Ceritasilat Novel Online

Pendekar Rambut Emas 19

Pendekar Rambut Emas Karya Batara Bagian 19


rambut wanita itu menusuk dahinya hingga tembus.
"Crat augh!"
Si perwira terjungkal. Dia langsung roboh dan
tewas seketika, memang bukan tandingan Sin ni. Dan
ketika Sin ni melayang-layang dan terkekeh-kekeh
m?layani yang lain tiba-tiba tubuh tubuh
berselimpangan dan banjir darah membasahi bumi. Tokgan Sip ni dan Coa-ong seolah berlomba membantai1642
musuh, dua datuk sesat ini tampaknya gembira sekali
membabat lawan.
Leng liwat dan Bu kongcu juga sama, masingmasing menghadapi lawan dan pengawalpun
bergelimpangan. Semenit saja puluhan orang roboh
binasa, pengawal yang lain gentar dan melarikan diri.
Masing-masing kini berteriak melempar senjata mereka.
Dan ketika pertempuran berhenti dan Coa - ong maupun
Sin-ni membersihkan baju mereka yang penuh darah
tiba tiba Si?n Nio dan dua temannya lenyap, termasuk
sepuluh peti harta itu.
"Eh, k? mana mereka?"
"Ha ha, ke mana lagi kalau tidak melarikan diri,
Sin-ni? Ayo kejar dan cari mereka di mana mengumpat!"
Coa-ong sudah bergerak. tertawa dan tampak
gembira menghadapi buruan ini. Buruan baru yang amat
menarik. Dan Sin-ni serta yang lain yang lalu mengejar
segera mema.suki hutan karena di sanalah tentunya selir
dan dua temannya bersembunyi.
Dan memang benar. Sien Nio dan anaknya
memang melarikan diri. Ibu dan anak ini sudah
membawa peti peti harta itu di saat ramainya
pertempuran. Tentu saja mereka marah tapi gentar
menghadapi Tok gan Sin-ni, langsung memasuk hutan
dan bersembunyi Dan karena khawatir jejak mereka1643
tertangkap dan Sien Nio gugup maka Wanita ini
mengajak mereka berpencar.
"Pangeran, kau bersembunyi di sana. Aku di
sini!"
"Ah, ibu mau berpisah?"
"Tak ada waktu, pangeran. Tak perlu tanya dan
terus bersembunyi Ayo, cepatlah. Kita lari, nanti ketemu
di seberang dan kaubawa enam peti ini!" Sien Nio
melemparkan enam peti harta ke arah puteranya, diri
sendiri membawa empat dan terseok-seok memasuki
semak gerumbul. Anaknya tertegun tapi tidak
membantah lagi. Pangeran Muda membagi petinya
bersama Wan Cu. masing masing membawa tiga. Dan
ketika mereka juga bersembunyi dan menyelinap di
antara tanaman tanaman lebat akhirnya ibu dan anak
sudah berpencar untuk menuju ke seberang hutan di
mana mereka berjanji bertemu.
Tapi Sien Nio dan Pangeran Muda tak dapat
bergerak cepat. Semak dan duri sering mengganggu selir
ini, berkali-kali Sien No jatuh bangun dan robek-robek
pakaiannya. Tak terasa kulitpun tergurat dan beberapa
duri bahkan menancap di tubuhnya. Selir ini menggigit
bibir. Tapi karena dia ingin selamat dan terus maju
dengan keringat membasahi muka sekonyong-konyong
seekor ular mengejutkannya di depan.1644
"Aih...." Sien Nio sudah terguling, ular
menyambar dan tubuhpun dililit. Peti harta jatuh dan
selir inipun pucat. Ular sudah memagut pundaknya dan
selir ini mengeluh. Tapi ketika ia mencabut badiknya dan
ingat senjatanya ini serta menikamnya berulang-ulang
ke tubuh ular itu akhirnya diapun lolos dan jatuh
terduduk dengan napas tersengal-sengal.
"Ular keparat. Ular jahanam....!" Sien Nio
marah, melihat pundaknya terluka tapi untung ular itu
tidak berbisa, kini menggeletak dan mati di sampingnya.
Kalau tidak dalam keadaan darurat mungkin dia teringat
pengawal. Kini semua harus diatasi sendiri dan terseok
se?k Sien Nio berlari lagi. Dia harus cepat-cepat keluar
hutan di ujung sana. Dan ketika wanita ini jatuh bangun
dan peti harta sudah diikat di belakang punggungnya
mendadak kesiuran angin terasa disebelah kuduknya.
Sien Nio tahu-tahu keserimpet dan roboh terguling,
hampir menjerit tapi bangun lagi. Menoleh tapi tak
melihat apa-apa, tengkuknya meremang. Dan ketika dia
berlari lagi dan angin dingin itu menyambar tubuhnya
tapi tak terlihat bayangannya tiba-tiba wanita ini jatuh
terduduk mendesis ketakutan.
"Set?n ..."
Sien Nio terbelalak. Dia tak melihat apa apa di
sekelilingnya, bangkit berdiri dan menggigil memandang
kiri kanan. Entah kenapa punggungnya terasa enteng.1645
Sien Nio t?rkesiap dan meraba ke belakang. Dan ketika
ia melihat punggungnya kosong dan empat peti harta itu
lenyap tiba tiba wanita ini menjerit mendekap mulut
sendiri.
"Siluman....!" Sien Nio hampir pingsan.
Kekagetannya sungguh besar melihat empat peti
hartanya hilang. Wanita ini roboh kembali. Tapi ketika ia
mengeluh dan gagap tak dapat bicara tiba tiba Pangeran
Muda dan Wan Cu muncul.
"Ibu, peti hartaku hilang. Yang dibawa Wan Cu
juga lenyap!"
Sien Nio terbelalak. Saat itu ia hampir tak dapat
berkata kata karena tenggorokannya seolah tercekik
benda padat. Wan Cu dan puteranya telah menarik
tangannya agar dia bangun berdiri. Sien Nio gemetar.
Keringatnya menetes netes di selutub tubuh. Anaknya
terkejut melihat ibunya luka luka, pundak berdarah
digigit ular t?di, pakaianpun robek-robek tak keruan.
Tapi Sien Nio yang melotot mendengar ini tiba tiba
berteriak,
"Tidak, kau bohong, pangeran. Kau dusta ..!"
dan Sien Nio yang menerkam anaknya dan mencakar
sana-sini tiba tiba mengamuk dan membabi-buta
menyerang anaknya, tentu saja anaknya terkejut dan
Pangeran Muda menangkap lengan ibunya ini.
Membentak dan terpaksa menampar ibunya. Dan ketika1646
ibunya terguling dan roboh menangis maka Sien Nio
m?ngguguk memaki-maki puteranya itu.
"Pangeran, kau tolol Kau bodoh. Kau pasti
menipu ibumu dan bersekongkol dengan wanita iblis
ini!" Sien Nio menuding-nuding Wan Cu, Seketika
membuat Wan Cu melotot dan marah pada ibu
kekasihnya itu. Selir sial ini selalu mengkambing
hitamkan dirinya. Tapi Pangeran Muda yang menggeleng
mengerutkan alisnya justeru menegur ibunya itu.
"Kau terlalu, ibu. Masa dalam keadaan begini
aku mau menipumu? Enam peti yang kubawa memang
hilang, kami merasa dipermainkan siluman dan kini tak
tahu harus berbuat apa!"
"Siluman....?" Si?n Nio tiba tiba terbayang,
matanya meliar ke kiri kanan. "Kau bilang siluman,
pangeran? Kalau begitu kita sama?"
"Sama apanya?"
"Peti yang kubawa juga lenyap pangeran. Aku
juga merasa dipermainkan siluman dan terduduk di sini
...!"
Pangeran Muda terkesiap. Sekarang dia melihat
ibunya memang tak bersama empat peti harta itu.
Habislah mereka, harta benda tak punya Jagi. Tapi ragu
memandang ke sana kemari mendadak tawa yang aneh
terdengar di sebelah kiri. C?pat mereka menengok,
melihat siapa yang muncul dan masing-masing sama1647
tertegun. Tapi begitu menghambur maju tiba-tiba ibu
dan anak berteriak girang,
"Yu-busu ...!"
Orang yang tertawa itu terbahak geli. Dia
memang Yu-busu, laki-laki tegap, yang gagah namun
berwatak kejam. Sien Nio dan Pangeran Muda merasa
mendapat bintang penolong dengan kehadiran laki laki
ini. Yu - busu bisa dimintai tolong. Tapi ketika laki-laki itu
mengelak dan Sien Ni? serta puteranya terbelalak
melihat sepuluh peti harta ada di belakang laki - laki ini
mendadak Yu-busu berseru pada mereka, "Pangeran, di
sini tak ada siluman. Yang mengambil peti peti itu adalah
aku. Barang-barang berharga itu perlu diselamatkan
agar tidak diserobot Tok - gan Sin-ni!"
"Ah...!" sang selir dan anaknya terkejut, tentu
saja tak percaya.
"Kau tak bohong, Yu-busu?"
"Apa..! Kau bilang aku bohong
pangeran,,keparat!" dan seketika sebuah tendangan
mendarat di tubuh pangeran Muda itu, sang pangeran
memang bukan lawannya dan kaki itu mendarat tepat
tiba tiba pangeran ini terbanting roboh dan berteriak
kesakitan. Pemuda itu terguling-guling. Wan Cu menjerit
menubruk tubuh kekasihnya. Tapi bayangan Yu-busu
yang menyambar mendahului tahu tahu telah
mencengkeram pundaknya menahan wanita cantik ini.1648
"Wan Cu, kau ikut aku!"
Wan Cu terkejut, tentu saja meronta dan
membentak bekas pengawal itu, menendang dan
menampar tapi sia-sia. Yu-busu tertawa memperkeras
cengkeramannya; Dan ketika Wan Cu mengeluh dan
lemas di bawah jari jari lelaki ini maka Yu-busu sudah
memutar tubuhnya menyambar pula sepuluh peti harta
yang ada di situ, melompat pergi.
"Pangeran, kaupun mengalahlah sekali ini
kepadaku. Aku ingin bersenang-senang dengan
kekasihmu juga."
"Tidak, jangan...l" sang pangeran tentu saja
marah, bangun melompat berteriak-teriak mengejar
lawannya. Wan Cu diseret dan Yu busupun gembira.
Pangeran Muda mengejar di belakang dan marah-marah
memaki bekas pengawalnya itu. Dan karena Wan Cu juga
meronta-ronta merepotkan Yu-busu hingga tak dapat
lari cepat tiba-tiba Bu-kongcu dan muncul membentak
laki-laki ini.
"Yu-busu, lepaskan wanita itu!"
Yu-busu terkejut. Murid Coa-ong itu
menyerangnya, beberapa bayangan tiba - tiba juga
muncul dan Leng Hwat serta adik-adiknya membantu Bu
kongcu. Dia diserang oleh tujuh lawan sekaligus. Tentu
saja Yu-busu kelabakan. Dan ketika dia melepas Wan Cu1649
dan mereka menghadapi anak anak muda ini segera Yu
busu mengeluarkan suling dan tongkatnya.
"Bu-K?ngcu, kita kawan, bukan lawan!"
"Tapi kau melarikan peti peti harta itu, Yu-busu.
Kau jelas lawan bukannya kawan!"
"Tapi kita, ah ...!" Yu - bus? menghentikan
seruannya, membentak dan menangkis hujan senjata
yang dilancarkan Bu Ham dan kawan-kawannya. Enam
batang pedang berkelebatan di sekeliling busu ini,
ditambah kipas dan puk?lan tangan kiri Bu Ham yang
membuat Yu busu melengking, Laki laki ini terdorong,
beberapa serangan pedang menggores kulitnya. Dan
ketika Bu Ham membentak dan menyuruh teman
temannya memperhebat serangan dan busu ini terdesak
maka ketukan kipas mengenai pundak laki laki ini
sementara pedang di tangan Leng Hwat juga melukai
pangkal lengannya.
"Crat - dess!" Yu-busu melempar tubuh
bergulingan. Laki. laki ini berteriak membebaskan
totokan, marah bukan main dan melihat bayangan Leng
Hwat dan adik adiknya mengejar, Bu-kongcupun melesat
dengan pukulan tangan kirinya. Bacokan dan tikaman
kembali memburunya tanpa ampun. Dan karena marah
dikeroyok sekian banyak dan keadaannya amat
berbahaya tiba tiba busu ini melepas jarum jarum
beracunnya dan melempar sebuah granat tangan.1650
"Awas....!" Bu Ham berteriak, terkejut dan
memperingatkan teman temannya agar menjauh.
Ledakan granat itu bisa membahayakan mereka di
samping hamburan jarum jarum beracun. Bu Ham
sendiri sudah berjungkir balik menangkis serangan jarum
dengan pelor-pelor rahasianya, terpaksa membatalkan
pukulan dan menarik serangannya itu. Tapi Leng Hwat
dan adik adiknya yang lambat mengelak dan terlanjur
membacok dan menikam tiba tiba berteriak Ngeri dan
roboh terpelanting ketika pecahan granat dan beberapa
jarum mengenai mereka,
"Aduh....!"
Leng Hwat terbanting bergulingan. Murid
terlihai Tok-gan Sin-ni ini menjerit karena pecahan
granat merobek pahanya, lima adiknya yang lain
terj?ngkang dan putus sebagian badannya. Dua di
antaranya tewas. Bu ham terbelalak. Dan ketika Yu-busu
sendiri di sana mengeluh dan tampaknya juga terluka
oleh serangan pedang Leng Hwat dan adik-adiknya tadi
mendadak Tok gan Sin ni muncul berkelebat pesat.
"Orang she Yu, kau berani membunuh muridmuridku?"
Yu-busu terkejut Lawan sudah menyerangnya
dan menjeletarkan rambut. Tok - gan Sin-ni
mengerahkan Sin mauw kangnya, rambut melecut dan
menyambut laki laki ini. Ratusan rambut kaku meledak1651
bagai kawat - kawat baja, tentu saja membuat laki laki ini
terkesiap dan menggulingkan tubuhnya. Yu-busu
mengelak tapi rambut masih mengejar. Dan karena Tok
gan Sin ni terarah dan Yu-busu tak sempat melompat
bangun maka Yu-busu mengerahkan tongkatnya
menangkis sambil bergulingan.
"Kraak!" Yu-busu kembali mengeluh.
Tongkatnya hancur menangkis rambut lawan yang kaku,
rambut itu telah diisi g?taren sinkang oleh Tok gan Sinni
yang marah. Wanita ini kembali menyerang dan Yu busu


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali menangkis, kali ini menggerakkan sulingnya.
Tapi ketika suling juga hancur dan Yu busu
berteriak gentar maka bertubi tubi Tok-gan Sin ni
melepas pukulannya yang membuat laki laki itu
bergulingan ke sana ke mari. Yu busu pucat berkaok
kaok, lawan memang amat lihai sementara dia sudah
terluka. Dan ketika rambut mulai m?nghajarnya berkalikali dan tubuh laki laki ini mengeluarkan darah
mendadak Coa-ong muncul berteriak marah.
"Sin-ni, jangan kau kurang ajar....!" si Raja Ular
itu menubruk, tentu saja tak membiarkan lawan
menghajar sutenya. Ganti Tok gan Sin ni mendapat
serangan kakek ini. Coa ong mengeluarkan tongkat dan
sulingnya, mainkan Sin - coa-kun sementara tubuh
meliuk liuk bagai ular menari. Lawan terkejut dan
memaki maki kakek ini. Dan ketika dua orang itu1652
bertempur dan rambut serta tongkat maupun suling
saling sambar dan keduanya terlibat pertempuran sengit
maka Yu - busu yang terhuyung berdiri tiba-tiba
menyambar sepuluh peti harta yang t?rgeletak di tanah.
"Suheng, bunuh wanita itu. Nanti kita bagi
hasil"
Yu b?su memutar tubuh. Dia melarikan diri
terpincang pincang, Coa ong tertawa dan menghadang
larinya lawan, Tok gan Sin ni hendak mengejar dan
menyerang sutenya itu. Tapi Bu kong cu dan Leng Hwat
yang masih dapat berdiri dan tidak membiarkan lawan
membawa harta yang luar biasa banyak itu tiba tiba
melompat dan menyerang laki laki ini.
"Yu busu, kau tinggalkan peti peti harta itu!" Bu
kongcu sudah menggerakkan kipas, berkelebat dan
menotok tengkuk lawan dengan kecepatan kilat. Yubusu membalik dan menangkis serangan itu. Tapi karena
dia terluka dan tenaga pun lemah tiba-tiba dia terpental
dan terhuyung ke belakang. Dan saat tu Leng hwat pun
menyambar, pedang di tangannya bergerak gemetar
membabat leher lawannya ini. Yu busu merendahkan
kepala menghindar, tongkat dan suling tak ada lagi di
tangannya, tentu saja dia kesulitan. Dan ketika lawan
kembali menyerang dan dia melempar granat keduanya
tiba-tiba lawan terpaksa mundur dan dia melarikan diri.1653
"Kejar..!" Bu Ham terkejut berseru pada Leng
Hwat, tak mau melepas lawan karena Yu busu membawa
harta. Asap tebal membuat pemuda ini memaki dan
harus berputar. Yu - busu senang karena merasa
terlindung. Tapi ketika laki-laki itu tersaruk melarikan diri
dan lupa sudah pada Wan Cu yang tadi diajaknya tibatiba suara kekeh di depan membuat laki-laki ini
mencelos karena Sai-mo-ong muncul.
"Heh-heh, serahkan padaku, Yu busu. Kau
robohlah dan mundur!" sebuah kipas tiba-tiba
mengebut, Mo - ong menampar dan menghadang laki
laki ini. Yu - busu berteriak dan menangkis. Tapi karena
kedudukan sudah tak menguntungkan dan Mo-ong jauh
lebih lihai dibanding muridnya maka Yu-busu terbanting
dan peti itupun jatuh berceceran.
"H?i... !" Yu busu marah, mencabut granat
ketiganya dan melemparkannya kepada Mo-ong. Granat
itu bakal membunuh lawan, itulah satu-satunya senjata
yang dimiliki Yu busu sekarang. Tapi Mo ong yang
bergerak sebat menangkap granat dan balik
menimpukkannya kepada lawan tiba tiba membuat Yubusu memekik ngeri hingga menggema di seluruh hutan
"Darr!" Orang melihat serpihan tubuh
terlempar di ?dara. Darah muncrat berhamburan, tubuh
Yu busu terpotong potong dan tentu saja tewas sek?tika,
Mo-ong terkekeh dan saat itu muridnya dan Leng Hwat1654
tiba, sepuluh peti sudah berada di tangan kakek iblis ini.
Bu kongcu diajak lari. Tapi ketika si iblis memutar tubuh
dan siap membawa sepuluh peti harta sekonyong
konyong Sin ni dan Coa ong muncul, mendengar jerit
mengerikan Yu busu tadi.
"Mo ong, kau jahanam keparat...." Coa ong
sudah menerjang, menyerang temannya sendiri dan Tok
gan Sin ni juga mengelebatkan rambutnya, menotok dan
melecut si kakek iblis yang membunuh Yu Hak. Mo-ong
tentu saja menangkis dan Tok-gan Sin ni memaki maki
dirinya. Raja Singa ini sibuk dan memaki maki lawannya
pula. Tapi karena dia harus menghadapi dua lawan
sekaligus sementara peti peti harta itu juga
merepotkannya karena lengan harus menangkis sini
maka Mo ong tiba-tiba melemparkannya pada
muridnya.
"Bu Ham, terima ini. Lari....!"
Bu-kongcu tersentak. Gurunya sudah mengikat
sepuluh peti harta itu menjadi satu, gampang dibawa
tapi Tok-gan Sin-ni tiba-tiba mengejarnya. Coa ong masih
menyerang lawan karena tewasnya Y?-busu
menimbulkan dendam. Tentu saja Bu Ham terkejut
karena rambut Tok - gan Sinni pun menyambar dirinya,
dia harus minggir. Dan ketika Bu Ham mengelak dan
gerakannya kalah cepat tahu tahu peti harta itu telah1655
direnggut Tok gan Sin ni yang terkekeh kekeh
menyambar muridnya.
"Leng Hwat, ayo pergi.....!"
Leng Hwat disendal gurunya. Tok gan Sin ni
telah melarikan diri membawa sepuluh peti harta itu, Mo
ong berkaok kaok dan memaki muridnya habis habisan.
Coa-ong juga terkejut melihat kejadian itu, rupanya
harta kaisar ini sempat memecah konsentrasinya untuk
menunda serangannya terhadap Mo-ong.
Tok-san Sin ni menganggap si Raja Ular itu akan
memberesi dulu urusannya bersama Mo ong, tak tahu
bahwa Raja Ular inipun akan mencegahnya bila dia
membawa harta pusaka itu. Maka begitu Mo-ong
berteriak teriak dan membujuk lawannya agar mengejar
dulu si wanita iblis tiba tiba Coa ong membalik dan
meluncur menghentikan Tok-gan Sin-ni. Ternyata harta
lebih berharga daripada dendam!
"Sin-ni, jangan kau bawa lari harta itu....!" Coa
ong mengejar, tongkat ditimpukkan dan serangan ini
mendahului bayangan si Raja Ular. Mo ong juga merebut
dan berkelebat ke depan, membentak agar lawan
berhenti. Dan karena serangan tongkat terlalu
berbahaya dan Sin-ni berkelit tiba tiba tanpa sengaja
Leng Hwat yang digandeng lengannya ganti menduduki
posisi wanita iblis ini, tertarik, menerima serangan
tongkat. Tentu saja Leng Hwat berteriak dan ngeri1656
merasa desir angin di belakang punggungnya itu, tak
dapat mengelak karena gurunya mencekalnya. Dan
ketika tongkat ganti sasaran dan Sin-ni sadar setelah
terkejut maka Leng Hwat ditembus lontaran tongkat
yang luar biasa kuat.
"Cep-a ughh...."
Leng Hwat langsung terjungkal. Murid wanita
ini tewas, Coa - ong terbelalak tapi terkekeh. Tongkatnya
menancap di belakang punggung tembus sampai ke
depan: Sin-ni marah dan melepas muridnya itu. Dan
ketika bayangan Mo-ong juga menyusul dan menyambar
dengan kipasnya tiba tiba wanita ini kalap membentak
lawan.
"Coa ong. kau jahanam keparat!" Tok gan Sin-ni
menangkis serangan Mo ong, rambut menjeletar dan
menuju ke alis mata si Raja Ular. Coa ong mengelak dan
Sin ni sudah menyerangnya bertubi-tubi. Kini keadaan
berbalik dengan Sin ni bagai pihak yang dikeroyok, Mo
ong tertawa tawa dan gembira melihat kemarahan
rekannya itu, karena kematian Leng Hwat. Dan ketika
Coa-ong membalas dan Mo-ong juga menggerakkan
kipas dan mainkan Hek-sai-mo hoatnya mencecar lawan
Tiba-tiba T?k-gan Sin-ni terdesak karena terlalu berat
menghadapi dua lawan sekaligus yang kedudukannya
berimbang.1657
"Jahanam, kalian manusia-manusia tengik" Tok
gan Sin-ni marah marah, menangkis dan mulai mengelak
karena dipaksa bertahan, kini menggerakkan rambutnya
yang nyaring meledak-ledak. Keadaannya berbahaya
dan Mo ong gembira bukan main. Sepuluh peti di tangan
wanita itu masih belum dilepaskan karena Sin ni rupanya
nekat, hal ini sebenarnya menghalangi gerakan wanita
itu untuk menghadapi lawan. Dan ketika Sinni keteter
sementara Mo.ong dan Coa-ong terus mendesak tak
kenal ampun tiba-tiba kipas m?mberebet mengenai
bahu lawan.
"Plak!"
Tok gan Sin ni t?rhuyung. Mo-ong mengejar dan
Coa-ong menggerakkan sulingnya, menotok leher lawan
membuat Tok gan Sin-ni gugup. Dan karena saat itu
kedudukannya demikian buruk dan Tok gan Sin ni tak
dapat mengelak kecuali menangkis tiba tiba wanita ini
menggerakkan rambutnya dan saat itu melepas jarum
jarum rahasianya.
"Awas....!" Mo-ong dan Coa ong merendahkan
kepala. Jarum jarum yang kebawah dipukul runtuh oleh
suling atau kipas mereka. Tok gan Sin-ni melengking dan
kembali menghamburkan jarum jarumnya. Kali ini
belasan jarum meluncur menyambar lawan. Tapi ketika
Mo ong dan Coa ong kembali memukul runtuh dan Tok1658
gan Sin ni kehabisan jarum tiba tiba suling menyelinap
menghajar pangkal lengannya.
"Dess!" Tok gan Sin ni terpelanting. Kemarahan
wanita ini tak dapat dikatakan lagi, kematian Leng Hwat
membuat dia mendelik pada mo ong. Maka ketika Coa
ong memburu dan Raja Ular itu terkekeh menyusuli
serangannya tiba tiba wanita ini memekik
menggerakkan rambutnya. Suling yang menyambar
disambut ratusan kawat baja, rambut Tok-gan Sia - ni
yang sudah berobah kaku penuh tenaga sinkang. Dan
ketika Coa ong terkejut dan berteriak kaget tahu tahu
lengan Tok gun Sin ni menghantam dadanya dengan
pukulan penuh.
"D?s - plak!" Coa ong terkejut setengah mati.
Dia terpaksa menangkis dan menggerakkan lengannya
pula, dua tangan saling melekat dorong mendorong.
Masing masing mengerahkan tenaga untuk merobohkan
yang lain Tapi Mo ong yang sudah berkelebat di belakang
Sin ni dan girang melibat adu sinkang itu tiba tiba
membokong dan menghantam wanita ini dari belakang.
"Sin ni, mampuslah kalian berdua.....!"
Tok gan Sin ni terbelalak. Saat itu mereka lagi
tak bergeming, suling dilibat rambut sementara kedua
lengan mereka dorong mendorong. Masing masing
mengerahkan sinkang untuk mencapai kemenangan.
Maka begitu Mo.ong menghantam dirinya dan pukulan1659
mendarat dahsyat tiba tiba Tok-gan Sin ni mengeluh dan
Coa ong mencelat terlempar, muntah darah dan seketika
melotot pada si Raja Singa itu: Pukulan Mo ong di
belakang Sin ni memberikan tambahan tenaga dahsyat
bagi si wanita iblis, Coa ong dihantam dua tenaga
sekaligus. Tentu saja tak kuat dan kontan terjengkang,
menuding nuding tapi akhirnya roboh terkapar. Darah
keluar dari semua lubang tubuhnya, tewas. Dan ketika
Sin - ni terhuyung didorong dari belakang tiba tiba kipas
di tangan Mo ong mengebut dan menotok ubun ubun
wanita ini.
"Tak!" Tok gan Sin nipun roboh. Wanita ini
terguling dengan otak hancur di dalam, tak ada darah
keluar tapi nyawa pun melayang seperti Coa ong. Mo
ong membunuh mereka berdua dengan keji. Dan ketika
dengan tawa bergelak Mo ong menyambar harta yang
jatuh di tanah dan Bu Ham terbelalak melihat semuanya
itu tiba tiba sesosok bayangan berkelebat menggeram
dibelakang pemuda ini.
"Mo ong, letakkan kembali peti peti harta itu!"
Gurba muncul, menotok sekaligus melumpuh
kan Bu Ham yang tentu saja terkejut bukan main,
bengong memandang gurunya yang baru membunuh
dua lawan. Tak dapat bergerak dan tiba-tiba roboh di
bawah ancaman Gurba. Dan ketika Mo ong terk?siap1660
dan melepas peti peti harta itu dengan mata melotot
maka Sien Nio muncul berseru girang.
"Bagus, bunuh mereka, Gurba. Biarkan milikku
itu kembali padaku!"
Gurba mendengus. Sien Nio menghampirinya
dengan berlari lari kecil. Gurba menendang dan Sien Nio
tiba-tiba mencelat, mengaduh dan saat itu Pangeran
Muda dan Wan Cu muncul, terkesiap dan hendak
mundur tapi Gurba telah melihat mereka. Raksasa itu
menggeram, Wan Cu tertegun dan Gurba
memandangnya dengan amat marah. Pandangan
raksasa itu seakan membakar wanita ini Tapi Mo ong
yang bergerak melihat Gurba mengalihkan perhatian
tiba-tiba melompat dan menyerang raksasa itu dengan
totokan kipasnya.
"Plak!" Gurba menangkis, mendengar kesiur
angin dan membentak memak? Mo-ong. Sang ihis
tertawa dan secepat kilat sudah menyusuli serangannya
dengan putaran kaki. Gurba terhuyung dan terpaksa
berkelit, kalah kuat dan terpental.
Bu Ham terlepas dan otomatis Mo-ong telah
membebaskan pemuda itu dari totokan Gurba. Dan
ketika Gurba mendelik dan marah-marah memaki iblis
itu maka Mo-ong berseru pada muridnya,
"Sekarang pergilah bawa harta itu, Bu Ham Biar
aku menghadapi raksasa yang ompong .....!"1661
Mo-ong terbahak, girang dan berkelebat
menyerang karena dilihatnya Gurba amat lemah. bahwa
tangkisan raksasa tadi men?njukkan sinkang raksasa ini
merosot jauh tanda dari luka parah itu belum sembuh.
Gurba memang masih tergetar oleh bekas pukulan Kim

Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mou-eng. Ketika Mo-ong menyerang dan bertubi tubi
menggerakkan kipasnya mengebut dan menotok serta
melancarkan pukulan-pukulan tangan kirinya tiba tiba
Gurba terdesak dan jatuh bangun menggeram-geram.
Raksasa ini memang b?l?m sembuh. Pertempurannya
dengan Kim-mou-eng amat merugikan diri sendiri,
apalagi kemudian ditambah dengan hajaran Tok.gan Sinni yang membuat dia semakin lemah. Hanya kekerasan
hati dan kekuatan tubuhnya sajalah yang membuat
raksasa ini dapat melakukan peng?jaran, sebenarnya
mengincar Wan Cu tapi mendapatkan Mo ong.
Sepuluh peti harta itu dibawa lari dan Mo ong
membunuh dua rekannya dengan keji. Dan karena Mo
ong juga berkali-kali membuatnya sakit hati dan iblis ini
tak mungkin dia biarkan maka dia membentak dan
menangkap murid kakek iblis itu, tak disangka kehadiran
Wan Cu dan Pangeran Muda memecah perhatiannya,
Mo-ong mempergunakan kesempatan itu dan kini Bu
Ham lepas. Gurba marah sekali. Tapi karena dia lemah
dan serangan serangan Mo ong demikian gencar
mendesaknya tanpa ampun maka satu dua pukulan1662
mulai diterima Raksasa ini hingga Gurba mengeluh. Dia
mundur. mundur dan selalu terpental setiap kali
menangkis,dada semakin nyeri dan napaspun kian sesak.
Gurba sadar tak mungkin dia menang. Dan ketika
pukulan demi pukulan menghujani dirinya dan Gurba
jatuh bangun akhirnya satu kebutan kipas membuat dia
roboh terbanting terguling-guling.
"Bress!" Gurba melontakkan darah. Dia bangkit
lagi menerima pukulan lagi, terjungkal dan kian lemah
menghadapi lawannya. Bu Ham sudah melarikan
sepuluh peti harta atas suruhan gurunya. Gurba
mendelik dan saat itu Sien Nio berteriak-teriak,
mengejar dan kemudian disusul Pangeran Muda dan
Wan Cu. Tentu saja raksasa ini melotot tapi tak dapat
berbuat apa-apa. Tapi ketika Gurba tak dapat bangun
lagi dan Mo-ong tertawa bergelak hendak menurunkan
satu pukulan maut tiba-tiba Kim-mou eng muncul
membentak menangkis pukulan kakek ini.
"Mo ong, jangan bersikap keji....!" dan Kim mou
eng yang menyambut menyelamatkan suhengnya
dengan pukulan Tiat lui kang tiba-tiba membuat Mo-ong
terpental tapi Kim mou-eng sendiri juga terhuyung.
Nyata pendekar ini belum begitu kuat karena dia juga
belum sembuh benar, memang keadaannya lebih baik
dibanding Gurba karena Salima telah menyalurkan
sinkangnya pada suhengnya ini. Tidak seperti Gurba yang1663
menderita menahan sakit tanpa bantuan siapapun. Moong terbelalak tapi dapat melihat kelemahan Kim-moueng pula terbahak dan tidak takut karena kekuatan
lawan tidak seperti dulu. Dia tidak gentar. Tapi ketika dia
hendak menerjang dan membunuh Kim-mou eng
mendadak di tempat lain terdengar jeritan muridnya dan
Bu Ham terjengkang, sesosok bayangan melengking
tinggi, Bu Ham ditampar dan muridnya terguling-guling.
Sepuluh peti harta terlepas berhamburan dipungut Sien
Nio dan dua temannya, bagai anjing kelaparan
menemukan tulang-tulang berserakan, ibu dan anak
berebut sambil bersorak, Salima muncul. Dan ketika
gadis itu berkelebatan dan Bu Ham jatuh bangun dihajar
gadis ini akhirnya Bu Ham berteriak-teriak pada gurunya.
"Suhu, tolong...."
Mo ong pucat. Tiba-tiba dia melihat keadaan
tidak menguntungkan. Kehadiran Salima membuat dia
geram. Kim-mou-eng tegak melindung suhengnya
sementara Bu Ham terus kepontal-pontal menghadapi
pukulan Salima. Tamparan dan tendangan gadis itu
membuat pemuda ini babak belur, Bu Ham memanggilmanggil gurunya. Da ketika satu pukulan telak mengenai
tengkuk Bu Ham dan muridnya itu roboh tiba-tiba Moong membentak meloncat tinggi, meninggalkan Kim
mou-eng dan menyerang Salima. Kipas dan tangan kiri
bergerak menyambar gadis Tartar ini. Tapi Salima yang1664
membalik dan menangkis serangan tangan ini tiba-tiba
menggerakkan kedua lengan mengerahkan Tiat-lui king.
"Krak dess?" kipas di tangan si kakek hancur.
Mo ong mengeluh terlempar setombak, Salima juga
terhuyung beberapa tindak. Tapi ketika Mo-ong bangun
berdiri dan memaki gadis itu mendadak tubuhnya
melesat menyambar sang murid yang pingsan di atas
tanah.
"Tiat-ciang Sian-li, kau berhutang satu kipas
kepadaku. Awas lain kali .." dan si kakek yang terbang
memutar tubuh tiba-tiba berkelebat meninggalkan
hutan. Sepuluh peti harta tak diingatnya lagi karena
sudah dibawa lari Sien Nio, bersembunyi bersama
puteranya. Kim mou eng tegak memandang Sumoinya
yang baru menyelesaikan pertempuran, menarik napas
dalam.
Tapi ketika sumoinya bertanya ke mana Twa
suheng mereka mendadak Kim mou eng tertegun. Gurba
lenyap. secara diam diam. Dan Kim-mou eng yang
tercekat mengenal kekerasan subengnya tiba-tiba
mengajak sumoinya mencari..
"Tentu mercari Wan Cu. Ayo kita cari!"
Kim mou eng memang benar. Raksasa ini
memang mengejar Wan Cu dan Pangeran Muda, terseok
seok mendekap dada mencari dua orang yang
dibencinya ini. Mereka tadi menghilang disebelah kanan,1665
ketika sumoinya menghajar Bu Ham dan sutenya
terbelalak membelakangi dirinya. Gurba beringsut
menjauhi Kim mou eng. Dan ketika dia mengejar dan di
luar hutan terdengar d?rap ramai dari ratusan kuda dan
saat itu teriakan di sana sini mengisi isi hutan karena
rombongan Bu ciangkun dan lain lainnya datang maka di
pihak lain Sien Nio gelisah melarikan diri.
"Cepat, cepat pangeran, musuh rupanya telah
sampai mengepung kita!"
Sien No kebingungan. Mereka bertiga
menerobos sana-sini. arah tak dapat ditentukan lagi
karena mereka sudah di tengah hutan. Diam-diam
marah dan gemas atas gangguan Tok gan Sin ni dan
kawan kawannya tadi, Sien Nio menerabas dan
pokoknya mencari jalan keluar. Tapi ketika mereka
tersesat dan sebuah jurang menghadang di depan
mendadak Sien Nio merandek dan berdiri menggigil.
"Keparat, kita tak dapat melampaui jurang ini.
Satu satunya jalan hanya menuruni tebingnya dan
merayap di seberang sana"
Pangeran Muda pucat. Mereka tak mendapat
pilihan lain, diam-diam menyesal kenapa dia tak melatih
ginkang ilmu meringankan tubuh Kalau dia memiliki
ginkang tentu mudah dia melompati jurang itu, yang
ditaksir lebarnya tak kurang dari sepuluh meter.
Dalamnya tak diketahui karena mereka tak dapat1666
mengira ngira. Dan ketika ibunya bingung dan Pangeran
Muda pucat maka Wan Cu, sudah menyingsingkan
lengan bajunya mendukung pendapat Sien Nio.
"Benar, satu satunya jalan hanya merayap
turun. Kecuali kalau kita mempunyai tambang sebagai
jembatan darurat " Wan Cu sudah bersiap-siap, mau
menuruni tebing tapi tiba tiba terpekik. Beberapa ular
hijau menempel di dinding jurang. Mereka mendesisdesis memandang tiga orang ini. Kiranya berisik di atas
membangunkan ular ular itu. Dan ketika Wan Cu
tertegun dan sang selir juga terkejut maka geraman di
belakang lebih membuat mereka pucat lagi.
"Paduka selir, kalian tak dapat lari!"
Gurba muncul dengan muka beringas. Raksasa
in datang dengan kaki terhuyung, tubuh setengah
membungkuk karena Gurba selalu mendekap dadanya.
Rambutnya, awu-tawutan, jelaga dan tanah kotor
membuat mukanya lebih menakutkan lagi. Wan Cu dan
Pangeran M?da tersentak. Dan ketika Gurba tiba di
tempat itu dan raksasa ini tertawa aneh maka
pandangannya menuju pada Pangeran Muda dan Wan
Cu. "Wan Cu, kau harus mati. Begitu pula penipu
ini"1667
"Tidak, jangan ...!" Sien Nio tiba-tiba menjerit,
"Kau boleh bunuh Wan Cu, Gurba. Tapi jangan anakku!"
Gurba mengibas. Dia membuat Sien Nio
terpelanting dan roboh mengaduh. Wan Cu terbelalak
dan benci memandang ibu kekasihnya itu. Dalam
keadaan seperti itupun ibu kekasihnya demikian keji.
benar-benar tak menghargai jiwanya dan mengharap dia
dibunuh. Tapi Pangeran Muda yang rupanya benarbenar mencintai Wan Cu dan marah kepada Gurba tiba
tiba membentak melompat maju.
"Tidak, siapapun tak boleh membunuh Wan Cu
ibu. Dia kekasihku dan aku mencintainya, Gurba inilah
yang tak tahu malu, mengejar-ngejar wanita yang
menjadi milik orang lain. Keparat!" dan sang pangeran
yang menerjang memungut sebatang kayu
menghantamkannya kepada Gurba tiba-tiba memekik
dan menyerang membabi buta, mengayun kaki dan
tangannya pula memukul dan menendang. Gurba
mengelak tapi beberapa pukulan mendarat di tubuhnya.
Raksasa ini menggereng. Dia memang lemah tapi tak
perlu khawatir menghadapi pukulan-pukulan lawan,
hanya kekuatan luar yang membuat pakaiannya robek
robek , tak bakal mematikan karena Pangeran Muda
tidak memiliki ilmu silat yang baik. Apalagi seperti Mo
ong misalnya. Dan ketika pukulan dan tendangan
menghujani berulang-ulang dan Gurba menangkis1668
senjata di tangan lawan tiba tiba kayu yang dipegang
Pangeran Muda patah.
"Krakk!" Gurba membuat lawan terkejut.
Raksasa itu terhuyung melangkah maju, dua lengannya
tahu tahu menangkap pinggang sang pangeran. Begitu
cepat dan luar biasa, maklum, Gurba tak kehilangan ilmu
silatnya kecuali tenaganya saja atau sinkangnya itu. Dan
ketika dia mengangkat dan membanting tubuh lawan
tahu tahu pangeran itu mengaduh dan roboh terkapar di
tanah yang keras.
"Bluk" pangeran itu seakan dibanting belalai
seekor gajah Kekuatan Gurba masih terlalu kuat baginya,
pangeran ini mengeluh dan tidak dapat bangun berdiri.
Gurba tahu-tahu menginjak! punggungnya dan menarik
tangan kirinya. ditekuk dan disentak ke belakang. Dan
ketika terdengar suara "krek" yang mendirikan bulu
roma dan sang pangeran menjerit tahu tahu lengan
pangeran ini sebelah kiri patah menjadi dua.
"Aduhh..!"
Sien Nio dan Wan Cu terpekik. Tiba tiba dua
orang wanita ini menyerang Gurba. Sien Nio mencabut
badiknya sementara Wan Cu mempergunakan kaki
tangannya belaka. Dua-duanya ingin menyelamatkan
Pangeran Muda. Tapi Gurba yang menangkis dan
mementalkan mereka tertawa mengejek keduanya1669
membuat sang selir roboh dan Wan Cupun terguling
guling.
"Paduka selir, anakmu harus kubunuh"
"Jangan....!" Sien Nio melompat maju,
menyerang lagi tapi kembali terpental. Gurba tak
mempan menerima pisaunya. Dan ketika Wan Cu
terbelalak dan Sien Nio pucat mendadak tanpa disangkasangka selir ini menikam dada Wan Cu sebagai penukar
jiwa puteranya.
"Gurba. lihat apa yang kulakukan. Wanita yang
kau benci ini kubunuh...... cepp!" dan pisau yang
menancap di dada Wan Cu hampir amblas ke gagangnya
tiba-tiba membuat Wan Cu mengeluh dan roboh
terguling Darah muncrat mengejutkan Gurba dan
Pangeran Muda sendiri. Sien Nio menganggap persoalan
bisa dibereskan kalau Wan Cu dibunuh, puteranya tentu
juga kehilangan kekasih dan dua pemuda itu tak akan
berebutan lagi. Gurba melepas puteranya, itulah yang di
harap. Dan ketika pisau masih bergetar dan Gurba benar
melepaskan Pangeran Muda karena k?get dan terbelalak
melihat perbuatan selir ini maka Pangeran Muda sendiri
berteriak tertahan melihat kejadian itu
"Wan Cu.....!"
Wan Cu terbelalak. Wanita cantik ini hampir tak
dapat bersuara, kekagetannya tak kalah dibanding
semua orang, bahkan ditambah rasa sakit yang1670
membuat dia mengerang. Kekasihnya bangun berdiri
dengan kaki terhuyung huyung, sebelah lengan
sengkleh. Wajah pangeran inipun tak kalah pucat
dibanding Wan Cu, langsung menubruk dan menangis
mendekap kekasihnya itu, dengan sebelah tangan
karena tangan yang lain terkulai kulai di samping
tubuhnya. Pangeran inipun sebenarnya kesakitan tapi
lupa sejenak pada sakitnya karena melihat kekasihnya
ditikam.
Dan ketika keduanya sama menangis tapi Wan
Cu menggeliat dalam sekarat tiba tiba wanita ini
menghembuskan napasnya menuding-nuding Sien Nio.
"Pangeran, ibumu keji....!"
Pangeran Muda meraung. Wan Cu telah
terguling di dalam pelukannya, tewas. Kesedihan besar
membuat pangeran ini menjerit memanggil manggil
nama Wan Cu, mengguguk!. Ibunya tiba-tiba
menghampiri dan menyentuh pundaknya, menyuruh
puteranya diam melepaskan Wan Cu. Kematian wanita
itu sudah sepantasnya demi keselamatan mereka,
bahkan Sien Nio mengerutkan alis tak senang melihat
tingkah laku puteranya. Tapi Pangeran Muda yang
membalik dan marah pada ibunya tiba-tiba mencabut
pisau di dada Wan Cu menghunjamkannya di dada


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ibunya sendiri, memekik,1671
"Ibu, kau wanita iblis!" dan pisau yang
menyambar begitu cepat dalam jarak yang begitu dekat
tiba - tiba mengejutkan Sien Nio yang tak dapat
mengelak maupun menangkis.
"Cepp!" pisau itupun menancap di dada selir ini.
Sien Nio terpekik terguling roboh, puteranya
menggereng dan mencabut pisau itu, bukan untuk
dilempar melainkan untuk ditikamkan lagi di tubuh
ibunya ini, bertubi-tubi, berulang ulang hingga Sien Nio
menjerit dan mengaduh, Semprotan darah pertama tadi
agaknya membuat pangeran ini semakin buas, pisau di
tangan terus bergerak gerak membuat lubang-lubang
baru yang mengerikan. Si?n Nio merintih dan
berkelojoran di atas tanah, menggelepar-gelepar.
Tubuhnya terkoyak-koyak oleh pisau pembunuh itu. Tapi
ketika Pangeran Muda terus menikami ibunya dan Sien
Nio akhirnya tak sadarkan diri oleh siksaan ini
sekonyong.koyong sesosok bayangan berkelebat
menyerang pangeran ini.
"Keji...!" bayangan itu membentak, menampar
dan sekaligus menendang Pangeran Muda, merenggut
pisau dan membuat Pangeran Muda terguling-guling.
Kini pangeran itu mengeluh dan bangun terduduk.
Seorang laki laki tua telah berdiri di situ, umurnya sekitar
tujuh puluhan tahun, menggigil dan terbelalak
menyaksikan kejadian mengerikan itu. Tubuh yang1672
berlumuran darah dan pisau yang sudah licin dipegang.
Seorang kakek yang buntung sebelah lengannya, rambut
dan jenggot sudah putih semua seperti perak. Kakek
yang kurus tapi gagah!
Dan ketika Pangeran Muda tertegun dan kakek
itu gemetar memegang pisau yang berlepotan darah
tiba-tiba kakek ini menangis dan menubruk ibunya.
"Nio-nio!"
Pangeran Muda jadi semakin melenggong lagi.
Dia tak mengenal siapa kakek ini, kenapa memanggil
Nio-nio pada ibunya, sebutan yang hanya dilakukan
orang-orang tertentu saja. Orang yang pernah akrab
kepada ibunya, entah siapa. Dan ketika dia menjublak
dan ngeri sendiri melihat hasil perbuatannya tiba-tiba
G?rba yang sejak tadi menonton dan tidak bergerak dari
tempatnya sekonyong konyong tertawa bergelak
menghampirinya dengan langkah menggetarkan.
"Pangeran, sekarang kau mati!"
Pangeran Muda terkejut. Kakek yang menangis
memeluk ibunya itu tak menghiraukan sekeliling lagi.
Gurba menghampirinya dengan sorot begitu bengis. Tak
ada ampun di mata raksasa tinggi besar itu. Dan ketika
pemuda ini kebingungan Dan Gurba memandangnya
bagai harimau kelaparan mendadak pangeran ini
mundur - mundur menggoyang lengan.1673
"Tidak.... jangan, Gurba. Aku masih ingin hidup
dan biar sepuluh peti harta itu kau ambil!"
Gurba tertawa menyeringai. Raksasa ini tak
menjawab, terhuyung-huyung maju dengan sebelah
lengan mendekap dada sendiri. Langkahnya bagai
biruang yang terbungkuk-bungkuk mengincar korban.
Pangeran Muda ketakutan. Dia tak membawa senjata,
lenganpun yang sebelah patah. Kini terasa kiut miut dan
pangeran ini terbelalak. Sudah tak ada darah lagi di
mukanya.
Gurba kian dekat dan dekat saja. Dan ketika
raksasa itu Menggeram-geram dan pangeran
mundur.mundur mendadak tanpa disadari dan
"kelupaan" kaki pangeran itu menginjak tempat kosong.
Itulah jurang yang menganga di belakang pangeran ini.
Siauw ongya lupa. Maka begitu dirinya mundur-mundur
dan Gurba siap menerkam tiba tiba kaki pangeran ini
terjeblos dan pekik mengerikan pun terdengar.
"Aaaa....!"
Suara itu terdengar menyayat, Gurba tertegun
melihat lawan melayang layang di bawah jurang, sekejap
kemudian lenyap membawa gemanya yang mendirikan
bulu kuduk itu, Nyaring dan pilu bagai suara iblis, atau
mungkin begitu pekikan setan di dasar neraka. Gurba
menghentikan langkah. Dan ketika suara itu lenyap dan1674
Gurba termangu memandangi dasar jurang tiba - tiba
sebuah tangan kuat mencengkeram pundaknya.
"Kenapa kau biarkan begitu?"
Gurba terkejut. Cengkeraman yang marah ini
diiringi pula suara yang menggigil, dia membalik dan
sudah melihat kakek berlengan buntung itu. Berdiri di
depannya dengan mata berapi-api, gigi gemertuk. Untuk
kedua kali Gurba tertegun. Kakek ini memiliki keberanian
besar dan sama Sekali tidak takut kepadanya. Gurba
mengerutkan kening, tidak senang. Tapi sebelum dia
menjawab atau melepaskan dirinya mendadak Gurba
limbung dan terbatuk dua kali, melontarkan darah
hingga si buntung melepaskan dirinya. Raksasa ini
terhuyung dan tiba tiba jatuh terduduk, si kakek t?rkejut.
Dan ketika Gurba mengeluh dan berkerut-kerut
menahan sakit sekonyong konyong wajahnya berobah
hitam gelap kebiru biruan.
"Ugh!" Gurba kembali terbatuk, kali ini darah
bercampur liur yang kehitaman. Gurba bersila dan kakek
buntung terbelalak, melihat raksasa itu merah pucat
berganti ganti. Gurba sadar akan lukanya yang berat itu.
Luka yang tak terawat, luka yang dibiarkannya saja
karena seluruh perhatian sedang tertuju pada Wan Cu
dan Pangeran Muda, kini dua orang yang dibencinya itu
tewas dan pikiran jernih timbul kembali. Api dendam dan
nafsu membunuh lenyap, terganti rasa sakit yang seolah1675
olah dilupakannya. Dan ketika Gurba mengerahkan
sinkangnya dan coba menyembuhkan diri dengan duduk
bersila tiba-tiba raksasa ini terkejut karena tenaga
sinkangnya tak dapat dikerahkan lagi karena dirinya
d?mikan lemah. Tenaga sakti di tubuhnva itu tak dapat
ditarik, Gurba menggigil dan kembali terbatuk-batuk.
Ada suara gemuruh di perutnya, buku - buku tulang tiba
tiba terkeretok dan Gurba menyeringai. Kakek di
depannya tak dilihat lagi. Sebuah tangan mendadak
menempel di punggungnya, coba membantu tetapi
gagal. Gurba merasa tenggorokan panas dan tubuh pun
terbakar. Dan ketika raksasa itu kaget dan mengeluh
dengan muka pucat sekonyong-konyong h?wa yang
ditarik tiba - tiba tersedot tapi tak terkendali menerjang
semua aliran darahnya di seluruh tubuh.
"Aduh....!"
Gurba terlalu memaksa diri. Dia telah mati
matian menarik hawa saktinya tadi, kini bergerak tapi
sebaliknya tak dapat dikendalikan karena hawa itu
seolah jebol melebihi titik batasaya, Tenaga sendiri
terlalu lemah untuk menghadapi arus hawa yang terlalu
hebat. Gurba terlampau memaksa diri Dan karena
raksasa itu mengalami luka berulang ulang yang tidak
segera disembuhkan dan pikiran terlalu ditujukan pada
dendam maka sekarang hawa yang menerjang itu tak
dapat dilawan dan membalik menyerang diri sendiri.1676
Semakin parah. Gurba menggigil dan gigi pun
gemerutuk, tulang tulang semakin berkerotok dan si
buntung terbelalak. Dan ketika hawa dingin berbalik
mengganti bawa panas tiba-tiba Gurba mengeluh dan
terguling pingsan. Muka dan tubuhnya bengkak, uraturat kebiruan menonjol keluar. Darah mengalir di semua
lubang raksasa ini, membeku dan tiba tiba dingin seperti
es. Si buntung semakin terkejut. Tapi ketika dia
membungkuk dan bingung mau menolong raksasa ini
mendadak Kim mou-eng dan sumoinya muncul.
"Suheng....!"
Kim-mou eng terperarjat. Dia melibat dua
tubuh menggelimpang mardi darah, Wan Cu dan Sien
Nio. Suhengnya mengeletak ditolong kakek tak dikenal,
hidung telinga dan mulut mengeluarkan darah yang
segera membeku seperti es. Tentu saja Kim-mou-eng
terkejut dan berkelebat menghampiri, Salima menyusul
di belakang. Dan ketika dua orang itu tertegun dan kakek
buntung ini bangkit berdiri maka Kim-mou eng
memeriksa dan kaget bukan main.
"Jalan darahnya pecah. Suheng terancam
maut!"
Kim-mou-eng menggigil. Dia cepat menolong
tapi tak berhasil. Urat urat darah suhengnya satu demi
satu putus, pecah di dalam akibat terjangan hawa sakti
yang membalik. Dan ketika Kim-mou-eng gemetaran dan1677
pucat melihat keadaan suhengnya ini maka erangan di
sebelah kiri menarik perhatian mereka dan kakek
buntung itu tiba-tiba menghampiri Sien Nio.
"Nio nio, kau siuman?"
Sien Nio mengeluh. Wanita ini memang sadar,
merintih dan sejenak dilupakan kakek itu karena Gurba
membunuh Pangeran Muda. Sien Nio membuka mata
dan berkata kata tak jelas: Suara orang di sana sini mulai
terdengar, itulah rombongan Bu ciangkun dan lain lain.
Dan Sien Nio yang mengeluh memandang kakek buntung
ini tiba-tiba menggigil !
"Kau siapa?"
Kakek itu menangis. Aku orang pertama yang
menyebabkanmu begini, Nio nio. Aku menyesal dan
berdosa padamu."
"Kau siapa?"
"Lihatlah baik baik, amati wajahku. Tidakkah
kau kenal?" kakek itu tiba-tiba m?meluk s?lir ini, air
matanya bercucuran dan Sien Nio terbelalak. Dia
memperhatikan tapi tetap juga tak kenal, kakek ini asing
tapi suaranya tiba-tiba menyengat Sien Nio akan suara
seseorang yang pernah hinggap diingatannya. Kian lama
kian mendekat tapi menjauh lagi. Sungguh Sien Nio
bingung. Dan ketika rasa sakit menghentak wanita ini
dalam kepedihan dan luka tiba-tiba Sien Ni? mengerang
berjengit j?ngit1678
"Aduh, aku....aku tak mengenalmu. Tapi
suaramu serasa kuingat.....!"
"Sudahlah, aku Hok-kauwsu, Nio nio. Aku orang
yang pertama kali menggaulimu dulu!" dan si kakek yang
memeluk Sien Nio sambil mengguguk tiba-tiba membuat
Sien Nio tersentak menahan sakitnya.
"Apa? Kau....? Ah!" dan Sien Nio yang tiba-tiba
teringat suara ini bagai petir di siang bolong mendadak
terkekeh dan mengerang hampir berbareng, kini
mengenal bahwa bakek itu memang Hok-kauwsu,
centeng Pin loya. Laki - laki yang memberinya dua ratus
tail perak tapi dia harus menyerahkan kehormatannya.
Mata laki-laki itu kini dikenalnya. Benar, memang Hokkauwsu, meskipun telah menjadi kakek namun suara dan
mata laki laki ini masih seperti dulu. Bahkan sekarang
mata itu bersorot lembut dan penuh kebijaksanaan,
hanya lengannya itu yang buntung. Entah kenapa. Dan
ketika Sien Nio terkekeh-kekeh dan geli namun sekejap
kemudian harus merintih selir ini berkata dan menahan
sakitnya tiba tiba ter?ngah-engah.
"Benar. kau laki laki itu, Hok..kauwsu.... kau
tukang pukul Pin-loya! Tapi kenapa lenganmu hilang
sebelah? Bagaimana tiba-tiba kau ada di sini? Dan
aduh..... kau sekarang kakek kakek t?tapi gagah...hiiiii
hik, aku teringat ketika kau mempermainkan aku di
gubuk.... dan....dan......"1679
Sien Nio berkelojotan, menghentikan katakatanya dan mengeluh dengan muka pucat. Dia tak akan
tertolong karena luka-lukanya terlalu parah. Hokkauwsu menangis memeluk selir ini, berbisik-bisik dan
menyatakan maafnya bahwa perbuatannya dulu
membuat Sien Nio rusak. Sien Nio tersenyum dan
kembali menyeringai, pandang matanya meredup. Tapi
ketika selir itu megap-megap dan napas tampak sukar
mengisi paru-parunya tiba-tiba wanita ini bertanya,
"Hok-kauwsu, bagaimana kau bisa ada disini?
Bagaimana kau datang.....?"
"Aku telah lama ikut Kim-taijin, Nio - nio,
menjadi pelayannya dan selama itu pula ingin menemui
dirimu. Tak berhasil dan selalu gagal karena kau telah
menjadi wanita yang berkedudukan. Kekuasaanmu
menghalangi keinginanku dan baru sekarang dapat
jumpa."
"Dan bagaimana kau bisa tiba di sini?"
"Aku mengikuti perjalananmu, Nio-nio. Susah
payah dan lagi-lagi nyaris gagal."
"Hi-hik, kau lucu. Mau apa menemuiku?
Perawanku telah kau peroleh, mau apalagi?"
"Ah...!" Hok kauwsu mendekap kepala wanita
ini, tertusuk pedih. "Jangan ucapkan kata-kata itu lagi,
Nionio. Aku ingin menemuimu karena ingin1680
menyadarkanmu. Aku menyesal dan ingin mengajakmu
hidup baik-baik!"
"Tetapi gagal dan kini kau kecewa?"
"Begitulah...." dan ketika Sien Nio tertawa! dan
menangis di antara nafasnya yang terengah tiba tiba
wanita ini menggeliat.
"Hok - kauwsu, mana anakku yang keparat itu?"
"Dia....."
"Dia mampus?"
"Ah, kau menerima karma yang tidak baik, Nionio. Sungguh penyesalanku semakin bertambah tambah
saja. Ini barangkali gara gara aku!"
"Tidak!" Sien Nio tiba - tiba melotot. "Aku
bertanya kau menjawab, kauwsu. Mana puteraku itu?
Kenapa dia tidak menggor?kku sekalian?"
Kauwsu ini sedih. Dia terpaksa
memberitahukan bahwa Pangeran Muda memang telah
tewas, bahwa Sien Nio tak akan dapat melihat puteranya


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu karena puteranya jatuh ke jurang. Kakek ini
menyatakan penyesalannya yang tiada habis. Dan ketik?
Sien Nio tertegun dan terbelalak memandang kakek ini
maka Hok-kauwsu mendekap kepalanya dengan air
mata bercucuran.
"Benar, puteramu tewas di jurang sana, Nio nio.
Aku tak dapat menyelamatkannya ketika diancam
raksasa Tar tar itu."1681
"Gurba?"
"Yaa..."
"Ah. ...." dan Sien Nio yang mengutuk mengepal
tinjunya tiba tiba menangis. "Kauwsu, nasibku memang
sial. Anak kandungku satu satunya pun membunuh aku!"
"Sudahlah, ini suratan takdir, Nio nio. Lupakah
kau pada kutukan mendiang ibu angkatmu dulu? Kau
pun dulu menyakitinya, dan kini semuanya terjadi dan
hidup sebagai sebuah kenyataan. Aku menyesal
menyeretmu dalam nasib demikian buruk!" dan Hokkauwsu yang mencium wanita itu penuh penyesalan
tiba-tiba membuat Sien Nio batuk dan tersedak sedak.
"Kauwsu, kau memang aneh. Dahulu kau
demikian jahat sekarang demikian baik. Apa yang
menyebabkanmu begini?"
"Panjang ceritanya. Nio nio. Tapi seseorang
telah menyelamatkanku lahir batin. Dialah yang
merubah jalan hidupku sampai kini."
"Siapa?"
"Bu-beng Sian su!"
"Ooh...." Sien Nio terbelalak. "Bu beng Sian Su!"
"Ya, Bu-b?ng Sian su, Nio nio. Dialah yang
merobah keburukan-keburukanku meskipun untuk itu
aku kehilangan sebuah lengan!"
"Apa yang terjadi? Mana manusia dewa itu?"1682
"Yang terjadi panjang sekali, Nio-nio. Dan di
mana manusia dewa itu aku sendiri pun tak tahu.
Aku....!" Hok - kauwsu menghentikan kata-katanya,
melihat Sien Nio muntah darah dan tiba tiba mengejang
matanya mendelik - Delik dan tubuh wanita ini
berk?lojotan. Rupanya banyak bi?ara tadi membuat Sien
Nio memperberat luka-lukanya. Tangan wanita ini
menggapai-gapai s?mentara mulutnya mengerang tak
keruan. Hok-kauwsu menggigil dan cepat menekan
tengkuk bekas kekasihnya ini. Sien Nio berbisik bisik. Dan
ketika kauwsu itu mendekatkan telinganya dengan muka
pucat maka Sien Nio berkata,
"Kauwsu, kau beruntung benar bertemu
manusia dewa itu. Aku akan mati...kau bakarlah mayatku
agar api memusnahkan semua dosa-dosaku. Kau mau,
kauwsu...?"
Hok-kauwsu menangis. Kau tak usah bicara
tentang kematian. Nio-nio. Aku akan menyelamatkanmu
dan menolongmu dari luka-lukamu ini....
"Tidak, aku tak tahan, kauwsu.... aku telah
melihat puteraku di depan sana. Dia mengejekku,
keparat .. aku akan menghajar anak itu dan..... dan.....!"
"Sudahlah, jangan banyak bicara lagi, Nio-nio.
Kau hapus dendammu itu dan jangan bermusuhan
dengan darah dagingmu sendiri....!"1683
"Tidak, dia bersama Wan Cu, kauwsu. Aku benci
mereka berdua itu! Aku ... ooh, aku tak kuat.... aku...
aku...." Sien Nio merintih, berkelojotan dan tiba-tiba
mengerang. Tangannya menuding-nuding, sesuatu
dilihatnya di atas sana dan Hok kauwsu mengguguk.
Wanita ini hampir kehilangan kesadarannya. Dan ketika
suara tak jelas kembali terdengar bersama keluhan tibatiba selir ini mengucapkan selamat tinggal dan roboh di
pangkuan Hok-kauwsu.
"Nio nio...!"
Namun Sien Nio telah tewas. Wanita ini
meninggal dalam keadaan demikian mengerikan,
tubuhnya dirajam sembilan bekas luka yang menganga.
Hok kauwsu mengeluh memanggil-manggil nama bekas
kekasihnya itu. Tapi ketika mata itu tak bercahaya lagi
dan sukma di dalam tubuh wanita ini melayang ke alam
lain tiba tiba Hok-kauwsu roboh terguling dan pingsan di
samping mayat bekas kekasihnya itu. Persis ketika di saat
itu Bu ciangkun dan teman-temannya tiba, melihat Kimmou-eng menolong suhengnya sementara dua tubuh
bergelimpangan mandi darah. Wan Cu dan Sien Nio
menemui ajal dengan cara yang membuat orang
mengerutkan kening. Bu-ciangkun melompat
menghampiri dan yang lain lain pun maju mendekat. Kini
mereka melihat keadaan Gurba yang mengerikan pula,
tubuh kebiruan dan1684
bengkak-bengkak. Semua orang tertegun. Dan ketika
mereka terkesima dan tempat itu hening oleh kediaman
yang beku tiba-tiba Kim-mou eng melepaskan
suhengnya tersendu bicara,
"Dia t?lah tiada...."
Bu-ciangkun merangkapkan tangan. Raksasa
tinggi besar itu ternyata telah tewas oleh luka lukanya
yang terlalu berbahaya. Semua orang membungkuk
memberi hormat pada arwah raksasa ini. Betapapun, dia
adalah suheng Kim mou eng meskipun Gurba sendiri
memusuhi istana. Jadi memandang muka pendekar
itulah mereka memberi hormat. Kim-mou-eng gemetar
dan dipegang lengannya oleh Salima. Gadis ini tak
seberapa terpukul oleh kematian kakaknya tertua itu.
Rasa tak suka memang telah mengganggu gadis ini sejak
Gurba memfitnah Kim-mou.eng. Dan ketika Bu ciangkun
bertanya apa yang harus mereka lakukan maka Kimmou-eng menyuruh mereka kembali.
"Aku hendak membawa mayat suhengku ke
luar tembok besar ciangkun. Kami hendak
menguburkannya di sana di kampung halamannya."
"Tapi pangeran tentu kecewa. Sebaiknya
taihiap ikut kami dulu ke istana."
Kim-mou-eng mengerutkan kening.
Sebenarnya urusan sudah bisa dibilang selesai, tapi ingat
bahwa kaisar terminum racun dan pangeran mahkota1685
serta Kim-taijin tentu menunggu nunggunya untuk
mendapat kabar akhirnya pendekar ini merasa tak enak
dan mengangguk. Segera melihat Siga dan Bora serta
pasukan Tar tar yang lain, memanggil dua pemuda itu
dan menyerahkan mayat suhengnya agar dibawa keluar
tembok besar. Betapapun pasukan yang besar itu harus
dipulangkan kembali. Tak mungkin pasukan T?r - far itu
berdiam di tengah-tengah wilayah orang lain. Dan ketika
semuanya mengangguk dan Kim-moa eng menyuruh dua
pemuda Tar-tar itu menunggunya di luar tembok besar
dan mereka harus kembali kesana maka Bu ciangkun
teringat Pangeran Muda dan bertanya di mana pangeran
yang jahat itu. Tentu saja tak dapat dijawab karena Kim mou eng tak tahu. Kebetulan Hok kauwsu tiba-tiba
sadar, Bu ciangkun, mengenal kak?k ini dan segera
bertanya apa yang terjadi. Bagaimana Sien Nio dan Wan
Cu bisa mandi darah. Kakek itu bercerita sambil
menahan cucuran air matanya. Semua orang kini
mengerti dan menghela napas panjang. Dan ketika kakek
itu tersedu dan semuanya jelas bagi mereka akhirnya
mereka semua turun dan meninggalkan tempat itu
Mayat Wan Cu dikubur. Sien Nio tak
dimakamkan karena minta dibakar, kakek inilah yang
membakarnya dan menunggu sampai jenasah itu
menjadi abu. Salima diam-diam heran dan tertarik
memandang kakek ini. Kim mou-eng juga begitu,1686
sekarang mereka mengenal bahwa kakek ini adalah
pelayan Kim-taijin. Bertahun-tahun bekerja di sana tapi
jarang memperlihatkan diri, itulah sebabnya Kimmou.eng maupun sumoinya tak pernah melihat kakek ini
meskipun Kim-taijin merupakan sahabat mereka. Dan
ketika mereka mau meninggalkan tempat itu dan kakek
itu menunggui jenasah Sien Nio di atas api tiba-tiba
kakek ini menghampiri mereka.
"Kim taihiap. boleh aku meminta sesuatu?"
"Apa?"
"Aku ingin ikut kalian keluar tembok besar.
taihiap. Aku ingin menjumpai guru kalian si manusia
dewa Bu-beng Sian-su!"
"Ah, kau mengenalnya?"
"Dua puluh tahun yang lalu aku ditolongnya
taihiap Kini aku ingin menghadapnya dan mendengar
petuah petuahnya yang manjur."
"Hm!" Kim mou-eng tertegun. "Suhu kami itu
jarang menemui kami, kauwsu. Dia datang dan pergi
sesuka hatinya. Kalau memang ada jodoh baru kita bisa
menemuinya. Bagaimana kami menjanjikannya
kepadamu?"
"Aku tahu, taihiap. Dan aku bersabar untuk
menunggu saat bersejarah itu. Aku ingin mendengar
wajangannya sebelum ajalku tiba."1687
"Baiklah, nanti kita berjumpa lagi, kauwsu.
Selamat tinggal!" dan Kim-mou-eng yang turun
mengikuti rombongan Bu ciangkun tiba-tiba berkelebat
dan mendahului rombongan ini. Sumoinya menyusul
dan menggandeng lengannya, sebentar kemudian hilang
di balik pohon-pohon besar di mana orang kagum
memandang mereka. Pendekar Rambut Emas dan
sumoinya itu memang orang-orang gagah. Orang yang
memiliki kepandaian tinggi dan hebat. Dan ketika
mereka tiba di istana dan Kim ? taijin menyambut
mereka ternyata pangeran mahkota muncul pula
dengan wajah berseri-seri.
"Taihiap, ayahanda kaisar selamat. Kini beliau
menunggu kalian di ruang dalam!"
Kim mou-eng tertegun. "Siapa yang
menyelamatkannya?"
"Yu twako, taihiap. Saudara Yu Bing. Dia
memiliki Pek-bouw-cu (Mustika Harimau Putih) yang
kebetulan dibawa!"
Kim-mou-eng terkesima. Sekarang dia ingat
bahwa Yu Bing memang memiliki mustika itu, mustika
anti racun yang dulu menyedot lukanya pula ketika dia
terkena jarum-jarum Tok-gan Sin ni. Sekarang dia
teringat dan menepuk dahi sendiri bahwa pemuda itu
memang dapat menolong kaisar. Agaknya keterburuburuan dan kegelisahannya tadi membuat dia lupa akan1688
hal ini. Rasa khawatir dan marah membuat semua orang
lalai. Salima pun tertegun. Dan ketika pangeran bercerita
bahwa Yu Bing telah menyelamatkan kaisar dengan
mustikanya itu maka Kim mou eng bertanya dengan
suara heran,
"Bagaimana dia bisa menolong sri baginda,
pang?ran? Bukankah dia sendiri terluka?"
"Ini jasa Hek-eng Taihiap, Kim mou-eng," Kimtaijin tiba tiba berseru memotong gembira. "Pendekar
Garuda Hitam itulah yang teringat mustika sahabatnya
ini!" dan Kim taijin yang lalu menceritakan perbuatan
Hek-eng Taihiap yang menolong temannya dan ganti Yu
Bing menolong kaisar akhirnya membuat Kim-mou eng
terbelalak dan mengangguk angguk mengerti,
"Ah, pantas. Aku juga kelupaan tentang benda
itu."
"Dan sekarang ayahanda mengundang dirimu.
Kalian ditunggu di ruang dalam."
"Untuk apa?"
"Ayah ingin mengucapkan terima kasih, taihiap.
Dan kami semua memang ingin menyampaikan terima
kasih yang tak terhingga ini!"
"Ah, kalian terlalu membesar-besarkan, ini
memang sudah tugas kewajiban kami. Sebaiknya ......"
Kim-mou eng tiba-tiba berhenti, seorang laki laki
berpakaian emas muncul, dadanya Bersulam naga,1689
ketawa dan menuruni anak tangga, Kim mou-eng
terkejut karena itulah kaisar. Dan ketika semua orang
cepat memberi hormat dan kaisar merangkul pendekar
ini maka kaisar sudah berseru, memotong kata-kata
Pendekar Rambut Emas tadi,
"Kim-moo eng, tak ada kamus tolakan di istana
ini. Aku sendiri menyambutmu, Marilah, penuhi
permintaan kami dan kalian ke dalam!".
Kim-mou-eng tak dapat menolak. Kaisar sendiri
telah memerlukan kakinya , melangkah menyambut
mereka. Inilah satu kehormatan besar yang tak boleh di
tampik. Menolak berarti menghina dan tak menghargai
maksud baik orang. Dan karena Kaisar menyatakan
kesungguhannya dan Kim mou eng melihat sri baginda
betul betul sehat kembali maka pendekar ini tak dapat
menghindar dan sudah memasuki istana. Kaisar
menjamu mereka dengan makan minum yang lezat ,
anggur dan arak Hang cou dikeluarkan . Mereka
bercakap cakap dan semua kejadian di ceritakan. Kim
mou-eng, menjawab pertanyaan - pertanyaan kaisar
tentang Sien Nio dan para pembantunya. Dan ketika
kaisar mengerutkan alis dan berkali-kali menahan marah
atas rencana pemberontakan selirnya itu maka kaisar
bangkit berdiri membungkuk ketika mendengar
kematian Gurba.1690
"Thian Yang Maha Agung, semoga arwah
suhengmu diterima di sisi Tuhan!"
Kim-mou eng kerepotan. Kaisar ternyata tak
m?mb?nci suhengnya itu, bahkan dapat mengerti
kejahatan suhengnya. Sungguh ini di luar dugaan. Kimmou-eng melihat betapa kasar ini adalah seorang kaisar
yang bijak. Dan ketika malam itu mereka kembali
meneruskan percakapan dan rombongan Bu ciangkun
melengkapi berita akhirnya sepuluh peti harta karun
yang diambil kembali itu diserahkan pada Kim-mou-eng
oleh kaisar
"Aku tak ingin benda ini di sini lagi, Kim mou


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

eng. Kau terimalah dan bawa sebagai tanda
penghargaan kami kepada kalian berdua!"
"Ah. untuk apa? Kami tak biasa membawa bawa
harta sri baginda. Sebaiknya biar hamba kembalikan
pada paduka karena kami berdua tak mengharap balas
jasa!" Kim-mou eng terkejut
"Tidak, aku tak suka kau menolaknya, Kim mou
eng. Kau terimalah dan bawa ini sebagai rasa terima
kasih kami. Kalau tidak, kami akan menganggapmu tak
mau menghargai perasaan orang lain dan mengecilkan
rasa terima kasih kami."
Kim mou-eng repot. Dia tak menduga harta
begitu besar bakal dihadiahkan kaisar kepadanya. Harta
yang cukup untuk hidup sampai tujuh turunan dengan1691
cara yang mewah. Bahkan bisa untuk membangun
sebuah kerajaan kecil. Tapi Kim mou-eng yang
berpandangan dengan sumoinya dan mendapat isyarat
yang sudah dimengerti tiba tiba tersenyum dan tertawa
kepada kaisar.
"Sri baginda, baiklah hamba terima pemberian
ini. Kami herdua mengucapkan banyak-banyak terima
kasih. Tapi karena kami repot membawanva dan kami
masih mempunyai urusan lain biarlah hamba titip kan
dulu sepuluh peti harta itu di sini. Kelak kalau hamba ke
mari tentu hamba ambil hadiah ini di lain kesempatan.
Harap paduka mengabulkan permintaan ini!"
Kaisar terbelalak. Dia bingung oleh kata-kata
ini, tak tahu apakah Kim-mou-eng menghindarinya
secara halus. Melihat bahwa Pendekar Rambut Emas
bukan seorang rakus yang lahap akan harta, padahal
banyak orang ngiler kalau melihat sepuluh p?ti harta itu.
Buktinya telah terjadi banjir darah gara-gara harta karun
ini. Tewasnya Coa-ong dan Tok-gan Sin ni serta yang lainlain. Tentu saja kaisar semakin kagum dan terheran
heran oleh sikap Kim-mou eng ini. Tapi mendengar Kimmou-eng akan mengambilnya di lain kesempatan dan
Kim-mon eng jelas tidak menolak pemberiannya mentah
mentah akhirnya kaisar tertawa bergelak memuji
pendekar ini, melihat bahwa pendekar itu memang
memiliki watak mengagumkan, di samping1692
kepandaiannya yang mengagumkan pula. Dan ketika
malam itu
kaisar menjamu Kim-mou-eng dan menjelang
pagi beristirahat karena lelah maka Kim mou-eng dan
sumoinya dipersilahkan beristirahat di kamar yang sudah
disediakan. Kim mou-eng memulihkan tenaga beberapa
saat saja, tak lebih dari dua jam. Sumoinya juga begitu.
Dan ketika hari mulai terang tanah dan kaisar serta yang
lain-lain tergolek kelelahan maka Kim-mou eng dan
sumoinya sudah berkelebat meninggalkan istana setelah
semalam sekalian pamit pada kaisar. Mereka tak mau
diganggu segala tata cara, begitulah memang
kebanyakan sifat orang orang kang-ouw. Dan persis
mereka keluar dari pintu gerbang tiba-tiba Hok kauwsu
telah muncul menghadaog mereka.
"Taihiap, aku ikut.....!"
Kim-mou-eng terkejut. Dia teringat bahwa dia
telah berjanji pada kakek ini, hampir saja kelupaan. Tapi
gembira bahwa kakek itu bersungguh-sungguh menepati
janjinya sendiri akhirnya Hok kauwsu di bawa dan Kim
mou eng melakukan perjalanan bertiga.
Di sinilah Kim-mou-eng mendengar cerita
tentang Sien Nio. Hok-kavwsu mengisi waktu dengan
kisah si selir itu. Betapa Sien Nio mula-mula seorang
gadis papa, menjadi anak angkat seorang petani miskin
dan hidup sengsara di dusun Pin-loya. Mulai meniru1693
orang tua angkatnya karena tertarik harta Untuk sebuah
gelang yang digila-gilainya Sien Nio rela menukar
kehormatanny? dengan benda itu, menjadi kekasih Hok
kauwsu dan akhirnya melayani pula para cen teng di
rumah Pin-loya. Hok-kauwsu tampak menyesal
menceritakan bagian ini. Dialah yang menjadi gara-gara
pemula. Dan ketika dia mendengar kabar pula bahwa
Goh - centeng dan Ban centeng mati terbunuh
sementara Sien Nio kabur maka kauwsu ini dapat
menduga bahwa itulah tentu hasil pekerjaan Sien Nio.
Kejadian berikut memang dia tak tahu. Hok kauwsu
sendiri seperti kita ketahui telah melarikan diri dari
dusun Pin loya, membawa harta curian tuan tanah itu
dan dikejar tapi lolos. Sien Nio ditipunya dan ganti gadis
itu terlunta-lunta. Tapi ketika Sien Ni? menjadi selir dan
satu persatu kehidupan bekas kekasihnya itu diselidiki
dan dia mendengar bahwa Sien Nio telah melakukan
keonaran pada pejabat-pejabat pemerintahan hingga
terakhir Fang-taijin ditipunya maka kakek ini menarik
napas panjang.
"Sien Nio tak hanya tamak akan harta, taihiap
Tapi juga mulai berambisi akan kedudukan dan
kekuasaan. Dia memang hebat, berhasil tapi akhirnya
hancur oleh sepak terjangnya yang berlebih-lebihan. Aku
berdosa kepadanya sejak awal mula kejadian itu!"1694
Kim.mou eng mengerutkan kening. Hokk?uwsu lagi-lagi menyatakan penyesalannya, terus
mendengarkan sementara Salima diam-diam mencibir.
Cerita yang dibawa kakek ini sebenarnya memuakkan.
Tapi harus dipuji keberanian kakek ini yang
menceritakan semuanya dengan jujur, termasuk
keburukannya sendiri bersama Sien Nio. Perbuatanperbuatan memalukan di masa silam yang dibuat kakek
ini. Dan ketika dalam perjalanan itu Hok-kauwsu
membuka semua rahasianya dan kisah selir ambisius itu
dibuka tanpa tedeng aling aling maka tiga hari kemudian
mereka bertiga telah tiba di luar t?mbok besar. Di sini
cerita Sien Nio cukup lengkap didengar, Kim-mou eng
berkali-kali menarik napas panjang dan mengerutkan
keningnya. Kisah itu memang cukup menyedihkan
ditutup dan mereka sudah disambut Siga dan orang
orang Tar tar yang lain, sejenak beristirahat dan Kimmou-eng menanyakan makam suhengnya. Dan ketika
Siga menunjukkan makam raksasa itu dan Kim-mou eng
duduk bersila maka dia sudah menyuruh pergi orangorang lain itu kecuali sumoinya dan Hok kauwsu.
"Aku akan tinggal di sini tiga hari, kauwsu.
Betahkah kau duduk bersamadhi bersama kami?"1695
"Tentu aku sanggup, taihiap. Tapi kalau tidak
kuat pun tentu aku bertahan. Aku ingin bertemu
gurumu!"
Kim-mou-eng tersenyum. Keinginan kakek ini
yang selalu dikatakannya berulang-ulang membuat dia
tergerak, betapa besarnya keinginan itu, Dan karena
Hok-kauwsu memang benar-benar ingin menjumpai
suhunya dan Kim-mou eng juga ingin melaporkan
kematian suhengnya itu maka Kim-mou eng mengajak
sumoinya menyatukan pikiran, menarik getaran-getaran
tertentu agar guru mereka itu datang. Dan begitu Salima
bersila dan duduk memusatkan konsentrasi maka Kimmou-eng dan sumoinya telah menjadi patung manusia
yang tidak bergerak-gerak lagi. Hok-kauwsu kagum dan
mencoba duduk bersila. Sejenak termangu dan tidak
berhasil. Kematian Sien Nio masih mengguncang
perasaannya. Tapi ketika dia mengeraskan sikap dan
meluruskan batin tiba-tiba dengan bangga dan gembira
kakek ini dapat bers?madhi juga di dekat Pendekar
Rambut Emas yang sudah lebih dahulu hening dalam
alam samadhinya.
***1696
Hari itu, hari pertama, tak ada yang istimewa di
makam Gurba, Kim-mou eng dan sumoinya serta Hokkauwsu masih khusuk dalam samadhi mereka. Bahkan
kini tubuh mereka tak bergeming. Napas yang keluar dari
hidung Kim-mou.eng dan Salima bahkan seperti tak
kedengaran lagi. Suheng dan sumoi ini telah mencapai
keadaan hening yang mendekati titik puncaknya. Dalam
keadaan begini biar ada gunung meletus pun tak
mungkin Kim-mou eng dan sumoinya terbangun.
Mereka telah memasukan pikiran untuk "tidur", tiga hari
sebelum waktu itu tak akan mereka tergugah. Bawah
sadar mereka telah melatih mereka sedemikian rupa
diguncang maupun dipukul tak mungkin mereka sadar.
Keadaan ini telah hampir mencapai titik beku. Dan ketika
pada hari kedua Kim-mou eng dan sumoinya telah
mencapai titik puncak dari alam semedhi mereka maka
getaran Getaran uap putih muncul di tubuh dua orang
ini. Ada hawa sejuk keluar dari tubuh Kim mou eng.
Getaran uap putih itu melebar, kian lama kian melebar
hingga mulai mendekati sumoinya, Tubuh Salima pun
tiba-tiba mengeluarkan uap yang sama, bersatu dan
akhirnya membungkus tubuh keduanya tanpa disadari
Sinar keagungan muncul di wajah mereka. Segala nafsu
kot?r tiba tiba lenyap, yang ada ialah cahaya kesucian
yang membuat suheng dan sumoi ini tampak agung dan1697
bersinar. Dan ketika getaran uap itu coba mendekati Hok
- kauwsu dan membungkus tubuh kakek ini pula tiba tiba
bayangan tiga orang itu lenyap diselimuti kabut atau uap
putih ini.
H?k-kauwsu merasa mimpi. Kakek ini serasa
ditarik sebuah tenaga gaib, terangkat dan kini melayang
- layang di mega yang indah. Bersama Kim-mou eng dan
Salima tersenyum-senyum di alam yang penuh
kebahagian itu. Kim-mou-?ng merangkul sumoinya
dengan mesra, sementara salima sendiri memeluk
pinggang suhengnya dengan manja. Dua kakak beradik
seperuruan itu tampak bahagia. Hok kauwsu iri dan
menelan ludah. Dan ketika mereka bertiga melayanglayang di mega yang indah itu dengan gerak dan bahasa
masing-masing, lewat pandang mata, mendadak
segumpal halimun aneh muncul di tengah-tengah
mereka tanpa diketahui dari mana datangnya. Seperti
iblis!
"Kim-mou-eng, ada apa kalian memanggil
manggil aku?"
Hok kauwsu terkejut. Kim.mou-eng dan
sumoinya tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut, mereka
menyentuh permukaan mega yang lembut. Hok kauwsu
terbelalak karena dia mendengar suara dari dalam
halimun itu. Suara tanpa rupa. Dan ketika Kim-mou eng
dan sumoinya menyebut "suhu" pada suara di balik1698
halimun ini mendadak Hok-kauwsu tersentak karena dia
sadar bahwa dia telah berhadapan dengan Bu-beng Siansu, si manusia dewa.
"Sian-su.....!" kakek ini pun menjatuhkan
dirinya berlutut, kaget dan girang tapi juga gentar
melibat suara tanpa rupa. Ada suara tanpa ujud. Si
manusia dewa datang! Dan ketika Bu - beng Sian - su
tersenyum dan mengangguk kepadanya maka kauwsu
ini merasakan kejatuhan bintang sementara Kim-mou
eng dan sumoinya sudah berlutut berdampingan
menghadapi guru mereka.
Bu beng Sian su bertanya apa maksud dua
orang muda itu, kenapa mereka memanggil dirinya lewat
getaran tenaga gaib. Kim-mou-eng memohon maaf dan
kelihatan gentar menghadapi gurunya ini pula. Dan
ketika manusia dewa itu bertanya kepada mereka
berdua yang datang di tempat itu maka Kim-mou eng
segera memberi tahu kematian Gurba.
"Suheng tewas, suhu. Mohon ampun bahwa
makamnya ada di bawah kaki kita."
"Hm...!" manusia dewa itu tak menunjukkan
perobahan apa apa. "Bagaimana itu terjadi? Kenapa
begitu?"
Kim-mou eng lalu menceritakan segala
peristiwa. Dengan urut dan hati-hati dia menerangkan
sebab-musababnya, sumoinya ikut satu dua dalam1699
percakapan ini. Hok-kauwsu berdebar dan turut
mengangguk angguk, melihat bahwa manusia dewa itu
tetap tenang dan sama sekali tidak marah atau gembira.
Jalan cerita itu diikutinya dengan sesekali menghela
napas panjang. Kauwsu ini tak tahu apakah artinya
helaan nepas itu. Wajah yang agung itu masih kelihatan
saleh, sabar dan amat bijak.
Sekarang Hok kauwsu dapat melihat wajah
secara samar-samar, tajub dan kagum wajah manusia
dewa itu tak dapat digambarkan dengan jelas Dikatakan
kakek tapi kelihatannya begitu muda, dikatakan muda
tapi umurnya sudah ratusan tahun. Sukar digambarkan!!
Dan ketika cerita itu selesai dan Kim mou-eng
menuturkan kisahnya dengan air mata menitik maka
pendekar,ini menyentuhkan dahinya di atas permukaan
mega yang lembut,begitu menurut pandangan Hokkauwsu.
"Teecu merasa ikut bersalah suhu. Kalau
kematian suheng memang gara-gara teecu (m?rid) maka
teecu siap menerima hukuman".
"Hm, hanya itu saja?"
"Ya."
"Kalau begitu kau tak perlu menyesal. Huk?m
sebab dan akibat telah berjalan di sini. Suhengmu
menerima kematian dengan wajar. Segala buah dari
perbuatannya sendiri telah diterima. Semoga Tuhan1700
Yang Maha Agung mengampuni dosa dan semua
kekeliruannya.
"Suhu tak marah?"
Kakek d?wa itu tersenyum lebar. Kim.mou eng,
untuk apa memarahi dirimu? Nasib dan tingkah laku
suhengmu telah kuketahui. Apa yang terjadi di sini telah
kuketahui pula sebelumnya. Untuk apa harus marah
kepada mu? Tidak, kau memang tak bersalah,muridku
Aku tahu apa yang terjadi dan tahu pula apa yang harus


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjadi. Urusanmu dengan suh?ngmu telah selesai, tapi
urusanmu dengan hal-hal lain masih jauh dari selesai.
Karena itu waspadalah! Kalian hanya ingin melaporkan
ini saja?"
Kim - mon eng berdetak. Ucapan gurunya yang
mengandung kalimat kalimat khusus itu mendadak
membuat dia tertegun, tersentak dan sekonyongkonyong sadar akan hal hal lain itu, Urusannya dengan
sang sumoi. Urusannya dengan Wan Hoa dan Cao Cun.
Dan tentu juga dengan "ekor" dari semua perbuatanperbuatan awal. Kim mou-eng tiba tiba sadar dan
terkejut bahwa gurunya ini memang bukan orang
sembarangan. Manusia dewa yang sakti dan waskita.
Agaknya mengetahui pula sepak terjangnya secara diam
diam, dari jauh tapi selalu tepat karena gurunya ini
memang manusia dewa! Dan ketika Kim - mou eng1701
tertegun dan pandang matanya bergerak penuh tanya
tiba-tiba suhunya ini tersenyum mengebutkan lengan.
"Muridku, tak ada lagi yang hendak kau
bicarakan?"
Kim-mou-eng kelu. Dia menggeleng tanpa
sadar, Hok-kauwsu terkejut dan merasa kecewa. Kakek
ini merasa perjumpaannya dengan si manusia dewa akan
berakhir. Bu beng Sian-su memandang Salima dan ganti
menanya murid perempuannya itu. Salima juga
menggeleng karena persoalan dianggapnya tak ada lagi.
Suhengnya yang memimpin mereka bicara. Dan ketika
kakek itu tertawa dan mengangguk angguk mendadak
dia menghadapi Hok-kauwsu.
"Siapa dia ini?"
H?k - kauwsu seperti disengat kalajengking.
Entah kenapa ditanya manusia dewa itu kakek ini tibatiba gemetar. Sekejap mukanya pias dan seolah kering
darah di seluruh tubuhnya. Tapi ketika Kim mou-eng
memberi tahu dan sadar akan hadirnya orang ketiga
maka kauwsu ini melipat punggung berseru menggigil.
"Aku orang she Hok, Sian - su. Tiga puluh tahun
yang lalu kau menolongku dari cengkeraman Srigala
Hitam!"
"Hm....manusia dewa ini pun tak menunjukkan
perobahan apa-apa. "Kau bangunlah, Hok kauwsu. Kau
guru silat yang keracunan senjata Srigala Hit?m itu?"1702
"Benar," Hok-kauws? takjub, kagum akan daya
ingat manusia dewa ini. "Itulah aku, Siansu. Aku yang
bodoh dan sial itu. Aku telah merobah cara hidupku
setelah kau menolongku dul?!"
"Sudahlah, semuanya sudah lewat, kauwsu.
Sekarang tak ada apa-apa lagi di antara kita. Selamat
tinggal.....1" dan Bu beng Siau-su yang bergerak lenyap
tak tahu kemana perginya Tiba-tiba membuat kauwsu ini
terpekik dan berteriak kecewa lngin bicara tapi tak tahu
harus bicara apa, Pekiknya ini tiba-tiba mengguncang
Kim mou eng. Pendekar Rambut Emas tiba-tiba teringat
akan sesuatu, empat baris kalimat yang pernah diberikan
gurunya itu, syair yang ada hubungan dengan semua
kejadian ini. Dan ketika Kim mou-eng sadar dan pekik
temannya belum hilang tiba-tiba pendekar ini
berkelebat memanggil gurunya.
"S?hu, tunggu....!"
Luar biasa sekali. Bu-beng Sian-su tiba-tiba
muncul, datang dan sudah berada di situ lagi seperti
siluman. Hok kauwsu terhenyak saking kaget dan
takjubnya, Kakek dewa ini tidak kelihatan menggerakkan
kaki atau tubuhnya. Dan ketika kakek dewa itu bertanya
apa yang ingin dikatakan muridnya maka Kim-mou.eng
sudah gemetar menjatuhkan diri berlutut.
"Maaf, tecou teringat sesuatu yang kelupaan,
suhu. Tentang syair yang pernah suhu berikan itu.1703
Mohon suhu memberi petunjuk dan membuka pikiran
teecu!"
"Ah, syair yang pernah kuberikan dulu? Kau
sudah tahu jawabannya?"
"Tidak, teecu tak dapat menduganya, suhu.
Te?cu bodoh dan rupanya terlalu bebal untuk mengupas
sebait syair ini!"
Bu-b?ng Sian-su tertawa. Kakek dewa itu tibatiba berseri, Salima tertegun dan Hok-kauwsu pun
tertegun. Dua orang ini bengong, mereka tak mengerti
apa yang dimaksud temannya. Tapi ketika Kim-mou-eng
menuntut jawaban dan kakek dewa ini tersenyum lebar
tiba tiba kakek itu bertanya dengan suara gembira,
"Baiklah, sekarang kau tulis lagi syair yang kau
maksud, muridku. Biar sumoimu tahu dan Hok kauwsu
ini pun mendengar. Marilah, kau hafal di luar kepala,
bukan?"
Kim-mou eng mengangguk. Dia cepat berdiri
menuliskan empat baris kalimat itu, sumoinya terbelalak
dan Hok-kauwsu pun melebarkan mata. Kim-mou eng
bergerak cepat mengguratkan jari-jarinya. Dan ketika
sebait syair muncul di depan mata dan Salima terheranheran maka gadis ini bersama Hok kauwsu membaca
empat baris kalimat yang membuat kening berkerut :1704
Lalu lalang di depan mata
sering berubah berganti rupa
siapa dapat "menangkap" harganya
dialah manusia berguna ganda
Salima tak mengerti. "Apa ini, suhu?"
"Diam " suhunya tertawa , "biar suheng mu
yang bercakap-cakap denganku, Salima. Kalian
dengarkan saja dan mari ikuti tanya jawab ini" dan
memandang Kim-mou-eng dengan wajah berseri kakek
itu mulai, "Nah, apa yang kamu lihat dari syair ini, Kimmou eng?"
"Tak ada apa apa. Teecu tak melihatnya sebagai
sesuatu yang istimewa."
"Bagus, sekarang mari kita mundur ke beberapa
waktu yang lalu. Kau ingat ada hubungan apa empat
baris kalimat ini ku tulis?"
"Hubungannya dengan suheng. Suhu. Ketika
suheng ketahuan memfitnah teecu dan pergi dengan
marah-marah."
"Hm, ada benarnya, muridku. Tapi kurang luas.
Kalimat ini kutulis karena ada hubungannya dengan
kehidupan. Artinya, bukan melulu suheng mu saja tapi
semua orang yang terlibat. Bisa dirimu dan bisa juga
yang lain. Sekarang lihat, apa bunyi kalimat pertama di
atas?"1705
"Lalu lalang di depan mata."
"Benar. Apa yang lalu lalang? Apa yang kau lihat
dalam kehidupanmu?"
Kim-mou eng bingung.
"Ayo, kau katakan saja apa yang kau tangkap,
m?ridku. Jangan bingung dan katakan saja apa yang
telah kau lihat dalam hidupmu sehari-hari"
Kim-mou-eng menahan papas. "Teecu tak
mengerti, suhu. Tapi mungkin yang suhu maksudkan
adalah kejadian demi kejadian yang teecu alami,
peristiwa demi peristiwa."
"Bagus, dengan lain kata Apa?"
Kim-mou eng terdiam, lagi lagi takut salah
bicara.
"Ayo, teruskan, muridku. Jawabanmu sudah
mulai menginjak kebenaran dengan apa yang kumaksud.
Teruskan saja, mulai"
"Hm!" Kim mou eng jadi berdebar tegang.
"Teecu rasa kejadian demi kejadian itu Adalah cerita
teecu suhu nasib tecu atau apa yang teecu belum
mengetahui"
"Sial, kau menyeleweng!" Bu - beng Sian su
menepuk dahinya. "Bukan itu yang kumaksud, muridku.
Tetapi yang lebih hakiki lagi dari apa artinya kejadiankejadian itu Apa artinya peristiwa peristiwa itu. Siapa
dapat mengartikan pertanyaan ini dengan tepat?" Bu-1706
beng Sian su tiba tiba menoleh pada yang lain. Hok
kauwsu terkejut dan Salima pun tertegun. Tapi Salima
yang berotak cerdas dan dapat menangkap tutur kata
gurunva tiba tiba berseru,
"Pengalaman Barangkali itu yang kau maksud,
suhu. Pengalaman!"
"Bagus! Cocok sekali, tepat!" dan Bu-beng Siansu yang tertawa memuji muridnya tiba-tiba kembali
pada Kim-mou eng. "Nah, itu yang kumaksud, muridku.
Bahwa kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang
dialami siapapun namanya pengalaman. Itulah yang ku
artikan. Sekarang kau mengerti apa yang lalu lalang
dalam hidup setiap orang?"
Kim mou eng mendelong.
"Pengalaman,suhu..... pengalaman....." suaranya lirih
menurun.
"Dan sekarang apa yang kau lihat tentang
pengalaman itu sendiri? Dalam hal ini, apa yang kau lihat
dalam sepak terjang mendiang suh?ngmu?"
Kim mou eng menggigil. "Kejahatannya, suhu.
Keburukan wataknya yang menyebabkan dia diterkam
maut!"
"Bagus, sekarang kita mulai menuju pokok
sasarannya dengan tepat. Tapi hati hati, pembicaraan ini
harus dilakukan perlahan-lahan agar dapat kau mengerti
dengan baik. Sekarang telah kau ketahui bahwa yang lalu1707
lalang itu adalah pengalaman. itu yang kumaksud. Tapi
apa yang kau tangkap dari setiap pengalaman itu
sendiri? Apa yang berhasil memasuki dirimu?"
Kim mou-eng bingung. "Tak ada apa apa, suhu,
Teecu merasa kosong dan tak mengerti akan apa yang
teecu lihat."
"Itulah ketololanmu." Bu beng Sian-su tertawa
untuk ketololan ini "setiap orang bisa membayarnya
mahal, muridku. Dan contoh untuk itu adalah perbuatan
suhengmu yang berkali-kali hampir mencelakaimu,
bahkan nyaris membunuhmu. Tapi karena kau tak
mengerti tentang ini maka ketololanmu itu pun berjalan
seperti biasa dan membuat kau semakin tolol!"
Kim-mou-eng merah mukanya.
"Sekarang kuulang pertanyaanku. Apa yang kau
tangkap dari setiap kejadian kejadian itu? Apa yang kau
dapat dari semuanya ini?"
Kim-mou-eng tak menjawab, gugup dan
bingung. Dan ketika dia tak memberikan suaranya dan
gurunya tertawa tiba-tiba kakek dewa itu memandang
sumoinya.
"Kau, bagaimana, Salima? Dapatkah kau
memberi jawaban ap? yang seharusnya terjadi bila
seseorang atau kau sendiri bertemu sebuah
pengalaman?"1708
Salima pun bingung, "Maaf, teecu belum dapat
menangkapnya, suhu. Teecu belum mengerti benar apa
yang sesungguhnya suhu inginkan."
"Hm, kau bagaimana, kauwsu? Apakah kau pun
tak dapat menjawabnya?"
Hok - kauwsu t?rk?jut. Dia menggeleng dan
seakan disentak olah kakek dewa itu, belum mengerti
benar dan karena itu cepat cepat menyatakan maafnya.
Dan ketika kakek dewa itu menghela napas menyesali
orang orang ini akhirnya kakek itu memandang kim mou
eng. "Baiklah, ku tuntun kalian, anak anak. Sekarang
dengarkan baik baik apa yang hendak aku katakan ini,
Kau..." kakek itu menunjuk Kim-mou-eng, "berapa kali
suhengmu hendak mencelakaimu? Berapa kali dia nyaris
membunuhmu?"
Kim-mou-eng mengingat ingat. "Lebih dari
sekali, suhu. Mungkin empat atau lima kali"
"Bagus, dan bagaimana tanggapanmu tentang
suhengmu itu? Apa reaksimu melihat rencana suh?ngmu
yang jahat?"
"Teecu marah, suhu. Tapi teecu tak mau
membalas perbuatannya dengan sikap yang sama!"
"Benar, tapi ketololanmu ini hampir
mencelakaimu lagi. Empat lima kali pengalaman
membentur dirimu tapi tetap saja kau tumpul! Heh,1709
perhatikan ini, Kim-mou-eng. Kalau suhengmu itu ku
ibaratkan api dan api itu menyengatmu berkali kali
masihkah kau mau dinyonyos (dibakar) sampai kau
mati? Masihkah sekali dua sengatan tak cukup bagimu
untuk bersikap pintar? Kau lihat ini, Kim-mou eng.
Bagaimana rasanya dan katakan apa reaksimu.....blub!"
Bu-beng Sian-su tiba tiba menyalakan api, bergerak dan
tahu-tahu mendekatkan api itu ke lengan muridnya,
langsung diselomot dan Kim mou eng berteriak. Tentu
saja kesakitan.
Wajahnya pucat dan merah berganti ganti,
terkejut melompat mundur. Dia tak menyangka dan tak
sempat melindungi diri. Gurunya itu telah
menyelomotnya dan lengannya luka bakar! Dan ketika
Kim mou-eng tertegun dan Salima serta Hok kauwsu
terperanjat oleh perbuatan kakek dewa ini tiba tiba Kim
mou eng yang terbelalak dan berseru tertahan
mendadak menjatuhkan dirinya berlutut dengan wajah
berseri-seri. girang luar biasa!
"Suhu, teecu mengerti: Kini teecu mengerti
Hok kaowsu dan Salima melongo. Mereka tak
mengerti apa yang sebenarnya dimaksudkan Kim mou
eng itu. Kenapa Bu beng Sian su dan Pendekar Rambut
Emas ini bersikap ganjil. Masing-masing sama luar biasa.
Sepintas seperti edan edanan dan tidak aturan. Guru
menyelomot murid sementara murid berteriak-teriak1710
seperti anak kecil mendapatkan kembang pula! Tapi
ketika Kim-mou-eng tertawa bergelak dan menuruk
mencium kaki gurunya tiba-tiba Salima dan Hok kauwsu
dibuat semakin mendelong lagi.


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suhu, terima kasih. Sekarang teecu mengerti "
Salima membuka mata lebar-lebar. Sekarang
gurunya itu tertawa. lembut dan bergetar penuh
kegembiraan seperti suhengnya pula. Mata kakek dewa
itu berseri-seri. Dan ketika dia menyuruh muridnya
bangun dan Kim mou-eng tampak begitu girang luar
biasa akhirnya kakek ini bertanya,
"Baiklah, apa yang kau mengerti, muridku?
Pengetahuan apa yang kau dapati?"
Tapi belum Kim mou eng menjawab tiba-tiba
Salima melompat maju. "Nanti dulu, bolehkah teecu
bertanya, suhu? Benarkah suheng sudah mengerti?"
"Ha-ha, kau tanya suhengmu, Salima. Uji
benarkah dia sudah mengerti atau belum!"
Salima menghadapi suhengnya, "Suheng,
benarkah kau sudah mengerti akan pertanyaan suhu?
Dapatkah kau membuktikannya kepada ku?"
"Tentu," suhengnya tersenyum, berseri-seri.
Aku akan membuktikannya kepadamu kalau kau tidak
percaya, sumoi. Dan untuk itu biarlah aku mencontoh
suhu!" Kim.mou eng mengambil api yang dipakai
suhuny?, mendekati sumoinya dan memperlihatkan api1711
itu. Sum?inya tentu saja tertegun dan mengerutkan
kening. Dan ketika Salima masih tak mengerti dan
bingung oleh gerak-geriknya maka Kim mou-eng
bertanya, "Apa ini?"
"Api."
"Bagaimana rasanya?"
"T?ntu saja panas"
"Dari mana kau tahu?"
"Eh ....." Salima membelalakkan mata. "Semua
orang tahu bahwa api adalah panas, suheng. Kenapa kau
tanyakan ini?"
"Tidak, aku tahu bahwa api adalah panas,
sumoi. Tapi jangan potong pertanyaan itu dengan
pertanyaan pula?" Kim-mou-eng menukas. "Kau jawab
saja dari mana kau tahu bahwa api ini adalah panas!"
Salima tertegun. "Aku tahu karena aku...."
"Ya...."
"Sadar bahwa api itu panas!"
"Ha - ha, itulah, sumoi. Itu yang dimaksud suhu
dengan semua pertanyaan ini. Sadar!. Ya, itulah. Itu yang
diinginkan suhu bahwa kita harus sadar bahwa api
adalah panas, bahwa kejahatan adalah buruk dan bahwa
perbuatan perbuatan tak baik selamanya merugikan
daripada menguntungkan kita! Suhu hendak
menerangkan kepada kita bahwa kita harus MEMILIKI
KESADARAN akan setiap pengalaman yang kita jumpai.1712
Bahwa kesadaran itu demikian penting karena
kesadaran itulah yang akan menyelamatkan kita. Bahwa
tanpa kesadaran setiap pengalaman menjadi tidak
berarti seperti nasi yang mubazir di atas meja! Ha-ha,
kau mengerti, sumoi? Kau dapat menangkap apa yang
dimaksudkan suhu?"
Salima bengong. Tiba-tiba ia membuka
matanya lebar-lebar mendengar kata-kata subengnya
ini, Hok-kauwsu juga tertegun dan mengangguk-angguk.
Tanpa sadar mereka berdua telah digiring pada
kenyataan hidup yang penting ini. Bahwa pengalaman
itu diibaratkan api oleh Bu beng Sian su, atau apa saja
yang lalu lalang di depan kehidupan mata. Bahwa
pengalaman adalah obyek di luar, sementara yang lebih
penting, yang ada di dalam, kesadaran itu sendiri,
memang harus dimiliki karena kesadaran akan
pengalaman itu jauh lebih berharga daripada
pengalaman itu sendiri. Ibarat nasi di depan mulut, kalau
lagi sakit gigi dan rahang tak dapat digerakkan bukankah
nasi atau pengalaman itu sendiri menjadi sia sia? Dan
Salima serta Hok-kauwsu yang bengong oleh wejangan
ini tiba-tiba meremas jari mengangguk-angguk,
mendecak, kagum bukan main.
"Luar biasa, sekarang aku mengerti!" Salima
berseru.1713
"Ya, aku juga mengerti, taihiap," H?k-kauw su
ikut berseru. "Apa yang dimaksud suhumu memang
benar!"
Kim mou eng seolah mendapat durian runtuh.
Dia sendiri gembira dapat menerangkan hal itu pada
sumoinya dan Hok kauwsu. Tapi ketika sumoinya
bertanya apakah kesadaran itu sendiri cukup tiba-tiba
pendekar ini mengerutkan kening.
"Apa maksud mu sumoi?"
"Aku maksudkan apakah hanya dengan
kesadaran itu seseorang sudah bisa menjadi baik,
Suheng. Apakah tidak ada hal-hal lain yang barangkali
bisa dikatakan di sini."
Kim-mou-eng bingung. "Aku kira begitu, sumoi.
Kesadaran itu sendiri sudah merupakan penangkal
paling ampuh untuk merobah kejahatan seseorang.
"Kau dapat memberinya contoh?"
"Wah, kenapa mendesak? Sebaiknya tanya saja
pada suhu!" dan Kim-mou eng yang nyengir tak berani
menjawab tiba-tiba kembali pada suhunya. "Suhu,
bagaimana ini? Apakah kesadaraan itu masih perlu
ditunjang faktor faktor lain?"
"Bagaimana menurut dirimu sendiri?"
"Teecu tak berani menjawabnya, suhu. Tapi
kelihatannya kesadaran itu sendiri sudah cukup!"1714
"Ha-ha, bagaimana menurut pendapatmu,
Salima?"
"Teecu, hmm.... teecu rasa ada yang kurang,
suhu, tapi apa itu teecu tak dapat memberitahunya.
Sepertinya ini masih kurang klop!"
"Bagus, kau cerdik!" dan Bu-beng San - su yang
tertawa memandang muridnya tiba tiba berseru. "Kim
mou eng apa yang dikata sumoimu memang benar. Ada
sesuatu yang harus ditambahkan di sini, sesuatu sebagai
pendukung. Kau tahu apa sebenarnya itu?"
"Mana teecu tahu suhu? Teecu kira kesadaran
itu sendiri sudah cukup!"
"Tidak, masih ada yang kurang. Dan untuk itu
marilah kita kembali ke persoalan pokak!" Bu beng Sian
su yang berseri seri memandang muridnya lalu
melanjutkan, "Sekarang kita tahu inti jawaban dari syair
itu, anak anak. Bahwa yang di maksud adalah kesadaran
akan pengalaman, bahwa baris pertama yang kumaksud
itu adalah pengalaman sendiri pengalaman yang lalu
lalang di depan mata dan karena kita tahu pengalaman
dibagi dua kelompok besar maka kita berpijak di antara
satu dari mereka dulu. Kalian tahu apa dua kelompok
besar pengalaman itu?"
Kim-mou eng dan temannya ragu ragu.
"Mereka adalah pengalaman sendiri dan
pengalaman orang lain, ini yang kumaksud. Pengalaman1715
terbagi dua kelompok besar itu yang dialami diri sendiri
dan yang dialami orang lain. Dan karena kita akan
membahas ini biarlah kuambil contoh sebuah gambaran
yang nyata, lihat selir kaisar itu. Eh, kalian sudah
mengetahui riwayatnya, bukan?" Bu-beng Sian-su tiba
tiba berhenti, bertanya pada muridnya dan Kim-meu eng
serta Salima mengangguk. Mereka telah mendengar itu
dari Hok kauwsu, meskipun sebenarnya sedikit banyak
juga telah mendengar tentang selir itu dari orang lain,
Kim taijin umpamanya. Dan Bu-beng Sian su yang
tersenyum memandang muridnya itu kembali berkata,
"Nah, aku telah mengetahui tentang selir ini
sejak masa mudanya. Dia patut dikasihani. Dia korban
ketidaksadaran akan pengalaman. Kalian mengerti apa
yang kumaksud?"
"Tidak."
"Kalau begitu dengar. Selir ini sebagaimana
kalian tahu begitu tergila gila akan harta benda duniawi.
Masa remajanya sangat menyedihkan, rakus akan uang
dan tamak akan kesenangan-kesenangan lain. Da
terseret oleh hawa nafsunya sendiri hingga terjerumus
dalam dosa. Kian lama kian bertumpuk hingga dia pun
ambisus akan kekuasaan, jenjang hidupnya meningkat
cukup pesat. Dari bekas perawan dusun tiba tiba
menjadi selir kaisar, dalam waktu beberapa tahun saja,
di saat umurnya sekitar dua puluh dua tahun. Dan karena1716
ia mengejar-ngejar hidup enak dan tidak peduli akan apa
yang baik atau apa yang buruk maka selir ini
menghalalkan segala cara untuk mencapai maksud
tujuannya. Menina bobok pembesar-pembesar dan
menipu mereka itu. demi uang dan harta Kalian tahu itu.
Hok kauwsu mungkin lebih tahu lagi. Dan karena kita
lihat tindak-tanduk selir ini yang kian hari kian menggila
maka pengetahuan apa yang dapat kalian simpulkan dari
kejadian ini, Kim mou eng?"
"Teecu melihatnya sebagai wanita yang tamak,
suhu. Gila uang dan gila kedudukan!"
"Benar, dengan lain kata apa?"
"Perempuan jahat!"
"Ah, bukan itu yang kumaksud. Jahat atau
tidaknya seseorang dimulai dari sini, dari pengalaman
itu. Dari MENGHINDARINYA seseorang akan sebuah
kenyataan. Selir itu menghindari kenyataan ini, fakta
hidup yang tak dapat dielakkan. Dan karena dia
menghindari kenyataan itu, pengalaman itu, didukung
oleh ketidaksadarannya akan pengalaman itu maka dia
terjerumus semakin dalam dan tersesat!"
"Hm.." Kim-mou-eng mengerutkan kening.
"Te?cu tidak mengerti."
"Tentu, aku akan membuat kalian mengerti,
muridku. Sabar, sekarang kulanjutkan. Tadi telah
kukatakan bahwa selir ini menghindari sebuah1717
kenyataan hidup, sadar atau tidak sadar. Dan karena dia
menghindari kenyataan itu dan terbawa oleh nafsunya
sendiri lalu dia terjebak dan terperangkap di situ. Apa
kenyataan hidup yang kumaksudkan di situ?"
Kim mou-eng menggeleng.
"Bukan lain fakta Im dan Yang, enak dan tidak
enak dan apa saja yang berlawanan sifatnya di muka
bumi ini."
"Hm,,Yin dan Yang? Enak dan tidak enak?"
"Ya, kau lihat, muridku. Adakah di dunia ini
kehidupan yang terus-menerus ?nak? Adakah peristiwa
di dunia ini yang terus menerus menyenangkan? Adakah
salah satu sisi saja dari kenyataan ini yang hidup abadi?
Tidak, hidup sudah berpasangan seperti itu, muridku.
Ada enak dan tidak enak, ada senang dan tidak senang.
Ada susah dan bahagia. Dan karena selir itu mencoba
mencari dan mendapatkan yang satu saja dan
menghindari yang lain maka dia terperangkap dan
akhirnya berakhir dengan cara yang begitu
menyedihkan!"
Kim-mou-eng terkejut, mulai menangkap inti
sarinya. "Jadi suhu hendak maksudkan bahwa selir ini
pemburu kesenangan pengelak ketidaksenangan?"
"Ya, bukankah begitu kita lihat? Selir ini
memburu-buru kesenangan, mengejar-ngejar harta dan
kedudukan. Dan karena dia tidak memiliki kesadaran1718
akan pengalaman itu, akan enak dan tidak enak, maka
dia terperosok dan terbanting hancur di saat ajal
menjelang tiba. Padahal pengalaman, kenyataan hidup
itu, telah memberi tahu manusia bahwa tak mungkin
manusia mendapatkan satu sisinya saja sementara sisi
yang lain ditinggalkan! Kau mengerti?"
Kim-mou-eng terbelalak, mengangguk angguk, ingin mengerti lebih lanjut. "Jadi suhu hendak
menyatakan bahwa ketidakenakan harus dirasakan
manusia juga? Manusia harus mencari ketidakenakan
ini?"
"Ah, aku tidak berkata 'mencari', muridku.
Keenakan atau ketidak?nakan akan datang secara
otomatis kepada manusia, melalui hukum sebab dan
akibat. Kita tak perlu mencari, ini harus kau mengerti.
Dan karena enak dan tidak enak itu selalu berganti
menghampiri manusia dan hal ini tak dapat dihindari
maka tak sehar?snya manusia menghindar kalau
kebetulan yang tidak enak itu datang."
"Maksud suhu?"
"Kita tak perlu lari kalau ketidakenakan ini
datang, muridku: Melainkan MENGATASI bagaimana
ketidakenakan itu bisa berobah. Ini yang kumaksud, ini
yang harus dikerjakan manusia. Jadi, bukan dengan
menghindar dan cari yang enak enak saja seperti yang
telah dilakukan selir itu!"1719
"Ah....!" Kim-meu-eng terkejut. "Tapi sudah
menjadi watak manusia untuk mencari yang ?nak enak,
suhu. Sudah menjadi kodrat manusia agaknya bahwa
ketidakenakan dibenci orang sedunia!"
"Betul, namun kenyataan hidup ini, enak dan
tidak enak ini, sudah merupakan 'benda' yang ada di
permukaan bumi, muridku. Tak mungkin orang dapat
menolaknya agar melulu yang enak-enak saja yang
datang. Seperti halnya malam dan siang, gelap dan
terang, dapatkah manusia menerima yang satu dan
menghindari yang lain?! Mungkinkah bumi harus terang
sepanjang masa dan dewa gelap dibuang? Mungkinkah
itu?" dan ketika muridnya tertegun dan Hok-kauwsu
serta Salima mengangguk angguk maka kakek ini
melanjutkan lagi, "Karena itu manusia harus
menghadapi ketidakenakan ini, muridku. Dia harus
mengatasi ketidakenakan itu kala kebetulan yang datang
adalah ketidakenakan, bukan menghindar dan lari
seperti yang dilakukan selir itu. Jadi, kita harus menerima
kedua-duanya dan bersikap adil terhadap diri sendiri!"
"Adil terhadap diri sendiri?"
"Ya, bukankah ini satu permulaan yang baik?


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untuk mencapai hidup yang bahagia diperlukan satu
keseimbangan. Manusia harus menerima ketidakenakan
pula kalau dia mau menerima apa yang dinamakan enak.
Dan kalau dia tidak mau menerima apa yang dirasa tidak1720
enak maka dia harus adil pula untuk menolak yang
enak!"
"Hah......!"
"Ya, bukankah begitu? Kalau manusia menolak
yang tidak enak dia juga harus menolak yang enak,
muridku. Baru kalau begini tercipta keadilan di dalam diri
manusia sendiri. Tapi kenyataannya lain. manusia tidak
sportif Manusia tidak gentelmen. Manusia hanya mau
yang enak enak saja sementara yang tidak enak disingkiri
atau dicampakkan!"
Kim-mou-eng ternganga. Sekarang dia takjub
memandang gurunya. Ini bukan main. Gurunya telah
menyinggung-nyinggung tentang keadilan pula.
Menelanjangi ketidakadilan manusia terhadap
pemberian Tuhan. Enak dan tidak enak sudah turun dari
'atas'. Tapi yang mau diterima manusia hanya yang enakenak saja. Yang tidak enak, yang menyebalkan itu dijauhi
dan dihindari seperti orang menghindari penyakit kusta!
Padahal, kalau manusia mau bersikap adil bukankah
yang tidak enak itu juga harus diterima? Atau, kalau yang
tidak enak itu tidak diterima maka yang enak juga harus
ditolak. Tapi fakta mengatakan lain. Manusia tidak
begitu. Manusia mau menangnya sendiri. Masusia
bersikap tidak adil atas pemberian Tuban dan manusia
terjerumus dalam keserakahannya yang cenderung mau
enaknya sendiri. Sungguh sifat begini tidak menunjukkan1721
kedewasaannya. Persis kanak-kanak saja, yang
merengek dan mungkin mencak-mencak kalau tidak
diberi kembang gula tapi kalau sudah diberi belum tentu
berterima kasih . Dan Kim-mou-eng bengong tak dapat
berkata-kata , tiba tiba menggigil meremang seluruh
tubuhnya
"Suhu kau benar. Manusia persis seperti itu ...."
Kim mou eng tiba-tiba menjatuhkan diri
berlutut , pucat jangan-jangan dia pun begitu. Sadar atau
tidak sadar . Tapi suhunya tertawa menarik bangun
muridnya tiba-tiba berkata.
"Pembicaraan belum selesai bangunlah !"
Kim-mou-cog berdiri terhuyung. Entah kenapa
dia merasa badannya ringan , kaki bergoyang dan mata
pun terbelalak berkejap kejap. Tapi ketika suhunya
menepuk pundaknya dengan tenaga yang lembut
membangkitkan semangatnya tiba-tiba Kim-mou-eng
bersinar sinar memandang guru nya .
"Suhu teecu sekarang mengerti. Tapi teecu
penasaran!"
"Tentang apa?"
"Tentang kata katamu tadi, suhu. Tentang
mengatasi ketidakenakan!"
"Ya, bagaimana?"
"Kau tadi mengatakan bahwa manusia tak usah
menghindari ketidakenakan bila yang tidak enak itu1722
datang. Bahwa manusia harus mengatasi ketidak enakan
itu agar berubah. Tapi bukankah selir itu juga telah
mengatasi ketidak enakannya dengan caranya sendiri
"Maksudmu?"
"Mendiang selir itu terlihat melakukan seperti
apa yang kau katakan, suhu. Dia pun mengatasi
kesulitannya agar ketidakenakan itu berubah!"
Bu-beng Sian-sumengerutkan kening. "Apa
maksudmu? Bagaimana ini?"
"Begini, suhu. Sebagaimana kita lihat bahwa
Sien Nio tergila-gila akan harta. Bahwa dia demikian
rakus dan lahap akan kesenangan-kesenangan duniawi.
Tentunya kita harus mengetahui apa yang menjadi sebab
musababnya hingga dia begitu. Dan kita mendapatkan
jawabannya, bukan lain akan ketakutannya menghadapi
kesengsaraan hidup. Mendiang selir itu merasakan
betapa tidak enaknya menjadi orang miskin, betapa
sengsaranya hidup tanpa kecukupan materi yang
membuat dia haus. Dan itu mendorongnya untuk
merubah nasib. Dia mulai bergerak, menjual dirinya dan
menipu orang-orang lain. Bukankah ini juga salah satu
kenyataan bahwa selir itu telah berusaha mengatasi
ketidakenakannya, bukan menghindar?"
Bu-beng Sian-s? tiba-tiba tertawa bergelak.
"Kim-mou eng, kau membunuh dirimu sendiri dengan
pertanyaan itu. Kau mempersulit keadaan!"1723
"Mempersulit bagaimana, suhu? Bukankah ini
juga kenyataan yang dilakukan selir itu?"
"Oh, jadi itu kau anggap mengatasi, muridku?
Kau Anggap apa yang dilakukan selir itu sudah sesuai?
Ha-ha, itu bukan mengatasi, muridku. Melainkan
meracuni dan mempersulit diri sendiri".
Kim-mou eng terkejut. "Suhu dapat memberi
penjelasan?
"Tentu, dengarlah. Orang yang mengatasi
kesulitannya adalah orang yang berjuang. Orang yang
mau bekerja keras. Dia tak segan-segan membanting
tulang memeras keringat untuk mengatasi kesulitannya
itu. Ini arti mengatasi yang benar. Sedang selir itu, kerja
keras macam apa yang dia tunjukkan? Banting tulang
yang mana yang dia perlihatkan? Tidak, selir ini bukan
kerja keras, muridku, melainkan potong kompas!"
"Potong kompas?"
"Ya, bukankah dia tak mau berpayah-payah?
Untuk cari uang dia melacur. Untuk mendapatkan
kesenangan tak segan segan dia menjual
kehormatannya. Padahal, siapa didunia ini yang tidak
membentur kesulitan? Siapa yang belum pernah merasa
ketidakenakan? Selir ini bukan mengatasi kesulitannya,
muridku, melainkan memperbesar dan menambah
kesulitannya. Dia meracuni diri sendiri dan karena itu
terjerat kesulitannya sendiri yang akan bertambah!"1724
Kim-mou-eng tertegun.
"Dengar," gurunya meneruskan. "Jangan
halalkan segala cara untuk mengatasi kesulitan,
muridku. Pengalaman telah menunjukkan bahwa
menanam buah yang jelek akan menghasilkan bibit yang
jelek pula. Kita tahu mana buruk dan mana baik.
Kesalahan itu seperti kubangan lumpur, semakin dalam
kita terperosok maka semakin susah pula kita mencabut
kaki kita. Itu kau mengerti. Dan sekarang, kalau kita tahu
cara yang jelek akan menghasilkan sesuatu yang jelek
pula kenapa diteruskan? Bukankah ini tanda mau cari
gampangnya saja? Orang seperti ini lagi lagi pada
hakekatnya menghindari ketidakenakan, dia tak berani
menghadapi ketidak enakan itu dan akhirnya potong
kompas mencari jalan pendek. Tapi ini tak membawa
kebahagiaan, ketidakenakan baru akan muncul lagi dan
kita harus kucing kucingan menghindari diri. Padahal,
seperti kukatakan tadi seharusnya manusia menghadapi
ketidak enakan itu, kalau ketidakenakan itu muncul. Tapi
karena manusia memang cenderung untuk mencari yang
enak-enak saja dan menjauhi yang tidak enak maka dia
mau enaknya sendiri dan hancur menerima kenyataan!"
"Hm...." Kim-mou eng mengangguk-angguk.
"Jadi mengatasi itu sendiri harus dilakukan dengan cara
yang baik, suhu?"1725
"Tentu, bukankah yang baik akan menghasilkan
yang baik pula? Pengalaman menunjukkan itu, tapi
manusia rupanya tidak mempunyai kesadaran akan
pengalaman itu!" dan, ketika muridnya terpesona kakek
dewa ini sudah bicara lagi, "Kau lihat,
tak ada ketidakenakan yang tidak berakhir,
muridku, seperti juga keenakan yang tak mungkin abadi.
Baik keenakan maupun ketidakenakan seperti samudra.
Sebesar besar ketidakenakan itu atau keenakan itu,
samudra itu, pasti bertemu pantainya juga. Jadi kalau
ketidakenakan itu kita anggap samudra maka samudra
ini akan berakhir juga karena seluas luas samudra tetap
juga dia berpantai, berakhir!"
Kim-mou eng takjub. Sekarang dia mengerti
lebih baik lagi, melihat bahwa yang dilakukan selir itu
memang pada hakekatnya bukan mengatasi, melainkan
hanya taktik menghindar dari ketidak enakan itu. Tak ada
kerja keras. Tak ada perjuangan sejati. Padahal yang
namanya mengatasi Tentunya terkandung maksud
tindak-tanduk yang positip, bukan menghalalkan cara
untuk mengatasi kesulitannya. Selir itu tidak memberi
contoh yang baik. Dan ketika Kim-mou.eng mengangguk
angguk dengan muka kagum maka gurunya menyambar
lagi,1726
"Sekarang apa yang kau lihat dari sepak terjang
selir ini? Dapatkah dia sembuh kalau satu saat dia
sadar?"
"Sadar?" Kim-mou-eng mengerutkan kening.
"Teecu kira begitu, suhu. Orang yang sadar akan sesuatu
tentunya dapat sembuh kalau kesadaran membuka
hatinya!"
"Ha-ha, belum tentu, muridku. Banyak contoh
di dunia ini yang tidak seperti katamu. Orang memiliki
kesadaran akan sesuatu tapi keburukannya itu terus
berlanjut. "Lihat selir itu, lihat suhengmu. Kalau toh
mereka sadar dapatkah selir ini hidup miskin seperti
dulu? Dapatkah mereka berubah dan memperbaiki diri?
Tidak, ada satu faktor penunjang di sini, muridku, dan
faktor inilah yang sering mengganjal kebabagiaan
seseorang untuk menerima perbaikan!"
"Apa itu?"
"Jangan terburu bertanya. Kuberi contoh:
Seorang berjudi satu saat bisa saja dia sadar bahwa
penjudi memang tidak baik, tapi kelakuannya masih
tetap saja berlanjut. Dan seorang pemabok bisa saja satu
saat sadar bahwa bermabok pun tidak baik tapi dia juga
terus melanjutkan perbuatannya, Begitu juga penipu,
pendusta maupun orang orang yang sering ke rumah
bunga ( pelacuran ). Apa artinya ini? Kenapa bisa
begitu?"1727
Kim-mou eng berpikir keras "Mungkin karna
kebiasaan, suhu. Barangkali itu yang hendak kau
maksud".
"Ha-ha, benar, muridku. Memang benar. itulah
yang kumaksud: KEBIASAAN Orang tak dapat
melepaskan diri kalau kebiasaan itu belum hilang. Orang
tak dapat terlepas dari cengkeramannya kalau kebiasaan
ini mendarah daging. Lihat penjudi-penjudi itu, lihat
pemabok pemabok itu. Dan lihat orang lain yang
terjerumus dalam kebiasaan-kebiasaan yang tidak
terpuji. Bukankah mereka tenggelam dan semakin
terseret oleh kebiasaan kebiasaan buruk itu? Bukankah
mereka meneruskan perbuatannya meskipun satu saat
sadar? Dan ini faktor yang mengganjal yang kusebutkan
tadi, muridku. Bahwa kesadaran masih harus diikuti oleh
kebiasaan. Bahwa kebiasaan kebiasaan buruk harus
dirobah kalau manusia ingin menjadi baik!" dan Bu beng
Siap-su yang terbahak menjelaskan begitu gembira tibatiba membuat Kim mou-eng dan teman temannya
tertegun, kagum dan semakin takjub. Tapi ketika mereka
mengangguk-angguk dan Hok - kauwsu pucat dan merah
berganti ganti karena teringat perbuatannya yang lalu
tiba tiba kakek dewa ini mengebutkan lengannya.
"Nah, sekarang pembicaraan telah selesai.
Kalian mengerti apa yang kumaksud. Semuanya tinggal
kalian, mau baik atau buruk terserah kalian. Aku telah1728
menjelaskan inti syair itu, pertama tentang kesadaran
dan kedua tentang kebiasaan. Pengalaman pengalaman
hidup akan membawa kalian lagi pada hal - hal yang
baru. Ada pertanyaan?"
Kim-mou eng dan teman-temannya
menggeleng. Mereka masih terpesona oleh uraian
Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja Pendekar Perisai Naga 6 Pemanah Sakti Bertangan Seribu Lima Sekawan 01 Mencari Warisan Ratu

Cari Blog Ini