Pendekar Rambut Emas Karya Batara Bagian 6
ramping bermuka pucat berdiri menggigil di dalam
kamar tiba tiba Kim-mou eng tertegun melihat Cao
Cun ada di situ.
"Kim-twako..!"
"Cao Con....!"
Dua orang itu sudah saling tubruk. Cao Cun
menjerit dan terisak mendekap p?ndekar ini
langsung menyusupkan mukanya dan menangis
tersedu-sedu di dada pendekar itu. Tapi ketika
bayangan pengawal tampak berkelebat datang tibatiba Kim mou-eng melesat ke dalam mendorong
gadis ini, menyuruh Cao Cun diam sementara gadis
pertama yang belum dikenal Kim-mo?-eng itu
terkejut, sadar karena keributan kecil itu gara gara
ulahnya. Dan ketika pengawal datang dan bertanya
kenapa mereka ribut - ribut maka gadis itu dan Cao
Cun menjawab menggigil,
"Tidak. tidak apa-apa. Aku hanya teringat
ayah dan kampung halamanku".
"Tapi mana Sun Tek dan temantemannya?"Cao Cun terkejut, sadar akan lima
p?ngawal yang menjaga di situ, tak melihat mereka.
Dapat menduga tentu dirobohkan kakak angkatnya
tadi dan entah menggeletak di mana. Tapi gadis
pertama yang tahu kejadian tadi dan bersikap
tenang berkata kalem, "Mereka meronda ke
belakang, sebentar tentu kembali," dan ketika
pengawal itu percaya dan mengangguk pergi maka
selamatlah Cao Cun dari kecurigaan penjaga,
berterima kasih pada temannya itu dan mengajak
gadis pertama ini masuk. Dan begitu mereka
menutup pinto maka Kim-mou eng keluar menemui
Cao Con, kembali ditubruk dan Cao Cun
melepaskan rindunya pada pendekar ini, terisak
isak tipi tak berani menangis terlampau keras. Dan
ketika Pendekar Rambut Emas mengusap
rambutnya dan Cao Cun tampak gembira tapi sedih
akhirnya pendekar ini teringat gadis pertama itu,
yang kini ada di dalam dan ikut mencucurkan air
mata melihat kebahagiaan Cao Cun, dan
kegembiraannya,
"Cun-moi, siapa temanmu ini?"
Cao Cun teringat, melepaskan diri. Dia
sahabatku, twako. Dia bernama Li Wan Hoa...."
Gadis itu memberi hormat. "Kim-mou eng,
aku tak pantas disebut sahabat Cao Cun. Aku
teman biasa saja, penghiburnya."
"Ah, kau jangan main-main, Wan Hoa. Kau
telah memberiku kekuatan dan semangat untukbertahan hidup sampai saat ini." Cao Cun menegur,
memeluk gadis itu dan mencium pipinya. Dan ketika
Wan Hoa tersenyum tapi muka yang berseri itu
mendadak gelap tiba tiba gadis ini pamit mohon diri.
"Cao Cun, kau tentu ingin melepas rindumu
pada Kim-taihiap ini. Biarlah aku menunggu di
kamarku dulu. Hati-hati, jangan terlampau keras
menangis!"
Cao Cun menahan. "Tidak, jangan Wan
Hoa, Kim-twako tak merasa terganggu oleh
kehadiranmu. Bukankah begitu, twako?"
Tapi Wan Hoa yang tersenyum melepaskan
diri mengerling pada Kim-mou eng. "Kim taihiap.
Cao Cun ada banyak pembicaraan yang ingin
disampaikan padamu. Biarlah aku menjaga di luar
demi keamanan!" dan belum Cao Cun menahan lagi
tiba-tiba gadis itu sudah membuka pintu kamar,
mandur dan keluar tanpa banyak cakap lagi,
dipandang Cao Cun yang tertegun memandang
temannya itu. Tapi Kim-mou-eng yang belum kenal
benar siapa adanya Wan Hoa justeru mengangguk
dan berkata.
"Biarlah, kita memang dapat bebas bicara,
Cun-moi Tapi apakah dia tak berbahaya? Janganjangan dia memanggil pengawal memberi tahu
kedatanganku!"
"Tidak!" Cao Cun yakin dan pasti."Wan Hoa
senasib dengan diriku, twako. Dia juga gadis
malang yaag bernasib buruk!" dan ketika Cao Cunterisak dan heran bagaimana Kim-mou-eng dapat
mengetahui keberadaannya di situ maka
bertanyalah gadis ini.
"Twako, dari mana kau tahu aku ada di sini?
Kebetulan sajakah?"
Kim - mou - eng menghela napas. "Ayahmu
yang memberi tahu, Cun-moi. Aku telah ke Chi-co?
ingin bertemu dengan ayah ibumu ?tu"
"Ah, bagaimana keadaan mereka? Baik
baik sajakah?"
"Mereka kurus, Cun moi. Ayah ibumu sedih
melihat kau terkurung di sini"
Cao Cun tioa-iba menangis, m?nggigit bibir.
"Twako, ini semua gara-gara Mao -tajin yang busuk
iu. Dia jahat dan penipu!"
"Ya. aku tahu. Dan aku datang memang
?ntuk membawamu pergi!"
Cao Cun tiba-tiba menghentikan tangisnya,
membelalakkan mata. "Kau mau membawaku pergi,
twako?"
"Ya."
"Ke mana?"
"Eh, tentu saja ke rumahmu! Kenapa
pertanyaanmu demikian aneh. Kim-mou-eng heran,
mengerutkan kening memandang puteri Wang taijin
itu. Tapi Cao Cun yang tiba tiba tersedu dan
menggigit bibir kuat kuat mendadak memutar tubuh
membanting diri di pembaringan, menangis di situ
dengan pundak b?rguncang-guncang, menutupimukanya dengan bantal. Dan ketika Kim mou eng
tertegun dan heran akan sikapnya maka gadis ini
b?rkata, menggelengkan kepalanya berulangulang.
"Tidak.. tidak, twako. Kalau begitu percuma
saja. Aku tak mau ikut!"
"Ah,,kau gila !"
Cao Cun Tiba-tiba mengangkat mukanya,
meletakkan bantal yang kini penuh air mata itu, "
Twako,,," Suaranya menggigil kalau hanya
membawaku ke Chi-cou kenapa harus bersusah
payah kemari? Mao tajin tentu akan mengejar
menyuruh pengawal-pengawalnya itu. Aka akan
tertangkap dan akan dibawa kembali kesini".
Kim mou eng tertegun, " aku akan
menghajar mao taijin,,,aku akan,,"
"Tidak" Cao Cun memotong, bangkit berdiri.
"Percuma saja hal itu, twako. Kalau Mao-taijin
dihajar maka menteri lain yang bakal disuruh kaisar.
Satu-satunya jalan adalah... "Cao Cun menggigil,
basah k?dua matanya hingga pipi yang pucat
kemerah-merahan itu tampak mengibakan sekali,
menghentikan kata-katanya dan tidak meneruskan
kata-katanya itu. karena Kim-mou eng
memandangnya heran, Dan ketika Cao Cun tersedu
dan menubruk pendekar itu dengan mata terpejam
maka Pendekar Rambut Emes ini terkejut bukan
main ketika Cao Com melanjutkan kata-katanya
yang tertunda, "Aku hanya mau kau bawa dari siniapabila selamanya aku selalu di dekatmu, twako.
Kalau tidak biarlah aku mati sampai tua di sini!"
Kim-mo? eng bengong. "Apa? Kau gila,
Cun moi? Mana bisa selamanya kau ikut aku?"
"Itulah, kalau tidak bisa, biarkan aku sendiri
twako, aku tak mau kembali ke Chin Chou karena
ayah ibuku tentu tak dapat melawan orang orang
kaisar kecuali kau ada di sampingku, kau akan
melindungi kami!"
Kim-mou-eng tertegun. Sekarang Cao Cun
memeluknya dengan air mata bercucuran. sekarang
dadanya basah oleh air mata gadis itu. tapi ketika
pundak gadis itu masih berguncang-guncang belum
berhenti juga dan pendekar ini penasaran oleh sikap
Cao Cun, tiba-tiba pendekar ini melepaskan diri dan
mendorong pundak gadis itu.
"Cun-moi, aku berjanji pada ayah ibumu
untuk membawamu kembali dengan selamat di
Chin Chau dan sekarang aku harus menepati janji
itu. aku ada disini sekarang. Kenapa kau bersikap
yang aneh -aneh, padahal ayah ibumu menunggu
dengan cemas disana. kau mau membuat kedua
orang tuamu menderita seumur hidup?"
Cao Cun menutupi mukanya "Aku mau
kembali asal kau juga di sana, twako. Kalau tidak
biarlah aku tinggal di sini saja. Tak usah"
Kim mou-eng membelalakkan mata. Dia
melihat gadis itu memutar tabuh membanting diri
lagi di pembaringan, mengguguk, menutupimukanya dengan bantal dan guling. Dan sementara
dia penasaran dan terkejut oleh sikap Cao Cun
mendadak pintu terbuka dan Wan Hoa muncul.
"Ssttt.." gadis itu memberi tanda. "L?bih
baik kau ikut aku, taihiap. Dia tak akan bicara
meskipun kau mend?saknya!"
Kim-mou eng heran. Dia sudah
mengangguk dan berkelebat keluar, menutup pintu
dan sebentar kemudian telah berada di kamar
sebelah, kamar Wan Hoa. Dan ketika gadis itu
mempersilahkannya duduk tapi Kim mou eng
menolak akhirnya Wan Hoa berdiri berhadapan
dengan pendekar ini, alisnya yang hitam menyelirit
berkerut sementara matanya yang lebar jernih itu
menatap tajam.
"Kim-taihiap, tak tahukah kau apa yang
menjadi alasan utama bagi Cao Cun kenapa dia
menolakmu?
"Hm," Kim-mou-eng mengangguk.
"Katanya takut dikejar-kejar anak buah Mao - taijin,
nona. Karena itu memintaku untuk melindunginya
selalu dan tidak jauh darinya!"
"Betul, 1api hanya itukah tangkapanmu
mendengar permintaannya? Kau tak tahu ada yang
lebih dalam dari sekedar alasan itu?"
Kim-mou-eng heran. "Apa itu. nona?"
Wan Hoa menepuk meja. "Kim-taihiap,
sebaiknya buang dulu sebutan nona-nona itu. Kau
panggil saja aku Wan Hoa atau adik Hoa!""Baik, apa itu, adik Hoa?"
Dan Wan Hoa tersenyum aneh. "Kau benarbenar tak tahu, taihiap?"
"Kalau aku tahu tentu tak akan bertanya
padamu!" Kim-mo?-eng mendongk?l. "Kau katakan
saja, adik Hoa. Apa alasan utama itu hingga Cao
Cun minta kulindungi selamanya!"
Dan Wan Hoa tertawa, manis sekali tapi
kata-katanya mengejutkan Kim-mou-eng, "Karena
dia mencintaimu, taihiap. Cao Cun mencintaimu
lahir batin dan setiap hari hanya kau saja yang
dibicarakan. Itulah!"
Kim-mou ?ng terkejut. Dia mundur
selangkah dengan mata terbelalak lebar,
memandang gadis bermata jernih ini. Tapi Wan Hoa
yang mengangguk dan menyambar lengannya tibatiba berbisik sungguh-sungguh, "Benar, Cao Cun
mengharap-harap kedatanganmu, taihiap. Dia siap
mati di tempat ini kalau kau menol?k cintanya. Itulah
sebabnya dia minta berdekatan denganmu kalau
kau hendak membawanya pergi. Kalau tidak dia tak
akan mau dibawa meskipun kau paksa!"
Kim-mou-eng tertegun. Sekarang dia
menjublak, pucat dan merah mukanya bergantiganti mendengar kata-kata itu, bingung dan seakan
dipukul palu godam, melihat bayangan sumoinya
tiba-tiba berdiri di samping bayangan Cao Cun,
tegak dan marah melihat dia menggandeng puteri
Wang-taijin itu. Ingat kejadian beberapa mingguyang lalu ketika dia mencium sumoinya itu. Dan
Kim-mou eng yang tertegun dengan kaki menggigil
mendadak melepaskan diri dan berseru perlahan,
"Tak mungkin!"
Wan Hoa mengerutkan alis. "Apanya yang
tak mungkin, taihiap? Cao Cun bukan adikmu
sendiri, kalian tak ada hubungan darah!"
"Tapi.."
"Tapi apa, taihiap? Kau mau membiarkan
Cao Cun merana seumur hidup di sini? Kalau begitu
tinggalkan saja dia. Biar dia mati bersama aku di
sini!"
Kim-mou-eng kag?t. "Wan Hoa ...!"
Wan Hoa tersenyum mengejek, dadanya
tiba tiba dibusungkan. "Kim-Taihiap," gadis itu mulai
berkata berapi-api. "Aku tahu apa yang menjadi
penderitaan Cao Cun. Aku dan dia sama sama
senasib dan sependeritaan. Kami masing-masing
telah menceritakan apa yang menjadi isi hati kami.
Cao Cun men?intaimu, kalau kau menolak dia juga
tak dapat berbuat apa apa tapi segeralah
tinggalkanlah tempat ini. Kami sadar bahwa kami
wanita lemah, lain dengan lelaki. Tapi sekali kami
menjatuhkan cinta tak mudah bagi kami untuk
m?nariknya kembali!"
Kim-mou eng tertegun.
"Dan Cao Cun tak main - main, taihiap,"
Wan Hoa melanjutkan dengan mata masih berapiapi sama seperti tadi. "la siap menerima kegagalanataupun keberhasilannya. Kalau ia gagal dan kau
menolak cintanya maka ia akan tinegal di sini
seumur hidup bersamaku. It? sumpahnya. Tapi
kalau ia berhasil dan kau mau membawanya pergi
maka ke mianapun ia akan ikut padamu. Bahkan ke
Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bangsamu yang dianggap s?tengah liar itupun!"
Kim-mou-eng t?rpukul. Memang ada
anggapan di kalangan bangsa Han bahwa bangsa
Tar -tar adalah bangsa liar. Kurang beradab dan
karena itu dijauhi bangsa bangsa lain yang
menganggap diri sendiri sudah beradab, labih tinggi
kebudayaannya dan lebih "s?pan" dibanding
bangsa Tar - tar itu, bangsa nomad yang masih suka
berpindah pindah tempat karena keadaannya yang
memang memaksa. Tapi karena urusan tidak
membicarakan bangsa Tar tar melainkan
membicarakan Cao Cun yang mencintai dirinya dan
mau diajak pergi kalau dia menerima cinta kasih
gadis itu mendadak Kim-mou-eng meniadi bingung
dan "pusing" oleh urusan ini, mendelong
mendengar semua kata kata Wan Hoa itu. Tapi
ketika pintu terbuka dan balik Cao Cun yang
memasuki kamar sahabatnya tiba tiba puteri Wang
taijin itu berseru, menegur temannya,
"Wan Hoa, tak perlu kau membuka rahasia
hatiku pada Kim-twako. Dia tak perlu kau paksa,
Kim twako bebas memilih!"
Wan Hoa tertegun. Dia melihat Cao Cun
sudah balik lagi menutup pintunya, tersedu menujuamar sendiri dan membanting t?b?h di tempat
tidurny? itu. Dan Wan Hoa yang terb?lalak
memandang Kim-mou-eng tiba tiba bertanya
"Bagaimana, kau meninggalkan Cao Cun
atau menerimanya, taihiap? Aku mendapat marah
gara-gara menceritakan cintanya padamu!"
Kim-mou-eng bingung. Dia berdebar dan
iba sekali melihat keadaan gadis itu, gadis cantik
yang kusut mukanya. Tak enak dan tentu saj? tak
mau membiarkan Cao Cun hidup di Istana Dingin,
penjara yang tiada ubahnya neraka bagi gadis itu.
Dan karena dia mulai mendengar langkah-langkah
kaki mendatangi tempat itu tiba tiba pendekar ini
mengangguk dan berkelebat menuju kamar Cao
Cun. "Baiklah, aku akan membawanya pergi!"
Wan Hoa girang. "Ah, kalau begitu Cao Cun
tak bertepuk sebelah tangan, taihiap?"
Kim-mou-eng tak menjawab. Telinganya
yang tajam mendengar langkah kaki yang banyak
sekali, lebih dari sepuluh orang. Jumlah yang
baginya tidak berarti tapi bisa membuat ribut, hal
yang tidak dia kehendaki. Maka begitu tiba di kamar
Cao Cun dan melihat gadis itu tengkurap di
pembaringannya mendadak dia menyambar dan
sudah memanggul gadis ini.
"Cun-moi, kita harus lari. Banyak pengawal
datang meluruk!"
Cao Cun tertegun. "Kau....?""Ya, aku menerimamu. Cinta kita tak
bertepuk sebelah tangan! dan ketika Cao Cun
terpekik dan mengeluh lirih mendadak gadis itu
meronta melepaskan diri, mencium pipi Kim-moueng dengan p?nuh kegembiraan dan kebahagiaan,
dua kali di kanan kiri. Tapi bentakan pengawal yang
sudah di depan kamar tiba - tiba membuat Kim eoueng gugup dan tidak merasakan ciuman di pipinya
itu, menyambar dan memanggul kembali puteri
Wang taijin yang terisak dengan air mata
bercucuran ini, bukan duka melainkan bahagia.
Dan ketika Kim-mou eng melompat dan
menerjang piata kamar mendadak lima golok
menyerangnya ganas disusul sambaran sebuah
cakar ayam yang terbuat diri baja, mendengar
bentakan Sin-kee Lo-jin yang sudah dikenal,
"Kim mou eng, kiranya kau.... sing-plak!"
Lima golok dan cakar baja itu terpental
semua. Kim-mou-eng terkejut melihat pengawal
Mao taijin itu ada di situ, tertegun melihat lima
pengawal pertama yang b?kan lain Sun Tek dan
teman temannya tadi sadar kembali, rupanya sudah
siuman dan terlalu lama dia di dalam kamar
bercakap cakap dengan Wan Hoa dan Cao Cun
hingga melupakan lima pengawal yang tadi
direndang dalam semak belukar itu. Dan ketika Sinkee Lo-jin kembali membentak dan menyaruh yang
lain lain maju menyerbu mendadak dua puluhanpengawal yang dibawa kakek yang Sakti ini
menerjang dengan senjata masing masing.
"Kim-mou-eng, kau akan kami banuh!"
Kim-mou-ong berkelebat. Dia kembali
m?nangkis dan membuat lawan menjerit dengan
senjata terlepas, mental semua dikebut anginmn
pukulannya yang dahsyat. Tapi Sin-k?e Lo jin yang
rupanya dendam pada pendekar ini mendadak
melontarkan cakar bajanya itu dari belakang,
menyetang secara curang dan menyuruh yang lain
menyerbu dari depan. Tapi Kim-moa-eng yang
waspada dan sudah melompat tinggi mendadak
menendang senjata yang menyambar dari belakang
ini, tahu akan kecurangan lawan dan mengerutkan
kening karena cakar baja itu sesungguhnya
menyerang Cao Cun karena gadis itu ada di
b?lakang punggungnya. Dan begitu cakar baja
ditendang membalik tahu-tahu Sin-kee L?-jn
berteriak kaget ketika Kim mou-eng berjungkir balik
leny?p dari kamar itu sementara senjatanya
menyambar dadanya sendiri dengan kecepatan luar
biasa.
"Hei bluk!"
Sin-kee Lo-jin terbanting bergulingan. Dia
tak dapat mengelak senjatanya sendiri, mengaduh
dan m?lontakkan darah segar karena dadanya
serasa rontok, dihantam cakar bajarya sendiri yang
merupakan senjata makan tuan. Dan ketika para
pengawal ribut ribut dan Kakek Ayam Sakti initerhuyuug bangkit berdiri maka Istana Dingin
menjadi gempar oleh genta yang dipukul bertalu talu.
"Kim mou-eng menculik calon selir.
pendekar rambut emas datang..!"
Suasana menjadi gaduh. Istana itu tiba tiba
diluruk banyak orang, semuanya menuju ke dalam
berlarian meluruk kamar Cao Cun karena dari
sinilah barmulanya keributan, berteriak - teriak dan
terkejut mendengar kedatangan Kim-mou-eng,
pemuda sakti yang telah menggegerkan kota raja
dan tentu saja membuat nyal? semua pengawal
kecut. Tapi ketika melihat Kim-mou-eng tak ada lagi
ditempat itu dan para pengawal di dalam justeru
bert?riak berlarian keluat tiba-tiba suasana menjadi
hiruk pikuk bercampur maki-makian.
Pengawal di luar bingung. Mereka berlarian
kembali seperti semut digebah, masing-masing
mencari ke delapan sudut. Dan ketika pengawa di
atas m?nara melihat bayangan Kim-meu-eng dan
pendekar itu me?ompati tembok yang tinggi tiba tiba
di tempat ini para pengawal menghambur.
"Dia naik k? tembok, awas....!"
Kim-mou-eng memang benar ada di
situ.Dia telah m?nyelinap me?oloskan diri,
merobohkan pengawal tapi tak mau membunuh
mereka, keluar dari Istana Dingin itu dan kini berada
di bawah dinding yang tinggi, siap melompat naik
dengan ginkangnya yang luar biasa. Tapi Cao Cunyang bergerak di be?akang punggungnya tiba tiba
berseru menggigil, "Kim-twako, jangan tinggalkan
Wan Hoa, Ambil dia..!."
"Apa?" Kim mou-eng terkejut. "Kau berarti
menyuruhku kembali ke dalam, Cun-moi? Gila, para
pengawal m?ngejarnya. Aku tak mau ribut-ribut!"
Cao Cun menangis. "Kalaa begitu
tinggalkan aku, twako. Kau larilah dan biar aku
membawa Wan Hoa!"
Kim-mou-eng semakin terkejut. "Kau gila
Cun-moi? Kita sudah di batas istana, aku siap
melompat keluar!
"Tidak, tidak... kalau begitu aku turun di sini.
Kau larilah dan selamatkan dirimu!" dan Cao Cun
yang melorot turun dari punggung Kim-mou eng tiba
tiba menangis dan mengguguk kembali memasuki
istana, memanggil-manggil Wan Hoa dan menyuruh
gadis itu berlari bersamanya. Dan Kim-mou-eng
yang t?ntu saja tertegun melihat ini tiba-tiba m?lihat
sebatang tombak meluncur dari depan, m?nyambar
dada Cao Cun.
"Awas ..!" Kim-mou-eng marah, berkelebat
menangkis dan kaget melihat seorang pengawal
mau membunuh Cae Cun, pengawal Mao-taijin
karena dia melihat sekat pita di rambut pengawal itu,
kiranya anak bu?h Sin-kee Lo-jin. Dan Kim-mou eng
yang gusar tak dapat menahan diri tiba-tiba
menangkap tombak itu dan menimpukannya ke
dada sang pengawal."Crep!" pengawal itu menjerit. Dia langsung
roboh mandi darah, mendelik pada Kim-mou-eng.
Tapi Kim-mou-eng sendiri yang sudah menyambar
C?o Cun dan marah pada gadis ini akhirnya
membalik dan terpaksa kembali k? istana,
membentak dan m?nyerbu ke depan
mendorongkan pukulan sinkangnya, membuat para
pengawal mawut dan roboh berpelantingan di kiri
kanan, t?rbuka jalan memasuki istana. Dan begitu
Kim-mou-eng berkelebat dan para pengawal yang
lain berteriak-teriak maka pendekar ini lenyap
memasuki lorong-lorong di dalam.
"Dia kembali, awas...!"
Para pengawal kembali ribut. Mereka
gentar tapi juga bingung, berlarian ke dalam
mengejar pend?kar itu. Tapi karena gerakan Kimmou-eng luar biasa cepat dan pendekar itu selalu
merobohkan pengawal yang ada di depan akhirnya
pendekar ini tiba kembali di kamar Wan Hoa,
melihat gadis itu menggigil membelalakkan mata,
pucat dan gemetar menyaksikan semua keributan
it?, sepak terjang Kim-mou eng yang benar benar
luar biasa. Dan Cao Cun yang sudah berteriak
girang melihat temannya tiba-tiba meloncat turun
dari pondongan Kim-mou-eng.
"Wan Hoa, lari.... ayo lari."
Wan Hoa tertegun. "Lari ke mana, Cao
Cun? Dengan siapa? Kenapa kau kembali lagi?""Ah, tak perlu banyak tanya, Wan Hoa. A-ku
kembali karena tak mau kau s?ndirian di tempat ini.
Kita lari bersama Kim-twako. Ayo, cepat....." Cao
Cun sudah menarik temaanya itu, menyeret Wan
Hoa yang masih bengong terlongong-longong. Tapi
para p?ngawal yang sadah meng?jar di belakang
mereka tiba-tiba bert?riak-tariak.
"Hei, kalian selir jangan merat. Tunggu
putusan Mao taijin".
Namun Cao Cun tak perduli. Dia sudah
menarik lengan Wan Hoa, mendekati Kim-mou-eng.
Tapi Kim-mou eng yang mendengus perlahan tibatiba menyambar tubuh mereka berdua, membawa
Cao Cun dan temannya yang b?rteriak kaget karena
mereka taha-tahu telah dikempit di bawah ketiak,
Cao Cun di sebel?h kanan sementara Wan Hoa di
sebelah kiri. Dan begitu mereka roboh tak berdaya
tahu tahu Kim-mou-eng menerobos dalam kamar
dan langsung mendobrak jendela.
"Brakk .. !
Para pengawal terb?lalak. Mereka melihat
Kim-mou-eng lolos dari tempat itu. melesat dan
berjungkir balik ke atas genteng. Dan ketika mereka
tertegun dan kaget oleh perbuatan Kim-mou eng
yang kini bahkan menculik dua calon selir tahu-tahu
Kim mou-eng telah berkelebatan di atas genteng
bagai kelelawar malam.
"Kejar, dia, jangan ndomblong....!Bentakan Sin-kee Lo jin itu membuat
mereka sadar. Para pengawal berhamburan keluar,
terkejut dan berteriak teriak m?nuding genteng,
melihat bayangan Kim-mou-eng yang berlompatan
dari satu wuwungan k? wuwung?n lain, begitu
ringan padahal mengempit dua orang. Seolah yang
dikempit adalah boneka kertas yang sama sekali
tidak berbobot. Tentu saja membuat para pengawal
kagum dan membelalakkan mata lebar - lebar. Dan
ketika mereka berhamburan mengejar dan
mengepung istana itu tiba-tiba Kim mou-eng telah
sampai di batas tembok yang tinggi.
"Lepaskan panah. Serang...!."
Aba aba Sin kee Lo-jin ini kembali merobek
keheningan malam. Para pengawal sudah
menjepret panah mereka, puluhan bahkan ratusan,
menyerang dan menghujani tubuh Pendekar
Rambut Emas itu yang mengempit dua orang. Tapi
Pendekar Rambut Emas yang berjungkir balik di
udara dan lenyap melewati tembok yang tinggi tibatiba telah meaghilang dar? tempat itu, membuat
ratusan panah sia-sia runtuh ke bawah. Tak ada
satupun yang mengenai sasarannya. Dan ketika
para pengawal kembali tertegun dan bengong di
bawah maka Sin-kee Lo-jin memaki-maki dan
membentak mereka itu.
"Goblok! Buka pintu g?rbang, susul dia....!"
Para pengawal sadar. Mereka sebenarnya
sudah jerih menghadapi pendekar yang amat tinggikepandaiannya itu, diam-diam simpatik karena
mereka melihat meskipun mereka menyerang matimatian pendekar itu namun tak satupun balasan
Kim mou eng yang membuat mereka tewas, ke?uali
si pengawal bertombak yang hendak membunuh
Cao Cun. Paling-paling roboh atau patah tulang,
Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cedera yang sebenarnya tak berarti bila dibanding
keinginan mereka yang hendak membunuh
pendekar itu. Dan ketika Sin -kee Lo - jin marahmarah dan pintu gerbang istana dibuka maka para
pengawal yang lebih takut pada kemarahan Sin kee
Lojin yang dapat menghukum mereka tiba tiba
sudah berhamburan keluar mengejar Pendekar
Rambut Emas itu.
Tapi siapa dapat menangkap pendekar ini?
Sin - kee Lojin sendiri biar dibantu orang orang
lihaipun tak mungkin dapat menangkap pendekar
itu, apalagi hanya pengawal pengawal yang tidak
memiliki kepandaian berarti. Maka begitu Kim-mou
- eng menghilang dan kegelapan malam juga
m?mbantu pendekar itu melarikan diri akhirnya para
pengawal pulang kembali dengan tangan hampa,
s?mentara Sin kee Lo jin berkaok kaok bagai
kambing. kebakaran jenggot.
Ke mana Peadekar Rambut Emas itu
melarikan diri? Bukan lain ke Chi cou. Pendekar ini
langsung ke sana, tak berhenti dalam perjalanan
dan ingin secepatnya mempertemukan Cao Cun
dengan ayah ibunya. Tidak beristirahat sama sekai,membuat Cao Cun d?n temannya kagum bukan
main akan ketahanan tubuh pendekar ini. Dan
ketika pagi itu Cao Cun t?lah berada di belakang
halaman rumahnya dan Kim mou eng menurunkan
Mereka berdua maka hal pertama yang dilakukan
puteri Wang taijin ini adalah pujian.
"Ah,,hebat kau Kim Twako..Kami sendiri
merasa capai. Tidak lelahkah kau?"
"Hi,,hik,,mans fia capai Cao Cun, taihiap
orangnya memang luar biasa. Apalagi kalau..." Wan
Hoa terkekeh melirik temannya dan melupakan
sejenak ketegangan yang telah mereka alami tadi,
disambut muka merah oleh Cao Cun yang mengerti
kemana arah sambungan kata-kata itu. Bukan lain
kalau Kim-mou-eng mengempit tubuhnya,
memanggulnya atau memondongnya semalam
suntuk. Tapi Kim-mou-eng yang mengusap peluh
dengan kening dikerutkan menegur,
"Cun-moi, sebaiknya kita tak perlu
bergurau. Kalian telah tiba di tempat aman. Ayo kita
temui ayah ibumu."
Wan Hoa mengangguk. "Ya, deh... hi-hik,
keringatmu harum, Kim - taihiap. Pantas kalau Cao
Cun betah di bawah ketiakmu!"
Cao Cun terkejut. "Wan Hoa...!"
W?n Hoa tak perduli. Dia pura pura tak
melihat muka Kim-mou eng yang merah,
mengendus - endus tangannya sendiri yang basah
oleh keringat pendekar itu. Memang harum,k?haruman tubuh pria yang aneh tapi keras,
tertawa-tawa. Dan ketika Cao Cun melompat dan
hendak mencubitnya
sekonyong - konyong gadis ini berteriak,
"Aduh, tolong, Kim taihiap. Kekasihmu mau
menggigit aku...!"
"Hush! Cao Cun terpaksa berh?nti,
s?mburat mukanya. Dan ketika dia bentr?k dengan
pandangan Kim-mou-eng yang juga merah oleh
kata-kata Wan Hoa ini mendadak Wang taijin dan
isterinya muncul, mendengar ribut ribut di halaman
belakang rumahnya itu, k?betulan sedang
menikmati minuman panas.
"Siapa itu? Kalian, eh.... Cun -ji!" bapati
Wang tiba tiba terpekik, seolah tak percaya pa da
matanya sendiri melihat Cao Cun ada di situ. berdiri
di sebelah Wan Hoa yang tak dikenal. Tapi b?gitu
melihat Kim mou-eng mendadak bupati ini
melompat berlari lari kecil menubruk anak
perempuannya itu berteriak girang.
"Cun ji!"
Cao Cun sendiri sudah t?risak. Dia juga
menubruk ayahnya itu., tersedu sedu. Sebentar
kemudian menangis dan mengguguk di dada
ayahnya ini. Dan ketika ibunya juga m?nyusul dan
wanita tua itu jatuh dua kali tersandung batu tiba tiba tiga orang ini telah berpelukan dan menangis
bersama-sama.
"Ayah, kau kurus! Ibu, kau pucat sekali!"Wang-taijin dan isterinya ikut tersedu-sedu.
Mereka diserang keharuan dan kegembiraan besar.
Tak dapat mengekang karena kedatangan
puterinya itu memang tiba- iba sekali. Begitu cepat
dan juga serasa mimpi, Tapi teringat Kim-mou-eng
yang teah menepati janji membawa puterinya ke
situ mendadak bupati ini menjatuhkan diri berlutut di
kaki Pendekar Rambut Emas ini.
"Kim taihiap, terima kasih. Kau benar-benar
telah menepati janjimu...!"
Kim-mou-eng mengangkat bang?n bupati
ini. Dia melihat Wang hujin (nyanya Wang) juga
berlutut di kakinya, terseda sedu oleh kebahagiaan
bertemu dengan anak perempuannya itu. Bersukur
dan bert?rima kasih sekali pada pendekar yang
telah melepas budi ini. Tapi Kin-mou-eng yang
menarik bangun du? suami isteri itu suduk
meoghela napas berkata perlahan,
"Taijin, bangunlah. Keberhasilanku
sesungguhnya berkat puterimu juga, Cao Cun
hampir membelot "
Wang taijin terkejut. "Kenapa, taihiap?
Dan Wan Hoa tiba tiba terkekeh,
mengejutkan semua orang.
"Hei.., siapa gadis ini ?" Wang taijn semakin
terkejut, teringat bahwa di situ masih ada satu nona
lain. Dan Wan Hoa yang menjura di depan bupati itu
lalu memperkenalkan diri mendahului yang lain."Taijin, maafkan aku. Aku Wan Hoa Li, Wan
Hoa penghibur puterimu ini. Aku juga tinggal di
Istana Dingin senasib dengan puterimu
"Ah. Wan Hoa?"
"Ya, " Cao Cun kini melangkah maja. Dia
adalah sahabatku, ayah. Juga diperas oleh Maotaijin yang jahat itu. Kami sama-sama tinggal di
Istana Dingin!"
"Ah! Wang taijin mendelong, mengerti
seketika itu juga. Jadi kau korban menteri pemeras
itu, nona? Ayahmu..?"
"Ayah sama seperti dirimu, taijin. Tak mau
menyuap dan mengakibatkan aku masuk ke neraka
d? bukit Niu-san itu. Menteri she Mao memang
busuk, aku dan Cao Cun menjadi akrab setelah
kami bertemu di sana."
Wang-taijin mengangguk angguk. Dia
bersinar-sinar memandang gadis ini melihat wan
Hoa g?dis cantik. Gadis cantik yang lincah, agaknya
lebih gembira dibanding watak puterinya yang akhir
akhir ini agak murung. Tapi mengerutkan kening
mengapa gadis itu tadi tertawa mendadak bupati ini
bertanya, "Nona, kenapa kau tertawa. Apatah
membelotnya anakku perempuan ini ada yang
lucu?"
Wan Hoa tiba-tiba tersenyum ke Cao Cun.
"Maaf, aku tadi tak dapat menahan diriku. taijin,
Memang Cao Cun itu lucu, dia tak mau pul?ng kalau
Kim-taihiap tak mau selmanya tinggal di sisinya!""Ah, maksudmu?"
"Cao Cun mengikat Kim taihiap agar
terbang bersamanya, taijin. Ke mana Kim Taihiap
pergi ke situ Cao Cun ada. Mereka telah saling
mengikat janji, aku gembira puterimu mendapat
tambatan hati yang gagah perkasa ssperti Kimtaihiap ini!
"Wan Hoa....!"
Wan Hoa terkekeh. Dia melihat Cao Cun
melotot padanya, membentak perlahan, Dan ketika
semua ?rang tertegun memandang Cao Cun
mendadak gadis yang menjadi pusat perhatian itu
tiba tiba melompat pergi, masuk ke kamar.
"Ayah, Wan Hoa memang nakal. Tangkap
dan k?rung dia di kamar belakang!"
Wang-taijin tiba-tiba tertawa bergelak.
Sekarang dia mengerti apa yang dikatakan Wan
Hoa itu, girang bukan main memandang Kim-moueng. Membayangkan betapa hebat dan bahagianya
dia mendapat mantu seperti Pendekar Rambut
Emas itu. Pendekar yang hebat dan gagah perkasa!
Dan Wan Hoa yang tertawa nemandang Kim-moueng tiba-tiba menjura dan memutar tubuh mengejar
sahabatnya itu.
"Tajin, siapkan pesta pernikahan yang
meriah. Aku akan memandikan air bunga kepada
Cao Cun"Wang taijin semakin terbahak. Dia merasa
kejatuhan rejeki luar biasa besar. Maklum,
sebelumnya dia telah merasa gagal untuk menarik
pendekar itu sebagai mantunya, menjodohkau Cao
Cun dengan pendekar yang gagah ini. Tampan dan
menarik. Bahkan Mao -taijin pun takut padanya.
Tapi Kim mou-eng yang merah padam
mukanya tiba- tiba menggigil memandang dua
suami isteri itu, Wang-taijin dan Wang-hujin.
"Taijin, maafkan kata kata Wan Hoa.
Dia..tak tahu apa yang sebenarnya terjadi!"
"Ah, ada apa, taihiap?"
Kim-mou-eng g?metar. Dia bingung,
menelan ludah yang terasa kering memasuki
kerongkongan. Tapi sadar bahwa saat itu adalah
saat yang amat menegangkan baginya karena dia
harus berterus terang akhirnya pendekar ini redup
memandang ke depan.
"Taijin, aku tak dapat lama-lama tinggal di
sini. Aku harus segera pergi. Omongan wan Hoa
anggap saja kata-kata anak kecil!"
Wang-taijin terkejut. "Maksud taihiap?"
"Aku mendustai Cao Cun, taijia. Aku
terpaksa melakukan akal itu agar dia dapat bertemu
denganmu. Aku mengakui salah. Aku tak dapat
lama-lama lagi di sini karena secepatnya aku harus
pergi.
Maaf!"Wang-taijin tertegun. Sinar kekecewaan
besar tiba-tiba membayangi muka bupati ini, gelap
dan marah memandang pendekar itu. Tapi ingat
bahwa pendekar itu berkali-kali m?nolongnya dari
kesulitan hidup tiba tiba bupati ini menarik napas
dan sadar bahwa mengharap pendekar itu sebagai
mantu memang terlalu jauh. Impian yang terlalu
tinggi. karena dia maklum puterinya s?nd?ri adalah
seorang anak perempuan lemah, bukan seperti
pendekar ini yang galang-gulung dalam dunia
kangouw. Dan menyadari bahwa j?sa pendekar itu
jauh lebih besar dibanding "dosanya" akhirnya
bupati ini melelehkan air mata terpukul oleh
perbuatan itu.
"Baiklah, ak? menyadari kedudukan
puteriku, taihiap. Tapi aku tak tahu apa yang akan
dilakukan puteriku bila melihatmu pergi. Maaf, aku
agaknya terlampau mengharap jatuhnya bintang!"
Kim mou-eng mengigit bibir. Dia melihat
dua suami isteri itu terisak, j?las terpukul dan
kecewa oleh pernyataannya tadi. Tapi melhat
Wang-taijin tak marah-marah padanya dan justeru
bersikap lembut mendadak dia malu hati dan t?k
kalah terpukulnya oleh bupati ini. Jauh lebih baik
menerima maki makian yang kasar daripada
menghadap? sikap yang halus dan lembut begitu
tap? menusuk jantung. Sikap yang cukup
menyiksanya, membuatnya tak enak dan muka
selalu merah. Dia sadar bahwa, sec?patnya diaharus pergi meninggalkan Cao Cun. Dan Kim-mou
eng sudah menjura di depan dua suami isteri itu,
membungkuk dalam dmeninggalkan penyesalan.
"Wang taijin, ma'afkan semua kesalahanku.
Aku mengakui dosaku terhadap Cao Cun,
sampaikan permintaan maafku pula padanya dan
harap jaga puterimu baik baik. Selamat tinggal.. "
Kim mou-eng memutar tubuh, langsung
menggerakkan kaki dan mendengar Wang taijin
tersedu. lenyap dari tempat itu dengan muka merah
padam. Baru kali itu melakukan "dosa" dalam
keadaan terpaksa, semata memenuhi janjinya pada
bupati she Wang itu bahwa dia akan
mempertemukan bupati itu dengan anak
perempuannya. Janji yang memang berhasil dia
tepati tapi sekaligus memberi "aib" di mukanya,
seorang pendekar melanggar janji. Janji terhadap
Cao Cun Dan begitu Kim-mou eng pergi tiba-tiba
Wang-hujin roboh pingsan!
Sekarang rumah Wang-taijin menjadi ribut.
Cao Cun kaget mendengar Kim-mou-eng telah
meninggalkan mereka, m?lihat ibunya pingsan
sementara Wan Hoa menjublak seakan tak
percaya. Melihat Kim-mou eng benar b?nar
m?ninggalkan mereka dan melanggar janjinya
terhadap Cao Cun.
Jadi seolah mempermainkan gadis itu padahal Cao
Cun telah begitu bahagia menerima janji Kim-mou
eng. Tak mengira sama sekali bahwa semuanya ituadalah tipuan belaka dari Pendekar Rambut emas
itu. Dan Cao Cun yang tersentak melihat semuanya
"nggeblak" (roboh) seperti ibunya pula!
Wang taijin semakin panik. Dia menolong
isterinya dan puterinya itu, berseru memanggilmanggil dengan gugup dan bingung. Mengharukan
Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali melihat keadaan bupati ini. Dan ketika duaduanya sadar dan Cao Cun m?mbuka mata
mendadak gadis itu menangis tersedu-sedu dan lari
ke dalam kamarnya. Tiga hari penuh mencucurkan
air mata hingga bengkak, membandul
mengenaskan. Dan Wan Hoa yang lagi-lagi menarik
napas menghibur kawannya akhirnya menemani
Cao Cun sepanjang hari, tak segan segan
menunggu.
"Cao Cun, Kim-mou-eng rupanya memang
bukan jodohmu. Sebaiknya lupakan dia dan hapus
air matamu itu."
"Ah, mana bisa kuhapus air mata ini, Wan
Hoa?" Cao Cun tersedu-sedu. "Mana bisa sakit hati
ini kuhapus begitu saja? Dia satu-satunya orang
yang kucinta, tapi dia pula yang mempermainkan
hatiku seenak hatinya!" Cao Cun mengguguk, sakit
bukan main teringat sikap Pendekar Rambat Emas,
jantung serasa dirobek dan kulit diiris-iris. Pedih
sekali. Sakit sekali. Dan wan Hoa yang ikut
menangis melihat penderitaan kawannya akhirnya
memeluk puteri Wang taijin itu."Kalau begitu apa yang harus kita lakukan,
Cao Cun? Apa yang dapat kubantu untuk
meringankan dukamu ini?"
Cao Cun mengguguk. Ia melihat kecintaan
yang begitu besar dari sahabatnya ini, balas
merangkul dan menciumi Wan Hoa, terharu sekali
oleh sikap Wan Hoa yang begitu penuh perhatian.
Tak ada lain kecuali memik?rkan dirinya. Dan Cao
Cun yang tersedu-sedu memeluk sahabatnya itu
tiba tiba m?nggeleng dan berseru berulang-ulang,
"Tidak. tak ada, Wan Hoa... biarkan aku sendiri dan
kau pergilah. Pulanglah dan kembalilah ke ayah
ibumu."
Wan Hoa mendadak melepaskan dirinya.
"Apa, kau mengusirku pergi, Cao Cun?"
Cao Cun menggeleng dengan air mat?
bercucuran. "Tidak, jangan salah paham, Wan Hoa.
Bukankah sekarang kita bebas dan kau dapat
pulang. Aku tidak mengusirmu, justeru ingin
menyelamatkan kau kalau-kalau Mao - taijin
menyuruh pengawal-pengawalnya datang
menangkap kita!"
"Kalau begitu jangan suruh aku berpisah,
Cao Can. Seumur hidup kita boleh bersama, Ingat
janjimu".
Cao Cun terpukul. Memang dia telah
berjanji bahkan bersumpah untuk bersama dengan
sahabatnya ini kalau Kim-mou eng meno?aknya.
Tapi ingat k?selaatan Wan Hoa yang mungkin dikejar-kejar pengawal kalau Sin-kee L? jin melapor
mendadak Cao Cun bingung dan mengguguk
memeluk sahabatnya itu. "Wan Hoa, aku.... aku tak
ingin membuat dirimu susah. Kau tinggalkanlah aku
sebentar di sini....!
"Kau mau apa, Cao Cun? Kau mau bunuh
diri?
Cao Cum mengguguk, menggeleng.
"Kalau begitu mau apa?"
Cao Cun tak tahan lagi. "Aku ingin sendiri di
kamar ini, Wan Hoa, sejenak saja. Kau
tinggalkanlah aku dan biarkan aku sendiri!"
"Tidak! Wan Hoa melihat gelagat tak baik,
mengenal betul sifat kawannya ini. "Aku tak mau
pergi kalau kau mau bunuh diri, Cao Cun. Aki siap
mendampingimu kalau kau berbuat yang tidaktidak!"
Cao Cun menangis tak keruan. Memang
seb?narnya dia ingin bunuh diri di kamar itu.
mengikat l?her dan menggantung di belandar.
Habis perkara. Tapi sahabatnya ini, yang tahu dan
dapat menduga jalan pikirannya tiba-tiba membuat
Cao Cun tersedu dan semakin berduka. Hilang
sudah harapannya itu kalau Wan Hoa mengenal
maksudnya. Dan Wan Hoa yang menggigil
melepaskan pundaknya berkata sungguh sungguh,
"Cao Cun, bunuh diri adalah suatu
perbuatan yang tidak baik. Itu pikiran orang sesat.
Hid?p memang penuh suka dan duka, kita harusmenerimanya dengan pikiran jernih. Kau kehilangan
kekasih, tapi kau tak kehilangan sahabat, bukan?
Aku tetap setia mendampingimu, Cao Cun. Aku
men?inta dan menyayangmu sebagai saudara.
Kalau saja aku bisa berganti sebagai laki-laki tentu
kedudukan Kim-mou eng akan kuganti!"
Cao Cun menjerit. Dia mengeluh lirih oleh
pernyataan yang meremangkan bulu kuduk itu,
merasakan getaran kasih sayang dan cinta Wan
Hoa yang membuat hatinya diremas remas. Dan
dua sahabat yang akhirnya kembali berpelukan itu
akhirnya sama-sama menangis dan mengguguk.
"Cao Cun, k?u tak akan bunuh diri, bukan?"
Cao Cun menggeleng.
"Berani kau sumpah?"
Cao Cun mengguguk.
"Kalau begitu pegang kepalaku, Cao Cun.
Bersumpahlah demi arwah nenek moyangmu
bahwa kau tak akan bunuh diri. Tak akan
meninggalkan aku!"
Cao Cun tak mau. Dia memeluk
sahabatnya itu erat erat, menangis dengan air mata
deras mengalir. Tapi k?tika Wan Hoa membawa
telapak tangannya ke atas kepala gadis itu akhirnya
Wan Hoa memaksa agar sahabatnya itu tidak
b?nuh diri. Bahwa mereka akan menerima pahit
g?tir kehidupan dengan batin yang tabah. Pikiran
yang jernih. Dan ketika keduanya bertangistangisan dan lelah rasanya batin ini menerimahimpitan duka mendadak keduanya tertidur dan
saling berpelukan di satu pembaringan.
Mengh?rukan. Sejarah memang membuktikan
kecintaan dan keluhuran budi Wan Hoa itu. Betapa
gadis inilah yang memberi banyak hiburan kepada
Cao Cun, mendampinginya dan benar-benar setia
sebagai sahabat sejati. Gadis yang berhati mulia
dan sering meringankan penderitaan batin puteri
Wang-taijin itu. Dan ketika b?berapa jam kemudian
Cao Cun merasa tenang dan lebih dulu bangun
dibanding sahabatnya itu maka puteri Wang taijin ini
bangkit dud?k dan tarun dari pembaringannya.
Cao Cun berkaca-kaca. Sikap Wan Hoa
yang demikian penuh perhatian kepadanya
membuatnya terharu. Tapi ingat pelanggaran janji
yang dilakuan Kim-mou-eng tiba-tiba Cao Cun
terisak, menutupi mukanya.
Apa yang harus dilakukan? Sebaiknya di?
menyingkir. Patah hati yang dialaminya itu terlalu
berat, meskipun Wan Hoa sebagai sahabat yang
dapat dipercaya dapat m?ringankan
penderitaannya. Tapi asmara adalah urusan lain.
Perasaan cinta terhadap pria idaman lain dengan
perasaan cinta terhadap se?rang sahabat.
Betapapun Wan Hoa berusaha menghapus
lukanya. Dan Cao Cun yang menangis tanpa suara
tiba-tiba menggigit bibir mendekati Wan Hoa,
bermaksud akan meninggalkan tempat itu dan
kembali ke Istana Dingin. Mengurung diri dan biarberduka disana sampai mati. Dan Cao Cun yang
menunduk mencium pipi sahabatnya tiba-tiba
berbisik h?mpir tak terd?ngar,
"Wan Hoa, selamat tinggal. Aku tak akan
bunuh diri tapi aku juga tak mau menyeret dirimu
merasakan penderiiaanku. Kau bahagialah, pulang
dan kembalilah ke kampung halamanmu....!" dan
begitu Cao Cun memutar tubuhnya meleoas
kecupan halus tiba-tiba puteri Wang-taijin itu
membuka pintu dan keluar dari kamaraya, terisak
menahan-nahan tangis yang akan meledak di
dadanya. begitu berat monyesakkan napas. Tapi
persis setelah berlari keluar sekoayoag koayong
sahabatnya bang?n.
"Cao Cun...."
Cao Cun terkejut. Dia menoleh sekejap,
melihat Wan Hoa terbelalak kepadanya. Tapi Cao
Cun yang menangis melanjutkan larinya tiba-tiba
sudah menuju ke kandang kuda, mengambil seekor
kuda dan membedal m?loncat di atas
punggungnya, menggug?k melihat Wan Hoa
mengejar dengan teriakannya berkali-kali,
memanggil-manggil namanya. Dan persis kuda
mencongklang m?lewati pagar depan maka di saat
itulah Wan Hoa terlihat m?lambaikan lengannya, di
pintu samping.
"Cao Cun...."
Cao Cun tak perduli. Dia pura pura tak
melihat temannya itu, menjepit perut kuda danmenyuruh kuda itu mencongklang secepat angin,
langsung menuju ke Istana Dingin karena di situlah
tekadnya untuk menghabiskan umur, m?nangis
bercucuran air mata sepanjang jalan. Tak perduli
pada malam yang gelap karena gadis ini juga pepat
(gelap pikiran-editor), tak ada pikiran jernih lagi
karena kedukaan masih menghimpit batinnya. Tapi
ketika pagi harinya dia tiba di bukit Niu-san dan siap
memasuki gerbang Istana Dingin mendadak Wan
Hoa muncul di situ memanggil namanya,
mengguguk di atas punggung kuda, rambut riapriapan dan mata m?mbengkak karena Wan Hoa
juga menangis sepanjang jalan. Dan Cao Cun yang
tertegun membelalakkan mata tiba-tiba untuk
kesekian kalinya lagi mendengar sahabatnya itu
memanggil, serak dengan pakaian koyak-koyak,
"Cao Cun, kau tega meninggalkan aku..."
Cao Cun tergetar. Wan Hoa sudah
mendekatinya, turun dari atas kuda dengan tubuh
menggggil, mem?gang tali kudanya dan
memandang dengan mata yang menusuk begitu
pedih, membuat Cao Cun tak kuat mengendalikan
dirinya lagi. Dan begitu Wan Hoa bertanya dan Cao
Cun tersedu, tiba-tiba gadis ini melompat turun dan
menubruk kawannya itu, bertangisan.
"Wan Hoa, maafkan aku. Aku.. aku tak ingin
menyeretmu dalam kedukaan pribadi ini...!.Wan Hoa mengguguk. "Kau salah, Cao
Cun. Tak ada kedukaan pribadi di atara kita. Duka
dan s?ka kita adalah milik bersama, bukan pribadi!"
Cao Cun tak kuat lagi. Mereka sudah
bertangisan bersama, berciuman bersama. Untuk
terakhir kalinya melihat cinta kasih Wan Hoa yang
begitu besar. Cinta seorang sahabat. Kasih seorang
sahabat, Perhatiannya yang begitu besar dan
melihat Wan Hoa benar benar tak mmau berpisah.
Rela berbagi duka bersamanya meskipun itu adalah
dukanya pribadi. Dan Cao Cun yang tersedu
wmnciumi sahabatnya ini akhirnya diketahui
pengawal yang melihat kedatangan mereka,
dibentak,
"Kalian ada di sini?"
Cao Cun melepaskan diri. Ia menghapus air
matanya, tapi Wan Hoa yang mengedikkan kepala
membusungkan dada sudah mendahului, berseru
nyaring. "Pangawal, tak perlu kalian menangkap
kami. Kami datang memang untuk kembli ke Istana
Dingin. Antarkan kami ke kamar kami "
Sang pengawal tert?gun. "Kalian
menyerahkan diri "
"Ya!" dan Wan Hoa yang Sudah menyeret
Cao Cua melangkah ke depan akhirnya
benar-benar memasuki pintu gerbang Istana Dingin,
membuat para pengawal "mendelo" ( tercengangeditor ) seakan tak percaya pada apa yang mereka
lihat. Bahwa dua gadis itu datang untuk kembaliminta dikurung. Hal yang aneh! Tapi karena Wan
Hoa tak menghiraukan merek? dan para pengawa!
sadar akhirnya dua orang gadis ini b?nar-benar
diantar dan kembali ke kamar mereka, jauh di
belakang Istana Dingin dipandang heran dan tak
mengerti oleh calon-calon selir lain yang terbelalak
memandang mereka berdua. Tapi begitu Wan Hoa
dan Cao Cun tiba di kamar mereka akhirnya dua
gadis ini menutup diri dan mengunci pintu kamar
masing-masing.
Demikianlah, kejadian yang luar biasa ini
men?engangkan banyak orang juga. Para pengawal
dan orang orang lain bengong, tak mengerti pikiran
dua orang gadis itu. Tapi karena dua gadis itu telah
kembali ke Istana Dingin dan Kim mou-eng tak
nampak di antara mereka akhirnya para pengawal
melapor dan membuat Sin kee Lo jin sendiri
menjublak ( tertegun - editor ).
"Apa, mereka datang secara baik-baik
kembali ke sini ?"
"Ya, dan tampaknya telah terjadi
pertengkaran di kamar mereka?" dan di antara
mereka dengan Kim-mou eng, Lo jin. Kami
mendengar mereka menyebat-nyebut nama
Pendekar Rambut Emas itu dengan marah"
Sin kee Lo-jin tertawa bergelak. Dia tak
mengerti apa sesungguhnya yang telah terjadi, ia
telah melapor dan membuat Mao taijin ikut
tercengang. Tapi karena keduanya telah kembalidan Mao taijin khawatir Kim-mou-eng akan datang
lagi maka Menteri ini memerintahkan agar penjaga
lebih diperkuat, menambah dengan pengawal
pengawal istana yang memiliki kepandaian tinggi,
untuk menjaga Cao Cun dan Wan Hoa. Tapi karena
Kim mou eng juga tak menduga bahwa Cao Cun
kembali ke Istana Dingin atas kehendaknya sendiri
Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena didorong kekecewaannya atas
perbuatannya itu maka Pendekar Rambut Emas ini
juga tak tahu dan tak mungkin ke Istana Dingin. Tak
tahu bahwa hasil perjuangannya sia-sia. Dan begitu
dua gadis itu menyerahkan diri ke Istana Dingin
maka berita Cao Cun dan Wan Hoa ini tak didengar
orang lagi sampai beberapa bulan kemudian.
*** "Hei, berhenti, nona cantik. Siapa kau
menangis di sini?"
Salima mengangkat mukanya. la tiba di
sebuah hutan lebat siang itu, duduk tersedu - sedu
teringat suhengnya, tak tahu langkah kaki yang
banyak mendatangi karena kesedihannya membuat
dia tenggelam dalam kedukaannya itu, kini
terganggu oleh bentakan seorang laki-laki yang
telah berdiri di depannya, sebatang golok tersisip di
pinggang dengan garang. Dan Salima yang
m?ngangkat muka mendengar bentakan itu tiba tibadisambut suitan sana-sini dari banyak laki-laki yang
telah mengepung dirinya, kagum akan
kecantikannya.
"Aih, luar biasa. Kecantikannya bagai
seorang d?wi!
"Ya, dan dia pantas hidup di tengah tengah
kita, Cen-twako. Sebaiknya tangkap dan nikmati
tubuhnya beramai ramai!"
Suara tawa bergelak yang sambungmenyambung membuat Salima merah mukanya. la
mendengar kata kata kotor di antara kaum lelaki itu,
s?asana tiba tiba ribut dan gaduh. Banyak diantara
mereka melahap tubuhnya dengan mata mengilar,
tiba tiba melangkah maju dan meng?pung semakin
rapat. Dan ketika seorang di antaranya hendak
mencolek tubuhnya tiba tiba Sali-ma membentak
bangkit berdiri,
"Mundur!"
Laki laki itu terjengkang. Entah apa vang
menyebabkan dia begitu kaget, seolah suara
Salima adalah suara petir, Disambut ketawa kawankawannya yang merasa geli oleh kejadian itu. Tapi
Salima yang kini bangkit berdiri dengan tubuhnya
yang tinggi semampai dan ganti menyapu semua
orang dengan matanya yang berkilat kilat
mendadak membuat semua laki laki itu tertegun,
tanpa terasa melangkah mundur oleh wibawanya
yang demikian mengejutkan. Seolah seorang ratu!
Dan Salima mendengus memandang laki-lakibergolok yang tadi membentak kini bertanya
d?ngan suara dingin,
"Kalian siapa? Kenapa mengganggu wanita
di tengah hutan?"
Laki - laki itu, yang dipanggil Cen-twako kini
hilang kagetnya. Dia tadi juga tersentak oleh
bantakan Salima, tergetar dan terkejut oleh wibawa
gadis ini. Tapi melihat gadis itu tak membawa
senjata dan tampaknya seperti gadis biasa-biasa
saja kecuali sikapnya yang anggun dan angkuh tiba
tiba terbahak m?ngusir ketegangan hatinya sendiri.
"Ha - ha, seharusnya kami yang harus
bertanya kepadamu, nona. Siapa kau dan mengapa
menangis di sini? Ini wilayah Hek eng Taihiap
(Pendekar Garuda Hitam ), kau masuk tanpa ijin dan
patut dicurigai!"
Salima mengerutkan alis. "Siapa itu Hekeng Taihiap?"
"Aku sendiri!" laki - laki itu menepuk dada.
"Aku Hek eng Taihiap Cen Hok, penguasa wilayah
ini dan kebetulan masih b?jangan!"
"Hm...! Salima mengerutkan alis,
mendengar suara tawa di sana - sini oleh kata - kata
terakhir itu, menjengek melihat
kesombongan orang. Tapi ketika dia berapi api
memandang sekeliling tiba tiba suara tawa itu
berhenti dan orang lagi-lagi terkejut oleh sinar
matanya yang mencorong."Cen Hok, apa sekarang maumu
mengganggu aku? "Salima menyebut nama orang
begitu saja, tak memakai julukannya. "Apa maksud
kalian mengelilingi aku?
Cen Hok, laki-laki sombong yang memakai
julukan Pendekar Garuda Hitam itu mengernyitkan
kening, melihat sikap tak menghormat lawan.
"Aku datang untuk bertanya baik-baik
padamu, nona. Kau siapa dan kenapa masuk tanpa
ijin!"
"Memangnya ini wilayahmu?"
"Tentu saja, ini wilayahku!"
"Kau merampoknya dari mana?"
"Apa?" Cen Hok terkejut. "Merampok apa,
nona? Ini wilayahku yang sudah ku kuasai belasan
tahun. Aku mendapatkannya dengan sah! laki-laki
itu marah, melotot pada Salima tapi akhirnya
tert?gun oleh senyum Salima yang manis di bibir,
mengembang penuh ejekan tapi m?mpesonakan
sekali untuk dipandang l?laki, penuh daya tarik dan
amat memikat. Dan Salima yang tahu bahwa dia
berhadapan dengan perampok-perampok liar tibatiba tertawa dengan suaranya yang merdu,
m?mbuat kaum lelaki di situ tiba tiba mabok.
"Cen Hok, apa dasarmu mengakui tempat ini sebagai milikmu? Adakah surat kaisar yang
memberi wewenang padamu untuk m?nguasai
hutan ini? Cih, kau ternyata perampok rendahan,
orang she Cen. Aku jadi muak dan sebal padamu.Sebaiknya kalian pergi dan jangan ganggu aku.
Saat ini hutan ini adalah milikku!"
Cen H?k, si Garud? Hitam terbelalak.
"Nona, kau siapa? Bicaramu besar sekali, dan
sombong!" laki-laki itu gusar, marah tapi masih
kesengsem (terpesona) oleh s?nyum Salima. Dan
Salima yang tertawa mengejek tiba-tiba
mengangkat lengannya.
(Bersambung jilid IX)
Koleksi Kolektor EbookJilid 9
"AKU tak perlu memberitahukan nama. Namaku
terlalu tinggi bagi kalian. Sebaiknya kalian pergi dan
jangan mencari penyakit!" Salima mengusir,
menggerakkan lengan menyuruh lelaki-lelaki itu pergi,
duduk kembali dan menangis seperti tadi terisak-isak,
tak menghiraukan Cen Hok dan kawan-kawannya itu
yang melenggong melihat sikapnya. Heran dan
mengira gadis ini tak waras. Bisa menangis begitu saja
padahal baru bicara seperti orang sehat. Hal yang
aneh! Dan Cen Hok yang menjublak bengong tiba-tiba
mendengar seruan seorang anak buahnya, yang tadi
hendak mencolek Salima,
"Cen-twako, rupanya gadis ini gila. Tangkap
saja dia dan telanjangi tubuhnya!"
"Ya," ya ng lain tiba-tiba menyahut. "Gadis ini
meskipun gila tapi cantik, twako. Sebaiknya belejeti
dia dan kita nikmati beramai-ramai!"
Cen Hok tertegun. Dia melihat anak buahnya ributribut, tertawa dan merubung maju seperti laron, siap
memeluk atau menubruk Salima dari segala penjuru. Tapi
Salima yang tiba-tiba bangkit berdiri dan berkilat
memandang semua orang mendadak membuat
1https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
semua orang menghentikan gerakannya.
"Tikus-tikus busuk, kalian tak dengar
perintahku tadi? Kalian tuli dan minta mati?"
Semua orang membelalakkan mata, terkejut
sejenak.
" Nah, kalau begitu yang ingin kurang ajar kepadaku
boleh maju!" Salima melanjutkan, memandang semua
orang. "Yang ingin mencium boleh mencium!"
Semua orang tiba-tiba ribut. Mereka kembali
bersuara gaduh seperti tadi, berbisik, tertawa-tawa dan
menganggap Salima bersikap lucu. Maklum,
ancamannya tadi disertai senyum yang masih
mempesona itu, senyum yang mengembang dan
membuat orang mengira gadis ini main-main, kilatan
matanya tertutup oleh senyum yang manis itu. Senyum
mengejek yang sebenarnya penuh nafsu membunuh!
Dan ketika si pencolek yang tadi gagal melompat maju
dan "mendaftar" untuk mendapatkan ciuman lebih dulu
mendadak Salima memasang pipinya dan melebarkan
senyumnya itu.
"Boleh, kalau begitu kau majulah!"
Orang itu tertawa-tawa. Dia sudah maju mendekat,
lagi-lagi tak merasakan kilatan mata Salima yang
mengerikan itu, tertutup oleh senyumnya yang
2https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
manis mempesona dan membuat semua orang mabuk.
Tapi ketika dia mendekat dan Salima menggerakkan
jarinya mendadak sebuah jerit ngeri terdengar ketika lakilaki itu roboh dengan dahi tertembus jari telunjuk!
"Crat!"
Semua orang gempar. Mereka langsung mundur
melihat robohnya teman mereka itu, tak mengira jari
telunjuk yang begitu halus mampu menembus dahi
sekeras pisau. Jari yang mengejutkan! Dan Cen Hok
serta anak buahnya yang tiba-tiba terkejut dan sadar
mendadak menjadi marah dan mencabut senjata.
"Twako, gadis ini gadis siluman. Dia membunuh
A-swie, tangkap dan bunuh dia...!" dan semua orang
yang tiba-tiba kembali ribut dan membentak Salima
tiba-tiba menyerbu dan menyerang gadis itu.
"Sing-singg...!"
Salima menjengek. Dia menjejakkan kakinya,
mumbul ke atas seperti orang terbang. Dan ketika
orang terkejut karena Salima menghilang begitu
saja dengan cepat tahu-tahu golok dan pedang
yang berhamburan menghujani gadis ini mendadak
saling bacok dan bentur di tengah udara, mengenai
sesama teman sendiri.
"Hei... crat-aduh!"
3https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Orang-orang saling kaget. Mereka tak melihat
kemana Salima pergi, maklum Salima mempergunakan
ginkangnya yang luar biasa itu, mencelat ke atas di
tengah-tengah hujan golok. Dan ketika orang-orang itu
saling berteriak kaget karena golok atau pedang
mengenai teman sendiri maka saat itulah Salima
melayang turun. Gerakannya juga cepat, berputar ke kiri
kanan dan tahu- tahu disusul pekik ngeri ketika tujuh
kepala ditendang pecah, rontok dan terkulai roboh ke
tanah. Dan ketika Salima berdiri di tempatnya semula dan
kembali memandang orang-orang itu maka Cen Hok dan
anak buahnya berteriak tertahan, mundur dengan muka
pucat, melihat delapan mayat yang sekejap saja sudah
malang-melintang di depan mereka!
"Siluman...!"
Cen Hok sekarang sadar. Dia sekarang tahu
bahwa gadis yang disangkanya biasa-biasa saja ini
ternyata memiliki kepandaian begitu tinggi.
Gerakannya cepat dan sukar ditangkap mata. Tapi
melihat delapan anak buahnya roboh binasa
mendadak laki-laki tinggi besar ini menjadi marah.
"Siluman betina, kau kiranya iblis pembunuh!"
Cen Hok membentak, maju sendiri dan kini
menyuruh anak buahnya yang masih banyak itu
4https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mengeroyok pula, menimbulkan keberanian anak
buahnya karena sang pemimpin maju. Tapi begitu
Salima menangkis dan menggerakkan kedua
lengannya menerima senjata-senjata tajam itu
mendadak golok dan pedang patah-patah bertemu
kedua lengan telanjang gadis ini.
"Pletak-pletak!"
Cen Hok dan anak buahnya kaget bukan main.
Mereka melihat Salima tertawa mengejek, dan ketika
mereka terbelalak memandang tiba-tiba Salima
menggerakkan kakinya ke bawah, menyontek dan
menendang pedang dan golok yang patah-patah itu,
berhamburan ke arah mereka dan tiba-tiba menyerang
bagai hujan yang luar biasa banyaknya. Dan ketika
patahan pedang maupun golok itu mengenai tubuh
mereka dan menancap sampai tembus ke dalam maka
Cen Hok dan anak buahnya berteriak ngeri dan roboh
mandi darah, Cen Hok sendiri kutung kakinya sebatas
lutut, dibabat patahan golok terbang!
"Crep-crep!"
Cen Hok dan anak buahnya bergelimpangan.
Duapuluh tiga orang tiba-tiba tewas binasa, yang masih
hidup tinggal Cen Hok dan dua anak buahnya, masingmasing buntung pergelangan tangan dan jari-jari kaki,
5https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
darah mengucur bagai pancuran bocor! Dan Cen Hok
yang merintih dan terbelalak memandang Salima tiba-tiba
melihat gadis itu maju menghampirinya dengan sinar
mata yang membuat laki-laki ini terbang semangatnya!
"Am... ampun, lihiap... ak... aku jangan dibunuh...!"
Salima berhenti. Dia telah berdiri di depan laki-laki
yang tersungkur mandi darah ini, roboh dengan kaki
putus. Dan Salima yang mengejek memandang yang
lain tiba-tiba menginjak punggung lawan.
"Kau minta ampun setelah terlambat? Mana itu
kegaranganmu semula?"
Cen Hok mengerang. "Ampunkan aku, lihiap...
aku... aku tak tahu dengan siapa aku
berhadapan...!" "Hm, dan sekarang tahu?"
"Ya, tapi..."
Salima menggerakkan jarinya. Dia sudah
Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlanjur marah pada perampok-perampok kasar yang
mengganggunya itu, kemarahan yang sudah ditahantahan sejak kekecewaannya terhadap suhengnya,
Kim-mou-eng. Maka begitu Cen Hok meratap dan
jarinya bergerak ke bawah tahu-tahu ubun-ubun lakilaki tinggi besar itu telah ditusuk ujung jarinya.
"Crep!"
Cen Hok menjerit satu kali. Pemimpin rampok itu
6https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berkelejotan sejenak, mendelik dan akhirnya roboh
dengan nyawa melayang. Tewas di saat itu juga.
Dan ketika Salima menggerakkan kaki menendang
dua kerikil hitam tiba -tiba dua anak buah Cen Hok
yang masih hidup tapi terluka parah tiba-tiba juga
menjerit ngeri roboh menyusul pemimpinnya itu.
"Aduh...!"
Suasana hutan sunyi kembali. Salima dengan
tangan dingin telah menyelesaikan pertempuran itu.
Pertempuran yang berat sebelah karena tentu saja para
perampok bukan tandingannya. Gemas karena orangorang itu tak mau pergi, mengeluarkan kata-kata kotor.
Dan ketika semua orang menggeletak mandi darah dan
Salima menendang mayat Cen Hok maka di saat itulah
terdengar kekeh yang mengerikan di dalam hutan.
"Heh-heh, kau pantas menjadi anggota kami, Tiatciang Sian-li. Sepak terjangmu telengas dan cocok
menjadi orang kedelapan dari Jit-mo Kang-ouw!"
Salima terkejut. Dia merasakan getaran kuat dari
suara ketawa di dalam hutan itu, bumi berderak dan
daun pohon bergerak -gerak, seolah kedatangan
gempa. Tapi Salima yang tak melihat seorang pun
keluar dari hutan tiba-tiba berkelebat ke dalam.
"Kau siapa?"
7https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Bentakan itu disambut kekeh yang semakin
mengerikan. Tawa yang dalam dan bergulunggulung mendadak membuat sebatang pohon roboh,
hampir menimpa Salima? Dan Salima yang marah
mendengar tawa di sebelah kirinya tiba-tiba melejit
dan membentak gusar,
" Setan jahanam, kau siapa bersikap pengecut?
Ayo keluar dan hadapi aku... krak -bumm!" Salima
menghantam roboh sebatang pohon dimana tawa itu
terdengar, pekik tertahan tapi tawa yang semakin
terkekeh-kekeh, melingkar dan tak melihat sebuah
bayangan pun di tempat itu. Dan ketika Salima marahmarah dan mengobrak-abrik pohon-pohon besar yang
disangka sebagai tempat persembunyian lawan
sekonyong-konyong tiga buah benda berwarna merah
menyambar dirinya.
"Sshh...!"
Salima menjengek. Ia melihat tiga buah benda
terbang itu bukan lain adalah tiga ular merah yang
berbahaya, bisanya ganas dan tentu saja amat
beracun. Tapi Salima yang meniup dan
mengibaskan lengan ke depan tiba-tiba membuat
tiga ekor ular yang menyambar mukanya itu roboh
dan hancur di tengah jalan.
8https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Krekk!"
Tawa yang tadi bergulung -gulung mendadak
lenyap. Salima mendengar seruan marah di sebelah
kanannya, sebuah benda hitam tiba-tiba kembali
menyambar dari belakang, kali ini jelas sebuah
bokongan yang amat curang. Tapi Salima yang lagiIagi mendengus dan mengibaskan lengan tanpa
menoleh tahu-tahu memukul runtuh benda terbang
ini, yang lagi-lagi seekor ular.
"Pletak!"
Sekarang empat bangkai ular malang-melintang di
depan kaki Salima. Salima tak mendengar lagi suara
lawan yang ada di sebelah kanan, tapi mendengar suling
ditiup dan tiba -tiba isi hutan bergerak oleh suara suling
yang aneh ini, tinggi rendah melenggang-lenggok. Dan
ketika Salima waspada dan siap mencari bayangan si
penyuling tahu-tahu suara berkeresek terdengar di
sekelilingnya dan ratusan ekor ular merayap datang!
"Ha-ha, kau bertemu dengan Coa-ong Tok-kwi,
Salima. Anak buahku datang menyambut memberi
hormat!"
Salima terbelalak. Dia jijik memandang ratusan
ular yang tahu-tahu sudah mengepung, mendesisdesis disekitar dirinya dan tak ada jalan keluar lagi,
9https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
melenggang-lenggok membuat dia ingin muntah karena
bau yang amis dari ratusan ular itu benar-benar membuat
perut mual. Tentu saja tak mau dikurung dan siap
meloncat ke atas sebatang pohon, tak jauh dari
tempatnya berdiri. Tapi ketika suling ditiup tinggi dan
puluhan ular merayap naik ke pohon yang diincar Salima
mendadak Salima tertegun, melihat seluruh pohon sudah
ditempeli oleh binatang-binatang melata itu, termasuk
tanah dimana Salima berdiri, bergaris tengah sepuluh
meter. Cepat sekali kejadiannya, sekejap mata! Dan
Salima yang melotot memandang marah tiba-tiba melihat
sebuah bayangan berkelebat, terkekeh-kekeh di
belakang barisan ular itu. Seorang kakek tua yang hanya
bercawat!
"Heh-heh, kau tak dapat keluar lagi, Tiat-ciang
Sian-li. Sekarang dirimu terkepung dan tak mungkin
terbang tanpa sayap!"
Salima tertegun, bersiap-siap menghadapi
ratusan ular yang kini berhenti dalam jarak dua
meter atas perintah suling yang mengalun rendah.
"Kau siapa?" bentaknya marah, memandang kakek
yang hanya bercawat itu dan membuat mukanya
merah. Tapi kakek kurus yang terkekeh-kekeh di
belakang barisan ular itu menjawab pendek,
10https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Aku Coa-ong Tok- kwi (Iblis Beracun Raja
Ular)!" "Darimana kau tahu nama julukanku?"
Kakek itu, yang bernama Coa-ong Tok-kwi
tertawa nyaring. "Aku tahu karena aku telah
mendengar ciri-cirimu, Salima. Kau gadis Tar-tar yang
telah membuat onar di kota raja. Heh-heh, aku
gembira, sepak terjangmu membunuh tikus-tikus
busuk ini pantas mendudukkan dirimu dalam jajaran Jit
-mo Kang-ouw!" dan Coa-ong Tok -kwi yang kembali
terkekeh-kekeh mendadak meniup sulingnya
menyuruh ular-ularnya menegakkan kepala.
"Anak-anak, beri hormat pada calon ibu kalian!"
Salima terbelalak. Dia melihat ratusan ular itu tibatiba mengangkat tubuhnya, sebatas perut, menegakkan
kepala dan mendesis-desis di depan tubuhnya, secara
aneh mengangguk dan kembali meletakkan tubuh ke
tanah. Jadi persis orang memberi hormat. Dan ketika dia
tertegun dan tak mengerti akan maksud kata-kata "calon
ibu " mendadak Coa-ong Tok -kwi sendiri berlutut di
belakang barisan ularnya dan menyembah padanya,
mengangkat sebatang tongkat ular kering yang
diacungkan ke atas.
"Tiat-ciang Sian-li, kita berjodoh menjadi suami
isteri. Dewa Ular mempertemukan kita... wushh!" dan
11https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Coa-ong Tok-kwi yang tiba-tiba meniup tongkat
ularnya mendadak menyemburkan lima jarum
merah ke rambut Salima.
"Plak!" Salima terang menangkis, marah pada
perbuatan kakek itu dan membuat Coa-ong Tok-kwi
tertegun. Dan ketika Salima membentak dan
melotot pada kakek itu maka Coa-ong Tok-kwi yang
tinggi kurus dengan tubuh yang kerempeng itu
mendelong mendengar kata-katanya.
"Coa-ong, aku bukan penyembah dewa ularmu.
Kau jangan gila bicara tentang suami isteri!"
"Ah, kau menolak pertemuan ini?" Coa-ong
terbelalak. "Kau merendahkan Dewa Ular yang
telah mempertemukan kita untuk saling mengikat
perjodohan?" Uweh, jangan main-main kau, Tiatciang Sian-li. Kita telah ditakdirkan bertemu di sini
dan berjodoh menjadi suami isteri. Aku telah lama
menunggu-nunggu calon ibu anakku!"
Salima jijik, mual memandang cawat yang
tampak dekil itu. Baunya minta ampun, teruar
sampai sepuluh meter!
" Coa-ong Tok-kwi!" gadis ini membentak. " Kau
jangan gila- gilaan membicarakan soal jodoh. Kau tua
bangka tak tahu malu, siapa sudi menjadi isterimu?
12https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Menjadi pelayanmu pun tak ada gadis yang sudi,
apalagi menjadi isterimu. Cih, kau tua bangka gila
yang tak tahu malu!"
Coa-ong Tok-kwi tiba-tiba terkekeh. "Tiat- ciang Sian-li,
kau memang calon isteri yang aneh. Dewa Ular memberi tahu
padaku untuk menyambutmu baik baik, kenapa sekarang kau
memaki-maki aku? Lihat, meskipun tua aku masih kuat, Tiatciang Sian -li. Semalam aku dapat menggauli sepuluh gadis
dusun tanpa letih. Kau tak perlu malu mendapat suami
seperti aku!" dan Coa-ong Tok-kwi yang tiba-tiba tertawa dan
menari meliuk-liukkan pinggang tiba-tiba meniup sulingnya.
"Anak-anak, bawa calon ibumu ke mari!"
Salima terkejut. Suara suling yang melengking
tinggi tiba-tiba membuat barisan ular yang tadi berhenti
itu bergerak, merayap maju dengan mulut terbuka,
mendesis-desis, tubuh melenggang-lenggok menuruti
irama suling. Sebentar kemudian sudah di depan kaki
Salima. Dan Salima yang tentu saja marah dan
mengira ular-ular itu akan menyerang dirinya
mendadak berkelebat ke depan menginjak hancur
ular-ular yang berada paling dekat.
"Kres-kres!"
Coa-ong Tok-kwi terbelalak. Dia otomatis
13https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menghentikan sulingnya, membuat ular yang tadi
bergerak juga berhenti. Dan ketika Salima mundur
kembali dan Raja Ular ini mendelik akhirnya kakek
itu mencak-mencak.
"Tiat-ciang Sian-li, kenapa kau membunuhbunuhi calon anak-anak tirimu sendiri? Mereka tidak
menyerang, mereka akan membawamu baik-baik
dan tidak menggigit!"
Salima menjengek, tentu saja tak percaya.
"Kalau mereka tak menyerang tentunya tak akan
membuka mulut, Tok- kwi. Tapi karena mereka
bergerak maka mereka juga akan kubunuh!"
"Tidak bisa! Mereka anak-anak yang baik, mereka
penurut pada suara sulingku. Lihat ...!" dan Coa -ong-Tokkwi yang kembali meniup suling tinggi rendah tiba-tiba
menyuruh barisan ularnya menari. "Hayo, tunjukkan pada
calon ibu kalian bahwa kalian anak- anak baik, anak-anak.
Menari dan melengganglah sesuka hati. Yang lucu, buat
ibu kalian tertawa!"
Salima mengerutkan kening. Dia melihat Coa-ong ini
rupanya orang tidak waras, gerak -geriknya gila tapi
rupanya lihai bukan main. Suara tawanya cukup
membuktikan khikangnya yang kuat. Dengan tawa yang
begitu saja mampu merobohkan sebatang pohon! Dan
14https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Salima yang waspada memandang ke depan tiba-tiba
hampir terkekeh melihat ratusan ular itu tiba-tiba
bergerak, maju mundur melenggang-lenggok dan
beberapa diantaranya bahkan saling belit, berdiri dan
bercumbu dan akhirnya berpacaran antara yang betina
dan yang jantan, mengikuti perintah Raja Ular itu. Dan
ketika suara suling meninggi dan iramanya
menunjukkan irama panas tiba-tiba Coa-ong tertawa.
"Lihat, mereka kawin di depan mata kita, Sianli. Itulah cara anak-anak memadu berahi!"
Salima semburat mukanya. Pasangan ular
yang "berpelukan" di depan matanya itu mendadak
lekat menjadi satu, berdiri dengan cara yang aneh
karena kedua tubuh ditunjang oleh ekor, saling belit
dan kedua muka menjadi satu. Dan ketika yang
jantan melepaskan hajatnya dan sang betina roboh
ke tanah tiba-tiba Salima merah mukanya ketika
melihat tubuh dua ekor ular itu penun lendir!
"Ha-ha, bagaimana, Sian-li? Nikmat mereka
bermesraan, bukan?"
Salima muak. Dia jengah dan juga marah oleh
pertunjukan yang dilakukan oleh Raja Ular ini, cepat
melengos ketika pasangan yang lain roboh ke tanah dan
satu-persatu melepaskan diri, maklum bahwa hajat sang
15https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
jantan telah terlampiaskan. Dan Salima yang
melotot dan marah memandang kakek itu akhirnya
membanting kaki berseru nyaring, "Tok-kwi, aku
muak dengan segala pertunjukanmu ini. Usir ularularmu dan jangan ganggu aku!"
"Heh -heh, itu tentu kulakukan kalau kau mau
memenuhi permintaanku, Sian-li. Kita menjadi
suami isteri dan bikin anak-anak yang banyak!"
"Cih!" Salima semakin marah. "Kau tak mau
mengusir ular-ularmu ini? Baik, kalau begitu mereka akan
kubunuh!" dan Salima yang sudah berkelebat ke depan
mendorongkan tangannya ke kiri kanan tiba-tiba melepas
pukulan membunuh ular-ular itu, marah dan tak mau
banyak bicara lagi dengan Coa-ong Tok-kwi yang gila itu,
membuat ular-ular itu mendesis dan banyak diantaranya
yang terlempar oleh pukulannya, hangus oleh Tiat-lui kang yang berhawa panas. Tentu saja mengejutkan si
Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Raja Ular itu yang melihat Salima benar-benar membunuh
ular- ularnya. Dan ketika Salima juga mulai berlompatan
dan menginjak hancur kepala ular-ular yang ada di situ
dan masih diam karena Coa-ong belum meniup sulingnya
sebagai tanda mendadak kakek bercawat ini membentak
dan mulai meniup sulingnya itu, tinggi dalam nada marah!
16https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Anak-anak, serang dan tangkap wanita liar itu...!"
Ratusan ular itu tiba-tiba bergerak. Salima mungkin
telah membunuh tigapuluh ekor, sementara yang belasan
ekor menggeliat-geliat dalam sekarat. Tak ada yang
melawan karena perintah si Raja Ular belum terdengar.
Tapi begitu Coa-ong meniup sulingnya dan nada tinggi
yang marah itu jelas sebagai aba- aba menyerang
mendadak ratusan ular yang merayap ke depan dengan
cepat itu sudah menyerbu Salima.
"Ssh-sshh...!"
Salima terbelalak. Dia melihat lidah yang menjulur
keluar masuk itu, lidah yang bercabang dari ular yang
beraneka ragam. Ada besar ada kecil, semuanya
menyerbu mengikuti perintah suling. Dan Salima yang
tentu saja marah dan jijik tak mau ditangkap tiba-tiba
melengking tinggi dan mengibaskan tangannya ke sanasini, memukul dengan Tiat-lui-kang hingga sebentar
kemudian seratus ular roboh bergelimpangan,
menggunduk di depan kakinya, merupakan daging
menjijikkan yang menggeliat-geliat lemah. Dan ketika
Coa-ong meniup sulingnya semakin tinggi dan ular-ular
yang masih hidup menyerang tanpa menghiraukan
kematian teman -temannya yang lain tiba-tiba Salima
pusing dan mau muntah oleh bau yang amat amis dan
17https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
uap beracun yang mulai keluar dari tubuh ular-ular itu.
"Coa-ong, berhenti. Kalau tidak kubunuh semua
ular-ularmu ini!"
Coa-ong tak menghentikan tiupan sulingnya. Dia
melihat Salima mulai batuk-batuk, berlompatan sambil
terus melepas pukulan, hebat sekali karena ular tak
ada yang dapat mendekati tubuhnya dalam jarak dua
tombak, selalu terlempar dan mati sebelum menggigit
gadis Tar- tar itu. Tapi karena uap beracun semakin
memenuhi tempat itu dan jumlah ular juga luar biasa
banyaknya hingga Salima semakin pusing mendadak
gadis ini mulai terhuyung dan muntah-muntah, tak
dapat menahan mualnya perut!
"Ha-ha, sekarang kau roboh, Salima. Anakanakku akan memberimu pelajaran dan tunduk
padaku...!" Coa-ong Tok-kwi tertawa, betapapun
kagum tapi juga marah melihat ular-ularnya tinggal
separoh, bangkainya menggunduk dimana-mana dan
Salima mulai limbung, tak dapat keluar dari tempat itu
karena delapan penjuru sudah dipenuhi ular yang
demikian banyak. Dan ketika Salima memaki-maki dan
mengeluh mendekap dadanya yang sesak tiba -tiba
tanpa diduga seseorang muncul membawa obor.
"Lihiap, ular takut dengan api. Terimalah ini...!"
18https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Salima dan Coa-ong Tok-kwi terkejut. Mereka
melihat munculnya seorang pemuda bertubuh tegap,
usianya sekitar tigapuluh tahun dan gagah dengan dagu
berlekuk, matanya bersinar-sinar. Dan ketika Salima
tertegun dan pemuda itu melempar obornya maka barisan
ular tiba-tiba menyibak dan mundur ketakutan.
"Wutt!" Salima menangkap obor itu, mendengar
Coa-ong berteriak marah dan ular tiba-tiba membalik,
mendesis- desis menjauhi obor yang dipegang. Sebentar
kemudian lari berserabutan dan saling menyusup diantara
teman sendiri, tentu saja membuat Coa-ong marah dan
mencak-mencak. Dan ketika suling berhenti ditiup dan
kakek bercawat itu berkelebat ke arah pemuda yang baru
datang ini mendadak si Raja Ular melepaskan totokan ke
ubun-ubun pemuda itu.
"Orang she Yu, kau berani mati!"
Pemuda itu mengelak. Dia tak berani menerima
totokan, terang terlalu berbahaya baginya. Tapi Coaong yang menggerakkan kaki dari bawah tahu-tahu
menendang membuat pemuda itu terlempar.
"Dess! " pemuda itu berteriak kaget. Dia bergulingan
menjauh, meloncat bangun dan secepat kilat mencabut
siang-kiam (sepasang pedang), melihat bayangan kakek
bercawat itu mengejarnya. Dan ketika
19https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
suling bergerak dan kembali menotok ubun-ubun
kepalanya maka pemuda gagah yang sudah
melenting bangun ini langsung menangkis.
"Trak!"
Salima terbelalak. Dia melihat pedang pemuda itu
mental, kalah oleh suling di tangan Coa-ong Tok-kwi,
kalah tenaga. Dan Coa -ong yang sudah menggerakkan
kaki dari kiri ke kanan tiba-tiba membuat pemuda itu
mencelat dan jatuh di tengah-tengah barisan ular!
"Heii...!"
Salima melihat adanya bahaya. Dia melejit dan
mendorongkan lengannya, tapi si pemuda yang berjungkir
balik dan mempergunakan pedang menusuk tanah tahutahu sudah berjempalitan dan keluar dari kepungan ular,
dipandang kagum oleh gadis Tar-tar ini yang melihat
orang mengusap peluh. Dan ketika dua mata bentrok dan
pemuda itu mengucap terima kasih atas bantuan Salima
yang gagal karena si pemuda sudah mampu
menyelamatkan diri sendiri maka Salima tergetar oleh
senyum pemuda tak dikenal itu.
"Lihiap, terima kasih. Coa-ong memang cukup
berbahaya!"
Salima tertegun. Barisan ular sekarang sudah
menjauhi mereka, meskipun masih mengepung. Dan si
20https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
pemuda tak dikenal yang kini berada di tengah
kurungan ular bersama dirinya tiba -tiba menghadapi
Coa-ong Tok-kwi yang marah-marah mengepal tinju.
"Siang-kiam- houw Yu Bing, kau benar-benar
mencari penyakit. Kubunuh kau, keparat!"
Siang-kiam-houw (Harimau Berpedang Sepasang)
yang berdiri di sebelah Salima tersenyum mengejek, tak
kelihatan takut sedikitpun. "Tok-kwi, kau berkali- kali
menyatakan hendak membunuhku. Tapi setiap kali itu
pula aku selamat. Apakah ancamanmu kali ini juga
terbukti? Kau memang iblis yang berbahaya, Tok-kwi.
Tapi aku orang she Yu akan selalu menentangmu setiap
kejahatan kau perbuat!"
"Keparat, apakah pamanmu tidak mengajar adat
padamu? Kenapa kau selalu usil mencampuri urusanku?" si
Raja Ular mencak -mencak, agaknya memandang seseorang
yang berada di belakang pemuda itu. Tapi si Harimau
Berpedang Sepasang yang gagah mengedikkan kepalanya
justeru menghadapinya dengan tenang.
"Tok-kwi, tak perlu kau menyebut-nyebut
pamanku. Kita berhadapan secara pribadi. Kau
majulah kalau kau ingin mengganggu nona ini!"
"Kau minta mampus?"
"Kalau kau bisa membunuh aku. Aku siap membela
21https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
nona ini!" dan Siang-kiam-houw Yu Bing yang membuat
Coa-ong Tok-kwi mencak- mencak dan semakin marah
tiba-tiba memencet tongkat ularnya dua kali.
"Bocah, mampuslah... cet-cett!"
Yu Bing mengelak. Dia lupa kalau Salima kebetulan
ada di belakangnya, ganti menerima sambaran dua sinar
merah itu yang bukan lain adalah jarum-jarum berbahaya.
Tapi Salima yang meniup dan memukul runtuh dua jarum
itu tiba-tiba melompat maju ke depan, penasaran dan
marah pada kakek iblis ini.
"Saudara Yu, kau mundurlah...!"
Yu Bing terkejut. Saat itu Coa-ong kembali
menyerang, tiga sinar hitam kali ini menyambar mukanya.
Tapi karena Salima meloncat ke depan dan otomatis
menerima sambaran tiga sinar hitam itu maka Yu Bing
berteriak kaget ketika Salima tak mengelak.
"Nona, awas...!"
Salima tersenyum mengejek. Dia terang tahu
sambaran tiga sinar hitam itu, sengaja tidak mengelak,
menggerakkan lengan dan mengepret dengan kelima
jarinya mempergunakan Tiat-lui-kang. Dan ketika jarum
kembali dipukul runtuh dan Salima sudah berhadapan
dengan kakek iblis itu sementara ular di sekeliling dirinya
kian mundur menjauh karena takut pada obor di
22https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tangan kirinya maka Coa-ong terbelalak sementara
Yu Bing terpesona memandang kagum.
"Tok-kwi, kau kiranya suka mempergunakan
senjata- senjata rahasia. Nah, mari kita bertempur dan
biarkan ular-ularmu menyingkir... blub!" Salima melempar
obor di tengah-tengah barisan ular, tiba-tiba membuat ular
berserabutan menyingkir karena obor meledak, tumpah
minyaknya dan seketika membuat kebakaran di tempat
itu, menjilat ranting-ranting kering dan tentu saja ular -ular
itu berlarian menjauh, kelabakan! Dan ketika Coa-ong
berteriak dan Salima bebas menghadapi kakek ini maka
Siang-kiam-houw Yu Bing juga melompat maju, khawatir
membiarkan Salima.
"Nona, mundur. Biarkan aku saja yang
menghadapinya!"
Salima menggeleng. " Tidak, biarkan aku yang
menghadapinya, saudara Yu. Lebih baik kau gebah
saja ular-ular yang lain kalau kakek ini
memerintahkan anak buahnya."
"Tapi iblis ini licik sekali, nona. Dia..."
"Sudahlah," Salima memotong. "Aku tak takut
pada segala kecurangannya, saudara Yu. Kau
mundur dan biarkan aku sendiri!"
Yu Bing tertegun. Dia melihat kekerasan Salima
23https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
yang tak dapat dibantah, kembali beradu dengan sinar
mata si gadis Tar-tar yang dingin menusuk tulang, angkuh
dan agak sombong. Perintahnya seperti perintah seorang
ratu! Dan Yu Bing yang menghela napas mengangguk
mundur akhirnya berkata perlahan,
"Baiklah, tapi hati-hati menghadapinya, nona.
Coa-ong Tok-kwi terkenal sekali dengan permainan
Sin-coa-kunnya. Tongkatnya menyimpan banyak
senjata rahasia yang aneh-aneh!"
Salima tersenyum, senyum ewah. Tak
menghiraukan kata-kata itu dan percaya pada
kemampuan diri sendiri. Dan ketika lawan mendelik
meremas tongkat dia sudah berkata menantang,
menggosok telapak tangannya bersiap-siap dengan
Tiat-lui-kang, "Coa-ong, kau boleh maju kalau ingin
merasakan kelihaianku. Pergunakan senjatamu,
aku akan bertangan kosong!"
"Hieh!" kakek ini mendelik. "Kau sombong berani mati,
Tiat-ciang Sian-li? Kalau begitu awas, aku akan
membekukmu ... heh!" dan Coa-ong Tok-kwi yang
menggeliatkan pinggang seperti ular sekonyong-konyong
membentak menubruk ke depan, kedua lengan terulur cepat
membentuk paruh, atau mungkin kepala ular. Dan ketika
tangan yang mirip moncong itu mendekati
24https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sasaran tiba-tiba kakek ini membuka jarinya dan
secepat kilat memagut.
"Wussh...!" Salima mendengar desis seperti ular,
tertawa dingin dan tidak mengelak pagutan itu. Dan
ketika lawan menubruk dan dia ingin mengadu
kekuatan tiba-tiba dengan bentakan yang sama dia
menangkis dan mengerahkan Tiat-lui-kangnya itu.
"Plak!"
Coa-ong Tok-kwi berteriak tergetar. Lengannya
mental, terbelalak melihat tangan lawan yang merah
seperti besi membara, panas menyengat dan membuat
dia kaget. Tapi Coa-ong Tok-kwi yang sudah membalik
seperti ular mendadak meliuk dan kembali menyerang,
kali ini tangan kirinya menyambar, juga membentuk paruh
atau moncong ular itu, mematuk dan memagut, sebentar
kemudian membuka dan menutup seolah ular yang
menggigit, gerakannya cepat dan melenggang-lenggok
dengan pinggang patah-patah. Hebat dan berbahaya
sekali karena kedua lengannya mulai mengeluarkan bau
amis, berlendir dan tiba-tiba membuat Salima
mengerutkan kening. Jijik separuh heran bagaimana
kakek itu dapat mengeluarkan bau wengur, persis seperti
ular beracun. Dan ketika dia menangkis dan kali ini
lengannya meleset bertemu
25https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
lengan lawan yang licin menjijikkan sekonyong-konyong
Coa-ong Tok-kwi berkelebat lenyap terkekeh-kekeh,
menyerang dari segala penjuru. Sebentar kemudian lendir
yang membasahi kedua lengannya itu bercipratan ke
sana ke mari, membuat Salima ingin muntah, harus
menampar atau mengibas mempergunakan ujung
bajunya agar lendir yang bercipratan itu tak mengenai
tubuhnya. Dan ketika Coa-ong juga mempergunakan
sulingnya dan senjata pemanggil ular itu mengaungngaung mengiringi Sin-coa- kunnya mendadak Salima
terdesak dan kaget ketika suara suling menggelitik
membuat telinganya gatal.
"Awas, tutup pendengaranmu dari suara suling, nona.
Kakek itu mempergunakan Sin-coa-siauw-imnya (Suara
Suling Ular)...!" Yu Bing berseru, melihat Salima terdesak dan
sudah menutupi telinganya sendiri dengan kapas,
terpengaruh dan gatal pula oleh Suara Suling Ular yang
dilancarkan kakek itu. Dan Salima yang membentak
Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyobek baju sendiri tiba-tiba menyumbat telinganya
menuruti seruan Siang-kiam-houw, memang benar dapat
menahan suara suling yang membuat telinga gatal itu, tentu
saja membuat Tok-kwi marah-marah dan mencak-mencak
memaki pemuda itu. Dan ketika Salima dapat bertahan dan
melengking tinggi sekonyong26https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
konyong dia telah membalas dan ganti menyerang
kakek itu.
"Plak-plak-plak!"
Salima mulai maju kembali. Dia mempergunakan
Tiat-lui-kangnya itu, Tamparan Tangan Petir, membalas
dan mendesak lawan dengan tubuh berkelebatan. Dan
ketika Salima juga mengerahkan ginkang dan berteriak
mengimbangi kakek itu tiba -tiba pertempuran seru terjadi
diantara dua orang ini, saling pukul dan tangkis, saling tak
mau mengalah dan desak-mendesak. Sebentar saja
limapuluh jurus berlangsung dengan cepat. Dan ketika
Salima juga berani menangkis suling dan senjata di
tangan kakek itu mulai berpeletakan bertemu Tiat-lui-kang
mendadak beberapa saat kemudian senjata itu hancur.
"Prakk!"
Coa-ong Tok- kwi memaki kalang-kabut. Dia
membuang sulingnya itu, marah bukan main, dipandang
terbelalak oleh Yu Bing yang kagum akan kehebatan Tiatlui -kang. Maklum, Tiat-lui-kang ternyata lebih ampuh
dibanding sepasang pedangnya itu, yang tadi bahkan
terpental dan tak mampu membacok suling. Padahal
senjata itu terbuat dari bambu! Dan ketika suling hancur
dan Salima ganti mendesak kakek itu
27https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dengan tamparan atau kepretan jarinya yang bertubitubi mendadak kakek ini mencabut tongkat ularnya.
"Tiat-ciang Sian-li, kali ini kau tak dapat
menghancurkan senjataku!"
Salima bersinar-sinar. Dia besar hati oleh gebrakan
terakhir tadi, mampu meremukkan suling dan melihat
sinkangnya hampir berimbang dengan kakek itu. Tiat-luikangnya mampu menghadapi lawan meskipun hancurnya
suling belum boleh dibilang suatu kemenangan baginya,
karena kini lawan mengambil senjata baru yang lebih
hebat, sebatang tongkat ular yang lebih keras dan liat.
Dan ketika benar kakek itu maju kembali dan Tiat-Iui kang
tak dapat menghancurkan tongkat karena senjata di
tangan kakek itu bisa lentur dan membalik secara aneh
tiba-tiba Tok-kwi terkekeh dan melepas jarum-jarum
beracunnya.
" Heh-heh, ini lebih berbahaya, Sian-li. Kau akan
roboh dan terjungkal di hadapanku... cet-cet!" Coa-ong
memencet gagang tongkatnya, menyemburkan tiga sinar
kuning yang berkeredep seperti emas, menyambar dan
membuat Salima terkejut karena jarak mereka terlalu
dekat. Dan ketika dia membentak dan terpaksa
menangkis maka kakek bercawat yang kembali di atas
angin ini mendesaknya, dipandang gelisah oleh Siang28https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kiam-houw Yu Bing yang terbelalak melihat Salima harus
menangkis dan berkali-kali membatalkan serangannya
sendiri, diganggu oleh semburan senjata-senjata rahasia
yang melesat tanpa disangka-sangka. Dan ketika Salima
kembali mundur-mundur dan Coa-ong Tok-kwi
melancarkan pukulan dengan tangan kiri mendadak jari
yang kurus-kurus panjang itu mulur!
"Heh-heh, mampus kau, bocah...!"
Salima terkejut. Dia baru meruntuhkan lima jarum
merah yang menyambar mukanya, mau membalas dan
melihat lawan sudah menubruk dengan tangan terulur itu,
mendengar jari-jari berkerotok dan tangan lawan
memanjang. Dan ketika dia terkejut dan mengelak sambil
membentak tahu- tahu tangan yang mulur seperti karet itu
mencengkeram dadanya!
"Aih... bret!"
Salima membanting tubuh bergulingan. Dia hampir
saja diremas dadanya, cepat melompat bangun,
mendengar kakek itu tertawa kurang ajar dan baju luarnya
koyak, memperlihatkan baju dalam. Dan ketika Coa-ong
mengejar dan kakek itu kembali memencet tongkat untuk
melepas jarum tiba-tiba Salima melengking tinggi
mencabut benderanya, ingat pada bendera Tar-tar yang
dulu dipergunakan untuk
29https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mempengaruhi suhengnya agar pulang keluar
tembok besar.
"Coa-ong, kau tua bangka keparat... crep-crep!"
Salima mengebut benderanya, menyambut tujuh sinar
hitam yang kini menancap di kain benderanya itu,
mengejutkan lawan. Dan ketika Coa-ong terbelalak dan
kaget melihat gadis itu mencabut senjata yang aneh tahutahu Salima telah mengibas dan mengebutkan
benderanya untuk kedua kali untuk meretour jarum-jarum
beracun ke arah pemiliknya, tujuh sinar hitam yang kini
terbang dan menyambar Coa-ong Tok-kwi!
"Aih, tak-tak-tak...!" Coa-ong menangkis,
mempergunakan tongkat ularnya itu untuk meruntuhkan
jarum-jarum sendiri. Dan ketika dia tergetar dan
membelalakkan mata tahu-tahu Salima telah melompat
dan menyerbu dengan benderanya itu.
"Wut-wuut...!"
Coa-ong terkejut. Kain bendera menyambar
secara berkibar, bergerak dari atas ke bawah. Siap
menakupi kepalanya dan membuat pandangan
terhalang. Tentu saja berbahaya. Dan ketika dia
menangkis dan tongkat bergerak ke depan tahutahu pukulan Tiat-lui-kang menyambar dari bawah
tersembunyi oleh kain bendera.
30https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Dess!" kakek ini mencelat. Dia menjerit marah,
terpukul mentah-mentah dan menerima pukulan dengan
telak. Dada terasa panas dan sukar bernapas. Ampeg.
Dan ketika dia memaki-maki dan melompat bangun
Salima sudah mengejar dengan pukulan seperti itu,
mengibaskan kain bendera sementara Tiat-lui-kang
menyambar dari belakangnya, terlindung, tertutup karena
kain bendera bergerak kian ke mari mengebut dan
menghalangi pandangannya. Tentu saja berbahaya dan
membuat kakek ini mencak- mencak. Kalang-kabut. Dan
ketika Salima menyerang dan tidak memberi kesempatan
kakek itu membalas tiba-tiba Coa-ong terdesak dan
mundur- mundur dengan muka pucat. Benar-benar
kewalahan!
"Tiat-ciang Sian-li, kau wanita curang!
Benderamu menutupi mata!"
Salima tak peduli. Dia tersenyum mengejek
mendengar lawan berkaok-kaok, terus mendesak dan
kembali mendaratkan Tiat-lui-kang di tubuh kakek itu, kali
ini mengenai lehernya. Tapi Coa-ong yang dapat bangun
kembali dan terus bertahan diam-diam membuatnya
kagum juga. Kalau tidak memiliki sinkang kuat tak
mungkin Raja Ular ini mampu menerima Tiat-lui-kang.
Tentu remuk dan hangus tubuhnya. Tapi si
31https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kakek yang hanya memar dan kebiruan saja menerima
pukulannya menunjukkan kekuatan kakek ini, hal yang
membuat Salima penasaran dan justeru memperberat
tekanan. Dan ketika kembali lawan menerima Tiat-luikang dan Coa-ong terguling-guling sambil mengumpat
caci tiba-tiba Salima berkelebat melepas pukulan
berbareng.
"Tok-kwi, kau mampuslah...!"
Raja Ular ini terbelalak. Dia melihat Salima
mengebutkan bendera, gagangnya menotok sementara
Tiat-lui- kang kembali menyambar dibalik kain bendera,
menuju ulu hatinya. Dua serangan berbahaya yang tidak
kalah satu sama lain. Dan Tok-kwi yang pucat
menggereng marah tiba-tiba menggerakkan tongkatnya,
menangkis bendera sementara tangan kirinya merogoh
baju mengeluarkan seekor ular kecil berkulit emas. Dan
begitu Tiat-lui-kang menyambar dan tongkat bertemu
bendera mendadak kakek ini melempar ular emasnya ke
pundak Salima, membuat Yu Bing berteriak kaget.
"Awas, Kim-siauw-liong (Naga Kecil Emas),
nona...!"
Salima terkejut. Dia melihat berkelebatnya ular emas
itu, mencium bau harum yang enak tapi memabukkan.
Tentu saja kaget karena maklum bahwa
32https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
itu kiranya ular simpanan Coa-ong. Ular beracun yang
paling berbahaya di dunia, Kim-siauw-liong, ular
bertubuh harum tapi bisanya luar biasa ganas! Dan
Salima yang menarik bendera mengebut ular ini tiba tiba berseru kaget ketika Kim-siauw-liong menggigit
dan menerobos kain bendera yang sudah berlubang
itu, menyambar dan tetap menuju pundaknya untuk
menancapkan bisanya, padahal saat itu Coa-ong
terkekeh dan terbanting menerima Tiat -lui-kang,
memandang Kim-siauw-liong yang merupakan ular tak
kenal menyerah, akan menggigit korban sampai
korban roboh! Dan Salima yang tentu saja marah dan
melempar tubuh bergulingan mendadak melihat ular
itu sudah mendekati pundaknya, membuka mulut
lebar-lebar dan dua taringnya yang kecil putih itu siap
memagut, harum tubuhnya semakin menyengat dan
membuat Salima pening. Tapi Yu Bing yang berkelebat
ke depan melempar sesuatu tiba-tiba menghentikan
gerakan ular yang otomatis menggigit dan terkejut oleh
sambaran benda ini, sebuah lengan karet yang
menyerupai lengan manusia.
"Awas... crep!" ular itu menggigit marah. Dia
tertahan oleh lengan ini, mendesis mengejutkan Coaong yang melihat ularnya jatuh ke tanah, gagal
33https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menyerang Salima yang bergulingan
menyelamatkan diri. Dan ketika gadis itu melompat
bangun dan Coa-ong membentak memaki Yu Bing
tiba-tiba kakek itu melejit menyambar ularnya.
"Siang-kiam-houw, kau pemuda tak tahu aturan!"
Yu Bing mengelak. Dia melihat kakek itu melepas
sebuah jarum, bersiap-siap kalau kakek itu lagi-lagi
menyerang. Tapi Coa -ong yang telah menyambar
ularnya dan melompat pergi ternyata melarikan diri,
hanya memaki dan menyerang pemuda itu sekali
saja, memekik-mekik dikejauhan dan rupanya
penasaran atas bantuan pemuda itu kepada Salima,
gadis yang hampir saja dia robohkan. Dan Salima
yang tertegun melihat kakek itu melarikan diri tibatiba membentak, "Coa-ong, jangan lari kau...!" tapi
baru menggerakkan kaki mengejar mendadak
Salima terguling dan mengeluh roboh.
"Aih... bluk!"
Yu Bing terkejut. Dia melihat Salima terguling tanpa
sebab, melihat gadis itu mengeluh dan tidak melompat
bangun. Dan ketika dia berkelebat menghampiri dan
berseru memanggil Salima ternyata Salima telah pingsan
oleh bau harum Kim-siauw-liong yang tersedot
hidungnya. Harum ular yang mengandung
34https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
racun!
"Ah, celaka...!" Yu Bing sadar, teringat akan
berbahayanya ular itu yang amat ganas. Bau tubuhnya
saja sudah cukup membuat orang pingsan. Dan Yu
Bing yang cepat bergerak menyambar Salima tiba-tiba
terbang dan meninggalkan tempat itu menuju ke barat,
khawatir kalau Coa-ong kembali dan tempat itu tak
aman untuk menolong Salima. Dan begitu dia
mengerahkan ginkang membawa Salima akhirnya
Siang-kiam-houw Yu Bing ini lenyap meninggalkan
hutan sementara Coa-ong juga melarikan diri atas
kegagalannya merobohkan Salima.
* * *
"Nona, bagaimana?"
Salima membuka mata. Dia berada disebuah gua
yang terang saat itu, masih pening dan mendengar
pertanyaan Siang-kiam-houw Yu Bing, pemuda yang
gagah dan menolongnya itu. Dan ketika Salima lapatlapat teringat semua kejadian di dalam hutan dan
terkejut oleh bayangan Coa-ong mendadak gadis ini
melompat bangun tapi roboh terguling, kaget melihat
tenaganya seakan hilang begitu saja!
35https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Ah, mana setan tua itu, saudara Yu? Kenapa
tenagaku hilang begini?" Salima pucat, ditolong Yu Bing
yang cepat mengangkatnya bangun, tergetar meraba
pundak yang halus dan mata yang terbelalak bersinarsinar itu. Dan Yu Bing yang menahan debaran jantung
dan mendudukkan Salima di pembaringan batu lalu
memejamkan mata berkata perlahan,
"Coa-ong tak ada di sini lagi, nona. Kau aman
di tempat tinggalku sendiri."
Salima tertegun. "Begitukah?" dia melihat
orang memejamkan mata. " Kenapa kau menutup
matamu, saudara Yu? Sakitkah?"
Yu Bing tersenyum. " Tidak," katanya
mengherankan Salima, kini membuka matanya itu.
"Aku tidak apa-apa, nona. Tapi..."
"Tapi kenapa mulutmu meringis?" Salima memotong,
melihat bahwa ketika memejamkan mata tadi pemuda ini
seperti orang meringis, seakan menahan sakit. Jadi
mengherankan hatinya kalau sekarang pemuda ini
tersenyum. Dan Yu Bing yang tertawa pahit dengan muka
merah tiba-tiba menunduk menghela napas.
Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tidak apa-apa, nona. Aku, hm... aku hanya
kagum akan kepandaianmu yang hebat itu!"
Salima tak percaya. Dia melihat pemuda itu
36https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berbohong, menyembunyikan sesuatu. Tapi Yu
Bing yang berkata akan mengambil bubur tiba-tiba
meninggaIkannya sebentar dan menyuruh dia
beristirahat, mengumpulkan tenaga.
"Maaf, aku harus menyiapkan makananmu, nona.
Seharian kau pingsan membiarkan perutmu kosong.
Tunggu sebentar..."
Salima tertegun. Ia melihat pemuda itu telah
lenyap meninggalkannya, terbelalak juga mendengar
dirinya pingsan sehari penuh. Dan ketika pemuda itu
pergi dan ia merasa perutnya lapar tiba-tiba Salima
menjadi malu ketika perutnya berkeruyuk! Dan tak
lama kemudian Yu Bing muncul, membawa
semangkok besar bubur ayam dan teh panas,
tersenyum padanya, meletakkan itu di atas meja.
" Nona, kau harus memulihkan tenagamu dengan
cepat. Hawa beracun dari ular Kim-siauw-liong telah
lenyap meninggalkan tubuhmu. Ayo makan!"
Salima kembali tertegun. Dia melihat pemuda itu
mempersiapkan segalanya dengan cepat, ramah dan
tertawa padanya menyuruh makan. Tapi ketika
pemuda itu hendak meninggalkannya dan Salima
bangkit duduk tiba-tiba dia mengulapkan lengan
berseru memanggil, "Saudara Yu, tunggu...!"
37https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Yu Bing berhenti. "Ada apa,
nona?" "Kau hendak kemana?"
"Aku, ah... aku hendak mengisi bak mandi, nona.
Membiarkanmu makan dengan bebas dan setelah itu
mandi kalau kau ingin membersihkan dirimu!"
"Hm," Salima heran juga. "Di sini ada sumber air?" " Ya,
di belakang, nona. Dan aku membuat bak mandi dari
tong kayu. Kau dapat mandi setelah makan!" Yu Bing
tertawa, kembali hendak keluar tapi dicegah Salima.
Dan ketika pemuda itu heran dan ganti
membelalakkan mata maka Salima bangkit berdiri
memandang bubur ayam yang masih
panas itu. "Siapa yang membuat ini?"
"Aku sendiri."
"Kau tak berteman?"
"Maksudmu?" Yu Bing bertanya heran. "Kau
tak beristeri? Kau belum berkeluarga?"
Yu Bing tiba-tiba terbahak. "Nona, apa maksudmu
dengan pertanyaan itu? Aku tinggal sendiri di sini, aku
belum berkeluarga dan tidak mempunyai isteri!"
Salima mengerutkan kening, masih serius. "Kalau
begitu kau pintar masak!" katanya sungguh-sungguh.
"Bubur ayam ini rupanya mirip bubur naga yang
biasa dihidangkan untuk kaisar!"
38https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Yu Bing terkejut, tiba-tiba menghentikan
tawanya. "Nona tahu itu?"
"Tentu saja! " Salima bangga menjawab. "Kau
memberi keningar dan kembang cengkeh di sini.
Bubur itu harum dan merupakan salah satu
makanan yang paling digemari kaisar. Aku heran
bagaimana kau dapat membuat itu!"
Yu Bing membelalakkan mata lebar-lebar.
"Nona, kau sungguh hebat sekali. Tebakanmu tidak
meleset sedikit pun juga. Itu memang bubur naga
yang dagingnya kuganti dengan ayam!"
"Dan kau membiarkan aku makan sendiri?"
"Ah, maumu...?"
"Aku tak habis makan sedemikian banyak,
saudara Yu. Sebaiknya bagi dua dan kau juga makan
sebagian!" Salima duduk, memandang dengan mata
bersinar dan kagum pada pemuda yang pandai
menghidangkan bubur sedemikian lezat. Tapi Yu Bing
yang tertawa lebar tiba-tiba melompat keluar.
"Nona, kau habiskan saja masakan itu. Kalau
tidak biar sisanya nanti kumakan!"
"Apa?"
Tapi Yu Bing telah lenyap. Salima mendengar
tawanya yang gembira di luar sana, terkejut dan merah
39https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mukanya mendengar pernyataan orang. Tapi
menganggap pemuda itu main- main dan berolok-olok
saja, Salima duduk dan sudah menghadapi buburnya.
Perut yang lapar tiba- tiba terasa makin lapar. Maklum,
bubur itu amat harum dan sedap sekali, membuat perut
merintih dan Salima tidak sungkan-sungkan lagi
menyikatnya, sebentar kemudian melahap dan merasa
tenaganya mulai pulih. Dan ketika seperempat jam
kemudian Salima kekenyangan dan bubur itu tak dapat
dihabiskan semuanya maka Yu Bing muncul dengan
muka berseri.
"Bagaimana, habis, nona?"
"Tidak, perutku telah terisi penuh. Aku tak dapat
menghabiskannya," Salima menjawab, melihat pemuda
itu memandang mangkuk buburnya dan tersenyum lebar.
Dan teringat pemuda itu menggodanya untuk makan
sisanya tiba-tiba Salima berkata tertawa, " Nah, kau boleh
makan sisaku kalau kau mau, saudara Yu. Tapi aku tak
memaksa kalau kau tak suka!"
Aneh. Yu Bing mengangguk. Pemuda itu ikut
tertawa, dan sementara Salima terheran tahu-tahu
pemuda ini menyambar mangkuk buburnya dan
betul-betul makan sisa makanannya itu!
"Ha-ha, ini satu kehormatan besar bagiku, nona.
40https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Terima kasih...!"
Salima bengong. Dia melihat pemuda itu lahap
menghabiskan sisanya, mempergunakan sumpit
yang dia pergunakan pula. Dan ketika sekejap
kemudian sisa bubur itu habis dan Yu Bing
menghapus mulutnya dengan ujung lengan baju
tiba-tiba Salima tertegun dan hampir tak percaya.
"Kau mau...?"
Yu Bing membalikkan tubuhnya, menghadapi
Salima. "Kenapa tidak?" dia balas bertanya. "Bukankah
kau yang menyuruhku, nona? Dan aku merasakan
buburku semakin sedap saja, ha-ha!" dan Yu Bing yang
menghentikan tawanya melihat Salima merah mukanya
mendadak terkejut dan buru-buru menjura. " Maaf, aku
telah menyiapkan air untukmu, nona. Kalau kau mau
mandi silahkan, kuantar ke belakang!"
Salima sadar. Dia tadinya memang mau marah
melihat Yu Bing tertawa, seolah mau kurang ajar dengan
kata -katanya itu. Tapi melihat pemuda ini bersikap wajar
dan kata -katanya tidak dibuat-buat akhirnya Salima
menghela napas dan ingat bantuan orang.
"Saudara Yu, terima kasih. Kau agaknya amat
memperhatikan diriku!"
Yu Bing tersenyum. "Itu bukan soal, nona. Sesama
41https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
orang gagah kita wajib tolong-menolong. Marilah,
nona ingin mandi, bukan?"
Salima mengangguk. Dia merasa tubuhnya
gerah, peluh membuat tubuhnya lengket dengan baju.
Dan ketika Yu Bing mengantarnya ke belakang dan
pemuda itu berhenti disebuah pintu bersekat Salima
melihat pemuda itu membungkuk sopan. "Nona,
silahkan masuk. Aku akan menunggumu di luar." dan
Yu Bing yang melangkah pergi dengan sikap ramah
akhirnya membuat Salima kembali tertegun
memandang punggung orang.
"Saudara Yu, adakah handuk di dalam?"
"Ada," Yu Bing berhenti sebentar. "Semuanya
lengkap di dalam, nona. Tapi maaf, gayungnya dari
tempurung kelapa!"
Salima mengangguk. Dia melihat pemuda itu
kembali pergi, sebentar kemudian lenyap di luar dan tidak
kembali. Dan Salima yang masuk ke tempat yang ditunjuk
dan melihat perlengkapan di kamar mandi tiba-tiba
tersenyum melihat gayung yang dikata pemuda itu.
Memang benar, dari tempurung kelapa tapi berukuran
besar. Bak mandinya penuh air dan tampak jernih, dingin
menyegarkan. Tapi Salima yang mengerutkan kening
melihat pakaian wanita ada di situ mendadak
42https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
cemberut dan keluar lagi.
"Saudara Yu, dimana kau?"
Yu Bing tiba-tiba muncul, tampak gesit dan
sigap. "Ada apa nona? Ada yang kurang?"
"Tidak," Salima memandang curiga pemuda ini.
"Tapi dari mana kau dapat pakaian -pakaian wanita
itu? Kau bilang tidak berkeluarga, tapi..."
"Nanti dulu!" Yu Bing tampak terkejut, melihat
Salima bersinar marah. "Itu kudapatkan dari dusun
di sebelah, nona. Aku membelinya dan bukan dari
siapa-siapa. Kusiapkan itu karena tak kulihat kau
membawa pakaian ganti!"
" Hm," Salima sadar, semburat mukanya.
"Kalau begitu maaf, saudara Yu. Rupanya aku
terlalu curiga. Baik, terima kasih...!" dan Salima
yang kembali ke kamar mandinya dan menyuruh Yu
Bing pergi akhirnya membuat pemuda ini tertegun
menggeleng-geleng kepala.
"Hebat, kalau marah seperti singa betina!" Yu Bing
menunggu di luar. Setengah jam itu dia mendengar
gejebar-gejeburnya air, melihat Salima rupanya gembira
benar mandi dengan air yang dia siapkan itu, tak tahu
bahwa dia harus mengambil air itu cukup jauh juga, tak
kurang dari dua kilometer, air yang jernih di kaki bukit.
43https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Dan ketika setengah jam kemudian Salima muncul
dan berganti pakaian dengan pakaian baru
mendadak pemuda ini bengong dan kagum bukan
main, melihat kecantikan asli dari gadis Tar-tar itu.
"Aih, kau seperti seorang dewi saja,
nona...!" Salima terkejut. "Kau di sini?"
"Ya, eh... maaf!" Yu Bing bangkit berdiri, masih
ternganga tapi kini sadar akan sikapnya, bengong
oleh rambut panjang Salima yang tergerai di
belakang punggung, hitam lebat dan memikat
sekali, dibiarkan mengering karena rambut itu masih
basah. Dan ketika Salima tersenyum dan Yu Bing
jungkir balik oleh senyum ini akhirnya pemuda itu
mendengar Salima tertawa.
"Saudara Yu, dimana aku bisa menyisir rambutku?
Aku butuh tempat berangin, airnya segar sekali!"
"Ah, mari, nona." Yu Bing melompat keluar gua.
"Kau dapat berangin di batu besar itu, tunggu
sebentar aku mengambil sisir!"
Salima mengangguk. Dia sudah keluar dari gua itu,
melihat sebuah batu besar yang enak untuk tempat
duduk. Dan ketika Yu Bing tergopoh masuk mengambil
keperluannya Salima sudah melompat dan duduk di atas
batu besar itu, melonjorkan kaki, menunggu pemuda itu
44https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sambil mengibas-ibaskan rambutnya. Dan ketika pemuda
itu muncul dan Salima juga sudah mengering rambutnya
akhirnya Yu Bing berdiri di bawah terbelalak ke atas,
melihat pipi Salima yang kemerah-merahan sementara
gadis itu mulai menyisir rambutnya.
"Saudara Yu, ada apa kau mendelong di sana?"
Yu Bing terkejut. "Eh, tidak... aku, ah... aku
menunggu kalau kalau kau memerlukan sesuatu
lagi, nona. Mungkin kau butuh ini-itu yang harus
kuambilkan!"
Salima tertawa. "Kau lucu, aku tak memerlukan
apa-apa lagi. Sebaiknya kita bercakap-cakap dan
kau naiklah ke sini!"
Yu Bing merah mukanya. "Tidak," katanya
tersipu. "Aku di sini saja, nona. Dan kalau kau ingin
bercakap-cakap tentu saja aku gembira menerimanya!
" Yu Bing melihat Salima telah selesai menyisir rambut,
menyanggul dan kini mengenakan topi bulu burungnya
itu, gagah dan terganti anggun dan agung. Dan ketika
Salima tersenyum dan Yu Bing menahan debaran
jantungnya oleh senyum gadis Tar-tar itu tiba-tiba
Salima melompat turun.
"Baik, kalau begitu aku juga tak mau duduk di atas,"
Salima berkata. "Dan kita bercakap-cakap sebagai
45https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sahabat, saudara Yu. Tapi sebelum itu biarkan aku
kembali mengucap terima kasih atas semua
bantuanmu!" dan Salima yang mengangguk
merangkapkan tangan tiba-tiba membuat Siangkiam-houw Yu Bing kikuk.
"Aih, jangan begitu, nona. Tak perlu!"
Salima tersenyum, mulai tertarik memandang
pemuda ini. Dan ketika dua pasang mata beradu dan
Yu Bing semburat merah tiba-tiba Salima menarik
napas. "Saudara Yu, kau ini sebenarnya siapakah?
Bagaimana dapat datang secara kebetulan
membantuku menghadapi si Raja Ular itu?"
Yu Bing dag-dig-dug. "Aku, hm... aku pengelana
biasa saja, nona. Datang secara kebetulan karena aku
ingin mendatangi para perampok-perampok itu. Cen
Hok membunuh seorang hartawan berikut anak
isterinya. Aku ingin menghajar kepala rampok itu,
apalagi dia main-main mempergunakan nama Hekeng Taihiap yang menjadi sahabatku!"
"Hm," Salima tertarik. "Jadi dia bukan Hek-eng
Taihiap?"
Pendekar Rambut Emas Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tentu saja bukan!" Yu Bing berkata gemas.
"Sahabatku Hek-eng Taihiap sedang bepergian, nona.
Dia seorang gagah bukan penjahat macam Cen Hok dan
46https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
anak-anak buahnya itu!"
"Lalu bagaimana orang she Cen itu ada di hutan
itu?"
"Dia datang untuk membalas sakit
hati." "Maksudmu?"
"Cen Hok pernah dihajar sahabatku, nona. Dia
mendapat hukuman keras tapi rupanya tidak kapok. Dia
mendengar sahabatku pergi, mempergunakan hutan itu
dan merusak nama baik dengan menyebut diri sebagai
Hek-eng Taihiap, membunuh dan merampok hingga aku
mendengar perbuatannya. Tapi ketika aku datang
ternyata kau telah membunuh manusia busuk itu!"
"Tentu saja," Salima menjawab. Dia coba- coba
menggangguku, saudara Yu. Sudah kuperingatkan
tapi tak mau pergi. Dan karena dia memang
menyebalkan maka kubunuh perampok itu bersama
anak buahnya yang kasar dan kurang ajar!"
Yu Bing mengangguk. "Memang tepat, nona.
Kalau kau tidak datang tentu aku yang akan
memberesi tikus-tikus busuk itu. Dan kau sendiri,
bagaimana bisa berada di hutan itu?"
Salima tiba-tiba muram. Pertanyaan ini
mengingatkan kisahnya dengan sang suheng, betapa dia
marah dan membenci suhengnya itu. Dada tiba-tiba
47https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sesak dan mata menjadi merah. Tapi Yu Bing yang
melihat Salima tak menjawab tiba-tiba merangkapkan
tangan. "Maaf, pertanyaanku rupanya tak berkenan di
hatimu, nona. Aku menarik kembali pertanyaan itu dan
biarlah kita bicara yang lain."
Salima mengangguk. "Saudara Yu, kau rupanya
seorang gagah yang baik hati. Kita memang sebaiknya
bicara yang lain, aku tak dapat menjawab
pertanyaanmu karena pertanyaan itu akan mengungkit
kepedihan hatiku. Sekarang bicara tentang dirimu,
siapa itu pamanmu yang agaknya disegani Coa-ong?
Wiro Sableng 162 Badai Laut Utara Mahesa Kelud - Telaga Api Salju Pendekar Kembar 4 Setan Cabul
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama