Ceritasilat Novel Online

Kumbang Hitam Bumi Sengketa 7

Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat Bagian 7


Mertani lebih lanjut ? aku tidak menghendaki
jatuhnya korban para kawula yang tidak
berdosa. Sebab setiap peperangan tentu akanmembawa akibat yang menyedihkan. Maka
sedapat mungkin kita hindarkan peperangan
ini. Sedang alasan yang ketiga, Mataram harus
dapat menanamkan pengaruh baik terhadap
kawula dan prajurit Mataram sendiri, maupun
kawula dan prajurit Pajang. Usaha menanamkan
pengaruh itu yalah menghindarkan peperangan
? ? Tetapi bagaimanakah kita dapat
menghindari keadaan yang sudah mendesak
seperti sekarang ini ? ? tanya Senopati dengan
ragu ? Aku kuatir, kalau kita tidak
mempersiapkan diri, akan kewalahan menahan
gerak-maju pasukan Pajang. Aku yakin, dalam
dua tiga hari lagi, setelah pasukan hilang
lelahnya, akan segera menyeberang sungai Opak
? ? Anakku, hilangkan segala kekuatiran itu
dan percayalah akan usaha dan pemikiranku ?
bujuk Juru Mertani ? Kita diam, tetapi bukan
berarti lengah. Diam tetapi untuk menang. Ada
dua jalan yang harus kita tempuh. Pertama,
Dadaptulis, Mayang, Ronggo dan lain lainnya
mempersiapkan masing-maring sebagai
penjagaan apabila usaha kita menemui
kegagalan. Ini merupakan persiapan kalau
memang jalan kekerasan harus ditempuh.Sedang usaha yang kedua, ini tugasmu dan
tugasku. Artinya aku dan engkaulah yang harus
bekerja ?
? Ohh ... dengan jalan apa? ? Senopati
heran.
? Aku dan engkau harus berani
berhadapan dengan kesulitan. Aku dan engkau
harus dapat bertemu secara rahasia dengan
kangjeng Sultan. Pada kesempatan itulah kita
dapat berbicara banyak. Kita jelaskan semuanya, kita beberkan maksud kita selama ini,
bahwa perjuangan Mataram bukan untuk
kepentingan Mataram sendiri, tetapi justeru
membela keturunan Pajang ?
? Mungkinkah kita dapat menyelundup
masuk ke kubu pasukan Pajang yang tentu saja
dijaga dengan ketat? ? Senopati rugu.
? Heh, heh, heh ? Justeru Mertani
terkekeh ? Kangjeng Ratu Kidul telah berjanji
kepadamu bersedia memberi bantuan. Mengapa
engkau lupa? Mintalah bantuannya, agar
kehadiran kita di sana tidak dapat diketahui
orang lain kecuali kangjeng Sultan sendiri ?
? Tetapi yakinkah wa Juru dapat
mempengaruhi rama Sultan untuk
membatalkan niatnya itu ? ?? Mengapa tidak ? Kalau kangjeng Sultan
telah tahu segalanya, tahu arti perjuanganmu,
tentu kangjeng Sultan akan merobah
pendiriannya. Setiap orang tentu cenderung
membela kepentingan anak kandungnya
dibanding dengan anak menantu. Dan apakah
engkau lupa juga, bahwa akupun sudah
mempunyai jasa pula untuk kangjeng Sultan? ?
? Buiklah wa, jika memang demikian ?
? Akhirnya Senopati setuju dengan siasat
Juru Mertani. Kepada tumenggung Mayang dan
Dadaptulis, ia memerintahkan mempersiapkan
pasukan secara diam-diam. Akan tetapi sama
sekali dilarang mengadakan gerakan. Sebab
persiapan padukan itu hanyalah sebagai
cadangan kalau usaha berunding gagal.
Tumenggung Mayang dan Dadaptulis
terpaksa menyanggupkan diri, walaupun dalam
hati amat kecewa. Mereka sudah amat bernafsu
untuk berhadapan dengan lawan masingmasing yang amat dibenci.
Ternyata yang merasa kecewa dengan
keputusan ini bukan hanya tumenggung Mayang
dan Dadaptulis. Raden Ronggo yang masih
muda dan berdarah panas itu-pun merasa
kecewa. Ia masih ingat peristiwa beberapa
bulan yang lalu, ketika adipati Tuban datang keMataram menyertai pangeran Benowo. Sikap
adipati Tuban yang congkak itulah yang
membuat pemuda ini tidak senang. Ia sudah
lama sekali mengharapkan terjadinya perang
antara Mataram dengan Pajang. Dalam
kesempatan inilah ia akan dapat membuktikan
keperkasaannya dan kesaktiannya.
Kusuma Sari yang telah lama
menggembleng pasukan wanita itupun kecewa
dan tidak puas. Namun Kusuma Sari masih
kuasa menahan diri untuk tidak berbicara. la
dapat menempatkan diri dalam kedudukannya
sebagai menantu Dadaptulis........
* * *
Malam gelap pekat. Hujan turun deras
sekali, dan angin bertiup kencang menderuderu.
Pasukan Pajang yang sedang beristirahat di
Prambanan rata kedinginan. Mereka lebih
senang tidur berdesak desakan dengan temantemannya, dari pada harus menahan dingin dan
percikan air hujan. Hanya mereka yang bertugas
jaga sajalah yang tetap di tempatnya. Mereka
terpaksa bertahan karena mengemban tugas.
Kalau saja boleh memilih, sudah tentu lebihenak dapat tidur dengan teman yang lain. Di
saat hujan lebat disertai angin itu, yang paling
nikmat apabila menutup seluruh tubuhnya
dengan selimut.
Sultan Hadiwijaya duduk seorang diri. Ia
sedang bergelut dengan perasaannya sendiri.
Bergelut dengan kenyataan yang ia hadapi,
harus mengerahkan pasukan untuk memerangi
Mataram. Tetapi di saat duduk seorang diri
begini, kemudian ia teringat akan kata-kata
isterinya, yang membujuk agar membatalkan
niatnya.
? Hemm, tidak! ? desisnya ? Danang
telah berbuat tidak patut dan berani melawan
aku. Kewibawaan ku akan hancur kalau
perbuatan macam ini kubiarkan lalu begitu saja.
Huh, aku tak peduli lagi akan kata orang.
Seorang ayah harus memerangi anaknya
sendiri. Sultan Hadiwijaya menghela napai
panjang. Apabila teringat hubungannya selama
ini, baik kepada Pemanahan, Juru Mertani
maupun yang lain, raranya tak sampai hati
harus berperang melawan Mataram, Tetapi
demi untuk menjaga kewibawaannya sebagai
seorang raja, hal itu memang patut dilakukan.
Kemudian Sultan terbatuk-batuk. Sebagai
seorang yang sudah lanjut usia, hujan deras danangin yang meniup kencang, berpengaruh benar
kepada keadaan dirinya.
Untuk beberapa jenak Sultan Hadiwijaya
termangu-mangu. Ia sadar bahwa tak akan lama
lagi ia dapat menduduki tahta kerajaan Pajang.
Entah kapan, ia akan kembali ke tempat asal,
menghadap Tuhan Yang Maha Esa. Teringat
akan hal ini, kembali ia menghela napas
panjang. Pada saat dirinya tiada lagi, tahta
kerajaan ini harus diserahkan kembali kepada
yang berhak. Kepada Pangiri pewaris Demak
yang sah. Selama ini ia hidup bahagia dan
terhormat. Tetapi bagaimanakah dengan
keturunannya? Memang benar bahwa dengan
kembalinya tahta kerajaan kepada pangeran
Pangiri, dikemudian hari salah seorang cucunya
akan, berhak pula menduduki tahta kerajaan.
Namun hal itu belum merupakan jaminan yang
pasti. Siapa tahu kalau pangeran Pangiri lalu
mengangkat permaisuri lain? Kalau hal itu
terjadi, habislah keturunan Pajang.
Di saat benaknya dipenuhi masalah-masalah
ini, mendadak sultan Hidiwijaya berjengit kaget.
Pintu biliknya bergerak dan kemudian terbuka.
? Hai, siapa ? ? bentak sultan Hadiwijaya.
? Hamba, rama ? sahut orang yang
membuka , pintu bilik itu.? Pangiri? ?
? Bukan! Hamba Danang Sutowijaya ?
Sultan Hadiwijaya hampir tidak percaya
akan pendengarannya sendiri dan
membelalakkan matanya yang sudah kurang
ketajamannya.
? Hamba menghadap rama bersama uwa
Juru ? kata Senopati pula. Lalu tanpa
menunggu ijin dari Sultan Hadiwijaya, dua
orang itu masuk ke dalam. Senopati langsung
menjatuhkan diri, berlutut lambil mencium
ujung ibu jari ramandanya.
Untuk beberapa jenak sultan Hadiwijaya
duduk mematung, tidak bergerak. Juru Mertani
yang telah duduk di hadapan raja, berdebaran
hatinya. Apa yang dilakukan bersama Senopati
saat ini merupakan langkah yang berani dan
untung-untungan. Harapan satu-satunya, hati
sultan dapat terpengaruh oleh peristiwa malam
ini. Dalam dada sultan Hadiwijaya saat itu
sedang terjadi pergulatan sengit. Kehadirannya
di Prambanan saat ini dalam rangka memukul
Mataram dengan perang. Tetapi tidak terduga
duga, saat ini pula bupati Mataram malah
datang menghadap dan sedang berlutut
mencium kakinya. Kesempatan membunuhbupati Mataram ini sangat baik sekali. Sekali
memukul, akan berantakan-lah kepala Danang
Sutowijaya. Tetapi sanggupkah ia bertindak
begitu? Membunuh anaknya sendiri, bahkan
seorang putera yang terkasih? Lebih dikasihi
dibandingkan dengan pangetan Benowo.
? Anakku........, anakku, Danang . ?
? tangan sultan bergerak mengusap-usap
kepala Senopati penuh rasa haru.
? Duduklah .... ? sambungnya.
Betapa lega hati Juru Mertani mendengar
suara sultan Hadiwijaya. Ternyata benar dan
tepat perhitungannya, bahwa sultan Hadiwijaya
masih belum luntur kasih sayangnya kepada
Danang Sutowijaya alias Senopati. Lebih-lebih
bagi Senopati. Rasa lega dan haru mengundang
keluarnya airmata. Ia duduk bersila sambil
menundukkan kepala menangis terisak-isak
seperti anak kecil. Panggilan anakku terhadap
dirinya tadi berkesan dalam sekali di dasar
hatinya. Lalu timbullah satu-persatu kenangan
waktu silam, ketika ia masih kecil. Betapa besar
kasih ayah angkatnya ini kepada dirinya tak
dapat dilukiskan. Apapun yang diminta dan
apapun yang dikehendaki, sultan Hadiwijaya
selalu memberi dan mengabulkan. Masih
tercetak di dalam benak Senopati waktu itu,ketika ayahnya Pemanahan bersama Penjawi
dan Juru Mertani akan pergi ke Jipang untuk
melaksanakan tugas membunuh pangeran
Harya Penangsang. Mestinya sultan Hadiwijaya
tidak mengijinkan ia ikut serta ke Jipang. Tetapi
sesudah Danang Sutowijaya menangis, luluhlah
hati sultan Hadiwijaya. kemudian mengabulkan
permintaan puteranya. Bahkan memberi hadiah
sebatang tombak pusaka, bernama Kyai Pleret.
? Anakku ... hem, jangan menangis........?
Sultan Hadiwijaya berkata lagi ? Duduklah
tenang agar kita dapat berbicara dengan enak
? Sambil menyeka airmata yang membasahi
pipinya, Senopati berkata ? Rama ... bunuhlah
hamba dengan tangan rama sendiri ... ?
? Aih, apa katamu? ? Sultan Hadiwijaya
kaget.
? Bunuh sajalah hamba yang tak berguna
ini ..... ? ulang Senopati ? agar dapat
dihindarkan korban kawula Pajang dan
Mataram yang tidak berdosa ... ?
? Hemm ... ? Sultan Hadiwijaya mengeluh.
Dalam beberapa saat suasana dalam bilik
raja itu sepi. Tiga orang berada didalamnya
tidak ada yang mengeluarkan suara. Senopati
dan Juru Mertani duduk bersila sambilmenundukkau kepala, sedang sultan Hadiwijaya
berkali-kali mengeluh dan menghela napas
sarat.
Akhirnya sultan Hadiwijaya memecah
kejunyian itu ? Anakku dan engkau kakang
Juru, dengarlah, Bagaimanapun buasnya
harimau takkan sampai hati makan anaknya
sendiri ?
Betapa lega hati Senopati dan Juru Mertani
mendengar pernyataan raja ini.
? Rama, hamba merasa berdosa. Hamba
telah berkali-kali melakukan pelanggaran .... ?
kata Senopati.
? Hemm, memang perbuatanmu itulah
yang mempengaruhi perasaanku. Betapa kasih
sayangku kepadamu, Danang. Akan tetapi


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengapa setelah engkau kuangkat sebagai
bupati Mataram, engkau malah berani
membangkang? ? tegur sultan Hadiwijaya.
Kemudian sultan Hadiwijaya mengalihkan
pandang ke arah Juru Mertani dan katanya ?
Kakang Juru, engkau tidak dapat mencuci
tangan. Engkaulah otak dari semua peristiwa
ini. Sekarang aku ingin bertanya, apa saja
maksud Mataram selama ini, hingga membuat
aku bingung dan serba salah ? ?Juru Mertani tak dapat mengelak tuduhan
raja, walaupun sesungguhnya tuduhan ini salah
alamat. Tetapi tak apalah, yang penting malam
ini ia berhasil mempengaruhi sultan Hadiwijaya.
? Kangjeng Sinuhun, ampunilah Juru
Mertani yang sudah pikun ini ? sahut ki Juru ?
Sesungguhnya tak terpikir sedikitpun putera
paduka Danang Sutowijaya akan melawan
paduka ?
? Hem, ya. Tetapi dengan merebut
Mayang, merampas hasil pajak dan persiapan
pasukan Mataram yang besar itu, apa
maksudnya kalau tidak ingin melawan aku? ?
sanggah sultan Hadiwijaya.
? Tiada suatu maksud melawan rama ?
sela Senopati.
Tiba-tiba Juru Mertani terkekeh pelahan,
lalu katanya ? Kangjeng Sinuhun agaknya telah
lupa kepada hamba, yang sudah sejak lama suka
bersiasat. Bukankah peristiwa terbunuhnya
Harya Penangsang, terpengaruhnya Gusti
Kangjeng Ratu Kalinyamat maupun lahirnya
Kerajaan Pajang itu termasuk sebagai hasil akal
hamba? ?
Diungkatnya peristiwa-peristiwa yang telah
lalu menyebabkan sultan Hadiwijaya terpojok.
Ia tak dapat mengelak akan kenyataan ini.? Ha, ha, ha ? sultan Hadiwijaya tertawa
pelahan. Wajahnya sekarang berobah berseri,
lalu katanya ? Ya, tanpa pertolongan kakang
Juru, kemungkinan besar eyang Sunan Giri
waktu itu tidak mau memberi ijin kepadaku
untuk menjadi raja. Ah, maafkanlah aku, kakang
Juru. Selama ini aku melupakan jasamu, hingga
... ?
Juru Mertani cepat memotong ? Ampunilah
hamba yang hina ini. Tak pernah terpikir,
hamba berjasa dalam hal ini. Hamba sudah
merasa puas dapat mendampingi putera paduka
Senopati di Mataram. Hamba membicarakan
lagi peristiwa yang lalu lalu, bermaksud agar
paduka terkenang kembali masa yang telah
silam. Bahwa kedudukan paduka di Pajang
hanyalah sebagai Raja-wakil. Cepat atau lambat,
akan terjadi juga penyerahan kembali tahta
kerajaan kepada yang berhak ?
? Ya, sudah tentu! ? sultan Hadiwijaya
menyahut ? Karena menurut perjanjian yang
sudah disepakati, apabila aku sudah meninggal,
tahta kerajaan harus kembali ke tangan Pangiri,
sebagai pewaris Demak yang sah ?
? Demikianlah yang akan terjadi ? Juru
Mertani mengangguk-angguk ? Akan tetapiapakah salah-nya apabila peristiwa lama
terulang kembali? ?
? Apakah maksudmu? ? tanya raja.
Juru Mertani tersenyum ? Maksud hamba,
peristiwa yang menyangkut diri paduka waktu
itu. Sebenarnya paduka tidak berhak
menduduki tahta kerajaan. Namun dengan akal
dan siasat, akhirnya berhasil merebut tahta
kerajaan ?
? Jadi engkau bermaksud agar tahta
kerajaan ini tidak kembali ke tangan pewaris
Demak ? Dan dengan begitu aku perlu
mengingkiri persetujuan itu? ?
? Memang kira-kira demikianlah yang
sedang dilakukan oleh putra paduka Senopati.
Jadi tiada maksud putera paduka Senopati akan
melawan paduka. Dan apa yang dilakukan
putera paduka Senopati itu tidak lain demi
kepentingan putera paduka gusti pangeran
Benowo ?
? Apa yang telah dtkemukakan wa Juru itu
benar rama ? sahut Senopati ? Terus terang
saja, segala yang hamba lakukan tak lain demi
kegentingan dimas Benowo. Hamba tak rela
kalau dimas Benowo tak dapat menduduki tahta
kerajaan Pajang, setelah rama wafat kelak.
Sebab hal itu akan memukul perasaan dimasBenowo yang telah diangkat dan dinobatkan
sebagai putera mahkota. Apakah artinya
dinobatkau sebagai putera mahkota kalau tidak
dapat menjadi raja? ?
Ketika melihat sultan Hadiwijaya berdiam
diri saja, Senopati melanjutkan ? Rama,
perkenankanlah hamba bertanya serba sedikit
tentang Mayang dan Pabelan. Apakah dosa
kesalahan ayah dan anak itu hingga dijatuhi
hukuman seberat itu ? ?
? Hem, apakah engkau tidak mendengar
bahwa Pabelan menghina dan menodai keraton
Pajang, dalam hubungannya dengan Sekar
Kedaton ? ? sahut raja.
? Paduka percaya? Dan sudahkah paduka
memeriksa tuduhan itu dengan teliti? ? sela
Juru Mertani.
Sultan Hadiwijaya tergugu. Ia sendiri
menyesalkan dibunuhnya Pabelan tanpa lewat
peradilan lebih dahulu. Iapun telah menegur
pangeran Pangiri. Tetapi semuanya telah
berlalu, sesal kemudian tiada berguna.
? Rama, tuduhan itu hanyalah fitnah
belaka ? kata Senopati pula ? Tuduhan itu
hanyalah alasan dimas Pangiri untuk
menyingkirkan Pabelan. Hilangnya Pabelansesungguhnya merupakan kerugian yang besar
sekali bagi Pajang sendiri ?
Raja menghela napas panjang. Ia juga sudah
menerima laporan permaisuri bahwa Sekar
Kedaton menolak tuduhan yang tidak pada
tempatnya itu. Namun ia heran akan keterangan
Senopati bahwa matinya Pabelan merupakan
kerugian besar bagi Pajang.
? Apa maksudmu, Pajang menderita rugi
akibat terbunuhnya Pabelan? ? tanya sultan
Hadiwijaya.
? Rama, terus terang saja ada mata rantai
dalam usaha hamba membela keturunan Pajang
ini, antara lain hamba sendiri, dimas Benowo,
dimas Mayang, Dadaptulis, Pabelan maupun
beberapa orang lain. Sedang diajeng Sekar
Kedaton-pun termasuk didalam usaha ini ?
? Ah ... ? sultan terkejut ? Jadi Sekar
Kedatonpun membantu usahamu? ?
? Benar, rama. Karena diajeng Sekar
Kedaton sama pendirian dengan hamba, tiada
rela kalau bukan putera paduka yang mewarisi
tahta kerajaan ?
? Hem ? sultan menghela napas,
mengangguk-angguk lalu katanya ? Ah, aku
sekarang dapat menduga. Jadi kalau begitu,Pangiri tahu apa saja yang dilakukan Sekar
Kedaton dan Pabelan? ?
? Ya. Sebab itulah dimas Pangiri
memerintahkan membunuh Pabelan tanpa
sepengetahuan rama. Sebab kalau rama
mencampuri, akan gagallah maksudnya ?
Sultan Hadiwijaya mengeluh. Ia amat
menyesal. Sebenarnya memang pernah ia
mendapat bisikan dan keterangan dari
pangeran Benowo tentang masalah ini. Namun
waktu itu ia kurang percaya, sebaliknya
terpengaruh oleh pangeran Pangiri dan adipati
Tuban.
? Jadi benarkah Sekar Kedaton membantu
perjuanganmu dengan dana? ? tanya sultan
Hadiwijaya.
? Benar rama, perjuangan memang
memerlukan beaya. Maka secara diam-diam
diajeng Sekar Kedaton memberi dana itu
melalui Pabelan ? Senopati menerangkan ?
Agaknya dimas Pangiri mencium pula apa yang
dilakukan diajeng Sekar Kedaton ini. Maka tidak
segan-segan lagi ia memfitnah diajeng Sekar
Kedaton dan membunuh Pabelan. Disamping
itupun dimas Pangiri juga telah mengangkut
harta benda Pajang ke Demak... ? !? Apa? ? potong raja terkejut ? Pangiri
telah mengangkut harta benda Pajang ke
Demak? ?
? Apakah dimas Benowo belum pernah
melaporkan masalah ini kepada rama? ?
Raja menggeleng ? Belum ?
Senopati segera menceritakan apa yang
telah terjadi dengan jelas.
Selesai Senopati bercerita, sultan
Hadiwijaya mengeluh. Ia amat menyesal bahwa
orang yang mempunyai banyak kesempatan
bertemu dan berbicara dengannya hanyalah
Pangiri dan adipati Tuban. Sekarang setelah ia
berhadapan dengan Senopati dan Juru Mertani,
terbukti bahwa apa yang dilaporkan pangeran
Pangiri kepadanya itu diputar balikkan.
Sekarang jelas baginya bahwa perjuangan
Mataram demi kepentingan Benowo, tentu saja
iapun setuju. Dengan jalan apapun tahta kerajaan harus diwarisi oleh Benowo. Karena akan
lebih menguntungkan dibanding kalau kembali
ke tangan pewaris Demak, pangeran Pangiri.
? Itulah yang terjadi sesungguhnya ? juru
Mertani berkata ? Dan terus terang, hambapun
berdiri di belakang putera paduka. Tahta
kerajaan tidak seharusnya kembali kepadapangeran Pangiri, tetapi kepada gusti pangeran
Benowo.
Sultan Hadiwijaya batuk-batuk. Napasnya
terasa sesak. Tambah menyesal lagi karena ia
terpengaruh oleh anak-menantunya untuk
menggerakkan pasukan memukul Mataram.
Masih untung pula belum terjadi perang
campuh.
? Tetapi aku juga menyesal akan sikapmu
? kata sultan ditujukan kepada Senopati ?
Semestinya engkau tidak merobah kebiasaan
datang ke Pajang. Dengan begitu engkau akan
mempunyai kesempatan berbicara dengan aku,
dan dapat memberi keterangan masalah ini ?
? Rama, ampunilah hamba ? jawab
Senopati sambil menghaturkan sembah ?
Hamba tidak dapat mengelak bahwa hamba
tidak memenuhi kewajiban. Tetapi hal ini bukan
tiada bersebab ?
? Apa sebabnya ? ?
? Karena hamba telah banyak mendengar
tentang apa yang dilakukan dimas Pangiri yang
merugikan Pajang setelah rama sering kali
gerung. Hamba kuatir kalau kehadiran hamba di
Pajang hanyalah akan masuk perangkap yang
telah dipersiapkan dimas Pangiri. Untuk
menjaga kemungkinan itu, maka hamba mintapertolongan dimas Benowo untuk
menghaturkan masalah ini kepada rama ?
? Akupun telah mendengar laporan
Benowo. Dan itu pula sebabnya baru kali ini
Pangiri kukabulkan mengerahkan pasukan.
Kalau tidak, sudah dulu-dulu Pangiri
menggempur Mataram ? setelah menghela
napas, sultan Hadiwijaya meneruskan ? Tetapi
sekarang semuanya sudah jelas. Kurestui
maksud dan tujuanmu, asal saja engkau tidak
menyeleweng, dan apa yang sudah engkau
terangkan tadi sebagai janji ?
? Hamba menjadi saksi ? sambut Juru
Mertani.
? Terimakasih. Besok akan kuperintahkan
kepada Pangiri, agar seluruh pasukan ditarik
kembali ke Pajang. Sekarang kuiijinkan engkau
pulang. Aku kuatur apabila kehadiranmu ini
diketahui orang ?
Senopati dan Juiu Mertani menghaturkan
sembah, kemudian minta diri. Bilik raja menjadi
sepi kembali. Yang terdengar banyalah helaan
napas sultan Hadiwijaya berulang kali. Dia
menyesal, menyesalkan dirinya sendiri yang
kurang waspada, sehingga terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Andaikata penjelasan dari
Senopati dan Juru Mertani tidak terlambatdatangnya, tidak akan menimbulkan korban
yang semestinya tak perlu terjadi. Tetapi semua
telah terjadi. Inilah yang menyebabkan sultan
Hadiwijaya berulang-ulang menghela napas
berat ....
Keesokan harinya, baik pangeran Pangiri
maupun adipati Tuban sangat terkejut
menerima perintah dari sultan Hadiwijaya
untuk menarik kembali pasukannya ke Pajang.
Mereka segera minta penjelasan apa alasannya.
Namun mereka tidak berhasil mempengaruhi
keputusan sultan Hadiwijaya, yang


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengurungkan perang dengan Mataram.
Walaupun dengan hati kecewa, terpaksalah
pangeran Pangiri memerintahkan pasukan
untuk bersiap-siap kembali ke Pajang.
? Mengapa terjadi demikian? ? tanya
adipati Tuban ? Apakah kangmas pernah
diajak bicara soal ini ? ?
Pangeran Pangiri menggeleng ? Tidak.
Akupun heran dan kecewa. Tetapi apa mau
dikata, rama sudah memutuskan seperti ini?
Kita tak dapat nekat bertindak sendiri tanpa
persetujuan rama ?
? Ah, orang Mataram akan besar kepala ?
adipati Tuban menggerutu ? Mereka dapat
menepuk dada bahwa orang Pajang takut.Mereka dapat congkak dan sombong,
mencemoh dan menghina kita ?
? Mungkin demikian ? sahut pangeran
Pangiri lesu.
? Biarlah aku memisahkan diri dari
pasukan. Berilah kesempatan, aku memimpin
pasukan Tuban dan Banten menggempur
Mataram sekarang juga ?
? Jangan! ?
? Mengapa ? Orang Mataram makin besar
kepala dengan terjadinya peristiwa ini. Tidak
sepantasnya kita membiarkan anak harimau itu
menjadi besar dan buas. Sebelum tumbuh
taringnya selekasnya kita bunuh ?
? Hemm ? pangeran Pangiri menghela
napas ? apakah dimas ingin melawan rama? ?
? Aku tidak bermaksut melawan rama.
Tetapi aku tidak setuju dengan keputusan rama
mengurungkan maksud ini ?
? Dimas, sudahlah! Jangan menurutkan
hati panas. Hari ini kita tarik pasukan kembali
ke Pajang ? pangeran Pangiri membujuk ?
Sesudah kita kembali di Pajang, kita dapat
berunding lagi. Kita dapat menentukan sikap
lebih matang, sehingga langkah kita lebih pasti.
Tidak enak rasanya kalau kita melawan
perintah rama Sultan ?? Aku heran akan sikap kangmas. Aku
ingin bertanya. Siapakah sesungguhnya yang
lebih berhak atas tahta kerajaan Pajang antara
rama Sultan dengan kangmas? ?
? Berbicara tentang hak, memang akulah
yang berhak sebagai pewaris Demak. Tetapi kita
harus ingat akan perjanjian para leluhur kita,
bahwa rama Sultan mewakili aku sepanjang
usianya. Maka selama rama masih hidup, aku
kalah hak dengan rama ?
? Ahh ... jangan ngelantur tak keruan.
Apabila didengar orang, salah salah kita bisa
celaka. Rama Sultan telah berusia lanjut. Tidak
ada salahnya kalau kita menunggu beberapa
tahun lagi. Dimas, kita harus pandai-pandai
memberikan bakti sebagai menantu ?
? Tetapi kalau langkah rama selalu
bertentangan dengan hatiku, apakah ini tidak
menyakitkan hati ? Sejak dahulu aku telah
memberi laporan bahwa Mataram tidak dapat
dipecaya. Aku sudah gembira rama Sultan
menitahkan menggerakkan pasukan untuk
memukul Mataram. Tetapi mengapa sesudah
tiba di Prambanan, tiba2 rama berobah sikap
mengurungkan maksudnya? Apakah tak berarti
kita membuang tenaga sia2? ?? Dimas tidak puas. Demikian pula aku.
Tetapi biarlah kali ini kita mengalah. Kita
kembali dulu ke Pajang, nanti kita menentukan
sikap ?
Adipati Tuban masih terus bersungutsungut. Wajahnya muram. Jauh bedanya dengan
para prajurit. Mereka menyambut keputusan
Sultan dengan rasa syukur dan gembira. Mereka
merasa terhindar dari kematian. Sebab dalam
peperangan, ancaman maut selalu membayangi.
Disaat pasukan akan berangkat pulang ke
Pajang, adipati Tuban masih sempat
memberanikan diri bertanya kepada sultan
Hadiwijaya ? Rama, hamba heran sekali.
Apakah maksud rama sesungguhnya
mengurungkan niat memukul Mataram
sekarang ini? ?
Sultan Haiiwijaya tersenyum ? Anakku,
jangan salah kira. Maksudku pergi ke Mataram
bukan untuk berperang dengan anakku Senopti.
Tetapi aku hanya anjangsana dan bertemu
dengan dia ?
? Tetapi kangmas Senopati telah jelas
berani membangkang bahkan akan
memberontak Pajang.
? Tidak! Aku sudah berhasil bertemu
dengan anakku Senopati, dan sudah mendapatketerangan sejlas-jelasnya, bahwa tiada maksud
Senopati untuk melawan aku. Senopati dan
kabupaten Mataram tetap setia dengan Pajang
? ? Hamba tidak percaya akan keterangan itu
? ? Hem, sudahlah anakku. Kita tidak
berbantahan sepagi ini. Kita kembali ke Pajang
sekarang ini juga, karena keperluanku dengan
Senopati telah selesai ?
Adipati Tuban tambah penasaran atas
jawaban sultan Hadiwijaya ini. Namun ia tidak
berani membantah lagi, meskipun dalam hati
merasa tak puas.
? Kangmas Pangiri ? kata adipati Tuban
ketika menemui paageran Pangiri ? Aku
tambah penasaran. Ketika aku bertanya
mengapa rama mengurungkan maksudnya
memerangi Mataram, rama Sultan menjawab
yang tidak masuk akal. Rama mengatakan,
bahwa beliau hanya bermaksud anjangsana,
bukan memerangi Mataram. Malah yang
membuat aku heran, keterangan rama yang
mengatakan bahwa sudah bertemu dengan
kangmas Senopati, dan memperoleh ketetangan
selengkapnya ?? Apa ? ? pangeran Pangiri terkejut ?
Kapan dan di mana ? ?
? Rama Sultan tidak menjelaskan, dan aku
juga tidak ada kesempatan untuk bertanya.
Hem, sungguh mengherankan. Kubu kita ini
semalam dijaga rapat sekali, tidak mungkin
orang dapat menerobos masuk tanpa diketahui
oleh penjaga. Tetapi anehnya, rama Sultan dapat
bertemu dan berbicara dengan kangmas
Senopati. Apakah itu hanya pertemuan dalam
mimpi? ?
? Mungkin sekali, ha, ha, ha ? pangeran
Pangiri tertawa ? Rama Sultan yang makin
tambah pikun itu tidak lagi dapat membedakan
antara mimpi dan tidak. Lucu sekali. Tidak
mungkin rama dapat bertemu dengan kangmas
Senopati ?
? Itulah sebabnya aku berusaha mendesak
agar rama mengurungkan maksudnya menarik
pasukan kembali ke pajang. Tetapi pendirian
rama telah tetap. Tentu saja aku tak dapat
menentang titah rama ?
? Ya. Aku sendiri juga menyesal. Rama
masih berkuasa hingga kita tak dapat berbuat
apa-apa. Tetapi percayalah kepadaku, ada
saatnya kita akan dapat menghancurkan
Mataram. Cepat atau lambat, aku akanmemegang kekuasaan sebagai raja. Pada saat
itulah aku akan memerintahkan pasukan yang
besar jumlahnya untuk memukul Mataram ?
Berkurang rasa sesal dan kecewa adipati
Tuban mendapat jawaban ini. Kemudian ia
berkata ? Tetapi kangmas tidak melupakan
pula kepada dimas Benowo bukan? ?
? Sudah tentu tidak! Selama ini tampak
sekali sikap dimas Benowo yang mencurigakan.
Maka sebelum Jipang menjadi kuat, sudah
terpikir pula olehku untuk menghancurkannya
juga ?
Begitulah dengan hati kecewa dan
penasaran, pangeran Pangiri maupun adipati
Tuban memimpin pasukan bergerak kembali
pulaug ke Pajang.
Diluar tahu orang-orang Pajang ini,
sesungguhnya pasukan Mataram sudah bersiap
diri agak jauh dari kota Plered. Pasukan pilihan
yang dipimpin oleh tumenggung Mayang,
Dadaptulis dan raden Ronggo, telah siap untuk
setiap waktu mengadakan penyerbuan ke kubu
Pajang. Juga pasukan wanita terpilih telah siap
menunggu perintah bertempur. Kepastiannya
tinggal menunggu hasil perundingan antara
Senopati dan Juru Mertani disatu pihak dan
Sultan Hadiwijaya dipihak lain. Tetapi pagi itumereka melihat bahwa pasukan Pajang tidak
bergerak menuju ke Mataram, sebaliknya malah
berbondong bondong kembali ke Pajang.
Tumenggung Mayang, Dadaptulis dan raden
Ronggo segera dapat menarik kesimpulan,
bahwa usaha Senopati dan Juru Mertani untuk
mempengaruhi sultan Hadiwijaya berhasil. Ada
dua perasaan yang berkecamuk dihati mereka
masing-masing. Mereka gembira bahwa hanya
dengan siasat perundingan dapat
mengundurkan musuh tanpa melalui
pertempuran yang tentu saja akan banyak
membawa korban. Tetapi di samping iiu mereka
juga agak kecewa karena ganjalan hatinya tak
dapat dilampiaskan.
Jarak antara Prambanan dan Pajang cukup
jauh. Karena perjalanan pasukan Pajang itu
ditempuh dengan jalan kaki, maka tidak dapat
sampai Pajang dalam satu dua hari. Sultan
Hadiwijaya masih tetap mengendarai gajahnya,
sehingga kawula pedesaan yang ingin tahu
rajanya, dapat melihat dengan jelas.
Sultan Hadiwijaya sudah lanjut usia, sudah
pikun dan belum lama pula sembuh dari
sakitnya. Perjalanan yang jauh ini banyak
merampas tenaganya. Pada hari ke dua dalam
perjalanan pulang ini, sultan Hadiwijayaterjatuh dari punggung gajah yang
dikendarainya. Dapat dibayangkan, seorang
yang sudah pikun dan sakit sakitan lagi, terjatuh
dari punggung gajah yang cukup tinggi, tentu
mengalami penderitaan yang tidak ringan.
Akibatnya sultan Hadiwijaya harus diusung
dengan tandu untuk meneruskan perjalanan
itu..........
Makin hari sakit sultan Hadiwijaya makin
bertambah parah. Sudah banyak tabib kerajaan
dan bahkan tabib termashyur dari mancanegara
didatangkan, tetapi tidak dapat menolong sultan
Hadiwijaya. Manusia wajib berusaha, tetapi
Tuhanlah yang menentukan. Dan ketentuan
Tuhan ini tak ada satu makhlukpun yang
menolak atau menghindar. Demikian pula bagi
sultan Hadiwijaya. Tuhan telah menentukan
bahwa hanya sampai di sinilah akhir hayatnya.
Sultan Hadiwijaya wafat pada usia yang telah
lanjut..........
Selaras dengan hak waris atas kerajaan
Demak, maka setelah sultan Hadiwijaya wafat,
tahta kerajaan kembali ke tangan pangeran
Pangiri. Karena sudah merupakan keharusan,
maka semua Wali memberikan restu kepada
pangeran Pangiri. Namun sudah tentu masalah
ini menyebabkan Senopati kecewa dan masygul.Sudah sejak lama ia berjuang, dan sejak lama ia
berusaha, untuk dapat menggagalkan
kembalinya hak waris ke Demak. Dan yang
selalu dicita-citakan, agar pangeran Benowolah
yang telah dinobatkan sebagai putera mahkota
itu sebagai pengganti raja Pajang. Dengan
demikian, berarti keturunan langsung sultan
Hadiwijaya dapat mewarisi kerajaan.
? Wa juru, aku tidak rela dengan
kenyataan ini! ? pada suatu ketika Senopati
menyatakan kekecewaan dan kesediaannya
kepada Juru Mertani ? Aku amat kasihan
kepada dimas Benowo. Hemm, perang terbuka
antara Pajang dan Mataram yang pernah gagal
dulu, apakah tidak sebaiknya sekarang
dilanjutkan, untuk menggempur kerajaan baru
itu ? ?
? Hemm, sabarlah anakku ? sahut Juru
Mertani ? Lupakah engkau bahwa apa yang
terjadi ini selaras dengan perjanjian di saat
ayahmu Pemanahan masih hidup? Aku, ayahmu
Pemanahan dan pamanmu Penjawi menjadi
saksi. Perjanjian yang terjadi antara Kangjeng
Ratu Kalinyamat dengan ayahmu Hadiwijaya
berbunyi, apabila ayahmu Hadiwijaya dapat
membunuh Harya Penangsang, Kangjeng Ratu
Kalinyamat rela menyerahkan tahta kerajaankepada ayahmu. Setelah semuanya terlaksana,
timbul kesulitan baru. Untuk dapat dinobatkan
sebagai raja harus mendapat persetujuan dari
para wali. Dan hal itu tidak mungkin ? Juru


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mertani berhenti sejenak. Setelah meneguk air
teh barang seteguk, barulah meneruskan ?
Waktu itu akulah yang menemukan akal. Dan
akalku ini dipergunakan oleh ayahmu
Pemanahan dalam perundingannya dengan
kangjeng Ratu Kalinyamat. Untuk menerobos
ketentuan atas hak waris kerajaan agar dapat
diterima oleh para wali hanyalah deagan cara
dilangsungkannya perkawinan antara pangeran
Pangiri dengan puteri sulung ayahmu
Hadiwijaya. Pada hal waktu itu pangeran
Pangiri belum dewasa. Maka setelah terjadi
perkawinan itu, ada alasan ayahmu Hadiwijaya
untuk menjadi raja mewakili anak menantunya,
pangeran Pangiri. Akhirnya para wali
memberikan restu dan kemudian terjadilah
kerajaan Pajang sampai hari ini ?
Senopati berdiam diri. Oleh karenanya Juru
Mertani meneruskan lagi ? Nah, apabila
sekarang hak waris itu kembali kepada
pangeran Pangiri, itu memang sudah
sepantasnya. Apabila engkau tidak rela dengan
kenyataan ini dan engkau akan memaksakankehendakmu agar pangeran Benowo menjadi
raja, aku kuatir kalau engkau akan tertumbuk
oleh pendirian para wali, bahwa raja yang
engkau angkat itu takkan mendapat restu dan
pengesyahan para wali ?
? Wa Juru, aku tidak peduli lagi apakah
para wali memberi restu atau tidak kepada
dimas Benowo. Aku sudah merasa kuat untuk
mencetuskan perang terbuka melawan Pajang !
? sahut Senopati dengan nada yang mantap
dan keras, sekarang sudah tidak lagi dapat
dipengaruhi.
? Heh, heh, heh ? Juru Mertani terkekeh
? Kekuatan Pajang, Demak dan Tuban
digabung menjadi satu, memang tidak seberapa
kuat. Karena aku percaya bahwa di antara
prajurit Pajang tentu akan berbalik berpihak
kepada Mataram. Tetapi lupalah engkau bahwa
kekuatan Pajang bukan terbatas tiga pihak itu?
Panembahan Mas di Madiun tentu akan
membela kemenakannya. Jika kita berbicara
tentang Madiun, tentu saja perlu diperhitungkan
pula bupati yang lain. Di samping itu perlu
engkau pertimbangkan pula kekuatan Banten ?
Diingatkan akan kekuatan Banten, Madiun
dan bupati yang lain, Senopati menjadi agak
ragu. Jika Mataram dan Jipang dikeroyok darisegala pihak, kemungkinan memang sulit untuk
membela diri dalam keadaan sekarang ini. Ia
menghela napas panjang. Kemudian ia bertanya
kepada Juru Mertani?Wa, terima kasih.
Pandangan wa Juru yang luas itu menyadarkan
aku. Sekarang inginlah aku bertanya,
bagaimanakah menurut pendapat wa juru untuk
menghadapi dimas Pangiri ? ?
? Jika engkau minta pendapatku,
bersabarlah dan tunggulah saat yang paling
tepat. Lebih baik apabila engkau
memberitahukan kepada pangeran Benowo,
agar Jipang secara diam-diam melipat gandakan
jumlah pasukannya dan ketangguhannya dalam
ulah keprajuritan. Disamping itu diperkuatlah
pula Mataram dengan pasukan yang lebih
tangguh. Mengapa demikian? Ya, menurut
dugaanku sesudah terjadi perang terbuka
antara Mataram dan Pajang, dalam waktu yang
lama kita akan selalu terlibat dalam peperangan
dengan pihak lain ?
? Mengapa wa Juru menduga begitu? ?
tanya Senopati.
? Hal ini mungkin sekali anakku. Sejarah
telah membuktikan, bahwa dalam kemelut
perang, orang akan menggunakan kesempatantidak lagi mau mengakui kepada raja yang baru
? ? Jadi wa Juru menduga, akan banyak
bupati yang tidak tunduk kepada Mataram ?
Kemudian untuk menundukkan mereka,
Mataram harus mengadakan peperangan
dengan mereka ? ?
? Benar! ?Juru Mertani mengangguk?
Alasanku yang pertama, karena para Wali yang
masih ada itu, takkan merestui engkau. Lebih
lagi Sunan Giri sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi yang mengesyahkan kedudukan raja,
takkan mau memberikan restunya. Sikap para
wali ini tentu berpengaruh kepada para bupati
dan adipati, hingga tak mau tunduk. Alasan yang
kedua, Panembahan Mas di Madiun itu
merupakan putera sultan Trenggono yang
bungsu. Bagaimanapun ia merasa lebih berhak
atas tahta kerajaan dibanding engkau maupun
pangeran Benowo. Aku menduga, Panembahan
Mas akan mempengaruhi beberapa orang
bupati dan adipati di sekitar Madiun untuk
memusuhi Mataram ?
Senopati menghela napas. Ia tidak
memandang sejauh yang dipikirkan Juru
Mertani.? Mengingat kemungkinan-kemungkinan
itu anakku, maka aku minta kepadamu agar
sabar hati. Yang penting mempersiapkan diri
lebih matang, untuk menghadapi peperangan
yang tentu. Maka disamping Mataram dan
Jipang memperkuat pasukan, juga harus bersiap
siaga melipat gandakan simpanan bahan
makanan untuk kepentingan pasukan dan
rakyat. Pengalaman membuktikan, memperkuat
pasukan tanpa mengingat kebutuhan tentang
perbekalan rangtum, dapat menggagalkan
rencana ?
? Tetapi bukankah di saat kita memerangi
para bupati dan adipati yang membangkang,
kita dapat merampas persediaan rangsum
mereka ? ?
? Dapat saja begitu, tetapi kurang benar.
Kita harus ingat, bahwa dalam keadaan seperti
itu, Mataram memerlukan sarana pengaruh dan
kewibawaan. Yang kita butuhkan kemenangan
perang bukan hanya buminya, tetapi jupa isinya.
Apabila Mataram bertindak sewenang-wenang,
ini akan merugikan nama baik Mataram sendiri.
Kita harus dapat mempengaruhi mereka, bahwa
Mataram berperang bukan untuk mengalahkan
dan membunuh. Tetapi Mataram melebarkan
sayap demi kesejahteraan bersama, dan akanmemerintah jauh lebih adil dan bijaksana
dibanding dengan raja-raja sebelumnya ?
Senopati mengangguk-anggukkan kepala ?
Terima kasih wa. pikiranku terbuka sekarang
sesudah mendengar nasehat wa Juru. Benar!
Kita harus dapat menyebar pengaruh yang baik
kepada semua pihak. Dan jauh seblumnya kita
harus mempersiapkan diri menghadapi perang
dalam jangka waktu yang lama ?
Juru Mertani senang sekali, bahwa Senopati
selalu dapat menerima nasehatuya Karena apa
yarg sudah diduga dan dipikirkan itu memang
merupakan kemungkinan yang sulit dihindari.
Tanpa persiapan yang lama dan matang, usaha
Senopati akan berhadapan dengan kegagalan.
Demikianlah, semenjak Senopati dan Juru
Mertani berunding itu, Senopati memerintahkan
untuk mengadakan persiapan-persiapan secara
seksama. Persiapan yang dirahasiakan, agar
tidak terdengar oleh Pajang, Tetapi tidak perlu
lama Mataram menunggu terjadinya perobahan
keadaan. Pangeran Pangiri menempatkan para
ponggawa yang dibawa dari Demak lebih tinggi
dari pada ponggawa asal Pajang. Pangeran
Pangiri membagi-bagi hadiah baik kedudukan
maupun kenaikan pangkat kepada ponggawa
dari Demak, sedang kepada ponggawa Pajang, iaacuh tak acuh dan tidak peduli. Hal ini
sebenarnya tidak layak dilakukan oleh seorang
raja yaag seharusnya bertindak bijaksana dan
adil. Yang lebih menyakitkan hati para
ponggawa Pajang yalah lungguh-bengkok
(gaduhan sawah, tanah) para ponggawa Pajang
dikurangi sepertiga bagian, kemudian diberikan
kepada ponggawa Demak.
Tindakan pangeran Pangiri semacam ini
menimbulkan kegaduhan bagi para ponggawa
Pajang. Mereka merasa dirugikan. Celakanya
lagi, suasana yang sudah demikian ditambah
lagi oleh sikap dan perilaku para ponggawa
Demak yang merasa dikasihi dan disayangi raja.
Mereka merasa lebih tinggi sehingga bersikap
congkak dan sombong dan merendahkan para
ponggawa Pajang.
Peristiwa ini berkembang makin subur
hingga akibatnya menimbulkan rasa tidak puas
bagi para ponggawa Pajang. Gangguan
keamanan segera timbul di sana-sini. Pajang
yang semula tenteram menjadi gawat. Banyak
terjadi perampokan, pembegakn dan
pembunuhan.
Para ponggawa Pajang yaug didukung
sepenuhnya oleh ki Gedong, tak kuasa menahan
diri. Mereka kemudian berikrar akan setiakepada Mataram. Mereka satu tekat dan
pendirian untuk meminta kepada Senopati agar
mengerahkan pasukan menggempur Pajang.
Utusan segera dikirim ke Mataram dan juga ke
Jipang untuk memberitahukan persoalan ini
kepada pangeran Benowo. Mereka telah
bertekad akan berpihak kepada Mataram dan
Jipang kalamana timbul peperangan dengan
Pajang.
Utusan para ponggawa Pajang ini diterima
baik dan senang hati oleh Senopati yang
didampingi Juru Mertani. Utusan itu
menceritakan bahwa keadaan Pajang sekarang
kacau dan rusuh, akibat tindakan raja Pajang
yang tidak adil.
Karena para ponggawa Pajang sudah tidak
senang lagi dengan rajanya dan telah berjanji
berpihak kepada Mataram - Jipang, maka
kekuatan kerajaan Pajang hanya bertumpu pada
pasukan Demak dan sedikit bantuan dari
Banten dan Tuban. Kiranya tidaklah sulit untuk
menghancurkan kekuatan yang tak seberapa
besar itu. Itulah landasannya utusan ponggawa
Pajang ini minta kepada Senopati untuk segera
menggempur Pajang. Permintaan para
ponggawa Pajang ini ditabalkan oleh Senopati.
Namun ia belum dapat memastikan kapanpenyerbuan ke Pajang itu dilakukan. Ia akan
berhubungan lebih dahulu dengan Jipang.
Juru Mertani mengangguk-angguk tanda
setuju. Ia tidak memberikan pendapat apa-apa
karenajusteru keputusan Senopati itu sudah
tepat. Hanya pada saat utusan itu minta diri,
Juru Mertani berpesan agar semua ponggawa
Pajang bersabar diri dan tidak bertindak
sendiri-sendiri ? Rahasiakan rencana ini dan
bekerjalah seperti biasa. Walaupun dalam hati
membenci, tetapi dalam lahir lakukanlah tugas
sehari-hari seperti biasa seakan kalian tetap
setia dan tunduk kepada raja ?
Setelah utusan ponggawa Pajang itu pergi,
bertanyalah Senopati kepada Juru Mertani ?
Bagaimanakah menurut pandangan wa juru?
Sudah waktunyakah Mataram memulai bersiap
menggempur Pajang ? ?
?Ternyata perkembangan menguntungkan
perjuangan kita ? sahut Juru Mertani ? Sikap
para ponggawa Pajing itu di luar dugaan.
Bantuan mereka besar artinya bagi kita, hingga
tidaklah sulit untuk mengalahkan Pajang.
Apalagi sudah jelas, orang yang setia kepada
pangeran Pangiri dapat dihitung dengan jari.
Tetapi anakku, apapun yang akan kita lakukan,
harus memperhitungkan pula pada kenyataanyang tidak dapat kita pungkiri, bahwa
perjuanganmu selama ini tak lain demi
pangeran Benowo agar dapat mewarisi tahta
kerajaan. Oleh sebab itu engkau tidak dapat
bertindak sendiri tanpa bicara lebih dahulu
dengan pangeran Benowo ?
? Baiklah wa, kita tunggu persetujuan
dimas Benowo. Lalu, sebaiknya aku
menghubungi dimas Benowo, apakah
menunggu saja utusan Jipang datang kemari ?
? ? Sebaiknya tunggu saja utusan dari
Jipang. Aku kuatir orang menduga salah jika
engkau mendahului ?
Yang diharap Senopati kemudian datang.
Utusan Jipang memberitahu kepada Senopati,
tentang maksud pangeran Benowo mengajak
Senopati memerangi Pajang. Tetapi kepada
utusan itu Senopati tidak mau mengiakan atau
menolak. Ia hanya memberi pesan agar utusan
itu cepat kembali ke Jipang, mengundang
pangeran Benowo agar secepatnya datang ke


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mataram untuk berunding lebih lanjut.
Harapan Senopati itu dipenuhi pula oleh
pangeran Benowo. Dengan pengawal terpilih
secukupnya pangeran Berowo meninggalkan
Jipang secara diam-diam. Ini perlu untukmenjaga agar kepergiannya dari Jipang tidak
diketahui oleh orang-orang Pajang. Oleh sebab
itu, perjalanan pangeran Benowo menempuh
jalan memutar, lewat selatan.
Kedatangan pangeran Benowo disambut
oleh Senopati, Juru Mertani, tumenggung
Mayang dan tumenggung Dadaptulis. Setelah
mereka saling berpelukan dengan mesra,
kemudian pangeran Benowo dipersilakan
duduk. Minuman dan makanan segera
dihidangkan, sementara pembicaraan dimulai.
? Kangmas ? kala pangeran Benowo
membuka pembicaraan ? Sakit hatiku
mendengar tindakan kangmas Pangiri yang
memberi hadiah jabatan, pangkat dan harta
benda kepada ponggawa Demak, Tuban dan
Banten, sebaliknya merampas sawah2 bengkok
ponggawa Pajang. Adilkah tindakan seperti ini?
? ? Tetapi tindakan raja itu justeru memberi
angin segar kepala kita. Walaupun menyakitkan,
tetapi juga memberi keuntungan bagi
perjuangan kita yang sampai sekarang belum
tercapai ? jawab Senopati?Buktinya, sekarang
para ponggawa Pajang telah menyatakan
pendiriannya berdiri dipihak kita, apabila nanti
peperangan meletus. Bantuan mereka tidakkecil artinya, dimas. Kalau kita harus
menghimpun kekuatan sebanyak ponggawa
Pajang yang sudah menentukan sikap itu, akan
memerlukan waktu tidak kurang dari lima
tahun. Tidak lama lagi perang antara Mataram
dan Jipang melawan Pajang tidak dapat
dielakkan. Dan tahta kerajaan untuk dimas
sudah diambang piatu ?
? Tidak! Bukan aku, kangmas. Tetapi
kangmas Senopati ? pangeran Benowo
mengelak ? Betapapun kangmas Senopati
adalah putera rama sultan Hadiwijaya yang
tertua. Maka hanya kangmas sajalah yang
berhak atas tahta kerajaan ?
Senopati tertawa ? Ha, ha, ha, dinmas
jangan berkata seperti itu. Sekalipun putera
tertua, tetapi aku hanyalah putera angkat ?
? Putera angkat maupun putera kandung,
dalam pandangan dan pendapatku tiada
bedanya sama sekali ? sahut pangeran Bcnowo
? Wa Juru, tolonglah aku. Aku percaya wa Juru
dapat menguraikan lebih luas tentang hal ini! ?
Juru Mertani mengangguk-angguk, lalu
katanya ? Ada nasehat sehubungan dengan
masalah ini. Bahwa yang disebut orangtua atau
ayah-bunda itu, pertama yang menyebabkan
lahir di dunia ini. Yang kedua, adalah orangsecara tulus mengakui sebagai anaknya,
memikirkan, merawat, memelihara dan
melindungi keselamatan anak itu, tidak bedanya
dengan anak-kandung sendiri ?
? Apa sebab ada nasehat seperti itu? ?
tanya Dadaptulis.
? Aku tidak tahu secara pasti ? sahut Juru
Mertani ? Tetapi aku menduga, bahwa
timbulnya nassehat seperti oleh manusia untuk
manusia. Manusia hidup di dunia ini ada
kalanya pula tidak lagi mengenal anakkandungnya sendiri oleh sesuatu sebab.
Mungkin akibat bencana alam, mungkin akibat
peperangan, mungkin karena kecelakaan, tetapi
mungkin oleh ulah tingkah orangtuanya sendiri
dan masih banyak lagi oleh, beberapa sebab
yang lain ?
? Wa Juru, apa yang dimaksud dengan
ulah tingkah orangtuanya sendiri ? ? desak
Dadaptulis.
Juru Mertani tersenyum ? Jawaban atas
pertanyaanmu itu juga banyak sekali
kemungkinannya. Mungkin anak itu sengaja
dibuang orangtuanya sendiri karena malu.
Sebabnya malu juga bermacam-macam,
mungkin karena hasil dari hubungan gelap .... ?Mereka yang mendengarkan menganggukanggukkan kepala. Juru Mertani menyambung
? Orangtua yang kemudian mengakui sebagai
anaknya, jelas bahwa kedudukan anak-angkat
itu tiada bedanya dengan anak-kandung. Karena
memikirkan, memelihara dan melindungi tidak
bedanya dengan anak-kandung sendiri. Maka
sepantasnyalah anak harus berbakti kepada
orangtua angkatnya?
? Lalu bagaimanakah sikap anak itu
seharusnya kepada orangtua kandung sendiri
yang telah menyiasiakan? ? tanya Dadaptulis
lagi ? Apakah harus bersikap seperti kepada
orang lain ? ?
Juru Mertani menggeleng ? Menurut
pendapatku tidak pada tempatnya jika anak itu
membalas ulah tingkah orang tuanya.
Bagaimanapun anak harus mengakui bahwa
orangtua itu yang menjadi lantaran lahirnya di
dunia ini. Betapapun jahatnya orangtua, tak
sepatutnya anak tak membalas budi. Tetapi
sudah tentu semuanya harus mengingat batasbatas tertentu ?
Pangeran Benowo tersenyum ? Jika
demikian wa, kedudukan antara aku dan
kangmas Senopati tak ada bedanya. Sejak aku
masih kecil sampai sekarang, akupun selaluberpendirian bahwa kangmas Senopati adalah
saudaraku tertua. Itulah sebabnya aku tadi
berpendirian, bahwa kangmas Senopati yang
berhak atas tahta kerajaan, bukan aku yang
lebih muda ?
Sebelum Senopati sempat berbicara,
Mayang sudah mendahului ? Tetapi pendirian
kangmas Senopati juga tidak salah. Kangmas
Senopati bukanlah putera Kangjeng Sultan yang
dinobatkan sebagai putera mahkota ?
? Dimas Mayang benar ? sahut Senopati
? Walaupun baik lahir maupun batin aku
mengakui bahwa rama Sultan Hadiwijaya tak
ubahnya sebagai orangtuakandungku, tapi aku
bukanlah putera mahkota. Sebagai seorang
saudara yang lebih tua, lebih pantas jika aku
memilih dimas Benowo sebagai raja. Sedang aku
cukup sebagai seorang pembantu demi kejayaan
kerajaan ?
? Penobatan terhadap diriku sebagai
putera mahkota bukanlah alasan yang tepat ?
bantah pangeran Benowo ? Kalau aku memilih
kangmas Senopati sebagai pengganti rama,
apakah aku salah? ?
? Heh, heh, heh ?Juru Mertani tertawa
pelahan mendengar perbantahan mereka. Lalu
katanya ? Belum waktunya kitamempersoalkan hal itu. Sebab sekarang masih
ada raja yang direstui oleh para Wali. Akan lebih
baik kalau kita bicarakan terlebih dahulu
langkah langkah yang harus kita tempuh untuk
mengalahkan Pajang. Kita memerlukan
perencanaan yang matang agar tidak tertumbuk
kegagalan ?
? Tetapi kekuatan kangmas Pangiri tidak
seberapa. Karena para ponggawa Pajang
berbalik kepada kita ? sahut pangeran Benowo
? Maka aku merasa pasti, kangmas Pangiri
akan dapat kita kalahkan dengan mudah ? Juru
Mertani tersenyum ? Membanggakan kekuatan
sendiri dan mengabaikan kekuatan lawan akan
tidak baik akibatnya. Karena kita dapat lengah.
Kalah atau menang dalam peperangan bukan
semata bergantung dari besar kecilnya
kekuatan dan persenjataan. Tetapi siasatlah
yang memegang peranan penting. Coba
bayangkan apa yang akan terjadi kalau kita
menyerbu tanpa perencanaan matang! Apakah
tidak berarti hanya akan memberi umpan
senjata lawan, Bayangkan pula apa akibatnya
kalau secara diam-diam pangeran Pangiri
membuat lubang lubang jebakan di sekitar
keraton? ?? Tetapi kita dapat memerintahkan orangorang yang membantu kita di Pajang umuk
mengawasi gerak-gerik lawan? ? pangeran
Benowo membantah.
? Mungkinkah perinuah itu dapat kita
berikan apabila kita belum mengatur siasat
lebih dahulu? ?sahut Juru Mertani.
Pangeran Benowo terdiam. Yang lain juga
tidak membuka suara. Pendapat Juru Mertani
memang tepat. Siasat dan rencana harus
dibicarakan secara masak dan tuntas jika
menginginkan kemenangan. Tindakan yang
gegabah sama artinya dengan mengundang
bahaya terhadap diri sendiri.
Akhirnya bulatlah pendapat mereka, bahwa
lebih dulu harus mengirim utusan untuk
menghubungi para ponggawa Pajang, terutama
ki Gedong. Utusan itu membawa surat Senopati
yang berisi pesan agar para ponggawa Pajang
dan ki Gedong mempersiapkan diri secara diamdiam mulai saat ini. Gerak-gerik ponggawa
Demak, Tuban dan Banten harus selalu diawasi.
Penyelidikan tentang kemungkinan pembuatan
jebakan atau perangkap di sekitar keraton dan
kota Pajang. Selain itu dipesan pula, agar
mereka setiap saat memberi laporan keMataram kalau-kalau terjadi perobahan atau
kegawatan keadaan.
Pembagian tugaspun telah dilakukan. Kelak
apabila penyerbuan ke Pajang, tugas pangeran
Benowo yang dibantu oleh Harya Dadaptulis
menjaga pintu sebelah timur. Pintu sebelah
barat menjadi tugas Senopati bersama pasukan
Mataram. Dari pintu barat inilah penyerbuan
akan dilakukan untuk mematahkan pertahanan
Pajang. bagian utara menjadi bagian raden
Ronggo dan pasukannya. Sedang bagian selatan
dikawal oleh tumenggung Mayang. Wahono dan
Kusuma Sari tidak diikutsertakan dalam
penyerbuan ini. Mereka bersama pasukannya
ditugaskan menjaga keamanan Pajang. Tugas
ini-pun bukan, tugas yang ringan. Dalam
keadaan Mataram kosong pasukan, orang orang
jahat dapat menggunakan kesempitan untuk
melakukan aksinya.
Dua malam pangeran Benowo menginap di
Mataram. Setelah tiba kembali di Jipang, ia
segera memerintahkan untuk mempersiapkan
pasukan terpilih. Separo ditugaskan menjaga
keamanan Jipang medang yang separo ikut
pangeran Benowo dalam penyerbuan ke Pajang.
Demikianlah, pada hari yang telah
ditetapkan, pangeran Benowo dan pasukannyasecara diam-diam telah berkubu di desa Weru.
Hampir bersamaan waktunya, pasukan
Mataram juga sudah tiba di desa itu. Hingga
desa yang sehari-harinya sepi, kini menjadi
ramai tiba-tiba. Penduduk desa itu menyambut
gembira kepada pangeran Benowo maupun
bupati Senopati. Telah lama penduduk desa itu
mengenal nama dua orang junjungannya. Tetapi
baru sekarang mereka berkesempatan melihat
dari dekat.
Mereka mengelu-elukan junjungannya
secara serempak dengan hati tulus ikhlas.
Penduduk desa itu lalu bergotong royong
mengumpulkan apa yang mereka miliki untuk
mencukupi kebutuhan tamu yang ribuan
banyaknya. Tetapi sejak semula Juru Mertani
telah menasehatkan, agar hadirnya pasukan di
suatu desa jangan sampai merepotkan lebih
lebih merugikan penduduknya. Maka walaupun
mereka secara ikhlas mengelu-elukan, Senopati
menugaskan raden Ronggo untuk membagi
uang kepada penduduk.
Tetapi pada hari itu juga, tidak diduga para
pongawa Pajang yang telah berikrar setia
kepada pangeran Benowo dan Senopati, telah
meninggalkan Pajang secara diam-diam.
Keluarga mereka diungsikan, kemudianpasukan bersenjata ini menggabungkan diri di
desa Weru. Hal ini amat mengejutkan pangeran
Benowo dan Senopati. Namun mereka tak
sampai hati untuk marah atau menyalahkan
para ponggawa Pajang yang telah bertindak
tidak menurut rencana. Sebab dengan kepergian mereka yang berjumlah besar ini dapat
menimbulkan akibat yang tidak diharapkan
Ponggawa Pajang yang tidak sempat
meninggalkan Pajang dapat menjadi korban,
ditangkap atau dibunuh oleh raja karena
dicurigai. Untuk menghindarkan dari akibat
yang tidak diharapkan ini, maka waktu
penyerbuan ke Pajang dipercepat.
Namun sesungguhnya kekuatiran ini tidak


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perlu. Adipati Tuban yang mudah curiga kepada
orang, sedang pulang ke Tuban. Sementara itu
raja Banten Maulana Muhamad yang
berkewajiban melindungi keturunan Demak ini
pun lengah. Ia hanya mempercayakan kepada
pasukan yang tidak besar jumlahnya. Semua ini
menyebabkan menderita akibat yang harus
dibayar mahal. Kewaspadaan pangeran Pangiri
kurang sekali dalam mengemudikan kerajaan
Pajang.
Semestinya baik pangeran Pangiri, raja
Maulana Muhamad maupun adipati Tubanharus sudah bersiap diri sejak lama. Karena
sejak sultan Hadiwijaya masih hidup, mereka
sudah tidak percaya lagi kepada Mataram. Kalau
dahulu adipati Tuban selalu mempengaruhi
sultan Hadiwijaya agar memukul Mataram,
mengapa sesudah sultan Hadiwijaya wafat, hal
itu justeru diabaikan, tak terpikirkan lagi? Pada
hal pengalaman telah membuktikan, bahwa
setiap terjadi pergantian raja selalu terjadi halhal yang tidak diharapkan.
Karena kelemahan pertahanan Pajang, tidak
mengherankan jika penyerbuan Senopati
bersama pangeran Benowo berjalan lancar.
Kelancaran penyerbuan ini juga berkat bantuan
orang2 Pajang sendiri yang berpihak kepada
Mataram. Penyerbuan dilancarkan dari arah
barat oleh pasukan Mataram yang dipimpin
langsung oleh Senopati. Sedang pasukan yang
lain tidak melakukan gerakan apa-apa,
melainkan bertugas membendung pasukan
Pajang yang hendak melarikan diri.
Pertempuran antara pasukan Mataram
dengan pasukan Pajang berlangsung amat seru.
Pasukan Mataram bertempur dengan semangat
menyala-nyala. Mereka rela mengorbankan jiwa
untuk junjungannya yang memelopori
penyerbuan. Berbeda dengan pasukan Pajang.Walaupun mereka sebagai prajurit, tetapidalam
menghadapi pertempuran masih
memperhitungkan untung dan ruginya. Mereka
bertempur setengah hati. Dan kalau sempat
memilih melarikan diri daripada harus
menyabung nyawa. Karena raja sendiri hanya
berpangku tangan di dalam keraton, tidak mau
ikut merasakan jerih payah prajuritnya yang
tengah menghadapi musuh berat.
Pasukan Pajang tidak sepenuh hati membela
junjungannya. Lebih lebih setelah melihat
amukan Senopati yang seperti banteng ketaton
dan seruannya agar mereka menyerah. Kepada
mereka yang mau menyerah, Mataram bersedia
memberi ampun dan masih akan memberi
kedudukan yang sama sebagai ponggawa.
Sedang kepada para budak belian Senopati
menyerukan, bahwa mereka yang mau
melarikan diri atau menyerah, akan
memperoleh kemerdekaan.
Pertempuran berlangsung tak terlalu lama,
namun pertahanan pasukan Pajang telah bobol.
Mereka mengundurkan diri masuk ke dalam
Baluwarti keraton lalu menutup pintu gerbang
rapat2 dan dijaga kuat. Mereka beranggapan
bahwa dengan berlindung dibalik tembok
baluwarti keraton yang tebal dan tinggi, sudahlepas dari bahaya, sudah aman, sebab tak
mungkin pasukan Mataram dapat menyerbu
masuk. Anggapan mereka ini hanya benar
jetengahnya saja, karena diluar tahu mereka
sebagian ponggawa yang berdiam di dalam
tembok baluwarti itu berpihak kepada
Mataram.
Ki Gedong, sahabat Senopati, tidak
membiarkan penyerbuan Senopati ini
terganggu. Ia sudah tahu rencana yang telah
diatur. Maka walaupun bukan tempat ki Gedong
berjaga di pintu barat, tetapi bersama dengan
orang-orang yang berpihak kepada Mataram,
sengaja menempatkan diri di situ. Di saat orang
orang lengah karena mendengar seruan
Senopati agar pintu dibuka, secepat kilat ki
Gedong bertindak. Ia menghunus senjata lalu
mengamuk, diikuti oleh teman-temannya.
Langkah ki Gedong yang tidak terduga ini
mengejutkan semua orang. Walaupun jumlah
mereka lebih banyak, tetapi karena amukan ki
Gedong dan teman-temannya sangat gigih dan
berani, akhirnya penjaga pintu di situ menjadi
gentar kemudian melarikan diri. Kesempatan
baik ini tidak disia siakan oleh ki Gedong. Ia
dibantu teman-temannya segera membuka
piutu lebar-lebar, sehingga tanpa kesulitanSenopati bersama pasukannya menyerbu masuk
ke dalam Baluwarti keraton.
Ki Gedong di peluk penuh haru oleh
Senopati dan ujarnya ? Terima kasih atas
bantuanmu kakang Gedong! ?
? Sudah menjadi kewajiban hamba, gusti.
Tetapi marilah kita lanjutkan penyerbuan ini ?
sahut ki Gedong ? Pasukan Tuban dan Banten
sedang mempersiapkan diri di pelataran
keraton. Lebih baik cepat-cepat kita serbu
sebelum mereka sempat bergerak ?
Tanpa menunggu persetujuan Senopati, ki
Gedong melompat berlari menuju ke pelataran
keraton, diikuti oleh teman-temannya. Melihat
itu Senopati segera memerintahkan pasukannya
bergerak mengikuti arah tujuan ki Gedong.
Pertempuran segera terjadi. Sayang, dalam
penyerbuan ini ki Gedong seperti kerangsukan
setan. Ia tidak lagi memikirkan keselamatan
dirinya, mengamuk seperti banteng keraton,
akibatnya ia menderita luka arangkranjang dan
kemudian roboh karena putus nyawanya.
Senopati terkejut sekali melihat ki Gedong
roboh. Ia melompat kemudian memeluk tubuh
ki Gedong yang sudah tak bernyawa lagi,
dengan air mata membasahi pipi. Senopati
sangat terharu, katanya lirih ? Sayang engkautelah gugur sebelum sempat menikmati hasil
perjuangan kita, sahabatku. Aku hanya dapat
mengucapkan selamat jalan atas kepergianmu
menghadap Tuban. Dan untuk menghargai
jasamu, aku berjanji, Senopati takkan
melupakan keturunanmu. Antara keturunanmu
dan keturunanku harus hidup berdampingan,
menikmati hasil jerih payah kita bersama yang
telah berjuang bertahun tahun ?
Agak lama Senopati lupa keadaan, terlena
mengamati wajah ki Gedong yang amat pucat.
Setelah berhasil menguasai perasaannya,
kemudian ia memerintahkan prajurit Mataram
untuk menyelamatkan jenazah ki Gedong ke
tempat yang aman. Menurut rencana Senopati,
ia akan merawat jenazah itu setelah perang
selesai atau berhenti karena malam tiba.
Senopati dan pasukannya mengamuk hebat
sekali. Pasukan raja berusaha bertahan, hingga
dalam waktu singkat telah banyak berjatuhan
korban bagi dua belah pihak. Pasukan Mataram
yang bertempur dengan semangat penuh tidak
takut mati, berpengaruh besar terhadap
pasukan raja. Mereka gentar, turun semangat,
dan akhirnya lari meninggalkan medan
pertempuran. Mereka memilih keselamatan
daripada bercanda dengan maut.Bersamaan dengan bubarnya pasukan raja
ini, muncullah Juru Mertani. Usianya telah
lanjut, tetapi berkat ilmu kesaktian yang
dimilikinya, tubuhnya masih kuat dan gerakgeriknya masih cekatan.
Antara Senopati dan Juru Mertani
merupakan " dwi tunggal " yang tak tepisahkan
dalam segala kesibukan dan tugas. Lebih lagi
kedudukan Juru Mertani sebagai penasehat.
Senopati merasa kurang mantap tanpa
kehadiran Juru Mertani di sampingnya. Itulah
sebabnya dalam penyerbuan ke Pajang ini Juru
Mertani juga tidak berpeluk tangan saja.
? Sesudah pasukan musuh sudah dapat
kau halau, lalu apakah rencanamu selanjutnya?
? tanya Juru Mertani.
? Aku ingin menunggu dimas Benowo! ?
sahut Senopati ? Aku ingin mendengar hasil
penghadangan di pintu timur, apakah terjadi
pertempuran ataukah pasukan musuh rela
menyerahkan diri. Sesudah dapat bertemu
dengan dimas Benowo, barulah kita tentukan
langkah ?
? Hem ? Juru Mertani mendesah ?
Engkau dapat bertindak sendiri, mengapa harus
menunggu pangeran Benowo ? ?Senopati memandang Juru Mertani sejenak
lalu bertanya ? Bagaimanakah maksud wa
Juru? ?
? Hem, kita tak boleh menunda langkah.
Pangeran Pangiri menyembunyikan diri dalam
keraton. Kita harus masuk ke sana untuk
menangkapnya. Jika pangeran Pangiri dapat kau
tangkap, perang ini akan berakhir ?
? Kalau demikian maksud uwa, aku
beranggapan lebih tepat menunggu dimas
Benowo. Aku kuatir kalau terjadi salah laham ?
? Juru Mertani menggeleng ? Engkau
keliru! Hadirnya pangeran Benowo di saat
penting seperti ini bisa jadi malah
mempengaruhi keadaan. Hati pangeran Benowo
dapat lumer manakala berhadapan dengan
kakak-perempuannya. Dan bisa jadi perjuangan
kita yang bertahun-tahun tiada artinya sama
sekali ?
? Baiklah wa, mari kita berangkat! ? sahut
Senopati.
Tetapi walaupun meyanggupkan diri, timbul
juga rasa ragu dalam hatinva. Sanggupkah ia
bertindak keras kepada pangeran Pangiri.
Apabila puteri sulung Sultan Hadiwijaya yang
diperisteri pangeran Pangiri itu hadir?
Teringatlah Senopati di masa kecil. Di dalamkeraton Pajang ini ia bebas keluar masuk
sebagai putera Sultan Hadiwjaya yang tertua.
Isteri pangeran Pangiri merupakan kawan
bermain. Kadang pula malah minta gendong,
atau menangis dalam dekapannya. Ia tak dapat
mengusir kenangan lama itu dari benaknya. Dan
ia juga tak sanggup melupakan hubungan
saudara yang sudah terjalin puluhan tahun
lamanya.
Kekuatiran Senopati ini akhirnya terjadi
juga. Ia disongsong oleh isteri pangeran Pangiri
sambil menangis. Ia dipeluk erat sekali dan di
tengah tangis itu puteri meratap agar pangeran
Pangiri diberi ampun.
Juru Mertani terharu. Senopati berkacakaca, sambil mengusap rambut adiknya.
? Jangan kuatir ? katanya pelahan ? Aku
takkan melupakan hubungan kita sejak masih
kecil dan kasih sayang rama Sultan. Sekarang,
tenangkan hatimu Bujuklah suamimu agar mau
keluar dari persembunyiannya untuk bertemu
dengan aku ?
Tetapi isteri pangeran Pangiri belum
melepaskan pelukannya karena masih ragu.
Benarkah Senopati mau mengampuni
suaminya? Apakah ucapannya hanya bermanis
di bibir ?? Kangmas ... ampunilah suamiku ... ?
ratapnya masih sambil tersisak.
? Aku berjanji takkan mencelakakan
dimas Pangiri ? sahutnya pelahan ? tetapi
antarkanlah dia datang kepadaku. Dia telah
kalah perang. Dan dia harus mengakui
keunggulan Mataram ?
Juru Mertani mengetahui pula akan
keraguan isteri pangeran Paagiri ini. Untuk
meyakinkan janji Senopati, ia pun lalu berkata
?Aku ikut bertanggung jawab atas keselamatan
gusti pangeran. Asalkan gusti pangeran bersedia
menyerah, selesailah sudah perang ini ?
Barulah mantap rasa hati puteri sulung
Sultan Hadiwijaya, setelah Juru Mertani ikut
berjanji. Pelahan-lahan ia masuk ke dalam
keraton. Tak lama kemudian ia sudah kelihatan
kembali bersama-sama dengan pangeran
Pangiri. Wajah pangeran Pangiri pucat Ia
berjalan dengan kepala menunduk. Ia sadar,
bahwa keselamatan jiwanya tergantung di
tangan isterinya.
Atas nasehat Juru Mertani, pangeran Pangiri
dipersilahkan naik ke Sitihinggil, agar setiap
kawula tahu bahwa pangeran Pangiri masih
hidup dan sekarang telah menyerah kepada
Mataram. Langkah ini diambil oleh Juru Mertanisebagai sarana mempercepat tenteramnya
keadaan, sehingga kawula Pajang tidak terlalu
lama dicengkam rasa ketakutan.
Semua langkah ini memang sudah
dipersiapkan secara masak sebelumnya. Tak
mengherankan kalau saat itu pelataran keraton


Kumbang Hitam Dari Bumi Sengketa Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera penuh dengan prajurit gabungan
Mataram dan Jipang. Sedang pasukan raja yang
telah menyerah dikumpulkan di tengah.
Para ponggawa Pajang telah memenuhi
tratag-rambat (pagelaran) dengan wajah
berseri. Sebaliknya, para ponggawa pengikut
pangeran Pangiri, pucat lesi dan kecut
wajahnya. Kepala menunduk tak berani
berkutik. Mereka sadar bahwa peperangan telah
berakhir dengan kemenangan pihak lawan Oleh
karenanya mereka hanya menunggu keputusan
dari pihak yang menang dengan hati yang
berdebar-debar. Apapun keputusannya nanti,
harus mereka terima. Disaksikan oleh ribuan
prajurit dan pangeran Pangiri telah menyerah
kalah dalam peperangan melawan Mataram.
Teapi atas kebijaksanaan Senopati dan kerabat
Kasenoparen Mataram, pangeran Pangiri diberi
ampun, dengan syarat bahwa pangeran Pangiri
harus bersedia melepaskan kedudukannya
sebagai raja. Tetapi mengingat hubungan antaraSenopati dengan isteri pangeran Pangiri, yaitu
puteri sulung sultan Hadiwijaya, Senopatt tidak
sampai hati mercampakkan begitu saja kepada
adiknya ini. Kepadanya diberikan kelungguhan
sebagai adipati Demak. Sedang pangeran
Pangiri sendiri masih diberi kesempatan
mendampingi isterinya dalam menjalankan
tampuk pemerintahan di kadipaten Demak.
Pangeran Pangiri tidak dapat menolak
kenyataan ini walaupun dalam hati menangis.
Betapa tidak. La sebagai putera tunggal Sunan
Prawoto yang berhak penuh atas warisan
kerajaan Demak. Puluhan tahun lamanya ia
merelakan kedudukan raja dijabat oleh
mertuanya, dengan harapan yang pasti, apabila
ayah mertuanya telah tiada, dialah yang akan
menggantikan kedudukan sebagai raja. Tetapi
harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Dan ini
berlaku pula terhadap dirinya.
Dia tak sempat menikmati kedudukan
sebagai raja dalam waktu lama. Saat ini ia harus
melepaskan kedudukan itu. Seorang yang tidak
berhak telah menggeser kedudukannya. Dan ia
dilemparkan jauh dari tempatnya yang sah,
ketempat yang tidak diharapkan. Sebagai
pembantu adipati. Masih untung adipati isterinya sendiri. Mungkinkah suratan takdirberbunyi demikian? Bagaimanapun hebatnya
pukulan batin ini, terpaksa harus ia telan demi
keselamatan jiwanya, demi kelangsungau
hidupnya.
Sebaliknya puteri sulung sultan Hadiwijaya,
isteri pangeran Pangiri. Ia mengucap syukur dan
teiima kasih kepada kakandanya Senopati.
Pertama, Senopati telah mengabulkan
permohonannya untuk tidak membunuh
suaminya. Kedua, perlakuan yang bijaksana dari
Senopati telah berkenan menganugerahkan
hadiah ke-lungguhan kepadanya sebagai adipati
Demak yang sekaligus dapat dinikmati pula oleh
suaminya yang semestinya harus dilenyapkan.
Ini semua tak mengherankan, karena Senopati
bukanlah orang yang tidak kenal membalas
budi. Senopati telah menerima budi besar dari
ramandanya puteri sulung. Diiambah lagi
hubungan batin sebagai saudara yang hidup
berkumpul sejak kecil, menyebabkan Senopati
tak sampai hati menyia-nyiakan adik angkatnya
ini .
Kemudian oleh Senopati diumumkan,
bahwa raja Pajang yang baru adalah pangeran
Benowo. Sorak-sorai gegap gempita membelah
angkasa Pajang. Para prajurit, ponggawa dan
kawula Pajang menyambut penuh gembira danrasa syukur, bahwa "putera mahkota" itu
akhirnya berhasil menggantikan kedudukan
ayahandanya menjadi raja.
Tetapi hal ini hanya berjalan singkat sekali,
karena pangeran Benowo merasa tak sanggup
memimpin pemerintahan. Maka kemudian
pimpinan pemerintahan atau kedudukan raja
diserahkan kepada Senopati.
Senopati menerima penyerahan
pemerintahan ini. Tetapi ia menghendaki pusat
pemerintahan atau kerajaan, dipindah ke
Mataram. Sebagai raja ia bergelar Panembahan
Senopati Ing Ngalogo Sayidin Panatagama.
Dengan demikian maka berakhirlah sejarah
kerajaan Pajang ....
? Tamat ?
Sumber Pustaka : Ko Aditya Indra Jaya
Sumber Image : Koh Awie Dermawan
first share in Kolektor E-book
Pringsewu 31/1/2019 22:59 PM
Lupus Bangun Dong Lupus Wiro Sableng 134 Nyawa Kedua Dewi Ular Misteri Gadis Tengah Malam

Cari Blog Ini