Ceritasilat Novel Online

Pendekar Rambut Emas 15

Pendekar Rambut Emas Karya Batara Bagian 15


Sungguh sakit dia. Tapi Sien Nio yang pandai menyimpan1286
perasaan dan menekan nekan semua keinginannya
mencoba bersabar untuk melihat saat yang baik. Dan
saat itu akhirnya tiba.
Puteranya dicalonkan menjadi penasihat kaisar,
kelak kalau putera mahkota sudah menggantikan
kedudukan ayahnya. Tentu saja itu berkat perjuangan
Sien Nio yang merengek-rengek pada kaisar. suatu hari
berhasil mendapat janji kaisar ketika anaknya berumur
sembilan tahun, di saat dia melayani dan
membangkitkan kalsar akan kenangan lama mereka.
Kenikmatan dan kesenangan yang telah dia berikan pada
si kaisar itu. Dan ketika putera mahkota resmi ditentukan
sebagai pewaris tahta dan putranya menjadi calon
penasihat maka di saat ini lah Sien Nio mulai
menunjukkan watak kejinya dulu.
Siapakah putera wanita ini? Pembaca dapat
menduga. Benar, dialah Pangeran Muda. Pangeran yang
mewarasi kecerdikan ibunya dan kini mulai
mengumpulkan datuk datuk sesat itu. Moong dan teman
temannya. Tentu saja ibunya berada di belakang layar.
Dan karena Sien Nio telah menyiapkan rencananya ini
bertahun-tahun lamanya dan sabar menanti saat yang
baik maka Pangeran Mudapun tak dapat banyak
bertindak kalau ibunya itu belum memberi isyarat.
Dan titik rencana mulai disulut. Pangeran Muda
melalui pengaruh ibunya sudah mulai mengadakan1287
persekutuan dengan petugas pembesar-pembesar
durna tamak harta dan kedudukan. Mereka itu menjadi
incaran Sien Nio yang pandai. Betapapun Sien Nio
mengenal watak orang-orang tertentu yang ada di sana
seperti Mao-taijin dan lain-lainnya itu. Pembesar yang
rakus dan loba akan harta. Pengetahuan Sien Nio yang
luas cukup membuat segan orang-orang istana. Dan
ketika satu demi satu semua rencana sudah diatur dan
sumbu dinamit sewaktu-waktu dapat diledakkan maka
Sien Nio mulai tersenyum keji melihat persiapannya
yang matang. Wanita ambisius ini mulai siap
mendudukkan puteranya menjadi orang paling berkuasa
di negara itu, Puncak k?percayaannya menjadi kuat
setelah Gurba masuk. Tokoh bangsa liar yang dikenal
hebat itu. Dan ketika senyum itu semakin melebar dan
Sien Nio yakin akan keberhasilannya tiba-tiba gadis
remaja yang telah menjadi wanita setengah umur ini
memencet tombol dan...... hilang di balik pintu rahasia .
*** Agaknya lama kita tak mengikuti Gurba. Kisab
Sien Nio si gadis desa telah kita ikuti. Itulah
gambarannya. Bagaimana dengan raksasa tinggi besar
ini? Sebenarnya sama saja cuma beda kembangnya.1288
Gurba dibuat kecewa oleh urusan cinta. Gagal dan kini
terhasut bujukan Pangeran Muda. Terpikat dan tergilagila oleh obat kecewa berupa Wan Cu, si cantik yang
disodorkan Pangeran Muda untuk menjerat raksasa
tinggi besar itu, yang dibutuhkan tenaganya karena
Gurba amat lihai. Di antara kelompok Mo - ong dialah
yang memiliki kepandaian paling tinggi, memang paling
hebat. Dan Gurba yang tunduk pada perjanjian untuk
mengadakan serangan di luar tembok besar segera
menanti dan mengumpulkan bekas suku-suku nomad
yang dulu tercerai berai,
Tak sukar bagi raksasa ini untuk menemui suku
bangsanya, tapi ia tak mudah baginya untuk membujuk
mereka itu. Karena peristiwa dulu, "perzinaan" Gurba
dengan Bi Nio ternyata menimbulkun semacam trauma
bagi bangsa Tar tar, terutama bagi kelompok Munga
yang tewas di tangan Siga, pembantu Gurba ini. Dan
ketika Gurba datang ke sana dan disambut kelompok itu
maka pandang mata keraslah yang dia hadapi. Gurba
membelalakkan mata.
"Mana Siga?" Tak ada yang menjawab. "Hei,
mana Siga! Tulikah kalian?" Gurba menjadi marah,
menyambar seorang di antaranya yang berdiri paling
depan. Hampir membanting orang itu kalau seseorang
lain tidak datang, seorang pemuda bertubuh tegap1289
bermata lebar, di tangannya tergenggam sebatang
tombak.
Dan ketika Gurba marah marah dan pemuda ini
menyeruak di antara kerumunan orang orang akhirnya
pemuda ini berhadapan d?ngan Gurba.
"Hanggoda, lepaskan orang itu. Sebaiknya kau
bicara dengan aku!"
"Gurba tertegun. "Kau siapa?" dia lupa lupa
ingat,
"Aku B?ra, adik dari Munga!" dan Gurba yang
segera mengenal orang ini dan melempar laki-laki yang
di cengkeram tiba-tiba berkilat matanya melangkah
maju.
"Bagus, aku ingat kau. Kau benar Bora, adik dari
Munga. Mana Sig? dan kenapa orang-orang ini melotot
seperti tikus kelaparan?"
Bora, pemuda yang memiliki mata lebar itu
mendengus. " Kami tidak tahu di mana Siga, hanggoda.
Tapi kami tak ingin kau menginjakkan kaki di sini!"
"Kenapa?"
"Bangsa Tar-tar tak menerima tamu yang telah
melakukan perbuatan hina. Dan kau telah melak?kan
apa yang menjadi pantangan bangsa kami, berjina
dengan Bi Nio!"1290
*Keparat!" Gurba tiba-tiba menggeram, marah
sekali. "Kau berani bicara seperti itu di depan aku, B?ra?
Kau minta kubanting?"
Bora tersenyum mengejek. Sekumpulan orang
di sekeliling dirinya tiba-tiba maju, melindungi pemud?
ini. Tahu bahwa Gurba amat tinggi kepandaiannya dan
Bora bisa dibunuh raksasa itu kalau Gurba marah. Betapa
pun mereka cukup mengenal kehebatan Gurba yang
bekas pemimpin ini. Tapi Bora yang mengembangkan
lengan menyuruh orang orangnya minggir tiba-tiba
dengan dada terangkat dan tombak melintang
melangkah maju.
"Hanggoda, kami tahu bahwa kami mungkin
bukan lawanmu. Kau kebal, ilmu silatmu tinggi dan aku
tentu mampus melawan kesaktianmu yang luar biasa.
Tapi kami kelompok Tar tar yang tetap menjunjung
kegagahan dan keperwiraan sebagai laki laki jantan tak
takut kau mau membunuh kami atau tidak. Aku sekarang
pemimpin di sini, teman temanku meminta aku yang
bodoh memimpin mereka, tak dapat kutolak. Kalau kau
memang tak memusuhi kami dan mencari Siga sebaiknya
kau pergi dan cari pemuda itu di lain tempat. Tapi, kalau
kau memang mau memusuhi kami dan mencari
keributan aku akan maju menghadapimu membela suku
bangsaku meskipun untuk itu aku harus mampus di
tanganmu!"1291
Gurba tertegun. Dia marah besar, tangan siap
terayun melepas pukulan maut. Tapi melihat kegagahan
dan kejantanan pemuda ini tiba tiba dia membelalakkan
mata berseru menggigil.
"Bora, kau berani mengucapkan kata-kata
seperti itu di depan aku yang pertama memimpin kalian?
Aku datang bukan untuk membunuh, melainkan
mengumpulkan kalian untuk bersatu seperti dulu,
menyerang musuh!"
"Dan kembali beralasan terjebak kalau musuh
mempergunakan wanita Hm,,, kami tak mau bersatu
denganmu, Hanggoda Kau telah meninggalkan titik noda
yang tidak dapat kami hapus. Hidup atau mati kami ingin
sendiri"
Bora menancapkan tombaknya, tegas dan
gagah bukan main sehingga Gurba terpukul. Raksasa itu
menggereng dan hampir mencelat maju. Tapi melihat
yang lain tiba tiba maju melindungi Bora dan orang itu
kelihatan benci memandangnya tiba-tiba seorang kakek
bersera nyaring,
"Gurba. kau boleh membunuh Bora. Boleh saja
mencincang dan menyiksa dia. Tapi kalau kelompok tak
mau turut padamu dan membenci dirimu maka percuma
saja kau memaksa kami. biarpun kau membunuh kami
semua!"
Gurba tertegun. "Kau kakek Yami?"1292
"Ya, aku si tua Yami".
"Dan kau membela si tolol ini?"
Bukan aku saja, Gurba. Melainkan semua orang
yang kau anggap tolol di sini?"
Gurba terhenyak. Dia memang tahu keteguhan
suku bangsa Tartar ini. Kekerasan hatinya,
Kejantanannya dan sikap tidak mau kalah terhadap
orang lain. Mereka boleh dibunuh tapi pantang dihina.
Dan Gurba yang tertegun memandang si tua Yami tiba tiba mengeluh dan mundur terhuyung.
"Kakek Yami, aku datang bukan untuk
membunuh kalian. Aku datang untuk minta bersatu".
"Tapi kami tak dapat menerimamu Gurba.
Hanya mengingat jasa jasamu di waktu yang lalu kami
masih menyambutmu baik baik, masih mau bercakapcakap. Kalau tidak tentu kami sudah menyerangmu
untuk membunuh atau dibunuh!"
Gurba menggerang. Dia mendelik memandangi
semua yang ada di situ, sakit hatinya, terpukul
perasaannya. Tapi karena dia datang bukan untuk
menghajar orang orang ini melainkan meminta mereka
bersatu dan menyerang istana diapun jadi bingung
menghadapi orang orang ini, bekas anak buahnya yang
keras dan tegar hati. Tak tahu harus berbuat apa. Tapi
ketika dia t?rbelalak dan Bora serta anak buahnya tajam
memandang raksasa itu dengan pandangan tak1293
bersahabat tiba-tiba angin berkesiur disusul
menancapnya sebuah lembing di depan kaki Bora,
diiringi bentakan seorang laki-laki.
"Bora, kau tak tahu adat menyambut pemimpin
besar. Aku Siga datang menegur perbuatanmu.....!" dan
begitu seseorang melompat ke depan dan Bora serta
orang orangny? terkejut maka muncullah seorang
pemuda lain yang datang melepas kemarahan, di
pundaknya tampak seekor rusa yang berlumuran darah.
Rupanya baru diburu, mati dan kini dilempar pemuda itu
di atas tanah, Siga, pemuda gagah yang menjadi andalan
Gurba ketika menyerang kota raja .
Bora dan lain-lain mundur selangkah, terkejut
oleh kedatangan Siga yang gagah ini. Dan ketika Bora
tertegun dan kakek Yami juga terkejut maka suara
berkerosak menyeruak padang rumput disusul bayangan
ratusan laki laki yang muncul bagai iblis di tengah pad?ng
ilalang.
"Hanggoda, kami datang...!"
Kakek Yami dan lain-lain semakin terkejut.
Itulah orang orangnya Siga, kelompok lain yang dipimpin
pemuda itu semenjak mereka pecah menjadi dua. Bora
dengan orang orangnya di satu pihak sedang Siga dengan
kelompoknya sendiri di pihak lain. Suku Tar tar terpecah
oleh kejadian dulu, akibat perbuatan Bi Nio yang
menjebak Gurba dalam hubungan terlarang.1294
Kelompok Bora mengutuk peristiwa itu
meskipun Siga menjelaskan bahwa perbuatan yang
dilakukan Gurba tidak sengaja. Bahwa musuh sengaja
menjebak pemimpin mereka untuk melakukan
perbuatan terkutuk. Agar mereka terpecah-belah. Dan
ketika ratusan laki-laki itu muncul dan meneriakkan
nama Gurba dan menjatuhkan diri berlutut maka Siga
yang sudah memberi hormat pada pemimpinnya itu
berseru,
"Hanggoda, kami datang sebagai anak buahmu
yang setia. Kami lama menunggu-nunggu
kedatanganmu. Kalau Bora dan teman-temannya tak
mau ikut kau biarlah tinggalkan si pandir itu untuk
memimpin kami. Bora dan teman-temannya orangorang picik, serta bodoh dan tolol Sebaiknya tinggalkan
mereka dan pimpinlah kami.
Bora marah. Tapi Gurba yang girang oleh
munculnya Siga tiba-tiba melompat maju. menepuk
pundak Siga yang tegap dan kuat.
"Siga, kau datang membawa pasukanmu"
Ya, kami datang mendengar suara Hanggoda.
Dan kami siap membela namamu dari Bora dan orangorangnya itu!"
"Tidak, kalian tak boleh bertepur. Kalian tak
boleh berkelahi" dan Gurba yang gembira
membelalakkan matanya buru-buru mengulapkan1295
lenganya ke atas. "Hei" serunya lantang. Kalian adalah
orang-orang satu suku. Kita bangsa Tar tar yang besar.
Tak perlu menumpahkan darah sesama teman sendiri.
Bora menjengek. "Tapi kami tidak mengakui
dirimu, hanggoda. Kami kelompok terpisah yang tidak
ingin hidup bersama kalian!"
Siga marah. "Bora, tahan mulutmu. Hanggoda
adalah pemimpin besar suku kita. dialah yang
menyatukan kita dan membuat bangsa Tat - tar bangsa
yang besar!"
"Itu dulu, Siga. Kami tak mengakui dirinya lagi
sejak dia berbuat jina dengan wanita pedalaman itu.
Bangsa Tar tar pantang menerima anggautanya yang
berjina dengan Isteri orang lain!"
"Keparat.." Siga membentak. "Kau tak tahu
malu menghina pemimpin besar, Bora? Ku rob?k
mulutmu nanti, kubunuh kau!"
"Hm, dengan bantuan hanggoda ini? Boleh,
Siga, majulah dan biar aku mati membela kelompok ku"
Bora tersenyum mengejek, Siga memekik dan


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hampir melompat maju. Suasana menjadi panas. Tapi
Gurba yang menggeleng tak menghendaki keduanya
bertempur tiba-tiba maju ke depan mencengkeram bahu
dua pemuda itu.
"Siga, Bora, aku tak menghendaki kalian
berkelahi. Mundur!" dua pemuda itu terpelanting, baik1296
Bora maupun Siga tentu saja tak dapat menerima
kekuatan Gurba, masing-masing mengeluh tapi
melompat bangun lagi dengan mata melotot. Dan ketika
mereka beradu pandang dan orang-orangnya Bora
mengepung dengan senjata terangkat tiba tiba Siga
berseru lantang mengacungkan tombaknya.
"Hanggoda, biarkan aku menghadapi orang.orang ini. Namamu patut dibela, Bora memang tak tahu
diri dan biarkan kami selesaikan persoalan ini dengan
cara kelompok suku!" dan belum Gurba melarang atau
bertindak sesuatu tiba tiba Siga sudah menyuruh orang
? orangnya mundur, menantang Bora. "Bora, urusan di
antara kita rupanya sudah mencapai puncaknya.
Hanggoda di sini, biarlah kita tentukan
persoalan kita dengan cara jantan. Beranika kau
menerima duel perorangan dan bertanding cara Tartar?"
Bora mengangguk "Aku tak takut ancaman mu,
Siga. Tapi jelaskan dulu arti tantanganmu apakah kau
dibela Hanggoda atau tidak. Kalau kau berdua mau maju
tentu aku kalah, kita tak usah bertanding dan kuberikan
kepalaku secara cuma cuma!
"Tidak!" Siga membentak. "Hanggoda di sini
hanya sebagai saksi, Bora. Siapa yang curang harus
mendapat hukumannya kita berdua bertanding secara1297
jantan, siapa kalah sisa kelompokoya harus mengikuti
yang menang. Kau berani?"
Bora terkejut. "Kenapa membawa-bawa
kelompok?"
"kau takut?"
"Siapa takut?" Bora meradang. "Hanya ini
pertandingan berdua, Siga. Kenapa membawa bawa
orang lain sebagai taruhan? Aku siap membunuh atau
dibunuh, tapi anak buah kita sebaiknya tak perlu diikut
sertakan!"
"Kalau begitu kau dan kelompokmu pengecut.
Coba dengar apa yang diserukan anak buah ku.... heii"
dan Siga yang langsung menghadapi orang orangnya
sudah berseru. "Apakah kalian takut kalau aku kalah
dalam pertandingan ini dan menjadi pengecut yang tidak
setuju dengan caraku ini dan siap membantah?"
Pengikut Siga memekik, "Tidak, kami tidak
takuti siapa pun, Siga. Kalau kau mau bertanding dengan
cara Tartar dan mempertaruhkan kami sebagai taruhan
tentu saja kami tak akan menolak. Kau adalah pemimpin
kami, setelah Hanggoda. Karena itu apa yang kau
lakukan tak akan kami tolak karena kami tahu bahwa
yang kau lakukan sebenarnya adalah demi kami juga,
bangsa Tartar yang gagah perkasa!"
"Nah, kau dengar, Bora?" Siga mengejek.
"Orang orangku siap mendukungku dalam pertarungan1298
ini. Kalau kau dan orang-orang pengecut tak berani
menerima tantangan sebaiknya tak periu mengaku
sebagai bangsa Tar-tar yang gagah dan perwira!"
Bora t?rpukul. Sikap dan kata - kata lawan
memang tegas sekali. Dia diajak t?ruhan, duel cara Tar
tar di mana pemimpin lawan pemimpin dengan anak
buah sebagai taruhan. Yang kalah harus menyerahkan
diri dan kelompoknya harus mengikuti kelompok yang
menang. Padahal dia menghendaki duel itu bersifat
pribadi saja, tak usah mengikut sertakan anak buah. Tapi
karena anak buah Siga sudah menyatakan pendapatnya
sementara dia dan anak buahnya tentu saja tak boleh
kalah muka, Bora termangu sejenak dengan muka merah
padam. Bora harus mengikut Siga. menolak berarti
pengecut. Dan Bora yang sudah membalikkan badan
menghadapi anak buahnya akhirnya bertanya dengan
nada geram,
"Bagaimana, kalian berani menerima
tantangan?"
Serempak kelompok Bora mengangguk. "Kami
berani, lakukan saja, Bora. Kami juga bukan pengecut
dan mempercayakan kemenangan padamu!"
Bora menghadapi Siga kembali. "Nah, kau
dengar. Kelompok Bora bukan manusia penakut Siga.
Kalau kau menantang kami tentu saja kami terima. Aku1299
siap mempertaruhkan nyawaku demi kelompok
sukuku!"
"Bagus, kau memang jantan. Kalau begitu mari
kita mulai, masing-masing kelompok sebagai Saksi!" dan
Siga yang meraih tombak seorang pembantunya dan
melemparkannya pada Bora akhirnya dibalas dengan hal
yang sama ketika Bora melemparkan tombaknya.
Masing-masing bertukar tombak lawan, boleh
memeriksa dan minta ganti kalau mendapatkan sesuatu
yang mencurigakan. Biasanya pantang mereka
memberikan tombak yang retak, Dan ketika masingmasing memeriksa dan menerima tombak lawan
akhirnya dua duanya minta disediakan seekor kuda.
Itulah cara orang Tar tar duel. Mereka akan
mengadu kepandaian di atas kuda, saling menusuk dan
menyerang di atas kuda Kalau salah satu roboh dan
tewas maka yang lain dianggap menang. Tapi kalau
tombak sama sama patah maka mereka boleh minta
yang baru sampai tiga kali berturut turut. Dan kalau
masih juga seri maka mereka akan bertarung tanpa
senjata, di atas tanah Saling banting dan cekik,
pertarungan gulat sampai salah satu roboh, atau
menyerah. Dan ketika kuda telah disiapkan dan masing
masing kelompok mundur menjauhi arena maka Siga
dan Bora telah melompat di atas punggung kuda masingmasing.1300
"Bora, arah mana yang kau inginkan?"
"Aku di barat, kau di timur."
"Baik dan Siga yang bertukar tempat menuju
arah timur akhirnya mencemplak kudanya menuju
tempat itu. Genderang tiba tiba dipukul dari dua
Xelompok besar itu memperhatikan tindak tanduk
keduanya, betapa pun ketegangan menyelinap di hati
mereka. Siga dan Bora sama sama pemuda yang pandai
mainkan tombak. begitu pula dalam hal menaiki kuda.
Masing-masing agaknya tak berbeda jauh. Dan ketika
semuanya siap dan Bora menuju arah barat maka
terompet ditiup sebagai tanda dimulainya serangan.
"Bora, maju....!"
Bora mengangguk. Di pihak sana Siga juga
sudah menarik tali kekang kudanya. Keduanya bergerak
cepat dan masing-masing sama berd?rap untuk
menghampiri lawan, tombak terangkat dan Siga maupun
Bora memandang beringas. Dan ketika kuda sama
berpacu dan masing masing tuannya membentak tinggi
maka dua ekor kuda itupun mencongklang mendekati
yang lain.
"Hyahh. ....!"
Orang orang memandang tegang. D?rap kaki
kuda seakan menghentak hentak jantung mereka,
mendebarkan dan membuat degup meloncat loncat.
Dua pemuda itu telah saling menghampiri dengan cepat.1301
Dan ketika mereka berpapasan dan Siga maupun lawan
memekik menusukkan tombaknya maka dua senjata
panjang itu bertemu di udara.
"Crang..!"
Siga dan lawannya terputar. Kuda mereka tak
kuat menahan benturan, meringkik dan ikut terputar
setengah lingkaran, kedua kaki diangkat. Siga dan lawan
cepat merangkul leher kuda dan menenangkan kuda itu.
Dan ketika kuda menurunkan kakinya kembali dan
mereka cepat mengendalikan kuda maka masing-masing
sama berputar dan menusukkan tombaknya lagi.
"Crang . crang!"
Dua tombak sudah mulai berdentingan. Siga
dan Bora mengadu kecepatan, tentu saja juga kekuatan.
Dan ketika keduanya mulai berlaga dan tombak saling
tusuk dan tikam akhirnya dua pemuda Tar tar ini sering
menyerang dan bertempur di atas kuda. Seru dan ramai
karena mereka harus mendahului yang lain mencuri
kelengahan. Sekali kena tentu yang lain roboh.
Bora tampak lebih ganas karena pemuda ini
teringat kematian saudaranya, Munga, di tangan Siga
dulu. yang membuat bangsa Tar tar p?cah dan tersibak
menjadi dua kelompok. Dan ketika Bora membentakbentakkan tombak di tangannya mematuk kiri kanan
bagai singa haus darah maka Siga melayaninya dengan
tenang tapi hati hati.1302
Di sinilah mulai tampak p?rbedaan. Bora
kelihatan beringas, sementara Siga melawannya hatihati. Keduanya memiliki tenaga berimbang tapi Bora
kelihatannya lebih kuat, tenaganya besar tapi sering
meleset karena kelitan Siga yang manis. Dua tiga
gebrakan membuat Siga terdorong, 0rang melihat Siga
kalah posisi. Tak lama kemudian sering merangkis
daripada menyerang. Sering mundur-mundur dalam
usahanya mengelak Juga mata tombak Bora yang
mengejarnya tak kenal ampun. Dan ketika satu saat baju
pundak Siga termakan tombak lawan mendadak
kelompok Bora berteriak gemuruh.
"Bagus, desak terus, Bora. Bunuh dan
lemparkan lawanmu dari atas kudanya!"
Bora mendapat semangat. Dia tertawa
mengejek, matanya nyalang penuh nafsu membunuh,
mencecar dan terus mendesak Siga. Kuda mereka sering
meringik karena perut sering dijepit, kesakitan dan terus
beringas, seperti tuannya. Dan ketika Bora kembali
berhasil menyontek rambut Siga dan hampir pemuda itu
dicoblos kepalanya maka kelompok Bora terjingkrak
jingkrak penuh kegembiraan.
"Bora, bunuh dia. Coblos sedikit ke bawah!"
Bora tertawa bergelak. Dia merasa gembira
melihat lawan mundur mundur. Siga tampak kewalahan
tapi belum berhasil juga dilempar dari kudanya, hal yang1303
membuat dia gemas, juga penasaran. Dan ketika
kelompoknya mulai histeris dan Siga bermandi peluh
maka Bora meny?ringai girang berkata sombong.
"Kau kalah, sebaiknya menyerah dan lepaskan
tombakmu, Siga. Minta ampun dan nyatakan dirimu
kalah!"
"Tidak, aku masih kuat. Kau jangan sombong,
Bora. Keadaan bisa berbalik dan
kesombonganmu akan menjatuhkan dirimu."
"Ha-ha, tak mau menyerah? Kalau begitu kau
akan kubunuh..... wutt!" dan tombak di tangan Bora
yang menusuk panjang menikam lawan tiba-tiba
ditangkis dan membuat Bora terbelalak,
Siga masih hebat tenaganya dan mereka pun
sama tergetar, terdorong. Tapi begitu Bora membentak
dan berteriak nyaring tiba tiba pemuda ini menubruk
dan maju lagi, menyerang tapi kini dikelit dan dihindari
lawan, Siga seakan takut menghadapi tombak Bora.
Tentu saja Bora marah marah dan memaki Siga
pengecut. Dan ketika Siga tersenyum dan mulai
menjauhkan kudanya mendadak Siga bertempur sambil
lari meoghindar!
"Licik! Peng?cut! Kau tak jantan, Siga. Kau
curang.....1"
Siga tertawa. Dia membuat semua orang
membelalakkan mata, bahkan pihaknya sendiri1304
mengerutkan kening. Perbuatan itu dianggap pengecut
dan menurunkan harga diri. Dan ketika Bora memaki
maki dan terus menyerang t?pi selalu luput mengenai
sasaran tiba-tiba Siga berbalik menerima t?sukan
tombak lawan:
"Crang.....!" Bora kaget setengah mati. Dia
melihat tenaga sendiri berkurang amat banyak,kiranya
terbuang sia-sia ketika mengejar Siga! tadi. Tahulah dia
bahwa Siga menang mempergunakan taktik begitu.
Yakni membiarkan dia membuang-buang tenaga
percuma karena Siga selalu mengelak dan berkelit,
menghindarkan diri sementara lawan menboroskan
tenaga. Jadi Bora menyerang sia-sia sementara lawan
menyimpan tenaga, Bora terjebak. Dan ketika Siga maju
tertawa dan balik menyerang tiba tiba Bora mengeluh
ketika tombak terpental dan lawan terasa masih tegar.
"Ha ha, bagaimana, Bora. Kau masih sombong
dengan kata katamu tadi?"
Bora mendelik. Sekarang dia merasa tertipu,
sadar bahwa lawannya ini kiranya Cerdik. Tidak
mempergunakan otot saja melainkan juga akal. Dia
terperangkap, kini diserang dan ganti dicecar Siga.
Kelompoknya tiba-tiba diam sementara kelompok Siga
berteriak teriak, girang melihat pemuda itu mendesak
Bora. Dan ketika baju pundak Bora tertusuk tombak dan1305
robek memberebet panjang maka kelompok Siga
berseru gemuruh meneriaki jagoannya.
"Bunuh, lempar dia dari kudanya, Siga. Tusuk
dan tikam jantungnya sampai mampus...!
Siga tertawa. B?ra pucat melihat lawan
menyerang terus, tenaga kian lemah karena tadi
terbuang percuma oleh nafsu yang tak terkontrol. Dan
ketika kembali dia menangkis tapi tombak hampir
terlepas dari tangannya mendadak Siga ganti mengejek,
"Bora, kau akan kalah. Sebaiknya menyerah dan cepat
minta ampun!"
"Siapa mau?" Bora marah. "Aku belum roboh,
Siga. Senjata masih kupegang teguh. Tak perlu banyak


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mulut!" dan Bora yang mulai berputar-putar di atas
kudanya mengelak serangan tombak tiba tiba berkelit
dan mulai menghindar dengan cara seperti Siga tadi. Kini
membiarkan lawan membuang tenaga sementara dia
memulihkan diri. Kuda diajak berlarian menghindar
hingga sergapan lawan selalu luput.
Dan ketika Bora menjauhkan diri dan
bertempur dengan cara kucing-kucingan seperti itu dan
Siga tertegun maka pemuda ini mengumpat melihat
Bora mempergunakan taktiknya untuk membalas
dengan cara yang sama!
"Keparat, kau licik, Bora. Kau pengecuti"1306
"Ha ha, siapa pengecut? Kaupun tadi juga
melakukan hal begini, aku sekedar meniru untuk
membalasmu!"
Bora mengejek, memang benar dengan cara
begitu Siga dibuat mendongkol, dia ganti membuang
buang tenaga sementara lawan dapat beristirahat.
Dengan begitu kedudukan menjadi berimbang dan
kelompok Bora bersorak sorak. Sekarang mereka tahu
bahwa apa yang dilakukan Bora maupun
lawanya bukanlah karena takut melainkan semata sebut
akal untuk mengalahkan Iawan. Kini mereka kagum dan
mau tak mau mengakui kecerdikan dua pemuda itu. Tapi
karena Bora hanya meniru dan akal itu sebenarnya
berasal dari Siga maka kelompok Sigs memaki-maki
Bora.
"Pengecut, Bora tak jantan. Dia tak pastas
menjadi laki laki dan sebaiknya menjadi perempuan.
Kalau semua hanya meniru-niru begitu mau diakuinya
sebagai lelaki? Cih, kau minum susu ibumu dulu agar
berakal, Bora. Jangan mencontoh akal orang lain seolah
otakmu tumpul dan beku seperti kerbau!"
Bora mendelik merah. Umpatan dan teriakan
kelompok Siga membuat telinganya panas, dia
tersinggung dan akhirnya malu pada caranya ini. Seolah
membenarkan dia berotak kerbau hingga bertempurpun
harus ditirunya dari pihak lawan. Dan ketika dia telah1307
pulih kembali kekuatannya dan Siga maju menyergap
tiba-tiba dengan pekik nyaring dia memapak dan
menangis tombak Siga, sepenuh tenaga. Siga terkejut
dan tentu saja melakukan hal yang sama, pemuda itu
pun membentak dan menyerang dengan kekuatan
penuh. Dan ketika dua tombak saling bentur diudara dan
masing-masing menusul dan menangkis mendadak dua
tenaga yang sama dahsyat itu membuat tombak patah
dan mereka sama sama terpelanting dari atas kudanya.
"Crang....!"
Siga dan Bora berseru kaget. Mereka sama
sama terlempar, roboh bergulingan dan terbelalak
melihat kesudahan yang seri. Kuda mereka meringkik
dan lari menjauh. Tapi Siga dan Bora yang sudah
melompat bangun dan berhadapan k?nbali akhirnya
menggeram dengan mata melotot, menerima lontaran
tombak dari anak buah masing-masing. Pertarungan
dilanjutkan lagi di atas tanah, tidak di atas kufa, diiringi
teriakan kelompok masing-masing yang histeris
menjagoi pihak masing-masing. Dua duanya sudah
melompat dan kembali serang menyerang.
Tapi ketika tombak Lagi lagi patah dan
keduanya sama kuat akhirnya tombak ke tiga diberikan
pada mereka.
"Kau akan k?bunuh, aku tak mau sudah, Siga.
Kau akan kubunuh!"1308
Bora menerjang lagi, dendam kemarahannya
terlontar lewat geramnya yang berkerotok, Siga tak
menjawab tapi menyambut lawannya itu. Dan ketika
serang menyerang kembali terjadi dan mereka pun
tangkis-menangkis mendadak untuk yang ketiga kalinya
tombak keduanya lagi lagi patah.
"K?parat, kita bertarung dengan tangan
kosong. Kucekik kau...!" dan Bora yang melempar
patahan tombaknya dan menubruk ke depan akhirnya
menyerang Siga dengan sikap beringas, kedua
tangannya mengembang siap mencekik leher lawan.
Tapi Siga yang tentu saja tak mau nati konyol dan
menangkis serta membalas tiba-tiba menangkap dan
membanting lawannya itu.
"Brukk...!" Bora menggel?par. Siga ganti
melompat dan menubruk lawannya itu. Tapi Bora yang
menggerakkan kaki dari bawah menendang perut Siga
tiba tiba membuat lawan mengeluh dan balik terbanting.
"Brukk...!" Siga pun menggel?par. Bora
menerkam dan merekapun bergulingan, pertandingan
setengah gulat dilanjutkan di sini, masing masing
memiting dan mambelit lawan. Dan ketika mereka tolak
menolak dan kelompok Siga maupun Bora bersoraksorak menjagoi pemimpinannya akhirnya perkelahian ini
tak kalah seru dan mendebarkan dibanding pertarungan
di atas kuda tadi. Tapi Siga suatu saat berhasil menindih1309
lawan, Bora dicekik tapi memberontak, giginya ikut
bicara hingga Siga menjerit kesakitan. Pertarungan mulai
liar! Dan tak beretika. Bora balik menindih lawan dan
Siga dic?kik akhirnya puncak perkelahian mendekati titik
akhir.
"Bunuh dia. Cekik dia, Bora. Cekik sampai
mampus..."
Orang-orang Bora berteriak, masing masing ikut
menjadi kalap oleh pertarungan ini. B?ra merah
mukanya akibat mengerahkan tenaganya sekuat bagian,
Siga hampir terhenti napasnya oleh ?ekikat lawan yang
membuat dia terkunci. Diam-diam marah dan memaki
karena Bota tadi menggigit. Dan ketika dia memberontak
namun kuncian lawan terlalu kuat baginya akkirnya Siga
megap megap dan perlahan-lahan pandangannya
memudar. inilah bahaya bagi pemuda itu. Siga
berkunang-kunang sebenarnya hampir memperoleh
kemenangan kalau Bora tadi tidak menggigit, membuat
dia terkejut dan sebagian dagingnya cuil,dimakan Bora
tadi. Dan ketika orang - orang Bora bersorak menggegapgempita dan Siga semakin tercekik tiba-tiba seorang
anggauta Siga maju ke depan.
"Gigit!"
"Siga, gigit lengannya. Kaupun tadi juga di
gigit!"1310
Siga mengeluh. Sebenarnya diapun juga dapat
melakukan itu, membalas hal yang sama pada lawan
yang curang. Karena ilmu menggigit sebenarnya tak ada
dalam peraturan gulat. pekerjaan perempuan. Tapi
karena perbuatan ini Itu dinilai memalukan dan orang
orang Bora mungkin akan mengejeknya sebagai berlaku
hina akhirnya Siga menggeleng dan tetap tidak mau
melakukan itu. Dan kelompoknya menjadi gelisah.
"Siga, gigit lawanmu itu. Gigit dia"
"Ya, balas seperti tadi dia menggigitmu, Siga.
Lakukan hal yang sama dan gigit dia!"
Tapi Siga tetap menggeleng. Dia tidak mau,
mencoba bertahan sementara Bora menambah
tenaganya. Leher Siga mulai membiru dan napas Siga
terhenti, otot otot leher pemuda itu menggembung
sementara otot otot lengan Bora juga membesar, jelas
dialiri tenaga yang luar biasa kuatnya. Siga tentu tak
dapat menahan diri, pemuda itu bakal tewas. Dan ketika
teriakan kelompoknya semakin nyaring tapi Siga tetap
tak mau menggigit lawan tiba-tiba Gurba, yang menjadi
kagum akan kegagahan pembantunya ini berbisik,
mengerahkan Coan im jip bitnya,
"Siga, tolol kau. Kenapa tidak memencet jalan
darah tong-peh-hiatnya? Kau tahu di mana jalan darah
itu. lepaskan tanganmu dari lengan lawanmu dan cubit1311
jalan darah itu. Sekali saja, yang keras dan lawanmu
tentu roboh!"
Siga tiba-tiba seakan hidup kembali. Suara
Gurba itu membantunya luar biasa. Nyawa tiba-tiba
seakan masuk lagi ke raga dan Siga teringat. Betapapun
dia telah belajar tentang jalan-jalan darah di tubuh
manusia. tong-peh-hiat merupakan jalan darah di bawah
pusar, di atas anggauta rahasia. Dia lupa itu, gugup dan
bingung oleh cekikan lawan yang hampir membuatnya
kehabisan napas.
Maka begitu teriakan orang-orangnya tak
digubris tapi bisikan Gurba diturut mendadak,
mengejutkan semua yang ada di situ tiba tiba pemuda ini
menggerakkan tangannya ke bawah. Orang hanya
melihat Siga melepaskan tangannya dari tangan Bora,
bergerak ke bawah menuju pusar. Dan ketika Siga
mencubit dan memencet keras sekali mendadak
terdengar raungan Bora yang tinggi memecah jantung.
"Augh....!" Orang orang terkejut. Mereka
melihat Bora melepaskan cekikannya pada leher Siga,
terguling dan robob meringkuk, mengeluh seperti ayam
di Cabuti bulunya. Tapi ketika pemuda itu tak bergerak
lagi dan pingsan di atas tanah tiba-tiba kelompok Siga
bersorak penuh kegembiraan.
"Siga menang....!"
"Bora kalah....!"1312
Orang-orangnya Bora tertegun. Mereka tak
menyangka perobahan yang di luar dugaan itu. Bora
tersungkur dan tidak bergerak lagi. Padahal tadi dalam
sikap yang meyakinkan pemuda ini akan keluar sebagai
pemenang. Tapi karena orang tak melihat kecurangan di
situ bahkan Bora dianggap kurang "sportip" dengan
gigitannya tadi maka kemenangan Siga disambut dengan
heran dan takjub. Betapapun mereka harus mengakui
kepandaian pemuda itu dibanding Bora.
Dan ketika kelompok Siga berteriak teriak dan
Bora kalah maka orang orang inipun termangu dan
membiarkan lawan melepas kegembiraannya dengan
cara mereka sendiri, menyerbu kearah Siga dan
memanggul pemuda itu. Siga dielu - elukan. Tapi teringat
Bora yarg masih pingsan di atas tanah tiba tiba seorang
anggauta Siga menyerahkan tombak menyuruh Siga
membunuh lawanaya yang terkapar.
"Siga, kau telah memenangkan pertarungan.
Hukum Tartar mengesahkan kau membunuh lawanmu.
Bunuhlah dia dan ambil tombak ini".
Siga menggeleng. "Tidak, Bora adalah
saudaraku sendiri, Kima. Aku tak bermaksud membunuh
selain memenangkan pertandingan belaka."
"Tapi dia bermaksud membunuhmu. Kau
sebagai pemenang!"1313
Siga tetap menggeleng. Dan ketika - orangnya
tertegun dan kelompok Bora memandang padanya tibatiba Siga menghadapi mereka. Sehabat-sahabatku,
kalian adalah saudara sama seperti kata hanggoda tadi.
Kita satu suku kita satu bangsa. Karena itu meskipun
Bora kalah tapi aku tak mau membunuhnya karena dia
adalah saudaraku. Angkat dia dan sadarkan dia. Bora
adalah teman, bukan musuh!" dan kelompok Bora yang
tentu saja gempar oleh peristiwa yang dianggap aneh ini
segera menjadi kagum dan simpatik kepada Siga,
memberi pertolongan pada Bora dan pertikaian tiba-tiba
lenyap. Siga menarik sayang semua orang, baik
kelompok sendiri maupun kelompok Bora. Dan ketika
Bora sadar dan Siga mengajak menghadap Gurba maka
raksasa tinggi besar ini senyum senyum menyambut
mereka.
"Bora, kau benar-benar mengakui kemenangan
Siga?"
"Aku mengakui," Bora berkata gagah,
betapapun memang dia kalah. "Siga memang lebih
pandai, hanggoda. Dan sesuai janjiku aku menyerahkan
anggautaku dan diriku sendiri!"
"Terima kasih, kau cukup jantan!" dan Gurba
yang tertawa menarik dua pemuda itu lalu menepuknepuk mereka penuh sayang. Diam-diam dilirik Siga yang
mengucap terima kasih dengan bahasa isyarat. Gurba1314
gembira dan mengajak bangsanya berpesta api unggun,
bukan apa-apa melainkan semata mengucap syukur
bahwa dua kelompok besar itu dapat bersatu. Tidak
terpecah-belah lagi dan Bora maupun kelompoknya
dapat menerima kejadian dulu, bahwa Gurba terjebak
dan Siga menginsyafkan mereka. Dan ketika hari itu
bangsa Tar tar bersenang senang dalam persatuan yang
kokoh maka beberapa hari kemudian Gurba mulai
mengatur rencana tentang penyerbuan besar besaran
yang akan dia lakukan terbadap istana. Tapi suatu
gangguan kecil tiba tiba datang mengganggu. Malam itu
Gurba berada di kemahnya, Siga dan Bora datang
menghadap. Dan ketika dua pemuda itu menjatuhkan
diri berlutut dan Gurba tersenyum menyambut mereka
segera raksasa tinggi besar itu bertanya apa maksud
kedatangan mereka, diam-diam girang dan gembira
karena Siga dan Bora ternyata benar benar dapat
bersatu
"Maaf, ada pertanyaan yang sedikit mengganjal
kami, hanggoda. Bolehkah kami ajukan dan mohon
perjelasan?"
"Tentang apa?"
"Tentang Bi Nio." Gurba terkejut. "Apa maksud
kalian?"1315
"Maaf," Siga maju berlutut. "Aku mendengar
sesuatu yang tidak enak, hanggoda bahwa kau
menerima selir kaisar itu sebagai isterimu. Benarkah?"
Gurba tertegun, tak menjawab. Dan ketika Siga
mengulang pertanyaannya dan Bora ikut memandang
tajam tiba-tiba Gurba bangkit berdiri, mengibaskan
lengannya,
"Siga, apa hubungan pertanyaanmu ini dengan
kita semua? Kenapa k?u tanyakan ini?"


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Maaf, hubungannya menyangkut rakyat
banyak, hangg?da. Bahwa kami bangsa Tar tar ingin
mengetahui jawabanmu tentang ini. Benarkah kau
menerima selir itu dan berarti mengikat persahabatan
dengan kaisar ataukah berita yang kami tangkap ini
suatu dusta !"
"Kalau benar?"
"Kami menyesalkannya,"
"Kalau tidak?"
"Kami bersyukur."
"Hm, apa maksudmu, Siga?" Gurba mulai tak
senang. "Apakah kalian hendak berontak dan
menggagalkan rencana semula ?"
"Maaf." Bora kali ini maju ke depan. "kami
berdua mewakili suku bangsa kami, hanggoda. Bahwa
kami mendengar kau menerima selir kaisar itu. Kalau
benar, artinya kau tak memusuhi kaisar lagi, Kau1316
bersahabat. Tapi kenapa sekarang hendak menyerang
dan berbalik sikap? Apakah kaisar tahu perbuatanmu
ini? Kami bangsa Tar-tar selalu menjunjung tinggi
kegagahan, hanggoda. Kalau kau telah bersahabat
dengan kaisar dan kini hendak merusak tali
persahabatan itu dengan serangan ke sana tanpa sebab
yang pasti maka ini adalah sebuah pengkhianatan
terhadap seorang sahabat Kami tak suka itu!"
Gurba terbelalak
"Dan kami datang untuk minta penjelasanmu,
hanggoda," Siga menyambung lunak, kata-kata
temannya terasa keras. "Karena itu sukalah kau
menjawab apa yang sebenarnya terjadi. Benarkah kau
menerima selir kaisar itu dan menjadikannya sebagai
isterimu."
Gurba menggigil. Sebenarnya, menyebutnyebut nama Bi Nio membuat dia marah. Teringat! dia
akan segala kekecewaannya dulu. Kegagalanmya
terbadap sumoinya dan hal-hal lain yang membuat dia
memusuhi sute dan sumoinya itu, Kim mou-eng dan
Salima. Tapi karena orang orang Tar-tar memang suku
bangsa yang gagah dan mereka menjunjung tinggi nilai
persahabatan maka diapun tertegun dan terbelalak
memandang dua pembantunya itu. Bingung harus
menjawab bagaimana. Rencana serangan ini sebenarnya
adalah atas kehendak Wan Cu. Atau lebih tepat,1317
kehendak Pangeran Muda dengan Wan Cu sebagai
penunduknya. Dia telah tergila-gila benar pada wanita
cantik itu. Permainannya di atas ranjang. Pengobat
kecewanya terhadap cintanya yang gagal kepada Salima.
Tapi mengeraskan dagu memutar otak segera raksasa ini
mendapatkan jawabannya, jalan yang dianggap baik saat
itu. Dan ketika dia mengaku bahwa Bi Nio benar
diberikan kaisar kepadanya dan Siga serta Bora saling
pandang tiba tiba dua pemuda itu mengerutkan alis.
"Jadi benar berita yang kami terima ini,
hanggoda?"
"Benar."
"Dan kau mengikat persababatan dengan
kaisar?"
"Benar, tapi dulu."
"Jadi bagaimana ini, hanggoda? Kenapa sebuah
persahabatan kau khianati seperti ini? Dan, maaf,
kenapa pula kau menerima persahabatan itu, hanggoda?
Bukankah kaisar telah menghancurkan bangsa kita?"
Gurba mendengus pendek, duduk kembali,
"Siga, dan kau Bora, dengarkan baik-baik apa yang akan
kuceritakan pada kalian ini. Aku memang telah
menerima uluran tali persahabatan kaisar karena kita
ternyata diadu domba. Kalian masih ingat Siauw bin kwi
dan Hek bong Siang-lo mo itu?"
"Ya."1318
"Nah, mereka itulah biang penyakitnya. Waktu
dulu kita menyerbu ke sana dan aku bertemu Kaisar
sementara kalian ribut sendiri maka disitu lah baru
kutahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahwa kita diadu
domba. Bahwa bangsa Tar lar dipermainkan Iblis Muka
Ketawa itu bersama Hek bong Siang lo mo hingga kita
berperang dengan Jit-liong Ciangkun dan anak buahnya
itu. Kita terperangkap. Kaisar dan aku baru tahu setelan
kami berhadap hadapan, setelah dua pihak saling!
hancur-menghancurkan. Tapi begitu kami menyadari
bahwa permusuhan ini diciptakan pihak ketiga dan
Siauw bin-kwi bertanggung jawab untuk urusan ini maka
kaisar menghentikan pertikaian dan menawarkan
kepadaku sebuah persahabatan."
"Dengan memberikan selirnya itu?"
"Ya,"
"Maaf, bagaimana kau bisa percaya bahwa ini
adu domba dari Siauw-bin kwi, hanggoda?"
"Kau ingat tiga utusan Bin ciangkun?" Gurba
balik bertanya. "Nah, itulah pangkal mulanya, Siga.
Bahwa utusan yang kita tolak ini dibunuh Siauw bin-kwi
dan Bin ciangkun menganggap kita yang membunuh
utusan itu. Salah paham mulai terjadi di sini. Siauw binkwi bekerja di belakang layar dan kita menjadi
korbannya. Bin-ciangkun menuduh dan menyerang, dan1319
selebihnya kau tahu sendiri karena kita balas menyerang
panglima itu. Sampai berlarut larut."
Siga tertegun. "Jadi Iblis Muka ketawa itu
membunuh utusan?"
"Ya."
"Dan kau telah menangkap iblis itu, hanggoda?"
"Belum, aku belum sempat. Iblis itu melarikan
diri, tapi satu saat tentu dia akan kubekuk!" dan Gurba
yang menceritakan pertemuannya dengan kaisar di kota
raja dulu akhirnya membuat dua pembantunya
menahan napas, cerita ini memang belum mereka
ketahui, bahwa Siauw-bin kwi mengerjai mereka,
mengadu domba mereka. Tapi begitu Gurba selesai
menceritakan pengalamannya segera B?ra maju
bertanya dengan alis dikerutkan.
"Hanggoda, maaf. Kalau begitu kenapa
sekarang kau hendak menyerang istana? Bukankah
kaisar tak bersalah? Kita bangsa Tar tar memang harus
mencari Iblis Muka Ketawa itu, tapi tolong beritahukan
pada kami kenapa kaisar harus dimusuhi lagi!"
"Hm, Ini urusan pribadi. Bora. Aku sebenarnya
enggan menjawab. Tapi kalau kalian ingin tahu baiklah.
Aku..... aku merasa tertipu oleh kaisar itu," Gurba
berbohong, merasa kepalang basah. "Kaisar telah
memberiku sesuatu yang amat menghina"
"Apa itu"1320
"Selirnya itu, Bi Nio"
"Ada apa dengan Bi Nio?" Bora dan Siga kaget.
"Selir itu telah hamil, Siga. Dan aku terhina oleh
sikap kaisar yang kuangap kurang ajar!"
Gurba meradang, pura pura marah dan dua
pembantunya tertegun. Sungguh tak mengira kalau ltu
soalnya. Kaisar memberikan selir yang telah hamil.
Padahal Gurba mengada - ada karena bingung harus
menjawab dengan keterangan sebenarnya. Tentu saja
tak mungkin berterus terang bahwa dia lagi tergila gila
pada Wan Cu, wanita montok yang siap diperisterinya itu
bila pekerjaan Pangeran Muda berhasil. Dia diminta
menyerang istana dan merobohkan kedudukan kaisar.
Pangeran Muda hendak mengangkat diri sebagai yang
paling berkuasa. Dan ketika Gurba mengoceh dan
menjual cerita burung bahwa Bi Nio telah hamil dan
kehamilannya itu bersama kaisar sebelum berhubungan
dengannya tiba-tiba saja Siga dan Bora marah.
"Keparat, kalau begitu kaisar itu tak mengenal
arti sebuah persahabatan, hanggoda. Untuk itu memang
layak dia kita serang. Kaisar harus kita bunuh. Aku akan
memenggal kepalanya kelak kalau aku berhasil masuk
istana!"
"Ya, dan dia akan kutelanjangi dan kuarak
sepanjang jalan, Hanggoda. Hitung hitung sebagai balas
dendam atas kekurang ajarannya kepadamu"1321
Bora berkeratak, menyambung dengan marah
dan mengepal tinjunya, muka merah padam. Dan ketika
dua pembantu Gurba itu marah-marah dan omongan
Gurba termakan dua pemuda ini akhirnya persoalan
dianggap jelas oleh Siga dan Bora, Mereka sungguh
marah, batapapun kebencian mereka terhadap bangsa
Han berkobar lagi Merasa terhina karena pemimpin yang
mereka hormati. Diberi selir yang sudah hamil. Tentu ini
merupakan "barang bekas". Dan karena bangsa Tartar
boleh dibunuh tapi jangan dihina maka hasutan
Gurba,berbuntut panjang. Memang tak ada jalan lain
bagi raksasa ini untuk menyembunyikan keinginan
pribadinya, Satu satunya jalan ya memang begitu.
Berbohong. Dusta. Tak ingat akan ekor di belakang hari.
Atau mungkin Gurba memang tak perduli pada
semuanya itu karena terancam. Bangsa Tar tar harus di
ajaknya berperang agar dia mendapatkan Wan Cu.
Sedikit kebohongan tak apa, sedikit fitnah tak peduli
Ketika Gurba bercerita macam macam lagi yang
semuanya dimaksud untuk membakar dua anak
buahnya. Akhirnya Siga dan Bora mengoper cerita ini
pada suku bangsa Tarlar. Tentu saja bangsa Tartar
bangkit kemarahannya mendengar cerita ini, tak sadar
dihasut Gurba, mereka masih memaki-maki kaisar itu ,
mengutuk dan menyumpah serapah . Untuk kedua kali
Gurba melakukan kesalahan besar dalam hidupnya. Dulu1322
berbohong pada sumoinya, sekarang pada suku
bangsanya . Semuanya berbau fitnah, demi kepentingan
pribadi. Dan ketika Gurba berhasil membujuk dan
menyiapkan suku bangsanya ini dalam sebuah pasukan
besar yang siap melakukan serangan maka seminggu
kemudian raksasa itu telah menggiring anak buahnya
memasuki tembok besar. Gegerlah orang orang
pedalaman . Mereka di serang pasukkan Gurba . Bangsa
Tartar menjadi bangsa yang beringas dan ganas . Mereka
menyerang menerjang kota kota dan dusun dusun.
Gurba membuka jalan bagi pasukkannya, di setiap pintu
gerbang penjagaan dihancurkan hingga pasukkannya
dapat masuk . Bangsa Tar tar menjadi wabah bagi
penduduk pedalaman yang tidak berdosa. Mereka di
bunuh tanpa pandang bulu . Gurba bergerak di belakang
layar, entah kenapa memesan pada pasukkannya agar
tak menyebut Namanya . Siga dan Boralah yang
ditonjolkan ketika sebulan kemudian pasukan ini terus
bergerak masuk dan menyerbu lebih ke dalam , akhirnya
gerakkan mereka mendekati kota raja di mana para
pembantunya berada!
Tercapailah sudah sebagian besar rencana
Gurba. Dia berhasil membawa pasukannya meluruk
tinggal beberapa hari lagi ke kota raja. Gurba tentu saja
terus mengadakan kontak dengan orang orangnya
Pangeran Muda yang bergerak dari dalam. Tak lama1323
kemudian akan menampakkan diri dan menangkap
kaisar itu. Tapi ketika hari itu Gurba tiba di kota Cin-sin
dan menduduki kota ini mendadak seorang utusan
muncul mengejutkan raksasa ini. Bahwa di istana terjadi
per?bahan besar yang tidak disangka. Wan Cu di
tangkap, kaisar marah-marah dan mencium persekutuan
busuk di lingkungannya sendiri. Dan ketika utusan itu
memberi tahu bahwa semuanya ini gara-gara Kim mou
eng mendadak Gurba tertegun membelalakkan mata.
"Kau tidak salah?"
"Tidak, hamba melihat sendiri, hanggoda. Dan
Siauw-ong-ya menyuruh paduka datang ke istana
sekarang juga. Keadaan dinilai gawat!"
"Lalu mana Siauw bin-kwi dan teman-temannya
itu?"
"Hamba kurang jelas, hanggoda. Tapi Hek bong
Siang-lo-mo terluka dan kini menghilang!"
"Baik, aku akan ke sana. Kau kembalilah!" dan
Gurba yang terpaksa menunda serangannya memanggil
Siga dan Bora akhirnya memesan singkat saja. "Bora, dan
kau Siga. Untuk beberapa hari ini kalian tinggal dulu di
sini. Ada persoalan penting yang harus kuselesaikan,
jangan maju dan tunggu sampai aku kembali!"
"Ada apa, hanggoda? Kenapa berhenti?"
"Kalian tak perlu tahu. Pokoknya tinggal di sini
dan tunggu aku!" Gurba meradang, membalikkan tubuh1324
dan sudah berkelebat meninggalkan dua pembantunya
itu. Siga dan Bora bengong. merasa sayang kenapa
gerakan yang tinggal sedikit harus dihentikan. Tak tahu
Gurba lagi bingung memikirkan Wan Cu,kekasihnya. Dan
ketika Gurba berangkat meninggalkan Cin-sin dan
utusan Siauw-ong ya juga kembali secara diam diam
maka raksasa ini berlari cepat menuju ke kota raja. Apa
yang terjadi? Mari kita lihat.
*** Siang itu, secara kebetulan saja Kim-mou-eng
mengajak sumoinya beristirahat. Matahari terlampau
panas bagi mereka. Mereka baru saja melewati sebuah
dusun ketika sebuah kereta berderak di jalanan berbatu.
Kim mou-eng dan sumoinya mendengar suara orang
bercakap-cakap. Dan ketika kereta itu muncul di
tikungan jalan dan seorang sais tampak buru-buru
melarikan kudanya maka Salima mengerutkan kening
melihat debu mengotori udara.
"Sialan, ini membuat polusi. Siapa mereka itu
kenapa buru-buru?"
"Ah," Kim mou-eng tertawa. "Untuk apa
mengurusi orang lain, sumoi? Kita istirahat saja mengaso
di sini."1325
"Tapi sais itu melotot kepada kita. Dia, eh .... dia
berputar!"
Salima terbelalak, melihat sais itu berhenti dan


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tiba-tiba memutar kudanya, kembali ke arah semula.
Dan Kim mou-eng yang terheran melihat itu tiba - tiba
serasa mengenal si sais ini.
"Dia Lui Tai!" Kim-mou-eng akhirnya ingat,
tentu saja tertarik dan geli melihat sais itu memutar
keretanya. Lui Tai, So Lui Tai si tukang lukis yang kini
menjadi sais, kusir kereta itu. Dan Salima yang juga ingat
tampang Si sais ini tiba-tiba mengangguk dan menjadi
curiga.
"Benar, dialah si tukang gambar itu. Ada apa
ketakutan melihat kita?"
"Tentu jerih, sumoi. Bukankah kau terkenal
galak dan suka menurunkan tangan besi?"
Kim-mou eng tertawa, tak curiga dan
menganggap pelukis itu wajar saja bertemu mereka,
ketakutan dan kini terbirit-birit melarikan diri. Tapi
Salima yang curiga dan tak percaya ini mendadak
berkelebat mengejar.
"Suheng, kau tunggu di sini!" Salima melompat,
terbang dan sebentar kemudian telah menyusul kereta
itu. Kim mou eng tertegun melihat sumoinya melayang
di atas kereta, kuda tiba-tiba meringkik dan Lui Tai
terjungkal, menjerit terlempar dari atas keretanya. Dan1326
karena Kim mou eng tak mau sumoinya membuat onar
dan pelukis itu tak ada urusan dengannya akhirnya Kimmou eng berkelebat menyusul sumoinya itu.
"Sumoi, jangan membuat ribut. Hindari
pertengkaran......!"
Lui Tai s?dah gemetaran tak keruan. PeluKis ini
lecet sedikit, tentu saja mengenal Salima dan Kim-mou
eng. Dua duanya membuat dia gentar dan Kim mou eng
melihat pelukis itu menggigil di depan sumoinya, tanpa
sebab meminta-minta ampun. Pakaiannya bagus dan
indah, tentu hasil kekayaannya memeras hartawan hartawan yang anak gadisnya minta dilukis si tukang
gambar ini, ketika dulu kaisar belum menemukan Cao
Cun. Dan ketika Kim mou-eng tersenyum dan sumoinya
memasang muka bengis terdengar sumoinya itu
menghardik,
"Orang she So ada apa kau kelayapan di sini?
Apa yang kau bawa?
"Ampun, ak... aku tak membawa apa-apa,
lihiap. Kereta ini kosong kecuali berisi seorang wanita!
"Siapa?"
"Is... isteriku!
( Bersambung jilid XXII)1327
Jilid 22
SALIMA berkelebat. Dia membuka tirai
jendela kereta, seorang wanita cantik lain situ.
Rupanya dialah yang tadi bercakap-cakap dengan
Lui Tai, menunduk dan tak berani beradu pandang
dengan Salima, yang tertegun dan segera menutup
kembali tirai kereta itu. Dan ketika dia mundur dan
orang she So itu mengeluh memohon ampun tiba tiba Salima menyambar tengkuk laki-laki ini.
"Kau mau ke mana?"
"Ampun, aku....aku akan ke telaga Po-yang.
lihiap. Kami mau berbulan madu....!"
"Kau baru menikah?"
"Ya, ini isteriku ke tiga, eh... k? du?" Lui Tai
gugup, Salima mendengus dan sembarat
mendengar omongan itu. Orang yang kebanjiran
harta rupanya juga senang main perempuan.
Tambah isteri dan bini gelap! Dan ketika Lui Tai
tampak pucat dan menggigil mohon dibebaskan
maka Salima melirik suhengnya,
"Bagaimana, orang ini tak mencurigakan,
suheng? Kau mau membebaskannya pergi?"
Kim mou eng tersenyum. Sebenarnya dia
pribadi tak punya urusan apa apa dengan si tukang
lukis ini. Laki laki itu laki laki biasa vang tidak pandai1328
silat. Dan karena Lui Tai tak dilihatnya membawa
sesuatu yang mencurigakan s?lain wanita di dalam
kereta itu akhirnya Pendekar Rambut Emas
mengangguk tertawa kecil.
"Orang she So ini pemeras, sumoi.
Rupanya sekarang dia kaya dan punya kereta
sendiri. Kalau dia mau bersenang senang biarlah
kaulepaskan dia, mungkin benar mau berbulan
madu."
"Kalau dia bohong?" Salima cemberut.
"Bukankah mudah menangkap dan
membekuknya kembali?" Kim mou-eng tertawa.
"Lepaskan dia, sum?i. Kasihan nanti dia terkencingkencing."
Salima mengangguk. Ia sudah menendang
pantat laki-laki itu, Lui Tai terpekik tapi girang
dibebaskan. Kim-mou eng memang tidak segalak
sumoinya. Dan ketika laki laki itu mengucap terima
kasih dan buru-buru melompat di atas keretanya
maka Lui Tai kabur membedal kudanya itu,
dipandang Kim-mou-eng yang tersenyum geli
sedangkan Salima mengerutkan kening tak puas.
Kalau bukan suhengnya tentu dia akan
memperlama urusannya. Mungkin si tukang gambar
itu dihajar dulu sebelum dilepaskan. Dan ketika
kuda itu lenyap di kejauhan sana dan Kim mou-eng1329
duduk kembali maka pendekar ini membuka
bungkusan rotiny?, r?ti kering.
"Sum?i, ayo istirahat. Kita tangsel perut
dulu,"
Salima m?nurut. Ia duduk di samping
suhengnya, diketawai suhengnya yang geli melihat
Salima masih cemberut. Dan ketika Salima
bertanya kenapa suhengnya itu ketawa maka Kim
mou eng menjawab, "Kau cemberut seperti kuda
marah, sumoi. Mana bisa aku menahan geliku? Aku
tergelitik, kau sungguh terasa lucu!"
"Aku kau anggap kuda?"
Saat itu kereta lain juga muncul.
"Ah, polusi jagi. Kita sungguh sial kalau
duduk di pinggir jalan!"
Salima mengomel, merasa terganggu tapi
Kim mou eng senyum - senyum saja, memandang
kereta itu yang sebentar kemudian tiba di dekat
mereka. Dan ketika debu mengepul tinggi dan
Salima menutupi hidung sambil memaki mendadak
kereta berhenti di depan mereka diiring ringkik
kudanya yang tinggi, jelas si kusir menyentak tali
kekangnya dengan kuat.
"Kalian melihat kereta di sini?"
Kim-mou-eng mengerutkan kening. Si sais
itu bertanya dengan nyaring kepada mereka,
sikapnya tak menghormat dan Salima sudah1330
bangun berdiri. Kemarahannya bangkit dan siap
membentak sais itu. Kim-mou-eng tahu ini. Maka
ketika Salima melotot dan sais itu kembali bertanya
tiba tiba pendekar ini bangkit berdiri menahan
lengan sumoinya, berbisik agar sumoinya diam.
"Sst, tenang. Tak perlu marah-marah,
sumoi. Biar kujawab sais kereta iiu." dan
menghadapi lawan bicaranya segera Kim-mou eng
menggeleng. "Kami tak tahu, kami tak melihat
kereta apapun di sini kecuali ker?tamu. Kalian siapa
dan mencari apa?"
"Huh, untuk apa bertanya? Kau rupanya
bodoh. Sudahlah, kucari sendiri...... tar!" dan
cambuk yang dilecutkan ke punggung kuda tiba-tiba
membuat kereta bergerak kembali dan rodapun
berderap di jalanan berbatu. Salima memaki dan
hampir tidak tahan. Tapi suhengnya yang mencekal
lengannya tak membiarkan gadis itu membuat ribut
sudah mencegah.
"Tak perlu, biarkan dia pergi, sumoi. Kita
mengaso lagi dan ayo nikmati arak."
"Tapi kusir itu kurang ajar, aku gemas ingin
menggaploknya!"
"Sudahlah, tak perlu ribut, sumoi. Ayo urus
pekerjaan kita sendiri dan duduk kembali."
Kim mou eng m?narik sumoinya,
menenangkan sumoinya itu sementara Salima1331
cemberut dipaksa menurut. Kim mou eng telah
membohongi kusir kereta itu dengan jawabannya
yang tidak betul. Memang sengaja untuk membalas
sikap orang yang tidak menghormat. Tapi ketika
mereka duduk kembali melanjutkan istirahat tibatiba dua kereta sekaligus datang berderap
mendekati tempat mereka.
"Sialan, kenapa kita diganggu saja,
suheng?! Sebaiknya kita tak usah duduk di sini,
orang-orang di kereta itu mengentuti kita dengan
debu yang keparat!"
Salima marah kembali, bangkit dan melotot
memandang dua kereta itu. Deraknya di jalanan
berbatu terdengar kasar mengganggu telinga. Dan
ketika mereka tiba di depan mata dan berhenti
dengan mendadak maka si sais kereta bertanya
pada mereka,
"Hei, kalian berdua. Adakah melihat kereta
lain sebelum kami?"
Salima gusar, "Kami tak tahu, Cari sendiri
dan tak perlu bertanya!"
"Eh, kau berani kurang ajar? Ini
rombongaan Liang-taijin, menyesal kau nanti!" dan
si sais yang menjeletarkan cambuk pura pura
mengancam tiba-tiba membuat Salima tak dapat
menahan diri dan sudah berkel?bat ke depan. Gadis
ini sebenarnya sudah dibakar dua kali oleh dua1332
kereta duluan, tentu saja naik pitam dan sengit
melihat lagak si kusir. Maka begitu orang
membunyikan cambuk dan pura pura mengancam
padanya tahu-tabu Salima telah melompat dan
berkebebat menarik kusir itu. Tangannya bergerak
menyambar, luar biasa cepat dan si kusir tahu tahu
menjerit. Dan ketika Salima membanting dan
melempar kusir itu maka si sais berteriak dengan
pantat menimpa batu lebih dulu.
"Bruk..... aduh!"
Si kusir dan seisi kereta terkejut. Kusir itu
tak dapat bangun berdiri, punggungnya serasa
patah. Salima telah membuat guncangan di dalam
kereta. Kin-mou-eng sendiri terkejut. Ulah sumoinya
tak dapat dia cegah. Dan ketika kusir di kereta
kedua ribut-ribut dan para penumpang membuka
tirai kereta muka tampaklah sembilan laki-laki
melayang keluar dengan marah. Salima sudah
kembali turun dan berhadapan dengan sembilan
laki laki itu, dipimpin seorang kakek yang wajahnya
bengis, tangannya membawa sebatang cakar baja
yang berbentuk cakar ayam. Tapi ketika Kim moueng berkelebat mendekati sumoinya dan kakek
bercakar baja itu melihat pendekar ini mendadak dia
tertegun berseru tertahan.
"Kim-mou eng.."1333
Kim-mon eng juga terkejut. Dia mengenal
kakek itu yang bukan lain Sin-ke? Lo jin adanya,
pembantu Mao tanjin di kota raja. Kakek yang
pernah dia hajar dan tentu saja kini terkejut melihat
dia di situ, kakek ini gentar dan mundur setindak.
Delapan temannya yang lain juga mengkerut
mendengar disebutnya nama Kim-mou-eng,
betapapun nama itu cukup membuat mereka gentar
dan nyalipun menciut. Dan ketika Kim-mou eng
terbelalak dan Sin-kee Lo jin serta teman temannya
mundur menjauh maka dari atas kereta keluar
seorang laki-laki bertubuh gemuk yang buru-buru
memberi hormat.
"Aih, Kim-mou-eng taihiap kiranya? Maaf,
maaf... jangan berkelahi, taihiap, jangan berkelahi.
Kami tak suka ribut-ribut. Kusir kami mungkin salah,
ini tentu Tiat-cang Sian-li lihiap itu. Maaf, aku Liang
taijin Mohon taihiap tak mengganggu dan
membiarkan orang-orang kami meneruskan
perjalanan. Aku akan menyampaikan banyak terima
kasih atas kemurahan taihiap!"
Laki laki gemuk itu sudah menjura,
mukanya khawatir dan kelihatan cemas. Kim moueng tak mengenal laki - laki ini tapi sudah
mendengar namanya, Liang taijin, gubernur Liang
yang menjadi atasan bupati Wang, ayah dari Cao
Cun itu. Dan ketika orang kembali berulang-ulang1334
menyampaikan maaf dan Sin-kee Lo jin serta teman
temannya juga tampak gelisah terutama
memandang sumoinya itu maka Kim.mou-eng yang
lembut hati dan pemurah ini sudah mengangguk.
"Taijin, kau kiranya g?bernur Liang itu?
Kami tak mengganggu, hanya kusir itulah yang tak
sopan menegur kami. Kami tak apa-apa. Kalau
kalian mau meneruskan perjalanan tentu saja kami
tak menghalang, kami bukan penyamun. Tapi
kenapa kalian buru-buru?"
"Dan kusirmu itu harus berlutut
mengangguk-angguk seratus kali kepadaku, taijin.
Dia tak boleh pergi kalau belum memenuhi
permintaanku!"
Salima berseru nyaring, masih marah dan
berkilat memandang semua yang ada di situ.
Betapapun Sin-kee Lo - jin tak berani bercuit dan
tahu keganasan sumoi Kim mou-eng ini. Nama Tiat?iang Sian - li cukup membuat nyali orang kuncup.


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Salima bersungguh sungguh dan memandang
penuh ancaman pada kusir kereta itu, juga Liang
taijin, gubernur yang dipelototi tapi tak berani balas
memandang. Pertanyaan Kim-mou eng agak tak
diperhatikan karena kedahuluan Salima. Liang taijin
mengangguk-angguk dan memandang marah pada
sais kereta itu. Dan ketika gubernur ini membentak
kusirnya agar berlutut dan minta ampun seratus kali1335
di depan Salima akhirnya dengan pucat dan muka
ketakutan kusir kereta itu menjalankan
hukumannya.
"Bab..... baik, ampunkan aku, lihiap.
Ampunkan aku.....!" sais itu berlutut, mengangguk.
angguk dan sudah menyampaikan permintaan
maafnya berulang-ulang. Sekali, dua kali ... sepuluh
kali dan akhirnya seratus kali tanpa kurang. Tentu
saja dia ketakutan dan kecapaian. Salima tak
memberinya kelonggaran. Dan ketika seratus kali
sais itu menyampaikan rintihannya dan Salima
tersenyum mengejek maka sais inipun terguling
roboh ketika habis mengucapkan kata-katanya itu,
tak kuat karena buku-buku tulangnya serasa patah.
Pingsan. Dan Liang taijin segera menyuruh kusir
satunya mengangkat temannya itu, menghadapi
Salima
"Bagaimana kami bisa pergi, lihiap? Atau
Kim-taihiap mungkin akan memberi petunjuk
kepada kami?"
Kim-mou eng menarik napas. "Sudahlah.
kau pergilah, taijin. Kami tak akan mengganggu asal
kalian baik-baik saja."
"Terima kasih, kami memang tak
mengganggu siapa-siapa, taihiap. Kalau
rombonganku inipun melakukan kesalahan tak
sengaja sukalah kau memaafkannya pula."1336
Liang taijin girang, m?mbungkuk dan
menjura di depan Kim mou eng. Maklum pendekar
ini lebih lunak dibanding Salima. Dan ketika
gubernur itu mengajak orang.0rangnya pergi
akhirnya Kim mou eng mendapat teguran sumoinya.
"Suheng, kenapa si Cakar Ayam itu tak di
hajar duluan? Bukarkah dia orangnya Mao-tai jin?"
"Ah, kita tak perlu ribut ribut, sumoi.
Bukankah mereka tak mengganggu kita? Kusir yang
bersalah itu telah menerima hukumannya,
sebaiknya kita biarkan mereka dan kita urus
persoalan kita sendiri."
"Apa yang mau kau kerjakan?" tanya
Salima
"Kau sendiri, apa yang mau kau kerjakan?"
Kim Mou Eng balik bertanya.
"Eh, kenapa balik bertanya? Bukankah kau
yang memimpin, suheng? Aku tinggal menurut, kau
yang mengatur dan menentukan perjalanan ini!"
"Hm, aku sebenarnya tak tahu harus
berbuat apa. Tapi aku ingin ke Po yang. Bagaimana,
sumoi?"
"Untuk apa? Mencari apa di sana? Kau
mau, hm..... kau mau bersenang - senang seperti
orang she So itu?".1337
Salima memandang tajam suhengnya, ada
kesan tak senang. Tapi Kim-mou eng yang tertawa
menyambar sumoinya ini berkata,
"Sumoi, pikiran apa yang mengganggu
dirimu ini? Bukankah kau ada di sampingku? Kalau
pun bersenang-senang tentu aku akan
mengikutsertakan dirimu. Tidak, aku tidak
bermaksud seperti So Lui Tai itu melainkan ingin
mengikuti perjalanan Liang - taijin. Tidakkah kau
curiga kenapa pembesar ini bersama orang orangnya Mao taijin?"
"Kukira kau acuh saja, suheng. Kiranya
diam-diam kaupun menaruh curiga!"
Salima akhirnya girang, kedua matanya
bersinar karena sesungguhnya memang itulah yang
dia inginkan, menyelidiki dan mengetahui apa yang
sebenarnya ingin dilakukan empat rombongan
kereta itu. Lui Tai dan terakhir Liang-taijin, mereka
rupanya menyimpan sesuatu rahasia. Salima sudah
gatal untuk mengetahui ini. Maka ketika suhengnya
berkata ingin ke Po - yang mengikuti rombongan
orang orang berker?ta itu dia pun menjadi girang
dan setuju, tentu saja tak menolak.
"Baik, kapan kita berangkat, suh?ng?"
"Ah, mau kapan lagi kalau bukan sekarang?
Tapi jangan timbulkan curiga. Po yang cukup jauh,
sumoi. Sebaiknya kita berhati hati dan ikuti secara1338
diam diam. Aku curiga pada orang orang
pemerintah itu, rupanya ada sesuatu yang penting!
Kereta pertama itu dan maksudku".
"Ya, dan aku sudah curiga sejak Lui Tai di
kereta pertama itu, suheng. Sayang kau
membebaskan pelukis itu dan membiarkan dia
pergi!"
"Kau tak tahu maksudku? Ah, kau bodoh,
sumoi. Justeru dengan begitu Lui Tai dan temantemannya itu merasa aman karena mengira kita tak
mengejar mereka!" Kim-mou eng tertawa. "Kita tak
boleh menunjukkan kecurigaan kita, sumoi. Sebab
sekali mereka tahu mungkin mereka bungkam atau
melarikan diri!"
"Jadi kau sudah curiga pertama kali?"
"Ya, kau kira tidak? Aku pura-pura saja,
sumoi. Aku mengelabuhi mereka agar mereka tidak
curiga kepada kita!"
"Ah, hebat. Aku terkecoh, sungguh tolol...!"
dan Salima yang tertawa memandang subengnya
tiba-tiba ganti menyambar lengan suhengnya itu,
"Kalau begitu ayo, suheng. Kita berangkat!"
Salima menyendal lengan suhengnya,
mengajak suhengnya pergi dan berkelebat
mengerahkan ginkang. Tentu saja suhengnya
mengangguk dan mengikuti, tertawa melihat
sumoinya itu begitu gembira. Dan begitu keduanya1339
berendeng dan berlari cepat bersama akhirnya
rombongan empat kereta itupun di susul, tanpa
banyak cakap lagi. Kemana rombongan Liang-taijin
dan kereta - kereta lain itu? Sungguh menarik untuk
diikuti.
*** Kim mou eng dan Salima mendapatkan
empat kereta ini berhenti sebentar di kota Yin.
Mereka memasuki sebuah rumah gedung di
pinggiran kota, keluar lagi dan tak lama kemudian
meneruskan perjalanan, arahnya satu yaitu ke
barat. Dan ketika mereka berhenti lagi di kota Cih
dan Sun untuk kemudian meneruskan perjalanan
dengan tergesa-gesa maka tiba di sebuah
persimpangan mendadak empat kereta itu berpisah.
Liang-taijin dan rombongannya ke selatan,
Sementara Lui Tai dan kereta nomor dua terus ke
barat, di mana kali ini Sin Lee Lo jin tampak
mengawal kereta Lui Tai, berpindah tempat. Dan
ketika dua rombongan itu berpisah dan Salima
tertegun untuk mengikuti yang mana maka
suhengnya bertanya.
"Bagaimana kita berpisah juga, sumoi?"1340
"Tidak," Salima terkejut. "Aku tak mau jauh
denganmu, suheng. Sebaiknya kita ke barat dan
ikuti perjalanan S? Lui Tai itu!"
"Tapi Liang taijin penting juga diawasi.
Pembesar inipun mencurigakan gerak-geriknya!"
"Ha, bagaimana kalau begitu?" Salima
bingung.
"Sebaiknya kita berpisah, s?moi. Kau ikuti
perjalanan So Lui Tai itu dan aku mengejar Liang
taijin. Belokan ke selatan itu akhirnya menuju pula
ke telaga Po yang. Gubernur itu rupanya memutar!"
"Untuk apa?"
"Mana kutahu? Sebaiknya kita pecah tugas
masing-masing, sumoi. Aku mengejar Liang. taijin
itu sementara kau mengikuti si pelukis she So!"
Salima mengerutkan kening. Dia otomatis
cemberut, sungguh perpisahan ini tak
dikehendakinya. Tapi ketika suhengnya memberi
tahu bahwa belokan ke selatan itu akhirnya dapat
menuju Po yang juga akhirnya dia mengangguk
meskipun dengan berat hati.
"Baiklah, aku setuju, suheng. Tapi janji, kau
barus k? Po yang dan kita bertemu di sana lagi!"1341
"Tentu, bukankah kasak-kusuk mereka
mengatakan ke Po yang? Aku tentu ke sana, sumoi.
Aku tak tahu kenapa gubernur ini harus memisah!"
"Jangan jangan kita tercium," Salima
mengerutkan kening semakin dalam. "Apakah ada
orang yang mengetahui pengintaian kita, suheng?"
"Kurasa tidak, mungkin sekedar sikap hatihati dari Liang-taijin itu. Sudahlah, aku tak mau
terlambat. Cepat kau pergi dan kita melaksanakan
tugas masing-masing!"
Aneh, Salima terisak. Dan ketika Kim-mou
eng menyuruhnya pergi dan tiga kali gadis itu belum
beranjak juga akhirnya Kim-mou-eng memandang
sumoinya ini.
"Apa lagi? Apa yang kau tunggu?"
Salima semburat. "Kau hanya menyuruhku
begini saja, suheng? Tidak..... tidak memberi
sesuatu?"
"S?suatu apa? Kau ingin apa?" tapi ketika
pandang mata mereka bentrok dan Kim mou-eng
menangkap getaran mesra dari mata sumoinya itu
mendadak pendekar ini tergetar dan tersipu merah.
Maklumlah dia akan apa yang dikehendaki
sumoinya ini, ucapan sayang, kecupan berpisah,
meskipun sejenak. Dan ketika sumoinya mengeluh
dan menubruk dirinya tiba-tiba sumoiaya itu terisak
berguncang tubuh.1342
"Suheng, mestikah kuberi tahu? Bukankah
kau mengerti?"
Terpaksa, karena sumoinya "menuntut" dan
merekapun jelek jelek telah mempunyai ikatan batin
maka Kim mou eng memeluk dan mencium kening
sumoinya itu. Itu saja, tak lebih tak kurang.
Sumoinya tersenyum dan tertawa kecil, mata yang
tadi dipejamkan itu terbuka. Salima memandangnya
dengan senyum dan tawa yang menggoda. Kimmou-?ng ikut tersenyum, agak malu. Dan ketika
sumoinya mengucap terima kasih dan melompat
pergi tiba tiba gadis itu berseru dari kejauhan,
"Lain kali tak hanya di situ, suheng. Aku
minta seperti dulu......!"
Kim-mou-eng semburat merah. Sumoinya
itu memang bersikap bebas, terbuka dan blakblakan, meskipun masih dalam batas batas normal.
Tapi ketika sumoinya lenyap dan dia menekan
degup jantungnya maka Kim mou eng memutar
tubuh dan berkelebat mengejar Liang taijin. Ada
sej?m dia menyusul kereta pembesar itu, melihat
jalanan berbelok-belok dan hampir dia kehilangan
jejak. Tapi begitu buruan dapat dikejar dan Kim mou
eng tak ingin kehilangan lawannya lagi pendekar ini
sudah melayang dan..... menempel di atap keret?.
Inilah jalan untuk mendengarkan pembicaraan di
dalam. Kim-mou-eng mendengar pembesar itu1343
menyebut-nyebut Mao taijin, juga Lui Tai. Dan
ketika kereta terus bergerak dan dua malam Kimmou eng mengikuti perjalanan gubernur itu
mendadak dengan muka berobah pendekar ini
mendengar rencana pemberontakan yang dipimpin
Siauw ong ya. Berdetaklah hatinya. Kim-mou-eng
teringat pada mendiang Seng piauw-pangcu, kakek
tinggi besar yang gagah itu, yang tewas ketika coba
memberi tahu pangeran mahkota, tak di percaya
dan akhirnya bertemu dengan Siauw bin kwi dan
teman-temannya. Sungguh pembicaraan di dalam
terasa penting. Mendiang Seng-piauw pangcu pun
juga berbicara tentang rencana pemberontakan itu.
Dan ketika pembicaraan menyebut-nyebut nama
Mao taijin dan beberapa nama lain yang dikenal
Kim-mou-eng sebagai menteri menteri istana maka
Liang taijin mengakhiri ceritanya begini:
"Kita harus memberi tahu pangeran
mahkota, Pat-busu. Setelah itu kita melapor pada
kaisar dan pulang kembali!"
"Baik!" dan delapan laki laki di dalam k?reta
yang tidak berbicara lagi akhirnya diam sampai di
telaga Po yang. Perjalanan kiranya berakhir, dua
kereta itu berhenti daa Kim mou eng melesat
mendahului menghilangkan jejaknya. Tentu saja tak
boleh diketahui orang orang di dalam. Telaga Po
yang membentang luas di depan dan Liang taijin1344
turun dari keretanya, seseorang menyambut. Nama
pangeran mahkota kembali disebut . sebut dan Kimmou-eng mengira penyambut itu adalah utusan
pangeran mahkota. Untuk sementara menganggap
Liang taijin adalah orang jujur, setia pada kaisar.
Dan ketika Liang taijin dibawa ke sebuah rumah di
ujung telaga dan delapan pengikutnya mengiring di
belakang pembesar ini maka Kim-mou-eng melihat
rombongan itu keluar lagi menghampiri sebuah


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perahu.
"Pangeran mahkota menantimu di tengah
telaga, taijin. Harap naik dan ikuti kami!"
Gubernur itu mengangguk, delapan
pengiringnya melompat dan naik juga ke atas
perahu. Sebelas orang sekarang ada di situ. Kimmou-eng bingung, penguntitan tak dapat diteruskan
lagi karena Liang-taijin dan rombongannya berada
di telaga terbuka. Tentu saja dia tak dapat
meneruskan pengawasannya dan tertegun di
pinggiran. Tapi ketika dia celingukan dan bingung
mencari sana-sini mendadak dia teringat sumoinya,
juga dua kereta Lui Tai dan temannya itu.
Sekarang mereka sama-sama ada di Po
yang dan dia harus bertemu dengan sumoinya, di
mana mereka itu. Kim mou-?ng sudah memuteri
telaga sementara perahu yang ditumpangi Liang
taijin dan rombongannya kian jauh ke tengah,1345
mereka itu menuju sebuah pulau di tengah telaga.
Samar-samar sebuah rumah bagus berdiri di sana,
dikelilingi pohon pohon cemara, ujungnya
menjulang cukup tinggi. Dan ketika Kim mou eng
berputaran mencari sumoinya tapi tak didapat juga
mendadak sebuah perahu menghampirinya tenang.
"Mau berpelesir, kongcu? Mari, kau dapat
menyewa perahuku dengan sepuluh tail sekali
putar. Atau dua puluh tail berikut sebotol arak
wangi!"
Kim-mou eng tak tertarik. Dia menggeleng.
kembali menyusuri pinggiran telaga sambil mencari
sana - sini, tukang perahu itu rupanya tahu,
mengikuti dan tertawa. Dan ketika Kim mou eng
jengkel dan g?mas pada si tukang perahu maka
tukang perahu itu, seorang laki laki tegap berkulit
hitam berseru padanya,
"Seorang diri berkeliaran memang tak enak.
kongcu. Kalau kongcu inginkan seorang wanita
akupun sanggup menyediakannya. Beberapa jam
yang lalu seorang gadis cantik pun ditemani
seorang pemuda. Rupanya gadis itu gadis Tar tar!"
Kim mou eng berjengit. Disebutnya nama
gadis Tar tar ini membuat dia terbelalak, melayang
dan tiba-tiba sudah b?rk?lebat memasuki perahu,
Gerak kakinya ringan tak mengguncangkan tubuh
perahu. Si tukang perabu kaget, rupanya baru1346
sekarang sadar bahwa Kim mou eng bukan seorang
kongcu (tuan muda) melainkan seorang kang - ouw,
seorang ahli silat. Dan ketika ia tertegun dan
menjublak ditangkap lehernya tahu tahu Kini moueng bertanya,
"Kapan kau melihatnya? Dia memakai
apa?"
"Uh," tukang perahu ini coba melepaskan
lehernya. "Aku..... aku melihataya dua jam yang lalu,
siauwhiap ( pendekar muda ). Ampukan aku kalau
salah bicara.....!"
"Dia memakai apa? Bersama siapa?"
"Seorang temannya, siauwhiap. Dia
memakai topi bulu burung dan tampak gagah sekali.
"Ia ke mana?"
Tukang perahu itu ketakutan. "Ampun,
lepaskan aku dulu, siauhiap. Aku tercekik.....!"
Kim-mou-eng mengendurkan
cengkeramannya. "Ke mana dia? Cepat, aku buru
buru!" Kim mou eng tak sabar, membentak dan
sudah berdebar karena tukang perahu itu memberi
tahu sumoinya bersama seorang pemuda, mungkin
teman atau mungkin juga musuh. Dia harus
bertindak. Dan ketika tukang perahu malah ah uh ah
uh ,Kim mou eng gemes tiba-tiba tukang perahu itu
sudah berkata, suaranya gemetar.1347
"kesana, ketengah telaga, si?uwhiap. Ke
pulau di tengah tengah itu..!"
"Baik, kalau begitu kusewa perahum?. Ayo
jalan, cepat!" dan Kim mou eng yang mendorong
melepaskan tukang perahu ini akhirnya menyambar
dayung menyuruh tukang perahu itu mengayuh. Si
tukang perahu ketakutan, bingung tapi matanya
berkilat kilat. Menerima dayung dan mengayuh
perah?nya, ada kesan lamban dan Kim mou eng
tentu saja tak sabar. Dan ketika orang disuruh cepat
tapi terasa lambat juga akhirnya pendekar ini
membentak,
"Dorong sekuat tenaga, cepat! Aku buruburu!"
Si tukang perahu menyatakan baik. Dia
mengayuh sekuat tenaga, melirik sana sini dan Kim
mou eng menjadi tak puas, tiba-tiba melemparkan
s?keping uang emas dan menyambar dayung, tak
ada dayung lain di situ kecuali yang dipegang si
tukang perahu itu. Dan ketika orang terbelalak dan
kepingan uang emas itu telah diterima mendadak
pendekar ini berseru perlahan, "Kau pegang erat
erat pinggiran perahu, awas, aku melaju... 1" dan
begitu dayung diputar mengayuh kendaraan air ini
tiba tiba si tukang perabu terkejut dan berteriak
tertahan. Perahu meluncur seperti motor boat,
m?ncelat dan terbang seperti perahu bersayap.1348
Ombak terbelah menyibak di kiri kapan. Tukang
perahu itu memekik mekik, Kim mou-eng tak
menghiraukan karena dia telah mengerahkan
tenaganya, sinkangnya membuat perahu seakan
didorong tangan raksasa. Melesat dan terbang ke
depan. Perahu miring kiri kanan tapi tetap meluncur
dengan deras. Dan ketika si tukang perahu berteriak
teriak dan tak tahan berpegangan di pinggiran
perahu tiba-tiba tubuhnya terlempar dan keluar dari
perahu, tercebur ke telaga.
"Hei.... byur!"
Kim mou-eng tak menghiraukan. Dia
melihat tukang perahu itu pandai berenang, juga
dua perahu lain tiba-tiba muncul. Tapi ketika dia
meneruskan gerakannya dan perahu mendekati
t?ngah pulau mendadak perahunya bocor !
"Keparat, apa ini?" Kim-mou-eng terkejut,
terbelalak dan kaget karena jarak masih cukup jauh.
Air seakan mengebor dari bawah, tiba tiba saja
kakinya terendam dan perahu bolong. Begitu cepat
kejadiannya. Dan ketika dia meneruskan dayung
tapi perahu terasa berat kemasukan air mendadak
perahu terguling dan tenggelam! Dan saat itu
sepasang tangan meraih kakinya, sebuah kepala
muncul, Kim-mou-eng ditarik dan diseret ke dalam,
terpelanting dan jatuh ke air. Pendekar itu tak
menyangka kejadian ini, bahwa ada seseorang di1349
bawah sana. Rupanya dialah yang membocorkan
perahu itu. Dan ketika perahu tenggelam dan orang
yang menarik kakinya ini terbahak menyeramkan
tahu tahu Kim-mou-eng terbetot dan masuk ke
dalam telaga.
"Byur!" Kim-mou eng gelagapan. Dia tak
mahir di dalam air, orang itu terus menariknya dan
menyelam ke dalam telaga. Kim mou eng terkejut,
kaki dan tangannya tiba-tiba ditangkap orang lain
pula, ada empat orang jumlahnya. Satu di antaranya
adalah si tukang perahu tadi. Mereka adalah orangorang yang pandai berenang dan kini hendak
membunuhnya di dalam air. Dan ketika Kim moueng terkesikap dan empat orang di dalam air itu
menyeretnya semakin ke dalam tiba-tiba lehernya
dipiting pula hingga dia tak dapat bernapas,
tercekik!
"Keparat!" Kim-mou-eng marah. Dia
memberontak, permainan di dalam air memang dia
tak bisa tapi kekuatannya menahan napas cukup
dijadikan andalan. Orang yang menangkap
tangannya tiba tiba dicengkeram, tenaga
dikerahkan dan menarik orang ini, yang menarik
kaki otomatis tertahan. Gerakan mereka terhenti di
tengah jalan dan Kim mou eng menendang, tepat
mengenai dagu orang yang mencengkeram
kakinya, Air menggelembung dari orang itu rupanya1350
terkejut. Kesakitan. Dagu serasa pecah karena Kim
mou eng mengerahkan sinkangnya dalam
perlawanan ini. Yang dicengkeram tangannyapun
kaget, tulang serasa hancur dan dua orang itu
melepaskan Kim-mou eng. Dan ketika dua yang
lainnya terbelalak dan melihat teman mereka
terdorong menjauh tahu-tahu Kim-mou eng
menusulkan dua jarinya ke kepala lawan yang
mencekik leher, tepat menancap sementara orang
yang satunya lagi disodok siku, mengenai perut dan
orang itupun terkejut Kim mou eng terlepas dan
empat lawan terdorong minggat yang matanya
pecah seketika menjerit jerit, air menggelembung
dan seketika memerah. Darah mulai bercampur
mengotori telaga itu. Dan ketika empat lawan
melepaskan dirinya dan Kim mou eng menjejakan
kaki kuat kuat tiba tiba pendekar ini muncul dan
keluar lagi di atas permukaan air. Selamatlah Kimmou eng. Perdekar ini melihat empat lawannya itu
pun muncul, yang tiga terbelalak memandangnya
sementara orang ke empat meraung tak keruan. Dia
buta di tengah telaga itu, tiga temannya ngeri. Tapi
ketika Kimmou eng gusar dan marah memandang
tiga lawannya mendadak dua perahu baru muncul
di tempat itu dan tiga orang ini mencabut belati
menyerang Kim mou Eng,1351
"Pendekar Rambut Emas, kami akan
membunuhmu....!"
Kim mou eng naik darah. Dia diserang di
dalam air, tentu saja tak takut kecuali harus menjaga
diri agar dia tidak tenggelam, hidung tidak
kemasukan air. Dan ketika tiga pisau itu menyerang
tubuhnya dan dia mengerahkan sinkang tiba tiba,
tiga orang lawan berseru kaget karena pisau
mereka patah bertemu kekebalan pendekar ini. Kim
mou eng menampar dan merekapun mencelat, dua
di antaranya patah tulangnya, tak dapat menyerang
lagi. Dan ketika lawan yang seorang gentar
memandang pendekar ini dan Kim mou eng
meremas sesuatu di dalam air mendadak
sebongkah es yang telah diubah pendekar ini
menyambar dahi orang itu.
"Tak!" orang ini terguling. Empat lawan
seketika gelagapan di air telaga, masing masing
berteriak dan jerih menghadapi Kim mou eng, yang
meskipun di dalam air tapi kehebatannya masih
menggiriskan. Tapi ketika Kim mou eng
menghadapi ?mpat lawannya ini dan dua perahu
baru itu telah datang mendekat tiba tiba sebatang
dayung menghantam kepalanya, membuat Kimmou eng terkejut tapi sadar bahwa lawan-lawan lain
masih ada di situ, dayung langsung pecah
sementara kepalanya sendiri tak apa-apa. Kim-mou1352
eng telah melindungi diri. Dan ketika yang lain lain
juga menyerang dan kembali sebatang dayung
menyambar kepalanya tiba tiba Kim-mou-eng
diserang tujuh laki laki berpakaian hitam yang di
dadanya tergambar sebuah lukisan tengkorak.
Kim-mou eng terkejut karena dia mengenal
itulah rombongan bajak Tengkorak Hitam, seorang
pemimpinnya yang bertubuh gempal memberi aba
aba di ujung perahu. Rupanya dialah si Tengkorak
Hitam sendiri, berteriak teriak dan menyuruh anak
buahnya menyerang. Tapi ketika sebat?ng dayung
kembali pecah menghantam kepala pendekar ini
dan enam yang lain menyambar tiba mendadak Kim
mou eng membentak dan menangkap salah satu di
antaranya, membiarkan yang lain menggebuki
tubuhnya tapi dayung yang ditangkap ini ditarik.
Pemiliknya terkejut dan tiba tiba terbetot, betapa
pun tenaga Kim m?u eng tak dapat ditandingi
dengan tenaganya sendiri. Dan ketika dia tertarik
dan akhirnya terjatuh ke air maka Kim mou eng tibatiba meloncat dan..... telah "terbang" di atas perahu
lawan.
"Hei, tahan dia....."
"Awas....1"
Tujuh orang di dalam perahu tak dapat
mencegah datangnya pendekar ini. Kim mou eng
telah hinggap di situ, tangannya bergerak mengibas1353
ke kiri kanan. Dayung yang menyambar semua
tertolak dan hancur berkeping-keping, lawan
terkejut dan terbelalak pucat. Dan ketika Kim-mou
eng berkelebat dan menghadiahi mereka dengan
tendangan dan dorongan tahu-tahu semua yang
ada di situ kecuali si Tengkorak Hitam sendiri
mencelat ke air telaga dan mencebur satu persatu.
"Byur-byur byurr!"
Si Tengkorak Hitam terkejut. Tujuh anak
buahnya tak berani mendekati perahu lagi, mereka
gentar. Tapi si bajak yang marah dan sudah
menyambar dayungnya ini tiba-tiba menerjang dan
mengemplang kepala lawan dari belakang. Kim
mou eng mendengus dan tidak mengelak,
miringkan sedikit kepala menerima hantaman itu
dengan bahu kirinya. Dayung mental dan si
Tengkorak hitam terpekik, telapak yang memegang
seketika pecah dan berdarah. Demikian kuat


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tolakan tenaga itu. Dan ketika Kim-mou eng
bergerak dan menampar pelipisnya tiba-tiba si
kepala bajak ini berteriak dan.... mendahului
melempar tubuh ke air telaga, takut menerima
serangan!
"Byur....!" Kim-mou eng sekarang tinggal
sendirian. Dia melihat kepala bajak itu berenang ke
tengah. Tujuh anak buahnya juga masih menjauhi
perahu tapi tetap mengepung. Dan ketika si1354
Tengkorak Hitam memberi aba aba dan isyarat
tangan tiba tiba delapan orang di dalam air itu
menyelam dan lenyap tak nampak batang
hidungnya lagi.
Kim-mou-eng sadar akan bahaya. Dia tahu
bahwa orang orang itu pasti akan mengganggunya
dari bawah. Mereka rupanya penyelam penyelam
Hebat yang tahan lama di dalam air. Benar saja,
perahunya terguncang dan tiba-tiba bocor. Suara
duk-duk di bawah sana rupanya menunjukkan
orang-orang itu hendak menenggelamkannya
bersama perahu. Kim-mou eng membentak dan
mengayuh cepat. Betapapun pulau di tengah telaga
itu tak jauh lagi dan dia harus ke sana, secepat
mungkin. Dan ketika dayung digerakkan dan perahu
meluncur sepesat anak panah tiba-tiba pendekar ini
telah menjauhkan diri dari penyerang di dalam air.
Tapi celaka. Seseorang rupanya melekat di bawah
sana, perahu mengalami kebocoran besar dan
lawan di bawah perahu seperti lintah. Kim mou-eng
terkejut karena tiba tiba p?rahu terbelah, orang itu
nampak t?pi menyelam lagi. Kim-mou ?ng marah.
Dan ketika jarak tinggal seratus tombak lagi dan
perahu karam akhirnya Kim-mou eng memecahkan
sekeping papan dan berjungkir balik melekat di situ,
hinggap seperti capung. Dan ketika Tengkorak
Hitam dan teman-temannya muncul di permukaan1355
air untuk menyerang pendekar ini tahu tahu Kimmou eng telah menggerakkan kakinya dan.... m?laju
seperti orang main ski!
Terbelalaklah semua lawan. Mereka
kecele, melihat pendekar itu berjalan dengan
sekeping papan di bawah kakinya. Demikian ringan
dan luar biasa. Dan ketika mereka berseru kagum
dan Kim-meu eng terus meluncur dengan cepat
akhirnya pendekar ini tiba di tepi pulau dan
menginjakkan kakinya di situ membuang kepingan
papan yang telah mengantar dirinya itu. Selamat
dan menghapus peluh memandang marah si
Tengkorak Hitam dan kawan kawannya.
Tapi begitu angin terdesir dan berkesiur
halus tahu - tahu musuh yang lain datang
menyambut pendekar ini.
"Ha-ha, hebat, Kim mou.eng, Kau memang
hebat dan mengagumkan kami!"
Kim-mou eng memutar tubuh. Empat
bayangan telah mengepungnya di muka belakang
Kim-mou-eng terkejut karena itulah Saimo ong dan
teman-temannya, Tok gan Sin-ni dan Siauw bin-kwi
serta Coa ong Tok kwi si kakek ular bercawat yang
membawa s?ling. Terkekeh dan tertawa
menyeramkan menyambut kedatangannya. Dan
Ketika dia terbelalak dan terkejut karena tak
menyangka empat iblis ini ada di pulau tengah1356
telaga tiba tiba Liang taijin muncul bersama Siauwong.ya, menangkap sumoinya, Salima!
"Suheng...!"
Sumoi ...!"
Kim mou eng m?ndelong. Dia sangguh tak
menyangka semuanya itu, Bu - kongcu tiba tiba
muncul dan menyambar lengan Salima. Pemuda
muka putih yang pucat itu tertawa tawa, mencium
pipi Salima tapi Salima mengelak, mendelik dan
meludahi pemuda itu hingga bu kongcu mundur
kembali. Kim mou eng terhenyak karena mereka
terkepung. Sumoinya tertangkap! Dan ketika dia
menjablak dan bengong seakan tak percaya maka
sumoinya yang marah dan memaki-maki itu sudah
berteriak padanya,
"Suheng, bunuh iblis iblis ini. Mereka
menangkapku di dalam air. Curang. Sikat dan basmi
manusia-manusia tak taha malu ini!
"Ha-ha!" Sai-mo ong tertawa bergelak. Apa
yang kau katakan tak mudah dilakukan, Tiat clang
Sian li. Sebaiknya kau diam dan biarkan kami bicara
dengan suhengmu ini!" dan, menghadapi Siauw ong
ya iblis muka singa itu bertanya, Pangeran, apa
yang harus kami lakukan? Membekuk dan
menangkap Pendekar Rambut Emas ini?"
"Tidak," Pangeran Muda tertawa manis,
senyumnya mengejek. "Kim-mou eng bukan musuh1357
kalau dia mau membantuku, Mo ong. Tapi kalau dia
menolak tentu saja sikap kita akan lain". pangeran
itu menghadapi Kim-mou eng. "Bagaimana kalau
kita tukar menukar, Kim taihiap? Aku ingin
bantuanmu, sumoimu kuserahkan kembali kalau
kau mau bekerja sama denganku Kita sebaiknya tak
usah bermusuhan. Bagaimana?"
"Tidak!" Salima lagi-lagi berteriak. "Mereka
ini iblis, suheng. Tak usah menerima dan serang
saja mereka itu!"
"Hm!" Tok gan Sin-ni tiba-tiba tertawa,
berkelebat di belakang gadis ini, jarinya menyentuh
ubun-ubun. "Kalau begitu kau akan mampus, Sian
li. Suhengmu tak dapat menolongmu kalau dia
bergerak maju!"
"Aku tak takut, mati bagiku bukan apa-apa
Ayo, Serang, suheng. Basmi dan bunuh mereka itu,
jangan hiraukan aku."
Salima berteriak-teriak, gagah dan tak
kenal takut sesuai omongannya. Kim-mou eng
tertegun karena Sai-mo-ong dan teman temannya
tersenyum mengejek, Tok gan Sin-ni sendiri siap
menotok jalan darah kematian di kepala sumoinya
itu. Jarak t?rlalu jauh, tak mungkin baginya
menolong. Dan ketika sumoinya masih juga
berteriak teriak dan Tok gan sin ni marah tiba tiba
nenek iblis ini menotok urat gagu sumoinya.1358
"Diam, jangan cerewet kau.... plak!" dan
salima yang tak dapat berkata kata lagi mendelik
pada nenek itu akhirnya roboh diterima Pangeran
Muda yang tertawa memandang Kim-moi eng.
"Bagaimana, kau dapat bersikap bijaksana,
Kim - taihiap?"
Kim mou eng bingung. Sebenarnya, kalau
saja s?moinya tak ada di tangan lawan tentu dia
sudah menerjang dan menyerang lawan lawannya
itu. Tak takut dia akan keroyokan lawan, meski dua
kali ini Sai mo-ong akan mengeroyoknya berempat,
tambah dengan kehadiran si Raja Ular itu. Tapi
karena sumoinya ada di sana dan kini lawan siap
membunuh sumoinya sewaktu-waktu terpaksa
pendekar ini menahan diri dengan pikiran ka?a?.
"Bagaimana kau menerima tawaranku, Kim
taihiap?' Paogeran Muda kembali bertanya.
"Apa yang harus kulakukan?" Pendekar
Rambut Emas akhirnya balik bertany?, "Bantuan
apa yang kalian minta?"
"Aku meaghendaki kau bergabung dengan
pembantu pembantuku, Kim mou-eng. Kalau
sumoimu mau membantu sekalian tentu aku lebih
gembira."
"Bergaul dengan setan-setan macam Sai
mo eng ini?"1359
"Ha ha, mereka setan kalau diajak
bermusuhan, Kim-taihiap. Tapi sahabat yang baik
kalau diajak berdamai. Tak perlu khawatir,
suhengmupun, Gurba, telah membantuku dan kini
telah bekerja sama dengan baik dengan para
pembantuku!"
Kim mou eng mengerutkan kening. "Gurb?
suheng membantumu?"
"Ya, dan dia jinak sekali, Kim-taihiap. Kau
b?leh selidiki kalau tidak percaya!"
Kim mou eng tertegun. Untuk kedua kali dla
merasa terkesiap, bahaya benar benar datang
mengancam kalau suhengnya berbalik haluan.
Pangeran ini merencanakan pemberontakan dan
suhengnya bisa terlibat, padahal bangsa Tartar
dengan kaisar sebenarnya tak bermusuhan lagi.
Pangeran ini terlalu ambisius, terang ingin
menariknya karena dialah yang tahu rencana
pemberontakan itu. Tentu tak mau melepasnya
pergi kerena takut dia berbuat macam macam,
meskipun pangeran itu juga cerdik mencari bukti ini
itu. Dan ketika dia bingung dan sang pangeran
bertanya kembali tiba tiba Tok - gan Sin ni terkekeh
mencabut jarumnya, siap menusuk sumoinya,
kematian yang lebih mengerikan lagi.
"Pangeran, sebaiknya paduka tak perlu
banyak bertanya lagi pada si sombong ini. Kim mou1360
eng merasa dirinya bersih, kaum pendekar.
barangkali jijik bergaul dengan kami orang orang
yang dianggap kaum sesat. Bagaimana kalau kita
bunuh sumoinya ini dan tangkap saja dia itu? Aku
tak sabar, pangeran. Sebaiknya dia ditangkap dan
sumoinya ini dibunuh!"
"Ha - ha, betul!" Siauw-bin kwi berceloteh.
Aku juga tak sabar berlama lama, pangeran.
Sebaiknya Kim mou-eng ini dibunuh dan sumoinya
itu kita permainkan, atau sumoinya kita bunuh dan
Kim Mou Eng kita permainkan. Bagaimana,
pangeran?"
Pangeran Muda tersenyum. Tapi belum dia
menjawab Sai mo ong sudah mendahului,
mendamprat temannya, "Bin kwi, sebaiknya duaduanya dibunuh Kau manusia homo yang selalu
mengilar melihat pemuda tampan. Siapa tidak tahu
maksudmu dengan menyuruh tangkap Kim-mou
eng ini? Huh, sebaiknya mereka dibasmi saja,
pangeran. Kim-mou eng dan sumoinya ini
berbahaya!"
"Terserah yang bersangkutan," Pangeran
Muda akhirnya tertawa mengejek. "Itu tergantung
Kim-mou eng, Mo ong. Kalau dia tak sayang
sumoinya dan ingin begitu tentu saja aku
mengijinkan kalian membunuh. Tapi tunggu dulu
jawabannya. Bagaimana, Kim-mou-eng?"1361
Kim-mou-eng melihat bahaya. Dia melihat
jarum di tangan Tok-gan Sin ni sudah bergetar
menempel di kepala sumoinya. Keadaan benar
gawat, Dan menyadari di saat kritis begitu sumoinya
terancam dan iblis iblis macam Tok-gan Sin-ni itu
bisa saja membunuh lawan tanpa berkedip akhirnya
dengan muka gelap dan kening dikerutkan
pendekar ini berkata, "Baik, aku menyerah,
pangeran. Tapi biarkan dulu aku berpikir sehari.
Bebaskan sumoiku!"
"Kau menerima tawaranku?"
"Kalau kau membebaskan sumoiku
pangeran. Tapi biarkan dulu aku berpikir sehari!"
"Ha ha, bagus. Kalau begitu silahkan
masuk, Kim-taihiap. Sumoimu tentu kami bebaskan
setelah sehari juga. Kini kau menjadi tamuku
istimewa, mari masuk Kita rayakan bakal kerja sama
ini dengan arak dan minuman!" dan sang pangeran
yang cerdik memberi isyarat Tok gan Sinni tiba tiba
membuat Kim mou eng tertegun dia kecewa karena
janjinya itu masih juga tak dipercaya. Pangeran ini
benar benar siluman dan akan membebaskan
sucinya setelah sehari juga, setelah dia memberi
keputusan yang positip. Memang diam diam dia
merencanakan untuk mengulur waktu, pangeran itu
dapat menangkap tapi yang lain lain tidak.1362
Tok gan Sin ni terkekeh dan menarik
jarumnya. Sai-moong dan teman temannya juga
mundur menjauh karena Kim mou eng dianggap
menyerah, tak tahu diam-diam Kim mou-eng
melepas kancing bajunya dan siap menyerang,
begitu jarum T?k gan Sia ni menjauh! Dan begitu
semua orang mundur dan Kim-mou eng menjentik
sekonyong konyong tiga sinar putih berkelebat
menyambar Tok gan Sin ni ke arah mata dan jarum,
sinar ke tiga menyambar pundak Salima
membebaskan totakan. Gerakan begitu cepat dan
Tok gan Sia-si terkejut, berteriak karena mata
tunggalnya sudah diserang dan jarum di tanganpun
berdenting, jatuh di tanah. Dan ketika dia harus
berkelit dan Kim mou-eng membentak tahu tahu
pendekar itu telah menampar wanita ini dengan
pukulan Tiat - lui - kangnya, Salima seketika bebas!
"Hei......!"
"Keparat:......"
Teriakan ramai dan caci - maki terdengar di
situ. Sai-moong dan teman temannya terkejut,
mereka terkecoh dan lengah oleh kata kata Kim
mou-eng. Tok gan Sin-ni sendiri sudah menangkis
tapi roboh terpelanting, tentu saja marah bukan
main dan menggulingkan tubuh menjauh karena
pukulan Tiat-lui kang, meledak di sisi kepalanya.
Debu mengepul dan nenek itupun terguling-guling.1363


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan ketika. Tok gan Sin-ni melompat bangun dan
Salima yang bebas melengking tinggi mendadak
gadis itu menghantam Pangeran Muda yang
menjadi gara gara.
"Pangeran, awas!" Sai mo-ong mencelat,
Bu kongcu sudah melindungi tapi terlempar oleh
angin pukulan Salima, terbanting dan roboh
menjerit. Pukulan terus meluncur tapi Sai mo ong ke
buru tiba, mencabut kipas hitamnya itu dan
langsung menangkis Tiat lui kang. Dan ketika
pukulan bertemu kipas dan ledakan keras
mengguncang tempat itu maka Salima vang
terpental sudah berjungkir balik dan menyerang
lagi, melengking penuh kemarahan dan tetap
mengincar Pangeran Muda. Sai mo ong tentu saja
marah dan menangkis, menendang pangeran itu
menyuruh sang pangeran menjauhkan diri,
Pangeran Mud? pucat dan gemetar mengusap
keringatnya, nyaris dia binasa. Sepak terjang
Salima benar-benar ganas! Dan ketika Salima
melengking lengking dia kini mau tak mau harus
berhadapan dengan kakek iblis itu maka Tok-gan
Sin.ni dan yang lain lain sadar menerjang maju.
"Mo ong, bunuh siluman betina itu.
Hancurkan kepalanyal"
Namun Kim-mou eng tentu saja tak tinggal
diam. Dia melihat sumoinya bertempur seru dengan1364
Sai mo-ong, pertandingan kembali berulang seperti
dulu. Dan ketika Siauw bin-kwi dan lain lain hendak
mengeroyok sumoinya dan Tok gan Sio-ni
menj?letarkan rambut maka pendekar ini
membentak menangkis serangan.
"Sin-ni, jangan mengeroyok. Hadapi aku....
plak!" dan rambut yang terpental serta membalik
melecut Tok-gan Sin-ni tiba tiba membuat nenek itu
marah dan berseru keras, minta agar Siauw bin-kwi
dan Coa-ong Tok - kwi maju menyerang pendekar
ini. Coa-ong sudah terkekeh dan maju mengeroyok,
Siauw bin-kwi rupanya lebih senang mengeroyok
Salima dan membuat pertempuran pecah menjadi
dua. Kim-mou-eng dikeroyok Sin ni dan Coa - ong
sedang Salima dikerubut Mo ong dan Bin-kwi.
Pertandingan berjalan seru dan ramai. Salima
masih melengking lengking dan berkel?batan
menamparkan Tiat-lui kangnya itu, sang suheng
melayani Sin-ni dan Coa ong dengan kening
dikernyitkan, tenang tapi dapat menghalau
serangan dua lawannya. Dan ketika pertandingan
berjalan meningkat dan Coa-ong serta Sin-ni
berteriak-teriak karena selalu terpental oleh tolakan
lawan maka di lain pihak Mo ong dan Bin kwi
terkekeh kekeh mendesak Salima.
Memang benar. Di pihak Salima
pertandingan berjalan timpang. Kim-mou eng1365
khawatir melihat keadaan sum?inya itu. Betapapun
tahu bahwa dikeroyok dua oleh lawan yang
setingkat memang sumoinya tak mungkin menang.
Mo ong dan sumoinya berimbang, kalau ditambah
Bio kwi tentu sumoinya terdesak. Maka ketika
sumoinya mulai mengeluh dan dua kakek iblis itu
tertawa - tawa mempermainkan Salima tiba-tiba
Kim-mou-eng membentak mendesak lawan.
Dia harus cepat merobohkan Coa-ong
ataupun Sinni, tak dapat membiarkan Lawan
menekan sumoinya. Dua kali sumoinya menerima
pukulan dan t?rhuyung. Beberapa jurus lagi
mungkin celaka dan roboh. Maka ketika Tok gan Sin
ni kembali melecutkan rambut dan Coa ong
memasukkan sulingaya tiba-tiba Pendekar Rambut
Emas membentak menerima dua serangan itu.
Rambut ditangkap dan dibetot, Tokgan Sin-ni
menjerit karena kesakitan, tertarik maju. Dan ketika
suling menyambar dan Coa-ong terkekeh maka Tok
gan Sin-ni ditendang menerima serangan suling,
"Hei....!"
Gebrakan berlalu cepat. Coa - ?ng terkejut
karena kawan sendiri menerima tusukan sulingnya.
Tok-gan Sin ni memaki dan menjerit. Tapi karena
semuanya berlangsung cepat dan Coa ong maupun
Sin ni tak dapat berbuat banyak maka ujung suling
sudah menotok dada Sinni, satu serangan maut1366
yang dapat membuat nenek itu binasa. Coa ong
mel?ncengkannya sedikit dan Tok-gan Sin ni
mengeluh mengerahkan sinkang, menahan totokan
maut yang nyaris mengenai jalan darah kematian
itu. Dan ketika Coa-ong berseru tertahan dan Sin ni
terlempar roboh maka Kim mou-eng berkelebat
menendang dagu si raja ular itu.
"Dess!"
Coa-ong menjerit terputar roboh, Kakek ini
terlempar bergulingan mendekati temannya, rahang
serasa ret?k dan mulut terkatup sakit bukar
kepalang nyerinya. Dan ketika dia melompat
bangun dan menggigil memandang Kim-mou-eng,
yang telah berkelebat menolong Salima tiba-tiba
Tok-gan Sin ni yang marah karena tertot?k
sulingnya tadi menggaploknya pulang balik sambil
memaki,
"Setan ular, lain kali hati hati menyerang
kawan ..... plak plak!" dan Coa-ong yang
terpelanting dan roboh oleh tamparan temannya
tiba tiba bangun dan marah memaki Sin-ni,
menerjang dan tiba tiba membalas, tentu saja sakit
hati dan tak mau digaplok. Dan ketika Sin-ni
tertekan dan menghindar mengelak sana sini maka
Coa ong sudah menyerangnya membabi buta.
Dasar sewot!1367
"Hei, jangan gila. Kalian jangan bertempur
...!"
Sai mo-ong berteriak, tentu saja kaget
melihat dua temannya saling baku hantam. Sin ni
juga marah karena Coa-ong menyerangnya tak mau
sudah, membalas dan dua orang itu segera terlibat
dalam satu pertarungan sengit. Sai mo ong mencak
mencak dan Pangeran Muda muncul, membentak
dua orang itu agar menghentikan perkelahian. Coa
ong tetap menyerang dan Tok gan Sin ni juga
menangkis, balas pula menyerang. Dan ketika dua
orang itu sibuk sendiri menyerang dan menangkis
maka di pihak lain Sai mo ong dan Siauw bin kwi
berkaok kaok ketika Kim mou eng mendesak
mereka, berhasil menolong sumoinya.
Inilah kaum sesat. Watak mereka memang
aneh. Coa ong tak mau mendengar seruan
pangeran maupun temannya. Tok - gan Sin ni juga
marah dan membalas pukulan pukulan lawan. Dan
ketika Siauw-bin.kwi dan M? - ong terus terdesak
dan mundur mundur maka Salima mendaratkan
satu tamparan keras yang mengenai leher Mo ong.
Kakek iblis itu terpelanting dan roboh memaki,
Siauw bin kwi juga mendapat ganjaran yang sama
karena Kim-mou eng menekan mereka hingga
sumoinya dapat membalas. Tentu saja dua kakek
iblis itu marah marah dan gentar. Tapi karena Kim1368
mao-eng tak bermaksud membunuh selain ingin
menyelamatkan sumoinya saja maka Pendekar
Rambut Emas yang berwatak halus ini mengajak
sumoinya pergi.
"Sumoi, tak perlu membunuh, Desak saja
mereka dan kita pergi!"
"Untuk apa?" Salima menolak. "Aku hendak
membalas sakit hatiku, suheng. Sebaiknya kubasmi
dan kubunuh dua tua bangka ini!"
"Tapi kita terkurung telaga. Kita masih
harus mencari perahu dan keluar melalui jalan air.
Sebaiknya cepat pergi mumpung Coa-ong dan Sin
ni masih bertempur sendiri!"
"Tidak," Salima menggel?ng. "Aku
penasaran, suheng. Aku hendak membunuh dulu
mereka ini. Aku tak takut kalau Tok-gan Sin ni
maupun Coa-ong maju mengeroyok!"
Terpaksa, Kim mou eng menarik napas
panjang. Dia menyesal sumoinya tak mau diajak
pergi, betapapun mengenal kekerasan watak
sum?inya itu. Padahal maksudnya adalah mengisi
kesempatan mumpung Coa ong dan Sin-ni
berkelahi sendiri. Jadi mereka tak berat
menghadapi empat lawan sekaligus, terutama bagi
sumoiny? itu. Dan ketika Mo ong kembali jatuh
berteriak mendapat pukulan dan Bin kwi juga
berjengit dihantam Tiat lui kang tiba tiba Bu kongcu1369
maju dibantu barisan Tengkorak Hitam, yang kini
sudah mendarat dan menyerbu atas bentakan Saimo-ong.
"Kalian jangan melotot saja, serang dari
jauh dengan panah atau apa saja!"
Bu Ham mengangguk. Dia sudah
membantu gurunya, seisi pulau tiba tiba dikerahkan
dan Kim mou-eng mengerutkan kening. Memang
dia dapat meruntuhkan atau mem?ntalkan semua
panah dan tombak, begitu pula sumoinya. Tapi
karena gangguan itu dimanfaatkan Mo - ong untuk
menarik napas dan iblis ini mengeluarkan pelor
pelor rahasianya menyerang dengan curang dan
Siauw bin kwi juga bersiap siap dengan granat
tangannya yang berbahaya itu akhirnya Kim mou eng menyambar sumoinya diajak lari. Mereka
menghantam dan kembali membuat Mo ong dan Bin
kwi terguling guling, dua iblis itu berteriak. Dada
mereka ampeg. Dan ketika panah dan tombak
dipukul runtuh dan Kim mou-?ng melihat bahaya
bagi mereka maka dengan cemas dia menarik
sumoinya meloncat jauh, melihat sebuah perahu
tertambat tak jauh dari situ, p?rahu si Tengkorak
Hitam.
"Sumoi, ayo pergi. Tak guna membuang
tenaga lagi di sini. Kau harus menurut!"1370
Salima terkejut. Sebenarnya dia amat
marah terhadap musuh musuhnya itu. Sai mo ong
dan Bin kwi tentu akan dibunuhnya karena
s?hengnya membantu. Mereka berdua membuat
dua iblis itu jatuh bangun tak keruan. Keadaan
menguntungkan bagi mereka. Tapi karena
suhengnya membetot dan memperingatkan bahwa
keadaan bisa berbalik kalau Coa ong dan Sin ni
menyerang mereka akhirnya dengan gemas dan
marah marah Salima menurut, menangkap
sebatang tombak dan melontarkannya kembali ke
anak buah bajak, jeritan ngeri terdengar di sana
ketika senjata makan tuan. Salima masih meraup
lagi beberapa batang anak panah yang menyambar
dirinya, diretour dan kembali jeritan ngeri berg?ma
di sana. Dan ketika tujuh anak buah bajak roboh
tewas dan Salima agak puas maka ajakan
suhengnya diikuti dan mereka sudah menghilang
dari tempat itu. Mo-ong berteriak teriak dan
menyemprot Tok gan Sin-ni dan Coa-ong habis
habisan, sang pangeran juga marah marah. Dan
ketika dua iblis itu mendapat dampratan dan sadar
bahwa musuh melarikan diri maka mereka
mengejar menghentikan pertempuran.
"Bodoh, goblok! Kalian seperti anak anak
kecil saja. Ayo kejar dan tangkap Pendekar Rambut
Emas itu!"1371
Tok gan Sin ni dan Coa ong menyesal.
Mereka menghentikan pertikaian, betapapun gugup
dan merasa bersalah karena Kim mou eng
m?larikan diri. Musuh tak boleh keluar dan harus di
tangkap. Pangeran Muda memaki maki dan melototi
mereka itu. Tapi karena Kim mou eng telah tiba di
perahu dan bersama sumoinya mendorong perahu
itu maka mereka kehilangan lawan ketika lawan
meluncur ke tengah telaga.
"Kejar, tangkap dengan perahu lain. Jangan
ndomblong!" Pangeran Muda maraj marah, Sai mo
ong dan teman temannya mencari perahu lain,
Tengkorak Hiram seperti tak dip?rdulikan saja dan
perahu kaum bajak dipakai. Empat perahu
mengejar Kim mou eng, Sai mo ong dan t?man
temannya masing masing di satu perahu, berusaha
menangkap tapi sia sia. Salima dan suhengnya
telah tiba di seberang. Dan ketika dua orang itu
menghilang di luar telaga akhirnya mereka kembali
menerima dampratan Pangeran Muda.
"Kalian terlalu. Ini semua gara gara Coa
ong"
"Maaf " Sai mo ong buru buru meredakan
suasana. "Coa ong memang salah, pangeran. Tapi
sebaiknya tak perlu memaki maki lagi. Kita akan
keluar, kami berempat akan menyusul dan bersatu
menangkap Kim mou eng."1372
"Juga sumoinya, gadis liar itu harus
dibunuh!"
"Baik." dan Coa-ong yang diberi isyarat
agar menurut akhirnya diajak Mo-ong dan temantemannya meninggalkan pulau. Mereka
meneruskan pengejaran dan mewanti wanti agar
T?k gan Sin ni maupun si raja ular jangan bertingkah
macam macam. Betapa pun lawan yang mereka
hadapi amat lihai. Kim-mou eng perlu diperbatikan


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih utama. Tapi ketika dua hari mencari dan ubek
- ubekan tanpa hasil akhirnya Sai-mo-ong mengajak
taman-temannya kembali dan melapor pada
junjungannya. Tapi alangkah kagetnya Sai mo-ong.
Pangeran tampak terikat di tengah ruangan,
mukanya matang biru. Mulutnya disumpal. Bu Ham
juga sungsang tak keruan di atas belandar, ah-ah
ub-uh tak dapat bicara. Tubuhnya babak belur habis
dihajar, pemuda itu bengap dengan muka bengkak.
Baik pangeran maupun Bu Ham setengah pingsan.
Dan ketika mereka menolong dan dua
orang itu mengaduh panjang pendek maka
pangeran menceritakan bahwa Kim mou eng
datang mengambil Liang - taijin !
"Apa? Kim-mou eng datang kembali?"
"Ya, kalian terkecoh, Mo-ong. Mereka tidak
takut dan kembali ke sini, malam itu, ketika kalian
pergi Dan gadis setan itu menggaplokku pulang1373
balik tak keruan. Keparat, dia harus dibunuh. Liangtaijin harus dicari dan kita harus pergi dari sini".
Mo-ong tertegun. Apa yang terjadi? Kiranya
Pendekar Rambut Emas hanya bersiasat saja.
Pendekar itu membawa lari sumoinya, tentu saja
bukan karena takut melainkan mencari keselamatan
saja demi sumoinya. Salima sepanjang jalan
mengomel dan menggerutui suh?ngnya, disambut
senyum suhengnya sampai sumoinya capai sendiri,
kesal. Dan ketika mereka tiba di hutan dan berhenti
di sini maka Kim mou eng bertanya,
"Sudah? Kau puas menggerutu?"
Salima jengkel. "Apa maksudmu, suheng?
Bukankah kita dapat melawan mereka berempat
itu? Kalau tidak kenal dirimu tentu kuanggap kau
penakut, pengecut. Sungguh aku penasaran oleh
sikapmu yang tidak kumengerti ini!"
"Baiklah, sekarang dengarkan. Apa
anggapan mereka kalau kita melarikan diri begini,
sumoi?"
"Tentu takut, apalagi?"
"Dan mereka besar hati, bukan? Mereka
akan mengejar, dan itulah kesempatan kita kembali
ke sana!"
"Sana mana?"
"Tentu saja ke pulau, mana lagi?"1374
Salima tertegun. "Kau mau kembali
menangkap pangeran itu, suheng?"
"Bukan sang pangeran, sumoi. Tetapi Liang
taijin!"
"Liang-taijin? Untuk apa? Dedengkotnya
adalah pangeran itu, bukan Liang taijin!"
"Benar, tapi dari Liang - taijin inilah kita
dengar pengakuannya, sumoi. Karena itu gubernur
itulah yang harus ditangkap!"
"Aku tak mengerti, caramu
membingungkan."
"Kau tak mengerti karena kau kurang mau
berpikir, sumoi. Kau masih dilanda emosimu itu.
Dengarkan, pangeran tak mungkin kita tangkap
karena dia adalah putera dari kaisar sendiri. Dia..!"
"Dia pemberontak, tak perduli putera kaisar
harus juga ditangkap!" Salima memotong.
"Ah, nanti dulu. Kalau kita menangkap lalu
mana mungkin pangeran itu melanjutkan
rencananya, sumoi? Kau jangan memutus dulu, kita
harus membiarkan dia agar melaksanakan
maksudnya itu. Dan kalau Liang - taijin yang kita
tangkap dan sang pangeran tetap melanjutkan
rencananya maka terdapatlah bukti bagi kita untuk
membuka mata kaisar itu. Kau mengerti?"
Salima tertegun. "Begitukah?"1375
"Ya, kau jelas? Karena itu Liang. taijin kita
culik, sumoi. Dan kita ke kota raja membawa
gubernur itu. Kita masuk selagi Mo-ong dan temantemannya mengejar kita."
Salima terbelalak. Sekarang dia berseri
dengan muka begitu gembira, mengerti dan kagum
memandang suhengnya ini. Suhengnya memang
tidak grusa-grusu ( sembrano ), semua
diperhitungkan dengan cermat dan cerdik. Dan
ketika suhengnya tersenyum dan memandangnya
kalem tibu-tiba Salima menubruk dan memeluk
Pendekar Rajawali Sakti 151 Pendekar Pedang Bayangan Satria Lonceng Dewa 2 Arwah Candi Miring Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini