Ceritasilat Novel Online

Musuh Dimalam Kabut 3

Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa Bagian 3


"Nona Hiang Kat toh bukannja madjikan rumah ini, djuga bukan pengurus rumah
tangga, ada hak apa dia melarang orang2 disini keluar rumah V? kata Liong A King.
"Apalagi dia sudah setudju aku menjusul tuan Kha ke?gunung. Kalau kau tidak pertjaja,
kau boleh tanjakan sendiri padanja, aku tunggu disini !" "Baik, kalau begitu kau djangan
pergi dulu, tunggu aku akan tanja dia dulu, betul apa tidak dia sudah idjinkan kau pergi
?"
"Aku tidak akan pergi, aku akan tunggu kau disini, lekas kau pergi tanja padanja !"
Tjiong Hauw Tek jang djudjur tapi bodoh lari seperti terbang menudju kedalam
pesanggrahan. Liong A King jang lit jin sudah lantas angkat pikulannja, dengan
ketjepatan laksana terbang ia berdjalan menudju kegunung tjadas.IX. GOA TJADAS
JANG MISTERIUS
AWAN dan kabut gelap meliputi seluruh ru\ mah pesanggrahan ?Penglipur Lara?.
Orang2 atau penghuni rumah pesanggrahan jang maSi sih ada, jang belum lenjap setjara
aneh, pada bingung ter-longong2 dengan perasaan hati Ij jang berat, menunggukan
kedatangan In Hong dari kota. Terutama pendjaga pintu TjiongHauw Tek, dengan hati
gelisah ia berdiri dipin: tu depan, sepasang matanja memandang tidak berkesip kearah
djalan besar.
? Pagi itu hawa mendung, keadaan didjalan besar masih sunji. Sang waktu telah berlalu
tanpa terasa, djalanan itu tetap tidak ada : orang, djuga tidak keiihatan kendaraan jang
berlalu. Tjiong Hauw Tek jang menantikan kedatangan In Hong dengan hati ber-debar2,
! sudah mulai agak ketjewa. Tiba2 didjalan jang sepi itu tertampak sebuah mobil,
makin lama ! makin mendekati.
Achirnja, mobil itu telah berhenti didepan pintu pesanggrahan, dan tampak In Hong
keluar dari dalam mobil.
"Nona In," kata Tjiong Hauw Tek dengan suara parau, "djika kau tidak kembali lagi,
orang2 jang ada didalam pesanggrahan ini tentun ja akan lenjap satu persatu sampai
habis semuanja, mungkin rumah pesanggrahan ini djuga akan lenjap sekalian."
"Apakah Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjian djuga telah lenjap ?" tanja In Hong jang mulai
gelisah."3ukan hanja mereka berdua kakak beradik telah lenjap, bahkan nona Hiang Kat dan
nona Ouw Ga pun sudah tidak tampak bajangannja !"
"Apa benar ?" tanja In Hong dengan suara tenang, se-bisa2 ia hendak mengendalikan
ketegangan hatinja. "Bagaimana kau tahu mereka telah lenjap semua ?"
"Mereka semua tidak ada dalam kamar tidurnja, djuga tidak ada didalam kamar lainnja,
dari rumah pesanggrahan ini, djuga aku tidak melihat mereka keluar dari pesanggrahan," kata Tjiong Hauw Tek, "apa itu bukannja sudah lenjap ?"
"Apakah kau sudah mentjari disetiap pelosok dalam rumah ini V*
"Selur'uh pelosok rumah pesanggrahan ini sudah kutjari semuanja, tapi tidak suatupun
dari bajangan mereka aku dapat ketemukan."
"Kita perlu memeriksa sekali lagi kamar tidurnja."
"Ditjari lagi 10 kali pun tidak ada gunanja."
"Sekalipun tidak bisa ketemukan mereka, barangkali bisa ketemukan apa2 atau tanda2
jang berguna." kata In Hong sambil berdjalan menudju kepesanggrahan.
Pendjaga pintu itu mengikuti dibelakangnja dengan tidak bersuara.
Didalam kamar tempat kedjadian, In Hong menemukan bekas2 jang mentjurigakan,
tapi bukannja bukti2 jang berguna. Dengan suara lelah ia berkata kepada pendjaga pintu
: "Tolong kau panggilkan Liong A King !"
"Liong A Khing ? Dia pagi sekali sudah berangkat menjusul kegunung tjadas untuk
mentjari madjikannja !" kata Tjiong Hauw Tek, wadjahnja memperlihatkan akan
kegusarannja, ,dia malah membohongi aku !"
"Membohongi bagaimana ?"
"Ia menipu aku " djawab pendjaga pintu itu, lalu mentjeritakan apa jang telah
terdjadi barusan.
"Hm ! Dia memikul 2 bungkusan tenda ?" tanja In Hong setelah memikir sedjenak.
"Mengapa kau tidak memeriksa isinja bungkusan itu ?"
"Tenda toh tetap tenda, diperiksa ber-kali2 pun tetap tenda V1 kata. Tjiong Hauw Tek.
"Dalam 2 bungkusan tenda itu sedikitnja bisa memuat 2 tubuh manusia,"
"Apakah benar ?" Tjiong Hauw Tek ter-heran2 bingung.
"Kau boleh beritahukan kepala madjikan perempuanmu, katakan bahwa Liong A King
telah pergi kegunung tjadas untuk mentjari madjikannja, Kha Tay Siang, sekarang akuakan pergi kegunung untuk mentjari Liong A King." kata In Hong. "Kekatjauan didalam
rumah pesanggrah-an ini, akan berhenti sampai disini, rumah pesanggrahan ini masih
tetap akan merupakan rumah pesanggrahan jang tenang dan tenteram, selandjutnja
tidak akan terdjadi keonaran atau kehilangan orang lagi, tolong kau beritahukan
madjikanmu supaja djangan kuatir !"
Tengah hari, In Hong dengan melalui djalanDibawah penerangan lampu battery, In
Hong melihat tubuli
Ouw Ga dan Hiang Kat terikat kentjang sekali, sehingga
mereka tak dapat berkutik.
an gunung jang tjuram, berbahaja dan berliKU , telah tiba di-tengah2 gunung tjadas,
dimana terdapat djalanan jang sempit dan pandjang, dikedua sampingnja terdapat batu2
tjadas jang mendjulang tinggi, disegala pelosok bisa kelihatan batu2 tjadas jang
menondjol. Batu2 tjadas jang menondjol itu se-olah2 bisa rubuh setiap waktu. Selain dari
pada itu, goa jang besar ketjil, tinggi dan rendah djuga terdapat di-mana2, tidak dapat
dihitung djumlahnja.
Agak djauh dari daerah pegunungan itu, terdapat satu ? mber air jang mengalir
mengikuti' sepandjang gunung tjadas itu terus kebawah. Air gunung itu ketika melewat
batu2 tjadas jang besar ketjil itu dan terus mengalir kebawah merupakan petjahan gelas,
sehingga berobah mendjadi tirai air.
Terpisah kira2 beberapa puluh kaki dari ti?rai air ini, lapat2 terlihat bajangan orang
jang sedang duduk. In Hong dengan tindakan lebar menudju kearah bajangan itu. Ketika
djarak an tar a ia dan bajangan orang itu tidak djauh lagi terpisahnja, In Hong mendapat
kenjataan bahwa apa jang dilihatnja ternjata benar, itu adalah bajangan orang jang
sedang duduk ditanah menjender disebuah batu sambil menghisap rokok, malahan orang
jang ia kenal betul, jalah Liong A King jang tadi pagi membawa Hiang Kat dan Ouw Ga
dengan dibungkus karung.
Tepat pada saat itu, Liong A King menengok, ia dapat lihat In Hong dengan tindakan
indap2 mendatangi, kagetnja bukan main, sehingga ia lompat bangun dari duduknja dan
memanggil dengan suara njaring :
"Nona In, harap berdiri disitu, djangan mendekati aku ! Aku ada banjak utjapan jang
perlu didjelaskan kepadamu. Harap berdiri sadja disitu ! Djangan mendekati aku !"
In Hong hentikan tindakannja, memandang Liong A King jang pada wadjahnja terlihat
akan kegelisahannja, tapi pinggangnja tidak bongkok lagi, tubuh lemah dan berpenjakitan
seperti.apa jang biasanja terlihat, kini telah lenjap se-olah2 tersapu angin.
"Ada soal apa jang kau perlu hendak djelaskan kepadaku ?""Nona In, aku ada seorang baik, tapi kalian telah anggap aku seorang djahat," kata
Liong A King, wadjahnja kelihatan muram, ,maka terpaksa aku harus sembunji dulu untuk
sementara waktu digunung ini.;;
In Hong memandangkan matanja kepada 2 gundukan kain tenda jang ditaruh didekat
si?tu, dengan sangat gusar ia menanja :
"Tadi pagi ketika kau meninggalkan pesanggrahan, didalam kain tenda itu ada
tersimpan 2 orang, sekarang dimana kau sembunjikan mereka itu ?"
"Ini adalah aku jang aku perlu hen-dak mendjelaskan padamu "
djawab
Liong A King dengan gugup, "nona In, harap
kau djangan marah dulu, harap kau tetap
berdiri disitu, harap kau djangan mendekati aku r
"Tjoba kau katakan !"
"Dalam hal ini, sebetulnja tidak bisa nona ! persalahkan aku," kata Liong A King,
"karena sangat terdesak, maka tadi pagi terpaksa aku menggunakan akal, meminta nona
Hiang Kat dan nona Ouw Ga ber-sama2 pergi kegunung, aku bersedia hendak memberi
pendjelasan kepada mereka "
"Kau telah ikat mereka, kemudian masukkan mereka kedalam kain tend a dan kau
pikul keJ mari, itu adalah akalmu bukan ?" memotong InHong jang hampir sadja tidak
bisa kendalikan ; amarahnja.
"Akal ini aku sendiri pun merasa kurang ? pantas," kata Liong A King, "tapi, harap nona
suka maafkan, aku berbuat ini karena terpakrsa! setelah tiba diatas gunung, aku lantas
silahj kan nona Hiang Kat dan nona Ouw Ga keluar dari tenda aku mohon ampun kepada
mereka sambil berlutut ditaiiah. Siapa kira nona Ouw Ga jang adatnja kasar dan
sombong, dengan tanpa beralasan telah memukul aku. Aku tahu djika kepalan nona Ouw
Ga mengenai diriku, sudah tentu aku tidak bisa hidup lagi, maka mau tidak mau aku
harus berkelit untuk menghindarkan itu serangannja.
"Aku tak sangka serangan nona Ouw Ga makin lama makin gentjar, makin hebat, aku
sebetulnja bukan tandingannja, sambil menangkis aku sambil mundur, terns sampai
dipinggir satu batu besar. Pada saat itu, nona Ouw Ga telah menggunakan seluruh
kekuatannja menjerang kepalaku, aku telah miringkan tubuhku, untung masih bisa
hindarkan serang?an maut itu, aku lantas menggunakan kesempatan itu, selagi tubuhnja
meluntjur, aku telah menepok dan mendorong belakangnja. Nona In, aku berani
bersumpah, benar aku tjuma menepok padanja dengan pelahan, dia lantas tidak bisa
berdiri tetap, dan lantas djatuh tergelintjir kebawah batu tjadas besar itu, kepalanjapetjah dan mati seketika itu djuga. Aku tahu kali ini aku telah membuat bentjana tanpa
disengadja, maka terpaksa aku harus melarikan diri, tapi kembali aku telah diked jar dan
ditjegat oleh nona Hiang Kat. Terus terang sadja, kekuatannja nona Hiang Kat masih
kalah djauh dengan kekuatan nona Ouw Ga. Maka aku dapat melawan padanja dengan
berimbang. Kemudian tidak tahu apa sebabnja, kepala no-na Hiang Kat telah terbentur
dengan kepalaku, aku hendak menarik kembali, tapi sudah tidak keburu. Maka nona
Hiang Kat djuga lantas djatuh dan terus menjusul nona Ouw Ga diacherat. Apa jang
kukatakar ini semuanja benar, karena mereka tidak hatis telah korbankan djiwanja
sendiri, tidak ada hubungannja dengan aku "
In Hong jang biasanja sangat sabar dan bi?sa berlaku tenang dalam keadaan
bagaimanapun, kali ini telah kehilangan kesabaran dan ketenangannja, ia tidak dapat
menahan hawa amarahnja jang sudah meluap takarannja.
Seperti anak panah jang terlepas dari busurnja, dengan gesit In Hong menjerang Liong
A King.
Liong A Khing jang lit jin ketika melihat I? Hong menjerang padanja, lantas angkat
kaki lari sipat kuping. Berbareng dengan itu, mulutnjapun tidak henti2nja berteriak :
"Nona In, harap maafkan aku, harap suka ampuni aku, kematiannja nona Ouw Ga dan
nona Hiang Kat tidak seharusnja mendjadi tanggung djawabku, mereka harus sesalkan
dirinja sendiri"
Makin kentjang In Hong mengedjar, makin tjepat Liong A King lari. Tidak lama
kemudian, ia telah tiba didepan tirai air dan segera melontjatnja, sekedjap sadja sudah
tidak kelihatan bajangannja.
Ketika In Hong tiba disitu, ia dapat lihat dibelakang tirai air itu ada sebuah goa jang
dalam, Liong A King jang djahat itu sedang sembunji disitu, napasnja sengal2.
In Hong segera lcntjat dan menerdjang tirai air, lalu masuk kedalam goa.
Liong A King dapat lihat In Hong lontjat masuk kedalam goa, dengan tjepat lari
kesebelah dalam.
Makin djauh ia lari, In Hong inengedjarnja semakin dalam masuk kedalam goa, dan
kea~ daan disekitarnja makin gelap pula. Liong A King mengeluarkan baterenja dengan
itu ia lapat lari terus.
Djalanan dalam goa itu makin dalam makin sempii dan tikungannja djuga makin
banjak. Liong A King kelihatan sebentar menikung kekanan sebentar menikung kekiri.
Dengan tjara demikian, tidak tabu sudah berapa banjak tikungan jang dilalui, lalu tiba
ditempat jang agak luas.Didalam goa itu ter dapat banjak batu2 tjadas jang berupa tiang atau tumpukan, besar
ketjil tidak terhitung djumlahnja, djalanan
atau lobang goa djuga terdapat dimana-mana. Terang sekali ini adalah gunung kapur,
diatas goa ada terdapat bagian petjah2, terus menerus mengalirkan benda tjair jang
berwarna putih, setelah beberapa lamanja benda tjair terdjatuh ditanah lalu berobah
mendjadi tiang2 bergelantungan jang aneh itu.
Waktu itu, Liong A King tiba2 padamkan penerangan lampu -baterenja, keadaan
berobah mendjadi gelap gulita.
Ketika In Hong mengeluarkan lampu bate-renja sendiri, ia dapat lihat. Liong A King
sedang lari menudju kedalam salah satu goa jang melingkar setengah bundaran.
In Hong segera memburu, tapi ketika tiba ditempat tersebut, Liong A King sudah hilang
djedjaknja. Ia terus menjoroti lampu batere?nja, ternjata dalam goa itu banjak sekali
djalanan tjabangnja. Disalah satu tikungan ia menemukan satu sepatu kainnja Liong A
King, jang waktu melarikan diri tar-birit2 telah tjopot dan ketinggalan disitu. Dengan
terdapatnja sepatu itu, njata bahwa Liong A King te?lah lari masuk kesitu. Maka In Hong
djuga lantas menudju kesimpangan itu.
Ia melalui sebuah djalan jang sempit dan ber-liku2, kembali tiba disuatu goa jang melingkar setengah bundaran. Disini djalan tjabang lebih banjak lagi, djuga lebih ruwet.
Liong A King jang dikedjarnja sudah tidak ketahuan kemana larinja. Ia berdiri sedjenak,
ia mulai merasa bahwa goa jang mempunjai banjak djalan dan ber-liku2 ini, mungkin goa
atau istana menjesatkan tjiptaan alam, dan Liong A King telah memantjing ia memasuki
istana ini, sudah tentu bermaksud hendak menjesatkan ia didalam goa ini.
Setelah memikir demikian, ia lantas memutar tubuhnja, hendak kembali dari djalan
semula. Tapi dihadapannja ada begitu banjak djalaiian, dari mana satu ia tadi ipasuk ?
Ia sudah tidak dapat mengenainja lagi !
Tiba2 tak tahu dari arah mana datang'nja, terdengar suara Iapat2 dan lemah,
memetjah kesunjian dalam goa itu.
In Hong mendengari dengan teliti, seperti ada orang jang berkata : " Gigit sadja ! gigit
ter us ! Gigit dengan kuat!"
Sebentar sadja suara itu lenjap keadaan da?lam goa kembali mendjadi sunji. Tidak
berapa lama, suara itu terdengar pula : "Tunggu, aku berhenti dulu sebentar, gigiku
sudah sakit!"
Suara jang agak njaring itu segera dikenali adalah suaranja Ouw Ga, Ini berarti, Ouw
Ga dan Hiang Kat masih belum mati. Dengan tjepat ia memanggil dengan suaranja jang
nja?ring :Ouw Ga, kau ada dimana ? Ouw Ga, kau ada dimana ?"
Seruan In Hong segera mendapat sambutan:
"In Hong, aku disini? Hiang Kat djuga bersama aku !"
"Ouw Ga, teruskan panggilanmu, supaja aku bisa mentjari tempatmu dengan
mengikuti djedjak suaramu !"
Lekas In Hong, aku dan Hiang Kat telah diikat dengan tali tambang jang kasar."
In Hong memikir sedjenak, lalu membuka
kaos kakinja jang sebelah dari kaos itu ia mengambil benangnja dan diikatkan disatu
tiang batu jang paling ketjil jang terdapat ditengah2 goa itu; kemudian ia berdjalan
mengikuti arah suaranja Ouw Ga sambil menaruh tanda ikatan benang disetiap tiang
didjalan tikungan jang ia lalui.
Suaranja Ouw Ga kadang2 dekat kadang2 mendjadi djauh kedengarannja, In Hong
berputar-putaran didalam goa jang mempunjai banjak djalan tikungan ini, tidak tahu
sudah berapa banjak tikungan jang ia lalui, achirnja, ia kembali lagi ditempat semula. Ia
lantas me?ngambil benang jang ia ikat diatas tiang, lalu diikatkan dilain tiang, dan
dengan tjara seperti tadi, ia berdjalan mengikuti arah suara Ouw Ga.
Seperti tadi, kembali ia berdjalan berputarputaran didalam goa. Achirnja, suara Ouw
Ga makin lama makin dekat dan makin njata. Ta?pi ia masih memutari banjak djalan
tikungan, mengeluarkan banjak tempo dan tenaga, baru tiba disalah satu pintu goa.
Disana ia dapat lihat tubuhnja Ouw Ga dan Hiang Kat jang diikat seperti lepet, sedang
bergelimpangan ditanah tidak bisa berkutik.
"In Hong melemparkan sisa kaos kakinja jang tinggal setengah, lalu menge?uarkan
pisau, untuk memotong tali jang mengikat tubuh kawannja.
Ouw Ga dan Hiang Kat jang baru terlepas dari ikatannja, seluruh badannja dirasakan
segar kembali.
"Tali tambang jang begini kasar, tidak tahu
berapa djam baru bisa digigit sampai pu?tus !" kata Ouw Ga, dari tanah ia mengambil
tali jang sudah dibikin putus itu, dengan gemas ia berkata seorang diri, "tentu pada suatu
hari aku nanti akan mengikat Liong A King dengan tambang serupa ini, sampai 3 hari 3
malam, supaja dia djuga merasakan bagaimana rasanja orang diikat!"
"Bagaimana kalian bisa diikat oleh Liong A King ?" tanja In Jlong.
Hiang Kat segera menuturkan apa jang telah dialaminja."Menurut pembitjaraan jang dia lakukan dengan Tjiong Hauw Tek, dia akan pergi
kegunung tjadas. Kemudian dia telah keluarkan kami dari dalam tenda, dan mengambil
kain sumbatan dimulut kami, tapi ikatannja ini tidak dilepas. Dia sambil tertawa
mengedjek berkata kepada kami : ?kalian boleh mengaso
disini dengan tenang, selandjutnja djangan su~ ka tjampur urusan orang lain ! Djika
kalian merasa kesepian, aku nanti tjarikan nona In Hong, dan bawa kemari untuk
menemani kali?an" sehabis mengatakan demikian, dia masuk kan apa2 didalam sakunja
Ouw Ga, lalu dengan tjepat meninggalkan tempat ini. Aku telah memutar otak untuk
melepaskan diri dari ikatan ini, tapi bagaimanapun tidak mampu melepas?kan diri dari
ikatan jang kuat ini. Aku suruh Ouw Ga gulingkan tubuhnja kesampingku, de?ngan
giginja kusuruhnja menggigit sampai putus tali jang kasar, tapi sebelum putus, kami telah
mendengar panggilanmu "
"Bedebah itu ternjata seorang jang masih
bisa pegang kepertjajaan, benar2 dia telah panggil kau kemari !" kata Ouw Ga.
?Aku telah ken,a tipunja, aku dipantjing hingga sampai disini !" kata In Hong agaknja
masih mendongkol.
"Ini tempat apa sebetulnja ?" tanja Hiang Kat jang banjak lebih tjerdik dari pada Ouw
Ga, -"aku rasa kami telah terdjeblos dalam goa jang sudah ditutup lobang keluarnja !"
,Djalan keluar meski 1^dak ditutup, tapi ini adalah istana menjesatkan tjiptaan alam
jang mempunjai banjak djalan tikungan, mau kelu?ar dari istana jang menjesatkan orang
ini, barang kali memerlukan banjak tenaga dan pikiran !"
"Kalau begitu, kita tidak perlu berdiri bingung lama disini, lebih lekas kita bisa berlalu
dari sini ada lebih baik." kata Ouw Ga jang sudah gelisah, "sedjak tadi pagi terus sampai
sekarang, setetes airpun aku bersama Hiang Kat belum merasainja, lapar dan haus bukan


Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

main !"
"Kalian djangan sembarangan bergerak, harus djalan mengikuti aku !" kata In Hong,
lalu geserkan kakinja dengan pelahan, dari tanah ia mengambil sisa kaos kakinja jang ia
lemparkan tadi. Ia berikan lampu baterenja kepada Hiang Kat, lalu sambil djalan ia
meninggalkan tanda dengan benang kaos kakinja, dengan mengambil djalan jang tadi ia
lalui, ia keluar dari situ.
"Ah, In Hong, akalmu ini bagus sekali." ka?ta Ouw Ga, "kau mempunjai benang ini
sebagai penundjuk djalan, mustahil bisa kesasar ?
Takut apa dengan istana menjesatkan atau membingungkan ini ?"
"Kau djangan terlalu gembira dulu, benang kaos kaki ini tjuma bisa dipakai untuk kita
keluar sebagian sadja dari istana menjesatkan ini, karena ketika aku mendapat tahutempat ini merupakan satu istana jang menjesatkan, aku sudah berputar-putaran melalui
banjak tikungan," kata In Hong, "maka sebagian djalanan atau tikungan jang aku belum
tinggalkan tan da, akan merupakan suatu kesulitan bagi kita menemukan djalannja
keluar."
Wadjah Ouw Ga jang sudah tersungging se?tt juman itu mendadak lenjap, tapi ia
masih mentjoba menghiburkan dirinja sendiri dengan berkata :
"Aku rasa djaianan jang tidak ada tanda benangnja itu tentunja tidak begitu ruwet dan
sukar didjalani. Sekalipun ada kesukaran, de?ngan bertiga, mustahil kita tidak mampu
mengatasi kesulitan itu ?"
In Hong terus berdjalan dengan mengikuti djaiannja benang. Tiba2 ia hentikan
tindakannia, dan berdiri dian). disana.
' "Ajo djalan, In Hong ! Mengapa berhenti?" tanja Ouw Ga.
"Benang sudah terputus !" djawab In Hong. "Bagaimana bisa putus ?" tanjak pula Ouw
Ga, agaknja tidak pertjaja.
"Benang ini kuambil dari kaos kaki jang sudah tua, selainnja halus djuga getas, dan
djaianan tikungan itu banjak tiang2 tjadas jg tadjamkata In Hong, "Barangkali ketika aku
memutar, aku menariknja agak kentjang, hingga terputus. Kalian lihat, udjung benang
itu bukankah berada ditempat sana sedjauh 7-8 kaki ?"
"Kalau begitu kenapa kau memakai benang jang begitu getas, dan tidak mau pakai
jang lebih kuat ?" dalam kebingungan, Ouw Ga ti?dak memikirkan lainnja, maka ia lantas
membombardir dengan pertanjaan2 jang mengand-ung penjesalan.
"Sekarang kita tidak perlu terlalu bingung atau gugup, kita memerlukan ketenangan
pikiran untuk mentjari djalan keluar. Mungkin benang jang terputus itu tidak djauh dari
kita, maka kita masih bisa mentjarinja, djuga berarti mentjari djalan keluar kita." kata In
Hong sambil mempeladjari 5 djalanan tikungan jang menghalang didepannja, ia ambil
lampu batere dari tangannja Hiang Kat, kemudian memberikan benang jang ada
ditangannja, ia berkata: "kalian pegangi benang ini dan tunggu sadja disini, aku akan
mentjari benang jang terpu?tus ini .Bagaimanapun djuga benang jang putus itu tentu
bisa terdapat dari salah satu djalan ini."
In Hong setelah memberikan benangnja lalu berdjalan inemasuki djalan tjabang. Ouw
Ga dan Hiang Kat menunggu lama sekali dalam gelap gulita itu, baru kelihatan sinar
lampu batere keluar dari djalanan sempit itu, tidak lama kemudian In Hong djuga lantas
muntjul didepannja.
"Apakah kau sudah ketemukan djalan kelu?ar ?" tanjak Ouw Ga.
"Belum, aku akan tjari lagi djalan tjabang! jang kedua. Tjuma aku kuatir akan kehabisan batere." kata In Hong, lalu memasuki
djalan| an jang kedua.
Ouw Ga dan Hiang Kat kernbali menunggu ditempat gelap, tidak tahu sudah berapa
lamanja, baru dapat lihat In Hong keluar dari djalan tjabang itu, lampu batere ditangannja
sinarnja sudah mulai agak suram.
"In Hong, kau sudah ketemukan atau belum?" tanja Ouw Ga, suaranja agak gemeter.
"Belum, mungkin dari djalan tjabang ketiga atau keempat," djawab In Hong suaranja
djuga sudah tidak begitu tenang lagi, " tjuma batunja lampu batere ini sudah hampir
habis !"
Baru sadja habis utjapannja In Hong, sinar lampu batere jang tinggal kelak-kelik itu
telah padam. Keadaan lantas mendjadi gelap, mereka tidak dapat melihat lagi satu pada
lain. Ouw Ga tjuma merasakan seluruh tubuhnja telah terbenam kedalam lobang goa
jang dalam sekali.
"Tjelaka, habislah kita seinua" mengeluh Ouw Ga, suaranja sangat terharu.
"Ouw Ga, kau djangan ketjil hati dulu," menghibur Hiang Kat, "dalam gelap gulita ki?ta
akan tetap bisa mentjari djalan keluar "
"Tjari djalan keluar apa," djawab Ouw Ga jang merasa sudah putus asa, "didalam
istana menjesatkan jang mempunjai banjak dja?lan tjabangnja ini, ada lampu masih
tidak mampu menemukan djalan keluar, apalagi da?lam keadaan jang gelap seperti
dalam lobang kubur ini, apakah masih mampu mentjari dja?lan keluar ?"
"Kita harus berdjuang mati2an melawan -kegelapan !" kata In Hong.
"Enak benar didengamja omonganmu ini, tapi dengan tjara bagaimana kau hendak
berdjuang ?"
"Dalam gelap gulita kita mentjari djalan keluar, mentjari sampai dapat." kata In Hong,
"mari ikut aku !"
"Itu sama sadja artinja dengan mentjari djarum didalam laut!" kata Ouw Ga jang sudah
hilang kepertjajaannja sendiri, "aku tidak mau pergi, aku ingin berdiam disini menunggu
kematianku !"
"Mentjari djarum didalam laut, meski sangat sukar, tapi djika ditjari terus, mungkin
masih ada kesempatan untuk menemukannja!" kata In Hong, "kau tidak mau mentjari,
ber~ arti selamanja tidak mendapat kesempatan. Ouw Ga, kau pegang badjunja Hiang
Kat, dan Hiang Kat pegang badjuku, mari kita mulai mentjari djarum didalam laut!"
X. SANTAPAN PAGI BAGI BIRUANGMereka didalam keadaan jang sangat gelap itu mulai me-rabah2 untuk mentjari djalan
keluar. Membelok sana memblok sini, tidak tahu brapa banjak tikungan. jang mereka lalui
dan berapa banjak djalanan jang mereka sudah djalani. Tiba2 mereka menemukan sinar
putih jang sangat lemah. Mereka lantas merabah2 untuk menudju kearah sinar jang
le?mah itu, dan achirnja tiba disatu goa batu tjadas jang lebih luas dari jang mereka
telah
temukan lebih dulu.
Dibagian atas goa itu ada lobang jang hanja sedjaxi lebarnja, sinar tadi jalah dari
lobang itu, jang terus menembus keluar goa. Dan si?nar jang masuk dari lobang itu telah
memantjar kedjalan jang dilalui oleh mereka bertiga, sehingga menarik perhatian In Hong
idan kawan2nja.
Dengan memindjam penerangan jang sangat lemah dari pantjaran sinar dari luar
menem?bus melalui lobang ketjil tadi, mereka telah melakukan peperiksaan keadaannja
goa tersebut, ternjata hampir serupa keadaannja dengan jang mereka sudah temukan
duluan, sama sadja dimana-mana terdapat djalanan bertjabang, tiang2 dari batu tjadas
dsb. In Hong dan Hiang Kat semua telah me rasa belum mendekati pintu keluar dari goa
ini. Sebaliknja, me?reka malah masuk lebih dalam kebagian jang sangat mengherankan
itu. "Baik kita mengaso dulu sebentar disini, untuk menenangkan pikiran, kemudian
mentjari daja lagi !" mengusulkan Hiang Kat.
Maka, mereka bertiga lalu duduk mengaso diatas batu b?sar.
Oleh karena lapar, haus dan lelah, Hiang Kat dan Ouw Ga sudah merasa pujeng
kepalanja, hingga perasaannja sangat kusut. Terutama rasa hausnja jang hampir tidak
mampu merekdr atasi.
"Kita terpisah dari pintu keluar goa ini lebih dekat ataukah lebih djauh ?" tanjak Ouw
Ga, "aku sudah sangat haus setengah mati !"
"Aku rasa tambah lebih djauh," djawabnja
Biruang itu terus menggigit ban kulit itu dan tetap berdaja
untuk menarik keluar tubuh Ouw Ga.
In Hong, "tapi, asal kita terus berdjuang tidak mau menjerah mentah2 kita tentu bisa
meninggalkan goa ini."
"Kau ada membawa pekakas atau tidak ?" satu pikiran telah berkelebat diotaknja Ouw
Ga, sehingga memadjukan pertanjaan ini."Aku ada membawa pedang pendek jang sangat tadjam," djawab In Hong, "apa kau
rasa ada gunanja ?"
"Kita bisa menggunakan pedang pendek jang tadjam itu untuk membuat lobang dari
tjela2 jang terdapat diatas goa ini, bukankah kita lantas bisa keluar dari goa ?"
In Hong berdiam. Hiang Kat memandang keatas dan berkata :
"Tjelah2 dari goa ini berada ditempat jang tingginja kira2 20 kaki lebih, sukar bagi kita
untuk mentjapai tempat setinggi itu, dan dengan pedang pendek untuk membuat
lobang"."
"Disini meskipun tidak ada tangga atau kaju," memotong Ouw Ga, "tapi kita bertiga
bisa berdiri saling susun diatas pundak, dengan demikian barangkali bisa mentjapai tingginja tempat itu untuk melakukan pekerdjaan membuat lobang."
"Menurut pandanganku, dengan berdiri bersusun dengan hanja bertiga, rasanja masih
belum mentjapai tingginja," kata Hiang Kat, "sekalipun tjukup tingginja, namun untuk
mem?buat lobangnja tidak tjukup atau 2 hari tem?po, se.kurang2nja harus memakan
waktu 8 atau 10 hari baru bisa selesai; kau lihat, dinding batu ini tidak kurang dari 7-8
dim tebalnja, dan kita sedikitnja harus membuat lobang
jang berukuran 8 X 15 dim, baru dapat muat tubuh kita untuk keluar dari lobang itu.
Tjoba kau pikir, dengan menggunakan pedang pendek, satu alat jang tidak tjotjok untuk
pembuatan lobang, harus membuat lobang diatas dinding batu jang begitu tebal dan
berukuran demikian lebarnja, harus makan tempo berapa lama ? Apalagi pedang harus
setiap hari beradu dengan batu, sebelum lobang jang begitu besar itu tertjapai, mungkin
pedangnja sudah tinggal gagsngnja sadja?".
"Kalau akalku ini tidak bisa berdjalan," kata Ouw Ga, lebih gelisah, "apakah kalian
mempunjai akal jang lebih bagus ?"
"Kita harus memikirkan dengan sabar dan tenang,?? kata Hiang Kat, "achirnja tentu
didapatkan suatu daja untuk dapat keluar dari goa ini."
"Ketika kita menemukan akalnja, kalau kita bukannja sudah mati karena kelaparan,
djuga mati karena kehausan " kata Ouw Ga.
Hiang Kat djuga mengerti bahwa didalam goa ini tidak ada air, ia sendiri pun sudah
merasa sangat haus, tapi ia pikir hendak memberikan Ouw Ga suatu harapan, djuga bagi
ia sendiri *.
"Asal sadja djatuh hudjan, tjelah2 lobang diatas itu sudah tentu bisa mengalirkan air
masuk. Tadi pagi rupanja mendung, barangkali tidak lama lagi akan turun hudjan 1""In Hong, kau masuk digoa ini waktunja belum begitu lama, apakah kau tahu ketika
kau datang tadi langit sedang mendung ? Apa ada kemungkinan turun hudjan ?" tanjak
Ouw Ga.
"Hari ini memang benar mendung, malah t tanda2nja hendak turun hudjan
besar."djawab In Hong.
Mendengar djawaban In Hong ini, rasa ha\ ]IsnJa Ouw Ga seperti agak kurangan,
dengan tenang ia menunggu djatuhnja air dari tjelah2 lobang itu.
.Ouw Ga tidak membuka mulut, Hiang Kat djuga tidak bersuara, dan In Hong lebih2
bertambah diam. Keadaan dalam goa mendjadi ) sepi, sunji, sang waktu terus berlalu
dalam keii sunjian ini, harapan akan turunnja air dari lo?bang itu djuga makin lama makin
tipis.
Tidak lama kemudian ,malam telah datang,
| dalam goa itu jang memangnja sudah gelap , bertambah gelap Iagi.
"Hari sudaji berganti malam, tapi hudjannja masih belum turun !" kata Ouw Ga jang [
sudah mulai gelisah Iagi.
"Hudjan tentu akan turun, hanja lambat atau tjepat sadja." menghibur Hiang Kat.
"Memang benar, orang djuga akan mati,
1 bedanja tjuma lambat atau tjepat sadja." meng| gerutu Ouw Ga.
Malam itu, mereka telah menahan penderitaan lapar dan haus jang sukar
dilukiskan,melewati waktunja didalam goa itu.
Esok paginja, sinar pagi samar2 memasuki ! tjela2 lobang itu Iagi, tapi masih tetap
belum ada air turun. Malahan berhubung dengan menggesernja waktu, sinar jang molos
masuk ? dari sela2 lobang itu makin lama makin terang, achirnja mendjadi sinar mata
hari.
"Air hudjan tidak ada setetespun djua jang
turun, sekarang sebaliknja sinar mata hari jang molos masuk !" kata Ouw Ga jang
mulai putus harapan. Ia sudah kelewat haus, sehingga menggeletak ditanah dalam
keadaan lemas.
Hiang Kat djuga sudah seperti seorang jang menderita sakit keras, rebah ditanah tidak
ada suaranja.
In Hong meski djuga merasa haus, tapi tidak seperti Ouw Ga atau Hiang Kat jang
domikian hebat keadaannja, air sekarang merupakan suatu keperluan jang tidak dapat
ditunda lagi. Maka ini djuga merupakan tugas berat bagi In Hong untuk mendapatkannja,karena ia adalah ?otak?nja antara mereka bertiga, dju?ga jang sanggup melawan segala
kesengsaraan atau kesulitan.
Tapi tempat untuk bergerak bagi ia tjuma sekitar lobang goa itu sadja. Karena
meninggalkan tempat itu, berarti meninggalkan tem?pat jang agak terang dan akan
berada ditem?pat jang gelap gulita.
Ia tidak mampu membawa sinar dari penerangan jang molos masuk itu, untuk mentjari
djalan keluar.
Selagi dalam keadaan tidak berdaja, disatu tumpukan batu2 ketjil mendadak ia dapat
lihat sepotong lilin.
Meskipun sepotong lilin itu tidak pandjang umurnja untuk membantu memberi
penerangan, namun lebih baik dari pada tidak ada sama sekali. Siapa tahu dengan
sepotong lilin ia bisa menemukan apa2 dari djalanan jang banjak tjabangnja itu.
Ia pungut sepotong lilin itu, tapi dibadannja
tiada benda untuk membuat api. Ia memikir sedjenak, baru ingat bahwa lampu
baterenja ada memakai katja timbul. Maka ia segera mengeluarkan dari sakunja, ditaruh
dibawah sinar mata hari jang molos masuk dari tjelah2 lobang diatas goa itu, dengan
tjara demikian ia telah berhasil menjalakan lilinnja.
Lilin telah menjala. Iebih dulu ia mengikat benang kepada tiang2 batu, lantas
memegang lilinnja, sanabil me-raba2 ia berdjalan menudju kelain terowongan.
Didalam terowongan jang malang melintang itu ia telah ber-putar2an, achirnja
didapatkan sedikit sinar terang, siapa tahu ketika ia me?nudju ketempat itu, bukannja
suatu tempat jang baru, ternjata tempat jang tadi2 djuga. Kembali ia menudju kelain
terow'ongan, meskipun sudah membuang waktu dan tenaga tidak sedikit, hasilnja tetap
nihil.
"In Hong,M meski sudah merasa tidak mempun jai tenaga untuk bitjara, toch berkata
dju?ga achirnja Ouw Ga, "dengan membawa be?nang kau ber-putar2an didalam goa,
bukankah seperti tjaranja ular sutra jang sedang menjemburkan sutranja untuk
membungkus dirinja sendiri ? Kau berdjalan kesana sini, tapi toh masih tetap berputar2an di-sini2 djuga, Iebih baik kau pun rebah disini, kita bertiga mati bersama !"
In Hong tidak perdulikan otjehan Ouw Ga, kembali ia memilih satu terowongan
melandjutkan penjelidikannja.
Kali ini, waktunja agak lama, masih djuga belum kelihatan In Hong kembali.
"Hiang Kat, kau lihat, In Hong sudah k^habisan lilin, barangkali benangnja ajuga
Su?dan putus, maKa la tersesat ajaian anam terowongan, sehingga tidak bisa ker&bali
\" kata Ouw Ga.Hiang Kat tidak mendjawab, pengharapannja untuk bisa keluar dari goa itu suaah
semakin tipis.
Tiba^ Ouw Ga dapat lihat 2 sinar lampu jang tidak begitu terang.
"Hiang Kat, lihat, 2 lampu ketjil jang sa~ ngat anen !" kata Ouw Ga sambil oangun
berdiri.
"Lampu ketjil jang ,aneh ? Ada dimana ?" kabar baru ini membikin Hiang Kat jang
sudah lelah mentjoba menguatkan tenaganja, sepasang matanja menjapu keseluruh
pendjuru. "Itu tidak mirip dengan lampu ketjil, sebaliknja seperti sepasang matanja
binatang buas !"
"Dipandang dengan teliti, memang tidak mirip dengan sinar lampu " belum habis
kata2 Ouw Ga, 2 benda seperti lampu itu sudah semakin mendekat kepada mereka, "Oh,
betul2 sepasang matanja binatang buas !"
Sedetik kemudian, dimulut terowongan itu telah muntjul seekor binatang besar. Ouw
Ga dan Hiang Kat telah dapat menjaksikan bina-tang itu dari sinar mata hari jang molos
dari tjelah2 lobang diatas goa itu, ternjata mahluk itu binatang biruang.
"Mungkin biruang jang telah melarikan diri dari rumah pesanggrahan," kata Hiang Kat,
"kau lihat tindakan kakinja jang tidak tetap seperti sedang menahan rasa laparnja jang
"hebat, satu bukti dia djuga terkurung dalam goa ini sudah beberapa hari tidak pernah
makan !"
Binatang biruang itu melihat mereka, semangatnja se-olah2 bangun mendadak, ia
membuka mulutnja jang lebar dan memperlihatkan giginja jang tadjam, matanja
memandang dengan buasnja.
"Bangsat itu, rupanja hendak bikin kita sebagai santapan paginja biruang ini " kata
Ouw Ga.
"Tidak perduli binatang apa pun, diwaktu kelaparan dia Iebih buas lagi dari pada
biasanja."
"Kita tidak mempunjai sendjata apa2 ditangan, ditambah iagi lapar dan haus mana
ada kekuatan untuk melawan binatang buas ?" kata Ouw Ga, "sungguh tidak njana djiwa
kita akan berachir dalam keadaan demikian !"
"Ketjuali melawan mati2an, masih ada lain djalan jalah lari."
"Aku masih merasa sangsi apakah kita ma?sih mempunjai tenaga untuk lari !"
"Kalau begitu tjuma tinggal bersemajam didalam perutnja biruang sadja !"Binatang biruang jang berdiri dimulut terowcngan, meskipun tidak mampu berdiri
tegak karena kelaparan bebat, tapi untuk mendapatkan makanan, masih mampu
mengeluarkan tenaganja jang penghabisan untuk menerkam mereka.
Hiang Kat dan Ouw Ga kerahkan tenaganja jang penghabisan, dengan tindakan kakinja
jang sempojongan, mereka sembunjikan diri dibalik tiang2 batu. Binatang biruang itu
terus m&ngedjar. Mereka kembali lari kelain tiang. Tapi mereka lari kemanapun biruang
itu teiap mengedjarnja. Hingga tampaknja mereka bagaikan seclang bermain petak
didalam go a itu.
Achirnja Ouw Ga merasakan kedua kakinja makin lama makin berat dan susah
digerakkan. Disaat itu, ia telah dapat lihat disamping dirinja, disegerombolan tiang2 batu
itu, terdapat lobang jang ketjil 'dan sempit, ia lantas kerahkan kekuatan jang masih ada,
menjelusup kelobang sempit itu.
Binatang biruang itu djuga hendak menjusul dan menjusup kedalam lobang tersebut,


Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tapi karena tubuhnja besar, bagaimanapun djuga tidak bisa masuk.
Dengan demikian, untuk semen tar a Ouw Ga sudah merasa aman. Slaps tahu ban
kulit dipinggangnja jang digunakan untuk menjelipkan pisau telah kena digigit oieh
biruang, dan sedang berdaja hendak ditarik keluar dari lo?bang. Ouw Ga jang sudah
kehabisan tenaganja, djika tidak tertahan oleh himpitan batu2 itu, siang2 sudah mendjadi
mangsanja binatang buas itu.
Biruang itu terus menggigit ban kulit itu, tidak mau melepaskan begitu sadja, dia tetap
berdaja untuk menarik keluar tubuhnja Ouw Ga; hal itu membuat tubuhnja Ouw Ga makin
terdjepit antara tjelah2 batu, sekudjur badannja merasa kesakitan, napasnja sengal2,
hampir sadja pingsan.
Hiang Kat jang menjaksikan keadaan demi-kian, lantas berseru ber-ulang2 :
"Dia menggigit ban kulitmu, loloskan sadja banmu itu !"
Ouw Ga lantas mengeluarkan sisa tenaganja untuk membuka ban pinggangnja, ban
itu terlepas dari tubuhnja, dan iapun terlepas dari bahaja.
Binatang itu masih mundar-mandir disamping tempat terdjepitnja Ouw Ga, seperti
djuga masih sangat penasaran karena tidak berhasil menarik keluar mangsanja; tapi
rupa2nja dia lantas ingat masih ada satu bangsa lagi, maka dia lantas tinggalkan Ouw
Ga, dan berbalik menerkam Hiang Kat.
Tatkala itu Hiang Kat pun sudah bermandikan keringat, napasnja sengal2 hampir
kehabisan tenaga; tapi ia masih bertahan sedapat mungkin, dengan kertek gigi ia tjoba
mengumpulkan sisa tenaganja jang masih ketinggalan, untuk berputaran antara tiang
batu itu berdaja menghindarkan diri dari terkamannja biruang itu.Binatang buas itu tidak mau mengerti, dia terus mengedjar kemana sadja Hiang Kat
lari.
Ouw Ga jang sembunji didalam tjelah2 batu, sekalipun otaknja sudah mulai linglung
tapi sepasang matanja masih bisa melihat keadaan Hiang Kat jang di-kedjar2 biruang itu,
benar2 mengerikan. Ia ingin memberi bantuan kepada Hiang Kat, namun sendirinja
sudah kehabisan tenaga. Tidak lama kemudian, pemandangan jang menakutkan dan
menjeramkan telah terbentang didepan matanja Ouw Ga. Binatang buas jang sudah
kelaparan itu telah mend jampret kakinja Hiang Kat dan lantas membantingkannja
ketanah
XI. RAHASIANJA GELANG EMAS.
Lapat2 matanja Ouw Ga mendapat lihat bi?ruang itu telah menggigit pahanja Hiang
Kat, dan dibantingkan ditanah, ia lantas menutup matanja, tidak sanggup menjaksikan
pemandangan jang mengerikan itu. Tapi ia masih dapat membajangkan bagaimana
nasibnja Hiang Kat jang sedang bergulat dan achirnja mendjadi mangsanja binatang
biruang itu. Seketika itu rasa pilu timbul dalam pikirannja, meskipun dalam keadaan susah
air demikian hebat, tapi ia mavsih bisa mengutjurkan air matanja jang tjukup banjak.
Apa jang terdjadi sebenarnja tidaklah de-mikian seperti jang dibajangkan Ouw Ga.
Jang telah di-djambret oleh biruang hanja tjelananja Hiang Kat, dengan kerahkan
kekuatan jang masih ada, Hiang Kat telah beradja mati2an achirnja tjelananja itu putus,
dan ia djuga terlepas dari mulut biruang; lalu ia menggulingkan tubuhnja, dengan
demikian terpisah djauh dari biruang itu.
Kembali ia mesti main kutjing-kutjingan lagi dengan biruang kelaoaran itu.
Achirnja Hiang Kat terdesak masuk kesuatu terowongan diluar kemauannja. Biruang
itu tetap mengedjar dibelakangnja.
Ketika Ouw Ga dan Hiang Kat di-kediar2 oleh biruang. In Hong sedang melandjutkan
perdjalanannja untuk mentjari air, setiap tdba disatu tikungan atau tjabang terowongan,
ia mesti berhenti untuk memeriksa atau mendengar dengan teliti adakah suara
mengalirnja air atau tidak; kadang2 djuga ia mengalingi lilinnja dengan tangannja, untuk
mentjari sinar penerangan jang bisa masuk dari tjelah2 atau salah satu lobang
terowongan. Tiba2 kakinja terpeleset, ia berdjongkok untuk meraba, ba^ gaikan
menemukan emas atau berlian, ia berteria-k kegirangan, karena apa jang dirabanja,
ternjata ada satu tempat basah demak, suatu tanda disitu terdapat suatu sumber jang
mengalirkan air.
Kegirangannja itu, bagi orang jang belum pernah mengalami kekurangan air atau
kehamemeriksa dengan teliti dari maua datangnja air itu. Ia mengeluarkan saputanganr ja,
direndam dilobang batu dari mana air itu mengalir, berbareng dengan itu, ia djuga lantas
padamkan lilinnja, sambil menjender didinding batu, ia menantikan saputangannja untuk
megisap air. Setelah saputangannja sudah basah de-ngan air, ia lantas peras kedalam
mulutnja. Air dingin jang masuk kedalam perutnja melalui tenggorokannja, telah
membuat badannja segar kembali, semangatnjapun lantas terbangun. Ia segera ingat
kepada kedua kawannja jang sudah kehausan djuga dan hampir mati. Ia lalu membuka
badju kaosnja dan ditaruk ditjekh2 batu itu untuk mengisap air, ia terus menunggu, tidak
tahu sudah berapa lama, achirnja badju kaos itu basah dan penuh air.
Ia lantas kembali dari djalan jang ia lalui semula, ketempatnja kcdua kawan karibnja.
Dja-lan dalam kegelapan serta sangat hati2, memang lebih lambat dari pada djalan biasa.
Air didalam badju kaosnja, setetes demi setetes djatuh ditanah, ia harus berdaja supaja
air itu tidak sampai mengetes habis sebclum tiba ditempat kawannja. Meski hatinja
sangat gelisah, tapi ia tidak berdaja untuk mempertjepat tindakan kakinja.
Lama sekali ia me-raba2 dalam kegelapan itu, disalah satu tikungan, ia mendapat lihat
sedikit sinar penerangan. Ia. menghela napas, achirnja ia telah dapat ketemukan tempat
menunggunja kedua kawannja. Dengan tudjuan tem?pat jang memoloskan sinar ttrang
tadi itu, ia mempertjepat tindakan kakinja. Setelah nerobos keluar dari terowcngan, ia
lantas tiba di?dalam goa. Diatas goa itu terdapat tjelah2 lobang jang mentjorotkan sinar
mata hari, tapi kedua kawannja sudah tidak kelihatan. Kemana mereka telah pergi ?
Adakah menemukan bahaja ? Semua ini merupakan satu pertanjaan besar ! Ia lantas
memanggil dengan suaranja jang njaring :
"Hiang Kat! Ouw Ga !"
Beberapa kali ia memanggil, tapi tjuma kedengaran suaranja sendiri jang membalik,
tidak terdengar suara djawaban orang2 jang dipanggil.
In Hong mulai mentjari djedjaknja kedua kawan itu, disalah satu tikungan ia menemukan setjarik robekan kain, ia mengenali itu adalah robekan tjelananja Hiang Kat, hatinja
bertambah gelisah. Kemudian ia menemukan Ouw Ga jang telah kedjepit di~tjelah2
batu tjadas, seperti sudah tidak ingat orang; ia lantas berdaja mengeluarkan tubuhnja
Ouw Ga, setelah dapat ditarik keluar, ia lantas letakkan ditanah, ia peras air dari badju
kaosnja kemulutnja Ouw Ga. Air itu ternjata merupakan obat jang istimewa bagi Ouw
Ga, karena tidak lama kemudian ia lantas siuman. Ia membuka matanja lebar2, ia melihat
air menetes dari badju kaosnja In Hong, setetes demi setetes ia menelannja. Lambat laun
kekuatannja mulai pulih, ia lantas bangun dan berkata pada In Hong :
"In Hong, kau sungguh hebat! dari mana kau bisa dapat air ini ? Dan dimana Hiang
Kat sekarang ?""Bukankah dia bersama dengart kau?" djawab In Hong, matanja memantjarkan sinar
keheranan dan kebingungan.
"Ah, aku sekarang ingat," Ouw Ga berseru kaget, "In Hong, dia sudah dimakan
biruang!"
"Barangkali tidak mungkin ! Dia tentunja masih mempunjai akal untuk menghadapi biruang itu, kau tunggu sebentar disini, aku akan tjari padanja. Kau djaga baik2 badju ini,
supaja airnja tidak mengetes habis." segera, In Hong berlalu, dan masuk kelain
terowongan.
Ia berdjalan setindak, memanggil satu kali, begitu ia ulangi ber-kali2 sesampainja
disuatu tempat jang tidak djauh ditempat semula, ia mendapat djawaban lapat2, ia lantas
berdjalan menudju kearah suara itu. Disana tjahaja penerangan agak suram, tapi masih
dapat melihat sesuatu benda jang ada disitu. Achirnja ia dapat lihat sesosok tubuh
menggeletak ditanah. 'Ketika didekati, benar Hiang Kat adanja. Ia lihat Hiang Kat
keadaannja sangat lelah sekali, sehingga tidak dapat berdjalan; ia lalu pimpin Hiang Kat
dan diadjak kembali ketempat semula. Ouw Ga jang mendapat lihat mereka telah kembali
dengan selamat, girangnja bukan main.
Hiang Kat setelah minum air, badannja segar kembali, begitu pula semangatnja.
,Bagaimana tjaranja ban melepaskan diri dari tjengkeramannja binatang biruang itu ?
Aku seperti melihat kau sudah digigit olehnja !" tanja. Ouw Ga.
"Waktu itu aku berpikir," djawab Hiang Kat, "djika aku meinasuki djalan terowongan
jang banjak tjabangnja dan sangat ruwet itu, tentu akan terlepas dari kedj&rannja
binatang itu. Biruang itu masih terus mengedjar, tapi setelah membelok beberapa kali
tikungan dan kembali memutar ketempat semula, biruang itu lantas tidak dapat
mengenali dari maila aku masuk kesitu tadi, dengan demikian dia kehiIangan djalan untuk
mengedjar terus . .mungkin sudah djengkel atau menghembus bau manusia lain lagi, ia
lantas berdjalan menudju kelain terowongan. Aku jang selalu mengingat sinar jang
menghembus dari tjelah2 batu itu, aku ber-putar2 tidak djauh dari situ sadja, tapi achirnja
aku kehabisan tenaga dan djatuh pingsan "
Air dari dalam badju kaos, masih belum tjukup untuk memuaskan kehausan mereka,
maka mereka ambil keputusan akan pergi ketempat air itu lagi. Mereka menjalakan sisa
Llmnja, bertiga lalu berdjalan menudju ketempat air. Ketiganja ant as minnm sepu?:.;2nja. In Hong dan Hiang Kat masih bisa kira2, tjuma Ouw Ga jang tidak mengenal
batas, tel ah minum nebanjak2nja. Soal air jang mereka butuhkan sekarang ternjata
sudah tidak mendjadi soal lagi, tapi lain kesukaran kembali muntjul dalam pikiran mereka.
Lilin jang ada dalam tangan mereka, makin lama makin pendek, mau tidak mau mereka
hams lekas berdaja untuk mentjari djalan keluar.Ketiga orang itu berdjalan s-e-olah2 merajan, masing2 tidak bersuara, sampaipun Ouw
Ga jang biasanja paling dojan ngobrol, kini djuga bun^kam dalam scribe. bahasa.
Djalanan dalam goa atau terowongan itu se-olah2 tidak ada habisnja, sang wakfcu
dirasakan merajap pelahan sekali: api iilin se.detik demi sedetik makin pendek. tinggal
menunggu padamnja sadja. In Hong berdjalan didepan sebagai pemimpin, pikirannja
selama lilin belum padam, ia mas:h dapat mentjari djalan. Ouw Ga semula masih
menaruh banjak harapan, akan tetapi ketika melihat api lilin makin lama makin pendek,
keberaniannja turut berkurang djuga. Ia sangat mendongkol memikirkan sudah
mengeluarkan banjak pikiran dan tenaga, achirnja toh mati djuga.
Ketika mereka berdjalan sampai disuatu tikungan, tiba2 merasakap seperti tertiup
angin, tiupan angin itu dirasakan sangat kuat, sehingga api Iilin jang dipegangi padam
seketika.
Mereka kembali berada ditempat gelap, mereka berdiri rapat satu sama lain. In Hong
menghibur mereka supaja djangan gugup, karena mereka iftasih memegang benang,
sedikitpun masih bisa kembali kctempat asalnja.
Sedjenak kemudian, mata mereka mendjadi biasa dalam keadaan gelap, didepan
mereka lapat2 terlihat beberapa tiang batu, suatu tanda bahwa tempat itu ti.dak terlalu
gelap; mereka merasa angin tadi seperti djuga datang dari arah itu, hingga menduga
disana mungkin ada lobang keluar, mungkin djuga merupakan djalan keluar dari goa
sesat ini.
Dengan bergandengan tangan mereka djalan terus, tjahaja kelihatannja makin kuat,
samar2 sudah bisa membedakan bajangannja orang. Ketika mereka melalui satu
tikungan, tampak dari tempat jang agak tdiauh ada sinar matahari jang'menjorot masuk,
hawa segar djuga mulai masuk kedalam goa.
Mereka mempertjepat tindakannja, achirnja tibalah kesuatu tempat baru; malahan
ditem?pat itu terdapat satu lobang besar, jang tjukup untuk 5 orang keluar berbareng.
Hawa segar dan sinar matahari ternjata masuk dari lobang ini.
"Kita achirnja menemukan djalan keluar. bisa lantas meninggalkan tempat jang seperti
neraka ini !" kata Ouw Ga jang mendjadi sangat girangnja, ia menudju kelobang itu
sambil ber-lompat2 seperti lakunja anak ketjil.
Tapi baru tiba didokat lobang keluar, Ouw Ga lantas hentikan tindakannja, sekalipun
sinar
matahari menjinari mukanja, hawa segar dan angin meniup dibadannja, namun ia
tetap berdiri terpaku dan tidak bersuara.In Hong dan Hiang Kat jang menjaksikan perobahan sikap kawannja itu, lantas
menduga bahwa mereka belum mendapatkan djalan keluar, ini berarti mereka akan tetap
tinggal didalam goa jang seperti kuburan bagi mereka itu.
Mereka pe-lahan2 mendekati lobang tersebut, matanja memandang keadaan diluar lobang : bukit2 tjadas jang mendjulang tinggi terbentang dimukanja, dibawahnja tampak
lembah jang sangat dalam, sampai tidak kelihatan dasarnja; diatasnja adalah langit jang
berwarna biru, sekitarnja baniak batu2 tjadas jang meruntjing. Lobang itu memang
merupakan lobang keluar, tapi mereka-tidak dapat keluar atau tegasnja tidak dapat
iTteninggalkan goa itu.
In Hong melakukan pepBriksaan dengan saksama, ia telah mendapatkan tanda2 dari
tumbuhan2 rumput dan sebagainja jang sudah kering, dan bekas2 runtuhnja bukit tjadas
ini. "Kukira tempat ini tadinja tentu sangat luas. malah pernah tumbuh tanaman," kata In
Hong tenang, "entah kapan tempat ini telah runtuh. maka tiuma ketinggalan tempat jang
sempit ini sadja."
"Djika tidak runtuh, djuga tidak menembus ke-mana2, kita achirnja tetan akan
terkurung disini, sampai kita semua sudah putus djiwa !" Ouw Ga kembali terbenam
dalam kesedihan.
"Keadaan digoa ini ada lebih baik dari pada
jang duluan," kata In Hong sambil bersenjum, agaknja hendak menghibur Ouw Ga,
"selain ada sinar matahari, djuga ada hawa jang segar, kita berdiam disini untuk
sementara, mungkin dapat memikirkan daja upaja jang sempurna "
"Kita hendak memikirkan daja upaja apa lagi ?" memotong Ouw Ga jang bertambah
muram dan putus asa, "pertama, kita tidak bisa ?dapatkan benda untuk memberi
penerangan goa mentjari djalan ditempat jang gelap. Rupanja goa jang mempunjai
pemandangan jang agak permai ini, akan merupakan tempat un?tuk kita bersemajam
se-lama2nja !"
"Semua memikirkan daja, semua menga&ah otak," kata Hiang Kat, "mungkin bisa
mendapatkan suatu akal jang baik !"
"Baiklah, kalian berdua berpikir sadja," Ouw Ga menaruh tangannja dibatu tjadas
mulut goa, suaranja tidak begitu ant jar. "aku tidak mampu memikir !"
In Hong dan Hianj Kat duduk diam diatas batu mentjari pikiran.
Keadaan dalam goa itu mendadak berobah sunji senjap.Didepan lobang, sinar matahari jang menjoroti dinding tiadas itu sudah mulai dojong
kebarat, waktu berdjalan terus tanpa menghiraukan keadaan sekelilingnja. Ouw Ga jang
makin muram dan makin kesal lalu menanja :
"Hiang Kat, kau su-dah dapatkan pikiran baik atau belum ?"
"Belum," djawab Hiang Kat sambil menggelengkan kepala, ,aku makin memikir,
otakDia merupakan orang terpenting dalam semua kedjahatan ini, tapi sebaliknja kita
telah terkurung disini dan tidak bisa berbuat suatu apa terhadapnja !"
"Orang jang pegang peranan utama dalam semua kedjadian atau kedjahatan ini
bukannja Liong A King "
"Bukan Liong A King ? Tuan rumah pesanggrahan itukah ?" kembali Ouw Ga memotong
kata2 In Hong.
"Apakah kalian masih ingat tali tambang pandjang dan aneh itu, jang menggantung
dipintu kandang biruang ? Apakah kalian masih ingat kcleksi biruang Kb a Tay Siang jang
lenjap itu ?"
"Aku ingat," kata Hiang Kat, "Apa artinja itu ?"
"Itu semua telah merupakan bukti bahwa Liong A King bukan pemegang rol utama
da?lam semua kedjahatan in;. ' dengan djelas In Hong memberi keterangannja" "dia
pernah menempelkan surat plakat jang berisikan antjaman dirumahnja Tj.a Lok Tjie dan
Phang Sik Lok, dia djuga pernah membunuh andjingnja Tja Lok Tjie dengan sendjata
pisau belati, pernah menulis kata2 jang aneh dan mengandung antjaman diatas tembok
dapur pesanggrahan ?Penglipur Lara?, dia adalah itu orang jang menamakan dirinja
?musuh dimalam kabut?, ini tidak perlu disangsikan lagi. Tapi dia pun pernah berbuat baik
terhadap dirinja Tio Djie Kiok dengan melemparkan surat peringatan, supaja Tio Djie Kiok
djangan meminumair jang ada ratjunnja, meskipun ternjata bahwa air itu tidak ada
ratjunnja, namun biar bagaimana dia berdjasa djuga dalam hal hendak me\ nolong
djiwanja nona Tio Djie Kiok "
"Apakah sebab itu, kau lantas anggap Liong A King tidak mempunjai hubungan apa2
dengan perkara pentjulikan itu?" tanja Ouw Ga.
"Memang dia ada hubungannja dengan perkara ini, tapi bukan pemegang peranan
penting," djawab In Hong, "aku duga dia tentunja ada permusuhan besar dan
mendendam sakit hati hebat dengan keluarga Tja, maka dia ber| daja upaja supaja bisa
bekerdja dirumah pet sanggrahan itu, bersedia melakukan pembalasan terhadap
turunannja keluarga Tja dengan
rentjana jang sudah diatur rapi; sudah tentudia telah mengetahui dengan baik
keadaannja semua turunan keluarga Tie. Rentjananja jai lah : dirumah keluarga Tja dan
Phang ia meninggalkan surat pelakat jang berisikan antjaman, supaja mereka mengungsikerumah pesanggrahan, kemudian dia melakukan pembalasan dengan menggunakan
binatang biruang itu.
"Ouw Ga, biruang jang kau lihat dikamar tamu adalah koleksinja Kha Tay Siang jang
diambil oleh Liong A King untuk menakuti kau, dia telah membawa lari Liang Liang jang
sangat bengal, kemudian dilempar didalam taman. Dia lalu dengan tjepat meninggalkan
taman, membuka ba.dju biruangnja, membawa petjut kulit, mentjampur dalam
rombongan kita sama2 mengedjar binatang biruang. Ia hen-dak memberi kesan jang
sangat dalam kepada orang2 didalam pesanggrahan tentang adanja
binatang biruang jang menggondol orang, supaja lain waktu dia dapat menggunakan
binataug biruang untuk meiakukan kedjahatannja, dan dia sendiri akan bebas dari
dosanja. Meskinun setelah adanja kedjadian itu, kalian pernah pergi kekandang biruang
untuk memeriksa, uan menemukan binatang biruang itu sudah berada kembali
dikandangnja, pintu kandang belum tertutup, djuga tidak terkuntji. Itu adalah
perbuatannja Liong A King, jang sengadja membukan pintu dan kuntjinja, agar orang
menduga benar2 ada orang jang sudah melepaskan binatang itu. Kenjataannja binatang
beruang itu tidak pernah meninggalkan kandangnja meski setindakpun.
"Kalau begitu, binatang biruang jang masuk kedalam kamarku pada malam hari
berikutnja, dan bertempur setengah rnalaman dengan aku dan Hiang Kat, apakah djuga
binatang biruang tiruan ?" tanja Ouw Ga.
"Biruang jang bertempur dengan kalian, memang benar2 biruang jang tulen"
"Apakah Liong A King jang melepaskan dari kandangnja"
"Bukan Liong A King, ada lain orang lagi jang melepask-an binatang biruang berbareng
dengan manus:a biruang."
"Dari mana kau bisa tahu, kalau biruang itu bukannja Liong A King jang melepaskan


Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?"
"Djustru itulah maka sekarang kita hendak membitjarakan soal tali tambam pandjang
jang menggantung d:depan pintu kandang biruang itu," kata In Hong, "Liong A King
merawat binatang biruang itu sudah ada 2 tahun
lamanja, dia siudah kenal betul akan tabiat binatang itu, begitupun biruang itu, maka
tidak perlu dia merasa takut lagi. Djika dia hendak melepas binatang biruang itu, tjukup
dengan membuka pintunja sadja. Tapi lain orang jang membuka pintu kandang itu, takut
kalau bi-ruang itu nanti setelah keluar dari kandangnaj lantas menjerang padanja, maka
menggunakan tambang untuk mengikat palang pintunja, dan orang itu sendiri
bersembunji dibelakang gunung2 untuk menarik tambang tersebut, de?ngan demikian
dia lantas merasa aman dan tidak usah kuatir mengalami bahaja diserang biruang itu.Oleh karena tambang itu. dan lain2 hal jang telah terdjadi, maka aku berani pastikan
biruang itu bukannja Liong A King jang melepaskannj-a "
"Kalau begitu, apakah Tio Djie Kiok dibawa lari oleh binatang biruang?"
"Tidak, Tio Djie Kiok telah ditjulik oleh orang jang melepaskan biruang itu." djawab In
Hong, "pendjahat itu tadinja tidak mempunjai pikiran kemudian dia telah mendapat tahu
ada orang menggunakan binatang biruang tiruan untuk membawa lari Liang Liang,
kedjadian ini telah membuka pikirannja untuk menggunakan binatang biruang jang tulen
melakukan kedjahatannja. Pertama dia mentjulik Tio Djie Kiok, kemudian telah
melepaskan bi-natang biruang dan manusia biruang. Keesokannja dia telah mentjuri
barang koleksi biruangnja Kha Tay Siang dibuat menjaru, lebih dulu dia bawa lari Liang
Liang, kemudian setjara sengadja mengundjukkan dirinja didepan
dapur, supaja orang pertjaja bahwa Liang Liang benar2 dibawa lari oleh biruang. Malah
ia sengadja merobek badju tidurnja Liang Liang dan idisangkutkan diatas pohon, untuk
meninggalkan bekas djedjaknja biruang. Sebetulnja, orang itu mempunjai djalanan
rahasia untuk keluar dari rumah pesanggrahan itu, djalanan rahasia itu mungkin disekitar
empang. Aku pernah menemukan kantjingnja Liang Liang disana, kantjing itu sebaliknja
tidak disengadja ditaruh disitu.
"Kedjadian2 itu telah terdjadi saling susul, sehingga Liong A King sendiri mulai heran,
ia tidak tabu perbuatan siapa, tapi hatinja memang mengharapkan supaja keluarga Tja
mati satu persatu, sampai tidak ada jang ketinggalan. Maka untuk sementara dia
mengambil sikap menonton, supaja orang itu mewakili dia melakukan apa jang tadinja
dia hendak lakukan. Djika mendapat kesempatan, ia malahan membantu membikiri keruh
keadaan, un?tuk menambah kalutnja peristiwa ini "
"In Hong, siapa gerangan pendjahat jang kau maksudkan itu ?" tanja Hiang Kat jang
agak bingung.
"P?nidjahat itu adalah orang jang menombak aku dengan sendjata berisi obat tidur
didalam rimba," djawab In Hong, ,dia djuga jang mentjulik Tio Djie Kiok, Liang Liang, Tja
Sam Ho, Tja Ik Tjian dan jang menembak kalian dengan obat tidur pula "
"Aku masih belum mengerti maksudmu," kata Ouw Ga, "kau bulak-balik masih bukan
maksudkan sendjata obat pules membikin kita
hilang ingatan, kemudian ketika aku siuman, dia lantas menjerang aku hingga aku
pingsan pula, malah mengikat dan. membawa lari aku berdua Hiang Kat"
"Jang menembak kau dengan sendjata obat pules bukannja Liong A King,"
menerangkan In Hong, "Pendjahat itu setelah mentjulik Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjian
sudah tidak ada tempo lagi untuk menjingkirkan kalian. Disaat itu, kebetulan Liong A King
telah mengetahui sehingga mendapat kesempatan baik baginja membuat lebih keruhkeadaan. Mungkin idia telah dapat lihat kalian sudah tidak ingat orang, maka lantas
mengikat kalian dengan tambang dan dimasukkan dalam karung, kemudian dibawanja
kedalam goa ini."
"Kita tidak mempunjai permusuhan apa2 de?ngan Liong A King, mengapa dia turun
tangan begitu djahat terhadap kita ?" tanja Ouw Ga.
"Itu disebabkan suami-isteri Tja Lok Tjie, Phang Sik Lok sudah pada meninggalkan
rumah pesanggrahan itu, ia telah kehilangan ke-sempatan untuk menuntut balas;
berbareng dengan itu, karena kita pernah melakukan peperiksaan dikamarnja, mengintai
perbuatannja, menganggap dia sebagai orang jang ditjurigai, maka dia memantjing kita
sampai digoa ini, supaja kita tidak akan menghalangi tindakannja untuk membalas sakit
hati terhadap keluarga Tja. Sebenarnja, ketika kalian bertempur dengan binatang biruang
tempo hari, dia sudah mempunjai maksud hendak menjingkirkan ki?ta, maka pada waktu
itu dia bersikap sebagai penonton, mengharap supaja kalian mati diterkam biruang itu.
Dia malah mengandjurkan Kha Tay Siang supaja menembak biruang, asal sadja waktu
itu Kha Tay Siang turut katanja dan menembaknja meleset, dia bisa membuat kalian mati
karena pelor menjasar, untung waktu itu Kha Tay Siang tidak man dengar perkataannja
"
"Menurut pendapatmu ini, kalau benar Liong A King bukan orang utama dalam
kedjahatan ini, siapa gerangan orang itu ?" tanja Ouw Ga.
"Pemegang rol utama dalam semua kedjahatan ini-adalah Phang Sik Lok, hartawan
jang kaja raja itu !"
"Phang Sik Lok ? Inilah sukar orang dapat mempertjajainja," kata Ouw Ga agak
bingung "bagaimana tjaranja dia mentjulik anaknja sendiri ?"
".Kau harus mengerti bahwa mentjulik bukannja membunuh mati, dia boleh sadja
bawa keluar anaknja dari rumah pesanggrahan ?Penglipur Lara?, dititipkan dirumah salah
satu pamilinja atau disembunjikan disuatu tempat jang sangat rahasia, supaja orang
pertjaja dia djuga merupakan .salah satu orang jang mengalami kesusahan karena
anaknja turut ditjulik "
"In Hong, dugaanmu ini, apakah mempunjai dasar jang kuat ?"
"Sekarang baiklah aku tjeritakan dulu tentang surat aneh jang diterima oleh Tja Ik
Tjan," kata In Hong, "berdasar atas warna kertas tulis, amplop jang sudah usang serta
tulisannja jang banjak salah, aku lantas menduga orang jang mengirim surat itu tentunja
seorang jang tidak pandai ilmu surat, dari toko atau warung dia membeli amplop dan
kertas tulis jang sudah lama tiidak terpakai, dan minta tolong kepada tukang ramal untuk
menulis surat itu. Dugaanku ini telah terbukti. kebenarannja ketika kemarin dulu aku
pergi kekota, disuatu gang disebelah timur gedung Pek Sin bonar ada satu tukang
tenung""Dalam gunung ini kita repot mentjari djalan keluar sampai lupa tentang surat itu,"
kata Hiang Kat, "kau pergi kekota apakah kau dapat ketemukanorang jangmengirim surat
itu?"
"Aku tfdak menemukan orang jang mengirim surat, sebaliknja telah ketemukan crang
jang memakai badju sepan berwarna tjoklat, tjelana wol hitam serta dasi kuning
bergambarkan sepasang matjan, dia menjerang aku dengan sebuah kampak," In Hong
lalu mentjeritakan
pengalamannja dikota, " kemudian, dari mulutnja tukang tenung itu aku dapat tahu,
bahwa orang jang minta tolong menuliskan su?rat padanja, jalah seorang wanita,
bernama A Tjay
"A Tiay bukankah budjang perempuannja Phang Sik Lok ? Bukankah 2 minggu jang
lain sebelum Ik Tjian menerima surat itu sudah dibunuh mati oleh orang jang menamakan
dirinja "musuh dimalam kabut itu ?"
"Benar, dia adalah pelajannja Tja Ik Sie jang mengikuti madjikannja keluar pintu
(menikah)," kata In Hong, "malah pada setengah bulan jang lalu sudah meninggal dunia,
tapi surat itu djuga pada setengah bulan jang lalu, sudah minta tolong kepada tukang
ramal itu
untuk menulisnja dan mengirimnja pada suatu hari jang telah ditundjuk, dia ingin
supaja
surat itu dalam waktu jang telah ditetapkan sampai ditangan Tja Ik Tjian, djika tidak,
dia takut surat itu akan terdjatuh ditangan orang lain. Kenjataannja, A Tjay hendak
memberitahukan kepada Ik Tjian tentang suatu rahasia besar, tapi ditjegah oleh Phang
Sik Lok, hingga dia sama sekali tidak mendapat kesempatan. Maka kali ini, dia
menggunakan kesempatan hari wafatnja madjikan tuanja, telah menulis surat itu dan
dikirim kepesanggrahan. Tak disangka pada malaman berkabut itu, Liong A King telah
menjatroni rumah Tja Lok Tjie dan Phang Sik "Lok serta meninggalkan surat antjaman,
apa man, malam itu kebetulan Phang Sik Lok pulang sendirian dari rumah bibinja, melihat
surat antjaman jang ditinggalkan oleh Liong A King, dia lantas menggu?nakan
kesempatan ini untuk mendjalankan siasatnja jang kedji, lalu membunuh mati A Tjay,
dan dosa itu ditimpahkan atas dirinja orang jang menempel surat antjaman itu, jang
menamakan dirinja ?musuh dimalam kabut?. Kemudian Phang Sik Lok kembali kerumah
bi?bin ja lagi, berlagak seperti semalaman belum
pernah meninggalkan pesta tersebut "
"Maksudmu jalah, A Tjay bukan dibunuh mati oleh orang jang menamakan dirinja
?mu?suh dimalam kabut?, tapi dibinasakan oleh hartawan kaja raja itu atau madjikannja
sendiri, Phang Sik Lok, bukankah begitu ?""Ja, Phang Sik Lok membunuh mati A Tjay, sebabnja jalah supaja rahasianja tidak
botjor"
"Sementara itu, tindakan Phang Sik Lok selandjutnja jang menggunakan nama ?musuh
dimalam "kabut? untuk menjingkirkan beberapa orang lainnja jang berhak menerima
harta warisan, sudah tentu maksudnja hendak kangkangi harta peninggalan Tja Lian Hu
itu. Tapi Phang Sik Lok dan Tja Lok Tjie sama2 salah mengerti tentang orang jang
menamakan dirinja ?musuh dimalam kabut? itu, mereka mengira orang itu adalah Oh Beng
Hui, jang bernasib sial, jang mereka telah pernah fitnah. Padahal orang jang menamakan
dirinja ?musuh dimalam kabut? itu adalah Liong A King jang bersembunji dirumah
pesanggrahan ?Penglipur Lara? itu.
"Untuk membuktikan kepada umum dan paj ra anggota polisi, Phang Sik Lok chusus
mem( buat 2 setel pakaian jang tidak tjotjok untuk dipakai, jalah badju berwarna tjoklat
dan tje1 lana wol hitarn, djuga dasi kuning bergambar kan matjan tidak ketinggalar;
disamping itu, diapun menggunakan seorang buaja darat tukang pukul memakai pakaian
tersebut untuk menjaru sebagai Oh Beng Hui, menampakkan dirinja disekitar gedung Tja
Lok Tjie. Phang Sik Lok sendiripun memakai pakaian itu, me?njaru sebagai Oh Beng Hui
dan menampakkan dirinja dikota dekat rumah^ pesanggrahan itu. Pendeknja, sias-at
jang litjik itu jalah untuk menimpahkan semua dosanja kepada binatang biruang dan Oh
Beng Hui. Jang lebih2 djahat ialah dia telah men.tjuri pulpennja adpokat Siek Pek Sin,
malam itu ketika dia menjerang aku dengan sendjata berisikan obat pules itu dia sengadja
meninggalkan pulpen itu disana, untuk menambah ruwetnja perkara ini.
"Ketika Tja Ik Tjian menerima surat dan kita membitjarakan isi surat serta tjara2nja
untuk menghadapinja, kita telah berlaku lalai bahwa disamping kita ternjata ada mata2
jang tidak mengandung maksud djahat "
"Siapa ?" tanja Ouw Ga.
"Yung Yung, ia mendapat dengar tentang adanja itu surat idan isinja serta tindakan
apa jang kita akan ambil, lantas memberitahukan kepada ajah-bundanja, berita itu lalu
disampaikan lebih djauh kepada Phang Sik Lok. Malam itu ketika Pit Khing kembali dan
memberi?tahukan bahwa Oh Beng Hui muntjul dikota sekitar rumah pesanggrahan itu,
Phang Sik Lok lantas menggunakan kesempat-an itu, me?ninggalkan pesanggrahan.
Sekembalinja diko?ta dia lantas perintahkan kepada tukang pukulnja supaja menjaru
sebagai Oh Peng Hui, bersembunji didekat gedung Pek Sin, dengan sendjata kampak
menjuruhnia membunuh aku. Dia sendiri dengan buru2 kembali kepesanggrahan, dari
djalanan rahasia dia memasuki pesanggrahan, dengan obat pules dia menierang kalian,
lalu mentjulik Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjian, kemudian berlalu lagi dari djalanan ra?hasia
itu."
"In Hong, apakah kau tahu rahasia besar apa jang hendak diberitahukan A Tjay kepada
Tja Ik Tiian ?""Aku tidak bisa dapat tebak rahasia apa sebetulnja, karena A Tjay sudah tidak ada
didaIam dunia ini, tapi menurut dugaanku, tidak
Kha Tay Siang mengangkat senapannja dan menembak biruang itu.
lain tentunja sedjumlah warisan tersembunji!" ,Ija, aku sampai lupa sama sekali,"
Hiang Kat mendadak berseru, "Karin bukankah Liong A King pernah menjesapkan apa2
didalam sakumu ? Ouw Ga, tjoba keluarkan, mari kita lihat !"
Ouw Ga merogoh sakunja dan mengeluarkan seputjuk surat jang tertulis : Kepada
jang terhormat tiga nona2 pendekar jang gagah la lalu membuka amplopnja dan
membatja dengan suaranja jang njaring :
,Nona2 In Hong, Hiang Kat dan Ouw Ga jang terhormat, didalam rumah pesanggrahan
Tenglipur Lara? ini, ber-kali2 telah terdjadi peristiwa pentjulikan, nona2 telah pusatkan
perhatian keatas diriku, se-olah2 menganggap bahwa perbuatan itu, ketjuali aku, tidak
ada lain rang jang mampu lakukan. Ini benar2 merupakan satu keketjewaan jang sangat
besar bagiku. Aku mengaku benar telah memasuki rumahnja Tja Lok Tjie dan Phang Sik
Lok jang djahat, dan meninggalkan surat antjaman serta membunuh mati seekor
andjingnja. Tapi pelajan wanita dirumahnja Phang Sik Lok, bukan aku jang bunuh, aku
de?ngan dia tidak mempunjai permusuhan apa2. Aku djuga mengaku bahwa tulisan aneh
ditembok dapur itu adalah aku jang tulis, tapi tulisan itu bukan keluar dari pikirank'u
sendiri, hanja meniru-niru sadja dari tulisan dan perkataan jang terdapat dibelakangnja
gambar pemandangan alam jang ditulis oleh Liang Liang, tuhsan itu mengandung utjapan
gertakan, aku pikir dapat digunakan untuk menakuti orang2 dipesaaggrahan, maka aku
lantas pungut dan tiru bun jin ja, hanja beberapa perkataan aku telah robah untuk
merijesuaikan keadaan.
"Aku djuga mengaku, benar aku memang bermaksud hendak membunuh mati semua
keturunannja Tja Lian Hu, karena Tja Lian Hu pernah mentjelakakan anak isteriku.
Sekarang aku hanja hendak menuntut balas jang tjukup adil padanja. Tapi ke~
njataannja pembalasanku ini belum terlaksana, atau boleh dikatakan belum dimulai.
"Pada 30 tahun jang lalu ?dimasa itu, aku dan Tja Lian Hu sama2 masih muda serta
berbadan kuat, dia telah berhasil dalam usahanja semokel barang2 terlarang hingga
mendirikan rumah pesanggrahan itu. Oleh karena aku pandai mengemudikan kapal lajar,
maka dia adjak aku bekerdja sama2, melakukan pekerdjaan terlarang itu. Pada suatu
ma-Iam jang berkabut tebal, aku, Tja Lian Hu dan 2 orang kawan lain lagi, dari dalam
satu kapal api menurunkan banjak madat' dan morphin, kembali kepantai kira2 20 pal
terpisah dari gunung tjadas. Kemudian, Lami telah menurut petundjuk Tja Lian Hu,
barang2 terlarang itu kami angkut kegoa dalam gunung tja?das itu, tak Eusangka Tja
Lian Hu jang mengandung maksud djahat, setelah mengadjak kami bertiga ketempat
jang tersembunji itu, lantas dengan diam2 meninggalkan kami. Dalam goa jang ada
banjak tjabang djalanannja itu, kami tidak dapat melihat bajangannja, hanja dengarsuaranja sadja. Ia berkata pada kami : "disini ada tempat jang tenang dan
menjenangkan, kalian bertiga boleh tinggal disini untuk mengaso, aku harap kalian akan
puas dengan tempat ini".
"Selandjutnja, kami bertiga telah terkurung dalam goa jang mysterius itu. Belum
sampai 3 hari, kedua kawanku karena kehausan telah meninggal dunia. Aku masih
berurttuiig bisa menemukan sumber air dan mendapat tempat dalam goa itu untuk
bertempat tinggal. Diluar lobang goa itu, terdapat suatu tempat jang tidak seberapa luas,
disana tumbuh banjak pohon Siong dan lain2nja. Dari sana aku mendapatkan baniak
buah2an. sehingga aku dapat hidup sendirian didalam goa itu. Aku dengan tidak
mengenal lelah terus-menerus mentjari djalan keluar dari dalam goa itu, tapi selalu gagal.
Setahun liwat setahun, tidak terasa 20 tahun telah berlalu, dan aku djuga sudah berobah
mendjadi seorang tua jang berambut putih semuanja, dan mulut goa itu achirnja dfuga
aku ketemukan.
"Setelah aku berlalu dari goa jang mys-terius itu, aku lantas pulang kekampung
halamanku untuk mentjari anak isteriku. Menurut keterangan2 tetangga2ku jang masih
hiduo, isteri dan. keempat anak2ku, karena kedinginan dan kelaparan, telah meninggal
dunia dalam keadaan jang mengenaskan. Kematian mereka merupakan
akibat dari perbuatan kedjam dari Tja Lian Hu, maka djuga harus dipertanggung
djawabkan olehnja. Aku lantas pergi kepesanggrahan ?Penglipur Lara? hendak mengadu
djiwa dengan orang jang berhati binatang itu, tapi dia sudah meninggal dunia. Oleh
karena dia sudah mati, maka aku terpaksa mengalihkan pertanggungan-djawabnja itu
kepada keturunannja. Jang mengherankan jalah, sudah ada lain orang jang djalan
didepanku, melakukan perbu-atan apa jang aku hendak lakukan. Hanja nona Tio Djie
Kiok tidak terhitung crang jang aku hendak tuntut balas. Siapa orangnja jang melakukan
perbuatan itu, aku sendiri tidak tahu.
"Apa jang sangat tidak menjenangkan jalah, tindakan pembalasan sakit hatiku belum
dimulai, kalip.n bertiga sudah memperhatikan gerak-gerikku. Hal ini sangat merugikan
bag'iku. Oleh karena sakit hati ini tidak boleh tidak harus dibalas, maka kemarin pagi
ketika aku mendapatkan no?na Hiang Kat dan nona Ouw Ga menggeletak tidak ingat
orang dikamarnja, aku lantas mentjari akal untuk membawa mereka kedalam go a, malah
aku hendak memantjing nona In Hong djuga, supaja ka-lian bertiga berkumpul djadi
satu. Aku pertiaja, aku tentu bisa memantjing nona In Hong. Sudah tentu hal ini aku
merasa sangat tidak enak terhadap kalian, tapi un-tuk mempermudah djalanku untuk
menuntut balas, terpaksa aku harus berbuat demikian. Kuharap supaja nona2 suka
maafkan. Sekalipun nona2 berada didalam goa itu sampai 2 atau 30 tahun, achirnja toh
dapat djuga menemukan djalan keluar, seperti djuga aku diwaktu muda. Hormatnja, Tek
Goan Liong atau Liong A King."
"Pengakuan Liong A King," kata In Hong,"suatu bukti bahwa dugaanku tidak salah "
"Dugaanmu tidak salah, tapi tetap tidak mampu menolong kita keluar dari goa ini,"
ka?ta Ouw Ga, air mukanja diliputi kemuraman dan kekesalan, ,rupa2nja kita benar2
akan se?perti Liong A King, jang akan hidup disini sampai 2 atau 30 tahun !"
In Hong tidak berkata apa2, tjuma mengadakan peperiksaan didalam goa itu,
kemudian berkata dengan suara mantap :
"Goa batu ini adalah tempat jang dulu pernah idipakai tempat tinggalnja Liong A King
selama 20 tahun. Disudut sana ada tempat tidurnja Liong A King jang terbikin dari kaju
dan daun kering, disalah satu tiang batu tjadas itu masih terdapat kerandjangnja jang
tergantung disitu, jang masih berisikan beberapa rupa buah2an jang sudah kering". "
"Apa kau menghendaki goa ini mendjadi kamar tidur kita ? Dan sisa buah dalam
kerandjang jang sudah kering itu mendjadi hidangan kita ?" tanja Ouw Ga jang sangat
mendongkol.
"Djika kau masih ingat tulisan aneh diatas tembok dapur pesanggrahan 'Penglipur
Lara', dapat menghafalkan satu persatu tanpa salah S bunjinja tulisan itu, alii duga, kita
tidak usah memakai goa ini sebagai tempat tidur, djuga ?' tidak perlu makanan dalam
kerandjang itu sebagai hidangan kita !" suara In Hong itu sangat tenang, djuga
memberikan harapan baI gi jang mendengarnja.
"In Hong, apakah maksudmu hendak mengatakan, bahwa dengan mengandel tulisan
jang aneh itu kita lantas dapat menemukan djalan S keluar ?" tanja Ouw Ga.
"Ja, aku dengar dari Hiang Kat, kau pernah menghapalkan sampai beberapa puluh
kali, apakah sekarang kau masih dapat menghapal1 kan sampai beberapa puluh kali,
apakah seka?rang kau masih dapat menghapalkan ?" tanja In Hong.


Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku sudah hapal benar, dibulak-balik sekalipun aku masih dapat menghapalkannja."
djawab Ouw Ga jang sudah mulai bersemangat lagi, kegirangan menggantikan
kemuramannja pada wadjahnja.
,Tapi tidak ada alat untuk membuat penerangan, mentjari djalan keluar masih sangat
sukar, kata Hiang Kat.
"Alat penerangan aku sudah temukan," ka?ta In Hong, "kalian ambil kerandjang
peninggalan Liong A King itu bukankah merupakan bahan bakar jang sangat bagus dan
tjotjok sekali untuk memberikan penerangan ?"
Ouw Ga dan Hiang Kat lalu buru2 menurunkan kerandjang itu dan mengeluarkan
semua isinja, lalu kerandjangnja didjadikan beberapa batang obor. In Hong keluar dari
lobang goa, diatas batu tjadas jang sempit dan berbahaja, ia menjalakan tumpukan kaju
kering itu dengan katja apinja."Sekarang, kita boleh mulai mentjari djalan keluar !" kata In Hong sambil membawa
obor jang sudah menjala. Ia djalan dulu.
Ouw Ga dan Hiang Kat mengikuti dibelakangnja sambil membawa banjak ikatan kaju
kering itu.
Ketika mereka berdjalan sampai disatu dja-lan bertjabang, In Hong menampak setiap
dinding batu ditempat tikungan telah diberi tanda guratan udjung anak panah dan tanda2
?X?, disamping itu masih ada lagi tanda2 tulisan huruf angka Arab besar ketjil seperti 32,
45 dan sebagainja.
"Dugaanku kembali mendapatkan bukti, tu-lisan jang aneh itu, bukannja susunan
kata2 tapi sebenarnja angka. Dengan menurut bunjinja angka2 itu memasuki djalan
terowongan atau tikungan, kita akan selekasnja dapat menemukan djalan keluar dari goa
jang menjesatkan orang ini," kata In Hong, "tai\da2 ini adalah Tja Lian Hu jang
menggurat pada 30 tahun berselang, tapi rahasia ini bagaimana bisa diketahui oleh Phang
Sik Lok. Dia kuatir tidak bisa ingat baik2 angka2 jang tidak raengandung arti itu, maka
lantas disusun dan didjadikan perkataan2 jang aneh, ditulis dibelakang gambar
pemandangan alam, serta dibatjanja sehingga hafal betul. dengan demikian akan lebih
mudah diingat. Tidak diduga kalau tulisan itu telah terdjatuh ditangannja Liang.
Mobil Tja Lok Tjie telah membentur tiang-lamnu. Yung Yung terpental keluar. Tja Lok
Tjie dan Ngo Gie Ling sebaliknja sudah hantjur bersama mobilnja.
Liang, dan kemudian dibuat mainan jang achirnja dipungut oleh Liong A King dan
ditulis diatas tembok dapur. Maka Phang Sik Lck telah mentjulik anaknja sendiri, karena
mempunjai maksud, pertama, untuk menutupi dosanja; kedua, supaja asal-usulnja
tulisan itu tidak dibotjorkan oleh mulutnja Liang Liang. Tanda2 anak panah dan ?X? diatas
dinding goa ini, adalah Liong A King jang menggurat, tanda anak panah untuk
menundjukkan bahwa djalan itu betul, dan setelah mengetahui salah, maka diberi tanda
lagi ?X?. Selama 30 tahun itu, Liong A King telah liwatkan temp on ja dengan tanda2 anak
panah dan ?X? itu sadja."
In Hong telah merobah utjapan2 jang aneh itu mendjadi huruf angka, kemudian
mentjari keluar dengan tjara demikian, tidak lama ke?mudian tikungan2 jang ada
tandanja jang sama dengan huruf jang diba.wanja, mereka te?lah masuk kemudian,
mereka telah tiba ditempat jang merupakan kipas itu.
Pada waktu itu, samar2 mereka telah dapat menangkap suaranja orang berdjalan dan
orang berbitjara dan kemudian tampak tj.ahaja terang jang mentjorot masuk dari lain
tikung?an, lalu ada beberapa orang keluar dari situ. .
Kedua fihak pada mengeluarkan suara jang menundjukkan rasa kaget. Ternjata
orang2 itu adalah Tio Djie Kiok, Tja Sam Ho, Tja Ik Tjian jang telah lenjap dari rumah
pesanggrahan serta Kha Tay Siang jang sudah lama pergi belum kembali.Mereka lalu saling mentjeritakan pengalamannja masing2; Tio Djie Kiok berkata :
"Dalam tidur njenjakku, aku telah dibikin tidak ingat orang oleh suatu bebauan jang
ti- dak sedap. Ketika aku sadar, aku sudah berada disatu goa jang sangat gelap.
Kemudian aku dapat lihat ada sinar lampu batere menjoroti tempat disekitarku, aku lantas
berteriak min- ta tolong.
Tidak lama, tuan Kha lantas muntjuldidepanku "
"Aku datang kegunung tjadas ini bermaksud hendak menangkap binatang biruang itu,"
kata Kha Tay Siang, "di-tengah2 djalanan gunung jang sempit dan pandjang aku telah
menemu- kan biruang itu, aku lantas melepaskan tern? bakan, tapi tidak kena, ia terus
lari kedalam goa ini. Maka aku djuga mengedjar sampai di- sini. Tidak kunjana bahwa
tempat ini adalah satu goa jang dapat menjesatkan orang, bukan sadja telah kehilangan
djedjaknja binatang itu, sebaliknja aku sendiri telah terkurung ditem- pat ini. Kemudian
aku mendengar djeritan no- na Tio Djie Kiok jang achirnja aku ketemukan ditempat ini,
lantas bersama dia mentjari dja- lan keluar, tapi mentjari sana-sini, belum dju- ga
menemukan djalan jang kami tjari. Untung- nja, aku membawa rangsum kering dan air
setjukupnja, maka masih bisa bertahan sam- pai sekarang, untuk meneruskan usaha
kami mentjari djalan keluar."
"Kalian berdua bagaimana bisa sampai di- sini ?" tanja In Hong kepada kedua saudara
Tja. "Pagi hari itu, ketika aku terdjaga dari ti- durku, aku dapat lihat Ouw Ga dan Hiang Kat
telah terguling ditanah dalam keadaan tidak ingat orang, aku lantas lompat bangun, tapi
aku lantas ditodong oleh sendjata tad jam, aku dipaksanja membawa Ik Tjian jang sudah
tidak ingat orang ketaman bunga, disebelah empang, orang itu membuka satu djalanan
rahasia jang merupakan terowongan dibawah tanah, dan suruh aku ikut padanja.
Djalanan di?bawah tanah itu terus menudju kesebuah bukit diluar pesanggrahan.
Kemudian orang itu telah paksa kami naik gunung tjadas dan masuk kedalam goa ini.
Orang itu memakai badju berwarna tjoklat jang sepan benar, dan tjelana wol hitam,
dilehernja berkalung dasi warna kuning jang ada gambarnja 2 matjan, wadjahnja ditutup
dengan kain hitam, menjebut dirinja sebagai Oh Beng Hui. Tapi, aku telah dengar
suaranja bukan lain orang, melainkan Phang Sik Lok sendiri. Tjuma waktu itu aku belum
membuka rahasianja."
"Kemudian, akupun siuman/' menerangkan Tja Ik Tjian, ,ia minta menjerahkan gelang
emas jang bentuknja aneh, gelang itu adalah pemberian ajah ketika hari ulang tahunku.
Aku terus menjimpannja didalam kotak tempat perhiasan, belum pernah aku pakai,
karena aku tidak suka memakai barang perhiasan. Dia pak?sa aku untuk
memberitahukan tempat menjimpan gelang itu. Dalam keadaan terpaksa aku te?lah
beritahukan padanja. Maka dia lantas tinggalkan kami disini, dia sendiri telah berlalu
de?ngan ter-gesa2. Sore itu kami telah bertemu dengan Tio Djie Kiok dan tuan Kha TaySiang, sehingga ber-sama.2 mereka mentjari djalan keluar. Tak disangka, Bjalan keluar
belum dim?: !'
1 ketemukan, sebaliknja telah menemukan kaliS an "
Tatkala mereka sedang asjik mengobrol, ti^ ba2 terdengar suara jang mengerikan,
berb ulang2. Mereka mengikuti arah datangnja sui ara itu. Setelah menikung beberapa
kali tikungw an dan melalui beberapa djalan terowongan, suara itu makin terdengar njata.
Achirnja, me3 reka telah tiba disuatu tempat dalam goa jang agak luas, mereka segera
tampak orang jang memakai badju sepan berwarna tjoklat dan tjeI lana wol hitam sedang
berkelahi mati2an dengan ? binatang biruang jang sedang kelaparan. Orang itu seluruh
tubuhnja sudah penuh luka2 dan berlumuran darah, keadaannja sudah sangat
menguatirkan.
Kha Tay Siang mengangkat senapannja, meI nembak binatang biruang itu. Terdengar
suara letusan sendjata api, binatang biruang itu lantas rubuh ditanah.
D Orang jang berkelahi dengan biruang itu memperlihatkan tertawanja getir lalu terhuj jung2 beberapa kali, akan kemudian rubuh diR itanah ; dalam tangannja masih
memegang sen, djata senapan jang berisikan obat pules. Mungkin sudah kehabisan
obatnja.
Disalah satu podjokan dari goa itu, terdapat pintu batu jang merupakan kipas, pintu
itu seI dikit terbuka, rupa2nja seperti pintu rahasiaun tuk menjimpan barang berharga.
Tidak djauh l dari pintu batu itu ada beberapa lobang keitjil2,
| salah satu lobang ada menantjap gelang emasj nja Ik Tjian jang bentuknja aneh itu.
Ternjata gelang jang asal bentuknja bunder sekarang
sudah dibikin lempang digunakan sebagai anak kuntji.
Oh, ini adalah gelang emasku, meskipun aku sudah menjimpan beberapa tahun
lamanja, aku masih belum tahu kalau gelang ini bisa digu-nakan sebagai anak kuntji !"
kata Tja Ik Tjian, "tidak perlu disangsikan, kemarin dia telah pulang kekota dan mentjuri
gelangku, hari ini kembali kegoa ini !"
In Hong dan Ouw Ga mendekati orang jang sudah luka parah itu, mereka memeriksa
dengan teliti, benar dia adalah Phang Sik Lok. Sekarang dia sudah terluka parah, sudah
dekat masuk keliang kubur.
"Segala perbuatanmu, aku sudah mengetahui semuanja, sekarang aku. harap supaja
kau suka mentjeritakan rahasia itu, jang kau tidak ingin A Tjay membotjorkan V* kata In
Hong dengan suara lemah-lembut.
Phang Sik Lok tidak mendjawab."Kau tidak mau mengatakan, asal aku menggunakan banjak tempo dan tenaga, masih
ada djalan untuk mengetahui rahasia itu. Aku kira, sebaiknja kau tjeritakan sadja !"
Phang Sik Lok jang sudah mendekati adjalnja mengetahui bahwa didalam dirinja ada
me-njimpan satu rahasia, jalah surat peninggalan Tja Lian Hu untuk Tja Ik Tjian.
Maka ia lantas tertawa getir, kemudian de-ngan suara ter-putus2 dan sangat lemah ia
mentjeritakan : "Tja Tja Lian Hu ketika
sakitnja sudah pajah, dirumah pesanggrahan itu tjuma ada A Tjay seorang jang
melajani padanja. Orang tua itu tidak melihat Ik Tjian,
maka lantas meninggalkan surat suruh A Tjay menjampaikan ,serta memesan padanja:
"ini satu surat jang sangat penting, aku minta kau supaja sampaikan sendiri kepada nona
Ik Tjian, djangan sampai terdjatuh ditangan orang lain.? sehabis meninggalkan pesan itu,
Tja Lian Hu lantas menutup mata. Orang tua itu selalu menganggap Ik Tjian anak jang
paling berbakti dan paling dengar kata. Waktu itu A Tjay merasa bingung menerima
pesanan itu. Kebetulan aku telah tiba disaat jang tepat. Dengan djalan menggertak aku
dapat tahu tentang adanja surat rahasia itu, maka aku lantas minta surat tersebut dari
tangannja, serta mengatakan kepadanja : ?biar aku nanti jang me?njampaikan
kepadanja.? Kemudian aku bawa A Tjay pulang kekota. Selama beberapa tahun ini aku
berusaha supaja A Tjay tidak mendapat kesempatan bertemu dengan Ik Tjian. Karena
isinja surat itu ada mengenai suatu harta simpanan jang sangat besar djumlahnja. Dan
harta simpanan itu ada disembunjikan didalam goa jang dapat menjesatkan orang
didalam gunung tjadas ini. Menurut suratnja Tja Lian Hu, ada 3 goa jang berlainan
bentuknja jang dia robah mendjadi suatu tempat jang membingungkan. Selain dari itu,
dia telah membuat djalanan dibawah tanah dari pesanggrahan menembus kebawah kaki
gunung tjadas. Dalam surat itu malahan diterangkan dengan djelas tanda2 untuk masuk
kedalam goa ini serta tem?pat simpanannja harta besar itu. Didjelaskan pula, hanja
memakai gelang emasnja Ik Tjian barn dapat membuka pintu rahasia tempat penjimpan
harta tersebut.
"Dia mau Ik Tjian supaja menjampaikan harta itu kepada seorang wanita jang semasa
hidupnja mendjadi isteri gelapnja. Aku melihat harta jang begitu besar lantas.
"Lantas bagaimana ? Katakanlah !" raembentak Ouw Ga jang sangat murka, "kau
mengapa begitu berhati binatang telah membunuh A Tjay jang tidak berdosa ? Mengapa
mentjulik Tio Djie Kiok, Tja Sam Ho dan Tja Ik Tjian kedalam goa ini, supaja mereka mati
kelaparan disini ? Katakanlah !"
"Kau masih memaksa dia mengatakan apa lagi ?" kata Hiang Kat, ,kau tengok, matanja
dia sudah mendelik, njawanja sudah segera akan putus !"Waktu itu In Hong, Tja Ik Tjian dll.nja su?dah berdjalan menudju ketempat
tersimpannja harta besar itu, mereka menarik pintunja, dalamnja ternjata tumpukan
emas lantakan dan batangan jang ditumpuk seperti batu bata.
,Mungkin selagi dia hendak membawa emas ini, telah diserang setjara mendadak oleh
biruang itu." kata In Hong.
"Ajahku suruh aku menjerahkan harta ini kepada wanita ketjintaannja semasa
hidupnja, tapi aku hendak langgar pesannja, aku hendak gunakan harta warisan ini untuk
membuka sekolah amal," kata Ik Tjian, "dengan demikian supaja banjak anak2 jang
terlantar mendapat kesempatan bersekolah !"
"Orang djahat ini sudah mampus." kata Ouw Ga.
Satu djam kemudian, In Hong, Kha Tay Siang dan lain2nja sudah berada kembali di
pesanggrahan. Untuk santapan malam hari itu, ' mereka telah merasakan suatu hidangan
jang luar biasa ledjatnja : telapak biruang. Satu2jj nja hal jang agak mengetjewakan,
jalah telaJJ pak biruang itu agak tua sedikit. Ketjuali Ouw Ga, setiap orang hampir tidak
kuat menggigit1 nja.
XII. NASIBNJA MOBIL BIRU MUDA
PADA suatu sore, suami-isteri Tja Lok Tjie M. dan Yung Yung keluar dari rumah
penginap9 an, dengan mengendarai mobilnja jang ber* warna biru muda, mereka
telah makan angin didjalan besar dikota Siang-tjhiu, kendaraan $ itu didjalankan sangat
pelahan sekali. Mereka pi anggap perdjalanannja itu dilakukan sangat
rahasia sekali, hingga dapat menghindarkan{ pembalasan dari orang jang menamakan
dirii| nja ?musuh dimalam kabut? itu. Pada saat itu1 lah, dari s^lah satu tikungan telah
melompat Vj satu orang, jang melepaskan tembakan 2 kali
kepada mereka. Polisi jang sedang mendjalan. kan tugasnja disalah satu perapatan,
melihat
& ada pendjahat melepas tembakan, segera menf* tjabut sendjata apinja untuk
menembak.
Orang jang melepaskan tembakan kepada t Tja Lok Tjie itu ternjata Liong A King adajjJ
nja. Sajang tembakannja itu tidak mengenai $ sasarannja, djuga tidak mengenai Ngo Gie
Ling; sebaliknja tembakannja polisi tepat mejl njerang dibatok kepalanja, sehingga
membikin ia rubuh didjalan besar dan djiwanja mei
lajang seketika. Tja Lok Tjie dan Ngo Gie Ling sudah ketakutan setengah mati, ia telah
mempert jepat larinja mobil, terus menudju kedjalan luar kota. Setelah melalui djalan 3
atau 40 depa, mereka telah tiba. disatu kota ketjil Lok Tjie baru kendrokan larinja
kendaraannja dan dapatfah bernapas lega."Urtung kita bisa lolos dari bahaja maut." kata Tja Lok Tjie.
"Lok Tjie, penghidupan setjara begini aku benarz tidak sanggup djalani." kata Ngo Gie
Ling dengan suaranja jang tjempreng, "sekalipun aku tidak dibunuh mati oleh musuh,
mungkin akan mati karena ketakutan."
,Benar2 tjelaka, akupun demikian hatiku tak tik tok seperti djuga sebuah bandulan
lontjeng jang bergontjang tak hentinja." kata Tja Lok Tjie.
Ketika mereka sedang mengobrol, dari de?pan telah meluntjur satu kendaraan sepeda
jang sudah butut keadaannja, dinaiki oleh seorang tinggi besar, jang memakai badju
berwarna tjoklat dan tjelana wol hi tarn serta dasi berwarna kuning. Dia adalah Oh Beng
Hui jang sebenarnja.
Ketika dia mendapat lihat Ngo Gie Ling dan Tja Lok Tjie, lantas bangkit rasa bentjinja
akan pengalamannja pada satu malam berkabut 3 tahun berselang, ketika ia difitnah
dalam perdjalanannja pulang diatas kapal oleh suami isteri Tja Lok Tjie. Karena perbuatan
Tja Lok Tjie jang djahat itu, sehingga ia harus ditangkap oleh polisi dan mengeram dalam
pembuian tanpa dosa
Waktu ia ditangkap dan diputus harus mendjalankan hukuman, memang ada pikiran
un~ tuk menuntut balas sakit hati jang tidak terhingga itu. Tapi sebulan jang lalu, ketika
ia keluar dari pendjara, karena hendak mentjari penghidupan, ia dari satu kota kelain
kota, setiap hari mundar-mandir repot mentjari pekerdjaan, sehingga tidak ada tempo
untuk memikirkan hal2 jang lainnja; maka soal fitnahan pada 3 tahun berselang jang
tidak menjenangkan itu, ia sudah lupa sama sekali. Hari itu mendadak ia bertemu, maka
sudah tentu mem, bangkitkan ia untuk membikln perhitungan pada mereka.
"Tja Lok Tjie, Ngo Gie Ling, apakah kalian masih ingat dan kenal aku ?" tanja Oh Beng
Hui sambil mengendjot lebih kentjang sepedanja untuk mengedjar mobil bervvarna biru
muda itu.
Ngo Gie Ling dan Tja Lok Tjie menengok, segera dap-at lihat dajndanan jang
memberikan kesan sangat dalam itu, hampir sadja semaput bahna kagetnja.
"Oh! Tuhan Ngo Gie Ling berteriak2 seperti orang gila, "musuh bujutan kita telah
muntjul lagi ! Tolonglah, tolong ! Lekas tangkap ban?dit ini ! Lekas tangkap !
"Oh, Tuhan !" Tja Lok Tiie djuga sudah ketakutan setengah mati, ia lekas2 menantjap
gasnja, mobil berwarna biru muda itu lari laksana terbang.
Oh Beng Hui mengedjar terus sambil berteriak2 :
"Kalian djangan kabur, kalian tidak akan
bisa kabur, hutang kalian kepadaku masih belum dibajar !"Dalam kebingungannja, Tja Lok Tjie mengendarakan mobilnja sekentjang-kentjangnja
sambil se-bentar2 menengok kebelakang untuk melihat Oh Beng Hui. Tiba2 terdengar
suara tubcukan hebat, mobil Tja Lok Tjie telah membentur pilar batu tiang lampu jang
berada disisi djalan. Yung Yung terpental keluar dari dalam mobil dan djatuh ditengah
sawah jang masih banjak tanaman padinja, tjuma mendapat sedikit luka; Tja. Lok Tjie
dan Ngo Gie Ling sebaliknja sudah hantjur bersama mobil-. nja.
Oh Beng Hui jang berhati mulia, menjaksikan Tja Lok Tjie dan Ngo Gie Ling jang
mengalami ketjelakaan begitu hebat, telah berdiri terpaku, lama tidak bisa membuka
mulutnja.
Tapi beberapa orang iseng jang ada disisi djalan, telah menjaksikan Oh Beng Hui
mengedjar mobil itu dengan sepedanja sambil ber-teriak2, djuga mendengar teriakan
Ngo Gie Ling jang menjebut bandit pendjahat berulang2, menganggap Oh Beng Hui
sebagai orang djahat jang mengakibatkan ketjelakaan itu. Mereka telah menjerahkan Oh
Beng Hui kepada polisi, jang achirnja membawa ia kekantor polisi dikota.
Pclisi kota Siang-tjhiu pernah menerima kabar dari To Tio An tentang dirinja Oh Beng
Hui jang sedang dikedjar oleh polisi disana, maka seketika itu lantas djebloskan Oh Beng
Hui kedalam tahanan. Dan kemudian dikirim kekota Sik-shia.
To Tie An dan Fit KTiing dapat kabar tentang tertangkapnja orang jang menamakan
dirinja ?musuh dimalam kabut? Oh Beng Hui, dengan tidak melakukan peperiksaan dan
djuga tidak diadili lagi Oh Beng Hui, lantas dimasukkan dalam pendjara.
Sekalipun Oh Beng Hui berteriak setinggi langit untuk mengatakan dirinja tidak
bersalah, karena sedjak ia mendjalani hukuman tanpa dosa, dan jang baru sadja keluar
dari rumah pendjara, serta baru kali ini bertemu dengan Tja Lok Tjie suami isteri, apalagi
dibadannja tidak membawa sendjata tadjam apa2, ia hanja bermaksud minta keaanan
kepada Tja Lok Tjie suami isteri, tapi Pit Khing lantas menanjakan padanja :
"Bukankah kau mengendarai sepeda mengedjar mobil itu ?"
"Aku memang mengedjar, tapi tapi ,
tjoba kau pikir, satu sepeda bagaimana mampu mengedjar larinja mobil ?" djawab Oh
Beng Hui, "apalagi sepedaku djuga tidak ada perlengkapannja mesin motor jang bisa lari
kentjang atau menggerakkan tiang lampu listrik untuk menumbuk mobilnja Tja Lok Tjie
!"
"Djika kau tidak mengedjar, sudah tentu ti-dak akan terdjadi ketjelakaan itu," kata Pit


Musuh Dimalam Kabut Oei Eng Si Kenari Kuning Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Khing, "maka kematiannja Tja Lok Tjie dan Ngo Gie Ling, kau harus bertanggung djawab,
se!ain dari itu, kau masih melakukan banjak pelanggaran
Berita tentang ditahannja untuk kedua kalinja Oh Beng Hui, dengan tjepat sampai
ditelinganja In Hong. Ia buru2 menemui To TieAn dan Pit Khing, ia mengundjukkan banjak bukti untuk membuktikan orang jang
berdosa adalah Phang Sik Lok bukannja Oh Beng Hui. Tapi To Tie An jang keras kepala
tidak mau perdulikan semua bukti2 itu, tetapi anggap Oh Beng Hui sebagai orang jang
bersalah, malah tjoba membela Phang Sik Lok.
In Hong mulai mentjari orang jang tinggi besar dalam kalangan kawanan bandit, atau
tukang pukul jang sebelah mata kanannja terluka. Benar sadja, dalam tempo hanja 3 hari
sadja, ia lantas berhasil menangkap orang jang menjaru sebagai Oh Beng Hui itu dan
jang disuruh oleh Phang Sik Lok. Oleh karena penem'uan itu, maka To Tie An tidak bisa
berkeras kepala lagi, ia terpaksa melepaskan Oh Beng Hui dari semua tuduhan.
To Tie An merasa sangat mendongkol, ia berdiri dipintu djendela kantor polisi sambil
mengawasi berlalunja Oh Beng Hui bersama In Hong.
T a m a t.
. OEI ENG ? Si Kenari kuning
dal am
7 MUSUH DIMALAM KABUT
Dituturkan oleh: O.P.A.
Illustiasi oleh: SIAUW.
Diterbitkan oleh:
Harga Rp, 65,?
Cerita2 fang akan terblt ;
1. Bangau Sakti VI
2. Golok Pusaka (1 buku tamat)
3. Kuntji Adjaib (tjerita ditektif, buku ta?mat)
4. Santapan malam Srigala(tjerita ditektif, buku tamat)NIungkin saudara telah pemah membatja atau menjaksikan film tentang tamu2 dari
angkasa-luar (Planit-lain), tapi kami kira saudara tcntunia belum, bahkan tidak pemah
mendengar, apa lagi melihatnja, seorang TAMU DARI NERAKA.
Bagaimanakah rupanja Tamu dari Neraka itu ?
Tjantikkah dia ? Tjakapkah dia ? Atau ja,
masih banjak lagi pertanjaan jang akan saudara adjukan, bukan ?
Saudara tak usah bersusah-pajah untuk mentjari djawaban dari pertanjaan2 diatas.
Sebab djawabannja dapat saudara djumpai didalam buku Oei Eng, si-burung kenari,
serial, kali ini dengan djudul :
DJAGA TANGGAL TERBITNJA !
Drama Dari Krakatau Karya Sinng In Kiok Pendekar Rajawali Sakti 29 Mutiara Dari Selatan Lupus Topi Topi Centil

Cari Blog Ini