena
aku telah bersumpah, aku hendak membinasakannya dengan
mempergunakan tanganku sendiri, musuhku itu harus binasa
ditanganku. barulah sakit hati dan dendamku
terlampiaskan!"
"Hemm, Auwyang Hong mendengus. "Mengapa harus
rewel dengan segala syarat kosong seperti itu?"
Eng Kouw berdiam diri saja, dengan kepala tertunduk dia
menangis terus. 357
Dia kuatir kalau-kalau Auwyang Hong menolak
permohonannya untuk menjadi murid See Tok ini, sedangkan
See Tok sendiri telah mengawsi Eng Kouw, dilihatnya wanita
ini menunduk menangis berdiam diri saja. Dia melihat Eng
Kouw sangat cantik, bahkan padanya nampak keagungan
seorang wanita bangsawan. Lalu sakit hati apa dan peristiwa
hebat apakah yang dialaminya sehingga dia bertekad hendak
berguru padanya.
"Siapa musuhmu itu, apa gelarannya dan siapa
namanya?!" tanya Auwyang Hong.
Ditanya begitu, Eng Kouw jadi ragu-ragu lagi. Kemudian
dengan suara tidak begitu lancar dia menyahuti juga, "Orang
itu dikenal baik oleh Tayhiap. dia. memang merupakan
salah seorang yang sering bertemu dengan Tayhiap.!"
"Aku bukan bertanya aku kenal atau tidak dengannya, aku
bertanya siapa namanya dan apa gelarannya?!" suara Auwyang
Hong tidak sabar.
"Dia. she Toan!" menyahut Eng Kouw dengan suara
yang perlahan.
"She Toan? Apakah yang kau maksudkan itu Toan
Hongya, Kaisar Tayli?!" berseru Auwyang Hong.
Eng Kouw mengangguk.
"Ya, dialah Toan Tie Hin atau Toan Ceng!" kata Eng
Kouw kemudian. "Musuhku itu memang Toan Hongya itu,
Kaisar Tayli..!"
Mendengar perkataan Eng Kouw itu, Auwyang Hong tibatiba mengangkat kepalanya, dia tertawa terbahak-bahak. 358
"Hebat! Hebat! Luar biasa sekali! Aku tidak menduga
bahwa musuhmu itu adalah seorang hebar seperti Toan
Hongya! Sungguh mengejutkan! Disebabkan oleh apa sehingga
kau bisa bermusuhan dengan Toan Hongya? Inilah aneh sekali,
engkau seorang wanita, tapi kau bisa mengikat permusuhan
dengak Kaiwar Tayli itu, yang merupakan seorang tokoh
persilatan juga, yang memiliki ilmu dan kepandaian yang tidak
berada dibawahku.!"
Eng Kouw telah menghela nafas.
"Sebetulnya aku adalah selirnya, yang telah
dibebaskannya!" menyahut Eng Kouw.
"Lalu permusuhan apa yang terdapat diantara kalian?
Bukankah jika memang engkau dibebaskan menjadi selirnya,
engkau tidak usah bersakit hati seperti itu? atau memang
hanya disebabkan engkau dilempar keluar dan ditendang jauh
oleh Toan Hongya engkau jadi bersakit hati dan ingin
membunuhnya?"
Eng Kouw menggelengkan kepala.
"Diantara kami terdapat urusan yang jauh lebih
menyedihkan!" menyahut Eng Kouw. "Dialah sumber dari
penderitaan dan kesengsaraan yang kualami. Dan juga
disamping itu, memang dia pula sumber dari kematian
anakkua.!"
"Kematian anakmu? Jadi anakmu itu bukankah anaknya
Toan Hongya?" tanya Auwyang Hong.
Eng Kouw mengangguk.
"Ya, memang anakku itu bukan anaknya Toan Tie Hin!"
menyahut Eng Kow. 359
"Apakah waktu engkau diboyong kedalam istananya,
engkau telah memiliki anak?!" tanya Auwyang Hong sambil
nyengir.
Eng Kouw menggeleng.
"Waktu Toan Tie Hin memboyongku ke istananya, aku
masih perawan. Dan anak itu kuperoleh setelah aku beberapa
tahun berdiam diistananya..!"
Mendengar perkataan Eng Kouw, Auwyang Hong tertawa
terbahak-bahak.
"Sekarang aku tahu dan mengerti!" kata Auwyang Hong.
"Setelah engkau diboyong ke dalam istana, Toan Hongya tidak
memuaskan dirimu, engkau ditelantarkan, dan engkau
kesepian. lalu engkau berhubungan gelap dengan seorang
pengawal istana laki-laki, dan lahirlah si anak haram itu.
bukan begitu?!"
Eng Kouw menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Bukan, bukan!" katanya membantah dugaan Auwyang
Hong, diaun tidak tersinggung atau marah mendengar anaknya
yang telah tiada itu disebut oleh Auwyang Hong dengan
sebutan si Anak Haram, karena memang sesungguhnya, anak
yang telah tiada itu memang seorang anak haram karena Ciu
Pek Thong sendiri tidak pernah mau mengakui bahwa itulah
anaknya dan juga Ciu Pek Thong pun belum mengetahui, atas
hubungan gelap mereka bisa meninggalkan hasil seorang anak!
"Jika bukan seperti yang kuduga," kata Auwyang Hong
jadi tertarik, karena justru wanita dihadapannya ini adalah
seorang wanita yang memiliki hubungan yang sangat dekat
dengan Toan Hongya, bekas selirnya, dengan demikian jelas
Auwyang Hong dapat mengorek keterangannya mengenai 360
lawnnya yang deorang itu. memang kepandaian Auwyang
Hong dengan Toan Hongya berimbang. Justru dengan berbagai
jalan Auwyang Hong ingin merubuhkan Toan Hongya karena
Auwyang Hong berkeinginan enjadi orang nomor satu di
kolong langit! "Tentunya didalam persoalan ini memang masih
terdapat urusan lainnya! Dengan siapa kau berhubungan gelap
diluar tahunya Toan Tie Hin?!"
Eng Kouw menggertakkan giginya, sulit buat dia
menyehuti, namun keinginan untuk berguru pada Auwyang
Hong lebih kuat, hasrat itu terus berontak dihatinya, karenanya
dia telah menyahutinya, "Sesungguhnya, waktu itu di istana
Tayli telah menerima kunjungan dua orang terkemuka dari
Tionggoan, yaitu Ong Tiong Yang Cinjin, CoanCin Kauwcu
juga sutenya, yaitu Ciu Pek Thong mereka telah tinggal
selama setengah tahun diistana Toan Tie Hin dan kebetulan
aku bisa berhubungan rapat dengan sute dari Coan Cin Kauwcu
itu.!"
"Oh, oh, si Loo Boan Tong, Ciu Pek Thong, situa yang
tolol dan lagaknya seperti bocah itu?@ teriak auwyang Hong
terkejut bukan main.
Eng Kouw mengangguk.
"Tayhiap kenal dengan Ciu Toako?" tanyanya.
"Oh tentu, kami pernah bertemu. Lalu bagaimana dengan
ceritamu selanjutnya?" tanya Auwyang Hong.
Sedangkan didalam hatinya Auwyang Hong berfikir,
"Bagus, inilah kesempatan yang baik sekali." tapi perasaannya
itu tidak diperlihatkan pada parasnya.
Eng Kouw waktu itu telah meneruskan ceritanya, dimana
mereka berdua telah main belakang pintu dari Toan Hongya, 361
akhirnya terlahirlah si anak haram itu dan Ciu Pek Thong
meninggalkan Tayli tidak mau mempertanggung-jawabkan
perbuatannya itu.
Auwyang Hong kaget dan girang. Dia tidak menyangka
bahwa adik seperguruan dari Ong Tiong Yang, si manusia
berkepandaian paling tinggi dan nomor satu di kolong langit,
telah menimbulkan keonaran hebat seperti itu di istananya
Toan Hongya, salah seorang lawan terberatnya juga. Dengan
demikian, bukankah Auwyang Hong dapat menjadi seorang
pemancing, untuk mengeruk keuntungan yang tidak kecil di air
keruh dan bergolak itu?
Maka Auwyang Hong mengangkat kepalanya, dia


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendongak mengawasi gumpalan awan dilangit sambil tertawa
terbahak-bahak.
Setelah puas tertawa Auwyang Hong bertanya, "Jadi
maksudmu mengangkat aku menjadi gurumu hanya untuk
mempelajari ilmu silat tingkat tinggi yang kelak akan
dipergunakan olehmu untuk membinasakan Toan Hongya?!"
Eng Kouw kuatir permohonannya itu ditolak oleh
Auwyang Hong, dia segera menekuk kedua kakinya berlutut
lagi, dia menangis sambil menyahut, "Benar Auwyang
Tayhiap, kuharap engkau berkasihan dan mau menerimaku
menjadi murid, agar aku kelak bisa membalas perasaan sakit
hati ini. membinasakan Toan Hie Tin dengan tanganku!"
Auwyang Hong tertawa dingin, dengan tawar dia berkata,
"Untuk menjadi muridku sebenarnya bukanlah urusan yang
terlalu sulit, hanya saja.!"
Eng Kouw mementang matanya lebar-lebar, dengan hati
berdebar, dia memang mengharap-harap dengan cemas bisa 362
diterima menjadi murid Auwyang Hong, sekarang melihat
Auwyang Hong berbimbang hati seperti itu, tidak meneruskan
perkataannya, dia bertanya dengan suara bergetar, "Hanya saja
kenapa Auwyang Tayhiap? Jika memang kau bersedia
menerimaku menjadi murid, seumur hidup aku tidak akan
melupakan budi kebaikanmu yang begitu besar, apa saja yang
kau perintahkan, akan kulakukan, walaupun tubuhku harus
hancur lebur, walaupun harus menemui kematian diujung
seribu golok dan pedang, asalkan dapat membalas sakit hatiku
membunuh Toan Tie Hin dengan tanganku sendiri, aku
puas!"
Auwyang Hong nyengir, dia seorang yang memiliki hati
berbisa. Dia sama sekali tidak memiliki rasa kasihan, walaupun
dihadapannya ini Eng Kouw menangis begitu sedih. Tapi yang
di tengah pikirannya adalah bagaimana caranya yang terbaik
menguasai dan mengendalikan Eng Kouw yang akan
diperalatnya.
Pertemuan kedua di Hoa San akan segera tiba, dimana
dalam pertemuan kedua di Hoa San nanti dia akan berhadapan
dengan Tong Sin Thong, Oey Yok Su, Ang Cit Kong dan Toan
Hongya. Maka jika salah seorang diantara keempat orang
lawan beratnya itu bisa disingkirkan sebelum terjadinya
pertemuan kedua di Hoa San, bukankah itu berarti
memperingan dan juga mempermudah dia nanti merebut
kedudukan sebagai seorang yang ilmu silatnya nomor satu
dikolong langit ini? Terlebih lagi memang yang diinginkan
sekali adalah memperoleh Ciu Im Cin Keng.
Sekarang kesempatan mencelakai Toan Hongya memang
terbuka luas. 363
Dengan memperalat Eng Kouw, tentu dia akan dapat
mencelakai Toan Hongya dengan seribu akal yang keji.
Memang antara Auwyang Hong dengan Toan Hongya
tidak terdapat permusuhan, tetapi untuk kemenangannya kelak
didalam pertemuan kedua di Hoa San, maka kematian Toan
Hongya berarti suatu hal yang berharga sekali buat Auwyang
Hong, karena jelas berkurangnnya seorang lawan tangguh.
Terlebih lagi, belum lama yang
lalu diapun telah berhasil
mencipta-kan Ha Mo Kong
yang telah dipelajarinya dari
setiap gerakan-gerakan Cengjie,
yaitu kodok raksasa yang besar
sekali dan gerakan-nya aneh,
yang akhirnya binasa ditangan
Lim Tiauw Eng itu. Dengan
demikian ilmunya itu yang luar
biasa, Ha Mo Kong (yang biasa
disebut Kap Moa kang).
Auwyang Hong bercita-cita
untuk menjagoi seluruh
permukaan bumi ini, sebagai
jago nomor satu di kolong
langit.
Eng Kouw mengawasi Auwyang Hong dengan sorot mata
guram, mengandung kedukaan dan kekuatiran kalau-kalau
Auwyang Hong menolak permintaannya. Tapi waktu Auwyang
Hong juga telah berkata, "Eng Kouw, engkau memiliki wajah
yang cantik, memiliki usia yang belum begitu lanjut, apakah
engkau demikian nekat mengadu jiwa membalas sakit hati pada
Toan Hongya?" 364
Eng Kouw kembali berlutut sambil memanggutmanggutkan kepalanya empat kali.
Jika memang Toan Tie Hin dapat kubunuh dengan
tanganku sendiri, walaupun selanjutnya aku harus terbinasa
dengan tubuh yang dicincang menjadi ribuan potong, aku
puas. maka aku memhon agar Auwyang Tayhiap mau
bermurah hati untuk menerimaku menjadi muridmu!"
Auwyang Hong tertawa dingin, dia menghela nafas,
sepasang alisnya yang gomplok hitam itu telah mengkerut,
diapun telah berkata dengan suara perlahan, "Sesungguhnya
aku memang bersedia untuk menolongmu sepenuh tenagaku,
bersedia menerima-mu menjadi muridku! Tapi yang
mempersulit keadaan kita, pertama-tama engkau seorang
wanita, sehingga sulit buatku memberikan warisan kepandaian,
karena ilmu silatku itu tidak akan cocok dan sesuai
dipergunakan seorang wanita. Walaupun engkau berlatih smpai
uluhan tahun, hasilnya tidak akan memuaskan.! Hal kedua
dari kesulitanku itu, ilmu silat dari Pek To San (Gunung Onta
Putih) tidak pernah diwariskan kepada orang luar, karena itu
aku hanya bisa menurunkan kepandaianku ini kepada sanak
famili, anak ataupun kerabatku belaka! Tapi kau tidak perlu
kecewa, aku berjanji akan membantu sekuat kemampuanku
agar cita-citamu untuk dapat membalaskan sakit hatimu, guna
membinasakan Toan Tie Hin dengan tenagamu itu tercapai
dengan baik!"
Eng kouw jadi lesu dan mukanya guram, dia berduka
sekali, sampai dia tidak bisa menahan menitik air matanya dan
menangis terisak-isak.
"Tanpa memiliki kepandaian yang tinggi, bagaimana
mungkin aku bisa berhasil membinasakan Toan Tie Hin 365
dengan tanganku sendiri?!" kata /eng Kouw dengan suara
menggumam. Walaupun Auwyang Tayhiap bersedia untuk
membantu, tokh tidak secara keseluruhannya dapat
mengandalkan waktu dan tenaga Auwyang Tayhiap, sehingga
kemungkinan besar usahaku untuk membalas sakit hatiku itu
akan gagal sama sekali, karena memang Toan Tie Hin
memiliki kepandaian yang sangat tinggi, apalagi sejak
kedatangan Coan Cin Kauwcu ke Tayli dimana dia
menurunkan beberapa ilmu hebat pada Toan Tie Hin.!
Mendengar perkataan Eng Kouw yang terakhir, muka
Auwyang Hong jadi berubah pucat, tampaknya dia terkejut
sekali, sampai dia tertegun dan bertanya tergagap, "Apa kau
bilang?"
Eng Kouw mengangkat kepalanya, dia melihat sikap
Auwyang Hong, dan sebagai seorang yang cerdik, diapun
merasa bisa menarik kesempatan ini untuk keuntungan dirinya.
Dia tidak segera menjawab pertanyaan Auwyang Hong, dia
hanya menggumam perlahan seperti berkata pad dirinya
sendiri. "Sudah!, sudahlah! Memang sudah karma dan menjadi
suratan nasibku, bahwa aku akan terhina seperti..seperti ini,
anakku harus terbinasa dalam penasaran yang besar. tapi aku
tidak berdaya untuk menuntut balas semua sakit hati itu.!"
Auwyang Hong tidak mempedulikan gumaman Eng Kouw
itu, dia hanya berkata dengan tidak sabar, "Tadi kau
mengatakan bahwa Coan Cin Kauwcu datang ke Tayli untuk
menurunkan ilmu-ilmu hebat pada Toan Hongya, ilmu-ilmu
apa yang diturunkannya? Sebagai bekas selirnya engkau
tentunya mengetahuinya dengan jelas, cepat kau ceritakan
padaku!" 366
Eng Kouw menggelengkan kepalanyabeberapa kali,
wajahnya yang pucat guram itu telah memancarkan keputusasaan.
"Akan percuma saja walaupun kuceritakan, karena tokh
seumur hidupku aku tidakakan berhasil dengan cita-citaku
untuk membalas dendam membinasakan Toan Tie Hin dengan
tanganku sendiri!" dan Eng Kouw menghela nafas, dia bangkit
untuk memutar tubuhnya berlalu.
"Tunggu dulu!" kata Auwyang Hong mencegah kepergian
orang. Diapun telah melompat menghalangi didepan Eng
Kouw, "Kau ceritakan ilmu apa saja yang telah diturunkan oleh
Coan Cin Kauwcu Ong Tiong Yang kepada Tpan Hongya?,
jika memang kau menjelaskan dengan terang semuanya itu aku
akan memberikan imbalan dengan mengajarkan semacam ilmu
yang hebat, tentunya sedikit banyak dapat kau pergunakan
kelak menghadapi Toan Hongya! Juga aku berjanji akan
membantu kau mencapai cita-citamu membalas sakit hati itu!"
Eng Kouw berdiam diri sambil menghela nafas berulang
kali.
Auwyang Hong jadi tidak sabar, dia berkata dengan
bengis, "Sekarang kau jangan banyak pikir segala sesuatu,
kuperintahkan kau beritahukan padaku, ilmu-ilmu apa saja
yang telah diturunkan oleh Tong Sin Thong pada Toan
Hongya! Cepat katakan!"
Eng Kouw melirik pada Auwyang Hong, dia melihat sikap
tidak sabar dari auwyang Hong, dan Eng Kouw menghela nafas
lagi. Dengan lesu dia berkata, "Sekarang kau katakan dulu,
apakah engkau bersungguh-sungguh dengan janjimu, bahwa
engkau akan membantu aku membalas sakit hatiku, agar kelak 367
aku bisa membinasakan dengan tanganku sendiri Toan Tie Hin,
melampiaskan dendamku?!"
Auwyang Hong mengangguk cepat.
"Ya, aku akan membekuk Toan Hongya, menyerahkannya
padamu dan engkau bisa membinasakannya dengan tanganmu!
Walaupun engkau belum bisa mempelajari ilmu yang tinggi,
tapi dengan berhasilnya engkau membinasakan Toan Hongya
dengan tanganmu sendiri, itupun berarti sama saja kau
mendapatkan kepuasan dihatimu? Cepat kau beritahukan
padaku ilmu-ilmu apa saja yang diberikan Tong Sin Thong dan
apa saja yang dibicarakan Tong Sin Thong bersama Toan
Hongya?!"
Rupanya urusan pertemuan Toan Hongya dengan Ong
Tiong Yang sangat penting sekali buat Auwyang Hong, karena
kedua orang itu merupakan lawan berat dari kedua lawan
lainnya.
Eng Kouw menghela nafas, diapun berpikir memang
Auwyang Hong mau membantu sehingga Toan Hongya dapat
dirubuhkan dan dibekuknya, berarti dia bisa leluasa untuk
membinasakan Toan hongya, bukankah itu berarti sama saja
dia bisa melampiaskan sakit hatinya.
"Baiklah, aku akan menceritakan seluruhnya apa yang aku
ketahui!" kata Eng Kouw. "Sesungguhnya kedatangan Coan
Cin Kauwcu Ong Tiong Yang ke Tayli mengunjungi Toan Tie
Hin untuk mewariskan kepandaian ilmu It Yang Cie dan
beberapa ilmu hebat lainnya. Menurut Ong Tiong Yang, jika
memang kelak dia menutup mata dan Auwyang Tayhiap masih
malang melintang dengan perbuatan-perbuatan yang kejam,
tentu Toan Tie Hin tentu dapat merintangi dan mengendalikan
setidak-tidaknya bisa membatasi perbuatan dan tindakanmu!" 368
"Hemmm!" Auwyang Hong mendengus saja, sedangkan
hatinya kebat-kebit mendongkol dan kaget.
"Juga menurut Ong Tiong Yang, jika Toan Tie Hin telah
berhasil mempelajari ilmu It Yang Cienya itu, didalam
pertemuan kedua di Hoa San, kesempatan untuk muncul
sebagai orang yang memiliki kepandaian silat nomor satu di
kolonng langit, tentu berada ditangannya."
"Hemm!" Auwyang Hong mendengus lagi lalu apa
lagi?"
Eng Kouw wktu itu telah berpikir, "Dia tidak bersedia
mengajarkan aku ilmunya, tidak bersedia menerima aku
menjadi muridnya, biarlah kuusahakan untuk membakar
hatinya, aku akan berikan dia cerita bohong, agar dia panas dan
bersedia menerima aku menjadi muridnya!"
Karena berpikir begitu, maka Eng Kouw telah meneruskan
perkataannya, "Dan Toan Tie hin telah mempelajari It Yang
Cie dan ilmu-ilmu hebat lainnya yang diwariskan oleh Ong
Tiong Yang dengan amat giat. Selama setengah tahun Ong
Tiong Yang berdiam di istana Toan Tie Hin dimana dia
menurunkan ilmu-ilmunya itu dan mengawasi latihan-latihan
yang dilakukan oleh Toan Tie Hin. Dengan demikian, sekarang
ini menurut Ong Tiong yang, Toan Tie Hin telah mencapai
tingkat yang paling sempurna!"
Bukan main kaget dan mendongkolnya Auwyang Hong.
"Hemm, hidung kerbau Ong Tiong Yang rupanya begitu
licik sampai kedudukan orang yang memiliki ilmu silat paling
tinggi di kolong langit ingin dihadiahkan kepada orang she
Toan itu! hemm, hemm, memang dulu aku tidak bisa
menghadapi It Yang Cie, tapi sekarang, hemm, hemm, 369
walaupun Ha Mo Kongku belum lagi rampung dan sempurna,
namun jika pertemuan kedua di Hoa San telah tiba, jelas aku
akan dapat menghadapi mereka, disamping itu pula, memang
dalam hal ini akupun bukan manusia tolol, dapat saja aku
mempergunakan ratusan atau bahkan ribuan akal keji untuk
mencelakai mereka! Hemm, lalu apalagi yang dibicarakan oleh
Ong Tiong Yang dengan Toan Hongya?"
Sesungguhnya dalam urutan kelima Jago Luar Biasa yang
ada dijaman itu, Ong Tiong Yang Yang tertinggi
kepandaiannya, dimana boleh dibilang satu tingkat berada
diatas kepandaian See Tok, Tong Shia, Pak Kay maupun
Lamte, keempat jago lain itu memiliki kepandaian yang
berimbang satu dengan lainya dan memiliki keistimewaan dan
kekurangan masing-masing.
Juga Auwyang Hong memang sangat jeri dan segan pada It
Yang Cienya Ong Tiong Yang.
Sebelum pertemuan pertama di Hoa San diselenggarakan,
dalam kalangan Kangouw telah terjadi kekalutan yang hebat
karena jago-jago rimba persilatan memperebutkan sejilid kitab
yang bernama Ciu Im Cin Keng, dan karena memperebutkan
kitab-kitab tersebut, jago-jago kalangan Kangouw sudah tidak
mempedulikan keselamatan jiwa masing-masing, karena
mereka berlomba-lomba untuk memperoleh kitab tersebut.
Juga dalam hal ini, memang kitab Kiu Im Cinkeng yang
merupakan kitab pusaka ilmu silat merupakan kitab yang
langka dan juga istimewa sekali. Jika seseorang bisa


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempelajari satu aatau dua bagian saja dari isi kitab tersebut,
orang itu sudah boleh malang melintang dalam kalangan
Kangouw tanpa kuatir menemui tandingan lagi, akan menjadi
kosen dan lihay sekali. Inilah daya tarik yang terdapat didalam 370
Kiu Im Cin Keng, karenanya hampir semua jago-jago kalangan
Kangouw telah memperebutkan kitab itu.
Telah ratusan bahkan ribuan jiwa yang melayang sebagai
korban memperebutkan kitab Kiu Im Cin Keng, karenanya
ketika diadakan pertemuan pertama di Hoa San, Ong Tiong
Yang telah memaklumkan kepada semua jago-jago yang
berkumpul disitu, siapa nanti dapat muncul keluar sebagai
orang yang memiliki ilmu silat tertinggi di kolong langit ini,
dialah yang berhak untuk memperoleh Kiu Im Cin Keng.
Untuk itu telah disetujui oleh semua jago-jago yang
berkumpul disitu dan perundingan ilmu silatpunpun segera
dimulai dengan piebu berbagai cara.
Dan terakhir sekali, hanya tinggal lima orang, yaitu Ong
Tiong Yang, Oey Yok Su, Ang Cit Kong, Toan Hongya dan
Auwyang Hong. Kelima orang inilah yang telah berhasil
bertahan sebagai lima orang pemenang yang memiliki
kepandaian tertinggi, dan sampai akhir dari pertemuan di Hoa
San bisa mempertahankan kedudukan mereka. Setelah
berunding selama beberapa hari, mereka letih sekali dan
beristirahat, karena waktu berikutnya mereka berlimapun harus
merundingkan ilmu silat lagi untuk menentukan siapa diantara
mereka berlima yang benar-benar sebagai jago silat nomor satu
di kolong langit ini.
**** Begitulah, keesokan harinya mereka melanjutkan
pertemuan itu, perundingan ilmu silat di Hoa San dan Ong
Tiong Yang yang ilmunya tertinggi, keempat orang lawannya
tidak bisa mengimbangi ilmunya. Dengan demikian
diputuskan Ong Tiong Yang yang diakui sebagai jago silat
nomor satu yang tidak ada tandingan di kolong langit. 371
Sedangkan kitab Ciu Im Cin Keng jatuh ditangannya dan
berhak untuk memilikinya.
Sedangkan Oey Yok Su, Ang Cit Kong, Toan Hongya dan
Auwyang Hong memiliki kepandaian yang berimbang. Mereka
masing-masing memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri
dengan ilmu andalan mereka, namun keempatnya itu tidak bisa
merubuhkan lawan juga tidak bisa dirubuhkan lawan. Maka
telah membuat mereka dalam kedudukan yang seimbang.
Tapi keempat jago ini, Tong Shian, See Tok, Pak Kay
dan Lam Te tetap penasaran, mereka ingin menjadi jago silat
nomor satu dikolong langit. Mereka memang gemar ilmu silat
melebihi kegemaran mereka terhadap wanita. Dengan
demikian, seluruh waktu mereka lebih banyak dihabiskan
untuk memikirkan dan menciptakan ilmu silat yang hebat dan
meyakinkan ilmu silatnya agar mencapai tingkat yang paling
sempurna. Oleh karena itu mereka berempat telah berlombalomba untuk menciptakan ilmu silat mereka yang baru dan jauh
lebih hebat, juga berusaha meyakinkan kepandaian mereka
yang sudah ada itu jauh lebih sempurna lagi.
Hanya saja yang disegani dan dimalui oleh Auwyang
Hong, sama halnya dengan Tong Shia, Pak kay dan Lam Te,
mereka menghormati Ong Tiong Yang karena Tosu ini
memang memiliki kepandaian yang luar biasa sempurnanya,
ilmu silatnya murni dan Iwekangnya luurus.
Keempat Jago Luar Biasa itupun menduga dengan
memperoleh Kiu Im Cin Keng, berarti Ong Tiong Yang akan
lebih hebat lagi. Dia memang telah terpilih sebagai jago nomor
satu, maka kini Kiu Im Cin Keng jatuh ditangannya. Berarti
akan selamanya dia menjadi jago nomor satu. Harapan
keempat jago luar biasa itu adalah Ong Tiong Yang menutup 372
mata sehingga antara Pak Kay, See Tok Tong Shia dan Lam Te
bisa mengadu ilmu lagi untuk memperebutkan jago nomor satu
dan kitab Kiu Im Cin Keng.
Tapi sekarang mendengar Ong Tiog Yang telah
mengunjungi Toan Hongya, mengunjungi kaisar
itudinegaranya, yaitu di Tayli dan juga dari Eng Kouw dia
mendengar bahwa Toan Hongya telah menerima warisan ilmu
hebat luar biasa It Yang Cie dari Ong Tiong Yang, inilah yang
benar-benar mengejutkannya dan membuat dia jadi
mendongkol bukan main. dengan memperoleh warisan ilmu
dari Ong Tiong Yang, Toan Hongya akan menjadi jago nomor
satu yang kepandaiannya sangat hebat sekali. Jika sampai
pertemuan kedua di hoa San telah diselenggarakan , walaupun
seumpama Ong Tiong Yang telah menutup mata tentu sulit dan
berat buat Auwyang Hong merubuhkamn oan Hongya yang
telah diwarisi It Yang Cie dan ilmu-ilmu silat lainnya. Malah
waktu itu Auwyang Hong mau menduga Ong Tiong Yang telah
ewariskan kepandaian yang terdapat dalam kitab Kiu Im Cin
Keng kepada kaisar tayli itu!"
Auwyang Hong jadi mengeluh, jika dugaannya itu benar,
jelas kesempatan buat dia angkat nama sebagai manusia yang
memiliki kepandaian ilmu silat nomor satu di kolong langit ini
akan kandas, dan dia tidak memiliki harapan untuk menjadi Te
It Enghiong (jago nomor satu).
"Lalu apa saja yang kau ketahui?" tanya Auwyang Hong
kemudian. "Apakah diantara mereka disinggung -singgung
pula soal kitab Kiu Im Cin Keng?"
Eng Kouw menggelengkan kepala perlahan, dia berkata,
"Soal itu aku tidak tahu jelas, namun yang kuketahui bahwa
ilmu silat yang diturunkan Ong Tiong Yang banyak yang 373
berasal dari sejilid kitab dan menurut Toan Tie hin itu ilmu
didalam kitab itu malah lebih hebat dari It Yang Cie, karena
ilmu-ilmu hebat didalam kitab itu adalah warisan dari Tat Mo
Cauwsu, cikal bakalnya Siauw Lim Sie.
Auwyang Hong mengeluh.
"Benar-benar hidung kerbau itu menurunkan ilmu silat
yang terdapat dalam kitab Kiu Im Cin Keng pada orang she
Toan itu!" dia merendeng.
Diwaktu itu Eg Kouw yang melihat sikap Auwyang Hong
telah menghela nafas.
"Apakah Auwyang Tayhiap melihat bahwa dengan
diturunkannya kepandaian Ong Tiong Yang kepada Toan Tie
Hin maka Auwyang Tayhiap sulit untuk menghadapi Toan Tie
Hin?"
Auwyang Hong tertawa dingin beberapa kali, dia bilang
dengah suara yang dingin, "Hemm, walaupun dia menerima
ilmu Dewa, See Tok tidak pernah jeri pada langit dan takut
pada bumi!"
"Tapi Auwyang Tayhiap.. apakah sekiranya Auwyang
Tayhiap akan dapat membekuk dan berubuhkan Toan Tie
Hin?" tanya Eng Kouw lagi.
"Engkau tidak perlu kuatir, walaupun dia telah menerima
warisan kepandaian Ong Tiong Yang, tapi kukira akupun tidak
kekurangan akal untuk membinasakannya.! Aku akan
membantu sekuat tenaga, agar cita-citamu yang ingin
membalaskan sakit hatimu pada orang she Toan itu tercapai!"
Eng Kouw mengawasi Auwyang Hong. 374
"Dengan cara bagaimana Auwyang Tayhiap bisa
merubuhkan dan membekuk Toan Tie Hin?" tanya Eng Kouw
kemudian tampak benar kebimbangannya.
"Hemm, engkau tahu beres saja, serahkan semuanya
padku, nanti kau boleh lihat bagaimana orang she Toan itu
akan kubekuk.!"
Dan setelah berkata begitu karena terlalu mendongkol
mendengar Ong Tiong Yang telah mewariskan kepandaian
pada Toan Hongya, Auwyang Hong tertawa terbahak-bahak
untuk melampiaskan kemendongkolannya itu dan dihatinya
telah bertekad, walaupun bagaimana dia hendak membinasakan
kaisar Tayli itu.
Memang diantara mereka berdua tidak terdapat
permusuhan apapun juga, tapi demi kedudukan sebagai jago
nomor satu di kolong langit, Toan Hogya yang telah menerima
warisan kepandaian Ong Tiong yang harus disingkirkan.
Dan waktu itu Auwyang Hong yang licik dan kejam telah
terpikir sebuah jalan untuk membinasakan Toan Hongya
dengan satu cara yang kejam dan licin sekali, dia yakin pasti
akan dapat memperalat Eng Kouw untuk mencapai
keinginannya itu.
Setelah puas tertawa terbahak-bahak seperti itu, Auwyang
Hong menoleh pada Eng Kouw, katanya, "Apakah engkau
bersedia ikut bersamaku ke Tayli? Aku akan mengajakmu
untuk menyeksikan bagaimana orang she Toan itu kubekuk dan
kuserahkan kepadamu untuk dibinasakan."
Eng Kouw girang, dia mengangguk cepat.
"Terima kasih Auwyang Tayhiap! Budi kebaikan-mu yang
besar ini tak akan kulupakan seumur hidupku!" sambil berkata 375
begitu, Eng Kouw telah menekuk kedua kakinya berlutut dan
menangis terisak-isak.
Begitulah, Auwyang Hong bersama dengan Eng Kouw
telah meninggalkan Ciong Lam San untuk melakukan
perjalanan menuju Tayli guna berusaha membinasakan Toan
Tie Hin atau Toan Hongya itu.
Demi menyingkirkan seorang lawan beratnya itu,
Auwyang Hong memang rela tidak kembali ke Pek To San,
gunung tempat kediamannya di wilayah barat. Dia hendak ke
Tayli untuk membinasakan Toan hongya, jika usahanya itu
berhasil, kemudian dari Tayli dia akan kembali ke Ciong Lam
San untuk mencuri kitab Kiu Im Cin Keng dari tangan Ong
Tiong Yang.
Memang selama kitab Kiu Im Cin Keng berada di tangan
Ong Tiong Yang, tidak ada seorangpun yang memiliki nyali
untuk mencurinya. Demikian juga halnya dengan Auwyang
Hong, sesungguhnya dia masih menyegani It Yang Cienya Ong
Tiong Yang. Jika hanya menghadapi Ciu Pek Thong, berurusan
dengan Loo Boan Tong atau juga Coan Cin Cit Cu, dia tidak
jeri. Justru It Yang Cie Ong Tiong Yang itulah yang
membuatnya gentar bertindak sembarangan.
Dengan berdiamnya dia di lembah Ciong Lam San selama
lebih dari setahun, sesungguhnya dia tengah menantikan
kesempatan ini akan digunakan sebaik mungkin untuk mencuri
atau merampas kitab Kiu Im Cin Keng. Karena dengan
demikian, baik Ciu Pek Thong maupun Coan Cin Cit Cu yang
kepandaiannya masih berada dibawah kepandaiannya tidak
mungkin bisa menghalangi maksudnya.
Begitulah, bersama dengan Eng Kouw, Auwyang Hong
telah melakukan perjalanan ke Tayli. Selama dalam perjalanan, 376
banyak yang ditanyakan See Tok mengenai keadaan dan diri
Toan Hongya. Juga yang paling utama diperhatikan dan
ditanyakan pada Eng Kouw adalah ilmu sillatnya Toan Hongya
itu, sebab menurut pengakuan Eng Kouw diapun pernah
menerima didikan Toan Hongya. Disamping itu Ciu Pek
Thongpun yang memiliki hubungan gelap dengannya pernah
menurunkan ilmu Cian Cin Kauw. Dengan demikian Auwyang
Hong terus juga mengorek keterangan dari Eng Kouw. Dia
hendak mencari kelemahan yang terdapat didalam ilmu Toan
Hongya maupun ilmu silatnya Coan Cin Kauw. Namun sayang
sekali justru yang diketahui oleh Eng Kouw sangat terbatas
sekali sehingga tidak banyak yang dapat dijelaskannya
mengenai kedua macam ilmu silat dari kedua pintu dan aliran
itu!"
**** SEJAK berakhirnya pertemuan di Hoa San antara Lima
Jago Luar Biasa untuk mengadu pedang dan ilmu, yang
akhirnya dimenangkan oleh Ong Tiong Yang yang diakui
sebagai orang yang memiliki ilmu silat nomor satu dikolong
langit, Oey Yok Su lebih banyak mengurung diri di Tho Hoa
To. Selama itu dia memperdalam ilmunya, meyakinkan dengan
tekun dan berusaha untuk meneliti kelemahan-kelemahannya,
sehingga dia gagal dalam mem-perebutkan gelar sebagai jago
nomor satu di kolong langit, dan gagal pula memperoleh Kiu
Im Cin Keng. Pulang pergi dia meneliti ilmunya, tetap saja dia
tidak memperoleh kelemahan dari ilmu Ong Tiong Yang,
sebab setelah dia berusaha satu tahun untuk memecahkan
rahasia kekalahannya ditangan Ong Tiong Yang namun 377
akhirnya dia mengakui juga sejujurnya bahwa kepandaian dan
ilmu yang dimiliki Ong Tiong Yang masih menang satu tingkat
dengannya karena begitu sempurnanya kepandaian Ong Tiong
Yang sehingga walaupun dia telah setahun lebih bolak-balik
berusaha mencari kelemahan dari Ong Tiong Yang dengan
meneliti juga seluruh kepandaian dan ilmunya disamping
mengingat seluruh jurus dan gerakan ilmu silat yang pernah
dipergunakan oleh Ong Tiong Yang namun tetap dia gagal
untuk dapat menindih ilmu Oang Tiong Yang, tidak berhasil
Oey Yok Su untuk menggubah semacam ilmu yang sekiranya
bisa dipergunakan untuk menindih keampuhan ilmu Ong Tiong
Yang.
Dengan demikian, Oey Yok Su juga sangat menghormati
Ong Tiong Yang. Walaupun pertama kali dia menderita
kekalahan dan terpaksa mengakui Ong Tiong Yang sebagai
jago silat nomor satu tanpa tanding di kolong langit, dia
memberikan pernyataannya itu dengan perasaan tertekan.
Itupun terpaksa sekali diberikan mengingat memang dia tidak
sanggup untuk merubuhkan Ong Tiong Yang. Namun sekarang
setelah dia berusaha mencari kelemahan Ong Tiong Yang,
namun tidak berhasil, dia jadi tambah menghormati kepada
Jago Nomor Satu tanpa tanding dikolong langit itu.
Oey Yok Su adalah seorang yang cerdas dan memiliki otak
yang sangat terang, baginya tidak ada persoalan yang sulit dan
diapun bisa memiliki kepandaian lainnya dengan sempurna.
Namun dengan gagalnya dia mencari kelemahan ilmu Ong
Tiong Yang, hal itu membuktikan betapa sempurnanya 378
kepandaian Ong Tiong Yang dan Oey Yok Su memang harus
mengakui dengan sejujurnya kenyataan tersebut.
Sebagai seorang yang gemar sekali mempelajari ilmu, Oe
Yok Su pun bukan hanya memperdalam ilmu silatnya belaka,
dia mengerti bermacam-macam ilmu, malah ada yang
mengatakan bahwa Oey Yok Su, tocu dari Tho Hoa To ini
pandai sekali ilmu gaib. Malah pulaunya itu telah diatur dan
disusun dengan keadaan dan menurut barisan rahasia Pat Tin
Touw dri Gu Kat Bu Houw, seorang panglima terkemuka di
jaman dahulu. Oey Yok Su bukan main cerdasnya, otaknya
encer dan tidak ada hal yang sulit buatnya, pekerjaan apapun
dapat dilakukannya dengan mudah dan diapun pintar sekali.
Jika memang bicara soal kecerdikan, mungkin didalam lima
jago luar biasa, Oey Yok Su merupakan satu-satunya yang
paling cerdik, hanya saja adatnya ?kukoay? dan aneh sekali,


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahkan agak sesat, dia melakukan segala apa menurut
kehendaknya sendiri, tanpa mempedulikan peradatan yang
lazimnya. Disamping memiliki ilmu silat yang tinggi dan
sempurna, juga Oey Yok Su pandai memainkan alat tabuhtabuhan, bermain catur, menulis indah dan melukis. Diapun
mengerti ilmu obat-obatan, tentu saja bukan obat-obatan yang
sembarangan, karena obat yang diramu oleh Oey Yok Su
merupakan obat istimewa. Dan bagaikan ada perkataan bahwa
obat Oey Yok Su merupakan obat yang bisa merebut arwah
dari tangan malaikat elmaut! Dengan adanya perkataan seperti
itu, bisa dimengerti betapa mendalam dan hebatnya ilmu
pengobatan Oey Yok Su.
Dan bukan itu saja. Masih ada kepandaiannya yang lain.
Oey Yok Su juga mengerti ilmu alam, tidak terkecuali ilmu
pertanian serta ilmu memeriksa keletakan tempat yang indah,
ilmu perbintangan. Oey Yok Su ini juga paham ilmu 379
perusahaan, ilmu perang, pendek kata tidak ada satupun ilmu
yang tidak dipelajarinya. Hanya sayang sekali, karena adatnya
yang memang aneh dan sulit sekali diterka hatinya dan
keinginannya. Oey Yok Su selalu bertindak dengan sekehendak
hati dan agak sesat. Itulah sebabnya dia telah diberikan gelar
Thong Shia (si Sesat dari Timur)
Memang Oey Yok Su telah memiliki berbagai macam
kepandaian, seharusnya dia sudah merasa puas. namun
menurut pendapatnya, seetiap orang yang mempelajari ilmu,
semakin dia belajar, semakin banyak yang ingin diketahuinya.
Itulah sebabnya semakin tinggi kepandaian ilmu silat Oey Yok
Su, semakin sempurna Iwekangnya, maka semakin hebat pula
desakan-desakan dihati dan ikiran Oey Yok Su untuk
memperoleh ilmu kepandaian yang jauh lebih tinggi lagi.
Dan yang membuat dia penasaran, serta selalu menjadi
pemikirannya ialah Kui Im Cin Keng yang telah menjadi milik
dari Coan Cin Kauwcu Ong tiong Yang.
Keinginannya untuk memperoleh kitab Ciu Im Cin Keng
itu sangat kuat, karena dia telah menyaksikan ilmunya lebih
hebat dan telah mengurung dirinya di pulau tersebut, dengan
harapan kelak jika diadakan pertemuah yang kedua kalinya di
Hoa San, dia telah berhasil memiliki ilmu yang jauh lebih
tinggi dari Ong Tiong Yang maupun Lam Te, See Tok dan Pak
Kay. Sejauh itu Oey Yok Su juga telah memutar otak, untuk
menggubah semacam ilmu, untuk memperdalam
kepandaiannya. Setelah berdiam diri dipulaunya sampai empat
tahun lebih, akhirnya bosan juga. Karena usianya waktu itu
belim begitu tua, dia tengah gagahnya dan dia gemar sekali
mengumpul-kan barang-barang permata yang berharga dan 380
juga barang-barang antik yang umurnya ribuan tahun, yang
semua telah dikumpulkan sebagai penghias pulaunya. Bahkan
untuk memperoleh benda antik dan berusia ribuan tahun, Oey
Yok Su tidak segan-segan untuk berkeliaran gerayangi istana
Kaisar, darimana dia bisa memperoleh banyak sekali barangbarang antik itu.
Karena kepandiannya telah mencapai tingkat tinggi dan
sempurna, maka Oey Yok Su bisa berkeliaran dengan leluasa,
tanpa ada yang bisa mencegahnya.
Demikian juga halnya Oey Yok Su sering mendatangi
sarang-sarang perampok terkenal, menghajar mereka dan
merampas barang-barang antik maupun batu permata yang
harganya tidak ternilai.
Sebagi pelayan-pelayan di pulaunya, Oey Yok Su telah
membawa orang-orang yang diculiknya dan kemudian
ditempatkan dipulaunya untuk melayaninya sebagai Raja!
Untuk mencegah orang-orang itu jangan sampai melarikan diri
dan membocorkan rahasia keadaan di Tho Hoa To, maka Oey
Yok Su setiap kali menculik calon pelayannya, segera
memotong lidah mereka, dengan demikian dia telah membuat
semua pelayannya menjadi gagu tidak bisa bicara.
Alasan yang pernah dikemukakan oleh Oey Yok Su waktu
Ong Tiong Yang menegurnya karena menganggap perbuatan
Oey Yok Su terlalu kejam, Oey Yok Su tertawa lebar, sambil
mengatakan bahwa para pelayannya itu umumnya diambil dari
para penjahat, karena itu, dengan dibawanya mereka, berarti
Oey Yok Su menarik mereka ke jalan yang benar, menjadi
pelayan dan tidak melakukan kejahatan lagi. Dengan dipotong
lidahnya itulah untuk mencegah orang-orang ini melarikan diri
dan banyak cerita mengenai keadaan di Tho Hoa To. 381
Memang menghadapi para pelayannya ini. Oey Yok Su
sangat bengis, tidak segan-segan ia menurunkan kematian pada
pelayannya yang berusaha melarikan diri dan tertangkap basah
olehnya.
Disebabkan itu pula, maka para pahlawan Oey Yok Su
umumnya ngeri jika coba-coba jika melarikan diri dari Tho
Hoa To.
Dan pada pagi itu, Oey Yok Su telah memerintahkan
beberapa orang pelayannya untuk mempersiapkan perahunua,
sebab hari itu dia bermaksud untuk berlayar pesiar. Selama
empat tahun lebih mengurung diri di pulaunya.
Para pelayannya bekerja dengan cepat, mereka telah
mempersiapkan sebuah perahu yang cukup besar, kemudian
mengisi dengan perbekalan yang akan dibawa oleh majikan
mereka, juga mereka telah membersihkan dayung dan
peralatan lainnya. Setelah segalanya rampung lalu mereka
melaporkan pada Oey Yok Su.
Mereka tidak bisa bicara, karenanya mereka melaporkan
dengan gerakan-gerakan kedua tangan belaka sebagai isyarat.
Sebelum berangkat, Oey Yok Su berpesan supaya mereka
menjaga pulau sebaik mungkin. Dan jika memang ada orang
yang ?tersesat? datang ke pulau ini, agar ditahan untuk
menantikan sampai dia kembali dari pesiarnya. Dan orang itu,
sengaja atau tidak berkunjung ke pulaunya ini, harus
diperlakukan dengan keras, yaitu sepasang kakinya harus
dipatahkan, dipukul hancur! Itulah hukuman bagi orang yang
berani mendekati Tho Hoa To sejauh garis lingkaran dua ratus
tombak! 382
Peraturan itu dipegang teguh oleh Oey Yok Su, jika
memang ada seorang nelayan yang tersesat atau terdampar ke
pulaunya, nelayan itu akan dihajar patah dan hancur dulu
sepasang kakinya, baru kemudian dibebaskan dilepas untuk
pulang kembali. Dengan demikian nelayan itu telah
menceritakan kengerian yang terdapat di pulau Tho Hoa To,
membuat nyali nelayan lainnya pecah dan mereka mengkeret
ngeri jika mendengar nama pulau itu. tidak ada seorang dari
nelayan di sekitar daerah perairan pulau itu, yang berani dekatdekat dengan pulau Tho Hoa To!
Dengan mempergunakan perahunya yang berukuran cukup
besar itu, Oey Yok Su telah mendayung perlahan-lahan, udara
waktu itu tidak begitu panas dan cuacapun cukup baik, angin
tidak bertiup terlalu kencang, hanya sepoi-sepoi itu
menyebabkan lipatan-lipatan di permukaan air laut,
gelombang-gelombang kecil yang saling kejar-mengejar.
Pemandangan yang indah dan awan yang bergantungan di
langit yang saling kejar-mengejar, bagaikan pasangan kekasih
yang saling mencintai dan saling berkejaran, lapang sekali hati
Oey Yok Su, hatinyapun bergembira sambil mendayung dia
berdendang.
Angin yang berhembus lembut mengiringi senandung Oey
Yok Su, dengan jubahnya yang berwarna hijau, kopiah Siauwyan-kinnya yang berwarna hijau pula dan tangan yang
perlahan-lahan menggerakkan dayungnya memecahkan air
laut, perahunya meluncur merejang gelombang yang kecil
seperti kerut-kerut cita itu. dengan senandung ditambah pula
dengan keadaan disekitar lautan tersebut, maka Oey Yok Su
bagaikan seorang Dewa Laut yang tengah pesiar mengelilingi
daerah kekuasaannya. 383
Selama beberapa hari Oey Yok Su melakukan perjalanan
air berlayar dengan perahunya itu. jika siang dia mendayung
dengan gembira, jika malam sebelum mengantuk, iapun
mendayung sambil menikmati keindahan rembulan yang
memancarkan sinar berpantulan dimuka air laut, sehingga
dengan riak gelombang itu permukaan laut bagai dihampari
oleh mutu manikam dan permata yang berkilauan indah sekali.
**** Tapi pada malam itu waktu Jo sie dan matahari belum
turun rendah di ufuk barat, memancarkan sinarnya yang
berkilauan, Oey Yok su melihat setitik hitam dikejauhan.
Segera ia mendayung lebih cepat, dengan disalurkan iwekang
pada lengannya, setiap kali Oey Yok Su menggerakkan
dayungnya, perahu itu bagaikan terbang melesat memecah
lautan menuju ke arah titik hitam itu, yang diduganya tentu
sebuah kapal layar. Karena Oey Yok Su memiliki Iwekang
yang sangat sempurna, maka dia bisa mengendalikan
perahunya berlayar begitu pesat tanpa mengandalkan
hembusan angin. Dan dalam sekejap saja, titik hitam yang
dilihatnya itu semakin jelas dalam bentuknya sebuah kapal
layar yang cukup besar ukurannya.
Namun kapal layar itu bukan hanya satu, karena terpisah
beberapa ratus tombak dari kapal layar itu, tampak beberapa
buah kapal layar lainnya yang tengah berterot menyusulnya
menerjang lautan.
Oey Yok Su jadi tambah tertarik, dia ingin mengetahui
sesungguhnya kapal apakah itu dan siapa penumpangnya.
Sebagai seorang yang memiliki adat yang ?kukoay? (aneh),
Oey Yok Su memang selalu ingin mengetahui apa saja, dan
jika memang orang-orang yang berada di kapal layar yang 384
besar itu merupakan hartawan-hartawan kaya, dia akan
mempermainkan nya. Jika para tentara Kim, dia akan
membajak mereka. Karena itu dia mendayung semakin cepat.
Perahunya meluncur semakin cepat bagaikan anak panah
terlepas dari busurnya. Lengan jubahnya berkibaran tertiup
angin. Disamping itu juga air laut yang diterjang oleh perahu
Tocu Hoa to itu telah terbelah memecah kesamping kiri dan
kanan, tampak begitu indah sekali bagaikan lautpun jeri pada
Tocu Hoa To ini sehingga telah memecahkan diri membuka
jalah untuk perahunya pemilik pulau Tho Hoa To tersebut.
Waktu perahu Oey Yok Su terpisah beberapa tombak
dengan kapal layar yang pertama itu, justru kapal-kapal layar
lainnya yang berada dibelakang kapal layar pertama itu telah
berhasil menyusul kapal layar tersebut dimana kapal-kapal itu
merapat pada kapal layar yang pertama. Dari dalam kapal layar
yang menyusul itu, telah melompat puluhan sosok bayangan
tubuh yang gesit sekali, melompat naik keatas kapal layar yang
pertama itu.
Dari dalam kapal layar yang pertama itu telah terdengar
jeritan yang cukup ramai, terdiri dari suara jeritan laki-laki dan
wanita. Dan juga tampak puluhan sosok tubuh itu telah
mengurung disekeliling kapal layar sersebut. Sedangkan kapal
layar yang menyusul itu telah mengelilingi kapal layar yang
pertama tersebut.
Menyaksikan demikian, Oey Yok su segera juga
menyadari, tentunya terjadi suatu permpokan. Sedikitnya kapal
layar yang menyusul itu berjumlah lima dan memiliki anak
buah kapal yang banyak sekali jumlahnya. Jika yang melompat
naik kapal layar yang pertama itu sudah erjumlah puluhan
orang, sedangkan di kapal-kapal layar lainnya iru masih
nampak puluhan orang lainnya, yang berdiri ditepian geladak 385
kapal dengan tangan masing-masing mencekal senjata tajam
yang berkilauan tertimpa cahaya matahari sore.
"Perampokan. Bajak laut!" mendengus Oey Yok Su.
Dan walaupun Oey Yok Su memiliki adat yang kukoay yang
bisa membenarkan yang salah dan mempersalahkan yang
benar, namun terhadap kejahatan dia memusuhi seperti juga
musuh turunan.
Sekarang melihat kapal layar pertama itu hendak dirampok
atau dibajak, dia jadi naik darah. Segera dia menggerakkan
dayungnya lebih cepat, sehingga perahunya meluncur cepat
sekali dan waktu sampai disamping kapal layar yang hendak
dibajak itu, Oey Yok Su menjejakkan kakinya, tubuhnya
bagaikan anak panah yang meluncur keatas kapal layar itu.
dayung ditangannya telah digerakkan sebelum kedua kakinya
menginjak landasan kapal itu, sehingga terdengar suara pekik
kesakitan dan kaget, tujuh orang bajak telah terhantam
terpelanting masuk tercebur kedalam laut!
Bajak-bajak laut lainnya yang menyaksikan ini, jadi
mengeluarkan suara seruan kaget, terlebih lagi waktu itu,
mereka melihat seorang berusia tiga puluh tahun lebih dengan
jubah warna hijau dan kopiah Siauw Yan Kin serta dayung
ditangan berdiri tegak, jubahnya berkibaran terhembus angin
laut, tampaknya agung dan berwibawa, mukanya yang dingin
tidak memantulkan perasaan, tampak bagaikan muka mayat,
tidak tersenyun juga tidak menampakkan perasaan jeri
menghadapi bajak-bajak yang jublahnya banyak sekali, tenang
luar biasa, bagaikan seorang Dewa yang baru turun dari
kerajaan langit, karena dia tiba begitu mendadak sekali,
meluncur dari atas dan hinggap diatas kapal tersebut dengan
ringan bagaikan melayang perlahan-lahan dan turun ringan 386
sekali tidak menimbulkan suara sedikitpun juga. Itulah ginkang
yang sudah sempurna sekali.
Para bajak telah memandang dengan mata yang terbelalak
lebar, mereka terkejut dan heran, namun kemudian setelah
tersadar, mereka tertawa dengan suara yang ramai sekali,
menggerakkan golok dan pedang ditangan masing-masing
untuk mengurung Oey Yok Su.
"Manusia-manusia rendah yang tidak tahu diri, apakah
kalian ingin mampus semua?" bentak Oey Yok Su dengan
suara dingin dan bengis.
Para bajak itu telah mengurungnya, salah seorang diantara
mereka melompat keluar.
"Apa andalanmu sehingga berani membinasakan kami,
heh!" bentak orang itu sambil menggerakkan goloknya,
menebas udara kosong. Lalu dengan bengis dia melanjutkan
perkataannya, "Hian Pwe Bong (Ular Naga Abu-abu) Kiauw
Thay akan memperlihatkan dengan siapa engkau berhadapan!
Sekarang kau sebutlah dulu namamu, agar engkau kukirim ke
akherat bukan merupakan setan tanpa nama.
Oey Yok Su tertawa mengejek, lalu dia berkata dengan
dingin dan bengis, "Mulutmu terlalu kurangajar.!" dan Oey
Yok Su menggerakkan pundaknya sedikit, tanpa bisa diikuti
oleh pandangan manusia biasa, tubuh Oey Yok Su Berkelebat
dan terdengar suara "Plak-plok!" dua kali, kemudian tampak
Hian Pwe Bong Kiauw Thay telah terhuyung mundur beberapa


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langkah dengan mulut yang jontor mengeluarkan darah,
berlumuran sampai ke lehernya. Rupanya Oey Yok Su telah
menghadiahkan dua kali tempelengan yang keras, malah tidak
sampai disitu saja, waktu Hian Pwe Bong Kiauw Thay
terhuyung mundur seperti itu, dia merasakan tangannya dingin 387
tersilir angin laut, karena cekalannya pada golok telah terlepas,
golok mana telah pindah ke tangan Oey Yok Su.
Oey Yok Su membolang-balingkan golok itu, dia melirik
kepada penghuni kapal layar yang tengah ketakutan,
berkumpul di sudut geladak. Mereka terdiri dari belasan pria
dan wanita yang belasan orang jumlahnya, termasuk juru mudi
kapal tersebut.
"Hemm, golok karatan yang tidak ada gunanya, dia
meremas golok itu, yang telah meluruk menjadi abu!"
Semua mata terpentang lebar-lebar mengawasi takjub.
Inilah pertunjukan yang benar-benar mengejutkan dan baru
pertama kalinya mereka melihatnya, betapa kuatnya telapak
tangan Oey Yok Su, karena dia telah meremas golok tersebut,
yang terbuat dari baja telah diremas hancur meluruk menjadi
abu! Jika memang seorang jago persilatan yang memiliki
kepandaian tinggi mematahkan pedang atau golok lawannya
dengan mempergunakan Iwekangnya, hal itu memang sering
mereka dengar. Namun seorang yang dengan mempergunakan
tangannya, meremas golok menjadi hancur jadi abu, benarbenar merupakan pertama kali mereka saksikan!
Oey Yok Su telah mengibas-ngibas jubahnya yang
berwarna hijau, dia tertawa dingin.
"Apakah kalian masih tidak mau cepat-cepat berlutut
mengangguk-anggukkan kepala meminta pengampunan
dariku?! Bengis sekali suara Oew Yok Su.
Hian Pwe Bong Kiauw Thay setelah mengawasi bengong
sejenak, ketenangannya telah pulih, dia membentak, "Sungguh
berani mati kau! Dengan menghancurkkan golokku itu berarti
engkau telah menghina Tiat Ciang Pang!" dan setelah berkata 388
begitu Hian Pwe Bong Kiauw Thay mengawasi bengis,
kemudian baru dia meneruskan, "Tahukah engkau hukuman
apa yang akan diterima oleh orang yang berani menghina
anggota Tiat Ciang Pang?"
Mengetahui bahwa Hian Pwe Bong Kiauw Thay orangorangnya Thiat Ciang Pang, dia tertawa dingin.
"Memang telah cukup lama aku mendengar perkumpulan
Thiat Ciang Pang! Hemm didalam hal ini justru aku hendak
bertemu dengan pimpinan kalian yang katanya memiliki tangan
yang liehay!"
"Apakah setelah bertemu dengan pimpinan kami, Tiat
Ciang Sui Siang Piauw Khin Cian Jin, kau masih bisa
mengharapkan hidup?" kata Hian Pwe Bong Kiauw Thay.
Ditanya begitu Oey Yok Su tertawa bergelak-gelak, suara
tertawanya nyaring sekali.
"Hebat! Memang aku Oey Yok Su hendak melihat sampai
dimana liehaynya tangan Tiat Ciang Sui Siang PiauwKhin Cian
Jin agar mataku terbuka lebar.!"
"Apa?" teriak Hian Pwe Bong Kiauw Thay tergagap waktu
mendengar orang yang dihadapinya adalah Oey Yok Su, Tocu
Tho Hoa To yang sangat terkenal itu, Thong Shia dengan sepak
terjangnya yang kukoay itu.
"Hemm, kenapa kau terkejut?" mengejek Oey Yok Su.
"Karena kalian anggota Thiat Ciang Pang, maka aku kini
menghendaki jiwa kalian!"
Muka Hian Pwe Bong Kiauw Thay berobah pucat pias,
demikian juga dengan kawan-kawannya yang lain. Mereka
berdiri ketakutan bukan main, mereka melihat Oey Yok Su 389
bagaikan melihat momok saja, karena mereka sudah sering
mendengar akan sepak terjang Oey Yok Su yang aneh namun
memiliki kepandaian yang luar biasa, sebab Oey Yok Su
termasuk salah seorang dari kelima jago luar biasa yang ada
yang kepandaiannya sulit diukur.
"Jika begitu, maafkanlah kami Cianpwe!" kata Hian Pwe
Bong Kiauw Thay sambil menjura dengan muka yang masih
pucat pias. "Kami memiliki mata tapi tida bisa melihat gunung
Tay San, kami akan segera minta diri!"
"Hemm," mendengus Oey Yok Su. "Kalian meminta maaf
dan hendak berlalu begitu saja? Sekarang telah bertemu
denganku, tidak mudah untuk pergi begitu saja!" dingin dan
bengis sekali kata-kata Oey Yok Su, sehingga Hian Pwe Bong
Kiauw Thay dan kawan-kawannya jadi menggigil ketakutan.
"Cianpwe, dengan memandang muka terang guru kami,
Tiat Ciang Sui Siang Piauw Khin Cian Jin, tentu Cianpwe tidak
akan mempersulit diri kami!"
"Hemm, muka terang? Nama besar?" Hemm, justru karena
kalian murid-murid Tiat Ciang Sui Siang Piauw Khin Cian Jin
maka kalian harus dihajar!"
Muka Hian Pwe Bong Kiauw Thay berobah tambah pucat,
saking ketakutannya tidak segan-segan dia menekuk sepasang
kakinya dan berlutut. "Maafkanlah Cianpwe, ampunilah
kami. karena memang kami tidak mengetahui tengah
berhadapan dengan Cianpwe, sehingga berlaku kurang ajar!"
**** 390
JILID 11
"BAIK, aku bersedia mengampuni kalian,
tapi siapa yang hendak diampuni jiwa
anjingnya, harus merangkak lewat
selangkanganku!"
Muka Hian Pwe Bong Kiauw Thay berobah
tidak enak dilihat, itulah penghinaan yang
hebat tiat Ciang Sui Siang Piauw Kui Chian
Jin bukan orang sembarangan, nama guru
mereka setingkat dengan Oey Yok Su,
Auwyang Hong, Ang Cit kong, Ong Tiong Yang maupun Toan
Hongya. hanya saja Ciang Sui Siang Piauw Kui Chian Jin tidak
hadir dalam pertemuan adu pedang di Hoa San karena
terhalang suatu persoalah yang tidak bisa ditinggalkannya.
Sekarang orang perintahkan dia bersama kawan-kawannya
merangkak melalui selangkangan Oey Yok Su, bukankah itu
merupakan tamparan yang hebat sekali untuk Ciang Sui Siang
Piauw Kui Chian Jin, guru mereka?!
Melihat Hian Pwe Bong Kiauw Thay berdiam diri, Oey
Yok Su tertawa dingin.
"Semula kukira Ciang Sui Siang Piauw Kui Chian Jin
merupakan seorang yang dihormati dan merupakan tokoh
persilatan yang terpuji, tidak tahunya hanya seorang kepala
bajak! Hemm, inilah yang tidak kusangka-sangka!"
"Oey Cianpwe.!" kata Hian Pwe Bong Kiauw Thay
dengan sikap tidak senang. "Memang kami sebagai muridmuridnya, tentu saja tidak mempunyai kepandaian yang berarti
untuk meminta petunjuk dan pengajaran dari Oey Cianpwe, 391
karena kami tingkatan muda yang tidak bisa berurusan dengan
orang-orang yang mempunyai tingkatan yang lebih tua dari
kami. tapi jika memang Oey Cianpwe ingin bertemu dengan
guru kami.. tentu kami bisa mempertemukannya!"
Muka Oey Yok Su jadi bengis dan tampak dingin,
tangannya bergerak menghantam kayu disampingnya, begitu
terhajar kayu itu sempal.
"Hemm, jadi kau ingin mengartikan jika gurumu berada
disini aku akan dilemparkan kelaut?" tanyanya bengis dan
dingin.
"Mana berani, hanya saja jika memang guru kami berada
disini, tentu bisa main-main dengan Locianpwe dengan asyik
sekali.!"
Waktu itu Oey Yok Su mendelik, mentaknya tambah
bengis, "Apakah kalian masih tidak mau merngkak? Atau
memang kalian menunggu sampai aku berobah pikiran?"
Sedang Hian Pwe Bong Kiauw Thay ragu-ragu, waktu itu
dua orang kawannya telah melompat kesamping kapal, maksud
mereka ingin melompat kembali ke kapal mereka.
Oey Yok Su tertawa dingin melihat keinginan kedua orang
itu yang mau kabur begitu saja, tanpa menggerakkan tangannya
tahu-tahu kedua orang itu telah rubuh bergulingan sambil
menjerit-jerit kesakitan. Rupanya dengan menyentilkan jari
tangannya, dari balik lengan jubahnya, Oey Yok Su menghajar
kedua orang itu dengan mempergunakan beberapa batang
jarum yang halus dan kecil, yang mengenai tepat sekali
beberapa jalan darah dari edua orang tersebut, membuat kedua
orang itu merasakan sekujur tubuh mereka seperti disayat-sayat
dan digigit ribuan semut. Itulah sebabnya, selain lenyap 392
tenaganya telah terjungkal dilantai kapal juga telah tergulingguling sambil menjerit-jerit kesakitan.
Oey Yok Su tertawa dingin, diapun mendengus,
bentaknya, "Apakah kau tetap tidak memperoleh jalan hidup?!"
Hian Pwe Bong Kiauw Thay tengah bingung melihat sikap
Oey Yok Su yang bengis seperti itu, dia tambah ketakutan.
Tapi untuk menjaga nama baik perguruannya, Hian Pwe Bong
Kiauw Thay telah menyahuti, "Baiklah, jika memang Cianpwe
ingin juga bentrok dengan kami dari Tiat Ciang Pang dan
hendak membunuhku, silakan.. bunuhlan.!"
Baru saja Hian Pwe Bong Kiauw Thay berkata sampai
disitu, tangan kanan Oey Yok Su telah bergerak, terdengar
suara "krakk, krakk", sepasang tangan Hian Pwe Bong Kiauw
Thay telah dihajar hancur semplek, sehingga tidak bisa
digerakkan lagi!
Hian Pwe Bong Kiauw Thay menjerit kesakitan, terhuyung
mundur dengan muka yang pucat, dan ketakutan setengah mati.
Dia memang sering mendengar kebengisan Oey Yok Su yang
sering turun tangan kejam kepada orang-orang yang tidak
disukainya. Tadi tangannya bergerak begitu cepat, jangankan
untuk berkelit atau menghindarkan pukulan Oey Yok Su,
sedangkan untuk melihat jelas saja cara memukul Oey Yok Su,
si Ular Naga abu-abu itu tidak dapat melakukannya. Jika
memang Oey Yok Su menghendaki jiwanya, bukankah itu
mudah saja dilakukannya, sama seperti juga Oey Tocu itu
membalikkan telapak tangannya sendiri?.
Karena telah dihajar seperti itu dan ketakutan Hian Pwe
Bong Kiauw Thay cepat-cepat menekuk kedua kakinya dan
berlutut, dia mengangguk-anggukkan kepalanya. 393
"Ampunilan boanpwe, Oey Cianpwe. ampunilah
boanpwe!" dia sesambatan, lenyap perasaan malunya dan sirna
keinginannya untuk melindungi nama besar gurunya. Yang
diingatnya hanya bagaimana dia memperoleh pengampunan
dari Oey Tong Shia ini agar bisa dibebaskan.
Melihat orang berlutut dan mengangguk-angguk seperti
itu, Oey Yok Su jadi tambah sebal dan muak. Memang
perangai Oey Yok Su aneh dan kukoay sekali. Jika orang takut
dan pengecut menghadapinya dia tambah benci dan akan turun
tangan menyiksanya, tapi jika orang memiliki sifar gagah
berani, tentu Oey Yok Su akan menghargainya. Sekarang
murid dari Tiat Ciang Sui Siang Piauw Khiu Cian Jin telah
berlutut mengemis-ngemis pengampun-annya, saat mana
sepasang tangannya telah dihajar hancur seperti itu, membuat
Oey Yok Su jadi tambah muak melihatnya. Dia menggerakkan
kaki kanannya, dan tubuh Hian Pwe Bong Kiauw Thay telah
terjngkal bergulingan dilantai kapal sambil menjerit-jerit
kesakitan.
Oey Yok Su mendengus bengia.
Tadi aku telah memberikan jalan hidup agar kalian
merangkak lewat selangkanganku, tapi kalian jual mahal dan
tidak segera mematuhi! Sekarang, walaupun kalian ingin
merangkak pulang pergi sepuluh kali, aku justru tidak mau!"
Muka Hian Pwe Bong Kiauw Thay jadi berobah tambah
pucat ketakutan.
"Oey Cianpwe, apakah. apakah kau tidak mau mematuhi
peraturan dalam Kangouw, sehigga demikian sewenangwenang, yang tua menghina yang muda?!" 394
"Hemm, kau mengatakan aku menghinamu? Baik! aku
tidak akan menggunakan kedua tanganku ini untuk
menghajarmu! Aku masih mau lihat, apakah masih bisa
dibilang yang tua menghina yang muda!" Dan setelah berkata
begitu, Oey Yok Su memasukkan kedua tangannya kedalam
sakunya, hanya tubuhnya yang sempoyongan kesana kemari,
dengan pundaknya dia telah membenturi kawanan orang Tiat
Ciang Pang itu dan setiap kali salah seorang diantara mereka
itu dibentur, maka seketika itu juga tubuh mereka terpental dab
tercebur ke dalam laut!"
Oey Yok Su telah membenturi terus menerus, dan tampak
belasan anak buah dari Tiat Ciang Pang dibenturi tercebur ke
laut sehingga air laut muncrat naik tinggi sekali. Sisanya
ketakutan bukan m ain telah bertekuk lutut memohon
pengampunan buat mereka.
Namun Oey Yok Su tengah merasa sebal terhadap mereka,
dia telah menggunakan kedua kakinya menendangi silih
berganti. Setiap orang Tiat Ciang Pang yang kena
ditendangnya, tubuh mereka terpental keras sekali dan
kemudian tercebur kedalam laut dengan terluka didalam yang
berat, jika tidak tulang rusuk mereka yang pada patah, tentu
tulang tangan dan kaki mereka yang patah dan remuk! Begitu
juga dengan orang-orang Tiat Ciang Pang yang dibentur oleh
Oey Yok Su tang telah terpental dan tercebut ke laut, mereka
bukannya tidak menderit cidera, karena begitu dibentur oleh
pundak Oey Yok Su, mereka seperti dibentur oleh kekuatan
yang laksaan kati. Dan tubuh mereka terpental dengan seluruh
isi perut dan anggota dalam tubuh mereka rusak jungkir balik,
terluka didalam dan parah sekali.
Orang-orang Tiat Ciang Pang yang berada di kapal-kapal
mereka segera menolong kawan-kawannya naik ke kapal 395
mereka dan kemudian cepat-cepat meninggalkan kapal yang
hendak mereka bajak. Hian Pwe Bong Kiauw Thay sendiri
telah ditendang sampai belasan tombak, tubuhnya nyebur dialut
dan kemudian jatuh pingsan. Untung saja kawan-kawannya
segera menolongnya, mengangkat Kiauw Thay naik ke kapal
mereka kemudian dibawa kabur!
Setelah melemparkan orang-orang Tiat Ciang Pang itu ke
laut, Oey Yok Su mendengus sengit, tampak dia puas telah
berhasil menghajar orang-orang itu kalang-kabutan.
Penumpang kapal yang batal dibajak itu bersama juru
mudinya telah cepat-cepat berlutut semuanya dihadapan Oey
Yok Su, guna menyampaikan rasa syukur dan terima kasih
mereka, karena dengan adanya Oey Yok Su, mereka batal
menjadi korban keganasan orang-orang Tiat Ciang Pang itu.
Oey Yok Su perintahkan agar mereka segera bangun
berdiri, kemudian dengan dingin, tidak memperlihatkan
perasaan dia mengibaskan lengan jubahnya, dia memutar


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya, melangkah ketepi kapal untuk bersenandung:
"Air bergelombang, dunia bergelombang, kerut-kerut
merupakan rintangan, dan semua itu merupakan perjalanan
yang menggembirakan!"
Dan tubuh Oey Yok Su ringan seperti kapas telah melayang
turun, dia hinggap di perahunya, dan kemudian mendayung
pula perlahan-lahan.
"Tunggu. Tunggu dulu Tayhiap!" tiba-tiba terdengar
seorang berteriak dari atas kapal memanggil Oey Yok Su.
Sebetulnya Oey Yok Su paling jemu dengan orang-orang
diluar rimba persilatan, dia memiliki sifat yang kukoay sekali.
Tadi dia telah menghajar kalang-kabut orang-orang Tiat Ciang 396
Pang karena dia membenci kejahatan seperti membenci musuh
turunannya, dan bukan untuk menolong orang-orang yang
berada dikapal yang mau dibajak tersebut, tetapi kini ada orang
yang berteriak meminta agar dia jangan pergi dulu, sepasang
alisnya jadi berdiri, dia menahan dayungnya dan menoleh
dengan wajah yang dingin, katanya bengis, "Apakah kalian
ingin minta dihajar juga?!"
Orang diatas kapal jadi ketakutan, muka mereka jadi pucat.
Sedangkan orang yang memanggil-manggil meminta Oey Yok
Su jangan pergi dulu itu adalah seorang lelaki berusia lima uluh
tahun, dengan kumis dan jenggotnya yang kemerah-merahan,
tumbuh panjang dan tipis, dan pakaiannya yang mewah
memperlihatkan bahwa dia seorang hartawan. Rupanya dia
memang sangat berterima kasih sekali pada Oey Yok Su,
walaupun dibentak dengan bengis, dan melihat Oey Yok Su
yang dingin seperti itu, dia memberanikan diri untuk
menyahuti, "Tayhiap, ada yang ingin Lohu katakan!"
"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Oey Yok Su dingin.
"Banyak.. dapatkah Tayhiap naik dulu sebentar
kemari?! tanya hartawan itu.
Muka Oey Yok Su berobah semakin dingin, sepasang
alisnya berdiri lagi. Dialah ocu dari Tho Hoa To, seumur
hidupnya belum pernah ada orang yang berani mengaturnya
begini dan begitu. Dipulaunya, dia hidup seperti seorang raja
dilayani oeh para pelayannya, dan tidak sepatah katapun juga
pelayan-pelayannya itu berani membantah perintahnya.
Demikian juga didalam kalangan Kangouw, setiap orang-orang
gagah dalam kalangan kangouw bertemu dengannya, sama juga
bertemu dengan momok yang menakutkan. Hal itu disebabkan
sifat Oey Yok Su yang angin-anginan dan kukoay. Jika dia 397
sedang gembira, dia bisa menolongi orang namun jika dia
sedang jengkel dan kesal dia bisa turunkan tangan kejam
sekali, menghajar hancur kaki orang, menghantam mati orang
yang tidak bersalah karena dari itu, jarang sekali orangorang persilatan yang berani bentrok muka dengan Tocu Tho
Hoa To yang bengis dan angin-anginan ini.
Sekarang hartawan itu hendak menahannya, malah
memintanya naik ke atas kapal itu. hatinya jadi mendongkol,
tabiat angkuhnya jadi terbangun. Dia mendengus tertawa
dingin.
"Baik! baik! aku akan naik kekapal kalian lagi!" kata Oey
Yok Su dengan berseru nyaring. Dan berbareng dengan itu
tubuhnya telah mencelat naik ke kapal. Dia hinggap disamping
hartawan itu, tangan kanannya diangkat hendak menghantap
pecah batok kepala hartawan tersebut.
Waktu itulah terdengar suara teriakan, "Tahan. Jangan
sakiti ayahku!"
Suara teriakan itu melengking nyaring, suara teriakan
seorang wanita. Oey Yok Su menahan tangannya, dia melirik
kekiri. Begitu dia melihat orang yang mencegahnya itu, hatinya
jadi memukul keras, karena tidak disangkanya dihadapannya
kini berdiri seorang wanita berusia enam atau tujuh belas
tahun, paras mukanya demikian cantik, walaupun waktu itu
sigadis tengah ketakutan namun kecantikannya tidak
berkurang. Sepasang alisnya yang melengkung seperti bulan
sabit, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang ternganga
ketakutan itu demikian manis bergairah dan juga potongan
mukanya seperti kuaci, disamping itu, pakaiannya yang indah
terhembus oleh angin laut yang sepoi-sepoi menyebabkan
gadis itu seperti seorang bidadari yang turun kedunia. Mata 398
Oey Yok Su jadi nanar. Sejak kecil dia memang gemar ilmu
silat. Kegemaran terhadap ilmu silat melebihi dari yang
lainnya, karena Oey Yok Su sepanjang hudupnya hanya
mencurahkan seluruh waktu dan perhatiannya untuk berlatih
ilmu silat. Namun sekarang, melihat wanita secantik itu, yang
mungkin baru kali ini dijumpainya, walaupun sebelumnya Oey
Yok Su banyak sekali bertemu dengan wanita-wanita cantik,
hatinya mendadak tergoncang dan berdebaran aneh.
Gadis itu telah berlari menghampiri hartawan itu,
dipeluknya kuat-kuat dengan memperlihatkan wajah ketakutan
yang amat sangat.
Hartawan itu sendiri jadi bingung, rupanya dia sendiri
masih tidak menyadari bahwa maut sebetulnya sudah tiba
diatas kepalanya.
"A Heng, kenapa kau?!" menegur hartawan itu kepada
gadis tersebut dengan heran.
"Ayah, cepat kau meminta ampun kepada Tayhiap itu!"
kata si gadis dengan wajah yang masih memancarkan
ketakutan yang sangat.
Waktu itu Oey Yok Su tengah mengawasi si gadis dengan
perasaan tidak menentu, wajahnya dingin, sinar matanya begitu
guram, dan tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak panjang sekali.
Suara itu bergema seperti memenuhi sekitar lautan tersebut,
mengejutkan semua penumpang kapal itu, karena merasakan
kapal mereka ini terguncang keras, bagaikan tengah
dipermainkan oleh gelombang yang besar, seperti juga suara
tertawa Oey Yok Su meruntuhkan langit dan mengaduk-aduk
air lautan. 399
A Heng, gadis itu semakin ketakutan, dia memeluk
hartawan itu, yang rupanya ayahnya, dengan kuat, diapun telah
berseru ketakutan, "Ayah, cepat kau meminta maaf kepada
Tayhiap itu.. cepat! Jika terlambat akan celakalah kita.!"
Hartawan itu benar-benar tidak mengerti akan sikap
puterinya ini, dia telah mengawasi putrinya dan Oey Yok Su
bergantian sampai akhirnya dia mengangguk.
"Baik, baik, aku akan meminta maaf pada Tayhiap itu,
minggirlah kau.!" katanya sambil mendorong puterinya.
Waktu itu Oey Yok su telah berhenti tertawa, dia tengah
mengawasi si gadis yang tadi dipanggil A Heng oleh ayahnya,
sorot mata Oey Yok Su begitu laur biasa, guram sekali, dingin,
tapi dibalik semua itu seperti mengandung perasaan yang aneh
sekali. A Heng yang ditatap begitu adi mengigil, dia tambah
ketakutan.
Sesungguhnya gadis itu memiliki otak yang sangat cerdik
sekali, dia cerdas bukan main, sejak kecil dia telah mempelajari
ilmu surat, dalam usia tujuh tahun dia telah berhasil membaca
kitab dan tidak ada satu hurufpun yang terlupa lagi olehnya.
Disamping itu kecerdasan yang dimiliki A Heng merupakan
kecerdasan yang lain dari pada gadis-gadis lainnya, karena
begitu dia melihat sesuatu, dia dapat mengingatnya seumur
hidup, tidak akan terlupa pula, Cuma saja, disebabkan dia
hanya mempelajari ilmu surat, tenaganya lemah sekali,
umumnya dia hanya mempergunakan kecerdikannya. Tadi dia
telah melihat ayahnya memanggil Oey Yok Su, memang
maksud ayahnya baik dan A Heng mengetahui ayahnya itu
mau mengucapkan terima kasih dan menyampaikan hadiah
pada tuan penolong itu, namun itulah yang membuat Oey Yok
Su gusar. Sebagai seorang gadis yang cerdik luar biasa, segera 400
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber : Buku Koleksi Gunawan Aj
Scan Image: Awie Dermawan
A Heng melihat ancaman bahaya buat ayahnya, segera dia
memburu pada ayahnya untuk meminta maaf.
Sebetulnya, ayah dan anak ini tengah melakukan
perjalanan untuk menuju Siauwciu karena A Heng baru saja
kematian ibunya. Ayah yang merupakan seorang hartawan
mangajak pindah ke Siauwciu, menghindarkan diri dari
kenangan yang menyedihkan hati. Dengan meninggalkan
kampung halaman tentu ayahnya berkurang teringat pada
mendiang isteriya.
Tetapi tidak diduga dalam perjalanan ini waktu menyewa
kapal inipun untuk melakukan perjalanan dan membawa harta
benda mereka telah menumpang beberapa orang penumpang
lainnya yang terdiri dari pedangang dan pelancong. Ayah A
Heng yang memiliki hati mulia, telah mengijinkannya. Dan
dalam perjalanan air inilah orang-orang Tiat Ciang Pang telah
mencium bahwa di kapal tersebut terdapat saudarag hartawan
yang kaya raya, disamping ayah A Heng, yang memang
hartanya sangat banyak bermaksud akan merampoknya.
Disamping itu juga, kecantikan paras muka A Heng yang
bagaikan dewi itu telah tiba pula ditelinganya Kiu Chian Jin
yang ingin merampas gadis tersebut untuk dijadikan gundik.
Untung saja sebelum segalanya itu terjadi,Oey Yok Su telah
datang menolong mereka.
Dan sekarang, tuan penolong yang memiliki adat yang
aneh ini, justru merupakan seorang yang angin-anginan, dari
tuan penolong sekarang berbalik akan mengancam keselamatan
ayahnya.
Ayah A Heng waktu itu telah merangkapkan sepasang
tangannya, katanya, "Tayhiap, jika memang lohu bersalah,
harap Tayhiap memaafkan, Lohu bukan hendak menghalangi 401
keberangkatan Tayhiap, hanya disebabkan Tayhiap telah
menyelamatkan kami dari para bajak itu, sehingga kami
terlolos dari ancaman bahaya maut, maka Lohu selain
menyampaikan rasa terima kasih jung ingin menyampaikan
semacam bingkisan kepada Tayhiap!"
Tapi Oey Yok Su seperti tuli dan tidak mempeduli-kan
ayah A Heng, dia hanya mengawasi si gadis dengan sorot mata
yang luar biasa, seperti ditempat itu tidak terdapat orang
lainnya, A Heng yang diawasi seperti itu jadi berdebar hatinya,
memang dia tengah menguatirkan keselamatan ayahnya, dia
kuatir Oey Yok Su benar-benar turun tangan kejam. Bukankah
tadi A Heng memang telah menyaksikan betapa Oey Yok Su
dengan mudah menghajar kocar-kacir orang-orang Tiat Ciang
Pang?
"Kau!" kata Oey Yok Su kemudian dengan suara yang
dingin, paras mukanyapun dingin sekali. "Mengapa kau
mengatakan aku hendak mencelakai ayahmu dan menyuruh
ayahmu meminta maaf padaku?!"
A Heng telah berusaha menenangkan diri, dia segera
menyahut, "Tayhiap sesungguhnya ayah tadi telah
melakukan kekhilafan, sehingga menyinggung perasaan
Tayhiap.. tidak selayaknya ayah memanggil Tayhiap dan
menahan keberangkatan Tayhiap.!"
"Hemm, darimana engkau mengetahui eku tersinggung?"
tanya Oey Yok Su dengan suara tambah dingin.
A Heng sebagai seorang yang cerdas, mengetahui bahwa
jika dia menjawab sejujurnya, tentu Oey Yok Su akan tambah
tersinggung, kalau memang dia mengatakan bahwa Oey Yok
Su memiliki adat yang aneh, perangai yang kukoay. Bukankah
tadi menghadapi orang-orang dari Tiat Ciang Pang tampak 402
jelas sekali bahwa Oey Yok Su memang memiliki perangai
yang kuokay dan adat yang aneh? Sebagai seorang yang
cerdas, segera juga A Hrng memperoleh jawaban, "Sebetulnya
siuawmoay hanya mengetahui dari perasaan hati kecil
siauwmoay saja, jika memang hal itu tidak benar, malah
siauwmoay bersyukur, tapi jika memang benar Tayhiap
tersinggung oleh kekhilapan ayah siauwmoay, tentunya dengan
ayah meminta maaf, Tayhiap akan memaafkannya!"
Oey Yok Su mengawasi gadis ini. dialah seorang gadis
yang cantik sekali, seorang gadis yang lemah lembut.
Yang menarik sekali buat Oey Yok Su, gadis ini
tampaknya cerdas sekali. Seumur hidupnya baru kali ini Oey
Yok Su melihat seorang gadis yang demikian cantik jelita
seperti seorang dewi.
Setelah berdiam beberapa saat barulah Oey Yok Su
bertanya dengan suara dingin, "Tadi ayahmu mengatakan ingin
memberikan semacam bingkisan kepadaku! Bingkisan apa?!"
Ayah A Heng mendengar perkataan Oey Yok Su seperti
itu jadi girang. Dia menduga tentunya pendekar yang gagah
tapi aneh tabiatnya ini bersedia untuk menerima hadiah
darinya, maka segera dia mengeluarkan sebuntalan kecil dan
terbungkus kain merah. Dibungkusan itu terdapat batu-batu
permata yang berkilauan ketika kain pembungkusnya dibuka.
"Inilah yang hendak Lohu sampaikan kepada Tayhiap
sebagai tanda terima kasih kami!" kata ayah A Heng sambil
mengangsurkan bungkusan itu.
Oey Yok Sumemandang dingin, dia melihat batu permata
didalam bungkusan itu merupakan benda-benda berharga
mahal sekali harganya dan tidak mudah untuk memperoleh 403
benda-benda berharga seperti itu. tapi dengan diberi hadiah
seperti itu, Oey Yok Su merasakan bahwa itu adalah suatu
penghinaan buatnya. Maka dia telah mengangguk, katanya,
"Baik, terima kasih atas kebaikanmu! Barang itu kuterima, dan
sekarang ingin kuhadiahkan pula barang itu kepada
seseorang!"
"Menghadiahkan lagi kepada seseorang?!" tanya ayah A
Heng heran.
Oey Yok Su mengangguk.
"Siapa orang itu?" tanya ayah A Heng,karena dia jadi
kurang senang. Memang menjadi keinginannya memberikan
hadiah itu kepada Oey yok Su untuk menyampaikan rasa
terima kasihnya. Jika memang Oey Yok Su ingin
menghadiahkan kepada orang lain, itu adalah urusan Oey Yok
Su, asal jangan diberikannya ketika dia menerima hadiah
tersebut.
Dengan suara yang dingin Oey yok Su telah menyahut,
"Aku hendak menghadiahkan batu permata itu kepada Hay
Liong Ong.!" Dan setelah berkata begitu, tangannya
bergerak menerima bungkusan batu permata yang kemudian
dilemparkannya ke laut!
Bukan main kagetnya ayah A Heng dan yang lain-lainnya,
mereka sampai mengeluarkan suara tertahan. Mereka
semuanya telah memandang ke arah laut, kearah dimana tadi
Oey Yok Su melemparkan batu permata itu, mereka merasa
sayang benda berharga itu dibuang begitu saja, yang akan
lenyap ke dasar laut tanpa bekas.
Oey YokSu tertawa bergelak-gelak, sampai kemudian dia


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata, "Terima kasih untuk kebaikan hatimu! Tampaknya 404
engkau seorng hartawan yang kaya raya dan baik hati karena
telah mau membalas budi kepadaku dengan membayarku
menggunakan batu-batu permata itu! aku tidak pernah merasa
melepas budi kepada kalian, tadipun aku bukan hendak
menolong kalian, aku hanya benci kepada orang-orang Tiat
Ciang Pang yang ternyata manusia-manusia busuk, dan aku
membenci kejahatan sama seperti membenci musuh
turunanku. Hemm, tapi karena kau telah berbaik hati dan
ingin menghadiahkan batu permata itu kepadaku, tentu saja
tidak baik kalau kutolak! Dak kukira jika batu-batu permata itu
berada di dasar laut, bukankah akan memperindah dasar lautan
ini, dimana cahaya batu permata akan berkilauan indah sekali?
Bukankah Hay Liong Ong pun akan mengucapkan ?terima
kasih.. terima kasih? sehingga selanjutnya kalian melakukan
pelayaran dengan dipayungi Hay Liong Ong Raja Naga
Samudera itu, dan tidak akan mengalami bencana sampai tiba
ditempat tujuan?" dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su
tertawa terbahak-bahak lagi, dia memutar tubuhnya melangkah
mendekati tepi kapal , dan kemudian menjejakkan kakinya,
tubuhnya seperti melayang terbang meluncur hinggap
diperahunya, bagaikan seorang dewa yang baru saja turun dari
atas gumpalan awan.
A Heng waktu itu telah berdiri mematung, dia mengawasi
kepergian Oey Yok Su dengan sorot mata yang aneh pula,
bagaikan dia kehilangan semangat. Bukan main kagumnya
menyaksikan kepandaian Oey Yok Su yang dengan sangat
mudah menghajar kocar-kacir orang Tiat Ciang Pang, dan A
Heng pun tertarik akan sifat aneh dan perangai luar biasa dari
Tocu Tho Hoa To tersebut. 405
Oey Yok Su telah menggerakkan dayungyna perlahanlahan, perahunya mulai meluncur membelah air laut. Samarsamar terdengar senandungnya :
"Rembulan yang tersenyum, matahati yang beringas, laut
yang mengganas, semua itu kulalui, tapi mengapa harus
bertemu dengan dia.. mengapa?"
Rupanya waktu itu Oey Yok Su sendiri telah
menyadarinya bahwa dalam pandangannya pertama dia telah
jatuh hati, gadis yang luar biasa jelita. Bukan hanya kecantikan
yang luar biasa itu merupakan daya tarik yang sangat kuat, tapi
kelembutannya dan kegagahan yang dimiliki oleh gadis itu
yang berusaha melindungi ayahnya, walaupun dia tampaknya
tidak mengerti ilmu silat, namun gadis yang lemah lembut itu
memiliki otak yang sangat cerdas dan cerdik sekali dan telah
berusaha untuk melindungi ayahnya dengan kemampuan yang
ada. Kapal yang ditumpangi oleh hartawan she Ming, ayah A
Heng dan saudagar-saudagar lainnya itupun sudah melanjutkan
pelayarannya. Air laut diterjang dan terbelah berbuih, kapal
layar yang berukuran cukup besar itu meluncur dipermukaan
laut.
Oey Yok Su masih mendayung terus. Semakin lama
perasaannya jadi semakin tidak karuan. Karena waktu itu
perahunya meluncur perlahan, kapal layar yang ditumpangi A
Heng berlayar disebelah depan dan perahu Oey Yok Su seperti
mengikuti kapal itu, mengekor terus.
Malam telah tiba, permukaan laut bermain dengan
pantulan sinar rembulan, sehingga permukaan air laut itu
bagaikan ditabur oleh jutaan butir batu permata mutu manikan. 406
Penumpang kapal layar Ming Wanggwe telah sunyi,
karena semua penumpang telah tertidur. Banya beberapa orang
anak buah kapal yang masih dengan tugasnya mengemudikan
kapal tersebut.
Sesosok tubuh yang gemulai tampak berdiri ditepian
geladak mengawasi indahnya cahaya rembulan.
Dialah A Heng, gadis yang cantik jelita itu. dia tengah
menikmati keindahan malam itu. sejak tadi sore hatinya tidak
tenang, wktu dia hendak tidur, hatinya resah dan gelisah. Dan
A Heng sendiri tidak mengetahui entah mengapa dia harus
memiliki perasaan demikian. Dan untuk melapangkan pikiran
dan perasaan hatinya, A Heng telah keluar dari kamarnya dan
menuju kegeladak. Dia menikmati keindahan malam itu,
memandang keindahan rembulan yang tengah memancarkan
cahayanya yang kuning keemasan itu.
Malam yang demikian sunyi, suara gelombang laut yang
selalu menampar-nampar tubuh kapal yang tengah berlayar itu
terdengar bagaikan irama musik yang merdu sekali. Dan
dikejauhan tampak sebuah perahu kecil tengah meluncur
perlahan-lahan dibelakang kapal itu. dibawah cahaya rembulan,
tampak penumpang perahu kecil itu menggerak-gerakkan
dayungnya perlahan, jubahnya yang hijau dipermainkan oleh
hembusan angin, duduk angker dan agung, dialah Oey yok Su,
Tocu Tho Hoa To.
Melihat Oey Yok Su, jantung A Heng tambah berdebaran
tidak karuan, namun dia tetap mengawasi terus. Mengawasi
perahu kecil itu semakin lama semakin cepat menghampirinya
dan akhirnya sesosok tubuh telah berkelebat. Telah berdiri
dihadapannya seorang laki-laki berjubah hijau, ditangan 407
kanannya mencekal sebatang seruling dan tengah tersenyum
manis mengawasinya.
Keduanya berdiam lama sekali, hanya mata mereka yang
saling bertemu. Dan Oey Yok Su pemuda berbaju hijau itu
telah membawa serulingnya kedekat bibirnya, dia telah meniup
serulingnya membawakan sebuah lagu.
Suara seruling itu mengalun, iramanya demikian tenang
dan bagaikan irama musik dari kerajaan langit.
Ternyata waktu itu Oey Yok Su tengah membawakan lagu
"Thian Mo Bu Kiok ? (lagu Tarian Hantu Langit), lagu yang
luar biasa sekali.
Suara seruling begitu tenang, namun didalam suara
seruling itu mengandung tenaga Iwekang yang sangat
sempurna dan semakin lama suara seruling itu terdengar
semakin halus, bagaikan suara bisikan dewi-dewi dari kerajaan
langit.
A Heng yang memang sejak kecil menyenangi pelajaran
Bun (sastera) telah berdiri mematung takjub, karena memang
dia kagum sekali mendengar tiupan seruling yang demikian
halus demikian memukaunya. Walaupn bagaimana A Heng
mengerti akan seni musik dan siapun sesungguhnya pandai
meniup seruling. Tapi jika ingin dibandingkan kemahirannya
meniup seruling dengan lagu yang tengah diperdengarkan Oey
Yok Su, A Heng merasa dirinya masih tidak berarti apa-apa..
karena tiupan seruling Oey Yok Su selain dari lemah-lembut
dan halus, bagaikan bisikan para dewi dari kerajaan Langit,
juga didalam suara seruling itu seperti mengandung kekuatan
gaib yang membuat perasaan A Heng melambung ke dunia
lain, terombang-ambing antara perasaan dan hati yang diliputi
bermacam kemelut. 408
Akhirnya Oey Yok Su telah menyelesaikan tiupan
serulingnya dan telah menjura pada A Heng.
"Maafkan sikapku tadi siang yang telah berlaku kasar
padamu dan ayahmu.!" kata Oey Yok Su halus. Waktu itu
entah mengapa adat dan perangainya yang biasanya angkuh
dan aneh itu telah lenyap. Dan dihadapan gadis ini, Oey Yok
Su demikian sabar, demikian lembut dan mengerti.
A Heng tersipu, dia seperti baru bangun dari mimpi.
Cepat-cepat dia merangkapkan sepasang tangannya, diapun
telah memberi hormat, membalas penghormatan Oey Yok Su.
"Jangan Tayhiap berkata begitu, karena memang
merupakan penghargaan yang tidak ternilai bisa bertemu
dengan Tayhiap, dimana kami semua telah tertolong dari
bencana!" kata A Heng dengan suara yang halus.
Sesungguhnya Oey Yok Su paling tidk senang dengan
adanya peradatan, selamanya dia tidak pernah memakai aturan
dalam sepak terjangnya, karena apa yang disenanginya pasti
dilakukannya dan apa yang tidak disenanginya tentu akan
dihajarnya sampai hancur lebur.
Namun dihadapan A Heng, sifat-sifat angkuh aneh dan
juga sikap sombongnya sebagai seorang jago luar biasa yang
terdapat didaratan Tionggoan, telah lenyap begitu saja, yang
ada hanyalah perasaan lembut dan sabar, perasaan menyayangi
pada gadis ini, perasaan yang selalu menggoda hatinya sejak
sore tadi dia mengikuti kapal ini, disaat dia mendayung dan
mengawasi permukaan air laut yang selal pula dia seperti
melihat di gadis tengah memandangnya sambil trsenyum.
Itulah sebabnya Oey Yok Su mengikuti terus kapal ini, dia
mendayung terus perahunya walaupun hari telah larut malam.
Dibawah cahaya rembulan dan jutaan bintang di langit, dia 409
melihat diatas kapal ada muncul dewi yang selalu dikenangnya
itu, sehingga dia telah mempercepat mendayung perahunya dan
melompat naik keatas kapal itu.
Di hadapan A Heng, Oey Yok Su seperti juga tidak
berdaya untuk membawa adatnya, dan dia jadi terpukau
melihat wajah yang demikian cantik luar biasa dibawah cahaya
rembulan dan bintang dan juga senyuman A Heng yang seperti
meruntuhkan keangkuhannya.
Mereka bercakap-cakap saling memperkenalkan diri. A
Heng menceritakan bahwa di a bersama ayahnya memang
tengah menuju ke Souwciu dan juga nama dia sesungguhnya
adalah Ming Sian Heng. Namun pada Oey Yok Su dia minta
agar dirinya tetap dipanggil sebagai adik Heng atau memang A
Heng.
Oey Yok Su telah memberitahukan namanya, telam pula
menceritakan keindahan pulaunya, tempat dia berdiam selama
ini. mereka bercakap-cakap demikin asyik dan juga A Heng
demikian tertariknya mendengar bahwa Oey Yok Su memiliki
sebuah pulau terpencil, yang telah diaturnya sedemikian
menarik, lengkap dengan segala pohon-pohon bunga yang
harum dan indah.
Kapal itu berlayar terus dibawah terangnya cahaya
rembulan dan jutaan bintang di langit. Pasangan muda-mudi ini
telah bercakap=cakap sampai menjelang fajar. Waktu itulah
Oey Yok Su baru minta diri untuk kembali ke perahunya.
Merekapun berpisah dengan hari masing-masing bungah dan
bahagia.
Malam keduanya, Oey Yok Su telah datang pula ke kapal
itu, mereka telah bertemu dan bercakap=cakap dengan asyik
sekali. 410
Begitulah selama belasan hari Oey Yok Su mendayung
perahunya mengikuti di belakang kapal tersebut. Selama
belasan hari tersebut diluar pengetahuan dari Ming Wangwe,
antara Oey Yok Su dan A Heng telah terjalin hubungan yang
intim.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian yang luar
biasa, juga perangai yang aneh sekali, jika memang ia
menginginkan membawa pergi A Heng begitu saja dengan
secara paksa, bisa saja dilakukan jika dia hendak memaksa A
Heng ikut dengannya, siapakah yang bisa mencegah?
Bukankah selama hidupnya memang Oey Yok Su selalu
melakukan sepak terjangnya tanpa ada yang bisa membendung
dan menghalanginya?.
Namun terhadap A Heng, entah mengapa Oey Yok Su
menaruh hormat yang besar, entah mengapa dia sangat
mencintai gadis ini, yang diperlakukan dengan agung sekali.
A Heng pun melihat, walaupun Oey Yok Su memiliki adat
dan perangai yang aneh, namun dalam diri laki-laki itu terdapat
keistimewaan lainnya yang menarik hati A Heng.
Begitulah, dua hati telah saling bertautan, akan tetapi
selama belasan hari itu mereka berdua tidak pernah
membicarakan masalah yang berhubungan dengan perasaan
cinta mereka. Keduanya hanya membicarakan soal-soal kitab
sastera, membicaraka syair-syair, bertukar pikiran mengenai
sajak-sajak kuno. Ternyata yang membuat A Heng lebih
kagum lagi, selain ilmu silat Oey Yok Su luar biasa tingginya,
juga Oey Yok Su memahami dan menguasai pelajaran Bun
mendalam sekali.
Bicara soal kecerdikan, sesungguhnya Oey yok Su
merupakan seorang yang cerdas. tetapi bicara soal otak yang 411
encer, A Heng memiliki otak yang jauh lebih encer. Dan dalam
percakapan mengenai sajak syair-syair Oey Yok Su walaupun
paham dan menguasai dunia sastra, tapi dia merasa kagum
terhadap pengetahuan A Heng yang luas mengenai jenis
pelajaran tersebut. Yang membuat Oey Yok Su lebih kagum
dan mencintai gadis itu, A Heng ternyata memang memiliki
daya tangkap pada pikirannya yang kuat sekali. Setiap satu
patah kata yang diucapkan oleh Oey Yok Su selalu dapat
diingatnya dengan baik. bagaimana sulitnya pembicaraan
mereka, walaupun baru pertama kali didengarnya, baik tentang
ilmu silat, keadaan dalam dunia Kangouw yang diceritakan
oleh Oey Yok Su, dia dapat mengingatnya dengan baik
sehingga dapat mengimbangi cerita Oey Yok Su dengan baik
sehingga diantara mereka semakin terdapat keakraban.
Oey Yok Su sendiri tidak mengerti bisa bertemu dengan
gadis ini yang luar biasa otaknya. Sebagai seorang yang
beradat kukoay, kini bertemu dengan gadis yang lembut dan
sama sekali tidak mengerti ilmu silat, benar-benar Oey Yok Su
jadi tertarik. Jika biasanya dia berwatak angkuh dan anehnya
dihadapan A Heng seperti telah lenyap semuanya.
**** Kapal layar itu berlayar terus dan akhirnya telah tiba di
pelabuhan Kwie-nam. Ming Wangwe dan puterinya telah
mendarat di pelabuhan ini, mereka menyewa emppat buah
kereta untuk mengangkut barang-barang mereka guna
mencapai Souwciu. 412
Kepada juru mudi kapal tersebut, Ming Wangwe telah
memberikan hadiah yang cukup banyak sehingga mereka
mengucapkan terima kasih yang tidak habisnya.
Iring-iringan kereta itu, melakukan perjalanan ke arah
barat, mungkin untuk mencapai Soauwciu harus melakukan
perjalanan selama setengah bulan. Selama didalam perjalanan,
A Heng sering melongok keluar dari jendela, karena yang
membawanya itu untuk melihat apakah Oey Yok Su ikut serta
melakukan perjalanan ke souw Ciu.
Betapa kecewanya dan berdukanya gadis ini ketika dia
memperileh kenyataan satu hari itu walaupun telah puluhan
kali ia melongok keluar jendela kereta namun dia tidak melihat
bayangan Oey Yok Su, laki-laki yang telah meebut hatinya dan
disayanginya itu.
Rombongan kereta yang membawa Ming Wangwe dan A
Heng terus juga meluncur dengan cepat. Dalam lima hari saja


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka telah dapat lalui ratusan lie. Pada hari keenam mereka
telah tiba di kota Liangko. Dikota tersebut Ming Wangwe
bermaksud beristirahat dua hari karena kota ini memang
merupakan kota yang indah dan ramai, padat penduduknya.
Ming Wangwe bermaksud mengajak puterinya untuk
menikmati keindahan kota tersebut sambil beristirahat
secukupnya.
Sejak mendarat dan melakukan perjalanan dengan kereta,
A Heng setiap hari memperlihatkan sikap yang lesu. Tidak
bergembira dan wajahnya selalu muram seperti diselubungi
oleh kabut kedukaan dan kekecewaan. Hal itu pula yang
menyebabkan Ming Wangwe melihat keadaan puterinya seperti
itu, telah bermaksud mengiburnya dua hari singgah di Liangko. 413
Sejauh itu juga Ming Wangwe menduga-duga entah
disebabkan apa puterinya jadi pemurung dan wajahnya selalu
muram, tak bergembira seperti biasanya. Berulang-kali Ming
Wangwe telah mendesak menanyakan sebab-sebabnya namun
puterinya itu tak pernah mau menjelaskannya, hanya A Heng
selalu menghela nafas panjang pendek.
Malam itu di Liangko sangat ramai, memang kota yang
padat penduduknya ini boleh dikatakan hidup terus, selama
siang dan malam toko-toko buka siang dan malam. Bahkan
ditengah malam banyak yang berdagang, terutama sekali
rumah-rumah penginapan dan rumah makan yang tetap buka
menerima kunjungan para tamu.
Ketika pada kentongan kedua, Ming /wangwe tengah
bercakap-cakap dengan pemilik rumah penginapan dimana
rombongan ini singgah, sedangkan A Heng tengah berdiam di
kamarnya, duduk termenung menyesali mengapa
pertemuannya dengan Tocu Tho Hoa To begitu singkat,
mengapa mereka dipertemukan dan kemudian berpisah
kembali? Dan selalu pula A Heng teringat kepada laki-laki
yang disayanginya itu, yang sampai sekarang tidak terlihat
mata-hidungnya lagi. Dan A Heng juga menyesal, mengapa dia
tidak selamanya berlayar diatas laut? Bukankah jika berlayar
terus diatas permukaan laut, selamanya dia berada di atas kapal
selama itu pula dia akan bertemu, selalu akan bercakap-cakap
dengan menggembirakan bersama Tocu Tho Hoa To itu?
Sedang A Heng dirundung kekesalan seperti itu ,tiba-tiba
terdengat suara ribut-ribut di ruang bawah rumah penginapan.
Semula A Heng tidak memperhatikan suara ribut-ribut tersebut,
dia sedang kesal dan jengkel, maka dia tidak mau
memperhatikan segala apapun juga. Namun disebabkan suara
ribut-ribut itu disertai suara pekik ketakutan dan seruan bengis, 414
membuat A Heng jadi heran dan ingin juga mengetahui apa
yang terjadi. Dia membuka pintu kamarnya dan dia pergi ke
ruang depan rumah penginapan, waktu dia memasuki ruang
depan, gadis ini jadi berdiri tertegun, karena diwaktu itu
didepan rumah penginapan itu telah penuh dengan orang-orang
yang berwajah menyeramkan yang semuanya ditangan masingmasing tercekal senjata tajam.
Pemilik penginapan, para pelayan dan juga para tamu telah
dikumpulkan di sudut ruangan depan itu, mereka dikelilingi
oleh tujuh atau delapan orang yang bersenjat golok dan pedang
yang mukanya menyeringai mengerikan sekali, mengandung
hawa pembunuhan dan kekejaman.
Belasan orang bermuka menyeramkan dan bertubuh tegak
dengan kumis dan jenggot yang kasar, muka mereka ada yang
bercacat, semuanya membekal senjata tajam, yang telah
mengurung ruangan depan rumah penginapan itu. malah salah
seorang diantara mereka, yang bertubuh tinggi besar yang
kedua tangannya dibalut, tengah membentak-bentak bengis dan
menggunakan kakinya menendang berulangkali pada Ming
Wangwe, seperti dia menanyakan sesuatu. Ming
Wangwe tampak menggelengkan kepalanya beberapa kali,
mukanya ketakutan bukan main, dia dalam keadaan berlutut.
Disebelah kanannya berdiri seorang lelaki berusia empat puluh
tahun, memelihara jenggot yang tidak begitu panjang namun
telah terdiri dari dua warna aada sebagian yang telah memutih,
matanya tajam seperti mata elang, hidungnya seperti paruh
burung dan bibirnya lebar seperti mulut seekor kera, disamping
itu rambutnya menutupi belakang tengkuknya. Dia berdiri
dengan muka yang dingin, mulutnya selalu bergerak-gerak
seperti memperlihatkan sikap menakut-nakuti Ming Wangwe,
tidak sepatah katapun diucapkannya. 415
"Sungguh sungguh. Lohu tidak tahu menahu tentang
orang itu.!" kata Ming Wangwe berulang kalikarena diliputi
ketakutan yang sangat. Ming Wangwe seperti hendak
menangis.
Melihat keadaan ayahnya seperti itu, A Heng
mengeluarkan jeritan kaget dan telah cepat-cepat menghampiri
untuk memeluk ayahnya itu.
Tapi, belum lagi dia bisa menghampiri mendekati ayahnya,
dua orang bertubuh tinggi besar, dengan senjata golok di
tangan masing-masing telah mencekal lengannya, menahannya,
walaupun A Heng meronta, dia tidak bisa melepaskan cekalan
kedua orang itu.
"Inilah anak gadisnya, Pangcu!" teriak kedua orang itu
hampir berbareng. "Diapun mengetahui orang itu, dan juga
dialah yang ingin diambil oleh Pangcu, dimana kami gagal
memboyongnya ke markas kita!"
Bola mata lelaki bertubuh tinggi besar dengan jenggot
yang telah dua warna itu mencilak mengawasi A Heng,
kemudian mulutnya yang memang telah lebar itu jadi semakin
lebar karena dia menyeringai, dengan perlahan-lahan dia
menghampiri.
"Sungguh cantik!" menggumam laki-laki berjenggot dua
warna itu, kembali dia menyeringai. Kemudian mengulur
tangan kanannya mencolek dagu A Heng, sambil berkata,
"Engkaukah puterinya hartawan she Ming itu?"
A Heng waktu itu melihat ancaman untuk ayah dan dirinya
sendiri, diapun segera mengenali bahwa orang yang kedua
tangannya dibalut itu adalah Hian Pwee Bong Kiauw Thay.
Sebagai seorang yang cerdik, segera dia dapat menduga 416
tentunya Hian Pwee Bong Kiauw Thay membawa kawankawannya ini untrk datang mencari mereka ayah dan anak,
tentunya mencari Tocu Tho Hoa To, Oey Yok Su.!"
"Siapa kau mengapa menghina kami ayah dan anak
demikian rupa?!" tanya A Heng setelah berhasil menenangkan
perasaannya.
Orang berjenggot dua warna itu telah tertawa menyeringai
sambil katanya kemudian, "Nona manis, tidak tahukah engkau
tengah berhadapan dengan Khiu Toaya? Justru kedatangan
kami hendak menjemput karena Khiu Toayamu bermurah hati
ingin mengambil kau sebagai gundiknya, tentu dihari-hari
mendatang nenti engkau akan menjadi nyonya terhormat yang
disegani dan dihormati oleh seluruh orang Kangouw!"
Muka A Heng jadi berubah. Dia tahu Khiu Toaya ini yang
ternyata tidak lain dari Tiat Ciang Siu Siang Pauw Khiu Cian
Jin, seorang kangouw yang tidak segan-segan melakukan
perbuatan kejam menganiaya mereka ayah dan anak. Karena
itu A Heng menyadari pula walaupun bagaimana tidak dapat
dia menghadapi orang semacam Khiu Cian Jin ini dengan sikap
yang keras, akhirnya dia mengangguk.
"Baik, baik jika memang Khiu Toaya memiliki maksud
baik seperti itu, tentunya merupakan hal yang menggembirakan
sekali!" kata A Heng kemudian.
"Apa?!" mendengar perkataan A Heng, Khiu Cian Jin jadi
tertegun heran, seperti dia kaget sendirinya. Karena semula dia
membayangkan gadis itu tentu akan meronta-ronta dan
menangis menggerung-gerung. Tapi sekarang justru apa yang
dilihatnya berlainan dengan apa yang diduganya.
A Heng mengangguk. 417
"Bukankah seperti yang Khiu Toaya katakan, dengan
bermurah hati Khiu Toaya ingin mengambilku menjadi
gundikmu? Bukankah Khiu Toaya orang yang sangat terkenal
didunia persilatan? Dengan menjadi Nyonyanya Khiu Toaya,
tentu akupun akan dihormati dan disegani oleh orang-orang
rimba persilatan! Bukankah begitu Khiu Toaya?!"
Khiu Cian Jin berdiam sejenak, kemudian tertawa
bergelak-gelak, "Bagus! Bagus! Kau ternyata seorang yang
selain sangat cantik, juga sangat mengerti sekali yang bia
melihat selatan!" memuji Khiu Cian Jin yang jadi girang bukan
main. "Ayahmu berarti akan menjadi mertuaku, dengan
demikian aku harus bersikap hormat sekali padanya!" dan
kembali Khiu Cian Jin tertawa erbahak-bahak. Dia kemudian
mendadak sekali menghentikan tertawanya, matanya mendelik
kepada kedua orang murid Tiat Ciang Pang yang waktu itu
masih mencekal kuat-kuat lengan A Heng. "Mengapa kalian
masih merbuat kurang ajar seperti itu, atau memang kalian
ingin mamps? Cepat minta maaf pada Pangbo (Istreri
Pangcu)!"
Kedua murid Tiat Ciang Pang kaget bukan main, mereka
cepat-cepat melepaskan cekalan masing-masing dan menekuk
kedua kaki mereka berlutut dihadapan A Heng sambil berkata,
"Harap Pangbo mengampuni kekurang-ajaran kami!"
A Heng mengangguk saja dan kedua murid Tiat Ciang
Pang menyingkir ke samping.
Sedangkan Kiu Cian Jin telah menghampiri Ming
Wangwe, sambil tertawa dia berkata, "Gakhu (mertua)..
harap menerima hormatnya mantumu..!" 418
Ming Wangwe memperlihatkan sikap terheran-heran,
karena dia kaget dan heran, sampai dia bengong saja menerima
hormatnya si ?baba mantu? ini!
Setelah memberi hormat pada Ming Wangwe, Khiu Cian
Jin mengibaskan tangan, katanya bengis "Kalian semua
menunggu di luar, sungguh manusia-manusia gentong nasi
yang membikin Gakhu Tayjin jadi kaget. Kalian perlu
diberikan hukuman!"
Murid-murid Thiat Ciang Pang segera cepat-cepat
meninggalkan ruangan tersebut, mereka menunggu diluar
rumah penginapan.
Khiu Cian jin telah menoleh kepada tamu-tamu dan
pemilik rumah penginapan dan para pelayan, katanya, "Kalian
boleh pergi, maafkan atas kejadian ini yang hanya mengejutkan
kalian saja!" Dan Khiu Cian Jin tertawa lagi. Jika tokh dia
melepaskan semua orang itu, karena memang KhiuCian jin
tengah bergirang-hati, karena tidak disangka-sangkanya si nona
manis yang memang tengah diincarnya itu bisa memberikan
sambutan seperti itu. dan tentu saja dihadapan bakal mertuanya
ini dia ingin memperlihatkan watak yang sebaik mungkin.
Ming Wangwe setelah berdiam bengong sejenak,
kemudian tersadar dengan wajah yang pucat, katanya, "Apa..
apa artinya semua ini, mengapa.. mangapa Tayhiap
memanggilku dengan sebutan Gakhu?"
Khi Cian Jin menoleh sambil menyeringai, katanya,
"Apakah Gakhu belum mengetahui? Aku mantu Gakhu, dan
puterimu itu telah pinuju denganku.. hahaha!"
Muka Ming Wangwe jadi berobah merah padam,
walaupun dia erasa takut pada seorang ini, dia ngeri melihat 419
sikap yang garang dan anak buahnya begitu banyak, namun
urusan ini adalah urusan puterinya, "Mana bisa begitu saja..
kau mana bisa berkata seenakmu begitu saja, belum pula kau
meminta persetujuanku, belum lagi melamar dan kalian belum
lagi menikah, bagaimana kau memanggilku dengan sebutan
Gakhu jika tokh memang antara kau dan anakku terdapat
kesepakatan, itupun harus dibicarakan perlahan-lahan!"
"Oh begitu?" tanya Khiu Cin Jin sambil tersenyum
menyeringai lagi. "Tentu sana mantu hanya menuruti keinginan
Gakhu. Soal pesta perkawinan puterimu denganku jangan
kuatir, karena mantumu akan menyelenggarakan pesta yang
besar dan meriah, tidak akan kalah meriahnya dengan jika
seorang kaisar melangsungkan perkawinannya mengambil
Hong Houw (permaisuri)!"
Ming Wangwe melihat lagak Khiu Cin Jin semakin tidak
menyukai. Memang dia mengetahui orang-orang kangouw
umumnya kasar berandalan, tapi urusan ini justru menyangkut
soal masa depan puterinya, bagaimana mungkin dia bisa mainmain menghadapinya? Maka Ming Wangwe menggelenggelengkan kepalanya, katanya, "Maafkan Tayhiap, tidak bisa
soal ini dibicarakan sekarang. Kami tengah dalam perjalanan
ke Souwciu, ketempat kediaman kami yang baru. Jika memang
kami telah tiba disana, silakan Tayhiap nanti mengirim orang
untuk menemui kami, dan waktu itulah kita membicarakan soal
itu.!"
Muka Khiu Cian jin berobah, dia berkata dengan sikap
tidak senang, "Jadi Gakhu tidak mau menerima mantumu
ini?!" tanyanya. 420
Ming Wangse jadi mengkeret melihat sorot mata yang
bengis dari ?calon mantu? ini, tapi kemudian dia memaksakan
diri untuk mengangguk.
"Bukan menolak, tapi soal keputusan soal diterima atau
ditolak, itu tergantung dari hasil pembicaraan kita kelak di
Siauwciu, urusan pernikahan antara Tayhiap dengan puteriku
itu bukanlah urusan remeh, itulah urusan seumur hidup, karena
dari itu harus kita bicarakan perlahan-lahan.!"
Khiu Cian Jin berobah wajahnya semakin tidak enak, dia
menyeringai dengan wajah yang tidak sedap dilihat dan bengis
sekali, sorot matanya juga tajam, dia berkata, "Terserah pada
Gakhu mau menyetujui ata tidak, tapi yang terpenting puterimu
itu telah penuju denganku, dan calin isteriku itu akan kubawa
serta sekarang ini untuk dibawa ke rumahku.. jika Gakhu
setuju, boleh ikut serta untuk hadir dalam pesta perkawinan
kami, jika tidak, Gakhupun tidak dipaksa untuk ikut dengan
kami!"
Muka Ming Wangwe jadi berubah sebentar merah sebentar
pucat kehijau-hijauab, dia gusar bukan main, tapi dalam
gusarpun bercampur jeri, dia tidak berani memperlihatkan
kegusarannya itu, hanya katanya, "Saat ini tidak bisa diputuska
begitu saja sepihak dari Tayhiap, karena sebagai ayahnya
Lohupun belum lagi membicarakannya dengan anakku itu!"
"Hemm, tadi Gakhu telah mendengar sendiri tentunya,
bahwa puterimu itu penuju denganku, maka sekarang Gakhu
tidak perlu banyak cara lagi, jangan terlalu rewel...!"
"Tapi!"
"Tapi apa?!" bentak Khiu Cian jin habis sabar, dan dia
menggerakkan tangannya, maksudnya hendak menempeleng 421
Ming Wangwe, tangannya yang telah diangkat itu tergantung
diudara, tidak jadi diturunkan untuk menempeleng, karena dia
teringat dengan segera, walaupun bagaimana lelaki tua


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dihadapannya itu adalah ?Gakhu? nya yang tentu saja tidak
pantas ditempeleng dihadapan A Heng calon gundiknya.
"Sudah, kau menyingkir kesana!" bentak Khiu Cian Jin.
Muka Ming Wangwe waktu itu pucat, dia memandang
pada Khiu Cian Jin antara takut dan kuatir, diapun tidak mau
menyingkir, karena kuatir kalau-kalau puterinya nanti main
paksa dibawa begitu saja oleh orang she Khiu yang tampaknya
berangan ini.
A Heng yang melihat keadaan ayahnya seperti itu, telah
cepat-cepat menghampiri Khiu Cian Jin, katanya "Khiu Toaya,
bukankah engkau mengatakan mau membahagiakanku diharihari mendatang, janganlah engkau memperlakukan ayahku
seperti itu, karena hatiku jadi sakit dan berduka!"
"Oh, tidak manis, tidak.. aku hanya meminta ayahmu
menyingkir agar kami tidak bertengkar. Tokh pertengkaran
tidak membawa kebaikan untukmu?" sahut Khiu Cian jin.
"Soal perkawinan kita, memang benar apa yang dikatakan
ayah, kitapun biar telah saling cocok satu dengan yang lain dan
telah bersepakat, namun harus menghormati orang tua, terlebih
lagi pernikahan kita bukan urusan yang remeh, merupakan
urusan seumur hidup! Jika memang Khiu Toaya mencintaiku,
tentunya Khiu Toaya tidak akan meremehkan urusan itu, sama
juga Khiu Toaya tidak memberi muka sedikitpun padaku!"
"Ohh.. mana boleh begitu, mana boleh begitu?" kata
Pasir Maut Von Bilma Nach Murzuk Karya Karl May Pendekar Hina Kelana 27 Dendam Dalam Darah Ibu Sinder Karya Pandir Kelana

Cari Blog Ini