Ceritasilat Novel Online

Kumbang Hitam Bumi Sengketa 4

Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat Bagian 4


Masih berlaku peribahasa ?swarga nunut,
neraka katut?).
? Tetapi bukan hanya uwa seorang. Dan
ini selaras dengan kehendak gusti pangeran
Benowo sendiri maupun Kangjeng Ratu Sekar
Kedaton ?
? Ahh, aneh! Mengapa bisa begitu? Anak
harus berbakti kepada orang tuanya. Tetapi
mengapa mereka malah memusuhi orangtua
sendiri? ? ibunya menjadi keheranan.
? Memang ada sebabnya, ibu. Dan semua
ini sehubungan dengan keadaan Kangjeng
Sultan sendiri ? Kemudian oleh Pabelan
diceritakan tentang kedudukan Sultan
Hadiwijaya yang hanya sebagai Raja wakil
selama masih hidup. Apabila telah wafat, hakatas kerajaan kembali ke tangan pangeran
Pangiri. Dan dengan keadaan itu, berarti bahwa
putera Sultan Hadiwijaya takkan dapat
menggantikan sebagai raja. Walaupun benar
pangeran Benowo telah diangkat sebagai Putera
Mahkota, tetapi tak mungkin dapat menjadi raja.
Sengaja Pabeian memberi keterangan
kepada ibunya begitu jelas, agar ibunya dapat
mengetahui semuanya. Dan agar pula tidak
menduga buruk kepada perjuangannya,
perjuangan ayahnya, perjuangan pangeran
Benowo dan yang lain. Rencana itu semua
bukan berarti untuk memusuhi Sultan
Hadiwijaya. Tetapi dalam usaha menghalangi
supaya tahta kerajaan tidak kembali ke tangan
pangeran Pangiri.
Nyai tumenggung Mayang berdiam diri atas
keterangan itu. Sekarang barulah ia mengerti
pula sebabnya, mengapa sering sekali suaminya
maupun putera tunggalnya ini tidak di rumah.
? Tetapi engkau harus berhati-hati anakku
?pesan ibunya ? Engkau harus mengerti
bahwa anakku hanya engkau seorang ?
Pabelan tersenyum, laju menjawab ? Ibu
tidak perlu kuatir. Tetapi walaupun begitu,
setiap perjuangan selalu menuntutpengorbanan. Kalau toh saya harus menjadi
korban perjuangan ini, sayapun rela ?
?Engkau jangan berkata seperti itu,
anakku. Jangan .... ? tiba-tiba ibunya memeluk
erat sekali. Disusul butiran airmata yang
menitik dari sudut matanya.
Melihat ini barulah Pabelan menyadari,
bahwa tidak seharusnya ia berkata seperti itu di
depan ibunya. Maka iapun segera membalas
memeluk ibunya,
Untuk beberapa jenak lamanya nyai
tumenggung Mayang membasahi wajahnya
dengan airmata. Dan sesudah dapat mengusai
perasaan, barulah ibu dan anak ini kembali
berbicara seperti semula.
? Pabelan! Ketahuilah olehmu, bahwa
seringkali ibumu ini bermimpi ?
? Mimpi apa ? ?
? Mimpi menimang seorang cucu yang
mungil! ?
Pabelan tertawa mendengar ini. Ia tahu
akan maksud ibunya. Bahwa ibunya berharap
agar dirinya segera kawin. Iapun menyadari
bahwa seorang ibu, harapan satu-satunya
setelah mendekati usia tua, tiada lain dapat
menimang dan bercanda dengan cucu cucunya.
Justeru cucu-cucu itulah yang kemudian akanmenjadi penyambung sejarah hidupnyaa. Tetapi
sebaliknya bagi Pabelan sendiri, tentang kawin
ini belum sempat ia pikirkan. Yang selalu
memenuhi benaknva saat itu ialah tentang
perjuangan membela dynasti Pajang. Agar
keturunan Sultan Hadiwijaya dapat menduduki
tahta kerajaan. ,
Setiap perjuangan selalu menuntut
pengorbanan.
Dan ia tidak tahu apakah dalam berjuang ini,
masih sempat menikmati hasil perjuangannya,
ataukah menjadi tumbal perjuangan. Justeru
tidak tahu akan nasibnya sendiri itulah, maka
Pabelan sendiri kuatir, kalau keluarganya
menjadi korban perjuangan. Bukankah isteri
dan anaknya itu akan menjadi korban, kalau
dirinya sendiri sampai tewas dalam perjuangan
ini? Dan apabila sampai terjadi demikian,
bukankah ia sengaja mencelakakan isteri dan
keturunannya sendiri? Karena pertimbangan
itulah maka sampai sekarang ia belum
memikirkan kawin, walaupun oleh pengaruh
wajahnya yang tampan, tidak sedikit jumlahnya
gadis rupawan yang sedia menjadi isterinya.
Walaupun tidak sedikit orangtua gadis yang
mengajak bicara dengan ibunya.Tetapi ia memang tidak ingin
mengecewakan hati ibunya. Maka jawabnya
kemudian ? Berilah ampun, ibu. Saya memang
sudah ingin kawin, tetapi sebaliknya hati saya
ini yang rewel ?
Ibunya tersenyum ? Rewel? Rewel
bagaimana? ?
? Hati saya terlalu banyak pertimbangan
dan tuntutan. Sehingga sulit bagi seorang
wanita dapat memenuhi syarat yang diminta
dan dituntut ?
Ibunya tertarik, kemudian tanyanya ? Coba
engkau terangkan tututan hatimu itu.
Barangkali ibu masih dapat mencarikan gadis
yang sesuai dengan tuntutanmu itu ?
Pabelan tidak segera menjawab. Ia menelan
ludah. Setelah memandang ibunya sejenak,
barulah ia memberikan jawabannya ? Ibu, hati
ananda menuntut seorang gadis yang cantik
jelita tanpa cacat. Artinya cantik jelita dalam arti
lahir maupun batin. Dengan begitu jelas gadis
itu berkrperibadian tinggi, suci, setia, tidak
takut menderita, bukan mata duitan dan
menjadi ibu dari anak-anak yang pandai
mendidik. Di samping itu, gadis itupun harus
puteri seorang bangsawan tinggi. Sebab dengan
memperisteri puteri bangsawan tinggi itu,hidup ananda akan terhormat. Dan yang lebih
penting lagi, gadis itu harus berbakti dan pandai
menghormati orangtuanya sendiri maupun
mertuanya ?
? Ahh,.... ? ibunya menghela napas
panjang demi mendengar keterangan anaknya
ini ? Itu terlalu tinggi dan sulit terpenuhi,
anakku. Manusia di dunia ini takkan ada yang
tanpa cacat. Tiap manusia tentu ada
kekurangannya. Aih, anakku, apakah engkau
lupa akan keadaanmu sendiri? Engkau hanya
anak seorang tumenggung. Sedang aku, ibumu
ini, ingatlah bahwa aku hanya anak seorang
lurah Tamtama Pajang. Hanya berkat jasa-jasa
kakekmu sajalah, kemudian kakekmu
pemanahan dapat diangkat sebagai bupati
mancapraja Mataram. Ingatlah engkau akan
kedudukan orangtua-mu, jangan terlalu muluk
tuntutan dan kehendakmu ?
? Ibu, sayang sekali bahwa cita-cita
ananda ini tak mau dikurangi. Kalau tidak bisa
memperoleh gadis semacam itu, lebih baik
tidak kawin saja ?
? Aihh, tidak kawin? ? ibunya terbelalak
kaget ? Engkau anakku seorang, Pabelan.
Mengapa engkau berpendirian seperti itu,
anakku .... ohh, apakah engkau tidak kasihankepada ibumu ini, yang sudah amat lama
menantikan kehadiran cucunya? Apakah jadinya
jika engkau berpendirian seperti itu ? Tiada
seorangpun keturunanku untuk meneruskan
sejarah hidup .... ?
Tiba-tiba nyi tumenggung Mayang menangis
terisak-isak. Ia menjadi amat kecewa, menjadi
sedih seka-li, karena tiada harapan mamperoleh
cucu.
Pabelan menundukkan kepala. Ia sendiripun
menjadi menyesal dan sedih setelah melihat
ibunya menangis sedih. Ia tidak bermaksud
mengecewakan hati ibunya. Akan tetapi
sebaliknya ia merasa berat kalau harus kawin
dalam keadaan seperti sekarang. Ia tidak
menghendaki seorang wanita menjadi korban
karena kawin dengannya. Ia tidak menghendaki
seorang atau lebih, anak dari hasil
perkawinannya menjadi korban. Sedang
menurut cita-citanya, ia baru berpikir untuk
berumah tangga, manakala cita-citanya sudah
terwujud.
Tetapi apabila ia bersikeras dalam urusan
ini, ia pun menyadari bahwa ibunya akan susah
hati. Untuk menghibur ibunya ini, kemudian ia
berkata ? Ibu, maafkanlah ananda. Tiada
maksud ananda menyusahkan ibu. Kalau toh ibumenghendaki ananda cepat kawin, baiklah!
Akan tetapi ananda berilah waktu untuk
mencari lebih dahulu, gadis yang memenuhi
selera ananda itu ?
? Tetapi muskil sekali kalau masih tetap
pada pendirianmu seperti itu ?
? Tidak. Ananda tidak akan rerewel
tuntutan hati itu. Malah ananda bersyukur
sekali kulau ibu sendiri juga sudah mempunyai
pilihan kepada seorang gadis ?
Nyai menggung Mayang menundukkan
kepalanya, mengamati Pabelan. Katanya
kemudian ? Bagaimanakah pendapatmu,
dengan puteri pamanmu tumenggung
Singoyudo itu ? ?
Pabelan tersenyum. Puteri tumenggung
Singoyudo yang bernama Sulastri itu, memang
gadis rupawan. Pandang matanya amat
memikat dan bersinar bening. Bentuk tubuhnya
aduhai. Dan sulit baginya untuk mencari
kekurangan pada Sulastri itu. Namun sungguh
sayang bahwa dirinya dibayangi oleh kekuatiran
yang selalu menghantui pikirannya. Kekuatiran
kalau keluarganya menjadi korban perjuangan.
Maka kemudian ia bertanya ? Ibu, adakah
kiranya gadis lain yang menarik perhatian ibu,
dan pantas dilamar sebagai menantu? ?Atas pertanyaan ini kemudian ibunya
menyebutkan nama beberapa orang gadis
puteri bangsawan. Pabelan tersenyum sambil
mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian ia
menjawab ? Ibu, baiklah? Perkenankanlah
ananda minta waktu untuk mempertimbangkan
selusin gadis itu. Tetapi bagaimanakah kiranya
kalau kemudian hari ananda menginginkan
mereka semua? ?
? Ihh .... mengapa engkau serakah seperti
itu? ? ibunya kaget sekali.
Dan Pabelan tertawa lirih, telah beihasil
membuat kaget ibunya atas jawabannya. Tetapi
hal itu hanya dalam lahirnya saja. Hanyalah
ucapan bibir, bukan kata hati. Sebab memang ia
bukan menginginkan kawin. Namun setidaknya
dengan jawabannya ini, akan dapat
menangguhkan desakan ibunya yang selalu
menghendaki ia lekas kawin dan menghasilkan
anak.
Pada saat itu datanglah seorang hamba yang
kemudian menyerahkan surat kepada Pabelan.
? Surat dari siapa ? ? tanya nyai
tumenggung Mayang.
? Surat dari keraton ? sahut hamba itu.
? Dari keraton? Siapa? ? desaknya ?
Mengapa engkau tadi tidak memberitahu? ?? Ampunilah hamba ? pinta hamba itu
penuh hormat ?Tadi hamba memang menahan
utusan gusti Kangjeng Ratu Sekar Kedaton
dengan maksud untuk melapor lebih dulu.
Tetapi utusan itu memberi keterangan, bahwa
sesuai dengan pesan gusti Kangjeng Ratu Sekar
Kedaton, tidak perlu harus bertemu dengan
bendara Pabelan. Dan utusan itupun tidak
diperkenankan terlalu lama di sini dan
secepatnya harus kembali. Itulah sebabnya
hamba tadi memberanikan diri menerima surat
ini ?
Nyi tumenggung Mayang mengangguk
sesudah tahu persoalannya. Katanya ? Baiklah
jika begitu, dan sekarang kembalilah ke tempat
tugasmu ! ?
Hamba itu segera pergi, sementara Pabelan
membuka surat dari Ratu Sekar Kedaton. Tetapi
sebelum Pabelan sempat membaca, ibunya
sudah berkata ? Anakku, hubunganmu dengan
Ratu Sekar Kedaton begitu dekat. Ahh, apakah
yang menyebabkan engkau tidak mau kawin itu
karena hubunganmu dengan beliau? ?
Pabelan tersenyum, lalu jawabnya ? Ibu,
ibarat si pungguk merindukan bulan kalau
ananda mengharapkan Ratu Sekar Kedaton.
Amat mustahil bisa terjadi. Oleh sebab ituananda tidak pernah bercita-cita dan
mengharap setinggi itu ?


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

? Mengapa engkau berkata begitu? Aku
mempunyai pendapat lain. Lupakah engkau
bahwa ketika Kangjeng Sultan Hadiwijaya masih
muda, kedudukan beliau hanya seorang lurah
tamtama? Walaupun begitu, terbukti beliau bisa
diterima sebagai menantu Kangjeng Sultan
Trenggono ?
? Tetapi ananda ini, lurah tamtamapun
bukan. Malah bisa dikatakan bahwa ananda ini
seorang penganggur, Suatu hal yang mustahil
apabila ananda berani mengharapkan Ratu
Sekar Kedaton itu ?
? Tetapi kalau Kangjeng Sultan berkenan
dan menghendaki, apakah engkau tidak senang?
? ? Barang tentu ibu, ananda akan serang
sekali ?
Tetapi walaupun mengucapkan jawaban
seperti itu, hatinya berlainan. Hubungannya
dengan Sekar Kedaton adalah urusan
perjuangan. Tidak dicampuri dengan urusan
cinta kasih antara laki laki dan perempuan.
? Bacalah suratnya. Ratu Sekar Kedaton
berpesan apa kepadamu ! ?Pabelan mengangguk. Lalu dibacanya surat
dari Ratu Sekar Kedaton itu. Ternyata isi surat
itu singkat saja. Hanya menyebutkan agar
malam nanti Pabelan datnag menemui Ratu
Sekar Kedaton di taman keputren.
? Nah, itulah bukti ? kata ibunya sambil
tersenyum ? Seorang gadis mengundang
seorang jejaka di waktu malam. Bicara apa
lagikah kalau bukan urusan cinta ? Anakku, aku
bersyukur sekali manakala aku dapat
mempunyai menantu Ratu Sekar Kedaton.
Tetapi ibu berpesan kepadamu, agar engkau
amat berhati-hati. Keraton dijaga ketat oleh
tamtama. Apa jadinya kalau apa yang engkau
lakukan ini sampai diketahui mereka? Tidak
urung dapat menimbulkan hal-hal yang tidak
diharapkan ?
Pabelan tersenyum ? Pesan ibu akan
ananda perhatikan ?
Bagi dirinya, masuk ke dalam keraton sudah
biasa. Telah beberapa kali ia bertemu dengan
Ratu Sekar Kedaton menerima dana. Maka
Pabelan sudah tahu keadaan di sana, bagian
yang aman dan mana pula bagian yang
berbahaya. Sedang di samping itu, dirinya juga
memperoleh bantuan orang kepercayaan
pangeran Benowo.Ibunya mengamati wajah anaknya penuh
perhatian. Ibu ini melihat wajah anaknya yang
berminyak. Pertanda bahwa Pabelan belum juga
mandi, sekalipun hari telah sore. Katanya
kemudian ? Aihh, wajahmu berminyak
Pabelan. Hari telah sore, mengapa tidak lekas
mandi? Kurang baik mandi terlalu malam, bisa
mengganggu kesehatanmu ?
? Terima kasih ibu, ananda akan segera
pergi mandi ? Pabelan menjawab sambil
memeluk ibunya, kemudian memberi ciuman
pada pipi ibunya sudah mulai kendor, dan
sesudah itu ia minta diri. Dengan langkah lebar
Pabelan meninggalkan tempat itu.
Nyai tumenggung Mayang masih belum
beranjak dari tempatnya, dan ia memandang
anak tunggalnya yang melangkah pergi. Ia
bangga mempunyai anak-tunggal yang tampan,
gagah dan namanya terkenal di Pajang.
Ketampanan wajah Pabelan menarik perhatian
banyak bangsawan, hingga beberapa orang ibu
dari gadis rupawan tanpa malu suka mengajak
bicara kepada dirinya tentang Pabelan.
Akan tetapi kemudian nyai tumenggung
Mayang menghela napas, setelah teringat akan
sikap anaknya yang kepala batu. Pabelan selalu
memberi dalih dan alasan setiap diajakmembicarakan gadis dan agar kawin. Semua
usaha dan bujukannya tak pernah mempan, dan
Pabelan masih saja membujang. Padahal ia
sesungguhnya telah lama sekah mengharapkan
kehadiran anak-menantu di dalam rumahnya.
Yang kemudian disusul dengan kehadiran cucu
ditengah keluarganya. Ah, betapa bahagia
hatinya, kalau ada cucu yang memanggil ?eyang
putri? (nenek atau embah putri). Dan betapa
bahagia dapat memondong cucu itu, kemudian
si cucu membasahi pakaiannya dengan air
kencing. Alangkah bahagia hatinya, manakala di
saat dirinya sedang makan, ada cucu yang
mengganggu makannya, dan minta disuapi dari
piringnya. Juga alangkah bahagia hatinya,
manakala cucu itu rewel minta sesuatu, dan
kemudian ia dapat memberi apa yang diminta
cucu itu.
Sayang, harapannya itu sampai saat ini
belum tampak ada tanda-tanda. Sering juga ia
bicara dengan suaminya, agar dapat membujuk
Pabelan segera kawin. Namun sungguh
menyesal hatinya, bahwa suaminyapun kurang
perhatiannya apabila diajak membicarakan
tentang Pabelan. Suaminya selalu memberi
jawaban, mengapa harus tergesa dan menuntut
Pabelan cepat kawin ? Seorang pria lain denganseorang gadis dan wanita. Walaupun umur telah
agak tua, tidak akan sulit untuk memperoleh
isteri, pokok kedudukan dan dapat
membahagiakan perempuan.
Nyai tumenggung Mayang menghela napas
agak panjang memikirkan anak-tunggalnya
yang tak segera mau kawin itu. Kemudian
disusul dengan perobahan wajahnya yang di
penuhi rasa masygul. Maka tak juga ia bangkit
dari tempat duduknya, walaupun Pabelan sudah
tidak tampak bayangannya. Pikirannya
kemudian menerawang jauh. Teringat kepada
saudara, Senopati Ing Ngalogo, yang sekarang
sebagai bupati Mataram. Telah lama sekali ia
tidak bersua dengan kakak-kandungnya itu. Dan
tiba-tiba saja, timbullah rasa rindu yang sulit
ditahan. Kalau saja ia dapat bertemu dengan
kakak kandungnya, inginlah ia membicarakan
Pabelan dengan Senopati Ing Ngalogo.
Timbullah harapannya bahwa kakakkandungnya itu sajalah kiranya yang dapat
mempengaruhi Pabelan, agar segera mau kawin.
Akan tetapi kapankah ia dapat pergi ke
Mataram? Kecuali jaraknya cukup jauh, belum
tentu pula suaminya sedia mengijinkan ia pergi.
Mendadak saja nyai menggung teringat kepada
adik perempuannya, nyai tumenggung HaryaDadaptulis. Lalu timbullah keinginannya untuk
membicarakan keinginannya pergi ke Mataram
dengan adiknya itu Siapa tahu dengan cara itu
kamudian baik suaminya sendiri maupun Harya
Dadaptulis dapat mengijinkan? Apabila ia telah
tiba di Mataram, sekaligus ia ingin mengetahui
keadaan di Mataram. Benarkah apa yang sudah
diceritakan oleh Pabelan, bahwa kakak
kandungnya itu sekarang sedang
mempersiapkan pemberontakan kepada
Pajang? Kalau memang benar, inginlah ia
membujuk agar kakak-kandungnya
membatalkan niatnya itu.
Juga ia ingin minta jasa baik pak-tuanya, ki
Juru Mretani. Mungkin ki Juru Mretani bisa
mempengaruhi kakak-kandungnya itu, agar
mau membatalkan niatnya. Bagaimanapun,
menurut pendapat nyai tumenggung Mayang,
setiap peperangan adalah tidak baik.
Peperangan akan menimbulkan korban yang
banyak bagi manusia yang tidak bersalah.
Memperoleh pikiran demikian, ia bangkit
dengan agak malas. Kemudian melangkah
pelahan menuju ke rumah. Ia langsung datang
ke dapur, untuk melihat sendiri persiapan
makan malam yang dipersiapkan oleh para
hamba. Ini memang sudah menjadi kebiasaannyai tumenggung Mayang, selalu mencicipi lebih
dahulu segala makanan dan masakan yang akan
dihidangkan kepada suami dan semua
keluarganya..........
Bersambung Jilid 4
Sumber Pustaka : Ko Aditya Indra Jaya
Sumber Image : Koh Awie Dermawan
first share in Kolektor E-book
Pringsewu 26/12/2018 12:26 PMP e n e r b i t :Karya :
W i d i Wi d a y a t
Terdaftar :
KEJARI No. 274/1.3. Slo. I / VII / 1979
No. Pol. 163/ Sen / Intel Pam / VII / 1979hiasan gambar :
Hak cipta dilindungi undang-undangerajaan Pajang merupakan mata rantai
kesinambungan kerajaan Demak dan
Mataram. Di mana bumi menjadi sengketa dari
keinginan dan nafsu-nafsu kekuasaan maka
merahlah bumi itu dengan darah para pejuang
penegak keadilan, pandu-pandu kebenaran dan
insan-insan pemburu kekuasaan, keduniawian.
Diantara gejolak perebutan kekuasaan,
gemerin-cing senjata dan gelimang darah,
merekahlah sekelumit kisah asmara yang
membara bumi sengketa itu.
Asmara itu pancaran rasa hati. Darah itu
hamburan gelora nafsu. Tangan tangan kotor
dapat membunuh jiwanya tetapi tak kuasa
membasmi bara asmara putera seorang
tumenggung dengan sang dyah Ayu Sekar
Kedaton.
Karena asmara itu azasi Rasa dan Kodrat.
P e n .alam tiba. Angin semilir lembut
membuat badan terasa segar nyaman
kuasa memulihkan otot-otot yang kejang
setelah dipergunakan memeras tenaga sehari
suntuk. Langit cerah, tak sekelumit awaanpun
menodai kejernihan angkasa yang berhiaskan
bintang-gemintang.
Ketika itu, di dalam ruang makan
tumenggung Mayang beserta isteri dan anak
sedang menghadapi hidangan malam yang telah
lengkap disajikan oleh para hambanya.
Tumenggung Mayang memandang anaknya
sementara nyai tumenggung mengisi piring
suaminya dengan nasi yang masih hangat.
Kemudian mengisi piringnya sendiri dan
terakhir mengisi piring anak-tunggalnya.? Pabelan ? kata ayahnya ? selesai kita
makan, rama ingin berbicara dengan engkau
barang sebentar ?
? Baik, rama ? sahut Pabelan singkat.
Nyai tumenggung tertarik sehingga batal
niatnya mengambil telur dadar untuk suaminya.
Kemudian ia bertanya ? Pabelan, apakah
engkau sudah bicara dengan ramamu, tentang
surat yang baru saja engkau terima dari Ratu
Sekar Kedaton ? ?
? Surat dari siapa ? ? sela tumenggung
Mayang seakan kurang yakin akan
pendengarannya.
? Surat dari Kangjeng Ratu Sekar Kedaton,
rama. Menurut isi surat itu, ananda diminta
datang ke keraton malam ini juga ?
? Kangjeng Ratu ingin membicarakan soal
apakah dengan engkau ? ?
? Ananda kurang tahu, rama. Tetapi sudah
beberapa bulan lamanya ananda tidak bertemu
dan membicarakan keadaan ?
? Hm, engkau harus lebih berhati-hati
masuk dalam keraton malam nanti ?
tumenggung Mayang berpesan ? Sekalipun
rama tidak memberi penjelasan, engkau tentu
sudah tahu maksudku ?
? Baik rama, akan ananda perhatikan ?? Kangmas ? sela nyai tumenggung ?
sudah berapakah umur Pabelan sekarang ini? ?
? Mengapa engkau tanyakan kepadaku ?
? sahutnya sambil tersenyum. Tetapi
kemudian ia berkata pula ? Sudah duapuluh
dua ?
? Duapuluh dua ? Sudah duapuluh dua
masih juga belum mau kawin! Bukankah itu
sudah cukup? Tetapi kangmas, bukankah
hubungan antara Pabelan dengan Kangjeng
Ratu Sekar Kedaton begitu dekat? ?
? Maksudmu ? ? selidik suaminya.
? Maksudku, bukankah itu amat kebetulan
?. Kalau memang jodoh, kitalah yang akan
beruntung, kangmas ?
? Ahh, harapanmu terlalu muluk. Ibarat si
pungguk merindukan bulan. Mana mungkin
Ingkang Sinuhun bersedia mengabulkan ? ?
?Bukankah Pabelan bukan anak orang
sembarangan? Jelek-jelek anak seorang
tumenggung. Kalau dibanding dengan ingkang
Sinuhun waktu itu, bukankah anak kita malah
lebih gagah? Maka .... ?
? Sudahlah bu, jangan memikirkan yang
bukan-bukan. Pabelan bukan Ingkang Sinuhun


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

waktu itu, ketika masih bernama Mas Karebet.
Juga engkau harus sadar, bahwa nasib manusiaitu berlainan. Dan tentang jodoh itu sebenarnya
Tuhan sendirilah yang menentukan. Bahwa
Ingkang Sinuhun waktu itu, memang sudah
jodoh Kangjeng Ratu Mas Cempa. Oleh sebab itu
bisa diterima sebagai menantu oleh Ingkang
Sinuhun Sultan Trenggono ?
? Tetapi kangmas, lalu kapankah aku ini
bisa menimang cucu ? ? tuntut nyai
tumenggung.
Tumenggung Mayang tertawa, kemudian
jawabnya ? Pada saatnya, anakmu akan kawin
juga. Sudahlah bu, mari kita makan ?
Nyai tumenggung Mayang cemberut kurang
senang, tetapi tidak berani berbicara lagi.
Kemudian mengambil lauk dan mulai makan.
Untuk beberapa saat lamanya tidak seorangpun
membuka mulut. Mereka sibuk menikmati
hidangan malam. Tetapi kemudian tumenggung
Mayang tidak dapat menahan diri, maka
kemudian ia mulai berbicara, membicarakan
masalah-masalah yang sepele. Makan dengan
berdiam diri memang kurang nikmat.
Bagaimanapun bicara dalam makan itu
merupakan lauk pula.
Setelah selesai makan, tumenggung Mayang
mengajak puteranya duduk di pendapa. Sedang
nyai tumenggung membantu para hambanyamengundurkan sisa hidangan. Kemudian masuk
ke kamar untuk mengatur perabot kamar tidur.
? Bagaimanakah isi surat Kangjeng Ratu
Sekar Kedaton yang baru sore tadi engkau
terima? ? tanya tumenggung Mayang mamulai
percakapan.
Dikeluarkannya surat Ratu Sekar Kedaton
dari saku bajunya ? Rama, surat Kangjeng Ratu
? Surat diterima tumenggung Mayang, setelah
dibuka lalu dibacanya. Tumenggung Mayang
mengangguk-anggukkan kepalanya sambil
membaca surat itu. Kemudian memandang
Pabelan. Surat itu tidak menyebutkan apa-apa,
hanya mengharap kehadiran Pabelan ke
keraton, malam ini. Maka kemudian ia berkata
? Seperti telah rama katakan tadi, bahwa
engkau harus berhati-hati memenuhi panggilan
Kangjeng Ratu. Suasana sekarang berlainan
dengan beberapa waktu yang lalu, sesudah
Ingkang Sinuhun mengutus gusti pangeran
Benowo dan gusti adipati Tuban meninjau ke
Mataram. Apakah engkau mengerti? ?
? Mengerti rama, karena tentu saja gusti
adipati Tuban maupun gusti pangeran Pangiri
menjadi penasaran ?Tumenggung Mayang mengangguk lalu
katanya lebih lanjut ? Engkau benar. Hasil
peninjauan, ah .... katakanlah menyelidiki
Mataram itu tidak sesuai dengan apa yang
mereka harapkan. Malah gusti adipati Tuban
memperoleh malu, karena jago-jago Tuban
dengan mudah dapat dikalahkan oleh
kangmasmu Ronggo. Anakku, tentunya engkau
tahu bagaimanakah watak dan tabiat menantu
Ingkang Sinuhun itu. Biasanya mencari jalan
guna memuaskan rasa penasarannya itu dengan
orang lain sebagai kambing hitamnya ?
Tumenggung Mayang berhenti dan
mengamati wajah anaknya beberapa saat lalu
meneruskan ? Memang ada beberapa
persoalan yang menumpuk dan menyesak dada
mereka. Yang pertama, baik gusti pangeran
Pangiri maupun gusti adipati Tuban, berkurang
kebebasannya setelah gusti pangeran Benowo
berdiam di Pajang. Karena Ingkang Sinuhun
tidak cepat percaya kepada setiap laporan dua
orang menantu itu, sebelum minta pendapat
pangeran Benowo. Kemudian yang kedua, aku
tadi baru saja pulang dari rumah pamanmu
Harya Dadaptulis. Pamanmu menceritakan,
bahwa sudah beberapa minggu ini pamanmu
mendapat desakan pertanyaan dari pangeranPangiri maupun adipati Tuban tentang Wahono.
Mengapa tidak pernah muncul lagi, dan
merekapun mendesak di mana sekarang
Wahono berada. Akibat desakan itu, akhirnya
pamanmu berterus terang, bahwa Wahono
sekarang di Mataram .... ?
? Ahh, mengapa paman Harya berterus
terang? ? Pabelan kaget.
? Sabarlah anakku, pamanmu memang
tidak secara blak-blakan. Benar pamanmu
mengakui bahwa Wahono sekarang di Mataram.
Sedang pamanmu dalam menjawab itu dengan
dalih bahwa Wahono diminta oleh kakekmu ki
Juru Mretani, supaya tinggal sementara waktu
di Mataram ?
? Mungkinkah mereka percaya akan
keterangan itu? ?
? Percaya atau tidak terserah. Itu adalah
hak mereka sendiri. Namun sebaliknya, alasan
itu bagi pamanmu juga merupakan alasan yang
masuk akal. Seorang cucu memenuhi
permintaan kakeknya adalah wajar ?
Tumenggung Mayang berhenti sejenak,
memandang puteranya. Baru kemudian ia
meneruskan ? Anakku, kiranya engkau cukup
maklum akan dua masalah yang rama
maksudkan tadi. Bahwa keadaan cukup gawatsekarang, hingga engkau harus berhati-hati.
Usaha pangeran Pangiri dan adipati Tuban
untuk menjebakmu bersama pamanmu lewat
Joyo Kancil gagal total.
Mengingat kegagalan usaha itu, tentu saja
mereka penasaran dan selalu berusaha mencari
kesempatan. Bagi mereka, kiranya kesempatan
baik untuk mencelakakan engkau, yang paling
mudah apabila engkau masuk ke dalam keraton
menemui Kangjeng Ratu Sekar Kedaton.
Kehadiranmu di tempat kediaman Ratu Sekar
Kedaton itu sendiri, sudah merupakan suatu
pelanggaran berat bagi kehormatan keraton.
Yang kedua, engkau seorang pria dan masih
jejaka pula, sedang gusti Kangjeng Ratu Sekar
Kedaton seorang puteri serta masih gadis.
Masuk akal kiranya apabila pertemuanmu itu
kemudian diputar-balikkan orang, sebagai
pertemuan antara laki-laki dan perempuan yang
sedang memadu cinta secara gelap. Kalau
sampai terjadi seperti itu, apakah sudah engkau
pikirkan akibatnya? ?
Jantung Pabelan berdenyut keras. Ia
berdiam diri beberapa saat lamanya. Pemuda ini
menundukkan kepalanya seakan sedang
mencari jawaban yang tepat. Benaknya
dipenuhi oleh ucapan ayahnya, kalau ada orangyang tahu bahwa dirinya mengadakan
pertemuan dengan Ratu Sekar Kedaton malam
ini. Kalau sampai terjadi seperti itu, adalah berat
sekali akibatnya. Karena ia dapat dituduh
menghina keraton Pajang.
Namun sebaliknya, ia merasa bahwa dirinya
seorang pemuda pejuang dinasti Pajang yang
bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya
mempertahankan dinasti Pajang itu. Kalau
malam ini Ratu Sekar Kedaton memanggil
dirinya, tentu ada alasan yang amat penting.
Tentu puteri itu memerlukan sekali
kehadirannya. Maka apabila ia tidak datang
memenuhi panggilan itu, apakah jadinya.
Mungkin puteri akan marah. Mungkin salah
paham. Dan mungkin pula malah menuduh
bahwa Pabelan sekarang sudah berobah,
menjadi seorang pemuda yang berjiwa
pengecut. Lari dari tanggung jawabnya
memperjuangkan kerajaan Pajang. Dan kalau
sampai terjadi demikian betapa malu dia
kepada pangeran Benowo. Betapa malu apabila
hal ini didengar oleh pak-tuanya, Senopati Ing
Ngalogo Bupati Mataram.
? Apakah engkau akan berangkat juga ? ?
tanya ayahnya.Pabelan mengangkat kepalanya kemudian
meng-anSguk sambil menjawab ? Benar rama,
ananda akan berangkat memenuhi panggilan
Kangjeng Ratu ?
? Apakah sudah engkau pikir masakmasak? Menurut pendapatku, lebih baik
sekarang engkau datang saja kepada gusti
pangeran Benowo. Engkau dapat membicarakan
panggilan gusti Kangjeng Ratu Sekar Kedaton
itu, dan mintalah pertimbangan beliau. Kiranya
dengan jalan ini akan lebih baik. Kalau sampai
terjadi sesuatu, gusti pangeran Benowo akan
dapat menolongmu ?
Mendengar nasehat ayahnya itu, Pabelan
mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
Memang menemui pangeran Benowolah jalan
yang paling baik dan aman. Sebab dengan
tanggungan putera mahkota itu, kalau sampai
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pasti akan
memperoleh perlindungannya.
Tetapi sebelum Pabelan sempat membuka
mulut, ayahnya sudah berkata lagi ? Anakku,
bagaimanapun tindakan yang berhati-hati
adalah jalan yang terbaik. Ini bukan berarti
takut. Jadi janganlah engkau merasa turun harga
dengan minta nasehat gusti pangeran Benowo.Sebab semua ini demi perjuangan dan
keberhasilan cita-cita kita bersama ?
? Baiklah rama, ananda akan datang
menghadap untuk minta pertimbangan gusti
pangeran Benowo. Ananda merasa tidak enak
kalau dianggap mengesampingkan panggilan
Kangjeng Ratu ?
Tumenggung Mayang tersenyum puas dan
mengangguk-angguk mendengar jawaban
puteranya? Bagus anakku, berangkatlah!
Tetapi temuilah dulu ibumu dan mohonlah diri.
Doa dan restu orang-tua amat penting sebagai
bekal kepergianmu ?
Pabelan segera berjongkok dihadapan
ayahnya, kepala ditundukkan memberi sembah.
Tumenggung Mayang manggut-manggut puas,
menepuk-tepuk punggung anaknya kemudian
mengusap kepala sambil berkata ? Pabelan,
doa restu rama selalu menyertai perjalananmu.
Engkau seorang yang mempunyai tanggung
jawab besar berhasil atau tidaknya perjuangan
kita sekarang ini. Jasamu akan tercatat dalam
sejarah dan tentu akan dihargai oleh kangmas
Senopati ?
? Terima kasih, rama. Perkenankanlah
sekarang ananda berangkat ?? Berhati-hatilah setiap langkah
tindakanmu ?
Kemudian Pabelan melangkah menuju
rumah besar untuk menemui ibunya. Ia
memeluk ibunya sambil mencium pipi dan
berkata ? Ibu, ijinkanlah ananda berangkat
memenuhi panggilan Kangjeng Ratu Sekar
Kedaton ?
? Ibu senang sekali engkau mempunyai
hubungan yang erat dengan Kangjeng Ratu ?
sambut ibunya ? Tetapi yang ibu harapkan,
hubunganmu itu jangan setengah-setengah.
Sebab betapa akan bahagia hati ibu dan ramamu
manakala engkau berhasil menjadi salah
seorang menantu Ingkang Sinuhun ?
Pabelan tidak ingin mengecewakan ibunya.
Maka ia hanya mengangguk lalu minta diri.
Malam itu juga Pabelan meninggalkan
Mayang dengan langkah cepat. Tujuannya yalah
akan menghadap pangeran Benowo terlebih
dahulu untuk mohon petunjuk. Tetapi setelah
agak jauh meninggalkan Mayang, tiba-tiba saja
timbulah rasa ragunya untuk menghadap
pangeran Benowo. Selama ini ia tidak pernah
minta petunjuk atau nasehat kepada pangeran
Benowo apabila akan bertemu dengan Ratu
Sekar Kedaton. Lebih lagi, bagi dirinya tidaklahsulit untuk masuk ke dalam keputren, karena ia
sudah tahu manakah jalan yang aman dan mana
pula jalan yang berbahaya.
Lagi pula, beberapa orang penjaga telah
menjadi langganan uang suapan.
Selebihnya, apabila ia sudah berhasil masuk
ke dalam keputren, sudah tak ada lagi yang
perlu dikuatirkan. Semua hamba sahaya Ratu
Sekar Kedaton telah ia kenal dan merupakan
orang-orang yang dapat dipercaya. Tidak
mungkin para dahyang itu sampai
membocorkan rahasia dan melaporkan
kehadirannya ke keputren.
Terpikir demikian, berobahlah langkah
Pabelan. Ia tak ingin lagi menghadap pangeran
Benowo, tetapi akan langsung masuk ke
keputren bertemu dengan Ratu Sekar Kedaton.
Telah beberapa kali ia datang ke keputren.
Selama itu selalu lancar dan aman. Semua orang


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tutup mulut. Apa yang harus dikuatirkan lagi?
Lebih lagi ia seorang pejuang untuk kepentingan
Pajang dan Mataram.
Demikianlah akhirnya Pabelan langsung
menuju ke keputren untuk menghadap dan
memenuhi panggilan Ratu Sekar Kedaton. Ia
percaya bahwa Ratu Sekar Kedaton ingin
membicarakan hal yang amat penting dan tidakdapat ditunda-tunda. Tetapi soal apakah
kiranya yang akan dibicarakan Ratu Sekar
Kedaton malam ini? Sambil melangkah Pabelan
terus menduga-duga. Namun demikian tetap
saja tak dapat memecahkan soal apakah kiranya
yang ingin dibicarakan Ratu Sekar Kedaton
dengan dirinya malam ini.
Tanpa mendapat kesulitan Pabelan telah
dapat melalui penjagaan. Pengaruh uang suap
memang besar sekali bagi penjaga yang kurang
kesadarannya akan tang, gung jawab terhadap
tugasnya yang dipikul. Dan makin banyak orang
yang tidak memiliki kesadaran akan tanggung
jawabnya dalam menunaikan tugas, akan
rusaklah negara.
Ternyata dua orang dahyang kepercayaan
Ratu Sekar Kedaton telah ditugaskan untuk
menjemput Pabelan.
? Raden, mengapa raden terlambat
datang? ? sapa salah seorang dahyang itu.
Pabelan menatap pandang sejenak kearah
dahyang yang menyapa itu, lalu menjawab
dengan tersenyum
? Terlambat? Ahh, tidak! ?
? Hamba berdua sudah cukup lama
menunggu kedatangan raden ? dahyang yang
lain berkata ? Karena terlalu lama harusmenunggu di tempat ini, menyebabkan darah
hamba menjadi rebutan . . . . hi, hi, hik .... ?
? Siapakah yang memperebutkan? ?
tanya Pabelan tertarik.
? Nyamuk . . . . hi, hi, hik ... . badan hamba
gatal semua . . . . ?
? Salahmu tadi tidak mandi?Pabelan
mengejek.
? Raden menghina .... ? sahut dahyang itu
? Tiap hari hamba mandi tiga kali .... ?
? Tiga kali ? Mengapa engkau tidak mandi
lima kali biar lebih bersih ? ?
? Hi, hi, hik .... apakah reden mandi lima
kali juga sehari? ?
Tertegun Pabelan mendengar jawaban
perempuan itu. Menyebabkan Pabelan tertawa
lirih. Kemudian dengan diiring oleh dua hamba
itu Pabelan langsung menuju ke tempat
kediaman Ratu Sekar Kedaton.
Agaknya Ratu Sekar Kedaton memang
sudah menunggu kehadirannya. Terbukti puteri
ini menegur begitu melihat Pabelan muncul ?
Aku sangka engkau tidak datang malam ini,
Pabelan. Sudah cukup lama aku menunggu
kedatanganmu! ?
? Ampunilah hamba, gusti ? sahut
Pabelan sambil menghaturkan sembah ? Danhamba berjanji, takkan mengulang lagi
kelambatan seperti ini ?
? Sudahlah Pabelan, duduklah! ? kata
Ratu Sekar Kedaton sambil menggerakkan
tangan, mempersilakan Pabelan duduk di
depannya.
Atas perintah itu Pabelanpun segera duduk
bersila di atas permadani dan yang menjadi
tempat duduk Ratu Sekar Kedaton pula.
? Kemana sajakah engkau beberapa
minggu ini, Pabelan? Mengapa pula engkau
tidak berusaha menemui aku kalau tidak
kupanggil ? ? tanya Ratu Sekar Kedaton sedang
bibirnya menyungging senyum manis dan
sepasang mata yang indah menatap Pabelan.
Tetepi ketika Pabelan mengangkat muka
dan menatap pandang puteri itu, cepat-cepat
Ratu Sekar Kedaton menghindar pandang untuk
tidak bertaut. Lalu terdengarlah Pabelan
menjawab ? Bukan maksud hamba
menghindar dan menjauhkan dari gusti, akan
tetapi karena dalam waktu belakangan ini
hamba memang belum memerlukan dana.
Semenjak pasukan Joyo Kancil berantakan
akibat terjadinya penghianatan dulu, belum
terpikir oleh hamba untuk membentuk pasukansemacam itu. Karena hamba khawatir kalau hal
itu hanya akan membuang beaya tanpa hasil ?
? Engkau jangan merendahkan diri,
Pabelan. Usahamu itu bukannya gagal. Dan
memang setiap langkah, tidak selalu lancar. Itu
merupakan hal yang biasa. Sedang
sesungguhnya, masalah itu bukan tanggung
jawabmu seorang. Tetapi aku tidak ingin
membicarakan soal itu malam ini ?
? Lalu, masalah apakah gusti? ?
? Yang ingin kubicarakan dengan engkau,
tentang persoalan harta-benda yang dikirim ke
Demak oleh kangmas Pangiri ketika itu.
Sudahkah engkau mendengar tentang
penyelesaiannya? ?
Pabelan menggelengkan kepalanya ?
Belum, gusti. Apakah harta-benda itu akhirnya
dapat ditarik kembali ke Pajang? ?
? Tidak! Karena rama Sultan tidak
menghendaki masalah itu diperpanjang
persoalannya ?
? Mengapa ? ?
? Karena rama Sultan sendiri merasa dan
mengakui, bahwa bagaimanapun kangmas
Pangiri lebih berhak tentang harta-benda
Pajang. Bukankah harta-benda itu bisa
terkumpul karena rama Sultan menduduki tahtakerajaan Pajang, mewakili kangmas Pangiri?
Maka sudah wajarlah kiranya kalau kangmas
Pangiri kemudian mengangkut ke Demak ?
Pabelan tercengang mendengar keterangan
itu. Mengapa dapat terjadi seperti ini? Kalau
tahu keputusan sultan Hadiwijaya bakal
demikian, waktu itu ia tidak mungkin
memutuskan agar harta-benda itu diangkut
terus ke Demak. Ternyata perhitungannya
waktu itu meleset dari kenyataan. Harapannya
tentang harta benda itu dapat diselesaikan
dengan menguntungkan Pajang, ternyata
hanyalah impian kosong. Hingga dengan
demikian berarti pangeran Pangiri dan adipati
Tuban menang mutlak.
Untuk beberapa jenak Pabelan berdiam diri,
kepala menunduk dan tidak kuasa
mengucapkan kata-kata. Bagaimanapun ia
merasa, bahwa semua ini dirinyalah yang
bersalah. Waktu itu dalam usahanya
menyelamatkan nyawa ki Sinduro,
menyebabkan ia mengambil keputusan yang
amat berani.
Menghadapi kenyataan ini, ia merasa
bersalah dua kali. Yang pertama, masalah harta
benda yang akhirnya diangkut ke Demak.
Sedang yang kedua, tentang hancurnya pasukanJoyo Kancil, akibat rasa tidak puas terhadap
kebijaksanaannya. Sekarang ia merasa bahwa
dua masalah besar ini, dirinyalah yang bersalah
dan harus mempertanggungjawabkan di depan
Ratu Sekar Kedaton. Kemudian timbullah
dugaan dalam hatinya, tentu panggilan puteri
raja sekarang ini, memanggil dirinya dengan
maksud supaya dirinya
mempertanggungjawabkan dua macam
kesalahan itu.
? Gusti, hamba mengakui dan merasa
bersalah, maka hamba tak akan menghindarkan
diri menerima hukuman ! ? kata Pabelan
dengan mantap.
? Pabelan, mengapa engkau berkata
begitu ? Seperti sudah aku katakan tadi,
janganlah engkau merendahkan diri. Kegagalan
dan kesalahan itu bukanlah di pundakmu
seorang, tetapi kesalahan kita bersama.
Tahukah engkau bahwa apabila baik aku
maupun adimas Benowo tidak lengah, tentu
tidak mungkin kangmas Pangiri berhasil
mengangkut harta-benda itu ke Demak. Nah,
kalau harus dicari siapa yang bersalah dalam
masalah ini, akan menjadi lingkaran setan yang
sulit dilepaskan lagi ?Ratu Sekar Kedaton berhenti sejenak,
menatap wajah Pabelan yang sedang
menunduk, kemudian lanjutnya ? Tetapi
tujuanku memanggil engkau malam ini
bukanlah itu, Pabelan. Ada masalah penting
yang ingin aku bicarakan dengan engkau,
setelah dimas Benowo dan kangmas adipati
Tuban kembali dari menyelidik ke Mataram ?
Pabelan menghela napas pendek, kepalanya
tetap tunduk dan belum membuka mulut.
Melihat ini Ratu Sekar Kedaton bertanya ?
Pabelan, apakah engkau bersedia
mendengarkan apa yang aku bicarakan dengan
engkau ? ?
? Hamba bersedia, gusti ? jawab Pabelan.
? Tetapi mengapa engkau duduk seperti
itu? Membuat pertemuan kita malam ini kaku,
kurang santai. Kutandaskan sekali lagi bahwa
engkau tidak bersalah. Kegagalan itu tanggung
jawab kita bersama. Yang penting, apa yang
sudah terjadi, jadikanlah pengalaman yang tak
akan terulang lagi dikemudian hari. Begini
Pabelan, apakah engkau sudah tahu sikap rama
Sultan semenjak dimas Benowo dan kangmas
adipati Tuban pulang dari Mataram? ?? Belum, gusti! Kalau saja gusti berkenan
memberitahukan, dengan senang hati hamba
mendengarkan ?
? Sudah tentu, Pabelan. Justeru itulah
malam ini aku memanggil engkau. Sikap rama
Sultan menjadi ragu mendengar laporan dimas
Benowo yang berlainan dengan laporan
kangmas adipati Tuban. Dan sebagai akibat
keraguan rama Sultan itu, malah membuat
hatiku tidak tenteram. Aku kuatir kalau rama
Sultan mengutus orang lain menyelidiki
Mataram. Kalau sampai terjadi demikian, bisa
jadi merusakkan rencana yang telah lama kita
rintis itu ?
Pabelan mengangguk-angguk. Ternyata apa
yang dikemukakan Ratu Sekar Kedaton ini
berkaitan dengan apa yang tadi telah dikatakan
oleh ramanya. Hanya saja ramanya tadi lebih
tegas, bahwa sebagai akibat hasil penyelidikan
ke Mataram itu, baik pangeran Pangiri maupun
adipati Tuban menjadi penasaran.
? Lalu, bagaimanakah maksud gusti? ?
? Hemm, aku memanggil engkau malam
ini tidak lain menyangkut masalah kekuatiranku
itu. Maksudku, aku minta bantuanmu agar esok
pagi engkau pergi ke Mataram, menghadapkangmas Senopati dan menyerahkan suratku.
Sediakah engkau Pabelan? __
? Setiap perintah gusti, akan hamba
lakukan dengan senang hati ? Pabelan
menjawab dengan mantap.
? Ah, jangan sombong. Kalau aku
perintahkan agar engkau masuk ke lautan api,
apakah engkau lakukan juga ? ?
? Mengapa tidak ? Hamba rela mati
menunaikan perintah gusti ! ?
? Sudahlah, jangan menyeleweng! ? Ratu
Sekar Kedaton berusaha membatasi percakapan
? pendeknya aku bermaksud, agar kangmas
Senopati merubah sikapnya terhadap rama
Sultan. Artinya tidak seharusnya kangmas
Senopati melakukan tindakan berbahaya.
Bagaimanapun aku menginginkan, agar tidak
terjadi perselisihan antara Pajang dan Mataram
? Ratu Sekar Kedaton berhenti sejenak dan
menghela napas. Kemudian puteri melanjutkan
? Pabelan, bukankah apa yang aku inginkan ini
sama pula dengan pendirianmu? ?
? Gusti benar ? sahut Pabelan ? sebab
apabila sampai terjadi peperangan antara
Pajang dan Mataram, ini memalukan. Di
samping hal ini, sesungguhnya akan merugikannama baik uwa Senopati sendiri. Orang bisa
menuduh kepada uwa Senopati, bahwa sebagai
seorang putera angkat Ingkang Sinuhun, tidak
pandai membalas budi dan malah
memusuhinya. Pada hal bukan begitu maksud
uwa Senopati. Bahwa apa yang telah dilakukan
oleh Mataram itu, tak lain suatu usaha untuk
mendukung gusti pangeran Benowo, agar
kemudian hari dapat menggantikan kedudukan
raja di Pajang ?
? Itulah, Pabelan. Syukur apabila
engkaupun mengerti. Sedapat mungkin harus
dihindarkan terjadinya peperangan antara
Mataram dengan Pajang. Dan kalaupun hal itu


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sampai terjadi, hendaknya terjadi apabila kelak
rama Sultan telah mangkat ?
Sementara Pabelan dengan Ratu Sekar
Kedaton sedang asyik berbicara, seorang
dahyang yang menjadi mata2 pangeran Pangiri,
telah pergi secara rahasia untuk melapor.
Perempuan ini setengah berlari dalam usaha
menuju ke rumah pangeran Pangiri secepatnya.
Dan sambil berlarian untuk melapor ini, telah
terbayang hadiah yang akan diterima nanti.
Sebab suiah cukup lama ia menunggu
kesempatan baik seperti ini, dan baru akan
terwujud pada malam ini. Ia tak peduli Pabelanharus celaka oleh laporannya ini. Dan ia tak
peduli pula akan akibat yang bakal terjadi
malam ini.
Saking tergesa, matanya salah melihat
dalam kegelapan Perempuan itu kurang tinggi
mengangkat kaki, sehingga terantuk batu ?
Aduhhh .... ? ia terhuyung kemudian roboh
terguling. Namun tidak ia rasa-kan, cepat
bangkit dan lari lagi. Tetapi perempuan ini
merasa heran sendiri. Mengapa dalam
perjalanan seterusnya ini, lubang hidungnya
menghirup bau yang tidak sedap dan terasa
dekat sekali ? Mendadak saja bulu kuduknya
berdiri. Teringatlah ia bahwa di malam gelap
banyak hantu berkeliaran. Dalam usaha agar
secepatnya sampai ke tempat tujuan, ia lari
lebih cepat. Tetapi celakanya, bau yang tak
sedap itu mengikuti terus.
Napas sudah tersengal sengal akibat
berlarian terus, sedang kaki dirasakan penat
sekali. Dalam usaha mengurangi rasa panas
dalam dadanya, ia memperlambat langkahnya
hingga menjadi pelahan. Tanpa sadar, jari
tangan kiri mengusap pakaiannya yang terasa
basah menembus kulit ? Ihh .... ! ? perempuan
itu menjerit pelahan ketika meraba benda lunakdan basah yang menempel pada pakaiannya,
diikuti bau tak sedap menusuk hidung.
? Celaka .... ? perempuan ini mengeluh,
sambil menutup lubang hidung dengan tangan
kanan. Tetapi begitu lubang hidung ditutup, ia
tidak dapat bernapas. Sebaliknya begitu lubang
hidung dibuka, bau tak enak segera masuk lagi
ke hidung, sehingga perempuan ini nyengir
seperti kera makan trasi.
? Sialan....aku tadi jatuh di atas kotoran ?
Perempuan ini takut apabila disaat
menghadap pangeran Pangiri nanti, dicela
menyebarkan bau tak sedap. Ia segera mencari
air untuk mencuci baju yang berlepotan kotoran
itu. Dan sesudah bau itu hilang, barulah
perempuan ini melanjutkan perjalanan.
Perempuan ini telah memiliki tanda
pengenal pemberian pangeran Pangiri. Maka
begitu melihat tanda yang ditunjukkan
perempuan itu, prajurit pengawal pintu gerbang
segera membuka pintu lebar-lebar sambil
mempersilakan masuk.
Tanpa kesulitan akhirnya perempuan ini
dapat bertemu langsung dengan pangeran
Pangiri. Perempuan ini duduk bersimpuh di atas
lantai dan saking gugupnya sebelum ditanyasudah berkata ? Gusti...............anu .... sudah
datang..........?
Pangeran Pangiri tersenyum. Katanya
memberi nasehat ? Aturlah dahulu napasmu,
jangan tergesa. Siapakah yang engkau maksud
gusti anu sudah datang itu? ?
Perempuan itu membelalakkan mata. Dan
sekarang barulah merasa bersalah, telah
memberi keterangan yang tidak jelas Maka
kemudian perempuan ini menenteramkan
hatinya dan berkata. Namun tidak urung
suaranya gemetar juga ? Gusti .... memenuhi
perintah paduka, hamba datang menghadap
tergesa-gesa. Gusti .... malam ini raden Pabelan
datang ke keputren .... ?
? Apa? ? pangeran Pangiri terkejut ?
Benarkah itu? Benarkah Pabelan malam ini
datang ke keputren menemui diajeng Sekar
Kedaton? ?
? Benar, gusti .... ? perempuan itu
menjawab sambil mengangguk dan
menghaturkan sembahnya.
? Bagus! Ha, ha, ha, bagus sekali. Jasamu
amat besar, sebentar ! Terimalah hadiah dari
aku ! ?
Pangeran Pangiri masuk ke dalam. Tak lama
kemudian ke luar lagi sambil membawa pundikecil berisi uang mas ? Terimalah pundi kecil
ini. Isinya uang mas, cukup engkau pergunakan
hidup sampai tujuh turunan. Sekarang,
janganlah engkau kembali ke keputren. Biarlah
engkau menghamba saja di rumahku ini, engkau
akan hidup lebih enak ?
? Tetapi .... tetapi .... ?
? Mungkin engkau memikirkan barang
milikmu yang ketinggalan di keputren ? Tidak
usah dipikirkan. Akulah yang akan mengganti
lebih banyak ?
Kemudian pangeran Pangiri memanggil
seorang hamba. Begitu datang, hamba itu
diperintahkan mengantar dahyang yang
berkhianat ini ke belakang. Sementara
perempuan ini diantar ke belakang, pangeran
Pangiri sudah melangkah ke luar pendapa
cepat-cepat. Jantungnya berdebar keras. Ia
harus dapat bertindak cepat sebelum orang lain
tahu dan diketahui pula oleh sultan Hadiwijaya
maupun pangeran Benowo. Sebab apabila
sampai terjadi demikian, dikuatirkan usahanya
akan gagal.
Bersama adipati Tuban ia telah amat lama
sekali mengharapkan kesempatan seperti ini.
Kilau Pabdan tertangkap di taman keputren,
ibarat ikan sudah masuk dalam perangkap,tidak mungkin dapat lepas lagi. Tidak sulit
untuk menuduh Pabelan telah mengadakan
hubungan gelap dengan Ratu Sekar Kedaton.
Dan berdasar tuduhan itu, dirinya berhak
memutuskan untuk memerintahkan membunuh
Pabelan. Kekuasaan atas kerajaan Pajang berada
di tangannya. Maka tidak seorangpun dapat
membantah Wakil Raja dan Calon Raja. Dan
sebaliknya apabila ia minta nasehat kepada
rama mentuanya, tentu maksud itu akan
dihilangi.
Dua orang tumenggung telah diperintahkan
ofeh pangeran Pangiri untuk mengurung
keputren secara ketat dengan pasukan yang
cukup kuat. Dan dua orang tumenggung itu
bernama Surokarti dan Wirotanu. Perintah
pangeran Pangiri tegas, bahwa Pabelan harus
dibunuh saat itu juga. Tidak ada alasan untuk
menangkap dan memeriksa lewat pengadilan.
Tidak ada hak membela diri, dan tiada hak pula
untuk berdalih. Selanjutnya apabila Pabelan
sudah mati, maka jenasah-nya tidak boleh
diserahkan kepada keluarganya, tetapi harus
dibuang ke sungai Sala yang mengalir di
belakang keraton.
Bersamaan dengan perintahnya itu,
pangeran Pangiri juga memerintahkan hambalain untuk menangkap tumenggung Mayang dan
keluarganya. Penangkapan ini atas dasar
tuduhan bahwa tumenggung Mayang tidak
pandai mengurus anaknya sendiri, hingga
anaknya berani mencemarkan dan menghina
keraton Pajang.
Gerakan tumenggung Surokarti dan
Wirotanu bersama pasukannya cepat sekali.
Dalam waktu singkat rumah kediaman Ratu
Sekar Kedaton telah dikepung secara ketat.
Hingga tidak mungkin lagi bagi Pabelan lolos
dan menyelamatkan diri.
Gerakan pasukan tumenggung Surokarti
dan Wirotanu ini tertib dan hati hati.
Maksudnya agar kehadiran mereka tidak
diketahui yang bersangkutan. Akan tetapi
telinga Pabelan amat peka dan sudah terlatih.
Gerakan kaki para prajurit itu walaupun
pelahan, tetap dapat ditangkap oleh telinganya
dengan jelas.
Pabelan kaget sekali dan sadar akan
datangnya bahaya. Ia tahu bahwa kehadiran dan
pertemuannya dengan Ratu Sekar Kedaton telah
bocor dan diketahui orang. Namun diam-diam ia
merasi heran sekali, mengapa kehadirannya ke
keputren malam ini sampai bocor. Tetapi ia
tidak mempunyai waktu untuk mencari apasebabnya. Saat ini ia harus segera menentukan
sikap.
Ia menatap pandang wajah Ratu Sekar
Kedaton lalu berkata ? Gusti, hamba
mendengar suara yang mencurigakan di luar.
Agaknya orang telah mengurung tempat ini.
Kehadiran hamba di tempat ini telah diketahui
orang ?
? Aihh . . . .! ? jerit Ratu Sekar Kedaton
tertahan ? Apakah engkau yakin? ?
? Hamba yakin benar, orang telah
mengurung tempat ini ketat sekali ? Pabelan
menjawab dengan mantap.
Wajah Sekar Kedaton pucat, jantungnya
brrdegup cepat dan tubuhnya mulai gemetaran.
Tetapi puteri ini segera ingat, bahwa kehadiran
Pabelan ini atas panggilannya. Ia yang harus
mempertanggungjawabkan segala akibatnya
dan sedapat mungkin berusaha melindungi dan
menyelamatkan Pabelan.
? Engkau jangan ke luar! ? kata Ratu
Sekar Kedaton tegas ? Sebaiknya engkau tetap
di sini ! Akulah yang akan menghadapi mereka
apabila hendak menangkap engkau ?
Tetapi manakah mungkin Pabelan sudi
berlindung di belakang seorang wanita? Ia malu
kalau sampai terjadi demikian Maka keputusanhatinya, apapun yang akan terjadi, segala akibat
akan dihadapi tanpa melibatkan orang lain,
walaupun kehadirannya di keputren malam ini
atas panggilan Sekar Kedaton.
Agaknya kedua insan ini segera menyadari
apa sebabnya tiba-tiba ada pasukan datang dan
mengurung. Peraturan yang berlaku dalam
keraton keras sekali. Bahwa tidak seorangpun
laki-laki dibenarkan masuk ke dalam keputren
tanpa ijin raja. Dan siapapun yang melanggar,
akan memperoleh hukuman amat berat.
? Gusti, tidak ! ? sahut Pabelan dergan
mantap ? Hamba yang telah melanggar
larangan masuk ke keputren. Oleh sebab itu
hamba pulalah yang harus
mempertanggungjawabkan kepada mereka ?
? Tetapi kehadiranmu ke mari, atas
panggilanku. Maka akulah yang harus
mempertanggungjawabkan dan menghadapi
mereka ?
? Gusti, ampunilah hamba, dan terima
kasih atas perhatian gusti. Tetapi hamba
mempunyai pendapat lain Pabelan menatap
wajah Ratu Sekar Kedaton yang pucat,
kemudian terusnya ? Hamba berpendapat,
bahwa demi nama baik gusti, hamba mohon
gusti jangan melibatkan diri. Biarlah hambayang menghadapi mereka, dan hamba akan
menerangkan bahwa hamba sendirilah yang
sengaja datang ke mari menemui gusti. Agar
kalau hamba nanti dipersalahkan, maka
kesalahan itu tidak merembet kepada gusti. Dan
agar nama gusti tetap bersih dan suci ?
? Tidak! ? bantah Ratu Sekar Kedaton
dengan tegas ? Pabelan, engkau jangan
menghina wanita. Jangan menghina dan
merendahkan aku. Walaupun seorang wanita,
tetapi akupun termasuk salah seorang pejuang
Pajang. Engkau hadir di sini atas permintaanku.
Maka seharusnya pula aku yang bertanggung
jawab semua ini. Percayalah, mereka takkan
berani apa-apa apabila berhadapan dengan aku
? Pabelan mengerti. Apabila Sekar Kedaton
sendiri yang menghadapi mereka, tentu prajurit
Pajang itu tidak berani memaksa dan bertindak
keras. Dan dengan demikian berarti akan dapat
mengulur waktu. Berarti pula dirinya dapat
minta pertolongan orang, untuk
memberitahukan peristiwa ini kepada pangeran
Benowo. Apabila pangeran Benowo sudah
campur tangan, peristiwa ini akan diurus dan
diselesaikan yang menguntungkan dirinya.Tetapi bagaimana mungkin orang dapat
keluar dari tempat yang sudah terkepung
prajurit itu dan pergi untuk memberitahukan
kepada pangeran Benowo.
Pasukan yang sudah mengepung dengan
rapi ini, tentu akan melarang semua hamba
Sekar Kedaton meninggalkan tempat. Dan


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemungkinan besar orarg yang ia suruh itu akan
ditahan bahkan akan diselidiki apa tujuannya
meninggalkan taman keputren itu.
? Tak ada jalan lain kecuali harus
menghadapi mereka ? katanya dalam hati ?
Aku seorang pejuang Pajang. Setiap pejuang
siapakah yang takut mati ? ?
Memperoleh pikiran demikian, ia segera
bangkit berdiri sambil berkata ? Gusti,
ijinkanlah hamba menghadapi mereka. Karena
.... ?
? Tidak! tukas Ratu Sekar Kedaton sambil
bangkit berdiri pula dan menangkap baju
Pabelan ditarik ke arah dirinya ? Engkau
jangan bertindak bodoh, Pabelan ! Engkau harus
sadar bahwa pasukan yang datang ini tentu
pasukan kangmas pangeran Pangiri. Mereka
tentu sudah mendapat perintah untuk
menangkap engkau. Dan sekali engkau
tertangkap, tidak mungkin lagi engkau dapatmelepaskan diri. Apakah engkau tidak ingat
peristiwa yang belum lama berlalu ? Kangmas
pangeran Pangiri telah berusaha menangkap
engkau dan pamanmu Dadaptulis lewat Joyo
Kancil? Kegagalannya waktu itu tentu membuat
kangmas Pangiri penasaran sekali. Dan saat
inilah sebuah kesempatan untuk menebus
kegagalannya.
Pabelan juga mengerti. Tetapi kalau harus
terjadi demikian, ia tidak dapat menghindar.
Sebab beiapa memalukan apabila peristiwa ini
sampai didengar orang, bahwa Pabelan, pejuang
Pajang, berlindung di bawah pengaruh Ratu
Sekar Kedaton dalam usahanya menyelamatkan
diri. Apakah ini bukan berarti menghancurkan
harga dirinya ?
Tetapi keadaan saat itu membuat
pendiriannya agak goyah. Tarikan baju oleh
Ratu Sekar Kedaton membuat jarak antara
Pabelan dan Ratu Sekar Kedaton dekat sekali.
Hingga bau semerbak harum dari tubuh dan
pakaian puteri itu menyentuh hidungnya.
Mendadak jantungnya berdegup cepat.
Wajarlah, ia seorang pemuda dewasa, sedang
puteri Sekar Kedaton seorang remaja puteri
yang cantik jelita. Tanpa disengaja pandang
matanya jatuh pada dada yang tengahmembukit di balik kain penutup dada, bergerak
turun naik mengikuti irama tarikan napas.
Berdesir darah dalam sekujur badannya.
Syukurlah bahwa pemuda ini belum
ditinggalkan oleh kesadarannya dan masih
mampu menguasai batinnya. Maka ia segera
mengalihkan pandang matanya ke wajah puteri
itu. Wajah yang sungguh ayu, sedang sepasang
bibir yang merah merekah bergerak-gerak
entah karena akan berbicara tetapi tidak jadi,
entah karena mengharapkan sesuatu. Sayang
sinar matanya agak sayu disebabkan pengaruh
jiwa yang sedang kacau dilanda keadaan saat
itu. Namun yang demikian itu bukan
mengurangi kecantikannya, sebaliknya bahkan
menambah kemesraan.
Kecantikan Ratu Sekar Kedaton memang
tidak tercela, maka tidak mengherankan kalau
ibu Pabelan setengah mimpi mengharapkan
puteri ini dapat menjadi menantunya.
Sebaliknya Ratu Sekar Kedaton menjadi
malu dipandang Pabelan seperti itu. Ia segera
menundukkan kepala menghindar dari
pandangan Pabelan, serta jari-jari tangan yang
semula menggenggam baju pemuda itu pelahanlahan terlepas.Kesempatan baik ini tidak disia -siakan oleh
Pabelan. Sesungguhnya tidak sulit bagi Pabelan
untuk melepaskan tarikan Ratu Sekar Kedaton
pada bajunya. Namun karena tak sampai hati,
maka ia tidak melakukannya. Sekarang setelah
berdiri bebas, ia cepat membalikkan tubuh
bermaksud membuka pintu untuk menghadapi
prajurit yang telah mengurungnya.
Ratu Sekar Kedaton menjadi terkejut dan
gugup melihat Pabelan nekad akan menghadapi
prajurit Pajang itu. Dalam keadaan gugup, Ratu
Sekar Kedaton seperti lupa diri. Ia tidak rela
kalau Pabelan yang telah banyak jasanya
terhadap perjuangan Pajang, sampai menjadi
korban keganasan prajurit Pajang yang
berpihak kepada pangeran Pangiri. Ia tidak
ingat lagi kedudukannya sebagai puteri raja, dan
ia tidak ingat lagi patut atau tidak patut. Dengan
cepat ia melompat, kemudian menyambar
tangan Pabelan langsung ditarik.
Apa yang terjadi ini diluar dugaan Pabelan.
Akibatnya Pabelan tersentak ke belakang dan
terhuyung. Justeru sentakan ini mengakibatkan
pula Ratu Sekar Kedaton ikut terhuyung dan
tangan yang memegang lengan Pabelan
terlepas, sehingga puteri kehilangan
keseimbangan. Masih untung bahwa Pabelancukup tangkas. Ia tidak rela membiarkan Ratu
Sekar Kedaton jatuh dan menderita kesakitan.
Maka secepat kilat tubuh yang hampir jatuh itu
disambar dan dipeluknya. Celakanya, begitu
tangan Pabelan berhasil memeluk tubuh Ratu
Sekar Kedaton, hatinya bergoncang hebat
hingga mengakibatkan sendi-sendi tulang
kakinya lemas. Mengapa? Pengaruh sentuhan
itulah yang merampas kekuatannya. Pabelan
jatuh terduduk dan Ratu Sekar Kedaton juga
ikut tertarik jatuh di atas pangkuannya.
Tepat pada saat peristiwa itu terjadi,
Pabelan memeluk Ratu Sekar Kedaton yang
duduk di atas pangkuannya, terlihat oleh
seorang prajurit yang ditugaskan untuk
mengetahui keadaan di dalam taman keputrenPrajurit itu membelalakkan mata kaget. Nanar
dalam sesaat. Namun kemudian prajurit itu
cepat-cepat mundur kembali, lalu memberi
laporan kepada tumenggung Surokarti, seperti
apa yang baru saja ia saksikan. Bahwa antara
Pabelan deagan Ratu Sekar Kedaton sedang
saling berpelukan.
? Kurang ajar! ? desis tumenggung
Surokarti
? Sudah dikurung, masih sempat
bercumbu rayu. Tidak tahu malu ! Pantas gustipangeran Pangiri memerintahkan agar Pabelan
dibunuh. Siapakah yang tidak marah apabila
Pabelan berani mati mengadakan hubungan
cinta secara gelap semacam itu ? Apa yang telah
dilakukan Pabelan jelas mencemarkan dan
menghina kerajaan Pajang. Kesalahan itu
memang sudah pantas ditebus dengan hukuman
mati ?
Tetapi tumenggung Wirotanu masih ragu.
Tanyanya kepada prajurit tadi ? Apakah
engkau tidak salah lihat ? ?
? Hamba berani bersumpah ? sahut
prajurit itu
? bahwa hamba memberi laporan
sebenarnya. Tadi ketika hamba berhasil
membuat lubang pada dinding kayu, yang
tampak hanyalah raden Pabelan sedang duduk
di lantai, sedang gusti Kangjeng Ratu Sekar Kedaton duduk di pangkuannya dan dipeluk erat
sekali ?
Wirotanu mengangguk, kemudian berkata
kepada Surokarti ? Kakang Surokarti, kita
sama-sama maklum bahwa Pabelan seorang
pemuda gemblengan. Apabila usaha kita
menangkap anak itu dengan cara kekerasan,
apakah kakang yakin akan berhasil ? ?Surokarti tidak segera memberi jawaban.
Walaupun dia sendiri belum pernah bertanding
dengan Pabelan, namun banyak kali ia
mendengar bahwa Pabelan seorang pemuda
pilih tanding. Dalam keadaan biasa,
sesungguhnya inginlah dia membuktikan kabar
itu dan ingin mencoba kesaktian Pabelan. Akan
tetapi sebaliknya sekarang ini, sedang
memenuhi perintah pangeran Pangiri. Kalau
sampai terjadi kegagalan dalam melaksanakan
tugasnya sekarang ini, sebagai taruhantugasnya sekarang ini, sebagai taruhannya
adalah nyawanya sendiri dan keluarganya. Dan
mungkin bukan hanya nyawanya bersama
keluarganya, tetapi bahkan nyawa semua orang
yang mengepung ini bersama keluarganya.
Sungguh mahal harganya kalau sampai terjadi
kegagalan.
? Engkau benar, adi Wirotanu! ?
sahutnya kemudian ? Memang amat berbahaya
apabila sampai gagal, lebih-lebih Pabelan
sampai dapat lolos. Tetapi apa yang harus kita
lakukan untuk menghadapi Pabelan saat ini? ?
Untuk sejenak Wirotanu menundukkan
kepala, berpikir keras. Kemudian ia mengangkat
kepala, jawabnya ? Menurut pendapatku,agaknya lebih tepat apabila kita gunakan tipu
muslihat ?
? Tipu muslihat? ? Surokarti
membelalakkan mata, dan tiba-tiba sepasang
matanya seperti menyala, Bentaknya ? Apakah
adi Wirotanu sengaja menghina aku? ?
? Menghina? ? Wirotanu kaget ? Siapa
yang menghina? Aku tadi mengeluarkan
pendapatku. Kalau kakang Surokarti tidak
setuju, tidak seorangpun dapat memaksakan.
Terserah bagaimana pertimbangan kakang ?
Setelah dipikir bolak-balik Surokarti
menyadari bahwa ia salah faham.
Kemarahannya mereda dan iapun menyesal
karena menanggapi sesuatu tanpa melalui
pertimbangan akibatnya cepat tersinggung dan
marah. Menyadari hal itu kemudian ia berkata
dengan sabar ? Adi, maafkanlah aku! Tetapi,
engkau harus mengerti bahwa selama hidup
Surokarti tidak pernah mengorbankan nama
sendiri, dengan menggunakan tipu muslihat di
saat berhadapan dengan lawan. Karena
perbuatan macam itu banya pantas dilakukan
oleh para pengecut ?
Wirotanu tertawa pelahan, katanya ?
Kakang benar, dan sikap itu patut dipuji sebagai
sikap seorang ksatrya. Tetapi sebaliknya kakangharus mau mengerti pula, bahwa saat sekarang
ini kita sedang memenuhi perintah gusti
pangeran Pangiri. Bilamana sampai terjadi kita
menemui kegagalan, bukankah amat luas
akibatnya? Dan apakah kakang tidak kasihan
kepada mereka semua beserta keluarganya,
justeru karena lebih mementingkan harga diri
kakang sendiri? ?
Surokarti menghela napas panjang. Ia
mengerti alasan Wirotanu. Dan iapun
menyadari besarnya akibat dari kegagalan tugas
ini. Kalau ia tetap mempertahankan
pendiriannya, sama pula artinya ia menutupi
matanya sendiri. Lama sampai dimanakah
pertanggungan jawab sebagai seorang
pemimpin prajurit?
? Pendapat adi dapat kupertimbangkan ?
katanya ? Memang amat berbahaya apabila
kita menghadapi Pabelan dengan kekerasan.
Kalau demikian, baiklah tugas mengatur tipumuslihat itu kuserahkan kepada adi saja ?
? Ahh, mana mungkin, kakang ? sahut
Wirotanu cepat ? bicara soal usia, kakang lebih
tua dibanding dengan aku. Dan kalau bicara soal
pangkat kedudukan, bagaimanapun kakang
tetap lebih tinggi dibanding aku. Lebih lagi,
kakang merupakan seorang yang sudah dikenalbaik dengan tumenggung Mayang. Kiranya
ucapan kakang lebih berpengaruh dan
dipercaya oleh Pabelan daripada kalau aku yang
membujuk ?
? Tetapi bagaimana aku harus
membujuknya ? ?
Wirotanu tidak segera menjawab. Ia
berpikir sebentar, baru kemudian menjawab ?
Kakang dapat men-bujuk agar Pabelan mau
menyerah dengan baik-baik. Ungkapkanlah
hubungan baik antara kakang dengan
tumenggung Mayang. Disamping itu kakang
dapat mengarang janji, bahwa apabila kakang
yang berusaha dan membela, walaupun
kesalahan Pabelan amat berat, tentu akan
mendapat keampunan ?
? Hemm ? Surokarti mendeham, lalu
katanya kemudian ? Baiklah ! Biar kali ini aku
mencoba menggunakan akal-muslihat untuk
memperdayakan orang. Tetapi aku minta
bantuanmu, adi. Apabila aku sudah berhasil
membujuk dengan suatu tanda aku mendeham,
saat itu pula adi harus memerintahkan pasukan
untuk menangkap ?
? Dengan senang hati akan saya
laksanakan ? sahut Wirotanu ? Demi tugas


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan demi mencari selamat untuk kitasekeluarga beserta anakbuah kita, kiranya tidak
ada salahnya apabila kakang merobah sikap.
Akan tetapi sebaliknya kakang, percayalah
bahwa dengan hasil kita nanti, kakang akan
memperoleh hadiah yang besar dari gusti
pangeran Pangiri ?
? Heh, heh, heh ? Surokarti tertawa
terkekeh ? Engkau selalu mendahulukan
hadiah melulu dalam melaksanakan tugas ?
? Apakah kakang tidak suka kalau
menerima hadiah? ?
? Oh, tentu saja ?
? Itulah, maka kakang jangan berlagak
suci. Kita menerima hadiah justeru sebagai hasil
jerih payah kita sendiri. Apakah salahnya? ?
? Ya, memang tidak ada salahnya, adi. Dan
kiranya bukan hanya kita saja yang selalu
mengharapkan hadiah apabila melaksanakan
tugas ?
Sikap prajurit Pajang yang semacam ini,
memang-lah tidak mengherankan. Walaupun
sebagai prajurit, namun mereka itu hambahamba raja. Sejak kecil mereka telah terdidik
dan diarahkan sesuai dengan kedudukan
sebagai hamba. Akibatnya, ?jiwa budak?
tertanam cukup dalam di dalam dada masing-masing. Setiap kali melaksanakan tugas,
harapan memperoleh hadiah selalu diutamakan.
Kenyataan semacam ini memang sulit
dihindarkan, dan sulit pula untuk dihilangkan.
Sebab kekuasaan terletak ditangan raja seorang.
Pendapat dan keputusan raja merupakan
hukum bagi kerajaan itu. Walaupun seorang
prajurit misalnya, telah berjasa besar terhadap
raja dan negara, pada suatu saat akan mendapat
hukuman berat atau mungkin pula hukuman
mati, kalau raja sudah tidak membutuhkan lagi.
Surokarti memandang Wirotanu, lalu
katanya ? Pesanku, adi jangan lengah. Aku
akan mengetuk pintu-hati Pabelan, agar ia
bersedia menyerah ?
Sementara itu yang berada di dalam taman.
Ketika Ratu Sekar Kedaton akan jatuh kemudian
disambar oleh Pabelan, dan seterusnya duduk di
atas pangkuan Pabelan, puteri itu tidak
mengelak dari pelukan Pabelan. Namun
keadaan itu tidak berlangsung lama. Ketika Ratu
Sekar Kedaton sadar akan keadaannya, ia
menjerit lirih dan cepat cepat melepaskan diri
dari pelukan Pabelan.
? Plak! Plak! ? dua kali tamparan telapak
tangan Ratu Sekar Kedaton bersarang ke pipiPabelan. Dan setelah berhasil bangkit berdiri,
terlihat pucat wajahnya.
Tamparan telapak tangan Ratu Sekar
Kedaton yang berkulit halus dan lembut, tidak
terasa sakit bagi pipi Pabelan. Bahkan kalau saja
berani, Pabelan tentu malah menantang, agar
puteri mau menampar lagi sepuas hatinya.
Namun ia menyadari, apa sebab Ratu Sekar
Kedaton menampar pipinya. Tadi, dengan tidak
sengaja ia telah memeluk dan memangku puteri.
Bagaimanapun ia merasa bersalah, walaupun
apa yang ia lakukan tadi tidak bermaksud jahat
atau kurang ajar. Menyadari kekeliruan tindak,
ia segera menghaturkan sembah ? Gusti,
ampunilah hamba. Apa yang telah terjadi
sungguh diluar kesadaran hamba.
Sesungguhnya hamba tidak ada maksud berbuat
yang tidak patut. Hanya karena kegugupan
hamba dalam berusaha mencegah agar gusti
tidak sampai terjatuh ?
? Pabelan, engkau tak bersalah. Mengapa
harus minta ampun ? ? sahut Ratu Sekar
Kedaton setelah sadar akan keadaannya, sambil
duduk di lantai karna persendian kakinya terasa
lemas.
Untuk beberapa saat lamanya dua insan itu
tidak membuka mulut. Masing-masing sedangdibawa oleh pikirannya sendiri-sendiri. Justeru
pada suasana senyap sepi itu, terdengarlah
pintu taman diketuk orang berkali-kali.
Wajah Pabelan pucat. Ia menatap pandang
ke arah Ratu Sekar Kedaton. Yang dipandang
dapat menerima maksud.
? Siapa ? ? tanya Ratu Sekar Kedaton
singkat.
? Hamba Surokarti, gusti ? sahut
Surokarti dari balik pintu ? Ampunilah hamba
datang mengganggu. Tetapi hamba hanya
melaksanakan titah Sampeyan Dalem Ingkang
Sinuhun Kangjeng Sultan, gusti ?
? Perintah apa ? ?
? Perkenankanlah hamba bertemu dengan
raden Pabelan ?
Pabelan berdiri. Kemudian mengangguk
memberi hormat kepada Ratu Sekar Kedaton.
Melihat itu Ratu Sekar Kedaton tambah pucat
wajahnya. Maksudnya ingin mencegah. Tetapi
mulutnya terkancing dan persendiannya lunglai
tanpa daya.
? Dengan maksud apa ingin bertemu
dengan aku? ? tanya Pabelan dari dalam,
sambil mempersiapkan senjatanya.
? Angger Pabelan, paman harapkan
engkau tidak salah faham ? kata Surokartiberhati-hati agar tidak salah bicara ? Paman
Surokarti datang ke mari melaksanakan titah
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng
Sultan. Aku .... ?
Pabelan tertawa terkekeh sehingga katakata tumenggung Surokarti terputus di tengah
jalan. Setelah berhenti tertawa ia menjawab ?
Bagus, pintu segera kubuka. Lalu tangkaplah
aku jika mampu! ?
? Oh, tidak! ? teriak Surokarti cepatcepat dari luar pintu ? Angger Pabelan ?
sambungnya ? percayalah kepada pamanmu
Surokarti ini. Walaupun paman melaksanakan
perintah dari junjungan kita, tetapi kedatangan
paman ini dengan maksud baik. Paman ingin
menolong angger memberi jalan lolos. Kalau
nanti angger ternyata telah dapat lolos dengan
selamat, baru paman beserta pasukan purapura berteriak dan mengejarmu. Itulah .... ?
? Heh, heh, heh ? lagi-lagi Pabelan
menukas pembicaraan dengan tawanya ?
Paman Surokarti, paman bisa menipu orang
lain, tetapi tidak terhadap Pabelan! Pendek kata
orang yang berani menghadapi aku berarti ingin
berkenalan dengan senjataku ?
? Pabelan, mengapa engkau berkata
begitu ? ? kata tumenggung Surokarti. Nadanyaberobah penuh keharuan ? Tidak tahukah
engkau bahwa sesungguhnya ayahmu telah
memberitahukan perihalmu kepadaku ?. Antara
aku dan ayahmu merupakan dua orang sahabat
yang saling percaya mempercayai, dan itu pula
sebabnya ayahmu telah menitipkan
keselamatanmu malam ini, apabila terjadi
sesuatu bencana. Itulah sebabnya paman
melarang orang lain mendekat ke sini. Dengan
bermacam-macam dalih dan alasan, paman
menghendaki bertemu dengan engkau tanpa
kehadiran yang lain. Anakku, apakah engkau
masih pula meragukan ucapanku ini? Jika masih
juga angger belum percaya, bukalah pintu dan
tikamlah paman sampai mati, tentu paman
takkan melawan ?
Tergerak hati Pabelan mendengar
pernyataan Surokarti ini. Bagaimanapun juga
malam ini ia ibarat ikan yang telah masuk dalam
jala. Tak dapat disangkal bahwa dengan
kesaktiannya dapat saja ia melawan, melukai
bahkan membunuh beberapa orang prajurit,
tetapi karena lawan terlalu banyak, sulitlah
kiranya untuk dapat menyelamatkan diri.
Sekarang ia mendapat tawaran jasa baik
dari Surokarti. Kalau memang benar, apakah
salahnya mempergunakan kesempatan ini? Disamping itu ia tahu benar bahwa antara
ayahnya dan tumenggung Suro-karti telah
terjalin persahabatan yang sangat erat.
Walaupun antara mereka tidak tertaut
hubungan keluarga, tetapi hubungan
persahabatan mereka lebih erat dibanding
dengan saudara kanduDg sendiri. Mengingat
semua ini, Pabelan menarik kesimpulan bahwa
tidaklah mungkin Surokarti membohong atau
menipu.
Keputusan sudah diambil. Pabelan segera
minta diri kepada Ratu Sekar Kedaton. Tanpa
menunggu jawaban, Pabelan langsung
membuka pintu dan keluar. Tepat pada saat itu
tumenggung Surokarti mendeham.
Mendengar ini Pabelan terkejut. Sebagai
seorang yang telah banyak pengalaman
menghadapi lawan, sadarlah bahwa suara
mendeham itu tidaklah sewajarnya. Tentu
mengandung maksud tertentu. Kesadaran
meningkat kepada kesi npulan bahwa dirinya
telah tertipu oleh siasat tumenggung Surokarti.
Memastikan bahwa dirinya ditipu, meledaklah
kemarahannya. Ia membentak sambil melompat
menyerang Surokarti.
Namun Surokarti adalah seorang
tumenggung yang sudah berpengalaman pula. Iatahu bahwa dirinya menjadi tumpuan
kemarahan Pabelan. Maka sebelum serangan
Pabelan sampai, ia telah lebih dahulu melompat
menyelamatkan diri. Melihat peristiwa itu, dan
sesuai dengan pertandaan yang sudah
direncanakan, tumenggung Wirotanu beserta
anakbuahnya serempak bergerak menyergap
Pabelan.
Melihat ini Pabelan makin marah. Pedang
segera dicabut kemudian dibolang-balingkan
siap menghajar lawan yang berani mendekat.
Suasana yang tadinya tenang, sekarang beralih
gaduh oleh bentakan-bentakan dan teriakanteriakan ditambah lagi gemerincing senjata
beradu.
Bagaimanapun saktinya Pabelan, tetapi
menghadapi lawan yang cukup banyak
jumlahnya ditambah lagi dengan majunya dua
orang tumenggung yang sudah kenyang
pengalaman dalam pertempuran, lama
kelamaan Pabelan terdesak. Namun demikian
tidaklah mudah bagi para pengeroyoknya untuk
segera menjatuhkan Pabelan. Walaupun sudah
merasakan kepayahan tetapi masih saja
terdengar jeritan prajurit Pajang itu karena
tertusuk atau terbelah pedang Pabelan.Melihat gelagat yang kurang
menguntungkan, tumenggung Wirotanu cepatcepat mempersiapkan senjata istimewanya.
Senjata itu hanya terbuat dari sekerat bambu
dan tidak runcing Namun bahaya senjata ini
tidak terkirakan bagi lawan yang belum tahu.
Senjata bambu yang tidak runcing itu memang
tidak dapat melukai lawan. Tetapi memang
bukan untuk maksud itu Wirotanu menciptakan
senjatanya.
? Aduhh . . . . ! ? Pabelan berteriak kejut
ketika tiba-tiba merasakan sepasang mata dan
wajahnya pedas, terserang oleh benda cair
senjata Wirotanu. Mata tidak dapat dibuka, air
matapun mengalir deras dari sudut mata. Amat
pedas dan panas sekali rasanya. Tangan kiri
mengkucak-kucak mata berusaha mengusir rasa
pedas yang makin terasa menyiksa, sedang
tangan kanan masih terus memainkan pedang
untuk melindungi diri.
? Serang! Jangan takut! Matanya sudah tak
dapat melihat! ? perintah Wirotanu, sambil
memelopori menyerang dengan tombak
panjang.
Apa yang terjadi sekarang ini, merupakan
basil pemikiran Wirotanu dalam waktu singkat.
Ia menyadari bahwa Pabelan seorang pemudayang sakti mandraguna. Kalau hanya dengan
keroyokan biasa, kemungkinan Pabelan masih
dapat lolos dan menyelamatkan diri. Hal ini
tidak boleh terjadi. Kegagalan pekerjaan ini
akan membawa akibat yang tidak
menyenangkan. Baik dirinya sendiri maupun
semua anakbuahnya bahkan mungkin semua
keluarganya akan mendapat hukuman dari
pangeran Pangiri.
Membayangkan akibat yang mengerikan itu,
Wirotanu berpikir keras mencari akal. Beberapa
saat kemudian ia telah menemukan suatu cara
yang dianggapnya paling tepat. Bergegas ia
pergi ke dapur menemui para dahyang. Ia
memerintahkan agar secepatnya menumbuk
lombok sebanyak-banyaknya, yang kemudian
dicampur dengan air. Sementara para dahyang
itu menyiapkan permintaannya, ia segera
mencari bambu. Setelah mendapatkan apa yang


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dicari, campuran lombok dan air tersebut
dituang ke dalam tabung bambu. Kemudian
lubang tabung bambu itu ditutup dan pada
tutup itu dibuat lubang-lubang kecil. Dengan
begitu, apabila tabung bambu itu digerakkan
cepat, maka air lombok itu akan memercik
keluar mirip alat semprotan.Ternyata akal Wirotanu itu berhasil
membuat sepasang mata Pabelan tak dapat
dibuka lagi. Semua ini dapat terjadi karena
Pabelan tidak menduga sama sekali akan
serangan orang yang curang itu.
Dalam keadaan masih dapat melihatpun,
Pabelan harus memeras tenaga dan
menumpahkan semua kepandaiannya untuk
mempertahankan diri dan kalau mungkin
mencari jalan. Sekarang sepasang matanya tidak
dapat melihat. Alat satu-satunya untuk
mengetahui di mana kedudukan penyerangnya
dan dari arah mana datangnya serangan hanya
mengandalkan pendengarannya.
Tetapi sayang bahwa pendengarannya
kurang terlatih. Memang untuk beberapa saat
Pabelan masih dapat bertahan. Tetapi setelah
gaya serangan para pengeroyoknya berganti
sedemikian rupa dan tenaganya makin lemah,
maka Pabelan menghadapi kesulitan. Tiba-tiba
ia merasakan tulang keringnya sakit sekali
terbentur oleh sebuah benda keras. Belum lagi
hilang rasa sakit pada tulang keringnya,
kepalanya membentur dahan pohon yang
tumbuh rendah di tempat pertarungan itu. Rasa
pening menggigit-gigit kepalanya, disusul rasa
perih pada lambung dan bahunya.Ternyata Wirotanu amat cerdik dalam
menghadapi Pabelan dalam keadaan semacam
itu. Setelah berhasil membuat sepasang mata
Pabelan tidak dapat melihat, ia menggunakan
siasat memancing Pabelan ke arah taman yang
banyak tumbuh pohon rendah dan banyak pula
dipasang kursi-kursi dari batu.
? Celaka! ? Pabelan mengeluh dalam hati.
Ia menyadari sekarang bahwa dirinya telah
terluka parah. Harapan untuk lolos sudah tidak
ada. Oleh karena itu ia nekad. Sebelum ia roboh
berkalang tanah, harus berhasil merobohkan
beberapa orang musuh.
Ia mempertajam pendengarannya. Desiran
angin gerakan orang dari arah belakang dapat ia
tangkap. Secepat kilat Pabelan membalikkan
tubuh dan menikam dengan pedangnya, disusul
dengan sebuah jeritan kesakitan kemudian
suara benda berat roboh. Mendadak dari arah
kanan menyambar senjata lain ? Trang .... ?
senjata lawan patah menjadi dua disambar
pedang Pabelan.
Berusaha mendesak lawan, Pabelan
melompat maju. Tetapi inilah justeru kekeliruan
Pabelan. Karena tidak dapat melihat, ia tidak
tahu siapakah yang baru saja menyerang.Kekeliruan ini minta tebusan. Pedangnya dapat
dipatahkan lawan.
Kalau saja tahu siapa penyerang yang
terakhir itu, mungkin ia akan berpikir dulu
sebelum melancarkan serangan. Karena tak lain
penyerang ilu yalah Wirotanu sendiri.
Wirotanu memang banyak akalnya,
meskipun semua akalnya itu sudah
menyeleweng dari sifat keksatryaan. Tetapi ia
tidak peduli. Ksatrya atau bukan yang penting
semua maksudnya tercapai.
Dalam usahanya meringkus Pabelan yang
sudah tidak dapat melihat lagi itu, Wirotanu
telah mempersiapkan tali yang kuat. Pada saat
ia dikejar oleh serangan Pabelan, ia melompat
kemudian menggulingkan diri lewat di bawah
tali yang telah direntangkan sebelumnya. Maka
pada saat Pabelan mengejar, tahu-tahu tali itu
yang amat kokoh mengait kedua kakinya.
Bersamaan itu dengan itu kedua ujung tali
ditarik kuat-kuat oleh dua oang ke arah yang
berlawanan dengan arah Pabelan. Tak dapat
ditahan lagi, Pabelan terbanting jatuh tengkurap
di tanah.
Kesempatan yang baik itu tidak disia-siakan
oleh para prajurit. Mereka berebut menghujani
tikaman dan tusukan ke tubuh Pabelan yangsudah tidak berdaya lagi. Tubuh Pabelan tidak
ada yang utuh. Darah segar mengalir dari
segenap lukanya. Akhirnya nyawanya melayang
saat itu juga.
? Ha, ha, ha, bagus! ? tiba-tiba Surokarti
muncul sambil memuji ? Cepat seret mayat itu,
buang ke sungai di belakang keraton! ?
sambungnya memberi perintah.
Prajurit yang menerima perintah cepat
melaksanakan tugasnya. Tubuh Pabelan yang
sudah tak bernyawa dan hancur oleh luka-luka,
diseret orang menuju ke belakang keraton dan
kemudian dibuang ke sungai Laweyan.
Setelah berhasil membunuh Pabelan,
mereka segera pergi dengan diam-diam dari
taman Keputren tanpa minta diri kepada Ratu
Sekar Kedaton.
Ketika Pabelan tadi keluar dari rumah,
Sekar Kedaton amat mengawatirkan
keselamatan Pabelan. Namun setelah
mendengar suara perkelahian, hatinya agak
longgar. Karena ia tahu bahwa Pabelan seorang
pemuda yang sakti, maka tentu akan berhasil
menyelamatkan diri dari keroyokan orang.
Sesudah tidak terdengar suara perkelahian,
bahkan suara orang berbicarapun tidak,
diperintahkan empat orang dahyang untukmenyelidik ke luar. Ia akan bersyukur sekali
apabila Pabelan dapat lolos dengan selamat.
Empat orang hamba itu memang pergi ke
luar memenuhi perintah. Namun begitu tiba di
luar, mereka segera menyembunyikan diri,
tidak pergi menyelidik. Walaupun jumlahnya
empat orang, mereka tetap takut juga.
Orang yang takut tentu timbul akalnya
untuk tidak mendapat marah dari orang yang
menyuruhnya. Begitu pula empat orang hamba
ini. Mereka memilih bersembunyi agar disangka
sedang menyelidik. Sambil berbisik empat
orang itu mencari alasan.
? Mbakyu, bagaimanakah kita menjawab
nanti, apabila gusti bertanya ? ? tanya seorang
hamba yang termuda.
? Benar ? sahut orang yang di
sampingnya ? bagaimanakah kita harus
menjawab ? ?
Tetapi orang yang tertua diantara mereka
tidak pula dapat menjawab. Ia baru berpikir,
akal apa yang dipergunakan untuk menghadapi
Kangjeng Ratu Sekar Kedaton ? Bagaimanakah
menurut dugaanmu tentang usaha raden
Pabelan? Aku kuatir sekali kalau dia sampai tak
dapat lolos. Bagaimanapun dia hanya seorang,
berhadapan dengan puluhan prajurit ?Demikianlah akhirnya hamba yang paling
tua itu membuka mulut, natnun tidak langsung
menjawab, sebaliknya malah memikirkan nasib
Pabelan.
Mendengar ucapan yang tua ini, perempuan
yang sejak tadi belum membuka mulut tertawa
cekikikan.
? Mengapa engkau tertawa ? ? tegurnya.
? Hi, hi. hik, aku tertawa karena tahu
maksudmu mbakyu ? sahutnya ? raden
Pabelan begitu tampan. Tentu saja .... ?
? Hush! ? sela si tua. Tetapi kemudian ia
ikut cekikikan ? Tetapi siapakah orangnya
yang dapat tahan, melihat pemuda setampan dia
? Hayo, jangan bohong ! Kamupun tentu
gembira sekali apabila dipilih seorang pemuda
seperti dia untuk menjadi kekasihnya ?
Empat orang perempuan itu bersama-sama
tertawa, tetapi ditahan-tahan agar tidak
terdengar dari tempat tinggal Ratu Sekar
Kedaton. Setelah mereka puas tertawa dan
saling cubit barulah si tua berkata ? Harus kita
gunakan akal bohong. Setujukah engkau semua
kalau aku nanti mengatakan, bahwa raden
Pabelan telah berhasil menyelamatkan diri?
Dengan keterangan itu gusti Kangjeng Ratutentu tak mendesak lagi dan akan tenang
hatinya ?
? Ya, aku setuju ! ?
? Setuju, mbakyu ! ?
? Akupun setuju ! Tetapi bagaimanakah
kalau gusti mendesak, sampai dimanakah kita
menyelidik dan mencari ? ?
? Serahkan padaku jawabannya ! ? sahut
si tua sambil membusungkan dadanya yang
memang membusung montok, hingga tampak
bangga sekali ? Nanti aku akan mengarang
keterangan yang masuk akal. Jelek jelek aku ini
pernah menjadi murid seorang pu-jargga lho.
Kalau hanya ngarang raja, gampang. Tetapi hi,
hi, hik, yang aku maksud bukan ngarang cerita
lho .... ?
? Lalu, mengarang apa ? tanya yang lain.
? Aku tadi bilang ngarang, bukan
mengarang.
Yang aku maksud adalah ngarang-ulu.........hi,
hi,hik .... ?
Perempuan yang duduk paling dekat dengan
si tua gemas kemudian mencubit paha. Yang
dicubit hampir menjerit, namun cepat ditutup
dengan telapak tangannya sendiri ketika
teringat kedudukannya saat itu. Mereka masihtertawa cekikikan sampai beberapa saat
lamanya.
Yang membuat mereka tertawa gembira
tadi tentang keterangan ngarang-ulu. Sebab
yang dimaksud ngarang-ulu itu, adalah orang
yang kawin dengan adik ipar atau bisa jadi
kakak-ipar, sesudah isteri atau suaminya
meninggal dunia.
Demikianlah akhirnya rnereka sepakat
untuk memberi laporan bohong kepada Ratu
Sekar Kedaton. Laporan yang akan disampaikan
oleh empat hamba ini ada segi keuntungan di
samping juga kerugiannya. Disebut untung,
dengan laporan bohong ini, dapat membuat hati
Ratu Sekar Kedaton yang semula kuatir akan
menjadi tenang. Hingga tidak menyebabkan kegoncangan jiwa. Namun sebaliknya juga
menimbulkan kerugian. Dengan laporan bohong
ini menyebabkan puteri tidak mengetahui
keadaan yang sesurgguhnya.enazah raden Pabelan yang dibuang di sungai
Laweyan yang mengalir di belakang keraton
Pajang, hanyut terbawa arus air. Jenasah itu
hanyut tanpa suara, dan tidak seorangpun yang
meratapi maupun menangisi. Kasihan juga nasib
raden Pabelan ini, Seorang pemuda perkasa,
harus menjadi korban perpecahan di antara
keluarga sendiri. Yang harus tewas dalam
keadaan menyedihkan di samping ternoda
nama baiknya. Sebab tentu saja baik pangeran
Pangiri maupun adipati Tuban takkan
membiarkan kewibawaannya berkurang atau
ternoda. Maka kemudian dengan sengaja disiarkanlah lewat orang orang kepercayaannya,
bahwa raden Pabelan mati dibunuh sebagaiseorang terhukum! Mati dibunuh karena
menghina dan menodai keraton Pajang. Raden
Pabelan telah secara kurang ajar berani masuk
taman keputren secara rahasia, untuk
mengganggu Puteri Sekar Kedaton.
Kasihan raden Pabelan! Dia salah seorang
pejuang pembela Mataram dan dinasti Pajang,
tetapi gugur dengan nami ternoda! Bukan gugur
sebagai pahlawan, tetapi mati sebagai seorang
pengganggu wanita. Menyedihkan !
Jenasah raden Pabelan mengambang hanyut
oleh arus air sungai. Akhirnya jenazah itu
berhenti di daerah berawa, di desa Sala. Jenazah
itu tidak tersangkut daun maupun batang
pohon, namun tidak terhanyut oleh arus air.
Anehnya pula, jenazah itu tidak cepat
membusuk walaupun terhenti di tempat itu
beberapa hari.
Pada suatu pagi, datanglah seorang kakek di
tempat itu. Kakek itu terkejut sekali ketika
melihat sesosok mayat di pinggiran sungai. Dan
melihat keadaan jenazah yang penuh luka, jelas
bahwa kematiannya karena dianiaya. Kakek ini
tidak mau terlibat dalam perkara pembunuhan.
Sedang di samping itu, iapun merasa kasihan
pada jenazah itu, kalau tetap saja tidak
disingkirkan dari tempat ini. Dengan sepocongkayu ditolaklah jenazah itu ke tengah sungai
yang berarus deras. Dan legalah hati kakek itu
setelah menghanyutkan jenazah itu ke hilir.
Orang yang tinggal di daerah sekitar desa
Sala maupun kota Pajang tahu belaka siapakah
kakek ini. Sebab kakek ini seorang hamba


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pajang pula, yang sering datang berkunjung ke
Pajang. Kakek ini terkenal dengan nama ki Sala.
( Sebagai catatan, bahwa yang disebut ki Sala di
sini, bukanlah Kyai Sala yang dikenal orang
bermakam di Mloyokusuman Baluwarti Sala.
Kyai Sala yang bermakam di Mloyokusuman
Sala itu, adalah keturunan ki Sala yang
diceritakan di sini).
Ketika ki Sala pulang ke rumah, ia tutup
mulut, tidak menceritakan perihal jenazah tadi
kepada siapa-pun. Dan seperti biasanya, ia
melakukan pekerjaan sehari- hari.
Akan tetapi ketika pagi harinya ki Sala
datang lagi ke tempat di mana jenazah yang
kemarin berhenti ia terbelalak terkejut sehingga
ternganga mulutnya. Hampir saja ia lari karena
ketakutan. Namun perasaan hatinya mencegah
berbuat begitu agar tidak dituduh sebagai
seorang kakek penakut.
Semula kakek ini menduga, bahwa pagi ini
terdapat lagi jenazah korban pembunuhanseperti kemarin. Tetapi setelah diperhatikan
dengan seksama, ia menemukan persamaan
dengan jenazah yang kemarin. Tetapi mengapa
jenazah itu kembali lagi ke tempat ini? Aneh !
Mengherankan ! Suatu peristiwa yang langka.
Tak mungkin arus air sungai mengalir mudik.
Walaupun peristiwa ini aneh dan
mendebarkan jantungnya, namun ki Sala
merasa tidak tega untuk membiarkan jenazah
itu. Maka seperti yang dilakukan kenarin,
jenazah itu dihanyutkan lagi. Ki Sala tidak
segera meninggalkan tempat itu. Jenazah yang
hanyut diikuti dengan pandang matanya. Dan
setelah nyata jenazah itu lenyap dari
pandangannya dibawa arus air, barulah dengan
hati lega kakek ini meninggalkan tempat
menuju ke rumahnya.
Ketika malam tiba, ki Sala tidur dengan
nyenyak. Di dalam tidurnya ia bermimpi
bertemu dengan jenazah yang tadi pagi ia
hanyutkan untuk kedua kalinya. Aneh, jenazah
itu dapat berbicara, ujarnya ? Kyai, jangan
engkau sia-siakan aku ini. Tolong sudilah kyai
mengubur ragaku di tempat ragaku tadi pagi
terhenti. Karena tempat itu kiranya yang cocok
menjadi tempat kuburku. Mudah-mudahandikelak kemudian hari ada gunanya makamku
di tempat itu ?
Begitu selesai ujar jenazah dalam mimpinya
itu, terbangunlah ki Sala dari tidurnya dengan
kejut ? Betulkah itu ? ? katanya dalam hati
sambil menoleh ke kiri dan ke kanan seperti ada
yang sedang dicari. Kemudian ia sadar bahwa ia
tadi bermimpi. Ia mencoba mengulang peristiwa
dalam mimpinya di dalam angan.
? Dua kali berhenti di tempat itu. Dan
sekarang menemui aku, minta supaya aku
mengubur jenazahnya di tempat itu pula.
Baiklah, esok pagi akan kupenuhi
permintaannya ? Setelah mengambil
keputusan demikian ia kembali membaringkan
badan dengan maksud melanjutkan tidurnya.
Tetapi sudah dicoba berkali-kali memejamkan
mata tidak lagi bisa tidur. Masih saja berbagaibagai pertanyaan memenuhi benaknya. Sampai
ayam jantan berkokok, masih bergolak-golek di
balai-balai tempat pembaringan. Akhirnya ia
bergegas turun dari pembaringan lalu berjalan
ke luar rumah.
Hawa pagi yang sejuk membangkitkan
semangat badan dan jiwanya. Sebentar lagi fajar
menyingsing. Ayam jantan ramai berkokok
sahut menyahut menambah kecerahan pagi itu.Ia menarik napas dalam-dalam mengisikan
hawa segar ke dalam rongga dadanya untuk
melonggarkan kesesakan benaknya. Teringat
akan mimpinya, lalu ia bergegas menuju ke
rumah belakang mengambil cangkul
untukmembuat lubang kubur sesuai permintaan
jenazah dalam mimpinya. Tetapi setelah ia tiba
lagi di halaman depan rumah, timbullah
keraguannya. Pagi kemarin jenazah itu telah ia
hanyutkan. Entah sampai ke manakah jenazah
itu dibawa aliran air sungai. Telah satu hari satu
malam jenazah itu dibawa ke hilir oleh arus air
sungai. Lalu dimanakah harus dicari ? Tetapi di
samping pemikiran yang wajar itu, terselip
sekelumit perasaan yang mengatakan bahwa ia
akan mendapatkan jenazah itu kembali ke
tempat kemarin ia menghanyutkan.
Walaupun masih diliputi keraguan, namun
akhirnya ia berangkat juga. Cangkul dipanggul,
berjalan perlahan-lahan menuju ke sungai.
Masih agak jauh dari tepian sungai, ki Sala
sudah mengarahkan pandangnya ke arah
tempat dimana. jenazah kemarin pagi berada.
Tetapi belum kelihatan. Cuaca remang dini hari
menghilang pandangannya dan lagi jarak masih
cukup jauh untuk dapat dijangkau oleh
ketajaman pandang mata tua,HALAMAN HILANGHALAMAN HILANG
? Wirotanu dan Surokarti! Aku tahu
bahwa engkau payah setelah melaksanakan
tugas. Akan tetapi janganlah kepalang tanggung.
Malam ini juga tangkaplah tumenggung Mayang
dan Harya Dadaptulis. Kemudian secepatnya
bawalah ke mari untuk diadili ?
? Sendika dawuh, gusti. Hamba mohon diri
sekarang juga! ? sahut Surokarti sambil
menghaturkan lembah.
? Hambapun mohon diri, gusti ?
Wirotanu ikut berpamit.
Akan tetapi jantung dua orang ini berdebardebar setelah ke luar dari rumah pangeran
Pangiri. Mereka langsung menemui paraprajurit yang sedang mengaso di halaman.
Ketika melihat pimpinannya datang, salah
seorang dari mereka berseru.
? Bendara, hadiahnya tentu besar ?
? Benar, tentu besar sekali! ? sahut yang
lain.
? Diam! ? bentak Wirotanu ? Hadiah
dengkulmu itu ! Hayo cepat siap dan berangkat
tugas lagi. Kita masih mempunyai tugas lebih
berat lagi ?
Semua prajurit diam mendadak, mulut
melongo dan saling pandang. Mereka tadi sudah
gembira sekali karena mengira segera akan
mendapat bagian hadiah. Namun tiba-tiba
hadiah belum diterima, malah mendapat
perintah berangkat tugas lagi.
? Bendara, berangkat ke mana lagi ini? ?
seorang lurah prajurit memberanikan diri
bertanya.
? Cepat siapkan diri dan jangan bertanya !
? bentak Wirotanu ? Tugas ini bebih berat
lagi. Menangkap tumenggung Mayang dan
Harya Dadaptulis malam ini juga ?
Mereka terkejut seperti disambar geledek.
Mimpi-pun tidak bahwa malam ini harus
melaksanakan tugas menangkap tumenggung
Mayang dan Harya Dadaptulis. Mungkinkahberhasil? Baru menangkap Pabelan saja sudah
sulit dan harus menggunakan akal. Apa lagi
harus menghadapi orang yang lebih sakti dan
perkasa. Tetapi karena perintah Pangeran
Pangiri, apapun yang terjadi, tidak seorangpun
berani membantah, ? Siapa berani membantah
akan berhadapan hukuman mati yang
mengerikan.
Perasaan Wirotanu dan Surokarti dengan
para prajurit itu sama. Dalam hati mereka ketir
ketir, merasa tak sanggup melaksanakan tugas
berat itu. Maka perasaan inipun mempengaruhi
langkah masing-masing. Kaki seperti tidak mau
bergerak. Langkah mereka pendek dan lambat.
Tetapi sesungguhnya bukan perasaan itu melulu
yang mengganggu. Sesungguhnya mereka telah
penat di samping mengantuk.
Pangeran Pangiri dan adipati Tuban
menghangatkan tubuh dengan kopi panas,
untuk menahan dingin dan kantuk. Kemudian
terdengar pangeran Pangiri berkata ?
Bagaimanakah pendapatmu kalau Mayang dan
Dadaptulis sudah tertangkap? ?
Adipati Tuban tidak cepat menjawab, ia
sedang berpikir. Kalau menuruti perasaan dan
kebenciannya, sesungguhnya inginlah ia
mengusulkan aaar dua orang itu dibunuh matiini juga seperti Pabelan. Akan tetapi ia menjadi
ragu. Mungkinkah ayah mertua mereka dapat
menyetujui langkah ini, dan pangeran
Benowopun mau menerima? Apabila sampai
terjadi hal itu memperoleh persetujuan raja, hal
itu dapat menyebabkan terjadinya hal hal yang
tak diharapkan. Bukankah Senopati akan
menjadi lebih marah?
? Tetapi mengapa harus takut Senopati
marah? ? bantah hatinya ? Bukankah masalah
ini malah dapat memancing sikap Mataram yang
sebenarnya? ?
Memperoleh pikiran demikian ia tersenyum.
Kemudian ? apabila kangmas sependapat, saya
mengusulkan, mereka dibunuh mati malam ini
juga. Kemudian mayatnya dibuang pula ke
sungai Laweyan seperti Pabelan ?
? Hm ? Pangeran Pangiri mendeham
seperti ada sesuatu yang menghambat
tenggorokannya ? Usul yang menarik.
Sesungguhnya hanya dengan hukuman mati itu
sajalah yang tepat bagi mereka. Akan tetapi
dimas, apakah sudah engkau pikirkan pula
tentang akibat-akibat lebih lanjut ? ?
? Yang kangmas maksudkan, kangmas
Senopati Mataram ? ?? Ya. Sudah kehilangan seorang
kemenakan, ditambah lagi dengan dua orang
iparnya. Tentu dia akan naik pitam jadinya ?
? Kangmas benar. Tetapi bisa berbuat
apakah dia kalau mau naik pitam? Apakah dia
akan menyerbu ke Pajang? Hmm. kalau
demikian jadinya bukankah hal ini malah amat
kebetulan? ? adipati Tuban mengamati kakak
iparnya untuk mencari kesan. Kemudian
terusnya ? Seorang kawula yang setia kepada
raja, akan tunduk setiap keputusan raja.
Betapapun pedih dan sedihnya hati, akan
diterima dengan senang hati. Sebaliknya apabila
hukuman raja atas kesalahan orang itu diprotes,
ini membuktikan ketidak-setiaannya. Bukankah
baik kangmas maupun rama Sultan mempunyai
alasan untuk bertindak, sebelum pemberontak
itu kuat? ?
? Ya, dimas benar?sahut pangeran
Pangiri sambil menghela napas pendek ?
namun engkau harus ingat, bahwa selama rama
Sultan masih hidup, kekuasaan belum
sepenuhnya kembali ke tanganku. Segala
sesuatu harus mohon pendapat dan
pertimbangan rama Sultan. Dimas,
bagaimanapun yang telah terjadi atas diri
Pabelan, bisa dikatakan sebagai kelancanganku.Walaupun begitu, aku percaya rama Sultan
masih bisa mengerti tentang tindakanku itu.
Justeru aku berusaha menjaga kewibawaaa
kerajaan dan nama baiknya. Sedang di samping
itu, kesalahan Pabelan sudah jelas. Akan tetapi
dua orang itu, bagaimana kesalahannya harus
dicari lebih dulu ?
? Mengapa harus bingung? Bukankah
sudah jelas bahwa mereka bisa kita tuduh
membantu persiapan pemberontakan yang
dilakukan Pabelan ? Saya kira ini sebuah alasan
yang tidak dapat disangkal lagi ?
Meskipun cukup alasan seperti apa yang
dikemu-kakan oleh adipati Tuban, namun
pangeran Pangiri tidak segera memberikan
persetujuannya. Ia masih harus
mempertimbangkan untung ruginya, di samping
akan minta pendapat mertuanya lebih dahulu.
? Baiklah, dimas, kuperhatikan
pendapatmu. Namun kita harus menyadari
bahwa baik tumenggung Mayang maupun Harya
Dadaptulis itu adalah dua orang hamba Paiang.
Dalam masalah ini tentu saja rama Sultan
berhak sepenuhnya atas nasib mereka. Kiranya
aku takkan dapat menindak tanpa
sepengetahuan rama Sultan. Sekarang beginisaja dimas, esok pagi kita bicarakan saja
masalah ini dengan rama Sulan ?
Jawaban itu tidak memuaskan adipati
Tuban. Namun demikian ia tidak berani
mendesak lebih jauh, justeru dirinya hanyalah
seorang pembantu. Sekalipun demikian, ia telah
bertekat. Esok pagi apabila menghadap Sultan,
ia akan mengajukan usul agar dua orang itu
dihukum mati. Menurut pendapatnya, itulah
satu-satunya jalan untuk memancing
kemarahan Senopati, sehingga apa yang telah


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lama disembunyikan oleh Senopati yahu
persiapan pemberontakan akan terbuka
semuanya. Sakit hati yang diderita sewaktu
menerima tugas sebagai penyelidik ke Mataram
sampai saat ini bukannya reda melainkan
bahkan makin berkobar menghanguskan
hatinya. Bisikan balas dendam selalu
menyelubungi pikirannya. E;ok pagi, di kala
menghadap ayah mertuanya, kesempatan untuk
mempengaruhi ayahnya itu akan dipergunakan
sebaik-baiknya. Kemudian ia tersenyum
seorang diri, dan dengan tenang menantikan
hari esok.........4
urokarti dan Wirotanu memimpin prajurit
Pajang menuju ke desa Mayang. Langkah
mereka sudah tidak tegap lagi, tampak lesu.
Bukan melulu payah sehabis melakukan tugas,
tetapi karena pengaruh hati yang berdebaran.
Mereka kawatir kalau sampai mendapat
perlawanan sengit baik dari dua orang
narapraja itu maupun hamba sahaya-nya. Dan
apabila sampai terjadi demikian, berarti tugas
mereka gagal total.
? Tugas yang berat! ? Surokarti
menggerutu pelahan ? Apakah engkau merasa
pasti dapat melaksanakan tugas ini, adi
Wirotanu? ?Wirotanu menghela napas panjang. Hatinya
juga selalu ketar-ketir begitu mendengar
perintah pangeran Pangiri. Namun apa harus
dikata, sebagai hamba tidak dapat membantah
perintah sang junjungan.
? Ya, memang berat sekali tugas yang kita
hadapi sekarang ini ? sahutnya kemudian ?
Bukan saja dua orang itu sakti mandraguna,
tetapi juga mempunyai hamba sahaya yang
cukup banyak. Tentu saja jauh bedanya ketika
kita menghadapi Pabelan yang hanya seorang
diri. Kita akan menghadapi perlawanan sengit
dan salah-salah nyawaku melayang malam ini,
sehingga isteriku menjadi janda .... ?
Ucapan Wirotanu itu memancing gelak
Surokarti, hingga ia terkekeh-kekeh, walaupun
hatinya sendiri tidak keruan rasanya. Katanya
kemudian ? Karena isterimu tidak hanya
seorang, itulah sebabnya pikiranmu terpancang
di rumah isteri mudamu yang ketiga ... ?
? Tetapi bukan salahku .... ?
? Ya, dalam soal kawin tidak ada orang
yang bersalah, tetapi sama sama butuh ? sindir
Surokarti.
? Bukan, bukan itu maksudku. Tetapi
isteriku yang pertama sendirilah yang
membujuk aku supaya mengawini janda mudayang kemudian menjadi isteriku yang ketiga
itu.... ?
? Kalau begitu, antara isteri pertama dan
isteri ketiga itu, sebelumnya telah saling setuju ?
? ? Mungkin sekali. Buktinya, banyak kali
janda itu datang ke rumah, kemudian menginap
pula, bayangkan, siapakah yang kuat . . . . ? ?
? Heh, heh, heh ? Surokarti terkekeh ?
Kuat dan tidak itu tergantung kepada
kemauanmu sendiri. Jika engkau tidak
memandang dan tidak memperhatikan, tentu
tidak akan terpengaruh. Tetapi kalau dasarnya
mata keranjang, apa lagi ? Heh, heh, heh, aku
tahu sebabnya isicrimu yang tua itu begitu ?
? Eh, tahu bagaimanakah maksudmu? ?
Wirotanu tertarik.
? Menurut dugaanku, isterimu yang tua
itu sakit hati kepada isterimu yang kedua.
Karena semua perhatian selalu engkau
tumpahkan kepada isterimu yang kedua.
Akibatnya, isterimu yang tua mencari tanding,
heh, heh, heh .... ?
? Ahh, engkau mengada-ada saja ... ?
sahut Wirotanu sambil terkekeh. Namun dalam
hatinya mengakui pula akan benarnya ucapan
Surokarti itu. Terbukti antara isteri pertama danketiga selalu bisa rukun walaupun menjadi satu
rumah. Dan sebagai akibatnya pula, ia sekarang
jarang sekali dating kepada isterinya yang
kedua.
Barisan prajurit Pajang yang bergerak itu
menerobos gelap malam menuju ke rumah
Harya Dadaptulis, dengan perasaan masing
masing. Walaupun mereka merasa takut-takut,
namun mereka nekat. Pendeknya tugas itu
harus bisa dilaksanakan sebaik-baiknya dan
tidak boleh gagal, sekalipun berat.
Tujuan mereka yang pertama, ke rumah
Harya Dadaptulis. Keadaan sepi sekali, dan dari
rumah-rumah orang hanya tinggal terdengar
suara dengkur yang bersahutan dengan kokok
ayam jantan. Tembok pekarangan Harya
Dadaptulis tampak menghitam oleh lumut. Dan
pohon-pohon tinggi yang tumbuh dalam
pekarangan, bagai raksasa dan hantu penjaga
malam. Mereka bergerak hati-hati sekali
mendekati pintu gerbang yang tertutup rapat.
Dari dalam rumah jaga, terdengar suara orang
bicara diseling suara tawa. Dari pembicaraan
para penjaga itu jelas, bahwa mereka berusaha
berjaga semalam suntuk dengan hiburan main
dadu.? Nah, lima lagi. Aku yang dapat! ?
terdengar teriakan seseorang.
? Ah, mengapa lima lagi? ? suara orang
mengeluh.
? Tadi sudah tiga, mengapa beralih? ?
orang lain menggerutu kalah.
Wirotanu dan Surokarti saling sentuh,
kemudian berusaha saling pandang dalam
kepekatan nnlam. Lalu terdengar Wirotanu
berbisik ? Kakang, apa yang harus kita
lakukan? Kita lewat jalan wajar atau melompati
tembok saja? ?
? Kita datang sebagai utusan gusti
pangeran Pangiri, calon raja. Karena itu kita
harus dapat menempatkan diri sebagai utusan.
Kita harus datang dengan dada terbuka. Apabila
dia membangkang, barulah kita bertindak
sesuai dengan wewenang kita sebagai utusan ?
Wirotanu mengangguk tanda setuju.
Kemudian ia melangkah ke pintu gerbang
sambil mengetok pintu keras-keras ? Tok, tok,
tok.........! ?
Suara orang dari rumah jaga sirap tiba-tiba.
Kemudian terdengar orang berseru ? Siapa
yang mengetuk pintu? ?
? Aku, tumenggung Wirotanu dan
tumenggung Surokarti ? sahutnya ? datangkemari sebagai utusan gusti pangeran Pangiri
? Tidak terdengar suara penyahutan dari
dalam. Namun pintu gerbang itu juga tidak
cepat dibuka. Semua orang tidak tahu apa yang
terjadi di dalam. Wirotanu, Surokarti dan para
prajurit menunggu dengan gelisah.
Mengapa pintu tidak cepat cepat dibuka?
Setelah menunggu beberapa saat lamanya,
Wirotanu mengetuk pintu lagi sambil berteriak
? Cepat bukakan pintu. Aku Wirotanu, utusan
gusti pangeran Pangiri akan bertemu dengan
tumenggung Dadaptulis ?
Akan tetapi tidak lagi terdengar jawaban
dari dalam. Seakan semua penjaga yang semula
masih terjaga itu, secara tiba-tiba menjadi tidur
pulas.
Tidak dibukanya pintu dan tidak
terdengarnya suara jawaban dari dalam itu
memang ada sebabnya. Mendengar datangnya
tumenggung Wirotanu dan Surokarti pada dini
hari seperti itu, para penjaga sudah menaruh
kecurigaan. Tidaklah pada tempatnya
memanggil orang pada dini hari seperti ini.
Sedang di samping itu, sebagai hamba sahaya
Harya Dadaptulis, mereka telah tahu belaka
sikap tuannya terhadap pangeran Pangiri. Kalausaja yang datang itu utusan Sultan Hadiwijaya,
mereka akan tunduk dan mau membuka pintu.
Tetapi karena utusan pangeran Pangiri, maka
mereka tidak berani lancang sebelum mendapat
persetujuan tuannya.
Pimpinan dari prajurit penjaga itu
secepatnya menghubungi prajurit penjaga
rumah. Sementara pimpinan itu pergi, tujuh
orang prajurit penjaga lainnya telah
mempersiapkan diri dengan perisai di tangan
kiri dan tombak di tangan kanan. Tujuh orang
Tetangga Menyebalkan Keluarga Flood Karya Colin Thomphson Misteri Perawan Kubur Karya Abdullah Harahap Raja Gendeng Asmara Pedang Halilintar

Cari Blog Ini