Ceritasilat Novel Online

Pendekar Rambut Emas 17

Pendekar Rambut Emas Karya Batara Bagian 17


bahak sementara Bu ciang kun montang manting
tak keruan tiba-tiba iblis ini mencabut senjata sabit
yang tajam mengerikan itu.
"Bu ciangkun, aku sekarang akan
membunuhmu. Kau mintalah ampun dan cium
lututku kalau tak ingin kubunuh!"
Bu ciangkun mendelik. "Keparat kau. Aku
tak akan minta ampun, cebol bur?k. Kau bunuhlah
aku tak perlu pentang bacot lagi!
"Kau memaki?"
"Jahanam keparat. Siapa tak berani
memakimu? Kau cebol memuakkan perut,
mampuslah atau menyingkirlah ke neraka!" dan Jilo-mo yang melotot oleh makian itu tiba tiba
berteriak menyeramkan. Lawannya ini sebenarnya
tinggal membunuh saja, ibarat membalikkan telapak
tangan. Mudah dan tak perlu banyak cakap lagi
kalau dia mau. Maka begitu lawan memakinya dan
malah menyuruhnya ke neraka tiba-tiba Ji lo-mo
membentak mengayunkan sabitnya itu. Senjata1469
bulat pipih menyambar leher lawan, sekali diKalungi
tentu kepala panglima itu akan pisah. Keadaan tak
memungkinkan lagi bagi panglima itu untuk berkelit.
Kedudukannya sudah sedemikian buruk. Tapi
persis panglima ini terbelalak dan sabit menuju
lehernya maka di saat itulah Kim mou eng melayang
turun. Pendekar Rambut Emas ini tak menunda
waktu lagi. panglima itu cukup dihajar babak belur.
Dan ketika sabit menyambar dan Bu ciangkun
terbelalak mendadak Kim mou eng mendorongkan
kedua tangannya. menangkis dengan pukulan jarak
jauh.
"Ji lo mo, cukup Enyahlah kau ...bress!" iblis
cebol itu berteriak, pukulan Kim-mou-eng
menghantam sabitnya, dahsyat sekali. Dan karena
dia tak menduga dan kedatangan Kim mou eng itu
mengejutkan iblis ini maka Ji lo mo terbanting
dengan sabit mencelat terlempar cepat bergulingan
dan menyambar sabitnya itu lagi. iblis ini melompat
bangun. Dan ketika dia mengenal dan melihat siapa
lawannya maka Ji lo mo memekik penuh gusar.
"Kim mou eng!"
Kim-mou eng mengangguk. "Ya, aku, Lo
mo. Kau masih dapat membunuh Bu - ciangkun
lagi?"
"Keparat Jahanam kau!" dan Ji lo mo yang
membentak memaki marah tiba-tiba menubruk dan1470
menerjang Pendekar Rambut Emas. Senjatanya
hanya merupakan kilatan putih yang bergerak
dengan amat luar bisa cepat. Angin senjatanya saja
sudah cukup menabas apa saja, tubuh manusia pun
pasti terluka, baru angin sambarannya saja. Tapi
Kim-mou eng yang tertawa mengerahkan Tiat lui
kangnya mendadak menerima dan menangkap
ujung sabit yang tajam itu.
"Bret - plak!" Bu-ciangkun tak tahu apa yang
terjadi. Dia hanya mendengar seruan kaget Ji lo mo,
iblis itu terlempar dan berjungkir balik. Sabitnya lagi
lagi mental tapi sudah disambar iblis cebol itu. Ji lo
mo melengking dan marah bukan kepalang, baju
purdaknya robek. Entah bagaimana kejadian tadi.
Dan ketika iblis itu membalik dan mengayun
sabitnya lagi mendadak Kim-mou-eng sudah
diserang dan dikelilingi sinar putih yang
berkelebatan di sekeliling tubuh pendekar ini. Ji-lomo sendiri lenyap digulung permainan sabitnya,
begitu ganas hingga sabit mengeluarkan desir
mengerikan,daun-daun pohon disekitar situ rontok
berhamburan. Kiranya terkena bayangan sinar
sabit, ada yang terpotong menjadi delapan
bagian.Betapa hebatnya iblis ini. TapiKim-mou-eng
yang mendorong dan menampar kiri kanan ternyata
mampu menolak semua serangan itu. Ji-lo mo
memekik mekik karena sabitnya tak mampu melukai1471
tangan pendekar itu, bahkan ditangkap tapi cepat
ditarik lagi untuk kemudian menyerang kembali
dengan dahsyat, ada kesan membabi buta karena
iblis ini penasaran. Kim mou eng tak dapat di desak.
Dan ketika iblis itu meraung dan Bu - ciangkun yang
menjublak memandang pertempuran tampak
bengong dengan mata tak berkedip, sekonyongkonyong iblis itu memutar sabitnya tiga kali untuk
kemudian menyambar dari atas ke bawah, menuju
ubun-ubun kepala lawan.
"Kim-mou-eng, sekarang kau mampus!"
Kim-mou-eng tersenyum mengejek. Dia
telah melindungi kedua tangannya dengan sinkang,
berani menangkap dan tidak ragu menghadapi
senjata lawan yang tajam. Kekebalannya telah
melindungi bagian itu, bahkan seluruh tubuhnya.
Tapi karena ubun ubun adalah tempat yang lunak
dan iblis itupun nampaknya mengerahkan segala
kekuatan untuk menghancurkannya maka
Pendekar Rambut Emas m?rendahkan tubuh
memasang punggungnya, sengaja membiarkan
bagian itu dibacok tapi secepat kilat kedua
lengannya mendorong. menghantam dada lawan.
Kedua tangan berobah kemerahan penuh
mengandung tenaga Tiat-lui kang ( T?naga Inti Petir
), Kim mou-eng ingin menyelesaikan pertandingan
karena khawatir terhadap iblis yang lain. Twa lo-mo.1472
Dan begitu Sabit meluncur dan tepat menghantam
punggungnya tapi membalik oleh kekebalan
sinkang yang dipunyai maka pada saat itulah Tiat lui
kang ganti menghantam dada iblis c?b?l ini.
"Hei?!" Teriakan itu terlambat. Ji lo-mo juga
ingin menyelesaikan pertempuran, tak menyangka
lawan juga bermaksud sama dan kini dadanya
diserang, telapak lawan dekat sekali dan tak
mungkin dikelit. Satu satunya jalan hanyalah
mengerahkan sinkangnya menerima pukulan
Pendekar Rambut Emas, Ji-lo mo t?rbelalak dan
ngeri karena telapak lawan sudah berobah merah
seperti api unggun. Hawa panas sudah mendahului
menyambar. Dan ketika sabitnya mental dan iblis ini
mengeluh melihat kegagalannya maka di saat itulah
pukulan lawan tiba mengenai dadanya.
"Dess!" Iblis ini terlempar empat tombak. Ji
lo mo meringkik seperti kuda kena panah,
bergulingan dan mulut melontakkan darah.
Ternyata sinkangnya tak dapat melindungi diri
sepenuhnya dan dia tetap terluka, menggelinding
menjauhkan diri dan akhirnya melompat bangun
dengan kaki gemetar, mukanya pucat pasi. Buciangkun bersorak karena iblis cebol itu kena luka
dalam. Ji-lo mo melotot. Dan ketika iblis itu
bergoyang memandang Kim-mou-eng sementara
Bu ciangkun berteriak mengejek lawan tiba tiba iblis1473
itu melemparkan sabitnya menyambar panglima
she Bu.
"Awas..." Kim mou eng memperingatkan,
tentu saja kaget karena sabit meluncur dengan cara
berputar putar. Bu ciangkun terkesiap tapi tak dapat
mengelak, kalah cepat. Dan Kim mou eng yang lagi
lagi menyelamatkan panglima ini dengan jentikan
sebutir kerikil akhirnya membuat sabit terpental tapi
baju Bu ciangkun robek keserempet.
"Trang .. bret!" Bu ciangkun baru
membanting tubuh bergulingan. Panglima ini sadar
setelah sabit berkerontang di pinggir telinganya,
dibentur kirikil hitam tadi. Suaranya memekakkan
dan panglima ini berseru keras. Kaget bukan main.
Darah seakan hilang dari mukanya. Begitu dekat
nyawanya terbang, tinggal seujung rambut lagi! Dan
ketika panglima itu tertegun dan terbelalak tak dapat
bicara maka Ji-lo mo memutar tubuh melarikan diri.
"Kim mou-eng, keparat kau. Jahanam!"
Kim-mou-eng tak mengejar. Dia datang
memang untuk melindungi panglima ini, bukan
membunuh. Apalagi lawan terluka cukup parah oleh
pukulannya tadi. Dan ketika Bu-clangkun terhenyak
dan sadar dua kali diselamatkan pendekar ini tibatiba panglima itu terhuyung menjatuhkan diri
berlutut, mukanya masih gemetar.1474
"Kim-taihiap, terima kasih. Dua kali
nyawaku kau loloskan dari maut!"
"Ah, sudahlah." pendekar ini buru-buru
menolak. Kau bangunlah, ciangkun. Tak usah
berterima kasih karena itu memang sudah
kewajibanku!"
"Tapi aku berhutang budi, dan dulupun aku
memusuhimu!"
"Itu dulu, ciangkun. Hal itu terjadi karena
salah paham. Sekarang kau bangunlah, aku tak
dapat menerima penghormatanmu!" dan Kim-mou
eng yang menyuruh bangun panglima itu sambil
mengerahkan tenaganya tiba tiba sudah menarik
dan membuat panglima ini berdiri. Bu-ciangkun
hendak menahan tapi tak sanggup, tubuhnya
t?rbetot juga dan dia menjadi kagum bukan main.
Tapi ketika panglima ini bengong dan Kim-mou eng
tersenyum mendadak sebuahteriakan terdengar di
gedung Cu ciangkun.
"Ah, itu Hek eng Taihiap!" Kim-mou-eng
tlha-tiba menyambar lengan Bu-ciangkun, diangkat
dan disendal ke depan, dibawa terbang secepat
angin. Bu ciangkun kaget tapi melongo semakin
takjub. Pendekar Rambut Emas ini memang benarbenar hebat!
Dan ketika mereka tiba di sana dan melihat
apa yang terjadi ternyata iblis ter tua dari Hek bong1475
Sianglo mo itu melukai Hek eng Tiahiap dan nyaris
membunuh Cu-ciangkun! Kim mou eng terkejut. Dia
melihat Twa lo mo, suheng Ji lo mo itu dikepung
tertawa-tawa. Iblis ini mempermainkan lawan,
dikeroyok enam tapi mudah berkelit ke sana ke
mari. Cu-ciangkun dan Hek-eng Taihiapbermandi
keringat menghadapi iblis cebol ini, bahkan Hek eng
Taihiap robek pundaknya digurat kuku Twa lo-mo,
terhuyung dan pucat mukanya menahan sakit.
Bukan oleh guratan itu melainkan oleh racun di kuku
Twa-lo-mo. Pendekar ini menggigil menahan rasa
dingin, senjatanya sebuah cakar garuda
menyambar mengelilingi lawan tapi selalu mental
tertolak. Sinkang Twa-lo mo memang hebat. Dan
ketika tombak di tangan Cu ciangkun juga terpental
bertemu tangkisan iblis ini maka Twa lo-mo
terkekeh-kekeh mengejek lawannya itu.
"Kalian bukan tandinganku. Sebaiknya
masing-masing dari kalian bunuh diri saja,
ciangkun. Setelah itu kukubur mayat kalian baik
baik!"
"keparat, kami tak akan menyerah, Lo-mo.
Kami tak akan bunuh diri dan justeru akan
membunuhmu!"
"Kalian mampu? Mana bisa? Ha ha, ini
bukan permainan. Cu cangkun. Kalau begitu kalian
akan menyesal, aku akan membunuh kalian secara1476
perlahan lahan. Lihat dan Twa lo mo yang
membentak menolak tombak tiba tiba mengebut
dan menangkis sambaran golok di tangan Sin to
Sam enghiong membuat tiga orang itu terpekik
karena golok terlepas. Kiranya kali ini Twa-lomo
menambah tenaganya, tak mau main-main lagi.
Dan ketika lawan terhuyung dan dia tertawa tahu
tahu Twa lo mo melejit mengguratkan sepuluh kuku
jarinya.
"Awas....!"
Hek eng Taihiap berseru, memperingatkan
tiga temannya karena Sin to Sam-enghiong
terbelalak. Mereka tertegun karena iblis itu
berkelebat mengelilingi mereka, gerakannya cepat
dan tiga kakak beradik ini tak dapat mengikutinya
dengan pandangan mata. Cu-ciangkun juga
berteriak menyambarkan tombaknya, menusuk
punggung Twa-lo-mo yang terkekeh. Tapi karena
kuku sudah terjulur dan Twa-lo mo rupanya
membiarkan punggung ditikam tombak maka saat
itu secara cepat dan tepat tiga laki laki gagah ini
terkena serangan Twa lo mo.
"Cret-cret-cret!"
Sin-to Sam enghiong berteriak tertahan.
Mereka roboh terjungkal, leher yang terkena
guretan mendadak b?ngkak. Tiga orang ini
bergulingan sambil mendesis kesakitan.. Rasa gatal1477
dan dingin menusuk Tulang, begitu menyiksa. Dan
ketika mereka melompat bangun tapi kaki gemelar
tak kuat menopang tubuh mendadak tiga kakak
beradik ini roboh kembali dan berteriak dengan
muka kehijauan.
"Kalian keracunan, cepat telan pil ini...!"
Hek-eng Taihiap melemparkan sebotol kecil obat,
diri sendiri telah menelannya tiga butir sekaligus,
mukanya tidak kehijauan tetapi pucat. Itulah
sebabnya dapat bertahan meskipun tubuh juga
menggigil, lebih baik dari pada tiga temannya
karena sinkangnya juga lebih kuat. Dan ketika Sin to Sam enghiong menyambar botol itu dan cepat
men?lan isinya maka Twa lo-mo tertawa di sana


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan senyum mengejek.
"Tiga tikus busuk. kalian tak dapat bertahan
lama menerima guratan racunku. Dua jam kalian
harus menelan obat kembali, setelah itu kalian
kehabisan obat dan mati dengan tubuh
berkelejotan, heh. heh!"
Sin to Sam enghiong tak perduli. Mereka
telah bangkit lagi, tapi ketika merasa tenaga seakan
dilolosi dan tak kuat mengangkat golok maka di
sana Cu ciangkun ganti berteriak ketika lawan
menggurat panglima ini. Dan Hek eng Taihiap
semakin pucat. Sin-to Sam-enghiong juga pucat.
Keadaan berbahaya untuk mereka. Dikeroyok enam1478
tetap saja iblis itu lebih unggul. ketika Twa lo-mo
mempermainkan lawan dan tertawa-tawa
menangkis dan balas menyerang maka di saat
itulah Kim-mou eng datang.
"Twa-lo-mo, kau benar benar keji .
Lepaskan mereka dan hadapilah aku!"
Kim-mou-eng tak tahan, melepas Bu
ciangkun dan meluncur ke bawahlangsung
mendorong lengan kirinya menangkis pukulan iblis
ini yang ditujukan pada Hek eng Taihiap. Pendekar
Garuda Hitam itu terhuyung roboh terduduk.
Keadaan memang gawat. Dan begitu tangkisan
bertemu pukulan tiba tiba Twa-lo-mo menjerit
terlempar setombak.
"Dukk!"
Iblis itu terhenyak melotot. Kim-mou-eng
telah berdiri di depannya,Twa-lo-mo terkejut. Tapl
memekik melompat bangun mendadak iblis ini
menerjang menghantam Kim mou eng.
"Plak - dukk!"
Kim-mou eng kembali menangkis, iblis
cebol itu terpental dan lagi lagi berteriak marah. Dua
kali pukulannya t?riolak pukulan lawan. Dia
memang kalah kuat. Maka menjerit mencabut
senjatanya tiba tiba iblis ini mengamuk menyerang
Kim mou eng, kaki dan tangan bergerak kalang-1479
kabut, kuku jarinya juga ikut terulur menggurat dan
mencengkeram.
Kim-mou eng menyuruh yang lain mundur.
Dan karena iblis itu memang berbahaya tapi Kimmou-eng tak takut menghadapi lawannya ini maka
Pendekar Rambut Emas itu sudah mengerahkan
Tiat-lui-kangnya dan menangkis sert? balas
menyerang. Twa lo mo memaki tak keruan,
sungguh kaget dan gusar karena kehadiran
pendekar itu di luar dugaannya. Dia tak tahu bahwa
adiknya telah terluka bertempur dengan lawannya
ini. Entah di mana sekarang Ji-lo-mo karena
adiknya itu tak nampak. Ji lo mo sedang
menyembuhkan lukanya di lain tempat. Dan ketika
Twa lo mo menyerang tapi Pendekar Rambut Emas
dapat menahan dan balas menyerangnya tiba-tiba
saja iblis ini mengumpat caci dengan mata melotot
sebesar jengkol.
"Kim-mou-eng. kau manusia busuk.
Keparat kau Jahanam kau!"
Kim mou eng tak meladeni. Dia terus
memperhatikan sabit di tangan lawan, menangkis
dan menyerang mengandalkan Tiat lui kangnya itu.
Sama seperti Ji lo-mo diapun berani menerima
bacokan senjata tajam, sinkangnya memungkinkan
memberi kekebalan. Sabit selalu mental
menghantam tubuhnya, seolah mengenai bola1480
karet. Twa lo mo berteriak - teriak dan marah bukan
main. Tapi ketika pendekar itu merangsek maju dan
lawan terbelalak tiba-tiba aja Twa lo-mo terdesak
karena senjatanya tak mampu melukai lawan. Dan
saat itu Tiat lui kang mulai menyambar tubuhnya
dua kali dia mengeluh. Iblis ini berkaokkaok,merasakan sengatan dan menjerit tinggi.
Panasnya Tiat lui-kang seperti panasnya api
neraka. Begitu pedih dan menyakitkan. Dan karena
Kim mou eng telah mengenal gaya permainan
lawan dan tidak takut pada sabit yang mengerikan
itu akhirnya Twa-lo mo balik terdesak dan kembali
menerima tamparan Tiat lui-kang.
"Plak!"
Iblis ini terpelanting bergulingan. Twa-lo-mo
mendelik, menerjang lagi tapi menerima pukulan
lagi. Tergetar dan terhempas di tanah, memekikmekik. Diapun telah mengerahkan sinkangnya
menerima Tiat lui kang tetap kalah kuat dan dada
terasa sesak. Dan ketika iblis itu kebingungan
memaki-maki maka Ji lomo tiba-tiba muncul
berkelebat di samping saudaranya.
"Suheng, pergi saja. Kim - mou - ?ng telah
menggagalkan rencana kita!"
Twa-lo-mo girang. tapi terkejut melihat
adiknya butuk-batuk, "Kau kenapa? Kau bilang
apa?"1481
"Aku terluka, suheng. Kita pergi saja dan
tinggalkan rencana kita!"
"Kau dilukai jahanam ini?"
"Benar, dia melindungi Bu ciangkun,
suheng Kita pergi saja bisa lain kali di lanjutkan."
"Tidak. Kau bantu aku dan bunuh si Rambut
Emas ini. Dia pun harus kita bunuh!" dan Twa-lomo
yang menjerit-penuh penasaran malah menerjang
menyuruh adiknya membantu. Ji lo-mo terkejut,
karena sesungguhnya dia tak dapat bertempur lagi,
luka dalamnya menyesakkan dada. Baru saja dia
bersamadhi. menguatkan daya tahan. Tapi karena
kakaknya memaki - maki dan membentak dia
menyuruh mengeroyok akhirnya Ji-lo mo maju lagi
dengan perasaan gelisah.
Dan apa yang dikatakan iblis ini memang
benar. Kim mou eng tetap tangguh dikeroyok
berdua. Jangankan berdua, dikerubut dikeroyok
bertiga bersama Mo-ong atau Bin-kwi pendekar ini
masih dapat menghadapi mereka. Kedudukan agak
berimbang karena Kim-mou eng memang hebat.
Kesaktiannya luar biasa. Dia adalah murid Bu-beng
Siansu. Maka kini dikeroyok. berdua saja padahal
dia sudah terluka maka kakaknya marah-marah
karena tetap tak dapat mendesak. Bahkan Ji-lo mo
terpelanting oleh sebuah pukulan. Tiat- lui kang.
melontakkan darah segar dan jatuh terduduk.1482
Kakaknya terkejut. Dan ketika Twa lo mo menjerit
dan sadar akan bahaya tapi terlambat menyingkir
tiba tiba sebuah pukulan Petir mengenai lehernya
"Des...!"
Iblis inipun bergulingan. Twa-lo mo
sekarang terluka melontakkan darah segar. Dan
Kim mou eng yang mengejar menyusul lagi tiba tiba mendaratkan pukulan berikut ke pundak kakek
itu. Twa lo m? berteriak dan kembali terguling
guling. Tapi ketika Pendekar Rambut Emas hendak
merobohkannya dalam satu pukulan terakhir
mendadak iblis ini mencelat melompat bangun
melarikan dari menyambar adiknya yang juga
terluka pukulan berat.
"Kim mou eng, kami menyerah kalah. Tapi
lain kali kami akan menebus hutang ini!"
Dua kakek iblis itu melarikan diri. Mereka
lenyap di balik kegelapan malam, Kim mou eng tak
mengejar karena teman temannya yang lain terluka.
Dan ketika suasana sepi kembali dan pertempuran
usai maka Cu ciangkun yang terbelalak sudah
terhuyung menghampiri pendekar ini.
"Kim taihiap, terima kasih. Kami benar
benar berhutang jiwa padamu!"
"Ah, sudahlah. Terima kasih itu tak perlu
diucapkan, ciangkun. Ini memang kewajiban
seorang pendekar. Kau sebaiknya menelan obat ini1483
pula." Kim mou eng mengeluarkan pil hijau
muda,memberikannya pada panglima itu dan
berturut turut yang lain diberi pula. Bahkan Kim mou
eng menyalurkan sinkangnya pula membantu yang
terluka, mendorong dan mengusir keluar sisa racun
dari tubuh semua orang. Tak ada yang tak terluka.
Dan ketika semuanya selesai dan Kim mou eng
menghapus keringat maka Sin to Sam enghiong
yang menggigil ditolong pendekar ini tiba tiba
menjatuhkan diri berlutut.
"Kim mou eng, kami telah mendengar
semuanya dari Hek eng Taihiap. Terima kasih atas
bantuanmu, dan maafkan kesalahan kami yang
selama ini salah menuduh dirimu!"
"Ah, sudahlah," Kim mou eng lagi lagi
tersenyum. "Aku tahu jalan pikiran kalian, sam wi
enghiong. Syukur kalau kalian mengerti. Aku tak
mendendam atau sakit hati atas sikap kalian.
Sekarang baiknya kita tanya pada Cu ciangkun apa
yang harus kita lakukan."
Dua panglima Cu itu kagum. "Kami
menyerahkannya saja padamu, taihiap. Apa yang
sebaiknya kita lakukan."
"Bagaimana kalau kita tengok keselamatan
pangeran?"
"Setuju, kami juga berpikiran begitu." dan
ketika yang lain juga berpikiran sama dan1484
sependapat dengan usul Kim mou eng maka malam
itu juga mereka lalu meninggalkan tempat itu
menuju ke hutan di mana pangeran mahkota
sedang berburu. Dan untuk ini mari kita ikuti sejenak
perjalanan Salima, yang ditugaskan untuk
mengawasi pangeran mahkota itu.
*** Sama seperti Kim mou eng, Salima tak
sabar menunggu calon pembunuh yang akan
membunuh pangeran mahkota. Hari itu dia
langsung ke hutan, Sin Kok dan Hwi Ling mengikuti
di belakangnya. Tapi karena dua kakak beradik ini
memiliki kepandaian jauh di bawah Salima maka
Salima sudah mendahului memasuki hutan di mana
pangeran mahkota siap melakukan perburuannya.
Pangeran ini ditemani Fung Miao, gadis cantik yang
pandai menyanyi dan Pemain musik itu. Salima
melihat pangeran ini dikelilingi banyak pengawal
yang tegap dan gesit. Sebuah kerangkeng terletak
di tengah hutan itu. Kemahpun diberdirikan untuk
sang pangeran. Empat pengawa! berbaju bintang
kelihatan menjaga, wajah mereka gagah. Itulah
empat busu (jagoan istana) yang memimpin
pengawal-pengawal lain. Mereka terkenal dengan1485
sebutan Seng - busu ( Pengawal Bintang ). pandai
herkuda dan memiliki ilmu silat tinggi, termasuk
jagoan kelas satu di kelompok perwira karena
mereka setara dengan panglima muda yang
menjaga keselamatan kaisar dan puteranya. tentu
saja merupakan orang pilihan. dan cukup
diandalkan. Pangeran mahkota sendiri di dalam
kemah masih beristirahat, saat perburuan belum
tiba. Suara musik dan nyanyian terdengar lirih di
dalam kemah itu. Sang pangeran sedang dihibur
Fung Miao. Dan ketika pengawal yang lain sibuk
mencari buruan untuk digiring ke tempat itu maka
empat Pengawal Bintang berjaga dengan mata
tidak berkedip. Salima mendongkol. Orang besar
memang begitu. Sementara yang lain menjaga
keselamatannya maka yang bersangkutan sendiri
bersenang senang mencari hiburan. Salima sebal.
Kalau saja bukan karena suhengnya tentu tak sudi
ia di sini. Lebih baik membiarkan pangeran itu
mampus dan dia, m?nemani suhengnya. Tapi ketika
ia melepas kedongkolan dengan berbaring di atas
pohon mendadak seorang pengawal berteriak
nyaring,
"Seng - busu, b?ruan telah digiring datang!"
Empat pengawal melompat sigap. Yang lain
serentak ribut masing-masing mendapat perintah
agar bersiap di tempat. Kerangkeng dibuka pintunya1486
d?n Salima mendengar raung menggetarkan
mengguncang tanah. Rupanya seekor singa. Dan
persis Seng-busu memberi tahu junjungarnya maka
di tempat itu muncul seekor singa menyeramkan
yang berlari-lari perlahan, berputar putar dan
mencari tempat keluar tapi para pengawal yang
mengepung bersorak-sorak. Binatang buas itu dia
gebah untuk lebih ke tengah lagi, inilah perburuan
yang menyeramkan. Salima terbelalak. Dan ketika
suara manusia itu mengganggu singa ini dan singa
jantan itu berhenti di tengah mendadak pangeran
muncul dengan panah di tangan.
"Biarkan disitu. Jangan ganggu dengan
sorakan lagi!"
Singa itu mengaum. Sekarang dia
terkurung, matanya yang kuning kemerahan itu
tampak buas, mulut dibuka dan taringpun tampak
besar-besar dengan gigi mengerikan. Sekali caplok
mungkin sebuah kepala bisa masuk. Hewan ini
panjang sekali, tak kurang dari dua meter. Dan sang
pangeran yang tersenyum menentang gendewanya
tiba-tiba berkata pada empat pengawalnya,
"Seng-busu, jaga arah utara dan selatan.
Dua di antara kalian melindungiku."
Dua pengawal bergerak seperti yang


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dimaksud. Mereka memecah diri, dua menghadang
arah utara dan selatan sementara dua yang lain lagi1487
menjaga sang pangeran. Singa didekati dan
pangeran mahkota itu tampak gembira. Salima mau
tak mau menjadi kagum juga akan keberanian
pangeran ini, meskipun dilindungi tapi langkahnya
yang pasti dan tetap itu menunjukkan kepercayaan
dirinya juga. Sikap yang gagah. Dan ketika
pangeran menarik busurnya membidik ke depan
tiba-tiba singa yang tertegun dan buas itu dipanah
kakinya.
"Wut!"
Gendewa bergelar. Anak panah dijepret
terlepas dari busurnya, demikian cepat dan kuat
hingga merupakan setitik cahaya putih meluncur ke
depan. Dan ketika anak panah itu berhenti dan
menancap di kaki belakang singa itu sekonyong
konyong hewan buas ini mengaum terkejut, marah
dan kaget dan tiba-tiba melonjak, melompat tinggi
menerjang pangeran mahkota. Nalurinya yang
tajam memberitahukan bahwa itulah musuhnya.
Dan begitu singa ini bergerak melompat tinggi tahu
tahu mulutnya yang terbuka mengaum itu menubruk
pangeran mahkota.
"Awas, pangeran....!" dua tusu di
sebelahnya memperingatkan, melindungi pangeran
itu melompat ke depan, menyambut terkaman tapi
sang pangeran m?nbentak mereka menyuruh
mereka minggir. Dalam keadaan yang cepat itu1488
menarik panah ke dua dan menjepr?ikan busurnya.
Dan ketika singa melompat dan raung
menyeramkan itu menggetarkan suasana maka
sang pangeran membanting tubuh bergulingan
setelah panah ke dua meluncur.
"Cep..!" singa itupun memekik, Kaki
depannya kena, singa itu terperosok dengan suara
berdebuk. Tubuhnya yang berat terang membuat
binatang ini kesakitan, seketika pincang dan
mengaum-aum. Tapi ketika dia berdiri lagi dan para
pengawal bersorak mendadak singa ini menerjang
dan kembali menubruk pangeran mahkota.
"Awas, pangeran....!" teriakan ke dua itu
menyusul, dua busu kembali melompat di dekat
junjungannya. Sang pangeran gembira tapi tak mau
dilindungi. Kali ini panah ke tiga sudah di siapkan
dan menjepret kembali. Pangeran mahkota itu
rupanya ahli panah. Tapi ketika binatang itu
menangkis dengan kaki depannya dan panah
bengkok mengenai kakinya tiba-tiba dia sudah
menerkam dan tiba di depan hidung sang pangeran
mahkota
"Hei......?!" empat Pengawat Bintang
berteriak kaget, dua yang di dekat pangeran tiba tiba
berkelebat. Mereka ini bergerak cepat menumbuk
badan binatang itu, yang satu berhasil menangkap
ekornya pula. Dan persis pangeran terpekik1489
menyabetkan gend?wanya maka tubuh binatang ini
ditabrak dan jatuh bergulingan bersama pangeran
dan dua pengawal gagah itu.
"Bress!"
Tiga manusia dan binatang buruannya ini
tumpang tindih. Pangeran dan pengawalnya
terkejut, singa itu juga terkejut. Tapi sang pangeran
yang cepat menjauh dan dua pengawalnya
membentak menendang singa itu sudah
bergulingan melompat bangun ditolong dua
temannya yang lain, masing-masing bersiap
kembali dan singa itu mengaum, suaranya
menggetarkan hutan, bangkit mengibas ekor
menubruk lagi. Kali ini menyambar dua pengawal
yang tadi men?bruk badannya, dielak dan
dipermainkan seolah menghadapi seekor kucing
jinak. Para pengawal bersorak lagi melihat sang
pangeran selamat. Ketegangan tadi hampir
menghentikan denyut jantung mereka. Tapi ketika
singa itu menubruk sana-sini dan luput
dipermainkan empat Pengawal Bintang yang
sengaja mengepung binatang itu tiba-tiba sang
pangeran berteriak,
"Kosongkan sebelah kiri, Seng - busu. Aku
hendak membidik dua kakinya terakhir!"
Dua pengawal di sebelah kiri mengangguk.
Mereka sudah menyingkir, dua temannya di sebelah1490
kanan tetap bekerja. Dan ketika tempat ini kosong
dan pangeran membidikkan dua panahnya serentak
tiba-tiba singa itu roboh karena dua kakinya yang
lain tepat t?rhunjam mata panah yang tajam.
"Cep - cep!" Singa itu meraung tinggi. Dia
roboh terguling, dua busu di sebelah kanan
menggerakkan jala, tangkas dan cepat. Dan ketika
singa itu menggereng dan meronta-ronta ternyata
kepalanya sudah tertakup jala menjirat leher.
"Ha-ha. jangan terlampau keras,Sengbusu. Tarik dan masukkan dia ke dalam
kerangkeng!"
Pengawal di depan mengangguk. Satu dari
empat Pengawal Bintang tertawa, singa itu
mencakar-cakar tapi kepala tak dapat dikeluarkan
ditarik dan terjadi ada otot antara pengawal ini
dengan binatang buas itu. Betapa pun keempat kaki
singa masih bebas, meskipun tertancap panah. Tapi
ketika pengawal ini membentak dan ke dua
lengannya menggelembung penuh tenaga tiba tiba
binatang itu tertarik dan terus diseret mendekati
kerangkeng, pengawal yang lain bersorak-sorak
melihat pertunjukan ini.
Salima kagum melihat gwakang (tenaga
luar ) pengawal itu, memang hebat dan kuat. Dan
ketika singa itu menahan tapi terus terseret dan
menggereng ketakutan tiba-tiba pengawal ini1491
menendang tubuhnya memasuki mulut kerangkeng,
sekaligus membuka kembali jeratan jalanya di
kepala binatang itu.
"Brukk!"
Singa itu kesakitan. Pengawal menutup
kembali pintu kerangkengnya tertawa dan disambut
tepuk sorak pengawal-pengawal yang lain.
Pangeran sendiri tampak girang dan membersihkan
busurnya. Memuji empat Pengawal Bintang tapi
mereka juga memuji pangeran itu atas bidikannya
yang tepat, tak pernah meleset. Tapi ketika mereka
beramai-ramai menonton singa itu dan puas
memandang hasil buruan mendadak raung dan
geraman binatang buas lain terdengar di manamana, disusul munculnya tiga puluh lebih harimau
belang dan singa besar kecil. mengepung dan
membuat para pengawal dan pangeran terkejut.
Jumlah itu terlampau banyak. Sungguh tak diduga.
Mungkin anak buah singa yang tertangkap itu. Dan
ketika mereka maju melompat dan gigi yang besar
itu tampak dimulut yang terbuka sekonyong
konyong puluhan binatang buas ini menyerbu pada
pengawal dan pangeran yang ada di dekat
krangkeng!
"Heii..."
"Awas....!"1492
Pengawal dan pangeran menjadi panik.
Mereka tak tahu dari mana saja munculnya
binatang-binatang buas ini. Jumlahnya hampir
sama dengan jumlah mereka sendiri. Para
pengawal menggerakkan tombak dan golok
mereka. Dan ketika raung dan pekik kesakitan
terdengar di sana sini tiba-tiba lima ekor harimau
dan tiga singa betina menabrak empat Pengawal
Bintang dan sang pangeran mahkota.
"Des-des-dess!"
Empat pengawal melindungi pangeran
mahkota itu, menangkis dan membentak
menghantam delapan hewan buas yang menyerang
mereka, pangeran ada di tengah. Dan ketika
binatang itu terpelanting tapi roboh menyerang lagi
maka sang pangeran yang sudah melepas
panahnya membidik satu di antara mereka, kena
dan seekor harimau terjungkal. Tewas karena
pangeran membidik tenggorokannya, tidak lagi
main-main seperti menghadapi singa yang
tertangkap itu melainkan sungguh-sungguh.
Bidikannya untuk membunuh. Dan ketika mereka
diserang lagi dan pangeran melepas panahnya
maka kembali dua hewan buas ini terjungkal,
berturut turut hingga delapan binatang itu roboh.
Tapi ketika Pengawal Bintang mengusap keringat1493
dan pangeran mengusap gendewanya mendadak
sepuluh singa baru datang menerjang!
"Ah, ini tidak beres....!" sang pangeran
terkejut, empat Pengawal Bintang juga terb?lalak
dan pucat memandang binatang-binatang buas itu.
Anak buah mereka yang lain masih berteriak-teriak
dan menghadapi serangan binatang yang datang
pertama, jumlahnya masih dua puluh ekor. Tapi
karena binatang-binatang baru sudah berdatangan
dan mengaum ke arah mereka maka empat
Pengawal Bintang ini mencabut senjata dan
membabat hewan-hewan buas itu.
"Pangeran, paduka masuk ke dalam. Biar
hamba berempat menghadapi binatang-binatang!
ini!"
"Tidak," pangeran mahkota t?rnyata
menolak. "Aku tak mau berpangku tangan, Sengbusu. Rupanya binatang-binatang ini dikendalikan
seseorang!"
"Tapi paduka menghadapi bahaya. Hamba
tak mau paduka celaka!"
"Ah, berburu memang mengandung
bahaya, Seng-busu. Siapa tak tahu ini? Kalian
jangan ribut mulut saja. Ayo hajar dan bunuh
binatang binatang ini!" sang pangeran sudah
membidikkan panahnya, satu dua diserang dan
beberapa ekor singa roboh. Yang lain mengaum1494
dan marah pada pang?ran itu, menubruk tapi Seng
busu melindungi. Dan ketika pengawal yang lain
ribit-ribut dan bintang buas itu bertambah satu dua
dan muncul entah dari mana tiba-tiba belasan
pemuda tegap menyeruak dari balik tanaman perdu
membantu para pengawal.
"Pangeran kami dari Seng-piauw pang
datang membantu. Tak perlu khawatir!"
Pisau pisau terbang mulai berhamburan,
tujuh singa roboh terpekik menerima sambaran
senjata senjata rahasia ini. Para pengawal bersorak
dan gembira karena bantuan datang. Tapi Seng busu dan pangeran mahkota yang menghalau dan
membunuh singa-singa lain tiba-tiba terkejut ketika
panah dan golok mereka tertangkis sinar-sinar
hitam. Anak panah yang ditarik di busur pangeran
mahkota malah runtuh sebelum terlepas, singa
singa itu dilindungi seseorang. Dan ketika dua dari
empat Pengawal Bintang terbelalak diterkam
harimau sekonyong-k?nyong golok mereka
mencelat dan sesosok bayangan tertawa bergelak
menyambar empat orang ini.
"Seng busu, kalian mampuslah..... d?s. plak
plak!" empat orang itu tunggang langgang, dua
terluka lengannya dicakar harimau belang. Tentu
saja kaget dan bergulingan menjauh,
menyelamatkan diri. Bayangan yang baru datang itu1495
menggerak gerakkan lengannya pula meruntuhkan
pisau-pisau terbang dari pemuda-pemuda Seng.
piauw-pang, di tangannya bersimpan puluhan kerikil
hitam yang dipakai menangkis pisau pisau terbang
itu. Dan ketika empat pengawal ini melompat
bangun dan anak buah Seng-piauw-pang juga
berteriak kaget maka harimau serta puluhan singa
yang lain yang dilindungi bayangan ini sudah
bergerak lagi menerjang orang orang itu.
"Hei....!"
"Ahh.....!"
Pangeran mahkota tertegun. Dia melihat
lima pemuda roboh diterkam singa, mereka itu
bergulat menentang maut. Tangan dan kaki mereka
berhadapan dengan taring dan kuku singa yang
tajam, berusaha melepaskan diri ketika binatang
binatang itu menggeluti mereka. Tapi ketika lima
kerikil hitam merolok dari jauh dan lima pemuda ini
terkejut tak dapat menggerakkan tubuh sekonyongkonyong jerit mengerikan terdengar di situ. Lima
pemuda ini terobek-robek, tubuh mereka koyak
menjadi beberapa potong. Taring dan kuku yang
tajam telah menerkam lima pemuda itu. Dan ketika
darah menyemprot dan tangan serta kaki putus
dirobek binatang binatang buas itu maka bayangan
ini, seorang laki laki berkedok terbahak menyambar1496
pangeran mahkota persis di saat itu di dalam kemah
jerit Fung Miao juga terdengar.
"Aih....." pangeran mahkota itu
menggerakkan busurnya. Lawan disambut dengan
hantaman gendewa, empat Pengawal Bintang juga
membentak menerjang bayangan itu, tak
menghiraukan lima hewan buas yang juga
menerkam punggung m?reka. Dan ketika bayangan


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu membalik dan lengan kirinya mengibas
sementara lengan kanannya mencengkeram
pangeran mahkota maka empat pengawal ini
memekik sementara gendewa ditangan pangeran
mahkota hancur bertemu lengan bayangan itu.
"Des-des-krak!"
Keadaan sungguh mengejutkan. Empat
pengawal terbanting bergulingan, punggung
mereka pun robek dicakar harimau. Pangeran
mahkota tertangkap dan berteriak, bayangan itu
menarik dan menghentak sang pangeran,
melemparnya ke arah sekumpulan singa. Tentu
saja pangeran mahkota kaget bukan main dan
terpekik ngeri. Bayangan itu tertawa bergelak, sang
pangeran akan tewas diterkam singa singa buas itu.
Tapi persis pangeran ini roboh terbanting di tengah
kerumunan binatang-binatang itu sekonyong
k?nyong sebuah bayangan lain berkelebat,
membentak dan menyambar tubuh pangeran itu.1497
Lima ekor singa yang mengaum ditendang
mencelat, gerakannya cepat dan luar biasa tangkas.
Dan ketika sang pangeran tertegun tak tahu apa
yang terjadi tahu tahu tubuhnya serasa dibawa
melayang ke atas dan.... hinggap di atas sebatang
dahan, duduk di situ.
"Pangeran, kau tenanglah di sini. Biar
kuhajar manusia busuk itu!"
Putera mahkota bengong. Sekarang dia
sadar duduk di atas sebuah pohon yang tinggi,
begitu tinggi sehingga dia ngeri memandang ke
bawah. Tempat itu paling aman. Melihat seorang
gadis cantik meluncur ke bawah, menyerang
bayangan itu. Gadis yang menolongnya dari
perbuatan manusia jahat itu. Bukan lain Salima,
sumoi dari Kim-mou-eng! Dan ketika pangeran ini
menjublak dan laki laki berkedok itu terkejut melihat
kedatangan gadis ini maka Salima sudah
mengepretkan jari jarinya mainkan Tiat-lui kang
"Manusia busuk, kau sekarang harus
membuka kedokmu untuk dilihat siapa dirimu!"
Salima menerjang, tak menunda waktu lagi
dan sudah bergerak dari tempat persembunyiannya
melihat bahaya yang mengancam pangeran
mahkota. Tentu saja marah karena melihat
pangeran ini dan para pengawalnya terdesak. Sang
pembunuh sudah datang. Dan ketika Salima1498
melengking dan pukulan serta tamparannya
meledak bertubi tubi maka bayangan berkedok ini
mengeluh berteriak mundur, tak menduga
kedatangan gadis Tar tar itu yang tentu saja
membuat dia kaget. Tiat lui kang meledak dan
membuat dia kewalahan. Dan ketika dia menangkis
dan mencelat setombak maka dia memaki maki
dengan sikap gusar.
"Tiat-ciang Sian-li, kenapa kau mencampuri
urusan orang? Tidak adakah pekerjaan lain
untukmu hingga mengganggu di sini?"
"Cerewet, aku memang telah
menunggumu, manusia busuk. Kalau bukan karena
suhengku tentu aku tak ada di sini. Kau mau
membunuh pangeran mahkota, aku harus
menghajarmu dan menangkapmu!"
"Keparat, kalau begitu kau wanita usil.
Kubunuh kau!" dan bayangan itu yang membalas
dan tiba tiba mencabut senjatanya sebuah suling
dan tongkat bercagak sekonyong-konyong
membalik dan menerjang Salima. Tiat-lui-kang
sejenak ditahan, Salima terkejut karena orang
memiliki kepandaian cukup tinggi. Sinkangnya
hebat hingga mampu menahan serangannya.
Beberapa jurus mereka bertempur pertandingan
berjalan ramai. Suling mengaung dan tongkat
menderu. Tapi ketika Salima menggerakan lengan1499
kirinya pula melepas pukulan-pukulan berbahaya
maka orang ini terkejut ketika suling dan tongkat
ditangkis tangan telanjang. Salima mengerahkan
Tat - lui kangnya ( Tenaga Petir ) hingga suling
hancur, tongkat pun remuk ujungnya bertemu
Tenaga Petir, tentu saja dia marah dan kaget.
Kiranya gadis itu masih lebih kuat. Dan ketika
Salima mendesak dan kembali menekannya
dengan pukulan-pukulan Petir sementara tangan
kiri gadis itu masih saja menerima dan menangkis
serangan tongkatnya maka mendadak laki-laki ini
memencet sesuatu di batang tongkatnya hingga
lima jarum hitam melesat menyambar Salima,
dalam jarak yang cukup dekat.
"Wut-wu-wut!"
Salima membelalakkan mata. Tentu saja ia
melihat serangan-serangan gelap itu, orang
rupanya curang. Tapi meniup mengerahkan
khikangnya (tenaga hawa mulut tiba-tiba Salima
membentak dan meruntuhkan jarum jarum itu.
"kau kiranya iblis. Pantas kalau curang!"
Laki-laki itu terbelalak. Dia kaget melihat
jarum jarumnya runtuh, melepas lagi tapi runtuh lagi
ditiup Salima. Gadis ini memang hebat. Dan ketika
empat lima kali dia melepas jarumnya tapi selalu
gagal akhirnya laki-laki ini mulai berusaha melarikan
diri. Matanya meliar ke kiri kanan, melihat1500
pertarungan para pengawal dengan
binatangbinatang buas juga hampir b?rakhir, dua
muda mudi tiba-tiba muncul, membantu para
pengawal dan pemuda pemuda Seng-piauw-pang.
Itulah Sin Kok dan Hwi Ling. Dan ketika Salima
mendesak dan dia mundur-mundur maka untuk
pertama kalinya pukulan Tiat-lui kang mengenai
tengkuknya.
"Plak!"
Laki-laki ini terbanting. Dia mengeluh tapi
tidak roboh, bergulingan menjauh dan melompat
bangun lagi. Salima terbelalak karena lawan
ternyata kuat, orang lain tentu sudah kelengar
menerima pukulannya itu. Dan ketika dua tiga kali
pukulannya kembali menyambar tapi laki-laki ini
tidak roboh maka Salima menjadi gemas sementara
lawan tertawa sumbang, gentar.
"Tiat-ciang Sian-li, tanganmu terlalu empuk.
Pukulanmu kurang keras!"
orang itu masih coba mengejek, Salima
marah dan melengking tinggi. Kali ini berkelebat
mendorong dua tangannya sekaligus. Laki-laki itu
terp?ntal dan berteriak tertahan, terbanting dan
berdebuk di sana. Kali ini dia terluka, bibirnya
mengalirkan darah. Salima girang dan membentak
lagi, dua tangannya kembali bergerak. Tapi ketika
dia melesat melepas pukulannya itu mendadak laki-1501
laki ini menyambitkan tongkatnya dan melompat
bangun melarikan diri.
"Krak!" Salima marah. Tongkat hancur
bertemu pukulannya, tentu saja tertahan sejenak
dan ia melihat laki-laki itu menyelinap di balik pohonpohon besar, berlari sambil mendekap dadanya.
Tapi Salima yang sudah memekik mengejar laki-laki
ini tahu tahu berjungkir balik di atas kepala orang.
"Kau mau lari ke mana?" Salima mencabut
benderanya, langsung mengebut dan pandangan
laki laki itu terhalang. Salima penasaran karena laki
laki itu masih belum diketahui siapa,kedok masih
melekat dan Salima sudah mengincar wajah laki laki
ini. Dan ketika laki laki itu terkejut dan mengelak
menjatuhkan diri bergulingan maka saat itu secepat
kilat Salima bergerak merenggut kedok laki-laki ini,
suaranya serasa sudah dikenal.
"Bret!" Salima dan beberapa pengawal
melihat siapa laki laki itu. Pangeran mahkota yang
ada di atas pohon lebih jelas lagi. Seorang laki laki
berkumis yang hidungnya mancung, cukup tampan
tapi bola matanya liar. Itulah laki laki yang dikenal
Salima ketika pertama kali bertemu di perkumpulan
Seng piauw-pang. Salima tertegun dan laki-laki itu
berteriak kaget. Dan ketika laki-laki itu bergulingan
menjauh dan pengawal melihat siapa laki-laki ini
tiba tiba yang mengenal sudah berseru tertahan,1502
"Yu busu (pengawal Yu )...."
Pangeran mahkota dan empat Pengawal
Bintang terbelalak. Mereka melihat bahwa laki-laki
itu memang bukan lain Yu-busu, p?ngawal pribadi
ibunda selir yang diketahui cerdik dan
berkepandaian tinggi. Kita mengenalnya sebagai
sute Coa-ong Tok kwi pula, tentu saja Salima
tertegun dan yang lain lain terkejut. Tapi ketika
semua orang menjublak mengenal dirinya maka
laki-laki ini, Yu Hak melepas senjata terakhirnya
berupa granat tangan. Dia menyesal kenapa tidak
sedari tadi mempergunakan senjata peledaknya itu.
Orang terlanjur mengetahui siapa dia. Laki laki ini
menggereng, marah bukan main pada Salima yang
menjadi gara - gara. Dan begitu tangannya bergerak
maka tiga granat sekaligus dilempar ke arah gadis
ini dan orang-orang lain.
"Awas..!" Salima sadar, berteriak tinggi dan
berjungkir balik menangkap sebuah granat yang
dilontar ke arahnya. Geraknya begitu cepat hingga
granat ini tak sempat menyentuh tanah, dua yang
lain sudah meledak menghamburkan debu dan
asap. Salima melihat laki-laki itu bergerak ke arah
timur. Dan begitu dia membentak menimpuk granat
ini maka Salima sudah meretour benda berbahaya
itu ke arah tuan pemiliknya.1503
"Dar!" Asap mengebul di tempat ini. Lakilaki itu terpental, mengaduh dan lenyap tertelan
gumpalan awan tebal. Salima buru buru mengejar
ke tempat ini, mencegah lawan lolos. Tapi ketika
asap menipis dan dia dapat melihat ke dalam
ternyata laki laki itu sudah tak ada entah ke mana !
"Keparat! Dia licin bagaikan belut. Siluman!"
Orang-orang sudah mendatangi tempat ini
pula. Seng busu melihat bahwa tempat itu kosong,
orang memang telah pergi. Dan ketika mereka
mencari namun gagal maka pangeran mahkota
yang ada di atas pohon sudah melorot dan turun
berteriak-teriak.
"Hei, kalian jangan tertipu. Ini tentu akal
siluman betina ini"
Salima terkejut. Pangeran mahkota
menuding dirinya, marah marah. Dan ketika dia
bertanya apa maksud pangeran itu maka pangeran
ini berkerot gigi mengepal tinju. "Gadis liar,kau tentu
berkomplot dengan orang she Yu itu. Jangan kau
menipu kami dengan pertolonganmu yang purapura ini!"
Salima kaget. "Apa maksud paduka?"
"Tak perlu pura pura. Aku tahu kau
melol?skan temanmu, Tiat-ciang Sian-li. Kau tak
perlu mungkir bahwa entah dengan maksud apa
kau mendalangi semua peristiwa ini. Kau gadis liar.1504
aku tak percaya pada maksud baikmu. Lebih baik
menyerah dan sekarang kau kutangkap! Hei
pengawal, tangkap dan ringkus gadis ini!" pangeran
itu mencak-mencak, marah melihat belasan
pengawalnya roboh terluka. tujuh di antaranya
terbunuh. Menganggap itu muslihat Salima belaka
yang pura-pura menolong. Sungguh Salima marah
dituduh seperti ini. Kiranya pangeran itu terhasut
demikian dalam oleh Siauw ongya hingga bersikap
apriori pada gadis ini. Baik atau tidak baik Salima
tetap dianggap tidak baik. Gadis Tar tar yang selalu
mengacau! Dan Salima yang tentu saja marah
diperlakukan seperti ini tiba tiba berkelebat
mencekik pangeran itu!
"Pangeran busuk, kau kiranya manusia tak
berjantung. Kubunuh kau!" dan Salima yang sudah
membentak menerkam pangeran ini tibatibaberhadapan dengan empat batang tombak yang
di julurkan empat Pengawal Bintang "Mundur!"
Seng-busu menghardik,tentu saja melindungi
pangeran itu dan Salima ditusuk empat tombak
panjang. Tapi Salima yang mengibas
danmenggerakkan tangannya ke sana kemari tibatiba membuat tombak tombak itu patah dan lepas
dari tangan pemiliknya
"Plak-plak plak!" Salima sudah meneruskan
gerakannya, empat busu itu terpekik dan roboh1505
terlempar. Tapi ketika gadis ini hampir menangkap
pangeran itu untuk mencekik lehernya tiba-tiba Sia
Kok berkelebat maju berteriak gugup,
"Benar, pangeran,,,,!" pemuda-pemuda itu
menjatuhkan diri berlutut. Yang mengajak kami k?
mari adalah Tiat-ciang-lihiap ini. Kami datang untuk
menolong paduka di samping hendak membalaskan
kematian guru kami!"
"Dan paduka boleh bertanya pada Cuciangkun atau Bu ciangkun,pangeran," Sin Kok
menyambung.
"Karena mereka juga diancam
pembunuhan yang sama seperti paduka ini.Tiatciang lihiap memang tidak bersalah. Paduka selama
ini terhasut orang lain!"
"Hm!" pangeran masih ragu

Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ragu."Dapatkah kupercaya omonganmu ini,
saudara Sin Kok? Bagaimana kalau kalian yang
justeru tertipu?"
"Tidak, kami tidak tertipu, pangeran. Justeru
paduka yang tertipu!"
"Tapi dia melepas Yu-busu. Aku....."
"Tak tahu diri!" Salima tiba-tiba membentak.
"Aku tak perduli kau percaya atau tidak, pangeran.
Aku tak melepas orang she Yu itu karena dia lolos
di balik ledakan granatnya. Kalau kau tak percaya
aku juga tak perduli. Aku tak mau tinggal lagi1506
bersama kalian!" Salima berkelebat, memutar
tubuhnya dan lenyap dengan kemarahan besar.
Kalau bukan karena suhengnya tentu sudah
dibunuhnya pangeran ini. Dia kelewat terhina. Dan
Sin Kok yang terkejut melihatkepergian gadis itu tiba
tiba berteriak,
"Lihiap, tunggu"...!"
Salima tak mau minoleh, Dia tak
menghiraukan teriakan itu, sikap pangeran
terlampau menyakitkan. Dan ketika Sin Kok kembali
berteriak namun ia tidak memperdulikan maka
Salima sudah meluncur menuju kota raja.Pangeran
mahkota tertegun. Semua orang juga terkejut,
kepergian gadis itu menciutkan nyali mereka.
Khawatir musuh datang lagi dan tak ada yang dapat
diandalkan. Maklum, Salima merupakan
penyelamat yang lihat. Mereka merasa pangeran
agak keterlaluan juga. Dan karena pembunuhan itu
hampir terjadi sementara pengawal juga banyak
yang luka akhirnya Sin Kok mengharap pangeran
pulang kembali. Dan pangeran setuju. Perasaannya
terguncang oleh peristiwa itu. Seng-bu su dan yang
lain-lain gembira. Mereka kembali dengan
membawa yang luka-luka sementara yang tewas
dimakamkan. Fung Miso ternyata pingsan dalam
kekalutan ini, sang pangeran sedih. Dan ketika
rombongan itu pulang kembali dan Sin Kok1507
mengajak agar dari sana pangeran langsung saja
ke rumah Kim-taijin untuk meyakinkan ceritanya
mendadak di pintu gerbang kota raja mereka
bertemu dengan Bu ciangkun dan lain-lain, Salima
ada di situ, di sisi suhengnya, Kim-mou-eng.
"Ah, paduka selamat, pangeran? Syukur,
hamba girang melihat paduka kembali!" Buciangkun melompat berseru girang, temantemannya juga sudah mendekati dan Cu-ciangkun
tampak berseri. Sang pangeran juga gembira,
merasa di tengah-tengah kalangan sendiri. Dan
ketika yang lain merubung dan mengelilingi
pangeranini maka mereka sudah bicara ini itu
menceritakan kejadian masing-masing. Bu
ciangkun sudah mendengar perihal pangeran itu
dari Salima. Panglima ini melihat junjungannya
selamat. Ganti menceritakan diri sendiri dan temantemannya. Pangeran mahkota terkejut, mau tak
mau harus percaya juga pada panglima ini karena
Bu ciangkun maupun Cu-ciangkun adalah orangorang yang setia kepada istana.
Dan ketika pangeran itu terbelalak dan Buciangkun menjelaskan bahwa r?ncara pembunuhan
itu diatur oleh Siauw-ongya dan ibunda selir
kemungkinan besar juga terlibat maka panglima
tinggi besar ini menerangkan bahwa rencana1508
pemberontakan itu memang benar ada dan mereka
harus menumpasnya.
"Hamba hampir mampus kalau tak ada Kim
mou eng dan Hek eng taihiap,Siang-lo-mo yang
menyerang hamba dan Cu ciang kun. Apa yang
dikata Kim mou eng tentang Sin piauw Ang?lojin
memang tidak salah!"
"Dan paduka tak perlu terus bercuriga pada
Tiat ciang lihiap. Sumoi Kim-mou-eng ini bekerja
sunggung-sungguh untuk keselamatan paduka!"
"Benar, dan Hek-eng Taihiap telah
menangkap seseorang, pangeran. Paduka dapat
melihatnya di tempat Kim-taijin. Kita kesana dan
dengarkan keterangan Kim taijin!"
Bu-ciangkun dan Cu - ciangkun yang saling
menyambung membuat pangeran mahkota
semakin membelalakkan mata. Dia melihat dua
orang itu bersungguh sungguh. Kelakuannya
terhadap Salima membuat pangeran ini menyesal.
Rencana pemberontakan ternyata memang benar
ada. Dua panglimanya itu mengajaknya ke tempat
Kim-taijin. Tapi ketika dia menoleh dan tak melihat
Salima maupun Kim-mou eng tiba-tiba pangeran itu
tertegun.
"Mana mereka?"
Yang lain ikut mencari. Ternyata yang
dipandang pangeran adalah tempat di mana Kim-1509
mou eng dan sumoinya tadi berada. Tentu saja
mereka celingukan dan kaget mencari ke sana
kemari. Tapi ketika bayangan suheng dan sumoi itu
benar benar tak ada lagi dan orang tak melihat di
mana perdekar ini akhirnya Bu ciangkun menyesal
menepuk dahi.
"Celaka, kita mengecewakan mereka. Kita
harus minta maaf!"
"Tidak," pangeran mahkota berkata
perlahan. "Bukan kalian yang harus minta maaf,
ciangkun, tetapi akulah. Aku yang mengecewakan
mereka. Kim-mou eng dan sumoinya berkali-kali
mendapat perlakuan buruk dariku. Aku menyesal.
Siapa di antara kalian yang tahu di mana kiranya
mencari suheng dan sumoi ini? Aku mengundang
mereka untuk menyampaikan permintaan maafku.
Tolong kalian beri tahu!"
Hek-eng Taihiap maju, tersenyum lebar.
"Paduka tak perlu khawatir, pangeran. Hamba dapat
menemui mereka memberitahukan maksud paduka.
Kim-taihiap tak mungkin meninggalkan kita karena
urusan belum semuanya selesai."
"Betul, Kim-mou eng berjanji untuk
membantu kita setuntasnya, pangeran, Hamba lupa
dan tak ingat ini!" Bu ciangkun berseru.
"Kalau begitu di mana mereka?"1510
"Hamba dapat mencarinya, pangeran. Tapi
sebaiknya paduka pergi dulu ke tempat Kim-tarjin.
Di sana seseorang tertangkap, paduka dapat
mendengar apa yang akan terjadi secara lebih
jelas."
"Betul!" Bu-ciangkun lagi lagi berseru,
"Kim moa-eng pasti ketemu lagi, pangeran.
Sebaiknya kita ke Kim taijin dan mendengar
rencana pemberontakan itu!"
"Baik, kalau begitu mari ke sana," dan sang
pangeran yang termangu sejenak tapi bersinar
memandang semua orang akhirnya pergi dan
diantar menuju ke gedung Kim taijin. Sin to Sam
enghiong dan lain lain ikut, tapi Hek eng Taihiap
yang tak melihat Yu Bing justeru melepaskan diri
dari rombongan ini.
"Pangeran, hamba tak dapat mengantar.
Paduka sudah berada di tempat yang aman, ijinkan
hamba pergi sebentar untuk nanti kembali lagi."
"Kau mau mencari Kim-mou-eng?"
"Ya." dan sang pangeran yang mengucap
terima kasih pada pendekar ini dan melanjutkan
langkahnya akhirnya diantar yang lain-lain
sementara Hek-eng Taihiap sendiri berkelebat ke
lain arah. Bukan sekedar mencari Kim-mou-eng tapi
juga Yu Bing, sahabatnya itu yang tidak nampak di
antara rombongan. Heran dan tidak enak kenapa1511
pemuda itu tak ada bersama. Dan begitu pendekar
ini menggerakkan kakinya berkelebat lenyap maka
di lain tempat pangeran mahkota tiba di tempat Kim
taijin dan kaget melihat tertangkapnya Cu thaikam
di sana! Pangeran ini segera mendengar apa yang
terjadi. Keterangan Kim-taijin semakin mempertebal
kepercayaannya. Dan ketika pangeran itu berkerot
gigi dan marah bukan main maka Kim-taijin,
penasihat ayahanda yang amat dipercaya dan setia
pada kaisar berkata tenang,
"Paduka tak perlu tergesa-gesa, pangeran.
Apa yang telah kita dengar dari Cu thaikam
sebaiknya kita hadapi dengan kepala dingin. Hati
boleh panas, tapi pikiran tetap bekerja tenang
sampai kakak paduka tertangkap basah."
( Bersambung Jilid XXV.)
Koleksi Kolektor Ebook1512
"PENDEKAR RAMBUT EMAS"
Karya : Batara
Jilid XXV
* * * "APA yang harus dilakukan? Bukankah lapor
saja pada ayahanda kaisar dan kanda pangeran
ditangkap?"
"Itu belum menjamin keberhasilannya,
pangeran. Ibunda selir adalah orang yang cerdik. Tak
mungkin dia tinggal diam kalau anaknya di tangkap."
"Tapi bukti bukti sudah ditangan kita. Mau apa
lagi?
"Ah, bukti baru limapuluh persen, pangeran.
Ibunda selir maupun kakak paduka dapat mengelak
dengan seribu macam dalih. Difitnah umpamanya, atau
bilang yang lain lagi seperti ketika Kim mou-eng
berhadapan dengannya."
"Jadi bagaimana?"
"Kita tenang tenang saja, pangeran. Paduka
bersikap seolah tidak tahu apa-apa tentang rencana
pemberontakan ini. Biarkan mereka bekerja dan1513
pemberontakan itu meletus. Baru setelah itu kita
bergerak dan menangkap kakak paduka yang berkhianat
itu!"
Pangeran ini tertegun. Sekarang penyesalannya
terhadap Kim mou eng dan sumoinya semakin besar.
Pendekar itu dan sumoinya benar-benar tak ada maksud
lain. Mereka hanya hendak mencegah sebelum
semuanya menjadi parah, begitu kira-kira. Dan karena
Kim-taijin serta Bu ciangkun dan lain lainnya itu telah
membuktikan rencana pembunuhan yang nyaris
mencelakakan mereka dan dia sendiri hampir tewas di
tangan Yu-busu maka pangeran gusar sekali melihat
kebusukan kakak tirinya ini. Sin K?k dan Hwi Lingpun lalu
bercerita tentang penangkapan mereka, betapa mereka
hampir dicelakai Thai H?k, orang suruhan Tan-taijin.
Tentu Tan taijin inip?n disuruh Pangeran Muda untuk
melenyapkan orang-orang yang dianggap setia pada
kaisar, atau menculik mereka untuk kelak dibunuh.
Perbuatan itu benar-benar teratur dan terencana,
semuanya sudah diperhitungkan masak-masak. Seperti
halnya serangan Hek bong Siang lo mo terhadap Bu
ciangkun dan Cu-ciangkun. Dan ketika semuanya itu jelas
dan Cu-thaikam "dikompres" untuk mengatakan segala
sesuatunya maka pangeran mahkota semakin jelas dan
lebih tahu lagi akan rencana rencana kakak tirinya itu di
hari hari mendatang. Semua yang dikata Cu thaikam1514
mulai dibuktikan, Satu persatu menteri menteri yang
siap membelot diselidiki. Tan taijin, Lu taijin dan banyak
lagi yang jumlahnya membuat pangeran ini terbelalak.
Satu di antaranya bahkan Han taijin, rekan atau saudara
kim taijin sendiri yang menjadi penasihat kedua.
Sungguh hal ini mengejutkan. Dan ketika semuanya itu
semakin membuka mata pangeran ini akan tindak
tanduk kakaknya maka saat yang dinanti-nanti inipun
mulailah tiba. Gerakan pasukan liar di luar perbatasan
mulai menyerang. Itulah Gurba, suheng Kim mou eng
yang juga kena pelet kakaknya ini.
Menurut keterangan karena berhasil dilolohi
Wan Cu, orang yang menjadi kekasih kakaknya sendiri.
Berarti kakaknya tak segan-segan mengorbankan yang
amat berharga demi lancarnya pemberontakan.
Pangeran ini terkejut dan semakin marah saja. Terlalu
kakaknya itu. Benar benar kelewatan! Tapi karena Kimtaijin selalu menasihati pangeran ini dan mendampingi
pangeran itu untuk bersabar maka semua kemarahan
dan kegusaran pangeran ini masih berhasil ditekan.
Dengan segala kebijaksanaan dan kemampuannya Kim
taijin mengendalikan pangeran mahkota itu.
Buru buru Kim-mou eng dicari, Hek eng Taihiap
mendapat tugas ini. Pendekar Rambut Emas itu satu
satunya andalan yang dapat dipercaya. Yu Bing entah
masih kemana. Hek eng taihiap terpaksa menunda1515
pencarian terhadap sahabatnya itu karena suasana kota
raja mulai gawat. Ketegangan mencekam di sini. Kimmou eng datang dan Kim taijin buru-buru minta
bantuannya. Segala yang didengar dari mulut Cu thaikam
dibeberkan, termasuk kerja sama G?rba yang diperalat
Pangeran Muda. Yu Hak atau Yu-busu sejak gagalnya
rencana pembunuhan terhadap pangeran mahkota tak
muncul lagi di istana. Ibunda selir kelihatan gelisah, tak
mendapat laporan orang kepercayaannya itu atas apa
yang terjadi. Gerak-gerik semua orang diawasi, tentu
saja secara diam-diam.
Dan ketika pangeran ini berhasil menuruti
nasihat Kim taijin untuk pura pura tidak tahu rencana
pemberontakan itu dan sikapnya terhadap kakak tirinya
masih biasa biasa saja maka Pangeran Muda maupun


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sien Nio sukar menebak apa yang sesungguhnya terjadi.
Tak tahu dan sedikit was was, namun akhirnya t?nang
kembali meneruskan rencana pemberontakan. Mereka
tak tahu bahwa beberapa bayangan berkelebat di atas
gedung mereka, mengintai pembicaraan. Dua bayangan
yang bukan lain Kim-mou-eng dan Salima, yang
meneruskan apa yang mereka dengar pada pangeran
mahkota dan Kim taijin. Tentu saja gerak-gerik dua
suheng dan sumoi ini tak dapat ditangkap orang di
bawah. Kesaktian mereka terlalu tinggi untuk diikuti, lagi
pula Kim mou-eng dan sumoinya berhati - hati, selalu1516
menjaga suara berisik hingga langkah kaki mereka tak
terdengar. Pangeran mahkota sendiri sudah mohon
maaf berulang-ulang pada Kim-mou-eng dan sumoinva,
terutama Salima. Begitu sungguh sungguh hingga
memeluk dan menangis di pundak Salima, gadis ini
terharu dan kontan semua kemarahannya lenyap.
Wanita memang lemah perasaannya. Dan ketika satu
demi satu semua pembicaraan Pangeran Muda maupun
orang-orangnya di tangkap Pendekar Rambut Emas dan
sumoinya dan semua gerak-gerik pangeran itu diawasi
maka saat yang menegangkan itu kian mencekam.
Hanya terhadap ibunda selir Pendekar Rambut
Emas mengutuk. Wanita itu luar biasa hati-hatinya,
cerdik dan berbahaya. Entah kenapa pada suatu hari tak
pernah bicara pada puteranya Kalau kasak-kusuk di
dalam kamar, berdua. Yang dikerjakan kini adalah isyarat
bahasa. Memberikan secarik kertas dan tukar menukar
surat. Mereka tak lagi berkomunikasi secara lisan tetapi
tertulis. Tentu saja Kim-mou-eng tak dapat membaca
karena tulisan surat itu kecil - kecil, lagi pula tempat
pengintaiannya cukup tinggi. Sungguh cerdik. Agaknya
firasat tak nyaman berhasil ditangkap wanita yang
penuh pengalaman itu. Sien Nio memang merasakan
sesuatu yang tidak enak. Sejak hilangnya Yu-busu dan Cu
thaikam. Katanya Cu-thaikam menghilang entah ke
mana. Selir ini curiga. Tapi karena pangeran mahkota tak1517
menunjukkan gejala gejala aneh dan sikap pangeran itu
terhadap puteranya juga biasa biasa saja maka Wanita
ini bingung untuk bersikap bagaimana. Sekarang ia
ketanggor berhadapan dengan kehati hatian Kim-tajin,
penasihat kaisar yang berhasil menyetel situasi dari jauh.
Kim-Caijin ternyata tak kalah cerdik dibanding selir ini.
Maklum, jelek jelek pemabesar itu adalah seorang tua
yang penuh pengalaman. Riwayat Hidup Sien Nio
diketahuinya baik. Licin dibalas licin dan dua orang ini
sama-sama bergerak di belakang layar. Sungguh
mendebarkan! Dan ketika Kim mou - cog mengumpat
memberitahukan kecerdikan selir itu yang tidak lagi
menggunakan bahasa lisan setiap berhubungan dengan
puteranya melainkan bahasa tulis untuk tidak
dimengerti orang lain maka pembesar Kim inipun
tertegun membelalakkan mata.
"Begitukah, Kim-taihiap? Kalau begitu
puteranya saja yang kita incar. Pusatkan konsentrasi
untuk melihat gerak-gerik pangeran ini. Toh dia yang
akan melaksanakan perintah ibunya."
Kim-mou-eng menangguk. Bersama sumoinya
dia sekarang lebih memusatkan perhatian pada
pangeran ini. Hampir setiap gerak-geriknya di ikuti,
termasuk pembicaraannya bersama Wan Cu dimana dua
orang ini bercakap cakap di dalam kamar. Kim mou eng
dan Salma tertegun mendengar pembicaraan mereka,1518
yang menyangkut dengan hubungan suheng mereka,
Gurba. Bahwa Gurba diperalat saja dengan tubuh Wan
Cu. Berulang - ulang Wan Cu menyatakan pendapatnya
bahwa dia tetap mencintai pangeran itu. Kelak Gurba
harus disingkirkan kalau pemberontakan selesai,
singgasana dapat direbut dan Pangeran Muda menjadi
kaisar.
Pangeran Muda berjanji tapi di lain tempat
ibunya menentang, tak mau Wan Cu menjadi isteri
anaknya. Tiga orang ini diam-diam berbeda pendapat,
ibu dan anak mulai cek cok Wan Cu tak tahu. Dan ketika
hal itu di sampaikan pada Kim taijin untuk diminta
pendapatnya mendadak pembesar ini berteriak-teriak.
"Bagus, ini satu titik terang, taihiap. Ini satu
bumerang untuk mereka!"
"Apa yang harus kulakukan?"
"Tangkap wanita itu, taihiap. Dan bawa dia ke
sana!"
"Wanita siapa? Bawa ke mana?" Kim-mou eng
terkejut.
"Itu, kekasih Pangeran Muda itu. Bukankah ini
urusan pribadi mereka? Culik wanita she Wan itu,
taihiap. Bawa dia ke tempat bunda selir agar mendengar
sendiri apa yang dikata bakal mertuanya, ha ha!"
Kim - taijin tak dapat menahan gembira hatinya,
tertawa dan bersinar sinar dengan mata bercahaya.1519
Pandangan matanya tampak hidup dan antusias. Dan
ketika Kim mou eng tertegun dan sadar akan pukulan ini
tiba tiba dia pun kagum dan memuji penasihat kaisar itu,
pangeran mahk?ta pun bersorak.
"Bagus, hebat sekali, taijin. Rencanamu ini
tepat dan akurat!"
"Ya, dan aku akan mengusahakannya, taijin.
Aku akan menangkap dan membawa wanita itu untuk
mendengar pembicaraan bakal mertuanya!"
"Tidak!" Salima tiba-tiba berseru. "Itu aku yang
mengerjakan suheng. Kau melihat saja situasi di rumah
Pangeran Muda. Kalau dia menemui ibunya dan bicara
tentang ini biarlah kau memberi tanda dan aku
membawa perempuan busuk itu!"
Kim mou eng tertegun. Sekarang dia sadar
bahwa sumoinya ini rupanya tak suka dia menyentuh
tubuh perempuan lain. Cemburu. Pangeran tersenyum
dan Kim-taijinpun tertawa penuh arti. Mereka maklum
akan cinta kasih gadis itu kepada suhengnya. Salima agak
merah mukanya. Tapi sang suheng yang tidak menolak
dan tentu saja tak mau bersikeras akhirnya mengangguk
dan setuju. Dan saat itu tiba. Percekcokan masalah Wan
Cu. terang tak mungkin dibicarakan dengan bahasa
isyarat. Ini urusan pribadi, bukan urusan
pemberontakan. Tak apa bicara seperti biasa
sebagaimana adanya. Dan ketika ibu dan anak kembali1520
cekcok tentang hal ini dan masing masing agak meninggi
nadanya maka Kim mou eng sudah memberi isyarat
sumoinya untuk menculik Wan Cu, malam itu, ketika
secara kebetulan saat yang tepat ini tiba, memang sudah
lama ditunggu tunggu.
"Lihat, tiap hari kau semakin edan
membicarakan Wan Cu, pangeran. Kenapa harus
diributkan kalau perjuangan kita belum berhasil? Tutup
pembicaraanmu tentang ini, urusan wanita bisa
menggagalkan urusan yang lebih besar!"
"Tapi Wan Cu benar-benar kucinta, ibu. Dan dia
cocok menjadi pendampingku. Kami bisa bekerja sama
sehati seucapan!!!"
"Huh, kau tahu apa? Cinta di antara pria wanita
bisa berobah. Kau lagi mabok kepayang, tak ada cinta
sejati di dunia ini kecuali cinta ibu terhadap anaknya!"
"Jadi ibu bersikeras memisahkan Wan Cu
dariku?"
"Goblok. Sudah kubilang jangan bicarakan hal
ini lagi . Urusan itu tekan saja kalau perjuangan sudah
selesai. Aku tak mau ribut ribut denganmu hanya
masalah perempuan!" selir ini marah, membanting
pantat di kursi dan melotot pada puteranya itu.
Pangeran Muda tertegun. Tapi karena kamar itu terkunci
dan tak ada pelayan bersama mereka maka pangeran ini
duduk pula berhadapan dengan ibunya.1521
"Ibu, aku berjanji tak akan membicarakan
urusan ini lagi kalau kau cabut rencanamu. Kau
biarkanlah Wan Cu menjadi milikku dan Gurba kita
bunuh!"
"Kau kira gampang? Kau tak tahu kesaktian
rakasasa itu? bodoh, memberikan Wan Cu sama dengan
menyelamatkan nyawamu pangeran. Kau bisa mencari
Wan Cu - Wan Cu yang lain sebagai penggantinya.
Raksasa itu biar mendapatkan haknya dan menikahi
pelacur itu. Banyak lainnya yang lebih cantik yang dapat
kau peroleh"
"Ibu memakinya sebagai pelacur?" Pangeran
Muda terb?lalak.
"Ya, memangnya apa? Aku benci wanita itu.
Kalau bukan pelacur tentunya tak sudi bermain cinta
dengan orang yang tidak dicintainya!"
"Tapi ibu yang menyuruh itu. Ibu menyuruh
agar Wan Cu melayani Gurba!"
"Huh, itulah batu ujian dariku, pangeran. Aku
sekaligus ingin mengetahui kadar cintanya kepada mu.
Kalau dia menolak berarti dia wanita baik-baik, pantas
menjadi isterim? dan kelak menjadi permaisuri. Tapi
kalau dia menerima dan galang-gulung dengan laki-laki
lain sungguh tak pantas! dia menjadi kekasihmu dan
lebih tak pantas lagi menjadi permaisuri," s?lir ini
menggebrak meja, tak ingat dirinya sendiri yang juga1522
pernah menjadi pelacur. Keburukan orang lain dilihat
sementara keburukan sendiri yang sebesar Gajah di
tengkuknya tak dirasa. Dan ketika Pangeran Muda ki?n
terbelalak dan bangkit berdiri maka ibu dan anak ini
sudah berbadap-hadapan dengan muka sama-sama
merah.
"Ibu, aku tak dapat menerima pendapatmu.
Kau tak boleh menghina Wan Cu." pangeran ini
menggigil. "Kalau ibu tak suka menerima kekasih ku
sebagai permaisuri aku dapat menjadikannya sebagai
isteri biasa. Apa yang dilakukan Wan Ca adalah demi
cintanya kepadaku. Aku yakin, tak mungkin salah. Kalau
ibu mengumpatnya dan memakinya sebagai pelacur
harap ibu tengok sendiri bagaimana keadaan ibu dulu.
Bukankah ibu juga pernah melakukan hal yang sama?
Bukankah ibu sering berpindah dari satu lelaki ke lelaki
lain sebelum tinggal di istana ini? Kaupun bekas p?lacur
ibu. Sepak terjangmu lebih hebat dibanding Wan Cu!"
"Pangeran.....!" selir ini tersentak, meloncat
dari duduknya, kaget bukan main. "Kau..... kau menghina
ibumu? Kau berani mengeluarkan kata kala seperti itu?"
selir ini menggigil, mukanya pucat dan merah berganti
ganti memandang puteranya itu. Kekagetannya seperti
disengat lebah. Ah, mungkin lebih lagi daripada itu.
Anaknya terkejut tapi tersenyum mengejek. Dua pihak
sama-sama dibakar emosi. Dan ketika sang ibu mendelik1523
dan gemetar meremas lengan kursi maka pangeran ini
berkata melampiaskan kemendongkolannya.
"Ibu, maafkan aku. Aku telah mendengar
riwayat hidupmu di masa lalu. Betapapun, bau busuk tak
dapat disembunyikan, bukan? Aku tak dapat menerima
makianmu terhadap Wan Cu ibu. Kalau kau tak suka
padanya tak usah kau memaki. Bes?k aku akan keluar
kota!"
S?ng ibu berdiri, menggigil penuh kemarahan.
"Kau melawan keputusan ibuma?"
"Bukan keputusan, ibu, Melainkan keinginan.
Kau hanya ingin memisahkan aku dari Wan Cu, tapi
keputusan terletak di tanganku. Wan Cu tetap tak dapat
kau pisahkan dariku. Aku mencintainya!"
"Kalau begitu pilih salah satu. kau mencintai
wanita itu atau ibumu!"
Sien Nio mendadak mengambil badik, pisau
tajam yang ujungnya sedikit melengkung. Dan
sementara Pangeran Muda tertegun maka ibu yang
marah ini berseru,
"Pangeran, kau tentukan jalan hidupmu dengan
pisau ini. Kau bunuhlah ibumu kalau kau tak dapat
meninggalkan kekasihmu itu.... cep!" pisau bergoyang di
atas meja, selir kaisar ini menancapkannya dengan
penuh kemarahan yang membuat puteranya terkejut.
Pangeran Muda tersentak dan Wan Cu yang melihat1524
semuanya itu dari atas tak dapat menahan air matanya,
menangis deras tapi mulut tak dapat berkata-kata.
Salima menotoknya, gadis ini mengenakan kedok
sementara suhengnya juga begitu, agar tak dikenal. Dua
orang Inipun tegang di atas genting. Keadaan memang
amat menentukan bagi pangeran itu, termasuk Wan Cu,
orang yang menjadi pokok pembicaraan. Dan ketika sang
pangeran terhenyak dan ibunya merenggangkan kaki
dengan air mata bercucuran pula tiba-tiba Pangeran
Muda mengeluh dan menubruk ibunya itu.
"Ibu, kenapa harus begini? Kenapa kau
menyusahkan aku?"
"Tidak, bukan aku yang menyusahkan kau,
pangeran. Melainkan kaulah yang menyusahkan ibumu.
Rencana kerja kita bisa hancur berantakan gara-gara
kebodohanmu. Sekarang pilihlah satu di antara dua kau
tetap dengan ibumu dan meninggalkan wanita itu atau
kau bunuh ibumu dan galang gulunglah dengan Wan
Cu!"
Sang pangeran menangis. Sekarang dia pun
terjepit oleh keadaan ini. Betapapun ibunya adalah
wanita yang membesarkan dirinya dengan segala suka
duka. Kedudukan yang dia peroleh adalah atas jasa
wanita tua ini. Pangeran Muda hancur. Dan ketika
ibunya mengulang agar dia meninggalkan Wan Cu atau1525
membunuh ibunya itu mendadak pemuda ini
mengguguk memeluk ibunya itu.
"Ibu, kau ampunkanlah aku. Aku akan
memenuhi permintaanmu,aku tak dapat membunuhmu
dan akan meninggalkan Wan Cu!"
"Kau berjanji?"


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku berjanji, ibu. Tapi mohon dengan sangat
biarlah untuk sisa-sisa terakhir ini kau perkenankan aku
menghubungi Wan Cu seperti biasa."
"Baik, dan kelak kekasihmu itu harus kau
serahkan pada raksasa Tar-tar itu, pangeran. Kalau kau
menarik janjimu maka sumpah demi iblis aku akan
membunuh wanita itu dengan segala cara!"
"Tidak.... tidak, jangan ibu, aku bersumpah!"
dan ibu serta anak yang berpelukan dan menangis penuh
haru akhirnya membuat Wan Cu pingsan di atas sana.
Wanita Cantik ini tak dapat menahan dirinya lagi.
Kebenciannya terhadap bunda selir bukan main
besarnya. Wan Cu t?rpukul hebat. Dan ketika Salima
mengembalikannya dan membiarkan Wan Cu bersikap
menurut keinginannya sendiri maka sejak malam itu
terjadi perobahan besar-besaran di dalam diri wanita
cantik ini. Wan Cu masih menyambut kekasihnya dengan
biasa. Hanya mukanya sedikit murung. Pergolakan hebat
terjadi di hati wanita ini. Sekarang! dia tahu bahwa
betapa pun besar kekasihnya itu mencintai dirinya tapi1526
kekasihnya telah tertekan oleh kemauan ibunda sendiri.
Wan Cu terseret dua arah. Di satu pihak dia melihat
kekasihnya sebenarnya masih amat mencintanya tapi di
lain pihak kekasihnya dibuat tak berdaya oleh ibunya.
Terpikir olehnya untuk membunuh ibunda selir itu. Benci
hatinya melihat dia benar benar akan diserahkan pada
Gurba, kekasihnya tak dapat menolong. Dan ketika hari
demi hari membuat Wan Cu digerogoti tekanan batinnya
sendiri dan bingung untuk menentukan jalan bagaimana
yang harus ditempuh maka tak lama kemudian wanita ini
sakit.
Pangeran Muda khawatir. Wan Cu tak dapat
lagi membantu mereka, keadaan membuat pangeran ini
bergerak sendirian, tentu saja sang ibu masih berdiri di
belakang layar, Wan Cu patah semangat. Hampir wanita
ini bunuh diri di suatu malam. Tapi teringat betapa
enaknya ibunda selir kalau ia mati mendadak Wan Cu
mengurungkan niatnya itu. Tidak, ia harus membalas.
Sakit hatinya tak dapat ditebus dengan bunuh diri.
Justeru kalau ia hendak melenyapkan sakit hatinya itu
ibunda selirlah yang harus dibunuh, bukannya bunuh
diri. Dan ketik? Wan Cu sadar dan dendam mulai
membara di hati wanita ini maka Wan Cu mulai mencari
akal bagaimana caranya ia membunuh ibu kekasihnya
itu. Dan ini mulai retaknya kerja sama. Kalau tokohtokoh yang bersangkutan bertikai sendiri mana mungkin1527
sebuah keutuhan terjaga? Begitulah. Wan Cu mulai
mencari cari. Dia sudah mempertimbangkan bahwa
Gurbalah yang cocok dimintai tolong.
Raksasa tinggi besar itu akan melakukan segalagalanya untuknya. Wan Cu beringas. Pangeran Muda
masih menggaulinya di waktu-waktu senggang,
kekasihnya itu memang mencintainva dan Wan Cu
merasakan benar kasih sayang pangeran ini, yang
sayangnya agak terganjal oleh ancaman ibunya sendiri,
sering kekasihnya itu termenung di tempat-tempat
tertentu. Dan Ketika Wan Cu sakit dan Pangeran Muda
terpaksa aktip sendiri menyusun siasat dan segalanya
maka pertemuan pertemuan penting mulai sering
diadakan pangeran ini bersama pembantupembantunya, termasuk yang di telaga Po-yang itu, juga
di tempat-tempat lain sementara Gurba mulai
melakukan serangan. Mereka juga akan menusuk dari
dalam, menunggu waktu yang tepat. Tapi ketika
keadaan mulai menuju pada puncaknya dan bangsa Tar
tar kian mendekati kota raja dalam usahanya
melaksanakan perintah Pangeran Muda mendadak Wan
Cu ditangkap di saat pangeran itu tak ada di istana. Dan
hal itulah yang didengar Gurba.
Apa yang t?rjadi? Kiranya semalam Wan Cu
mengambil putusan nekat. Seminggu ini kekasihnya tak
muncul. Wan Cu tak tahu bahwa Pangeran Muda saat itu1528
di telaga Po-yang, mengira kekasihnya mulai menjauh
atas perintah ibunda selir. Dugaan yang sudah didasari
api kebencian begini memang mudah meletup. Hampir
dua bulan ini Wan Cu menahan-nahan sakit hatinya.
Maka ketika dia terbaring sakit dan sang kekasih tak
kunjung menengok tiba tiba saja hari itu dengan tertatihtatih Wag Cu mencari pangeran mahkota. Sang pangeran
terkejut.
"Ada apa, Wan Cu?"
Wan Cu terisak. "Hamba..... hamba hendak
menyerahkan sesuatu. pangeran. Hamba hendak
melepas sakit hati....." Wan Cu terbatuk, hampir
terguling dan cepat ditangkap pangeran ini, terbelalak
tak mengerti. Wan Cu terengah dan matanya terpejam.
Pangeran mahkota menyuruhnya duduk dan benar benar h?ran oleh kedatangan wanita yang merupakan
tokoh ketiga di dalam rencana pemberontakan ini,
setelah Pangeran Muda dan ibunda selir. Sang pangeran
berdebar. Dan ketika pangeran kembali bertanya dan
curiga memandang wanita itu maka Wan Cu tiba-tiba
tersedu dan menangis menutupi mukanya.
"Pangeran, hamba sakit. Hamba penasaran!"
"Ya, aku mendengar kau tak enak badan, Wan
Cu. Kudengar kau memang sakit. Tapi kenapa ke sini?
Dan kau tak diantar seorangpun. Mana kanda
pangeran?"1529
"Hamba tak tahu, pangeran. Tapi justeru itulah
yang membuat hamba ke mari. Hamba di khianati.
Hamba ditipu!"
Pangeran tersenyum, tentu saja tak gampang
percaya. "Wan Cu, kau ceritakanlah yang baik apa
maksud kedatanganmu ini. Apa yang hendak kau
serahkan padaku."
"Paduka mau menyelamatkan hamba?"
"Ah, ada persoalan apa? Tampaknya serius!"
pangeran pura pura terkejut, padahal di dalam hati dia
mengejek wanita ini. Wan Cu dianggapnya sebagai
wanita c?rdik yang berbahaya, barangkali tak kalah
dibanding ibunda selir. Dia sudah mendengar dan
mengetahui segala sesuatu tentang kekasih kakaknya
ini. Kedatangan Wan Cu terang tak dipercaya begitu saja
dan putera mahkota tersenyum sinis. Tapi ketika Wan Cu
menghentikan tangisnya dan tinggal sedu-sedan satu
dua maka Wan Cu melepas tangannya mengeluarkan
sesuatu.
"Pangeran, mohon ampun bila selama ini
hamba bersikap tak jujur. Harap paduka terima catatan
yang mungkin dapat paduka pergunakan menangkap
dan menghukum ibunda selir!"
"Catatan apa?"
"Paduka baca saja, nanti paduka tentu tahu".1530
Sang pangeran menerima, membuka dan
memulai membaca kitab kecil yang dibawa wanita ini.
Terbelalak dan kaget karena itulah kitab catatan yang
dulu dicari Kim - mou - eng. isinya menunjukkan daftar
nama nama pengikut kakak tirinya, sejumlah menteri
dan pejabat istana yang akan membantu
pemberontakan. Sang pangeran terhenyak, sebagian
sudah diketahui lewat mulut Cu-thaikam. Tapi kitab ini
lebih komplit karena gerakan ibunda selirpun diketahui
di situ, antara lain akan membunuh kaisar melalui racun.
Tanggal s?dah ditetapkan! Dan ketika pangeran tertegun
dan hal terakhir ini diketahui karena Cu-thai kam tidak
bercerita, mungkin tidak tahu maka pangeran melotot
menggigil memandang Wan Cu. tanda tangan ibunda
selir dan kakak tirinya tertera. Wan Cu tercantum di situ,
termasuk tanda tangan pula yang merupakan orang
ketiga dari otak rencana pemberontakan ini.
"Wan Cu, apa maksud pemberitahuanmu ini
Muslihat apa yang kau simpan di sini?" pangeran tentu
saja curiga, bertanya dan memandang penuh selidik
kekasih kakak tirinya itu. Ingin mengetahui dorongan
atau alasan apa yang membuat wanita ini mengkhianati
teman-temannya.
Wan Cu mendadak menangis. Dan ketika
wanita itu mengguguk dan mendekap mukanya penuh
kesedihan dan menceritakan bahwa perbuatannya itu1531
untuk membalas sikap ibunda selir yang menghinanya
maka pangeran mahkota tertegun mempercayai
keterangan ini. Memang dia telah mendengar hal itu dari
Kim mou-eng. Menguji lagi dengan beberapa pertanyaan
tapi Wan Cu ternyata jujur, tidak berbohong sedikitpun
juga. Termasuk pengakuannya akan rencana membunuh
pangeran itu lewat Yus busu. juga rencana pembunuhan
terhadap Bu ciangkun maupun Cu ciangkun lewat Hek bong Siang lo mo. Semuanya tepat. Dan ketika Wan Cu
ditanya bukankah membunuh ibunda selir dapat
meminta tolong pada Gurba dan tak perlu
menyerahkannya pada kaisar maka Wan Cu menjawab
tersedu,
"Tadinya hamba bermaksud begitu, pangeran.
Tapi rencana ini hamba robah. Gurba sibuk mengatur
pasukannya, dan sekarang jarang datang. Hamba tak
sabar. Dan karena hamba tak tahan ditinggal Pangeran
Muda yang agaknya sudah mulai menjauhi hamba atas
perintah ibunya maka hamba hendak mempermalukan
ibunda selir dengan jalan ditangkap. Ibunda selir harus
mendapat pukulan, dan satu-satunya pukulan yang
paling ampuh adalah pengakuan hamba ini. Tentu dia tak
menyangka, juga tak tahu bahwa hamba telah
mendengar pembicaraannya dengan Pangeran Muda.
Hamba hendak membalas sakit hati ini dengan jalan
memukulnya secara total. Kalau dibunuh oleh Gurba1532
rasanya terlalu enak. Maka hamba hendak menteror
mentalnya dengan pengakuan hamba ini. Tentu dia tak
enak makan tak nyenyak tidur!"
"Tapi ini berarti kaupun ditangkap. Ayahanda
kaisar tak mungkin pula mengampunimu."
"Hamba tahu pangeran. Tapi harap paduka
ketahui bahwa keterlibatan hamba hanyalah
dikarenakan mengikut kakak tiri paduka. Otak dan
dalangnya adalah ibunda s?lir itu. Hamba hanya
pembantu. Kalau paduka kasihan kepada hamba
tentunya paduka dapat mohonkan ampun pada
ayahanda kaisar."
"Baik, kalau begitu kau kutangkap, Wan Cu. Tapi
tunggu dulu kedatangan Kim - taijin, juga Pendekar
Rambut Emas".
"Pendekar Rambut Emas?" Wan Cu terkejut.
"Ya, kenapa? Kau pernah diculiknya, bukan?"
"Ooh....." Wan Cu terbelalak, tiba-tiba sadar.
"Jadi...."
"Ya!" pangeran memotong. "Dialah yang
membawamu ke kamar ibunda selir, Wan Cu. Tapi yang
menangkapmu adalah sumoinya, Salima!" dan ketika
Wan Cu mendelong dan pangeran menyuruh orang
memanggil Kim taijin maka Kim mou-eng serta sumoinya
itupun muncul. Dan Wan Cu semakin tertegun. Dia
melihat tiga orang itu tersenyum mengejek padanya,1533
terutama Salima. Wan Cu terpukul dan tersentak.
Sekarang mendusin bahwa sebenarnya gerak - geriknya
diketahui. Rencana pemberontakan itu sudah
tertangkap dan pemberitahuannya ini malah semakin
melengkapi saja. Sang pangeran dan Kim tajin terlibat
dalam pembicaraan serius. Dan ketika diambil
keputusan bahwa Wan Cu ditangkap tapi sekaligus
wanita itu harus dilindungi dari segala ancaman bahaya
maka Kim taijin berkata begini,
"Wanita ini ditempatkan di gedung hamba saja,
pangeran, Kim taihiap dan sumoinya biar melindunginya
di sana. Orang tentu tak menduga di tempat hamba.
Nama hamba jarang disebut sebut. Dan ibu tiri paduka
tak perlu tergesa-gesa ditangkap sampai dia meracuni
ayahanda kaisar."
"Taijin menghendaki ibunda selir tertangkap
basah?"
"Cocok!"
"Kalau begitu aku setuju. Bagaimana
pendapatmu, Kim taihiap?"
"Hamba juga setuju, pangeran. Tapi gerakan di
dalam istana sebaiknya ditumpas dulu. Lu-taijin dan lainlainnya itu dibekuk agar tak dapat bergerak sebelum
memberontak."1534
"Tapi kami ingin menangkapnya basah." sang
pangeran mengerutkan kening. "Bukankah begitu, Kimtaijin?"
"Ah," Kim-mou-eng mendahului. "Tak perlu
semuanya tertangkap basah, pangeran. Otaknya saja
yang dibiarkan begitu. Yang lain-lain sudah terbukti di
dalam kitab catatan ini!"
"Benar," Kim taijin ternyata sependapat. "Apa
yang dikata Kim-taihiap memang tak salah, pangeran.
Gerakan di dalam istana digerebek dulu sebelum mereka
merepotkan kita sebagai beban tambahan. Gurba dan
pasukannya sudah bergerak, ini saja cukup
memusingkan kita. Sebaiknya mereka itu ditangkap dan
kita tunggu pengkhianatan ibunda selir meracun sri
baginda."
Sang pangeran tertegun. "Ayahanda tak diberi
tahu?"
"Justeru sebaliknya. Ayahanda perlu diberi
tahu, pangeran. Tapi pekerjaan ini biar hamba yang
menyelesaikan. Sri baginda tak boleh menggebrak meja
sebelum saatnya tiba!" dengan kata lain ini Kim-taijin
hendak memaksudkan bahwa kaisar tak boleh marahmarah sebelum bukti-bukti ditangkap basah. Menurut
rencana tiga hari lagi selir itu akan meracun kaisar, entah
lewat tangannya sendiri atau orang lain, Hari itu gerakan


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gurba sudah mendekati istana, orang tak tahu hahwa1535
Wan Cu merusak suasana, mengadakan pengakuan. Dan
ketika hari itu Wan Cu ditangkap dan Sien Nio tersentak
mendengar ini maka Gurba di lain tempat juga terhenyak
mendengar berita itu.
Serbuan otomatis diberikan. Sien Nio dan
Gurba tak tahu apa yang menjadi dasar penangkapan itu,
Istana bungkam. Desas-desus selentingannya
mengatakan bahwa Wan Cu ditangkap karena
mengganggu pangeran mahkota, katanya membujuk
dan coba memikat pangeran itu tapi tak berhasil.
Pangeran mahkota marah-marah karena Wan Cu adalah
kekasih kakaknya. Tentu saja Sien Nio terkejut. Dan
ketika semuanya masih simpang-siur dan satu-persatu
orang -orang penting menghilang tak ada di tempatnya
masing-masing maka Sien Nio menyuruh pengawalnya
memberitahukan penangkapan Wan Cu kepada Gurba.
Dan kita tahu Gurba lalu meninggalkan pasukannya,
marah dan terkejut menuju istana.
Dan karena saat itu Pangetan Muda tak ada
ditempat karena menyusun siasat di tempat lain maka
berita penangkapan ini membuat orang orang yang
berkepentingan berdetak jantungnya di cekam
kecemasan. Sien Nio menduga rencananya tercium.
Wanita ini cerdik, buru-buru menyuruh puteranya pergi
setengah menyelamatkan diri. Orang suruhan anaknya
diperintahkan ke tempat Gurba. di Cia sin. Betapa pun1536
dia merasa tak enak dan beberapa pembantu dekatnya
memberitahukan apa yang kira-kira terjadi. Wan Cu
ditangkap bukan karena menggoda pangeran mahkota
melainkan ada hubungannya dengan rencana
pemberontakan itu. Wanita ini terkejut ketika pasukan
yang disiapkan di dalam kehilangan komandannya.
Beberapa menteri dan panglima muda lenyap. Tentu
saja pasukan yang disiapkan dari dalam untuk
menyerang istana itu tak menentu . Mereka tak tahu apa
yang harus dikerjakan, juga apa vang terjadi. Keadaan
serba tak menentu. Pangeran mahkota biasa biasa saja
sikapnya kepada orang lain, bahkan terhadap ibu tirinya
ini. Sien Nio. Selir ini terguncang ketenangannya karena
dia juga tak mengerti bagaimana Wan Cu sampai bisa
tertangkap. Seujung rambutpun ia tak menduga bahwa
hal itu terjadi karena Wan Cu sengaja menyerahkan diri,
gara-gara tak ditengok seminggu lamanya oleh
kekasihnya. Juga oleh kekejaman Sien Nio sendiri yang
hendak memisahkan wanita itu dari Pangeran Muda.
Dan ketika keadaan mulai kalut dan Sien Nio
sendiri kian gelisah oleh ketidaktahuannya yang pasti
tentang hal ini maka Siauw bin kwi dan Sai-moong
dipanggil. Dan saat itu pembicaraan serius terjadi di
kamar s?lir tua ini.
"M?ong, apa yang terjadi dengan Wan Cu?
Kalian sudah menyelidiki di mana wanita itu ditahan?"1537
Mo-ong menggeleng. "Hamba tak tahu, paduka
selir. Tapi di tempat pangeran mahkota tak ada!"
"Lalu di mana? Kalian tak mencarinya di lain
tempat?"
"Hamba dan Bin kwi sudah mencarinya, paduka
selir. Tapi tak ada yang tahu di mana Wan Cu berada."
"Goblok! Kalau begitu kalian tolol, Kerja kalian
tak becus dan tidak berotak! Kenapa tidak menangkap
pangeran makota saja? Dan mana Yu busu? Kenapa
sampai sekarang tak ada kabar beritanya lagi dan
menghilang tak tahu ke mana rimbanya?"
"Maaf," Moong agak merah mukanya. "Kami
selama ini banyak membantu Siauw-ong-ya paduka selir.
Hamba dan teman teman jarang berhadapan dengan
paduka sendiri. Paduka selalu mewakilkan pada
Pangeran Muda, mana hamba tahu apa yang terjadi dan
kegagalan kegagalan lain? Kami berdua baru mendengar
dari Pangeran Muda bahwa Wan Cu ditangkap, dan kami
katanya diminta menyelidiki. Paduka tak memberi
perintah menangkap pangeran mahkota segala, mana
kami tahu?"
"Hm..." Sien Nio bersinar sinar matanya, marah.
Baru kali ini mulai panik. "Kau cari lagi di mana Wan cu
ditahan, Mo ong. Kalau perlu tangkap dan paksa
pangeran mahkota itu. Kompres dia untuk mengaku!"
"Baik,"1538
"Dan lain-lainnya itu juga diselidiki, Moong. Cari
dan ketahui di mana itu Lu-taijin dan teman temannya.
Mereka menghilang seperti siluman saja. Tak mungkin
lenyap kalau tidak tertangkap musuh!"
"Baik, paduka selir." dan Mo-ong serta Bin kwi
yang sudah berkelebat lenyap sedikit mendongkol
karena kena damprat akhirnya kembali mencari dan
menyelidiki di mana ditahannya Wan Cu dan lain lain itu.
Mereka sebenarnya sudah mencari, entah ke mana tak
ketemu. Tak berani mengganggu putera mahkota karena
tak mendapat perintah. Kini perintah diturunkan dan
mereka boleh menangkap pangeran itu,
mengompresnya. Dan ketika Sien Nio melotot dan
mengancam memaki dua pembantunya ini yang
dianggap goblok dan tolol maka tak lama kemudian
sebuah bayangan lain muncul, bayangan Gurba yang
tinggi besar,
"Paduka selir, benarkah Wan Cu ditangkap?"
Sien Nio girang, langsung bangkit berdiri. "Kau
baru datang? Kenapa lama sekali?"
"Hm,,", Gurba menggereng. "Utusan paduka
baru datang, paduka selir. Mana bisa cepat kalau orang
paduka seperti siput? Di mana Wan Cu, benarkah
tertangkap? Apa yang terjadi?"
"Duduklah" Sien Nio tegang, mata Gurba
membuatnya ngeri.1539
"Kekasihmu memang ditangkap, hanggoda.
Tapi sebab apa dia ditangkap aku masih kurang jelas.
Kemungkinan berhubungan dengan rencana kita."
"Siapa yang memberi tahu?"
"Itulah yang mengheranakan. Aku juga tak tahu
bagaimana asal mulanya dia ditangkap. Aku telah
menyuruh Bin-kwi dan Mo-eng menyelidiki. Dan lagi
serangan dari dalam tak dapat diteruskan. Komandan
dan para perwira menengah yang harusnya memimpin
gerakan ini lenyap?"
"Ke mana?"
"Aku juga tak tahu. Tapi kemungkinan
ditangkap kaisar!"
"Hm," Gurba jelalatan. "Aku ingin tahu di mana
Wan Cu, paduka selir. Yang lain lain menyusul saja. Aku
datang untuk menyelamatkan kekasihku itu!"
"Tentu, tapi yang lain - lain juga tak kalah
penting, hanggoda. Dalam keadaan seperti ini sebaiknya
kita membagi tugas!"
"Aku tak mau tahu. Aku datang untuk
menyelamatkan Wan Cu!"
Sien Nio kaget. Suara keras yang diucapkan
raksasa ini membuat ia sadar bahwa Gurba bukan
seperti Bin kwi atau Mo ong. Raksasa ini lain. Dia mau
membantu karena Wan Cu, jadi kalau Wan Cu celaka
tentu saja raksasa itu bisa menarik bantuannya, bahkan1540
mungkin berbalik haluan. Sien Nio terkejut. Dan ketika ia
terbelalak tak menjawab Gurba sudah berkata lagi,
"Paduka selir, apa yang telah kaulakukan untuk
menyelamatkan kekasihku itu? Berapa orang yang kau
suruh mencari?"
"Banyak, hanggoda. Tapi terakhir adalah Mo
ong dan Bin-kwi."
"Mereka tak berhasil?"
"Mungkin hari ini berhasil. Aku menyuruhnya
menekan pangeran mahkota."
Gurba mendengus. "Kalau begitu ia di sana?"
"Tak ada yang tahu, hanggoda. Tapi kemung
kinan besar memang begitu . Aku.....!"
"Aku akan ke sana!" dan Gurba yang berkelebat
lenyap memutus omongan selir ini sudah membuat Sien
Nio tertegun mengertakkan gigi. Kalau orang-orangnya
mulai mendahului perintah Seperti ini, ia bisa celaka.
Raksasa itu liar sekali. Tapi karena Sien Nio tak tahu
harus berbuat apa maka selir ini menunggu saja apa yang
akan terjadi.
Dan Gurba saat itu sudah melompat di gedung
pangeran mahkota. Dia tahu dimana gedung pangeran
ini, berkelebat dan sebentar kemudiaan melibat
bayangan Bin kwi dan Mo-ong. Dua orang itu mencaricari, raksasa ini mendengus dan Tak sabar, berkelebat
turun memasuki istana sang pangeran, Perbuatannya1541
berani. Para pengawal Tentu saja berteriak melihat
kedatangan raksasa ini dan segera mengepung, sebagian
menyerang tapi sebagian lain mundur-mundur sambil
berteriak memanggil temannya, Kelihaian raksasa ini
cukup dikenal. Gurba tentu saja menjengek melempar
pengawal -pengawal yang ber?ni mendekat. Sepak
terjangnya tak dapat dilawan. Dan ketika raksasa itu
terus maju sambil membentak menyuruh pengawal
memanggil pangeran mahkota maka pangeran mahkota
tiba-tiba muncul didampingi seseorang, Kim-taijin.
"Gurba, hentikan keliaranmu. Aku datang
memenuhi panggilanmu!"
Gerda tertegun. "Bagus," katanya melompat
maju. "Aku mau bertanya tentang Wan Cu pangeran. Di
mana wanita itu dan cepat serahkan dia padaku!"
"Kau berani memintanya? Apa hubungannya
denganmu?"
Gurba terkejut. "Dia....dia sahabatku!" Gurba
teringat kedudukannya, bahwa dia telah mendapatkan
Bi Nio dan malu rupanya mengakui Wan Cu sebagai
kekasih, apalagi orang telah mengetahui bahwa Wan Cu
adalah kekasih Pangeran Muda. Harga dirinya tersentuh.
Dan ketika dia terbelalak dan berbohong menjawab
pertanyaan itu tiba-tiba Bin-kwi dan Mo-ong muncul.1542
"Ho ho, kenapa banyak tanya lagi, Gurba?
Tangkap dan bekuk pangeran itu. Jangan jangan Wan Cu
telah digaulinya semalam!"
"Diam!" Gurba membentak, marah pada dua
rekannya ini "Kau tak becus mencari pangeran Mo-ong.
Lebih baik pergi dan enyahlah kalian!"
"Weh, kau mengusir sahabat? Mana itu janjimu
kepada kami? Kita bukan musuh Gurba. Kita adalah
teman dan tak perlu bertengkar. Atau kutangkap saja
pangeran ini!" Mo ong terkekeh, berkelebat maju dan
tiba tiba tangannya telah menyambar ke depan.
Gerakannya cepat. Tapi Gurba yang tersinggung oleh
kelancangan temannya ini tiba tiba maju membentak
menangkis serangan itu.
"Mundur..... duk!"
Mo-ong terpental,berseru kaget dan melotot
memandang Gorba. Pandangannya gusar, kemarahan
mulai mengusik iblis ini. Gurba tak peduli. Dan ketika Bin
kiw menyeringai dan menggosok-gosok tangannya iblis
ini menahan temannya.
"Mo Ong, kendalikan dirimu. Berbahaya
mengadu kepandaian di tempat tak semestinya,"
Mo-ong sadar. Dia melihat Gurba menghadapi
pangeran mahkota itu kembali, memang tak mau
diganggu karena dialah yang mendapatkan pangeran ini
bukan Mo ong atau Bin kwi. Dan Gurba yang sudah1543
berkilat menghadapi lawan berkata dengan suara
mengancam.
"Pangeran, aku tak mau main-main, Serahkan
Wan Cu atau kau kuhajar!"
Aneh, pangeran malah tertawa. Gurba melihat
keberanian yang sama besar antara pangeran ini dengan
kaisar. Ayah dan anak sama sumbernya Gurba tertegun.
Dan ketika dia terbelalak memandang marah maka Kim
taijin , laki laki di sebelah pangeran itu mendapat
isyarat,maju! sambil menarik napas panjang.
"Hanggoda," penasihat kaisar ini mengerutkan
keningnya ."Sungguh mengherankan kalau kini kau
memusuhi kami lagi. Sri baginda telah mengulurkan
lengan persahabatannya kepadamu dan kaupun
menerimanya. Kenapa membuat huruhara dan datang
menimbulkan keributan? Kalau kau mencari Wan Cu
wanita itu ada di tempat sri baginda , kuantar, Bila ingin
ke sana. Mari!"
Gurba terkesiap. "Di tempat kaisar?"
"Ya, sri baginda menunggu siapa saja yang ingin
membebaskan wanita ini, hanggoda. Kalau kau ingin ke
sana mari kami iringkan."
"Bohong!" Bin kwi tiba-tiba terkekeh. "kau
ditipunya, Gurba. Kekasihmu itu ada di sini dan
disembunyikan mereka!"1544
"Oh, kekasih ?" pangeran mahkota pura-pura
terkejut, menarik senyum sinis. "Dia kekasihmu, Gurba?
Kau mendapatkannya dari kanda pangeran? Aih, bagus
sekali. Seorang gagah memperoleh barang sisa!"
Gurba semburat merah. Dia marah Bin-kwi
membuka rahasia itu,melotot pada si iblis yang suka
pem?da pemuda tampan ini. Si homo yang
menyebalkan! Dan ketika pangeran tertawa dan Bin-kwi
menyeringai maka Mo ong juga menamhahi dengan
kata-kata menyakitkan, "Gurba, aku tak percaya
kekasihmu itu dibawa ke kaisar. Tentu ada di sini dan
mungkin semalam digauli pangeran ini. Dia sengaja
berbohong untuk menjebakmu di sana!"
Gurba semakin marah. Dia membentak
temannya itu dengan mata berapi api, Mo ong diam dan
terkekeh. Gurba sakit hatinya mendengar kata-kata itu.
Jangan-jangan Wan Cu memang digauli pangeran ini,
bayangan yang membuat dia menggeram. Dan ketika


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sang pangeran tertawa mengejek dan mempersilahkan
dia mencari di seluruh gedung itu akhirnya Gurba
berk?lebat menyuruh temannya membantu. Tempat
sang pangeran dilongok semua isinya. pintu-pintu kamar
dibuka dan Mo ong serta Bin-kwi mempergunakan
kesempatan ini untuk mengobrak-abrik, dua iblis itu
memang kurang ajar. Pelayan pelayan cantik yang ada di
situ dicolek dan diremas, Bin-kwi mengusap dan1545
mempermainkan pelayan - pelayan pria yang tampan
dengan cara memuakkan. Tapi karena Wan Cu memang
tak ada di situ dan Bin-kwi serta temannya kembali dan
Gurba melotot gusar mendadak di tempat itu Kim-mou
eng muncul bersama Salima menggantikan kedudukan
pangeran mahkota dan Kim - taijin yang entah
menghilang ke mana, disusul munculnya Hek eng Taihiap
dan lain-lain serta ratusan pengawal yang bersiap
dengan senjata di tangan!
"Suheng. kau laki-laki tak tahu malu. Ke mana
harga dirimu menjadi permainan orang lain?"
Gurba terkejut. Salima yang membentaknya itu
dipandangnya kaget, sejenak terkesima oleh sikap dan
keagungan sumoinya ini. Salima tampak cantik dan
gagah, kedua kaki direntang menunjukkan daya
pesonanya yang besar. Raksasa ini tertegun. Dan ketika
Bin kwi serta Mo - ong juga terkejut melihat kehadiran
Kim-mou eng dan sumoinya maka Kim-mou-eng sudah
melangkah maju manatap suhengnya ini penuh sesal.
"Suheng, tak pantas kiranya kau mengobrak
abrik rumah orang lain. Kaisar mengulurkan tangan
persahabatannya kepadamu, kenapa kau membalasnya
dengan cara begini? Kau tersesat suheng. Tingkah laku
dan sepak terjangmu benar benar tidak terpuji"
"Keparat, kau siapa memberi tahu orang lebih
tua? Kau lancang sute. Aku tak akan mendengar kata1546
katamu dan persetan dengan semuanya itu. Kau bahkan
menjadi biang keladi tertangkapnya Wan Cu. Tahulah
aku, kau rupa orang yang mengacau di sini!" dan Gurba
yang menggereng melompat maju tiba-tiba mengibas
dan marah besar kepada sutenya ini. Sekarang melihat
sutenya itu ada di situ. Tentu sutenya inilah yang
membantu lawan, Wan Cu ditangkap dan kini
disembunyikan. Sama sekali tak takut atau
menghiraukan orang-orang lain dan ratusan pengawal.
Maklum raksasa ini pernah dikeroyok ratusan pengawal
dan tak ada seorangpun yang mampu menghadapinya.
Hanya orang-orang berkepandaian macam sutenya ini
yang patut diperhitungkan, lain-lain tak digubris. Dan
ketika dua orang itu berhadapan dan Kim-mou-eng
bersikap tenang memandang suhengnya maka di lain
pihak Bin-kwi dan Mo ong saling lirik tersenyum aneh.
"Bagaimana, Mo ong Kita biarkan suheng dan
sute itu saling gempur?"
"Tentu, dan kita menghadapi Salima, Bin kwi.
Tangkap dan bekuk gadis ini untuk muridku"
"Huh, kau selalu memperhatikan muridmu.
Bukankah yang lain ada dan lebih baik bunuh saja gadis
berbahaya ini?"
"Tidak, jangan Bin-kwi. Aku perlu
menangkapnya hidup-hidup untuk muridku. Sudahlah,
kau bantu aku menghadapi gadis ini!"1547
Mo-ong bersiap siap, Salima sudah memandang
mereka dengan mata berapi-api. Dua iblis ini
menyeringai, masing masing setuju dan melihat G?rba
menggereng menghadapi sutenya. Kim-mou-eng
tenang. Pertempuran tak dapat dihindari. Dan ketika
satu bentakan keras meluncur dari mulut raksasa itu dan
Gurba berkelebat menghantam ke depan tiba-tiba satu
pukulan dahsyat bersiut kearah Kim mou eng.
"Dess!"
Orang yang ada di dekat pertempuran
merasakan guncangan yang menggetarkan ini. Kim-mou
eng merendahkan tubuh, menangkis suhengnya dan dua
sinkang beradu. Gurba berteriak dan keduanya sama
sama terdorong mundur. Bin-kwi dan Mo ong serta
Salima tak jadi menyerang. mereka tertarik perhatiannya
ke sini dan masing-masing otomatis surut ke belakang,
betapa pun g?taran adu pukulan tadi menggetarkan
dada mereka, Serasa rontok jantung diguncang.
Pengawal yang ada di dekat seketika terpelanting,
masing masing berteriak kaget. Salima sendiri khawatir
dan terbelalak memandang ji-suhengnya, Kim-mou-eng.
Dan ketika ia lega ji subengnya itu tak apa apa
kecuali terdorong mundur saja maka Twa-suhengnya
sudah membentak menerjang lagi. Gurba sudah
melancarkan pukulan bertubi tubi yang dahsyat, kedua
lengan raksasa ini berobah kemerahan akibat1548
pengerahan Tiat lui kang. Angin pukulannya menderu
dan membuat Mo - ong serta yang lain-lain terpaksa
mundur lagi. Tempat di tengah menjadi semakin leb?r
hingga dua orang itu bisa bergerak leluasa.
Dan ketika Kim mou eng juga mengerahkan
ilmunya yang sama dan kedua lengan pendekar inipun
kemerahan seperti sang suheng maka pukulan serta
tangkisan mulai terdengar menggetarkan tempat itu.
Dan pertandingan menegangkan terjadi di tempat ini.
Dua orang itu sudah sama-sama bergerak, mula-mula
perlahan namun kian lama kian cepat. Sinar merah dan
putih meluncur saling sambar. Ledakan - ledakan petir
mulai mengerikan terdengar di telinga. Dan ketika hawa
panas mulai menyerang tempat itu dan Mo-ong serta
yang lain lainnya lagi terpaksa mundur kembali maka
Salima sudah berseru mengusir para peagawal dan
teman-temannya yang ada di dekat situ.
"Mundur.....!"
Semua orang otomatis mundur. Pertempuran
Gurba dan Kim-mou-eng ini memang mendebarkan
sekali. Mereka melotot. Gurba kelihatan ganas
sementara Kim-mou-eng tenang namun hati-hati.
Pendekar ini mengerutkan alis, sebenarnya malu bahwa
mereka kakak beradik saperguruan harus bertempur
ditonton banyak orang. Hal yang mengecewakan dan
amat disesali pendekar ini. Namun karena suhengnya1549
tersesat dan pukulan pukulan suhengnya kian ampuh
saja maka Kimmou-eng mulai mengerahkan ginkang
berkelebatan menghindari dan menangkis pukulan. Dan
kakaknya mengejar. Gurbapun menpercepat
gerakannya, kian lama kian cepat hingga dua orang
inipun akhirnya lenyap dalam gulungan sinar putih dan
merah yang menyambar-nyambar. Para pengawal dan
orang-orang lain yang kepandaiannya rendah tak dapat
mengikuti lagi pertempuran ini. Mata mereka tak dapat
menangkap. Dua orang suh?ng dan sute itu
berkelebatan cepat diiringi ledakan dan benturan yang
membuat mereka terguncang saja.
Limapuluh pengawal yang ada di depan tiba
tiba mengeluh, tubuh mereka kepanasan dan tiba tiba
terguling. Dan ketika yang lain-lain juga mengeluh dan
berkeringat kepanasan serta terguling mengikuti
pengawal pengawal di depan ini mendadak saja di antara
mereka ada yang pingsan tak kuat mendengar ledakan
atau benturan yang kian dahsyat itu!
"Sumpal telinga kalian. Mundur!" Salima
terkejut, Bu ciangkun dan Cu ciangkun yang muncul di
situ juga terhuyung, muka mereka pucat, Tak kuat
menahan serta mendengar benturan benturan ini.
Pertempuran Kim-mou-eng dan suhengnya memang
hebat. Beberapa genting dan tembok ruanganpun
rontok, terkelupas kulitnya. Dan ketika Pukulan Petir1550
semakin menggelegar dan sinarnya mencuat sana sini
karena meleset dalam benturan maka Moong dan Binkwi yang menonton dari dekat terbakar bajunya
disambar cahaya panas ini.
"Keparat, jahanam!"
Mo - ong dan Bin-kwi memadamkan baju yang
terbakar, mengumpat. Terkejut dan kapok juga karena
sinar pukulan Petir itu menjangkau mereka dalam jarak
beberapa tombak. Sungguh Hebat!. Dan ketika Gurba
m?ngg?reng dan Kim-mou eng melayani suh?ngnya
dengan kedudukan berimbang maka lagi satu pukul
dasyat bertemu di udara.
"Blang!"
Gurba terpental bersama sutenya. Sudah ke
sekian kalinya ini raksasa itu selalu tertolak atau
terhuyung bersama. Sutenya memang kuat. Kim moueng memang berimbang dengan suhengnya itu. Mereka
berdua tak ada yang kalah atau menang sejak dulu. Dan
Gurba yang tentu saja marah dan penasaran melihat
hasil pertandingan ini tiba-tiba memekik mencabut anak
panah kuning, sebuah anak panah yang berukuran besar
yang dipegang tangan kiri raksasa ini, tangan kanan
masih melancarkan pukulan-pukulan Petir. Kim mou eng
terkejut karena jarang suhengnya itu mencabut senjata.
Hal itu menandakan suhengnya benar benar marah. Dan
begitu anak panah berkelebat dan pukulan-pukulan Petir1551
menyambar dan meledak bertubi-tubi maka cahaya
kuning dari anak panah berukuran besar ini mulai
mematuk dan menyelinap di balik cahaya Tiat lui-kang
dengan amat cepatnya. Dan kali ini Kim mou-eng
terdesak!
"Suheng, kau semakin kelewatan, Watakmu
semakin kejam!"
"Persetan. Aku tak perduli omonganmu, sute.
Kau roboh dan mampuslah.... bret!" anak panah
mendapatkan sasarannya, baju Kim-mou-eng robek
disambar ujungnya yang tajam. Kim-mou-eng
membanting tubuh bergulingan. Karena cahaya kuning
itu masih mengejarnya, di balik cahaya merah atau putih
dari pukulan Petir.
Gurba berseri karena sutenya tak berani
menangkis anak panahnya itu. Terlalu dahsyat di tangan
raksasa ini. Dan ketika Kim-mou-eng terpaksa mengelak
dan hanya menangkis pukulan tangan kanan suhengnya
sementara anak panah di tangan kiri raksasa itu terus
bergerak menyambar-nyambar maka Kim mou eng
terbelalak sementara Salima yang menonton di pinggir
cemas.
"Suheng, kubantu kau..."
Salima sudah ber siap, akan melompat tapi jisuhengnya mencegah. Meskipun terdesak tapi masih
sanggup menahan serangan serangan lawan. Memang1552
Gurba hebat tapi Kim mou eng tak gelisah, hal yang
mengagumkan Mo-ong dan Bin-kwi yang menonton
penuh kegembiraan dua lawan yang bertarung. Kim mou
eng tertekan tapi masih juga dapat bertahan.
Dan ketika Gurba mempercepat gerakannya
dan panah serta pukulan Petir ganti-berganti
menyambar tak pernah kendor maka kembali baju
pundak Kim-mou-eng tergurat.
"Bret!"
Salima semakin cemas. Dia melihat jisuhengnya terbuyung, Gurba tertawa tergelak lalu
menerjang lagi. Sepak terjangnya tak kenal ampun dan
rupanya akan memburuh lawannya itu.
Kim mou-eng kecewa. Dan ketika lawan
kembali berkelebat dan anak panah menusuk cepat
diiringi pukulan Petir mendadak Kim mou eng
membentak kepada suhengnya itu, marah.
"Suheng, kau terlalu. Kalau begitu terpaksa
kutandingi senjatamu itu!" sinar hitam berketebat. Kimmou-eng mencabut sesuatu dan langsung menangkis
anak panah di tangan kiri suhengnya itu dengan
sebatang pit (potlod gambar), sebuah benda sepele yang
tampaknya ringan tapi mengejutkan Gurba. Anah
panahnya terpental dan bunyi nyaring membuat pit dan
anak panah tertolak, sinar kuning bertemu sinar hitam.
Gurba meraung! Dan ketika lawan berkelebat dan anak1553
panah ditangkis potlod hitam di tangan sutenya maka
Gurba melotot memaki-maki.
"Sute, kau keparat. Kubunuh kau!"
Kim-mou-eng tersenyum pahit. "Kau tak dapat
membunuhku s?heng. Berapapun kau mengerahkan
tenaga tak akan ada yang menang di antara kita!"
Gurba memekik. Memang dia tahu itu,
kemarahan dan penasarannya kian meledak. Sejenak ia
lupa bahwa sutenyapun mempunyai senjata yang juga
jarang dikeluarkan. Senjata aneh yang luar biasa itu.
Sebatang pit yang dapat dipergunakan untuk bertanding
di samping melukis. Sutenya ini memang pelukis. Dan
ketika pit mulai bergerak gerak dan menangkis semua
serangan anak panahnya sementara dia juga menangkis
totokan atau tutulan pit itu bila menyerang dirinya maka
kedudukan kembali berimbang menggusarkan raksasa
ini. "Keparat, kubunuh kau, sute. Kubunuh kau ....!"
Gurba beringas, kembali anak panahnya tertolak dan
masing-masing sama tergetar. Sinkang mereka sama
kuat, tad? Kim mou eng tak berani menangkis
mengandalkan kekebalannya. Senjata di tangan
suhengnya itu terlampau hebat untuk diterima dengan
tubuh terbuka. Musuh yang berimbang akan kalah bila
satu pihak telah mengeluarkan senjata, jalan paling
bagus adalah mengeluarkan senjata pula. Dengan begini1554
kedudukan dapat dijaga dan mereka selalu berimbang.
Dan ketika kembali pit dan anak panah tertolak tak ada
yang kalah atau menang mendadak dalam satu
terjangan dahsyat Gurba mengeluarkan bentakan
mengguntur. Kim-mou-eng terkejut karena suhengnya
m?mbuka mulut, itulah tanda pengerahan tenaga
sepenuh bagian. Anak panah di tangan suhengya
berkelebat menyambar lehernya, beberapa kali. Dan


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika tangan kanan suhengnya juga bergerak melepas
pukulan Tiat-lui kang maka cahaya kemerahan
menyambar disertai bentakan mengguntur itu.
"Klap!"
Orang menjerit kaget. Cahaya menyilaukan
yang keluar dari tangan kanan Gurba ini hebat sekali,
jauh lebih hebat dibanding yang pertama atau yang
berikut. Hawa panas berkobar dan mencapai puncaknya.
Dinding hangus dan Mo ong serta Bin kwipun terkejut
karena api keluar dari Telapak raksasa itu. Begitu
hebatnya. Dan ketika sinar kuning juga bergerak
mengaung dahsyat tiba-tiba dua serangan ini sudah tiba
di depan Kim mou-eng.
Kim-mou-eng terkesiap. Suhengnya ini benarbenar gila, tidak waras. Kalap. Puncak Tiara Jui-kang
dikerahkan untuk membunuh. Salima sendiri berteriak
ngeri melihat pukulan raksasa itu. Memang amat
berbahaya. Dan karena jalan mengelak sudah tertutup1555
karena hawa pukulan telah mengelilinginya dari segala
penjuru maka tak ada lain bagi pendekar ini kecuali
melakukan hal yang sama, Kim-mou-eng mengeluarkan
bentakan yang mengguncangkan tempat itu. tiga lapis
pengawal roboh tergelimpang oleh pekiknya yang
dahsyat. Dan, terbuka mulutnya mengeluarkan tenaga
sepenuh bagian akhirnya Kim-mou eng menerima
pukulan suhengnya sementara pit di tangannya juga
bergerak menangkis datangnya sambaran anak panah.
"Des - krakk......!"
Dua tubuh itu bergetar. bumi serasa
diguncangkah kaki gajah yang berlari - lari, Mo-ong dan
Bin kwi serta Salima terpelanting, yang lain-lain roboh
menjerit tunggang-langgang tak karuan. Tentu saja
mereka kaget bukan main karena benturan adu tenaga
itu hebat sekali. Dinding retak dan atap pun roboh.
Suaranya hiruk-pikuk,bersatu dengan jeritan atau
teriakan para pengawal yang terjengkang. Kim-mou-eng
dan suhengnya menggelung pit dan anak panah di
U Karya Donna Rosamayna Tiga Mutiara Mustika Karya Gan Kl Dewa Arak 31 Perkawinan Berdarah

Cari Blog Ini