Ceritasilat Novel Online

Kumbang Hitam Bumi Sengketa 3

Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat Bagian 3


suara petir menyambar. Senopati terkejut
hingga membangunkan semadinya. Begitu
membuka mata, ia terkejut bercampur heran. Di
tempat sesunyi ini, mengapa tiba-tiba muncul
seorang wanita cantik jelita? Timbul pertanyaan
dalam hatinya, apakah wanita ini benar-benar
bangsa manusia ataukah : penjilmaan lelembut ?
Senopati mengamati wajah ayu itu penuh
selidik. Tetapi untuk sekian lama ia belum juga
menjawab, seakan kurang percaya apa yang tadi
telah ia dengar. Kecantikan wanita itu memang
seperti mempunyai daya gaib yang luar biasa,
menyebabkan ia heran sendiri kepada
perasaannya. Mengapa wanita yang belum ia
kenal ini memiliki perbawa dan daya tarik yang
kuasa membuat jantungnya berdebar?
Setelah melihat Senopati menghentikan
semadinya, wanita cantik ini bertanya lagi.
Hanya bedanya, kalau tadi ia membentak,
sekarang suaranya agak halus ? Kisanak,
katakanlah namamu dan tempat tinggalmu. Dan
engkau datang ke tempat ini mempunyai
maksud apa? ?
? Namaku Senopati, bupati Mataram. Dan
jika engkau bertanya apa keperluanku, tak lainaku menginginkan dapat bertemu dengan raja
lelembut yang berdiam di laut selatan ini ?
? Namamu Senopati, dan ingin bertemu
dengan Kangjeng Ratu Kidul? Hi, hi hik, lucu!
Orangnya sudah di depan mata masih juga ingin
bertemu ! ?
Ternyata bahwa wanita muda cantik jelita
itu tak lain adalah raja lelembut yang
bersemayam di laut kidul. Tentu saja hal ini
membuat Senopati amat gembira. Namun ia
menyembunyikan kegembiraannya itu dan
hanya memandang wajah ayu itu penuh
perhatian. Diam-diam rasa heran berkecamuk
pula dalam dadanya. Sebab mimpipun tidak
bahwa raja lelembut yang bersemayam di laut
kidul itu, ternyata merupakan raja wanita. Di
samping itu dalam alam khayalnya, sebelumnya
ia menduga bahwa raja lelembut mempunyai
perwujudan yang menakutkan, menjijikkan.
Bukankah orang dalam menggambarkan ujud
lelembut itu selalu buruk rupa? Namun ternyata
apa yang dihadapi sekarang ini membuktikan
bahwa dugaannya keliru. Raja lelembut yang
berdiam di laut kidul ini ternyata seorang
perempuan yang amat ayu dan menarik.
Saking terjpesona akan kecantikan Kangjeng
Ratu Kidul itu, hingga membuat Senopati tidaksegera membuka mulut. Baru ia terkejut setelah
ram kidul menghardik ? Huh! Apakah
maksudmu memandang aku begitu rupa ? Lekas
katakan, apa maksudmu ingin bertemu dengan
aku! Dan mengapa pula engkau mengacau
tempat kediamanku, hingga menyebabkan air
seperti mendidih dan ikan piaraanku banyak
yang mati? ?
? Aku ingin minta bantuanmu! ?
? Bantuan? Untuk apa? ?
? Aku tidak setuju dengan keadaan
kerajaan Pajang sekarang. Bahwa Pangiri
sekarang berkuasa, sebaliknya adimas Benowo
dikesampingkan. Dan kemudian timbul maksud
hatiku untuk mengadakan perlawanan dengan
Pajang ?
? Apa? ? ratu Kidul kaget ? Engkau akan
melawan ayah angkatmu sendiri? Semenjak
engkau masih kecil, sultan Hadiwijoyo
memberikan kasih sayangnya tidak bedanya
dengan anaknya sendiri. Tetapi apa sebabnya
engkau akan membalas air susu dengan air tu ba? itu tidak baik! ?
Senopati tersenyum, lalu jawabnya ?
Baiklah aku beri sedikit keterangan. Bukan
maksudku untuk melawan rama Sultan. Tetapi
aku bermaksud menggagalkan perjanjian yangmenentukan, bahwa manakala rama Sultan
wafat, maka kekuasaan atas kerajaan kembali
ke tangan Pangiri, karena dia satu-satunya
keturunan sunan Prawoto dan yang berhak atas
kerajaan. Sebaliknya aku menghendaki agar
tahta kerajaan itu jatuh ke tangan adimas
Benowo ?
? Hi, hi, hik ? ratu Kidul tertawa pelahan
dan merdu ? Mengapa engkau tidak berterus
terang dan menutupi maksudmu dengan kedok
membela Benowo? Bukankah maksud dalam
hatimu, engkau menghendaki agar Mataram
dapat menjelma menjadi kerajaan? ?
Senopati menggeleng ? Aku tidak berani
bercita-cita sejauh itu. Hatiku sudah merasa
puas bilamana adimas Benowo dapat mewarisi
kerajaan Pajang ?
Ratu Kidul mengangguk-anggukkan kepala.
Kemudian jawabnya ? Hm, mengapa bukan
memikirkan kepentingan diri sendiri,
sebaliknya malah untuk memikirkan orang lain?
? ? Aku sudah merasa puas bila adimas
Benowo hidup bahagia ?
? Hm, baik! Aku bersedia membantu
keperluanmu asal engkau bersedia datang ke
keratonku. Engkau datang ke mari sebagaitamu. Kurang pantas kiranya kalau aku tidak
mengundang engkau ke sana. Ya, sekedar
minum barang seteguk dan makan barang
sesuap ?
Senopati mengangguk ? Baiklah, akupun
ingin melihat, betapa indahkah keratonmu itu
? Mungkin karena kejelitaan wajah wanita itu
yang membuat Senopati menerima
undangannya. Maka tanpa ragu lagi Senopati
mengikuti langkah ratu Kidul.
Menurut perasaan Senopati, ia melangkah di
atas jalan yang lebar, rata dan halus. Tak lama
kemudian tampaklah bangunan indah sekali,
memancarkan sinar keemasan, hingga Senopati
menjadi kagum dibuatnya. Ternyata walaupun
raja lelembut, keraton ratu Kidul itu begitu
megahnya, luas dan indah sekali.
Kemudian apa yang terjadi di dalam keraton
itu jauh bedanya dengan pada mula
perkenalannya. Perkenalan yang singkat itu
segera meningkat ke jenjang cinta kasih. Kasih
asmara diantara pria dan wanita. Dan Kalau
jalinan cinta itu sudah erat-erat melibat kalbu
kedua insan berlainan jenis itu, tinggal satu
tataran lagi yang perlu diselesaikan yakni,peneguhan sebagai suami-isteri. Inilah yaag
dialami Senopati dan Ratu Kidul
Sebagai isteri Senopati, maka ratu Kidul
menyatakan kesanggupannya untuk membantu
bilamana terjadi perang antara Pajang dan
Mataram.
Apa yang diharapkan Senopati telah
berhasil. Ia puas. Dengan bantuan ratu Kidul
beserta pasukan lelembutnya, kemenangan
dapat dipastikan.......
Bersambung Jilid 3
Sumber Pustaka : Ko Aditya Indra Jaya
Sumber Image : Koh Awie Dermawan
first share in Kolektor E-book
Pringsewu 21/12/2018 14:46 PMP e n e r b i t :Karya :
W i d i Wi d a y a t
Terdaftar :
KEJARI No. 274/1.3. Slo. I / VII / 1979
No. Pol. 163/ Sen / Intel Pam / VII / 1979hiasan gambar :
Hak cipta dilindungi undang-undangerajaan Pajang merupakan mata rantai
kesinambungan kerajaan Demak dan
Mataram. Di mana bumi menjadi sengketa dari
keinginan dan nafsu-nafsu kekuasaan maka
merahlah bumi itu dengan darah para pejuang
penegak keadilan, pandu-pandu kebenaran dan
insan-insan pemburu kekuasaan, keduniawian.
Diantara gejolak perebutan kekuasaan,
gemerin-cing senjata dan gelimang darah,
merekahlah sekelumit kisah asmara yang
membara bumi sengketa itu.
Asmara itu pancaran rasa hati. Darah itu
hamburan gelora nafsu. Tangan tangan kotor
dapat membunuh jiwanya tetapi tak kuasa
membasmi bara asmara putera seorang
tumenggung dengan sang dyah Ayu Sekar
Kedaton.
Karena asmara itu azasi Rasa dan Kodrat.
P e n .etika itu bupati Mataram Senopati Ing Ngalaga sidang berunding dengan
penasehatnya, Juru Mretani. Mereka
berbincang-bincang dengan santai. Dalam
pembicaraan itu Senopati menceritakan tentang
keberhasilannya bertemu dengan ratu Kidul.
Dituturkan dari awal sampai akhir
perjumpaannya itu termasuk pula kesanggupan
ratu Kidul membantu Senopati sewaktu-waktu
dibutuhkan.
Mendengar ini Juru Mretani menganggukangguk. Tangannya menyambar minuman di
atas meja lalu minum seteguk. Baru kemudian ia
berkata ? Bagus sekali usahamu, anakku !
Langkahmu memang tepat sekali. Mengapa aku
mengatakan tepat? Karena cepat atau lambat,
pangeran Pangiri dan adipati Tuban akanmencium pula persiapan-persiapanmu. Kalau
hanya menggantungkan kekuatan Mataram saja,
kiranya sulit untuk bertahan menghadapi
pasukan Pajang yang berlipat ganda jumlahnya
? Setelah berhenti sejenak, lalu sambungnya
? Anakku, terus terang aku terkejut sekali
ketika mendengar bahwa engkau menghadang
para mantri Pemajegan dan menghasut mereka
agar tidak setor pajak ke Pajang. Sebab dengan
tindakanmu itu, seakan-akan engkau sudah
mengibarkan bendera perang, sudah
melancarkan tantangan. Tetapi hmm, nasi sudah
menjadi bubur, yang sudah lalu tetap berlalu.
Yang terang peristiwa itu tentu telah didengar
oleh Pajang. Dan pangeran Pangiri tentu telah
mengirim telik-sandi (penyelidik) untuk
meneliti kebenaran berita itu. Mulai saat itu
pula Pajang tentu menaruh kecurigaan
kepadamu. Inilah yang perlu diperhatikan, perlu
dipikirkan. Bukankah sejak semula aku sudah
mengingatkan kepadamu, agar di dalam perkara
ini engkau harus bertindak hati hati? ?
Senopati memandang pak-tuanya sejenak,
kemudian sahutnya ? Tetapi maksud saya
semula, dengan tindakan itu, di sampingmemperluas pengaruh sekaligus juga
melumpuhkan keuangan Pajang ?
? Aku tahu anakku, tetapi itu suatu
tindakan yang berbahaya ? Juru Mretani
memberi nasehat ? Namun apa boleh buat,
semuanya sudah terjadi. Yang perlu dipikirkan
sekarang, bagaimana harus menghadapi
kemarahan Pajang! Pasukan prajurit Mataram
harus di iap siagakan. Latihan-latihan harus
dipergiat, disiplin harus diperketat. Beritahukan
kepada Ronggo, kalau perlu, menggunakan
tangan besi dalam melatih olah krida perang.
Kesetyaan, ketaatan para prajurit perlu
dipupuk. Ini sangat perlu demi berhasilnya
pengaturan gelar keprajuritan, siasat tempur ?
Tiba-tiba pembicaraan mereka terputus
dengan menghadapnya seorang ponggawa yang
melapor, bahwa di luar telah menunggu
seseorang dari Pajang yang mohon perkenan
untuk menghadap.
Mendengar itu Senopali mengerut kening
dan menatap Juru Mretani. Sedang kakek ini
dengan tersenyum bertanya kepada ponggawa
itu ? Orang Pajang itu datang sebagai utusan
raja ataukah . . . .
Bukan sahut ponggawa tadi tanpa
menunggu Juru Mretani selesai bertanya ? diatadi memberitahukan bahwa dia sebagai orang
suruhan ki Gedong ?
? Oh, orangnya ki Gedong? ? Senopati
berjingkrak gembira ?Lekas perintahkan
segera masuk kemari ?
? Sendika, gusti ? sahut ponggawa tadi
dan cepat- cepat pergi.
Orang yang namanya disebut ki Gedong itu
ialah orang kepercayaan sultan Hadiwijaya,
yang berkedudukan sebagai pengurus harta
benda kerajaan Pajang. Ki Gedong ini
mempunyai hubungan erat sekali dengan
Senopati, serta merupakan salah seorang
pembantu Mataram yang setia dan dapat
dipercaya. Kalau sekarang ki Gedong
memerintahkan orang datang ke Mataram, pasti
membawa berita yang amat penting. Itulah
sebabnya Senopati memerintahkan, agar orang


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu segera datang menghadap.
Orang suruhan itu ketika sudah sampai
dihadapan Senopati dan Juru Mretani, segera
menyerahkan sesampul surat. Agak tergesa
Senopati menerima surat itu, dan setelah dibuka
sampulnya cepat-cepat dibaca. Mengira bahwa
isi surat itu penting sekali dan rahasia, Juru
Mretani memberi perintah kepada seorarg
ponggawa, agar orang pesuruh ki Gedong itudibawa ke pondok untuk mengaso dan supaya
dilayani seperlunya. Setelah pesuruh itu pergi,
Juru Mretani mengarahkan perhatiannya ke
wajah Senopati yang sedang membaca.
Dari perobahan wajah kemenakannya itu, ia
dapat memperkirakan bahwa pemberitahuan ki
Gedong itu memang amat penting bagi
Mataram. Tetapi sebagai seorang yang luas
pandangan, ia tidak kuatir sama sekali. Sebab
walau wajah itu berubah, namun tidak
tercermin kekuatiran sedikitpun.
? He, heh, heh, bagus! ? tiba-tiba
Senopati terkekeh pelahan.
? Apanya yang bagus? ? tanya Juru
Mretani.
? Silakan wa Juru membaca sendiri ?
katanya sambil menyerahkan surat itu ? Ki
Gedong memberi kabar bahwa seminggu lagi
akan datang ke Mataram, utusan dan sekaligus
penyelidik dari Pajang. Dijelaskan oleh ki
Gedong, bahwa semua ini didengar dari hasil
kasak-kusuk pangeran Pangiri dengan Adipati
Tuban. Kata mereka, bahwa diam-diam saya
sebagai seorang yang berbahaya terhadap
keamanan Pajang ?
Juru Mretani mengangguk-angguk tetapi
tidak membuka mulut. Ia sedang sibukmembaca isi surat ki Gedong yang memberi
kabar penting itu. Isi surat ringkas, tetapi
maknanya penting sekali bagi Mataram.
Apa yang telah diungkapkan oleh Senopati
itu memang beralasan. Bagaimanapun juga
pangeran Pangiri dan adipati Tuban menjadi
tambah-tambah kecurigaannya terhadap
Mataram. Di Pajang, gerakan Pabelan dan yang
lain makin lama makin berani. Kalau sampai
saat ini pangeran Pangiri dan adipati Tuban
belum mengambil tindakan keras, tidak lain
karena suatu pertimbangan, bahwa di belakang
tindakan Pabelan itu, berdiri dua kekuatan yang
mendukung. Jelas diketahui bahwa Pabelan
mempunyai jaringan dengan Jipang (pangeran
Benowo) dan Mataram (Senopati).
Kecurigaan Pajang itu memang bukan
sekedar kecurigaan yang tanpa alasan. Lebih
dalam lagi setelah disusul tindakan Senopati
yang dengan terang-terangan menahan para
mantri Pemajegan dan menghasut mereka agar
jangan menyetorkan pajak yang dikumpulkan
ke Pajang. Tindakan Senopati ini sudah
melampaui batas, terlalu berani, sehingga
membangkitkan kemarahan pangeran Pangiri
dan adipati Tuban yang memang telah tak
senang dengan Senopati. Perbuatan yang sangatmerugikan Pajang itu tidak boleh dibiarkan
terus berlangsung. Harus dihentikan. Dan siapa
yang mendalangi perbuatan tercela ini harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya,
harus mendapat hukuman setimpal dengan
kesalahannya, tidak pandang siapa mereka itu.
Oleh karena itu, kedua orang menantu ini
membujuk kepada sultan Hadiwijoyo.
Membujuk agar sultan berkenan mengirimkan
utusan ke Mataram, untuk menyelidiki keadaan
di sana saat ini. Apa yang sedang dilakukan oleh
Senopati dan apakah sudah ada tanda-tanda
persiapan pemberontakan terhadap Pajang?
Kalau benar, selagi belum kuat dan siaga betulbetul, harus segera didahului, dihancurkan.
Kelambatan berarti kerugian bagi Pajang
sendiri.
Untung juga bagi Senopati, karena dia
mempunyai pembantu-pembantu yang setia di
Pajang, sehingga selalu dapat mengikuti gerakgerik kerajaan Pajang.
Pangeran Benowo, adipati Jipang, juga tidak
pernah lengah. Dia selalu waspada menghadapi
segala kemungkinan Dia berusaha membantah
tuduhan pangeran Pangiri yang keterlaluan ini.
Dikatakan pula, bahwa tuduhan kepada
Mataram itu amat membahayakanketenteraman dan kesentausaan Pajang sendiri.
Bukan hanya demikian, bahkan pangeran
Benowo tidak segan-segan melontarkan katakata yang pedas. Bukan hanya membantah
tuduhan, sebaliknya balas menuduh kepada
pangeran Pangiri dan adipati Tuban, bahwa
mereka sengaja memecah kerukunan keluarga.
Sultan Hadiwijoyo bertindak bijaksana
menghadapi pertentangan pendapat antara
anak kandung dan anak menai tunya ini. Maka
kemudian sultan Hadiwijoyo memutuskan
untuk mengirim utusan ke Mataram. Pangeran
Benowo dan adipati Tuban diperintahkan
datang ke Mataram secara diam-diam, atau
tanpa pemberitahuan lebih dulu.
Berkata antara lain ki Gedong dalam
suratnya itu
? Maka saya mohon kepada bendara
Senopati, usahakan agar dapat mengelabuhi
mereka, sehingga tuduhan pangeran Pangiri itu
tidak berlandaskan bukti. Sebab menurut
pendapat saya yang bodoh ini, bendara masih
perlu merahasiakan maksud yang
sesungguhnya ?
Setelah Juru Mretani selesai membaca surat
itu, lalu mengangkat kepala, memandang
Senopati dan katanya kemudian ? Benar.Persiapan belum matang benar, hingga keadaan
belum lagi memungkinkan. Seberapa bisa kita
harus berusaha mengurangi tuduhan orang
bahwa Mataram telah mempersiapkan
pemberontakan ?
? Lalu bagaimanakah langkah kita untuk
dapat merahasiakan rencana kita itu, uwa? ?
tanya Senopati ? Apakah kita perlu berdiam
diri, pura-pura tidak tahu kalau akan datang
utusan rama sultan? Justeru memang rama
sultan memang tidak memberitahu tentang
utusan itu? ?
? Heh, heh, heh, engkau keliru anakku ?
sahut Juru Mretani ? sebab hal itu akan
dianggap mustahil. Mengapa? Jawabnya,
bukankah engkau mempunyai sejumlah kawula
dan ponggawa ? Betapapun rahasianya utusan
itu, walaupun mereka juga terdiri dari para
penyelidik, tetapi jumlah utusan itu tentu cukup
banyak. Jumlah yang banyak tentu sukar
melakukan perjalanan secara rahasia benarbenar. Iring-iringan itu akan menarik perhatian
orang, berarti juga akan diketahui orang. Dan
kalau orang, kawula Mataram tahu apakah
bukan berarti engkau juga mengetahui? Itulah,
maka kita harus berhati-hati. Sebab akan timbul
prasangka bahwa engkau bersikap tak acuhatau lebih jauh lagi menghina utusan raja, yang
dapat diartikan juga melawan kekuasaan raja
apabila engkau bersikap berdiam diri.
Setelah berhenti sejenak untuk mengetahui
tanggapan Senopati, baru ia melanjutkan
katanya ? Langkah yang perlu engkau ambil,
segera mempersiapkan penyambutan utusan
Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan itu. Dan
walaupun menurut kedudukan, engkau lebih
tua, tetapi bagaimanapun engkau seorang
bupati, sedang mereka utusan Kangjeng Sultan.
Maka engkau harus dapat menempatkan dirimu
baik baik. Apapun yang dikatakan oleh utusan
itu kemudian hari setelah tiba di Pajang, akan
menjadi ukuran tindakan-tindakan Kangjeng
Sultan selanjutnya ?
? Baiklah uwa, kalau begitu saya akan
menjemput ke batas wilayah Mataram dengan
sekalian ponggawa ? kata Senopati.
? Bukan hanya itu ? sambut ki Juru
Mretani.
? Oh, apa lagi? ? Senopati terlongong
heran.
? Dengarkanlah anakku! Untuk
menyambut kedatangan utusan Kangjeng Sultan
itu tidak cukup hanya engkau jemput bersama
para ponggawa di perbatasan saja ? JuruMretani menjelaskan ? tetapi mulai esok pagi,
perlu engkau perintahkan kepada beberapa
orang ponggawa untuk membangun tratag
(podium) yang cukup luas.
? Untuk apakah tratag itu uwa ? Senopati
makin heran ? Apakah uwa bermaksud
menyelenggarakan pertunjukan guna
menyambut kehadiran mereka? ?
? Heh, heh, heh ?Juru Mretani tertawa ?
Bukan itu maksudku, anakku. Baiklah, akan
kujelaskan ?
? Begini anakku, tratag yang engkau
dirikan itu nanti lengkapilah dengan gamelan
dan segala macam hidangan. Misalnya kelapa
muda, pisang, nasi, tuak dan sebagainya. Hingga
dengan begitu, pasukan pengiring Pa
jang yang tentunya kepayahan itu akan
menjadi gembira oleh tersedianya makanan
tersebut. Dan dengan fccgi'u pasukan pengiring
ilupun tentu akan sangat beittrima kasih atas
prrhatiantnu. Adapun kegunaan gamelan, sudah
pasti untuk menambah semaraknya suasana
pada siat itu. Sementara mereka beristirahat
sambil menikmati hidangan, masih lagi dihibur
dengan alunan suara gamelan, hingga suasana
makin bertambah segar ?Berhenti sebentar dan memandang Senopati
seakan mencari kesan, ki Juru melanjutkan
katanya ? Sementara itu engkaupun tak boleh
melupakan kawulamu. Perintahkan kawula dari
desa yang terdekat untuk datang turut mengeluelukan hadirnya utusan beserta pengiringnya.
Dan masih satu hal lagi yang tak boleh engkau
lupakan. Pilihlah beberapa gadis cantik-manis
dari desa sekitar tempat itu untuk ikut melayani
kebutuhan mereka. Kehadiran gadis gadis
cantik itu percayalah akan mempunyai
pengaruh luar biasa. Walau pun mereka hanya
sekedar dapat memandangnya saja ?
Senopati mengangguk-anggukkan kepala
dan mengucap amat berterima kasih. Ternyata
setiap menghadapi persoalan, pak tuanya ini
dapat secara cepat menanggapi dan mengatasi.
Semua rencana yang dibuat selalu berjalan tepat
dan menguntungkan. Sebaliknya ia sendiri tidak
mampu berpikir sejauh itu.
? Terima kasih uwa Saya rasa nasehat
uwa Juru itu memang tepat sekali ? sambut
Senopati kemudian ? Jadi kiranya lebih tepat
apabila kita memilih desa Randulawang untuk
tempat penyambutan utusan itu ?
? Bagus! ? Puji Juru Mretani sambil
menepuk pahanya ? Memang bagus sekali desaitu engkau pilih. Di sana banyak gadis-gadis
rupawan, disamping itu kawulapun amat setya.
Bangunlah tratag, pasanglah tarub yang indah
menarik, hidangan yang memenuhi selera
mereka pada saat mereka keletihan. Juga jangan
lupa, pada saat engkau menjemput kedatangan
mereka, semua senjata harus engkau
kumpulkan menjadi satu. Tidak seorangpun
dibenarkan bersenjata ?
? Aih wa, mengapa begitu? ? Senopati
bertanya kaget, memandang ki Juru dengan
heran ? Kalau semua ponggawa tidak
bersenjata, lalu apa yang akan jadinya kalau kita
tiba-tiba diserang? ?
? Heh, heh, heh ? Juru Mretani terkekeh
sambil mengelus-elus jenggotnya ? Mengapa
engkau menjadi kuatir seperti itu ? Tiada alasan
engkau harus kuatir dan takut. Sebab tidak
mungkin mereka menyerang. Bukankah sebagai
pemimpin utusan itu adikmu sendiri, pangeran
Benowo ? Mana mungkin pangeran Benowo
sampai hati berkhianat kepadamu? ?
Juru Mretani berhenti kemudian mendeham
beberapa kali, baru kemudian melanjutkan ?
Apakah engkau lupa kepada peristiwa yang
engkau alami sendiri waktu itu, ketika kita pergi
ke Jipang, dengan tugas membunuh pangeranHaryo Penangsang? Jika dipikir, serba tidak
mungkin bahwa kita dengan kekuatan terbatas
dapat melaksanakan tugas itu dengan baik. Dan
akan sulit pula engkau dapat mengalahkan
pangeran Haryo Penangsang yang sakti
mandraguna. Namun buktinya, engkau dapat
mengalahkan berkat siasat dan tipu muslihat
yang kurencanakan. Nah, apakah bedanya
dengan apa yang kita hadapi sekarang ini? ?


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

? Uwa Juru, saya belum dapat menduga
maksud uwa ? Senopati menggelengkan
kepalanya ? Mengapa wa Juru membandingkan
pengalaman ke Jipang dahulu dengan yang kita
alami sekarang? ?
? Ya, sesungguhnya baik keadaan maupun
persoalannya berbeda ? sahut Juru Mretani ?
tetapi ada satu segi persamaannya, ialah kita
dapat bersiasat. Anakku, dengan segala macam
perlengkapan kita menyambut datangnya
utusan itu dan dengan mengumpulkan senjatasenjata kita hal itu akan mempengaruhi
pendapat, bahwa tuduhan orang yang
mengatakan bahwa engkau melawan Pajang itu
tidak terbukti sama sekali. Sebab, adakah orang
yang mau mau dilawan, menyambut datangnya
utusan orang yang mau melawan dengan cara
seperti yang kita lakukan ini ? Anakku, bagaima-napun siasat itu amat penting dan dapat
menolong keadaan Orang yang tidak mengenal
siasat, akan selalu berhahadapan dengan
bahaya ?
? Ya, akupun percaya akan kasih sayang
Kangjeng Sultan kepadamu ? sambung ki Juru
lebih lanjut ? Tetapi anakku, sebaiknya engkau
tidak bertahan pada pendirian semacam itu.
Karena engkau harus mengakui bahwa engkau
tidak mengetahui keadaan Pajang
sesungguhnya Di samping itu harus diingat pula
bahwa Kangjeng Sultan sekarang sudah
semakin tambah tua, dan sering kali gering.
Sehari hari pekerjaan pemerintahan dilakukan
oleh pangeran Pangiri. Oleh karena itu pangeran
Pangiri mempunyai banyak kesempatan
bertemu dengan Kangjeng Sultan. Lidah yang
tidak bertulang ini merupakan senjata ampuh
menyebar pengaruh. Kalau kurang waspada,
dapat terjadi pula Kangjeng Sultan berbalik
memihak kepada menantunya. Mengapa bisa
terjadi begitu ? ?
Juru Mretani berhenti sejenak dan
mendeham, baru kemudian melanjutkan ?
Engkau harus menyadari pula, bahwa Kangjeng
Sultan menjadi raja Pajang hanyalah merupakan
wakil pangeran Pangiri. Dan perkara itupuntentunya engkau masih ingat, bahwa itu atas
buah pikiranku. Jadi dengan kata lain, Kangjeng
Sultan tidak mungkin dapat berkuasa dan
menjadi raja, tanpa pangeran Pangiri. Bertitik
tolak pada asal mula ini, bagaimanapun
Kangjeng Sultan tentu merasa berhutang budi
kepada menantunya. Maka apabila pangeran
Pangiri pandai mempengaruhi, kebijaksanaan
Kangjeng Sultan akan berubah pula ?
Senopati mengangguk-angguk mendengar
alasan Juru Mretani ini. Dan iapun menyadari,
bahwa kesalahan bertindak akan menimbulkan
hal-hal yang tidak diharapkan. Untuk itu
kemudian Senopati menyatakan,
memperhatikan pula nasehat Juru Mretani ini.
Untuk beberapa saat mereka berdiam diri,
karena beberapa orang hamba datang
mengantar minuman dan hidangan, dan
mengaturnya di atas meja di depan mereka. Juru
Mretani merasa haus juga setelah berbicara
panjang lebar. Maka tangannya segera
mengangkat cangkir dan meminumnya. Begitu
pula Senopati. Baru sesudah semua hamba itu
meninggalkan tempat itu, Juru Mretani berkata
lagi.
? Anakku, disaat engkau menyambut
kedatangan pangeran Benowo dan adipatiTuban nanti, engkau harus pandai-pandai
membawa diri. Bagaimanapun pangeran
Benowo adalah putera Kangjeng Sultan dan
berpangkat adipati. Demikian pula adipati
Tuban adalah menantu dan berpangkat adipati
pula. Dalam kedudukan engkau kalah setingkat.
Maka sudah sewajarnya pula kalau engkau
harus menghormati mereka, sekalipun dalam
hati tidak senang dan mencaci maki.
Pergunakanlah kecerdikanmu dan pandailah
membawa diri. Sebab hanya dengan jalan
mengalah untuk menang itu sajalah, cita-citamu
akan dapat terwujut. Setiap cita-cita
memerlukan pengorbanan. Dan apakah ruginya
kalau engkau hanya sedikit berkorban seperti
itu? ?
? Baiklah uwa, petunjuk uwa akan saya
jalankan sebaik-baiknya, walaupun semua itu
sesungguhnya bertentangan dengan kata hati
saya. Tak apalah, semuanya itu demi cita-cita,
oleh karenanya berat bagaimanapun tetap akan
saya lakukan ?asih pagi ketika Senopati beserta para
pengi ringnya meninggalkan Mataiam
untuk menuju ke desa Randulawang. Pasukan
berjumlah kecil itu di samping membawa
bermacam macam hidangan, juga membawa
puluhan ekor kuda. Kuda itu disediakan dengan
maksud sebagai pengganti kuda pasukan Pajang
yang memerlukan istirahat. Selain itu, sehari
sebelumnya telah datang sebuah pasukan
pilihan yang dipimpin langsung oleh raden
Ronggo. Pasukan pilihan ini tidak mengenakan
seragam prajurit, tetapi berpakaian sebagai
kawula biasa. Mereka bergabung dengan parakawula yang sedang bekerja mempersiapkan
panggung dan segala sesuatunya sambil
memberi petunjuk-petunjuk tentang apa-apa
yang perlu dikerjakan dan dipersiapkan agar
bila tiba saatnya utusan beserta pengiringnya
datang, semuanya sudah beres.
Pasukan pilihan yang datang mendahului ini
bukan tidak bersenjata walaupun menyamar
sebagai kawula kebanyakan. Semuanya lengkap
bersenjata, tetapi dengan rapinya
disembunyikan dalam kain panjang.
Meskipun persiapan-persiapan sudah
dilakukan dan sudah terlaksana menurut yang
direncanakan, namun Senopati belum yakin. Ia
masih sangsi apakah siaat hasil buah pikiran
Juru Mretani itu dapat berjalan seperti apa yang
telah direncanakan dan yang penting lagi tidak
merugikan pihaknya? Oleh karena itu untuk
menjagi kemungkinan yang tidak diharapkan,
secara diam-diam Senopati telah
mempersiapkan pasukan rahasia yang selalu
siap siaga bertindak apabila sungguh-sungguh
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apakah
salahnya sedia payung sebelum hujan?
Ketika Senopati tiba di desa Randulawang,
hatinya gembira bercampur haru setelah
menyaksikan buah karya para kawulanya didesa itu dan sekitarnya. Beberapa buah tratag
(podium) telah didirikan dengan megah dan
dihias dengan amat indahnya. Bunyi gamelan
mengalun ditabuh oleh tangan-tangan para Pradonggo yang ahli, menambah semaraknya
suasana saat itu. Bermacam-macam hidangan
telah siap tersedia. Agak jauh di sana, di
belakang jajaran tratag, terlihat bertumpuktumpuk pohon kacang, rumput-rumput segar
beserta ramuannya persediaan makanan kuda.
Dengan demikian, bukan hanya penunggangnya
saja, tetapi kudanyapun mendapat hidangan
istimewa.
Sementara itu tampak beberapa guci besar
berisi tuak. Minuman keras ini memang sangat
perlu dalam kelengkapan hidangan, karena
boleh dikata semua prajurit Sangat gemar akan
tuak. Walaupun hidangan lezat bertumpah ruah
tetapi akan masih belum merasa mantap kalau
belum minum tuak. Hal ini diketahui oleh
Senopati. Oleh karena itu Senopati
memerintahkan untuk melengkapi hidangan itu
dengan tuak yang cukup banyak.
Senopati sendiri telah siapkan diri untuk
menyambut kedatangan utusan Pajang.
Beberapa petugas sandi telah diperintahkan
menyelidik, agar dapat diketahui tentangkeadaan utusan beserta pengiringnya. Ini
dimaksud agar ia dapat menyesuaikan diri dan
dapat menyambut kedatangan utusan nanti
dengan tepat. Sambil menunggu kembalinya
petugas sandi, Senopati sibuk memberi
petunjuk-petunjuk tentang apa yang harus
mereka lakukan nanti apabila rombongan yang
dinantikan telah datang.
Selang beberapa saat, persiapan-persiapan
yang perlu sudah dapat diselesaikan. Tiba-tiba
Senopati dikejutkan oleh suara derap kuda yang
berlari dengan cepatnya menuju ke arah
Senopati berdiri. Setelah dekat, si penunggang
kuda menarik kendali dengan kuat "sehingga
berhenti mendadak. Kalau si penunggang kuda
bukan seorang ahli, tentu akan terlempar ke
depan karena sentakan yang kuat. Begitu kuda
berhenti, mereka terus loncat turun dan segera
menambatkan tali kendali ke sebatang pohon
lalu dengan gopoh menghadap Senopati. Mereka
memberi laporan bahwa utusan Pajang itu
berjumlah cukup besar. Mereka bergerak agak
lambat, karena di dalam perjalanan itu selalu
menggunakan kesempatan bertanya kepada
para Kepala Desa yang dilalui, tentang
bagaimana keadaan Mataram. Mendengar
laporan ini Senopati tersenyum. Semua telahdiatur sebelumnya, hingga tidak perlu kuatir
para Kepala Desa akan memberi laporan yang
merugikan Mataram.
Utusan kerajaan Pajang sudah memasuki
wilayah Mataram. Hanya tinggal soal waktu saja
mereka tiba di tempat penyambutan. Oleh
karena itu Senopati memerintahkan kepada
raden Ronggo untuk mengatur pasukan
kehormatan. Semua senjata dibongkok
(dikumpulkan menjadi satu dan diikat),
kemudian ditempatkan di suatu tempat yang
mudah terlihat. Sehingga tidak seorang
prajuritpun yang bersenjata. Hanya bagi prajurit
yang berbaris pendam dan dalam penyamaran
saja yang bersenjata lengkap tapi bersembunyi
untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak
diharapkan.
Para petugas yang harus melayani
kebutuhan tamu tentang hidangan teluh siap.
Para niyaga telah siap pula bahkan telah
menempatkan diri pada gamelan dan
menabuhnya pelahan sehingga menciptakan
alunan suara sayup-sayup merdu. Sedang
Senopati sendiri dengan diiring beberapa orang
ponggawa, sudah siapkan diri menyambut
kedatangan utusan raja.Apa yang dinanti-nantikan sejak pagi tadi,
akhirnya datang jua. Tampak di kejauhan
rombongan utusan bergerak perlahan-lahan
menuju kearah panggung kehormatan. Barisan
bendera dan panji-panji berjalan paling depan
kemudian disusul pasukan bhayangkara. Di
belakang pasukan bhayangkara ini tampak
pangeran Benowo duduk dipunggung kuda
berdampingan dengan adipati Tuban kelihatan
gagah sekali. Mengiring kedua priagung ini,
rombongan pasukan berkuda yang bergerak
dengan teratur dan tertib. Kesemuanya ini
menambah kewibawaan dan keagungan utusan
raja.
Setelah rombongan tiba pada tempat
penyambutan, Senopati tergopoh-gopoh
menyongsong pangeran Benowo.
Bagaimanapun tinggi kedudukan sebagai
seorang utusan raja namun hubungan antara
dua priagung itu sangat dekat dan satu
keyakinan pula. Maka pangeran itu cepat-cepat
loncat turun dari kuda terus memeluk Senopati.
Mereka berpelukan dengan penuh kasih sayang.
Sementara itu adipati Tuban-pun sudah loncat
turun dari kudanya kemudian menebarkan
pandang matanya ke sekeliling tempat itu
dengan penuh perhatian. Ia melihat bangsal-bangsal yang dibangun secara darurat dan
dihias dengan indahnya. Bukan melainkan itu
saja, bahkan di dalam bangsal itu telah
disiapkan beraneka ragam hidangan, masih lagi
disemarakkan pula alunan suara gamelan yang
ditabuh oleh tangan-tangan yang ahli. Melihat
itu semua sang adipati menghela napas dalamdalam. Di dalam hati ia berkata ? Apakah
laporan yang sampai ke Pajang itu hanya suatu
fitnah saja? Siapakah orang yang telah memberi
laporan dusta itu? ?
? Tidak mungkin! ? bantahnya kemudian
? Ini tentunya hanya suatu siasat untuk
mengelabuhi utusan raja. Hanya suatu siasat
menutupi maksud sesungguhnya. Dan untuk
semua ini tentu dari pemikiran Juru Mretani ?
Memperoleh pikiran yang demikian, kagum
juga dalam hati adipati Tuban. Sungguh hebat
persiapan Mataram. Bukan saja


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyelenggarakan penyambutan dengan sangat
meriah, bahkan semua senjata dikumpulkan dan
diikat, seolah-olah mereka sudah pasrah
menyerah.
Di saat adipati Tuban sedang asyik dengan
pikirannya sendiri itu, tiba-tiba ia dikejutkan
oleh ucapan adik iparnya, pangeran Benowo.? Kangmas adipati, bukankah benar apa
yang saya duga!? Bahwa memang ada salah satu
fihak yang menginginkan perpecahan antara
Pajang dan Mataram. Sekarang terbukti bahwa
laporan itu tidak berdasar. Hal ini tentu saja
membuat hatiku gembira ?
Adipati Tuban menghela napas panjang.
Lalu jawabnya ? Ya, sungguh mengherankan.
Adakah orang sengaja memecah belah
kerukunan di antara saudara? ?
Namun demikian dalam hatinya masih
berkecamuk rasa kecurigaan dan ragu,
benarkah semua ini merupakan penjelmaan
dari hati yang tulus?
Senopati tersenyum lalu berkata ? Saya
sadar, bahwa bagaimanapun juga Mataram
hanya sebuah kabupaten. Dan inipun
merupakan hadiah dari rama Sultan. Maka
sudah selayaknyalah saya sebagai bupati selalu
berusaha menunaikan tugas saya dengan
sebaik-baiknya. Yang semua ini untuk kejayaan
Pajang semata-mata ?
? Saya mengucapkan terima kasih,
kangmas Senopati ? sahut pangeran Benowa
sambil tersenyum ? atas sambutan kangmas
ini. Dan terus terang saja saya katakan bahwa
rama Sultanpun kurang percaya akan laporanitu. Justeru karena kurang percaya ituiah maka
saya bersama kangmas adipati diutus untuk
mengadakan penelitian. Sekarang jelas, dengan
mata kepala sendiri saya melihat, bahwa apa
yang menjadi kekuatiran semula ternyata tak
beralasan. Syukuilah ! Apabila nanti saya pulang
ke Pajang, semua akan saya laporkan. Saya
yakin, rama sultan akan gembira mendengar isi
laporan saya nanti ?
Senopati tidak menjawab pertanyaan
pangeran Benowo ini, sebaliknya ia menyilakan
pangeran Benowo dan adipati Tuban menuju ke
bangsal darurat yang khusus disediakan untuk
tamu utusan ini. Sedang kepada rombongan
pengiring, seorang ponggawa telah
diperintahkan untuk mengajak dan sekaligus
menemani mereka menikmati hidangan yang
telah disediakan.
Suasana di desa Randulawang saat itu
sangat meriah. Prajurit Pajang yang lapar dan
haus mendapat sambutan dan jamuan ini
dengan penuh kegembiraan. Demikian pula
pengiring khusus adipati Tuban, tanpa rasa
enggan telah ikut pula menikmati, hidangan
yang tersedia. Minuman keras yang disediakan
cukup banyak, juga menjadi sasaran bagi
mereka yang gemar akan minuman keras.Sedang bagi mereka yang tak suka minuman
keras, mereka dapat menghapus rasa dahaga
sepuas-puasnya dengan air kelapa muda yang
manis dan segar. Dengan makan minum
bersama sama dan berbincang-bincang
menuturkan pengalaman masing-masing, dalam
waktu singkat hubungan antara prajurit Pajang
dan Mataram menjadi akrab sekali.
Beda lagi suasana yang berlangsung di
bangsal penerima utusan. Adipati Tuban yang
duduk berhadapan dengan pangeran Benowo
dan Senopati, tidak banyak berbicara.
Suasananya tampak kaku. Di dalam benaknya
masih dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang
sulit untuk di jawab ? Benarkah apa yang
terjadi saat ini ditempat ini merupakan
perwujudan kesetyaan Mataram kepada Pajang?
Tetapi bagaimana pula dengan para mantri
Pemajegan yang tidak datang menuhi
kewajibannya setor pajak ke Pajang
sesungguhnya ia menanyakan masalah ini.
Tetapi ia segera ingat akan kedudukannya saat
ini. Bahwa utusan raja bukanlah dirinya,
melainkan pangeran Benowo. Kekuasaan
kunjungan saat ini terletak di tangan pangeran
Benowo, sedang ia sendiri tidak mempunyai
wewenang apa-apa. Ia kuatir akan dituduhlancang oleh adik iparnya kalau sampai ia
menuruti maksud hatinya. Betapa hal ini sangat
memalukan, justeru ia duduk sebagai saudara
tua. Justeru mempunyai pikiran demikian ia
memutuskan lebih baik bersikap diam diri dan
hanya akan membuka mulut bilamana perlu.
Nanti apabila sudah kembali ke Pajang akan
dipaparkan semuanya dihadapan pangeran
Pangiri.
Hanya kapan pangeran Pangiri seorang
sajalah ia dapat berbicara dari hati ke hati dan
ada saling pengertian. Sebab diam-diam iapun
tidak percaya kepada pangeran Benowo.
Bukankah dari laporan petugas sandinya telah
jelas bahwa antara Senopati dan pangeran
Benowo terjadi hubungan rahasia ? Justeru
dengan adanya hubungan itu, maka tidaklah
mengherankan kalau sikap pangeran Benowo
tidak seperti yang diharapkan sebagai utusan.
Di samping itu dalam hatinya segera timbul
dugaan bahwa semua yang terjadi saat ini sudah
diketahui Senopati sebelumnya berkat berita
yang dibocorkan oleh pangeran Benowo.
Kunjungannya ke Mataram sekarang ini
mengemban tugas rahasia. Oleh karenanya
kunjungan ini tidak diberitahukan kepada
Senopati Namun anehnya, mengapa Senopatidapat mempersiapkan semua ini? Dengan
begitu, kepergiannya ke Mataram sekarang ini
tidak ada artinya alias gagal.
Makin dipikir, makin masygul dan
penasaran hati adipati Tuban. Dalam
penasarannya ini timbullah suatu niat, apabila
mendapat kesempatan ia akan berusaha
membuat Senopati menderita malu. Hanya saja
ia belum dapat menemukan sebuah cara yang
tepat guna membalas dan membuat malu
Senopati.
Sementara Adipati Tuban sibuk dengan
pikirannya sendiri, maka Senopati dan pangeran
Benowo asyik berbicara. Mereka sudah cukup
lama tidak berjumpa maka pertemuan sekarang
ini sangat menasyikkan dan sebagai pelepas
rindu. Mika ada-ada saja yang dibicarakan,
diseling dengan tawa gembira. Disamping
sedang asyik berbicara, merekapun tidak lepas
perhatiannya terhadap adipati Tuban. Mereka
dapat menafsirkan apa yang sedang dipikir oleh
adipati Tuban. Tetapi mereka sengaja t'dak
mengusiknya bahkan pura-pura tidak tahu.
Tertawa-tawa, kadang berbisik-bisik, seakan
kehadiran adipati Tuban dianggap tidak ada.
Justeru oleh sikap mereka ini, menyebabkan
adipati Tuban bertambah penasaran danmenebalkan rasa dendamnya terhadap
Senopati.
Demikianlah, sesudah mereka cukup
beristirahat, maka utusan Pajang ini kemudian
diiring Senopati menuju ke Mataram. Dalam
perjalanan, Senopati yang berkuda
berdampingan dengan pangeran Benowo,
memberi keterangan tentang Mataram selama
ini. Bahwa wilayah yang sempit dan kawula
yang tidak banyak jumlahnya, lebih
mengutamakan bertani untuk mencukupi
kebutuhannya Semua orang tidak mempunyai
kesempatan dalam bidang lain, dan sedikit
sekali pula orang yang mempunyai bakat dalam
kridayuda senjata. Disamping jarang peminat,
Matarampun takkan sanggup membeayai orangorang sebagai prajurit.
* * *dipati Tuban yang penasaran dan kecewa
itu, pagi harinya mencari alasan dan
kesempatan untuk mencoba ketangguhan
orang-orang Mataram, dalam bidang olah krida
yuda. Maka ia sengaja memancing-mancing
untuk menantang Senopati.
? Kangmas Senopati, setiap prajurit
bertemu dan berkenalan seperti saat ini,
kiranya kurang meriahlah apabila tidak disertai
perkenalan dalam bidang krida yuda ? Adipati
Tuban memulai tantangannya.
? Dimas adipati benar ? sahut Senopati
dengan nada merendah ? akan tetapi sungguh
sayang, bahwa orang-orang Mataram lebih
pandai memegang sabit rumput, cangkul danbajak daripada pedang, tombak dan senjata
lainnya. Apakah tidak hanya akan menadi buah
tertawaan orang saja kalau mereka harus tampil
dalam gelanggang krida yuda ? ?
? Saya tak percaya ! Diantara sekian
banyak ponggawa dag kawula Mataram,
masakan tidak ada prajurit atau orang yang
sakti mandraguna? ?
?Sayang, memang tak ada yang layak
disebut demikian. Tentu saja jauh bedanya
dengan prajurit Tuban ?
?Ha, ha, ha ? adipati Tuban tertawa
bekakakan ? Ya, tidak seperti prajurit Tuban
yang sudah sejak lama terlatih. Dan
sesungguhnya saya mengharap, kemungkinan
diselenggarakannya pertandingan persahabatan
antara Tuban dan Mataram ?
? Sayang sekali, bahwa tidak seorangpun
diantara prajurit Mataram yang patut
dibanggakan. Oleh karena itu saya tidak berani
meneirma ajakan adimas adipati itu ?
Adipati Tuban tersenyum. Ia ingin membuat
orang Mataram menjadi gentar. Menjadi
ketakutan dan mati kutu. Maka apabila Senapati
tak berani melayani tantangannya, berarti orang
Tuban mempunyai kesempatan untuk
memamerkan ketangkasannya bermain senjata.Namun begitu untuk menjaga kesopanan ia
masih bertanya lagi ? Ah, masakan sungguh
demikian? Silakan kangmas memilih seorang
jago, dan sayapun akan menunjuk seseorang. Ini
bukan perkelahian sesungguhnya, dan tentu
saja takkan membahayakan jiwa seseorang ?
? Ingin sesungguhnya saya sebagai tuan
rumah, mempersenang tetamunya. Tetapi apa
harus dikata, kalau tidak seorangpun prajurit
Mataram yang mampu diandalkan. Apalagi
harus berhadapan dengan prajurit Tuban yang
telah mendapat tempaan oleh seorang senopati
yang sakti. Sudahlah, apabila adimas adipati
ingin memeriahkan suasana pertemuan ini
dengan pertunjukan olah kridayuda senjata,
kiranya lebih tepat kalau prajurit Tuban yang
melakukannya ?
? Ha, ha, ha, tentu saja dengan senang hati
prajurit Tuban akan memeriahkan pertemuan
ini, kalau prajurit Mataram tak bersedia ?
Maka kemudian adipati Tuban memanggil
beberapa orang prajurit pilihan, berjumlah
belasan orang. Mereka kemudian diperintahkan
untuk pamer kepandaian agar prajurit Mataram
menjadi kagum dan takut. Sedang mereka yang
terpilih menyambut dengan gembira. Mereka
berlompatan ke alun-alun.Dalam memulai pamer ketangkasan ini,
mula-mula mereka melemparkan beberapa
macam senjata ke udara. Kemudian ketika
senjata-senjata itu meluncur turun, mereka
sambut dengan bermacam-macam cara yang
tidak lazim. Ada yang melemparkan tombak
pendek ke udara. Dan ketika tombak itu
meluncur turun, bukan disambar dengan
tangan, melainkan dengan jepitan kaki tepat
pada tangkai dekat mata tombak. Ada pula yang
melemparkan pedang ke atas, kemudian ketika
meluncur turun, ia menengadahkan muka
menyambut pedang itu dengan gigitan gigi.
Pertunjukan luarbiasa ini mendpat sambutan
tampik sorak yang riuh rendah dari para
prajurit Mataram. Mereka kagum akan
ketrampilan yang dipertunjukan oleh prajurit
Tuban itu. Sementara itu pertunjukan
dilanjutkan lagi dengan tampilnya seorang
prajurit, membawa batu sebesar buah kelapa.
Batu itu dilemparkan ke udara tinggi-tinggi.
Ketika batu itu mulai meluncur turun, sebutir
batu lagi dilemparkan ke udara. Di udara kedua
batu itu berbenturan 5 keras sekali. Sedang
ketika kedua batu itu meluncur turun, segera di
sambut dengan sabatan pedang, sehingga pecah
berhamburan ke segenap penjuru. Kembalimeledak sorak para prajurit yang menyaksikan
permainan hebat saat itu. Dan masih banyak lagi
permainan aneh-aneh yang dipertunjukkan oleh
prajurit Tuban.
Sejak tadi raden Ronggo berdiam diri


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyaksikkan semua itu dengan penuh
perhatian. Namun diam-diam dalam dada
pemuda ini bergolak perasaan yang tidak
senang. Ia menyesali ayahnya, mengapa tidak
bersedia menerima tantangan adipati Tuban,
dan sekarang membiarkan prajurit Tuban
pamer kesaktian? Tiba-tiba darah mudanya
bergolak keras. Ia tidak rela orang Mataram
dianggap sebagai orang-oiang banci, tidak
mempunyai keberanian, tidak mempunyai
kesaktian. Gelora hatinya mendorong
keinginannya untuk maju ke gelanggang,
melayani para prajurit Tuban itu. Ia merasa
malu kalau sampai tidak dapat merobohkan
prajurit Tuban yang sombong itu.
Tentu saja maksud raden Ronggo ini
bertentangan dengan apa yang dipikir oleh
Senopati. Kalau Senopati mengatakan bahwa
tidak seorangpun prajurit Mataram yang
berharga, bukan berarti prajurit Mataram tak
sanggup melawan prajurit Tuban. Tetapi ini
merupakan suatu siasat untuk menutupi apayang sedang dipersiapkan oleh Mataram sejak
beberapa lama ini. Hingga menciptakan kesan,
terutama adipati Tuban, beranggapan bahwa
orang Mataram hanya merupakan lawan yang
ringan. Sikap Senopati yang mengalah ini dalam
usaha menutupi cita cita Mataram yang
sesungguhnya, agar adipati Tuban yang menjadi
targan kanan dan orang kepercayaan pangeran
Pangiri, tidak menduga bahwa Mataram sudah
sejak lama mempersiapkan pasuk in yang
gemblengan. Dengan demikian pula akan
menipiskan bahkan menghilangkan kecurigaan
orang. Bagaimana mungkin Mataram akan
memberontak kalau tidak mempunyai pasukan
yang kuat? Di samping itu, Senopati
mengkuatirkan, bukankah maksud adipati
Tuban mengusulkan diadakannya pertandingan
persahabatan itu sebagai pancingan untuk
mengetahui kekuatan Mataram?
Namun bagaimanakah raden Ronggo tahu
maksud ayahandanya ini? Ia seorang muda yang
masih berdarah panas. Tantangan itu
merupakan tamparan pada pipinya. Maka
tamparan ini harus dibalas. Inilah perbedaan
antara anak dan ayah, antara orangtua yang
sudah kenyang makan asam-garam dengan anak
muda yang masih ngumbar hawa nafsu.Justeru tidak dapat menyelami perasaan
ayahnya inilah maka kemudian raden Ronggo
menghampiri ayahnya, kemudian menggunakan
tangan kanan untuk menyentuh paha ayahnya,
membuat Senopati terkejut lalu bentaknya ?
Ronggo ! Apakah tidak ada pekerjaan lain yang
lebih berharga ? ?
Adipati Tuban memalingkan mukanya
dengan heran. Ia melihat raden Ronggo
menundukkan kepala tampak takut. Lalu ia
bertanya ? Apakah salah Ronggo dan mengapa
pula kangmas Senopati begitu marah? ?
? Hem, anak saya ini memang terlalu ?
sahut Senopati dengan nada bersungut-sungut
? Masih bayi kemarin sore, tanpa kepandaian
sudah begitu sombong hendak meniru prajurit
Tuban yang perkasa ?
? Heh, heh, heh ? adipati Tuban terkekeh
? Sesungguhnyalah bahwa prajurit Tuban
sudah terlatih dalam krida yuda senjata. Namun
begitu, kalau toh engkau memang ingin ikut,
majulah ! Aku ingin pula menyaksikan sampai
dimana ketangguhanmu. Tetapi engkau perlu
berhati-hati, jangan sampai engkau mendapat
luka ?
Kemudian ia berkata lagi ditujukan krpada
Senopati ? Kangmas, sudah selayaknyaseorang muda mengembangkan bakatnya,
bersama sama dengan mereka yang lebih tinggi
kepandaiannya. Bukankah dengan begitu
Ronggo akan dapat menutup kekurangannya,
karena bisa belajar kepada mereka yang lebih
berpengalaman? Ah, kmgmas Senopati tidak
perlu kuatir. Prajurit Tuban tidak akan berani
mencelakai Ronggo ?
Tanpa memberi kesempatan kepada
Senopati menjawab, adipati Tuban terus saja
berteriak ? Hai prajurit Tuban, dengarlah!
Sebentar lagi anakku Ronggo akan menemani
engkau berlatih krida yuda senjata. Maka
layanilah dia. Tetapi awas, barang siapa berani
mencelakai Ronggo, nyawamu sebagai
tebusannya. Ronggo masih muda, dan
sepantasnya kalau engkau harus
membimbingnya dan mengalah ?
Senopati tersenyum mendengar, ucapan
adipati Tuban itu. Tetapi ia tidak mencela,
kemudian memalingkan muka ke arah anaknya
yang masih duduk menundukkan kepala,
katannya?Majulah sekarang! Pamanmu sudah
memberi ijin. Tetapi engkau masih amat muda
dan kepandaianmu masih, amat dangkal. Maka
sudah sepantasnya pula apabila dalampertandingan ini engkau harus banyak berguru
kepada mereka ?
? Terima kasih, rama ? sahut Ronggo
amat gembira. Sesudah memberi hormat,
kemudian pemuda ini bangkit dan
memerintahkan kepada prajurit yang bertugas,
untuk menyiapkan perisai dan tombak ke
tengah gelanggang. Sedang ia sendiri melangkah
ke gelanggang perlahan-lahan tanpa membawa
senjata apa-apa.
Namun apa yang tampak oleh semua orang,
membuat tercengang dan hampir tidak percaya.
Demikian pula dengan adipati Tuban, ia
memandang tidak berkedip keheranan serasa
dalam mimpi.
Apa yang membuat mereka heran dan tecengang, sesudah mereka melihat perisai dan
tombak perdek raden Ronggo Perisai itu selain
tebal dan lebar, juga terbuat dari baja yang tak
tembus oleh senjata. Oleh karena itu dapat
diperkirakan tentulah berat. Untuk membawa
ke tengah gelanggang, memerlukan dua orang
prajurit untuk menggotongnya. Mungkinkah
raden Ronggo kuat mengangkat perisai yang
berat itu, apalagi menggerakkan dalam
pertempuran? Di samping perisai yang berat,
tombak pendek itu pun berat sekali. Seorangprajurit terpaksa harus menumpangkan tombak
itu ke atas pundak. Tombak terpaksa dipukul.
Tetapi melihat cara prajurit itu berjalan,
nampak bahwa ia merasakan beban berat.
Kalau semua orang Tuban dan Pajang
melengak heran melihat senjata-senjata raden
Ronggo itu, tidak demikian dengan Senopati dan
prajurit Mataram. Mereka sudah terbiasa oleh
karenanya tidak merasa heran. Sebab walaupun
masih muda remaja, raden Ronggo merupakan
prajurit yang pilih tanding. Dan oleh bimbingan
raden Ronggo itu pulalah maka prajurit
Mataram dengan cepat meningkat ketangkasan,
ketrampilan dan kekuatannya.
Senopati menyembunyikan senyumnya
menyaksikan orang-orang yang melengak itu.
Baginya sudah merupakan pemandangan yang
biasa tentang kekuatan tenaga anaknya itu. Batu
hitam sebesar kambing, setiap pagi
dipergunakan untuk bermain-main dilemparlempar ke udara. Orang yang melihat merasa
ngeri, tetapi raden Ronggo dapat menyambut
dengan mudah. Sampai saat ini, bagi mereka
yang berminat masih dapat menyaksikan batu
peninggalan raden Ronggo tersebut di Pleret.
Di antaranya sebuah batu bercokol di atas
dahan pohon beringin.Seorang lurah prajurit Tuban tidak percaya
bahwa perisai itu berat. Ia menghampiri dua
orang prajurit yang sedang menggotong perisai
dan berkata ? Mengapa membawa perisai
seringan itu saja memerlukan tenaga dua orang?
Mari kubantu. Berikan padaku, aku akan
sanggup mengangkat seorang diri ?
Tanpa menunggu jawaban, perisai itu terus
disaimbar dan diangkat. Tetapi lurah prajurit itu
amat terkejut sehingga wajahnya menjadi pucat.
Ternyata perisai itu berat sekali, tidak seperti
dugaannya semula. Namun ia malu kalau harus
melepaskan perisai itu. Maka ia memaksa diri
untuk mengangkat seorang diri sambil
mengerahkan semua kekuatannya. Memang ia
sanggup mengangkat dan menahan berat
perisai itu. Tetapi ketika ia mulai melangkah, ia
terhuyung huyung hampir jatuh. Melihat itu
raden Ronggo tersenyum dan cepat menolong.
Perisai itu disambar dengan tangan kiri dan
mengherankan. Ternyata di tangan pemuda ini,
perisai itu tampak ringan sekali dan dapat
dibawa berloncatan dengan gerakan yang
trengginas.
Sorak sorai meledak ketika perisai yang
berat itu dimainkan dengan sebelah tangan,
diputar putar di atas kepala, kemudiandilemparkan tinggi-tinggi ke udara. Tinggi sekali
lemparan itu sehingga benda itu menjadi amat
kecil kelihatannya. Mereka yang menyaksikan
melengak heran, seakan-akan hanya terjadi di
dalam impian. Dan ketika perisai itu meluncur
turun dengan derasnya, dengan enak saja
pemuda itu menangkap dengan tangan kiri.
Kembali meledak sorak para prajurit yang
menyaksikan pertunjukan hebat itu. Mereka
merasa kagum akan ketangkasan dan kekuatan
raden Ronggo yang masih muda belia itu.
Berkali-kali perisai itu dilemparkan ke
udara dan berbeda-beda pula cara menyambuti
luncuian perisai menuju ke bumi. Ada kalanya
luncuran perisai itu disambut dengan sepakan
kaki sehingga mental melejit kembali ke udara.
Baru setelah puas bermain-main dengan
perisai itu kemudian raden Ronggo
mempergunakan tombak pendeknya dilemparlemparkan ke udara. Sorak sorai sambung
bersambung memekakkan telinga. Pangeran
Benowo yang menyaksikan pemainan itu selalu
manggut-manggut sambil memuji keperkasaan
pemuda itu.
Sekaligus dengan permainan ketangkasan
yang dilakukan raden Ronggo ini, mengatasi
dengan apa yang telih dilakukan oleh prajurit-prajurit Tuban. Keadaan ini membuat adipati
Tuban malu dan penasaran, la tadi sudah
terlanjur bersikap sombong, ternyata sekarang
semuanya tak dapat menandingi apa yang sudah
dipertunjukkan oleh orang Mataram dan lagi
seorang muda.
Dalam penasarannya ini, adipati Tuban
ingin mencari kesempatan untuk membalas.
Senjata raden Ronggo itu terlalu berat dan
menurut dugaannya takkan dapat bergerak
lincah. Justeru mempunyai pendapat semacam
ini maka kemudian adipati Tuban menantang
kepada Senopati, untuk diselenggarakan
pertandingan. Namun tantangan itu cukup licik.
? Kangmas Senopati ? katanya ? sungguh
mengagumkan kekuatan anakmas Ronggo.
Dalam hal tenaga, mungkin tidak seorangpun
prajurit Tuban yang sanggup menandinginya ?
Kalau ia mengatakan mungkin, berarti ia
masih berusaha menghindarkan diri dari
pengakuan, bahwa raden Ronggo hebat tanpa
lawan. Dan sesudah ia mengamati Senopati
sejenak, ia melanjutkan Oleh sebab itu kangmas,
untuk memeriahkan pertemuannya ini kiranya
lebih tepat kalau ada pertandingan. Dan sudah
tentu akan menarik sekali kiranya apabilaanakmas Ronggo harus menghadapi dua orang
prajurit Tuban ?
Untuk sejenak Senopati menyipitkan
matanya kemudian tersenyum. Ia tahu belaka
akan kelicikan orang dalam usaha mencari
kemenangan. Hingga tak malu menantang tetapi
dengan keroyokan. Untuk menolak tantangan
itu, ia merasa malu. Sedang disamping itu ia
percaya bahwa anaknya cukup perkasa dan
tidak perlu dikuatirkan pula akan kalah oleh
keroyokan dua orang prajurit Tuban.
? Ronggo harus menghadapi dua orang
prajurit Tuban? ? sahut Senopati ? Jika hal itu
memang dimas kehendaki, apakah salahnya?
Silakan sekarang memilih dua orang diantara
prajurit Tuban yang paling sakti ?
Sengaja Senopati mengucapkan kata kata ini
karena diam-diam ia tidak senang akan sikap
licik. Maka timbullah niat dalam hati Senopati,
agar anaknya merobohkan dua orang prajurit
yang terpilih sebagai jago Tuban. Dengan
robohnya jago adalah itu berarti pula robohnya
kesombongan adipati Tuban, bahkan akan


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menderita malu dibuatnya.
Sesudah mendapat persetujuan, adipati
Tuban segera memerintahkan kepada dua oranglurah prajurit tuban yang bernama Jati Ngarang
dan Ronggo Kuning.
Dua orang lurah prajurit Tuban ini
mempunyai keahlian yang berbeda. Kalau Jati
Ngarang lebih pandai memainkan senjata
tombak, sebaliknya Ronggo Kuning lebih ahli
dalam memainkan senjata golok. Tetapi karena
pertandingan ini merupakan pertandingan
persahabatan, maka dalam taraf pertama tidak
menggunakan senjata.
? Majulah berbareng! ? tantang raden
Ronggo.
Dua pasang mata merah menyala
mendengar tantangan itu. Kemudian tanpa
membuka mulut, mereka segera menerjang
bersama dengan pukulan berbahaya.
Tadi, ketika Ronggo Kuning maupun Jati
Ngarang diperintahkan untuk mengeroyok,
sesungguhnya hati mereka tersinggung. Mereka
merasa sebagai prajurit telah hampir setengah
abad usianya, disamping prajurit pilihan
diantara prajurit Tuban, mengapa di Mataram
ini harus menghadapi seorang pemuda yang
masih ingusan, dan harus mengeroyok pula.
Tentu saja hal ini mereka anggap sebagai
menurunkan derajat dan pula suatu
penghinaan. Maka dalam hati merekamenetapkan, harus dapat merobohkan pemuda
ini dalam waktu singkat. Itulah sebabnya begitu
mendengar ucapan raden Ronggo, mereka
segera menyerang tanpa mengucapkan katakata.
Tetapi walaupun usianya masih amat muda,
raden Ronggo memang seorang pemuda
gemblengan. Bukan saja ia bertenaga kuat, ahli
dalam beberapa macam senjata, pun ahli pula
dalam tata ilmu tangan kosong. Oleh karena itu
setangan mendadak dua orang tersebut dengan
mudah digagalkan. Malah oleh kecepatan
kakinya bergerak, sambil menghindar raden
Ronggo menggaet kaki lawan.
Gaetan yang cepat dan tidak terduga ini
tidak dapat dihindari lawan. Tahu-tahu Ronggo
Kuning berteriak kaget dan terjengkang. Masih
beruntung bahwa Ronggo Kuning bukan jago
sembarangan. Maka ia tidak sampai roboh.
Dengan kejadian ini membuat Ronggo
Kuning penasaran dan malu. Apalagi karena
gaetan kaki raden Ronggo tadi berhasil
mengenai sasaran dan disambut dengan
sorakan yang riuh dari prajurit Mataram.
Ronggo Kuning menggeram dan kembali
menyerang. Ketika itu raden Ronggo sedang
melayani serangan Jati Ngarang, hingga RonggoPlak .... buk .... Hura .... gemuruh sorak sorai prajurit
Mataram menyaksikan suatu adegan yang lucu.
Bukan raden Ronggo yang terpukul tetapi Ronggo
Kuning dan Jati Ngarang yang saling gasak sendiriKuning mendapat kesempatan menyerang dari
belakang.
? Ahhh . . . . ! ? beberapa orang prajurit
Mataram berteriak kaget dan kawatir.
Sebaliknya adipati Tuban dan pasukannya
berteriak gembira sebab sudah memastikan
bahwa kali ini raden Ronggo akan menerima
balasan sehingga icntu akan babak belur.
Namun bukan raden Ronggo kalau tidak
dapat merasakan serangan orang dari belakang.
Ia dapat mengenal serangan orang dari
sambaran angin. Tetapi pemuda ini pura-pura
tidak tahu. Ia sudah memperhitungkan secara
tepat. Menggunakan kecepatan bergerak, ia
menyelinap di bawah serangan orang.
Kemudian ........
? Plak.......buk buk .... Uhh . . . . ! ?
? Hura .... hura . . . . ! ? membelah angkasa
sorak prajurit Mataram. Bahkan ada yang
tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang
perut.
Ternyata bukan raden Ronggo yang
terpukul atau memukul. Tetapi antara Ronggo
Kuning dan Jati Ngarang yang saling gasak
sendiri, sehingga kedua orang itu sama-sama
terhuyung ke belakang sambil meringismenahan sakit. Sebaliknya raden Ronggo berdiri
bersedekap tangan sambil tersenyum karena
merasa geli. Ia seorang yang pantang
menggunakan kesempatan di saat lawan tidak
bersiaga. Maka meskipun memperoleh
kesempatan sangat bagus ia tidak mau
menerjang dua orang lawan itu.
Adipati Tuban yang melihat dari tempat
agak jauh, merghela napas penuh rasa sesal.
Mengapa dua orang jagonya itu dengan mudah
dipermainkan oleh bocah ingusan. Padahal ia
tadi sudah merasa pasti bahwa dengan
mengeroyok dua, akan berhasil mengalahkan
raden Ronggo.
Justeru karena terpancing sehingga terpaksa
saling pukul sendiri itu mereka menjadi tambah
marah dan penasaran. Lalu tidak
memperdulikan apa-apa lagi, dua prajurit
Tuban ini telah menyambar senjata masingmasing Jati Ngarang menyambar tombak dan
perisainya, sedang Ronggo Kuning menyambar
golok dan perisainya. Di dalam hati dua orang
ini berjanji bahwa mereka akan bertempur
dengan raden Ronggo dengan taruhan nyawa.
Tidak perduli lagi bahwa pertandingan ini
adalah pertandingan persahabatan.? Maii kita gunakan senjata! ? teriak
Ronggo Kuning ? dan kita tentukan siapa di
antara kita yang lebih unggul ?
Raden Ronggo tersenyum Garang benar
orang ini, walaupun apa yang sudah terjadi
merupakan pelajaran dan bukti siapa
sesungguhnya yang lebih gagah Di samping itu
dengan mengeroyok dua, bukankah sudah
membuktikan bahwa siapa sebenarnya yang
lebih unggul? Untung sekali bahwa raden
Ronggo tidak menginginkan orang menderita
malu Walaupun masih muda ia berjiwa besar
sehingga dapat menjaga perasaan orang Maka
katanya kemudian dengan halus ? Aku sebagai
tuan rumah tentu saja akan selalu melayani
kehendak tetamu. Mari kita coba bermain-main
barang sebentar. Tetapi maafkan, aku hanya
seorang pemuda yang bodoh. Maka saya mohon
agar kalian berkenan mengalah sedikit ?
Tanpa banyak mulut untuk kedua kalinya,
Ronggo Kuning yang penasaran telah
menyerang dengan senjatanya. Sementara itu
Jati Ngarang tak mau berlaku lambat. Iapun lalu
menyerang dari arah lain. Sekaligus raden
Ronggo digencet oleh dua macam serangan yang
cepat dan berbahaya. Golok Ronggo Kuning
yang besar dan berat menyambar dahsyat. Iajusteru orang yang bertenaga besar, maka
gerakannya tampak mantap dan sambaran
senjatanya menimbulkan angin yang bercuitan.
Sedang Jati Ngarang yang bersenjata tombak
dan perisai, dapat menyerang dari jarak yang
tidak begitu dekat. Tombaknya yang tajam
menyambar-nyambar bagai raksasa mematuk
matuk lawannya. Tetapi dengan tenang dan
bibir tersenyum raden Ronggo melayani
mereka, sedikitpun tak merasa gentar dan
kuatir.
Senopati mengawasi gelanggang itu dengan
penuh perhatian. Ia tidak merasa kuatir akan
keselamatan anaknya. Sebaliknya ia
menguatirkan keselamatan dua orang lurah
prajurit Tuban itu. Kalau orang Tuban itu begitu
bernafsu memaksa diri dan mendesak, bisa jadi
anaknya yang masih muda akan lupa diri
sehingga meninggalkan pertimbangan,
akibatnya akan menimbulkan korban jiwa.
Bukan hal yang mustahil karena raden Ronggo
selalu didesak, hingga kesalahan tangan
membunuh lawan-lawan-lawannya. Hal ini yang
tidak diinginkan oleh Senopati, karena memang
tidak menghendaki jatuhnya korban. Maka
kemudian ia berbisik kepada pangeran Benowo
yang duduk di sampingnya. Ia minta kepadaPutera Mahkota Pajang itu, untuk
mempergunakan pengaruhnya bilamana
perkelahian persahabatan itu meningkat
menjadi perkelahian yang sesungguhnya.
? Dimas Benowo ? katanya ?
bagaimanapun aku menjadi kuatir. Perkelahian
ini maksudnya untuk mencoba ketangkasan.
Tetapi setengah memaksa orang Tuban itu
menggunakan senjata untuk berkelahi.
Dapatkah dimas menggunakan pengaruh untuk
menghentikan perkelahian itu sebelum
terlanjur ? Bagaimanapun Ronggo masih muda
dan orang muda itu berdarah panas. Timbullah
kekuatiranku kalau Ronggo sampai lupa diri ?
Pangeran Benowo torsenyum, jawabnya ?
Kang-mas, bukaDkah semua ini kangmas adipati
Tuban sendiri yang menghendaki ? Bukankah
dia tadi yang secara sombong memamerkan
kepandaian orang Tuban ? Maka menurut
pendapatku, biarlah saja Ronggo membunuh
orang-orang itu, agar mereka menjadi kapok ?
? Ah, mengapa begitu, dimas ? ?
? Habis, orang yang sok hebat seperti dia
itu sekali-kali perlu dihajar adat juga, agar tahu
diri ?
? Namun keadaan sekarang belum
mengijinkan dan aku tidak menghendakiMataram mendapat cela. Siapa tahu kalau
keadaan ini dipergunakan dia untuk
mempengaruhi dimas Pangiri? Kemudian dimas
Pangiri mempengaruhi kebijaksanaan rama
Sultan. Bukankah dia datang kemari menyertai
dimas Benowo, untuk menyelidiki keadaan
Mataram ? Itulah yang membuat aku kuatir.
Keadaan belum memungkinkan sejauh itu
bertindak. Kita harus pandai mengenal keadaan
dan dapat menangkap ikan tanpa mengeruhkan
air itu sendiri ?
Pangeran Benowo mengangguk-anggukkan
kepala tanda mengerti. Kemudian sesudah
menghela napas pendek, katanya ? Ya, saya
mengerti kemauan kangmas. Dan maafkan
sikapku tadi yang begitu sembrono. Baiklah
kangmas, memang belum saatnya kita berbuat
yang dapat merugikan perjuangan kita. Maka
saya akan berusaha mencegah hal-hal di luar
kehendak kangmas ?
Melihat pangeran Benowo dan Senopati
berbisik dan tidak ia dengar apa yang
dibicarakan itu, diam-diam adipati Tuban
curiga. Namun ia tidak dapat berbuat apa-apa
kecuali dalam hati selalu menduga-menduga.
Walaupun begitu ia amat percaya akan
ketangguhan Rongga Kuning dan Jati Ngarang.Maka dengan cara mengeroyok ini,tidak urung
akan dapat memenangkan pertandingan
ketangkasan sekarang ini.
Tetapi apa yang terjadi di gelanggang itu
tidak sejalan dengan harapan hatinya. Di
samping raden Ronggo lincah dan kuat,
penjagaan dirinya rapat. Perisai yang berat itu,
selalu dapat dipergunakan untuk melindungi
diri. Juga tombak pendeknya, setiap gerakan
selalu dapat menangkis serangan lawan. Bahkan
kemudian ternyata bahwa raden Ronggo
bersikap mengalah. Sejak berkelahi dengan
senjata itu, raden Ronggo hanya menangkis dan
menghindar, sama sekali tidak pernah
membalas serangan.
Apa yang dilakukan sekarang ini, bukan lain
untuk menjaga agar ayahnya tidak marah.
Bagaimanapun mereka ini tamu, dan malah
merupakan pengawal utusan raja pula. Oleh
sebab itu harus dihormati sebagai selayaknya
tetamu. Ia dapat menduga dan mengerti apa
yang terjadi dan dirasakan ayahnya, kalau saja
sampai salah tangan hingga melukai atau
membunuh. Tentu Sultan Hadtwijaya akan
menuduh bahwa Mataram sengaja menghina
utusan raja.Namun ternyata bahwa sikap raden Ronggo
ini oleh adipati Tuban diterima secara lain. Ia
menjadi penasaran karena beranggapan bahwa
raden Ronggo terlalu sombong. Sengaja
mengagulkan kesaktian, dan menghina prajurit
Tuban. Apa boleh buat, walau penasaran,
perasaan itu ditahan didalam hati. Kareua tiada
alasan untuk marah, justeru apa yang terjadi
saat ini malah atas tantangannya.
Sedang pangeran Benowo lain lagi sikapnya.
Ia bangga sekali melihat kemenakannya yang
masih muda tetapi amat perkasa itu. Dalam hati
ia berharap, pada waktunya kelak raden Ronggo
dapat menjadi tulang punggung bagi Mataram.


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian sambil berbisik kepada Senopati, ia
memuji-muji akan ketangguhan dan keunggulan
raden Ronggo.
Kenyataannya walaupun raden Ronggo
bersikap mengalah, tidak pernah membalas,
namun da uoiang lawannya sudah hampir
terkuras seluruh tenaganya Napas mereka
tersengal-sengal, tetapi untuk mundur merasa
malu. Baik Ronggo Kuning maupun Jati Ngarang
merasa seperti di dorong oleh tenaga raksasa
yang tak tampak setiap kali senjata mereka
berbenturan dengan perisai atau tombak radenRonggo. Mereka heran tak mengerti, mengapa
bisa terjadi seperti itu?
Di luar setahu Ronggo Kuning dan Jati
Ngarang, bahwa setiap menangkis, raden
Ronggo selalu menggunakan ilmu Pinjamtenaga. Oleh sebab itu makin kuat serangan
orang, semakin kuat pulalah tenaga yang membalik dan menyerang diri sendiri. Itulah
sebabnya walaupun selama berkelahi raden
Ronggo tak pernah membalas, benturan tenaga
yang membalik itu tidak bedanya dengan
serangan balasan yang hebat. Makin lama
tenaga dua orang lurah prajurit Tuban itu
semakin menurun. Hanya didorong oleh rasa
malunya saja dua orang itu masih memaksa diri
untuk bertahan. Tetapi justeru kenekadan
mereka inilah yang mencelakakan diri sendiri.
Ketika mereka menyerang lagi, gerakannya
seperti layang-layang putus. Tenaga yang
hampir habis dipaksakan, maka begitu tenaga
sendiri membalik mereka segera roboh muntah
darah segar, selanjutnya pingsan.
Sorak sorai prajurit Mataram membelah
angkasa menyambut kemenangan raden
Ronggo. Sebaliknya prajurit Tuban dengan
gugup segera menyerbu ke tengah gelanggang
untuk memberi pertolongan. Ronggo Kuningdan Jati Ngarang segera mereka gotong untuk
mendapatkan perawatan. Sedang raden Ronggo
sendiri mengundurkan diri dengan tenang.
Merah padam wajah adipati Tuban
menyaksikan robohnya Ronggo Kuning dan Jati
Ngarang. Peristiwa ini merupakan tamparan
hebat bagi dirinya. Ia menjadi amal malu. Maka
hari itu juga adipati Tuban mengajak pangeran
Benowo pulang ke Pajang. Walaupun Senopati
berusaha mencegah agar menunda barang
sehari, tetapi adipati Tuban tetap teguh pada
maksudnya. Hari itu juga utusan Pajang beserta
rombongannya berangkat kembali ke Pajang
dengan membawa hati dendam dan malu,
terutama adipati Tuban dan pengiringnya.
Tentu saja peristiwa yang terjadi di
Mataram itu menambah kebencian adipati
Tuban kepada Mataram. Maka ketika telah tiba
kembali di Pajang, laporan yang diberikan
kepada raja bertolak belakang dengan laporan
pangeran Benowo. Kalau pangeran Benowo
melaporkan, tiada alasan mencurigai Mataram,
maka adipati Tuban lain lagi. Ia makin yakin
bahwa Mataram memang telah mempersiapkan
diri untuk memberontak.
Kalau pangeran Benowo melaporkan bahwa
Senopati menyambut utusan itu sejak diRandulawang, maka apa yang dikatakan adipati
Tuban sebaliknya. Bahwa apa yang terjadi dan
dilakukan Senopati, sesungguhnya hanyalah
sebagai kedok kecurigaannya belaka. Sambutan
yang diberikan sejak di Randulawang maupun
bukti senjata yang dikumpulkan ketika
menyambut, itu bukan ukuran kesetyaan
Mataram kepada Pajang. Melainkan semua itu
mengandung maksud tersembunyi, agar
kemudian Mataram mempunyai kebebasan
untuk berbuat. Oleh sebab itu adipati Tuban
berusaha mempengaruhi Sultan Hadiwijaya
maupun pangeran pangiri, agar secepatnya
bertindak sebelum Mataram benar-benar kuat.
Seharusnya sekarang juga Mataram digempur
dan dilucuti semua persenjataannya, agar
ancaman Mataram itu dapat dihindari.
Keterangan yang saling bertentangan ini
membuat sultan Pajang berdiam diri bagai tugu.
Ia menjadi bingung sendiri. Serba salah.
Pangeran Benowo adalah putera tungggalnya.
Bagaimana mungkin ia tidak mempercayai
keterangan anaknya sendiri ? Hanya seorang ini
saja putera lelaki sultan, maka sejak kecil
pangeran Benowo selalu memperoleh
perlakuan istimewa daripada saudarasaudaranya yang perempuan. Ia merasa sulituntuk tidak mempercayai keterangan pangeran
Benowo. Sebab tidaklah mungkin anak
kandungnya sendiri akan memihak kepada
oiang lain yang bersalah.
Di samping itu sultan Hadiwijaya pun
merasa, tiada alasan untuk tidak percaya akan
laporan adipati Tuban. Bagaimanapun juga
adipati Tuban merupakan salah seorang
menantu dan selama ini ia tidak pernah
berdusta terhadapnya. Tetapi mengapa saat ini
terjadi hal yang membingungkan? Laporan
kedua orang itu satu sama lain berbeda.
Saking bingung, sultan Hadiwijaya tidak
menanggapi laporan mereka. Ia memerintahkan
kepada mereka untuk mengundurkan diri.
Setelah menghaturkan sembah, mereka mundur
dari hadapan ayahandanya. Kepergian mereka
diantar oleh pandang mata sultan hingga lenyap
di belokan. Helaan napas panjang dan dalam
terdengar berhembus dari rongga dada sultan ,
itu. Entah itu sebagai tanda hati kecewa, entah
kelonggaran hati karena kedua puteranya yang
telah memberi laporan yang berbeda tadi sudah
tidak ada di hadapannya, sukar untuk
dipastikan.
Untuk sekian lamanya sultan Hadiwijaya
masih tetap tidak beranjak dari tempatduduknya semula. Pandang matanya mengarah
pada satu titik dan kalau diperhatikan kelopak
matanya jarang sekali mengatup berkedip,
seakan ada sesatu yang menjadi perhatiannya
atau mungkin sedang berpikir berat karena
kadang-kadang terdengar helaan napas panjang.
Memang benar, sultan Hadiwijaya sedang
memikirkan sesuatu. Dan sesuatu itu
bersangkutan dengan laporan kedua puteranya
tadi. Ia menimang, menelusur. Benarkah,
mungkinkah Senopati yang ia kenal baik
mempunyai maksud akan memberontak
Pajang? Memberontak kepadanya? Sulit dijawab
dengan cepat! ? Senopati ..., Danang Sutawijaya
... ? ia ber-B gumam ? Tidak, tidak mungkin !
? Mulailah ia mengungkit peristiwa lama,
membalik lembaran hidup yang telah silam.
Senopati, bupati Mataram yang waktu
mudanya bernama Danang Sutawijaya adalah
salah seorang anak angkatnya sejak masih kecil.
Di samping Danang Sutawijaya sebagai anakangkatnya, orang tuanya yang bernama
Pemanahan, telah berjasa besar terhadap
Pajang semenjak masih sebagai kadipaten.
Semenjak dirinya masih sebagai adipati dan
sedang berusaha untuk dapat menjabat sebagai
raja, baik Pemanahan, Penjawi maupun JuruMretani yang merupakan Tritunggal bekerja
keras mencurahkan tenaga dan pikiran untuk
Pajang dan dirinya, Bukankah orang yang
memberi jalan kepadanya sehingga dapat
menduduki jabatan sebagai wakil-raja adalah
'Tritunggal? itu pula? Bukankah Harya
Penangsang gugur tanpa lewat peperangan juga
berkat hasil pemikiran ketiga orang itu ? Dan
bukankah pula Sunan Giri yang mempunyai
wewenang mengesyahkan kedudukannya
sebagai raja, sedikit banyak oleh pengaruh Juru
Mretani pula?
Teringat semua itu, sulit untuk dipercaya
bahwa Senopati Ing Ngalaga sampai hati
berkhianat kepada Pajang. Dan kalau toh
sampai terjadi begitu, tentunya putera
tunggalnya, pangeran Bcnowo, takkan berusaha
menutupi dan melindungi. Tentu puteranya itu
akan memberi laporan yang jujur.
Itulah pertimbangan-pertimbangan yang
berkecamuk dalam benak sultan Hadiwijaya
saat itu. Tidak disadari oleh raja Pajang ini,
bahwa atas pertimbangannya sendiri itulah
yang kemudian hari mencelakakan dirinya.
* * *egitulah jadinya. Mataram berhasil
menutup rahasianya berkat kecerdikan
juru Mretani dan pangeran Benowo. Kalau
orang-orang yang memihak Mataram menjadi
lega dan gembira, sebaliknya orang-orang yang
berdiri difihak lain tambah penasaran. Orang itu
tidak lain adalah menantu tertua sultan Pajang,
yang bernama pangeran Pangiri Yang mendapat
dukungan dan bantuan penuh dari menantu
sultan Hadiwijaya yang kedua, yang bukan lain
yalah adipati Tuban.
Dua pangeran ini menjadi marah sekali akan
sikap ayah mertuanya yang begitu lunak kepadaSenopati. Dan di samping itu sangat penasaran
sekali kepada adik iparnya, pangeran Benowo.
? Kangmas ? kata adipati Tuban pelahan,
ketika mereka berdua bertemu ? Saya amat
penasaran atas sikap rama sultan. Apa sebabnya
rama begitu lemah sikapnya kepada kangmas
Senopati ? Padahal sudah jelas perbuatannya
yang lancang. Dia berani menghadang para
mantri pemajegan yang harusnya datang ke
Pajang untuk setor pajak. Apakah itu bukan
bearti suatu permulaan tidak tunduk kepada
Pajang ? lalu apakah maksud rama Sultan yang
sesungguhnya ? ?
Adipati Tuban berhenti sejenak sambil
memandang pangeran Pangiri, mencari kesan.
Dan sejurus kemudian ia meneruskan ?Dan
lebih dari itu, sebelum kangmas Senopati
memulai dengan perbuatannya itu, di Pajang
sendiri telah terjadi bermacam kerusuhan yang
dilakukan Pabelan. Tetapi mengapa pula rama
Sultan juga bersikap tak acuh ? Padahal jelas
apa yang dilakukan Pabelan di sini, tentu
mempunyai kaitan erat dengan Mataram. Lagi
pula apa sebabnya rama Sultan lebih percaya
akan keterangan adimas Beuovvo daripada
laporanku? Padahal saya tahu benar, bahwadimana Benowo diam-diam sebagai sekutu
kangmas Senopati ?
? Hem ? pangeran Pangiri menghela
napas pendek ? Kalau berbicara tentang
kepercayaan, kiranya tidak dapat disalahkan
sikap rama Sultan yang lebih percaya kepada
dimas Benowo. Bukankah dia putera tunggal
dan putera kandung pula? Sedang kita ini hanya
putera menantu. Namun demikian akupun
menyesal sekali dengan sikap rama Sultan yang
membuta tuli itu. Sebab apabila benalu itu, telah
tumbuh dan tidak segera dipotong, akibatnya
akan berkembang biak dan membunuh pohon
dimana benalu itu hidup. Demikian pula dengan
apa yang telah dilakukan oleh mereka itu
semua, merupakan benalu bagi Pajang. Kalau
tidak segera dikikis habis, kiranya akan
membahayakan Pajang. Itulah sebabnya aku
mempunyai sikap yang sama dengan dimas.
Bahwa mereka harus dapat disingkirkan
secepatnya ?
? Tetapi kangmas, kekuasaan sepenuhnya
masih di tangan rama Sultan. Bagaimana
mungkin pikirnya kangmas itu dapat terwujud
Lain halnya kalau kekuasaan itu telah jatuh di
tangan kangmas sebagai pewaris Demak.Itu
akan menjadi mudah sekali. Kalamana kangmasmemerintahkan penyerbuan ke Mataram
sekarang juga, tidak akan ada pihak yang dapat
menentang perintah itu ?
? Ya, memang sayang, bahwa perjanjian
yang sudah dibuat, rama Sultan sebagai wakilraja selama hidup. Dan sayang pula bahwa
waktu perjanjian itu dibuat oleh bibi
Kalinyamat, aku masih begitu kecil. Aku tidak
diajak berunding dan ikut menentukan. Aku
tinggal menerima saja. Kalau saja tidak ada
perjanjian seperti itu, tentunya aku sudah dapat
menduduki tahta kerajaan Demak. Sehingga
apabila terjadi ricuh seperti ini, dengan
gampang aku dapat bertindak tegas ?
Pangeran Pangiri berhenti sejenak. Dan
sesudah menelan ludah, barulah ia meneruskan
? Tetapi semuanya telah terjadi demikian, dan
apa yang telah terjadi tak usah disesalkan. Yang
nyata keadaan telah berkembang sedemikian
rupa, segalanya harus kita terima apa adanya.
Yang penting bagi kita sekarang ini bukan harus
menyesalkan keadaan, tetapi kita harus


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berusaha mencari daya untuk membalas semua
ini dengan akal ?
? Apakah maksud kangmas? ?
? Sudah semakin nampak jelas bahwa ada
jaring-jaring yang direntangkan antaraMataram, Jipang dan Pajang. Sudah jelas bahwa
dimas Benowo memusuhi kita dan berpihak
kepada kangmas Senopati. Mereka bekerja sama
begitu rapi. Diam-diam Mataram menyusun
kekuatan, sedang dimas Benowo yang bertindak
sebagai pelindung. Di samping dua orang itu
berusaha begitu rupa di ibukota Pajang ini
sendiri terdapat pembantu-pembantu setia
Mataram dan Jipang. Tentunya dimas
tahu.........?
? Ya, saya tahu ? sahut adipati Tuban
dengan cepat ? sederet nama sudah terukir
dalam lubuk hatiku. Dan apabila tiba saatnya,
inginlah dengan tanganku sendiri menikam
dada mereka dengan keris, huh! ?
Tiba tiba saja adipati Tuban geram. Katanya
lebih lanjut ? Pabelan dan yang lain selalu
merongrong Pajang dari dalam. Dan walaupun
tidak terang-terangan, selalu memusuhi kita.
Apakah belum tiba waktunya, dengan pengaruh
dan kekuasaan kangmas, menindak kepada
orang macam itu? ?
? Memang belum tiba saatnya?pangeran
Pangiri berkata lirih. Kemudian ia menyambar
cangkir dan minum seteguk ? Bukankah aku
tadi sudah berkata, bahwa kita harus pula
menggunakan otak dan akal untuk melawanmereka? Sebab tindakan yang gegabah hanya
akan merugikan diri sendiri. Salah-salah dapat
menimbulkan pengaruh yang tidak kita
harapkan terhadap rama Sultan. Dan bukankah
dimas telah tahu pula tentang kecerdikan Juru
Mretani yang menjadi otak Mataram itu?
Apabila sedikit saja salah langkah, akan
berakibat amat jauh. Yang bukan saja akan
dapat menyudutkan kita, tetapi juga dapat
menyebabkan rama Sultan membenci kita ?
? Ahh, mengapakah kangmas harus
berteka- teki dan membuat saya bingung? ?
Pangeran Pangiri tersenyum ? Baiklah,
mari aku beberkan apa yang terlintas dalam
benakku. Begini, kalau kita tidak menggunakan
akal, untuk menjebak Pabelan yang
membahayakan kita itu, tidaklah gampang!
Sebab bagi kita sekarang sudah cukup sulit
untuk mengenal orang-orang Pajang ini berdiri
di pihak mana. Mengingat keadaan seperti ini,
maka menuntut kepada kita harus lebih berhatihati. Dan anggap saja bahwa seluruh manusia
yang saat ini berdiam di Pajang, hanya aku dan
dimas sendiri sajalah yang dapat dipercaya.
Malah kepada isteri kita sendiripun kita perlu
curiga..........?? Ihh, mengapa kepada isteri harus
curiga? ? adipati Tuban terbeliak.
? Heh,heh,heh... ? pangeran Pangiri
tertawa terkekeh ?Jangan kaget, dimas. Sebab
ini sangat penting. Bukankah kita ini sadar
bahwa isteri-isteri kita itu adalah saudara
adimas Benowo dan diajeng sekar kedaton?
Sebagai saudara, tentu saja isteriku isterimu
dapat terpancing dan secara tidak sadar dapat
membocorkan rahasia. Dan kalau sampai bocor,
hal ini amat berbahaya. Sebab apa yang terkilas
dalam akal, ku sekarang ini, mempunyai
sangkut paut langsung dengan diajeng Sekar
Kedaton ?
? Oh, bersangkut paut dengan diajeng
Sekar Kedaton ? ? adipati Tuban melengak ?
apakah maksud kangmas ? ?
? Dimas, kita telah sama-sama maklum,
Bahwa bukti telah ada, diajang Sekar Kedaton
turut terlibat dalam gerakan Pabelan, dan begitu
pula dimas Benowo, bukankah laporan telah
sampai kepada kita, Pabelan mendapatkan uang
untuk........?
? Ah, saya tahu ? tukas adipati Tuban
sebelum pangeran Pangiri menyelesaikan katakatanya ? bahwa diajeng Sekar Kedaton secara
diam-diam memberikan dana kepada Pabelan.Ya, memang apa yang telah dilakukan diajeng
Sekar Kedaton itu amat merugikan keuangan
Pajang, Tetapi apakah yang akan kangmas
rencanakan dalam hal ini ? ?
? Bersabarlah dulu, dimas, biarlah aku
memberi keterangan sampai selesai, Begini
dimas, seperti dimas ketahui bahwa diajeng
Sekar Kedaton berpihak kepada mereka dan
memusuhi kita. Itulah sebabnya aku tadi
mengatakan bahwa rahasia ini tidak boleh
bocor kepada siapapun. Dan juga tidak kepada
isteri kita sendiri. Sebab isteri-isteri kita adalah
saudara diajeng Sekar Kedaton. maka banyak
kemungkinannya tidak kuasa menahan diri
untuk tidak mengatakan rahasia ini. Kalau
sampai bocor, salah salah kita berhadapan
dengan kemarahan rama Sultan ?
Pangeran Pangiri berhenti dan menelan
ludah. Setelah berhenti beberapa jenak lamanya
barulah ia meneruskan ? Rencanaku adalah
begini. Bahwa tanpa diselenggarakan siasat
dengan pancingan, kangmas Senopati akan
tetap berusaha mungkir dari maksudnya
memberontak. Tetapi sebaliknya apabila
pancingan ini berhasil, tentu akan mempercepat
matangnya keadaan. Hingga sebelum Mataram
berkesempatan menyusun kekuatan, ramaSultan akan berobah pendirian, dan berkenan
untuk menghancurkannya. Lalu bagaimanakah
rencana yang menurut pertimbanganku tepat
dan menguntungkan kita ini? Aku akan
mengorbankan nama baik diajeng Sekar
Kedaton .... ?
? Aih! Mengorbankan nama baik diajeng
Sekar Kedaton? ? Adipati Tuban
membelalakkan mata karena kagetnya ?
Bagaimanakah maksud kangmas yang
sesungguhnya? ?
Pangeran Pangiri mendeham. Ia
memandang adipati Tuban. Dan baru kemudian
ia menjelaskan ? Bukankah diajeng Sekar
Kedaton banyak menggunakan kesempatan
bertemu dengan Pabelan? Dan menurut laporan
yang telah kita terima, pada kesempatan itu
diajeng Sekar Kedaton selalu memberikan uang
kepada Pabelan. Uang itu dipergunakan untuk
membeayai gerakan Pabelan. Maka timbul
niatku untuk menggunakan kesempatan ini di
kala Pabelan mengadakan pertemuan dengan
diajeng Sekar Kedaton. Kita lakukan
penangkapan kepada Pabelan. Dengan tuduhan
Pabelan telah menghina dan mencemarkan
kerajaan Pajang. Telah melakukan hubungan
cinta gelap dengan diajeng Sekar Kedaton ?? Ha, bagus! ? puji adipati Tuban ?
Siasat yang bagus. Dengan tuduhan semacam
itu, walaupun tidak mudah dibuktikan
tetapijuga sulit untuk dibantah. Sebab bukankah
antara Pabelan dengan diajeng Sekar Kedaton
benar-benar menyelenggarakan pertemuan
rahasia? Dan kalau seorang gadis dengan
seorang jejaka menyelenggarakan pertemuan
rahasia, sulit dibantah bahwa antara mereka
tidak melakukan hubungan gelap. Bagus, saya
setuju dengan siasat itu. Tetapi, apakah Pabelan
hanya seorang diri, dan begitu saja menyerah
untuk ditangkap? ?
? Akupun menduga bahwa Pabelan tidak
seorang diri, dan pasti akan melawan bilamana
dilakukan penangkapan. Tetapi bukankah kita
dapat menipu agar Pabelan menyerah? Ada atau
tidak ada hubangan cinta antara mereka, hal itu
bukan soal kita. Namun tepat dijadikan dalih
guna menangkap Pabelan ?
? Kalau sudah terlaksana ditangkap, lalu
apakah tindakan kangmas ? ?
? Bunuh mati! ?
? Bagus! ? sorak adipati Tuban ?
Memang cara itu sajalah kiranya yang paling
tepat. Hingga Pabelan tidak mempunyai
kesempatan untuk membela diri dan ramaSultanpun tidak sempat memeriksa. Kemudian
sesudah Pabelan mati, apalagi tindakan
kangmas? ?
? Tangkap tumenggung Mayang dengan
keluarganya. Begitu pula tumenggung
Dadaptulis dan beberapa orang lain yang
mempunyai hubungan dengan Pabelan. Kita
lakukan pembersihan tidak tanggung-tanggung
? ? Mengapa harus begitu? ?
? Semuanya ini merupakan jalan untuk
memancing kemarahan kangmas Senopati.
Bukankah dia akan marah kalau kemenakannya
dibunuh mati, dan saudaranya ditangkap? Nah,
kalau sudah terpancing kemarahannya, tentu
akan bertindak. Dengan tindakannya itu, benarbenar berarti Mataram merencanakan melawan
Pajang. Bagaimanakah menurut pikiranmu? ?
? Ya, tepat sekali rencana kangmas. Kalau
Mataram sudah tak dapat menutupi lagi maksud
yang sesungguhnya, kita segera dapat
mempengaruhi rama Sultan untuk memukul
Mataram secepatnya ?
Pangeran Pangiri mengangguk. Kemudian
dua orang ini tertawa gembira sekali dan
merasa puas. Sebab tuduhan menghina kerajaan
dengan menyelenggarakan hubungan gelapdengan puteri raja seperti itu, merupakan
perbuatan pelanggaran yang amat berat.
Memang hanya dengan tebusan nyawa sajalah
yang paling tepat. Mereka tidak lagi butuh
memikirkan bagaimana perasaan puteri Sekar
Kedaton dengan terjadinya tuduhan seperti itu.
Sebab titik tolak pemikirannya, bahwa perjoangan memerlukan pengorbanan.
Sepak terjang orang-orang yang berpihak
kepada Senopati Ing Ngalogo makin menjadi.
Maka tiada kebijaksanaan lain kecuali harus
mengimbangi. Harus melakukan pukulan yang
tepat. Pukulan yang mematikan.
Setelah beberapa saat lamanya mereka
berdiam diri, baru kemudian pangeran Pangiri
berkata ? Aku percaya, bahwa rama Sultan
takkan menyalahkan kita kalau menghukum
Pabelan seperti itu, tanpa melalui peradilan
terlebih dulu. Dan apabila rama Sultan sampai
bertanya pula tentang hal ini, akupun sudah
menyediakan jawaban dan alasan. Bahwa
Pabelan bukan melulu menghina kerajaan,
tetapi juga merongrong kerajaan Pajang untuk
kepentingan Mataram. Orang boleh saja
mencintai wanita, meskipun puteri raja
sekalipun. Namun orang harus dapat
menempatkan diri. Kalau benar-benarmencintai diajeng Sekar Kedaton, bukankah
orang tuanya dapat berbicara dengan rama
Sultan atau melamarnya? Bukannya dengan
hubungan rahasia seperti itu, yang melanggar
tata kesopanan ?
Adipati Tuban mengangguk ? Alasan yang
tepat. Sebab tidak seorangpun akan
mengijinkan anak-gadisnya dirusak orang.
Lebih lagi, dengan cara seperti itu, apakah dapat
dipertanggungjawabkan? Siapa tahu seorang
laki-laki hanya di bibir saja menyatakan
kesetiaan dan cintanya. Namun setelah berhasil
mendapatkannya, kemudian ingkar janji dan
meninggalkan tanpa pertanggungan jawab ?
? Jadi, dimaspun setuju dengan rencana
ini ? ?
? Mengapa tidak. Aku mendukung
sepenuhnya. Kiranya yang penting sekarang,
tinggal mencari siapakah yang pantas dan tepat
untuk melaksanakan tugas ini ?
? Tugas mengawasi gerak gerik Pabelan
itukah maksud adimas? ?
Adipati Tuban mengangguk.
? Dimas benar. Memang kita harus
mendapatkan orang yang tepat dan dapat
diperkaya dalam melaksanakan tugas ini, di
samping seorang yang sakti mandraguna.Baiklah, mari kita teliti, siapakah diantaia orangorang kita yang pantas untuk memikul tugas ini
? Demikianlah, mereka menjadi puas setelah
dapat merencanakan siasat ini. Yang mereka
tunpgu sekarang, kapankah Pabelan datang
menemui Sekar Kedaton . . .
Catatan pengarang yang amat perlu
diketahui para Pembaca yang budiman. Bahwa
bagi para Pembaca yang sudah pernah
membaca buku "Babad Demak", "Babad Tanah
Jawi" maupun "Babad Mataram", tentu akan
bertemu dengan bagian-bagian yang tidak cocok


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan apa yang Pengarang sajikan. Bagian
yang Pengarang maksudkan adalah tentang
RADEN PABELAN. Di dalam tiga macam buku
tersebut, disebutkan bahwa raden Pabelan
dibunuh mati, sebagai akibat kesalahannya
menyelenggarakan hubungan cinta gelap
dengan puteri Sekar Kedaton Pajang, atau puteri
ketiga sultan Hadiwijaya.
Mengapa Pengarang sengaja menyuguhkan
cerita ini kepada para Pembaca yang budiman
lain dengan apa yang tercantum dan diceritakan
di dalam Babad ? Ada beberapa bagian yang
sengaja disembunyikan oleh Pujangga
(pengarang) wakta itu. Yang akibatnya, dapatmembuat salah pengertian bagi Pembaca yang
kurang kritis daya tangkapnya. Dan
beranggapan bahwa setiap yang dicernakan di
dalam Babad itu benar.
Demikian pula apa yang diceritakan oleh
Babad tentang riwayat hidup raden Pabelan
itupun perlu diteliti tentang kebenarannya.
Bagaimanakah cerita tentang raden Pabelan itu
di dalam buku Babad? Sebagai bahan
pengetahuan dan perbandingan baiklah saya
kutipkan secara ringkas.
Diceritakan bahwa raden Pabelan itu,
seorang pemuda berwajah tampan, tetapi
mempunyai tabiat tidak baik. Karena Pabelan
seorang pemuda "hidung belang". Bukan saja
suka menodai gadis orang, tetapi juga senang
berbuat "ngrusak pager ayu". Aniaya, dia suka
menyelenggarakan hubungan cinta gelap
dengan isteri orang. Perbuatan ini
menyebabkan ayahnya, tumenggung Mayang
amat perihatin, di samping khawatir. Betapa
akan cemar nama baiknya, kalau sampai terjadi,
Pabelan ditangkap dan dihajar orang, hanya
karena perkara macam itu. Maka kemudian
dianjurkan oleh ayahnya, agar Pabelan
menggoda dan menyelenggarakan cinta gelap
dengan Ratu Sekar Kedaton saja. Kalauberuntung akan dapat menjadi menantu raja
Pajang, namun sebaliknya kalau sial akan
menebus dengan nyawanya.
Ternyata kemudian Pabelan setuju dengan
anjuran ayahnya ini. Dan atas bantuan ayahnya,
Pabelan dapat masuk ke kraton dengan
gampang. Caranya, tumenggung Mayang meraba
tembok sambil mengucapkan mantra. Secara
aneh pagar tembok itu tiba-tiba merendah
sendiri, sehingga dengan gampang Pabelan
masuk ke dalam. Mantra untuk membuat
tembok ini merendah sendiri, sudah diajarkan
kepada Pabelan. Agar kalamana mau pulang
takkan menemui kesulitan.
Demikianlah, Pabelan berhasil masuk ke
dalam tempat tinggal Ratu Sekar Kedaton.
Wajah Pabelan yang tampan telah lama
didengar oleh gadis itu. Maka begitu bertemu,
Ratu Sekar Kedaton jatuh cinta. Hingga saat itu
juga antara mereka tidak bedanya dengan
pengantin baru.
Hampir tengah malam, Pabelan baru
meninggalkan kamar Ratu Sekar Kedaton.
Tetapi ketika mengucapkan mantra sambil
meraba pagar tembok, ternyata pagar tembok
itu tidak mau merendah seperti ketika diraba
tumenggung Mayang. Berkali-kali iamengucapkan mantra dan mengusap tembok.
Namun si tembok tetap saja seperti semula.
Dalam kebingungannya ini kemudian Pabelan
kembali ke kamar Ratu Sekar Kedaton. Lalu ia
menceritakan apa yang terjadi. Dan akhirnya
Pabelan menginap dalam kamar ini sampai
empat malam.
Akibatnya para pelayan dalam keputren ini
menjadi ketakutan. Karena khawatir terlibat,
akhirnya peristiwa ini dilaporkan kepada raja.
Betapa kaget Sultan Hadiwijaya mendengar
laporan ini, disamping amat marah. Lalu lurah
Tamtama bernama Wirotanu dan Surokarti,
dengan puluhan prajurit diperintahkan
menangkap Pabelan. Atas perintah ini,
kemudian prajurit tamtama itu mengurung
kamar Ratu Sekar Kedaton.
Sadar akan bahaya, timbullah tekad dua
insan ini untuk mati bersama. Mereka kemudian
berpelukan menunggu ajal. Melihat gelagat yang
tak menguntungkan ini, kemudian Surokarti
menggunakan siasat membujuk Pabelan. Ia
menganjurkan kepada Pabelan agar menyerah.
Dengan janji, bahwa Surokarti akan melindungi
keselamatannya. Di samping itu, Surokartipun
menyatakan telah mendapat pesan pula dari
tumenggung Mayang. Atas bujukan ini ternyataPabelan terpengaruh. Ia keluar dari kamar
langsung menemui Surokarti. Namun tepat pada
saat itu, beberapa bilah senjata telah menyerang
dari segala penjuru. Pabelan yang lengah dan
tidak pernah menduga serangan ini, segera
menderita luka parah dan tak berdaya.
Menyusul kemudian nyawa melayang pergi.
Jenazah raden Pabelan ini kemudian dibuang ke
sungai di belakang keraton Pajang, kemudian
hanyut.
Inilah sekedar kutipan cerita dari Babad itu.
Dan terus terang saya tidak percaya dengan
cerita ini. Mudah diduga bahwa cerita macam
ini sengaja untuk merahasiakan peristiwa yang
terjadi sebenarnya. Tentu saja dalam masalah
ini diperlukan alasan. Dan alasannya, antara
lain.
Bahwa sejarah hidup Sultan Hadiwijaya
yang ketika mudanya bernama Karebet itu,
terlibat "hubungan cinta gelap" dengan Ratu
Mas Cempa (puteri Sultan Trenggono, Raja
Demak). Ketika rahasia ini diketahui oleh Sultan
Trenggono, maka Karebet "hanya diusir dari
Demak". Kalau benar raden Pabelan berbuat
seperti apa yang pernah dilakukan oleh Karebet,
tentunya Karebet (Sultan Hadiwijaya) tidak
sekejam itu.Lebih lagi raden Pabelan adalah kemanakan
Senopati Ing Ngalogo, yang kedudukannya
sebagai putera angkat.
Mungkin diantara Pembaca bertanya.
Kapankah Karebet (Sultan Hadiwijaya) terlibat
dalam "hubungan cinta gelap" itu? Untuk
jelasnya baiklah diungkap tentang cerita dalam
Babat yang menyesatkan pembacanya. Yang
perlu diungkap dalam hubungan ini adalah
tentang cerita yang tersebut di dalam Babad,
tentang: 1) Bahwa seorang pria gagah perkasa
bernama Dadungawuk, dari Kedu Pingit datang
ke Demak untuk melamar sebagai anggota
prajurit tamtama. Ia mengagulkan diri sebagai
seorang sakti-mandraguna. Menyebabkan
Karebet marah, lalu menikam dada
Dadungawuk dengan sadak. (Sadak, adalah
daun sirih yang digulung). Ternyata sekali tikam
dada Dadungawuk pecah dan kemudian mati.
Sebagai akibatnya, Sultan Trenggono marah,
dan Karebet diusir dari Demak. 2) Cerita
tentang seekor banteng yang gila dan
mengamuk di alun-alun Demak. Tidak
seorangpun dapat menundukkan banteng itu,
kecuali Karebet.
Begitu pandainya Pujangga Keraton dalam
menutup peristiwa sebenarnya, denganperistiwa lain. Tetapi untung juga bahwa
Pujangga itupun masih bermurah hati dengan
memberi petunjuk secara samar samar. Bahwa
pria yang disebut Dadungawuk dari Kedu Pingit
itu, mengandung arti kiasan yang dapat
dipergunakan sebagai petunjuk. "Dadung"
dalam bahasa Jawa, artinya tali. Awuk, artinya
kuat. Kedu mempunyai arti, bau yang tidak
enak. Sedang Pingit, ini kiasan dari "kelamin"
Ratu Mas Cempa. Itulah sebabnya "pecah dada"
ditikam sadak. berarti, Ratu Mas Cerrpa telah
menyerahkan kehormatannya kepada Karebet.
Adapun cerita banteng mengamuk, ini
menggambarkan tuntutan Ratu Mas Gempa
kepada ayahnya. Calon manusia di dalam
perutnya membutuhkan ayah. Dan ayah itu
tidak lain hanyalah Karebet. Itulah sebabnya,
banteng mengamuk itu melulu Karebet yang
dapat menundukkan.
Dan apakah sebabnya Pujangga waktu itu
menutup peristiwa sesungguhnya dengan cerita
lain? Bukankah ini sengaja merusak dan
menyesalkan sejarah? Terserah kepada yang
mempunyai pendapat. Tetapi yang jelas
Pujangga waktu itu dalam menutup rahasia,
secara samar-samar. Dengan semacam kata
kiasan, sehingga kekritisan orang dapatmenyibak tabir rahaia yang sengaja ditutup itu.
Seperti tokoh Dadungawuk berasal dari Kedu
Pingit.
Bagi masa mula Karebet masih ada lagi
cerita yang terkenal, disaat Karebet dikeroyok
buaya di Kedung Srengenge. Itupun cerita
kiasan, peristiwa sesungguhnya sengaja
disembunyikan oleh Pujangga. Namun dengan
pertolongan disebutkannya "tokoh gadis manis
pencari air" dapat diketahui bahwa cerita itu
hasil khayal Pujangga. Bahwa tokoh gadis manis
yang digoda oleh Karebet. kemudian
menghilang itu, sesungguhnya anak seorang
kepala Desa. Gadis itu kemudian melapor
kepada orang tuanya, yarg menyebabkan
orangtua si gadis menjadi marah. Lalu
mengerahkan orang desa untuk mengeroyok.
"Buaya" dalam bahasa Jawa disebut "Baya".
Dan baya ini singkatan dari kata "bebaya".
Karebet berhapaan dengan bebaya, namun
berhasil menguasai keadaan. Walaupun
dikeroyok banyak orang, Karebet yang hanya
berteman Pramanca, Wila dan Wuragil dapat
mengalahkan orang-orang desa itu.
Sebagai imbangan kiranya ada baiknya
dikemukakan tentang cerita "Rara Mendut Pranacitra" yang terkenal. Cerita yang terjadilebih muda dibanding dengan Karebet. Karena
"Rara Mendut - Pranacitra" terjadi pada jaman
Sultan Agung berkuasa di Mataram.
Dalam cerita itu, Pranacitra dibunuh mati
oleh tumenggung Wiroguno, seorang senopati
yang banyak jasanya bagi Mataram. Karena
berbasil mengalahkan adipati Pragola II (Pati).
Sebagai senopati yang besar jasanya, tentu saja
dihormati orang. Tetapi ternyata, begitu
membunuh Pranacitra, maka tumenggung
Wiroguno dihukum oleh Sultan Agung.
Makamnya terletak di Banyusurup (Imogiri)
Dimana makam Banyusurup itu dikenal, sebagai
makam orang- orang yang dianggap berdosa
kepada raja.
Bukankah ini aneh? Bukankah Pranacitra
bersalah, telah melarikan Rara Mendut?
Ternyata jawabannya terletak tentang, siapakah
sesungguhnya Pranacitra itu ? Pranacitra adalah
salah seorang putera Sultan Agung sendiri.
Mengapa demikian? Hal ini dapat diketahui dari
nama ibunda yang aneh, Nyai Singobarong.
Sedang rumahnya di Batakenceng. Pranacitra
memiliki keris pusaka bernama Jabardas.
Dalam dunia hewan, Singobarong (singo)
merupakan Raja hutan. Dalam dunia manusia,
nama itu dipergunakan oleh pujangga untukmenyembunyikan nama ibu Pranacitra, hanya
disebut nyai Singobarong. Tapi dengm nama
nyai Singobarong itu gampang diduga, bahwa
ibu Pranacitra silah seorang puteri Sultan
Agung. Hal ini diperkuat dengan nana desa Batakenceng. Nama Batakenceng ini merupakan
kiasan dari "pagar tembok yang lurus", atau
keraton. Kemudian lebih diperkuat lagi dengan
keris bernama Jabardas. Bahwa keris bernama
Jabardas ini sampai sekarang masih ada dan
tersimpan di dalam keraton Kasunanan
Surakarta (Solo). Keris Jabadas ini tidak
sembarang orang boleh mengenakan. Dan keris
itu hanya untuk pangeran saja.
Kedudukan Pujangga waktu itu, adalah salah
seorang hamba raja. Sebagai hamba, tentu saja
berkewajiban "menutup rahasia keraton", kalau
diperlukan. Maka Pujangga sengaja
menyembunyikannya.
Demikian pula dengan peristiwa raden
Pabelan, yang menjadi tokoh cerita ini. Kalau
toh benar melakukan pelanggaran,
menyelenggarakan hubungan cinta dengan Ratu
Sekar Kedaton, mengapa tidak dirahasiakan?
Bukankah peristiwa ini menodai nama baik
kerajaan ? Kalau peristiwa Karebet dengan Ratu
Mas Cempa disembunyikan dengan ceritaDadungawuk dan banteng mengamuk, adilkah
kalau peristiwa Pabelan dibeberkan seperti itu?
Maka saya (Widi Widayat) mencoba menggubah


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cerita ini, berlainan dengan apa yang
diceritakan oleh Babad. Dengan maksud ingin
dapat menghidangkan bacaan yang mendekati
kebenaran. Akan tetapi mohon pengertian,
banwa dalam saya bercerita ini, bukan
bermaksud menyuguhkan "pelajaran sejarah".
Ini perlu dibedakan, justeru saya hanya
bercerita.
* * *ikirimnya pangeran Benowo dan adipati
Tuban sebagai utusan Sultan Hadiwijaya
menyelidiki ke Mataram itu, menyadarkan
raden Pabelan dan yang lain kalau keadaan
makin menjadi gawat. Bahwa usaha Mataram
memperkuat diri telah diketahui Sultan
Hadiwijaya. Maka bagi pejuang di Pajang perlu
meningkatkan kewaspadaan. Gerak-gerik
dibatasi. Agar peristiwa Joyo Kancil yang
berhianat itu tidak terulang lagi. Dan Pabelan
insyaf bahwa kebebasan dirinya sekarang
terbatas. Gerak-geriknya selalu diamati oleh
pasukan sandi yang sengaja disebarkan oleh
pangeran Pangiri.Dan sore ini Pabelan sedang duduk
menyendiri, ketika ibunya tiba-tiba muncul lalu
duduk di sampingnya. Kehadiran ibunya ini,
membuat apa yang sedang dipikirkan buyar. Ia
tadi sesungguhnya selang berpikir, tindakan
apakah yang harus dilakukan sekarang, setelah
pasukan yang disiapkan dan memerlukan beaya
besar itu berantakan? Ia menjadi sangsi kalau
harus berusaha menyiapkan pasukan di bawah
tanah lagi. Sebab ternyata jerih payahnya
berantakan oleh penghianatan orang. Namun
sebaliknya kalau dirinya tidak berbuat sesuatu,
timbul rasa malunya kepada pak tuanya,
Senopati Ing Ngalogo. Di sana sekarang sedang
giat dilakukan usaha memperkuat pasukan.
Mengapa dirinya yang muda, hanya berpeluk
tangan ? Namun kalau harus meneruskan
usahanya, dari manakah beaya diperoleh?
Semula ia menerima dana dari Ratu Sekar
Kedaton. Tetapi setelah pasukan rahasia yang
disiapkan itu berantakan, ia merasa malu
kepada puteri itu. Dia sendiri kuatir apabila
Ratu Sekar Kedaton salah faham. Kuatir kalau
dirinya dituduh menggunakan dana itu untuk
kepentingan dirinya sendiri.
Namun apa yang terpikir itu sekarang telah
buyar, dengan kehadiran ibunya. Dan ibu itumemandang Pabelan penuh pancaran kasih
sayang.
? Mengapa engkau melamun di sini ? ?
ibunya bertanya lirih.
Sebagai anak tunggal, tentu saja kasih
sayang ibunya tertumpah kepadanya seorang.
Dan ibunya selalu memperhatikan kebutuhan
Pabelan sampai hal sekecil-kecilnya. Sering
Pabelan merasa lucu dan geli sendiri, apabila
pada suatu malam dirinya sukar tidur, lalu
datanglah ibunya menyusul dan tidur di
sampingnya. Dan sambil membujuk supaya
segera tidur, lengan ibunya memeluk leher.
Besar kasih tayang ibunya sering membuat
ibunya lupa, bahwa dirinya sudah bukan anak
kecil lagi. Tetapi agar ibunya tidak kecewa, ia
membiarkan ibunya menganggap dirinya anak
kecil.
Dan sekarang atas pertanyaan ibunya itu,
Pabelan tersenyum. Jawabnya halus ? Tidak
bu, saya tidak melamun. Tetapi sedang mencoba
membayangkan keadaan Mataram sekarang ?
? Apa ? Engkau mencoba membayangkan
keadaan Mataram ? Mengapa? Bukankah
paktuamu hidup lebih terhormat dibanding
dengan ayahmu, karena beliau seorang bupati
Mancanagara? ??Bukan itu maksud saya. Tetapi saya
sedang membayangkan, apa yang dilakukan
uwa Senopati ketika utusan Kangjeng Sultan
datang ke sana ?
? Ada utusan Kangjeng Sultan datang ke
sana ? Siapa dan kapankah itu ? Mengapa
ayahmu tidak bicara ? ?
? Ayah memang tahu, tetapi sengaja tidak
membicarakan. Soalnya, utusan itu
dirahasiakan....?
? Dirahasiakan? Mengapa? ?
? Karena uwa Senopati dicurigai
mempersiapkan pemberontakan ?
? Memberontak? Nanti dulu. Terangkan
dulu siapakah utusan itu ? ?
? Utusan itu Gusti Pangeran Benowo dan
Gusti Adipati Tuban ?
? Hemm ? ibunya menghela napas
pendek ? dan apakah kangmas Senopati
memang mempersiapkan pemberontakan itu ?
? Pabelan mengangguk. Melihat itu ibunya
nampak terkejut. Tak heran, justeru selama ini
ibunya tidak pernah ikut diajak bicara tentang
rencana itu. Demikian pula apa yang sedang
dilakukan Pabelan selama ini.? Hemm, mengapa uwamu ingin
memberontak ? Kedudukan uwamu sudah
cukup tinggi. Kalau sampai gagal bukankah itu
akan mencelakakan seluruh keluarga ? ?
Mendengar ini diam-diam Pabelan
menyesal. Sudah terlanjur bicara, kalau tidak
diberi penjelasan, tentu ibunya akan
beranggapan salah. Sekalipun sesungguhnva
bagi seorang perempuan adalah kurang perlu.
(Memang pada saat cerita ini terjadi, wanita
tidak memperoleh kedudukan yang wajar.
Pendekar Rajawali Sakti 209 Memburu Rajawali The Chronicles Of Narnia 3 Pangeran Caspian Prince Caspian Empress Orchid Anggrek Ungu Kota Terlarang Karya Anchee Min

Cari Blog Ini