Ceritasilat Novel Online

Pendekar Rambut Emas 2

Pendekar Rambut Emas Karya Batara Bagian 2


oleh kekalahannya itu. Tapi melihat dua bayangan
mendekati dirinya dan melihat siapa yang datang
mendadak panglima ini menggereng dengan
seruan girang, "Aku tak tahu siapa dia, Cuciangkun. Tapi dia membuat onar di gedung Maotaijin. Dia lihai, agaknya hendak membunuh
menteri itu...!"
Dua pendatang ini mengerutkan alis.
Mereka adalah dua panglima tua yang gagah tinggi
kurus, kumis menjuntai ke bawah sampai di dagu.
Yang bertanya tadi adalah Cu Hak, rekan Buciangkun ini yang biasa bertugas di selatan
sementara teman satunya adalah Cu Kim, adik
kandungnya yang juga merupakan panglima di
tempat itu. Dua bersaudara yang terkenal pandai
mainkan tombak beronce yang dapat terbang
bagai naga yang lepas dari sarangnya. Dan Cu
Hak yang melihat Bu-ciangkun kalah oleh pemuda
aneh berambut keemasan ini tiba-tiba membentak
dengan muka tidak senang,
"Sobat, kau siapa? Kenapa mengacau di
sini?"99
Kim-mou-eng tersenyum, tak mengenal
siapa dua orang panglima baru ini tapi dapat
menduga bahwa mereka rupanya anggota Jit-liong
Ciangkun. Jadi tiga naga dari Tujuh Naga itu telah
datang. Dan melihat
kepandaian Bu-ciangkun yang masih
dapat diatasinya dan ingin menjajal kepandaian
dua panglima tua itu tiba-tiba Kim-mou-eng
tersenyum.
"Aku tak punya nama. Pengelana biasa
yang tidak mengacau di tempat ini. Aku datang
karena diserang lawan dan terpaksa membela diri."
"Hm, dan benar kau mau membunuh Mao
-taijin?" "Tidak, bahkan menteri itulah yang hendak
membunuh orang. Aku mendengar percakapannya
dan bermaksud mencegah tapi diserang oleh para
pembantunya!"
"Bohong...!" Mao-taijin tiba-tiba muncul,
jauh berlindung di balik para busu yang masih
tegak di halaman itu. "Dia datang hendak
mencelakai aku, Cu-ciangkun. Aku tak mengenal
siapa setan itu tapi sebaiknya tangkap dia. Ringkus
dan bunuh saja!"
Bu-ciangkun mengangguk, penasaran dan
marah oleh kekalahannya tadi. "Benar, pemuda ini
telah mengancam tempat kita, Cu-ciangkun100
sebaiknya ditangkap atau dibunuh saja. Dia dapat
mengganggu ketenteraman istana!"
Cu -ciangkun tiba -tiba mencabut
tombaknya, tombak beronce biru. Percaya pada
rekan sendiri daripada lawan. Dan sementara Kimmou-eng melotot pada menteri she Mao itu dan
siap menggerakkan kaki menangkap menteri ini
mendadak panglima itu melompat maju
menusukkan tombaknya, "Sobat, kau tak boleh
main-main di tempat ini... wutt!"
Kim-mou-eng terkejut. Dia melihat tombak
lawan meluncur cepat, mematuk tubuhnya dengan
gerakan seorang ahli. Tapi mengelak dan
menangkis dari samping dia telah menampar
tombak itu, menyelewengkan arahnya dan
membuat lawan terbelalak. Tapi Cu-ciangkun yang
membentak dan rupanya benar-benar mahir
mainkan tombak tiba- tiba telah membalik dan
memutar senjata panjangnya ini, dan begitu
tombak melenceng dipukul sekonyong-konyong
panglima itu meliuk memutar pinggang,
membanting tubuh bergulingan dan kini
menyerang dari bawah. Sekejap saja telah
menusuk bertubi-tubi kaki lawannya, mulai dari
paha sampai ke mata kaki. Tak kurang dari
tujuhbelas tusukan! Dan Kim-mou-eng yang
terkejut oleh kelihaian panglima ini mainkan101
tombaknya tiba-tiba berseru keras melompat tinggi
sambil menendang.
"Plak-plak-plak!"
Cu-ciangkun ganti terkejut. Dia, seperti Buciangkun, merasa tergetar oleh tenaga Iawannya
ini. Merasa betapa lawan memiliki sinkang yang
membuat telapaknya pedas, lengan sedetik
lumpuh oleh tangkisan tadi. Tapi Cu -ciangkun
yang penasaran dan membentak tinggi sudah
melompat bangun, mengejar dan kini menyerang
bagian tengah tubuh lawannya ketika Kim-moueng baru melayang turun. Dan begitu panglima ini
berseru nyaring menusukkan tombaknya maka
bertubi-tubi Kim-mou-eng mendapat serangan
gencar.
Begitulah Kim-mou-eng lalu berlompatan.
Pemuda ini terbelalak dan kagum oleh kepandaian
lawan yang demikian cekatan mainkan tombaknya.
Demikian gapah dan enteng sekali sementara
tombak menyambar-nyambar bagai setan
kesurupan, mematuk dan menusuk tiada henti,
berkelebatan dan sebentar saja mengelilingi
dirinya membentuk gulungan tombak yang panjang
serta melebar. Sekejap kemudian menutup jalan
keluarnya hingga Kim-mou-eng tak dapat
melarikan diri. Dan Kim-mou-eng yang tentu saja102
kagum oleh kelihaian panglima ini akhirnya berseru
keras menampar sambil memuji.
"Bagus, ilmu silatmu hebat, ciangkun.
Agaknya ini yang dinamakan Sin-liong Chio-hoat
(Tombak Naga Sakti)...!"
Cu-ciangkun mengerutkan keningnya. Dia
heran melihat lawan mengenal ilmu silat
tombaknya. Lebih heran lagi bahwa lawan yang
sudah terkurung itu masih juga tak dapat
dirobohkan. Menampar dan selalu menangkis
dengan tangan kosong padahal dia bersenjata.
Dan ketika lawan memuji-muji sementara
tombaknya selalu terpental dan tangannya kian
pedas bertemu tangkisan pemuda itu yang kian
kuat menambah tenaganya tiba-tiba sadar dan
terkejutlah panglima ini bahwa dia bukan tandingan
pemuda itu. Yang agaknya kalau mau dapat
merobohkannya sejak tadi. Terbukti setiap
tombaknya terpental dan dia dalam keadaan
"terbuka" pemuda itu tak mau memasuki
kesempatan ini, tak mau membalasnya. Masih
selalu menangkis atau menampar yang notabene
adalah bertahan saja. Hal yang baru membuat
panglima ini mendusin! Dan ketika tombak kembali
terpental dan Cu- ciangkun tertarik serta kagum
pada lawannya tiba-tiba panglima ini berseru pada103
adiknya, "Kim-te (adik Kim), bantu aku. Rupanya
pemuda ini benar-benar kuat!"
Cu Kim, sang panglima kedua terkejut. Dia
juga melihat kelihaian pemuda berambut emas itu.
Melihat kakaknya meskipun menyerang tapi selalu
tertolak balik, tak dapat merobohkan pemuda itu
yang sama sekali belum membalas seranganserangan kakaknya. Padahal pemuda itu
bertangan kosong, banyak mengelak dan
menangkis sana-sini dengan telapak terbuka.
Maka melihat kakaknya berteriak dan menyuruh
dia maju membantu tiba-tiba panglima ini
membentak dan menggerakkan tombaknya yang
beronce merah.
"Hak-ko (kakak Hak), rupanya lawan kita
memang benar-benar tangguh. Biar kubantu kau...
wut-wutt!" dan tombak di tangan Cu Kim yang tibatiba membantu kakaknya menyerang dari samping
tiba-tiba bergulung naik turun merupakan
gundukan besar, sebentar kemudian menyatu
dengan tombak kakaknya yang masih terus
melancarkan serangan. Dan begitu dua kakak
beradik panglima tinggi kurus ini melancarkan
serangan mereka tiba -tiba pertandingan menjadi
seru dan mendebarkan sekali. Dua tombak itu kini
mengaung-ngaung, berseliweran cepat dan
mematuk serta memagut bagai naga keluar dari104
sarangnya, siap-siap mencari mangsa. Dan ketika
Kim-mou-eng harus menambah kecepatannya
untuk mengelak dari serangan-serangan yang
berbahaya dan dua panglima itu penasaran melihat
lawan masih juga tak dapat dirobohkan tiba-tiba Cu
Hak, panglima tertua berteriak pada adiknya,
"Kim-te, keluarkan Ho-liong Chio-sut
(Silat Tombak Naga Terbang)...!"
Kim-mou-eng terbelalak. Dia melihat Cu
Kim mengangguk, melompat mundur dan tiba-tiba
melepas tombaknya menyambar iga, terbang
begitu saja seolah tombak di tangan panglima itu
memiliki sayap. Dan ketika dia menangkis dan
tombak itu membalik dan mental ke atas tapi kini
mencakar kepalanya tiba-tiba Cu Hak, panglima
tertua, juga melepas tombaknya dan mundur
menjauhi lawan mereka ini, menggerak-gerakkan
tangan "mengemudikan" tombak menyambar
pundak Kim- mou-eng. Dan Kim-mou-eng yang
tentu saja terkejut oleh serangan dari udara ini tibatiba berseru keras menangkis dua tombak terbang
itu. "Plak-plak!"
Aneh sekali. Tombak di tangan Cuciangkun bersaudara itu tidak kembali ke masingmasing tuannya, mental dan kini menusuk lagi
seolah tombak bernyawa, menyambar dari kiri105
kanan menuju leher Kim-mou-eng. Seolah siap
menyate pemuda itu lewat leher yang lunak. Dan
ketika Kim-mou-eng tertegun dan heran oleh
kepandaian dua panglima itu memainkan tombak
mereka tiba-tiba sepasang tombak itu telah
mengenai batang lehernya, dari kiri kanan.
Cu-ciangkun bersaudara terkejut. Mereka
melihat lawan mereka itu tertawa, rupanya telah
memasang kekebalan dengan sinkangnya yang
luar biasa itu. Sebuah demonstrasi yang
mengagumkan! Tapi Cu Hak dan adiknya yang
marah oleh kegagalan ini tiba-tiba membentak dan
menggerak-gerakkan telapak tangan mereka,
membuat tombak terbang itu berseliweran cepat
dan kini mematuk-matuk tubuh lawan yang terang
tak mungkin menangkis hujan tusukan itu dengan
selamat. Sekali dua terkena juga. Tapi Kim-moueng yang telah memasang kekebalannya dan kini
ingin mengakhiri pertandingan itu tiba-tiba berseru,
"Cu-ciangkun, cukup sudah kulihat
kepandaian kalian. Sekarang berhentilah!"
Cu-ciangkun terbelalak. Mereka sendiri
masih menggerak-gerakkan tombak terbang
mereka, kaget dan marah bahwa tombak mereka
tak dapat melukai lawan. Dan ketika mereka
mendengus akan kata-kata pemuda aneh itu tibatiba tanpa mereka sangka mendadak Kim-mou-eng106
menangkap tombak mereka itu, tidak lagi
menangkis.
"Cep-cepp!"
Dua panglima itu terkejut. Mereka melihat
Kim-mou-eng telah menjepit sepasang tombak itu
dengan dua jari telunjuk dan tengah, masingmasing dijepit sedemikian rupa hingga tak dapat
melepaskan diri, bergetar dan mencicit di jari
pemuda itu karena Cu-ciangkun menarik-narik dari
jauh. Mirip sihir atau ilmu siluman! Tapi begitu Kim
-mou- eng tertawa dan melepas sepasang tombak
ini dan membalik gagangnya dilontarkan ke dada
panglima bersaudara itu tiba-tiba Cu-ciangkun dan
adiknya kaget ketika tombak menyambar dada
mereka, cepat sekali.
"Duk-dukk!"
Dua panglima itu terjengkang. Mereka
menerima gagang tombak yang menyambar tak
dapat dikelit, seketika itu juga menjerit dan
mengaduh, terbanting roboh. Dan ketika mereka
mengeluh dan tertegun karena bukan mata tombak
yang menimpuk dada mereka melainkan
gagangnya saja yang dibalik, tanda lawan tak
bermaksud mencelakai mereka maka pemuda
yang luar biasa itu melompat pergi, tertawa.
"Cu- ciangkun, lain kali kita bertemu lagi.
Selamat tinggal...!"107
Cu-ciangkun mendelong. Mereka
sekarang sadar bahwa pemuda itu bukannya orang
jahat, terbukti tak membunuh mereka meskipun
mampu. Tapi Mao-taijin yang rupanya memberi
aba-aba mendadak memanggil bala bantuan lain,
pasukan lebih besar dari istana. Tak kurang dari
limaratus orang, menyebarkan berita bahwa
seorang pemberontak muncul di gedungnya. Dan
begitu Kim-mou- eng melompat pergi tahu-tahu
pasukan besar muncul di luar gedung dipimpin
empat panglima yang bukan lain anggota lengkap
dari Jit-liong Ciangkun, Panglima Tujuh Naga!
"Pemberontak hina, kembalilah kau...!"
Kim-mou-eng terkejut. Dia mendengar suara


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencicit dari sebuah golok terbang, kaget
melihat seseorang menyerangnya dari belakang.
Tapi karena dia telah mengerahkan sinkang dan
golok juga sudah tak keburu dikelit maka serangan
cepat itu telah mengenai sasarannya.
"Plak!" golok runtuh ke tanah. Kim -moueng telah mendemonstrasikan kekebalannya, tapi
pemilik golok yang rupanya menyusul golok
terbangnya dengan berkelebat ke depan dan
membentak mengayun pukulan tiba-tiba membuat
Kim-mou-eng terbelalak karena pukulan itu
mengeluarkan kesiur angin dingin. Maka, terpaksa
berhenti dan memutar tubuhnya menangkis108
serangan ini secepat kilat Pendekar Rambut Emas
membungkuk dan mendorong menahan serangan
itu. "Dess...!" dan penyerang di belakang ini
berteriak kaget. Dia terpental dan tertolak oleh
tangkisan ini, jatuh terbanting dan terguling-guling
tapi sudah
melompat bangun. Dan ketika Pendekar
Rambut Emas memandang siapa penyerangnya
itu maka tampaklah seorang panglima muda yang
pendek kekar memandangnya dengan melotot.
Dan sementara dia tertegun mengerutkan alis
maka tiga bayangan lain berkelebat mengurung
disusul Cu-ciangkun bersaudara dan panglima Bu.
"Ha-ha, kau sekarang tak dapat lolos,
pemberontak cilik!" Bu-ciangkun berseru, "Kami Jitliong Ciangkun telah berkumpul semua!"
Kim-mou-eng menjublak. Dia melihat
pasukan besar di luar kepungan mengurungnya
rapat, sementara tujuh panglima yang kini
mengepungnya dengan mata terbelalak juga
memandang tak berkedip. Panglima Tujuh Naga,
panglima istana yang tangguh dan lihai-lihai. Dan
sementara dia menjublak dengan kerut semakin
dalam tiba-tiba panglima bermuka merah yang ada
di sebelah kanannya berseru, rupanya mengenal
dia,109
"Kim-mou-eng (Pendekar Rambut
Emas)...!"
Kim-mou-eng terkejut. Dia tak mengenal
siapa panglima bermuka merah itu, Ang Bin
Ciangkun. Panglima yang sering bertugas di utara
dan karena itu sudah mendengar namanya. Dan
enam panglima lain yang juga tersentak oleh
seruan Ang Bin Ciangkun ini
tiba-tiba mundur selangkah dengan seruan
kaget. "Apa, dia Kim-mou-eng...?"
Ang Bin Ciangkun mengangguk, tak ragu
lagi, membuat teman-temannya semakin terkejut
dan mundur lagi setindak. Baru kali ini melihat dan
mengenal nama pendekar muda itu, yang sering
kali diceritakan Ang Bin Ciangkun karena panglima
itulah yang lebih mengenal keadaan di luar tembok
besar, di utara. Dan Kim-mou- eng sendiri yang
terbelalak mendengar Ang Bin Ciangkun mengenal
dirinya tiba-tiba mempergunakan kesempatan
mundurnya tujuh orang panglima itu menerobos
kepungan.
"Jit-liong Ciangkun, kalian memang
lihai. Minggir...!"
Tujuh panglima itu terkejut. Mereka melihat
Kim-mou-eng menggerakkan lengan ke kiri kanan,
menyibak mereka, mendorong dengan serangkum
angin yang kuat menyambar. Dan belum mereka110
membalas atau menghadang ke depan mendadak
pendekar muda itu telah lolos melarikan diri.
Berkelebat dan kini membentak limaratus pasukan
yang mengepung diluar itu, yang kontan buyar
berantakan dipukul pukulan sinkang pemuda ini.
Dan begitu Kim-mou-eng tertawa dan melihat para
pengawal menyibak oleh angin
pukulannya tiba-tiba pemuda ini telah
berjungkir balik melalui banyak kepala lolos keluar!
"Hei...!"
"Ahh...!"
Semua orang berseru kaget. Mereka
terperanjat dan bengong oleh gerak pemuda sakti
ini, melenggong sejenak tapi tiba-tiba mendengar
teriakan Mao-taijin yang menyadarkan mereka,
berteriak-teriak agar pemuda itu ditangkap. Dan
begitu semuanya sadar dan Jit-liong Ciangkun juga
hilang kagetnya tiba-tiba Bu-ciangkun yang paling
penasaran itu sudah mengejar dengan seruan
marahnya,
" Kim-mou-eng, jangan lari kau.
Berhenti...!" dan begitu enam temannya juga ikut
mengejar dan membentak pendekar itu akhirnya
bayangan Jit-liong Ciangkun berkelebatan
memburu pemuda ini, disusul limaratus pasukan
yang berteriak-teriak di belakang, membuat ribut.
Sebentar saja suasana jadi gaduh dan ramai111
seolah kota raja benar-benar diserbu kaum
pemberontak! Dan Kim- mou-eng yang
mendongkol oleh sikap lawan-lawannya itu tibatiba melejit ke timur menuju jajaran bangunan tinggi
yang tampak menjulang untuk menyembunyikan
diri, bukan takut melainkan ogah menghadapi
musuh-musuhnya itu, yang sebenarnya bukanlah
musuh karena mereka terhasut omongan Maotaijin, menteri yang licik itu. Tak tahu bahwa yang
dituju adalah kompleks istana alias tempat tinggal
kaisar. Maklum, dia belum begitu lama berkeliaran
di kota raja dan tidak mengenal jalan-jalan di
tempat kaisar Yuan Ti ini, yang tentu saja membuat
Jit-liong Ciangkun kaget dan cemas karena
mengira Kim-mou-eng hendak membuat ribut di
tempat tinggal kaisar. Menambah onarnya. Jadi
malah salah paham! Dan begitu Kim-mou-eng tiba
di tempat ini dan baru sadar bahwa dia memasuki
tempat tinggal kaisar karena terompet kerang ditiup
dan banyak bayangan berlompatan di atas genteng
mengejarnya barulah Kim -mou-eng terkejut ketika
menyadari bahwa dia malah masuk ke tempat yang
lebih berbahaya. Dan ketika dimana-mana banyak
bayangan muncul dan bangunan itu satu-satunya
tempat tinggal dengan puncak gedung yang paling
tinggi dan dia tak dapat mundur lagi karena musuh
sudah mengepungnya maka saat itulah Panglima112
Tujuh Naga berhasil mengejarnya dan langsung
menyerang, melihat dia tersudut.
"Kim- mou-eng, rupanya kau benar-benar
tak bermaksud baik. Kau berani memasuki tempat
tinggal kaisar. Mampuslah...!" Bu-ciangkun
membentak paling depan, langsung mengerahkan
Kang-jiu- kangnya (Tenaga Tangan Baja) untuk
menyerang pemuda itu, dahsyat dan menderu
dengan penuh kemarahan. Dan ketika dua
panglima Cu juga maju membentak dan
menusukkan tombak mereka yang berputar
menyambar dada maka berturut-turut empat
panglima lain yang tergabung dalam Panglima
Tujuh Naga itu mengeroyok dan bertubi-tubi
menyerang Pendekar Rambut Emas ini, masing masing mengeluarkan senjata mereka dan marah
karena mengira pendekar itu hendak mengacau
istana. Tak tahu bahwa sebenarnya pemuda ini
hanyalah tersesat, tak sengaja datang ke tempat
itu karena mengira itu adalah tempat
persembunyian yang aman. Maka begitu lawan jadi
salah paham dan Kim-mou-eng mendapat
serangan tujuh panglima gagah ini tiba-tiba
pemuda sakti itu sibuk dan gugup menangkis sanasini.
"Hei, hentikan dulu. Jangan serang aku...!"113
Namun Jit-liong Ciangkun terlanjur curiga.
Mereka tak menghentikan serangan, bahkan
mempergencar karena tak percaya pada maksud
baik pemuda ini. Dan begitu mereka membentak
dan kembali maju menyerang maka Pendekar
Rambut Emas ini kewalahan melompat sana-sini,
mengerahkan sinkangnya dan harus berkali-kali
mengelak mundur kalau ada tombak atau senjata
lain menyambar bagian tubuhnya yang lemah,
seperti mata dan bawah pusar yang tentu saja tak
dapat dilindungi kekebalannya, masih juga
bertangan kosong. Dan ketika lawan memperberat
tekanan dan Jit-liong Ciangkun gusar serta
penasaran oleh kelihaian lawannya ini tiba-tiba
untuk pertama kali Bu- ciangkun berhasil merobek
baju di pundak lawannya itu.
"Brett!"
Kim-mou-eng terkejut. Dia kembali
disambar senjata lain, robek di bagian lain hingga
sebentar saja bajunya koyak- koyak, tentu saja tak
dapat dilindungi kekebalan pula. Dan ketika
tombak dan golok kembali menyambar dan Ang
Bin Ciangkun yang memegang busur tiba -tiba
melepas panahnya menyerang punggung
mendadak pemuda ini melengking mengeluarkan
satu gerakan aneh. Dia tidak mengelak, menerima
semua serangan itu dan menangkis dengan jari-jari114
terbuka, menampar sekaligus mementalkan semua
senjata lawan. Dan ketika panah runtuh mengenai
punggungnya yang terlindung sinkang mendadak
Kim-mou-eng meliuk dan... menangkap kaki Buciangkun yang saat itu terhuyung di sebelah
kirinya.
"Hei...!"
Namun terlambat. Panglima tinggi besar ini
telah tertangkap, langsung diangkat dan diputarputar menghadapi lawan yang menyerang pemuda
itu. Dan begitu Kim-mou-eng membentak
mengayun panglima ini menangkis semua senjata
yang menyambar dirinya kontan enam panglima
yang menjadi teman Bu-ciangkun itu mundur dan
menghentikan serangan.
"Minggir...!"
Enam panglima itu terbelalak. Mereka
terpaksa minggir ketika Kim-mou-eng memutar
tubuh Bu-ciangkun, menyibak dan otomatis
memberi jalan keluar. Dan ketika Kim-mou-eng
tertawa dan meloncat keluar dari kepungan enam
panglima itu sementara Bu-ciangkun masih
dicengkeramnya sebagai sandera maka turunlah
dia dari puncak gedung yang tinggi itu.
"Bu-ciangkun, kau harus menunjukkan
padaku jalan keluar. Cepat, aku tak ingin
memaksamu kalau kau keras kepala!"115
Bu-ciangkun memaki-maki. Dia marah dan
membelalakkan matanya sampai melotot, tak
berdaya karena saat itu juga Kim-mou-eng telah
menotoknya, menenteng dan membalik tubuhnya
seperti anak kecil, diputar-putar. Tapi karena dia
kesakitan karena cengkeraman di kakinya
diperkeras dan Kim-mou-eng menggencet
membuat tulangnya seakan retak akhirnya
panglima ini menurut juga. Dia berteriak menyuruh
belok sana-sini, membentak agar para pengawal
mundur semua, membiarkan lawan berlari bebas
sementara enam rekan lainnya tiba-tiba juga
melayang turun, mengejar dan mengikuti di
belakang khawatir Kim-mou-eng membunuh
panglima she Bu itu. Dan ketika kepungan benarbenar menyibak dan Kim-mou-eng mengikuti
petunjuk-petunjuk panglima itu untuk keluar dari
kompleks istana akhirnya mereka tiba di bangunan
paling ujung, berhenti dan siap melepas panglima
ini sambil tertawa lebar. Tadi begitu kaki menginjak
tanah kosong mendadak Kim-mou-eng terjeblos
memasuki sebuah sumur, bersama panglima itu,
tidak tahu bahwa Bu-ciangkun memang sengaja
membawanya ke situ karena lubang sumur tertutup
oleh sebuah perangkap. Dan begitu Kim-mou-eng
berteriak kaget dan meluncur turun maka116
tawanannya itupun ikut terjeblos memasuki lubang
yang dalam, juga gelap!
"Aih...!"
Tapi Kim-mou-eng memang lagi sial. Dia
tak tahu bahwa panglima tinggi besar itu
menipunya, meskipun harus ikut terjeblos ke
bawah. Dan begitu keduanya sama-sama
terbanting di dasar sumur yang gelap dan Buciangkun berteriak kesakitan maka di saat itulah
sebuah kerangkeng bergemuruh menakup mereka
berdua, dari atas ke bawah.
"Brukk...!"
Kim- mou-eng terkejut. Dia melihat Buciangkun mengeluh, roboh dan seketika itu juga
pingsan di dalam kerangkeng, bersama dia. Dan
sementara dia terbelalak dan masih tidak menduga
bahwa Bu-ciangkun telah menipunya maka di saat
itulah terlihat cahaya kekuningan disusul desis
seperti ular. Lalu ketika Kim-mou-eng terbelalak
dalam suasana yang mulai remang-remang ini
muncullah enam orang dari Jit-liong Ciangkun itu
menyemburkan asap belerang.
"Kim-mou-eng, kau harus kami tangkap!"


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kim-mou-eng tersentak. Dia sekarang
melihat desis yang seperti ular itu ternyata adalah
tiupan asap belerang yang muncul dari pipa-pipa di
sekeliling kerangkeng, sekejap kemudian117
memenuhi tempat itu hingga dia batuk-batuk. Dan
ketika dia terkejut dan mendobrak jeruji
kerangkeng tiba-tiba pemuda ini mengeluh ketika
tenaganya lenyap, hilang begitu saja!
"Ah, belerang bius...!"
Kim-mou -eng sadar setelah terlambat. Dia
sekarang tahu bahwa asap belerang itu bukan
sekedar belerang saja, tapi bercampur juga
dengan asap bius. Dan begitu dia mengeluh dan
lamat-lamat mendengar enam orang dari Panglima
Tujuh Naga itu tertawa mendadak Kim-mou-eng
tak sadarkan diri lagi dan pingsan disebelah Buciangkun!
Begitulah. Pendekar ini akhirnya
tertangkap, Bu-ciangkun secara cerdik telah
menuntunnya ke tempat jebakan, sumur bawah
tanah yang sesungguhnya merupakan perangkap
bagi orang-orang sakti yang mengacau di istana,
berhubungan dengan penjara bawah tanah yang
merupakan lorong rahasia di kompleks istana. Hal
yang tentu saja tak diketahui orang luar karena
tempat itu memang tidak mencurigakan. Dan
begitu Kim-mou-eng pingsan sementara Buciangkun sendiri telah ditolong teman-temannya
keluar dari kerangkeng sumur gelap akhirnya
Pendekar Rambut Emas ditangkap dan dijebloskan
dalam penjara bawah tanah. Menggegerkan kota118
raja dan seketika itu juga dikenal orang secara
luas. Melejit namanya karena perbuatannya yang
menggemparkan itu. Sanggup menandingi Jit-liong
Ciangkun. Dan begitu orang mengenal namanya
maka saat itu juga Kim-mou-eng menjadi buah
bibir!
* * *
Malam itu, tiga hari setelah tertangkapnya
Kim-mou-eng sebuah bayangan berkelebat
sembunyi-sembunyi memasuki istana. Bayangan
ini berindap-indap, gerakannya Iincah dan bukan
main cepat seperti gerakan walet menyambar saja.
Dan ketika dinding istana telah ia masuki dan
beberapa penjaga telah dilewati dengan mudah
akhirnya bayangan ini tiba di sebuah taman yang
luas dan langsung melayang ke atas pohon yang
tinggi, melihat dua pengawal baru muncul secara
tiba-tiba.
"Sun-twako, bagaimana pendapatmu
dengan Kim-mou-eng itu?" seorang pengawal
memecah bicara, lewat di bawah pohon besar itu
ketika bertanya pada temannya, masing- masing
membawa tombak dan tampak tak curiga bahwa di
atas mereka sebuah bayangan sedang
bersembunyi. Dan ketika temannya tertawa dan119
berjalan dengan langkah tegap terdengarlah
jawabannya yang sinis mengejek,
"Kim-mou-eng boleh lihai, A-jiong. Tapi
kalau dia ditawan dalam penjara bawah tanah
berlapis-lapis mana bisa dia melarikan diri? Buciangkun memperkuat penjagaan di sana. Katanya
menanti perintah kaisar untuk menjatuhkan
hukuman mati!"
"Hm, dan kabarnya dia keturunan Tar-tar,
twako. Tak bahayakah menghukum mati pendekar
itu?"
"Bahaya apa? Kim-mou-eng telah
mengacau di
tempat kita. Mao-taijin katanya hendak
dibunuh pendekar itu tanpa sebab!"
"Ya." orang pertama mengangguk heran.
"Sintingkah Pendekar Rambut Emas itu?
Kenapa tanpa sebab dia memusuhi Mao-taijin?"
"Entahlah, aku tak tahu, A-jiong. Tapi
Pendekar Rambut Emas itu memang benar-benar
berbahaya. Konon katanya dengan tangan dan
kaki saja dia dapat menghadapi Jit-liong Ciangkun
yang rata-rata bersenjata!"
Dua pengawal itu bercakap-cakap
menjauh. Mereka telah berada sepuluh tombak
dari pohon dimana bayangan itu bersembunyi. Tapi
begitu dua kerikil menyambar mereka dari120
belakang mendadak dua pengawal ini mengaduh
dan roboh terpelanting. Dan sementara mereka
kaget tak tahu apa yang menjadi sebabnya tibatiba bayangan di atas pohon itu telah meluncur
turun bagai seekor burung menotok mereka.
"Tuk-tuk!" dua pengawal ini roboh tak
berkutik. Mereka tertegun melihat seorang gadis
tinggi semampai muncul begitu saja di depan
mereka, seperti iblis. Dan ketika mereka tak
mampu bicara saking kaget dan
herannya tahu-tahu tubuh mereka
ditendang dan...mencelat ke atas pohon, nyangkut
di puncak yang tinggi! "Bress!" keduanya hampir
menjerit. Mereka ngeri melihat ke bawah karena
tubuh mereka hanya ditopang sebuah ranting
yang kecil. Sekali patah tentu mereka terbanting
remuk di bawah sana. Tinggi sekali! Dan ketika
mereka terbelalak tak mampu bersuara karena urat
gagu mereka telah ditotok gadis tak dikenal itu
mendadak orang yang merobohkan mereka ini
melayang ringan dan hinggap di ranting yang
menahan tubuh mereka, mentul-mentul. Satu
ranting untuk tiga orang! Dan sementara mereka
mengeluh dengan muka pucat dan ngeri sekali
membayangkan ranting itu patah dan jatuh ke
bawah maka gadis ini, gadis hitam manis yang121
memakai topi burung rajawali membentak
mereka,
dingin bagai es di pegunungan salju,
"Tikus-tikus busuk, dimana penjara bawah
tanah yang menyimpan Kim-mou-eng?"
Dua orang itu ah-ah uh-uh. Mereka tak
mampu bicara, tertotok urat gagu mereka. Dan
ketika gadis itu sadar dan membebaskan totokan
mereka hingga dua pengawal itu dapat bicara
maka pengawal pertama yang disebut A -jiong
menggigil menjawab pucat, "Aku... aku tak tahu...
aku pengawal yang baru diangkat!"
"Hm, dan kau?" gadis itu memandang
orang satunya, yang dipanggil Sun -twako. Dan
pengawal yang terbelalak dengan muka ketakutan
ini tiba-tiba berbohong.
"Aku... aku juga tak tahu. Aku juga
pengawal baru di sini!"
Gadis itu, yang bukan lain Salima adanya
tiba-tiba mendelik. Dia dapat melihat bahwa
pengawal kedua ini bohong. Maka mendengus
menggencet jalan darah phi-tu-hiat yang membuat
orang nyeri seperti disengat ular berbisa tiba-tiba
gadis ini membentak, "Kau jangan bohong. Kau
akan kusiksa kalau bohong!"
"Aduh...!" pengawal itu menjerit, kaget
karena benar-benar dia disengat rasa nyeri yang122
sangat. Dan ketika Salima memperkeras
gencetannya dan pengawal itu menjerit-jerit tak
juga mau mengaku mendadak dia malah berteriak,
memanggil teman-temannya, "Tolong, ada
penjahat...!"
Salima terkejut. Dia gusar melihat
pengawal ini berani mati, melihat para pengawal di
luar taman berdatangan kaget. Tak kurang dari
sebelas orang. Dan ketika pengawal itu masih juga
berteriak-teriak dan rupanya berani karena merasa
ada di kandang sendiri mendadak Salima
menampar kepalanya langsung membunuh.
"Diam kau... prak!"
Pengawal itu terkulai roboh. Dia langsung
tewas karena tamparan Salima adalah tamparan
maut, bangkit tangan besinya melihat pengawal itu
merunyamkan keadaan. Dan ketika sebelas
pengawal berdatangan ribut dan pengawal satunya
yang masih hidup, pucat dan gemetar melihat
kematian pengawal she Sun ini mendadak Salima
menendang mayat di atas pohon itu menyambut
para pengawal yang berdatangan ke tempat itu.
Dan ketika para pengawal di bawah kaget dan
berseru tertahan ditimpa mayat pengawal she Sun
ini maka Salima menendang juga pengawal
satunya dan melayang turun.
"Pergi kau... dess!"123
Pengawal itu menjerit. Dia langsung jatuh
dari puncak pohon yang tinggi, didupak mencelat
sementara Salima sendiri sudah berkelebat turun,
dipapak golok dan tombak yang ditangkis
berpelantingan, semuanya menjerit dan terlempar
roboh karena gerakan Salima seperti iblis marah,
begitu cepat dan tahu -tahu menghilang dari
tempat itu menuju tempat lain. Dan ketika para
pengawal ribut dan berteriak-teriak ada maling
maka di ujung timur tiba-tiba terjadi kebakaran!
Rupanya Salima mengamuk. Gadis Tar-tar
ini marah oleh perbuatan pengawal she Sun,
membunuh mampus pengawal itu tapi rasa gusar
terlanjur berkobar. Tak lagi sembunyi-sembunyi
melainkan terang-terangan mengacau tempat itu,
membakar gedung atau apa saja yang dilihat.
Menendang dan melempar roboh setiap penjaga
yang berani mendekatinya. Dan ketika Salima
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain
dalam usahanya mencari penjara bawah tanah
maka sekeliling istana tiba-tiba sudah penuh api
oleh perbuatan gadis ini.
Tak ayal. seluruh pasukan bangun dari
tidurnya. Mereka telah mendengar kedatangan
gadis ini, ribut dan berteriak-teriak ke sana ke mari.
Sebentar saja istana menjadi gaduh dan
kebakaran melanda dimana-mana, membuat Jit-124
liong Ciangkun tergugah dan marah mendengar
laporan seorang gadis Tar-tar mengamuk. Dan
karena mereka dapat menduga bahwa gadis itu
tentu mencari Kim-mou-eng karena pendekar itu
juga keturunan Tar-tar akhirnya Panglima Tujuh
Naga ini langsung ke tempat dimana Kim-mou-eng
dipenjarakan. Maklum bahwa kesanalah titik tujuan
gadis Tar-tar yang mengamuk itu. Dan ketika
mereka tiba di sana dan ternyata benar Salima
telah berhasil menemukan tempat
ini maka terlihatlah para pengawal roboh
bergelimpangan dan berteriak-teriak menuding ke
dalam.
"Dia di sana, gadis itu memasuki penjara
bawah tanah...!"
Jit-liong Ciangkun berkelebat. Mereka
tergetar melihat bekas amukan Salima, melihat
penjaga di dalam penjara tumpang-tindih, langsung
masuk dan harus melalui pintu berlapis tujuh
karena penjara itu memang dibuat sedemikian rupa
agar musuh yang tertangkap tak gampang
melarikan diri. Dan ketika mereka tiba pada pintu
terakhir dan melihat pintu itu hancur ditendang
menganga labar maka berkelebatlah pada saat itu
juga Salima yang baru membebaskan suhengnya!
"Suheng, bunuh saja musuh di depan.
Jangan mereka diberi ampun!"125
Jit-liong Ciangkun terkejut. Pendekar
Rambut Emas menyongsong mereka dengan
muka penuh jelaga, hampir tak dikenal karena
kebakaran juga melanda tempat itu,
menghanguskan dinding dan membuat tempat itu
menjadi hitam. Dan ketika Salima muncul dan
gadis itu berteriak-teriak agar musuh di depan
dibunuh saja dan sepak terjang gadis Tar-tar itu
tampak demikian ganas dan mengerikan akhirnya
Panglima
Tujuh Naga ini menjadi marah.
"Gadis siluman, kau mengacau tempat
orang...!" Salima tertawa mengejek. Dia girang
bahwa suhengnya berhasil dibebaskan,
menjengek melihat tujuh panglima itu
menyerangnya. Sebagian mengeluarkan senjata.
Dan Salima yang berkelebat menyambut dengan
tamparan dan tendangan menangkis serangan
tujuh orang panglima itu tiba-tiba mengerahkan
sinkang membentak seraya mendorong.
"Plak-dess!"
Tujuh panglima itu terkejut. Mereka
terdorong setindak dengan lengan tergetar, kaget
melihat gadis itu tak kalah hebat dengan Kim-moueng sendiri. Dan sementara mereka terbelalak dan
kaget di tempat sekonyong-konyong Salima
melengking menyerang mereka, melakukan126
tamparan dan tendangan yang bersiut tajam,
dingin menyeramkan disertai bentakannya yang
menggetarkan ruangan. Dan ketika mereka
menangkis dan gadis itu berani menyambut
senjata mereka dengan jari-jari terbuka mendadak
tujuh panglima itu terkejut ketika tombak dan


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senjata lain di tangan mereka patah-patah.
"Des-des-krakk...!"
Tujuh Panglima Naga itu terpekik. Mereka
terpental dan kontan terpelanting, kaget
melihat senjata patah-patah disambar lawan
mereka itu. Tapi Salima yang masih menyambar
dan rupanya geram pada tujuh panglima ini tibatiba berkelebat mengayun tangannya ke kepala
musuh-musuhnya itu. Dan Kim-mou-eng yang
tentu saja kaget oleh keganasan sumoinya tiba-tiba
membentak dan menangkis dari samping.
"Sumoi, jangan... dukk!"
Ruangan itu seakan dilanda gempa. Jitliong Ciangkun terlempar oleh bunyi benturan ini,
demikian dahsyat hingga dinding ikut ambrol oleh
getaran suara itu, melihat Salima mencelat
sementara Kim-mou-eng sendiri terhuyung. Kaget
dan ngeri oleh kehebatan kakak beradik itu. Dan
ketika Salima memekik dan membentak memaki
suhengnya maka Kim-mou-eng sudah meloncat
menyambar sumoinya itu.127
"Sumoi, jangan main bunuh di sini. Jit-liong
Ciangkun bukanlah orang-orang jahat!"
Salima membanting-banting kaki. Dia
meronta dan mau melepaskan diri dari suhengnya
itu, tapi Kim-mou-eng yang khawatir akan sepak
terjang sumoinya dan melihat Jit-liong Ciangkun
juga mau menyerang kembali dan sudah melompat
bangun mendadak menyendal lengan sumoinya
ini. Dan begitu dia berseru keras melompat tinggi
tahu-tahu Kim-mou-eng telah membawa sumoinya
keluar dari penjara bawah tanah itu, melalui pintu
berlapis-lapis.
"Jit-liong Ciangkun tak perlu mengejar
kami. Kami tidak bermaksud buruk pada kalian!"
(Bersambung jilid III)
Koleksi Kolektor Ebook128
Jilid 3
PANGLIMA TUJUH NAGA itu tertegun.
Mereka melihat Kim mou-eng lenyap
membawa sumoinya gadis Tar-tar yang ganas
itu. Gadis yang libai dan hebat! Tapi mengejar
menjaga nama mereka membentak juga
memburu muda-mudi itu. Namun Jit-Liong
Ciangkun menahan napas. Mereka melihat
Kim-mou-eng lolos dengan mudah,
mcmerobohkan para pengawal di luar penjara
sementara mencegah samoinya melakukan
pukulan maut. Sebentar saja keluar dari
kompieks istana dan berlari cepat
meninggalkan tempat itu. Dan ketika mereka
tertegun dan api masih berkobar di sana sini
dipadamkan para pengawal akhirnya dua jago
muda itu menghilang dari kota raja bagai
bayangan iblis yang tak diketahui kemana
perginya.129
"Hebat, gadis siluman itu luar biasa
sekali.Dia tak kalah oleh Kiu-mou eng"
Ang Bin Ciangkun mendesak, "Tentu
saja, Dia adalah sumoi pemuda itu, Toan
ciangkun. Dia adalah Tiat ciang Sian li (Dewi
Bertangan Besi) Salima !" dan ketika tujuh
panglima itu berbisik-bisik dan saling
membicarakan Pendekar Rambut Emas
bersama sumoinya yang datang seperti singa
betina yang haus darah itu dengan muka pucat
maka untuk kedua kalinya kota raja dibuat
geg?r.
Salima si Dewi Bertangan Besi
mendapat nama. Begitu saja melejit seperti
suheognya. Tapi, kalau Kim-mou eng dikenal
lunak dan sabar menghadapi lawan maka
adalah gadis Tar-tar itu dibi dikenal orang
dengan takut dan gentar. Ngeri oleh sepak
terjangnya yang ganas. Tak memberi ampun
pada musuh. Benar-bener bertangun besi! Dan
ketika kota raja geger dan kebakaran berhasil130
dipadamkan maka jauh di luar sana, di luar
hutan di sebelah kota reja Salima telah berdiri
ssling berhadapan dengan suhengnya
itu,marah-marah.
"Suheng, apa yang kaulakukan ini? Kau
tidak tahu membalas budi ?" Salima
menyemprot langsung, melepeskao diri dari
suhengnya dengan tarikan kasar dan mundur
dengan mata berapi-api, tampak marah besar
dan gusar pada suhengnya itu. Tapi Kim-mou
eng yang menghela napas sendu dan bersikap
tenang enak saja menjawab, kalem.
"Sumoi, mereka adalah orang-orang
yang sebenarnya tidak memusuhi kita. Jit liong
Ciangkun bukan lawan, tak perlu kita bers?kap
keras atau menbunuh mereka".
"Tapi mereka telah menangkapmu,
suheng, Mereka memenjarakanmu di ruang
bawah tanah dan siap menghukummu mati.
Menunggu perintah kaisarl"131
"Hm, semudah itukah mereka
menghukum mati padaku? Tidak, mereka tak
gampang membunuhku, sumoi. Aku dapat
menyelamatkan diri kalau benar benar mereka
hendak membunuhku. Yang manjadi gara gara
di sini adalah Mao taijin. Menteri itulah yang
menjad biang keladinya"
"Kenapa?"
"Karena dia bendak membunuh bupati
Wang. Kupergoki dan akhirnya terjadi semua
keributan itu.
"Hm..... ! Salima tiba-tiba bersinar
mukanya. "Bupati yang punya anak gadis cantik
itu?"
"benar"
"Dan kau memb?la bupati ini?"
"Tentu s?ja. Dia tak bersalah, Sumoi.
Bupati itu orang baik dan...."
"Suheng!" Salima tiba-tiba
membentak, memotong kata-kata suhengnya
itu.132
"Siapakah sebetulnya yang hendak
kaubela? Bupati tua itu ataukah anak
perempuannya yang jelita? Kau tak perlu
bohong padaku, suheng. Kau rupanya sudah
tergila gila pada gadis siluman itu. Kau jatuh
hati padanya"
Kim mou eng terkejut. "Sumoi..."
"Tak perlu mengelak !" Salima
membentak lagi, merah mukanya. "Aku tahu
hubunganmu dengan puteri Wang-tajin itu,
suheng Dan tidak kusangka kalau dia berhasil
memelet dirimu sedemikian rupa. Terkutuk
gadis siluman itu. semoga dia disambar bledek
(geledek )!"
Kim-mou-eng marah Dia terkejut dan
gusar mendengar sumoinya ini memaki-maki
Cao Cun, puteri bupat? Wang itu. Tapi ketika dia
melihat Salima terisak dan tiba - tiba menangis
melompat ke barat menuju kabupaten Chi Cou dan mengancam akan membunuh gadis
cantik itu mendadak Kim mou eng membentak133
dan mengejar sumoinya ini, langsung
menyambar pundak dan seketika itu juga
menghentikan Salima Dan ketika Salima
menangis dan meronta melepaskan diri maka
dengan suara gemetar pendekar ini berkata
. "Sumoi, ku tak perlu menuduh tidaktidak. Aku tidak mencintai gadis itu seperti
yang kau katakan. Hubungan kami melulu
sebagai kakak dan adik"
Salima berh?nti meronta. Mereka
saling beradu pandang dengan mata samasama penuh selidik, Salima masih berapi api
dan menyala seolah hendak membakar
suhengnya itu. Tapi ketika bentrok dengan
pandangan suhengnya yang lembut dan
melihat muka suhengnya mash penuh
Jelaga,tiba tiba Salima mengeluh dan duduk
membanting diri di atas tanah,
"Suheng, kau kejam.. kau..." Salima
menangis tersedu-sedu, lenyap sudah
kegarangan dan keganasannya tadi, kembali134
seperti wanita biasa yang penuh rasa dan
curiga, rupanya cemburu.
Dan Kim-mou-eng yang menarik napas
mendekati Sumoinya ini lalu duduk
mendampingi dengan senyum pahit.
"Sumoi, kau tahu aku melakukan
perjalanan, bukan untuk mencari wajah cantik.
Kau tahu bahwa aku ke Tiong- Goan karena
hendak mencari kampung halaman ibuku.
Kenapa curiga yang tidak- tidak dan selalu
mengikutiku. Aku akan kembali keluar
pedalaman setelah semuanya selesai. Tak
perlu kau mengejar-ngejarku seperti ini seolah
aku musuh bebuy?tanmu yang berhutang
jiwa"
Salima t?rsedu-sedu. "Tapi kau...tapi
kau menipuku di tempat bupati Wang itu,
suheng. Kau meninggalkan aku ketika berjanji
untuk kembali ke suku bangsa kita!"
"Hm, itu kurena waktu itu kau
terlampau. mendesakk?, s?moi.135
Kau memaksakan kehendak sendiri tanpa mau
mengerti keinginanku."
"jadi ka? tetap tak mau pulang?"
"Kal?u belum terpenuhi keinginanku,
sumoi. Aku hendak mencari dulu kampung
halaman ibuku itu!
Salima melompat bangun. Ketegasan
dalam jawaban suhengnya ini menunjukkan
kekerasan hati suhengnya itu. Bahwa
suhengnya tak mau pulang sebelum
menemukan kampung hal?man ibunya. sikap
yang tak mau dibantah. Dan Salima yang
terbelalak memandang suhengnya itu tiba tiba terisak dan berkata, ""Baik, kalau begitu
aku ikut"
Kim-mou-eng terkejut. "Apa. kau mau
ikut?'
"Ya!" Salima tegas menjawab. "Aku ikut
denganmu, suheng. Aku tak mau kembali kalau
kau juga tak mau pulang"136
Kim-mou-eng membelalakkan mata.
Dia tertegun oleh kata - kata sum?inya ini,
m?lihat pula kekerasan sumoinya itu
m?nyatakan keinginan. Tapi tersenyum dan
tertawa lebar mendadak pendekar ini
m?nyambar sumoinya, merasa geli,
memegang lengan sumoinya yang lembut
namun penuh getaran tenaga. "Sumoi, untuk
apa kau ikut? Bukankah ini perjalanan keras
yang penuh bahaya yang tidak kita ketahui?
Apa lagi kau t?lah membuat ribut di kota raja,
sumoi. Jit-liong Ciangkun tentu tak akan tinggal
diam membiarkan kita"
"Perdui amat!" Salima tak ambil pusing
"Aku tak takut dengan mereka itu,
suh?ng. Dan masalah keras agaknya tempat
kita jauh lebih keras dibanding tempat ini!"
"Baiklah," Kim-mou-eng maklum akan
kekerasan hati sumoinya. "Aku tak keberatan
kau ikut, sumoi. Tapi kau kuminta satu hal
padamu agar dapat mengendal?kan diri dan137
tidak bersikap telengas terhadap musuh. Kau
berjanj??"
Sa?ima tersenyum. "Asal kau tak
meninggalkan aku tentu semua kata - katamu
kuturut, suheng. Tapi sekali kau menipuku
tentu aku tak berani tanggung akan sepak
terjang diriku sendiri!"
Kim-mou-eng tertawa pahit. Dia
mengangguk,makl?m akan kata kata sumonya
ini yang merupakan setengah ?ncaman.
Ancaman agar dia tak meninggalkan sumoinya.
Berdebar bahwa dia'harus melakukan
p?rjalanan berdua dengan gadis yang luar
biasa itu, manis memikat tapi juga
berkepandaian tinggi! Dan ketika dia setuju
dan Salima tampak girang diperbolehkan ikut
bersama suhengnya itu tiba- tiba gadis ini
melompat pergi mencari air, datang sambil
tertawa- tawa dan sudah mengeluarkan
saputangan. Dan keiika Kim - mou-eng heran
dan tak mengerti oleh sikap sumoinya itu maka138
tahu. tahu Salima telah membersihkan
mukanya yang penuh jelaga.
"Suheng, kau tak boleh pergi dengan
muka seperti ini. Nanti orang takut mengira
dirimu setan!"
Kim-mou-?ng tertawa. Dia melihat
sumoinya itu sudah membasuh mukanya


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan sikap begitu lembut, jari - jari yang
mungil itu tampak bergetar penuh rasa,
menyalurkan kehangatan cinta yang membuat
Kim-mou-eng tersentak. Dan ketika Salima
selesai dan jelaga itu sudah bersih dari
mukanya maka meluncurlah pujian jujur dari
sumoinya ini,
"Suheng, kau tampan. " Kim-mou-eng
jengah tersipu. Dia tahu sikap blak-blakan
sumoinya ini. Bahwa Salima tanpa tedeng aling
- aling untuk apa yang dia rasakan.
Gadis yang biasa bersikap juiur dan
terbuka. Sama terbukanya seperti tempat
tinggal mereka diluar tembok besar sana. Dan139
ketik? Salima tertawa dan giginya yang
berderet rapi itu tampak berkilat menyilaukan
mata tiba- tiba tanpa sadar Kim-mou-eng juga
memuji,
"Dan kau cantik, sumoi, Kau manis!"
Salima tertawa. Dia ganti tersipu oleh pujian
suhengnya ini, tapi melompat memutar tubuh
tiba tiba dia menyambar lengan suhengnya itu.
"Hayo, kita mulai perjalanan kita,
suheng. Aku tak sabar lagi menemutan
kampung halaman ibumu" dan begitu Salima
bergerak mengerahkan ginkangnya maka
sebentar kemudian Kim-mou-eng terbawa
meninggalkan hutan itu, tersenyum dan
berdebar karena kini Salima yang mencekal
tangannya, merasakan kehangatan yang anah
dari telapak sumoinya itu. Kehangatan yang
membangkitkan berahi. Tapi K?m-mou-eng
yang mampu mengendalikan diri dan menekan
bangkitnya nafsu itu sudah berendeng dan
berlari cepat bersama sumoinya. Dan begitu140
dua muda-mudi ini meninggalkan hutan itu
maka tempat itupun sunyi kembali seperti
sedia kala.
*** "Taijin,mana gadis itu ?"
Mao-taijin menjatuhkan diri
berlutut."Am-pun, belum hamba ambil, sri
baginda. Masih menunggu hari baik agar tak
membawa sial bagi paduka."
"Hmn, kenapa lama amat? Kapan kau
ambil ?"
Mao-taijin mulai berceloteh. Pagi itu
dia dipanggil kaisar, menanyakan tentang
puteri jelita itu yang kutan lain Cao Cuo
adanya. Gugup karena bupati Wang dan gadis
itu t?lah meningkalkan gedungnya. . Mencari
seribu akal agar dia dapat menjawab tepat , tak
kena marah Dan kaisar juga manusia biasa141
yang percaya akan tahayul dan segala macam
tanda tanda hidup yang bersifat mistis maka
kesinilah jawaban Mao Taijin itu.
Dia menyodorkan ilmu kuno,bahwa
membawa gadis itu harus menurut hari yang
baik, jam yang baik dan tanggal yang baik.
berceloteh yang sebenarnya ingin membujuk
kaisar untuk mengulur- ulur keadaan belaka.
Bahkan mengharap kaisar untuk tidak lagi
mengingat gadis itu. Gadis pembawa "sial" bagi
Mso Taijin karena Wang Taijin tak mau
memberi "upeti". Bahkan menghinanya
dengan kata kata keras yang membuat menteri
itu naik pitam. Tapi beberapa hari kemudian sri
baginda kaisar masih menanyainya dan
mendesak menteri itu agar secepatnya
membawa Cao Cun,maka bingung dan
guguplah menteri ini
Sebenarnya kalau Wang Taijin mau
membayar 500 Ons emas seperti yang dia
minta itu,maka saat itu juga Cao Cun pasti142
Sudah dihadapkan pada junjungannya ini.Tapi
karena Wang Taijin orang jujur dan dia harus
mengumpat caci bupati ini atas kekerasan
sikapnya yang begitu " alot " akhirnya menteri
ini membiarkan saja urusan Cao Cun
terbengkalai,tak menyangka kaisar ternyata
menanyainya berulang-ulang. Dan karena Kimmou eng telah lolos dan Pendekar Rambut
Emas itu t?rang terangan membantu bupati ini
maka Mao taijin tak berani meneruskan
niatnya untuk menyuruh bunuh secara diamdiam bupati yang tak dapat dibujuk itu. Dan
hari itu sri baginda menanyainya untuk yang
terakhir,
"Bagaimana, sudah kautemukan hari
baik, itu, taijin ? Kapan dia kau bsmswa ke
mari? Jangan main-main, aku sudah tak sabar!"
Mao taijn kecut. "Ampun, seminggu
lagi, sri baginda. Hamba telah bertanya pada
orang-orang pandai yang mahir menentukan143
hari baik untuk membawa juwita itu bagi
padaka, Harap paduka, bersabar."
"Hm, seminggu lagi?"
"Ya. seminggu lagi, sri baginda. Mohon
paduka bersabar karena bidadari ini harus
diboyong menurut hari yang baik. Hamba akan
mengatur itu untuk paduka!"
Kaisar mengangguk. "Baik, ini yang
terakhir. taijin. Kau jangan mengulur waktunya
lagi, karena aku benar-benar sudah tak sabar
lagi menemui jawitaku itu. Persiapkan
segalanya!"
"Baik, baik..!" Mao Taijin manggut
manggut, kecut dan gentar menerima
keputusan itu, Bahwa seminggu lagi dia harus
membawa Cao Cun. Padahal Cao Cun dan ayah
nya telah memusuhi dirinya. Mungkin tak mau
datang!. Dan Mao tajin yang buru-buru
menyambung agar sri baginda memberikan
cap-nya pada surat perintah memanggil gadis144
itu kepada keluarganya akhirnya disambut
heran oleh kaisar ini.
"Apakah kedudukanmu tak cukup
menundukkan gadis itu, taijin?"
"Ah, ampun..! Mao-taijin sadah
mendapat akal. "Gadis ini memang benarbenar istimewa sekali, sri baginda. Dia memiliki
kewibawaan yang sederajat dengan paduka.
Hamba terus terang harus mengaku kalah
pengaruh oleh calon kekasih paduka itu.
Karena itu mohon paduka berikan cap agar
gadis itu tak menolak bila hamba
memanggilnya ke mari !"
Sri baginda tertawa. Dia merasa geli
tapi juga girang oleh cerita menterinya ini,
bahwa calon kekasihnya itu Wanita yang
demikian berwibawa, membuat Mao-taijin
takut dan kalah pengar?h. Agaknya keraturatuan! Dan tidak merasa curiga bahwa
sebetulnya Mao-taijin hendak menggunakan
capnya itu sebagai jalan terakhir145
kalau Cao Cun dan ayahnya tak mau
dibujuk datang. Akhirnya kaisar memberi juga
apa yang diminta menterinya ini.
Menandatangani surat perintah seperti yang
dimaui Mao-taijin. Meminta juwitanya itu
datang m?nghadap melalui menterinya ini.
Dan ketika Mao-taijin berangkat dan pergi
meninggalkannya penuh harap maka menteri
itu sudah mengatur jalan bagaimana caranya
mendatangkan bupati Wang itu, tentu saja
bersama puterinya, Cao Cun sang bidadari
yang membuat kaisar tergila gila. Dan ketika
benar Wang-taijin tak mau dipanggil karena
mereka telah saling bermusuhan maka surat
kaisar inilah yang dipergunakan menteri itu.
Tadinya bupati Wang memang
menolak ketika Mao-taijin memanggilnya
secara pribadi. Bahkan marah marah karena
mengira menteri itu lagi - lagi mau
membujuknya, menyuruh dia menyuap
padahal perbuatan itu amat dibencinya. Tapi146
ketika utusan Mao taijin datang kembali dan
kini membawa surat kaisar yang sudah diberi
cap kerajaan itu tiba tiba saja Wang-taijin
tertegun
"Apa ini? Kau tidak main - main?"
Sang utusan tersenyum mengejek.
"Kami tidak memalsu cap kaisar, taijin. Kalau
kau tak mau tak apa. Kami tak akan mendesak.
Kami akan kembali melaporkan penolakanmu."
Wang taijin pucat. Dia memeriksa surat
itu, melihat bahwa s?rat itu benar benar dari
kaisar. Tidak main - main Otentik! Dan Wangtaijin yang tentu saja terkejut dan berobah
mukanya buru- buru ke dalam menemui
puterinya.
"Celaka!" demikian bupati ini bicara
setengah berteriak. "Menteri she Mao itu
mempengaruhi kaisar memanggil dirimu, Cunji. Apa yang harus kita lakukan?"
Cao Cun menangis. Saat itu dia berada
di kamarnya bersama ibunya, sudah beberapa147
minggu ini murung. Yakni ketika Kim mou-eng
meninggalkannya begitu saja di taman ketika
Salima muncul, gadis Tar - tar yang gagah tapi
galak itu.
Dan melihat Mao-taijin mengutus
orangnya dengan membawa surat kaisar yang
tentu saja tak dapat mereka bantah tiba tiba
saja gadis cantik ini mengguguk.
la sebenarnya mulai jatuh hati pada
Kim- mou-eng. Pendekar muda yang gagah dan
tampan it?. Pendekar yang aneh dengan
rambut yang aneh pula, keemasan disertai
matanya yang hidup seperti bintang. Diam
diam merasa nelangsa ( berduka ) kenapa
pendekar itu demikian cepat
meninggalkannya. Padahal mereka baru asyik
membicarakan cinta! Dan Cao Cun yang tentu
saja kecewa oleh kepergian p?muda it?
akhirnya tak menjawab ketika ayahnya kembali
b?rtanya.148
"Bagaimana, apa yang harus kita
lakukan, Cun ji? Kau tentu tak akan
menyusahkan ayahmu dengan menolak
perintah ini, bukan?"
Cao Cun tersedu-sedu, "Terserah kau,
ayah. Kalau kaisar sendiri telah memanggilku
lalu apa yang dapat kuperbuat? Aku
menyerahkannya padamu. Aku tak akan
menolak karena tentu menyusahkan kit?
sekeluarga!"
Wang-taijin mengusap dada. Dia
memaklumi apa sebenarnya yang terjadi pada
saat itu. Apa gerangan yang membuat
puterinya t?rganggu. Murung selama dua
minggu lebih. Tapi melihat kaisar mengutus
Mao-taijin untuk menjemput puterinya
menghadap sang junjungan ter?ng bupati ini
tak berani menolak. Sebenarnya it? malah
keberuntungan besar. Puterinya diambil
kaisar, hal yang tidak gampang dialami setiap
orang. Termasuk langka dan merupakan149
anugerah! Maka melihat puterinya tak
menolak dan menyerahkan hal it? padanya
akhirnya Wang-taijin menyuruh anak gadisnya
itu bersiap-siap.
Cao Cun memang lagi gundah. Dua
minggu ini kecewa karena cinta yang mulai
bersemi di hatinya terhadap Kim-mou-eng
kandas di tengah jalan. G?ra gara Salima. Maka
m?ndengar kaisar menyuruh orang
menjemput dia akhirnya Cao Cun menganggap
bahwa nasibnya memang rupanya harus
begitu. Bahwa dia ditakdirkan hidup di istana
dan harus melupakan pemuda yang mulai
dipujanya itu. Agaknya sudah nasib! Dan Cao
Cun yang tak ingin membuat kedua orang
tuanya celaka karena penolakannya berarti
maut bagi a myah dan ibunya lalu pergi
memenuhi permintaan ini.
Tapi Mao-taijin rupanya.. memang
bangsat". Menteri ini memanggil sang bupati
ke kamarnya.membujuk lagi agar Wang taijin150
menyerahkan "uang terima kasih" itu. Bersikap
agak lunak karena bupati itu sekarang agak di
atas angin. Maklum,kaisar sendiri yang
menyuruhnya datang. Lewat dia,meskipun
kaisar menghendaki secara langsung. Dan
Mao-taijin yang tertawa menyambut bupati itu
ketika sang bupati datang buru-buru
mempersilahkan Wang taijin duduk, manis
pula.
"Aha, selamat dat?ng, Wang-taijin. Kau
benar-benar beruntung dan hok-gi sekali.


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rejekimu benar-benar luar biasa!"
Bupati Wang mengerutkan alis. Dia
sudah memiliki perasaan anti-pati terhadap
ment?ri ini. Menteri pemeras. Tapi karena
tuan rumah mempersilahkan duduk dan saat
itu dia berada di bawah kekuasaan menteri ini
sebelum menjumpai kaisar maka mau tidak
mau Wang taijin m?ngangguk juga, memberi
hormat.151
"Maaf. ada apa kau mengundangku ke
mari, taijin. Bukankah kaisar m?manggilku ke
mari?"
Ah, jangan buru-buru, Kaisar sedang
beristirahat, taijin. Aku akan mengantar kalian
besok. bersabarlah"
"Hm" Wang-taijin mulai tak enak, "Dan
maksud paduka, ada apa menahan kami di
sini?"
Menteri itu tertawa, menyeringai lebar.
"Aku hendak bercakap-cakap denganmu,
Wang taijin. Ingin membicarakan kembali
masalah.. .hm, masalah yang menarik!" dan,
tak menghiraukan perobahan muka bupati itu
Mao taijin sudah menyuruh pelayan menuang
minuman. Kemudian tak memberi kesempatan
bupati itu menolak.
Menteri Mao sudah mengangkat
cawannya. "Ayo, minum dulu,taijin. Jangan
buru-buru!"152
Mao-taijin sudah meneguk
minumannya. Sekali cegluk dia menghabiskan
anggur merah yang harum itu, manis dan lezat.
Dan Wang-taijin yang tentu saja sungkan
menolak akhirnya m?neguk juga minuman
nikmat itu, mulai diajak bicara ngalor - ngid?l
oleh menteri Mao yang berbasa-basi sebentar.
Dan k?tika percakapan mulai hangat menuju
pada persoalan Cao Cun yang beruntung
diambil sri baginda, menteri ini tak malu-malu
bicara, "Wang taijin, aku sungguh iri atas
keberuntungan puterimu. Kau dapat hidup
jauh lebih mewah daripada sekarang !"
Wang taijin mengerutkan alis. "Aku tak
mabok kemewahan hidup, paduka menteri.
Kami sekeluarga sudah biasa hidup
sederhana."
"Ha-ha, itu dulu, taijin. Kalau puterimu
telah tinggal di istana t?ntu kalian semu? harus
menyesuaikan keadaan. Kau dan puterimu153
b?nar-benar mendapat hok-gi ( rejeki) luar
biasa!"
Wang-taijin mulai waspada. "Dan
maksud paduka, ada apa mengajak bamba ke
mari?"
Mao-taijin meletakkan cawannya,
mengusap bibir tampak nikmat, merah
mukanya dan mulai bersinar memandang
bupati yang keras hati ini. Dan ketika dia
tertawa dan berhati-hati membujuk bupati itu
akhirnya keluar juga kata-kata menteri ini.
"Bupati Wang, besok nasib anakmu
menghadap kaisar ada di tanganku. Terus
ter?ng aku ingin meminta s?kedar jasa.
Bagaimana jika permintaanku dulu kuulangi di
sini?"
Wang-taijin marah. bangkit dari
kursinya.
"Mao-taijin. paduka hendak memeras
hamba untuk masalah ini? Paduka masih juga
nekat meminta uang sogok?"154
"Aku tak meminta uang sogok, Wangtaijin.
Aku sekedar minta uang jasa atas
semua budi kebaikanku."
"Ah, budi kebaikan tak dijual-belikan
seperti barang dagangan, Mao-taijin, Kalau
paduka memberi budi justeru paduka tak
hendak mengungkit-ungkit masalah it?. Budi
yang diminta kembali adalah budi yang palsu,
rendah dan hina!"
Mao taijin terkejut. "Kau berani
memaki?"
"Maaf," Wang-taijin sudah merah
mukanya melotot menahan marah. "Seribu kali
kau memerasku maka seribu kali itu pula kau
tak akan behasil, taijin. Camkan bahwa bupati
Wang bukan orang yang mudah menyogok!"
"Meskipun keputusan anakmu di
tanganku?
"Keputusan anakku bukan di
tanganmu, taijin. Melainkan di tangan kaisar!"155
"Tapi aku dapat merobahnya, bupati
Wang, Aku adalah orang yang langsung dapat
mempengaruhi kaisar!"
"Tak mungkin!"
"Kau tak percaya?"
"Tidak!"
"baik, kau boleh lihat besok" dan Maotaijin yang gusar membentak bupati ini
akhirnya menyuruh Wang taijin pergi. Tapi
Wang taijin minta agar puterinya diambil, tak
mau meninggakannya sendirian di tempat
menteri pemeras itu.
Dan ketika Mao taijin menolak dan
terjadi keributan di kamar itu tiba tiba Sin ke?
Lo jin muncul menghantam bupati ini.
"Wang taijin, kau enyahlah senerti yang
di-kata majik?nku. K?luarlah ,,,,dess!" Wangtaijin mencelat, jatuh terguling-guling
menerima pukulan kakek itu ketika Sin kee Lojin juga marah pada bupati ini. Tapi ketika Sin
kee Lo jin hendak membunuh bupati it? dan156
Wang-taijin pucat memb?ntak marah tiba-tiba
bupati ini berteriak.
"Mao-taijin, kau boleh siksa dan bunuh
aku sampai mampus. Tapi Kim mou eng akan
mencarimu dan membuat perhitungan!"
Mao-taijin terkejut. Sin-kee Lo jin juga
tersentak. Maklum, mereka berdua t?lah
melihat kepandaian Pendekar Rambut Emas
yang luar biasa itu, yang agaknya ada
hubungan dengan bupati ini. Bahkan Sin kee Lo
jin baru saja sembuh dari patah tulangnya
ketika menghadapi pendekar itu.
Dia menggeram tak jadi membunuh
akhirny? kakek ini memukul pingsan bupati she
Wang itu, mendengar seruan Mao tajin pula
agar tak menghabisi jiwa bupati itu. Dan begitu
sang bupati terlempar dan roboh pingsan
akhirnya menteri Mao menyuruh orang
menyiapkan sebuah kereta lengkap dengan
kusirnya, membawa pulang bupati itu ke Chi cou, kabupaten di mana dia menjadi kepala157
daerah. Tentu saja disambut jerit tangis
isterinya. Dan begitu Wang-taijin di pul?ngkan
ke rumahnya maka tinggallah Cao Cun
sendirian di gedung menteri itu, tak tahu ribut
rib?t yang baru saja terjadi antara ayahnya
dengan menteri Mao. Dan Wang-taijin yang
tentu saja cemas dan gelisah bersama sang
isteri lalu berdoa tak dapat berbuat apa-apa.
Tapi Wang-taijin merasa ancamannya
berhasil. Dia telah menakut-nakuti menteri itu
dengan nama sahabat barunya, sang bintang
penolong. Kim-mou-?ng alias Pendekar
Rambut Emas, nama yang membuat Mao taijin
dan pembanturya gentar, terbukti dia tak jadi
dibunuh kecuali dibuat pingsan saja. Tapi
Wang-taijin yang bagaimanapun juga
mencemaskan nasib sang anak perempuan
akhirnya menyuruh Hok Gwan sang pengawal
setia ke kota raja untuk menyelidiki berita
secara diam-diam.158
Dan Wang taijin tertegun. Dia
mendengar puterinya benar-benar tak jadi
dihadapkan kaisar, persis seperti ancaman
menteri pemeras itu. Dibawa ke Istana Dingin
sebagai calon" yang siap dipanggil saja. Entah
bagaimana benar-benar berhasil
mempengaruhi kaisar untuk tak mengambil
puterinya itu. Dan karena Istana Dingin adalah
sebuah istana yang khusus untuk menampung
calon-calon selir yang sifatnya seperti sebuah
penampungan b?laka dan Cao Cun tak tinggal
lagi di gedung menteri Mao maka sedikit atau
banyak Wang-taijin lega juga. Heran tapi juga
was-was bagaimana menteri itu dapat
m?mpengaruhi kaisar. Maklum, kaisar
sendirilah yang memanggil dia dengan surat
perintah resmi. Jadi terasa aneh dan tidak bisa
dimengerti kalau kaisar yang memanggil lalu
dengan enak begitu saja dinyatakan tidak jadi.
Batal. Tapi karena puterinya telah tinggal di
tempat lain dan tidak lagi di gedung menteri itu159
maka Wang taijin tak cemas lagi akan nasib
puteriuya. Tak perduli apakah Cao C?n akan
diambil kalsar atau tidak karena baginya
keselamatan puterinya itulah yang penting.
Bukan harta benda istana seperti yang diimingimingkan Mao-taijin. Dan b?gitu Wang-taijin
tenang dan tinggal m?nunggu bagaimanakah
kelak keputusan kaisar mengenai diri puterinya
itu akhirnya bupati ini bersama sang isteri
harap-harap cemas saja di rumah. Mengharap
kalau Cao Cun "tak dipakai" biar dikembalikan
saja ke Chi cou. Berkumpul lagi bersama
mereka. Habis perkara. Tapi sedemikian
mudahkah keinginan ini?
Ah, Wang-taijin tak tahu apa yang
terjadi di istana. Dia tak tahu apa yang
dilakukan Mao taijin. Betapa menteri itu telah
menyulap "bim-salabim" barang yang istimewa
menjadi barang biasa.
Bahwa kaisar berhasil dikibuli mentah
mentah oleh m?nteri yang cerdik ini. Cerdik160
tapi jahat. Dan Cao Cun yang tak lagi tinggal di
gedungnya melainkan tinggal di Istana Dingin
pada hakekatnya adalah p?njara seumur hidup
yang akan menyengsarakan gadis itu. Sebagai
balas d?ndam atas sakit hatinya pada bupati
she Wang itu!
Apa yang terjad?? Sebuah kecurangan
besar, Mao-taijin menghadap kaisar, menangis
dan menjatuhkan diri berlutut. Pura- pura
dilanda duka dan ketakutan yang sangat hingga
mengherankan kaisar, yang saat itu menunggu
Cao Cun karena ment?ri itu b?rjanji bahwa hari
itulah sang bidari akan menghadap. Dan kaisar
yang bertanya dengan rasa heran dan curiga
akhirnya memandang pembantunya itu.
"Mao Taijin- apa yang terjadi? Mana itu
bidadari j?witaku?"
Mao-ta jin menangis, mengeluarkan air
mata yang tentu saja air mata buaya. Dan
m?mbenturkan dahi penuh takut pura pura.
menteri ini berkata161
"Ampun, hamba telah membawa gadis
itu ke mari sri baginda. Tapi tak berani
membawanya pada paduka karena ada satu
hal penting yang lupa hamba tunjukkan pada
paduka!"
"Hm, apa itu? Hal penting apa?"
Mao-taijin mengeluarkan gambar Cao
Cun, gemetar terbata, "In i.... ini yang harus
hamba tunjukkan, sri baginda. Bahwa tahi lalat
ini menurut para ahli nujum besar merupakan
tanda tak baik bagi paduka. Tanda sial vang
akan mencelakakan paduka beserta seluruh
kerajaan!"
Kaisar terkejut. Dia melihat sebuah tahi
lalat yang telah dipasang Mao-taijin di wajah
Cao Cun. Tak tahu hahwa secara licik dan
cerdik menterinya itu mempergunakan
kelemahannya dalam tahayul untuk
mempengaruhi kaisar. Maklum, kaisar
mem?ng amat percaya sekali pada segala jenis
hal-hal gaib yang menyimpan tanda162
kehid?pan, Bahwa tahyul melekat erat di hati
kaisar Yuan Ti dan tentu saj? terbelalak
mendengar menterinya berkata bahwa sang
bidadari membawa sial bagi dirinya dan
seluruh kerajaan. Gara gara tahi lalat it?!
Dan kaisar yang tertegun memandang
menterinya, akhirnya mend?ngar menterinya
itu bi?ara kembali sambil menuding seorang
laki-laki tua berpakaian putih putih, yakni Kunlojin yang menjadi peramal istana.
"Lihat, paduka boleh bertanya pada
peramal p?duka ini, sri baginda. Kun-lojin baru
m?mberi tahu hamba akan arti sial yang


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdapat pada tahi lalat calon kekasih paduka
itu." Dia hanya membawa kesenangan sekejap,
tapi setelah itu akun menghangus dan
menghaucurkan paduka berikut seluruh
kerajaan!"
Kaisar semakin kaget, berobah
mukanya, memandang kakek tua berpakaian
putih-putih itu. "Benarkah, Kun-lojin?"163
Kakek ini, yang tentu saja sudah disuap
Mao-taijin mengangguk dan gemetar bicara,
"Ampun, itulah yang hamba lihat, sri baginda.
Tapi kalau paduka tak percaya tentu saja
paduka boleh melanjutkan niat paduka itu.
Gadis itu ada di sini:"
"Hm, kalau begitu buat apa dibawa?"
kaisar langsung terpengaruh, takut karena tahi
lalat itu membswa kesialan. Tak tahu bahwa
dia dikibuli mentah-mentah. Dan kaisar yang
tentu saja lenyap nafsunya melihat Cao Cun
tiba-tiba tak berpikir penjang lebar menyuruh
gadis itu diusir saja. Paduhal tadinya demikian
bersemangat dia menyuruh cari gadis itu.
Gadis yang membuat dia tergila-gila. Padahal
belum pernah sama sekali melihat wajahnya.
Dan kaisar yang ketakutan mendengar Cao Cun
bakal membawa sial bagi kerajaan lalu
menyuruh gadis itu dibuang saja!
"Kalau begitu tak perlu kaubawa ke
mari gadis itu, taijin, Mungkin langkah kakinya164
saja sudah membawa sial bagiku. Buang saja
dia jauh- jauh !"
"Ah!" Mao-taijin menggeleng, merasa
girang dan ingin membalas deadam lebih
lanjut. "Gadis itu memang membswa sial, sri
baginda. Tapi jangan dia dibuang begitu saja.
Kun lojin memberi tahu bahwa pengaruh sial
itu dapat dihindari kalau gadis ini ditampung di
Istana Dingin. Mungkin sebulan atau setahun
bawaan sialnya itu dapat dihilangkan"
"Begitukah?" kaisar tertegun,
mengerutkan alis.
"Ya, begitu menurut nujum istana ini,
sri baginda Karena itu kalau paduka setuju
biarkan saja gedis itu tinggal di Istana Dingin
agar kelak paduka dapat menikmati juwita
paduka itu setelah bawaan sialnya lenyap!"
"Apa tandanya?"165
"Tahi lalat itu akan hilang, sri baginda.
Tahi lalat itu akan hilang sendiri kalau bawaan
sial itu lenyap!"
Baiklah," kaisar lagi - lagi terpengaruh,
percaya pada menterinys ini. "Bawa dia ke
Istana Dingin teijin. Kalau bawaan sial itu
lenyap boleh kaubawa ke mari dia Itu!"
Mao-taijin girang. Dia hampir tertawa
bergelak mendengar kata kata junjungannya
itu. Maklum, kaisar rupanya berhasil
terpengaruh oleh semua ceritanya itu tentang
Cao Cun. Bahwa dia berbasil memberi
"harapan" pada kaisar untuk kelak menikmati
sang dewi impian itu.
Dan karena kaisar memang tergila-gila
pada bayangan gidis ini dan harapan yang di
berikan menterinya itu membangkitxan
keinginannya Kembali, maka kaisar menyetujui
saja semua kata kata menterinya itu. Tak tahu
bahwa ini lagi lagi akal Mao-taijin yang busuk.166
Tak tahu bahwa menterinya itu sebenarnya
sedang main "bim Salabim". Sebab, selama Ceo
Cun masih di Istana Dingin dan belum dia
serahkan pada kaisar maka selama itu pula dia
dapat menunjukkan pada bupati Wang bahwa
nasib anaknya ada ditanganya, bukan di tangan
kaisar. Dan kalau bupati itu belum tunduk juga
padanya untuk menyerahkan 500 ons emas itu
sep?rti yang d mintanya dulu waka Cao Cun
akan tinggal seumur hidup diistana yang
dikelilingi tembok tinggi itu. Tak mungkin dapat
keluar. Jadi sama dengen dipenjara seumur
hidup sampai gadis itu menjadi nenek-penek.
Tak lagi diambil kaisar. Tak lagi keberuntungan
itu akan menjadi milik Wang taijin sekeluarga.
Dan Mao taijin yang girang oleh hasil tipu dan
muslibatnya yang cerdik ini akhirnya terbahakbahak ketika sampai di rumah.
"Ha-ha, sekarang boleh kaulibat siapa
yang menang, bupati bodoh. Meskipun167
anakmu siap diambil keisar tapi kalau aku
mencegahnya tentu itupun jadi"
Dan ini tak diketahui Wang-taijin.
Bupati itu memang orang jujur yang tidak
banyak mengenal kecurangan orang orang
jahat, Maklum, dia lugu dalam soal-soal begitu
dan tidak mengira bahwa Mao taijin telah
memperdayainya. Benar benar menguasai
nasib anak perempuannya, dan kini
sepenuhnya tergantung pada diri bupati itu.
Dan ketika sebulan kemudian utusan Maotaijio menemui dia membawa sepucuk surat
dari menteri Mao maka tahu dan kagetlah
bupati ini melihat apa yang terjadi,
"Wang - taijin," begitu surat itu bicara.
"Nasib anakmu kini benar-benar ada di
tanganku. Kan lihat, meskipun hari itu kaisar
ingin menemui anakmu tapi kalau aku tak
mengijinkannya maka keinginan itu tak akan
terpenuhi. Nasib anakmu tergantung pada
dirimu. Semakin cepat kau memberikan apa168
yang kuminta maka semakin cepat pula
puterimu itu bertemu kaisar.Terserah kau,
apakah masih tetap keras kepala atau merobah
kebodohanmu itu menjadi kebijaksanaan!...
Menteri Mao."
Wang-taijin mencak mencak. Dia
marah bukan main membaca surat itu. Baru
tahu bahwa puterinya dipenjarakan di Istana
Dingin, meskipun tampaknya bukan begitu.
Dan sang utusan yang akhirnya diusir pergi
dengan mendapat dampratan keras akhirnya
membuat bupati ini bingung, ditambah tangis
isterinya yang tersedu-sedu.
"Bagaimana, apa yang harus kita
lakukan, suamiku? Masihkah keputusan kita
tetap seperti semula?
"Tentu!" Wan tijin menggeram. "Aku
tak mau mematuhi permintaan m?nteri
pemeras itu,isteriku Aku harus melapor pada
baginda atas semua kecurangannya ini. Aku
harus ke kota raja!"169
keesokan harinya Wang Taijin pergi ke
kota raja ,Tapi Wang taijin tertegun. Di kota
raja dia dihalang-halangi banyak pengawal, tak
sedikitpun juga memberi kesempatan padanya
untuk menghadap kaisar Dan Sin-kee Lo - jin
yang muncul dengan sikap penuh ancaman
tiba - tiba malah melemparnya pergi.
"Bupati keparat, enyahlah kau. Kaisar
sibuk!"
Wang- taijin mengeluh. Dia mencoba
lagi, gagal lagi. Mencoba lagi dan gagal lagi,
sampai berulang ulang. Dan karena orang
orang Mao taijin tak memberinya kesempatan
dan dia naik pitam pada menteri ini akhirnya
bupati itu menghadap atasannya, gubernur
Liang. Langsung menceritakan semua
kebusukan menteri Mao yang menawan
puterinya. Tapi gubernur Liang yang
mengerutkan alis mendengar semua cerita
bawahannya ini justeru menegur,170
"Itu urusan pribadimu, bupati Wang.
Tak ada sangkut-pautnya d?ngan urusan kita
dalam soal-soal pemerintahan. Sebaiknya kau
menghadap kaisar saja!"
"Hamba sudah ke sana, taijin. Tapi
orang-orang m?nteri itu menghalangi hamba!"
Wang-taijin pucat, menjawab gemetar karena
melihat gubernur ini rupanya tak mau
membantu. Tak tahu bahwa semal?m
gubernur ini telah diancam orang orang tak
dikenal yang berkepandaian tinggi untuk tidak
mencampuri urusan it?. Tentu saja orangorangnya Mao-taijin! Dan Wang-taijin yang
melihat gubernur itu menggeleng kepal? tanda
tak sanggup akhirnya menyuruh saja bupati itu
menghadap Han-taijin, penasihat kaisar.
"Maaf, aku tak mau mencampuri
urusan pribadi, bupati Wang. Kalau kau ingin
menyelesaikan urusan itu pergilah ke kaisar
atau p?nasihat kaisar saja, Han-taijin!"171
Bupati ini teringat.Dia hampir
menangis melihat gubernur Liang tak mau
membantu, tapi begitu diberi jalan keluar
untuk menghadap Han-taijin akhirnya dengan
payah dia kembali ke kota raja, langsung ke
gedung Han-taijin. Tapi begitu tiba di sana dan
melihat penasibat kaisar itu sedang bercakapcakap dengan ment?ri Mao yang tersenyum
dari jauh tiba-tiba bupati ini mendekap dada
terhuyung pergi.
Penglihatan itu saja sudah membuat
dia maklum apa yang akan terjadi. Tentu
kegagalan pula! Dan Wang-taijin yang akhirnya
benar benar menangis oleh, p?rbuatan
menteri itu akhirnya pulang dengan air mata
bercucuran, menceritakan semua
kegagalannya pada sang isteri. Dan begitu sang
isteri mendengar dan kaget di tempat tiba tiba
saja wanita ini mengeluh roboh dan tak
sadarkan diri. Bahwa harapan mereka sia-sia ke
manapun mereka pergi. Dan tering?t172
kegagalan itu berarti pula kegagalan mereka
membebaskan Cao Cun di Istana Dingin
akhirnya dua suami isteri ini jatuh sakit dan
kurus digerogoti dendam. Tapi Hok Gwan sang
pengawal setia tiba-tiba muncul. Pengawal ini
memberi harapan baru. Bahwa masih ada satu
jalan keluar. Dan ketika p?ngawal itu berbisik
bisik bahwa jalan keluar yang dimaksud itu
adalah men?ari bantuan Kim-mou-eng si
pendekar sakti. Tiba-tiba seperti disengat listrik
bupati ini bangkit dan melonjak dengan mata
bersinar sinar.
"Betul, Kau betul, Hok Gwan! Kenapa
aku melupakan in? Ah, cari dia. Cari pendekar
itu dan ceritakan semua yang kami alami ini
padanya. Minta bantuannya agar
membebaskan Cao Cun!"
Hot Gwan mengangguk. Dia terharu
sekali melihat keadaan dua suami isteri itu,
melihet majikannya kurus-kurus digerogoti
sakit hati. Telah mendengar apa yang diminta173
Mao - taijia, dia diam-diam mengutuk menteri
pemeras itu. Berjanji tak akan kembali kalau
Pendekar Rambut Emas tak berhasil dia
temukan. Dan begitu pengawal ini berangkat
dan Wang-taijin suami isteri menaruh harapan
besar pada pengawalnya itu sedikit demi
sedikit penyakit mereka sembuh.
Kiranya harapan ini memang memiliki
pengaruh mujizat. Dengan harapan saja Wangtaijin dan isterinya merasa terhibur. Menunggu
tegang dan harap-harap cemas di rumah.
Berdoa tiada habis habisnya membakar hio
hingga rumah bupati itu selalu harum,
dipenuhi asap yang meresapkan kedamaian.
Sedikit demi sedikit memulihkan mental bupati
itu. Tapi ketika sebulan dua bulan Hok Gwan
tak kembali juga dan kabar puteri mereka itu
tak kunjung berubah akhirnya Wang-taijin
cemas dan mulai pasrah. Diam-diam mulai
mengkhawatirkan akan nasib pengawalnya itu,
menangis kenapa dia membiarkan174
pengawalnya yang setia itu pergi. Tapi Karena
harapan itu masih selalu ada di depan mata
dan harapan ita sendiri memang memiliki
kekuatan luar biasa uatuk seseorang bertahan
terhadap cobaan hidup akhirnya Wang-taijia
dan isterinya lalu menjadi manusia manusia
pendiam seolah patung batu. Masih terninabobo kan oleh harapan itu. Dan ketika
"harapan itu juga masih berkelanjutan dan
Wang-taijin hidup atas "harapan" ini maka
Wang-taijin dan isterinya tak tahu bahwa Hok
Gwan telah tewas dibunuh orang-orang Mao
Taijin yang mengamat-amati rumah bupati itu.
Sial!
*** "Sumoi, ke mana kita ini?"
Salima tertawa. Dia dan suhengnya saat


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu telah jauh meninggalkan kota raja, berhenti
di depan sebuah dusun yang tampak sunyi Dan175
mendengar suhengnya bertanya sambil
menoleh kiri kanan tiba-tiba ia tak dapat
menahan geli hatinya.
"Suheng, kenapa masih bertanya?
Bukankah kita mencari kampung halaman
ibumu? Kau sendiri yang minta, sekarang
malah bertanya kemana kita pergi!"
"Bukan, bukan begitu. Yang
kumaksudkan adalah ke mana kita ini sekarang,
sumoi. Dusun apa ini dan kenapa berhenti di
sini."
"Ah, kita berhenti untuk bertanya,
suheng Siapa tahu penduduk dusan ada yang
tahu di mana kampung halaman ibumu itu.
Dusun, hm... dusun apa tadi?"
"Dusun Yu-chung."
"Yach, itu. Dusun Yu-chung. Kita cari
tahu di mana beradanya dusun itu pada
penduduk kampung ini. Tapi kenapa 'sepi? Ke
mana mereka semua itu?"176
Salima ikut menoleh sana sini. Dia
memang merasa agak heran kenapa dusun itu
sunyi benar. Agaknya semua penduduk sedang
keluar. Mungkin ke sawah. Tapi belum mereka
memasuki dusun itu mendadak Kim-mou-eng
menyambar lengannya berbisik, kedepan.
"Ada orang"
Salima mengangguk. Ia juga,
mendengar langkah orang, yang dimaksud
suhengnya itu, seorang laki- laki kekar yang
muncul di balik pintu dusun, sebuah gerbang,
sederhana tanpa daun pintu.
Dan ketika orang ini muncul dan
melihat Salima bersama suhengnya itu ada di
situ mendadak orang ini mengerutkan alis,
maju menghampiri dengan sikap tidak ramah.
"Siapa kalian?"
Pertanyaan ini kaku sekali. Salima
sudah mera?a tidak senang, melihat orang
rupanya tidak bersahabat. Ingin mendengus
dan tidak menjawab pertanyaan itu. Tapi177
suhengnya yang menjura membungkuk sopan
sudah maju ke depan menjawab kalem, Sobat,
kami p?rantau yang mencari dusun Yu-chung.
Tahukah kau di mana dusun itu yang dulu di
kepalai oleh Yu-lopek?"
Laki laki ini tertegun. "Yu-lopek? Siapa
dia? dan dari mana kalian?"
"Kami dari kota raja, datang m?nc?ri
dusun Yu-chung karena dusun itu menyimpan
seorang kerabat kami yang sedang kami cari
cari"
."Hmm. kau bohong. Kau bukan
penduduk asli kota raja!"
Kim-mou-eng terhejut. Dan sebelum
dia menegur laki laki itu mendadak laki laki ini
meloncat menerkam l?hernya. "Hei...." Kim
mou-eng mengelak, kaget karena laki laki itu
menyerangnya tanpa memberi tahu. Tapi baru
dia menyelamatkan leher dari terkaman ini
mendadak laki-laki itu bersuit mer?goh,
kantong bajunya. Dan begitu dia membentak178
mengayun lengan sekonyong-konyong tujuh,
pisau bintang berhamburan nmenyambar
tubuhnya.
"Cit-cit-citt!" Kim-mou-eng terbelalak.
Dia melihat laki-laki kekar ini ternyata cukup
lihai juga, tujuh pisau itu m?nyambar secara
berpencar ke tujuh jalan darah di bagian
tubuknya. Tapi karena dia marah dan ingin
mendemonstrasikan kepandaiannya agar
orang tahu diri tiba-tiba Kim-mou-eng
membentak dan mengerahkan sinkangnya,
langsung memasang tubuh menerima
sambaran tujuh pisau bintang itu dengan
kekebalanay?.
"Tak-tak-tak...!"
Dan.... t?juh pisau itu runtuh dan
patah-patah. Laki-laki ini terkejut,
mengeluarkan seruan an?h dan terbelalak
memandang Kim-mou-eng. Tapi begitu dia
sadar dan kaget oleh demonstrasi yang
ditunjukkan lawannya tiba tiba laki-Iaki ini179
memutar tubuhnya melarikan diri ke dalam
dusun, menendang roboh sebatang pohon
yang langsung menimpa Kim-mou-eng.
"Hei....!"
Namun laki laki itupun lenyap di dalam.
Kim-mou-eng hanya melihat orang itu
menyelinap di sebuah tikungan, terpaksa
melompat mundur menghindari pohon besar
yang roboh dengan suaranya yang hiruk pikuk
itu. Tapi Salima yang rupanya marah dan gusar
pada laki laki itu tahu-tahu melesat k? depan
mengejar penyerang itu.
"Tikus busuk, kau berkentilah
sebentar"
Orang itu terkejut. Salima telah berada
di belakangnya menampar pundaknys, angin
bercuit disertai hawa panas. Dan ketika dis
membalik dan coba menangkis tahu tahu
tamparan Salima telah mendarat di pundaknya
dan dia roboh terjungkal.
"Plak"180
Orang itu berteriak kaget. Baju
pundaknya langsung hancur, kulitnya memar
kehitaman, gosong. Dan ketika Salima
menyerang lagi dengan tamparan ke kepala
tiba tiba Kim-mou eng berteriak
memperiogatkan, "Sumoi, jangan bunuh
dia....l" dan Salima yang mendengus
mengurangi tenaganya tiba tiba mengganti
sasarannya ke pangkal lengan, membuat orang
menjerit dan terguling-guling sambil
mengaduh. Tapi ketika Salima mengejar dan
laki-laki ini meledakkan granat tangan
mendadak tempat itu m?njadi gelap oleh
ledakan asap yaog menggetarkan bumi.
"Blarr !"
Salima melompat tinggi. Gadis ini
berjungkir balik sambil memaki, terpaksa
menghindar karena ledakan itu cukup
berbahaya dengan kilatan apinya yang panas.
Dan ketika dia turun dan melotot terhalang
asep tebal maka suhengoya tahu tahu181
mencekal lengannya membawanya melompat
keluar dari kurungan granat asap itu
"Sumoi, asap itu m?ngandung bius".
Salima terbelalak. Dia merasa
kepalanya p?ning, sedikit limbung dan hampir
jatuh Tapi ketika mereka berada di luar dan
asap jauh dari mereka akhirnya sang suheng
memberi obst penawar penghilang pening.
"Telanlah, kau terlalu ceroboh mengejar lakilaki itu...!"
Salima tertegun. Dia menelan pil yang
di-berikan suhengnya itu, lenyap sudah rasa
pening yang mengganggu kepalanya. Dan
ketika dia terbelak dan asap sudah menghilang
dari hadapan mereka maka Kim mou-eng
menghela napas tak melihat lagi laki-laki kekar
itu. "Sumoi, tempat ini rupanya bukan
tempat yang baik bagi kita. Rupanya penghuni
kampung ini tak suka kedatangan kita.
Sebaiknya kita pergi."182
"Hm," Salim? naik darah. "Kita pergi
setelah orang menyerang kita, suheng? Kita
biarkan saja laki-laki keparat itu lolos di dalam?
Tidak, aku justeru ingin memasuki kampung ini.
Aku akan menyelidiki dan menangkap laki laki
busuk itu!"
Kim-mou-eng mengerutkan alis.
"Jangan membuat onar sumoi,kita.."
"Aku tidak membuat onar, suheng. Tapi
laki-laki itu yang memulai dulu. Dia harus
dihajar, Dia tak dapat ditanya, baik-baik!"
"Tidak," Kim-mou eng tidak setuju.
"Kita tinggalkan saja tempat ini, sumoi. Aku tak
ingin membuat ribut dan....
Salima mendongak. Dia melhat
suhengnya berbenti bicara, melihat bayangan
banyak orang muncul di sekeliling mereka
Sakejap Kemudian telah mengepung dan tidak
kurang dari limapuluh orang jumlah nya.
Semua berkedok. Rata rata tinggi besar dan
kekar. Dan Kim mou-eng yang tentu saja tak183
dapat keluar dari kepungan yang ketat ini
sudah disambut ketawa ejekan sumoinya,
"Suheog, apalagi yang hendak kaukatakan
sekarang? Masihkah kita tak harus ribut-ribut
dengan orang-oraog ini? Bukan kita yang
mencari ribut, suheog Melainkan mereka itu
yang rupanya memang harus kita hajar!"
Kim-mou-eng tertegun. Dia melihat
sumoinya sudah memuter tubuh, memandang
dingin para pengepung yang berdiri seperti
patung itu. Juga dingin dan tampak bengis. Dan
ketika seorang di antaranya yang berdiri paling
ujang maju dan memandang mereka dengan
mata berkilat segera terdengar bunyi
pertanyaan yang kasar menyakitken telinga,
"Kecoak-kecoak kecil, kalian siapa dan
kenapa berbuat kurang ajar di tampat ini?
Tidak tahukah kalian bahwa Seng piauw-pang
(Perkumpulan Pisau Biatang) sedang
mengadakan rapat ketua?"184
Salima mendngus, tidak perduli isyarat
suhengnya. "Aku tak perduli kalian rapat atau
tidak. Yang jelas aku ingin mencari laki-laki
busuk yang tadi ada di sini"
"Kau siapa?"
"Aku ratu kalian, Salima!"
"Hm, gadis Tar-tar?"
"Betul, kalian tidak lekas berlatut?"
Orang itu tertawa mengejek. Dia
mundur selangkah, kagum juga memandang
Salima yang berdiri gagah dengan kepala tegak,
angkuh tapi cantik menggairahkan dengan
dadanya yang membusung itu. Seolah benarbenar sikap seorang ratu!
Tapi Karena Salima tidak dikenal dan
Kim-mou-eng juga tidak memperkenalkan
dirinya maka orang itu memandang rendah.
"Bocah perempuan, kau tak perlu
bermulut besar ditempat ini. Kalian telah
mengganggu ketenangan, sebaiknya kalian ikut
kami menghadap ketua!"185
"Hm, siapa mau kalian tangkap? Aku
tak mau di perintah orang, kalau kalian
menghendaki ketua kalian ingin menemui aku
sebaiknya suruh saja dia keluar!"
Laki-laki itu marah. Para pengepung
yang lain juga mengeluarkan suara
mengumpat, rupanya kata kata Salima telah
membuat mereka tersinggung. Tapi ketika
Salima tertawa mengejek dan maju memutar
lengannya dan tak takut menghadapi sekian
banyak orang tiba - tiba laki-laki yang ada di
depan itu membentak,
"Nona, sebaiknya kau tak perlu
membuat onar di tempat ini. Kalian memasuki
daerah kam tanpa ijin, Kalian kami tangkap!"
"Hei, begitu mudah?"
"Maksudmu?"
"Kami bukan cacing cacing tak berdaya,
orang-orang Seng-piauw pang. Kalau kalian
ingin menangkap kami coba saja kalau kalian186
bisa. Tapi awas, kami juga dapat membalas
perbuatan kalian dengan sikap yang samal"
"Keparat!" laki-laki itu marah,
mencabut pisau bintangnys dan tiba-tiba
menyambit dengan tiga pissu sekaligus,
semuanya menuju ke bagian depan tubuh
Salima, mencuit dan mendengung,lebih kuat
dibanding laki-laki pertama yang tadi
melempar granat.
Tapi Salima segera menampar
perlahan tiba tiba menangkis dan langsung
mementalkan tiga pisau bintang itu.
"Plak-plak-plak-plak!"
Laki-laki itu terkejut. Dia melihat
pisaunya mencelat ke kiri kanan, langsung
menyambar tiga anak buahnya y?ng tadi di
dekat mereka . Dan sebelum mereka itu tahu
apa yang terjadi mendadak tiga buah pisau itu
telah mengenai tubuh mereka menancap di
lengan dan kaki.


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Crep-crep!.."187
Tiga laki - laki itu menjerit. Mereka
kontan terpelanting roboh, mengaduh dan
berteriak kesakitan karena pisau bintang yang
ditampar itu menyambar mereka, ?epat sekali,
lebih cepat dari sambitan yang ditujukan ke
arah Salima. Dan karena mereka tak menduga
dan gerakan Salima memang luar biasa sekali
maka kontan tiga orang laki - laki ini
terjengkang dan t?k dapat bangun karena
pisau menancap ke tubuh mereka sampai
tinggal gagangnya saja.
"Ahh... semua orang terkejut. Mereka
serentak mel?mpat mundur, sang pemimpin
bahkan terb?lalak dan hampir tak percaya
pada apa yang dilakukan Salima. Tapi begitu
sadar dan marah melihat anak buahnya tak
dapat bangun b?rdiri karena merintih rintih
memandangi pisau yang menembus demikian
dalam di tubuh mereka tiba-tiba laki - laki ini
memhentak memberi ab?-aba.188
"Ngo-heng-piauw (Pisau Lima Segi ),
maju dan tangkap gadis siluman itu..!"
Lima orang bergerak dari belakang.
Mereka adalah orang orang yang mengenakan
tutup kepala merah, terkejut dan marah
melihat Salima merobohkan tiga orang teman
mereka. Tapi begitu mengangguk mendapat
aba - aba sekonyong-konyong mereka berlima
menyerang Salima dengan lima pisau pinjang
yang berbentuk bintang, yakni pisau yang aneh
karena dari k?lima sudut bintang hanyalah satu
yang bermata panjang, yakni mata pisau itu
karena y?ng empat merupakan gagangnya,
berada di belakang. Dan begitu lima orang ini
bergerak menyerang di lima sud?t tiba - tiba
Salima mendapat tusukan bertubi - tubi di kiri
kanan dan muka belakang, silang menyilang
m?mbentuk lima sinar putih yang berkeredep
menyilaukan mata, masing masing bergerak
cepat karena mer?ka ingin merobohkan gadis
itu. Tapi ketika Salima tertawa mengejek dan189
berkelebat mengerahkan ginkangnya tiba- tiba
gadis itu lenyap dari tengah-tengah kep?ngan,
mengejutkan lima orang lawannya yang tentu
saja tertegun di tempat. Tak tahu ke mana
gadis itu pergi. Tapi ketika bayangan Salima
muncul k?mbali dan berturut-turut
menyambar mereka berlima dari kiri ke kanan
tiba tiba lima orang itu menjerit kaget ketika
Salima menampar mereka hingga roboh
berpelantingan. Sedetik saja!
"Hei.... plak-plak plak!"
Semuanya berlangsung cepat. Kejadian
itu mungkin sekejap saja, t?k ada sekedipan
mata.
Dan ketika Salima berdiri kembali dan
tegat di samping suhengnya maka tampaklah
lima orang Ngo-heng-piauw itu
bergelimpangan pingsan dengan pisau
terlepas entah ke mana !.
"Ah !" untuk kedua kalinya orang dibuat
kaget, Laki laki yang berdiri di depan tampak190
tertegun, bengong dengan muka terkesima.
Tapi begitu sadar dan maklum bahwa gadis
Tar-tar ini memang hebat dan luar biasa sekali
mendadak dia berteriak menyuruh semua
orang maju, dia sendiri sudah mencabut
sepasang pisau bintangoya, menyerang marah
karena dalam waktu singkat saja Salima telah
melumpuhkan delapan orang temannya. Dan
begitu semua orang mencabut senjata dan
mengikuti Jejak k laki laki di depan ini yang
menyerang marah tiba-tiba empat puluh dus
orang itu telah meluruk ke depan menerjang
Salima. Tapi karena Kim-mou-eng ada didekat
sumoinya dan senjata-senjata itu
berhamburan ke arah mereka maka otomatis
dua orang ini mendapat hujan serangan tak
pilih pilih lagi,
"Crit-plak-bret!"
Salima sudah menangkis sambil
tertawa-tawa. Dia enak saja menerima hujan
senjata itu, sama sekali tak gentar,191
mengerahkan sinkang dan membuat lawan
terkejut karena dengan jari-jari terbuka dan
tangan telanjang dia berani menghadapi pisaupisau lawan yang tajam berkilat itu,
mementalkan dan bahkan ada yang patah.
Begitu saja seolah tangan gadis itu adalah
Pedang pusaka yang menghadap pisau - pisau
yang terbuat dari agar agar. Mudah dan
gampang. Dan ketika Salima membentak dan
mengayun tubuh mengerahkan ginkangnya
tiba tiba gadis ini telah berkelebatan membagi
bagi pukulan dan tamparan ke arah lawanlawannya yang berani mendekati. Dan begitu
Salima menangkis dan balas menyerang tiba
tiba saja belasan orang kembali roboh
terjungkal. Lima di antaranya patah tulang
karena Salima mulai bertangan besi.
Dan ketika Salima melengking dan siap
melancarkan serangan ganas Karena nafsu
membunuh mulai membakar gadis itu tiba-tiba192
Kim-mou-eng yang berlompatan mengelak dan
tak seganas sumoinya berseru,
"Sumoi, jangan melakukan
pembunuhan. Aku tak suka ada darah tumpah
di sini...!"
Salima teringat. Dia sebenarnya marah
dan siap membasmi orang orang ini, marah
karena mereka bersikap kasar Tak dapat dijak
bicara baik-baik Tapi Karena suheng nya orang
yang lembut hati dan dia sudah berjanji untuk
menurut semua kata-kata suheng nya maka
Salima tertawa mengejek mengurangi
tenaganya, Dia menurunkan tamparan atau
pukulan ke begian pundak atau punggung, tak
jadi ke kepala. Tapi karena tamparannya
mengandung sinkang yang cukup
menghancurkan seekor banteng maka sekejap
kemudian sepuluh orang kembali roboh oleh
sepak terjang gadis ini. Tentu saja menbuat
lawan menjadi gentar dan tiba tiba
mengalihkan perhatiannya ke arah Kim-mou-193
eng. Maklum,Pendekar Rambut Emas itu
memang bisanya mementalkan pisau pisau
lawannya tanpa membuat cidera. Dan ketika
Kim mou eng mulai mengerutkan kening
karena lawan rupanya tak tahu diri mendadak
empat bayangan berkelebat memb?ntak
oraog-orang Seng-piauw-pang itu.
"Berhenti.. .!"
Semua orang tiba-tiba mundur. Empat
laki-laki tua muncul di situ, angker dan garang
sikap mereka. Dan begitu empat orang ini
muncul mendadak semua anggauta Sengpiauw pang menjatuhkan diri berlutut
menghadapi laki laki di tengah yang bermuka
merah.
"Pangcu (sang ketua )!"
Kim-mou-eng dan Salima tertegun. Mereka
melihat laki-laki tua ini gagah sekali, tubuhnya
tegap dengan sepasang lengan yang kokoh.
Tampak berwibawa didampingi tiga temannya
yang lain. Dan ketika mereka terbelalak194
memandang ke depan maka muncullah dua
ratus laki laki tinggi besar anggauta Seng Piauw
Pang lainnya, langsung berlutut di belakang
empat laki-laki tua itu. Dan begitu semua orang
diam mengikuti gerakan empat laki-laki
itu,maka bertemulah pandang mata Kim Mou
Eng dengan sang ketua Seng Piauw Pang itu.
yang agaknya sudah mengenal dan langsung
menjura kepadanya.
"Pendekar Rambut Emas, kenapa tak
langsung masuk kedalam saja?" Aku Sin Piauw
Ang Lojin ( Kakek merah pisau sakti ) telah
mendengar kedatanganmu yang mengejutkan
ini,harap maafkan sambutan anak buahku yang
tidak mengenal dirimu".195196
Kim Mou Eng tersentak,"Ah,,,aku yang
mohon maaf padamu pangcu,kami telah
membuat keributan tanpa sengaja,Tapi
bagaimana kau bisa mengenal aku ?,bukankah
baru kali ini kita berjumpa muka ?"
" Ha,,ha,,,sepak terjangmu di kota raja
sudah kudengar Kim Mou Eng,dan aku kagum
dan gembira sekali bahwa kau telah menghajar
orang orang istana yang sombong itu ".
Kim-mou-eng semakin tersentak. Tapi
belum menjawab tiba tiba ketua Seng Piauw
Pang ini telah merjura di depan sumoinya, "LiHiap ( Pendekar wanita ) Kau Tiat Ciang Sian Li
bukan? Sepak terjangmu pun telah kudengar
Sungguh mengagumkan dan gagah perkasa
dirimu".
Salima acuh saja,mengangguk dingin. "
Aku tak merasa ni melakukan sesuatu yang luar
biasa pangcu,simpan saja pujiannu untuk diriku197
itu,Maaf aku terpaksa merobohkan beberapa
anak buahmu sebagai pembelaan diri."
" Tak Apa" Sin Piauw Ang Lojin tertawa
sabar," Tak apa lihiap,kau tak perlu minta maaf
karena anak buahku yang memang
bersalah,sudahlah..!" dan menghadap laki-laki
pertama yang memberi aba-aba menyerang
salima.
Tiba-tiba ketua Seng-piauw-pang itu
membentak. Jit Kong, kenapa kau tak
melaporkan kedatangan dua orang ini
kepadaku? Kenapa kau ta? menyambutnya
baik-baik.
Jit Kong, lski laki-laki itu, menjatuhkan
diri berlutut. "Ampun, teecu (saya) telah
melaporkannya pada Ji Susiok (paman guru
kedua ) suhu. Tapi ji-susiok menyuruh teecu
mengusir atau menangkap dua orang tamu ini"
"Hmm.. Sin piauw Ang-lojin tampak
terkejut, memandang teman di sebelah kirinva
yang bermuka kuning "Benarkah, ji te (adik ke198
dua) Kau menyuruh Jit Kong menyerang Kimmou eng dan sumoinya itu?"
Laki-laki bermuka kuning itu tertawa
hambar. "Maaf, aku tak tahu kalau Kim-moueng yang datang, suheng. Tapi karena
kedatangan mereka tepat pada saat kita
mengadakan pertemuan penting maka
kusuruh Jit Kong seperti yang dikatakannya
tadi Kukira pengacau."
"Hm," Sin-piauw Ang-lojin m?negur
sutenya.
"Seharusnya kau menyampaikannya
dulu padaku,sute. Tindakanmu ini bisa
membahayakan orang lain kalau yang datang
bukanlah musuh."
"Tapi aku melihatmu sibuk, suheng.
Kita semua sedang repot tak mau diganggu!"
Sin-piauw Ang lojin mengerutkan alis.
Tapi sebelum dua orang itu saling tegur dan
marah itu satu sama lain, tiba tiba Kim-moueng melangkah maju menyatakan199
ketidakenakannya. "Pangcu, maafkan kami
berdua. Kami tidak bermaksud mengganggu.
Kami datang bukan untuk mengacau.
Dan karena keb?tulan kalian sibuk
dalam pertemuan penting biarlah kami pergi
tak merepotkan kalian. Maaf!" Kim-mou-eng
sudah bersiap-siap menyambar sumoinya,
menjura pada ketua Seng-piauw-pang itu
untuk berangkat pergi. Tapi Sin-piauw Anglojin yang tampak terkejut oleh kata kata ini
mendadak menggoyang lengan tertawa kaget.
"Eh, jangan buru -buru. Kami justeru
merasa kebetulan kau berada di sini, Kim-moueng. Kami justeru akan mengundang kalian
untuk menjadi tamu agung! Kalian jangan
pergi, pemilihan ketua akan segera kami
lakulan dalam pertendingan pibu (silat). Ayo
lihat!" dan ketua Seng-piauw-pang yang
menarik lengan Kim-mou eng sambil tertawa
itu tiba tiba berbisik, menyambung lirih, "Kau
dapat menjadi wasit, Kim mou eng200
Kedatanganmu justeru merupakan bintang
penengah yang baik"
Kim mou-eng tertegun. Sebenernya dia
memasuki perkampungan itu bukan untuk
membuat repot orang lain. Tujuan nya adalah
untuk mencari dusun Yu chung karena itulah
kampung halaman ibunya dulu. Tapi


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menderngar di situ akan diadakan pibu dan dia
melihat sesutu yang aneh dalam pandang mata
tiga kakek lain yeng berdiri di sebelah Sin-pauw
Ang-lojin ini mendadak Kim mou eng tertarik
dan menganguk. Apalagi S?lima juga berseru
ggembira.
"Ah, di sini akan terjadi pertandingan
pibu, pangcu? Memilih yang terkuat untuk
menjadi ketua?"
"Ya," kakek itu tertawa lebar, kagum
bahwa Salima dapat mereba tepat. "Kami
empat bersaudara akan menjalankan
peraturan perkumpulan kami, lihiap. Bahwa
lima tahun sekali diadakan pemilihan ketua201
dengan jalan pibu Mencari siapa yang terkuat
karena sebuah perkumpulan harus dipimpin
oleh seorang yang kuat dan pandai.
Salima mengangguk - angguk. Kimmou-eng juga berseri,mereka adalah orang
orang persilatan yang getol nonton pibu.
Melihat adu kepandaian yang tentu saja
mengasyikkan bila dilakukan oleh orang - orang
yang memiiki kepandaian tinggi. Seperti ketua
Seng piauw pang ini misalnya.
Karena meskipun mereka belum
melihat sendiri seberapa hebat kepandaian
ketua Seng piauw-pang itu tapi kalau orang
sudah dapat menjadi kitua sebuah
perkumpulan tentu kakek bermuka merah ini
hebat.
Apalagi kilatan matanya menunjukkan
tenaga sinkang yang cukup. menggetarkan.
Mampu mempengaruhi orang yang tidak
begitu tinggi kepandaiannya. Maka begiu Sin
piuw Ang lojin mengundang mereka untuk202
menyaksikan adu kepandaian itu sebagai
tradisi memilih ketua baru akhirnya Kim-mou
eng dan s?moinya menerima. Dan di situ
mereka diperkenalkan pula pada tiga kakek lain
yang berdiri di sebelah Sin piauw Ang lojin.
Bahwa kakek bermuka kuning bernama
Hong Jin,sementara dua yang lain yang
m?rupakan sute (adik seperguruan nomor tiga
dan empat adalah Wan Tiong Lojin dan Ki Siong
Cinjin, dua orang kakek penganut agama To
yang t?ntu juga memiliki kepandaian tinggi.
Dan begitu Sin-piauw Ang lojin
mengajak mereka ke dalam perkampungan itu
segera saja Kim mou eng dan Salima mengikuti.
Ternyata di tengah kampung berdiri sebuah
rumah besar d?ngan halamannya yang luas.
Itulah rumah sang ketua perkumpulan ini. Sinpiauw Ang lojin yang langsung
mempersilahkan dua tamunya duduk, di kursi
paling depan menghadap sebuah luitai (
panggung adu kepandaian) yang sudah203
dipersiapkan dengan cukup tinggi. Tak kurang
dari sekepala orang tingginya. Jadi hampir dua
meter. Tak ada tangganya, jadi orang harus
melompat bila ingin berada di atas panggung
luitai itu, tentu saja harus memiliki ginkang
(ilmu meringankan tubuh) yang baik. Dan
ketika para anggota Seng piauw pang duduk
berlutut di sekitar panggung. dan Sin Piauw
Ang Lojin meloncat di atas panggung yang
sudah, dipersiapkan itu maka bicaralalh kakek
bermuka merah yang gagah ini.
"Saudara -saudara sekalian," Sin-piauw
Ang-lojin bicara dengan suaranya yang lantang
dan nyaring. " Karena kebetulan dua pendekar
yang gagah perkasa telah datang ke tempat
kita secara kebetulan biarlah tradisi pemilihan
ketua ini dimeriahkan oleh kehadiran mereka.
Kim-mou-eng dan Tiat-ciang Sian-li telah
berkenan memenuhi undangan kita.
Biarlah pertama tama kuucapkan
selamat atas k?datangan mereka. Semoga204
Kim-mou-eng dan sumoinya tak keberatan
untuk menjadi wasit- wasit kehormatan!"
Salima dan suhengnya saling pandang.
Mereka sebenarnya agak kikuk, maklum
mereka baru saja merobohkan orang - orang
Seng-piaauw pang sebelum ketua ini datang
dengan sikapnya yang begitu bersahabat.
Agaknya tak senang dengen orang-orang
istana dan girang bahwa mereka telah
mengobrak - abrik tempat kaisar itu. Dan ketika
Sin-piauw Ang-lojin kembali mengeluarkan
kata-kata sambutan dengan cara sederhana
dan menyambung kembali p?rtemuan yang
berhenti di tengah jalan gara gara keributan di
luar tadi akhirnya ketua ini menuju pada pokok
pembicaraan pemilihan ketua.
Bahwa sudah merupakan tradisi Seng
piauw-pang untuk mengadakan pamilihan
ketua baru setiap lima tahun sekali. Berpibu
bila ada anggauta Seng-piauw-pang yang ingin
mengganti kedudukan ketua lama. Dan karena205
hanya orang-orang yang duduk di tingkat atas
saja yang dapat berpibu melawan ketua lama
untuk merebut kedudukan baru maka tentu
saja para anggauta Seng-piauw-pang tingkat
rendahan tak ada yang berani mengajukan diri.
Dan biasanya memang tiga orang sute dari
sang ketua itulah yang m?ngimpikan diri untuk
menjadi pemimpin. Seng-piauw-pang dulunya
dipimpin oleh guru dari empat orang
bersaudara itu. Tapi karena guru mereka telah
meninggal dunia dan empat orang itu tak
mendapat kata sepakat untuk memilih siapa
yang menjadi ketua karena masing masing
ingin merasakan kedudukan itu,maka
diambilah keputusan bahwa siapa yang kuat
dialah yang menjadi pengganti guru mereka
itu. Dan kebetulan dua kali berturut-turut ini,
jadi sudah sepuluh tahun lamanya Sin-piauw
Ang-lojin tak terkalahkan oleh tiga orang
sutenya. Tentu saja Hong Jin dan dua adiknya
mendongkol. Mereka memang harus206
mengakui bahwa suheng mer?ka itu amat lihai.
Setingkat masih di atas Hong Jin sang adik
nomor dua. Tapi karena setiap lima tahun
mereka selalu menambah kepandaian dan
diam-diam timbul perang dingin di antara
kakak beradik seperguruan it? maka semua
anggauta tahu bahwa tiga orang sute sang
ketua tak begitu suka pada suhengnya itu.
Namun itu adalah urusan pribadi. Hong Jin dan
dua adiknya yang lain menjabat sebagai wakil
dan bendahara. Masing masing harus puas
dengan kedudukannya karena itu adalah
kedudukan yang cukup tinggi. Tapi karena
setinggi tingginya kedudukan iu masih juga
mereka di bawah sang ketua maka dian- diam
timbul rencana busuk tiga orang kakek ini.
Yang, tentu saja, tak diketahui oleh Sin-piauw
Ang lojin, Kebusukan apa itu ? Mari kita lihat.
***207
Saat itu Sin piauw Arg lojin telah selesai
bicara tentang segala peraturan "pang"
(perkumpulan) mereka. Bahwa setiap aggauta
pada dasarnya boleh saja mengajukan diri
sebagai calon ketua asalkan mereka memiliki
kepandaian di atas ketua lama. Maklum Seng
piauw pang adalah sebuah perkumpulan orang
orang persilatan, tak mungkin diketuai oleh
orang yang tidak becus silat.
Dan karena perkumpulan itu juga
cukup demokratis dan lebih mementingkan
kepentingan orang banyak dalam hal ini adalah
anggauta perkumpulan, dari pada kepentingan
pribadi maka setiap orang boleh mengajukan
usul atas perobahan-perobahan yang dinilai
meningkatkan pamor Seng- piauw-pang. Tentu
saja mereka akhirnya harus berhadapan
dengan orang yang terkuat, setelah pemilihan
ketus selesai. Dan ketika acara pokok itu mulai
d bicarakan dan Sin-piauw Ang lojin bertanya
apakah ada anggauta yang tidak puas dengan208
kepemimpinannya selama itu dan ingin
menggantikanya maka muncul dan bicara lah
sutenya yang nomor dua itu, Hong Jin.
"Suheng, masalah puas atau tidak puas
itu adalah masalah yang relatif sekali. Masalah
pribadi. Aku melihat kepemimpinanmu selama
ini cukup baik. Tapi satu yang kusayangkan, kau
tak dapat melibat keadean di luar
perkumpulan kita !" kakek bermuka kuning ini
memberi hormat, langsung berseru lantang
dan berdiri menghadapi panggung luitai,
membuat orang berdebar karena biasanya
kakek ini akan menciptakan ketegangan,
seperti yang sudah sudah. Tapi Sin piauw Anglojin yang rupanya sudah maklum akan watak
sutenya ini tersenyum lebar bertanya tak
mengerti,
"Apa yang kaumaksudkan, sute?"
Hong Jin sang kakek bermuka kuning
menegakkan kepala. "Hal itu adalah sikapmu
yang kurang baik terhadap pemerintah,209
suheng. Bahwa selama ini perkumpulan kita
ada kesan memusuhi pemerintah !"
"Hmm, itu agak berlebib-lebihan, sute.
Aku tak memusuhi pemerintah tapi terus
terang memang kurang suka padanya, Kaisar
memilih menteri-menteri dorna yang tidak
simpatik terhadap rakyat!"
" Tapi kita perlu berhubungan dengan
mereka, suheng. Seng-piauw-pang tak
mungkin mengucilkan diri seperti ini. Kita perlu
dengan mereka-mereka itu!"
"Tidak, aku tak suka itu, sute. Aku telah
menetapkan bahwa Seng piauw-pang tak perlu
menjalin hubungan d?ngan menteri-menteri
jahat itu. Tanpa mereka kita juga dapat hidup!"
"Tapi aku tak setuju sikapmu ini,
suheng. Dan kami bertiga telah bersepakats
untuk meminta dengan hormat kau merobah
kebijaksanaanmu itu atau... kau turun saja dari
kursi ketua !"210
Sin pisuw Ang-loj n terbelalak. Dia
melihat sutenya ini mulai menuju pada inti
persoalan pertemuan itu. Secara halus atau
kasar meminta dia meletakan jabatan. Dan
karena selama ini memang ada perbedaan
pendapat di antara me-mreka tentang
hubungan Seng-piauw-pang dengan orangorangnya kaisar akhirnya kakek tinggi besar ini
tertawa bergelak menepuk tangannya. "Sute!"
Sin-piauw Ang - lojin mengeluarkan suara
mengguntur.
"Karena pertemuan ini memang
pertemuan untuk memilih ketua baru bila
kalian tak puas dengan kepemimpinanku
selama ini biarlah terus terang saja
kaunyatakan ?lasanmu itu sebagai pendorong
majunya dirimu. Aku tak membantah bahwa
s?benernya Seng-piauw pang memang perlu
berhubungen dengan pemerintah. Tapi selama
menteri menteri dorna mengelilingi kaisar dan
banyak menteri korup di sana biarlah Seng211
piauw-pang tetap dalam keadaan nya seperti
ini. Kalau kau ingin merobahnya dan
mengharap menjadi ketua lebih baik kau
penuhi dulu syarat pendukung dari para
anggauta seperti yang tercantum delam
peraturan pang kita !"
"Baik," Hong Jin sang kakek bermoka
kuning mengangguk, langsung memutar
tubuhnya menghadapi angauta Seng-piauw
pang, termasuk dua sutenya yang lain Wan
Tiong Lojin dan Ki Siong Cinjin, berjumlah tidak
kurang deri tiga ratus orang. Dan ketika kakek
ini mengangkat tangannya dan berseru nyaring
maka terdengarlah pertanyaannya yeng
lantang berpengaruh, "Saudara-saudara
sekalian. siapakah di antara kalian yang
memberi dukungan padaku untuk menduduki
kursi ketua? Acuangkan jari kalian, biar Ang losuheng mengetahui jumlahnya!"
Mengejutkan sekali, dari jumlah
tigaratus orang itu ternyata yang212
mengacungkan jarinya ada duaratus limapuluh
lebih. Jadi lebib dari tiga perempat bagian. Hal
y?ng tidak dissngka sang-ketua Sin-piauw Ang
lojin karena dulu lima tahun yang lalu sutenya
hanya mendapat dua puluh lima persen suara.
Maklum para anggauta memang terpecah
merjadi empat kelompok, yang lebih besar
tentu saja kelompok kakek gagah bermuka


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merah ini. Maka melihat jumlah pendukung
sutenya nomor dua itu lebih dari duaratus
limapuluh orang dan itu tentu hasil gabungan
dari sutenya nomor tiga dan empat Wan Tiong
Lojin dan Ki Siong Cinjin mendadak ketua Sengpiauw pang ini terhenyak. Apalsgi melihat dua
sutenya terakhir itu juga mengacungkan jari
untuk Hong Jin jadi mereka tak maju uatuk
mencalonkan diri sebagai ketua baru.
Menyerahkan sepenuhnya jabatan ketua itu
pada sutenya nomor dua itu, jadi dia satu
lawan tiga! Dan Sin - piauw Ang- lojin yang213
tentu saja kaget oleh kejadian luarbiasa ini
mendadak melongo tapi marah ketika sadar.
"Ji-te, kau curang. Kau mencari
gabungan dari Wan Tiong sute dan Ki Siongsute!
"Hmm" Hong Jin sang kakek bermuka
kuning tertawa mengejek. "Didalam peraturan
pang kita tak ada larangsn untuk mencari
gabungan dengan siapapun, suheng. Kenapa
kau mengatakan aku curang? Aku mendapat
dukungan secara wajar. Memang sudah
saatnya kau meletakkan jabatan berdasarksn
has?l suara ini saja"
Sin piauw Ang lojin tertegun. Dia
tertampar, terpuisul oleh kata kata sutenya
pomor dua itu. Tapi teringat Wan Tiong Lojin
dan Ki Siong Ciojin yang rupanya tak
meacalonkan diri,mendadak kakek itu
bertanya,
"Sam sute (adik ke tiga), su-sute ( adik
keempat), kalian tak mengajukao diri seperti214
biasanya? Kalian menyerahkan semuanya itu
pada Hong Jie-sute?"
"Maaf," Wan Tioog Lojin kakek yang
agak kurus menjura tawar. "Aku sependapat
dengan Hong Jia-suheng, twa heng (kakak
tertua). Karena kau tetap keras pada
pendirianmu untuk tak mau berhubungan
dengan pemerintah maka aku meudukung
Hong Jin-suheng untuk membenahi
perkumpulan kita."
"Hm, dan kau?" Sin-piauw Aeng lojin
memandang sutenya terakhir, Ki Siong Cinjin.
Dan ketika Ki Siong Cinjin mengangguk dan
maju ke depan terd?ngarlah pula alasan kakek
yang hidungnya bertahi lalat ini,
"Maaf, aku s?pendapat dengan Wan
Tiong- suheng, tw?-heng. Bahwa sikapmu yang
tidak bersahabat dengan pemerintah memang
seharusnya dirobah!"
Lengkaplah kini. Sin-piauw Ang-lojin
tampak terkejut, mukanya yang merah215
semakin merah. Tapi ketika dia teringat bahwa
dukungan itu masih belum s?mpurna jik?
belnm diselesaikan lewat pibu maka
m?nggeramlah kakek tinggi besar yang gagah
ini. "Baik, Hong Jin-sute rupanya telah
mempengaruhi kalian,sam-te. Aku akan
melul?skan permintaan kalian jika syarat
terakhir dipenuhi pula. Kalian telah
memenangkan dukungan, tapi belum
memenangkan pertandingan pibu!"
Hong Jin tertawa mengejek. "Kali ini
ada perobahan, suheng. Karena kami bertiga
telah bersatu pikiran untuk menghadapimu
maka terpaksa pula kami bertiga akan maju
berbareng dalam pibu!"
"Apa?" Sin-piauw Ang-lojin kaget.
"Kalian mau mengeroyokku? Kalian mau
berbuat curang?
( Bersambung jilid IV )216
Jilid 4
"TIDAK," Hong Jin sang sute masih tenang saja.
"Kami tidak mengeroyok, suheng. Tapi peraturan dalam
pibu itu memaksa kami untuk menghadapimu secara
berbareng. Bukankah disebut siapa yang ingin
menggantikan ketua lama boleh saja menghadapimu
tanpa batas? Peraturan itu tak menyebut pertempuran
seorang lawan seorang, suheng. Ingat selama ini kamilah
yang bodoh tak menghayati arti peraturan itu."
" Gila!" Sin-piauw Ang-lojin membentak. "Itu alasan
kalian yang dicari-cari, sute. Itu bukan kegagahan yang
seharusnya ditunjukkan anggota Seng-piauw-pang!"
Love Command 1 The First Fall Karya Janice Nathania The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum Pendekar Rajawali Sakti 89 Pedang Halilintar

Cari Blog Ini