Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara Bagian 11
ganti berganti menyerang namun Pendekar
Rambut Emas mengelak dan lincah membuang
tubuh ke sana-sini. Gerakannya kian cepat juga
mengimbangi gerakan dua gadis itu. Dan karena
Pendekar Rambut Emas telah memperhatikan
dan sedikit banyak telah mempelajari atau
menghapal gerak kaki dua gadis itu maka ketika
mereka mengejar dan menggerakkan kakinya
silih berganti tetap saja tubuh lawan tak dapat
dipegang. Gabungan Cui-sian Gin-kang tak kalah
dengan Ang-tiau Gin-kang. Ilmu meringankan
tubuh ini hebat sekali apalagi kalau dimainkan
Pendekar Rambut Emas, tokoh yang telah
matang asam garam dunia dan pertempuran.
Maka ketika dua gadis itu semakin penasaran
dan Pendekar Rambut Emas melayani
seenaknya, roda terbang mendesing kian gila
maka Bu-kek-kang dilepaskan atau didorongkan
ke depan membentuk pukulan dahsyat.1107
"Kau di depan, aku di belakang! Jaga dan
kurung dia rapat-rapat, Keng-moi. Mainkan
Siang-lun-jong-san lebih hebat lagi!"
Thio Leng berseru dan marah sekali. Ia
benar-benar merasa dipermainkan oleh
lawannya ini karena Kim-mou-eng tampak begitu
seenaknya. Dia beterbangan mengikuti gerakan
mereka pula. Tapi ketikta roda terbang pecah
menjadi delapan, masing-masing menyambar
dan mengurung dari delapan penjuru maka
Pendekar Rambut Emas terkejut juga dan
terpaksa menangkis.
"Plak-plak!" Roda terpental dan
membalik kepada tuannya. Akan tetapi begitu
Kim-mou-eng menangkis mendadak dua pukulan
Bu-kek-kang menderu.
"Wherrrr!" Kim-mou-eng tak sempat
mengelak maupun menangkis, Ia baru saja
mementalkan roda terbang yang berbahaya, tak
mungkin menghadapi pukulan itu. Maka ketika
dia membentak dan meledakkan tangannya
sekonyong-konyong asap putih membubung dan
lenyaplah pendekar itu di balik Pek-sian-sut.1108
"Iblis, ilmu siluman. Awas, Keng-moi,
jangan sampai berbenturan!"
Sui Keng berteriak dan melencengkan
pukulannya dengan pucat. Ia dan rekannya
sama-sama menghantam ketika pendekar itu
baru saja menangkis roda. Mereka yakin bahwa
pukulan pastl kena, mereka berhasil. Tapi ketika
lawan lenyap dan Kim-mou-eng berobah menjadi
asap putih, tubuh pendekar itu berubah seperti
roh maka tak ampun lagi dua-duanya
meleneengkan pukulan tapi tetap saja saling
serempet.
"Bresss!" Dua-duanya terjengkang dan
bergulingan. Thio Leng yang memaki-maki dan
mendamprat merah padam disusul rekannya
yang menyumpah-nyumpah. Ilmu ini pernah
mereka lihat dikeluarkan Beng An, mereka pucat
dan gentar. Namun karena tak boleh mereka
membiarkan pendekar itu memasuki Lembah,
anak dan menantunya akan ditangkap nanti
maka mereka meloncat bangun dan menyerang
lagi. Pendekar itu telah muncul dan tertawatawa.1109
"Bagus, hati-hati. Aku tak bermaksud
mencelakai kalian, nona-nona. Mundurlah dan
sebaiknya ijinkan aku menemui Puteri!"
"Keparat, kau atau kami yang mampus,
Pendekar Rambut Emas. Bunuhlah kami atau kau
roboh!"
"Hm," Pendekar Rambut Emas menarik
napas dalam, kagum. "Kalian wanita-wanita yang
gagah, Thio Leng. Aku sudah mendengar banyak
dari puteraku. Tapi mmaaf, keinginanku tak
mungkin dibatalkan dan biarlah kalian mengejar
aku kalau bisa.... wutt!" pendekar itu lenyap lagi
dalam bentuk asap putihnya. Ia mengeluarkan
Pek-sian-sut dan Thio Leng maupun Sui Keng
tentu saja marah sekali. Mereka mengejar dan
melontar roda terbangnya. Tapi ketika senjata itu
lewat dan tembus melalui jasad halus ini, Kimmou-eng bergerak dan meluncur ke depan maka
pendekar yang telah merasa cukup menghalanghalangi itu tertawa di depan.
"Ji-wi-siocia, kejarlah aku!" Dua gadis itu
pucat. Seumur hidup baru Beng An lah yang
mengelahkan mereka dengan ilmu seperti itu.1110
Kini ayahnya melakukan hal yang sama dan Thio
Leng serta Sui Keng tiba-tiba menangis. Mereka
melengking dan mengguguk mengejar pendekar
itu. Tapi ketika Pendekar Rambut Emas lenyap
dan mendahului di depan maka dua wanita ini
membanting-banting kaki dan Thio Leng
akhirnya berkelebat menemui Ratunya. "Kau
kerahkan semua anak murid. Aku nenghadap
Tocu, Keng-moi. Tangkap dan bunuh Pendekar
Rambut Emas itu. Kerahkan semua kekuatan!"
Sui Keng mengangguk. la tersedu berpisah
dengan saudaranya dan masing-masing
melakukan pekerjaannya sendiri. Pendekar
Rambut Emas itu telah mencoreng moreng muka
meraka. Tak ada hukuman lain kecuali bunuh.
Maka berkelebat dan membunyikan tanda
bahaya, Lembah Es geger maka di sana Pendekar
Rambut Emas dihadang dan menghadapi ratusan
gadis cantik yang sudah dikerahkan Sui leng ini.
Yo Lin gadis baju merah memberi aba-aba dan
memecah sebagian anggautanya mencari
Shintala dan tiga anak itu.1111
"Jangan berkumpul di sini semua.
Berpencar. Cari anak-anak itu dan
ibunya,Berpencar, tangkap mereka ...... !"
Lembah Es ribut dan kacau. Mereka
seperti diserang orang-orang Pulau Api dulu dan
banyak murid bertanya-tanya. Mereka bertanya
mana orang-orang Pulau Api itu tapi ketika
dijawab yang datang adalah Kim-mou-eng, ayah
Kim Beng An mereka malah tertegun, tak
percaya.
"Apa, Pendekar Rambut Emas?
Menyerbu dan menyerang ke mari? Ayah, dari
Kim-kongcu itu?"
"Benar, ia datang bersama dua wanita
dan tiga anak laki-laki perempuan, kawan-kawan
Mereka lolos dan memasuki Lembah. Mereka
ingin bertemu Tocu, dilarang tapi nekat masuk.
Cari dan tangkap mereka!"
Ributlah gadis-gadis cantik penghuni
Lembah ini. Akhirnya mereka tahu bahwa
pendekar itu lolos melewati dua wakil mereka
Thio-cici dan Wan-cici. Mereka terkejut dan
pucat mendengar ini. Tapi karena dulu Kim Beng1112
An itu juga masuk dan mampu melewati
penjagaan, merobohkan dan mengalahkan
mereka semua maka dalam keheranan tapi jUgFa
kebingungan mereka para murid ini bergerak dan
sebagian bertemu anak-anak yang dimaksud itu.
Mula-mula Bun Tiong yang mereka lihat. Anak
ini, seperti diceritakan di depan lari paling dulu
setelah dilontar oleh kong-kongnya demikian
kuat. Anak itu terbanting dan bergulingan namun
tidak luka menimpa salju, bangkit dan lari dengan
cepat tertawa-tawa. Bun Tiong memang anak
pemberani yang tak kenal takut. Dia sudah
berkata kepada kong-kongnya bahwa kelihaian
Thio-cici dan Wan-chi tak membuatnya gentar. la
tetap ingin menemui Puteri Es. Maka dilempar
dan jatuh melewati gadis-gadis Lembah itu, Bun
Tiong bangkit dan lari dengan cepat akhirnya
anak ini tiba di gunung pertama. Dua kali ia
terjeblos di lubang salju akan tetapi anak ini
mampu keluar berjungkir balik. la telah
mendengar dari pamannya bahwa di Lembah Es
banyak jebakan. Bun Tiong berhati-hati dan
pengalamannya tadi membuat ia lebih waspada.1113
Tapi ketika dari puncak gunung berkelebatan
bayangan-bayangan langsing, anak ini tak
mungkin menyembunyikan dirinya lagi maka Bun
Tiong sudah berhadapan dengan tujuh wanita
cantik yang bukan lain adalah Sam-cici dan
kawan-kawannya, gadis atau wanita yang galak
itu. "Berhenti, bocah dari mana kau!"
Bun Tiong berhenti. la memandang tujuh
wanita ini dan lagi-lagi kagum bahwa mereka
rata-rata cantik. Ah, penghuni lembah memang
cantik-cantik! Maka memuji dan tertawa
mencengangkan Sam-cici anak itu berseru,
"Aih, cici ini cantik-cantik. Haii, kenalkan.
Aku Bun Tiong keponakan pamanku Beng An,
cici. Ingin bertemu Puteri Es dan melihat
keagungan dan kecantikannya. Minggir, biarkan
aku lewat!"
Bun Tiong menerobos dan lewat di selasela kaki tujuh wanita ini. Kakinya yang pendek
dan kecil membuat gerakannya begitu lincah
hingga tujuh wanita ini terkejut. Mereka
berteriak tapi anak itu telah lolos di sana. Dan1114
ketika Bun Tiong mengerahkan Jing-sian-engnya
dan ilmu meringankan tubuh itu membuat
gerakannya secepat kijang, Sam-cici dan kawankawannya terkejut maka anak itu sudah berlari
dan naik ke gunung dua.
"Heii, kembali. Berhenti!" gadis itu
membentak dan tentu saja mengejar lagi. Gerak
cepat nan lincah dari anak ini benar-benar
mengagetkan. Bocah itu seperti siluman saja.
Tapi ketika mereka mengejar dan membentak si
bocah mendadak muncul seorang anak
perempuan yang melambai dan tertawa kepada
Bun Tiong.
"Heii, kita berlomba, Bun Tiong. Kau jalan
dari situ aku dari sini!" Sam-cici terbelalak. Anak
itu lenyap dan menghilang di balik dinding
gunung sementara anak laki-laki yang mereka
kejar terkekeh-kekeh dan mengangguk. Bun
Tiong melambaikan tangannya pula dan
bergeraklah anak itu lebih cepat. Maka bergerak
dan mempercepat larinya akhirnya Sam-cici ini
membentak dan menimpuk pelor-pelor salju. Dia1115
menyambar dan menggenggam salju-salju itu
lalu mengepalnya membentuk pelor-pelor bulat.
"Berhenti! Berhenti, anak siluman. Atau
kau roboh!"
Bun Tiong mendengar desing dari peluru
salju. ini. la mengelak dan Sam-cici tertegun. Tiga
pelornya luput! Tapi ketika ia mengejar dan
menimpuk lagi maka kawan-kawannya juga
melakukan hal yang sama sehingga Bun Tiong tak
mungkin mengelak saja, membalik dan
mengibaskan lengannya ke belakang,
mengerahkan Khi-bal-sin-kang.
"Plak-plak-plak !" Dan.... tujuh wanita itu
berseru terkejut karena pelor-pelor yang mereka
sambitkan membalik dan menghantam mereka
sendiri.
"Awas!" Sam-cici menangkis dan
menghancurkan pelor-pelor saljunya ini. Enam
temannya yang lain juga melakukan hal yang
sama tapi anak di depan itu sudah lari lagi. Bun
Tiong tertawa dan melanjutkan petak umpetnya.
Dan ketika anak itu hilang dan lenyap di balik
dinding salju, entah ke mana maka anak itu tahu-1116
tahu sudah naik di puncak gunung nomor dua
dan tampak sedang balapan dengan anak
perempuan yang tadi mereka lihat.Siang Lan!
"Hi-hik, aku menang, Bun Tiong. Aku lebih
dulu di puncak. Kau kalah!"
Sam-cici mengutuk habis-habisan. Tak
disangkanya anak-anak itu demiklan hebat dan
lincahnya berlari cepat. Mereka menyelinap dan
lolos sepertl siluman-siluman cilik saja. Tapi
ketika dari gunung kedua muncul bayanganbayangan Iain, Siang Lan terpekik dan menjerit di
sana maka gadis itu menerima terkaman dan
melempar tubuh bergulingan rnenyelamatkan
diri.
"Heii, celaka. Tolong, Bun Tiong, ada cicicici galak di sini!"
Bun Tiong tertawa besar. Anak itu geli
dan riang melihat temannya melempar tubuh.
Siang Lan berguling dan akhirnya meluncur dari
atas ke bawah, cepat dan berada dekat
dengannya. Dan ketika ia menyambar dan
menangkap temannya itu, dari bawah mengejar1117
Sam-cici dan teman-temannya maka Bun Tiong
berseru agar masing-masing mencari jalan lain.
"Tak usah berlomba adu cepat. Puncak
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
puncak gunung ini berpenghuni semuanya. Ayo,
berpencar dan bingungkan mereka,. Siang Lan,
jangan berkumpul dan biar sendiri-sendiri. .Awas
kulempar kau ke sana dan hati-hati.... huup!"
anak itu mengangkat dan melempar Siang Lan
kuat-kuat..Seperti kong-kongnya Bun Tiong
mencoba melakukan hal yang sama, dia
melempar dan melontarkan Siang Lan ke gunung
nomor tiga. Tapi karena tenaganya tak sekuat
sang kakek dan Siang Lan terlempar tinggi ke atas
maka anak itu jatuh dan.... nyangsang ke pohon
yang seluruh daun dan batangnya tertutup salju.
"Bruukk!" Siang Lan meringis kesakitan.
Dia memaki Bun liong namun dilihatnya anak itu
berlari dan menghindar dari terkaman banyak
orang. Gadis penghuni Lembah berteriak-teriak
memaki anak ini, menyuruh yang lain
mengepung dan menangkap namun si bocah
sudah terbang turun bukit. Bun Tiong mengambil
jalan lain dan memotong. Lalu ketika anak itu lari1118
dan tampak serta hilang lagi di balik dindingdinding salju, kelincahan dan kecepatannya
menggemaskan banyak orang maka di tempat
lain Siang Hwa juga berlari dan menyusup lebih
dulu di gunung nomor tiga. Seperti temannya,
yang lari secara zig-zag dan mendekati batu-batu
besar atau dinding salju untuk tempat
persembunyian, gadis inipun menuju depan dengan lari secepat anak kijang. Siang Hwa pun
memiliki Jing-sian-eng dan dengan ilmu
meringankan tubuh itu ia menghindari kejaran
murid-murid Lembah Es. Namun karena tanda
bahaya telah dibunyikan dan semua murid turun
gunung, gadis baju hijau dan biru serta kuning
juga memencar mencari anak-anak ini maka
Siang Hwa bertemu dengan Ing Sim, gadis baju
biru!
"Berhenti, dan menyerahlah. Atau kau
kurobohkan!"
Siang Hwa terkejut. Ia tentu saja
mengenal gadis ini karena bibinya telah
mengalahkan. Maka tak gentar dan tertawa1119
mengejek ia mencabut pedangnya dan menusuk,
sebatang pedang pendek sebagai bekal.
"Bagus, robohkan aku kalau bisa, cici.
Atau kau minggir dan biarkan aku bertemu
Puteri!"
Ing Sim mengelak dan terbelalak marah.
Serangan pedang luput menusuk perutnya tapi
bukan itu tujuan Siang Hwa. Gadis cilik ini hanya
menggertak dan membuat lawan minggir,
memberi jalan. Maka ketika hal itu didapat dan ia
terkekeh maka cucu Pendekar Rambut Emas
inipun melejit dan lewat di samping gadis baju
biru itu,
lari meninggalkan lawannya lagi.
"Hi-hik, terima kasih, cici. Kau sungguh
baik!"
Gadis ini menjadi gusar. Ia sadar
dipermainkan Siang Hwa dan tentu saja
membentak mengejar. Keponakan Kim Beng An
ini sungguh kurang ajar! Tapi ketika ia berkelebat
dan meraih gadis itu ternyata Siang Hwa
melempar tubuh kekiri terjun ke jalan setapak di
bawah kirinya.1120
"Wut!" terkaman itu luput dan tentu saja
si bocah sudah berjungkir balik disana. lng Sim
terkejut memuji keberanian Siang Hwa karena
tempat itu tak kurang dari sepuluh tombak
tingginya. Kalau tidak memiliki keberanian dan
ginkang yang hebat tak mungkin orang
sembarangan melompat, apalagi melempar
tubuh dan terjun seperti orang membuang tubuh
ke sungai! Maka membentak dan melempar
tubuh pula gadis ini melakukan hal yang sama
dan Siang Hwa lari lagi, berlenggak-lenggok.
"Berhenti, atau kubunuh kau, anak
siluman. Sekali lagi berhenti dan serahkan
dirimu!"
"Hi-hik, aku anak ayah ibuku, bukan
siluman. Kau telah memaki aku, cici. Kejar dan
cobalah tangkap aku. Aku tak takut kau bunuh,
paling-paling kaupun akan dibunuh Tocu!"
"Keparat, apa kau bilang? Tocu
membunuh aku?"
"Benar, karena pamanku sahabat
majikanmu. Kalau kau membunuh aku dan1121
pamanku tahu maka Tocu akan membunuhmu,
tak enak kepada pamanku Beng An, hi-hiik !"
Siang Hwa lari dan berlenggang-lenggok
lagi. Ia memang lincah dan Jing-sian eng yang
dimiliki cukup tinggi. Meskipun tak setinggi orang
tuanya namun bagi anak seumur dia sudahlah
hebat. Bukti bahwa ia mampu terjun dan
berjungkir balik di kedalaman setinggi pohon
kelapa sudah cukup! Tapi karena ia tak mengenal
medan sementara lawannya adalah penghuni
Lembah, tentu saja gadis baju biru ini jauh lebih
mengenal keadaan dibanding dirinya maka Ing
Sim tahu-tahu muncul setelah lenyap dan
menghilang sekejap, mengejutkan Siang Hwa
yang kontan menabrak. Lawan mendengus dan
marah tapi juga geli. Siang Hwa begitu terkejut
hingga berteriak, pedang bergerak tapi dikelit
sedikit. Lalu ketika gadis itu menampar dan
mengenai pangkal lengan maka Siang Hwa
terbanting namun gadis itu bergulingan
meloncat bangun, lari lagi.
"Curang, kau licik. Kau tak memberi abaaba dan muncul seperti iblis!"1122
Gadis ini tersenyum. Sikap dan kata-kata
yang kekanak-kanakan itu membuatnya semakin
geli. Sebenarnya ia suka dan kagum akan gadis
cilik ini, apalagi karena keponakan Kim-kongcu.
Namun karena dia merasa dipermainkan dan
anak itu tak mau berhenti, apa boleh buat ia
harus bersikap keras maka Ing Sim tiba-tiba
menyambar tiga batu keras dan
menimpukkannya ke punggung Siang Hwa. Gadis
itu sedang berlari cepat dan tak mungkin tahu.
Tapi ketika tiba-tiba Siang Hwa tersandung dan
roboh di depan, terantuk batu maka tiga batu itu
melayang dan lewat di atas kepalanya. Selamat!
"Kau.... kau menyerang secara gelap? Cih,
memalukan. Tak patut kau sebagai penghuni
Lembah Es, cici. Ayo bertanding dan jangan kira
aku takut!"
Siang Hwa melompat bangun dan melihat
itu. Ia terbelalak dan marah dan kini tak mungkin
melarikan diri lagi. Batu keparat itu menyandung
kakinya. Maka meloncat dan menusukkan
pedang ke depan, lawan telah berjungkir balik
dan mencegat larinya cucu Pendekar Rambut1123
Emas ini mengamuk dan menyerang, marah dan
memaki-maki dan gadis baju biru itu memerah
mukanya. Ia memang menimpuk secara gelap
agar lawannya ini roboh. Siang Hwa seperti anak
kijang betina yang lincah melarikan diri, ia tak
mau membuang-buang waktu lagi. Maka ketika
gadis itu menyerang dan ia tak mengelak seperti
biasa, menampar dan mengerahkan Bu-kek-kang
maka Siang Hwa menjerit karena pedang dan
seluruh tubuhnya menggigil kedinginan.
"Robohlah.... plak!"
Namun cucu Pendekar Rambut Emas ini
memang luar biasa. Begitu diserang hawa dingin
dan menggigil serasa dibungkus es tiba-tiba Siang
Hwa membanting tubuh. Ia menghindar dan
menjauhkan diri dari lawan. Tapi ketika lawan
mengejar dan mendorong dengan Bu-kek-kang
nya lagi, Siang Hwa menjerit dan memaki-maki
ternyata anak ini masih belum tandingan lawan.
Ing Sim adalah murid utama dan
kepandaiannyapun tinggi. Kalau ia kalah
terhadap Shintala maka itu adalah karena bukan
tingkatnya. Nyonya itu bukan kelasnya, sama1124
seperti ketika dia sekarang menghadapi Siang
Hwa ini. Maka ketika anak itu bergulingan dan
sia-sia menggerakkan pedang, akhirnya
tertampar dan terlepas dari tangannya maka
cucu Pendekar Rambut Emas itu mengeluh ketika
sebuah totokan membuatnya tak berdaya.
"Tuk!" Selesailah pertandingan kecil ini.
Ing Sim bersuit dan muncul empat bayangan
murid-murid Lembah. Gadis itu memerintahkan
agar tawanan ditangkap, Siang Hwa memakimaki namun ia diikat dan disumpal mulutnys.
Lalu ketika lawannya itu berkelebat dan pergi
mencari yang lain-lain maka Siang Hwa dibawa
dan menjadi tawanan pertama Lembah Es.
Bun Tiong, yang naik dan berada puncak
nomor tiga juga bukannya tanpa halangan. la
berhasil lolos dan melewati lawan-lawan di
gunung pertama dan kedua. Tapi ketika ia turun
dan hendak menuju gunung keempat ternyata
bayangan hijau dan kuning mencegat.
"Berhenti, serahkan dirimu!"
Anak ini terbelalak. la segera mengenal
dua orang itu yang bukan lain adalah Ui Hong dan1125
Yu Pio, dua gadis yang juga dirobohkan ibunya.
Maka tertawa dan meloncat pergi anak ini tak
perduli dan memutar ke kanan.
"Ha-ha, kalian belum menangkap aku,
cici. Aku menyerah kalau sudah tertangkap.
Kejarlah, dan tangkap aku!"
Dua wanita itu gemas. Mereka
membentak dan masing-masing menyambar dari
kiri dan kanan, Bun Tlong digunting dan
dicengkeram kedua pundaknya. Namun ketika
anak itu berkelit dan licin bagai belut, melempar
tubuh ke kiri dan bergulingan meloncat bangun
di sana maka dua gadis itu merah padam. Ui
Hong tertampar.
"Kau berani main-main? Kau hendak
menghina kami?"
"Ha-ha, aku ingin bertemu Puteri Es, cici.
Biarkan dulu dan nanti menyerah secara baikbaik!"
"Tidak bisa, kau laki-laki. Lembah Es tak
boleh dimasuki"
"Tapi aku anak-anak, belum tahu apaapa. Kalian, eitt.... licik!" dan Bun Tiong yang1126
terkejut menghentikan kata-katanya tiba-tiba
membanting tubuh lagi ketika disergap dari kiri
kanan. la diajak bicara hingga angin sambaran
tubuh lawan tak dapat ditangkap. la memakimaki. Dan ketika ia meloncat bangun dan dua
wanita itu merah padam, luput lagi maka Bun
Tiong berlari dan terjun di balik punggung bukit
sebelah sana.
"Bresss!" Anak ini terjatuh dan tergulingguling di bawah. la sudah berada di puncak ketika
tak mungkin harus bersembunyi lagi. Tak ada
dinding atau batu. karang yang dapat dipakai
berlindung. Maka nekat dan membuang tubuh di
situ, meluncur dan menabrak ini itu maka Ui
Hong dan temannya terbelalak melihat
keberanian anak itu. Bun Tiong harus
mengerahkan sinkangnya agar tentu saja tidak
babak-belur.
"Ha-ha, kalian masih di atas. Ayo, kejar
dan tangkap aku. Terjunlah kalau berani dan
tirulah aku!"
Dua wanita itu memaki. Mereka tentu
saja tak mau membuang tubuh seperti Bun1127
Tiong, bukan takut melainkan tak mau tergores
dan membuat pakaian robek-robek. Anak itu
memang gila dan edan-edanan, siapa mau
meniru! Maka ketika Bun Tiong tertawa di sana
dan melambai mengejek mereka, Ui Hong dan
sumoinya panas maka mereka melepas ikat
pinggang dan tiba-tiba meluncurkannya ke
bawah mereka sudah meledakkan ikat pinggang
itu yang menangkap dan membelit pohon-pohon
atau bebatuan di bawah.
"Bagus, kau boleh tertawa. Tapi sekarang
tahu rasa, bocah. Lihat di belakangmu dan
apakah kau dapat meninggalkan kami!"
Bun Tiong terkejut. la membalik ketika
puluhan orang berkelebatan. Bayanganbayangan langsing berdatangan lagi. Dan ketika
ia harus lari dan pergi secepatnya, tak mau
dihadang tapi dari kiri dan kanan muncul
bayangan-bayangan yang lain lagi maka tak
kurang dari empat puluh wanita mengepung
anak kecil ini.1128
"Ha-ha, bagus. Aku seperti tikus tersudut.
Majulah, cici, tangkap aku dan rasakan
pukulanku kalau ada yang ingin menerimanya".
Bun Tiong tak mungkin lari lagi dan
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendahului lawan-lawannya ltu. Keberaniannya
benar-benar membuat kagum dan gadis-gadis
penghuni Lembah Es itu memuji. Mereka
teringat Beng An,begitulah pemuda itu
menunjukkan keberaniannya pula. Tapi karena
anak ini harus ditangkap dan mereka telah
mendengar perintah itu, mereka berkelit dan
menubruk anak ini maka Bun Tiong membalik
dan menangkis atau membagi pukulannya.
"Des-dess!" Anak itu terhuyung dan
melotot. la kalah banyak dan kalah kuat. Gadiagadis itu membentak dan saat itu Ui Hong dan
sumoinya sudah datang. Dan ketika dua gadis itu
membentak dan menerkam maju, dari muka dan
belakang puluhan lengan juga mencengkeram
anak ini maka Bun Tiong kewalahan dan tiba-tiba
membanting tubuh meraup tanah salju dan
melemparkannya ke mata lawan-lawannya itu.
Perbuatan yang tak diduga.1129
"Aiihhh "Auuphhh!"
Para murid menjerit. Bun Tiong tertawatawa melihat gadis-gadis Lemba Es itu kelilipan.
Mereka tak menduga perbuatannya itu dan
banyak yang kena. Mata mereka pedih dan sakit.
Tapi ketika bayangan kuning dan hijau kembali
menyambar, Ui Hong dan sumoinya mengelak
dari serangannya tadi maka anak in terkejut dan
tahu-tahu kena cengkeran, la baru saja
bergulingan meloncat bangun.
"Kau bocah kurang ajar, sekarang aku tak
akan melepaskan dirimu!"
Tapi putera Rajawali Merah ini benarbenar Luar biasa. Begitu terkejut dicengkeram
bahunya tiba-tiba Bun Tiong menendang pusar
gadis-gadis itu, tendangannya cepat dan kembali
tak diduga. Dan ketika Ui Hong maupun
sumoinya mengaduh melepaskan cengkeraman,
kaki anak itu mengenai selangkangan mereka
maka keduanya merah padam dan tiba-tiba
mencabut pedang. Tendangan itu menghina
mereka, lupa bahwa Bun Tiong hanyalah anakanak, bukan pria dewasa!1130
"Bunuh, cincang anak ini, sumoi. Bunuh
dia!"
Bun Tiong terbelalak. la maklum bahwa
dirinya dalam bahaya karena dua lawannya ini
tiba-tiba mende!ik. Mereka marah bukan main
karena tendangannya tadl tepat mengenai
bagian paling rahasia, kalau saja Bun Tiong
dewasa tentu ia mengerti. Tapi karena ia masih
anak-anak dan tendangan tadipun dilakukan agar
dirinya terlepas dari cengkeraman maka anak itu
mengelak ketika pedang menyambar.
"Singgg!" Namun Ui Hong maupun
sumoinya tak mau berhenti di situ saja. Mereka
sekarang benar-benar bernafsu membunuh dan
tak akan memberi ampun. Mereka tak ingat lagi
kepeda Beng An karena kemarahannya oleh
tendangan tadi. Bagian yang disentuh kaki Bun
Tiong tadi selamanya belum pernah disentuh
pria, maka tak heran kalau mereka begitu mata
gelap. Tapi ketika mereka mengejar dan
menusuk atau membacok anak ini, Bun Tiong
mengelak dan menjadi gelisah juga, baju
pundaknya akhirnya terbabat maka terdengar1131
suara lembut namun penuh wibawa, tidak keras
namun cukup jelas terdengar sampai di bawah
gunung itu.
"Jangan bunuh, tangkap saja anak itu.
Jangan dilukai!"
Ui Hong dan sumoinya terkejut. Di
puncak, hanya sekilas dan sekelebatan saja
muncullah sesosok wanita anggun berpakaian
serba putih. Wanita itulah yang berseru dan Bun
Tiong yang kebetulan menengok tampak
ternganga. Wajah seorang wanita luar biasa
cantiknya terlihat dari situ, gemerlap dan penuh
cahaya. Dan ketika anak ini tertegun namun
wanita itu lenyap, ia berdesir menyebut nama
Puteri Es maka Ui Hong sudah membalik dan
secepat kilat menampar tengkuknya.
"Plak!" Bun Tiong terpelanting dan tak
ingat apa-apa lagi. la masih terpesona dan
ternganga oleh wajah jelita itu. Demikian agung
dan cantik luar biasa. Dan ketika ia roboh namun
bawah sadarnya membawanya melayang-layang
ke wajah jelita itu, wajah Puteri Es maka Ui Hong
yang masih mendongkol dan marah kepada anak1132
ini menendangnya mencelat kepada anak
buahnya.
"Bawa anak itu. Tocu menghendakinya
hidup-hidup!"
Bun Tiong selamat dan terhindarlah dia
dari kemarahan dua orang ini. Para murid lalu
membawanya dan anak itu merupakan tawanan
nomor dua. Di sana Siang Hwa telah mendahului.
Dan ketika Ui Hong bergerak dan mencari yang
lain, Siang Lan dan bibinya maka anak ini ternyata
sudah di gunung nomor lima bersama Shintala!
"Hati-hati, mana Bun Tiong dan encimu
Siang Hwa. Eh, kau sebaiknya duduk di atas
pundakku ini, Siang Lan. Dan kita lihat dua buah
gunung terakhir itu. Di sana pasti istana Puteri
Es!"
"Benar, tepat sekali seperti cerita paman.
Eh, tadi Bun Tiong tak jauh dariku, bibi. Tapi ia
memisahkan diri agar tak gampang ditangkap.
Bun Tiong pemberani, ia mengejek dan
melambai-lambai kepada para cici itu!"
"Hm, tempat ini cukup berbahaya. Kita
tak boleh terlalu main-main, Siang Lan.1133
Cengkeram kedua pundakku yang kuat dan awas
jatuh!" sang nyonya menyambar dan
mendudukkan gadis cilik itu diatas pundaknya.
Shintala bergerak lagi mencari anak-anak itu
namun yang ketemu adalah Siang Lan ini.
Puteranya Bun Tiong dan Siang Hwa entah ke
mana. Namun karena gak-hunya berkata tak
usah khawatir karena Beng An adalah sahabat
puteri Es, tak mungkin mereka membunuh anakanak itu maka nyonya ini agak tenang dan
meluncur menuju gunung ke enam, dicegat dan
melihat bayanga kiri kanan mengejar.
*** Credit
Sumber Buku Bapak Gunawan Aj
Kontributor Bapak Awie Dermawan
Edit OCR Yons
Koleksi Kolektor Ebook1134
PUTRI ES
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XIX
* * * "BERHENTI, atau kami akan membunuh
kalian!"
Shintala tersenyum mengejek. Tentu saja
ia tahu kepandaian murid-murid Lembah Es itu,
di sepanjang jalan ia telah menghalau dan
mendorong mereka. Maka ketika mereka muncul
dan membentak menyuruhnya berhenti, hanya
Wan-siocia atau Thio-siocia yang dianggap yang
paling berbahaya maka nyonya ini mengibas dan
melancarkan pukulan jarak jauhnya.
"Minggir, atau kalian pergi!" Tujuh murid
terlempar. Mereka berada paling dekat dan
Siang Lan bersorak melihat bibinya melempar
wanita-wanita Lembah es itu. Mereka tentu saja
tak kuat menahan pukulan nyonya itu, berteriak
dan terbanting. Dan ketika Shintala terus1135
bergerak dan menyambar mendorong yang lain,
berkelebat dengan Ang-tiauw Gin-kangnya dan
tak gentar mendaki gunung keenam maka Sui
Keng tiba-tiba muncul dan membentak nyonya
ini. "Siauw-hujin, kau tak dapat diberi hati.
Menyerahlah atau kau mampus!"
Shintala terkejut. Justeru terhadap tokoh
nomor dua dari Lembah Es ini ia harus berhatihati. Namun karena ia bertekad untuk terus maju
dan yang terjadi tak bakal membuatnya gentar
maka nyonya ini mengelak dan ketika ia dikejar
dan menerima tamparan kuat cepat nyonya
inipun menangkis.
"Plak !" dan ia tergetar, Otomatis
gerakannya tertahan dan berhenti di situ,
mengelak dan melompat sana-sini ketika lawan
mencecar dan mendesaknya lagi. Dan ketika
bayangan merah berkelebat dan itulah Yo-siocia,
sumoi dari Sui Keng maka gadis itupun meloncat
namun yang disambar adalah Siang Lan.
"Cici, kau robohkan wanita ini, blar aku
bocah itu!"1136
Shintala terkejut dan semakin berubah
lagi. Siang Lan, yang ada di pondongannya t?batiba menjerit. Kelima jari lawan sudah
menyambar muka dan mencengkeram. Tapi
karena ia mengegos dan gerakan itu luput, Yosiocia terbelalak maka sepasang roda tiba-tiba
menghantam dari kiri menyambar wajah nyonya
ini. "Bagus, kau tangkap anak itu, Yo-sumoi,
aku orang tuanya!"
Shintala kalabakan. Diserang dari kiri
kanan dan muka belakang. oleh dua orang itu
benar-benar membuatnya repot. Kalau saja
Siang Lan tak ada di pundaknya mungkin ia dapat
menghindar. Tapi karena Sepasang roda kembali
menderu dan meledak ketika dikelit, terbang
seperti benda bernyawa lagi maka ia membentak
dan tiba-tiba melontar Siang Lan seperti yang
dilakukan ayah mertuanya.
"Siang Lan, kau larilah ke puncak sana.
Aku tak mungkin menghadapi lawanku dengan
beban dirimu!"1137
Anak itu berjungkir balik. la maklum akan
kerepotan bibinya ini dan berseru melengking,
jauh melewati Wan-siocia dan Yo-siocia yang
terkejut oleh lontaran itu. Tapi ketika bayangan
putih berkelebat dan Thio Leng atau Thio-siocia
muncul, menyambut dan menangkap anak ini
maka Siang Lan kaget dan menjadi panik.
"Bibi...." Namun wanita itu mendengus.
Thio Leng telah bergerak dan tak mungkin Siang
Lan menyelamatkan diri. Terhadap Yo-siocia saja
ia tak mungkin lolos, apa lagi wanita ini. Maka
ketika Thio Leng menggerakkan jarinya dan
menotok kaki anak itu, Siang Lan mengeluh maka
anak ini roboh dan jatuh di tangan lawan.
Shintala terkejut. Ia membentak dan
mencabut tongkatnya namun Thio Leng
memutar tubuh. Wan-siocia mengejar dan
menyerang nyonya ini dari belakang. Dan ketika
Shintala harus membalik dan menerima
serangan lawan, terpental dan terhuyung maka
Thio Leng lenyap berseru agar nyonya itu
ditangkap.1138
"Robohkan dia, jangan dibunuh. Tocu tak
menghendaki kematian dan aku mencari Kimmou-eng!"
Shintala melengking dan menangkis
serangan Wan-siocia lagi. Sui Keng mengejar dan
tak memberi ampun, bergerak dan roda
terbangnya itu hidup menyambar-nyambar. Dan
karena Yo-siocia akhirnya bergerak dan
menyerangnya pula, sulit bagi Sui Keng untuk
merobohkan lawan tanpa membunuh maka para
murid yang lain menyerang dan berteriak-teriak
pula. Sang nyonya berkelebatan dan menangkis
serta membalas namun adanya Sui Keng
membuat repot. la dan lawannya ini hampir
setanding. Maka ketika tongkatnya terpental dan
sepasang roda itu menyambar naik turun, Bukek-kang dilancarkan wanita ini mendesak sang
nyonya akhirnya Shintala mundur-mundur dan
pucat serta memaki-maki. Dan saat itu ia
mendengar bahwa Siang Hwa dan Bun Tiong
tertangkap. Ibu mana yang tak akan tergetar
mendengar puteranya di tangan musuh, biarpun
nyonya ini mendapat keyakinan bahwa tak1139
mungkin puteranya dibunuh. Maka ketika
pikirannya kacau sementara rangsekan dari kiri
kanan semakin menghebat, tongkat akhirnya
terlepas dihantam siang-lun maka nyonya Itu
mengeluh menerima Bu-kek-kang.
"Dess!" Sang nyonya tak segera roboh
melainkan terhuyung. Shintala menggigit bibir
namun Yo-siocia menyerangnya dari kiri,
mengenai pundaknya dan ia terpelanting. Tapi
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketika nyonya muda itu masih dapat melompat
bangun dan mendorong anak-anak murid lain,
Sui Keng kagum maka wanita ltu membentak dan
melepas pukulan ke tengkuk si nyonya. Kali ini
Shintala tak dapat mengelak dan mengerahkan
Khi-bal-sin-kang, terjerembab namun Bu-kekkang menembus daya tahannya. Dan karena
pukulan itu dilakukan tokoh Lembah Es dan sang
nyonya sudah kacau oleh berita puteranya maka
Shintala akhirnya terbanting dan tidak bergerak
lagl, pingsan dan Sui Keng sendiri menyambarnya
sebagai tawanan. Nyonya gagah itu
dipanggulnya. Lalu ketika semua mendecak dan
merasa kagum, betapapun perlawanan nyonya1140
itu amat gigih maka Sui Keng bergerak menuju
stana Lembah Es sementara murid-murid
dlsuruh menyebar mencari Pendekar Rambut
Emas yang belum mereka temukan.
*** Ke mana Pendekar Rambut Emas ketika
cucu dan menantunya memasuki Lembah? Tak
ada yang tahu karena pendekar itu menghilang
dengan ilmunya Pek-sian-sut. Ilmu ini
memungkinkan Pendekar Rambut Emas
menerobos pertahanan Lembah Es, begitu
mudah dan gampang hingga tahu-tahu pendekar
ini sudah berada di gunung ketujuh. Istana di
puncak gunung itu terlihat dan betapa kagumnya
pendekar ini melihat sesuatu yang lain yang
berada di tempat itu. Bangunan yang kokoh
indah dan berlapis emas memantulkan
cahayanya ke sana kemari, belum lagi tamantaman bunganya yang mentakjubkan. Kalau di
bawah Lembah semuanya serba putih, salju
melulu maka di tempat ini serba lain. Bunga1141
warna-warni gemerlap dengan amat indahnya.
Mulai dari bunga bakung sampai anggrek, ribuan
jumlahnya. Dan ketika pendekar itu terpana dan
kagum, takjub oleh semua keindhan itu maka ia
tak tahu ketika sesosok bayangan putih telah
berada di belakangnya dengan mata bersinarsinar marah. Puteri Es!
Wanita yang telah melihat dan
mengetahui kedatangan pendekar itu memang
menunggu di situ. Dari puncak istana tentu saja
ia dapat mengikuti gerak-gerik Pendekar Rambut
Emas, asap putih yang melayang dan bergerak
seperti kabut itu. Dan ketika ia kagum karena tak
mungkin anak buahnya dapat menghadang, ilmu
yang dipergunakan pendekar itu adalah ilmu
yang kasat mata maka puteri ini teringat Beng An
dan membandingkan antara ayah dan anak itu.
Namun Beng An tidak berambut
keemasan seperti ayahnya. Beng An meniru
ibunya dengan rambut yang hitam tebal, hanya
kegagahan dan bentuk tubuh dua orang itu
sama. Maka ketika Pendekar Rambut Emas
berhenti di taman bunga dan muncul1142
sebagaimana biasa, melepas Pek-sian-sutnya
maka puteri itu lebih jelas memandang tamunya
ini. Dan iapun melolos ikat pinggangnya dan
dengan benda keramat ini sang puteri lenyap
seperti peri, muncul tanpa diketahui pendekar
itu, yang terkagum-kagum dan bengong
memandang taman bunga.
"Hm inikah Kim-mou-eng dari daratan
besar? Ini Pendekar Rambut Emas yang berani
menginjak Lembah Es? Berlututlah, kau
melanggar pantangan, Kim-mou-eng. Kau harus
mati dan menerima hukuman di sini!"
Pendekar Rambut Emas terkejut. la
begitu terlena oleh keindahan taman di situ
hingga tak sadar didekati orang, tentu saja ia
terkejut dan membalik. Namun ketika tak ada
siapa-siapa di situ karena sang puteri terlindung
sabuk pusaka, ikat pinggang yang membuat mata
biasa tak mungkin melihatnya maka sesosok
sinar putih tiba-tiba menyambar dahi pendekar
ini. "Tar!" Pendekar Rambut Emas terkejut
dan menangkis. Ia tak tahu dari mana datangnya1143
sinar itu namun tergetar ketika menangkis,
mengelak ketika sinar itu menyambar lagi dan
selanjutnya dari delapan penjuru sinar itu
menyambar-nyambar lagi, cepat dan berpindahpindah dan berkelebatanlah pendekar ini
mengelak dan menangkis. Dan ketika ia sadar
bahwa seseorang menyerang dari balik ilmu sihir,
cepat ia mengerahkan tenags batin untuk
mempertajam pandangan akhirnya ia melihat
secercah sinar lebar memayungi seseorang di
mana dari balik payung cahaya ini sinar putih itu
menyambar-nyambar.
"Ah, Puteri Es!" Pendekar Rambut emas
tak ragu untuk berseru dan melepas
kekagumannya. Ia telah mendengar dari Beng An
bahwa sang puteri memiliki kepandaian
istimewa, ikat pinggang pusaka yang dapat
membuatnya menghilang dari pandang mata
biasa. Hanya Pek-sian-sutlah lawannya. Maka
ketika ia tertawa dan meledakkan kedua tangan,
lenyap dan membentuk sesosok asap putih lagi
maka benar saja ia dapat melihat seorang gadis1144
menyerangnya dengan hebat namun gadis itu
bercadar. Siapa lagi kalau bukan Puteri Es!
"Hm, kau dapat mengenal aku, bagus!"
sang puteri berseru. "Tapi jangan harap
mendapat ampun, Kim-mou-eng. Kau melanggar
pantangan Lembah Es dan pulang tinggal nama...
tar-tar!" sinar putih itu menyambar dan meledak
lagi dan Kim-mou-eng mengelak dan menangkis.
Ia mengerahkan Khi-bal-sin-kang hingga ujung
sabuk terpental. Tapi ketika sang puteri
mendengus dingin dan menjadi marah,
berkelebat dan memindah senjata ke tangan kiri
sementara tangan kanan melepas pukulan dingin
maka Bu-kek-kang, ilmu Tanpa Kutub itu
menyambar dan dahsyat sekali menyerangnya,
bergulung dan membuat rambutnya tiba-tiba
kaku dan dingin dan tempurung kepalapun beku!
Pendekar Rambut Emas terkejut dan
berseru keras dan tentu saja menggoyang kepala
kuat-kuat. Ia dapat celaka kalau begitu! Dan
ketika ia terbebas namun telapak sang puteri
sudah menuju dadanya, tak mungkin ia1145
menangkis maka Pendekar Rambut Emas
mengerahkan sinkangnya menahan pukulan itu.
"Desss!" Dan iapun terlempar
bergulingan, beku! Pendekar Rambut Emas
merasa betapa sekujur tubuhnya dingin seperti
es, tak mampu bergerak namun untung kekuatan
Khi-bal-sin-kang yang mendarah daging
membuat sang puteri terhuyung. Betapapun
puteri itu juga tertolak! Dan ketika Pendekar
Rambut Emas mengempos semangatnya dan
mengerahkan hawa hangat, menerobos dan
membebaskan dingin di semua jalan darahnya
maka ia dapat bergerak lagi dan bergulingan
meloncat bangun. Sang puteri kagum namun
sorot matanya tetap dingin dan beku!
"Hm, kau hebat. Namun Bu-kek-kang
bukan untuk main-main, Kim-mou Eng.
Terimalah dan tahan lagi dengan ilmumu!"
Pendekar Rambut Emas mengelak dan
menangkis lagi. la teringat cerita Beng An bahwa
Bu-kek-kang mirip Ping-im-kang, Sama-sama
berhawa dingin dan intinya adalah es, Maka
ketika ia mengerahkan hawa hangatnya1146
melawan hawa dingin, bergerak dan mampu
menerobos pukulan-pukulan beku maka Puteri
Es melengking tinggi dan tiba-tiba kedua kakinya
bergerak dengan amat cepat mempergunakan
langkah-langkah sakti.
"Ah, Jit-cap-ji-poh-kun!" Kim-mou-eng
berseru dan terkejut sekali. Langkah itu adalah
langkah Hwe-sin dan kini ia benar-benar seperti
memasuki dunia Seribu tahun lalu. Hwe-sin,
Malaikat Api itu seolah dihadapinya lagi melalui
Puteri Es ini. Dan ketika gadis itu tertawa dingin
dan menyimpan ikat pinggangnya,
menggerakkan telunjuk kiri dan keluarlah Hwe-ci
atau tusukan-tusukan Api itu maka di samping
Bu-kek-kang pendekar ini menghadapi pula ahli
waris Hwe-sin.
"Plak-brett!" Pendekar Rambut Emas
melempar tubuh dengan teriakan kaget. la
menerima serangan bertubi-tubi dan Hwe-ci (Jari
Api) itu menyambar-nyambar dengan amat
hebatnya, juga pukulan dingin yang masih
dilancarkan. Dan karena semua itu ditunjang
dengan gerak langkah sakti Jit-cap-ji-poh-kun,1147
ilmu yang dulu membuat Hwe-sin ditakuti lawan
maka Pendekar Rambut Emas berubah dan
mengelak sana-sini dengan amat gugup, kagum
tapi juga gelisah karena tak mungkin ia harus
berkelit dan mengelak saja. la sudah
mempergunakan Khi-bal-sin-kangnya namun
sang puteri amat lihai. Dengan cerdik dan
mengingat pengalamannya yang lalu puteri Ini
melepas balik daya tolak Khi-bal-sin-kang dengan
tangannya yang lain. Artinya kalau ia terpental
ditangkis tangan kirinya maka daya pental itu
dibuang ke tangan kanan, dilempar dan kembali
menyerang Kim-mou-eng lewat tangan kanan
itu. Dan kalau tangan kanan yang terpental maka
tangan kiri itulah yang menjadi tempat buangan
Khi-bal-sin-kang, keluar dan menyambar lagi
arah Kim-mou-eng hingga Pendekar Rambut
Emas kewalahan dan kagum. Baru kali itu ia
menghadapi seorang puteri demikian cerdik dan
Iuar biasa, Khi-bal-sin kangnya tentu saja menjadi
hilang keampuhannya. Dan ketika ia harus
mengelak pukulannya sendiri, tentu saja ia tak
mau menerima Khi-bal-sin-kang miliknya maka1148
Puteri Es mendesaknya dan langkah-langkah
sakti Jit-cap-ji-poh-kun itu membuatnya
kewalahan karena begitu cepatnya lawan
berpindah-pindsh. Kim-mou-eng takkub. la
sekarang merasakan sendiri cerita puteranya
Beng An. Ilmu-ilmu hebat dari seribu tahun yang
lalu dihadapi langsung, mengelak dan menangkis
nemun semua itu membuatnya repot. Khi-balsin-kang tak banyak berguna sementara langkahlangkah sakti itu kian menggila saja, dua kali
Purteri Es tahu-tahu berada di belakangnya dan
menampar, membuat ia dua kali terbanting dan
melempar tubuh bergulingan. Dan karena tak
ada jalan untuk menghadapi ilmu langkah sakti
itu kecuali dengan gabungan ilmu meringankan
tubuhnya, Jing-sian-eng dan Cui-sian Gin-kang
maka Pendekar Rambut Emas berseru keras
mengeluarkan ilmunya ini.
"Wut-wutt!" Sang pendekar lenyap dan
Jit-cap-ji-poh-kun mendapat tandingan.
Sekarang sang puteri terbelalak karena lawan
bergerak luar biasa cepat, berkelit dan membalas
dan ramailah pertandingan itu membuat taman1149
bunga bergoyang-goyang. Istana tergetar oleh
tamparan atau angin pukulan mereka. Namun
karena bukan maksud Pendekar Rambut Emas
untuk bertanding sungguh-sungguh, tak ada
niatan untuk bertempur mati hidup maka di sini
pendekar ini banyak mengalah dan membiarkan
beberapa pukulan sang puteri mengenai
tubuhnya. Beberapa kali Kim mou-eng merasa
dibuat beku namun dengan sinkangnya yang
sudah mencapai tingkat tinggi ia mampu
membobol kebekuan itu, melancarkan lagi jalanjalan darahnya yang dihantam hawa dingin. Dan
ketika pertandingan berjalan dua ratus jurus dan
sang puteri penasaran mempercepat gerakan, di
sini Kim-mou-eng terengah dan mulai memburu
napasnya maka berkelebatlah banyak bayangan
dan muncullah di situ Thio Leng dan Sui Keng,
dua pembantu utama Puteri Es ini.
"Dia di sini. Keparat, Kim-mou-eng telah
bertemu Puteri!" Tempat itu segera penuh. Thio
Leng, yang marah dan mencari-cari pendekar ini
langsung saja melompat ke depan dan hendak
menerjang. Din telah mendengar dan melihat1150
pertandingan itu dan tentu saja marah. Kimmou-eng kiranya telah masuk taman bunga,
lancang dan kurang ajar! Tapi ketika ia melompat
dan hendak menyerang, sang puteri membentak
maka tak jadilah wanita ini mengeroyok lawan.
"Berhenti, jangan maju. Biar aku yang
menyelesaikannya, Thio-cici. la telah berani
memasuki tempat ini dan aku yang akan
merobohkannya!"
Terpaksa wanita itu mundur dan
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belalakkan mata. Sebenarnya ia tak sabar namun
sang junjungan telah melepas perintah, apa
boleh buat menonton pertandingan itu dan
Pendekar Ramhut Emas melirik Shintala di
tangan penghuni Lembah Es ini, juga Siang Lan.
Dan ketika ia tergetar namun tersenyum tenang,
cucu dan menantunya itu tak apa-apa maka
timbullah niatnya untuk ditangkap secara tidak
kentara, yakni menyerah dan roboh di tangan
puteri ini. Dan karena tak baik menghina sang
puteri, ia harus menjaga muka tuan rumah maka
di saat ia menerima pukulan dari kiri tiba-tiba1151
pendekar ini memperlambat gerakan dan
menangkis dengan setengah tenaga pula.
"Dess!" ia terpelanting dan roboh
terguling-guling. Sang puteri terbelalak tapi
mengejar, berkelebat dan menyusuli dengan
satu pukulan lagi. Dan ketika Kim-mou-eng lagilagi memperlambat gerakan dan menangkis
dengan setengah tenaga, mencelat dan
terlempar maka untuk kedua kalinya ia
terbanting dan menabrak dinding taman,
mengeluh dan dikejar lagi sampai akhirnya
merintih menggeliat pendek. Sang puteri diamdiam heran namun kesempatan itu tak disiasiakan. la harus merobohkan pendekar ini di
bawah tontonan anak buahnya. Ia harus
menegakkan wibawa. Dan ketika satu pukulan
lagi membuat pendekar itu mengaduh dan
terlempar maka Puteri Es mencabut ikat
pinggangnya dan sekali senjata itu meluncur
maka pinggang Kim-mou-eng tertotok dan
robohlah pendekar itu.
"Tuk!" Pertandingan selesai. Anak murid
bersorak dan Pendekar Rambut Emas pingsan.1152
Pendekar itu tak bergerak-gerak dan Thio Leng
tiba-tiba berseru melengking, bergerak dan
menyabetkan sepasang rodanya ke leher sang
pendekar. Sekali kena tentu Pendekar Rambut
Emas tewas! Tapi ketika sinar putlh menyambar
dan roda terpental bertemu ujung ikat pinggang,
Puteri Es lagi-lagi membentak maka Thio Leng
tertegun mendengar desis junjungannya.
"Jangan bunuh, ia tawananku. Lempar ke
belakang istana dan masukkan ruang bawah
tanah!"
"Ah, tapi tapi...."
"Tak ada tapi, Thio Leng. ini perintahku
dan laksanakan kata-kataku!". Wanita itu
mengangguk. Ia pucat namun sang puteri
berkelebat pergi, mengikat dan membawa
pendekar itu ke ruang bawah tanah. Lalu ketika
berturut-turut Shintala dan Bun Tiong serta yang
lain juga dilempar ke ruangan bawah tanah, tak
jauh dari Pendekar Rambut Emas maka keributan
di Lembah Es berakhir dan ternyata pendekar itu
bersama keluarganya mendapat perlakuan yang
baik. Mula-mula rnakanan dan minuman1153
mengalir. Bun Tiong dan lain-lain melengak
namun anak laki-laki itu tentu saja bersorak
girang. Ada buah-buahan dan minuman segar di
situ, apel dan sejenis anggur salju. Dan karena ia
disekap bersama ibunya, juga Siang Hwa dan
Siang Lan! maka anak itu melonjak dan merasa
kegirangan.
"Horee, perutku lapar. Kebetulan sekali!"
jangan sentuh. Siapa tahu ada racunnya, Bun
Tiong. Hati-hati, Lembah Es orangnya curang!"
"Benar, enci Siang Hwa tidak salah, Bun
Tiong. Jangan dimakan dulu. Siapa tahu
jebakan!"
Anak itu tertegun. Siang Lan dan Siang
Hwa yang saling berseru membuat ia terkejut
juga. Namun ketika ibunya tersenyum dan
mengangguk di sana, menyambar dan menggigit
apel merah maka ia tertawa dan tak ragu-ragu
lagi.
"Bodoh, untuk apa meracun kita kalau
dibiarkan hidup, Siang Lan. Puteri Es tak mungkin
membunuh kita karena ingat paman Beng An.
Ayo, maju dan sikat saja!" anak itu sudah1154
menyambar dan menggigit segerombol anggur
salju, rasanya manis-manis kecut dan tawanya ini
membuat hilang kecurigaan Siang Hwa.
Omongan itu juga dirasa benar. Maka ketika
adiknya menggigit dan menyambar buah lain,
menenggak dan merasakan minuman segar
maka mereka bertiga tak ragu-ragu lagi
menikmati semua pemberian itu.
"Ha-ha, terima kasih, cici yang baik. Boleh
tambah lagi kalau masih ada!"
Murid Lembah Es itu membuang muka. Ia
geli tapi harus menunjukkan sikap garang di
depan tawanan ini. Sang puteri memang
memerintahkan begitu dan memperlakukan
tawanan secara baik-baik, tak boleh melukai atau
menyakiti mereka. Tapi ketika Siang Hwa
rnenggigit jeruk. kuning berdaging tebal, tak jadi
dan membuang makanan itu maka Bun Tiong
terkejut dan heran.
"Hei, ada apa, Siang Ilwa. Apakah rasanya
tak enak!"
"Tidak, aku tak dapat makan. Aku..aku
teringat kong-kong!"1155
"Benar," Siang Lan tiba-tiba juga bangkit
membuang buahnya.
"lh, bagaimana kong - kong Bun Tiong.
Masa kita enak-enak makan sementara kongkong tak tahu di mana. Jangan-jangan ia celaka!"
"Aku di sini.." suara lembut Pendekar
Rambut Emas menghentak gembira cucucucunya. "Makan dan nikmatilah semuanya,
Siang Hwa. Aku tak apa-apa dan juga mendapat
hidangan yang sama. Kita tawanan terhormat!"
Bun Tiong tertawa bergelak. Ia meloncat
dan menuju pintu jeruji namun tak melihat apaapa. Mereka terkurung di tempat yang semuanya
tertutup rapat, kecuali pintu besi itu, juga sedikit
lubang hawa di atas dinding. Lalu ketika Siang Lan
dan encinya juga bersorak memanggil kakek
mereka, Pendekar Rambut Emas tertawa
kembali maka kakek itu menghibur cucu-cucunya
dengan suara halus.
"Kalian tak dapat melihat aku, namun aku
dapat melihat kalian. Kita di tempat berbeda
yang agak berjauhan. Sudahlah, tenang dan1156
santai-santai sajalah nikmati buah dan anggur
itu!"
"Ha-ha, syukur kalau begitu, kongkong..!"
"Mari nikmati hidangan kita dan sampai
ketemu Puteri Es lagi!" . Siang Hwa dan Siang Lan
juga tertawa. Mereka gembira bahwa kakek
mereka selamat, tapi ketika mereka hendak
menyambar buah-buahan itu lagi mendadak
Siang Lan menoleh pada bibinya Shintala.
"Eh, bibi sedari tadi tenang-tenang saja.
Apakah bibi sudah tahu keadaan kongkong!"
"Sudah," wanita itu tersenyum. "Kong
kongmu telah membisiki aku, Siang Lan, jauh
sebelum murid Lembah Es itu datang."
Siang Lan mengangguk-angguk. Akhirnya
ia mengerti kenapa bibinya ini demikian tenang,
tersenyum dan membawa buah itu lagi. Lalu
ketika semua makan dan tenang-tenang saja, di
situ ada bibi mereka Shintala maka di sana
Pendekar , Rambut Emas juga tenang-tenang
saja dan justeru menunggu sesuatu. Dan malam
ltu yang ditunggu muncul.1157
"Hm, selamat datang. Masuk dan jangan
mengintai aku, Puteri. Kau hebat dan telah
merobohkan aku!"
Sosok bayangan putih menyambar. Puteri
Es, sang ratu, telah berdiri di situ dengan mata
bersinar-sinar. Malam itu tak ada siapapun dan ia
datang secara diam-diam, mengintai dari lubang
di atas namun Kim-mou-eng tahu. Kagum tapi
mendongkol juga Puteri ini. Maka ketika ia
berhadapan dan Pendekar Rambut Emas bangkit
berdiri, pendekar itu tersenyum maka Kim-moueng mengucap terima kasih atas semua
perlakuan yang diterima.
"Aku tidak berbasa-basi, tapi betul-betul
ucapan terima kasih yang tulus atas semua yang
kau berikan kepada kami. Kau tak membunuh
cucu dan menantuku, Puteri, dan aku secara
pribadi meminta maaf atas kedatanganku ini."
"Hm, kau.... kau memang pria lancang!
Kau tahu larangan yang ada di sini, Kim mou-eng,
tapi kau datang dan membuat marah aku. Apa
maksudnu dan kenapa tadi kau mengalah hingga
aku merobohkanmu dengan mudah!"1158
"Aku mengalah? Eh, tak ada yang berbuat
begitu, Puteri. Aku tak mengerti maksudmu...."
"Tak usah berpura-pura!" Puteri itu
membentak. "Kau masih dapat bertahan dan
membalas aku, Pendekar Rambut Emas, tapi kau
tidak melakukan itu setelah anak buahku datang.
Aku tak perlu kau bohongi!"
Pendekar Rambut Emas menarik napas
dalam. Akhirnya ia tertawa dan mengangguk,
orang selihai Puteri Es ini memang tak perlu
dibohongi. Maka lembut memandang wajah
bercadar itu terus terang pendekar ini mengaku,
"Aku tak dapat membuatmu malu di
hadapan sekian banyak murid-murid Lembah Es,
nona, lagi pula aku harus tahu diri bahwa aku
memasuki wilayah terlarang. Aku harus
menunjukkan di depan anak buahmu bahwa kau
masih dapat menjaga kewibawaan dan
kegagahanmu. Aku bukan orang-orang Pulau
Api."
"Dan kau dapat lolos kalau mau, tapi kau
tidak melakukan itu. Hm, aku ingat akan Peksian-sut yang dimiliki puteramu, Kim-taihiap, dan1159
kau memiliki ilmu itu. Kau dapat pergi kalau mau,
tapi kau tidak melakukan itu. Apa maksuomu
dengan ingin tetap tinggal di sini!"
Pendekar Rambut Emas berseri-seri.
Sekarang gadis atau Puteri Es ini memanggilnya
taihiap, satu sebutan yang sudah menunjukkan
perobahan sikap. Dan kagum bahwa gadis itu
lagi-lagi tahu akan semua yang dapat dilakukan,
memang benar ia dapat pergi kalau mau maka
pendekar ini menjura memberi keterangan,
jujur,
"Kau tak dapat kutipu dan rupanya harus
berterus terang, nona. Baiklah kuakui apa yang
menyebabkan aku ingin tinggal di sini, tak lain
adalah aku ingin mengenal penghuni Lembah Es
lebih baik, juga karena cucu-cucuku ingin
berkenalan denganmu."
"Hm!" dengus itu terdengar dingin.
"Sekarang sudah tahu, sudah berkenalan.
Sebaiknya kau bawa pergi semua keluargamu itu
dan jangan mengganggu kami. Ini terakhir
peringatanku atau nanti kutukan akan menimpa
kami!"1160
"Aku akan melaksanakan itu, tapi jangan
sekarang. Cucu-cucuku masih senang tinggal di
sini, nona. Mereka ingin keindahan Lembah Es!"
"Tidak bisa. Besok kau dan semua
keluargamu harus pergi, Kim-mou-eng. Lembah
Es pantang dimasuki orang asing!"
"Tapi tiga di antara kami wanita, tempat
ini hanya tak boleh dimasuki lelaki!"
Gadis itu melotot. Ia membentak bahwa
pendekar itu harus pergi, Siang Hwa atau
siapapun tak boleh di situ. Dan ketika sang puteri
marah membanting kaki, terisak dan berkelebat
pergi maka puteri itu berkata bahwa di belakang
terdapat jalan tembus menuju laut beku.
"Aku tak mau mendengar kata-katamu
lagi, besok kau pergi atau aku membunuh cucu
dan menantumu itu!"
Kim-mou-eng membelalakkan mata.
Sikap itu sudah berubah lagi dan tidak manis atau
bersahabat. Ia diminta pergi dan meninggalkan
tempat itu. Dan ketika ia menarik napas dalam
dan mengangguk-angguk, ancaman itu tidak
main-main maka pendekar ini meledakkan1161
tmngannya dan lenyaplah dia menerobos
dinding tebal penjara bawah tanah itu,
mengeluarkan Pek-sian-sutnya.
"Shintala, kita rupanya tak boleh lamalama lagi di tempat ini. Puteri Es memerintahkan
kita untuk pergi besok!" . Shintala terkejut dan
memhuka mata. la duduk bersamadhi sementara
anak-anak tertidur, ayah mertuanya itu tahutahu muncul dan sudah di tempat mereka. lalu
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketika ia bangkit dan menyambut gak-hunya itu,
terbelalak maka Pendekar Rambut Emas muncul
dalam ujudnya semula.
"Ada apa. Bagaimana Puteri Es
menemuimu, gak-hu, di mana dia dan apa
katanya!"
"Kita harus pergi, besok. Di belakang ada
jalan tembus dan rupanya tak dapat ditawartawar lagi. Persiapkan anak-anak besok dan kita
meninggalkan tempat ini!"
Pendekar Rambut Emas segera
menceritakan pembicaraan itu dan Shintala
mengerutkan kening. Dia pribadi belum melihat
Puteri Es itu kecuali Siang Hwa dan Bun Tiong,1162
penasaran juga kalau rasanya harus pergi
secepat itu. Tapi ketika ia mendengar ancaman
Puteri Es dan gak-hunya tak mau bahaya maka ia
mengangguk saja ketika diminta bersiap-siap.
"Gadis itu bersungguh-sungguh, kali ini
aku percaya. Cukuplah sudah mengenal dia dan
besok kita pergi."
Pendekar Rambut Emas bergerak dan
meninggalkan menantunya. Ia kembali lagi ke
tempatnya semula sementara nyonya muda itu
termenung. Sebenarnya tak puas juga kalau
harus pergi. Namun karena sudah merupakan
kebaikan luar biasa mereka tak dibunuh,
larangan Lenbah Es telah mereka langgar maka
Shintala tak berkata apa-apa lagi sampai ketika
esok paginya ia membangunkan anak-anak itu.
Dan betapa terkejutnya mereka, terutama Bun
Tiong.
"Pergi? Kita pergi? Ah, tidak, aku masih
ingin di sini, ibu. Aku belum mengenal Puteri
secara jelas. Beruntung benar kong-kong
bercakap-cakap dengannya!"1163
"Benar, dan aku juga belum melihat
wajahnya, bibi. Aku tak mau pergi. Beruntung
enci Siang Hwa dan Bun Tiong melihatnya!"
"Mellhat apa? Aku hanya sekilad Siang
Lan, ketika ia muncul dan lenyap lagi di puncak
gunung. Yang benar beruntung adalah Siang Hwa
ini!"
"Hm, ia memang cantik, cantik sekali,"
Siang Hwa bersinar-sinar, bangga. aku
melihatnya sekali saja, Bun Tiong, tapi cukup,
meskipun ia bercadar dan tidak memperlihatkan
semua wajahnya."
"Nah, itu, sedang aku belum! Ah, bilang
saja sama kong-kong bahwa kita tak usah pergi!"
"Tak mungkin," ibunya menggeleng.
"Puteri Es telah mengancam kita, Bun Tiong, dan
kakekmu tentu tak dapat melindungi kita semua.
Sudahlah kalian siap dan kita berangkat!"
Pintu penjara terbuka dan runtuhlah
gembok besar di luar ltu. Pendekar Rambut Emas
masuk dan cucu-cucunya bersorak. Tapi ketika
pendekar itu juga menggeleng dan berseru
bahwa mereka harus pergi, sang puteri tak mau1164
menerima mereka maka pendekar ini membujuk
bahwa satu keberuntungan besar dapat pergi
dan datang dengan selamat.
"Cukup rasanya saat ini, tak dapat
ditawar lagi. Kita harus pergi, Bun Tiong Jangan
buat Puteri Es lebih marah lagi. Marilah, bersiap
dan kita berangkat."
"Tapi aku belum mengenal Puteri," Siang
Lan tiba-tiba berseru. "Bun Tiong dan enci Siang
Hwa beruntung, kong-kong, tapi bagalmana
aku!"
"Eh, yang beruntung adalah encimu, juga
kong-kong. Aku hanya sekilas dan tak tahu jelas!"
"Sudahlah," Pendekar Rambut Emas tibatiba tersenyum. "Puteri Es akan menyertai kalian,
anak-anak, ke mana saja. Maukah kudatangkan
dan kalian tidak ribut-ribut lagi."
"Kong-kong mau memanggilnya?" Bun
Tiong bersorak. "Tentu saja mau, kong-kong. Ayo
panggil dia dan biar aku berkenalan!"
"Hm, memanggilnya tak mungkin, tapi
aku dapat membawanya dalam bentuk lain, Bun
Tiong. Maukah kalian bersabar sebentar."1165
Anak itu melengak. Sang ibu juga
melengak sementara Siang Hwa dan adiknya
bingung. Apa yang dimaksudkan kakeknya ini?
Tapi ketika Pendekar Rambut Emas
mengeluarkan pit hitamnya dan kertas putih,
mencorat-coret dan menggerakkan pitnya
dengan cepat maka terdapatlah lukisan seorang
wanita cantik bercadar putih, persis sama.
"Puteri Es!" Siang Hwa berseru dan Bun
Tiong juga mengangguk. Meskipun hanya sekilas
namun anak laki-laki itu juga dapat
membayangkan si puteri. Itulah orangnya. Dan
ketika anak itu kagum menerima lukisan, Siang
Lan merebut dan hendak disambar Bun Tiong lagi
maka pendekar itu tertawa melerai cucucucunya.
"Sudahlah, sudah.... jangan berebut.
Nanti semua mendapat satu dan tak perlu ribut.
Biarkan itu untuk Siang Lan dan Bun Tiong akan
kubuatkan satu. Sekarang pergi dan kita jangan
lama-lama di sini."
Anak itu cemberut. Tapi ketika ibunya
tertawa dan kagum membenarkan itu, Shintala1166
memuji corat-coret gak-hunya itu maka ibu ini
menyambar puteranya dan Siang Hwa, Siang Lan
diberikan ayahnya.
"Benar, kakekmu dapat membuat
banyak, Bun Tiong, tak perlu bertengkar dan
sekarang kita pergi. Ayo, Siang Lan biar bersama
kong-kong!"
Pendekar Rambut Emas tertawa dan
menyambar cucunya. Siang Lan gembira dan
duduk di pundak kakeknya ini. Lalu begitu
Pendekar Rambut Emas bergerak dan
meninggalkan tempat itu maka mereka semua
sudah pergi dari situ dan mengikuti petunjuk
Puteri Es. Ternyata benar. Di belakang ruang
bawah tanah itu terdapat lorong panjang menuju
keluar. Tak sampai sepenanakan nasi Pendekar
Rambut Emas teleh muncul di luar. Dan ketika
mereka menghirup udara segar dan padang salju
membentang luas maka laut di depan mata telah
mereka lihat.
"Hore, kita sampai. Kapan-kapan dapat
datang lagi ke sini!"1167
"Hm, tak perlu terlalu berharap. Apa yang
kita alami rasanya lebih dari cukup, Siang Lan.
Tempat ini pantang untuk orang luar. Mari cari
perahu kita dan cepat-cepat pergi!"
Siang Lan terbelalak. la masih di atas
pundak kakeknya ketika dari jauh ia melihat
sesuatu, barisan hitam seperti ular panjang. Dan
ketika ia berseru dan menuding ke depan, tak
menjawab kata-kata kakeknya maka Siang Hwa
dan Bun Tiong juga berseru di atas pundak ibu
mereka.
"Heii, rasanya ada orang. Itu ada tamutamu baru!"
Kim-mou-eng dan Shintala terkejut.
Mereka tak melihat karena anak-anak itu lebih
tinggi. Tapi begitu Pendekar Rambut Emas
bergerak dan melayang ke atas sebatang pohon,
diikuti menantunya maka dua orang itu terkejut
karena mata mereka yang lebih tajam melihat
puluhan perahu meluncur dan menuju tempat
itu, penumpangnya adalah orang-orang bermuka
merah yang tubuhnya menyala seperti obor.1168
"Penghuni Pulau Api!" Kim-mou-eng
berseru terkejut. "Ah, tak salah lagi mereka itu,
$hintala. Apakah kau melihat jelas!"
"Ya," nyonya ini menambah ketajaman
penglihatannya. "Rasanya seperti mereka, gakhu, orang-orang Pulau Api. Ah, ini serbuan
ulang!"
"Dan mereka jelas tak bermaksud baik.
Kita harus menolong penghuni Lembah Es.
Biarkan Bun Tiong kembali ke ruang bawah tanah
dan anak-anak bersembunyi di situ!"
Bun Tiong terkejut. Siang Lan dilempar
kakeknya sementara dia sendiri juga sudah
diturunkan ibunya, Siang Hwa juga sama dan
mereka bertiga diperintahkan masuk. Penjara
hawah tanah itu tempat persembunyian mereka.
Dan ketika anak ini terbelalak dan rupanya
enggan, sang kakek membentak dan menyuruh
masuk maka Bun Tiong ditendang menuju mulut
terowongan itu.
"Kau bantu kami dengan
memberitahukan Puteri Es. Katakan bahwa di
pantai terdapat penghuni Pulau Api. Cepat,1169
kalian bertiga jangan di sini, Bun Tiong. Beri tahu
Puteri bahwa musuh datang!"
Bun Tiong mengangguk dan sadar.
Akhirnya ia gembira bahwa dapat bertemu sang
puteri lagi, mereka tak jadi meninggalkan
Lembah. Maka meloncat dan terbang memasuki
terowongan, ia tahu tempat itu maka Siang Hwa
dan Siang Lan juga menyusul di belakang.
"Heii, tunggu, Bun Tiong. Jangan sendiri"
"Cepat, ayo cepat...!" anak itu tertawa.
"Kerahkan ilmu lari cepatmu, Siang Hwa. Kita
berlomba memberi tahu Puteri" Siang Hwa
berseru dan mengeluarkan Jing-sian-engnya.
Bun Tiong disusul dan anak itu meloncat seperti
kijang, Siang Lan berteriak dan menyusul
encinya. Dan tiga anak itu lenyap memasuki
terowongan, Pendekar Rambut Emas berdebar
dan tegang maka pendekar ini berkata agar
menantunya berjaga di situ.
"Aku akan melihat dulu siapa saja mereka
itu. Kau di sini kalau anak-anak ke luar nanti. Jaga
dan lindungi tempat Shintala, sampai muridmurid Lembah Es keluar semua!"1170
Nyonya itu mengangguk. Dibanding gakhunya memang ia kalah lihai, biarlah ia di situ dan
gak-hunya menyelidik. Dan ketika Pendekar
Rambut Emas berkelebat dan lenyap
mengeluarkan Pek-sian-sutnya maka di dalam
Lembah sendiri geger oleh berita Bun Tiong.
*** Pagi itu, setelah semalam mengunjungi
dan memerintahkan Kim-mou-eng pergi Puteri
Es tampak murung. Sesungguhnya ia kacau,
bingung dan tak nyaman. Maka ketika pagi itu ia
mendengar ribut-ribut dan Bun Tiong berlarian
menuju istana, dikejar dan berteriak-teriak
melapor datangnya musuh maka Siang Hwa dan
adiknya juga berkelebat dan memanggil-manggil
puteri.
"Cepat, ada musuh-musuh datang. 0rangorang pulau Api datang. Cepat, cici-cici. Bersiap
dan mana Puteri. Aku hendak melapor bahwa di
pantai berdatangan orang- orang jahat!"1171
Murid-murid Lembah membentak dan
mengejar anak-anak ini. Bun Tiong yang ada di
depan berkelit dan lincah menghindari tubrukan
seorang lawan, lari dan terbang lagi menuju
istana. Dan ketika anak itu masuk dan mendaki
tangga dengan cepat, menyelinap dan lincah di
antara pilar-pilar kokoh maka para murid yang
terkejut melihat anak-anak itu keluar menjadi
marah dan sudah meloncat dari berbagai
penjuru. Dan Sui Keng serta Thio Leng muncul,
hampir bersamaan dengan gadis baju merah Yosiocia.
"Berhenti! Bagaimana kalian lolos, tikustikus cilik. Ada apa berteriak-teriak dan membuat
ribut. Berhenti, dan tutup mulut kalian!"
Bun Tiong tak mampu mengelak
terkaman Thio-siocia ini. Ia berkelit namun jarijari lawan menangkap lebih cepat, tahu-tahu
mencengkeram baju lehernya dan terangkatlah
dia bagai kelinci menjerit-jerit. Dan ketika di sana
Siang Hwa dan adiknya juga dibekuk Yo-siocia
dan Wan Sui Keng, dua anak ini meronta-ronta1172
maka semuanya berseru bahwa musuh berada di
luar.
"Kami melapor, kami hendak melapor.
Orang-orang Pulau Api datang menyerbu
Lembah!"
"Bohong!" bentakan Yo-siocia itu
disambut pelototan mata Siang Lan. "Kalian di
penjara bawah tanah, anak-anak. Bagaimana
tahu!"
"Kami tahu, karena kami sudah keluar.
Eh, kong-kong dan bibiku lolos hendak pulang,
Yo-cici. Kami sudah di pantai ketika orang-orang
Itu datang. Mereka berjumlah banyak, ratusan!"
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gadis baju merah ini terbelalak. Ia kaget
bahwa Pendekar Rambut Emas dan cucu serta
menantunya keluar, berarti mereka lolos. Tapi
ketika semua terbelalak sementara tiga anak Itu
masih meronta-ronta, menendangkan kaki maka
jauh di gunung pertama terdengar sayup-sayup
suara genta bahaya. Dan begitu suara ltu
terdengar maka tanda bahaya di gunung kedua
dan ketiga dipukul gencar.1173
"Tang-tang-tang!" Kaget dan sibuklah
penghuni-penghuni Lembah. Yo-siocia melempar
Siang Lan dan berkelebat keluar, disusul oleh
Wan-siocia dan Thio Leng. Dan ketika berturutturut tiga anak itu dilempar dan dibanting, Bun
Tiong memaki-maki maka Siang Hwa dan adiknya
juga mengeluh dan mengumpat gadis-gadis galak
itu. "Kurang ajar, diberi tahu malah
membanting. Ugh, awas kalau paman Beng An
ada di sini, Kusuruh dia membalas
perlakuanmu!"
"Benar, dan Yo-siocia itu tak tahu terima
kasih. Keparat, kita temui Puteri Es, Bun Tiong,
mungkin dia lebih berhati bijak daripada
pembantu-pembantunya!". Tiga anak itu bangkit
dan berlari ke dalam. Mereka sudah tak
diperdulikan anak-anak murid karena seluruh
penghuni Lembah Es sibuk oleh tanda bahaya itu.
Sekarang mereka percaya bahwa laporan anakanak ini benar. Dan ketika Bun Tiong dan
temannya berlari ke gedung istana mendadak
mereka terjeblos ke dalam sumur rahasia, lantai1174
yang tiba-tiba membuka tanpa diketahui siapa
pelakunya.
"Anak-anak, terima kasih. Tapi kalian
beristirahatlah di situ karena musuh yang datang
amatlah berbahaya!"
"Puteri Es!" Bun Tiong berteriak ketika
sempat melihat bayangan putih anggun,
berkelebat dan menutup lubang sumur itu dan
Siang Lan juga melihat sosok bayangan yang
sama. Gadis itu juga menjerit dan memanggli
seperti Bun Tiong. Namun karena mereka
terpelanting dan jatuh ke bawah, lubang sumur
rnenutup lagi maka tiga anak itu menimpa benda
lunak seperti kasur tebal.
"Bluk-bluk!" Bun Tiong dan temantemannya selamat. Mereka kiranya jatuh di
bantalan air seperti kasur raksasa, terpental lagi
ke atas tapi kemudian jatuh dengan lunak. Dan
ketika tiga anak itu terbelalak tapi tempat itu
tidak gelap, ada penerangan dari dinding sumur
maka Siang Lan menangis dan memukul-mukul
dinding sumur itu.1175
"Puteri Es, keluarkan kami. Jahat, kau
jahat!"
"Tidak," Bun Tiong mereih dan
menangkap lengannya. "Puteri Es tidak jahat,
Siang Lan, justeru ingin melindungi kita dari
kekejaman orang-orang Pulau Api. Bersyukur
dan berterima kasihlah bahwa kita terlindung di
sini."
"Tapi kong-kong dan ibumu bagaimana.
Mereka tak tahu kita di sini, Bun Tiong. Jangan
enak saja bicara karena kita sebagai tawanan
lagi!"
"Hm, sudahlah," Siang Hwa
melerai,membujuk adiknya. "Kalau Puteri Es
menyembunyikan kita di sini tentu dia tak
bermaksud jahat, Lan-moi, tenanglah dan
mungkin kita dapat keluar."
Tapi dinding itu terbuat dari baja dingin.
Siang Hwa sudah mencari jalan keluar namun tak
ada, Bun Tiong juga begitu. Dan ketika dua anak
itu menarik napas dan duduk tepekur maka Siang
Lan menangis dan memukul-mukul tinjunya.1176
"Keparat, bagaimana kalau Lembah Es
kalah. Tentu kita celaka juga, Siang Hwa cici. Kita
bakal mati di sini!"
"Lebih baik daripada di luar," Bun Tiong
tertawa, tiba-tiba geli. "Mati hidup tak usah
dipikir, Siang Lan, tenang saja dan tidur. Aku
malah kerasan dan ingin melanjutkan tidurku.
Ufh, aku tiba-tiba mengantuk!"
Siang Lan terbelalak. Bun Tiong, anak Itu
tiba-tlba melingkar dan tidur dengan nikmat, tak
perduli kiri kanan lagi dan mendengkur. Dan
ketika encinya tertawa , ia gemas, encinya
mengangguk maka siang Hwa pun melemparkan
kakinya dan tidur telentang.
"Hi-hik, benar. Daripada susah payah
memikirkan keluar lebih baik tidur dan
beristirahat, Lan-moi. Aku juga mengantuk dan
nikmat benar tidur di tempat sehangat ini. Ah,
sumur ini tidak terlalu dingin!"
Siang Hwa memejamkan mata dan
meniru jejak Bun Tiong. Mereka benar-benar
rileks dan Siang Lan melotot. Tapi karena tak ada
pekerjaan lain di situ kecuali memaki-maki,1177
Puteri Es tak mungkin mendengarnya maka Siang
Lanpun menampar pundak encinya dan... tidur.
Tiga anak ini benar-benar tak mau memikirkan
keadaan di luar lagi. Bun Tiong dan Siang Hwa
rupanya memiliki kepercayaan akan kakek dan
bibinya itu, juga Puteri Fs yang tidak membunuh
mereka. Dan ketika tiga anak itu benar-benar tak
perduli keadaan sekeliling maka di sana
penghuni Lembah Es telah berhamburan dan
menyambut musuh, dibantu Pendekar Rambut
Emas yang telah bergerak dan bertanding
dengan satu di antara dua dedengkot Pulau Api
yang bukan lain adalah si Hantu Hitam! Waktu
itu, seperti diceritakan di depan pendekar ini
telah berkelebat melihat siapa saja orang-orang
Pulau Api itu. Bagai gerombolan singa-singa lapar
orang-orang Pulau Api itu berlompatan turun.
Mereka telah tiba di laut es dan perahu mereka
tak dapat maju lagi, terbentur balok-balok es
yang dingin yang memaksa mereka turun.
Perahu ditinggalkan begitu saja dan tak kurang
dari empat ratus orang berhamburan, satu di
antaranya adalah Tan Siok, pangcu dari Pulau Api1178
itu. Tapi ketika dari tempat itu menyambar dua
bayangan hitam putih yang terbang begitu
cepatnya, melesat dan tahu-tahu melewati
Pendekar Rambut Emas maka pendekar ini
tertegun dan terkejut karena dua bayangan yang
dilihat itu jelas orang-orang yang amat hebat,
kesaktiannya tinggi!
"Heh-heh, mana Puteri Es. Ayo kita hajar
penghuni Lembah dan tangkap yang paling
cantik!"
"Benar, dan sudah lama aku tak
membelai tubuh halus wanita-wanita cantik,
suheng. Ih, tentu nikmat mengusap dan
menyentuh tubuh mereka, ha-ha!"
Pendekar Rambut Emas terbelalak. Dia
mempergunakan ilmunya Pek-sian sut hingga tak
kelihatan, juga karena dia berlindung di balik
sebatang pohon, pohon yang penuh salju. Dan
karena bayangan putihnya mirip pohon salju ini,
tak mudah dikenal maka dua orang itu lewat
tanpa menyangka dan Kim-mou-eng terkejut
karena gerakan dua orang itu begitu cepatnya
seperti kilat menyambar!1179
"Hm, siapa mereka. Dan bagaimana Tanpangcu dapat membawa orang-orang seperti
ini."
Pendekar Rambut Emas tentu saja tak
tahu bahwa yang baru lewat itu adalah
dedengkot Pulau Api, susiok atau paman guru
dari Tan-pangcu dan pimpinan tertinggi sekarang
berada di tangan dua orang ini, Hantu Putih dan
Hantu Hitam yang tiga puluh tahun tersiksa di
dalam laut. Maka ketika mereka muncul dan
tahu-tahu menyambar seperti siluman, begitu
cepatnya maka pendekar ini tertegun karena
jelas mereka adalah orang-orang yang
kepandaiannya masih di atas Tan-pangcu.
Namun Pendekar Rambut Emas bukanlah orang
yang mudah gentar. Justeru ia menjadi tegang
dan gembira karena sekarang berhadapan
dengan pewaris Han Sun Kwi, setelah
sebelumnya dia bertemu dan bertanding dengan
pewaris Kim Kong Sengjin. Dan karena dia sudah
tahu kehebatan Tan-pangcu dan lega tak melihat
Bu Kok maupun See Lam, sute dari Tan-pangcu
itu maka pendekar ini berkelebat dan1180
menyambar bayangan dua kakek luar biasa yang
telah lenyap dan mendahului di depan itu. Akan
tetapi Pendekar Rambut Emas benar-benar tak
mampu menyusul. Sekejap saja dua kakek itu
lewat jarak di antara mereka telah ratusan
meter, bukan main terkejut dan kagumnya
pendekar ini. Akan tetapi karena dia terus
mengejar dan dua kakek itu akhirnya berhenti
tolah-toleh, mereka bingung harus ke mana dulu
maka kesempatan ini membuat Pendekar itu
mampu menyusul dan sekali meledakkan
tangannya pendekar ini langsung muncul di
depan dua orang itu.
"Kakek-kakek aneh, siapa kalian dan ada
apa mengganggu Lembah Es!". Dua kakek itu
terkejut. Mereka tak menyangka di tempat itu
ada orang lain, apalagi laki-laki. Namun ketika
mereka terbelalak dan memandang marah,
Hantu Hitam terkekeh tiba-tiba ia menuding
rambut pendekar itu, teringat cerita Tan Siok.
"Heii, kau.... ha-ha. Kau pasti Pendekar
Rambut Emas. Ha-ha, ini Kim-mou-eng, ayah
Beng An. Eh, ada apa kau di sini, Kim-mou-eng,1181
dan kau kiranya yang telah melukai dua murid
keponakan kami Bu Kok dan Kiat Lam!"
Pendekar Rambut Emas terkejut. Ia sama
sekali tak menyangka bahwa Tan-pangcu masih
memiliki dua paman guru, Beng An tak pernah
menceritakan ini kepadanya. Maka ketika ia
tertegun dan berubah, itu benar-benar tak
disangka maka kakek hitam itu menuding dan
berseru lagi,
"Heii, bukankah kau yang melukai dua
murid keponakan kami. Sekarang mampuslah
dan jangan melotot di situ!". Jari itu mencicit dan
tiba-tiba meluncurkan lidah api. Kim-mou-eng
terkejut dan berseru mengelak, dikejar dan
akhirnya membanting tubuh bergulingan. Dan
ketika ia pucat meloncat bangun, itulah Hwe-ci
yang dimiliki mendiang Hwe-sin maka dia
mengeluarkan keringat dingin dan salju di
belakangnya yang akhirnya terkena lidah api itu
gosong dan berlubang. Hangus!
"Heh-heh, lihai, seperti anaknya. Eh,
apakah kau tak ingin ketemu puteramu, Kim-1182
mou-eng. Beng An ada di tangan kami dan
kebetulan kami bawa di perahu!"
Pendekar Rnmbut Emas pucat. Sekali
gebrakan itu membuktikan kepadanya bahwa
kepandaian kakek hitam ini luar biasa. Namun
karena ia adalah seorang pendekar besar dan
pantang baginya merasa takut, betapapun
lihainya musuh maka pendekar ini menggosokgosok telapaknya dan keluarlah getaran Khi-balsin-kang yang siap digunakan, terkejut namun
menahan perasaannya akan berita Beng An.
"Hm, kalian kiranya kakek-kakek busuk
paman guru dari ketua Pulau Api. Bagus, aku Kimmou-eng pembela kebenaran, kakek iblis.
Sebutkan nama kalian agar kukenal musuhku!"
"Ha-ha, aku Hantu Hitam, dan itu...."
kakek ini menuding. "Dia suhengku Hantu putih...
klap!" di saat pendekar itu menoleh tiba-tiba
lidah api kembali menyambar dari ujung
telunjuk, langsung menuju leher dan Pendekar
Rambut Emas berseru marah. Tak disangkanya
tokoh seperti itu berbuat curang, menyerang di
saat ia melepas perhatian. Namun karena ia1183
waspada dan betapapun seluruh syarafnya
bekerja baik, mengelak dan mengikuti lidah api
itu maka Pendekar Rambut Emas mengibas dan
menangkis serta menjajal kepandaian kakek ini.
"Plak!" dan ia terbanting. Pendekar
Rambut Emas bergulingan dan kaget bukan main
karena Khi-bal-sin-kangnya tak memukul balik.
Tenaga karet yang dimiliki itu leleh oleh hawa
panas Hwe-ci, tak mempan dan tentu saja lidah
api itu masih terus menyambarnya. Dan ketika
leher bajunya hangus dan ia meloncat bangun,
mencabut pit hitamnya maka kakek itu terkekehkekeh sementara bayangan murid-murid
Lembah Es mulai bermunculan, tanda bahwa
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
laporan Bun Tiong telah diterima.
"Hm, hebat, tapi jangan sombong. Aku
belum kalah, Hantu Hitam, dan kalian pun tak
perlu bangga dengan ilmu curian. Itu adalah milik
mendiang Hwe-ci dan kalian orang-orang
curang!"
Pendekar Rambut Emas berkelebat dan
segera menyerang kakek ini. Hantu Hitam
mengelak sementara Hantu Putih mendengus. Ia1184
melihat juga gerakan murid-murid Lembah Es itu,
para wanita cantik yang sudah meluncur dan
menuju tempat mereka. Maka ketika saudaranya
menghadapi Pendekar Rambut Emas dan kakek
ini tertawa mengejek, merendahkan pendekar
itu maka Hantu Putih bergerak dan
meninggalkan sutenya.
"Heh-heh, kau dapat memanaskan
tubuhmu. Hajar dan bunuh lawanmu itu, sute,
biar aku bersenang-senang menyambut
mereka!"
Hantu Hitam juga melihat dan tertawa
oleh berkelebatnya bayangan-bayangan langsing
itu. la mengelak dan menerima serangan Kimmou-eng namun segera terkejut ketika pendekar
itu membentak berkelebatan mengelilingi, cepat
dan luar biasa dan tiba-tibe ujung pit hitam
menotok tengkuknya. Dan ketika ia tergetar
karena lawan menyentuh tubuhnya, Kim-moueng sudah mengeluarkan Jing-sian-eng dan Cuisian Gin-kangnya maka pendekar itu menusuk
dan menotok dengan amat cepatnya, bertubitubi.1185
"Hm, kau kurang ajar, berani menyakiti
aku. Baik, lihat dan perhatikan balasanku, Kimmou-eng. Jangan kira aku tak dapat bergerak
secepat dirimu.... set-set!"
Tujuhpuluh Dua Langkah Sakti tiba-tiba
dikeluarkan dan luputlah sambaran-sambaran
pit hitam. Kim-mou-eng telan merasakan itu dari
Puteri Es dan kini melihatnya lagi dimainkan
kakek ini, jauh lebih cepat dan lincah dan
sebentar saja ilmu langkah sakti itu membuat
bingung sendiri Pendekar Rambut Emas. Gerakan
berpindah-pindah yang luar biasa cepatnya dari
kakek ini malah lebih cepat daripada Puteri Es.
Kim-mou-eng terkejut dan membelalakkan mata.
Dan ketika ia silau oleh gerak langkah sakti yang
amat mujijat itu, yang dimainkan oleh dedengkot
Pulau Api maka pit hitamnya ditampar dan nyaris
terlepas dari tangannya.
"Plak!" Si Hantu Hitam terkekeh-kekeh.
Sekarang ia dapat menghindari Jing-sian-eng dan
Cui-sian Gin-kang itu, menampar dan membalas
dan Kim-mou-eng terpelanting. Jari Api (Hwe-ci)
menyambar pendekar itu. Namun ketika si1186
pendekar masih dapat bergulingan meloncat
bangun dan tak apa-apa, hanya baju pundaknya
yang hangus maka kakek ini kagum juga dan
memuji.
"Bugus, sinkangmu lumayan juga. Tapi
tak lama kau bertahan, Kim-mou-eng. sebentar
lagi pasti roboh, heh-heh!"
Pendekar Rambut Emas pucat. sin-kang
yang diandalkan tak banyak berguna setelah Jari
Api menyambar-nyambar, kian lama kian panas
sebagai tanda bahwa kakek itu menambah
sinkangnya. Hantu Hitam penasaran juga bahwa
lawan masih dapat bertahan. Dan ketika pit
akhirnya terlepas tapi disambar kembali
pendekar ini, berjungkir balik menjauhi kakek itu
maka Hantu Hitam menggeram dan mulai
menggerakkan tangan kanan melepas Petir
Neraka!
"Keparat, kau ulet. Mampus dan
robohlah, Pendekar Rambut Emas. Terima
pukulanku..blarrr!" asap membubung di sertai
jilatan api yang tinggi, menyambar dan
membakar pendekar itu namun pendekar ini1187
telah mendapat pengalaman dari Tan-pangcu. la
tak berani menyambut dan bergulingan
menjauh. Ialu ketika dari hawah Ia menyerang
kakek itu, melepas Pek-sian-kang atau Tiat-luikang-nya maka membalas pukulan panas dengan
pukulan panas pula, membuat si kakek terbelalak
tapi kemudian terkekeh-kekeh karena pukulan
panas itu masih kalah panas oleh Petir
Nerakanya. Kim-mou-eng juga mengakui. Dan
ketika ia merobah gerakan dan melepas pit
terbangnya menyambar-nyambar, mental
bertemu kakek itu maka Pendekar Rarnbut Emas
benar-benar kewalahan dan Giam-lui-ciang
akhirnya menyambar dahsyat, ke kepalanya. In
"Mampuslah!" Pendekar Rambut Emas
tak mungkin bergulingan lagi. Ia berada dekat di
bawah kakek ini ketika melancarkan serangan,
gagal dan kini balik mendapat serangan yang tak
mungkin dikelit lagi. Namun ketika kakek itu
tertawa dan merasa yakin, Pendekar Rambut
Emas meledakkan kedua tangannya maka
pendekar itu lenyap di balik kesaktian Pek-siansut.1188
"Blarrr!" Hantu Hitam terkejut. Lawan
menghilang dan saat itu asap putih menyambar,
Kim-mou-eng muncul dalam bentuk jasad halus.
Dan ketika pit hitam menotok dan nyaris
mengenai matanya maka kakek ini berteriak dan
menyumpah serapah. Kim-mou-eng mengejar
dan selanjutnya membalas kakek itu. Tapi ketika
Hantu Hitam membentak dan membuka
mulutnya maka semburan Giam-lui-ciang
membuat tempat itu panas terbakar dan Kimmou-eng tak mampu mendekati. Dan dua orang
ini lalu bertanding lagi dengan sengit, Kim-moueng sering menghilang dan muncul lagi di balik
Pek sian-sutnya.
"Keparat, manusia curang. Jangan licik
mempergunakan ilmu silumanmu, Kim-mou-eng.
Kalau kau tidak keluar aku akan membalasmu!"
Namun pendekar ini tetap berlindung di
balik ilmu sakti warisan Bu-beng Sian-su itu.
Lawan mencak-mencak dan akhirnya berkemakkemik, Giam-lui-ciang menyambar dan tiba-tiba
terdengar ledakan keras. Dan ketika batu dan
salju berhamburan terbang, Kim-mou-eng1189
mengelak maka kakek itupun menghilang dan
lenyap dl balik ilmu hitam. "Nah, kau dan aku
sama. Mari mengadu kesaktian, Pendekar
Rambut Emas. Lihat siapa yang lebih hebat!"
Pendekar Rambut Emas terkejut. la
terlihat oleh lawan kemudian kini dikejar,
berkelit sementara si kakek berlindung di balik
asap hitamnya. Dan ketika dua asap putih dan
hitam terjang-menerjang, membalas dan saling
serang maka tampak bahwa Pendekar Rambut
Emas terdesak dan terpental oleh sambaran asap
hitam itu. Ini karena Si kakek menang matang,
kesaktiannya lebih tinggi dan mundurlah asap
putih oleh gempuran-gempuran asap hitam. Dan
ketika asap putih mulai jatuh bangun dan tampak
kewalahan, Kim-mou-eng mengeluh maka
pendekar ini dalam bahaya seperti halnya muridmurid Lembah Es yang didatangi Hantu Putih itu.
Seperti adiknya kakek putih inipun mau mainmain. la terkekeh ketika disambut puluhan gadisgadis Lembah, menyerang dan membentaknya
sementara di belakang mulai bergerak dan
bersorak orang-orang Pulau Api. Dan ketika1190
kakek itu mengibas dan puluhan lawan
terlempar, gadis-gadis itu menjerit maka Hantu
Putih terkekeh-kekeh menanyakan Puteri Es.
"Hayo, mana ratu kallan. Suruh la keluar
dan berlutut di depanku. Ayo, atau kalian
mampus des-dess!" kakek itu menggerakgerakkan kedua tangannya dan wanita-wanita
Lembah Es terlempar bagai daun-daun kering
dihempas tiupan angin topan. Mereka itu tak ada
yang kuat sampai berkelebatnya bayangan gadis
baju merah, Yo-siocia yang membentak dan
tentu saja marah bukan main. Namun ketika
gadis ini juga mencelat dan terbanting
bergulingan, tak mengenal kakek itu maka Hantu
Putih terbelalak berseri-seri bahwa ada
seseorang yang mulai menarik perhatiannya.
"Ha ha.. kau cantik, paling cantik. Ayo ikut
aku dan mana Puteri Es!"
Gadis itu bergulingan. la tak mengenal
kakek ini karena Hantu Putih lenyap tiga puluhan
tahun. Hanya tokoh-tokoh terdahulu yang
mengenal. Maka ketika ia disambar namun
melempar tubuh ke kiri, lawan terkejut dan1191
kagum maka anak-anak Murid yang lain
menerjang dan membantu gadis baju merah ini.
"Keparat, kalian mengganggu. Pergi, ayo
pergi...!"
Murid-murid terlempar. Memang mereka
hanya seperti daun-daun kering saja menghadapi
dedengkot Pulau Api ini, tapi ketika Sui Keng
berkelebat dan Wan-siocia ini melengking,
melepas roda terbangnya maka gadis yang amat
lihai itu menyelamatkan sumoinya.
"Sing-singgg!" Roda terbang hampir saja
menghantam kening kakek itu. Hantu Putih
mengelit dan terbelalak, tapi ketika ia melihat
ada gadis cantik lagi, setara gadis baju merah
maka ia terkekeh-kekeh dan lebih gembira.
"Heh-heh, siapa kalian, aku tak mengenal
kalian. Uh, lihai kalian, anak-anak. Tapi masih
bukan tandinganku.... plak-plak!" roda terpental
dan membalik menghantam Sui Keng sendiri.
Gadis itu berteriak dan melempar tubuh ke
kanan. Lalu ketika ia meloncat bangun dan
menyerang lagi, betapapun dua orang pimpinan
Lembah Fs ini bukanlah gadis-gadis sembarangan1192
maka kakek Itu gemblra karena dapat
mengeluarkan keringatnya.
"Heh-heh, lumayan, bisa buat
pemanasan. Eh, siapa kalian, anak-anak. Murid
tingkat berapa di Lembah ini!"
"Keparat, kaulah yang harus memberi
tahu namamu. Kau siapa, tua bangka. Apa
hubunganmu dengan orang-orang Pulau Api!"
"Ha-ha, aku pemimpinnya. Aku susiok dari Tanpangcu. Barangkali kalian pernah dengar
namaku, Hantu Putih!"
"Hantu Putih?" dua gadis itu hampir
berseru berbareng, kaget sekali. "Kau kakek iblis
yang telah dibunuh bibi guru kami We We Moli?
Ah, tak mungkin. Kau pendusta, kakek busuk. Kau
penipu!"
"Ha-ha," kakek itu meloncat-loncat,
belum mengeluarkan pukulan-pukulan Pulau
Api. "Percaya atau tidak terserah, anak-anak.
Tapi kedatangan kami memang untuk membalas
perbuatan itu. Lihat kakiku masih kaku dan harus
dipakai meloncat-loncat!" serangan dan pukulan
gadis-gadis itu luput, tak ada yang kena1193
sementara ketika si kakek mengibas maka
keduanya terbanting dan terlempar bergulingan.
Dan ketika Sui Keng maupun sumoinya terkejut
setengah mati, di sana terdengar pekik dan
lengking Hantu Hitam maka mereka melihat
pertandingan itu, Kim-mou-eng melawan kakek
lihai lain.
"Ha-ha, itu adikku Hantu Hitam.
Barangkali kalian percaya."
"Kami tak percaya!" dua gadis itu
menerjang dan menyerang lagi. "Kalau kau benar
tokoh Pulau Api tentu dapat mainkan ilmuilmunya, kakek iblis. Keluarkan itu dan biarkan
kami percaya!"
"Ha-ha, Giam-lui-ciang? Baik, tapi biar
kukeluarkan Hwe-ci dulu, dan ini langkahlangkah Jit-cap-ji-poh-kun yang tentu kalian
kenal!" kakek itu menggeser-geser dengan kaku
dan 72 Langkah Sakti tiba-tiba benar saja
dikeluarkan. Lalu ketika Hwe-ci mencicit dan
menyambar dua gadis itu maka Yo-siocia dan
encinya berteriak kaget.1194
"Crit-wushh!" Api meledak dan
membakar di belakang mereka. Dua gadis ini
melempar tubuh dan sekarahg percaya. Lalu
ketika kakek itu terkekeh-kekeh dan mereka
pucat, tak disangka sama sekali bahwa kakek ini
masih hidup maka Hantu Putih menyerang
mereka dan menerkam atau hendak
merobohkan dengan jari-jari kurang ajar.
"Ayo, menyerahlah. Atau kalian
kutangkap!"
Dua gadis ini menggigil. Mereka
mengelak dan menangkis tapi pukulan-pukulan
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kakek itu membuat mereka terpelanting. Hwe-ci
yang dilancarkan juga jauh di atas tingkat sendiri.
Maka ketika mereka pucat namun anak-anak
murid membantu, saat itu orang-orang Pulau Api
sudah mendekat dan bersorak-sorak maka Tanpangcu berkelebat dan membantu susiok-nya ini.
Tapi Shintala tiba-tiba muncul dan membentak.
"Wan-siocia, Yo-siocia, tak perlu takut.
Aku membantu kalian!"
Dua gadis itu terbelalak. Tadi mereka
melihat Bun Tiong dan sekarang ibunya. Ah, para1195
tawanan ini benar-benar lolos. Tapi karena
nyonya itu bergerak dan membantu mereka,
menyerang kakek itu maka Sui Keng melepaskan
diri menghadapi Tan-pangcu itu. Dan saat itu sui
leng pun muncul, berkelebat dan menyuruh
saudaranya kembali ke Hantu putih. Kakek itu
masih hebat dan terlalu kuat dikeroyok dua.
Maka ketika gadis itu kembali dan membentak
kakek itu bertiga dengan Shintala kakek itu
dikeroyok.
*** Credit
Sumber Buku Bapak Gunawan Aj
Kontributor Bapak Awie Dermawan
Edit OCR Yons
Koleksi Kolektor Ebook1196
"PUTRI ES"
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XX
* * * "HA-HA, tambah satu lagi yang cantik. Eh,
siapa kau, nona Hidungmu mancung. Kau bukan
gadis Han asli!"
"Keparat!" Shintala membentak. "Aku
seorang nyonya, kakek jahanam, bukan nona. .
Buka telinga dan matamu baik-baik dan kau
rupanya kakek ceriwis..... plak-dess! pukulan
Shintala mengenai kakek itu namun membalik,
mental dan membuat si nyonya terpekik tapi
Shintala menerjang lagi. Ia berkelebat
mengeluarkan Ang-tiauw Gin-kang, terbang
mengelilingi kakek itu sementara Wan-siocia dan
Yo-siocia tak kalah sengit menyerang kakek ini.
Namun ketika si kakek tertawa-tawa dan semua
pukulan itu dikelit atau ditangkis, terpental dan1197
membuat pemillknya menjerit maka enak saja
kakek ini melayani tiga wanita lihai itu. Dan
Shintala maupun Yo-siocia pucat.
"Siapa tua bangka ini, apa hubungannya
dengan orang-orang Pulau Api!"
"Dia Hantu Putih, susiok Tan-pangcu.
Awas, jangan terlampau dekat, siauw-hujin. Hatihati dengan kuku jarinya...bret!"
Shintala membanting tubuh bergulingan
ketika Yo-siocia berseru, memperingatkan dan
hampir saja ia terlambat. Kakek itu
menggerakkan kuku jarinya dan nyaris kuku itu
mengenai pundaknya, baju robek dan tampaklah
kulit pundak yang halus dari nyonya ini. Dan
ketika Shintala bergulingan meloncat bangun
sementara kakek itu kagum akan pundak si
nyonya yang mulus maka kakek itu terkekehkekeh menyipratkan liurnya.
"Heh-heh, cantik... dan luar biasa,
menyerahlah baik-baik, anak manis. Aku tak
perduli kau nona atau nyonya. Heh-heh, kau
mulus dan masih menggiurkan!"1198
Shintala merah padam. la hampir
tergurat kuku kakek itu.namun yang lebih
membuatnya marah adalah kekurangajaran
kakek itu. Si kakek hendak mencengkeramnya
dengan tingkah memuakkan.
Dan ketika ia mencabut tongkat dan
mainkan Sing-thian-sin-hoat, warisan kakeknya
maka mengandalkan Ang-tiauw Gin-kang
(Ginkang Rajawali Merah) ia menyelamatkan diri
dari sambaran kuku-kuku kakek itu, berhasil dan
si kakek diam-diam kagum. Ang-tiauw Gin-kang
adalah ilmu milik Thai Liong dan meskipun tidak
sesempurna suaminya namun tubuh wanita ini
beterbangan seperti rajawali betina. nyonya
bergerak dengan amat cepat dan tongkatpun
diputar menyerang dan menangkis. Tapi karena
yang dihadapi adalah dedengkot Pulau Api dan
betapapun kakek itu menang segalanya maka
tongkat dan ilmu meringankan tubuh selalu
dikejar dan hampir didahului.
Untunglah ada Yo-siocia dan encinya di
situ, membantu dan menghantam kakek ini dari
belakang hingga lawan terpaksa membatalkan1199
serangan. Dan ketika si kakek mulai marah
dikeroyok dari kiri kanan dan gemas tiga wanita
itu demikian lincah mengelak sana-sini maka di
sana Thio Leng sudah berhadapan. dengan Tanpangcu dan masing-masing tanpa banyak cakap
langsung bertanding hebat, sama-sama merah.
"Jahanam. berani kau datang lagi, Tanpangcu, dan rupanya kali ini membawa bantuan
lain. Keparat, mampuslah dan terima pukulanku.
.. des-dess!"
Tan-pangcu mengelak dan menangkis
dan keduanya bertanding seru. Seperti dulu,
ketua Pulau Api ini juga mendengus dan
membentak marah. la menanyakan di mana
Puteri Es namun Thio Leng menjawabnya dengan
Bu-kek-kang. Pukulan dingin itu menghantam
dan menyambarnya dahsyat. Dan ketika ia
mengelak den mengeluarkan Giam-lui-ciang,
bertemu dan meledak maka masing-masing
terpental tapi gadis Puteri Es itu masih lebih jauh
Iagi. Tan-pangcu menang seusap karena
tenaganya lebih kuat.1200
"Tak ussh sombong. Kau bukan lawanku,
Thio Leng. Suruh majikanmu keluar atau kau
mampus!"
Thio Leng menjawab dengan lengkingan.
la menerjang dan maju lagi dan sepasang roda di
tangan sudah menyambar lawan. Langkah sakti
Jit-cap ji-poh-kun juga dikeluarkan. Tapi ketika
lawan tertawa mengejek dan menggunakan
langkah yang sama bergerak dan menggeser
dengan cepat maka gadis Lembah Es itu memaki
dan menerjang lebih hebat. ilmu langksh Sakti itu
sebenarnya adalah milik penghuni lembsh bukan
Pulau Api.
"Ha-ha, tak usah mengungkit-ungkit. Jitcap-ji-poh-kun bukan milik semuanya, Thio Leng,
itu adalah milik Hwe-ci. Lembah Es juga pencuri
karena Kim Kong Sengjin tak pernah mewariskan.
"Keparat, tak tahu malu. Lembah Es lebih
berhak, karene Hwe-Ci adalah sahabat Lembah
Es. Kalian yang tak tahu malu dan mencurinya
lewat leluhur. Pulau Api yang selalu licik!"
"Tak usah menyebut-nyebut nama
leluhur. Kau dan aku sama-sama gemblengan1201
generasi tua, Thio Leng, kita selamanya tak
pernah akur. Tutup mulutmu dan menyerah
baik-baik atau kau roboh...dess"
Bu-kek-kang bertemu Giam-lui-ciang dan
sekali lagi Thio Leng terpental. Tan-pangcu
terhuyung sementara gadis itu melempar tubuh
berjungkir balik, turun dan menyambar lagi dan
bertandinglah mereka dengan hebat. Dan karena
masing-masing tak mau mengalah sementara
Thio Leng menggigit bibir, bertekad mengadu
jiwa maka pertandingan di sini berjalan alot
meskipun gadis Lembah Es itu sering terdesak
dan dipukul mundur.
Namun Thio Leng benar-benar gadis
gagah perkasa yang pantang mundur. la harus
mengakui bahwa lawan setimpal ketua Pulau Api
ini adalah ketuanya sendiri, Puteri Es. Namun
karena dia tak mau mundur dan lebih baik mati
berkalang tanah, betapapun dia akan
menghadapi lawannya ini sampai titik darah
penghabisan maka tekad dan semangatnya yang
luar biasa itu membuat Tan-pangcu kewalahan
dan kagum, juga marah. Berkali-kali Bu-kek-kang1202
dihantam namun gadis itu maju lagi. Sinkang
yang dimiliki setingkat lebih tinggi namun
semangat dan tekad gadis itu mengalahkan
segala-galanya. Tan-pange ini gemas. Dan ketika
pertandingan berjalan alot dan tentu saja lama,
orang-orang Pulau Api sudah menyerbu wanitawanita Lembah Es maka disana Kim-mou-eng
juga masih bertanding seru dengan kakek kulit
hitam.
Hantu ini, yang tak menyangka Kim-moueng memiliki Pek-sian-sut tentu saja terkejut dan
marah sekali. Ilmu itu membuat Pendekar
Rambut Emas lenyap dan menyerang di tempat
tak kelihatan. Tapi setelah iapun mengeluarkan
ilmu hitamnya dan berkelebat menghilang,
tubuhnya berubah menjadi asap hitam maka di
dunia alam sihir ini mereka bertarung dan Kimmou-eng dibentak dan dikejar sebagaimana
ketika mereka berada di tanah. Dan Pendekar
Rambut Emas kembali terdesak.
"Hayoh, ke mana kau lari, Kim-mou-Eng.
Menghilang ke nerakapun kau akan kuhajar. Haha, sekarang kau tak dapat bersembunyi lagi!"1203
Pendekar ini mengeluh. Menghadapi
tokoh seperti ini ia benar-benar kewalahan,
apalagi setelah Giam-lui-ciang menyambar dan
membuat semua ilmunya luluh. Hawa panas dari
ilmu itu amat luar biasa dan warisan Han Sun Kwi
ini memang tak ada tandingannya. Hanya Bukek-kang yang dapat menahan sementara dia tak
memiliki ilmu itu. Dan ketika dia terdesak dan
terus terdesak, kakek itu terkekeh-kekeh maka
Giam-lui-ciang menyambar pundaknya dan
Pendekar Rambut Emas terpelanting.
"Heh-heh, kena kau sekarang. Bagus,
menyerah atau mampuslah, Kim-mou-eng. Ayo
berlutut dan katakan menyerah kalau tak ingin
mampus!"
Kim-mou-eng bergulingan meloncat
bangun. la menggigit bibir namun tentu saja tak
mau menyerah, bertahan dan mengerahkan Khibal-sin-kangnya untuk menerima pukulanpukulan kakek itu. lapun tak mau lari atau
meninggalkan pertempuran . Dan ketika ia
semakin terdesak lagi dan kakek itu kagum tapi
juga oleh kebandelan sikapnya maka Giam-lu1204
ciang menyambar dan kali ini baju pendekar itu
terbakar. Kim-mou-eng pucat.
"Ha-ha, sombong dan keras kepala kau
ini, Kim-mou-eng. Untuk apa mati-matian
membela Lembah Es. Kau akan mampus,
membuang nyawa sia-sia!"
Pendekar itu bergulingan dan mengebut
padam api di bajunya. Ia terhuyung dan pucat
akan tetapi masih melakukan perlawanan,
mengelak dan menangkis lagi ketika dikejar dan
diserang. Akan tetapi ketika ia masih bertahan
dan kegagahannya benar-benar mengagumkan,
pendekar itu berseru bahwa yang dibela adalah
kebenaran maka sesosok bayangan putih
berkelebat dan sebuah payung lebar menusuk si
kakek hitam, menyambar dengan amat tiba-tiba.
"Kim-taihiap, terima kasih. Akan tetapi
tak perlu khawatir karena aku datang
membantumu!"
Kakek hitam berteriak keras. la sedang
mendesak pendekar itu ketika tiba-tiba dari
samping menyambar sesosok bayangan putih,
menusuk dengan ujung payung sementara kain1205
payung menghalang pandangannya. Dan ketika
ia menangkis tapi terhuyung membelalakkan
mata, kaget maka di situ telah berdiri sesosok
wanita anggun dengan cadar putih
menyembunyikan muka.
"Puteri Es!"
Kakek itu terkejut. Seruan Kim-mou-eng
membuat ia melebarkan matanya tapi tiba-tiba
tertawa panjang. Gadis cantik jelita yang berdiri
di depannya ini kiranya Puteri Es, gadis yang
anggun tapi bermata dingin. Dan ketika ia
terbahak dan terkekeh-kekeh, sejenak terkejut
tapi girang melihat majikan Lembah Es ini maka
kakek itu berseru menudingkan telunjuk, liurnya
muncrat.
"Heh, kau Puteri Es majikan lembah ini?
Kau pemimpin ?i sini? Heh-heh, cantik dan
menggiurkan, bocah. Tapi kau tak mungkin
melawanku karena tandinganku adalah tokohtokoh tua Lembah Es. Ha-ha , menyerahlah, dan
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
biarkan tubuhmu kusentuh!" kakek itu bergerak
dan tangan yang menuding tiba-tiba memanjang.
la begitu girang bertemu gadis ini matanya1206
membelalak lebar. Tapi ketika gadis itu berkelit
dan tentu saja menangkis, payung bergerak
menghantam maka kakek itu tergetar sementara
sang Puteri sudah meloncat mundur.
"Plak!" Kakek itu melotot tapi terkekeh. la
merasakan lagi tenaga gadis itu namun geli, tadi
sudah merasakan pertama kalinya dan sejenak
saja dia terkejut. Dan karena tenaga gadis itu
masih di bawahnya dan ia tertawa, melompat
dan menerkam ke depan maka Puteri Es tiba-tiba
ditubruk dan hendak dipeluk. Kakek ini tak
memperdulikan lagi Kim-mou-eng dan pendekar
itu tentu saja mengerutkan kening. Melihat sikap
ini seperti melihat seorang tua bangka
mengganggu gadis muda, tak malu dan segansegan lagi menubruk korbannya. Tapi karena
gadis itu bukan gadis sembarangan dan ini adalah
Puteri Es majikan lembah maka tentu saja
tubrukan kakek itu luput karena sang puteri
sudah berputar dan mengelak serta menangkis,
terhuyung dan dikejar dan segera tampak betapa
si Hantu Hitam amat bernafsu. Bau harum tubuh
gadis itu merangsang gairahnya, ia tergila-gila.1207
Namun ketika si gadis membentak dan
membalasnya, betapapun gadis itu bukan gadis
biasa maka kakek ini melotot dan mempercepat
gerakannya. Dan segera sang puteri didesak
karena payung atau tangkisannya terpental.
"Heh-heh, tak mungkin mengalahkan
aku. Tak mungkin menang. Menyerahlah, Puteri
Es. Biarkan dirimu kubawa dan kita hidup
bahagia berdua!"
"Kakek tak tahu malu!" gadis itu
berkelebatan, membentak. "Jangan harap
menyentuh tubuhku, tua bangka. Atau aku
bunuh diri dan kau hanya mendapatkan
mayatku!"
"Heh-heh, kau tak boleh bunuh diri. Aihh,
kau harus ikut baik-baik denganku. Heiii.
serahkan payungmu, anak manis. Atau aku
terpaksa merobohkanmu...plak-dess!" dan
Puteri Es yang terlempar tapi berjungkir balik
tinggi akhirnya melengking dan bergerak amat
cepat menghindari terkaman-terkaman kakek
itu, mengelak dan menangkis tapi semua
tangkisannya terpental. Dari adu tenaga ini1208
segera tampak bahwa dia kalah, kakek itu hebat
sinkangnya. Tapi ketika dia mengeluarkan
bentakan nyaring dan rambut mengibas bersama
payung yang membuka tutup maka lawan
tertegun kagum karena betapapun puteri itu
memang amat lihai. Dan Pendekar Rambut Emas
tentu saja tak mau tinggal diam, segera bergerak
dan membentak kakek itu.
"Bagus, tak tahu malu. Kau tua bangka
berwatak rendah, kakek iblis. Tak ragu aku
memusuhimu karena sikap dan sepak terjangmu
benar-benar tak tahu Malu!"
"Majulah. Ayo maju! Kalian bocah-bocah
ingusan bagiku, Kim-mou-eng. Ditambah
sepuluhpun aku tak takut. Aku akan merobohkan
kalian... des-plakk!" dan Pendekar Rambut Emas
yang terhuyung ditangkis kakek itu lalu bergerak
lagi sementara Puteri Es menggunakan langkahlangkah sakti Jit-cap-ji-poh-kun yang dimiliki
Lembah Es, maju mundur dengan amat cepat
sementara tak jarang tubuhnya beterbangan
mengitari lawan, menampar dan memukul
namun kakek itu benar-benar lihai. Tapi ketika1209
hawa dingin mulai menyambar dan sang puteri
mengeluarkan Bu-kek-kang, andalan Lembah Es
maka Hantu Hitam yang semula menyimpan
Giam-lui-ciang akhirnya mengeluarkan lagi
ilmunya itu karena hawa dingin dengan cepat
telah menyerang tempat itu membuat segalanya
beku!
"Ha-ha, bagus. Bu-kek-kang tak akan
membuat tubuhku kedinginan. Lihat, aku akan
memanaskannya lagi, Puteri Es, dan sampai di
mana kau mampu menghadapi Giam-luiciangku.. , blarr!" api menyembur dari telapak
kakek itu dan tiba-tiba membakar hawa dingin,
menghancurkan pengaruh Bu-kek-kang dan
gadis itu terkejut. Hawa dingin segera berobah
menjadi panas, begitu cepatnya. Dan ketika ia
membentak dan melepas pukulannya lagi si
kakek menangkis dan menambah tenaganya
maka hawa panas menindih hawa dingin dan Bukek-kang terdesak mundur kalah kuat!
"Ha-ha, lihat. Ilmuku masih lebih tinggi.
Eh, tak usah melawan dan menyerah baik-baik,
Puteri Es, atau nanti tubuhmu terbakar, ha-ha.."1210
Sang puteri menggigit bibir. la mengelak
dan menangkis tapi selalu terpental sementara
Pendekar Rambut Emas juga terhuyung oleh
Giam-lui-ciang. Sudah sejak tadi kakek ini
memang hebat. Akan tetapi karena keduanya
bukan orang-orang lemah dan betapapun kakek
itu harus bekerja keras maka meskipun terdesak
dua orang ini masih dapat bertahan. Dan kakek
itu tentu saja gemas dan penasaran.
"Puteri, sebaiknya bantu saja anak
buahmu di sana. Aku dapat menahan kakek ini
meskipun ia mendesakku!"
"Hm, tidak. Aku tak khawatir akan anak
buahku, Kim-taihiap, justeru aku
mengkhawatirkan dirimu karena kakek ini
berbahaya dan hendak membunuhmu. Kau telah
membela kami, kau sahabat Lembah Es. Biar kita
hadapi berdua dan mati hidup kakek ini biar tahu
rasa!"
Kim-mou-eng menarik napas dalam.
Setelah dia membujuk dan dijawab seperti itu
maka apa boleh buat dia harus mengeroyok lagi.
Sebenarnya dia melihat kakek putih mendesak1211
gadis-gadis di Sana, khawatir tapi tak dapat
berbuat apa-apa karena kakek hitam
mendesaknya. Dibantu Puteri Es sebenarnya
lumayan juga, meskipun tetap terdesak dan
berkali-kali pukulan mereka mental bertemu
kakek itu. Ada kekebalan aneh yang dimiliki iblis
hitam ini, terutama kedua lengannya yang begitu
kuat dan istimewa. Dua kali ujung payung
mengenai lengan itu tapi mental, ketiga kalinya
bahkan hangus terbakar dan Puteri Es menjerit
kaget. Dan ketika ia sendiri terhuyung dan
terbanting oleh kibasan Giam-lui-ciang, pukulan
panas itu tak kuat ditahannya mendadak
terdengar jerit dan teriakan Shintala, Kim-moueng menoleh dan pucat melihat menantunya itu
terlempar dan roboh terguling , Hantu Putih,
dikeroyok tiga lawannya ini ternyata sudah mulai
menyelesaikan pertandingan.
Kakek itupun terkekeh-kekeh dan
Shintala maupun Yo-siocia dan Wan Sui Keng tak
mampu bertahan lagi. Langkah sakti yang
dipergunakan kakek itu ditambsh kecepatannya,
menggeser dan meloncat hingga Shintala yang1212
tak mengenal ilmu ini menjadi kaget. Dan karena
Hantu Putih memiliki sepasang kaki yang dapat
terlontar-lontar sepertl bola, maju mundur
dengan amat cepat dan hawa panas yang
dikeluarkan dari Giam-lui-ciang juga luar biasa
maka sang nyonya terkesiap ketika tiba-tiba
gerakan Ang-tiauw Gin-kangnya tercegat di
tengah jalan. la sedang beterbangan dan
mengelilingi kakek itu ketika mendadak si kakek
memutar tubuh, gerakannya cepat dan
mengejutkan sekali. Dan ketika tangan kiri kakek
itu tahu-tahu berada di mukanya dan
menyambar sambil tertawa bergelak, nyonya ini
berkelit dan membanting tubuh maka ia kalah
cepat dan pundaknya sudah dicengkeram dan
dilempar kakek itu, hangus kehitaman. Dan saat
itu Yo-siocia juga mendapat giliran, terhuyung
oleh sebuah kibasan dan kaki si kakek mengait
betisnya. Tanpa ampun lagi ia terjungkal dan
Hantu Putih menyambar. Tapi ketika Sui Keng
membentak dan menghantamkan sepasang
rodanya ke kepala kakek itu maka si kakek1213
mengerahkan sinkang dan roda hancur
mengenai batok kepala yang keras
"Ha-ha, kalian robohlah. Bertiga boleh
menjadi tawananku!"
Wan-siocia pucat. la terhuyung oleh
lemparannya yang kuat dan kakek itu membalik,
tangan kanan bergerak dan menangkap
pinggangnya. Dan ketika ia berkelit namun baju
pinggangnya robek, gadis ini pucat maka kaki
sang kakek menendang dan gadis itu mencelat
terlempar, menjerit. Dan selanjutnya tiga wanita
ini jatuh bangun. Sui Keng dan sumoinya sudah
mengeluarkan Bu-kek-kang namun ilmu itu kalah
oleh Giam-lui-ciang. Bukan apa-apa, melainkan
semata karena tingkat kepandaian kakek itu
lebih tinggi. Dan ketika kakek ini melihat
saudaranya juga mendesak Puteri Es, Kim-moueng jatuh bangun oleh Giam-lui-ciang adiknya
maka kakek itu berseru dan tertawa-tawa.
"Sute, kau beruntung mendapat Puteri
Es. Tapi aku di sini juga tak kalah dengan
mendapatkan tiga wanita cantik. Ha-ha, nanti
kita dapat saling tukar-menukar, sute. Si hidung1214
mancung bermata biru ini tak kalah dengan gadis
itu dan kita berdua nanti dapat bersenangsenang".
"Betul," Hantu Hitam terkekeh. "Kau
mendapatkan tak kalah olehku, suheng, tapi Kimmou-eng ini menyebalkan. memiliki kepandaian
lumayan juga.
"Bunuh saja. Atau aku membantumu
setelah mereka bertiga ini benar-benar
kurobohkan!"
Terdengar jerit dan pekik Shintala lagi.
Nyonya itu disambar dan susah payah berkelit,
terpelanting dan Yo-siocia juga terbanting
bergulingan. Dan ketika kakek itu mencicit
mengeluarkan Jari Api, menusuk dan mengenai
dua orang itu maka Shintala dan gadis Lembah Es
itu mengaduh. Mereka benar-benar jatuh
bangun menghadapi kakek sakti ini dan Sui Keng
pucat. Dialah yang lebih dapat bertahan karena
kepandaiannya lebih tinggi daripada sumoinya,
juga karena mengenal ilmu-ilmu kakek itu
daripada Shintala. Maka ketika nyonya itu roboh
lagi dan terkena serangan lebih dulu, pucat dan1215
bergulingan menjauh namun tak bakal dapat
bertahan lama maka tak jauh dari situ Thio Leng
atau Thio-siocia juga terdesak dan bertahan gigih
dari serangan-serangan Tan-pangcu, yang kini
sudah mengeluarkan tongkatnya dan memutar
senjata itu disertai pukulan-pukulan Giam-luiciang.
Hanya anak murid mereka saja yang
tampaknya berjalan imbang, Seru dan ramai.
sementara tokoh-tokohnya terdesak dan
bertahan mati-matian. Dan ketika keadaan
semakin mencemaskan dengan suasana seperti
itu mendadak muncul tiga bayangan kecil di
mana dua di antaranya menyerggap Hantu Putih
sementara yang satu membentak dan menubruk
Hantu Hitam menggigit punggungnya.
"Kong-kong, aku datang menolong.
Jangan takut, biar aku menggigitnya!"
"Dan aku juga," dua bayangan yang lain
membentak dan menyergap Hantu Putih. "Aku
datang menolongmu, ibu. Kalau kakek ini
demikian jahat biar ia kugigit dan tak akan
kulepaskan!"1216
Tentu saja dua kakek itu terkejut. Tiga
anak kecil, yang bukan lain Bun Tiong dan Siang
Hwa serta Siang Lan tahu-tahu menyergap dan
menyambar mereka dari belakang. siang Hwa
sudah meloncat dan menggigit punggung kakek
hitam, Sementara Siang Lan sudah menubruk
dan menggigit paha Hantu Putih. Dan ketika
kakek itu terkejut dan tentu seja berteriak keras,
datangnya anak-anak kecil ini sungguh di luar
dugaan maka Bun Tong sudah menerkam dan
bagai Srikatan menyambar sudah hinggap dan
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe Pendekar Rajawali Sakti 82 Selendang Sutera Emas Lima Sekawan 18 Memperjuangkan Harta Finniston
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama