Ceritasilat Novel Online

Pendekar Rambut Emas 5

Pendekar Rambut Emas Karya Batara Bagian 5


"Crat-aduh...!"
Orang-orang Ang Bin-ciangkun berteriak. Mereka
ganti mendapat serangan di tempat gelap, ribut dan
mencari selamat sementara lembing dan panah meluncur
membabi -buta, menuju ke arah mereka karena orangorang Ang Bin-ciangkun itu terjebak di tengah. Tentu saja
menjadi sasaran yang mudah dan empuk. Dan ketika
Gurba menyuruh pasukannya melepas panah berapi dan
orang-orang Tar-tar berteriak membalas penuh semangat
tiba- tiba pasukan kerajaan itu terbakar dan banyak yang
bergulingan menjerit-jerit, jatuh dari atas punggung
kudanya atau roboh ke semak belukar. Suasana menjadi
kalut dan balik pasukan lawan di bantai habis-habisan.
Tentu saja Ang Bin -ciangkun marah dan menyuruh
pasukannya mundur. Dan ketika suku bangsa Tar-tar
menyerbu dan kegelapan malam membantu mereka
karena orang-orang itu lebih mengenal tempat sendiri
dibanding lawan
53https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
akhirnya Ang Bin-ciangkun terdesak hebat dan
mengorbankan banyak pasukannya. Panglima bermuka
merah ini mengumpat caci, tak dapat memberi komando
karena anak buahnya kocar- kacir. Sebentar kemudian
separuh lebih binasa. Dan karena lawan terlalu kuat dan
pertempuran di dalam gelap jelas tidak menguntungkan
pihaknya akhirnya panglima ini menyuruh pasukannya
melarikan diri ke dalam tembok besar, dikejar dan
diserang pasukan Gurba yang marah oleh serbuan tibatiba itu. Tapi karena keadaan memang gelap dan musuh
juga melawan mati-matian akhirnya suku bangsa ini
kembali dan tertegun memandang Gurba yang ditancapi
puluhan batang panah, tegak di tengah-tengah
perkemahan yang porak-poranda itu sementara tiga
orang lawannya tak ada lagi, entah kemana. Tapi ketika
raksasa itu mengguncang tubuh dan puluhan anak panah
itu rontok ke bawah terdengarlah geraman pemimpin suku
bangsa Tar-tar ini.
"Siga, mana adikmu?"
Siga menangis. Dia membawa adiknya yang telah
menjadi mayat, korban dari pertempuran sekejap yang
mengguncangkan itu. Malunga ternyata tewas dalam
perang yang kalut di tengah-tengah kekacauan. Dan
ketika Gurba melihat bahwa Tomba dan Lisang juga luka
54https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
parah sementara suku bangsanya tewas lebih dari
empatratus orang akhirnya Gurba mendelik memakimaki panglima she Ang dari dalam tembok besar itu,
menyangka Siauw-bin -kwi dan Hek-bong Siang-lo-mo
datang mengacau atas suruhan panglima itu. Dan
Gurba yang tentu saja marah besar oleh kejadian ini
lalu menyiapkan pasukannya untuk bergerak ke dalam
tembok besar. Membalas!
Malam itu semua suku bangsa Tar-tar berkabung.
Sepuluh pembantu terbaik Gurba tewas, termasuk Lisang
dan Tomba yang tak dapat diselamatkan lagi. Terlampau
berat luka-luka mereka karena pertempuran yang kacau
itu. Dan ketika keesokan harinya Gurba mengurus sisasisa pasukannya dan mendapat kenyataan bahwa pihak
lawan juga banyak yang terbunuh karena mayat pasukan
Ang Bin-ciangkun berceceran dimana-mana akhirnya
raksasa ini mengajak semua rakyatnya meluruk ke
tembok besar. Di sini Gurba membalas, menyuruh wanita
dan anak-anak tinggal di luar tembok, menerjang dan
maju mendobrak tembok besar yang kokoh serta tinggi
itu. Tapi karena raksasa ini memiliki kesaktian tinggi dan
dia dapat memasuki tembok besar seorang diri dan
mengamuk di dalam sana maka pasukan Ang Binciangkun geger.
55https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Pemimpin bangsa Tar-tar itu benar- benar hebat. Dia
mirip singa kelaparan, tak ada satupun yang mampu
melukainya dan tahan akan amukannya yang dahsyat.
Dan ketika pasukan Ang Bin-ciangkun mawut karena
mereka juga masih kelelahan oleh pertempuran semalam
dan Gurba mengamuk seorang diri akhirnya Ang Binciangkun melarikan diri dan Gurba membuka pintu
gerbang. Di sinilah serbuan suku bangsa Tar-tar dimulai.
Mereka bergerak bagai air bah yang membanjir masuk,
terus bergerak ke dalam karena Gurba mengajak
pasukannya untuk membasmi dan membunuh orangorang kerajaan secara besar-besaran. Merasa dilukai
lebih dulu, diserang tanpa diberi alasan. Dan begitu
raksasa ini mengamuk dan kota demi kota direbut
akhirnya kota raja menjadi gempar oleh sepak terjang
raksasa tinggi besar ini. Kaisar terkejut, terbelalak dan
tertegun mendengar kehebatan pemimpin suku bangsa
Tar-tar itu. Melihat panglimanya sendiri terluka karena
Ang Bin- ciangkun tak dapat menghadapi raksasa yang
lihai itu. Dan ketika sebulan kemudian Gurba telah berada
di luar kota raja dan tinggal beberapa kilometer lagi dari
pusat pemerintahan kaisar Yuan Ti akhirnya kaisar dan
seluruh pembantunya panik.
56https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Panggilkan Kim-taijin. Juga Han-taijin suruh
menghadap!"
Dua penasihat kaisar itu datang. Mereka telah
mendengar kekacauan yang terjadi, mengerutkan kening
dan menjatuhkan diri berlutut di hadapan junjungannya.
Dan ketika kaisar bertanya pada mereka apa yang harus
dilakukan untuk menahan serbuan bangsa Tar-tar
akhirnya Kim-taijin memberi saran.
"Sri baginda, apa yang terjadi adalah kesalahan
kita. Kita terlalu merendahkan suku bangsa yang kita
anggap liar itu. Kita tak menyelidiki kekuatan lawan.
Sekarang mereka menyerbu, bahkan lima kota telah
mereka rebut secara gemilang. Bagaimana kalau Jit liong Ciangkun menghadapi raksasa yang lihai itu dan
mengerahkan seluruh kekuatan? Hamba khawatir
kemajuan mereka tak dapat dicegah, sri baginda.
Sebaiknya suruh saja Jit-liong Ciangkun menghadapi
lawan dengan pasukan besar!"
"Hm, tapi Bu-ciangkun khawatir kegagalannya,
taijin. Kabarnya raksasa itu adalah suheng dari Kimmou-eng!"
"Tapi kita belum mencobanya, sri baginda.
Kenapa takut?"
Kaisar bingung, memandang Bu-ciangkun yang
57https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berjuluk Tangan Baja itu. "Bagaimana pendapatmu,
ciangkun? Benarkah kata-kata Kim-taijin ini?"
Bu-ciangkun menunduk, merah mukanya. " Maaf,
hamba bukan takut sebelum kalah, sri baginda. Tapi
kenyataan yang lalu mengecilkan hati hamba. Kimmou-eng saja tak dapat kami hadapi secara bertujuh,
bagaimana suhengnya yang kini mengamuk itu dapat
kami tundukkan? Raksasa itu kabarnya hebat sekali,
hamba sangsi kalau ucapan Kim-taijin dapat
dilaksanakan dengan mudah!"
"Jadi bagaimana? Apakah kita harus
membiarkan saja raksasa liar dan bangsanya yang
biadab itu menyerbu istana? Kalian harus dapat
mengatasi persoalan ini, ciangkun. Kalau tidak
percuma saja kalian kuangkat sebagai panglima!"
"Baik," Bu -ciangkun terpukul. "Hamba akan
mencobanya, sri baginda. Tapi mohon ampun kalau
kami gagal!"
Kaisar menjadi marah. Dia tersinggung oleh sikap
panglimanya yang tampak kecil hati itu. Karena enam
panglima yang lain juga menundukkan kepala dan
bersikap seperti panglima Bu itu, masing-masing cemas
karena mereka telah mendengar kehebatan Gurba dari
mulut Ang Bin-ciangkun. Terkejut dan tak menyangka
58https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bahwa pemimpin bangsa Tar-tar itu ternyata adalah
suheng dari Kim-mou-eng. Tapi karena mereka juga
malu dan menganggap Gurba sebagai pengacau liar
yang telah membunuh tiga utusan kerajaan akhirnya
tujuh panglima ini mengepal tinju membesarkan hati.
Gerakan suku bangsa Tar-tar itu harus dibendung,
bahkan kalau bisa harus dipukul mundur dan
dihancurkan. Dan ketika Kim-taijin sebagai penasihat
kaisar menyarankan pada mereka agar menyerang dari
tujuh sudut pasukan lawan yang kini berada di luar kota
raja itu akhirnya Jit-liong Ciangkun setuju dan mengatur
siasat. Han-taijin sementara diam saja, menyetujui dan
mengiyakan rekannya yang ditanya sang junjungan.
Belum mempunyai akal karena diapun ingin tahu lebih
dulu bagaimana hasil usaha Tujuh Panglima Naga ini.
Dan ketika serbuan itu dilakukan dan bangsa Tar-tar
mendapat serangan besar-besaran dari gabungan Tujuh
Panglima Naga ini maka pertempuran besar yang amat
hebat tak dapat dicegah lagi.
Jit-liong Ciangkun langsung mengeroyok Gurba.
Merencanakan mereka harus membunuh raksasa itu
karena lawan inilah yang paling berbahaya. Pemimpin
sekaligus dewa yang amat diandalkan suku bangsa Tartar. Jadi harus melumpuhkan raksasa itu karena yang
59https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
lain-lain tentu gampang diatur kalau raksasa ini dapat
dirobohkan. Tapi ketika Gurba mengamuk dan untuk
pertama kalinya Jit-liong Ciangkun merasakan kelihaian
raksasa ini mendadak semua keinginan buyar berantakan
karena Jit-liong Ciangkun mengorbankan tiga orang rekan
mereka yang tewas terbunuh! Gurba terlampau hebat,
terlalu sakti bagi mereka dan kebal akan semua pukulan
maupun bacokan senjata tajam. Benar-benar membuat
orang kewalahan. Dan ketika berturut-turut Ang Binciangkun dan Liok- ciangkun roboh disusul Bengciangkun yang bersenjata golok itu tewas di tangan
raksasa tinggi besar ini akhirnya Bu-ciangkun dan tiga
rekannya yang masih hidup terpaksa mundur dan
melarikan diri!
Gurba dan pasukannya mengejar. Tapi ketika Buciangkun dan kawan-kawannya memasuki kota raja dan
semua pintu gerbang ditutup sementara pasukan
kerajaan yang besar jumlahnya bertahan mati-matian
maka empat panglima yang masih selamat ini dapat
menyelamatkan dirinya. Mereka melapor, menggigil dan
pucat menghadap kaisar yang terbelalak oleh berita ini.
Kaget bahwa tiga dari Tujuh Panglima Naga tewas di
tangan pemimpin suku bangsa Tar-tar itu. Dan kaisar
yang tertegun oleh kekalahan ini akhirnya gemetar dan
60https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
cemas memandang semua pembantunya. Merasa
putus asa. Tapi Han-taijin yang kini maju melangkah
menjatuhkan diri berlutut berkata dengan suara
nyaring, jelas dan memberi harapan baru,
"Sri baginda, hamba mempunyai akal untuk
menyelesaikan persoalan ini. Kalau sri baginda mau
akal ini boleh dicoba!"
Sri baginda terbelalak, masih ragu dan bingung.
"Akal apa, taijin? Meminta bantuan orang luar?"
"Tidak, orang kita sendiri dapat melakukannya,
sri baginda. Tapi terus terang saja mengandung
resiko yang berat."
"Apa itu? Siapa yang dapat melakukannya?" Hantaijin lalu bercerita. Dia menerangkan pada sri
baginda bahwa Gurba adalah seorang gagah perkasa
yang keras hati, kaku dan tak mudah diajak kompromi
kalau keadaan sudah seperti itu. Tapi Han-taijin yang
telah menyelidiki keadaan raksasa Tar-tar yang lihai ini
mendapat kenyataan akan satu kelemahan raksasa itu.
Bahwa Gurba tak akan menyerang wanita, amat
menghargai wanita dan selama ini masih bujangan.
Konon katanya secara diam-diam mencintai sumoinya
dan merana karena sumoinya tak mengacuhkannya
karena Salima mungkin mencintai suhengnya nomor
61https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dua, Kim-mou-eng. Dan Han -taijin yang hendak
memasuki kelemahan ini dengan mengajukan seorang
wanita untuk menggoda pemimpin bangsa Tar- tar itu
akhirnya berkata pada sri baginda, "Sebaiknya kirim
seorang selir paduka yang terpandai, sri baginda. Bujuk
dan jebak raksasa itu agar melakukan hubungan badan!"
Kaisar terkejut. "Kenapa begitu? Apakah tak
berbahaya?"
"Tidak, karena ini memang resikonya, sri baginda.
Tapi begitu raksasa itu terjebak dan melakukan hubungan
badan dengan selir paduka maka seluruh bangsa Tar-tar
akan membenci dan mengutuk perbuatannya karena
suku bangsa ini pantang berzina dengan wanita yang
sudah bersuami!"
Kaisar terkejut, tapi girang bukan main. "Ah,
kalau begitu boleh kuterima akalmu, taijin. Kirimkan
saja Bi Nio ke sana. Dia pandai dan merupakan
selirku yang mahir bermain cinta!"
Han-taijin gembira. Dia merasa optimis akan usulnya
ini, sementara yang lain masih ragu-ragu dan kurang
percaya. Tapi kaisar yang sudah memanggil Bi Nio dan
menyuruh selirnya yang cantik itu menghadap dan
mendengarkan apa yang direncanakan akhirnya ditanya
kaisar tentang kesanggupannya. Apakah selir itu
62https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bersedia dan berani memikul tugas yang berat ini, siap
dikirim ke tempat suku bangsa yang dianggap liar itu. Liar
tapi pantang berzina dengan wanita yang sudah bersuami
karena perbuatan itu dianggap pengecut. Tidak jantan.
Jadi bertolak belakang dengan kegagahan dan
keberanian yang diagul-agulkan bangsa itu. Dan Bi Nio


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang tentu saja terkejut dan berdebar mendengar tugas
yang berat ini akhirnya mengangguk, terang tak berani
menolak dan menjatuhkan dirinya berlutut.
"Hamba akan coba melaksanakannya sekuat
mungkin, sri baginda. Tapi kalau gagal mohon
paduka sudi memberi ampun!"
(Bersambung jilid VII)
63Jilid 7
"TIDAK. kau pasti berhasil Bi Nio , suku
bangsa Tar tar tak kan menyerang atau membunuh
wanita. Itu merupakan pantangan bagi mereka.
Bi Nio segera dikirim. Wanita ini kebat- kebit
melakukan tugasnya sudah mendengar akan
kebuasan bangsa itu dalam p?perangan. Entah
benar atau tidak bahwa dia tidak akan diganggu.
Dan karena Bi Nio dikirim dan sengaja dimasukkan
dalam suku bangsa tar tar yang mengepung kota
raja maka tentu saja wanita ini segera dtangkap!
Selir kaisar itu segera digiring dihadapkan pada
Gurba yang saat itu berada di kemahnya. Tentu saja
dia awasi dari ja?h secara diam-diam oleh orang
orang kaisar yang mengantarnya menunggu isyarat
wanita itu apakah dia berhasil atau gagal. Luncuran
panah biru sebagai tanda keberhasilan dan
luncuran panah merah sebagai tanda kegagalan.
Jadi semua sudah dibicarakan sebelumnya. Dan Bi
Nio yang ditangkap dan dihadapkan pada raksasa
tinggi besar itu sebagai tawanan yang dicurigai
akhiraya menghadap dan berhadapan dengan
Gurba. Berhasilkah wanita ini mengemban
tugasnya? Atau gagal? Mari kita lihat bersama.
***Saat itu Bi Nio gemetaran. Dia terang takut
dan cemas dibawa menghadap pemimpin suku
bangsa itu. Sudah mendengar perihal Gurba yang
amat ditakuti dan merupakan " momok" bagi Jit
Liong Ciangkun dan teman temannya. Dia gemetar
karena dia belum biasa melakukan pekerjaan itu.
Merayu dan menghanyutkan musuh dalam
permainan cinta. Hal yang belum pernah
terbayangkan seumur hidupnya! Tapi setelah dia
berhadapan dengan Gurba dan melihat raksasa itu
memang menyeramkan tapi tidak galak kepadanya
karena mungkin dia wanita maka Bi Nio sedikit
tenang dan dapat m?nenteramkan diri ketika Gurba
bertanya kepadanya, kaku tapi tidak bengis.
"Kau siapa""
Bi Nio menjatuhkan diri berlutut, melirik
gentar. "Aku Bi Nio, baginda. Tersesat dan tidak
sengaja memasuki perkemahan pasukan"
"Hm, kau tinggal di mana?"
"Di dusun Lee-chung."
"Dimana itu dusun Lee chung"
"Sebelah barat kota raja, baginda. Aku anak
kepala kampung yang ditinggal Saudara-saudaraku
di tengah jalan."
Gurba memandang tajam. dan melihat
bahwa wanita ini adalah orang biasa artinya tidak
pandai silat dan merupakan wanita lemah.Pandangan matanya mengatakan itu. Tapi melihat
Bi Nio ini memiliki kecantikan yang menonjol,
agaknya tidak "pas" kalau hanya sebagai put?ri
kepala kampung maka kecurigaan timbul di hatinya.
Alisnya yang tebal hitam itu mulai berkerut, tanda
Gurha tak senang Bi Nio datang mengganggunya.
Tapi belum dia bicara atau menyuruh wanita itu
bangkit berdiri mendadak Bi Nio sudah menangis.
"Hanggoda, malam ini biarkan aku di sini.
Aku tak mau diantar pulang!"
Gurba terkejut. "Kenapa?"
Dan Bi Nio tersedu-sedu "Aku takut
kemarahan ayahku, hanggoda. Aku beium ber hasil
menengok bibiku yang sakit di kota raja!"
"Kau mau kesana "
"Ya, tapi gerbang kota raja tertutup,
hanggoda. Aku tak tahu kalau ada peperangan di
sini. Aku takut. Aku tak mau diantar pulang!"
"Hm!" Gurba tertegun. "Kau patut kucurigai,
Bi Nio. Dan kau memang tak kuantar pulang karena
kau adalah tahanan!"
"Ah "' Bi Nio pura-pura terkejut. "Lalu
bagaimana nasibku, hanggoda? Apakah kau akan
membunuhku?"
"Tidak," Gurba menggeleng. "Kami
bukanlah bangsa yang suka mengganggu atau
membunuh wanita. Tapi karena malam malam kau
datang ke sini dan kedatanganmu jelasmencurigakan, maka dirimu kutangkap dan
kukurung , sampai kau tidak membahayakan kami!"
Bi Nio mengusap air matanya, terbelalak,
"aku dapat membahayakan pasukan Hanggoda?
Kau kira aku mata-mata atau penyelundup".
"Hal itu masih harus dibuktikan. Kalau kau
benar-benar tersesat dan tidak mengganggu kami ,
secepatnya kau akan kami usir. Bangsa Tar-Tar
pantang kedatangan wanita Han yang dianggap
musuh!"
"Jadi bagaimana nasibku, hanggoda?"
"Tergantung keberuntunganmu. Kalau kau
tidak bohong tentu kau bebas, Tapi kalau kau
bohong maka kau akan rnenerima hukuman
setimpal sebagai penipu dan pendusta."
Bi Nio kethap kethip. Kedua matanya
memain, tersenyum dan mulai merasa bahwa
raksasa tinggi besar ini sesungguhnya ramah, baik
dan tidak ganas terhadap wanita. Berkali - kali
melihat Gurba melengos kalau dia berani balas
memandang. bertatap muka terang-terangan untuk
mengagumi pemimpin suku bangsa Tar tar itu.
Melihat bahwa Gurba adalah laki laki yang
sesungguhnya canggung menghadapi wanita, dan
Bi Nio tentu saja mulai timbul keberaniannya setelah
bercakap-cakap sejenak m, Akhirnya bangkit berdiri
melempar senyumnya yang manis, mulai berani
bersikap genit!"Hanggoda. kalau begitu dimana kau akan
mengurung diriku? Di kemah inikah?"
" Tidak !" Gurba memerah mukanya, lalu
memanggil seorang pembantunya. "Kau akan
ditawan di kemah sebelah. Bi Nio. Kau tak boleh
tinggal disini karena ini adalah kemahku,"
Dan ketika Bi Nio terbelalak dan seorang
pembantu Gurba masuk ke dalam maka raksasa itu
memberi perintah,
"Bosu, bawa dia ke kemah samping,
Panggil Siga untuk menyelidiki kebenaran omongan
wanita ini!"
Bi Nio terkejut. "Kau akan menyerahkan aku
ke anak buahmu yang kasar-kasar ini, hanggoda?
Ah, tidak. Aku tidak mau!"
Gurba ganti terkejut. "Siapa bilang anak
buahku kasar? Kau akan tinggal sendiri di kemah
sebelah. Tapi kau akan dijaga agar tidak lari!"
"Tidak ....tidak!" Bi Nio tiba - tiba menubruk
pemimpin suku bangsa Tar-tar itu, menangis. "Aku
tidak mau, hanggoda. Aku takut di ganggu anak
buahmu yang tidak kukenal. Sebaiknya aku di sini
saja. Aku boleh kau kurung sini!"
Gurha terbelalak, kaget mendorong Bi Nio
hingga hampir Bi Nio terjengkang, rupanya belum
pernah disentuh wanita! Dan ketika Bi Nio
rnengguguk dan terbelalak dengan air mata
bercucuran memandang raksasa itu akhirnya Gurba
yang tampak menyesal dan sadar tiba - tiba berkatahalus, "Bi Nio, kau tak boleh menolak apa yang aku
katakan. Kau adalah tawanan kami, tak seharusnya
kau membantah "
"Tapi aku takut, hanggoda," Bi Nio tersedu
sedu. "Di sini semua adalah kaum lelaki. Bagaimana
kalau mereka mengggguku di tengah malam?"
"Tak mungkin!" Garba berseru. "Kami
bangsa Tar tar bukanlah bangsa yang suka
mengganggu atau menyusahkan wanita. Kau
buktikan saja omongan ku di sanal"
"Kalau kau bohong?" Gurba terbelalak,
merah mukanya.
"Aku tak pernah bohong pada siapapun,
Tapi kalau kau diganggu atau ada laki - laki
mengancammu, kau boleh datang ke sini!"
"Sungguh?"
"Keparat!" Gurba mulai marah. "Aku tak
pernah main-main, Bi Nio. Ayo keluar dan ikuti anak
buahku itu!.. dan membentak menyuruh Bosu
membawa wanita itu akhirnya Bi Nio diseret dan
menangis mengikuti laki-laki Tar-tar itu, melihat
seorang laki-laki lain yang muda dan tegap
memasuki kemah, bukan lain Siga adanya yang
raksasa tinggi besar itu. Dan ketika Bi Nio disekap
dan didorong memasuki kemah sebelah, akhirnya
selir kaisar ini tertegun dan duduk membelalakkan
matanya."Apa sekarang yang harus dilakukan?" Dia
dikurung di kemah lain. Meskipun berdekatan tapi
tak dapat menggoda pemimpin saku bangsa Tar tar
itu. Diam-diam tersenyum tapi juga mendongkol
ketika teringat kejadian tadi, betapa dia menubruk
tapi didorong balik oleh raksasa tinggi besar itu.
Melihat Gurba terkejut dan seolah "kesetrum"
memeluk tubuhnya yang hangat. Tanda raksasa itu
benar benar jejaka ting--ting yang belum mengenal
wanita. Agaknya benar kabar yang didengar bahwa
raksasa itu termasuk laki-laki "celingus" yang belum
punya pacar, jadi canggung dan, serba gugup
menghadapi wanita. barangkali itu wataknya yang
membuat raksasa tak itu pernah bersikap kasar
pada wanita, menghormati dan menghargai wanita
sebagaimana adanya laki-laki jantan. Tak mau
mengganggu dan rupanya segan. Tapi teringat
bahwa raksasa itu dikabarkan jatuh cinta pada
sumoinya namun sumoinya acuh saja terhadap,
raksasa tinggi besar itu, tiba-tiba senyurn Bi Nio
mengembang dan timbul siasat cerdiknya.
Malam ini dia harus berhasil. Tak boleh
gagal. Dan sebagai wanita yang pandai mengenal
hati lelaki tiba-tiba Bi Nio mengencangkan ikat
pinggangnya hingga dadanya menonjol, sengaja
membuat tubuhnya lebih ramping dan singsat,
membuat buah dadanya membusung menarik. satu
daya pikat yang biasanya membuat laki-laki
gampang mengilar. Dan Bi Nio yang mengintai hati-hati akhirnya mendapat kenyataan bahwa dia dijaga
oleh dua anak buah pemimpin Tar-tar itu di luar
kemah. Bi Nio tak mau membuang waktu, Ia harus
kembali menemui raksasa tinggi besar itu
bercakap-cakap dan menarik perhatian pemimpin
Tat-tar itu dengan senyum dan keindahan
tubuhnya. Tak mau membuang tempo. Dan ketika
ia memasang guling sedemikian rupa dan
menutupinya seolah dia sedang tidur maka Bi Nio
,melempar kerikil ke belakang kemahnya. Dua
penjaga terkejut dan berseru memeriksa. Dan di
saat itulah Bi Nio keluar. Dia telah menyelinap
meninggalkan kemahnya, geli tapi tak berani
tertawa melihat dua penjaga Tar-tar itu terkecoh,
mengumpat dan kembali lagi karena mereka tak
melihat apa-apa. Mungkin tikus atau kucing yang
membuat gaduh. Dan Bi Nio yang -sebentar
kemudian tiba di kemah Gurba tiba - tiba masuk dan
mengejutkan raksasa itu yang baru saja melempar
tubuhnya di atas pembaringan!
"Hei..kau ini!"
Bi Nio tersedu - sedu, menjatuhkan dirinya
berlutut. Dan ketika Gurba terbelalak dan melompat
bangun maka wanita cerdik yang tumbuh
keberaniannya ini sudah berkata dengan suara
tersedu dan tersendat, bersandiwara
mengguncang-guncang tubuhnya, "Hanggada,
jangan suruh aku tinggal sendiri di sana. Aku takut,dua pembantumu bicara kotor dan tertawa-tawa
mengintai kemahku!"
Gurba terkejut. "Kau yakin itu?"
"tentu saja. Aku melihat mata mereka
seperti kucing kelaparan Hanggada, Mereka
melahap dan mengintai diriku dengan rakus. Aku
takut" dan Bi Nio yang sudah menangis tersedusedu lalu menyambung sandiwaranya mendadak
menubruk dan memeluk kaki Gurba. Raksasa ini
tersentak, hampir melepaskan diri menendang Bi
Nio. Tapi teringat kejadian tadi dan Bi Nio juga
memeluknya erat tiba tiba Gurba menggigil
mendorong Pundak wanita ini, hati-hati tapi tegas.
"Bi Nio, jangan membuat onar di tempat ini
Aku tak percaya dua penjagaku berlaku seperti itu"
"Kalau begitu panggil saja mereka.
Hanggoda. Lihat dan buktikan saja sikap mereka
itu!"
"Baik!" Gurba penasaran tak percaya begitu
saja dan memanggil dua penjaga yang menunggui
kemah wanita ini. Dan ketika mereka dipanggil dan
terbelalak dengan kaget karena melihat Bi Nio ada
disitu, mereka tertegun dan tak mengerti bagaimana
Bi NIO dapat lolos dari pengawasan rnereka,
melotot dan gusar memandang selir kaisar ini.
Karena lolosnya wanita itu merupakan tamparan
bagi mereka. Dan ketika mereka melotot dan marah
mamandang Bi Nio maka Bi Nio sudah berseru
mendahalui Gurba,"Nah, Iihat. Mereka memandangku seperti,


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kucing kelaparan, Hanggada. Lihat mata mereka,
yang melotot itu. Mereka seolah tak pernah melihat
wanita. Mereka ganas dan mengerikan bagiku!"
Dua penjaga itu langsung mengumpat.
Mereka memaki dan marah-marah pada Bi Nio. tapi
belum Gurba bicara lagi-lagi Bi Nio berkata. kini
menggigil di belakang raksasa itu, "Hanggoda,
mereka suka memaki - maki seenaknya di
depanmu. Apakah ini bukan bukti akan omonganku
tadi? Usir mereka. hanggoda. Suruh mereka pergi
dan lindungi aku '"
Gurba termakan. Dia melihat dua penjaga
ini memang memaki-maki Bi Nio, makian yang
sebenarnya didorong oleh rasa malu mereka
kenapa wanita itu bisa lolos dari panjagaan mereka,
bukan Karena Bi Nio diganggu melainkan
merekalah yang merasa tersinggung, tertampar dan
marah karena Bi Nio mempermainkan mereka. Tapi
sebelum mereka membalas apa-apa, tiba-tiba
Gurba membentak bengis, memandang seorang
diantaranya yang bukan lain adalah Bosu
"Bosu, kau mangganggu dan mengucapkan
kata kata kotor pada wanita ini? Kau melanggar
peraturan suku bangsa Tar-tar !"
Bosu terkejut, menggelengkan kepalanya, "
Tidak, kami tidak mengganggu atau mengucapkan
kata-kata kotor Hanggoda. Wanita itu bohong dan
memfitnah kami"."Kau berani sumpah"
"Tentu saja. Kami memang tidak melakukan
perbuatan itu, hanggoda. Kami berani sumpah atau
kau bunuh kalau kami bohong."
"Hm...Gurba kini balik memandang Bi Nio,
gelap mukanya "Bagaimana jawabanmu, Bi Nio?
Anak buaku tak melakukan seperti apa yang kau
katakan. Aku percaya mereka, kau agaknya
bohong"
Bi Nio menangis "Kalau begitu kau boleh
membunuhku ,,, hanggoda. Aku juga b?rani
sumpah kalau kau tidak percaya. Mereka
menggangguku, mereka mengintai dan jelalat?n
memandangku di dalam kemah!"
"Bohong. . ." Bosu melompat maju. "Kau
memfitnah kami, wanita busuk. Kami tak pernah
mengintai atau jelalatan memandangmu di dalam
kemah. Kau bohong, kau mencari penyakit" dan
Bosu yang bergerak menampar saking marahnya
tiba tiba membuat Bi Nio menjerit dan roboh
terpelanting ketika untuk pertama kalinya p?muda
Tar tar menyakitinya, disambut bentakan Gurba
yang tak menyangka perbuatannya itu. Dan ketika
Bosu marah-marah dan temannya ikut melompat
maju untuk menghajar Bi Nio mendadak raksasa
tinggi besar ini mengibaskan lengannya.
" Bosu.mundur..!"
Boru terlempar. Dia dan temannya
terdorong oleh kibasan Gurba itu. Mencelatmenubruk kemah. Dan ketika mereka sadar dan
Gurba terbelalak marah maka Bi Nio sudah tersedu
sedu menuding mereka.
"Lihat, dua laki laki itu menyerang seorang
wanita lemah, hanggoda. Kenapa mereka
menyakitiku padahal bangsa Tar-Tar dikenal
sebagai bangsa yang tak mau menyakiti wanita.
Adakah ini bukan bukti bahwa mereka ingin
menutupi perbuatan sendiri. Aku tak terima,
hanggoda. Aku mohon keadil?nmu untuk perbuatan
pembantumu ini. Aku boleh dianggap memfitnah
tapi bukti telat bicara di depan mata. Mereka
menyerangku."
Gurba merah mukanya. Dia jadi tak
simpatik pada Bosu dan telah menampar Bi Nio itu,
betapa pun marah karena hal itu mencoreng
bangsa Tar-tar yang dikenal tak suka mengganggu
wanita, apalagi menyakitinya. Dan Bi Nio yang
tersedu-sedu menuding anak buahnya akhirnya
membuat raksasa ini binggung. Sukar menentukan
siapa salah siapa benar. Maklum Bosu juga
bersalah karena telah menampar wanita ini . Dan
ketika Bosu menggigil dan melotot memandang Bi
Nio, tiba-tiba Siga muncul mendengar suara ributribut itu
"Hanggoda., apa yang terjadi?"
Gurba mengerutkan kening. "Bi Nio
m?nuduh Bosu menggangunya di dalam kemah.Siga. Tapi aku tidak percaya dan memanggil dua
penjaga itu
"Dan apa jawaban mereka?"
"Mereka menolak, tapi Bosu telah
menampar wanita ini hingga kupukul roboh."
"Hanggoda,," Siga ganti mengerutkan
kening. " Wanita ini mencurigakan. Aku telah
menyelidiki dusun Lee-chung tapi tak ada kepala
kampung yang memil?ki anak bernama Bi Nio!"
Bi Nio kaget. "Kau tak menyelidiki dengan
seksama, Siga. Kau bohong atau mungkin ayahku
yang memang tidak berterus terang padamu!"
"Tidak," Siga memandang tajam wanita ini.
"Kau bukan penduduk Lee-chung, Bi Nio.
Aku menyelidiki hal itu dan tak mungkin salah!" dan
memandang Gurba yang tertegun mendengar
keterangan itu Siga berkata tagi, "Hanggoda, besok
kepala kampung kubawa ke sini. Kita lihat siapa
sebenarnya dia. Dan untuk keributan ini, biarlah aku
yang menjaga Wanita itu. Bosu dan temannya biar
beristirahat!"
Bi Nio terkejut. Dia melihat Bosu dan
temannya berseri girang, mengejek padanya
dengan pandangan dingin. Tapi Gurba menggeleng
dan mengejutkan tiba-tiba berkata,
"Tidak biar aku mengawasi wanita ini Siga,
Rupanya ada hal-hal yang harus kuketahui. Bi Nio
rupanya seorang mata-mata. Aku akan mengorek
dia." Dan Gurba yang mengibaskan lengan denganpenuh penasaran lalu menyuruh orang-orangnya
pergi, disambut dengan mata terbelalak oleh Siga
yang rupanya kurang seluju. Tapi Gurba yang
mengeraskan sikap tak mau dibantah akhirnya
membuat pembantunya ini mengangguk pergi dan
keluar diikuti Bosu imdan teman-teamannya itu .
Dan begitu Gurba berdua dengan Bi Nio maka
raksasa ini membalik memandang marah.
"Bi Nio. kau rupanya menyembunyikan
sesuatu yang kau rahasiakan. Apa yang kau ingini
dari sepak terjangmu yang aneh ini?"
Bi Nio tersenyum. membuat Gurba
melengak. "Aku tak menyembunyikan rahasia apaapa, hangg?da. Aku datang kar?na anak buahmu
yang menangkap."
"Tapi g?rak gerikmu mencurigakan. Kau
rupanya sengaja mendekati kemah ini untuk
bertemu dengan aku."
Bi Nio tiba-tiba menghela napas. "
Hanggoda, aku memang tak mau diletakkan
dikemah lain. Aku ingin tinggal di sini. Aku ingin
bersamamu, dan ketika Gurba terkejut dan
terbelalak memandangnya tiba-tiba Bi Nio yang
merasa girang dapat berdua dengan pemimpin suku
bangsa Tar - tar itu tapi m?nyembunyikan
kegembiraannya tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut,
terisak. "Hanggoda, aku sengaja memasuki
kemahmu untuk menyatakan isi hatiku. Tapi karenaaku takut kau marah aku jadi ragu untuk
mengatakannya."
Gurba tertegun. Sekarang di merasa wanita
ini mau "buk? kartu" , melihat Bi Nio terisak di
bawahnya dan tiba tiba tersirap melihat belahan
dada wanita ini yang menunduk di depannya
dengan jelas dan gamblang. Sedetik menghentikan
denyut raksasa tinggi besar itu yang menahan
napas.
Tapi Gurba yang memandang ke arah lain
dan menindas perasaannya lalu menyuruh Bi Nio
bangkit. Perintah yang sebenrny ditujukan agar dia
tidak tertarik ke bagian itu. Tapi Bi Nio yang
menangis dan menguguk tanpa sebab mendadak
malah memeluk kaki dan tersedu-sedu!
"Hanggoda, aku takut menyatakan apa
yang menjadi isi hatikuI. Kau buanglah aku, kau
lemparlah aku agar aku terbebas dari himpitan duka
ini! "
G?rba terkejut "Apa yang mau kau
katakan,Bi Nio?
Bi Nio tak mau menjawab. Di? malah
menangis semakin keras di kaki raksasa itu,
memeluk dan mersyapkan jari hingga Gurba
menggigil. Baru kali itu merasakan sentuhan lembut
dan Iunak dari jari-jari seorang wanita cantik.
Menimbulkan perasaan hangat dan aneh yang
membuat Gurba terbawa perasaan syur, hampir
memejamkan mata dan mabok sejenak! Tapi Gurbayang kembali menindas guncangan hatinya dan
mendorong Bi Nio tiba-tiba melepaskan diri dengan
sentakan kuat.
" Bi Nio, aku tak mau melihat kau menangis.
Sekarang berdiri dan katakan apa yang menjadi
keinginanmu!"
Bi Nio gemetar, mengusap - matanya. "Kau
tak marah hanggoda?"
"Tidak. asal kau bicara jujur!"
Bi Nio mengigit bibir. Dia melihat raksasa ini
merah mukanya , agaknya mulai terpengaruh oleh
sentuhan jari jarinya yang lembut tadi. Sengaja
memeluk untuk membuat lawan "merinding" diam
diam tertawa tapi juga berdebar karena Gurba mulai
sering melirik dadanya, Sengaja melepas sebuah
kancing bajunya agar buah dadanya menyembul,
dapat diintai dengan cara tidak kentara.
Melihat Gurba mulai mendengus dan sukar
mengalihkan perhatiannya. Jadi sasarannya mulai
ber hasil. Tapi Bi Nio yang tentu saja tak berani
sembrono d?n bersikap hati-hati lalu berdiri dan
menundukkan kepalanya, membiarkan Gurba
melihat kancing bajunya yang terlepas dan
menghela napas seolah berduka, takut-takut. Tapi
melihat Gurba menunggu jawabannya dan Bi Nio
tak mau berlama-lama akhirnya Wanita ini berkata
dengan bibir digigit-gigit, manis tapi juga sekaligus
merangsang nafsu, menggerakkan berahi."Hanggoda, aku sesunggnhnya ingin
menyampaikan isi hatiku. Aku... aku ingin
menghamba padamu . Aku ingin mengikuti jejakmu
ke manapun kau pergi".
" Apa...!" Gurba terbelalak. "Kau mau
menghamba padaku?"
"Ya Bi Nio mulai mengerling. "Aku ingin ikut
kemanapun kau pergi, hanggoda. dan betul bahwa
aku memang bukan penduduk Le-Chun."
Gurba tampak kaget. "Bi Nio. kalau begitu
siapa kau ini ?.. Kau...?"
Bi Nio tiba-tib? menggigil, memejamkan
mata. "Aku orang biasa. hanggoda. Aku datang
karena aku tertarik pada kegagahanmu. Aku telah
mendengar namamu. Aku kagum akan
kesaktianmu. Aku... aku.. " Bi Nio yang terisak
bangkit berdiri tiba-tiba memeluk Gurba. "Aku cinta
padamu, hanggoda. Aku ingin mendampingimu
seumur hidup dan siap mati kalau kau menolaknya!"
dan Bi Nio yang menangis dan sudah
menyembunyikan mukanya di dada Gurba tiba-tiba
membuat raksasa itu tertegun dan melebarkan
matanya bulat-bulat, terkejut dan terkesiap dipeluk
wanita cantik ini.
Merasa betapa lembut dan hangatnya
tubuh wanita itu. Terutama gerakan dadanya yang
naik turun di dadanya sendiri. Bola kembar yang
lunak tapi kenyal itu, sengaja ditempelkan ketat oleh
Bi Nio yang membuat darah raksasa mendidih,bangkit dan seketika bergolak. Tak dapat m?nahan
nafsunya lagi. Dan ketika Gurba gemetar dan balas
mendekap tanpa sadar mendadak Bi Nio yang
girang oleh r?aksi ini tahu- -tahu mengangkat
mukanya dan mencium mulut raksasa tinggi besar,
mesra melumatnya lembut.
"Hangoda, aku cinta pada mu..."
Gurba terbang ke awang-awang
sesungguhnya seumur hidup belum pernah dia
dilakuksn seperti itu , didekap dan dicium wanita
secantik Bi Nio ini. Merasa bibir yang merah basah
itu mengulum mulutnya. m?mbuatnya menggigil
dibawa kenikmatan tiada tara . Tapi Gurba yang
sadar teringat sesuatu mendadak melepaskan dan
membentak kaget,
"Mundur..!"
Bi Nio terpelanting roboh. Wanita ini
menjerit kecil, bajunya tersangkut kursi hingga
robek terkuak dadanya hingga Gurba sendiri
terkejut melihat buah dada menyembul jelas itu
lebih jelas dan gamblang. Putih montok! Dan Garba
memejankan mata terhuyung gemetar tiba-tiba
menggemereng. "Bi Nio. jangan kurang ajar kau.
Aku pantang menerima wanita Han sebagai istriku.
Apalagi kalau dia sudah bersuami!"
Bi Nio tersedu. Merah pipinya. "Aku tak
memiliki suami atau Kekasih, hanggoda. Aku masih
sendiri dan tak ingin cintaku ditolak.""Tapi kau wanita Han, aku tak dapat
mengambilmu sebagai isteri "
"Kalau begitu boleh sebagai apa saja,


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanggoda. Aku rela menjadi selir ata? pelayanmu
asal selalu berdekatan denganmu."
"Tidak... tidak bisa. Aku tak dapat menikah
dengan wanita yang bukan suku bangsaku sendiri"
"Kenapa, hanggoda?" Bi Nio menggigil,
pucat mukanya kau adalah keturunan bangsa yang
menjadi musuhku. Kau bangsa Han yang tak
mungkin bersahabat dengan bangsa Tar-tar!"
"Ah. Bi Nio penasaran, masih nekat. Kau
tak adil. hanggoda. Yang menjadi musuh bukanlah
diriku, secara pribadi. Tapi orang lain yakni kaisar
dan pembantu - pembantunya itu. Kenapa kau
memasukkan aku sebagai musuhmu . Di mana
keadilanmu?"
Gurba terbelalak. Dia harus menekan
guncangan hatinya melihat belahan dada Bi Nio
yang terku?k lebar itu, s?olah tak disadari Bi Nio
sendiri akibat penasarannya terhadap raksasa
tinggi besar itu. Yang agaknya tangguh, bermental
baja dan tak gampang dirob?hkan nafsu berahi,
yang membuat Bi Nio was-as tapi kagum juga
mendongkol. Dan ketika Gurba tak menjawab dan
pemimpin suku bangsa Tar-tar itu tertegun
memandangnya maka Bi Nio bangkit berdiri hingga
baju yang sudah terkuak lebar itu melorot turun!"Hanggoda, apa jawabanmu tentang
pertanyaanku tadi? Begitukah sikap seorang laki laki jantan menperlakukan wanita tak bersalah. Aku
memang wanita Han, hanggoda aku bukan
musuhmu yang mempunyai hutang jiwa atau harta!
Aku datang untuk menyatakan cinta. dan kau sendiri
berjanji tak akan marah asal aku bersikap jujur.
Sekarang aku jujur, menyatakan itu, kenapa kau
marah-marah dan bersikap kasar padaku? Inikah
kelak?an seorang gagah? di bibir tapi lain pula
kenyatannnya? Kalau begitu percuma aku
mengagumimu henggoda. Kau kiranya seorang
pengecut!" dan, marah serta cemas akan
kegagalannya sendiri, mendadak Bi Nio tersedu
menundukkan kepalanya pada dinding kemah.
"Dukk...!" wanita itu roboh pingsan. Gurba
terkejut tak menyangka berseru kaget melompat
maju. Dan ketika Bi Nio tak sadarkan diri dan Gurba
terpukul ol?h semua kata-kata wanita ini mendadak
Gurba sudah mengangkat tubuh wanita ini dan
membawanya ke p?mbaringan dan menyadarkan Bi
Nio dari pingsannya itu. Gugup dan berkali-kali
bingung menotok Bi Nio. Dan ketika beberapa saat
kemudian Bi Nio sadar dan wanita itu m?ngeluh di
pembaringan raksasa itu maka Gurba yang rupanya
menyesal dan girang melihat wanita itu siuman
sudah berkata Seolah berbisik,
"Bi Nio, maafkan aku...Bi Nio membuka mata. Dia tadi
bersungguh-sungguh menumbukkan kepalanya itu ,
untung hanya pingsan saja dan tidak retak. Kini
terbelalak dan meliat Gurba memegang lengannya
dengan lembut dan penuh kasih, terdorong oleh
sesalnya itu. Tapi Bi Nio yang menangis teringat
sukarnya "membobol" raksasa ini mendadak
tersedu-sedu, k?cewa dan penasaran sekali.
"Hanggoda, kaulepaskan aku. Atau kau
bunuhlah aku "
Gurba menggeleng "Tidak, aku menyadari
kesalahanku, Bi Nio. Justeru aku hendak meminta
maaf padamu dan jangan kau marah lagi"
"kau..!"
"Ya, aku tak boleh menjilat ludahku sendiri
Bi Nio. Kau telah menyatakan apa yang menjadi isi
hatimu dan aku tak boleh marah!"
Bi Nio tiba-tiba bangkit dari
pembaringannya dan mencengkeram pundak
raksasa itu
"Hanggoda.." wanita ini gemetar. "Apakah
berarti engkau m?nyambut cintaku? Kau mau
menjadikanku sebagai isteri dan.."
"Tidak!" Gurba merah mukanya,
menggeleng tak maksudkan itu Bi Nio. Aku tak
mungkin mengambilmu sebagai isteri karena kau
bukanlsh suku bangsaku"
Bi Nio menggigil "Kalau begitu kau jadikan
saja aku selir, hanggoda. Atau... ""Maaf." Gurba lagi-lagi memotong. aku juga
tak mampu memenuhi permintaan itu, Bi Nio. Aku
benci pada bangsa Han karena bangsa Han telah
membunuh ayah ibuku!
"Ah," Bi Nio kecewa. "Kalau begitu biarkan
saja aku menjadi pelayanmu. hanggoda. Atau kalau
inipun kau tak mau biarlah kauberikan padaku
pernyataan sayang sekali saja. Aku butuh itu. Aku
butuh kenang-kenangan dan setelah itu aku pergi !"
Gurba terkejut. "Maksudmu ?"
Dan Bi Nio tiba-tiba menggigil melepas
pakaiannya. Dan berpikir siapa tahu raksasa ini tahu
apa yang dikehendakinya tiba tiba Bi Nio telah
telanjang bulat didepan raksasa tinggi besar itu.
Satu usaha terakhir untuk merobohkan pemimpin
Suku Tar-tar ini!.
"Hanggoda . aku tak mau banyak bicara
lagi. Aku telah menyatakan isi hatiku. Kalau kau
menolak sudilah kiranya kau memberikan secercap
kasih sayangmu kepadaku, Aku tak mau
mengganggumu lagi setelah ini." dan Bi Nio yang
menunduk dan mengeluh menubruk raksasa ini
tiba-tiba telah menciumm dan melesatkan tubuhnya
di tubuh pemud tinggi besar itu. mendengus bertubitubi karena ini adalah sebuah "final mision "
baginya. Misi terakhir.
Dan Gurba yang terkejut serta
membelalakan matanya tiba-tiba tak dapat bicara
karena mulutnya telah di tutup oleh mulut Bi Nioyang manis itu, dipeluk dan mendapat serangan
gencar yang membuat raksasa ini memejamkan
mata. Bingung dan kaget karena kesadarannya
hilang oleh keadaan Bi Nio yang luar biasa berani
Bugil didepannya. Dan ketika Bi Nio melepas
kancing bajunya dan jari jari wanita cantik itu
merayap ke sekujur tubuhny? bagai rayapan seekor
ular betina mendadak Gurba roboh dibawa
perasaan hanyut yang memabokannya.
Raksasa ini mengeluh, menggigil dan
gemetar ketika bibir dan lidah Bi Nio bergerak-gerak
membuatnya terayun ke awang-awang, karena
kekagetannya yang sekejap itu telah dipergunakan
oleh Bi Nio baik-baik. Tak mau melepaskan
kesempatan itu dan mempergunakan semua
kepandaiannya untuk merobohkan raksasa ini. Dan
karena Bi Nio telah nekat dan semua teknik telah
dipergunakannya untuk menguasai lawan, tiba-tiba
Gurba mengerang ketika Bi Nio menghisap
mulutnya seakan lintah melekat,tahu-tahu
menggulingkan tubuh dan sama-sama roboh ke
pembaringan, terbetot semangatnya oleh isak dan
nafsu wanita itu. Tapi Gurba yang lagi-lagi teringat
sesuatu tiba-tiba mendorong Bi Nio melompat
bangun.
"Tidak. jangan Bi Nio. jangan...!"
Bi Nio terjengkang. Dia sudah berhasil
membangkitkan gairah lawannya, merasa balasan
Gurba yang canggung dan gugup tentu saja herandan kaget kenapa Gurba Tiba-tiba melemparnya
dari pembaringan. Tapi ketika Bi Nio bangkit dengan
tubuh terhuyung tertelalak memandang raksasa ini
maka Gurba gemetar dan menggelengkan
kepalanya kuat-kuat.
"Bi Nio, kua pergilah cepat-cepat Aku tak
mau berjina. Apalagi dengan wanita yang sudah
bersuami".
"Ah ..Bi Nio menyadari keadaan. "Aku tak
mempunyai suami atau kekasih, Hanggoda. Aku
masih sendiri dan siap menjadi milikmu!'
"Tidak, Jangan! Gurba memejamkan mata.
"Aku tak mau menyusahkanmu kelak di kemadian
hari, Bi Nio. Aku..."
Bi Nio tiba-tiba menangis. Wanita ini telah
m?nubruk dan menyambar sebuh pisau yang ada di
situ. membuat Gurba membuka matanya dan kaget.
Tapi Bi Nio yang menyerahkan pisau itu dan
mengguguk di tubuh raksasa ini tiba-tiba berseru. "
Kalau begitu kau bunuhlah aku, hanggoda,,, aku
akan bunuh diri di depanmu...! dan Bi Nio yang
menarik tangan Gurba dan menghujamkan pisau itu
ke dadanya tibi-tiba disambut seruan tertahan dan
sentakan kuat raksasa ini, membuang pisau
sementara Bi Nio sendiri terpelanting. Dan ketika Bi
Nio tersedu-sedu dan Gura tergetar menyaksikan
tubuh telanjang itu bersimpuh di depannya tiba-tiba
Gurba tak tahan dan menyambar wanita ini,
Betapapun, hasrat kelelakiannya terbakar dan takdapat terus terusan diuji sedemikian lama.
Terlampau berat. Dan begitu mendengar Bi Nio
tidak bersuami dan Gurba siap mengambil wanita ini
sebagai isteri atau selir maka Bi Nio telah dibopong
dan mendengar bisikan pemuda tinggi besar itu.
"Bi Nio, kau benar-benar wanita bersuami?"
"Sumpah demi segala setan dan dewa,
Hanggoda. Kalau iya, boleh kau bunuh aku" Bi Nio
nekat, marah dan gemas sekali melihat dia lagi-lagi
akan gagal . Padahal itu adalah usahanya yang
terakhir. Dan begitu dia menjawab dan Gurba
mendengus aneh mendadak raksas tinggi besar ini
telah medekap dan membawanya ke ranjang.
"Baik. kalau begitu kau boleh menjadi
selirku, Bi Nio. Atau kau pergi setelah kuberi apa
yang kauminta!" Gurba juga tak kuat, bangkit darah
mudanya melihat keadaan Bi Nio yang demikian
menggairahkan. Mulus tanpa cacat dan membuat
nafsu lelaki tak t?rkendali lagi. Hilang akal sehatnya.
Dan ketika Bi Nio mengaku sebagai gadis yang
masih sendiri dan Gurba percaya omongan wanita
itu maka Bi Nio mengeluh dan girang bukan main
atan keberhasilannya ini, tiba-tiba memagut dan
merciumi pemuda tinggi besar itu. Tak segan pada
kulitnya yang hitam atau apa. T?rtawa dan sudah
membuat Gurba mabok akan cumbu atau
belaiannya yang hebat.
Dan begitu keduanya melempar diri di
pembaringan dan Gurba mendengus membalaspelukan Wanita ini maka jebollah benteng
pertahanan pemimpin suku bangsa Tar-tar yang
lihai itu. Gurba tak dapat terlalu disalahkan. Dia
masih "hljau" dalam masalah perempuan,
meskipun gagah dan sakti di medan laga. R?boh
dan hanyut dalam cumbuan Bi Nio yang tahu
kelemahan lelaki. tahu dan mahir bermain cinta
karena dia adalah selir kaisar yang paling pintar.
Sebentar Saja meninabobokkan raksasa itu dal?m
pernainan panas yang menggebu-gebu, membuat
Gurba tergila-gila dan berkali- kali m?ngeluh akan
k?nikmatan yang tiada tara, pelayanan hebat yang
l?ar biasa yang diberikan s?lir itu padanya. Dan
ketika beberapa saat kemudian mereka tenggelam
dalam madu berahi dan Gurba lupa segala-galanya
maka menjelang pagi, di saat raksasa itu terg?lek
kelelahan dan Bi Nio girang akan keberhasilannya
maka wanita cantik ini berindap keluar melepas
panah biru!
"Sing!"
Langit berkilat sekejap. Bi Nio menunggu
sebentar, dan ketika beberapa saat kemudian
sebuah panah biru juga menyambutnya di langit
hit?m sebelah barat, tiba-tiba Bi Nio girang bukan
main. karena itulah tanda isy?ratnya telah
dimengerti oleh pengantarnya di tempat
persembunyian sana. Ia membalik dan kembali
memasuki kemah dengan muka berseri-seri. Tapi
begitu dia memutar tubuh dan siap memasukitempat pemimpin bangsa Tar-tar itu mendadak
Gurba t?lah berada di belakangnya dengan mata
mencorong!
"Aih.." Bi Nio langsung mundur dengan
teriakan tertahan kaget bukan main melihat pemuda
tinggi besar itu telah melihat p?rbuatannya. Benar
benar terlalu g?gabah mengentengkan pemimpin
bangsa Tar-tar ini. Dan ketika Bi Nio terbelalak
memandang dan mundur-mundur dengan muka
pucat maka Gurba yang menggeram penuh
kemarahan b?rtanya kepadanya dengan suara
dingin menusuk jantung,
"Bi Nio, apa artinya ini ?"
Bi Nio tertegun. Pertanyaan itu pendek saja,
singkat tapi membuat semangatnya seakan terbang
karena dia melihat mata Gurba yang mencorong
seperti api itu, mirip naga yang :sedang marah.
Berkilat kilat dan menelan tubuhnya bulat-bulat. Dan
Bi Nio yang tak dapat mengelak lagi dan gentar oleh
perbawa raksasa ini tiba-tiba menangis dan.... jatuh
berlutut.
Gurba mengg?ram. Dia tak tahu apa
sebenarnya yang sedang dilakukan wanita ini
kekasihnya yang baru saja melayaninya bercumbu.
Marah dan gusar karena sekarang dia menangkap
bahwa ada apa-apa yang tidak b?res pada Bi Nio,
Entah apa. Pokoknya p?nting. Dan Gurba yang
tidak mendapat jawaban darii wanita itu kecuali
tangisnya medadak mencengkeram danmenyambar pundak wanita ini. Lalu begitu Bi Nio
mengeluh dan menjerit kesaitan tiba-tiba raksasa
berkelebat dan terbang ke arah barat di mana panah


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biru timbul saat panah wanita ini dilepas di pagi-pagi
buta.
Dan Gurba tert?gun. Dia meiihat bayangan
b?rgerak di sana sini, tdak banyak, paling paling
sebelas orang. Dan ketika dia tiba di situ dan Bi Nio
menjerit memberi tanda mendadak bayangan yang
bergerak gerak di tempat itu muncul dan kaget
melihat ada pemimpin bangsa Tar-tar ini. Sama
seperti Gurba sendiri yang dama kagetnya melihat
siapa mereka itu, mengenal seorang diantaranya
yang bukan lain adalah Toan-ciangkun (Panglims
Toan), satu dari Tujuh Pangl?ma Naga yang
memimpin rombongan itu.
Dan begitu dua pihak beradu muka dan
Gurba menggereng marah maka Bi Nio sudah
dilempar di atsas tanah hingga wanita itu mengaduh
dan terbanting tak dapat bangkit berdiri.
"Bi Nio, kau kiranya orang kaisar!"
Bi Nio tersedu-sedu. Dia suduh tak dapat
mengelak lagi, melihat Toan ciangkun lompat
dengsn pedang di tangan menolongnya dan
menyuruh anak buahnya memapah wanita itu. Dan
karena dua pihak sudah sama-sama kepergok dun
tak mungkin menghindar lagi maka Toan-ciangkun
yang berdiri gagah berseru dengan suara nyaring
maklum bahwa Bi Nio tertangkap basah,"Gurba kami memang menyuruh Bi Nio
menyusup di perkemahanmu. Kau tak perlu
memakinya, kami yang bertanggung jawab. Dan
karena kau telah menggauli wanita ini sebagai
isterimu maka silahkan ambil dia baik-baik dan kami
akan m?lapor pada kaisar bahwa seorang selirnya
telah kau minati ".
"Apa?" Gurba terkejut. " Bi Nio selir kaisar"
"Ya..!" Toan - ciangkun gagah menjawab,
berseri mukanya. "Bi Nio adalah selir kaisar yang
amat disayang, Gurba. Kalau kau telah
mencintainya tentu sri baginda tak akan keberatan
memberikannya padamu asal kau menarik mundur
pasukanmu".
"Keparat!" Gurba membntak, marah bukan
main. "Kalau begitu kalian sengaja menjebak aku
Toan-ciangkun. Kalian manusia terkutuk dan
biadab. Jahanam...!" dan Gurba yang
menggerakkan lengan menghantam ke depan tibatiba menyerang panglima she Toan yang ada di
depan dan dikelit panglima ini yang terkejut oleh
angin pukulan menderu dahsyat. Tapi begitu dia
melompat menghindar mendadak pukulan itu tiba
lebih dulu dan langsung menyerempet pundaknya.
"Dess...!"
Toan-ciangkun terpental. Panglima ini
bergulingan menjauh, b?rteriak pada sepuluh anak
buahnya agar maju meny?rang, membantu dia dari
amukan Gurba. Tapi Gurba yang membentakmendahului tiba-tiba berkelebat menyambar,
mengibas dan menampar sepuluh orang yang
mengeroyoknya itu. Dan begitu pukulan terlepas
dan sepuluh orang ini menjerit tiba-tiba mereka
rob?h berpelantingan dengan tulang patah-patah!
"Toan-?iangkun, kau akan kubunuh!"
Panglima itu terperanjat. Dia memang
mengetahui kesaktian pemimpin suku bangsa Tartar ini, sebelumnya sudah merasa gentar kar?na di
memang bukan tandingannya. Tapi mel?hat sepul?h
anak buahnya roboh begitu cepat dan mereka tak
dapat bangkit lagi karena tulang mereka patahpatah mendadak panglima ini menjadi nekat dan
menangkis dengan pedangnya.
" Sing-plak! "
Pedang panglima itu mental. Toanciangkun lagi-lagi terkejut, ingat akan kekebalan
luar biasa yang dimiliki raks?sa ini. terbelalak dan
terlanjur tak dapat menarik k?mbali serangannya
karena tubuhnya sudah maju ke depan. Dan ketika
dia meloncat dan kaget akan balasan lawan tahutahu Gurba telah menghantam ubun-ubunnya
dengan telapak terbuka penuh tenaga sinkang. Tak
ayal, panglima ini mengeluh, melempar kepala ke
kiri sebagai usaha menyelamatkan diri, Tapi
pukulan dahsyat yang terlanjur turun itu ternyata tak
sepenunya dapat dihindari, ganti mengenai
pundaknya hingga panglima ini menjerit. Dan begitu
kedua kaki tertekuk tak mampu menahan tahu-tahupundak panglima ini patah dan Toan-ciangkun
roboh terguling.
" Krekkk..!"
Panglima she Toan itu mengaduh, Dia
kesakitan sangat oleh patahnya tulang pundak ini,
bergulingan tapi akhirnya terhenti kareka tulang di
dalam menusuk dagingnya, mencuat keluar hingga
dia merasa nyeri. Dan ketika panglima itu mengeluh
dan menggigit bibir menahan sakit maka di saat
itulah Gurba mengejar dengan puk?lan ke tiga.
"Hanggoda, jangan..!"
Gurba tertegun. Pekik Bi Nio yang nyaring
gemetar ini mengingatkan dia akan kejadian
semalam, cumbu rayu dan cinta panas yang mereka
nikmati bersama. indah tapi kini buyar berantakan
karena Bi Nio ternyata diketahui berkhianat,
menipunya. Dan Gurba yang mengg?ram tak
perduli tiba-tiba meneruskan serangannya ke dada
panglima she Toan itu.
"Dess!"
Toan ciangkun terang tak dapat mengelak.
Panglima ini mengaduh memuntahkan darah segar
dan mengeluh tertahan. Tapi begitu dia tergulinh
dan r?boh terkapar ternyata panglima ini tewas
seketika itu juga tak mampu menerima pukulan
berat ini. Dan saat itu puluhan obor tiba-tiba
menerangi tempat itu, bergerak mengepung dirinya
dari segenap penjururu. Dan ketika Bi Nio menjeerit
melihat tewasnya Toan-ciangkun maka Siga danpuluhan pasukan Tar-tar berdiri terbelalak melihat
apa yang terjadi
"Hanggoda, apa yang kau lakukan?
G?rba menggereng. Sekarang dia
memandang Bi Nio, melahap wanita itu hingga Bi
Nio mundur mundur, ngeri sekali, menangis dan
menutupi mukanya dengan tubuh menggigil. Tapi
sebelum Gurba m?njawab tiba-tiba seorang dari
anak buah Toan-ciangkun yang roboh dengan
tulang patah berteriak,
"Paduka selir, larilah. Bangsa Tar tar akan
mengganggu atau membunuh wanita."
Siga dan teman-temannya terkejut.
"Paduka selir?"
"Ya " Gurba menggereng. "Bi Nio ternyata
selir kaisar, Siga. Dan dia dikirim untuk
menghancurkan aku. Keparat dia!" dan ketika Siga
dan teman-t?mannya tertegun maka orang yang
berteriak itu lagi lagi berser?, kini mengejek pada
Gurba,
" Tar-tar Khan (pemimpin Tar-tar), kau tak
dapat menghapus lagi perbuatan yang telah kau
lakukan itu. Kau telah menggauli selir kaisar
sebagai isterimu. Tak tahu m?lu kau. Mata
keranjang kau!"
Dan ketika oraag itu berteriak teriak dan
tertawa mengejek Garba, mendadak Siga yang
pucat mend?ngar semuanya ini melompat maju
menggerakkan tombaknya, menusuk dada laki-lakiitu hingga laki-laki ini menjerit, tembus dadanya dan
tewas dihunjam senjata panjang itu. Dan ketika
mencabut dan g?metar memandang Gurba maka
pemuda ini menghadapi pemimpinnya dengan
pertanyaan menggigil,
"Hanggoda, itu semua adalah fitnah,
bukan?"
Gurba tak menjawab. Dia sedang terpukul
dan marah memandang Bi Nio, melihat bekas
kekasinya itu mengguguk di atas tanah. Tapi ketika
Siga mengulang pertanyaannya dan raksasa ini
menggeram maju tiba-tiba dia menyambar selir
kaisar itu.
"Tidak, apa yang terjadi memang betul
Seperti yang dikatakan itu, Siga. Aku menyesal tapi
wanita ini sengaja menggodaku!"
"Ah, jadi kau..."
"Ya., aku terjebak. Kalian tak pantas lagi
mempunyai pemimpin seperti aku!" dan Gurba yang
marah mencengkeram Bi Nio tiba-tiba b?rkelebat
menuju ke kota raja.
"Siga, tarik mundur semua pasukan keluar
tembok besar. Tunggu aku di sana !" dan ketika Bi
Nio mengeluh dan diseret raksasa ini maka Siga
dan teman-t?mannya tertegun m?lihat pemimpin
mereka itu "terbang" di pagi yang masih buta ke
istana kaisar, rupanya mau meluruk dan mengamuk
di sana. Dan Siga yang tentu saja t?rkejut bukan
main tiba-tiba mengejar berseru nyaring."Hanggoda, tunggu dulu...!"
Namun Gurba mengibaskan lengan ke
belakang. Siga berteriak ketika tubuhnya terlempar
roboh, disambut angin pukulan pemimpinnya itu
yang tak menghendaki dia mengejar. Dan ketika
Siga bangkit berdiri dan tertegun dengan
pandangan menjublak maka Gurba menggeram
dari jauh, memperingatkannya,
"Kau tak perlu menyusul, Siga.
K?peringatkan padamu untuk menarik pasukan
keluar dari tembok besar"
Siga tak berani bercuap lagi. Dia sedang
terkejut oleh semua kejadian itu., tak menyangka
bahwa Bi Nio adalah selir kaisar. Telah menjebak
pemimpinnya hingga pemimpinnya itu m?nggauli
wanita yang sudah bersuami. Pantangan paling
besar dan amat memalukan bagi bangsa Tar-Tar.
Tapi Siga yang penasaran dan kagum akan
pengakuan jujur dari pemimpinnya yang tidak
menutupi aib sendiri tiba-tiba menjadi marah dan
gusar pada s?mbilan anak buah Toan ciangkun
yang masih hidup. kawan-kawan dari laki-laki yang
tadi sudah dibunuhnya. Maka membentak dan
menyuruh anak buahnya maju segera pembantu
Gurba yang marah Ini berseru,
"Bunuh mereka, habiskan anjing kaisar
yang membuat celaka in!" dan begitu pasukan Tartar maju dan sembilan ?rang ini terkejut
membelalakan mata tahu-tahu pedang dan gol?ktelah memb?cok mereka tanpa ampun lagi,
menusuk dan dua di antaranya bahkan dipenggal
putus. Tentu saja banjir darah segera terjadi. Dan
ketika Sembilan orang itu roboh dan mayat mereka
bergelimpang di atas tanah maka Siga menyuruh
anak buahnya mundur, k?mbali ke perkemahan
dengan membawa berita megejutkan itu. Tentu saja
menggemparkan semua orang karena bangsa Tar
tar memang tidak menyangka kejadian itu.
Semuanya terbelalak dan tertegun bagai disambar
geledek. Tapi Siga yang tidak mau banyak cakap
dan mengerti semuanya ?ni adalah tipu muslihat
musuh tiba iba menyuruh mereka bangkit uatuk
menyerbu kota raja! ,
"ini adalah jebakan lawan yang licik dan
hina. Kini hanggoda menyerbu Istana baiknya kita
bantu dia. Mari kita dobrak kota raja, kita serbu
istanal"
Suku bangsa itu ribut. Mereka tiba-tiba
pecah menjadi dua, satu setuju dan lain menolak.
Tapi ketika jumlah yang menolak lebih besar dari
pada yang setuju dan Siga tertegun melihat
perpecahan karena bangsa Tar-tar memang
membenci sekali pelanggaran yang dilakukan
Gurba meskipun tidak sengaja tiba-tiba pemuda ini
menjadi marah pada suku bangsanya s?ndiri,
melihat yang menolak dipimpin oeh Temunga yang
menjadi sahabatnya senuiri, seorang pemuda Tar
tar berkulit putih. Dan begitu keadaan menjadi r?butdan Temunga memimpin kelompoknya dengen urat
tegang maka Siga melompat maju dengan muka
marah.
"Munga, ini adalah kejadian yang tidak
disengaja oleh khan (pemimpin) kita. Hanggoda
terbujuk, lengah dan terjebak oleh selir kaisar itu.
Kenapa kita harus membencinya sedemikian rupa?
Memang bangsa kita adalah bangsa yang pantang
berzina dengan wanita yang sudah bersuani, tapi
Hanggoda tentunya tak tahu babwa Bi Nio adalah
isteri orang lain"
Temunga menjengek. "Itu kesalahanya
sendiri, Siga. Kami tak mau menerima alasan
apapun untuk urusan ini. Yang jelas khan kita telah
bersalah, dan untuk itu tak ada alasan apapun yang
dapat menghapus kesalahannya itu."
"Benar, tapi ingat bahwa ini adalah tipu
muslihat musuh, Munga. Hanggod? terjebak karna
lawan mengh?ndaki begitu. Dia.."
"Tak perduli!" Munga m?motong."Aku tak
mau mendengar alasan apapun, Siga. Sebab
men?rima alasan berarti membebaskan si terhukum
dari kesalahan!"
Siga marah sekali, Nada tinggi yang
diucapkan Munga untuk persoalan ini membuat dia
naik pitam, maklum bahwa persoalan tak dapat lagi
dikompromi karena bangsa Tar-tar memang bangsa
yang keras. Maka begitu ia menghentikan katakatanya dengan seruan keras tiba- tiba Siga yangmembentak ke depan menampar muka lawannya


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. "Munga ..kau keras kepala. pak-plak!"
Temunga terjengkang. Dia kaget oleh
pukulan itu. berteriak melompat bangun menyambar
tombaknya. Dan ketika semua orang jadi ribut dan
terbelalak oleh pertikaian dua pimpinan muda ini
mendadak Munga balas menyerang dan menusuk
lawannya.
"Siga, kau manusia keparat. Kubunuh kau
!" siga mengelak. Dia juga marah oleh kekerasan
kepala bekas sahabat ini. mau menolong Gurba tapi
ditolak mentah-mentah oleh lawan yang berhasil
m?mpengaruhi masa ini karena perbuatan itu
memang paling dikutuk bangsa Tar-tar. Melebihi
kutukan terhadap pembunuha kejam yang
bagaimanapun juga. Maka begitu Munga
menyerang dan tombak mematuk serta menusuk
tubuhnya tertubi-tubi tiba - tiba Siga membentak lalu
menyambar tombaknya pula, menangkis dan balas
menyerang disaksikan ribuan pusukan Tar-tar yang
membiarkan pertarungan itu. Karena pertarungan
itu cukup adil, satu lawan satu. Tapi ketika Siga
membalas dan tombak di tangan lawan terpental
maka nampaklah di sini balwa Munga masih kalah
oleh pembantu Gurba yang paling dekat ini. Siga
memang lebih unggul, tenaganya lebih kuat
permainan tonbaknya lebih gagah. Dan Ketika
pertempuran berjalan setengah jam dan mungamenggigit bibir karena harus mundur mundur dan
telapak tangannya pecah berdarah maka pada akhir
pertarungan tombak di tangan pemuda ini terlepas
dari tangannya akibat pukulan Siga yang keras
bukan main.
"Trang..!"
Munga roboh terjengkang. Siga mengejar,
ujung tombak tahu-tahu telah melekat di leher
lawannya ini. Dan ketika Monga terbelalak dan Siga
menginjak dada lawannya maka bertanyalah
pemuda ini, "Bagaimana kau menyerah, Munga.
Atau kau minta kubunuh ?"
Pemuda Tar-tar itu mendelik. " Aku
mempertahankan pendirianku bahwa yang bersalah
harus men?rima kesalahannya. Siga. Betapapun
kau telah memenngkan pertandingan ini tapi
hanggoda tetap harus dihukum. Bangsa Tartar
mengutuk perbuatan jina yang paling dibenci itu.
Betapapun kau mengandalkan kekuatanmu atau
kemenanganmu".
"Jadi kau tak mau kompromi ?"
" Tanyalah pada bangsa kita, Maukah
mereka kompr?mi untuk perbuatan yang paling
terkutuk ini?"
"Keparat, kau tak mau melihat keadaan
dengan kedudukan sebenarnya , Munga. Kau picik
pandangan dan bodoh!"
Siga gusar, mendengar bisik-bisik di sanasini yang membenarkan pendapat lawannya itu Danketika bisik-bisik itu jadi gencar dan Munga berteriak
bagaimanakah pendapat suku bangsanya untuk
persoalan ini. Mendadak secara serentak kelompok
yang membela pemuda Tar-tar itu berseru
mengacungkan senjata,
"Kami setuju dengan pendapatmu, Munga..
Perbuatan yang paling terkutuk yang tak perlu
dikompromi lagi. Kami siap m?mbela pendirian ini
dengan nyawa dan darah!"
Siga semakin marah. Dia mendengar
kelomp?k lawan berteriak-teriak, kian lama kian
gaduh karena bangsa Tar-tar memang siap
mengorbankan darah dan nyawa untuk pendirian
yang satu itu. Merupakan prinsip hidup yang paling
peka.
Dan ketika Munga tertawa mengejek dan
Siga merasa terpukul tiba- tiba pemuda yang gelap
pikiran ini menggerakkan tombaknya, menusuk
leher Munga yang dianggap biang keladi keributan.
"Munga, kau jahanam keparat.... crep"
Munga tak dapat mengelak. Dia langsung
menggeliat oleh tusukan tombak itu, mengeluh dan
terkulai tak dapat bersuara lagi karena tombak telah
menan?ap di lehernya, mengejutkan Semua bangsa
Tar-tar Yang seketika menghentikan kegaduhan.
Kaget bukan main oleh perbuatan Siga y?ng
membunuh teman sendiri. Dan ketika Siga
mencabut tombaknya dan beringas memandang kekelompok Munga tiba-tiba keadaan menjadi gempar
dan tidak terkontrol.
"Siga, kan jahanam terkutuk.."
lima orang tiba-tiba melompat maju . marah
dan menyerang pemuda ini karena perbuatan Siga
dianggap terlalu. Dibenarkan oleh yang lain karena
pembun?han itu jelas tak mereka setujui. Tapi Siga
yang marah dan terlanjur mata gelap sudah
membentak dan menangkis lima orang anak buah
Munga membuat mereka terpelanting dan terteriak
pada kawan-kawannya agar maju membantu.
Karena kelompok Munga marah pada pemuda dan
mereka sakit hati melihat pemimpinnya tewas,
mendadak ratusan orang meluruk dan berteriak
menyerang pemuda ini!
"Siga, kau berhutang jiwa harus membayar
jiwa. Kami tak terima perbuatanmu ini!'
Siga terkejut. Dia terang t?rbelalak melihat
majunya penduk?ng Munga itu, sebentar kemudian
m?nangkis dan sibuk menghadapi hujan senjata.
Tapi karena lawan terlalu banyak dan
kelompok Munga benar-benar bermaksud
membunuhnya maka Siga terpelanting ketika
?ebuah tombak mengenai leher kirinya.
"Bret!"
Pendukung Siga ganti terkejut. Mereka
melihat pemimpin mereka itu bergulingan menjauh,
darah mengalr dari luka tusukan. Dan ketika Siga
dikejar dan ratusan orang berteriak-teriakmendadak pendukung Siga yang jumlahnya
sepertiga bagian dari pasukan yang ada berteriak
maju dan ganti membela pemuda itu menghambur
dan menangkis hujan senjata yang ditujukan pada
pemimpinnya, sebentar kemudian keadaan menjadi
ribut dan pecah perang saudara. Dan ketika
keadaan ini semakin kacau dan pertempuran tak
dapat dicegah lagi karena masing-masing pihak
mempunyai kepentingan dengan kebenarannya
sendiri maka di pagi buta itu pasukan Tar tar baku
hantam dan saling bunuh!
Siga tertegun. Dia tak m?nyangka kejadian
bakal seperti itu, sadar setelah terlambat. Menyesal
kenapa dia membunuh Munga karena pikirannya
sedang gelap. Tapi karena kelompoknya diserang
dan jumlah law?n dua kali lipat dibanding jumlahnya
sendiri akhirnya Siga berteriak teriak nengamuk dan
meminta pertemuran dihentikan, mengamuk dan
merobohkan bekas anak buahnya sendiri dalam
perang sampyuh itu. Kaget dan marah serta sedih
bercampur aduk. Tapi karena bangsa Tar tar adalah
bangsa yang keras dan mereka sudah terbiasa di
tempa k?pahitan hidup bertubi-tubi maka seruan
pemuda ini sia-sia. Pertempuan itu berjalan terus,
masing-masing mulai membalas karena teman atau
saudaranya mulai terbunuh. Kasar dan jalang bagai
Binatang buas yang tidak m?lihat apa-apa lagi
kecuali darah.Dan ketika pagi menjelang tiba dan sinar
matahari mulai menerangi bumi maka Siga
menangis melihat kelompoknya cerai - berai
sementara lawan yang menang mengejar-ngejar
yang kalah, Membantai dan dipenuhi nafsu dendam
yang tidak akan t?rpuaskan bila darah belun
memuncrat. Dan ketika kelompoknya t?rdesak dan
dua belah pihak sama-sama jatuh banyak korban
akhirnya pemuda ini roboh pingsan ditelan
kesedihan yang amat sangat!
Begitulah, bangsa Tar-tar pecah
berantakan. Mereka s?kejap saja menjadi serpihan
kelompok-kelompok yang tidak berguna lagi. Lelah
dan l?tih tak mungkin berperang melawan kekuatan
yang lebih besar. Pasukan kerajaan umpamanya.
Dan ketika pertempuran berhenti dan darah
dimana mana di saat matahari mulai terbit maka
Gurba. pemimpin andalan yang m?rupakan tulang
punggung bangsa ini belum pulang juga. K?mana
raksasa itu? Bagaimana perasaannya jika tahu
keadaan sukunya yang porak-poranda? Tentu
hatinya hancur dan sedih! Dan untuk itu mari kita
ikuti apa yang terjadi pada suheng dari Kim-mou
eng ini.
*** Pagi buta, setelah dia membunuh T?anciangkun dan marah pada Bi Nio raksasa tinggi inilangsung ke kota raja. Dia bermaksud mengamuk
dan. membunuh kaisar dan siapa Saja yang dia
temui. Tak dapat di padamkan lagi kemarahannya
karena kemarahannya sudah sampai di ubun-ubun.
Tapi karena kota raja di jaga ketat dan tak ada
sebuah tempat pun yang lolos tanpa penjagaan,
maka raksasa ini menghadapi rintangan berat yang
tidak kecil.
Mula-mula tembok yang tinggi dan tebal
harus dia lalui , melayang dan tiba di puncak dengan
selamat. Tak kurang dari sepuluh meter. Tapi begitu
dia tiba di sana dan belum melompat turun
mendadak pengawal telah melihat bayangan dan
berteriak-teriak.
"H?i , itu pemimpim bangsa Tar-tar di sana.
Awas.!"
Gurba menggeram. Genta di menara
tembok tiba-tiba dipukul, gencar suaranya
nembangunkan semua perwira. Dan ketika dia
menggereng dan puluhan pengawal maju
menyerang tahu-tahu tombak dan golok
berhamburan menbacok tubuhnya dari sepala
p?njuru.
"Plak-plak-plak!"
Gurba menangkis, Dia harus melindungi Bi
Nio yang ada di pondongannya, terbelalak dan ngeri
melihat hujan senjata it?. Tapi karena raksasa ini
memang hebat dan tangannya kebal menangkis
dan menerima senjata tajam maka tombak dangolok patah-patah bertemu tangannya. Dan ketika
lawan terkejut dan bengong memandangnya Gurba
sudah menggerakkan lengan melakukan pukulan
sinkang.
"Minggir." Tujuh orang seketika terlempar.
Mereka menjerit dari tembok yang tinggi itu, ngeri
terbanting ke bawah. Dan ketika tujuh pengawal itu
mengaduh dan terdengar suara berdebuk di bawah
sana, maka tujuh korban pertama ini tak dapat
bangun lagi karena tubuh mereka telah hancur
diterima tanah y?ng keras. Yang lain geger.
Kedatangan raksasa Tar-tar yang mengejutkan di
pagi buta ini memang membuat semua orang ribut.
Tapi para pengawal yang maju k?mbali dengan
teriakan perang lalu menyerbu dan mengeroyok
pemuda tinggi besar itu, beramai-ramai
membesarkan hati dipimpin seorang Tang
Ciangkun p?rwira tinggi kurus yang bukan Iain
Tang-ciangbu adanya, kapten Tang, anak buah Buciangkun yang masih tidur di gedungnya belum tahu
kedatangan raksasa ini. Tapi karena Gurba
memang lihay sekali dan kaki tangannya cukup
ampuh untuk menghadapi lawan-lawannya itu maka
para pengawal dan Tang cianbu sendiri terkejut dan
membelalakkan mata ketika senjata maupun
pukulan yang mengenai tubuh raksasa itu selalu
mental dan patah. tak dapat menghadapi kekebalan
raksasa itu yang hebat bukan main. Dan ketika
Gurba membalas dan membentak menggunakanTiat lui kangnya maka para pengawal roboh dan
berpelantingan di atas tanah dari tembok yang tinggi
itu. "Mundur, s?rang saja dari jauh....Tan
ciangbu memberi aba-aba, pucat melihat anak
buahnya rontok disap? pukulan raksasa ini , Dan
ketika para pengawal m?ndur dan gentar
menghadapi raksasa itu dalam jarak dekat maka
panah mulai berhamburan menyerang pemimpin
bangsa Tar tar ini.
Gurba repot. Dia sedang membawa Bi Nio
masih memondong selir kaisar itu menghadapi
hujan senjata lawan. Tapi Gurba melolos bajunya
dan mempergunakan pakaian ini melindungi Bi Nio,
tiba-tiba memutar senjata an?h itu serupa payung,
meruntuhkan semua panah dan membiarkan panah
yang lain rontok mengenai tubuhnya, tak dapat
melukainya karena sinkangnya telah melindungi
seluruh tubuhnya dari kepala sampai kaki. Dan
ketika semua orang gempar dan terbelalak melihat
perbuatanya maka raksasa in telah terjun dari
tembok yang tinggi itu masuk ke dalam.
"Hei, tahan dia. Kepung...."
Tang-ciangbu berteriak teriak. Dia sendiri
masih di atas, tak berani turun karena tak memiliki
ginkang yang cukup. Salah-salah patah kakinya
kalau terjun seperti Gurba itu. Begitu saja dan anjlog
seperti gajah. Membuat bumi tergetar dan beberapa
p?ngawal di dekatnya roboh terpeleset. Dan ketikapara pengawal di bawah ganti berteriak-teriak dan
ribut mencegah raksasa itu semakin ke dalam muka
yang ada dikerahkan untuk menyambut pemuda


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi besar itu.
"Plak-sing-bret!"
Gurba mengamuk. Dia menangkis dan
mendorong-dorongkan kedua lengannya, mengibas
dan menampar, bahkan mencengkeram dan
membanting musuh yang tertangkap. Tentu saja
membuat para pengawal geger dan gentar melihat
sepak terjangnya. Dan ketika Gurba membentak
dan menyerbu ke depan dengan pukulan Tiat?
kangnya tiba-tiba seratus pengawal berpelantingan
tersibak dan menjerit tumpang-tindih.
"Hei. tahan dia... ". Tang - ?iangbu semakin
terkejut, berteriak dari atas menara melihat Gurba
menerebos barisan pengawal, lolos dari kepungan
dan kini m?nuju tengah kota untuk mengamuk di
istana, m?mbuat kepala pasukan itu pucat dan ngeri
serta kaget. Tapi karena Gurba mendorongdorongkan kedua lengannya dan para pengawal tak
ada yang dapat mendekati raksasa itu dalam jarak
sepuluh meter karena mereka tentu sudah roboh
lebih dulu, maka Gurba lel?asa memasuki kota dan
menggereng-g?reng bagai seek?r singa. Akibatnya
gegerlah semua orang. Seluruh isi kota raja bangun
dari tidurnya, mendengar keributan dan teriakan
para pengawal. Dan ketika Gurba terus mengamuk
di d?pan dan maju tanpa ada yang dapat mencegahlagi akhirnya raksasa ini tiba di gerbang istana
menghadapi satu divisi pasukan yang siap
menyambutnya secara besar-besaran!
"Mundur..."
Para pengawal t?rbelalak. Mereka
mendengar bentakan yang mengguntur it?, penuh
tenaga sakti hingga barisan di depan terjungkal.
Roboh begitu saja terkena s?rangan suara ini. Dan
ketika lapisan ke dua dan ke tiga tertegun melihat
kehebatan raksasa ini maka Gurba sudah
menerjang dengan kaki tangannya tergerak-gerak
ke depan.
"Des - dess!" para pengawal berteriak
kaget. Mereka merasa angin pukulan yang luar
biasa kuat mengangkat mereka, tubuh tiba - t?ba
terbanting dan mencelat bersama yang lain - lain.
Tidak kurang limpuluh orang yang rontok dalam
gebrak pertama itu Dan ketika semua menj?rit dan
Gurba melompat di atas kepala merek, tiba - tiba
raksasa ini telah memasuki d?erah istana dan
berada di dalam. Tentu saja para pengawal gaduh.
Mereka kaget oleh kesaktian pemimpin bangsa tartar ini.
Dan ketika Gurba mengamuk dan para
pengawal mengerubutnya dengan golok serta
t?mbak berhamburan menghujani dirinya maka
raksasa itu kembali mendemonstrasikan
kepandaiannya yang mengiriskan itu. Semua
tombak dan golok mental patah - patah, tak adasatupun yang mampu melukainya. Dan ketika
raksasa ini membalas dan pukulan Tiat-lui-kangnya
menderu dahsyat tahu-tahu seratus pengawal
kembali rontok disapu pukulannya yang hebat itu.
Hal ini membuat para pengawal terkejut, gentar den
mundur-mundur. Dan karena lawan sekarang
berteriak-teriak tapi tak berani maju mendekat maka
Gurba leluasa mendekati istana kaisar,. siap masuk
ke dalam dan mencari lawannya itu, membunuh dan
melampiaskan sakit hatinya atas perbuatan kaisar
dan orang-orangnya. Tapi belum dia melaksanakan
niatnya mendadak Bu-ciangkun dan Cu-ciangkun
kakak beradik muncul !.
"Gurba, jangan lancang kau!"
Tiga bayangan panglima itu berkelebat ke
depan, Gurba tahu-tahu telah dikepung, mendegus
dan tertawa mengejek melihat tiga panglima. tiga
dari sisa Jit-liong Ciangkun yang telah dia bunuh.
menurunkan Bi Nio dan beringas memandang tiga
orang lawannya itu, membuat Bu-ciangkun
terbelalak tapi mengeraskan hati karena mereka tak
mungkin membiarkan raksasa ini menemui kaisar.
Dan ketika Gurba menggeram dan Bu - ciangkun
maju ke depan maka panglima Yang juga tinggi
besar dengan jenggot yang lebat itu membentak,
"Gurba apa maumu memasuki istana? Kau
tak tahu atur?n orang!"Gurha marah, tertawa dingin. "Aku memang
mencari kalian, Bu-ciangkun. Dan aku juga mencari
kaisar kalian untuk kubunuh!"
"Hm. kau harus melewati mayat k?mi,
Gurba. Tak bisa sembarangan saja kau
melaksanakan niatmu.. wutt!" dan Bu-ciangkun
yang sudah menyerang dengan Tangan Bajanya
membentak raksasa ini tiba - tiba disusul oleh Cu
Hak dan Cu Kim dua panglima kakak beradik
menggerakkan tombak mereka yang sudah siap di
tangan. menusuk dan mencari kelemahan raksasa
itu dengan menyerang m?ta, hal yang t?pat sekali
karena tak mungkin Gurba meliadungi bagisn itu
dengan kekebalannya. Dan ketika tiga panglima itu
berkelebat dan masing - masing berseru keras
untuk menyerang dan saling meiindungi mendadak
Gurba telah dikeroyok bayangan tiga panglima ini
yang telah mengerahkan ginkang dan semua
kepandaiannya untuk merobohkan raksasa Tar-tar
it?. Tapi Gurba mendengus. Raksasa ini memutar
lengannya, berkerotok dan tiba- tiba mengibas ke
kiri kanan, m?nangkis dan mengeluarkan Tiat lui kangnya yang dahsyat itu. Dan ketika tiga panglima
itu berteriak menarik mundur serangan mereka
mendadak Bu-ciangkun berseru,
"Cu -Ciangkun, putar kedudukan...ganti
arah!"
Cu Hak dan adiknya mengangguk. Mereka
sudah merobah posisi mer?ka, menggantikedudukan, mengerti maksud Bu-ciangk?n karena
mereka tak berani beradu keras lawan keras
dengan raksasa itu. Pasti kalah. Dan ketika
ketiganya bergerak dan kini menyerang secara
berganti-ganti karena masing-masing tak mau tetap
pada kedudukan semul? maka Gurba dikepung dan
dibingungkan oleh perbuatan tiga panglima ini.
Namun Gurba adalah suheng Kim-moueng. Dulu saja Kim-mou-eng tak dapat ditandingi
t?ga panglima yang terpaksa mengakui kelihaian
P?ndekar Rambut Emas itu dan menyerah kalah.
Dan Gurba yang kini diserang dan coba dikecoh tiga
panglima itu dengan gaya mengganti-ganti
kedudukan hanya seb?ntar saja dibuat bingung.
Raksasa ini berputaran sekejap. terbawa oleh
gerakan lawan terutama harus berhati - hati
terhadap tusukan tombak di tangan Cu-ciangkun
kakak beradik, betapapun harus mengakui bahwa
dua panglima ini cukup berbahaya, permainan
tombak mereka cepat dan selalu n?ngincar
matanya. Dan ketika tiga panglima itu berseru
menyerangnya dengan cara berpindah - pindah
mendadak Gurba tak mau mengikuti gerakan lawan.
Dia tinggal ditempat, memusatkan perhatian pada
lawan yang ada di depan. siapapun adanya. Dan
ketika kebetulan Cu Kim adik panglima Cu Hak
m?nusuk matanya dan Bu-ciangkun s?rta temannya
menyerang di belakang dan Gurba renggereng
menggetarkan lengan mendadak raksasa itumenyambar tombak dan langsung menangkap
senjata panjang panglima itu, membuat lawan
t?rkejut dan berteriak kaget, membiarkan dua
serangan di belakang mental mengenai tubuhnya.
Dan ketika Cu Kim membetot dan Gurba meremas
mendadak tombak yang ada di cekalan raksasa ini
hancur ?leh gencetan sinkangnya yang luar biasa.
"Hei...kress!"
Cu ciangkun terbelalak. Dia terjengkang
ketika tombakaya hancur, terperanjat karena dia
kalah cepat. Dan ketika Gurba memb?ntak dan
mengembalikan remasan tombak yang menjadi
bubuk b?si itu ke arah tiga orang lawanya m?ka CuCiangkun dan Bu-ciangkun berteriak ketika muka
mereka disambar s?rbukan biji besi itu hingga
mengenai kulit mereka, berlubang dan sebentar
kemudian puluhan tetes darah menitik kecil-kecil
dari luka di wajah, membuat mereka bergulingan
menjauh sambil menutupi muka. Tapi Gurba yang
mengejar dengan pukulan Tiat lui-kang dan siap
membunuh lawan-lawannya ini sudah mengibas
dengan serangan maut, tertawa mengejek,
"Sam- wi ciangkun, kalian berangkatlah ke
neraka!"
Namun saat itu terdengarlah seruan
berwibawa. Seorang laki-laki berpakaian emas
muncul tegak di pintu masuk mencegah Gurba
membunuh tiga panglima itu, muncul dengan gagah
dan Agun. Dan persis Gurba menggerakkan lenganmendorong laki laki ini yang bukan lain kaisar
adanya sud?h mengangkat lengannya.
"Tar-tar khan, tahan...!"
Gurta tertegun. Dia membalik dan sudah
berhadapan dengan laki-laki berpakaian emas ini.
pria berusia empat puluhan yang agung dan
berwibawa. Dan sementara dia terbelalak dan Buciangkun serta Cu-ciangkun melompat bangun tibatiba serentak semua orang yanga ada di situ
menjatuhkan diri berlutut.
"Sri baginda...!" Sekarang Gurba tahu. Dia
hilang bengongnya memandang laki-laki itu, yang
ternyata adalah kaisar sendiri. Musuhnya! Tapi
belum Gurba menggereng atau apa maka kaisar
Yuan Ti yang tampan dan berwibawa ini sudah
berseru padanya, menghentikan gerakannya,
"Tar-tar Khan, hentikan semua
pembunuhan yang kau lakukan ini. Aku ada di
hadapanmu, kita dapat bicara sebagai orang-orang
gagah!" dan ketika Gurba melotot dan marah
memandang kaisar itu maka kaisar Yuan Ti kembali
berkata, "Aku pemimpin bangsaku di sini, Tar-ar
khan, dan kau adalah pemimpin bangsamu di dana.
Kudengar kau adalah pemimpia yang jujur dan adil,
serta gagah. Bisakah ini semua dibuktikan?"
Gurba menggereng. "Bukti apalagi, kaisar
busuk? Bukankah semuanya ini sudah merupakan
bukti bagimu? Aku datang seorang diri, dan kalian
menyambutnya secara keroyokan. Aku takmengganggu kalian, tapi kalian mengganggu dan
menyerang kami, bangsa Tar-tar! Apakah in bukan
bukti untuk dilihat mana benar mana salah.
"Hm,,x,kaisar tertawa mengejek. "Tak ada
akibat tanpa sebab, Tar-tar khan. Kami menyerang
karena merasa kami disakiti. Kau telah menghina
kami dengan membunuh utusan yang tidak
berdosa".
"Utusan apa! " Gurba terbelalak.
Dan kaisar tampak terkejut. "Tar-tar khan,
omongan apa yang kau ajukan in? Bukankah kami
telah mengirim utusan untuk m?njalin persahabatan
dengan suku bangsamu? Tapi kau memb?nuh
mereka. Kau memenggal kepala tiga orang
ut?sanku dan mengirimkannya kepada kami degan
kereta j?nazah! Siapakah yang benar dan siapakah
yang salah?"
Gurba tertegun. "Sri baginda, apa maksud
omonganmu ini? Siapa yang membunuh orangorang utusanmu?
"Ah ," kaisar marah. "Tak perlu kau mungkir,
Tar-tar khan. Aku telah mengirim utusan untuk
menjalin persahabatan dengan suku bangsamu di
luar teb?k besar. Ang Bin-ciangkun yang
melaksanakannya. Tapi mereka kembali dan
menjadi mayat dikirim dengn kereta jenazah.
Apakah ini bukan perbuatanmu?"
"Tidak!" Gurba terkejut. "Aku tak tahu
menahu tentang utusan segala sribaginda. Danjusteru aku menyerang karen? malam itu kami
diserang. Ang Bin-ciangkun datang dengan
pasukannya yang b?sar, tapi kupukul mundur dan
sejak itu kubalas"
Kaisar tertegun. Dia masih berdiri di tangga
istana, terbelalak memandang raksasa tinggi besar
ini. Tampak tidak percaya. Dan Han - taijin serta
Kim-taijin yang tiba-tiba muncul di samping kaisar
mendadak bersuara,
"Tar tar khan, Sumpah demi langit dan bumi
junjungan kami tak dusta padamu. Si bagindalah
yang menganggap kau tak tahu aturan, mebunuh
utusan dan menyakiti kami. kalau begitu siapa yang
membunuh mereka? Haruskah sri baginda
bersumpah demi nama leluhur bahwa kata-katanya
b?hong belaka?"
Gurba ganti tert?gun. Pikirannya mandadak
teringat pada kejadian malam pertama itu, di saat
dia bersamadhi. Di saat Siauw-bin- kwi dan temantemannya muncul, menyerang dan kemudian
diserbu pasukan besar yang membuat suku bangsa
Tar-tar terkejut, hampir terpukul tapi dapat
mengatasi lawan. Dan Gurba yang melot?t pada
bayangan Siauw -bin-kwi tiba-tiba berseru, Sri
baginda, salahkah bila kukatakan bahwa Ang Bin
ciangkun mengutus tiga iblis tua menggaggu
perkemahan kami?"
"Siapa?"
"Siauw-bin-kwi dan Hek-bong Siang-lomo !""Ah, siapa mereka itu"
"Aku juga belum b?gitu kenal. Tapi mereka
mula-mula menyerangku dan bala entara Ang Bin

Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ciangkun munc?l!"
Dan begitu Gurba selesai bicara mendadak
Cu Hak dan Bu-ciangkun berseru, menghadap
kaisar.
"Sri baginda, maafkan hamba. K?lau begitu
di sini terjadi salah pengertian!"
"Apa maksudmu?"
Bu-ciangkun menggigit bibir."Tiga iblis tua
yang disebut Tar-tar khan ini adalah datuk-datuk
sesat yang tidak ada hubungannya d?ngan kita Sri
baginda. Mereka orang-orang kang-ouw yang liar
dan ganas. Kepandaiannya tinggi!"
"Hm, kalau begitu..."
"Benar, .mereka datang di saat kebetalan
Bu ciangkun menyerang, Sri baginda. Dan karena
Siauw bia-kwi dan kawan-kawaanya itu datang lebih
dulu maka Gurba menganggap mereka suruhan
kita. Padahal tidak!"
Gurba terkejut. Sekarang dia mulai
menangkap sesuatu yang tidak enak, melihat Bu
ciangkun bercerita tentang tiga datuk sesat itu.
Bahwa mereka memang tidak ada hubungan
dengan tokoh- tokoh iblis itu. Dan ketika
pembicaraan menginjak pada masalah ini dan
Gurba terbelalak mendengarnya mendadak raksasaitu mencelat maju menangkap panglima tinggi besar
ini "Bu ciangkun, kau bojong. Kalian
mangarang ceita untuk menghapus kemarahanku"
Bu ciangkun terkejut. Dia tahu tahu telah
dicengkeram raksasa itu, membalik dan
menghantam dengan tangan bajanya, marah dan
kaget. Tapi Gurba yang mendahului dengan satu
totokan pendek tiba tiba membuat pangima ini
mengeluh dan roboh tak berkutik, membuat semua
orang terperanjat tapi tak berani menyerang
raksasa itu. Pertama karena raksasa itu terlampau
hebat dan kedua karena Bu ciangkun ada di
?engkeramannya, sekal? remas tentu tewas. Melihat
Gurba beringas dan menyeramkan sekali, matanya
mencorong bagai naga tak berkedip, mendirikan
bulu roma. Tapi kaisar yang tak takut dan
memandang raksasa ini dengan kepala tegak tiba
tibu membentak,
"Tar-tar khan. apa yang mau kau lakukan !"
Semua orang pu?at. Mereka melihat kaisar
menuruni tangga dua langkah, sebentar kemudian
telah berhadapan dengan raksasa itu. Penuh
keberanian, tidak gentar sedikitpun juga karena
kaisar merasa di pihak yang benar. Matanya tibatiba juga mencorong tapi tak seganas Gurba. Lebih
lembut tapi memiliki pengaruh yang besar sekali.
membuat Gurba tertegun dan tetelal:mak
memandang kaisar ini. Dan ketika dua pasimangmata bentrok dan dua pemimpin bangsa itu samasana mengadu kekuatan tiba-tiba Gurba kagum
bukan main dan simpatik pada kaisar ini. Aneh!
Gurba tertawa bergelak. "Kaisar mata sipit,
kau tak takut kutangkap dan kubanting mampus?"
Kaisar mengedikkan kepalanya. "Aku tak
takut pada manusia atau apapun yang paling ganas,
Tar-tar khan. Karena aku merasa di pihak yang
benar dan tidak bersalah!
"Ha-ha, kalau begitu bisa kau buktikan
omonganmu ini?"
"Kenapa tidak? Kau yang akan dikutuk
sepanjang sejarah bila berani membunuhku..
karena kau melanggar kebenaran !"
Gurba tertawa kagum. Dia paling tersentuh
oleh setiap kegagahan yang dijumpai, bersinar sinar
memandang kaisar itu dengan mata aneh Tapi ingat
pada B?- ciangkun yang dicengkeramnya dan tidak
percaya begitu saja pada omongan panglima ini
mendadak Gurba menggeram.
"Sri baginda, apa jaminan bahwa apa yang
dikata panglimamu ini benar? Bahwa Siauw-bin-kwi
dan teman-temannya itu bukan orang-orangmu?"
(Bersambiung jilid VIII)Jilid 8
"HM, ak? dapat memberikan jaminan apa
saja. Tar-tar khan. Tapi aku juga ragu apakah katakatamu juga benar. Apakah kau tidak mengada-ada
dan sengaja menutupi persoalan sebenarnya!"
"Maksudmu?"
"Aku khawatir kau mengarang cerita belaka
tentang tiga orang iblis itu. Juga tentang utusan
yang terbunuh itu!"
"Ah, kau tak percaya?"
"Sama seperti dirimu yang juga meragukan
keterangan Bu-ciangkun!"
Gurba menjublak. Dia mendadak dipukul
balik oleh kecurigaan kaisar yang juga tidak percaya
pula keterangan Bu - ciangkun. Tapi Gurba yang
mendengus mendengar omongan lawan tiba-tiba
berseru, "Kaisar yang mulia, aku bukan laki-laki
pengecut yang harus m?ngelak dari perbuatan
sendiri. Aku dan bangsaku benar benar tak tahu
akan orang-orang utusanmu itu. Kalau aku bohong
Biarlah
arwah leluhurku mengutuk aku seumur hidup!"
"Hm, aku juga memberikan kesaksian yang
sama. Kalau aku bersekongkol dengan tiga iblis itu,
biarlah arwah leluhurku juga mengutuk aku seumur
hid?p!"Gurba tertegun. Dia melihat kaisar
bersungguh-sungguh, mata yang bersinar itu tak
berkedip m?mandang matanya, penuh
kesungguhan dan jujur. Dan Gurba yang tentu saja
tak mungkin tidak percaya pada lawan yang s?dah
bersikap ksatria ini lalu mandur melepas Buciangkun dengan muka merah. Sadar bahwa
kiranya permusuhan itu disulut oleh pihak ke tiga,
entah siapa, yang membunuh utusan kaisar dan
terjadi kesalahpahaman yang hebat ini hingga dua
belah pihak jatuh korban, timbul pep?rangan dan
masing-masing sama-sama menderita rugi. Tapi
ingat pada Siauw-tin-kwi dan dua temannya itu yang
muncul di p?rkemahannya tiba-tiba Gurba
menggeram dan menjura pada kaisar, untuk
pertama kalinya menghormat lawan!.
"Sri baginda, kiranya kita sama-sama
terjebak oleh musuh yang tak bertanggung jawab.
Biarlah ku selidiki hal itu dan maaf atas semua
kejadian yang tidak menyenangkan ini. Aku berjanji
akan menangkap biang keladi ini dan kelak
membawanya kepadamu!"
Kaisar tersenyum. "Boleh, dan maaf pula
atas semua sikap pihakku, Tar-tsr khan. Betapapun
kita kini menyadari bahwa permusuhan kita
dicetuskan atas dasar kesalahpahaman. Kutunggu
janjimu!"
Gurba tak banyak bicara lagi. Sekarang dia
maklum akan semua kejadian itu, marah dan gerampada Siauw-bin-kwi. Keras dugaannya bahwa iblis
itulah yang menjadi gara-gara. Bahkan mungkin
utusan kaisar dibunuh pula oleh ?blis ini dan kawankawannya. Dan Gurba yang marah membalikkan
tubuh tiba-tiba berkelebat meninggalkan kaisar,
melewati kepala banyak orang dan sebentar saja
sudah keluar dari istana. Tapi Bi Nio yang bangkit
berdiri tiba-tiba berteriak padanya, Gurba terkejut.
Dia berhenti dan melihat selir kaisar itu tersedusedu mengejarnya, menubruk dan memeluk
kakinya dengan air mata bercucuran. Dan Bi Nio
yang m?nyesal atas semua kejadian di malam itu
dan sudah mengguguk di kaki raksasa ini berkata
dengan pundak berguncang guncang,
"Maafkan aku, hanggoda. Aku hanya
melaksanakan tugas atas perintah junjunganku.
Aku menyesal...aku ikut bersalah..!"
Gurba mengerutkan kening. Pernyataan itu
bahkan membuat hatinya tertusuk, tapi kaisar yang
melangkah maju tiba tiba berseru,
"Tar-tar khan, selirku telah menjadi isterimu.
Aku ingin bersahabat, ku persembahkan selirku itu
untukmu!"
Gurba terkejut. Tapi kaisar yang t?rtawa
dan mengangkat bangun Bi Nio tiba-tiba menepuk
pundak wanita itu.
"Bi Nio, kau rupanya kagum pada raksasa
ini. Dia memang patut menjadi pelindungmu. Ikut
dan keluarlah dari kaputren!"Bi Nio mengangguk. "Terima kasih, sri
baginda. Tapi hamba... di..."
"Tak perlu khawatir. Tar-tar khan akan
menerimamu. Sebagai tanda persahabatan!"
Gurba semakin terkejut. Saat itu suasana
sudah bukan suasana permusuhan lagi. Masing
masing menyadari bahwa mereka "dikerjai" orang
lain. Mungkin Siauw-bin-kwi dan kawan-kawannya
itu. Tapi Gurba yang teringat pada Salima dan diamdiam mengharap sumoinya itu tiba-tiba mundur dan
menggeleng dengan muka pucat.
"Tidak, jangan sri baginda!" raksasa itu
menggigil. "Aku... aku belum niat untuk mempunyai
isteri!"
"Ah," kaisar tersenyum. "Bi Nio cukup
menjadi selirmu saja. Tar-tar khan. Tak perlu
menjadi isteri atau permaisuri. Aku tahu
keinginanmu pada sumoimu yang gagah perkasa
itu!"
Gurba seketika tertegun. Dia menjadi
merah
oleh kata-kata ini, tapi ingat bahwa Bi Nio hanya
menjadi penghalang saja di perjalanan dan mungkin
suku bangsanya tak cocok pada selir ini, tiba-tiba
Gurba menjadi bingung. Tapi kaisar Yuan Ti yang
rupanya bermata tajam dan awas pandangan itu
dapat membaca isi hatinya. Karena begitu kaisar ini
melangkah maju dan menepuk pundaknya kaisar ini
berkata, "Tar-tar khan. Bi Nio dapat kau titipkan disini apabila kau keberatan. Dia sah menjadi
milikimu. Aku tak akan mengganggunya. Dan bila
sewaktu-waktu keadaan sudah mengijinkan kau
boleh membawanya pergi kapan saja. Aku tahu
kerepotanmu, aku tahu watak suku bangsamu yang
keras dan belum dapat menerima bangsa Han!"
Gurba tak dapat bicara lagi. Sekarang dia
harus menyerah, tak mau melukai kaisar karena
kaisar telah tulus memberikan selirnya demi
persahabatan. Hal yang tentu saja sukar ditolak dan
mau tak mau harus diterima, Dan Gurba yang
mengangguk mengucap terima kasih akhirnva
berkata, "Baiklah, terima kasih atas kebaikanmu, sri
baginda. Bi Nio boleh tinggal di sini dulu sampai
semua kesibukanku s?lesai. Aku masih harus
mencari biang penyakit itu. Orang-orang yang telah
membuat kita bermusuhan!"
Kaisar girang. "Boleh, dan kap?n saja kau
boleh ke kaputren, Tar tar khan. Aku memberi ijin
khusus padamu untuk menengok Bi Nio!"
Gurba semburat. Kata kata itu mempunyai
arti yang dalam, melihat Bi Nio melirik dan
menghapus air matanya. Tapi begitu dia
mengangguk dan memutar tubuh tiba-tiba Gurba
tak mau diganggu lagi dan melompat keluar.
Gerakannya seperti iblis. lenyap begitu saj? di l?ar
gerbang istana. Dan ketika Guroa melompati
tembok dan hilang dar? pandangan mata maka
raksasa ini menjadi buah bibir yang tidak kalahhangat dengan pembicaraan ketika Kim-mou-eng
dulu membuat geger di kota raja. Sama-sama
membuat orang kagum dan gentar. Tapi begitu
raksasa itu lenyap di luar sana dan kaisar masuk ke
dalam maka semua pengawal bekerja keras sibuk
merawat yang luka atau tewas. Tak kurang dari tiga
ratus korban. Dan ketika semuanya melupakan
kejadian itu dan Bu-ciangkun send?ri bersama Cu
ciangkun kakak beradik mengobati lukanya maka
jauh di luar sana Gurba tiba kembali di perkemahan
suku bangsanya, tertegun dan hampir tak percaya
melihat apa yang terjadi. Bahwa mayat
bergelimpangan di sana-sini, disertai banjir darah
dibalik tumpukan senjata-senjata yang patah. Tapi
begitu raksasa itu Sadar dan melihat Siga berlutut
tersedu-sedu menghadapi ratusan mayat
mendadak Gurba mencelat dan sudah menghadapi
pembantunya ini, membentak dan mengejutkan
pemuda Tar-tar itu akan kehadiran pemimpinnya,
mendengar suara " apa yang terjadi", mendengar
Siga terisak isak menceritakan semua kejadian itu
dari awal sampai akhir. Dan begitu Gurba
mendengar dengan jelas tiba tiba raksasa ini
mengeluarkan pekik yang membuat tanah tergetar,
langit seakan roboh dan Siga s?ndiri terlempar oleh
getaran suara yang amat dahsyat itu, dan ketika
Gurba menyebut-nyebut nama Siu-bin kwi dan
raksasa itu gemetar seluruh tubuhnya tiba-tiba
Gurba menjejakkan kaki lenyap dari tempat itu!"Siga, kembali keluar tembok besar.
Tunggu aku di sana...."
Siga mematung. Dia hanya mendengar
pesan singkat itu, seruan penuh gusar yang amat
dalam. Kemarahan serta sakit hati penuh dendam.
Tapi karena tangsa Tar-ar memang sudah pecah
dan semrawut tak karuan akhirnya pem?da Tar tar
ini bangkit terhuyung dan mengangguk lemah,
mengumpulkan sisa-sisa anak buahnya yang tidak
berarti. Dan begitu dia mengajak mereka berangkat


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akhirnya rombongan kecil ini meninggalkan bekas
perkemahan yang porak-poranda itu.
*** Agaknya cukup lama kita meninggalkan
Kim mou-?ng, Mari kita ikuti dulu kisah pendekar ini.
Berhasilkah dia mengejar sumoinya? Berhasilkah
dia meredakan kemarahan sumoinya itu? Ternyata
tidak. Salima telah lenyap mengerahkan
ginkangnya, masuk keluar hutan tak mau dipanggil
suhengnya itu. Dan ketika dua hari kejar mengejar
itu berakhir di luar hutan cemara mendadak tanpa
sadar Kim mou-eng tiba di Chi-cou. Inilah tempat di
mana bupati Wang memerintah. Bupati yang jujur
dan keras pendirian. Dan Kim-mou eng yang putus
asa dan s?dih melihat sumoinya tak mau diajak
bicara tiba-tiba berpikir untuk menemui Cao Cun,
gadis cantik puteri bupati Wang itu. Tentu saja
kedatangannya disambut girang oleh bupati itu,langsung menubruk dan terisak-isak memeluk
pendekar ini. Tapi ketika Wang taijin mengguguk
dan isterinya muncul menjerit berlutut di depan
pendekar ini mendadak Kim mou-eng terkejut dan
terkesima.
"Taijin, ada apa? Mana Cao Cun?"
Bupati itu tak dapat menjawab. Dia
m?n?ucurkan air mata dengan deras sekali, tapi
ketika kedukaannya reda dan bupati itu menekan
semua himpitan batinnya maka orang tua yang
gemetar menggigit bibir ini berkata, "Cao Cun tak
ada di sini, taihiap. Puteriku itu dikurung di Istana
Dingin beberapa bulan yang lalu!"
"Ah, apa itu Istana Dingin? Di mana
letaknya? Apa yang terjadi?
Bupati Wang menghapus air mat?nya.
"Mari dud?k dulu, taihiap. Aku akan
men?eritakannya se?ara urut. Aku bertubi-tubi
mendapat cobaan," dan ketika Kim mou-eng duduk
dan dua suami isteri itu memandangnya penuh
harap maka bupati ini berkata, "Taihiap, kami
mengharap pertolonganmu. Tanpa kau Cao C?n
akan celaka."
"Ya. tapi apa yang terjadi, taijin? Mana pula
Hok Gwan pengawalmu?"
Bupati Wang menarik napas, sedih sekali.
Dia kusuruh mencarimu, taihiap. Tapi sampai hari
ini tak kunjung pulang. Baiklah dengarkan ceritaku."
dan Wang taijin yang mulai bercerita tentangkejadian itu lalu secara ?rut menceritakan peristiwa
yang dia alami. Betapa put?rinya terpilih ol?h kaisar,
lewat Mao-taijin m?manggil puterinya itu dan
membawanya ke kota raja. Tapi karena menteri
Mao adalah menteri yang mata duitan dan menahan
Cao Can kalau Wang-taijin belum membayarkan
uang jasa sebanyak lima ratus ons emas untuk
"budi" kebaikannya mempertemukan Cao Cun pada
kaisar maka gadis yang seharusnya sudag sampai
di istana itu tak jadi menghadap kaisar gara-gara
polah menteri ini. Dan Wang-taijin harus berjuang
keras. Menemui menteri itu dan bentrok di
rumahnya, gagal dan menemui atasannya gubern?r
Liang, gagal lagi dan akhirnya menghadap Han
taijin. p?nasihat kaisar itu. Tapi ketika untuk yang
terakhir inipun gagal dan bupati itu putus asa maka
bupati ini kembali pulang dengan tangan hampa,
menangis sepanjang hari.
"Kami tak berdaya lagi, taihiap Kami
merasa gagal dan putus asa menghadapi menteri
yang kuat kedudukannya itu. Mao-taijin banyak
dilindungi menteri menteri lain, dia culas dan licik!"
Kim-mou-eng m?ngerutkan kening, marah,
"Jadi Cao Cun sekarang ditahan di Istana Dingin
taijin? Di mana tempat itu?"
"Di luar k?ta raja, taihiap. Dekat bukit Niu
san. Aku tak dapat mendatangi tempat itu karena
dijaga ketat oleh pengawal- pengawal tangguh dan
temboknya pun tinggi.""Baik, aku akan ke sana!" Kim-mou-eng
bangkit berdiri. "Aku akan membawa kembali Cao
Cun padamu, taijin. Dan jangan khawatir. aku akan
membawa puterimu dengan selamat!"
"Ah, kau mau membantu kami, taihiap?"
"Tentu saja. Bukankah kau diperlakukan
semena-mena, taijin? Dan akan kucari menteri she
Mao itu. Akan kuhajar dia!"
Wang-taijin girang. Dia sudah menjatuhkan
diri berlutut di kaki pendekar ini, air matanya kembali
bercucuran seperti tadi. Bukan sedih melainkan
penuh harap dan kegembiraan besar, yakin akan
kesaktian pemuda ini dan dapat berk?mpul lagi
dengan puterinya tercinta itu. Dan bupati Wang
yang terisak di kaki Pendekar Rambut Emas
berkata menggigil,
"Taihiap, beribu terima kasih atas
perhatianmu yang tak terhingga ini. Kami ibu dan
ayah tak dapat menahan rindu lagi untuk bertemu
dengan Cao Cun. Kembalilah cepat cepat, Istana
Dingin tiada ubahnya penjara seumur hidup bagi
puteriku itu!"
"Sudahlah," Kim-mou-eng mengangkat
bangun bupati ini. "Aku dan Cao Cun seperti kakak
dan adik, taijin. Tak perlu mengucap terima kasih.
karena itu adalah tugasku juga" dan begitu bupati
Wang bangun berdiri tiba-tiba Pendekar Rambut
Emas berkelebat lenyap meninggalkan tempat itu.
"Taihiap, terima kasih. Hati-hati....!"Kim-mou-eng tersenyum di kejauhan.
Sebenarnya dia terkejut mend?ngar berita itu, tak
m?nyangka menteri Mao bertindak terlampau jauh
dengan menawan Cao Cun, meskipun tampaknya
gadis ita ditaruh baik-baik di Istana Dingin, tempat di
mana kaisar biasanya memilih calon-calon selir
baru untuk mengganti selir-selir yang dianggap tua
Dan Kim-mou-eng yang langsung menuju ke Istana
Dingin untuk menolong Cao Cun tiba tiba sejenak
melupakan urusannya sendiri dengan sumoinya itu,
Salima. Dan ketika sore itu dia tiba di bukit Niu-san
dan mencari di mana letaknya Istana Dingin ini
maka Kim-mou-eng tertegun ketika dia menemukan
tempat itu. Istana Dingin kiranya terletak di atas
bukit. Menjulang kokoh di puncak gunung kecil itu,
terlindung pepohonan besar yang mengelilingi
hampir seluruh bangunan hingga menimbulkan
kesan sejuk. bahkan dingin. Jadi cocok d?ngan
nama istana itu. Tapi karena tempat itu di atas bukit
dan para penjaga dapat bebas memandang ke
bawah sementara orang di bawah tentu ketahuan
kalau mend?ki ke atas maka Kim-mou eng
meagerutkan alis melihat keadaan ini.
Hanya ada satu jalan khusus yang
dibuatkan men?ju puncak. Tentunya untuk kaisar
dan rombongannya kalau tetirah kesitu. Jadi yang
lain adalah semak belukar yang tidak begitu tinggi
karena selalu dibabat, agaknya sengaja dilakukan
begitu agar pendatang liar dapat terlihat kalau cobacoba mendatangi Istana Dingin. Dan Kim-mou-eng
yang tentu saja tertegun melihat semuanya ini lalu
berhenti dan semakin dalam mengerutkan kening.
Jarak ke puncak bukit sekitar delapan ratus meter.
Cukup panjang, tak mungkin bagi orang yang hebat
sekalipun untuk datang tanpa ketahuan. Jangankan
orang, burung yang terbang pun dapat terlihat. Dan
karena Kim-mou-eng tak bermaksud membuat
kekacauan dan kedatangannya itu adalah untuk
membawa Cao Cua maka tak ada lain jalan kecaali
dia menunggu datangnya gelap.
Begitulah. Kim-mou-eng lalu melompat ke
atas pohon, bersandar dan tidur tidur ayam disitu,
melamun, mengenang pertemuannya deagan Cao
Cun dulu. Gadis cantik yang sanggup
m?ngguncang hati itu. Berkulit b?rsih tapi keras dan
jujur seperti ayahnya. Menghabiskan waktu sampai
matahari tenggel?m di ufuk barat. Dan ketika saat
itu tiba dan malam mulai datang maka Kim-mou-eng
mempergunakan ginkangnya berkelebat menuju
puncak. Tak ada kesukaran baginya, kegelapan
malam cukup melindunginya. Dan ketika dia tiba di
bawah istana dan m?nghadapi temboknya yang
tebal menjul?ng tinggi mendadak pendekar ini
meajejakkan kakinya melompat ke atas. Orang
tentu kagum melihat perbuatan pendekar ini.
Mumbul begitu saja dengan ringan dan enak, seolah
kedua kakinya berpegas dan hinggap dengan
mudah di puncak tembok yang tinggi. Tapi lampusorot yang tiba tiba berkelebat dan memancar
mengenai dirinya mendadak disusul teriakan kaget
seorang pengawal, yang rupany? mengetahui
kedatangannya, tanda tempat itu benar - benar
dijaga ketat!
"Hei, siapa kau!"
Kim-mou-eng terkejut. Dia terpaksa
berjungkir balik dan menghilang menghindari lampu
sorot itu, begitu cepat gerakannya hingga seperti
iblis saja. Dan ketika dua orang pengawal datang
berlari-lari dan menyorot tempat itu maka terdengar
seruan heran dua penjaga itu,
"Eh, ke mana dia? Setankah tadi?"
Kim-mou-eng tertawa di tempat
persembunyiannya. Dia telah menggelantung di
sebuah belandar, mirip kelelawar menunggu dua
pengawal itu pergi. Berhati-hati karena sekarang dia
tahu bahwa tempat itu benar benar terdapat banyak
penjaga. Mungkin ada yang bersembunyi dan tidak
dia ketahui, seperti dua penjaga itu tadi misalnya.
Dan ketika dua penjaga itu ribat-ribut dan menyorot
ke lain-lain tempat tapi tak menemukan bayangan
pendekar in? akhirnya dua penjaga itu mengumpat
dan kembali ke tempat jaganya tadi.
"Bangsat, rupanya kita kedatangan hantu!"
Yang lain juga mengomel. Mereka pergi
tanpa curiga apa-apa lagi, tampak kedinginan
seperti orang menggigil. Rupanya bulu roma
mereka berdiri karena lawan tak terlihat ke manamenghilangnya, menganggap yang dilihatnya tadi
adalah hantu atau siluman yang biasanya keluyuran
di saat gelap tiba. Dan Kim-mou-eng yang turun
kembali dari atas belandar setelah dua penjaga
pergi lalu menyelinap dan mulai memeriksa Istana
Dingin itu.
Kepandaiannya yang tinggi dan geraknya
yang tanpa suara memungkinkan dia bergerak
leluasa, berkali-kali menghindari pengawal yang
juga ketat berjaga di dalam. Dan ketika dia mulai
memasuki lorong-lorong kamar di mana calon selir
disimpan akhirnya Kim-mou eng terpaksa mengintai
dan melubangi jendela untuk melihat di mana Cao
Cun berada.
Dan Kim-mou-eng tertegun. Dia melihat tak
kurang dari seratus wanita cantik di situ, rata rata
dibawah dua puluh tah?n dan berkulit bersih-bersih.
ranum dan menggairahkan karena mereka adalah
gadis-gadis remaja yang masih belia adanya.
Bahkan ada yang masih kekanak k?nakan dan
usianya tak lebih dari lima belas tahun. Bukan main.
Masih terlalu muda dan mengherankan bagaimana
bisa berada di tempat itu, entah sipa yang
membawa. Tapi karena semua wanita yang dicari
itu tak terdapat Cao Cun puteri Wang-taijin akhirnya
Kim-mou-eng mengerutkan kening dan bingung
serta gelisah Ke mana gadis itu disimpan? Tinggul
dua kamar terakhir saji yang belum diselidiki, di
bagian paling belakang dan agak ke dalam di manalima orang pengawal tampak hilir mudik menjaga.
Dan Kim-mou-eng yang harus berhati-hati
mendekati tempat ini akhirnya melompat dan
merayap di langit langit ruangan. Hebat sekali!
Pendekar itu rupanya memiliki ilmu yang disebut
Pek-houw-yu-chong. ilmu merayap seperti cecak
yang sepenuhnya mengandalkan sinkang yang
hebat di telapak tangan, melekat dan tak mungkin
jatuh ketika merayap di langit langit itu,
menggantung dengan punggung di bawah. Persis
tokek!
Dan ketika sebentar kemudian dia melewati
kepala lima orang penjaga di bawah yang cukup
tinggi jaraknya akhirnya perdekar ini tiba di ujung
dan melompat berjungkir balik meletakkan kakinya
di lantai.
"Cring.."
Suara ini mengejutkan kedua pihak. Kim
mou-eng t?rkejut karena secara tak sengaja dia
menginjak seuntai benang emas, benang yang
rupanya dipasang dengan kedua ujung dipasangi
gembreng rangkap, begitu benang terinjak otomatis
gembreng ini barbunyi. Jadi semacam "alarm"
(tanda bahaya) bagi yang masuk ke tempat itu tanpa
ijin. Dan Kim-mou-eng yang tentu saja terkejut dan
melihat lima pengawal berseru kaget melihat
kedatangannya tiba tiba sudah diserang lima golok
paujang yang mendesing menyambar tubuhnya.
"Hei, kau siluman keparat...."Lima golok itu menyambar bersusulan. Kim
mou-eng harus bergerak cepat untuk menangkis
lima serangan itu, mengerahkan sinkang di kedua
tangan hingga golok mental pertemu lengannya.
Dan ketika lima oraag itu t?rkejut dan golok terlepas
dari tangan m?reka tahu-tabu jari Kim-mou-eng
bergerak menotok dengan kecepatan luar biasa di
belakang leher.
"Tuk-tuk !"


Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lima orang itu roboh bergelimpangan.
Mereka memang bukan tandingan pendekar ini,
mudah saja dibabat dan berdebuk di lantai.
Pingsan. Dan ketika Kim-mon-eng menghapus
p?luh kar?na dia khawatir keributan hecil itu bakal
terdengar oleh pengawal-pangawal lain yang ada di
sekitar situ, maka pendekar ini telah menendang
lima tubuh itu kesudut ruangan, tersembunyi di balik
tanaman perdu terlindung kegelapan malam, Tapi
persis dia memberesi lima penjaga yang pingsan ini
mendadak pintu pertama dari dua kamar yang agak
menyendiri ini terbuka dan seorang gadis bermata
lebar muncul membelalakkan matanya, terkejut
melihat kedatangannya.
"Siapa kau?"
Kim-mou-eng tertegun. Dia terkesiap
melihat gadis itu, mengira Cao Cun, terkejut melihat
kedatangannya diketahui orang lain. Dan
sementara gadis itu menunggu jawabannya danKim-mou-eng tersenyum lebar mendadak jari
pendekar ini bergerak ke depan menotok dari jauh.
"Nona, kau masuklah kembali, tuk!"
Gadis itu roboh. Dia menimpa pintu
kamarnya sendiri, membuat gaduh, mengeluh dan
terjengkang ke belakang. Tapi Kim-mou-eng yang
telah berkelebat dan menyambar gadis itu tahu-tahu
telah masuk ke kamar ini dan secepat kilat menutup
pintunya, membungkam mulut gadis itu dan
memb?baskan totokannya. Dan ketika gadis itu
tertegun membelalakkan matanya yang lebar jernih
maka Kim-mou-eng membentak perlahan dengan
ancaman dingin, "Jangan membuat ribut. Aku
mencari seseorang di sini!"
Gadis it? menjublak. Sekarang dua pasang
mata beradu, yang satu menggigil ketakutan
sedang yang lain mencorong menakutkan. Tapi
begitu gadis ini mengangguk dan melihat rambut
Kim mou-eng yang keemasan tiba-tiba dia berseru
dengan wajah kegirangan,
"Kau Kim-mou-eng!"
Kim-mou eng terkejut. "Dari mana kau
tahu? Siapa kau?"
"Ah, kau Kim - mou - eng, kan?" gadis itu
mengulang
"Ya."
"K?lau begitu cocok! Cao Cun menunggununggumu selama ini. Dan gadis itu yang tiba-tiba
tertawa menyambar lengan Kim-mou-engmendadak menerobos keluar menuju kamar
sebelah, menggedor pintunya keras sekali. "Cao
Cun, kakakmu datang. Kim-mou-eng datang.
Kim-mou-eng terkejut. Dia melihat gadis ini
membuat ribut, khawatir pengawal datang dan
agaknya terlampau gembira oleh kedatangannya
ini. Tapi ketika pintu terbuka dan sesosok tubuh
Pendekar Kembar 3 Goa Mulut Naga Pewaris Iblis Karya Abdullah Harahap Pendekar Naga Putih 61 Pewaris Dendam Sesat

Cari Blog Ini