Ceritasilat Novel Online

Pendekar Rambut Emas 20

Pendekar Rambut Emas Karya Batara Bagian 20


panjang lebar ini, tentang pengalaman dan kesadaran
akan pengalaman. Tentang kebiasaan dan hubungannya
dengan kesadaran akan kebiasaan. Begitu menakjubkan,
padahal demikian sederhana. Dan ketika mereka
melenggong dan kagum bukan main mendadak guru
mereka itu lenyap tertawa lembut, entah di mana.
"Suhu.....!"
"Sian.su..!"
Kim mou eng dan Hok kauwsu berseru kaget.
Mereka hanya melihat segumpal asap berkelebat di
depan mereka, begitu saja dan cepat bukan main. Lewat
dan mereka hanya disentuh desirannya saja. Dan ketika
Salima juga berteriak terkejut tapi sang manusia dewa
telah lenyap di situ maka mereka hanya mendengar
suara tawa di kejauhan sana,
"Anak-anak, ada perjumpaan harus ada
perpisahan. Lain kali kita bertemu lagi....!" dan bayangan
si manusia dewa yang tidak nampak ada di mana tiba
tiba membuat Salima dan teman temannya melenggong.
Hok-kausu sendiri setelah ditarik dari awang-awang yang1729
tinggi. Sekarang dia merasa anjlog di bumi dan sadar lagi,
berkejap kejap seakan mimpi. Tapi begitu dia membuang
napas dengan muka begitu bahagia tiba-tiha lelaki ini
mencium tempat di mana Bu.beog Sian su tadi berdiri.
"Sian - su, puji syukur kepada Thian Yang Maha
Agung. Terima kasih atas segala wejanganmu...."
Hok - kauwsu kini mengusap air matanya,
keharuan besar melanda kakek ini, masih menitik dan
diusap lagi. Dan ketika salima juga sadar dan
tergungcang akhirnya Kim-mou-eng mengajak temannya
pergi.
"Salima, suhu tak ada lagi. Niat kita berhasil,
mari kembali," dan Kim-mou-eng. yang menggandeng
sumoinya dengan mata menangis lalu membawa teman
temannya kembali ke tengah-tengah suku bangsa Tartar, disambut dan dihujani pertanyaan - pertanyaan dari
Siga dan Bora. Kim mou eng tak banyak bicara dan hanya
tersenyum saja. Mereka beristirahat sementara pikiran
masih melayang-layang pada wejangan guru mereka.
Betapa indahnya. Dan ketika seminggu kemudian Hokkausu ikut dijamu dan puas akan perjumpaannya dengan
Bu-beng Sian su maka kakek buntung ini mohon diri.
Kim-mou.eng melihat kebahagiaan besar di
wajah kakek itu. Mata yang bersinar sinar tampak begitu
hidup dan bercahaya. Pendekar ini mengantar sampai di
perbatasan. Dan ketika dia kembali dan duduk di1730
kamarnya sendiri maka Kim-mou-eng termenung dan
masih terngiang ngiang oleh wejangan gurunya itu.
Betapa hebatnya. Gurunya itu betul-betul
mengagumkan.
Mengupas dan menelanjangi kehidupan
manusia. Ketidakadilan manusia sendiri dalam
menerima hidup, mau yang enak sementara menolak
yang tidak enak. Padahal tak mungkin melakukan itu
Kalau manusia jujur, dan sportif, enak dan tidak enak
harus dirasakan bersama. Acapkali yang tidak enak
ditolak maka yang enak juga harus disingkiri. Begini baru
adil. Tapi, ah, siapa yang menolak kehidupan enak?
Barangkali orang orang tidak waras yang melakukan
begitu. Orang begini malah dianggap tidak normal. Yang
normal adalah itu Menerima yang enak menolak yang
tidak enak. Tapi ini pun ternyata keliru, Kehidupan
merupakan dua muka. ini fakta: enak dan tidak enak. Jadi
betul gurunya itu bahwa manusia tak dapat menghindar
dari dua keadaan ini. Jangan menghindar, itu yang
penting. Hadapilah. Atasilah.
Dan ketika pikirannya melayang-layang pula
pada kebiasaan manusia tentang buruk dan baik tibatiba Pendekar Rambut Emas menarik napas panjang.
Kebiasaan, yang buruk, memang susah dibuang. Ini pun
dapat dilihat dalam pengalaman hidup yang dialami diri
sendiri dan orang lain. Lihat penjudi-penj?di itu, lihat1731
pemabuk-pemabuk itu dan lihat lagi yang lain di kiri
kanan. Penipu, pendusta, pemboros atau apa saja yang
dapat di sebut lagi. Berderet dan merupakan anak
tangga yang tak habis-habis dihitung. Luar biasa,
manusia merupakan mahluk paling pandai membuat
kesalahan. Padahal kesalahan, seperti kata gurunya,
seperti kubangan lumpur yang menjerat manusia
sendiri. Semakin dalam kubangan ini semakin susah
mencabut kaki yang terbenam. Walhasil semakin banyak
kesalahan yang dibuat semakin repot pula
membebaskan dirinya. itu fakta . Lalu, apa artinya ? Ini
artinya pengalaman. Pengalaman yang terjadi seharihari. Tapi kenapa manusia masih banyak yang
melakukan Kesalahan juga? K?napa menerus - neruskan
kesalahan? Bukan lain karena kebiasaan, yang buruk
tentu saja, karena yang baik harus dipupuk dan
ditingkatkan. Tapi karena pengalaman itu sendiri adalah
sebuah "obyek" di luar dan yang lebih penting lagi adalah
menyadari akan pengalaman itu sendiri maka Kim mou
eng mengangguk-angguk dan merasa sependapat.
Memang benar, orang menjadi pandai bukan
karena pengalaman melainkan sadar akan
pengalamannya itu. Tapi sadar akan pengalaman sendiri
masih tak cukup. Dalam banyak hal juga harus ditunjang
faktor kebiasaan, yang buruk dibuang diganti yang baik.
Dan dia telah melihat hal ini pada Sien Nio dan1732
suhengnya. Lihat selir itu, bukankah dia tidak memiliki
kesadaran akan enak dan tidak enak? Dia pengejar yang
enak penghindar yang tidak enak. Pada hal hidup tak
mungkin begitu. Pengalaman, yang lalu lalang, telah
memperlihatkan itu. Tapi Sien Nio tak memiliki
kesadaran akan ini. Sedang suhengnya, hm, bukankah ini
"korban kebiasaan? Dulu suhengnya orang baik-baik.
Tapi hegitu mulai menipu dan memfitnah mendadak
suhengnya itu menjadi berobah dan kian berobah. Ini
karena kebiasaan. Yang kecil lama-lama menjadi besar
yang sedikit lama lama m?njadi bukit, Suhengnya tak
dapat melepaskan diri untuk tidak berdusta dan akan
selalu berdusta. Suhunya benar, pengalaman dan
kebiasaan tak kalah penting. Dan ketika Kim-mou-eng
kembali mengangguk-angguk dan menghela napas maka
dia teringat empat baris kalimat itu. Suhunya tidak
menjelaskan semua. tapi dia mengerti. Kalimat pertama
yang dimaksud adalah pengalaman. si "benda". Sedang
kalimat kedua tentu tentang dari macam ragamnya
pengalaman. Bisa bermacam-macam dan berubah-ubah
namun n?manva tetap si pengalaman juga. Itu yang
dimaksud. Sedang yang ketiga dan keempat, hm,
bukankah gampang? Yang dimaksud "menangkap"
adalah kesadaran adanya kesadaran akan pengalaman
itu. Sedang yang terakhir adalah kegunaan bagi diri
sendiri dan orang lain. Sederhana. Memang begitu.1733
Orang yang yang memiliki kesadaran akan sesuatu
pengalaman penting. memang seyogianya membagi
pengetahuan itu pada orang lain. Hidup tidak diri sendiri,
manusia adalah mahluk sosial. Jadi kalau disebut
berguna ganda adalah tentang bagi hasil akan
pengalaman itu, Cocok!
Kim-mou-eng berseri-seri. Dia begitu bahagia
akan wejangan gurunya yang luar biasa ini, kembali
tenggelam akan renungannya tentang kebiasaan dan
pengalaman. Tapi ketika seseorang datang mengganggu
dan sebuah guncangan membuyarkan renungannya
mendadak Kim-mou-eng tersentak dan tertegun. Siga
dan Bora datang melapor akan hinaan kaisar. Itu,
tentang Bi Nio yang diisi" sebelum dimiliki Gurba. Bangsa
Tar-tar merasa terhina dan tersinggung karena
perbuatan kaisar dianggap merendahkan pemimpin
mereka, bangsa mereka. Pada mulanya memang tak
setuju kalau Gurba menikah dengan wanita yang bukan
bangsa sendiri, jadi perbuatan kaisar dianggap menghina
dan merendahkan bangsa Tartar. Sudah memberi
barang bekas terus juga ditambah"isi" yang ada di tubuh
Bi Nio. Mereka tak tahu bahwa laporan Gurta adalah
fitnah. Satu bukti lagi bahwa kebiasaan buruk, di sini
fitnah, memang amat keji dan tidak dapat ditolerir. Kimmou eng sendiri tak tahu kalau itu adalah fitnah,akal akal
suhengnya karena waktu itu Gurba diharuskan1734
menggerakkan bangsa Tar-tar untuk menuruti kemauan
Wan Cu.
Dan ketika Siga dan Bor? menyatakan bahwa
bangsa mereka minta agar kaisar meminta maaf dan
datang ke suku bangsa Tar-tar untuk pernyataan
maafnya itu maka Kim mou eng terbelalak dan
mengerutkan keningnya. Bangsa Tartar menghendaki
kaisar mengakui kekeliruannya, atau kalau tidak mereka
akan menyerbu dan menyerang kaisar. Ini masalah
kehormatan. Itulah sebabnya dulu mereka menyerang
ist?na karena Gurba mengatakan terhina. Baru sekarang
Kim-mou-eag tahu dan t?rtegun. Dan ketika bangsa Tar
tar menghendaki dia mengambil keputusan dan bersiap
untuk perang maka Kim mou eng terhenyak karena
dialah sekarang yang dianggap pemimpin. Berat!.
Pendekar Rambut Emas ini termangu-mangu. Masalah
kehormatan memang masalah yang mahal. Apalagi kalau
sudah merupakan kehormatan bangsa. Perbuatan kaisar
memang dirasa keterlaluan. Kim-mou eng merah
mukanya dan mulai tersinggung!
Betapa pun, dia masih muda dan gelegak darah
mudah mendidih. Urusan perempuan tiba-tiba
mengingatkannya akan Cao Cun dan Wan Hoa, juga
sumoinya. Tiba-tiba pendekar ini menahan napas karena
urusan itu mengingatkan dirinya sendiri akan persoalan
pribadi. Sumoinya masih menanti sementara di pihak1735
lain Cao Cun juga menunggu janjinya. Kim mou-eng tibatiba berdetak dan mukapun menjadi muram. Sungguh
tidak enak persoalan ini. Tidak enak! Dan ketika Kimmou-eng tertegun dan teringat akan wejangan gurunya
tentang hidup tiba-tiba pendekar ini mendesis mengepal
tinju. Yang tidak enak sekarang datang. Persoalan baru.
Dia tak boleh menghindar karena persoalan itu harus
dihadapi, begitulah kata gurunya. Dan ketika bangsa Tartar menunggu keputusannya dan memberinya waktu
satu minggu maka pendekar ini tercenung dan berdebar.
Apa yang akan dia lakukan? Keputusan apa yang dia
ambil?
Sayang sekali, pembaca yang budiman. Karena
ini adalah persoalan baru dan harus pula diselesaikan
dengan cara yang "baru" maka kisah ini harus ditutup.
Syair Bu-beng Sian-su telah di buka. Tentang
pengalaman dan kesadaran akan pengalaman. Materi
pokok tentang ini sudab s?lesai. Persoalan Kim-mou-eng
tentang bangsanya itu ak?n penulis ceritakan dalam
kisah yang lain: PEDANG TIGA DIMENSI. Dalam cerita itu
Anda akan berjumpa dengan sebutir syair baru yang lain,
juga tentang kehidupan. Bu-beng Sian-su akan tampil
kembali dalam wejangannya yang berikut. Anda suka
mendengarnya? Saya akan menyajikannya untuk Anda.
Mudah-mudahan Anda tak bosan untuk mengikuti.
Pembaca yang budiman, karena bagian ini sudah selesai1736
penulis terpaksa memutuskannya untuk menginjak
cerita yang berikut.Syair tentang "pengalaman itu sudah
dikupas. Bab ini selesai, Anda boleh merenungkannya
untuk melihat salah benarnya. Pengalaman, hendak saya
tegaskan, adalah penting. Pengalaman itu bukan tidak
penting. Tidak. Pengalaman adalah tetap penting. Tapi,
seperti yang Anda lihat, KESADARAN akan pengalaman
itu sesungguhnya lebih penting lagi. Juga tentang
kebiasaan, tentu saja yang buruk. Kebiasaan begini
meracuni manusia. Karena itu, menariknya dari dua hai
ini, tentang pengalaman dan kebiasaan mudahmudahan kita, manusia, dapat terbebas dan hidup
mencapai kebahagiaan. Hidup memang sukar,
tantangan dan halangan ada saja di depan mata. Tapi,
seperti kata Bu-beng Siansu, itulah hidup. Yang enak dan
tidak enak harus dirasakan juga. Tak mungkin kita
menghindar. Jangan menghindar, itulah yang penting.
Anda setuju? Ah, setuju atau tidak setuju sebenarnya
kurang diperlukan di sini. Yang diperlukan adalah
melihat kebenaran itu. Bukan kebenaran pribadi atau
seseorang melainkan kebenaran Alam. Ini yang penting.
Pembaca yang budiman, karena saya harus
mengakhiri cerita ini maka maaf jika diputus. Ada
sesuatu yang hendak saya tambahkan sedikit. Anda
masih ingat wejangan Bu beng Sian-su di cersil Pedang
Medali Naga? Di situ disebut-sebut tentang "tumpul"1737
(jilid terakhir hal. 95). Nah, sekarang ketahuan: Dulu Kun
Houw bertanya-tanya tentang ini, kenapa kesadaran bisa
"tumpul". Sekarang kita tahu karena tumpulnya itu
dibuat oleh kebiasaan yang jelek ). Itulah! Anda
mengerti? Mudah mudahan begitu.
Pembaca yang budiman, kini saya benar-benar
hendak mengakhiri cerita ini. Harapan saya tiada lain
ialah mudah-mudahan buku ini berguna bagi Anda.
Mudah mudahan kita tak perlu diselomot" untuk
mendapatkan sebuah kesadaran, seperti Kim-mou.eng
itu. Dan karena kisah ini sudah berakhir maka penulis
mohon diri untuk jumpa di kisah berikutny?. Salam
bahagia untuk Anda!
TAMAT
Solo, 25 Nopember 1985
Terima kasih untuk seluruh team Kolektor Ebook yang
terlibat dalam pembuatan ebook ini dengan berbagai
kendalanya Sumber Buku Bapak Awie Dermawan
Editor Mas Andy ( Billa Takajo werosianre ), Pak Iskandar
Effendi dan Yons
Diunggah pertama kali Tgl 28 Agustus 2018 sampai Tgl


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

12 Februari 2019
Pendekar Pulau Neraka 26 Ratu Lembah Mayat Pendekar Rajawali Sakti 125 Rahasia Candi Tua Sepotong Hati Yang Baru Karya Tere Liye

Cari Blog Ini